MANGGROVE
Transcript of MANGGROVE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan daerah tropis berbentuk kepulauan
(17.500 pulau) dengan garis pantai yang diperkirakan sepanjang
81.000 km merupakan kawasan yang baik bagi pertumbuhan tanaman
mangrove. Mangrove tumbuh tersebar hampir di seluruh kawasan
pesisir Indonesia terutama di wilayah pesisir timur Sumatera,
Kalimatan, Sulawesi, dan Papua. Luas potensial hutan mangrove
Indonesia adalah 8,6 juta hektar yang terdiri dari 3,8 juta
hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar berada di
luar kawasan hutan (Noor, dkk.1999). Sebagai salah satu negara
yang mempunyai luas hutan mangrove terbesar di dunia,
menempatkan Indonesia dalam posisi penting untuk memenuhi
mandate internasional untuk mengkonservasi sumberdaya hayati
yang mempunyai manfaat global ( Bengen, 2001).
Luas hutan mangrove di seluruh Papua adalah 1,350 juta hektar
dan jenisjenis mangrove yang hadir di Papua diantaranya
Bruguiera cunjugata, Bruguiera carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera
parviflora,Rhizophora mucronata, Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum,
Xylocarpus moluccensis,Ceriops condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis,
Sonneratia alba dan Sonneratia acidu dengan penyebaran di daerah
pantai utara dan selatan pulau Papua ,diteluk Saireri,
sepanjang sungai Mamberamo,diteluk Homblot Jayapura, diteluk
Wasoki, Ansus, di sebelah timur antara pulau Biak dan
Yapen,sedangkan di bagian selatan mangrove tumbuh di sepanjang
pantai Waigeo, sebelah utara pegunungan, di pantai Semenanjung
Barai di sekitar Teluk Bentuni. (Soehardjadi, 1962 dalam
Silalahi, 1995).
Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi, dengan jumlah jenis tercatat
sebanyak 202 jenis yang terdiri dari 89 jenis pohon, 5 jenis
palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit
dan 1 jenis paku. Namun demikian hanya terdapat kurang lebih
47 jenis tumbuhan yang spesifik hutan mangrove. Umumnya hutan
mangrove yang masih utuh terdiri dari jenis - jenis vegetasi
yang dominan seperti empat family yaitu Rhizophoraceae 2 bakau
(Rhizophora sp.), tanjang (Bruguiera sp. dan Ceriops sp.), Sonneratiaceae
gogon (Sonneratia sp.), Avicenniaceae api-api (Avicennia sp.), dan
Meliaceae (Xylocarpus sp.). (Bengen, 2001).
Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam yang
dapat di manfaatkan secara rasional. Secara langsung manfaat
yang dapat dirasakan penduduk di sekitarnya adalah kayu pohon
mangrove yang dipergunakan sebagai bahan bangunan, kayu bakar,
pembuat arang dan pulp. Selain itu hutan mangrove juga
merupakan pengeksport bahan organik yang berguna tmtuk
menunjang kelestarian biota akuatik (Odum & Heald, 1972).
Berdasarkan segi ekologinya, hutan mangrove digunakan sebagai
tempat berlindung dan tempat mencari makan bagi kehidupan
fauna (Heald & Odum,1972; Macnae, 1974; Barnes 1974). Ekosistem mangrove merupakan ekosistem interface antara
ekosistem daratan dengan ekosistem lautan. Oleh karena itu,
ekosistem ini mempunyai fungsi spesifik yang keberkelangsungannya
bergantung pada dinamika yang terjadi di ekosistem daratan dan
lautan. Dalam hal ini, mangrove sendiri merupakan sumberdaya yang
dapat dipulihkan (renewable resources) yang menyediakan berbagai
jenis produk (produk langsung dan produk tidak langsung) dan
pelayanan lindungan lingkungan seperti proteksi terhadap abrasi,
pengendali intrusi air laut, mengurangi tiupan angin kencang,
mengurangi tinggi dan kecepatan arus gelombang, rekreasi, dan
pembersih air dari polutan. Kesemua sumberdaya dan jasa
lingkungan tersebut disediakan secara gratis oleh ekosistem
mangrove. Dengan perkataan lain, mangrove menyediakan berbagai
jenis produk dan jasa yang berguna untuk menunjang keperluan
hidup penduduk pesisir dan berbagai kegiatan ekonomi, baik skala
lokal, regional, maupun nasional serta sebagai penyangga.
