7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
1/46
Oleh : A. Hermanto Dardak
DIREKTUR JENDERAL BINA MARGADEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
KEBERADAAN JARINGAN JALANMENDUKUNG FUNGSI PENYELENGGARAAN
TRANSPORTASI DARAT
DISAMPAIKAN PADA
RAKORNIS BIDANG PERHUBUNGAN
DARATTANGGAL 4 S/D 6 NOVEMBER2008
HOTEL SHANGRILA, SURABAYA
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
2/46
2
INFRASTRUKTUR DAN TATA RUANG
Sebagai Modal Sosial Masyarakat
Penggerak Ekonomi Nasional
Pengikat antar daerah untuk keutuhan NKRI
Membuka interaksi sosial-budaya Membentuk struktur ruang sehingga pembangunan
infrastruktur harus berbasis Penataan Ruang dalam
mewujudkan ruang nusantara yang aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan untuk kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
3/46
3
II. PERAN INFRASTRUKTUR JALAN NASIONAL (1)
Transportasi merupakan urat-nadi kehidupan politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan nasional yang sangat vital perannyadalam ketahanan nasional.
Sistem transportasi yang handal, dengan memiliki kemampuan dayadukung struktur tinggi, dan kemampuan jaringan yang efektif dan
efisien dibutuhkan untuk mendukung pengembangan wilayah,pembangunan ekonomi, mobilitas manusia, barang dan jasa yangmuaranya meningkatkan daya saing nasional.
Infrastruktur jalan di Indonesia mempunyai peran yang vital dalam
transportasi nasional dengan melayani sekitar 92% angkutanpenumpang dan 90% angkutan barang pada jaringan jalan yang ada.
Sejauh ini total nilai kapitalisasi aset infrastruktur Jalan Nasional sajatelah melebihi dua ratus tr iliun rupiah, yang perannya sangat strategisdalam menurunkan biaya transportasi, sehingga terus dikembangkan
agar semakin handal sebagai prasyarat peningkat daya saing ekonominasional dan daerah. Dari literatur, efek multiplier terhadap sistemperekonomian akibat pembangunan infrastruktur jalan berkisar antara2.5-3.5 di tingkat nasional, 2.0-2.5 di tingkat regional dan 1.5-2.0 ditingkat lokal. Dampak ekonomi pembangunan tersebut meningkatkan
penyerapan tenaga kerja, peningkatan output usaha (penjualan), nilaitambah terhadap properti, peningkatan penghasilan masyarakat dankenaikan harga tanah.
SISTEM TRANSPORTASI
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
4/46
4
Wilayah akan
berkembang
Wilayah telah
berkembangWilayah sedang
berkembang
Pembangunan infrastruktur ke-PU-an di Indonesia
menggunakan pendekatan pembangunan wilayah yang
selaras dengan prinsip infrastruktur bagi seluruh lapisan
masyarakat dan pembangunan berkelanjutan
PENDEKATAN REGIONAL DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
TRANSPORTASI DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
5/46
Perbandingan Luas Wilayah, Penduduk, Panjang Jalan dan Jumlah kendaraan
0.0%
10.0%
20.0%
30.0%
40.0%
50.0%60.0%
70.0%
Luas Wilayah 20.6% 7.2% 4.1% 32.3% 10.8% 25.0%
Penduduk 21.2% 58.6% 5.3% 5.6% 7.3% 2.0%
Panjang J alan 33.8% 26.8% 9.8% 9.1% 14.2% 6.3%
Kendaraan 17.9% 65.0% 5.9% 6.0% 4.2% 1.0%
Sumatera J awa Bali & NT Kalimantan SulawesiMaluku &
Papua
TRANSPORTASI DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
6/46
6
PERAN JARINGAN JALAN
KOMPOSISI KLASIFIKASI JALAN NASIONAL
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
2006 2007 2008
TAHUN
PANJANG
(KM)
J A L A NTO L
J A L A NR A Y A
