C04imf
Transcript of C04imf
STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUNDI PANTAI BATU JIMBAR SANUR
Oleh:INUNG MASLUKHATUL FAUZIYAH
C06497034
SKRIPSlSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar saijaiia pada
Program Studi Ilmu Kelautan
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2004
ringkasan
INUNG MASLUKHATUL FAUZIYAH. C06497034. Struktur KomunitasPadang Lamun di Pantai Batu Jirabar Sanur. Dibimbing oleh R,
WIDODO danYULI NAULITA
Komunitas padaiig iamun di perairan pesisir mempunyai manfaat secaraekonomis inaupun ekoiogis. Secara ekonomis lamun dimanfaatkan sebagai bahanpangan, pakan temak, bahan kerajinan, pupuk dan obat. Secara ekoiogis lamunmerupakan tempat pemijalian, mencari makan, tempat asuhan dan tempat ruayaberbagai jenis ikan dan organisme laut lainnya.
Bagi masyarakat setempat, pantai Batu Jimbar memiliki peranan yang cukuppenting. Selain sebagai tempat pariwisata, nelayan setempat memanfaatkan sebagaitempat mencari ikan, udang dan kerang-kerangan yang dipanen langsung dari padanglamun di pantai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian secaralangsung maupun tidak langsung padang lamun bermanfaat sekali bagi masyarakatsetempat. Berdasai-kan manfaat lamun tersebut maka perlu dilakukan kajian terhadapekosistem padang lamun ini.
Penelitiaii ini bertujuan untuk niengetahui struktur komunitas padang lamundi pantai Batu Jimbar Sanur, sehingga dapat diketahui gambaran tentang kondisikomunitas padang lamun di perairaii ini.
Penelitian dilakukan sepanjang pantai Batu Jimbar Sanur bagian selatan padabulan Januari sampai Pebruarl 2003, yang terdiri dari pengambilan contoh sedimendan identifikasi lamun. Wilayah pengamatan dibagi menjadi tiga stasiun dengan jarakantar stasiun 100m. pada setiap stasiun dibagi menjadi tiga sub stasiun dengan jarakdiantaranya 50m. stasiun 1 terletak di sebelah selatan, dekat dengan lembahSemawang, stasiun 2 di daerah renang hotel Hyatt dan stasiun 3 diutaranya.
Pengamatan lapangan yang dilakukan terdiri dari pengamatan lamun yangmeliputi jenis, jumlali tegakan dan presentase penutupan jenis, serta pengukuranparameter lingkungan yang meliputi suhu, salinitas, kedalaman perairan, kecerahan,kecepatan arus serta pengambilan contoh substrat.
Anallisis data yang dilakukan yaitu kepadatan jenis
, persen penutupan jenislamun, komposisi jenis lamun, indeks dispersi Morisita, indeks keanekaragaman,keseragaman dan dominansi.
Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan nilai-nilai parameter lingkungansebagai berikut: suhu perairan berkisar antara 29 °C - 30 ''C, salinitas 34,7 %o - 35,3%o, kecerahan 100 %, kecepatan arus 37 - 67 cm/det dan kedalaman perairan saatsurut 25 - 30 cm dan saat menjelang pasang 125 ~ 130 cm. Substrat dasar perairanpantai Batu Jimbar bertipe pasir, hasil ini mengacu pada perbandingan fraksi pasir,debu dan liat dari masing-masing stasiun.
Komunitas padang lamun di pantai Batu Jimbar merupakan tipe komunitascampuran. Komposisi iamun yang ditemui di pantai ini terdiri dari tujuh jenis yaitutigadari famili Hidrocharitaceae (Enhalus acoroides,
Thalassia hemprichii,Halophila ovalis) dan empat dari famili Potamogetonaceae (Thalassodendronciliatum, Syringodium isoetifolimn, Cymodocea rotimdata, Halodule uninervis).
Kepadatan total berkisar antai-a 198 ind/m" - 349 ind/m� dengan penutupantotal 27,80 % - 33,53 %. Kepadatan tertinggi diperoleh dari jenis Enhalus acoroidesdengan kisaran 97 - 149 indW dengan penutupan 10,68 % - 20,40 %. Kepadatanterendali ditemui pada jenis Halodule uninervis yaitu 4 ind/m� dengan penutupan 0,21%. Berdasarkaii nilai penutupan total tersebut, Komunitas pantai Batu Jimbartergolong kepadatan sedang.
Nilai indeks keanekaraganian berkisai* antara 1,01 - 1,92, indeks keseragamanberkisar antara 0,44 - 0,74 dan indeks dominansi berkisar antara 0,30 - 0,61.Berdasarkan kisaran indeks-indeks tersebut, komunitas pantai Batu Jimbar kurangstabil dengan kestabilan tertinggi di bagian selatan
Penyebaran setiap jenis laniun berpola mengelompok dengan berbagai tingkatpengelompokan. Jenis Enhalus acoroides mempunyai tingkat pengelompokanterendah dan cenderung mendekati acak, tingkat pengelompokan tertinggi ditemukanpada jenis Halodule uninervis.
Zonasi dari selatan (stasiun 1) ke arah utara (stasiun 3), jumlah jenis lamunyang ditemukan seniakin menurun. Hasil pengamatan menunjukkan kepadatan jenisEnhalus acoroides meningkat, Thalasia hemprichii menurun, Halophila ovalismenurun, Cymodocea rotundata cenderung konstan diikuti dengan menghilangnyajenis yang Iain. Dari pantai ke arah tubir, kepadatan jenis Thalasia hemprichii naikdan kepadatan jenis Enhalus acoroides seinakin menurun, kecuali di stasiun 3kepadatan Enhalus acoroides konstan cendrung naik. Jenis-jenis yang lain tidakmenunjukkan pola naik turun yang jelas.Judul skripsi : STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN
DIPANTAIBATU JIMBAR SANUR
Nama mahasiswa : Inung Maslukhatul FaiiziyaliNomor pokok : C06497034
Program studi : Ilmii kelautan
Meiiyetujui,
Ir. R. Widodo Pembimbing Utania
Ir. Yuii Naulita. M.Si Pembimbing Kediia
Mengetahui,
Dr. Ir. I Wavan Nuriava. M.Sc Ketlia Program Studi
Tanggal luliis: 10 Pebruari 2004KATA PENGANTAR
Ekosistem padang laniuii merupakaii salah satu ekosistem pelindung pantaiyang kurang dilirik oieh masyarakat, balikaii cendeung dianggap mengganggu dantidak bermanfaat. Sementara itu, padang lamun mempunyai manfaat secai-a ekonomis
maupun ekologis. Keadaaii ini niendorong untuk dilakukan studi tentang iamun.
Maksud studi ini ialali mengkaji dari sudut pandang ilmiah komunitas padanglamun di pantai Batu Jimbar. Harapan dari hasil studi ini bisa menjadi pertimbangandalam pengelolaan iingkungan pantai yang berkelanjutan, terutama pada kawasanSanur.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak I
r. R. Widodo dan Ibu
Ir. Yuli Naulita, M.Si atas bimbingannya, juga kepada segenap pihak }'ang telah
membantu terlaksananya studi ini.
Dengan penuh harapan penulis berharap hasil ini dapat bermanfaat bagisegenap pihak. Kritik dan saran untuk perbaikan dan melengkapi tetap penulisharapkan,
Bogor, Pebruari 2004
Penulis
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL : ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN ! xi
l.PENDAHULUAN1.1 Latar belakang 11.2 Tujuan ..2
2. TINJAUAN PUSTAKA2.1 Morfologi Umum Tumbuhan Laniun 32.2 Klasifikasi dan Sebaran Lamun 32.3 Koniunitas Padang Lamun 72.4 Peran Ekologis Lamun 102.5 Karakteristik Jenis Lamun 112.6 Parameter Lingkungan Hidup Lamun 13
3. METODE PENELITIAN3.1 Waktu dan Lokasi Pengamatan 153.2 Alat dan Bahan . 163.3 Metode Pengambilan Data 16
3.3.1 Penentuan Stasiun Pengamatan 163.3.2 Pengamatan Lamun 173.3.3 Pengukuran Parameter Lingkungan 18
3.4 Analisa Data 183.4.1 Kepadatan Jenis Lamun ,.....3.4.2 Persen Penutupan Jenis Lamun 183.4.3 Komposisi Jenis Lamun 193.4.4 Pola Pemencaran Lamun 203.4.5 Indeks Keanekaraganian, Keseraganian
dan Dominansi 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil 23
4. L1 Parameter Lingkungan 23
4.1.3 Indeks Ekologi 264.2 Pembahasan 28
4.2.1 Parameter Lingkungan Pantai Batu Jimbar 28
4.2.2 Kondisi Komunitas Padang Lamun 305. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesinipulan . 365,2 Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 40
RIWAYATHIDUP 50
viiiDAFTARTABEL
Halaman1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian 162. Parameter lingkungaii yang dianiati . ...183. Peiigkelasan domiiiansi . 194. NUai prameter lingkungaii di pantai Batu Jimbar 235. Kepadatan dan persen penutupan lamun dari tiap jenis di pantai Batu Jimbar 24
6. Indeks Keanekaragaman (H'), Keseragaman (E) dki Dominansi (D) 27
7. Nilai indeks dispersi morisita tiap jenis lamun .27
8. Volume pipet, waktu dan kedalaman pemipetan 49DAFTAR GAMBAR
Halaman1. Bentuk tumbuhan lamun secara umum (Tomascik et. al., 1997b)
42A, Peta penyebaran jenis lamun famili Hidrocharitaceae di Indonesia
(Tomascik et. ai, 1997b) 62B. Peta penyebaran jenis lamun famili Pofaniogetonaceae di Indonesia
(Tomascik a/., 1997b) . 73. Pola mnum penyebaran individu dalam populasi (Odum, 1959)
94. Peta lokasi penelitian di pantai Batu Jimbar Sanur . 155. Sketsa pantai Batu Jimbar dan posisi transek kuadrat 18
6. Grafik kepadatan jenis lamun di pantai Batu Jimbar 247. Grafik persen penutupan jenis lamun di pantai Batu Jimbar
258. Grafik koniposisi jenis lamun di pantai Batu Jimbar 25
9. Tiga jenis lamun A. Enhahts acoroides, B. Thalassia hempnchii di tengah
laguna {the Bali Beach Conservation Project) 2610. Hamparan lamun di dekat tubir A. Thalassodendron ciliatum (di daerah
spur) B. Pasir (groove) (the Bali Beach Conservation Project) 26
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1. Proses penetapan tekstur tanah cara pipet 412. Data kecepatan arus 433. Data komposisi substrat dasar perairan di ketiga stasiun 444. Data kepadatan lamun di ketiga stasiun 455. Data persen penutupan lamun di ketiga stasiun 466, Segitiga Miller 47
8. Gambar jenis lamun famili Potamogetonaceae 491. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diriuntuk hidup terbenam di dalam air laut. Lamun hidup di perairan dangkal yang agakberpasir dan sering pula dijumpai pada terumbu karang. Kadang-kadang lamun
membentuk komunitas yang lebat hingga merupakan padang lamun {Seagrass bed)yang cukup luas (Nontji,1987). Dasar habitat padang lamun adalah perairan yangdangkal, cerah serta memiliki substrat yang lunak, serta diperlukan adanya sirkulasiair yang membawa bahan nutrien dan sisa-sisa metaboiisme.
