tugas akhir analisa daya dukung pondasi tiang pancang pada ...
PONDASI TIANG PANCANG
-
Upload
umimakassar -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of PONDASI TIANG PANCANG
PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)
PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)
Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari
struktur yang digunakan untuk menerima dan mentransfer
(menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang
terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang
dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam.
Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton.
Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor
atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap
(poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan
karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan
berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan
sistem transfer beban bertahun-tahun. Pada awal peradaban, dari
komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa dan
kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu
memperkuat tanah penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang
terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan dipukul ke dalam
tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir
dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile
driving yang mana menyerupai mekanisme Pile driving saat ini.
Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama 1800 dan tiang
beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa
perubahan yang penting pada sistem pile driving melalui penemuan
mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi baru-baru ini,
meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para
pengembang memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik
yang kurang bagus. Hal ini membuat pengembangan dan peningkatan
sistem pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi
tiang pancang bermunculan.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang
adalah:
1. Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
2. Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah
dasar tidak mempunyai kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau
hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah dangkal tidak
stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan
tidak dapat diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan
pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi biaya dapat menjadi
indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah
daripada jenis pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya
perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya
pikul dari tanah dangkal tidak akan memuaskan, dan konstruksi
seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang pancang juga
digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban
horizontal. Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk
pekerjaan diatas air, seperti jertty atau dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan
apabila tanah yang berada dibawah dasar bangunan tidak mempunyai
daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk memikul berat
bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau
apabila tanah yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul
berat bangunan dan seluruh beban yang bekerja berada pada lapisan
yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m (Bowles,
1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah
untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di
atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya
sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak
lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile)
untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal
seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan
kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat
dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta
disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material
dan cara pelaksanaan. Menurut kualitas bahan material yang
digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat yaitu tiang
pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang
pancang composite (kayu – beton dan baja – beton).
Tiang pancang umumnya digunakan:
1. Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam
atau melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini
beban vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat.
2. Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti
untuk telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air
jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
3. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas
melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran
dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar kemudian.
4. Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar
atau telapak berada pada tanah tepi atau didasari oleh
sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5. Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk
mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari
sistem tersebut.
6. Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan
dan atau pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang
potensial.
7. Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban
diatas permukaan air melalui air dan kedalam tanah yang
mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai
tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh
oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral
(Bowles, 1991).
Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik,
dilokasi) dan baru dipancang sesuai dengan umur beton setelah
28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan
berat sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini
haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan momen
lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan.
KRITERIA DAN JENIS PEMAKAIAN TIANG PANCANG
Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan
beberapa macam tipe pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang
digunakan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu:
Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi
tersebut;
Besarnya beban dan beratnya bangunan atas;
Kondisi tanah tempat bangunan didirikan;
Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.
Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu
pondasi bangunan sangat tergantung pada kondisi:
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung
(misalnya pembangunan lepas pantai)
Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul
bangunan yang ada diatasnya atau tanah keras yang mampu memikul
beban tersebut jauh dari permukaan tanah
Pembangunan diatas tanah yang tidak rata
Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas
(uplift)
A. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan
pemakaian bahan, cara tiang meneruskan beban dan cara
pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
1. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan
karakteristik strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles,
1991) antara lain:
a. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan
sebagai tiang pancang pada suatu dermaga. Tiang pancang kayu
dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah dipotong
dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong
dengan ujungnya yang kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-
kadang ujungnya yang besar didorong untuk maksud-maksud khusus,
seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan
bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing
dilengkapi dengan sebuah sepatu pemancangan yang terbuat dari
logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras atau tanah
kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam
penggunaan tiang pancang sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan
lama dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut dalam
keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang
pancang dari kayu akan lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam
keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti. Sedangkan
pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya
akan menunda atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan
tetapi tetap tidak akan dapat melindungi untuk seterusnya. Pada
pemakaian tiang pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan untuk
menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap
tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan
daerah-daerah dimana sangat banyak terdapat hutan kayu seperti
daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh balok/tiang kayu
yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk
digunakan sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut
adalah : bahan kayu yang dipergunakan harus cukup tua,
berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula
tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
dipancang untuk memastikan bahwa tiang pancang kayu tersebut
memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua
kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan
pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 –
86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan
dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan.
Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada
umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada
jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
KEPALA TIANG PANCANG
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala
tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan
dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang
melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan
memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode
lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan, kepala tiang
pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai
nagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur
(pile cap) dipasang.
Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur
permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka
perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang
pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air
tanah yang terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur
(pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam
pur dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya.
Tebal beton di sekeliling tiang pancnag paling sedikit 15 cm dan
harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.
SEPATU TIANG PANCANG
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk
melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana
seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu
harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan
pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang.
Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk
menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.
PEMANCANGAN
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang,
memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari
dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada
tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya
tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus
diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang
pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus
terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam
posisi yang relatif pada tempatnya.
PENYAMBUNGAN
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang
terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang
harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya untuk
menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang.
Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat
dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti
profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk
kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan.
Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung.
Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum
harus dihindarkan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu
Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah
dalam pengangkutan.
Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk
pemancangan tidak menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada
tiang pancang beton precast.
Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah
tidak dapat masuk lagi ke dalam tanah.
Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada
untuk end bearing pile sebab tegangan tekanannya relatif kecil.
Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah
horizontal dibandingkan dengan tiang-tiang pancang selain dari
kayu, maka apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak
tetap, tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke
posisi setelah beban horizontal tersebut hilang. Hal seperti ini
sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:
Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah
muka air tanah yang terendah agar dapat tahan lama, maka kalau
air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan
menambah biaya untuk penggalian.
Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang
relatif kecil di bandingkan dengan tiang pancang yang di buat
dari baja atau beton terutama pada daerah yang muka air tanahnya
sering naik dan turun.
Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel)
ujung tiang pancang kayu dapat berbentuk berupa sapu atau dapat
pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut
kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan
penyimpangan terhadap arah yang telah ditentukan.
Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang
agresif dan jamur yang menyebabkan kebusukan.
b. Tiang Pancang Beton
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang
pancang dari beton bertulang yang dicetak dan dicor dalam acuan
beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan
praktis dianggap sama dengan nol, sedangkan berat sendiri dari
pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen
lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.
Karena berat sendiri adalah besar, biasanya pancang beton ini
dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa
kesulitan untuk transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton
untuk setiap tiang), hal ini tergantung dari dimensinya. Dalam
perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari pada
tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang
dari pada tiang ini kurang terpaksa harus dilakukan penyambungan,
hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa
lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles,
1991)
Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:
Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan
tekan yang besar, hal ini tergantung dari mutu beton yang di
gunakan.
Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile
maupun friction pile.
Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh
tinggi muka air tanah seperti tiang pancang kayu, maka disini
tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya.
Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan
terhadap pengaruh air maupun bahan-bahan yang corrosive asal
beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile
Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh
karena itu Precast reinforced concrete pile ini di buat di lokasi
pekerjaan.
Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal
ini berarti memerlukan waktu yang lama untuk menunggu sampai
tiang beton ini dapat dipergunakan.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan
lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama. Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang
pancang ini tergantung dari pada alat pancang ( pile driving ) yang
tersedia maka untuk melakukan panyambungan adalah sukar dan
memerlukan alat penyambung khusus.
2. Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari
beton prategang yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat
sebagai gaya prategangnya.
Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )
Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile:
Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
Tiang pancang tahan terhadap karat.
Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.
Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile:
Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk
disambung.
3. Cast in Place Pile
Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak
di tempat dengan jalan dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam
tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada pengeboran tanah
pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat
dilaksanakan dua cara:
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton dan ditumbuk sambil pipa tersebut
ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah,
kemudian diisi dengan beton, sedangkan pipa tersebut tetap
tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian Cast in Place
Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.
Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak
dalam transport.
Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.
Kerugian pemakaian Cast in Place
Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya
menjadi kotor akibat tanah yang diangkut dari hasil pengeboran
tanah tersebut.
Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.
c. Tiang Pancang Baja.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa
profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak
dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak
digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut
minimum harus K250.
Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena
terbuat dari baja maka kekuatan dari tiang ini sendiri sangat
besar sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan tidak
menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton precast.
