MANGGROVE

30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan daerah tropis berbentuk kepulauan (17.500 pulau) dengan garis pantai yang diperkirakan sepanjang 81.000 km merupakan kawasan yang baik bagi pertumbuhan tanaman mangrove. Mangrove tumbuh tersebar hampir di seluruh kawasan pesisir Indonesia terutama di wilayah pesisir timur Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, dan Papua. Luas potensial hutan mangrove Indonesia adalah 8,6 juta hektar yang terdiri dari 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar berada di luar kawasan hutan (Noor, dkk.1999). Sebagai salah satu negara yang mempunyai luas hutan mangrove terbesar di dunia, menempatkan Indonesia dalam posisi penting untuk memenuhi mandate internasional untuk mengkonservasi sumberdaya hayati yang mempunyai manfaat global ( Bengen, 2001). Luas hutan mangrove di seluruh Papua adalah 1,350 juta hektar dan jenisjenis mangrove yang hadir di Papua diantaranya Bruguiera cunjugata, Bruguiera carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera parviflora,Rhizophora mucronata, Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis,Ceriops condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis, Sonneratia alba dan Sonneratia acidu dengan penyebaran di daerah pantai utara dan selatan pulau Papua ,diteluk Saireri, sepanjang sungai Mamberamo,diteluk Homblot Jayapura, diteluk Wasoki, Ansus, di sebelah timur antara pulau Biak dan Yapen,sedangkan di bagian selatan mangrove tumbuh di sepanjang

Transcript of MANGGROVE

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia merupakan daerah tropis berbentuk kepulauan

(17.500 pulau) dengan garis pantai yang diperkirakan sepanjang

81.000 km merupakan kawasan yang baik bagi pertumbuhan tanaman

mangrove. Mangrove tumbuh tersebar hampir di seluruh kawasan

pesisir Indonesia terutama di wilayah pesisir timur Sumatera,

Kalimatan, Sulawesi, dan Papua. Luas potensial hutan mangrove

Indonesia adalah 8,6 juta hektar yang terdiri dari 3,8 juta

hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar berada di

luar kawasan hutan (Noor, dkk.1999). Sebagai salah satu negara

yang mempunyai luas hutan mangrove terbesar di dunia,

menempatkan Indonesia dalam posisi penting untuk memenuhi

mandate internasional untuk mengkonservasi sumberdaya hayati

yang mempunyai manfaat global ( Bengen, 2001).

Luas hutan mangrove di seluruh Papua adalah 1,350 juta hektar

dan jenisjenis mangrove yang hadir di Papua diantaranya

Bruguiera cunjugata, Bruguiera carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera

parviflora,Rhizophora mucronata, Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum,

Xylocarpus moluccensis,Ceriops condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis,

Sonneratia alba dan Sonneratia acidu dengan penyebaran di daerah

pantai utara dan selatan pulau Papua ,diteluk Saireri,

sepanjang sungai Mamberamo,diteluk Homblot Jayapura, diteluk

Wasoki, Ansus, di sebelah timur antara pulau Biak dan

Yapen,sedangkan di bagian selatan mangrove tumbuh di sepanjang

pantai Waigeo, sebelah utara pegunungan, di pantai Semenanjung

Barai di sekitar Teluk Bentuni. (Soehardjadi, 1962 dalam

Silalahi, 1995).

Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki

keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat

sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis

palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit

dan 1 jenis paku. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih

47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Umumnya hutan

mangrove yang masih utuh terdiri dari jenis - jenis vegetasi

yang dominan seperti empat family yaitu Rhizophoraceae 2 bakau

(Rhizophora sp.), tanjang (Bruguiera sp. dan Ceriops sp.), Sonneratiaceae

gogon (Sonneratia sp.), Avicenniaceae api-api (Avicennia sp.), dan

Meliaceae (Xylocarpus sp.). (Bengen, 2001).

Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang

dapat di manfaatkan secara rasional. Secara langsung manfaat

yang dapat dirasakan penduduk di sekitarnya adalah kayu pohon

mangrove yang dipergunakan sebagai bahan bangunan, kayu bakar,

pembuat arang dan pulp. Selain itu hutan mangrove juga

merupakan pengeksport bahan organik yang berguna tmtuk

menunjang kelestarian biota akuatik (Odum & Heald, 1972).

Berdasarkan segi ekologinya, hutan mangrove digunakan sebagai

tempat berlindung dan tempat mencari makan bagi kehidupan

fauna (Heald & Odum,1972; Macnae, 1974; Barnes 1974). Ekosistem mangrove merupakan ekosistem interface antara

ekosistem daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu,

ekosistem ini mempunyai fungsi spesifik yang keberkelangsungannya

bergantung pada dinamika yang terjadi di ekosistem daratan dan

lautan. Dalam hal ini, mangrove sendiri merupakan sumberdaya yang

dapat dipulihkan (renewable resources) yang menyediakan berbagai

jenis produk (produk langsung dan produk tidak langsung) dan

pelayanan lindungan lingkungan seperti proteksi terhadap abrasi,

pengendali intrusi air laut, mengurangi tiupan angin kencang,

mengurangi tinggi dan kecepatan arus gelombang, rekreasi, dan

pembersih air dari polutan. Kesemua sumberdaya dan jasa

lingkungan tersebut disediakan secara gratis oleh ekosistem

mangrove. Dengan perkataan lain, mangrove menyediakan berbagai

jenis produk dan jasa yang berguna untuk menunjang keperluan

hidup penduduk pesisir dan berbagai kegiatan ekonomi, baik skala

lokal, regional, maupun nasional serta sebagai penyangga.

B. Rumusan masalah

Adapun maslah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah

“Apa yang dimaksudkan dengan mangrove dan jelaskan tentang

botani, morfologi, jenis jenis, klasifikasi, ekologi,

persebaran, reproduksi mangrove”

C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk

mengetahui keberadaan mangrove yang meliputi botani,

morfologi, jenis jenis, klasifikasi, ekologi, persebaran,

reproduksi mangrove.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian mangrove

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau

dan hutan pasang surut. Berdasarkan undang - undang No. 41

tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan, hutan adalah

suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

dipisahka. Kata “mangrove” digunakan untuk menjelaskan tumbuhanyang hidup di daerah tropis pada komunitas hutan intertidal atau

pada komunitas mangrove (Tomlinson, 1986). Snedaker (1978) dalam

Arief (2003) memberikan pengertian yang panjang mengenai mangrove

yaitu suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di

sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindung dan

memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob.

Istilah mangrove digunakan secara luas untuk menamai tumbuhan

yang dapat beradaptasi dengan baik pada ekosistem hutan tropis

dan subtropis pasang-surut, meliputi pantai dangkal, muara

sungai, delta, rawa belakang dan laguna.

Gambar hutan mangrove

6 Ciri-ciri hutan mangrove menurut Soerianegara dan

Indrawan (1998) adalah sebagai berikut :Tidak terpengaruhi iklim

Terpengaruh pasang surut

Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau berpasir

terutama tanah liat

Terdapat pada tanah rendah

Tidak mempunyai stratum tajuk

Tinggi pohon dapat mencapai tinggi 30m

Jenis pohon menyebar mulai laut ke darat

Mangrove dapat ditemukan di muara sungai, di pinggir

teluk yang terlindung, di sekitar genangan air payau di

pesisir pantai dan banyak juga terdapat di pulau-pulau kecil

di Indonesia.

