MANAJEMEN KEUANGAN - sipeg unj - Universitas Negeri Jakarta

162
1 BUKU AJAR MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN OLEH Umi Widyastuti, SE, M.E Dr. Rida Prihatni Ati Sumiati S.Pd., M.Si LAPORAN BUKU AJAR INI DI BIAYAI OLEH DANA DIPA BLU SP-DIPA 042.01.2.400893/2017REVISI 01 TANGGAL 16 FEBRUARI 2017 SESUAI DENGAN KEPUTUSAN REKTOR NO. 359/ SP/2017 TANGGAL 23 MARET 2017 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017

Transcript of MANAJEMEN KEUANGAN - sipeg unj - Universitas Negeri Jakarta

1

BUKU AJAR

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

OLEH

Umi Widyastuti, SE, M.E

Dr. Rida Prihatni

Ati Sumiati S.Pd., M.Si

LAPORAN BUKU AJAR

INI DI BIAYAI OLEH DANA DIPA BLU SP-DIPA

042.01.2.400893/2017REVISI 01 TANGGAL 16 FEBRUARI 2017 SESUAI

DENGAN KEPUTUSAN REKTOR NO. 359/ SP/2017 TANGGAL 23 MARET

2017

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2017

2

BAB 1

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN

(THE FIRM’S CAPITAL STRUCTURE)

1.1 Pengertian Struktur Modal

Struktur Modal merupakan salah satu keputusan keuangan yang kompleks

karena berhubungan dengan variabel keputusan keuangan.

Keputusan struktur modal yang buruk dapat menimbulkan biaya modal yang

tinggi, sehingga menurunkan NPV proyek yang akhirnya hanya dapat

menerima sedikit proyek.

Keputusan keuangan yang efektif dapat merendahkan biaya modal,

menghasilkan NPV yang lebih tinggi, dapat menerima lebih banyak proyek,

yang akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

1.2 Jenis-jenis Modal

3

1.3 Teori Struktur Modal

• Menurut teori keuangan,perusahaan memiliki target capital structure dengan

meminimalkan biaya modal.

• Sayangnya, teori keuangan belum dapat melengkapi seorang manajer

keuangan dengan metodologi khusus yang dapat digunakan untuk menentukan

struktur modal yang optimal bagi perusahaan.

• Namun demikian, teori keuangan dapat membantu manajer untuk memahami

bagaimana kombinasi modal yang dipilih mempengaruhi nilai perusahaan.

• Hasilnya teori struktur modal optimal didasarkan atas keseimbangan antara

manfaat dan biaya dari pembiayaan dengan pinjaman.

• Manfaat utama dari pembiayaan dengan modal pinjaman adalah perlakuan

pajak dari pemerintah bahwa pembayaran bunga atas pinjaman dapat

dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.

• Biaya modal pinjaman disebabkan oleh:

a. Meningkatnya kemungkinan kebangkrutan yang disebabkan oleh

kewajiban membayar hutang

b. Biaya perwakilan (agency cost) dari pemberi modal pinjaman untuk

pengendalian tindakan perusahaan

c. Biaya yang berkaitan dengan manajer yang ingin memperoleh informasi

lebih banyak tentang prospek perusahaan dibanding dengan investor.

1.3.1 Keuntungan Pajak (Tax Benefit)

• Dengan memperbolehkan perusahaan mengurangi biaya bunga atas

pinjaman dalam menghitung pendapatan kena pajak akan mengurangi

pembayaran pajak.

• Bagi perusahaan pengurangan biaya bunga, berarti biaya hutang disubsidi

oleh pemerintah.

4

1.3.2 Kemungkinan Kebangkrutan (Probability of Bankruptcy)

• Kemungkinan kebangkrutan sehubungan dengan ketidakmampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tergantung pada

tingkat risiko bisnis dan tingkat risiko keuangan.

1.3.3 Risiko Bisnis (Business Risk)

• Adalah risiko dimana perusahaan tidak mampu menutup biaya

operasionalnya.

• Umumnya, semakin besar ‘Operating Leverage’ perusahaan dengan

‘penggunaan biaya tetap’ akan semakin tinggi risiko bisnisnya.

• Risiko Bisnis dipengaruhi oleh stabilitas penerimaan dan stabilitas biaya.

1.3.4 Risiko Keuangan (Financial Risk)

• Struktur modal perusahaan secara langsung mempengaruhi risiko

keuangannya yaitu risiko perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban

keuangan.

• Semakin besar modal hutang dengan biaya tetap dan saham preferen yang

dimiliki perusahaan dalam struktur modalnya, maka semakin besar

‘financial leverage’ dan risikonya.

• Risiko keuangan tergantung pada keputusan struktur modal yang dibuat

oleh manajemen dan keputusan tersebut dipengaruhi oleh risiko bisnis

yang dihadapi perusahaan.

Contoh:

Risiko Bisnis

Cooke Company, soft drink manufacturer, dalam persiapan membuat keputusan

struktur modal memperkirakan penjualannya dan EBIT dengan kemungkinan sbb:

Kemungkinan 25% penjualan akan mencapai $ 400

Kemungkinan 50% penjualan akan mencapai $ 600

5

Kemungkinan 25% penjualan akan mencapai $ 800

Biaya tetap operasi sebesar $200 dan biaya variabel operasi sama dengan 50%

dari penjualan.

Dari data tersebut menghasilkan EBIT

Kemungkinan 25% menghasilkan EBIT $ 0

Kemungkinan 50% menghasilkan EBIT $ 100

Kemungkinan 25% menghasilkan EBIT $ 200

Ketika menyusun struktur modal perusahaan, manajer keuangan harus menerima

tingkat EBIT yang dikaitkan dengan berbagai kemungkinannya. Data EBIT

mencerminkan tingkat risiko bisnis tertentu yang mencakup ’operating leverage’

perusahaan, variabilitas penerimaan penjualan dan penaksiran biaya.

Risiko Keuangan

Cooke Company mempunyai struktur modal sekarang sebagai berikut:

TABEL 1.1

TABEL 1.2

6

Diasumsikan bahwa:

Perusahaan mempertimbangkan 7 alternatif struktur modal. Dengan rasio

hutang sebagai berikut 0%,10%,20%, 30%,40%,50%,60%.

Perusahaan tidak mempunyai hutang lancar

Struktur modal terdiri dari equity dan

Jumlah total modal terus sama yaitu $ 500,000 yang terdiri dari modal

hutang dan modal saham sesuai dengan rasio hutang seperti terlihat pada

tabel 1.3

TABEL 1.3

7

Tabel 1.4 menunjukkan tingkat hutang, tingkat bunga dan bunga tahunan.

Tabel 1.5 menunjukkan perhitungan EPS untuk setiap pilihan rasio hutang

TABEL 1.4

TABEL 1.5

8

9

Tabel 1.6 Menunjukkan ringkasan dari EPS yang diharapkan, standar deviasi dan

koefisien variasi. Koefisien variasi mengukur risiko relatif terhadap EPS yang

diharapkan dan digunakan untuk membandingkan struktur modal. Jika ’financial

leverage’ perusahaan meningkat maka keofisien variasi dari EPS meningkat.

Gambar 1.1 menunjukkan distribusi dari kemungkinan EPS yang dihubungkan

dengan rasio hutang 0% dan 60%. Tingkat EPS yang diharapkan meningkat

dengan meningkatnya ’financial leverage’ demikian juga dengan risiko seperti

terlihat dalam dispersi relatif dari masing-masing distribusi.

TABEL 1.6

10

Gambar 1.2 (a) jika hutang disubstitusikan dengan ekuitas, tingkat EPS

meningkat kemudian menurun. EPS tertinggi terjadi pada rasio hutang 50%.

Penurunan EPS setelah rasio hutang 50% dihasilkan dari peningkatan signifikan

dari bunga yang tidak dapat ditutup dari pengurangan dalam jumlah lembar saham

biasa yang beredar.

(b) Jika dilihat perilaku risiko yang diukur dengan koefisien variasi kita dapat

melihat bahwa risiko meningkat dengan meningkatnya ’leverage’. Sebagian dari

risiko merupakan risiko bisnis, dan sebagian yang berubah berkaitan dengan

peningkatan ’financial leverage’ merupakan risiko keuangan. Jelaslah bahwa

pertukaran risiko & pengembalian berkaitan dengan penggunaan ’financial

leverage’. Jadi jika perusahaan menggunakan lebih banyak ’leverage’ dalam

struktur modalnya akan meningkatkan baik tingkat pengembalian maupun

risikonya.

GAMBAR 1.1

11

Biaya Perwakilan (Agency Costs) Pihak Pemberi Pinjaman

• Masalah perwakilan timbul bukan saja karena adanya hubungan antara

pemilik dan manajer tetapi juga karena adanya hubungan antara pemilik

dan pemberi pinjaman.

• Ketika pemberi pinjaman memberi modal hutang pada perusahaan, tingkat

bunga yang dibebankan didasarkan pada penilaian pemberi pinjaman atas

risiko perusahaan.

• Jika investasi yang beresiko tersebut berhasil maka pemilik perusahaan

akan menerima keuntungan, tetapi jika tidak berhasil maka pemberi

pinjaman turut menanggung biayanya.

• Untuk itu ada insentif bagi manajer yang bertindak atas nama pemegang

saham untuk ‘mengambil keuntungan’ dari si pemberi pinjaman.

• Untuk menghindari situasi yang tidak diinginkan, pemberi pinjaman

membuat teknik pengawasan dan pengendalian yang menimbulkan biaya

perwakilan. Pemberi pinjaman melindungi dirinya dengan membuat

berbagai ketentuan dalam perjanjian pinjaman seperti:

• Ketentuan tentang tingkat modal kerja bersih

GAMBAR 1.2

12

• Perolehan aktiva

• Gaji para eksekutif

• Pembayaran dividen

Informasi Asimetri

• Asymmetric Information terjadi pada suatu situasi dimana manajer dari

suatu perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan

prospek masa depan perusahaan dibandingkan dengan investor.

Struktur Modal Optimal

• Pada umumnya, dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan akan maksimal

jika biaya modal dapat minimal.

• Nilai Perusahaan dapat didefinisikan melalui pendekatan Aljabar sbb:

aa K

NOPAT

K

TEBITV

)1(

V : Nilai perusahaan

Ka : Biaya modal rata-rata tertimbang

1.4 Pendekatan EBIT-EPS terhadap struktur modal

• Pendekatan EBIT-EPS terhadap struktur modal adalah suatu pendekatan

untuk memilih struktur modal yang memaksimumkan EPS pada sebaran

EBIT yang diharapkan.

• Pendekatan ini menekankan pada pengaruh dari berbagai struktur modal

terhadap pendapatan pemilik.

• Karena salah satu variabel yang mempengaruhi nilai pasar saham

perusahaan adalah pendapatannya, maka EPS dapat digunakan untuk

menganalisa struktur modal.

13

Membuat Rencana Pembiayaan Secara Grafis

Contoh:

Koordinat EBIT-EPS diperoleh dengan mengasumsikan 2 nilai EBIT dan

menghitung masing-masing EPS-nya. Perhitungan untuk 3 struktur modal – rasio

hutang 0%, 30%, dan 60%—untuk Cooke Company yang telah dipaparkan di

Tabel 1.5. Dengan menggunakan nilai EBIT $100,000 dan $200,000, nilai

masing-masing EPS dihitung dan digambar secara grafis pada Gambar 1.2.

Gambar 1.3 menunjukkan tingkat EPS yang diharapkan dari masing-masing

tingkat EBIT. Pada tingkat EBIT dibawah perpotongan sumbu X hasilnya rugi

(EPS negatif). Setiap perpotongan dengan sumbu X disebut Financial Breakeven

Point yaitu keadaan dimana EBIT hanya dapat menutupi semua biaya tetap (EPS

= $ 0).

GAMBAR 1.3

14

Kelemahan Dasar Analisa EBIT-EPS

• Analisa EBIT-EPS adalah teknik dengan kecendrungan untuk

mengkonsentrasikan pada maksimalisasi pendapatan bukan maksimalisasi

kekayaan pemilik.

• Jika investor tidak meminta premi risiko (tambahan hasil) pada saat

perusahaan meningkatkan bagian hutang dalam struktur modalnya, strategi

maksimalisasi EPS juga akan memaksimalisasikan kekayaan pemilik.

• Karena premi risiko meningkat dengan meningkatnya pengaruh keuangan

maka maksimalisasi EPS tidak menjamin maksimalisasi kekayaan pemilik.

• Untuk memilih struktur modal yang terbaik EPS dan Risiko keduanya

harus diintegrasikan ke dalam suatu kerangkan penialaian agar konsisten

dengan teori struktur modal.

1.5 Memilih Struktur Modal yang Optimal

• Membuat suatu kerangka maksimalisasi kekayaan untuk digunakan dalam

membuat keputusan struktur modal tidaklah mudah. Meskipun kedua

faktor yaitu Risk dan Return dapat digunakan secara terpisah untuk

membuat keputusan struktur modal, tetapi menggabungkan Risk dan

Return ke dalam nilai pasar akan memberikan hasil yang terbaik.

CONTOH

Cooke Company, menggunakan coefficients of variation dari EPS dihubungkan

dengan 7 alternative capital structures, sebagaimana risiko diukur untuk

memperkirakan pengembalian yang diperlukan Ks terlihat pada Tabel 1.7.

15

Tabel 1.7 diharapkan estimasi pengembalian yang diperlukan (Ks) meningkat

dengan penambahan risiko yang diukur oleh koefisien variasi dan EPS

Mengestimasi Nilai

Dengan memasukkan tingkat estimasi EPS dan pengembalian yang diinginkan,

kita dapat mengestimasi nilai per saham suatu perusahaan.

s

oK

EPSP

Nilai dari suatu perusahaan dikaitkan dengan alternatif struktur modalnya dapat

diestimasi dengan menggunakan salah satu model penilaian standar. Diasumsikan

bahwa seluruh laba dibayarkan dalam bentuk dividen. Dengan menggunakan

model penilaian pertumbuhan nol, yang dirumuskan kembali dimana dividen

diganti dengan EPS karena dianggap setiap tahun dividen akan sama dengan

EPS

TABEL 1.7

16

ss

k

tt

s

ok

D

kDPVIFAD

kDP

s

11,1

1

1

1)(

)1(

1

Contoh

Nilai saham Cooke Company dengan berbagai alternatif struktur modal. Dengan

memasukkan EPS yang diharapkan dan pengembalian yang diperlukan ke dalam

rumus, untuk masing-masing alternatif struktur modal, menghasilkan estimasi

nilai saham.

Tabel 1.8 Membandingkan hasil estimasi saham pada setiap rasio hutang

menunjukkan bahwa estimasi nilai saham maksimum terjadi pada struktur modal

dengan rasio hutang 30%.

TABEL 1.8

17

1.6 Maksimalisasi Nilai Saham dibandingkan dengan Maksimalisasi EPS

Sasaran manajer keuangan adalah maksimalisasi kekayaan pemilik dan

bukan laba. Walaupun ada hubungan antara tingkat laba yang diharapkan dengan

nilai saham, namun tidak ada alasan untuk percaya bahwa strategi maksimalisasi

laba selalu akan menghasilkan maksimalisasi kekayaan. Kekayaan pemilik seperti

dicerminkan dengan estimasi nilai saham yang dapat digunakan sebagai kriteria

untuk memilih struktur modal yang terbaik.

Gambar 1.4 menunjukkan dengan jelas bahwa walaupun laba perusahaan

maksimum (EPS) berada pada rasio hutang 50%, tetapi nilai saham maksimum

berada pada rasio hutang 30%. Pada kasus ini struktur modal yang disukai adalah

pada rasio hutang 30%. Pendekatan maksimalisasi EPS tidak menghasilkan

kesimpulan yang sama karena tidak mempertimbangkan risiko. Jadi untuk

memaksimumkan kekayaan pemegang saham, perusahaan harus menerapkan

struktur modal dengan rasio hutang 30%.

18

1.7 Teori Struktur Modal

1.7.1 Modigliani-miller (mm) tanpa pajak

Salah satu pertanyaan yang sering membingungkan manajer keuangan

adalah hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan (harga

saham). Berapa modal asing dan berapa modal sendiri yang harus

digunakan? Pada tahun 1958, 2 ahli manajemen keuangan Franco

Modigliani dan Merton Miller mengajukan suatu teori yang ilmiah tentang

struktur modal perusahaan.

Asumsi-Asumsi MM tanpa pajak :

a. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan σ EBIT.

GAMBAR 1.4

19

b. Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT

perusahaan di masa mendatang.

c. Saham dan obligasi diperjualbelikan dipasar modal yang sempurna.

d. Hutang adalah tanpa risiko sehingga suku bunga pada hutang

adalah suku bunga bebas risiko.

e. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya saetiap

periode hingga waktu tak terhingga). Dengan kata lain,

pertumbuhan perusahaan adalah nol atau EBIT selalu sama.

f. Tidak ada pajak perusahaan maupun pajak pribadi.

2 dalil MM – Tanpa Pajak

a. DALIL 1

UK

EBIT

WACC

EBITVV

s

UL

di mana:

VL = Nilai perusahaan yang menggunakan hutang (levered

firm).

Vu = Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang

(Unlevered firm) atau perusahaan yang menggunakan

100% modal sendiri.

KsU = Keuntungan yang diisyaratkan pada saham unlevered

firm

WACC = Weighted Average Cost of Capital

Perlu diingat V = D + S

V = Niali perusahaan

S = Modal sendiri (Stock)

D = Hutang (Debt )

20

Dari Dalil 1 dapat disimpulkan bahwa ‘menurut model MM, jika tidak ada

pajak, nilai perusahaan tidak tergantung pada leverage (menggunakan

hutang atau tidak)”

b. DALIL 2

)/)(( SDKUKUKLK dsss

di mana:

KsL : Keuntungan yang diisyaratkan pada modal sendiri atau

biaya modal sendiri pada levered firm.

KsU : Biaya modal sendiri pada Unlevered firm

D/S : Hutang dibagi modal sendiri

Kd : Biaya hutang

Dapat disimpulkan: jika penggunaan hutang bertambah (D bertambah

besar), biaya modal sendiri (KsL) juga bertambah besar. Hal ini dapat

diterangkan sebagai berikut: Jika hutang yang digunakan bertambah, risiko

perusahaan juga bertambah sehingga biaya modal sendiri atau keuntungan

yang diisyaratkan pada modal sendiri juga bertambah.

Perlu diingat :

WACC = ssdd KWKW ..

V

D

SD

DWd

V

S

SD

SWs

21

asumsi T = 0, maka

WACC = LKV

SK

V

Dsd ..

Dari Dalil 2 ini dapat disimpulkan juga bahwa penggunaan hutang tidak

akan merubah WACC. Biaya hutang (Kd) memang lebih kecil dibanding

biaya modal sendiri (KsL). Tapi semakin besar penggunaan hutang,

semakin besar pula risiko sehingga biaya modal sendiri (KsL) bertambah.

Jadi penggunaan hutang tidak akan meningkatkan nilai perusahaan karena

keuntungan dan biaya hutang yang lebih kecil (murah) ditutup dengan

naiknya biaya modal sendiri.

Contoh:

EBIT 2,4 juta dan konstan dari waktu ke waktu. Biaya hutang (Kd): 8%. Biaya

modal sendiri jika perusahaan tidak menggunakan hutang (KsU): 12%. Jika

perusahaan berhutang, uang tersebut digunakan untuk membeli kembali saham,

dengan kata lain jika hutang bertambah sebesar X, modal sendiri akan berkurang

sebesar X pula sehingga aktiva atau nilai perusahaan tetap.

Jawab:

a. Jika D : 0 dan S : 20 juta

jutajuta

UK

EBITV

s

U 2012.0

4.2

%12WACCVU (Karena tidak ada hutang)

b. Jika D : 5 juta

V = D + S

20 = 5 + S

22

S = 15 juta

jutajuta

UK

EBITV

s

L 2012.0

4.2

(Kita menggunakan VL karena perusahaan sekarang menggunakan hutang atau

Levered).

)/)(( SDKUKUKLK dsss

= 12% + (12% - 8%)(5/15)

= 13.33%

WACC = LKV

SK

V

Dsd ..

= %33.1320

15%8

20

5

= 12%

c. Jika D : 10 juta

V = D + S

20 = 10 + S

S = 10 juta

)/)(( SDKUKUKLK dsss

= 12% + (12% - 8%)(10/10)

= 16%

23

WACC = LKV

SK

V

Dsd ..

= %1620

10%8

20

10

= 12%

d. Jika D : 15 juta

V = D + S

20 = 15 + S

S = 5 juta

)/)(( SDKUKUKLK dsss

= 12% + (12% - 8%)(15/5)

= 24%

WACC = LKV

SK

V

Dsd ..

= %2420

5%8

20

15

= 12%

e. Bagaimana jika perusahaan menggunakan 100% hutang (sec. teori bisa tapi sec.

Praktek tidak ada perusahaan yang dibiayai dengan 100% hutang). V: 20 juta

maka D : 20 dan S : 0.

Pada kondisi ini, karena pemberi hutang menanggung risiko perusahaan maka

Kd=KsU=12%.

24

jutajuta

UK

EBITV

s

L 2012.0

4.2

WACC = Kd = 12%

D V S D/V Kd Ks WACC

0

5

10

15

20

20

20

20

20

20

20

15

10

5

0

0%

25%

50%

75%

100%

8%

8%

8%

8%

12%

12%

13.3%

16%

24%

12%

12%

12%

12%

12%

2. MODEL MODIGLIANI-MILLER (MM) TANPA PAJAK

Tahun 1963, MM menerbitkan artikel sebagai lanjutan teori MM tahun 1958.

Asumsi yang diubah adalah adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan.

Dengan adanya pajak ini, MM menyimpulkan bahwa penggunaan hutang

(leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang

adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak.

2 Dalil MM – Dengan Pajak

a. Dalil 1

DTVV uL .

VL : Nilai perusahaan yang menggunakan hutang (levered firm)

Vu :Nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang (Unlevered firm)

T : Pajak

D : Debt (hutang)

25

Nilai perusahaan yang sama sekali tidak menggunakan hutang sama dengan nilai

modal sendiri perusahaan tersebut (S).

UK

TEBITVS

s

u

)1(

b. Dalil 2

)/)(1)(( SDTKUKUKLK dsss

Contoh:

EBIT : 4 juta dan konstan sepanjang waktu

Kd : 8%

KsU :12%

Pajak :40%

a. Jika perusahaan tidak menggunakan hutang

D = 0

jutaUK

TEBITV

s

u 2012.0

)4.01(4)1(

b. Jika perusahaan menggunakan hutang 10 juta

D = 10 juta

VL = Vu + T.D

= 20juta + (0.4)(10juta)

= 24 juta

26

)/)(1)(( SDTKUKUKLK dsss

= 12% + (12% - 8%)(1-0.4)(10/14)

= 13.71%

D: 10 juta dan S dapat dicari dengan cara :

VL = D + S

S = VL – D

= 24juta – 10juta = 14 juta

WACC = LKV

STK

V

Dsd .)1(.

= %71.1324

14%)401(%8

24

10

= 10%

c. Jika perusahaan menggunakan hutang 30 juta

D = 30 juta

VL = Vu + T.D

= 20juta + (0.4)(30juta)

= 32 juta

)/)(1)(( SDTKUKUKLK dsss

= 12% + (12% - 8%)(1-0.4)(30/2)

= 48%

27

S = VL – D

= 32juta – 300juta = 2 juta

WACC = LKV

STK

V

Dsd .)1(.

= %4832

2%)401(%8

32

30

= 7.5%

d. Jika perusahaan menggunakan hutang 33.33 juta

D = 33.33 juta

VL = Vu + T.D

= 20juta + (0.4)(33.33juta)

= 33.33 juta

Ternyata D = VL = 33.33 juta, artinya perusahaan menggunakan 100% hutang.

Oleh karena itu Kd bukan 8% tapi harus sebesar KsU atau 12% (karena pemberi

hutang menanggung seluruh risiko perusahaan atau pemberi hutang seolah-olah

pemilik perusahaan yang 100% modal sendiri)

D V S D/V Kd Ks WACC

0

5

10

15

20

20

22

24

26

28

20

17

14

11

8

0%

22.73%

41.67%

57.69%

71.43%

8%

8%

8%

8%

8%

12%

12.71%

13.71%

15.27%

18%

12%

10.91%

10%

9.23%

8.57%

28

25

30

33.33

30

32

33.33

5

2

0

83.33%

93.75%

100%

8%

8%

12%

24%

48%

-

8%

7.5%

12%

3. MODEL MILLER

Tahun 1976, Miller menyajikan suatu teori struktur modal yang juga meliputi

pajak untuk penghasilan pribadi. Pajak pribadi ini adalah

1. Pajak penghasilan dari saham (Ts)

2. Pajak penghasilan dari obligasi (Td)

Dalil 1

DTVV uL .

dimana:

)1(

)1)(1(1

d

sc

T

TTT

sehingga

DT

TTVV

d

scuL

)1(

)1)(1(

dimana:

Tc : Pajak Perusahaan

Ts : Pajak pribadi pada penghasilan saham

Td : Pajak pribadi pada penghasilan obligasi

D : Hutang perusahaan

29

Jika tidak ada pajak, maka Tc = Ts = Td = 0, model Miller akan menjadi MM –

Tanpa pajak yaitu VL = Vu.

Jika tidak ada pajak pribadi, maka Ts = Td = 0, model Miller akan menjadi MM –

Dengan Pajak yaitu VL = Vu + T.D

Keuntungan dari penggunaan hutang pada model Miller tergantung pada Tc,Ts,Td

dan D

Karena pajak pada capital gains suatu saham biasanya dibayar belakangan atau

tertunda (pajak dibayar setelah saham terjual), pada umumnya Ts<Td

Kelemahan utama model Miller adalah menganaikan faktor 1) Financial Distress,

2) Agency costs.

1.8 Metode dalam Manajemen Struktur Modal

Mengapa struktur modal perlu diperhatikan? Dari teori struktur modal,

disimpulkan bahwa bauran pendanaan (financing mix) mempengaruhi nilai

perusahaan secara langsung. Hal ini memotivasi manajemen perusahaan untuk

mencari suatu struktur modal yang optimal untuk perusahaannya. Metode tersebut

berorientasi pada pembuatan keputusan, sehingga akan sangat bermanfaat untuk

menjawab pertanyaan”Di masa mendatang, jika kita memerlukan dana 500 juta,

apakah kita sebaiknya menerbitkan saham atau obligasi?” Metode tersebut adalah

Analisis EBIT-EPS

Analisis EBIT-EPS

Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif

pendanaan terhadap EPS pada tingkatan EBIT yang bervariasi.

Yang dimaksud EPS adalah laba bersih sesudah pajak (EAT) dibagi jumlah

lembar saham perusahaan yang beredar.

Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan:

30

1. menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu

2. mengulang langkah pertama untuk EBIT yang berbeda-beda. Hasilnya

kemudian digambarkan dalam grafik EBIT-EPS

Contoh:

Perusahaan dengan modal 10 juta (seluruhnya modal sendiri) berniat menambah

modal sebesar 5 juta. Perusahaan mempertimbangkan 2 alternatif: 1) menjual

saham baru dan 2) berhutang. Biaya hutang (kd) adalah 12%, pajak 40%. Jumlah

saham beredar saat ini 200,000 lembar. Saham biasa dapat dijual seharga Rp 50

per lembar, sehingga akan ada tambahan 100,000 lembar saham. Kita dapat

menghitung EPS untuk masing-masing alternatif pembelanjaan untuk berbagai

nilai EBIT. Misal EBIT : 2,4 juta

Saham Biasa Hutang

EBIT 2,400,000 2,400,000

Bunga 0 600,000

EBT 2,400,000 1,800,000

Pajak (40%) 960,000 720,000

EAT 1,440,000 1,080,000

Jumlah Saham 300,000 200,000

EPS 4.8 5.4

31

Perhitungan semacam ini dapat diulang untuk EBIT yang berbeda. Hasilnya

adalah hubungan EBIT-EPS seperti disajikan pada grafik berikut:

6

4 Selisih keuntungan menggunakan hutang daripada saham

3

2

1 Selisih Keuntungan menggunakan saham daripada hutang

1 2 3 4 EBIT

Titik perpotongan antara garis saham dan garis hutang disebut indifference point

atau breakeven point yang dapat dicari dengan rumus:

Indifference Point

Saham

EPS

Hutang

32

EPS menggunakan saham = EPS menggunakan hutang

EAT (saham) = EAT (hutang)

Jumlah saham Jumlah saham

(EBIT*- C1)(1-T) = (EBIT*- C2)(1-T)

S1 S2

Di mana:

EBIT* : Indifference point

C1 : Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1

C2 : Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2

S1 : Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1

S2 : Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2

T : Tingkat pajak

Indifference point:

(EBIT*- 0)(1-0.4) = (EBIT*- 600,000)(1-0.4)

300,000 200,000

EBIT * = 1,800,000

Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih

alternatif pembelanjaan. Jika expected EBIT > dari indifference point,

perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan

saham akan lebih menguntungkan. Keputusan ini bisa salah jika actual EBIT

33

tidak sebesar yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan,

manajemen harus memperhatikan juga σEBIT perusahaan. Expected dan σEBIT

dapat dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT dimasa

mendatang beserta dengan probabilitas. Jika σEBIT relatif besar, manajemen

harus lebih hati-hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat dipercaya.

Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila expected

EBIT cukup jauh diatas indifference point.

34

BAB 2

RISIKO DAN TINGKAT PENGEMBALIAN

2.1 Pengertian Risiko Dan Tingkat Pengembalian

Risiko (Risk)

- adalah Suatu kesempatan terjadinya keuangan.

- adalah kemungkinan peristiwa yang tidak memungkinkan

Tingkat Pengembalian (Return)

- adalah total keuntungan atau kerugian atas suatu investasi.

- adalah tingkat pengembalian yang diharapkan akan direalisasi dari suatu

investasi, ini sama dnegan nilai rata-rata dari distribusi probabilitas untuk hasil-

hasil yang mungkin dicapai.

kt = 1

1

t

ttt

P

CPP

dimana:

kt =Tingkat Pengembalian yang diharapkan atau diperlukan selama periode t

Pt = Harga dari aktiva pada waktu t

Pt-1 = Harga dari aktiva pada waktu t-1

Ct = Kas yang diterima dari investasi aktiva pada periode (t-1) sampai periode t

35

Contoh:

PT ANTARIKSA MERDEKA berharap untuk memperoleh tingkat pengembalian

dari kedua mesin bubut yang dimilikinya, yaitu merk A dan merk B.

Mesin Bubut A dibeli 1 tahun yang lalu, dengan harga Rp 400,000 dan memiliki

harga pasar saat ini adalah Rp 430,000. Selama tahun tersebut mesin ini telah

menghasilan pendapatan setelah pajak sebesar Rp 16,000.

Mesin Bubut B dibeli 4 tahun yang lalu, harga mesin pada awal tahun ini Rp

240,000. Harga mesin pada akhir tahun menjadi Rp 236,000. Selama periode

tersebut mesin ini telah menghasilan pendapatan setelah pajak sebesar Rp 34,000.

Hitung Tingkat pengembaliannya!

Mesin A

%5.11000,400

000,16000,400000,430

Ak

Mesin B

%5.12000,240

000,34000,240000,236

Bk

KESIMPULAN: walaupun mesin bubut B harganya turun sepanjang tahun, tetapi

uang kas yang diterima relatif lebih tinggi karena mesin itu menghasilkan tingkat

pengembalian yang lebih tinggi daripada mesin bubut A sela periode yang sama.

36

2.2 Jenis-Jenis Risiko

Preferensi Risiko

Ada 3 sikap preferensi risiko dasar yaitu:

1. Risk-Indifferent (mengabaikan risiko)

Sikap terhadap risiko yang tidak melakukan perubahan return untuk setiap

kenaikan resiko.

2. Risk-Averse (menghindari risiko)

Sikap terhadap risiko yang mengharapkan kenaikan return untuk setiap

kenaikan risiko.

3. Risk-Seeking (mencari risiko)

Sikap terhadap risiko yang menyetujui penurunan return akibat kenaikan

risiko.

37

Jika risiko bergerak dari x1 ke x2 maka:

Bagi manajer yang mengabaikan risiko penghasilan yang diinginkan tidak

berubah artinya tidak adanya perubahan dalam tingkat pengembalian yang

diperlukan untuk peningkatan risiko.

Bagi manajer yang menghindari risiko penghasilan yang meningkat

diperlukan untuk peningkatan dalam risiko. Manajer seperti ini

mengharapkan pengembalian yang lebih tinggi sebagai kompensasi bagi

pengambilan risiko yang lebih besar.

Bagi manajer yang mencari risiko bersedia penghasilannya berkurang untuk

peningkatan risiko. Secara teoritis mereka menyenangi risiko, manajer

seperti ini merelakan penghasilan tertentu untuk mengambil risiko lebih

banyak.

GAMBAR 2.1

38

2.3 Penilaian Terhadap Risiko

Penilaian Risiko (Risk Assessment)

1. Analisis Sensistivitas (Sensitivity Analysis)

Penilaian risiko dengan menggunakan sejumlah kemungkinan return, yang

diukur melalui range.

Range = Optimistic outcome – Pessimistic outcome

Semakin besar range, semakin besar pula risikonya.

Jadi investasi pada asset B (range 16%) lebih beresiko dibandingkan dengan asset

A (range 4%).

2. Analisis Distribusi Probabilitas (Probability Distribution)

Suatu model yang berkaitan dengan probabilitas hasil yang dituangkan

dalam Bar Chart dan Continous Probability Distribution.

TABEL 2.1

39

GAMBAR 2.2

GAMBAR 2.3

40

3. Analisis Statistik (Statistic Analysis)

Pengukuran Risiko (Risk Measurement):

a. Standard Deviation

Salah satu indikator statistik dari risiko yang mengukur penyebaran

expected value of a return

N

i

iikk1

Pr

dimana:

k = Nilai pengembalian yang diharapkan

ki = Pengembalian untuk hasil ke i

Pri = Probabilitas dari kejadian hasil ke i

N = Jumlah hasil

41

Setelah diperoleh expected return, dapat dihitung standar deviation of return:

i

n

i

ik kk Pr)( 2

1

Rumus tersebut digunakan jika probabilities of the return diketahui dan jika

probabilities diasumsikan sama, maka dapat menggunakan rumus:

1

)(1

2

n

kkn

i

i

k

TABEL 2.2

42

b. Coefficient of Variation (CV)

Merupakan suatu ukuran dari penyebaran relatif yang berguna untuk

membandingkan risiko dengan expected return yang berbeda.

kCV k

TABEL 2.3

43

Asset C lebih beresiko karena semakin tinggi CV suatu asset, semakin besar risiko

yang dikandungnya.

2.4 Risiko Portfolio (Portfolio Risk)

Portofolio adalah kombinasi atau gabungan berbagai investasi (asset).

Tujuan manajer keuangan adalah Menciptakan efficient portfolio, yaitu

portfolio yang memberikan return maksimum pada suatu tingkat risiko tertentu,

atau tingkat risiko minimum dengan return tertentu.

a. Pengembalian Portofolio (Return on Portfolio)

Merupakan rata-rata tertimbang (weighted average) dari return masing-masing

individual assets yang ada dalam portfolio tersebut.

n

i

iip

nnp

kwk

kwkwkwk

1

2211 )(...)()(

44

dimana:

kp = Pengembalian portofolio

wi = Proporsi nilai total portofolio yang diwakili oleh aktiva i

ki = Pengembalian aktiva hasil ke i

b. Standard deviation of a portfolio’s return ( kp )

Dapat dihitung dengan mengaplikasikan formula dari standard deviation pada

single asset.

Contoh:

Jika ingin mencari nilai yang diharapkan dan standar deviasi dari pengembalian

untuk portfolio XY, yang merupakan kombinasi dari bagian yang sama 50% dari

asset X dan 50% dari Y.

TABEL 2.4

45

c. Korelasi (Correlation)

Pengukuran statistik yang menunjukkan hubungan (kalu ada) diantara

sejumlah variabel.

Apabila dua variabel begerak ke arah yang sama, maka kedua variabel tersebut

dikatakan mempunyai korelasi yang positif (positively correlated), sebaliknya jika

variabel-variabel tersebut bergerak ke arah yang berlawanan, maka korelasinya

adalah negatif (negative correlated).

Pengukuran statistik untuk korelasi ini (correlation coefficient) mempunyai range

+1 untuk mempunyai korelasi positif yang sempurna (perfectly positively

correlated) sampai kepada -1 untuk yang mempunyai korelasi negatif sempurna

(perfectly negatively correlated).

46

d. Diversifikasi (Diversification)

Untuk menyebarkan risiko assets secara individual sehingga risiko yang

dihadapi secara keseluruhan bisa di tekan seminimum mungkin, maka kombinasi

yang paling baik adalah yang berkorelasi secara negatif atau positif yang rendah

sehingga keseluruhan variabilitas atau risiko akan dapat dikurangi.

GAMBAR 2.4

47

TABEL 2.5

48

2.5 Risiko Dan Tingkat Pengembalian Model The CAPM

Capital Asset Pricing Model (CAPM) adalah Salah satu model

keseimbangan yang berguna untuk menjelaskan hubungan antara risiko dan return

untuk setiap asset.

2.5.1 Tipe-tipe Risiko

1. Diversifiable risk (unsistematic risk)

Risiko yang melekat pada perusahaan dan dapat didiversifikasi.

2. Nondiversifiable risk (sistematic risk)

Risiko yang melekat pada pasar dan tidak dapat didiversifikasi.

Total risk = Nondiversifiable risk + Diversifiable risk

Resiko

Portfolio

RISIKO

DIVERSIFIABEEE

EEEE

NON DIVERSIFIABLE

Jumlah saham dalam portofolio

Risiko Total

(Variabilitas total)

49

Dengan menambah jumlah saham dalam portfolio, total portfolio risk semakin

menurun mendekati batas nondiversifiable risk.

2.5.2 Model CAPM

Beta Coefficient (b)

Ukuran dari nondiversifiable risk, yang merupakan index dari tingkat pergerakan

asset’s return yang berhubungan dengan perubahan market return.

Beta portfolio (bp) dapat diestimasi dengan menggunakan beta individu dari suatu

asset.

)(...)()( 2211 nnp bwbwbwb

=

n

i

ii bw1

dimana:

bp = beta portfolio

wi = proporsi nilai total portfolioyang diwakili oleh aktiva i

bi = koefisien beta atau indek risiko yang tidak dapat didiversifikasi untuk

aktiva i

50

bv = (0.1x1.65)+(0.3x1)+(0.2x1.3)+(0.2x1.1)+(0.2x1.25)

= 1.195

bw =(0.1x0.8)+(0.1x1)+(0.2x0.65)+(0.1x0.75)+(0.5x1.05)

= 0.91

Portfolio V terdiri dari asset-asset yang memiliki nilai beta tinggi.

Portfolio W terdiri dari asset-asset yang memiliki nilai beta rendah.

Tingkat pengembalian portfolio V lebih responsif terhadap perubahan dalam

pengembalian pasar dan lebih beresiko dibanding portfolio W.

2.5.3 Persamaan CAPM

TABEL 2.6

51

di mana:

kj = pengembalian untuk aktiva j

RF = pengembalian bebas risiko

bj = koefisien beta untuk aktiva j

km = Pengembalian atas portfolio pasar dari aktiva

PT ”A” ingin menentukan tingkat pengembalian yang diperlukan untuk aktiva

yang mempunyai bj = 1.5 tingkat pengembalian bebas risiko 10%, tingkat

pengembalian dari pasar portfolio aktiva 14%

Kj = 10% + (1.5 x (14% - 10%))

= 16%

Premi risiko pasar 4% = (14% - 10%) ketika disesuaikan dengan indeks risiko

aktiva (beta) 1.5 menghasilkan premi risiko 6% = (1.5 x 4%) dengan ditambah

10% tingkat bebas risiko menghasilkan 16% tingkat pengembalian.

Semakin tinggi beta, semakin tinggi pengembalian yang diinginkan. Semakin

rendah beta, semakin rendah tingkat pengembalian yang diperlukan.

2.5.4 Komentar Umum mengenai CAPM

CAPM tidak berlaku umum untuk semua assets karena asumsi-asumsi yang

ditetapkan kurang realistik yang mendasarkan pada efficient market:

1. Terdiri dari sedikit investor yang mempunyai informasi dan harapan yang

sama atas sekuritas.

2. Tidak ada pembatasan investasi

3. Tidak ada pajak

4. Tidak ada biaya transaksi

52

5. Semua investor rasional, sedikit yang memiliki sekuritas yang sama,

bersikap risk averse, lebih menyukai return yang tinggi dengan risiko yang

rendah.

LATIHAN SOAL

PT Antariksa Sejahtera mempertimbangkan untuk memilih dua proyek X dan Y.

Adapun investasi untuk masing-masing proyek adalah Rp 50.000.000 dengan usia

diperkirakan 3 tahun. Net cash flow dari masing-masing proyek setiap tahun

selama usia investasi dengan tingkat probabilitasnya diketahui sebagai berikut:

Kondisi Proyek X Proyek Y

Ekonomi Prob. Cash flow Prob. Cash flow

P 0.30 Rp 10.000.000 0.30 -

M 0.50 20.000.000 0.50 Rp 20.000.000

O 0.20 40.000.000 0.20 60.000.000

Diminta:

a. Tentukanlah Net Cash Flow yang diharapkan (Expected return),

Standar Deviasi dan Koefisien Variasi!

a. Berdasarkan perhitungan di atas, maka proyek manakah yang

paling menarik!

Penyelesaian:

1. a. Eexpected Value of a Return

N

i

iikk1

Pr

53

Proyek X

k = (0.30 x 10.000.000) + (0.50 x 20.000.000) + (0.20 x 40.000.000)

= 3.000.000 + 10.000.000 + 8.000.000

= Rp 21.000.000

Proyek Y

k = (0.30 x 0) + (0.50 x 20.000.000) + (0.20 x 60.000.000)

= 0 + 10.000.000 + 12.000.000

= Rp 22.000.000

Standar Deviasi

i

n

i

ik kk Pr)( 2

1

Proyek X (000)

))20.0()000.21000.40((

))50.0()000.21000.20(())30.0()000.21000.10((

2

22

k

000.200.72000.500000.300.36 k

000.000.109k

k Rp 10.440,306

54

Proyek Y (000)

))20.0()000.22000.60((

))50.0()000.22000.20(())30.0()000.220((

2

22

k

000.800.288000.000.2000.200.145 k

000.000.436k

k Rp 20.880,613

Coefficient of Variation (CV)

Merupakan suatu ukuran dari penyebaran relatif yang berguna untuk

membandingkan risiko dengan expected return yang berbeda.

kCV k

Proyek X (000)

10.440,306

CV = = 0.49

21.000

Proyek Y (000)

20.880,613

CV = = 0.95

22.000

Bagi Investor Pencari Risiko (Risk Seeking), maka lebih baik memilih

Proyek Y karena expected return yang dihasilkan lebih besar

55

dibandingkan dengan proyek X, meskipun resikonya cukup tinggi

sebesar 95%.

Bagi Investor penghindar resiko (Risk Averse), maka alternatife

proyek yang aman untuk dipilih adalah Proyek X, meskipun expected

return yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan proyek Y,

tetapi resikonya yang dihadapi hanya sebesar 49% setengahnya dari

resiko proyek Y.

RINGKASAN

1. Risiko merupakan prospek hasil yang tidak diinginkan dan dapat diukur

dengan standar deviasi, variansi dan Koefisien variansi.

2. Terdapat tiga sikap preferensi risiko dasar yaitu: Risk-Indifferent

(mengabaikan risiko) ,yaitu Sikap terhadap risiko yang tidak melakukan

perubahan return untuk setiap kenaikan resiko; Risk-Averse (menghindari

risiko), yaitu Sikap terhadap risiko yang mengharapkan kenaikan return

untuk setiap kenaikan risiko dan Risk-Seeking (mencari risiko), yaitu

Sikap terhadap risiko yang menyetujui penurunan return akibat kenaikan

risiko.

3. Penilaian Risiko Asset Tunggal (Risk Assessment); (1) Analisis

Sensistivitas (Sensitivity Analysis), (2) Analisis Distribusi Probabilitas

(Probability Distribution) dan (3) Analisis Statistik (Statistic Analysis): a.

Standard Deviation b. Coefficient of Variation (CV). Sedangkan Risiko

portfolio dapat dilakukan dengan analisis statistik.

56

BAB 3

PENILAIAN SAHAM

3.1 SAHAM PREFEREN

3.1.1 Pengertian Saham Pereferen

Saham preferen adalah suatu sekuritas hibrida dengan karakteristik saham

biasa dan obligasi, sama dengan saham biasa karena sama-sama tidak memiliki

tanggal jatuh tempo, tidak membayar dividen tidak berarti bangkrut dan dividen

tidak dipotong pajak. Saham preferen sama dengan obligasi dalam hal jumlah

dividen terbatas.

3.1.2 Karakteristik Saham Preferen

1. Bersifat Callable and Convertible

Callable artinya bahwa saham preferen dapat ditarik kembali, jika suku

bunga turun. Convertible artinya bahwa saham prefern dapat ditukar

berdasarkan kesepakatan pemegangnya menjadi saham biasa.

2. Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan (lower than bonds, higher than

common stocks)

Tagihan terhadap aktiva jika terjadi kebangkrutan

Obligasi > Saham preferen > Saham biasa

Tagihan terhadap pendapatan (bunga atau dividen)

Obligasi > Saham preferen > Saham biasa

Or

Risk Obgs < Risk preferen < Risk saham biasa

3. Sifat kumulatif

Saham preferen kumulatif mensyaratkan agar semua dividen

saham preferen yang belum dibayarkan sebelumnya harus diselesaikan

57

sebelum dividen saham biasa diumumkan. Tujuan sifat ini adalah untuk

memberikan perlindungan bagi pemegang saham preferen.

4. Persyaratan perlindungan

Persyaratan perlindungan adalah hal biasa saham preferen.

Termasuk syarat penerbitan untuk melindungi kepentingan investor.

Diantaranya, Pemberian hak suara jika dividen tidak dibayarkan, atau

membatasi pembayaran dividen saham biasa jika pembayaran dana yng

ditanam (sinking fund) tidak dilaksanakan atau jika perusahaan dalam

kesulitan keuangan.

5. Persyaratan dana pembayaran yang dikumpulkan (sinking fund provision)

Persyaratan bagi perusahaan untuk menyisihkan sejumlah dana

secara periodik untuk mempensiunkan saham preferennya atau untuk

membeli saham di pasar terbuka.

3.1.3 Beberapa Karakteristik lain Saham Preferen yang jarang Digunakan

yaitu:

1. Tingkat Penyesuian Saham Preferen (Adjustable Rate)

Tingkat penyesuian saham preferen dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan kepada investor terhadap perubahan nilai

yang besar yang dapat terjadi apabila tingkat bunga berfluktuasi.

Tingkat dividen berubah seiring dengan berubahnya tingkat bunga.

2. Partisipasi

Meskipun karakteristik ini jarang digunakan, keberadaannya

dapat memberikan pengaruh besar tehadap kemampuannya menarik

investor dan mengurangi biaya modal bagi perusahaan penerbit. Sifat

partisipasi menyebabkan pemegang saham preferen dapat memperoleh

pendapatan melebihi pembayaran dividen yang ditetapkan. Hal ini

biasanya dilakukan dengan rumusan tertentu. Partisipasi mengizinkan

pemegang saham preferen berpartisifasi dalam pendapatan selain

pembayaran dividen yang ditetapkan.

58

3. Preferen Pembayaran dalam natura (Preferen Payment in Kind)

Investor awalnya tidak menerima dividen, mereka hanya

memperoleh tambahan saham preferen, yang selanjutnya membayar

dividen dalam jumlah sham preferen yang lebih banyak. Biasanya

setelah 5 atau 6 tahun jika semuanya berlangsung baik bagi perusahaan

penerbit, dividen berbentuk uang tunai akan menggantikan dividen

saham preferen. Oleh karena itu perusahaan penerbit harus

menawarkan dividen yang besar, biasanya berkisar 12% sampai 18%

untuk menarik investor.

4. Sifat Pensiun (Retirement Features)

Meskipun saham preferen tidak ditentukan periode jatuh

temponya, perusahaan penerbit biasanya menyediakan semacam

metode pension. Jika saham preferen tidak dapat dipensiunkan,

perusahaan penerbit tidak dapat memperoleh keuntungan dari turunnya

tingkat bunga. Sebagian besar saham preferen memiliki persayaratan

penarikan kembali (call provision).

Aspek penarikan saham preferen biasanya meliputi premi awal

di atas nilai pari atau harga penerbitan preferen sebesar kurang lebih 10

%, namun seiring dengan berjalannya waktu premi penarikan biasanya

turun. Dengan menetapkan harga penarikan awal di atas harga

penerbitan kemudian membiarkannya turun seiring berjalannya waktu,

perusahaan melindungi investor dari penarikan awal yang tidak

menguntungkan seperti premi. Syarat penarikan juga mengizinkan

perusahaan penerbit merencanakan pension untuk saham preferen pada

harga yang telah ditentukan sebelumnya.

Persyaratan dana pembayaran yang dikumpulkan (sinking fund

provision) mensyaratkan perusahaan setiap periode menyisihkan

sejumlah dana untuk mempensiunkan saham preferennya. Dana ini

kemudian digunkan untuk membeli saham preferen yang ada di pasar

59

terbuka atau melalui penggunaan persyaratan penarikan, metode mana

saja yang lebih murah. Meskipun saham preferen tidak memiliki masa

jatuh tempo, penggunaan persyaratan penarikan sebagai tambahan

terhadap dana pembayaran yang dikumpulkan (sinking fund) dapat

secara efektif menciptakan suatu tanggal jatuh tempo.

3.1.4 Penilaian Saham Preferen (Valuation of Preferred Stocks)

Pemilik saham preferen biasanys menerima pendaptan tetap dari investasi

pada setiap periode. Namun pengembalian saham preferen dating melalui bentuk

dividen bukan bunga. Jika obligasi memiliki jatuh tempo yang ditentukan,

sebagian besar saham preferen bersifat perpetual (tidak ada jatuh tempo). Dalam

menentukan nilai (nilai sekarang) saham preferen dengan tingkat arus yang

berlanjut sampai tidak tertentu waktunya (perpetuity) atau tidak ada tanggal jatuh

temponya, maka nilai sekarang saham preferen dapat dicari dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Vps = D1 + D2 + ………….. + D∞

(1 + Kps)1 (1 + Kps)2 (1 + Kps)∞

Atau

∞ Dt

Vps = ∑

t=1 (1 + Kps)1

Namun karena saham preferen bersifat perpetual, maka persamaan di atas

dapat disederhanakan menjadi:

Dt

Vps =

kps

60

Keterangan :

Vps = (nilai saham preferen)

kps = tingkat pengembalian yang disyaratkan

D = Dividen

t = waktu atau tahun

Kps (tingkat pengembalian yang diharapkan atau expected rate of return)

D

kps =

Po

Keterangan;

D; dividen/lbr shm

Po; harga pasar

CONTOH SOAL

Diketahui dividen saham preferen PT ABC adalah 8.25% pada nilai par $50.

Dengan tingkat pengembalian yang diharapkan dari saham preferen tersebut

adalah 9.5%. berapakah nilai sekarang saham tersebut?

4.125

Vps = = $43.42

0.095

3.2 SAHAM BIASA

3.2.1 Pengertian Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa menunjukan kepemilikan perusahaan

61

Besarnya dividen tidak ditetapkan sebelumnya, namun dividen

didasarkan pada keuntungan perusahaan dan keputusan manajemen

untuk membayar atau menahannya.

3.2.2 Karakteristik saham biasa (Common Stock)

1. Tagihan terhadap pendapatan (Claim on income)

Pemegang saham biasa memiliki hak untuk sisa pendapatan

setelah pemegang obligasi dan saham preferen memperoleh

pembayaran. Pendapatan bisa dalam bentuk dividen atau

diinvestasikan kembali dalam perusahaan.

2. Tagihan terhadap asset (Claim on assets)

Jika terjadi likuidasi pemegang saham biasa pun memiliki hak

terhadap sisa aktiva, namun jika terjadi kebangkrutan biasanya tagihan

tersebut tidak dapat diselesaikan dengan memuaskan.

3. Hak suara (Voting rights)

Pemegang saham biasa memiliki hak suara untuk memilih

dewan komisaris dan juga berwenang memberikan persetujuan

terhadap setiap perubahan anggaran dasar perusahaan.

4. Hak didahulukan (Preemptive Rights)

Hak pemegang saham biasa untuk mempertahankan proporsi

kepemilikan sahamnya dalam perusahaan. Ketika saham baru

diterbikan maka pemegang saham biasa memiliki kesempatan pertama

membeli.

5. Tanggung Jawab Terbatas

Pemegang saham biasa merupakan pemilik perusahaan

sesungguhnya, tanggung jawb mereka jika terjadi kebangkrutan di

batasi sampai sejumlah modal yang disetor. Keuntungannya adalah

bila investor yang sebelumnnya tidak bermaksud menginvestasikan

dana mereka di perusahaan menjadi berubah pikiran.

62

3.2.3 Penilaian Saham Biasa (Valuation of Common Stocks)

Faktor pertumbuhan (grow) dalam saham biasa

Dengan besarnya saham biasa yang didasarkan pada keuntungan

perusahaan, maka konsekuensinya arus dividen cenderung meningkat

dengan pertumbuhan pendapatan perusahaan.

)1(.....

)1()1( 2

2

1

1

sss

ok

D

k

D

k

DP

Po = Value Of Common Stock

Dt = Per Share Dividend Expected At The End Of The Year T

Ks = Required Return On Common Stock

1. Model Pertumbuhan Nol (Zero Growth)

Model ini mengasumsikan bahwa tidak terjadi pertumbuhan dividen.

D1 = D2 = D3

Sehingga:

1

1)1(

1

tt

s

ok

DP

ss

o

ko

k

D

kDP

PVIFADPs

11

,1

1

)(

Zero growth model ini dapat digunakan untuk menghitung nilai dari preffered

stock karena menyediakan dividen yang tetap setiap tahun untuk pemegangnya.

63

2. Model Pertumbuhan Konstan (Constant Growth)

Model ini mengasumsikan bahwa dividen akan bertumbuh pada constant rate

yang lebih kecil daripada required return ( ks > g) sehingga:

gk

DP

k

gD

k

gD

k

gDP

s

o

s

o

s

o

s

oo

1

2

2

1

1

)1(

)1(.....

)1(

)1(

)1(

)1(

3. Model Pertumbuhan Variabel (Variable Growth)

Suatu pendekatan dividen valuation yang mengijinkan perubahan tingkat

pertumbuhan.

Untuk menetapkan nilai dari selembar saham dapat digunakan tahapan berikut ini:

Step 1

Hitung nilai cash dividens pada akhir tahun ke t (Dt0 selama pertumbuhan

pertama mulai tahun pertama sampai tahun ke N.

tgo

t

ot FVIFDgDD ,1)1(

Step 2

Hitung present value dari dividen yang diharapkan selama periode pertumbuhan

pertama.

N

t

N

t

tktt

s

t

N

tt

s

t

o

sPVIFD

k

D

k

gD

1 1

,

1

1 )()1()1(

)1(

64

Step 3

Hitung nilai saham pada akhir periode pertumbuhan pertama, PN = (DN +1) /

(ks – g2), yang merupakan present value dari semua dividen yang diharapkan

mulai tahun N+1 sampai waktu yang tak terbatas, dengan asumsi constant growth

rate, g2.

NNk

s

N

N

s

PPVIFgk

D

k s

,

2

1

)1(

1

Step 4

Tambahkan present value pada step 2 dan 3 untuk menentukan nilai saham Po.

21

1 1

)1(

1

)1(

)1(

gk

D

kk

gDP

s

N

N

s

N

tt

s

t

oo

Present value of Present value of

Dividend during price of stock at end

Initial growth of initial growth period

Period

3.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Penilaian Saham Biasa

1. Book Value

Book value per share adalah jumlah common stock per lembar

yang akan diterima jika semua asset perusahaan dijual tepat seperti

nilai buku (accounting) dan pendapatan yang diperoleh setelah

65

membayar seluruh liabilities (termasuk preferred stock) dibagi

kepada pemegang saham.

2. Liquidation Value

Liquidation Value per share adalah jumlah common stock per

lembar yang akan diterima jika semua asset perusahaan dijual

seharga market value setelah liabilities (termasuk preferred stock)

dibayar, dan hasilnya dibagi kepada pemegang saham.

3. Price/Earning (P/E) Multiples

Pendekatan Price/Earning Multiples adalah suatu tehnik populer

untuk mengestimasi nilai perusahaan per lembar yang dihitung

dengan mengalikan earning per share (EPS) dengan price/earning

(P/E) ratio dari rata-rata industri.

4. Decision Making and Common Stock Value

Pengambilan keputusan financial manager yang mempengaruhi

expected return (D1,g) dan risk (ks) dapat menyebabkan perubahan

nilai perusahaan (Po).

LATIHAN SOAL

1. Saham biasa Metro membayar dividen Rp 2.000 tahun lalu. Dividen ini

diharapkan tumbuh pada tingkat tahunan 7% untuk jumlah tahun yang

tidak ditentukan.

a. Jika harga pasar sekarang saham adalah Rp 50.000, berapakah tingkat

pengembalian yang diharapkan dari saham tersebut!

b. Jika tingkat pengembalian yang disyaratkan adalah 10%, berapakah

nilai saham Anda!

c. Haruskah Anda melakukan investasi tersebut!

2. Saham biasa Centex Tbk, sekarang berharga Rp 5000,- per saham. Jika

pihak manajemen mengantisifasi tk pertumbuhan konstan adalah 15,5%

dan dividen akhir tahun adalah Rp 250. Hitunglah;

a. Tingkat pengembalian yang anda harapkan!

66

b. Nilai saham, jika Anda mensyaratkan 20 % dan haruskah Anda

membeli saham tersebut! jelaskan!

Penyelesaian:

1. Dik : Do = Rp 2.000

g= 7 %

Po= Rp 50.000

Dit : a. Kcs?

b. Vcs?

c. Investasi atau tidak?

JAWAB

a. D1 = Do (1 + g)

= 2.000 (1 + 0,07)

= 2000 (1,07)

= Rp 2.140

D1

Kcs = + g

Po

2.140

Kcs = + 0.07

50.000

Kcs = 0.04 + 0.07

Kcs = 0.11 = 11 %

67

b. Jika Kcs = 10 %

D1

Vcs =

Kcs - g

2.140

Vcs =

0.10 – 0.07

2.140

Vcs =

0.03

Vcs = Rp 71.333

c. Kesimpulan:

Nilai Saham biasa Metro menjadi adalah Rp 71.333. Maka, tingkat

pengembalian yang di harapkan melebihi tingkat pengembalian yang di

syaratkan. Artinya nilai sekuritas Rp 71.333 lebih besar daripada harga pasar

sekarang. Maka akan lebih baik dan menguntungkan jika Anda melaukan

investasi saham.

2. Dik : D1 = Rp 250

Po = Rp 5.000

g = 15,5%

Dit : a. Kcs ?

b. Vcs ?

68

JAWAB

a. D1

Kcs = + g

Po

250

Kcs = + 0.155

5.000

Kcs = 0.05 + 0.155

Kcs = 0.20 = 20%

b. Jika Kcs = 20 %

D1

Vcs =

Kcs - g

250

Vcs =

0.20 – 0.155

250

Vcs =

0.045

Vcs = Rp 5.555

69

Kesimpulan:

Nilai Saham biasa Centex adalah Rp 5.555. Maka, tingkat pengembalian

yang di harapkan melebihi tingkat pengembalian yang di syaratkan.

Artinya nilai sekuritas Rp 5.555 lebih besar daripada harga pasar sekarang.

Maka akan lebih baik dan menguntungkan untuk membeli saham.

RINGKASAN

1. Saham preferen memiliki beberapa karakteristik, yaitu Bersifat Callable and

Convertible, Tagihan terhadap aktiva jika terjadi kebangkrutan

Obligasi > Saham preferen > Saham biasa, Tagihan terhadap pendapatan

(bunga atau dividen)

Obligasi > Saham preferen > Saham biasa, Saham preferen kumulatif

mensyaratkan agar semua dividen saham preferen yang belum dibayarkan

sebelumnya harus diselesaikan sebelum dividen saham biasa diumumkan,

Persyaratan perlindungan yaitu pemberian hak suara jika dividen tidak

dibayarkan, atau membatasi pembayaran dividen saham biasa jika pembayaran

dana yng ditanam (sinking fund) tidak dilaksanakan atau jika perusahaan

dalam kesulitan keuangan dan Persyaratan dana pembayaran yang

dikumpulkan (sinking fund provision).

2. Adapun karakteristik saham biasa, diantaranya: Pemegang saham biasa

memiliki hak untuk sisa pendapatan setelah pemegang obligasi dan saham

preferen memperoleh pembayaran, Jika terjadi likuidasi pemegang saham

biasa pun memiliki hak terhadap sisa aktiva, namun jika terjadi kebangkrutan

biasanya tagihan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan memuaskan,

pemegang saham biasa memiliki hak suara untuk memilih dewan komisaris

dan juga berwenang memberikan persetujuan terhadap setiap perubahan

anggaran dasar perusahaan, Hak pemegang saham biasa untuk

mempertahankan proporsi kepemilikan sahamnya dalam perusahaan dan

70

tanggung jawab mereka jika terjadi kebangkrutan di batasi sampai sejumlah

modal yang disetor.

3. Tingkat pengembalian yang diharapkan pemegang saham adalah tingkat

pengembalian yang disyaratkan investor yang bersedia membayar nilai pasar

sekarang untuk sekuritas tersebut.

71

BAB 4

PENILAIAN OBLIGASI

4.1 PENGERTIAN OBLIGASI

Obligasi (Bonds) adalah surat janji kesanggupan membayar (promissory

note) jangka panjang yang dikeluarkan oleh pihak yang meminjam (debitur)

dengan janji kepada pihak pemberi pinjaman (investor) untuk membayar berupa

pokok pinjaman serta bunganya.

4.2 MACAM-MACAM OBLIGASI (Type of Bonds)

1. Surat Utang (Debentures)

Obligasi atau surat utang yang berlaku bagi semua surat utang

jangka panjang yang dikeluarkan tanpa jaminan dari perusahaan. Jaminan

disini maksdunya tidak ada aset khusus yg digunakan sebagai jaminan

pinjaman. Karena tak adanya jaminan, maka kemampuan menghasilkan

laba dari perusahaan penerbit obligasi yang menjadi perhatian utama para

pemegang obligasi.

2. Surat Utang Subordinasi (Subordinate debentures)

Surat utang yang berada di bawah surat utang biasa yang akan

dibayar setelah surat utang lainnya dipenuhi. Surat utang ini memiliki

jaminan dan sebelumnya tidak memiliki utang yang sama.

3. Obligasi Gadai (Mortgage bonds)

Obligasi yang dikeluarkan dengan jaminan. Jaminannya dapat

berupa tanah atau rumah. Biasanya nilai tanah atau rumah yang

dijaminkan lebih besar dari nilai dalam obligasi gadai itu sendiri.

4. Obligasi Tanpa Bunga (Zeros Bonds)

72

Obligasi yang diterbitkan dengan diskon tertentu dari nilai unjuk

misalnya $ 1000 yang dibayar tanpa bunga atau berbunga kecil.

Kekuranganya, pertama perusahaan akan menghadapi dana keluar yang

sangat besar ketika obligasi jatuh tempo, kedua obligasi diskon tidak dapat

ditarik dan hanya dapat diberhentikan saat jatuh tempo. Sedangkan

keuntungannya tidak adanya dana keluar tahunan untuk pembayaran

bunga atau pembayaran bunganya sangat kecil.

5. Obligasi Murahan (Junk bonds)

Obligasi yang berperingkat rendah atau BB ke bawah. Peserta

terbesarnya adalah perusahaan-perusahaan yang catatan kinerjanya belum

mapan. Biasanya obligasi tersebut sebelumnya dimiliki oleh perusahaan

yang memiliki masalah keuangan.

6. Obligasi Euro (Eurobonds)

Obligasi yang diterbitkan di suatu negara yang berbeda dengan

mata uang yang digunakan obligasi tersebut. Example; Obligasi yang

diterbitkan di Eropa atau Asia oleh perusahaan AS, maka harus di bayar

dengan US dollar.

Selain itu, terdapat pula obligasi-obligasi khusus di antaranya:

1. Income Bonds

Obligasi dimana pembayaran bunga obligasinya tidak perlu dibayar

bilamana laba perusahaan tidak cukup untuk menutup pembayaran bunga.

Income Bonds biasanya dikeluarkan pada waktu reorganisasi perusahaan

yang perlu dilakukan karena kesulitan keuangan yang dihadapi.

2. Convertible Bonds

Suatu obligasi, dimana pemegangnya mempunyai hak untuk

mengkonversikan obligasinya dengan saham setelah membayar sutu

jumlah tertentu.

73

3. Callable Bonds

Perusahaan mempunyai hak untuk melunaskan obligasi dengan suatu

harga tertentu lebih cepat dari tanggal jatuh temponya.

4.3 KARAKTERISTIK OBLIGASI

Beberapa karakteristik obligasi antara lain;

1. Klaim terhadap Aset dan Pendapatan Perusahaan

Jika perusahaan penerbit obligasi mengalami kebangkrutan, maka klaim

terhadap utang secara umum, termasuk obligasi mendapatkan kehormatan

untuk didahulukan haknya daripada saham biasa ataupun preferen.

Obligasi juga mempunyai klaim terhadap pendapatan yang didahulukan

dari saham biasa dan preferen. Jika suku bunga obligasi tidak dibayar,

dewan obligasi dapat menyatakan bahwa perusahaan penerbitnya

bangkrut. Itu sebabnya klaim obligasi lebih didahulukan atau diutamakan

dari pemegang saham biasa dan preferen yang dividennya dibayar

berdasarkan kebijakan manajemen perusahaan.

2. Nilai pari (Par value)

Nilai pari obligasi adalah nilai nominal yang tertera pada surat atau lembar

obligasi yang akan dikembalikan pada saat jatuh tempo.

3. Tingkat suku bunga kupon (Coupon rate)

Tingkat suku bunga kupon dari suatu obligasi menunjukkan besarnya

persentase terhadap nilai nominal obligasi yang akan dibayar setiap tahun

sebagai bunga.

4. Periode jatuh tempo (Time maturity)

Yaitu lamanya waktu hingga pihak penerbit obligasi membayarkan

kembali nilai pari obligasi yang sekaligus akan mengakhiri masa

berlakunya.

74

5. Indenture

Perjanjian legal atau kontrak antara perusahaan penerbit obligasi dengan

dewan atau wali obligasi yang mewakili para pemilik atau pembeli

obligasi tersebut.

6. Tingkat Penghasilan sekarang

Yaitu rasio pembayaran bunga tahunan terhadap harga obligasi pada saat

sekarang di pasaran.

Contohnya: Jika diketahui sebuah obligasi dengan nilai nominal atau nilai

pari $ 1000, tingkat suku bunga kupon 8 % dan harga jual di pasaran

adalah $ 7000, maka berapakah Tingkat Penghasilan Sekarang (TPS)

obligasi tersebut!

Pembayaran bunga per tahun

TP Sekarang =

Harga pasar obligasi

0.08 X $ 1000

TP Sekarang = = 11,4%

$ 7000

7. Peringkat Obligasi

Peringkat Obligasi merupakan penilaian atas risiko obligasi yang mungkin

terjadi kemudian, hal ini diperkenalkan oleh tiga pialang besar, yaitu

Moody’s, Standar and Poor’s dan Fitch investor service. Peringkat obligasi

dipengaruhi oleh:

a. Proporsi modal terhadap hutang

b. Tingkat Profitabilitas perusahaan

c. Tingkat Kepastian dalam menghasilkan pendapatan

d. Besar kecilnya perusahaan

75

e. Jumlah pinjaman subordinasi yang dikeluarkan perusahaan.

Informasi peringkat obligasi sangat penting bagi manajer keuangan

karena merupakan indikator atas risiko sebuah obligasi yang akhirnya

mempengaruhi tingkat pengembalian yang harus dibayar atas dana

pinjaman.

4.4 PENILAIAN SUATU ASET ATAU OBLIGASI (Value of asset)

1. Nilai buku (Book value)

Nilai aktiva yang diperlihatkan pada laporan neraca perusahaan. Nilai

ini menggambarkan biaya historical daripada nilai sekarang.

2. Nilai likuiditas (Liquidation value)

Jumlah uang yang dapat direalisasikan jika suatu aset dijual secara

individu dan tidak sebagai bagian dari keseluruhan perusahaan.

3. Nilai pasar

Nilai asset yang berlaku dipasaran. Nilai ini ditentukan oleh kekuatan

penawaran dan permintaan di pasar.

4. Nilai intrinsik atau ekonomis

Nilai sekarang atas arus dana yang diharapkan terjadi di masa datang

dan didiskontokan pada tingkat pengembalian minimum yang pantas

dan wajar. Jika pasar bekerja secara efisien maka besarnya nilai pasar

akan sama dengan nilai intrinsiknya.

4.5 PENILAIAN OBLIGASI

4.5.1 Penilaian Dasar Asset

Sebelum melakukan penilaian obligasi, alangkah baiknya memahami

terlebih dahulu mengenai penilian suatu asset. Nilai sebuah asset adalah sama

76

dengan nilai sekarang atas tingkat pengembalian yang diharapkan di masa datang,

dengan arus kas didiskontokan kembali ke masa kini dengan menggunakan

tingkat pengembalian yang diinginkan oleh investor. Oleh karena itu, nilai asset

dipengaruhi oleh tiga elemen, yaitu:

1. Besar kecilnya serta waktu penerimaan arus kas asset yang diharapkan

2. Risiko dari penerimaan arus kas

3. Tingkat pengembalian minimum investor untuk memilih suatu

investasi

Dua elemen pertama merupakan karakterisktik asset, sedangkan elemen

ketiga merupakan tingkat pengembalian minimum yang dibutuhkan untuk

menarik investor agar membeli atau memegang suatu sekuritas. Tingkat

pengembalian ini haruslah cukup tinggi untuk memberikan kompensasi kepada

investor terhadap resiko yang ada pada arus kas asset di masa datang.

Proses penilaian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Memberikan nilai kepada suatu asset dengan menghitung nilai

sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang dengan

menggunakan tingkat pengembalian yang diinginkan seebagai tingkat

diskontonya.

2. Tingkat pengembalian yang diinginkan investor (k) ditentukan oleh

besar kecilnya tingkat suku bunga bebas resiko dan premium resiko

yang dirasakan perlu untuk megkompensasikan resiko dalam

kepemilikan asset.

Secara matematis penilaian dasar sebuah sekuritas adalah sebagai

berikut:

The Basic Valuation Model

n

no

k

CF

k

CF

k

CFV

)1(.....

)1()1( 2

2

1

1

77

Keterangan:

Vo = Nilai sekarang dari sebuah asset

CF1 = Arus kas (cash flow) yang akan diterima pada waktu t

k = Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

n = Jumlah tahun dari arus kas yang akan diterima

Kesimpulan:

Nilai (value) suatu investasi merupakan present value dari expected cash

flows

Interest rate yang digunakan cash flow ini disebut asset’s required return

Required return adalah fungsi dari tingkat inflasi yang diharapkan dan

risiko suatu asset.

Resiko yang tinggi menghasilkan required return yang tinggi dan asset

market value yang rendah.

4.5.2 Penilaian Obligasi (Bond Valuation)

Sementara itu, proses penilaian obligasi (Bond Valuation) membutuhkan

pengetahuan akan tiga elemen penting, yaitu:

1. Jumlah dan waktu yang akan diterima investor atau pemegang

obligasi.

2. Tanggal jatuh tempo obligasi

3. Tingkat pengembalian yang diinginkan investor.

Besarnya arus kas ditentukan oleh pembayaran bunga periodic yang

diterima dan oleh nilai pari yang akan di bayar pada saat jatuh tempo. Dengan

memberikan ketiga elemen di atas, maka menghitung nilai obligasi atau nilai

sekarang dari arus kas obligasi di masa datang dapat dilakukan dengan rumus

sebagai berikut:

78

n

d

n

tt

d

ok

Mk

IB)1(

1

)1(

1

1

nkdnkdo PVIFMPVIFAIB ,,

Keterangan:

Bo/Vb = value of the bond at time zero

I = annual interest paid in dollars

n = number of years to maturity

M = par value in dollars

Kd = required return on bond

Semiannual Interest and Bond Values

nd

n

t tdo k

Mk

B2

2

1 )2

1(

1

)2

1(

1

2

1

nk

nko dd

PVIFMPVIFAB2,

22,

22

1

Tingkat pengembalian yang diharapkan (Yield to maturity or rate of

return) dari obligasi adalah tingkat pengembalian yang investor harapkan jika

obligasi yang dipegang jatuh tempo.

79

Formula yang dapat digunakan untuk menghitung YTM adalah sebagai

berikut:

1. “Shourcut formula”

c + (f – p)/n

YTM =

(p + f)/2

2. Dengan menggunakan tabel PV or interpolasi

4.6 LIMA HUBUNGAN PENILAIAN OBLIGASI

Untuk memahami lebih jauh mengenai penilian obligasi, akan lebih baik

jika memperhatikan dan mempelajari bebrapa hubungan penting berikut ini:

1. Hubungan Pertama

Nilai obligasi berbanding terbalik dengan perubahan tingkat

pengembalian yang diinginkan investror (Discount.Rate). Ketika suku

bunga meningkat (menurun), maka nilai obligasi menurun

(meningkat).

Contoh;

Diketahui Discount rate suatu obligasi adalah 12%, dengan nilai pari

$1.000 dengan bunga tahunan $120 (Coupon rate 12%), jika jangka

jatuh tempo adalah 5 tahun. Berapakah nilai obligasi tersebut Jawab:

(dengan menggunakan tabel PV Annuity)

Vb =$120(PVIFA12%,5yr)+$1000(PVIF12%,5yr)

=$120(3,605)+$1000(0,567)

=$432,60+$567

=$999,6 =$1000

If D.rate naik dari 12% menjadi 15%

Vb =$120(PVIFA15%,5yr)+$1000(PVIF15%,5yr)

=$120(3,352)+$1000(0,497)

80

=$402,24+$497

=$899,24

If Discount.rate turun dari 12% menjadi 9%

Vb=120 (PVIFA9%,5)+1000(PVIF9%,5)

=120(3,889) + 1000(0,649)

Vb= $1.115,68

2. Hubungan Kedua

Nilai Pasar sebuah obligasi akan lebih kecil dari nilai parinya, jika

tingkat pengembalian yang diinginkan (Discount rate) lebih besar dari

suku bunga obligasi (Coupon Bond); namun obligasi akan dinilai lebih

tinggi dari nilai pari jika tingkat pengembalian yang diinginkan

investor lebih kecil dari tingkat suku bunga obligasi.

a. D. rate = C. rate ; N. Pasar = N. Pari

12% = 12% , $1000 = $1000

b. D. rate > C. rate ; N. Pasar < N. Pari

15% > 12% , $ 899,24< $1000 discount bonds

c. D. rate < C. rate ; N. Pasar > N. Pari

9% < 12% , $1115,68 > $1000 premium bonds

3. Hubungan Ketiga

Semakin dekat tanggal jatuh tempo obligasi, maka nilai pasar obligasi

tersebut akan semakin mendekati nilai parinya.

4. Hubungan Keempat

Semakin panjang jatuh tempo obligasi, maka semakin tinggi pula

resiko tingkat suku bunga.dibandingkan dengan obligasi yang

berjangka pendek.

5. Hubungan Kelima

Sensitivitas nilai obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga tidak

hanya tergantung pada lamanya waktu jatuh tempo, tetapi juga pada

81

pola arus kas yang dihasilkan oleh obligasi tersebut. Adapaun untuk

mengukur tingkat sensitivitas obligasi dapat dilakukan dengan cara

mengukur durasi obligasi tersebut.

Macaulay pertama kali menemukan konsep durasi obligasi,

yaitu ukuran besarnya reaksi harga obligasi tersebut terhadap

perubahan tingkat suku bunga.

Pengukuran durasi adalah sebagai berikut:

∑ tCt

Durasi = t =1 [ 1 + kb ]

Po

Keterangan;

t = tahun dimana arus kas akan diterima

n = jumlah tahun hingga waktu jatuh tempo

Ct = arus kas yang akan diterima pada tahun t

Kb= tingkat pengembalian yang diinginkan investor

Po = nilai sekarang dari obligasi

82

LATIHAN SOAL

Hitunglah Nilai dan Durasi Obligasi berikut ini:

Obligasi Jatuh Tempo Coupon Rate (i) Nilai Pari

A

B

C

D

10 Tahun

10 Tahun

15 Tahun

15 Tahun

8 %

6 %

10 %

8 %

$ 1000,-

1000,-

1000,-

1000,-

Discount Rate adalah 8 %

Penyelesaian:

Nilai Obligasi (Bo)

Nilai Obligasi A

nkdnkdo PVIFMPVIFAIB ,,

= (80 x (6,710)) + (1.000 x (0,463))

= 536,8 + 463

= 999,9 di bulatkan Rp 1.000 sebesar Par Value

Nilai Obligasi B

nkdnkdo PVIFMPVIFAIB ,,

= (60 x (6,710)) + (1.000 x (0,463))

= 402,6 + 463

= Rp 857

83

Nilai Obligasi C

nkdnkdo PVIFMPVIFAIB ,,

= (100 x (8,560)) + (1.000 x (0,315))

= 856 + 315

= Rp 1.171

Nilai Obligasi D

nkdnkdo PVIFMPVIFAIB ,,

= (80 x (8,560)) + (1.000 x (0,315))

= 684 + 315

= Rp 999 di bulatkan Rp 1.000 sebesar Par Value

Durasi Obligasi

Untuk Obligasi A dan Obligasi B

Tahun

(t)

(PV) Obligasi A

(Ct)

Obligasi A

t(Ct)(PV)

Obligasi B

(Ct)

Obligasi B

t (Ct)(PV)

1

2

3

4

5

6

0,926

0,857

0,794

0,735

0,681

0,630

80

80

80

80

80

80

74

137

191

235

272

302

60

60

60

60

60

60

55

102

142

176

204

226

84

7

8

9

10

0,583

0,540

0,500

0,463

80

80

80

1.080

327

346

360

5.000

60

60

60

1.060

244

256

270

4.907

Jumlah 7.244 6.582

Durasi 7,24 7,68

Untuk Obligasi C dan Obligasi D

Tahun

(t)

(PV) Obligasi C

(Ct)

Obligasi C

t(Ct)(PV)

Obligasi D

(Ct)

Obligasi D

t (Ct)(PV)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0,926

0,857

0,794

0,735

0,681

0,630

0,583

0,540

0,500

0,463

100

100

100

100

100

100

100

100

100

100

93

171

238

294

341

378

408

432

450

463

80

80

80

80

80

80

80

80

80

80

74

137

191

235

272

302

327

346

360

370

85

11

12

13

14

15

0,429

0,397

0,368

0,340

0,315

100

100

100

100

1.100

472

476

478

476

5.198

80

80

80

80

1.080

378

381

383

381

5.103

Jumlah 10.368 9.240

Durasi 8,85 9,24

Kesimpulan:

Obligasi yang memiliki sensitifitas terhadap tingkat suku bunga adalah

obligasi D, dibuktikan dengan nilai durasi sebesar 9,24.

RINGKASAN

1. Terdapat beberapa jenis obligasi, yaitu surat hutang, surat utang

subordinate, obligasi tanpa bunga, obligasi murah dan obligasi Euro.

2. Karakteristik penting obligasi, yaitu, klaim terhadap asset dan pendapatan,

nilai pari, tingkat suku bunga kupon, periode jatuh tempo, indenture dan

peringkat obligasi.

3. Konsep penilaian terhadap asset, diantaranya penilaian untuk obligasi:

nilai buku, nilai likuiditas, nilai pasar dan nilai intrinsik.

4. Terdapat lima hubungan dalam penilaian obligasi:

a. Hubungan Pertama

Nilai obligasi berbanding terbalik dengan perubahan tingkat

pengembalian yang diinginkan investror (Discount.Rate). Ketika suku

86

bunga meningkat (menurun), maka nilai obligasi menurun

(meningkat).

b. Hubungan Kedua

Nilai Pasar sebuah obligasi akan lebih kecil dari nilai parinya, jika

tingkat pengembalian yang diinginkan (Discount rate) lebih besar dari

suku bunga obligasi (Coupon Bond); namun obligasi akan dinilai lebih

tinggi dari nilai pari jika tingkat pengembalian yang diinginkan

investor lebih kecil dari tingkat suku bunga obligasi.

c. Hubungan Ketiga

Semakin dekat tanggal jatuh tempo obligasi, maka nilai pasar

obligasi tersebut akan semakin mendekati nilai parinya.

d. Hubungan Keempat

Semakin panjang jatuh tempo obligasi, maka semakin tinggi pula

resiko tingkat suku bunga.dibandingkan dengan obligasi yang

berjangka pendek.

e. Hubungan Kelima

Sensitivitas nilai obligasi terhadap perubahan tingkat suku bunga

tidak hanya tergantung pada lamanya waktu jatuh tempo, tetapi juga

pada pola arus kas yang dihasilkan oleh obligasi tersebut

87

BAB 5

LEVERAGE

5.1 KONSEP DASAR LEVERAGE

Ada tiga konsep dasar Leverage yaitu:

1. Operating Leverage berkaitan dengan hubungan Penjualan dan Laba

Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT).

2. Financial Leverage berkaitan dengan hubungan antara Laba Sebelum

Bunga dan Pajak serta Pendapatan Per Saham (Earning Per Share).

3. Total Leverage berkaitan dengan hubungan antara penjualan dan

Pendapatan Per Saham (Earning Per Share).

TABEL 5.1

88

5.2 METODE ANALISIS LEVERAGE

1) Pendekatan Breakeven Analysis

Breakeven (cost-volume-profit) analysis, digunakan oleh perusahaan untuk:

a. Menentukan tingkat penjualan yang diperlukan untuk dapat menutupi

semua biaya operasional.

b. Mengevaluasi keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.

Operating Breakeven Point (OBP) perusahaan adalah tingkat penjualan yang

diperlukan untuk menutupi semua biaya operasional.

Pada saat OBP, Operating profit (EBIT) = 0

Untuk menghitung OBP, klasifikasikan Harga pokok penjualan (COGS)

dan biaya operasi kedalam komponen biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya variabel akan berubah sesuai dengan perubahan penjualan dan

merupakan fungsi dari jumlah penjualan, bukan fungsi dari waktu, seperti

biaya pengiriman barang.

Biaya tetap merupakan fungsi dari waktu, bukan fungsi dari jumlah

penjualan, dan biasanya ditetapkan berdasarkan kontrak seperti biaya sewa

gedung.

2) Pendekatan Aljabar

TABEL 5.2

89

Jika Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) sama dengan nol, diperoleh rumus

mencari Q sebagai berikut:

VCP

FCQ

Contoh:

Perusahaan grosir permen Gulali mempunyai data sbb:

Harga jual Rp 200 per unit, biaya variabel Rp 100 per unit, Biaya tetap Rp 50,000.

Berapa Operating Breakeven Point.

unitQ 500100200

000,50

Pada penjualan 500 unit, perusahaan memperoleh EBIT=0. Perusahaan tersebut

akan mempunyai EBIT positif jika menjual lebih dari 500 unit dan EBIT

negatif/rugi jika menjual kurang dari 500 unit.

90

3) Pendekatan Grafik

Perubahan Biaya dan Operating Breakeven Point

Diasumsikan bahwa perusahaan grosir permen M4niEz ingin mengevaluasi

pengaruh nilai dari :

1. Peningkatan biaya tetap dari Rp 50,000 menjadi Rp 60,000

2. Peningkatan harga jual dari Rp 200 menjadi Rp 250

3. Peningkatan Biaya variabel dari Rp 100 menjadi Rp 150

4. Penerapan secara simultan ketiga perubahan peningkatan variabel tersebut.

Penyelesaian:

1. Operating BE point = 60,000/(200-100) = 600 unit

2. Operating BE point = 50,000/(250-100) = 333 1/3unit

3. Operating BE point = 50,000/(200-150) = 1,000 unit

4. Operating BE point = 60,000/(250-150) = 600 unit

GAMBAR 5.1

91

Dapat dilihat, jika variabel biaya bertambah (1 & 3) akan meningkatkan Operating

BE point menjadi sebesar 600 unit dan 1,000 untit, sedangkan variabel harga jual

bertambah (2) Operating BE point menurun sebesar 333 1/3 unit. Pengaruh

kombinasi dari peningkatan ketiga variabel (4) akan meningkatan Operating BE

point menjadi sebesar 600 unit.

Sensitvitas Operating BE point

Peningkatan Variabel Pengaruh terhadap Operating BE

point

Biaya tetap

Harga jual per unit

Biaya variabel per unit

Meningkat

Menurun

Meningkat

5.2.1 OPERATING LEVERAGE

Dihasilkan dari penggunaan biaya tetap operasi untuk memperbesar

pengaruh perubahan penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT).

92

Tingkat awal penjualan adalah 1,000 unit:

Kasus 1: Peningkatan 50% penjualan (dari 1,000 unit ke 1,500 unit)

menghasilkan peningkatan 100% EBIT (dari $2,500 sampai $5,000).

Kasus 2: Pengurangan 50% penjualan (dari 1,000 unit ke 500 unit)

menghasilkan pengurangan 100% EBIT (dari $2,500 sampai 0).

GAMBAR 5.2

93

Operating Leverage bekerja di kedua arah. Jika perusahaan memiliki biaya tetap,

maka akan terdapat operating leverage. Peningkatan dalam penjualan akan

mengakibatkan peningkatan yang lebih besar pada EBIT, sebaliknya jika terjadi

penurunan penjualan akan mengakibatkan penurunan yang lebih besar pada

EBIT.

DEGREE OF OPERATING LEVERAGE

Adalah perubahan persentase tertentu dalam EBIT yang dihubungkan dengan

persentase penjualan.

DOL = Perubahan persentase dalam EBIT

Perubahan persentase dalam penjualan

Kasus 1 : +100% = 2

TABEL 5.3

94

+50%

Kasus 2 : - 100% = 2

- 50%

Karena DOL > 1, berarti terdapat operating leverage. Pada tingkat penjualan

tertentu, semakin tinggi nilai yang dihasilkan semakin besar DOL.

Rumus langsung untuk mengukur DOL pada tingkat penjualan Q adalah

Q = FCVCPQ

VCPQ

)(

)(

Substitusikan Q = 1,000, P = $10, VC = $5, and FC = $2,500 kedalam rumus:

DOL pada 1,000 units = 1,000 X ($10 - $5) = 2.0

1,000 X ($10 - $5) - $2,500

Contoh:

Diasumsikan Marine Cake mengganti biaya variabel (menghilangkan komisi

penjualan) menjadi biaya tetap (meningkatkan gaji tenaga penjual) Penggantian

ini menghasilkan

Pengurangan biaya variabel per unit $5.00 to $4.50 dan Peningkatan dalam biaya

tetap dari $2,500 to $3,000.

95

DOL at 1,000 units = 1,000 X ($10 - $4.50) = 2.2

1,000 X ($10 - $4.50) - $2,500

Dengan membandingkan DOL=2.2 dan DOL=2.0, menjadi jelas bahwa semakin

tinggi biaya tetap operasi perusahaan dihubungkan dengan biaya variabel , maka

semakin besar DOL.

5.2.2 FINANCIAL LEVERAGE

Adalah penggunaan biaya tetap modal hutang untuk memperbesar pengaruh

perubahan EBIT terhadap EPS.

Ada 2 biaya tetap modal hutang yang dapat dilihat di Income Statement

perusahaan, yaitu:

1) Bunga hutang

TABEL 5.4

96

2) Dividen saham preferen

Contoh:

Chen Foods,Oriental food company, mengharapkan EBIT $10,000 dalam tahun

berjalan. Perusahaan mempunyai obligasi $20,000 dengan bunga kupon 10% dan

menerbitkan 600 lembar saham preferen yang beredar dengan dividen sebesar $4.

Perusahaan juga memiliki 1,000 lembar saham biasa yang beredar.

Bunga tahunan dari penerbit obligasi adalah $2,000 (10% x $20,000).

Dividen tahunan dari saham preferen adalah $2,400 ($4/share x 600 shares).

TABEL 5.5

97

Kasus 1: Peningkatan 40% EBIT (dari $10,000 ke $14,000) menghasilkan

peningkatan 100% EPS (dari $2.4 ke $4.8).

Kasus 2: Penurunan 40% EBIT (dari $10,000 ke $6,000) menghasilkan

penurunan 100% EPS (dari $2.4 ke $0).

DEGREE OF FINANCIAL LEVERAGE

Adalah perubahan persentase tertentu dalam EBIT yang dihubungkan dengan

persentase penjualan.

DFL = Perubahan persentase dalam EPS

Perubahan persentase dalam EBIT

Bilamana DFL lebih besar dari perubahan persentase EBIT, terdapat financial

leverage, artinya DFL > 1 maka terdapat Financial Leverage.

Kasus 1 : +100% = 2.5

+40%

Kasus 2 : - 100% = 2.5

- 40%

Rumus langsung untuk menghitung DFL dengan dasar EBIT.

DFL at base level EBIT = EBIT

EBIT – I – [PD x 1/(1-T)]

98

Substitusikan EBIT = $10,000, I = $2,000, PD = $2,400, and the tax rate, T = 40%

ke dalam rumus:

DFL at $10,000 EBIT = $10,000

$10,000–$2.000–[$2,400 x 1/(1-.4)]

= 2.5

5.2.3 TOTAL LEVERAGE

Adalah penggunaan kedua biaya tetap, biaya tetap operasi dan biaya tetap modal,

untuk memperbesar pengaruh perubahan Penjualan terhadap EPS.

Contoh:

Cables Inc., a computer cable manufacturer, mengharapkan penjualannya 20,000

units dengan harga $5 per unit untuk tahun yang akan datang. variable operating

costs $2 per unit, fixed operating costs $10,000, interest $20,000, and preferred

stock dividends $12,000. Pajak 40% dan perusahaan mempunyai 5,000 lembar

saham biasa yang beredar. Table 12.7 menunjukkan EPS dihubungkan dengan

penjualan yang diharapkan sebesar 20,000 unit dan 30,000 unit.

99

DEGREE OF TOTAL LEVERAGE

Adalah pengukuran numerikal atas Total Leverage perusahaan.

DTL = Perubahan Persentase dalam EPS

Perubahan Persentase dalam Penjualan

Degree of Total Leverage (DTL) = (300% ÷ 50%) = 6.0

Tingkat Total Leverage pada tingkat penjualan Q

DTL = Q X (P – VC)

Q X (P – VC) – FC – I – [PD x 1/(1-T)]

TABEL 5.6

100

Substitusikan Q = 20,000, P = $5, VC = $2, FC = $10,000, I = $20,000, PD =

$12,000, and the tax rate, T = 40% ke dalam rumus:

DTL = 20,000 X ($5 – $2)

20,000X($5–$2)–$10,000–$20,000–[$12,000 x 1/(1-.4)]

= 6

Hubungan antara Operating Leverage,Financial Leverage dan Total

Leverage

DTL = DOL x DFL

Total Leverage mencerminkan pengaruh gabungan Operating Leverage dan

Financial Leverage suatu perusahaan. Operating Leverage dan Financial Leverage

yang tinggi akan menghasilkan Total Leverage yang tinggi. Demikian sebaliknya.

LATIHAN SOAL

1. Diketahui informasi penjualan yang terjadi pada PT Pelita selama dua

tahun berturut-turut adalah sebagai berikut:

Penjualan dalam unit 30.000 50.000

Penjualan dalam rupiah 3.000.000 5.000.000

Biaya tetap 1.000.000 1.000.000

Biaya variabel 1.200.000 2.000.000

EBIT 800.000 2.000.000

Bunga (10%x1.000.000) 100.000 100.000

EBT 700.000 1.900.000

101

Pajak (40%) 280.000 760.000

EAT 420.000 1.140.000

Laba per lembar saham (100.000 saham) 4,20 11,40

Carilah DOL, DFL dan DTL

2. Berikut ini laporan laba rugi PT Bumi Lestari :

PT Bumi Lestari

Laporan laba rugi

Per 31 Desember 2016

Penjualan bersih @ Rp 2500 Rp 500.000.000,-

Biaya variabel 240.000.000,-

Rp 260.000.000,-

Biaya tetap 130.000.000,-

EBIT Rp 130.000.000,-

Beban bunga 30.000.000,-

EBT Rp 100.000.000,-

Pajak 35% 35.000.000,-

EAT Rp 65.000.000,-

a. Jika jumlah saham yang beredar adalah sebanyak 1.000.000 lembar,

maka berapakah Laba per lembar saham atau Earning Per Share (EPS)!

b. Hitunglah DOL, DFL dan DTL serta Berilah kesimpulannya!

c. Jika penjualan meningkat sebesar 15%, berapakah laba per lembar

saham yang baru!

102

d. Seiring dengan meningkatnya penjualan tersebut, pada tingkat unit dan

Rp berapakah perusahaan mengalami titik impas!

Penyelesaian:

1. Menentukan DOL

Rumus untuk mengukur DOL pada tingkat penjualan Q adalah

Q = FCVCPQ

VCPQ

)(

)(

Substitusikan Q = 30,000, P = Rp 100, VC = Rp 40, and FC = Rp 1.000.000

kedalam rumus:

DOL pada 30,000 units = 30,000 X (Rp100 – Rp40) = 2,25

30,000 X (Rp100 – Rp40) – 1.000.000

Menentukan DFL

DFL at base level EBIT = EBIT

EBIT – I – [PD x 1/(1-T)]

Substitusikan EBIT = Rp800.000, I = Rp 100.000, PD = 0, and the tax rate, T =

40% ke dalam rumus:

DFL at Rp 800.000 EBIT = 800.000 = 1,14

800.000–100.000

Menentukan DTL

103

DTL = DOL x DFL = 2,25 x 1,14 = 2,56

2. a. Menentukan DOL, DFL dan DTL

Rumus untuk mengukur DOL pada tingkat penjualan Q adalah

Q = FCVCPQ

VCPQ

)(

)(

Substitusikan Q = 200.000, P = Rp 2.500, VC = Rp 1.200, and FC =

Rp 130.000.000 kedalam rumus:

DOL pada 200.000 units = 200,000 X (Rp2.500 – Rp1.200) = 2

200.000 X (Rp2.500 – Rp1.200) – 130.000.000

Menentukan DFL

DFL at base level EBIT = EBIT

EBIT – I – [PD x 1/(1-T)]

Substitusikan EBIT = Rp130.000.000, I = Rp 30.000.000, PD = 0, and the tax

rate, T = 35% ke dalam rumus:

DFL at Rp 130.000.000 EBIT = 130.000.000 = 1,3

130.000.000 – 30.000.000

Menentukan DTL

DTL = DOL x DFL = 2 x 1,3 = 2,6

Kesimpulan:

104

Setiap kenaikan 10% output dari 200.000 unit mengakibatkan

kenaikan EBIT 20% dan kenaikan EPS sebesar 26%. Atau kenaikan EBIT

sebesar 10 % akan mengakibatkan kenaikan EPS sebesar 26%.

b. Jika kenaikan penjualan meningkat sebesar 15%, maka EPS?

PT Bumi Lestari

Laporan laba rugi

Per 31 Desember 2016

Penjualan bersih @ Rp 2500 Rp 575.000.000,-

Biaya variabel 276.000.000,-

Rp 299.000.000,-

Biaya tetap 130.000.000,-

EBIT Rp 169.000.000,-

Beban bunga 30.000.000,-

EBT Rp 139.000.000,-

Pajak 35% 48.650.000,-

EAT Rp 90.350.000,-

EPS (Rp 90.350.000 ; 1.000.000 lbr) Rp 90,35

c. Pada tingkat unit dan Rp berapakah perusahaan mengalami titik impas!

Analisis Titik Impas

BEP dalam unit (Q) = F / (P – V)

= 130.000.000 / (2.500 – 1.200)

105

= 100.000 unit

BEP dalam rupiah = Rp 2.500 x 100.000 = Rp 250.000.000

RINGKASAN

1. Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (sources of funds) oleh

perusahaan yang memiliki biaya tetap atau beban tetap dengan maksud agar

meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham (shareholders).

2. Tujuan penggunaan operating dan financial leverage:

Secara umum : Bermanfaat untuk analisis, perencanaan dan

pengendalian keuangan.

Secara khusus :

o agar keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada assets dan

sumber dananya profit shareholders

o untuk melihat trade-off antara resiko dan tingkat keuntungan

3. Operating Leverage

Dihasilkan dari penggunaan biaya tetap operasi untuk memperbesar

pengaruh perubahan penjualan terhadap laba sebelum bunga dan pajak (EBIT).

4. Financial Leverage

Adalah penggunaan biaya tetap modal hutang untuk memperbesar

pengaruh perubahan EBIT terhadap EPS.

Ada 2 biaya tetap modal hutang yang dapat dilihat di Income Statement

perusahaan, yaitu:

a. Bunga hutang

b. Dividen saham preferen

5. Total Leverage

Adalah penggunaan kedua biaya tetap, biaya tetap operasi dan biaya tetap

modal, untuk memperbesar pengaruh perubahan Penjualan terhadap EPS.

106

BAB 6

BIAYA MODAL

(COST OF CAPITAL)

6.1 DASAR-DASAR BIAYA MODAL

• Biaya Modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh

perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar

sahamnya.

• Biaya Modal juga dianggap sebagai tingkat pengembalian yang diinginkan

oleh penyandang dana untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan.

• Jika risiko dianggap konstan :

Proyek dengan tingkat pengembalian diatas biaya modal akan

meningkatkan nilai perusahaan.

Proyek dengan tingkat pengembalian di bawah biaya modal akan

menurunkan nilai perusahaan.

6.2 ASUMSI-ASUMSI DASAR BIAYA MODAL

Untuk menghitung biaya modal perlu dibuat dengan beberapa asumsi yang

berkaitan dengan risiko dan pajak, yaitu:

a. Risiko bisnis

Risiko dimana perusahaan tidak dapat menutup biaya operasional

perusahaan.

b. Risiko Keuangan

Risiko dimana perusahaan tidak mampu untuk menutup kewajiban

keuangan seperti biaya bunga, biaya sewa guna usahadan dividen saham

preferen.

107

c. Biaya setelah pajak

Dianggap biaya yang relevan. Dengan perkataan lain biaya modal dihitung

atas dasar biaya modal setelah pajak.

Konsep Dasar

Pada umumnya perusahaan mencari modal pinjaman sekaligus dalam

jumlah besar namun biaya modal harus mencerminkan keterkaitan dengan

aktivitas pembiayaan.

Misalnya jika sekarang perusahaan menarik dana dengan menggunakan

modal hutang, diwaktu yang akan datang perusahaan harus menarik dana

dengan menggunakan modal sendiri.

Banyak perusahaan mempertahankan penggunaan kombinasi modal

hutang dan modal sendiri secara optimal, kombinasi ini disebut target

struktur modal.

6.3 BIAYA RATA-RATA MODAL JANGKA PANJANG

Setiap perusahaan dapat menghitung biaya modal dari setiap sumber

modal, membuat kombinasi atas semua sumber modal dan menghitung biaya rata-

rata modal dari kombinasi dan proporsi yang tersedia bagi perusahaan.

Ada 4 sumber dana jangka panjang, yaitu

108

6.3.1 Biaya Hutang Jangka Panjang (Cost of Long-Term Debt) (Kd)

Adalah biaya hutang sesudah pajak (Ki) untuk mendapatkan dana jangka

panjang melalui pinjaman saat ini.

Kebanyakan hutang jangka panjang perusahaan diperoleh melalui penerbitan dan

penjualan obligasi.

Biaya hutang sebelum pajak (Kd), untuk obligasi dapat diperoleh dengan 3 cara

berdasarkan penetapan,perhitungan atau perkiraan.

a. Menggunakan penetapan (cost quotations)

Pertama, jika hasil penjualan obligasi sama dengan nilai nominalnya (par

value-nya), maka biaya sebelum pajak sama dengan tingkat bunga kupon.

Kedua, ditetapkan dengan menggunakan hasil pada waktu jatuh tempo

(yield to maturity)

b. Perhitungan biaya (Calculating the cost)

a. Pendekatan ini mencari dengan menghitung IRR.

109

b. Dari sudut penerbit, nilai ini dianggap sebagai ‘biaya jatuh tempo’

(YTM) dari aliran kas yang dihubungkan dengan hutang. YTM

dapat dihitung menggunakan: (a) trial and error, (b) financial

calculator, atau (c) spreadsheet.

c. Perkiraan biaya Approximating the cost

2

od

do

d BNn

NBI

K

Contoh:

PT Meditra merupakan perusahaan manufaktur yang menjual obligasi 20 tahun

senilai Rp10.000.000, dengan tingkat bunga kupon 9% dengan par value Rp1,000.

Karena obligasi yang serupa memberikan bunga lebih besar dari 9% maka

perusahaan harus menjual dengan harga sebesar Rp980. Flotation costs are 2%

or Rp20 (2% x 1,000). Hasil bersih atas penjualan (net proceeds) untuk setiap

lembar obligasi adalah Rp960 (Rp980 - Rp20).

%4.9

2

000,196020

960000,190

dK

Biaya hutang sesudah pajak (after-tax cost of debt) (Ki), biaya modal harus

dinyatakan dengan dasar setelah pajak. Bunga pinjaman dapat mengurangi pajak

oleh karena itu dapat mengurangi pendapatan kena pajak.

)1( TKK di

after-tax cost of debt for PT Meditra diasumsikan pajak sebesar 40%

ki = 9.4% (1-.40) = 5.6%

110

Maka di dapat after-tax cost dari Meditra adalah 5.6%.

6.3.2 Biaya Saham Preferen (The Cost of Preferred Stock) (Kp)

Adalah dividen saham preferen tahunan dibagi dengan hasil penjualan

saham preferen.

p

p

pN

DK

Saham preferen merupakan bentuk khusus kepemilikan perusahaan. Pemegang

saham preferen harus menerima dividen sebelum laba bersih dibagikan kepada

pemegang saham. Dividen saham preferen dapat dinyatakan dalam jumlah uang

atau dalam persentase per tahun.

Misalnya:

Saham preferen Rp 4 maka perusahaan akan membayar dividen ke

pemegang saham preferen sebesar Rp 4 setiap tahun untuk setiap lembar

saham preferen yang dimiliki

Saham preferen 8% dengan nilai nominal (par value) Rp 50 diharapkan

membayar dividen tahunan sebesar Rp 4 (0.08 x Rp 50)per lembar saham.

Contoh:

PT Meditra mengeluarkan saham preferen 10% dengan nilai nominal sebesar

Rp87 tiap lembar. Biaya penerbitan dan penjualan di taksir sebesar Rp5 per

lembar. Dividen tahunan = Rp8.70 (10% x Rp87).

Hasil bersih (net proceeds) = Rp82 (Rp87 - Rp5).

%6.1082

70.8

Rp

RpK p

111

6.3.3 Biaya Modal Saham Biasa (The Cost of Common Stock)(Ks)

Adalah tingkat dimana investor mendiskontokan dividen yang diharapkan

dari perusahaan untuk menentukan nilai sahamnya.

Ada dua bentuk pembiayaan saham biasa yaitu laba ditahan dan penerbitan

saham biasa baru.

Dua teknik untuk menghitung biaya modal saham biasa, yaitu menggunakan

dividend valuation model dan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Dividend valuation models menggunakan dasar pemikiran bahwa nilai saham

adalah sama dengan nilai sekarang (present value) dari semua dividen akan

datang (diasumsikan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan konstan) yang

diharapkan diperoleh terus dalam waktu yang tidak terbatas.

Menggunakan constant growth model

gP

DK

o

s 1

cost of common equity Menggunakan CAPM:

)(( fmfs RkbRK

Perbedaan penggunaan CAPM dengan dividend valuation models yaitu dalam

pertimbangan secara langsung risiko perusahaan yang dicerminkan dengan

beta untuk menentukan pengembalian yang diinginkan atau biaya modal

saham biasa.

Dividend valuation model tidak memperhatikan risiko.

Dividend valuation models menggunakan harga pasar (P0) yang

mencerminkan preferensi ‘risiko pengembalian’ yang diharapkan oleh

investor di pasar.

Namun kedua teknik tersebut secara teori sama, tetapi dividend valuation

models sering dipakai sebab data yang dibutuhkan lebih mudah tersedia.

112

Jika menggunakan dividend valuation models untuk mencari biaya modal

saham biasa adalah dapat dengan mudah disesuaikannya biaya penerbitan

sekuritas untuk mencari biaya saham biasa yang baru.

Contoh:

Diasumsikan perusahan tahun lalu membayar dividen sebesar Rp2.50 per lembar,

pertumbuhan dividends 10% dan harga jual Rp50.00 per lembar.

Cari , D1 = Rp2.50(1+0.10) = $2.75,

kS = (Rp2.75/Rp50.00) +0.10 = 15.5%.

6.3.4 Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earnings)(Kr)

Laba ditahan dapat diterima oleh pemegang saham asalkan penyisihan

laba yang direinvestasikan tersebut dapat menghasilkan tingkat

pengembalian yang diinginkan oleh pemegang saham.

Laba ditahan sebagai penerbitan penuh dari tambahan saham biasa, maka

biaya laba ditahan sama dengan biaya modal saham biasa.

sr KK

6.3.5 Biaya Penerbitan Saham Biasa Baru (Cost of New Equity)(Kn)

Biaya penerbitan saham biasa baru dihasilkan setelah diperhitungkan hasil

penjualan dan biaya penerbitan sekuritas.

Umumnya, saham baru akan dijual dibawah harga pasar, karena :

1. jika pasar dalam equilibrium, tambahan permintaan akan saham dapat

dicapai hanya dengan harga yang lebih rendah.

2. banyak investor membeli saham bila harganya dibawah harga pasar yang

berlaku.

113

Biaya penerbitan Saham biasa baru dapat dihitung dengan rumus

gN

DK

n

n 1

Contoh:

Lanjutan dari contoh sebelumnya, Berapa biaya penerbitan Saham biasa baru jika

biaya penerbitan sekuritas (flotation costs) sebesar Rp4.00 per lembar?

kn = [Rp2.75/(Rp50.00 - Rp4.00)] + 0.10 = 15.97% or 16%.

6.4 BIAYA MODAL RATA-RATA TERTIMBANG (The Weighted Average

Cost of Capital (WACC))

WACC = ka = wiki + wpkp + wskr or n

WACC diperoleh dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal tertentu

sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. (dimana wi = %

dari debt, wp = % dari preferred, dan ws= % dari common).

Contoh:

Asumsi market value dari perusahaan debt-nya adalah Rp40.000.000, market

value dari preferred stock adalah Rp10.000.000, dan market value equity adalah

Rp50.000.000.

Setiap komponen dibagi dengan total dari Rp100.000.000, dan memberikan

market value weights dari 40% debt, 10% preferred, dan 50% common.

Menggunakan biaya-biaya yang sebelumnya sudah dihitung maka untuk mencari

weighted average cost of capital:

114

WACC = 0.40(5.67%) + 0.10(9.62%) + 0.50(15.8%)

= 11.13%

KEPUTUSAN BIAYA MARJINAL DAN INVESTASI

Perusahaan hanya akan melakukan investasi jika pengembalian yang

diharapkan lebih besar daripada biaya modal rata-rata tertimbang.

Biaya keuangan perusahaan dan pengembalian investasi akan dipengaruhi

oleh besarnya pembiayaan dan investasi yang dilakukan.

Biaya Modal Marjinal Tertimbang (The Weighted Marginal Cost of Capital

(WMCC))

– Dengan bertambah besar jumlah pembiayaan, biaya dari berbagai jenis

pembiayaan akan meningkat, yang akan meningkatkan WMCC.

– Peningkatan biaya komponen pembiayaan disebabkan karena semakin

besar pembiayaan baru maka semakin besar risiko penyandang dana.

Risiko meningkat sesuai peningkatan ketidakpastian terhadap hasil

investasi yang dibiayai dengan dana tersebut.

– Pembiayaan baru dengan saham biasa akan dipenuhi dengan menggunakan

laba ditahan yang tersedia sampai habis, setelah itu baru dipenuhi dengan

pembiayaan saham biasa baru. Laba ditahan merupakan pembiayaan yang

lebih murah dari penjualan saham biasa baru. Jika laba ditahan habis untuk

memenuhi pembiayaan, WACC akan meningkat dengan adanya

penambahan saham biasa baru yang lebih mahal.

Mencari ‘Titik Batas’ (Break Point)

Untuk menghitung WMCC, harus mencari Break Point yaitu tingkat total

pembiayaan baru dari satu komponen pembiayaan akan naik dan akan

menyebabkan pergeseran ke atas pada WMCC (meningkat).

115

BPj = AFj/wj

BPj = breaking point untuk sumber keuangan j

AFj = Jumlah dana yang tersedia dari sumber keuangan (j) pada tingkat

biaya yang ditetapkan

Wj = Proporsi struktur modal untuk sumber keuangan (j)

Contoh:

Jika PT Meditra. sudah menggunakan seluruh laba ditahan untuk memenuhi

pembiayaan dengan saham biasa sebesar Rp 2.000.000. Maka perusahaan harus

menggunakan pembiayaan saham biasa baru yang lebih mahal untuk dpat

memenuhi kebutuhan modal saham biasanya. Selain itu, perusahaan berharap

dapat meminjam uang hanya sebesar Rp 1.000.000 dengan biaya 7%.

Ada 2 break point yang terjadi:

BP saham biasa (equity) =000,000,4

5.0

000,000,2Rp

BP hutang jgk pjg (debt) = 000,500,24.0

000,000,1Rp

Di bawah ini merupakan ringkasan perhitungan WACC PT Meditra. Terdiri atas 3

bentuk total range pembiayaan baru dihasilkan oleh 2 break point yaitu pada Rp

2,500,000 dan Rp 4,000,000.

116

ACC untuk ketiga range dihasilkan dari 2 Break Point yang dapat dilihat pada

gambar di bawah ini.

Range of total Source of Weighted

New Financing Capital Weight Cost Cost

$0 to $2.5 million Debt 40% 5.67% 2.268%

Preferred 10% 9.62% 0.962%

Common 50% 15.80% 7.900%

WACC 11.130%

$2.5 to $4.0 million Debt 40% 7.00% 2.800%

Preferred 10% 9.62% 0.962%

Common 50% 15.80% 7.900%

WACC 11.662%

over $4.0 million Debt 40% 7.00% 2.800%

Preferred 10% 9.62% 0.962%

Common 50% 16.00% 8.000%

WACC 11.762%

WACC for Ranges of Total New Financing

117

Copyright © 2006 Pearson Addison-Wesley. All rights reserved. 11-42

$2.5 $4.0 Total Financing

(millions)

11.75%

11.25%

11.50%

WMCC11.76%

11.66%

11.13%

Skedul Kesempatan Investasi (Investment Opportunities schedule)

Adalah suatu peringkat kemungkinan investasi dari yang terbaik

(pengembalian tertinggi) sampai yang terburuk (pengembalian terendah).

Initial Cumulative

Project IRR Ivestment Investment

A 13.0% 1,000,000$ 1,000,000$

B 12.0% 1,000,000$ 2,000,000$

C 11.5% 1,000,000$ 3,000,000$

D 11.0% 1,000,000$ 4,000,000$

E 10.0% 1,000,000$ 5,000,000$

118

Menggunakan BMMT dan SKI dalam Membuat Keputusan Keputusan

Keuangan/Investasi

Sepanjang IRR lebih besar dari WMCC pembiayaan yang baru, perusahaan

harus menerima proyek tersebut.

Namun bila perusahaan menerima lebih banyak proyek, maka pembiayaan

yang dibutuhkan akan lebih besar dan WMCC akan meningkat dan

pengembalian akan menurun.

Perusahaan akan menerima proyek hanya sampai pada titik dimana

pengembalian marjinal dari investasi = WMCC.

Copyright © 2006 Pearson Addison-Wes ley. All r ights reserved. 11-44

$2.5 $4.0 Total Financing

(millions)

WMCC

11.66%

11.13%

$1.0

13.0% AB

$2.0 $3.0

C

D

11.5%

11.0%

12.0%

This indicates

that the firm can

accept only

Projects A & B.

Dengan mencari pembiayaan baru sebesar $2juta dan menginvestasikan dana

tersebut pada proyek A dan B perusahaan akan memaksimalkan kekayaan

para pemiliknya.

119

LATIHAN SOAL

1. Harga saham biasa yang diterbitkan oleh salah satu perusahaan go public

adalah Rp 15.800,- per lembar. Dividen yang diharapkan pada tahun yang

akan datang adalah Rp 800,- per lembar. Tingkat pertumbuhan rata-rata 8%

Berapa besarnya biaya saham biasa?

2. PT KENCANA UNGU merencanakan suatu sumber dana dalam rangka akan

membuka proyek baru. Dana tersebut direncanakan akan dipenuhi dari

beberapa sumber dengan rincian sebagai berikut:

Hutang Jangka Panjang

Nominal obligasi per lembar Rp 150.000 dengan tingkat bunga 18% dalam

jangka waktu 10 tahun. Harga jual obligasi per lembar Rp 95.000 dengan

biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 5.000.

Saham Preferen

Nominal saham preferen per lembar Rp 120.000 dengan deviden dibayarkan

Rp 22.000 per lembar. Harga jual saham preferen per lembar Rp 120.000

dengan biaya yang dikeluarkan Rp 5.000 per lembar.

Saham biasa

Nominal saham biasa Rp 175.000 dan deviden yang diharapkan Rp 17,500

harga jual saham biasa per lembar Rp 150.000 Floating cost 4% dan tingkat

pertumbuhan deviden 5%.

Jika perusahaan nanti membutuhkan biaya tambahan, maka saham biasa baru

akan diterbitkan dengan harga Rp 5.000 lebih rendah dari par value dan

mengeluarkan floating cost sebesar Rp 2.000 per lembar.

Pertanyaan:

Hitunglah biaya modal dari masing-masing komponen modal jika

tingkat pajak 35%

120

3. Jika struktur modal perusahaan adalah terdiri dari Rp 150.000.000 debt; Rp

120.000.000 Preffered Stock; Rp 175.000.000 Common Stock dan Rp

50.000.000 New Common Stock, berapakah The Weigthed Average Cost of

Capital!

Penyelesaian:

1. Dik : D1 = Rp 800

g = 8%

Po = Rp 15.800

Menggunakan constant growth model

gP

DK

o

s 1

kS = (Rp800/Rp15.800) +0.08 = 13 %

2. Hutang Jangka Panjang

2

od

do

d BNn

NBI

K

121

%27

2

000.150000.9010

000.90000.150000.27

dK

Biaya hutang sesudah pajak (after-tax cost of debt) (Ki), biaya modal harus

dinyatakan dengan dasar setelah pajak. Bunga pinjaman dapat mengurangi pajak

oleh karena itu dapat mengurangi pendapatan kena pajak.

)1( TKK di

after-tax cost of debt for PT Kencana Ungu diasumsikan pajak sebesar 30%

ki = 27% (1-0,35) = 18,90%

Maka di dapat after-tax cost dari PT Kencana Ungu adalah 18,90%.

SAHAM PREFEREN

p

p

pN

DK

000.115

000.22pK

= 19 %

*NP = Rp 120.000 – Rp 5.000 = Rp 115.000

122

SAHAM BIASA

*Menggunakan constant growth model

gP

DK

o

s 1

05.0000.150

500.17sK

Ks = 0,11 + 0,05 = 16 %

*Penerbitan Saham Biasa Baru

gN

DK

n

n 1

05,0000.168

500.17nK

= 0,10 + 0,05 = 15 %

Nn = Rp 170.000 – Rp 2.000 = Rp 168.000

123

RINGKASAN

1. Biaya Modal adalah tingkat pengembalian yang harus dihasilkan oleh

perusahaan atas investasi proyek untuk mempertahankan nilai pasar

sahamnya.. Biaya Modal juga dianggap sebagai tingkat pengembalian

yang diinginkan oleh penyandang dana untuk menanamkan dananya ke

dalam perusahaan

2. Untuk menghitung biaya modal perlu dibuat dengan beberapa asumsi yang

berkaitan dengan risiko dan pajak, yaitu: Risiko Bisnis, Risiko dimana

perusahaan tidak dapat menutup biaya operasional perusahaan; Risiko

Keuangan, Risiko dimana perusahaan tidak mampu untuk menutup

kewajiban keuangan seperti biaya bunga, biaya sewa guna usahadan

dividen saham preferen dan Biaya Setelah Pajak biaya modal dihitung

atas dasar biaya modal setelah pajak.

3. Setiap perusahaan dapat menghitung biaya modal dari setiap sumber

modal, membuat kombinasi atas semua sumber modal dan menghitung

biaya rata-rata modal dari kombinasi dan proporsi yang tersedia bagi

perusahaan. Ada 4 sumber dana jangka panjang yang disertai dengan biaya

modal, yaitu; biaya hutang jangka panjang, biaya atas saham preferen,

biaya atas saham biasa, biaya laba ditahan dan biaya atas penerbitan saham

baru.

4. Biaya Hutang Jangka Panjang (Cost of Long-Term Debt) (Kd)

Adalah biaya hutang sesudah pajak (Ki) untuk mendapatkan dana jangka

panjang melalui pinjaman saat ini.

5. Biaya Saham Preferen (The Cost of Preferred Stock) (Kp)

Adalah dividen saham preferen tahunan dibagi dengan hasil penjualan

saham preferen.

6. Biaya Modal Saham Biasa (The Cost of Common Stock)(Ks)

Adalah tingkat dimana investor mendiskontokan dividen yang diharapkan

dari perusahaan untuk menentukan nilai sahamnya.

124

7. Biaya Laba Ditahan (Cost of Retained Earnings)(Kr)

o Laba ditahan dapat diterima oleh pemegang saham asalkan

penyisihan laba yang direinvestasikan tersebut dapat menghasilkan

tingkat pengembalian yang diinginkan oleh pemegang saham.

o Laba ditahan sebagai penerbitan penuh dari tambahan saham biasa,

maka biaya laba ditahan sama dengan biaya modal saham biasa.

8. WACC diperoleh dengan menimbang biaya dari setiap jenis modal

tertentu sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan. (di

mana wi = % dari debt, wp = % dari preferred, dan ws= % dari common).

125

BAB 7

DERIVATIVES DAN MANAJEMEN RESIKO

7.1 Pengertian Derivatif

Berikut ini definisi derivatives dari beberapa penulis buku juga pakar di

bidangnya:

Menurut Robert W Kolb dan James A. Overdahl dalam bukunya berjudul

“Financial Derivatives”. Derivatif adalah suatu kontrak yang sebagian besar

nilainya berasal dari aset, kurs acuan, atau indeks sebagai acuan awal (underlying)

Menurut John C. Hull dalam bukunya berjudul “Option, Futures, and Other

Derivatives”. Derivatif adalah instrumen keuangan yang nilainya tergantung pada

atau berasal dari nilai-nilai variabel dari kontrak lain atau lebih tepatnya dari mana

kontrak derivatif itu berasal (underlying). Dikemukakan bahwa sangat sering

variabel yang menjadi subjek yang mendasari (underlying) derivatif adalah harga

aset yang diperdagangkan. Menurut Prof. Andrew M. Chisholm dalam bukunya

berjudul Derivatives Demystified, A Step-by-Step Guide to Forwards, Futures,

Swaps and Option”, Derivatif merupakan aset yang nilainya diperoleh dari nilai

dari beberapa aset lainnya, yang dikenal sebagai subjek yang mendasari

(underlying). Menurut Joe Duarte MD dalam bukunya “Future and Options for

Dummies” derivatif adalah instrumen keuangan yang memperoleh nilainya tidak

dari nilai instrinsiknya sendiri namun dari sekuritas dan waktu subjek yang

mendasarinya (underlying).

Derivatif menurut Undang-undang No.8 Tahun 1995 diartikan sebagai

instrumen kontrak berjangka yang diperdagangkan di pasar berjangka. Terdapat

perbedaan transaksi efek yang dilakukan pada spot market dan pada derivative

market. Transaksi efek melalui spot market dilakukan dengan cara cash dan carry,

artinya dimana ada uang, maka ada barang, Sedangkan transaksi efek melalui

efek derivative market, baik pihak pembeli maupun penjual sama-sama tidak

diwajibkan untuk memenuhi hak dan kewajibannya di saat itu juga, melainkan

dengan mendasarkan pada perjanjian atau kontrak di antara mereka berkaitan

126

denngan harga kontrak, jumlah kontrak, jatuh waktu kontrak serta penyelesaian

transaksinya.

Dari pengertian derivatif di atas maka dapat dinyatakan bahwa Derivatif

merupakan suatu kontrak keuangan antara dua pihak untuk mentransaksikan suatu

aset saat harga tetap pada tanggal yang akan terjadi di masa depan. Kontrak

berjangka Suatu kontrak keuangan yang memperkenankan pembeli kontrak

untuk membeli asset tertentu pada harga tertentu di tanggal tertentu dimasa depan.

7.2 Macam Derivatif

Derivatives merupakan instrumen yang sangat beresiko jika tidak

dipergunakan secara hati-hati.Ada beberapa macam instrumen derivatif antara

lain:

a. Bukti Right (Right Issued)

Merupakanproses penerbitan saham baru, dimana hak yang melekat untuk

memesan saham baru tersebut terlebih dahulu diberikan kepada pemegang saham

lama.

b. Waran (Warrant)

Hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan

(waktunya untuk waktu yang akan datang tetapi harganya sudah ditentukan

sekarang). Hak Waran ini dijual dengan surat berharga lain (misal obligasi) dan

berfungsi sebagai daya tarik bagi pembeli obligasi

c. Kontrak Future

Kontrak Future adalah suatu kesepakatan kontrak tertulis antara dua pihak

(pembeli dan penjual) di bursa untuk melakukan dan menerima penyerahan

sejumlah aset atau komiditi dalam jumlah, harga dan batas waktu tertentu.

Contoh Kontrak Future LQ 45 di BEI

d. Kontrak Forward

Kontrak forward adalah suatu kontrak di mana kedua belah pihak yaitu pembeli

dan penjual bernegosiasi dan menandatangani kontrak tertulis yang berisi

kesanggupan kedua belah pihak (di luar bursa) untuk memperjualbelikan suatu

127

komiditi atau aset tertentu (dalam jumlah dan kuallitas tertentu), pada tingkat

harga tertentu di kemudian hari.

Jenis-jenis Kotrak Forward adalah sebagai berikut:

1. Currency Forward Contract

Currency Forward Contract merupakan suatu pihak wajib untuk membeli

atau menjual mata uang tertentu dengan nilai tukar tertentu, dalam jumlah

tertentu, di tanggal yang sudah ditentukan di masa depan.

2. Equity Forward Contract

Equity Forward Contract merupakan suatu pihak wajib membeli atau

menjual instrumen ekuitas ataupun indeks saham pada waktu tertentu di masa

depan. Jenis kontraknya bisa saham tertentu, portfolio maupun indeks.

3. Commodity Forward Contract

Commodity Forward Contract merupakan kontrak dengan underlying

asset berupa komiditas seperti minyak, emas, jagung, dan lainnya. Kontrak ini

memungkinkan suatu pihak untuk membeli atau menjual komiditas dengan harga

tertentu di masa depan.

4. Bond Forward Contract

Bond Forward Contract hampir sama dengan equity forward contract

hanya saja obligasi punya jatuh tempo, sehingga kontrak forward pasti

kadaluarsanya sebelum tanggal jatuh tempo.

5. Interest Rate Forward Contract

Interest Rate Forward Contract disebut juga dengan Forward Rate

Agreement (FRA) di mana underlying asset berupa pembayaran bunga dalam

mata uang tertentu. Jadi dalam FRA ini merupakan kesepakatan untuk

meminjamkan atau meminjam dana tertentu secara fixed rate.

e. Opsi

Opsi adalah perjanjian antara dua belah pihak yang memberi kewenangan bagi

pemegangnya suatu hak untuk melakukan sesuatu, misalnya untuk membeli

sesuatu atau menjual sesuatu kepada pihak lainnya. Terdapat dua jenis opsi, yaitu

opsi beli (call option) dan opsi jual (put option).

128

1. Opsi Beli ( Call Option)

Call option atau opsi beli memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli

sejumlah aktiva finansial pada harga yang tertentu (yang disebut strike atau

execise price) pada tanggal tertentu sampai dengan opsi beli tersebut jatuh tempo

2. Put Option atau opsi jual memberikan hak kepada pemegangnya, bukan

kewajiban, untuk menjual sejumlah aktiva finansial pada harga yang tertentu

(yang disebut strike atau exercise price) pada tanggal tertentu sampai dengan opsi

jual tersebut jatuh tempo.

f. Kontrak SWAP

SWAP merupakan sebuah kontrak transaksi finansial dimana dua pihak setuju

untuk bertukar arus kas secara periodik dalam periode tertetu sesuai aturan yang

disepakati bersama. Tiga jenis SWAP yang populer antara lain sebagai berikut:

1. Currency SWAP

Untuk Currency SWAP, masing-masing pihak membayar dalam suku bunga

tetap namun dengan mata uang berbeda.

2. Interest Rate SWAP

Untuk Interest Rate SWAP, kedua belah pihak setuju saling membayar bunga

berdasarkan jumlah pokok tertentu.

3. Currency Coupon SWAP

Currency Coupon SWAP mirip dengan currency SWAP, namun pihak yang

satu membayar dalam mata uang tertentu dengan suku bunga tetap, sementara

pihak yang lain membayar dalam mata uang lain dengan suku bunga

mengambang.

7.3 Perhitungan Derivatif

Pembahasan teknis perhitungan jenis-jensi derivatif adalah sebagai berikut:

1. Rights

Hak untuk membeli saham terlebih dahulu yang diberikan kepada existing

shareholder dengan harga exercise dibawah harga pasar. Hak tersebut ada

harga/nilainya, dan bisa dijual. JIka hak tidak dilaksanakan atau diabaikan, akan

129

terjadi dilusi persentase kepemilikan saham. Seperti Options, Rights juga

merupakan “hak” bukan kewajiban.

Berikut rumus untuk menghitung rights :

Jumlah saham yang diterbitkan = Jumlah dana yang dibutuhkan

Harga rights (pelaksanaan)

Jumlah rights yang diperlukan = Jumlah saham beredar

atau Ratio/ nisbah (= R). Jumlah saham yang diterbitkan

Harga teoritis Rights (HR) = (Pmo – Ep)

(R+1)

Harga teoritis saham ex Rights (Pm1) =

(Pmo x Jmlh shm sbl Right) + (Ep x Jmlh shm Rights yg bisa dibeli)

Jmlh saham sbl Right + Jmlh shm Rights yg bisa dibeli

Pmo : Kurs saham sebelum Rights

Ep : Exercise price, atau harga realisasi, atau harga pelaksanaan Rights

Pm1 :Kurs teoritis saham setelah Rights (saat saham diperdagangkan

kembali di Bursa Efek)

R :Ratio antara jumlah saham yang dimiliki dengan jumlah (hak)

saham Rights yang bisa dibeli.

Contoh perhitungan Rights;

Saham beredar PT. ADR berjumlah 60 juta saham @ nom. Rp. 1500,-Dengan

kurs Rp. 30.000,- per saham. Untuk pengembangan dibutuhkan dana Rp. 150

milyar. RUPSLB memutuskan untuk melakukan Rights issue dgn exercise price

Rp. 7.500,- per saham.

Ditanya;

a. Jumlah saham baru yang bisa diterbitkan.

b. Rasio/nisbah antara saham lama dengan saham baru.

c. Harga teoritis Rights dan harga teoritis saham ex Rights

d. Kapitalisasi pasar saham PT ADR setelah Rights issue.

e. Jika Arfi memiliki 60 lot saham PT ADR, hitunglah;

130

1. Jumlah saham rights/baru bisa dibeli;

2. Dana yang harus disiapkan;

3. Nilai saham Arfi, jika ia laksanakan hak, dan ia menjual/abaikan haknya;

4. Laba jika ia menjual haknya, dan rugi jika ia abaikan haknya

5. Apa yang terjadi dengan kepemilikan sahamnya; jika ia menjual haknya, atau

mengabaikan haknya.

Jawab;

a. Saham baru yang diterbitkan = Rp. 150 milyar = Rp. 20 juta

7.500

b. Rasio atau nisbah ( = R) = 60 juta

20juta

c. Harga teoritis Rights = Pmo – Ep Rp 30.000 - Rp 7.500,-

R + 1 6/2 + 1

Rp 22.500,-

8/2

Harga teoritis saham ex Rights;

(Pmo x Jmlh shm sbl Right) + (Ep x Jmlh shm Rights yg dibeli)

Jmlh saham sbl Right + Jmlh shm Rights yg dibeli

(Rp 30.000,- x 6) + (Rp 7.500,- x 2) = 195.000 = Rp. 24.375

6 + 2 8

Checking; Rp 5.625 + Rp 24.375 = Rp 30.000,-

d. Kapitalisasi saham stlh Rights = 80 juta x Rp 24.375 - = Rp 1.950 milyar

e. Jika Arfi memiliki 60 lot saham (1 lot = 100 saham --> 6.000 saham) PT ADR;

1. Saham rights yang bisa dibeli =

6.000 x 2 = 2.000 saham

6

2. Dana yang harus disiapkan untuk memberli saham rights =

131

2.000 x Rp 7.500,- = Rp . 15.000.000

3. Nilai saham setelah Rights issue;

- jika hak dilaksanakan = (6.000 + 2000) x Rp .24.375,- = Rp 195.000.000,-

- jika hah tidak dilaksanakan/ hak diabaikan = 6.000 x Rp. 24.375- =

Rp . 146.250.000,-

4. Laba; jika ia jual haknya = 2.000 x Rp 5.625 = Rp 11.250.000,-

Rugi; jika ia abaikan haknya = 2.000 x (Rp 5.625) = (Rp. 11.250.000,-)

5. Jika Arfi menjual haknya atau mengabaikan haknya. Jumlah saham milik Arfi

tetap, namun % tasenya menurun,

semula 6.000 X 100% = 0,01%

60.000.000

menjadi 6.000 X 100% = 0,0075 %

80.000.000

2. Warrants

Warrants merupakan Hak jangka panjang, biasanya 5-10 tahun (yang

diberikan kepada pembeli Obligasi atau Saham Preferen), untuk membeli saham

biasa perusahaan (Emiten), atau saham perusahaan lain, dengan harga exercise

diatas harga pasar. Investor bersedia membeli dengan waran, dengan harapan

prospek perusahaan bagus (sikap optimis, bullish). Waran merupakan “sweetener”

dalam rangka penawaran Obligasi atau Saham Preferen.

Waran memiliki Nilai Teoritis dan Nilai Spekulatif

Nilai Teoritis Waran/NT = P1 - R

Nilai Spekulatif Waran/ NS = Wo – NT

P1 = Kurs saham setelah emisi Obligasi/saham Preferen

Po = Kurs saham saat emisi Obligasi/saham Preferen

R = Harga realisasi

132

Wo = Harga perdagangan waran

Contoh perhitungan Waran

1. PT. Maju Bersama Tbk. menerbitkan Obligasi dengan Waran yang dapat

dilepas. Jangka waktu Waran 5 tahun, setiap Waran dapat digunakan untuk

membeli 1 lembar saham PT. Maju Bersam Tbk dengan harga Realisasi Rp

2.700,- (saat emisi Obligasi, kurs PT. Makmur Bersama Tbk. Rp 2.500,- dan

Waran diperdagangkan secara terpisah dengan harga Rp 900,-. Beberapa bulan

kemudian kurs saham PT. Maju Bersama naik menjadi Rp 3.500,-

Ditanya;

Berapa Nilai Teoritis Waran

Berapa Nilai Spekulatif Waran

Jawab:

a. Nilai Teoritis Waran ; NT = P1 - R

= Rp 3.500 - Rp 2.700,-

= Rp 800,- (diperdagangkan : Rp 900,-)

B. Nilai Spekulatif Waran; NS = Wo - NT

= Rp 900 - Rp 800,- = Rp 100,-

3. Kontrak SWAP

Menurut keputusan direksi Bank Indonesia, transaksi SWAP adalah

transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian tunai dengan penjualan

kembali secara berkala.

Berikut ini langkah-langkah dslam menghitung SWAP:

Penentuan Spot Rate, meliputi

- Kurs

- Depresiasi

- Tenor atau jangka waktu

Penentuan Beban Premi, meliputi:

- Besar premi (%)

133

- Tenor

- Jumlah kewajiban pinjaman (pokok dan bunga)

Penentuan pengembalian pinjaman dengan premi

Menentukan pokok pinjaman yaitu bunga pinjaman + premi SWAP

Penentuan pengembalian pinjaman seandainya tidak menggunakan SWAP

Analisis selisih dengan SWAP dan tanpa SWAP

Contoh Perhitungan:

a. Diketahui PT. Sentosa mempunyai data sebagai berikut : Plafon

kredit/Pinjaman adalah USD 100.000, Bunga 8% / tahun, Tenor 1 tahun, Kurs Rp.

10.000/1 USD, Depresiasi 6% / tahun, Kewajiban premi 12%, tenor 3 bulan

Jawab :

Menentukan spot rate

1 Jan 10.000

1 April 10.000+(6% x (3/12 x 10.000) 10.150

1 Juli 10.150+(6% x (3/12 x 10.150) 10.302,25

1 Okt 10.302,25+(6% x (3/12 x 10.302,25) 10.456,78

31 Des 10.456,78+(6% x (3/12 x 10.456,78) 10.613,63

Menemtukan besarnya beban premi

Premi 1 12% x 3/12 x 1.080.000 x 10.000 324.000.000

Premi II 12% x 3/12 x 1.080.000 x10.150 328.860.000

Premi III 12% x 3/12 x 1.080.000 x10.302,25 333.792.900

Premi IV 12% x 3/12 x 1.080.000 x 10456,78 338.799.672

Jumlah premi 1.325.451.672

Perusahaan membayar pengembalian pinjaman dan premi pokok pinjaman dan

bunga

Pokok pinjaman 1.000.000 x Rp. 10.000 = Rp.10.000.000.000

Bunga 1.325.451.672

Jumlah Rp. 11.325.451.672

134

Tanpa SWAP:

Perusahaan membayar:

(USD 1.000.000+ (1.000.000 x 8%)) x Rp.10.631,63 = Rp 11.482.160.400

Menggunakan SWAP Rp 11.325. 451.672

Selisih (L) Rp 156.708.730

Kesimpulan:

Jadi PT Sentosa lebih diuntungkan apabila menggunakan SWAP. Di mana ada

selisih sebesar Rp. 156.708.730

b. Pada tanggal 11 September 2005 salah seorang nasabah bank BUNDA

memperoleh pinjaman sebesar USD 5.000.000, Jangka waktu USD Rp. 5.500,

Spot rate 4 bulan yaitu: 1) Bank BUNDA dengan nasabah 9 1/8%, 2) Bank

BUNDA dengan bank Indonesia 9%.

Diminta:

1) Jumlah yang dibayarkan nasabah kepada Bank BUNDA untuk fasilitas

swap yang diterima.

2) Jumlah yang dibayarkan bank BUNDA kepada Bank Indonesia atau

fasilitas reswap tersebut

3) Jumlah keuntungan yang diperoleh

Jawab:

1) Transaksi swap nasabah Bank BCA

Tanggal 11 September2005 nasabah menutup SWAP 4 bulan dengan menjual

USD 5.000.000 kepada Bank BUNDA dengan spot rate Rp. 5.500/USD, jumlah

yang diterima nasabah adalah:

USD 5.000.000 dengan kurs Rp 5.500/USD =Rp. 27.500.000.000.

Tanggal 11 Januari2006 nasabah membeli kembali USD dari bank BUNDA

dengan kurs yang sama ditambah dengan premi swap 9 1/8 pertahun yaitu:

USD 5.000.000 x 5.500 x9 1/8 x 4 = Rp. 836.458.333,3

12 x 100

Jumlah yang dibayarkan = Rp. 28.336.458.333

135

2) Transaksi swap bank BUNDA dengan Bank Indonesia (reswap)

Tanggal 11 September 2005 Bank BUNDA melakukan swap ulang (reswap) pada

Bank Indonesia untuk jangka waktu 4 bulan senilai USD 5.000.000 dengan spot

rate Rp. 5.500/USD yaitu:

USD 5.000.000 x Rp. 5.500 = Rp. 27.500.000.000

Tanggal 11 Januari 2006 Bank BUNDA membeli kembali USD 5.000.000 dari

Bank Indonesia dengan kurs yang sama Rp. 5.500/USD ditambah premi swap

pertahun yaitu:

USD 5.000.000 x 5.500 x 9 x 4 = Rp. 825.000.000

12 x 100

Jumlah yang dibayarkan = Rp. 28.325.000.000

3) Keuntungan yang diperoleh Bank BUNDA adalah selisih yang dikenakan

nasabah dengan premi swap ulang yang dibayarkan kepada bank Indonesia Rp.

28.336.458.333 - 28.325.000.000 = Rp. 11.458.330

4. Kontrak Berjangka/Kontrak Future

Suatu kontrak forward maupun future pada dasarnya berisikan kewajiban

untuk memperdagangkan mata uang asing pada suatu tingkat kurs, yang

ditetapkan hari ini, untuk diserahkan pada tanggal tertentu di masa mendatang.

Tingkat kurs tertentu disebut forward price atau future price.

Bila kontrak menyatakan akan membeli suatu mata uang asing, maka

pedagang valas itu dinamakan memegang posisi long (beli) dalam kontrak.

Sedangkan posisi short (jual) menunjukkan kewajiban untuk menjual mata uang

asing di masa mendatang.

Contoh:

Berdasarkan analisisnya, anggap Ibu Tia meyakini harga emas akan naik. Harga

kontrak berjangka saat ini untuk penyerahan (delivery) dalam tiga bulan adalah

Rp50.000 per ons. Ibu Tia membeli (long position) 5 kontrak emas dan tiap

kontrak emas menyatakan 100 ons emas. Keyakinan Ibu Tia ternyata terbukti

136

bahwa pada waktu jatuh tempo kontrak, harga pasar emas adalah Rp53.000 per

ons. Berapakah keuntungan atau kerugian Ibu Yani?

Nilai kontrak Ibu Tia adalah Rp.50.000 x 100 ons x 5 kontrak = Rp25.000.000.

Untuk posisi long, Ibu Tia menerima penyerahan 500 ons emas pada harga

Rp50.000 dan segera menjual emas pada harga pasar Rp. 53.000 per ons.

Keuntungan Ibu Tia adalah Rp. 3.000 per ons atau total keuntungan adalah Rp.

3.000 x 500 ons = Rp1.500.000, dikurangi biaya komisi dan biaya transaksi

lainnya yang belum dipertimbangkan.

5. Opsi

Istilah istilah dalam Option

Call-option; opsi/hak untuk membeli saham.

Put-option; opsi/hak untuk menjual saham.

Writer/Seller; pihak yang memberi/menjual option dengan imbalan.

Option price/option premium; imbalan yang dibayarkan kpd Writer. karena

Option diperdagangkan, disebut juga Market option price.

Exercise/strike price; harga pelaksanaan beli/jual saham.

Expiration date; setelah tanggal tersebut, option tidak berlaku lagi.

Exercise value; nilai option, jika dilaksanakan saat ini.

Umumnya dikenal 2 jenis Option;

1. Call Option;

Formula; Profit = Sp – (Ep + Op)

Break Even Point (BEP) terjadi, jika Sp = (Ep + Op)

2. Put Option;

Formula; Profit = Ep – {Sp + Op)}

Break Even Point (BEP) terjadi, jika Sp = (Ep – Op)

Sp = Current stock market price (harga pasar saham saat ini)

Ep = Exercise price/strike price/exercise value (harga pelaksanaan)

Op = Option price/option premium (imbalan yang dibayar pembeli

Option kepada Broker yang menjadi Seller/Writer.

137

Contoh perhitungan Call-option:

1. Saham ACDS diperdagangkan di Bursa dengan harga Rp. 100 per lembar.

Investor S membeli satu opsi beli (call option) pada satu lembar saham ACDS dan

jatuh tempo dalam enam bulan dengan membayar premium sebesar Rp. 10. Harga

exercise opsi beli tersebut adalah Rp. 100. Pada saat opsi beli tersebut jatuh

tempo, harga saham ACDS naik menjadi Rp. 150. Karena investor S memegang

opsi beli saham ACDS, maka dia berhak untuk membeli saham tersebut di pasar

seharga Rp. 100 dan kemudian dapat menjualnya dengan harga Rp. 150. Dalam

hal ini investor S berhasil mengantongi laba kotor Rp. 50. (Rp. 150-100) dan

setelah dikurangi dengan premium yang telah dibayarkan di muka, maka laba atau

keuntungan bersih investor S adalah Rp. 40. Andaikan saja sampai dengan batas

jatuh tempo opsi beli tersebut, harga saham ACDS tetap atau bahkan turun

menjadi Rp. 90, Investor S berhak ”pergi” tanpa melaksanakan haknya untuk

membeli saham ACDS seharga Rp. 100. Jika demikian maka dia akan

menanggung kerugian sebesar premium yang telah dibayarkannya dimuka sebesar

Rp. 10. Tetapi jika investor S melaksanakan haknya untuk membeli satu lembar

saham ACDS seharga Rp. 100 dan kemudian menjualnya seharga Rp. 90, maka

dia akan menderita total kerugian sebesar Rp. 20 (Rp. 10 + Rp 10 premium).

2. Kinerja PT. OPI meyakinkan, kurs saat ini Rp 15.000,-. Opi memprediksikan,

kurs akan naik menjadi Rp 20.000,- dalam 1 bulan kedepan. Ia ingin membeli,

tapi dananya terbatas. Ia hubungi Seller/Writer, dan beli Call-option 25 lot saham

(1 lot =100 saham) dengan strike price Rp 15.000,- dengan biaya (option price)

Rp 500,- per saham. Jika prediksinya benar, dan option dilaksanakannya, berapa

keuntungannya?

Jawab;

Profit = Stock price – (Exercise price + Op)

= Rp 20.000 - (Rp 15.000,- + Rp 500,-)

= Rp .20.000,- - Rp 15.500,- - per saham

BEP terjadi pada Sp = (Ep + Op) = Rp 15.500

138

Jika ia membeli Call-option 20 lot, keuntungannya:

(25 x 100) x Rp 4.500,- -

Contoh perhitungan Put-option:

1. Investor A membeli satu lembar opsi jual pada selembar saham ACDS dengan

jangka waktu jatuh tempo enam bulan. Harga exercise jual tersebut Rp.100 dan

premium yang dibayarkan dimuka adalah Rp. 10. Misalkan pada saat jatuh tempo

harga pasar saham ACDS adalah Rp. 75. Hal ini sangat menguntungkan investor

A karena dia dapat membeli saham ACDS di pasar seharga Rp. 75 dan kemudian

menjualnya dengan harga Rp. 100. Keuntungan bersih dari transaksi ini adalah

Rp. 15 (Rp 25 - Rp. 10 premium). Tetapi jika sebaliknya harga pasar saham

ACDS pada saat jatuh tempo naik menjadi Rp. 125. Investor A lebih baik tidak

melaksanakan haknya untuk exercise dan membiarkan opsi tersebut jatuh tempo.

Kerugian Investor A pada kasus ini adalah sebesar put premium saja yaitu Rp. 10.

Apabila Investor A tetap melaksanakan exercise nya pada saat harga pasar saham

naik, maka dia harus membeli satu lembar saham ACDS dengan harga Rp. 125,

dan kemudian menjualnya kepada pihak pembeli dengan harga Rp. 100 saja.

Sehingga total kerugian yang harus diderita oleh Investor S adalah sebesar Rp. 35

(Rp. 25 + Rp. 10 premium).

2. Kinerja PT.SSA kurang baik, kurs saat ini Rp 12 .000,-. Sobi memprediksikan,

3 bulan kedepan kurs akan turun menjadi Rp. 6.000, Ia memiliki 25 lot saham dan

ingin membuktikan prediksinya. Ia menghubungi Seller/ Writer, dan beli Put-

option 25 lot saham, dengan biaya (option price) Rp 500,- per saham. Jika

prediksinya benar, dan option dilaksanakan, berapa keuntungannya?

Jawab;

Profit = Ep – (Sp + Op)

= Rp 12.000 - (Rp 6.000,- + Rp 500)

= Rp 12.000 - Rp 6.500 = Rp . 5.500,- per saham

BEP terjadi pada Sp = (12.000 – -

139

Jika Ia membeli Put-option 25 lot, keuntungannya:

(25 x 100) x Rp .5.500,- = Rp. 13.750.000,-

7.4 Pengertian Manajemen Risiko

Risiko merupakan akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,

membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan, sebagai kemungkinan

penyimpangan negatif dari hasil yang diinginkan atau diharapkan atau risiko

sebagai suatu kemungkinan kerugian. Dalam pengrtian investasi risiko selalu

dikaitkan dengan tingkat variabilitas return yang dapat diperoleh dari surat

berharga. Jadi untuk mengukur bahwa perusahaan tersebut mengalami risiko

adalah dengan melakukan peramalan distribusi probabilitas yang akan datang,

yang merupakan dasar dari keputusan investasi.

Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang

digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan

risiko yang timbul dari kegiatan usaha. Fokus manajemen risiko ini adalah

mengenal pasti risiko dan mengambil tindakan yang tepat terhadap risiko, yang

tujuannya adalah secara terus menerus menciptakan atau menambah nilai

maksimum kepada semua kegiatan usaha.

Hedging (lindung nilai) adalah cara atau tehnik untuk mengurangi risiko

yang diperkirakan akan timbul akibat adanya fluktuasi nilai tukar atau harga di

pasar keuangan. Tehnik memanage risiko hanya komponen harga future price dari

komiditi yang diatur bukan nilai basisnya. Nilai basis adalah komponen harga

yang tidak dapat diatur melalui perdagangan future. Sebagian besar perusahaan

menggunakan hedging untuk mengatur risiko.

Di bawah ini tehnik hedging yang paling sesuai untuk kepentingan

perusahaan terhadap seluruh transaksi atau cash flow internasional dapat memilih

alternatif berbagai tehnik hedging:

1. Money market hedging

2. Forward contract hedging

3. Future contract hedging

4. Currency option hedging

140

5. Swap contract

7.5 Macam -macam Risiko

Tugas manajer untuk dapat memperhitungkan risiko dalam hal pengambilan

keputusan namun setiap investasi pasti mengalami risiko, yang mana risiko

tersebut memiliki banyak faktor, berikut risiko-risiko tersubut adalah:

A. Risiko Kegagalan

Risiko kegagalan ini terjadi akibat perubahan kondisi keuangan dari

perusahaan yang merupakan bagian dari total resiko. Sebagai contoh akibat

perusahaan yang mengeluarkan surat berharga mengalami keberhasilan atau

sebaliknya menuju kebangkrutan, hal ini akan tergambar dari harga pasar surat

berharga, variabilty return yang dialami investor sebagai akibat dari perubahan

atau perkembangan perusahaan yang mengeluarkan surat berharga adalah

merupakan risiko kegagalan (Kamarudin Ahmad: 94,.....)

B. Risiko Tingkat Bunga

Risiko tingkat bunga ini merupakan risiko utama yang tidak dapat

dihindarkan, sebab tingkat bunga ini mempunyai pengaruh yang sama terhadap

seluruh harga surat berharga, atau valuta asing yang ada, risiko ini muncul akibat

dari perubahan dalam tingkat bunga yang berlaku di pasar. Perubahan tingkat

bunga ini akan menyebabkan perubahan nilai tukar pada pasar keuangan.

C. Risiko Pasar

Risiko pasar muncul dari variabilitas dalam return pasar yang disebabkan

oleh kekuatan harga pada nilai mata uang secara sistematis. Sebab utama

terjadinya trend yang menarik dan trend yang menurun ini adalah kondisi

perekonomian negara yang berubah-ubah yang mana hal ini dipengaruhi oleh

resesi dan faktor perekonomian yang lain.

141

D. Risiko Manajemen

Risiko manajemen ini disebabkan oleh keputusan bisnis yang kurang baik

yang merupakan bagian dari risiko total. Keputusan yang kurang baik misalnya

keputusan untuk tidak mengasuransikan aset perusahaan, hal ini akan berakibat

buruk terhadap perusahaan tersebut jika suatu saat terjadi musibah bencana yang

datangnya tidak terduga.

E. Risiko Kemampuan Membeli

Risiko ini disebabkan oleh perubahan tingkat inflasi yang dialami oleh

suatu negara yang mana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya

beli uang yang diinvestasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi. Suatu

investasi mungkin kehilangan daya belinya meskipun harganya naik terus

menerus.

SOAL LATIHAN

1. Apakah arti dari Derivative dan sebutkan contohnya!

2. Sebutkan instrumen dasar keuangan derivative dan jelaskan!

3. PT. Surya Kencana memiliki utang US$ 10 juta diterima pada bulan Januari

2010 dan harus dibayar kembali pada bulan Januari 2015. Perusahaan melakukan

swap dengan Bank Harum atas utang US$ 3 juta selama 5 tahun dengan

persyaratan berubah setiap 6 bulan dengan metode penjualan dan pembelian

kembali, dengan persyaratan pada retmin pertama: yang ditandatangani pada akhir

Januari 2010:

A. Metode swap selling and buying

B. Jumlah dana US$ 3juta

C. Kurs Dollar AS pada spot akhir Januari 2010 Rp.10.250

D. Kurs Dollar AS pada akhir termin pertama Juni 2010 (swap price)

disepakati Rp. 10.355

Diminta:

a. Berapa besarnya untung rugi swap pada masa termin pertama 6 bulan, Jika

spot price pada akhir Juni 2010 Rp. 10.315/US$?

142

b. Seandainya tidak melakukan hedging, berapa untung atau rugi beda kurs

perseroan?

4. Kinerja PT ALS menurun, kurs saat ini Rp. 13.000, Analisa Desi

memperkirakan kurs turun menjadi Rp. 9.000 dalam 6 bulan kedepan. Ia tidak

memiliki saham tersebut, tapi ingin membuktikan analisanya. Ia menghubungi

broker yang bersedia meminjamkan saham sekaligus menjual option. Ia pinjam

saham, dan beli Put-option 20 lot saham dengan strike price Rp.13.000, ia

dikenakan biaya (option price Rp.300 dan biaya peminjaman saham Rp. 600 per

saham). Jika analisa benar dan optinon ia laksanakan, berapa keuntunganya?

5. Apa perbedaan kontrak Future dengan kontrak Forward?

143

BAB 8

PENDANAAN “HYBRID” SAHAM PREFEREN, LEASING,

WARRAN DAN SEKURITAS KONVERTIBLE

8.1 Pengertian dan Macam Pembiayaan Campuran

Pembiayaan campuran merupakan bentuk pembiayaan utang atau ekuitas

yang memiliki karakteristik dari kedua utang dan pembiayaan ekuitas. Yang

termasuk dalam pendanaan hybrid merupakan saham preferen, financial leases,

convertible securities, dan stock purchase warrants.

8.2 Saham Preferen

Pengertian Saham Preferen

Saham preferen adalah saham yang memberikan priorotas pilihan

(preferen) kepada pemegangnya, seperti:

Berhak didahulukan dalam hal pembayaran dividen

Berhak menukar saham preferen yang dipegangnya dengan saham biasa

Mendapat prioritas pembayaran kembali permodalan dalam hal perusahaan

dilikuidasi.

Saham preferen merupakan campuran antara hutang jangka panjang dan

saham biasa, artinya saham preferen mempunyai karakteristik hutang dan saham

biasa. Jika terjadi likuidasi, maka tuntutan pemegang saham preferen atas aktiva

berada pada urutan setelah kreditor, namun sebelum saham biasa. Jika nilai pari

per lembar saham Rp. 1.000.000. Maka investor berhak atas penggantian sebesar

Rp. 1.000.000 per lembar saham. Walaupun saham preferen memiliki dividen,

namun pembayaran dividen cenderung bersifat sebagai kebijakan perusahaan

daripada sebagau kewajiban tetap. Pengembalian maksimum pemegang saham

preferen biasanya dibatasi dengan sejumlah dividen tertentu dan pemegang saham

ini tidak memiliki hak atas nilai sisa laba perusahaan. Jika seorang pemegang

saham preferen memiliki 200 lembar saham preferen bernilai pari Rp. 50.000

144

dengan dividen 11.5%, maka pengembalian maksimum yang dapat diharapkan

adalah Rp. 1.150.000.

Karakteristik Saham Preferen

Karakteristik saham preferen antara lain adalah:

Jika saham preferen mempunyai nilai pari, maka dividen dinyatakan dengan

suatu persentase dan nilai pari. Tapi jika saham preferen tidak mempunyai

nilai pari, maka dividen harus dinyatakan dalam jumlah uang.

Klaim terlebih dahulu atas pembayaran dividen

Persyaratan dividen untuk saham preferen harus dipenuhi terlebih dahulu

sebelum segala sesuatunya dibayarkan untuk saham biasa.

Tidak memiliki hak suara

Sebagai contoh dividen untuk per lembar saham preferen adalah Rp. 5.000. Maka

pemegang saham biasa tidak akan menerima dividen sebelum pemegang saham

preferen menerima dividen sebesar Rp. 5.000. Selain itu, umumnya dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham preferen biasanya dinyatakan dalam bentuk

presentasi dari nilai nominalnya. Sebagai contoh dividen untuk saham preferen

sebesar 7% dari nilai nominal Rp. 10.000, maka dividen tetap yang akan diterima

adalah Rp.700.

Keunggulan dan Kelemahan Saham Preferen

Keunggulan Saham Preferen antara lain:

a. Kewajiban untuk membayar dividen saham preferen tidak bersifat kontraktual

dan tidak membayarkan dividen saham preferen tidak membuat perusahaan

menjadi bangkrut.

b. Saham preferen tidak mempunyai jatuh tempo sehingga biasanya pembayaran

dana pelunasan dari saham preferen dapat ditunda ke periode yang lama.

c. Dengan menerbitkan saham preferen , perusahaan menghindari dilusi ekuitas

saham biasa yang terjadi ketika saham dijual.

145

Kelemahan Saham Preferen antara lain:

a. Dividen saham preferen tidak dapat dikurangkan sebagai beban bagi si

penerbit, sehingga biaya sesudah pajak dari saham preferen biasanya lebih

tinggi daripada biaya utang sesudah pajak.

b. Meskipun bisa bersifat kumulatif dividen saham preferen mirip dengan

pembayaran bunga obligasi yang sifatnya tetapdan harus dibayar karenanya

saham prefren dapat meningkatkan risiko keuangan perusahaan.

c. Saham preferen sulit dijual sehingga banyak investor menilai saham preferen

kurang menarik dibandingkan obligasi karena ada keterbatasan kemampuan

penerbit untuk tidak membayarkan dividen.

8.3 Leasing

Pengertian Leasing

Leasing merupakan suatu cara untuk dapat menggunakan suatu aktiva

tanpa harus membeli aktiva tersebut. Karena itu leasing merupakan suatu bentuk

persewaan dengan jangka waktu tertentu. Secara formal kepemilikan akan aktiva

tersebut berada pada pihak yang menyewakan (lessor), tetapi pemanfaatan

ekonominya dilakukan oleh pihak yang menyewa (lessee). Definisi lainnya dari

leasing adalah proses dimana suatu perusahaan dapat menggunakan suatu aset

tetap tertentu dengan berkewajiban untuk melakukan pembayaran setiap periode

selama periode kontrak.

Pihak -pihak yang terlibat dalam perjanjian lease yaitu sebagai berikut:

a.Pihak perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah perusahaan atau pihak yang

memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang moda..

b. Perusahaan penyewa (Lesse) adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh

pembiayaan dalam bentuk barang modal dari lessor.

c. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau mnyediakan

barang untuk dijual lepada lesse dengan pembayaran secara tunai oleh lessor.

146

Jenis-jenis Leasing

Financial Lease merupakan lease dengan jangka waktu yang lebih lama

dibandingkan dengan operating lease dan tidak dapat dibatalkan yang mewajibkan

kepada lessee untuk membayar atas penggunaan asset dalam jangka waktu yang

telah ditentukan. Jenis sewa guna ini umumnya tidak menyediakan jasa

pemeliharaan dan fully amortized, artinya, kontrak pembayaran sewa sama

dengan harga aktiva yang disewa tersebut.

Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi 2,

yaitu

1. Direct Finance Lease

Transaksi ini terjadi jika lessee sebelumnya belum pernah memiliki barang

yang dijadikan objek lease. Dapat dikatakan bahwa lessor membeli suatu barang

atas permintaan lessee dan akan dipergunakan oleh lessee.

2. Sale dan Lease back

Dalam transaksi ini lessee menjual barang yang telah dimilikinya kepada

lessor, atas barang ini kemudian dilakukan kontrak leasing antara lessee dengan

lessor

Operating Lease merupakan suatu kontrak yang dapat dibatalkan

(concelable) dimana lessee setuju untuk membayar secara periodik kepada lessor

untuk jangka waktu yang lebih pendek terhadap jasa asset. Atau usaha leasing

dimana pihak lessee hanya membayar sewa pembiayaan (rental) sesuai perjanjian

tanpa diikuti dengan pemilikan barang modal tersbut oleh lessee pada akhir masa

perjanjian..

Keuntungan Leasing

1. Transaksi leasing dapat membantu aliran kas bagi perusahaan-perusahaan

lessee yang baru berdiri dan belum memiliki kondisi finansial yang solid karena

dapat dilakukan tanpa harus adanya uang muka.

147

2. Dalam operating lease memberikan perusahaan suatu kebutuhan dana yang

fleksibel karena biaya perolehan asset yang rendah/kecil dan dapat mengatasi

risiko keuangan yang dihadapi pihak lessee.

3. Penggunaan persetujuan sale lease back memungkinkan perusahaan untuk

meningkatkan likuiditasnya dengan mengkonversi asset yang ada menjadi kas

sebagai modal kerja.

4. Pembayaran sewa secara periodik dengan jumlah tetap memberikan kemudahan

bagi pihak lessee dalam penyusunan anggaran tahunan.

5. Jika perusahaan bankrut atau mengalami reorganisasi maka klaim maksimum

yang dapat diajukan oleh lessor kepada perusahaan adalah 3 tahun pembayaran

lease dan lessor dapat memperoleh assetnya kembali.

8.4 Warrant

Pengertian Warrant

Warrant adalah suatu opsi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang

memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sejumlah lembar saham

pada harga yang telah ditentukan. Warran serupa dengan opsi jenis call (call

option) yang diterbitkan oleh perusahaan. Biasanya warrant diterbitkan bersama

dengan penerbitan atau penjualan obligasi suatu perusahaan. Pembeli obligasi

akan memperoleh sejumlah warrant sebagai bonus.

Tujuan Menerbitkan Warrant

1. Melancarkan penjualan obligasi, biasanya dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan yang kurang potensial menerbitkan saham, maka warrant disebut

sebagai pemanis (sweetener) penerbitan obligasi.

2. Dengan adanya Warran, maka pembeli obligasi akan memiliki kesempatan

menikmati kenaikan nilai atau harga saham perusahaan (capital gain)

148

Manfaat dari Warrant

1. Pemilik warrant memiliki hak untuk membeli saham baru perusahaan

dengan harga yang lebih rendah daripada harga saham tersebut di pasar

sekunder.

2. Apabila Warrant diperdagangkan di Bursa, maka pemilik warrant

mempunyai kesempatan (capital gain), yaitu, apabila harga jual warrant

tersebut lebih besar daripada harga beli.

Resiko memiliki Warrant

1. Jika harga saham pada periode pelaksanaan (exercise period) jatuh dan

menjadi rendah daripada harga pelaksanaannya, investor tidak akan

menukarkan warran yang dimilikinya dengan saham perusahaan, sehingga ia

akan mengalami kerugian atas harga beli warran tersebut.

2. Karena sifat warrant hampir sama dengan saham dan dapat diperdagangkan

di bursa, maka pemilik warrant juga dapat mengalami kerugian (capital loss)

jika harga beli warrant lebih tinggi daripada harga jualnya.

8.5 Saham Konvertible

Pengertian Saham Konvertible

Saham Konvertible adalah obligasi atau saham preferen atau hutang yang

dapat diubah menjadi saham biasa perusahaan yang sama dengan

menggunakan hak yang dimiliki pemegang opsi. Apabila telah ditukar dengan

saham biasa, saham tidak dapat dipertukarkan lagi menjadi obligasi atau saham

preferen. Rasio pertukaran antara saham konvertible dengan saham biasa dapat

dinyatakan dalam harga konversi atau rasio konversi. Rasio konvertible adalah

hak kepada pemilik konvertible untuk menukarkan surat berharga dengan

sejumlah saham yang ditetapkan. Harga Konversi adalah harga efektif yang

dibayarkan untuk saham biasa pada waktu konversi dilakukan.

Rumus : Convertion Price = Nilai pari Obligasi/jumlah lembar saham yang

diterima

Convertion Ratio = Nilai pari obligasi/convertion price

149

Contoh : Obligasi CRV Company dengan nilai pari $10.000 memiliki

convertion ratio (CR) 50. Maka setiap obligasi dapat ditukar menjadi 50 lembar

dengan harga konversi (convertion price) sebesar $10.000/50 = $200.

Jenis Convertible Securities

Sekuritas konvertibel meliputi:

1. Convertible Bond adalah suatu obligasi yang dapat dikonversi sejumlah saham

biasa pada waktu yang akan datang. Convertible bond bentuk pendanaan yang

lebih murah dibandingkan dengan nonconvertible bond (straight bonds) dengan

tingkat resiko yang sama.

2. Convertible Preferred Stock adalah saham preferen yang dapat dikonversi

menjadi sejumlah saham biasa pada waktu yang akan datang. Saham preferen ini

dijual dengan tingkat dividen yang lebih rendah dibandingkan dengan

nonconvertible preferred (straight preferred stock) dengan tingkat resiko yang

sama.

Nilai Konversi Saham Konvertibel

Nilai konversi merupakan nilai sekuritas konvertibel dalam bentuk saham

biasa yang dapat dikonversi dengan sekuritas. Nilai konversi adalah rasio konversi

dikalikan dengan harga pasar. Misalnya: Perusahaan ATT memiliki obligasi yang

beredar dengan nilai nominal $ 5.000 per lembar dapat dikonversi ke dalam

saham biasa pada $ 125 per lembar. Jadi rasio konversinya adalah $ 5.000/125 =

40.

Jika pada saat penerbitan, sekuitas konvertibel diberi harga lebih tinggi

daripada nilai konversi, selisihnya disebut premi atas nilai konversi. Misalnya dari

contoh perusahaan ATT diatas, harga pasar saham biasa pada saat penerbitan $

115 maka nilai konversi setiap obligasi adalah 40 x $ 115 = $. 4.200, Selisih dari

$ 5.000-4.200 =$ 800 adalah premi atas nilai konversi. Sebaliknya jika harga

saham di pasar pada saat ini adalah 135 per lembar, maka nilai konversi adalah 40

x $ 135 = 5.400. Oleh karena nilai konversinya diatas nilai nominal, maka

konversi merupakan opsi yang baik bagi pemilik convertible securities.

150

Alasan Menggunakan Konvertibel dari sisi penerbitnya:

1. Konvertibel, memungkinkan perusahaan menjual surat hutang dengan suku

bunga yang lebih rendah dan memberikan peluang untuk berpartisipasi dalam

keberhasilan perusahaan

2. Selain itu suku bunga pada Convertibel tidak peduli terhadap tingkat resiko

perusahaan penerbitnya. Sifat konvertibel mendapat keuntungan dari kenaikan

risiko dan ketidak pastian dan kenaikan volatiitas harga saham yang

mengikutinya.

3. Memungkinkan penjualan saham biasa dengan harga yang lebih tinggi daripada

yang berlaku saat ini.

151

BAB 9

MERGER DAN AKUISISI

9.1 Pengertian Merger dan Akuisisi

Merger merupakan dua perusahaan bergabung menjadi satu, dimana

perusahaan yang me-merger mengambil / membeli semua aktiva dan hutang

perusahaan yang dimerger. Perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak

50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan para

pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tuai atau saham di perusahaan

yang baru (Brealey, Myers. & Marcus, 1999, p.598). Definisi merger yang lain

yaitu peleburan secara lengkap satu perusahaan dengan perusahaan lain.

Perusahaan utama mempertahankan nama dan identitasnya, dan ia memperoleh

aktiva dan hutang dari perusahaan yang meleburkan diri.

Sesudah suatu merger, perusahaan yang meleburkan diri tadi setuju

menjadi suatu wujud bisnis yang tersendiri (Sjahrial Dermawan, 2010, p.327).

Pernyataan Standar Akuntansi Keungan (PSAK) No. 22 menyatakan bahwa

merger adalah merupakan suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan

mengambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain. Setelah terjadi

pengambilalihan maka perusahaan yang diambil alih dibubarkan atau

dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum lenyap, dengan

demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang mengambil alih.

Akuisisi merupakan pengambilalihah (takeover) sebuah perusahaan

dengan membeli saham atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli

tetap ada (Brealey, Myers. & Marcus, 1999, p.598). Pada peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang penggabungan,

peleburan, dan pengambilalihan Perseroaan Terbatas mendefinisikan akuisisi

sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau perseorangan

untuk mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroaan yang

dapat mengakibatkan beralihnya pengenadalian terhadap perseroan tersebut.

Sedangkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 22 meyatakan

bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh

152

pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya

kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Kendali

perusahaan yang dimaksud adalah kekuatan untuk:

A. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan

B. Mengangkat dan memberhentikan manajemen

C. Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.

Pengendalian ini yang memberikan manfaat kepada perusahaan

pengakuisis. Akuisis berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan

pihak lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat

dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan beroperasi secara independen

tetapi telah terjadi pengalihan oleh pihak pengakuisis.

9.2 Jenis-Jenis Merger dan Akuisisi

Menurut jenis usahanya merger dapat dikategorikan ke dalam empat

kategori sebagai berikut:

a. Merger Horizontal

Merger diantara dua atau lebih perusahaan dengan semua perusahaan mempunyai

bidang bisnis yang sama atau dua atau lebih perusahaan yang sebagian besar

mempunyai pasar pembelian dan pasar penjualan yang sama-sama berlebur

menjadi satu.

b. Merger Vertikal

Merger diantara dua atau lebih perusahaan dengan satu perusahaan bertindak

sebagai pemasok bagi yang lainnya atau terjadi apabila perusahaan bergabung

dengan perusahaan yang lainnya, diamana prusahaan yang satu mengerjakan lebih

lanjut barang-barang yang dibuat oleh perusahaan pertama.

c. Merger Kon-Generik

Merger diantara dua atau lebih perusahaan yang berhubungan satu sama lain yang

mempunyai kesamaan sifat produksinya tetapi belum dapat dikatakan sebagai

produsen tehadap produk yang sama (horisontal) dan bukan pula hubungan antara

produsen dengan pemasok (vertikal).

153

d. Merger Konglomerat

Merger diantara dua atau lebih perusahaan yang tidak mempunyai keterkaitan

pada bidang usaha satu sama lainnya.

Pengelompokan akuisisi berdasarkan kegiatan operasinya pada dasarnya sama

dengan merger yaitu:

a. Akuisisi Horisontal

Merupakan akuisisi suatu perusahaan terhadap perusahaan yang mempunyai

bisnis dan bidang usaha yang sama. Contoh akuisisi antara sesama perusahaan

elektronik atau telekomunikasi.

b. Akuisisi Vertikal

Merupakan akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan yang masih ada

keterkaitan dengan tahapan dalam proses produksi atau operasionalnya. Misalnya

perusahaan rokok mengakuisisi perusahaan perkebunan tembakau. Perusahaan

ban mengakuisisi perusahaan perkebunan karet.

c. Akuisisi Konglomerat

Merupakan akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan yang tidak mempunyai

keterkaitan operasinya atau tidak ada hubungan satu sama lainnya. Misalnya

akuisis perusahaan produk makanan dengan perusahaan komputer.

Akuisisi dapat diklasifikasikan berdasarkan objek yang diakuisis antara

lain:

1. Akuisisi Saham

Akuisisi saham merupakan memperoleh perusahaan lain dengan cara membeli

seluruh atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan maupun yang belum

dan akan dikeluarkan oleh perusahaan. Proses ini diawali dengan suatu

penawaran tersendiri dari manajemen suatu perusahaan kepada perusahaan

lainnya. Dicapai dengan suatu penaawaran tender. Tender ini dilakukan oleh

sebuah perusahaan secara langsung kepada para pemegang perushaan lainnya.

154

Para pemegang saham tersebut memilih untuk menerima penawaran tender saham

mereka dengan mempertukarkan secara tunai maupun surat berharga lainnya,

tergantung penawarannya.

2. Akuisisi Aset

Akuisisi aset merupakan memperoleh perusahaan lain dengan membeli sebagian

besar atau seluruh aktiva-aktiva perusahaan . Segala formalitas dalam Akuisisi

aset harus dipenuhi berupa pemindahan kepemilikan terhadap aset-aset individu..

Proses hukum pemindahan aset ini dapat menjadi sangat mahal.

9.3 Alasan Melakukan Merger dan Akuisisi

Menurut Eugene F. Brigham (2006) terdapat beberapa alasan atau motif

perusahaan mengakuisisi perusahaan lainnya, yaitu:

1. Sinergi (synergy)

Kondisi dimana nilai perusahaan setelah merger lebih besar daripada penjumlahan

nilai masing-masing perusahaan sebelum merger.

2. Pertimbangan Pajak

Pertimbangan pajak dapat digunakan sebagai alasan merger yaitu sebagai cara

untuk meminimalkan pajak dan menggunakan kas yang berlebih. Misalnya

perusahaan yang menguntungkan dan termasuk dalam kelompok tarif pajak yang

tertinggi dapat mengambilalih perusahaan yang memiliki akumulasi kerugian

yang besar, karena kerugian ini dapat mengurangi laba kena pajak dan tidak

ditahan untuk digunakan dimasa depan.

3. Pembelian aktiva di bawah biaya pengganti

Perusahaan yang diakuisisi mempunyai nilai pasar yang lebih rendah daripada

nilai pengganti (replacement value) aktiva perusahaan itu sendiri. Nilai

sebenarnya dari setiap perusahaan adalah fungsi daya menghasilkan laba masa

depannya, bukan biaya untuk mengganti aktivanya. Jadi akuisisi harus

berdasarkan nilai ekonomi dari aktiva yang diakuisisi bukan atas biaya

penggantinya.

155

4. Diversifikasi

Diversifikasi dapat digunakan manajer untuk menstabilkan laba perusahaan

sehungga bermanfaat bagi pemiliknya. Namun untuk perusahaan keluarga atau

perseorangan biasanya pemilik tidak mau menjual sebagian saham yang

dimilikinya untuk melakukan diversifikasi karena akan memperkecil

kepemilikannya dan akan mengakibatkan kewajiban pajak yang lebih besar. Jadi

merger dapat menjadi pihan terbaik untuk mengadakan diversifikasi bagi

perseorangan.

5. Insentif pribadi manajer

Tidak ada manajer atau eksekutif yang dapat mengakui bahwa egonya merupakan

alasan utama dibalik suatu merjer, namu ego memegang peranan penting dalam

banyak merjer. Sehingga dapat dikatakan beberapa keputusan bisnis banyak

didasarkan pada motivasi pribadi daripada analisis ekonomi.

6. Nilai pecahan

Nilai pecahan merupakan nilai masing-masing bagian dari perusahaaan jika dijual

terpisah. Jika nilai ini lebih tinggi dari nilai pasar berjalan perusahaan, maka

seorang spesialis pengambilalihan dapat mengakuisisi perusahaan tersebut pada

atau bahkan diatas nilai pasar berjalannya, dijual secara sepotong-potong dan

menghasilkan laba yang besar.

9.4 Kelebihan dan Kekurangan Merger dan Akuisisi

a. Kelebihan Merger

Pengambilalihan melalui merger lebih sederhana dan lebih murah

dibandingkan pengambilalihan yang lain (Harianto dan Sudomo, 2001,

p.641).

b. Kekurangan Merger

Harus ada persetujuan dari para pemegang saham masing-masing

perusahaan, sedangkan untuk mendapatkan persetujuan tersebut dperlukan

waktu yang cukup lama (Harianto dan Sudomo, 2001, p.642)

156

c. Kelebihan Akuisisi

Kelebihan-kelebihan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai

berikut:

c.1 Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara

pemegang saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran

akuisisi, mereka dapat menahan sahamnya dan tidak mennjual kepada

pihak penawar.

c.2 Dalam akuisisi saham, perusahaan yang membeli dapat berurusan

langsung dengan pemegang saham perusahaan yang dibeli dengan

melakukan tender offer sehingga tidak diperlukan persetujuan manajemen

perusahaan.

c.3 Karena tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris

perusahaan, akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambilalihan

perusahaan yang tidak bersahabat. (hostile takeover)

Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan

mayoritas pemegang saham sperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada

halangan bagi pemegang saham minoritas jika mereka tidak meneytujui

akuisisi (Harianto dan Sudomo, 2001, p.643-644).

d. Kekurangan Akuisisi

Kekurangan-kekurangan akuisisi saham dan akuisisi aset adalah sebagai

berikut:

d.1 Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui

pengambilalihan tersebut, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya

anggaran dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua per tiga (sekitar

67%) suara setuju pada akuisisi agar akuisisi terjadi.

d.2 Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli maka

terjadi merger.

d.3 Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi aset harus secara

hukum dibalik nama sehingga menimbulkan biaya yang legal yang tinggi

(Harianto dan Sudomo, 2001, p.643).

157

9.5 Reverse Acquisition

Reverse acquisition terjadi jika entitas yang menerbitkan efek (pihak pengakuisis

secara hukum) diidentifikasi sebagai pihak yang diakusisi untuk tujuan akuntansi

dalam transaksi reverse acquisition.

Ilustrasi: Entitas B (entitas anak secara hukum) mengakuisis entitas A (Entitas

yang mengeluarkan instrumen ekuitas dan olehkarenanya Entitas A merupakan

entitas induk secara hukum) dalam suatu reverse acquisition pada tanggal 30

September 20X6. Laporan posisi keuangan Entitas A dan Entitas B sesaat

sebelum kombinasi adalah sebagai berikut:

Entitas A (entitas

induk hukum,

pihak yang

diakuisis secara

akuntansi)

Rp

Entitas B ( entitas

anak hukum, pihak

pengakusisi secara

hukum)

Rp

Aset

Aset lancar

Aset tidak Lancar

Total Aset

Liabilitas

Liabilitas Jangka Pendek

Liabilitas Jangka Panjang

Total Liabilitas

Ekuitas Pemegang Saham

Saham diterbitkan:

140 saham biasa

60 saham biasa

Saldo Laba

700

1.500

2.200

500

600

1.100

500

-

600

900

3.200

4.100

800

1.300

2.100

-

800

1.200

158

Total Ekuitas pemegang saham

Total Liabilitas dan Ekuitas pemegang saham

1.100

2.200

2.000

4.100

Informasi yang digunakan sebagai berikut:

(a) Pada tanggal 30 september 20X6 Entitas A menerbitkan 3,5 lembar saham

sebagai petukaran untuk setiap saham biasa Entitas B. Semua pemegang saham

Entitas B menukarkan sahamnya di Entitas B.Oleh karena itu, Entitas A

meneribitkan 210 saham biasa sebagai pertukaran untuk semua 60 lembar saham

biasa Entitas B.

(b) Nilai wajar setiap saham biasa Entitas B pada tanggal 30 September 20X6

sebesar Rp. 50. Harga kuotasi pasar saham biasa Entitas A pada tanggal tersebut

Rp.20.

(c) Nilai wajar aset yang dapat diidentifikasikan dan liabilitas Entitas A pada

tanggal 30 September 20X6 adalah sama dengan nilai tercatatnya, kecuali nilai

wajar aset tidak lancar Entitas A pada tanggal 30 September 20X6 adalah

Rp.1.700.

Perhitungan Nilai Wajar Imbalan yang Dialihkan

Sebagai akibat Entitas A (entitas induk secara hukum, pihak yang diakuisisi

secara akuntansi) menerbitkan 210 (3,5 x 60 saham Entitas B) saham biasa,

pemegang saham Entitas B memiliki 60% saham yang diterbitkan entitas hasil

penggabungan (yaitu 210 dari 350 saham yang diterbitkan). Sisanya 40% dimiliki

pemegang saham Entitas A. Jika kombinasi bisnis dilakukan dalam bentuk Entitas

B menerbitkan tambahan saham biasa kepada pemegang saham Entitas A sebagai

pertukaran dengan saham biasa mereka di Entitas A, maka Entitas B harus

menerbitkan 56 (140 - (60%x140) saham agar rasio kepentingan kepemilikan

pada entitas hasil penggabungan tetap sama. Pemegang saham Entitas B akan

memiliki 84 dari 140 saham yang diterbitkan oleh Entitas B-- 60% pada entitas

hasil penggabungan. Sebagai hasilnya, nilai wajar imbalan yang secara efektif

159

dialihkan oleh Entitas B dan kepentingan kelompok usaha pada Entitas A sebesar

Rp. 2.800 ( 56 lembar saham dengan nilai wajar per lembar saham sebesar Rp.

50).

Nilai wajar imbalan yang secara efektif dialihkan didasarkan pada ukuran yang

paling andal. Dalam contoh ini, harga koutasi pasar saham Entitas A

memeberikan dasar yang lebih andal untuk mengukur imbalan yang secara efektif

dialihkan daripada nilai wajar estimasian saham Entitas B, dan imbalan diukur

menggunakan harga pasar saham Entitas A 140 saham dengan nilai wajar per

saham Rp.20.

Pengukuran Goodwill

Goodwill diukur sebagai kelebihan nilai wajar imbalan yang secara efektif

dialihkan (kepentingan kelompok usaha pada Entitas A) atas nilai neto aset dan

liabilitas teridentifikasi Entitas A yang diakui, sebagai berikut:

Imbalan yang secara efektif dialihkan Rp.

2.800

Nilai Neto aset dan liabilitas teridentifikasi Entitas A yang diakui:

Aset lancar Rp. 700

Aset tidak lancar 1.700

Liabilitas Jangka pendek (500)

Liabilitas Jangka panjang (600)

(1.300)

Goodwill 1.500

Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian per 30 september 20X6

Aset

Aset lancar (Rp. 700+900) Rp. 1.600

Aset tidak Lancar (Rp. 1.700+3.200) Rp. 4.900

Goodwill Rp. 1.500

Total Aset Rp. 8.000

160

Liabilitas

Liabilitas Jangka Pendek (Rp. 500 + 800) Rp. 1.300

Liabilitas Jangka Panjang (Rp. 600 + 1.300) Rp. 1.900

Total Liabilitas Rp. 3.200

Ekuitas Pemegang Saham

Saham diterbitkan (Rp. 2.800 + 800 Rp.3. 600

Saldo Laba Rp. 1.200

Total Ekuitas pemegang saham Rp. 4.800

Total Liabilitas dan Ekuitas pemegang saham Rp. 8.000

Laba per saham

Diasumsikan bahwa laba Entitas B untuk periode tahunan yang berakhir 31

Desember 20X5 sebesar Rp. 800 dan laba konsolidasian untuk periode tahunan

yang berakhir 31 Desember 20X6 sebesar R. 1.000. Diasumsikan juga bahwa

tidak terdapat perubahan dalam jumlah saham biasa yang diterbitkan Entitas B

selama periode tahunan yang berakhir 31 Desember 20X5 dan selama periode dari

1 Januari sampai dengan tanggal reverse acquisition pada 30 September 20X6.

Laba per saham untuk periode tahunan yang berakhir 31 Desember 20X6

diperhitungkan sebagai berikut:

Jumlah saham yang dianggap beredar untuk periode dari 1 Januari 20X6

sampai tanggal akuisisi (yaitu jumlah saham biasa yang diterbitkan oleh

Entitas A (entitas induk secara hukum, pihak yang diakuisis secara akuntansi)

dalam reverse acquisition.

Jumlah saham yang beredar dari tanggal akuisisi sampai 31 Desember 20X6

Rata -rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar ((210 x 9/12) + 350 x

(3/12)

210

350

245

161

Laba per saham 31 Desember 20X6 (1.000/245)

Laba per saham 31 Desember 20X5 (800/210)

Rp. 4,08

Rp. 3,80

SOAL LATIHAN

1. Apa yang dimaksud dengan merger dan akuisisi serta apa perbedaan di antara

keduanya?

2. Sebutkan contoh perusahaan yang melakukannya merger da akuisisi beserta apa

alasan yang menyebabkan perusahaan melakukan kegiatan merger atau akuisis?

3. Sebutkan kekurangan dan kelebihan dari merger dan akuisisi?

4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis merger dan akuisis!

5. PT O sedang mempertimbangkan untuk melakukan merger dengan PT R dalam

merger tersebut lembar saham PT R akan ditukar dengan 0,6 lembar saham O.

Data keuangan perusahaan sebelum merger:

Data PT O PT R

Penjualan (000) 130.000 40.000

Total Earnings 15.000 4.000

Jumlah lembar saham 3.000 900

EPS 5 4,44

PER 9 x 7,88 x

Harga/lembar saham 45 35

Diminta:

A. Berapa EPS setelah Merger?

162

B. Jika setelah merger PER turun menjadi.... Berapa besar manfaat yang diterima

oleh pemegang saham PT. R?

C. Dilihat dari pemegang saham PT.O apa merger tersebut lebih baik,bagaimana

dari segi pemegang saham PT. R?