B. Rumusan masalah
Adapun maslah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
“Apa yang dimaksudkan dengan mangrove dan jelaskan tentang
botani, morfologi, jenis jenis, klasifikasi, ekologi,
persebaran, reproduksi mangrove”
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui keberadaan mangrove yang meliputi botani,
morfologi, jenis jenis, klasifikasi, ekologi, persebaran,
reproduksi mangrove.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mangrove
Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau
dan hutan pasang surut. Berdasarkan undang - undang No. 41
tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan, hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahka. Kata “mangrove” digunakan untuk menjelaskan tumbuhanyang hidup di daerah tropis pada komunitas hutan intertidal atau
pada komunitas mangrove (Tomlinson, 1986). Snedaker (1978) dalam
Arief (2003) memberikan pengertian yang panjang mengenai mangrove
yaitu suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindung dan
memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob.
Istilah mangrove digunakan secara luas untuk menamai tumbuhan
yang dapat beradaptasi dengan baik pada ekosistem hutan tropis
dan subtropis pasang-surut, meliputi pantai dangkal, muara
sungai, delta, rawa belakang dan laguna.
Gambar hutan mangrove
6 Ciri-ciri hutan mangrove menurut Soerianegara dan
Indrawan (1998) adalah sebagai berikut :Tidak terpengaruhi iklim
Terpengaruh pasang surut
Tanah tergenang air laut, tanah lumpur atau berpasir
terutama tanah liat
Terdapat pada tanah rendah
Tidak mempunyai stratum tajuk
Tinggi pohon dapat mencapai tinggi 30m
Jenis pohon menyebar mulai laut ke darat
Mangrove dapat ditemukan di muara sungai, di pinggir
teluk yang terlindung, di sekitar genangan air payau di
pesisir pantai dan banyak juga terdapat di pulau-pulau kecil
di Indonesia.
Menurut Tomlinson (1986), vegetasi mangrove tersusun
atas tiga komponen, yaitu :
1. Mangrove mayor (true mangrove) memiliki sifat-sifat
berikut:
a) Sepenuhnya hidup pada ekosistem mangrove di kawasan
pasang surut, di antara rata ketinggian pasang perbani
(pasang rata-rata) dan pasang purnama (pasang
tertinggi), serta tidak tumbuh di ekosistem lain.
b) Memiliki peranan penting dalam membentuk struktur
komunitas mangrove dan dapat membentuk tegakan murni.
c) Secara morfologi beradaptasi dengan lingkungan
mangrove, misalnya memiliki akar aerial dan embryo
vivipar.
d) Secara fisiologi beradaptasi dengan kondisi salin,
sehingga dapat tumbuh di laut, karena memiliki mekanisme
untuk menyaring dan mengeluarkan garam, misalnya melalui
alat ekskresi.
e) Secara taksonomi berbeda dengan kerabatnya yang
tumbuh di darat, setidak-tidaknya terpisah hingga
tingkat genus.
Antara lain: Avicennia, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Nypa fruticans,
Rhizophora, dan Sonneratia.
2. Mangrove minor dibedakan oleh ketidakmampuannya untuk
membentuk komponen utama vegetasi yang menyolok, jarang
membentuk tegakan murni dan hanya menempati tepian
habitat. Antara lain: Acrostichum, Aegiceras, Excoecaria agallocha,
Heritiera littoralis, Osbornia octodonta, Pemphis acidula, Scyphiphora
hydrophyllacea, dan Xylocarpus.
3. Mangrove asosiasi adalah tumbuhan yang toleran terhadap
salinitas, yang tidak ditemukan secara eksklusif di hutan
mangrove dan hanya merupakan vegetasi transisi ke daratan
atau lautan, namun mereka berinteraksi dengan true mangrove.
