The Life of Alfred Tennyson

18
INVENTARISASI TUMBUHAN LICHENES ( DI HALAMAN BELAKANG MESJID UNIVERSITAS NEGERI MEDAN) DISUSUN OLEH : HARMOKO SIMANJUNTAK NOVA RIANI S. RAHMAD INDRA GUNAWAN RENI ANGGRAINI RIANA FEBRINA TINAMBUNAN PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM LAPORAN MINI RISET

Transcript of The Life of Alfred Tennyson

INVENTARISASI TUMBUHAN LICHENES

( DI HALAMAN BELAKANG MESJID UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)

DISUSUN OLEH :

HARMOKO SIMANJUNTAK

NOVA RIANI S.

RAHMAD INDRA GUNAWAN

RENI ANGGRAINI

RIANA FEBRINA TINAMBUNAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

LAPORAN MINI RISET

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015

INVENTARISASI TUMBUHAN LICHENES

( DI HALAMAN BELAKANG MESJID UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)

A. Latar Belakang

Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi

dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan

satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-

pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara,

di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang

tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut

berperan dalam pembentukan tanah.

Lichenes terkenal dari kepekaannya akan kondisi alam tempat

hidupnya, apabila terdapat gas polusi maka lichenes tidak

dapat tumbuh dan berkembang dengan semestinya. Zat atau bahan

yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-

syarat suatu zat disebut polutan bila zat tersebut dapat

menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keanekaragaman jenis lichenes di halaman

belakang mesjid Universitas Negeri Medan ?

2. Bagaimana deskripsi jenis lichenes yang ditemukan di

halaman belakang mesjid Universitas Negeri Medan ?

3. Bagaimana struktur anatomi dari lichenes yang ditemukan

di halaman belakang mesjid Universitas Negeri Medan ?

C. Tujuan

1. Mengetahui jenis lichenes yang ada di halaman belakang

mesjid Universitas Negeri Medan.

2. Mendeskripsikan jenis lichenes yang ada di halaman

belakang mesjid Universitas Negeri Medan.

3. Mengetahui struktur anatomi lichenes yang ditemukan

dibelakang mesid Universitas Negeri Medan.

D. Tinjauan Teoritis

Lichenes merupakan lumut kerak yang mungkin belum

banyak diketahui oleh sebagian orang. Tapi, sesungguhnya

ia berbeda dari lumut. Lichenes (lumut kerak) merupakan

gabungan dua tanaman yang hidup bersama, yaitu antara

fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang

(alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan

satu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur.

Sebab, warna hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang

melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara

itu, tugas jamur adalah memberi perlindungan terhadap

kekeringan. Lichenes adalah tanaman yang hebat. Berbeda

dari lumut biasa yang tumbuh di tempat yang lembab,

lichenes bisa tumbuh di tempat-tempat yang sulit, tempat

yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara

epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga hidup di

atas tanah, terutama di daerah sekitar kutub utara, di

atas batu cadas, di tepi pantai dan juga di gunung-gunung

yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).

Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut

berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat

endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu.

Bukan hanya tumbuh di batu, lumut ini menjadikan batu itu

lapuk. Lichenes ini menghasilkan asam, dan kemudian asam

itu melubangi batu dan lama kelamaan memecahnya. Begitu

batu menjadi tanah, tanaman lain pun bisa tumbuh di sana.

Itulah sebabnya lumut kerak disebut juga tumbuhan

perintis. Lumut kerak ini bahkan bisa tumbuh di tengkorak

binatang yang mati. Dalam hidupnya lichenes tidak

memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap

kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes

tumbuh sangat lambat dan umurnya pun panjang. Lichenes

yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena

teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan

jika turun hujan bisa hidup kembali. Pertumbuhan talusnya

sangat lambat, dalam 1 tahun jarang lebih dari 1 cm.

Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan

vegetatif bertahun-tahun. Satu hal yang tidak disukai

oleh tumbuhan ini adalah udara dan air yang beracun.

Itulah sebabnya kita tidak akan bisa menjumpai tumbuhan

ini tumbuh dekat pabrik-pabrik. Karena sifatnya yang peka

ini lichenes sering dipakai sebagai penunjuk adanya

pencemaran udara di suatu daerah (Bold, 1987).

Alga yang ikut menyusun tubuh lichenes disebut

gonidium, dapat bersel tunggal atau berupa koloni.

Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae)

antara lain Chrococcus dan Nostoc, kadang-kadang juga

ganggang hijau (Chlorophyceae) misalnya Cystococcus dan

Trentepohlia. Kebanyakan cendawan penyusun Lichenes

tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales,

hanya kadang-kadang Pyrenomycetales. Mungkin juga

Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan

lichenes, kebayakan cendawan-cendawan tertentu

bersimbiosis dengan ganggang tertentu pula. Untuk

memelihara lichenes pada medium buatan dijumpai banyak

kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggang dipisahkan,

masing-masing dapat dipelihara dengan mudah pada medium

buatan. Dalam kultur murni cendawan baru memperlihatkan

susunan morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk talus

seperti lichenes baru terjadi, jika bertemu dengan jenis

ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain

lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara

hidup bersama antara kedua macam organisme yang

menyusunnya. Dengan kata lain alga dan jamur bersimbiosis

membentuk lichenes baru jika bertemu dengan jenis yang

tepat (Tjitrosoepomo, 1989).

Acharius (1679-1737) menyatakan pendapatnya mengenai

pengelompokan atau klasifikasi lichenes dalam dunia

tumbuhan. Sedangkan Micheli (1757-1819) berpendapat bahwa

lichenes dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah

dari jamur, tapi kebanyakan ahli sepakat bahwa lichenes

perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan

tersendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah

karena jamur yang membangun tubuh lichenes tidak akan

membentuk tubuh lichenes tanpa alga (Brown, 1985).

Lumut kerak melakukan reproduksi secara aseksual

atau seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan

fragmentasi badan vegetatif yang disebut talus atau

dengan struktur yang disebut soredia (tunggal:soredium).

Soredia terdiri dari satu atau beberapa sel fotosintetik

yang dikelilingi hifa. Soredia lepas dari induk lumut

kerak dan disebarkan oleh udara. Jika jatuh ditempat yang

cocok, soredia akan tumbuh menjadi lumut kerak baru.

Reproduksi seksual dilakukan jika jamur yang bersimbiosis

dengan Ascomycota atau Basidiomycota menghasilkan

askospora atau basidiospora. Namun, spora-spora tersebut

tidak disertai sel-sel fotosintetik  sehingga tidak akan

tumbuh dan membentuk lumut kerak baru (Cambell,2003).

E. Metodologi

a) Waktu dan Tempat

23 Februari 2015, di halaman belakang mesjid

Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang bertempatan

di Jalan Williem Iskandar dan pada tanggal 02 Maret

2015 melakukan pengamatan di laboratorium biologi.

b) Metode Pengamatan (Road Sampling)

Pengamatan dilakukan pada pukul 08:30 WIB

setelah mendengarkan instruksi dari dosen pengampu

mengenai tempat dan cara kerjanya. Berjalan dari

laboratorium Biologi hingga ke halaman belakang

mesjid yang jaraknya ± 150 m. 1 orang dari kelompok

kami membawa camera handphone yang berguna untuk

memotret spesies yang didapat dan 1 orang lagi

mengidentifikasi spesimen menurut tabel yang ada

pada penuntun praktikum. Setelah menemukan spesimen,

kami mulai mengamati mofologinya dan menghitung

diameter dari spesimen tersebut dengan bantuan

penggaris. Pengamatan kami berakhir pada pukul 09:00

WIB dan menandai tempat keberadaan spesimen untuk di

identifikasi anatominya di minggu berikutnya.

C.Metode Preservasi dan Identifikasi Anatomi Spesimen

Sebelum melakukan identifikasi, spesimen

diambil dari batang pohon tempat melekatnya. Setelah

berada di laboratorium, kami menyiapkan alat seperti

cover glass, kaca objek, silet, dan mikroskop. Bahan

yang digunakan seperti air bersih dan spesimen.

Melakukan pembuatan preparat dengan mengiris

spesimen dengan silet setipis mungkin dengan irisan

melintang. Lalu letakkan diatas cover glass, berikan

1 tetes air dan tutup dengan kaca objek. Lalu

mengamati dibawa mikroskop dengan 4x10. Mengamati

bagian-bagian anatominya yang dibantu oleh dosen

pengampu. Lalu mendokumentasikan hasil tersebut.

F. Hasil dan Pembahasan

TABEL PENGAMATAN

NO

LOKASI WARNA

LICHENES

JENIS

LICHENE

S

DIAMETE

R

LICHENE

S

TEMPAT

BERKEMBANG

KONDISI

LINGKUNGAN

DEKAT

JALAN/

PARKIRAN

JAUH

JALAN/

PARKIRAN

TERPAPA

R

MATAHAR

I

LEMBA

B

1

. Hijau folios

e

4 cm Batang

pohon

2

.

putih crus

tose

6 cm Batang

pohon

3

.

Hijau

keput

ihan

crus

tose

10 cm batu

4

.

Hijau

keput

ihan

crus

tose

7 cm Batang

pohon

I. Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, kami hanya

menemukan lichenes yang berbentuk foliose yaitu jenis

Palmeria dan crustose yaitu Haematomma dan Pleopsidium.

Pada ganbar dibawah ini merupakan lichenes dengan tipe

foliose dan berenis Palmeria sp.

Gambar struktur

DESKRIPSI MORFOLOGI

Bentuk seperti lembaran dan tipis

Berdiamater ± 4 cm

Tepi berigi dan berwarna putih

Menempel pada epidermis batang pohon

Letaknya jarang

Warna lichenes hijau keputihan

Termasuk tipe Foliose

DESKRIPSI ANATOMI

Memiliki lapisan hifa fungi

Tebal

Tidak memiliki ruang antar sel

Lapisan alga berwarna hijau

Pada gambar pengamatan ami yang kedua kami menemukan

lichenes dengan tipe crustose dan berjenis Pleosidium sp dan

Haematomma sp.

Gambar struktur anatomi

Memiliki diameter ± 6 cm Memiliki warna hijau keputihan Melekat erat pada substratnya Letaknya rapat Merupakan tipe crustose Merupakan jenis Pleopsidium sp

Memiliki diameter ± 10 cm Memiliki warna hijau keputihan

Melekat erat pada substratnya

Letaknya rapat

Merupakan tipe crustose

Merupakan jenis Haeatomma sp

Gambar struktur

Gambar struktur

Terdapat di batu

II. Pembahasan

A) Struktur Thallus Lichenes

Struktur bagian Luar Thallus (Morfologi)

Bagian utama lumut kerak adalah thallus yang

merupakan jaringan vegetatif (Fink. 1961). Menurut Dharma

(1998), thallus adalah istilah umum untuk bagian

vegetatif tumbuh-tumbuhan tak berpembuluh (non-vascular).

Tubuh lichenes yang dikenal dengan istilah thallus secara

vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur.

Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan.

Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat

atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh

yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa

merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang

biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes.

Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus

(Dube, 2006). Keberadaan thallus dapat terangkat atau

tegak lurus dari substratnya, terjumbai, tergantung atau

tubuh dapat juga terlihat secara rapat atau jarang pada

substrat. Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan

menjadi empat bentuk :

a. Crustose

Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil,

datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon

atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak

substratnya. Lichen crustose yang tumbuh terbenam di dalam

batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan

disebut endolitik dan yang tumbuh terbenam pada jaringan

tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang

longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis,

disebut leprose. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum,

Acarospora atau Pleopsidium.

b. Foliose

Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang

tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar

melekat pada substratnya.Thallusnya datar, lebar, banyak

lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan

atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu,

ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai

alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera,

Parmelia, dan lain-lain.

Gambar Haemmatoma sp

c. Fruticose

Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan

bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung

pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat

perbedaan antara permukaan atas dan bawah. Contoh : Usnea,

Ramalina dan Cladonia.

d. Squamulose

Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini

disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling

bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut

podetia. Contohnya : Psora pseudorusselli.

Gambar Parmelia sp

Gambar Usnea sp

B) Struktur bagian dalam (Anatomi)

Untuk mengetahui struktur dalam (anatomi) lichenes lebih

jelas dapat diwakili oleh jenis foliose (Vashishta, 2007), karena

jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati

secara jelas yaitu :

a. Korteks atas

Lapisan teratas disebut sebagai lapisan hifa fungi,

terdiri atas jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari

hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang

berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk

perlindungan. Lapisan teratas disebut sebagai lapisan hifa

fungi. Lapisan ini tidak memiliki ruang antar sel dan jika ada

maka ruang antar sel biasanya diisi oleh gelatin. Pada

beberapa jenis lumut kerak yang bergelatin, kulit atas juga

kekurangan satu atau beberapa sel tipis. Namun, permukaan

tersebut dapat ditutupi oleh epidermis (Misra & Agrawal,

1978). Alga sangat penting bagi untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi lumut kerak, karena alga dapat melakukan fotosintesis

(Moore, 1972). Secara umum, lapisan atas alga diketahui dapat

menerima cahaya sinar matahari. Simbiosis yang terjadi

mengakibatkan kedua komponen tersebut saling tergantung satu

Gambar Psora pseudorusseli

sama lain. Lumut kerak dapat mengabsorbsi air dari hujan,

aliran permukaan, dan embun.

b. Lapisan Alga

Lapisan ini tepat berada dibawah lapisan korteks atas.

Lapisan ini merupakan lapisan biru atau biru hijau yang

terletak di bawah korteks atas yang terdiri atas lapisan

gonidial.. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar

fungi yang bercampur dengan alga. Diantara hifa-hifa itu

terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan

Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut

lapisan gonidial sebagai organ reproduksi. Berdasarkan

penyebaran lapisan alga pada thallusnya, lumut kerak telah

diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu homoiomerus dan

heteromerous. Pada homoimerus, sel alga tersebar merata pada

jaringan longgar hifa fungi sedangkan pada heteromerus sel-sel

alga terbatas pada lapisan atas thallus (Hasairin, 2012).

c. Medulla

Menurut Misra dan Agrawal (1978) lapisan ini terdiri dari

lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah

yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke

segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa

pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu

yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya.

Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan

antara dua pembuluh. Lapisan ini akan memberikan kekuatan dan

penghubung antara lapisan bawah dan atas atau bagian luar dan

dalam thallus. Menurut Fink (1961) lapisan ini menyerupai

parenkim bunga karang seperti pada jaringan daun. Pembagian

atau pemisahan antara lapisan alga dan lapisan medula tidak

selalu terjadi secara sempurna. Pada lapisan ini hanya sedikit

terdapat sel-sel alga, dan pada umumnya lapisan ini relatif

tebal dan tidak berwarna atau transparan.

d. Korteks bawah

Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat

dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau

sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering

berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak

mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh

lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya

sebagai proteksi. Menurut Fink (1961), lapisan korteks bagian

bawah sangat mirip dengan lapisan korteks bagian atas. Pada

lapisan ini akan terbentuk rizoid yang berkembang masuk ke

substrat. Jika rizoid tidak ada, maka fungsinya akan digantikan

oleh hifa-hifa fungi yang merupakan perpanjangan hifa dari

lapisan medulla.

G. Kesimpulan

Pada pengamatan keanekaragaman lichenes di lingkungan

kampus Unimed tepatnya pad area belakang mesjid Unimed

ditemuka 2 jenis tipe lichenes yaitu tipe foliose dan

tipe crustose. Pada tempat tersebut ditemukan banyak

lichenes yang berhabitat di batang pohon maupun di

bebatuan. Karena tempat tersebut banyak di temukan

lichenes maka tempat tersebut tidak mengalami pencemaran

udara atau pencemaran udara masih rendah.

H. Daftar Pustaka

Bold, H. J, Alexopoulus. T, Delevoryas. 1987. Morphology of Plants

and Fungi, Fifth Edition. New York: Harper and Row Publishers

Brown, D, H. 1985. Lichen Physiology and Cell Biology. New York:

Plenium Press.

Campbell, Reece.2008. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Darma, T. IGK., Soetrisno, H., Dadan, J., (1998), Jenis-jenis lumutkerak yang berkembang pada tegakan pinus dan karet. Jurnal ManagemenHutan Tropika IV (1-2) : 7-10.

Dube, H., C., (2006), An Introduction to Fungi,Third Edition, New

Delhi, Department of Life Sciences Bhavnagar University,

Vicas Publishing House PVT LTD.

Fink, B., (1961), The Lichen Flora of The United States, Michigan, The

University of Michigan Press.

Misra, A. , R. , P., Agrawal, (1978), Lichens (A Preliminary Text),

Oxford and IBH Publishing Co, New York-Bombay-Calcuta.

Moore, E., (1972), Fundamental of The Fungi, 4th Edition, Landecker

Prentince Hall International Inc.

Hasairin, A. 2012. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Medan: UNIMED

Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

Vashishta, B., R., (2007), Botani For Degree Student, New Delhi,

Department of Botany Punjab University, Chandigarh

Head of the Department of Botany Multanimal Modi College,

Mody Nagar and Punjab University College, Hoshiarpur.