J A L A NS E DA NG
J A L A NK E C IL
J A L A NS U B
S TANDAR
NOTAHUN
KLASIFIKASI JALAN
TOTALJALAN TOL
(KM)
JALAN RAYA
(KM)
JALAN SEDANG
(KM)
JALAN KECIL
(KM)
JALANSUB
STANDAR
(KM)
1 2006654 1,029 3,236 16,147 14,217 35,283
2 2007 661 1,082 3,221 16,304 14,021 35,289
3 2008714 1,177 3,626 18,613 11,212 35,342
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
7/46
PENYELENGGARAAN JARINGAN JALAN
Km % Km % Km % Km %
1 Mantap 28.272 81,64 29.054 83,90 29.781 86,00 29.781 86,00
3 Rusak Ringan 3.828 11,06 3.809 11,00 3.809 11,00 4.848 14,00
4 Rusak Berat 2.529 7,30 1.766 5,10 1.039 3,00 - -
34.629 100,00 34.629 100,00 34.629 100,00 34.629 100,00
NO KONDISI JALANTAHUN 2006
TARGET KONDISI JALAN NASIONAL TAHUN 2008
TAHUN 2007 TAHUN 2008
TOTAL
TAHUN 2009
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
2006 2007 2008 2009
PERSENTA
SE
TAHUN
RUSAKBERATRUSAKRINGANMANTAP
89.00
11.00
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
8/46
KOORDINASI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI DARAT
Perencanaan Sistem JaringanPenomoran ruas, penetapan kelas jalanPenomoran rute
Perencanaan TeknisBlack Spot identification
Road Safety Audit
Pelaksanaan KontruksiPengaturan arus lalulintas
Pemanfaatan JalanPengendalian beban lalulintas untuk menjamin fungsi jalan yang optimal
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
9/46
Penurunan kondisi Jalan
z Infrastruktur J alan akan mengalami penurunankondisi sesuai dengan fungsi waktu
z Penurunan kondisi dapat disebabkan :
- Cuaca, mis. Hujan & Sinar matahari dll.- Repetisi Beban Lalu Lintas (Beban Gandar)
z Penurunan Kondisi akan semakin cepat jika
- kualitas struktur jalan kurang baik- overloading
z Penurunan Kondisi J alan adalah seperti trajectoryberikut :
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
10/46
Umur (tahun)Umur (tahun)
PEMILIHARAAN BERKALAPEMILIHARAAN BERKALA PENINGKATAN STRUKTURPENINGKATAN STRUKTUR
BATASBATASMANTAPMANTAP
KONTRUKSIKONTRUKSIJALANJALAN
LINTASANLINTASANIDEALIDEAL
BATASBATASKRITISKRITIS
BATAS MASA PELAYANANBATAS MASA PELAYANAN
JIKA TANPA PROGRAMJIKA TANPA PROGRAMPENINGKATAN JALANPENINGKATAN JALAN
PtPt
PoPo
Kurva penurunan kondisi jalanKurva penurunan kondisi jalan
tanpa pemeliharaantanpa pemeliharaan
Kurva penurunan kondis iKurva penurunan kondisi
jalan dengan pemel iharaanjalan dengan pemeliharaan
1010
KONSEP UMUM PEMELIHARAAN JALAN
10 TAHUN10 TAHUN
5 TAHUN5 TAHUN
Pemeliharaan berkala dalam pada paruh umur rencana = 5 tahunPemeliharaan berkala dalam pada paruh umur rencana = 5 tahun
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
11/46
11
Umur Rencana perkerasan adalah jumlah repetisi beban lalu lintas(dalam satuan satuan Equivalent Standard Load, ESAL) yangdiperkirakan akan melintas dalam kurun waktu tertentu.
Desain life biasanya dibuat untuk 10 tahun dengan catatan terdapatpemeliharaan berkala di paruh waktu (5 tahun)
Kondisi Fatigue (Lelah) perkerasan diperkirakan akan muncul pada akhirUmur Rencana , sehingga pada saat itu diperlukan Peningkatan struktur.
Jika kondisi fatigue muncul sebelum akhir umur rencana, maka kondisiini disebut : Kerusakan Dini.
Kerusakan Dini dapat disebabkan oleh kualitas jalan yang substandaratau dan terjadinya Over Loading.
Overloading adalah suatu kondisi Muatan Gandar kendaraan melebihibeban standar yang dipakai dalam asumsi design.
