Download - salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Transcript
Page 1: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

KATA PENGANTAR PENERBIT

شرور من بالله ونعوذ نستغفره و ونستعينه نحمده لله الحمد إن له, هادي فال يضلل ومن له مضل فال الله يهده من أعمالنا وسيآت أنفسنا ورسوله, عبده محمدا أن وأشهد له شريك ال وحده الله إال إله ال أن وأشهد

بعد: أماSalah satu ciri utama dakwah Ahlus Sunnah wal Jama'ah adalah

penitikberatan terhadap dakwah tauhid dan pemberantasan syirik. Dalam hal ini dan yang lainnya mereka berusaha untuk senantiasa meneladani sang panutan: Rasulullah .

Tulisan yang ada di tangan para pembaca yang budiman adalah salah satu bentuk sumbangsih komunitas mahasiswa Indonesia di kota Nabi untuk turut serta berpartisipasi dalam menyebarkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Tulisan yang berjudul "Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid" ini disusun oleh al-Akh Abdullah Zaen Lc (Mahasiswa S2 Jurusan Aqidah Universitas Islam Madinah).

Atas nama mahasiswa Indonesia Universitas Islam Madinah, kami menyambut baik terbitnya "Silsilah Karya Mahasiswa UIM, Edisi Perdana" ini. Selain untuk menghasung para mahasiswa lain agar lebih rajin menelurkan karya-karya ilmiyah, tulisan ini juga bisa dijadikan salah satu bekal para da'i dalam mengarungi medan dakwah di tanah air.

Mengakhiri kata pengantar singkat ini, dengan rasa syukur kepada Allah , kami menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh pihak yang turut andil dalam mensukseskan terbitnya tulisan ini. Semoga kehadirannya ini dapat menambah wawasan dan manfaat bagi kalangan mahasiswa, para da'i, maupun masyarakat muslim lainnya, amin.

Wa shallallahu 'ala nabiyyina muhammad wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.

Mandub Mahasiswa Indonesia Universitas Islam Indonesia Periode 1427-1428 H

Ahmad Daniel

1

Page 2: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

MUQADDIMAH

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad .

Allah berfirman,وما خلقت الجن وا 56 الذاريات:نس إال ليعبدونإل

Artinya: "Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku". QS. Adz-Dzariyat: 56.

Ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa tujuan utama penciptaan jin dan manusia di muka bumi ini adalah untuk beribadah kepada Allah semata (baca: menegakkan tauhid di muka bumi).

Tauhid merupakan pondasi dasar dan inti agama yang dibawa oleh Rasulullah , bahkan inti agama yang dibawa oleh seluruh nabi dan rasul sebelum Beliau . Oleh karena itu tidak mengherankan jika Rasulullah memulai dakwahnya dan mengakhirinya dengan tauhid.

Pertama kali yang beliau serukan kepada kaum musyrikin Quraisy adalah:

الله تفلحوا( رواه أحمد. اس قولوا ال إله إال ها الن )أي"Wahai para manusia, katakanlah "la ilaha illallah" niscaya kalian akan beruntung!" HR. Ahmad1.

Sebagaimana telah maklum bahwa "la ilaha illallah" adalah kalimat tauhid dan inti aqidah Islam.

Di akhir hayatnyapun Beliau masih memperingatkan umatnya agar tetap berpegang teguh kepada tauhid serta berhati-hati untuk tidak terjerumus kepada perbuatan-perbuatan yang dapat mengotorinya. Di detik-detik akhir menjelang wafatnya, Beliau bersabda, )أال وإن من كان قبلكم كانوا يتخذون قبور أنبيائهم وصالحيهم مساجد, أال

فال تتخذوا القبور مساجد, إني أنهاكم عن ذلك( رواه مسلم."Ketahuilah, bahwa orang-orang sebelum kalian telah menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang shalih sebagai masjid. Janganlah kalian jadikan kuburan sebagai masjid, karena aku melarang kalian untuk berbuat seperti itu" HR. Muslim2.

Beliau melarang perbuatan ini karena hal tersebut merupakan salah satu perantara yang mengantarkan hamba untuk berbuat syirik, yang merupakan perusak terbesar akidahnya.

Ini semua, ditambah konsentrasi Beliau selama tiga belas tahun di Mekkah untuk mendakwahkan tauhid, menunjukkan betapa penting dan agungnya kedudukan tauhid di dalam agama Islam.

Setelah Rasulullah meninggal, "tongkat estafet" dakwah tauhid diambil alih oleh para shahabat Beliau , kemudian dilanjutkan oleh para tabi'in (pengikut shahabat), lalu diteruskan oleh para atba' at-tabi'in (pengikut tabi'in) dan para ulama salafush shalih yang lain sesudah mereka. Dan para imam madzhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang empat (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal)

1 HR Ahmad XXV/404 no: 16023, dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak: I/15. Para muhaqqiq musnad mengatakan bahwa hadits ini shahih lighairihi.2 HR. Muslim 1/378 no: 532.

2

Page 3: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

merupakan para ulama terdepan yang mengibarkan bendera tauhid ini dalam barisan umat Islam.

Risalah yang ada di tangan para pembaca yang budiman, merupakan upaya sumbangsih penulis untuk turut serta menyebarkan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengenai Allah , dengan cara mengumpulkan perkataan-perkataan para imam madzhab Syafi'i yang menjelaskan pembelaan mereka terhadap Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Sengaja penulis mengkhususkan risalah ini untuk menjelaskan tauhid dalam pandangan Imam Syafi'i rahimahullah dan para pengikutnya rahimahumullah, serta bagaimana mereka membelanya; dengan harapan bisa lebih diterima oleh kaum muslimin yang memeluk madzhab Syafi'i pada khususnya, dan juga tentunya bagi seluruh kaum muslimin pada umumnya1.

Bagi para pembaca yang berkeinginan untuk mendalami lebih lanjut seputar pembahasan ini, silahkan merujuk kepada beberapa referensi yang lebih luas, antara lain: "Manhaj al-Imam asy-Syafi'i rahimahullah fi Itsbat al-'Aqidah" (Metode Imam Syafi'i rahimahullah dalam menetapkan akidah), disertasi yang diajukan syeikh kami Dr. Muhammad bin Abdul Wahab al-'Aqil di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah, dan kitab "Juhud asy-Syafi'iyah fi Taqrir Tauhid al-'Ibadah" (Jasa para ulama madzhab Syafi'i dalam menetapkan tauhid ibadah), disertasi yang diajukan Syeikh. Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-'Anqary di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah2.

Semoga tulisan yang ringkas ini bermanfa'at bagi kami dan bagi kaum muslimin, dan semoga Allah menjadikannya amalan yang ikhlas, lalu menjadi penambah timbangan kebaikan penulis, para pembaca dan seluruh pihak yang berpartisipasi dalam mewujudkan risalah ini dan menyebarkannya. Tegur sapa membangun dari para pembaca yang budiman sangat kami tunggu.

Wa aakhiru da'waana anil hamdu lillahi rabbil 'alamin, wa shallallahu 'ala nabiyyina muhammad wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.

Kota Nabi , 9 Muharram 1426 HAbdullah Zaen

1 Lihat Nasehat Syaikh Dr. Rabi' bin Hadi al-Madkhali bagi para da'i agar mereka lebih banyak membawakan perkataan-perkataan para ulama Ahlus Sunnah yang memiliki kedudukan di hati masyarakatnya, tentunya setelah menerangkan dalil-dalil dari al-Qur'an dan al-Hadits. Dengan tujuan agar dakwah Ahlus Sunnah wal Jama'ah lebih mudah diterima oleh umat. Silahkan dirujuk risalah beliau: Al-Hats 'ala al-Mawaddah wa al-'I'tilaf wa at-Tahdzir min al-Furqah wa al-Ikhtilaf, hal:21-23.2 Alhamdulillah adanya kedua buku ini amat membantu kami dalam mengumpulkan bahan risalah ini. Semoga Allah membalas kedua pengarang buku ini dengan pahala yang berlipat dari-Nya, amien.

3

Page 4: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

DAFTAR ISI

- Kata Pengantar Penerbit 1- Muqaddimah 2- Daftar Isi 4- Para Ulama Madzhab Syafi'i yang Perkataan Mereka kami Nukil

dalam Risalah Ini 5

- Bab Pertama: Referensi Utama Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya dalam Masalah Aqidah 8

- Bab Kedua: Definisi Tauhid dan Pembagiannya 11

- Definisi Tauhid 11- Pembagian Tauhid 15- Tauhid Rububiyah 17- Tauhid Uluhiyah 19- Tauhid al-Asma' wa ash-Shifat

22- Bab Ketiga: Noda-Noda yang Mengotori Tauhid atau

Menghancurkannya 26- 1. Berdo'a atau memohon kepada selain Allah 28- 2. Berqurban (menyembelih sembelihan) untuk selain Allah

31- 3. Sihir dan perdukunan 32- 4. Ngalap berkah (tabarruk) yang terlarang

34- 5. Membangun bangunan di atas kuburan

38- 6. Keyakinan bahwasanya Allah ada di mana-mana

42- Penutup 45- Daftar Pustaka 47

4

Page 5: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

5

Page 6: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

PARA IMAM MADZHAB SYAFI'I

YANG PERKATAAN MEREKA KAMI NUKIL1 DALAM RISALAH INI2:

1. Muhammad bin Idris al-Qurasy asy-Syafi'i (150-204 H)3.2. Ismail bin Yahya al-Muzany (175-264 H)4.3. Ar-Rabi' bin Sulaiman al-Murady Abu Muhammad (174-270 H).4. Utsman bin Sa'id ad-Darimy (200-280 H)5.5. Muhammad bin Nashr al-Marwazy (202-294 H)6.6. Muhammad bin Ishaq ibnu Khuzaimah (223-311 H)7.7. Ali bin Isma'il Abul Hasan al-Asy'ary (260-324 H)8.8. Muhammad bin Ahmad al-Azhary (282-370 H)9.9. Muhammad ibnu Hibban al-Busty (270-354 H)10.10. Muhammad bin al-Husain al-Ajurry (280-360 H)11.

1 Sebagian besar perkataan mereka kami nukil dengan teks Arabnya kemudian kami terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.2Daftar ini kami susun berdasarkan tahun lahir dan tahun wafat masing-masing dari mereka. Dan bukan berarti setiap yang kami nukil perkataannya dalam risalah ini pasti dia beraqidah salaf ash-shalih, akan tetapi terkadang kami menukil perkataan yang haq dari ulama yang memiliki penyimpangan dalam beberapa masalah aqidah, dan alhamdulillah nukilan model ini sedikit dalam risalah kami. Kemudian perlu diingat bahwa di sana ada perbedaan antara perkataan dan yang mengatakannya, karena maksud dari penulisan risalah ini adalah: menghimpun perkataan-perkataan ulama madzhab syafi'i yang sesuai dengan perkataan salaf ash-shalih; Ahlus Sunnah wal Jama'ah. 3 Untuk mengenal aqidah Imam Syafi'i lebih dalam, silahkan merujuk ke: Manhaj al-Imam asy-Syafi'i rahimahullah fi Itsbat al-'Aqidah, karya Dr. Muhammad bin Abdul Wahab al-'Aqil. 4 Untuk mengenal aqidah al-Muzany lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Isma'il bin Yahya al-Muzany wa Risalatuhu Syarh as-Sunnah, dirasah dan tahqiq Jamal 'Azzun.5 Untuk mengenal aqidah ad-Darimy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Naqdh Utsman bin Sa'id 'ala al-Mirrisy al-Jahmy al-'Anid fima Iftara 'ala Allah fi at-Tauhid. Juga kitab: Al-Imam Utsman bin Sa'id ad-Darimy wa Difa'uhu 'an 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad Mahmud Abu Rahim.6 Untuk mengenal aqidah al-Marwazy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: As-Sunnah, dan kitab Al-Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazy wa Juhuduhu fi Bayan 'Aqidah as-Salaf wa ad-Difa' 'anha, karya Mausim bin Munir an-Nufai'i, dan Manhaj al-Imam al-Marwazy fi Ushul al-Iman wa Masa'iluhu, karya Sulaiman bin Muhammad al-'Aitsam.7 Untuk mengenal aqidah Ibnu Khuzaimah lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Kitab at-Tauhid wa Itsbat Shifat ar-Rabb 'azza wa jalla, dan kitab Ibnu Khuzaimah wa Manahij at-Tafwidh wa at-Ta'wil fi al-'Aqa'id, karya Dakhilullah Muhammad al-Azwary.8 Untuk mengenal aqidah Abu al-Hasan al-'Asy'ary lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Risalah ila Ahl ats-Tsaghr dan al-Ibanah 'an Ushul ad-Diyanah. Juga: Baina Abi al-Hasan al-Asy'ary wa al-Muntasibin ilaihi fi al-'Aqidah, karya Khalil Ibrahim Ahmad al-Mushily, Abu al-Hasan al-Asy'ary baina al-Mu'tazilah wa as-Salaf, karya Hadi bin Ahmad Ali Thaliby, dan Manhaj Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah wa Manhaj al-Asya'irah fi Tauhid Allah ta'ala, karya Khalid bin Abdul Lathif bin Muhammad Nur. 9 Untuk mengenal aqidah al-Azhary lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Juhud al-Imam al-Azhary al-Lughawy fi Taqrir Aqidah as-Salaf wa ar-Radd 'ala Mukhalifiha, karya Muhammad asy-Syaikh 'Aliyu Muhammad, dan kitab 'Aqidah al-Imam al-Azhary, karya Dr. Ali bin Nufai' al-'Ulayyan..10 Untuk mengenal aqidah Ibnu Hibban lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Aaraa' Ibn Hibban fi al-Masa'il al-I'tiqadiyah, karya Ahmad Shalih az-Zahrany.11 Untuk mengenal aqidah al-Aajurry lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Kitab asy-Syari'ah.

6

Page 7: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

11. Hamd bin Muhammad al-Khaththaby (319-388 H)12.12. Al-Husain bin al-Hasan al-Halimy (338-403 H).13. Ahmad bin Muhammad Ibnu al-Mahamily (368-415 H).14. Isma'il bin Abdurrahman ash-Shabuny (373-449 H)2.15. Ali bin Muhammad Abu al-Hasan al-Mawardy (364-450 H)3.16. Ahmad bin al-Husain al-Baihaqy (384-458 H)4.17. Ibrahim bin Ali asy-Syairazy (393-476 H).18. Manshur bin Muhammad Abu al-Mudzafar as-Sam'any (426-

489 H)5.19. Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al-Ghazaly (450-505

H)6.20. Al-Husain bin Mas'ud al-Baghawy (436-510 H)7.21. Isma'il bin Muhammad, Abu al-Qasim at-Taimy (457-535 H)8.22. Muhammad bin Umar Abu Musa al-Madiny (501-581 H).23. Al-Mubarak bin Muhammad Abu as-Sa'adat Ibnu al-Atsir

(544-606 H).24. Muhammad bin Umar Fakhruddin ar-Razy (544-606 H)9.25. Abdul Karim bin Muhammad ar-Rafi'i (557-623 H).26. Yahya bin Syaraf an-Nawawy (631-676 H)10.27. Abdullah bin Umar al-Baidhawy (w 685 H)11.28. Muhammad bin Ahmad adz-Dzahaby (673-748 H)12.

12 Untuk mengenal aqidah Imam al-Khaththaby lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Al-Imam al-Khaththaby wa Manhajuhu fi al-'Aqidah, karya al-Hasan bin Abdurrahman al-'Alawy dan kitab Manhaj al-Khaththaby fi al-'Aqidah, karya Ibrahim bin Abdullah al-Hammad.2 Untuk mengenal aqidah ash-Shabuny lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: 'Aqidah as-Salaf wa Ashab al-Hadits.3 Untuk mengenal aqidah al-Mawardy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab Manhaj al-Mawardy fi Ushul ad-Din 'Ardh wa Radd, karya Abdul Aziz bin Umar al-Ghamidy.4 Untuk mengenal aqidah al-Baihaqy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Al-Jami' li Syu'ab al-Iman, dan kitab: al-Baihaqy wa Mauqifuhu min al-Ilahiyat, karya Dr. Ahmad bin 'Athiyyah al-Ghamidy.5 Untuk mengenal aqidah as-Sam'any lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Juhud Abi al-Mudzaffar as-Sam'any fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad Bu Bakr Ban'aly.6 Untuk mengenal aqidah Abu Hamid al-Ghazaly lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab Ushul ad-Din 'inda Abi Hamid al-Ghazaly Dirasah wa Taqwim, karya Ahmad bin 'Awadhallah al-Harby, kitab Aaraa' al-Ghazaly fi al-Ilahiyat 'Ardh wa Naqd, karya Sulaiman Thalhah Hasan Syiiby, dan kitab an-Nubuwwah baina al-Imam al-Ghazaly wa Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah, karya Muhammad Addah Ahmad, Abu Hamid al-Ghazaly 'Aqidatuh wa Tashawwufuh, karya Abdurrahman Muhammad Sa'id Dimasyqiyyah. 7 Untuk mengenal aqidah al-Baghawy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Manhaj al-Imam al-Baghawy fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad bin Abdullah al-Khudhairy.8 Untuk mengenal aqidah at-Taimy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah wa Syarh 'Aqidah Ahl as-Sunnah.9 Untuk mengenal aqidah ar-Razy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab Mauqif Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah min al-Imam Fakhruddin ar-Razy fi al-Ilahiyyat, karya Ibtisam Ahmad Muhamad Jamal.10 Untuk mengenal aqidah an-Nawawy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Manhaj al-Imam an-Nawawy fi Ushul ad-Din, karya Munirah binti Hamud al-Badrany.11 Untuk mengenal aqidah al-Baidhawy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Manhaj al-Qadhi al-Baidhawy fi Taqrir al-'Aqidah 'Ardh wa Naqd, karya Su'ud bin Abdul Aziz al-'Aqil.12 Untuk mengenal aqidah adz-Dzahaby lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Manhaj al-Imam adz-Dzahaby fi al-'Aqidah wa Mauqifuhu min al-Mubtadi'ah, karya Sa'id bin 'Aidhah az-Zahrany.

7

Page 8: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

29. Abdul Aziz bin Muhammad 'Izzuddin Ibnu Jama'ah (694-767 H).

30. Ismail bin Umar ibnu Katsir ad-Dimasyqy (701-774 H)1.31. Muhammad bin Bahadur Badruddin az-Zarkasyi (745-794 H).32. Ahmad bin Ali al-Maqrizy al-Mishry (766-845 H)2.33. Ahmad bin Ali Ibnu Hajar al-'Asqalany (773-852 H)3.34. Ali bin Abdullah Nuruddin as-Samhudy (844-911 H).35. Abdurrahman bin Abi Bakr Jalaluddin as-Suyuthy (849-911 H)4.36. Ahmad bin Muhammad Ibnu Hajar al-Haitamy (909-974 H)5.37. Muhammad bin Muhammad asy-Syarbiny al-Khatib (w 977 H).38. Ali bin Muhammad as-Suwaidy (1170-1237 H)6.39. Ahmad ibnu Hajar al-Buthamy Aal Bin'aly (1335-1423)7.

1 Untuk mengenal aqidah Ibnu Katsir lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Manhaj al-Imam Ibnu Katsir fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf, karya Ali bin Husain bin Yahya Musa.2 Untuk mengenal aqidah al-Maqrizy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Tajrid at-Tauhid al-Mufid, dan kitab al-Maqrizy wa Aaraa'uhu al-I'tiqadiyah, karya Ibrahim Mas'ud Musfir, serta kitab al-Imam al-Maqrizy wa Aaraa'uhu al-I'tiqadiyah wa Mauqifuh min al-Firaq 'Ardh wa Naqd 'ala Dhau'i 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karya Ibrahim bin Mas'ud bin Musfir al-Maliky.3 Untuk mengenal aqidah Ibnu Hajar al-'Asqalany lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Manhaj al-Hafidz Ibn Hajar fi al-'Aqidah min Khilal Kitab Fath al-Bary, karya Muhammad Ishaq Kando, dan kitab Manhaj al-Hafidz Ibn Hajar fi Taqrir al-'Aqidah min Khilal Kitab Fath al-Bary, karya Luluh binti Muhammad al-Mathrudy..4 Untuk mengenal aqidah as-Suyuthy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab Jalaluddin as-Suyuthy wa Aaraa'uhu al-I'tiqadiyah 'Ardh wa Naqd 'ala Dhau'i 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karya Sa'id Ibrahim Mar'i Khalifah. 5 Untuk mengenal aqidah Ibnu Hajar al-Haitamy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab: Aaraa' Ibn Hajar al-Haitamy al-I'tiqadiyah 'Ardh wa Taqwim fi Dhau' 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad bin Abdul Aziz asy-Syayi'. 6 Untuk mengenal aqidah as-Suwaidy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: Al-'Iqd ats-Tsamin fi Bayan Masail ad-Din.7 Untuk mengenal aqidah Ibnu Hajar al-Buthamy lebih dalam, silahkan merujuk ke kitab beliau: al-'Aqaid as-Salafiyyah bi Adillatiha an-Naqliyyah wa al-'Aqliyyah dan disertasi yang sedang disusun oleh Isma'il al-'Adawy yang berjudul Juhud al-'Allamah Ahmad bin Hajar al-Buthamy fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf wa ar-Radd 'ala al-Mukhalifin.

8

Page 9: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Bab Pertama

REFERENSI UTAMA IMAM SYAFI'I DAN PARA PENGIKUTNYA DALAM MENETAPKAN TAUHID

Sebagaimana sikap para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang lain, Imam Syafi'i dan para imam madzhabnya menjadikan dzahir ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Nabi sebagai referensi utama mereka dalam setiap pembahasan tauhid. Karena Allah telah menjamin bagi siapa saja yang berpegang teguh dengan keduanya, bahwa dia tidak akan tersesat maupun celaka, sebagaimana firman Allah ,

.بع هداي فال يضل وال يشقى ومن أعرض عن ذكري فإن له فمن ات 124-123 طـه: معيشة ضنكا ونحشره يوم القيامة أعمى

Artinya: "Dan barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". QS. Thaha: 123-124.

Mereka juga senantiasa mengedepankan dalil-dalil al-Qur'an dan al-Hadits atas dalil-dalil akal yang dibuat-buat oleh ulama ahlul kalam1. Dan ini tidak berarti bahwa salafush shalih sama sekali tidak mempergunakan akal mereka, akan tetapi maksudnya adalah mereka tidak meniti jalan ahlul kalam yang hanya bergantung kepada akal belaka dalam masalah-masalah yang akal manusia tidak sampai kepadanya, kemudian mereka "membuang" setiap dalil dari al-Qur'an dan al-Hadits yang tidak selaras dan bertentangan dengan akal mereka. Tentunya sikap Ahlus Sunnah tidak seperti itu, bahkan dari awal mereka telah meniadakan adanya pertentangan antara akal dan dalil, tentunya dengan syarat bahwa akal tersebut sehat, dan dalilnya shahih.

Di antara perkataan-perkataan Imam Syafi'i yang menguatkan metode di atas, perkataan beliau,

. فقد جعل الله الحق في كتابه ثم سنة نبيه "Dan Allah telah menjadikan al-haq (kebenaran) berada di dalam kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya "2.

Selain beliau menjadikan al-Qur'an dan al-Hadits sebagai referensi utama dalam menetapkan segala permasalahan termasuk aqidah, beliau juga terkenal amat perhatian dengan shahih tidaknya hadits yang akan beliau jadikan sebagai dalil. Oleh karena itu beliau tidak merasa malu untuk bertanya dan berkonsultasi dengan para ahli hadits di zamannya. Suatu hari beliau berkata kepada Imam Ahmad bin Hanbal,

1 Ilmu Kalam adalah: Ilmu yang membahas permasalahan-permasalah akidah berdasarkan dalil-dalil akal belaka. Lantas di kemudian hari ilmu kalam ini bercampur dan berbaur dengan filsafat, hingga susah untuk dibedakan satu sama lainnya. Dinamakan sebagai ilmu kalam yang secara bahasa, kalam berarti omongan, karena ilmu ini tidak mendatangkan manfaat, yang ada di dalamnya hanyalah banyak omongan yang tidak ada manfaatnya. Dan masih ada sebab-sebab lain yang menjadikan "ilmu" ini dijuluki ilmu kalam. Lihat Muqaddimah Ibnu al-Khaldun hal: 458, dan Tahdzir al-Anam min 'Ilm al-Kalam, karya Dr. Abdurrahman asy-Syibl, hal: 2-42 Al-Umm: VII/493.

9

Page 10: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

أنتم أعلم بالحديث والرجال مني فإذا كان الحديث صحيحا فأعلموني, إن كان صحيحا.ذاشاء أن يكون كوفيا أو بصريا أو شاميا حتى أذهب إليه إ

"Kalian lebih tahu dari aku tentang hadits dan para perawinya. Jika hadits itu shahih maka beritahulah aku, niscaya aku akan mengambilnya, meskipun dia berada di Kufah, Bashrah ataupun Syam, jika memang hadits itu shahih"1.

Tidak lupa beliau juga memperingatkan umat akan keterbatasan akal manusia, dalam nasehatnya:

.إن للعقل حدا ينتهي إليه كما أن للبصر حدا ينتهي إليه"Sesungguhnya akal memiliki batas yang tidak dapat ia lampaui, sebagaimana mata memiliki batas yang tidak dapat dilampaui "2.

