BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

31
BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II Disusun oleh: SITI MAIMUNAH, SkepNs

Transcript of BUKU AJAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

BUKU AJAR

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA II

Disusun oleh:

SITI MAIMUNAH, SkepNs

AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI

Jl dr Wahidin no 49 Telp (0351) 749569.744859Ngawi

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN ELIMINASI ALVI

2.1 PEMBAHASAN

2.1.1 DEFINISI GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana

seorang individu mengalami atau berisiko tinggi

mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang

buang air besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi

gangguan eliminasi fekal biasanya dilakukan huknah,

baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan

cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden

dengan menggunakan kanul rekti.

2.1.2 MASALAH-MASALAH GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:

A. Konstipasi,

Merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya

frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang

sulit, keras, dan mengejan. BAB yang keras dapat

menyebabkan nyeri rektum. Kondisi ini terjadi karena

feses berada di intestinal lebih lama, sehingga banyak

air diserap.

B. Impaction

Merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,

sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa

dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai

pada kolon sigmoid.

C. Diare

Merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang

tidak berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan

kolon sangat cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan

faktor tambahan yang menyebabkan meningkatkan sekresi

mukosa. Akibatnya feses menjadi encer sehingga pasien

tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.

D. Inkontinensia fecal,

yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol BAB dan

udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.

Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal,

penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor

spingter anal eksternal. Pada situasi tertentu secara

mental pasien sadar akan kebutuhan BAB tapi tidak sadar

secara fisik. Kebutuhan dasar pasien tergantung pada

perawat.

E. Flatulens

Yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding

usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan

kram. Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau

anus (flatus). Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas

di usus adalah pemecahan makanan oleh bakteri yang

menghasilkan gas metan, pembusukan di usus yang

menghasilkan CO2.

F. Hemoroid

yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum

(bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada

defekasi yang keras, kehamilan, gagal jantung dan

penyakit hati menahun. Perdarahan dapat terjadi dengan

mudah jika dinding pembuluh darah teregang. Jika

terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien merasa

panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh

pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya

pasien mengalami konstipasi.

2.1.3 TANDA DAN GEJALA GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

a. Konstipasi

- Menurunnya frekuensi BAB

- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan

- Nyeri rektum

b. Impaction

- Tidak BAB

- anoreksia

- Kembung/kram

- nyeri rektum

c. Diare

- BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak

berbentuk

- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat

cepat

- Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan

yang menyebabkan

meningkatkan sekresi mukosa.

- feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat

mengontrol dan menahan

BAB.

d. Inkontinensia Fekal

- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus,

- BAB encer dan jumlahnya banyak

- Gangguan fungsi spingter anal, penyakit

neuromuskuler, trauma spinal cord dan

tumor spingter anal eksternal

e. Flatulens

- Menumpuknya gas pada lumen intestinal,

- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh,

nyeri dan kram.

- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau

anus (flatus)

f. Hemoroid

- pembengkakan vena pada dinding rectum

- perdarahan jika dinding pembuluh darah vena

meregang

- merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi

- nyeri

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan USG

2. Pemeriksaan foto rontgen

3. Pemeriksaan laboratorium urin dan feses

2.1.4 ETIOLOGI

Gangguan Eliminasi Fekal

A. Pola diet tidak adekuat/tidak sempurna:

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi

feses. Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting

untuk memperbesar volume feses. Makanantertentu pada

beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna.

Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan,

di beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan

yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak

teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi.

Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari

mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi

pada pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas

peristaltik di colon.

B. Cairan

Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses.

Ketika pemasukan cairan yang adekuat ataupun

pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk

beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi

air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.

Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal,

menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi

berkurangnya pemasukan cairan memperlambat

perjalananchyme di sepanjang intestinal, sehingga

meningkatkan reabsorbsi cairan dari chime.

C. Meningkatnya stress psikologi

Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi.

Penyakit- penyakit tertentu termasuk diare kronik,

seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai

komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang

yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas

peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah lagi orang

yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal,

yang berdampak pada konstipasi

D. Kurang aktifitas, kurang berolahraga, berbaring

lama.