Tumbuhan asosiasi adalah spesies yang berasosiasi dengan
hutan pantai atau komunitas pantai dan disebarkan oleh
arus laut. Tumbuhan ini tahan terhadap salinitas, seperti
Terminalia, Hibiscus, Thespesia, Calophyllum, Ficus, Casuarina, beberapa
polong, serta semak Aslepiadaceae dan Apocynaceae. Ke arah
tepi laut tumbuh Ipomoea pescaprae, Sesuvium portucalastrum dan
Salicornia arthrocnemum mengikat pasir pantai. Spesies seperti
Porteresia (Oryza) coarctata toleran terhadap berbagai tingkat
salinitas. Ke arah darat terdapat kelapa (Cocos nucifera),
sagu (Metroxylon sagu), Dalbergia, Pandanus, Hibiscus tiliaceus dan
lain-lain. Komposisi dan struktur vegetasi hutan mangrove
beragam, tergantung kondisi geofisik, geografi, geologi,
hidrografi, biogeografi, iklim, tanah, dan kondisi
lingkungan lainnya.
Ciri-ciri mangrove
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di
banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata
dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun.
Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai
faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan
tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove
toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove
lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena
dapat tumbuh dengan baik di air tawar.
Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera
gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah
dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di
sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh
lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari
hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu
tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping
Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat
tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain
terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan
lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan
air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri
atas tegakan nipah Nypa fruticans.
Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan
hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya
seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau
Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti
pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api
Avicennia spp.;
memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat
berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat
yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem mangrove,
diantaranya adalah :
tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap
hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup
dari darat;
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang
surut yang kuat;
airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
B. Klasifikasi,morfologi dan anatomi mangrove
Karakteristik morfologi yang menarik dari species mangrove
dapat dilihat dari system perakarannya dan buah. Tanah pada
habitat mangrove adalah anaerobik (hampa udara) bila berada di
bawah air. Beberapa species memiliki sistem perakaran khusus
yang disebut akar udara yang cocok untuk kondisi tanah yang
anaerobik. Ada beberapa tipe perakaran yaitu: akar tunjang,
akar napas, akar lutut, dan akar papan baner. Semua species
mangrove memproduksi buah yang biasanya disebarkan melalui
air.
Jenis-jenis mangrove di Indonesia
Indonesia memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis
pohon mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat
sebanyak 37 jenis. Dari berbagai jenis mangrove tersebut, yang
hidup di daerah pasang surut, tahan air garam dan berbuah
vivipar terdapat sekitar 12 famili. Dari sekian banyak jenis
mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan
antara lain adalah jenis api - api (Avicennia sp.), bakau
(Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera sp.), dan bogem atau pedada
(Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak
dijumpai. Jenis – jenis mangrove tersebut adalah kelompok
mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan
tanah habitatnya. Jenis api - api (Avicennia sp.) atau di dunia
dikenal sebagai black mangrove mungkin merupakan jenis terbaik
dalam proses menstabilkan tanah habitatnya karena penyebaran
benihnya mudah, toleransi terhadap temperartur tinggi, cepat
menumbuhkan akar pernafasan (akar pasak) dan sistem perakaran
di bawahnya mampu menahan endapan dengan baik. Mangrove besar,
mangrove merah atau Red mangrove (Rhizophora sp.) merupakan jenis
kedua terbaik. Jenis - jenis tersebut dapat mengurangi dampak
kerusakan terhadap arus, gelombang besar dan angin.
Deskripsi umum dari jenis mangrove sejati maupun mangrove
ikutan menurut Noor,dkk. 1999, yaitu :
Mangrove Sejati
Avicennia marina
Deskrispi umum : Belukar atau pohon yang tumbuh tegak atau
menyebar, ketinggian mencapai 30m. Memiliki akar nafas tegak
dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dan terkelupas
dalam bagian – bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun
berwarna kuning, tidak berbulu.
Avicennia alba
Deskripsi umum : Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar,
ketinggian mencapai 25m, memilki akar nafas biasanya tipis
yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu -
abuan atau gelap kecoklatan. Beberapa ditumbuhi tonjolan
kecil, permukaan daun halus.