Bahkan Imam Syafi'i memiliki sikap yang amat keras terhadap orang-orang yang gemar mengedepankan akal sebelum dalil, yang mereka biasa dijuluki dengan ahlul kalam. Beliau berkata,

لوا على اإلبلحم الكالم أن يضربوا بالجريد ويصحابوحكمي في أ هذا جزاء من ترك الكتابقالويطاف بهم في العشائر والقبائل وي

الكالم.خذوالسنة وأ"Menurut saya, seharusnya ahlul kalam dipukuli dengan pelepah korma, kemudian dinaikkan di atas onta lalu diarak mengelilingi (perkampungan) suku-suku dan kabilah-kabilah, sambil diserukan, "Inilah ganjaran bagi yang meninggalkan kitab dan sunnah lalu mempelajari ilmu kalam!"3.

Sikap para ulama madzhab Syafi'i dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan sikap Imam mereka; Imam Syafi'i. Di antara para ulama tersebut adalah al-Marwazy yang mendapat gelar asy-Syafi'i ats-Tsani (Syafi'i kedua), tatkala beliau menjelaskan pentingnya merajut persatuan dengan kitab dan sunnah:

اليوم إليه بعد أن أكمل للمسلمين دينهم, فقال: قبض الله رسوله واقف بعرفات فلم, نزلت ورسول الله 3 المائدة: أكملت لكم دينكم

فمات, وأمرهم اللهينـزل بعدها حالل وال حرام, ورجع رسول الله تبارك وتعالى باالجتماع على ما جاءهم عنه, ونهاهم عن التفرق من بعد

قواما جاءهم البيان, فقال: ه جميعا وال تفر آلواعتصموا بحبل الل. 103عمران:

"Allah mewafatkan Rasul-Nya setelah Dia menyempurnakan untuk kaum muslimin agama mereka, maka Dia berfirman (yang artinya): "Pada hari ini Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian". QS. Al-Maidah: 3. Ayat ini turun tatkala Rasulullah sedang wukuf di Arafah, dan sesudahnya tidak turun (hukum-hukum yang berkenaan dengan) halal dan haram. Kemudian Rasulullah pulang, lalu meninggal. Allah telah memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu di atas (tuntunan) yang diajarkan oleh Nabi-Nya, serta melarang mereka untuk berpecah belah setelah datang kepada mereka petunjuk. Dia berfirman (yang artinya): "Dan berpegang teguhlah

1 Thabaqat al-Hanabilah, karya Abu Ya'la: I/282.2 Adab asy-Syafi'i, karya Abdurrahman bin Abi Hatim ar-Razy hal: 271.3 Syarh as-Sunnah, karya al-Baghawi: I/218.

10

Page 11: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

kalian dengan tali (agama) Allah, serta janganlah kalian berpecah belah". QS. Ali Imran: 1031.

Di sisi lain Abu al-Mudzaffar as-Sam'ani mengingatkan bahwa agama ini dibangun di atas dalil bukan di atas akal,

وأما أهل السنة؛ قالوا: األصل في الدين االتباع, والمعقول تبع, ولو كان أساس الدين على المعقول الستغنى الخلق عن الوحي وعن األنبياء,

ولبطل معنى األمر والنهي, ولقال من شاء ما شاء."Adapun Ahlus Sunnah; maka mereka berpendapat bahwa agama ini dibangun di atas ittiba' (mengikuti dalil), adapun akal maka hanyalah sebagai pengikut (dalil). Jika dasar agama ini adalah akal, niscaya para makhluk tidak butuh lagi terhadap wahyu dan para nabi, akan hancurlah makna perintah dan larangan, serta orang akan sembarangan berkata sesuka hatinya"2.

Ini adalah sebagian nukilan dari para imam Ahlus Sunnah dari kalangan ulama madzhab Syafi'i yang menjelaskan dengan gamblang bahwa referensi utama mereka dalam menetapkan masalah tauhid -bahkan dalam setiap masalah agama- adalah al-Qur'an dan al-Hadits. Maka insyaAllah penulispun akan berusaha mengikuti jejak mereka dalam membahas setiap permasalahan dalam risalah ini. Yakni berusaha mendasari setiap permasalahan dengan al-Qur'an dan atau al-Hadits, kemudian mengiringinya dengan perkataan para ulama madzhab Syaf'i, wallahu waliyyut taufiq…

1 Kitab as-Sunnah, karya al-Marwazy, hal: 54.2 Al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah, karya Imam Abu al-Qasim at-Taimy al-Ashbahany: I/347.

11

Page 12: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Bab Kedua

DEFINISI TAUHID DAN PEMBAGIANNYA.

A. Definisi Tauhid:Tauhid secara bahasa artinya adalah mengesakan atau

menjadikan tunggal. Abu al-Qasim at-Taimy berkata, ومعنى وحدته جعلته منفردا عما يشاركه أو يشبهه في ذاته وصفاته.

"Dan makna aku mengesakannya: aku menjadikannya esa dan terpisah dari setiap yang menyekutuinya atau menyerupainya dalam dzat dan sifat-sifatnya"1.

Adapun definisi tauhid secara istilah syari'at Islam adalah: "Syahadat la ilaha illallah (persaksian bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan yang berhak untuk disembah/diibadahi) melainkan Allah)".

Al-Muzany bercerita bahwa pada suatu saat Imam Syafi'i bertanya kepada Imam Malik tentang tauhid, maka beliaupun menjawab,

أنه علم أمته االستنجاء, ولم يعلمهم التوحيد,محال أن نظن بالنبي : )أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا ال إله إالوالتوحيد ما قاله النبي

(الله, فإذا قالوها عصموا مني دماءهم وأموالهم, وحسابهم على الله فما عصم به الدم والمال فهو حقيقة التوحيد.

"Mustahil kita beranggapan bahwa Nabi yang telah mengajarkan kepada umatnya adab buang hajat, lantas Beliau tidak mengajarkan kepada mereka tauhid!. Tauhid adalah apa yang disabdakan Nabi , "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan "la ilaha illallah", jika mereka telah mengatakannya maka mereka telah melindungi nyawa dan harta mereka, dan hisab mereka tergantung pada Allah"2. Hal yang melindungi nyawa dan harta itulah hakekat tauhid"3.

Senada dengan apa yang disebut di atas, keterangan ad-Darimy berikut,

تفسير التوحيد عند األمة وصوابه قول: ال إله إال الله وحده ال شريك له."Penafsiran tauhid menurut umat, dan ini adalah penafsiran yang benar: ucapan "la ilaa illallahu wahdahu la syarika lah" (tidak ada ilah (yang berhak untuk disembah) melainkan hanyalah Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya"4.

Setelah kita mengetahui bahwa arti dari tauhid adalah la ilaha illallah,

maka perlu kita pelajari apakah makna dari kalimat yang agung ini?. Masih terngiang-ngiang di telinga kita, apa yang dikatakan pak guru

ketika dulu kita belajar bidang studi agama di sekolahan, bahwa kalimat 1 Al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah: I/332. Untuk pembahasan lebih luas mengenai definisi kalimat tauhid secara bahasa silahkan merujuk ke referensi-referensi berikut: Mu'jam Maqayis al-Lughah, karya Ibnu Faris: VI/90, ash-Shihah, karya al-Jauhary: II/398, al-Kulliyyat, karya Abu al-Baqa al-Kafawy hal: 931, dan Taj al 'Arus, karya az-Zabidy: IX/264.2 HR. Bukhari: I/75 no: 25 (Fathul bari), dan Muslim: I/51-53 no: 20-23.3 Siyar A'lam an-Nubala, karya adz-Dzahaby: X/26.4 Naqdh Utsman bin Sa'id 'ala al-Mirrisy al-Jahmy al-'Anid, hal: 7-8.

12

Page 13: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

mulia ini ditafsirkan dengan "Tidak ada tuhan selain Allah", dan tentunya penafsiran ini amat membekas di dalam jiwa kita, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia dengan membawa keyakinan terhadap penafsiran ini.

Tidakkah terbersit di benak kita untuk kembali meninjau ulang penafsiran ini? Sudahkah penafsiran ini selaras dengan dalil-dalil al-Qur'an dan al-Hadits serta kaedah-kaedah bahasa Arab?. Pertanyaan-pertanyaan ini penulis ajukan, agar kita betul-betul memeluk aqidah yang selaras dengan al-Qur'an dan al-Hadits berdasarkan pemahaman generasi terbaik umat ini (baca: salafush shalih). Bukankah tatkala kita ingin membeli sepeda motor, membangun rumah, berobat, bahkan tatkala ingin membeli pelembab wajahpun atau kepentingan-kepentingan duniawi lainnya, kita akan sangat hati-hati dalam memilih? Konsultasi sana-sini? Bahkan mungkin shalat istikharah terlebih dahulu?. Kalau dalam masalah duniawi, yang ketika mati akan kita tinggalkan, saja kita amat berhati-hati dan tidak asal "telan" tanpa dikunyah, seharusnya dalam masalah-masalah agama, yang merupakan bekal menghadap Allah , kita lebih hati-hati dalam "memfilter" dan menyaring mana yang benar dari yang keliru. Apalagi dalam masalah tauhid yang merupakan inti ajaran agama kita.

Sebelum kita memasuki pembahasan ini lebih dalam, alangkah baiknya bila kita mempelajari terlebih dahulu makna kata ilah dalam bahasa Arab; benarkah ilah dalam kalimat "la ilaha illallah" itu diterjemahkan dengan kata tuhan?.

Kata ilah dalam bahasa Arab berasal dari fi'il alaha yang berarti 'abada (menyembah/beribadah)1. Kemudian ilah adalah mashdar yang berbentuk fi'aal yang bermaknakan maf'uul, jadi ilah berarti ma'luh yang sinonimnya adalah: ma'bud2 (sesembahan)3. Kesimpulannya: ilah maknanya adalah: sesembahan (yang berhak disembah / diibadahi)4.

Hal ini telah dijelaskan sejak dahulu kala oleh para ulama besar madzhab syafi'i. Di antara yang menjelaskan hal ini:

Al-Azhary, salah seorang ahli bahasa terkemuka, tatkala membawakan ayat 84 dari surat az-Zukhruf (yang artinya): "Dan Dia-lah ilah di langit dan ilah di bumi", beliau menafsirkan ilah dengan perkataaannya,

الأي معبود نعبد ربا سواه, وال نشرك به شيئا"Yakni: Ma'bud Yang kita tidak menyembah rabb selain Dia, dan kita tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun"5.

Al-Baghawy, seorang ahli tafsir yang tersohor, tatkala menafsirkan ayat 60 dari surat an-Naml (yang artinya): "Apakah di samping Allah ada ilah (lain)?", beliau menafsirkan ilah dengan perkataanya,

أي هل معه معبود سواه أعانه على صنعه؟ بل ليس معه إله.

1 Lihat: Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, karya Atabik Ali, hal: 1268.2 Lihat: Tahdzib al-Lughah, karya al-Azhary: VI/422-424, Mu'jam Maqayis al-Lughah, karya Ibnu Faris: I/127, ash-Shihah, karya al-Jauhary: VI/2223-2224, Mufradat Alfadz al-Qur'an, karya ar-Raghib al-Asfahany, hal: 82, Lisan al-'Arab karya Ibnu Mandzur: I/188-191.3 Lihat: Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, hal: 1759.4 Sebentar lagi akan kami jelaskan mengapa ada tambahan "yang berhak disembah / diibadahi".5 Az-Zahir fi Gharib Alfadz asy-Syafi'i (dalam mukadimah kitab al-Hawi, karya al-Mawardi hal: 228).

13

Page 14: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"Yakni apakah bersama-Nya ada ma'bud selain-Nya yang membantu-Nya dalam ciptaan-Nya?. Akan tetapi (yang benar) adalah tidak ada ilah lain bersama-Nya1.

Bahkan Fakhruddin ar-Razy yang merupakan salah satu tokoh besar ahlul kalam, dia menyalahkan orang-orang yang tidak menafsirkan ilah dengan ma'bud. Kritikan itu dia sampaikan ketika menafsirkan ayat 163 dari surat al-Baqarah, lantas dia menutup kritikannya dengan berkata,

فدل على أن اإلله هو المعبود."Ini semua menunjukkan bahwa (makna) ilah adalah ma'bud"2.

Selanjutnya al-Baidhawi lebih memperjelas bahwa ilah yang pada awalnya bermakna setiap sesembahan, kemudian lebih banyak dipakai untuk arti sesembahan yang berhak disembah. Beliau berkata,

اإلله في األصل لكل معبود, ثم غلب على المعبود بحق."Pada asalnya kata ilah digunakan untuk setiap sesembahan, akan tapi kemudian lebih banyak dipakai untuk sesembahan yang berhak disembah"3.

Batasan "yang berhak disembah" penting untuk disebutkan, karena kenyataannya banyak sesembahan-sesembahan lain di muka bumi ini selain Allah, akan tetapi di antara sesembahan-sesembahan itu tidak ada yang berhak untuk disembah melainkan hanya Allah semata!.

Oleh karena itu as-Suyuthi dalam tafsir al-Jalalain ketika menafsirkan ayat 255 dari surat al-Baqarah (yang artinya): "Allah, tidak ada ilah melainkan Dia", beliau langsung menafsirkannya dengan berkata,

أي ال معبود بحق في الوجود إال هو."Yakni: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah di alam semesta selain Dia"4.

Senada dengan perkataan as-Suyuthi, perkataan asy-Syarbini ketika beliau mensyarh muqaddimah kitab Minhaj ath-Thalibin karya Imam an-Nawawi5.

Kesimpulannya: arti yang benar dari kalimat thayyibah "la ilaha illallah" adalah: Tidak ada sesembahan yang berhak disembah / diibadahi selain Allah.

Mungkin ada yang berkomentar, "Mengapa sih terlalu membesar-

besarkan masalah ini? Lha wong hanya berkaitan dengan penafsiran satu kata saja koq terlalu dipermasalahkan!".

Jawabannya: Pertama: Masalah ini bukanlah masalah yang remeh, karena

berkaitan dengan penafsiran kalimat yang paling mulia, yang merupakan kunci untuk masuk Islam dan perkataan terakhir yang seharusnya diucapkan oleh setiap muslim sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir! Masalah ini berkaitan dengan penafsiran kalimat agung "la ilaha illallah".

1 Ma'alim at-Tanzil: VI/172.2 At-Tafsir al-Kabir: IV/192, dia juga menafsirkan ilah dengan ma'bud dalam beberapa tempat lain dalam kitab tafsirnya ini, antara lain di: XIV/220 ketika menafsirkan ayat 127 dari surat al-A'raf, juga di: XIII/130. 3 Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil: I/13.4 Tafsir al-Jalalain hal: 99.5 Lihat: Mughni al-Muhtaj: I/26.

14

Page 15: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Kedua: Kekeliruan seseorang dalam menafsirkan kata ilah dalam kalimat agung "la ilaha illallah" akan menyeret ke dalam kekeliruan yang lebih besar, bahkan dosa yang paling besar dan dosa yang tidak akan diampuni Allah! Yaitu: dosa syirik. Mengapa? Sebab tatkala seseorang meyakini bahwa arti ilah adalah tuhan, maka dia bisa mengatakan: Saya sudah meyakini bahwa tidak ada tuhan selain Allah, hanya saja saya butuh perantara-perantara lain -yang bukan tuhan- yang bisa mendekatkan saya kepada Allah!. Perantara-perantara tersebut seperti malaikat, nabi, wali, dst1. Lantas berbekal dengan alasan itu dia mempersembahkan sebagian ibadah dia kepada perantara-perantara tersebut (baca: terjerumus ke dalam perbuatan syirik).

Tetapi orang yang menafsirkan ilah dengan "sesembahan yang berhak disembah", maka dia akan memurnikan seluruh ibadahnya hanya untuk Allah semata, serta tidak mempersembahkan sedikitpun darinya untuk selain Allah, entah itu untuk yang dianggap tuhan maupun untuk yang tidak dianggap tuhan, karena dia mengetahui bahwa satu-satunya yang berhak disembah / diibadahi adalah Allah .

Ketiga: Inilah penafsiran yang diridhai oleh para ulama besar dari kalangan salafush shalih, yang tentunya mereka jauh lebih paham tentang makna al-Qur'an dan al-Hadits, lebih shalih dan lebih dekat ke zaman Nabi , daripada kita semua. Mengapa kita yang hidup amat jauh sesudah zaman Nabi , ditambah ilmu yang pas-pasan dan ketakwaan yang masih dangkal, koq tidak mau mengambil perkataan para ulama besar tersebut?. Padahal al-haq ada pada pemahaman salaf!.

Tokoh kelompok Asy'ariyyah, Abu Hamid al-Ghazaly menegaskan, واعلم أن الحق الذي ال مراء فيه عند أهل البصائر هو مذهب السلف.

"Dan ketahuilah bahwa al-haq (kebenaran) yang tidak lagi diperdebatkan oleh orang-orang yang berilmu adalah: madzhab salaf"2.

Setelah kita mempelajari secara khusus makna kata ilah, sekarang

kita akan mempelajari secara terperinci hakekat kalimat suci "la ilaha illallah".

Sub pembahasan ini amat penting, karena tidak ada jalan lain untuk mewujudkan tauhid dan menyempurnakannya dalam diri kita, melainkan dengan memahami secara terperinci makna dan hakekat kalimat mulia ini.

Sebagaimana telah maklum, kalimat suci "la ilaha illallah" tersusun dari dua bagian: Pertama: "la ilaha" (tidak ada sesembahan yang berhak disembah/diibadahi).

Kedua: "illallah" (kecuali hanya Allah).Mari kita pelajari masing-masing dari dua bagian ini. Pertama: "la

ilaha" (tidak ada sesembahan yang berhak disembah/diibadahi). Di sini setiap muslim dituntut untuk mengingkari dan meninggalkan seluruh sesembahan-sesembahan yang tidak berhak untuk disembah, baik sesembahan itu berbentuk berhala, jin, wali, nabi atau bahkan malaikat sekalipun.

1 Syubhat ini insyaAllah akan kita bantah dengan tuntas di bab ketiga. 2 Iljam al-'Awam 'an 'Ilm al-Kalam, dalam Majmu'ah ar-Rasail milik al-Ghazaly hal: 3, (dinukil dari Manhaj as-Salaf wa al-Mutakallimin fi Muwafaqah al-'Aql bi an-Naql, karya Jabir Idris Ali Amir: I/36).

15

Page 16: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Kedua: "illallah" (kecuali hanya Allah), di sini Allah mengkhususkan sesembahan yang berhak untuk disembah yaitu Allah. Jadi setelah seorang muslim meninggalkan semua sesembahan-sesembahan yang batil, dia diperintahkan untuk mempersembahkan seluruh amal ibadahnya, tanpa terkecuali, hanya untuk sesembahan yang haq yaitu Allah semata, murni untuk-Nya!. Dan tidak mempersembahkannya untuk selain Allah.

Penafsiran inilah yang kemudian diabadikan oleh Allah dalam kitab-Nya, tatkala menceritakan perkataan sayyidul hunafa' Nabi Ibrahim kepada kaumnya,

ه سيهدين ذي فطرني فإن ني براء مما تعبدون. إال ال . 27 الزخرف: إنArtinya: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". QS. Az-Zukhruf: 26-27.

Dikarenakan hakekat "la ilaha illallah" adalah seperti itu, maka orang-orang kafir Quraisy menolak seruan Rasulullah untuk mengucapkan kalimat "la ilaha illallah". Mengapa? Karena mereka paham akan arti dan hakekat kalimat mulia ini; yaitu meninggalkan seluruh sesembahan-sesembahan mereka selain Allah . Hal ini telah Allah ceritakan dalam firman-Nya,

ا لتاركو آلهتنا ه يستكبرون. ويقولون أإن هم كانوا إذا قيل لهم ال إله إال الل إن:36-35 الصافات .

Artinya: "Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "La ilaha illallah" (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), mereka menyombongkan diri. Lalu mereka berkata, "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami?". QS. Ash-Shaaffaat: 35-36.

Oleh karena itu tatkala mereka diajak oleh Nabi untuk mengucapkan kalimat ini, mereka menjawab,

أجعل اآللهة إلها واحدا إن هذا لشيء عجاب :5 ص Artinya: "Apakah ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu menjadi satu sesembahan? Sungguh ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan". QS. Shad: 5.

Para ulama madzhab Syafi'i memiliki jasa yang patut dibanggakan dalam menjelaskan hakekat kalimat yang mulia ini. Mari kita telaah sebagian dari perkataan-perkataan mereka.

Ibnu Katsir, tatkala beliau membawakan ayat 26-28 dari surat az-Zukhruf (yang artinya): "Sesungguhnya aku berlepas diri dari dari apa yang kalian sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menciptakanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku. Dan (Ibrahim) menjadikan kalimat itu kalimat yang kekal pada keturunannya", beliau menafsirkan "kalimat" dalam ayat ini dengan berkata,

وهي عبادة الله وحده ال شريك له, وخلع ما سواه من,أي هذه الكلمةاألوثان, وهي ال إله إال الله.

"Maksudnya: "kalimat" ini adalah penyembahan kepada Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya, serta melepaskan diri dari (sesembahan) selain-Nya berupa berhala-berhala. Dan "kalimat" itu adalah "la ilaha illallah"1.1 Tafsir al-Qur'an al-'Adzim: VII/225.

16

Page 17: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Masih bersama Ibnu Katsir, tatkala menafsirkan ayat 256 dari surat al-Baqarah (yang artinya): "Dan barang siapa yang kufur terhadap thagut1 dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat", beliau menyebutkan dua bagian dari kalimat agung yang telah kita sebut di atas, dengan berkata, من خلع األنداد واألوثان وما يدعو إليه الشيطان من عبادة كل ما يعبد من

فقد استمسك فعبده وحده وشهد أنه ال إله إال هو ,دون الله ووحد الله أي فقد ثبت في أمره واستقام على الطريق المثلىبالعروة الوثقى

والصراط المستقيم."Sesungguhnya barang siapa yang telah melepaskan diri dari sekutu-sekutu, berhala-berhala dan dari setiap yang diserukan oleh syetan berupa penyembahan kepada selain Allah, kemudian dia mengesakan Allah dengan menyembah-Nya semata, dan bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Dia, saat itulah "dia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat", maksudnya dia telah teguh dalam perkaranya dan istiqamah di atas jalan yang indah dan lurus"2.

Selanjutnya bersama al-Maqrizy, setelah beliau mengajak kita untuk merenungi seluruh ciptaan Allah yang merupakan tanda-tanda akan keesaan-Nya, beliau menutup ajakannya dengan menjelaskan hakekat "la ilaha illallah",

كل ما خلقه الله تعالى فهو آية شاهدة بتوحيده, وكذلك كل ما أمر به, فخلقه وأمره وما فطر عليه عباده وركبه فيهم من العقول شاهد بأنه الله

الذي ال إله إال هو, وأن كل معبود سواه باطل."Segala apa yang diciptakan Allah merupakan tanda yang menunjukkan keesaan-Nya, begitu pula setiap yang diperintahkan-Nya. Jadi, ciptaan-Nya, perintah-Nya, dan akal yang Allah ciptakan dalam diri para hamba-Nya, ini semua merupakan saksi bahwasanya Dia adalah Allah Yang tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan hanya Dia, dan bahwasanya setiap sesembahan selain-Nya adalah batil"3.

Nukilan-nukilan ini hanyalah sebagian kecil dari "segudang" perkataan-perkataan para ulama madzhab Syafi'i yang menerangkan hakekat kalimat mulia itu, kalimat tauhid "la ilaha illallah"4. Semoga yang sedikit ini bisa membuka hati kita bersama, amien.

B. Pembagian Tauhid: Berdasarkan penelitian yang seksama terhadap ayat-ayat al-Qur'an

dan hadits-hadits Nabi , para ulama Ahlus Sunnah mendapatkan bahwasanya tauhid ini dibagi menjadi tiga:

1. Tauhid Rububiyah2. Tauhid Uluhiyah.

1 Thaghut adalah setiap sesembahan selain Allah, dan dia rela untuk disembah. Lihat Kitab at-Ta'rifat al-I'tiqadiyah, karya Sa'ad Aal Abdul Lathif hal: 223.2 Tafsir al-Qur'an al-'Adzim: I/683. 3 Tajrid at-Tauhid al-Mufid hal: 47.4 Untuk lebih luasnya silahkan lihat: Juhud asy-Syafi'iyah fi Taqrir Tauhid al-'Ibadah". Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-'Anqary hal: 65-84.

17

Page 18: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

3. Tauhid al-Asma' wa ash-Shifat.Di antara tujuan pembagian ini adalah untuk memudahkan kaum

muslimin dalam memahami ilmu tauhid. Sebagaimana para ulama nahwu membagi kalam al-'Arab menjadi tiga: ism, fi'il dan harf, tujuannya adalah untuk memudahkan kita memahami bahasa Arab1. Dan perlu diketahui bahwa masing-masing dari bagian ini berkaitan satu sama lainnya, dan merupakan suatu kesatuan.