Di seluruh dunia terdapat 49 jenis lamun yang terdiri dari 12 genus yangtersebar hampir di sebagian besar perairan dunia kecuali daerah kutub utara, kutubselatan dan Afrika selatan (Den Hartog, 1970). Indonesia mempunyai panjang gartspantai lebih dari 80.000 km diduga memiliki hamparan padang lamun terluas didaerah tropis (Kiswara et al., 1994), dan memiliki 12 dari 49 jenis lamun. (Tomasciketal, 1997a).
Komunitas padang lamun di perairan pesisir mempunyai manfaat secaraekonomis maupun ekologis. Secara ekonomis, lamun telah banyak dimanfaatkan
sebagai bahan pangan, pakan temak, bahan kerajinan, pupuk dan obat. Secara
ekologis lamun merupakan tempat pemijahan {spawning ground), tempat asuhan
{nursery ground) dan sebagai tempat ruaya bebagai jenis ikan dan organisme laut
lainnya (Fortes, 1989). Perairan pesisir yang memiliki komunitas padang lamun salah
satunya adalah pantai Sanur, Bali.Kawasan Sanur merupakan laguna dari sistem terumbu t
epi selatan pulau Bali
yang terbentang lebih dari 8 km. Pada beberapa tempat, lebar laguna bisa mencapai700 m. Substrat dasar laguna terbentuk dari akumulasi cangkang foraminifera sertamateri biogenik lainnya.Dasar laguna ditumbuhi oleh delapan jenis lamunmembentuk suatu hamparan lamun yang luas (Tomascik et al, 1997a).
Bagi masyarakat setempat, pantai Batu Jimbar Sanur memiliki peranan yangcukup Denting, selain untuk kegiatan pariwisata, nelayan tradisional setempat
2
memanfaatkan sebagai tempat mencari ikan, udang dan kerang-kerangan yangdipanen langsung dari padang lamun di pantai tersebut untxik meraenuhi kebutuhansehari-hari. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung padang lamunbermanfaat sekali bagi masyarakat seterapat. Berdasarkan manfaat lamun tersebut,maka perlu dilakukan kajian terhadap ekosistem padang lamun ini.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas padang lamundi Pantai Batu Jimbar Sanur, sehingga dapat diketahui gambaran tentang kondisikomunitas padang lamun di perairan ini.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Urauni Tumbuhan Lamun
Lamun merupakan tumbuhan berbunga. Sebagai tumbuhan yang memiliki
pembuluh, lamun secara stmktural dan fungsional memiliki kesamaan dengantumbuhan daratan(Yulianda, 1996).
Lamun memiliki akar rhizoma yang kuat. Akar ini berfungsi sebagai jangkardan penyerap nutrien dari substrat. Semua lamun memproduksi rambut akar,kelimpahan rambut akar ini bervariasi pada setiap spesies (Phillips and Menez,1988).
Lamun memiliki daun-daun tipis memanjang seperti pita yang mempunyaisaluran-saluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkandifusi gas dan nutrien antara daun dan air juga memaksimalkan proses fotosintesis di
pennukaan daun (PhiHps and 1988).Sebagian besar lamun berumah dua, artinya dalam sat
u tumbuhan hanya ada
bunga jantan saja atau bunga betina saja. Sistem pembiakannya bersifat khas karenamelalui penyerbukan di dalam air (Nontji,
1987), selain itu lamun mampuberkembang biak dengan cara vegetatif melalui akar rhizoma dan pertumbuhanbatang tegak baru (Phillips and Menez, 1988). Bentuk tumbuhan lamun secara umum
dapat dilihat pada Gambar 1.
2.2 Klasifikasi dan Sebaran Lamun
Di Indonesia sampai saat ini tercatat ada 12 spesies lamun. Kedua belas jenislamun ini tergolong pada tujuh genus. Ketujuh genus ini terdiri dari tiga genus darifamili Hydrocharitaceae yaitu Enhalus, Thalassia dan Halophila dan empat genusdarifamili Potamogetonaceae yaitu Syringodium, Cymodocea, Halodulp dan
Thalassodendron (Nontji, 1987).
Gambar 1. Bentuk tumbuhan lamun secara umum (Tomascik et. al., 1997b).
Klasifikasi tumbuhan lamun yang terdapat di Indonesia (Yulianda, 1996)adalah sebagai berikut:
Divisi: AnthophitaKelas ; Angiospermae
Subkelas : MonocolyledoneaeOrdo : Helobiae
Famili: PotamogetonaceaeGenus ; Halodide
Spesies ; Halodule pinifoliaSpesies : Halodule uninervis
5
Genus : CymodoceaSpesies : Cymodocea rotundata
Spesies : Cymodocea serulataGenus : Syringodium
Spesies : Syringodium isoetifoliumGenus : Thalassodendron
Spesies : Thalassodendron ciliatumFamili: Hydrocharitaceae
Genus : Enhalus
Spesies : Enhalus acoraides
Genus : Thalassia
Spesies : Thalassia hemprichiiGenus : Halophila
Spesies: Halophila spinulosaSpesies; Halophila decipiensSpesies; Halophila minor.
Spesies : Halophila ovalis
Lamun tumbuh di perairan dangkal di daerah intertidal (Tomascik e(.
(3/., 1997b), namun mereka tampak sangat melimpah di daerah sublitoraL Jumlah
spesiesnya lebih banyak terdapat di daerah tropik daripada di daerah ugahari.(Nybakken, 1992).
Dari 12 genus lamun di dunia, 7 genus merupakan lamun
tropis yaitu Enhalus,Thalassia, Halophila, Halodule, Cymodocea, Syringodium, Thalassodendron dan 5
genus lamun subtropis yaitu Zostera,Phillospudix,Heterozosiera, Posidonia,
Amphibolis. Dari 7 genus lamun tropis tersebut, terdapat beberapa jenis yang mampuhidup sampai daerah subtropis bahkan di daerah ugahari, yaitu Halophila ovalis dan
Syringodium isoetifolium, dan beberapa jenis mampu hidup terbatas hanya padadaerah sub tropis yaitu Cymodocea nodosa,
Cymodocea angustata dan
Thalassodendron pachirhizum (Den Hartog. 1970).6
Keragaman lamun terbesar di dunia terdapat di perairan Indo-Pasifik (DenHartog, 1970). Australia mempakan daerah dengan keragaman lamun terbesar didunia niemiiiki 31 jenis lamun dari 11 genus. Di perairan Asia Tenggara terdapat 16
jenis lamun dari 7 genus, 12 jenis diantaranya tersebar merata di seluruh perairanIndonesia, kecuali Halophila s
pinulosa dan Halophila decipiens mempunyaipenyebaran yang lebih terbatas (Tomascik et. al, i997b). Peta penyebaran ke-12
jenis lamun di Indonesia disajikan pada Gambar 2A dan 2B.
Halophila decipiens Halophila spinulosa
Gambar 2A. Peta penyebaran jenis lamun famili Hidrocharitaceae di Indonesia
(Tomascik e/. al, 1997b)7
(Tomascike/. al, i997b)
2.3 Komunitas Padang Lamun
Komunitas biotik adalah kumpulan populasi yang hidup dalam daerah atauhabitat fisik tertenlu, hal tersebut merupakan saluan yang terorganisir sedemikian
sehingga komunitas biotik tersebut mempunyai sifat-sifat tambahan terhadapkomponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melaiui transfermetabolik yang bergandengan (Odum, 1959).
8
Ada lima karakteristik yang membentuk komunitas yang dapat dipelajari dandiukur yakiii : 1) keanekaragamaii jenis, 2) bentuk dan struktur pertumbuhan, 3)dominansi, 4) kelimpahan jenis dan 5) struktur tropik. Kelima faktor tersebut jugadisebut karakteristik komunitas (Krebs, 1972).
Keanekaragaman adalah suatu keragaman atau perbedaan diantara anggota-anggota suatu kelompok. Suatu populasi mungkin beragam dari struktur umur, fase
perkembangan atau dari segi genetik individu-individu
penyusunnya. Dalam ekologi,keanekaragaman umumnya mengarah ke keanekaragaman jenis (Mc Naughton and
Wolf, 1990 in Bria, 2003). Ada dua jenis pendekatan. yang digunakan untuk
menganalisis keanekaragaman jenis dalam keadaan yang berlainan, yaitu ; 1)pembandingan yang didasarkan pada bentuk, pola atau persamaan kurva banyaknyajenis, 2)pembandingan yang didasarkan pada indeks keanekaragaman, yangmerupakan nisbah atau pemyataan matematika lainnya dari hubungan jenis-jeniskepentingan. Pendekatan kedua merupakan pendekatan yang paling sering digunakan(Odum, 1973). Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman tinggi jikaterdapat jenis yang melimpah secara merata. Jika komunitas disusun dari sejumlahkecil jenis, atau hanya sejumlah kecil jenis yang melimpah maka keanekaragamanjenis dalam komunitas tersebut rendah (Brewer et. ai, 1990).
Kemerataan disebut juga sebagai keseimbangan dari komposisi individu tiapjenis. Jika kemerataan mendekati minimum maka dalam komunitas tersebut terjadidominansi jenis. Sebaliknya bila kemerataan mendekati maksimum maka komunitastersebut memiliki kondisi yang relatif stabil (Brewer ei. al, 1990).
Diantara organisme-organisme pembentuk komunitas, hanya beberapa jenisyang memperlihatkan pengendalian nyata
dalam memfungsikan keseluruhan
komunitas. Kepentingan organisme dalam komunitas tidak ditentukan oleh posisitaksonominya, tetapi oleh jumlah, ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat
kepentingan jenis biasanya dinyatakan dengan indeks dominansi (Michael, 1994 in
Bria, 2003). Jenis dominan mengendalikan struktur dan komposisi jenis dari suatu
komunitas dengan mempengaruhi faktor-faktor fisika dan kimia seperti temperatur,ketersediaan cahaya dan nutrien (Brower et. al., 1990). Hilangnya jenis dominan akan
9
menimbulkan perubahan-perubahan penting, tidak hanya pada komunitas biotik tapiberpengaruh juga pada lingkungan fisik (Odum, 1973).
Individu-individu di dalam populasi dapat tersebar melalui tiga pola (Gambar3), yaitu 1) acak, 2) seragam, lebih teratur daripada acak, dan 3) bergerombol ataumengelompok. Pemencaran secara acak relatif jarang di alam, terjadi bila lingkungansangat seragam dan terdapat padanya kecenderungan untuk berkumpul. Pemencaran
1. seragam 2. acak 3. mengelompok
seragam dapat terjadi bila persaingan diantara individu sangat keras, akibat adanyaantagonisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama. Pengelompokandari berbagai tingkat mewakili pola yang paling umum, hampir merupakan aturan,apabila yang diperhatikan adalah individu-individu (Odum, 1959).
Gambar 3. Pola umum pemencaran individu dalam populasi (Odum,1959)
Pengelompokan individu merupakan hasil/akibat dari pengumpulan individu-individu 1) dalam menanggapi perubahan-perubahan cuaca harian dan musiman, 2)menanggapi perbedaan habitat setempat, 3) sebagai akibat dari proses reproduktif.Pengumpulan dapat meningkatkan persaingan diantara individu-individu untuk hara,
pakan atau ruangan, tetapi ini seringkali diimbangi dengan meningkatnya daya hidup
kelompok (Odum, 1973).Komunitas padang lamun mempunyai tiga tipe
vegetasi, yaitu vegetasimonospesifik (tunggal), asosiasi dua/tiga jenis dan vegetasi campuran (Nienhuis
10
et. ai, 1991). Vegetasi moiiospesifik merupakan komunitas lamun yaiig terdiri atassatu jenis, dan terjadi sementara sebagai fase intermediate menuju situasi yang lebihstabil (vegetasi campuran). Vegetasi campuran biasanya terdiri dari beberapa asosiasi,minimal empat jenis (Nienhuis et aL, 1991).
2.4 Peran Ekologis Lamun
Lamun merupakan tumbuhan autotrof yang dapat melakukan fotosintesis.Lamun dapat memfiksasi sejumlali karbon organik dan sebagian besar memasukirantai pakan baik raelalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui
proses dekomposisi (Thorhaug dan Rogler, 1976 in Hutomo, 1985). Materi lamun
yang putus dan tanaman yang tumbang dihanyutkan arus ke lingkungan sekeliling,Den Haitog, (1976) in Hutomo, (1985) memperkirakan bahwa serasah yangdiproduksi oleh lamun mungkin membantu meningkatkan kelimpahan fito dan
zooplankton di permukaan terumbu karang. Oleh karenanya lamun berperan sebagaiprodusen primer.
Peran yang lain yaitu sebagai habitat biota, dengan memberikan perlindungan,tempat menetap serta tempat ruaya baik juvenil maupun b
iota dewasa. Daun lamun
mendukung sejumlah besar organisme epifitik dengan suatu substrat yang cocokuntuk penempelan. Selain hewan menempel terdapat pula hewan bergerak yang hidupdi perairan di bawah tajuk daun berupa ikan, udang, cumi-cumi dan hevvan yangdapat hidup di dalam sedimen (Hutomo, 1985).
Daun-daun lamun memperlambat arus air dan gelombang, memperbesarterjadinya sedimentasi dan nienghambat tersuspensinya kembaii bahan organik dan
anorganik (Wood, Odum dan Zieman ,1969 in Phillips and Menez, 1988). Rhizomadan akar lamun menangkap dan menggabungkan sedimen sehingga meningkatkanstabiiitas permukaan di bawahnya dan pada saat yang sama menjadikan air lebih
jernih (Thorhaug and Austin, 1976 in Hutomo, 1985). Gingsburg dan Lowenstan,
(1958) in Hutomo, (1985) menjelaskan bagaimanalapisan lamun dapat
memodifikasikan sedimen sebagai berikut : 1) menstabilkan ukuran pasir, 2)hamparan lamun yang lebat menyebabkan perairan menjadi tenang. Begitu sedimen
11
yang halus tersebut kebawah dan berada diantara akar, ddak dapat tersuspensi lagioleli kekuatan ombak dan arus. Menurut mereka daun sendiri dapat nienangkapsedimen halus mei'alui kontak langsung, karena daun-daun tersebut biasanya diliputi
oleh mikroorganisine.Laraun juga meniegang peranan yang berarti dalam daur
berbagai zat hara danelemen-elemen langka dilingkungan perairan. McRoy and Barsdate (1970); McRoy,Barsdate and Nebert, (1972) in Hutomo (1985) menunjukkan bahwa akar Zostera
dapat niengambil fosfat yang keluar dari daun yang membusuk dari celah-celahsedimen. Zat hara tersebut secara potensial dapat dipergunakan oleh epifit apabilamereka berada dalam medium yang miskin fosfat.
2.5 Karakteristik Jenis LamunJenis-jenis lamun dalam koniunitas akan niemben
tuk sebuah tipe vegetasitertentu. Vegetasi campuran biasanya terbentuk dari asosiasi minimal empat dari
tujuh jenis berikut ini, Cymodoceu rolimdata,
Cymodocea serulata, Enhalus
acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, Thal
assia
hemprichii, dan biasanya didominansi oleh jenis Enhalus acoroides dan Thalassia
hemprichii.Asosiasi dua jenis yang sering teijadi yaitu E
nhalus acoroides Thalassia
hemprichii (kadang dibarengi Halodule uninervis), Cymodocea rotunda
ta Halodule
uninervis� Cymodocea rotundata Halophila ovalis, Halophila ovalis Halo
dule
uninervis, Thalassia hemprichii Cymodocea rotundata (Nienhuis ei aL, 1991).
Jenis lamun yang umumnya membentuk vegetas
i monospesifik adalahThalassia hemprichii, Talassodendron ciliaium, Enhalus acoroides, Cymodocea sp.,Syringodium isoetifolium, Halodule sp.. Halophila sp (Nienhuis el ai,
1991).Vegetasi monospesifik dari Thalassia hemprichii merupakan unit vegetasi yangpaling luas sebarannya dan seringkali tumbuh dalam vegetasi campuran pada substrat
yang mengalami gangguan (Hutomo, 1997 in Rustendi, 2001).Thalassia hemprichii hidup dalam semua jenis sub
strat, bervariasi dari
pecahan karang hingga substrat iunak, bahkan pada lumpur cair, tetapi akan menjadi
12
dominan hanya pada substrat keras (Den Hartog, 1970), dan dapat membentukvegetasi monospesifik pada pasir kasar (Ntenhuis ei .al., 1991). Thalassia hemprichii
niempunyai distribusi kedalaman yang sempit, mulai daerah eulitoral bawah sanipaikedalaman 5 m. Di sepanjang bukit Badung peninsula (Bali Selatan), Tbalasia
hemprichii membentuk vegetasi tunggal pada bagian kearah laut {seaward) dari
hamparan karang di daerah intertidal yang mendapat tekanaii dari gelombang dan
kecepatan arus pasut mencapai 2 m/det (Tomascik et. al., 1997b).
Enhalus acoroides tersebar luas terutama pada sedinien halus, tetapi dapat
pula tumbuh pada substrat berbatu sedang dan besar (Hutomo, 1997 in Rustendi,2001). Menurut Den Hartog (1970), Enhalus acoroides biasanya membentuk vegetasimurni, meskipun demikian, spesies ini dapat ditemukan tumbuh dekat dengan spesieslain. Enhalus acoroides hidup di zona intertidal sanipai kedalaman 6 m. Di daeraheulitoral Enhalus acoroides mendianii daerah-daerah yang masih terendam air padasaat surut. Enhalus acoroides biasanya hidup berdekatan dengan mangrove (Nienhuiset. al., 1991).
Halodule uninervis hidup pada subtrat pasir halus-kasar di zona intertidal dansubtidal (Hutomo, 1997 in Rustendi, 2001). Dibandingkan dengan Halodule pinifolia,Halodule uninervis mempunyai distribusi kedalaman lebih lebar, dari daerah bawaheulitoral hingga 8-10 m (Tomascik e( al., 1997b). Halodule uninervis merupakanjenis pembuka/pioneer, pada habitat yang terganggu antara lain oleh pengerukanbahkan oleh badai, biasanya Halodule uninervis merupakan jenis pertama yangmuncul (Den Hartog, 1970).
Halophila ovalis merupakan jenis yang eurybiontik, hidup pada daerahintertidal hingga kedalaman 10 - 12 m pada sedimen pecahan karang hingga lumpurlunak (Phillips and Menez, 1988). Halophila ovalis sering terlihat sebagai jenispembuka yang mendiami substrat pasir (Nienhuis el al., 1991), dan biasanya hidup
pada sedimen yang terganggu oleh invertebrata bentos (Tomascik e(. al., 1997b)-
Cymodocea rotundata hidup pada daerah dangkal yang tertutup pasir karang,tetapi dapat pula menjadi padat pada daerah berlunipur (Den Hartog,
1970).Cymodocea rolundata mempunyai toleransi tinggi pada daerah terbuka (tidak
13
terendam air) dan paling banyak ditemukan pada daerah intertidal dengan terumbu
karang yang lebar (Tomascik e(. al., 1997b).Syringodium isoetifolium utamanya tumbuh pada dasar ber
lurapur di daerahsublitoral, dapat membentuk suatu padang rumput bawah laut, namun jenis ini lebih
sering ditemukan diantara spesies lain yang lebih dominan (Den Hartog, 1970).Syringodium isoetifolium ditemukan pula di daerah intertidal, pada daerah dangkal di
hamparan terumbu. Jenis ini hanya mampu mentoieransi kekeringan dalam waktu
yang sangat singkat (Phillips aoc/Menez, 1988).Talassodendron ciliatwn biasaiiya terdapat pada lingkung
an sublitoral stabil.
paling banyak ditemukan pada bagian seaward dari terumbu dan daerah berenergitinggi, (fringing reef to atolls). Talassodendron ciliaium hidup pada berbagai jenissubstrat, termasuk pecahan karang (rubble), dan kadang-kadang hidup pada substrat
padat terumbu (Tomacik et. al., 1997b).
2.6 Parameter Lingkungan Hidup Lamun
Suhu merupakan faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di
lautan, karena suhu mempengaruhi aktifitas metabolisme ataupun perkembangbiakandari organisme-organisme tersebut (Hutabarat' dan Evans, 1986). Spesies lamundaerah tropik mempunyai toleransi rendah terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu
optimal bagi spesies lamun adalah 28° sampai30° C. Bagi lamun suhu
mempengaruhi proses-proses fisiologi seperti fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhandan reproduksi. Proses-proses fisiologi ini akan nienurun tajam bila suhu lingkungandiluar kisaran di atas (Dahuri el. al., 1996).
Kecerahan perairan menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus
lapisan air pada kedaiaman tertentu. Pada perairan alami, kecerahan sangat pentingkarena erat kaitannya dengan proses fotosintesis. Kebutuhan cahaya yang tinggi bagilamun untuk kepentingan fotosintesis terlihat dari sebarannya yang terbatas padadaerah yang masih menerima cahaya matahari (Berwick, 1983 in Mintane, 1998).
14
Spesies padang lamun mempunyai toieransi salinitas yang berbeda-beda,namun sebagian besar memiliki kisaran yang lebar yaitu
dari 10 %o sampai 40 %o.Nilai optimum toieransi lamun terhadap salinitas air laut pada nilai 35 %o (Dahuri el.al, 1996). Peneliti-peneliti dari Amerika (Mc Milan and Mosely, 1967; Mc Mahan,1968 and Mc Milan, 1984 in Larkum et al., 1989) mendapatkan bahwa Thalasia,Syringodium, Halophila dan Halodule dapat bertahan pada kisaran salinitas yangcukup luas selama tiga bulan. Halophila dapat mentolerir kisaran salinitas 27 %o
sampai 37 %o, Thalasia dan Syringodium pada salinitas 10 %o sampai 50 %o danHalodule dapat mentolerir 3,5 %o sampai 75 %o.
Padang lamun hidup pada berbagai tipe sedimen, mulai dari lumpur sainpaisedimen dasar yang terdiri dari 40 % endapan lumpur dan lumpur halus (Dahuri ei.al.. 1996), Nybakken (1992), menyatakan semua tipe substrat dihuni oleh tumbuhanlamun mulai dari lumpur halus sampai batu-batuan, tetapi lamun yang paling luas
dijumpai pada substrat yang lunak. Pada daerah yang arusnya cepat, sedimen padapadang lamun tediri dari lumpur halus dan detritus. Hal ini menunjukkan kemampuanpadang lamun untuk mengurangi pengaruh arus, sehingga mengurangi transporsedimen (Larkum et al., 1989).
Kecepatan arus perairan berpengaruh pada produktifitas primer padang lamun.Aliran air akan meningkatkan uptake CO2 dan nutrient pada permukaan daun melaluimodifikasi turbulensi oleh kanopi padang lamun (Fonseca
and Kenworthy. 1987 inLarkum et. al., 1989).
3. METODE PENEHTIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Pengamatan
Penelitian dilakukan di sepanjang pantai Batu Jimbar Sanur bagian selatan
pada bulan Januari sanipai Februari 2003, yang terdiri dari pengambilan contohsedimen dan identifikasi lamua Pantai Batu Jimbar terietak di sebelali selatan pulauBali, pada 08°42' LS dan 115° 16' BT. Kawasan ini merupakan bagian dari lagunasistem terumbu tepi pantai Sanur. Pantai Batu Jimbar dibatasi oleh jalan Pantai
Karang di sebelah utara dan jalan Duyung di sebelah selatan, dengan panjang garispantai ± 1250 m. Daerah ini merupakan kawasan renang Hotel Bali Hyaat dan HotelPeneeda (Gambar. 4).
nA
Legenda--Jalan Arteri-Jalan Kotektor-Jalan Lain-Jalan Lokal---Jalan Setap
ak
PertiukimanI [ Perkefaunan
Savish Tadah Hujan
I I Tanah KosonglataH sawah irigasi11 Laut
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
Gambar 4. Peta lokasi penelitian di pantai Batu Jimbar Sanur
16
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian disajikan dalam Tabel 1,
3.3 Metode Pengambllan Dafa
3.3.1 Penentuan Stasiun Pengamatan
Wilayah pengamatan dibagi menjadi 3 stasiun dengan jarak antar stasiun 100m. Pada setiap stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun dengan jarak diantaranya 50 m.Lima titik pengamatan dilakukan pada setiap line transek sub stasiun dengan jarakdiantaranya 50 m (Gambar. 5).
Letak ketiga stasiun ini dipilih untuk meiihat str
Alat KegunaanRoll meterPerlengkapan snorkelingTransek kuadratFloating dredgeRefraktometerTermometerKompasTongkat skalaSekopAlat tulis dan kertas tahanairBuku identiftkasi lamun(Phillips
Menentukan jarak stasiun dan transek kuadratMembantu kegiatan pengamatanMengamati penutupan dan tegakan lamunMengukur kecepatan arusMengukur salinitas perairanMengukur suhu perairanMembantu untuk berjalan lurusMengukur kedalamanMengambil contoh sedimen dasar perairanMencatat hasi! pengamatanIdentifikasi lamun
uktur komunitas lamun yangmewakili seluruh komunitas lamun pantai Batu Jimbar, Sanur. Stasiun 1 terletak didekat lembah Semawang, tempat ini digunakan oleh penduduk setempat sebagaitempat parkir perahu saat air surut. Kegiatan pariwisata dan nelayan di hamparanlamun hampir tidak ada. Stasiun 2 mewakili daerah transisi antara stasiun 1 dan
stasiun 3, dan merupakan daerah renang Hotel Bali Hyaat. Stasiun 3 mewakili daerah
yang agak terisolasi di tengah laguna yang dibatasi oleh terumbu di bagian luar. Pada
stasiun ini kegiatan manusia terlihat lebih banyak. Tempat ini banyak dimanfaatkan
oleh penduduk setempat untuk sekedar beijalan-jalan, berenang sampai nelayan yangmencari hasil alam setempat seperti ikan, udang ataupun cacing untuk dijual sebagai
umpan pancing.17
3.3.2 Pengamatan Lamun
Hal yang diamati pada lamun yaitu meliputi jenis, jumlah tegakan, dan
presentase penutupan jenis. Persen penutupan lamun diamati dengan menempatkantransek kuadrat ukuran 50x50 yang dibagi menjadi 25 buah kisi ukuran 10 cm� cm
pada hamparan lamun. Jenis dan jumlah tegakan diamati langsung secara visual di
lapangan.18
3.3.3 Pengukuran Parameter Lingkungan
Semua parameter diukur secara in situ pada setiap stasiim, kecuali substraldasar perairan yang dianalisis di laboratorium Tanah Jurusan Tanah FakultasPertaiiian. Parameter lingkungan yang diamati disajikan pada
Paraineter Satuan Alat / analisisSuhu Termo meterSaliiiitas %a RefraktometerKedalaman perairan 111 Tongkat skalaKecerahan % Seichi diskArus cm/det Floating dredgeSubstrat % Sekop/metode pipet (Lampiran
)
Tabel 2. Parameter lingkungan yang diamati
Tabel 2.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Kepadatan Jenis Lamun
Kepadatan Jenis Lamun yaitu jumiah individu lamun (tegakan) per satuanluas. Kepadatan jenis lamun dihitung dengan ramus berikut:
(Brower et. ai, 1990)
ADengan :Di = Jumiah individu (tegakan) ke-i per satuan luas
ni = Jumiah individu (tegakan) ke-i dalam transek kuadrat
A = Luas transek kuadrat
3.4.2 Persen Penutupan Jenis Lamun
Penutupan lamun menyatakan luasan area yang tertutupi oleh tumbuhan
lamun. Persen penutupan lamun dihitung menggunakan metode dari Saito and Atobe
(English el al., 1997). Metode ini menggunakan pengkelasan dom
inansi pada tiap kisi19
transek kuadrat, Pengkelasan dominansi dtsajikan dalam
Kelas Luas substrat tertutup
% penutupan substrat
Nilai tengah (M)5 /4 sampai tota
l50-100 75
4 % sampai VS 25-50 37,53 Vs sampai 12,5-25 18,52 Vi6 sampai Vg 6,25-12,5 9,381 <'/16 <6,25 3,130 Kosong 0 0
Tabei 3. Pengkelasan dominansi
Tabel 3. Penutupan jenislamun dari tiap stasiun dihitung dengan rumus berikut; (English et al, 1997)
E/Dengan ;C = penutupan (%)Mi = nilai tengah kelas If = frekwensi (junilah kisi yang memiliki nilai kelas yang sama)
Nilai person penutupan total yang diperoleh digu
nakan untuk
mengetahuikondisi lamun, berdasarkan kriteria sebagai berikut: (Brower et. al, 1990)
C < 5 % : sangat jarang5 % < C < 25 % : jarang25 % < C < 50 % : sedang50 % < C < 75 % : rapat
C > 75 % : sangat rapat
3.4.3 Komposisi Jenis Lamun
Komposisi jenis lamun atau kepadatan relatif jenis yaitu presentase junilahindividu suatu jenis terhadap jumlah individu setara keseluruhan. Komposisi jenis
n{n -1)
laamun di hitung dengan rumus berikut: (Brower et. al., 1990).
20
RDi = —N
Deiigan :RDi = Komposisi jenis ke-ini ~
Jumlah individu jenis ke-iN Jumlali total individu
3.4.4 Pola Peraencaran Lamun
Pola Pemencaran Lamun dihitung dengan indeks dispersi Morisita (Broweret.al, 1990)
y xf - NId = �
Dengan :Id = Indeks dispersi Morisitan = Jumlah plot penganibilan contohN - Jumlah individu total dalam n plotXi" = Jumlah kuadrat individu pada plot ke-i
Pemencaran individu lamun mengikuti kriteria sebagai berikut;Id < 1 , : seragamId = I : acakId > 1: mengelompok
Nilai indeks dispersi Morisita berkisar dari 0 sampai n, pola pemencaran individudikatakan sempurna seragam pada saat nilai Id = 0 dan maks
�N
imal mengelompok padasaat Id - n.
',
21
3.4.5 Keanekaragamsin, Keseragaman dan Dominansi
Keanekaragaman, keseragaman dan dominansi lamun ditentukan dari besarnilai indeks yang ada. Indeks
keanekaragaman, dan keseragaman dihitungnienggunakan rumus dari Shannon-Weanner (Ki-ebs, 1989).
Indeks Keanekaragaman (ICrebs, 1989):
H'=-�(pi\og�pi)1=1 ■
. nipi = —
Dengan :
H' = Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu jenis ke i
N = Jumlah individu total
pi = proporsi frekwensi jenis ke i terhadap jumlali totalr
Nilai indeks keanekaragaman akan naik seiring dengan kenaikan jumlah jenis dalanikomunitas, dalam teori, bisa mencapai angka yang sangat besar. Pada kenyataannyauntuk komunitas biologi, indeks keanekaragaman tidak pemah mencapai angka 5
(Washington, 1989 in Krebs, 1989). Secara teori, nilai maksimum yang dapat dicapaiyaitu Log2 (S) dan nilai
minimum pada saat Logz [N/(N -S)] (Fager, 1972 in
Ki-ebs, 1989). Semakin besar nilai indeks keanekaragaman maka semakin tinggikeanekaragaman jenisnya, berarti komunitas biota di perairan tersebut makin
beragam dan tidak didominansi oleh satu atau dua jenis.
Indeks Keseragaman (Krebs, 1989):
nlaki-
= Jog 2 522
Dengan :
E - indeks keseragaman
S ~ jumlah taksa
Indeks ini menunjukkan pola sebaran biota, yaitu merata atau tidak. Apabila nilaiindeks tinggi, ini menandakan bahwa kandungan setiap jenis tidak berbeda banyak(Romimohtarto, 1999 in Bria, 2003). Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0-1,dengan kategori sebagai berikut;
E < 0.4 = keseragaman kecil
0.4 < E < 0.6 = keseragaman sedang
E > 0.6 = keseragaman besar
Indeks Dominansi dihitung dengan rumus Dominansi Simpson (1949) in Krebs
(1989):
n 1
Dengan :
D = Indeks dominansi Simpson
pi = proporsi jumlah ke i terhadap jumlah total
Bila terjadi peningkatan D, maka akan terjadi penurunan nilai keanekaragaman (H').Brewer el. al, (1990) menambahkan bahwa suatu koleksi dari spesies dengankeanekaragaman yang tinggi akan memiliki dominansi yang rendah. Selain itu, ia
juga mengemukakan bahwa dalam pengukuran dispersi Morisita besamya nilai D
mengimplikasikan agregasi dari individu-individu dalam sejumlah kecil jenis, dimananilai yang kecil dari D berarti distribusi yang lebih seragam dari individu diantara
jenis. Nilai indeks dominansi berkisar antara 0-1, semakin besar nilai indeks semakinbesar adanya kecenderungan salah satu spesies yang mendominasi populasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Parameter Lingkungan
Parameter lingkungan diukur untuk mengetahui ko
Parameter Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3Suhu (°C) 30 30 29Salinitas (%o) 35.3 35,3 34,7Kecerahan (%) 100 100 100Kedalaman (m) 30- 130 30- 135 25 - 125Kecepatan arus (cm/det) 54 67 37Substrat (%) Pasir 92,90 95,96 97,52
Debu 4.32 1,59 0,54Liat 2,78 2,49 1,94
Kepadatan tertinggi di stasiun 1 (349 ind/m ) dengan persen penutupan
ndisi lingkungan hiduplamun saat itu. Hasil pengukuran parameter lingkungan di pantai Batu Jimbar
disajikan pada Tabel 4, Data kecepatan arus dan komposisi substrat dasar perairansebelum dirata-ratakan disajikan pada Lampiran 2 dan 3.
Tabei 4. Nilai parameter lingkungan di pantai Batu Jimbar
4.1.2 Komposisi, Kepadatan dan Perseti Penutupan Lamun
Jenis-jenis laraun yang ditemukan di pantai Batu Jimbar terdiri dari tujuh jenisyang terbagi dalam dua faniili, yaitu
famiii Hidrocharitaceae dan famili
Potamogetonaceae. Kepadatan lamun dari tiap jenis yang terdapat di pantai Batu
Jimbar seita persen penutupannya ditampilkan pada Tab
el 5. Data kepadatan dan
persen penutupan lamun setiap plot transek kuadrat disajika
n pada Lampiran 4 dan 5.• ' *2
33,526% dan terendah di stasiun 3 (198 ind/m�) dengan persen penutupan 27,801%.Nilai sisa selain persen penutupan total terdiri dari p
asir dan pecahan karang. Grafik
kepadatan jenis lamun, persen penutupan jenis lamun dan komposisi jenis lamun di
Tabel 5. Kepadatan dan persen penutupan lamiin dari tiap jenis di pantai Bata Jimbarpantai Batu Jimbar ditampilkan pada Gambar 5, 6 dan 7.Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Kepadatan Penutupan Kepadatan Penutupan Kepadatan PenutupanNo Jenis (ind/ni2) (%) (ind/m2) (%) (ind/m2) {%)Famili Hidrocharitaceae
1 Enhalus acoroides 97 10,68 109 12,50 149 20,402 Thaiassia hemprichii 135 17,50 127 16,13 40 5,723 Hatophila ovalis 92 -3,73 8 0,36 7 1,60
Famili PotamogetonaceaeThalassodendron
4 ciliatum 6 0,80 5 0,45 0 0,00
5Syringodiumisoetifolium 15 0,66 1 0.01 0 0,00
6 Cymodocea rotundata 4 0,17 10 0,48 2 0,087 Halodule uninervis 0 0,00 4 0,21 0 0,00
Total 349 33,53 264 30,14 198 27,8024
S Enhalus acomides
B Thalasia hemprichii
□ Hatophila ovalis
□ Jftalassodendron ciliatum
B Syringodium isoetifolium
[1 Cymodocea rotundata
B Haloduls uninervis
stasiun
Gambar 6. Grafik kepadatan jenis lamun di Pantai Batu Jimbar
stasiun 1 P Enhalus acoroides
4%■ Thalasiahemprichii
□ Hahphiia ovalis
O Cymodocearoiundaia
39% ■ ThalassodsndronciliaiuM
□ Syringodiumisoeii�livm
a Enhalus acoroides
M Thalasia hemprichii
Q Halophila ovatis
□ Jhalassodendron ciliatum
■ Syringodium isoetifolium
S Cymodocea rotundata
B Halodule uninervis
stasiun
Gambar 7. Grafik persen penutupan jenis lamun di Pantai Batu Jimbar
Stasiun 2
I r2%3%- 41%
□ Enhalus acoroides
■ Thalasiahemprichii
O Hahphiia ovaiis
O Cymodocearciundata
M Jhalassodendron\ ciliatum\ P Syringodiunt
isoetijblium[UHalodule uninenwi
Slasiun 3
20%4%� \%
□ Bnhalus acoroides
Bl Thalasiahemprichii |
O Hahphiia ovalis �
75Vo � Cymodocearolundata
Gambar 8. Grafik komposisi jenis lamun di pantai Batu Jimbar
26
Keadaan laniun di pantai Batu Jimbar terlihat . membentuk kelompok-kelompok kecil. Foto keadaan laiiiun di pantai Batu Jimba
r disajikan pada Gambar 8dan 9.
Gambar 9. Dua jenis lamun A. Enhalus acoroides, B. Thalassia hemprichii
di tengah laguna {The Bali Beach Conservaiion Project)
Gambar 10. Hamparan lamun di dekat tubir A. Thalassodendron ciliatum
(di daerah spur) B. Pasir (di daerah groove) {The Bali Beach
Conservation Project)
4.1.3 Indeks Ekologi
Indeks ekologi digunakaii untuk melihat kestabilan struktur komunitas lamun.Indeksekologi yang digunakan yaitu indeks
keanekaragaman, keseragaman,2
7
Stasiun Keanekaragaman (H')
Keseragaman (E) Dominansi (D)1 1,92 0,74 0,302 1,60
"0,57 0,41
J 1,01 0,44 0,61
No Jenis Id Pola pemencaran1 Enhalus acoraides 1,28 Mengelompok2 Thalassia hemprichii 2,56 Mengelompok3 Halophila ovalis 10,83 Mengelompok4 Thalassodendron ciliatum 22,59 Mengelompok5 Syringodium isoetifolium 31,72 Mengelompok6 Cymodocea rotundata 5,54 Mengelompok7 Halodule imimrvis 45,00 Mengelompok
Tabel 7. Nilai indeks dispersi Morisita tiap jenis lamun
Tabel 6. Indeks Keanekai'agaman (H'), Keseragaiiian (E), Dominansi (D)
dominansi dan indeks dispersi Morisita. Indeks keanekaragaman, keseragaman daiidominansi pada tiap stasiun disajikan pada Tabel 6.
Indeks dispersi Morisita dihitung untuk mengetahui pola penyebai'an jenislamun. Indeks dispersi Morisita tiap jenis lamun untuk perairan pantai Batu Jimbar
disajikan pada Tabel 7.
Nilai indeks dispersi Morisita setiap jenis mempunyai nilai lebih besar dari
satu. Nilai-nilai tersebut menunjukkan pola pemencaran (dispersi) setiap jenis lamun
adalah mengelompok. Bervariasinya indeks dispersi pada setiap jenis menunjukkan
tingkat pengelompokan yang berbeda-beda dari tiap-tiap jenis tersebut. Nilai indeks
dispersi yanig semakin mendekati nilai satu, berar
ti tingkat pengelompokan yang
semakin rendah atau mendekati acak, dan sebaliknya jika nilai indeks tersebut
semakin lebih besar dari nilai satu.r2
8
4.2 Pembahasan
4.2.1 Parameter Lingkungan Pantai Batu Jimbar
Suhu perairan pantai Batu Jimbar pada saat surut di sore hari berkisar dari
29,0°C hingga 30,0°C. Kisaran yang sempit ini menunjuldcan faaliwa perbedaaii suhu
antar stasiun kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa selama peiielitian sebai-an spasial
suhu cenderung homogen. Menurut Dahuri et. ar:,{\9%) kisaraii suliu optimal bagi, lamun yaitu 28°C hingga 30°C. Jadi kisaran suhu perairan selania penelitian berada
pada kisaran optimal.
Nilai kecerahan pantai Batu Jimbar sebesar 100%. Nilai ini diukur pada saat
pertengahan menuju pasang. Nilai ini nienunjukkan bahwa dasar perairan serta
tumbuhan laniun dapat terlihat dari permukaan. Kondisi ini menguntungkan bagi
lamun karena akan mendukung proses fotosintesis yang optimal, Kecerahan yang
tinggi ini dikarenakan kondisi perairan yang tenang akibat adanya terumbu karang di
bagian depan komunitas padang lamun.
Kedalamail perairan berkisar antara 25 cm - 30 cm pada saat surut terendah
dan 125 ~ 130 cm pada saat pertengahan menuju pasang. Kedalaman yang terukur
pada setiap stasiun merupakan kedalaman ideal bagi lamun yang merupakan vegetasi
perairan dangkal. Hal ini akan mendukung proses fotosintesis lamun yang optimal,
sebab pada kedua kisaran kedalaman tersebut sinar matahari masih dapat menembus
perairan hingga dasar perairan tempat lamun tumbuh.
Perbedaan kedalaman antara surut dan pasang cukup besar yaitu 100 cm. Pada
saat pasang seluruh tubuh laniun terendam air, sedangkan pada saat surut terendah
sebagian tubuh lamun akan terbuka di udara, terutama jenis lamun berdaun panjang
Enhalus acoroidss. Tubuh lamun yang terbuka diudara akan terjemur langsung
dibawah sinar mataliari, sehingga daun-daunnya akan layu dan terbakar. Dari hasil
pengamatan, di tepi pantai banyak ditemukan j
enis Halodule uninervis yang hangusterbakar oleh sinar matahari. Pada jenis-jenis
lamun berdaun lebar, saat surut daun-
daun pitanya saling menumpuk dan memerangkap air diantaranya sehingga tercipta
29
kelembaban yang relatif tinggi dan menghindarkan dari kekeriiigan, sedangkan jenis-jenis lamun berdaun kecil, terutama Syringodium isoetifolium yang berdaun silindristidak mempunyai tipe proteksi seperti ini. oieh karenanya jenis tersebut sering
ditemukan di bawah air surut terendah.
Nilai-nilai kecepatan arus yang terukur di pantai Batu Jimbar berkisar antara37 - 67 cni/det dengan perbedaan antar stasiun yang kecil yaitu 3 cm/det, Nilai
tertinggi terdapat pada stasiun 2, sedangkan stasiun 3 meniiliki kecepataji arus palingrendah. Hal ini diduga karena stasiun 3 merupakan bagian tengah laguna, sehinggalebih terlindung karena keberadaan terumbu di tepi luar perairan dan keberadaankomunitas lamun juga berpengaruh dalam niemperlarabat gerak arus.
Perbedaan kecepatan arus yang kecil ini akan berpengaruh pada sirkulasi air
yang berfungsi membawa bahan nutrien dan sisa metabolisme. Pantai Batu Jimbar
yang dangkal ditanibah sirkulasi air yang tidak mencukupi akan cenderung menjadilingkungan yang beracun {anoxic condition), karena bahan nutrien dan sisametabolisme yang ada akan mengendap dan mengumpul di sedimen. Keadaan ini
tidak berpengaruh buruk pada padang lamun, karena akar dan rhizoma lamun dapat
menyusun anatomi spesial yang disesuaikan dengan lingk
ungan anoxic. Selain itu
beberapa jenis lamun dapat melepaskan oksigen melalui akarnya (Tomascik e(. ai,
1997b), pelepasan oksigen dari akar ini diduga berfungsi sebagai pereduksi racun
akibat kondisi anoxid (Roberts, 1993 in Tomascik el. ai, 1997b ).
Salinitas perairan yang terukur berkisar antara 34,7%o - 35,3%o. Nilai-nilai ini
menunjukkan kisaran yang sempit sehingga dapat dikatakan bahwa sebaran spasialsalinitas selama penelitian cenderung homogen. Kisaran nilai tersebut tidak jauh
menyimpang dari nilai salinitas optimum pertumbuhan lamun yaitu sebesar 35%o.
Tipe substrat dasar perairan pantai Batu Jimbar adalah pasir. Basil ini
mengacu pada segitiga Miller berdasarkan perbandingan komposisi fraksi pasir. debu
dan Hat dari masing masing stasiun (Lampiran 6). Perbedaan komposisi substrat akan
berpengaruh pada jenis lamun yang tumbuh diatasnya.30
Secara garis besar, tipe substrat pada daerah pantai Batu Jirabar tidak
mempunyai perbedaan yang mencolok. Daerah dekat lembah Semawang mempunyaikomposisi debu dan liat terbanyak dan semakin sedikit ke arah utara, keadaan ini
dimungkinkan karena kepadatan lamun yang lebih tinggi pada daerah dekat lembah
Semawang sehingga proses sedimentasi oleh daun-daun lamun semakin optimal.
Secara umum'nilai-nilai parameter lingkungan perairan menunjukkan sebaran
spasial yang cendermig homogen, artinya setiap stasiun menujukkan nilai-nilai yanghampir sama. Selain itu nilai yang di peroleh berada pada kisaran pertumbuhanoptimum bagi tumbuhan lamun.
4.2.2 Kondisi Komunitas Padang Lamun
Secara umum, komunitas pantai Batu Jimbar tergolong pada komunitas
campuran dengan asosiasi Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halo
phila ovalis
dan diikuti oleh Cymodocea rotundata. Dari pengamatan dinamika suksesi, asosiasitersebut dianggap sebagai fase kiimaks {terminal stage) (Fortes,!990b in Tomasciket. al, 1997b). Hal ini didukung pula dengan kehadiran jenis pembuka (Haloduleiininervis, Cymodocea rotundatd) dalam jumlah sedikit.
Kepadatan total berkisar antara 198 ind/m� - 349 ind/m� dengan personpenutupan total antara 27,80% - 33,53%. Berdasarkan kriteria dari Brower et. al
(1990), nilai penutupan tersebut tergolong kepadatan sedang (25 < C < 50). Kondisi
ini diduga karena tekanan ekologis yang terjadi akibat kegiatan nelayan dan
pariwisata di sekitar pantai tersebut.
Kisaran kepadatan total lamun di pantai Batu Jimbar sebesar 151 ind/mdiikuti kisaran persen penutupan total 5,73%, kenaikan yang tidak sebanding iiii
dipengaruhi oleh jenis-jenis lamun penyusunnya. Di daerah utara (stasiun 3), 75%
dari komposisi lamun diisi oleh jenis lamun Enhalus acoroides, sedangkan daerah
selatannya, dekat dengan lembah Semawang, Enhalus acoroides tidak lebih dari
41%, sisanya disusun oleh jenis-jenis lain yang mempunyai
ukuran lebih kecil. Setiap31
jeiiis lamun menipunyai bentuk morfologi yang berbeda, semakin besar ukuranlamun, jumlah individu yang dapat mendiami satu luasan tertentu akan berkurang.Pengaruh yang sama lebih jelas terlihat pada jenis Enhalus acoroides dan Halophilaovalis di stasiun 1, kedua jenis ini mempunyai kepadatan yang hampir sama tetapinilai persen penutupannya jauli berbeda (Gambar 6 dan 7). Enhalus acoroides
mempunyai bentuk morfologi lebih besar dibanding Halophila ovalis. Enhalusacoroides mempunyai bentuk daun terbesardiantara jenis lamun yang lain. Dari hasil
pengamatan, daun Enhalus acoroides berbentuk pita dengan iebar 1,25 - 1,75 cm
dengan panjang daun 40 - 50 cm, sedangkan Halophila ovalis mempunyai bentukdaun bulat tumpul dengan panjang daun hanya 1 - 2 cm. Gambar jenis-jenis lamun
dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8.
Dominansi jenis lamun di pantai Batu Jinibar oleh Enhalus acoroides danThalassia hemprichii dengan indeks dominansi berkisar antara 0,30 - 0,61. Nilaiindeks dominansi yang kecil terdapat pada daerah selatan (stasiun 1), nilai yang kecilini dikarenakan ada lebih dari satu jenis yang bersaing untuk mendominansi, yaituThalassia hemprichii, Enhalus acoroides dan Halophila ovalis mendominansi dengan
komposisi yang hampir sama besar dan berbeda jauh dengan tiga jenis lainnya(Gambar 8).
Pada daerah renang hotel Bali Hyaat (stasiun 2) terdapat dua jenis yangmendominansi, yaitu Thalassia hemprichii dengan komposisi sebesar 48% dan
Enhalus acoroides dengan komposisi 41%. Perbedaan yang tidak jauh antaraThalassia hemprichii dan Enhalus acoroides menunjukkan persaingan yang sangatketat antara kedua jenis tersebut untuk saling menguasai.
Nilai indeks dominansi terbesar tedapat di daerah utara (stasiun 3) dengan satu
jenis mendominansi yaitu Enhalus acoroides dengan komposisi sebesar 75 %. Ini
menunjukkan keadaan lingkungan stasiun 3 lebih mendukung pertumbuhan jenisEnhalus acoroides, karena stasiun ini terletak di tengah laguna yang cenderung lebih
tenang. Selain itu, Enhalus acoroides menipunyai struktur morfologi akar yangpanjang dan kokoh sehingga memungkinkan untuk menembus sedimen lebih dalam
32
dan tidak mudah tercabut oleh kegiatan manusia maupun macro invertebrata benthos(udang, cacing, copepoda).
Stasiun 1 dan 2 jenis Thalassia hemprichii mempunyai komposisi terbesardiantara jenis-jenis yang lain, sedangkan stasiun 3 jenis Thalassia hemprichii kalah
oleh jenis Enhalus acoroides. Keadaan ini dipengaruhi oleh kecepatan arus yangberbeda di ketiga stasiun tersebut. Thalassia hemprichii lebih menyukai tempatdengan kecepatan arus yang tinggi, sedangkan Enhalus acoroides iebih menyukaitempat yang iebih tenang.
Indeks keanekaragaman pantai Batu Jimbar berkisar antara 1,01 - 1,92 danindeks keseragaman 0,44 - 0,74. nilai indeks keanekaragaman terbesar terdapat didaerah selatan (stasiun 1), begitu pula dengan indeks keseraganiamtya. Nilai indekskeanekaragaman yang besar tersebut berarti perbedaan jumlah individu diantara jenis-jenis penyusunnya tidak jauh berbeda atau cenderung seragam, ini didukung denganindeks keseragaman yang besar yang berarti terjadi keseirabangan yang besar padakomposisi individu tiap jenis penyusunnya. Keadaan ini diikuti nilai indeksdominansi yang kecil menunjukkan kondisi lingkungan di daeraia selatan (stasiun 1)relatif stabil dan dapat mendukung jenis-jenis laniun penyusunnya. Daerah renanghotel Bali Hyaat (stasiun 2) dan daerah utara (stasiun 3) mempunyai nilai indeks
keanekaragaman, keseragaman dan dominansi sedang, menunjukkan bahwa kondisi
lingkungan di kedua daerah ini kurang stabil dan kurang bisa mendukung kehidupansemua jenis lamun yang ada secara merata. Kondisi lingkungan yang kurang stabil inidikarenakan besarnya tekanan ekologis yang diterima
oleh kedua daerah ini. Darikedua daerah ini kestabilan terendah terdapat di daerah utara (stasiun 3). Stasiun 3terletak di batas daerah renang hotel Bali Hyaat sebelah utara, daerah kosong sebelum
I
ada tanda daerah renang dari hotel Peneeda, sehingga selain turis-turis yang berenangatau sekedar berjalan saat surut terdapat pula nelayan dan penduduk lokal yangberaktivitas di sana.
Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman, keseragaman dan dominansi,kondisi lingkungan pantai Batu Jimbar dapat dikatakan kurang stabil. Kurang
33
stabilnya Hngkungan pantai ini lebih dikarenakan oleh kegiatan manusia di sekitarpantai tersebut dibandingkan oleh kondisi alam lingkungan, mengingat toleransilamun yang lebar terhadap suhu, salinitas maupun tipe substrat perairan.
Dari tujuh jenis lamun yang ditemukan di pantai Batu Jimbar,
Enhalus
acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis dan Cymodocea rot
undataditemukan pada ketiga stasiun. Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii
mempunyai bentuk morfologi besar sehingga daya saing jenis ini lebih besar
dibanding jenis lain, sedangkan Halophila ovalis dan Cymodocea rotundata
merupakan jenis pelopor (pioneer) yang dapat tumbuh dengan cepat di substrat yangmempunyai gangguan (Tomascik et. al, 1997b). cepatnya pertumbuhan Halophilaovalis dapat dilihat dari tingginya kepadatan jenis ini di stasiun 1, dibandingkandengan stasiun lainnya, stasiun 1 mendapat gangguan yang relatif sedikit.
Thalassodendron ciliatum dan Syringodium isoetifolium ditemukan di stasiun1 dan 2, sedangkan Halodule uninervis hanya ditemukan di stasiun 2. total jenis yangditemukan di stasiun 1 ada 6 jenis, stasiun 2 ada 7 jenis dan stasiun 3 ada 4 jenis.Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan intensitas gangguan {stress) yang diterimadi tiap stasiun.
Semua jenis lamun umumnya dapat hidup pada semua jenis substrat, tetapisetiap jenis lamun mempunyai karakter tersendiri terhadap lingkungan hidupnya,terutama substrat, sehingga perbedaan yang sedikitpun akan terlihat pengaruhny-apada jenis yang tumbuh diatasnya.
Tipe substrat dasar pantai Batu Jimbar ini merupakan pasir, bentuknya besardan kasar. Tipe substrat ini diduga mempengaruhi besamya kepadatan jenis Thalassia
hemprichii di pantai ini, karena Thalassia hemprichii cenderung menjadi dominan
pada substrat keras (Den Hartog, 1970), dan dapat membentuk komunitas tunggal
yang rapat pada substrat pasir kasar (Nienhuis e
t. al, 1991). Kehadiran jenisThalassia hemprichii yang banyak ini juga menunjukkan pantai Batu Jimbar
mendapatkan gangguan pada substrat dasamya. Gangguan ini diterima dari hewan
34
makroinvertebrata benthos dan terutama dari kegiatan pariwisata dan kegiatannelayan di sekitar pantai tersebut.
Daerah selatan (stasiun 1) mempunyai kandungan fraksi debu dan liatterbanyak dibanding kedua stasiun lainnya. Pada daerah ini jenis Syringodiumisoetifolimn dan Thalassodendron ciliatum ditemukan lebih padat. Ini dikarenakansesuai dengan kondisi substrat daerah ini, Syringodium isoetifolium hidup terutama
pada dasar yang lunak dan berlumpur (Den Hartog, 1970). Thalassodendron ciliatum
hidup pada lingkungan yang cenderung stabil, dari pengukuran indeks ekologi,daerah selatan ini menunjukkan kondisi yang lebih stabil dibandingkan daerah
lainnya. Selain itu, daerah ini dekat dengan lembah Semawang, sehingga ganggueinyang diterima terbatas pada perahu-perahu nelayan yang diparkir pada saat surut.
Kegiatan yang lain seperti berenang atau berjalan saat air surut lebih banyakdilakukan di tempat-tempat yang jauh dari
lembah Semawang untuk alasan
keamanan.
Daerah utara (stasiun 3) merupakan daerah dengan fraksi pasir terbanyak,walaupun demikian, Enhalus acoroides, jenis yang lebih menyukai substrat halus
terdapat melimpah di daerah ini. Hal ini diduga karena daya saing Enhalus acoroides
yang besar dibandingkan jenis lain di daerah ini. Daya saing yang besar ini berkaitan
dengan bentuk morfologi Enhalus acoroides yang besar serta sistem perakaran yangbesar dan rapat. Besamya daya saing Enhalus acoroides ini didukung pula dengannilai indeks dispersi Morisita yang rendah yaitu 1,28 (terendah diantara semua jenis)yang berarti penyebaran Enhalus acoroides berpola mengelompok mendekati acak.
Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii mempunyai nilai indeks dispersiMorisita mendekati nilai satu, yang berarti tingkat pengelompokan kedua jenistersebut mendekati acak. Kedua jenis ini ditemukan pada ketiga stasiun pengamatandengan jumlah yang hampir merata di setiap stasiun. Keliraa jenis yang lain
{Halophila ovalis, Thalassodendron cilliatum, Syringodium isoetifolium, Cymo
docea
rotmidata, Halodule uninervis) memiliki tingkat pengelompokan lebih tinggi, karena
jenis- jenis tersebut ditemukan pada stasiun tertentu saja, walaupun ditemukan pada
35
ketiga stasiun, jumlah individu yang ditemukan cenderung tidak merala. Haloduleiminervis hanya ditemukan pada satu stasiun saja, oleh karena itu nilai indeks dispersiMorisita jenis ini terbesar diantara jenis-jenis yang lain. Ini menunjukkan jenis Inilebih rentan terhadap kondisi lingkungan di pantai Batu Jimbar sehingga kalah
bersaing dengan jenis lain dalam memperoleh tempat untuk tumbuh.
Pengelompokan individu-individu lamun ini disamping karena menanggapiperbedaan habitat yang ada juga diakibatkan oleh proses reproduksi lamun secara
vegetatif melalui akar rhizoma dan pertumbuhan batang tegak yang bam.
Dari selatan ke utara, jumlah jenis lamun yang ditemukan semakin menurun.Hasil pengamatan menunjukkan kepadatan jenis Enhalus acoroides meningkat,Thalassia hemprichii menurun, Halophila ovalis menurun, Cymodocea ro
iundata
cenderung konstan diikuti dengan menghilangnya jenis yang lain. Dari pantai kearahlaut (Lampiran 2), kepadatan jenis Thalassia hemprichii naik dan kepadatan jenisEnhalus acoroides semakin menurun, kecuali di daerah utara kepadatan Enhalusacoroides konstan cenderung naik. Jenis-jenis yang lain tidak menunjukkan pola naik
turun yang jelas.5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Secarakeseluruhaii komunitas padang lamun dipantai Batu Jimbar
merupakan tipe komunitas campuran dengaii tujuh jenis lamun sebagai penyusumiya.Ketujuh jenis tersebut masing-masing dengan niiai komposisi totalnya yaitu Enhalusacoroides (48.11%), Thalasia hemprichii (35.66%), Halophila ovalis (1.098%),Thalassodendron ciliatum (1.20%), Syringodhim' isoetifoliwn (1.56%), Cymodocearotundata (1.98%) dan Halodnle uninervis (0.51%). Dua jenis pertama merupakanjenis 3'ang dominan dengan komposisi yang tidak terlalu jauh berbeda.
Indeks keanekaraganian berkisar antara 1.01 - 1.92, indeks keseragamanberkisar antara 0.44 - 0.74 dan indeks dominansi berkisar antara 0.30 - 0.61. Hasilini menunjukkan komunitas pantai Batu Jimbar kurang stabil. Kestabilan tertinggiterdapat di bagian selataii dengan indeks dominansi terendali dan indeks keseragamantertinggi.
Pola penyebaran lamun di pantai Batu Jimbar untuk semua jenis berada padaki-iteria mengelompok, dengan tingkat pengelompokan yang berbeda-beda, Enhalus
acoroides mempunyai tingkat pengelompokan paling rendah diikuti oleh Thalasia
hemprichii. Halodule uninervis mempunyai pola mengelompok dengan tingkatpengelompkan paling tinggi.
Berdasarkan nilai persen penutupantotal lamun pada ketiga
stasiun
pengamatan, kondisi lamun di pantai Batu Jimbar tergolong kepadatan sedang.Kondisi yang kurang baik ini diduga karena tekanan ekologis yang terjadi akibat
kegiatan pariwisata di sekitar pantai tersebut.
Dari selatan ke utara, terjadi penurunanjumlah jenis, kepadatan jenis Enhalus
acoroides meningkat, Thalasia hemprichii dan Halophila ovalis menurun, dan jenislain menghilang. Dari pantai kearah laut kepadatan jenis Thalasia hemprichii
meningkat, Enhalus acoroides menurun, kecuali di bagian utara kepadatan Enhalus
acoroides konstancenderung naik, sedangkanjenis-jenisyang lain tidak
menunjukkan pola yang jelas.37
5.2 Saran
Untuk mengetahui lebih jauh tentang kondisi komunitas padang lamun dipantai Batu Jimbar perlu dilakukan
o Plot transek kuadrat sampai batas luar daerah tumbuh lamun.
o Penelitian tentang kandungan bahan organik serta balian pencemar yang
terdapat baik pada substrat maupun perairan.o Pengamatan terhadap kegiatan yang terjadi.di sekitar
pantai dan hubungannyadengan kondisi komunitas padang lamun.
DAFTAR PUSTAKA
Bria, M. D. 2003. Struktur Komuiiitas Fitoplankton di Pe
rairan Pesisir Teluk KupangNusa Tenggara Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. InstitutPertanian Bogor.
Brower, J. E., J. H. Zar dan C. N. Von Eiide. 1990. Field and Laboratoiy Methods for
General Ecology. Wm. C. Brown Publishers. Boulevard. USA.
Daliuri, R., J. Rais, S. P. Ginting dan M. J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Pai'aniita. Jakarta.
Den Hartog, C. 1970, Seagrasses of the World. Nort Holland Publishing Company.
Amsterdam. London.
Eidman, M., D. Soedarma dan H. S. Sanusi. 1998. Peranan Habitat Seagrass dalam
Proses Pemantapan Struktur Komunitas Ikan dan Makroinvertebrata. Fakultas
Perikanan. Intitut Pertanian Bogor.
English, S. C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Resources. Australian Institut of Marine Science. Townsvile.
Fortes, M. D. 1989. Seagrasses: A Resources Unknown in the ASEAN Region.
ICLARM Education Series 5. 46 p. International Center for Living Aquatic
Resources Management. Manila. Phillipine.
Hutabarat, S. dan S. M. Evans, 1986. Pengantar Oseanografi. Ul-Press. Jakarta.
Hutomo, M. 1985. Telaah Ekologik Komunitas Ikan pada Padang Lamun (Seagrass,
Anthophita) di Perairan Teluk Banten. Disertasi. Fakultas Pascasrjana. Institut
Pertanian Bogor.
Kiswara, W., M. K. Moosa dan M. Hutomo. 1994. Struktur Biologi Padang Lamun di
Pantai Selatan Lombok dan Kondisi Lingkungannya. Proyek Pengembangan
Keiautan/MREP dan Pusat Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.
Krebs, C. J. 1972. Ecology ; The Experimental Analysis of Distribution and
Abundance. Harper International Edition. Harper and Row Publishers. New
York.
Krebs, C. J. 1989. Ecologycal Methodology. Harper Collins Publishers.
39
Larkum, A. W. D., A. J. McComb dan S. A. Shepherd, 1989. Biology of Seagrass :
A treatise on the biology of seagrases with special reference to tlie Australian
region in: Aquatic plant studies 2. Elsevier. Amsterdam.
Mintane, 1998. Kondisi komunitas laiiiun pada ekosistem padang lamun di teluk
Gerupuk bagian barat, Perairan Lombok Selatan, Nusa Tenggara Barat.
Laporan Praktek Lapang. Fakultas Perikanan. Intitut Pertanian Bogor.
Nienliuis, D. H., H. C. Mathieson. 1991. Ecosystems of The World : Intertidal and
Littoral Ecosystem. Elseiver. Anistrerdani.
Nontji, A., 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambataii. Jakarta.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut. Suatu Pendekatan Ekologis. Alih Bahasa H. M.
Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo dan S. Sukardjo. PT
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Odum, E. P.1959. Fundamentals of Ecology. W. B. Saunders Company.
Philadelphia,
Odum, E. P. 1979. Dasar-dasar Ekologi. Edisi ketiga. Teijemahan. T. Saniingan.
Gadjali Mada University Press. Yogyakarta.
Phillips, R. C., E. G. Menez, 1988. Seagrasses in: Smithsonian contribusion to the
niaiine sciences no 34. Smithsonian Institution Press. Washington, D. C.
Rustendi, N., 2001. Studi Tentang Struktirr Komunitas Padang Lamun di Perairan
Teluk Hurun, Teluk Lanipung, Lampung Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Intitut Pertanian Bogor.
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, M. K. Moosa. 1997a. The ecology of the
Indonesian sea. Part I, Vol VII Eric Oey (pub). Periplus Edition (HK) Ltd. •
Singapore.
Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, M. K. Moosa. 1997b. The ecology of the
Indonesian sea. Part II, Vol. VII. Eric Oey (pub). Periplus Edition (HK) Ltd.
Singapore.
Yulianda, F. 1996. Pengenalan Flora Laut. Makalah disampaikan pada Pelatihan
Inventarisassi Biota Laut dan Pendidik'an Selam AL PHPA. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
41
Lampiraii 1. Proses penetapan tekstur taiiah cara pipet
Tahap-tahap pekerjaannya adalah sebagai berikut:1. Timbang 10 gram tanah (untuk pasir 20 g), kemudian masukkan ke dalam gelas
piala 1 liter2. Tambahkan 50 ml H2O2 30 % (untuk menghancurkan bahan organik). Sinipan
diatas bak berisi air untuk mencegah reaksi yang hebat. Aduk dengan hati-hati,
lalu tambahkan 6 tetes asam asetat 99 %. Biarkan selama satu malani.3. Panaskan diatas penangas air sambil ditambahkan H2O2 sedikit demi sedikit
sambil diaduk-aduk sampai semua bahan organik habis (tidak ada buih lagi). Bila
contoh tanah mengandung kapur, berikan 0,5 ml HCl 6 N untuk tiap 1 % CaCOs
dan 100 ml HC! 0,2 N (untuk raelarutkan CaCOs). Tambahkan sampai air kira-
kira separuh gelas piala, kemudian didihkan kira-kira selama 20 menit.4. Lakukan pencucian CI sampai semua CI" hilang (uji dengan perak nitrat, jika tidak
terjadi endapan putih berarti CI" sudah habis)5. Pisahkan fraksi pasir dengan menggunakan ayakan 50 fraksi debu dan Hat
ditampung dalam tabung sedimentasi 1 liter.6. Pindalikan fraksi pasir dari ayakan ke dalam cawan aluminium (yang sudah
label 8. Volume pipet, Waktu dan Kedalaman pemipetandiketahui bobotnya). Kemudian keringkan dalam oven dala
m suhu 105°C sampaibobotnya tetap. Tentukan bobot pasir.
7. Tambahkan 20 ml natrium pirofosfat (yang sudah diketahui bobotnya) kedalam
tabung sedimentasi yang berisi debu dan hat, biarkan selama satu jam sampai
terjadi suspensi yang sempurna, kalau belum terjadi tambahkan lagi natrium
pirofosfat. Tambahkan air sampai tanda tera. Untuk jenis tanah Andosol
penambahan natrium pirofosfat jangan dilakukan, khusus untuk ini pH suspensi
diusahakan berada pada 2,7.8. Aduk dengan pengaduk tekstur, lalu segera didirikan dalam bak air. Catat waktu
pada waktu pengocokan selesai. Jalankan stop watc.9. Lakukan pemipetan dari tabung sedimentasi tersebut menurut waktu, kedalam an
pipet dan volume pipet sesuai dengan Tabel 8 berikut.
Ukuran fraksi(pirn)
Volume pipet(ml)
Kedafamanpemipetan (cm)
Waktu
jam menit detik
0-50 50 10 0 0 00-20 10 - 10 0 4 60- !0 iO 10 0 16 !80-2 iO 10 6 47 0
42
Sebelum melakukan pemipetan, isi pipet harus diperiks
a lebih dahulu, denganrumus;
oo
b. Penganibilan data dilakukan pada waktu pasut yang sania�
. . bobot!sr=-—BJ
(Bobot jenis air pada suhu ; 25°C=0,9971g/ml ;
26°C=0,9968 g/ml :
27°C=0,9965 g/nil)10. Setiap hasil pemipetan dituangkan kedalam cawan aluminium untuk diuapkan
airnya diatas penangas air, yang selanjutnya dimasukkan kedalam oven pada suliu
105°C sampai bobotnya tepat. Akhirnya dimasukkan dalam eksikator, lalu
timbang.43
Larapiran 2. data kecepatan arus
Bagian Stasiuii 1 Stasiun 2 Stasiun 31 14,24 8,95 3.362 6,34 8,31 2,93oJ 2,73 5,98 2,864 2,29 6,69 5.175 1,47 3,66 4.20
rataaii 5,41 6,72 3.70
c. Stasiun1
pada tanggal
5 Januari2003pukul 14.45 WITAd. Stasiun
2pada tanggal
6 Januari2003pukul14.15 -
15.30 WITAe, Stasiun
3pada tanggal
7 Januari2003pukul14.45-16.00 WITA
Keterangan ;a.
■ Semua nilai dalam satuan cni/det
Tekstur Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Pasir Debu Liat Pasir Debu Liat Pasir Debu Liat
Bag 1 94,99 4,32 0,69 96,51 1,55 1,94 96,53 l-H 2,36
Bag 2 92,42 3,75 98,64 0,26 1,10 98,60 0,38 1,02
Bags 90,33 6,85 2,82 93,48 3,28 3,24 98,33 0,31 1,36
Bag 4 94,47 0,92 4,61 94,77 0,29 4,94 95,82- 0,57 3,61
Bag 5 92,30 5,75 1,95 96,42 2,56 1,02 97,15 2,17 0,68
NoNoNo
[Cymodocearotundata
Syringodiumisoelifoliiim
Thalassodendroncilialui
Thalasiahemprichii
Total
Haloduleiininervis
ThalassodendroncilialuiHalop
hilaovalis
Thalasiahemprichii
Total
Cymodocearoliindata
Thalassodendroticiliatui.Halop
hilaovalis
Thalasiahemprichii
baa
bagbag
,252
sub134.2521.12617.6251
subi32.12613.75118.376
sub1
27.50318.00131.87624.7507.1260.000
bagbag
bag
35.376]35.376124.75012.750112.000151.1261.50016.62632.2500.750
47.bag
378
baa
125
Stasiun
420408200208
Lampiran 3. Data komposisi substrat dasar perairan di ketiga stasiun
tJftC3j:d
tn00P3
00 0rt0NO
000X
00NO
00NO
'=5*0/]cd-a
csr~-
CNr-
tJ*0/3ra
vom
CN (NCN
oi)03X
<N CN
COXJ3tf)
GiiC3
0000
VO0\CN
0000 CO
J3:3CO
friODraXI
c�r-CN NO
On COx>w
r«�00«sX
NOmCN
NOCS
CN •o
fM0/)C53-Q
0vo
00<N
CO000Oi
0000 c�
00«X3
0vo
COCN
*0 00
cs00<dX
<Nor�0CN -
<NOn<N
60ca,0
(NG>000
CSrrt
OflcdXJ
0 0v-i
0003X
CONO
CNto
0CMCN
DD
CN <Nm V-|
00
000 CN
mDO00(N
00COX
NOCM
NOCM
oncd
00 CN<N
CNIN
0CN
vov*�
TrjcdX
00
CNC�
CNC3S
OficdX
COCN
�OcnCM
(N
COOJ)C5
0CO
000
fNOvCN
<N_oa(/3
fn00rcjX
CM CN CNX}CO 00
cdX
000
00CNCN
NOm
IN00x>
0Cn o\
<N
CNonP3X
00
NONO
CO
<N00cdX
NO NO
OJ)
00 <NCN
CZJcy)CO.»—<CO
00C3X
VO c3toro55
OfiraX
00NO
NO r-i
tnOJ]td
0 0 <Nc---•0
cNmr� m
0/:cdX
CN CN1/-I0 NO
(N00rdX
0NO
0NO
'tj*00cct
<Nr-00
0000
00cdX
VDr-000ri
00 TtCN
0000
tccdX
0000
00CO
JD3</)
m00cd-D
0 00 00 CNro
j::>ai/>cloncdX
0 oc 00CN
NO CN
X3VI
<n00cdX
<NiTi
r�l*/-t
<N00cdX)
0fs
(N00CNCN CM
00rtSX
00 r-i 0<NCN C�J
00COX
CNr--
01r--
b«C3X)
00 '�f' (NC�
00X
10CN0NO
NOm
00CdX
CN NO COCO
.S3a>
So
p0G«cCI
L§
■5,u§.5-e:C3
1csg
C3>0-S-5&
7--0s;ps:
0
1csg
t
0.to
Ci
1
1•vip<3
-§0
i
,JorS
tij
0
sD
4«
50tjCo
'S
�5
5
p■§
pti�
"g
1
Q
0t€.£
p53
■§0
5
?S*-i
<y
"§-a13•1:
S0H
tn'H
�l
to
p5<3
*5
5
!C
£
Cn
p5
1G
'53
p■§
to
g
1
Ci.«2
C35P
0
S
*15cH
o7:
(N CO «o vo r— 0 cN vo 0:2:
■r—. CM fn 0 r-
Vi
Oinr-
r--r--CO
COCN
�n
V-»r-00
VJDt--CO
ini>CO
CNinr- tn
in(N
•-r.c�ictr34:>
CNCO en tjj.
C3X)
r- r-- 00C3>0
r-
unCN•O
inCNvo
vo<NNO0inr-
tn<N
CN0in
inr-
•n
ti.cd CO CO OA
cdX)
c-- CN 0 r-cN
bOcd CO r�,
rnCOoW-J0r-
wnCN
vor-cn
r*�-Q fn
0CN•o0tnr-
vor--CO
COn fO
00c:d
000
0vo in
r-to o 0.
�-10 0
«n=Jv: OJ)
cdJO
CO »n 0VO
3to
£5/.C3x>
NO <N 0 =»ito
<N CN«o0»oCN
0000000»o 00 (N
«oCO0000»n
0V-i
NOCN 0
mot•0
C3Jd00 fn (N »— 0 <n CO V£>
fnoi:cd *0 CN
COocCTi
—\D04VO
000
<N0COro
mm __,
CN00
mCO
r--r-CO
ca VO i3/;<dXI
CO occdJD
CN 0 cc
*rj
000
000 *n
vor-CO
»oCN\o
0in
COmCN «n
wo V.
Gi:ccXi
CNrj-
CN di:cd rn 0CN *—
en cdJD0CN n
caX)
<dJD
C3JD
OJJH
rivir-0inCN
*n(N
r-CN CM
JD rnCNVO
CN CNXi CO
int--CO00wo
00in
■or-r�.
�3lOCijcdX>nCN
r-� 0 3vl O/jcdX5r- =3CO OIJ
cdX)
CN CO 0 ¥<N r-
»nC-- IN
m •nCO CN
•OCN•o
NC•o
OficdX>
—
csc
cj:<dJD0 0
COc�3
T"
c . ■CNViCN
0r-
ViCN
i>CN r—1
V">CM
Vlr--
■o01'O
«n 0•nCNir.
00fCTo
cnCN0 0 CN
tncdr7i
CJ]cdJD
Tt CN NO COcd •0 CN n£i
OflcajO
«nOfJcdJD
•n00cdJD
C�Jinr-
M*V-lCN000 CN
00
0«n
NOCN
•ncri
»ncsNO
r-<N10
CNvo
C�l0fej:cd-O
<N 0 C3N OiJ<dJD
0 ■ CO 00cdJD
COCN
COrj
c3tnrat/j
cd
oopo oi]
cdjD
CO00cdJD
nSroSC
C3
O (NCOCN000
COCN CN
CN0«n
0»nr-- (N
VOt--CO
nCr-�m
tt/)dJD
>o 0 0 NO COr-l CN r]
c COrs0 v->
CNcn00 .
i>CN 0
»n00<N"O .
NOr-00
«n■0 NT.
c; 0 0 »n c/:C3X
<n v£><N
OjJCdJD
00
O
SVI<WQ-K3rtDlo
c5Ut'd-
C/7E
'sj
V-4C!
QS?
£
.g
t/3
*c(U—n
1p0t3So
*5
1
g
0tie.g
ci
Nj
'1
p
3
■§2
d
to'5Hi
t"
c5uc:
-g
0
'S,& -§
fca-J
w- CN CO r- * (N �n NO CN CO *n NO r-
V
f \ / iiUAIM'DU \'_\ •=>
/LEMrUNG��X"
X--- <•!
� J4:J>jf'UNGy VviiRllDiLirj/ \�
�''v/\ \ / \ \ /uLRpunu \ r?)uAtV � '' '-■
/Vat/\
� .y\ V/ w �/Xfv'r�/ / A '■
Lampiran 6. Segitiga Miller
100/
__V_./ V
A / \
\ / L r At \
A---V---V-
<?■ JW -rt-----y---V---
dn/ » \ V \' ■J■■ f
/ \" \ 1 ,
. / � A\LEMt'(;NG ' \
30
47
vUEIU'ASSIR' \ / \ / . \' \/ // V . <~i■20a——rr-7T / \ > /--------\ / -V / X' \ ' � y \�
'AsiRv
/ \
'''*�'"_liz__ v'_1
Sumber : Brower el. ai, 1990
48
Thatassodendron ciliaium Syringodiurn isoe tifoli umRIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sidoaijo, pada tanggal 8
Oktober1979 sebagai anak keseinbilan dari sembilan
bersaudai'a pasangan bapak Abdul Rochim dan ibu Roaitu.
Tahunl997 penulis lulus dari
SMU Negeri 2
Sidoarjo, pada taliun yang sama penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melaliii jalur un
dangan seleksi masukInstitut Pertanian Bogor (USMI) dengan pilihan peitama program studi ilmu
kelautan.Selaraa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam
kegiatan akademik sepertimenjadi asisten luar biasa pada praktikum m. a. Dasar Pengolahan Data Perikanantahun ajaran 1999/2000 dan semester pendek pada tahun yang sama, m.a. EkologiPerairan tahun ajaran 1999/2000 dan m. a. Persamaan Diferensial Biasa tahun ajaran1999/2000. Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, diantaranya sebagaianggota PSTD Satya Bhuana, dewan perwakilam niahasiswa Fakultas perikanan dan
ilmu kelautan tahun 1999/2000.Penulis dinyatakan lulus dalam ujian S�jana
yang diselenggarakan oleh
program studi ilmu kelautan pada tanggal 10 Pebruari 2004 dengan judul skripsiStruktur Komunitas Padang Lamun di Pantai Batu Jimbar Sanur.