Jadi pemakaian tiang pancang baja ini akan sangat bermanfaat
apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang dengan tahanan
ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda
terhadap texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan
keadaan kelembaban tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap,
maka karat yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah
tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara
terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen
maka akan menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat
yang terjadi karena terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah
lapisan tanah yang padat akan sedikit sekali mengandung oxygen
maka lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan karat
yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas
yang dekat dengan permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena
Aerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori tanah) pada lapisan
tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal
ini dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan
(coaltar) atau dengan sarung beton sekurang-kurangnya 20” (± 60
cm) dari muka air tanah terendah.
Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion)
pada bagian tiang yang terletak di atas tanah dapat dicegah
dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja biasa.
Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat
terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena
korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan
pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang
lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat
dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos,
dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di
atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong
tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap)
harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris
dengan sumbu palu. Sebelum pemancangan, pelat topi, batang baja
atau pantek harus ditambatkan pad pur, atau tiang pancang dengan
panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).
Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan
pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga
kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan
harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga
dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas
tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak akan diisi
dengan beton setelah pemancangan, sambungan yang dilas harus
kedap air.
Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada
profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang
pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat
diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan
mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja.
Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu,
tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup diperlukan, maka penutup
ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau
sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja
fabrikasi.
Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:
Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan
bahaya patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:
Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.
Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan
besar.
d. Tiang Pancang Komposit.
Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri
dari dua bahan yang berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga
merupakan satu tiang. Kadang-kadang pondasi tiang dibentuk dengan
menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang dengan bahan
yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah
dan bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya
dan kesulitan yang timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan
cara ini diabaikan.
1. Water Proofed Steel and Wood Pile
Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang
di bawah permukaan air tanah sedangkan bagian atas adalah beton.
Kita telah mengetahui bahwa kayu akan tahan lama/awet bila
terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian
bawah yang mana selalu terletak dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang
pancang ini menerima gaya horizontal yang permanen. Adapun cara
pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut:
a. Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah
hingga mencapai kedalaman yang telah ditentukan untuk meletakan
tiang pancang kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah muka
air tanah yang terendah.
b. Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan
dalam casing dan terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah
keras.
c. Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan
dan core ditarik keluar dari casing. Kemudian beton dicor kedalam
casing sampai penuh terus dipadatkan dengan menumbukkan core ke
dalam casing.
2. Composite Dropped in – Shell and Wood Pile
Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya
di sini memakai shell yang terbuat dari bahan logam tipis
permukaannya di beri alur spiral. Secara singkat pelaksanaanya
sebagai berikut:
a. Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai
kedalaman yang telah ditentukan di bawah muka air tanah.
b. Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar
dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan dalam casing terus
dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada pemancangan
tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala
tiang tidak rusak atau pecah.
c. Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi
dari casing.
d. Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral
dimasukkan dalam casing. Pada ujung bagian bawah shell dipasang
tulangan berbentuk sangkar yang mana tulangan ini dibentuk
sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang
pancang kayu tersebut.
e. Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh
dan padat casing ditarik keluar sambil shell yang telah terisi
beton tadi ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara
meletakkan core diujung atas shell.
3. Composit Ungased – Concrete and Wood Pile.
Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:
Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak
memungkinkan untuk menggunakan cast in place concrete pile,
sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile terlalu
panjang, akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.
Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan
tiang pancang kayu akan memerlukan galian yang cukup dalam agar
tiang pancang kayu tersebut selalu berada dibawah permukaan air
tanah terendah.
Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai
berikut:
a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah
sehingga sampai pda kedalaman tertentu (di bawah m.a.t)
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu
dimasukkan casing terus dipancang sampai kelapisan tanah keras.
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi
dari casing dan beton sebagian dicor dalam casing. Kemudian core
dimasukkan lagi dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas
sampai jarak tertentu sehingga terjadi bentuk beton yang
menggelembung seperti bola diatas tiang pancang kayu tersebut.
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan
beton lagi sampai padat setinggi beberapa sentimeter diatas
permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan core kembali
sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar dari tanah.
f. Tiang pancang composit telah selesai.
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac
Arthur Concrete Pile Corp.
4. Composite Dropped – Shell and Pipe Pile
Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:
Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in
place concrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang
composit yang bagian bawahnya terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing
seluruhnya masuk dalam tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah
dimasukkan dalam casing terus dipancang dengan pertolongan core
sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas
kembali.
d. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam
casing hingga bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas
tiang pipa baja. Bila diperlukan pembesian maka besi tulngan
dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core
sedangkan casing ditarik keluar dari tanah. Lubang disekeliling
shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain pada tipe tiang
ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari
tiang pipa.
