Korosi
Transcript of Korosi
MATERIAL TEKNIK
.:KOROSI:.
OLEH :
AGUS KURNIAWAN 208131002
CANDRA BILLY AGAM 208131006
DIKRI FADILAH 208131008
EBIN 208131009
IMAM IBRAHIM 208131013
ROBBI RAHMAN F 208131020
TAUFIK NASRUL A 208131023
YOGI TRIGUNA Y 208131024
1 MEA
TEKNIK MANUFAKTUR
Jl. Kanayakan no. 21, DAGO 40235, Tromol Pos 851 BANDUNG 40008 INDONESIA
Phone : 62 022 2500241 Fax : 62 022 2502649 Homepage : http
://www.polman.com, E-mail : [email protected]
Abstrak
Identifikasi terjadinya korosi mikrobiologi pada material
logam peralatan – peralatan industri diperlukan melalui
pengamatan dengan melihat ciri khas jenis-jenis berpengaruh
terjadinya korosi tersebut yaitu temperatur, kecepatan alir,
pH dan kadar oksigen memberikan batasan kondisi korosi
microbiological yang terjadi.
PENDAHULUAN
Korosi dipengaruhi oleh mikroba merupakan suatu inisiasi
atau aktifitas korosi akibat aktifitas mikroba dan proses
korosi. Korosi pertama diindentifikasi hampir 100 jenis dan
telah dideskripsikan awal tahun 1934. bagaimanapun korosi yang
disebabkan aktifitas mikroba tidak dipandang serius saat
degradasi pemakaian sistem industri modern hingga pertengahan
tahun1970-an. Ketika pengaruh serangan mikroba semakin tinggi,
sebagai contoh tangki air stainless steel dinding dalam
terjadi serangan korosi lubang yang luas pada permukaan
sehingga para industriawan menyadari serangan tersebut.
Sehingga saat itu, korosi jenis ini merupakan salah satu
faktor pertimbangan pada instalasi pembangkit industri,
industri minyak dan gas, proses kimia, transportasi dan
industri kertas pulp. Selama tahun 1980 dan berlanjut hingga
awal tahun 2000, fenomena tesebut dimasukkan sebagai bahan
perhatian dalam biaya operasi dan pemeriksaan sistem industri.
Dari fenomena tersebut, banyak institusi mempelajari dan
memecahkan masalah ini dengan penelitian-penelitian untuk
mengurangi bahaya korosi tersebut. Penulisan ini ditujukan
untuk sebagai bahan perhatian kembali kepada pelaku
indutriawan, dosen dan pendidik secara khususnya dan orang-
orang yang berkompeten terhadap bidang, kimia, korosi dan ilmu
pengetahuan alam pada umumnya, bagaimana bahayanya korosi
bakteri di lingkungan bebas baik air, udara dan tanah di
sekitar kita.
MIKROBA KOROSI
Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di
lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk
koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi
fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada
rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air,
kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta
nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang
mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan
protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi
material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di
suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan
permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam
bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau
biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan
sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik
dibandingkan menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa
biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di
permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat
meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit
mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara
permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek
dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan
berdasarkan kadar oksigen yaitu :
1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak
adanya oksigen
2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya
oksigen.
3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua
kondisi.
4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit
oksigen
Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya
keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang
yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan
lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri
ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan
klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi
ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada
oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah
kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada
lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi
sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar H2S atau
Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat
berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik
seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen danCO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang
mengkonsumsi hidrogen.
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan
energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe
bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam
sulfurik dan nilai pH menjadi 1. bakteri Thiobaccilus
umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan
drainase tambang menjadi asam.
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari oksidasi Fe2+¿ ¿ atau Fe3+¿ ¿
dimana deposit berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri
ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan
Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada
permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di
lingkungan dengan filamen yang panjang.
Masalah biokorosi di dalam suatu sistem lingkungan
mempunyai beberapa variabel-variabel yaitu :
1. Temperatur, umumnya kenaikan suhu dapat meningkatkan
laju korosi tergantung karakteristik mikroorganisme yang
mempunyai suhu optimum untuk tumbuh yang berlainan
2. Kecepatan alir, jika kecepatan alir biofilm rendah akan
mudah terganggu sedangkan kecepatan alir tinggi
menyebabkan lapisan lebih tipis dan padat
3. pH, umumnya pH bulk air dapat mempengaruhi metabolisme
mikroorganisme
4. Kadar Oksigen, banyak bakteri membutuhkan O2 untuk
tumbuh, namun pada Organisme fakultatif jika O2
berkurang maka dengan cepat bakteri ini mengubah
metabolismenya menjadi bakteri anaerob
5. Kebersihan, dimaksud air yang kadar endapan padatan
rendah, padatan ini menciptakan keadaan di permukaan
untuk tumbuhnya aktifitas mikroba.
Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan
pengembangan sel diferensial oksigen, konsentrasi klorida
dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan
depolarisasi katodik lapisan proteksi hidrogen. Biofilm
bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi
pertumbuhan korosi bakteri terlihat pada Gambar 1, sehingga
korosi mikroba tidak terjadi dengan absennya biofilm. Biofilm
menyediakan kondisi kondisi local
lingkungan misalnya pH yang rendah, sel difernsial oksigen
untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi.
Meskipun beberapa literatur menerangkan faktor fisik dan
elektrokimia yang dihubungkan dengan korosi di lingkungan
berair, namun relatif sedikit diketahui tentang mekanisme
mikroorganisme saat inisiasi dan propagasi aktifitas korosi.
material SS 316, umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri
kurang dipahami, hanya melihat indikasi produksi asam atau
serangan sulfide terlihat pada Gambar
KOROSI
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi
dengan lingkungan yang korosif. Korosi dapat juga diartikan
sebagai serangan yang merusak logam karena logam bereaksi
secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi
lain yang mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses
ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya, bijih
mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi
oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja
paduan. Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan
lingkungan yang menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa
besi oksida). Korosi atau secara awam lebih dikenal dengan
istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia pada bahan-bahan
logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan
tentang sistim elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan
mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan
zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel
lain yang ada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat
dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan
reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak
langsung dengan lingkungan berair dan oksigen.
Pada umumnya suatu peralatan elektronik mengandung
komponen logam yang mempunyai waktu hidup atau masa pakai
tertentu. Korosi pada komponen-komponen tersebut dapat
menimbulkan kerugian ekonomi akibat berkurangnya masa
produktif peralatan elektronik. Korosi bahkan dapat
menyebabkan terjadinya gangguan berupa terjadinya hubungan
pendek (konsluiting) yang dapat mengarah kepada terjadinya
kecelakaan. Masalah korosi peralatan elektronik merupakan
salah satu sumber yang dapat memicu kegagaan operasional serta
keselamatan kerja pada suatu industri. Oleh sebab itu, masalah
ini sudah selayaknya mendapat perhatian yang serius dari
berbagai kalangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai
terjadi pada berbagai jenis logam. Bangunan-bangunan maupun
peralatan elektronik yang memakai komponen logam seperti seng,
tembaga, besi-baja dan sebagainya semuanya dapat terserang
oleh korosi ini. Seng untuk atap dapat bocor karena termakan
korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat terbebas
dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil
dapat menjadi rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut
korosi. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi
ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-komponen
renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga
komputer, serta peralatan-peralatan canggih lainnya yang
digunakan dalam berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam
kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga.
Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di
negara-negara maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum
tuntas terjawab hingga saat ini. Selain merupakan masalah ilmu
permukaan yang merupakan kajian dan perlu ditangani secara
fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi
wilayah kajian para ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah
ekonomi karena menyangkut umur, penyusutan dan efisiensi
pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam kegiatan
industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya
untuk merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan
bermotor, mesin-mesin industri serta peralatan elektronik
lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan lebih lama.
Banyak negara telah berusaha menghitung biaya korosi nasional
dengan cara yang berbeda-beda, umumnya jatuh pada nilai yang
berkisar antara 1,5 – 5,0 persen dari GNP. Para praktisi saat
ini cenderung sepakat untuk menetapkan biaya korosi sekitar
3,5 persen dari GNP. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh
korosi tidak hanya biaya langsung seperti pergantian peralatan
industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya,
tetapi juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses
produksi dalam industri serta kelancaran transportasi yang
umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
Penyebab Korosi
Faktor yang berpengaruh terhadap korosi dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu yang berasal dari bahan itu sendiri dan
dari lingkungan. Faktor dari bahan meliputi kemurnian bahan,
struktur bahan, bentuk kristal, unsur-unsur kelumit yang ada
dalam bahan, teknik pencampuran bahan dan sebagainya. Faktor
dari lingkungan meliputi tingkat pencemaran udara, suhu,
kelembaban, keberadaan zat-zat kimia yang bersifat korosif dan
sebagainya. Bahan-bahan korosif (yang dapat menyebabkan
korosi) terdiri atas asam, basa serta garam, baik dalam bentuk
senyawa an-organik maupun organik.
Penguapan dan pelepasan bahan-bahan korosif ke udara dapat
mempercepat proses korosi. Udara dalam ruangan yang terlalu
asam atau basa dapat memeprcepat proses korosi peralatan
elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Flour, hidrogen
fluorida beserta persenyawaan-persenyawaannya dikenal sebagai
bahan korosif. Dalam industri, bahan ini umumnya dipakai untuk
sintesa bahan-bahan organik. Ammoniak (NH3) merupakan bahan
kimia yang cukup banyak digunakan dalam kegiatan industri.
Pada suhu dan tekanan normal, bahan ini berada dalam bentuk
gas dan sangat mudah terlepas ke udara. Ammoniak dalam
kegiatan industri umumnya digunakan untuk sintesa bahan
organik, sebagai bahan anti beku di dalam alat pendingin, juga
sebagai bahan untuk pembuatan pupuk. Bejana-bejana penyimpan
ammoniak harus selalu diperiksa untuk mencegah terjadinya
kebocoran dan pelepasan bahan ini ke udara.
Embun pagi saat ini umumnya mengandung aneka partikel
aerosol, debu serta gas-gas asam seperti NOx dan SOx. Dalam
batubara terdapat belerang atau sulfur (S) yang apabila
dibakar berubah menjadi oksida belerang. Masalah utama
berkaitan dengan peningkatan penggunaan batubara adalah
dilepaskannya gas-gas polutan seperti oksida nitrogen (NOx)
dan oksida belerang (SOx). Walaupun sebagian besar pusat
tenaga listrik batubara telah menggunakan alat pembersih
endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel
kecil dari asap batubara, namun NOx dan SOx yang merupakan
senyawa gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan
terlepas ke udara bebas. Di dalam udara, kedua gas tersebut
dapat berubah menjadi asam nitrat (HNO3) dan asam sulfat
(H2SO4). Oleh sebab itu, udara menjadi terlalu asam dan
bersifat korosif dengan terlarutnya gas-gas asam tersebut di
dalam udara. Udara yang asam ini tentu dapat berinteraksi
dengan apa saja, termasuk komponen-komponen renik di dalam
peralatan elektronik. Jika hal itu terjadi, maka proses korosi
tidak dapat dihindari lagi.
Korosi yang menyerang piranti maupun komponen-komponen
elektronika dapat mengakibatan kerusakan bahkan kecelakaan.
Karena korosi ini maka sifat elektrik komponen-komponen
elektronika dalam komputer, televisi, video, kalkulator, jam
digital dan sebagainya menjadi rusak. Korosi dapat menyebabkan
terbentuknya lapisan non-konduktor pada komponen elektronik.
Oleh sebab itu, dalam lingkungan dengan tingkat pencemaran
tinggi, aneka barang mulai dari komponen elektronika renik
sampai jembatan baja semakin mudah rusak, bahkan hancur karena
korosi. Dalam beberapa kasus, hubungan pendek yang terjadi
pada peralatan elektronik dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran yang menimbulkan kerugian bukan hanya dalam bentuk
kehilangan atau kerusakan materi, tetapi juga korban nyawa.
MEKANISME KOROSI
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia.
Reaksi elektrokimia melibatkan perpindahan elektron-elektron.
Perpindahan elektron merupakan hasil reaksi redoks (reduksi-
oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia
melibatkan reaksi anodik di daerah anodik. Reaksi anodik
(oksidasi) diindikasikan melalui peningkatan valensi atau
produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi pada
proses korosi logam yaitu :
M --> Mn+¿ ¿ + ne
Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam
menjadi satu ion (n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n
bergantung dari sifat logam sebagai contoh besi :
Fe-->Fe2+¿ ¿ + 2e
Reaksi katodik juga berlangsung di proses korosi. Reaksi
katodik diindikasikan melalui penurunan nilai valensi atau
konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi anodik.
Reaksi katodik terletak di daerah katoda. Beberapa jenis
reaksi katodik yang terjadi selama proses korosi logam yaitu :
Pelepasan gas hydrogen : 2H−¿¿ + 2e --> H2
Reduksi oksigen : O2 + 4H−¿¿ + 4e --> H2O
O2 + H2O4 --> 4OH−¿¿
Reduksi ion logam : Fe3+¿ ¿+ e --> Fe2+¿ ¿
Pengendapan logam : 3Na+¿ ¿ + 3 e --> 3 Na
Reduksi ion hydrogen :O2 + 4H+¿¿ + 4 e -->2H2O
O2+ 2H2O + 4e --> 4OH−¿¿
Reaksi katodik dimana oksigen dari udara akan larut dalam
larutan terbuka. Reaksi korosi tersebut sebagai berikut :
NaCl.H2O
2 Fe + O2 -------------------> Fe2O3
KLASIFIKASI KOROSI
Korosi Atmosferik.
Tanpa disadari, setiap hari kita berurusan dengan korosi
atmosferik, misalnya karat pada pagar, mobil, atau peralatan
rumah tangga lainnya. Korosi atmosferik merupakan hasil
interaksi logam dengan atmosfer ambient di sekitarnya, yang
terjadi akibat kelembaban dan oksigen di udara, dan diperparah
dengan adanya polutan seperti gas-gas atau garam-garam yang
terkandung di udara.
Atmosfer yang berpengaruh pada korosi atmosferik dapat
dikategorikan menjadi :
Rural. Daerah rural paling tidak korosif karena hanya
mengandung sedikit polutan, dan lebih banyak dipengaruhi
oleh embun, oksigen dan CO2.
Urban. Bahan korosif pada daerah urban adalah SOx dan NOx
yang berasal dari emisi kendaraan bermotor dan sedikit
aktivitas industri.
Industri. Kondisi atmosfer daerah industri sangat berkaitan
dengan polutan yang dihasilkan oleh industri, seperti
SO2, klorida, phospat dan nitrat.
Pantai/laut. Pantai/laut merupakan daerah paling korosif,
karena atmosfernya mengandung partikel klorida yang
bersifat agresif dann mempercepat laju korosi.
Peralatan industri minyak bumi (misalnya anjungan
produksi, kilang minyak, tangki timbun, sistem perpipaan,
kapal tanker) umumnya berada di daerah industri atau laut atau
gabungan keduanya, di mana kondisi atmosfer mengandung
polutan-polutan yang korosif berupa sulfur dan klorida,
sehingga peralatan tersebut sangat rawan terhadap serangan
korosi atmosferik. Apabila tidak dilakukan tindakan yang
tepat, dampak korosi atmosferik dapat berakibat mulai dari
kegagalan peralatan hingga membahayakan keselamatan pekerja,
misalnya tiang anjungan produksi lepas pantai yang keropos,
atau tangga tangki timbun yang berkarat.
Mekanisme Korosi Atmosferik
Proses terjadinya korosi atmosferik dimulai dari
pengembunan uap air di permukaan logam yang membentuk lapisan
tipis (lapisan film elektrolit). Lapisan tipis air ini
kemudian melarutkan partikel-partikel dan gas dari udara
ambien, dan bertindak sebagai elektrolit tempat terjadinya
reaksi korosi.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi Atmosferik
Korosi atmosferik sangat dipengaruhi kondisi cuaca lokal,
sehingga tidak ada dua tempat di dunia ini yang memiliki
karakteristik korosi atmosferik yang sama satu dengan yang
lain. Parameter atmosfer yang sangat mempengaruhi laju korosi
atmosferik adalah kelembaban udara relatif, temperatur, curah
hujan, arah dan kecepatan angin, serta kandungan polutan dalam
udara ambien.
Polutan yang sangat mempengaruhi laju korosi atmosferik
adalah SO2 dan ion klorida, sehingga kadar SO2 dan salinitas
udara (kandungan klorida) di udara digunakan sebagai basis
dalam menentukan kategori korosivitas atmosfer pada suatu
lokasi/lingkungan berdasarkan ISO 9223. SO2 berasal dari
polusi industri, yang jika terlarut dalam larutan akuatik di
permukaan logam akan membentuk H2S dan/atau H2SO4 yang akan
mempercepat laju korosi atmosferik. Ion klorida dalam
salinitas udara akan terlarut pada lapisan tipis air di
permukaan air dan kemudian menyerang logam, sehingga efeknya
adalah peningkatan laju korosi di permukaan logam. Apabila
suatu lingkungan memiliki kadar SO2 dan ion klorida sangat
tinggi, seperti daerah industri di tepi laut, maka dapat
diperkirakan daerah tersebut akan memiliki karakter atmosfer
dengan laju korosi atmosferik yang sangat tinggi.
Pengamatan Korosi Atmosferik
Korosi atmosferik pada dasarnya diamati dengan menggunakan
dua pendekatan, yaitu dengan mengukur parameter atmosferik,
serta exposure test menggunakan sampel logam. Data parameter
atmosferik, seperti kelembaban udara relatif, temperatur
ambien, curah hujan, dan kadar polutan (misalnya kadar SO2 dan
ion klorida di udara) dapat diperoleh melalui pengukuran di
udara ambien. Selanjutnya laju korosi untuk masing-masing
logam diketahui dengan mengidentifikasi data exposure test
dari masing-masing lingkungan (rural, laut/pantai, industri).
Dari hasil pengamatan tersebut, dapat diketahui jenis logam
yang sesuai untuk lingkungan tertentu. Lebih jauh lagi, dapat
diturunkan suatu persamaan matematis antara parameter
atmosferik dengan laju korosi logam yang terukur saat exposure
test.
Salah satu metode yang umum digunakan untuk pengamatan
korosi atmosferik adalah metode mengikuti standar ISO. Dari
hasil pengamatan yang dilakukan sesuai standar ISO 9225 dan
9226, dapat dilakukan klasifikasi korosi di lingkungan sesuai
standar ISO 9223 dan selanjutnya dapat menentukan material
yang cocok dengan kondisi atmosferik setempat serta menentukan
metode pengendalian korosi yang sesuai. Metode lain yang dapat
juga digunakan untuk pengamatan korosi atmosferik adalah PACER
LIME, yang dikembangkan untuk manajemen perawatan sistem
struktur pesawat terbang.
Jika tidak tersedia korelasi antara laju korosi atmosferik
dengan parameter atmosferik (karena umumnya korelasi atau data
korosi berdasarkan atmosferik jarang dijumpai), maka kerusakan
akibat korosi atmosferik harus diperkirakan dengan pengukuran
langsung. Cara termudah untuk melakukan pengukuran korosi
atmosferik adalah dengan metode kupon. Dari hasil paparan,
dapat dianalisa untuk kehilangan berat, densitas dan kedalaman
pit, dan analisa-analisa lain. Tipe kupon yang biasa digunakan
adalah kupon panel datar yang dipaparkan pada rak paparan.
Jenis spesimen lain yang biasa digunakan juga adalah U-bend
atau C-ring untuk mempelajari SCC pada lingkungan atmosferik
yang diamati.
Kelemahan untuk metode kupon yang konvensional adalah
memerlukan waktu paparan yang sangat panjang untuk memperoleh
data yang sah; tidak jarang waktu paparan dapat mencapai 20
tahun atau lebih. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan
beberapa variasi spesimen kupon, seperti helical coil (sesuai
dengan ISO 9226). Kelebihan dari helical coil adalah rasio
luas berbanding berat yang lebih tinggi daripada kupon panel
akan memberikan sensitivitas pengukuran laju korosi yang lebih
baik.
Jenis spesimen lain yang dapat digunakan adalah bimetalic
specimen, di mana kawat dililitkan pada sekrup dari jenis
logam yang berbeda. Spesimen ini digunakan pada uji CLIMAT
(Classify Industrial and Marine Atmosphere) dan akan
memberikan sensitivitas pengukuran yang lebih baik. Umumnya
spesimen yang digunakan adalah kawat aluminium yang dililitkan
pada sekrup tembaga dan baja, karena kombinasi logam-logam ini
memberikan sensitivitas pengukuran tertinggi untuk lingkungan
industri dan laut/pantai. Pada tes ini, indeks korosivitas
atmosferik ditentukan sebagai persen kehilangan massa pada
kawat aluminium.
PENANGGULANGAN KOROSI
Korosi merupakan efek yang paling merusak pada logam, oleh
karena itu untuk melindungi logam digunakan banyak cara, yang
semuanya ditujukan agar logam tidak cepat rusak karena korosi.
Kerusakan karena korosi bisa mencapai 1000 kali lipat lebih
cepat pada logam dibandingkan karena pengaruh yang lain.
Karena itu timbul berbagai penelitian untuk melindungi logam
ini dari pengaruh korosi, dari cara cara yang sederhana
seperti hanya dengan melapis permukaan logam dengan mengecat
sampai cara cara yang paling modern dengan membuat logam
paduan yang tahan terhadap korosi.
Cara cara penanggulangan korosi antara lain:
1. Melapis permukaan logam dengan cat.
2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau
Electroplating.
3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti
Anodizing Plant .
4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.
5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
Dari metoda-metoda pelapisan tersebut, masing masing
mempunyai keunggulan dan kekurangan. Melapis logam dengan cat
merupakan cara yang paling mudah dan murah, tetapi paling
cepat rusak daya tahannya. Sedangkan membuat logam paduan
adalah cara yang paling rumit dan mahal, tetapi daya tahannya
paling bagus. Logam paduan juga ditujukan untuk hal hal lain
seperti membuat logam yang kuat tapi ringan, atau logam yang
keras tapi getas seperti baja dan sebagainya.
Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak
dapat dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan
untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang
diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan
elektronik menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan,
bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang
lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak
menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap
efisiensi dalam suatu kegiatan industri.
Pengendalian korosi biasanya merupakan serangkaian
pekerjaan yang terpadu, antara lain:
1. Perancangan geometris alat atau benda kerja
2. Pemilihan bahan yang sesuai dengan lingkungan
3. Pelapisan dengan bahan lain lain untuk mengisolasi bahan
dari lingkungan, atau coating
4. Pemberian bahan kimia pada media mengalir yang dapat
menghambat korosi, atau inhibisi
5. Proteksi katodik yaitu memasok arus negatif ke badan
benda kerja agar terhindar dari reaksi oksidasi oleh
lingkungan
6. Inspeksi rutin terhadap kinerja semua upaya proteksi yang
dilakukan
7. Pemeliharaan kebersihan.
Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dapat
dilakukan melalui pengendalian lingkungan atau ruangan di mana
peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi
berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi
serta peralatan penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat
mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalah korosi
pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan.
Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya
menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program
perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik.
Pengendalian laju korosi melalui pengendalian lingkungan
umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara dan
pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian
lingkungan ini hanya mungkin dilakukan untuk peralatan yang
berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan
terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan
lingkungan di luar ruangan. Upaya pengendalian korosi ini
harus melibatkan semua fihak yang terlibat dalam pengoperasian
alat, mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi
dan upaya pengendaliannya perlu diperkenalkan kepada seluruh
jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam
kegiatan industri. Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh
dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik, antara
lain adalah :
Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga
terjadinya kebocoran, penguapan serta pelepasan ke lingkungan
dapat dihindari. Pengecekan bejana penyimpan bahan kimia
korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik,
sehingga adanya kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan
dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk menghindari efek
yang lebih luas.
Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik
termasuk ketertiban dan kebersihan dalam perusahaan.
Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi
kelembaban udara dalam ruangan yang di dalamnya menyimpan
peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan
korosi. Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap
pengaruh korosi perlu disimpan di ruang tertutup, jauh dari
kemungkinan pencemaran udara akibat terlepasnya bahan-bahan
korosif ke lingkungan.
Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari
masuknya debu-debu ke dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu
dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang terbawa
udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke
permukaan komponen-komponen elektronik di dalam alat tersebut.
Pendidikan tentang faktor-faktor penyebab korosi dan
akibatnya perlu juga diberikan kepada karyawan yang
bersentuhan langsung dengan pengoperasian alat, agar mereka
selalu menjaga dan mau mengikuti instruksi-instruksi yang
digariskan dalam kaitannya dengan perawatan peralatan
elektronik.
Pengendalian Korosi Atmosferik
Hanya ada 2 metoda yang efektif untuk mencegah dan
mengendalikan korosi atmosferik, yaitu coating dan pemilihan
material yang sesuai, atau gabungan keduanya. Dari hasil
penentuan karakteristik atmosfer dan pengukuran laju korosi di
tempat peralatan industri minyak bumi berada atau akan
dibangun, dapat ditentukan jenis material dan coating yang
sesuai untuk membangun konstruksi peralatan yang tahan
terhadap korosi atmosferik. Penentuan ini tentunya juga
mempertimbangkan faktor biaya dan keekonomian. Dari hasil
analisis, seringkali terjadi penggunaan logam yang tidak
terlalu tahan korosi atmosfer (misalnya baja karbon) namun
dilindungi sistem coating lebih ekonomis daripada baja paduan
yang tahan korosi namun tidak dilindungi sistem coating.
KESIMPULAN
Korosi adalah suatu gejala kimia yang menyerang logam dan
mengakibatkan kerusakan pada logam tersebut. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi korosi, yaitu :
1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi dapat dicegah dengan cara :
1. Melapis permukaan logam dengan cat.
2. Melapis permukaan logam dengan proses pelapisan atau
Electroplating.
3. Membuat lapisan yang tahan terhadap korosi seperti
Anodizing Plant .
4. Membuat sistem perlindungan dengan anoda korban.
5. Membuat logam paduan yang tahan terhadap korosi.
DAFTAR PUSTAKA
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/10/makalah-
ilmiah-ku-korosi-material-logam.html
http://rhien-article.blogspot.com/2007/07/korosi-atmosferik.html
Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996), “Mekanisme ProteksiKatodik dan Kriteria Proteksi”, Diklat Proteksi Katodik,Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung.
www.reindo.co.id/reinfokus/edisi24/korosi.htm
sgu2008.wordpress.com/2008/02/12/korosi/
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
JURNAL
MASALAH –MASALAH DI LAPANGAN
Banyak sekali di dunia industri dan fasilitas umum
terjadi proses korosi disebabkan oleh fenomena biokorosi
akibat adanya bakteri. Kasus-kasus tersebut yaitu :
a. Pipa-pipa bawah tanah di Industri minyak dan gas bumi
Dalam suatu contoh kasus dari perusahaan Korea Gas
Corporation (KOGAS) menggunakan pipa-pipa gas yang dilapis
dengan polyethylene (APL 5L X-65). Selama instalasi, pipa dilas
tiap 12 meter dan diproteksi dengan impressed current proteksi
katodik dengan potensial proteksi –850 mV (vs saturated
Cu/CuSO4). Kemudian beberapa tahun dicek kondisi lapis lindung
maupun korosi aktif menggunakan pengujian potensial gardien5,
hasilnya berupa letak-letak coating defect di sepanjang pipa.
Kegagalan selanjutnya yaitu adanya disbonded coating area di
permukaan pipa yang disebabkan adanya arus proteksi katodik
yang berlebihan terekspos.
Coating defect dan daerah disbonded coating sangat baik untuk
perkembangan mikroba anaerob. Pada disbonded coating area
terjadi korosi local (pitting), lubang pit berbentuk
hemisspherikal dalam tiap-tiap kelompok. Kedalaman pit 5-7 mm
(0,22 – 0,47 mm/year)4, bentuk pit ini menindikasikan karakter
bakteri reduksi sulfat terlihat pada Gambar
b. Peralatan sistem pemyemprot pemadam kebakaran.
Di kota Kalifornia Amerika serikat, departemen pemadam
kebakaran mengalami masalah cukup sulit dimana debit air alat
system penyemprot turun walau tekanan cukup besar, setelah
diselidiki maka di dalam alat penyemprot terjadi suatu korosi
yang disebabkan oleh aktifitas mikroba dipermukaan dinding
bagian dalam yang terbuat dari baja karbon dan tembaga saat
beberapa bulan pembelian.
Ini disebabkan adanya biodeposit (turbucle) yang tumbuh di di
dinding bagian dalam, kemudian di dalam biodeposit tersebut
terjadi aktifitas degradasi lokal berupa korosi pitting
sehingga mengurangi tebal pipa dan aktifitas ini menghasilkan
senyawa H2S di lubang pit yang mengakibatkan keadaan asam dan
mempercepat kelarutan logam.