zzzz - onrizal.files.wordpress.com · Biji-bijian/buah tanaman seperti avicennia, nirih dan...

20

Transcript of zzzz - onrizal.files.wordpress.com · Biji-bijian/buah tanaman seperti avicennia, nirih dan...

22222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dari Redaksi

Fokus Lahan BasahTanah Timbul-Tenggelam di Cagar Alam Pulau Dua, Banten 3

Konservasi Lahan BasahMembangun Wilayah Pesisir dengan Pertanian: Pembelajaran dariKepala Burung Papua 4

Berita KegiatanPeringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2012 “Lahan Basah danPariwisata” di Desa Reroroja, Kec. Magepanda, Kab. Sikka, NTT 6

Siaran Pers: Panitia Bersama - Malam Akustik LingkunganKampanye Konservasi Lahan Basah Aceh, 24 Februari 2012 8

Pelatihan “Manajemen Ekosistem dan Teknik Rehabilitasi LahanDarat dan Perairan” Desa Reroroja, Maumere, NTT 9

Berita dari Lapang6th Meetings of Partners East Asian - Australasian Flyway Partnership 10

Situs-Situs Ramsar di Indonesia 12

Flora dan Fauna Lahan Basah

Tantangan untuk Konservasi Burung Air Migran di Jalur Terbang 14

Rencana Aksi Internasional bagi jenis terancam punah:Spoon-billed Sandiper 15

Dokumentasi Perpustakaan 19

DEWAN REDAKSI:

Pimpinan Redaksi:Direktur Program WI-IP

Anggota Redaksi:I Nyoman N. Suryadiputra

TrianaIta Sualia

“Artikel yang ditulis oleh parapenulis, sepenuhnya merupakan

opini yang bersangkutan danRedaksi tidak bertanggung

jawab terhadap isinya”

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Daftar Isi

UcapanTerima Kasih dan

UndanganKami haturkan terima kasih danpenghargaan setinggi-tingginya

khususnya kepada seluruh penulis yangtelah secara sukarela berbagi

pengetahuan dan pengalamanberharganya untuk dimuat pada majalah

ini.

Kami juga mengundang pihak-pihak lainatau siapapun yang berminat untuk

menyumbangkan bahan-bahan berupaartikel, hasil pengamatan, kliping, gambar

dan foto, untuk dimuat pada majalah ini.Tulisan diharapkan sudah dalam bentuk

soft copy, diketik dengan huruf Arial 10spasi 1,5 dan tidak lebih dari 4 halaman

A4 (sudah berikut foto-foto).

Semua bahan-bahan tersebut termasukkritik/saran dapat dikirimkan kepada:

Triana - Divisi Publikasi dan InformasiWetlands International - IP

Jl. A. Yani No. 53 Bogor 16161tel: (0251) 8312189;

fax./tel.: (0251) 832-5755e-mail: [email protected]

Salam lestari dan selamat bersua kembali.

Sudah cukup lama WKLB hanya terbit dalam versi file elektronik yang kamiup-load ke situs website kami. Dengan penuh kesabaran kami terusberupaya agar majalah ini dapat kembali hadir dalam bentuk hard-copy,yang pada akhirnya harapan tersebut terwujud juga.

Dengan segala kerendahan hati dan rasa rindu mendalam, kembali kamisapa para pembaca setia WKLB melalui edisi cetak kali ini, yang tentu sajaversi file elektroniknya masih dapat juga dibaca melalui situs website kami.

Dimulai dengan edisi kali ini, WKLB akan setia dihiasi informasi-informasiseputar Teluk Banten dan Nusa Tenggara Timur, hal ini terkait dengan salahsatu kegiatan Wetlands International - IP yang difokuskan pada keduawilayah tersebut melalui program Partner for Resilience (PfR). PfRmerupakan program kerjasama antara The Netherlands Red Cross (NLRC),CARE, Wetlands International dan Red Cross/ Red Crescent ClimateCentre, dengan sasaran menciptakan masyarakat yang tangguh terhadapbencana (community resilience). Pendekatan yang digunakan dalammengembangkan program PfR ini yaitu integrasi antara Pengurangan RisikoBencana (PRB), Adaptasi Perubahan Iklim (API) serta ManajemenEkosistem dan Restorasi (MER).

Selamat membaca.

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 33333

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Oleh:Urip Triyanto*

TANAH TIMBUL-TENGGELAMdi Cagar Alam Pulau Dua, Banten

KONDISI UMUM KAWASAN

P ulau Dua yang sering disebutPulau Burung, ditetapkansebagai Cagar Alam pada tgl 30

Juli 1937 No. 21 Stbl. 474 dengan luas8 Ha. Terbentuknya tanah timbul disekitar cagar alam, menjadikan luaskawasan ini bertambah, dan padatahun 1978 menyatu dengan daratanPulau Jawa. Untuk menjaminkelestarian ekosistem Pulau Dua,maka terbit SK Menteri Kehutanan No.253/Kpts-II/1984 tgl 26 Desember 1984yang menetapkan bahwa tanah timbuldi selatan Pulau Dua menjadi bagiandari kawasan cagar alam, sehinggaluas cagar alam ini bertambah menjadi30 Ha. Cagar Alam Pulau Dua (CAPD)terletak di Teluk Banten, masuk ke Kel.Sawah Luhur, Kec. Kasemen, KotaSerang. Secara geografis CAPDberada pada 106°11’38" - 106°13’14"BT dan 6°11’5" - 6°12’5" LS, dengantopografi kawasan relatif datar padaketinggian antara 1-3 m dpl.

POTENSI BIOTIK KAWASAN

CAPD merupakan kawasan dengan tipeekosistem hutan dataran rendah dansebagian merupakan tipe ekosistemmangrove. Jenis flora yang terdapat dikawasan ini diantaranya kepuh(Sterculia foetida), ketapang (Terminaliacatappa), bangka (Bruguiera sp.), api-api (Avicennia sp.), dadap (Erythrinavariegata), cangkring (Erytrina fusca)dan pace (Morinda citrifolia).

Potensi fauna yang menonjol dariCAPD adalah burung air. Dari hasilpenelitian Wetlands International - IP

antara 1996 - 2004, ditemukan tidakkurang dari 108 jenis burung, 57 jenisdiantaranya merupakan burung air,seperti: Cangak abu (Ardea cinerea),Cangak merah (Ardea purpurea),Cangak laut (Ardea sumatrana),Kuntul putih besar (Egretta sacra),Kuntul perak kecil (Egretta garzetta),Kuntul kerbau (Bubulcus ibis), Pecukpadi (Phalacocoraxs niger), Roko-roko (Plegadis falcinellus), Koakmerah (Nyticorax caledonicus) danKoak maling (Nycticorax nycticorax).

Jenis-jenis satwa lain yang jugaditemukan di kawasan CAPD antaralain jenis reptilia: Biawak (Varanussalvator) dan Ular sanca (Phytonreticulatus), dan jenis mamalia yaitukucing hutan (Felis bengalensis).

PERISTIWA TANAH TIMBUL-TENGGELAM DI CAGAR ALAMPULAU DUA

Letak geografis daratan yangberhadapan langsung dengan Laut

Jawa menyebabkan CAPD terpengaruhidinamika laut dan atmosfer Laut Jawaseperti munculnya gelombang dan arusyang dapat menyebabkan abrasi pantai(pengikisan daratan) dan akresi(endapan sedimen di pantai).

Pada masa peralihan musim darimusim Barat ke Timur (Maret-Mei) dandari musim Timur ke Barat(September-November), padaumumnya arah tiupan angin bervariasidengan kecepatan relatif rendahsehingga kecepatan arus relatif rendahdan membawa material lumpur.

Endapan lumpur tersebut selanjutnyaakan membentuk tanah timbul disepanjang pantai CAPD. Biji-bijian/buahtanaman seperti avicennia, nirih danketapang yang terbawa arus gelombangbiasanya akan tumbuh berkembang diatas tanah timbul tersebut. Biji-bijan/buahtersebut umumnya berasal dari PulauGedang, Pulau Panjang yang ada diLaut Jawa dan dari CAPD itu sendiri.

Tanah timbul yang terjadi di CA Pulau Dua (Foto: Urip)

.....bersambung ke hal 16

44444 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

D alam Rencana Pembangunan JangkaPanjang (RPJP) di Tanah Papua,pembukaan ruas-ruas jalan menuju daerah

yang belum terhubung dengan jalan darat menjadiprioritas. Hal tersebut sejalan dengan irama pemekaranwilayah menjadi beberapa Kabupaten baru. Hasil analisisspasial yang dilakukan oleh Anggraeni dan Watopa (2004)mendapatkan bahwa panjang pembangunan jalan diTanah Papua akan mencapai total sepanjang 2.700 km(Gambar 1). Salah satu pembangunan ruas jalan yangmenjadi fokus perhatian dalam RPJP adalah jalan yangmenghubungkan Kota Manokwari dan Kota Sorong diProvinsi Papua Barat yang berada di Kepala BurungPapua.

Pada bulan Agustus 2011, kami melakukan perjalanan keDistrik Amberbaken salah satu kecamatan pesisir diKabupaten Tembrawu yang terletak di antara KotaManokwari dan Kota Sorong. Kabupaten Tembrawusendiri merupakan hasil pemekaran dari sebagian wilayahKabupaten Sorong dan Kabupaten Manokwari, yangdisahkan oleh Mentari Dalam Negeri pada Oktober 2008.Akses jalan ke tiap-tiap distrik di Kabupaten Tambrauwsangat lah sulit, perjalanan dari satu distrik ke distriklainnya ada yang memakan waktu 7 jam perjalanan laut,bahkan ada yang membutuhkan waktu berjalan kaki satuminggu melewati hutan dan gunung. Perjalanan kali inikami fokuskan untuk mengkaji dampak aksespemanfaan satwa liar terhadap pemenuhan konsumsiprotein hewani masyarakat pesisir di Distrik Amberbaken.

Hasil wawancara terhadap responden di tujuh desa diDistrik Amberbaken, didapatkan bahwa 87% respondenberprofesi sebagai petani atau mempunyai penghasilanutama dari aktivitas pertanian. Pola mata pencahariandemikian mencerminkan bahwa masyarakat di wilayah iniadalah masyarakat peladang dan peramu murni.Kebutuhan hidup baik subsisten maupun sumberpenerimaan tunai keluarga bergantung pada hasilpertanian. Walaupun Distrik Amberlaken merupakansuatu kecamatan pesisir, namun ternyata aktivitas melautatau profesi sebagai nelayan hanya merupakan pekerjaan

Oleh:Freddy Pattiselanno1, Nerius Sai2, Leo Warmetan2, Yohan Mofu2, Zulkifli2 & Nixon Karubaba3

Membangun Wilayah Pesisir dengan Pertanian:Pembelajaran dari Kepala Burung Papua

Gambar 1. Peta spatial dampak jalan di Papua(Anggraeni dan Watopa, 2004)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

sampingan yang berkontribusi sebagai sumberpendapatan alternatif atau tambahan dan untukmemenuhi kebutuhan konsumsi harian (Gambar 2).Nelayan melakukan aktivitas penangkapan ikan secaratradisional dalam skala rumah tangga denganmengunakan sampan kecil dan alat tangkap sederhanaberupa jaring dan kail.

Gambar 2. Hasil tangkapan nelayan yangditawarkan dari rumah ke rumah

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 55555

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

.....bersambung ke hal 17

Jika dikaitkan dengan duahipotesis mengenai ketahananpangan yaitu :

Masyarakat yang memilikiakses terhadap sumberdayaperikanan laut yang memadai,maka hasil laut menjadikonsumsi utama atau lebihbanyak dibanding sumberprotein hewani lainnya.(Hoskins , 1990)

Di negara-negara Asia,khususnya di Asia Tenggarayang memiliki wilayah pesisiryang luas, perikanan lautmerupakan sumber utamaprotein masyarakat setempat,juga mensuplai kebutuhanwilayah perkotaan dan berpengaruh signifikan padaketergantungan terhadap daging satwa atau“bushmeat” (Bennett & Rao, 2002)

maka berdasarkan hasil wawancara sertapengamatan selama lebih dari tiga bulan, diketahuibahwa pola konsumsi protein hewani di DistrikAmberbaken tidaklah sesuai dengan keduapernyataan tersebut di atas. Sebagian besarresponden mengkonsumsi daging satwa mamaliaseperti rusa, babi, kuskus dan kangguru, denganfrekuensi yang bervariasi dua hingga empat kalidalam seminggu, lebih banyak dari pada frekuensimengkonsumsi sumber protein dari laut.

MENGAPA DEMIKIAN…..?

Sumberdaya laut bukanlah merupakan sumber utamaprotein masyarakat Distrik Amberbakaen, kondisi inididuga disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

(1). Perluasan areal industri perkebunan skalakomersial dari kelompok bisnis nasional sepertiperkebunan kelapa sawit (Gambar 3).Perkebunan sawit tidak hanya berusahameningkatkan produksi minyak sawit, tapi jugadapat menyerap tenaga kerja yang berasal dariwilayah pesisir khususnya desa-desa terdekat.Bagi masyarakat setempat, perolehan uang tunaisebagai upah tenaga kerja perkebunan sawit akansangat membantu mereka dalam menghidupikeluarga dan pemenuhan komsumsi rumahtangga.

(2). Masuknya berbagai program pembangunan disektor pertanian seperti perkebunan kakao, padiladang, dan kacang tanah. Walaupunpeningkatan produksi pertanian ini belum diikutidengan tersedianya akses pemasaran yangberkelanjutan, namun dengan tersedianyafasilitas jalan raya telah membuka isolasi aksesmenuju daerah-daerah tertentu dan turutmemotivasi masyarakat untuk mengembangkanusaha pertanian mereka.

(3). Potensi ternak khususnya ternak kambing(Gambar 4), memainkan peranan yang sangatpenting dalam pemenuhan gizi masyarakatsekaligus ikut meningkatkan pendapatan rumahtangga pedesaan. Hal ini ikut mempengaruhiaktivitas sehari-hari masyarakat melalui kegiatanpertanian dalam arti luas, sehingga mengurangiakses terhadap sumberdaya perikanan yangada.

(4). Latar belakang sosial budaya masyarakatsetempat dengan pola hidup meramu danmenggantungkan hidup dari alam, menciptakanketergantungan yang sangat tinggi dengan caramengekstrasi sumberdaya yang ada di alammelalui aktivitas perburuan.

Gambar 3. Pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit

66666 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2012“Lahan Basah dan Pariwisata”di Desa Reroroja, Kec. Magepanda, Kab. Sikka, NTT

Oleh:Eko Budi Priyanto*

P eringatan hari lahan basah sedunia tahun 2012dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2012bertempat di kawasan Mangrove Desa Reroroja

Kecamatan Magepanda Kabupaten Sikka. Kegiatan diikutilebih dari 80 peserta, meliputi unsur-unsur pemerintahanKab. Sikka diantaranya Dinas Kelautan dan Perikanan(DKP), Dinas Kehutanan, Badan Penanggulangan BencanaDaerah (BPBD), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, CamatMagepanda, Kepala Desa Reroroja, Kepala Desa Done.Acara juga dihadiri oleh perwakilan kelompok masyarakatdari Desa Darat Pantai, Talibura, Nangahale, Reroroja, danDone, Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas NusaNipa (UNIPA) dan siswa-siswi SMP Santa ImmaculataMagepanda. Mitra PfR yang juga ikut menghadiri acara iniyaitu LSM Caritas Maumere dan PMI Sikka. Unsur mediayang datang adalah dari Radio ROGATE FM Sikka. Selaindari Kabupaten Sikka, kegiatan juga dihadiri perwakilan dariKabupaten Ende yaitu Kepala Desa Tou Timur dan KepalaDesa Kota Baru masing-masing bersama denganperwakilan anggota kelompok penghijauan pesisir.

Secara umum tujuan peringatan hari lahan basah sedunia iniadalah untuk : (1) meningkatkan kesadaran berbagai pihakakan nilai dan manfaat penting dari mangrove (sebagai salahsatu jenis lahan basah) dalam mendukung matapencaharianmasyarakat pesisir (termasuk pariwisata), sebagai bentengdaratan/mengurangi dampak bencana dan meredamperubahan iklim (melalui adaptasi dan mitigasi); (2) mengajakberbagai stakeholders (kelompok tani, mahasiswa, pelajar,LSM dan pemerintah) untuk ikut merawat, menjaga dan peduliterhadap wilayah mangrove dengan melakukan penanamanmangrove dan pengenalan berbagai jenis mangrove.

Rangkaian kegiatan terdiri dari: (1) presentasi tentang nilai danmanfaat penting mangrove, dari sisi fisik (pencegah/peredambencana) atau lingkungan dan sosial ekonomi; (2) identifikasijenis-jenis mangrove di lokasi kegiatan; (3) penanamanmangrove jenis Rhizophora apiculata sebanyak 500 bibit; dan(4) konser musik akuistik bernuansa lingkungan dariMaumere.

DETAIL KEGIATAN

Acara diawali dengan Talk Show di Radio Rogate FMpada tanggal 8 Februari 2012 dengan nara sumberEko Budi Priyanto selaku project coordinator yangjuga perwakilan WI-IP untuk NTT. Pada kesempatantersebut dibahas mengenai latar belakang diadakannyaacara Peringatan Hari Lahan Basah Sedunia 2012serta arti penting lahan basah dikaitkan dengan tema“Lahan Basah dan Pariwisata”.

Puncak acara dilakukan pada tanggal 11 Februari2012, yaitu presentasi, penanaman dan hiburanmusik. Acara dimulai dengan pemaparan materi danpembacaan do’a. Materi pertama dari Eko BudiPriyanto memaparkan sekilas tentang sejarah lahanbasah dan mengapa diperingati setiap tahun, nilaipenting lahan basah untuk mengurangi bencanatsunami, sebagai tempat hidup ikan, juga berpotensiuntuk dikembangkan sebagai wisata. Dalamsambutannya tersebut, Eko Budi juga menyampaikanprogram PfR kepada peserta terkait rencanarehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat pesisir diKab. Ende dan Sikka.

Talk show di Radio Rogate FM

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 77777

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Sambutan berikutnya oleh Bapak Jeremias selaku CamatMagepanda. Beliau menyambut dengan terbuka kegiatanyang dilakukan oleh WI-IP dan berharap dapatmembangun mangrove lebih dari yang telah dilakukanoleh seorang pegiat mangrove di Desa Reroroja, yaituBaba Akong yang telah mendedikasikan karyanyasehingga mendapat piagam penghargaan dari pemerintahkabupaten, propinsi dan menerima Kalpataru tahun 2009serta penghargaan dari Kick Andy’s Hero untukpenyelamat lingkungan mangrove.

Sambutan ketiga oleh Bapak Cyrilianus Badjo (KepalaDesa Reroroja). Beliau menyampaikan bahwapemerintahan desa telah membuat peraturan desa tentangpengelolaan pesisir termasuk didalamnya mengaturtentang mangrove. Beliau berpesan bahwa mangroveharus tetap dijaga dan tidak diperbolehkan melakukanpenebangan karena akan mendapat sanksi yang tegasdari pihak yang berwajib, termasuk ternak-ternak yangmengganggu tanaman akan dilakukan sanksi berupadenda atau hukuman bagi ternak.

Selanjutnya sambutan oleh Victor Emanuel Rayon (ataulebih dikenal dengan Baba Akong), menjelaskan tentangmanfaat mangrove sebagai tanaman obat dan makanan.Beliau juga mengajarkan secara singkat tentangbagaimana teknis menanaman mangrove yang benarterutama pada lokasi ekstrim yaitu berpasir.

Acara puncak kegiatan peringatan hari lahan basahsedunia ditandai dengan penanaman 500 bibit Rhizophoraapiculata oleh seluruh peserta. Bibit-bibit tersebutdidapatkan dari persemaian kelompok penghijauan pantaiSabar Subur yang difasilitasi oleh WI-IP melalui programPfR.

Setelah penanaman, peserta diajak berkeliling di dalamhutan mangrove untuk lebih dekat mengenal jenis-jenismangrove dan tipe ekosistem lainnya yang ada di sekitarekosistem mangrove.

Acara ditutup dengan konser musik akuistik dariMaumere dengan lagu-lagu bernuansa Timor danbertema lingkungan. Sebagian peserta secara spontanitasikut berpartisipasi menyumbang lagu untuk memeriahkanacara. Di sela-sela konser panitia juga membagikan bukukomik Cakra dan poster lahan basah serta sertifikatkepada seluruh peserta.

* Koordinator proyek PfR di NTT

Acara pertemuan dan presentasi sebelum penanaman

Penanaman bibit mangrove oleh seluruh peserta

Pentas musik dari grup musik akuistik Maumere

88888 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Siaran PersPanitia Bersama - Malam Akustik LingkunganKampanye Konservasi Lahan Basah Aceh 2012Tanggal 24 Februari 2012

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 99999

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Pelatihan “Manajemen Ekosistem danTeknik Rehabilitasi Lahan Darat dan Perairan”Desa Reroroja, Maumere, Provinsi Nusa Tenggara Tmur1 - 2 Maret 2012

Acara pembukaan oleh BLHD Sikka danpeserta pelatihan yang sedang

mengikuti acara

.....bersambung ke hal 18

LATAR BELAKANG

M anajemen ekosistemmerupakan upayapengelolaan sumber daya

alam yang berfokus pada menjagakelestarian ekosistem untukmemenuhi kebutuhan ekologimaupun pemenuhan kebutuhanmanusia di masa sekarang dan dimasa mendatang. Manajemenekosistem tidak hanya berkutat padasisi ekosistemnya saja namun jugamemperhatikan issue sosial danekonomi masyarakat yangberdampak atau terkena dampakdari suatu konsisi ekosistem tertentu.

Secara garis besar ekosistem dapatdibedakan menjadi dua, yaitu:ekosistem darat dan ekosistemperairan. Berdasarkan topografinya,maka dapat dikelompokkan menjadiekosistem di hulu (dataran tinggi)dan ekosistem di hilir (dataranrendah/ pesisir). Pengelolaanterpadu antara kawasan hulu dan hilirperlu dilakukan agar aktivitas darihulu tidak mengakibatkan kerusakandi daerah hilir ataupun sebaliknya.Dari sisi manajemen ekosistem, halsederhana yang dapat dilakukandalam memperbaiki konsisiekosistem pada kedua tipe bentangwilayah tersebut yaitu denganmelakukan rehabilitasi. Rehabilitasiekosistem di daerah hulu dapatdilakukan dengan carapengembangan hutan rakyat danmelakukan reboisasi kawasan.

Sedangkan di wilayah pesisir (hilir)upaya rehabilitasi ekosistem yangdapat dilakukan diantaranya dengancara rehabilitasi mangrove dan hutanpantai.

TUJUAN PELATIHAN

Pelatihan ini bertujuan untukmeningkatkan pemahaman parapeserta terhadap jenis-jeniskeanekragaman hayati yang adapada eksositem darat dan perairan;mengetahui teknik dan praktekrehabilitasi pada daerah hulu danhilir; serta mengetahuikebijakan pengelolaanekosistem yang mengarahpada perbaikan lingkungansecara luas.

PELAKSANAANPELATIHAN

Pelatihan “Manajemenekosistem dan teknikrehabilitasi lahan darat danperairan” telah dilakukanoleh WIIP pada tanggal 1-2Maret 2012 di DesaReroroja dan KotaMaumere KabupatenSikkan Provinsi NTT.Pelatihan ini merupakanbagian dari projectProgram Partner forResilience (PfR) yaitu suatuupaya pengurangan risiko

bencana melalui pendekatanmanajemen ekosistem,pemberdayaan ekonomi masyarakatdan pengembangan kebijakan.Pelaksanaan Program PfRbekerjasama dengan CareNederland, Nederland Red Cross,Red Cross Climate Center danWetlands International. Mitrapelaksana di Indonesia terdiri dariPMI Jakarta, PMI Sikka danLembata, Bina Swadaya, JaringanINSIST, WI-IP, Karina, CaritasMaumere, Care, PIKUL, OISCA danYPPL.

Oleh:Eko Budi Priyanto*

1010101010 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

6th Meetings of PartnersEast Asian - Australasian Flyway Partnership

Oleh:Triana*

19-23 Maret, Palembang, Indonesia

B urung air migran didefinisikansebagai burung air yangsecara ekologis tergantung

pada lahan basah, dan memiliki siklusyang teratur dan dapat diprediksimelakukan suatu migrasi denganmenyeberangi satu atau lebihperbatasan suatu negara. Burung airmigran ini mencakup kelompokdiantaranya Burung Pantai(Shorebirds), Bebek-bebekan(Anatidae), Burung Jenjang (Cranes)dan Burung Laut (Seabird, misalnya:camar dan dara laut).

Selama melakukan migrasi, burung airini sangat bergantung pada habitat lahanbasah untuk beristirahat, makan danmengumpulkan energi untukmelanjutkan perjalanannya. Lokasitang dilalui oleh burung migran inimencakup banyak negara dari belahandunia utara hingga selatan. Oleh karenaitu kerjasama internasional sepanjangjalur migrasi mereka sangat penting,untuk melestarikan dan melindungiburung air migran dan habitat dimanamereka bergantung.

KEMITRAAN JALUR TERBANGASIA TIMUR-AUSTRALASIA(EAAFP)

EAAFP dibentuk pada bulan November2006 di kota Bogor, Indonesia, melaluiinisiatif informal dan sukarela paramitra, yang ditujukan untukmelestarikan burung air migrankhususnya pada jalur terbang AsiaTimur – Australasia untuk kepentinganmasyarakat dan keanekaragaman

hayati. Mitra berasalnegara-negara, lembagaantar pemerintah, dan NGO.

Hingga saat ini telahdiselenggarakan 6 kalipertemuan kemitraan(Meeting of the Pasties/MoP) guna membahasberbagai persoalankonservasi burung airmigran dan pemanfaatanhabitatnya secaraberkelanjutan, yaitu:

• Pertemuan ke-1 di Bogor,Indonesia, November 2006

• Pertemuan ke-2 di Beijing, China,November 2007

• Pertemuan ke-3 di Incheon,Republik Korea, November 2008

• Pertemuan ke-4 di Songdo,Republik Korea, Februari 2010

• Pertemuan ke-5 di Siem Reap,Kamboja, Desember 2010

• Pertemuan ke-6 di Palembang,Indonesia, Maret 2012

Saat ini tercatat sekitar 700 lokasiyang secara internasional pentingbagi burung air migran di sepanjangjalur terbangnya. Sebagian besarlokasi tersebut berdampingan denganpemukiman penduduk dan sangatrawan terhadap tekanan lajupembangunan sosial dan ekonomi.

Jalur Terbang Asia Timur –Australasia adalah satu dari sembilan

jalur terbang utama burung air migrandi bumi dan merupakan habitat bagisedikitnya 50 juta burung air migran.

TN SEMBILANG JADIPERSINGGAHAN BURUNGMIGRAN KEDUA DI INDONESIA

Pertemuan ke-6 EAAFPdilaksanakan pada tanggal 19-23Maret 2012, di Hotel AryadutaPalembang, Indonesia, dan diikuti 19negara mitra mewakili pemerintah,NGO dan para scientist. Acara diisidengan kegiatan-kegiatan pertemuandan pada hari terakhir dilakukankunjungan lapangan ke kawasanTaman Nasional Sembilang,Sumatera Selatan. Luas kawasan TNSembilang sekitar 202 ribu hektaredan memilikii keanekaragaman hayatiyang tinggi, diantaranya habitatberbagai jenis burung air danbeberapa spesies langka termasukharimau sumatera. Informasi menarik

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Menteri Kehutanan RI, saat menghadiri acara pertemuanEAAFP ke-6 di Palembang (Foto: Yus R.N.)

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 1111111111

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

lainnya bahwa kawasan TN Sembilang jugamerupakan tempat persinggahan beragamburung air migran yang berasal dari Siberiadan Australia yang sedang mengalamimusim dingin, dan akan kembali ke habitatasalnya saat pergantian musim.

Pada kesempatan pertemuan ke-6 EAAFPini, melalui Menteri Kehutanan RI, ZulkifliHasan menetapkan TN Sembilang dikawasan Banyuasin, Sumatera Selatansebagai tempat persinggahan burung migran(flyway network site) kedua di Indonesia(setelah TN Wasur, Papua) dan ke-108 dijalur terbang ini.

Menurut Zulkifli, TN Sembilang sangatbagus dikembangkan baik sebagai kawasankonservasi, juga untuk kepentingan wisata.Hal tersebut senada dengan GubernurSumsel H Alex Noerdin SH, dimana pernahdicatat ada 114.500 ekor burung migrasipada jalur penerbangan Asia-Australasiayang mampir ke TN Sembilang ini.“Mampirnya burung migrasi itu ke TNSembilang merupakan peluang dan potensiwisata khusus di Sumsel. Ini specialtourism, bukan wisata biasa,” tuturnya.

“Di sana, ada 87 ribu hektare hutanmangrove yang masih utuh, terluas diIndonesia bagian Barat. Keseluruhan, ada17 spesies mangrove atau sekitar 43persen dari seluruh spesies mangrove diIndonesia ada di kawasan ini,” papar Alex.

Menteri Kehutanan juga mengamanatkanagar potensi wilayah melalui singgahnyaburung-burung air migran di kawasan TNSembilang haruslah memberikan dampakpositif bagi perekonomian rakyat. Nilaiekonomi pengembangan wisata khusussebagai imbas jalur migrasi bisa digali lebihmaksimal, selain fungsi konservasi. “Kitaciptakan wisata khusus, ini tantangan buatkita. Jadi jangan diubah fungsi kawasannya,jangan dijadikan sawit,” kata Menteri.

Penetapan TN Sembilang sebagai flywaynetwork site, adalah salah satu wujuddukungan Indonesia untuk perlindunganburung bermigrasi secara global.

* (dari berbagai sumber)

Para peserta berfoto bersama (Foto: Yus R.N.)

Para peserta saat berkunjung ke kawasan TN Sembilang,diantaranya melakukan pengamatan burung (Foto: Yus R.N.)

Bangau Tong tong yang teramati (Foto: Yus R.N.)

1212121212 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

KKKKKonvensi Ramsar, atau yangsecara lengkap disebutKonvensi tentang

Pentingnya Lahan Basah secarainternasional (The Convention onWetlands of InternationalImportance), merupakan perjanjian/kesepakatan antar-pemerintah yangmenyepakati kerangka kerja bagiaksi nasional dan kerjasamainternasional untuk konservasi danpemanfaatan lahan basah dansumber dayanya secara bijak.Inisiasi/ kesepakatan yang telahdidiskusikan sejak tahun 1960-anoleh negara-negara dan organisasinon-pemerintah yang peduli padapeningkatan hilangnya habitat dandegradasi lahan basah bagi migrasiburung air, diadopsi di kota Ramsar

Iran pada tahun 1971 dan mulaiberlaku tahun 1975.

Konvensi ini menjadi satu-satunyaperjanjian lingkungan global yangberhubungan dengan ekosistemtertentu, dan negara-negara anggotaKonvensi ini mencakup semuawilayah geografis planet bumi ini.

Misi Konvensi ini adalah“konservasi dan pemanfaatansecara bijak semua lahan basahmelalui aksi lokal dan nasional sertakerjasama internasional, sebagaikontribusi untuk mencapaipembangunan berkelanjutan diseluruh dunia”. Konvensi inimenggunakan definisi yang luasdari jenis lahan basah yangtercakup dalam misinya, termasuk

Situs-Situs Ramsardi Indonesia

Oleh:Ferry Hasudungan

danau dan sungai, rawa-rawa,padang rumput basah dan lahangambut, oasis, muara, delta-deltadan dataran pasang surut, wilayahlaut dekat pantai, mangrove danterumbu karang, serta situs buatanmanusia seperti kolam ikan, sawah-sawah, waduk, dan tambak garam.

Indonesia meratifikasi KonvensiRamsar melalui KeputusanPresiden RI No. 48 pada tahun1991. Sebagai tindak-lanjut darikeputusan tersebut, PemerintahIndonesia telah menetapkanbeberapa kawasan lindung menjadisitus Ramsar. Hingga saat ini,Indonesia telah memiliki enam SitusRamsar dengan luas arealkeseluruhan sekitar 964.600 hektar(lihat Tabel 1).

Nama Kawasan Tanggal Provinsi Luas (Ha) Koordinat Lokasi

Taman Nasional 08/04/1992 Jambi 162,700 01º24’S 104º16’EBerbak

Taman Nasional 30/08/1994 Kalimantan Barat 80,000 00º51’N 112º06’EDanau Sentarum

Taman Nasional 16/03/2006 Papua 413,810 08°38’S 140°23’EWasur

Taman Nasional 06/03/2011 Sulawesi Tenggara 105,194 04°28’S 121°59’ERawa Aopa Watumohai

Taman Nasional 06/03/2011 Sumatera Selatan 202,896 01°57’S 104°36’ESembilang

Suaka Margasatwa 11/11/2011 DKI Jakarta 90 05°58’28"S 106°41’35"EPulau Rambut

Tabel 1. Daftar Situs-situs Ramsar di Indonesia

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 1313131313

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Berikut dibahas sekilas profil tigakawasan lindung yang barudidaftarkan menjadi situs Ramsar.

TAMAN NASIONAL RAWAAOPA WATUMOHAI

Taman Nasional Rawa AopaWatumohai terletak di ProvinsiSulawesi Tenggara, merupakansalah satu daerah konservasi pentingdi kawasan Wallacea. Tipe kawasanterdiri dari hutan mangrove, padangrumput, rawa gambut, dataranrendah hutan hujan tropis dan sub-pegunungan hutan. Situs ini memilikikanekaragaman-hayati yang besar,tercatat lebih dari 500 spesies flora,200 jenis burung, 11 jenis reptilia danlebih dari 20 jenis ikan dan mamalia.Terdapat jenis-jenis endemik danterancam kepunahan, dengan lebihdari 15 jenis mamalia endemikSulawesi seperti Anoa dataranrendah (Bubalus depressicornis)dan Musang Sulawesi (Macrogalidiamusschenbroeckii). TN Rawa AopaWatumohai juga merupakanpersinggahan penting bagi burung airbermigrasi. Rute migrasi burung airmelewati Kepulauan Filipina, melaluiSangihe Talaud (Sulawesi Utara),dan transit melalui situs ini sebelummemasuki Kalimantan. Kawasan inijuga mendukung populasi lebih dari170 individu Bangau bluwok(Mycteria cinerea), jumlah tersebutberarti lebih dari 3% dari populasidunia.

Kawasan ini juga memiliki habitatbakau cukup luas yang masihtersisa di Sulawesi Tenggara, yangpenting bagi pembibitan, daerahpemijahan bagi ikan, udang dankepiting. Rawa-rawa di dalam taman

nasional (terutama Rawa GambutAopa) merupakan pengatur air yangpenting, dimana berfungsi sebagaireservoir untuk air tawar, sedangkanareal limpasan membantu untukmengontrol debit air. Rawa Aopaadalah lahan basah rawa gambut satu-satunya yang mewakili kawasanSulawesi. Ancaman terhadap situs ini,antara lain: pembalakan liar, perburuanburung air dan pengumpulan telur.

TAMAN NASIONAL SEMBILANG

Taman Nasional Sembilang terletak diProvinsi Sumatera Selatan denganluas 202.896 ha, mendukunglingkungan muara yang unik yangmemiliki formasi mangrove terbesar diSumatera Timur, di sepanjang bagianbarat Indonesia. Kawasan ini jugamendukung hutan pantai, hutan tropisdataran rendah, rawa, dan lahangambut. Kawasan ini memilikikeanekaragaman hayati yang cukuptinggi, dengan lebih dari 200 jenisburung, 140 jenis ikan dan lebih dari50 jenis mamalia, dan menjadi habitatpenting dari spesies terancam punahseperti Harimau Sumatera (Pantheratigris sumatrae), Gajah (Elephasmaximus), Bangau-rawa storm(Ciconia stormi), dan Kura-kuraBayuku (Orlitia borneensis). Lebihdari 43% spesies mangrove diIndonesia juga ditemukan di sini.

Mangrove serta delta aluvial di TamanNasional Sembilang membuat situs inimenjadi salah satu tujuan/daerahpersinggahan bagi burung airbermigrasi di sepanjang Jalur TerbangAsia Timur - Australasia. Sekitar 0,5hingga 1 juta ekor burung-pantaimigran melalui daerah ini selama

musim dingin di utara, dan hampir80,000-100,000 burung migranmakan dan beristirahat di sini. Situsini juga mendukung lebih dari 1% daripopulasi Bangau bluwok (Mycteriacinerea), Trinil-lumpur Asia(Limnodromus semipalmatus), TrinilNordmand (Tringa guttifer), GajahanTimur (Numeniusmadagascariensis) dan Bangautongotng (Leptoptilos javanicus).

Rawa-rawa dan hutan gambutberfungsi sebagai wadah untukmenyimpan air tawar, yang padagilirannya mengisi kembali air tanahyang mengaliri lebih dari tujuh puluhsungai kecil di kawasan ini. Ancamanterhadap situs ini, antara lain:penebangan liar serta perluasanpembangunan (seperti: pembangunanpelabuhan dan kawasan industri).

SUAKA MARGASATWA PULAURAMBUT

Suaka Margasatwa Pulau Rambut,terletak di Kabupaten AdministrasiKepulauan Seribu, Provinsi DKIJakarta. Situs berupa pulau denganciri khas hutan mangrove ini,merupakan habitat berbagai jenissatwa, utamanya jenis-jenis burungair yang secara teratur menggunakansitus ini sebagai areal berbiak. Padasaat musim berbiak, pulau inidipenuhi oleh puluhan ribu burung air.

Ancaman terhadap SM PulauRambut terutama diakibatkan olehadanya sampah/limbah anorganik,baik berupa limbah padat maupunlimbah cair, sebagian besar berasaldari muara-muara sungai di utarapulau Jawa, atau tepatnya di utaraDKI Jakarta.

(Foto: Ditjen PHKA, Kemenhut)

(Foto: Ferry Hasudungan)

(Foto: Yus R.N.)

1414141414 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Tantangan untuk KonservasiBurung Air Migran di Jalur Terbang*

Oleh:Ferry Hasudungan**

KEHILANGAN HABITAT

P enurunan jumlah populasiburung air di Asia selamabeberapa dekade terakhir

tercatat sebagai penurunan yangtertinggi di dunia. Kondisi tersebutkhususnya terjadi akibat kerusakandan hilangnya habitat tempat hidupmereka dalam memenuhi kebutuhanekologisnya. Burung-burung airmigran, menjadi sulit menemukankembali tempat persinggahan di jalurterbang mereka. Hal ini tentu sajamenjadi ancaman serius bagikelestarian burung air migran.

Hilangnya habitat burung air migran dijalur terbang, umumnya diakibatkankegiatan pengalihfungsian lahan olehmanusia. Misalnya: kehilangan habitatyang menjadi tempat berbiak burungair migran akibat intensifikasipertanian, hilangnya tempatpersinggahan burung-burung airmigran akibat kegiatan reklamasipesisir, dan hilangnya wilayah-wilayahnon-berbiak yang diakibatkanpengeringan lahan basah.

Di banyak pesisir sepanjang jalurterbang, khususnya di wilayah-ekoSungai Kuning wilayah luashamparan lumpur pasang surut yangkaya hara – wilayah penting untukmengisi ulang energi burung migran –banyak yang telah dikonversi menjadiwilayah kering dan akhirnya sudahtidak bisa digunakan lagi oleh burungair migran untuk singgah. Habitat airtawar yang sangat penting untuk

perkembangbiakan atau pengungsianmusim dingin bagi burung jenjang,bebek dan kelompok lainnya, telahmenghilang akibat tersebarnya wilayahpertanian atau tidak lagi mendukunghidupan liar akibat semakinmeningkatnya kebutuhan manusiaterhadap air.

PENURUNAN KUALITASHABITAT

Dengan semakin bertambahnyapopulasi manusia di sepanjang jalurterbang, ditambah pertumbuhanekonomi yang begitu pesat,diantaranya telah menimbulkandampak menurunnya kualitas habitatburung air migran. Sungai tertutupioleh tanah dan pasir akibat deforestasidan erosi. Lahan basah daratan yangdigunakan oleh burung air semasamusim dingin telah banyak tercemaroleh limbah-limbah pabrik yangmengandung bahan kimia maupunlimbah rumah tangga. Limbah beracundari kawasan industri sangatberpengaruh terhadap kehidupan

hewan invertebrata yang merupakanmakanan bagi burung migran di lahanbasah pasang surut.

PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim yang terus terjadisangat berpengaruh terhadap kondisiwilayah kutub, tempat dimana banyakburung migran di jalur terbang berbiak.Habitat yang digunakan untukbersarang kemudian akan berubahsejalan dengan peningkatan suhu, dankeseimbangan antara burung berbiakdan predator menjadi terganggu.Peningkatan permukaan air laut akanmenggenangi dan merusak lahanbasah pesisir yang saat ini digunakanoleh burung air migran. Banjir yangsemakin sering dan semakin burukakan mengganggu pola banjir sungaidan akan mengurangi tingkat air padadanau dan rawa daratan yangdibutuhkan oleh burung air.

** Kemitraan Jalur Terbang Asia Timur-Australasia (www.eaaflyway.net)

* disarikan dari sumber aslinya (SekretariatEAAFP, Incheon, Rep. Korea)

Burung-burung air migran (Foto: Ferry Hasudungan)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora dan Fauna Lahan Basah

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 1515151515

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora dan Fauna Lahan Basah

SATUS DAN EKOLOGI

Spoon-billed Sandpiper(Eurynorhynchuspygmeus) berbiak di

wilayah Kutub Rusia, berbiak diataspermukaan tanah, umumnya disemenanjung sempit pinggir laut.Setelah melewati wilayah-eko LautKuning mereka menghabiskanmusim dingin di pesisir sempitBangladesh dan Myanmar menujuThailand dan Vietnam. Ukuranpopulasi saat ini kurang dari 250 –500 ekor dan diklasifikasikan sebagaiCritically Endangered dalam DaftarMerah IUCN. Di Asia Timur danAsia Tenggara, burung ini mencarimakan berupa invertebrata kecilyang hidup di hamparan lumpurpasang surut.

ANCAMAN

Perubahan jangka panjang padakarakter habitat di lokasi berbiakwilayah kutub bisa berdampakpenurunan ukuran populasi. Tentusaja, hilangnya hamparan lumpurpasang surut di sepanjang jalurmigrasi mereka dapat disalahkan.Baru-baru ini, survey telahmenunjukan adanya kehilanganburung ini dalam jumlah banyakakibat diburu untuk keperluanmakanan di bagian barat dayawilayah musim dingin mereka.Ancaman di sepanjang wilayah non-berbiak perlu segera ditangani.

LANGKAH-LANGKAH YANGDIRENCANAKAN

Suatu rencana aksi internasionalterkait dengan Spoon-billedSandpiper telah dipersiapkan olehArcCona Consulting dari Cambridgedan BirdsRussia atas nama BirdLifeInternational dan Konvensi Jenis-jenis Burung Migran. Beberapalangkah kegiatan saat ini sedangdijalankan oleh Gusus TugasEAAFP. Rencana tersebutdiantaranya menyarankan adanyapenelitian yang akurat untukmengidentifikasi penyebabpenurunan populasi serta upayapemantauan. Kegiatan pendidikandan penyuluhan telah dimulai diwilayah dimana perburuan menjadiancaman. Advokasi lebih lanjutdibutuhkan untuk meyakinkanadanya perlindungan hamparanlumpur pasang surut yang tersisa disepanjang wilayah hidup burungtersebut. Kerjasama internasionaldibutuhkan dalam gugus tugastersebut untuk meyakinkan bahwapemulihan di satu tempat tidakdisisihkan oleh kehilangan di laintempat.

** Kemitraan Jalur Terbang Asia Timur-Australasia (www.eaaflyway.net)* disarikan dari sumber aslinya

(Sekretariat EAAFP, Incheon,Rep. Korea)

Spoon-billed Sandpiper (© Smith Sutibut)

Anak-anak melepaskan burung yang tertangkap(© Rob Robinson / BTO)

Burung dengan bulu berbiak(© Phil Palmer)

Rencana Aksi Internasional bagi jenisterancam punah:Spoon-billed Sandiper*

Oleh:Yus Rusila Noor**

1616161616 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

Kerapatan tanaman yang tumbuh diatas tanah timbul sekitar 20-40tegakan/m2. Namun demikian, tidaksemua lokasi tanah timbul dapatditumbuhi tanaman (mangrove).Umumnya tanah timbul yang dekatdengan daratan (10 m dari daratan kearah laut) saja yang masih dapatditumbuhi dikarenakan kondisi tanahyang relatif stabil.

Pada saat musim Barat (Desember-Februari), di pesisir utara TelukBanten arus mengalir ke arah timurdisertai dengan kondisi gelombangyang bisa mencapai 2,6m dengantinggi rata-rata gelombang 1,03m.Selama musim ini, gelombang besarakan menyapu tanah timbul yangterbentuk saat musim peralihanbeserta tanaman yang telah ada.Pengalaman penulis, pada saatmusim barat, gelombang besarmampu menyapu tegakan mangroveAvicennia sp. setinggi 2m.

Tanah timbul-tenggelam di sepanjangpantai CAPD menjadi siklus tahunanyang selama ini dapat diprediksi.

Luasan Tanah Timbul yang Timbul-Tenggelam

Tanah timbul yang terjadi disetiaptahunnya, memiliki luasan berbeda-beda tergantung arus dan gelombang.Menurut keterangan dari beberapanelayan yang beraktifitas di sekitarCAPD minimal tanah timbul yangterbentuk di Teluk Banten memilikiluasan dengan panjang 300m danlebar 15m, yang paling besar denganpanjang 500 m dan lebar 30m. Padatahun ini tanah timbul yang terbentukpanjangnya sekitar 400m dan lebar20m. Tanah timbul yang terbentukselalu berpindah pindah, tidak selaludi lokasi yang sama tergantung arahangin dan arus gelombang.

Status Kepemilikan Tanah Timbul

Kejadian tanah timbul sangat seringterjadi di pesisir utara Pulau Jawa,dikarenakan topografi pantai yanglandai dan beberapa area membentukteluk. Di beberapa Kabupaten disepanjang pesisir Jawa telah memilikiPerda mengenai aturan kepemilikantanah timbul. Sementara tanah timbulyang terjadi di sekitar CAPD ini belumjelas kepemilikannya karena memangmasih belum ada regulasi untukmengatur hal tersebut. Namuninformasi dari jagawana CAPD, yangberlaku adalah bila tanah timbultersebut berada di bagian utara CAPDyang berbatasan dengan laut makapengelolaannya saat ini adalah olehpengelola CAPD. Bapak Madsahi,jagawana CAPD secara aktif danswadaya telah menanam mangrove diatas tanah timbul tersebut.

PEMASANGAN JARINGPELINDUNG

Untuk mencegah abrasi pantai danjuga mempertahankan tanah timbul(agar tidak hilang tersapugelombang) di sepanjang pantaiCAPD, Madsahi (petugas jagawanaCAPD) berinisiatif memasang jaringpelindung. Ide ini, beliau dapatkansaat melihat nelayan di sekitarkawasan menangkap ikan denganmenggunakan perangkap jaring ygbiasa mereka sebut Jaring Tegur.Jaring tegur, dipasang saat air lautpasang sekitar 30m dari bibir pantaimembentuk persegi panjang denganbantuan tiang-tiang bambu atauranting pohon. Panjang jaring tegurdapat mencapai sekitar 500mdengan tinggi jaring 2m. Selainmelindungi daratan dari abrasi,ternyata Jaring Tegur yang dipasang

oleh Pak Madsahi juga dapatmemerangkap ikan, ketika air lautsurut Madsahi memanen ikan-ikanyang terperangkap di jaring tegurtersebut. Disamping itu jaring tegurjuga dapat menahan sampah-sampah plastik yang datang dariarah laut.

Kegigihan Madsahi yang dapatdikatakan sudah tidak muda lagi inipatutlah mendapat acungan jempol.Disisa-sisa waktu menjelangpurnabaktinya, beliau masihbersemangat untuk terusmempertahankan kehidupantanaman di atas tanah timbul agardapat menambah luasan dankekuatan Cagar Alam Pulau Dua.Semoga

..... Sambungan dari halaman 3

Tanah Timbul-Tenggelam di CA Pulau Dua ....

*Community Facilitator of the Banten Bay

Tanah timbul ditanami tumbuhan jenissilocarpus granatum (Foto: Urip)

Tanah timbul dipagari ranting (Foto: Urip)

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 1717171717

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Konservasi Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 5

Membangun wilayah pesisir dengan pertanian ....

Gambar 4. Potensi usaha ternak kambing

1Staf Pengajar, 2Mahasiswa Fakultas Peternakan Perikanan& Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari,

3Dinas Pertanian & Tanaman Pangan Kabupaten Manokwari

Gambar 5. Pengolahan pasca panen (pembuatan dendeng rusa)oleh masayarakat

MENATA HARI INI UNTUK MASA DEPAN

Berdasarkan pola komsumsi masyarakat dan potensisumberdaya alam yang ada, maka rekomendasirencana pengembangan dan pembinaan ekonomimasyarakat di wilayah Distrik Amberbaken diarahkanpada

1. Usaha pertanian tanaman pangan dan perkebunan(pertanian lahan kering)

2. Pembinaan daerah-daerah produksi ternak yangsudah terbentuk dan pembentukan daerah produksipeternakan yang baru

3. Pengembangan usaha perikanan tangkap. Haltersebut sesuai dengan potensi perikanan laut diwilayah Kepala Burung Papua yang kaya akan ikanbernilai ekonomis tinggi seperti ikan karang. Allen &Erdmann (2009) menyatakan bahwa kelimpahandan jenis ikan karang (coral reef fishes) di wilayahKepala Burung Papua sangat tinggi dan beragamyaitu tidak kurang ditemukan 1.511 spesies yangtergolong dalam 451 genera dan 111 famili.

4. Akses pemasaran yang berkelanjutan, seperti pasardan sarana prasarananya yang disediakan di tingkatdesa. Ketersediaan fasilitas pasar diperlukan gunamembantu masyarakat dalam meningkatkanpenerimaan tunai dari hasil usaha dan hasil bumi.

Program pengolahan pasca panen khususnya untukpengolahan produk perikanan dan peternakan. Hal inidiharapkan mampu memperpanjang masa simpan produkdan peningkatan nilai tambah produksi pertanian yangdihasilkan (Gambar 5).

1818181818 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

..... Sambungan dari halaman 9

Pelatihan “Manajemen Ekosistem .....”, Maumere, NTT

Penyampaian materi Rehabilitasi Hutan dan Lahan dari DinasKehutanan Sikka

Peserta membawa bibit mangrove dan menuju ke lokasipraktek penanaman

Penjelasan teknikpenanaman mangrove dengan pembuatanlubang tanam selebar 30 cmx 40 cm

Pengenalan berbagai jenis vegetasi dan fauna mangrove yangberada di wilyah hutan mangrove di desa Reroroja

Pelatihan diikuti sekitar 62 peserta yang berasal dariberbagai kalangan, diantaranya: perwakilan instansipemerintah (tenaga-tenaga penyuluh di lapangan); LSM/NGO di bidang lingkungan; aparat desa; kelompokmasyarakat/tani; dan mahasiswa. Pelatihan dibagi menjadidua metode, yaitu penyampaian teori di kelas pada haripertama pelatihan yang diselenggarakan di Hotel GadingBeach Maumere, dan praktek lapangan pada hari keduayang dilakukan di Desa Reroroja.

Pembukaan pelatihan diawali dengan sambutan dari BapakConstantinus Tupen, SH Kepala Bagian Lingkungan HidupDaerah Kabupaten Sikka. Dalam sambutannyadisampaikan bahwa kerusakan ekosistem yang dialamisaat ini lebih banyak diakibatkan oleh aktivitas manusiayang tidak bijak dan berlebihan dalam pemanfaatan SDAsehingga menimbulkan permasalahan-permalasahanlingkungan. Selain itu, hal yang dianggap mempengaruhiterhadap kerusakan lingkungan yaitu anggapan umummasyarakat bahwa sumber daya alam akan tersediaselamanya dalam jumlah yang tidak terbatas, pandanganbahwa lingkungan akan selalu mampu memulihkan dayadukung, daya tampung dan kelestarian fungsinya sendiri.Adanya pandangan demikian menyebabkan masyarakattidak atau kurang termotivasi untuk ikut serta memeliharasumber daya alam atau lingkungan hidup sekitarnya.Akibatnya adalah persoalan lingkungan hidup makin tidakterselesaikan dan dianggap sebagai tanggung jawabpemerintah saja.

“Fenomena meningkatnya efek rumah kaca, meningkatnyasuhu global, banjir dan erosi, kekeringan dan krisis air,sampah berserakan dimana-mana, dan masih banyakmasalah lingkungan, semestinya membangkitkankesadaran kita untuk berperilaku ramah lingkungan”,paparnya.

Di akhir sambutannya, Constantinus Tupen, SH, mengajakseluruh peserta untuk membangun budaya mengelolalingkungan, mulai dari kelompok yang paling kecil, sampaipada masyarakat luas untuk bersikap ramah terhadaplingkungan. Diharapkan melalui peningkatan pemahamandalam pelatihan ini, akan dapat membantu dalammelestarikan ekosistem khususnya di daerah KabupatenSikka. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup adalahtanggung jawab bersama dalam memelihara kelangsungandaya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012Volume 20 No. 2, April 2012 1919191919

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dokumentasi Perpustakaan

Anggraeni dan N.E. Lelana. 2011.Penyakit Karat Tumor PadaSengon. Badan Penelitian danPengembangan Kehutanan, xi +55.

Hasudungan, F., Y.R. Noor danA.SB. Sutito. 2011. SurveyBurung Air di SemenanjungBanyuasin Taman NasionalSembilang Kab. BanyuasinPropinsi Sumatera Selatan. DirjenPHKA dan Wetlands International-IP,viii + 14.

Mukhtar, A.S., M. Bismark, S.A.Siran dkk. 2011. Sintesis Hasil-hasilLitbang PengembanganPenangkaran Rusa Timor.Kementrian Kehutanan BadanPenelitian dan PengembanganKehutanan, xv + 207.

Priyanto E.B.2012. LaporanPerkembanganKegiatanProgramPartner forResilience,Bulan Januari– Maret 2012di Propinsi

Nusa Tenggara Timur (DRAFT).Wetlands International – IndonesiaProgramme. Bogor.

Rahmawati, I., S. Mardiansyah, A.Padmawijaya dkk. 2011. KumpulanAbstrak Publikasi Ilmiah BadanLitbang Kehutanan Tahun 2010.Kementrian Kehutanan BadanPenelitian dan PengembanganKehutanan, iv + 349.

Rahmawati, I., S. Mardiansyah,Nurwita dan L. Widyowati. 2011.Bibliografi Publikasi Ilmiah BadanLitbang Kehutanan Yahun 2010.Kementrian Kehutanan BadanPenelitian dan PengembanganKehutanan, vi + 117.

Sekretariat Kemitraan NasionalIndonesia. Booklet: Kemitraan untukJalur terbang Asia timur –Australasia. Ditjen. PHKA,Kementerian Kehutanan RI. Jakarta,37.

Mengenal Jenis Mangrove

Avicennia alba

Masuk dalam Family AVICENNIAE, dengan nama lokal Api-api.

Tumbuh menyebar dengan ketinggian dapat mencapai 25m.Memiliki sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang

rumit. Daun berbentuk lanset kadang elips dengan ujungmeruncing, berukuran 16 x 5cm. Permukaan daun halus,

bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat, letaknyaberlawanan. Buah seperti kerucut/cabe/mente,berwarna hijau muda kekuningan, ukuran 4 x 2cm.

Merupakan jenis tumbuhan pionir pada habitat rawamangrove di lokasi pantai dan di sepanjang pinggir

sungai yang dipengaruhi pasang surut. Akarnyadapat membantu mengikat sedimen dan mempercepat

proses pembentukan daratan. Hampir ditemukan diseluruh wilayah pesisir Indonesia.

Batang kayu bermanfaat untuk kayu bakar dan bahanbangunan. Buah dapat dimakan, sedangkan getahnya dapatdigunakan untuk mencegah kehamilan.