UMUR RENCANA
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
12/46
12
Single Axle, Single WheelSingle Axle, Single Wheel
(diadopsi dari Ausroad)(diadopsi dari Ausroad)
Single Axle, Dual WheelsSingle Axle, Dual Wheels
Double Axles, Dual WheelsDouble Axles, Dual Wheels
Triple Axles, Dual WheelsTriple Axles, Dual Wheels
12
5.4Ton
8.16Ton
15.0Ton
18.0Ton
STANDARD AXLE LOAD
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
13/46
13
adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu
kendaraan terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar.Perbandingan ini tidak linier, melainkan exponensial sbb:
FAKTOR DAYA RUSAK KENDARAAN
(VEHICLE DAMAGE FACTOR = VDF)
VDF =
Beban Sumbu Kendaraan
Beban Sumbu Standar
4
VDF =
P
5.4
4
VDF =P
8.16
4P
P 5 ton5 ton 8 ton8 ton
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
14/46
14
Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel menjadi2 kali Beban Standar, akan mengakibatkan pertambahan daya rusaksebanyak 16 kali. Jika Beban sumbu menjadi 3 kali, maka daya rusakmenjadi 81 kali.
Konfigurasi beban standar yang diadopsi oleh Ausroad :
Single axle single wheel = 5.4 ton
Single axle dual wheel = 8.2 ton
Tandem axle dual wheel = 13.6 ton
Triple axle dual wheel = 18.1 ton
VDF =
P
15
4
VDF = P18
4P
P
= 0.086
P
8.16
4
= 0.053 P8.16
4
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
15/46
15
Muatan berlebih (overloading) secara signifikan akan meningkatkan
daya rusak kendaraan, yang selanjutnya akan memperpendek umurpelayanan jalan.
Untuk pengendalian beban berlebih, diperlukan pengaturan melaluipembatasan beban lalu lintas dengan konsep Muatan Sumbu
Terberat (MST). Muatan Sumbu Terberat (MST) adalah beban gandar maksimum
yang diijinkan pada jalan raya.
MST dipakai sebagai Dasar Hukum (Legal Aspect)dalam
pengendalian dan pengawasan muatan kendaraan di jalan danditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan keputusan Departemen Perhubungan, dilakukanpembatasan beban kendaraan dengan MST diatas 10 ton, MST = 10
ton dan MST = 8 ton.
MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) (Legal Axle Limit)
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
16/46
16
MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) DI INDONESIA PP No. 43 Th. 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas JalanMST lebih 10 Ton : Untuk Jalan Kelas IMST = 10 Ton
: Untuk Jalan Kelas II
MST = 8 Ton : Untuk Jalan Kelas IIIA, IIIB, IIICPenggunaan MST lebih dari 10 Ton akan diatur oleh MenteriPerhubungan dan Menteri PU
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
17/46
17
MST bervariasi untuk masing-masing negara tergantung dari nature dankemampuan keuangan, berikut ini ketentuan Muatan Sumbu Terberat(Legal Axle Limit) di berbagai negara :
z Belgia : MST = 12.000 kgz Denmark : MST = 10.000 kg
z Jerman : MST = 11.000 kg
z Finland : MST = 10.000 kg
z Perancis : MST = 13.000 kg
z Inggris : MST = 10.170 kg
z Itali : MST = 12.000 kg
z Belanda : MST = 11.500 kgz Portugal : MST = 12.000 kg
z Spanyol : MST = 11.000 kg
z
Kesepakatan MEE : MST = 13.000 kgz Emirat Arab : MST TIDAK TERBATAS (UNLIMITED)
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
18/46
18
KONFIGURASI BEBAN UNTUKMST 8 TON
GOLONGAN KONFIGURASI VDF
6B(trailer 2 sumbu)
1.2H1.716
7A(trailer 3 sumbu)
1.2.21.774
7C1(trailer 4 sumbu)
1.2+2.22.316
7C2(trailer 5 sumbu)1.2+2.2.2
3.246
7C3(trailer 6 sumbu)
1.2.2+2.2.23.687
5 ton5 ton 8 ton8 ton
5 ton5 ton 15 ton15 ton
5 ton5 ton 7 ton7 ton 15 ton15 ton
5 ton5 ton 15 ton15 ton 20 ton20 ton
5 ton5 ton 7 ton7 ton 20 ton20 ton
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
19/46
19
GOLONGAN KONFIGURASI VDF
6B(trailer 2 sumbu)
1.2H3.898
7A(trailer 3 sumbu)
1.2.23.679
7C1(trailer 4 sumbu)
1.2+2.25.934
7C2(trailer 5 sumbu)1.2+2.2.2
6.222
7C3(trailer 6 sumbu)
1.2.2+2.2.2 6.003
6 ton6 ton 10 ton10 ton
6 ton6 ton 18 ton18 ton
6 ton6 ton 10 ton10 ton 18 ton18 ton
6 ton6 ton 18 ton18 ton 21 ton21 ton
6 ton6 ton 10 ton10 ton 21 ton21 ton
KONFIGURASI BEBAN UNTUKMST 10 TON
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
20/46
2020
KERUSAKAN DINI PERKERASAN JALAN
Latar Belakang
Fakta menunjukkan bahwa penurunan kondisi jalan di Panturadan Jalintim jauh lebih cepat dibandingkan umur rencana(kerusakan dini).
Hipotesis : secara umum kerusakan dini dapat disebabkanantara lain
Uncontrolled factor : hujan, gempa, gerakan tanah
Controlled factor : kualitas kontruksi, muatan gandar
berlebih.
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
21/46
2121
SURVEYBEBANGANDAR
WIM Method di Pantura dan Jalintim
Waktu Survey :
Survey dilakukan tahun 2007 dengan weekly variation dalam24 jam nonstop selama 7 hari berturut-turut untukmendapatkan pola lalu lintas yang representatif.
Metode Survey :
Traffic Counting dilakukan dengan alat ATC (Automatic TrafficCounting) dan untuk verifikasi data dilakukan juga TrafficCounting Manual.
Pengukuran beban sumbu dilakukan dengan alat WIM yangtelah dikalibrasi untuk akurasi pengukuran beban
Golongan kendaraan yang disurvey adalah yang signifikanmemberikan kontribusi terhadap kerusakan jalan yaitu truk,
tronton dan trailer.
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
22/46
2222
Lokasi Survey :
LokasiJalurPanturaJawa
LokasiJalurLintasTimurSumatera
Ruas Jalan :
1.
Cirebon
Losari, Jawa Barat
(6 s/d 12 September 2007)
2. Arteri Utara Semarang, Jateng(3 s/d 9 September 2007)3.
Pati
Rembang, Jawa Tengah
(5 s/d 11 September 2007)
Ruas Jalan :
1.
Sp. Tiga
Sukamaju, Lampung
(29 Sept s/d 5 Okt 2007)
2.
Sp. Penyandingan
Pematang
Panggang , Sumatera Selatan(9 s/d 15 November 2007)
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
23/46
Pemasangan Sensor WIM
Sensor WIM sudah terpasang
Truk Test (kalibrasi) di Semarang
Truk Test (kalibrasi) di Lampung
Persiapan Pemasangan Sensor WIM
Alat/Logger WIM
SURVEY BEBAN SUMBU (WIM)
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
24/46
24
Muatan Berlebih di Jalur Pantura
Single axle
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
25/46
GRAFIK HASIL SURVEY BEBAN SUMBU DENGAN ALAT WIM
DI PANTURA JAWA
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
26/46
GRAFIK HASIL SURVEY BEBAN SUMBU DENGAN ALAT WIM
JALINTIM SUMATERA
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
27/46
OVERLOADING AKTUAL
ADT MST(Ton) Aktual(Ton)%
OverloadingADT MST(Ton) Aktual(Ton) %Overloading
Singleaxle 3,389 10.00 20.58 205.80 1,365 10.00 20.14 201.40
Doubleaxle 1,140 18.00 38.01 211.17 1,070 18.00 37.56 208.67
Tripleaxle 352 21.00 45.55 216.90 384 21.00 48.88 232.76
ADT MST(Ton) Aktual(Ton)%
Overloading
ADT MST(Ton) Aktual(Ton) %Overloading
Singleaxle 1,896 10.00 12.86 128.60 780 10.00 12.04 120.40
Doubleaxle 319 18.00 23.05 128.06 164 18.00 21.73 120.72
Triple
axle
14
21.00
29.08
138.48
5
21.00
31.77
151.29
Jenis
Kendaraan
JenisKendaraan
Jakarta Semarang Semarang Surabaya
BandarLampung Palembang Palembang Jambi
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
28/46
NILAI VDF AKTUAL
VDFMST10Ton VDFAktual
Overloading(X)
VDFMST10Ton VDFAktual
Overloading(X)
VDFMST10Ton VDFAktual
Overloading(X)
Jakarta Semarang
3.898
47.20
12.11
