KAINAWA - Kota Baubau

15
Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2(1) (2020): 35—49 KAINAWA JURNAL PEMBANGUNAN & BUDAYA ISSN (Cetak): 2657-0505 ISSN (Elektronik): 2715-6184 http://jurnalkainawa.baubaukota.go.id/index.php/knw © 2020 Penulis Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. 35 P����K�B�K�M�P�D�D�P�P �K� B�M��A�P�C�C���C�A���C�P �B�CLa Ode Abdul Rajab Nadia * , Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Jl. H. E. A. Mokodompit Kampus Baru Universitas Halu Oleo Dikirim: 28 April 2020; Disetujui: 3 Juni 2020; Diterbitkan: 31 Juli 2020 DOI: 10.46891/kainawa.2.2020.35-49 Inti Sari Kerang Mutiara merupakan salah satu komoditi dari sektor perikanan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha dimasa datang. Usaha budidaya kerang mutiara masih terbatas pada perusahaan besar yang kebanyakan penanam modal asing. Di sisi lain ada permasalahan yang dihadapi yaitu pemanfaatan wilayah pesisir secara besar-besaran tanpa memperhatikan kesesuaian dan daya dukung lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidenti�ikasi karakteristik perairan bagi pemanfaatan budidaya kerang mutiara, menghitung nilai kesesuaian dan daya dukung lingkungan perairan untuk kegiatan budidaya laut kerang mutiara. Penelitian ini dilaksanakan di pesisir Palabusa Kota Baubau pada bulan Agustus - November 2019 melalui metode survei lapangan dan data sekunder. Analisis data meliputi analisis karakteristik perairan, analisis kesesuaian dan daya dukung lingkungan perairan serta analisis spasial. Kondisi parameter kualitas air layak untuk budidaya kerang mutiara, mencakup: kecepatan arus, materi padatan tersuspensi, kedalaman perairan, �itoplankton, oksigen terlarut, kecerahan perairan, salinitas perairan, suhu perairan, kloro�il-a, dan pH perairan. Hasil analisis kesesuaian menunjukkan bahwa pemanfaatan kawasan pesisir untuk budidaya kerang mutiara di pesisir Palabusa Kota Baubau dikategorikan menjadi tiga kelas kesesuaian, yaitu sangat sesuai (S1) dengan luas 61,23 ha (59,54%), sesuai (S2) dengan luas 28,8 ha d (28,01%), dan tidak sesuai (S3) dengan luas 12,8 ha (12,45%). Daya Dukung Kawasan digambarkan dalam jumlah unit budidaya mutiara pada satu periode budidaya yang mampu didukung oleh lingkungan. Daya dukung untuk kelas kelayakan sangat sesuai (S1) dengan sistem tali rentang berjumlah 36 unit rakit apung berjumlah 72 unit. Kelas kelayakan sesuai (S2) dengan sistem tali rentang berjumlah 18 unit dan rakit apung berjumlah 32 unit. Kata Kunci: daya dukung; kesesuaian; kerang mutiara; Kota Baubau Abstract Pearl oyster is one of high value commodity of �ishery sector and it has good prospect in the future business development. Pearl oysters’ culture was limited conducted by big companies, mostly foreign capital investment. In other side, there were some problems which should solved, it was coastal area utilization on big scale without considering the environment suitability and capacity. The aims of this research were to identify the characteristics of waters, determine the suitability value and carrying capacity of water environment for pearl oyster. This research was conducted in Baubau City coastal area from August to November 2019. Biophysical data were collected by �ield surveys and it were supported by of secondary data. Data analysis of water characteristic, * Penulis Korespondensi Telepon : +62-813-4262-7874 Surel : [email protected]

Transcript of KAINAWA - Kota Baubau

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2(1) (2020): 35—49

KAINAWAJURNAL PEMBANGUNAN & BUDAYA

ISSN (Cetak): 2657-0505ISSN (Elektronik): 2715-6184

http://jurnalkainawa.baubaukota.go.id/index.php/knw

© 2020 PenulisCiptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative CommonsAtribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional. 35

P���������� K������ B������� K����� M������������� P��������� D��� D����� �� P������ P������� K��� B�����

M��������� A��� �� P���� C�������� C������� C������� A������� �� C������ P������� �� B����� C���

La Ode Abdul Rajab Nadia*, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode MuhamadHazairin Nadia

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu OleoJl. H. E. A. Mokodompit Kampus Baru Universitas Halu Oleo

Dikirim: 28 April 2020; Disetujui: 3 Juni 2020; Diterbitkan: 31 Juli 2020

DOI: 10.46891/kainawa.2.2020.35-49

Inti SariKerang Mutiara merupakan salah satu komoditi dari sektor perikanan yang bernilai ekonomi tinggi dan

memiliki prospek pengembangan usaha dimasa datang. Usaha budidaya kerang mutiara masih terbatas padaperusahaan besar yang kebanyakan penanam modal asing. Di sisi lain ada permasalahan yang dihadapi yaitupemanfaatan wilayah pesisir secara besar-besaran tanpa memperhatikan kesesuaian dan daya dukunglingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidenti�ikasi karakteristik perairan bagi pemanfaatan budidayakerang mutiara, menghitung nilai kesesuaian dan daya dukung lingkungan perairan untuk kegiatan budidayalaut kerang mutiara. Penelitian ini dilaksanakan di pesisir Palabusa Kota Baubau pada bulan Agustus -November 2019 melalui metode survei lapangan dan data sekunder. Analisis data meliputi analisiskarakteristik perairan, analisis kesesuaian dan daya dukung lingkungan perairan serta analisis spasial. Kondisiparameter kualitas air layak untuk budidaya kerang mutiara, mencakup: kecepatan arus, materi padatantersuspensi, kedalaman perairan, �itoplankton, oksigen terlarut, kecerahan perairan, salinitas perairan, suhuperairan, kloro�il-a, dan pH perairan. Hasil analisis kesesuaian menunjukkan bahwa pemanfaatan kawasanpesisir untuk budidaya kerang mutiara di pesisir Palabusa Kota Baubau dikategorikan menjadi tiga kelaskesesuaian, yaitu sangat sesuai (S1) dengan luas 61,23 ha (59,54%), sesuai (S2) dengan luas 28,8 ha d(28,01%), dan tidak sesuai (S3) dengan luas 12,8 ha (12,45%). Daya Dukung Kawasan digambarkan dalamjumlah unit budidaya mutiara pada satu periode budidaya yang mampu didukung oleh lingkungan. Dayadukung untuk kelas kelayakan sangat sesuai (S1) dengan sistem tali rentang berjumlah 36 unit rakit apungberjumlah 72 unit. Kelas kelayakan sesuai (S2) dengan sistem tali rentang berjumlah 18 unit dan rakit apungberjumlah 32 unit.

Kata Kunci:daya dukung; kesesuaian; kerang mutiara; Kota Baubau

AbstractPearl oyster is one of high value commodity of �ishery sector and it has good prospect in the future business

development. Pearl oysters’ culture was limited conducted by big companies, mostly foreign capital investment. Inother side, there were some problems which should solved, it was coastal area utilization on big scale withoutconsidering the environment suitability and capacity. The aims of this research were to identify the characteristicsof waters, determine the suitability value and carrying capacity of water environment for pearl oyster. Thisresearch was conducted in Baubau City coastal area from August to November 2019. Biophysical data werecollected by �ield surveys and it were supported by of secondary data. Data analysis of water characteristic,

* Penulis KorespondensiTelepon : +62-813-4262-7874Surel : [email protected]

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

36

analysis of water suitability and carrying capacity and spatial analysis. The condition of water quality parameterssuitable for pearl oyster culture, included: current, suspended solid material, depth, phytoplankton, dissolvedoxygen, brightness, salinity, temperature, chlorophyll-a and pH. The result of suitability classes in Palabusa ofBaubau City coastal area were divided into three classes, there were very suitable covering 61.23 ha (59.54%),suitable covering 28,8 ha (28.01%) and not suitable covering 12,8 ha (12.45%). Regional carrying capacity wasdescribed in pearl cultivation unit on a cultivation period which could be supported by environment. Carryingcapacity for very suitable conducted by rope system which covering 36 units and �loating rafts were 72 units.Suitable class was conducted by rope system which covering of 18 units and �loating raft system were 32 units.

Keywords: carrying capacity; suitability; pearl of oyster; Baubau City

37

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

I. P����������Sumber daya pesisir memiliki peranan

penting dan terus dimanfaatkankeberadaannya untuk menunjangpembangunan ekonomi daerah. Sebagian kotabesar di Indonesia yang berada di wilayahpesisir banyak memanfaatkan sumber dayapesisir dalam sektor pembangunan daerahseperti pemukiman, industri, pengilanganminyak, pelabuhan, pariwisata, perikanantangkap serta perikanan budidaya. Salah satuperikanan budidaya yang bernilai ekonomispenting adalah kerang mutiara.

Kerang Mutiara merupakan salah satukomoditi dari sektor perikanan yang bernilaiekonomi tinggi dan memiliki prospekpengembangan usaha di masa datang. Haltersebut dapat dilihat dari meningkatnyapeminat perhiasan mutiara dan adanyapeningkatan harga dari tahun ke tahun. Jenismutiara yang paling mahal dan terkenal dariIndonesia adalah South Sea Pearl (mutiara lautselatan), yang dihasilkan oleh kerang Pinctadamaxima.

Peningkatan produksi mutiara diIndonesia terus dilakukan, termasuk di pesisirPalabusa Kota Baubau. Daerah ini telah dikenaldunia internasional sebagai penghasil mutiaraterbaik di Indonesia. Selanjutnya, daerahtersebut merupakan salah satu daerahstrategis di Provinsi Sulawesi Tenggara yangtelah lama mengembangkan produk mutiara.Dari daerah tersebut, potensi pengembanganpembesaran bibit kerang mutiara sangatmendukung. Hasil produksi dari bibit kerangmutiara berkualitas baik, sehingga menjadikankawasan ini sebagai kawasan pesisir yangtermanfaatkan untuk pengembangan budidayalaut.

Pemanfaatan wilayah perairan pesisirperlu mempertimbangkan unsur hara dalampenerapannya pada kegiatan budidaya laut.Pengaruh unsur hara pada budidaya perikanandapat memicu peningkatan produksi�itoplankton dan total produksi (Ky dkk., 2014,2015). Sisa pakan maupun hasil ekskresi yangdihasilkan dari budidaya dapat memberikanpengaruh pada lingkungan perairan sepertimemicu penurunan kandungan oksigen danmunculnya potensi fitoplankton berbahaya(Harmful Algae Blooms) HABs (Howarth dkk.,2000).

Kondisi pemanfaatan wilayah pesisiruntuk pengembangan budidaya kerangmutiara di Palabusa Kota Baubau bersandingdengan pemanfaatan ruang Taman WisataPerairan, alur pelayaran umum, daerahbudidaya rumput laut dan daerahpenangkapan ikan. Meskipun demikian,budidaya mutiara masih terus dilestarikan dandijadikan sebagai mata pencaharianmasyarakat Palabusa, Kota Baubau. Usahatersebut dikembangkan di kawasan pantaiPalabusa. Kawasan ini telah dijadikan sebagaipusat budidaya mutiara yang dikelola oleh PTSelat Buton dan dikelolamasyarakat.

Kompleksnya pemanfaatan ruang pesisirdi kawasan budidaya mutiara, menjadikan sifatdari lingkungan menjadi dinamis. Hal iniberdampak pada terjadi �luktuasi hidro-oseanogra�i, kematian kerang mutiara danproduksi mutiara menurun. Optimalisasipemanfaatan ruang yang terbatas secaraoptimal diperlukan untuk meningkatkankapasitas ruang laut yang menunjang budidayakerangmutiara.

Pemilihan lokasi yang tepat merupakanfaktor yang penting dalam menentukankelayakan budidaya demi keberhasilankegiatan budidaya dan mencegah tumpangtindih pemanfaatan kawasan. Pertimbanganyang perlu diperhatikan dalam penentuanlokasi adalah kondisi teknis yang terdiri dariparameter �isika, kimia dan biologi dan nonteknis yang berupa pangsa pasar, keamanan,dan sumber daya manusia. Salah satukesalahan dalam pengembangan budidayakerang mutiara adalah kawasan perairan yangtidak cocok untuk pemeliharaan kerangmutiara.

Data atau informasi tentang kelayakanlahan (site suitability) dan daya dukung lahan(carrying capacity) sangatlah diperlukan untukpengembangan budidaya kerang mutiarasecara baik dan terukur. Hal tersebut untukmenjadikan kawasan budidaya yang optimaldan budidayamutiara berkelanjutan.

Berdasarkan penelusuran referensi,penelitian daya dukung lingkungan kawasanbudidayamutiara di pesisir Kota Baubaumasihsangat sedikit. Beberapa penelitian yangberkaitan dengan daya dukung lingkungantersebut adalah 1) penelitian Hamzah (2014)tentang parameter musim dan kedalaman

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

38

dalam pertumbuhan kerang mutiara diKapontori Buton, 2) penelitian Filgueira dkk.(2014) tentang model spasial dan kelayakanlingkungan budidaya mutiara, 3) Ross dkk.(2013) tentang kelayakan lokasi budidaya laut,4) Latchere dkk. (2018) tentang perubahanlingkungan dan faktor makanan dalambudidaya kerangmutiara.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untukmengidenti�ikasi karakteristik bio�isik-kimiaperairan dalam penentuan kelayakan kawasanbudidaya kerang mutiara dan kemampuandaya dukung perairanwilayah pesisir Palabusa,Kota Baubau.

II. M�����

A. Waktu dan LokasiPenelitian dilaksanakan pada Agustus

hingga November 2019 berlokasi di PerairanKelurahan Palabusa, Kecamatan Lea-lea, KotaBaubau (Gambar 1).

B. Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan datameliputi:1) Pengumpulan data primer meliputi:

arus, materi padatan tersuspensi, kedalamanperairan, kelimpahan �itoplankton, oksigenterlarut, kecerahan perairan, salinitas, suhu,kloro�il-a, dan pH (Tabel 1). Penentuan lokasipengambilan sampel dilakukan denganpurposive random sampling di lokasi budidayakerang mutiara; (2) Penentuan kesesuaiankawasan budidaya berdasarkan parameter�isika (pasang surut), kimia, dan biologimenggunakan bantuan software Surfer danArcGIS. Metode scoring menggunakanpembobotan untuk setiap kesesuaian suatu

parameter; (3) Estimasi daya dukung kawasanbudidaya kerang mutiara menggunakanpendekatan spasial, sehingga didapatkanjumlah maksimum rakit apung dan tali rentangyang mampu ditampung dengan tetapmempertimbangkan keberhasilan budidayakerangmutiara.

Pengambilan data sekunder diperolehmelalui penelusuran dokumen hasil penelitiandan dokumen yang terdokumentasi padaperpustakaan dan instansi terkait lain. Peta-peta pendukung penelitian ini diperoleh dariinstansi terkait seperti BAPPEDA, Dinas HidroOseanogra�i (Dishidros), TNI AL, danBakosurtanal.

C. Metode Analisa Data

1) Analisis Karakteristik PerairanProses sebaran spasial karakteristik �isik

kimia perairan di setiap stasiun pengamatanpada perbedaan musim digambarkan dalambentuk peta kemudian dikombinasikan denganstatus nilai baku mutu biota laut KEPMEN LHNo. 51 tahun 2004 untuk biota laut. Analisismultivariabel (Manova) digunakan untukmengetahui pengaruh (waktu) terhadapperbedaan variabel dependen (kualitas air)dengan tingkat signi�ikansinya dibandingkan

Sumber: Balitbang Kota Baubau, 2019

Gambar 1. Lokasi penelitian di pesisir Palabusa Kota Baubau

Parameter Alat/Spesifikasi Sumber data

Fisika

Suhu (°C) Termometer In situ

Pasang surut (cm) Tide staff In situ

Kedalaman (m) Peta Ba�metri Dishidros Peta Dishidros

Kecerahan (m) Sechci disk In situ

Kecepatan arus (cm/s) NOAA

Materi padatantersuspensi (mg/l)

Spektofotometer In situ & Lab

Kimia

pH pH Digital In situ

Salinitas (ppt) Handrefraktometer In situ

Oksigen terlarut (mg/l) DO meter In situ

Biologi

Kelimpahan fitoplankton(sel/l)

Plankton net In situ & Lab.

Klorofil-a (mg/l) Sebaran klorofil NOAA NOAA

Tabel 1.Parameter Fisika, Kimia dan Biologi yang diukur, Alat dan Sumber

39

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

dengan tingkat signi�ikan yang telah ditetapkanyaitu α=0.05.

Analisa data melalui analisis Manovadigunakan perangkat lunak program SPSS.Tujuan penggunaan ini diupayakan sebagaitahapan dalam penentuan lokasi yang sesuaiuntuk kegiatan budidaya kerang mutiara(Pinctada maxima). Selanjutnya data dianalisissecara deskriptif.

2) Karakteristik Kesesuaian KawasanAnalisis kesesuaian kawasan perairan

dengan pembuatan matriks kesesuaian untukparameter �isik, kimia, dan biologi (Tabel 2)dan evaluasi kesesuaian pada Tabel 3. Analisiskesesuaian yang tepat menghasilkanproduktivitas yang lebih baik dan menjanjikanuntuk pengembangan budidaya laut (Raman &Gajera, 2014).

Perhitungan nilai kesesuaian bagipengembangan aktivitas budidaya kerangmutiara menggunakan persamaan berikut(Yulianda, 2007):

Keterangan:IKK : Indeks kesesuaian kawasanNi : bobot x skorNmax : Total skor

Kelas S1 : Sangat sesuai (highly suitable)Kelas S2 : Sesuai (suitable)Kelas S3 : Tidak sesuai (not suitable)

3) Pendugaan Daya Dukung KawasanPerhitungan daya dukung didasarkan pada

hasil analisis kesesuaian. Analisis daya dukungdiprioritaskan pada kelas kesesuaian S1(sangat sesuai) dan S2 (sesuai) (Kangkan dkk.,2007). Pada lokasi budidaya kerang mutiarayang tergolong kelayakan S1 (sangat sesuai)luas per unit sistem tali rentang yaitu 1,5 ha,luas per unit sistem rakit apung dengan luasper unit 0,8 ha. Kelas kelayakan S2 (sesuai) luas

Parameter Bobot

S1 S2 S3

Kelas Skor Kelas Skor Kelas Skor

Kec. Arus (cm/s) 3 16-25 5 0-15 & 26-30 3 < 10 & > 30 1

Materi padatantersuspensi (mg/l)

1 < 10 & 25 5 26-50 3 > 50 1

Kedalaman (m) 3 0-20 5 21-30 3 < 10 & > 30 1

Kel. Fitoplankton(sel/l)

2 > 15.000 - 5x105 5 2000-15.000 &5x105-106

3 < 2000 & > 106 1

DO (mg/l) 1 > 6 5 4-6 3 < 4 1

Kecerahan (m) 3 4,5-6,5 5 3,5-4,4 & 6,6-7,7 3 < 3,5 & > 7,7 1

Salinitas (ppt) 3 32-35 5 28-31 & 36-38 3 < 28 & > 38 1

Suhu (°C) 2 28-30 5 25-27 & 31-32 3 < 25 & > 32 1

Klorofil-a (mg/l) 1 > 10 5 4-10 3 < 4 1

pH 1 7-8 5 5-6 & 8-9 3 < 5 & > 9 1

Tabel 2.Kriteria Kesesuaian Kawasan

Sumber: Modi�ikasi Kangkan dkk. (2007) dan Parenrengi (2010)

Keterangan:1. Bobot berdasarkan pengaruh parameter dominan2. Skor berdasarkan range parameter

No. Kisaran Nilai Tingkat Kesesuaian Evaluasi/Kesimpulan

1 85 – 100 % S1 Sangat sesuai

2 75 – <85 % S2 Sesuai

3 <65-74 % S3 Tidak Sesuai

Tabel 3.Evaluasi Penilaian Kesesuaian Perairan Budidaya Kerang Mu�ara

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

40

per unit sistem tali rentang yaitu 3 ha, luas perunit sistem rakit apung dengan luas per unit1,96 ha.

Pengaturan luas unit budidaya kerangmutiara dimaksudkan untuk memberikanruang agar sirkulasi air dari dan ke dalam unitbudidaya berlangsung dengan baik. Padapenelitian ini unit budidaya didasarkan padametode rakit apung dan tali rentang yangdirekomendasikan oleh pembudidaya di lokasipenelitian (Gambar 2).

III. H���� ��� P���������

A. Kondisi Parameter Pasang Surut diKawasan Budidaya Kerang MutiaraBerdasarkan hasil penelitian bahwa

pergerakan pasang surut yang terjadi padabulan September menghasilkan nilai muka airlaut rerata (Mean Sea Level) sebesar 0,0005 mdengan nilai bilangan formzhal sebesar 1.82.Kondisi tersebut menunjukkan tipe pasangsurut campuran condong harian tunggal(Mixed, Predominantly diurnal tide). Kondisiseperti ini terjadi siklus pola pasang surutdalam sehari terjadi dua kali pasang dan duakali surut dengan bentuk gelombang elevasi

yang berbeda. Hal tersebut ditandai denganelevasi tinggi pasang surut yang pertamaberbeda dengan tinggi elevasi pasang surutyang kedua.

Hasil perhitungan Last Squareperbandingan antara pengamatan danpendugaan pasang surut selama 30 hari padabulan September Tahun 2019 menunjukkantidak memiliki perbedaan yang cukupsigni�ikan. Hasil perhitungan tersebut disajikanpada Gambar 3.