Pada pasien immobilisasi atau bedrest akan terjadi

penurunan gerak peristaltic dan dapat menyebabkan

melambatnya feses menuju rectum dalam waktu lama dan

terjadi reabsorpsi cairan feses sehingga feses mengeras

E. Obat-obatan

Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat

berpengeruh terhadap eliminasi yang normal. Beberapa

menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang besar

dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur

pemberian morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.

Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.

Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan

memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan

feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu

seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan

aktivitas peristaltik dan kadang- kadang digunakan

untuk mengobati diare

F. Usia

Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi

juga

pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol

eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang,

biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasajuga

mengalami perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi

proses pengosongan lambung. Di antaranya adalahatony

(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot

polos colon yang dapat berakibat pada melambatnya

peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan

menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga

menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung.

Beberapa orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol

terhadap muskulus spinkter ani yang dapat berdampak

pada proses defekasi.

G. Penyakit-penyakit seperti obstruksi usus, paralitik

ileus, kecelakaan pada spinal

cord dan tumor.

Cedera pada sumsum tulang belakan dan kepala dapat

menurunkan stimulus sensori untuk defekasi. Gangguan

mobilitas bisa membatasi kemampuan klien untuk merespon

terhadap keinginan defekasi ketika dia tidak dapat

menemukan toilet atau mendapat bantuan. Akibatnya,

klien bisa mengalami konstipasi. Atau seorang klien

bisa mengalami fecal inkontinentia karena sangat

berkurangnya fungsi dari spinkterani

2.1.5 PATOFISIOLOGI

Gangguan Eliminasi Fekal

Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum.

Hal ini juga disebut bowel movement. Frekwensi defekasi

pada setiap orang sangat bervariasi dari beberapa kali

perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya feses

juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang

peristaltik mendorong feses kedalam kolon sigmoid dan

rektum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan

individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk

defekasi.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi

yaitu refleks defekasi instrinsik. Ketika feses masuk

kedalam rektum, pengembangan dinding rektum memberi

suatu signal yang menyebar melalui pleksus mesentrikus

untuk memulai gelombang peristaltik pada kolon

desenden, kolon sigmoid, dan didalam rektum. Gelombang

ini menekan feses kearah anus. Begitu gelombang

peristaltik mendekati anus, spingter anal interna tidak

menutup dan bila spingter eksternal tenang maka feses

keluar.

Refleks defekasi kedua yaitu parasimpatis. Ketika serat

saraf dalam rektum dirangsang, signal diteruskan ke

spinal cord (sakral 2 – 4) dan kemudian kembali ke

kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum. Sinyal –

sinyal parasimpatis ini meningkatkan gelombang

peristaltik, melemaskan spingter anus internal dan

meningkatkan refleks defekasi instrinsik. Spingter anus

individu duduk ditoilet atau bedpan, spingter anus

eksternal tenang dengan sendirinya.

Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot

perut dan diaphragma yang akan meningkatkan tekanan

abdominal dan oleh kontraksi muskulus levator ani pada

dasar panggul yang menggerakkan feses melalui saluran

anus. Defekasi normal dipermudah dengan refleksi paha

yang meningkatkan tekanan di dalam perut dan posisi

duduk yang meningkatkan tekanan kebawah kearah rektum.

Jika refleks defekasi diabaikan atau jika defekasi

dihambat secara sengaja dengan mengkontraksikan

muskulus spingter eksternal, maka rasa terdesak untuk

defekasi secara berulang dapat menghasilkan rektum

meluas untuk menampung kumpulan feses. Cairan feses di

absorpsi sehingga feses menjadi keras dan terjadi

konstipasi.

PENGKAJIAN

Pengkajian eliminasi alvi meliputi mengumpulkan

riwayat keperawatan, melakukan pemeriksaan fisik pada

abdomen, rektum dan anus serta inspeksi feses. Perawat

seharusnya juga mengkaji ulang beberapa data yang

didapat dari pemeriksaan diagnostik yang relevan.

Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan eliminasi fekal membantu

perawat menentukan pola defekasi normal klien. Perawat

mendapatkan suatu gambaran feses normal dan beberapa

perubahan yang terjadi dan mengumpulkan informasi

tentang beberapa masalah yang pernah terjadi

berhubungan dengan eliminasi, adanya ostomy dan faktor-

faktor yang mempengaruhi pola eliminasi. Sebagai contoh

untuk mengumpulkan riwayat keperawatan, perhatikan

Assesment review sebagai berikut:

Pola defekasi

Kapan anda biasanya ingin BAB ?

Apakah kebiasaan tersebut saat ini mengalami

perubahan ?

Gambaran feses dan perubahan yang terjadi

Apakah anda memperhatikan adanya perubahan warna,

tekstur (keras, lemah, cair), permukaan, atau bau feses

anda saat ini ?

Masalah eliminasi alvi

Masalah apa yang anda rasakan sekarang (sejak beberapa

hari yang lalu) berkaitan dengan BAB (konstipasi,

diare, kembung, merembes / inkontinensia(tidak tuntas)?

Kapan dan berapa sering hal tersebut terjadi ?

Menurut anda kira-kira apa penyebabnya (makanan,

minuman, latihan, emosi, obat-obatan, penyakit,

operasi) ?

Usaha apa yang anda lakukan untukmengatasinya dan

bagaimana hasilnya?

Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

Menggunakan alat bantu BAB. Apa yang anda lakukan untuk

mempertahankan kebiasaan BAB normal ? Menggunakan

bahan-bahan alami seperti makanan / minuman tertentu

atau obat-obatan ?

Diet. Makanan apa yang anda percaya mempengaruhi BAB ?

Makanan apa yang biasa anda makan ? yang biasa anda

hindari, berapa kali anda makan dalam sehari?

Cairan. Berapa banyak dan jenis minuman yang anda minum

dalam sehari? (misalnya 6 gelas air, 2 cangkir kopi)

Aktivitas dan Latihan. Pola aktivitas / latihan harian

apa yang biasa dilakukan ?

Medikasi. Apakah anda minum obat yang dapat

mempengaruhi sistem pencernaan (misalnya Fe,

antibiotik) ?

Stress. Apakah anda merasakan stress. Apakah dengan ini

anda mengira berpengaruh pada pola BAB (defekasi)

anda ? Bagaimana ?

Ada ostomi dan penanganannya

Apa yang biasa anda lakukan terhadap kolostomy anda ?

Jika ada masalah, apa yang anda lakukan ?

Apakah anda memerlukan bantuan perawat untuk menangani

kolostomy anda ? Bagaimana caranya ?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi

meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi

dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi

dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah

peristaltik. Pemeriksaan rektum dan anus meliputi

inspeksi dan palpasi.

Inspeksi Feses

Observasi feses klien terhadap warna, konsistensi,

bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur

abdomen. Perhatikan tabel berikut :

KARAKTERISTIK FESES NORMAL DAN ABNORMAL

Karakteri

stik

Normal Abnormal Kemungkinan

penyebab

Warna Dewasa :

kecoklatan

Bayi :

kekuningan

Pekat /

putih

Adanya pigmen

empedu (obstruksi

empedu);

pemeriksaan

diagnostik

menggunakan

barium

Hitam / spt

ter.

Obat (spt. Fe);

PSPA (lambung,

usus halus); diet

tinggi buah merah

dan sayur hijau

tua (spt. Bayam)

Merah PSPB (spt.

Rektum), beberapa

makanan spt bit.

Pucat Malabsorbsi

lemak; diet

tinggi susu dan

produk susu dan

rendah daging.

Orange atau

hijau

Infeksi usus

Konsisten

si

Berbentuk,

lunak, agak

cair /

lembek,

basah.

Keras,

kering

Dehidrasi,

penurunan

motilitas usus

akibat kurangnya

serat, kurang

latihan, gangguan

emosi dan

laksantif abuse.

Diare Peningkatan

motilitas usus

(mis. akibat

iritasi kolon

oleh bakteri).

Bentuk Silinder

(bentuk

rektum) dgn

2,5 cm u/

orang dewasa

Mengecil,

bentuk

pensil atau

seperti

benang

Kondisi obstruksi

rektum

Jumlah Tergantung

diet (100 –

400 gr/hari)

Bau Aromatik :

dipenga-ruhi

oleh makanan

yang dimakan

dan flora

bakteri.

Tajam,

pedas

Infeksi,

perdarahan

Unsur

pokok

Sejumlah

kecil bagian

kasar

makanan yg

tdk dicerna,

potongan

bak-teri

yang mati,

sel epitel,

lemak,

protein,

unsur-unsur

kering

cairan

pencernaan

(pigmen

empedu dll)

Pus

Mukus

Parasit

Darah

Lemak dalam

jumlah

besar

Benda asing

Infeksi bakteri

Konsidi

peradangan

Perdarahan

gastrointestinal

Malabsorbsi

Salah makan

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik saluran gastrointestinal

meliputi tehnik visualisasi langsung / tidak langsung

dan pemeriksaan laboratorium terhadap unsur-unsur yang

tidak normal.

DIAGNOSA

Label diagnostik masalah eliminasi alvi menurut NANDA

meliputi :

- Inkontinensia alvi

- Konstipasi

- Resiko terjadi konstipasi

- Konstipasi yang dirasakan

- Diare

(aplikasi klinis dari diagnosa ini lihat pada

pedoman diagnosa NANDA yang meliputi tujuan dan

intervensi)

Masalah eliminasi alvi dapat mempengaruhi banyak area

fungsi manusia dan dapat menjadi etiologi diagnosa

NANDA yang lain, seperti :

Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan

a. Diare berkepanjangan

b. Hilangnya cairan abnormal melalui ostomy

Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan

a. Diare berkepanjangan

b. Inkontinensia alvi

Harga diri rendah berhubungan dengan

a. Ostomy

b. Inkontinensia usus

c. Perlunya bantuan untuk toileting

Defisit pengetahuan tentang bowel training, manajemen

ostomy berhubungan dengan kurangnya pengalaman

Ansietas berhubungan dengan

a. Hilangnya kontrol eliminasi alvi akibat ostomy

b. Respon lain terhadap ostomy

PERENCANAAN

Tujuan utama klien dengan masalah eliminasi alvi adalah

untuk :

- Mempertahankan atau mengembalikan pola eliminasi

alvi normal

- Mempertahankan atau mendapatkan kembali

konsisteni feses normal

- Mencegah resiko yang berhubungan dengan

ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, trauma

kulit, distensi abdomen dan nyeri.

IMPLEMENTASI

Peningkatan Keteraturan Defekasi

Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan

defekasi dengan

a. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi

b. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi

c. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit

tinggi serat seperti sayuran, buah-buahan, nasi;

mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari

d. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien

e. Positioning

Privacy

Privacy selama defekasi sangat penting untuk kebanyakan

orang. Perawat seharusnya menyediakan waktu sebanyak

mungkin seperti kepada klien yang perlu menyendiri

untuk defeksi. Pada beberapa klien yang mengalami

kelemahan, perawat mungkin perlu menyediakan air atau

alat kebersihan seperti tissue dan tetap berada dalam

jangkauan pembicaraan dengan klien.

Waktu

Klien seharusnya dianjurkan untuk defeksi ketika merasa

ingin defekasi. Untuk menegakkan keteraturan eliminasi

alvi, klien dan perawat dapat berdiskusi ketika terjadi

peristaltik normal dan menyediakan waktu untuk

defekasi. Aktivitas lain seperti mandi dan ambulasi

seharusnya tidak menyita waktu untuk defekasi.

Nutrisi dan Cairan

Untuk mengatur defekasi normal diperlukan diet,

tergantung jenis feses klien yang terjadi, frekuensi

defekasi dan jenis makanan yang dirasakan klien dapat

membantu defekasi normal.

Untuk Konstipasi

Tingkatkan asupan cairan dan instruksikan klien untuk

minum cairan hangat dan jus buah, juga masukkan serat

dalam diet.

Untuk Diare

Anjurkan asupan cairan dan makanan lunak. Makan dalam

porsi kecil dapat membantu karena lebih mudah diserap.

Minuman terlalu panas / dingin seharusnya dihindari

sebab merangkasang peristaltik. Makanan tinggi serat

dan tinggi rempah dapat mencetuskan diare. Untuk

manajemen diare, ajarkan klien sebagai berikut :

- Minum minimal 8 gelas / hari untuk mencegah

dehidrasi

- Makan makanan yang mengandung Natrium dan Kalium.

Sebagian besar

makanan mengandung Na. Kalium ditemukan dalam

daging, beberapa sayuran

dan buah seperti tomat, nanas dan pisang.

- Tingkatkan makanan yang mengandung serat yang

mudah larut seperti pisang

- Hindari alkohol dan minuman yang mengandung kafein

- Batasi makanan yang mengandung serat tidak larut

seperti buah mentah,sereal

- Batasi makanan berlemak

- Bersihkan dan keringkan daerah perianal sesudah

BAB untuk mencegah

iritasi

- Jika mungkin hentikan obat yang menyebabkan diare

- Jika diare telah berhenti, hidupkan kembali flora

usus normal dengan minum produk-produk susu

fermentasi.

Untuk Flatulensi

Batasi minuman berkarbinat, gunakan sedotan saat minum

dan mengunyah gusi; untuk meningkatkan pencernaan

udara. Hindari makanan yang menghasilkan gas, seperti

kubis, buncis, bawang dan bunga kol.

Latihan

Latihan teratur membantu klien mengembangkan pola

defekasi normal. Klien dengan kelemahan otot abdomen

dan pelvis (yang mengganggu defekasi normal) mungkin

dapat menguatkannya dengan mengikuti latihan isometrik

sebagai berikut:

- Dengan posisi supine, perketat otot sbdomen dengan

mengejangkan, menahan selama 10 detik dan kemudian

relax. Ulangi 5 – 10 kali sehari tergantung

kekuatan klien.

Positioning

Meskipun posisi jongkong memberikan bantuan terbaik

untuk defekasi. Posisi pada toilet adalah yang terbaik

untuk sebagian besar orang. Untuk klien yang mengalami

kesulitan untuk duduk dan bangun dari toilet, maka

memerlukan alat bantu BAB seperti commode, bedpad yang

jenis dan bentuknya disesuaikan dengan kondisi klien.

Obat-obatan

Obat-obatan yang termasuk kategori mempengaruhi

eliminasi alvi adalah katarsis dan laxantive, antidiare

dan antiflatulensi

Mengurangi flatulensi

Ada banyak cara untuk mengurangi / mengeluarkan

flatus, meliputi menghindari makanan yang menghasilkan

gas, latihan, bergerak di tempat tidur dan ambulasi.

Gerakan merangsang peristaltik dan membantu melepaskan

flatus dan reabsorbsi gas dalam kapiler intestinal.

Satu metode untuk penanganan flatulensi adalah dengan

memasukkan suatu rectal tube. Caranya adalah sebagai

berikut :

1. Gunakan rectal tube ukuran 22 – 30 F untuk dewasa

dan yanglebih kecil untuk anak

2. Tempatkan klien pada posisi miring

3. Berikan lubrikasi untuk mengurangi iritasi

4. Buka anus dan masukkan rectal tube dalam rektum (10

cm). Rectal tube akan merangsang peristaltik. Jika

tidak ada flatus yang keluar, masukkan tube lebih

dalam. Jangan menekan tube jika tidak bisa masuk

dengan mudah.

5. Lepaskan tube jangan lebih dari 30 menit untuk

menghindari iritasi. Jika terjadi distensi abdomen,

masukkan tube setiap 2 – 3 jam.

6. Jika tube tidak dapat mengurangi flatus, konsul

dengan dokter untuk pemakaian suppository, enema

atau obat-obatan yang lain.

Pemberian Enema

Enema adalah larutan yang dimasukkan dalam rektum dan

usus besar. Cara kerja enema adalah untuk mengembangkan

usus dan kadang-kadang mengiritasi mukosa usus,

meningkatkan peristaltik dan membantu mengeluarkan

feses dan flatus.

Jenis enema :

1. Cleansing enema / Huknah

Cleansing enema dimaksudkan untuk mengeluarkan

feses. Tindakan ini utamanya diberikan untuk :

- Mencegah keluarnya feses saat operasi

- Persiapan pemeriksaan diagnostik tertentu pada

usus

- Mengeluarkan feses dari usus saat konstipasi /

obstipasi

Cleansing enema menggunakan bermacam-macam larutan

sebagai berikut :

Larutan Unsur Tindakan Waktu Efek samping

Hiperto

nis

90 – 120

cc (misal

Sodium

phosphate)

Menarik air

dari ruang

interstisiil

ke dalam

kolon,

merangsang

peristaltik,

menyebabkan

defekasi

5 –

10’

Retensi

Sodium

Hipoton

is

500 – 1000

cc air

kran

Distensi

abdomen, me-

rangsang

15 –

20’

Ketidakseimba

ngan cairan

dan elek-

peristaltik,

melunakkan

feses

trolit,

intoksikasi

air

Isotoni

s

500 – 1000

cc normal

saline

(NaCl 0.9

%)

Distensi

abdomen, me-

rangsang

peristaltik,

melunakkan

feses

15 -

20’

Kemungkinan

retensi Na.

Air

sabun

500 – 1000

cc (3 – 5

cc sabun

dalam 1000

cc air)

mengiritasi

mukosa,

distensi

kolon

10 –

15’

Iritasi dan

merusak

mukosa

Minyak 90 – 120

cc

Lubrikasi

feses dan

mukosa kolon

½ – 3

jam

Cleansing enema juga dapat digambarkan tinggi dan

rendah.

Huknah Tinggi, Yang dimaksudkan memberikan huknah

Tinggi adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan

eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat Melalui

Anus ke Rectum sampai colon Asenden dengan menggunakan

kanul recti. Huknah Tinggi pembersihanya dimungkinkan

mencapai kolon. Klien berubah posisi dari lateral kiri

ke dorsal recumbent dan kemudian lateral kanan selama

pemberian enema, dengan posisi kontainer 30 – 46 cm

dari klien.

Tujuan pemberian Huknah Tinggi:

1. Merangsang peristaltic sehingga pasien bisa BAB

2. Persiapan tindakan Operasi/Persiapan

pemeriksaan radiologi

3. Memberi rasa nyaman.

Huknah Rendah, Yang dimaksudkan memberikan huknah

Rendah adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan

eliminasi dengan cara memasukkan cairan hangat Melalui

Anus ke Rectum sampai colon desenden dengan menggunakan

kanul recti. Huknah rendah pembersihanya hanya pada

rektum dan sigmoid. Posisi klien dipertahankan lateral

kiri selama pemberian enema dengan posisi kontainer

tidak lebih dari 30 cm dari klien.

Tujuan pemberian Huknah rendah sama dengan tujuan

pemberian huknah Tinggi.

2. Carminative enema

Diberikan utamanya untuk mengeluarkan flatus. Cairan

dimasukkan ke dalam rektum mengeluarkan gas yang

menambah distensi pada rektum dan kolon, kemudian

merangsang peristaltik. Untuk dewasa diperlukan cairan

60 – 80 cc.

3. Retention enema / klisma

Adalah memasukkan minyak atau obat ke dalam rektum dan

kolon sigmoid. Cairan dipertahankan dalam waktu yang

relatif lama (misalnya 1 – 3 jam), untuk melunakkan

feses dan lubrikasi rektum dan anus yang membantu

keluarnya feses. Antibiotik enema digunakan untuk

menangani infeksi lokal, antihelmentic enema untuk

membunuh cacing parasit, nutritive enema untuk

memberikan cairan dan nutrien pada rektum.

4. Return-flow enema

Kadang-kadang digunakan untuk mengeluarkan flatus.

Sekitar 100 – 200 cc cairan dimasukkan ke dalam rektuum

dan kolon sigmoid yang akan merangsang peristaltik.

Tindakan ini diulangi 4 – 5 x sampai flatus keluar dan

distensi abdomen berkurang.

Pengeluaran Obstipasi secara Digital

Pengeluaran secara digital meliputi penghancuran

massa feses secara digital dan mengeluarkan bagian-

bagiannya. Adanya kemungkinan terjadinya trauma pada

mukosa saluran pencernaan, tindakan ini harus

diperhatikan dengan matang. Stimulasi rektum juga

merupakan kontraindikasi pada beberapa klien karena

dapat menyebabkan respon vagal berlebihan yang

berdampak aritmia jantung. Sebelum penghancuran feses

dianjurkan diberikan klisma glyserin dan dipertahankan

selama 30 menit. Setelah prosedur ini perawat dapat

menggunakan berbagai macam intervensi untuk

mengeluarkan feses yang tersisa, seperti dengan

cleansing enema atau dengan suppositoria.

Pengeluaran secara manual obstipasi dapat menimbulkan

rasa nyeri, perawat dapat menggunakan 1 – 2 cc lidokain

(xylocain) gel pada sarung tangan yang dimasukkan ke

anus.

Program Bowel Training

Pada klien yang mengalami konstipasi kronik, sering

terjadi obstipasi / inkontinensia feses, program bowel

training dapat membantu mengatasinya. Program ini

didasarkan pada faktor dalam kontrol klien dan didesain

untuk membantu klien mendapatkan kembali defekasi

normal. Program ini berkaitan dengan asupan cairan dan

makanan, latihan dan kebiasaan defekasi. Sebelum

mengawali program ini, klien harus memahaminya dan

terlibat langsung. Secara garis besar program ini

adalah sebagai berikut :

1. Tentukan kebiasaan defekasi klien dan faktor yang

membantu dan menghambat defekasi normal.

2. Desain suatu rencana dengan klien yang meliputi :

a. Asupan cairan sekitar 2500 – 3000 cc/hari

b. Peningkatan diit tinggi serat

c. Asupan air hangat, khususnya sebelum waktu

defekasi

d. Peningkatan aktivitas / latihan

3. Pertahankan hal-hal berikut secara rutin harian

selama 2 – 3 minggu :

a. Berikan suppository katarsis (seperti dulcolax)

30 menit sebelum waktu defekasi klien untuk

merangsang defekasi.

b. Saat klien merasa ingin defekasi, bantu klien

untuk pergi ke toilet / duduk di Commode atau

bedpan. Catat lamanya waktu antara pemberian

suppository dan keinginan defekasi.

c. Berikan klien privacy selama defekasi dan batasi

waktunya, biasanya cukup 30 – 40 menit.

d. Ajarkan klien cara-cara meningkatkan tekanan pada

kolon, tetapi hindari mengecan berlebihan, karena

dapat mengakibatkan hemorrhoid.

4. Berikan umpan balik positif kepada klien yang

telah berhasil defekasi. Hindari negatif feedback

jika klien gagal. Banyak klien memerlukan waktu

dari minggu sampai bulan untuk mencapai

keberhasilan

EVALUASI

- Apakah asupan cairan dan diet klien sudah tepat ?

- Apakah tingkat aktivitas klien sudah sesuai ?

- Apakah klien dan keluarga memahami instruksi ?

SOAL

1. Masalah – masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu?

1. Konstipasi

2. Impaction

3. Diare

4. Hemoroid

Jawaban : E

2. Tanda – tanda dan gejala impaction

1. Tidak BAB

2. Anoreksia

3. Nyeri rectum

4. BAB encer

Jawaban : A

3. Yang tidak termasuk etiology gangguan eliminasi fekal

a. Pola diet

b. Jenis kelamin

c. Usia

d. Obat – obatan

Jawaban : B

4. Yang termasuk tanda dan gejala hemoroid adalah

1. Pembengkakan vena pada dinding rectum

2. Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena merenggang

3. Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi

4. Nyeri

Jawaban : E

5. Pemeriksaan yang menunjang pada gangguan eliminasifekal

1. Pemeriksaan USG

2. Pemeriksaan Foto Rontgen

3. Pemeriksaan Laboratorium urin dan feces

4. Inspeksi

Jawaban : A

DAFTAR PUSTAKA

1. E. Oswari. Penyakit Dan Penanggulanganya.

penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

1991.

2. Robert priharjo. Nursing Physical Examination

(4th ed.). Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2009.

3. Carpenito, L. J. Handbook Of Nursing Diagnosis

(8th ed.). Philadelphia: J. B. Lippincott

Williams & Wilkins.

4. North American Nursing Diagnosis Association.

Nursing diagnosis: definition and

classification. Philadelphia: The North

American Nursing Diagnosis Association.

5. Ners, Ferdinand. Memberikan huknah rendah dan

huknah tinggi. Wordpress 4 january, 2010.

Available :

http://Nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2

010/01/04/memberikan-huknah-tinggi-dan-huknah-

rendah/