1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Takwa ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Takwa ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Takwa merupakan kualitas jiwa yang Allah gunakan untuk
membedakan kemuliaan yang akan diberikan kepada makhluk-Nya. Dengan
ketakwaan, seorang hamba dapat selamat di dunia maupun di akhirat
karena takwa merupakan bekal terbaik bagi seorang muslim dalam
mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat. Allah SWT
mewasiatkan takwa kepada para manusia generasi pertama hingga generasi
terakhir. Rasulullah juga berwasiat kepada para sahabatnya untuk selalu
bertakwa dimanapun mereka berada karena takwa bukan hanya produk akhir
namun juga kualitas jiwa yang berproses.1
Takwa merupakan upaya manusia menjaga dirinya dari murka dan
azab Allah dengan jalan menjauhi perbuatan maksiat serta berpegang pada
manhaj Allah yang telah digariskan-Nya dalam al-Quran, yang kemudian
dijelaskan oleh Rasulullah SAW. Takwa menyiratkan kontrol manusia atas
berbagai motif dan emosinya serta penguasaan atas segala kecendrungan dan
hawa nafsunya. Takwa juga meyiratkan upaya seseorang untuk senantiasa
menginginkan tindakan-tindakan benar, adil, amanah dan jujur. Takwa
menyiratkan pula upaya seseorang untuk memperlakukan orang dengan baik
serta menjauhi tindakan permusuhan dan kezaliman. Di samping itu, takwa
juga menyiratkan upaya manusia untuk menunaikan pekerjaan-pekerjaan
1 Fazlur Rahman, Major Themes Of The Qur’an, (Bibliatheca Islamica. Minnieapolis,
1999), h. 29
2
yang dibebankan kepadanya sebaik mungkin, sebab ia senantiasa
berorientasi kepada Allah menyangkut perbauatan yang dilakukannya demi
mengharap ridha dan pahala-Nya. Hal ini mendorong manusia untuk selalu
memperbaiki diri, mengembangkan kemampuan dan pengetahuannya agar
senantiasa dapat menunaikan pekerjaanya.2
Namun hal itu pun tidak lepas dari akal pikiran, terkadang manusia
perlu pelatihan diri untuk menenangkan emosi sehingga tidak menimbulkan
bahaya bagi dirinya. Adapun pelatihan yang dimaksud adalah pendidikan
takwa. Dalam aplikasi dan praktik sehari-hari pendidikan menjadi suatu objek
untuk tercapainya suatu ilmu, agar tercapainya ilmu tersebut maka perlunya
seorang pendidik beserta keluarga dalam membimbinya. Karena, keluarga
merupakan orang pertama mendidik anaknya, dimana sifat kepribadian akan
tumbuh dan terbentuk. Seorang akan menjadi warga masyarakat yang baik,
bergantung pada sifatnya yang tumbuh dalam kehidupan keluarga dimana
anak dibesarkan. Dalam lembaga ini sebagai pendidik adalah orang tua,
kerabat, famili dan sebagainya.3
Guna menerapkan nilai-nilai karakter dan watak yang baik, maka
pendidikan keluarga yang paling utama untuk mendidik anak-anaknya
menjadi manusia yang berbakti kepada orang tua dan menjadi anak yang
soleh dan solehah serta bertakwa kepada Allah SWT.4 Takwa juga
mengarahkan perilaku manusia ke arah pengembangan dan peningkatan diri
2 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Quran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
h. 447 3 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 282
4 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Filsafat, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014), h. 104
3
serta menghindari perilaku buruk, menyimpang dan abnormal. Hal ini
menuntut manusia untuk mengontrol hawa nafsu dan syahwatnya. Jadi takwa
merupakan fakror utama yang membuahkan kematangan, kesempurnaan, dan
keseimbangan kepribadian. Takwa juga mendorong manusia untuk
mengembangkan diri hingga mencapai kesempurnaan insaniah.5
Terkadang kurangnya aplikasi dan praktik dalam pendidikan keluarga,
maka tugas pendidiklah yang menanamkan nilai-nilai transfer of values
(mentransfer nilai-nilai moral dan kebaikan) di sekeliling manusia terdapat
nilai-nilai, baik nilai yang baik maupun nilai yang buruk, tugas pendidiklah
memperkenalkan mana nilai yang baik tersebut seperti jujur, benar,
dermawan, sabar, tanggung jawab peduli dan empati serta menerapkannya
dalam kehidupan peserta didik lewat praktik pengamalan yang dilatihkan
kepada mereka. Pada tataran si pendidik mengisi hati peserta didik, sehingga
lahir kecerdasan emosionalnya.6
Namun Sifat yang harus dimiliki oleh pendidik adalah sifat takwa,
dengan memperhatikan sifat takwa yang harus dimiliki pendidik ini, maka
diharapakan anak didik akan mengikuti pendidiknya (guru dan orang tua)
karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan anak dalam
meneladani sikap dan tingkah lakunya, justru itulah seyogyanya pendidik
bersifat terpuji dalam segala tindakannya agar pendidik menjadi panutan bagi
anak didiknya.
5 Muhammad Utsman Najati, Op. Cit., h. 448
6 Haidar Putra Daulay, Op. Cit., h. 106
4
Pendidik yang mempunyai sifat takwa tentu memelihara, menjaga
anak didiknya supaya jangan terjatuh pada lembah kejahatan atau hal-hal
yang dimurkai Allah. al-Quran memberikan petunjuk supaya manusia selalu
bertakwa sebetul-betulnya bertakwa. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam al-Quran surah Al-Hasyr ayat 18
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.7
Pada ayat tersebut dijelaskan bahwa tanggung jawab orang beriman
agar selalu bertakwa kepada Allah dan hendaklah selalu berkata benar serta
perhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk hari akhirat, berarti semua
aktivitas manusia yang bertakwa bertujuan untuk mempersipakan diri
menghadapi Tuhan-Nya di akhirat, di samping itu setiap manusia
diperintahkan pula untuk bertakwa, dan Allah SWT mengisyaratkan bahwa
hari akhirat itu sangat dahsyat dan untuk menghadapinya harus
mempersiapkan diri dengan bertakwa kepada Allah SWT.8
Jika dilihat dalam dunia pendidikan, maka pendidikan itu merupakan
suatu yang penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan pendidikan
manusia dapat mengembangkan akal dan budinya yang merupakan potensi
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. PT Sygma
Examedia Arkanleema, 1987), h. 548 8 Armen Mukhtar, Wawasan Pendidikan dalam Al-Quran, Cet 1, (Padang: IAIN IB
Press, 1999),h. 28-29
5
dasar yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada manusia dalam mengarungi
kehidupan sehinggga dapat mengangkat harkat dan martabat manusia disisi-
Nya. Dengan pendidikan manusia memperoleh ilmu umum dan agama dalam
menempuh kehidupan, oleh sebab itu sudah merupakan fitrah manusia untuk
memperbaiki hidupnya melalui pendidikan.9
Salah satunya yang sangat penting yang harus diperbaiki adalah tata
pergaulan dan pengamalan agama dalam hidup seseorang. Untuk
memperbaikinya perlu ilmu agama yang mapan agar seluruh kehidupannya
diperuntukkan dalam pengabdian kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan
firman Allah dalam Q.S Adz-Zariyat ayat 56
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. 10
Salah satu tujuan Allah menciptakan manusia dipermukaan bumi ini
adalah untuk menyembah kepadaNya, hal ini sejalan dengan tujuan
pendidikan Islam, yakni semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT.
Dalam hal ini pendidikan harus memungkinkan manusia memahami dan
menghayati tentang Tuhan-Nya sedemikian rupa, sehingga semua
peribadatannya dilakukan dengan penghayatan dan kekhususan kepadanya”.11
Pendidikan agama Islam berbeda dengan pendidikan agama lainnya.
Pendidikan agama islam tidak hanya menekankan pengetahuan (aspek
koqnitif) belaka, melainkan aspek batin (Emosional) maupun aspek tindakan
9 Ramayulis, Op. Cit., h. 66
10 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 523
11 Ibid, h. 67
6
(Behavioral). Dengan pendidikan agama, seseorang diajarkan apa hakekat
kehidupan ini, apa tujuan manusia hidup, apa kebutuhan manusia, bagaimana
hubungannya dengan Allah dan bagaimana kehidapan nantinya. Oleh karena
itu, pendidikan agama tidak hanya ditekankan pada kepentingan pengetahuan
tetapi bagaimana berprilaku yang baik. Oleh karena itu, indikator
keberhasilan pendidikan agama bukanlah seberapa luas seseorang itu
mengetahui agama, melainkan juga bagaimana seseorang menghayati dan
mengamalkan agamanya.12
Fakta atau realita yang terjadi pada zaman sekarang adalah bayak nya
perilaku menyimpang dikalangan remaja maupun di kalangan masyarakat
yang mengakibatkan dampak negatif bagi diri sendiri maupu orang
sekitarnya. Adapun penyimpangan di kalangan remaja seperti terjadinya
tauran atau kekerasan antara sesama murid, guru dan orang lain yang terlibat
di dalamnya serta mengaibatkan pembulian kepada temannya berikut ini
cuplikannya:
“JAKARTA - Audrey, seorang siswi SMP di Pontianak Kalimantan
Barat, di keroyok oleh sejumlah siswi SMA. Akibat pengeroyokan itu, siswi
14 tahun ini mengalami trauma dan dirawat di sebuah rumah sakit. Dugaan
sementara pemicu pengroyokan adalah masalah asmara dan saling komentar
di media sosial. Kasus ini sempat menjadi salah satu topik terpopuler dunia
di twittet, dengan tagar JusticeforAudrey di media sosial. 13
Hal ini dipengarhui oleh beberapa faktor salah satunya ialah budaya
barat. Budaya barat sangat berpengaruh buruk dikalangan remaja, yang mana
ajaran atau pun tindakan budaya barat tersebut sangat bertolak belakang
12
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 28 13
https://news.detik.com/berita/d-15/4/2019/berawal-dari-bully-di-medsos-begini kronologi-kasus-
audrey
7
dengan ajaran agama Islam. Dengan itu sudah perlunya pendidikan takwa
diterapkan pada saat sekarang ini, agar menjadikan anak yang berbakti
kepada orang tua, yang bisa menghargai pendapat orang lain dan bisa
membedakan mana yang benar dan mana yang tidaknya.
Berdasarkan keterangan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk
meneliti tentang “Pendidikan Takwa dalam Surat Ali Imran Ayat 133-
135”.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang tersebut mengakibatkan lemahnya
seseorang dalam menghadapi kesabaran maka dari itu perlunya “Bagaimana
al-Quran Mendidik Manusia menjadi Orang-orang yang Bertakwa
dalam Surat Ali Imran ayat 133-135”.
Agar penelitian ini tidak keluar dari pokok pembahasan apa-apa saja
yang akan diteliti, maka penulis membatasi pembahasan sebagai berikut:
1. Pendidikan berinfak
2. Pendidikan menahan amarah
3. Pendidikan maaf
4. Pendidikan memohon ampun kepada Allah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
a. Untuk mengetahui pendidikan berinfak
b. Untuk mengetahui pendidikan menahan amarah
c. Untuk mengetahui pendidikan maaf
8
d. Untuk mengetahui pendidikan memohon ampun kepada Allah
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak, baik penulis maupun pembaca pada umumnya, atau
mereka yang membutuhkan pengetahuan tentang ini, serta yang sedang
mendalami masalah ini
Secara sistematis, penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Manfaat teoritis
Adapun manfaat ini secara teoritis adalah:
1) Penelitian ini dapat menjadi referensi dan acuan bagi mereka
yang sedang melakukan kesalahan
2) Mengetahui dan mengkaji lebih dalam mengenai , pendidikan
takwa dalam surat Ali imran ayat 133-135 untuk memperkaya
khazanah ilmu pendidikan dan ilmu agama
3) Dapat dijadikan pedoman bagi penulis sebagai seorang calon
pendidik.
b. Manfaat praktis
Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah:
1) Menambah pengetahuan dan pengawasan penulis, pembaca,
peserta didik secara khusunya tentang kandungan pendidikan
takwa dalam surat Ali imran ayat 133-135 agar mengamalkan
ketakwaan tersebut.
9
2) Sebagai bahan bacaan, pedoman, dan landasan konseptual bagi
calon guru pendidikan agama islam.
D. Penjelasan Judul
Sebagai pedoman untuk pembahasan selanjutnya dan agar tidak terjadi
kesalah pahaman terhadap pengertian judul penelitian ini maka ada beberapa
yang perlu didefenisikan:
Pendidikan : Dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah
laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang
mampu hidup mandiri dan sebagai anggota
masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana
individu itu berada. Pendidikan tidak hanya mencakup
pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih
ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak
didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi lebih
dewasa.14
Takwa : Memeilahara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-
Nya.15
Pendidikan
Takwa
Mengajarkan manusia untuk selalu bersikap baik,
patuh dan taat kepada Allah SWT dengan mengikuti
14
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta CV, 2009), h. 3 15
Muhammad Abdurrahman, Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia, Cet. 1,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 68
10
apa yang di perintakan-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, baik itu melalui pelatihan atau pebinaan
untuk mengarahkan manusia agar selalu berbuat
kebajikan, maupun dengan teori yang diajarkan
kepada peserta didiknya.
Surat Ali Imran Surah Ali Imran adalah surah ke-3 dalam al-Quran.
Surah ini terdiri dari 200 ayat dan termasuk surah
madaniyah. Surah ini dinamakan Ali Imran karena
memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisah itu
disebutkan kelahiran Nabi Isa, persamaan kejadiannya
dengan Nabi Adam, kenabian dan beberapa
mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam
binti Imran.
Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah pengajaran
atau pelatihan yang diberikan kepada manusia baik itu berupa teori maupun
praktek demi tercapainya tujuan pendidikan serta mengajak manusia untuk
berbuat kebajikan dan menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan
(library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan membaca
11
karya-karya tertulis yang terkait dengan persoalan yang dikaji.16
Penelitian
kepustakaan adalah suatu jenis penelitian yang membatasi kegiatan hanya
pada bahan-bahan koleksi perpustakaan.17
Artinya penulis akan meneliti
data bersumber dari al-Quran, kemudian menganalisis bagian yang terkait
dengan penelitian.
2. Sumber Data
Dengan demikian, untuk mengumpulkan data tentang pendidikan
takwa dalam al-Quran surat ali imran ayat 133-135, maka yang
menjadi sumber data adalah sebagai berikut:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
subyek penelitian sebagai sumber informasi yang dicari. Data ini
disebut juga dengan data tangan pertama.18
Sumber data primer dalam
penelitian adalah al-Qur’an dan Terjemahannya, kitab-kitab Tafsir
seperti Tafsir al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi, dan
Tafsir al-Misbah karya M.Quraish Shihab.