3.679
48.50
13.18
6.222
60.80
9.77
Semarang Surabaya 3.898 44.00 11.29 3.679 45.00 12.23 6.222 80.50 12.94
BandarLampung Palembang 3.898 9.50 2.44 3.679 8.70 2.36 6.222 15.40 2.48
Palembang Jambi 3.898 7.70 1.98 3.679 7.30 1.98 6.222 18.30 2.94
SingleAxle TandemAxle TripleAxleNamaRuas
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
29/46
2929
PENGARUH PENAMBAHAN SUMBUTERHADAP CESA
Contoh :Pada Segmen Jakarta Semarang, jika semua kendaran Truk Single Axledengan ADT = 3,389 kend/hari diubah menjadi Kendaraan Truk Tandem, maka :
8.549 ton8.549 ton 20.582 ton20.582 ton
8.549 ton8.549 ton 20.582 ton20.582 ton
VDFA =8.549
5.4
420.582
8.16
4
VDFB =8.549
5.4
420.582
15
4
+
+
= 47.20
= 10.30
8.549 ton8.549 ton 20.582 ton20.582 ton
VDFC =8.549
5.4
420.582
18
4
+ = 7.99
PENGARUH PENAMBAHAN SUMBU
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
30/46
3030
PENGARUH PENAMBAHAN SUMBUTERHADAP CESA
CESA10
= (ADTx365)x (1+0.06)UR1
x DD x DL xVDF
iCESAA
= (3,389x365)x (1+0.06)101
x1x0.5x47.20=384.78x106
0.06CESAB
= (3,389x365)x (1+0.06)101
x1x0.5x10.30= 83.97x106
0.06
Maka dengan beban yang sama tapi dengan merubah kendaraan dari Truk
Single Axle menjadi Tandem terjadi penurunan CESA selama umur rencanadari 384.78 x 106 (Single) menjadi 83.97 x 106 (Tandem) dan 65.14 x 106
(Triple)
CESAC
= (3,389x365)x (1+0.06)101
x1x0.5x7.99= 65.14x106
0.06
il b
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
31/46
Hasil Survey Beban
di Pantura dan Jalintim
z Muatan lebih terjadi pada semua ruas yang di survey sbb.
:z Pantura : kelebihan muatan sebesar 100 %.
z J alintim : kelebihan muatan sebesar 30 %.
z Populasi yang paling dominan pada pada kedua jalurtersebut adalah Truk dengan Sumbu Tunggal diikutidengan double axle.
z Kelebihan muatan akan mereduksi umur rencana jalansecara drastis, seperti pada Tabel berikut :
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
32/46
REDUKSI UMUR RENCANA AKIBAT MUATAN LEBIH
MST10TMSTSurvey
(Aktual)
1 Jakarta
Semarang 49,53 192,39 2,57
2 Semarang Surabaya 30,92 176,28 1,75
3 Lampung Palembang 21,08 51,22 4,12
4 Palembang Jambi 9,03 17,96 5,03
SEGMENCESA
Untuk
10
Tahun
(10^6) UmurJalan
(Tahun)NO
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
33/46
33
A. JALAN Untuk mempertahankan pelayanan jalan agar sesuai
dengan umur rencana, maka diperlukan pembatasanmuatan kendaraan.
Hampir semua negara di dunia memberlakukanpembatasan muatan (MST) yang berkisar 10 s/d 13 Tonkecuali Emirat Arab
Jalur Pantura di Jawa, Jalintim di Sumatera dan jalur yangmenuju pusat-pusat produksi / pelabuhan, saat iniditerapkan muatan dengan MST = 10 Ton
PENGENDALIAN MUATAN
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
34/46
Perencanaan pembebanan jembatan jalan raya didasarkan padaTruk Standar dan atau Beban Terdistribusi Merata, sesuai SK.SNIT-02-2005 Kepmen PU No.498/KPTS/M/2005.
Umumnya jembatan bentang 15 meter ditentukan oleh beban TrukStandar dan yang lain oleh kombinasi kedua standar beban di atas
Beban Truk T50 + 200 + 200kN = 450kN
Beban Lajur D & KEL8kN/m2 & 44kN/m
B. JEMBATAN
Beban Truk Standar Rencana Bina Marga adl 450 kN
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
35/46
Beban Truk Standar Rencana Bina Marga adl 450 kN(45 ton), yang diaplikasikan pada Truk Komersil sesuai
dengan peraturan Menhub No.14 tahun 2007 sbb:
Sumbu tunggal ban tunggal : 6 ton
Sumbu tunggal ban ganda : 10 ton
Sumbu ganda ban ganda : 18 ton
Sumbu triple ban ganda : 21 ton
Sumbu ganda ban ganda (suspensi angin) : 20 ton
Total beban maupunmuatan axle tidak
melebihi Truk StandarRencana Bina Marga
21186
Truk dengan
Beban Standar
Struktur utama jembatan yangrentan terhadap overloadadalah jembatan dengansistem diskret (rangka).
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
36/46
Untuk mempertahankan kinerja jembatan, maka batasmaksimumbeban sumbu roda kendaraan sbb :
- Singel axle dual wheel : 20 ton
- Tandem axle : 23 ton- Triple Axle : 26 ton
B. JEMBATAN
lanjutan
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
37/46
Upaya-Upaya Peningkatan Kinerja
Dalam rangka peningkata kinerja Jalan Nasional di Indonesia,Ditjen Bina Marga telah melakukan upaya-upaya:
z Menerapkan paket-paket Multi Years Contract (MYC)
z Menerapkan Extended Waranty Period (EWP) pada ruas-ruaspercontohan dan sedang merencanakan penerapan PerformanceBased Contract (PBC)
z Menerapkan bahan perkerasan yang lebih kuat al. Rigid pavement,Aspal Buton dan aspal polimer
z Memperkenalkan teknologi dengan efisiensi yang lebih baik, antaralain :z Recycling;z Precast Concrete Slab;
z Pondasi Cakar Ayam (modified);z Pondasi Sarang Laba-laba.
z Meningkatkan Road Safety
z Pengendalian Muatan Lebih
CONTOH PELAKSANAAN TEKNOLOGI JALAN
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
38/46
3838Schematic of the production of foamed bitumen into the Cold Recyclers
Milling and mixing chamber
Injection of hot bitumen
Injection ofcompaction water
Microprocessor controlled
water pump for the injectionof foam water to thehot bitumen
Cold in situ Recycling with Foamed Bitumen
CO O S O OG JA. RECYCLING
B. PRECAST CONCRETE SLAB
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
39/46
B. PRECAST CONCRETE SLAB
PABRIKASI PANEL DECK
PEMASANGAN PANEL DECK DI LOKASI
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
40/46
PEMASANGAN PANEL DECK DI LOKASI
PENINGGIAN
GROUTING PANEL DECK
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
41/46
GROUTING PANEL DECK
OPEN TRAFFIC PANEL DECK
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
42/46
OPEN TRAFFIC PANEL DECK
KESELAMATAN JALAN
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
43/46
Keselamatan
pengguna jalan
Kendaraan
Sistem
infrastruktur
jalan
.
.
Fungsipreventif
Fungsiprotektif
Fungsipreventif
Fungsi
protektif
rambu, marka, sinyal
sight distances
radius tikungan
superelevasi
clearance & safety zone
penerangan jalan
kerataan permukaan
kekesatan permukaan
tkt kerusakan pavement
soft-design pd road side
opt. space & lane-width
median
perlengkapan jalan
KESIMPULAN
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
44/46
Diperlukan peningkatan Manajemen penyediaan InfrastrukturJ alan sehingga menghasilkan sistim yang handal dalam melayani tuntutanTransportasiJ alan..
Diperlukan peningkatan manajemen pengoperasian jalan antara lainadalah pengendalian muatan lebih, sehingga umur rencana jalanDapat dicapai sesuai dengan perencanaan.
Koordinasi dan kerjasama semua stake holder yang terlibatAkan menghasilkan Sinergi Kapasitas dan Efisiens yang tinggi sehinggaMenghasilkan Total Transport Cost yang minimum..
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
45/46
4545
[\[\DirektoratJenderalBinaMargaDirektoratJenderalBinaMarga
DepartemenPekerjaanUmumDepartemenPekerjaanUmum
TERIMA KASIH
ATAS PERHATIANNYA
7/30/2019 01_keberadaan Jaringan Jalan
46/46
Top Related