Berdasarkan pengetahuan penulis yang amat terbatas, ulama Ahlus Sunnah yang pertama kali terang-terangan membagi tauhid menjadi tiga bagian adalah Ubaidullah bin Muhammad ibnu Baththah al-'Akbary al-Hambaly (304-387 H)2 dalam kitabnya al-Ibanah 'an Syari'ati al-Firqah an-Najiyah3. Adapun isyarat-isyarat akan pembagian ini, hal itu sudah ada pada perkataan-perkataan ulama sebelum zaman beliau dan sesudahnya4. Di antara isyarat-isyarat tersebut, apa yang ada dalam perkataan ulama-ulama madzhab Syafi'i:

Ibnu Hibban berkata,الحمد لله المتفرد بوحدانية األلوهية, المتعزز بعظمة الربوبية.

"Segala puji bagi Allah Yang menjadi pemilik tunggal keesaan uluhiyah, Yang memuliakan diri-Nya dengan keagungan rububiyah"5.

Abu al-Qasim at-Taimy membawakan dalam kitabnya perkataan Abu Yusuf al-Kufy, sahabat Abu Hanifah, yang mengandung tiga bagian tauhid tersebut di atas6. Melihat pentingnya perkataan Abu Yusuf ini, sampai-sampai Imam Abu al-Qasim at-Taimy mengkhususkan pasal tersendiri untuk membawakannya. Pasal tersebut berjudul:

.فصل: في النهي عن طلب كيفية صفات الله "Pasal: tentang larangan mencari-cari tahu kaifiyah (keadaan/bentuk yang hakiki dari) sifat-sifat Allah 7".

Adapun al-Maqrizy, maka beliau termasuk ulama yang cukup gamblang dalam menjelaskan pembagian ini. Beliau berkata,

إعلم أن الله سبحانه هو رب كل شيء ومالكه وإلهه ... فإن الرب سبحانه وتعالى هو الخالق الموجد لعباده, القائم بتربيتهم وإصالحهم, المتكفل بصالحهم من خلق ورزق وعافية وإصالح دين ودنيا. واإللهية: كون العباد يتخذونه سبحانه محبوبا مألوها, ويفردونه بالحب والخوف والرجاء واإلخبات والتوبة والنذر والطاعة والطلب والتوكل ونحو هذه

1 Lihat: At-Tahdzir min Mukhtasharat ash-Shabuny fi at-Tafsir, Syeikh Bakr Abu Zaid hal: 30.2 Jadi pembagian tauhid menjadi tiga telah ada jauh hari sebelum Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah lahir, karena Ibnu Taimiyah hidup pada tahun (661-728 H), sedangkan Imam ibnu Baththah al-'Akbary hidup sekitar tiga abad sebelumnya, tepatnya pada tahun (304-387 H). Kesimpulannya: tidak benarlah orang yang mengatakan bahwa pembagian tauhid menjadi tiga, dibuat pertama kali oleh Ibnu Taimiyah.3 Al-Ibanah 'an Syari'ati al-Firqah an-Najiyah, al-kitab ats-tsalits: II/172-173. 4 Lihat perkataan-perkataan tersebut dalam: Al-Mukhtashar al-Mufid fi Bayan Dalail Aqsam at-Tauhid, karya syeikh kami Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr, hal: 32-47, dan asy-Syirk fi al-Qadim wa al-Hadits, karya Abu Bakr M Zakaria: I/81-97.5 Raudhah al-'Uqala' wa Nuzhah al-Fudhala' hal: 14.6 Lihat catatan kaki Prof. Dr. Ali bin Nashir al-Faqihy atas perkataan Abu Yusuf ini dalam: Kitab at-Tauhid, karya Ibnu Mandah: III/310.7 Al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah: I/122.

18

Page 19: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

: وهذا التوحيد مقام الصديقين. وال ريب أن(إلى أن قال )األشياء ... توحيد الربوبية لم ينكره المشركون, بل أقروا بأنه سبحانه وحده خالقهم وخالق السماوات واألرض والقائم بمصالح العالم كله, وإنما أنكروا توحيد

لهية.إال"Ketahuilah, bahwasanya Allah adalah Rabb segala sesuatu, Penguasanya dan Sesembahannya … Sesungguhnya Allah adalah Pencipta dan Yang menjadikan hamba-hamba-Nya ada, Yang merawat dan memperbaiki mereka, Yang menanggung segala sesuatu yang akan menjadikan mereka baik, berupa: penciptaan, rizki, kesehatan serta perbaikan agama dan dunia. Dan ilahiyah artinya: para hamba menjadikan-Nya sebagai Dzat yang dicintai dan disembah. Memurnikan cinta, rasa takut, harap, rendah diri, taubat, nadzar, ketaatan, permintaan, tawakkal dan yang semisalnya hanya untuk Allah semata … (hingga perkataan beliau): Dan tauhid jenis inilah yang merupakan derajat para shiddiiqin.1. Tidak diragukan lagi bahwa kaum musyrikin tidaklah mengingkari tauhid rububiyah, bahkan mereka mengakui bahwa Allah sematalah Yang menciptakan mereka, Yang menciptakan langit dan bumi, dan Yang mengurus urusan seluruh jagat raya. Dan yang diingkari oleh mereka (orang-orang musyrikin) adalah tauhid uluhiyah"2.

Pembagian tauhid semacam ini juga dapat dijumpai pada perkataan Ibnu Katsir3, as-Suwaidy4, dan Ibnu Hajar al-Buthamy5.

Setelah kita mengetahui nukilan-nukilan para ulama yang

menyinggung tentang pembagian tauhid di atas, sekarang kita akan mempelajari lebih dalam masing-masing dari tiga macam tauhid itu; makna, dalil dan hubungan antara ketiga macam tauhid ini.

Pertama: Tauhid RububiyahDefinisinya: Meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Allah

satu-satunya Pencipta, Penguasa dan Pemelihara alam semesta, Pemberi rizqi, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mendatangkan manfaat, dan Yang Melindungi dari marabahaya.

Ibnu Hajar al-'Asqalany berkata, إن حقيقة الربوبية لله تعالى, ألن الرب هو المالك والقائم بالشيء, فال

توجد حقيقة ذلك إال لله تعالى.1 Mereka adalah orang-orang yang sempurna kepercayaannya terhadap apa yang dibawa para rasul, hingga mereka mengetahui al-haq, serta membenarkannya dengan keyakinan, penerapan secara lisan, amalan, kondisi dan dakwah kepada Allah. Taisir al-Karim ar-Rahman, karya as-Sa'dy hal: 150.2 Tajrid at-Tauhid al-Mufid hal:37-40.3 Lihat: Tafsir al-Qur'an al-'Adzim: VI/294, ketika beliau menafsirkan ayat 62-63 dari surat al-'Ankabut.4 Lihat: Al-'Iqd ats-Tsamin fi Bayan Masail ad-Din, hal: 123, dinukil dari kitab Bayan asy-Syirk wa Wasa'iluh 'Inda 'Ulama asy-Syafi'iyyah, karya Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais hal: 25-26.5 Lihat: Al-'Aqa'id as-Salafiyyah bi Adillatiha an-Naqliyyah wa al-'Aqliyyah: I/24, dan Tath-hir al-Janan wa al-Arkan 'an Daran asy-Syirk wa al-Kufran, hal: 5, 8, dan 54.

19

Page 20: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"Sesungguhnya hakekat rububiyah adalah milik Allah, karena ar-Rabb adalah sang penguasa dan yang mengurus sesuatu, hakekat sifat ini tidak ada yang memiliki selain Allah"1.

Di antara dalil tauhid rububiyah ini: Firman Allah ,

ه خالق كل شيء وهو على كل شيء وكيل 62 الزمر: اللArtinya: "Allah-lah Yang menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu". QS. Az-Zumar: 62.

Juga firman-Nya,ماوات واألرض يحيي ويميت ه له ملك الس 116 التوبة: إن الل

Artinya: "Sesungguhnya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia Yang menghidupkan dan mematikan". QS. At-Taubah: 116.

Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menunjukkan tauhid jenis pertama ini.

Yang lebih penting untuk dijelaskan di sini adalah: bahwasanya

meyakini tauhid rububiyah ini belum cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam, tanpa beriman terhadap tauhid uluhiyah, yang akan kami paparkan pada pembahasan berikutnya.

Mengapa? Karena tauhid rububiyah telah diyakini oleh seluruh manusia, baik yang beriman maupun yang kafir. Namun demikian, meskipun kaum musyrikin telah meyakini tauhid rububiyah ini, tetapi keyakinan mereka ini belum cukup untuk memasukkan mereka ke dalam agama Islam. Buktinya: mereka dinyatakan sebagai orang musyrik dan tetap diperangi Rasulullah , hingga mereka mau meyakini dan mengamalkan tauhid uluhiyah yang merupakan inti dan hakekat dari kalimat tauhid "la ilaha illallah".

Para ulama madzhab Syafi'i termasuk dalam jajaran ulama yang amat perhatian dalam menjelaskan masalah ini. Mari kita kaji sebagian dari perkataan mereka satu persatu:

As-Sam'any menjelaskan bahwa makna fitrah dalam ayat 30 surat ar-Rum (yang artinya): "(Tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu", adalah: bahwasanya seluruh manusia (baik yang beriman maupun yang musyrik) mengetahui bahwasanya Allah-lah yang menciptakan mereka. Beliau menjelaskan,

أن كل إنسان يولد على أنه متى سئل: من خلقك؟ فيقول الله خلقني."Sesungguhnya setiap manusia dilahirkan dalam keadaan jika ditanya siapakah yang menciptakanmu? Niscaya dia akan menjawab: Allah-lah Yang menciptakanku"2.

Adz-Dzahaby menegaskan bahwa kaum musyrikin dan ahlul kitab telah mengetahui bahwa pencipta mereka adalah Allah . Beliau berkata, المشركون والكتابيون وغيرهم عرفوا الله تعالى بمعنى أنهم لم يجحدوه,

هوعرفوا أنه خالقهم, قال تعالى: ولئن سألتهم من خلقهم ليقولن الل .87 الزخرف:

1 Fath al-Bary: V/179.2 Tafsir al-Qur'an: IV/210.

20

Page 21: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"Kaum musyrikin, orang-orang ahlul kitab dan selain mereka mengetahui Allah, maksudnya mereka tidak mengingkari (wujud)-Nya, dan mereka juga mengetahui bahwa Allah-lah yang telah menciptakan mereka. Allah ta'ala berfirman (yang artinya): "Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka?" Niscaya mereka menjawab, "Allah". QS. Az-Zukhruf: 87"1.

Kemudian al-Maqrizy lebih memperjelas permasalahan ini dengan menegaskan bahwa yang membedakan orang mukmin dari orang musyrik adalah keyakinan mukmin terhadap tauhid uluhiyah, dan bukan keyakinannya terhadap tauhid rububiyah, karena baik orang beriman maupun orang musyrik sama-sama meyakini tauhid rububiyah. Beliau berkata,

لم ينكره المشركون, بل أقروا بأنه سبحانه وال ريب أن توحيد الربوبية وحده خالقهم وخالق السماوات واألرض والقائم بمصالح العالم كله, وإنما

فتوحيد الربوبية هو الذي اجتمعت فيه الخالئق. ..هيةإلأنكروا توحيد المؤمنها وكافرها, وتوحيد اإللهية مفرق الطرق بين المؤمنين والمشركين. "Tidak diragukan lagi bahwa kaum musyrikin tidaklah mengingkari tauhid rububiyah, bahkan mereka mengakui bahwa Allah sematalah Yang Menciptakan mereka, Yang Menciptakan langit dan bumi, dan Yang Mengurus urusan seluruh jagat raya. Dan yang mereka ingkari hanyalah tauhid uluhiyah … Jadi tauhid rububiyah adalah jenis tauhid yang disepakati oleh seluruh makhluk baik yang beriman maupun yang kafir, dan tauhid uluhiyah ialah persimpangan jalan yang memisahkan antara kaum mu'minin dari kaum musyrikin"2.

Semoga nukilan-nukilan ini telah cukup membuat hati para pembaca mantap dengan perkara ini.

Sekarang tiba saatnya untuk mempelajari lebih dalam tentang tauhid uluhiyah, yang merupakan pembeda antara kaum mu'minin dari kaum musyrikin, dan yang merupakan kunci bagi seseorang untuk masuk agama Islam.

Kedua: Tauhid Uluhiyah.Definisinya: Mengikhlaskan seluruh ibadah dan memurnikannya

hanya untuk Allah semata. Maksudnya: seluruh ibadah yang dikerjakan oleh setiap hamba harus dipersembahkan kepada Allah saja, baik yang berupa ucapan, perbuatan atau ibadah batin, dan tidak boleh ditujukan kepada selain-Nya; baik kepada berhala, wali, nabi atau malaikat sekalipun! Pendek kata: dia tidak menyembah kecuali hanya Allah!.

Dengan demikian, tauhid uluhiyah merupakan hakekat dari

kalimat "la ilaha illallah" yang alhamdulillah telah kita pelajari bersama dengan cukup luas pada saat kita mempelajari definisi tauhid.

Bila pada pembahasan yang telah lalu kita telah mendefinisikan tauhid dengan: "Syahadat la ilaha illallah (persaksian bahwasanya tidak ada

1 Siyar A'lam an-Nubala': XVII/547.2 Tajrid at-Tauhid al-Mufid hal: 40-41.

21

Page 22: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

sesembahan yang berhak untuk disembah/diibadahi melainkan hanya Allah", kemudian kita juga telah mengetahui bahwa hakekat kalimat "la ilaha illallah" adalah: "Mengikhlaskan seluruh ibadah dan memurnikannya hanya untuk Allah semata". Berarti kita telah mendefinisikan kata tauhid dengan tauhid uluhiyah! Mengapa demikian? Bukankah masih ada dua macam tauhid lain: yaitu tauhid rububiyah dan tauhid al-asma' wa ash-shifat? Mengapa dua macam tauhid ini tidak dimasukkan dalam definisi tauhid? Bukankah dua macam tauhid ini juga penting?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita katakan:Pertama: Tujuan para ulama mendefinisikan tauhid dengan tauhid

uluhiyah adalah dalam rangka menekankan betapa pentingnya tauhid uluhiyah tersebut. Karena tauhid uluhiyah ini merupakan inti ajaran yang dibawa oleh seluruh rasul, mulai dari nabi Nuh hingga nabi kita Muhammad . Allah menjelaskan hakekat ini dalam firman-Nya,

ه واجتنبوا الطاغوت النحل: ولقد بعثنا في كل أمة رسوال أن اعبدوا الل36.

Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut". QS. An-Nahl: 36.

Di antara bukti betapa pentingnya tauhid uluhiyah dalam syari'at Allah: bahwa tujuan utama diciptakannya jin dan manusia di muka bumi ini adalah untuk menegakkan tauhid uluhiyah yang berarti mengikhlaskan ibadah untuk Allah semata. Allah berfirman,

نس إال ليعبدونإلوما خلقت الجن وا :56 الذريات Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku". QS. Adz-Dzariyat: 56.

Di antara bukti betapa pentingnya tauhid uluhiyah dalam syari'at Allah adalah: tauhid uluhiyah yang merupakan pembeda terbesar yang membedakan jalan orang beriman dari jalan orang kafir. Sebagaimana yang telah diterangkan pada pembahasan mengenai tauhid rububiyah.

Kedua: Pada hakekatnya tauhid uluhiyah telah mencakup tauhid rububiyah dan tauhid al-asma' wa ash-shifat. Oleh karena itu boleh kita mendefiniskan kata tauhid dengan tauhid uluhiyah, karena tauhid rububiyah dan tauhid al-asma' wa ash-shifat telah terkandung di dalamnya (di dalam tauhid uluhiyah).

Penjelasannya sebagai berikut: Orang yang mengikhlaskan seluruh ibadah dan memurnikannya hanya untuk Allah semata (dan ini adalah tauhid uluhiyah), sudah barang tentu dia meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Pencipta, Penguasa dan Pemelihara alam semesta, Pemberi rizqi, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mendatangkan manfaat, dan Yang Melindungi dari marabahaya (ini adalah tauhid rububiyah), karena tidak dapat dibayangkan bagaimana dia menyembah dzat yang tidak bisa menciptakan, memberi rizki dst. Pada sisi lain dia tidak akan menyembah Allah kecuali karena ia meyakini bahwa Yang disembah memiliki nama-nama yang indah dan sifat-sifat yang sempurna (dan ini adalah tauhid al-asma' wa ash-shifat). Dengan keterangan ini jelaslah bagi kita bahwa tauhid uluhiyah telah mencakup tauhid rububiyah dan tauhid al-asma' wa ash-

22

Page 23: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

shifat1. Sehingga definisi kata tauhid di atas telah mencakup tauhid rububiyah dan tauhid al-asma' wa ash-shifat.

Di antara dalil yang menunjukkan akan tauhid uluhiyah ini

adalah firman Allah ta'ala, yang minimal kita baca setiap hari 17 kali, yaitu:اك نستعين اك نعبد وإي 5 الفاتحة: إي

Artinya: "Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan". QS. Al-Fatihah: 5.

Juga firman-Nya,ه مخلصا له الدين ا أنزلنا إليك الكتاب بالحق فاعبد الل 2 الزمر: إن

Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (al-Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya". QS. Az-Zumar:2.

Serta firman-Nya,ه مخلصين له الدين حنفاء 5 البينة: وما أمروا إال ليعبدوا الل

Artinya: "Dan tidaklah mereka disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus". QS. Al-Bayyinah: 5.

Dan masih banyak dalil-dalil lain yang tidak terhitung jumlahnya yang menunjukkan perintah untuk menegakkan tauhid uluhiyah ini.

Suatu hal yang penting untuk dijelaskan di sini adalah: orang yang

telah meyakini tauhid rububiyah (meyakini dengan sebenar-benarnya bahwa Allah satu-satunya Pencipta, Penguasa dan Pemelihara alam semesta, Pemberi rizqi, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan, Yang Mendatangkan manfaat, dan Yang Melindungi dari marabahaya) wajib atasnya untuk mengiringi tauhid rububiyah ini dengan tauhid uluhiyah (mengikhlaskan seluruh ibadah dan memurnikannya hanya untuk Allah semata). Atau dengan kata lain: bila dia meyakini bahwa Allah-lah satu-satunya Yang Menciptakannya dan Yang Memberinya rizki, mengapa dia tidak memurnikan seluruh ibadahnya kepada Allah?, sebagai salah satu cara mengungkapkan kesyukurannya kepada Allah? Mengapa dia masih mempersembahkan sebagian ibadahnya kepada Nyai Roro Kidul, Dewi Sri, Wali Songo, Syeikh Abdul Qadir Jaelani, yaitu dengan cara meyembelih qurban, mempersembahkan berbagai sesajian, bertawassul dengan mereka dan lain-lain?2. Apakah orang-orang tersebut yang telah menciptakan dia dan memberi rizki kepadanya?.

Metode ini, yakni menuntut orang yang telah mengakui tauhid rububiyah untuk mengamalkan tauhid uluhiyah, banyak dipergunakan Allah dalam al-Qur'an. Di antaranya: Firman Allah ,

ه خير أما يشركون ذين اصطفى آلل ه وسالم على عباده ال .قل الحمد للماء ماء فأنبتنا به حدائق ماوات واألرض وأنزل لكم من الس أمن خلق الس

1 Lihat: Al-As'ilah wa al-Ajwibah al-Ushuliyah, karya Abdul Aziz Salman hal: 45, al-Qaul as-Sadid, karya Abdurrahman as-Sa'dy, dan 'Ada' al-Maturidiyyah li al-'Aqidah as-Salafiyah, karya Dr. Syamsuddin al-Afghany: III/24.2 Syubhat tawassul model ini akan dibantah pada awal bab ketiga.

23

Page 24: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

ه بل هم قوم يعدلون ذات بهجة ما كان لكم أن تنبتوا شجرها أإله مع الل 60النمل:

Artinya: "Katakanlah, "Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?". Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekalian tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?. Apakah di samping Allah ada sesembahan (yang lain)?. Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)". QS. An-Naml: 60.

Di dalam ayat ini Allah mengingkari orang-orang yang mengetahui bahwa Allah-lah Yang Menciptakan langit dan bumi, Yang Menurunkan hujan dan Menumbuhkan pepohonan, tapi dia menyembah sesembahan-sesembahan lain selain Allah!. Jadi Allah mengingkari orang-orang yang telah mengakui tauhid rububiyah tapi tidak mau mengamalkan tauhid uluhiyah.

Di antara penerapan metode ini, perintah Allah yang pertama kali di dalam al-Qur'an,

قوني كم تت ذين من قبلكم لعل ذي خلقكم وال كم ال اس اعبدوا رب ها الن ا أي 21 البقرة:

Artinya: "Wahai para manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa". QS. Al-Baqarah: 21.

Mengapa di dalam ayat ini Allah memerintahkan para manusia untuk menyembah-Nya? Karena Dia-lah yang telah menciptakan mereka dan orang-orang sebelum mereka. Jadi Allah memerintahkan tauhid uluhiyyah dengan perantara tauhid rububiyah.

Para ulama madzhab Syafi'i rahimahumullah termasuk ke dalam jajaran para ulama yang meniti metode rabbani ini, dalam menerangkan korelasi antara tauhid rububiyah dengan tauhid uluhiyah.

Al-Baghawy tatkala beliau menafsirkan ayat 106 dari surat Yusuf (yang artinya): "Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah", beliau menjelaskan,

فكان من إيمانهم إذا سئلوا: من خلق السماوات واألرض؟ قالوا: الله, وإذا قيل لهم: من ينـزل القطر؟ قالوا: الله, ثم مع ذلك يعبدون األصنام

ويشركون."Dan di antara wujud keimanan mereka: jika ditanya, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Mereka menjawab, "Allah". Dan jika ditanya, "Siapakah yang menurunkan hujan?" Mereka menjawab, "Allah". Dan meskipun demikian mereka menyembah berhala dan berbuat syirik"1.

Az-Zarkasyi menjelaskan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang Allah tanyakan kepada kaum musyrikin dalam ayat 31 dari surat Yunus (yang artinya): "Katakanlah, "Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan

1 Ma'alim at-Tanzil: IV/283.24

Page 25: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati serta mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan?". Maka mereka akan menjawab, "Allah". Maka katakanlah, "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?", seluruh pertanyaan-pertanyaan ini dibawakan oleh Allah sebagai alasan dan dalih mengapa mereka harus bertakwa kepada-Nya dengan memurnikan seluruh ibadah untuk-Nya semata!. Az-Zarkasyi berkata,

فلما كانوا مقرين بهذا كله, حسن االحتجاج به عليهم, إذ فاعل هذا هوالله الذي ال إله غيره, فكيف تعبدون معه غيره!

"Tatkala mereka mengakui semua hal ini, maka menjadi pas untuk berdalihkan dengan pengakuan tersebut atas mereka; jikalau yang mengerjakan ini semua adalah Allah Yang tidak ada sesembahan selain Dia, maka mengapa kalian menyembah selain-Nya bersama Allah!"1.

Fakhruddin ar-Razy tatkala membawakan ayat di atas, menjelaskan bahwa makna firman Allah "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-Nya)?" adalah: أفال تتقون أن تجعلوا هذه األوثان شركاء لله في المعبودية, مع اعترافكم

بأن كل الخيرات في الدنيا واآلخرة إنما تحصل من رحمة الله وإحسانهواعترافكم بأن هذه األوثان ال تنفع وال تضر البتة.

"Tidakkah kalian merasa takut untuk menjadikan berhala-berhala ini sebagai sekutu-sekutu Allah dalam ibadah, padahal kalian telah mengakui bahwa seluruh kebaikan dunia dan akherat itu bersumber dari rahmat Allah dan kebaikan-Nya2, dan kalian juga telah mengakui bahwa berhala-berhala ini sama sekali tidak dapat mendatangkan manfaat ataupun membahayakan?"3.

Dan masih banyak nukilan-nukilan dari para imam madzhab Syafi'i yang senada dengan nukilan-nukilan di atas.

Ketiga: Tauhid al-Asma wa ash-Shifat.Definisinya: Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah yang

telah disebutkan dalam al-Qur'an dan al-Hadits dengan keimanan yang tidak dicampuri tahrif (merubah)4, ta'thil (pengingkaran)5, 1 Al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an: IV/9.2 Dr. Abdullah al-'Anqary berkata, "Perkataan ar-Razy, "Padahal kalian telah mengakui bahwa seluruh kebaikan dunia dan akherat itu bersumber dari rahmat Allah dan kebaikan-Nya" musykil, karena sebagian besar kaum musyrikin -apalagi di Mekkah- mereka tidak mengakui adanya akherat, adapun kebaikan-kebaikan dunia maka seperti apa yang dia katakana. Wallahu a'lam". Lihat: Juhud asy-Syafi'iyyah fi Taqrir Tauhid al-'Ibadah hal:177.3 At-Tafsir al-Kabir: XVII/91.4 Tahrif (merubah) ada dua macam: pertama: dalam lafadz dalil, kedua: dalam maknanya. Contoh tahrif dalam lafadz: Merubah harakat kata Allah dari harakat dhammah menjadi fathah dalam ayat 164 dari surat an-Nisa, sehingga maknanya berubah; yang sebelumnya berarti Allah yang berbicara, berubah menjadi Musa yang berbicara. Sedangkan contoh tahrif dalam makna adalah merubah makna kata istawa dalam ayat 5 dari surat Thaha menjadi istaula. 5 Ta'thil (mengingkari) ada dua macam: total dan parsial. Contoh ta'thil total adalah pengingkaran kelompok Jahmiyah terhadap seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah; mereka mengatakan bahwa Allah tidak memiliki nama-nama dan sifat-sifat. Adapun contoh ta'thil parsial, adalah pengingkaran kelompok Asy'ariyyah terhadap sebagian sifat-sifat

25

Page 26: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

takyif (upaya untuk mereka-reka keadaan/bentuk yang hakiki dari sifat)1, maupun tamtsil (penyerupaan)2.

