BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI
Jl dr Wahidin no 49 Telp (0351) 749569.744859Ngawi
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI ALVI
2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 DEFINISI GANGGUAN ELIMINASI FEKAL
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana
seorang individu mengalami atau berisiko tinggi
mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang
buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi
gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah,
baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan
cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden
dengan menggunakan kanul rekti.
2.1.2 MASALAH-MASALAH GANGGUAN ELIMINASI FEKAL
Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:
A. Konstipasi,
Merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang
sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat
menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena
feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak
air diserap.
B. Impaction
Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,
sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa
dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai
pada kolon sigmoid.
C. Diare
Merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang
tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan
kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan
faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi
mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien
tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
D. Inkontinensia fecal,
yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan
udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.
Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal,
penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor
spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara
mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar
secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada
perawat.
E. Flatulens
Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding
usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan
kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas
di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang
menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang
menghasilkan CO2.
F. Hemoroid
yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum
(bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada
defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan
penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan
mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika
terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa
panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh
pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya
pasien mengalami konstipasi.
2.1.3 TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI FEKAL
a. Konstipasi
- Menurunnya frekuensi BAB
- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
- Nyeri rektum
b. Impaction
- Tidak BAB
- anoreksia
- Kembung/kram
- nyeri rektum
c. Diare
- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk
- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat
cepat
- Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan
yang menyebabkan
meningkatkan sekresi mukosa.
- feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat
mengontrol dan menahan
BAB.
d. Inkontinensia Fekal
- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,
- BAB encer dan jumlahnya banyak
- Gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan
tumor spingter anal eksternal
e. Flatulens
- Menumpuknya gas pada lumen intestinal,
- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh,
nyeri dan kram.
- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau
anus (flatus)
f. Hemoroid
- pembengkakan vena pada dinding rectum
- perdarahan jika dinding pembuluh darah vena
meregang
- merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
- nyeri
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses
2.1.4 ETIOLOGI
Gangguan Eliminasi Fekal
A. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi
feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting
untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada
beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.
Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan,
di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan
yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak
teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi.
Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari
mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi
pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas
peristaltik di colon.
B. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses.
Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun
pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi
air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,
menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat
perjalananchyme di sepanjang intestinal, sehingga
meningkatkan reabsorbsi cairan dari chime.
C. Meningkatnya stress psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.
Penyakit- penyakit tertentu termasuk diare kronik,
seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai
komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang
yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas
peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang
yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal,
yang berdampak pada konstipasi
D. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring
lama.
Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi
penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan
melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan
terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras
E. Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat
berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa
menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar
dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur
pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.
Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan
memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan
feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan
aktivitas peristaltik dan kadang- kadang digunakan
untuk mengobati diare
F. Usia
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi
juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol
eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang,
biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga
mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi
proses pengosongan lambung. Di antaranya adalahatony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot
polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya
peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga
menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.
Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol
terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak
pada proses defekasi.
G. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik
ileus, kecelakaan pada spinal
cord dan tumor.
Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat
menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan
mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon
terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat
menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya,
klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien
bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat
berkurangnya fungsi dari spinkterani
2.1.5 PATOFISIOLOGI
Gangguan Eliminasi Fekal
Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.
Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi
pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali
perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses
juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang
peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan
rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk
defekasi.
Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi
yaitu refleks defekasi instrinsik. Ketika feses masuk
kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi
suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus
untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon
desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang
ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang
peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak
menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses
keluar.
Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat
saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke
spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke
kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal –
sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang
peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan
meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus
individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus
eksternal tenang dengan sendirinya.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot
perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan
abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada
dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran
anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha
yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi
duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.
Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi
dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan
muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk
defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum
meluas untuk menampung kumpulan feses. Cairan feses di
absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi
konstipasi.
PENGKAJIAN
Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan
riwayat keperawatan, melakukan pemeriksaan fisik pada
abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat
seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang
didapat dari pemeriksaan diagnostik yang relevan.
Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu
perawat menentukan pola defekasi normal klien. Perawat
mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa
perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi
tentang beberapa masalah yang pernah terjadi
berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-
faktor yang mempengaruhi pola eliminasi. Sebagai contoh
untuk mengumpulkan riwayat keperawatan, perhatikan
Assesment review sebagai berikut:
Pola defekasi
Kapan anda biasanya ingin BAB ?
Apakah kebiasaan tersebut saat ini mengalami
perubahan ?
Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna,
tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau bau feses
anda saat ini ?
Masalah eliminasi alvi
Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa
hari yang lalu) berkaitan dengan BAB (konstipasi,
diare, kembung, merembes / inkontinensia(tidak tuntas)?
Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ?
Menurut anda kira-kira apa penyebabnya (makanan,
minuman, latihan, emosi, obat-obatan, penyakit,
operasi) ?
Usaha apa yang anda lakukan untukmengatasinya dan
bagaimana hasilnya?
Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
Menggunakan alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk
mempertahankan kebiasaan BAB normal ? Menggunakan
bahan-bahan alami seperti makanan / minuman tertentu
atau obat-obatan ?
Diet. Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ?
Makanan apa yang biasa anda makan ? yang biasa anda
hindari, berapa kali anda makan dalam sehari?
Cairan. Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum
dalam sehari? (misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)
Aktivitas dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian
apa yang biasa dilakukan ?
Medikasi. Apakah anda minum obat yang dapat
mempengaruhi sistem pencernaan (misalnya Fe,
antibiotik) ?
Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini
anda mengira berpengaruh pada pola BAB (defekasi)
anda ? Bagaimana ?
Ada ostomi dan penanganannya
Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda ?
Jika ada masalah, apa yang anda lakukan ?
Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani
kolostomy anda ? Bagaimana caranya ?
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi
meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi
dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah
peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi
inspeksi dan palpasi.
Inspeksi Feses
Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi,
bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur
abdomen. Perhatikan tabel berikut :
KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL
Karakteri
stik
Normal Abnormal Kemungkinan
penyebab
Warna Dewasa :
kecoklatan
Bayi :
kekuningan
Pekat /
putih
Adanya pigmen
empedu (obstruksi
empedu);
pemeriksaan
diagnostik
menggunakan
barium
Hitam / spt
ter.
Obat (spt. Fe);
PSPA (lambung,
usus halus); diet
tinggi buah merah
dan sayur hijau
tua (spt. Bayam)
Merah PSPB (spt.
Rektum), beberapa
makanan spt bit.
Pucat Malabsorbsi
lemak; diet
tinggi susu dan
produk susu dan
rendah daging.
Orange atau
hijau
Infeksi usus
Konsisten
si
Berbentuk,
lunak, agak
cair /
lembek,
basah.
Keras,
kering
Dehidrasi,
penurunan
motilitas usus
akibat kurangnya
serat, kurang
latihan, gangguan
emosi dan
laksantif abuse.
Diare Peningkatan
motilitas usus
(mis. akibat
iritasi kolon
oleh bakteri).
Bentuk Silinder
(bentuk
rektum) dgn
2,5 cm u/
orang dewasa
Mengecil,
bentuk
pensil atau
seperti
benang
Kondisi obstruksi
rektum
Jumlah Tergantung
diet (100 –
400 gr/hari)
Bau Aromatik :
dipenga-ruhi
oleh makanan
yang dimakan
dan flora
bakteri.
Tajam,
pedas
Infeksi,
perdarahan
Unsur
pokok
Sejumlah
kecil bagian
kasar
makanan yg
tdk dicerna,
potongan
bak-teri
yang mati,
sel epitel,
lemak,
protein,
unsur-unsur
kering
cairan
pencernaan
(pigmen
empedu dll)
Pus
Mukus
Parasit
Darah
Lemak dalam
jumlah
besar
Benda asing
Infeksi bakteri
Konsidi
peradangan
Perdarahan
gastrointestinal
Malabsorbsi
Salah makan
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal
meliputi tehnik visualisasi langsung / tidak langsung
dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang
tidak normal.
DIAGNOSA
Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA
meliputi :
- Inkontinensia alvi
- Konstipasi
- Resiko terjadi konstipasi
- Konstipasi yang dirasakan
- Diare
(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada
pedoman diagnosa NANDA yang meliputi tujuan dan
intervensi)
Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area
fungsi manusia dan dapat menjadi etiologi diagnosa
NANDA yang lain, seperti :
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan
a. Diare berkepanjangan
b. Inkontinensia alvi
Harga diri rendah berhubungan dengan
a. Ostomy
b. Inkontinensia usus
c. Perlunya bantuan untuk toileting
Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen
ostomy berhubungan dengan kurangnya pengalaman
Ansietas berhubungan dengan
a. Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy
b. Respon lain terhadap ostomy
PERENCANAAN
Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah
untuk :
- Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi
alvi normal
- Mempertahankan atau mendapatkan kembali
konsisteni feses normal
- Mencegah resiko yang berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, trauma
kulit, distensi abdomen dan nyeri.
IMPLEMENTASI
Peningkatan Keteraturan Defekasi
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan
defekasi dengan
a. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
b. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
c. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit
tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan, nasi;
mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari
d. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
e. Positioning
Privacy
Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan
orang. Perawat seharusnya menyediakan waktu sebanyak
mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri
untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami
kelemahan, perawat mungkin perlu menyediakan air atau
alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam
jangkauan pembicaraan dengan klien.
Waktu
Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa
ingin defekasi. Untuk menegakkan keteraturan eliminasi
alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi
peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk
defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi
seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.
Nutrisi dan Cairan
Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet,
tergantung jenis feses klien yang terjadi, frekuensi
defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat
membantu defekasi normal.
Untuk Konstipasi
Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk
minum cairan hangat dan jus buah, juga masukkan serat
dalam diet.
Untuk Diare
Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam
porsi kecil dapat membantu karena lebih mudah diserap.
Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari
sebab merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat
dan tinggi rempah dapat mencetuskan diare. Untuk
manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :
- Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah
dehidrasi
- Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium.
Sebagian besar
makanan mengandung Na. Kalium ditemukan dalam
daging, beberapa sayuran
dan buah seperti tomat, nanas dan pisang.
- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang
mudah larut seperti pisang
- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein
- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut
seperti buah mentah,sereal
- Batasi makanan berlemak
- Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah
BAB untuk mencegah
iritasi
- Jika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare
- Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora
usus normal dengan minum produk-produk susu
fermentasi.
Untuk Flatulensi
Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum
dan mengunyah gusi; untuk meningkatkan pencernaan
udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti
kubis, buncis, bawang dan bunga kol.
Latihan
Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola
defekasi normal. Klien dengan kelemahan otot abdomen
dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin
dapat menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik
sebagai berikut:
- Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan
mengejangkan, menahan selama 10 detik dan kemudian
relax. Ulangi 5 – 10 kali sehari tergantung
kekuatan klien.
Positioning
Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik
untuk defekasi. Posisi pada toilet adalah yang terbaik
untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami
kesulitan untuk duduk dan bangun dari toilet, maka
memerlukan alat bantu BAB seperti commode, bedpad yang
jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.
Obat-obatan
Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi
eliminasi alvi adalah katarsis dan laxantive, antidiare
dan antiflatulensi
Mengurangi flatulensi
Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan
flatus, meliputi menghindari makanan yang menghasilkan
gas, latihan, bergerak di tempat tidur dan ambulasi.
Gerakan merangsang peristaltik dan membantu melepaskan
flatus dan reabsorbsi gas dalam kapiler intestinal.
Satu metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan
memasukkan suatu rectal tube. Caranya adalah sebagai
berikut :
1. Gunakan rectal tube ukuran 22 – 30 F untuk dewasa
dan yanglebih kecil untuk anak
2. Tempatkan klien pada posisi miring
3. Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi
4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10
cm). Rectal tube akan merangsang peristaltik. Jika
tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih
dalam. Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk
dengan mudah.
5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk
menghindari iritasi. Jika terjadi distensi abdomen,
masukkan tube setiap 2 – 3 jam.
6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul
dengan dokter untuk pemakaian suppository, enema
atau obat-obatan yang lain.
Pemberian Enema
Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan
usus besar. Cara kerja enema adalah untuk mengembangkan
usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa usus,
meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan
feses dan flatus.
Jenis enema :
1. Cleansing enema / Huknah
Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan
feses. Tindakan ini utamanya diberikan untuk :
- Mencegah keluarnya feses saat operasi
- Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada
usus
- Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi /
obstipasi
Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan
sebagai berikut :
Larutan Unsur Tindakan Waktu Efek samping
Hiperto
nis
90 – 120
cc (misal
Sodium
phosphate)
Menarik air
dari ruang
interstisiil
ke dalam
kolon,
merangsang
peristaltik,
menyebabkan
defekasi
5 –
10’
Retensi
Sodium
Hipoton
is
500 – 1000
cc air
kran
Distensi
abdomen, me-
rangsang
15 –
20’
Ketidakseimba
ngan cairan
dan elek-
peristaltik,
melunakkan
feses
trolit,
intoksikasi
air
Isotoni
s
500 – 1000
cc normal
saline
(NaCl 0.9
%)
Distensi
abdomen, me-
rangsang
peristaltik,
melunakkan
feses
15 -
20’
Kemungkinan
retensi Na.
Air
sabun
500 – 1000
cc (3 – 5
cc sabun
dalam 1000
cc air)
mengiritasi
mukosa,
distensi
kolon
10 –
15’
Iritasi dan
merusak
mukosa
Minyak 90 – 120
cc
Lubrikasi
feses dan
mukosa kolon
½ – 3
jam
Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan
rendah.
Huknah Tinggi, Yang dimaksudkan memberikan huknah
Tinggi adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat Melalui
Anus ke Rectum sampai colon Asenden dengan menggunakan
kanul recti. Huknah Tinggi pembersihanya dimungkinkan
mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri
ke dorsal recumbent dan kemudian lateral kanan selama
pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 – 46 cm
dari klien.
Tujuan pemberian Huknah Tinggi:
1. Merangsang peristaltic sehingga pasien bisa BAB
2. Persiapan tindakan Operasi/Persiapan
pemeriksaan radiologi
3. Memberi rasa nyaman.
Huknah Rendah, Yang dimaksudkan memberikan huknah
Rendah adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat Melalui
Anus ke Rectum sampai colon desenden dengan menggunakan
kanul recti. Huknah rendah pembersihanya hanya pada
rektum dan sigmoid. Posisi klien dipertahankan lateral
kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer
tidak lebih dari 30 cm dari klien.
Tujuan pemberian Huknah rendah sama dengan tujuan
pemberian huknah Tinggi.
2. Carminative enema
Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan
dimasukkan ke dalam rektum mengeluarkan gas yang
menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian
merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan
60 – 80 cc.
3. Retention enema / klisma
Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan
kolon sigmoid. Cairan dipertahankan dalam waktu yang
relatif lama (misalnya 1 – 3 jam), untuk melunakkan
feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu
keluarnya feses. Antibiotik enema digunakan untuk
menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk
membunuh cacing parasit, nutritive enema untuk
memberikan cairan dan nutrien pada rektum.
4. Return-flow enema
Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus.
Sekitar 100 – 200 cc cairan dimasukkan ke dalam rektuum
dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.
Tindakan ini diulangi 4 – 5 x sampai flatus keluar dan
distensi abdomen berkurang.
Pengeluaran Obstipasi secara Digital
Pengeluaran secara digital meliputi penghancuran
massa feses secara digital dan mengeluarkan bagian-
bagiannya. Adanya kemungkinan terjadinya trauma pada
mukosa saluran pencernaan, tindakan ini harus
diperhatikan dengan matang. Stimulasi rektum juga
merupakan kontraindikasi pada beberapa klien karena
dapat menyebabkan respon vagal berlebihan yang
berdampak aritmia jantung. Sebelum penghancuran feses
dianjurkan diberikan klisma glyserin dan dipertahankan
selama 30 menit. Setelah prosedur ini perawat dapat
menggunakan berbagai macam intervensi untuk
mengeluarkan feses yang tersisa, seperti dengan
cleansing enema atau dengan suppositoria.
Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan
rasa nyeri, perawat dapat menggunakan 1 – 2 cc lidokain
(xylocain) gel pada sarung tangan yang dimasukkan ke
anus.
Program Bowel Training
Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering
terjadi obstipasi / inkontinensia feses, program bowel
training dapat membantu mengatasinya. Program ini
didasarkan pada faktor dalam kontrol klien dan didesain
untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi
normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan
makanan, latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum
mengawali program ini, klien harus memahaminya dan
terlibat langsung. Secara garis besar program ini
adalah sebagai berikut :
1. Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang
membantu dan menghambat defekasi normal.
2. Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :
a. Asupan cairan sekitar 2500 – 3000 cc/hari
b. Peningkatan diit tinggi serat
c. Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu
defekasi
d. Peningkatan aktivitas / latihan
3. Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian
selama 2 – 3 minggu :
a. Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax)
30 menit sebelum waktu defekasi klien untuk
merangsang defekasi.
b. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien
untuk pergi ke toilet / duduk di Commode atau
bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian
suppository dan keinginan defekasi.
c. Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi
waktunya, biasanya cukup 30 – 40 menit.
d. Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada
kolon, tetapi hindari mengecan berlebihan, karena
dapat mengakibatkan hemorrhoid.
4. Berikan umpan balik positif kepada klien yang
telah berhasil defekasi. Hindari negatif feedback
jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu
dari minggu sampai bulan untuk mencapai
keberhasilan
EVALUASI
- Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ?
- Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ?
- Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?
SOAL
1. Masalah – masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu?
1. Konstipasi
2. Impaction
3. Diare
4. Hemoroid
Jawaban : E
2. Tanda – tanda dan gejala impaction
1. Tidak BAB
2. Anoreksia
3. Nyeri rectum
4. BAB encer
Jawaban : A
3. Yang tidak termasuk etiology gangguan eliminasi fekal
a. Pola diet
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Obat – obatan
Jawaban : B
4. Yang termasuk tanda dan gejala hemoroid adalah
1. Pembengkakan vena pada dinding rectum
2. Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena merenggang
3. Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
4. Nyeri
Jawaban : E
5. Pemeriksaan yang menunjang pada gangguan eliminasifekal
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaan Foto Rontgen
3. Pemeriksaan Laboratorium urin dan feces
4. Inspeksi
Jawaban : A
DAFTAR PUSTAKA
1. E. Oswari. Penyakit Dan Penanggulanganya.
penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
1991.
2. Robert priharjo. Nursing Physical Examination
(4th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.
3. Carpenito, L. J. Handbook Of Nursing Diagnosis
(8th ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott
Williams & Wilkins.
4. North American Nursing Diagnosis Association.
Nursing diagnosis: definition and
classification. Philadelphia: The North
American Nursing Diagnosis Association.
5. Ners, Ferdinand. Memberikan huknah rendah dan
huknah tinggi. Wordpress 4 january, 2010.
Available :
http://Nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2
010/01/04/memberikan-huknah-tinggi-dan-huknah-
rendah/