Kondisi pasang surut pada bulan OktoberTahun 2019 menunjukkan condong harianganda. Hasil analisis menggunakan uji LastSquare menghasilkan gra�ik elevasi pasangsurut. Nilai rerata muka air laut (Mean SeaLevel) 0.0007 m, dengan nilai bilanganformzahl 1.41. Kondisi tersebut mencirikantipe pasang surut campuran condong harianganda (Mixed, predominantly semi diurnaltide). Pasang dan surut terjadi 2 kali dalamsehari dengan tinggi gelombang elevasi yangberbeda pada saat pasang pertama maupunpasang kedua. Selanjutnya, hasil perbandinganantara waktu pengamatan dengan pendugaanpasang surut dalam 30 hari tidakmenunjukkanperbedaan yang cukup signi�ikan. Hal tersebutditandai dengan garis antara pengamatan padagaris biru disertai lingkaran dan waktupendugaan ditandai dengan garis warnamerah. Hasil perhitungan tersebut disajikanpada Gambar 4.

Hasil perhitungan pengamatan pasangsurut pada bulan September dan Oktobermenghasilkan tipe pasang surut campuran.Meskipun demikian, terjadi perbedaan siklusseperti condong harian ganda maupun tunggal.

Gambar 2. Desain Sistem Tali Rentang

Sumber: Hasil Survei 2019

Gambar 3. Gra�ik Elevasi Pasang Surut Bulan SeptemberTahun 2019 pada Kawasan Budidaya KerangMutiara di Palabusa Kota Baubau

Sumber: Hasil Survei 2019

Gambar 4. Gra�ik Elevasi Pasang Surut Bulan Oktober diPalabusa Kota Baubau

41

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

Hal tersebut disebabkanmusim peralihan yangmemiliki ciri tipe pasut campuran dan condongharian tunggal (Mixed, Predominantly diurnaltide) terjadi pada bulan September. Tipecampuran condong harian ganda (Mixed,Predominantly semi diurnal tide) terjadi padabulan Oktober.

Menurut Joubert dkk. (2014) bahwapasang surut berpengaruh terhadap budidayakerang mutiara, terutama faktorpertumbuhannya. M. S. Hamzah (2009)menyatakan bahwa kematian anakan kerangmutiara yang terjadi di Teluk Kapontori, PulauButon adalah cenderung diakibatkan olehnaiknya kondisi suhu hingga mencapai gradien>2°C.

B. Karakteristik Bio�isik-Kimia PerairanKawasan Budidaya Kerang MutiaraDinamika karakteristik bio�isik, kimia, dan

biologi lingkungan perairan dapatmempengaruhi kegiatan budidaya. Kondisilingkungan perairan berperan penting dalamkegiatan budidaya kerangmutiara.

Penilaian karakteristik perairan di pesisirPalabusa Kota Baubaumeliputi kecepatan arus,materi padatan tersuspensi, kedalamanperairan, kelimpahan �itoplankton, oksigenterlarut, kecerahan perairan, salinitas perairan,suhu perairan, kloro�il-a, dan pHperairan. Hasilpenilaian parameter tersebut disajikan padaTabel 4.

1) Kecepatan ArusKondisi kecepatan arus di pesisir Palabusa

Kota Baubau pada bulan September berkisarantara 35–40 cm/s dan bulan Oktober berkisar19–20 cm/s. Kenaikan kecepatan arus dapatmempersingkat �lushing time. Nilai tersebutmendukung untuk pertumbuhan kerangmutiara. Kecepatan arus yang baik mampumeningkatkan pasokan partikel makanan(�itoplankton) dalam jumlah yang banyak. Haltersebut disebabkan oleh adanya gerakan dariarus. Selanjutnya, adanya turbulensi dankondisi perairan yang terbuka diduga menjadiperbedaan nilai arus. Menurut Muhammaddkk. (2017) bahwa gerakan arus dapatditentukan oleh turbulensi dan kondisiperairan terbuka dan umumnya perputaranbahan organik perairan sangat efektif.

Kerang mutiara yang dibudidayakansangat cocok pada lokasi yang agak terlindungdari pengaruh angin dan arus yang kuat (Nadiadkk., 2019). Selanjutnya, pasang surut yangterjadi dapat menggantikan massa air secaratotal dan teratur untuk menjamin ketersediaanoksigen terlarut dan plankton (Latchere dkk.,2018). Berdasarkan hasil penelitian, lokasidengan arus 19 cm/s diduga berkontribusiterhadap tingkat keberhasilan kegiatanbudidaya kerang mutiara karena akanmendorong produktivitas perairan baik danadanya kontribusi terhadap ketersediaanmakanan.

Parameter

September Oktober

Standar Mutu

Kisaran Rata-Rata Standar Deviasi Kisaran Rata-Rata Standar Deviasi

Arus (cm/s) 35 – 40 38 ±2,580 19 – 20 19,5 0,520 16 - 25

MPT (mg/l) 10 – 34 18,4 ±7,210 14 – 34 21,90 ±8,770 <25

Kedalaman (m) 20 – 40 33,5 ± 6,256 20 – 40 33,5 ± 6,256 10 - 20

Kel. Fitoplankton(sel/l)

4.970 – 15.744 10.357 ± 4.284 4.706 - 11.378 6.913 ± 2.123 > 15.000 & < 5x105

DO (mg/l) 7,0 – 7,6 7,27 ± 0,263 6,9 – 7,4 7,16 ± 0,151 > 6

Kecerahan (m) 5,27 - 11,52 7,89 ± 2,120 6,70 - 11,62 9,46 ± 2,035 4.5-6.5

Salinitas (ppt) 30 – 33 31,5 ± 0,850 30 – 33 31,5 ± 0,850 32 - 35

Suhu (°C) 29 – 31 29,7 ± 0,590 29 – 31 29,7 ± 0,590 28 - 30

Klorofil-a (mg/l) 0,15 - 0,16 0,16 ± 0,003 0,12 – 0,15 0,13 ± 0,004 > 10

pH 6,8 – 7,4 7,07 ± 0,221 6,8 – 7,4 7,07 ± 0,221 7 - 8

Sumber: Data Primer diolah, 2019

Tabel 4.Hasil Pengukuran Parameter Biologi, Fisika, dan Kimia pada Kawasan Budidaya Kerang Mu�ara di Perairan Palabusa Kota Baubau

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

42

Arus sangat berperan dalam sirkulasi air,selain pembawa bahan terlarut dantersuspensi, arus juga mempengaruhi jumlahkelarutan oksigen dalam air. Di samping ituberhubungan dengan KJA kerang mutiara,kekuatan arus dapat mengurangi organismepenempel (fouling) pada jaring sehingga desaindan konstruksi keramba harus disesuaikandengan kecepatan arus serta kondisi dasarperairan (lumpur, pasir, karang). Latchere dkk.(2018) bahwa organisme penempel akan lebihbanyak menempel pada jaring bila kecepatanarus di bawah 25 cm/dt sehingga akanmengurangi sirkulasi air dan oksigen. Namundemikian, Muhammad dkk. (2017)mengemukakan kecepatan arus yang masihbaik untuk budidaya kerang mutiara dalam KJAberkisar 5–15 cm/dt.

2) Materi Padatan TersuspensiKonsentrasi materi padatan tersuspensi di

pesisir Palabusa Kota Baubau berkisar 10-34mg/l. Materi padatan tersuspensi pada bulanSeptember 2019 berkisar antara 10 mg/lsampai 34 mg/l dengan nilai rata-rata 18,4mg/l, pada bulan Oktober berkisar 14 mg/lsampai 34 mg/l. Perbedaan padatantersuspensi tersebut diduga disebabkan olehkomposisi material dasar perairan, pergerakanmassa air dan aktivitas pasang surut. MenurutDeegan dkk. (2012) bahwa, pergerakan airberupa pasang surut akan mampu mengaduksedimen yang ada. Kisaran nilai materi padatantersuspensi yang diperoleh di pesisir PalabusaKota Baubau berada pada kategori baik danmendukung untuk lokasi budidaya kerangmutiara yaitu sebesar 16-25mg/l (KepMen. LHNo. 51 Tahun 2004).

3) Kedalaman PerairanKedalaman perairan dapat mempengaruhi

penempatan rakit apung dan tali rentang dikaramba budidaya kerang mutiara. Lokasiperairan terlalu dalam akan menyebabkankesulitan dalam penempatan jangkar sebagaitambatan agar tidak bergerak.

Sebaran spasial kedalaman perairan dipesisir Palabusa Kota Baubau pada bulanSeptember dan bulan Oktober berkisar antara20-40 m. Perbedaan kedalaman didugadisebabkan oleh kontur dasar laut. Topogra�idaerah pesisir lokasi sampling dari daratan ke

arah laut umumnya curam, langsung berupatubir yang menjorok ke dasar laut. Meskipunsecara teknis, perairan Palabusa Kota Baubaucenderung dalam, akan tetapi masih dapatditolerir dengan memperkuat jangkar KJAmutiara, sehingga para pembudidaya perlumemperhatikan kekuatan KJA terutamamemperhitungkan ketahanan KJA pada musimtimur. Musim timur di perairan Palabusamenyebabkan terjadinya peningkatankecepatan arus dan gelombang. Akan tetapi,selama ini hal tersebut tidak menjadi masalahbagi pembudidaya dan justru dioptimalkandenganmemperkuat posisi jangkar.

Menurut Hamzah (2014) bahwa reliefdasar laut mempengaruhi kedalaman suatuperairan. Kedalaman perairan di pesisirPalabusa Kota Baubau dengan rata-rata 33,5 mmasuk dalam kategori kurang mendukunguntuk lokasi budidaya kerang mutiara.Berdasarkan pertimbangan ekologis dan teknisbudidaya, kedalaman yang baik untuk budidayakerang mutiara adalah lebih dari 10 m dantidak melebihi 20 m. Penentuan tingkatkedalaman tersebut mempertimbangkandimensi kantong jaring dan jarak minimalantara dasar kantong jaring dan dasar perairan(Adipu dkk., 2013). Meskipun tingkatkedalaman perairan Palabusamelebihi batasanoptimum sebagaimana dikemukakan olehHamzah (2014) dan Adipu dkk. (2013), akantetapi dapat ditaktisi dengan memperkuatposisi jangkar KJA.

4) Kelimpahan FitoplanktonKetersediaan unsur nutrien yang sesuai

dan keberadaan �itoplankton sebagai sumbermakanan kerang mutiara. Berdasarkan hasilpenelitian bahwa sebaran spasial kelimpahan�itoplankton di pesisir Palabusa Kota Baubauberkisar 4.970 – 15.744 (sel/l) bulanSeptember dan 4.706 - 11.378 (sel/l) padabulan Oktober. Nilai kelimpahan �itoplanktontertinggi pada bulan September. Nilai tersebutmemberikan gambaran bahwa ketersediaanmakanan alami untuk kerang mutiara cukuptersedia di perairan. Selanjutnya, �itoplanktonyang ditemukan di lokasi penelitian didominasi oleh kelas Bacillariophyceae. Jenis�itoplankton yang ditemukan di kawasanbudidaya kerang mutiara di Palabusa KotaBaubau disajikan pada Tabel 5.

43

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

Keberadaan �itoplankton di perairandipengaruhi oleh nutrien, kecerahan dan arus.Sebaran �itoplankton bersifat dinamisbergantung pada siklus harian dan musiman.Fitoplankton akan tumbuh lebih baik padapencahayaan yang lebih banyak, karena untukproses fotosintesisnya membutuhkan cahaya.Fitoplankton dapat terkonsentrasi padakedalaman air kurang dari 7 m. Sinar mataharidiperlukan bagi biota perairan sebagai sumberenergi.

Keterkaitan distribusi kelimpahan�itoplankton diduga kuat berkaitan dengankedalaman perairan (M. S. Hamzah & Nababan,2011). Selain itu proses �ilter-feeder padakerang mutiara juga mempengaruhikonsentrasi �itoplankton di perairan (Filgueiradkk., 2014). Nilai yang sesuai dengankebutuhan untuk budidaya kerang mutiarayaitu > 15.000 & < 5x105.

5) Oksigen TerlarutKonsentrasi oksigen terlarut di pesisir

Palabusa Kota Baubau berkisar 7,0-7,6 mg/lpada bulan September dan 6,9-7,4 (mg/l)bulan Oktober 2019. Kisaran nilai oksigenterlarut tersebut mendukung untuk lokasibudidaya kerang mutiara. Perbedaan oksigenterlarut disebabkan oleh pergerakan danpencampuran massa air serta siklus harian.Akan tetapi oksigen terlarut merupakanvariabel yang dinamis dalam perairan,sehingga sangat berkaitan dengan siklushariannya. Kondisi tersebut akanmenyebabkan perbedaan nilai kandungan

oksigen terlarut jika waktu pengukuran tidaksama. Hasil pengukuran oksigen terlarut padalokasi penelitian dengan nilai rata-rata 7,27mg/l. Menurut Hamzah (2014) bahwa yangsesuai dengan kebutuhan oksigen kerangmutiara yaitu > 6 mg/l. Kelarutan oksigen didalam air dipengaruhi suhu, salinitas dantekanan udara. Peningkatan suhu, salinitas dantekanan menyebabkan penurunan oksigen,begitu juga sebaliknya.

Daerah yang relatif terbuka mempunyaipergerakan massa air yang lebih baik sehinggamemungkinkan terjadinya pencampuranmassa air. Perairan Palabusa Kota Baubautermasuk daerah yang terbuka sehingga lebihmemudahkan terdifusinya oksigen ke dalamperairan, walaupun kontribusinya di perairanlebih kecil dibandingkan dengan mikroalga.Secara normatif, oksigen terlarut di perairanditopang oleh aktivitas fotosintesa mikroalgadan difusi oksigen. Akan tetapi oksigen terlarutmerupakan variabel yang dinamis dalamperairan, sehingga sangat berkaitan dengansiklus hariannya. Kondisi tersebut yangmenyebabkan perbedaan kandungan oksigenterlarut.

6) Kecerahan PerairanKecerahan perairan menunjukkan

kemampuan penetrasi cahaya kedalamperairan. Tingkat penetrasi cahaya sangatdipengaruhi oleh partikel yang tersuspensi danterlarut dalam air sehingga mengurangi lajufotosintesis.

Sebaran spasial kecerahan perairan dipesisir Palabusa Kota Baubau berkisar antara

Kelas Genus

Bacillariophyceae — Rhizosolenia,— Chaetoceros,— Diatoma,— Fragillaria,— Bacteriastrum,— Coscinodiscus,— Nitzschia,— Mellosira,— Navicula,— Bidulphia,— Thallasionema dan— Syendra

Dinophyceae — Cera�um

Cyanophyceae — Oscillatoria

Tabel 5.Jenis Fitoplankton yang ditemukan di Kawaan Budidaya KerangMu�ara di Palabusa Kota Baubau

Sumber: Data Primer diolah, 2019

Sumber: Data Primer diolah, 2019

Gambar 5. Sebaran kecerahan perairan di perairan PalabusaKota Baubau

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

44

5,27-11,52 m pada bulan September dan 6,70-11,62 m pada bulan Oktober 2019. Nilaikecerahan perairan pada lokasi penelitianmemperlihatkan kisaran yang layak untukmendukung budidaya kerang mutiara (Gambar5).Nilai yang diperoleh di lokasi penelitiansangat sesuai dengan pendapat Latchere dkk.(2018) bahwa untuk budidaya kerang mutiara,kecerahan ideal adalah 4,5-6,6m.

Adanya perbedaan kecerahan di lokasipenelitian pada setiap lokasi sampling didugadipengaruhi kedalaman perairan, materipadatan tersuspensi, dan cuaca saatpengamatan. Kecerahan perairan tergantungpada suspensi padatan, kepadatan planktondan kedalaman perairan. Sementara intensitasmatahari akan semakin jauh menembuskedalam perairan jika faktor penghambat diatas semakin kecil.

7) Salinitas PerairanSebaran spasial salinitas perairan di

pesisir Palabusa Baubau memiliki nilai kisaranyang sama pada bulan September dan bulanOktober yaitu berkisar 30-33 ppt. Nilaisalinitas perairan pada lokasi penelitianmemperlihatkan kisaran yang mendukunguntuk budidaya kerang mutiara. Kualitasmutiara yang terbentuk dalam tubuh kerangdapat dipengaruhi oleh kadar salinitas. Kondisikandungan salinitas di perairan lautmenunjukkan cukup layak untuk kegiatanbudidaya laut. Sebaran spasial salinitas dilokasi penelitian disajikan pada Gambar 6.

Nilai rekomendasi untuk budidaya kerangmutiara menurut Yukihira dkk. (2006) pada

kisaran 25-35 ppt. Kandungan salinitasmerupakan unsur penting pada perairan lautkarena mempengaruhi laju distribusi suatuorganisme laut dalam melakukan adaptasiterhadap lingkungan dengan osmoregulasi.Sedangkan menurut Ky dkk. (2014) dan Sujoko(2010) bahwa nilai salinitas yang cocok untukbudidaya kerang mutiara yaitu 32-35 ppt.Sebaran salinitas di laut dipengaruhi olehberbagai faktor seperti pola sirkulasi air,penguapan, curah hujan dan aliran sungai.

8) Suhu PerairanSuhu merupakan salah satu parameter

lingkungan yang berpengaruh langsungterhadap organisme terutama dalam mengaturmetabolisme tubuh suatu organisme diperairan sehingga berdampak pada pernafasandan konsumsi oksigen pada organisme.

Suhu perairan di pesisir Palabusa KotaBaubau pada bulan September dan bulanOktober tahun 2019 memiliki kisaran nilaiyang sama yaitu berkisar 29-31°C. Sebaranspasial suhu di perairan Palabusa Kota Baubaudisajikan pada Gambar 7.

Nilai suhu perairan pada lokasi penelitianmemperlihatkan kisaran yang mendukunguntuk kegiatan budidaya kerang mutiara. Suhuberperan penting bagi kehidupan danperkembangan biota laut, peningkatan suhudapat menurun kadar oksigen terlarutsehingga mempengaruhi metabolisme sepertilaju pernafasan dan konsumsi oksigen sertameningkatnya konsentrasi karbon dioksida.

Sumber: Data Primer diolah, 2019

Gambar 6. Sebaran spasial salinitas di perairan Palabusa KotaBaubau

Gambar 7. Sebaran spasial suhu di perairan Palabusa KotaBaubau

45

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

9) Kloro�il-aKonsentrasi kloro�il-a di pesisir Palabusa

Kota Baubau berkisar antara 0,15-0,16 padabulan September dan 0,12-0,13 pada bulanOktober 2019. Pada lokasi penelitian memilikisebaran spasial kloro�il-a yang hampir meratapada setiap perairan. Nilai kloro�il-a perairanpada lokasi penelitian memperlihatkan kisaranyang kurang mendukung untuk kegiatanbudidaya kerangmutiara.

Kloro�il-a perairan di pesisir Palabusa KotaBaubaumemiliki nilai rata-rata 0,16mg/l. Nilaiini cenderung tidak cocok untuk budidayakerang mutiara yaitu > 10 mg/l (Kishore &Southgate, 2016). Perbedaan nilai kloro�il-ayang terjadi di pesisir Baubau didugadisebabkan oleh kelimpahan �itoplankton yangjuga bervariasi di lokasi penelitian. Konsentrasikloro�il-a umumnya berhubungan dengankepadatan �itoplankton, khususnya bagi�itoplankton yang masih hidup. Tinggi ataurendahnya kloro�il-a berbeda tergantung padakelimpahan plankton.

10) pH PerairanpH perairan di pesisir Palabusa Kota

Baubau memiliki sebaran spasial berkisarantara 6,8-7,4 pada bulan September dan 6,8-7,4 pada bulan Oktober 2019. Nilai pH perairanpada beberapa lokasi penelitianmemperlihatkan kisaran yang mendukunguntuk kegiatan budidaya kerang mutiara. Haltersebut sesuai dengan pengelompokanKangkan dkk. (2007) dan Parenrengi (2010)pada Tabel 2 bahwa nilai kelayakan pH kategorisangat sesuai (S1) adalah 7-8. MenurutHamzah (2014) pH yang layak untukkehidupan kerang mutiara berkisar antara 7,8-8,6. Nilai pH 7,9-8,2 merupakan nilai yangsangat dibutuhkan kerang mutiara sehinggadapat berkembang dan tumbuh dengan baik.

C. Kesesuaian Kawasan Budidaya KerangMutiaraPenentuan kesesuaian kawasan budidaya

kerang mutiara di pesisir Palabusa KotaBaubau terdiri atas 3 kelas, yaitu S1 (sangatsesuai), S2 (sesuai) dan S3 (tidak sesuai).Terjadi perbedaan luas kesesuaian kawasanpada bulan September dan Oktober 2019,sebagaimana disajikan pada Tabel 6.

Hasil analisis kesesuaian menunjukkanbahwa pemanfaatan kawasan pesisir untuk

budidaya kerang mutiara di pesisir PalabusaKota Baubau dikategorikan menjadi tiga kelaskesesuaian, yaitu sangat sesuai (S1) denganluas 61,23 ha (59,54%), sesuai (S2) denganluas 28,8 ha d (28,01%), dan tidak sesuai (S3)dengan luas 12,8 ha (12,45%). Khusus kategoriS3 karena berada pada areal laut terbuka danberbatasan dengan kawasan budidaya rumputlaut. Sedangkan kategori sesuai karenaterdapat faktor yang tidak memenuhipersyaratan lokasi tetapi masih dapatdiusahakan dengan persyaratan teknologibudidaya.

Kesesuaian yang telah diketahui dapatmembantu untuk penataan ruang yang saat inimenjadi tantangan dalam perencanaanpengembangan budidaya. Luas kawasanperairan budidaya kerang mutiara yang sesuaibersifat dinamis mengikuti dinamika kondisiperairan. Lokasi sangat sesuai untuk budidayakerang mutiara berada pada KJA milikmasyarakat Palabusa (Gambar 8). Sedangkankategori sesuai berada di sekitar lokasibudidaya rumput laut.

No. Luas Lahan (ha) Nilai (%) Status Kesesuaian

1 61,23 59,54 Sangat Sesuai (S1)

2 28,8 28,01 Sesuai (S2)

3 12,8 12,45 Tidak sesuai (S3)

Total 102,83 100

Tabel 6.Kriteria Kesesuaian Lokasi untuk Budidaya Kerang Mu�ara

Sumber: Data Primer diolah, 2019

Sumber: Balitbang Kota Baubau, 2019

Gambar 8. Lokasi KJA Budidaya Kerang Mutiara MilikMasyarakat Palabusa

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

46

Berdasarkan kondisi lingkungan perairan,kualitas perairan mampu mendukung kegiatanbudidaya kerang mutiara. Selain itu,ketersediaan unsur nutrien yang sesuai dankeberadaan �itoplankton sebagai sumbermakanan kerang mutiara meskipunkelimpahannya relatif rendah.

Faktor pendukung kesesuaian lingkunganadalah parameter �isika-kimia perairan sepertikecepatan arus, material dasar perairan,kedalaman perairan serta wilayah perairanrendah akan paparan pencemaran perairandengan pertimbangan kondisi penggunaanlahan. Adapun ancaman pencemaran perairanberpotensi yang disebabkan limbah organikrumah tangga, pertanian hingga budidayaperairan darat yang dapat mengakibatkanpengaruh terhadap lingkungan perairan diantaranya rendahnya kadar oksigen terlarut,sedimentasi, hingga memicu terjadinyablooming algae yang berakibat pada kematianorganisme perairan.

D. Pendugaan Daya Dukung KawasanBudidaya Kerang MutiaraPendugaan daya dukung kawasan dengan

pendekatan �isik kawasan sangat berkaitandengan luas kawasan yang sesuai yaitu kelassangat sesuai dan sesuai. Analisis daya dukungkawasan dilakukan untuk mengestimasijumlah unit budidaya yang dapat didukungpada area yang berpotensi tanpa menimbulkandegradasi lingkungan dan penurunan kualitasatau kuantitas hasil produksi (Ross dkk., 2013).Selain itu, variasi budidaya kerang mutiara diperairan akan berdampak pada nilai produksidan daya dukung lingkungan budidaya (Ky dkk.,2018). Pengelolaan kawasan perairan berbasisdaya dukung sangat penting dilakukan untukmenjamin keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya di perairan pesisir Palabusa Kota Baubau.Dengan adanya penentuan kawasan perairantersebut, maka kelestarian ekosistem danoptimalisasi pemanfaatan sumber daya dikawasan tersebut dapat tercapai sehinggakeberlanjutan usaha budidaya kerang mutiaradapat terus berlangsung.

Daya dukung perairan untuk kegiatanbudidaya kerang di pesisir Palabusa KotaBaubau dengan menggunakan pendekatankapasitas �isik perairan adalah 90,03 ha.Analisis daya dukung didasarkan pada asumsi

bahwa lingkungan memiliki kapasitasmaksimum untuk mendukung kehidupanorganisme.

Daya dukung perairan untuk masing-masing sistem budidaya, baik sistem talirentang maupun rakit apung untuk kelassangat sesuai dan sesuai disajikan pada Tabel7.

Pesisir Palabusa Kota Baubau yangtergolong sangat sesuai untuk budidaya kerangmutiara dengan luas 61,23 ha dapatmenampung 36 unit tali rentang sedangkanuntuk sistem rakit apung dapatmenampung 72unit. Lokasi perairan yang masuk dalamkategori sesuai seluas 28,8 ha dapatmenampung 18 unit tali rentang sedangkanuntuk sistem rakit apung dapatmenampung 30unit.

Daya dukung yang dihasilkan untukmasing-masing kelas kelayakan memilikikapasitas tampung yang berbeda. Kawasanperairan kategori sangat sesuai mampumenampung hampir dua kali lipat dari jumlahoptimum unit yang ditampung pada perairandengan kategori sesuai. Luas kawasan 10 hapada kelas kelayakan sangat sesuai dengansistem budidaya tali rentang dapatmenampung 6 unit sedangkan untuk kelaskelayakan sesuai hanya mampu menampung 3unit tali rentang. Sistem budidaya rakit apungdengan luasan yang sama, yaitu 10 ha dapatmenampung 12 unit pada perairan kategorisangat sesuai dan 5 unit pada perairan yangmasuk kategori sesuai.

IV. K���������Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah

1. Karakteristik bio�isika-kimia perairan dikawasan budidaya kerang mutiarabervariasi dan cenderung mendukungpertumbuhan kerang mutiara, sehinggaperlu perlakuan khusus untuk konstruksibudidaya terutama penguatan jangkar

Sistem BudidayaJumlah Unit Per Satuan Luas (ha)

Sangat Sesuai Sesuai

Tali rentang 36 18

Rakit apung 72 30

Tabel 7.Jumlah Unit Budidaya Kerang Mu�ara

47

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

keramba pada perairan yang memilikikedalaman di atas 20m.

2. Pemanfaatan kawasan pesisir Palabusauntuk budidaya kerang mutiaradikategorikan menjadi tiga kelaskesesuaian, yaitu sangat sesuai (S1)dengan luas 61,23 ha (59,54%), sesuai(S2) dengan luas 28,8 ha d (28,01%), dantidak sesuai (S3) dengan luas 12,8 ha(12,45%).

3. Daya dukung untuk kelas kelayakan sangatsesuai (S1) dengan sistem tali rentangberjumlah 36 unit rakit apung berjumlah72 unit, kelas kelayakan sesuai (S2)dengan sistem tali rentang berjumlah 18unit dan rakit apung berjumlah 32 unit.

U����� T����� K����Ucapan terima kasih penulis kepada

Kepala Balitbang Kota Baubau yang telahberkenaan bekerja sama dengan LPPMUniversitas Halu Oleo dan mendukung danapenelitian melalui APBD Kota Baubau Tahun2019. Ucapan terima kasih secara khususkepada Bapak Rektor Universitas Halu Oleoyang telah mengamanahkan penulis untukmelaksanakan penelitian kerja sama ini.Selanjutnya, penulis menghaturkan terimakasih dan penghargaan kepada semua pihakyang berkontribusi dalam penelitian, baik awalproses administrasi, pelaksanaan penelitian,diseminasi penelitian maupun �inalisasipenelitian.

V. R��������Adipu, Y., Lumenta, C., & Sinjal, H. J. (2013).

Kesesuaian Lahan Budidaya Laut diPerairan Kabupaten Bolaang MongondowSelatan, Sulawesi Utara. Jurnal Perikanandan Kelautan Tropis, 9(1), 19–26. https://doi.org/10.35800/jpkt.9.1.2013.3448

Deegan, L. A., Johnson, D. S., Warren, R. S.,Peterson, B. J., Fleeger, J. W., Fagherazzi, S.,& Wollheim, W. M. (2012). Coastaleutrophication as a driver of salt marshloss.Nature, 490(7420), 388–392. https://doi.org/10.1038/nature11533

Filgueira, R., Guyondet, T., Comeau, L. A., &Grant, J. (2014). A fully-spatial ecosystem-DEB model of oyster (Crassostrea

virginica) carrying capacity in theRichibucto Estuary, Eastern Canada.Journal of Marine Systems, 136, 42–54.h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /j.jmarsys.2014.03.015

Hamzah, M. S. (2014). Hubungan antara variasimusiman dan kedalaman terhadappertumbuhan dan kelangsungan hidupkerang mutiara (Pinctada maxima) diTeluk Kapontori pulau Buton. Jurnal IlmuDan Teknologi Kelautan Tropis, 6(1), 143–155. http://lipi.go.id/publikasi/Hubungan-antara-variasi-musiman-dan-kedalaman-terhadap-pertumbuhan-dan-kelangsungan-hidup-kerang-mutiara-Pinctada-maxima-di-Teluk-Kapontori-pulau-Buton/20005

Hamzah, M. S. (2009). Daya Dukung LokasiBudidaya Teluk Kapontori, Pengaruhnyaterhadap Kelangsungan Hidup danKualitas Mutiara Kerang Mabe (Pteriapenguin) dengan Menggunakan WarnaNucleus yang Berbeda. Prosiding SeminarNasional, Kebijakan dan Penelitian BidangPertanian untuk Mencapai KebutuhanPangan dan Agroindustri, 120–130.

Hamzah, M. S., & Nababan, B. (2011). The Effectof Seasons and Depths on Growth andSurvival Rate of Pearl Oyster (Pinctadamaxima) in Kodek Bay, North Lombok.Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis,3(2), 48–61. https://doi.org/10.29244/jitkt.v3i2.7821

Howarth, R. W., Anderson, D. B., Cloern, J. E.,Elfring, C., Hopkinson, C. S., Lapointe, B.,Malone, T., Marcus, N., McGlathery, K.,Sharpley, A. N., & Walker, D. (2000).Nutrient pollution of coastal rivers, bays,and seas. Dalam Issues in Ecology (Nomor7, hlm. 1–16). http://pubs.er.usgs.gov/publication/70174406

Joubert, C., Linard, C., Le Moullac, G., Soyez, C.,Saulnier, D., Teaniniuraitemoana, V., Ky, C.L., & Gueguen, Y. (2014). Temperature andFood In�luence Shell Growth and MantleGene Expression of ShellMatrix Proteins inthe Pearl Oyster Pinctada margaritifera.PLoS ONE, 9(8), e103944. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0103944

Kainawa: Jurnal Pembangunan & Budaya 2 (1) (2020): 35—49

48

Kangkan, A. L., Hartoko, A., & Suminto. (2007).Studi Penentuan Lokasi untukPengembangan Budidaya LautBerdasarkan Parameter Fisika, Kimia danBiologi di Teluk Kupang, Nusa TenggaraTimur. Jurnal Pasir Laut, 3(1), 76–93.http://eprints.undip.ac.id/4401/

Kishore, P., & Southgate, P. C. (2016). The effectof different culture methods on the qualityof round pearls produced by the black-lippearl oyster Pinctada margaritifera(Linnaeus, 1758). Aquaculture, 451, 65–71.h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /j.aquaculture.2015.08.031

Ky, C.-L., Molinari, N., Moe, E., & Pommier, S.(2014). Impact of season and grafter skillon nucleus retention and pearl oystermortality rate in Pinctada margaritiferaaquaculture. Aquaculture International,22(5), 1689–1701. https://doi.org/10.1007/s10499-014-9774-6

Ky, C.-L., Nakasai, S., Molinari, N., & Devaux, D.(2015). In�luence of grafter skill andseason on cultured pearl shape, circles andrejects in Pinctada margaritiferaaquaculture in Mangareva lagoon.Aquaculture, 435, 361–370. https://d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /j.aquaculture.2014.10.014

Ky, C.-L., Nakasai, S., Parrad, S., Broustal, F.,Devaux, D., & Louis, P. (2018). Variation incultured pearl quality traits in relation toposition of saibo cutting on the mantle ofblack-lipped pearl oyster Pinctadamargaritifera. Aquaculture, 493, 85–92.h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /j.aquaculture.2018.04.059

Latchere, O., Mehn, V., Gaertner-Mazouni, N.,Moullac, G. L., Fievet, J., Belliard, C., Cabral,P., & Saulnier, D. (2018). In�luence of watertemperature and food on the last stages ofcultured pearl mineralization from theblack-lip pearl oyster Pinctadamargaritifera. PLOS ONE, 13(3), e0193863.h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 3 7 1 /journal.pone.0193863

Muhammad, G., Atsumi, T., Sunardi, & Komaru,A. (2017). Nacre growth and thickness of

Akoya pearls from Japanese and HybridPinctada fucata in response to theaquaculture temperature condition in AgoBay, Japan. Aquaculture, 477, 35–42.h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /j.aquaculture.2017.04.032

Nadia, L. O. A. R., Oetama, D., Hamzah, M.,Takwir, A., & Erawan, M. T. F. (2019).Potensi dan Arahan PengembanganKampung Wisata Bahari Berbasis ProdukUnggulan Mutiara di Kelurahan PalabusaKota Baubau. Kainawa: JurnalPembangunan & Budaya, 1(2), 115–130.h t t p s : / / d o i . o r g / 1 0 . 4 6 8 9 1 /kainawa.1.2019.115-130

Parenrengi, A. (2010). Budi Daya Rumput LautPenghasil Karaginan (Karagino�it). BalaiRiset Perikanan Budidaya Air Payau,Badan Penelitian dan PengembanganKelautan dan Perikanan, KementerianKelautan adn Perikanan. https://b o o k s . g o o g l e . c o . i d /books?id=lMM9MwEACAAJ

Raman, R. K., & Gajera, N. B. (2014). Study onPotential Application of GeographicInformation Systems (GIS) to �ind outSuitable Aquaculture Site in Pune—Maharashtra, India. International Journalof Advanced Remote Sensing and GIS, 3,669–680. https://www.semanticscholar.org/paper/Study-on-Potential-Application-of-Geographic-( G I S ) - R a m a n - G a j e r a /b318cda9050aa08b98dcc77b6bbc8b38084a94b7

Ross, L. G., Telfer, T. C., Falconer, L., Soto, D., &Aguilar-Manjarrez, J. (Ed.). (2013). Siteselection and carrying capacities for inlandand coastal aquaculture. FAO. http://www.fao.org/fi/oldsite/eims_search/1_dett.asp?calling=simple_s_result&lang=en&pub_id=311142

Sujoko, A. (2010). Membenihkan KerangMutiara. Insania.

Yukihira, H., Lucas, J. S., & Klumpp, D.W. (2006).The pearl oysters, Pinctada maxima and P.margaritifera, respond in different ways toculture in dissimilar environments.

49

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerang Mutiara melalui Pendekatan Daya Dukung di Pesisir Palabusa Kota BaubauLa Ode Abdul Rajab Nadia, Dedy Oetama, Amadhan Takwir, Laode Muhamad Hazairin Nadia

Aquaculture, 252(2), 208–224. https://d o i . o r g / 1 0 . 1 0 1 6 /j.aquaculture.2005.06.032

Yulianda, F. (2007). Ekowisata bahari sebagaialternatif pemanfaatan sumberdaya pesisir

berbasis konservasi. 21. https://s c h o l a r . g o o g l e . c o . i d /scholar?hl=id&as_sdt=0,5&cluster=5905267816677687812