Imam Syafi'i berkata, نثبت هذه الصفات التي جاء بها القرآن ووردت بها السنة وننفي التشبيه

11 الشورى: ليس كمثله شيءعنه كما نفى عن نفسه, قال: "Kita menetapkan sifat-sifat ini yang disebutkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, juga kita meniadakan penyerupaan, sebagaimana Allah meniadakan penyerupaan itu dari diri-Nya dalam firman-Nya "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya" QS. Asy-Syura: 113.

Senada dengan perkataan Imam Syafi'i, perkataan al-Baihaqy yang dinukil oleh Ibnu Hajar al-'Asqalany,

وال يجوز وصفه إال بما دل عليه الكتاب والسنة الصحيحة أو أجمع عليه."Dan tidak boleh mensifati Allah kecuali dengan (sifat-sifat) yang ada di dalam al-Kitab, as-Sunnah atau ijma' (konsensus para ulama)"4.

Al-Khaththaby menjelaskan, ومن علم هذا الباب -أعني األسماء والصفات- ومما يدخل في أحكامه

ويتعلق به من شرائط أنه ال يتجاوز فيها التوقيف, وال يستعمل فيهاالقياس.

"Dan di antara ilmu bab ini -yakni nama-nama dan sifat-sifat (Allah)- serta hukum-hukum yang masuk di dalamnya serta syarat-syarat yang berkaitan dengannya: (kita) tidak boleh melampaui batas tauqif (dalil al-Qur'an dan al-Hadits), adapun qiyas (maka) tidak dipakai di dalamnya"5.

Jadi sebagai seorang muslim kita diperintahkan untuk mengimani seluruh nama-nama dan sifat-sifat Allah, selama nama-nama dan sifat-sifat itu disebutkan dalam al-Qur'an atau al-Hadits yang shahih. Kemudian kita dilarang untuk mengurangi, menambah atau "mengotak-atik" nama-nama dan sifat-sifat tersebut. Dan inilah jalan para ulama salaf ash-shalih; Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Ibnu Katsir berkata, وقد روي عن الربيع وغير واحد من رؤوس أصحابه ما يدل على أنه كان

يمر بآيات الصفات وأحاديثها كما جاءت من غير تكييف وال تشبيه والتعطيل وال تحريف على طريقة السلف.

"Dan telah diriwayatkan dari ar-Rabi' (bin Sulaiman; salah satu murid senior Imam Syafi'i -pen) dan beberapa sahabat seniornya, yang menunjukkan bahwasanya dia menafsirkan ayat-ayat dan hadits-hadits

Allah seperti pengingkaran mereka akan sifat Tangan dan sifat Wajah Allah .1 Contoh takyif (upaya untuk mereka-reka keadaan/bentuk yang hakiki dari sifat): adalah membayangkan bagaimanakah sebenarnya hakekat bentuk Tangan Allah, bagaimanakah sebenarnya hakekat bentuk Wajah Allah dan seterusnya.2 Contoh tamtsil (penyerupaan): adalah menyamakan atau menyerupakan Tangan Allah dengan tangan manusia, atau menyamakan Wajah Allah dengan wajah manusia dan seterusnya. Untuk pembahasan lebih luas mengenai tauhid al-asma' wa ash-shifat, silahkan merujuk ke kitab Mu'taqad Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah fi Tauhid al-Asma' wa ash-Shifat, karya Prof. Dr. Muhammad bin Khalifah at-Tamimy.3 Siyar A'lam an-Nubala, karya adz-Dzahaby: XX/3414 Fath al-Bary: XIII/373.5 Sya'n ad-Du'a hal: 111, dinukil dari kitab al-Imam al-Khaththaby wa Manhajuh fi al-'Aqidah hal: 124.

26

Page 27: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

(yang menyebutkan) sifat-sifat (Allah) seperti adanya, tanpa takyif (upaya untuk mereka-reka keadaan/bentuk yang hakiki dari sifat), tasybih (penyerupaan), ta'thil (pengingkaran), maupun tahrif (merubah). Sesuai dengan cara salaf"1.

Di antara dalil yang menunjukkan akan tauhid al-asma wa ash-shifat:

Firman Allah ,ذين يلحدون في أسمائه ه األسماء الحسنى فادعوه بها وذروا ال ولل

180 ألعراف:سيجزون ما كانوا يعملونArtinya: "Dan hanya milik Allah nama-nama yang paling baik, maka berdo'alah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Kelak mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". QS. Al-A'raf: 180.

Juga firman-Nya,ميع البصير 11 الشورى: ليس كمثله شيء وهو الس

Artinya: "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat". QS. Asy-Syura: 11.

Di dalam ayat ini, setelah Allah menyebutkan bahwa tidak ada suatupun yang serupa dengan-Nya, Dia menetapkan bahwa Dia mempunyai sifat Mendengar dan sifat Melihat. Ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa jika seorang mukmin menetapkan sifat-sifat Allah, ini tidak berarti bahwa dia telah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Karena sifat masing-masing sesuai dengan keadaannya; sifat Allah sesuai dengan kesempurnaan Dzat-Nya dan sifat makhluk sesuai dengan kekurangan serta kelemahan dzatnya.

Berikut beberapa contoh nama-nama dan sifat-sifat Allah . Di antara

contoh nama-nama Allah, apa yang disebutkan oleh-Nya di dalam akhir surat al-Hasyr,

ذي ال إله إال هو الملك القدوس السالم المؤمن المهيمن العزيز ه ال هو الله عما يشركون ر سبحان الل ار المتكب ه الخالق البارئ المصور. الجب هو الل

ماوات واألرض وهو العزيز ح له ما في الس له األسماء الحسنى يسب 24-23 الحشر: الحكيم

Artinya: "Dia-lah Allah yang tiada sesembahan yang berhak untuk di sembah selain Dia, al-Malik (Raja), al-Quddus (Yang Maha Suci), as-Salam (Yang Maha Sejahtera), al-Mu'min (Yang Mengaruniai keamanan), al-Muhaimin (Yang Maha Memelihara), al-'Aziz (Yang Maha Perkasa), al-Jabbar (Yang Maha Kuasa), al-Mutakabbir (Yang Maha Sombong), Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dia-lah Allah al-Khaliq (Yang Menciptakan), al-Baari' (Yang Mengadakan), al-Mushawwir (Yang Membentuk rupa), Dia mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih

1 Al-Bidayah wa an-Nihayah: X/694. Perlu diketahui bahwa ar-Rabi' bin Sulaiman hidup pada tahun (174-270 H), sedangkan Ibnu Taimiyah hidup pada tahun (661-728 H), Jadi penyebutan empat hal yang mengotori keimanan terhadap tauhid al-asma' wa ash-shifat (tahrif, ta'thil, takyif dan tamtsil) bukan merupakan hal baru yang diada-adakan oleh Ibnu Taimiyah, akan tetapi sudah ada sejak kurang lebih lima abad sebelum masanya.

27

Page 28: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah al-'Aziz (Yang Maha Perkasa) lagi al-Hakim (Yang Maha Bijaksana)". QS. Al-Hasyr: 23-24.

Kemudian di antara contoh sifat-sifat Allah1: Sifat al-'Uluw (tinggi). Dalilnya antara lain: firman Allah ta'ala,

ك األعلى ح اسم رب 1 األعلى: سبArtinya: "Sucikanlah nama Rabb-mu Yang Maha Tinggi". QS. Al-A'la: 1.

Al-Aajurry berkata, باب التحذير من مذهب الحلولية )ثم قال(: الذي يذهب أهل العلم أن الله

تعالى على عرشه فوق سمواته, وعلمه محيط بكل شيء."Bab-Peringatan dari orang-orang yang berpemahaman hulul (manunggaling kawulo gusti -jawa). (Kemudian beliau berkata), Yang merupakan pendapat para ulama adalah: Sesungguhnya Allah ta'ala di atas 'arsy-Nya, di atas langit-Nya, dan ilmu-Nya mencakup segala sesuatu"2.

Jadi Allah ada di atas 'Arsy, dan keliru orang yang menganggap bahwa Allah ada di mana-mana, sebagaimana yang akan kami terangkan kekeliruan mereka panjang lebar di akhir bab ketiga.

Di antara contoh sifat Allah: bahwasanya Allah mempunyai dua tangan, sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya. Dalilnya antara lain: firman Allah,

قال يا إبليس ما منعك أن تسجد لما خلقت بيدي أستكبرت أم كنت من 75 ص: العالين

Artinya: "Allah berfirman, "Hai iblis, apakah yang menghalangimu untuk sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?". QS. Shad: 75.

Juga sabda Nabi , )احتج آدم وموسى عليهما السالم. فقال موسى: يا آدم أنت أبونا, خيبتنا وأخرجتنا من الجنة, فقال آدم: يا موسى اصطفاك الله بكالمه وخط لك التوراة بيده, أتلومني على أمر قدره الله علي قبل أن يخلقني بأربعين

سنة؟ فحج آدم موسى عليهما السالم(. متفق عليه."(Suatu ketika) Adam dan Musa 'alaihimassalam berdebat. Musa berkata, "Wahai Adam, engkau adalah bapak kami, (akan tetapi) engkau telah merugikan kami dan menyebabkan kami keluar dari surga". Maka Adam menjawab, "Wahai Musa, Allah telah memberimu keistimewaan dengan berbicara langsung kepadamu, dan Dia telah menuliskan untukmu Taurat dengan Tangan-Nya, apakah engkau mencelaku atas perkara yang telah ditakdirkan Allah atasku sejak empat puluh tahun sebelum aku diciptakan-Nya?". Maka Adam-pun mengalahkan Musa dengan argumentasinya". HR. Bukhari dan Muslim3.

Abul Hasan al-Asy'ary berkata, وأجمعوا على أنه عز وجل يسمع ويرى, وأن له تعلى يدين مبسوطتين,

وأن األرض جميعا قبضته يوم القيامة والسماوات مطويات بيمينه.1 Untuk mendapatkan contoh-contoh lain beserta dalilnya dari kitab dan sunnah, lihat: Sifaatullah al-Waridah fi al-Kitab wa as-Sunnah, karya 'Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf.2 Kitab asy-Syari'ah: III/1072,1075.3 HR. Bukhari: XIII/477 no: 7515 (Fath al-Bari), dan Muslim: IV/2042 no: 2652, dan ini adalah lafadz Muslim.

28

Page 29: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"Dan mereka (ulama salaf) telah berijma' (bersepakat) bahwa sesungguhnya Allah mendengar dan melihat, serta sesungguhnya Dia memiliki dua tangan yang terbuka1. Dan bahwa sesungguhnya bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan Tangan Kanan-Nya2"3.

Jika kita perhatikan dengan seksama bagaimana ayat, hadits dan perkataan ulama tersebut di atas mensifati Tangan Allah , niscaya akan jelas bagi kita kekeliruan orang yang menafsirkan tangan dengan kekuasaan. Bagaimana mungkin kekuasaan disifati dengan dua, menulis, terbuka, menggenggam, menggulung dan kanan??!. Ini semua adalah merupakan sifat-sifat tangan dan bukan merupakan sifat-sifat kekuasaan. Jadi, Allah memiliki Tangan, akan tetapi Tangan Allah tidak sama dengan tangan makhluk-Nya, karena Tangan-Nya sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan-Nya, sedangkan tangan makhluk sesuai dengan kekurangan dan keterbatasannya.

Kemudian kita tidak perlu membayangkan bagaimana sebenarnya hakekat bentuk Tangan Allah, karena jika Allah maupun Rasul-Nya tidak memberi tahu kepada kita bagaimana hakekat bentuk Tangan Dia, mengapa kita bersusah-payah memaksa diri untuk mereka-reka bagaimana hakekat bentuk Tangan Allah? Cukup kita katakan bahwa Allah memiliki Tangan yang sesuai dengan kesempurnaan dan keagungan-Nya

Mari kita senantiasa berusaha berjalan beriringan dengan dalil dari al-Qur'an dan al-Hadits; apa yang disebutkan di dalamnya kita imani dan apa yang tidak kita sebutkan di dalamnya kita tinggalkan. Ini adalah salah satu kaidah inti terbesar ajaran Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Perlu diketahui juga bahwa meyakini satu tauhid ini saja, maksud

kami tauhid al-asma' wa ash-shifat saja, tidak cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam. Tapi dia harus mengiringinya dengan dua macam tauhid yang lain; yaitu tauhid uluhiyah dan rububiyah.

Dengan demikian jelaslah bagi kita semua, bahwa tiga macam tauhid ini merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dari lainnya. Bahkan setiap muslim dituntut untuk mengimani tiga tauhid ini dalam kehidupannya.

Maka tidak mengherankan jika Allah dalam banyak tempat di al-Qur'an menyebutkan tiga macam tauhid ini sekaligus dalam satu ayat. Contohnya firman Allah,

ماوات واألرض وما بينهما فاعبده واصطبر لعبادته هل تعلم له رب الس 65:مريم سميا

Artinya: "Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui sesuatu yang serupa dengan-Nya?". QS. Maryam: 65.

"Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya": Ini menunjukkan tauhid rububiyah.

1 Beliau mengisyaratkan kepada ayat 64 dari surat al-Maidah.2 Beliau mengisyaratkan kepada ayat ke 67 dari surat az-Zumar.3 Risalah ila Ahl ats-Tsaghr hal:225.

29

Page 30: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya": Dan ini menunjukkan tauhid uluhiyah.

"Apakah kamu mengetahui sesuatu yang serupa dengan-Nya?": Sedangkan ini maka menunjukkan tauhid al-asma wa ash-shifat1, wallahu ta'ala a'lam.

1 Lihat: al-Mawahib ar-Rabbaniyyah min al-Aayaat al-Qur'aniyyah, karya Syeikh Abdurrahman as-Sa'dy hal: 60.

30

Page 31: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Bab Ketiga:

NODA-NODA YANG MENGOTORI TAUHID ATAU MENGHANCURKANNYA

Setelah kita mengetahui makna dan hakekat tauhid serta macam-macamnya -berkat karunia dari Allah -, untuk menyempurnakan pengetahuan kita ini, perlu kiranya kita mengetahui perkara-perkara yang bertolak belakang dengan tauhid yang agung ini. Atau dengan kata lain: kita perlu mengetahui noda-noda yang akan mengotori tauhid kita atau bahkan menghancurkannya.

Tatkala kita mempelajari noda-noda tersebut, tentunya bukan berarti untuk dipraktekkan dalam kehidupan kita sehari-hari, akan tetapi salah satu tujuan utama kita mempelajarinya adalah untuk menjaga diri kita dari perkara-perkara terlarang tersebut. Betapa banyak orang yang tergelincir ke dalam perbuatan dosa, karena ia tidak tahu bahwa perbuatan itu adalah termasuk perbuatan dosa.

Dalam masalah ini, salah seorang sahabat Nabi ; Hudzaifah bin al-Yaman menjelaskan,

وكنت الخير عن وسلم عليه الله صلى الله رسول يسألون الناس كان متفق عليه.يدركني أن مخافة الشر عن أسأله

"Kebanyakan para manusia bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan, akan tetapi (sebaliknya) aku sering bertanya kepada Beliau tentang keburukan, karena khawatir akan menimpaku". HR. Bukhari dan Muslim1.

Maka insyaAllah dalam bab ini, penulis akan meyebutkan perbuatan-perbuatan atau keyakinan-keyakinan yang telah membudaya di berbagai tempat, padahal perkara-perkara tersebut menodai atau bahkan bisa menghancurkan tauhid seseorang.

"Wah, tidak usahlah bicara hal-hal seperti ini, karena itu hanya

akan menimbulkan perpecahan di antara umat Islam!". Mungkin saja komentar-komentar seperti ini akan muncul, dan memang sudah muncul dari lisan sebagian orang.

Saudaraku yang sedang mendambakan persatuan di antara umat Islam, untuk menjawab kekhawatiran saudara, perlu kami sampaikan beberapa hal:

Pertama: Persatuan adalah suatu ibadah mulia yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam banyak ayat dan hadits. Sebaliknya perpecahan pun merupakan maksiyat yang dilarang Allah dan Rasul-Nya, juga dalam banyak ayat dan hadits. Di antaranya firman Allah ta'ala,

قوا ه جميعا وال تفر 103 آل عمران: واعتصموا بحبل اللArtinya: "Dan berpegang teguhlahlah kalian semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kalian bercerai berai". QS. Ali Imran: 103.

Juga sabda Nabi ,

1 HR. Bukhari: VI/615 no: 3606, dan Muslim: III/1475 no:1847.31

Page 32: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

وال تعبدوه أن لكم فيرضى ,ثالثا لكم ويكره ثالثالكم يرضى الله إن) (. رواه ...تفرقوا وال جميعا الله بحبل تعتصموا وأن شيئا به تشركوامسلم.

"Sesungguhnya Allah meridhai dari kalian tiga perkara, dan membenci atas kalian tiga perkara. Allah meridhai dari kalian untuk: Menyembah-Nya dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, serta berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak bercerai berai…"1.

Dan masih banyak ayat-ayat dan hadits-hadits lain yang senada.Kalau kita perhatikan dengan seksama ayat dan hadits tersebut di

atas, kita akan dapatkan bahwa Allah dan Rasul-Nya telah menerangkan metode yang sangat jitu guna meraih persatuan yang sangat kita impi-impikan.

Metode itu ada pada firman-Nya dan sabdanya , "berpegang teguhlah kalian semuanya kepada tali Allah". Jadi metode dan cara bersatu yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah: dengan berpegang teguh terhadap tali Allah. Apakah tali Allah itu?. Tali Allah adalah agama-Nya. Jadi kalau kaum muslimin ingin bersatu, syaratnya adalah berpegang teguh dengan ajaran Islam yang dibangun di atas al-Qur'an, al-Hadits dan al-Ijma'. Penafsiran tali Allah dengan agama-Nya ini telah disebutkan oleh oleh para ulama, dan di antara mereka adalah para ulama madzhab syafi'i, seperti: al-Baghawy2, al-Baidhawy3, dan as-Suyuthy4.

Dan sudah dimaklumi oleh kaum muslimin bahwa amar ma'ruf (menyeru kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah dari kemungkaran) adalah merupakan salah satu bagian terbesar dari ajaran agama Islam. Allah telah memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakannya:

اس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر كنتم خير أمة أخرجت للنه 110 آل عمران:وتؤمنون بالل

Artinya: "Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah". QS. Ali Imran: 110.

Setelah memahami muqadimah di atas, perlu diketahui, bahwa tatkala kita menyebutkan dalam bab ini: perbuatan-perbuatan atau keyakinan-keyakinan yang telah membudaya di berbagai tempat, tapi ternyata sebenarnya perkara-perkara tersebut menodai atau bahkan bisa menghancurkan tauhid seseorang, tujuannya adalah dalam rangka mengamalkan firman Allah tersebut di atas; amar ma'ruf dan nahi munkar. Dan ini adalah salah satu upaya berpegang teguh dengan tali Allah, guna menggapai persatuan yang kita impi-impikan. Apakah layak bagi kita untuk membiarkan saudara-saudara kita seagama terjerumus ke dalam kubang kesyirikan, tanpa dicegah dan diselamatkan?!

Kesimpulannya: tulisan ini adalah dalam rangka mewujudkan persatuan umat dengan cara menghasung kaum muslimin untuk berpegang

1 HR. Muslim: III/1340 no:1715.2 Lihat: Ma'alim at-Tanzil: II/78.3 Lihat: Anwar at-Tanzil wa Asrar at-Ta'wil: I/73.4 Lihat: Ad-Durr al-Mantsur: III/714.

32

Page 33: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

teguh kepada agamanya. Dan bukan sama sekali guna memecah belah barisan umat Islam.

Kedua: Sebenarnya yang membuat kaum muslimin berpecah belah adalah: ulah sebagian orang yang telah dijelaskan kepadanya dengan sejelas-jelasnya dalil dari al-Qur'an, al-Hadits dan perkataan para ulama Ahlus Sunnah bahwa perbuatan yang mereka perbuat adalah keliru, tapi mereka masih saja ngotot dan bersikeras untuk melakukan dan membudayakan perbuatan tersebut. Orang-orang seperti inilah yang menimbulkan perpecahan di barisan kaum muslimin, sebagaimana yang disinggung oleh Allah dalam firman-Nya,

نات وأولئك لهم قوا واختلفوا من بعد ما جاءهم البي ذين تفر وال تكونوا كال 105 آل عمران:عذاب عظيم

Artinya: "Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". QS. Ali Imran: 105

Ketiga: Kita menginginkan terwujudnya persatuan yang hakiki, yaitu persatuan yang dibangun di atas berpegang teguh kepada kitab dan sunnah. Serta kita tidak menginginkan persatuan-persatuan yang semu; kelihatannya bersatu tapi sebenarnya hati berpecah belah. Fatamorgana persatuan inilah gaya persatuan orang Yahudi dan kaum munafiqin, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya,

هم قوم ال يعقلون ى ذلك بأن 14 الحشر: تحسبهم جميعا وقلوبهم شتArtinya: "Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. QS. Al-Hasyr: 14.

Kami mohon maaf kepada para pembaca yang budiman, jika kami dianggap melantur cukup jauh dari judul bab ini. Hal ini terpaksa kami lakukan, karena syubhat1 tersebut di atas sudah banyak tersebar dan terus disebarkan oleh oknum-oknum yang kurang bertanggungjawab2. Padahal pemikiran seperti itu amat berbahaya dan akan menghancurkan salah satu pilar agama Islam terbesar; yaitu amar ma'ruf nahi munkar.

Kembali ke pokok pembahasan kita semula; di antara noda-noda yang

akan mengotori tauhid kita atau bahkan menghancurkannya adalah:

1. Berdo'a atau memohon kepada selain Allah .Sebelum masuk ke dalam pembahasan ini, kami ingin membawakan

suatu kaidah dasar yang seharusnya diketahui dan diyakini oleh setiap muslim. Yaitu bahwa seluruh bentuk ibadah adalah hak Allah semata. Siapa saja yang mempersembahkan ibadah itu untuk selain Allah

1 Syubhat adalah: Kerancuan-kerancuan yang mengakibatkan kebenaran terlihat serupa dengan kebatilan, sehingga melahirkan kebimbangan dan keraguan. Lihat: Kitab at-Ta'rifat al-I'tiqadiyah, karya Sa'ad aal-'Abdul Lathif, hal: 201.2 Untuk mengetahui siapa oknum-oknum tersebut dan apa saja syubhat mereka, dan bagaimana cara membantahnya silahkan merujuk ke kitab Zajr al-Mutahawin bi Dharar Qa'idah al-Ma'dzirah wa at-Ta'awun, karya Hamd bin Ibrahim al-'Utsman.

33

Page 34: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

berarti dia telah menyembah sesuatu itu, dan tidak menyembah Allah1.

Doa merupakan salah satu ibadah yang sangat agung dalam agama kita. Maka tidak mengherankan jika junjungan kita menegaskan,

)الدعاء هو العبادة( رواه أبو دود والترمذي."Doa adalah ibadah". HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzy.2.

Ibnu al-Atsir menjelaskan maksud dari hadits ini: bahwa do'a adalah murni dan semata-mata ibadah; karena tujuan dari do'a sama dengan tujuan dari ibadah; yaitu mengharap pahala dan balasan dari Allah3.

Berhubung do'a adalah ibadah, maka Allah memerintahkan hamba-Nya untuk hanya berdo'a dan memohon kepada-Nya. Dia berfirman,

كم ادعوني أستجب لكم 60 :/المؤمنغافر وقال ربArtinya: "Dan Rabb kalian berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian". QS. Ghafir/al-Mu'min: 60.

Jadi merupakan suatu kekeliruan yang nyata, jika kita dapatkan sebagian orang masih berdo'a dan memohon kepada selain Allah . Memohon agar mendapatkan jodoh dari wali songo di makam-makam mereka, memohon perlindungan kepada Nabi dari marabahaya, meminta kepada para dukun agar diberi keturunan dan lain sebagainya.

Sejak dulu para ulama madzhab Syafi'i telah memperingatkan umat Islam agar mereka tidak terjerumus kepada perbuatan syirik jenis ini. Di antara para ulama tersebut:

Ibnu Khuzaimah yang berkata, هل سمعتم عالما يجيز أن يقول الداعي: أعوذ بالكعبة من شر خلق الله؟

أو يجيز أن يقول: أعوذ بالصفا والمروة؟ أو أعوذ بعرفات ومنى من شر ما خلق الله؟ هذا ال يقوله وال يجيز القول به مسلم يعرف دين الله,

محال أن يستعيذ مسلم بخلق الله من شر خلقه."Pernahkah kalian mendengar seorang ulama memperbolehkan seseorang berdo'a: "Aku memohon perlindungan kepada Ka'bah dari kejahatan makhluk Allah?". Atau memperbolehkan untuk berkata, "Aku memohon perlindungan kepada Shafa dan Marwah?". Atau, "Aku memohon perlindungan kepada Arafah dan Mina dari kejahatan makhluk Allah?". Seorang muslim yang paham agama Allah tidak akan mengatakan perkataan ini dan tidak akan memperbolehkan ucapan ini. Amatlah mustahil seorang muslim memohon perlindungan kepada makhluk Allah dari kejahatan makhluk-Nya!"4.

Renungkanlah perkataan Ibnu Khuzaimah ini dalam-dalam, niscaya kita akan tahu bahwa syirik dalam berdo'a tidak dikenal dalam kurun masa salaf ash-shalih. Maka tidaklah aneh kalau beliau menganggap bahwa perbuatan itu mustahil akan dilakukan oleh seorang muslim yang paham agamanya. Akan tetapi di zaman kita ini… Justru orang-orang yang berusaha untuk memberantas kesyirikan-kesyirikan tersebut malah dikucilkan dari masyarakatnya, dituduh memeluk pemahaman sesat,

1 Silahkan dilihat kembali pembahasan tentang tauhid uluhiyah.2 HR. Abu Dawud: II/109 no: 1479 dan at-Tirmidzy no: 2969. At-Tirmidzy berkata, "Hadits hasan shahih" dan al-Albany menshahihkannya.3 An-Nihayah fi Gharib al-Hadits: IV/305.4 Kitab at-Tauhid: I/401-402.

34

Page 35: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

dianggap membawa agama baru, di…. di….. dan seterusnya, Allahul musta'an…

Mungkin sebagian orang yang telah tergelincir ke dalam perbuatan-

perbuatan tersebut di atas akan berdalih, "Kami bukan meminta kepada nabi, sunan, syeikh, kyai, habib ataupun tuan guru, tapi kami hanya menjadikan mereka sebagai wasilah (perantara)1 yang mendekatkan kami kepada Allah!, karena mereka memiliki kedudukan mulia di sisi-Nya. Ditambah lagi mereka akan memberi kami syafa'at kelak di hari kiamat".

Jawabnya: Alasan yang saudara kemukakan sama persis dengan alasan yang dikemukakan kaum musyrikin Quraisy tatkala mereka diperintahkan untuk meninggalkan sesembahan-sesembahan selain Allah. Dan perlu diketahui bahwa alasan yang mereka ajukan ini, tidak diterima oleh-Nya, bahkan di akhir ayat Allah mengancam tidak akan menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. Allah menceritakan argumentasi mereka,

ه زلفى إن بونا إلى الل خذوا من دونه أولياء ما نعبدهم إال ليقر ذين ات واله ال يهدي من هو كاذب ه يحكم بينهم في ما هم فيه يختلفون إن الل الل

3 الزمر: كفارArtinya: "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar". QS. Az-Zumar: 3.

Dalam ayat lain, Allah bercerita tentang kondisi kaum musyrikin,هم وال ينفعهم ويقولون هؤالء شفعاؤنا ه ما ال يضر ويعبدون من دون الل

ماوات وال في األرض سبحانه ه بما ال يعلم في الس ئون الل ه قل أتنب عند الل 18 يونس:وتعالى عما يشركون

Artinya: "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah". Katakanlah, "Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?". Maka Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (itu)". QS. Yunus: 18.

Para ulama madzhab Syafi'i telah menjelaskan bahwa alasan ini merupakan alasan orang-orang musyrik sejak tempo doeloe kala sampai sekarang.

Ibnu Katsir berkata,هذه الشبهة هي التي اعتمدها المشركون في قديم الدهر وحديثه.

1 Untuk pembahasan lebih dalam seputar pemahaman yang benar dan pemahaman yang keliru mengenai wasilah atau wasithah (perantara) silahkan merujuk ke kitab: Al-Wasithah Bain Allah wa Khalqihi 'Inda Ahl as-Sunnah wa Mukhalifihim, karya Dr. Al-Murabith bin Muhammad asy-Syinqithy.

35

Page 36: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"Syubhat inilah yang selalu dijadikan sandaran kaum musyrikin di zaman dulu dan sekarang"1.

Al-Maqrizy, ketika berbicara tentang syirik dalam tauhid uluhiyah, beliau menjelaskan bahwa syubhat ini merupakan alasan seluruh kaum musyrikin dengan berbagai jenisnya,

وهو شرك عباد األصنام وعباد المالئكة وعباد الجن وعباد المشايخهوالصالحين األحياء واألموات الذين قالوا: بونا إلى الل ما نعبدهم إال ليقر

3 الزمر: زلفى"Dan ini merupakan syirik para penyembah berhala, penyembah malaikat, penyembah jin, dan penyembah syeikh-syeikh serta orang-orang shalih, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka semua berkata, "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya" QS. Az-Zumar: 3"2.

"Bagaimana kalian menyamakan kami dengan kaum musyrikin

Quraisy? Sedangkan yang kami sembah beda dengan yang mereka sembah? Mereka menyembah berhala, adapun kami maka menyembah para wali yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah!?". Mungkin inilah yang akan mereka sampaikan ketika kita bawakan ayat ke 3 dari surat az-Zumar tersebut di atas.

Bantahannya: Tidak benar kalau yang disembah orang-orang musyrik Quraisy hanya berhala, tapi kenyataannya mereka juga menyembah para wali dari kalangan orang-orang shalih.

Hal ini dijelaskan oleh Fakhruddin ar-Razy tatkala beliau membagi sesembahan-sesembahan orang-orang kafir selain Allah di zaman dulu menjadi dua: a.sesembahan yang berakal. b.sesembahan yang tidak berakal.

Adapun contoh sesembahan yang berakal adalah: al-Masih, 'Uzair dan Malaikat. Sebagian kelompok dari mereka menyembah makhluk-makhluk tersebut. Dan banyak dari manusia saat itu menyembah matahari, bulan dan bintang. Mereka meyakini bahwa benda-benda itu hidup, berakal dan bisa berbicara. Adapun sesembahan-sesembahan yang tidak dianggap hidup maupun berakal, adalah: berhala. Maksud orang-orang kafir dalam penyembahan mereka terhadap berhala tersebut adalah untuk mendekatkan mereka kepada Allah. Orang yang intelek di antara mereka tidaklah menyembah berhala tersebut karena berhala itu terbuat dari kayu atau batu, akan tetapi mereka menyembah berhala tersebut, karena mereka meyakini bahwa berhala itu hanyalah replika yang menggambarkan bintang-bintang, arwah-arwah di langit, para nabi dan orang-orang shalih terdahulu. Dan maksud penyembahan mereka terhadap berhala itu adalah untuk mempersembahkan ibadah-ibadah itu kepada makhluk-makhluk tersebut di atas yang diwakili oleh berhala-berhala itu.

Setelah itu ar-Razy menyimpulkan bahwa sesembahan yang dimaksud dalam ayat ini adalah sesembahan yang berakal dan bukan berhala. Kesimpulan ini didasarkan atas dua alasan kuat:

1 Tafsir al-Qur'an al-'Adzim: IV/45, lihat pula: II/151, 411.2 Tajrid at-Tauhid al-Mufid hal:45.

36

Page 37: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Pertama: Dhamir هم dalam firman-Nya نعبدهم adalah dhamir untuk 'uqala (yang berakal), maka tidak layak kalau ditafsirkan untuk yang tidak berakal seperti patung misalnya.

Kedua: Bukan merupakan suatu hal yang aneh, jika orang-orang musyrikin itu meyakini bahwa al-Masih, 'Uzair dan para malaikat akan memberi syafa'at kepada mereka di sisi Allah. Justru merupakan suatu keanehan jika ada orang yang berakal yang meyakini bahwa patung-patung dan benda-benda mati itu akan memberi syafa'at mereka di sisi Allah??1.

Setelah ar-Razy membawakan syubhat yang mengatakan bahwa tujuan mereka menyembah sesembahan-sesembahan selain Allah adalah agar mereka memberi syafa'at kelak pada hari kiamat, beliau bantah habis syubhat itu dengan perkataannya,

وتقرير الجواب: أن هؤالء الكفار إما أن يطمعوا بتلك الشفاعة من هذه األصنام, أو من أولئك العلماء والزهاد الذين جعلت هذه األصنام تماثيل

لها, واألول باطل؛ ألن هذه الجمادات وهي األصنام ال تملك شيئا, وال تعقل شيئا, فكيف يعقل صدور الشفاعة عنها؟. والثاني باطل؛ ألن في

يوم القيامة ال يملك أحد شيئا, وال يقدر أحد على الشفاعة إال بإذن الله, فيكون الشفيع في الحقيقة هو الله الذي يأذن في تلك الشفاعة, فكان

االشتغال بعبادته أولى من االشتغال بعبادة غيره."Dan penjelasan jawabannya adalah: Sesungguhnya orang-orang kafir tersebut (tidak terlepas dari dua keyakinan): (Pertama) bisa jadi dia mengharapkan syafa'at itu dari berhala-berhala tersebut. (Kedua) bisa jadi dia mengharapkannya dari para ulama dan ahli zuhud yang diwakili dan digambarkan oleh berhala-berhala itu. (Keyakinan) pertama batil; karena benda-benda mati ini, yakni para berhala, tidak memiliki sesuatu dan tidak memahami sesuatupun, bagaimana mungkin berhala itu memahami munculnya syafa'at dari dirinya?. Begitu pula (keyakinan) kedua batil; karena pada hari kiamat tidak ada seorangpun yang memiliki sesuatu, dan tidak seorangpun bisa memberikan syafa'at kecuali setelah mendapatkan izin dari Allah. Jadi sebenarnya pemberi syafa'at yang hakiki adalah Allah yang mengizinkan (dibaginya) syafa'at tersebut. Maka menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah lebih utama daripada menyibukkan diri dengan ibadah kepada selain-Nya"2.

Perlu dipahami bahwa kita di sini tidak sedang menafikan adanya syafa'at, karena meyakini adanya syafa'at merupakan salah satu inti ajaran dasar Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dibangun di atas dalil-dalil dari alQur'an maupun al-Hadits. Akan tetapi dari siapakah syafa'at itu diminta? Tentunya dari pemiliknya yang hakiki; yaitu Allah !. Allah berfirman,

ماوات واألرض ثم إليه ترجعون فاعة جميعا له ملك الس ه الش قل لل 44 الزمر:

Artinya: "Katakanlah, "Hanya kepunyaan Allah syafa'at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan" QS. Az-Zumar: 44.1 Lihat: At-Tafsir al-Kabir: XXVI/241.2 At-Tafsir al-Kabir: XXVI/285, lihat pula: Bulugh al-Arab fi Ma'rifah Ahwal al-'Arab, karya Mahmud Syukri al-Alusy: II/197.

37

Page 38: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

2. Berqurban (menyembelih sembelihan) untuk selain Allah.Sebagaimana do'a, berqurban (menyembelih sembelihan) juga

merupakan suatu ibadah yang harus dipersembahkan untuk Allah semata. Allah memperingatkan,

ه رب العالمين 162 األنعام: قل إن صالتي ونسكي ومحياي ومماتي للArtinya: "Katakanlah, "Sesungguhnya shalatku, nusuk (sembelihan)ku 1 , hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, rabb semesta alam". QS. Al-An'am: 162.

Bahkan Rasulullah mengancam orang yang berqurban (menyembelih sembelihan) untuk selain Allah, akan ditimpa laknat Allah. Nabi bersabda,

)لعن الله من ذبح لغير الله( رواه مسلم."Allah melaknat orang yang menyembelih sembelihan untuk selain Allah". HR. Muslim2.

Para ulama madzhab syaf'i pun telah mengingatkan hal ini jauh-jauh

hari:Rujukan para ahli fiqih madzhab syafi'i; ar-Rafi'i berkata,

إعلم أن الذبح للمعبود وباسمه نازل منـزلة السجود له, وكل واحد منهما نوع من أنواع التعظيم والعبادة المخصوصة بالله تعالى الذي هو

المستحق للعبادة."Ketahuilah, sesungguhnya menyembelih untuk Allah dan dengan nama-Nya, sederajat dengan kedudukan sujud untuk-Nya. Masing-masing dari keduanya merupakan salah satu bentuk pengagungan dan ibadah yang khusus untuk Allah ta'ala , Yang mana Dialah (satu-satunya) yang berhak untuk diibadahi"3.

Dari keterangan ini, kita paham bahwa syari'at Islam tidak

memperbolehkan upacara pelarungan kepala kerbau di pantai Selatan untuk Nyai Roro Kidul, atau mengadakan ritual labuhan dengan menanam kepala kerbau di puncak gunung Merapi untuk sesaji "penguasa" Merapi: Kanjeng Ratu Sekar Kedaton dan Kiai Sapu Jagad, atau menyembelih ayam cemani untuk sesaji yang mbaurekso pohon beringin di alun-alun kabupaten guna memuluskan jalan seseorang yang ingin memelet seorang wanita, atau berqurban untuk siapa saja selain Allah.

Siapa saja yang melakukan perbuatan ini dengan diiringi pengagungan terhadap yang disajeni dan diniati ibadah, maka dia telah murtad keluar dari agama Islam. Demikianlah keterangan yang dibawakan oleh an-Nawawy:

1 Di antara para ulama ahli tafsir yang menafsirkan nusuk dengan sembelihan adalah: Mujahid, Sa'id bin Jubair, as-Suddy dan adh-Dhahhak. Lihat: Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, karya Ibnu Katsir: III/382.2 HR. Muslim: III/1567 no: 1978.3 Al-'Aziz Syarh al-Wajiz: XII/84.

38

Page 39: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

ذبح كمن ؛تعالى الله غير باسم يذبح أن به فالمراد الله لغير لذبحا ماأو ونحو للكعبة أو عليهما الله صلى أولعيسى لموسى أو الصليب وأ للصنم

أو مسلما الذابح كان سواء الذبيحة هذه والتحل حرام هذا فكل ,ذلك مع قصد فإن .أصحابنا عليه واتفق الشافعى عليه نص ,يهوديا أو نصرانيا

فان ,كفرا ذلك كان له والعبادة تعالى الله غير له المذبوح تعظيم ذلك.مرتدا بالذبح صار ذلك قبل مسلما الذابح كان

"Adapun menyembelih untuk selain Allah, maksudnya adalah menyembelih dengan menyebut nama selain Allah; seperti orang yang menyembelih untuk patung, salib, Musa, Isa 'alaihimassalam, Ka'bah, atau yang lainnya. Seluruh perbuatan ini haram hukumnya, dan sembelihannya tidak halal untuk (dimakan), entah itu yang menyembelih seorang muslim, nasrani ataupun yahudi, demikian keterangan dari Imam Syafi'i, dan para shahabat kami (para imam madzhab syafi'i) sepakat dengan keterangan ini. Jika ditambah dengan pengagungan terhadap makhluk-makhluk itu dan (niat) beribadah untuk mereka, maka ini merupakan kekafiran, jika si penyembelih beragama Islam, maka setelah menyembelih dia dianggap murtad"1.

3. Sihir dan perdukunan.Allah berfirman:

ذين أوتوا نصيبا من الكتاب يؤمنون بالجبت والطاغوت ألم تر إلى ال 51 النساء:

Artinya: "Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thagut". QS. An-Nisa: 51.

Banyak di antara ulama ahli tafsir yang menafsirkan jibt dengan: tukang sihir dan dukun2.

Di dalam ayat lain Allah menceritakan bahwa salah satu sebab kekafiran syetan adalah karena mereka mengajarkan sihir:

حر اس الس مون الن ياطين كفروا يعل البقرة: وما كفر سليمان ولكن الش102

Artinya: "Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (karena) mereka mengajarkan sihir kepada manusia". QS. Al-Baqarah: 102.

Rasulullah bersabda, الشرك :قال .هن؟ وما الله رسول يا :قالوا !الموبقات السبع اجتنبوا)

...( متفق عليه.والسحر بالله"Jauhilah tujuh (dosa besar) yang membinasakan!. Mereka (para shahabat) bertanya, "Apakah yang tujuh itu wahai Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Syirik kepada Allah dan sihir,….". HR. Bukhari dan Muslim3.

1 Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawy: XIII/205 no: 1978.2 Lihat: Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, karya Ibnu Katsir: II/3343 HR Al-Bukhari: V/393 no: 2766 (Fath al-Bari), dan Muslim: I/92 no: 145.

39

Page 40: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Beliau juga bersabda, (.محمد على أنزل بما كفر فقد يقول ماب فصدقه عرافا أو كاهنا أتى من)

رواه أحمد والحاكم."Barang siapa yang mendatangi paranormal atau dukun kemudian dia membenarkan apa yang ia ucapakan, sesungguhnya dia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad ". HR. Ahmad dan al-Hakim1.

Sihir dan perdukunan diharamkan dalam agama Islam

bagaimanapun bentuknya dan apapun namanya. Entah itu di atas namakan: paranormal (baca: paratidaknormal), orang pintar (baca: orang tidak pintar), reiki, prana, bioenergi, tenaga dalam, ilmu kesaktian2, atau apa saja namanya, kalau hakekatnya sama dengan sihir dan perdukunan, maka diharamkan dalam Islam. Baik pelakunya terang-terangan menamakan dirinya sebagai dukun (tentunya maksud penulis bukan dukun pijat atau dukun bayi), atau mengaku sebagai haji, kyai, ajengan atau wali sekalipun, kalau memang amalannya adalah amalan dukun atau tukang sihir, tetap dikatakan dukun atau tukang sihir, dan kita tidak perlu silau dengan tipuan gelar-gelar itu.

Sihir termasuk perbuatan kufur karena dibantu oleh syetan atau jin, dan syetan atau jin tidak akan membantu melainkan setelah manusia bertaqarrub kepada mereka dengan menyembah mereka, atau dengan mempersembahkan sebagian ibadah kepada mereka, atau dengan melakukan kemaksiatan. Jika tidak minta pertolongan kepada jin, maka tukang sihir akan menyembah bintang-bintang, dan perbuatan ini semua akan mengancurkan tauhid uluhiyah

Di antara yang menyebabkan kafirnya tukang sihir adalah: jika dia menghalalkan sihir atau berkeyakinan bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk menciptakan, dan keyakinan ini merusak tauhid rububiyah.

Perdukunan termasuk perbuatan kufur karena si dukun mengaku-aku mengetahui hal yang ghaib, padahal pengetahuan tentang hal-hal yang ghaib merupakan hak prerogatif Allah. Allah menegaskan,

ماوات واألرض الغيب إال الله 65 النمل: قل ال يعلم من في السArtinya: "Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah". QS. An-Naml: 65.

Al-Khaththaby menjelaskan haramnya uang hasil praktek perdukunan dengan perkataannya,

وأمر أجر الكاهن فال إشكال في تحريمه, وفي أنه من أكل المال عن حلوان الكاهن.بالباطل, وذلك ألن قوله زور وفعله محرم, وقد نهى

"Adapun perkara uang penghasilan dukun maka tidak diragukan lagi keharamannya dan itu termasuk memakan harta (orang lain) dengan cara yang batil. Sebab (pekerjaan dukun itu dibangun di atas) perkataan dusta

1 HR. Ahmad: XV/331 no: 9536 dan dishahihkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak: I/8.2 Lihat: Membongkar kesesatan praktek sihir pada reiki, tenaga dalam dan ilmu kesaktian, karya Perdana Akhmad.

40

Page 41: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

dan perbuatan yang diharamkan. Dan Rasulullah telah melarang (makan) uang penghasilan dukun1"2.

Di antara para ulama madzhab syafi'i yang menghukumi kafirnya orang yang menghalalkan sihir adalah: ash-Shabuny3, al-Mawardy4, asy-Syairazy5, al-Mahamily6 dan asy-Syarbiny7.

Sedangkan yang mengkafirkan tukang sihir yang meyakini bahwa dirinya mempunyai kemampuan untuk menciptakan dengan perantara sihirnya, antara lain: al-Baghawy8, ar-Razy9 dan Ibnu Hajar al-Haitamy10.

Penting juga di sini kami bawakan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) tentang perdukunan dan peramalan:

"Setelah menimbang, mengingat, memperhatikan, memutuskan, dan menetapkan:

1. Segala bentuk praktek perdukunan dan peramalan hukumnya haram.2. Mempublikasikan praktek perdukunan dan peramalan dalam bentuk

apapun, hukumnya haram.3. Memanfaatkan, menggunakan, dan atau mempercayai segala praktek

perdukunan dan peramalan hukumnya haram"11.

Karena jahatnya tukang sihir, dan bahaya peran dia dalam merusak aqidah umat, kerjaannya membunuh nyawa yang tidak berdosa, menceraikan suami istri, meresahkan masyarakat dan segudang kerusakan-kerusakan lain yang ditimbulkan mereka, tidak aneh jika Islam mengganjar mereka dengan hukuman penggal leher!. Umar bin Khaththab memerintahkan,

)أن قتلوا كل ساحر وساحرة( رواه أحمد."Bunuhlah setiap tukang sihir baik laki-laki maupun perempuan". R. Ahmad12.

Akan tetapi tugas membunuh tukang sihir adalah tugas pemerintah kaum muslimin atau yang mendapatkan perintah dari mereka. Adapun tugas rakyat adalah melaporkan adanya tukang sihir kepada pemerintah mereka13.

1 HR. Al-Bukhari: IV/426 no: 2237 (Fath al-Bary) dan Muslim: III/1198 no: 1567.2 Gharib al-Hadits: II/474.3 Lihat: Aqidah as-Salaf wa Ashab al-Hadits hal: 105.4 Lihat: Al-Hawy al-Kabir: XIII/96.5 Lihat: Al-Muhadzdzab: V/216.6 Lihat: Al-Lubab fi al-Fiqh asy-Syafi'i hal: 368. 7 Lihat: Mughni al-Muhtaj: V/394.8 Lihat: At-Tahdzib fi Fiqh al-Imam asy-Syafi'i: VII/261.9 Lihat: At-Tafsir al-Kabir: III/232.10 Lihat: Al-I'lam bi Qawathi' al-Islam hal: 98-99, dinukil dari Juhud asy-Syafi'iyyah fi Taqrir Tauhid al-'Ibadah hal: 513.11 Media Dakwah, edisi no. 358 Sya'ban 1426 / September 2005, hal: 48.12 Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya: III/196 no: 1657, dan para muhaqqiq Musnad mengatakan bahwa hadits ini "Sanadnya shahih sesuai dengan syarat al-Bukhari".13 Lihat pembahasan masalah ini di akhir pembahasan tentang masalah membuat bangunan di atas kuburan.

41

Page 42: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

4. Ngalap berkah (tabarruk) yang terlarang. Nabi bersabda,

)البركة من الله( رواه البخاري."Barakah itu (bersumber) dari Allah". HR. Bukhari1.

Dalil-dalil dari al-Qur'an dan al-Hadits telah menunjukkan bahwa Allah dengan kehendak-Nya telah mengkhususkan beberapa makhluk, perkataan maupun perbuatan, untuk diberi keutamaan dan barakah, hingga Allah menjadikannya berbarakah. Akan tetapi kita tidak boleh bertabarruk dengan hal-hal tersebut kecuali seizin syari'at, dan juga dengan niat bahwa hal-hal itu hanyalah sebab atau perantara yang mendatangkan barakah, adapun yang memberikan barakah itu dan sumbernya adalah Allah , sebagaimana yang tersebut dalam hadits Bukhari di atas.

Pembahasan kita saat ini bukanlah tentang tabarruk yang diperbolehkan syari'at2, akan tetapi kita akan bicara tentang tabarruk -atau istilah sebagian komunitas masyarakat kita ngalap berkah- yang terlarang, yaitu mencari barakah dari hal-hal yang tidak pernah diperintahkan oleh al-Qur'an dan al-Hadits, atau bahkan dilarang oleh agama kita.

Di antara tabarruk yang terlarang adalah tabarruk dengan

pohon-pohon. Larangan itu berdasarkan kisah di bawah ini: بشجرة حنين, مر إلى خرج لما الله رسول : )أن الليثي واقد أبي عن

أسلحتهم, فقالوا: يا عليها أنواط(, يعلقون )ذات لها للمشركين, يقال : سبحان النبي أنواط, فقال ذات لهم كما أنواط ذات لنا اجعل الله رسول

نفسي آلهة, والذي لهم كما إلها لنا موسى: اجعل قوم قال كما الله, هذاالترمذي. قبلكم(. رواه كان من سنة لتركبن بيده

Abu Waqid al-Laitsy menuturkan, "Suatu ketika tatkala Rasulullah bepergian ke Hunain (dengan para sahabatnya), mereka melewati pohon milik kaum musyrikin, yang dinamai pohon dzatu anwath, kaum musyrikin biasa menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon itu (guna mendapatkan barakah darinya). Maka (sebagian sahabat Nabi yang baru masuk Islam) berkata, "Wahai Rasulullah, buatlah bagi kami pohon dzatu anwath sebagaimana kaum musyrikin memiliki pohon dzatu anwath!". Serta merta Rasulullah menimpali, "Subhanallah!, (perkataan kalian) ini persis seperti perkataan kaumnya Musa, "(Wahai Musa), buatlah bagi kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki sesembahan". Demi Allah, niscaya kalian akan mengikuti jalan orang sebelum kalian". HR. At-Tirmidzy3.

Lihatlah bagaimana Rasulullah menganggap orang yang bertabaruk dengan pohon, seperti orang yang menyembah selain Allah!.

1 HR. Bukhari: VI/587 no: 3579 (Fath al-Bari).2 Untuk mengetahui model tabarruk apa saja yang diperbolehkan dalam agama Islam silahkan merujuk ke kitab: At-Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu, karya Dr. Nashir bin Abdurrahman al-Judai' hal: 201-311.3 HR. At-Tirmidzy no: 2180. Dia berkata: "Ini adalah hadits hasan shahih", dan al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi: II/465.

42

Page 43: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Di antara tabarruk yang terlarang adalah tabarruk dengan mengusap dinding rumah Nabi dan makam Beliau atau makam-makam lain yang ada di muka bumi ini.

Banyak sekali di antara para ulama madzhab Syafi'i yang terang-terangan melarang tabarruk model ini. Di antara para ulama tersebut:

Al-Halimy yang sependapat dengan para ulama yang melarang menempelkan perut dan punggung ke dinding makam Nabi atau mengusapnya dengan tangan, dan menegaskan bahwa perbuatan itu merupakan bid'ah, karena tidak ada tuntunannya dari Rasulullah atau para sahabatnya1.

Kemudian an-Nawawy, setelah beliau mengatakan bahwa para ulama sudah bersepakat untuk melarang hal tersebut di atas. Beliau menjelaskan,

ومن خطر بباله أن المسح باليد ونحوه أبلغ في البركة فهو من جهالته وغفلته؛ ألن البركة إنما هي فيما وافق الشرع, وكيف يبتغى الفضل في

مخالفة الصواب؟."Barang siapa yang terdetik di dalam benaknya bahwa mengusap dengan tangan dan semisalnya lebih mendatangkan barakah, maka (keyakinan) itu (tidak lain) bersumber dari kebodohan dia dan kelalaiannya; sebab keberkahan itu hanya bisa didapat dengan melaksanakan syariat. Bagaimana mungkin keutamaan diupayakan dalam perbuatan yang bertolak belakang dengan kebenaran?!2.

Ibnu Jama'ah menjelaskan, عد بعض العلماء من البدع االنحناء للقبر المقدس عند التسليم, قال:

يظن من ال علم له أنه من شعار التعظيم, وأقبح منه تقبيل األرض للقبر, لم يفعله السلف الصالح, والخير كله في اتباعهم, رحمهم الله تعالى ونفعنا بهم, ومن خطر بباله أن تقبيل األرض أبلغ في البركة فهو من جهالته وغفلته؛ ألن البركة إنما هي فيما وافق الشرع وأقوال السلف وعملهم. وليس عجبي ممن جهل ذلك فارتكبه, بل عجبي ممن أفتى

بتحسينه مع علمه بقبحه ومخالفته لعمل السلف, واستشهد لذلكبالشعر.

"Sebagian ulama menganggap bahwa menundukkan badan ketika mengucapkan salam kepada kuburan yang disucikan termasuk bid'ah, dia berkata: sebagian orang yang tidak berilmu mengira bahwa perbuatan itu merupakan salah satu bentuk tanda pengagungan. Dan yang lebih buruk dari itu adalah mencium tanah kuburan, (karena) perbuatan tersebut tidak pernah dikerjakan oleh salafush shalih, padahal seluruh kebaikan terdapat dalam mengikuti mereka, semoga Allah merahmati mereka dan menjadikan (ilmu) mereka bermanfa'at bagi kita. Barang siapa yang terdetik dalam benaknya bahwa mencium tanah lebih mendatangkan barakah maka (keyakinan) itu (tidak lain) bersumber dari kebodohan dia dan kelalaiannya; sebab barakah itu didapatkan dengan mengikuti syari'at, perkataan serta perbuatan salaf. Aku tidak merasa heran dari orang yang melakukan perbuatan itu karena ketidaktahuan dia, tapi yang (amat) mengherankanku

1 Lihat: Al-Minhaj fi Syu'ab al-Iman: II/457.2 Al-Majmu' Syarh al-Muhadzab: VIII/275.

43

Page 44: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

adalah orang yang memfatwakan bahwa perbuatan itu adalah baik, padahal dia mengetahui bahwa perbuatan tersebut buruk dan menyelisihi amalan salaf, lalu orang tadi berdalilkan dengan sya'ir (untuk menguatkan pendapatnya)"1.

Senada dengan penjelasan Ibnu Jama'ah di atas, perkataan as-Samhudy2.

Bahkan al-Ghazaly, salah seorang tokoh tasawuf dan ahli filsafat, mengatakan bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan orang-orang Yahudi dan Nasrani,

فإن المس والتقبيل للمشاهد عادة اليهود والنصارى."Sesungguhnya mengusap dan mencium kuburan merupakan adat orang Yahudi dan Nashrani"3.

Senada dengan perkataan al-Ghazaly di atas, perkataan Abu Musa al-Madiny4.

Kalau perbuatan ini dilarang dilakukan di makam makhuk yang paling mulia, yaitu Rasulullah , bagaimana jika perbuatan tersebut dilakukan di makam orang-orang yang kemuliaan mereka jauh di bawah kemuliaan Rasulullah ?!.

Di antara bentuk tabarruk yang tidak disyari'atkan adalah tabarruk

dengan dzat orang-orang shalih selain Nabi . Contohnya dengan mencium-cium tangan syeikh atau kyai dan mengusap-usap jubah mereka dst, dengan niat tabarruk.

Tabarruk dengan dzat hanya boleh dilakukan dengan dzat Nabi , adapun orang-orang shalih selain Nabi , maka tidak dapat diqiyaskan dengan Beliau. Oleh karena itu Beliau tidak pernah memerintahkan umatnya untuk bertabarruk dengan orang lain selain Beliau. Di antara yang menunjukkan benarnya pemahaman ini; tidak ada seorangpun di antara para sahabat yang bertabarruk dengan manusia yang paling mulia sesudah Rasulullah dan para nabi; yaitu Abu Bakr , atau bertabarruk dengan Umar bin Khaththab , Utsman bin Affan ataupun Ali bin Abi Thalib , baik itu di zaman Rasulullah atau sesudah wafatnya. Begitu pula para tabi'in, mereka tidak bertabarruk dengan orang-orang shalih di zaman mereka. Ini semua menunjukkan bahwa salafush shalih dari kalangan para shahabat dan tabi'in memahami bahwa tabarruk dengan dzat seseorang adalah khusus bagi dzat Nabi dan tidak diqiyaskan kepada selainnya . Dan telah maklum bahwa sebaik-baik pemahaman adalah pemahaman salafush shalih.

Oleh karena itu tatkala ada berita yang sampai ke telinga Imam Syafi'i bahwa sebagian orang ada yang bertabarruk dengan pecinya Imam Malik, serta-merta beliau mengingkari perbuatan mereka itu5.

Adapun di zaman ini, para pengikut ngebet ngalap berkah dari pembesarnya, di sisi lain para pembesar yang ditabarruki juga senang dan 1 Hidayah as-Salik ila al-Madzahib al-Arba'ah fi al-Manasik: III/1390-1391. Imam Ibnu Jama'ah menukil perkataan ulama tersebut di atas dalam rangka menyetujui dan menguatkan pandapat ulama yang ia sebutkan.2 Lihat: Wafa' al-Wafa' bi Akhbar Dar al-Mushtafa: IV/1406.3 Ihya' 'Ulum ad-Din: I/254.4 Lihat: al-Majmu Syarh al-Muhadzdzab, karya an-Nawawy: V/286-287.5 Lihat: Manaqib asy-Syafi'i, karya al-Baihaqy: I/508.

44

Page 45: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

bangga dengan ulah pengikutnya itu. Kalau dulu kita dapatkan para ulama segera menarik tangan mereka begitu ada yang bergerak untuk menciumnya, sekarang kita dapatkan sebagian kyai memerah mukanya tatkala santrinya tidak ada yang menggamit tangannya untuk dicium. Allahul musta'an… Menyedihkan… Kering dari uswah… Jauh dari zuhud… kerontang dari tawadhu'…

Yang lebih menyedihkan dari itu semua, kisah nyata yang dibawakan oleh pengarang buku "Dengarlah Wahai Sufi": "Saya pernah mendengar penuturan salah seorang kawan saya sendiri, dan kisah ini ialah kisah yang ia alami secara langsung: Kawan saya ini berasal dari salah satu pondok pesantren di kota Jombang Jawa Timur. Pada suatu hari ia diajak oleh bibinya untuk berkunjung ke daerah Nganjuk-Jawa Timur), guna mengunjungi seorang wali. Setibanya di rumah wali itu, ia dipersilahkan masuk ke ruang tamu laki-laki, sedangkan bibinya dipersilakan masuk ke ruang tamu wanita. Sepulang dari rumah wali itu, bibinya berkata: "Wah, tadi di ruang wanita, saya menyaksikan beberapa wali, di antaranya: ada wali laki-laki yang keluar menemui kita dengan telanjang bulat dan tidak sehelai benangpun menempel di badannya. Setelah berada di tengah-tengah ruangan, wali telanjang itu disodori sebatang rokok oleh sebagian pelayannya, maka iapun mulai mengisap rokok, dan baru beberapa isapan, rokoknya itu dicampakkan ke lantai. Melihat puntung rokok wali telanjang yang telah tergeletak di lantai itu, ibu-ibu yang sedang berada di ruangan tamu itu berebut memungutnya, dan setelah seorang ibu berhasil mendapatkannya ia buru-buru memerintahkan anaknya yang masih ingusan, yang kala itu bersamanya untuk ganti mengisap puntung rokok itu, dengan alasan: agar mendapatkan keberkahan sang wali, dan menjadi anak yang pandai!!.

Tatkala kawan saya mendengar kisah ini langsung dari penuturan bibinya, ia bertekad untuk tidak ikut-ikut lagi dalam acara-acara yang diadakan oleh orang-orang sufi. Dan semenjak itu pulalah ia mulai menyadari kesesatan tariqat sufi, dan Alhamdulillah yang telah mengaruniai sahabat saya ini hidayah, sehingga dapat dengan mudah mencampakkan belenggu tariqat sufi dari lehernya"1.

Komentar kami serahkan kepada para pembaca yang budiman …

Di akhir pembahasan ini, kami ingin mengingatkan bahwa tabarruk yang terlarang dalam syari'at Islam bertingkat-tingkat; ada yang termasuk bid'ah yang tidak mengandung kesyirikan, ada yang termasuk syirik kecil dan ada pula yang termasuk syirik besar yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam, sebagaimana yang dijelaskan oleh as-Suyuthy tatkala beliau berbicara tentang perbuatan orang awam yang memotong tanduk sebagian binatang dengan tujuan tabarruk,

ويقطعون قرون البقر والغنم والمعز بالنورة؛ ألجل البركة, وكل هذا باطل ال شك في تحريمه, وقد يبلغ التحريم في بعضه إلى أن يكون من

الكبائر, وقد يصير كفرا بحسب المقاصد."Dan mereka (orang-orang awam) memotong tanduk sapi, domba dan kambing dengan batu kapur; untuk mendatangkan barakah. Semua

1 Dengarlah Wahai Sufi, karya Muhammad Arifin Baderi, MA hal: 24.45

Page 46: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

perbuatan ini kebatilan yang tidak diragukan lagi keharamannya, terkadang keharamannya sampai ke taraf dosa besar, dan terkadang berubah menjadi kekafiran, (ini semua) tergantung maksud (masing-masing)"1.

5. Membangun bangunan di atas kuburan.Di antara yang disunnahkan berkenaan dengan masalah kuburan

adalah meninggikannya setinggi satu jengkal saja dan tidak lebih dari itu. Jabir bin Abdullah menceritakan bagaimana makam Nabi ,

ورفع قبره من األرض نحوا من شبر. رواه ابن حبان."Dan makam Rasulullah ditinggikan dari tanah setinggi satu jengkal". HR. Ibnu Hibban2.

Bahkan para ulama melarang untuk menambah tanah di atas kuburan dengan tanah yang berasal dari luar kuburan tersebut. Imam Syafi'i berkata,

أحب أال يزاد في القبر تراب غيره."Dan aku suka untuk tidak ditambah di atas kuburan tanah dari selainnya"3.

Sekarang jelaslah bagi kita, seandainya menambah tinggi kuburan lebih dari sejengkal dengan tanah lain saja dilarang, bagaimana jika dibangun di atasnya bangunan? Mulai dari nisan (biasanya setelah seribu hari dari kematian orang yang dimakamkan), kubah, joglo, bahkan sampai masjidpun dibangun di atas kuburan!!!. Ini semua menyelisihi hadits Nabi ,

أن يبنى على القبر أو يزاد عليه(. رواه النسائي من)نهى رسول الله حديث جابر.

"Rasulullah melarang untuk dibangun di atas kuburan atau ditambah di atasnya". HR. An-Nasa'i dari Jabir4.

Juga sabda Nabi , ما مساجد( يحذر أنبيائهم قبور والنصارى, اتخذوا اليهود على الله )لعنة

عليه. صنعوا. متفق"Semoga Allah melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid (tempat peribadatan)". Beliau melarang untuk melakukan apa yang mereka lakukan. HR. Bukhari dan Muslim5.

Perlu diketahui bahwa peringatan ini Beliau sampaikan pada detik-detik akhir menjelang ajal Beliau . Dan ini menunjukkan bahwa larangan tersebut tetap adanya dan tidak dihapuskan. Demikian keterangan yang disampaikan oleh Ibnu Hajar al-'Asqalany ketika menjelaskan hadits Aisyah6 yang senada dengan hadits di atas,

1 Al-Amru bi al-Ittiba' hal: 142.2 HR. Ibnu Hibban: XIV/602 no: 6635 (Al-Ihsan fi Taqrib Shahih Ibn Hibban). Al-Albany dalam Ahkam al-Janaiz hal: 195 menghasankan isnadnya, sedangkan Syu'aib al-Arna'uth mengatakan, "Isnadnya shahih sesuai dengan syarat Muslim".3 Al-Umm: I/463.4 HR. An-Nasa'i: IV/391 no: 2026, dan dishahihkan oleh al-Albany dalam Shahih Sunan an-Nasa'i: II/65 no: 2026.5 HR. Bukhari: I/532 no: 435, 436 (Fath al-Bary), dan Muslim: I/377 no: 531.6 HR. Bukhari: III/208 no: 1341 (Fath al-Bary) dan Muslim: I/375 no: 528.

46

Page 47: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

الذي المحكم األمر من أنه إلى النهي, اإلشارة زمن على التنصيص وفائدة. حياته آخر في صدر لكونه ينسخ لم

"Faidah dari penyebutan waktu (disabdakannya) larangan itu adalah untuk mengisyaratkan bahwa larangan ini merupakan perkara muhkam (tetap) yang tidak di naskh (dihapus) . Sebab, larangan itu disabdakan di akhir hayat Nabi "1.

Oleh karena itu, Rasulullah dan para khalifah sesudahnya memerintahkan agar setiap kuburan yang dibuat terlalu tinggi melebihi dari satu jengkal diratakan.

Suatu hari Ali bin Abi Thalib berkata kepada Abu Hayyaj al-Asady, ال أن ؟ وسلم عليه الله صلى الله رسول عليه بعثني ما على أبعثك أال

. رواه مسلم.سويته إال مشرفا قبرا وال طمسته إال تمثاال تدع"Maukah engkau aku utus untuk menjalankan tugas yang dengannya aku diutus oleh Rasulullah ?. Janganlah engkau membiarkan patung (makhluk-makhluk yang memiliki ruh) melainkan engkau lenyapkan, dan (jangan engkau membiarkan) kuburan yang tinggi (yang melebihi satu jengkal) melainkan engkau ratakan (dijadikan setinggi satu jengkal)". HR. Muslim2.

Imam asy-Syafi'i bercerita, وقد رأيت من الوالة من يهدم بمكة ما يبنى فيها فلم أر الفقهاء يعيبون

ذلك."Dan aku pernah melihat penguasa yang menghancurkan bangunan (yang dibangun di atas kuburan) di kota Mekah, dan aku tidak melihat para ulama ahli fiqih mencela tindakan itu"3.

Begitulah para ulama yang rabbani dan para ulama yang hakiki, selalu mengikuti dalil dari al-Qur'an dan al-Hadits. Beda dengan sebagian orang yang mengaku-aku sebagai ulama atau mengaku sebagai keturunan Nabi , tapi enggan untuk mengikuti tuntunan Nabi , entah karena tidak tahu, atau tahu tapi khawatir akan status sosialnya di masyarakat, atau takut jika mengamalkannya berakibat "mata pencaharian" mereka akan terputus…?! Allahul musta'an…

Bila demikian adanya, apa hubungan antara membangun bangunan di

atas kuburan dengan masalah tauhid?. Hubungannya adalah: membangun bangunan di atas kuburan

merupakan salah satu sarana yang menjerumuskan umat ke dalam perbuatan-perbuatan yang menodai tauhid atau bahkan menghancurkannya.

Simak perkataan an-Nawawy di bawah ini, ketika beliau menjelaskan kenapa Nabi melarang menjadikan kuburannya dan kuburan selainnya sebagai masjid (tempat beribadah),

وقبر قبره اتخاذ عن وسلم عليه الله صلى النبي نهى انما العلماء قال ذلك أدى فربما به واالفتتان تعظيمه في المبالغة من خوفا مسجدا غيره.الخالية االمم من لكثير جرى كما الكفر إلى

1 Fath al-Bary: I/525.2 HR. Muslim: II/666 no: 969.3 Al-Umm: I/463.

47

Page 48: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

"Para ulama menjelaskan: Nabi melarang dijadikannnya kuburan beliau dan kuburan selainnya sebagai masjid (tempat ibadah), karena beliau khawatir akan timbul pengagungan yang berlebih-lebihan terhadapnya serta terfitnah dengannya. Bahkan bisa jadi hal itu akan menyeret kepada kekafiran, sebagaimana yang telah terjadi pada umat-umat terdahulu"1.

Jadi, membuat bangunan di atas kuburan akan menimbulkan pengagungan yang berlebih-lebihan terhadap yang dikubur. Di antara contoh sikap berlebih-lebihan itu: berdo'a atau memohon kepada yang dikubur, thawaf mengelilingi kuburan itu, ngalap berkah di situ, i'tikaf (baca: nyepi/bersemedi) di situ, shalat di situ, yasinan2 dan tahlilan3 di situ, dan lain sebagainya. Di antara amalan-amalan tersebut ada yang telah sampai ke derajat syirik akbar yang menghancurkan tauhid seorang hamba serta mengeluarkannya dari agama Islam, dan ada pula yang merupakan bid'ah yang mengotori tauhid seseorang4.

Bila ada yang tidak terima dan berkata, "Larangan itu khan dulu,

ketika umat Islam ditakutkan terjerumus ke dalam kesyirikan!. Di zaman ini beda, umat Islam aqidahnya sudah kuat, jadi tidak masalah membangun masjid dll di atas kuburan!".

Jawabnya:Pertama: Adakah orang yang beranggapan bahwa aqidah umat Islam

di zaman ini lebih baik dari pada aqidah para sahabat Nabi ?!. Atau justru aqidah para shahabat Nabi jauh lebih kuat, lebih matang, dan lebih murni daripada aqidah kaum muslimin di zaman kita ini?. Tentu pendapat kedua yang lebih tepat! Karena mereka para shahabat menyaksikan dengan mata kepala sendiri turunnya al-Qur'an, dan mereka langsung "berguru" kepada Rasulullah , hingga mereka meraih keridhaan Allah :

بعوهم بإحسان ذين ات ابقون األولون من المهاجرين واألنصار وال والسات تجري تحتها األنهار خالدين ه عنهم ورضوا عنه وأعد لهم جن رضي الل

100 التوبة: فيها أبدا ذلك الفوز العظيمArtinya: "Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnua selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". QS. At-Taubah: 100.

Setiap ada kekeliruan yang muncul dari mereka, segera dikoreksi oleh Nabi , hingga tidak kita dapatkan seorangpun dari mereka yang berdo'a atau meminta kepada yang dikubur, thawaf mengelilingi kuburan, ngalap 1 Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawy: V/19.2 Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hukum yasinan silahkan merujuk ke buku: Yasinan, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas, dan Takhrij Hadits-Hadits tentang Keutamaan Surat Yasin, karya Dzulqarnain Sunusi (dalam Majalah an-Nashihah vol 06 hal: 50-59). 3 Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hukum tahlilan silahkan merujuk ke buku: Santri NU Menggugat Tahlilan, karya Harry Yuniardi, dan Hukum Tahlilan Menurut Empat Madzhab, karya Abdul Hakim bin Amir Abdat. 4 Lihat contoh penyelewengan-penyelewengan lain yang kerap dilakukan oleh sebagian orang di kuburan, dalam kitab: Bida' al-Qubur Anwa'uha wa Ahkamuha, karya Shalih bin Muqbil al-'Ushaimi.

48

Page 49: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

berkah kepadanya, i'tikaf (baca: nyepi/bersemedi) di sekitarnya, yasinan dan tahlilan di situ, atau penyelewengan-penyelewengan akidah lainnya. Kebalikannya; seluruh perbuatan-perbuatan tersebut di atas telah terjadi dan bahkan telah membudaya di sebagian lingkungan kaum muslimin di zaman ini. Lha wong dalam memahami makna "la ilaha illallah" saja masih banyak yang keliru!. Lantas di mana letak kemendingan yang anda katakan?.

Lantas, jika yang dihadapi Nabi adalah generasi yang telah mumpuni akidahnya, meskipun demikian tetap dilarang untuk membangun bangunan di atas kuburan, bagaimana jika yang dihadapi adalah generasi yang aqidahnya mulai melemah atau sudah melemah??.

Kedua: Bila benar bahwa aqidah kaum muslimin di zaman ini sudah kuat (meskipun sebenarnya tidak demikian halnya), tapi siapakah yang menjamin bahwa anak cucu kita demikian halnya? Tidakkah kita merasa takut untuk menggelincirkan mereka ke dalam kesyirikan?. Apakah kita merasa aman bahwa mereka tidak akan terjerumus ke dalam kekufuran sepeninggal kita?. Kalau jawabannya adalah tidak, lantas mengapa kita buka pintu-pintu yang mengantarkan kepada kesyirikan (baca: membangun bangunan-bangunan di atas kuburan)?.

Tatkala Ibnu Hajar al-'Asqalani berbicara tentang riwayat-riwayat yang menceritakan sebab timbulnya kesyirikan pertama kali di muka bumi, beliau menjelaskan bahwa timbulnya kesyirikan itu diawali dari membuat gambar-gambar orang shalih terdahulu seperti Waad, Suwa' Yaghuts, Ya'uq dan Nasra, dengan tujuan agar mereka bisa mengingat keshalihan orang-orang shalih itu, lalu meneladani semangat mereka dalam beribadah. Akan tetapi sesudah itu…

ثم خلف من بعدهم خلوف جهلوا مرادهم, ووسوس لهم الشيطان أنأسالفكم كانوا يعبدون هذه الصور ويعظمونها, فعبدوها.

"Datanglah sesudah mereka generasi yang tidak mengerti tujuan (nenek moyang mereka membuat gambar-gambar tersebut), lantas syetan-syetan menggoda (dan mengatakan) kepada generasi muda tersebut: bahwa nenek moyang mereka dulu menyembah gambar-gambar itu dan mengagungkannya. Akhirnya (generasi muda itupun) menyembahnya"1.

Dari sinilah Ibnu Katsir menegaskan bahwa,أصل عبادة األصنام من المغاالة في القبور وأصحابها.

"Asal-usul penyembahan terhadap berhala adalah sikap berlebih-lebihan dalam (mengagungkan) kuburan-kuburan dan para penghuninya"2.

Ketiga: Meskipun pembangunan bangunan di atas kuburan tidak diiringi dengan kesyirikan-kesyirikan tersebut di atas, perlu diketahui bahwa perbuatan membangun bangunan di atas kuburan itu sendiri sudah merupakan perbuatan dosa yang dilarang oleh Rasulullah , sebagaimana telah diterangkan dalam hadits-hadits yang penulis bawakan di awal bahasan ini. Wallahu a'lam.

Di akhir pembahasan ini penulis ingin membawa pembaca melihat

fenomena yang marak terjadi di akhir-akhir ini di bumi pertiwi; berupa

1 Fath al-Bary: I/525.2 Al-Bidayah wa an-Nihayah: X/703.

49

Page 50: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

tindak perusakan tempat-tempat maksiyat yang dikoordinir oleh beberapa organisasi massa. Mereka berusaha untuk menghancurkan tempat-tempat maksiyat, misalnya pusat-pusat perjudian, tempat mabuk-mabukkan dan lokalisasi. Tapi anehnya mereka membiarkan tempat-tempat kesyirikan seperti kuburan-kuburan para wali yang diagung-agungkan.

Bukankah Ahlus Sunnah wal Jama'ah telah berijma' bahwa judi, minum minuman keras, berzina adalah dosa-dosa besar yang tidak mengeluarkan pelakunya dari lingkaran agama Islam, selama tidak menghalalkannya?. Sebaliknya, Ahlus Sunnah wal Jama'ah juga telah berijma' bahwa perbuatan syirik merupakan dosa terbesar yang bisa mengeluarkan pelakunya dari lingkaran agama Islam dan jika dia meninggal dalam keadaan belum bertaubat maka dia akan disiksa di neraka selama-lamanya!.