5. Franki Composite Pile
Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki
biasa hanya bedanya disini pada bagian atas dipergunakan tiang
beton precast biasa atau tiang profil H dari baja.
Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai
berikut:
a. Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung
bawah pipa baja dipancang dalam tanah dengan drop hammer sampai
pada tanah keras. Cara pemasangan ini sama seperti pada tiang
franki biasa.
b. Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah
direncanakan, pipa diisi lagi dengan beton dan terus ditumbuk
dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas sedikit
sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.
c. Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa
sampai bertumpu pada bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
d. Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisidengan kerikil atau pasir.
2. Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua
bagian besar, yaitu:
a. Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang
dicetak dan dicor didalam acuan beton (bekisting), kemudian
setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang
pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam
tanah dengan cara penumbukan oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam
tanah dengan cara penggetaran oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman
Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu
sampai kedalaman tertentu, lalu tiang pancang dimasukkan,
kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan tanah.
Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :
a. Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah
sebelumnya lalu tiang dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
b. Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan
mengeluarkan tanah dari bagian dalam tiang.
c. Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan
kedalam tanah dengan memberikan tekanan pada tiang.
d. Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan
air yang keluar dari ujung serta keliling tiang, sehingga tidak
dapat dipancangkan kedalam tanah.
b. Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut
teknik penggaliannya terdiri dari beberapa macam cara yaitu :
1. Cara penetrasi alas
Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan
kedalam tanah kemudian pipa baja tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang
digunakan antara lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga
manusia adalah penggalian lubang pondsi yang masih
sangat sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal
ini dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada
umumnya hanya mampu dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga
mesin adalah penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga
mesin, yang memiliki kemampuan lebih baik dan lebih
canggih.
B. Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang
dengan alat pemukul yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin
uap, pemukul getar atau pemukul yang hanya dijatuhkan. Skema dari
berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam Gambar 2.4a
sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-
alat perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan. Penutup
(pile cap) biasanya diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-
kadang dibentuk dalam geometri tertutup.
1. Pemukul Jatuh (drop hammer)
Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang
dijatuhkan dari atas. Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh
tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang. Pemakaian alat tipe
ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga
alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang
kecil.
2. Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)
Pemukul aksi tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang
bergerak naik oleh udara atau uap yang terkompresi, sedangkan
gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi
pemukul aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan
tinggi jatuh (Gambar 2.4a).
3. Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)
Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk
mengangkat ram dan untuk mempercepat gerakan ke bawahnya
Kecepatan pukulan dan energi output biasanya lebih tinggi
daripada pemukul aksi tunggal.
4. Pemukul Diesel (diesel hammer)
Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan
sistem injeksi bahan bakar. Pemukul tipe ini umumnya kecil,
ringan dan digerakkan dengan menggunakan bahan bakar minyak.
Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan
dari ram ditambah energi hasil dari ledakan
5. Pemukul Getar (vibratory hammer)
Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada
frekuensi tinggi
C. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek
konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan
dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode
yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam
penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga
target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat
tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan
tiang pancang:
1. Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik
tanah dasar yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini,
kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan
pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman
terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang
terjadi harus tidak berlebihan.
2. Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini
dilakukan dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi
syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung.
Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan
tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila
tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan
kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk
meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya
dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar
pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi,
dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.
3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung
diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila
ternyata hasil hitungan daya dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang
berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan
memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta
tanggal saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang
tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada
tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang
diberi tanda setiap 1 meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus
dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna menghindari
retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman
mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah
dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan
manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan
lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan
patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang
berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka
tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti
yang dilakukan pada batang pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama
sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah
berhimpit dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti
yang dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi
sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah
mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah
ditentukan.
B. Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat
penyusunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun
dari trailer ke penyusunan lapangan.
Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari
kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus
diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan
momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen
yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton
adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik
angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah
ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.
2. Pengangkatan dengan satu tumpuan
Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah
siap akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik
pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.
Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan
ini adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak
L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa
momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan
nilai momen yang sama.
C. Proses Pemancangan
1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer
jatuh pada patok titik pancang yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada
setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang
pada helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan
pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang
yang telah ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang
backstay sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh
posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai,
bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada dasar driving lead
agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama
untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer
secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala
tiang.
D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses
pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi
tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi
tidak leboh dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah
meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah
meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah
meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set
sesuai perhitungan.
D. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek
Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat
dibagi menjadi 2 (dua) macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas
dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang
dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada
diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan
dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang
diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas
tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras
yang berada dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya
lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan
tanah disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh
konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan
kapasitas tiang.
E. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir
Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone
penetration test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan
dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat,
sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan
dengan pengukuran terus-menerus dari permukaan tanah-tanah dasar.
CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi lapisan tanah dan
dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah.
Didalam perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah
sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung
(bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai,
guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang.
Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb +
f.As ...........................................................
(2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.
Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Qu)
dipakai Metode Aoki dan De Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung
ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas
(qb) diperoleh sebagai berikut :
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang,
1,5D dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tergantung
pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai
berikut :
dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan
sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe
tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe
tanah.
Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktorempirik αs diberikan pada Tabel 2.2Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang
Pancang
Fb Fs
Tiang Bor 3,5 7,0Baja 1,75 3,5Beton Pratekan 1,75 3,5
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi
dan Farsakh, 1999)
TipeTanah
αs (%) TipeTanah
αs (%) TipeTanah
αs (%)
Pasir 1,4 Pasirberlanau
2,2 Lempungberpasir
2,4
Pasirkelanauan
2,0 Pasirberlanaudenganlempung
2,8 Lempungberpasirdenganlanau
2,8
Pasirkelanauan denganlempung
2,4 Lanau 3,0 Lempungberlanaudengan
3,0
pasirPasirberlempungdenganlanau
2,8 Lanauberlempungdenganpasir
3,0 Lempungberlanau
4,0
Pasirberlempung
3,0 Lanauberlempung
3,4 Lempung 6,0
Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk
lanau = 3,0 persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data
hasil pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode
Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x
K11) ........................................................
(2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus
dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
F. Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka
diperlukan untuk membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman
tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode
hitungan yang digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan
kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung
beban yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang
tunggal atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-
tiang masih dalam batas toleransi.
Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak
pengujian-pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang
bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan
akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari
10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson,
1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin
(Qa) dengan memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah
nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF) yang
sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan
untuk perancangan pondasi tiang pancang, sebagai berikut :
Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3
Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi
Tipe Hammer Efficiency, ESingle and double actinghammer
0.7 - 0.8
Diesel Hammer 0.8 - 0.9drop Hammer 0.7 - 0.9
Pile Material Coefficient ofrestitution, n
Cast iron hammer and concrettepile ( whitout cap )
0.4 - 0.5
Wood cushion on steel pile 0.3 - 0.4Wooden pile 0.25 - 0.3
Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan
kerugian antara lain adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu:
1. Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat,
hasilnya lebih dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan
dapat dilakukan setiap saat.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang
sehingga mempermudah pengawasan pekerjaan konstruksi.
4. Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya
dukung vertikal.
Kerugiannya yaitu:
1. Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan
maka pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan
menimbulkan masalah disekitarnya.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
4. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan
lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
1. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
2. Pengangkatan tiang.
3. Pemeriksaan kelurusan tiang.
4. Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara
hidrolik.
Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan
Metode Konstruksinya
Pengeboran ( Drilled )
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu
lingkungan sekitar.
2. Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.
3. Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
1. Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.
2. Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing,
cleaning bucket dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan
biaya yang lebih besar.
3. Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.
4. Waktu pengerjaan lebih lama.
Pemancangan
Kelebihan:
1. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar
pabrik.
2. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
1. Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
2. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
3. Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada
pondasi.
4. Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan
penyambungan sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
5. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan
lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
1. Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu
lingkungan sekitar.
2. Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
3. Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
4. Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
5. Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
6. Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar
pabrik.
7. Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
1. Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan
penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.
2. Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan
lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.
3. Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
4. Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.
Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai
dengan jenis, dimensi, jarak, jumlah, dan susunan kelompok tiang
pancang yang digunakan. Alasan penggunaan pondasi tiang pancang
ini adalah:
1. Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif
lebih mudah.
2. Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi
dalam yang lain (bored pile).
3. Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan
merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam
karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang
pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4. Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya,
pemancangan yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah