Yuda Gabungan

134
STIKes KHARISMA HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI DALAM RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG TAHUN 2015 SKRIPSI Yuda Hudaya 0433131420113093 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1 STIKES KHARISMA KARAWANG

description

Script

Transcript of Yuda Gabungan

Page 1: Yuda Gabungan

STIKes KHARISMA

HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI DALAM RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KARAWANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Yuda Hudaya0433131420113093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1STIKES KHARISMA KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316KARAWANG, FEBRUARI 2015

Page 2: Yuda Gabungan

STIKes KHARISMA

HUBUNGAN KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI POLI DALAM RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH KARAWANG TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat UntukMeraih Gelar Sarjana Keperawatan

Yuda Hudaya0433131420113093

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN STRATA 1STIKes KHARISMA KARAWANG

Jln. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316KARAWANG, FEBRUARI 2015

i

Page 3: Yuda Gabungan

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:Nama : Yuda Hudaya

NIM : 0433131420113093

Program Studi : Keperawatan Strata I

Judul Skripsi : Hubungan Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daearah Karawang Tahun 2015

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Strata 1 STIKes Kharisma Karawang

DEWAN PENGUJI

Penguji I Hj. Lilis Suryani, M.Kep, M. MKes ( )

Penguji II Ns. Erni Rita, S. Kep, M. Epid ( )

Penguji III Abdul Gowi, Ns. M.Kep, Sp.Kep.J ( )

Ditetapkan : Karawang

Tanggal :

MengetahuiKa Prodi Keperawatan Strata 1 STIKes Kharisma Karawang

Hj. Lilis Suryani, M.Kep, M. MKes

ii

Page 4: Yuda Gabungan

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan

rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan

Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2015

Peneliti menyadari telah banyak bantuan yang peneliti dapatkan dalam

menyelesaikan penelitian ini, untuk itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih terutama kepada :

1. H. Adang Padjri, SPD selaku Ketua Yayasan Yadikha ‘ 92

2. Uun Nurjanah, S.Kep, M.MKes, Selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang.

3. Hj. Lilis Suryani, M.Kep, M.MKes Selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Kharisma Karawang dan Pembimbing kesatu.

4. dr. Asep Hidayat Lukman, MM, selaku Direktur RSUD Karawang

5. Ateng Dermawan SKM, Selaku Kepala Bidang Keperawatan RSUD

Karawang.

6. Ibu Ns. Erni Rita, S.Kep, M.Epid, Selaku Dosen Pembimbing kedua dalam

penyusunan penelitian.

7. Seluruh dosen STIKes Kharisma Karawang khususnya Prodi Keperawatan

Strata 1, yang telah memberikan banyak ilmu dan bimbingannya selama

penulis mengikuti perkuliahan.

8. Yang tercinta (Istri dan anak-anak) yang telah memberikan kasih sayang

dan semangat untuk menyelesaikan laporan penelitian ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa S1 Keperawatan Non Reguler khususnya angkatan

2013-2014 yang telah memberikan dorongan, bantuan dan semangat

sehingga laporan ini dapat diselesaikan.

10. Responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini, sehingga

penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan menghasilkan suatu

kesimpulan yang dapat bermanfaat.

iii

Page 5: Yuda Gabungan

Dengan segenap kerendahan hati dan keterbatasan yang dimiliki, peneliti

menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan

penelitian keperawatan ini, akhirnya semoga penelitian ini dapat berguna bagi

semua pihak khususnya peneliti dan pengembangan profesi keperawatan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Karawang, Februari 2015

Pen

eliti

iv

Page 6: Yuda Gabungan

PROGRAM STUDI STRATA 1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA

Skripsi, Februari 2015Yuda HudayaKepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang 2015xi + 63 hal + 13 tabel + 2 Skema + 8 lampiran

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular yang menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya, Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah kepatuhan dalam pengobatan yaitu diantaranya kepatuhan minum obat, kepatuhan diet hipertensi, dan kepatuahn kontrol tekanan darah, sehingga pasien hipertensi dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal.. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional karena peneliti melakukan pengukuran atau penelitian dalam satu waktu. Populasi pada penelitian ini adalah 450 responden, untuk pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik random sampling yaitu ada 40 responden. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara diantaranya kepatuhan minum obat (p value: 0,002), kepatuhan diet hipertensi (p value: 0,016), dan kepatuhan kontrol tekanan darah (p value: 0,007) dengan kejadian Hipertensi artinya semakin patuh pasien dalam pengobatan maka kejadian hipertensi dapat diminimalisir.Rekomendasi: Meningkatkan kepatuhan pengobatan dengan cara mengurangi dan menghindari faktor risiko, serta penyuluhan tentang penanganan dan penatalaksanaan hipertensi

Kata Kunci : Kepatuhan, Hipertensi, Pengobatan

Daftar Pustaka : 37 (2002 – 2014)

v

Page 7: Yuda Gabungan

BACHELOR OF NURSING PROGRAM INSTITUTE OF HEALTH SCIENCE KHARISMAThesis, February 2015Yuda HudayaRelation Of Treatment Adherence In Patients With Hypertension Incident In Patient Seeking Treatment In The Internist Outpatient In Karawang General Hospital 2015.xi + 63 page + 13 table + 2 scheme + 8 attachment

ABSTRACT

Hypertension is one of the Communicable Diseases are becoming a very serious health problem. The disease is categorized as the silent disease because the patient does not know he suffered from hypertension before their blood pressure checked, Successful treatment of hypertensive patients is influenced by several factors, one of which is that such treatment compliance in medication adherence, diet adherence hypertension, and the submission of control blood pressure, so that hypertensive patients can control blood pressure within normal limits.. This study used a cross-sectional approach.. The population in this study was 450 respondents, for sampling studies using random sampling techniques that there are 40 respondents. The results showed no significant relationship between such medication adherence (p value: 0.002), hypertension dietary adherence (p value: 0.016), and compliance controls blood pressure (p value: 0.007) with the incidence of hypertension means that the adherent patients in the treatment hypertension can be minimizedRecommendation: Increase longer treatment adherence by reducing and avoiding risk factors, as well as the extension of the handling and management of hypertension

Keywords: Adherence, Hypertension, Treatment

Bibliography : 37 (2002 – 2014)

vi

Page 8: Yuda Gabungan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

KATA PENGANTAR iii

ABSTRAK v

ABSTACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR SKEMA x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 6

D. Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

A. Konsep Hipertensi 9

1. Pengertian 9

2. Klasifikasi 9

3. Faktor Risiko Hipertensi 10

4. Manifestasi Klinis 11

5. Klasifikasi Hipertensi 11

6. Patofisiologi 13

7. Komplikasi 14

8. Manajemen Hipertensi 16

9. Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Hipertensi 22

B. Konsep Kepatuhan 24

1. Definisi 24

vii

Page 9: Yuda Gabungan

2. Kepatuhan Pasien Hipertensi 25

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan hipertensi 26

4. Pendekatan Untuk Meningkatkan Kepatuhan 31

5. Tingkat Ketidakpatuhan 31

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketidakpatuhan 32

C. Kerangka Teori 34

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL 35

A. Kerangka Konsep dan Variabel Penelititan 35

B. Definisi Operasional 36

C. Hipotesis 37

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 38

A. Desain Penelitian 38

B. Populasi dan Sampel 38

C. Tempat dan Waktu penelitian 38

D. Teknik Pengumpulan Data 40

E. Etika Penelitian 41

F. Instrumen Penelitian 42

G. Uji Validitas Dan Reabilitas Instrumen 42

H. Pengolahan Dan Analisa Data 45

I. Analisa Data 46

BAB V HASIL PENELITIAN 48

A. Analisa Univariat 48

B. Analisa Bivariat 50

BAB VI PEMBAHASAN 54

A. Keterbatasan penelitian 54

B. Analisa Hubungan Variabel 54

C. Implikasi 61BAB VII PENUTUP 62

A. Kesimpulan 62

viii

Page 10: Yuda Gabungan

B. Saran 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi 9

Tabel 2.2 Diet Bagi pasien Hipertensi 18

Tabel 2.3 Penatalaksanaan Pengobatan Hipertensi 19

Tabel 3.1 Variabel Independen 36

Tabel 3.2 Variabel Dependen 36

Tabel 4.1 Kisi – Kisi Kuesioner Variabel Kepatuhan Pengobatan 44

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden BerdasarkanKepatuhan Minum Obat

48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden BerdasarkanKepatuhan Diit Hipertensi

49

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden BerdasarkanKepatuhan Kontrol

49

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden BerdasarkanKepatuhan Kejadian Hipertensi

50

Tabel 5.5 Analisa Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

50

Tabel 5.6 Analisa Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

51

Tabel 5.7 Analisa Hubungan Kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

52

ix

Page 11: Yuda Gabungan

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori 34

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 35

x

Page 12: Yuda Gabungan

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari RSUD Karawang

Lampiran 3 Permintaan menjadi responden

Lampiran 4 Pernyataan persetujuan

Lampiran 5 Kuesioner

Lampiran 6 Data Penelitian

Lampiran 7 Lembar Konsul

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

xi

Page 13: Yuda Gabungan

xii

Page 14: Yuda Gabungan

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut

WHO dikatakan hipertensi jika tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau

tekanan diastoliknya > 90 mmHg (untuk usia < 60 tahun) dan sistolik ≥ 90

dan atau tekanan diastoliknya > 95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (WHO

dalam Taufan Nugroho, 2011).

Hipertensi merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang

menjadi masalah kesehatan yang sangat serius. Penyakit ini dikategorikan

sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya

mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Pada

umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih dari 40

tahun atau yang sudah masuk pada kategori usia pertengahan (Purnomo,

2009)

Hampir dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25% yang

mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik.

Diperkirakan pada tahun 2025 kasus hipertensi terutama di negara

berkembang akan mengalami peningkatan sekitar 80% dari 639 juta

kasus di tahun 2000, menjadi 1,15 milyar kasus. Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 melaporkan bahwa prevalensi hipertensi pada

penduduk umur 18 tahun keatas di Indonesia cukup tinggi yaitu

1

Page 15: Yuda Gabungan

2

mencapai 31,7% dimana penduduk yang mengetahui dirinya menderita

hipertensi hanya 7,2% dan yang minum obat antihipertensi hanya 0,4%

(WHO, 2011).

Hasil analisis data Riskesdas tahun 2007/2008 dengan unit analisis Rumah

Tangga, menunjukkan gambaran bahwa hanya 82,5 % Rumah Tangga yang

bebas Hipertensi. Hal ini berarti jika di Indonesia ada sekitar 63.031.114

Rumah Tangga dengan 4 Anggota Rumah Tangga, maka terdapat 52.000.689

rumah tangga yang bebas hipertensi dan masih terdapat 11.030.425 Rumah

Tangga yang dibayang-bayangi penyakit hipertensi anggota keluarganya.

Bahkan diantaranya terdapat 2 orang anggota rumah tangga yang mengidap

penyakit hipertensi dalam Rumah Tangganya. Bisa dibayangkan bila ke 2

orang Anggota Rumah Tangga dalam Rumah Tangga itu secara bersamaan

terserang Jantung atau Stroke akibat Hipertensi apabila dibandingkan dengan

kondisi hasil Riskesdas 2013 (unit analisisnya Individu) terjadinya penurunan

prevalensi hipertensi dari 31,7 % menjadi 25,8 % secara Nasional (Ellisa-

Debe, 2014 dalam Kompasiana.com, Hipertensi The Silent Killer Of death).

Keberhasilan pengobatan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh

beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah kepatuhan dalam

pengobatan yaitu diantaranya kepatuhan minum obat, kepatuhan diet

hipertensi, dan kepatuahn kontrol tekanan darah, sehingga pasien hipertensi

dapat mengendalikan tekanan darah dalam batas normal. Tetapi 50%

dari pasien hipertensi tidak mematuhi anjuran petugas kesehatan untuk

Page 16: Yuda Gabungan

3

mengonsumsi obat, yang menyebabkan banyak pasien hipertensi yang

tidak dapat mengendalikan tekanan darah dan berujung pada kematian

pasien (Morisky & Munter, 2009).

Ada 2 faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien Hipertensi dalam

mengkonsumsi obat yaitu faktor ekternal dan faktor internal. Faktor eksternal

meliputi dampak pendidikan dan kesehatan, hubungan antara pasien dengan

petugas kesehatan serta dukungan dari lingkungan sosial dan keluarga. Faktor

internal meliputi usia, latar belakang, sikap dan emosi yang disebabkan oleh

penyakit yang diderita, dan kepribadian pasien (Niven 2002; Jaya 2009; Feuer

Stein, dkk dalam Anggina dkk, 2010).

Penelitian tentang Kepatuhan Mengkonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di

Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B oleh Putu Kenny

Rani Evadewi & Luh Made Karisma Sukmayanti S mmberikan hasil bahwa

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kepatuhan

mengonsumsi obat antara pasien hipertensi dengan kepribadian tipe A dan

B (signifikansi p=0,001). Secara keseluruhan lebih didominasi subjek yang

memiliki kepatuhan mengonsumsi obat buruk (189 orang) dibandingkan

dengan subjek yang memiliki kepatuhan mengonsumsi obat baik (78

orang). Selain itu, hasil analisis kepatuhan mengonsumsi obat

berdasarkan usia, jenis kelamin, lama mengalami hipertensi menunjukkan

lebih banyak subjek berjenis kelamin laki-laki, berusia 52 hingga 59

Page 17: Yuda Gabungan

4

tahun, mengalami hipertensi 6 sampai 10 tahun yang mungkin ikut berperan

dalam kepatuhan mengonsumsi obat pada subjek penelitian.

Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah yang besar

pada pasien hipertensi. Menurut Hanns, 2008 menjelaskan bahwa

diseluruh dunia sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang di

diagnosis untuk minum obat yang diresepkan oleh dokter sedangkan

menurut Departemen Kesehatan 2006, hanya 50% pasien yang

diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat sesuai anjuran tenaga

kesehatan. Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi dengan minum obat

antihipertensi dapat menyababkan komplikasi pada penyakit hipertensi

sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi otak, karena

hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke kemudian

kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja jantung

yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan risiko

gagal jantung dan serangan jantung. Selain kerusakan otak dan jantung

karena kondisi hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan

risiko yang harus ditanggung pasien hipertensi. Ditambah lagi kerusakan

pada pembuluh darah di retina yang berakibat pada gangguan

penglihatan bahkan bisa mengalami kebutaan (Suhardjono, 2008).

Ketidakpatuhan pasien dalam minum obat antihipertensi dipengaruhi

oleh beberapa faktor, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanto

(2007) di Puskesmas Beji kota Depok menunjukan umur, jenis kelamin,

Page 18: Yuda Gabungan

5

pekerjaan, suku dan sosial ekonomi mempengaruhi kepatuhan minum obat

antihipertensi.

Data dari Dinas Kesehatan Kota Karawang, jumlah kasus penyakit

hipertensi dalam tiga tahun terakhir yaitu mulai pada tahun 2010 sebanyak

13.802 penderita, kemudian pada tahun 2011 jumlah kasus hipertensi

mengalami peningkatan yaitu sebanyak 25.332, namun pada tahun 2012

mengalami penurunan menjadi 12.298 kasus. Di RSUD Karawang penyakit

hipertensi merupakan jenis penyakit yang menempati urutan kedua dari

sepuluh besar penyakit yang diobati. Berdasarkan hasil laporan rawat inap

pasien hipertensi selama 6 bulan terakhir yaitu bulan Januari- Agustus tahun

2014 yaitu 2722 orang dan yang aktif untuk pengobatan dan pengukuran

tekanan darah sebanyak 2272 orang, sedangkan untuk pasien yang tidak aktif

untuk pengobatan dan pengukuran tekanan darah sebanyak 450 orang, ada ke-

naikan jumlah pasien hipertensi dari tahun 2013 sebanyak 2,3% orang, sedan-

gkan pada tahun 2014 sebanyak 2,5%. Studi pendahuluan dengan tingkat

kepatuhan pasien minum obat hipertensi yang dilakukan pada bulan De-

sember 2014 pada pasien yang Rawat Inap, pasien yang dilakukan

wawancara berjumlah 10 orang. Berdasarkan wawancara pada ada 7

pasien yang menyatakan tidak patuh dalam pengobatan hipertensi, di-

antaranya ; 3 orang tidak melakukan control tekanan darah, 2 orang tidak

mengkonsumsi makanan tidak mengikti diet rendah garam, 2 orang tidak

minum obat secara teratur dengan alasan bosan minum obat terus-menerus

dan tidak kunjung sembuh penyakitnya, lupa meminum obat yang

Page 19: Yuda Gabungan

6

diberikan oleh petugas kesehatan. Karena kurangnya kepatuhan dalam

pengobatan kejadian hipertensi dapat meningkat

Berdasarkan data dalam latar belakang maka permasalahan yang dapat

dirumuskan adalah apakah ada hubungan kepatuhan minum obat, kepatuhan

diet, kepatuhan kontrol tekanan darah dengan kejadian hipertensi.

B. Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya kasus hipertensi di RSUD Karawang ini disebabkan

karena ada 50% lebih pasien tidak patuh minum obat, tidak patuh terhadap

diet hipertensi, tidak patuh kontrol tekanan darah. Berdasarkan data di atas

peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kepatuhan pengobatan

dengan kejadian hipertensi pada pasien yang dirawat di RSUD Karawang

2015

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Kepatuhan pengobatan dengan kejadian

hipertensi pada pasien yang di rawat di RSUD Karawang 2015

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan minum obat pasien

hipertensi di RSUD Karawang tahun 2015.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan kontrol tekanan darah se-

cara teratur pasien hipertensi di RSUD Karawang tahun 2015

Page 20: Yuda Gabungan

7

c. Diketahuinya distribusi frekuensi kepatuhan diit hipertensi pasien

hipertensi di RSUD Karawang tahun 2015

d. Diketahuinya angka kejadian Hipertensi di RSUD Karawang 2015.

e. Diketahuinya hubungan kepatuhan Minum obat terhadap kejadian

hipertensi pada pasien yang di rawat di RSUD Karawang 2015.

f. Diketahuinya hubungan kepatuhan kontrol tekanan darah secara teratur

terhadap kejadian hipertensi pada pasien yang di rawat di RSUD

Karawang 2015.

g. Diketahuinya hubungan kepatuhan diit terhadap kejadian hipertensi

pada pasien yang di rawat di RSUD Karawang 2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan peyanana

kesehatan khususnya bagi pasien Hipertensi

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur yang dapat menam-

bah pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa keperawatan khususnya

untuk STIKES Kharisma Karawang.

3. Bagi Petugas Pelayanan Kesehatan

Sebagai informasi untuk penderita hipertensi agar dapat melaksanakan

pencegahan dan pengendalian hipertensi.

Page 21: Yuda Gabungan

8

4. Bagi Pasien

Bahan pertimbangan dan masukan bagi pasien hipertensi agar mengetahui

dampak yang diakibatkan jika tidak patuh dalam menjalankan diet

hipertensi, sehinga pasien akan mematuhi aturan - aturan diet hipertensi.

Page 22: Yuda Gabungan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140

mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. (Sylvia & Lorraine,

2002)

b. Klasifikasi

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan sistol dan

diastolnya. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO (2010) :

Tabel 2.1Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistol (mmHg)

Tekanan Darah Diastol (mmHg)

OptimalNormalNormal-Tinggi

< 120< 130130-139

< 80< 8585-89

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)Sub-group: perbatasan

140-159140-149

90-9990-94

Tingkat 2 (Hipertensi Sedang) 160-179 100-109

Tingkat 3 (Hipertensi Berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi(Isolated systolic hypertension)Sub-group: perbatasan

≥ 140

140-149

< 90

<90

9

Page 23: Yuda Gabungan

10

c. Faktor Resiko Hipertensi

1) Genetik

Faktor genetik berperan penting dalam hipertensi primer, seorang

anak yang memiliki orang tua dengan riwayat hipertensi cenderung

mempunyai tekanan darah yang tinggi. (Lawrence dkk, 2002)

2) Usia

Insidens hipertensi makin meningkat dengan peningkatan usia. Ini

sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon Hipertensi pada

yang berusia <35 tahun dengan jelas menaikkan insiden arteri koroner

dan kematian prematur.

3) Jenis Kelamin

Hipertensi lebih banyak diderita oleh laki laki pada masa muda dan

paruh baya, dan pada wanita Insidens lebih tinggi pada wanita dengan

usai 65 tahun ketika seorang wanita mengalami menopause

4) Gaya Hidup

Merokok dan perubahan pola asupan makanan juga berperan penting

dalam terjadinya hipertensi pada keluarga. Merokok dipandang

sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri

koroner.

5) Stress

Stress merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana

hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara

Page 24: Yuda Gabungan

11

intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.

d. Manifestasi klinis Hipertensi

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita hipertensi

mungkin tak menunjukkan gejala selama bertahun tahun. Masa laten ini

menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ

yang bermakna. Bila terdapat gejala biasanya non spesifik, misalnya sakit

kepala atau pusing (Sylvia & Lorraine, 2002).

Selain itu menurut Jan Tambayong (2000) tanda dan gejala hipertensi

meliputi sakit kepala, pusing, epistaksis dan tinitus yang diduga

berhubungan dengan naikknya tekanan darah. biasanya sakit kepala

sewaktu bangun tidur, mata kabur, depresi.

e. Klasifikasi Hipertensi

1) Hipertensi Primer (Esensial)

Merupakan hipertensi yang tidak jelas penyebabnya (idiopati).

Hipertensi primer merupakan suatu gangguan genetika multifaktoral

dimana pewarisan sejumlah gen abnormal menjadi predisposisi bagi

individu mengalami tekanan darah tinggi tertama bila dipengaruhi

oleh faktor lingkungan. (Lawrence dkk, 2002).

Page 25: Yuda Gabungan

12

2) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan hipertensi akibat defek organ spesifik.

(Sylvia & Lorraine, 2002). Beberapa penyebab hipertensi sekunder

((Lawrence dkk, 2002) :

a) Penggunaan estrogen

Biasanya terjadi pada wanita dengan penggunaa kontrasepsi oral.

Hal ini disebabkan oleh ekspansi volume intravaskuler akibat

peningkatan aktivitas renin angiostension aldosteron.

Abnormalitasnya adalah peningkatan susbtrat renin di hepar, lima

persen dari wanita yang mengkonsumsi kontrasepsi oral secara

kronis akan mengalami kenaikan tekanan darah diatas 140/90

mmHg. Hipertensi ini dialami oleh wanita berusia lebih dari 35

tahun yaitu wanita yang telah mengkonsumsi obat obatan

kontrasepsi lebih dari 5 tahun dan pada individu yang obeis.

b) Penyakit ginjal

Setiap penyakit parenkim ginjal dapat mengakibatkan hipertensi.

Hipertensi dapat disebabkan oleh penyakit golmerolus, penyakit

interstisial tubuler dan ginjal poliklistik. Ini berhubungan dengan

peningkatan volume intravaskuler atau peningkatan aktivitas renin-

an-giontensin-aldesteron. Selain itu juga karena retensi air dan

garam. Hipertensi akan menyebabkan fungsi ginjal menurun. Oleh

karena itu target tekanan darah adalah <130/85 untuk mengurangi

resiko penurunan fungsi ginjal.

Page 26: Yuda Gabungan

13

c) Hipertensi vaskuler ginjal

Penyakit ini lebih banyak pada usia muda dan penyebabnya adalah

fibromuskular hiperplasia, yang paling umum di jumpai pada

wanita dengan usia < 50 tahun. Penyebab lain adalah

aterosklerosis yang menyebabkan stenosis arteri renalis proksimal.

Mekanismenya adalah produksi renin yang meningkat karena

aliran darah ke ginjal yang berkurang dan akhirnya retensi garam.

d) Hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan

Terjadi sejak awal kehamilan atau yang semakin memburuk selama

kehamilan merupakan salah satu penyebab mordibitas dan

mortalitas ibu dan janin yang paling umum

f. Patofisiologi Hipertensi Esensial

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor

ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda

spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di

toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang

akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi

pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat

mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor.