Mengapa usaha mereka lebih dipusatkan untuk menyelamatkan manusia dari dosa-dosa yang masih berpeluang untuk diampuni Allah, lalu menutup mata dari usaha menyelamatkan kaum muslimin dari dosa-dosa yang tidak diampuni oleh Allah?. Bukankah ini merupakan barometer yang terbalik dalam menilai prioritas dakwah?

Bukannya penulis menghasung mereka untuk main hakim sendiri bergerak merangsek menghancurkan tempat-tempat kesyirikan itu dengan tangan mereka sendiri!. Tidak! Karena yang berwenang untuk melakukan pengingkaran kemungkaran dengan tangan dalam hal-hal seperti itu adalah pemerintah kaum muslimin, bukan rakyat biasa. Coba diingat kembali kisah Ali bin Abi Thalib yang diutus oleh Rasulullah untuk meratakan kuburan-kuburan yang terlalu tinggi, kisah Abu Hayyaj al-Asady yang diutus oleh khalifah Ali bin Abi Thalib, dan juga kisah tindakan pemerintah Mekkah di zaman Imam Syafi'i1, ini semua menunjukkan bahwa tindakan-tindakan model seperti itu adalah hak prerogatif pemerintah kaum muslimin.

Tugas rakyat (para da'i) adalah berdakwah dengan lisan dengan menumbuhkan kesadaran bertauhid dalam diri masyarakat melalui media-media yang disyari'atkan, serta menyampaikan nasehat kepada pemerintah, dengan memperhatikan norma-norma syari'at dalam menasehati2, menasehati mereka agar memberangus tempat-tempat kesyirikan; jika pemerintah menerima itulah yang diharapkan, tapi jika nasehat itu tidak diterima maka mereka telah menunaikan kewajiban yang diperintahkan atas mereka3. Kalau tugas menghancurkan tempat-tempat maksiyat dan kesyirikan dibuka untuk dilakukan oleh semua orang, yang akan terjadi 1 Kisah-kisah itu sudah kami bawakan ketika kami berbicara tentang perintah untuk meratakan kuburan-kuburan yang tingginya melebihi satu jengkal. 2 Untuk mengetahui norma-norma Islam dalam menasehati pemerintah silahkan merujuk ke kitab: Mu'amalah al-Hukkam fi Dhau'i al-Kitab wa as-Sunnah, karya Dr. Abdussalam bin Barjas.3 Penulis mengisyaratkan kepada suatu hadits yang berbunyi: "Barang siapa yang ingin menyampaikan nasehat kepada penguasa, hendaklah jangan menyampaikannya di depan umum, akan tetapi genggamlah tangannya dan menyendirilah dengannya. Jika ia mau menerima nasehat tersebut, maka itulah (yang diharapkan), jika tidak (mau menerima) maka sesungguhnya ia telah melaksanakan kewajibannya". HR. Ahmad: XXIV/48 no: 15333 dan Ibnu Abi 'Ashim: II/737 no: 1130, 1131. Al-Haitsami dalam Majma' az-Zawa'id: V/230 berkata, "Rijalnya (para perawinya) tsiqat (terpercaya) dan sanadnya muttashil (bersambung)". Dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani, dalam takhrij beliau terhadap Kitab as-Sunnah karya Ibnu Abi 'Ashim: II/521-522.

50

Page 51: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

adalah kekacauan, tindak anarkhis dan huru-hara, sebagaimana yang telah terjadi di negeri kita.

Maksud kami dengan tulisan ini adalah menghasung para da'i agar lebih menitik beratkan dakwah mereka kepada pengajaran inti ajaran agama Islam yaitu tauhid, serta berusaha untuk mengedepankan usaha untuk menyelamatkan umat dari dosa terbesar yaitu syirik, tentunya tanpa mengesampingkan memperingatkan umat dari dosa-dosa besar lainnya seperti zina, judi, korupsi, suap dst, tapi masing-masing sesuai dengan porsinya. Jangan malah menitik beratkan kepada pemberantasan korupsi, kolusi, nepotisme dkk, lalu membiarkan perbuatan-perbuatan syirik marak di mana-mana, "yang demikian itu tentulah suatu pembagian yang tidak adil"1. Wallahu a'lam.

6. Keyakinan bahwasanya Allah ada di mana-mana.Keyakinan ini merupakan salah satu keyakinan yang menodai tauhid

seseorang karena keyakinan ini bertentangan dengan ayat-ayat al-Qur'an, hadits-hadits Nabi dan ijma' salaf ash-shalih, dan akan meyeret kepada keyakinan-keyakinan salah lainnya.

Di antara kebatilan yang dikandung oleh keyakinan ini:Pertama: Keyakinan ini tidak selaras dengan dalil-dalil dari al-

Qur'an maupun as-Sunnah yang menunjukkan bahwa Allah bukan di mana-mana akan tetapi Allah Maha Tinggi, berada di atas 'Arsy, dan 'Arsy berada di atas langit.

Saking banyaknya dalil-dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah dalam masalah ini, sampai-sampai banyak di antara para ulama Ahlus Sunnah, baik dari madzhab syafi'i maupun dari madzhab lainnya, yang mengarang buku khusus untuk membahas masalah ini. Di antara buku-buku itu:

- Al-'Arsy, karya Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah.- Itsbat Shifat al-'Uluw, karya Ibnu Qudamah.- Al-Iima' ila Mas'alah al-Istiwa', karya al-Qairawany.- Risalah fi al-Istiwa' wa al-Fauqiyah, karya Abu Muhammad al-Juwainy.- Al-Kalam 'ala Mas'alah al-Istiwa' 'ala al-'Arsy, karya Ibn Abdul Hadi.- Kitab al-'Arsy, karya adz-Dzahaby.- Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim, karya adz-Dzahaby.- Ijtima' al-Juyusy al-Islamiyah, karya Ibn al-Qayyim.- Mukhtashar al-'Uluw li adz-Dzahaby, karya al-Albany.- Itsbat 'Uluw Allah, karya Hamud at-Tuwaijiry- Itsbat 'Uluw Allah 'ala Khalqihi wa ar-Radd 'ala al-Mukhalifin, karya

Usamah al-Qashshas.Ini baru karya-karya ilmiyah yang membahas masalah ini secara

spesifik, belum kitab-kitab lain yang dikarang oleh para ulama untuk menerangkan aqidah Ahlus Sunnah secara umum2, yang tentunya di dalamnya mereka menyebutkan masalah ini.

1 QS. An-Najm: 22.2 Lihat contoh dari buku-buku aqidah yang dikarang oleh para ulama Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam kitab: Tarikh Tadwin al-'Aqidah as-Salafiyah, karya Dr. Abdussalam bin Abdul Karim Barjas.

51

Page 52: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Adz-Dzahaby saja, dalam kitabnya al-'Uluw, menyebutkan sekitar 14 dalil dari al-Qur'an yang menunjukkan masalah ini1. Di antara dalil itu adalah firman Allah ta'ala,

حمن على العرش استوى 5 طـه: الرArtinya: "Yang Maha Pengasih (Allah) berada di atas 'Arsy". QS. Thaha: 5.

Adapun dalil dari hadits, adz-Dzahaby dalam kitabnya al-'Uluw saja menyebutkan lebih dari 200 hadits yang menetapkan masalah ini2. Di antara hadits-hadits itu, kisah dialog yang terjadi antara Rasulullah dengan seorang budak wanita:

رسول أنت :قالت .أنا؟ من :قال .السماء في :قالت الله؟ أين: )قال (. رواه مسلم.مؤمنة فإنها أعتقها :قال.الله

"Rasulullah bertanya (kepada budak wanita itu): "Di manakah Allah?". Budak menjawab: "Di langit". Rasulullah kembali bertanya, "Siapakah aku?". Dia menjawab, "Engkau utusan Allah". Maka Rasulullah pun bersabda (kepada tuannya), "Merdekakanlah dia, sesungguhnya dia seorang mukminah!". HR. Muslim3.

Kalau perkataan budak wanita itu keliru niscaya akan diluruskan oleh Rasulullah , akan tetapi tatkala Beliau mendiamkannya, bahkan kemudian memerdekakannya dan mengatakan bahwa dia adalah seorang mukminah, ini semua menunjukkan bahwa Beliau membenarkan apa yang dia katakan.

Kedua: Keyakinan ini menyelisihi ijma' (kesepakatan) salaf ash-shalih; Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Di antara para ulama yang menukil ijma' tersebut: Abu al-Hasan al-Asy'ari yang berkata,

وأجمعوا على ... أنه تعالى فوق سماواته على عرشه. "Dan mereka (ulama salaf) telah ber ijma' … bahwa sesungguhnya Allah ta'ala berada di atas langit-Nya; di atas 'Arsy "4.

Jadi, para shahabat dan generasi salaf sesudah mereka telah sepakat bahwa Allah berada di atas 'Arsy dan bukan di mana-mana. Adz-Dzahaby menukil perkataan sekitar 153 ulama Ahlus Sunnah sesudah generasi para sahabat Nabi yang menguatkan keyakinan ini5.

Apakah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah ada di mana-mana lebih alim dan lebih paham al-Qur'an dan al-Hadits dari seluruh sahabat Nabi dan para ulama salaf ash shalih sesudah zaman mereka???.

Ketiga: Keyakinan bahwasanya Allah berada di mana-mana akan menyeret kepada keyakinan wihdatul wujud (menyatunya Allah dengan makhluknya) atau istilah jawanya manunggaling kawulo gusti. Sebab jika Allah berada di mana-mana berarti Allah juga berada di dalam diri manusia dan makhluk-makhluk-Nya yang lain. Dan perlu diketahui bahwa keyakinan ini adalah keyakinan kufur.

Al-Ajurry menyampaikan nasehatnya,

1 Silahkan dirujuk di Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim: I/245-246, dan lihat pula Ijtima' al-Juyusy al-Islamiyah, karya Ibn al-Qayyim hal: 96-97.2 Silahkan dirujuk di Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim: I/249-849.3 HR. Muslim: I/382 no:537.4 Risalah ila Ahl ats-Tsaghr hal:231-232.5 Lihat: Kitab al-'Uluw li al-'Aliy al-'Adzim: II/863-1376.

52

Page 53: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

فإني أحذر إخواني المؤمنين مذهب الحلولية, الذي لعب بهم الشياطين فخرجوا بسوء مذهبهم عن طريق أهل العلم إلى مذاهب قبيحة ال تكون

إال في مفتون هالك ... ال يوافق قولهم كتاب وال سنة وقول الصحابة رضي الله عنهم وال قول أئمة المسلمين.

"Sesungguhnya aku memperingatkan saudara-saudaraku kaum mu'minin untuk berhati-hati dari pemahaman hululiyah (bahwasanya Allah menyatu dengan makhluknya). Syetan telah mempermainkan penganut pemahaman ini, sehingga dengan pemahaman yang buruk ini mereka keluar dari jalan para ulama menuju kepada pemahaman-pemahaman yang buruk, yang tidak dianut melainkan oleh orang yang terfitnah dan binasa… Perkataan mereka tidak sesuai dengan al-Qur'an, as-Sunnah, perkataan para sahabat radhiyallahu'anhum maupun perkataan para imam kaum muslimin "1.

Keempat: Keyakinan ini mengandung penghinaan terhadap Allah , sebab -maaf- selokan, tempat sampah, wc dll juga tempat. Apakah Allah juga berada di tempat-tempat itu?!. Na'udzubillah min dzalik.

Kelima: Keyakinan ini dapat menjadi "senjata ampuh" kaum misionaris dalam melancarkan kegiatan kristenisasi; yaitu dengan mengatakan bahwa sebagaimana Allah ada di masjid, di langit, di dalam diri orang shalih, wali dan kyai, Allah juga ada di gereja dan dalam diri Yesus yang menurut kalian wahai umat Islam Yesus adalah Nabi Isa . Jika demikian apa bedanya sampeyan beragama Islam atau beragama Kristen?.

Ini sebagian dari noda-noda yang akan mengotori tauhid seseorang atau bahkan menghancurkannya. Semoga Allah melindungi kita dan seluruh kaum muslimin dari noda-noda tersebut, Allahumma amien…

1 Kitab asy-Syari'ah: 287, 288.53

Page 54: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

PENUTUP

Barangkali setelah para pembaca yang budiman mengkhatamkan risalah ringkas ini, ada yang bertanya; kalau seperti itu, banyak sekali kekeliruan-keliruan yang ada di sekeliling kita yang amat membahayakan aqidah kaum muslimin? Apakah mereka semua akan dikafirkan?.

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak penjelasan dari salah seorang ulama kontemporer madzhab syafi'i, Ibnu Hajar al-Buthamy,

ولكن هل يحكم على الشخص المعين أو الطائفة المخصوصة المتلوثة بتلك الخصال المنافية للتوحيد بالشرك والكفر؟ مع أنها مؤمنة بالله

وآتية بسائر الشرائع؟. الجواب: يقال هذا العمل شرك وكفر,وبالرسول مثال كالسجود للولي والطواف بقبره أو النذر له, ولكن الشخص المعين

أو الطائفة المخصوصة ال نبادرها بالتكفير, بل الواجب تبليغها بآيات المبينة للشرك والمحذرة عنه, وأن ليسالقرآن وأحاديث الرسول

لصاحبه نصيب من الجنة, وأن هذه األعمال شرك, فإذا أصر الشخص المعين أو الطائفة المخصوصة وعاندت ولم تقبل فعند ذلك يحل عليها

إطالق الشرك أو عليه إن كان فردا معينا. "Akan tetapi apakah seseorang tertentu atau kelompok tertentu yang terkotori oleh perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan tauhid dihukumi bahwa dia telah musyrik atau kafir? Padahal mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengerjakan syari'at lainnya?.

Jawabnya: Kita katakan bahwa amalan ini adalah amalah syirik dan kufur, seperti sujud untuk wali, thawaf di kuburannya atau nadzar untuknya. Akan tetapi orangnya, atau kelompok tertentu tersebut, tidak serta-merta kita kafirkan, bahkan yang harus kita lakukan adalah menyampaikan kepada mereka ayat-ayat al-Qur'an dan hadits-hadits Rasul yang menjelaskan tentang syirik dan memperingatkan darinya, (dijelaskan juga) bahwa pelakunya tidak akan mendapatkan bagian (untuk masuk) surga, dan bahwasanya perbuatan-perbuatan ini adalah syirik. Jika orang atau kelompok tertentu tersebut tetap ngotot dan membangkang, serta tidak mau menerima, saat itulah ditimpakan kepada mereka hukum kafir"1.

Kami kira keterangan dari Ibnu Hajar Aal Buthamy di atas sangat jelas menunjukkan: bahwa Ahlus Sunnah pengikut salafush shalih bukanlah termasuk golongan orang-orang yang gampangan dalam mengkafirkan seseorang yang terjerumus kepada perbuatan syirik. Ahlus Sunnah membedakan antara menghukumi amalan dengan menghukumi orang yang berbuat amalan itu. Belum tentu orang yang mengamalkan amalan syirik langsung dihukumi bahwa dia itu musyrik. Akan tetapi Ahlus Sunnah lebih banyak mengerahkan usaha mereka guna mendakwahkan al-Qur'an dan al-Hadits sesuai pemahaman salafush shalih kepada umat dengan sejelas-jelasnya dan tentunya dengan cara-cara yang mulia. Jikalau memang setelah diterangkan kepada orang yang terjerumus ke dalam perbuatan syirik itu dalil-dalil al-Qur'an dan al-Hadits serta keterangan para ulama dengan sejelas-jelasnya, sampai tidak tersisa syubhat sedikitpun di

1 Al-'Aqaid as-Salafiyah bi Adillatiha an-Naqliyyah wa al-'Aqliyyah hal: 37-40.54

Page 55: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

kepalanya, akan tetapi orang itu tetap bersikeras dengan kesyirikannya, saat itulah orang itu dihukumi kafir. Tentunya yang berhak menghukumi adalah para ahli ilmu.

Di akhir risalah ini, kami ingin menyampaikan nasehat dari hati ke hati;

Pertama: Untuk umat, janganlah mudah-mudah menerima setiap perkataan yang disampaikan dalam masalah agama. Akan tetapi lihatlah, apakah perkataan itu sesuai dengan dalil dari al-Qur'an dan al-Hadits atau tidak?. Jika sesuai, maka peganglah erat-erat, meskipun akan terasa bagaikan menggenggam bara api. Akan tetapi jika tidak sesuai dengan dalil, buanglah jauh-jauh.

Kedua: Untuk para ulama' dan para da'i: Ingatlah setiap yang kita ucapkan dan kita sampaikan kepada umat akan kita pertanggungjawabkan di sisi Allah kelak. Sudahkah ilmu yang kita sampaikan sesuai dengan al-Qur'an dan al-Hadits, serta sesuai dengan pemahaman salafush shalih?. Kisah di bawah ini akan semakin membuat kita berhati-hati dalam berbicara:

بيال ونا الس ا أطعنا سادتنا وكبراءنا فأضل نا إن نا آتهم ضعفين. وقالوا رب رب 68-67 األحزاب: من العذاب والعنهم لعنا كبيرا

Artinya: "Dan mereka (para pengikut) berkata, "Wahai Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin kami dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Wahai Rabb kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". QS. Al-Ahzab: 67-68.

Para pembaca yang kami hormati, jika ada kebenaran dalam tulisan ini maka itu semata taufiq dari Allah , sebaliknya bila ada kesalahan di dalamnya maka itu bersumber dari syetan atau dari diri penulis yang amat lemah. Mohon maaf bila ada kekurangan, kesalahan atau kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca yang budiman, semoga tulisan ini bermanfaat, amien.

Wallahu ta'ala a'laa wa a'lam. Wa shallallahu 'ala nabiyyina muhammadin wa 'ala alihi wa shahbihi ajma'in.

55

Page 56: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

DAFTAR PUSTAKA1

A. Referensi Arab:1. Al-Qur'an al-Karim.2. Aaraa' al-Ghazaly fi al-Ilahiyat 'Ardh wa Naqd, karya Sulaiman

Thalhah Hasan Syiiby, 1403. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).*

3. Aaraa' Ibn Hajar al-Haitamy al-I'tiqadiyah 'Ardh wa Taqwim fi Dhau' 'Aqidah as-Salaf, karya Muhamd bin Abdul Aziz asy-Syayi'. (Tesis).*

4. Aaraa' Ibn Hibban fi al-Masa'il al-I'tiqadiyah, karya Ahmad Shalih az-Zahrany, 1420. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).*

5. Abu al-Hasan al-Asy'ary baina al-Mu'tazilah wa as-Salaf, karya Hadi bin Ahmad Ali Thaliby, 1399/1979. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).

6. Abu Hamid al-Ghazaly 'Aqidatuh wa Tashawwufuh, karya Abdurrahman Muhammad Sa'id Dimasyqiyyah, Riyadh: Dar al-Muslim, cet I, 1420.

7. 'Adaa' al-Maturidiyyah li al-'Aqidah as-Salafiyyah, karya Dr. Syamsuddin al-Afghany, cet II, 1419/1998. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

8. Adab asy-Syafi'i, karya Abdurrahman bin Abi Hatim ar-Razy, tahqiq Dr. Abdul Ghany Abdul Khaliq, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, tt.

9. Ad-Durr al-Mantsur fi at-Tafsir bi al-Ma'tsur, karya Abdurrahman bin Abi Bakr Jalaluddin as-Suyuthy, tahqiq Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turky, Kairo: Markaz Hajar, cet I, 1424/2003.

10. Ahkam al-Jana'iz wa Bida'uha, karya Muhammad Nashiruddin al-Albany, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, cet I, 1412/1992.

11. Al-Amru bi al-Ittiba' wa an-Nahyu 'an al-Ibtida', karya Abdurrahman bin Abi Bakr Jalaluddin as-Suyuthy, tahqiq Masyhur bin Hasan Salman, Riyadah: Dar Ibn al-Qayyim, cet II, 1416/1995.

12. Al-'Aqa'id as-Salafiyyah bi Adillatiha an-Naqliyyah wa al-'Aqliyyah, karya Ahmad bin Hajar al-Buthamy Aal Bin'aly, Qatar: Dar al-Kutub al-Qathariyah, cet I, 1415/1994.

13. Al-As'ilah wa al-Ajwibah al-Ushuliyyah, karya Abdul Aziz al-Muhammad as-Salman, cet XV, 1404/1984.

14. Al-'Aziz Syarh al-Wajiz, karya Abdul Karim bin Muhammad ar-Rafi'i, tahqiq Ali Muhammad Mu'awwidh dan 'Adil Ahmad, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah,

15. Al-Baihaqy wa Mauqifuhu min al-Ilahiyat, karya Dr. Ahmad bin 'Athiyyah al-Ghamidy, karya Ahmad bin al-Husain al-Baihaqy, Madinah: Al-Jami'ah al-Islamiyyah, cet II, 1402/1982.

16. Al-Bidayah wa an-Nihayah, karya Ismail bin Umar ibnu Katsir ad-Dimasyqy, 'inayah Abdurrahman al-Ladiqy dan Muhammad Ghazi Baidhun, Beirut: Dar al-Ma'rifah, cet VII, 1422/2002.

1 Referensi yang kami beri tanda bintang (*) di belakangnya berarti tidak kami nukil darinya secara langsung, tapi melalui perantara referensi lain.

56

Page 57: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

17. Al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an, karya Muhammad bin Bahadur Badruddin az-Zarkasyi, tahqiq Muhammad Abu al-Fadhl, Kairo: Dar at-Turats, tt.

18. Al-Hats 'ala al-Mawaddah wa al-'I'tilaf wa at-Tahdzir min al-Furqah wa al-Ikhtilaf, oleh Dr. Rabi' bin Hadi al-Madkhaly, Aman: Markaz al-Imam al-Albany, cet I, 1425/2004.

19. Al-Hawi al-Kabir, karya Ali bin Muhammad Abu al-Hasan al-Mawardy, tahqiq Ali Muhammad Mu'awwidh dan 'Adil Ahmad, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, cet I, 1414/1994.

20. Al-Hujjah fi Bayan al-Mahajjah wa Syarh 'Aqidah Ahl as-Sunnah, oleh Isma'il bin Muhammad, Abu al-Qasim at-Taimy, tahqiq Dr. Muhammad bin Rabi' al-Madkhaly dan Muhammad Abu Rahim, Riyadh: Dar ar-Rayah, cet II, 1419/1999.

21. Al-Ibanah 'an Syari'ah al-Firqah an-Najiyah wa Mujanabah al-Firaq al-Madzmumah (al-Ibanah al-Kubra), karya Ubaidullah bin Muhammad bin Baththah al-'Akbary, tahqiq Dr. Yusuf bin Muhammad al-Wabil, Riyadh: Dar ar-Rayah, cet: II, 1418.

22. Al-Ibanah 'an Ushul ad-Diyanah, karya Ali bin Isma'il Abul Hasan al-Asy'ary, tahqiq Basyir Muhammad 'Uyun, Riyadh: Maktabah al-Mu'ayyad, cet IV, 1413/1993.

23. Al-Ihsan bi Taqrib Shahih Ibn Hibban, karya 'Ala'uddin Ali bin Balban, tahqiq Syu'aib al-Arna'uth, Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, cet I, 1408/1998.

24. Al-I'lam bi Qawathi' al-Islam, karya Ahmad bin Muhammad Ibnu Hajar al-Haitamy, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1407.*

25. Al-Imam al-Khaththaby wa Manhajuh fi al-'Aqidah, karya al-Hasan bin Abdurrahman al-'Alawy, kata pengantar Syeikh Hammad bin Muhammad al-Anshary, Riyadh: Dar al-Wathan, cet I, 1418/1997. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

26. Al-Imam al-Maqrizy wa Aaraa'uhu al-I'tiqadiyah wa Mauqifuh min al-Firaq 'Ardh wa Naqd 'ala Dhau'i 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karya Ibrahim bin Mas'ud bin Musfir al-Maliky, 1421. (Tesis).*

27. Al-Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazy wa Juhuduhu fi Bayan 'Aqidah as-Salaf wa ad-Difa' 'anha, karya Mausim bin Munir an-Nufai'i, kata pengantar Dr. Ali bin Nufai' al-'Ulayyan, Riyadh: Dar al-Wathan, Cet I, 1416. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).

28. Al-Imam Muhammad bin Nashr al-Marwazy wa Juhuduhu fi Bayan 'Aqidah as-Salaf wa ad-Difa' 'anha, karya Mausim bin Munir an-Nufai'i.*

29. Al-Imam Utsman bin Sa'id ad-Darimy wa Difa'uhu 'an 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad Mahmud Abu Rahim, 1403. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).*

30. Al-'Iqd ats-Tsamin fi Bayan Masa'il ad-Din, karya Ali bin Muhammad as-Suwaidy.*

31. Al-Jami' li Syu'ab al-Iman, karya Ahmad bin al-Husain al-Baihaqy, tahqiq Dr. Abdul 'Aliy Abdul Hamid, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, cet I, 1423/2003.

