Zatalini

5
Dahulu kala ada seorang anak bernama Zatalini, ia tinggal berdua dengan ibunya—filza, disebuah gubuk tua. Zata adalah anak yang ceroboh dan sering galau, padahal ia jomblo. Suatu hari Filza, ibunya yang cerewet, menyuruh Zata pergi ke hutan untuk memetik pisang. Diperjalanannya ke hutan, ia berjumpa dengan seorang cenayang bernama Firia. Firia mengatakan kepada Zata bahwa ia akan mendapat satu kesialan dan satu keberuntungan jika mengambil pisang yang tergantung paling tinggi. Di sepanjang perjalanan, Zata terus memikirkan kata-kata Firia. Sampailah ia di sebuah sungai, di sana ia melihat seorang nenek sedang mencuci gigi palsu berbehelnya. Nenek itu bernama Andalia, ia terlihat sangat kesulitan saat menggosok behelnya. Zata yang sok baik lalu menawarkan diri untuk menolongnya, ia merebut gigi palsu tersebut dengan paksa. Lalu, saat ia tengah merebut gigi berbehel tersebut, muncullah cucu nenek itu dari semak- semak. Melihat perbutan itu, sang cucu panik lalu berteriak minta tolong. Sang cucu yang bernama Icut itu lalu kabur karena takut dicuri juga giginya oleh Zata. Zata yang kaget, tanpa sengaja menjatuhkan gigi nenek dan terbawa arus sungai yang deras. Zata sangat menyesal, nenek itu juga jadi Kcw. Kemudian mereka sangat terkaget-kaget saat melihat ada seorang gadis gemuk yang hanyut di sungai, ia hanyut dalam posisi mengambang. Zata lalu menarik gadis itu ke pinggir, ternyata namanya adalah Fania. Fania yang berterimakasih kepada Zata akhirnya memberikan sebuah jimat. Jimat itu berbentuk kentang yang busuk dan bau. Zata dengan berhati-hati mengambil jimat itu lalu memasukkannya ke kantung celana. Ia lalu melanjutkan perjalanannya menuju pohon pisang. Beberapa langkah kemudia, ia sudah berada di pohon pisang yang dimaksud. Ia lalu kembali ingat dengan yang tadi dikatakan Firia. Melihat ada sebuah pisang yang tergantung tinggi, ia pun mencoba melompat-lompat mengambilnya. Tapi terus gagal, saat ia hampir menyerah, datanglah seorang pemuda bernama Maru. Ia bertanya pada Zata apa yang ia lakukan,

Transcript of Zatalini

Page 1: Zatalini

Dahulu kala ada seorang anak bernama Zatalini, ia tinggal berdua dengan ibunya—filza, disebuah gubuk tua. Zata adalah anak yang ceroboh dan sering galau, padahal ia jomblo.

Suatu hari Filza, ibunya yang cerewet, menyuruh Zata pergi ke hutan untuk memetik pisang. Diperjalanannya ke hutan, ia berjumpa dengan seorang cenayang bernama Firia. Firia mengatakan kepada Zata bahwa ia akan mendapat satu kesialan dan satu keberuntungan jika mengambil pisang yang tergantung paling tinggi.

Di sepanjang perjalanan, Zata terus memikirkan kata-kata Firia. Sampailah ia di sebuah sungai, di sana ia melihat seorang nenek sedang mencuci gigi palsu berbehelnya. Nenek itu bernama Andalia, ia terlihat sangat kesulitan saat menggosok behelnya. Zata yang sok baik lalu menawarkan diri untuk menolongnya, ia merebut gigi palsu tersebut dengan paksa.

Lalu, saat ia tengah merebut gigi berbehel tersebut, muncullah cucu nenek itu dari semak-semak. Melihat perbutan itu, sang cucu panik lalu berteriak minta tolong. Sang cucu yang bernama Icut itu lalu kabur karena takut dicuri juga giginya oleh Zata. Zata yang kaget, tanpa sengaja menjatuhkan gigi nenek dan terbawa arus sungai yang deras.

Zata sangat menyesal, nenek itu juga jadi Kcw. Kemudian mereka sangat terkaget-kaget saat melihat ada seorang gadis gemuk yang hanyut di sungai, ia hanyut dalam posisi mengambang.

Zata lalu menarik gadis itu ke pinggir, ternyata namanya adalah Fania. Fania yang berterimakasih kepada Zata akhirnya memberikan sebuah jimat. Jimat itu berbentuk kentang yang busuk dan bau.

Zata dengan berhati-hati mengambil jimat itu lalu memasukkannya ke kantung celana. Ia lalu melanjutkan perjalanannya menuju pohon pisang.

Beberapa langkah kemudia, ia sudah berada di pohon pisang yang dimaksud. Ia lalu kembali ingat dengan yang tadi dikatakan Firia.

Melihat ada sebuah pisang yang tergantung tinggi, ia pun mencoba melompat-lompat mengambilnya. Tapi terus gagal, saat ia hampir menyerah, datanglah seorang pemuda bernama Maru. Ia bertanya pada Zata apa yang ia lakukan, setelah Zata menceritakan segalanya, sang pemuda lalu melakukan lompatan dan langsung memetik pisang itu. Ia lalu memberikan pisangnya kepada Zata dan langsung pergi.

Tiba-tiba terdengar Icut berteriak dari belakang, “Itu dia orang yang mengganggu nenek!!”. Disamping Icut adalah Agung, seorang preman desa sebelah yang bertubuh besar.

Agung tanpa basa-basi lalu hendak memukul Zata yang kebingungan. Namun Zata yang sejak kecil telah dilatih kung fu bisa dengan mudah menangkis pukulan Agung.

Gerakan Zata terlalu lincah membuat pisang yang ia pegang terlepas dan masuk ke mulut Agung. Agung syok dan tanpa sengaja menelan pisang itu bulat-bulat. Ia lalu pingsan karena pisang itu terlalu besar di kerongkongannya.

Icut yang melihat kejadian itu lalu berlari ke sisi Agung dan menangis histeris, “Agung! Bangun! Kita harus kabur!” isak Icut.

Page 2: Zatalini

Mendengar itu, Zata jadi sadar bahwa terjadi kesalah pahaman diantara mereka. Ia menghampiri Icut perlahan, namun Icut langsung kabur secepat kilat.

Zata terdiam, ia ditinggal sendirian. Walaupun ia sudah biasa sendiri, tapi tetap saja ditinggal menyisakan luka kecil di hatinya.

Zata mengambil pisang dari kerongkongan Agung dengan penuh rasa was-was dan jijik. Ia lalu pulang dengan damai.

***

Di rumah, Zata disambut dengan makian ibunya. Filza marah besar karena Zata baru pulang setelah 7 jam di hutan.

“Petik pisang aja gak becus!” kata filza.

Zata kembali galau, ia masuk ke kamar dan menangis sepuasnya di lemari es. Tiba-tiba seseorang membuka pintu lemari es tersebut, ternyata itu adalah Adin, saudara tirinya dari ayah barunya. “Eh, ada Zata disini...” kata Adin. Ia mengambil botol susu di kepala Zata lalu langsung menutup lagi lemari es itu.

Zata terdiam. Ia berpikir bahwa tidak ada lagi yang peduli dengannya. Bahkan Adin yang dari dulu ia rawat sebagai kakaknya juga tidak peduli. “Kalian semua tega!!!” teriak Zata di hatinya.

***

Page 3: Zatalini

Esok harinya, Zata pergi lagi ke hutan. Di sana ia lagi-lagi bertemu dengan nek Andalia yang sedang menggosok gigi palsu berbehelnya yang baru di beli.

“Nek, cucu nenek ada?” tanya Zata

“Cucu?? Nenek tuh masih muda, tolong ya!” jawab nenek

“Jeh.”

Tiba-tiba Icut muncul sambil membawa pisau buah.

“Kamu lagi! Pergi dari sini! Jangan ganggu nenek!!” bentak Icut sambi menodongkan pisau buahnya.

“tapi... tapi...” Zata gagap tak menentu.

Icut lalu menarik neneknya pergi dari situ. Lagi-lagi Zata ditinggal sendiri. Tiba-tiba ia merasa sakbo dan akhirnya memutuskan untuk bo di sungai.

Saat sedang termenung sambil bo, tiba-tiba muncul seorang gadis desa bernama Dina. Dina terkejut setengah mati melihat Zata sedang bo di situ.

“Apa yang kau lakukan!!!??” teriak Dina syok.

“EH!?” Zata kaget, ia langsung menyelesaikan tugas sucinya.

“Ini adalah sungai keramat! Siapa saja yang bo di sini akan menjadi jomblo selamanya!” jelas Dina.

“APAAA!??” Zata terkejut. “Gawat! Aku bahkan belum pernah pacaran!!” kata Zata.

“Tenang! Satu-satunya penangkal kutukan itu ada di hutan bagian dalam sana” Dina menunjuk ke arah hutan yang gelap.

“Glek.”

***

Tanpa persiapan apa-apa, Zata langsung pergi ke dalam hutan gelap. Ia tidak mau menjadi jomblo selamanya.

Saat baru masuk ke hutan, ia tiba-iba terjebak di sebuah perangkap beruang. Ia tergantung terbalik di atas pohon bersama monyet, ayam, bebek, angsa, dan makhluk lainnya yang juga terjebak.

Untung 20 menit kemudian muncul Fania yang ternyata hobi mengoleksi beruang. Ia melepaskan Zata dari jebakan dan meminta maaf.

Sebagai permintaan maaf, Fania menawarkan diri untuk menemani Zata ke dalam hutan. Zata dengan senang hati setuju.

Mereka melanjutkan perjalanan mereka ke dalam hutan. Tiba-tiba, perut mereka terasa lapar sekali. Untung di depan sana ada sebuh rumah makan padang. Mereka mampir kesana.

Mereka makan dengan lahap, Zata memesan nasi pakai ayam goreng sambal, Fania memesan nasi pakai ayam bakar dan pakai jengkol favoritnya.

Page 4: Zatalini

Mereka tidak tahu kalau itu adalah rumah makan ajaib. Sekali mereka makan, mereka tidak akan bisa berhenti tambah lagi dan lagi sampai ada tamu lain yang datang.

Perut Zata dan Fania sudah berukuran sangat besar, sebesar TV 21inch. Tapi mereka masih juga tidak berhenti makan, malah terus tambah lagi-dan lagi.

Untung beberapa saat kemudian seorang tamu lainnnya datang, Rendi yang bertubuh kurus masuk ke rumah makan itu dan memesan makanan.

Segera saja setelah itu Zata bisa berhenti makan, namun tidak dengan Fania, ia terus saja makan. “Tanggung nih dikit lagi abis...” kata Fania.

Setelah beristirahat sejenak, mereka lalu melanjutkan perjalanan.

Diperjalanan mereka, mereka melihat ada seorang pemuda yang tersesat, ia bernama Rizki. Karena Zata sok baik, ia mengajak Rizki pergi bersama mereka juga.

Mereka bertiga pun melanjutkan perjalanan dalam kedamaian. Tanpa sepengetahuan mereka seorang wanita mengikuti mereka dari belakang.