Menurut Tomlinson (1986), vegetasi mangrove tersusun

atas tiga komponen, yaitu :

1. Mangrove mayor (true mangrove) memiliki sifat-sifat

berikut:

a)  Sepenuhnya hidup pada ekosistem mangrove di kawasan

pasang surut, di antara rata ketinggian pasang perbani

(pasang rata-rata) dan pasang purnama (pasang

tertinggi), serta tidak tumbuh di ekosistem lain.

b)  Memiliki peranan penting dalam membentuk struktur

komunitas mangrove dan dapat membentuk tegakan murni.

c)   Secara morfologi beradaptasi dengan lingkungan

mangrove, misalnya memiliki akar aerial dan embryo

vivipar.

d)  Secara fisiologi beradaptasi dengan kondisi salin,

sehingga dapat tumbuh di laut, karena memiliki mekanisme

untuk menyaring dan mengeluarkan garam, misalnya melalui

alat ekskresi.

e)   Secara taksonomi berbeda dengan kerabatnya yang

tumbuh di darat, setidak-tidaknya terpisah hingga

tingkat genus.

Antara lain: Avicennia, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Nypa fruticans,

Rhizophora, dan Sonneratia.

2. Mangrove minor dibedakan oleh ketidakmampuannya untuk

membentuk komponen utama vegetasi yang menyolok, jarang

membentuk tegakan murni dan hanya menempati tepian

habitat. Antara lain: Acrostichum, Aegiceras, Excoecaria agallocha,

Heritiera littoralis, Osbornia octodonta, Pemphis acidula, Scyphiphora

hydrophyllacea, dan Xylocarpus.

3.  Mangrove asosiasi adalah tumbuhan yang toleran terhadap

salinitas, yang tidak ditemukan secara eksklusif di hutan

mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke daratan

atau lautan, namun mereka berinteraksi dengan true mangrove.

Tumbuhan asosiasi adalah spesies yang berasosiasi dengan

hutan pantai atau komunitas pantai dan disebarkan oleh

arus laut. Tumbuhan ini tahan terhadap salinitas, seperti

Terminalia, Hibiscus, Thespesia, Calophyllum, Ficus, Casuarina, beberapa

polong, serta semak Aslepiadaceae dan Apocynaceae. Ke arah

tepi laut tumbuh Ipomoea pescaprae, Sesuvium portucalastrum dan

Salicornia arthrocnemum mengikat pasir pantai. Spesies seperti

Porteresia (Oryza) coarctata toleran terhadap berbagai tingkat

salinitas. Ke arah darat terdapat kelapa (Cocos nucifera),

sagu (Metroxylon sagu), Dalbergia, Pandanus, Hibiscus tiliaceus dan

lain-lain. Komposisi dan struktur vegetasi hutan mangrove

beragam, tergantung kondisi geofisik, geografi, geologi,

hidrografi, biogeografi, iklim, tanah, dan kondisi

lingkungan lainnya.

Ciri-ciri mangrove

Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di

banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata

dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun.

Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai

faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan

tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove

toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove

lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena

dapat tumbuh dengan baik di air tawar.

Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera

gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah

dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di

sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh

lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari

hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu

tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping

Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat

tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain

terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan

lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan

air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri

atas tegakan nipah Nypa fruticans.

Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan

hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :

memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;

memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya

seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau

Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti

pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api

Avicennia spp.;

memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat

berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;

memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat

yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem mangrove,

diantaranya adalah :

tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap

hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;

tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup

dari darat;

daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang

surut yang kuat;

airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.

B. Klasifikasi,morfologi dan anatomi mangrove

Karakteristik morfologi yang menarik dari species mangrove

dapat dilihat dari system perakarannya dan buah. Tanah pada

habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara) bila berada di

bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus

yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang

anaerobik. Ada beberapa tipe perakaran yaitu: akar tunjang,

akar napas, akar lutut, dan akar papan baner. Semua species

mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui

air.

Jenis-jenis mangrove di Indonesia

Indonesia memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis

pohon mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat

sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang

hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah

vivipar terdapat sekitar 12 famili. Dari sekian banyak jenis

mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan

antara lain adalah jenis api - api (Avicennia sp.), bakau

(Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada

(Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak

dijumpai. Jenis – jenis mangrove tersebut adalah kelompok

mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan

tanah habitatnya. Jenis api - api (Avicennia sp.) atau di dunia

dikenal sebagai black mangrove mungkin merupakan jenis terbaik

dalam proses menstabilkan tanah habitatnya karena penyebaran

benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat

menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan sistem perakaran

di bawahnya mampu menahan endapan dengan baik. Mangrove besar,

mangrove merah atau Red mangrove (Rhizophora sp.) merupakan jenis

kedua terbaik. Jenis - jenis tersebut dapat mengurangi dampak

kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin.

