eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3248/1/JURNAL YOHAN.docx · Web viewSTUDI KELAYAKAN KETERAMPILAN...
Transcript of eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/3248/1/JURNAL YOHAN.docx · Web viewSTUDI KELAYAKAN KETERAMPILAN...
1
STUDI KELAYAKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SD NEGERI
DI KABUPATEN TORAJA UTARA
FEASIBILITY STUDY SKILL TEACHING EDUCATION TEACHER PHYSICAL EXERCISE AND HEALTH SD NEGERI DI KABUPATEN
TORAJA UTARA
JURNAL
Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna menempuh ujian Magister
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Jasmani dan Olahraga
YOHANIS PAMASAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
i
2
STUDI KELAYAKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SD NEGERI
DI KABUPATEN TORAJA UTARA
FEASIBILITY STUDY SKILL TEACHING EDUCATION TEACHER PHYSICAL EXERCISE AND HEALTH SD NEGERI DI KABUPATEN
TORAJA UTARA
YOHANIS PAMASAN
Pembimbing I Dr.Suwardi, M.PdPembimbing II Dr.Jamaluddin, M.Pd
JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA
ABSTRAK
YOHANIS PAMASAN. Studi Kelayakan Keterampilan Mengajar Guru Penjas Orkes SD Negeri di Kabupaten Toraja Utara. (Dibimbing oleh Kopromotor Dr. Suwardi,M.Pd serta Dr. Jamaluddin,M.Pd)
Guru adalah yang bertanggung jawab langsung dalam upaya mewujudkan apa yang terulang dalam perencanaan pembelajaran karena guru yang menyusun dan melaksanakan perencanaan pembelajaran tersebut. Dalam meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan guru yang memiliki keterampilan dalam mengajar. Keterampilan yang dimaksud adalah kinerja guru. Kinerja (performance) merupakan pekerjaan, perbuatan sebagai suatu ukuran kesuksesan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikannya untuk dilaksanakan. Oleh karena itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (i) Bagaimanakah kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara? (ii) Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara?
Tujuan penelitian ini adalah (i) memahami dan menganalisis bagaimana kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara; (ii) memahami dan menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD Negeri yang terdapat di Kabupaten Toraja Utara memiliki keterampilan mengajar yang masih kurang dan perlu untuk ditingkatkan. Sesuai dengan hasil yang telah dikumpulkan oleh peneliti yang dilaksanakan di Kabupaten Toraja Utara ini, dari sepuluh guru pendidikan jasmani olahraga dan
ii
3
kesehatan masih ada empat guru yang dapat dinilai belum mampu melaksanakan pembelajaran dengan baik dilihat dari kinerja guru tersebut. Diantara keempat guru tersebut antara lain adalah (1) guru PJOK SD Negeri 4 Sanggalangi, (2) guru SD Negeri 6 Tikala, (3) guru PJOK SD Negeri 3 Sanggalangi dan (4) SD Negeri 6 Denpina. Jadi keterampilan mengajar guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD Negeri di Kabupaten Toraja Utara ini dari 10 guru yang diambil sebagai sampel baru 6 guru PJOK yang di nilai bisa melaksanakan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran ( 6: 4) atau 60% : 40%; .
Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkat tidaknya kinerja sebagai salah satu pendukung keterampilan mengajar guru PJOK SD Negeri di Kabupaten Toraja Utara adalah faktor internal yaitu : (1) kepribadian, (2) faktor umur, (3) rendahnya tentang pemahaman strategi pembelajaran oleh guru, (4) keterampilan mengajar, dan faktor eksternal adalah (1) besarnya gaji,dan (2) sarana dan prasarana.
Kata Kunci: keteramilan mengajar guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
iii
4
ABSTRACT
YOHANIS PAMASAN. Feasibility Study Skills Teaching Master Penjas Orchestra Elementary School in North Toraja regency. (Supervised by Dr. kopromotor Suwardi, M Ed and Dr. Jamaluddin, M Ed)
Teachers are responsible directly to realizing what is repeated in lesson planning for teachers in arranging and planning the learning. In improving the quality of education required of teachers who have skills in teaching. The skills in question is the teacher's performance. Performance (performance) is a job, act as a measure of success in achieving the goals previously set both in quality and quantity in accordance with the responsibilities given to be implemented. Therefore, the problem in this study were (i) What was the performance of Master of Physical Education and Health Public Elementary School in North Toraja Regency? (Ii) What factors are affecting the performance of Master of Physical Education and Health Public Elementary School in North Toraja Regency?The purpose of this study were (i) to understand and analyze how the performance of Master of Physical Education and Health Public Elementary School in North Toraja regency; (Ii) understand and analyze the factors that affect the performance of Master of Physical Education and Health Public Elementary School in North Toraja regency. This study used a qualitative approach to data collection through observation, interviews and documentation study.
The results show that sport and physical education teacher health Elementary School located in North Toraja regency have the teaching skills are lacking and need to be improved. In accordance with the results that have been collected by researchers who conducted in North Toraja Regency, the physical education teacher of ten sport and health are still four teachers who can be considered not able to perform learning with good views of the teacher's performance. Among the four teachers include (1) primary school teachers PJOK 4 Sanggalangi, (2) teachers SD Negeri 6 Tikala, (3) PJOK teachers SD Negeri 3 Sanggalangi and (4) SD Negeri 6 Denpina. So the teaching skills of teachers of physical education and sports health Elementary School in North Toraja Regency's 10 teachers were sampled only 6 teachers PJOK in the value could implement learning according to the learning steps (6: 4) or 60%: 40% ;
Factors that influence the rise or not the performance as one of supporting the teachers' teaching skills PJOK Elementary School in North Toraja Regency is the internal factors are: (1) personality, (2) age, (3) lack of understanding of learning strategies by teachers, ( 4) teaching skills, and external factors are (1) the amount of salary, and (2) the facilities and infrastructure.
Key Words : teaching skills of teachers of physical education and sports health.
iv
5
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3 menjelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Guru adalah yang bertanggung jawab langsung dalam upaya mewujudkan
apa yang terulang dalam perencanaan pembelajaran karena guru yang menyusun
langsung dan melaksanakan perencanaan pembelajaran tersebut. Jika tanpa
pengawasan yang berkesinambungan, seringkali tanggung jawab tersebut
terabaikan.
Menurut Sudiman, 1986 : 87, Kinerja merupakan hal yang sangat penting,
dengan adanya kinerja guru yang optimal maka mutu lulusan dapat tercapai
seperti yang diharapkan. Oleh karena itu kinerja guru haruslah mendapatkan
perhatian yang serius. Kinerja guru yang optimal harus mempunyai perencanaan
pengajaran, melaksanakan pembelajaran dengan benar, melakukan evaluasi untuk
mengukur tingkat pencapaian hasil belajar.
Guru pendidikan jasmani memiliki peran penting, berposisi strategis, dan
bertanggung jawab dalam pendidikan nasional. Guru pendidikan jasmani
memiliki tugas sebagai pendidik, pengajar, dan Pembina. Mendidik berarti
meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Sedangkan mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu, pengetahuan, dan teknologi. Membina
1
6
berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan fisikal kepada siswa. Semua
komponen tersebut menuntut kinerja guru yang tinggi.
Sementara itu ada indikasi kinerja rendah para guru seperti yang dijelaskan
oleh Mulyasa (2007: 9) disebabkan oleh: (1) Rendahnya pemahaman tentang
strategi pembelajaran, (2) Kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, (3)
Rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan
kelas(Clasroom action research), (4) Rendahnya motivasi berprestasi, (5) Disiplin,
(6) Rendahnya komitmen profesi, (7) Serta rendahnya kemampuan manajemen
waktu.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 38) menyebutkan
bahwa kinerja guru selama ini terkesan tidak optimal disebabkan oleh guru
melaksanakan tugasnya hanya sebagai kegiatan rutin, ruang aktivitas. Inovasi bagi
guru relatif tertutup dan kreativitas bukan merupakan bagian dari prestasi. Jika
guru mengembangkan kreativitasnya, guru tersebut cenderung dinilai membuang-
buang waktu dan boros.
Analisis situasi secara umum kinerja guru pendidikan jasmani di
Kabupaten Toraja Utara berdasarkan hasil observasi awal yang penulis lakukan
adalah sebagai berikut:
Jumlah Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara sebanyak 183
( seratus delapan puluh tiga) Sekolah yang terdiri dari 21 ( dua puluh satu)
kecamatan, dimana lima sekolah di antaranya adalah Swasta, dan yang lainnya
adalah Sekolah Dasar Negeri. Dari sekian banyak Sekolah Dasar Negeri yang ada
di Kabupaten Toraja Utara Tersebut, masih ada sebagian Sekolah yang tidak
memiliki Guru Penjas Orkes sehingga hal ini sangat berdampak negatif terhadap
peningkatan mutu pendidikan terutama pada pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan. Sementara disisi lain guru dituntut untuk lebih professional lagi dalam
hal pengajaran, terutama kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan
perlu di tingkatkan.
Serta kegiatan pembelajaran di kelas dapat dikemukakan beberapa
kelemahan antara lain yaitu ada beberapa guru pendidikan jasmani jarang
menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman dalam
7
pelaksanaan pembelajaran. Mereka membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) hanya sekali dalam satu semester dan itu hanyalah untuk memenuhi
kebutuhan sebagai persyaratan pada saat supervisi pengawas.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah skenario pembelajaran
yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Bahkan dirinci
pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, dan
apersepsi untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakan untuk
kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir.
Selain itu, di beberapa Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara,
Guru yang mengajarkan mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan bukan guru bidang studi pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
melainkan adalah guru kelas. Hal ini dapat memicu kinerja guru pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan kurang maksimal, seperti yang terjadi di Sekolah
Dasar Negeri 6 Sanggalangi, kecamatan sanggalangi akibat guru pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan yang pernah mengabdi di Sekolah tersebut, telah
tiada (meninggal dunia) dan sampai saat ini belum ada yang menggantikan
pengabdiannya di Sekolah tersebut.
Bahkan juga beberapa guru penjas merasa pergantian kurikulum yang
sering terjadi selama ini membuat pelaksanaan pembelajaran tidak mencapai hasil
yang diharapkan dan terkesan dipaksakan, seperti digulirkannya Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang belum terlaksana dengan baik sudah diganti
lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), walaupun tujuan
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru penjas merasa
pemerintah harus memperhatikan situasi, kondisi sarana dan prasarana di Sekolah
Dasar Negeri yang ada di Toraja Utara baik sekolah yang ada di perkotaan
maupun sekolah yang ada di pedesaan walaupun dengan memodifikasi alat
pembelajaran tetap merasa belum mencapai hasil yang baik. Jadi kurikulum yang
digunakan pada saat ini di kabupaten Toraja Utara adalah Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga guru juga dituntut untuk menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tersebut sesuai dengan tujuan
kurikulum dengan harapan meningkatkan mutu pendidikan.
8
Kinerja guru pendidikan Jasmani SD di Kecamatan Kesu’ Kabupaten
Toraja Utara menurut Ibu Marlina, S.Pd guru pendidikan jasmani SDN 8 Kesu’
menunjukkan indikasi:
a. Bahwa penggunaan sarana dan prasarana belum begitu memadai, sehingga
menjadi kendala bagi guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam
mengaplikasikan proses belajar mengajar, sperti penggunaan lapangan dan alat
peraga yang belum memadai.
b. Kadang-kadang guru hanya memberikan materi secara teoritik, sementara
praktiknya tidak dapat diterapkan. Ini terjadi karena keterbatasan sarana
penunjang dan pemahaman guru tentang bagaimana ia mempunyai kreasi dan
memodifikasi alat, lapangan, aturan, dan waktu.