Contoh :
(a). Perawakan (Habitus); (b). Buah Avicennia alba Blume
Bruguiera gymnorrhiza
Deskripsi umum : Pohon selalu hijau dengan ketinggian
mencapai 30 m. Kulit kayu memilki lentisel berwarna abu - abu
tua hingga coklat. Akar lutut kadang – kadang papan.
Bruguiera parviflora
Deskripsi umum : Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian
kadang – kandang mencapai 30 m. Kulit kayu coklat muda abu -
abu halus hingga kasar, lentisel berukuran besar. Akar lutut
kadang – kadang papan.
Contohnya :
(a). Perawakan/Habitus; (b). Bunga, Buah Bruguiera
gymnorrhiza
Ceriops tagal
Deskripsi umum : Pohon atau semak kecil dengan ketinggian
mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna coklat kadang – kadang
berwarna abu – abu, dan,memiliki akar tunjang yang kecil.
Ceriops decandra
Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi 3 meter.
Kulit kayu berwarna abu – abu kekuningan muda dengan tambalan
coklat gelap, dan memiliki akar banir berasal dari akar
tunjang.
Contohnya :
(a).Perawakan/Habitus dan Buah Ceriops decandra
Condelia candel
Deskripsi umum : Semak atau Pohon kecil, tinggi hingga 7m
dengan pangkal lebih tebal. Umumnya tanpa akar nafas. Kulit
kayu berwarna keabu – abuan hingga coklat kemerahan, permukaan
halus dan memiliki lentisel.
Lumnitzera littorea
Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 10 m, kulit
kayu abu-abu kecoklatan, beralur, dan terdapat cela sepanjang
sumbu batang pohon. Akar banir kecil dan akar napas, kadang –
kadang tidak tampak adanya akar udara.
Lumnitzera racemosa
Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5
m, kulit kayu abu – abu, memiliki celah longitudinal, terutama
pada batang pohon tua. Tidak ada akar udara.
Contohnya :
(a). Perawakan/Habitus; ( b). Buah, Bunga Lumnitzera littorea
Rhizophora apiculata
Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m
dengan diameter batang 50 cm. Kulit kayu berwarna abu – abu
cabang.
Rhizophora mucronata
Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m,
memiliki diameter 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap
hingga hitam. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
percabangan bawah.
Rhizophora stlosa
Deskripsi umum : Pohon dengan ketinggian mencapai 6 m,
kulit kayu berwarna abu – abu sampai hitam, relative halus,
beralur. Akar tunjang yang tumbuh dari percabangan bawah.
Contohnya :
(a).Perawakan/Habitus; (b).Buah, Bunga Rhizophora apiculata
Sonneratia alba
Deskripsi umum : Pohon berukuran kecil atau sedang
biasanya ketinggian mencapai 5 m - 20 m, memiliki akar nafas.
Sonneratia caseolaris
Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 16 m, kulit
kayu halus. Memiliki akar napas, berbentuk kerucut, tinggi
akar dapat mencapai 1 m.
Contohnya :
(a). Perawakan/Habitus (b).Buah Sonneratia alba J.Sm
Xyocarpus granatum
Deskripsi umum : Pohon dapat mencapai ketinggian 10 m – 20
m, memiliki akar papan. Batang sering berlubang berwarna
coklat muda kekuningan, tipis dan mengelupas. Sementara pada
cabang yang muda kulit kayu berkeriput.
Xylocarpus moluccensis
Deskripsi umum : Pohon tingginya antara 5 m – 20 m.
Memiliki akar nafas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu
halus, semetara pada batang utama memiliki guratan – guratan
permukaan yang tergores dalam.
Contohnya :
(a). Perawakan/Habitus; (b). Buah Xylocarpus granatum
Aegiceras floridum
Deskripsi umum : Pohon atau perdu dengan tinggi mencapai 5
m, tidak memiliki akar udara yang mencolok.
Aegiceras corniculatum
Deskripsi umum : Pohon/perdu dengan tinggi 6 m, daun
memiliki kelenjar garam, tidak ada akar udara yang mencolok.