Page 27: Yuda Gabungan

14

Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi

(Brunner & Sudarth, 2002).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh

darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal

mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal

mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon

vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi

angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya

merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung

mencetus keadaan hipertensi.

g. Komplikasi Hipertensi

1) Stroke

Dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan

tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila

arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan,

Page 28: Yuda Gabungan

15

sehingga aliran darah keareah otak yang diperdarahi berkurang. Arteri

otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga

meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.

2) Penyakit jantung

Peningkatan tekanan darah secara sistemik meningkatkan resistensi

terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung

bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertrofi ventrikl kiri untuk

meningkatkan kontraksi. Hipertrofi ini ditandai dengan ketebalan

dinding yang bertambah, fungsi ruang yang memburuk, dan dilatasi

ruang jantung. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk

mempertahankan curah jantung dengan hipertrofi kompensasi

akhirnya terlampaui dan terjadi dilatasi. Jantung akan semakin

terancam seiring parahnya aterosklorsis coroner. Angina pectoris juga

dapat terjadi karena gabungan penyakit atrial coroner yang cepat dan

kebutuhan oksigen miokard yang bertambah akibat penambahan

massa miokard.

3) Gagal ginjal

Dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada

kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus , aliran darah

ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat

berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran

glomerulus protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotic

koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering

dijumpai pada hipertensi kronik.

Page 29: Yuda Gabungan

16

4) Penyakit arteri koronaria

Hipertensi umumnya diakui sebagai faktor resiko utama penyakit

arteri koronaria, bersama dengan diabetes mellitus. Plaque terbentuk

pada percabangan arteri yang ke arah ateri koronaria kiri, arteri

koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah

ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun

sementara yang disebabkan oleh akumulasi plaque atau

penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi

arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke

miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan supply

oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri

koronaria.

h. Manajemen Hipertensi

Manajemen atau penangan yang tepat bagi penderita hipertensi sebagai

berikut:

1) Terapi

a) Terapi Non Farmakologis

Pencegahan dan manajemen hipertensi lebih utama ditekankan

pada perubahan gaya hidup dan pengaturan diet.

(1) Diet

Guyton & Hall, 2007 menyatakan Diet untuk hipertensi

membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan

konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium.

Page 30: Yuda Gabungan

17

Diet banyak mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah

lemak serta rendah lemak jenuh (diet DASH) dapat

menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang

perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi,

yaitu:

(a) Kurangi berat badan jika berlebih

(b) Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml),

bir (missal 24 oz (720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau

wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz (15 ml) etanol tiap

hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang

lebih ringan

(c) Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir

tiap hari dalam satu minggu)

(d) Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari

(2,4 gram natrium atau 6 gram natrium klorida)

(e) Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-

kira 90 mmol/hari)

(f) Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat

dalam diet untuk kesehatan secara umum

(g) Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam

diet dan kolesterol untuk kesehatan kardiovaskuler secara

keseluruhan.

Page 31: Yuda Gabungan

18

Berikut merupakan beberapa contoh makanan yang

diperbolehkan dan dihindarkan untuk dikonsumsi diantaranya:

Tabel 2.2Diet Bagi Pasien Dengan Hipertensi

Sumber Bahan Makanan

Makanan yang Diperbolehkan

Makanan yang Harus Dihindarkan

Protein nabati Tahu, tempe, kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, kacang tanah, kacang kapri, dan kacang lain yang segar

Keju, kacang tanah, kacang asin, tauco, tahu asin

Lemak Santan encer, minyak mentega tanpa garam

Salad dressing, mentega margarine, lemak hewan

Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang diawetkan: sawi asin, acar, asinan, sayuran dalam kaleng

Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah yang diawetkan menggunakan zat pengawet: buah kering, buah kaleng

Bumbu Semua bumbu dapur Garam dapur, MSG, kecap, saus tomat botol, saus cabai, pengempuk daging, maggi, terasi, soda kue, petis, saus tiram

Minuman Teh, kopi encer Cokelat, cafein, alkoholSoenardi, T., Soetardjo, S. 2005.

(2) Olah raga

Selain mengatur pola makan atau diet, dianjurkan pula untuk

olah raga secara teratur dan mengontrol tekanan darah, dan

juga berhenti merokok untuk mencegah kemungkinan

komplikasi.

Page 32: Yuda Gabungan

19

b) Terapi Farmakologis

Menurut Sylvia & Lorraine, 2002 tujuan pengobatan adalah

memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan darah dan

menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan. Untuk yang

menjalani terapi obat ini juga memiliki kriteria tertentu, yakni:

Tabel 2.3Stratifikasi Risiko Pengobatan Hipertensi Derajat tekanan darah

(mmHg)

Kelompok risiko A (tidak

ada faktor risiko; tidak

ada TOD/CCD)

Kelompok risiko B (Paling sedikit 1 faktor

risiko, tidak termasuk

diabetes; tidak ada TOD/CCD)

Kelompok risiko C

(TOD/CCD dan/atau diabetes

dengan atau tanpa faktor

risiko lainnya

Normal tinggi (130-139/85-89)

Modifikasi gaya hidup

Modifikasi gaya hidup

Terapi obat

Derajat 1 (140-159/80-99)

Modifikasi gaya hidup (sampai dengan 12 bulan)

Modifikasi gaya hidup (sampai 6 bulan)

Terapi obat

Derajat 2 dan 3 (≥160/≥100)

Terapi obat Terapi obat Terapi obat

(Puspitasari, 2014)

Keterangan: TOD/CCD (Terget Organ Damage/Clinical

Cardiovascular Disease) menunjukkan adanya kerusakan organ

target atau penyakit kardiovaskuler klinis. Jenis anti hipertensi

tersebut yaitu:

(1) Diuretik

Menurunkan tekanan darah pada awalnya dengan cara

menurunkan volume plasma (dengan menekan reabsorpsi

Page 33: Yuda Gabungan

20

natrium oleh tubulus ginjal sehingga meningkatkan ekskresi

natrium dan air) dan curah jantung, tetapi selama terapi kronis

pengaruh hemodinamik yang utama adalah mengurangi

resistensi vaskuler perifer. Contoh obat pada golongan ini

adalah hidroklortiazid, klortalidon, metolazon, furosemid, dsb.

(2) Agen Penghambat Beta Adrenergik

Obat ini efektif karena menurunkan denyut jantung dan curah

jantung, kemudian juga menurunkan pelepasan rennin dan

lebih manjur pada populasi dengan aktivitas rennin plasma

yang meningkat seperti orang kulit putih yang berusia lebih

muda. Efek sampingnya antara lain: mencetuskan atau

memperburuk gagal ventrikel kiri, kongesti nasal, dapat terjadi

kelemahan, letargi, impotensi, dsb. Beberapa obat dalam

golongan ini adalah: acebutolol, atenolol, betaksolol, labetalol,

dll.

(3) Penghambat ACE (Angiotensin Converting Enzyme)

Banyak digunakan sebagai pengobatan awal hipertensi ringan

hingga sedang. Aksi kerja utamanya dengan menghambat

system rennin-angiotensin-aldosteron, tetapi juga menghambat

degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis prostaglandin dan

kadang mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis.

Keuntungan ACE adalah relative bebas dari efek samping yang

menggangu. Contoh obat golongan ini yaitu: benazepril,

kaptopril, enalpril, fosinopril, lisinopril, dll.

Page 34: Yuda Gabungan

21

(4) Agen Penghambat Reseptor Angiotensin II

Jenis ini sebaiknya hanya digunakan terutama pada pasien

yang mengalami batuk jika menggunaan penghambat ACE.

Contoh obat pada golongan ini adalah: eprosartan, irbesartan,

losartan, valsartan, dll.

(5) Agen Penghambat saluran Kalsium

Obat ini beraksi dengan cara menyebabkan vasodilatasi perifer,

yang berkaitan dengan refleks takikardi yang kurang begitu

nyata dan retensi cairan daripada vasodilator yang lain. Efek

samping yang paling biasa yakni nyeri kepala, edema perifer,

bradikardi dan konstipasi, dsb. obat yang tergolong dalam

golongan ini diantaranya: amlodipin, isradipin, nikardipin,

nifedipin, dll.

(6) Antagonis Adrenoseptor Alfa

Parazosin, terazosin dan doksazosin memblok reseptor alfa

pasca sinaptik, membuat rileks otot polos dan menurunkan

tekanan darah dengan menurunkan resistensi vaskuler perifer.

Efek samping utama adalah hipertensi yang nyata dan sinkop

setelah dosis pertama, yang oleh sebab itu sebaiknya diberikan

dosis kecil dan diberikan pada saat akan tidur.

(7) Obat-obat dengan Aksi Simpatolitik Sentral

Metildopa, klonidin, gunabenz, dan guanfacine menurunkan

tekanan darah dengan cara menstimulasi reseptor alfa

adrenergic pada sistem saraf pusat, sehingga mengurangi aliran

Page 35: Yuda Gabungan

22

keluar simpatetik perifer eferen. Hal yang perlu diperhatikan

yaitu hipertensi kembali terjadi setelah penghentian pemberian

obat dan beberapa efek samping lainnya.

(8) Dilator Arteriolar

Hidralazin dan minoksidil menyebabkan rileks otot polos

vaskuler dan menyebabkan vasodilatasi perifer. Hidralazin

menyebabkan gangguan gastrointestinal dan dapat

menginduksi sindroma menyerupai lupus. Minoksidil

menyebabkan hirsutisme dan retensi cairan yang nyata; agen

ini diberikan pada pasien yang refrakter.

(9) Penghambat Simpatetik Perifer

Reserpin merupakan agen hipertensi yang hemat biaya. Oleh

karena efek samping obat ini yang dapat menginduksi depresi

mental dan efek samping lainnya seperti sedasi, hidung

tersumbat, gangguan tidur, dan ulkus peptikum, menyebabkan

obat ini tidak popular digunakan, meskipun masalah ini tidak

biasa terjadi pada dosis yang rendah.

i. Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Hipertensi (Sosial,

Ekonomi, dan Budaya)

Faktor sosial merupakan penentu utama terjadinya penyakit dan

kelangsungan hidup. Secara garis besar, faktor sosial mencakup status

sosioekonomik, budaya dan akulturasi/penyesuaian diri, agama dan

faktor psikososial (misalnya peristiwa hidup, mobilitas sosial dan

Page 36: Yuda Gabungan

23

jaringan sosial), dan juga aspek lingkungan yang perupakan hasil dari

aktivitas manusia. Hubungan antara ras dan hipertensi bukan sesuatu

yang dapat dijelaskan secara medis dan/atau psikologis (Lawrence dkk,

2002)..

Warga Afrika-Amerika merupakan kelompok dengan angka kasus

hipertensi tertinggi di dunia. Dibandingkan dengan orang kulit putlh.

orang kulit hitam berisiko lebih tinggi menderita tekanan darah tinggi,

mengalami kegemukan atau obesitas, kurang gerak, menderita diabetes,

dan merokok. Diperkirakan sekitar 30% orang Amerika kulit putih non-

Hispanik dan 24% wanita kulit putih non-Hispanik menderita penyakit

kardiovaskular. Di kalaangan kulit hitam non-Hispanik, angka itu

melompat menjadi 41% pria dan 40% wanita. Statistik orang Amerika

keturunan Meksiko berada di tengah-tengah: sekitar 29% pria dan 27%

wanita menderita penyakit kardiovaskular (Lawrence dkk, 2002)..

Makanan juga merupakan masalah kritis di kalangan warga Afrika-

Amerika. Secara tradisional, hidangan mereka adalah makanan yang

tinggi garam. Padahal orang kulit hitam cenderung peka terhadap garam,

inilah yang membuat risiko terjadinya hipertensi menjadi tinggi. Oleh

karena itu, obat pilihan pertama yang biasa diberikan kepada kalangan ini

adalah diuretik yang berfungsi untuk menyinkirkan kelebihan cairan dan

natrium. Mengganti kehilangan kalium adalah hal yang penting, idelanya

Page 37: Yuda Gabungan

24

dengan mngonsumsi makanan kaya kalium dan menggunakan produk

pengganti garam untuk mengganti natrum klorida dengan kalium klorida.

Prevalensi hipertensi yang disesuikan dengan umur pada orang Amerika

asal Afrika adalah dua sampai empat kali daripada orang kulit putih.

Faktor lain yang juga memainkan suatu peranan dalam pathogenesis

hipertensi pada orang kulit hitam, dalam hal suatu derajat tinggi stress

social, ketidakstabilan, dan ketidakpastian pekerjaan dapat memperburuk

hipertensi. Perbedaan etnik dalam pengendalian tekanan darah mencakup

korelasi antara resistensi insulin atau hiperinsulinemia dan hipertensi

pada orang kulit putih tetapi tidak orang kulit hitam atau orang Indian

Pima yakni suatu kelompok dengan insidensi hiperinsulinemia yang

sangat tinggi (Lawrence dkk, 2002).

B. Kepatuhan

1. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan didefinsikan sebagai seberapa baik perilaku seseorang dalam

menggunakan obat, mengikuti diit atau merubah hidup sesuai dengan

tatalaksana terapi. Pasien dan tenaga kesehatan dapat mempengaruhi

kepatuhan. Hubungan baik dokter dan pasien merupakan factor penting

untuk meningktakna kepatuhan (WHO, 2003 dalam Febiyanti, 2012)

Kepatuhan seseorang individu dapat dipengaruhi oleh adanya dukungan

keluarga. Seperti yang dikatakan dalam penelitian yang dilakukan oleh

Page 38: Yuda Gabungan

25

Tahan P. Hutapea tentang pengaruh dukungan keluarga terhadap pasien

tuberkulosa. Hasil penelitian tersebut menyatakan sebagian besar pasien

menerima dukungan keluarga dalam bentuk dorongan berobat. (Setiowati,

2012).

Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap intruksi

atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan,

baik diet, latihan, pengobatan atau menepati janji pertemuan dengan dokter

(Stanley, 2007). Kepatuhan adalah merupakan suatu perubahan perilaku

dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang mentaati

peraturan (Green 1980 dalam Notoatmodjo, 2003)

2. Kepatuhan Pasien hipertensi

a. Kepatuhan pasien Hipertensi dalam minum obat

Kepatuhan Pasien hipertensi dalam mengkonsumsi obat antihipertensi

sesuai dengan dosis dan waktu yang diperlukan (Morrison, 2004 dalam

Halim 2006).

b. Kepatuhan pasien hipertensi dalam diit hipertensi

Kepatuhan diit adalah suatu aturan atau perilaku untuk mematuhi

ketetapan diit yang sudah ditentukna oleh dokter, atau perawat (azwar,

1996 dalam Notoatmojo, 2003).

c. Kepatuhan pasien hipertensi dalam kontrol tekanan darah

Perilaku pasien hipertensi untuk secara teratur memeriksa tekanan

darah.

Page 39: Yuda Gabungan

26

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan dalam melaksanakan

pengobatan hipertensi

a. Pengetahuan

Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah segala

sesuatu yang diketahui berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan

merupakan hasil tahu setelah orang melakukan pengindraan terhadap

suatu objek tertutup melalui panca indra manusia yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dimana sebagian

besar diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari penelitian dan

pengalaman, ternyata perilaku yang disadari dengan pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan,

penelitian rodgers (1974) dalam Notoadmojo (2007), mengungkapkan

bahwa seseorangsebelum mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang

tersebut terjadi proses berurutan yakni :

1) Kesadaran (awarness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)

2) Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut

3) Menimbang-nimbang (evaluation) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut.

4) Mencoba (trial) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus

Page 40: Yuda Gabungan

27

5) Penerimaan (adaptation) dimana subjek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesaaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan merupakan disiplin ilmu, dimana ilmu dapat

meningkatkan kualitas hidup manusia. Berarti semakin meningkatnya

pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap sesuatu hal termasuk

pemahaman ibu tentang tumbuh kembang yang semakin baik sehingga

dapat meningkatkan tingkat pengetahuan ibu (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang mencakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah diketahui

sebelumnya, termasuk kedalam tingkat ini adalah mengingat kembali

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh karena

itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan untuk mengukur bahwa

orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menguraikan.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang subyek yang diketahui dan mengintepretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham tentang obyek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah

dipelajari pada suatu riil. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

Page 41: Yuda Gabungan

28

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen tetap masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian – bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang sudah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada.

b. Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud pendidikan formal yang diperoleh di bangku

sekolah. Dimana menurut Notoadmojo (2007) pendidikan adalah setiap

usaha, perlindungan, pengaruh dan banatuan yang diberikan kepada

anak didik yang menuju dewasa. Pendidikan sekarang menentukan

luasnya pengetahuan seseorang dimana orang yang berpendidikan

rendah sangat sulit menerima sesuatu yang baru.

Page 42: Yuda Gabungan

29

Dari batasan tersebut tersirat unsur-unsur pendidikan yakni :

1) Input adalah sarana pendidikan (individu, kelompok, masyarakat)

dan pendidik (pelaku pendidikan)

2) Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)

3) Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)

Pendidikan kesehatan adalah aplikais atau penerapan pendidikan di

dalam pendidikan kesehatan. Hasil (output) yang diharapkan dari

suatu pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan atau perilaku

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif

(Notoatmojo, 2003).

c. Kesadaran

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk

menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat

mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan,

kesejahteraan mereka sendiri. Di bidang kesehatan masyarakat adalah

upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan

(Notoatmojdo, 2007)

d. Status Ekonomi

Status ekonomi merupakan tingkat status suatu penghasilan

perekonomian dalam sosiologi yang dibagi atas kasta, ras dan

keluarga. Penghasilan seseorang dalam keluarga dapat dilihat dari

tingkat tinggi rendahnya penghasilan setiap kepala keluarga, status

ekonomi suatu keluarga dalam tingkat tinggi yaitu apabila

Page 43: Yuda Gabungan

30

pengahasilana kepala keluarga rata-rata berdasarkan Upah Minimun

Propinsi (UMP), sedangkan dalam kategori rendah/bawah yaitu

apabila pengahsilan rata-rata kepala keluarga berdasarkan upah

minimum propinsi (UMP) (Soekamto, 2000).

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial untuk memenuhi

segala kebutuhan hidup, akan tetapi ada kalanya seseorang yang sudah

pensiun dan tidak bekerja namun biasanya ada sumber keuangan lain

yang bisa digunakan untuk membiayai semua program pengobatan

dan perawatan sehingga belum tentu tingkat ekonomi menengah ke

bawah akan mengalami ketidakpatuhan dan sebaliknya tingkat

ekonomi baik tidak terjadi ketidakpatuhan.

e. Motivasi Pasien

Motiv atau motifasi berasal dari kata lain moreve yang berarti

dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku.

Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan atau need, atau

want. Kebutuhan adlah potensi diri manusia yang perlu ditanggapi

atau direspon (Notoadmodjo, 2007).

f. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh

dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta

menentukan program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga

juga memberi dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan

anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari

Page 44: Yuda Gabungan

31

pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan

dengan kepatuhan.

4. Pendekatan Untuk meningkatkan Kepatuhan

Menurut Di Nicola dan Di Matteo (1984) dalam Niven (2002),

menyebbutkan ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan

meningkatkan kepatuhan pasien :

a. Buat instruksi tertulis yang mudah di interpretasikan

b. Berikan informasi tentang pengobatan sebelun menjelaskan hal lain

c. Jika seseorang diberi daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat

maka akan ada keunggulan yaitu mereka akan ada keunggulan dan

berusaha akan mengingat hal pertama yang ditulis.

d. Instruksi-instruksi harus ditulis dengan bahasa umum (non-medis)

dalam hal yang perlu ditekankan

5. Tingkat Ketidakpatuhan

Neil Niven (2002) Derajat ketidakpatuhan ditentukan oleh beberpa faktor:

1. Kompleksitas prosedur pengamanan pengobatan

2. Derajat perubahan gaya hidup yang dibutuhkan

3. Lamanya dimana pasien harus mematuhi nasihat tersebut

4. Apakah pengobatan tersebut berpotensi menyelamatkan hidup

5. Keparahan penyakit yang dipersepsikan sendiri oleh pasien dan bukan

profesional

Page 45: Yuda Gabungan

32

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan

Niven, 2002, Faktor-faktoryang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat

digolongkan menjadi 4 bagian :

a. Pemahaman tentang instruksi

Tidak seorang pun mematuhi instruksi jika dirinya salah paham tentang

instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman tahun 1967

menemukan bahwa lebih dari 60% responden yang diwawancarai

setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang

diberikan kepada mereka. Kadang kadang hal ini disebabkan oleh

kegagalan profesional kesalahan dalam memberikan informasi lengkap,

penggunaan istilah-istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang

harus diingat oleh penderita

b. Kualitas Interaksi

Meningkatkan interaksi antara tenaga professional kesehatan dengan

pasien, Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada

pasien setelah memperoleh informasi diagnosa.

c. Isolasi keluarga dan sosial

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam

menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta menentukan

program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga memberi

dukungan dan membuat keputusan mengenai perawatan anggota

keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolasi dari

pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif berhubungan

dengan kepatuhan.

Page 46: Yuda Gabungan

33

d. Keyakinan, sikap dan kepribadian

Kepribadian antara orang yang patuh dengan orang yang gagal berbeda.

Orang yang tidak patuh adalah orang yang mengalami depresi, ansietas,

sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih

lemah dan memiliki kehidupan sosial yang lebih, memusatkan perhatian

kepada dirinya sendiri. Variabel-variabel demografis juga digunakan

untuk meramalkan ketidakpatuhan. Bagi lanjut usia yang tinggal di

daerah sepanjang Pantura mungkin makanan yang terasa asin akan lebih

nikmat karena kebiasaan yang sudah dialami sebelumnya

Page 47: Yuda Gabungan

34

C. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Kerangka konsep modifikasi teori Lawrence dkk (2002), Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), Brunner & Suddarth (2002).

Faktor resiko terjadinya Hipertensi:1. Genetik 2. Usia 3. Jenis Kelamin 4. Gaya Hidup 5. Stress

HIPERTENSI

Penatalaksanaan Hipertensi:1. Diet 2. Terapi Obat

KEJADIAN HIPERTENSI

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan:1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Kesadaran 4. Status ekonomi 5. Motivasi Pasien 6. Dukungan Keluarga

KEPATUHAN PASIEN HIPERTENSI : 1. Minum obat 2. Kontrol tekanan darah3. Diet hipertensi

Page 48: Yuda Gabungan

BAB IIIKERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESA

A. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dalam penelitian ini disusun berdasarkan landasan teori yang

dihubungkan dengan fenomena yang menjadi fokus penelitian. Kerangka

konsep akan menjelaskan tentang variabel-variabel yang dapat diukur dalam

penelitian ini variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut: Variabel

independen (bebas) pada penelitian ini adalah kepatuhan kepatuhan minum

obat, kepatuhan kontrol, kepatuhan diet pasien dan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kejadian hipertensi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Keterangan : : Variabel Diteliti : Variabel Tidak diteliti

35

Kepatuhan Pasien dalam:1. Minum Obat Hipertensi 2. Kontrol secara teratur 3. Pengaturan diet hipertensi

KEJADIAN HIPERTENSI

Variabel Confunding1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Kesadaran 4. Status ekonomi 5. Motivasi Pasien 6. Dukungan Keluarga

Page 49: Yuda Gabungan

36

B. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1Variabel Independent

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Kepatuhan minum obat

Perilaku responden dalam mengikuti program pengobatan sesuai instruksi dokter, tepat waktu, tepat dosis dan tepat cara

Kuesioner9 soal

Menggunakan skala likertSelalu : 4Sering : 3Jarang : 2Tidak pernah : 1

1. Patuh bila ≥ median (23)

2. Tidak Patuh bila < median (23)

Ordinal

2 Kepatuhan Kontrol

Perilaku responden dalam mengikuti rencana program pengobatan selanjutnya (melakukan kontrol secara kontinu), melakukan kontrol tiap 1 bulan sekali

Kuesioner7 soal

ChecklistMenggunakan skala likertSelalu : 4Sering : 3Jarang : 2Tidak pernah : 1

1. Patuh bila ≥ median (18)

2. Tidak Patuh bila < median (18)

Ordinal

3 Kepatuhan Diet

Perilaku responden dalam mengikuti program diet yang sudah ditetapkan oleh ahli gizi dan dokter spesialis (Diet Rendah Garam)

Kuesioner6 soal

ChecklistMenggunakan skala likertSelalu : 4Sering : 3Jarang : 2Tidak pernah : 1

1. Patuh bila ≥ median (18)

2. Tidak Patuh bila < median (18)

Ordinal

Tabel 3.2Variabel Dependent

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Hasil Ukur Skala

1 Kejadian Hipertensi

Responden dengan diagnosa hipertensi dengan melihat catatan medical record

Check List Observasi dokumen

1. Tidak Hipertensi : bila systole < 140 mmHg dan Diastole < 90 mmHg

2. Hipertensi : bila systole ≥ 140 mmHg dan

Ordinal

Page 50: Yuda Gabungan

37

Diastole ≥ 90 mmHg

C. HIPOTESIS

1. Hipotesis Mayor

Ada hubungan kepatuhan pengobatan terhadahap kejadian hipertensi di

Poli Dalam Rawat Jalan RSUD Karawang

2. Hipotesis Minor

a. Ada hubungan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hipertensi di di

Poli Dalam Rawat Jalan RSUD Karawang

b. Ada hubungan kepatuhan diet terhadap kejadian hipertensi di Poli Dalam

Rawat Jalan RSUD Karawang

c. Ada hubungan kepatuhan kontrol terhadap kejadian hipertensi di Poli

Dalam Rawat Jalan RSUD Karawang

Page 51: Yuda Gabungan

BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian dengan deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross

sectional karena penelitian bermaksud untuk mengidentifikasi ada tidaknya

hubungan variable independen yaitu kepatuhan minum obat, kepatuhan kontrol

tekanan darah, dan kepatuhan diet terhadap variabel dependen yaitu kejadian

hipertensi.

B. Tempat Dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di RSUD Karawang Jawa Barat adapun waktu yang

digunakan yaitu pada bulan Januari 2015

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2002). Penelitian ini

dilakukan di RSUD Karawang Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah

pasien hipertensi yang berobat pada bulan Januari sampai Agustus 2014 di

RSUD Karawang yaitu sebanyak 450 pasien

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang berobat ke RSUD

Karawang pada bulan Januari 2015. Metode pengambilan sampel yang

digunakan adalah nonprobabilitas sampling yaitu setiap unit dalam populasi

38

Page 52: Yuda Gabungan

39

yang telah ditentukan tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi

sampel penelitian. Teknik nonprobabilitas sampling yang digunakan adalah

purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Siregar, 2013). Dalam memilih

subjek penelitian yang akan dijadikan sampel, peneliti mengacu 2 kriteria

(Nursalam, 2003) :

Kriteria Inklusi

a. Pasien hipertensi yang berobat di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang yang

tidak ada komplikasi

b. Bersedia untuk menjadi responden

c. Usia pasien lebih dari 40 tahun

d. Bisa baca tulis

Untuk perhitungan sampel menggunakan rumus perhitungan sampel dari Slovin

sebagai berikut:

n= NN x (d )2

Keterangan :n : besar sampel N : besar populasi d : besar simpangan

Perhitungan sampelnya sebagai berikut :

n= NN x (0.05)2

n= 450450 x(0.025)❑

Page 53: Yuda Gabungan

40

n= 450450 x(0.025)❑

n= 45011.25

n=¿40 responden

Jadi jumlah sampel yang akan digunakan adalah 40 responden

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan

yang disusun berupa kuesioner yang bersifat tertutup. Lembar kuesioner dibagikan

dan diisi oleh responden dengan cara:

1. Mengisi identitas responden

Penelitian ini menjelaskan kepada responden bahwa informasi yang diberikan

tidak akan digunakan untuk mengancam mereka. Untuk melindungi hak-hak

responden, peneliti akan membuat informed concent. Setelah itu peneliti

membagikan angket kepada responden dan menjelaskan cara pengisiannya.

2. Responden menjawab pertanyaan-pertanyaan informatif tentang apa yang telah

diketahui dan didengar mengenai dukungan keluarga dan koping pasien gagal

ginjal

3. Kuesioner lalu dikumpulkan kembali

4. Kuesioner telah diisi akan dikalkulasikan untuk menentukan poin yang diraih

Page 54: Yuda Gabungan

41

E. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti memperhatikan prinsip-prinsip dasar etika

penelitian yang meliputi autonomy, beneficence, maleficence, anonymity dan justice

(Poli & Back 2008).

1. Autonomy

Prinsip autonomy adalah peneliti memberikan kebebasan bagi klien menentukan

keputusan sendiri apakah bersedia ikut dalam penelitian atau tidak, tanpa adanya

paksaan atau pengaruh dari peneliti.Hal yang pertama kali adalah penelitian

mendatangi calon responden. Selanjunya peneliti memberikan penjelasan dengan

seksama kepada calon responden.Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta

menjelaskan bahwa penelitian tidak membahayakan responden. Peneliti

menanyakan kesediaan calon responden untuk ikut dalam penelitian.Setelah

responden setuju, responden mengisi surat persetujuan.

2. Beneficience

Pada prinsif ini, penelitian yang dilakukan haruslah mempunyai keuntungan baik

bagi peneliti maupun responden.Sebelum pengisian kuesioner dilakukan,

responden diberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian.

3. Maleficence

Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya bagi responden, penelitian

memperhatikan kondisi-kondisi responden saat peneltian berjalan.

Page 55: Yuda Gabungan

42

4. Anonymity

Dalam penelitian ini responden tidak diminta untuk menuliskan nama. Responden

hanya mencantumkan inisial atau nomor responden saja. Penelitian juga menjaga

kerahasiaan responden.

5. Justice

Penelitian ini tidak melakukan diskriminasi saat memilih responden penelitian.

Responden dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditentukan sebelumnya

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengukur kepatuhan pengobatan adalah kuesioner

masing-masing berupa 17 butir pertanyaan dengan indikator yaitu Kepatuhan minum

obat, kepatuhan Diit, Kepatuhan kontrol tekanan darah. Kuesioner tersebut diukur

menggunakan skala likert dan dilakukan skoring pada masing-masing item : SL :

selalu, SR : Sering, JR : Jarang, TP: Tidak Pernah

Tabel 4.1Kisi – Kisi Kuesioner Variabel Kepatuhan Pengobatan

No Indikator No item Jumlah1. Kepatuhan Minum Obat 1,2,3,4,5,6,7,8,9 92. Kepatuhan Diit 1,2,3,4,5,6,7 73. Kepatuhan Kontrol 1,2,3,4,5,6 6

Jumlah 22

G. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

Uji validitas dan reliabilitas atau sering disebut dengan uji coba instrumen dilakukan

dengan tujuan agar diperoleh distribusi nilai hasil yang mendekati normal sehingga

nantinya akan mendapatkan sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang telah disusun

memenuhi validitas dan reliabilitas (Notoadmojo, 2002: 129).

Page 56: Yuda Gabungan

43

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas instrumen yaitu keadaan yang menggambarkan tingkat instrument

tersebut mampu mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2002). Validitas yang diuji

pada instrumen ini adalah validitas internal yaitu berupa validitas butir. Uji

validitas untuk yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan analisis butir.

Variabel pengetahuan, sikap Dan Variabel kepatuhan control gula darah Cara

menguji validitas instrument (kuesioner) pengetahuan, sikap dan kepatuhan

control gula darah, menggunakan rumus Product Moment dari Pearson (Arikunto,

2002) karena skala pengukuran menggunakan skala Likert (1, 2, 3,4) dengan

rumus sebagai berikut:

r xy=Ν ∑ΧΥ−(∑ Χ ) (∑ Υ )

√ {Ν ∑ Χ 2−(∑ Χ2 )}{Ν∑ Υ 2−(∑Υ 2) }

Keterangan:

N : jumlah kuesionerX : skor pertanyaan Y : skor totalXY : skor pertanyaan di kali skor total

Validitas ini dilakukan di RSUD karawang dengan dilakukan pada 15 responden.

Untuk mengetahui apakah hasil pengujian valid atau tidak, maka angka korelasi

atau r hitung harus kita bandingkan dengan r tabel pada α 5% dengan tingkat

kepercayaan 95 % Jika r hitung > r tabel, karena n = 15 maka r tabelnya adalah

0,514 jadi r hitung > 0,514 maka butir soal dianggap valid.

Page 57: Yuda Gabungan

44

Hasil Validitas Kuesioner Kepatuhan minum obat

Terdiri dari 10 butir pertanyaan, Hasil uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan

yang digunakan dalam kuesioner kepeatuhan minum obat diperoleh nilai korelasi

terendah 0,202 (butir nomor 7) dan tertinggi 0,846 (butir nomor 9), terdapat dua

butir pertanyaan dinyatakan gugur yaitu butir nomor 7 (0,202), karena nilai

korelasi lebih kecil dari r tabel (0,514), sehingga secara keseluruhan ada 9 butir

pertanyaan yang valid, Hal tersebut dikarenakan korelasi hitung lebih besar dari

korelasi tabel (0,514).

Hasil Validitas Kuesioner Kepatuhan Diit

Terdiri dari 7 butir pertanyaan, Hasil uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan

yang digunakan dalam kuesioner kepatuhan diit diperoleh nilai korelasi terendah

0,792 (butir nomor 1) dan tertinggi 0,947 (butir nomor 7), sehingga secara

keseluruhan seluruh butir pertanyaan dianggap valid, Hal tersebut dikarenakan

korelasi hitung lebih besar dari korelasi tabel (0,514).

Hasil Validitas Kuesioner Kepatuhan Kontrol

Terdiri dari 6 butir pertanyaan, Hasil uji validitas terhadap butir-butir pertanyaan

yang digunakan dalam kuesioner kepatuhan kontrol diperoleh nilai korelasi

terendah 0,847 (butir nomor 6) dan tertinggi 0,914 (butir nomor 2), sehingga

secara keseluruhan seluruh butir pertanyaan dianggap valid, Hal tersebut

dikarenakan korelasi hitung lebih besar dari korelasi tabel (0,514).

Page 58: Yuda Gabungan

45

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa sesuatu intrumen cukup

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut

sudah baik. Artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan (Arikunto, 2006 :

178). Menurut Ghozali (2005) bahwa kuesioner atau angket dikatakan reliabel jika

memiliki nilai Alpha Cronbach minimal 0,6.

Rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas pada penelitian ini adalah

rumus alpha yaitu:

r 11=k

(k−1 ) {1−∑ st 2

st2 }Keterangan :r 11 : reliabilitas instrumentk : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σb2

: jumlah varians butir: varians total

Pada hasil uji realiabilitas kuesioner didapatkan nilai Cronbach Alpha kepatuhan

minum obat 0,900, kepatuhan diit 0,964, kepatuhan kontrol 0,958, dari nilai

Cronbach Alpha tersebut lebih besar dari 0,6 dengan demikian instrumen

penelitian dinyatakan reliabel.

Page 59: Yuda Gabungan

46

H. PENGOLAHAN DAN METODE ANALISIS DATA

1. Pengolahan data

Pengolahan data ini menggunakan komputerisasi dengan analisis data

menggunakan SPSS 15 for Windows dan dinilai dengan :

a. Editing (penyunting)

Yaitu meneliti kembali data yang telah terkumpul untuk tahap selanjutnya.

b. Koding (pengkodean)

Yaitu memberi tanda kode untuk memudahkan pengolahan data. Memberikan

kode jawaban dengan cara angka atau kode lain yaitu. Selalu (SL) = 4, Sering

(SR) = 3, Jarang (JR) = 2 Tidak pernah (TP) = 1 Kode diberikan disebelah

kanan daftar pertanyaan sesuai dengan jawaban yang diberikan responden.

c. Tabulating (tabulasi)

Yaitu data Disusun dalam bentuk tabel kemudian di analisis

d. Cleaning (Pembersihan)

Langkah ini digunakan untuk menghilangkan data yang tidak perlu

e. Data entry

Pada langkah ini, data–data yang diperoleh dimasukan kedalam lembar kerja

komputer untu memudahkan pengolahan data.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Dalam penelitian ini analisis univariat berdasarkan persentase yang dihasilkan

dari proses perhitungan yang telah dilakukan pada awal proses pengolahan data

Page 60: Yuda Gabungan

47

dan disajikan dalam bentuk tabel. Seluruh jawaban dari responden akan

dianalisis sesuai skor kemudian dibuat prosentase (Arikunto, 2006:281)

sebagai berikut :

Ρ= xn×100 %

Keterangan :

P : persentase

x : jumlah nilai yang didapat dari seluruh item pertanyaan

n : jumlah nilai keseluruhan item pertanyaan

Analisa dilakukan pada pertanyaan variabel kepatuhan minum obat, kepatuhan

control tekanan darah, kepatuhan diet hipertensi dan pada tingkat kejadian

hipertensi

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antara

dua variabel yang meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Adapun alat

analisis data yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel

yang berbeda tersebut, adalah korelasi Pearson Chi-square.

Adapun rumus yang digunakan untuk uji hipotesis dengan uji Korelasi Pearson

Chi-Square adalah :

x2¿ [ ∑ (fo−fe )fe

]

KeteranganX2 : Nilai Chi-squareFe : Frekuensi yang diharapkanFo : Frekuensi yang diperoleh/diamati

Page 61: Yuda Gabungan

48

Analisa bivariat dilakukan antara variable kepatuhan minum obat, kepatuhan

kontrol tekanan darah, kepatuhan diet hipertensi.

Interpretasi hasil jika chi value (Hitung) > Chi Square Table maka hipotesis

diterima atau dengan kata lain Ho ditolak artinya ada hubungan

Rumus OR :

Odd Ratio=adbc

Page 62: Yuda Gabungan

BAB VHASIL PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik responden,

Hubungan Kepatuhan Pengobatan (Minum Obat, Diit, Kontrol) Dengan Kejadian

Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015.

Adapun hasil penelitian univariat dan bivariat sebagai berikut :

A. Hasil Analisa Univariat

1. Kepatuhan minum obat

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepatuhan minum obat

dapat diketahui sebagai berikut:

Tabel 5.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Kepatuhan Minum Obat No Kepatuhan Minum

ObatJumlah %

1 Patuh 18 45%2 Tidak Patuh 22 55%

Total 40 100%Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan minum obat pasien

dalam kategori tidak patuh yaitu sebesar 22 responden (55%), sedangkan yang

patuh ada 18 responden (45%).

2. Kepatuhan Diit Hipertensi

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepatuhan Diit

Hipertensi dapat diketahui sebagai berikut:

49

Page 63: Yuda Gabungan

50

Tabel 5.2Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Kepatuhan Diit Hipertensi No Kepatuhan Diit

HipertensiJumlah %

1 Patuh 23 57.5%2 Tidak Patuh 17 42.5%

Total 40 100%Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan Diit pasien dalam

kategori patuh yaitu sebesar 23 responden (57.5%), sedangkan yang tidak patuh

ada 17 responden (42. 5%).

3. Kepatuhan Kontrol

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kepatuhan kontrol dapat

diketahui sebagai berikut:

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Kepatuhan Kontrol No Kepatuhan Kontrol Jumlah %1 Patuh 24 60%2 Tidak Patuh 16 40%

Total 40 100%Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar kepatuhan kontrol pasien

dalam kategori patuh yaitu sebesar 24 responden (60%), sedangkan yang tidak

patuh ada 16 responden (40%).

4. Kejadian Hipertensi

Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan kejadian hipertensi dapat

diketahui sebagai berikut:

Page 64: Yuda Gabungan

51

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Kejadian HipertensiNo Kejadian Hipertensi Jumlah %1 Tidak Hipertensi 24 60%2 Hipertensi 16 40%

Total 40 100%Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar Kejadian Hipertensi termasuk

dalam kategori Tidak Hipertensi yaitu sebesar 24 responden (60%), sedangkan

yang Hipertensi ada 16 responden (40%).

B. Hasil Analisa Bivariat

1. Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan kepatuhan minum obat dengan kejadian hipertensi di poli dalam rawat

jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015 dapat diketahui dari analisis

deskriptif yang dilakukan dengan tabel silang (cross tabulation) dan persentase

dari kedua variabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.5Analisa Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hipertensi Di Poli

Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

Kepatuhan Minum Obat

Kejadian HipertensiTotal P Value

OR(CI 95%)Tidak

Hipertensi Hipertensi

n % n % n %

0,00214,000

(2,539 – 77,208)

Patuh 16 88.9 2 11.1 18 100

Tidak Patuh 8 36.4 14 63.6 22 100

Total 24 60 16 40 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Page 65: Yuda Gabungan

52

Hasil analisis hubungan antara kepatuhan minum obat dengan Kejadian

hipertensi, diperoleh bahwa responden yang memiliki kepatuhan minum obat

yang patuh dan hipertensi ada 2 responden (88.9%) sedangkan yang kepatuhan

minum obatnya tidak patuh yang hipertensi ada 14 responden (36.4%). Dari hasil

uji statistik diperoleh nilai p value : 0.002 maka dapat disimpulkan ada perbedaan

proporsi kejadian Hipertensi antara responden yang patuh minum obat dengan

yang tidak patuh minum obat (P value 0,002 < 0,05). Dari hasil analisis diperoleh

pula nilai OR : 14,000, artinya responden yang patuh minum obat mempunyai

peluang 14,000 kali tidak hipertensi dibanding dengan yang tidak patuh minum

obat.

2. Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan kepatuhan Diit hipertensi dengan kejadian hipertensi di poli dalam

rawat jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015 dapat diketahui dari

analisis deskriptif yang dilakukan dengan tabel silang (cross tabulation) dan

persentase dari kedua variabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.6Analisa Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Di Poli

Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

Kepatuhan Diit

Hipertensi

Kejadian HipertensiTotal P Value

OR(CI 95%)Tidak

Hipertensi Hipertensi

n % n % n % 0,016 6,600 (1,621 – 26,871)Patuh 18 78.3 5 21.7 23 100

Tidak Patuh 6 35.3 11 64.7 17 100

Page 66: Yuda Gabungan

53

Total 24 60 16 40 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Hasil analisis hubungan antara kepatuhan Diit Hipertensi dengan Kejadian

hipertensi, diperoleh bahwa responden yang memiliki kepatuhan Diit Hipertensi

yang patuh ada hipertensi ada 5 responden (21.7%) sedangkan yang kepatuhan

diit hipertensinya tidak patuh yang hipertensi ada 11 responden (64.7%). Dari

hasil uji statistik diperoleh nilai p Value : 0.016 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden yang patuh Diit

hipertensinya dengan yang tidak patuh diit hipertensinya (p value 0,016 < 0,05).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 6,600, artinya responden yang patuh

diit hipertensi mempunyai peluang 6,600 kali tidak hipertensi dibanding dengan

yang tidak patuh diit hipertensi.

3. Hubungan Kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi

Hubungan kepatuhan kontrol dengan kejadian hipertensi di poli dalam rawat jalan

Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015 dapat diketahui dari analisis

deskriptif yang dilakukan dengan tabel silang (cross tabulation) dan persentase

dari kedua variabel tersebut sebagai berikut :

Tabel 5.7Analisa Hubungan Kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam

Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang 2015

Kepatuhan Kontrol

Kejadian HipertensiTotal P Value

OR(CI 95%)Tidak

Hipertensi Hipertensi

n % n % n % 0,007 8,360

Page 67: Yuda Gabungan

54

(1,971 – 35,641)

Patuh 19 79,2 5 20,8 24 100

Tidak Patuh 5 31,2 11 68,8 16 100

Total 24 60 16 40 40 100

Sumber: Data Primer Diolah, 2015

Hasil analisis hubungan antara kepatuhan kontrol dengan Kejadian hipertensi,

diperoleh bahwa responden yang memiliki kepatuhan kontrol yang patuh dan

hipertensi ada 5 responden (20.8%) sedangkan yang kepatuhan kontrol tidak

patuh yang hipertensi ada 11 responden (31.3%). Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai p Value : 0.007 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

Hipertensi antara responden yang patuh kontrol dengan yang tidak patuh kontrol

(p value 0,007 < 0,05). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 8,360, artinya

responden yang patuh kontrol mempunyai peluang 8,360 kali tidak hipertensi

dibanding dengan yang tidak patuh kontrol.

Page 68: Yuda Gabungan

BAB VIPEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah,

namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Penelitian ini hanya meneliti tentang hubungan kepatuhan pengobatan dengan

kejadian hipertensi, kepatuhan pengobatan ini hanya terdiri dari kepatuhan minum

obat, kepatuhan diit, dan kepatuhan kontrol sedangkan masih banyak variabe lain

yang berhubungan dengan kejadian hipertensi

2. Adanya keterbatasan penelitian dengan menggunakan kuesioner yaitu terkadang

jawaban yang diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan

sesungguhnya

B. Analisa Hubungan Variabel

1. Hubungan Kepatuhan Minum obat dengan Kejadian hipertensi

Analisa univariat dari kepatuhan minum obat dalah sebagian besar responden

dalam kategori tidak patuh minum obat yaitu sebesar 22 responden (55%),

sedangkan yang patuh ada 18 responden (45%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.002 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden yang patuh minum obat

dengan yang tidak patuh minum obat (P value 0,002 < 0,05). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR : 14,000, artinya responden yang patuh minum obat

55

Page 69: Yuda Gabungan

56

mempunyai peluang 14,000 kali tidak hipertensi dibanding dengan yang tidak

patuh minum obat.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hairunisa, 2014 tentang Hubungan

Tingkat Kepatuhan Minum Obat Dan Diet Dengan Tekanan Darah Terkontrol

Pada Penderita Hipertensi Lansia, pada penelitian tersebut menyatakan bahwa

erdapat hubungan bermakna antara kepatuhan minum obat (p=0,000) dengan

tekanan darah terkontrol , Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kumboyono pada tahun 2012 yang menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan antara kepatuhan minum obat dengan pengendalian

tekanan darah (p=0,717).

Tujuan pengobatan adalah memperkecil kerusakan organ target akibat tekanan

darah dan menghindari pengaruh buruk akibat pengobatan dan menstabilkan

tekanan darah sehingga menurunkan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan

dengan kerusakan organ target seperti penyakit kardiovaskular, cerebrovaskular,

gagal jantung, dan penyakit ginjal. Obat-obat yang digunakan sebagai terapi

utama (first line therapy) adalah diuretik, Angiotensin Converting Enzyme

Inhibitor (ACE-Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan Calcium

Channel Blocker (CCB). Pengobatan awal hipertensi dimulai dengan 1 jenis

obat antihipertensi (monoterapi) yaitu golongan tiazid tipe diuretik, atau ACE -

Inhibitor, CCB, ARB. Kemudian jika tekanan darah yang diinginkan belum

tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi, atau ganti obat lain, atau

Page 70: Yuda Gabungan

57

dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis obat dari kelas yang berbeda,

biasanya diuretik dikombinasikan dengan ACE-Inhibitor, ARB, dan CCB

(Price SA dan Wilson LM. 2005),

Kepatuhan minum obat berperan dalam mengontrol tekanan darah dan

mencegah terjadinya komplikasi hipertensi. Kepatuhan 80% terhadap regimen

obat antihipertensi dapat menurunkan tekanan darah ke tingkat normal dan

kepatuhan ≤ 50% tidak efektif dan adekuat untuk menurunkan tekanan darah

(Marshall dkk., 2012). Pada kebanyakan survey yang dilakukan pada pasien-

pasien yang mulai minum obat antihipertensi, kira-kira 25-50% menghentikan

pengobatannya dalam 1 tahun (Irmalita, 2003)

2. Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi Dengan Kejadian hipertensi

Analisa univariat dari kepatuhan diit hipertensi adalah sebagian besar kepatuhan

Diit pasien dalam kategori patuh yaitu sebesar 23 responden (57.5%), sedangkan

yang tidak patuh ada 17 responden (42.5%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.016 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden yang patuh Diit

hipertensinya dengan yang tidak patuh diit hipertensinya (p value 0,016 < 0,05).

Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR : 6,600, artinya responden yang patuh

diit hipertensi mempunyai peluang 6,600 kali tidak hipertensi dibanding dengan

yang tidak patuh diit hipertensi.

Page 71: Yuda Gabungan

58

Ini sesuai dengan penelitian dari Anggraeni, Waren, Situmorang, Siahaan,

Asputra, 2008 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi

di Poliklinik dewasa puskesmas Bangkinang Berdasarkan analisis univariat

didapatkan hasil bahwa pola asupan garam yang tinggi banyak dijumpai pada

penderita hipertensi. Hasil ini dianalisis dengan uji korelasi Spearman’s rho,

dengan nilai korelasi (p=0,00), yang berarti bahwa terdapat hubungan yang

bermakna secara statistik antara pola asupan garam dengan kejadian hipertensi

pada pasien yang berobat di poliklinik dewasa Puskesmas Bangkinang. Nilai PAR

yang diperoleh sebesar 0,54, yang artinya sekitar 54% kejadian hipertensi dapat

dicegah dengan menghilangkan faktor pola asupan garam yang tinggi. Hasil ini

penelitian ini sesuai dengan teori bahwa asupan garam (natrium klorida) dapat

meningkatkan tekanan darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

penurunan asupan natrium ±1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah

sistolik 4 mmHg dan diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi. Respons

perubahan asupan garam terhadap tekanan darah bervariasi diantara individu

(Kurniawan, 2002).

Diet untuk hipertensi membatasi konsumsi garam, makanan asin, meningkatkan

konsumsi sayuran dan buah sebagai sumber utama kalium. Diet yang banyak

mengonsumsi buah-buahan, sayuran, dan rendah lemak serta rendah lemak jenuh

(diet DASH) dapat menurunkan tekanan darah. Selain itu, terapi tambahan yang

perlu dilakukan untuk mencegah atau mengurangi hipertensi, yaitu:

a. Kurangi berat badan jika berlebih

Page 72: Yuda Gabungan

59

b. Batasi asupan alkohol, etanol tidak lebih dari 1 oz (30 ml), bir (missal 24 oz

(720 ml), anggur 10 oz (300 ml) atau wiski 2 oz (60 ml) tiap hari atau 0,5 oz

(15 ml) etanol tiap hari untuk wanita dan orang dengan berat badan yang lebih

ringan

c. Tingkatkan aktivitas fisik aerobic (30-45 menit hampir tiap hari dalam satu

minggu)

d. Kurangi asupan natrium tidak lebih dari 100 mmol/hari (2,4 gram natrium atau

6 gram natrium klorida)

e. Pertahankan asupan kalium yang adekuat dalam diet (kira-kira 90 mmol/hari)

f. Pertahankan intake kalsium dan magnesium yang adekuat dalam diet untuk

kesehatan secara umum

g. Berhenti merokok dan kurangi asupan lemak jenuh dalam diet dan kolesterol

untuk kesehatan kardiovaskuler secara keseluruhan.

Perencanaan makan diet DASH terdiri dari banyak mengkonsumsi buah-buahan,

sayur-sayuran, susu rendah lemak dan hasil olahnya, serta kacang-kacangan,

dan rendah natrium.Kepatuhan diet DASH berperan dalam menurunkan tekanan

darah sistolik sebesar 11,7 mmHg dan diastolik sebesar 9,3 mmHg.

American Heart Association (AHA) menyatakan bahwa diet berperan dalam

menurunkan tekanan darah dan juga menurunkan risiko terkena penyakit jantung

dan stroke. Ketidakpatuhan merupakan salah satu penyulit dalam manajemen

hipertensi. Ketidakpatuhan juga merupakan faktor penghambat kontrol tekanan

darah yang baik. Semakin tinggi tekanan darah, semakin tinggi juga risiko

Page 73: Yuda Gabungan

60

terjadinya penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal

(WHO, 2010).

Kumboyono (2012) menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan di Taiwan

tahun 2005 -2006 menunjukkan bahwa tekanan darah tidak terkontrol lebih

banyak dijumpai pada penderita hipertensi dengan kepatuhan minum obat dan

diet yang rendah. Penyebab kontrol tekanan darah yang tidak baik antara lain

banyak pasien yang tidak menjalankan terapi diet dan tidak meminum obat yang

diresepkan

3. Hubungan Kepatuhan Kontrol Dengan Kejadian Hipertensi

Sebagian besar kepatuhan kontrol pasien dalam kategori patuh yaitu sebesar 24

responden (60%), sedangkan yang tidak patuh ada 16 responden (40%).

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value : 0.007 maka dapat disimpulkan ada

perbedaan proporsi kejadian Hipertensi antara responden yang patuh kontrol

dengan yang tidak patuh kontrol (p value 0,007 < 0,05). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR : 8,360, artinya responden yang patuh kontrol mempunyai

peluang 8,360 kali tidak hipertensi dibanding dengan yang tidak patuh kontrol.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari I Ketut Gama, I Ketut Widiarta Yasa,

IGA Harini tentang Kepatuhan Kontrol Penderita Hipertensi Dengan Kejadian

Stroke, pada penelititan tersebut menunjukkan bahwa uji statistik diperoleh nilai p

value kepatuhan kontrol dengan kejadian stroke adalah 0,000, dimana nilai

Page 74: Yuda Gabungan

61

tersebut lebih kecil dari nilai α = 1% (0,01) maka Ho ditolak yang artinya ada

hubungan antara kepatuhan kontrol penderita Hipertensi dengan kejadian Stroke.

Kepatuhan kontrol penderita Hipertensi untuk deteksi dan penatalaksanaan

Hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan morbiditas dan

mortalitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan

tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik dibawah 90 mmHg dan

mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai dengan obat Hipertensi dan

modifikasi gaya hidup, diantaranya: menurunkan berat badan, mengatur diet/pola

makan (seperti : rendah garam, rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah

dan sayur, tidak mengkonsumsi alkohol), berhenti merokok, meningkatkan

aktivitas fisik seperti olah raga, serta mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.

Pentingnya pemberian informasi oleh petugas kesehatan di pelayanan kesehatan

tempat penderita Hipertensi melakukan kontrol dapat meningkatkan kepatuhan

kontrol penderita Hipertensi itu sendiri (arif, 2001).

Kontrol dalam penyakit Hipertensi ini dapat dikatakan sebagai pengobatan seumur

hidup bilamana ingin dihindari terjadinya komplikasi yang tidak baik. Maka,

kepatuhan kontrol penderita Hipertensi, baik dalam hal observasi tekanan darah

maupun pengobatan merupakan salah satu faktor untuk mencegah terjadinya

komplikasi Hipertensi. (Wiwik, 2011).

Page 75: Yuda Gabungan

62

C. Implikasi

Kepatuhan dalam pengobatan adalah suatu keadaan dimana seseorang mau

mengikuti petunjuk atau perintah yang diberikan kepadanya. Kepatuhan merupakan

istilah yang menggambarkan pelaksanaan suatu prosedur atau suatu tindakan sesuai

dengan petunjuk atau kesepakatan yang telah ditetapkan bersama Jadi kepatuhan

pengobatan disini adalah perilaku klien yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur,

dan disiplin untuk melakukan minum obat, Diit Hipertensi dan kepatuhan kontrol,

hasil penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara kepatuhan

pengobatan yang berupa kepatuhan minum obat, kepatuhan diit hipertensi dan

kepatuhan kontrol dengan kejadian hipertensi hal ini mengandung implikasi bahwa

setiap pasien dengan hipertensi harus patuh terhadap pengobatan hipertensi agar

tidak terjadi peningkatan tekanan darah sehingga dapat meminimalkan terjadinya

komplikasi yang terajdi karena hipertensi. kecenderungan jika pasien hipertensi yang

tidak patuh terhadap pengobatan memiliki risiko terjadi peningkatan tekanan darah.

Sedangkan yang patuh terhadap pengobatan cenderung memiliki resiko yang lebih

rendah terjadi peningaktan tekanan darah.

Page 76: Yuda Gabungan

BAB VIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang

Jawa Barat tentang hubungan kepatuhan pengobatan hipertensi (kepatuhan minum

obat, Kepatuhan diit hipertensi, kepatuhan Kontrol) dengan kejadian hipertensi,

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan minum obat dengan kejadian

hipertensi (p value (0,002) < 0,05) artinya semakin patuh minum obat maka

cenderung tidak terjadi hipertensi

2. Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diit hipertensi dengan kejadian

hipertensi (p Value (0,016) < 0,05) artinya semakin patuh diit hipertensinya maka

cenderung tidak terjadi hipertensi

3. Ada hubungan yang signifikan antara Kepatuhan Kontrol dengan kejadian

hipertensi (p value (0,007) > 0,05) artinya semakin kontrol maka cenderung tidak

terjadi hipertensi

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat meningkatkan lagi kepatuhan minum obat dan diet dengan

cara mengurangi dan menghindari faktor risiko (gaya hidup yang tidak baik) yang

dapat meningkatkan terjadinya komplikasi hipertensi

63

Page 77: Yuda Gabungan

64

2. Bagi Rumah Sakit

meningkatkan kepatuhan penderita hipertensi dalam minum obat, kepatuhan

akan diit hipertensi, dan kepatuhan kontrol dengan cara memberikan penyuluhan

tentang penyakit hipertensi dan penanganannya,

3. Bagi Keluarga Pasien

Untuk lebih memberikan dorongan kepada anggota keluarga yang terkena

hipertensi agar terus mematuhi pengobatan hipertensi, dan senantiasa selalu

mencari informasi tentang penangganan hipertensi.

4. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat dilakukan penelitian terhadap variabel lain seperti faktor-faktor yang

berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien terhadap kejadian hipertensi

dikembangkan dengan design dan metode yang berbeda.

Page 78: Yuda Gabungan

Lampiran 3

DAFTAR PUSTAKA

Anggina, L ; Hamzah, A & Pandhit. (2010). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Dalam Melaksanakan Program Diet Di Poli Penyakit Dalam RSUD Cibabat Cimahi, ISSN: 2086-3098

Aprillia Puspitasari dkk, 2014. Asuhan Keperawatan dan Penatalaksanaan Pasien Hipertensi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Arikunto Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Brunner, Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Profil Kesehatan 2005. Jakarta.

Ellisa-Debe, 2014, Hipertensi The Silent Killer Of death, Kompasiana.com

Guyton AC., Hall JE.2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Textbook of Medical Physiology. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hanns Peter, W. (2008). Hipertensi,PT Bhuana Ilmu Populer, Gramedia, Jakarta

Heryudarini Harahap. 2009. Pengaruh Diet Penurunan Berat Badan dan Tekanan Darah pada Penderita Prahipertensi yang Kegemukan. Institut Pertanian Bogor.

Irmalita. 2003. Bagaimana Meningkatkan Kepatuhan Pasien. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Ilham Zulfichar Halim, 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pada Lansia Dengan Hipertensi Di PuskesmasSewon II Bantul. Universias Muhammadiyah Yogyakarta

Jan Tambayong, 2000, Patofisiologi Untuk Perawatan, EGC, Jakarta.

Kabo, Peter. 2011. Bagaimana Menggunakan Obat-obat Kardiovaskular Secara Rasional. Edisi I. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kumboyono, Yulian WU, Yulinda DC. 2012. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Pengendalian Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Poliklinik Jantung Rumah Sakit DR. Saiful Anwar Malang.

Kurniawan A. Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Disampaikan pada seminar hipertensi senat mahasiswa FK Yarsi, Jakarta. September 2002.

Lanny Sustrani dkk. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 79: Yuda Gabungan

L. Stanley. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi7. Jakarta: EGC

Marliani L, S Tantan. 2007. 100 Questions & Answer Hipertensi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Morisky, D. & Munter, P. 2009. New Medication Adherence Scale Versus Pharmacy Fill Rates In Senior With Hipertention. American Jurnal of Managed Care

Niven, N., 2002, Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat dan Profesional Kesehatan Lain, Edisi Kedua, EGC: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho, Taufan, 2011. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta: Penerbit Muka Medika

Nursalam. 2003. Konsep dan Perawatan Metodologi Penelitiam Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi Tesis, dan Instrumen Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Price, S. A., Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Pujiyanto, 2007, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan Pasien Dalam Minum Obat Antihipertensi Di Puskesmas Beji Kota Depok.

Purnomo, Heru, 2009. Penyakit Yang Paling Mematikan. Jakarta: Buana Pustaka.

Putu Kenny Rani Evadewi & Luh Made Karisma Sukmayanti S, 2013, Kepatuhan Mengonsumsi Obat Pasien Hipertensi Di Denpasar Ditinjau Dari Kepribadian Tipe A Dan Tipe B, ISSN: 2354-5607, Universitas Udayana Bali

Siregar, M. M. Ir. Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Edisi 1. Jakarta : Bumi Aksara

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Soenardi, T., Soetardjo, S. 2005.Hidangan Sehat untuk Penderita Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

Sugiyono, 2005, Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, CV.ALFABETA: Bandung.

Page 80: Yuda Gabungan

Suhardjono. 2008. Diskusi Seminar Kepatuhan Minum Obat Akan Selamatkan Hidup Anda. medicastore.com

Tierney, Lawrence M., dkk., 2002. Diagnosis dan Terapi Kedokteran (Penyakit Dalam). Salemba Medika. Jakarta

WHO. 2010. Adherence to long-term therapies: evidence for action. www.who.int/chp/knowledge/publications/adherence_report/en/index.html.

Wiwik, 2011, Pendahuluan: Latar Belakang Hipertensi, (online), available: http://wiwik21.wordpress.com

Page 81: Yuda Gabungan

Lampiran 3

PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu Calon Responden

Di RS Umum Daerah Karawang

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa program Sarjana Keperawatan STIKes

Kharisma Karawang, Saya akan melakukan penelitian tentang “Hubungan Kepatuhan

Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit

Umum Daerah Karawang Tahun 2015”

Penelitian yang dilakukan bertujuan hanya untuk pelaksanaan studi ilmiah, hasil

penelitian tidak mempengaruhi pelayanan di RSUD Karawang. Jika ada hal yang

tidak/kurang dimengerti bapak ibu boleh menghubungi peneliti.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden

dalam penelitian ini dan minta kesediaannya untuk mengisi kuesioner yang saya

sediakan dengan kejujuran. Jawaban yang diberikan dijamin kerahasiaannya. Demikian

permohonan, atas bantuan dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih

Karawang, Februari 2015

Peneliti

Page 82: Yuda Gabungan

Lampiran 4

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Ruangan :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden/sampel penelitian sdr. Yuda

Hudaya, mahasiswa STIKes Kharisma Karawang semester akhir (IV) dengan judul

penelitian Hubungan Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Di Poli

Dalam Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Karawang Tahun 2015. segala jawaban

yang saya berikan berdasarkan persepsi dan keadaan sebenarnya. Demikian pernyataan

persetujuan ini saya buat untuk kepentingan penelitian serta tidak ada paksaan dari

pihak manapun.

Karawang, Februari 2015

(Responden)

Page 83: Yuda Gabungan

Lampiran 6

KUESIONERHubungan Kepatuhan Pengobatan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien Yang

Berobat di Poli Rawat Jalan RSUD Karawang

A. Kepatuhan Minum Obat Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda (√) dikolom yang sudah tersedia, sesuai dengan tanggapan dan hal yang akan anda lakukan dalam menanggapi keadaan.

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak pernah

1 Saya minum obat sesuai dengan dosis yang diberikan

2 Saya minum obat sesuai dengan jenis obat yag sudah ditentukan oleh dokter

3 Saya minum obat sesuai dengan resep dokter4 Saya minum obat sesuai dengan cara pemberian

obat (di bawah lidah/langsung ditelan)5 Saya minum obat sesuaid engan waktu yang

diberikan6 Saya hanya minum obat dari dokter7 Saya hanya minum obat dari dokter tanpa obat

tradisional8 Saya mium obat setelah makan9 Saya minum obat tidak disatukan dengan obat

yang lain

B. Kuesioner Kepatuhan Diit Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda (√) dikolom yang sudah tersedia, sesuai dengan tanggapan dan hal yang akan anda lakukan dalam menanggapi keadaan.

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak pernah

1 Saya makan makanan yang sesuai anjuran dokter atau petugas kesehatan lain berupa makan makanan yang kadar garamnya rendah

2 Saya berusaha menaati aturan makan makanan yang sedikit garam

3 Saya menghindari makanan yang dilarang oleh dokter

4 Untuk menghindari kebosanan saya mengganti jenis makanan seperti ikan diganti dengan tempe tapi tetap rendah garam

5 Saya selalu makan makanan sehat seperti sayur,

Page 84: Yuda Gabungan

lauk pauk dan buah-buahan6 Saya tidak memakan makanan yang dari luar7 Saya makan makanan yang tidak menggandung

zat pengawet dan pewarna

C. Kuesioner Kepatuhan Kontrol Tekanan Darah Baca dan pahami setiap pernyataan di bawah ini, kemudian berilah tanda (√) dikolom yang sudah tersedia, sesuai dengan tanggapan dan hal yang akan anda lakukan dalam menanggapi keadaan.

No Pernyataan Selalu Sering Jaran

gTidak pernah

1 Saya memeriksakan penyakit saya ke dokter2 Saya akan kontrol seusai jadwal3 Saya mengukur tekanan darah saya sendiri

setiap hari4 Saya kontrol ke dokter bila ada keluhan5 Saya secara rutin memeriksakan tekanan darah6 Jika obat habis saya datang ke dokter untuk

diperiksa kembali

Page 85: Yuda Gabungan

Lampiran 6

Data Penelitian

Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan Minum Obat Case Processing Summary

N %Cases Valid 15 100,0

Excluded(a) 0 ,0Total 15 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,900 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Vari-ance if Item

Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

DeletedP1 22,8667 38,838 ,747 ,883P2 22,9333 42,210 ,639 ,891P3 22,8000 39,743 ,807 ,880P4 22,6667 39,667 ,646 ,890P5 22,6667 38,381 ,751 ,882P6 22,8667 42,695 ,591 ,893P7 23,1333 46,267 ,202 ,917P8 22,9333 42,638 ,596 ,893P9 22,8667 36,981 ,846 ,875P10 22,8667 40,695 ,710 ,886

Page 86: Yuda Gabungan

Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan DiitCase Processing Summary

N %Cases Valid 15 100,0

Excluded(a) 0 ,0Total 15 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability StatisticsCronbach's

Alpha N of Items,964 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Vari-ance if Item

Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

DeletedVAR00001 15,6000 31,400 ,792 ,965VAR00002 15,7333 31,210 ,806 ,964VAR00003 15,4667 30,981 ,933 ,954VAR00004 15,8000 30,457 ,822 ,963VAR00005 15,5333 30,267 ,914 ,955VAR00006 15,4667 30,981 ,933 ,954VAR00007 15,6000 31,400 ,947 ,954

Validitas dan Reliabilitas Kepatuhan DiitCase Processing Summary

N %Cases Valid 15 100,0

Excluded(a) 0 ,0Total 15 100,0

a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability StatisticsCronbach's

Alpha N of Items,958 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Vari-ance if Item

Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

DeletedVAR00001 12,7333 22,352 ,851 ,953VAR00002 12,7333 21,781 ,914 ,945VAR00003 12,6000 24,686 ,862 ,951VAR00004 12,6667 22,381 ,908 ,945VAR00005 12,6000 24,686 ,862 ,951

Page 87: Yuda Gabungan

VAR00006 12,6667 24,095 ,847 ,952

Univariate

Statistics

Kepatuhan Minum Obat

Kepatuhan Diit

Kepatuhan Kontrol

Tekanan Darah

N Valid 40 40 40 40Missing 0 0 0 0

Std. Deviation .50383 .50064 .49614 .49614

Kepatuhan Minum Obat

Frequency Percent Valid PercentCumulative Percent

Valid Patuh 18 45.0 45.0 45.0Tidak patuh 22 55.0 55.0 100.0Total 40 100.0 100.0

Kepatuhan Diit

Frequency Percent Valid PercentCumulative Percent

Valid Patuh 23 57.5 57.5 57.5Tidak Patuh 17 42.5 42.5 100.0Total 40 100.0 100.0

Kepatuhan Kontrol

Frequency Percent Valid PercentCumulative Percent

Valid Patuh 24 60.0 60.0 60.0Tidak Patuh 16 40.0 40.0 100.0Total 40 100.0 100.0

Tekanan Darah

Frequency Percent Valid PercentCumulative Percent

Valid Tidak Hipertensi 24 60.0 60.0 60.0Hipertensi 16 40.0 40.0 100.0Total 40 100.0 100.0

Mean dan Median Statistics

Minum Obat Diit KontrolN Valid 40 40 40

Missing 0 0 0Mean 22.6250 18.0500 17.9000Median 23.0000 18.0000 18.0000Mode 22.00 19.00 18.00Std. Deviation 3.76684 3.09632 2.41576Sum 905.00 722.00 716.00

Page 88: Yuda Gabungan

Hubungan Kepatuhan Minum Obat Dengan Kejadian Hipertensi + ORCase Processing Summary

CasesValid Missing TotalN Percent N Percent N Percent

Kepatuhan Minum Obat * Tekanan Darah 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Kepatuhan Minum Obat * Tekanan Darah Crosstabulation

Tekanan Darah

TotalTidak Hipertensi Hipertensi

Kepatuhan Minum Obat

Patuh Count 16 2 18

% within Kepatuhan Minum Obat 88.9% 11.1% 100.0%

Tidak patuh Count 8 14 22% within Kepatuhan Minum Obat 36.4% 63.6% 100.0%

Total Count 24 16 40% within Kepatuhan Minum Obat

60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 11.380(b) 1 .001Continuity Correction(a) 9.297 1 .002

Likelihood Ratio 12.442 1 .000Fisher's Exact Test .001 .001Linear-by-Linear As-sociation 11.096 1 .001

N of Valid Cases 40a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.20.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower UpperOdds Ratio for Kepatuhan Minum Obat (Patuh / Tidak patuh)

14.000 2.539 77.208

For cohort Tekanan Darah = Tidak Hipertensi 2.444 1.374 4.350

Page 89: Yuda Gabungan

For cohort Tekanan Darah = Hipertensi .175 .046 .670

N of Valid Cases 40

Hubungan Kepatuhan Diit Hipertensi dengan kejadian Hipertensi + ORCase Processing Summary

CasesValid Missing TotalN Percent N Percent N Percent

Kepatuhan Diit * Tekanan Darah 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Kepatuhan Diit * Tekanan Darah Crosstabulation

Tekanan Darah Total

Tidak Hipertensi Hipertensi

Kepatuhan Diit

Patuh Count 18 5 23

% within Kepatuhan Diit 78.3% 21.7% 100.0%Tidak Patuh Count 6 11 17

% within Kepatuhan Diit 35.3% 64.7% 100.0%Total Count 24 16 40

% within Kepatuhan Diit 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 7.519(b) 1 .006Continuity Correction(a) 5.835 1 .016

Likelihood Ratio 7.682 1 .006Fisher's Exact Test .009 .008Linear-by-Linear As-sociation 7.331 1 .007

N of Valid Cases 40a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.80.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower UpperOdds Ratio for Kepatuhan Diit (Patuh / Tidak Patuh ) 6.600 1.621 26.871

For cohort Tekanan Darah = Tidak Hipertensi 2.217 1.125 4.371

Page 90: Yuda Gabungan

For cohort Tekanan Darah = Hipertensi .336 .143 .787

N of Valid Cases 40

Hubungan kepatuhan Kontrol dengan Kejadian Hipertensi + ORCase Processing Summary

CasesValid Missing TotalN Percent N Percent N Percent

Kepatuhan Kontrol * Tekanan Darah 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Kepatuhan Kontrol * Tekanan Darah Crosstabulation

Tekanan Darah Total

Tidak Hipertensi Hipertensi

Kepatuhan Kontrol

Patuh Count 19 5 24

% within Kepatuhan Kontrol 79.2% 20.8% 100.0%

Tidak Patuh Count 5 11 16% within Kepatuhan Kontrol 31.3% 68.8% 100.0%

Total Count 24 16 40% within Kepatuhan Kontrol

60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 9.184(b) 1 .002Continuity Correction(a) 7.296 1 .007

Likelihood Ratio 9.403 1 .002Fisher's Exact Test .004 .003Linear-by-Linear As-sociation 8.954 1 .003

N of Valid Cases 40a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.40.

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Page 91: Yuda Gabungan

Odds Ratio for Kepatuhan Kontrol (Patuh / Tidak Patuh )

8.360 1.971 35.461

For cohort Tekanan Darah = Tidak Hipertensi 2.533 1.190 5.391

For cohort Tekanan Darah = Hipertensi .303 .130 .707

N of Valid Cases 40