b. Sumber Data Sekunder
Berdasarkan studi ini data sekundernya adalah buku buku yang
mendukung peneliti seperti buku Materi Pendidikan Agama Islam
karangan Sasminelwati, Pendidikan Islam karangan Jalaluddin,
16
Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2004), h. 5 17
IAIN Imam Bonjol Padang, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Tugas Akhir, Skripsi,
Tesis dan Disertasi) 18
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 91
12
Metotodogi Pendidikan Agama Islam karangan Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam karangan Rada dan Soleha, Kurikulum dan
Pembelajaran karangan Adriantoni dan buku-buku lainnya yang
terkait dengan judul yang penulis teliti untuk mendukung penulis
dalam melengkapi isi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan
data literer yaitu dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka yang
berkesinambungan dengan objek pembahasan yang diteliti. Data yang ada
dalam kepustakaan tersebut dikumpulkan dan diolah dengan cara:
a. Editing, pemeriksaan kembali dari data-data yang diperoleh terutama
dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan koherensi makna antara
yang satu dengan yang lainnya.
b. Organizing, yakni menyusun data-data yang diperoleh dengan
kerangka yang sudah ditentukan.
c. Penemuan hasil penelitian, yakni melakukan analisis lanjutan
terhadap hasil penyusunan data dengan menggunakan kaidah-kaidah,
teori dan metode yang telah ditentukan sehingga diperoleh kesimpulan
yang merupakan jawaban dari rumusan masalah.19
4. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis ayat ini, penulis menggunakan metode Tafsir
tarbawi. Metode Tafsir tarbawi adalah menjelaskan (salah satu) tema
19 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2006), h.40
13
pendidikan dengan jalan menafsirkan satu atau sekelompok ayat al-Quran
yang membahas tentang pendidikan, baik pembahasan tersebut bersifat
eksplisit (terang-terangan) maupun implisit (samar), berdasarkan
informasi yang terdapat pada ayat-ayat tersebut dan, jika dibutuhkan,
penafsiran yang diperkaya atau diperkuat dengan ayat-ayat lain atau
hadis-hadis Rasulullah.20
Langkah-langkah penerapan metode tafsir tafsir tarbawi adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan objek penelitian
b. Memahami makna umum ayat
c. Merinci kandungan ayat
d. Mengkonversi kandungan ayat
e. Menetapkan judul dan outline
f. Menafsirkan ayat
g. Membuat kesimpulan 21
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapat gambaran dari penelitian ini, secara garis besar
proposal ini terdiri dari 5 pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam
bab yang berbeda-beda. Secara rinci masing-masing bab membahas tentang
hal-hal sebagai berikut:
20
Zulheldi, Metode Tafsir Tarbawi, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 9 21
Ibid., h. 19
14
Bab pertama, berisi pendahuluan yang merupakan awal untuk
penulisan skripsi dan merupakan pengantar ke pembahasan berikutnya yang
terdiri dari latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penjelasan judul, metodologi penelitian serta
sistematika penulisan.
Bab kedua, berisi tentang landasan teoritis yang mencakup beberapa
studi tentang hakikat Pendidikan Agama Islam, pengertian pendidikan dan
pendidikan agama islam, dasar-dasar pendidikan agama islam, tujuan
pendidikan agama islam, pengertian takwa kedudukan takwa, unsur-unsur
takwa, ruang lingkup takwa dan hubungannya dengan alam semesta.
Bab ketiga membahas tentang al-Quran surat ali imran ayat 133-135,
teks dan terjemahan surat ali imran ayat 133-135, konteks ayat berupa asbab
an-Nuzul, munasabah, makna umum ayat surat ali imran ayat 133-135 dan
keterkaitan surat ali imran ayat 133-135 dengan pendidikan
Bab keempat hasil penelitian yang berisikan tentang pendidikan
taqwa dalam al-Quran surat ali imran ayat 133-135 berupa pendidikan takwa
untuk memerintahkan selalu berinfak, pendidikan takwa untuk mampu
menahan amarah, pendidikan maaf dan pendidikan takwa untuk memohon
ampun kepada Allah.
Bab kelima merupakan bagian penutup yang akan menuntaskan
permasalahan dengan mengarahkan kesimpulan dan saran-saran.