Contohnya :
(a). Perawakan/Habitus; (b). Buah dan daun Aegiceras floridum
Mangrove Ikutan
Baringtonia asiatica
Deskripsi umum : Pohon berukuran kecil hingga sedang
dengan ketinggian 7 m – 30 m dan diameter 25 cm – 100 cm.
Mahkota pohon berdaun besar dan rimbun. Kulit kayu abu – abu
agak merah muda dan halus.
Hibiscus tiliaceus
Deskripsi umum : Pohon yang tumbuh tersebar dengan
ketinggian mencapai 15 m, kulit kayu halus, berwarna coklat
keabu – abuan.
Acanthus ilicifolius
Deskripsi umum : Semak, dengan tinggi mencapai 1,5 m di
temukan di sepanjang daerah pasang surut dan bagian tepi
dataran di wilayah mangove, kadang-kadang tiumbuh akar yang
mirip dengan tunjang.
Calophyllum inophyllum
Deskripsi umum :Pohon dengan tinggi mencapai 12 m, buahnya
berbentuk bola kecil dengan tangkai buah yang panjang bunga
beraroma wangi.
Pandanus tectorius
Deskripsi umum : Pohon dengan tinggi mencapai 6 m, bunga
seperti nanas, daun berduri kecil – kecil yang terdapat pada
ujung dan tengah tulang daun. Memilki akar tunjang yang
berbentuk lurus.
Nypa fruticans
Deskripsi umum :Palem, dengan tinggi mencapai 4 – 9 m,daun
menyirip tanpa duri dan banyak helai daun, tidak memilki akar
udara. Palem mangrove tumbuh berdekatan, seringkali membentuk
komunitas murni di sepanjang tepi sungai.
C. Botani,ekologi dan persebaran mangrove
Zonasi Mangrove
Secara sederhan mangrove umumnya tumbuh pada 4 zona yaitu,
pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki
sungai yang berair payau sampai hampir tawar serta daerah
kearah dataran yang memiliki air tawar.
Mangrove terbuka. Mangrove berada pada bagian yang
berhadapan dengan laut, jenis mangrove tersebut adalah
Sonneratia alba dan Avicennia alba kedua jenis ini merupakan
jenis yang ko - dominan pada areal pantai yang sangat
tergenang air.
Mangrove tengah. Mangrove di zona ini terletak dibelakang
mangrove terbuka. Dizona ini biasanya didominasi oleh
jenis Rhizophora.
Mangrove payau. Mangrove berada di sepanjang sungai
berair payau hingga hampir tawar. Dizona ini biasa di
dominasi oleh jenis Nypa dan Sonneratia.
Mangrove daratan. Mangrove berada dizona peraiaran payau
atau hamper tawar di belakang jalur hutan mangrove yang
sebenarnya jenis – jenis yang umumnya di temukan di zona
ini adalah Ficus microcarpus (F.retusa), Intsia bijuga, Nypa fruticans,
Lumnitzera, Pandanus dan Xylocarpus moluccensis. Zona ini
memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi di banding
dengan zona lainnya (Noor, dkk, 1999 ).
Karakteristik ekosistem mangrove
a. Tanah
Tanah dalam pengertian habitat Pada ekosistem
mangrove adalah lingkungan baur yang dibentuk oleh pertemuan
antara lingkungan marin dengan darat, dikenal juga sebagai
rawa garaman, rawa payau, intertidal zone, intertidal flat.
Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah
perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat
yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar
kation yang tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen,
dan ammonium termasuk kategori sedang pada bagian yang dekat
laut dan tinggi pada bagian arah daratan. Bersifat dinamis
karena hutan mangrove dapat tumbuh dan berkembang terus serta
mengalami suksesi sesuai dengan perubahan tempat tumbuh alaminya.
Dikatakan labil karena mudah sekali rusak dan sulit untuk pulih
kembali seperti sediakala.
Secara alami hutan mangrove membentuk suatu zonasi,
daerah yang dekat dengan laut dan substrat agak berpasir sering
ditumbuhi oleh Avicennia sp. Pada zona ini berasosiasi sonneration sp.