Deskripsi umum dari jenis mangrove sejati maupun mangrove

ikutan menurut Noor,dkk. 1999, yaitu :

Mangrove Sejati

Avicennia marina

Deskrispi umum : Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau

menyebar, ketinggian mencapai 30m. Memiliki akar nafas tegak

dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dan terkelupas

dalam bagian – bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun

berwarna kuning, tidak berbulu.

Avicennia alba

Deskripsi umum : Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar,

ketinggian mencapai 25m, memilki akar nafas biasanya tipis

yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu -

abuan atau gelap kecoklatan. Beberapa ditumbuhi tonjolan

kecil, permukaan daun halus.

Contoh :

(a). Perawakan (Habitus); (b). Buah Avicennia alba Blume

Bruguiera gymnorrhiza

Deskripsi umum : Pohon selalu hijau dengan ketinggian

mencapai 30 m. Kulit kayu memilki lentisel berwarna abu - abu

tua hingga coklat. Akar lutut kadang – kadang papan.

Bruguiera parviflora

Deskripsi umum : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian

kadang – kandang mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda abu -

abu halus hingga kasar, lentisel berukuran besar. Akar lutut

kadang – kadang papan.

Contohnya :

(a). Perawakan/Habitus; (b). Bunga, Buah Bruguiera

gymnorrhiza

Ceriops tagal

Deskripsi umum : Pohon atau semak kecil dengan ketinggian

mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna coklat kadang – kadang

berwarna abu – abu, dan,memiliki akar tunjang yang kecil.

Ceriops decandra

Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi 3 meter.

Kulit kayu berwarna abu – abu kekuningan muda dengan tambalan

coklat gelap, dan memiliki akar banir berasal dari akar

tunjang.

Contohnya :

(a).Perawakan/Habitus dan Buah Ceriops decandra

Condelia candel

Deskripsi umum : Semak atau Pohon kecil, tinggi hingga 7m

dengan pangkal lebih tebal. Umumnya tanpa akar nafas. Kulit

kayu berwarna keabu – abuan hingga coklat kemerahan, permukaan

halus dan memiliki lentisel.

Lumnitzera littorea

Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 10 m, kulit

kayu abu-abu kecoklatan, beralur, dan terdapat cela sepanjang

sumbu batang pohon. Akar banir kecil dan akar napas, kadang –

kadang tidak tampak adanya akar udara.

Lumnitzera racemosa

Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5

m, kulit kayu abu – abu, memiliki celah longitudinal, terutama

pada batang pohon tua. Tidak ada akar udara.

Contohnya :

(a). Perawakan/Habitus; ( b). Buah, Bunga Lumnitzera littorea

Rhizophora apiculata

Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m

dengan diameter batang 50 cm. Kulit kayu berwarna abu – abu

cabang.

Rhizophora mucronata

Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m,

memiliki diameter 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap

hingga hitam. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari

percabangan bawah.

Rhizophora stlosa

Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 6 m,

kulit kayu berwarna abu – abu sampai hitam, relative halus,

beralur. Akar tunjang yang tumbuh dari percabangan bawah.

Contohnya :

(a).Perawakan/Habitus; (b).Buah, Bunga Rhizophora apiculata

Sonneratia alba

Deskripsi umum : Pohon berukuran kecil atau sedang

biasanya ketinggian mencapai 5 m - 20 m, memiliki akar nafas.

Sonneratia caseolaris

Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 16 m, kulit

kayu halus. Memiliki akar napas, berbentuk kerucut, tinggi

akar dapat mencapai 1 m.