Hal ini peneliti dapat simpulkan bahwa guru PJOK merasa kesulitan dalam
mengajar disebabkan karena penggunaan sarana dan prasarana kurang memadai
serta rendahnya pemahaman guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
sehingga guru dalam memanfaatkan alat yang minim terkadang tidak dapat
bertindak untuk melakukan modifikasi alat agar proses pembelajaran dapat
berjalan lancar.
Rendahnya kinerja guru berdasarkan hasil survei pada tingkat global lebih
disebabkan beberapa indikasi, seperti yang dikemukakan Lutan (Husdarta, 2009:
80) yaitu: ”Mulai dari alokasi waktu yang terbatas, kelangkaan infrastruktur,
kualifikasi tenaga yang tidak sesuai, hingga biaya yang sangat minim.”
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang menurut
Sutermeister (Riduwan, 2010: 356) yaitu: “latihan dan pengalaman kerja,
pendidikan, sikap kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial,
kebutuhan individu, kondisi tempat kerja, kemampuan, motivasi kerja, dan
sebagainya.”
Sejalan dengan itu menurut Abduljabar (2000: 59) menerangkan bahwa
untuk mendukung kinerja guru harus memperhatikan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pengembangan program pendidikan jasmani yaitu: (1)
Masyarakat, (2) Kebijakan DISDASMEN, (3) Sikap guru, siswa dan konsumen,
9
(4) Fasilitas dan peralatan, (5) Penjadwalan, (6) Ukuran kelas, (7) Guru
pendidikan jasmani, (8) Iklim dan kondisi geografis, (9) Tekanan-tekanan social.
Mewujudkan kinerja guru pendidikan jasmani yang tinggi harus ditunjang
oleh kompetensi guru pendidikan jasmani sehingga guru pendidikan jasmani
memiliki kualitas yang memadai, karena guru merupakan satu komponen mikro
sistem pendidikan yang sangat strategis dan banyak mengambil peran dalam
proses pendidikan.
Rendahnya kompetensi guru penjas disebabkan masalah individu dan
organisasi sebagai alasan utama. Dari aspek individu,guru tidak mengembangkan
kompetensinya sendiri dengan baik, kurang membaca dan melakukan penelitian
dan enggan untuk memperbaiki diri.
Permasalahan guru pendidikan jasmani seperti dipaparkan di atas
berkaitan dengan profesionalisme guru sehingga guru dituntut untuk menjadi
professional.
Seperti yang dijelaskan Supriadi (Mulyasa, 2007: 11) yaitu sebagai
berikut: (1) Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya; (2)
Menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan serta cara
mengajarnya kepada peserta didik; (3) Bertanggung jawab memamatu hasil
belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi; (4) Mampu berfikir sistimatis
tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya; (5) Seyogyanya
merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.
Melalui profesionalisme guru, maka guru bukan hanya mengajar. Seperti
yang diungkapkan Kusnandar (2007: 50) yaitu: guru tidak lagi sebagai pengajar
(teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, tetapi beralih sebagai
pelatih (coach), pembimbing (councelor), dan manajer belajar (learning
manager).
Sebagai pelatih, seorang guru akan berperan seperti pelatih olahraga. Ia
mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk
bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa
menghargai nilai belajar dan pengetahuan. Sebagai pembimbing atau konselor,
guru akan berperan sebagai sahabat siswa, menjadi teladan dalam pribadi yang
10
mengundang rasa hormat dan keakraban dari siswa. Sebagai manajer belajar, guru
akan membimbing siswanya belajar, mengambil prakarsa dan mengeluarkan ide-
ide baik yang dimilikinya.
Guru pendidikan jasmani juga harus memiliki pandangan yang jauh
terhadap pekerjaan yang ditekuninya. Artinya semangat kerja yang tinggi akan
berpengaruh positif, peran serta dan faktor ini harus mendapat dukungan dari
pimpinan/ kepala sekolah yang secara terus menerus memberikan dorongan pada
guru pendidikan jasmani untuk bekerja optimal dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya itu.
Sejalan dengan pendapat Sagala (2007: 105) yaitu:
Peran kepala sekolah menyediakan fasilitas pembelajaran, melakukan pembinaan pertumbuhan jabatan guru, dan dukungan profesionalitas lainnya menjadi suatu kekuatan tersendiri bagi guru melaksanakan tugas profesionalnya.
Pemberian fasilitas kepada guru sebagai kegiatan memanusiakan manusia,
akan memotivasi guru untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya
memberikan layanan belajar dan bekerja secara profesional.
Selayaknya dalam mendidik siswa guru pendidikan jasmani harus
berdasarkan pada perencanaan pengajaran. Beberapa alasan guru pendidikan
jasmani harus berdasarkan perencanaan pengajaran menurut Suherman (2009: 60)
yaitu: (1) waktu mengajar yang relatif terbatas, (2) jumlah siswa dan fasilitas, (3)
latar belakang guru, (4) karakteristik siswa,(5) keterlibatan guru lain.
Guru merupakan sosok penting yang memiliki peran strategi dalam dunia
pendidikan.
Peran dan fungsinya sebagai “ujung tombak” dalam proses pendidikan,
bahkan guru merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap
peningkatan kualitas pendidikan baik di masyarakat pedesaan dan perkotaan.
Sebaiknya guru pendidikan jasmani menghindari pendekatan negatif.
Mengenai pendekatan negatif yang harus dihindari menurut Abduljabar
(2000: 64) adalah : (1) Menghindari perbandingan, (2) Membuat perlakuan palsu,
(3) Menjadi sarkastik, (4) Mengejek/menghina, (5) Bertindak melebihi situasi
11
Uraian penjelasan tersebut jika terus dibiarkan maka hal ini berdampak
negatif pada kinerja guru pendidikan jasmani di Kabupaten Toraja Utara.
Dalam penelitian ini judul yang diangkat adalah: Kinerja Guru Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar, dengan sub judul: Studi Kelayakan Keterampilan
Mengajar Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja
Utara.
a. Fokus Masalah
1. Kinerja guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja Guru Pendidikan Jasmani
Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kinerja Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Negeri
di Kabupaten Toraja Utara?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani
Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara?
c. Tujuan Penelitian
1. Memahami dan menganalisis bagaimana Kinerja Guru Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara.
2. Memahami dan menganalisis apakah faktor-faktor yang mempengaruhi
kinerja Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten
Toraja Utara.
.
d. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi perkembangan ilmu
dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kinerja guru pendidikan
jasmani.
12
b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi
pihak–pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut
terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam
penelitian ini.
2. Manfaat praktis
Manfaat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut :
a. Memberikan informasi bagi para guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar agar
meningkatkan kinerjanya.
b. Menambah wawasan bagi para praktisi pendidikan bahwa kinerja guru
pendidikan jasmani sekolah dasar depengaruhi oleh banyak faktor.
c. Sebagai bahan masukan bagi para guru pendidikan jasmani bahwa kinerja
harus dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat mendorong terciptannya guru
pendidikan jasmani yang profesional.
d. Memberikan informasi bagi kepala sekolah khususnya di Kabupaten Toraja
Utara baik di Kota maupun di pedalaman tentang kinerja guru pendidikan
jasmani sekolah dasar.
e. Sebagai masukan kepada para guru pendidikan jasmani untuk lebih
meningkatkan kinerja guru pendidikan jasmani sekolah dasar.
f. Sebagai masukan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Toraja Utara
dan para praktisi pendidikan tentang kinerja Guru Pendidikan Jasmani Sekolah
Dasar.
B. PROSEDUR PENELITIAN
1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif yang
berupaya menggambarkan sesuatu fenomena secara detail dan mendalam.
Menurut (Sukmadinata 2010: 60) menerangkan bahwa:
13
“Penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual dan kelompok.”
Adapun lokasi penelitian ini bertempat di Sekolah-Sekolah Dasar Negeri
di Kabupaten Toraja Utara.
2. Instrument Penelitian
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrument
pokok dan instrument penunjang. Instrument pokoknya adalah guru pendidikan
jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara, sedangkan instrument
penunjang adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan dokumen.
3. Fokus Penelitian dan Sumber Data
a. Fokus penelitian
Untuk membatasi area penelitian dan memudahkan kriteria penjaringan
data dalam penelitian ini, maka fokus penelitian dibatasi pada pengungkapan
secara deskriptif:
a. kinerja guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan mengevaluasi pembelajaran.
b. Merencanakan pembelajaran adalah guru membuat Program tahunan, program
semester, perumusan silabus, dan membuat RPP.
c. Melaksanakan pembelajaran adalah guru membuat kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
d. Mengevaluasi pembelajaran adalah guru menyusun alat penilaian, kesimpulan
hasil penilaian, pelaksanaan program tindak lanjut.
b. Sumber data
dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah Guru Pendidikan
Jasmani,Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja
Utara yang menyebar di kecamatan yang ada di Kabupaten Toraja Utara yang
14
berjumlah 21 (dua puluh satu) kecamatan yang terdiri dari 178 (seratus tujuh
puluh delapan) Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Toraja Utara.
Selanjutnya informan diambil berdasarkan wilayah yang dipilih dengan
penekanan bahwa informan memiliki pengetahuan yang cukup serta mampu
menjelaskan keadaan sebenarnya tentang objek penelitian. Informan adalah orang
yang berada pada lingkup penelitian, artinya orang yang dapat memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.
Dalam penelitian ini, informan yang dilibatkan adalah:
a. Informan utama/ sumber data primer yaitu Guru Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara.