Yang dominan tumbuhan pada lumpur dalam yang kaya bahan organik.
Kemudian kearah darat diikuti oleh zona Rhizopora sp. , Bruguiera sp.
Dan Xylocarpus sp. Zona berikutnya didominasi oleh Burguiera sp. Zona
terakhir dari hutan mangrove di dominasi oleh nyipa fruticans dan
beberapa spesies palem, zona ini juga merupakan zona teransisi ke
hutan dataran rendah.
Untuk tempat habitatnya setiap jenis mangrove secara umum
yaitu :
1. Tipe api-api(Avicennia sp)
Paling dekat dengan air laut, merupakan
mangrove parintis. Substratnya berlumpur, kadang-kadang berpasir
dan kaya akan bahan organic. Contoh bakau jenis ini adalah
Avicennia marina dan Avecennia officinellis.
2. Tipe bakau (Rhizopora sp)
Hidup didekat pantai atau di belakang Avicennia,
substrat berlumpur tetapi warnanya lebih pekat dan kaya akan
humus, kadang lumpur berpasir. Jenis yang paling bisa hidup di
dekat laut adalah bakau gandul (Rhizopora mucronata). Jenis lain
yang masih termasuk dalam kerabat Rhizopora antara lain Ceriops,
Bruguiera, dan Acanthus.
3. Tipe kandeka (Bruguiera sp)
Lingkungan hidupnya berada di belakang dari
tumbuhan bakau jenis Ceriops, mampu tumbuh dengan umur yang panjang
dan lebih bisa beradaptasi dengan wilayah darat, substrat
berlumpur tetapi tidak begitu dipengaruhi oleh factor pasang
surut.
4. Tipe nipah (Nypa fruticans)
Bakau jenis ini sudah mampu untuk tumbuh di
tanah lunak berlumpur, merupakan tipe peralihan dari laut ke
darat dan dapat cepat beradaptasi dengan kondisi salinitas tinggi
atau pada daerah genangan air tawar. Contoh tumbuhan ini adalah
Sonneratia alba.
5. Tipe hutan bakau air tawar
Hanya dipengaruhi oleh air musim di mana pada
musim barat daerah ini tergenang oleh air. Sedangkan pada musim
timur kering. Bakau jenis ini tidak dipengaruhi oleh pasang
surut. Substratnya berupa tanah keras. Contoh tumbuhan ini adalah
Callophyllum sp, Hibiscus sp, dan Terminalia sp.
b. Salinitas
Bagi kebanyakan pohon-pohon mangrove dan fauna penggali
liang dalam tanah, salinitas air pasang mungkin kurang penting
dibandingkan dengan salinitas air tanah. Salinitas air tanah
umumnya lebih rendah dibandingka dengan air pasang diatasnya, hal
ini disebabkan karena terjadinya pengenceran oleh air tawar
(hujan) yang merembes ke dalam tanah. Bagi akar-akar pohon dan
fauna penggali lubang, faktor terpenting bukan hanya kadar NaCl
tetapi tekanan osmotik. Salinitas bervariasi dari hari ke hari
dan dari musim ke musim. Selama siang hari salinitas lebih tinggi
dibandingkan pada musim hujan. Demikian pula pada musim pasang,
salinitas akan turun dan cenderung untuk naik bila surut kembali.
Hutan mangrove biasanya dikenal sebagai hutan
panti, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau.
Mangrove biasa juga disebut sebagai farmasi tumbuhan daerah
litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang
terlindung. Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh
terutama pada tanah lumpur alluvial di daerah pantai dan muara
sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut.
Pada pantai yang terjal dan berombak besar dengan arus
pasang surut yang kuat, mangrove sulit atau tidak dapat
tumbuh, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya
pengendapan lumpur sebagai substrat yang diperlukan untuk
pertumbuhannya. Hutan mangrove juga merupakan hutan khas
tropis yang penyebarannya dibatasi pada letak lintang, karena
vegetasi ini sangat sensitive terhadap suhu dingin.
