BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

117
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia, kata hotel selalu dikonotasikan sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya hotel di Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel melati yang tarifnya cukup terjangkau namun hanya menyediakan tempat menginap dan sarapan pagi, serta guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta (seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan sebagai tempat menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan kegiatan atau urusan perusahaan “. Namun akan menjadi pertanyaan apakah aktivitas ekonomi hotel mempunyai tanggung jawab sosial keberadaannya terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar ?

Transcript of BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Di Indonesia, kata hotel selalu dikonotasikan

sebagai bangunan penginapan yang cukup mahal. Umumnya

hotel di Indonesia dikenal hotel berbintang, hotel

melati yang tarifnya cukup terjangkau namun hanya

menyediakan tempat menginap dan sarapan pagi, serta

guest house baik yang dikelola sebagai usaha swasta

(seperti halnya hotel melati) ataupun mess yang

dikelola oleh perusahaan-perusahaan sebagai tempat

menginap bagi para tamu yang ada kaitannya dengan

kegiatan atau urusan perusahaan “. Namun akan menjadi

pertanyaan apakah aktivitas ekonomi hotel mempunyai

tanggung jawab sosial keberadaannya terhadap masyarakat

dan lingkungan sekitar ?

2

Aktifitas bisnis yang hanya berorientasikan

mencari keuntungan semata, pada akhirnya justru akan

membawa dampak negatif terhadap keseimbangan kehidupan.

Dan dalam kenyataannya aktifitas bisnis seperti itu

akan berpengaruh juga terhadap keberlangsungan jalannya

hotel itu sendiri. Banyak hotel yang dulunya besar,

karena pengelolaanya tidak mengindahkan penerapan

nilai-nilai etika pada akhirnya harus terpaksa/dipaksa

untuk gulung tikar Berdasarkan itu semua, akhir-akhir

ini timbul sebuah kesadaran baru di kalangan dunia

usaha, bahwa dalam melaksanakan aktifitasnya tidak

semata-mata diorientasikan kepada keuntungan pragmatis,

namun lebih dari itu tidak jarang tujuan bisnis

sekarang dikaitkan dengan visi suci dan sesuatu yang

bersifat transenden. Dalam konteks ini, bisnis bukan

hanya semata-mata persoalan memaksimalkan keuntungan

bagi pemilik hotel. Tapi bagaimana bisnis yang

dijalankan bisa mendatangkan keuntungan yang maksimum

bagi pemilik perusahaan yang didapatkan dan dicapai

dengan cara lebih memperhatikan manusia, memanusiakan

3

manusia, dan melakukan langkah-langkah yang harmonis

dengan seluruh partisipan dan lingkungan tempat hotel

berada. Persoalan tanggung jawab sosial hotel mengalami

rumusan konseptual yang terus berubah, sejalan yang

dialami oleh perkembangan dunia usaha itu sendiri. Pada

awalnya dan untuk waktu yang sangat panjang, dunia

usaha barang kali tidak perlu atau tidak pernah

berfikir mengenai tanggung jawab sosial.

Permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimana

hotel sebagai salah satu pembangunan ekonomi seharusnya

mempunyai program program sosial kepada masyarakat dan

lingkungan sekitar agar tidak menjadi sebuah

multitafsir karena hanya untuk citra positif terhadap

masyarakat lingkungan sekitar tapi menjadi sebuah

program yang benar benar mensejahterakan masyarakat dan

lingkungan sekitar dalam jangka panjang dan efektif.

Salah satunya melihat program sosial hotel sebagai

komitmen yang berkesinambungan dari kalangan bisnis

untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi

4

bagi perkembangan ekonomi seraya meningkatkan kualitas

kehidupan dari karyawan dan keluarganya serta komunitas

lokal dan masyarakat lingkungan sekitar. Karena selama

ini yang peneliti amati program sosial hotel terhadap

masyarakat dan lingkungan sekitar hanya bersifat dan

terkesan momentum seperti pembagian takjil di bulan

ramadhan dan buka bersama dengan anak yatim di luar

hotel kepedulian kepada masyarakat lingkungan sekitar

dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat

dimengerti sebagai peningkatan partisipasi dan posisi

hotel di Surabaya melalui berbagai upaya kesejahteraan

bersama.

Saat disahkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007

tentang perseroan Terbatas (UUPT), timbul berbagai

tanggapan terhadap konsep tanggung jawab sosial

perusahaan, baik yang mendukung maupun yang menolaknya.

Pihak yang mendukung sudah mengkampanyekan pentingnya

CSR ini bagi peruahaan, baik untuk menjaga kelangsungan

produksi sampai untuk membangun tujuan legitimasi

5

sosial. Sedangkan yang menolak menegaskan bahwa CSR

merupakan tanggung jawab negara, karena perusahaan

telah membayar pajak ke negara.

Terlepas dari perdebatan tersebut, dimana secara

normatif CSR telah dinyatakan sebagai kewajiban bagi

setiap perusahaan yang bergerak dan atau berkaitan

dengan sumber daya alam sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan Pasal 74 UUPT. Dengan demikian, tidak lagi

ada alasan bagi kalangan dunia yang bergerak dan atau

berkaitan dengan sumber daya alam untuk tidak

melaksanakan CSR, karena CSR merupakan kebijakan yang

bersifat mandatory. Bahkan secara konstitusional setiap

perusahaan yang melakukan aktivitasnya di indonesia

harus mampu memberikan dampak positif terhadap

masyarakat terutama berkaitan dengan dengan upaya

peningkatan kesejahteraan, menurunkan angka

pengangguran dan pengurangan kemiskinan. Upaya tersebut

harus berlandaskan pada penerapan prinsip demokrasi

6

ekonomi, efisiensi, keberlanjutan dan berwawasan

lingkungan.

Pembahasan mengenai CSR pun tidak berhenti sampai

disana. Hal ini bisa dilihat dari konferensi-konferensi

Internasional yang mulai membahas dan coba

menyempurnakan konsep CSR itu sendiri. Dimulai dari

dekade 1980 - 1990 dengan KTT Bumi (Earth Summit) di Rio

de Janeiro, kemudian berlanjut tahun 2002 dengan

pertemuan internasional di Johannesburg yang

memunculkan konsep social responsibility untuk melengkapi dua

konsep sebelumnya mengenai economic growth dan

environmental sustainability. Kemudian di tahun 2007 sebuah

pertemuan internasional yang diadakan di Jenewa dengan

tema UN Global Compact berusaha menyempurnakan konsep

sebelumnya menjadi sebuah konsep yang dikenal dengan

Corporate Social Responsibility. 

Di Indonesia sendiri konsep mengenai CSR ini

diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Modal dan UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

7

Terbatas. Namun jika kita perhatikan secara seksama,

terdapat perbedaan prinsip yang diatur dalam kedua UU

ini. Sebut saja UUPM dalam penjelasan Pasal 15

disebutkan: "Tanggung jawab sosial perusahaan adalah

tanggung jawab yang melekat  pada setiap perusahaan

penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang

serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai,

norma dan budaya masyarakat setempat". Tanggung jawab

dalam hal ini bermakna bahwa perusahaan secara sadar

maupun tidak terikat dan harus melaksanakan CSR.

sedangkan pada penjelasan Pasal 1 angka 3 UUPT

disebutkan: "Tanggung jawab sosial dan lingkungan

adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan

kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik

bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun

masyarakat pada umumnya". Komitmen perseroan setidaknya

membutuhkan kesadaran terlebih dahulu dari perusahaan

untuk melaksanakan CSR. Maka tidak heran jika sampai

hari ini CSR ini masih menjadi sebuah perdebatan di

8

kalangan dunia usaha untuk menjalankannya walaupun

tidak sedikit juga perusahaan yang mulai

melaksanakannya karena merasa CSR memang penting karena

terkait dengan image perusahaan di masyarakat.

Bagaimana dengan sektor pariwisata khususnya

perhotelan? Perkembangan konsep ini di sektor

pariwisata tidak berjalan sepesat di sektor bisnis yang

kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber

daya alam, misalnya pertambangan. Bidang jasa

perhotelan jika dilihat dalam penjelasan Pasal 74 UUPT

bukan sebagai kegiatan usaha yang memanfaatkan sumber

daya alam namun dapat ditafsirkan sebagai kegiatan

usaha yang berdampak pada fungsi kemampuan sumber daya

alam. Hal ini seakan-akan membuat hotel menjadi tidak

terlalu urgent untuk melaksanakan CSR. Jika perusahaan

pertambangan jelas harus melaksanakan CSR karena mereka

menggunakan sumber daya alam sebagai komoditas untuk

diperjual belikan. Namun bagaimana dengan hotel? memang

hotel tidak menggunakan sumber daya alam untuk

komoditas. Namun pernahkah kita sadari bahwa hotel

9

menggunakan air di dalam menjalankan usahanya. Walaupun

air hanya digunakan sebagai pelengkap pelayanan (leisure)

bagi para tamu yang menginap.

Di Bali misalnya, cukup jarang ditemukan

perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam secara

langsung. Namun Bali sebagai tujuan pariwisata

mendorong semakin banyaknya investasi untuk pembangunan

sarana penunjang pariwisata dalam bentuk hotel,

lapangan golf, resort dan sebagainya. Jika ditelaah

lebih jauh, kegiatan usaha yang memerlukan pasokan air

bersih dalam jumlah besar tersebut berdampak pada

pasokan sumber daya alam (air) bagi masyarakat lokal,

dan perubahan fungsi lingkungan hidup misalnya alih

fungsi hutan atau lahan produktif untuk hotel atau

villa.

Meski Pasal 74 UUPT mewajibkan setiap perusahaan

untuk melaksanakan CSR, secara umum hotel-hotel

menafsirkan belum ada kewajiban untuk melaksanakan CSR

sampai adanya prosedur dan kriteria CSR yang jelas dan

mengikat secara hukum karena seperti yang kita ketahui

10

UUPT belum memberikan kriteria yang tegas mengenai CSR

di bidang jasa perhotelan sebagai kegiatan yang

berdampak pada fungsi kelangsungan sumber daya alam.

Pengelolaan CSR sendiri di bidang jasa perhotelan masih

berada di bawah Human Resource Department. Hal ini

menunjukkan bahwa belum ada kebutuhan untuk membentuk

unit khusus yang menangani CSR meskipun beberapa hotel

menganggap bahwa CSR telah menjadi nilai dasar dalam

operasional bisnis mereka dan telah melaksanakannya

secara sukarela jauh sebelum UU PT mengaturnya walaupun

dengan sebutan berbeda.

Sebagai sebuah kegiatan yang berdampak pada fungsi

sumber daya alam, menurut UUPT, CSR dapat dikatakan

wajib dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di

bidang jasa perhotelan. Namun UUPT tidak menyebutkan

dengan tegas akibat hukum yang timbul apabila sebuah

hotel tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diatas.

UUPT hanya merujuk pada peraturan yang terkait dengan

bidang usaha dari perusahaan dimaksud. Secara lex specialis,

11

UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan merupakan

peraturan terkait dengan usaha perhotelan dan UU ini

mewajibkan pelaku usaha pariwisata untuk melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan (pasal 26). Adapun

bagi pelaku usaha pariwisata yang tidak melakukannya

akan dapat berakibat pada penjatuhan sanksi

administratif mulai dari teguran hingga penghentian

sementara kegiatan usaha (pasal 63). Namun tidak

dirinci lebih jauh mengenai prosedur dan kriteria

penjatuhan sanksi tersebut dan institusi mana yang

memiliki kewenangan untuk itu, sehingga dapat

disimpulkan bahwa belum adanya kejelasan kriteria

mengenai bentuk-bentuk usaha yang wajib melaksanakan

CSR dalam UUPT dan kewajiban untuk melaksanakan CSR

dalam Pasal 74  UUPT tidak memiliki akibat hukum yang

jelas bagi kegiatan usaha khususnya perhotelan karena

UUPT hanya merujuk pada ketentuan terkait dan belum

tersedianya PP. Oleh karena itu perlu adanya kesatuan

pengaturan yang jelas terkait mengenai CSR agar

kewajiban dan hak dari pelaku usaha terhadap stakeholder

12

terperinci dengan jelas. Kemudia untuk menciptakan

kepastian hukum, perlu disusun Peraturan Pemerintah

yang mengatur kriteria tata cara penilaian tentang

pelaksanaan CSR hingga prosedur penjatuhan sanksi

akibat dari adanya pelanggaran terhadap kewajiban

(compliance mechanism) selain diadakannya optimalisasi

institusi pemerintah yang telah ada dalam melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan CSR.

Perubahan paradigma  industri perhotelan di tanah

air adalah telah menerapkan standar dan kriteria serta

meningkatkan pengelolaan yang berkelanjutan yang

berwawasan lingkungan. Hal itu menjadi fenomena positif

dan memberikan efek balik yang signifikan bagi

keberlangsungan industri perhotelan itu sendiri. Dalam

dunia bisnis, khususnya dalam industri perhotelan,

program Corporate Social Responsibility (CSR) adalah program

jangka panjang yang walaupun hasilnya bukan keuntungan

yang cepat didapat, tetapi hasilnya adalah keuntungan

citra/image yang baik di masyarakat. Pasalnya, secara

jangka panjang, konsumen akan menganggap jika mereka

13

menggunakan produk atau jasa perusahaan tersebut, maka

konsumen akan terlibat juga dalam suatu kegiatan sosial

sebagai komitmen tanggung jawab perusahaan terhadap

lingkungan dan masyarakat.

Tanggung jawab sosial hotel bukan hanya sekedar

kegiatan amal, yang mengharuskan hotel dalam

pengambilan keputusannya secara sungguh-sungguh

memperhitungkan akibat terhadap seluruh pemangku

kepentingan hotel, termasuk lingkungan hidup. Hal ini

mengharuskan hotel untuk membuat keseimbangan antara

kepentingan seluruh stakeholder eksternal dengan

kepentingan pemegang saham hotel tersebut. Tanggung

jawab sosial hotel mengharuskan untuk memberikan tidak

hanya jumlah barang, jasa, dan pekerjaan tetapi juga

kualitas hidup orang orang masyarakat sekitar

lingkungan hotel yang kepentinganya terkena dampak

kegiatan hotel .Tanggung jawab sosial hotel semoga

tidak menjadi konsep abstrak daftar panjang praktek

praktek eksternal di luar hotel namun tidak terbatas

pada sistem manajemen lingkungan, ramah lingkungan,

14

aman produk, tindakan perlindungan tenaga kerja dan

rencana kesejahteraan pastinya.

Adanya tanggung jawab sosial hotel yang merupakan

sebuah respon sensitif masyarakat sekitar terhadap

proses pembangunan hotel yang notabene secara nyata

menyebabkan masalah seperti, Ekologi, HAM dan

permasalahan sosial lainya yang perlu untuk segera

ditangani. Fakta fakta kerusakan ekologi pada

lingkungan sekitar hotel sangat jelas. Ada ciri ciri

kerusakan seperti terbuangnya sampah dari hotel ke

masyarakat sekitar yang juga menggangu HAM masyarakat

sekitar lingkungan hotel. Studi deskriptif tentang

fenomena tanggung jawab sosial hotel yang sampai saat

ini mungkin masih menuai pro dan kontra, mungkin bagi

pihak yang mendukung adanya tanggung jawab sosial hotel

tersebut berpendapat perlunya pembangunan kesejahteraan

yang berkelanjutan dilakukan oleh pihak hotel terhadap

masyarakat lingkungan sekitar. Namun mungkin bagi pihak

yang menolak adanya pembangunan kesejahteraan hotel

15

terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar tersebut

syarat akan kepentingan dari para pemilik hotel yang

notabene hanya pragmatis, maka setiap aktivitas bisnis

pemilik hotel seharusnya memperhatikan dampaknya bagi

masyarakat lingkungan sekitar. Hal ini karena hotel

bisa dikatakan sebagai organisasi sosial artinya dalam

melakukan kegiatan aktivitas bisnisnya selalu

melibatkan berbagai pihak,yaitu para stakeholder

masyarakat lingkungan sekitar. Untuk itu pemilik hotel

seharusnya mempertimbangkan dampaknya terhadap

masyarakat lingkungan sekitar. Karena,jika diabaikan

hotel akan kehilangan kepercayaan mereka dalam bisnis

kepercayaan menjadi hal yang penting dalam menentukan

keberhasilan dan kesuksesan hotel yang pada akhirnya

berdampak pada nilai jangka panjang. Jadi seharusnya

hotel memiliki suatu sikap kesadaran tanggung jawab

sosial dan kewajibanya melalui sikap dan komitmenya

dalam merespon permasalahan permasalahan sosial dan

lingkungan yang ada di sekitar hotel dan berperan dalam

penanganan masalah sosial tersebut dengan berbagai cara

16

seperti perbaikan ekonomi masyarakat, membuka peluang

kerja dan mengurangi pencemaran dari limbah produksinya

. Karena jika hotel tidak memperhatikan hal tersebut,

maka akan berdampak pada hubungan yang tidak

menguntungkan antara hotel dan masyarakat lingkungan

sekitar dan harusnya diketahui juga kalau masyarakat

adalah sumber daya manusia, sumber daya alam lingkungan

sekitar dan mungkin juga konsumen dari produk atau jasa

hotel meskipun tidak semuanya. Sehingga hotel perlu

melaksanakan tanggung jawabnya secara baik agar

terjalin hubungan yang positif dengan masyarakat

lingkungan sekitar maupun stakeholdernya.

Secara internal hotel dituntut untuk meningkatkan

sumber daya manusianya yang andal dan secara eksternal

juga hotel juga dituntut untuk melakukan pemberdayaan

terhadap masyarakat lingkungan sekitar. Hotel

seharusnya tidak memperkaya diri sementara masyarakat

di lingkungan sekitarnya masih tidak semewah hotel,

karena itu hotel harus memberdayakan ekonomi sekitar.

17

Dan hotel seharusnya menjaga keharmonisan dengan

masyarakat lingkungan sekitar agar tidak terjadi

timbulnya konflik dalam menjalankan bisnisnya

seharusnya hotel menjalankan tata kelola bisnis yang

baik dan hotel seharusnya menjaga kelestarian

lingkungan sekitar dan hotel harus berkomitmen untuk

mendonasikan sebagian dari keuntungannya yang didapat

hotel untuk membantu mengatasi dan mencegah masalah

tertentu dengan masyarakat lingkungan sekitar dan yang

paling dasar adalah hotel seharusnya memberikan

kontribusi/sumbangan secara langsung dalam bentuk dana,

jasa atau alat bagi pihak yang membutuhkan baik itu

lembaga, komunitas, maupun pererorangan. Melakukannya

dengan menyumbangkan uang secara langsung, misalnya :

memberikan beasiswa kepada anak anak yang tidak mampu,

dan lain lain. Memberikan barang atau produk,

misalnya : memberikan bantuan berupa peralatan tulis

bagi anak anak yang belajar di sekolah sekolah terbuka

di lingkungan sekitar, dan lain lain. Memberikan jasa,

misalnya : memberikan bantuan imunisasi kepada anak

18

anak yang tak sehat, dan lain lain. Memberi ijin untuk

menggunakan fasilitas atau jalur distribusi yang

dimiliki oleh hotel, misalnya: hotel menyediakan suatu

ruangan khusus untuk showroom kerajinan tangan

masyarakat setempat, dan lain lain.

Hotel juga harus membentuk semacam volunteer

dimana hotel mendorong atau mengajak karyawanya untuk

terlibat dalam program sosial yang sedang dijalankan

oleh hotel dengan jalan mengkontribusikan waktu dan

tenaganya. Misalnya sebagai staf pengajar dan lain

lain. Hotel memberikan dukungan dan informasi untuk

ikut serta dalam program program sosial yang diadakan

oleh masyarakat lingkungan sekitar tapi tetap para

karyawan tersebut mendapatkan gajinya meskipun memotong

jam kerja. Hotel juga seharusnya melakukan perubahan

terhadap salah satu atau keseluruhan sistem kerja nya

agar dapat mengurangi dampak buruk terhadap masyarakat

lingkungan sekitar dan dilakukan dalam bentuk

memperbaiki proses produksi, misalnya: melakukan

19

penyaringan terhadap limbah sebelum dibuang ke alam

bebas, untuk menghilangkan zat zat yang berbahaya bagi

lingkungan sekitar, menggunakan pembungkus yang dapat

didaur ulang demi ramah lingkungan.

Tanggung jawab sosial berupa program sosial dari

hotel harus terencana dengan baik karena kegiatan

program program sosial itu harus dirumuskan bersama

sama antara hotel dengan masyarakat lingkungan sekitar,

kedudukan hotel adalah sebagai agen pembangunan ekonomi

kota, sedangkan masyarakat lingkungan sekitar adalah

sebagai sebjek dan objek dari program sosial dari hotel

tersebut. Tujuan program sosial dari hotel sebenarnya

ber orientasi pada hasil dan memberikan sumbangan pada

proses pembangunan Salah satu dampak positifnya adalah

masyarakat lingkungan sekitar tidak sepenuhnya

bergantung pada hotel akan tetapi mereka dilatih untuk

ber swadaya demi pengembangan. Setelah itu barulah

seharusnya mengembangkan masyarakat lingkungan sekitar.

Mengenai proses perencanaan program sosial mungkin

20

akan mengalami beberapa kendala-kendala internal dalam

proses pelaksanaan adalah pemahaman yang sama Selain

itu masalah yang dihadapi ekspektasi atau harapan yang

terlalu tinggi terhadap hotel juga dapat menjadi

kendala. Harapan masyarakat lingkungan sekitar atas

program sosial hotel seringkali kurang memberikan

manfaat besar bagi komunitas sendiri Misalnya ada

masyarakat yang menginginkan dibangunkan kolam renang

dan lapangan voli.

Selain itu yang dihadapi adalah pada awal

dimulainya progam sosial hotel, biasanya selalu ada

masyarakat yang menolak ataupun curiga terhadap progam

sosial hotel tersebut hotel. Menurut peserta diskusi

hal ini biasanya disebabkan kurangnya informasi

mengenai manfaat progam sosial hotel tersebut bagi

mereka. Ada juga yang menjelaskan mereka ingin lihat

dulu keberhasilan dari progam hotel ini. Setelah ada

masyarakat yang berhasil, biasanya baru mereka ingin

ikut serta menjadi binaan hotel.

21

Berbicara soal tanggung jawab mungkin akan ada

keuntungannya sendiri jika hotel mempunyai tanggung

jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar dengan

mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan image hotel

karena kontribusi positif akan mendongkrak image dan

reputasi positif hotel. Image/citra yang positif ini

penting untuk menunjang keberhasilan hotel. Masyarakat

lingkungan sekitar adalah komunitas utama hotel, ketika

mereka mendapatkan keuntungan dari hotel maka dengan

sendirinya mereka akan merasa memiliki hotel sehingga

imbalan yang diberikan kepada hotel adalah keleluasaan

untuk menjalankan roda bisnisnya di lingkungan sekitar.

Tanggung jawab sosial hotel jika memang benar benar

terjadi juga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan

sekitar karena dalam jangka panjang adanya

berkesinambungan bisnis dengan masyarakat lingkungan

sekitar dan dalam jangka pendek nya hotel akan

mendapatkan dukungan dari masyarakat, karena melalui

program sosial hotel masyarakat lingkungan akan semakin

dekat dengan hotel dengan reputasi hotel baik dengan

22

adanya jaminan supply bahan baku untuk masyarakat

lingkungan sekitar.

Menerapkan tahapan program sosial hotel, langkah

pertama yang harus diambil oleh hotel adalah komitmen

dari para pihak hotel dan komitmen yang dimaksud adalah

perumusan konsep kebijakan dimana perusahaan menetapkan

rencana strategis bagi berbagai departemen yang ada di

hotel, hal yang terpenting adalah para penyusun harus

menmpunyai kesamaan visi dan misi dalam memandang

program sosial hotel Setelah perumusan konsep

kebijakan, komitmen pimpinan tidak sampai disitu saja,

tapi dalam cakupan yang lebih luas ya seperti membentuk

bidang khusus program sosial hotel dalam jajaran

strukur organisasi hotel. Para pimpinan hotel harus

mempeunyai ide dan “mimpi” untuk dapat menjalankan

hotel yang bertanggung-jawab sosial. Mimpi Indah”

tersebut bukan hal yang mustahil untuk dapat

diwujudkan. Komitmen pimpinan hotel harus diwujudkan

dalam penyediaan dana untuk mendukung progam sosial

23

hotel Sumber dana dapat berasal dari laba hotel dan

anggaran biaya tersendiri.

Untuk menerapkan program sosial hotel terhadap

masyarakat lingkungan sekitar seharusnya pihak hotel

juga mempertimbangkan beberapa pembangunan seperti

membangun kesadaran dan membangun komitmen manajemen

melalui seminar, workshop, diskusi masyarakat setempat,

bisnis plan, dan progam kerja dan meliputi pemetaan

kondisi hotel dan Identifikasi aspek yang menjadi

prioritas, serta langkah yang tepat untuk membangun

struktur yang kondusif bagi keberlangsungan program

sosial hotel. Selanjutnya dalam tahap pengaplikasian

nya. Pembuatan konsep perencanaan kegiatan program

sosial hotel yang jelas, lengkap dan terperinci yakni

sampai dengan teknis pelaksanaan kegiatan atau progam,

Melatih kontak person untuk memimpin pelaksanaan progam

sosial hotel sehingga pelaksanaan progam sosial hotel

dipimpin oleh sumber daya manusia yang kompeten,

Melakukan kegiatan monitoring atas kemajuan progam

sosial hotel, Selalu mengevaluasi progam sosial hotel

24

yang telah berjalan dengan cara membuat sistem

mekanisme pelaporan atas

kemajuan,keberhasilan,kegagalan,dan masalah- masalah

yang dihadapi dalam menjalankan progam sosial hotel,

Mendesain sistem penghargaan bagi seseorang atau kontak

person yang telah berhasil melaksanakan progam sosial

hotel yang baik, yakni yang dapat menaikkan citra baik

hotel, Memberikan sanksi bagi kontak person yang tidak

mampu menyelesaikan progam sosial nya, Merumuskan

kegiatan-kegiatan untuk memelihara keberlanjutan progam

sosial hotel yang sedang berjalan dan telah berjalan.

Masih banyak hotel tidak mau menjalankan program-

program tanggung jawab sosialnya karena melihat hal

tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya (cost center).

Tanggung jawab sosial hotel memang tidak memberikan

hasil secara keuangan dalam jangka pendek. Namun

tanggung jawab sosial hotel akan memberikan hasil baik

langsung maupun tidak langsung pada keuangan hotel di

masa mendatang. Dengan demikian apabila hotel melakukan

program-program sosial terhadap masyarakat lingkungan

25

sekitar diharapkan keberlanjutan hotel akan terjamin

dengan baik. Oleh karena itu, program-program sosial

lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan

harus menjadi strategi bisnis dari suatu hotel. Dengan

masuknya program sosial hotel sebagai bagian dari

strategi bisnis, maka akan dengan mudah bagi unit-unit

usaha yang berada dalam suatu hotel untuk

mengimplementasi kan rencana kegiatan dari program

tanggung jawab sosial terhadap masyarakat lingkungan

sekitar yang dirancangnya. Dilihat dari sisi

pertanggungjawaban keuangan atas setiap investasi yang

dikeluarkan dari program tanggung jawab sosial menjadi

lebih jelas dan tegas, sehingga pada akhirnya

keberlanjutan yang diharapkan akan dapat

terimplementasi berdasarkan harapan masyarakat

lingkungan sekitar.

Dari hasil survey “the millenium poll on corporate social

responbility” yang dilakukan oleh environics international

(Toronto), conference board (New York) dan Prince of wales

26

bussines leader forum (london) diantara 25.000 responden di

23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini

tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis,

praktik terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan,

corporate social responbility akan paling berperan. Sedangkan

bagi 40% citra perusahaan dan brand image yang akan

paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang

mendasari opininya atas faktor-faktor fundamental

seperti faktor financial, ukuran perusahaan, strategi

perusahaan atau manajemen.

Jika dikaitkan dengan dunia pariwisata pada

umumnya dan perhotelan khususnya maka boleh dibilang

program CSR harus diterapkan. Karena hotel tidak lain

juga merupakan sebuah perusahaan publik yang

mengedepankan pelayanan dalam memperoleh keuntungannya.

Terlebih lagi jika hotel tersebut bertaraf

international dan mempunyai jaringan di seluruh dunia,

sudah seharusnya mulai memperhatikan masalah ini

27

sebagai bentuk tanggung jawab mereka terhadap para

stakeholder masyarakat sekitar.

Hotel Sahid yang berada di Jalan Sumatera No 1-15

Surabaya dengan berlabel bintang 3, ingin meneliti

berbagai macam Tanggung jawab sosial yang

diimplementasikan terhadap masyarakat lingkungan

sekitar hotel tersebut. Karena di semua hotel Surabaya

kemungkinan CSR masih menjadi hal yang pragmatis dan

semu bahkan juga bersifat momentum. Tidak hanya itu

semenjak ada isu Limbah yang bisa dikatakan merusak

citra hotel dengan melaksanakan program CSR yang

melibatkan masyarakat sekitar tepatnya di daerah

Gubeng. Yakni dengan mengadakan kegiatan-kegiatan yang

bersifat sosial terhadap masyarakat di sekitar daerah

tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

28

Dari uraian di atas dirumuskan beberapa masalah

yang terkait dengan implementasi tanggung jawab sosial

hotel Sahid terhadap masyarakat sekitar sebagai

berikut:

1. Bagaimana bentuk tanggung jawab sosial hotel sahid

terhadap masyarakat lingkungan sekitar ?

2. Bagaimana proses pelaksanaan tanggung jawab sosial

yang dilakukan manajemen hotel Sahid terhadap

warga sekitar ?

3. Bagaimana dampak dan nilai lebih dari pelaksanaan

tanggung jawab sosial tersebut ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui bentuk tanggung jawab sosial

yang dilakukan hotel Sahid Surabaya

29

2. Ingin mengetahui proses implementasi tanggung

jawab sosial Hotel Sahid tehadap masyarakat

lingkungan sekitar.

3. Ingin mengetahui dampak dan nilai lebih

pelaksanaan tanggung jawab sosial hotel.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

Hasil penelitian kualitatif ini nantinya dapat

menambah wawasan pengetauhan tentang tanggung

jawab sosial hotel.

2. Bagi Pembaca

Penelitian ini dapat dijadikan

pedoman,bagaimana menilai image hotel.

3. Bagi DIII Pariwisata UNAIR

30

Menambah wawasan kepada mahasiswa dan juga

membuka mata tentang pengetauhan tanggung jawab

sosial hotel dari sisi yang berbeda.

4. Bagi pihak Hotel Sahid Surabaya

Dapat digunakan sebagai bahan kajian untuk

mengevaluasi Tanggung jawab sosial atau CSR yang

sedang dilakukan.

1.4 Kerangka Pemikiran

Sebagai hotel publik nan strategis yang mempunyai

kewajiban dan memelihara hubungan baik dengan

masyarakat lingkungan sekitar, Hotel Sahid seharusnya

menjadi sebuah jawaban akan berbagai tuntutan sosial.

Dengan adanya tuntutan sosial dari para stakeholders

externalnya terutama masyarakat yang berada di sekitar

lingkungan hotel itu berdiri, pihak manajemen Hotel

Sahid mulai melihat CSR sebagai hal yang dapat

31

memberikan jawaban atas tuntutan tersebut. Dengan

memberikan sesuatu yang bernilai sosial kepada

masyarakat, manajemen hotel mengharapkan akan mendapat

citra positif terhadap keberadaan hotel yang akan

berdampak pada keberlanjutan usaha hotel yang seperti

digambarkan pada kerangka diagram di bawah ini:

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Tanggung Jawab SosialHotel

Hotel Sahid Surabaya

32

1.4.1 Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Hotel

Tanggung jawab sosial yang dasarnya disebut CSR

(Corporate Social Responsbility) adalah basis teori tentang

perlunya sebuah perusahaan membangun hubungan harmonis

StakeholderPemberdayaan

HasilImplementasi

BentukImplementasi

Proses Implementasi

KesejahteraanMayarakat

33

dengan masyarakat. Definisi CSR sangat ragam,antara

lain:

1. CSR merupakan tanggung jawab sosial dan moral

perusahaan terhadap para stakeholdersnya, terutama

komunitas atau masyarakat disekitar wilayah kerja

dan operasinya.

2. World Business Council for Sustainable Development (WBCSD):

komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis

untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi

pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas

kehidupan karyawan dan keluarganya, serta

komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya.

3. CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi

secara berkelanjutan berdasarkan prInsip ekonomi,

sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan

beragam kepentingan para stakeholders.

Jika dipetakan, menurut saya, pendefinisian CSR

yang relatif lebih mudah dipahami dan bisa

dioperasionalkan untuk kegiatan audit. Dengan demikian

34

CSR adalah: Kepedulian perusahaan yang menyisihkan

sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan

pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet)

secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure)

yang tepat dan profesional.

Dari beberapa definisi tentang CSR di atas dapat

ditarik suatu persamaan bahwa pengembangan CSR

memfokuskan pada perspektif stakeholder, artinya

kehadiran perusahaan harus dilihat dari dan untuk dan

mereka yang memiliki kepentingan perusahaan , dalam hal

ini tidak hanya pemilik bisnis saja akan tetapi

diperluas dalam kelompok yang lebih lebar. Namun

demikian tentunya tingkat kepentingan setiap stakeholder

akan berbeda, mulai dari karyawan, pembeli, pemilik,

pemasok, dan komunitas lokal, organisasi nirlaba,

aktivis, pemerintah, sampai dengan media yang secara

tidak langsung berhubungan dengan perusahaan.

Karena itu, CSR dapat diartikan sebagai komitmen

perusahaan umtuk mempertanggungjawabkan dampak

35

operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan

lingkungan, serta terus menerus menjaga agar dampak

tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan

lingkungan hidupnya.

1.4.2 Bentuk-Bentuk CSR

Kotler and lee dalam best of breed 2004 menyebutkan

setidaknya ada enam prakarsa CSR yang dilakukan

perusahaan, yakni :

1. Cause Promotions: yaitu inisiatif perusahaan untuk

mengalokasikan dana atau bantuan dalam bentuk

barang dan sumber daya lain untuk meningkatkan

kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial

tertentu atau dalam rangka rekruitmen sukarelawan.

2. Cause-Related Marketing, yang berarti perusahaan

berkomitmen untuk medonasikan sejumlah prosentase

tertentu dari pendapatan untuk hal tertentu yang

terkait dengan penualan produk.

36

3. Corporate Social Marketing, yaitu upaya perusahaan

memberikang dukungan pada pembangunan dan/atau

pelaksanaan kegiatan uang ditujukan untuk mengubah

sikap dan perilaku dalam rangka mempernbaiki

kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan, dll.

4. Corporate Philanthropy, yaitu berupa pemberian

sumbangan sebagai kegiatan amal. Seringkali dalam

bentuk hibah tunai, donasi dan atau/ dalam bentuk

barang.

5. Community Volunteering, dalam perwujudan dukungan dan

dorongan kepada karyawan mitra pemasaran untuk

menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga

mereka untuk membantu kegiatan sosial tertentu.

6. Socially Responsible Business Practises, yaitu adopsi

praktik-praktik bisnis yang bersifat diskresi

serta berbagai investasi yang mendukung pemecahan

masalah sosial tertentu.

Pada dasarnya, bentuk tanggung jawab suatu hotel

dapat beraneka ragam. Dari yang bersifat sampai pada

37

kegiatan yang bersifat pengembangan komunitas. Tanggung

jawab sosial juga dapat program yang memberikan bantuan

modal kerja lunak kepada petani, nelayan, penguasaha

kecil, pemberian beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa

terutama yang tidak mampu dan berprestasi, perbaikan

infrastruktur jalan, gedung-gedung sekolah, sarana

keagamaan dan olah raga, serta pendidikan dan pelatihan

keperempuanan dan pemuda. Termasuk pula memelihara

kondisi alam agar tetap dalam kondisi yang sehat dan

seimbang. Pada posisi demikian, perusahaan telah ikut

serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dari

segi ekonomis dan ekologis.

1.5 Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang memberikan

gambaran tentang gejala sosial tertentu yang muncul

didalam masyarakat dengan menggunakan pola pikir

induktif.

38

1.5.1 Batasan Konsep

Batasan konsep ini diperlukan untuk membatasi

masalah penelitian yang akan dikaji lebih mendalam

serta agar terdapat persamaan persepsi dalam memahami

tentang konsep yang dipakai pada penelitian ini.

a. Stakeholder.

Dalam penelitian ini beberapa definisi yang

dikemukakan seperti freeman (1998) yang

mendefiniskan stakeholder sebagai kelompok atau

individu yang dapat mempengaruhi oleh suatu

pencapaian suatu tujuan tertentu sedangkan

Biset (1998) secara singkat mendifinisikan

stakeholder merupakan orang dengan suatu

kepentingan atau perhatian pada permasalahan.

Stakeholder perusahaan dapat juga didefinisikan

sebagai pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk

didalamnya adalah karyawan, pelanggan,

39

konsumen, pemasok, masyarakat, lingkungan

sekitar, serta pemerintah selaku regulator.

Perbedaan bisnis perusahaan akan menjadikan

perusahaan memiliki prioritas stakeholder yang

berbeda.

Dalam penelitian ini yang dimaksud stakeholder

ialah suatu kelompok masyarakat yang bertempat

tinggal di sekitar lokasi hotel berdiri dan

mempunyai nilai tawar untuk mempengaruhi

keberlanjutan usaha hotel.

b. Implementasi

Yang dimaksud implementasi dalam penelitian

ini adalah proses pelaksanaan program CSR

(Corporate Social Responsbility) yang dilaksanakan

pihak hotel Sahid Surabaya terhadap masyarakat

sekitar.

c. Masyarakat.

Masyarakat yang dimaksud disini merupakan

setiap kelompok yang telah hidup dan bekerja

bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur

40

diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai

suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang

dirumuskan dengan jelas (Linton 1936 : 91)

Yang dimaksud masyarakat di sini adalah suatu

jalinan hubungan sosial yang selalu berubah dan

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial

yang setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat

satu dengan lainya dalam satu wilayah yakni di

kelurahan Gubeng Jaya Kecamatan Gubeng Surabaya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud stakeholder ialah

suatu kelompok masyarakat yang bertempat tinggal

disekitar lokasi hotel berdiri dan mempunyai nilai

tawar untuk mempengaruhi keberlanjutan usaha hotel.

Beberapa definisi yang pentinng dikemukakan seperti

Freeman ( (1984) yang mendefiniskan stakeholder sebagai

kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi dan

atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan

tertentu. Sedangkan Biset (1998) secara singkat

mendefinisikan stakeholder merupakan orang dengan

suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan.

41

1.5.2 Teknik Penentuan Lokasi

Dalam menentukan lokasi penelitian, peneliti

memilih hotel Sahid Surabaya sebagai obyek penelitian

dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Hotel Sahid Surabaya sudah melaksanakan CSR yang

ditujukan masyarakat sekitar.

2. Hotel Sahid Surabaya sejak berdirinya hingga

sekarang belum menentukan konsep CSR yang

sesungguhnya.

1.5.3 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini digunakan informan yang

berhubungan secara langsung dengan permasalahan

penelitian ini. Informan yang dimaksud adalah orang

42

yang dimanfaatkan untuk dapat memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong

2000 : 90). Pemanfaatan informan bagi peneliti adalah

agar dalam waktu yang singkat banyak informasi yang

didapat. Penentuan informan ini didasarkan pada syarat-

syarat tertentu antara lain:

1. Orang yang sudah lama tinggal dan intensif menyatu

dengan kegiatan yang menjadi obyek penelitian.

2. Orang yang masih terlibat secara penuh atau aktif

pada lingkungan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Orang yang mempunyai cukup banyak waktu dan

kesempatan untuk dimintai informasi.

4. Orang yang dalam memberikan informasi dilakukan

dengan terbuka dan tanpa ada yang ditutup-tutupi

atau diolah terlebih dahulu.

5. Secara Personal, informan harus jujur, taat pada

janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, dan

mempunyai pandangan tertentu tentang suatu hal

atau suatu peristiwa yang terjadi.

43

Dengan kriteria tersebut maka memilih informan sebagai

berikut:

1. HRD Manajer

Karena HRD Manajer adalah orang yang pertama

mengenai seluk beluk kegiatan CSR yang dilakukan

HRD, serta orang yang bertanggung jawab penuh

terhadap operasional yang dilakukan bawahanya

dalam melaksanakan program CSR ke masyarakat.

2. Ketua RW

Ketua RW yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah Ketua RW 03 Gubeng Jaya Kecamatan Gubeng

Surabaya. Karena ketua RW-lah yang menjadi

perantara antara pihak hotel dengan elemen

masyarakat.

3. Warga

Yang dimaksud warga adalah warga Gubeng

Surabaya sekitar hotel Sahid yang

merasakan/mendapat dampak dari Tanggung Jawab

Sosial atau program CSR ini dan akan dimintai

44

keterangan terkait program CSR yang dilakukan

Hotel Sahid Surabaya

1.5.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dan mengamati obyek yang ada

dan untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan

sebelumnya, maka teknik yang dilakukan adalah:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan dapat

diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara

berperan serta. Pada pengamatan tanpa peran

serta, pengamat hanya melakukan satu fungsi

yaitu mengamati, sedangkan pada pengamatan

berperan serta, pengamat melakukan dua peran

sekaligus, yakni sebagai pengamat dan menjadi

anggota resmi dari kelompok yang diamatinya

(Moleong 2005 : 176).

45

Jenis pengamatan yang dilakukan adalah

pengamatan tanpa peran serta, yakni peneliti

hanya memfungsikan dirinya hanya sebagai

pengamat. Berbagai hal yang diamati dalam

penelitian ini adalah pengamatan pada proses

penentuan kebijakan manajemen Hotel Sahid

Surabaya dalam menjalankan tanggung jawab

sosial. Hal selanjutnya yang diamati adalah

bagaimana pola kerja di lapangan terhadap

program sosial yang telah dibuat.

b. Wawancara

Menurut Mustain Mashud (2005), wawancara

dapat diartikan sebagai usaha untuk mendapatkan

informasi (data) dari informan dengan cara

bertanya langsung secara bertatap muka.

Instrumen yang digunakan adalah pedoman

wawancara. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan wawancara tidak berstruktur, yaitu

peneliti menggunakan pedoman wawancara yang

46

berisi daftar pertanyaan untuk kemudian dijawab

oleh informan dengan jawaban yang lebih bebas,

sehingga penulis dapat bebas pula bertanya

untuk menggali informasi lebih dalam apa yang

ingin diteliti.

c. Penggunaan Bahan Dokumen

Dokumen adalah setiap bahan tertulis maupun film

yang tidak disiapkan karena adanya permintaan seorang

penyidik (Moleong 2005 : 216). Dokumen adalah sebuah

tulisan yang memuat informasi. Biasanya, dokumen

ditulis di kertas dan informasinya ditulis memakai

tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronik

(seperti Printer). Media elektronik seperti komputer

juga bisa dipakai untuk menyimpan dan menampilkan

dokumen.

Penelitian ini menggunakan bahan dokumen dari data

primer yakni hasil wawancara terhadap informan. Selain

47

itu peneliti menggunakan data sekunder yakni olahan

data primer yang berasal dari laporan ilmiah yang sudah

ada dan ada kaitanya dengan permasalahan serta bahan

bacaan yang ada hubunganya dengan CSR. Lebih lanjut,

penulis juga memuat data internal yang didapat dari

pihak Hotel Sahid Surabaya serta data external yang

didapat dari kelurahan.

1.5.5 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis data penulis menggunakan

teknik deskriptif kualitatif yaitu dengan cara

mengungkap masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana

adanya didalam upaya untuk mencari penyelesaian, serta

pemecahan dari masalah tersebut hingga bersifat

mengungkapkan fakta agar gambaran menjadi jelas dan

lengkap lalu yang akan dianalisa secara garis besar

tentang implementasi program CSR di lapangan. Untuk

melakukan analisa, peniliti menggunakan teknik secara

kualitatif:

48

1. Membaca catatan lapangan dengan teliti meliputi

semua data yang diperoleh dari informan.

2. Memberi tanda dari pembicaraan penting yang

akan ditelaah, dipelajari, dibaca lagi kemudian

diseleksi.

3. Memeriksa topik hasil wawancara selama

penelitian dan pengamatan yang diperoleh selama

penelitian.

4. Menyusun data menurut tipe-tipe untuk

mengklasifikasikan, identifikasi pokok-pokok

pikiran yang diperoleh selama penelitian.

5. Membaca kepustakaan yang relevan.

6. Membuat alur cerita. Dengan adanya alur cerita,

data-data dapat disortir dan dipilih untuk

mendukung alur cerita yang sudah dibuat.

49

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Berdirinya Hotel Sahid Surabaya

Hotel Sahid Surabaya merupakan suatu usaha hotel

yang bergerak di bidang jasa pelayanan untuk melayani

tamu dalam menjual produk-produknya. Produk utama yang

dijual adalah menjual adalah menjual kamar beserta

fasilitas-fasilitasnya yang ada dalam hotel tersebut

atau semua jenis akomodasi yang disediakan oleh hotel.

50

Sebagai salah satu hotel berbintang tiga di

Surabaya, Hotel Sahid Surabaya memiliki hotel yang

strategis. Terletak di Jalan Sumatra No. 1-5, Hotel

Sahid Surabaya tepat berdiri di jantung kota yang

merupakan kawasan pusat bisnis dan wisata. Hal ini

tentu membawa keuntungan tersendiri bagi pihak hotel

dalam menjalankan usahanya. Sebagai hotel yang berada

di wilayah emas tersebut, Hotel Sahid dikelilingi oleh

beberapa pusat perbelanjaan seperti Plaza Surabaya,

Plaza Tunjungan, Grand City, dan World Trade Centre, (WTC)

Surabaya. Selain itu letaknya pun juga tidak jauh dari

kantor pemerintah kota Surabaya, stasiun Radio Republik

Indonesia, Gedung Kesenian Balai Pemuda Surabaya,

Tempat Wisata Monumen Kapal Selam serta beberapa bank

dan sakit ternama di Kota Surabaya. Terlebih lagi hotel

yang berdiri 20 tahun ini juga berada tepat di sebelah

Stasiun Kereta Api Gubeng yang dapat membantu

memudahkan mobilitas dari para tamu alternatif dalam

melakukan perjalananya.

51

Dimulai pada tanggal 28 Mei 1973, Hotel Sahid

Surabaya, mulai dibangun oleh pemiliknya, yaitu PT.

Satrya Bhima Sakti. Pada awalnya, hotel yang terletak

di kota surabaya tepatnya di jalan Sumatera No. 1-15

ini masih dinamakan dengan Hotel Bhima Sakti dimana PT.

Satrya Bhima Sakti sendiri pada saat itu masih

berkantor di jalan Sumatera No. 1 – 14 Surabaya. Proses

pembangunan Hotel Bhima Sakti ini memperoleh pinjaman

lunak (kredit investasi) dari Bank Bumi Daya yang

memiliki kantor cabang di jalan Jembatan Merah

Surabaya. Rencananya, pinjaman tersebut digunakan untuk

membangun hotel dengan kapasitas 100 unit kamar. Namun

pinjaman itu justru digunakan oleh PT. Satrya Bhima

Shakti untuk membangun 200 unit kamar. Karenanya

pembangunan hotel sempat dihentikan pada tahun 1975

dengan alasan pembengkakan biaya anggaran yang mencapai

dua kali lipat padahal, pembangunan fisik hotel

tersebut sudah mencapai 60%.

52

Selanjutnya, pada tanggal 1 Oktober 1981, PT.

Sahid Group yang dimiliki oleh Prof. Dr. H. Soekamdami

Sahid Gitosardjono, memutuskan untuk membeli 60% saham

yang dimiliki oleh PT. Satrya Bhima Sakti. Lalu, pada

awal tahun 1982, pembangunan hotel kembali dilanjutkan

dengan perubahan nama hotel pun dilakukan dengan

kesepakatan dari kedua belah pihak. Sehingga hotel

tersebut dinamakan Hotel Sahid Bhima Sakti. Pada tahun

1984 sampai dengan tahun 1989, pembangunan hotel

kembali terhenti disebabkan adanya permasalahan

internal yang terjadi diantara kedua belah pihak, yaitu

PT. Satrya Bhima Sakti dengan Bank Bumi Daya yang

berujung pada penjualan saham milik PT. Satrya Bhima

Sakti sebesar 40% kepada bank tersebut.

Pada akhirnya, proses pembanguna hotel pun kembali

dikerjakan pada awal tahun 1990 dan kembali mengalami

perubahan nama untuk ketiga kalinya. Pembangunanya

diselesaikan pada awal bulan November oleh Menteri

Pariwisata, Pos, Telekomunikasi yang saat ini di duduki

53

oleh Bapak Soesilo Soedarmo sebagai hotel berbintang

tiga dengan kapasitas sebanyak 219 unit kamar.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Setiap hotel mempunyai visi dan misi sebagai suatu

pedoman untuk menjalankan aktivitasnya secara jangka

pendek dan jangka panjang agar visi dan misi

terimplementasi dengan lancar. Hotel Sahid Surabaya

mempunyai visi dan misi dalam menetapkan tujuan yang

tercapai yaitu:

1. Visi Hotel Sahid

Ingin menjadi hotel yang terbaik, terdepan dan

terbagus dalam segala hal.

2. Misi Hotel Sahid

Menciptakan rasa kenyamanan dalam bentuk apapun

terutama pelayanan.

54

2.3 Lokasi dan Layout Hotel

Hotel Sahid Surabaya terletak di jalan Sumatra no

1-14 Surabaya dan dapat ditempuh kurang lebih 60 menit

dari Bandara Juanda serta kurang lebih 30 menit dari

pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Hotel Sahid Surabaya

merupakan salah satu hotel berbintang 3 yang terletak

di Surabaya dan berada di jantung kota yang sangat

strategis. Bisa dikatakan strategis karena hotel Sahid

tepat berdiri di jantung kota yang merupakan kawasan

pusat bisnis dan wisata dan juga dekat dengan

pemerintahan kota Surabaya, pusat perbelanjaan, stasiun

radio hingga yang terdekat stasiun kereta api.

55

Gambar 2.1 Peta Lokasi Hotel Sahid Surabaya

56

(Sumber: Hotel Sahid Surabaya 2014)

Gambar 2.2 Layout Hotel

57

(Sumber: Hotel Sahid Surabaya 2014)

58

2.4 Struktur Organisasi Hotel Sahid Surabaya

2.4.1 Tugas dan Tanggung Jawab

Hotel Sahid Surabaya merupakan salah satu

organisasi yang didalamnya terdapat sekelompok orang-

orang atau badan hukum yang menjalin hubungan baik

antara satu dengan yang lain dan kemudian sepakat untuk

mencapai tujuan tertentu.

Organisasi yang baik dalam suatu perusahaan dapat

membantu tercapainya tujuan dari perusahaan tersebut.

Dengan cara menempatkan orang-orang tertentu dalam

menduduki jabatan yang sesuai dengan kewajiban dan

tanggung jawabnya, serta memberikan suatu susunan kerja

yang dapat menjamin berhasilnya tujuan perusahaan.

Pembagian tugas dan wewenang berdasarkan levelnya,

dimana kekuasaan tinggi dalam operasionalnya berada

dibawah pimpinan General Manager yang membawahi seseorang

Executive Assistant Manager Room (EAM) dimana antara

59

departemen-departemen lainya tersebut saling

berinteraksi dan berkaitan dengan departemen lainya.

1. Executive Office Departement

Executive Office merupakan suatu departemen yang

membawahi semua departemen yang ada dalam hotel

dan memiliki kewenangan menjalankan keseluruhan

dari kegiatan operasional hotel.

2. Front Office Departement

Salah satu departemen yang kegiatan operasionalnya

berada di depan untuk melayani para tamu sebagai

penjual kamar dengan produk-produk atau fasilitas-

fasilitas yang ada dalam hotel serta melakukan

rooming (penempatan kamar tamu). Departemen ini

dibawahi seorang Front Office Manager (FOM) atau Duty of

Manajer (DOM), diaman di dalamnya terdapat beberapa

bagian antara lain:

1) Receptionist

60

2) Cashier Front Office

3) Guest History

4) Room Controller

5) Concierge / Bell Captain

6) Door Man

7) Telephone Operator

3. Housekeeping Departement

Merupakan salah satu departemen yang ada dalam

hotel dan didipimpin oleh seorang Executive

Housekeeper serta bertanggung jawab atau

kebersihan, kerapian dan keindahan kamar dan

seluruh area yang ada di hotel demi kenyamanan

tamu. Departemen ini memiliki beberapa bagian

sebagai berikut:

1) Room

2) Public Area

3) Laundry

4) Fitness Centre

61

4. Food & Beverage Departement

Food & Beverage merupakan kegiatan salah satu bagian

yang sangat penting di dalam kegiatan suatu hotel

yaitu menangani masalah makanan, pendapatan,

penjualan, dan pelayanan makanan dan minuman bagi

seluruh tamu hotel. Dari segi wujud Food & Beverage

tergolong dalam produk hotel yang secara nyata

dapat dilihat, diraba, atau secara lansgung dalam

bentuk benda, seperti makanan dan minuman dan

lain-lain. Ada dua bagian di departemen ini,

yakni:

1) Food & Beverage Product

2) Food & Beverage Service

5. Sales & Marketing Departement

Departemen ini memasarkan menjual dan

memperkenalkan produk hotel, baik kepada tamu

hotel maupun diluar tamu hotel, serta mengh-handle

suatu event atau acara yang diselenggarakan di

62

dalam hotel tersebut. Adapun bagian-bagian nya

sebagai berikut:

1) Sales Banquet / Catering

2) Sales Room

3) Reservation

4) Grafis Desain Promotion

5) Public Relation

6) F & B Sales

6. Accounting Departement

Merupakan departemen yang menangani berbagai

transaksi yang terjadi di hotel, baik tunai maupun

kredit.

7. Human Resource Departement

Salah satu departemen yang bertugas melaksanakan

penilaian tenaga kerja hotel (peraturan tenaga

kerja) termasuk didalamnya pemeliharaan moral dan

63

kesejahteraan serta meningkatkan tenaga kerja

hotel.

8. Enginering Departement

Departemen ini dipimpin oleh seorang Manajer yang

bertugas menangani masalah-masalah yang berkaitan

dengan mekanisme Hotel.

2.4.2 Struktur Human Resource Department

Seperti yangtelah disampaikan ke di bab 1 bahwa

pelaksana CSR hotel Sahid Surabaya dibawah koordinasi

HRD. HRD sendiri terdiri dari 4 orang yang terbagi

dalam 4 jabatan struktur. Meskipun setiaporang sudah

memegang jabatan tertentu, tetapi dalam bekerja sama

dan saling membantu.

Bagan 2.1

Struktur Human Resources Department Hotel Sahid

64

(Sumber: Data Internal Hotel Sahid 2014)

2.4.3 Produk Hotel Sahid Surabaya

Sebagai hotel berbintang tiga, Hotel Sahid

Surabaya juga memiliki fasilitas-fasilitas dan produk

yang dijual dan tidak kalah dengan hotel bintang tiga

lain produk agar membuat para tamu merasakan kenyamanan

HRD/ Personal Manager

Employee Relesation

HRD Administration

Office Manager

65

betah tinggal didalam hotel dan memberikan kesan yang

baik dihati para tamu hotel akan pelayanan hotel,

sehingga para tamu yang telah datang menikmati hari

libur ataupun berbisnis dengan kembali datang ke hotel

Sahid Surabaya. Beberapa akomodasi atau produk utama

yang ada di hotel Sahid Surabaya, antara lain:

1. Room

Hotel Sahid Surabaya memiliki 219 kamar yang

dibagi menjadi 200 kamar untuk disewakan dan 19

kamar sebagai office. Penjualan untuk 200 kamar

tersebut terdiri dari:

a. 146 Kamar Superior

b. 29 Kamar Deluxe

c. 6 Kamar Business Suite

d. 18 Kamar Executive Suite

e. 1 Kamar Presidential Suite

2. Candi Bentar Coffee Shop

Candi Bentar Coffee Shop menyediakan beberapa macam

masakan seperti masakan eropa, cina dan indonesia.

66

Selain itu, candi bentar coffee shop memberikan

pelayana selama 24 jam dan memiliki kapasitas

memiliki kapasitas sebanyak 90 seats.

3. Bekisar Bar

Bekisar bar memiliki kapasitas sebanyak 90 seats

dan memberikan pelayanan mulai pukul 11.00 hingga

01.00 dini hari kepada para tamu, yang ingin

bersantai atau melepas lelah dengan menikmati

alunan musik serta pelayanan yang ramah yang

diberikan oleh bar ini.

4. Food Stall

Food stall merupakan stand penjualan roti donat,

ronde, martabak, dan mie ayam. Food stall sendiri

melayani tamu mulai pukul 16.00 hingga pukul 22.00

WIB.

5. Room Service

67

Room service siap melayani semua pemesanan makanan

dan minuman selama 24 jam untuk para tamu tanpa

harus keluar kamar.

6. Meeting Room Function

Meeting room function merupakan salah satu fasilitas

hotel yang ditawarkan kepada berbagai instansi

untuk mengadakan pertemuan atau meeting di Hotel

Sahid Surabaya. Beberapa saran dan prasana

penunjang yang disediakan anatara lain:

a. White board

b. Slide

c. Microphone pick up band Sound System

d. Overhead Projector

e. Dan lain-lain

2.4.4 Fasilitas-Fasilitas Hotel Sahid Surabaya

68

1. Taxi Service

Taxi service adalah pelayanan pemesanan layanan taxi

dapat dilakukan melalui receptionis. Disamping itu,

Hotel Sahid Surabaya juga menyediakan fasilitas pick up

dari bandara, terminal, maupun stasiun kereta api.

2. Laundry and Dry Cleaning

Laundry and dry cleaning disediakan untiuk melayani

jasa pencucian pakaian, baik para tamu maupun bagi

pihak luar.

3. Drug Store

Drug store menyediakan obat-obatan serta

perlengkapan medis lainya yang beroperasi selama 24

jam.

4. Money Changer

Money changer memberikan pelayanan dalam

menyediakan fasilitas penukaran uang domestik dan mata

uang asing yang dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan

20.00 WIB.

69

5. Business Centre

Business Centre memberikan layanan untuk foto copy,

mengirimkan faxmile atau translator mulai pukul 08.00

hingga pukul 20.00

6. Travel Agent

Travel agent nelayani para tamu untuk mengetauhi

tempat-tempat wisata serta pembelian tiket pesawat ,

kereta api, atau kapal laut. Layanan ini dibuka mulai

pukul 08.00 sampai dengan 20.00 WIB.

7. Fitness Centre

Fitness centre menyediakan fasilitas fitness bagi para

tamu hotel. Bertempat dilantai 3 hotel Sahid, pusat

kebugaran ini dibuka mulai pukul 06.00 hingga pukul

22.00 WIB.

8. Beauty Salon

70

Beauty salon memberikan pelayanan untuk perawatan

wajah dan rambut bagi para tamu hotel. Berdekatan

dengan fitness centre, beauty salon juga terletak di lantai

3 hotel dan dibuka pukul 08.00 hingga pukul 20.00 WIB.

9. Beauty Spa

Beauty spa disediakan untuk melayani para tamu

dalam menjaga kecantikan dan kebugaran tubuhnya melalui

perawatan yang dilakukan secara tradisional maupun

modern. Beauty spa dapat dinikmati oleh pengunjung mulai

pukul 09.00 sampai dengan 23.00 WIB.

10. Excutive Lounge

Excecutive Lounge menyediakan makan pagi dan coffee

break secara Cuma-Cuma di sore hari yang ditujukan

khusus kepada para tamu penghuni excecutive hotel sahid

di lantai 11 dan 12.

71

2.5 Shift Kerja

Sistem pengoperasian jam kerja diterapkan oleh

hotel Sahid merupkan suatu prioritas guna mendukung

jalanya sistem operasional hotel agar dapat berjalan

dengan baik dan meningkatkan dislipin para karyawan di

hotel. Dengan adanya pembagian waktu atau shift kerja

pada saat para karyawan beraktivitas menjalankan tugas-

tugasnya, maka pihak manajemen sumber daya menetapkan

jadwal kerja para karyawan dan perwujudan pelaksanaanya

tersebut direalisasikan dalam memberikan pelayanan

selama 24 jam (24 hours service).

1. Shift 1 : bekerja pada pukul 07.00 sampai dengan

pukul 15.00 WIB.

2. Shfit 2 : bekerja pada pukul 15.00 sampai

dengan pukul 23.00 WIB.

3. Shift 3 : bekerja pada pukul 23.00 sampai dengan

pukul 07.00 WIB.

72

Jadwal kerja yang telah disepakati oleh pihak

hotel dan dibuat untuk menunjang dan meningkatkan

kualitas dan kuantitas dalam memberikan pelayanan yang

terbaik para tamu dan tentunya menerapkan dislipin

bekerja.

BAB III

PENYAJIAN DAN INTERPRETASI DATA

3.1 Bentuk Implementasi Corporate Social Responsbility Hotel

Sahid Surabaya

CSR atau Corporate Social Responsbility adalah basis

teori tentang perlunya sebuah perusahaan membangun

hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar. Secara

teoritik, CSR dapat didefinisikan sebagai tanggung

jawab moral suatu perusahaan terhadap para

stakeholdernya, terutama komunitas atau masyarakat

73

disekitar wilayah kerja dan operasinya. CSR memandang

perusahaan sebagai agen moral, dengan atau tanpa aturan

hukum yang berlaku sebuah perusahaan harus menjujung

tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu

perusahaan mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni

mengapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok

masyarakat lainya. Salah satu prinsip moral yang

digunakan adalah golden rule, yang mengajarkan seseorang

atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti

apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu,

perusahaan yang bekerja dengan mengedepankan prinsip

moral dan etis akan memberikan manfaat besar bagi

masyarakat.

74

Dari penjabaran kajian teoritik diatas ternyata juga

sama dengan yang disampaikan oleh HRD Manajer bapak

Misdi:

“Sejak saya bekerja disini, pandangan tentang tanggungjawab sosial di internal hotel sudah menjadi pedomanhotel saya rasa, meski saya kurang tahu bentuknyaseperti apa yang dahulu tapi tanggung jawab sosial hotelini sudah menjadi agenda tersendiri jadi kalau mas karimmenanyakan adanya sebuah tanggung jawab hotel yaada dan bahkan sudah terkonsep.”

Menurut analisis dari penyataan HRD di atas, hotel

Sahid dalam melaksanakan CSR sudah menjadi konsep yang

menjadi bagian dari visi hotel yang secara implisit.

Karena selama ini peneliti mengumpulkan asumsi dari

berbagai perspektif orang-orang tentang nihilnya

kontribusi hotel Sahid terhadap masyarakat sekitar.

Ada dua yang ingin peneliti ingin tahu tentang

esensi dari sifat implementasi CSR tersendiri yakni CSR

yang bersifat Pragmatis dan Sustainable. Mungkin secara

pragmatis pelaksanaanya momentum seperti hari-hari

besar dan perayaan hari tertentu yang mana bisa

75

terlaksana saat hotel melakukan sebuah acara besar. Dan

berikut hasil pernyataan HRD hotel Sahid terkait 2

sifat yang peneliti fokuskan:

“Untuk sifat yang mas karim tanyakan saya pikir kita jugamelakukan dua-duanya dan banyak sekali ya kalau hari-hari besar yang nanti mungkin masnya bisa tulis danuntuk contoh yang secara sustainable ada yaitu kita buatdeal kontrak dengan stakeholder masyarakat sekitartentunya RW 03 jadi untuk pembuangan limbah ya kitabayar mereka setiap proses pembuangan mungkin inisaya pikir salah satu bentuk tanggung jawab sosial secarasustainable.”

Dari hasil wawancara dengan HRD di atas, peneliti

bisa mengindikasikan bahwasanya program CSR yang selama

ini dilaksanakan memang sesuai dengan tujuan dari CSR

tersebut akan tetapi secara esensi ini belum ada karena

kontribusi yang selama ini dilakukan oleh pihak hotel

ternyata terhitung dalam presentase hanya kurang lebih

50 % untuk kontribusi di ranah pembangunan sosial. Dari

keterangan wawancara di atas peneliti mengindikasikan

bahwa bentuk program CSR hotel Sahid surabaya sesuai

dengan teorinya Kotler dan Lee didalam bukunya yang best

76

of breed 2004 yang dikategorikan sebagai Corporate

Philantrophy.

Karena sejatinya CSR bukan hanya terkait

sumbangsih hotel terhadap masyarakat atau lingkungan

yang terkena dampak sebagai operasinya perusahaan

tersebut. Menjadikan masyarakat sekitar lebih berdaya

di bidang ekonomi, serta menjadikan lingkungan sekitar

bersih dan sehat dan terjadinya hubungan sosial yang

kuat karena itulah esensi dari CSR itu sendiri. Namun

kenyataanya seperti yang kita lihat, program CSR yang

dikembangkan oleh hotel Sahid masih sebatas program

karitatif yang tidak jelas output sesuai dengan yang

peneliti fokuskan.

3.1.1 Bentuk dan Sifat CSR Hotel Sahid Surabaya

Kembali pada definisi sifat CSR yang diajukan oleh

Saidi (2002), sifat CSR Hotel Sahid tidak jauh berbeda

dengan sifat CSR-CSR di perusahaan lain di Indonesia.

77

Umumnya kegiatan yang mereka lakukan masuk pada karitas

(charity), karena sifatnya yang hanya sesaat dan

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak dalam

masyarakat.

Pada awal perkembanganya, bentuk CSR hotel Sahid

yang paling umum adalah pemberian bantuan terhadap

organisasi-organisasi lokal seperti RW, RT, Ibu-ibu PKK

dan Karang Taruna. Pendekatan CSR yang berdasarkan

motivasi karitatif dan kemanusiaan inipada umumnya

dilakukan secara ad-hoc, Parsial, dan tidak melembaga

hingga pendekatan komunikasi pun tanpa melakukan modal

sosial yang dibangun secara intens. CSR pada tataran

ini hanya sekedar do good dan to good, yakni upaya hotel

untuk berbuat baik agar terlihat baik.

Mengenai persepsi parsial dalam memahami CSR, ketika

mendengar CSR timbul banyak identik dengan pemberdayaan

lingkungan sosial saja, atau hanya berkecimpung di

aktivitas lingkungan hidup tanpa memperdulikan situasi

sosialnya atau masih banyak persepsi lainnya yang

sifatnya tidak menyeluruh, setengah-stengah

78

memahaminya, bahkan terlampau dangkal dalam mencerna

CSR itu sendiri. Namun demikian persepsi yang masih

awam bisa diperbaiki dengan secara utuh memahami apa

itu CSR. Secara umum apa saja yang menjadi domain CSR

tersebut. Berikut ini butir-butir yang peneliti rangkum

dari berbagai perspektif hotel-hotel, masyarakat dan

buku hingga literatur yang sebaiknya dipahami secara

kritis oleh pelaksana CSR:

1. CSR dianggap hanya untuk perusahaan besar saja

Banyak keengganan perusahaan atau dalih saja dari

mereka yang tak peduli untuk mengadopsi CSR karena

beranggapan bahwa CSR adalah untuk perusahaan CSR

adalah untuk perusahaan berskala besar saja. Hal ini

boleh jadi merupakan kesalahan besar dari mereka yang

membiarkan C di depan SR tetap sebagai singkatan dari

corporate, corporate juga corporation berarti perusahaan besar.

Sementara istilah untuk generik entitas bisnis yang

mencari keuntungan tanpa memperhatikan keuntungan

adalah company. Karenanya, prihatin dengan

ketidakketertarikan perusahaan skala sedang dan kecil

79

pada CSR serta kerancuan akibat digunakanya “social”,

Edward Freeman dan Ramakhrisna Velamuri mengusulkan

agar CSR diartikan sebagai company stakeholder responsbility.

Dengan demikian, CSR berarti tanggung jawab perusahaan

(apapun ukuranya) terhadap (seluruh) pemangku

kepentingan mereka. Kalau perdebatan mengenai istilah

ini hendak disingkirkan, apabila kita kembali pada ide

dasar CSR, maka memang CSR itu berlaku untuk seluruh

perusahaan. Ide dasar itu adalah bahwa perusahaan harus

bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkanya dalam

operasinya. Idealnya, dampak negatif operasi perusahaan

harus berupaya ditekan sampai titik nol. Namun karena

kondisi ideal itu adalah sangat sulit dicapai, maka

yang harus dilakukan adalah meminimisasi dampak

negatif. Dampak residual (dampak negatif yang masih

tersisa upaya meminimisasi dilakukan) harus dihitung

secara seksama kemudian dikompensasi dengan sesuatu

yang setara (tidak perlu sama jenisnya). Sementara,

dampak operasi yang ini kerap lolos dari pembicaraan

mengenain CSR bisa dimaksimumkan. Begitulah konsep

80

dasar CSR. Mustain Mashudi, Dosen dari Fisip Unair yang

peneliti anggap pengamat yang paling serius dalam

mengamati perkembangan CSR pernah menyatakan bahwa CSR

harus nya memang sebanding dengan bisnis perusahaan,

bukan dengan ukuran keuntungan.

2. CSR Menyebabkan Penambahan Biaya

Ketika perusahaan mulai mengadopsi CSR, tidak

terelakkan adanya penambahan pengeluaran. Ini

mungkin penyebab utama keengganan untuk mengadopsi

CSR. Banyak pihak yang menyatakan tambahan

pengeluaran itu sia-sia belaka, dan boleh jadi juga

bahwa anggapan tersebut memiliki dukungan empiris.

Penelitian-penelitian mengenai Philanthropy perusahaan

banyak mendapat kenyataan bahwa pengeluaran

perusahaan itu benar-benar tidak bisa dilacak

keuntungannya. Namun demikian, hal itu sama sekali

bukan kesalahan dari ide CSR. Itu adalah kesalahan

penerapannya. Hal ini berarti bahwa CSR adalah sama

dengan investasi lainnya. Ia memang membutuhkan

81

curahan sumber daya, namun curahan tersebut

sesungguhnya akan kembali dalam bentuk keuntungan

untuk perusahaan. Secara sederhana sebetulnya

investasi untuk memperoleh kondisi yang harmonis

dengan pemangku kepentingan apabila ada

konsekuensinya cenderung ke arah menguntungkan.

Bayangkan saja kalau sebuah perusahaan beroperasi

dengan tidak memperdulikan masyarakat sekitar, pasti

ia akan mendapatkan banyak masalah. Kita dengan

mudah dapat menghitung berapa kerugian perhari yang

harus ditanggung perusahaan kalau berhenti

beroperasi. Untuk industri-industri tertentu, jumlah

yang ditanggung karena penghentian operasi bahkan

mencapai milyaran rupiah per hari. Padahal, kalau

hubungan dengan pemangku kepentingan dikelola dengan

baik, kemungkinan penghentian operasi menjadi sangat

kecil.

3. CSR Sepenuhnya Voluntary atau Mandatory

82

Apakah konsep tanggung jawab itu adalah sebuah konsep

yang benar-benar bisa dilaksanakan denhgan sukarela?

Tampaknya menyatakan bahwa tanggung jawab itu sukarela

adalah contradictio in terminis atau keduanya merupakan

istilah yang bertentangan. Yang `benar`, tanggung jawab

itu wajib dilaksanakan. Namun demikian, harus diakui

bahwa di antara kubu pendirian bahwa CSR itu mandatori

atau voluntari, kini lebih cenderung pada kemenangan

kubu voluntari. Salah satu alasannya adalah bahwa

perusahaan-perusahaan memang menginginkan kondisi yang

demikian. Tetapi voluntari dalam pemahaman yang

dipromosikan oleh perusahaan-perusahaan yang

berkomitmen CSR tinggi dan para pakar yang sependapat

bukanlah berarti perusahaan bisa semaunya saja memilih

untuk menjalankan atau tidak menjalankan tangung

jawabnya atau selektif terhadap tanggung jawab itu.

Yang dimaksud dengan voluntari adalah perusahaan

menjalankan tanggung jawab yang tidak diatur oleh

regulasi atau beyond regulation. Jadi, jelas pula bahwa

apa yang sudah diatur oleh pemerintah haruslah dipatuhi

83

dahulu sepenuhnya, kemudian perusahaan menambahkan lagi

hal-hal yang belum diatur. Semakin banyak hal positif

yang dilakukan perusahaan, padahal hal itu tidak

diharuskan oleh pemerintah, maka kinerja CSR perusahaan

itu dianggap semakin tinggi. Pengertian voluntari yang

demikian ditentang oleh mereka yang tidak percaya bahwa

perusahaan memang akan melakukan hal-hal positif

apabila tidak diregulasi. Sebetulnya pendirian ini

dapat dengan mudah disangkal: ada banyak hal positif

yang dilakukan perusahaan walu tidak diatur oleh

pemerintah. Memang sebagian besar perusahaan apalagi

yang beroperasi di Indonesia memang tidaklah pernah mau

melakukan hal positif di luar apa yang sudah diatur

regulasi. Bahkan, banyak penelitian yang membuktikan

bahwa perusahaan memang punya kecenderunganuntuk

melanggar regulasi apabila konsekuensinya lebih ringan

daripada keuntungan yang diperoleh bila peraturan

tertentu dilanggar.

84

Dengan pemahaman yang demikian, maka banyak pihak

yang mendesak agar seluruh tanggung jawab perusahaan

diatur dengan ketat bahkan keras dalam regulasi

pemerintah. Pihak-pihak ini juga mengusulkan

penggantian istilah tanggung jawab (responsibility) menjadi

tanggung gugat (accountability). Di luar dua pendirian

itu, yang pertama dikenal dengan self regulation dan yang

kedua disebut government regulation.

Kalau kedua pendekatan menyerahkan pengaturan CSR

pada perusahaan sendiri dan pemerintah, pendekatan

ketiga ini mendukung pembuatan standar-standar CSR oleh

organisasi masyarakat sipil. Untuk bisa melakukannya,

diandaikan organisasi masyarakat sipil cukup memiliki

kapasitas untuk mengawal perusahaan dalam mencapai

pembangunan berkelanjutan. Namun, kualitas terpenting

yang ada di mereka adalah tidak adanya konflik

kepentingan dengan perusahaan (yang hendak diatur)

maupun pemerintah (yang akan mengawasi jalannya

aturan).

85

Pada kenyataannya, berbagai regulasi yang mengatur

kinerja sosial dan lingkungan perusahaan adalah berasal

dari perusahaan (atau kumpulan perusahaan) sendiri,

pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan juga

organisasi multilateral. Jadi, memisahkan ketiga

pendekatan sebetulnya juga tidak berbasis realitas.

Mendebatkan CSR itu wajib atau sukarela juga perlu

penjelasan yang lebih detail tentang apa yang dimaksud

dengan CSR, dan dari sudut pandang mana.

Kembali pada bentuk CSR Hotel Sahid, seperti yang

disampaikan oleh Bapak Misdi selaku HRD:

“Mengenai Bentuk CSR kita menyesuaikan dengan kondisidan situasi sekitar namun yang pasti kita berusaha untukmemberikan sebuah kenyamanan terhadap masyarakatsekitar seperti visi dari perusahaan kita.”

Dalam menyalurkan bantuan, umumnya hotel tidak

menyalurkan bantuan dalam bentuk dana tunai, melainkan

disalurkan dalam bentuk natura yakni dana yang tersedia

86

akan langsung diberikan kepada masyarakat dalam wujud

kegiatan atau barang jadi (bangunan,fisik, buku dsb).

Begitu pula bantuan yang diberikan untuk pembiayaan

kesehatan, dana yang akan diberikan langsung untuk

menyelenggarakan pengobatan gratis dan momen hari

kesehatan dunia dengan mengadakan donor darah. Hal itu

semua untuk menghindari penyalahgunaan bantuan oleh

penerima bantuan yang tidak bertanggung jawab.

Tabel 3.1

Bentuk dan Sifat bantuan Sosial Hotel Sahid Surabaya

No Kegiatan Program Bentuk Sifat

1 Pengelolahan

Limbah Hotel

Sustainab

ility

Tunai Charity

2 Upgrading Sustainab - Charity

87

ility

3 Sembako Insidenty Natura Charity

4 Buka puasa

bersama

Insidenty Natura Charity

5 Basar/ Pasar

Malam

Insidenty Natura Charity

6 Ramah Tamah

Lebaran

Insidenty Natura Charity

7 Pengobatan

Gratis

Insidenty Natura Charity

8 Kerja Bakti Insidenty Natura Charity

9 Perayaan Hari

Lahir Hotel

Insidenty Natura Charity

10 Perayaan Tutup

Tahun

Insidenty Natura Charity

Sumber: Data CSR sementara Hotel Sahid 2014

Dari penjabaran analisis tabel di atas bahwasanya

peneliti bisa mengindikasikan bahwa Hotel Sahid belum

mengimplementasikan esensi CSR & Sustainability itu sendiri

88

yang mana beberapa pemaparan program yang tertulis di

tabel di dominasi oleh bentuk kegiatan-kegiatan yang

bersifat pagmatis dan monumental, terlihat bahwa hotel

Sahid memanfaatkan momen tersebut untuk membangun

citra/image mereka ke masyarakat sekitar. Contoh

seperti program andalan Hotel Sahid yakni pengelolahan

limbah dalam bentuk sampah yang bentuk nya adalah tunai

dengan membayar stakeholder untuk mengelola sampah

tersebut dengan tidak melibatkan beberapa warga sekitar

yang ecara transparasi pun tidak jelas jika kita tidahk

hanya berbicara input saja melainkan output tersebut.

3.2 Proses implementasi CSR Hotel Sahid Surabaya

Secara memahami CSR secara utuh, baru tahap

pelaksanaan CSR bisa dimulai. Dewasa ini banyak terjadi

peruabahan-perubahan drastis dalam implementasi CSR.

Dibutuhkan upaya dan strategi ekstra agar implementasi

CSR sanggup bahkan berjalan sesuai dengan ide dan

konsep dasarnya. Strategi ekstra tersebut sebaliknya

meliputi empat agenda utama, yakni: pedoman (guidelines)

89

dan tata etika (codes of conduct), sistem dan kebijakan

menajemen perusahaan, strategi kepemimpinan perusahaan

dalam CSR, terakhir komitmen dan kemitraan diantara

stakeholders.

Jika pendekatan atau model social modal diterapkan

dalam praktik dalam praktiknya, maka tahap implementasi

menjadi tahap yang paling penting, karena logika

berpikirnya secara lebih induktif. Artinya, desain

program dikembangkan secara relatif bersamaan dengan

tahap implementasi. Desain program hanya menyediakan

kerangka dan metode dasar bagaimana praktik dikerjakan

sementara detailnya ditentukan saat implementasi .

Lalu, apa yang menjadi acuan agar strategi tersebut

bisa tercapai yakni diperlukan indikator kinerja kunci

dalam implementasi CSR. Indikator yang efektif adalah

bersifat kualitatif. Ada delapan indikator yang

sebaliknya digunakan dalam pengukuran tersebut, yakni:

1. Leadership (Kepemimpinan)

90

Program CSR dapat dikatakan berhasil jika

mendapatkan dukungan dari top management

perusahaan.

Terdapat kesadaran filantropik dari pimpinan

yang menjadi dasar pelaksanaan program.

2. Proporsi Bantuan

CSR dirancang bukan semata-semata pada

kisaran anggaran saja melainkan juga pada

tingkatan serapan maksimal, artinya apabila

areanya luas, maka anggarannya harus lebih besar.

Jadi tidak dapat dijadikan tolak ukur, apabila

anggaran besar pasti menghasilkan perogram yang

bagus.

3. Transparasi dan Akuntanbilitas

Terdapat laporan tahunan (annual report)

Mempunyai mekanisme audit sosial dengan

pengujian sejauh mana program-program CSR

telah dapat ditujukan seara benar sesuai

kebutuhan masyarakat, perusahaan mendapatkan

feedback dari masyarakat sekitar secara benar.

91

4. Perencanaan dan Mekanisme Monitoring dan Evaluasi

Dalam perencanaan perlu ada jaminan untuk

melibatkan multi-stakeholder pada setiap siklus

pelaksanaan proyek.

Terdapat kesadaran untuk memperhatikan aspek-

aspek lokalitas (local wisdom), pada saat

perencanaan ada kontribusi, pemahaman, dan

penerimaan tehadap budaya-budaya lokal yang

ada.

Terdapat blue-print policy yang menjadi dasar

pelaksanaan program.

5. Perlibatan Stakeholder (Stakeholder Enggagement)

Terdapat mekanisme koordinasi reguler dengan

stakeholders, utamanya masyarakat.

Terdapat mekanisme yang menjamin pasrtisipasi

masyarakat untuk dapat terlibat dalam siklus

proyek.

6. Keberlanjutan (Sustainability)

Terjadi alih-alih dari perusahaan ke

masyarakat.

92

Tumbuhnya rasa memiliki (sense of belonging)

program dan hasil program pada diri

masyarakat, sehingga masyarakat dapat ikut

andil dalam menjaga dan memelihara program

dengan baik.

Adanya pilihan partner program yang bisa

menjamin bahwa tanpa keikutsertaan

perusahaan, program bisa tetap dijalankan

sampai selesai dengan partner tersebut.

7. Hasil Nyata (Outcome)

Terjadinya perubahan pola pikir masyarakat

Memberikan dampak ekonomi dan sosial

masyarakat yang dinamis

Terjadinya penguatan komunitas

Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan

hotel dapat dilihat dari berbagai aspek seperti

kategori diatas. Walaupun pada proses pelaksanaanya

terdapat perbedaan karakteristik dan beberapa hal

bersifat fleksibel, namun dapat dikategorikan dalam

93

kategori pembahasan yang sama dan pembahasanya akan

dilakukan berdasarkan kategori-kategori tersebut.

Kategori ini diperoleh dari hasil data primer yang

diperoleh berdasarkan wawancara.

3.2.1 Pelaksana CSR

Tanggung jawab sosial hotel diterjemahkan dalam

berbagai bentuk oleh masing-masing manajemen hotel

lain. Umumnya mereka tidak menyebut secara tegas bahwa

kegiatan yang mereka lakukan adalah dalam rangka

menjalankan tanggung jawab sosial mereka kepada

stakeholder, hal ini dipengaruhi oleh orientasi bisnis dan

pembentukan corporate image mereka di mata masyarakat

luas.

Pelaksana CSR hotel sahid dapat dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu pertama, CSR dilaksanakan oleh tim

yang mana secara struktur dipegang oleh masyarakat

sekitar yang tentunya bekerja sama dengan manajemen

94

hotel. Kedua, yang dilaksanakan oleh penanggung jawab

program khusus tertentu yang bertanggung jawab pada

HRD. Perbedaan struktur pelaksana CSR tersebut memiliki

konsekuensi terhadap status pelaksana yang berada dalam

struktur masing-masing kegiatan serta dana yang

dialokasikan.

Tim stakeholder yang bekerja sama dengan hotel

memiliki struktur yang berdiri sendiri. Semua kegiatan

di lapangan dikerjakan sepenuhnya oleh tim stakeholder

terkait dan dengan proses akhir adalah pelaporan hasil

kepada jajaran manajemen hotel. Terkait dengan

pembiayaan, upaya yang dilakukan tim stakeholder adalah

dengan penggalangan dana. Hotel hanya menyumbangkan

sebagian dari dana keseluruhan dana dan kegiatan dan

selebihnya menjadi urusan tim stakeholder terkait.

Kerjasama dan koordinasi antara tim stakeholder dengan

pihak hotel harus berjalan dengan baik karena antara

tim stakeholder dengan pihak hotel sudah ada ikatan

perjanjian secara otentik.

95

Sedangkan Tanggung jawab sosial kepada masyarakat

yang dilaksanakan dalam bentuk program dapat dibagi

menjadi dua kelompok, kelompok pertama adalah yang

melakukan kegiatan secara rutin dan teratur, sedangkan

yang kedua adalah melakukan kegiatan secara insidental.

Kelompok pertama memiliki struktur tetap di bawah

departemen/divisi yang menaunginya, konsekuensinya

adalah status karyawan yang melakukan kegiatan adalah

karyawan yang melakukan kegiatan adalah karyawan

perusahaan yang bertugas dalam program CSR tersebut,

begitu pula dengan sistem penggajian pun mengikuti

regulasi yang ada dalam perusahaan.

Yang termasuk kegiatan sosial yang secara rutin

diberikan oleh hotel Sahid adalah Sembako penuh yang

diberikan setiap 1 bulan sekali. Sembako ini diberikan

kepada ketua RW 03 yang mana dibagikan kepada

lingkungan RW sekitar.

3.3 Dampak dan Nilai Lebih Dari Implementasi Tanggung

Jawab Sosial

96

Dalam fenomena implementasi CSR sejatinya kedua

belah pihak (perusahaan dan masyarakat sekitar)

mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Sama-sama

saling menguntungkan antara kedua belah pihak dan

terjadinya simbiosis mutualisme yang berkelanjutan.

Dari semua kegiatan yang dilaksanakan oleh Hotel Sahid

telah mendapatkan image positif di masyarakat sekitar

dan efek sampingnya adalah diharapkan masyarakat

membeli produk yang mereka hasilkan terlepas apakah

produk yang dihasilkan tersebut menyebabkan limbah bagi

masyarakat disekitar atau buruh yang membuat produk

tersebut dibayar murah, masyarakat cenderung tidak

melihat sisi lain dari kegiatan CSR.

Secara umum bentuk keberhasilan suatu perusahaan

dalam mengimplementasikan program CSR adalah tidak

hanya diterimanya perusahaan yang bersangkutan di dalam

masyarakat akan tetapi perusahaan tersebut harus dapat

berpartisipasi dan berfungsi penuh terhadap kehidupan

masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial, ekonomi,

97

politik dan teknologi. Indikator yang dipergunakan

untuk mengukur keberhasilan implementasi konsep

corporate social responsibility adalah partisipasi dari seluruh

komponen yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan

masyarakat yang bersangkutan.

Seperti pemaparan dari bapak Misdi selaku HRD Hotel

Sahid:

“Sejauh ini hasil usaha dari penerapan tanggung jawabsosial hotel ini sangat bagus meski tidak sampai 100persen namun kita dari pihak hotel yakin bahwapelaksanaan CSR ini berjalan lancar meski terkadang adabeberapa kendala masalah seperti like and dislike daripihak masyarakat tetapi itu semua tidak

Lebih lanjut :

menjadi masalah besar dan justru kita belajar daripermasalahan bahwa dari celah-celah tersebut selesaidengan duduk bersama.”

Dari penyampaian tersebut peneliti memahami bahwa

usaha yang dilakukan oleh pihak hotel adalah sebuah

keyakinan mereka tersendiri tentang prestasi mereka

bisa melaksanakan CSR meski yang peneliti ketauhi

pemahaman mereka terhadap esensi CSR sendiri masih

98

sangat kurang sejauh melihat bahwa mengimplementasikan

program CSR terlaksana dari situasi dan kondisi yang

ada diperusahaan tersebut.

Secara umum hasil dari CSR hotel Sahid Surabaya

terhadap masyarakat dapat dinilai adalah pengaruh

perubahan dan pembangunan bagi masyarakat sekitar.

3.3.1 Dampak Nilai Lebih bagi Hotel Sahid

Hotel sebagai organisasi bisnis dalam skema

operasionalnya membutuhkan energi dan sumber daya

lainya, dan mampu menyedot biaya operasional bisnis

tersebut. Mungkin hitung-hitungan Capital Out-Ratio untuk

setiap rupiah yang dikeluarkan untuk investasi CSR

belum bisa dibuat secara baku, tetapi keterlibatan

perusahaan dalam inisiatif CSR di era sekarang ini

tidak akan sia-sia karena akan ada beberapa nilai lebih

yang akan didapatkan.

Dari penelitian ini bisa dilihat bahwa penelitian

CSR yang dilakukan Hotel Sahid dalam jangka pendek

99

tidak memiliki keuntungan yang memadai bagi perusahaan,

justru mengurangi keuntungan yang bisa dicapai

perusahaan. Namun demkikian, dalam jangka panjang,

perusahaan yang memiliki komitmen kuat di CSR, ternyata

akan mendapatkan nilai lebih diluar itu sendiri.

Seperti yang pernah disampaikan sebelunya bahwa

dengan adanya program CSR ini akan berdampak image

positif yang melekat di paradigma masyarakat.

Masyarakat bisa menerima keberadaan hotel untuk saat

ini dan di masa yang akan datang. Dengan begitu

keberlanjutan usaha hotel akan terjamin, baik dari segi

potensi ekonomi, sosial dan lingkungan.

Dari segi Ekonomi misalnya seperti yang disampaikan

oleh Bapak Misdi selaku HRD Hotel Sahid:

“Kalau dalam sisi ekonomi, feedback kita secara profitmemang gak ada mas karim tapi konsep kita kanmemang tulus dan kembali lagi ke visi bahwa jika kitamelakukan ini merupakan salah satu nilai jual kitakepada para tamu, itu saja sih mas”

100

Dari kutipan diatas, peneliti bisa memahami bahwa

secara perhitungan realistis memang melaksanakan CSR

justru mengeluarkan cost namun proses CSR inilah yang

akan membuat daya tarik sendiri bagaimana hotel

mempunyai tanggung jawab sosial.

Melihat dari segi lingkungan seperti kebersihan

tentunya warga Gubeng sekitar terlibat aktif untuk

menjaga kebersihan dengan mengolah limbah hotel yang

diamanahkan untuk mengelola limbah hotel setiap waktu

pembuanganya. Dan warga juga sering menghadiri kerja

bakti dengan pihak hotel sehingga proses disini terjadi

nya hubungan yang harmonis.

3.3.2 Dampak Perubahan dan Pembangunan Sosial Bagi

Masyarakat Sekitar.

Melihat letak pemukiman warga RW 03 Gubeng tepat

berada di area belakang samping kiri hotel Sahid

Surabaya. Wilayah ini paling sering terkena dampak yang

ditimbulkan dari hotel. Dampak tersebut misalnya suara

bising operasional hotel, live music di Bekisar room,

101

dan pembuangan Limbah tentunya. Berkut ini peta

deksripsi jumlah penduduk RW 03 yang mempunyai 4 RT

Tabel 3.2

Data Jumlah Penduduk RW 03 Kelurahan Gubeng

RT Laki-Laki Perempuan Total Jumlah KK

01 302 194 496 156

02 371 483 854 248

03 380 442 822 274

04 544 367 911 300

Sumber: Data Internal RW 03 Kelurahan Gubeng Kec.

Gubeng

Dari deskripsi tabel diatas peneliti mengetauhi

secara kuantitas sehingga bisa mengkorelasikan

pentingnya CSR terhadap masyarakat sekitar bagi ukuran

warga miskin kota seperti penduduk yang tinggal di

daerah sekitar hotel Sahid.

Warga di RW 03 ini sangat tertib dan antusias jika ada

agenda CSR dari hotel Sahid. Seperti yang diutarakan

oleh Bapak Agung selaku Ketua RW 03:

102

“Secara dampak sosial? Ya banyak mas Rim dan tidakdapat saya sebutkan semuanya tapi semenjak adakegiatan seperti pelatihan sampai kerja bakti kitamerasakan bisa berhubungan baik dengan pihak hotel.Ngomong-ngomong hotel Sahid secara tidak langsungpemasok Ekonomi buat kita loh mas kayak Kost-kost andan UKM dan warkop.”

Seperti yang di kembangkan oleh GRI (Global

Reporting Initiative) dengan menggunakan kerangka sustainability

bahwa dampak Ekonomi ada yang terkategorikan pengaruh

ekonomi tidak langsung (indirect Economic Impact) bahwa

indikator-indikator yang tercakup dalam kategori ini

mengukur dampak ekonomi yang dihasilkan dari aktivitas

ekonomi dan transaksi. Yang termasuk ke dalam indiator-

indikator untuk mengukur dampak ekonomi secara tidak

langsung yakni investasi perusahaan dalam bentuk

pembangunan suprasturktur dan penyediaan layanan untuk

publik baik yang dilakukan secara komersial maupun

cuma-cuma. Investasi dalam suprastruktur dapat

dilakukan melebihi kepentingan investasi infrastruktur

untuk mendukung operasi perusahaan semata. Melalui

pembangunan infrastruktur yang dilakukan perusahaan

103

Kembali ke dampak ekonomi ke masyarakat sekitar,

eksistensi hotel Sahid kontributif seperti banyaknya

karyawan hotel yang kost di wilayah RW 03 secara tidak

langsung menumbuhakn potensi ekonomi warga sekitar dan

berdirinya usaha-usaha warung makan yang mana karyawan

hanya mendapatkan jatah makan satu kali dari hotel

sehingga mereka makan di luar hotel.

Untuk masyarakat, praktik CSR yang baik akan

meningkatkan nilai tambah adanya perusahaan di suatu

daerah karena akan menyerap tenaga kerja serta

meningkatkan kualitas sosial didaerah tersebut.

Sesungguhnya substansi keberadaan CSR adalah dalam

rangka memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri

dengan jalan membangun kerja sama antar stakeholder yang

difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun

program-program pengembangan masyarakat sekitarnya.

Adanya program CSR hotel Sahid Surabaya

mendatangkan berkah tersendiri bagi masyarakat sekitar.

Dengan adanya program tersebut secara pasti terbangun

104

hubungan yang baik antara masyarakat dengan elemen-

elemen hotel seperti manajer, karyawan, security dan

lain-lain sebagainya. Dengan terciptanya hubungan baik

antara kedua belah pihak, akan timbul rasa keterbukaan

yang di dasari rasa saling percaya (trust).

Dampak nilai sosialnya adalah ketika hotel

membuat program kebersihan adalah sedikit membantu

kebersihan lingkungan sekitar. Atau saat memberikan

bantuan sosial pengobatan gratis yang mana membantu

warga yang ingin berobat tetapi tidak ada biaya.

Ataupun ketika hotel punya hajatan yang diselenggarakan

di dalam hotel, banyak warga kurang lebih berjumlah 100

hingga 250 orang diundang sebagai tamu khusus yang

dapat menikmati masakan ala hotel.

Beberapa warga pun mengakui bahwasanya sumbangsih

sosial yang diberikan hotel Sahid Surabaya sejauh ini

berdampak baik seperti apa yang telah disumbangkan

hotel terhadap lingkungan sekitar, perekonomian.

Seperti yang di sampaikan Ibu Sugeng warga RW 03 salah

105

satu pedagang PKL di belakang Hotel tepat di sebelah

stasiun Gubeng baru yang juga merasakan dampak

perubahanya:

“Sebagai ibu Rumah Tangga yang suami saya bekerjasaya juga membuka usaha warung makan dan minumsejak tahun 2004, banyak karyawan hotel Sahid yangmakan dan minum disini mas, secara gak langsungpendapatan terbesar saya ya dari mereka mas.”

Dari analisis wawancara diatas bahwasanya peneliti

memahami bahwasanya pelaksanaan CSR yang baik dan

efektif akan memberikan dampak perubahan hingga

pembangunan sosial secara tidak langsung karena

implementasi CSR dilaksanakan melalui fase-fase yang

tidak mudah dan sedikit lama dengan membangun modal

sosial dan komunikasi yang intens antara pihak

perusahaan dan masyarakat sekitar sehingga dari fase-

fase tersebut terjadinya proses pembelajaran dari pihak

perusahaan untuk mengetauhi situasi dan kondisi

masyarakat sekitar. Seperti yang dicatatkan oleh

106

Azhieri Busyra 2012 tentang CSR dari Voluntary ke

Mandatory.

3.4 Pelaporan CSR Hotel Sahid.

Implementasi CSR membutuhkan pelaporan yang berguna

dalam menginformasikan serta mengkomunikasikan plus

dengan pertanggung jawaban kepada stakeholders. Untuk itu

begitu strategis dalam menginisiasi opini stakeholder

agar meningkatkan reputasi perusahaan secara nyata.

Alur pelaporan CSR berawal dari suatu perusahaan sadar

akan dampak dari operasional yang mereka lakukan dan

kemudian berinisiatif melakukan sesuatu, dalam hal ini

berupa perencanaan program CSR plus budget yang berguna

mengoptimalkan nilai lebih serta meminimalisir dampak

buruk, yang seterusnya hasil inisiatif plus aktivitas

tersebut harud dibuat suatu pelaporan yang akan

disampaikan kepada pemangku kepentingan.

Media penyimpanan laporan tersebut bisa berupa

pengumuman di portal perusahaan, bisa disatukan dengan

laporan kinerja tahunan perusahaan, bisa disatukan

107

dengan laporan kinerja tahunan perusahaan., bisa juga

disampaikan di forum-forum formal seperti seminar,

diskusi, dan kenferensi. Dengan kata lain pelaporan CSR

berperan besar besar bagi perusahaan untuk

mempublikasikan praktikalpraktikal CSR mereka kepada

stakeholder secara taktis, komprehensif dan

berkelanjutan.

3.4.1 Laporan Sementara CSR Hotel Sahid 2014

Menciptakan Nilai Unggul Laporan Tahunan CSR Hotel

Sahid dan menetapkan misi dan visi kegiatannya sebagai

arah dan impian bersama. Sementara misi kami ada

aktivitas CSR adalah memberikan solusi jangka panjang

atas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, oleh

karena itu, kami memfokuskan aktivitas CSR pada area

berikut:

a. Berperan aktif dalam memperbaiki pendidikan.

b. Berperan aktif dalam meningkatkan kondisi

perekonomian masyarakat.

108

c. Berperan aktif dalam menjaga kelestarian

lingkungan.

3.4.2 Sasaran dan Fokus Kegiatan

CSR Hotel Sahid berupaya menjaga keberlanjutan

jangka panjang bisnis perusahaan melalui kegiatan CSR

dalam ruang lingkup ekonomi, sosial, dan lingkungan

dengan tetap memperhatikan kepentingan hotel dan

masyarakat. Ruang lingkup kegiatan tersebut kemudian

dikembangkan menjadi tujuh pilar kegiatan yang menjadi

fokus pelaksanaan CSR hotel Sahid, ke empat pilar

tersebut adalah:

1. Pendidikan: meningkatkan kualitas pendidikan bagi

anggota masyarakat di sekitar.

2. Kesehatan Masyarakat: meningkatkan kualitas

kesehatan masyarakat;

3. Kemitraan: memberdayakan perekonomian lokal.

4. Lingkungan: kepedulian untuk melindungi &

meningkatkan kualitas lingkungan internal maupun

109

eksternal perusahaan agar terjadi hubungan yang

harmonis antara perusahaan dengan lingkungan alam.

3.4.3 Metode Pelaksanaan

Hotel Sahid menggunakan metode berikut dalam

pelaksanaan program CSR :

1. Program yang dikelola secara mandiri oleh hotel

2. Program yang dikelola melalui sinergi antara hotel

dengan Stakeholders.

3. Program yang melibatkan partisipasi dari seluruh

karyawan dan masyarakat.

3.4.4 Kegiatan CSR Hotel Sahid Tahun 2014

A. Pendidikan

Fokus kegiatan CSR hotel Sahid pada tahun 2014

adalah pendidikan. Sasaran ini untuk memfasilitasi

arus informasi yang lebih baik dan luas. Untuk

memperluas distribusi akses informasi dan teknologi

melalui pelatihan formal dan informal. Untuk program

110

CSR yang terkait dengan bidang pendidikan: pada

tahun 2014, dana yang sudah dikeluarkan untuk

bantuan pendidikan dan pelatihan mencapai 29% dari

seluruh anggaran bantuan sosial CSR. Kegiatan CSR di

bidang pendidikan antara lain meliputi pemberian

beasiswa, sumbangan peralatan sekolah, pelatihan dan

atau pemagangan bagi anak SMK.

B. Kesehatan

Hotel Sahid secara aktif berupaya membantu

meningkatkan standar kehidupan masyarakat untuk

menciptakan lingkungan dan kehidupan yang sehat dan

bersih melalui kegiatan kesehatan masyarakat.

Beberapa kegiatan kesehatan masyarakat yang

diselenggarakan oleh Hotel termasuk:

Aksi Donor Darah bekerja sama dengan PMI Surabaya

pada tanggal 19-20 Juli 2014.

Pengobatan gratis untuk masyarakat di Balai RW

pada tanggal 11 September 2014

111

Program penyuluhan bahaya narkoba di berbagai

sekolah menengah atas pada tanggal 30-31 Agustus

2014 yang diikuti lebih dari 100 siswa dan guru,

bekerja sama dengan beberapa lembaga terkait.

C. Lingkungan

Hotel bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk

melakukan gerakan penghijauan sebagai bagian dari

program “Gubengku Hijau” Hijau pada bulan Pebruari

2014.

Kegiatan Fun Bike (Sepeda Sehat) bertema “Daerahku

bersih tanpa Polusi. Bagaimana dengan daerahmu?”,

melibatkan lebih dari 1.00 biker, digelar pada

hari Minggu, 23 Desember 2014 menjelajah rute

mengitari jalur jalan utama Kota Bandung.

Berdasarkan hasil data dari wawancara peneliti kepada

HRD tentang laporan sementara CSR Hotel Sahid Tahun

2014, hotel tersebut telah mengeluarkan dana sebesar

Rp. 4.122.304.,-

112

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti, maka dapat dikemukakan bentuk

tanggung jawab sosial hotel Sahid Surabaya adalah

sebagai berikut:

1. Ada dua kategori yang peneliti fokuskan tentang

dua kategori sifat corporate social responsbility hotel

113

Sahid surabaya pertama secara pragmatis. Yang

termasuk dalam kegiatan-kegiatan ini adalah

sumbangan berbentuk sumbangan-sumbangan sosial

seperti sumbangan bagi perayaan hari-hari besar

nasional/keagamaan dan renovasi fasilitas

sosial/keagamaan. Sedangkan secara Sustainable atau

filanthropy, kategori ini dapat berbentuk

memperjakan masyarakat sekitar dan mengutamakan

mereka.

2. Jika kembali mengacu ke teori Kotler and lee,

program-program CSR yang dilaksanakan oleh hotel

Sahid sebagai bentuk tangung jawab sosial mereka

dalam bentuk-bentuk kegiatan yang bersifat charity,

sedangkan kegiatan-kegiatan yang bersifat

philanthropy seperti memberdayakan masyarakat sekitar

masih sangat tidak efektif dan efisien meski itu

termasuk dalam konsep program mereka.

3. Dalam mengimplementasikan program CSR nya, umumnya

pihak hotel tidak melaksanakanya dalam bentuk uang

tunai, melainkan disalurkan dalam bentuk barang

114

untuk semua program karena hal itu untuk

menghindari penyalahgunaan oleh penerima bantuan

oleh pihak yang bertanggung jawab.

4. Dari sisi perusahaan, program CSR ini akan

berdampak pada citra positif hotel yang melekat di

mata masyarakat. Masyarakat bisa menerima

keberadaan usaha hotel saat ini maupun di masa

yang akan datang. Dengan begitu keberlanjutan

usaha hotel dan eksistensinya akan terjamin dal

lancar baik dari segi pitensi ekonomi, lingkungan

hingga sosial.

5. Sedangkan dari sisi masyarakat, implementasi CSR

yang baik akan meningkatkan nilai-lebih adanya

perusahaan di suatu daerah karena akan menyerap

tenaga kerja, meningkatkan kualitas sosial

didaerah sekitar. Sesungguhnya keberadaan CSR

adalah dalam rangka memperkuat eksistensi

perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun

kerja sama antar stakehoder yang difasilitasi

perusahaan tersebut dengan menyusun-menyusun

115

program-program perkembangan masyarakat sekitar

dan bisa terimplementasi dengan efektif dan

efisien sehingga terjadinya kesejateraan sosial

masyarakat sekitar.

4.2 Saran

Setelah melakukan observasi hingga wawancara,

peneliti melihat masih adanya kekurangan dalam

implementasi CSR yang sesuai dengan berbagai macam

kajian dari buku-buku hingga permasalahan-permasalahan

CSR yang pernah terjadi. Untuk itu saran untuk pihak

hotel Sahid yang mungkin berguna bagi dasar pengkajian

di masa mendatang dan bisa digunakan sebagai masukan

adalah sebagai berikut:

116

1. Modal sosial seperti komunikasi harus terjalin

dengan baik karena bagaimanapun dasar relasi

hotel dengan masyarakat sekitar tidak hanya

saat kerjasama dalam program corporate social

responsbility yang mana akan terkesan pihak hotel

hanya memanfaatkan momen karena sudah jelas

bahwa program CSR lebih didominasi oleh agenda

pragmatis.

2. Secara internal hotel harus memikirkan kembali

tentang konsep dan struktural program CSR

karena selama ini tidak adanya regenerasi

pemikiran hingga sumber daya dalam implementasi

program CSR.

3. Memperbanyak lagi konsep program sustainable

karena selama ini hotel sekedar memberdayakan

masyarakat melalui mempekerjakan masyarakat

sekitar yang terlihat diskriminatif meskipun

melalui proses yang selektif akan tetapi demi

terciptanya pembanguna sosial yang signifikan

perlunya pihak hotel memberikan pelatihan

117

khusus agar masyarakat disini berdaya mandiri

secara ekonomi dan tidak hanya menunggu

sumbangan-sumbangan yang berbentuk pragmatis

demi tidak terjadinya ketimpangan perekonomian

antara hotel dan masyarakat sekitar.