b. Informan pendukung yaitu Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMAHASAN
1. Hasil Kerja
Kinerja guru PJOK meliputi hasil/output yang mengacu pada ukuran
output organisasi yang memiliki beberapa indikator:
1) Keterlaksanaan pembelajaran terhadap kinerja guru PJOK berdasarkan hasil
wawancara
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, Beliau mengatakan :
Jika saya perhatikan cara mengajarnya, beliau bisa mengajar dengan baik karena pada saat mengajar beliau berusaha untuk bagaimana dekat dengan siswa, selain itu juga memperhatikan kehadiran siswa, mengoreksi kelengkapan siswa sebelum menerima pelajaran dan beliau tidak terlepas dengan perangkat pembelajaran sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran. ( Pb, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Guru PJOK , ia mengatakan:
Saya sebelum masuk semester satu, saya sudah menyusun memang perangkat pembelajaran, saya buat semua mulai dari prota, promes, silabus, dan RPP, bahkan setelah masuk kalau sudah ada nama-nama murid saya ambil saya juga membuat daftar nilai dan daftar hadir murid, sehingga pada saat mengajar saya tidak repot lagi menulis di kertas selembar, karena sudah ada saya siapkan sebelumnya. Saya selalu berusaha agar pada saat mengajar tidak tersendak-sedak karena persoalan ada yang kurang siap. Saya selama mengajar ketika alat yang di butuhkan kurang atau bahkan tidak ada maka saya selalu berusaha untuk membuat
15
alat yang bisa menyerupai dan paling tidak murid bisa mengerti apa yang akan diajarkan. (Aap, Mei 2016)
Sebelum mengajar atau memasuki semester awal, saya sudah menyusun perangkat pembelajaran yang akan saya gunakan sesuai dengan kurikulum yang berlaku yaitu KTSP dan menyiapkan alat peraga yang di butuhkan dalam pembelajaran tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (Bk, Mei 2016 )
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan Kepala Sekolah
lainnya, mengatakan bahwa:
Di Sekolah saya ini, semua guru saya perhatikan kalau semester awal, mereka sudah menyusun memang perangkat pembelajarannya, jadi mereka tidak repot pada saat mau mengajar baru mau di buat karena sudah ada telah di siapkan. Selain itu, sewaktu-waktu juga mereka akan dimintai RPPnya kalau ada pengawas jadi pasti mereka akan buat. (Am, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, mengemukakan :
kalau persoalan membuat RPP, saya sudah tidak terlalu ini….. karena saya ini sudah tua, kalau RPP saya tidak terlalu pusingkan yang penting bisa mengajar dan murid dapat mengerti, jadi saya membuat RPP itu untuk persiapan pemeriksaan pengawas, jadi saya buat untuk program satu tahun langsung tapi begitu selesai saya buat saya jarang buka. ( Nk, Mei 2016)
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan kepala sekolah
lainnya, beliau mengemukakan bahwa:
Guru PJOK disini adalah salah satu guru di Sekolah ini yang sehari-harinya saya perhatikan pada saat mengajar seperti tidak mengenal lelah, dan bahkan ketika selesai memberikan praktek, di jam istirahat terkadang masih ikut bermain dengan murid. Dari segi perangkat pembelajaran, guru PJOK ini pada saat saya mintai RPPnya selalu ada, saya belum pernah menemukan ketika saya minta perangkat pembelajarannya lantas kalang kabut”. (Dr, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, mengemukakan bahwa:
Saya selama mengajar, tidak pernah tidak membuat perangkat pembelajaran seperti RPP, setiap memasuki awal semester saya sudah menyusun perangkat pembelajaran itu, baik program tahunan, program semester, silabus, RPP bahkan daftar hadir pun saya sudah mulai menyiapkan dan semuanya ini saya susun dengan menulis tangan dalam satu buku besar. Ini saya susun membutuhkan waktu paling sedikit dua minggu, jadi saya ambil buku paket yang saya akan gunakan pada
16
semester yang akan berjalan kemudian saya menyusun perangkat pembelajaran tersebut”. ( Atl, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan kepala Sekolah lainnya, di SD Negeri
4 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa :
Seorang guru yang tanpa perangkat pembelajaran, besar kemungkinan akan rancuh pada saat mengajar karena mereka tidak ada pedoman mengajar dan saya sudah berusaha dengan menganjurkan agar semua guru memiliki perangkat pembelajaran khususnya guru PJOK SD Negeri 4 Sanggalangi. Perangkat pembelajaran tersebut adalah salah satu bagian dari kinerja seorang guru apalagi guru yang punya keterampilan harus memiliki perangkat pembelajaran dan media yang digunakan sebagai penunjang terlaksananya pembelajaran agar berjalan lancar. ( Zrl, Mei 2016)
Hasil wawancara guru PJOK lainnya, ia mengatakan:
(Dengan nada rendah) waduh….., saya belum bikin RPPnya tetapi bukunya ada saya miliki”. Lanjut peneliti mengatakan, “ jadi yang bapak ajarkan tadi itu belum ada RPPnya?, kemudian Bapak itu menjawab,” belum sempat karena selama ini saya di lapangan selalu praktek jadi….”. dilanjutkan lagi bapak tersebut kepada peneliti,” kalau bapak (peneliti) mau RPPnya, kayaknya masih ada RPPnya ( dengan menyebut salah satu nama guru, sebut saja si A) di Kantor nanti saya ambilkan karena sama saja isinya. Jadi nanti bapak (peneliti) ganti namanya si A dengan nama saya ( Ssb ) kalau bapak (peneliti) mau. Karena peneliti membutuhkan dokumen itu sebagai bukti kebenarannya dalam penyusunan tesis ini akhirnya peneliti mengambil saja RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tersebut untuk di foto copy. ( Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di SD Negeri 5
Sanggalangi, beliau mengatakan :
Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang mengajar di SD Negeri 5 Sanggalangi ini, benar-benar membuat perangkat pembelajaran setiap awal semester, terbukti ketika dimintai perangkatnya, salah satunya adalah guru PJOK yang selalu siap dengan perangkatnya, dan bukan hanya guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan saja tetapi juga guru lain, karena selain di anjurkan membuat perangkat pembelajaran sebelum mengajar guru juga ketika ada pengawas datang memeriksa, maka guru harus diperiksa terkait dengan perangkat pembelajarannya, terutama mengenai pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”. ( Iap, Mei 2016)
17
Hasil wawancara guru PJOK lainnya di SD Negeri 5 Sanggalangi,
mengemukakan bahwa :
Perangkat pembelajaran yang saya buat itu, ketika awal semester saya sudah menyusun satu tahun pelajaran yaitu sekaligus mulai dari semester satu dan dua. Adapun yang saya susun yaitu program tahunan, program semester, silabus, dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)”. ( Yp, Mei 2016)
Hasil wawancara selanjutnya di lakukan dengan Kepala Sekolah lainnya di
SD Negeri 3 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa:
Guru yang ada disini tidak direpotkan lagi untuk membuat perangkat pembelajaran seperti membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), tetapi tetap harus mempedomani perangkat pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang ada, seperti KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang digunakan pada saat ini. Salah satu langkah yang digunakan pada saat ini adalah guru tidak membuat lagi perangkat pembelajarannya dalam bentuk foto copyan, tetapi itu disatukan dalam bentuk CD, jadi sewaktu-waktu mereka ketika dimintai perangkat pembelajarannya bisa di print outkan. (L, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK SD Negeri 3 Sanggalangi, ia mengatakan :
Saya tidak punya perangkat pembelajaran dalam bentuk foto Copyan untuk semester ini, karena saya telah memesan perangkat pembelajaran dalam bentuk CD, yang di dalamnya sudah lengkap mulai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sampai pada Silabus dan RPP (Rencana Pelakasanaan Pembelajaran) sehingga mudah kalau ada yang minta kita hanya bawa ke tempat foto copy untuk di print outkan karena disisni tidak semua memiliki laptop untuk di sambungkan ke tempat print. ( Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD
Negeri 6 Tikala, beliau mengemukakan :
Guru PJOK yang ada disini tidak disiplin, ia biasa datang hanya dua kali atau satu kali dalam satu minggu, sementara mereka hanya sendirian guru PJOK di sekolah ini. Mereka kalau datang jarang sekali terlihat di lapangan memberikan praktek kepada siswa, kadang-kadang hanya dikasih bola dan siswanya main bola sendiri di lapangan sampai jam pelajaran selesai. Sehingga terlihat seperti tidak memiliki keterampilan mengajar membuat mereka malas masuk mengajar dan tidak bisa mempertanggung jawabkan tugasnya sebagai pengajar yang sebenarnya. (Rs, Mei 2016)
18
Senada dengan hal diatas, beberapa rekan guru lainnya memberikan
informasi terkait dengan guru PJOK yang ada di SD Negeri 6 Tikala tentang
proses pembelajarannya di Sekolah, mereka mengatakan bahwa :
Guru guru PJOK di SD Negeri 6 Tikala ini, benar bahwa beliau biasanya dalam satu minggu hanya dua kali dalam satu minggu datang mengajar, sementara jam pelajarannya beliau mendapat tugas mengajar dalam satu minggu. ( Mei 2016)
Hasil wawancara dengan rekan guru lainnya di SD Negeri 6 Tikala, ia
mengatakan :
Benar apa yang di sampaikan bapak Kepala Sekolah, guru itu malas masuk mengajar padahal tempat tinggalnya tidak jauh dari sekolah, hanya berkisar 2 kilometer saja. Bukan hanya persoalan itu saja, tetapi juga ketika dimintai RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) nanti didesak barulah di masukkan, dan ketika waktunya pemeriksa datang, beliau ini selalu mencari alasan dan tidak datang di Sekolah ini”. (Mei 2016)Selanjutnya hasil wawancara Kepala Sekolah lainnya di SD Negeri 8
Kesu, beliau mengemukakan :
saya bangga menerima ibu Marlina mengabdi di Sekolah ini, karena ibu Marlina orangnya kerja keras, Sebelum mengajar ia terlebih dahulu mempersiapkan diri dengan menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan serta alat peraga yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar seperti RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ketika ada pengawas datang memeriksa di Sekolah tersebut”. (Yp, Mei 2016)
Hasil wawancara guru PJOK SD Negeri 8 Kesu, ia mengatakan :
Setiap saya mengajar saya selalu berusaha memberikan contoh pada saat melakukan praktek di lapangan sebelum menyuruh siswa melakukannya agar siswa dapat mengikuti cara melakukannya yang benar, nanti kalau ada yang kurang dimengerti baru saya mendekati untuk memberi pemahaman dengan cara lain untuk lebih memudahkan dimengerti. Saya juga harus membuat perangkat pembelajaran sebagai acuan pada saat mengajar agar tidak terlepas dari tujuan utama yang hendak dicapai pada pembelajaran tersebut. ( Mrm, Mei 2016)
Hasil triangulasi dengan Tim penilai, beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK yang memiliki kinerja yang baik dapat mendukung dirinya lebih terampil dalam melaksanakan proses pembelajaran karena mereka memiliki kesiapan yang bagus sebelum mengajar dan guru yang tidak memiliki kinerja bagus seperti tidak memiliki perangkat pembelajaran
19
maka mereka akan sulit menentukan tujuan sebenarnya yang ingin dicapai pada pembelajaran yang akan dilaksanakan. (jamal, Mei 2016).
2) Daya serap siswa
Peneliti melontarkan pertanyaan terhadap guru-guru PJOK , bagaimana
mengetahui daya serap siswa terhadap kinerja guru PJOK, peneliti melakukan
wawancara dengan guru PJOK:
Hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengemukakan :“ dengan melakukan pendekatan-pendekatan terhadap siswa baik di kelas maupun di luar lapangan pada saat praktek maka guru dapat mengetahui kemampuan belajar, potensi yang dimiliki siswa-siswinya sehingga proses belajar mengajar menjadi efektif dan siswa juga lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.” ( Aap, Mei 2016)
Hal senada juga dikemukakan oleh guru PJOK lainnya, ia mengemukakan
bahwa :
Memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dicerna oleh siswa sehingga siswa dapat dengan mudah menyerap pelajaran yang diberikan, sementara kalau pelajaran yang berkaitan dengan teori maka kita memberikan prakteknya atau menyuruh temannya yang bisa mencontohkan langsung di depan agar temannya lebih mudah memahaminya. (Bk, Mei 2016)
Kemudian wawancara dengan guru PJOK lainnya di SD Negeri 8
Rantebua, mengemukakan bahwa:
Memberikan motivasi belajar terhadap siswa, dengan penerapan metode dan penggunaan media pembelajaran yang baik, bervariasi mengikuti zaman agar siswa lebih mudah memahami dan menerima materi pelajaran yang diberikan. ( Atl, Mei 2016)
Selanjutnya wawancara dilakukan dengan guru PJOK lainnya di SD
Negeri 6 Denpina, mengatakan bahwa :
Memberi support kepada siswa agar semangat belajar, sehingga mereka tidak pernah bosan menerima pelajaran, serta melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa. ( Nk, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru PJOK lainnya di SD Negeri 5
Sanggalangi, mengatakan bahwa:
20
Memberikan motivasi belajar siswa serta disiplin dengan menggunakan metode serta penggunaan media pembelajaran yang baik, bervariasi sesuai dengan tujuan pembelajaran agar siswa lebih mudah memahami dan menerima materi pembelajaran yang diajarkan. ( Yp, Mei 2016)
Hal ini senada dengan guru PJOK lainnya di SD Negeri 3 Sanggalangi,
beliau mengatakan bahwa :
Mengajarkan siswa hidup bersih, disiplin dan berkarakter serta semangat belajar yang tinggi dengan berbagai pendekatan-pendekatan yang dilakukan terhadap siswa agar lebih mudah memahami dan menerima pelajaran yang diberikan. (L, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru PJOK lainnya, mengemukakan
bahwa :
Memberikan pelajaran kepada siswa dengan menerapkan metode-metode baru serta pendekatan-pendekatan kepada siswa dan menggunakan media seperti alat peraga ketika melaksanakan praktek salah satu cabang olaharaga di lapangan sehingga siswa lebih mudah memahami dan menerima pelajaran yang diberikan. (Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru PJOK yang dilaksanakan di SD
Negeri 6 Tikala, ia mengatakan bahwa :
Setiap mengajarkan materi pembelajaran kepada siswa, mereka selalu berusaha menggunakan cara-cara yang dapat membuat siswanya dapat memahami dan menerima materi yang diajarkan dengan baik. (Bp, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru PJOK lainnya dilaksanakan di
SD Negeri 8 Kesu, ia mengatakan bahwa :
Memberikan pelajaran kepada siswa dengan menggunakan cara-cara yang lebih mudah dipahami oleh siswa. Selalu menggunakan bahasa yang sederhana yang lebih mudah dimengerti dan mengambil contoh-contoh yang dekat dengan lingkungan siswa agar lebih cepat memahami dan menerima pelajaran dengan baik.
2. Efisiensi Kerja
Terdiri dari beberapa indikator sebagai berikut:
1) disiplin kerja
Hasil wawancara tentang bentuk disiplin kerja:
21
Hasil wawancara dengan kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa :
Di Sekolah ini guru yang sudah bersertifikat dengan yang belum bersertifikat pada dasarnya sama hanya saja yang bersertifikat lebih disiplin karena beban mengajarnya 24 jam jadi hampir dibilang setiap hari datang dan kalau yang belum bersertifikat terkadang tidak tiap hari datang karena beban mengajarnya kurang dari 24 jam. Seperti guru PJOK disini semuanya sudah bersertifikat sehingga termasuk kedalam kategori disiplin. ( Pb, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengatakan bahwa :
Dari dulu saya disiplin, namun kendala saya kalau saya ke sekolah jalan kaki kalau tiba-tiba turun hujan saya harus berlindung dulu dan mungkin terhenti beberapa saat di jalan tetapi setelah sertifikasi saya beli motor yang dapat mengurangi kendala saya karena saya bisa buru waktu ketika berangkat ke Sekolah. (Aap, Mei 2016)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara guru PJOK lainnya,
mengemukakan bahwa :
Untuk menjadi guru professional dan terampil dalam mengajar harus belajar disiplin, semenjak saya menjadi guru saya selalu hidup disiplin karena saya tahu bahwa disiplin itu adalah salah satu cara meraih sukses. ( Bk, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD Negeri 6
Denpina, mengemukakan bahwa :
Guru yang benar-benar bertanggung jawab atas jabatan yang telah di ambangnya, selalu meanjalankan tugasnya dengan tepat waktu. Mereka selalu disiplin dalam bekerja untuk menjadi guru yang memiliki kinerja yang baik guna untuk meningkatkan keterampilannya. ( Am, Mei 2016)
Hal senada dengan guru PJOK di SD Negeri 6 Denpina, ia mengatakan bahwa :
Kita sebagai guru PJOK ini, harus disiplin setipa saat dalam melaksanakan tugas, walaupun panas matahari pada saat di lapangan, kita harus tetap mengajar karena itu adalah tanggung jawab sebagai guru PJOK, dan harus menghargai jabatan yang kita miliki supaya ikhlas dalam melaksanakan pembelajaran. (Nk, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya,di SD Negeri
8 Rantebua, mengemukakan bahwa: Guru PJOK yang ada disini orangnya
22
disiplin, setiap harinya mereka pagi-pagi datang jam 07.15 mereka sudah ada di
Sekolah mengisi absensi guru sebelum jam bel berbunyi dan mereka disiplin pada
saat mengajar. (Dr, Mei 2016)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara guru PJOK di SD Negeri 8
Rantebua, mengemukakan bahwa :
Selama saya di sekolah ini, saya selalu berusaha mengikuti dan menaati aturan yang berlaku di sekolah ini. Hal-hal yang diberlakukan di sekolah ini saya selalu mengikuti seperti dalam hal pembelajaran dan proses terlaksananya pembelajaran, contohnya menyiapkan perangkat pembelajaran, sebagai pedoman untuk melaksanakan pengajaran.( Atl, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya,
dilaksanakan di SD Negeri 4 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa:
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh guru PJOK untuk diterapkan dalam proses pembelajaran merupakan bentuk disiplin kerja, seperti datang disekolah tepat waktu, dan mengajra sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. (Zrl, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas, guru PJOK SD Negeri 4 Sanggalangi,
mengemukakan bahwa:
Setiap hari saya datang di sekolah 15 menit sebelum bel masuk dibunyikan, seperti pada hari senin jam 07.00 sudah ada disekolah karena harus ikut upacara bendera. Setiap jam pelajaran saya masuk mengajar sesuai jamnya, tetapi walaupun demikian kekurangan pun pasti masih ada terutama ketersediaan perangkat pembelajaran.( Ssb, Mei 2016)
Hasil wawancara selanjutnya dengan Kepala Sekolah SD Negeri 5
Sanggalangi, beliau mengatakan:
Guru PJOK yang ada di SD Negeri 5 Sanggalangi memiliki kedisiplinan yang dilihat dari segi kehadirannya tepat waktu disekolah, masuk mengajar tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Guru PJOK memiliki semangat kerja yang baik, beliau selalu membuat perangkat pembelajaran lebih awal sebelum masuk pembelajaran awal. (Yip, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Guru PJOK, beliau mengemukakan bahwa:
Dengan adanya semangat kerja yang dimiliki, Guru PJOK selalu hadir di sekolah
23
tepat waktu yaitu paling lambat 15 menit sebelum pelajaran dimulai, begitupun
beliau masuk mengajar tapat waktunya. (Yp, Mei 2016).
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa:
Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh guru PJOK untuk diterapkan dalam proses pembelajaran merupakan bentuk disiplin kerja, seperti datang disekolah tepat waktu, dan mengajar sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. (L, Mei 2016).
Sejalan dengan hal tersebut, guru PJOK, mengemukakan bahwa:
Setiap hari saya datang di sekolah 15 menit sebelum bel masuk dibunyikan, seperti pada hari senin jam 07.00 sudah ada disekolah karena harus ikut upacara bendera. Setiap jam pelajaran saya masuk mengajar sesuai jamnya, tetapi walaupun demikian kekurangan pun pasti masih ada terutama ketersediaan perangkat pembelajaran. (Yr, Mei 2016)
Hasil wawancara selanjutnya dengan Kepala Sekolah SD Negeri 6 Tikala,
beliau mengatakan bahwa :
Guru PJOK yang ada di sekolah ini masih belum menyadari bahwa betapa pentingnya siswa untuk mendapatkan pendidikan jasmani dan kesehatan, siswa butuh tubuh yang sehat dan bugar namun, guru PJOK di sekolah ini kurang menghargai waktu yang dibebankan kepada guru tersebut, seperti beliau kadang-kadang hanya datang di Sekolah dua kali dalam satu minggu, pada hal jam yang dibebankan kepada beliau standar 24 jam pelajaran. (Rs, Mei 2016)
Sejalan dengan hal tersebut diatas, beberapa rekan guru lainnya
memberikan informasi tentang keadaan guru PJOK yang ada di SD Negeri 6
Tikala ini, mereka mengatakan bahwa :
Benar bahwa guru PJOK yang ada di SD Negeri 6 Tikala ini jarang masuk mengjar, beliau kadang-kadang datng di Sekolah ini hanya dua hari datang dalam satu minggu sementara beliau memiliki jadwal satu minggu mengajar tetapi beliau kurang memperhatikan hal tersebut. (Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD
Negeri 8 Kesu, beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK yang ada di SD Negeri 8 Kesu memiliki kedisiplinan yang baik dilihat dari segi kehadirannya tepat waktu disekolah, masuk mengajar tepat waktu sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan. Guru PJOK memiliki semangat kerja yang baik, beliau selalu membuat perangkat
24
pembelajaran lebih awal sebelum masuk pembelajaran awal. (Yp, Mei 2016)
Sejalan dengan hal diatas guru PJOK mengemukakan bahwa :
Dengan adanya semangat kerja yang dimiliki, Guru PJOK selalu hadir di sekolah tepat waktu yaitu paling lambat 15 menit sebelum pelajaran dimulai, begitupun beliau masuk mengajar tapat waktunya. (Mrm, Mei 2016).
2) Pemanfaatan Media Pembelajaran dalam kinerja guru PJOK
Peneliti melontarkan pertanyaan sekaitan dengan penggunaan media
pembelajaran yang digunakan oleh guru PJOK
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di SD Negeri 3 Rantepao, beliau
mengatakan :
Guru PJOK di SD Negeri 3 Rantepao sudah bersertifikat, mereka sudah dapat menggunakan media baik itu yang digunakan di dalam kelas maupun pemanfaatan alat peraga di lapangan pada saat praktek cabang olahraga, hal ini dikarenakan tuntutan profesionalitas guru bersertifikat yang tidak terlepas dari keterampilan mengajarnya dalam melaksanakan pembelajaran. (Pb, Mei 2016)
Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan guru PJOK SD Negeri
3 Rantepao, apakah mereka dalam mengajara menggunakan media pembelajaran
dan seperti apa contohnya. Hasil wawancara dengan guru PJOK , beliau
mengemukakan bahwa :
Iya, saya menggunakan media pembelajaran di kelas agar siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan dan dengan adanya LCD kita bisa memperlihatkan langsung contoh gerakan-gerakan cabang olahraga yang sesuai dengan bahan ajar disbanding kalau kita hanya menceritakan di depan kelas, begitupun di lapangan saya menggunakan alat peraga pada saat melakukan praktek sesuai dengan materi yang diberikan, kalau tidak ada alat peraganya saya berusaha membuat sendiri dengan memodifikasi alat yang dapat menyerupai alat peraga yang sebenarnya. ( Bk, Mei 2016)
Hal ini senada dengan guru PJOK lainnya, ia mengemukakan bahwa :
Saya dalam mengajar menggunakan media pembelajaran, karena dengan media pembelajaran kita lebih mudah menjelaskan bahan ajar kepada siswa dan siswa juga lebih memahami pelajaran yag diberikan, media
25
saya gunakan seperti media gambar, dan menggunakan LCD untuk menampilkan gambar-gambar bergerak yang berkaitan dengan cabang olahraga yang diajarkan sesuai dengan materi yang diajarkan. (Aap, Mei 2016)
Kemudian hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD Negeri
6 Denpina, beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK di SD Negeri 6 Denpina sudah bersertifikat, mereka diharuskan mampu menggunakan media pembelajaran, dan hal ini telah dilaksanakan oleh guru PJOK di SD Negeri 6 Denpina, walaupun belum begitu maksimal karena berbagai faktor, seperti beliau disamping sudah usia lanjut, beliau juga masih perlu pelatihan-pelatihan pengembangan latihan dalam meningkatkan pendidikan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa terlaksana dengan maksimal (Am, Mei 2016).
Hasil wawancara dengan guru PJOK, di SD Negeri 6 Denpina beliau
mengemukakan bahwa:
“Saya sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media seperti buku cetak, dan alat peraga sebagai alat pendukung pada saat melaksanakan praktek salah satu cabang olahraga dalam proses belajar mengajar baik di ruangan maupun di luar ruangan,(Nk, Mei 2016).
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya yang
dilaksanakan di SD Negeri 8 Rantebua tenteng penggunaan media pembelajaran.
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa:Guru PJOK yang ada di SD Negeri 8 Rantebua ini, dapat menggunakan media pembelajaran seperti buku cetak, alat-alat peraga yang digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah seperti bola yang digunakan untuk praktek olahraga. (Dr, Mei 2016)
Hasil wawancara guru PJOK di SD Negeri 8 Rantebua, beliau mengatakan
bahwa:
Setiap jam pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, guru PJOK selalu menggunakan media seperti alat peraga sebagai pendukung ketika melakukan praktek dilapangan, seperti bola voli. Pada saat belajar bola voli, beliau menggunakannya untuk digunakan siswa melakukan praktek langsung dilapangan tentang teknik-teknik dasar dalam permainan bola voli agar siswa lebih mudah memehami dan melakukan teknik-teknik dasar bola voli seperti passing bawah/atas dengan baik dan benar. (Atl, Mei 2016).
26
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD
Negeri 4 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa:
Guru PJOK di SD Negeri 4 sanggalangi sudah bersertifikat, mereka diharuskan mampu menggunakan media pembelajaran, dan hal ini telah dilaksanakan oleh guru PJOK di SD Negeri 4 sanggalangi, walaupun belum begitu maksimal karena berbagai faktor, seperti beliau disamping sudah usia lanjut, beliau juga masih perlu pelatihan-pelatihan pengembangan latihan dalam meningkatkan pendidikan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa terlaksana dengan maksimal (Zrl, Mei 2016).
Hasil wawancara dengan guru PJOK, di SD Negeri 4 Sanggalangi beliau
mengemukakan bahwa:
“Saya sudah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media seperti buku cetak, dan alat peraga sebagai alat pendukung pada saat melaksanakan praktek salah satu cabang olahraga dalam proses belajar mengajar baik di ruangan maupun di luar ruangan, namun masih perlu untuk ,memperbaiki diri untuk bisa lebih baik lagi. (Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD
Negeri 5 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa:
Guru PJOK di SD Negeri 5 Sanggalangi sudah bersertifikat, mereka sudah dapat menggunakan media baik itu yang digunakan di dalam kelas maupun pemanfaatan alat peraga di lapangan pada saat praktek cabang olahraga, hal ini dikarenakan tuntutan profesionalitas guru PJOK yang sudah bersertifikat yang tidak terlepas dari keterampilan mengajarnya dalam melaksanakan pembelajaran. (Yip, Mei 2016)Hasil wawancara dengan guru PJOK , beliau mengemukakan bahwa :
Iya, saya sudah mulai menggunakan media pembelajaran di kelas agar siswa lebih mudah menerima materi yang diberikan dan dengan adanya LCD kita bisa memperlihatkan langsung contoh gerakan-gerakan cabang olahraga yang sesuai dengan bahan ajar disbanding kalau kita hanya menceritakan di depan kelas, begitupun di lapangan saya menggunakan alat peraga pada saat melakukan praktek sesuai dengan materi yang diberikan, kalau tidak ada alat peraganya saya berusaha membuat sendiri dengan memodifikasi alat yang dapat menyerupai alat peraga yang sebenarnya. ( Yp, Mei 2016)
27
Selanjutnya wawancara dilaksanakan dengan kepala Sekolah lainnya di
SD Negeri 3 Sanggalangi tentang penggunaan media pembelajaran, beliau
mengatakan bahwa:
Guru PJOK di SD Negeri 3 Sanggalangi sudah bersertifikat, mereka diharuskan mampu menggunakan media pembelajaran, dan hal ini telah dilaksanakan oleh guru PJOK di SD Negeri 3 Sanggalangi, walaupun belum begitu maksimal karena berbagai faktor, seperti beliau disamping sudah usia lanjut, beliau juga masih perlu pelatihan-pelatihan pengembangan latihan dalam meningkatkan pendidikan agar proses pembelajaran yang dilaksanakan bisa terlaksana dengan maksimal (L, Mei 2016).
Hasil wawancara dengan guru PJOK, di SD Negeri 3 Sanggalangi, beliau
mengemukakan bahwa:
Penggunaan media pembelajaran di sekolah ini sudah di usahakan namun belum terlaksana dengan maksimal, salah satu contoh media yang digunakan adalah buku cetak dan alat peraga lainnya namun media yang digunakan di dalam ruangan kelas masih perlu di tambah seperti pengadaan LCD, sebagai alat untuk bisa menampilkan gambar-gambar atau gerakan-gerakan yang bisa menimbulkan suara agar siswa lebih tertarik menerima pelajaran. (Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan kepala sekolah lainnya di SD Negeri
6 Tikala, Beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK di SD Negeri 6 Tikala sudah bersertifikat, sehingga mereka diharuskan mampu menggunakan media pembelajaran, namun hal ini guru PJOK belum melaksanakan dengan baik , terlihat beliau jarang masuk mengajar di Sekolah. (Rs, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan rekan guru lainnya, mereka mengatakan bahwa :
Guru PJOK yang ada di Sekolah ini jarang masuk mengajar sehingga tidak terlihat beliau menggunakan media, karena beliau hadir di Sekolah kadang-kadang hanya datang memberikan tugas kepada muridnya untuk disuruh mengerjakannya kemudian dikumpulkan. ( Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan kepala sekolah lainnya di SD Negeri
8 Kesu, Beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK yang ada di SD Negeri 8 Kesu ini, dapat menggunakan media pembelajaran seperti buku cetak, alat-alat peraga yang digunakan dalam
28
melaksanakan proses pembelajaran di sekolah seperti bola yang digunakan untuk praktek olahraga. (Yp, Mei 2016)
Hasil wawancara guru PJOK di SD Negeri 8 Kesu, beliau mengatakan
bahwa:
Setiap jam pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, guru PJOK selalu menggunakan media seperti alat peraga sebagai alat pendukung ketika melakukan praktek dilapangan, seperti bola . Pada saat belajar permainan sepak bola, beliau menggunakannya untuk digunakan siswa melakukan praktek langsung dilapangan tentang teknik-teknik dasar dalam mengoper bola. (Mrm, Mei 2016).
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan terhadap kinerja guru PJOK sebagai pendukung keterampilan
mengajar guru PJOK di Sekolah dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai
berikut:
1) Gaji
Hasil wawancara dengan kepala sekolah, beliau mengemukakan bahwa :
Kalau saya melihat sudah sangat bagus utamanya dalam hal peningkatan mutu pendidikan dan kinerja para guru PJOK yang sudah bersertifikat dapat lebih meningkat dan berusaha lebih baik dan terampil dalam mengajar karena adanya tambahan pengahasilan yang berdampak pada kesejahteraan para guru. (Pb, Mei 2016)
Hasil wawancara guru PJOK SD Negeri 3 Rantepao, beliau
mengemukakan bahwa :
“Saya bangga sebagai guru PJOK yang sudah menerima sertifikasi, karena dengan adanya sertifikat pendidik saya mendapatkan tambahan gaji dan lebih semangat mengajar serta berusaha lebih maksimal bisa mengajar lebih terampil lagi, selain itu sebagai guru yang bersertifikat pendidik juga dituntut lebih professional dalam melaksanakan proses pembelajaran”. (Aap, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas guru PJOK lainnya di SD Negeri 3 Rantepao
mengemukakan bahwa :
Dengan adanya tambahan gaji beliau bisa lebih focus dalam melaksanakan proses pembelajaran karena dengan adanya tambahan gaji, kebutuhan dapat terpenuhi, dan kesejahteraan ekonomi pun bertambah. (Bk, Mei 2016)
29
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di SD Negeri 6 Denpina, beliau
mengemukakan bahwa :
Guru PJOK yang ada di SD Negeri 6 Denpina sudah sertifikasi hal ini menurut saya sudah sangat bagus karena dengan menerima tambahan gaji dari hasil sertifikasi ini, kebutuhan guru PJOK lebih terpenuhi lagi sehingga memiliki motivasi dan dorongan untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. (Am, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengatakan bahwa:
Sebelum menerima gaji sertifikasi beliau merasa biaya hidupnya tidak berkecukupan, namun setelah menerima tambahan gaji melalui sertifikasi biaya hidup keluarga beliau dapat terpenuhi dan semangat beliau dalam melaksanakan proses belajar mengajar meningkat. (Nk, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa :
Dengan gaji yang lumayan cukup, maka kinerja guru pun akan lumayan baik, apalagi beliau sudah menerima gaji sertifikasi sebagai tambahan penghasilan yang dapat memenuhi kebutuhan beliau. Sehingga motivasi mengajar dapat meningkat dan proses belajar mengajar semakin lancar. (Dr, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK beliau mengemukakan bahwa :
“Gaji yang saya terima sesuai dengan beban kinerja saya, karena saya menerima gaji sertifikasi yang dapat menambah penghasilan saya sehingga kebutuhan dalam keluarga dapat terpenuhi, selain itu dengan adanya gaji tambahan ini membuat saya lebih semangat lagi mengajar dan memiliki keinginan untuk memperbaiki kinerja menuju pelaksanaan proses pembelajaran yang lebh baik. (Atl, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa:
Saya pikir dengan adanya tambahan gaji bagi guru PJOK yang sudah mendapat sertifikasi sanagt bagus karena kebutuhan beliau dapat terpenuhi dan perekonomian guru PJOK juga meningkat. Hal ini dapat mendorong guru PJOK untuk lebih baik dan lebih semangat lagi dalam mengajar, selain itu juga beliau yang sudah sertifikasi dapat dikatakan sebagai guru yang professional yang diharuskan terampil dalam mengajar. (Zrl, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK beliau mengemukakan bahwa:
“Gaji yang saya terima setelah bersertifikat pendidik sudah lumayan, selain kebutuhan hidup dalam keluarga terpenuhi, ekonomi dalam
30
keluarga pun meningkat. Hal ini bisa mendorong semangat yang tinggi untuk melaksanakan proses belajar-mengajar di Sekolah. (Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekoalh lainnya di SD
Negeri 5 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa :
Kalau saya melihat sudah sangat bagus utamanya para guru PJOK yang sudah bersertifikat dalam hal peningkatan mutu pendidikan dan kinerja dapat lebih meningkat dan berusaha lebih baik dan terampil dalam mengajar karena adanya tambahan pengahasilan yang berdampak pada kesejahteraan para guru. (Yip, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengemukakan bahwa :
“Gaji yang saya terima sesuai dengan beban kinerja saya, dengan menerima gaji sertifikasi yang dapat menambah penghasilan saya, kebutuhan dalam keluarga dapat terpenuhi, selain itu dengan adanya gaji tambahan ini membuat saya lebih semangat lagi mengajar dan memiliki keinginan untuk memperbaiki kinerja menuju pelaksanaan proses pembelajaran yang lebh baik. (Yp, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa:
Dengan adanya tambahan gaji bagi guru PJOK yang sudah mendapat sertifikasi sanagat bagus karena kebutuhan beliau dapat terpenuhi dan perekonomian guru PJOK juga meningkat. Hal ini dapat mendorong guru PJOK untuk lebih baik dan lebih semangat lagi dalam mengajar. (L, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengemukakan bahwa:
“Gaji yang saya terima setelah bersertifikat pendidik sudah lumayan, selain kebutuhan hidup dalam keluarga terpenuhi, ekonomi dalam keluarga pun meningkat. Hal ini bisa mendorong semangat kerja yang tinggi untuk melaksanakan proses belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. (Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya di SD
Negeri 6 Tikala, beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK di SD Negeri 6 Tikala sudah sertifikasi yang dapat membantu penghasilan guru PJOK agar dapat termotivasi dalam mengajar, akan tetapi hal ini sepertinya guru PJOK SD Negeri 6 Tikala ini belum berkecukupan atau karena faktor lain sehingga kinerja guru PJOK tidak sebanding dengan gaji yang diterimanya. (Rs, Mei 2016)
Wawancara pada rekan guru lainnya, beliau mengatakan bahwa:
31
Guru PJOK yang ada disini kinerjanya kurang bagus, dilihat dari segi kehadirannya, beliau jarang masuk mengajar, sementara guru PJOK tersebut sudah sertifikasi yang dutuntut mengajar minimal 24 jam pelajaran, yang boleh dikata hampir setiap hari datang namun hal itu tidak sesuai dengan harapan. ( , Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD
Negeri 8 Kesu, beliau mengemukakan bahwa :
Kalau saya melihat guru PJOK di SD Negeri 8 Kesu ini masih Honorer, dan beliau masih dalam tahap mencari pengalaman mengajar tetapi saya sebagai kepala Sekolah SD Negeri 8 Kesu tetap menghargai usaha beliau dan saya memberikan gaji sesuai dengan kesepakatan beliau begitupun dengan jam mengajar yang diberikan disesuaikan dengan gaji beliau sehingga tidak ada kesenjangan di dalamnya dan beliau tetap semangat melaksanakan proses belajar mengajar (Yp, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengemukakan bahwa :
“Gaji yang saya terima walaupun saya masih honorer dengan gaji pas-pas dari Kepala Sekolah tetapi itu bukan persoalan bagi saya yang terpenting adalah mengajar dengan ikhlas sehingga hasil yang diharapkan mudah tercapai. (Mrm, Mei 2016)
4. Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru PJOK di SD
Negeri Kabupaten Toraja Utara
a. Faktor Internal
1) Kepribadian
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah, beliau mengemukakan bahwa:
Seharusnya setiap guru PJOK yang bersertifikat maupun yang belum bersertifikat harus memiliki kepribadian yang baik. Karena mereka adalah seorang pendidik yang menjadi suri tauladan bagi siswa dan lingkungan masyarakat disekitarnya. Hanya saja untuk hal demikian ini dikembalikan pada pribadi guru masing-masing dan tentunya setiap guru memiliki kepribadian yang berbeda-beda, di SD Negeri 3 Rantepao saya menganggap bahwa mereka memiliki kepribadian yang baik dan dapat menjadi contoh bagi siswa dan siswi di sekolah. (Pb, Mei 2016)
Hal senada dikemukakan oleh guru PJOK SD Negeri 3 Rantepao, beliau
mengemukakan bahwa:
Menurut saya seorang guru professional disamping dia harus memiliki keterampilan mengajar yang professional juga harus ditunjang dengan
32
kepribadian yang baik dan berprilaku yang baik dan mampu membedakan mana kalah berhadapan dengan siswa dan guru lainnya. (Aap, Mei 2016)
Selanjutnya, hasil wawancara dengan guru PJOK lainnya di SD Negeri 3
Rantepao, beliau mengemukakan bahwa :
“Menurut saya Kepribadian seseorang tergantung dengan pribadi masing-masing namun pada umumnya sebagai pendidik harus memiliki kepribadian yang baik yang bisa dijadikan sebagi tauladan bagi siswa siswinya. (Bk, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya di SD Negeri
6 Denpina, beliau mengemukakan bahwa:
Kalau saya melihat guru PJOK di SD Negeri 6 Denpina memiliki kepribadian yang berbeda-beda, tergantung pribadi masing-masing tetapi pada umumnya guru PJOK disekolah ini sudah dapat dijadikan sebagai panutan terhadap siswa siswinya. (Am, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, ia mengatakan:
“kepribadian seorang guru PJOK nampak sesuai dengan keadaan guru tersebut, dimana mereka yang memiliki keterampilan dan menjadi guru yang professional memiliki pribadi yang lebih baik. (Nk, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya di SD Negeri 8
Rantebua, ia mengatakan:
Untuk meningkatkan kinerja guru yang baik salah satunya dengan mempunyai kepribadian yang baik pula utamanya aktifitas guru di dalam kelas dan luar kelas bagaimana siswa bisa dijadikan teman dalam belajar agar mereka mampu menyerap pelajaran yang diberikan. (Dr, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas, hasil wawancara dengan guru PJOK SD Negeri
8 Rantebua, beliau mengemukakan bahwa:
Kepribadian itu tergantung diri sendiri, bagaimana melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa agar dapat menerima kita sebagai guru PJOK yang sopan di depan mereka. (Atl, Mei 2016)
Sejalan dengan hal diatas, hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di SD
Negeri 4 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa :
Kinerja guru merupakan bentuk dari tanggungjawab guru sebagai pengajar, guru PJOK yang memiliki keterampilan mengajar yang kurang juga dapat terpengaruh dengan kepribadian seseorang. (Zrl, Mei 2016)
33
Senada dengan hal diatas hasil wawancara dengan guru PJOK di SD
Negeri 4 Sanggalngi, beliau mengemukakan bahwa ;
Kepribadian tidak bisa dinilai oleh diri-sendiri, namun pada dasarnya
setiap guru PJOK berusaha memiliki kepribadian yang baik. (Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 5
Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa:
Sebaiknya setiap guru PJOK yang sudah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat harus memiliki kepribadian yang baik. Karena mereka adalah seorang pendidik yang menjadi suri tauladan bagi siswa dan lingkungan masyarakat disekitarnya. Hanya saja untuk hal demikian ini dikembalikan pada pribadi guru masing-masing dan tentunya setiap guru memiliki kepribadian yang berbeda-beda, di SD Negeri 5 Sanggalangi saya menganggap bahwa mereka memiliki kepribadian yang baik dan dapat menjadi contoh bagi siswa dan siswi di sekolah. (Yip, Mei 2016)
Hal senada dikemukakan oleh guru PJOK SD Negeri 5 Sanggalangi,
beliau mengemukakan bahwa: Kepribadian itu tergantung diri sendiri bagaimana
melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa agar dapat menerima sebagai
guru PJOK yang sopan di depan mereka. (Yp, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 3
Sanggalangi, beliau mengatakan:
Untuk meningkatkan kinerja guru yang baik salah satunya dengan
mempunyai kepribadian yang baik pula utamanya aktifitas guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (L, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas, hasil wawancara dengan guru PJOK SD Negeri
3 Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa:
Kepribadian tidak bisa dinilai oleh diri-sendiri, namun pada dasarnya setiap guru PJOK berusaha memiliki kepribadian yang baik. Kepribadian itu tergantung diri sendiri bagaimana melakukan pendekatan-pendekatan kepada siswa agar dapat menerima sebagai guru PJOK yang sopan di depan mereka. (Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 6 Tikala,
beliau mengemukakan bahwa:
Sebaiknya setiap guru PJOK yang sudah bersertifikat maupun yang belum bersertifikat harus memiliki kepribadian yang baik. Hanya saja untuk hal demikian ini dikembalikan pada pribadi guru masing-masing dan tentunya
34
setiap guru PJOK memiliki kepribadian yang berbeda-beda, di SD Negeri 6 Tikala, saya menganggap bahwa mereka memiliki kepribadian yang kurang yang tidak pantas diteladani oleh siswa siswinya seperti malas masuk mengajar, dan kurang bertanggung jawab. (Rs, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya
mengemukakan bahwa :
Guru PJOK sebaiknya memperbaiki kinerjanya serta cara mengajar beliau
sebagai salah satu bagian dari pribadi seorang guru PJOK yang baik yang dapat
menjadi teladan. (Yp, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas, hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau
mengatakan bahwa :
“Menurut saya Kepribadian seorang guru PJOK tergantung dengan pribadi masing-masing namun pada umumnya sebagai pendidik harus memiliki kepribadian yang baik yang bisa dijadikan sebagi tauladan bagi siswa siswinya. (Mrm, Mei 2016)
Untuk lebih memperkuat data yang didapatkan dari beberapa informan,
maka peneliti melakukan triangulasi dengan tim penilai, beliau mengatakan
bahwa:
“Kepribadian dan karakter guru-guru di Sekolah Dasar di Kabupaten Toraja Utara sesuai sampel yang diambil masing-masing dua sekolah berdasarkan pembagian lima wilayah yaitu barat, utara, timur, selatan dan bagian tengah itu berbeda-beda, terutama dalam menghadapi siswa siswi dalam proses pelaksanaan pembelajaran.” (J, Mei 2016)
2) Faktor umur
Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki tanggung
jawab yang besar. Setiap hari guru mengajar di ruangan dan di luar kelas, karena
seorang guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus mengajarkan
praktek kepada muridnya sesuai dengan materi yang telah diberikan sebelumnya.
Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan harus butuh tenaga bersar ketika
mengajar karena pada saat mengajar di lapangan memberikan praktek, guru
memberikan contoh ketika siswanya belum mengerti. Tetapi apa daya ketika guru
pendidikan jasmani dan olahraga yang mengajarkan praktek sudah tua, maka guru
tersebut akan merasa sulit ketika akan mencontohkan gerakan-gerakan yang sulit
35
karena dismping umur sudah tua yang otomatis fisik sudah menurun, juga otot-
otot sudah mulai kaku dalam melakukan gerakan yang sulit. Hal ini akan
berpengaruh terhadap kualitas penigkatan kinerja guru.
3) Rendahnya pemahaman strategi pembelajaran
Rendahnya pemahaman bagi guru akan membuat guru sulit dalam
melaksanakan pembelajaran dengan baik. Guru yang memiliki pemikiran yang
sempit tentang pembelajaran membuat guru susah berkreasi dan kurang kreatif
dalam mengajar. Di Kabupaten Toraja Utara, sebagian guru mengajar seperti
tertekan dan takut salah, sehingga guru mengajar tidak berani membuat hal-hal
baru. Apa yang pernah dialami waktu di bangku sekolah sampai selesai
perkuliahan itulah yang dilakukan oleh sebagian guru. Khususnya guru
pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan ketika mengajarkan praktek salah satu
cabang olahraga, pemahaman guru masih kurang. Sebagai contoh ketika siswa
melakukan pemanasan lari, hampir semua guru PJOK beragapan bahwa lari harus
di lapangan yang luas yang berukuran lapangan sepak bola, padahal dalam
pemelajaran penjas khususnya lari tidak selamanya membutuhkan lapanagan yang
luas. Misalkan saja siswa akan disuruh lari dengan jarak 100 meter, maka ini
dapat dilakukan di halaman sekolah yang berjarak 5 sampai 10 meter. Namun
karena kurangnya pemahaman guru, khususnya guru PJOK, sehingga ada
sebagian guru PJOK yag mengeluh dengan kondisi lapangan yang kecil.