57

Page 58: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

32. Al-Kulliyyat, Mu'jam fi al-Mushthalahat wa al-Furuq al-Lughawiyyah, Abu al-Baqa Ayyub al-Kafawy, tahqiq Dr. 'Adnan Darwisy dan Muhammad al-Mishry, Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, cet II, 1413/1993.

33. Al-Lubab fi al-Fiqh asy-Syafi'i, karya Ahmad bin Muhammad Ibnu al-Mahamily, tahqiq Abdul Karim al-'Umary, Madinah: Dar al-Bukhari, cet I, 1416.

34. Al-Majmu' Syarh al-Muhadzdzab, karya Yahya bin Syaraf an-Nawawy, tahqiq Muhammad Najib al-Muthi'I, Jeddah: Maktabah al-Irsyad, tt.

35. Al-Maqrizy wa Aaraa'uhu al-I'tiqadiyah, karya Ibrahim Mas'ud Musfir, 1419. (Tesis).*

36. Al-Mawahib ar-Rabbaniyyah min al-Ayat al-Qur'aniyyah, karya Abdurrahman bin Nashir as-Sa'dy, 'inayah Samir al-Madhi, Damam: Ramadi li an-Nasyr, cet I, 1419/1995.

37. Al-Minhaj fi Syu'ab al-Iman, karya Al-Husain bin al-Hasan al-Halimy, tahqiq Hulaimy Muhammad Faudah, Beirut: Dar al-Fikr, cet I, 1399/1979.

38. Al-Muhadzdzab, karya Ibrahim bin Ali asy-Syairazy, tahqiq Dr. Muhammad az-Zuhaily, Dimasyq: Dar al-Qalam, cet I, 1417/1996.

39. Al-Mukhtashar al-Mufid fi Bayan Dala'il Aqsam at-Tauhid, karya Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-'Abbad al-Badr, Kairo: Dar al-Imam Ahmad, 1425/2004.

40. Al-Musnad, karya Ahmad bin Hanbal, tahqiq Syu'aib al-Arna'uth dkk, Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, cet I, 1419/1998.

41. Al-Mustadrak 'ala ash-Shaihain fi al-Hadits, karya Muhammad bin Abdullah al-Hakim, bersama Talkhish al-Mustadrak, karya Muhammad bin Ahmad adz-Dzahaby, tt.

42. Al-Qaul as-Sadid Syarh Kitab at-Tauhid, karya Abdurrahman bin Nashir as-Sa'dy, tahqiq Shabri bin Salamah, Riyadh: Dar ats-Tsabat, cet I, 1425/2004.

43. Al-Umm, karya Muhammad bin Idris asy-Syafi'i, tahqiq Mahmud Mathrajy, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, cet I, 1413/1993.

44. Al-Wasithah baina Allah wa Khalqih 'inda Ahl as-Sunnah wa Mukhalifihim, karya Dr. al-Murabith bin Muhammad asy-Syinqithy, Riyadh: Dar al-Fadhilah, cet I, 1424/2003. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

45. An-Nihayah fi Gharib al-Hadits, karya al-Mubarak bin Muhammad Abu as-Sa'adat Ibnu al-Atsir, tahqiq Mahmud Muhammad ath-Thanahy, Beirut: al-Maktabah al-Islamiyyah, tt.

46. An-Nubuwwah Baina al-Imam al-Ghazaly wa Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah, karya Muhammad Addah Ahmad, 1419. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).*

47. Anwar at-Tanzil wa Asrar-at-Ta'wil, karya Abdullah bin Umar al-Baidhawy, (dalam CD al-Maktabah asy-Syamilah).

48. 'Aqidah al-Imam al-Azhary, karya Dr. Ali bin Nufai' al-'Ulayyan, Riyadh: Dar al-Wathan, cet I, 1418/1997.

49. 'Aqidah as-Salaf wa Ashab al-Hadits, karya Isma'il bin Abdurrahman ash-Shabuny, tahqiq Abu al-Yamin al-Manshury, Kairo: Dar al-Minhaj, cet I, 1423/2003.

58

Page 59: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

50. Ash-Shihah, Taaj al-Lughah wa Shihah al-'Arabiyah, Isma'il bin Hammad al-Jauhary, tahqiq Ahmad Abdul Ghafur 'Aththar, Beirut: Dar al-'Ilm li al-Malayin, cet II, 1399/1979.

51. As-Sunnah, karya Ahmad bin 'Amr bin Abu 'Ashim, tahqiq Prof. Dr. Basim bin Faishal al-Jawabirah, Riyadh: Dar ash-Shumai'i, cet II, 1423/2003.

52. Asy-Syirk fi al-Qadim wa al-Hadits, karya Abu Bakr Muhammad Zakaria, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, cet I, 1422/2001. (Tesis di jurusan Aqidah Universitas Islam Madinah)

53. At-Tabarruk Anwa'uhu wa Ahkamuhu, karya Dr. Nashir bin Abdurrahman bin Muhammad al-Judai', Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, cet V, 1421/2000. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Muhammad bin Su'ud Riyadh).

54. At-Tafsir al-Kabir, karya Muhammad bin Umar Fakhruddin ar-Razy, Beirut: Dar al-Fikr, cet I, 1401/1981.

55. At-Tahdzib fi Fiqh al-Imam asy-Syafi'i, karya al-Husain bin Mas'ud al-Baghawy, tahqiq Ali Muhammad Mu'awwidh dan 'Adil Ahmad, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, cet I, 1418/1997.

56. At-Tahdzir min Mukhtasharat Muhammad Ali ash-Shabuny fi at-Tafsir, karya Bakr Abu Zaid, Damam: Dar Ibn al-Jauzy, cet II, 1410.

57. Az-Zahir fi Gharib Alfadz asy-Syafi'i, karya Muhammad bin Ahmad al-Azhary. (Dalam Muqaddimah kitab al-Hawi al-Kabir karya Ali bin Muhammad Abu al-Hasan al-Mawardy, tahqiq Ali Muhammad Mu'awwidh dan 'Adil Ahmad, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, cet I, 1414/1994.

58. Baina Abi al-Hasan al-Asy'ary wa al-Muntasibin ilaihi fi al-'Aqidah, karya Khalil Ibrahim Ahmad al-Mushily, 1407/1987. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

59. Bayan asy-Syirk wa Wasa'iluh 'inda Ulama asy-Syafi'iyyah, karya Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais, Syariqah: Dar al-Fath, cet I, 1415/1994.

60. Bida' al-Qubur Anwa'uha wa Ahkamuha, karya Shalih bin Muqbil al-'Ushaimi, Riyadh: Dar al-Fadhilah, cet I, 1426/2005. (Tesis di jurusan ad-Dirasat al-Islamiyah Universitas al-Malik Su'ud Riyadh)

61. Bulugh al-Arab fi Ma'rifah Ahwal al-'Arab, karya Mahmud Syukri al-Alusy, tahqiq Muhammad Bahjat al-Atsary, Kairo: Dar al-Kitab al-'Arabi, cet III, tt.

62. Fath al-Bary fi Syarh Shahih al-Bukhary, karya Ahmad bin Ali Ibnu Hajar al-'Asqalany, tarqim M. Fuad Abdul Baqi, Beirut: Dar al-Ma'rifah, tt.

63. Gharib al-Hadits, karya Hamd bin Muhammad al-Khaththaby, tahqiq Abdul Karim Ibrahim al-Azbawy, Mekah: Jami'ah Ummul Qura', 1982/1402.

64. Hidayah as-Salik ila al-Madzahib al-Arba'ah fi al-Manasik, karya Abdul Aziz bin Muhammad 'Izzuddin Ibnu Jama'ah, tahqiq Nuruddin 'Itr, Beirut: Dar al-Basya'ir al-Islamiyah, cet I, 1414/1994.

65. Ibnu Khuzaimah wa Manahij at-Tafwidh wa at-Ta'wil fi al-'Aqa'id, karya Dakhilullah Muhammad al-Azwary, 1406. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).*

59

Page 60: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

66. Ihya' 'Ulum ad-Din, Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al-Ghazaly, bersama kitab al-Mugny 'an Himl al-Asfar, karya Zainuddin al-'Iraqy, Beirut: Dar alKutub al-'Ilmiyyah, cet I, 1409/1998.

67. Iljam al-'Awam 'an 'Ilm al-Kalam, karya Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al-Ghazaly.*

68. Isma'il bin Yahya al-Muzany wa Risalatuh Syarh as-Sunnah, dirasah dan tahqiq Jamal 'Azzun, kata pengantar Dr. 'Ashim bin Abdullah al-Qaryuty, Madinah: Maktabah al-Ghuraba' al-Atsariyah, cet I, 1415/1995.

69. Itsbat Shifat al-'Uluw, karya Muwaffaquddin Abdullah Ibnu Qudamah, tahqiq Badr bin Abdullah al-Badr, Kuwait: ad-Dar as-Salafiyah, cet I, 1406/1986.

70. Itsbat 'Uluw Allah 'ala Khalqih wa ar-Radd 'ala al-Mukhalifin, karya Usamah bin Taufiq al-Qashshash, tahqiq Abdurrazaq bin Khalifah asy-Syayiji, Kuwait: Jum'iyyah Ihya at-Turats, 1409/1989.

71. Itsbat 'Uluw Allah wa Mubayanatuh likhalqih wa ar-Radd 'ala Man Za'ama anna Ma'iyyah Allah li al-Khalq Dzatiyyah, karya Hamud bin Abdullah at-Tuwaijiry, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, cet I, 1405/1985.

72. Jalaluddin as-Suyuthy wa Aaraa'uhu al-I'tiqadiyah 'Ardh wa Naqd 'ala Dhau'i 'Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, karya Sa'id Ibrahim Mar'i Khalifah, 1420. (Disertasi).*

73. Juhud Abi al-Mudzaffar as-Sam'any fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad Bu Bakr Ban'aly, 1413. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

74. Juhud al-'Allamah Ahmad bin Hajar al-Buthamy fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf wa ar-Radd 'ala al-Mukhalifin, Isma'il al-'Adawy. (Disertasi yang sedang disusun di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).*

75. Juhud al-Imam al-Azhary al-Lughawy fi Taqrir Aqidah as-Salaf wa ar-Radd 'ala Mukhalifiha, karya Muhammad asy-Syaikh 'Aliyu Muhammad, 1420. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

76. Juhud asy-Syafi'iyah fi Taqrir Tauhid al-'Ibadah, karya Dr. Abdullah bin Abdul Aziz al-'Anqary, Riyadh: Dar at-Tauhid, cet I, 1425/2004. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Ummul Qura' Mekah).

77. Kitab al-'Arsy wa Ma Ruwiya fih, karya Muhammad bin Utsman bin Abu Syaibah, tahqiq Muhammad bin Hamd al-Mahmud, Kairo: Maktabah as-Sunnah, cet II, 1410/1990.

78. Kitab as-Sunnah, karya Ahmad bin 'Amr bin Abu 'Ashim, beserta Dzilal al-Jannah fi Takhrij as-Sunnah, oleh Muhammad Nashiruddin al-Albani, Beirut: al-Maktab al-Islamy, cet I, 1400/1980.

79. Kitab as-Sunnah, Muhammad bin Nashr al-Marwazy, tahqiq Ali bin Abdul Aziz asy-Syibl, Riyadh: Dar al-Wathan, cet I, 1422/2001.

80. Kitab asy-Syari'ah, karya Muhammad bin al-Husain al-Aajurry, tahqiq Dr. Abdullah bin Umar ad-Dumaijy, Riyadh: Dar al-Wathan, Cet II, 1420/1999.

60

Page 61: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

81. Kitab at-Ta'rifat al-I'tiqadiyah, karya Sa'ad bin Muhammad Aal Abdul Lathif, Riyadh: Dar al-Wathan, cet I, 1422/2002.

82. Kitab at-Tauhid wa Itsbat Sifat ar-Rabb 'azza wa jalla, karya Muhammad bin Ishaq ibnu Khuzaimah, tahqiq Dr. Abdul Aziz bin Ibrahim asy-Syahwan, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, cet VI, 1418/1997.

83. Kitab at-Tauhid, karya Muhammad bin Ishaq bin Yahya bin Mandah, tahqiq Prof. Dr. Ali bin Nashir al-Faqihy, Madinah: al-Jami'ah al-Islamiyyah, cet I, 1413.

84. Lisan al-'Arab, karya Muhammad bin Makram bin Mandzur, 'inayah Amin Muhammad Abdul Wahab dan Muhammad ash-Shadiq, Beirut: Dar Ihya at-Turats al-'Arabi, cet II, 1417/1997..

85. Ma'alim at-Tanzil, karya al-Husain bin Mas'ud al-Baghawy, tahqiq Muhammad Abdullah an-Namir dkk, Riyadh: Dar ath-Thaibah, 1411.

86. Majma' az-Zawa'id wa Manba' al-Fawa'id, karya Ali bin Abu Bakr al-Haitsamy, Beirut: Dar al-Kitab, cet II, 1967.

87. Manaqib asy-Syafi'i, karya Ahmad bin al-Husain al-Baihaqy, tahqiq as-Sayyid Ahmad Shaqr, Kairo: Maktabah Dar at-Turats, cet I, 1391.

88. Manhaj Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah wa Manhaj al-Asya'irah fi Tauhid Allah ta'ala, karya Khalid bin Abdul Lathif bin Muhammad Nur, Madinah: Maktabah al-Ghuraba' al-Atsariyah, cet I, 1416/1995. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

89. Manhaj al-Baidhawy fi Taqrir al-'Aqidah 'Ardh wa Naqd, karya Su'ud bin Abdul Aziz al-'Aqil, 1414. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

90. Manhaj al-Hafidz Ibn Hajar fi al-'Aqidah min Khilal Kitab Fath al-Bary, karya Muhammad Ishaq Kando, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, cet I, 1419/1998. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah).

91. Manhaj al-Hafidz Ibn Hajar fi Taqrir al-'Aqidah min Khilal Kitab Fath al-Bary, karya Luluh binti Muhammad al-Mathrudy, 1414. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

92. Manhaj al-Imam adz-Dzahaby fi al-'Aqidah wa Mauqifuhu min al-Mubtadi'ah, karya Sa'id bin 'Aidhah az-Zahrany, 1412. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

93. Manhaj al-Imam al-Baghawy fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf, karya Muhammad bin Abdullah al-Khudhairy, 1412. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

94. Manhaj al-Imam al-Marwazy fi Ushul al-Iman wa Masa'iluhu, karya Sulaiman bin Muhammad al-'Aitsam, 1416. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

95. Manhaj al-Imam an-Nawawy fi Ushul ad-Din, karya Munirah binti Hamud al-Badrany, 1419. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

96. Manhaj al-Imam asy-Syafi'i rahimahullah fi Itsbat al-'Aqidah, karya Dr. Muhammad bin Abdul Wahab al-'Aqil, Riyadh:

61

Page 62: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

Adhwa' as-Salaf, cet II, 1425/2004. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Islam Madinah)

97. Manhaj al-Imam Ibnu Katsir fi Taqrir 'Aqidah as-Salaf, karya Ali bin Husain bin Yahya Musa, 1409. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

98. Manhaj al-Khaththaby fi al-'Aqidah, karya Ibrahim bin Abdullah al-Hammad, 1415. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

99. Manhaj al-Mawardy fi Ushul ad-Din 'Ardh wa Radd, karya Abdul Aziz bin Umar al-Ghamidy, 1417. (Tesis di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*

100. Manhaj as-Salaf wa al-Mutakallimin fi Muwafaqah al-'Aql li an-Naql wa Atsaru al-Manhajain fi al-'Aqidah, karya Jabir Idris Ali Amir, Riyadh: Adhwa' as-Salaf, cet I, 1419/1998. (Tesis di Jurusan Aqidah Universitas Islam Madinah).

101. Mauqif Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah min al-Imam Fakhruddin ar-Razy fi al-Ilahiyyat, karya Ibtisam Ahmad Muhamad Jamal, 1411. (Disertasi).*

102. Mu'amalah al-Hukkam fi Dhau' al-Kitab wa as-Sunnah, karya Dr. Abdussalam bin Barjas al Abdul Karim, Riyadh, cet V, 1417/1996.

103. Mufradat Alfadz al-Qur'an, karya al-Husain bin Muhammad ar-Raghib al-Ashfahany, tahqiq Shafwan 'Adnan Dawudy, Dimasyq: Dar al-Qalam, cet I, 1412/1992.

104. Mughny al-Muhtaj ila Ma'rifah Ma'ani Alfadz al-Minhaj, karya Muhammad bin Muhammad asy-Syarbiny al-Khatib, tahqiq Muhammad Khalil 'Itany, Beirut: Dar al-Ma'rifah, cet I, 1418/1997.

105. Mu'jam Maqayis al-Lughah, karya Ahmad bin Faris, tahqiq Abdussalam Harun, Beirut: Dar al-Jiil, cet I, 1411/1991.

106. Mukhtashar al-'Uluw li al-'Aliyyi al-Ghaffar, karya Muhammad Nashiruddin al-Albani, Beirut: al-Maktab al-Islamy, cet II, 1413/1991.

107. Muqaddimah Ibn al-Khaldun, karya Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun, Beirut: Dar al-Qalam, cet V, 1984.

108. Mu'taqad Ahl as-Sunnah wa al-Jama'ah fi Tauhid al-Asma' wa ash-Shifat, karya Prof. Dr. Muhammada bin Khalifah at-Tamimy, Kuwait: Dar Ilaf ad-Dauliyyah, cet I, 1417/1996.

109. Naqdh Utsman bin Sa'id 'ala al-Mirrisy al-Jahmy al-'Anid fimaftara 'ala Allah fi at-Tauhid, karya Utsman bin Sa'id ad-Darimy, tahqiq Manshur bin Abdul Aziz as-Samary, Riyadh: Adhwa' as-Salaf, cet I, 1419/1999.

110. Raudhah al-'Uqala' wa Nuzhah al-Fudhala', karya Muhammad ibnu Hibban al-Busty, tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid dkk, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, tt.

111. Risalah ila Ahl ats-Tsaghr, karya Ali bin Isma'il Abul Hasan al-Asy'ary, tahqiq Abdullah Syakir al-Junaidy, Madinah: Maktabah al-'Ulum wa al-Hikam, cet II, 1422/2002.

112. Shahih al-Bukhari, karya Muhammad bin Isma'il al-Bukhari, (bersama kitab Fath al-Bary).

62

Page 63: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

113. Shahih Ibn Hibban, karya Muhammad ibnu Hibban al-Busty = Al-Ihsan bi Taqrib Shahih Ibn Hibban.

114. Shahih Muslim bi Syarh an-Nawawy, karya Yahya bin Syaraf an-Nawawy, Muassasah Qurthubah, cet I, 1412/1991.

115. Shahih Muslim, karya Muslim bin Hajjaj an-Naisabury, tahqiq M. Fuad Abdul Baqi, Beirut: Dar Ihya at-Turats, cet IV, 1412/1991.

116. Shahih Sunan an-Nasa'i, karya Muhammad Nashiruddin al-Albani, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, cet I, 1419/1998.

117. Shahih Sunan at-Tirmidzy, karya Muhammad Nashiruddin al-Albani, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, cet I, 1420/2000.

118. Shifat Allah 'azza wa jalla al-Waridah fi al-Kitab wa as-Sunnah, karya 'Alawi bin Abdul Qadir as-Saqqaf, Riyadh: Dar al-Hijrah, cet II, 1422/2001.

119. Siyar A'lam an-Nubala, karya Muhammad bin Ahmad adz-Dzahaby, tahqiq Syu'aib al-Arna'uth, Beirut: Mu'assasah ar-Risalah, cet I, 1405/1985.

120. Sunan Abi Dawud, karya Sulaiman bin Abi Dawud as-Sijistany, tahqiq 'Izzat 'Ubaid Da'as, Beirut: Dar Ibn Hazm, cet I, 1418/1991.

121. Sunan an-Nasa'i, karya Ahmad bin Syu'aib bin Ali an-Nasa'i, bersama Syarh as-Suyuthi dan Hasyiyah as-Sindi, tahqiq Maktab Tahqiq at-Turats al-Islamy, Beirut: Dar al-Ma'rifah, cet III, 1415/1994.

122. Sunan at-Tirmidzy, karya Muhammad bin 'Isa at-Tirmidzy, 'inayah Masyhur bin Hasan Aal Salman, Riyadh: Maktabah al-Ma'arif, cet I, tt.

123. Sya'n ad-Du'a, karya Hamd bin Muhammad al-Khaththaby, tahqiq Ahmad Yusuf ad-Daqqaq, Beirut: Dar al-Ma'mun, cet I, 1404/1984.*

124. Syarh as-Sunnah, karya al-Husain bin Mas'ud al-Baghawy, tahqiq Syu'aib al-Arna'uth, Beirut: al-Maktab al-Islamy, cet I, 1399/1979.

125. Tafsir al-Jalalain, karya Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahally dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abu Bakr as-Suyuthy, catatan kaki Shafiyyurrahman al-Mubarakfury, Riyadh: Mu'assasah al-Haramain, tt.

126. Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, karya Ismail bin Umar ibnu Katsir ad-Dimasyqy, tahqiq Sami bin Muhammad Salamah, Riyadh: Dar ath-Thaibah, cet I, 1418/1997.

127. Tafsir al-Qur'an, karya Manshur bin Muhammad Abu al-Mudzafar as-Sam'any, tahqiq Abu Bilal Ghunaim bin Abbas, Riyadh: Dar al-Wathan, cet I, 1418/1997.

128. Tahdzib al-Lughah, karya Muhammad bin Ahmad al-Azhary, tahqiq Muhammad Abdul Mun'im Khafajy, ad-Dar al-Mishriyyah, tt.

129. Tahdzir al-Anam min 'Ilm al-Kalam, Dr. Abdurrahman bin Abdul Aziz asy-Syibl, Madinah: Maktabah al-'Ulum wa al-Hikam, cet: I, 1415/1994.

130. Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, karya Abdurrahman bin Nashir as-Sa'dy, Beirut: Muassasah ar-Risalah, cet I, 1420/1999.

131. Taj al-'Arus min Jawahir al-Qamus, Muhammad Murtadha az-Zabidy, tahqiq Abdul 'Alim ath-Thahawy, 1400/1980.

63

Page 64: salafymuda.files.wordpress.com file · Web viewkata pengantar penerbit. إن الحمد لله نحمده ونستعينه و نستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا

Pembelaan Imam Syafi'i dan Para Pengikutnya terhadap Tauhid

132. Tajrid at-Tauhid al-Mufid, karya Ahmad bin Ali al-Maqrizy al-Mishry, tahqiq Ali bin Muhammad al-'Imran, Riyadh: Dar 'Alam al-Fawa'id, cet II, 1424.

133. Tarikh Tadwin al-'Aqidah as-Salafiyah, karya Dr. Abdussalam bin Barjas al-Abdul Karim, Riyadh: Dar ash-Shumai'i, cet I, 1426/2005.

134. Thabaqat al-Hanabilah, karya Abu al-Husain Muhammad bin Abi Ya'la, Beirut: Dar al-Ma'rifah, tt.

135. Tath-hir al-Janan wa al-Arkan 'an Daran asy-Syirk wa al-Kufran, karya Ahmad ibnu Hajar al-Buthamy Aal Bin'aly, Qatar, cet I, 1390/1971.

136. Ushul ad-Din 'Inda Abi Hamid al-Ghazaly Dirasah wa Taqwim, karya Ahmad bin 'Awadhallah al-Harby, 1416. (Disertasi di jurusan aqidah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud Riyadh).*137. Wafa' al-Wafa' bi Akhbar Dar al-Mushthafa, karya Ali bin

Abdullah Nuruddin as-Samhudy, tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Beirut: Dar Ihya' at-Turats al-'Araby, cet III, 1401/1981.

138. Zajr al-Mutahawin bi Dharar Qa'idah al-Ma'dzirah wa at-Ta'awun, karya Hamd bin Ibrahim al-'Utsman, Madinah: Maktabah al-Ghuraba' al-Atsariyah, cet I, 1419/1999.

B. Referensi Indonesia:139. Dengarlah Wahai Sufi, Tanggapan atas Buku: "Zikir

Berjamaah Sunnah Atau Bid'ah" Karya: K.H. Drs. Ahmad Dimyathi Badruzzaman M.A, karya Muhammad Arifin Baderi, MA, (dalam bentuk file komputer).

140. Hukum Tahlilan (Selamatan Kematian) Menurut Empat Madzhab & Hukum Membaca al-Qur'an untuk Mayit bersama Imam asy-Syafi'iy, karya Abdul Hakim bin Amir Abdat, Jakarta: Pustaka Mu'awiyah bin Abi Sufyan, cet II, 1425/2005.

141. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, karya Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, cet III, tt.

142. Majalah an-Nashihah, volume 06 th. 1/1424/2004.143. Majalah Media Dakwah, edisi no. 358 Sya'ban 1426 H -

September 2005.144. Membongkar Kesesatan Praktek Sihir pada Reiki, Tenaga

Dalam dan Kesaktian, karya Perdana Akhmad, Yogyakarta: Quranic Media Pustaka, cet I, April 2005.

145. Santri NU Menggugat Tahlilan, karya Harry Yuniardi, Bandung: Mujahid Press, cet VIII, 1426/2005.

146. Yasinan, karya Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Jakarta: Pustaka Abdullah, cet I, 1426/2005.

64