1 / 6
Rancang Bangun Antena pada Frekuensi HF
sebagai Base Station untuk Komunikasi di Laut
Dhika Dwiputra1)
, Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA1)
,Eko Setijadi, S.T., M.T., Ph.D.1)
1)Bidang Studi Telekomunikasi dan Multimedia
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya - 60111
Abstrak – Teknologi komunikasi di laut yang saat ini
digunakan adalah teknologi komunikasi melalui satelit atau
dikenal dengan Vessel Monitoring System, tetapi untuk
menggunakan teknologi tersebut diperlukan perangkat
berukuran besar dan canggih yang sulit diterapkan pada
kapal nelayan di bawah 30 Gross Ton. Oleh karena itu,
dikembangkan sistem komunikasi melalui kanal High
Frequency agar kapal nelayan yang melaut dapat
berkomunikasi dengan pesisir pantai yang berlaku sebagai
base station.
Antena fixed dengan unjuk kerja yang baik,
dengan dilihat dari parameter-parameter seperti pola radiasi,
gain dan Voltage Standing Wave Ratio tentu diperlukan pada
base station agar komunikasi dapat berjalan baik. Untuk
memenuhi kebutuhan tersebut, dilakukan perancangan
antena folded dipole yang bekerja pada band maritim 6.2-
6.525 MHz. Dengan perhitungan ukuran geometri secara
teoritis yang kemudian menjadi input untuk software 4NEC2
dapat diperoleh output berupa nilai-nilai dari parameternya.
Setelah hasil simulasi menunjukkan nilai dari parameter
yang memenuhi syarat, maka dilakukan pembuatan prototipe
antena.
Menurut simulasi, antena memiliki pola radiasi
bidireksional yang menyerupai antena dipole 1/2λ. Dan dari
hasil pengukuran antenna prototipe, didapatkan antena
dengan VSWR antara 1.53 sampai dengan 1.9 dan
bandwidth sebesar 350 kHz. Gain antena bernilai 2.23 dBi
didapatkan dari metode perbandingan dengan antena
standard.
Kata kunci : Antena folded dipole, Standing Wave Ratio,
Pola radiasi, Gain.
1. PENDAHULUAN
Sistem komunikasi untuk pemantauan kapal
dan pertukaran informasi tentang keadaan laut sangat
penting untuk para nelayan. Informasi yang dikirimkan
dapat berupa data yang memuat koordinat posisi kapal,
kadar garam di laut, kecepatan angin, keadaaan cuaca,
kondisi bahan bakar dan lain-lain yang dapat
memudahkan kapal untuk memanfaatkan potensi besar
yang terkandung di laut. Di sisi terminal base station
diharapkan mampu untuk mengontrol kapal agar tidak
melampaui batas wilayah penangkapan maupun batas
wilayah negara[1].
Sistem Vessel Monitoring System (VMS) yang
sudah ada merupakan sistem monitoring kapal melalui
satelit, tentu saja sistem ini memerlukan perangkat yang
canggih dan biaya yang besar. Kapal nelayan tradisional
di Indonesia yang pada umumnya kapal kecil berukuran
di bawah 30 GT, memiliki banyak keterbatasan untuk
menggunakan sistem VMS yang biasanya digunakan
untuk kapal besar berukuran 60 GT ke atas. Oleh karena
itu, dilakukan pengembangan sistem Vessel Messaging
System (VMeS)[1]. Pertukaran informasi seputar
keadaan kapal dan lingkungan laut dapat dikirimkan
dengan peralatan yang lebih sederhana dan
memungkinkan untuk digunakan pada kapal-kapal kecil.
Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan kanal
HF yang biasa digunakan untuk komunikasi radio jarak
jauh agar dapat menjangkau wilayah perairan yang luas.
Dalam sistem VMeS, diperlukan suatu base
station sebagai pusat pemantauan yang menerima
informasi-informasi yang dikirimkan kapal di laut.
Tentunya pada perangkat penerima base station
diperlukan suatu antena fixed yang mempunyai unjuk
kerja yang memenuhi syarat dalam keadaan sebagai
pemancar maupun penerima. Tetapi penggunaan antena
pada base station belum diteliti lebih lanjut.
Perancangan antena yang sesuai dengan keadaan pantai
belum terlalu diperhatikan. Pengukuran yang dilakukan
pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan antena
dipole sederhana yang memerlukan tuning terlebih
dahulu untuk mendapatkan VSWR dengan nilai di
bawah 2 pada frekuensi maritim. Sehingga dilakukan
suatu penelitian tentang perancangan antena folded
dipole yang memenuhi persyaratan pola radiasi
bidireksional yang mengarah ke laut dan memiliki
VSWR yang bernilai di bawah 2 pada frekuensi maritim
6.2-6.525 MHz[2]. Selain itu, memiliki nilai gain yang
mendekati nilai gain antena dipole standar yaitu 2.15
dBi[3]. Prototipe antena dibuat dengan ukuran hanya
60% dari full size dipole untuk alasan kepraktisan dan
masih merupakan daerah current maxima dimana arus
pada antena masih maksimum[4].
2. TEORI PENUNJANG
2.1 Antena Folded Dipole Secara umum, untuk mengetahui panjang efektif dari
suatu antena dapat diperoleh dari nilai panjang
gelombangnya yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut [5]:
(1)
Dimana,
c = Kecepatan cahaya (299.792.458 m/s )
f = frekuensi tengah (MHz)
2 / 6
Mulai
Pemilihan jenis antena yang akan
digunakan
Penentuan kriteria awal antena yang
akan dibangun
Perencanaan antena menggunakan
software 4NEC2
Pembuatan prototipe antena
Pengujian parameter antena
Selesai
Perhitungan geometri antena secara
teoritis
Penentuan Desain Awal Antena
Parameter
memenuhi syarat?
optimasi
Ya
Tidak
Antena akan bekerja dengan baik ketika panjang efektif
antena l memiliki nilai mendekati panjang gelombang
dari antena.
Untuk panjang efektif antena dipole dapat diperoleh dari
persamaan[6]:
(2)
dengan f yang merupakan frekuensi kerja antena, maka
dihasilkan nilai panjang efektif dalam meter.
Untuk jarak spasi antara kedua radiator antena folded
dipole, didapatkan dengan beberapa hal, dan
menghasilkan pula nilai yang berbeda. Di salah satu
referensi menyebutkan bahwa nilai s yang biasa
digunakan adalah 0.05λ[7], di referensi lain
menyebutkan nilai s sebesar 1/64 λ[5] . Sedangkan untuk
antena Terminating Tilted Folded Dipole, didapatkan
dari persamaan sebagai berikut[8]:
(3)
Antena folded dipole dibentuk dengan
menghubungkan dua dipole secara paralel yang
mempunyai radius a dan panjang l dan pada bagian
ujungnya membentuk loop yang sempit. Pemisah dari
pusat-ke-pusat dari kawat yang dihubungkan secara
paralel adalah s. Jarak pemisah s selalu diasumsikan
relatif kecil dengan panjang gelombang.
(a) Folded dipole (b) Regular Dipole
Gambar 1 Antena Folded dipole dan dipole biasa
2.2 Parameter Antena
Beberapa parameter antena yang dapat
menunjukkan unjuk kerja dari suatu antena adalah pola
radiasi, Gain dan Voltage Standing Wave Ratio
(VSWR)[9].
Pola radiasi suatu antena adalah pernyataan grafis
yang menggambarkan sifat suatu antena pada medan
jauh sebagai fungsi arah[10]. efisiensi suatu antena
untuk memindahkan daya yang terdapat pada terminal
input yang dikalikan dengan direktivitas sehingga
menjadi daya radiasi[3]. Jika impedansi saluran
transmisi tidak sesuai dengan transceiver maka akan
timbul daya refleksi (reflected power) pada saluran yang
berinterferensi dengan daya maju (forward power).
Interferensi ini menghasilkan gelombang berdiri
(standing wave) yang besarnya tergantung pada besarnya
daya refleksi.
3. METODOLOGI
Pada Tugas Akhir ini dijelaskan mengenai
perencanaan antena dan pembuatan antena berdasarkan
dengan metode yang dipilih untuk diimplementasikan.
