67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Bab ini memaparkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh
profitabilitas, likuiditas dan leverage terhadap dividend payout ratio pada perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan meliputi 20 perusahaan sektor
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2007-2011.
4.1.1 Perkembangan Profitabilitas pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
4.1.1.1 Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin adalah rasio yang mengukur laba bersih terhadap penjualan.
Margin laba yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan mendapat hasil yang baik
yang melebihi harga pokok penjualan. Data untuk variabel NPM diperoleh dari
laporan keuangan di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini
kondisi NPM masing-masing perusahaan periode 2007 – 2011.
68
Tabel 4.1
Profitabilitas (Net Profit Margin) pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII PT Astra International Tbk. 0.09 0.09 0.10 0.11 0.13
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.11 0.11 0.15 0.18 0.15
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.07 0.30 0.09 0.09 0.08
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.03 0.06 0.05 0.08 0.03
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.11 0.12 0.17 0.25 0.27
6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.04 0.01 0.09 0.04 0.02
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.05 0.06 0.10 0.11 0.12
8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.12 0.11 0.13 0.15 0.15
9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.04 0.03 0.06 0.08 0.11
10 INTP PT Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk.
0.13 0.18 0.26 0.29 0.26
11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.10 0.09 0.10 0.13 0.14
12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.14 0.16 0.17 0.19 0.20
13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.05 0.06 0.02 0.05 0.05
14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.09 0.17 0.21 0.25 0.27
15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.04 0.07 0.06 0.07 0.06
16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk.
0.02 0.01 0.01 0.03 0.03
17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.18 0.21 0.23 0.25 0.24
18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.08 0.07 0.10 0.10 0.12
19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.09 0.09 0.08 0.10 0.10
20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.16 0.15 0.17 0.17 0.18
Maksimal 0.18 0.30 0.26 0.29 0.27
Minimal 0.02 0.01 0.01 0.03 0.02
Rata-rata 0.09 0.11 0.12 0.14 0.14
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Tabel 4.1 menunjukkan perkembangan net profit margin (NPM) perusahaan
sektor manufaktur selama tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada tahun 2007 rata-rata perkembangan profitabilitas (net profit margin) perusahaan
0,09 kali, perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 0,18 kali. Artinya kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan profitabilitas cukup baik. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas
terendah yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat
69
profitabilitas 0,02 kali. Penyebab rendahnya profitabilitas dikarenakan adanya
penurunan laba seiring dengan dampak krisis finansial global. Sehingga rendahnya
profitabilitas akan mengakibatkan rendahnya pula kepercayaan investor pada
perusahaan tersebut.
Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,11 kali yang
meningkat dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
tertinggi yaitu PT Sepatu Bata Tbk. sebesar 0,30 kali. Sedangkan yang memiliki nilai
profitabilitas terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dan PT Supreme Cable
Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,01 kali.
Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,12 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. sebesar 0,26 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas
terendah yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat
profitabilitas 0,01 kali yang menunjukkan tidak ada kenaikan maupun penurunan dari
tahun sebelumnya.
Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,14 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. sebesar 0,29 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas
terendah yaitu PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat
profitabilitas 0,03 kali.
70
Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,14 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. sebesar 0,27 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas
terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,02 kali.
Gambar 4.1
Grafik Tingkat Profitabilitas (Net Profit Margin) pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)
Grafik 4.1 menunjukkan nilai profitabilitas (net profit margin) sektor manufaktur
relatif stabil walaupun PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk.
menunjukkan profitabilitas yang rendah. Kenaikan tingkat profitabilitas perusahaan
dalam hal ini disebabkan oleh jumlah perolehan laba yang tinggi sebanding dengan
modal sendiri yang tinggi nilainya.
0,00
0,05
0,10
0,15
0,20
0,25
0,30
0,35
ASI
I
AU
TO
BA
TA
BR
AM
DLT
A
GD
YR
GG
RM
HM
SP
IND
F
INTP
KLB
F
LIO
N
LMSH
MLB
I
MR
AT
SCC
O
SMG
R
SMSM
TSP
C
UN
VR
2007
2008
2009
2010
2011
71
4.1.1.2 Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio yang dapat digunakan dalam
mengukur tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. ROA yang tinggi
menunjukkan bahwa total aset perusahaan menghasilkan laba bersih yang tinggi bagi
para pemegang saham. Data untuk variabel ROA diperoleh dari laporan keuangan di
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini kondisi ROA masing-
masing perusahaan periode 2007 – 2011.
Tabel 4.2
Profitabilitas (Return On Assets) pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII PT Astra International Tbk. 0.17 0.19 0.18 0.19 0.17
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.11 0.19 0.20 0.25 0.18
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.16 0.57 0.17 0.17 0.15
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.04 0.10 0.10 0.14 0.07
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.11 0.17 0.23 0.27 0.29
6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.11 0.01 0.15 0.07 0.02
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.09 0.11 0.18 0.18 0.17
8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.34 0.36 0.41 0.43 0.56
9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.07 0.07 0.10 0.11 0.12
10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.14 0.21 0.29 0.28 0.26
11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.23 0.21 0.23 0.25 0.24
12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.17 0.23 0.17 0.17 0.18
13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.14 0.23 0.05 0.13 0.16
14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.21 0.33 0.48 0.52 0.56
15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.05 0.09 0.08 0.09 0.09
16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk.
0.06 0.02 0.02 0.07 0.10
17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.30 0.34 0.36 0.30 0.26
18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.16 0.15 0.20 0.19 0.25
72
19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.14 0.15 0.15 0.18 0.17
20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.53 0.53 0.57 0.52 0.53
Maksimal 0.53 0.57 0.57 0.52 0.56
Minimal 0.04 0.01 0.02 0.07 0.02
Rata-rata 0.17 0.21 0.22 0.23 0.23
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan perusahaan sektor manufaktur selama
tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahun 2007 rata-rata
perkembangan profitabilitas (return on assets) perusahaan 0,17 kali. Perusahaan yang
memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia Tbk. sebesar
0,53 kali. Berarti kemampuan perusahaan dalam meningkatkan profitabilitas cukup
baik sehingga mampu meyakinkan investor untuk menanamkan sahamnya.
Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas terendah yaitu PT Indo Kordsa Tbk.
dengan tingkat profitabilitas 0,05 kali.
Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,21 kali yang
meningkat dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas
tertinggi yaitu PT Sepatu Bata Tbk. sebesar 0,57 kali. Sedangkan yang memiliki nilai
profitabilitas terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dengan tingkat profitabilitas
0,01 kali.
Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,22 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia
Tbk. sebesar 0,57 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas terendah yaitu PT
Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,02
kali yang menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya.
73
Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,52 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia
Tbk. sebesar 0,52 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas terendah yaitu
PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk. dengan tingkat profitabilitas
0,02 kali.
Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan profitabilitas perusahaan 0,23 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tertinggi yaitu PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. sebesar 0,56 kali. Sedangkan yang memiliki nilai profitabilitas
terendah yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. dengan tingkat profitabilitas 0,02 kali.
Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan kondisi profitabilitas (ROA) secara
keseluruhan periode 2007-2011 dalam bentuk grafik sebagai berikut.
Gambar 4.2
Grafik Tingkat Profitabilitas (Return on Assets) pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)
0,00
0,10
0,20
0,30
0,40
0,50
0,60
ASI
I
AU
TO
BA
TA
BR
AM
DLT
A
GD
YR
GG
RM
HM
SP
IND
F
INTP
KLB
F
LIO
N
LMSH
MLB
I
MR
AT
SCC
O
SMG
R
SMSM
TSP
C
UN
VR
2007
2008
2009
2010
2011
74
Grafik 4.2 menunjukkan nilai profitabilitas (return on assets) sektor manufaktur
relatif fluktuatif tetapi PT Unilever Indonesia Tbk. yang menunjukkan kenaikan
tingkat profitabilitasnya yang stabil. Kenaikan tingkat profitabilitas perusahaan
disebabkan oleh jumlah perolehan laba yang tinggi sebanding dengan penggunaan
aset yang tinggi nilainya.
4.1.2 Perkembangan Likuiditas pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Current ratio (CR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aset lancar yang tersedia. Data untuk variabel CR diperoleh
dari laporan keuangan di Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini
kondisi CR masing-masing perusahaan periode 2007 – 2011.
Tabel 4.3
Likuiditas (Current Ratio) pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII PT Astra International Tbk. 0.91 1.32 1.37 1.26 1.36
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 2.16 2.13 2.17 1.76 1.35
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 2.29 2.21 2.35 0.21 2.13
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 4.98 2.19 3.44 4.02 2.79
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 4.17 3.79 4.70 6.33 6.00
6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 1.35 1.49 0.90 0.86 0.85
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 1.93 2.22 2.46 2.70 2.24
8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 1.78 1.44 1.88 1.61 1.75
9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.92 0.90 1.16 2.04 1.91
10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 2.96 1.79 3.01 5.55 6.99
75
11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 4.98 3.33 2.99 4.39 3.65
12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 5.41 5.69 7.96 9.44 7.10
13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 1.85 2.75 2.12 2.44 2.36
14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.59 0.94 0.66 0.95 0.99
15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 7.68 6.31 7.18 7.61 6.27
16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk.
1.14 1.19 1.20 1.26 1.29
17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 3.64 3.39 3.58 0.29 2.65
18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 1.71 1.82 1.59 2.17 2.72
19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 4.05 3.83 3.47 3.37 3.08
20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 1.11 1.00 1.04 0.85 0.69
Maksimal 7.68 6.31 7.96 9.44 7.10
Minimal 0.59 0.90 0.66 0.21 0.69
Rata-rata 2.78 2.49 2.76 2.96 2.91
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Tabel 4.3 menunjukkan perkembangan perusahaan sektor manufaktur selama
tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahun 2007 rata-rata
perkembangan likuiditas (current ratio) perusahaan 2,78 kali. Perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Mustika Ratu Tbk. sebesar 7,68 kali.
Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT Multi Bintang Indonesia
Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,59 kali. Sehingga dapat dilihat bahwa kemampuan
untuk membayar kewajiban jangka pendeknya tidak teralu baik bila dibandingkan
dengan rata-rata current ratio perusahaan sampel.
Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,49 kali yang
menurun sebesar 0,29 kali dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat
likuiditas tertinggi yaitu PT Mustika Ratu Tbk. sebesar 6,31 kali. Sedangkan yang
76
memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dengan
tingkat likuiditas 0,90 kali.
Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,76 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Lion Metal Works Tbk.
sebesar 7,96 kali. Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT Multi
Bintang Indonesia Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,66 kali.
Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,96 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Lion Metal Works
Tbk. sebesar 9,44 kali. Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT
Sepatu Bata Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,21 kali.
Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan likuiditas perusahaan 2,91 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas tertinggi yaitu PT Lion Metal Works
Tbk. sebesar 7,10 kali. Sedangkan yang memiliki nilai likuiditas terendah yaitu PT
Unilever Indonesia Tbk. dengan tingkat likuiditas 0,68 kali. Berdasarkan tabel 4.3
dapat digambarkan kondisi likuiditas (CR) secara keseluruhan periode 2007-2011
dalam bentuk grafik sebagai berikut.
77
Gambar 4.3
Grafik Tingkat Likuiditas (Current Ratio) pada Sektor Manufaktur yang
Terdartar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)
Grafik 4.3 menunjukkan nilai likuiditas (current ratio) sektor manufaktur relatif
stabil walaupun PT Lion Metal Works Tbk. dan PT Mustika Ratu Tbk. menunjukkan
kenaikan tingkat likuiditasnya. Kenaikan tingkat likuiditas perusahaan disebabkan
oleh meningkatnya aset lancar yang digunakan sebagai jaminan atas pelunasan
kewajibannya lancarnya yang jatuh tempo.
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
10,00A
SII
AU
TO
BA
TA
BR
AM
DLT
A
GD
YR
GG
RM
HM
SP
IND
F
INTP
KLB
F
LIO
N
LMSH
MLB
I
MR
AT
SCC
O
SMG
R
SMSM
TSP
C
UN
VR
2007
2008
2009
2010
2011
78
4.1.3 Perkembangan Leverage pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
4.1.3.1 Debt to Assets Ratio (DAR)
Debt to assets ratio (DAR) merupakan rasio yang mengukur kemampuan
penggunaan utang, semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar penggunaan
utang yang mengakibatkan semakin besar pula risiko keuangan yang dihadapi
perusahaan. Data untuk variabel DAR diperoleh dari laporan keuangan di Indonesian
Capital Market Directory (ICMD). Berikut ini kondisi DAR masing-masing
perusahaan periode 2007 – 2011.
Tabel 4.4
Leverage (Debt to Assets Ratio) pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII PT Astra International Tbk. 0.50 0.50 0.45 0.48 0.51
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.32 0.30 0.27 0.27 0.32
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.37 0.32 0.28 0.32 0.31
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 1.38 0.62 0.70 0.19 0.28
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.22 0.25 0.21 0.16 0.18
6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.48 0.71 0.63 0.64 0.64
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.41 0.36 0.32 0.31 0.37
8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.49 0.50 0.41 0.50 0.47
9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.63 0.67 0.62 0.47 0.41
10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.31 0.24 0.19 0.15 0.13
11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.22 0.24 0.26 0.18 0.21
12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.21 0.21 0.16 0.14 0.17
13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.54 0.39 0.45 0.40 0.42
14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 0.68 0.63 0.89 0.59 0.57
15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.12 0.14 0.13 0.13 0.15
79
16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk.
0.73 0.68 0.64 0.63 0.64
17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.21 0.23 0.20 0.22 0.26
18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.38 0.37 0.42 0.47 0.41
19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.20 0.22 0.25 0.26 0.28
20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.49 0.52 0.50 0.53 0.65
Maksimal 1.38 0.71 0.89 0.64 0.65
Minimal 0.12 0.14 0.13 0.13 0.13
Rata-rata 0.44 0.41 0.40 0.35 0.37
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Tabel 4.4 menunjukkan perkembangan debt to assets ratio perusahaan sektor
manufaktur selama tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
tahun 2007 rata-rata perkembangan leverage (debt to assets ratio) perusahaan 0,44
kali. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Indo Kordsa Tbk.
sebesar 1,38 kali. Berarti perusahaan ini dihadapkan pada risiko keuangan yang
tinggi. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk.
dengan tingkat leverage 0,12 kali. Berarti bahwa perusahaan tidak banyak
mengandalkan utang untuk menjalankan kegiatan operasinya.
Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,41 kali yang
menurun sebesar 0,3 kali dari tahun sebelumnya. Perusahaan yang memiliki tingkat
leverage tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk. sebesar 0,71 kali. Sedangkan
yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat
leverage 0,14 kali.
Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,40 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Multi Bintang Indonesia
80
Tbk. sebesar 0,89 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT
Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,13 kali.
Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,35 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia
Tbk. sebesar 0,64 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT
Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,13 kali.
Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,37 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia
Tbk. sebesar 0,65 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. dengan tingkat leverage 0,13 kali.
Gambar 4.4
Grafik Tingkat Leverage (Debt to Assets Ratio) pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
1,40
1,60
ASI
I
AU
TO
BA
TA
BR
AM
DLT
A
GD
YR
GG
RM
HM
SP
IND
F
INTP
KLB
F
LIO
N
LMSH
MLB
I
MR
AT
SCC
O
SMG
R
SMSM
TSP
C
UN
VR
2007
2008
2009
2010
2011
81
Grafik 4.4 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun nilai rata-rata
leverage (DAR) cenderung stabil kecuali PT Indo Kordsa Tbk. yang memiliki nilai
DAR paling tinggi di tahun 2007. Industri lainnya yang memiliki debt assets ratio
yang cenderung tinggi dan stabil adalah PT Goodyear Indonesia Tbk., PT Indofood
Sukses Makmur Tbk., PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dan PT Supreme Cable
Manufacturing & Corporation Tbk.
4.1.3.2 Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu indikator lain keberhasilan suatu
perusahaan. Pada umumnya investor akan mempertimbangkan saat akan menanamkan
investasi sahamnya dalam suatu perusahaan dengan melihat besarnya debt to equity
ratio (DER) karena hal ini dapat menggambarkan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam membiayai perusahaannya dengan pinjaman dibanding dana yang
disediakan para pemegang saham. Penggunaan utang yang berpotensi dalam
meningkatkan pengembalian yang diharapkan terjadi ketika utang yang digunakan
berhasil dalam mendapatkan laba operasi yang lebih dari cukup dalam memenuhi
beban tetapnya. Penjelasaan lebih lanjut tentang nilai perolehan DER pada sektor
manufaktur dapat dilihat pada tabel 4.5.
82
Tabel 4.5
Leverage (Debt to Equity Ratio) pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII PT Astra International Tbk. 1.17 1.21 1.00 1.10 1.02
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.48 0.45 0.39 0.38 0.47
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 0.60 0.47 0.38 0.46 0.46
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.61 0.52 0.48 0.23 0.38
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.29 0.34 0.27 0.20 0.22
6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.94 2.45 1.71 1.76 1.77
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.69 0.55 0.48 0.44 0.59
8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.94 1.00 0.69 1.01 0.90
9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 2.62 3.11 2.45 1.34 0.70
10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.44 0.33 0.24 0.17 0.15
11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.33 0.38 0.39 0.23 0.27
12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.27 0.26 0.19 0.17 0.21
13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 1.16 0.64 0.83 0.67 0.71
14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 2.14 1.73 8.44 1.41 1.30
15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.13 0.17 0.16 0.14 0.18
16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk.
2.67 2.15 1.77 1.72 1.80
17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.27 0.30 0.26 0.29 0.35
18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.66 0.63 0.80 0.96 0.70
19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.26 0.29 0.34 0.36 0.40
20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.98 1.10 1.02 1.15 1.85
Maksimal
2.67 3.11 8.44 1.76 1.85
Minimal
0.13 0.17 0.16 0.14 0.15
Rata-rata
0.88 0.90 1.11 0.71 0.72
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Tabel 4.5 menunjukkan perkembangan leverage (debt to equity ratio) perusahaan
sektor manufaktur selama periode 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Pada tahun 2007 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,88 kali. Perusahaan
83
yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk. sebesar 2,67 kali. Berarti bahwa perusahaan menggunakan dana
pinjaman yang tinggi untuk membiayai kegiatan operasinya. Sedangkan yang
memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage
0,13 kali.
Pada tahun 2008 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,90 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Indofood Sukses
Makmur Tbk. sebesar 3,11 kali yang meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan
yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat
leverage 0,17 kali.
Pada tahun 2009 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 1,11 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Multi Bintang
Indonesia Tbk. sebesar 8,44 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah
yaitu PT Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,16 kali.
Pada tahun 2010 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,71 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia
Tbk. sebesar 1,76 kali. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT
Mustika Ratu Tbk. dengan tingkat leverage 0,14 kali.
Pada tahun 2011 rata-rata perkembangan leverage perusahaan 0,72 kali.
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage tertinggi yaitu PT Unilever Indonesia
Tbk. sebesar 1,85 kali, walaupun sebenarnya mengalami penurunan dari tahun
84
sebelumnya. Sedangkan yang memiliki nilai leverage terendah yaitu PT Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. dengan tingkat leverage 0,15 kali.
Gambar 4.5
Grafik Tingkat Leverage (Debt to Equity Ratio) pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peruide 2007-2011
Sumber : Indonesian Capital Market Directory (diolah kembali)
Grafik 4.5 menunjukkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun nilai rata-rata
leverage (DER) cenderung stabil kecuali PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. yang
mengalami kenaikan tahun 2009. Industri lainnya yang memiliki debt equity ratio
yang cukup tinggi adalah PT Goodyear Indonesia Tbk., PT Indofood Sukses Makmur
Tbk. dan PT Supreme Cable Manufacturing & Corporation Tbk.
0,00
1,00
2,00
3,00
4,00
5,00
6,00
7,00
8,00
9,00
ASI
I
AU
TO
BA
TA
BR
AM
DLT
A
GD
YR
GG
RM
HM
SP
IND
F
INTP
KLB
F
LIO
N
LMSH
MLB
I
MR
AT
SCC
O
SMG
R
SMSM
TSP
C
UN
VR
2007
2008
2009
2010
2011
85
4.1.4 Perkembangan Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011
Dividend payout ratio merupakan persentase pembayaran dividen yang dibagikan
terhadap laba bersih yang diperoleh. Dividend payout ratio dalam penelitian ini
adalah besarnya persentase dividen yang dibayarkan periode 2007-2011. Berikut ini
adalah dividend payout ratio pada periode 2007-2011 di sektor manufaktur.
Tabel 4.6
Perkembangan Dividend Payout Ratio
pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011
No Kode Nama Emiten 2007 2008 2009 2010 2011
1 ASII PT Astra International Tbk. 0.10 0.38 0.33 0.13 0.38
2 AUTO PT Astra Otoparts Tbk. 0.05 0.40 0.60 0.40 0.37
3 BATA PT Sepatu Bata Tbk. 3.00 0.07 0.52 0.28 0.28
4 BRAM PT Indo Kordsa Tbk. 0.72 0.60 0.78 0.39 1.23
5 DLTA PT Delta Djakarta Tbk. 0.47 0.67 1.20 1.21 1.16
6 GDYR PT Goodyear Indonesia Tbk. 0.09 3.03 0.08 0.15 0.29
7 GGRM PT Gudang Garam Tbk. 0.33 0.36 0.36 0.41 0.39
8 HMSP PT HM Sampoerna Tbk. 0.65 0.12 0.66 1.12 0.95
9 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 0.41 0.40 0.40 0.40 0.31
10 INTP PT IndocementTunggal Prakarsa Tbk. 0.15 0.32 0.30 0.30 0.30
11 KLBF PT Kalbe Farma Tbk. 0.14 0.18 0.27 0.55 0.63
12 LION PT Lion Metal Works Tbk. 0.26 0.19 0.19 0.27 0.30
13 LMSH PT Lionmesh Prima Tbk. 0.08 0.06 0.12 0.04 0.09
14 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk. 1.25 1.42 1.00 0.17 0.01
15 MRAT PT Mustika Ratu Tbk. 0.20 0.25 0.20 0.20 0.54
16 SCCO PT Supreme Cable Manufacturing &
Corporation Tbk.
0.11 0.55 0.33 0.30 0.32
17 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. 0.50 0.50 0.55 0.50 0.50
18 SMSM PT Selamat Sempurna Tbk. 0.72 1.57 0.98 0.53 0.98
86
19 TSPC PT Tempo Scan Pasific Tbk. 0.40 1.05 0.44 0.92 0.58
20 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk. 0.99 0.99 1.00 1.00 1.00
Maksimal 3.00 3.03 1.20 1.21 1.23
Minimal 0.05 0.06 0.08 0.04 0.01
Rata-rata 0.53 0.66 0.52 0.46 0.53
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Tabel 4.2 menunjukkan perkembangan dividend payout ratio perusahaan sektor
manufaktur selama tahun 2007-2011 yang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada
tahun 2007 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,53 kali. Perusahaan yang
memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Sepatu Bata Tbk. sebesar 3,00 kali.
Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Astra Otoparts
Tbk. dengan dividend payout ratio 0,05 kali.
Pada tahun 2008 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,66 kali. Perusahaan
yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Goodyear Indonesia Tbk.
sebesar 3,03 kali, perusahaan ini mengalami kenaikan dibanding periode sebelumnya.
Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Lionmesh Prima
Tbk. dengan dividend payout ratio 0,06 kali.
Pada tahun 2009 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,52 kali. Perusahaan
yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Delta Djakarta Tbk. 1,20 kali.
Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Goodyear
Indonesia Tbk. dengan dividend payout ratio 0,08 kali.
Pada tahun 2010 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,46 kali. Perusahaan
yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Delta Djakarta Tbk. sebesar
87
1,21 kali. Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT
Lionmesh Prima Tbk. dengan dividend payout ratio sebesar 0,04 kali.
Pada tahun 2011 rata-rata dividend payout ratio perusahaan 0,53 kali. Perusahaan
yang memiliki dividend payout ratio tertinggi yaitu PT Indo Kordsa Tbk. sebesar
1,23 kali. Sedangkan yang memiliki dividend payout ratio terendah yaitu PT Multi
Bintang Indonesia Tbk. dengan dividend payout ratio 0,01 kali.
Gambar 4.6
Grafik Tingkat Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011
Sumber : Indonesian Capital Market Directory
Berdasarkan pada gambar 4.6 jelas terlihat bahwa dividend payout ratio selama
lima tahun yang menunjukkan perubahan sekaligus peningkatan dividend payout
ratio khususnya bagi PT Multi Bintang Indonesia Tbk. dan PT Delta Djakarta Tbk.
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
2,50
3,00
3,50
ASI
I
AU
TO
BA
TA
BR
AM
DLT
A
GD
YR
GG
RM
HM
SP
IND
F
INTP
KLB
F
LIO
N
LMSH
MLB
I
MR
AT
SCC
O
SMG
R
SMSM
TSP
C
UN
VR
2007
2008
2009
2010
2011
88
4.2 Statistik Deskriptif
Tabel 4.7
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
NPM 100 ,01 ,30 ,1167 ,07060
ROA 100 ,01 ,57 ,2095 ,13900
CR 100 ,21 9,44 2,7785 1,98728
DAR 100 ,12 1,38 ,3939 ,20556
DER 100 ,13 8,44 ,8664 1,01139
DPR 100 ,01 3,03 ,5392 ,50028
Valid N (listwise) 100
Sumber : Data sekunder diolah
Pada bagian ini akan disajikan statistik deskriptif dari variabel independen
maupun variabel dependen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
NPM, ROA, CR, DAR, DER, dan DPR. Data yang digunakan dalam penelitian ini
untuk masing-masing variabel berjumlah 100 yang diperoleh dari 20 perusahaan
dikalikan periode tahun pengamatan (5 tahun). Berikut ini adalah hasil statistik
deskriptif dari data yang digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengolahan data pada Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa net
profit margin (NPM) diperoleh rata-rata sebesar 0,1167 kali. Hal ini berarti bahwa
rata-rata perolehan laba bersih adalah sebesar 11,67% dari penjualan bersih yang
dicapai perusahaan. Nilai maksimal sebesar 0,30 kali yang berarti bahwa laba bersih
tertinggi dapat mencapai 30% dari penjualan bersih yang dicapai PT Sepatu Bata Tbk.
pada tahun 2007. Sedangkan nilai minimal NPM sebesar 0,01 kali yang merupakan
89
NPM dari PT Goodyear Indonesia Tbk. pada tahun 2007 dan PT Supreme Cable
Manufacturing & Corporation Tbk. pada tahun 2007 dan 2008.
Return on assets (ROA) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,2095 kali. Hal ini
berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu mendapatkan laba bersih sebesar
20,95% dari total aset yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai minimal
yaitu sebesar 0,01 kali yang berarti sampel terendah yaitu PT Goodyear Indonesia
Tbk. pada tahun 2007 yang hanya mendapatkan laba bersih dari penggunaan seluruh
total aset yang dimiliki sebesar 1%. Nilai maksimal diketahui sebesar 0,57 kali yang
merupakan ROA dari PT Sepatu Bata Tbk. pada tahun 2007 dan PT Unilever
Indonesia Tbk. pada tahun 2008.
Current ratio (CR) menunjukkan rata-rata sebesar 2,7785. Hal ini berarti rata-rata
perusahaan sampel mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya sebesar 2,7785
kali dari aset lancar yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai maksimal CR
sebesar 9,44 kali yang dimiliki PT Lion Metal Works Tbk. pada tahun 2010 dan nilai
minimal sebesar 0,21 kali merupakan CR PT Sepatu Bata Tbk. pada tahun 2010.
Debt to assets ratio (DAR) yang merupakan rasio total hutang dengan total aset
perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,3939. Hal ini berarti bahwa rata-rata
perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 0,3939 kali lebih besar dari total aset
yang dimiliki perusahaan. Nilai minimal dari DER adalah sebesar 0,12 yang berarti
bahwa sampel terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. pada tahun 2007 hanya memiliki
hutang sebesar 0,12 kali dari total aset. Sedangkan nilai maksimal DER sebesar 1,38
90
atau dimilikinya hutang sebesar 1,38 kali total aset yang dimiliki PT Indo Kordsa Tbk.
pada tahun 2007.
Debt to equity ratio (DER) yang merupakan rasio total hutang dengan total
ekuitas perusahaan menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,8664. Hal ini berarti bahwa
rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 0,8664 kali lebih besar dari
modal sendiri (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Nilai minimal dari DER adalah
sebesar 0,13 yang berarti bahwa sampel terendah yaitu PT Mustika Ratu Tbk. pada
tahun 2007 hanya memiliki hutang sebesar 0,13 kali dari modal sendiri. Sedangkan
nilai maksimal DER sebesar 8,44 atau dimilikinya hutang sebesar 8,44 kali modal
sendiri yang dimiliki PT Multi Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2009.
Dividend payout ratio (DPR) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,5392 kali. Hal
ini berarti bahwa rata-rata kebijakan pembabagian dividen tunai adalah sebesar
53,92% dari laba per lembar saham yang diperoleh perusahaan. Nilai minimal sebesar
0,01 yang berarti pembagian dividen terendah sampel perusahaan yaitu PT Multi
Bintang Indonesia Tbk. pada tahun 2011. Nilai maksimal diketahui sebesar 3,03 kali
yang merupakan DPR dari PT Goodyear Indonesia Tbk. pada tahun 2008.
4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linier berganda yang akurat diperlukan pengujian dengan
asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik ditujukan agar data yang telah
dikumpulkan menghasilkan informasi yang tidak bias.
91
4.3.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov Smirnov
Test. Dasar pengambilan keputusan uji Kolmogorov-Smirnov dengan koreksi
Lilliefors adalah:
1) Jika Asymp. Sig < 0,05 maka, variabel tidak berdistribusi normal.
2) Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka, variabel berdistribusi normal.
Tabel 4.8
Uji Normalitas Variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan Dividend
Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011
Data uji normalitas menunjukkan data berdistribusi normal dengan nilai Asymp.
Sig. > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut data dapat dilanjutkan untuk dilakukan
penelitian.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPM ROA CR DAR DER DPR
N 20 20 20 20 20 20
Normal Parametersa,b
Mean ,1160 ,2090 2,7785 ,3925 ,8655 ,5385
Std.
Deviation ,06151 ,12851 1,86740 ,17935 ,77439 ,28089
Most Extreme
Differences
Absolute ,119 ,205 ,199 ,152 ,208 ,214
Positive ,119 ,205 ,199 ,152 ,208 ,214
Negative -,110 -,108 -,148 -,098 -,181 -,143
Kolmogorov-Smirnov Z ,531 ,915 ,890 ,682 ,931 ,956
Asymp. Sig. (2-tailed) ,941 ,372 ,406 ,742 ,352 ,320
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
92
4.3.2 Multikolinieritas
Multikolinieritas memiliki arti antara variabel bebas yang satu dengan variabel
bebas yang lain dalam model regresi terjadi hubungan yang mendekati sempurna.
Multikolinieritas hampir selalu ada dalam model persamaan regresi yang
menggunakan lebih dari variabel bebas. Berikut ini hasil pengujian tersebut.
Tabel 4.9
Uji Multikolinieritas Variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.692 1.749 -.395 .698
NPM -4.541 5.045 -.135 -.900 .383 .694 1.441
ROA .576 .197 .627 2.919 .011 .341 2.933
CR .422 .274 .400 1.537 .146 .232 4.316
DAR .866 3.415 .075 .254 .804 .178 5.614
DER .368 .674 .138 .547 .593 .246 4.072
a. Dependent Variable: DPR
Nilai VIF yang diperoleh dalam tabel di atas menunjukkan bahwa data pada
variabel bebas tidak mengandung adanya gejala korelasi yang kuat antara sesama
variabel bebas. Semua nilai VIF yang dihitung lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance
diatas 0,1 maka dapat disimpulkan tidak terdapat multikolinieritas di antara variabel
bebas.
93
4.3.3 Uji Heterokesdastisitas
Heteroskedastisitas adalah kondisi di mana dalam analisis regresi, varians dari
residual tidak sama atau memiliki pola tertentu dari satu pengamatan ke pengamatan
lain yang ditunjukan dengan nilai yang tidak sama antara satu varians dari residual
dengan besarnya varians antar residual tidak homogen. Sedangkan apabila terdapat
gejala varians sama disebut homokedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas pada
penelitian ini seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 4.7
Uji Heterokesdastisitas Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan Dividend
Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011
Berdasarkan diagram pencar dapat dilihat dari plot yang menyebar dan tidak
membentuk suatu pola tertentu. Dengan hasil demikian terbukti bahwa terjadi gejala
94
homoskedastisitas atau persamaan regresi memenuhi asumsi non –
heteroskedastisitas.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Uji gejala autokorelasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Durbin-Watson. Hasil pengujian terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10
Uji Autokorelasi Variabel Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan Dividend
Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007-2011
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
dimension0
1 .883a .780 .701 1.12667 1.412
a. Predictors: (Constant), DER, NPM, ROA, CR, DAR
b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel di atas nilai Durbin-Watson test diperoleh sebesar 1,412. Nilai
Durbin-Watson test tersebut tidak menunjukkan adanya autokorelasi positif. Hal
tersebut terlihat dari nilai DW sebesar 1,412 yang berada di antara batas bawah 1,21
dan batas atas 1,65 atau 1,21 < DW < 1,65 yang berati tidak dapat disimpulkan
adanya autokorelasi.
95
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh signifikan
atau tidak seluruh variabel independen terhadap dependen. Hasil uji pengaruh
profitabilitas (net profit margin, return on assets), likuiditas (current ratio), dan
leverage (debt to assets ratio, debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.11
Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage dan
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.692 1.749 -.395 .698
NPM -4.541 5.045 -.135 -.900 .383
ROA .576 .197 .627 2.919 .011
CR .422 .274 .400 1.537 .146
DAR .866 3.415 .075 .254 .804
DER .368 .674 .138 .547 .593
a. Dependent Variable: DPR
Model regresi linier berganda di atas dapat dibentuk dari variabel yang ada pada
tabel 4.11 dan dapat diformulasikan dalam model persamaan sebagai berikut.
Y = -0,692 – 4,541X1 + 0,576X2 + 0,422X3+ 0,866X4 + 0,368X5
Berdasarkan hasil persamaan regresi berganda tersebut masing-masing variabel
dapat diinterpretasikan pengaruhnya terhadap dividend payout ratio sebagai berikut:
96
a. Nilai konstanta bertanda negatif 0,692 menunjukkan apabila variabel NPM, ROA,
CR, DAR dan DER tidak ada perubahan atau sama dengan 0 maka akan
menurunkan dividend payout ratio sebesar 0,692.
b. Net profit margin memiliki koefisien regresi bertanda negatif sebesar 4,541. Hal
ini berarti apabila nilai X1 (net profit margin) meningkat 1 satuan dengan asumsi
variabel-variabel lain adalah tetap maka akan menurunkan dividend payout ratio
sebesar 4,541.
c. Return on assets memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,576. Hal ini
berarti apabila nilai X2 (return on assets) meningkat 1 satuan dengan asumsi
variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend payout ratio
sebesar 0,576.
d. Current ratio memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,422. Hal ini
berarti apabila nilai X3 (current ratio) meningkat 1 satuan dengan asumsi
variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend payout ratio
sebesar 0,422.
e. Debt to assets ratio memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,866. Hal
ini berarti apabila nilai X4 (debt to assets ratio) meningkat 1 satuan dengan
asumsi variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend
payout ratio sebesar 0,866.
f. Debt to equity ratio memiliki koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,368. Hal
ini berarti apabila nilai X5 (debt to equity ratio) meningkat 1 satuan dengan
97
asumsi variabel-variabel lain adalah tetap maka akan meningkatkan dividend
payout ratio sebesar 0,368.
4.4.1 Analisis Koefisien Korelasi Berganda/ Multiple Correlation
Analisis korelasi berganda/ multiple correlation untuk mengukur kekuatan
asosiasi (hubungan) antara variabel independen dan variabel dependen. Tabel di
bawah ini adalah hasil pengolahan data pada SPSS versi 18.
Tabel 4.12
Koefisien Korelasi Berganda Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage
dan Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2007-2011
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .883a .780 .701 1.12667
a. Predictors: (Constant), DER, NPM, ROA, CR, DAR
b. Dependent Variable: DPR
Hasil analisis korelasi berganda tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12. Hasil
perhitungan koefisien korelasi berganda (R) adalah sebesar 0,883 atau 88,3%. Hal ini
menunjukkan keeratan hubungan antara variabel net profit margin, return on assets,
current ratio, debt to assets ratio, dan debt to equity ratio terhadap dividend payout
ratio termasuk kriteria sangat kuat.
4.4.2 Analisis Koefisien Determinasi Berganda
Analisis koefisien determinasi berganda digunakan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Adapun hasil
analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 dengan koefisien
98
determinasi (adjusted R2) sebesar 0,701. Ini berarti 70,1% variasi dari dividend
payout ratio dijelaskan oleh net profit margin, return on assets, current ratio, debt to
assets ratio, dan debt to equity ratio. Hal ini menunjukkan seluruh variabel
independen mampu menerangkan variabel dependen sebesar 70,1%. Sisanya
dijelaskan oleh faktor-faktor lain.
4.5 Pengujian Hipotesis
4.5.1 Uji Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh individual dari
suatu variabel independen (variabel X) terhadap variabel dependen (variabel Y).
Suatu perusahaan diaharapkan dapat mengatur kinerjanya dengan baik dan dapat
memenuhi kebutuhan pendanaan serta pembayaran dividen dengan tepat setelah
mengetahui pengaruhnya masing-masing.
4.5.1.1 Pengaruh Profitabilitas (Net Profit Margin) terhadap Dividend Payout
Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011
Pengaruh net profit margin terhadap dividend payout ratio sektor manufaktur
dapat diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan
dilakukan uji hubungan antara net profit margin dengan dividend payout ratio dengan
perhitungan melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:
99
4.5.1.1.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Tingkat keeratan hubungan antara profitabilitas (net profit margin) terhadap
dividend payout ratio sektor manufaktur secara parsial dapat diketahui melalui uji
korelasi. Hasil uji korelasi antara net profit margin terhadap dividend payout ratio
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.13
Uji Korelasi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Net
Profit Margin) terhadap Dividend Payout Ratio pada
Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007 -2011
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .112a .013 -.042 2.10519
a. Predictors: (Constant), NPM
b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.13 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah
sebesar 0,112 atau 11,2%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara net profit
margin dengan dividend payout ratio termasuk kriteria sangat rendah yang berada
pada interval 0,00 – 0,199.
4.5.1.1.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana
Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel independen (X1) dengan variabel dependen (Y).
Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14.
Hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,013 atau 1,3%. Hal ini
100
berarti bahwa variabel profitabilitas (net profit margin) memberikan kontribusi
terhadap dividend payout ratio sebesar 1,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
4.5.1.1.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh profitabilitas
(net profit margin) terhadap dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4.14
Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Net Profit Margin)
terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.876 1.025 1.829 .084
NPM -3.768 7.852 -.112 -.480 .637
a. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.14 persamaan regresi sederhana antara net profit margin
terhadap dividend payout ratio adalah
Y = 1,876 – 3,768x1
Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 1,876 dan nilai
koefisien b sebesar -3,768. Hal itu dapat diartikan bahwa jika net profit margin
sebesar nol, maka nilai dividend payout ratio senilai 1,876. Net profit margin
101
menunjukkan nilai negatif sebesar 3,768 yang berarti jika net profit margin menurun
setiap 1 satuan maka dividend payout ratio meningkat sebesar 3,768.
4.5.1.1.4 Pengujian Hipotesis Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.14 di atas
dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho1: r1 = 0 : profitabilitas (net profit margin) tidak berpengaruh terhadap
variabel dividend payout ratio.
Ha1: rI ≠ 0 : profitabilitas (net profit margin) berpengaruh terhadap
variabel dividend payout ratio.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94
Di mana :
r = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.14 coefficient, yaitu -0,480.
d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :
1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan
Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel
102
2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥
ttabel dan thitung ≤ - ttabel
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ho ditolak
karena thitung -0,480 < ttabel 1,985. Hasil spss menunjukkan signifikansi di atas tingkat
signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah profitabilitas (net
profit margin) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini
berarti perubahan pada net profit margin tidak akan mempengaruhi atau merubah
dividend payot ratio secara menyeluruh.
Gambar 4.8
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) Pengaruh Profitabilitas (Net
Profit Margin) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
t tabel 1,985 thitung -0,480 t tabel 1,985
4.5.1.2 Pengaruh Profitabilitas (Return On Assets) terhadap Dividend Payout
Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011
Pengaruh return on assets terhadap dividend payout ratio sektor manufaktur
dapat diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan
Daerah penerimaan Ho
Daerah penolakan Ha
103
dilakukan uji hubungan antara return on assets dengan dividend payout ratio dengan
perhitungan melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:
4.5.1.2.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Tingkat keeratan hubungan antara profitabilitas (return on assets) terhadap
dividend payout ratio sektor manufaktur secara parsial dapat diketahui melalui uji
korelasi. Hasil uji korelasi antara profitabilitas (return on assets) terhadap dividend
payout ratio dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15
Uji Korelasi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Return
On Assets) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007 -2011
Model Summaryb
Model
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .850a .722 .707 1.11690
a. Predictors: (Constant), ROA b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.15 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah
sebesar 0,850 atau 85%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara return on
assets dengan dividend payout ratio termasuk kriteria sangat kuat yang berada pada
interval 0,800 – 1,000.
4.5.1.2.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana
Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel independen (X2) dengan variabel dependen (Y).
Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.15.
104
Hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,722 atau 72,2%. Hal ini
berarti bahwa variabel profitabilitas (return on assets) memberikan kontribusi
terhadap dividend payout ratio sebesar 72,2% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain.
4.5.1.2.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh profitabilitas
(return on assets) terhadap dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4.16
Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Profitabilitas (Return On Assets)
terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .260 .303 .857 .403
ROA .782 .114 .850 6.839 .000
a. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.16 persamaan regresi sederhana antara ROA terhadap DPR
adalah Y = 0,260 + 0,782x2
Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 0,260 dan nilai
koefisien b sebesar 0,260. Hal itu dapat diartikan bahwa jika return on assets sebesar
nol maka nilai dividend payout ratio senilai 0,260. Return on assets menunjukkan
105
nilai positif sebesar 0,782 jika return on assets naik setiap 1 satuan akan
meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,782.
4.5.1.2.4 Pengujian Hipotesis Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.16 di atas
dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho2: r2 = 0 : profitabilitas (return on assets) tidak berpengaruh terhadap
variabel dividend payout ratio.
Ha2: r2 ≠ 0 : profitabilitas (return on assets) berpengaruh terhadap
variabel dividend payout ratio.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(db = n – k – 1) =100 – 5 – 1 = 94
Dimana :
r = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.16 coefficient, yaitu 6,839.
d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :
1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan
Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel
106
2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥
ttabel dan thitung ≤ - ttabel
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ho ditolak
karena thitung 6,839 > ttabel 1,985. Hasil spss menunjukkan signifikansi di bawah tingkat
signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah profitabilitas (return
on assets) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti
perubahan pada return on assets akan mempengaruhi atau merubah dividend payout
ratio secara menyeluruh.
Gambar 4.9
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji t) Pengaruh Profitabilitas (Return
On Assets) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
t hitung 6,839 ttabel 1,985 t hitung 6,839
4.5.1.3 Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio
pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011
Pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio sektor manufaktur dapat
diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan dilakukan uji
Daerah penerimaan Ha
Daerah penolakan Ho
107
hubungan antara current ratio terhadap dividend payout ratio dengan perhitungan
melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:
4.5.1.3.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Tingkat keeratan hubungan antara likuiditas (current ratio) terhadap dividend
payout ratio sektor manufaktur secara parsial dapat diketahui melalui uji korelasi.
Hasil uji korelasi antara likuiditas (current ratio) terhadap dividend payout ratio
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.17
Uji korelasi Sederhana Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap Dividend
Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2007 -2011
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .723
a .522 .496 1.46460
a. Predictors: (Constant), CR b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.17 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah
sebesar 0,723 atau 72,3%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara likuiditas
(current ratio) terhadap dividend payout ratio termasuk kriteria kuat yang berada
pada interval 0,60 – 0,799.
4.5.1.3.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana
Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel independen (X3) dengan variabel dependen (Y).
Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17.
Berdasarkan tabel 4.17 hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar
108
0,522 atau 52,2% yang berarti bahwa variabel likuiditas (current ratio) memberikan
kontribusi terhadap dividend payout ratio sebesar 52,2% sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.5.1.3.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh likuiditas
(current ratio) terhadap dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai berikut.
Tabel 4.18
Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.599 .564 -1.062 .302
CR .761 .172 .723 4.435 .000
a. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.18 persamaan regresi sederhana antara current ratio terhadap
dividend payout ratio adalah
Y = -0,599 + 0,761X3
Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah -0,599 dan nilai
koefisien b sebesar -0,599. Hal itu dapat diartikan bahwa jika likuiditas (current
ratio) sebesar nol maka nilai dividend payout ratio sebesar -0,599. Nilai likuiditas
(current ratio) sebesar 0,761. Hal ini menunjukkan apabila current ratio naik setiap 1
satuan maka akan meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,761.
109
4.5.1.3.4 Pengujian Hipotesis Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.18 di atas
dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho3: r3 = 0 : likuiditas (current ratio) tidak berpengaruh terhadap variabel
dividend payout ratio.
Ha3: r3 ≠ 0 : likuiditas (current ratio) berpengaruh terhadap variabel
dividend payout ratio.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94
Dimana :
r = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.18 coefficient, yaitu 4,435.
d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :
1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan
Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel
2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥ ttabel
dan thitung ≤ - ttabel
110
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ho ditolak
dimana thitung 4,435 > ttabel 1,985. Hasil spss menunjukkan signifikansi di bawah
tingkat signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah likuiditas
(current ratio) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini berarti
perubahan pada likuiditas (current ratio) akan mempengaruhi atau merubah dividend
payout ratio secara menyeluruh.
Gambar 4.10
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) Pengaruh Likuiditas (Current
Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011
t hitung 4,435 ttabel 1,985 t hitung 4,435
4.5.1.4 Pengaruh Leverage (Debt to Assets Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio
pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-2011
Pengaruh debt to assets ratio terhadap dividend payout ratio dapat diketahui
melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan dilakukan uji hubungan
antara debt to assets ratio terhadap dividend payout ratio dengan perhitungan melalui
penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai berikut:
Daerah penerimaan Ha
Daerah penolakan Ho
111
4.5.1.4.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Tingkat keeratan hubungan antara leverage (debt to assets ratio) terhadap
dividend payout ratio secara parsial dapat diketahui melalui uji korelasi. Hasil uji
korelasi antara leverage (debt to assets ratio) terhadap dividend payout ratio dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.19
Uji korelasi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Assets Ratio) terhadap
Dividend Payout Ratio pada Sektor manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 -2011
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .350
a .123 .074 1.98441
a. Predictors: (Constant), DAR b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.19 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah
sebesar 0,350 atau 35%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara leverage
(debt to assets ratio) terhadap dividend payout ratio termasuk kriteria rendah yang
berada pada interval 0,20 – 0,399.
4.5.1.4.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana
Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun hasil analisis
koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.19. Berdasarkan tabel 4.19
hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar 0,123 atau 12,3%. Hal ini
berarti bahwa leverage (debt to assets ratio) memberikan kontribusi terhadap
112
dividend payout ratio sebesar 12,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain.
4.5.1.4.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh leverage
(debt to assets ratio) dengan dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4.20
Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Assets Ratio) terhadap
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.019 1.091 2.768 .013
DAR -4.027 2.538 -.350 -1.586 .130
a. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.20 persamaan regresi sederhana antara debt to assets ratio
terhadap dividend payout ratio adalah
Y = 3,019 – 4,027X4
Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 3,019 dan nilai
koefisien b sebesar -4,027. Hal itu dapat diartikan bahwa jika leverage (debt to assets
ratio) sebesar nol maka nilai dividend payout ratio sebesar 3,019. Nilai leverage
(debt to assets ratio) sebesar -4,027 menunjukkan apabila debt to assets ratio turun
setiap 1 satuan akan meningkatkan dividend payout ratio sebesar 4,027.
113
4.5.1.4.4 Pengujian Hipotesis Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.20 di atas
dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho4: r4 = 0 : leverage (debt to assets ratio) tidak berpengaruh terhadap
variabel dividend payout ratio.
Ha4: r4 ≠ 0 : leverage (debt to assets ratio) berpengaruh terhadap variabel
dividend payout ratio.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94
Di mana :
r = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.20 coefficient, yaitu -1,586.
d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :
1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan
Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel
2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥ ttabel
dan thitung ≤ - ttabel
114
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ha ditolak
dimana ttabel 1,985 > thitung -1,586. Hasil spss menunjukkan signifikansi di atas tingkat
signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah leverage (debt to
assets ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini
berarti perubahan leverage (debt to assets ratio) tidak akan mempengaruhi atau
merubah dividend payout ratio secara menyeluruh.
Gambar 4.11
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) Pengaruh Leverage (Debt to Assets
Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011
t table 1,985 thitung -1,586 t tabel 1,985
4.5.1.5 Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap Dividend Payout
Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2007-
2011
Pengaruh leverage (debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio dapat
diketahui melalui pengujian secara parsial. Namun terlebih dahulu akan dilakukan uji
hubungan antara leverage (debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio
Daerah penerimaan H0
Daerah penolakan Ha
115
dengan perhitungan melalui penggunaan SPSS versi 18 yang diperoleh hasil sebagai
berikut:
4.5.1.5.1 Analisis Koefisien Korelasi Sederhana
Tingkat keeratan hubungan antara leverage (debt to equity ratio) terhadap
dividend payout ratio secara parsial dapat diketahui melalui uji korelasi. Hasil uji
korelasi antara leverage (debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.21
Uji korelasi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007 -2011
Model Summaryb
Model
R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 .221
a .049 -.004 2.06622
a. Predictors: (Constant), DER b. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.21 hasil perhitungan koefisien korelasi sederhana (r) adalah
sebesar 0,221 atau 22,1%. Hal ini menunjukkan keeratan hubungan antara leverage
(debt to equity ratio) terhadap dividend payout ratio termasuk kriteria rendah yang
berada pada interval 0,20 – 0,399.
4.5.1.5.2 Analisis Koefisien Determinasi Sederhana
Analisis koefisien determinasi sederhana digunakan untuk mengetahui seberapa
erat hubungan antara variabel independen (X5) dengan variabel dependen (Y).
Adapun hasil analisis koefisien determinasi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.21.
Berdasarkan tabel 4.21 hasil perhitungan koefisien determinasi (r2) adalah sebesar
116
0,049 atau 4,9%. Hal ini berarti bahwa variabel leverage (debt to equity ratio)
memberikan kontribusi terhadap dividend payout ratio sebesar 4,9% sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
4.5.1.5.3 Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil pengaruh leverage
(debt to equity ratio) dengan dividend payout ratio ditunjukkan pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4.22
Analisis Regresi Sederhana Pengaruh Leverage (Debt to Equity Ratio) terhadap
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2011
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.948 .703 2.771 .013
DER -.589 .612 -.221 -.961 .349
a. Dependent Variable: DPR
Berdasarkan tabel 4.22 persamaan regresi sederhana antara debt to equity ratio
terhadap dividend payout ratio adalah
Y = 1,948 – 0,589X5
Model tersebut dapat ditafsirkan bahwa nilai konstanta adalah 1,948 dan nilai
koefisien b sebesar -0,589. Hal itu dapat diartikan bahwa jika leverage (debt to equity
ratio) sebesar nol maka nilai dividend payout ratio sebesar 1,948. Nilai leverage
117
(debt to equity ratio) sebesar -0,589 menunjukkan apabila debt to equity ratio turun
setiap 1 satuan akan meningkatkan dividend payout ratio sebesar 0,589.
4.5.1.5.4 Pengujian Hipotesis Parsial
Pengujian hipotesis secara parsial dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 4.22 di atas
dilakukan pengujian statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho5: r5 = 0 : leverage (debt to equity ratio) tidak berpengaruh terhadap
variabel dividend payout ratio.
Ha5: r5 ≠ 0 : leverage (debt to equity ratio) berpengaruh terhadap variabel
dividend payout ratio.
b. Menentukan tingkat signifikansi sebesar 5% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan
(db = n – k – 1) = 100 – 5 – 1 = 94
Di mana :
r = nilai koefisien korelasi partial
n = jumlah sampel
k = jumlah variabel bebas
c. Mencari nilai thitung yang didapat dari tabel 4.22 coefficient, yaitu -0,961.
d. Mengambil kesimpulan dengan kriteria pengujian :
1) Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (t hitung) berada di daerah penerimaan
Ho dimana –ttabel < thitung < ttabel
118
2) Ho ditolak nilai uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho, dimana thitung ≥ ttabel
dan thitung ≤ - ttabel
Hasil yang diperoleh dari perbandingan thitung dengan ttabel adalah Ha ditolak
dimana ttabel 1,985 > thitung -0,961. Hasil spss menunjukkan signifikansi di atas tingkat
signifikansi yang ditetapkan. Kesimpulan yang diperoleh adalah leverage (debt to
equity ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hal ini
berarti perubahan leverage (debt to equity ratio) tidak akan mempengaruhi atau
merubah dividend payout ratio secara menyeluruh.
Gambar 4.12
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (uji t) Pengaruh Leverage (Debt to Equity
Ratio) terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode 2007 – 2011
t table 1,985 thitung -0,961 t tabel 1,985
4.5.2 Uji Simultan (uji F)
Pengujian secara simultan digunakan untuk mengetahui nilai yang memberikan
kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama. Kita
dapat menguji secara simultan apakah regresi berganda yang telah didapatkan secara
Daerah penerimaan H0
Daerah penolakan Ha
119
bersama-sama berpengaruh terhadap dividend payout ratio atau tidak ada pengaruh.
Adapun hasil pengujian secara simultan/ uji F statistik dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.23
Uji Simultan Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage Terhadap
Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 63.022 5 12.604 9.929 .000a
Residual 17.772 14 1.269
Total 80.793 19
a. Predictors: (Constant), DER, NPM, ROA, CR, DAR
b. Dependent Variable: DPR
Pengujian dilakukan dengan uji statistik F, dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Menentukan Hipotesis Simultan
H0 : Variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Ha : Variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap variabel
dependen.
b. Menentukan tingkat signifikan sebesar α = 5% dengan derajat kebebasan
c. Mencari nilai F hitung yang didapat hasilnya dari tabel output ANOVA di atas,
yaitu 9,929
120
d. Menentukan penerimaan dan penolakan dugaan atas hipotesis yang diajukan,
dengan kriteria pengujian :
1) Ho ditolak jika F hitung ≥ Ftabel
2) Ho diterima jika F hitung ≤ Ftabel
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perbandingan F hitung dengan F tabel adalah
Ho ditolak. Nilai F hitung 9,929 > Ftabel 2,958 dan pengambilan keputusan berdasarkan
signifikansi :
1) F sig < α, maka Ho ditolak, berarti variabel independen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) F sig > α, maka Ho diterima, berarti variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Maka hasil yang diperoleh dari perbandingan tingkat signifikansi adalah Ho
ditolak karena F sig 0,000 < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel
profitabilitas, likuiditas, dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio. Hal ini berarti apabila seluruh variabel independen secara
bersama-sama mengalami perubahan, maka akan sangat mempengaruhi dividend
payout ratio.
121
Gambar 4.13
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F) Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas,
dan Leverage terhadap Dividend Payout Ratio pada Sektor Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011
DaerahPenerimaan Ho
DaerahPenolakan Ho
f hitung 9.929.f tabel 2.958.
4.6 Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dividend payout ratio (DPR) dapat
dijelaskan oleh profitabilitas (NPM, ROA), likuiditas (CR) dan leverage (DAR,
DER). Namun dari seluruh variabel independen hanya ROA dan CR saja yang
berpengaruh positif signifikan terhadap DPR. Penjelasan masing-masing variabel
sebagai berikut:
1. Net Profit Margin (NPM)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel NPM tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPR. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan pada NPM tidak mempengaruhi
DPR. Peningkatan penjualan yang tidak selalu disertai dengan peningkatan laba, hal
ini berdampak pada kenaikan dan penurunan pembayaran dividen. Laba yang tidak
stabil dapat mempengaruhi manajemen dalam kebijakan pembayaran dividen, yaitu
mengurangi atau tidak sama sekali membayar dividen. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Utami (2008), Budiarto (2009),
122
Sulisetyani dan Rahayu (2013) di mana NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap
DPR.
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti yaitu pada PT Astra Otoparts Tbk.,
tahun 2009 menunjukkan NPM sebesar 14,59% dengan penurunan penjualan sebesar
1,35% dan perolehan laba bersih yang meningkat 35,73% dari tahun sebelumnya.
Sementara DPR tahun 2009 menunjukkan peningkatan dividend per share (DPS) dan
earning per share (EPS) dari tahun sebelumnya. Sehingga tahun 2009 diperoleh
hubungan yang positif NPM terhadap DPR. Tahun 2010 menunjukkan NPM sebesar
18,24% dengan peningkatan penjualan sebesar 18,79% dan perolehan laba bersih
yang meningkat sebesar 48,54% dari tahun 2009. Sementara DPR tahun 2010
menunjukkan dividend per share (DPS) yang menurun dan earning per share (EPS)
yang meningkat dari tahun sebelumnya. Sehingga tahun 2010 diperoleh hubungan
negatif NPM terhadap DPR. Hal itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa
NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
2. Return On Assets (ROA)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR sebesar 72,2%. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan pada
ROA akan mempengaruhi secara menyeluruh terhadap DPR yang berarti apabila
terjadi peningkatan laba akan berdampak pada meningkatnya kemampuan membayar
dividen dan para pemegang saham akan menerima hasil investasinya. Hasil penelitian
ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Utami (2008),
123
Handayani (2010), Sumiadji (2011), Wicaksana (2012) dan Sulisetyani dan Rahayu
(2013) di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ROA pengaruh positif
signifikan terhadap DPR.
Data ROA yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan dari
tahun ke tahun selaras dengan meningkatnya total aset dan perolehan labanya. Hal ini
berarti laba yang diperoleh dialokasikan pada aset yang digunakan di masa
mendatang. Berdasarkan data yang dikumpulkan, pada tahun 2009 menunjukkan
peningkatan total aset sebesar 13,12% dengan perolehan laba bersih yang menurun
83,77% dari tahun sebelumnya. Tahun 2010 menunjukkan peningkatan total aset
sebesar 12,89% dengan perolehan laba bersih yang meningkat sebesar 19,98% dari
tahun 2009. Sehingga diperoleh adanya peningkatan ROA dari tahun 2009 ke 2010.
Sementara data yang digunakan untuk DPR menunjukkan dividend per share (DPS)
dan earning per share (EPS) yang meningkat untuk tahun 2009 dan tahun 2010. Hal
itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR.
3. Current Ratio (CR)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel CR berpengaruh positif
signifikan terhadap DPR sebesar 52,2%. Hal ini menjelaskan bahwa semakin mampu
perusahaan melunasi kewajiban lancarnya yang jatuh tempo berdampak pada
kemampuan pembayaran dividen. Kreditur dan investor, keduanya dapat menikmati
hasil atas pemberian kredit dan investasinya. Hasil penelitian ini konsisten dengan
124
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Suharli dan Oktorina (2005), Budiarto
(2009) dan Karami (2011) di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CR
berpengaruh positif signifikan terhadap DPR.
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti, aset lancar dan kewajiban lancar
perusahaan sampel sama-sama mengalami peningkatan. CR tahun 2009 sebesar
217,39% dengan peningkatan aset lancar 14,41% dan kewajiban lancar 12,28% dari
tahun sebelumnya. Sementara DPR terjadi peningkatan dari tahun 2008 ke 2009 yang
ditunjukkan dengan dividend per share (DPS) mengalami peningkatan sebanding
dengan naiknya CR. CR tahun 2010 sebesar 175,73% dengan peningkatan aset lancar
3,21% dan kewajiban lancar 27,67% dari tahun 2009. Sehingga diperoleh nilai CR
yang mengalami penurunan ke tahun 2010 karena peningkatan kewajiban lancar jauh
lebih besar dibandingkan aset lancarnya. Sementara DPR terjadi pernurunan dari
tahun 2009 ke 2010 yang ditunjukkan dengan dividend per share (DPS) mengalami
penurunan sebanding dengan turunnya CR. Hal itu berarti pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa CR berpengaruh positif signifikan terhadap DPR.
4. Debt to Assets Ratio (DAR)
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel DAR tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPR. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan DAR tidak mempengaruhi
secara menyeluruh terhadap DPR. Semakin besar utang untuk membiayai asetnya
akan semakin besar kewajiban perusahaan untuk memenuhi kepentingan kreditur.
Dampak yang timbul adalah para investor yang hanya akan menerima dividen dengan
125
jumlah yang rendah atau tidak sama sekali. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan Utami (2008) dan Sulisetyani dan Rahayu
(2013) di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa DAR tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR.
Berdasarkan data DAR yang digunakan peneliti yaitu pada PT Astra International
Tbk. menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Walaupun berdasarkan data tersebut
menunjukkan total utang maupun total aset meningkat setiap tahun yang merupakan
dampak dari besar dividen yang dibagikan di tahun sebelumnya. Tahun 2009
menunjukkan penurunan total utang sebesar 0,39% dengan total aset yang dimiliki
meningkat 10,15% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR 2009 menunjukkan
penurunan dari tahun sebelumnya dan menghasilkan hubungan positif dengan DAR.
Tahun 2010 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 35,40% dengan total aset
yang dimiliki meningkat 26,89% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR 2010
menunjukkan penurunan dan menghasilkan hubungan negatif dengan DAR. Tahun
2011 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 43,41% dengan total aset yang
dimiliki meningkat sebesar 36,03% dari tahun 2010. Sementara DPR 2011
mengalami peningkatan juga dan menghasilkan hubungan yang positif dengan DAR.
Hal itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa DAR tidak berpengaruh
terhadap DPR.
126
5. Debt to Equity Ratio (DER)
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa variabel DER tidak berpengaruh
signifikan terhadap DPR. Hal ini menjelaskan bahwa perubahan DER tidak
mempengaruhi secara menyeluruh terhadap DPR. Hasil pengujian menghasilkan arah
negatif yaitu semakin besar DER akan menurunkan DPR. Hal ini berarti semakin
besar penggunaan dana yang bersumber dari eksternal (kreditur) akan menurunkan
kesempatan investor untuk memperoleh dividen. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Suharli dan Oktorina (2005),
Utami (2008), Handayani (2010) dan Sumiadji (2011) di mana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Berdasarkan data DER yang digunakan peneliti yaitu pada PT Astra International
Tbk. menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Berdasarkan data tersebut total utang
maupun total ekuitas menunjukkan peningkatan setiap tahun yang merupakan
dampak dari besar dividen yang dibagikan di tahun sebelumnya. Tahun 2009
menunjukkan penurunan total utang sebesar 0,39% dengan total ekuitas yang dimiliki
meningkat 20,60% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR 2009 menunjukkan
penurunan dari tahun sebelumnya dan menghasilkan hubungan positif dengan DER.
Tahun 2010 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 35,40% dengan total
ekuitas yang dimiliki meningkat 23,60% dari tahun sebelumnya. Sementara DPR
2010 menunjukkan penurunan dan menghasilkan hubungan negatif dengan DER.
Tahun 2011 menunjukkan peningkatan total utang sebesar 43,41% dengan total
127
ekuitas yang dimiliki meningkat sebesar 53,80% dari tahun 2010. Sementara DPR
2011 mengalami peningkatan juga dan menghasilkan hubungan yang positif dengan
DER. Hal itu berarti pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa DER tidak
berpengaruh terhadap DPR.
6. Uji Simultan (Uji F)
Net profit margin (NPM), return on assets (ROA), current ratio (CR), debt to
assets ratio (DAR), dan debt to equity ratio (DER) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Besar pengaruh ditunjukkan oleh
nilai adjusted R2
adalah sebesar 0,701. Berarti seluruh variabel independen mampu
menjelaskan variasi dividend payout ratio sebesar 70,1%, sisanya dijelaskan oleh
variabel-variabel lain.
Top Related