4) Keterampilan Mengajar
Hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Negeri 3 Rantepao terkait
dengan hal ini, beliau mengatakan bahwa:
Pada dasarnya keterampilan mengajar guru di SD Negeri 3 Rantepao sudah baik, ini disebabkan karena disamping motivasi guru PJOK ini telah lulus sertifikasi guru dimana guru dituntut untuk mampu menggunakan media dalam melaksanakan proses pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk sebagi guru yang profesional. (Pb, Mei 2016)
Hal senada dikemukakan oleh guru PJOK , beliau mengatakan bahwa:
Keterampilan mengajar oleh guru PJOK berbeda-beda baik itu dari segi
keterampilan maupun cara mengajar serta metode yang digunakan dalam
melaksanakan proses pembelajaran. (Aap, Mei 2016)
36
Selanjutnya hasil wawancara guru PJOK lainnya, beliau mengatakan
bahwa:
Keterampilan seorang guru PJOK dalam mengajar berbeda-beda
dikembalikan pada individu masing-masing karena tidak semua guru dalam
mengajar mempunyai metode yang sama. (Bk, Mei 2016)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan kepala Sekolah lainnya di
SD Negeri 6 Denpina, beliau mengemukakan bahwa :
Guru PJOK di SD Negeri 6 Denpina telah bersertifikat, sehingga memiliki keterampilan mengajar yang baik, namun masih ada yang perlu ditingkatkan agar lebih baik seperti ketersediaan perangkat pembelajarannya. (Am, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, ia mengatakan:
Secara teoritis keterampilan mengajar guru PJOK yang bersertifikat tidak diragukan lagi karena untuk menjadi guru profesional mereka telah melalui tahapan-tahapan yang pada intinya memberikan pemahaman kepada mereka tentang sistem pembelajaran yang professional namun di prakteknya sebagai guru PJOK pelatihan-pelatihan tertentu. (Nk, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, di SD
Negeri 8 Rantebua, beliau mengatakan bahwa :
Guru PJOK yang terampil mengajar juga harus didukung oleh kinerja yang
baik serta penguasaan materi. (Dr, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas, guru PJOK SD Negeri 8 Rantebua
mengemukakan bahwa :
Menjadi terampil mengajar itu perlu, jadi sebelum saya mengajar tentunya harus menguasai bahan ajarnya, tujuan pembelajaran yang akan saya lakukan karena apabila kita mengajar tidak menguasai materinya maka kita akan kewalahan sendiri. (Atl, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya, ia
mengatakan bahwa:
“Keterampilan mengajar mungkin kembali kepada individunya masing-
masing karena setiap guru metode-metode mengajarnya berbeda.” (Zrl, Mei 2016)
Senada dengan hal diatas guru PJOK, mengatakan bahwa :
37
Keterampilan mengajar guru PJOK yang sudah bersertifikat tidak diragukan lagi karena untuk menjadi guru profesional mereka telah melalui tahapan-tahapan yang pada intinya memberikan pemahaman kepada mereka tentang sistem pembelajaran yang professional namun di prakteknya sebagai guru PJOK masih perlu ikut pelatihan-pelatihan tertentu. (Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara Kepala Sekolah SD Negeri 5 Sanggalangi,
beliau mengemukakan bahwa :
Pada dasarnya keterampilan mengajar guru di SD Negeri 5 Sanggalangi sudah baik, hal ini disebabkan adanya motivasi yang tinggi selain itu beliau telah lulus sertifikasi guru dimana guru dituntut untuk mampu menggunakan media dalam melaksanakan proses pembelajaran yang merupakan salah satu bentuk sebagi guru yang profesional. (Yip, Mei 2016)
Hal senada dikemukakan oleh guru PJOK , beliau mengatakan bahwa:
Keterampilan seorang guru PJOK dalam mengajar berbeda-beda
dikembalikan pada individu masing-masing karena tidak semua guru dalam
mengajar mempunyai metode yang sama. (Yp, Mei 2016)
Hal ini sejalan dengan hasil wawancara Kepala Sekolah SD Negeri 3
Sanggalangi, beliau mengatakan :
Guru PJOK di SD Negeri 3 Sanggalangi telah bersertifikat, sehingga memiliki keterampilan mengajar yang baik, namun masih ada yang perlu ditingkatkan agar lebih baik seperti ketersediaan perangkat pembelajarannya. (L, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, ia mengatakan:
Keterampilan seorang guru PJOK dalam mengajar berbeda-beda dikembalikan pada individu masing-masing karena tidak semua guru dalam mengajar mempunyai metode yang sama dalam memberikan pelajaran terhadap siswa siswi. (Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan kepala sekolah lainnya, di SD Negeri
6 Tikala, beliau mengatakan bahwa:
“Keterampilan mengajar mungkin kembali kepada individunya masing-
masing karena setiap guru metode-metode mengajarnya berbeda.” (Rs, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 8 Kesu,
beliau mengatakan bahwa :
38
Guru PJOK yang terampil mengajar juga harus didukung oleh kinerja yang
baik serta penguasaan materi. (Yp, Mei 2016)
Untuk lebih memperkuat data yang didapatkan dari beberapa informasi,
maka peneliti melakukan triangulasi dengan tim penilai, beliau mengatakan:
“Keterampilan mengajar oleh guru PJOK berbeda-beda baik itu dari segi
keterampilan maupun cara mengajar serta metode yang diberikan kepada siswa
dikelas maupun di lapangan.” (J, Mei 2016)
Dari hasil wawancara diatas didapat informasi bahwa setiap guru PJOK
Sekolah Dasar Negeri menggunakan metode dalam mengajar berbeda-beda
dalam hal penguasaan bahan, penyusunan program pengajaran serta menilai
proses dan hasil belajar.
Dari beberapa wawancara diatas yang dapat peneliti simpulkan bahwa
keterampilan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi keharusan bagi
guru untuk dimiliki dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa keterampilan
mengajar yang baik sangat tidak mungkin guru mampu melakukan inovasi atau
kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum, yang pada gilirannya memberikan
rasa bosan bagi guru maupun siswa untuk menjalankan tugas dan fungsi masing-
masing.
b. Faktor Eksternal
1) Gaji
Hasil wawancara dengan kepala sekolah SD Negeri 3 Rantepao terkait
dengan hal ini, beliau mengatakan:
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah kesejahteran, adanya tunjangan sertifikasi dengan besaran 1 kali gaji pokok tentunya akan berdampak pada peningkatan kinerja guru PJOK yang bersertifikat di sekolah ini. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan administrasi mengajar serta penggunaan media sehingga efektifitas pembelajaran dapat terwujud. (Pb, Mei 2016)
Hal senada dikemukakan oleh guru PJOK, beliau mengemukakan:
Dengan adanya tunjangan sertifikasi bagi guru-guru bersertifikat sangat mempengaruhi kinerja dari guru-guru bersertifikat seperti dalam hal peningkatan mutu mereka bisa membeli alat penunjang dalam proses belajar mengajar di kelas maupun diluar kelas dan memenuhi kehidupan ekonomi keluarga. (Aap, Mei 2016).
39
Hasil wawancara dengan guru bersertifikasi, ia mengatakan:
Saya dan beberapa guru PJOK lainnya yang bersertifikasi telah merasakan menerima tunjangan sertifikasi yang besaran 1 kali gaji pokok. Hal ini tentunya menjadi berkah buat kami, tetapi dengan tunjangan tersebut kami memiliki tanggung jawab profesi dalam meningkatkan keterampilan mengajar lewat kinerja yang baik. (Bk, Mei 2016)
Kemudian hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 6 Denpina,
ia mengatakan:
“Dengan adanya tunjangan sertifikat bagi guru PJOK yaitu 1 kali gaji
pokok setiap bulan terhadap guru bersertifikat, beliau merasa senang karena
sangat membantu ekonomi keluarganya.”(Am, Mei 2016).
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru PJOK lainnya, ia mengatakan
bahwa:
“Saya pribadi sangat senang karena dapat membantu ekonomi keluarga.”
(Nk, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara denagn Kepala Sekolah lainnya di SD Negeri
8 Rantebua, mengemukakan bahwa :
Salah satu penunjang untuk memperbaiki keterampilan mengajar guru PJOK adalah adanya pendapatan tambahan sertifikasi terutama bagi guru yang sudah bersertifikat karena dengan gaji sertifikasi kebutuhan guru PJOK lebih terpenuhi. (Dr, Mei 2016)
Senada dengan hasil wawancara dengan guru PJOK, beliau mengatakan
bahwa :
Guru PJOK yang bersertifikasi telah merasakan menerima tunjangan sertifikasi yang besaran 1 kali gaji pokok. Hal ini tentunya menjadi berkah buat kami, tetapi dengan tunjangan tersebut kami memiliki tanggung jawab profesi dalam meningkatkan keterampilan mengajar lewat kinerja yang baik. (Atl, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara denagn Kepala Sekolah lainnya di SD Negeri
4 Sanggalangi, mengemukakan bahwa :
“Dengan adanya tunjangan sertifikat bagi guru PJOK yang sudah
bersertifikat, beliau merasa senang karena sangat membantu ekonomi
keluarganya.”(Zrl, Mei 2016).
40
Selanjutnya hasil wawancara dengan guru PJOK, ia mengatakan bahwa:
“Saya pribadi sebagai guru PJOK yang bersertifikat pendidik sangat
senang karena dapat membantu ekonomi keluarga.” (Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 5
Sanggalangi, beliau mengatakan :
Faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang adalah kesejahteran, adanya tunjangan sertifikasi dengan besaran 1 kali gaji pokok tentunya akan berdampak pada peningkatan kinerja guru PJOK yang bersertifikat di sekolah ini. Hal ini dapat dilihat dari kelengkapan administrasi mengajar serta penggunaan media sehingga efektifitas pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran. (Yip, Mei 2016)
Hal sejalan yang dikemukakan oleh guru PJOK, beliau mengemukakan:
Kinerja guru dapat dipengaruhi oleh adanya tunjangan sertifikasi guru dalam hal peningkatan mutu pendidikan dalam proses belajar mengajar di kelas maupun diluar kelas dan memenuhi kehidupan ekonomi keluarga. (Yp, Mei 2016).
Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 3 Sanggalangi, ia
mengatakan:
Keterampilan mengajar guru dapat dipengaruhi oleh pendapatan seseorang yang berkecukupan dalam hidupnya, karena kebutuhan beliau seperti alat peraga yang digunakan dapat dibeli sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. (L, Mei 2016)
Senada dengan hal tersebut, guru PJOK mengatakan :
Dengan adanya tunjangan sertifikasi yang saya terima, maka kebutuhan
ekonomi dalam keluarga saya dapat terpenuhi, sehingga mendorong semangat
dalam melaksanakan proses belajar mengajar. (Yb, Mei 2016)
Selanjutnya, hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya di SD
Negeri 6 Tikala, beliau mengemukakan bahwa :
Salah satu penunjang untuk memperbaiki keterampilan mengajar guru PJOK adalah adanya pendapatan tambahan sertifikasi terutama bagi guru yang sudah bersertifikat karena dengan gaji sertifikasi kebutuhan guru PJOK lebih terpenuhi. (Rs, Mei 2016)
Hal ini senada dengan hasil wawancara guru PJOK, beliau mengatakan :
41
“Saya pribadi sebagai guru PJOK yang bersertifikat pendidik sangat
senang karena dapat membantu ekonomi keluarga.” (Bp, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di SD Negeri 8
Kesu, beliau mengemukakan bahwa:
Keterampilan mengajar guru dapat dipengaruhi oleh pendapatan seseorang yang berkecukupan dalam hidupnya, karena kebutuhan beliau seperti alat peraga yang digunakan dapat dibeli sehingga proses pembelajaran berjalan lancar. (Yp, Mei 2016)
Senada dengan hal ini, hasil wawancara dengan guru PJOK, ia
mengatakan :
“Saya sebelum mengajar terlebih dahulu saya menguasai materi pembelajaran serta menyusun perangkat pembelajaran yang akan diajarkan pada saat itu sehingga pada saat memberikan materi baik di kelas maupun di lapangan dapat berjalan lancar”. (Mrm, Mei 2016)
Untuk lebih memperkuat data yang didapatkan dari beberapa informasi,
maka peneliti melakukan triangulasi dengan salah satu tim penilai, beliau
mengatakan:
“Kalau saya melihat tunjangan sertifikasi untuk guru-guru PJOK yang sudah bersertifikat sangat membantu mereka khususnya ekonomi keluarga, kedisiplinan kerja dan kedisiplinan administrasi akademik juga meningkat sehingga guru-guru PJOK yang bersertifikat memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap peningkatan mutu pendidikan.” (J, Mei 2016)
Dari beberapa wawancara diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
untuk mengoptimalkan kinerja guru langkah yang perlu dilakukan adalah
memberikan gaji yang layak sesuai dengan tingkat kerja yang diharapkan. Selain
itu, perlu juga diberikan kompensasi bentuk lain untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya. Walaupun kebutuhan pendidikan telah dibuat sebaik mungkin
kalau tidak dibarengi dengan peningkatan gaji guru, mutu pendidikan akan sulit
meningkat. Sekolah Dasar Negeri yang ada di Kabupaten Toraja Utara dengan
adanya tambahan gaji maka guru-guru PJOK yang bersertifikat sudah merasa
cukup, tinggal bagaimana mereka melaksanakan tugas dan tanggung jawab
terhadap peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.
