port alfred 2013 general valuation roll - Ndlambe Municipality
The Life of Alfred Tennyson
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of The Life of Alfred Tennyson
INVENTARISASI TUMBUHAN LICHENES
( DI HALAMAN BELAKANG MESJID UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)
DISUSUN OLEH :
HARMOKO SIMANJUNTAK
NOVA RIANI S.
RAHMAD INDRA GUNAWAN
RENI ANGGRAINI
RIANA FEBRINA TINAMBUNAN
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LAPORAN MINI RISET
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
INVENTARISASI TUMBUHAN LICHENES
( DI HALAMAN BELAKANG MESJID UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)
A. Latar Belakang
Lichenes (lumut kerak) merupakan gabungan antara fungi
dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan
satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pohon-
pohonan, di atas tanah terutama di daerah sekitar kutub utara,
di atas batu cadas, di tepi pantai atau gunung-gunung yang
tinggi. Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah.
Lichenes terkenal dari kepekaannya akan kondisi alam tempat
hidupnya, apabila terdapat gas polusi maka lichenes tidak
dapat tumbuh dan berkembang dengan semestinya. Zat atau bahan
yang dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-
syarat suatu zat disebut polutan bila zat tersebut dapat
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keanekaragaman jenis lichenes di halaman
belakang mesjid Universitas Negeri Medan ?
2. Bagaimana deskripsi jenis lichenes yang ditemukan di
halaman belakang mesjid Universitas Negeri Medan ?
3. Bagaimana struktur anatomi dari lichenes yang ditemukan
di halaman belakang mesjid Universitas Negeri Medan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui jenis lichenes yang ada di halaman belakang
mesjid Universitas Negeri Medan.
2. Mendeskripsikan jenis lichenes yang ada di halaman
belakang mesjid Universitas Negeri Medan.
3. Mengetahui struktur anatomi lichenes yang ditemukan
dibelakang mesid Universitas Negeri Medan.
D. Tinjauan Teoritis
Lichenes merupakan lumut kerak yang mungkin belum
banyak diketahui oleh sebagian orang. Tapi, sesungguhnya
ia berbeda dari lumut. Lichenes (lumut kerak) merupakan
gabungan dua tanaman yang hidup bersama, yaitu antara
fungi (jamur) dan yang berwarna hijau disebut ganggang
(alga) sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan
satu kesatuan. Ganggang membuat makanan untuk jamur.
Sebab, warna hijau yang dimilikinya memungkinkan ganggang
melakukan proses fotosintesis, memasak makanan. Sementara
itu, tugas jamur adalah memberi perlindungan terhadap
kekeringan. Lichenes adalah tanaman yang hebat. Berbeda
dari lumut biasa yang tumbuh di tempat yang lembab,
lichenes bisa tumbuh di tempat-tempat yang sulit, tempat
yang sangat dingin dan kering. Lichenes ini hidup secara
epifit pada pohon-pohonan, tetapi dapat juga hidup di
atas tanah, terutama di daerah sekitar kutub utara, di
atas batu cadas, di tepi pantai dan juga di gunung-gunung
yang tinggi (Tjitrosoepomo, 1989).
Tumbuhan ini tergolong tumbuhan perintis yang ikut
berperan dalam pembentukan tanah. Tumbuhan ini bersifat
endolitik karena dapat masuk pada bagian pinggir batu.
Bukan hanya tumbuh di batu, lumut ini menjadikan batu itu
lapuk. Lichenes ini menghasilkan asam, dan kemudian asam
itu melubangi batu dan lama kelamaan memecahnya. Begitu
batu menjadi tanah, tanaman lain pun bisa tumbuh di sana.
Itulah sebabnya lumut kerak disebut juga tumbuhan
perintis. Lumut kerak ini bahkan bisa tumbuh di tengkorak
binatang yang mati. Dalam hidupnya lichenes tidak
memerlukan syarat hidup yang tinggi dan tahan terhadap
kekurangan air dalam jangka waktu yang lama. Lichenes
tumbuh sangat lambat dan umurnya pun panjang. Lichenes
yang hidup pada batuan dapat menjadi kering karena
teriknya matahari, tetapi tumbuhan ini tidak mati, dan
jika turun hujan bisa hidup kembali. Pertumbuhan talusnya
sangat lambat, dalam 1 tahun jarang lebih dari 1 cm.
Tubuh buah baru terbentuk setelah mengadakan pertumbuhan
vegetatif bertahun-tahun. Satu hal yang tidak disukai
oleh tumbuhan ini adalah udara dan air yang beracun.
Itulah sebabnya kita tidak akan bisa menjumpai tumbuhan
ini tumbuh dekat pabrik-pabrik. Karena sifatnya yang peka
ini lichenes sering dipakai sebagai penunjuk adanya
pencemaran udara di suatu daerah (Bold, 1987).
Alga yang ikut menyusun tubuh lichenes disebut
gonidium, dapat bersel tunggal atau berupa koloni.
Kebanyakan gonidium adalah ganggang biru (Cyanophyceae)
antara lain Chrococcus dan Nostoc, kadang-kadang juga
ganggang hijau (Chlorophyceae) misalnya Cystococcus dan
Trentepohlia. Kebanyakan cendawan penyusun Lichenes
tergolong ke dalam Ascomycetes terutama Discomycetales,
hanya kadang-kadang Pyrenomycetales. Mungkin juga
Basidiomycetes mengambil bagian dalam pembentukan
lichenes, kebayakan cendawan-cendawan tertentu
bersimbiosis dengan ganggang tertentu pula. Untuk
memelihara lichenes pada medium buatan dijumpai banyak
kesukaran. Tetapi jika cendawan dan ganggang dipisahkan,
masing-masing dapat dipelihara dengan mudah pada medium
buatan. Dalam kultur murni cendawan baru memperlihatkan
susunan morfologi menurut jenisnya, tetapi bentuk talus
seperti lichenes baru terjadi, jika bertemu dengan jenis
ganggang yang tepat. Lain ganggang akan menghasilkan lain
lichenes. Jadi bentuk lichenes bergantung pada macam cara
hidup bersama antara kedua macam organisme yang
menyusunnya. Dengan kata lain alga dan jamur bersimbiosis
membentuk lichenes baru jika bertemu dengan jenis yang
tepat (Tjitrosoepomo, 1989).
Acharius (1679-1737) menyatakan pendapatnya mengenai
pengelompokan atau klasifikasi lichenes dalam dunia
tumbuhan. Sedangkan Micheli (1757-1819) berpendapat bahwa
lichenes dimasukkan ke dalam kelompok yang tidak terpisah
dari jamur, tapi kebanyakan ahli sepakat bahwa lichenes
perlu dipisahkan dari fungi atau menjadi golongan
tersendiri. Alasan dari pendapat yang kedua ini adalah
karena jamur yang membangun tubuh lichenes tidak akan
membentuk tubuh lichenes tanpa alga (Brown, 1985).
Lumut kerak melakukan reproduksi secara aseksual
atau seksual. Reproduksi secara aseksual dilakukan dengan
fragmentasi badan vegetatif yang disebut talus atau
dengan struktur yang disebut soredia (tunggal:soredium).
Soredia terdiri dari satu atau beberapa sel fotosintetik
yang dikelilingi hifa. Soredia lepas dari induk lumut
kerak dan disebarkan oleh udara. Jika jatuh ditempat yang
cocok, soredia akan tumbuh menjadi lumut kerak baru.
Reproduksi seksual dilakukan jika jamur yang bersimbiosis
dengan Ascomycota atau Basidiomycota menghasilkan
askospora atau basidiospora. Namun, spora-spora tersebut
tidak disertai sel-sel fotosintetik sehingga tidak akan
tumbuh dan membentuk lumut kerak baru (Cambell,2003).
E. Metodologi
a) Waktu dan Tempat
23 Februari 2015, di halaman belakang mesjid
Universitas Negeri Medan (UNIMED) yang bertempatan
di Jalan Williem Iskandar dan pada tanggal 02 Maret
2015 melakukan pengamatan di laboratorium biologi.
b) Metode Pengamatan (Road Sampling)
Pengamatan dilakukan pada pukul 08:30 WIB
setelah mendengarkan instruksi dari dosen pengampu
mengenai tempat dan cara kerjanya. Berjalan dari
laboratorium Biologi hingga ke halaman belakang
mesjid yang jaraknya ± 150 m. 1 orang dari kelompok
kami membawa camera handphone yang berguna untuk
memotret spesies yang didapat dan 1 orang lagi
mengidentifikasi spesimen menurut tabel yang ada
pada penuntun praktikum. Setelah menemukan spesimen,
kami mulai mengamati mofologinya dan menghitung
diameter dari spesimen tersebut dengan bantuan
penggaris. Pengamatan kami berakhir pada pukul 09:00
WIB dan menandai tempat keberadaan spesimen untuk di
identifikasi anatominya di minggu berikutnya.
C.Metode Preservasi dan Identifikasi Anatomi Spesimen
Sebelum melakukan identifikasi, spesimen
diambil dari batang pohon tempat melekatnya. Setelah
berada di laboratorium, kami menyiapkan alat seperti
cover glass, kaca objek, silet, dan mikroskop. Bahan
yang digunakan seperti air bersih dan spesimen.
Melakukan pembuatan preparat dengan mengiris
spesimen dengan silet setipis mungkin dengan irisan
melintang. Lalu letakkan diatas cover glass, berikan
1 tetes air dan tutup dengan kaca objek. Lalu
mengamati dibawa mikroskop dengan 4x10. Mengamati
bagian-bagian anatominya yang dibantu oleh dosen
pengampu. Lalu mendokumentasikan hasil tersebut.
F. Hasil dan Pembahasan
TABEL PENGAMATAN
NO
LOKASI WARNA
LICHENES
JENIS
LICHENE
S
DIAMETE
R
LICHENE
S
TEMPAT
BERKEMBANG
KONDISI
LINGKUNGAN
DEKAT
JALAN/
PARKIRAN
JAUH
JALAN/
PARKIRAN
TERPAPA
R
MATAHAR
I
LEMBA
B
1
. Hijau folios
e
4 cm Batang
pohon
2
.
putih crus
tose
6 cm Batang
pohon
3
.
Hijau
keput
ihan
crus
tose
10 cm batu
4
.
Hijau
keput
ihan
crus
tose
7 cm Batang
pohon
I. Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan, kami hanya
menemukan lichenes yang berbentuk foliose yaitu jenis
Palmeria dan crustose yaitu Haematomma dan Pleopsidium.
Pada ganbar dibawah ini merupakan lichenes dengan tipe
foliose dan berenis Palmeria sp.
Gambar struktur
DESKRIPSI MORFOLOGI
Bentuk seperti lembaran dan tipis
Berdiamater ± 4 cm
Tepi berigi dan berwarna putih
Menempel pada epidermis batang pohon
Letaknya jarang
Warna lichenes hijau keputihan
Termasuk tipe Foliose
DESKRIPSI ANATOMI
Memiliki lapisan hifa fungi
Tebal
Tidak memiliki ruang antar sel
Lapisan alga berwarna hijau
Pada gambar pengamatan ami yang kedua kami menemukan
lichenes dengan tipe crustose dan berjenis Pleosidium sp dan
Haematomma sp.
Gambar struktur anatomi
Memiliki diameter ± 6 cm Memiliki warna hijau keputihan Melekat erat pada substratnya Letaknya rapat Merupakan tipe crustose Merupakan jenis Pleopsidium sp
Memiliki diameter ± 10 cm Memiliki warna hijau keputihan
Melekat erat pada substratnya
Letaknya rapat
Merupakan tipe crustose
Merupakan jenis Haeatomma sp
Gambar struktur
Gambar struktur
Terdapat di batu
II. Pembahasan
A) Struktur Thallus Lichenes
Struktur bagian Luar Thallus (Morfologi)
Bagian utama lumut kerak adalah thallus yang
merupakan jaringan vegetatif (Fink. 1961). Menurut Dharma
(1998), thallus adalah istilah umum untuk bagian
vegetatif tumbuh-tumbuhan tak berpembuluh (non-vascular).
Tubuh lichenes yang dikenal dengan istilah thallus secara
vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur.
Thallus ini berwarna abu-abu atau abu-abu kehijauan.
Beberapa spesies ada yang berwarna kuning, oranye, coklat
atau merah dengan habitat yang bervariasi. Bagian tubuh
yang memanjang secara selluler dinamakan hifa. Hifa
merupakan organ vegetatif dari thallus atau miselium yang
biasanya tidak dikenal pada jamur yang bukan lichenes.
Alga selalu berada pada bagian permukaan dari thallus
(Dube, 2006). Keberadaan thallus dapat terangkat atau
tegak lurus dari substratnya, terjumbai, tergantung atau
tubuh dapat juga terlihat secara rapat atau jarang pada
substrat. Berdasarkan bentuknya lichenes dibedakan
menjadi empat bentuk :
a. Crustose
Lichenes yang memiliki thallus yang berukuran kecil,
datar, tipis dan selalu melekat ke permukaan batu, kulit pohon
atau di tanah. Jenis ini susah untuk mencabutnya tanpa merusak
substratnya. Lichen crustose yang tumbuh terbenam di dalam
batu hanya bagian tubuh buahnya yang berada di permukaan
disebut endolitik dan yang tumbuh terbenam pada jaringan
tumbuhan disebut endoploidik atau endoploidal. Lichen yang
longgar dan bertepung yang tidak memiliki struktur berlapis,
disebut leprose. Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum,
Acarospora atau Pleopsidium.
b. Foliose
Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang
tersusun oleh lobuslobus. Lichen ini relatif lebih longgar
melekat pada substratnya.Thallusnya datar, lebar, banyak
lekukan seperti daun yang mengkerut berputar. Bagian permukaan
atas dan bawah berbeda. Lichenes ini melekat pada batu,
ranting dengan rhizines. Rhizines ini juga berfungsi sebagai
alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria, Physcia, Peltigera,
Parmelia, dan lain-lain.
Gambar Haemmatoma sp
c. Fruticose
Thallusnya berupa semak dan memiliki banyak cabang dengan
bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau menggantung
pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Tidak terdapat
perbedaan antara permukaan atas dan bawah. Contoh : Usnea,
Ramalina dan Cladonia.
d. Squamulose
Lichen ini memiliki lobus-lobus seperti sisik, lobus ini
disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan saling
bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut
podetia. Contohnya : Psora pseudorusselli.
Gambar Parmelia sp
Gambar Usnea sp
B) Struktur bagian dalam (Anatomi)
Untuk mengetahui struktur dalam (anatomi) lichenes lebih
jelas dapat diwakili oleh jenis foliose (Vashishta, 2007), karena
jenis ini mempunyai empat bagian tubuh yang dapat diamati
secara jelas yaitu :
a. Korteks atas
Lapisan teratas disebut sebagai lapisan hifa fungi,
terdiri atas jalinan yang padat disebut pseudoparenchyma dari
hifa jamurnya. Sel ini saling mengisi dengan material yang
berupa gelatin. Bagian ini tebal dan berguna untuk
perlindungan. Lapisan teratas disebut sebagai lapisan hifa
fungi. Lapisan ini tidak memiliki ruang antar sel dan jika ada
maka ruang antar sel biasanya diisi oleh gelatin. Pada
beberapa jenis lumut kerak yang bergelatin, kulit atas juga
kekurangan satu atau beberapa sel tipis. Namun, permukaan
tersebut dapat ditutupi oleh epidermis (Misra & Agrawal,
1978). Alga sangat penting bagi untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi lumut kerak, karena alga dapat melakukan fotosintesis
(Moore, 1972). Secara umum, lapisan atas alga diketahui dapat
menerima cahaya sinar matahari. Simbiosis yang terjadi
mengakibatkan kedua komponen tersebut saling tergantung satu
Gambar Psora pseudorusseli
sama lain. Lumut kerak dapat mengabsorbsi air dari hujan,
aliran permukaan, dan embun.
b. Lapisan Alga
Lapisan ini tepat berada dibawah lapisan korteks atas.
Lapisan ini merupakan lapisan biru atau biru hijau yang
terletak di bawah korteks atas yang terdiri atas lapisan
gonidial.. Bagian ini terdiri dari jalinan hifa yang longgar
fungi yang bercampur dengan alga. Diantara hifa-hifa itu
terdapat sel-sel hijau, yaitu Gleocapsa, Nostoc, Rivularia dan
Chrorella. Lapisan thallus untuk tempat fotosintesa disebut
lapisan gonidial sebagai organ reproduksi. Berdasarkan
penyebaran lapisan alga pada thallusnya, lumut kerak telah
diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu homoiomerus dan
heteromerous. Pada homoimerus, sel alga tersebar merata pada
jaringan longgar hifa fungi sedangkan pada heteromerus sel-sel
alga terbatas pada lapisan atas thallus (Hasairin, 2012).
c. Medulla
Menurut Misra dan Agrawal (1978) lapisan ini terdiri dari
lapisan hifa yang berjalinan membentuk suatu bagian tengah
yang luas dan longgar. Hifa jamur pada bagian ini tersebar ke
segala arah dan biasanya mempunyai dinding yang tebal. Hifa
pada bagian yang lebih dalam lagi tersebar di sepanjang sumbu
yang tebal pada bagian atas dan tipis pada bagian ujungnya.
Dengan demikian lapisan tadi membentuk suatu untaian hubungan
antara dua pembuluh. Lapisan ini akan memberikan kekuatan dan
penghubung antara lapisan bawah dan atas atau bagian luar dan
dalam thallus. Menurut Fink (1961) lapisan ini menyerupai
parenkim bunga karang seperti pada jaringan daun. Pembagian
atau pemisahan antara lapisan alga dan lapisan medula tidak
selalu terjadi secara sempurna. Pada lapisan ini hanya sedikit
terdapat sel-sel alga, dan pada umumnya lapisan ini relatif
tebal dan tidak berwarna atau transparan.
d. Korteks bawah
Lapisan ini terdiri dari struktur hifa yang sangat padat
dan membentang secara vertikal terhadap permukaan thallus atau
sejajar dengan kulit bagian luar. Korteks bawah ini sering
berupa sebuah akar (rhizines). Ada beberapa jenis lichenes tidak
mempunyai korteks bawah. Dan bagian ini digantikan oleh
lembaran tipis yang terdiri dari hypothallus yang fungsinya
sebagai proteksi. Menurut Fink (1961), lapisan korteks bagian
bawah sangat mirip dengan lapisan korteks bagian atas. Pada
lapisan ini akan terbentuk rizoid yang berkembang masuk ke
substrat. Jika rizoid tidak ada, maka fungsinya akan digantikan
oleh hifa-hifa fungi yang merupakan perpanjangan hifa dari
lapisan medulla.
G. Kesimpulan
Pada pengamatan keanekaragaman lichenes di lingkungan
kampus Unimed tepatnya pad area belakang mesjid Unimed
ditemuka 2 jenis tipe lichenes yaitu tipe foliose dan
tipe crustose. Pada tempat tersebut ditemukan banyak
lichenes yang berhabitat di batang pohon maupun di
bebatuan. Karena tempat tersebut banyak di temukan
lichenes maka tempat tersebut tidak mengalami pencemaran
udara atau pencemaran udara masih rendah.
H. Daftar Pustaka
Bold, H. J, Alexopoulus. T, Delevoryas. 1987. Morphology of Plants
and Fungi, Fifth Edition. New York: Harper and Row Publishers
Brown, D, H. 1985. Lichen Physiology and Cell Biology. New York:
Plenium Press.
Campbell, Reece.2008. Biologi Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Darma, T. IGK., Soetrisno, H., Dadan, J., (1998), Jenis-jenis lumutkerak yang berkembang pada tegakan pinus dan karet. Jurnal ManagemenHutan Tropika IV (1-2) : 7-10.
Dube, H., C., (2006), An Introduction to Fungi,Third Edition, New
Delhi, Department of Life Sciences Bhavnagar University,
Vicas Publishing House PVT LTD.
Fink, B., (1961), The Lichen Flora of The United States, Michigan, The
University of Michigan Press.
Misra, A. , R. , P., Agrawal, (1978), Lichens (A Preliminary Text),
Oxford and IBH Publishing Co, New York-Bombay-Calcuta.
Moore, E., (1972), Fundamental of The Fungi, 4th Edition, Landecker
Prentince Hall International Inc.
Hasairin, A. 2012. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Medan: UNIMED
Tjitrosoepomo, G. 1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Vashishta, B., R., (2007), Botani For Degree Student, New Delhi,
Department of Botany Punjab University, Chandigarh
Head of the Department of Botany Multanimal Modi College,
Mody Nagar and Punjab University College, Hoshiarpur.