Gambar 2 Diagram alir perencanaan dan pembuatan antena
Desain antena menggunakan software 4NEC2 dengan
masukan nilai berdasarkan perhitungan secara teoritis[11].
Antena yang digunakan merupakan antena folded dipole
dengan konfigurasi inverted V yang diberi matching
impedance berupa rangkaian-L pada feed point dari antena.
Langkah-langkah perencanaan, pembuatan hingga
pengukuran mengikuti alur seperti gambar 2.
3.1 Perhitungan Geometri Antena Folded Dipole
Antena yang dibangun merupakan antena yang harus
memenuhi kriteria awal sebagai berikut:
Dapat bekerja pada band maritim 6.2-6.525 MHz
Bandwidth yang dimiliki di atas 50 kHz
Memiliki VSWR di bawah 2 pada 6.2-6.525 MHz
Pola radiasi antena memiliki pola bidireksional
Nilai gain mendekati full length size dipole
Dari kriteria awal antena seperti yang
disebutkan di atas, dapat dilakukan perancangan awal
antena dengan melalui beberapa tahap, yaitu:
Tahap yang pertama, dengan frekuensi kerja
antara 6.2-6.525 MHz, maka dapat dihitung frekuensi
tengah untuk keperluan perancangan dengan melakukan
perhitungan sederhana, yaitu (fmaks+fmin)/2 sehingga
didapatkan frekuensi tengah sekitar 6.36 MHz.
3 / 6
Tahap selanjutnya, dari frekuensi tengah 6.36
MHz dapat dihitung panjang gelombang antena sesuai
dengan persamaan (1), sehingga didapat panjang
gelombang untuk antena dengan frekuensi tengah 6.36
MHz adalah sekitar 47.01 m. Dari persamaan 2
didapat panjang radiator adalah 22.48 m.
Untuk mempermudah dalam pembuatan antena,
diambil panjang antena sekitar 60-70% dari full length
size dipole pada daerah ini, arus yang diradiasikan masih
maksimum.
Seperti yang telah dijelaskan pada pendahuluan
bahwa antena yang digunakan merupakan antena folded
dipole. Antena ini merupakan dua antena dipole yang
dibentang bersamaan yang saling tersambung dan
memiliki jarak pemisah tertentu.
Gambar 3. Antena folded dipole
Dapat dilakukan perhitungan untuk memperoleh nilai
panjang antena seluruhnya (A), panjang tiap bentangan
antena (B) dan jarak pemisah antara radiator yang dilipat
(S) sebagai berikut:
Nilai A yang paling baik adalah sepanjang full
length size dipole, tetapi untuk mempermudah
pembuatan, dipilih ukuran sekitar 60% dari full length
size dipole. Sehigga didapat nilai A sepanjang 0.6 x
22.48 yaitu 13.5 m.
Nilai B merupakan setengah dari panjang
antena keseluruhan, nilai B adalah 0.5 x 13.8 sehingga
didapatkan panjang 6.75 m.
Nilai S dapat diperoleh dari persamaan
perhitungan pemisah jarak folded dipole antar radiator
menurut persamaan 3, sehingga diperoleh 0.47 m untuk
nilai S.
3.2 Simulasi Antena Menggunakan 4NEC2
3.2.1 Simulasi Geometri Antena dengan 4NEC2
Simulasi dari antena hasil perhitungan secara
teoritis dibuat dengan software 4NEC2. Penggunaan
software ini dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai
hasil perhitungan dari geometri antena yang akan
dibangun. Pada software 4NEC2 yang digunakan dalam
perancangan antena, dimasukkan nilai-nilai seperti pada
tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Masukan nilai pada pembangunan geometri antena menggunakan 4NEC2
Dimana nilai masukan dari variabel-variabel yang
digunakan untuk membangun antena dengan 4NEC2
adalah sebagai berikut:
h = 5 m
L = 6.75 m
θ 1 = 120°
Z1 = L*cos(θ1 /2)
X1 = L*sin(θ1 /2)
θ 2 =120°
Z2 = L *cos(θ2 /2)
X2 = L *sin(θ2/2)
S = 0.47 m
Variabel h menunjukkan tinggi penyangga tegak lurus
dari antena, L menunjukkan panjang dari setengah
bentangan antena, θ 1 dan θ 2 merupakan sudut
pemasangan antena, Z1 dan Z2 adalah jarak antena
dengan ground arah z, X1 dan X2 adalah jarak dari
pertengahan sampai ujung antena pada arah x, dan S
merupakan panjang spreader. Dari variabel masukan
tersebut, muncul tampilan pada menu geometry 4NEC2
seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Tampilan geometri pada software 4NEC2
3.2.2 Simulasi Matching Impedance Network
dengan 4NEC2
Pada simulasi antena dengan menggunakan
4NEC2 didapatkan VSWR yang nilainya masih di atas
2. Sehingga dari simulasi, diperlukan matching
impedance network seperti pada gambar 5 dengan Xs
adalah kapasitor bernilai 18 pF dan Xp adalah induktor
bernilai 31.6 uH untuk menyesuaikan impedansi antena
ke saluran transmisinya.
Gambar 5. L network matching impedance
3.4 Pembuatan Prototipe Antena Folded Dipole
Antena yang dibangun merupakan antena
folded dipole dengan panjang 13.5 m dan spasi antara
kedua radiatornya adalah 0.47 m. Antena ini
dipasang dengan menggunakan konfigurasi inverted vee.
Spreader berfungsi memisah radiator bagian depan
X1 Y1 Z1 X2 Y2 Z2 Radius
- X1 0 h-Z1 -0.1 0 h 1 mm
-0.1 0 h 0.1 0 h 1 mm
0.1 0 h X2 0 h-Z2 1 mm
- X1 S h-Z1 -0.1 S h 1 mm
0.1 S h X2 S h- Z2 1 mm
-0.1 S h 0.1 S h 1 mm
- X1 0 h- Z1 - X2 S h- Z2 1 mm
X1 0 h- Z1 X2 S h- Z2 1 mm
4 / 6 dengan belakang agar tetap berada pada spasi sesuai
dengan perhitungan.
Kawat yang digunakan sebagai radiator adalah
kawat email yang memiliki diameter sebesar 1 mm.
Panjang total kawat yang diperlukan adalah sekitar 28 m
dengan bagian yang terbuka pada tengah radiator yang
akan diberi feed point. Spreader-nya terbuat dari pipa
paralon berdiameter 0.5 inch yang dipotong sepanjang
0.5 m dan diberi lubang pada ujungnya, jarak antar
lubang sebesar 0.47 m. Feed point-nya dihubungkan
dengan kabel coaxial RG58A/U.
Untuk rangkaian penyesuai impedansi L
memerlukan induktor sebesar 31.6 uH yang dirangkai
secara paralel dan kapasitor 18 pF yang dirangkai secara
seri dengan antena.
Konfigurasi inverted vee pada pemasangan antena folded
dipole ini dapat terlihat pada gambar 6
Gambar 6. Antena dipasang dengan konfigurasi inverted vee di pesisir
pantai Rembang
4. PENGUJIAN DAN PENGUKURAN ANTENA
Dari hasil simulasi dan pengukuran dapat diambil
beberapa data terkait dengan parameter-parameter
antena untuk memperlihatkan unjuk kerja dari antena
seperti pola radiasi, gain dan VSWR dan sebagai
pengujian antena pada keadaan sebenarnya, dilakukan
suatu skema pengukuran di laut.
4.1 Hasil Pola Radiasi
Secara teori, antena folded dipole mempunyai pola
radiasi seperti antena dipole biasa yang memiliki sifat
omnidireksional pada bidang vertikal dan bidireksional
pada bidang horizontal. Pola radiasi ini didapatkan pada
frekuensi tengah 6.36 MHz. Dari hasil simulasi dengan
4NEC2, didapatkan output sebagai berikut:
Gambar 7. Pola Radiasi bidang vertikal
Level daya penerimaan relatif bernilai antara
1.11 sampai dengan 1.23 dBi pada bidang vertikal.
Karena rentang level daya penerima relatifnya tidak
terlalu besar, maka jika di plot pada diagram pola radiasi
maka akan membentuk pola omnidireksional.
Penerimaan paling besar terdapat pada sudut 100°,110°
dan 120° pada bidang pola radiasi.
Gambar 8. Pola Radiasi bidang horizontal
Dari hasil plot data output simulasi pola radiasi bidang
horizontal, dapat terlihat bahwa pola dari bidang ini
mengarah ke arah tegak lurus bidang horizontal dan
menghasilkan main lobe dan back lobe dengan besar
yang hampir sama sehingga dapat dikatakan bahwa
antena ini memiliki pola radiasi bidireksional. Pada arah
90°, antena memiliki level daya penerimaan paling
besar, yaitu 1.23 dBi.
4.2 Perbandingan Gain Hasil simulasi dan
pengukuran
Hasil simulasi 4NEC2 menunjukkan nilai gain
berkisar antara 1.09 sampai dengan 1.36 pada frekuensi
6.2-6.525 MHz. Gain dengan nilai terkecil adalah 1.09
dBi dan nilainya cenderung stabil pada nilai di bawah
1.4 dBi. Pada frekuensi tengah 6.36 MHz, gain yang
diperoleh adalah 1.23 dBi.
Gain antena folded dipole yang diukur
memiliki nilai yang bervariasi pada frekuensi maritim
6.2 sampai dengan 6.525 MHz yaitu antara 1.37-3.59
dBi. Nilai tertinggi terdapat pada frekuensi 6.225 MHz,
dan nilai terendah ada pada frekuensi 6.375. Pada
frekuensi tengah 6.36 didapatkan nilai gain sebesar 2.23
dBi.
Gambar 9. Perbandingan gain hasil simulasi dan pengukuran
0
1
2
3
4
Gai
n (
dB
i)
Frekuensi (MHz)
simulasi pengukuran
5 / 6 4.3 Perbandingan VSWR Hasil simulasi dan
pengukuran
Pada simulasi, antara frekuensi 6.27 sampai dengan
6.36 MHz memiliki nilai VSWR di bawah 2 dengan nilai
VSWR paling kecil adalah 1.12 pada 6.32 MHz,
bandwidth dari hasil simulasi adalah sekitar 90 kHz.
Dari pengukuran terlihat bahwa pada frekuensi
antara 6.2 sampai dengan 6.55 MHz memiliki nilai
VSWR di bawah 2. Nilai VSWR terkecil ada pada
frekuensi 6.45 MHz yaitu 1.53. Diperoleh bandwidth
sekitar 350 kHz. Bandwidth antena prototipe hasil
pengukuran memiliki rentang yang lebih lebar
dibandingkan dengan hasil simulasi.
Gambar 10 Grafik perbandingan VSWR hasil simulasi dan pengukuran
4.4 Hasil Skema Pengukuran di Laut
Pengukuran di laut dimaksudkan untuk menguji
performa antena pada keadaan propagasi sebenarnya.
Pengukuran ini menghasilkan data dari fluktuasi level
daya penerima terhadap jarak.
Gambar 11. Rute pengukuran di laut Rembang
Dari gambar 11 dapat dilihat rute pengukuran di laut
Rembang, pengukuran dilakukan dari jarak 0.67 Km dari
base station sampai dengan 2.44 Km.
Gambar 12. Grafik level daya terima terhadap jarak
terlihat bahwa nilai dari level daya terima
cenderung menurun ketika jarak antara pemancar dan
penerima semakin jauh. Level penerimaan terbesar
berada pada titik terdekat, yaitu sekitar -56.54 dBm pada
0.67 Km dari base station dan semakin lama semakin
mengecil hingga pada jarak 2.44 Km bernilai -69.68
dBm.
5. KESIMPULAN
Dari hasil perencanaan dan pembuatan antena, serta
hasil data antena folded dipole prototipe yang diukur,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Hasil pengukuran dengan metode perbandingan
menunjukkan bahwa gain dari antena prototipe
memiliki nilai 2.23 dBi.
Dari hasil pengukuran dengan VSWR meter,
antena memiliki bandwidth sebesar 350 kHz
pada selang frekuensi 6.2-6.525 MHz .
VSWR terbaik dari hasil pengukuran ada pada
frekuensi 6.45 MHz dengan nilai 1.53.
Pola radiasi antena memiliki sifat bidireksional
pada bidang horizontal. Hal ini sesuai dengan
kondisi sebagai base station di pantai yang
membutuhkan arah tegak lurus terhadap laut.
Dengan gain dan VSWR yang terukur, dapat
dikatakan bahwa antena ini dapat memancar
dan menerima dengan baik.
6. SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
diberikan saran untuk pengembangan pada penelitian
berikutnya, antara lain:
Perlunya peningkatan ketelitian pada saat
pembuatan dan pengukuran sehingga
didapatkan hasil yang lebih akurat karena
karakteristik antena sangat ditentukan oleh
ketelitian dalam pembuatan dan pengambilan
data pengukuran.
Diperlukan peningkatan kualitas dalam
pemilihan bahan-bahan pembangun antena
folded dipole ini.
antena folded dipole ini dapat dikembang
menjadi antena T2FD (Terminating Tilted
Folded Dipole) dengan mengubah rangkaian
penyesuai impedansinya dengan balun yang
sesuai sehingga dapat menjadikan antena
dengan struktur ini menjadi antena wideband.
7. REFERENSI
[1] Trisnanti, Lucky F. “Karakterisasi Kanal
Propagasi High Frequency Bergerak di Atas
Permukaan Laut”, Tugas Akhir Jurusan Teknik
Elektro ITS, 2010.
[2] Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM
5 Tahun 2001 Tentang Tabel Alokasi Spektrum
Frekuensi Radio Indonesia.2001
0
2
4
6
6.2 6.25 6.3 6.35 6.36 6.4 6.45 6.5 6.55 6.6
SWR
Frekuensi (MHz) simulasi pengukuran
-80
-75
-70
-65
-60
-55
0 1 2 3
Leve
l Day
a (d
Bm
)
Jarak (Km)
6 / 6 [3] W.L. Stunzman, Antenna Theory and Design
Second Edition, New Jersey, John Wiley and
Son. 1998,Ch. 1.
[4] Soetrisno, Bambang, 80-40 Shortened Fan
Dipole . BeOn ORARI.2005
[5] Balanis, Constantine A, “Antenna Theory Third
Edition : Analysis and Design”, John Wiley &
Sons, INC, New York. 2005.Ch 1
[6] J. Carr, Practical Antenna Handbook Fourth
Edition, Mc-Grawhill Companies. 2001, Ch. 6.
[7] Basuki, H.S. “Antena ½ Folded Dipole Vertikal
untuk Komunikasi Jarak Sedang”. Pusat
Penelitian Informatika LIPI. 2008.
[8] G. L. Countryman, An Experimental All-Band
Nondirectional Transmitting Antenna some
possibilities offered by the tilted folded
dipole,QST magazine. 1949.
[9] IEEE Standards Association. IEEE Standard
Test Procedure. New York: IEEE Press; 2008.
[10] J.D. Krauss, Antennas, New York, Mc-
Grawhill, 1988 Ch. 2.
[11] 4nec2 NEC based antenna modeler and
optimizer <URL:
http://home.ict.nl/~arivoors/> April 2011.
Riwayat Hidup Penulis
Dhika Dwiputra, lahir di Bogor
pada tanggal 18 Agustus 1989,
merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan Ir. Sukardi
dan Dra. Nani Mulyana. Penulis
memulai pendidikan formalnya di
SDN Merdeka V Bandung.
Beranjak ke kelas II SD, penulis
pindah sekolah ke SD Mangkura III
Makassar hingga kelas V dan
kemudian pindah lagi ke SD
Laboratorium STKIP Negeri Singaraja dan
menyelesaikan bangku SD di sekolah tersebut. Penulis
meneruskan pendidikan di SMPN 6 Denpasar hingga
lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama, penulis
melanjutkan jenjang pendidikannya di SMAN 1
Denpasar. Lulus pada tahun 2007, kemudian penulis
melanjutkan studi di Jurusan Teknik Elektro, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan
mengambil Bidang Studi Telekomunikasi Multimedia.
Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan dengan menjadi staff di Himatektro.
Pada tahun terakhirnya di dunia perkuliahan, penulis
mengabdikan dirinya sebagai asisten praktikum Dasar
Sistem Telekomunikasi.
Top Related