2) Sarana dan Prasarana
42
Sarana dan Prasarana sebagai salah satu penunjang keberhasilan
pendidikan utamanya dalam kelancaran proses belajar mengajar. Hasil wawancara
dengan kepala sekolah SD Negeri 3 Rantepao terkait dengan hal ini, beliau
mengatakan:
Sarana dan Prasarana sekolah adalah merupakan penunjang terlaksananya proses pembelajaran, peningkatan kinerja guru akan sangat terbantu dengan tersedianya sarana dan prasarana yang dapat menunjang efektifitas pembelajaran di sekolah ini. (Pb, Mei 2016)
Hasil wawancara dengan guru PJOK, ia mengatakan bahwa:
Sarana dan Prasarana penunjang di SD Negeri 3 Rantepao sudah cukup memadai dalam membantu meningkatkan kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran, namun hal tersebut disadari masih perlu peningkatan dan penyediaan sarana yang lebih baik. (Aap, Mei 2016)
Hal senada dikemukakan oleh guru PJOK lainnya SD Negeri 3 Rantepao,
beliau mengemukakan bahwa:
Sarana dan Prasarana di SD Negeri 3 Rantepao sudah memenuhi standar
tetapi mungkin masih kurang seperti ruang kelas perlu di tambah supaya semua
siswa dapat masuk pagi semua tidak ada lagi yang masuk siang . (Bk, Mei 2016)
Kemudian hasil wawancara dengan Kepala Sekolah lainnya di SD Negeri
6 Denpina, ia mengatakan bahwa:
“Sarana dan Prasarana di sekolah ini sudah menunjang proses belajar
mengajar tetapi masih perlu dibenahi.” (Am, Mei 2016)
Selanjutnya wawaancara dengan guru PJOK lainnya, ia mengatakan:
“Lingkungan kerja yang kondusif menjadi harapan bagi semua guru khususnya
dengan pengadaan sarana penunjang pembelajaran yang dapat membuat suasana
pembelajaran lebih nyaman.” (Nk, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 8
Rantebua, beliau mengatakan :
Sarana dan Prasarana penunjang di SD Negeri 8 Rantebua sudah cukup memadai dalam membantu meningkatkan kinerja guru dalam melakukan proses pembelajaran, namun hal tersebut disadari masih perlu peningkatan dan penyediaan sarana yang lebih baik. (Dr, Mei 2016)
Senada dengan hasil wawancara guru PJOK, ia mengatakan :
43
Belum memadainya sarana dan prasarana seperti tempat print out yang
belum ada membuat guru-guru merasa sulit ketika hendak melakukan print out
soal-soal pelajaran atau perangkat pembelajaran. (Atl, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah Lainnya di SD
Negeri 4 Sanggalangi, ia mengatakan :
“Sarana dan Prasarana di sekolah ini sudah menunjang proses belajar
mengajar tetapi masih perlu dibenahi.” (Zrl, Mei 2016)
Selanjutnya wawaancara dengan guru PJOK lainnya, ia mengatakan:
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka perlu di
dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. (Ssb, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 5
Sanggalangi, beliau mengemukakan bahwa :
“Lingkungan kerja yang lebih kondusif menjadi harapan guru khususnya
guru PJOK dengan pengadaan sarana penunjang pembelajaran yang dapat
membuat suasana pembelajaran lebih nyaman.” (Yip, Mei 2016)
Senada dengan hasil wawancara guru PJOK, beliau mengatakan :
Suasana mengajar yang tentram dan nyaman perlu didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai. (Yp, Mei 2016)
Hal ini serjalan dengan hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD
Negeri 3 Sanggalangi, beliau mengatakan :
Agar guru PJOK dapat mengajar dengan baik, maka perlu di dukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. (L, Mei 2016)
Senada dengan hal tersebut, hasil wawancara guru PJOK, ia mengatakan
bahwa :
“Sarana dan Prasarana di sekolah ini sudah menunjang proses belajar
mengajar tetapi masih perlu dibenahi.” (Yr, Mei 2016)
Selanjutnya hasil wawancara dengan Kepala Sekolah SD Negeri 6 Tikala,
beliau mengatakan bahwa :
Untuk mencapai proses belajar mengajar yang baik, maka perlu untuk
ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. (Rs, Mei 2016)
44
Selanjutnya dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan Kepala Sekolah
lainnya di SD Negeri 8 Kesu, ia mengatakan :
Sarana dan Prasarana di sekolah ini sudah menunjang proses belajar
mengajar tetapi masih perlu dibenahi.” (Yp, Mei 2016)
Selanjutnya wawaancara dengan guru PJOK lainnya, ia mengatakan:
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka perlu di
dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. (Mrm, Mei 2016)
Untuk lebih memperkuat data yang didapatkan dari beberapa informan,
maka peneliti melakukan triangulasi dengan tim penilai, beliau mengatakan:
Sarana dan Prasarana di Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Toraja Utara
belum sepenuhnya terpenuhi seperti ruang kelas masih perlu penambahan, alat
printer, LCD, lapangan.
Dari beberapa wawancara diatas maka dapat peneliti simpulkan bahwa
sarana dan prasarana sekolah sangat menunjang pekerjaan guru. Kita bisa
membandingkan antara guru yang dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai
dengan guru yang tidak dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai. Guru
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai akan menunjukkan
kinerja dan keterampilannya yang lebih baik daripada guru yang tidak dilengkapi
dengan sarana dan prasarana yang memadai. Kualitas sarana dan prasarana
hendaknya mengikuti perkembangan teknologi yang lebih muktahir. Artinya,
sarana dan prasarana yang digunakan haruslah sarana dan prasarana yang modern
yang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
D. KESIMPULAN
Guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan SD Negeri yang terdapat
di Kabupaten Toraja Utara memiliki keterampilan mengajar yang masih kurang
dan perlu untuk ditingkatkan. Sesuai dengan hasil yang telah dikumpulkan oleh
peneliti yang dilaksanakan di Kabupaten Toraja Utara ini, dimana peneliti
mengambil sampel dengan cara membagi kedalam lima wilayah yaitu (1) wilayah
barat, (2) wilayah utara, (3) wilayah timur, (4) wilayah selatan dan (5) wilayah
tengah, masing masing wilayah terdiri dari dua orang guru pendidikan jasmani
45
olahraga dan kesehatan dan diketahui bahwa masih ada empat guru yang dapat
dinilai masih kurang terampil dalam melaksanakan pembelajaran dengan baik
dilihat dari kinerja guru tersebut. Diantara keempat guru tersebut antara lain
adalah (1) guru PJOK SD Negeri 4 Sanggalangi, (2) guru SD Negeri 6 Tikala, (3)
guru PJOK SD Negeri 3 Sanggalangi dan (4) SD Negeri 6 Denpina.
Jadi keterampilan mengajar guru pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan SD Negeri di Kabupaten Toraja Utara ini dari 10 guru yang diambil
sebagai sampel baru 6 guru PJOK yang di nilai bisa melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran ( 6: 4) atau 60% : 40%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkat tidaknya kinerja sebagai
salah satu pendukung keterampilan mengajar guru PJOK SD Negeri di Kabupaten
Toraja Utara adalah faktor internal yaitu : (1) kepribadian, (2) faktor umur, (3)
rendahnya tentang pemahaman strategi pembelajaran oleh guru, (4) keterampilan
mengajar, dan faktor eksternal adalah (1) besarnya gaji,dan (2) sarana dan
prasarana.
Saran
Perlunya pemerintah Dinas Pendidikan Kabupaten Toraja Utara untuk
lebih memperhatikan kualitas guru demi untuk meningkatkan mutu pendidikan,
khususnya guru PJOK SD Negeri yang ada di Kabupaten Toraja Utara ini. Guru
PJOK SD Negeri di Kabupaten Toraja Utara ini perlu diadakan pelatihan-
pelatihan bagi guru agar guru-guru khususnya guru PJOK memiliki keterampilan
yang baik dan menjadi guru yang berkualitas. Terutama guru-guru yang memiliki
keterampilan dan pemahaman strategi pembelajaran yang rendah ini sangat
penting untuk ikut pelatihan-pelatihan.
46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi ,(2006:194). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:Jakarta.
Asrori. (2009:6). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Wacana Prima
Bantan English Dictionari (Rivai, 2005: 14). Performance Appraisal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Burhan Bungin, (2007: 115). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Danim. 2002. Kinerja staf dan Organisasi, Bandung: Cv Pustaka Setia.
Daryanto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Gitosudarmo, Indriyo dan Mulyono, Agus.1996. Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Griffin, R.W. (1987). Management, Second Edition, Boston: Houhton Mifflin Press.
Husdarta (2009). Manajemen Pendidikan Jasmani. Penerbit. Alfabeta. Bandung
. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani, Jakarta: Rineka Cipta.
. (2011). Psikologi Olahraga. Bandung: ALFABETA.
Ihsan, A & Hasmiyati. 2011. Manajemen Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan . Makassar : Badan Penerbit UNM.
Krisna. 2010. Pembelajaran & Kinerja Guru, Bandung: Alfabeta
Kirkpatrick & Nixon (Sagala, 2011:179). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alphabeta
Kusnandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers
Koswara, Deni dan Halimah, ( 2008:101). Bagaimana Menjadi Guru Kreatif.Bandung:PT Pribumi mekar
Lutan (Husdarta ), 2009:80. Manajemen Pendidikan Jasmani. Penerbit. Alfabeta. Bandung
47
Mangukunegara, A. A. Anwar Prabu, (2000:67). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT Remaja Rosda Karya, Bandung
, 2006. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika Aditema
Maslow, Abraham H., 1984. Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan Manusia, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta
Moleong, 2007. Metodologi Pendidikan Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
Mulyasa (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep,Karakteristik, dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
, 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
, (2007: 9). Kurikulum tingkat satuan pendidikan: sebuah panduan praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhibbin Syah. (2010: 136). Psikologi Pendidikan.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Peraturan Pemerintah RI NO. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Pidarta, 1999. Pemikiran tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT. Bina Aksara.
Purwanto. 2003. Psikolgi Pendidikan , Remaja Rosda Karya: Jakarta
Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta : Primada Media.
Salam, Sofyan., & Bangkona, Deri. (2012). Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Sagala, (2007:38). Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta : Bandung
Slameto. (2010). Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Sutermeister (Riduwan dan Sunarto), 2010: 356. Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan Sosial–Ekonomi dan Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
48
Sugiyono.(2010:309).Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Stolovitch H.D., & Keeps. (1992 ), Handbook of Human Performance Technology. Jossey-Bass Publisher.
Supriadi (Mulyasa. 2007: 11). Menjadi Guru Profesional menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung : Rosdakarya
Surya, Moh. (2004:122). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Sulistyorini, 2001. Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi dengan Kinerja Guru. Ilmu Pendidikan.
Suherman, (2009:60). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani.
Bandung:Bintang Warli Artika.
Sukmadinata, (2010: 60). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Subroto, Suryo. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : rineka Cipta.
Sukadi. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional.
Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.
Usman, 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda.