1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Takwa ...

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Takwa merupakan kualitas jiwa yang Allah gunakan untuk membedakan kemuliaan yang akan diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan ketakwaan, seorang hamba dapat selamat di dunia maupun di akhirat karena takwa merupakan bekal terbaik bagi seorang muslim dalam mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat. Allah SWT mewasiatkan takwa kepada para manusia generasi pertama hingga generasi terakhir. Rasulullah juga berwasiat kepada para sahabatnya untuk selalu bertakwa dimanapun mereka berada karena takwa bukan hanya produk akhir namun juga kualitas jiwa yang berproses. 1 Takwa merupakan upaya manusia menjaga dirinya dari murka dan azab Allah dengan jalan menjauhi perbuatan maksiat serta berpegang pada manhaj Allah yang telah digariskan-Nya dalam al-Quran, yang kemudian dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Takwa menyiratkan kontrol manusia atas berbagai motif dan emosinya serta penguasaan atas segala kecendrungan dan hawa nafsunya. Takwa juga meyiratkan upaya seseorang untuk senantiasa menginginkan tindakan-tindakan benar, adil, amanah dan jujur. Takwa menyiratkan pula upaya seseorang untuk memperlakukan orang dengan baik serta menjauhi tindakan permusuhan dan kezaliman. Di samping itu, takwa juga menyiratkan upaya manusia untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan 1 Fazlur Rahman, Major Themes Of The Quran, (Bibliatheca Islamica. Minnieapolis, 1999), h. 29

Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Takwa ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Takwa merupakan kualitas jiwa yang Allah gunakan untuk

membedakan kemuliaan yang akan diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan

ketakwaan, seorang hamba dapat selamat di dunia maupun di akhirat

karena takwa merupakan bekal terbaik bagi seorang muslim dalam

mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat. Allah SWT

mewasiatkan takwa kepada para manusia generasi pertama hingga generasi

terakhir. Rasulullah juga berwasiat kepada para sahabatnya untuk selalu

bertakwa dimanapun mereka berada karena takwa bukan hanya produk akhir

namun juga kualitas jiwa yang berproses.1

Takwa merupakan upaya manusia menjaga dirinya dari murka dan

azab Allah dengan jalan menjauhi perbuatan maksiat serta berpegang pada

manhaj Allah yang telah digariskan-Nya dalam al-Quran, yang kemudian

dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Takwa menyiratkan kontrol manusia atas

berbagai motif dan emosinya serta penguasaan atas segala kecendrungan dan

hawa nafsunya. Takwa juga meyiratkan upaya seseorang untuk senantiasa

menginginkan tindakan-tindakan benar, adil, amanah dan jujur. Takwa

menyiratkan pula upaya seseorang untuk memperlakukan orang dengan baik

serta menjauhi tindakan permusuhan dan kezaliman. Di samping itu, takwa

juga menyiratkan upaya manusia untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan

1 Fazlur Rahman, Major Themes Of The Qur’an, (Bibliatheca Islamica. Minnieapolis,

1999), h. 29

2

yang dibebankan kepadanya sebaik mungkin, sebab ia senantiasa

berorientasi kepada Allah menyangkut perbauatan yang dilakukannya demi

mengharap ridha dan pahala-Nya. Hal ini mendorong manusia untuk selalu

memperbaiki diri, mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya agar

senantiasa dapat menunaikan pekerjaanya.2

Namun hal itu pun tidak lepas dari akal pikiran, terkadang manusia

perlu pelatihan diri untuk menenangkan emosi sehingga tidak menimbulkan

bahaya bagi dirinya. Adapun pelatihan yang dimaksud adalah pendidikan

takwa. Dalam aplikasi dan praktik sehari-hari pendidikan menjadi suatu objek

untuk tercapainya suatu ilmu, agar tercapainya ilmu tersebut maka perlunya

seorang pendidik beserta keluarga dalam membimbinya. Karena, keluarga

merupakan orang pertama mendidik anaknya, dimana sifat kepribadian akan

tumbuh dan terbentuk. Seorang akan menjadi warga masyarakat yang baik,

bergantung pada sifatnya yang tumbuh dalam kehidupan keluarga dimana

anak dibesarkan. Dalam lembaga ini sebagai pendidik adalah orang tua,

kerabat, famili dan sebagainya.3

Guna menerapkan nilai-nilai karakter dan watak yang baik, maka

pendidikan keluarga yang paling utama untuk mendidik anak-anaknya

menjadi manusia yang berbakti kepada orang tua dan menjadi anak yang

soleh dan solehah serta bertakwa kepada Allah SWT.4 Takwa juga

mengarahkan perilaku manusia ke arah pengembangan dan peningkatan diri

2 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),

h. 447 3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 282

4 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2014), h. 104

3

serta menghindari perilaku buruk, menyimpang dan abnormal. Hal ini

menuntut manusia untuk mengontrol hawa nafsu dan syahwatnya. Jadi takwa

merupakan fakror utama yang membuahkan kematangan, kesempurnaan, dan

keseimbangan kepribadian. Takwa juga mendorong manusia untuk

mengembangkan diri hingga mencapai kesempurnaan insaniah.5

Terkadang kurangnya aplikasi dan praktik dalam pendidikan keluarga,

maka tugas pendidiklah yang menanamkan nilai-nilai transfer of values

(mentransfer nilai-nilai moral dan kebaikan) di sekeliling manusia terdapat

nilai-nilai, baik nilai yang baik maupun nilai yang buruk, tugas pendidiklah

memperkenalkan mana nilai yang baik tersebut seperti jujur, benar,

dermawan, sabar, tanggung jawab peduli dan empati serta menerapkannya

dalam kehidupan peserta didik lewat praktik pengamalan yang dilatihkan

kepada mereka. Pada tataran si pendidik mengisi hati peserta didik, sehingga

lahir kecerdasan emosionalnya.6

Namun Sifat yang harus dimiliki oleh pendidik adalah sifat takwa,

dengan memperhatikan sifat takwa yang harus dimiliki pendidik ini, maka

diharapakan anak didik akan mengikuti pendidiknya (guru dan orang tua)

karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan anak dalam

meneladani sikap dan tingkah lakunya, justru itulah seyogyanya pendidik

bersifat terpuji dalam segala tindakannya agar pendidik menjadi panutan bagi

anak didiknya.

5 Muhammad Utsman Najati, Op. Cit., h. 448

6 Haidar Putra Daulay, Op. Cit., h. 106

4

Pendidik yang mempunyai sifat takwa tentu memelihara, menjaga

anak didiknya supaya jangan terjatuh pada lembah kejahatan atau hal-hal

yang dimurkai Allah. al-Quran memberikan petunjuk supaya manusia selalu

bertakwa sebetul-betulnya bertakwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam al-Quran surah Al-Hasyr ayat 18

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya

untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.7

Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa tanggung jawab orang beriman

agar selalu bertakwa kepada Allah dan hendaklah selalu berkata benar serta

perhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari akhirat, berarti semua

aktivitas manusia yang bertakwa bertujuan untuk mempersipakan diri

menghadapi Tuhan-Nya di akhirat, di samping itu setiap manusia

diperintahkan pula untuk bertakwa, dan Allah SWT mengisyaratkan bahwa

hari akhirat itu sangat dahsyat dan untuk menghadapinya harus

mempersiapkan diri dengan bertakwa kepada Allah SWT.8

Jika dilihat dalam dunia pendidikan, maka pendidikan itu merupakan

suatu yang penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan pendidikan

manusia dapat mengembangkan akal dan budinya yang merupakan potensi

7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. PT Sygma

Examedia Arkanleema, 1987), h. 548 8 Armen Mukhtar, Wawasan Pendidikan dalam Al-Quran, Cet 1, (Padang: IAIN IB

Press, 1999),h. 28-29

5

dasar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia dalam mengarungi

kehidupan sehinggga dapat mengangkat harkat dan martabat manusia disisi-

Nya. Dengan pendidikan manusia memperoleh ilmu umum dan agama dalam

menempuh kehidupan, oleh sebab itu sudah merupakan fitrah manusia untuk

memperbaiki hidupnya melalui pendidikan.9

Salah satunya yang sangat penting yang harus diperbaiki adalah tata

pergaulan dan pengamalan agama dalam hidup seseorang. Untuk

memperbaikinya perlu ilmu agama yang mapan agar seluruh kehidupannya

diperuntukkan dalam pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan

firman Allah dalam Q.S Adz-Zariyat ayat 56

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku. 10

Salah satu tujuan Allah menciptakan manusia dipermukaan bumi ini

adalah untuk menyembah kepadaNya, hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan Islam, yakni semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.

Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan

menghayati tentang Tuhan-Nya sedemikian rupa, sehingga semua

peribadatannya dilakukan dengan penghayatan dan kekhususan kepadanya”.11

Pendidikan agama Islam berbeda dengan pendidikan agama lainnya.

Pendidikan agama islam tidak hanya menekankan pengetahuan (aspek

koqnitif) belaka, melainkan aspek batin (Emosional) maupun aspek tindakan

9 Ramayulis, Op. Cit., h. 66

10 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 523

11 Ibid, h. 67

6

(Behavioral). Dengan pendidikan agama, seseorang diajarkan apa hakekat

kehidupan ini, apa tujuan manusia hidup, apa kebutuhan manusia, bagaimana

hubungannya dengan Allah dan bagaimana kehidapan nantinya. Oleh karena

itu, pendidikan agama tidak hanya ditekankan pada kepentingan pengetahuan

tetapi bagaimana berprilaku yang baik. Oleh karena itu, indikator

keberhasilan pendidikan agama bukanlah seberapa luas seseorang itu

mengetahui agama, melainkan juga bagaimana seseorang menghayati dan

mengamalkan agamanya.12

Fakta atau realita yang terjadi pada zaman sekarang adalah bayak nya

perilaku menyimpang dikalangan remaja maupun di kalangan masyarakat

yang mengakibatkan dampak negatif bagi diri sendiri maupu orang

sekitarnya. Adapun penyimpangan di kalangan remaja seperti terjadinya

tauran atau kekerasan antara sesama murid, guru dan orang lain yang terlibat

di dalamnya serta mengaibatkan pembulian kepada temannya berikut ini

cuplikannya:

“JAKARTA - Audrey, seorang siswi SMP di Pontianak Kalimantan

Barat, di keroyok oleh sejumlah siswi SMA. Akibat pengeroyokan itu, siswi

14 tahun ini mengalami trauma dan dirawat di sebuah rumah sakit. Dugaan

sementara pemicu pengroyokan adalah masalah asmara dan saling komentar

di media sosial. Kasus ini sempat menjadi salah satu topik terpopuler dunia

di twittet, dengan tagar JusticeforAudrey di media sosial. 13

Hal ini dipengarhui oleh beberapa faktor salah satunya ialah budaya

barat. Budaya barat sangat berpengaruh buruk dikalangan remaja, yang mana

ajaran atau pun tindakan budaya barat tersebut sangat bertolak belakang

12

Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 28 13

https://news.detik.com/berita/d-15/4/2019/berawal-dari-bully-di-medsos-begini kronologi-kasus-

audrey

7

dengan ajaran agama Islam. Dengan itu sudah perlunya pendidikan takwa

diterapkan pada saat sekarang ini, agar menjadikan anak yang berbakti

kepada orang tua, yang bisa menghargai pendapat orang lain dan bisa

membedakan mana yang benar dan mana yang tidaknya.

Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk

meneliti tentang “Pendidikan Takwa dalam Surat Ali Imran Ayat 133-

135”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang tersebut mengakibatkan lemahnya

seseorang dalam menghadapi kesabaran maka dari itu perlunya “Bagaimana

al-Quran Mendidik Manusia menjadi Orang-orang yang Bertakwa

dalam Surat Ali Imran ayat 133-135”.

Agar penelitian ini tidak keluar dari pokok pembahasan apa-apa saja

yang akan diteliti, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut:

1. Pendidikan berinfak

2. Pendidikan menahan amarah

3. Pendidikan maaf

4. Pendidikan memohon ampun kepada Allah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

a. Untuk mengetahui pendidikan berinfak

b. Untuk mengetahui pendidikan menahan amarah

c. Untuk mengetahui pendidikan maaf

8

d. Untuk mengetahui pendidikan memohon ampun kepada Allah

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

berbagai pihak, baik penulis maupun pembaca pada umumnya, atau

mereka yang membutuhkan pengetahuan tentang ini, serta yang sedang

mendalami masalah ini

Secara sistematis, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Manfaat teoritis

Adapun manfaat ini secara teoritis adalah:

1) Penelitian ini dapat menjadi referensi dan acuan bagi mereka

yang sedang melakukan kesalahan

2) Mengetahui dan mengkaji lebih dalam mengenai , pendidikan

takwa dalam surat Ali imran ayat 133-135 untuk memperkaya

khazanah ilmu pendidikan dan ilmu agama

3) Dapat dijadikan pedoman bagi penulis sebagai seorang calon

pendidik.

b. Manfaat praktis

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah:

1) Menambah pengetahuan dan pengawasan penulis, pembaca,

peserta didik secara khusunya tentang kandungan pendidikan

takwa dalam surat Ali imran ayat 133-135 agar mengamalkan

ketakwaan tersebut.

9

2) Sebagai bahan bacaan, pedoman, dan landasan konseptual bagi

calon guru pendidikan agama islam.

D. Penjelasan Judul

Sebagai pedoman untuk pembahasan selanjutnya dan agar tidak terjadi

kesalah pahaman terhadap pengertian judul penelitian ini maka ada beberapa

yang perlu didefenisikan:

Pendidikan : Dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah

laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang

mampu hidup mandiri dan sebagai anggota

masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana

individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup

pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih

ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak

didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih

dewasa.14

Takwa : Memeilahara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti

segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-

Nya.15

Pendidikan

Takwa

Mengajarkan manusia untuk selalu bersikap baik,

patuh dan taat kepada Allah SWT dengan mengikuti

14

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta CV, 2009), h. 3 15

Muhammad Abdurrahman, Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, Cet. 1,

(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 68

10

apa yang di perintakan-Nya dan menjauhi segala

larangan-Nya, baik itu melalui pelatihan atau pebinaan

untuk mengarahkan manusia agar selalu berbuat

kebajikan, maupun dengan teori yang diajarkan

kepada peserta didiknya.

Surat Ali Imran Surah Ali Imran adalah surah ke-3 dalam al-Quran.

Surah ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk surah

madaniyah. Surah ini dinamakan Ali Imran karena

memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisah itu

disebutkan kelahiran Nabi Isa, persamaan kejadiannya

dengan Nabi Adam, kenabian dan beberapa

mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam

binti Imran.

Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah pengajaran

atau pelatihan yang diberikan kepada manusia baik itu berupa teori maupun

praktek demi tercapainya tujuan pendidikan serta mengajak manusia untuk

berbuat kebajikan dan menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Allah SWT.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan

(library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca

11

karya-karya tertulis yang terkait dengan persoalan yang dikaji.16

Penelitian

kepustakaan adalah suatu jenis penelitian yang membatasi kegiatan hanya

pada bahan-bahan koleksi perpustakaan.17

Artinya penulis akan meneliti

data bersumber dari al-Quran, kemudian menganalisis bagian yang terkait

dengan penelitian.

2. Sumber Data

Dengan demikian, untuk mengumpulkan data tentang pendidikan

takwa dalam al-Quran surat ali imran ayat 133-135, maka yang

menjadi sumber data adalah sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari

subyek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini

disebut juga dengan data tangan pertama.18

Sumber data primer dalam

penelitian adalah al-Qur’an dan Terjemahannya, kitab-kitab Tafsir

seperti Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi, dan

Tafsir al-Misbah karya M.Quraish Shihab.

b. Sumber Data Sekunder

Berdasarkan studi ini data sekundernya adalah buku buku yang

mendukung peneliti seperti buku Materi Pendidikan Agama Islam

karangan Sasminelwati, Pendidikan Islam karangan Jalaluddin,

16

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004), h. 5 17

IAIN Imam Bonjol Padang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Tugas Akhir, Skripsi,

Tesis dan Disertasi) 18

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 91

12

Metotodogi Pendidikan Agama Islam karangan Ramayulis, Ilmu

Pendidikan Islam karangan Rada dan Soleha, Kurikulum dan

Pembelajaran karangan Adriantoni dan buku-buku lainnya yang

terkait dengan judul yang penulis teliti untuk mendukung penulis

dalam melengkapi isi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan

data literer yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang

berkesinambungan dengan objek pembahasan yang diteliti. Data yang ada

dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:

a. Editing, pemeriksaan kembali dari data-data yang diperoleh terutama

dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan koherensi makna antara

yang satu dengan yang lainnya.

b. Organizing, yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan

kerangka yang sudah ditentukan.

c. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan

terhadap hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah,

teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan

yang merupakan jawaban dari rumusan masalah.19

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis ayat ini, penulis menggunakan metode Tafsir

tarbawi. Metode Tafsir tarbawi adalah menjelaskan (salah satu) tema

19 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006), h.40

13

pendidikan dengan jalan menafsirkan satu atau sekelompok ayat al-Quran

yang membahas tentang pendidikan, baik pembahasan tersebut bersifat

eksplisit (terang-terangan) maupun implisit (samar), berdasarkan

informasi yang terdapat pada ayat-ayat tersebut dan, jika dibutuhkan,

penafsiran yang diperkaya atau diperkuat dengan ayat-ayat lain atau

hadis-hadis Rasulullah.20

Langkah-langkah penerapan metode tafsir tafsir tarbawi adalah

sebagai berikut:

a. Menetapkan objek penelitian

b. Memahami makna umum ayat

c. Merinci kandungan ayat

d. Mengkonversi kandungan ayat

e. Menetapkan judul dan outline

f. Menafsirkan ayat

g. Membuat kesimpulan 21

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapat gambaran dari penelitian ini, secara garis besar

proposal ini terdiri dari 5 pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam

bab yang berbeda-beda. Secara rinci masing-masing bab membahas tentang

hal-hal sebagai berikut:

20

Zulheldi, Metode Tafsir Tarbawi, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 9 21

Ibid., h. 19

14

Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan awal untuk

penulisan skripsi dan merupakan pengantar ke pembahasan berikutnya yang

terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, metodologi penelitian serta

sistematika penulisan.

Bab kedua, berisi tentang landasan teoritis yang mencakup beberapa

studi tentang hakikat Pendidikan Agama Islam, pengertian pendidikan dan

pendidikan agama islam, dasar-dasar pendidikan agama islam, tujuan

pendidikan agama islam, pengertian takwa kedudukan takwa, unsur-unsur

takwa, ruang lingkup takwa dan hubungannya dengan alam semesta.

Bab ketiga membahas tentang al-Quran surat ali imran ayat 133-135,

teks dan terjemahan surat ali imran ayat 133-135, konteks ayat berupa asbab

an-Nuzul, munasabah, makna umum ayat surat ali imran ayat 133-135 dan

keterkaitan surat ali imran ayat 133-135 dengan pendidikan

Bab keempat hasil penelitian yang berisikan tentang pendidikan

taqwa dalam al-Quran surat ali imran ayat 133-135 berupa pendidikan takwa

untuk memerintahkan selalu berinfak, pendidikan takwa untuk mampu

menahan amarah, pendidikan maaf dan pendidikan takwa untuk memohon

ampun kepada Allah.

Bab kelima merupakan bagian penutup yang akan menuntaskan

permasalahan dengan mengarahkan kesimpulan dan saran-saran.