Z &^> ôòóú ODQbpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/LKj 2018... · 2019-02-14 · -L...
Transcript of Z &^> ôòóú ODQbpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/LKj 2018... · 2019-02-14 · -L...
LAPORAN KINERJA
TAHUN 2018
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
1
"Dedikasi, Berani, dan Integritas bukanlah akronim belaka."
- ISWAN ELMI -
LAP-01/D5/201915 JANUARI 2019
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Pada tahun 2018 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan satu program
dengan lima sasaran program dengan sepuluh Indikator Kinerja Program
(Outcome). Rata-rata capaian kinerja outcome adalah sebesar 133,87% yang
dihitung berdasarkan indikator :
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan sebesar 36,77% atau mencapai 73,54% dari target 50%.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
APH sebesar 100% atau mencapai 138,89% dari target 72%.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K sebesar 84,61% atau mencapai 130,17% dari target sebesar 65%.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
sebesar 100% atau mencapai 133,33% dari target sebesar 75%.
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebesar 100%
atau mencapai 133,33% dari target sebesar 75%.
6. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan sebesar
100% atau mencapai 133,33% dari target sebesar 75%.
7. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk FRA)
sebesar 64,06% atau mencapai 123,19% dari target sebesar 52%.
8. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard & soft competency) di
bidang pencegahan sebesar 87,80% atau mencapai 141,61% dari target
sebesar 62%.
9. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi (KPAK)
yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat sebesar 100%
atau mencapai 153,85% dari target sebesar 65%.
10. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian sebesar
110,04% atau mencapai 177,48% dari target sebesar 62%.
iii
Capaian kinerja outcome menunjukkan rata-rata sebesar 133,87%. Dana yang
digunakan untuk melaksanakan seluruh kegiatan adalah sebesar
Rp6.073.157.876,00 atau 99,66% dari anggaran sebesar Rp6.094.000.000,00.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Ringkasan Eksekutif ii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi 1
B. Aspek Strategis Organisasi 2
C. Kegiatan dan Produk Organisasi 4
D. Struktur Organisasi 5
E. Sistematika Penyajian 9
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2015-2019
1. Pernyataan Visi
2. Pernyataan Misi
3. Tujuan dan Sasaran Strategis
4. Program dan Kegiatan
5. Sasaran Program
6. Indikator Kinerja Utama (IKU)
11
13
13
17
23
23
24
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2018 25
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja 28
B. Analisis Capaian Kinerja 31
C. Penugasan/Kegiatan Lain 88
D. Realisasi Keuangan 107
E. Perbaikan Rencana Kinerja 109
BAB IV PENUTUP 111
Lampiran
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 1
A. Tugas, Fungsi, dan Wewenang Organisasi
esuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Deputi
Bidang Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di
bidang pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan
termasuk program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara, audit
penghitungan kerugian keuangan Negara, dan pemberian keterangan
ahli. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan fungsi:
1. pengkajian, perumusan, dan penyusunan kebijakan teknis di bidang
investigasi;
2. penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan investigasi;
3. penyusunan pedoman dan pemberian bimbingan teknis investigasi
dan pencegahan kolusi, korupsi dan nepotisme;
4. pengoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat
menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral;
5. pelaksanaan audit atas penyesuaian harga, audit klaim dan audit
investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara, audit penghitungan kerugian
keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli pada instansi
pusat dan daerah, dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau
sebagian keuangannya dibiayai oleh anggaran negara dan/atau
subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang didalamnya
S
BAB I PENDAHULUAN
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 2
terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, serta upaya
pencegahan korupsi;
6. pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis program anti korupsi
kepada masyarakat, dunia usaha, aparat pemerintahan dan
badan-badan lainnya;
7. pelaksanaan analisis, evaluasi dan pengolahan hasil pengawasan
bidang penugasan investigasi; dan
8. pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan
pemerintah di bidang keinvestigasian sesuai peraturan perundang-
undangan.
B. Aspek Strategis Organisasi
1. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP yang
memberikan mandat kepada BPKP sebagai pengawas intern
akuntabilitas keuangan negara dan pembina penyelenggaraan
SPIP. Dengan terbitnya PP ini, cakupan penugasan BPKP semakin
luas dan terjadi perubahan paradigma yang lebih mengedepankan
pencegahan melalui pembangunan suatu sistem yang mampu
mencegah dan mendeteksi kecurangan/penyimpangan.
2. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang BPKP,
menyatakan bahwa BPKP berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden. BPKP diharapkan berkontribusi pada
pencapaian tujuan pemerintah dan pembangunan yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan memberikan
rekomendasi untuk peningkatan kinerja program pembangunan
pusat, daerah, dan korporasi.
3. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Presiden menginstruksikan Kepala BPKP untuk:
a. Meningkatkan pengawasan atas tata kelola (governance)
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 3
b. Melakukan audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap
kasus-kasus penyalahgunaan wewenang (pelanggaran
administrasi) dalam percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional.
c. Menghitung jumlah (besaran) kerugian keuangan negara dalam
hal ditemukan adanya kerugian negara dalam pelaksanaan
audit investigatif/audit tujuan tertentu terhadap
penyalahgunaan wewenang (pelanggaran administrasi) dalam
percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
d. Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut atas hasil audit
yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
pada kementerian/lembaga dalam hal ditemukan adanya
kerugian keuangan negara.
e. Melakukan pendampingan dalam rangka pengadaan
barang/jasa tertentu dalam pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional berdasarkan permintaan menteri/kepala lembaga
atau Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas
(KPPIP).
4. Dalam kondisi masih banyaknya kasus korupsi, masih besar pula
harapan Aparat Penegak Hukum (APH) dan Kementerian
/Lembaga/Pemerintah Daerah/Korporasi meminta BPKP untuk
melakukan audit atas kasus TPK.
5. Adanya produk-produk unggulan yang dibutuhkan oleh
stakeholders yaitu Fraud Control Plan (FCP) dan Pengumpulan dan
Pengevaluasian Bukti Dokumen Elektronik (PPBDE) atau Digital
Forensics yang memungkinkan BPKP melakukan penugasan sesuai
dengan kebutuhan stakeholders.
C. Kegiatan dan Produk Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 dan Peraturan
BPKP Nomor 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengelolaan Kegiatan
Bidang Investigasi (PPKBI), Deputi Bidang Investigasi melaksanakan
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 4
kegiatan bidang investigasi untuk memenuhi akuntabilitas yang
menjadi perhatian para stakeholders. Kegiatan tersebut meliputi:
1. Audit Investigatif
2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
3. Pemberian Keterangan Ahli
4. Audit Penyesuaian Harga
5. Audit Klaim
6. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
7. Pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK)
8. Fraud Control Plan (FCP)
9. Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE)
10. Penjaminan Kualitas (Quality Assurance) Kegiatan Bidang Investigasi
11. Penanganan Pengaduan Masyarakat
12. Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk Analysis)
13. Analisis Akar Penyebab Masalah (Root Cause Analysis)
14. Kajian Peraturan Berpotensi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
Produk dari kegiatan tersebut di atas berupa Laporan Hasil
Pengawasan, Laporan Hasil Kajian, Laporan Hasil Evaluasi, dan Laporan
Kegiatan.
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 5
D. Struktur Organisasi
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-
080/K/2001 tanggal 20 Pebruari 2001, struktur organisasi Deputi Bidang
Investigasi terdiri dari 3 (tiga) Direktorat. Masing-masing Direktorat
mempunyai Sub Direktorat dan Kelompok Pejabat Fungsional. Untuk
urusan Tata Usaha, Deputi Bidang Investigasi memperoleh staf
perbantuan dari Sekretariat Utama.
BAGAN 1.1
STRUKTUR ORGANISASI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Deputi Bidang Investigasi
Iswan Elmi
Direktur Investigasi Instansi Pemerintah
Arief Tri Hardiyanto
Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah
Pusat I
Abul Chair
Kasubdit Investigasi Instansi
Pemerintah Pusat II
Saeful Alam
Kasubdit Investigasi Instansi Pemerintah
Daerah
Piping Effrianto
Kelompok Jabatan Fungsional
Direktur Investigasi BUMN dan BUMD
Agustina Arumsari
Kasubdit Investigasi BUMN
Farid Firman
Kasubdit Investigasi BUMD
Iwan Agung Prasetyo
Kelompok Jabatan Fungsional
Direktur Investigasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Wasis Prabowo
Kasubdit Investigasi HKP Instansi Pemerintah
Mohamad Risbiyantoro
Kasubdit Investigasi HKP BUMN dan
BUMD
Constantianus Christiadji
Kelompok Jabatan Fungsional
Kasubbag Tata Usaha
Sutisna
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 6
1. Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah
‘‘Tugas dan fungsi:
2. Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Usaha Milik Daerah
‘‘Tugas dan fungsi:
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan
teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan
investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,
pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan
laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan hasil investigasi pada instansi pemerintah pusat
dan daerah
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan
teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan
investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,
pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan
laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan hasil investigasi terhadap kasus penyimpangan
yang berindikasi merugikan keuangan negara pada
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan badan-badan lain yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 7
3. Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan
‘‘Tugas dan fungsi:
4. Kepala Sub Bagian Tata Usaha Perbantuan VI
‘‘Tugas dan fungsi:
Jumlah pegawai Deputi Bidang Investigasi per 31 Desember 2018
sebanyak 130 orang. Jika dibandingkan dengan posisi per 1 Januari
2018 sebanyak 95 orang, maka secara total terjadi penambahan jumlah
pegawai sebanyak 35 orang. Jumlah pegawai tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan golongan, terdapat pada Tabel 1.1 dan
berdasarkan jabatan, terdapat pada Tabel 1.2.
Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan
teknis, penyusunan pedoman, pemberian bimbingan
teknis investigasi, penyiapan bahan koordinasi,
penyusunan rencana dan pengendalian pelaksanaan
investigasi, penyusunan rencana dan pengendalian
pelaksanaan pemberian bantuan investigasi,
pemantauan tindak lanjut, evaluasi dan penyusunan
laporan kegiatan, analisis, evaluasi dan penyusunan
laporan hasil investigasi terhadap hambatan kelancaran
pembangunan pada instansi pemerintah pusat dan
daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan badan-badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan pemerintah
Melakukan urusan tata usaha pengawasan,
kepegawaian, keuangan, perlengkapan dan administrasi
Jabatan Fungsional di Deputi Bidang Investigasi
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 8
TABEL 1.1
JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI PER 31 DESEMBER 2018
BERDASARKAN GOLONGAN
TABEL 1.2
JUMLAH DAN KLASIFIKASI PEGAWAI
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2018
BERDASARKAN JABATAN
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 9
E. Sistematika Penyajian
Laporan Kinerja menginformasikan pencapaian kinerja Deputi Bidang
Investigasi selama Tahun 2018 dibandingkan dengan Perjanjian Kinerja
(PK) Tahun 2018 yang merupakan komitmen Deputi Bidang Investigasi
untuk mencapai kinerja sebagai upaya memenuhi misi organisasi.
Melalui pembandingan tersebut akan diperoleh celah kinerja
(Performance Gap) untuk disempurnakan kembali dalam rencana
kinerja berikutnya.
Sistematika penyajian Laporan Kinerja Tahun 2018, adalah sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian umum mengenai tugas, fungsi dan wewenang
Deputi Bidang Investigasi, aspek strategis, kegiatan dan
produk, struktur organisasi serta sistematika penyajian.
Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 10
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
Berisi uraian singkat mengenai Rencana Strategis (Renstra)
2015-2019 yang menggambarkan visi, misi, tujuan dan
sasaran, Indikator Kinerja Utama (IKU). Selain itu akan
diuraikan juga mengenai Perjanjian Kinerja tahun 2018.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
Berisi uraian mengenai capaian kinerja yang meliputi
sasaran strategis dan sasaran program Deputi Bidang
Investigasi, kinerja lainnya, serta akuntabilitas keuangan
tahun 2018.
BAB IV PENUTUP
Berisi uraian singkat mengenai keberhasilan dan
kegagalan, permasalahan dan kendala utama yang
berkaitan dengan kinerja kedeputian, serta langkah-
langkah perbaikan kinerja yang akan dilaksanakan pada
tahun mendatang.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 11
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
A. Rencana Strategis 2015-2019
encana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen
perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan,
program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas dan
fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra
Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari Renstra
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun
dengan memperhatikan:
1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2015-2019.
2. Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tanggal
16 Agustus 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tanggal
21 November 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006 tanggal 18 April 2006 tentang
Pengesahan United Nations Convention Against Corruption 2003
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003).
4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tanggal 28 Agustus
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sesuai
dengan peraturan ini, delegasi yang diemban BPKP adalah sebagai
auditor Presiden yang memiliki tugas melakukan pengawasan intern
terhadap akuntabilitas keuangan negara dan sebagai pembina
SPIP untuk seluruh Instansi Pemerintah. Pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara dilaksanakan atas kegiatan tertentu
meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan
kebendaharaan umum negara, dan kegiatan lain berdasarkan
penugasan dari Presiden. BPKP khususnya Deputi Bidang Investigasi
R
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 12
melakukan pengawasan intern melalui audit dengan tujuan
tertentu.
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tanggal 30 September 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tanggal 17 Oktober 2014
tentang Administrasi Pemerintahan.
7. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tanggal 31 Desember
2014 tentang BPKP. Sesuai dengan pasal 27, Deputi Bidang
Investigasi melaksanakan tugas membantu Kepala di bidang
pelaksanaan pengawasan kelancaran pembangunan termasuk
program lintas sektoral, pencegahan korupsi, audit atas
penyesuaian harga, audit klaim, audit investigatif terhadap kasus-
kasus penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan
negara, audit penghitungan kerugian keuangan negara, dan
pemberian keterangan ahli.
8. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tanggal 31 Desember 2014
tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan
Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern dalam
rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
9. Surat Keputusan Kepala BPKP Nomor KEP-06.00.00-080/K/2001
tanggal 20 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja BPKP.
10. Peraturan Kepala BPKP Nomor PER-1314/K/D6/2012 tanggal 16
Oktober 2012 tentang Pedoman Penugasan Bidang Investigasi.
Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah
perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi yang telah
ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan oleh
seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk mencapai visi tersebut
ditetapkan 5 (lima) misi.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 13
1. Pernyataan Visi
BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada Presiden diharapkan mampu
meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam
memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance
baik dalam sektor pemerintahan maupun sektor publik. Deputi
Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut
mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP
demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN
serta tercapainya kelancaran pembangunan yang
berkesinambungan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang
menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang.
Visi Deputi Bidang Investigasi:
2. Pernyataan Misi
Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus
dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi. Untuk
mencapai visi tersebut Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi
sebagai berikut:
PUSAT UNGGULAN SOLUSI KECURANGAN
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 14
Misi 1 dilatarbelakangi adanya Peraturan Presiden Nomor 192 tahun
2014 tanggal 31 Desember 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan. Salah satu tugas pemerintah yang
dilaksanakan oleh BPKP, khususnya Deputi Bidang Investigasi adalah
melaksanakan audit investigatif terhadap kasus-kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan negara,
audit penghitungan kerugian keuangan negara, pemberian
keterangan ahli, serta penugasan investigasi lainnya yang berkaitan
dengan upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Penyelenggaraan pengawasan keinvestigasian bertujuan untuk
mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan
hukum. Pelaksanaan penugasan bekerjasama dengan Aparat
Penegak Hukum (APH) dan Instansi Lain.
Misi 2 dilatarbelakangi pelaksanaan pembangunan sering
terkendala dan tidak mencapai hasil dan manfaat seperti yang
Menyelenggarakan pengawasan keinvestigasian
Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap kasus yang menghambat kelancaran pembangunan
Mengembangkan sistem pencegahan kecurangan di K/L/P/K
Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran anti korupsi terhadap K/L/P/K dan masyarakat
Mengembangkan kapabilitas pengawasan intern keinvestigasian yang profesional dan kompeten
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 15
diharapkan. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antar instansi
pemerintah dan korporasi yang mengakibatkan adanya hambatan
pelaksanaan pembangunan yang berdampak pada lambatnya
pencapaian tujuan nasional. Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan
pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat
menghambat kelancaran pembangunan termasuk program lintas
sektoral, maka BPKP melakukan mediasi dan memberikan solusi
kepada instansi pemerintah dan korporasi untuk menyelesaikan
permasalahan yang menghambat pembangunan, sehingga
pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan lancar.
Misi 3 dilatarbelakangi adanya perubahan paradigma yang lebih
mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu
sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian
adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya
Deputi Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas
pencegahan korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama
adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan
yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun
sikap yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Organisasi dapat menghilangkan
atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah
berikut:
a. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi.
b. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan
pendeteksian.
c. Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta
pegawai, pelanggan dan masyarakat.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 16
d. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit
dan standar investigasi.
Untuk mencegah korupsi seperti tersebut di atas dapat dilakukan
dengan mengimplementasikan Program Anti Korupsi atau Fraud
Control Plan (FCP) termasuk Fraud Risk Assesment (FRA). FCP yaitu
suatu pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan
terukur oleh suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan
memudahkan pendeteksian, jumlah, serta frekuensi kemungkinan
terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai dengan eksistensi dan
implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya mencapai
tujuan organisasi secara keseluruhan.
Misi 4 dilatarbelakangi Deputi Bidang Investigasi bermaksud
memperluas dan mempertajam strategi edukatif anti korupsi
dengan mengimplementasikan konsep masyarakat pembelajar
(learning society) yang selaras dengan strategi BPKP sebagaimana
tertuang dalam Perencanaan Strategis 2019- 2024 dan terintegrasi
dengan strategi pengembangan Deputi Bidang Investigasi sebagai
Pusat Keunggulan Solusi Kecurangan.