Vegetasi mangrove memiliki kemampuan khusus untuk
beradaptasi pada kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti
kondisi tanah yang kurang stabil daya adaptasi tersebut
meliputi :
a. Perakaran yang pendek dan menyebar luas, dengan akar
penyangga atau tundung akar yang tumbuh dari batang dan
dahan sehingga menjamin kokohnya batang
b. Memiliki daun yang kuat dan mengandung banyak air
c. Mempunyai jaringan internal menyimpan air dengan
kosentrasi garam yang tinggi, beberapa jenis mangrove
mempunyai kelenjar garam yang menolong menjaga
keseimbangan osmotik dengan mengeluarkan garam
d. Adanya sistem akar napas untuk membantu memperoleh
oksigen bagi sistem perakarannya
e. Beberapa jenis berkembang biak dengan buah yang sudah
berkecambah sewaktu masih dipohon induknya (viviper).
Kelestarian hutan mangrove dipengaruhi oleh 3 parameter
lingkungan utama, yaitu 1) suplai air tawar dan salinitas, 2)
pasokan nutrient, dan 3) stabilitas substrat. Meskipun
mangrove mampu beradaptasi pada kondisi salinitas yang ekstrim
namun suplai air tawar tetap diperlukan untuk mengendalikan
efisiensi metabolik dari ekosistem hutan mangrove. Pasokan
nutrien bagi daerah mangrove ditentukan oleh berbagai proses
yang saling terkait, meliputi : imput dari ion-ion mineral
anorganik dan bahan organik serta pendaur ulangan nutrient
secara internal melalui rantai dan jaringan makanan berbasis
detritus. Stabilitas substrat memiliki arti penting bagi
spesies hutan mangrove untuk menahan akibat yang menimpa
ekosistemnya.
D. Reproduksi mangrove
Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual, yakni
dengan adanya bunga berkelamin satu maupun poligami, sehingga
memerlukan serangga, burung atau angin untuk membantu
penyerbukan. Dalam kondisi habitat yang berat seperti
diterangkan di atas, sangat sulit bagi tumbuhan mangrove untuk
berkembangbiak sebagaimana tumbuhan darat biasa. Suatu
penyesuaian perkembangbiakannya adalah yang disebut viviparitas
(viviparity), yakni bahwa bijinya tumbuh menjadi tumbuhan muda
selagi masih melekat pada tumbuhan induknya. Saat lepas dari
induknya ia akan menancap pada substrat dengan hipokotil
(hypocotyl) yang seperti paku tajam. Adaptasi semacam ini
terdapat pada kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora sp.,
Bruguiera sp., Ceriops sp., dll. (Romimohtarto, 2001).
Ada beberapa macam bentuk buah, seperti berbentuk
silinder, bulat dan berbentuk kacang.
1. Benih Vivipari Umumnya terdapat pada family Rhizophoraceae,
buahnya berbentuk silinder.
2. Benih Cryplovivipari Umumnya terdapat pada family Avicennia
(Seperti buah kacang), Aegeceras (Sikunder) dan Nypa
fruticans, yang buahnya berbentuk Cryplovivipoarious dimana bibitnya
berkecambah tetapi diliputi oleh selaput buah sebelum
dilepaskan atau ditinggalkan dari pohon induknya
3. Benih Normal Ditemukan pada species Sonneratia dan
Xylocarpus. Buahnya berbentuk bulat seperti bola dengan
benih normal. Species lain kebanyakan buahnya berbentuk
kapsul. Sebagai benih normal, buah tersebut mengalami
proses dimana mereka memecahkan diri dan
menyebarkan benihnya pada saat mencapai air.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan yang telah dibuat dapat disimpulkan
bahwa Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan
payau dan hutan pasang surut. Berdasarkan undang - undang No.
41 tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Kehutanan, hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya hutan hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan
alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat
dipisahka. Kata “mangrove” digunakan untuk menjelaskan tumbuhanyang hidup di daerah tropis pada komunitas hutan intertidal atau
pada komunitas mangrove (Tomlinson, 1986). Snedaker (1978) dalam
Arief (2003) memberikan pengertian yang panjang mengenai mangrove
yaitu suatu kelompok jenis tumbuhan berkayu yang tumbuh di
sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindung dan
memiliki semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob.
Indonesia memiliki sebanyak tidak kurang dari 89 jenis pohon
mangrove, atau paling tidak menurut FAO terdapat sebanyak 37
jenis. Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis
mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api -
api (Avicennia sp.), bakau (Rhizophora sp.), tancang (Bruguiera
sp.), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp.) merupakan tumbuhan
mangrove utama yang banyak dijumpai. Bruguiera cunjugata, Bruguiera
carpyophyloides, Bruguiera lerioptala, Bruguiera parviflora,Rhizophora mucronata,
Rhizophora conjugata, Xylocarpus granatum, Xylocarpus moluccensis,Ceriops
condeliana, Avicennia officinalis, Hertiera littoralis, Sonneratia alba dan
Sonneratia acidu
Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual,
yakni dengan adanya bunga berkelamin satu maupun poligami,
sehingga memerlukan serangga, burung atau angin untuk membantu
penyerbukan.
B. Saran
Mengingat makalah yang dibuat ini merupakan gambaran
secara umum mengenai mangrove,maka diharapkan untuk
mahasiswa selanjutnya yang akan mengambil mata kuliah
biologi laut ini sebaiknya membuat dan membahas lebik
khusus lagi tentang jenis-jenis mangrove,khususnya yang
ada di NTT.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, http://naskleng.blogspot.com/2008/05/ekosistem-padang-
lamun-definisi.html diakses pada tanggal 25 Mei 2014,pukul
17.00 WITA
Anonim, http://www.scribd.com/doc/20723946/Makalah-Ekologi-
Perairan-Padang-Lamun diakses pada 25 Mei 2014,pukul 17.00
WITA
Anonim,http:// lamun\makalah-padang-
lamun.htmsuharno048biologi.blogspot.com/ diakses pada 25
Mei 2014,pukul 17.00 WITA***
Patang. 2012 . ANALISIS STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS
DI DESA TONGKE-TONGKE KABUPATEN SINJAI). Jurnal Agrisistem, Desember
2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 2089-0036 100. Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.Dikutip dari http://www.lamun\4. ANALISIS STRATEGI
PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE (KASUS DI DESA TONGKE-TONGKE
KABUPATEN SINJAI).pdf diakses pada 25 Mei 2014,pukul 17.00
WITA
Sulistiyowati, Hari. 2009 BIODIVERSITAS MANGROVE DI CAGAR ALAM
PULAU SEMPU .Jurnal Sainstek, Vol 8 No. 1, Juni 2009.
Dikutip dari,lamun\Biodiversitas Mangrove Sempu.pdf
diakses pada 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA
Wikipedia. 2011. Hutan Bakau.
http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau. Diakses pada
tanggal 25 Mei 2014,pukul 17.00 WITA
Wonatorei,helena Karolina.2013.IDENTIFIKASI JENIS – JENIS TUMBUHAN
MANGROVE DI KAMPUNG SANGGEI DISTRIK UREI – FAISEI KABUPATEN
WAROPEN. jurusan budidaya hutan fakultas kehutanan
universitas negeri papua manokwari.Dikutip dari http://www
.\Wonatorei,Helena.K_Identifikasi Jenis-Jenis Tumbuhan
Mangrove Di Kamp.Sanggei Urei Faisei.pdf diakses pada 25
Mei 2014,pukul 17.00 WITA
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas Nikmat-Nya terutama nikmat kesehatan dan
kesempatan sehingga Penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Hutan mangrove” dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, berbagai kesulitan Penyusun
hadapi, namun kesulitan tersebut dapat teratasi berkat bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini Saya selaku Penyusun menghanturkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam makalah ini, Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat kekurangan. Hal ini tidak terlepas dari
kemampuan dan keterbatasan Penyusun sebagai manusia biasa.
Maka dari itu, kritik maupun saran yang sifatnya membangun
dari berbagai pihak sangat Penyusun butuhkan demi
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama generasi akademik.
Kupang.28 Mei
2014
Penulis
MAKALAH BIOLOGI LAUT
“HUTAN MANGROVE”