Contohnya :

(a). Perawakan/Habitus (b).Buah Sonneratia alba J.Sm

Xyocarpus granatum

Deskripsi umum : Pohon dapat mencapai ketinggian 10 m – 20

m, memiliki akar papan. Batang sering berlubang berwarna

coklat muda kekuningan, tipis dan mengelupas. Sementara pada

cabang yang muda kulit kayu berkeriput.

Xylocarpus moluccensis

Deskripsi umum : Pohon tingginya antara 5 m – 20 m.

Memiliki akar nafas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu

halus, semetara pada batang utama memiliki guratan – guratan

permukaan yang tergores dalam.

Contohnya :

(a). Perawakan/Habitus; (b). Buah Xylocarpus granatum

Aegiceras floridum

Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5

m, tidak memiliki akar udara yang mencolok.

Aegiceras corniculatum

Deskripsi umum : Pohon/perdu dengan tinggi 6 m, daun

memiliki kelenjar garam, tidak ada akar udara yang mencolok.

Contohnya :

(a). Perawakan/Habitus; (b). Buah dan daun Aegiceras floridum

Mangrove Ikutan

Baringtonia asiatica

Deskripsi umum : Pohon berukuran kecil hingga sedang

dengan ketinggian 7 m – 30 m dan diameter 25 cm – 100 cm.

Mahkota pohon berdaun besar dan rimbun. Kulit kayu abu – abu

agak merah muda dan halus.

Hibiscus tiliaceus

Deskripsi umum : Pohon yang tumbuh tersebar dengan

ketinggian mencapai 15 m, kulit kayu halus, berwarna coklat

keabu – abuan.

Acanthus ilicifolius

Deskripsi umum : Semak, dengan tinggi mencapai 1,5 m di

temukan di sepanjang daerah pasang surut dan bagian tepi

dataran di wilayah mangove, kadang-kadang tiumbuh akar yang

mirip dengan tunjang.

Calophyllum inophyllum

Deskripsi umum :Pohon dengan tinggi mencapai 12 m, buahnya

berbentuk bola kecil dengan tangkai buah yang panjang bunga

beraroma wangi.

Pandanus tectorius

Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 6 m, bunga

seperti nanas, daun berduri kecil – kecil yang terdapat pada

ujung dan tengah tulang daun. Memilki akar tunjang yang

berbentuk lurus.

Nypa fruticans

Deskripsi umum :Palem, dengan tinggi mencapai 4 – 9 m,daun

menyirip tanpa duri dan banyak helai daun, tidak memilki akar

udara. Palem mangrove tumbuh berdekatan, seringkali membentuk

komunitas murni di sepanjang tepi sungai.

C. Botani,ekologi dan persebaran mangrove

Zonasi Mangrove

Secara sederhan mangrove umumnya tumbuh pada 4 zona yaitu,

pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki

sungai yang berair payau sampai hampir tawar serta daerah

kearah dataran yang memiliki air tawar.

Mangrove terbuka. Mangrove berada pada bagian yang

berhadapan dengan laut, jenis mangrove tersebut adalah

Sonneratia alba dan Avicennia alba kedua jenis ini merupakan

jenis yang ko - dominan pada areal pantai yang sangat

tergenang air.

Mangrove tengah. Mangrove di zona ini terletak dibelakang

mangrove terbuka. Dizona ini biasanya didominasi oleh

jenis Rhizophora.

Mangrove payau. Mangrove berada di sepanjang sungai

berair payau hingga hampir tawar. Dizona ini biasa di

dominasi oleh jenis Nypa dan Sonneratia.

Mangrove daratan. Mangrove berada dizona peraiaran payau

atau hamper tawar di belakang jalur hutan mangrove yang

sebenarnya jenis – jenis yang umumnya di temukan di zona

ini adalah Ficus microcarpus (F.retusa), Intsia bijuga, Nypa fruticans,

Lumnitzera, Pandanus dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini

memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi di banding

dengan zona lainnya (Noor, dkk, 1999 ).

Karakteristik ekosistem mangrove

a.       Tanah

Tanah dalam pengertian habitat Pada ekosistem

mangrove adalah lingkungan baur yang dibentuk oleh pertemuan

antara lingkungan marin dengan darat, dikenal juga sebagai

rawa garaman, rawa payau, intertidal zone, intertidal flat.

Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah

perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat

yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar

kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen,

dan ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat

laut dan tinggi pada bagian arah daratan. Bersifat dinamis

karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta

mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya.

Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih

kembali seperti sediakala.

Secara alami hutan mangrove membentuk suatu zonasi,

daerah yang dekat dengan laut dan substrat agak berpasir sering

ditumbuhi oleh Avicennia sp. Pada zona ini berasosiasi sonneration sp.

Yang dominan tumbuhan pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.

Kemudian kearah darat diikuti oleh zona Rhizopora sp. , Bruguiera sp.

Dan Xylocarpus sp. Zona berikutnya didominasi oleh Burguiera sp. Zona

terakhir dari hutan mangrove di dominasi oleh nyipa fruticans dan

beberapa spesies palem, zona ini juga merupakan zona teransisi ke

hutan dataran rendah.

Untuk tempat habitatnya setiap jenis mangrove secara umum

yaitu :

1.      Tipe api-api(Avicennia sp)

Paling dekat dengan air laut, merupakan

mangrove parintis. Substratnya berlumpur, kadang-kadang berpasir

dan kaya akan bahan organic. Contoh bakau jenis ini adalah

Avicennia marina dan Avecennia officinellis.

2.      Tipe bakau (Rhizopora sp)

Hidup didekat pantai atau di belakang Avicennia,

substrat berlumpur tetapi warnanya lebih pekat dan kaya akan

humus, kadang lumpur berpasir. Jenis yang paling bisa hidup di

dekat laut adalah bakau gandul (Rhizopora mucronata). Jenis lain

yang masih termasuk dalam kerabat Rhizopora antara lain Ceriops,

Bruguiera, dan Acanthus.

3.      Tipe kandeka (Bruguiera sp)

Lingkungan hidupnya berada di belakang dari

tumbuhan bakau jenis Ceriops, mampu tumbuh dengan umur yang panjang

dan lebih bisa beradaptasi dengan wilayah darat, substrat

berlumpur tetapi tidak begitu dipengaruhi oleh factor pasang

surut.

4.      Tipe nipah (Nypa fruticans)

Bakau jenis ini sudah mampu untuk tumbuh di

tanah lunak berlumpur, merupakan tipe peralihan dari laut ke

darat dan dapat cepat beradaptasi dengan kondisi salinitas tinggi

atau pada daerah genangan air tawar. Contoh tumbuhan ini adalah

Sonneratia alba.

5.      Tipe hutan bakau air tawar

Hanya dipengaruhi oleh air musim di mana pada

musim barat daerah ini tergenang oleh air. Sedangkan pada musim

timur kering. Bakau jenis ini tidak dipengaruhi oleh pasang

surut. Substratnya berupa tanah keras. Contoh tumbuhan ini adalah

Callophyllum sp, Hibiscus sp, dan Terminalia sp.

b.      Salinitas

Bagi kebanyakan pohon-pohon mangrove dan fauna penggali

liang dalam tanah, salinitas air pasang mungkin kurang penting

dibandingkan dengan salinitas air tanah. Salinitas air tanah

umumnya lebih rendah dibandingka dengan air pasang diatasnya, hal

ini disebabkan karena terjadinya pengenceran oleh air tawar

(hujan) yang merembes ke dalam tanah. Bagi akar-akar pohon dan

fauna penggali lubang, faktor terpenting bukan hanya kadar NaCl

tetapi tekanan osmotik. Salinitas bervariasi dari hari ke hari

dan dari musim ke musim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi

dibandingkan pada musim hujan. Demikian pula pada musim pasang,

salinitas akan turun dan cenderung untuk naik bila surut kembali.

Hutan mangrove biasanya dikenal sebagai hutan

panti, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.

Mangrove biasa juga disebut sebagai farmasi tumbuhan daerah

litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang

terlindung. Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh

terutama pada tanah lumpur alluvial di daerah pantai dan muara

sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut.

Pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus

pasang surut yang kuat, mangrove sulit atau tidak dapat

tumbuh, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya

pengendapan lumpur sebagai substrat yang diperlukan untuk

pertumbuhannya. Hutan mangrove juga merupakan hutan khas

tropis yang penyebarannya dibatasi pada letak lintang, karena

vegetasi ini sangat sensitive terhadap suhu dingin.

Vegetasi mangrove memiliki kemampuan khusus untuk

beradaptasi pada kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti

kondisi tanah yang kurang stabil daya adaptasi tersebut

meliputi :

a.       Perakaran yang pendek dan menyebar luas, dengan akar

penyangga atau tundung akar yang tumbuh dari batang dan

dahan sehingga menjamin kokohnya batang

b.      Memiliki daun yang kuat dan mengandung banyak air

c.       Mempunyai jaringan internal menyimpan air dengan

kosentrasi garam yang tinggi, beberapa jenis mangrove

mempunyai kelenjar garam yang menolong menjaga

keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam

d.      Adanya sistem akar napas untuk membantu memperoleh

oksigen bagi sistem perakarannya

e.       Beberapa jenis berkembang biak dengan buah yang sudah

berkecambah sewaktu masih dipohon induknya (viviper).

Kelestarian hutan mangrove dipengaruhi oleh 3 parameter

lingkungan utama, yaitu 1) suplai air tawar dan salinitas, 2)

pasokan nutrient, dan 3) stabilitas substrat. Meskipun

mangrove mampu beradaptasi pada kondisi salinitas yang ekstrim

namun suplai air tawar tetap diperlukan untuk mengendalikan

efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Pasokan

nutrien bagi daerah mangrove ditentukan oleh berbagai proses

yang saling terkait, meliputi : imput dari ion-ion mineral

anorganik dan bahan organik serta pendaur ulangan nutrient

secara internal melalui rantai dan jaringan makanan berbasis

detritus. Stabilitas substrat memiliki arti penting bagi

spesies hutan mangrove untuk menahan akibat yang menimpa

ekosistemnya.

D. Reproduksi mangrove

Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual, yakni

dengan adanya bunga berkelamin satu maupun poligami, sehingga

memerlukan serangga, burung atau angin untuk membantu

penyerbukan. Dalam kondisi habitat yang berat seperti

diterangkan di atas, sangat sulit bagi tumbuhan mangrove untuk

berkembangbiak sebagaimana tumbuhan darat biasa. Suatu

penyesuaian perkembangbiakannya adalah yang disebut viviparitas

(viviparity), yakni bahwa bijinya tumbuh menjadi tumbuhan muda

selagi masih melekat pada tumbuhan induknya. Saat  lepas dari

induknya ia akan menancap pada substrat dengan hipokotil

(hypocotyl) yang seperti paku tajam. Adaptasi semacam ini

terdapat pada kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora sp.,

Bruguiera sp., Ceriops sp., dll. (Romimohtarto, 2001).

Ada beberapa macam bentuk buah, seperti berbentuk

silinder, bulat dan berbentuk kacang.

1. Benih Vivipari Umumnya terdapat pada family Rhizophoraceae,

buahnya berbentuk      silinder.

2. Benih Cryplovivipari Umumnya terdapat pada family Avicennia

(Seperti buah kacang),      Aegeceras (Sikunder) dan Nypa

fruticans, yang buahnya berbentuk Cryplovivipoarious      dimana bibitnya

berkecambah tetapi diliputi oleh selaput buah sebelum

dilepaskan atau      ditinggalkan dari pohon induknya

3. Benih Normal Ditemukan pada species Sonneratia dan

Xylocarpus. Buahnya berbentuk      bulat seperti bola dengan

benih normal. Species lain kebanyakan buahnya berbentuk

kapsul.      Sebagai benih normal, buah tersebut mengalami

proses dimana mereka memecahkan diri      dan

menyebarkan benihnya pada saat mencapai air.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan yang telah dibuat dapat disimpulkan

bahwa Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan

payau dan hutan pasang surut. Berdasarkan undang - undang No.

41 tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan, hutan adalah

suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber

daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan

alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat

dipisahka. Kata “mangrove” digunakan untuk menjelaskan tumbuhanyang hidup di daerah tropis pada komunitas hutan intertidal atau

pada komunitas mangrove (Tomlinson, 1986). Snedaker (1978) dalam

Arief (2003) memberikan pengertian yang panjang mengenai mangrove

yaitu suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di

sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindung dan

memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob.

Indonesia memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon

mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37

jenis. Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis

mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api -

api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera

sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan

mangrove utama yang banyak dijumpai. Bruguiera cunjugata, Bruguiera

carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera parviflora,Rhizophora mucronata,

Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis,Ceriops

condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis, Sonneratia alba dan

Sonneratia acidu

Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual,

yakni dengan adanya bunga berkelamin satu maupun poligami,

sehingga memerlukan serangga, burung atau angin untuk membantu

penyerbukan.

B. Saran

Mengingat makalah yang dibuat ini merupakan gambaran

secara umum mengenai mangrove,maka diharapkan untuk

mahasiswa selanjutnya yang akan mengambil mata kuliah

biologi laut ini sebaiknya membuat dan membahas lebik

khusus lagi tentang jenis-jenis mangrove,khususnya yang

ada di NTT.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, http://naskleng.blogspot.com/2008/05/ekosistem-padang-

lamun-definisi.html diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul

17.00 WITA

Anonim, http://www.scribd.com/doc/20723946/Makalah-Ekologi-

Perairan-Padang-Lamun diakses pada 25 Mei 2014,pukul 17.00

WITA

Anonim,http:// lamun\makalah-padang-

lamun.htmsuharno048biologi.blogspot.com/ diakses pada 25

Mei 2014,pukul 17.00 WITA***

Patang. 2012 . ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS

DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI). Jurnal Agrisistem, Desember

2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036 100. Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep.Dikutip dari http://www.lamun\4. ANALISIS STRATEGI

PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE

KABUPATEN SINJAI).pdf diakses pada 25 Mei 2014,pukul 17.00

WITA

Sulistiyowati, Hari. 2009 BIODIVERSITAS MANGROVE DI CAGAR ALAM

PULAU SEMPU .Jurnal Sainstek, Vol 8 No. 1, Juni 2009.

Dikutip dari,lamun\Biodiversitas Mangrove Sempu.pdf

diakses pada 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA

Wikipedia. 2011. Hutan Bakau.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau. Diakses pada

tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA

Wonatorei,helena Karolina.2013.IDENTIFIKASI JENIS – JENIS TUMBUHAN

MANGROVE DI KAMPUNG SANGGEI DISTRIK UREI – FAISEI KABUPATEN

WAROPEN. jurusan budidaya hutan fakultas kehutanan

universitas negeri papua manokwari.Dikutip dari http://www

.\Wonatorei,Helena.K_Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan

Mangrove Di Kamp.Sanggei Urei Faisei.pdf diakses pada 25

Mei 2014,pukul 17.00 WITA

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas Nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan dan

kesempatan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ Hutan mangrove” dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini, berbagai kesulitan Penyusun

hadapi, namun kesulitan tersebut dapat teratasi berkat bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan

ini Saya selaku Penyusun menghanturkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung

telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Dalam makalah ini, Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa

masih terdapat kekurangan. Hal ini tidak terlepas dari

kemampuan dan keterbatasan Penyusun sebagai manusia biasa.

Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya membangun

dari berbagai pihak sangat Penyusun butuhkan demi

menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini

dapat bermanfaat bagi kita semua terutama generasi akademik.

Kupang.28 Mei

2014

Penulis

MAKALAH BIOLOGI LAUT

“HUTAN MANGROVE”

NAMA :HERLINDA DIKE BERIBE

NIM : 1106051024

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2014