Konsep masyarakat pembelajar anti korupsi akan dilaksanakan
melalui:
a. Kegiatan pelatihan dalam bentuk: sosialisasi/ seminar/workshop
anti korupsi, iklan layanan masyarakat
b. Kegiatan fasilitatif dalan bentuk: bimbingan konsulasi
pengembangan perilaku dan sistem whistleblowing, dan
bimbingan konsultasi pengembangan partisipasi publik dalam
pengawasan pembangunan.
Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.
Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua
aspek yaitu:
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 17
a. Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan
b. Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas
indikasi korupsi
Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka
K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem
pengaduan masyarakat.
Misi 5 dilatarbelakangi tingginya kasus korupsi pada sektor
pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, menjadi bukti
bahwa fungsi aparatur pengawasan belum maksimal, SDM
pengawasan kurang profesional, serta lemahnya bisnis proses
pengawasan. Kondisi tersebut harus segera diperbaiki secara
mendasar dan komprehensif. Selain itu, pelaksanaan tugas pada
Deputi Bidang Investigasi di BPKP maupun auditor investigasi pada
APIP lainnya, memiliki beberapa risiko yang lebih tinggi
dibandingkan tugas-tugas auditor lainnya, hal ini terkait dengan
risiko gugatan hukum atas hasil audit investigatif maupun audit
penghitungan kerugian keuangan negara.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan tantangan besar yang akan
dihadapi di masa mendatang, maka APIP diharapkan mampu
mencegah, menangkal, mendeteksi tindakan pelanggaran
terhadap ketentuan, prosedur termasuk mendeteksi dan mencegah
korupsi, serta meningkatkan ketaatan pada peraturan, kebijakan,
dan prosedur. Selain itu, perlu adanya peningkatan kompetensi bagi
auditor investigasi, dalam upaya meningkatkan profesionalitas dan
meminimalisir gugatan hukum.
3. Tujuan dan Sasaran Strategis
Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan
dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan
dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan
menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 18
perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi
Bidang Investigasi.
Dalam rangka mencapai misi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang
Investigasi telah menetapkan tujuan strategis sebagai berikut:
BAGAN 2.1
TUJUAN STRATEGIS DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
Terkait dengan tujuan tersebut, Deputi Bidang Investigasi menetapkan
sasaran strategis sebagai berikut:
a. Meningkatnya efektivitas pemanfaatan hasil pengawasan
keinvestigasian.
Adanya ekspektasi stakeholders agar BPKP mendorong
pengelolaan kepemerintahan yang baik dan bersih (good and
clean governance) dan meningkatkan upaya pemberantasan
korupsi, mendorong Deputi Bidang Investigasi untuk terus melakukan
3. Melakukan penanggulangan korupsi melalui pencegahan
korupsi dengan membangun suatu sistem yang mampu
mencegah atau memudahkan pendeteksian adanya
kecurangan/penyimpangan.
1. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam rangka
pemberantasan korupsi dan mewujudkan tata kelola
pemerintahan dan korporasi yang baik.
2. Meningkatkan manfaat hasil pengawasan dalam mengatasi
hambatan kelancaran pembangunan.
4. Meningkatkan kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap
korupsi.
5. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di
bidang keinvestigasian.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 19
upaya pemberantasan korupsi secara efisien dan efektif. Hasil
pengawasan keinvestigasian harus berkualitas agar dapat
dimanfaatkan oleh Aparat Penegak Hukum (APH) dalam
mengungkap dan menindak kejadian korupsi. Hasil pengawasan
keinvestigasian juga diharapkan dapat dimanfaatkan oleh K/L/P/K
untuk dijadikan masukan oleh pimpinan dalam pengambilan
keputusan, antara lain untuk menghentikan atau meniadakan
kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidaktertiban; mencegah terulangnya kembali
kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidaktertiban tersebut; mencari cara yang lebih
baik atau membina yang telah baik untuk mencapai tujuan dan
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Hasil pengawasan akan
bermakna apabila dapat diikuti langkah-langkah tindak lanjut yang
nyata dan tepat.
b. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional.
Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP) adalah kondisi dimana
proses pembangunan tidak dapat mencapai hasil dan manfaat
yang telah ditetapkan karena adanya masalah yang tidak dapat
diselesaikan dengan menggunakan kewenangan para pihak
terkait. Untuk mengatasi hal ini BPKP memberikan kontribusi melalui
pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan yang dapat menghambat kelancaran pembangunan
termasuk program lintas sektoral melalui kegiatan evaluasi HKP. Hasil
evaluasi HKP diharapkan dapat digunakan oleh penanggungjawab
atau pelaksana program/kegiatan atau pihak yang terkait lainnya
untuk menyelesaikan masalah yang menghambat kelancaran
program/kegiatan pembangunan.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 20
c. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan dan korporasi
dalam pencegahan korupsi.
Masalah pemberantasan korupsi tidak cukup hanya dilaksanakan
dengan pendekatan bersifat represif, tetapi juga bersifat preventif
dan edukatif. Tanpa langkah preventif pemberantasan korupsi
hanya akan berhasil mengatasi gejalanya saja dan bukan
menghancurkan akar penyebab dan sumber penyakit korupsi.
Selain itu, adanya perubahan paradigma yang lebih
mengedepankan pencegahan korupsi dengan membangun suatu
sistem yang mampu mencegah atau memudahkan pendeteksian
adanya kecurangan/penyimpangan, mendorong Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) khususnya
Deputi Bidang Investigasi untuk terus meningkatkan efektifitas
pencegahan korupsi.
Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama
adalah penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan
yang kedua adalah pengkajian risiko korupsi serta membangun
sikap yang konkrit guna meminimalkan risiko serta menghilangkan
kesempatan terjadinya korupsi. Program yang diperlukan untuk
mencegah korupsi seperti tersebut dikenal dengan Program Anti
Korupsi atau Fraud Control Plan (FCP). Pengendalian tersebut
dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh suatu organisasi,
untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian,
jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan
yang ditandai dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut
dalam kerangka upaya mencapai tujuan organisasi secara
keseluruhan.
Sehubungan dengan hal ini, hasil penugasan FCP termasuk FRA
diharapkan dapat diimplementasikan oleh K/L/P/K untuk perbaikan
tata kelola, mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 21
d. Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat terhadap
korupsi.
Deputi Bidang Investigasi memperluas dan mempertajam strategi
edukatif anti korupsi dengan mengimplementasikan konsep
masyarakat pembelajar (learning society) melalui pengembangan
Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK). MPAK adalah
paradigma dalam pemberantasan korupsi yang menempatkan
pembelajaran anti korupsi sebagai faktor kunci keberhasilan
pemberantasan korupsi. Pembelajaran anti korupsi adalah proses
interaksi peserta belajar dengan BPKP sebagai sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar dimana BPKP berperan dalam membantu,
mendorong dan memfasilitasi peserta belajar agar dapat
memperoleh pengetahuan dan menguasai ketrampilan/keahlian
mengenai anti korupsi serta mengubah sikap peserta belajar
menjadi anti korupsi berdasarkan usaha peserta belajar.
Kegiatan yang dilakukan oleh MPAK adalah membentuk Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi (KPAK). KPAK merupakan sekelompok
pihak–pihak yang berkepentingan (internal dan eksternal) dari suatu
instansi pemerintah atau korporasi negara/daerah yang
mempunyai tujuan yang sama yaitu mewujudkan kepemerintahan
yang baik dan pemerintahan yang bersih. KPAK melakukan
pertemuan secara rutin dan berkelanjutan maupun secara insidentil
untuk berkolaborasi melakukan aktivitas pembelajaran anti korupsi
secara aktif, partisipatif dan interaktif dalam rangka menghasilkan
dan menyebarluaskan data, informasi maupun pengetahuan
mengenai anti korupsi.
Secara konseptual, kegiatan tersebut bertujuan meningkatkan
pemahaman dan kepedulian peserta belajar mengenai anti korupsi.
Secara operasional, outcome kegiatan tersebut tercermin dari dua
aspek yaitu:
1) Kepedulian pegawai untuk ber-whistleblowing, dan
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 22
2) Kepedulian masyarakat untuk melakukan pengaduan atas
indikasi korupsi
Agar kepedulian pegawai tersebut terwujud dan terkelola maka
K/L/P/K memerlukan sistem yaitu sistem whistleblowing atau sistem
pengaduan masyarakat.
e. Meningkatkan kapabilitas pengawasan intern pemerintah di bidang
keinvestigasian.
Untuk mempercepat tercapainya tata kelola pemerintahan yang
baik, keberadaan APIP menjadi sangat penting dan strategis, mulai
sejak perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban APBN/APBD serta pemberian rekomendasi
perbaikan pada setiap kebijakan yang telah dan/atau akan
diimplementasikan. APIP diharapkan dapat bekerja lebih profesional
dan peka terhadap permasalahan negara yang dinamis dan
mengedukasi upaya-upaya pencegahan korupsi di semua bidang.
Sehubungan dengan hal tersebut, APIP perlu meningkatkan kualitas
hasil audit intern dan perlu meningkatkan kemampuan (kapabilitas)
organisasinya, termasuk meningkatkan kompetensi auditor sehingga
mampu meningkatkan kualitas hasil pengawasan.
Untuk meningkatkan kompetensi auditor, Deputi Bidang investigasi
merncanakan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Mengikutsertakan auditor investigasi pada pendidikan formal
Strata 2 dan Strata 3.
2) Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat/Uji kompetensi
CFE dan CFrA.
3) Menyelenggarakan Diklat yang mendukung penugasan bidang
investigasi.
4) Mengikutsertakan auditor investigasi pada Diklat yang
mendukung penugasan bidang investigasi.
5) Menyelenggarakan workshop yang mendukung penugasan
bidang investigasi.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 23
4. Program dan Kegiatan
Program Deputi Bidang Investigasi mencerminkan tugas dan fungsi
yang berisi kegiatan untuk mewujudkan sasaran strategis yang telah
ditetapkan. Program tersebut adalah Pengawasan Intern
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Negara dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP.
Kegiatan pengawasan mencerminkan tugas dan fungsi Direktorat
yang berisi komponen kegiatan untuk mencapai keluaran (output).
Kegiatan pengawasan Deputi Bidang Investigasi terdiri dari:
a. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada
Kementerian/ Lembaga.
b. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait keinvestigasian pada
BUMN/BUMD.
c. Pengendalian/Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran
Pembangunan.
5. Sasaran Program
Sasaran program menunjukkan berfungsinya output pengawasan
intern yang dilakukan oleh BPKP. Output pengawasan berupa
rekomendasi hasil pengawasan yang berkualitas dan dapat
dilaksanakan oleh K/L/P/K akan memberikan hasil berupa perbaikan
atas pengelolaan program strategis/program prioritas nasional.
Deputi Bidang Investigasi menetapkan sasaran program sebagai
berikut:
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 24
6. Indikator Kinerja Utama (IKU)
Untuk menggambarkan tingkat pencapaian sasaran program,
ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:
a. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di
persidangan.
b. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH.
c. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
d. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
e. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
f. Persentase penyelesaian hambatan kelancaran pembangunan.
g. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA).
h. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan.
Sasaran Program
1. Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan
keinvestigasian.
2. Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional.
3. Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan
korporasi dalam pencegahan korupsi.
4. Meningkatnya kepedulian K/L/P dan masyarakat terhadap
korupsi.
5. Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah
di bidang keinvestigasian.
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 25
i. Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan
masyarakat.
j. Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian.
B. Perjanjian Kinerja Tahun 2018
Dokumen Perjanjian Kinerja merupakan suatu dokumen yang berisi
penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan
instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang
disertai dengan indikator kinerja. Dokumen ini berisi sasaran strategis,
sasaran program, sasaran kegiatan, indikator kinerja, dan target kinerja
yang diperjanjikan dalam satu tahun serta memuat rencana anggaran
untuk program dan kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran
strategis.
Target dari indikator kinerja sasaran program dan sasaran kegiatan
ditetapkan dalam bentuk satuan yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik indikator yang digunakan. Satuan ditetapkan dalam bentuk
kuantitatif yang dapat dihitung dan diukur, sehingga dapat dinilai untuk
menentukan tingkat keberhasilan dari masing-masing program.
Program yang disertai dengan indikator hasil program dan indikator hasil
kegiatan dituangkan dalam satu dokumen Perjanjian Kinerja (PK).
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Investigasi Tahun 2018 dapat dilihat
pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Perjanjian Kinerja Tahun 2018
No. Sasaran
Strategis/Program
/ Kegiatan
Indikator Kinerja Target
Sasaran Program
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di
persidangan
50%
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 26
No. Sasaran
Strategis/Program
/ Kegiatan
Indikator Kinerja Target
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
72%
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
65%
1.4 Persentase hasil audit
penyesuaian harga
yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
75%
1.5 Persentase hasil audit
klaim yang
dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
75%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
75%
3. Meningkatnya
kualitas tata
kelola pemerintah
dan korporasi
dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan
FCP (termasuk FRA)
52%
3.2 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
(hard & soft
competency) di bidang
pencegahan
62%
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K
anggota Komunitas
Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang
mengimplementasikan
sistem pengaduan
masyarakat
65%
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern pemerintah
di bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
keinvestigasian
62%
Sasaran Kegiatan
1. Tersedianya
informasi hasil
1.1 Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
91 laporan
Pendahuluan Akuntabilitas Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 27
No. Sasaran
Strategis/Program
/ Kegiatan
Indikator Kinerja Target
pengawasan pada
Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
pada Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
2. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi BUMN
dan BUMD
1.1 Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi BUMN/D
48 laporan
3. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
1.1 Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
37 laporan
Pengawasan Intern Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan
SPIP
Rp6.094.000.000,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 28
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
kuntabilitas Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban
kinerja Deputi Bidang Investigasi dalam tahun 2018 yang ditujukan
untuk memenuhi target rencana kinerja yang telah ditetapkan.
Dalam uraian berikut disajikan pula akuntabilitas Deputi Bidang Investigasi
dari aspek keuangan, sumber daya manusia, dan sarana prasarana
sebagai unsur penunjang pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi kinerja dimulai dengan pengukuran kinerja yang mencakup
penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan pencapaian sasaran dalam rangka
mewujudkan misi yang telah ditetapkan.
A. Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja dimaksudkan untuk menilai keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT).
Pengukuran kinerja mencakup penilaian indikator kinerja sasaran yang
tertuang dalam Perjanjian Kinerja (PK). Pengukuran kinerja dilakukan
dengan cara membandingkan antara target dengan realisasinya.
Persentase capaian, dihitung dengan rumus bahwa semakin tinggi
realisasi menggambarkan pencapaian rencana tingkat capaian yang
semakin baik.
Sesuai dengan Perjanjian Kinerja Tahun 2018, Deputi Bidang Investigasi
menetapkan 5 (lima) sasaran program dan 3 (tiga) sasaran kegiatan.
Capaian sasaran program dan sasaran kegiatan tersebut disajikan
pada Tabel 3.1.
A
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 29
Tabel 3.1
Capain Kinerja Outcome
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2018
Realisasi Capai
an
2018
2017 2018
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
1.1 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan di
persidangan
50% 41,61% 36,77% 73,54%
1.2 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan
oleh APH
72% 100,00% 100,00% 138,89%
1.3 Persentase hasil
pengawasan
keinvestigasian
yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
65% 69,23% 84,61% 130,17%
1.4 Persentase hasil
audit
penyesuaian
harga yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
75% 100,00% 100,00% 133,33%
1.5 Persentase hasil
audit klaim yang
dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
75% 100,00% 100,00% 133,33%
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase
penyelesaian
hambatan
kelancaran
pembangunan
75% 100,00% 100,00% 133,33%
3. Meningkatnya
kualitas tata
kelola
pemerintah dan
korporasi dalam
pencegahan
korupsi
3.1 Persentase
K/L/P/K yang
mengimplement
asikan FCP
(termasuk FRA)
52% 80,77% 64,06% 123,19%
3.2 Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
(hard & soft
competency) di
bidang
pencegahan
62% 63,32% 87,80% 141,61%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 30
No. Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2018
Realisasi Capai
an
2018
2017 2018
4. Meningkatnya
kepedulian
K/L/P/K dan
masyarakat
terhadap
korupsi
4.1 Persentase
K/L/P/K anggota
Komunitas
Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK)
yang
mengimplement
asikan sistem
pengaduan
masyarakat
65% 94,12% 100,00% 153,85%
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan
intern
pemerintah di
bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase
auditor yang
memiliki
kompetensi
keinvestigasian
62% 67,88% 110,04% 177,48%
Rata-rata capaian 133,89%
Rata-rata capaian outcome tahun 2018 sebesar 133,87% atau naik
sebesar 1,08% dari rata-rata capaian tahun 2017 sebesar 132,79%.
Indikator kinerja outcome tahun 2018 dicapai melalui kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP,
dengan indikator kinerja output sebagaimana terdapat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Capain Kinerja Output Tahun 2018
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
2018
Realisasi Capaian
2018
%
2017 2018
1. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi Instansi
Pemerintah
1.1 Jumlah laporan
hasil
pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi
Instansi
Pemerintah
91 lap 151 lap 209 lap 229,67%
2. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
BUMN dan
BUMD
1.1 Jumlah laporan
hasil
pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi
BUMN/D
48 lap 113 lap 73 lap 152,08%
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 31
No. Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target
2018
Realisasi Capaian
2018
%
2017 2018
3. Tersedianya
informasi hasil
pengawasan
pada Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
1.1 Jumlah laporan
hasil
pengawasan
intern pada
Direktorat
Investigasi
Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
37 lap 87 lap 80 lap 205,13%
Jumlah 176 lap 351 lap 362 lap 203,37%
B. Analisis Capaian Kinerja
Pada tahun 2018, Deputi Bidang Investigasi menetapkan 5 (lima)
sasaran program dengan 10 indikator kinerja program yang berbeda
dengan tahun sebelumnya. Realisasi dan capaian kinerja untuk masing-
masing indikator kinerja tahun 2018 diabndingkan dengan realisasi
tahun 2017 dan target akhir periode Renstra adalah sebagai berikut:
‘‘Sasaran Program 1
Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan.
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH.
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K.
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 32
Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
di persidangan
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan di
persidangan adalah tingkat pemanfaatan laporan hasil
pengawasan keinvestigasian berupa Laporan Hasil Audit dalam
rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan
Laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik
(LPEBDE) pada sidang di pengadilan. Pengukuran kinerja dihitung
berdasarkan jumlah Laporan Pemberian Keterangan Ahli (LPKA) di
pengadilan dibandingkan dengan Laporan Hasil Audit dalam
rangka Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan
Laporan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik
(LPEBDE) yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 36,77% lebih rendah
dibandingkan dari target sebesar 50% atau mencapai 73,54%.
Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan pemberian
keterangan ahli di pengadilan sebanyak 460 laporan dibandingkan
dengan jumlah Laporan Hasil Audit dalam rangka Penghitungan
Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) dan Laporan Pengumpulan
dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (LPEBDE) yang diterbitkan
sebanyak 1.251 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 36,77% lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 41,61% dan lebih
rendah jika dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra
sebesar 60%. Hal ini terjadi karena proses pelimpahan perkara dari
APH ke Pengadillan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga
LHPKKN dan LPEBDE yang diterbitkan pada tahun 2018 belum
seluruhnya dilimpahkan ke Pengadilan. Selain itu, terdapat perkara
yang melibatkan beberapa terdakwa dilakukan dalam satu
persidangan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 33
Realisasi kinerja didukung oleh penugasan pemberian keterangan
ahli, audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara,
dan Pengumpulan dan Evaluasi Bukti Dokumen Elektronik (PEBDE)
yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Perwakilan BPKP. Rincian penugasan pendukung
realisasi kinerja terdapat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
LHPKKN DAN LPEBDE
TAHUN 2016-2018
No. Tahun LHPKKN LPEBDE Jumlah PKA Realisasi
Kinerja
1 2016 515 9 524
36,77%
2 2017 397 5 402
3 2018 317 8 325 460
Jumlah 1.229 22 1.251 460
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
pada Grafik 3.1.
Grafik 3.1
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan di persidangan
2017 2018
Target 40 50
Realisasi 41,61 36,77
0
10
20
30
40
50
60
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 34
Dari grafik 3.1 dapat dilihat bahwa realisasi kinerja tahun 2017
melampaui target yang ditetapkan. Sedangkan realisasi tahun 2018
lebih rendah dari target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018
terlihat pada grafik berikut:
Grafik 3.2
Capaian IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian
dimanfaatkan di persidangan
Dari Grafik 3.2 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2018 lebih
rendah dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2017.
Untuk meningkatkan capaian kinerja, BPKP khususnya Deputi Bidang
Investigasi akan terus menjalin komunikasi yang baik dengan APH
dan menyelesaikan penugasan dengan cepat agar APH dapat
segera menuntaskan perkara korupsi yang ditangani.
Pencapaian sasaran tahun 2018 didukung penggunaan dana
sebesar Rp456.427.825,00 atau 52,54% dari anggaran sebesar
Rp868.740.002,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.619 OH atau 189,36% dari
rencana sebanyak 855 OH.
2017 2018
capaian 104,03 73,54
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 35
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 73,54%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 52,54%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini belum dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 73,54%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 189,36%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil
pengawasan keinvestigasian dimanfaatkan di persidangan”
terdapat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Target dan Realisasi Output LPKA, LHPKKN, dan LPEBDE
Tahun 2018
Uraian Target
(laporan)
Realisasi
(laporan)
% capaian
LPKA 1.163 1.163 100,00
LHPKKN 330 317 96,06
LPEBDE 5 8 160
Jumlah 1.498 1.488 99,33
Realisasi penugasan pemberian keterangan ahli sebanyak 1.163
laporan terdiri dari:
a. Pemberian keterangan ahli di hadapan Penyidik (Kejaksaan,
Kepolisian, dan KPK) sebanyak 703 laporan.
b. Pemberian keterangan ahli di Pengadilan sebanyak 460 laporan.
Penugasan pemberian keterangan ahli di Pengadilan yang
dilaksanakan pada tahun 2018 antara lain:
a. Pemberian Keterangan Ahli di Persidangan atas perkara dugaan
tipikor Kegiatan Pengadaan Tanah dalam rangka
Pengembangan dan Perluasan Terminal Bandar Internasional
Sultan Hasanuddin Makassar pada PT Angkasa Pura I (Persero) TA
2015 atas nama terdakwa HJ. Andi Nuzulia, SH.
b. Pemberian Keterangan Ahli dalam bidang accounting dan
auditing di persidangan perkara dugaan TPK dalam pemberian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 36
kredit dari PT BNI (Persero) Tbk Sentra Kredit Kecil Parepare
kepada PT Griya Maricaya Gemilang atas nama terdakwa
Hendrik Jaury, SH.
c. Pemberian Keterangan Ahli atas Perkara Dugaan TPK dalam
Kegiatan Carnaval Road to Asian Games 18th yang
dilaksanakan oleh KOI dengan Menggunakan Anggaran
Kementerian Pemuda dan Olahraga RI TA 2015 dengan
terdakwa Anjas Rivai.
LHPKKN yang terbit pada tahun 2018 dan jumlah kerugian keuangan
negara disajikan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5
LHPKKN yang diserahkan ke APH
Tahun 2018
No. Instansi
Penyidik
Jumlah
laporan
Nilai kerugian keuangan negara
Rupiah USD
1 Kejaksaan 136 779.845.571.979,00 203,630.05
2 Kepolisian 181 340.667.141.130,37 0
Jumlah 317 1.120.512.713.109,37 203,630.05
LHPKKN yang terbit tahun 2018 antara lain:
a. LHPKKN atas Dugaan TPK dalam Pengelelolaan Investasi Dana
Pensiun Pupuk Kalimantan Timur Tahun 2011-2016, dengan
kerugian keuangan negara sebesar Rp175.106.501.048,00.
b. LHPKKN atas Dugaan TPK pada Pengembangan Fasilitas Laut
Kaimana atau Pembangunan Dermaga Kaimana TA 2010 s.d
2012, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp55.859.970.382,00.
c. LHPKKN atas Dugaan TPK dalam Perjanjian Jual Beli Piutang
antara PT Kasih Industri Indonesia dan PT PANN (Persero), dengan
kerugian keuangan negara sebesar Rp55.058.412.928,69.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 37
2. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh APH
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh Aparat Penegak Hukum (APH) adalah tingkat pemanfaatan
hasil audit investigatif oleh APH. Pengukuran kinerja dihitung
berdasarkan jumlah laporan hasil audit investigatif yang dapat
ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh APH dibandingkan dengan
jumlah Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan target sebesar 72% atau mencapai 138,89%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah LHAI yang ditindaklanjuti dan
dimanfaatkan oleh APH sebanyak 59 laporan dibandingkan dengan
jumlah LHAI yang diterbitkan sebanyak 59 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2017 sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan
target pada akhir periode Renstra sebesar 75%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan audit
investigatif yang diserahkan ke Aparat Penegak Hukum (APH) yang
dilaksanakan oleh Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
dengan Grafik 3.3.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 38
Grafik 3.3
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh Aparat Penegak Hukum
(APH)
Dari Grafik 3.3 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 dan
tahun 2018 melampaui target yang telah ditetapkan. Faktor
pendukung tercapainya IKU adalah adanya komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan APH, serta peran APH untuk
menyelesaikan kasus yang sedang ditangani.
Perkembangan capaian IKU tahun 2017 dan tahun 2018
digambarkan Grafik 3.4.
2017 2018
Target 70 72
Realisasi 100,00 100,00
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 39
Grafik 3.4
Capaian IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh Aparat Penegak Hukum (APH)
Dari Grafik 3.4 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2018 lebih
rendah sebesar 3,97% dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Hal ini terjadi karena target kinerja tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar 2% dari target tahun 2017. Tingkat hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh Aparat Penegak Hukum
(APH) tahun 2018 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018,
namun melebihi target yang telah ditetapkan.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil
pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh APH”
terdapat pada Tabel 3.6.
2017 2018
capaian 142,86 138,89
136,00
137,00
138,00
139,00
140,00
141,00
142,00
143,00
144,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 40
Tabel 3.6
Target dan Realisasi Output LHAI
Tahun 2018
Uraian Target Th 2018
(laporan)
Realisasi Th 2018
(laporan)
% capaian
LHAI 60 59 98,33
LHAI yang diserahkan ke APH pada tahun 2018 dan jumlah kerugian
keuangan negara terdapat pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7
LHAI yang diserahkan ke APH
Tahun 2018
No. Instansi Penyidik Jumlah
laporan
Nilai kerugian keuangan
negara
1. Kejaksaan 3 8.452.935.518,36
2. Kepolisian 56 59.438.500.976,67
Jumlah 59 67.891.436.495,03
LHAI yang ditindaklanjuti oleh APH antara lain:
a. LHAI atas Kegiatan Pembangunan Sarana dan Prasarana Olah
Raga Pekerjaan Pengurugan Lahan Sport Center Kota Tegal TA
2015 dan 2016, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp12.294.279.887,00.
b. LHAI atas Kegiatan Pengadaan Lahan untuk Tempat makam
Umum (TPU) Km. 15 Kota Balikpapan pada Dinas Kebersihan,
Pertamanan, dan Permakaman Kota Balikpapan TA 2013,
dengan kerugian keuangan negara sebesar Rp9.948.192.000,00.
c. LHAI atas Kasus Dugaan TPK Pemberian Kredit Modal Kerja dari
PT Bank BTN Cabang Dompu kepada PT Pesona Dompu Mandiri
TA 2017, dengan kerugian keuangan negara sebesar
Rp6.200.000.000,00.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 41
3. Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K
Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan
oleh K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatkan laporan hasil
pengawasan keinvestigasian oleh K/L/P/K untuk perbaikan tata
kelola dan/atau mencegah TPK berulang. Pengukuran kinerja
dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil pengawasan
keinvestigasian berupa laporan hasil audit Investigatif, laporan hasil
pengawasan atas current issues, dan laporan hasil pengawasan
dalam rangka pemberian rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti
dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K dibandingkan dengan jumlah
laporan hasil pengawasan keinvestigasian yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 84,61% lebih tinggi dibandingkan
dengan target sebesar 65% atau mencapai 130,17%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah LHAI dan laporan hasil pengawasan
dalam rangka pemberian rekomendasi strategis yang ditindaklanjuti
dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K sebanyak 22 laporan dibandingkan
dengan jumlah laporan hasil audit Investigatif yang diterbitkan
sebanyak 22 laporan dan laporan hasil pengawasan dalam rangka
pemberian rekomendasi strategis yang diterbitkan sebanyak 4
laporan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 84,61% lebih tinggi dibandingkan
dengan realisasi tahun 2017 sebesar 69,23% dan lebih tinggi
dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra sebesar
70%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan
pengawasan yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
dengan Grafik 3.5.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 42
Grafik 3.5
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari grafik 3.5 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 dan tahun
2018 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian IKU tahun 2017 dan tahun 2018
digambarkan dengan Grafik 3.6.
Grafik 3.6
Capaian IKU Persentase hasil pengawasan keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
2017 2018
Target 60 65
Realisasi 69,23 84,61
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2017 2018
capaian 115,38 130,17
105,00
110,00
115,00
120,00
125,00
130,00
135,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 43
Dari Grafik 3.6 terlihat bahwa capaian IKU tahun 2018 lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian tahun 2017. Tercapainya capaian
kinerja disebabkan peran aktif auditan dalam menindaklanjuti
rekomendasi atas hasil audit. Selain itu tim audit dapat
menyelesaikan penugasan dan penyusunan laporan hasil
pengawasan dengan tepat waktu.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp359.232.120,00 atau 53,97% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp665.578.572,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.846 OH atau 93,23% dari
rencana sebanyak 1.980 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 130,17%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 53,97%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 130,17%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 93,23%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil
pengawasan keinvestigasian yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K”
terdapat pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8
Laporan Hasil Pengawasan yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2018
Uraian Target Th
2018
(laporan)
Realisasi
Th 2018
(laporan)
% capaian
LHAI 34 22 64,71
Laporan hasil pengawasan
dalam rangka pemberian
rekomendasi strategis
4 4 100,00
Jumlah 38 26 68.42
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 44
LHAI yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun 2018 antara lain:
a. Laporan Hasil Audit Investigatif atas Penempatan Investasi Reksa
Dana oleh PT ASABRI (Persero) Tahun 2012-2017, dengan nilai
kerugian sebesar Rp386.767.536.457,91.
b. Laporan Hasil Audit dengan Tujuan Tertentu atas Penempatan
Investasi oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Tahun 2013 s.d
Semester I Tahun 2018, dengan nilai kerugian sebesar
Rp342.906.369.892,10.
c. Laporan Hasil Audit Investigatif terhadap Penyimpangan
Penyaluran Kredit Pegawai Sejahtera (KPS) pada PT BPR
Dhasastra Artha Sempurna Dalam Likuidasi (DL) Sidoarjo, dengan
nilai kerugian sebesar Rp1.342.422.095,86.
Dalam rangka mendukung Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2018, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan penugasan sebagai
berikut:
a. Penilaian Risiko Kecurangan atas Pelaksanaan Instruksi Presiden
No. 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah
Kejuruan Dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saing
Sumber Daya Manusia Indonesia
Tujuan penilaian risiko adalah
menciptakan kesadaran
terhadap risiko kecurangan dan
merencanakan langkah
pencegahan dan mitigasinya
pada pelaksanaan program/
kegiatan revitalisasi SMK di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Kementerian Perindustrian, Kementerian
Ketenagakerjaan, Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP),
Satuan Organisasi Pemerintah Daerah (SOPD) yang mengelola
urusan bidang pendidikan, Sekolah sebagai lembaga
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 45
penyertifikasi lulusan, Lembaga sertifikasi guru, dan SMK sebagai
penerima/pelaksana program.
Risiko kecurangan yang diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Direktorat
Pembinaan SMK)
No. Nama Risiko
1 Proses verifikasi terhadap usulan yang diajukan tidak
dilakukan sesuai ketentuan
2 Pungutan liar dalam penetapan SMK penerima
bantuan
3 Suap dari calon penerima bantuan
4 Kolusi dalam proses penilaian kemajuan pekerjaan
5 Rekayasa Proposal pengajuan bantuan
6 Tidak dilakukan verifikasi terhadap proposal yang
diajukan
2) Kementerian Perindustrian RI (Pusdiklat Kementerian
Perindustrian)
No. Nama Risiko
1 Kemahalan harga dalam pengadaan peralatan
bantuan
2 Pengadaan alat yang tidak sesuai dengan spesifikasi
teknis
3 Kekurangan volume dalam pengadaan peralatan
bantuan
4 Gratifikasi dari rekanan kepada Pegawai Kementerian
Perindustrian
3) Kementerian Ketenagakerjaan RI
No. Nama Risiko
1 Tidak melaksanakan verifikasi sesuai dengan Petunjuk
Teknis
2 BLK yang menerima bantuan tidak sesuai dengan
kriteria (tidak layak)
3 Perencanaan pengadaan tidak sesuai dengan
kebutuhan BLK
4 Gratifikasi dari pengguna jasa kepada Pegawai
Kemenaker dalam penyusunan SKKNI
5 Suap dari pengguna jasa kepada Pegawai Kemenaker
dalam penyusunan SKKNI
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 46
4) Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP)
No. Nama Risiko
1 Adanya pungutan liar oleh assesor pada calon LSP
dalam proses penerbitan lisensi
2 Adanya pemberian Suap oleh LSP dalam pemberian
lisensi kepada assesor
3 Adanya gratifikasi oleh LSP terhadap assesor
4 Adanya pemberian biaya honor yang tidak sesuai
aturan BNSP
5 Adanya intervensi dalam pengambilan keputusan
pemberian lisensi
6 Adanya pungutan liar oleh pihak terkait
7 Adanya pemberian Suap oleh pihak terkait
8 Adanya gratifikasi oleh pihak terkait
9 Adanya pungutan liar oleh pihak terkait
10 Adanya pemberian Suap oleh pihak terkait
11 Adanya gratifikasi oleh pihak terkait
12 Gratifikasi dari SMK kepada Pegawai BNSP dalam
pemberian subsidi biaya sertifikasi
13 Suap dari SMK kepada Pegawai BNSP dalam pemberian
subsidi biaya sertifikasi
14 Pembayaran subsidi biaya sertifikasi yang tidak sesuai
dengan realisasi oleh SMK
5) Pelaksana program/kegiatan utama di Sekolah/SMK, Balai
Latihan Kerja (BLK), Balai Latihan Kerja Indonesia (BLKI), Dinas
Pendidikan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No. Kategori Risiko
1 Kemahalan harga dalam PBJ
2 Pelaksanaan PBJ tidak sesuai ketentuan yang berlaku
3 Pajak yang dipungut tidak disetor
4 Penggelapan dan Penyalahgunaan aset untuk
kepentingan pribadi
5 Spesifikasi teknis barang tidak sesuai dengan kontrak
6 Pungutan Liar
7 Operasional
8 Penyalahgunaan wewenang
9 Kekurangan volume hasil pekerjaan
10 Manipulasi pertanggungjawaban keuangan
11 Suap
12 Gratifikasi
13 Manipulasi data kondisi barang
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 47
No. Kategori Risiko
14 Intervensi dalam penetapan bantuan
15 Pekerjaan/Kegiatan Fiktif
Atas risiko kecurangan yang telah diidentifikasi, Deputi Bidang
Investigasi merekomendasikan kepada:
1) Direktur Pembinaan SMK, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk:
a) Mengoptimalkan pengawasan pelaksanaan proses
verifikasi yang dilakukan oleh Tim dan pengajuan dengan
menggunakan Google Sheet yang dapat diakses oleh
Tim;
b) Mengoptimalkan pelaporan pengajuan pembayaran
50% dengan sistem online (TAKOLA), rolling pegawai
terkait dan ditetapkan sanksi bagi pegawai yang
melakukan pungli;
c) Meminimalkan proses tatap muka dengan calon
penerima bantuan;
d) Mengoptimalkan proses meneliti dokumen berita acara
kemajuan pekerjaan sebelum dilakukan pembayaran
dan pembekalan kepada petugas supervisi lapangan;
dan
e) Melakukan proses verifikasi dan dokumen persyaratan
harus disertakan secara lengkap atas proposal yang
diajukan.
2) Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian
Perindustrian untuk:
a) Melaksanakan verifikasi atas proposal oleh Tim Pusat
Pendidikan Pelatihan, rapat dengan SMK calon penerima
bantuan, rakor antara ULP dengan Pusat Pendidikan dan
Pelatihan, Penggunaan tenaga ahli (bila perlu) dan
pemeriksaan fisik pada saat serah terima oleh Tim Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP);
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 48
b) Melaksanakan survei pasar, browsing internet, dan
membentuk tim ahli dalam rangka penyusunan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS); dan
c) Membatasi akses pertemuan fisik antara ULP dengan
calon penyedia
3) Direktur Bina Standardisasi Kompetensi dan Pelatihan Kerja,
Kementerian Ketenagakerjaan untuk:
a) Melakukan Supervisi verifikasi sesuai petunjuk teknis;
b) Melakukan verifikasi dan proses penentuan penerima
bantuan berdasarkan skala prioritas; dan
c) Melaksanakan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
Nomor 2 dan 3 Tahun 2017 (SOP Penetapan SKKNI).
4) Badan Nasional Sertifikasi Profesi untuk:
a) Mengoptimalkan tugas dan fungsi Komisi Pengendalian
Mutu Sertifikasi atas: penandatanganan pakta integritas
oleh para assesor, SOP pelaksanaan assessment, Surat
Edaran Kepala BNSP terkait honor assessment; dan Surat
permohonan lisensi didalamnya menyatakan bahwa:
bersedia tidak memberikan imbalan finansial tambahan.
b) Mengoptimalkan adanya aturan dan perlengkapan,
sebagai berikut: pakta integritas anggota BNSP, Kode etik
anggota BNSP, Peran CCTV; dan Notulensi rapat dan
pengambilan keputusan melalui mekanisme kolektif
kolegial sesuai dengan PP Nomor 23 Tahun 2004 dan PP
10 Tahun 2018 serta adanya Peraturan BNSP Nomor 601
dan 602 tahun 2011 tentang organisasi dan tata kerja
serta kode etik dan mekanisme kerja.
c) Membuat SOP Penerbitan SK Lisensi;
d) Membuat SOP Pengambilan SK Lisensi;
e) Memproses penyerahan sertifikasi secara online via
website;
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 49
f) Memberikan arahan dari pimpinan untuk bekerja sesuai
aturan dan tidak menerima pemberian dalam bentuk
apa pun; dan
g) Mensosialisasikan Pedoman Teknis Pelaksanaan Sertifikasi
Sektor SMK APBN 2018 dan melaksanakan Monitoring
pelaksanaan sertifikasi sebanyak 10% dari total populasi
oleh pegawai BNSP.
5) Kepada Pelaksana program/kegiatan utama di
Sekolah/SMK, Balai Latihan Kerja (BLK), Balai Latihan Kerja
Indonesia (BLKI), Dinas Pendidikan, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
a) Memverifikasi proposal dari calon penerima bantuan dan
membatasi akses pertemuan fisik dengan calon
penerima bantuan;
b) Survei pasar, browsing internet, dan membentuk tim ahli
dalam rangka penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS);
c) Pemeriksaan fisik pada saat serah terima oleh Tim Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PPHP);
d) Pengawasan dan Transparansi pada setiap kegiatan
sejak perencanaan sampai tahap evaluasi.
b. Penilaian Risiko Kecurangan Atas Kegiatan Prioritas Pada
Program Prioritas Pembangunan Sarana Dan Prasarana
Pertanian Tahun 2018
Tujuan dilakukan penilaian risiko kecurangan adalah mendeteksi
adanya risiko kecurangan atas kegiatan prioritas:
1) pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi;
2) pembangunan dan rehabilitasi bendungan dan embung
dan
3) perbaikan data statistik pangan.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 50
Pemilihan ketiga kegiatan prioritas dengan pertimbangan
kegiatan tersebut tersebar luas pada 34 provinsi dan bernilai
anggaran besar. Kegiatan tersebut melibatkan Kementerian
Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat, Badan Pusat Statistik, dan unit kerja masing-masing di
Pemerintah Daerah.
Dari hasil penilaian, risiko kecurangan yang berhasil diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1) Kegiatan Prioritas Pembangunan dan Rehabilitasi
Bendungan dan Embung yang penyelenggaraan
kegiatannya dikoordinasikan oleh Direktorat Irigasi Pertanian,
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
No Nama Risiko Pemilik Risiko
1 Pertanggungjawaban
yang tidak benar
PPK dan Dinas Pertanian
Kabupaten
2 Kolusi dalam pemberian
bantuan dana
Dinas Pertanian
Kabupaten
3 Mark-up anggaran PPK dan Dinas Pertanian
Kabupaten
4 Pembayaran fiktif PPK dan Dinas Pertanian
Kabupaten
5 Penyalahgunaan
dana/wewenang untuk
kepentingan pribadi
PPK dan Dinas Pertanian
Kabupaten
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 51
2) Kegiatan Prioritas Pembangunan dan Rehabilitasi
Bendungan dan Embung di Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat.
3) Kegiatan Prioritas Perbaikan Data Statistik Pangan pada
Program Prioritas Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pertanian Tahun 2018 di Badan Pusat Statistik.
No Nama Risiko Pemilik Risiko
1 Pembangunan tidak
selesai
Satuan Kerja
2 Pelaksanaan pekerjaan
tidak sesuai dengan
spesifikasi teknis
pekerjaan atau
terdapat kekurangan
volume pekerjaan yang
signifikan
Satuan Kerja dan Pejabat
Pembuat Komitmen
3 Mark up harga dalam
pembebasan tanah
Satuan Kerja
4 Kualitas konsultan tidak
sesuai dengan yang
ditawarkan atau
konsultan yang sama
untuk beberapa paket
pekerjaan
Satuan Kerja
5 Ketidakpastian
penguasaan aset
terkait dibatalkannya
Undang Undang
Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya
Air oleh Mahkamah
Konstitusi
Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
6 Pembayaran melebihi
progres atau
pembayaran 100%
untuk pekerjaan yang
belum selesai
Satuan Kerja
7 Hasil pekerjaan
konsultan perencana
tidak akurat
Satuan Kerja
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 52
No Nama Risiko Pemilik Risiko
1 Penggunaan user-id
dan password oleh
petugas yang tidak
berhak
Direktorat Statistik Tanaman
Pangan, Holtikultura dan
Perkebunan
2 Input survei fiktif Direktorat Statistik Tanaman
Pangan, Holtikultura dan
Perkebunan
3 Mark-up Anggaran
penyelenggaraan
Pelatihan Instruktur
(Intama,Innas)
PPK di Direktorat Statistik Tanaman
Pangan, Holtikultura dan
Perkebunan
4 Kesengajaan untuk
menguasai server
KSA
Direktorat Statistik Tanaman Pangan,
Holtikultura dan Perkebunan
5 Kesengajaan salah
saji informasi hasil
survey
Direktorat Statistik Tanaman Pangan,
Holtikultura dan Perkebunan
6 Adanya Denial of
Services (DoS) dan
Distributed DoS
Attack atau
serangan untuk
melumpuhkan baik
server maupun
bandwidth.
Direktorat Statistik Tanaman Pangan,
Holtikultura dan Perkebunan
7 Penyusunan
Laporan tidak
berdasarkan hasil
aplikasi KSA
Direktorat Statistik Tanaman Pangan,
Holtikultura dan Perkebunan
8 Pertanggungjawab
an kegiatan KSA
yang tidak benar.
BPS Provinsi/ Kabupaten/Kota
9 Kegiatan
pengawasan PCS
oleh PMS/ Petugas
pemeriksa Sampel
fiktif.
BPS Provinsi/ Kabupaten/Kota
10 Perekrutan Petugas
Lapangan/PCS/
Petugas penCacah
Sampel tidak benar.
BPS Provinsi/ Kabupaten/Kota
11 Pelaksanaan
kegiatan KSA yang
tidak benar.
BPS Provinsi/ Kabupaten/Kota
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 53
Dari Risiko Kecurangan yang teridentifikasi, Deputi Bidang
Investigasi merekomendasikan kepada:
1) Inspektur Jenderal Kementerian Pertanian untuk:
a) Agar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
agar memperluas penerapan FRA pada seluruh
program/kegiatan prioritas yang dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
dengan difasilitasi oleh Inspektur Jenderal Kementerian
Pertanian sebagai langkah awal penyusunan Register
Risiko Kecurangan di Kementerian Pertanian;
b) Mengintensifkan kegiatan pengawasan khususnya pada
Kegiatan Prioritas Pembangunan dan Rehabilitasi
Jaringan Irigasi dan Kegiatan Prioritas Pembangunan dan
Rehabilitasi Bendungan dan Embung dengan mengacu
pada register risiko kecurangan yang sudah ada.
2) Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat untuk:
a) Agar pihak-pihak yang terkait dengan Kegiatan Prioritas
Pembangunan dan Rehabilitasi Bendungan dan Embung
melaksanakan langkah-langkah mitigasi untuk
meminimalisir risiko terjadinya kecurangan.
b) Mengintensifkan kegiatan pengawasan dengan
mengacu pada register risiko kecurangan yang sudah
ada.
3) Inspektur Jenderal Badan Pusat Statistik untuk:
a) Agar memperluas penerapan FRA di seluruh Kegiatan
Prioritas Perbaikan Data Statistik Pangan pada Program
Prioritas Pembangunan Sarana dan Prasarana Pertanian
Tahun 2018 yang kegiatannya dikoordinasi oleh
Direktorat Statistik Tanaman Pangan, Holtikultura dan
Perkebunan pada Deputi Bidang Statistik Produksi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 54
dengan difasilitasi oleh Inspektur Utama Badan Pusat
Statistik sebagai langkah awal penyusunan Register Risiko
Kecurangan di Badan Pusat Statistik;
b) Mengintensifkan kegiatan pengawasan khususnya pada
Kegiatan Prioritas Perbaikan Data Statistik Pangan
dengan mengacu pada register risiko kecurangan yang
sudah ada.
c. Kajian dan Evaluasi atas Risiko Kecurangan Pemberian
Pinjaman/pembiayaan Dana Bergulir Lembaga Pengelola Dana
Bergulir Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-
KUMKM) Periode Tahun 2015 s.d
2017
Kajian dilakukan melalui LPDB
dengan fokus pada identifikasi
red-flags atas risiko-risiko fraud
pada tahapan-tahapan
pemberian pinjaman/pembiayaan dana bergulir LPDB-KUMKM.
Kajian dilaksanakan oleh Direktorat Investigasi BUMN dan lima
Perwakilan BPKP, yaitu: Perwakilan BPKP DKI Jakarta, Perwakilan
BPKP Banten, Perwakilan BPKP Jawa Barat, Perwakilan BPKP Jawa
Tengah, dan Perwakilan BPKP Jawa Timur.
Hasil kajian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Red flags yang teridentifikasi pada tahap pengajuan
proposal adalah:
a) Red flags atas risiko penyuapan dari mitra (lembaga
perantara dan KUMKM) kepada LPDB-KUMKM yaitu:
• Pengajuan proposal tidak lengkap/benar sesuai
ketentuan, namun masih diproses ke tahap
selanjutnya.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 55
• Pelaksanaan analisis kelayakan usaha yang dilakukan
oleh LPDB terhadap calon mitra tidak sesuai ketentuan.
Red flags atas risiko manipulasi data oleh calon mitra.
• Daftar penerima nominatif dibuat bukan berdasarkan
data riil calon peminjam/end user.
• Opini laporan keuangan koperasi direkayasa.
• Surat keterangan sehat koperasi dipalsukan.
b) Red flags atas risiko kerja sama tidak sehat (kolusi) dalam
penentuan mitra.
2) Red flags yang teridentifikasi pada tahap pencairan
pinjaman/pembiayaan adalah:
a) Piutang yang dijaminkan bukan piutang sehat/fiktif
namun LPDB-KUMKM tetap memberikan pinjaman
/pembiyaan.
b) Red flags atas risiko kickback dari mitra kepada LPDB-
KUMKM.
c) Red flags atas kerja sama tidak sehat dalam penetapan
besaran pinjaman yang diterima mitra.
3) Red flags yang teridentifikasi pada tahap penyaluran
pinjaman/pembiayaan adalah adanya red flags atas risiko
manipulasi data yaitu:
a) Penyaluran dana bergulir diberikan kepada penerima
yang tidak terdapat dalam daftar definitif.
b) Pinjaman digunakan tidak sesuai dengan tujuan
pengajuan pembiayaan.
4) Red flags yang teridentifikasi pada tahap pengelolaan
pinjaman/pembiayaan adalah red flags atas risiko
kelembagaan yang sarat konflik kepentingan pada
lembaga perantara, yaitu:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 56
a) Ketua, bendahara, pengurus koperasi mempunyai
hubungan kekeluargaan namun LPDB-KUMKM
memberikan pinjaman kepada koperasi tersebut.
b) Koperasi melakukan perubahan anggaran dasar
menjelang pengajuan proposal pinjaman dengan
modus oknum koperasi mengaktifkan kembali koperasi
yang sudah tidak aktif kemudian mengubah susunan
pengurus (hanya formalitas) dan anggaran dasar, kondisi
tersebut terjadi karena adanya kesengajaan oknum
koperasi untuk mendapatkan dana bergulir dari LPDB-
KUMKM dan menggunakannya untuk kepentingan
pribadi.
Berdasarkan hasil kajian, Deputi Bidang Investigasi memberikan
rekomendasi kepada LPDB-KUMKM sebagai berikut:
1) LPDB-KUMKM memperbaiki proses bisnisnya dalam rangka
peningkatan tata kelola, pengendalian intern dan
manajemen risiko dengan melakukan penyempurnaan SOP,
aturan main, dan ketentuan-ketentuan lain dalam proses
penyaluran dana bergulir.
2) LPDB-KUMKM agar mengimplementasikan sistem
pengendalian fraud (fraud control system/fraud control plan)
pada setiap proses bisnisnya, termasuk implementasi fraud
risk management.
3) LPDB-KUMKM melakukan koordinasi dengan aparat penegak
hukum (APH), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), BPKP, Ditjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan dan pihak terkait
lainnya agar tercapai persamaan persepsi dalam
penanganan piutang bermasalah yang telah masuk ranah
pidana dan membuat mekanisme tersendiri atas
pengembalian kerugian negara terkait kasus
pinjaman/pembiayaan dari LPDB-KUMKM.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 57
d. Kajian Hambatan Kelancaran Pembangunan dalam
Pelaksanaan Program Penanganan Darurat Bencana Serta
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Periode Tahun 2015
s.d tahun 2018
Tujuan dilakukannya kajian adalah:
1) Mengidentifikasi risiko HKP pada pelaksanaan program
penanganan darurat bencana serta Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (RR) pasca bencana.
2) Merumuskan rancangan pengendalian/mitigasi risiko
tambahan atas risiko yang teridentifikasi.
Kajian dilaksanakan pada 11 (sebelas) provinsi, yaitu:
1) Provinsi Sumatera Utara;
2) Provinsi Jawa Barat;
3) Provinsi Jawa Tengah;
4) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
5) Provinsi Kalimantan Timur;
6) Provinsi Sulawesi Tengah;
7) Provinsi Sulawesi Utara;
8) Provinsi Nusa Tenggara Timur;
9) Provinsi Maluku Utara;
10) Provinsi Papua Barat;
11) Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan hasil kajian, teridentifikasi 25 risiko HKP dalam
program penanganan darurat bencana dan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi (RR) pascabencana. Selanjutnya melalui evaluasi
skor tingkat kemungkinan kejadian dan dampak risikonya,
terdapat 8 risiko yang tergolong signifikan, yang ditunjukkan
dengan skor kemungkinan kejadian dan dampaknya di atas
10,00.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 58
Delapan risiko yang signifikan beserta pemilik risiko dan rencana
tindakan mitigasi untuk mengurangai kemungkinan kejadian
dan kemungkinan dampaknya disajikan dalam tabel berikut:
No Pernyataan Risiko &
Dampak/Kemungkinan
Dampak
Rencana Mitigasi Pemilik
Risiko/
Pelaksana
Mitigasi
1 Lamanya proses penetapan
status darurat oleh
pemerintah daerah.
Kemungkinan Dampak:
Keterlambatan penanganan
darurat bencana.
Optimalisasi peran Tim
Reaksi Cepat dalam
proses penetapan
darurat bencana.
Pemerintah
Daerah.
2 Dana Siap Pakai (APBN) dan
Dana Tak Terduga (APBD)
yang tersedia tidak
mencukupi untuk
penanganan kondisi darurat.
Kemungkinan Dampak:
Tidak seluruh kondisi darurat
tidak tertangani.
Penganggaran DTT
dalam APBD
mempertimbangkan
indeks bencana yang
diterbitkan BNPB.
Menyiapkan alternatif
pembiayaan melalui
asuransi bencana
Pemerintah
Daerah.
Kementerian
Keuangan
dan BNPB.
3 Keterlambatan pencairan
Dana Tak Terduga (DTT) untuk
penanganan darurat
Kemungkinan Dampak:
Kebutuhan penanganan
dalam status siaga darurat
tidak bisa terpenuhi.
Sinkronisasi
pelaksanaan
ketentuan Peraturan
Menteri dalam Negeri
Nomor 21 Tahun 2011
dengan Peraturan
Kepala BNPB Nomor 9
Tahun 2008 untuk
menyederhanakan
prosedur pencairan
DTT
Pemerintah
Daerah
4 Koordinasi antar lembaga
(antara lain BPBD, Dinas PU,
Dinas Sosial, Inspektorat,
Keuangan, dll) belum
berjalan optimal sehingga
belum ada pembagian
tanggung jawab
penanganan darurat
bencana antar instansi
pemerintah/lembaga
Membakukan
mekanisme
penanganan darurat
bencana yang
melibatkan lintas
intansi
Pemerintah
Daerah
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 59
No Pernyataan Risiko &
Dampak/Kemungkinan
Dampak
Rencana Mitigasi Pemilik
Risiko/
Pelaksana
Mitigasi
Kemungkinan Dampak:
Tindakan tanggap darurat
tidak berjalan secara
otomatis, harus menunggu
instruksi
5 Data penilaian kebutuhan
(Needs Assessment),
penilaian kerusakan dan
kerugian (Damage and Loses
Assessment) sebagai dasar
pengusulan Dana Siap Pakai
(DSP) tidak akurat/tidak
benar.
Kemungkinan Dampak:
Penggunaan DSP tidak tepat
sasaran/penyalahgunaan
dana DSP
Penyusunan
pedoman baku
verifikasi
pengalokasian DSP
BNPB
6 Markup dalam penyusunan
proposal kegiatan RR
pascabencana
Kemungkinan Dampak:
Penyalahgunaan dana RR
untuk kegiatan di luar
peruntukan.
Membangun
mekanisme whistle
blowing system (WBS)
yang efektif untuk
meningkatkan
partisipasi masyarakat
dalam pengawasan
kegiatan RR
BNPB,
Pemerintah
Daerah
7 Negosiasi tidak sehat yang
memunculkan kickback
dalam penetapan dan
pengurusan dalam rangka
transfer dana hibah RR
pascabencana
Kemungkinan Dampak:
Kerugian keuangan
negara/daerah
Verifikasi berjenjang
dalam rangka
penetapan alokasi &
transfer dana hibah
RR pascabencana
Kementerian
Keuangan
8 Suap oleh calon penyedia
barang/jasa kegiatan RR
pascabencana kepada
pengambil keputusan di
daerah.
Kemungkinan Dampak:
Penyedia barang/jasa terpilih
tidak kompeten, kerugian
keuangan negara/daerah.
Membangun whistle
blowing system yagn
efektif terkait kegiatan
RR pascabencana
Pemerintah
Daerah
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 60
Berdasarkan hasil kajian tersebut, Deputi Bidang Investigasi
memberikan rekomendasi kepada:
1) Pemerintah daerah yang berpotensi terkena dampak
bencana untuk:
a) Melakukan optimalisasi peran Tim Reaksi Cepat dalam
proses penetapan darurat bencana.
b) Melakukan penganggaran DTT dalam APBD
mempertimbangkan indeks bencana yang diterbitkan
BNPB.
c) Melakukan sinkronisasi pelaksanaan ketentuan Peraturan
Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan
Peraturan Kepala BNPB Nomor 9 Tahun 2008 untuk
menyederhanakan prosedur pencairan DTT.
d) Membakukan mekanisme penanganan darurat
bencana yang melibatkan lintas intansi.
e) Membangun mekanisme whistle blowing system (WBS)
yang efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengawasan kegiatan RR.
f) Melaksanakan probity audit atas Pengadaan Barang
dan Jasa (PBJ) kegiatan RR.
2) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB):
a) Menyiapkan alternatif pembiayaan melalui asuransi
bencana.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 61
b) Penyusunan pedoman baku verifikasi pengalokasian DSP.
c) Membangun mekanisme whistle blowing system (WBS)
yang efektif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pengawasan kegiatan RR.
3) Kementerian Keuangan untuk:
a) Menyiapkan alternatif pembiayaan melalui asuransi
bencana
b) Verifikasi berjenjang dalam rangka penetapan alokasi
dan transfer dana hibah RR pascabencana.
4. Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
Persentase hasil audit penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K adalah tingkat pemanfaatan hasil audit penyesuaian harga
oleh penanggung jawab kegiatan atau pengguna barang/jasa
untuk pengambilan keputusan penyesuaian harga. Pengukuran
kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian
harga yang dimanfaatkan oleh penanggung jawab kegiatan atau
pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah laporan hasil audit
penyesuaian harga yang diterbitkan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan target sebesar 75% atau mencapai 133,33%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit penyesuaian harga
yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab kegiatan atau
pengguna barang/jasa sebanyak 44 laporan dibandingkan jumlah
laporan audit penyesuaian harga yang diterbitkan sebanyak 44
laporan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2017 sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan
target pada akhir periode Renstra sebesar 80%.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 62
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
dengan Grafik 3.7.
Grafik 3.7
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit penyesuaian
harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.7 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 dan tahun
2018 melampaui target yang telah ditetapkan.
Tercapainya realisasi kinerja disebabkan tim auditor dapat
menyelesaikan penugasan dan penyelesaian laporan dengan
tepat waktu, serta peran aktif auditan dalam menggunakan hasil
pengawasan untuk mengambil keputusan penyesuaian harga.
Perkembangan capaian tahun 2017 dan tahun 2018 dapat
digambarkan dengan Grafik 3.8.
2017 2018
Target 70 75
Realisasi 100,00 100,00
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 63
Grafik 3.8
Capaian IKU Persentase hasil audit penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.8 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2018 lebih
rendah sebesar 9,53% dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Hal ini terjadi karena target kinerja tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar 5% dari target tahun 2017.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp315.491.000,00 atau 99,79% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp316.152.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 761 OH atau 95,12% dari
rencana sebanyak 800 OH
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 133,33%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 99,79%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 133,33%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 95,12%.
2017 2018
Capaian 142,86 133,33
128,00
130,00
132,00
134,00
136,00
138,00
140,00
142,00
144,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 64
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat
pada Tebel 3.10.
Tabel 3.10
Target dan Realisasi Laporan Audit Penyesuaian Harga
Tahun 2018
Uraian Target Th 2018
(laporan)
Realisasi Th
2018 (laporan)
% capaian
Laporan Hasil
Audit
Penyesuaian
Harga
44 44 100,00
Penugasan Audit Penyesuaian Harga yang dilaksanakan pada
tahun 2018 antara lain:
a. Audit penyesuaian harga atas pekerjaan pengadaan dan
pemasanngan tower dan pondasi tower (Seksi B) T/L 275 kV
Meulaboh-Sigli, 208 KMR, 2 CCT, Twin Zebra sesuai Kontrak No.
021.PJ.PLN2008/131/PIKITRING SUAR/2008 tanggal 8 Agustus 2008,
Periode Agustus 2009 s.d. Desember 2012.
b. Audit penyesuaian harga atas Kontrak No.
HK.02.03/Br.A3/209/MYC/APBN/2015 tanggal 14 Desember 2015
pekerjaan paket pembangunan fly over SP Surabaya (MYC) (WIL
II-01.3) periode Desember 2016 s.d. Februari 2018.
c. Audit penyesuaian harga atas pekerjaan pemancangan,
pengerukan, dan reklamasi Terminal Peti Kemas Kalibaru Utara
pada PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K
pada tahun 2018 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.11.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 65
Tabel 3.11
Laporan Hasil Audit Penyesuaian Harga yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2018
Uraian Jumlah
Laporan
Usulan panitia Hasil audit Koreksi
Laporan Hasil
Audit
Penyesuaian
Harga
44 Rp771.533.099.484,77
USD29,675,101.54
Rp609.821.040.754,37
USD11,858,604.17
Rp161.712.058.730,39
USD17,816,497.37
5. Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K adalah
tingkat pemanfaatan laporan hasil audit klaim berupa laporan hasil
audit dalam rangka penghitungan terhadap nilai klaim sebagai
dampak dari perubahan kondisi yang menyebabkan pekerjaan
tambah. Pengukuran kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan
hasil audit klaim yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab
kegiatan atau pengguna barang/jasa dibandingkan jumlah
laporan audit klaim.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan target tahun 2018 sebesar 75% atau mencapai 133,33%.
Realisasi kinerja dihitung berdasarkan jumlah laporan hasil audit
klaim yang ditindaklanjuti oleh penanggung jawab kegiatan atau
pengguna barang/jasa sebanyak 13 laporan dibandingkan jumlah
laporan audit klaim yang diterbitkan sebanyak 13 laporan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2017 sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan
target pada akhir periode Renstra sebesar 80%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
dengan Grafik 3.9.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 66
Grafik 3.9
Target dan Realisasi IKU Persentase hasil audit klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.9 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 dan tahun
2018 melampaui target yang telah ditetapkan. Tercapainya kinerja
tersebut disebabkan tim audit dapat menyelesaikan penugasan
dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan tepat waktu,
serta peran aktif pihak terkait menggunakan hasil pengawasan
untuk menyelesaikan klaim.
Perkembangan capaian tahun 2017 dan 2018 dapat digambarkan
dengan Grafik 3.10.
target realisasi
2017 70 100
2018 75 100
0
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 67
Grafik 3.10
Capaian IKU Persentase hasil audit klaim yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
Dari Grafik 3.10 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2018 lebih
rendah sebesar 9,53% dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Hal ini terjadi karena target kinerja tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar 5% dari target tahun 2017.
Sasaran tahun 2018 didukung penggunaan dana sebesar
Rp170.506.505,00 atau 99,66% dibandingkan anggaran sebesar
Rp171.095.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 493 OH atau 123,25% dari
rencana sebanyak 400 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 123,81%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 99,66%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 123,81%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 123,25%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase hasil audit klaim
yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K” terdapat pada Tabel 3.12.
2017 2018
Capaian 142,86 133,33
128,00
130,00
132,00
134,00
136,00
138,00
140,00
142,00
144,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 68
Tabel 3.12
Target dan Realisasi Laporan Hasil Audit Klaim
Tahun 2018
Uraian Target Th 2018
(laporan)
Realisasi Th
2018 (laporan)
% capaian
Laporan Hasil
Audit Klaim
14 13 92,86
Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K pada tahun
2018 beserta koreksi auditnya terdapat pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13
Laporan Hasil Audit Klaim yang diserahkan ke K/L/P/K
Tahun 2018
Uraian Jumlah
laporan
Usulan
panitia
Hasil audit Koreksi
Laporan
Hasil Audit
Klaim
13 Rp555.031.365.785,42
USD903,647.00
Rp477.901.282.197,08
USD696,075.01
Rp77.130.083.588,34
USD207,571.99
Penugasan audit klaim yang dilaksanakan pada tahun 2018 antara
lain:
a. Audit klaim atas PLTU Kaltim-Teluk Balikpapan 2x110 MW
berdasarkan Kontrak No. 441.PJ/041/DIR/2010 tanggal 21
Desember 2010
b. Audit klaim atas perpanjangan jangka waktu penyelesaian
pekerjaan pembangunan PLTU Berau (2x7 MW) Kontrak No.
23.PJ/121/PIKITRINGKAL/2010 tanggal 10 Desember 2010 periode
10 Oktober 2012 s.d. 30 Mei 2018
c. Audit klaim atas Kontrak No. 26.PJ/121/PIKITRINGKAL/2010
tanggal 23 Desember 2010 pekerjaan pembangunan PLTU
Tanjung Selor (2x27 MW).
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 69
‘‘Sasaran Program 2
Meningkatnya penyelesaian hambatan pelaksanaan
pembangunan nasional
Indikator kinerja yang ditetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah persentase penyelesaian hambatan kelancaran
pembangunan yaitu tingkat penyelesaian hambatan kelancaran
pembangunan berupa Laporan Hasil Evaluasi dalam rangka
penyelesaian terhadap hambatan kelancaran pembangunan
sebagai dampak dari dispute diantara kedua belah pihak terhadap
suatu permasalahan yang ada. Pengukuran kinerja dihitung
berdasarkan jumlah laporan Evaluasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan (EHKP) yang ditindaklanjuti kesepakatannya oleh
para pihak dibandingkan jumlah laporan EHKP.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% lebih tinggi dibandingkan
dengan target sebesar 75% atau mencapai 133,33%. Realisasi kinerja
dihitung berdasarkan jumlah laporan Evaluasi Hambatan
Kelancaran Pembangunan (EHKP) yang ditindaklanjuti
kesepakatannya oleh para pihak sebanyak 16 laporan
dibandingkan jumlah laporan EHKP yang diterbitkan sebanyak 16
laporan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100% dibandingkan dengan
realisasi tahun 2017 sama dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan
target pada akhir periode Renstra sebesar 80%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
dengan Grafik 3.11.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 70
Grafik 3.11
Target dan Realisasi IKU Persentase penyelesaian hambatan
kelancaran pembangunan
Dari Grafik 3.11 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 dan
tahun 2018 melampaui target yang telah ditetapkan. Tercapainya
realisasi kinerja disebabkan tim audit dapat menyelesaikan
penugasan dan penyusunan laporan hasil pengawasan dengan
tepat waktu, serta peran aktif para pihak dalam menyelesaikan
hambatan kelancaran pembangunan sesuai dengan kesepakatan
yang diperoleh melalui proses mediasi.
Perkembangan capaian tahun 2017 dan 2018 dapat digambarkan
dengan Grafik 3.12.
2017 2018
Target 70 75
Realisasi 100,00 100,00
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 71
Grafik 3.12
Capaian IKU Persentase hasil EHKP yang dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Dari Grafik 3.12 terlihat bahwa capaian kinerja tahun 2018 lebih
rendah sebesar 9,53% dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Hal ini terjadi karena target kinerja tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar 5% dari target tahun 2017.
Pencapaian sasaran ini didukung penggunaan dana sebesar
Rp270.534.643,00 atau 99,99% dibandingkan dengan anggaran
sebesar Rp270.536.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 723 OH atau 100,42% dari
rencana sebanyak 720 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 133,33 %, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 99,99%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 133,33%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 100,42%.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran pembangunan” terdapat pada Tabel 3.14.
2017 2018
Capaian 142,86 133,33
128,00
130,00
132,00
134,00
136,00
138,00
140,00
142,00
144,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 72
Tabel 3.14
Target dan Realisasi Laporan EHKP
Tahun 2018
Uraian Target Th 2018
(laporan)
Realisasi Th
2018 (laporan)
% capaian
Laporan EHKP 21 16 76,19
Penugasan evaluasi hambatan kelancaran pembangunan yang
dilaksanakan pada tahun 2018 antara lain:
a. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas kerjasama
dan rencana addendum perjanjian konsesi antara KSOP
Pelabuhan Kelas I Banten dan PT Krakatau Bandar Samudera
b. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan atas
penyelesaian kontrak pekerjaan pembangunan power house,
jaringan dan komponen elektrikal untuk alat bongkar muat di
Cabang Pelabuhan Panjang.
c. Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan dalam proses
pembebasan lahan untuk apron, taxiway dan terminal baru
Bandar Udara Tempa Padang.
‘‘Sasaran Program 3
Meningkatnya kualitas tata kelola pemerintah dan
korporasi dalam pencegahan korupsi
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah:
1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP.
2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan.
Uraian capaian indikator tersebut adalah sebagai berikut:
1. Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA)
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 73
Persentase K/L/P/K yang mengimplementasikan FCP (termasuk
FRA) adalah tingkat penyelesaian penugasan Fraud Control Plan
(FCP) termasuk Fraud Risk Assessment (FRA) baik atas permintaan
K/L/P/K dan inisiatif sendiri pada salah satu dari tahapan:
a. Sosialisasi
b. Diagnostic Assessment
c. Bimbingan Teknis Implementasi
d. Evaluasi
e. Monitoring
yang dapat ditindaklanjuti dan dimanfaatkan oleh K/L/P/K
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 64,06% dibandingkan
dengan target sebesar 52% atau mencapai 123,19%. Realisasi
dihitung berdasarkan jumlah K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP sebanyak 41 K/L/P/K dibandingkan
dengan jumlah penugasan FCP dilaksanakan (Sosialisasi +
Diagnostic Assessment + Bimbingan Teknis Implementasi +
Evaluasi + Monitoring) termasuk FRA sebanyak 64 penugasan.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 64,06% lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 80,77%,
namun lebih tinggi dibandingkan dengan target pada akhir
periode Renstra sebesar 55%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan Fraud
Control Plan (termasuk FRA) meliputi tahapan sosialisasi,
diagnostic assessment, bimbingan teknis implementasi, Evaluasi,
dan monitoring yang dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan
Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2018 digambarkan pada Grafik
3.13.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 74
Grafik 3.13
Target dan Realisasi IKU Persentase K/L/P/K yang
Mengimplementasikan FCP
Dari Grafik 3.13 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017
melampaui target yang telah ditetapkan, namun realisasi tahun
2018 lebih rendah dari target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian tahun 2017 sampai dengan tahun 2018
terlihat pada Grafik 3.14.
2017 2018
Target 50 52
Realisasi 80,77 64,06
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 75
Grafik 3.14
Capaian IKU Persentase K/L/P/K yang Mengimplemetasikan FCP
Dari Grafik 3.14 terlihat bahwa capaian tahun 2018 lebih rendah
dibandingkan dengan capaian tahun 2017, namun melampaui
target yang telah ditetapkan.
Faktor pendukung tercapainya kinerja adalah BPKP khususnya
Deputi Bidang Investigasi terus menjalin komunikasi yang baik
dengan melakukan pendekatan ke K/L/P/K agar melakukan
pencegahan fraud dengan melakukan identifikasi fraud melalui
kegiatan FRA dan menerapkan FCP.
Output yang mendukung capaian IKU “Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP” terdapat pada Tabel 3.15.
2017 2018
Capaian 161,54 123,19
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
Capaian
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 76
Tabel 3.15
Penugasan Fraud Control Plan
Pencapaian sasaran tahun 2018 didukung penggunaan dana
sebesar Rp205.570.542,00 atau 162,51% dari anggaran sebesar
Rp126.500.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 560 OH atau 108,74% dari
rencana sebanyak 515 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini dicapai belum secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 123,19%, lebih
kecil daripada capaian penggunaan dana sebesar 162,51%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara
efisien. Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 123,19%, lebih
besar daripada capaian penggunaan SDM sebesar 108,74%.
Penugasan Fraud Control Plan yang dilaksanakan pada tahun
2018 antara lain:
a. Evaluasi penerapan FCP pada BPJS Ketenagakerjaan dan
pendampingan piloting FRA pada proses bisnis investasi,
pelayanan, keuangan, dan pemasaran.
SosialisasiDiagnostic
AssessmentBimtek Evaluasi
Monitoringdan Tindak
Lanjut
2018 23 22 15 4 0
0
5
10
15
20
25
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 77
b. FCP pada Kementerian Agama pada tahapan Diagnostic
Assessment.
c. FCP pada Pupuk Indonesia Grup yang terdiri dari PT PIHC dan
3 anak perusahaan yaitu PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk
Kalimantan Timur dan PT Pupuk Sriwijaya sedang dalam
tahapan proses Diagnostic Assessment dan pendampingan
piloting FRA. Piloting FRA tersebut dilakukan pada proses
bisnis, pengadaan barang dan jasa, investasi, keuangan dan
pelayanan dengan didampingi oleh tim BPKP.
2. Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan
Persentase auditor yang memiliki kompetensi (hard and soft
competency) di bidang pencegahan, yaitu kompetensi untuk
melakukan kegiatan Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk
Assesment (FRA), Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK),
dan Penilaian Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK).
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 87,80% lebih tinggi
dibandingkan dengan target sebesar 62% atau mencapai
141,61%. Realisasi dihitung berdasarkan jumlah auditor yang
telah melakukan FCP/FRA/MPAK/PBOAK kepada K/L/P/K
sebanyak 446 auditor dibandingkan dengan jumlah seluruh
auditor sebanyak 508 auditor.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 87,80% lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 63,32% dan
lebih tinggi jika dibandingkan dengan target pada akhir periode
Renstra sebesar 65%.
Capaian sasaran program ini didukung oleh penugasan Fraud
Control Plan (FCP), Fraud Risk Assesment (FRA), Masyarakat
Pembelajar Anti Korupsi (MPAK) kepada K/L/P/K yang
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 78
dilaksanakan oleh Direktorat di lingkungan Deputi Bidang
Investigasi dan Perwakilan BPKP.
Target dan realisasi kinerja tahun 2018 digambarkan pada Grafik
3.15.
Grafik 3.15
Target dan Realisasi IKU Persentase Auditor yang Memiliki
Kompetensi (Hard and Soft Competency) di Bidang Pencegahan
Dari Grafik 3.15 dapat dilihat bahwa realisasi tahun 2017 dan
tahun 2018 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian dari tahun 2017 sampai dengan tahun
2018 terlihat pada Grafik 3.16.
2017 2018
Target 60 62
Realisasi 63,32 87,80
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 79
Grafik 3.16
Capaian IKU Persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi (Hard and
Soft Competency) di Bidang Pencegahan
Dari Grafik 3.16 terlihat bahwa capaian tahun 2018 meningkat
sebesar 36,08% dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Faktor pendukung tercapainya kinerja adalah BPKP khususnya
Deputi Bidang Investigasi terus mendorong auditor untuk
meningkatkan kompetensi di bidang pencegahan dan
mengikutsertakan auditor dalam kegiatan pencegahan korupsi
seperti Fraud Control Plan (FCP), Fraud Risk Assesment (FRA),
Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK), dan Penilaian
Budaya Organisasi Anti Korupsi (PBOAK).
Pencapaian sasaran tahun 2018 didukung penggunaan dana
sebesar Rp216.862.542,00 atau 139,46% dari anggaran sebesar
Rp155.500.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 1.015 OH atau 109,73% dari
rencana sebanyak 925 OH.
2017 2018
Capaian 105,53 141,61
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 80
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini dicapai belum secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 132,97%, lebih kecil
daripada capaian penggunaan dana sebesar 139,46%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 132,97%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 109,73%.
‘‘Sasaran Program 4
Meningkatnya kepedulian K/L/P/K dan masyarakat
terhadap korupsi
Mulai tahun 2017 Deputi Bidang Investigasi melaksanakan kegiatan
pengembangan Masyarakat Pembelajar Anti Korupsi (MPAK).
Kegiatan pengembangan MPAK merupakan salah satu perwujudan
dari strategi pencegahan korupsi yang terintegrasi dalam rangka
mencapai visi Deputi Bidang Investigasi BPKP sebagai Pusat
Keunggulan Solusi Kecurangan. Pada tahun 2018 dilaksanakan
kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Masyarakat Pembelajar Anti
Korupsi (MPAK) di 33 Perwakilan BPKP. Sasaran Pengembangan
MPAK adalah Program Pemerataan dan Pengentasan
Kemiskinan/Program Penanggulangan Kemiskinan.
Untuk menilai capaian sasaran program, ditetapkan Indikator kinerja
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat.
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan masyarakat
adalah rasio K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan K/L/P
atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang memenuhi tiga
unsur kriteria yaitu:
1. Mempunyai Daftar Risiko Fraud yang terungkap dari hasil
kegiatan pembelajaran KPAK;
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 81
2. Mempunyai rencana penanganan risiko fraud yang dibahas
bersama dengan anggota KPAK;
3. Mempunyai peraturan K/L/P/K mengenai sistem pengaduan
masyarakat/whistleblowing, atau belum mempunyai peraturan
KLPK mengenai sistem pengaduan masyarakat/ whistleblowing
namun menyatakan kesediaannya untuk dilakukan bimtek
pengembangan sistem pengaduan masyarakat/
whistleblowing.
dibandingkan dengan K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di
lingkungan KLP atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang
telah menjadi anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100,00% dibandingkan dengan
target sebesar 60% atau mencapai 166,66%. Realisasi kinerja dihitung
berdasarkan jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan
K/L/P atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah
memenuhi tiga unsur kriteria sebanyak 33 K/L/P/K dibandingkan
dengan jumlah K/L/P/K atau unit kerja eselon I/II di lingkungan /KL/P
atau unit kerja setara di lingkungan Korporasi yang telah menjadi
anggota dari Komunitas Pembelajar Anti Korupsi sebanyak 33 unit
kerja.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 100,00% lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 94,12% dan lebih
tinggi dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra
sebesar 70%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2017 dan tahun 2018 digambarkan
dengan Grafik 3.17.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 82
Grafik 3.17
Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti korupsi
(KPAK) yang Mengimplementasikan Sistem Pengaduan Masyarakat
Dari Grafik 3.17 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 dan
tahun 2018 melampaui target yang telah ditetapkan.
Perkembangan capaian tahun 2017 dan tahun 2018 dapat
digambarkan dengan grafik berikut:
2017 2018
Target 60 65
Realisasi 94,12 100,00
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 83
Grafik 3.18
Capain Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar Anti
korupsi (KPAK) yang Mengimplementasikan Sistem Pengaduan
Masyarakat
Dari Grafik 3.18 terlihat bahwa capaian tahun 2018 lebih rendah
sebesar 3.02% dibandingkan dengan capaian tahun 2017. Hal ini
terjadi karena target kinerja tahun 2018 mengalami kenaikan
sebesar 5% dari target tahun 2017.
Faktor pendukung keberhasilan capaian sasaran program adalah
peran aktif BPKP dalam membantu, mendorong dan memfasilitasi
peserta belajar agar dapat memperoleh pengetahuan dan
menguasai ketrampilan/keahlian mengenai anti korupsi serta
mengubah sikap peserta belajar menjadi anti korupsi berdasarkan
usaha peserta belajar. Selain itu Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) melakukan pertemuan secara rutin dan berkelanjutan
maupun secara insidentil untuk berkolaborasi melakukan aktivitas
pembelajaran anti korupsi secara aktif, partisipatif, dan interaktif.
Capaian kinerja Persentase K/L/P/K anggota Komunitas Pembelajar
Anti Korupsi (KPAK) yang mengimplementasikan sistem pengaduan
masyarakat didukung penggunaan dana sebesar Rp11.292.000,00
atau 38,94% dibandingkan dengan anggaran sebesar
2017 2018
Capaian 156,87 153,85
152,00
152,50
153,00
153,50
154,00
154,50
155,00
155,50
156,00
156,50
157,00
157,50
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 84
Rp29.000.000,00 dan menyerap SDM sebanyak 245 OH atau 106,85%
dari rencana sebanyak 230 OH.
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 153,85%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 38,94%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 153,85%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 106,85%.
‘‘Sasaran Program 5
Meningkatnya kapabilitas pengawasan intern pemerintah
di bidang keinvestigasian
Indikator kinerja yang tetapkan untuk menilai capaian sasaran
strategis ini adalah persentase auditor yang memiliki kompetensi
keinvestigasian. Persentase auditor yang memiliki kompetensi
keinvestigasian yaitu kompetensi yang harus dimiliki oleh auditor
investigatif meliputi pengetahuan dan keterampilan di bidang:
1. Hukum
2. Keuangan
3. Audit dan Akuntansi
4. Ekonomi
5. Penyelidikan
6. Komputer
7. Investigasi
8. Manajemen
Persentase auditor yang memiliki kompetensi keinvestigasian
dihitung berdasarkan jumlah auditor yang mengikuti diklat
keinvestigasian pada tahun 2018 dibagi dengan jumlah seluruh
auditor pada tahun 2018 dikalikan dengan 100%.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 85
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 110,04% lebih tinggi
dibandingkan target sebesar 62% atau mencapai 177,48%. Realisasi
dihitung berdasarkan jumlah auditor yang mengikuti diklat
keinvestigasian sebanyak 559 auditor dibandingkan dengan jumlah
seluruh auditor auditor pada tahun 2018 sebanyak 508 auditor.
Realisasi kinerja tahun 2018 sebesar 110,04% lebih tinggi
dibandingkan dengan realisasi tahun 2017 sebesar 67,88% dan lebih
tinggi jika dibandingkan dengan target pada akhir periode Renstra
sebesar 65%.
Target dan realisasi kinerja tahun 2018 digambarkan pada Grafik
3.19.
Grafik 3.19
Target dan Realisasi IKU Persentase Auditor yang Memiliki
Kompetensi Keinvestigasian
Dari Grafik 3.19 dapat dilihat bahwa realisasi IKU tahun 2017 dan
tahun 2018 melampaui target yang telah ditetapkan.
2017 2018
Target 60 62
Realisasi 67,88 110,04
-
20
40
60
80
100
120
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 86
Perkembangan capaian tahun 2017 dan tahun 2018 dapat
digambarkan dengan Grafik 3.20.
Grafik 3.20
Capaian IKU Persentase Auditor yang Memiliki Kompetensi
Keinvestigasian
Dari Grafik 3.20 terlihat bahwa capaian tahun 2018 meningkat
sebesar 64,35% dibandingkan dengan capaian tahun 2017.
Faktor pendukung tercapainya kinerja adalah Deputi Bidang
Investigasi terus menjalin komunikasi yang baik dengan Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dan Lembaga lain
dengan mengusulkan untuk menyelenggarakan Diklat
Keinvestigasian dalam rangka meningkatkan kapabilitas auditor
investigasi.
Pencapaian sasaran tahun 2018 didukung penggunaan dana
sebesar Rp47.006.000,00 atau 76,81% dari anggaran sebesar
Rp61.200.000,00.
Capaian IKU menyerap SDM sebanyak 171 OH atau 114,00% dari
rencana sebanyak 150 OH.
2017 2018
Capaian 113,13 177,48
0,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
140,00
160,00
180,00
200,00
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 87
Dari sisi penggunaan dana, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 177,48%, lebih besar
daripada capaian penggunaan dana sebesar 76,81%.
Dari sisi penggunaan SDM, sasaran ini telah dicapai secara efisien.
Hal ini terlihat dari capaian kinerja sebesar 177,48%, lebih besar
daripada capaian penggunaan SDM sebesar 114,00%.
Rincian kegiatan peningkatan kapabilitas pengawasan di bidang
keinvestigasian tahun 2018 terdapat pada Tabel 3.16.
Tabel 3.16
Realisasi Kegiatan Peningkatan Kapabilitas Pengawasan di Bidang
Keinvestigasian
No Nama Diklat Tgl.
Mulai
Tgl.
Selesai
Jumlah
Peserta
Lokasi
1 Audit Investigatif di
Lingkungan BPKP
20180219 20180223 34 Ciawi
2 Audit Investigatif di
Lingkungan BPKP
20180226 20180302 68 Ciawi
3 Audit Investigatif di
Lingkungan BPKP
20180416 20180420 34 Ciawi
4 Fraud Control Plan dan
Evaluasi Hambatan
Kelancaran
Pembangunan di
Lingkungan BPKP
20180709 20180713 33 Ciawi
5 Audit Tujuan Tertentu
Bidang Investigasi di
Lingkungan BPKP
20180806 20180810 34 Ciawi
6 Penyidikan dan Asset
Tracing and Recovery di
Lingkungan BPKP
20180903 20180907 32 Ciawi
7 Certified Forensik Auditor
(CFrA) di Lingkungan
BPKP
20181105 20181114 34 Jakarta
8 Pelatihan LPS-BPKP
Peningkatan Kapabilitas
Resolusi Bank
20181115 20181116 73 Bandung
9 Certified Risk
Management Officer
(CRMO)
- - 2 Jakarta
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 88
No Nama Diklat Tgl.
Mulai
Tgl.
Selesai
Jumlah
Peserta
Lokasi
10 Workshop Centre of
Excellence for Fraud
Solutions denga tema “
Instrumen Integratif
Pengelolaan Risiko
Korupsi
102 Jakarta
11 Workshop Kontrak
FIDIC dalam
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
91 Jakarta
12 Diklat Pengadaan
Barang dan Jasa
13 Ciawi
13 Diklat SPIP 1 Ciawi
14 Training Software ACL
Analytics
5 Bandung
15 Diklat Manajemen
Risiko Sektor Publik
3 Ciawi
Jumlah Peserta 559
C. Penugasan/Kegiatan Lain
Selain melaksanakan penugasan dalam rangka pencapaian sasaran
program tersebut di atas, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan
penugasan/kegiatan berikut:
1. Pengendalian terhadap penugasan keinvestigasian
Deputi Bidang Investigasi melakukan pengendalian yang memadai
terhadap setiap penugasan bidang investigasi. Kegiatan tersebut
bertujuan untuk menjamin kualitas audit, mempercepat proses
penugasan, dan mencari jalan keluar atas permasalahan-
permasalahan yang timbul selama penugasan. Pengendalian
dilakukan melalui kegiatan penyamaan persepsi, koordinasi
pengawasan, quality assurance, peer reviu atas laporan penugasan
bidang investigasi, dan pemantauan tindak lanjut.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 89
Target dan realisasi penugasan pada tahun 2018 terdapat pada
Tabel 3.21.
Tabel 3.21
Target Dan Realisasi Dalam Rangka Pengendalian Terhadap
Penugasan Keinvestigasian
No. Uraian Penugasan
Target
(laporan)
Realisasi
(laporan)
1 Penyamaan Persepsi 35 89
2 Koordinasi Pengawasan 8 14
3 Quality Assurance 30 71
4 Peer reviu atas laporan
penugasan investigasi
11 12
5 Penanganan
pengaduan
8 20
Jumlah 92 206
Kegiatan ini menggunakan SDM sebenyak 1.480 OH atau 165,55%
dari rencana 894 OH. Realisasi penggunaan dana sebesar
Rp2.203.208.282.00 atau 121,10% dari anggaran sebesar
Rp1.819.364.000,00.
2. Kajian Pengawasan
Pada tahun 2018, Deputi Bidang Investigasi melakukan kajian
pengawasan sebagai berikut:
a. Evaluasi Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016
tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun
2016 dan 2017
Evaluasi dilaksanakan terhadap 29 Aksi Pencegahan Korupsi
yang dilakukan oleh Kementerian/Lembaga dan 4 Aksi yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota.
Hasil Evaluasi sebagai berikut:
1) Ukuran keberhasilan atas aksi PPK tahun 2016 dan 2017
umumnya masih menekankan pada indikator output
sehingga dampak dari pelaksanaan aksi PPK belum terukur;
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 90
2) Tim Evaluasi BPKP menetapkan outcome atas keseluruhan
aksi. Dari 29 aksi pencegahan korupsi di
Kementerian/Lembaga, outcome dari 15 aksi sudah
tercapai, sedangkan outcome dari 14 aksi belum tercapai
(termasuk 8 aksi terkait strategi penegakan hukum). Dari 4
aksi pencegahan korupsi di Pemerintah Daerah, belum ada
outcome yang tercapai.
3) Aksi pencegahan yang melibatkan seluruh Kementerian/
Lembaga dan Pemda, adalah aksi transparansi dan
akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang dan
jasa. Tim Evaluasi BPKP menetapkan outcome aksi ini adalah
dapat diaksesnya kegiatan pengadaan barang dan jasa
oleh masyarakat dengan lebih mudah dan cepat;
pemerintah dapat memperoleh barang/jasa dengan harga
yang efisien, terbuka dan kompetitif; serta menurunnya
jumlah kasus dan nilai penyimpangan barang dan jasa.
Capaian atas outcome tersebut masih di bawah 50%.
Berdasarkan hasil evaluasi pada 31 Kementerian/Lembaga,
dan 177 Pemerintahan Derah menunjukkan bahwa adanya
Unit Layanan Pengadaan (ULP), Sistem Informasi Rencana
Umum Pengadaan (SIRUP), Sistem Pengadaan Secara
Elektronik (SPSE), serta penggunaan e-catalogue belum
secara otomatis dapat mendukung peningkatan
transparansi dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa.
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan aksi
PPK di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah pada
tahun-tahun mendatang, hal-hal yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Mendorong Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas dan Kepala Kantor Staf
Kepresidenan (KSP) agar:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 91
a) Dalam menentukan kriteria dan ukuran keberhasilan atas
aksi PPK menekankan pula indikator outcome sehingga
dampak dari pelaksanaan aksi PPK akan lebih terukur;
b) Menentukan aksi yang mempunyai dampak secara
langsung pada peningkatan Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
dan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) di Indonesia;
c) Mempercepat terbangunnya koneksitas whistleblowing
online system LPSK, KPK dan K/L/P;
d) Mempercepat pembentukan Unit Pengendalian
Gratifikasi (UPG), mengingat menurut data KPK sampai
dengan 21 Mei 2018 baru terbentuk 260 UPG di K/L dan
Pemda;
e) Merumuskan langkah-langkah peningkatan transparansi
dan akuntabilitas pengadaan barang dan jasa.
2) Mendorong pimpinan Kementerian/Lembaga dan Pemda
untuk:
a) Membangun budaya organisasi anti korupsi di masing-
masing instansi;
b) Memperkuat Sistem Pengendalian Intern untuk
mewujudkan target RPJMN 2015-2019, yaitu pada akhir
tahun 2019 mencapai maturitas penyelenggaraan SPIP
level 3;
c) Memperkuat Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
(APIP) untuk meningkatkan kapabilitas dan kompetensi
APIP sesuai target RPJMN 2015-2019, yaitu pada akhir
tahun 2019 mencapai tingkat kapabilitas APIP pada level
3.
b. Kajian atas Rencana Kerja Sama Pemanfaatan Lahan Non
Produktif antara PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II) dengan
Perum Perumnas melalui perusahaan patungan yaitu PT Nusa
Dua Bekala (PT NDB) dan PT Propernas Nusa Dua (PT PND)
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 92
Berdasarkan Sertifikat HGU Nomor 171/Simalingkar tahun 2004,
PTPN II memiliki Hak Guna Usaha atas lahan eks Kebun Bekala
seluas 854,26 Ha yang berlokasi di Desa Simalingkar A,
Kecamatan Pancur Batu, Kab. Deli Serdang, Prov. Sumatera
Utara. Kebun Bekala tersebut tidak berproduksi lagi sejak tahun
2007 dan telah mengalami perubahan peruntukan
sebagaimana diatur Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan,
Binjai, Deli Serdang, dan Karo yang menyatakan bahwa
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang (termasuk di
dalamnya areal eks Kebun Bekala seluas 854,26 Ha) merupakan
salah satu bagian dari wilayah Metropolitan Medan yang
rencana struktur ruangnya terdiri atas rencana sistem pusat
permukiman dan rencana sistem jaringan prasarana.
Sejalan dengan perubahan regulasi dan dalam rangka
optimalisasi aset yang dimiliki PTPN II tersebut, manajemen
perusahaan mempertimbangkan pemanfaatan lahan melalui
kerjasama pembangunan dan pengelolaan properti dengan
Perum Perumnas berupa pembangunan areal eks Kebun Bekala
menjadi areal properti yang terdiri atas kawasan perumahan
residential, komersial/bisnis, pendidikan maupun aktivitas
ekonomi dan sosial lainnya. Rencana kerjasama ini dituangkan
pada Memorandum of Understanding (MoU) tanggal 15
Desember 2011 yang menyepakati pola kerjasama berupa Joint
Venture (pembentukan perusahaan baru/patungan) antara
Perumnas dengan PTPN 2 yaitu PT Nusa Dua Bekala (PT NDB)
sebagai perusahaan yang mengurus aset lahan dan PT
Propernas Nusa Dua (PT PND) Sebagai perusahaan yang
mengurus pengelolaan, pembangunan, dan penjualan properti
hunian dan pendukungnya.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 93
Pembentukan perusahaan patungan ini telah disetujui oleh
Menteri BUMN melalui Surat Nomor S-728/MBU/2012 tanggal
18 Desember 2012 dan Surat Menteri BUMN Nomor
S-729/MBU/2012 tanggal 18 Desember 2012 tentang Persetujuan
Pendirian Perusahaan Patungan PTPN II dan Perum Perumnas,
yang sekaligus menyetujui penghapusbukuan dan
pemindahtanganan aktiva tetap berupa Tanah HGU eks Kebun
Bekala seluas 854,26 Ha) untuk dijadikan penyertaan modal PTPN
II secara inbreng pada PT NDB. Namun PTPN II belum dapat
menyelesaikan proses penghapusbukuan dan
pemindahtanganan aktiva tetap yang telah melewati jangka
waktu yang diberikan sesuai Surat Menteri BUMN Nomor
S-728/MBU/2012 tanggal 18 Desember 2012 dan Nomor
S-729/MBU/2012 tanggal 18 Desember 2012 yang berakhir pada
tanggal 17 Desember 2013.
Berdasarkan hasil kajian terkait rencana kerja sama
pemanfaatan lahan non produktif antara PTPN II dengan Perum
Perumnas melalui perusahaan patungan yaitu PT NDB dan
PT PND, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a) Pendirian perusahaan patungan antara PTPN II dengan
Perum Perumnas yaitu PT Nusa Dua Bekala (PT NDB) sebagai
penerima Lahan Inbreng Tanah eks HGU seluas 854,26 Ha
dan PT Propernas Nusa Dua (PT PND) sebagai perusahaan
pengembang yang membangun, mengembangkan,
mengelola, dan memasarkan perumahan dan pemukiman
bagi karyawan PTPN II dan umum di lokasi eks Kebun Bekala
seluas 854,26 Ha telah sesuai dengan Surat Menteri BUMN
Nomor S-728/MBU/2012 tanggal 18 Desember 2012 tentang
Persetujuan Pendirian Perusahaan Patungan PTPN II dan
Perum Perumnas.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 94
b) Perjanjian Kerjasama antara PTPN II dengan Perum Perumnas
tentang Kerjasama Lahan HGU Eks Kebun Bekala dapat
dilanjutkan setelah mendapatkan persetujuan
penghapusbukuan dan pemindahtanganan aktiva tetap
dari Menteri BUMN dan telah dituangkan dalam Akta
Inbreng.
c) Rencana inbreng Tanah PTPN II kepada PT NDB telah sesuai
dengan Surat Edaran Menteri BUMN Nomor
SE-08/MBU/WK/2012 tanggal 1 Agustus 2012 yang mana
komposisi saham PTPN II pada PT NDB sebesar 99%.
d) Rencana pemanfaatan lahan PT NDB oleh PT PND dalam
bentuk pembangunan, pengembangan, pengelolaan, dan
pemasaran perumahan dan pemukiman bagi karyawan
PTPN II dan umum di lokasi eks Kebun Bekala seluas 854,26 Ha
dapat dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
Menteri BUMN.
3. Penyusunan Pedoman Fraud Control Plan (FCP) pada
BUMN/BUMD/BLU/BLUD
Untuk mendukung pengendalian fraud dan mewujudkan
perusahaan BUMN bersih, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan
penugasan Fraud Control Plan (FCP). Sehubungan dengan hal
tersebut, Deputi Bidang Investigasi menyusun Pedoman FCP pada
BUMN/BUMD/BUL/BLUD.
Tujuan penyusunan pedoman adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan pilar-pilar strategi yang merepresentasikan praktik-
praktik terbaik dalam pengendalian fraud.
b. Menyediakan kerangka pikir (framework) penerapan
pengendalian fraud yang memiliki nilai tambah bagi organisasi
dalam memerangi fraud.
c. Menetapkan dasar-dasar pengukuran dalam menerapkan
pengendalian fraud.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 95
d. Menjadi dasar penilaian keberhasilan penerapan pengendalian
fraud.
Ruang lingkup pedoman FCP mencakup:
a. Kerangka pikir (framework) pengendalian fraud, pilar-pilar
strategi pengendalian fraud, atribut-atribut, dan metode
penilaian pengendalian fraud.
b. Petunjuk Teknis penerapan Fraud Control Plan melalui Sosialisasi,
Bimbingan Teknis, Evaluasi dan Monitoring Tindak Lanjut di
Lingkungan BUMN/BUMD/BLUD
4. Penandatanganan Pakta Integritas
Pada tanggal 12 Januari 2018 dilaksanakan penandatanganan
Pakta Integritas di lingkungan Deputi Bidang Investigasi. Dalam
kesempatan ini, Pak Iswan Elmi selaku Deputi Kepala BPKP Bidang
Investigasi menyampaikan bahwa Pakta Integritas bukan sekedar
penandatanganan Pakta Integritas yang merupakan kewajiban
dari PNS/Birokrat namun yang terpenting adalah implementasinya
dalam kegiatan ke depan sebagai pelayan masyarakat.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 96
5. Rapat Kerja (Raker) Deputi Bidang Investigasi
Rapat Deputi Bidang Investigasi Tahun 2018 diselenggarakan pada
tanggal 20 sampai dengan 22 September 2018, bertempat di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP Jalan Beringin II, Ciawi,
Pandansari, Bogor, Jawa Barat. Raker diikuti oleh 161 pegawai di
Lingkungan Deputi Bidang Investigasi dengan tema “Breaking the
Silos, Connecting the Dots and Empowering CEFRaS”. Raker
bertujuan untuk menyusun strategi pencapaian kinerja Deputi
Bidang Investigasi Tahun 2018 dengan upaya memecahkan sekat
antar unit kerja, menyatukan seluruh pegawai, dan memperkuat
CEFRaS.
6. Forum Investigasi
Pada tanggal 8 dan 9 Maret 2018 dilaksanakan Forum Investigasi
dengan tema “Penguatan Profesionalisme BPKP dalam Mitigasi
Risiko Pengawasan dan Pengelolaan Risiko Fraud”. Tujuan
dilaksanakannya forum investigasi adalah untuk mengingatkan
kembali pentingnya menjaga dan menguatkan profesionalisme
BPKP melalui mitigasi risiko pengawasan dan pengelolaan risiko
fraud. Forum Investigasi diikuti oleh Pejabat Struktural di Lingkungan
Deputi Bidang Investigasi, Koordinator Pengawasan JFA Bidang
Investigasi Perwakilan BPKP, dan auditor di Lingkungan Deputi
Bidang Investigasi.
Materi yang disampaikan pada kegiatan forum investigasi adalah:
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 97
a. Pedoman Pengelolaan Kegiatan Bidang Investigasi untuk
kegiatan:
1) Audit Investigatif
2) Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara
3) Pemberian Keterangan Ahli
4) Penyesuaian Harga, Audit Klaim dan Evaluasi Hambatan
Kelancaran Pembangunan
b. Penyusunan Register Risiko dan Rencana Tindak Pengendalian
c. Pengembangan Metodologi Pencegahan Fraud
d. Inovasi Pengawasan dari Bidang Investigasi Perwakilan BPKP
Provinsi Jawa Barat, yaitu aplikasi “Smile” (Sistem Manajemen
Informasi Dan Layanan Yang Efektif).
7. Workshop Centre of Excellence for Fraud Solutions
Pada tanggal 25 - 27 September 2018, Deputi Bidang Investigasi
menyelenggarakan Workshop Centre of Excellence for Fraud
Solutions: Instrumen Integratif Pengelolaan Risiko Korupsi yang
diselenggarakan, dengan tema "Penguatan SPIP melalui Sinergi dan
Kolaborasi Membangun Instrumen Pengelolaan Risiko Korupsi yang
Terintegrasi", seperti tergambar dalam diagram berikut:
Tujuan penyelenggaraan workshop adalah membangun auditor
investigatif yang profesional dengan pengetahuan up to date yang
mampu mengungkapkan fakta secepatnya, mampu membangun
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 98
program pencegahan korupsi, mampu merubah budaya
(engineering culture), serta mampu memberikan masukan kepada
Aparat Penegak Hukum (APH).
Deputi Bidang Investigasi membangun Center of Excellence for
Fraud Solutions (CEFraS) sebagai sarana untuk mendiseminasikan
solusi-solusi kecurangan kepada APIP K/L/P sehingga meningkatkan
kemampuan APIP dalam melakukan pengawasan terhadap
akuntabilitas keuangan dan pembangunan. Selain itu juga
dimaksudkan untuk membangun kapasitas APIP K/L/P.
8. Workshop Kontrak FIDIC dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah: Permasalahan dan Solusi
Workshop diselenggarakan pada tanggal 17 dan 18 September
2018, bertempat di Aula Timur Gedung BPKP Pusat. Narasumber
Workshop adalah ahli FIDIC Internasional, Profesor Dr. Ir. Sarwono.
Workshop diikuti oleh 91 (sembilan puluh satu) orang terdiri dari
Pejabat Struktural/Pejabat Fungsional Auditor di lingkungan Deputi
Bidang Investigasi, BPKP Perwakilan DKI Jakarta, Biro Hukum dan
Humas BPKP.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan Workshop ini adalah para
pejabat struktural dan fungsional auditor dapat memahami proses
pengadaan barang/jasa dalam lingkup FIDIC, mengidentifikasi
permasalahan dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah,
dan penyelesaiannya serta dapat memahami hukum
perikatan/perjanjian/kontrak.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 99
9. Diklat Keinvestigasian di Lingkungan APIP selain BPKP
Deputi Bidang Investigasi melakukan peningkatan kapabilitas
pengawasan di bidang keinvestigasian untuk auditor di Lingkungan
APIP selain BPKP, dengan melaksanakan Diklat Keinvestigasian
sebagai berikut:
No Nama Diklat Tgl.
Mulai
Tgl.
Selesai
Jumlah
Peserta
Lokasi
1 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180723 20180727 38 Medan
2 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180730 20180803 23 Denpasar
3 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180806 20180810 68 Makassar
4 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180827 20180831 38 Lampung
5 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180903 20180907 32 Bandung
6 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180917 20180921 36 Ternate
7 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20180924 20180928 59 Bogor
8 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20181001 20181005 54 Medan
9 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20181001 20181005 35 Denpasar
10 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20181008 20181012 36 Bengkulu
11 Audit Investigatif di
Lingkungan Itjen
Kementerian Desa
20181008 20181012 25 Bogor
12 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20181022 20181026 29 Makassar
13 Audit Investigatif di
Lingkungan
Inspektorat
Kabupaten Poso
20181022 20181026 28 Makassar
14 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20181029 20181102 27 Pekanbaru
15 Audit Investigatif di
Lingkungan APIP
20181105 20181109 92 Ciawi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 100
No Nama Diklat Tgl.
Mulai
Tgl.
Selesai
Jumlah
Peserta
Lokasi
16 Audit Investigatif di
Lingkungan
Inspektorat Provinsi
Papua
20181112 20181116 30 Ciawi
17 Audit Investigatif di
Lingkungan POLRI dan
Itjen Kementerian
Kesehatan
20181126 20181130 40 Bogor
Jumlah Peserta 690
10. Kegiatan Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi
a. Menjadi Narasumber pada Pelatihan Bersama Dalam
Penanganan Tindak Pidana Korupsi
Pada tanggal 5 Maret 2018, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
menggelar pelatihan bersama Peningkatan Kapasitas Aparat
Penegak Hukum Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi
Wilayah Hukum Provinsi Kalimantan Barat bertempat di Hotel
Aston, Pontianak. Peserta pelatihan adalah kepolisian,
kejaksaan; auditor Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), auditor Badan Pemeriksa Keuangan,
Oditur Militer (Otmil), dan Polisi Militer Tentara Nasional Indonesia
(POM TNI) di wilayah Kalimantan Barat.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 101
Narasumber utama yaitu Ketua KPK, Agus Rahardjo; Deputi
Kepala BPKP Bidang Investigasi, Iswan Elmi; Kepala Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi, Kiagus Ahmad Badaruddin;
Anggota VII BPK, Eddy Mulyadi Soepardi; Direktur Pembinaan
Penyidikan POM TNI, Kolonel Bambang Sumarsono; Kabareskrim
Polri, Komjen Ari Dono Sukmanto, dan Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus, Adi Toegarisman. Pelatihan bersama
diselenggarakan hingga tanggal 9 Maret 2018.
b. Menjadi Narasumber pada Sosialisasi Audit HKP di Perwakilan
BPKP Provinsi Jawa Barat
Sosialisasi Audit Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP)
dilaksanakan selama 3 hari, mulai tanggal 21 Maret 2018 sampai
dengan tanggal 23 Maret 2018 dengan Narasumber Deputi
Kepala BPKP Bidang Investigasi Bapak Iswan Elmi, Direktur HKP
Bapak Wasis Prabowo, dan Kasubdit Investigasi IHKP Instansi
pemerintah Bapak Gumbira Budi Purnama. Peserta sosialisasi
adalah PFA Bidang Investigasi, PFA Bidang lain, dan PFA Sub
Bagian.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 102
c. Menghadiri Workshop Strategi Pemberantasan Korupsi di
Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Selatan
Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi, Bapak Iswan Elmi dan
Direktur Investigasi BUMN/D Ibu Agustina Arumsari menghadiri
Workshop Strategi Pemberantasan Korupsi, dengan Tema
"Upaya Mewujudkan BPKP Sebagai Pusat Keunggulan Solusi
Kecurangan" bertempat di ruang Rapat Kepala Perwakilan
pada tanggal 2 Februari 2018. Workshop diikuti oleh seluruh
Korwas, para Dalnis, dan auditor dari masing-masing Bidang.
Pemateri pada acara ini Kasubdit Investigasi Pemerintah Pusat,
Ide Juang Humantito, dan Kasubdit Investigasi BUMN,
Muhammad Risbiyanto.
d. Membuka Diklat Audit Investigatif di Perwakilan BPKP Provinsi
Sumatera Utara
Pada tanggal 1 Oktober 2018, Deputi Kepala BPKP Bidang
Investigasi Iswan Elmi membuka "Diklat Audit Investigatif Bagi
Pegawai di Lingkungan APIP dengan Pola PNBP". Diklat akan
berlangsung mulai 1 s.d 5 Oktober 2018 bertempat di ruang Diklat
Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Utara, diikuti oleh pegawai di
lingkungan APIP dari berbagai daerah di Indonesia.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 103
e. Memberikan materi dalam penutupan Diklat Audit Investigatif
bagi Pegawai di Lingkungan Inspektorat se Wilayah Provinsi
Bengkulu
Pada tanggal 12 Oktober 2018, Deputi Kepala BPKP Bidang
Investigasi, Iswan Elmi, memberikan materi pada penutupan
Diklat Audit Investigatif bagi Pegawai di Lingkungan Inspektorat
se Wilayah Provinsi Bengkulu. Diklat diikuti sebanyak 36 peserta,
bertempat di Aula Kantor Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu.
f. Menutup Diklat Substansi Audit Investigatif bagi APIP di
lingkungan Inspektorat kabupaten kota se-Provinsi Riau dan BPKP
Perwakilan Provinsi Riau
Pada tanggal 2 November 2018, Deputi Investigasi BPKP, Iswan
Elmi, menutup Diklat Audit Investigatif. Iswan Elmi berharap para
auditor harus senantiasa meningkatkan kompetensinya, terlebih
kompetensi di bidang audit investigatif. Diklat berlangsung lima
hari sejak tanggal 29 Oktober 2018 diisi oleh nara sumber yang
kompeten, baik dari BPKP Pusat dan Perwakilan, maupun
narasumber dari LKPP, Kejaksaan dan Kepolisian RI. Tercatat
yang menjadi narasumber pada kegiatan tersebut antara
lain Agustina Arumsari selaku Direktur Investigasi BUMN dan
BUMD, Farid Firman selaku Kasubdit Investigasi BUMN, dan Ign.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 104
Rudi Wiyana selaku Korwas Bidang Investigasi Perwakilan BPKP
Provinsi Riau.
g. Memberikan Arahan pada Jam Pimpinan di Perwakilan BPKP
Provinsi Bangka Belitung
Pada tanggal 10 September 2018 sampai dengan 14 September
2018, terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan oleh
Perwakilan BPKP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan
tersebut merupakan tugas pokok dan fungsi BPKP serta kegiatan
budaya kerja. Pada tanggal 14 September 2018 dilaksanakan
jam Pimpinan berupa arahan Dari Deputi Investigasi dan sesi
tanya jawab.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 105
h. Kunjungan Kerja ke Perwakilan BPKP Provinsi Kalimantan Utara
pada tanggal 8 November 2018
i. Memberikan Arahan pada Jam Pimpinan di Perwakilan BPKP
Provinsi Bengkulu
Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu mengadakan Jam
Pimpinan pada tanggal 12 Oktober 2018, bertempat di Aula
Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu, yang dihadiri oleh Deputi
Kepala BPKP Bidang Investigasi, Bapak Iswan Elmi, Ak., M.S.Acc,
sebagai narasumber Jam Pimpinan dan selaku Deputi Pembina
Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu. Pelaksanaan kegiatan Jam
Pimpinan dibuka oleh Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Bengkulu,
Bram Brahmana diikuti oleh seluruh pegawai Perwakilan BPKP
Provinsi Bengkulu dan Kepala BPKD Provinsi Bengkulu, Heru
Susanto, S.E., M.M.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 106
Dalam arahannya, Bapak Iswan Elmi menegaskan bahwa
pelaksanaan pemberantasan korupsi yang efektif dilakukan
melalui pencegahan/preventif, mengubah pola pikir dan
mentalitas auditor untuk memperbaiki bukan untuk
menghancurkan. Di Deputi Investigasi, terdapat tiga nilai yang
harus diprioritaskan atau diimplementasikan dalam perilaku. Nilai
pertama adalah layanan, APIP memberikan layanan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan perbaikan, apa yang sebaiknya
dilakukan, bukan untuk menjustifikasi penyimpangan-
penyimpangan orang lain. Nilai kedua adalah profesionalisme,
Membangun kultur professional, artinya mampu melayani
stakeholder dengan professional, sesuai dengan standar yang
menjadi ukuran mutu yang telah ditetapkan oleh organisasi. Nilai
ketiga adalah integritas, artinya adalah APIP mampu menjaga
kepercayaan publik.
j. Menghadiri Pelatihan Bersama Peningkatan Kapasitas Aparat
Penegak Hukum Dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi
Wilayah Provinsi Lampung
Pada tanggal 08 Oktober 2018, dilaksanakan Pembukaan
Pelatihan Bersama di Hotel Novotel Bandar Lampung, dihadiri
oleh Deputi BPKP Bidang Investigasi Iswan Elmi didampingi Kisyadi
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 107
selaku Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Lampung, Ketua KPK
Basaria Panjaitan,S.H.,M.H, SESJAMPIDSUS Fadil Zumhana.SH,M.H,
Kepala PPATK Kiagus Ahmad Badarudin, DirbindikPom TNI Bapak
Kolonel Bambang Sumarsono, dan KABARESKRIM POLRI Komjen
Pol Drs.Ari Dono,SH,.M.H.
D. Realisasi Keuangan
Anggaran Deputi Bidang Investigasi tahun 2018 sebesar
Rp6.094.000.000,00 terealisir sebesar Rp6.073.157.876,00 atau 99,66% dari
anggaran. Rincian anggaran dan realisasi keuangan per program
terdapat pada Tabel 3.24.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 108
TABEL 3.24
Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Program
Tahun 2018
No. Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
%
1. Program Dukungan
Manajeman dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya (3670)
1.000.000.000 999.281.293 99,66
2. Pengendalian/
Pelaksanaan Pengawasan
Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi pada
BUMN dan BUMD (3679)
1.604.000.000 1.591.668.883 99,23
3. Pengendalian/
Pelaksanaan Pengawasan
Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait HKP (3680)
1.509.000.000 1.507.311.577 99,89
4. Pengendalian/
Pelaksanaan Pengawasan
Intern Akuntabilitas
Keuangan Negara dan
Pembinaan
Penyelenggaraan SPIP
terkait Investigasi pada
Kementerian/Lembaga
(3681)
1.981.000.000 1.974.896.123 99,69
Jumlah 6.094.000.000 6.073.157.876 99,66
Anggaran dan realisasi keuangan per jenis belanja terdapat pada Tabel
3.25.
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 109
TABEL 3.25 Anggaran dan Realisasi Keuangan Per Jenis Belanja
Tahun 2018
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp)
%
Belanja Barang 6.094.000.000 6.073.157.876 99,66
Jumlah 6.094.000.000 6.073.157.876 99,66
E. Perbaikan Perencanaan Kinerja
Pada tahun 2018 Deputi Bidang Investigasi mengembangkan Indeks
Efektivitas Pencegahan Korupsi (Indeks EPK). Pengembangan Indeks
EPK dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa dalam upaya mencapai
tujuan strategis dan mengelola kinerja pemberantasan korupsi
memerlukan rerangka pengukuran dan penilaian kemajuan upaya
pencegahan korupsi. Rerangka pengukuran dan penilaian tersebut
akan menjadi landasan penyusunan peta jalan peningkatan efektivitas
pencegahan korupsi. Indeks EPK adalah Indeks Komposit yang dibentuk
dari Indeks Kapabilitas Pengelolaan Risiko Korupsi, Indeks Penerapan
Strategi Pencegahan Korupsi dan Indeks Penanganan Kejadian Korupsi,
yang dihitung dengan menjumlahkan ketiga indeks secara
tertimbangan sesuai dengan bobot indeks yang disajikan pada Tabel
berikut:
Tabel 3.26.
Bobot Indeks Efektivitas Pencegahan Korupsi
Pilar Bobot
Dimensi
a. Kapabilitas Pengelolaan Risiko Korupsi 48,00%
b. Penerapan Strategi Pencegahan Korupsi 36,00%
c. Penanganan Kejadian Korupsi 16,00%
Jumlah 100,00%
Pada tahun 2018 dilaksanakan piloting penilaian Indeks EPK pada Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di Provinsi Sumatera Selatan,
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Penutup
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 110
Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Kalimantan Selatan, dengan data
skor sebagai berikut:
Instansi Skor ( 1 - 10 )
Dinas ESDM Provinsi Sumatera Selatan 4,1140
Dinas ESDM Provinsi Bangka Belitung 4,1275
Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Selatan 4,3036
Pendahuluan Perencanaan dan Perjanjian Kinerja Akuntabilitas Kinerja
Deputi Investigasi | Laporan Kinerja 2018 111
BAB IV PENUTUP
aporan kinerja merupakan media pertanggungjawaban Deputi
Bidang Investigasi dalam melaksanakan program dan kegiatan yang
telah dilakukan. Pada tahun 2018 capaian kinerja outcome program
menunjukkan rata-rata sebesar 133,87% sedangkan capaian kinerja output
menunjukkan rata-rata sebesar 119,32%. Dana yang digunakan oleh Deputi
Bidang Investigasi melaksanakan seluruh kegiatan adalah sebesar
Rp6.073.157.876,00 atau 99,66% dari anggaran sebesar Rp6.094.000.000,00.
Target kinerja outcome maupun output yang telah ditetapkan pada
Renstra 2015-2019 secara keseluruhan dapat disimpulkan tercapai. Rata-
rata capaian kinerja tahun 2018 diatas 100%.
Deputi Bidang Investigasi BPKP terus mengembangkan diri sebagai
pusat unggulan (Center of Excellence) pada bidang Fraud Solution (Centre
of Excellence for Fraud Solution/CEFRaS). Pembinaan dan peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai aset utama dalam mencapai
keberhasilan untuk mewujudkan visi, dan misi terus ditingkatkan. Deputi
Bidang Investigasi akan menyusun strategi pencapaian kinerja dengan
upaya memecahkan sekat antar unit kerja, menyatukan seluruh pegawai,
dan memperkuat CEFRaS.
Akhirnya, dengan memahami berbagai kendala dan keterbatasan
yang ada, Deputi Bidang Investigasi bertekad untuk terus meningkatkan
kinerja sebagai perwujudan dari pertanggungjawaban amanah yang
diemban.
L
Lampiran 1
Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
3 4 5 6=5/4 7 8 9=8/7 10 11 12=11/10
1.1 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
% 50 36,77 73,54 868.740.002 456.427.825 52,54 855 1.619 189,36
1.2 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
% 72 100,00 138,89 - - - - - -
1.3 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 65 84,61 130,17 665.578.572 359.232.120 53,97 1.980 1.846 93,23
1.4 Persentase hasil audit
penyesuaian harga yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 75 100,00 133,33 316.152.000 315.491.000 99,79 800 761 95,13
1.5 Persentase hasil audit klaim
yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
% 75 100,00 133,33 171.095.000 170.506.000 99,66 400 493 123,25
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
% 75 100,00 133,33 270.536.000 270.534.643 100,00 720 723 100,42
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)
% 52 64,06 123,19 126.500.000 205.570.542 162,51 515 560 108,74
3.2 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi (hard and
soft competency ) di bidang
pencegahan
% 62 87,80 141,61 155.500.000 216.862.542 139,46 925 1.015 109,73
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K
dan masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti
Korupsi (KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
% 65 100,00 153,85 29.000.000 11.292.000 38,94 230 245 106,52
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan intern
pemerintah di bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang
memiliki kompetensi
keinvestigasian
% 62 110,04 177,48 61.200.000 47.006.000 76,81 150 171 114,00
Capaian
Kinerja (%)
CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2018
Satuan Target
SDM (OH)Dana (Rp)
Realisasi
3. Meningkatnya kualitas
tata kelola pemerintah
dan korporasi dalam
pencegahan korupsi
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
Indikator Kinerja Utama
21
Sasaran Program
Lampiran 2
Satuan Target Realisasi
Th 2017
Realisasi
Th 2018
Realisasi
dibanding
Target
3 4 5 6 7
1.1 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan di persidangan
% 50 41,61 36,77 73,54
1.2 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh APH
% 72 100,00 100,00 138,89
1.3 Persentase hasil pengawasan
keinvestigasian yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 65 69,23 84,61 130,17
1.4 Persentase hasil audit penyesuaian
harga yang dimanfaatkan oleh
K/L/P/K
% 75 100,00 100,00 133,33
1.5 Persentase hasil audit klaim yang
dimanfaatkan oleh K/L/P/K
% 75 100,00 100,00 133,33
1. Meningkatnya
efektivitas hasil
pengawasan
keinvestigasian
Sasaran ProgramIndikator Kinerja Utama
1 2
TARGET DAN REALISASI IKU
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2018
Satuan Target Realisasi
Th 2017
Realisasi
Th 2018
Realisasi
dibanding
Target
3 4 5 6 7
Sasaran ProgramIndikator Kinerja Utama
1 2
2. Meningkatnya
penyelesaian
hambatan
pelaksanaan
pembangunan
nasional
2.1 Persentase penyelesaian
hambatan kelancaran
pembangunan
% 75 100,00 100,00 133,33
3.1 Persentase K/L/P/K yang
mengimplementasikan FCP
(termasuk FRA)
% 52 80,77 64,06 123,19
3.2 Persentase auditor yang memiliki
kompetensi (hard and soft
competency ) di bidang
pencegahan
% 62 63,32 87,80 141,61
4. Meningkatnya
kepedulian K/L/P/K
dan masyarakat
terhadap korupsi
4.1 Persentase K/L/P/K anggota
Komunitas Pembelajar Anti Korupsi
(KPAK) yang
mengimplementasikan sistem
pengaduan masyarakat
% 65 94,12 100,00 153,85
5. Meningkatnya
kapabilitas
pengawasan intern
pemerintah di bidang
keinvestigasian
5.1 Persentase auditor yang memiliki
kompetensi keinvestigasian
% 62 67,88 110,04 177,48
3. Meningkatnya kualitas
tata kelola pemerintah
dan korporasi dalam
pencegahan korupsi
Lampiran 3
Pagu Anggaran Realisasi % Target Realisasi %
2 3 4 5 6=5/4 7 8 9 10=9/8 10 11 12=11/10 13Sasaran Kegiatan
1 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Laporan 91 209 229,67 1.981.000.000 1.981.000.000 1.974.896.123 99,69 2.291 3.971 173,33
2 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
BUMN/D
Laporan 48 73 152,08 1.604.000.000 1.604.000.000 1.591.668.883 99,23 3.113 3.971 127,56
3 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Laporan 37 80 216,22 1.509.000.000 1.509.000.000 1.507.311.577 99,89 2.955 2.983 100,95
5.094.000.000 5.094.000.000 5.073.876.583 99,60 8.359 10.925 130,70
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2018
Sasaran KegiatanIndikator Kinerja
OutputSatuan Target Realisasi %
Dana (Rp)
JUMLAH
SDM (OH)
Program
1Pengawasan
Intern
Akuntabilitas
Keuangan
Negara dan
Pembinaan
Penyelenggara
an Sistem
Pengendalian
Intern
Pemerintah
Lampiran 4
Indikator Kinerja Output Satuan TargetRealisasi
Th 2017
Realisasi
Th 2018% Program
3 4 5 6 7=6/4 81 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
Instansi Pemerintah
Laporan 91 151 209 229,67
2 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
BUMN dan BUMD
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern pada
Direktorat Investigasi
BUMN/D
Laporan 48 113 73 152,08
3 Tersedianya informasi
hasil pengawasan pada
Direktorat Investigasi
Hambatan Kelancaran
Pembangunan
Jumlah laporan hasil
pengawasan intern
pada Direktorat
Investigasi Hambatan
Kelancaran
Pembangunan
Laporan 37 87 80 216,22
Sasaran Kegiatan
Pengawasan Intern
Akuntabilitas
Keuangan Negara
dan Pembinaan
Penyelenggaraan
Sistem
Pengendalian Intern
Pemerintah
CAPAIAN KINERJA OUTPUT
DEPUTI BIDANG INVESTIGASI
TAHUN 2018
1