.XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan...

183

Transcript of .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan...

Page 1: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Kumpulan AbstrakGelar Hasil Riset dan Inovasi Teknologi Kelautan dan PerikananTahun 2017

Page 2: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1 | P a g e

BUDIDAYA RUMPUT LAUT Kappaficus alvarezii TERINTEGERASI DENGAN KEBUN

BIBIT RUMPUT LAUT DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR, NUSA TENGGARA

BARAT

Oleh:

Bambang Priono*)

, Petrus Rani Pong-Massak**)

dan Endhay Kusnendar***)

*) Peneliti pada Puslitbang Perikanan Budidaya, Jakarta

**) Peneliti Loka Litbang Budidaya Rumput Laut, Gorontalo

***) Perekayasa Utama pada Puslitbang Perikanan Budidaya, Jakarta

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Usaha budidaya rumput laut telah berkembang demikian pesatnya, terutama di kawasan timur Indonesia,

namun produktivitasnya sangat berfluktuasi yang disebabkan oleh salah satunya adalah kurangnya ketersediaan bibit

berkualitas baik. Untuk mendapatkan bibit rumput laut yang berkualitas dengan pertumbuhan cepat dapat dilakukan

dengan pembuatan kebun bibit rumput laut. Kebun bibit umput yang dikelola dengan baik maka akan dapat

mengatasi kurangnya ketersediaan bibit rumput laut di tingkat pembudidaya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk

mengenalkan teknik pembibitan rumput laut dalam suatu kawasan yang diintegrasikan dengan budidaya rumput

lautKappaficus alfarezii. Metode penelitian yang digunakan adalah seleksi varietas dari satu populasi sehingga

diperoleh keseragaman bibit rumput laut terutama dari sisi laju pertumbuhan dan performasinya. Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa dari satu populasi induk rumput laut yang dikembangkan ke dalam kawasan

budidaya seluas 33.000 m2

diperoleh bibit rumput laut yang memiliki laju pertumbuhan harian (LPH) rata-rata

berdasarkan statifikasinya adalah generasi 1 (G1) sebesar 5,4%, G2 sebesar 3,8% dan G3 sebesar 5,1%. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa bibit rumput laut yang dihasilkan memiliki keseragaman pertumbuhan

(performasi) yang sangat baik dan direkomendasikan dapat dikembangkan sebagai bibit rumput laut “unggul’”

karena memiliki rata-rata laju pertumbuhan diatas 3%.

Kata kunci: rumput lautK. alvarezii, budidya terintegerasi, kebun bibit, laju pertumbuhan harian

ABSTRACTS: Seaweeds cultured (Kappaficus alvarezii) on integrated with

farming field of seedling seaweed in Lombok Timur district

of West Nusa Tenggara province, by Bambang Priono, Petrus

Rani Pong-Massak dan Endhay Kusnendar. Seaweed cultured was developed in country, especially in east of Indonesia area, its production are

fluctually cause by not enough of goodseeds quality. Seeds of seaweed farming is ones solution to produces good

quality of seaweeds. The aim of these study are to introdeced the technic how to mantinence seaweeds farming on

integration by seaweeds cultured. Methodes of these researchs are selection of population seaweeds and cultured in

longline rafts. Research results shows that ones population produced of 5.4% of daily growth rates for G1 (first

harvesting), 3.8% of G2 (second harvesting and 5.1% of G3 (thirth harvesting). These means said that seeds of

seaweeds are has a good performances and can be recomended to seaweeds farming area.

Key words: K. Alvarezii seaweeds, seaweeds farming, daily growth rate.

Page 3: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

KEPADATAN STOK, KOMPOSISI JENIS IKAN DEMERSAL DAN

UDANG DI SELAT TIWORO, SULAWESI TENGGARA

STOCK DENSITY, SPECIES COMPOSITION OF DEMERSAL FISH AND

SHRIMP IN TIWORO STRAIT, SOUTHEAST SULAWESI

Nurulludin1)

, Duranta Diandria Kembaren2)

dan Tri Ernawati2)

1Peneliti pada Pusat Riset Perikanan, Ancol-Jakarta

2Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Cibinong- Jawa Barat

ABSTRAK

Penelitian inidilakukan dengan kapal pukat tarik di Selat Tiworo, pada bulan Desember 2015.

Kapal yang digunakan berukuran 10 GT yang berbasis di Pangkalan Pendaratan Ikan, Bombana.

Estimasi kepadatan stok dilakukan dengan menggunakan metode sapuan dengan pengambilan

contoh acak bertingkat. Hasil penelitian diperoleh rata-rata laju tangkap ikan demersal 46,171

kg/jam dengan kepadatan stok rata-rata sebesar 3,6 ton/km2, sedangkanudang 1,537 kg/jam

dengan kepadatan stok 0,18 ton/km2. Kepadatan stok ikan demersal tertinggi 4.588,55

kg/km2terdapat pada strata kedalaman 30-40 m dan terendah 2.925 kg/km

2 pada strata kedalaman

20-30 m. Komoditas udang diperoleh kepadatan stok udang tertinggi pada kedalaman 10-20 m

(380,91 kg/km2) dan terendah 1,85 kg/km2 pada kedalaman 30-40 m. Komposisi 10 (sepuluh)

besar hasil tangkapan didominasi family Leiognathidae 17,78%, Nemipteridae 8,66 %, Serranidae

6,87%, Myxinidae 6,33%, Trichiuridae 5,66%, Psettodidae 5,21%, Tetraodontidae 4,54%,

Scianidae 4,13% dan Apogonidae 3,77%. Sumberdaya udang didominasi dari jenis Trachipenaeus

asver 35,59%, Metapenaeus ensis 22,73%, Penaeus semisulcatus 13,43%, Penaaeus longistilus

12,47%, Penaeus merguensis 4,27%, Penaeus monodon 1,71%, dan Penaeus indicus 0,07%.

Kata kunci : Demersal, Laju tangkap, Kepadatan stok, Selat Tiworo

ABSTRACT

The Research was conducted by trawling vessels in the Tiworo Strait, in December 2015. The

vessels used were 10 GT based on the Fish Landing Base, Bombana.The study was basically

conducted by applying swept area method withstratified random sampling. The result showed that

average demersal fish catch rate was 46,171 kg / hour with average stock density 3,6 ton / km2,

while shrimp 1,537 kg / hour with stock density 0,18 ton / km2. The highest demersal fish stock

density of 4,588.55 kg / km2 is found at the depth of 30-40 m and the lowest 2925 kg / km2in the

depth of 20-30 m. Shrimp commodities obtained highest shrimp stock density at depth 10-20 m

(380,91 kg / km2) and lowest 1,85 kg / km2 at 30-40 m depth. Composition of 10 (ten) big catches

dominated by Family is Leiognathidae 17,78%,Nemipteridae 8,66%, Serranidae 6,87%, Myxinidae

6,33%, Trichiuridae 5,66%, Psettodidae 5,21 %, Tetraodontidae 4.54%, Scianidae 4.13% and

Apogonidae 3.77%.Shrimp resources are dominated by Trachipenaeus asver species 35.59%,

Metapenaeus ensis 22.73%, Penaeus semisulcatus 13.43%, Penaeus longistilus 12.47%, Penaeus

merguensis 4.27%, Penaeus monodon 1.71%, and Penaeus indicus 0.07%.

KEYWORDS; Demersal fish, Shrimp, Catch rate, Stock density, Tiworo strait

Page 4: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PENDEDERAN POST PUERULUS LOBSTER PASIR (Panulirus homarus) DI BAK BETON

DENGAN KOMBINASI PAKAN BERBEDA

Bejo Slamet dan Ibnu Rusdi

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

BD Gondol, Ds Penyabangan, Kec. Gerokgak, Kab. Buleleng, Kotak pos 140,

Singaraja, Bali 81101

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik. Penelitian bertujuan

untuk mendapatkan kombinasi pakan terbaik untuk pendederan post-puerulus lobster pasir. Post puerulus

yang digunakan dengan berat badan 0,80±0,027 g dan panjang total 30,1±1,25 mm, serta padat tebar 25

ekor/wadah. Perlakuan kombinasi pakan yang diuji adalah A. ikan dan daging kerang hijau (1:1), B. ikan

dan udang rebon (1:1), C. ikan dan daging kerang darah (1:1) dan D. pelet kering. Penelitian

menggunakan acak lengkap dengan 3 ulangan. Pakan segar (perlakuan A, B dan C) diberikan 10%

biomass per hari, sedangkan pelet kering (perlakuan D) 5% biomass per hari. Pengamatan sintasan dan

pertumbuhan panjang dan berat dilakukan setiap bulan sekali selama 3 bulan pemeliharaan. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sintasan tertinggi dihasilkan pada perlakuan D (42,13%) dan terendah

pada perlakuan B (17,80%), berbeda nyata (p<0,05) terhadap semua perlakuan sedangkan antara

perlakuan A (29,20%) dan C (26,33%) tidak berbeda nyata (p>0,05). Pertumbuhan panjang dan berat

badan yang tertinggi pada perlakuan A tidak berbeda nyata (p>0,05) terhadap C, disusul kemudian pada B

serta yang terendah pada D yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap semua perlakuan.

Kata kunci : lobster pasir, post puerulus, pendederan, kombinasi pakan

ABSTRACT : Nursery of scalloped spiny lobster (Panulirus homarus) post puerulus in concrete tank

with different feed combination. By : Bejo Slamet dan Ibnu Rusdi

Scalloped spiny lobster (Panulirus homarus) is a high economic value in Asian-Pasific markets. The

purpose of this study was to determine the best combination of feed for nursery. The post puerulus with

body weight 0.8±0.027 g and total length 30.1±1.25 mm was reared at density of 25 ind./cage. Four

different foods were used as treatments, i.e.: A. combination of fish and green mussel (1:1), B. fish and

krill (1:1) (B), C. fish and blood clam (1:1) and D. dry pellet. A complete random design was used as an

experiment design, with 3 replicated. Feeding with dose 10% of biomass for fresh fish (treatment A, B

and C) and 5% of biomass for dry pellet (treatment D). The sampling of fry were conducted every month

to measure of survival rate, total length and body weight. The study was conducted for 3 months. The

result show that the best survival rate on treatment D (42,13%), and lowest survival rate on treatment B

(17,80%), was significant different (p<0.05) among treatments; between A (29,20%) dan C (26,33%) was

not significant different (p>0,05). The best growth of total length and body weight was on treatment A,

was not significant different (p>0,05) with C, followed by treatment B and lowest on D was significant

different (p<0,05) among treatments.

Keywords: scalloped spiny lobster, post puerulus, nursery, feed combination

Page 5: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PEMBERIAN PAKAN DALAM BENTUK TEPUNG PADA PEMELIHARAAN

LARVA ABALON Haliotis squamata

Fitriyah Husnul Khotimah1, Gusti Ngurah Permana

1,

Ibnu Rusdi1, dan Bambang Susanto

1

1Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluh Perikanan,P.O. Box 140 Singaraja 81101,

Tel.: +62-36292278

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Kematian yang tinggi setelah abalone menempel pada plate pemeliharaan merupakan masalah umum

dalam produksi abalon. Umumnya kematian larva abalon terjadi pada dua bulan pertama setelah

penempelan (>90%). Penggunaan pakan dalam bentuk tepung untuk mengganti diatom sebagai pakan

postlarva beberapa spesies ikan, udangdan abalon sudah dilakukan.Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penggunaan pakan sebagai pengganti diatom yang sesuaiuntuk pertumbuhan larva abalon

(Haliotis squamata). Ada 5perlakuan pemberian pakan pada larva abalonyaitu tepung Spirulina

sp.,Ulva sp.,Chaetoceros sp., Gracilaria sp.dan diatom(kontrol). Masing-masingperlakuan diulang4

kali. Pakan yang akan digunakan dalam masing-masing perlakuan penelitian, terlebih dahulu

ditambahkan dengan larutan tepung agar yang sudah mendidih dengan konsentrasi 7,5 mg/mL dalam

air laut.Suhu larutan tersebut kemudian diturunkan hingga mencapai 40°C. Setelah itu larutan tersebut

ditambahkan 40 mg/mL tepungpakan pada masing-masing perlakuan.Pemberian pakan dilakukan

dengan cara menyemprotkan larutan pakan pada plate pemeliharaan larva. Penyemprotan dan

penambahan pakan dilakukan setiap 3 hari.Penelitian dilakukan selama30 hari. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa laju kelangsungan hiduplarva abalon setelah diberi makan menggunakan

Spirulina sp.berbeda nyata lebih tinggi (P<0,05)dari pada diatom, Chaetoceros sp. dan Ulva

sp.,masing-masing81,49 %; 79,25 %; 76,57 % dan 76,46 %, tetapi tidak berbeda nyata dengan yang

diberi pakan Gracilaria sp. 81,37 % (P>0,05). Laju pertumbuhan panjang cangkang harian larva abalon

yang diberi pakan pada perlakuan D (Gracilaria sp.) dan perlakuan A (Spirulina sp.) menunjukkan

nilai paling tinggi (P<0,05), sedangkan nilai laju pertumbuhan panjang cangkang harian paling rendah

(P>0,05)dijumpai pada perlakuan B (Ulva sp.).

Kata Kunci : Haliotis squamata, tepung pakan, laju kelangsungan hidup, pertumbuhan

ABSTRACT : Feeding in flour form for abalonHaliotis Squamata larvae maintenance.By : Fitriyah

Husnul Khotimah, Gusti Ngurah Permana, Ibnu Rusdi, and Bambang Susanto

High mortality after abalone settle is a common problem in abalone production. Most mortality occurs

during the first two months after larval settlement. Studies investigating the use of micro particle

dietsto replace natural feed for feeding postlarval have been performed in various species of fish,

shrimp and abalone. This research aimed to determine the information of suitable diet as a substitute

for diatom topromote the growth of abalone larvae. There were fivetreatments of abalone larvae

feeding on that Spirulina sp. powder, Ulva sp. powder, Chaetoceros sp. powder, Gracilaria sp. powder

and diatoms (control)Each treatment was repeated 4 times. The feed to be used in each of the research

treatments was firstly added to a boiling agar flour solution with a concentration of 7.5 mg / mL in

seawater. then the solution temperature was cooled to 40 ° C. After which 40 mg/mL powder feed was

added on each treatment. The solution was trasferred to a spayer. Spraying and the addition of feed

every 3 days.The study was conducted over 30 days. The results showed that the rate of survival and

growth of larval abalone after being fed using different Spirulina sp. significantly higher P <0.05) of

the diatom, Chaetoceros sp. and Ulva sp., respectively 81.49%; 79.25%; 76.57% and 76.46%, but not

significantly different from those fed Gracilaria sp. 81.37% (P> 0.05). Daily growth rate of abalone

larvae shell lenght fed with D treatment (Gracilaria sp.) and A treatment (Spirulina sp.) showed the

highest value (P <0.05), while the lowest daily shell length (P> 0.05) was found in treatment B (Ulva

sp.).

Keywords : Haliotis squamata, feed powder, the survival rate, growth

Page 6: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KEPADATAN OPTIMAL BENIH IKAN KERAPU SUNU, Plectrpomus Leopardus

PADA PENDEDERAN DALAM BAK TERKONTROL

Anak Agung Alit, dan Ketut Maha Setiawati

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

Email : a_alit@Yahoo. com

ABSTRAK

Ikan kerapu sunu merupakan salah satu komoditas perikanan yang dapat menghasilkan

devisa negara melalui ekspor. Oleh karena itu, usaha budidaya pembenihan dan

pendederan terus dilakukan untuk menigkatkan pertumbuhan dan sintasan. Tujuan

penelitian ini adalah untuk memperoleh data kepadatan yang tepat pada pendederan

kerapu sunu yang mendukung pertumbuhan dan sintasan yang optimal. Penelitian telah

dilakukan di hatchery Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

Gondol, Bali. Wadah percobaan yang digunakan adalah bak fiber dengan ukuran volume

1m³ sebanyak 12 tangki. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih

kerapu sunu hasil pembenihan di hatchery dengan panjang total 2,98 – 3,10 cm , dan

bobot 0,44 – 0,48 g. Benih ikan kerapu sunu dipelihara di tangki fiber. Ikan diberi pakan

pelet komersil dengan kandungan protein 48%, dan pakan tambahan adalah udang mysid

(jembret) selama 10 hari pertama. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari (pukul 8.00,

12.00, dan 16.00 wita) selama 90 hari. Perlakuan kepadatan yang dicobakan dalam

penelitian adalah : Perlakuan A = 100 ekor/m³ , B = 150 ekor/m³, C = 200 ekor/m³, dan

D = 250ekor/m³. Penelitian didesain dengan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan

dan 3 kali. Data dianalisis dengan menggunakan ANOVA dan deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa menghasilkan sintasan 98,83% dan pertumbuhan harian (0,20

g/hari).

Kata Kunci : kerapu sunu, pendederan, padat tebar, pertumbuhan, dan sintasan.

ABSTRACT

Grouper of coral trout are one of the fishery commodities that can generate foreign

exchange through export. Therefore, the cultivation of hatchery and nursery continue to

increase the growth and survival rate. The objective of this study was to obtain an

appropriate density data on the nursery grouper of coral trout that supported optimal

growth and optimality. The research has been conducted in hatchery of the Institute for

Mariculture Research and Fishery Counseling (BBRBLPP), Bali. The experimental used

is a fiber tank with a volume size of 1m³ of 12 tanks. The animals used in this study were

seeding results of hatchery grouper in hatchery with a total length of 2.98 - 3.10 cm, and

weights 0.44 - 0.48 g. Seeds of grouper coral trout are kept in fiber tanks. Fish are fed

commercial pellets with 48% protein content, and additional feed is mysid shrimp

(jembret) for the first 10 days. Frequency of feeding 3 times a day (at 8:00, 12:00, and

16:00 local time) for 90 days. The density treatments in this study were: Treatment A =

100 pc / m³, B = 150 pc / m³, C = 200 pc / m³, and D = 250pc / m³. The study was

designed with a complete randomized design with 4 treatments and 3 times. Data were

analyzed using ANOVA and descriptive. The results showed that survival rate was

98.83%, and daily growth (0.20 g / day)..

Keywords : grouper of coral trout, nursery, density, growth, and survival rate

Page 7: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN NUTRISI BENIH KERAPU SUNU (Plectropomus

leopardus)PADA SALINITAS BERBEDA

Ketut Maha Setiawati, Daniar Kusumawati, A.A. Ketut Alit

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Gondol-Bali

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap petumbuhan, nilai konversi

pakan (FCR) kelangsungan hidup, dan kandungan nutrisi (lemak,protein,abu dan total karotenoid)serta

kualitas air selama pemeliharaan benih kerapu sunu.Hewan uji benih kerapu sunu yang digunakan

berukuran panjang total 8,45 ±0,99 cm, 9,6±3 g. Setiap bak diisi ikan 20 ekor/bak. Perlakuan yang diuji

yaitu perbedaan salinitas A.15±1ppt (A), 20±1 ppt (B), 25±1 ppt (C), 30± ppt (D) dan air laut sebagai

kontrol 34 ppt (E). Salinitas diatur dengan menambahkan air tawar dan air laut sampai pada salinitas

yang diinginkan. Pakan yang diberikan berupa pakan buatan. Pemberian pakan dilakukan secara

adlibitum (sampai kenyang). Penelitian ini dilakukan selama 60 hari. Variabel yang diamati adalah

pertumbuhan (panjang dan berat tubuh), kualitas air (suhu air, pH, ammonia dan nitrit), konversi pakan,

dan kandungan nutrisi ikan(lemak,protein,abu dan total karotenoid). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pemeliharaan benih kerapu sunu pada salinitas 15, 20,25, 30 dan 34 ppt menghasilkan sintasan

95-100%. SGR pada salinitas 15-30 ppt lebih tinggi (1,68-2.00%/hari) daripada salinitas air laut

(1,54%/hari). Pertumbuhan mutlak pada salinitas 15-30 ppt lebih tinggi (16,46-22,36g) daripada salinitas

air laut 34 ppt (15,5g). Konversi pakan pada salinitas 15-30ppt lebih rendah (1,43-1,56) daripada air laut

1,65. Perbedaan salinitas memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap kandungan protein dan

lemak benih ikan kerapu sunu. Perbedaan salinitas berpengaruh sangat nyata pada kandungan total

karotenoid dan abu. Kandungan karotenoid pada perlakuan A, B, C, D dan E masing-masing adalah

5.709,5±16,3; 5.912,5±16,3; 7.818,0±15.6; 9.281.5±211,4; 10.456,0±479,4 µg/100g and ash in fish

7,36±0,11; 10,29±0,77; 14,6±0,67; 15,21±1,07; 16,6 ±0,52%.

Kata kunci : Benih kerapu sunu, salinitas, pertumbuhan, nutrisi.

ABSTRACT:The growth and nutrition content in coral trout fingerling (Plectropomus leopardus) in

different salinities

This aim of this study was to know the effect of salinity on growth, feed conversion rate (FCR) survival,

and the content of nutrients (fat, protein, ash and total carotenoids) of coral trout. Coral trout with total

length 8.45 ± 0.99 cm, 9.6 ± 3 g were used animal test. The density of fish 20ind/tank. Salinity treatment

were : 15 ± 1ppt (A), 20 ± 1 ppt (B), 25 ± 1 ppt (C), 30 ± ppt (D) and sea water as control 34 ppt

(E).Salinity was adjusted by adding fresh water and sea water.Water exchange system with recirculation

every 7 days around 25%. This research was done for 60 days. The variables measured were growth

(length and weight), water quality (water temperature, pH, ammonia and nitrite), feed conversion and

nutrient content of fish (fat, protein, ash and total carotenoids). The results showed that the maintenance

of coral trout fingerlings can survive at salinity 15 to 34 ppt, survival rate 95-100%. SGR at salinity 15-

30 ppt is higher (1.68 to 2% day-1

) than seawater (1.54% day-1

).salinity pp 15-30 t higher absolute growth

(16,46-22,36g) than 34 ppt salinity of sea water (15,5g). 15-30ppt feed conversion at lower salinity (1.43

Page 8: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

to 1.56) than seawater 1.65. The content of total carotenoids increases with increasing salinity

5,709.5±16.3 ; 5.912.5±16.3; 7,818.0±15.6; 9,281.5±211.4; 10,456.0±479.4) and ash in fish 7,36±0,11;

10,29±0,77; 14,6±0,67; 15,21±1,07; 16,6 ±0,52.

Page 9: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Identification and life cycle of marine leech isolated from hybrid grouper under laboratory

conditions

Ketut Mahardika, Indah Mastuti, Sudewi, and Zafran

Institute for Mariculture Research and Fisheries Extension PO. Box 140 Singaraja, Bali 81101

Email: [email protected]

Abstract

The aims of this study were to identify and to determine life cycle of marine leech under

laboratory conditions. Marine leeches were isolated from hybrid grouper “cantik” (Epinephelus fuscoguttatus ♀ x E. polyphekadion ♂). Observation of the life cycle of the marine leech was done

using a petri-dish (diameter 9 cm) with two groups. In group 1, the petri-dish was filled with sterile

sea water (with daily water change) and the other group was filled with continuous running water.

Results of blast homology analysis exhibited that the amino acid sequence of the marine leech isolated

from hybrid grouper "cantik" showed high similarity (99%) with Zeylanicobdella arugamensis. One

adult leech could produce 1-63 eggs. The eggs were developed into morula, blastula, and gastrula on

day-3. The early phase of embryo with daily water change treatment was started on day-6, and hatch

into larvae on day-10. Meanwhile, the eggs incubated with continuous running water were hatched

faster (8 days). However, not all eggs were hatch at the same time, some of them were hatched 1-3

days later. Hatching rate of eggs varied from 2.70-100%. The newly hatched Z. arugamensis larva has

a transparent color and length of 1-1.5 mm. On day-6, Z. arugamensis larvae were already seen to

attach to the body of the fish. The size of the larvae was reached to 3-11 mm on day-9. In that stage,

they were able to produce eggs. Therefore, we could state that Z. arugamensis required 17-22 days to

develop into adult stage.

Key words: hybrid grouper “cantik”, life cycle, marine leech, Zeylanicobdella arugamensis

Page 10: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

TEKNIK PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR IKAN BANDENG(Chanos

chanos) DI MASYARAKAT MELALUI BAHAN ADITIF PADA PAKAN

Muhammad Marzuqi, R. Andamari, N.W.W. Astuti, W. Andriyanto dan N.A. Giri

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pakan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap performa reproduksi induk ikan

bandeng. Pemeliharaan induk bandeng saat di masyarakat menggunakan pelet komersil. Namun pelet

komersil tersebut bukan merupakan pakan yang spesifik untuk induk bandeng sehingga perlu

diperkaya untuk dapat menghasilkan performa pemijahan yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan performa pemijahan induk ikan bandeng melalui aplikasi bahan pengkaya pada pakan

induk. Penelitian dilakukan dengan menggunakan induk bandeng milik masyarakat di dua lokasi yaitu

di Desa Banyupoh dan Desa Sanggalangit, Bali Utara. Jumlah induk yang digunakan adalah 95 ekor

yang dipelihara dalam 2 buah bak volume 100 m3 (di Desa Banyupoh) dan 100 ekor yang dipelihara

dalam 2 buah bak volume 100 m3

(di Desa Sanggalangit). Bahan aditif yang digunakan adalah

campuran lesitin, minyak cumi, minyak ikan, minyak jagung, vitamin E dan vitamin C. Bahan aditif

tersebut dibuat dalam bentuk emulsi dan dicampur ke dalam pakan dengan dosis sebesar 120 g/kg

pakan. Sebagai kontrol digunakan pakan tanpa penambahan bahan aditif. Pakan diberikan 2-3 kali

sehari sampai ikan kenyang. Penelitian berlangsung selama 10 bulan. Parameter yang diamati

meliputi produksi dan kualitas telur serta frekuensi pemijahan. Hasil penelitian menunjukkan

pengunaan bahan aditif dalam pakan meningkatkan produksi telur masing-masing sebesar 56% dan

102% dibandingkan kontrol untuk induk di Desa Banyupoh dan di Sanggalangit. Pakan dengan bahan

aditif mampu meningkatkan frekuensi pemijahan induk dengan rerata sebanyak 5 kali/bulan di

Banyupoh dan 4 kali/bulan di Sanggalangit. Teknik penambahan bahan aditif pada pakan dapat

diterapkan pada pemeliharaan induk bandeng untuk mendukung produksi telur yang baik.

Kata Kunci : Bahan aditif, pakan, produksi telur, induk ikan bandeng

ABSTRACT

Feed is one of the factors that affect the reproduction performance of milkfish broodstock. The

milkfish rearing in the community using commercial pellets. However, the commercial pellet is not a

specific feed for milkfish, so needs to enriched feed for spawning performance.

The purpose of this study was to improve spawning performance of milkfish broodstockwith

application of feed additif formulation.The study was conducted by using community-owned milkfish

in two locations, namely in Banyupoh Village and Sanggalangit Village, North Bali. Thenumber of

broodstock used 95 pcs reared in 2 concrete tanks with a capacity of 100 m3 (at Banyupoh village)

and100 pcs reared in 2 concrete tanks with a capacity of 100 m3(at Sanggalangit Village).The feed

additif formulation used mixture of lecithin, squid oil, fish oil, corn oil, vitamin E and vitamin C. The

additif formulation was prepared in emulsion form and mixed with 120 g / kg dosage of feed. As

control feed used without additif feed.Feed frequency used 2-3 times per day to satition. The

experiment for 10 months.Parameters observed included egg production, egg quality and spawning

frequency. The results showed that feed additif formulation additives increased egg production to 56%

and 102%, compared to control feed in Banyupoh Village and in Sanggalangit, respectively. Feed

additif to increased on frequency spawning of broodstock with 5 times average / month in Banyupoh

and 4 times average / month in Sanggalangit. The technique of feed additif formulation to applied on

broodstock milkfish rearing to support the egg production .

Key Words: feed additif formulation, egg production, milk fish broodstock

Page 11: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

Page 12: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PERFORMANSI PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LARVA IKAN

KERAPU SUNU Plectropomus leopardus (Lacepède, 1802) DENGAN WAKTU AWAL

PEMBERIAN PAKAN BUATAN BERBEDA

Regina Melianawati dan Ni Wayan Widya Astuti

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

Po Box 140, Singaraja, Bali

ABSTRAK

Produksi benih ikan kerapu sunu dari hasil budidaya sudah dapat dilakukan, namun mortalitas

masih sering terjadi pada stadia larva. Hal tersebut diduga terkait dengan faktor pakan, utamanya

pakan buatan. Hingga kini belum diketahui secara pasti pada umur berapa larva mulai dapat

memanfaatkan pakan buatan dengan baik sehingga diperlukan informasi mengenai waktu pemberian

pakan buatan yang tepat bagi larva kerapu sunu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perfomansi pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva kerapu sunu dengan perbedaan waktu awal

pemberian pakan buatan. Penelitian dilakukan di hatchery pada bak berkapasitas 6.000 L. Kepadatan

awal larva adalah 50.000 larva/bak. Selama pemeliharaan, larva diberi fitoplankton Nannochloropsis

oculata, zooplankton Brachionus sp. dan artemia serta pakan buatan berupa mikro pelet. Perlakuan

yang diujikan adalah perbedaan waktu awal pemberian pakan buatan, yaitu mulai diberikan pada larva

umur 8 hari (A) dan pada larva umur 15 hari (B). Penelitian dilakukan dengan tiga kali ulangan

waktu. Peubah biologis yang diamati meliputi panjang total, panjang duri sirip punggung, panjang

duri sirip perut dan jumlah rotifer dalam pencernaan larva serta kelangsungan hidup larva. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa larva umur 30 hari pada perlakuan A memiliki panjang total yang

cenderung lebih besar (12,63±0,14mm) dibandingkan pada perlakuan B (12,30±0,80 mm). Duri sirip

punggung dan duri sirip perut larva pada perlakuan B (7,48±0,12 mm dan 5,74±0,40 mm) lebih

panjang dibandingkan pada perlakuan A (6,70±0,10 mm dan 5,00±0,00 mm). Larva pada perlakuan A

cenderung mengkonsumsi pakan alami rotifer lebih banyak dibandingkan pada perlakuan B.

Kelangsungan hidup pada perlakuan B (0,34±0,31%) lebih tinggi dibandingkan perlakuan A

(0,29±0,16%). Berdasarkan pada hasil penelitian ini, pemberian pakan buatan bagi larva kerapu sunu

sudah dapat dilakukan pada larva umur 8 hari.

Kata kunci: kelangsungan hidup, larva kerapu sunu, pakan buatan, pertumbuhan

ABSTRACT: Growth performance and survival rate of coral trout larvae Plectropomus leopardus

(Lacepède, 1802) by different initial artificial feeding time.

By: Regina Melianawati and Ni Wayan Widya Astuti

Seed production of coral trout from cultured can already be done, but the mortality is still

occurred in larval stage. It is assumed related by feeding factor, mainly artificial feed. Until now it is

still not clear when the larvae can use artificial feed well, so it’s necessary to get information about

the right time to give artificial feed for coral trout larvae. This research was aimed to know the

growth performance and survival rate of coral trout larvae with different initial time of artificial

feeding. The experiment was done in hatchery at 4,000-6,000 L rearing tanks. The initial density of

larvae was 50,000/tank. During the rearing period, larvae were given phytoplankton

Nannochloropsis oculata, zooplankton Brachionus sp,. Artemia, mysid and micro pellet of artificial

feed. The treatment was different initial time of giving artificial feed, i.e. at 8 days old larvae (A) and

at 13 days old larvae (B). The experiment was repeated 3 times. Investigated biological characters

were total length, length of dorsal fin and ventral fin, number of rotifers inside larval digestive tract

and survival rate of larvae. The result indicated that at 30 days old larva, larvae on treatment A have

bigger total length (12.63±0.14mm) than those on treatment B (12.30±0.80 mm). Length of dorsal fin

and ventral fin on treatment (B) (7.48±0.12 mm and 5.74±0.40 mm) were longer than those on

treatment A (6.70±0.10 mm and 5.00±0.00 mm). Larvae on treatment A tended to consume more

rotifers than those on treatment B. The survival rate of larvae on treatment B (0.34±0.31%) was

Page 13: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

higher than those on treatment A (0.29±0.16%). Based on this research, the initial feeding of artificial

feed can be done at 8 days old coral trout larvae.

Key words: artificial feed, coral trout larvae, growth, survival rate

Page 14: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PEMBESARAN BENIH TERIPANG PASIR, Holothuria scabra dan ABALON,

Haliotis squamata DALAM SISTEM POLIKULTUR

Sari Budi Moria Sembiring*, Ida Komang Wardana* dan Ketut Sugama**

*Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan, Gondol-Bali

** Pusat Riset Perikanan Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui efisiensi pembesaran benih teripang pasir,

Holothuria scabra bersama benih abalon, Haliotis squamata melalui sistem polikultur.

Asumsi bahwa benih teripang pasir dapat memanfaatkan limbah dari pemeliharan benih

abalon. Penelitian dilakukan di Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan

Perikanan Gondol, Bali. Wadah percobaan berupa bak fiber volume 1 m3, sedangkan

wadah pemeliharaan abalon menggunakan keranjang plastik berlubang ukuran 45x45x25

cm3 yang dilengkapi shelter sebagai tempat penempelan. Jumlah keranjang perbak

sebanyak 2 buah dan kepadatan abalon 50 ind/keranjang. Ukuran benih teripang yang

digunakan adalah 2,0 – 3,0 cm dan benih abalon 2,5 - 3,0 cm. Jenis pakan yang diberikan

untuk abalon berupa rumput laut Glacillaria sp dan pakan teripang adalah bentos.

Sebagai perlakuan adalah : A (pemeliharaan teripang dan abalon tanpa pemberian

bentos); B (pemeliharaan teripang dan abalon ditambah bentos) dan C (pemeliharaan

teripang tanpa abalon dan diberi bentos), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3

kali. Penelitian berlangsung selama 6 bulan dan sampling dilakukan setiap bulan.

Parameter yang diamati meliputi pertumbuhan sintasan benih teripang dan abalon,

kualitas air dan komposisi feces dari abalon. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa

pertumbuhan benih teripang pasir antar perlakuan berbeda nyata (P<0,05), dimana pada

perlakuan B memberikan rata-rata panjang total dan bobot tubuh yang lebih tinggi (4,45 ±

1,06 cm; 8,06 ± 1,19 g) dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan sintasan

benih teripang pasir tidak berbeda nyata antar perlakuan (P>0,05). Selama penelitian,

hewan uji abalon menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan tingkat kelangsungan

hidup diatas 90%.

Kata Kunci: abalon, pembesaran, polikultur, teripang pasir

ABSTRACT : Grow out of Sea Cucumber, Holothuria scabra and Abalon, Haliotis

squamata fry in Polyculture System. By: Sari Budi Moria Sembiring,

Ida Komang Wardana dan Ketut Sugama

The aim of this research was to find the efficiency of grow out Sea Cucumber, Holothuria

scabra fry together with Abalon, Haliotis squamata fry in polyculture system, and

assumed that Sea Cucumber fry could utilize waste from grow out of abalon fry. Research

was conducted in Institute for Mariculture Research and Fisheries Extention, Gondol-

Bali. Research was conducted using nine fiberglass tanks each with volume of 1 m3, a

basket 45x45x25 cm3 equipped with shelters system was put into each tank. Abalon fry

were put into 2 baskets and each was 50 fry range from 2.5 – 3.0 cm of carapace length

and Sea Cucumber fry were put into 9 tanks and each 100 fry range from 2.0 – 3.0 cm of

total length. The type of feed for abalon is Glacillaria sp and sea cucumber feed is

Page 15: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

bentos. Treatments were: A (Grow out of Sea Cucumber and Abalon without bentos); B

(Grow out of Sea Cucumber and Abalon with bentos) and C (Grow out of Sea Cucumber

with bentos but without Abalon), each treatment was 3 replications. Experiment was

conducted for 6 months and sampling was done every month. Parameters measured and

analyzed were growth of fry, survival rate of Sea cucumber and Abalon, water qualities

and proximate analysis of Abalon feces. Results showed that growth of sea Cucumber

was significant different (P<0.05), where on treatment B, mean of total length (4.45 ±

1.06 cm) and body weight (8.06 ± 1.19 g) was higher compared to two other treatments.

On the other hand, survival rate of Sea Cucumber fry were not significantly different

among treatments (P>0.05). Abalon showed good growth rate and survival rate reach

90% until the end of research.

Keywords abalon, grow out, polyculture, sea cucumber

Page 16: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

VARIASI FENOTIP DAN GENOTIP CALON INDUK BANDENG, Chanos chanos DARI

PERAIRAN YANG BERBEDA

Sari Budi Moria Sembiring, Gigih Setia Wibawa, Tony Setiadharma dan Haryanti

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan Gondol- Bali

[email protected]

ABSTRAK

Ikan bandeng, Chanos chanos merupakan salah satu ikan ekonomis penting di pasar Asia. Benih

bandeng dari hatchery sekitar pantai utara di Bali, sepuluh tahun terakhir ini mendominasi pasar lokal

maupun eksport sehingga kualitas benih harus diutamakan. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kualitas

induk bandeng sebagai kunci utama dalam proses pembenihan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

variasi fenotip dan genotip ikan bandeng yang berasal dari perairan Aceh, Bali dan Gorontalo. Karakter

fenotip ikan bandeng diamati dari pengukuran panjang dan berat benih hingga calon induk. Analisa

genotip diamati pada benih dan calon induk menggunakan metode RFLP DNA. Jumlah tiap sampel benih

dan calon induk sebanyak 15 ekor. Hasil pengamatan fenotip menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan

bandeng mulai dari benih hingga menjadi calon induk (ukuran 500 g), menunjukkan bahwa ikan bandeng

dari Aceh dan Bali mempunyai pertumbuhan panjang dan berat yang relatif lebih tinggi dibandingkan

dengan ikan bandeng dari Gorontalo, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (P<0,05). Hasil

analisis genotip terdapat lima komposit haplotipe dari 4 enzim restriksi yaitu Mbo I, Hae III, Hha I dan

Nla IV pada sekuens cytochrome-b. Jumlah rata-rata restriction site adalah 1-3 haplotip. Populasi Aceh

dan Bali memiliki jarak genetik yang lebih dekat (0,0010) dengan nilai keragaman genetik yang lebih

rendah (0,080 & 0) dibandingkan dengan calon induk dari benih Gorontalo (0,115).

Kata Kunci : fenotip, genotyp, calon induk, bandeng, perairan berbeda

ABSTRACT: Phenotypic and genotypic variation of candidate broodstock of Milkfish Chanos chanos

from different waters locations. By: Sari Budi Moria Sembiring, Gigih Setia Wibawa,

Tony Setiadharma and Haryanti.

Milkfish, Chanos chanos is one of economically important fish in Asian market. Ten year latest, Milkfish

fry produced from hatcheries around northern coast of Bali was dominated to both local and export

market, especially to Philippine, so fry quality become very important. Fry quality is very much closely

related to broodstock quality. The object of this research was to analyze phenotype and genotype

variations of Milkfish broodstock which were collected from Aceh, Bali and Gorontalo. Phenotype

analysis were conducted by measurement of length and weight of fry and candidate broodstock. Genotype

analysis by collected samples of fry and candidate broodstock then analysis mt-DNA using RFLP-method.

Phenotypic analysis showed that growth of length and weight of fry to candidate broodstock of Milkfish

(size:500 g) was not significantly different (P>0.05). On the other hands, genotype analysis showed there

are five haplotypes composite from four restriction enzymes i.e., Mbo I, Hae III, Hha I and Nla IV at on

cytochrome-b sequen. Average number of restriction site was 1-3 haplotype. Aceh and Bali population

have closed genetic distance (0.0010) with lower genetic variation (0.080 & 0.000) compared to

candidate broodstock which fry originally collected from Gorontalo waters (0.115).

KEYWORDS: phenotype, genotype, candidate broodstock, Milkfish, different waters.

Page 17: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

FORMULASI PAKAN BUATAN PADA PENDEDERAN BENIH LOBSTER (Panulirus

homarus)

Wawan Andriyanto dan Nyoman Adiasmara Giri

Balai Besar Riset Budidaya Laut dan Penyuluhan Perikanan

E-mail: [email protected]

Usaha budidaya lobster di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini terkendala pada masalah

tingkat pertumbuhan yang lambat dan mortalitas yang tinggi selama pemeliharaan. Faktor nutrisi

dan ketersediaan pakan yang tepat berperan penting pada keberhasilan budidaya lobster terutama

pada stadia benih. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan pakan yang sesuai untuk mendukung

sintasan dan pertumbuhan benih lobster pasir, Panulirus homarus. Benih lobster dipelihara dalam

bak fiber ukuran 300 liter yang dilengkapi dengan shelter, sistem air mengalir dan aerasi. Berat

awal benih lobster adalah 0.2 ± 0.01 g, ditebar dengan kepadatan 50 ekor/bak. Benih lobster

diberi pakan percobaan 2 kali sehari sebanyak 10% bobot biomas selama 70 hari. Percobaan

dirancang dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan formulasi pelet dengan

kombinasi jenis pakan yang berbeda dan dilakukan 5 ulangan untuk setiap perlakuan. Peubah

biologi yang diamati meliputi pertumbuhan dan sintasan benih lobster. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pakan A, B, C dan D tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dengan

masing masing menghasilkan pertumbuhan bobot akhir (A) 1.39 ± 0.21 g; (B) 1.22 ± 0.26 g;

(C)1.29 ± 0.14 g, (D) 1.20 ± 0.08 g; pertumbuhan panjang total (A) 3.39 ± 0.09 cm; (B) 3.31 ±

0.19 cm; (C) 3.42 ± 0.13 cm; (D) 3.41 ± 0.06 cm, pertumbuhan panjang karapas (A) 1.75 ± 0.03

cm; (B) 1.76 ± 0.02 cm; (C) 1.60 ± 0.08; (D)1.70 ± 0.04 cm namun berbeda sangat nyata terhadap

sintasan, dimana perlakuan (A) menghasilkan sintasan sebesar 31.2 ± 0.12 %; berbeda sangat

nyata dengan perlakuan (B) 24.8 ± 0.16 %; (C) 26.4 ± 0.14 %; dan (D) 19.6 ± 0.08 %.

Pemeliharaan benih lobster pasir selama 70 hari pada bak dengan pakan perlakuan A

menghasilkan pertumbuhan lebih baik dan tingkat sintasan yang terbaik sehingga bisa menjadi

referensi dalam penyusunan formulasi pakan.

Kata kunci : Lobster pasir, pemeliharaan, bak fiber, formulasi pakan

Page 18: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

VAKSIN KERING BEKU (FREEZE DRIED) DARI SEL UTUH BAKTERI Aeromonas

hydrophila

UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR

Desy Sugiani, Taukhid, dan Uni Purwaningsih

*Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor

Email : [email protected]

ABSTRAK

Vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling efektif dilakukan untuk pencegahan

penyakit pada ikan. Produk vaksin yang tersedia saat ini masih berbasis produk cair (water based

vaccines), yang memiliki kekurangan dalam tingginya biaya transportasi dan stabilitas produk yang

tidak tahan lama jika disimpan dalam suhu ruang. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

metode preparasi sediaan produk vaksin melalui metode kering beku (freeze dried) untuk

pengendalian penyakit ikan. Penelitian dilakukan dengan membuat produk vaksin kering beku, uji

kualitas, uji efikasi, dan uji stabilitas. Penelitian ini telah menghasilkan produk vaksin kering beku

yang aman diaplikasikan pada ikan lele (Clarias gariepinus), nila (Oreochromis niloticus), dan

gurami (Osphronemus gouramy), dapat meningkatkan level titer antibodi dan dengan rata-rata nilai

RPS tertinggi sebesar 70 %.

Kata Kunci : vaksin kering beku, Aeromonas hydrophila, metode preparasi, RPS

ABSTRACT

Vaccination is one of the most effective ways to prevent disease in fish. Current vaccine

products are still in liquid-based products (water based vaccines), which have a deficiency in high

transportation costs and stability of products that are not durable if stored at room temperature.

This study aims to develop a method of preparation of vaccine product through the freeze dried

method for fish disease control. The study was conducted by develop freeze dried vaccine product,

quality test, efficacy test, and stability test. This research has produced frozen dried vaccine

products that are safely applied to Catfish (Clarias gariepinus), Tilapia (Oreochromis niloticus),

and gurami (Osphronemus gouramy), it can increase antibody titer level with the highest average

of RPS score are 70%.

Keywords: Freeze dried vaccine, Aeromonas hydrophila, preparation method, RPS

Page 19: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

APLIKASI METODE LOOP MEDIATED ISOTHERMAL AMPLIFICATION (LAMP) UNTUK

DETEKSI LANGSUNG Edwarsiella ictaluri PADA IKAN PATIN (Pangasius sp.)

Hessy Novita dan Uni Purwaningsih

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

email, [email protected]

ABSTRAK

Bakteri Edwarsilla ictaluri merupakan bakteri Gram negatif yang cukup potensial sebagai patogen

penyebab penyakit Enteric Septicemia of catfish (ESC) dan juga masih menjadi masalah besar pada

usaha budidaya ikan patin karena dapat menimbulkan kematian sampai 100%. Penelitian ini bertujuan

untuk pengembangan diagnosa bakteri secara molekuler berbasiskan DNA dengan menggunakan Loop

Mediated Isothermal Amplification Method (LAMP). Deteksi DNA bakteri E. ictaluri dari 9 isolat

diekstrasi di Laboratorium Kesehatan Ikan, depok, menggunakan empat buah primer spesifik dari gen Eip

18 dari Edwarsiella ictaluri. Amplifikasi DNA, untuk reaksi LAMP tanpa mesin thermocycler, hanya

menggunakan inkubator/waterbath/ oven, pada suhu 65oC selama 1 jam. Hasil dari deteksi dengan

LAMP, menunjukkan 8 isolat positif E.ictaluri yang ditandai perubahan warna SYBR Green I dari orange

menjadi hijau. Sedangkan 1 isolat negatif ditandai dengan SYBR Green tetap berwarna orange. LAMP

dapat mendeteksi penyakit ESC secara sederhana, cepat, mudah, dan murah dalam waktu 1 jam

dibandingkan dengan PCR dan dapat diaplikasikan dilapangan.

Kata kunci : Edwarsiella ictaluri, Loop Mediated Isothermal Amplification Method (LAMP), ikan patin,

gen Eip 18, SYBR Green.

ABSTRACT

APPLICATION OF LOOP MEDIATED ISOTHERMAL AMPLIFICATION (LAMP) METHOD FOR

DIRECT Edwarsiella ictaluri IN PATIN (Pangasius sp.). By: Hessy Novita dan Uni Purwaningsih

Edwarsilla ictaluri Bacteria is a potential Gram negative as pathogen causing Enteric Septicemia of

catfish (ESC) and also still a big problem in catfish because it can cause death to 100%. This study aims

to develop diagnosis DNA based on molecular using Loop Mediated Isothermal Amplification Method

(LAMP). Detection DNA of E. ictaluri bacteria from 9 isolates was extracted at Fish Health Laboratory,

in depok. used four pieces of specific primers from gene Eip 18 from Edwarsiella ictaluri. DNA

amplification, for LAMP reactions without a thermocycler machine, using only an incubator / waterbath /

oven, at 65oC for 1 hour. The result of detection with LAMP, showed that 8 isolate were positive of

E.ictaluri marked by SYBR green I color change from orange to green. While 1 isolate was negative

marked with SYBR Green remain orange. LAMP can detect ESC disease with simple, quickly, easily,

cheaply in 1 hour compared by PCR and can be applied in the field.

Keyword : Edwarsiella ictaluri, Loop Mediated Isothermal Amplification Method (LAMP), ikan patin, gen

Eip 18, SYBR Green.

Page 20: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Aplikasi Kupri Sulfat untuk Pengendalian Penyakit Parasitik pada Ikan Lele (Clarias

gariepinus)

Septyan Andriyanto, Taukhid, Hessy Novita dan Tuti Sumiati

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Aplikasi bahan kimiawi banyak digunakan dalam budidaya ikan untuk mengatasi serangan penyakit

parasitik. Meskipun belum banyak informasi mengenai efektivitas aplikasi bahan kimiawi yang aman

dan ramah lingkungan seperti kupri sulfat CuSO4 untuk pengobatan penyakit parasitik khususnya pada

ikan air tawar di Indonesia. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dosis efektif aplikasi kupri sulfat

CuSO4 terhadap infeksi ektoparasit pada ikan lele. Perlakuan yang digunakan yaitu pemberian CuSO4

dengan dosis: (A) 1 mg/L, (B) 2 mg/L, (C) 3 mg/L, (D) 4 mg/L, (E) 5 mg/L dan (F) kontrol atau tanpa

aplikasi CuSO4. Tiap perlakuan menggunakan tiga ulangan dan pengamatan dilakukan setiap hari

terhadap tingkat infestasi dan prevalensi ektoparasit. Hasil penelitian diperoleh CuSO4 dosis 2–5 mg/L

efektif menekan tingkat infestasi ektoparasit dan terdapat perbedaan yang nyata (P < 0,05) antara

perlakuan aplikasi CuSO4 dibandingkan tanpa aplikasi atau kontrol.

KATA KUNCI: prevalensi, ektoparasit, kupri sulfat

ABSTRACT: Copper sulfate application to control parasitic diseases in African catfish,

Clarias gariepinus. By: Septyan Andriyanto, Taukhid, Hessy Novita and Tuti

Sumiati

Chemicals application widely used in the treatment of parasitic diseases in fish culture. However, less

information on the application effectivity of copper sulfate, CuSO4 for parasitic diseases treatment in

Indonesia. The study aimed to determine the effective dose of copper sulfate on ectoparasites

infestation in catfish Clarias gariepinus. The treatment used is the applications of CuSO4 in different

doses: (a) 1 mg/L, (B) 2 mg/L, (C) 3 mg/L, (D) 4 mg/L, (E) 5 mg/L and (F) control or without CuSO4

application. The results showed that the application of copper sulfate dose of 2–5 mg/L effectively

suppress the infestation of ectoparasites and were significantly different (P <0.05) between the

application treatment of CuSO4 compared to no application of CuSO4 or control.

KEYWORDS: prevalence, ectoparasites, copper sulfate

Page 21: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KERAGAAN GENOTIPE DAN FENOTIPE IKAN UCENG Nemacheilus fasciatus

(Valenciennes, 1846) POTENSIAL BUDIDAYA ASAL BOGOR, TEMANGGUNG,

DAN BLITAR

MH Fariduddin Ath-thar1, Arifah Ambarwati

2, Dinar Tri Soelistyowati

2 dan Anang Hari

Kristanto1

*email: [email protected]

1 Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan Bogor

2 Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor

ABSTRAK

Ikan uceng (Nemacheilus fasciatus) merupakan ikan asli Indonesia yang hidup di sungai

dan potensial sebagai komoditas budidaya lokal yang bernilai ekonomi. Pengenalan

sumber genetik ikan uceng berdasarkan lokasi geografis perlu dilakukan untuk

pengembangan budidaya jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

potensi genotipe dan fenotipe ikan uceng asal Bogor (Jawa Barat), Temanggung (Jawa

Tengah), dan Blitar (Jawa Timur). Tiga primer (OPA 12, OPC 04, dan OPC 06)

digunakan untuk analisis genotipe dengan metode PCR RAPD, sedangkan performa

fenotipik dievaluasi berdasarkan analisis truss morfometrik dan kinerja pertumbuhannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan uceng asal Temanggung memiliki

heterozigositas dan tingkat polimorfisme tertinggi yaitu 0,153 dan 34,69%. Fenotipe truss

morfometrik interpopulasi ikan uceng asal Temanggung dan Bogor memiliki tingkat

inklusivitas sebesar 10%, sedangkan populasi Blitar menunjukkan tingkat keseragaman

intrapopulasi yang tertinggi (96,7%). Tingkat kelangsungan hidup tertinggi yaitu populasi

ikan uceng asal Temanggung (96,66±3,33%) yang diikuti dengan peningkatan nilai faktor

kondisi, namun laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu populasi asal Blitar

(1,082±0,164%). Berdasarkan keragaan genotipe dan fenotipe populasi ikan uceng asal

Temanggung menunjukkan potensial sebagai sumber genetik budidaya dengan tingkat

keragaman genetik, kelangsungan hidup, dan inklusivitas tertinggi.

Kata kunci: fenotipe, genotipe, Nemacheilus fasciatus, produksi, truss morfometrik

ABSTRACT: The Performance of Genotype and Phenotype of Barred Loach

Nemacheilus fasciatus (Valenciennes, 1846) Potentially for Aquaculture from Bogor,

Temanggung, and Blitar. by MH Fariduddin Ath-thar, Arifah Ambarwati, Dinar

Tri Soelistyowati and Anang Hari Kristanto. Barred loach (Nemacheilus fasciatus) is

Indonesian native fish and potentially for aquaculture which is economic valueble.

Genetics resource identification of barred loach based on geographycal location is

necessary available for aquaculture development. This research purpose to evaluate the

genotype and phenotype of barred loach fish originally from Bogor (West Java),

Temanggung (Central Java), and Blitar (East Java). Three primer (OPA 12, OPC 04, and

OPC 06) were used to genotype analysis with PCR RAPD method, while phenotype

performance was evaluated based on truss morphometric analysis and growth

performance. The result indicated that barred loach from Temanggung had highest

heterozigosity (0,153) and polymorphism (34,69%) compared to others. Truss

morphometric indicated that barred loach population from Blitar showed 96,7% of

sharing component index with others, while barred loach fish population between

Temanggung and Bogor was lower 10%. Specific growth rate barred loach fish

population from Blitar was highest (1,08±0,16%), whereas survival rate barred loach fish

Page 22: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

from Temanggung was highest (96,66±3,33%). Factor condition of barred loach fish

origin Temanggung had increased (0,65±0,01) until 30th days, than decreased (0,62±0,01)

on the 40th days. In summary, the barred loach fish population from Temanggung was

potentially as genetic resources with highest polymorphism, inclusivity, and survival rate

than others.

Keywords: genotype, Nemacheilus fasciatus, phenotype, production, truss morphometric

Page 23: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Uji metoda aplikasi vaksin trivalen (Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae, dan

Mycobacerium fortuitum) untuk pencegahan penyakit bakteri potensial pada budidaya ikan air tawar

Taukhid*)

, Tuti Sumiati*)

dan Yani Aryati*)

*) Balai Penelitian Perikanan Budidaya Air Tawar, Jl. Sempur No. 1 Bogor

email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik aplikasi vaksin trivalen (Aeromonas

hydrophila-AHL0905-2, Streptococcus agalactiae-N14G, dan Mycobacterium fortuitum-31) yang

memberikan proteksi terbaik untuk pencegahan penyakit bakteri potensial pada budidaya ikan air tawar.

Ikan uji yang digunakan adalah ikan lele, nila, dan gurame; dimana masing-masing jenis ikan tersebut

merupakan representasi dari jenis ikan yang rentan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila,

Streptococcus agalactiae, dan Mycobacterium fortuitum. Perlakuan yang diterapkan adalah metoda

aplikasi vaksin trivalen melalui: (A). perendaman, (B). pakan, (C). perendaman+booster, (D).

pakan+booster, dan (E). tanpa pemberian vaksin sebagai kontrol. Efektivitas metoda aplikasi vaksin

dievaluasi melalui nilai titer antibodi spesifik dan relative percentage survival (RPS) pasca uji tantang

terhadap patogen target. Hasil penelitian menunjukkan bahwa RPS dari metoda aplikasi vaksin trivalen

pada ketiga jenis ikan uji yang mencapai nilai ≥ 50% secara keseluruhan hanya diperoleh pada metoda

aplikasi rendam+booster. Oleh karena itu, metoda aplikasi tersebut harus menjadi salah satu persyaratan

teknis pada penggunaan sediaan vaksin tersebut.

Kata kunci: aplikasi, vaksin kombinasi ”trivalen”, dan penyakit bakterial

ABSTRACT: Application method of combined “trivalent” vaccine (Aeromonas hydrophila,

Streptococcus agalactiae, and Mycobacerium fortuitum) to prevent significant bacterial

diseases on freshwater aquaculture; by Taukhid, Tuti Sumiati, and Yani Aryati.

The study with aimed to know the best application methods of “three-valent” (Aeromonas

hydrophila-AHL0905-2, Streptococcus agalactiae-N14G, dan Mycobacterium fortuitum-31) vaccine to

prevent of bacterial diseases on freshwater aquaculture has been carried out at laboratory level. The fish

used in the study were catfish, tilapia, and giant goramy; all of the fish species mentioned above are

representative of susceptible species against Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae, and

Mycobacterium fortuitum infection. The treatment applied in the study are application methods of the

vaccine: (A). immersion, (B). oral, (C). immersion+booster, (D). oral+booster, and (E). unvaccinated as a

control group. Effectivity of the application methods were evaluated by the value of antibody titre and

relative percentage survival (RPS) after challange against targeted pathogen. The results of the study

revealed that the RPS value above 50% was achieved by immersion+booster application only. Therefore,

immersion+booster application should be included on the direction use of the mentioned vaccine. Key words: application, “three-valent” vaccine, and bacterial diseases.

Page 24: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.
Page 25: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

SKRINING ISOLAT KANDIDAT VAKSIN BAKTERIN Edwardsiella ictaluri UNTUK

MENCEGAH PENYAKIT Enteric Septicemia of Catfish (ESC) PADA IKAN PATIN (Pangasius

sp.)

Uni Purwaningsih , Hessy Novita, Desy Sugiani dan Septyan Andriyanto

Instalasi Litbang Pengendalian Penyakit Ikan, Jl. Perikanan 13 Depok

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluh Perikanan

E-mail : [email protected] ; [email protected] ; [email protected] :

[email protected]

ABSTRAK

Penyakit Enteric Septicemia of Catfish (ESC) merupakan penyakit potensial pada budidaya ikan

patin yang disebabkan oleh bakteri Edwardsiella ictaluri. E. ictaluri termasuk kelompok golongan bakteri

gram negatif. Infeksi bakteri tersebut ditandai dengan gejala klinis antara lain bercak keputihan pada

organ internal, pendarahan pada pangkal sirip dan ekor. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat

E. ictaluri lokal yang potensial sebagai isolat kandidat vaksin melalui uji karakterisasi dan uji

patogenitas.. Uji patogenitas dilakukan untuk mengetahui tingkat infeksi bakteri E. ictaluri pada ikan

patin dengan melihat pola kematian ikan uji. Sampel patin sakit diperoleh dari lokasi budidaya yang

terduga terinfeksi antara lain dari Jatiluhur, Sukabumi dan Sukamandi. Berdasarkan hasil uji karakterisasi

secara biokimia diperoleh 8 isolat yang definitif sebagai E. ictaluri, hal ini juga didukung dengan

diagnosa persumtif Polymerase Chain Reaction dan sekuensing DNA dimana ke – 8 isolat menunjukkan

pita pada 2000 bp dan memiliki tingkat simiarlity sebesar 99%. Berdasarkan uji patogenitas diperoleh

hasil bahwa isolat E. ictaluri dengan kode Pjh 01 sebagai isolat kandidat vaksin dengan nilai LD50 sebesar

3.23 x 108 cfu.

Kata kunci : E.ictaluri, patin, patogenitas, skrining

Abstract : SCREENING ISOLATE BACTERINE VACCINES CANDIDATE Edwardsiella ictaluri

TO PREVENT Enteric Septicemia of Catfish (ESC) ON CATFISH (Pangasius sp.)

By : Uni Purwaningsih , Hessy Novita, Desy Sugiani dan Septiyan Andriyanto

Enteric Septicemia of Catfish (ESC) is a potential disease of catfish culture caused by bacteria

Edwardsiella ictaluri. E. ictaluri belongs to the class of gram-negative bacteria. The E. ictaluri infection

was characterized by clinical symptoms such as whitish spots on internal organs, bleeding at the base of

the fins and tail. The aim of the study was to obtain potential E. ictaluri local isolate as vaccine candidate

isolates through characterization and pathogenicity testing. The pathogenic test was performed to

determine the level of bacterial infection of E. ictaluri in catfish by observing the change of death pattern.

Sample of sick patin was obtained from the cultivation location of the suspected infected among others

from Jatiluhur, Sukabumi and Sukamandi. Based on biochemical characterization test results, 8 isolates

were identified as E. ictaluri, it was also supported by the persistent diagnosis of Polymerase Chain

Reaction and DNA sequencing where all 8 isolates showed bands at 2000 bp and had a simiarity level of

99%. Based on the pathogenity test, it was found that E. ictaluri isolate with code Pjh 01 as vaccine

candidate isolate with LD50 value of 3.23 x 108 cfu.

Keyword : E.ictaluri, catfish, patogenicity, screening

Page 26: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

EVALUASI RAGAM GENOTIPE TIGA GENERASI IKAN TENGADAK Barbonymus

schwanenfeldii (Bleeker 1854) ASAL KALIMANTAN BARAT BERDASARKAN RAPD

Deni Radona�, Irin Iriana Kusmini, M.H. Fariduddin A, Sri Sundari dan Rudhy Gustiano

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

Jln. Sempur No. 1 Bogor 16151 �[email protected]

ABSTRAK

Dalam rangka keberhasilan suatu program domestikasi dan budidaya berkelanjutan perlu

dilakukan evaluasi keragaman genetik ikan tengadak 3 generasi asal Kalimantan Barat. Analisis

genetik dilakukan secara molekuler menggunakan metode RAPD dengan tiga jenis primer, yaitu

OPA 08, OPA 09 dan OPC 02. Jumlah sampel yang digunakan untuk analisis RAPD sebanyak

10 ekor setiap generasi. Spesimen yang digunakan untuk analisis RAPD adalah sirip caudal.

Hasil analisis menunjukkan persentase polimorfisme dan nilai heterozigositas dari G0 sampai

G2 mengalami penurunan dengan nilai berturut-turut 42,50 % ; 0,163 (G0), 27,50 % ; 0,105

(G1) dan 15,00 % ; 0,071 (G2). Berdasarkan dendrogram hubungan kekerabatan interpopulasi

ikan tengadak hasil domestikasi menunjukkan jarak genetik berkisar 0,36. Jarak genetik terdekat

adalah ikan tengadak G1 dan G2, yaitu sebesar 0,26. Proses domestikasi yang telah dilakukan

dapat menyebabkan penurunan keragaman genotipe ikan tengadak.

Kata Kunci : RAPD; heterozigositas; polimorfisme; generasi; ikan tengadak.

ABSTRACT : Evaluation of genetic diversity of three generations tinfoil barb from West

Kalimantan based on RAPD. By: Deni Radona, Irin Iriana Kusmini, M.H.

Fariduddin A and Sri Sundari.

In order to succes of domestication programe and sustainable of aquaculture, it is necessary to

evaluate the genetic diversity of three generations of tinfoil barb from West Kalimantan.

Genetic analyzest was conducted by genotype trails using RAPD methods with three primers

(OPA 08, OPA 09 and OPC 02). The samples used for the analysis of RAPD was as much as 10

individuals in each generation. Specimens used for RAPD analysis was a caudal fin. The result

showed that the percentage polymorphism and heterozygosity values of G0 to G2 has decreased

with value 42.50 % ; 0.163 (G0), 27.50 % ; 0.105 (G1) and 15.00 % ; 0.071 (G2), respectively.

Based on the dendrogram phylogenetic relationship interpopulation of tinfoil barb of

domesticated showed the genetic distance ranged 0.36. The closest genetic distance was G1 and

G2(0.26).The domestication process that has been done can caused reduction in genotype

diversity of tinfoil barb.

Keywords : RAPD; heterozygosity; polymorphism; generation; tinfoil barb.

Page 27: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KERAGAAN KEMATANGAN GONAD IKAN GABUS (Channa striata)

BERDASARKAN PANJANG BOBOT DAN FAKTOR KONDISI POPULASI PARUNG,

JAWA BARAT

Irin Iriana Kusmini✉, Deni Radona, MH Fariduddin Ath-thar dan

Fera Permata Putri Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

Jl. Sempur No. 1, Bogor 16151

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ikan gabus merupakan komoditas lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Ikan ini sudah

dapat dibudidayakan namun belum optimal. Sejauh ini suplai ikan gabus sebagian besar

merupakan hasil tangkapan dari alam, baik berupa ukuran konsumsi maupun benih. Peningkatan

kebutuhan ikan gabus dapat mempengaruhi populasi di perairan umum dan dapat mengancam

kelangsungan hidup dihabitat aslinya. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

tentang keragaan hasil tangkapan ikan gabus diperairan rawa Parung, Jawa Barat diantaranya

pola pertumbuhan ikan gabus melalui analisis hubungan panjang-bobot, faktor kondisi serta

perkembangan gonad. Koleksi data meliputi pengamatan indeks kematangan gonad, indeks

gonad dan pengamatan pertumbuhan melalui pengukuran hubungan panjang-bobot ikan serta

faktor kondisi. Ikan sampel diambil sebanyak 35 ekor untuk diukur panjang, bobot tubuh dan

bobot gonad. Hasil penghitungan panjang-bobot diperoleh nilai koefisien regresi (b) 2,875, nilai

ini menunjukan bahwa ikan bersifat allometrik negative, dan faktor kondisi ikan berkisar 0,31-

1,89 dengan nilai determinan (R2) 0,95. Jika dilihat dari nilai IG ikan betina yang berkisar 1,76-

66,42 dengan nilai IKG berkisar 0,22-6,94%, angka ini menunjukkan bahwa hasil tangkapan

cenderung ikan-ikan yang telah matang gonad dan terdapat hubungan yang erat antara bobot

gonad dengan bobot tubuh ikan, dengan nilai keragaman ikan jantan 16,31 % dan ikan betina

19,99 %.

Kata kunci : faktor kondisi, Channa striata, indeks kematangan gonad, Parung,

Jawa Barat

Page 28: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

EVALUASI PRODUKSI VAKSIN BAKTERI IN-AKTIF UNTUK PENCEGAHAN

PENYAKIT MOTILE AEOMONADS SEPTICEMIA PADA IKAN LELE (Clarias sp.)

Tuti Sumiati, Taukhid, dan Angela M. Lusiastuti

Instalasi Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Ikan - BRPBATPP

Jl. Perikanan No. 13, Pancoan Mas - Depok

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Vaksinasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan spesifik suatu individu

terhadap suatu penyakit. Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia) disebabkan oleh infeksi

bakteri Aeromonas hydrophila, merupakan salah satu permasalahan dalam perikanan budidaya air

tawar. Hydrovac merupakan sediaan vaksin bakteri dari sel A. hydrophila yang diinaktivasi dengan

penambahan formalin 0,3% (formalin killed) merupakan produk yang diharapkan menjadi salah

satu alternatif untuk pencegahan penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

stabilitas, viabilitas, sterilitas dan kajian keamanan vaksin serta efikasinya pada ikan. Vaksin

disimpan pada refrigerator, kemudian setiap periode tertentu dilakukan pengujian terhadap

viabilititas, sterilitas, keamanan dan efikasinya terhadap ikan lele sebagai model. Vaksin yang

disimpan pada suhu dingin selama 0, 1, 2, 3, 6 dan 12 bulan masih stabil, tidak ada kontaminasi

mikroorganisme dan tidak terjadi pertumbuhan kembali bakteri setelah dilakukan uji in vitro.

Selama penyimpanan tersebut, vaksin masih efektif diaplikasikan dengan tingkat kelangsungan

hidup ikan diatas 60% untuk setiap perlakuan dibandingkan kontrol 40% setelah diuji tantang.

Hasil uji keamanan produk, tingkat kelangsungan hidup ikan setelah vaksinasi rata-rata diatas

96,67%.

KATA KUNCI: penyakit bakteri; vaksin; Motile Aeromonads Septicemia; Aeromonas hydrophila

ABSTRACT: Evaluation of inactive bacterial vaccine production for disease prevention of

Motile Aeromonads Septicemia on freshwater aquaculture. By: Tuti Sumiati, Taukhid, Angela

M. Lusiastuti

Vaccination is one way to improve an individual's specific immunity against a disease. Motile

Aeromonads Septicemia caused by bacterial infection of Aeromonas hydrophila, was one of the

problems in freshwater aquaculture. Hydrovac a bacterial vaccine preparation from Aeromonas

hydrophila cells were inactivated by the addition of 0.3% formalin (formalin killed) is a product

that is expected to be one alternative for the prevention of disease. Stability, viability, sterility, and

vaccine safety were studied as the standardization of product quality. Vaccines were stored in the

refrigerator for 0, 1, 2, 3 and 6 months was still stabel, and there was no contamination and no

bacterial regrowth occurred after the in vitro assays. During storage, the vaccine was still

effectively applied to the fish survival rate was still above 60% for each treatment compared to

Page 29: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

kontrols only 40% after the challenge test. The results of product safety testing, the survival rate of

fish after vaccination on average above 96.67%.

KEYWORDS: bacterial disease; vaccine; Motile Aeromonads Septicemia; Aeromonas hydrophila

Page 30: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KINETIKA DAN DERAJAT PENETASAN SERTA SINTASAN LARVA IKAN

BAUNG (Hemibagrus nemurus) PADA DUA SISTEM

PENETASAN BERBEDA

Vitas Atmadi Prakoso, Jojo Subagja, Deni Radona,

Anang Hari Kristanto, dan Rudhy Gustiano

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Salah satu komoditas ikan air tawar di Indonesia yang memiliki prospek untuk budidaya

adalah ikan baung (Hemibagrus nemurus). Namun, teknologi budidaya ikan baung masih

perlu disempurnakan, khususnya perbenihannya untuk meningkatkan produktivitas

budidaya ikan baung. Salah satu teknologi yang dapat dikembangkan adalah melalui

teknik penetasan telur. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati kinetika penetasan serta

meningkatkan derajat penetasan dan sintasan larva ikan baung melalui dua sistem

penetasan yang berbeda. Penelitian dilakukan di Instalasi Riset Plasma Nutfah Perikanan

Air Tawar, Cijeruk, Bogor pada bulan Agustus 2017. Telur diperoleh dari induk ikan

baung generasi kedua hasil domestikasi (Bobot induk betina: 443,3 ± 70,9 g; Bobot induk

jantan: 486,7 ± 83,3 g). Metode penetasan yang diuji yaitu sistem baki (tray) dan corong

(funnel) dengan masing-masing sistem penetasan terdiri dari empat ulangan. Parameter

yang diamati adalah kinetika penetasan, derajat penetasan, dan sintasan larva selama dua

hari. Pengukuran kualitas air yang diamati meliputi suhu, oksigen terlarut, dan pH. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada kisaran suhu yang sama, larva menetas pertama kali

saat 34 jam setelah pembuahan pada sistem corong. Sementara itu pada sistem baki, larva

pertama kali menetas saat 36 jam setelah pembuahan. Derajat penetasan pada sistem

corong (65,79 ± 5,49 %) lebih tinggi dibandingkan pada sistem baki (30,60 ± 1,91 %)

(P<0,05). Sintasan larva ikan baung selama dua hari tidak berbeda nyata antar sistem

penetasan. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sistem penetasan

pada corong menghasilkan waktu penetasan telur dua jam lebih cepat dan derajat

penetasan yang lebih tinggi dibandingkan sistem baki.

KATA KUNCI: Hemibagrus nemurus; penetasan; kinetika penetasan; sintasan

ABSTRACT: HATCHING KINETIC, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE

OF LARVAE IN ASIAN REDTAIL CATFISH JUVENILE

(Hemibagrus nemurus) ON TWO DIFFERENT INCUBATION

SYSTEMS. By: Vitas Atmadi Prakoso, Jojo Subagja, Deni Radona,

Anang Hari Kristanto, and Rudhy Gustiano

One of the freshwater fish species in Indonesia with good aquaculture prospects is Asian

redtail catfish (Hemibagrus nemurus). However, its aquaculture technology is still needed

to be enhanced especially its hatchery system to improve the aquaculture productivity for

this species. One of the technologies that could be developed is egg-hatching technique.

This study aims to observe the hatching kinetics and increase hatching rate and survival

rate of Asian redtail catfish larvae in two different incubation systems. The research was

conducted at Installation for Freshwater Aquaculture Germplasm Research, Cijeruk,

Bogor in August, 2017. Eggs were obtained from second generation of domesticated

Asian redtail catfish (Female weight: 443.3 ± 70.9 g; Male weights: 486.7 ± 83.3 g). The

hatching methods tested were tray and funnel system with each incubation system

consisting of four replications. The parameters observed were hatching kinetics, hatching

Page 31: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

rate, and two-day survival rate of larvae. Water quality measurements observed include

temperature, dissolved oxygen, and pH. The results showed that at the same temperature

range, the first larvae hatched at 34 h after fertilisation in the funnel system. Meanwhile

in the tray system, the larvae first hatch at 36 h after fertilisation. The hatching rate on the

funnel system (65.79 ± 5.49%) was higher than in the tray system (30.60 ± 1.91%)

(P<0.05). There was no significant different found on survival rate during two days of

larva rearing between each incubation system. Based on these results, it can be concluded

that the funnel incubation system produced two hours faster of egg-hatching time and

higher hatching rate than the tray system.

KEYWORDS: Hemibagrus nemurus; incubation; hatching kinetic; survival rate

Page 32: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

BUDIDAYA KARANG HIAS POLIP BESAR PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

(Plerogyra sp, Physogyra sp, Nemenzophyllia sp) DI ALAM DAN SISTIM RESIRKULASI

Ofri Johan, Rendy Ginanjar

Jl. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. 16436. Indonesia.

Email: [email protected]

ABSTRAK

Karang polip besar cukup tinggi permintaan sebagai karan hias dari Indonesia sehingga perlu

dilakukan penelitian bududayanya. Penelitian ini telah dilakukan pada tahun 2016 untuk melihat

tingkat keberhasilan budidayanya dengan adaptasi pada 2 sistem yang berbeda yaitu sistem pertama

di alam pada kedalaman yang berbeda 5m, 10m dan 15m dengan 3 jenis karang uji (Plerogyra sp,

Physogyra sp dan Nemenzophyllia sp). Sistem kedua yaitu pada farm dengan bak semen dengan

system resirkulasi. Penelitian dilakukan tahun 2016 dengan tujuan untuk melihat tingkat

keberhasilan hidup dalam adaptasi pada kondisi perairan berbeda dan pada sister resirkulasi.

Pengamatan meliputi tingkat kematian, laju pertumbuhan, perubahan warna karang sebagai indikasi

stress karang dan kelimpahan zooxanthellae. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh karang

Physogyra sp mengalami fluktuasi meskipun kembali membaik, sementara dua jenis lain Plerogyra

sp dan Nemenzophyllia sp mengalami perubahan warna kearah kondisi baik pada farm dengan

system resirkulasi. Pengamatan perubahan warna di alam mengalami stress ditandai dengan

perubahan warna kearah putih baik kedalaman 5m, 10m dan 15m. Kelimpahan zooxanthellae

menurun dengan bertambahnya kedalaman, nilainya berkisar antara 284.167 - 1.184.167 cells/mm3

pada koloni karang Plerogyra dan 271.111 – 535.833 cells/mm3 pada koloni karang Physogyra

pada semua kedalaman. Pengamatan tingkat kematian setelah 33 hari diperoleh tingkat kematian

100% pada kedalaman 5m, 10m untuk semua jenis, namun pada kedalaman 15m dapat bertahan

Phygogyra sp dan Plerogyra sp dengan tingkat kematian berturut-turut adalah 71,4% dan 50,0%.

Kematian dan pemutihan yang tinggi berhubungan erat dengan kondisi suhu dan intensitas cahaya

pada bulan Juli-Agustus 2017.

Page 33: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

TRANSFER GEN GREEN FLOURESCENT PROTEINTERHADAP EMBRIO IKAN

CUPANG BETTA SPLENDENS

Eni Kusrini1)

, Alimuddin2)

, dan Syuhada Restu Pratama2)

2)

Peneliti pada Balai Riset Budidaya Ikan Hias 2)

Departemen Budidaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keberhasilan transfer gen green

fluorescent protein (GFP) pada embrio ikan cupang (Betta splendens) menggunakan metode

transfeksi dan elektroporasi. Ikan cupang dipijahkan secara alami dengan perbandingan jantan

: betina adalah 1:1, kemudian telur diambil sebanyak 200 butir/perlakuan. Metode transfeksi

terdiri atas 2 perlakuan (perlakuan dan kontrol) dengan ulangan 4 kali. Metode elektroporasi

menggunakan 3 perlakuan (perlakuan, PBS, kontrol) dan 3 ulangan. Transfer gen dilakukan

pada embrio fase pembelahan 2 sel. Larutan transfeksi dibuat dengan mencampurkan

transfektan (transfast) sebanyak 0,75 µL, DNA 0,25 µL, dan NaCl 99 µL,volume akhir 100 μL

media. Transfeksi dilakukan selama 30 menit pada suhu ruang ±25oC. Metode elektroporasi

menggunakan 4 perlakuan 3 ulangan yaitu konsentrasi DNA 30 µL, 50 µL, perlakuan PBS dan

kontrol. Elektroporasi dilakukan menggunakan program kejut 125 Volt cm-1

, pulse frequency

3x, pulse length 7 mikrodetik, dan interval 1 detik. Dalam kuvet elektroporasiplasmid DNA

dan PBS dicampur hingga mencapai volume akhir 800 µL. Keberhasilan transfer gen GFP

dianalisis menggunakan metode PCR dengan primer spesifik. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa transfeksi pada benih F0 menghasilkan 65% membawa gen GFP, sedangkan dengan

metode elektroporasi sebesar 70%. Derajat penetasan telur pada perlakuan transfeksi adalah

67,08%, sedangkan dengan metode elektroporasi adalah 72,09%. Kelangsungan hidup larva

pada perlakuan transfeksi adalah 73,00%, sedangkan dengan elektroporasi adalah 75,00%.

Dengan demikian, transfer gen pada ikan cupang dapat dilakukan menggunakan metode

transfeksi dan elektroporasi.

Kata kunci: elektroporasi, embrio, ikan cupang, transfeksi, transfer gen

ABSTRACT: Transfer of Green Flourescent Protein Gene to Betta splendens. By:

Eni Kusrini, Alimuddin, and Syuhada Restu Pratama

Transfection and electroporation methodshave a high possibillity to apply towards

transgenic production of small eggs size fish species. This study aimed to examinethe potential

of transfection and electroporation methods to use for transferringa foreign gene into betta fish

(Betta splendens) embryos using green flourescent protein (GFP) gene as a model. Fish were

spawned naturally in the ratio of male: female was 1:1, then the eggs total 200 eggs were taken

for each treatment. Transfection was performed for 30 minutes (room temperature of about 25

℃) at two-cell stage of embryos using transfast reagent. Transfection reaction consisted of 0,75

µL transfast reagen, 0,25 µL GFP expression vector (DNA concentration: 50 µg/µL) and 99 µL

NaCl solution (concentration: 0,9 %). Electroporation was performed using 125 volt cm-1

, 3

times pulse frequency at one second interval and pulse length of 7 microseconds. A volume of

800 µL GFP expression vector solution (DNA concentration: 50 µg/µL) in PBS was used for

electroporation. The successful of foreign gene transfer was determined by PCR method with

GFP specific primers. The results showed that hatching rate of eggs in transfection treatment

was 67.08%, while the electroporation was 72.09%. Survival of larvae in transfection treatment

was 73.00%, while the electroporation was 75.00%. The results of PCR analysis showed that

transfection method allowed 65% of the survived fish carrying GFP gene, whereas the

electroporation method was 70%. Thus, foreign gene transfer in betta fish can be conducted

using the transfection and electroporation method.

Page 34: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2 Keywords: Betta splendens, electroporation, embryo, gene transfer, transfection

Page 35: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

APLIKASI VAKSIN KHV UNTUK IKAN HIAS KOI (Cyprinus carpio) DI LAHAN BUDIDAYA

CISEENG, JAWA BARAT

Erma Primanita Hayuningtyas, Eni Kusrini, Riani Rahmawati, dan Anjang Bangun Prasetio

Balai Riset Budidaya Ikan Hias

Jl. Perikanan No. 13, Pancoranmas, Depok

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ikan Koi merupakan ikan hias yang paling digemari dikalangan pembudidaya ikan hias dan hobiis.

Jenisnya yang bervariasi baik corak maupun warna yang beragam membuat ikan ini selalu digemari.

Namun produksi ikan hias Koi tidak luput dari kendala serangan penyakit viral yaitu Koi Herpes Virus

(KHV) yang dapat menurunkan produksi ikan hias. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi

ikan koi yang berkualitas mencapai ukuran maksimal untuk dijual tanpa ada kendala serangan penyakit

khususnya KHV dapat dilakukan dengan vaksinasi. Instalasi Penelitian dan Pengembangan Pengendalian

Penyakit Ikan telah melakukan penelitian pembuatan vaksin KHV untuk ikan mas dan ikan koi (Cyprinus

carpio). Aplikasi pemberian vaksi KHV guna pencegahan penyakit KHV dilakukan pada Kelompok

Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) Koi di Ciseeng, Jawa Barat. Tujuan kegiatan pengembangan ini

adalah untuk meningkatkan produksi benih berkualitas yang bebas KHV sampai usia jual yang maksimal

atau calon induk. Pemberian vaksi KHV dilakukan dengan metode perendaman. Hasil dari kegiatan

pengembangan ini adalah penggunaan vaksin dapat meningkatkan survival rate benih koi sebesar 82,5%

dibandingkan kontrol 75,9%. Sedangkan pertumbuhan benih yang divaksin lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Sehingga vaksin KHV tersebut dapat direkomendasi sebagai vaksin masa depan untuk

menanggulangi serangan KHV yang sering menyerang ikan mas dan ikan koi.

Kata Kunci: Koi Herpes Virus (KHV), Vaksin, Ikan Koi (Cyprinus carpio Koi)

ABSTRACT: APPLICATION OF KHV VACCINES FOR KOI (Cyprinus carpio) FISH IN

CULTIVATION OF CISEENG CULTIVATION, WEST JAVA

Koi fish is the most popular ornamental fish among ornamental fish farmers and hobbyists. The type that

varies in both shades and different colors make this fish always favored. But Koi ornamental fish

production did not escape from the constraints of viral disease that is Koi Herpes Virus (KHV) which can

decrease the production of ornamental fish. Efforts are made to increase the production of quality koi fish

to reach the maximum size for sale without any problems of disease attacks, especially KHV can be done

with vaccination. Installation of Research and Development of Fish Disease Control has conducted

research on KHV vaccine for carp and koi fish (Cyprinus carpio). Application of KHV vaccination for

KHV disease prevention was carried out in the Koi Fish Cultivation Group (Koi) in Ciseeng, West Java.

The purpose of this development activity is to increase the production of quality seeds that are KHV-free

until the maximum selling age or prospective mothers. KHV vaccination is performed by immersion

method. The result of this development activity is the use of vaccine to increase the survival rate of koi

seeds by 82.5% compared to 75.9% control. While the growth of vaccinated seeds is higher than the

Page 36: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

control. So that KHV vaccine can be recommended as a future vaccine to combat KHV attacks that often

attack carp and koi fish.

Keywords: Koi Herpes Virus (KHV), Vaccine, Koi fish (Cyprinus carpio Koi)

Page 37: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

IDENTIFIKASI PROTEIN PADA MUKOSA EPIDERMIS IKAN RINGAU (Datniodes

quadrifasciatus)

Ahmad Musa dan Sulasy Rohmy

Balai Riset Budidaya Ikan Hias

Jln. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok.

Telp. 021-7520482, email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian untuk mengidentifikasi protein yang terdapat pada mukosa di lapisan epidermis kulit ikan

ringau (Datniodes quadrifasciatus) telah dilakukan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya

Ikan Hias. Ikan uji yang digunakan sebanyak 12 ekor dengan kisaran bobot 316,5 – 2108,5 g dan

panjang 24,8 – 47,5 cm. Jumlah ikan yang diketahui berjenis kelamin jantan dan betina masing-

masing sebanyak dua ekor, sedang delapan ekor lainnya belum diketahui. Pengambilan mukosa

menggunakan spons dan disimpan dalam wadah tabung mikro. Identifikasi protein dilakukan dengan

metode SDS-PAGE. Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa sedikitnya terdeteksi 10 jenis protein

yang berbeda-beda pola dan konsentrasinya pada setiap ikan uji.

Kata kunci : protein, mukosa, Datniodes quadrifasciatus.

Abstract : Identification of Proteins in Epidermal Mucus of Tigerfish (Datniodes quadrifasciatus).

By : Ahmad Musa and Sulasy Rohmy.

A study to identify the proteins contained in epidermal mucus of the tigerfish (Datniodes

quadrifasciatus) have been conducted in the Research and Development Institute for Ornamental Fish

Culture. 12 fish with a weight range of 316.5 to 2108.5 g and length 24.8 to 47.5 cm were used as test

fish. Number of known fish-sex male and female respectively were two fishes, another eight was

unknown. Mucus was collected using a sponge and stored in a micro tube container. Protein

identification performed by SDS-PAGE methods. Electrophoresis results showed that at least 10 types

of protein were detected where the pattern and concentration were different in each test fish.

Keywords : protein, mucus, Datniodes quadrifasciatus.

Page 38: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN HIAS KOI (Cyprinus carpio) PADA KOLAM TANAH

DENGAN APLIKASI VAKSIN KHV (Koi Herpes Virus)

Eni Kusrini, Anjang Bangun Prasetio, Sawung Cindelaras, dan Shofihar Sinansari

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias

Jl. Perikanan No. 13, Pancoranmas, Depok

Tlp/Fax. 012-7520482

ABSTRAK

Tujuan kegiatan pengembangan budidaya ikan hias koi tersebut adalah untuk pencegahan penyakit akibat

infeksi koi herpes virus (KHV) sebagai upaya dapat meningkatkan kelangsngan hidup dan produksi ikan

koi melalui vaksinasi. Penelitian ini menggunakan vaksin KHV yang diproduksi massal pada Instalasi

Penelitian dan Pengembangan Pegendalian Penyakit Ikan (IP4I) melalui pembuatan vaksin inaktif dengan

formalin 0.3% (v/v). Vaksinasi dilakukan secara perendaman selama 30 menit dalam container plastik

dengan dosis 50 mL vaksin untuk 50 L air atau 1 mL vaksin untuk setiap 1 L air. Vaksinasi dilakukan di

desa Babakan, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan masa pemeliharaan selama 3

bulan menggunakan 2 perlakukan vaksinasi dan tanpa vaksinasi (kontrol) dengan 2 ulangan. Hasil yang

diperoleh vaksinasi pada benih ikan koi mampu meningkatkan sintasan benih 100% dibandingkan kontrol

dengan sintasan 85%. Sedangkan pertumbuhan benih ikan koi yang divaksin lebih tinggi dibandingkan

dengan kontrol. Vaksinasi dengan vaksin KHV sangat direkomendasikan sebagai penanggunalangan

serangan KHV yang sering menyerang ikan mas dan koi.

KATA KUNCI: Cyprinus carpio, inaktivasi formalin, KHV, vaksin

ABSTRACT: Development Of Cultivation Of Koi (Cyprinus Carpio) Fish Culture In Land Pool With

Vaccine Application KHV (Koi Herpes Virus) By: Eni Kusrini, Anjang Bangun

Prasetio, Sawung Cindelaras, and Shofihar Sinansari

The objective of the development of koi ornamental fish culture is to prevent the disease due to infection

of koi herpes virus (KHV) as an effort to improve the survival and production of koi fish through

vaccination. This study used mass-produced KHV vaccine at the Research and Development Institute of

Fish Disease Control (IP4I) through the inactivation of vaccine with formalin 0.3% (v/v. Vaccination is

done by immersion for 30 minutes in a plastic container with a dose of 50 mL vaccine for 50 L of water

or 1 mL of vaccine for every 1 L of water. Vaccination was performed in Babakan village, Parung sub-

district, Bogor regency, West Java with a maintenance period of 3 months using 2 vaccinations and

without vaccination (control) with 2 replications. The results obtained by vaccination on koi fish seeds

were able to increase the seed synthesis by 100% compared to control with 85% synthesis. While the

growth of vaccinated koi fish seeds was higher compared to controls. Vaccination with KHV vaccine is

highly recommended as a prevention of KHV attack that often attacks carp and koi.

KEYWORDS: Cyprinus carpio, inactivation of formalin, KHV, vaccine

Page 39: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Perbanyakan In-Vitro Tanaman Hias Air Endemik Kalimantan Bucephalandra, sp untuk

Aquascape Bebas Patogen

Media Fitri Isma Nugraha**1)

dan Rossa Yunita2)

1)

Balai Riset Budidaya Ikan Hias – BRSDM - KKP

Jl. Perikanan No. 13 Pancoran Mas Depok 2)

Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian Bogor

Jl. Tentara Pelajar no 3A Bogor

*) Korespondence autor: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini perbanyakan secara in-vitro tanaman hias air belum pernah dilakukan di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menyediakan benih sekaligus melestarikan tanaman hias air

endemik kalimantan, Bucephalandra, sp. Balai riset Budidaya Ikan hias bekerja sama dengan Balai

besar bioteknologi dan sumberdaya genetik pertanian bogor telah melakukan konservasi materi

genetik dan memperbanyak tanaman dengan menggunakan teknologi kultur in vitro. Metode yang di

gunakan menggunakan medium MS (Murashige & Skoog) yang perkaya dengan zat pengatur tumbuh

BAP konsentrasi 0.1 mg/l. Pengamatan dilakukan selama 9 bulan, secara visual pada trimester

perkembangan . Hasil yang didapatkan adalah, pertumbuhan Bucephalandra, sp sangat bervariasi

tergantung spesiesnya.

Abstract

Study in vitro propagation of aquatic plants has never been carried out in Indonesia. The aim of this

research is to provide the ornamental aquatic plants and save of endemic ornamenal aquatic plant

from Kalimantan, Bucephalandra, sp. Research institut of ornamental fish Ministry Marine and

Fisheries collaboration with Reseach centre for Biotechnology and Agricultural Resources Ministry

Agriculture has made conservation of the genetic material and reproduced the ornamental aquatic

plant using the in vitro culture technique. The method used Murashige & Skoog mediaun enriched

with growth regulator hormone BAP (Benzyl Amino Purine) concentration 0.1 mg / l. Observations

were in 9 months, visually in the developmental in every trimester. The results obtained are, the

growth of Bucephalandra, sp varies greatly depending on the species

Page 40: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

EFEKTIFITAS PRODUKSI VITELOGENIN IKAN ARWANA PINOH

(Scleropages macrocephalus) DENGAN STIMULASI HORMON ESTRADIOL

SECARA INJEKSI DAN ORAL

Ahmad Musa* dan Rina Hirnawati

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias

Jln. Perikanan No. 13, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, 16436, Telp. 021-7520482

*Correspondence author’s email: [email protected]

ABSTRAK

Ikan arwana pinoh (Scleropages macrocephalus) merupakan hias komersil asli Indonesia

yang sebarannya terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Vitelogenin merupakan

protein prekursor kuning telur yang dapat dimanfaatkan untuk proses deteksi kelamin

maupun kematangan gonad ikan betina. Penelitian ini bertujuan untuk merangsang

sintesis Vitelogenin pada ikan arwana pinoh melalui rangsangan hormon Estradiol baik

secara injeksi maupun oral. Tiga ekor ikan arwana diberi rangsangan hormon Estradiol 50

mg/kg bobot badan, dua ekor melalui injeksi pada bagian intraperitoneal dan seekor

secara oral melalui akumulasi pada pakan. Sampel plasma diambil sebelum (kontrol),

tujuh dan sepuluh hari setelah stimulasi rangsangan hormon. Pengujian sampel plasma

hari ke-7 dengan SDS-PAGE pada gel 7.5 % Acrylamide menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan pita pada sumur yang berisi plasma kontrol dan setelah perlakuan. Sumur yang

berisi plasma setelah injeksi maupun oral menunjukkan pita tebal yang berbeda dari

kontrol pada berat molekul 180 kiloDalton. Hasil ini menunjukkan bahwa stimulasi

hormon secara oral selain lebih mengacu ke animal welfare juga efisien untuk proses

produksi Vitelogenin ikan arwana. Proses stimulasi hormon estradiol secara oral untuk

produksi Vitelogenin merupakan metode baru yang dapat digunakan selain secara injeksi.

KATA KUNCI : Vitelogenin, arwana pinoh, Scleropages macrocephalus, estradiol, oral

ABSTRACT

The effectivity of Arowana Pinoh (Scleropages macrocephalus) Vitellogenin production

using estradiol stimulation by injection and oral. Arowana pinoh (Scleropages

macrocephalus) is an Indonesian native commercial ornamental fish which it’s spreading

are was in Sumatra, Kalimantan and Papua. Vitellogenin is an egg yolk protein

precursor which can be utilized for the detection of female fish sex and gonadal maturity.

This study was aimed to stimulate the synthesis of Vitellogenin on arowana pinoh through

Estradiol stimulation either by induction or oral. Three arowana fishes was given

Estradiol stimulation 50 mg/kg body weight, two of them through intraperitoneal

induction and one through orally by accumulation in feed. Plasma samples were taken

before (control), seven and ten days after hormonal stimulation. Investigation using SDS-

PAGE on a 7.5% Acrylamide gel showed that there was band difference on wells that

contain plasma control and after treatment. Wells containing plasma after oral and

induction showed a thick band that is different from the control on 180 kiloDalton of the

molecular weight. These results indicated that orally Estradiol stimulation in addition to

referring more to animal wellfare was also efficient for the Vitelogenin production

process of arowana pinoh. The process of orally estradiol stimulation to produce

Vitelogenin was a new method that can be used rather than induction.

KEYWORDS: Vitellogenin, arowana pinoh, Scleropages macrocephalus, Estradiol,

oral

Page 41: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

INTERAKSI KALSIUM KARBONAT DAN PADAT TEBAR TERHADAP KERAGAAN

PERTUMBUHAN DAN SINTASAN BENIH IKAN

RAINBOW KURUMOI (Melanotaenia parva)

Nurhidayat1 dan Nuriwati

2

1. Balai Riset Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok

1*Balai Riset Budidaya Air Tawar Dan Penyuluhan Perikanan Ikan Hias

Jl. Sempur No. 1 Kota Bogor

Tlp/Fax :0251-8313200

e-mail:[email protected]

2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Satya Negara Indonesia

Jl. Arteri Pondok Indah No.11, Kebayoran Lama Utara, Kebayoran Lama, Jakarta 12240,

e-mail:[email protected]

Abstract

Rainbowfish Kurumoi (Melanotaenia parva) is endemic ornamental fish from Papua, currently

in its natural habitat is endangered and rarely found. Until now these fish have succeedded

domestication and spawning in research and development centers of ornamental fish culture Depok.

The problems that arise from the fish farming is the low rate of growth and a high mortality rate

allegedly due to decreased water quality and stocking density is not appropriate. Hardness is one

element that acts as the contributor of calcium wich normally binds to the anion as a constituent of the

carbonate and bicarbonate alkalinity. This study was conducted to determine the effect of calcium

carbonate and stocking density on the growth and survival of fish seed Rainbow Kurumoi. Treatment

consisted of two factors, the factor A (addition of CaCO3) consisting of 4 dose levels is 0 mg/l CaCO3,

25 mg/l CaCO3, 50 mg/l CaCO3, 75 mg/l CaCO3. And factor B (stocking density) consists of 3 levels,

the stocking density 10 fish/l, 15 fish/l and 20 fish/l, respectively each repetition as much as 3 times.

The treatment used in the field with a total combined treatment consisting of 36 units,respectively –

each unit is equipped aeration experiment. The feed is in the form of natural food (Moina) with a

frequency of twice daily and given ad satiation. The results obtained by the best from factor A dose of

50 mg/l CaCO3 generate growth in length o,690 ± 0,380 cm and weigting 0,042 ± 0,022 grams with a

survival rate of 98,89 ± 1,92%. The best result of factor B with stocking density, stocking densities

obtained 10 fish/l, 15 fish/l and 20 fish/l with growth of 0,692 ± 0,301 cm long and 0,053 ± 0,018

gram weight with survival rate of 100 ± 0,00%. The results obtained with the combination dosage

from of interaction CaCO3 and stocking density obtained the best result at a dose 50 mg/l CaCO3 and

stocking density 10 fish/l result in the growth of 1,075 ± 0,642 cm long and weighing 0,067 ± 0,046

gram with survival rate of 100 ±0,00%.

Keywords: Rainbow Kurumoi, CaCO3 dose, Stocking density, Growth and Survival

Abstrak

Ikan Rainbow Kurumoi (Melanotaenia parva) adalah ikan hias endemik dari Papua, saat ini di

habitat aslinya sudah hampir punah dan mulai jarang ditemukan. Sampai saat ini ikan ini sudah berhasil

di domestikasikan dan dipijahkan di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok.

Permasalahan yang muncul dari budidaya ikan ini adalah rendahnya laju pertumbuhan dan tingkat

kematian yang tinggi yang diduga akibat penurunan kualitas air dan padat tebar yang tidak sesuai.

Kesadahan merupakan salah satu unsur yang berperan sebagai penyumbang kalsium yang biasanya

berikatan dengan anion sebagai penyusun alkalinitas yaitu karbonat dan bikarbonat. Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan kalsium karbonat dan padat tebar terhadap

pertumbuhan dan sintasan benih ikan Rainbow Kurumoi. Perlakuan yang diberikan terdiri dari dua

Page 42: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

faktor, yaitu faktor A (penambahan CaCO3) yang terdiri dari 4 taraf yaitu dosis 0 mg/l CaCO3, 25 mg/l

CaCO3, 50 mg/l CaCO3, 75 mg/l CaCO3 dan faktor B (padat tebar) terdiri dari 3 taraf, yaitu padat tebar

10 ekor/l, 15 ekor/l dan 20 ekor/l, masing – masing dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Perlakuan

yang digunakan dengan total kombinasi perlakuan dilapangan terdiri dari 36 unit, masing – masing unit

percobaan dilengkapi aerasi. Pakan yang diberikan berupa pakan alami (Moina) dengan frekuensi dua

kali sehari dan diberikan secara ad satiation. Hasil penelitian terbaik diperoleh oleh faktor A berupa

dosis CaCO3 dengan dosis 50 mg/l CaCO3 menghasilkan pertumbuhan panjang 0,690 ± 0,380 cm dan

berat 0,042 ± 0,022 gram dengan sintasan sebesar 98,89 ± 1.92%. Hasil terbaik dari faktor B dengan

padat tebar diperoleh padat tebar 10 ekor/l dengan pertumbuhan panjang 0,692 ± 0,301 cm dan berat

0,053 ± 0,018 gram dengan sintasan sebesar 100 ± 0,00%. Hasil terbaik adanya interaksi dosis CaCO3

dan padat tebar diperoleh hasil terbaik pada dosis 50 mg/l CaCO3 dan padat tebar 10 ekor/l dengan

pertumbuhan panjang 1,075 ± 0,642 cm dan berat 0,067 ± 0,046 gram serta sintasan sebesar 100 ±

0,00%.

Kata kunci: Rainbow Kurumoi, Dosis CaCO3, Padat Tebar, Pertumbuhan dan Sintasan

Page 43: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

PENGLONAN GEN PENYANDI VIRAL PROTEIN 15 (VP-15) WSSV DAN

APLIKASINYA SEBAGAI VAKSIN REKOMBINAN PADA UDANG WINDU

Andi Parenrengi, Sri Redjeki Mulyaningrum, Andi Tenriulo, dan Agus Nawang.

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

ABSTRAK

White spot syndrome virus (WSSV) merupakan salah satu virus patogen paling berbahaya

yang menyebakan kematian udang budidaya yang meluas di dunia termasuk udang windu

Penaeus monodon di Indonesia. Nuecapsid viral protein 15 (VP-15) memiliki perang

yang sangat penting pada infeksi udang secara sistematis. Oleh karena itu, gene VP-15

WSSV dapat dikembangkan untuk menginduksi respon imun dan netralisasi infeksi

WSSV pada udang penaeid. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan melakukan

pengklonan gen penyandi VP-15 dari WSSV, serta menganalisis aplikasinya sebagai

vaksin rekombinan atau dikenal sebagai dsRNA pada udang windu. Gen VP-15 diisolasi

dari udang windu yang terinfeksi WSSV dan dikloning ke dalam vektor TOPO TA

Cloning Kit dan selanjutnya ditranformasikan ke bakteri Escheria coli DH5α The plasmid

diisolasi untuk keperluan sekuensing nukleotida. Produksi vaksin rekombinan dilakukan

dengan teknik in-vitro menggunakan kit MEGAscript RNAi dan diaplikasikan ke udang

windu melalui metode injeksi dengan dosis tunggal 0,2 µg dan kontrol tanpa vaksin.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen penyandi VP-15 telah berhasil diisolasi dari

udang windu dan produksi vaksin rekombinan telah dilakukan secara in-vitro. Analisis

sekuens nukleotida memperlihatkan bahwa sisipan DNA mengandung 253 bp dan analisis

BLAST-N menunjukkan kemiripan yang tinggi (sampai 99%) dengan VP-15 pada

GenBank. Penggunaan vaksin rekombinan dengan dosis 0,2 ug memperlihatkan sintasan

udang windu yang lebih tinggi 36,7% dibandingan dengan tidak menggunakan vaksin

dsRNA (kontrol). Histopatologi jaringan hepatopabkreas menunjukkan adanya kerusakan

inti sel pada udang yang tidak divaksin akibat dari infeksi virus. Gene VP-15

menunjukkan potensi yang besar dalam produksi vaksin recombinan dsRNA melawan

inveksi WSSV.

Katakunci: Pengklonan; VV-15 WSSV; vaksin rekombinan; dsRNA; udang windu.

ABSTRACT: Cloning of a gene encoding viral protein 15 (VP-15) of white spot

syndrome virus and its Application of recombinant vaccine to tiger

shrimp Penaeus monodon. By: Andi Parenrengi, Sri Redjeki

Mulyaningrum, Andi Tenriulo, and Agus Nawang

White spot syndrome virus (WSSV) is one of the most virulent virus that has led to

severe mortalities of cultures shrimp worldwide, included tiger shrimp Penaeus monodon

in Indonesia. A nucleocapsid viral protein-15 (VP-15) of WSSV plays an important role

in the systemic infection of shrimp. Based on this protein, it is possible to develop for

inducing the immune response and neutralize WSSV infection of penaeid shrimp. The

aim of this study is to isolate and clone the VP-15 WSSV as well as to assess the

application its dsRNA vaccine to tiger shrimp. VP-15 gen was isolated from the

genomic DNA of infected tiger shrimp and cloned into the TOPO TA Cloning kit and

transformed to the Escheria coli DH5α The VP-15 was isolated from the plasmid for

nucleotide sequencing. The dsRNA vaccine from VP-15 was produced on in-vitro by

using the MEGAscript RNAi kit and applied to protect the tiger shrimp by muscular

injection at single dozes of 0.2 µg and without dsRNA as a control treatment. The results

of study showed the successful in isolation and cloning of VP-15 gene from tiger shrimp,

as well as production of dsRNA by in-vitro. Analisis of nucleotide sequence showed that

the insert DNA contained about 253 bp and BLAST-N analysis showed the high

similarity (up to 99%) with VP-15 gene deposed in the GenBank. Application of dsRNA

showed that the doses of 0.2 µg showed the higher survival rate 36.7% compared with

Page 44: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

without dsRNA application (control). Hepatopankreas histology indicated that the broken

cell on the un-vaccinated tiger shrimp by infection of virus The VP-15 gene is very

promising as a candidate for recombinant vaccine dsRNA against WSSV infection.

Keywords: Cloning; VP-15 WSSV; recombinant vaccine; dsRNA; tiger shrimp.

Page 45: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

CRABLET PRODUCTION OF MUD CRAB Scylla tranquebarica BY THEIR LARVAE

REARING SUPPLEMENTED WITH DIFFERENT DOSAGES OF COMMERCIAL

FEED

Gunarto*, M. N. Syafaat, Herlinah, Sulaeman and Muliani

Research Institute for Coastal Aquaculture and Fisheries Extension

Maros 90512 South Sulawesi, Indonesia

[email protected]

Abstract

Usually, only rotifer and Artemia nauplii are given to the mud crab larvae rearing until larvae

develop to the crablet stage. The supplementation of commercial feed at zoea-3 stage is

expected to provide an essential nutrient required for larvae growth and development. The

research aimed at determining the suitable dosage of commercial feed for successful larval

rearing in hatchery. The healthy new hatched larvae are stocked in the tank at the density of 100

ind./L. The larvae from zoea-1 to zoea-2 and from zoea-3 to megalopa stages are fed on rotifer

and Artemia naupli respectively. Microbound commercial feed sized <100 micron (protein

52%, fat 14,5%, fiber 3% and water content 10%) was supplemented to the larvae from zoea-3

to crablet stage at different dosages namely: a). 0.5 mg/L/2 days; b). 0.75 mg/L/2 days; c). 1.0

mg/L/2 days ; d). 1.25 mg/L/2 days. Water exchanged in the larvae rearing tank was started at 7

dph until 27 dph at a rate of 10 to 50% of total water in the tank. Larvae population, megalopa

occurrence index (MOI) and crablet production were calculated. Water quality (ammonium,

nitrite, Total Organic Matter (TOM), total Vibrio sp was also monitored. The LDI, MOI, and

crablet production from each treatment were compared and tested using voneway- ANOVA and

continuou to Tukey test (α=0.05) whenever any significant difference among treatments was

found. The result showed that the survival rate of larvae at zoea-5 ranged 29-33%. The LDI

values were not significantly different (P>0.05) among treatments. However, the value of MOI

of treatment A and B at 21 dph (the fourth days of megalopa occurrence) were significantly

higher (P<0.05) compared with treatment C and D. In addition, the crablet production at

treatment B, C and D were significantly higher (P<0.05) compared with treatment A. From this

research can be concluded that supplementation of commercial feed in larval rearing of S.

tranquebarica can applied at the dosages of 0.75-1.25 mg/L/2-days from zoea-3 until crablet

(C-7) stage.

Key word: mangrove crab, Scylla tranquebarica, dosage, supplemented feed

Page 46: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

DETEKSI Vibrio harveyi MENGGUNAKAN PRIMER IAVh PADA BENUR UDANG YANG

DIINFEKSI DENGAN LAMA PERENDAMAN YANG BERBEDA

Ince Ayu K Kadriah*1, Nurbaya

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129. Maros 90511, Sul-Sel

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Metode deteksi dini bakteri Vibrio berpendar patogenik akan sangat membantu dalam

pencegahan awal yang tepat waktu untuk mengurangi kematian udang akibat Vibriosis. Penelitian ini

bertujuan untuk mengukur sensitivitas primer haemolysin IAVh dalam mendeteksi Vibrio harveyi

patogen pada benur udang windu. Penelitian dilakukan di laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) di Maros Sulawesi Selatan. Pada

penelitian ini benur udang windu diinfeksi dengan bakteri V. harveyi patogen menggunakan metode

perendaman pada konsentrasi 105, 10

6, dan 10

7

CFU/mL. Pengambilan sampel dilakukan pada waktu

pemaparan 6 jam, 12 jam, dan 24 jam. Keberadaan gen haemolysin dideteksi dengan primer IAVh

menggunakan Tehnik PCR (Polymerase Chain Reaction). Hasil elektroforesis memperlihatkan bahwa

pada pemaparan 6 jam sudah dapat terdeteksi keberadaan bakteri V. harveyi patogen walaupun pita DNA

yang dihasilkan masih terlihat tipis. Pada pemaparan 12 jam terlihat sangat jelas pita-pita DNA dari

bakteri V. harveyi patogen. Sedangkan pada pemaparan 24 jam sudah tidak terdeteksi keberadaan gen

haemolysin dari bakteri V. harveyi patogen. Hasil yang sama diperoleh untuk semua konsentrasi bakteri

yang dicobakan. Hal ini diduga disebabkan terjadinya penurunan populasi bakteri V. harveyi yang hidup

dalam tubuh dan media pemeliharaan udang. Pentingnya deteksi cepat diawal udang terinfeksi bakteri (0

– 12 jam) karena setelah 12 jam paska infeksi sudah sulit untuk mendeteksi keberadaan bakteri patogen di

dalam tubuh udang.

Kata kunci: Primer spesifik, bakteri Vibrio berpendar patogenik, metode PCR, udang windu

Page 47: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

PENGGUNAAN TEPUNG DAUN MURBEI DALAM PAKAN PEMBESARAN KEPITING

BAKAU, Scylla olivacea

Kamaruddin, Usman, dan Asda Laining

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros, Sulawesi Selatan 90511

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Kepiting bakau merupakan hewan pemakan segala (omnivora), dapat mencerna bahan

nabati dengan baik sehingga bahan tersebut berpotensi digunakan sebagai bahan baku utama yang

diramu menjadi pakan yang “low-cost effective” salah satu bahan nabati tersebut adalah daun

murbei. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis optimum penggunaan tepung daun

murbei dalam pakan pembesaran kepiting bakau. Hewan uji yang gunakan berupa juvenil kepiting

bakau yang memiliki ukuran rata-rata sekitar 50 g, menggunakan krab box sebanyak 120 buah

dengan kepadatan 1 ekor/box. Perlakuan yang dicobakan adalah kandungan daun murbei yang

berbeda dalam pakan yaitu: (DM ) 10%; (DM) 12,5%; (DM) 15%; (DM) 17,5%; (DM) 20% dan

(DM0) 0% (kontrol). Pakan tersebut memiliki kandungan sekitar 35%, lemak 6,3%, energi 2626

kkal DE/kg. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan petang hari sebanyak 3-5% per hari. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa meskipun secara deskriptif rata-rata pertumbuhan tertinggi terjadi

pada kepiting bakau yang diberi pakan dengan kandungan tepung daun murbei sebanyak 10%

dalam pakan, namun secara statistik menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun murbei hingga

20% dalam pakan pembesaran kepiting tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata diantara

perlakuan (P>0,05) bagi pertumbuhan dan sintasan kepiting bakau. Ecdisteron yang terkandung

dalam daun murbei tampaknya belum memberikan pengaruh positif yang signifikan dalam

peningkatan pertumbuhan (molting) juvenil kepiting bakau. Meskipun penambahan kandungan

daun murbei di atas 10% dapat mempengaruhi kecernaan total pakan (P<0,05), sedangkan

penambahan di atas 15% kandungan daun murbei dalam pakan juga mempengaruhi kecernaan

protein pakan (P<0,05).

KATA KUNCI: Daun murbei, pakan pembesaran, Scylla olivacea

ABSTRACT: The use of mulberry leaf meal in feed enlargement mud crab Scylla olivacea, By:

Kamaruddin, Usman and Asda Laining.

Mud crab is an animal eating everything (omnivorous), can digest the plant material so

well that the material could potentially be used as the main raw materials are mixed into feed that

"low-cost effective" one of the vegetable material is mulberry leaves. The purpose of this study is to

obtain the optimum dose use mulberry leaf meal in feed enlargement mud crab. Test animals were

used in the form of juvenile mud crabs which have an average size of about 50 g, using krab box of

120 pieces with a density of 1 fish / box. The treatment is tested is different mulberry leaf content in

the feed, namely: (DM) 10%; (DM) 12.5%; (DM) 15%; (DM) 17.5%; (DM) 20% and (DM0) 0%

(control). The feed has a content of about 35%, fat 6.3%, Energy 2626 kcal DE / kg. Feeding is

done in the morning and evenings as much as 3-5% per day. The results showed that although

Descriptive average highest growth of mangrove crabs are fed with content of flour mulberry

leaves as much as 10% in feed, but statistics show that the use of flour mulberry leaves up to 20%

in feed enlargement crab did not show any difference real among treatments (P> 0.05) for the

growth and survival rate of mud crab. Ecdisteron contained in mulberry leaves apparently not

provide a significant positive effect on growth (molting) juvenile mud crab. Although the addition

of mulberry leaf content above 10% can affect the total digestibility of feed (P <0.05), while the

Page 48: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

addition of above 15% mulberry leaf content in feed also affects protein feed digestibility (P

<0.05).

KEYWORDS: Mulberry leaves, feed enlargement, Scylla olivacea

Page 49: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

STUDI PERKAWINAN SILANG ANTAR POPULASI KEPITING BAKAU,

Scylla tranquebarica (Fabricius, 1798)

Muhammad Nur Syafaat, Gunarto dan Sulaeman

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

Jl. Makmur Dg Sitakka, No.129, Maros. 90512, South Sulawesi, Indonesia

*e-mail : [email protected]

Abstrak

Perkawinan silang (crossbreeding/outbreeding) dalam satu spesies (intra-spesies) dari

induk yang memiliki variasi genetik yang berbeda diharapkan menghasilkan heterozigositas yang

akan menguatkan individu-individunya terhadap perubahan lingkungan. Pada penelitian ini,

perkawinan silang kepiting bakau dilakukan dengan mengkombinasikan pasangan jantan dan betina

dari tiga lokasi yang berbeda yaitu Maros, Kendari dan Balikpapan. Parameter yang diamati yaitu

keberhasilan kawin antar populasi, keberhasilan perkawinan berdasarkan rasio ukuran jantan dan

betina, waktu yang dibutuhkan dari mulai dipasangkan sampai kawin, waktu yang dibutuhkan

setelah kopulasi sampai memijah, masa inkubasi dan produksi larva zoea1 dan krablet. Hasil

penelitian menunjukkan dari total 22 pasangan antar populasi didapatkan 5 pasangan yang berhasil

kawin (22,72%) dan waktu yang diperlukan sejak dipasangkan sampai melakukan kawin (kopulasi)

adalah 5-9 hari. Pasangan yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih jauh memiliki tingkat

keberhasilan kawin yang lebih tinggi dibandingkan pasangan yang memiliki hubungan kekerabatan

yang lebih dekat yaitu 26,67% dan 14,28% secara berurutan namun waktu yang dibutuhkan sejak

dipasangkan sampai kawin lebih lama pada pasangan yang memiliki hubungan kekerabatan yang

lebih jauh dibandingkan dengan pasangan yang memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat

yaitu 7 dan 5 hari secara berurutan. Pasangan yang memiliki ukuran jantan yang lebih kecil dari

betina dapat melakukan prekopulasi namun keberhasilan untuk melakukan kopulasi lebih tinggi

untuk pasangan yang memiliki ukuran jantan yang lebih besar.

Keywords : perkawinan silang, antar populasi, kepiting bakau

Page 50: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

PERFORMA REPRODUKSI UDANG WINDU, Penaeus monodon TRANSGENIK

PASCA INSEMINASI BUATAN MENGGUNAKAN SUMBER SPERMATOFOR

YANG BERBEDA

Samuel Lante, Andi Tenriulo, dan Andi Parenrengi

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Maros

Jl. Mamur Dg. Sitakka No. 129, Maros, Sulawesi Selatan 90511

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Udang windu transgenik merupakan udang hasil rekayasa dengan mengintroduksikan

gen antivirus yang diisolasi dari udang windu untuk menghasilkan genotipe yang lebih

baik.Domestikasi udang windu transgenik pmAV untuk menghasilkan calon induk secara

morfologis sudah mencapai bobot ≥ 100 g/ekor udang betina dan ≥ 70 g/ekor udang

jantan.Udang windu tersebut dapat memijah dan manghasilkan telur, tetapi telurnya tidak fertil

disebabkan pembuahan tidak terjadi atau udang betina tidak kawin ditandai tidak membawa

spermatofor ditelikumnya.Upaya untuk mendapatkan telur fertil udang adalah inseminasi buatan

(IB).Tujuan penelitian untuk mengevaluasi performa reproduksi udang windu transgenik

dengan IB menggunakan sumber spermatofor yang berbeda. Penelitian ini dirancang dengan

tiga perlakuan yaitu: IB menggunakan spermatofor udang windu transgenik (SJT), spermatofor

udang windu perairan Sulawesi Selatan (SJS),dan spermatofor udang windu perairan Aceh

(SJA).IB dilakukan pada induk udang windu betina transgenik setelah dua hari moulting. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa udang windu transgenik perlakuan SJT menghasilkan total

fekunditas sebanyak 1.097.205 butir dari 13 ekor induk memijah, total telur fertil adalah

766.949 butir dari 8 ekor dan total nauplii sebanyak 410.390 ekor, perlakuan SJS menghasilkan

total fekunditas sebanyak 961.953 butir dari 8 ekor induk memijah, total telur fertil adalah

535644 butir dari 4 ekor induk memijah dan total nauplii sebanyak 287.560 ekor, sedangkan

perlakuan SJA menghasilkan total fekunditas sebanyak 852.682 butir dari 12 ekor induk

memijah, total telur fertil adalah 678.016 butir dari 8 ekor induk memijah, dan total nauplii

sebanyak 371.983 ekor. Namun daya tetas telur fertil pada ketiga perlakuan relatif sama yaitu

53,5% pada SJT, 53,7% pada SJS, dan 55,0% pada SJA.Vitalitas benih udang dengan

perendaman formalin konsentrasi berbeda, perendaman air tawar dan pengeringan waktu

berbeda menghasilkan sintasan larva yang relatif sama antar ketiga perlakuan. Demikian pula

nilai morfologi larva perlakuan SJT (85) dan SJA (84.5) tidak berbeda, namun keduanya relatif

lebih tinggi dibandingkan nilai morfologi larva perlakuan SJS yaitu 75.Hasil penelitian ini

mengindikasikan bahwa IB menggunakan spermatofor udang jantan transgenik, jantan alam

perairan SulSel dan perairan Aceh pada induk udang windu betina transgenik memberikan

performa reproduksi induknya dan vitalitas larva udang yang dihasilkan tidak berbeda antara

ketiga perlakuan.

ABSTRACT:REPRODUCTION PERFORMANCE OF TRANSGENIC TIGER SHRIMP,

Penaeus monodon BY ARTIFICIAL INSEMINATION USING DIFFERENT

SOURCE OF SPERMATOPHORES, By : Samuel Lante, Andi Tenriulo, and

Andi Parenrengi

Transgenic tiger shrimp Penaeus monodon is a genetic manipulation organism by

introduction of antivirus gene isolated from tiger shrimp itself to produce the superior fenotype.

Page 51: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

Domectication of transgenic tiger shrimp broodstock production on pond would be reach in

body weight of ≥ 100 g/ind for female and ≥ 70 g/ind for male. The broodstock colud be

spawned to product eggs, but it was not fertile due to the unmating process by indication of un-

bearing spermatophore at telicum of female tiger shrimp. To obtain the fertile egg, artificial

insemination (IB) should be performed to tiger shrimp broodstock. This study aimed to evaluate

the reproduction performance of transgenic tiger shrimp by IB using different source of

spermatophores, such as : transgenic male spermatophore (SJT), spermatophore wild male from

South Sulawesi (SJS) and spermatophore wild male from Aceh (SJA). IB was conducted to

female two days after moulting. The results showed that transgenic tiger shrimp treatment SJT

produced total fecundities, total fertile, and total nauplii respectively: 1,097,205 eggs from 13

broodstock after spawned, 766,949 pcs, and 410, 390 ind. Transgenic tiger shrimp treatment

SJS produced total fecundities was 961,953 eggs from 8 broodstock, total fertile eggs was

535,644 pcs, and total nauplii was 287,560 ind, and transgenic tiger shrimp treatment SJA

produced total fecundities was 852,682 pcs, total fertile egg was 678,016 pcs, and total nauplii

was 371,983 ind. Nevertheless the hacthing rate of fertile eggs of third treatments relatifely

sames was 53,5% for SJT, 53,7% for SJS, dan 55,0% for SJA. Result of larval vitality test by

soaking formalin and freshwater treatment as well as drying at different duration showed no

significant difference of larvae survival rate among three treatments. The scoring of larval

morphology was also not significantly different with value 85.8, 84.5 and 75.0 for SJT, SJS and

SJA respectively. The results indicated that reproduction of transgenic tiger shrimp of female by

IB at different source of spermatophores was not significantly affected to hatching rate, larval

performance of vitality and morphology of transgenic tiger shrimp, Penaeus monodon.

Page 52: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

APLIKASI VAKSIN dsRNA VP-24 PADA UDANG WINDU Penaeus monodon

DENGAN DOSIS BERBEDA

Sri Redjeki Hesti Mulyaningrum, Andi Parenrengi, Bunga Rante Tampangallo dan

Ike Trismawanty

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Upaya peningkatan produksi udang windu Penaeus monodon terus ditingkatkan, salah

satunya dengan peningkatan respon imun udang terhadap serangan penyakit WSSV.

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon imun udang terhadap pemberian

vaksin dsRNA VP-24 pada berbagai dosis. Konstruksi vaksin dsRNA VP-24 sebagai

bahan vaksin dilakukan menggunakan Megascript kit dengan DNA genom VP-24 sebagai

template. Vaksinasi dilakukan dengan metode injeksi pada udang windu yang berukuran

rata-rata (15,88±3,50) gram, dan dipelihara dalam bak terkontrol selama 5 hari. Dosis

vaksin yang diujikan adalah 2 µg; 0,2 µg dan 0,02 µg, sebagai kontrol adalah udang yang

tidak diberi vaksin. Penelitian terdiri dari 8 unit dengan 2 ulangan untuk masing-masing

perlakuan. Uji tantang dilakukan dengan menginjeksi virus WSSV. Pengamatan terhadap

kelangsungan hidup udang dilakukan setiap hari, sedangkan pengamatan total hemocyte

count (THC) dan ProPO dilaksanakan pada hari I, III dan VI setelah diinfeksi WSSV.

Pada akhir pengujian dilakukan pengambilan sampel hepatopankreas untuk analisa

histopatologi. Analisis data dilakukan secara secara statistic dengan analisis ragam

(ANOVA). Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa injeksi vaksin dsRNA VP-24

dengan dosis 0,2 µg memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kelangsungan hidup dan

respon imun udang (P<0,05). Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kelangsungan

hidup udang windu sebesar 65%.

Kata kunci: dsRNA, VP-24, P. monodon, WSSV, dosis

APPLICATION of dsRNA VP-24 VACCINE ON Penaeus monodon IN

DIFFERENT DOSES. By Sri Redjeki Hesti Mulyaningrum, Andi Parenrengi,

Bunga Rante Tampangallo and Ike Trismawanty

Efforts to increase tiger shrimp production Penaeus monodon are continue to be

improved, one of the efforts is by increasing of shrimp immune response to against

WSSV disease. This study aims to evaluate shrimp immune response to dsRNA VP-24

vaccination at various doses. Construction of dsRNA VP-24 vaccine was performed using

Megascript kit with the VP-24 DNA genome as a template. Vaccination was done by

injection method on (15.88 ± 3.50) gram shrimp, and reared in a controlled bath for 5

days. The tested vaccine dose is 2 μg; 0.2 μg; 0.02 μg, and unvaccinated shrimp as

control. The study was consisted of 8 units with 2 replications for each treatment. The

challenge test was performed by injecting the WSSV virus. Observation on shrimp

survival rate was done daily, while total hemocyte count (THC) and ProPO observation

were performed on 1st day, 3

rd day and 6

th day after WSSV infection. At the end of

experiment, sampling of hepatopancreas for analysis was performed. Data was

statistically analyzed by ANOVA. Injection of 0.2 µg dsRNA VP-24 vaccine had

significantly effect to survival rate and immune response of shrimp (P<0,05). Present

study increase the survival rate of shrimp P. monodon up to 65%.

Page 53: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

Keywords: dsRNA, VP-24, P. monodon, WSSV, dose

Page 54: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

APLIKASI PAKAN BUATAN DALAM PEMELIHARAAN LARVA

KEPITING BAKAU, Scylla olivacea

Usman*)

, Kamaruddin, dan Asda Laining

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

Jl. Mamur Dg. Sitakka No. 129, Maros, Sulawesi Selatan 90511

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Adanyamolting death sindromyang umumnya terjadi pada stadia zoea-5 ke megalopa dan ke

crablet-1 diduga berkaitan dengan ketidakcukupan nutrien yang dikonsumsi larva, sehingga

perlu dicobakan penggunaan pakan buatan (mikro) pada stadia tersebut. Penelitian ini bertujuan

untuk mendapatkan dosis optimum penggunaan pakan buatan untuk mensubstitusi penggunan

naupli artemia dalam pemeliharaan larva kepiting. Hewan uji yang digunakan adalah larva

kepiting bakau stadia zoea 4-5. Hewan ujitersebut dipelihara dalam wadah bak fibre berisi air

laut 150 L dengan kepadatan 12 ind/L. Perlakuan yang dicobakan adalah pemberian pakan uji

berupa: naupli artemia sebanyak 100% (100% Art), naupli artemia 75% + pakan mikro 25%

(75% Art + 25% MD), naupli artemia 50% + pakan mikro 50% (50% Art + 50% MD), naupli

artemia 25% + pakan mikro 75% (25% Art + 75% MD), pakan mikro 100% (100% MD). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada penggunaan naupli artemia 50% + pakan mikro 50%

didapatkan sintasan krabet-1 tertinggi (5,6%) dan berbeda nyata (<0,05) dengan sintasan krablet

pada penggunaan 100% naupli artemia (sintasan 2,4%) dan 100% pakan mikro (sintasan 2,1%).

Bobot tubuh, lebar karapaks krablet, dan aktivtas enzim pencernaan relatif sama di antara

perlakuan. Penggunaan pakan mikro dapat menggantikan 50% penggunaan artemia dalam

pemeliharaan larva (zoea 5 hingga krablet-1) kepiting bakau.

KATA KUNCI: zoea 5; krablet; sintasan;pakan mikro; nauplii artemia

ABSTRACT: Application of artificial diet formud crab, Scylla olivacea, larvae rearing

Phenomenon of molting death syndrome on zoea-5 to megalopa and to crablet-1 relating

to the alleged insufficiency of nutrients consumed by the larvae, so it needs to be attempted

using artificial feed (micro) on the stadia. This study aims to obtain optimum dose use of

artificial diet to substitute the use of artemia nauplii in the crab-larva rearing. Test animals

used were mud crab larvae of zoea 4-5 stadia. The test animals were reared in the container

fibre tub, filled with sea water as much as 150 L, and stocked with a density of 12 ind / L. The

treatments tested were feeding test in the form of: artemia nauplii as much as 100% (100% Art),

artemia nauplii 75% + micro diet 25% (75% Art + 25% MD), artemia nauplii 50% + micro

diet 50% (50% Art + 50% MD), artemia nauplii 25% + 75% micro diet (25% Art + 75% MD),

and micro diet 100% (100% MD). The results showed that the use of artemia nauplii 50% +

50% micro diet, obtained the highest survival rate (5.6%) of crablet-1 and significantly different

(<0.05) with the survival rate of crablet fed 100% of artemia nauplii (survival rate of 2.4 %)

and crablet fed 100% micro feed (survival rate of 2.1%). Body weight, carapace width of

crablet, and digestive enzymes activities relatively similar between treatments. The use of micro

Page 55: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

diet could replace 50% of the utilization of artemia nauplii in larvae (zoea 5 to crablet-1)

rearing of mudcrab.

KEYWORDS: zoea 5; crablet;survival rate, micro diet; nauplii artemia

Page 56: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

DAYA ADAPTASI DAN STABILITAS FENOTIPE TIGA SPESIES IKAN PATIN PADA

LINGKUNGAN YANG BERBEDA

Evi Tahapari1)

, Jadmiko Darmawan1)

, Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi2)

1)

Balai Riset Pemuliaan Ikan 2)

Pusat Riset Perikanan

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Spesies ikan patin yang umum dibudidayakan di Indonesia saat ini antara lain ikan patin siam,

ikan patin jambal, dan ikan patin pasupati. Evaluasi keunggulan dari masing-masing spesies telah

dilakukan antara lain pada karakter reproduksi, kualitas daging, dan pertumbuhan. Namun informasi

daya adaptasi dan stabilitas pertumbuhan dari setiap spesies di lingkungan yang berbeda belum

diketahui sehingga perlu dilakukan evaluasi untuk menguji adanya interaksi antara genotipe dan

lingkungan. Penampilan fenotipe suatu organisme ditentukan oleh faktor genotipe dan faktor

lingkungan tempat organisme tersebut hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya

adaptasi dan stabilitas penampilan fenotipe khususnya pertumbuhan pada tiga spesies ikan patin yang

dipelihara di lokasi berbeda. Ikan patin siam, patin jambal, dan patin pasupati dipelihara di tiga lokasi

yang berbeda yaitu: kolam air tenang, tambak, dan keramba jaring apung. Selama pemeliharaan, ikan

diberi pakan berupa pelet komersial dengan kadar protein 30 – 32%. Jumlah pakan yang diberikan

pada bulan kesatu sampai keempat secara berturut-turut adalah sebanyak 5, 4, dan 3% dari total

biomas per hari. Pakan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan

lingkungan ekosistem yang berbeda pada pemeliharaan ikan patin mengakibatkan keragaman

pertumbuhan. Genotipe yang memberikan hasil tertinggi pada suatu lokasi tidak sama dengan lokasi

lain. Berdasarkan hasil pengujian, ketiga jenis ikan patin menunjukkan pertumbuhan yang spesifik

jika dipelihara di lingkungan yang berbeda. Ikan patin jambal tumbuh dengan baik jika dipelihara di

keramba jaring apung (KJA). Ikan patin pasupati tumbuh dengan baik jika dipelihara di kolam air

tenang (KAT). Ikan patin siam tumbuh dengan baik jika dipelihara di kolam air tenang dan tambak.

Ketiga spesies ikan patin mempunyai daya adaptabilitas lingkungan yang sempit sehingga

budidayanya akan optimal jika dilakukan di lokasi tertentu saja.

KATA KUNCI: ikan patin, genotipe, lingkungan, fenotipe.

ABSTRACT: Adaptability And Stability Phenotype Three Spatials Of Siamese Catfish In A Different

Environment, by: Evi Tahapari, Jadmiko Darmawan, and Raden Roro Sri Pudji

Sinarni Dewi

Catfish species commonly cultured in Indonesia today include siamese catfish, jambal, and pasupati.

Evaluation of the benefits of each type has been done, among others, on the character, quality of

meat, and growth. However, nothing else needs to be done to improve the relationship between

genotype and the environment. The phenotypic appearance of an organism is determined by

genotypes and environmental factors in which the organism lives. This study aims to improve the

storage capacity of several catfish species that are maintained in different locations. Siamese catfish,

jambal, and pasupati are preserved in three different locations: Stagnant water pond, Brackiswater

pond, and Floating net cage. During the Treatment, fish were fed commercial pellets with 30 - 32%

protein content. The amount of feed given in the first month to ra is 5, 4, and 3% of the total biomass

per day. Feed is given with frequency three times a day. The results show different ecosystem

environment on siamese catfish maintenance. The genotype that gives the highest results in a location

is not the same as the other location. Based on the test results, the three catfish species show specific

growth if maintained in different environments. Jambal catfish grow well if kept in floating net cages

(KJA). Pasupati catfish grow well if kept in Stagnant water pond (KAT). Siamese catfish grow well if

kept in Stagnant water pond and Brackiswater pond. The three species of catfish have a narrow

environmental adaptability so that the cultured will be optimal if done in a particular location.

Page 57: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

APPLICATIONS TRYPTOPHAN AND GLYCINE IN FEED AND ITS EFFECT ON THE

LEVEL OF POST LARVA CANNIBALISM AND SURVIVAL RATE

OF GIANT PRAWN (Macrobrachium rosenbergii, de Mann)

Suharyanto and Yogi Himawan

Research Institute for Fish Breeding

Jln. Raya 2 Sukamandi Subang 41263 West Java-Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The aims of this experiment was to obtain data and information on the percentage of decrease in

the levels of cannibalism, growth and survival rate of giant prawn (Macrobrachium rosenbergii) by

feeding pellet mixed with tryptophan and glycine. This research was conducted in the hatchery of giant

prawn on the Research Institute for Fish Breeding, West Java for 40 days using nine aquaria each

measuring 60x40x40 m3. Giant prawn juvenille (PL-7) from the hatchery were used for this study,

measuring 10,4 ± 0.2 mm in width and 0,02 ± 0.01 g in weight. One hundred juvenile of giant prawn were

stocked in each aquarium. The treatments applied were (A): pellet, (B): pellet + tryptophan and (C):

pellet + glycine, with three replicates per treatment. Feeding dose was 15% of the total biomass juvenille

while the dose of tryptophan and glycine were 1.0% of the amount of feed given per aquarium. Feeding

was done twice a day in the morning and evening. Variables observed were the growth in total length,

weight, level of cannibalism, survival rate and water quality parameters. The results showed that adding

the amino acids tryptophan and glycine in pellet feed at 1.0% of total biomass could significantly

(P<0.05) suppress the level of cannibalism seed without affecting the growth rate (weight and total

length) and increase the survival rate of the juvenile giant prawn.

Key word: canibalism, giant prawn, glycine, survival rate, tryptophan

Page 58: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PERBANDINGAN FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR TONGKOL KOMO

(Euthynnus affinis) BERDASARKAN MUSIM DAN KONDISI SUHU PERAIRAN DI

SAMUDERA HINDIA SELATAN JAWA

COMPARISON BETWEEN FECUNDITY AND EGG DIAMETER OF KAWAKAWA

(Euthynnus affinis) BASED ON DIFFERENT MONSOONS

AND SEA SURFACE TEMPERATURE CONDITIONS

IN THE EASTERN INDIAN OCEAN

Khairul Amri1)

, Fajar Alfina Nora2)

, Dwi Ernaningsih3)

dan Thomas Hidayat 1)

1)Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut-Jakarta

2) Tenaga Laboran pada Lab. Biologi, Balai Penelitian Perikanan Laut-Jakarta

3) Pengajar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI-Jakarta

Kontak: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Ikan tongkol komo (Euthynnus affinis) merupakan sumber daya potensial yang

tertangkap nelayan di perairan Samudera Hindia selatan Jawa. Untuk keberlanjutan sumber daya

perlu dipahami aspek biologi reproduksinya. Penelitian ini menganalisis perbandingan fekunditas

dan diameter telur ikan tongkol komo dan hubungannya dengan musim serta kondisi suhu

permukaan laut (SPL) di Samudera Hindia selatan Jawa. Sampel gonad diperoleh dari 3 lokasi

pendaratan utama yaitu di Palabuhanratu, Sendang Biru dan Tanjung Luar tahun 2013.

Pengamatan dan analisa sampel gonad (dari 152 ekor sampel) dilakukan tahun 2014 di Lab.

Biologi, Balai Riset Perikanan Laut. Data SPL diperoleh dari citra satelit Aqua MODIS level 3

(2012-2013) yang di-download dari situs resmi NASA. Hubungan antar parameter dianalisa

secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, musim pemijahan berlangsung bulan Mei-

Oktober (musim timur s.d musim peralihan II), durasinya lebih panjang dibandingkan di perairan

lainnya. Fase matang gonad dominan ditemukan pada bulan Juli (musim timur), dibuktikan 55%

sampel gonad betina dan 40% sampel gonad jantan berada pada tahap TKG IV. Berdasarkan

IKG, puncak musim pemijahan terjadi pada bulan September (musim peralihan II) dan sebulan

kemudian (Oktober) sekitar 11% sampel gonad ikan betina menunjukkan indikasi sudah memijah

(spent). Fekunditas tertinggi (2,389,667 butir telur) dengan kisaran dimater telur terbesar (0.28-

0.97 mm) ditemukan pada bulan Oktober. Jika dikaitkan dengan kondisi SPL, musim pemijahan

tongkol komo berlangsung bersamaan dengan kejadian upwelling di perairan ini, dibuktikan

temuan SPL rendah yaitu 25,4 - 29,30C (musim timur) dan 24,7-28,9

0C (musim peralihan II).

Terdapat kesamaan waktu antara puncak musim pemijahan dengan puncak musim penangkapan

dan jika tidak ada pengaturan dikhawatirkan mengancam keberlanjutan sumber daya.

KATA KUNCI: Fekunditas, diameter telur,SPL, tongkol komo ,musim, Samude-ra Hindia

selatan Jawa

ABTRACT

Kawakawa (Euthynnus affinis) is a important fish resource captured by fishermen in

the Eastern Indian Ocean. For the sustainability of its resources, it is necessary to understand the

reproductive biology aspect. This study aimed to analyze the comparison between fecundity and

egg diameter of kawakawa and its relation to monsoon and sea surface temperature (SST)

conditions. Gonad samples were obtained from 3 fish landing sites at Palabuhanratu, Sendang

Biru and Tanjung Luar in 2013. Observation and analysis of gonad samples (152 samples) were

conducted in 2014 at Biology Laboratory of Research Institute for Marine Fisheries. SST data

was taken from Aqua MODIS satellite imagery level 3 (2012-2013), downloaded from the

NASA website. The analysis is done descriptively. The results showed that spawning season of

kawakawa occurs in May-October (east monsoon to transition monsoon II), its duration was

Page 59: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

longer than in other waters. Based on the gonad maturity stage, gonad mature (stage IV) found to

be dominant in July (east monsoon), which is 55% female and 40% of male gonad samples.

Based on the GSI value, spawning peak season occurred in September (transitional monsoon II)

and a month later (October) about 11% of female fish gonad samples showed an indication of

spawning (spent). The highest fecundity (2,389,667 eggs) with the largest egg dimater range

(0.28-0.97 mm) was found in October. Spawning season of kawakawa occurs along with

upwelling events in these waters, with lowest SST (25.4 - 29.30C) in east monsoon and 24.7-

28,90C (transitional monsoon II). The peak of the spawning season and the fishing season was

happened in the same time, which is become a threat to kawakawa sustainability.

KEY WORDS: Fecundity and egg diameter, SST, kawakawa, monsoon and Eastern Indian

Ocean

Page 60: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KAJIAN KUALITAS LINGKUNGAN DAN PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN

KAWASAN KONSERVASI IKAN TERUBUK BENGKALIS DARI DATA IN-SITU DAN

PENGINDERAAN JAUH

STUDY OF OCEANOGRAPHYC CONDITION AND NET PRIMARY PRODUCTIVITY IN

TERUBUK CONSERVATION AREA

BY USING IN-SITU AND REMOTE SENSING DATA

Khairul Amri1)

, Gathot Winarso2)

dan Muchlizar3)

1)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta

2)Peneliti pada Pusfatja-LAPAN, Jakarta

3)Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis, Riau

Kontak: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Ikan terubuk bengkalis (Tenualosa macrura) yang hidup di estuaria Sungai Siak sudah

dimanfaatkan nelayan sejak lama dan dinyatakan terancam punah akibat eksploitasi berlebih dan

penurunan kualitas lingkungan. Penelitian terhadap kualitas lingkungan dan produktivitas primer

perairan habitat ikan terubuk ini dilakukan selama 7 bulan pada tahun 2015. Data yang digunakan

berupa data oseanografi pengukuran in-situ dan data penginderaan jauh yaitu citra Satelit Landsat 8

untuk pengamatan tutupan mangrove dan citra produktivitas primer/Net Primary Productivity (NPP)

yang dihitung dari sensor visible Satelit MODIS (Moderate-resolution Imaging Spectroradiometer).

Hasil penelitian menunjukkan kualitas lingkungan kawasan konservasi ikan terubuk airnya terlalu

keruh (tingkat kecerahan 0,3 -2.0 m rata-rata 0,7 m). Nilai sebaran pH relatif rendah (rata-rata pH 7)

dan kandungan oksigen terlarut (DO) juga rendah (3,90 - 4,98 mg/l), berada di bawah Baku Mutu Air

Laut. Tutupan vegetasi mangrove di sepanjang pantai Bengkalis sebagai penunjang kehidupan biota

akuatik juga telah berkurang drastis dibandingkan dua dekade sebelumnya dengan laju kehilangan

372,5 Ha/tahun (2003-2015), lebih tinggi dibandingkan periode 1992-2002 yang laju kehilangannya

sebesar 201,21 Ha/tahun. Meskipun demikian, perairan ini tergolong subur (oligotropik) dengan

kelimpahan fitoplankton tinggi yang berkisar 23.584 - 95.616 sel/l dan kekayaan jenis berkisar 32-52

jenis. Tingkat produktifitas primer perairan juga tergolong tinggi berkisar antara 288-3466,4

mgC/m2/hari atau rata-rata 288,87 mgC/m

2/hari. Diperoleh estimasi besaran potensi biomassa ikan

berkisar antara 626,7 - 10.399,2 mgC m-2

atau setara dengan 5.322,8 - 10.622,7 ton (rata-rata 7.360,4

ton/tahun) dengan nilai potensi produksi sekitar 3.680,18 ton/tahun.

Kata Kunci: Kelimpahan plankton; luasan mangrove; Produktivitas Primer Bersih; kawasan

konservasi ikan terubuk bengkalis

ABSTRACT

Terubuk bengkalis (Tenualosa macrura) is an endemic tropical shad fish that live in estuary of

Siak River.This species have been exploited by fishermen for a long time and declared endangered due

to over exploitation and environmental degradation. The study on the environmental quality and net

primary productivity of terubuk habitat (terubuk conservation area) was conducted for 7 months in

2015. The data used in this research was in-situ measurement and remote sensing data: Landsat 8

Satellite imagery for mangrove cover observation and MODIS (Moderate-resolution Imaging

Spectroradiometer) imagery for Net Primary Productivity (NPP). The results showed that the water

quality was too turbid (brightness level 0.3-2.0 m average 0.7 m). The relatively low pH distribution

values (mean pH 7) and the dissolved oxygen content (DO) are also low (3.90 - 4.98 mg/l), under the

Sea Water Quality Standard. The cover of mangrove vegetation along the coast of Bengkalis island as

Page 61: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

a living support for aquatic biota has also been decreased drastically compared to the previous two

decades with a loss rate of 372.5 Ha/year (2003-2015), higher than 1992-2002 with a loss rate of

201.21 Ha/year. However, these waters are oligothropic level category with a high abundance of

phytoplankton ranging from 23,584 - 95,616 cells/l and the species richness ranges from 32-52

species. The primary productivity level of waters was also quite high ranging from 288-3466.4

mgC/m2/day or an average of 288,87 mgC/m

2/day. Obtained estimation of potential of fish biomass

ranged from 626,7 - 10,399,2 mgC m2 or equal to 5,322,8 - 10,622,7 ton (average 7,360,4 ton/year)

with potential production value about 3,680,18 ton/year.

Keywords: Plankton abundance, mangroves coverages, Net Primary Productivity; conservation area

of terubuk bengkalis

Page 62: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

STUDI PENDAHULUAN BEBERAPA PARAMETER PERTUMBUHAN

LOBSTER BATU (Panulirus penicillatus) DI PERAIRAN BIAK, PAPUA

Preliminary Study on Some Growth Parameter of Pronghorn Spiny Lobster

(Panulirus penicillatus) in Waters around Biak

Andina Ramadhani Putri Pane, Muhammad Taufik1

1Balai Riset Perikanan Laut, Bogor

Abstract

Biak waters which is located in FMA 717 is rich with fish resources such as large pelagic,

small pelagic, and also lobsters. Lobster fishing in Biak was conducted by fishermen

using hand only with dominan catch were Pronghorn Spiny Lobster (Panulirus

penicillatus). The research was conducted from June to November 2016 using survey

method. Result showed that the species’s growth were isometric with sex ratio 1:1,9. The

average length caught for P.penicillatus was 84,8 mm with exploitation rate at 0,76;

which mean a high exploitation rate. Management by fishing control must be apply to

protect the future of this species from over exploitation.

Key words : Lobster, Fishery Status, FMA 717

ABSTRAK

Kepulauan Biak yang terletak di WPP 717 merupakan perairan yang menghasilkan

banyak sumberdaya baik ikan pelagis besar, pelagis kecil dan lobster. Penangkapan

lobster dilakukan nelayan dengan menggunakan tangan dan lobster yang dominan

tertangkap adalah lobster batu (Panulirus penicillatus). Penelitian ini dilakukan dari bulan

Juni sampai dengan Nopember 2016 di dengan metode survey. Sifat pertumbuhan lobster

ini isometrik dengan nisbah kelamin betina dengan jantan 1 : 1,9. Nilai struktur ukuran

lobster yang rata – rata tertangkap (Lc) sebesar 84,8 mm dengan nilai pemanfaatan

sebesar 0,76 yang artinya pemanfaatan tinggi. Upaya pengendalian penangkapan harus

dilakukan agar lobster ini tetap terjaga populasi di alam.

Kata Kunci : Lobster, Status Perikanan, WPP 717

Page 63: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

SELEKTIVITAS MATA JARING BUJUR SANGKAR YANG BERBEDA PADA

BUBU RAJUNGAN DI PERAIRAN JAWA

SELECTIVITY OF DIFFERENT SQUARE MESH ON SWIMMING CRAB TRAP

NET IN JAVA SEA WATERS

Baihaqi, Hufiadi dan Tri Wahyu Budiarti

Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Cibinong – Bogor

ABSTRAK

Perikanan bubu rajungan yang berkembang di perairan utara Jawa merupakan alat

tangkap yang efektif dan selektif dalam memanfaatkan sumberdaya rajungan.

Permasalahan utama pada perikanan ini adalah adanya hasil tangkapan rajungan yang

berukuran kecil dan belum layak tangkap. Dalam upaya untuk mengurangi tangkapan

rajungan muda (panjang karapas <10 cm) yang belum layak tangkap telah dilakukan

observasi dan uji coba operasi penangkapan melalui penggunaan ukuran mata jaring bujur

sangkar yang berbeda pada alat tangkap bubu oleh nelayan Lamongan. Ukuran mata

jaring yang digunakan yaitu 1¼ inci, 2 inci, 2½ inci dan 3 inci. Analisis selektivitas

menggunakan model kurva logistik dengan bantuan Microsoft Excel. Hasil penelitian

menunjukkan penggunaan ukuran mata jaring yang berbeda dapat meloloskan rajungan

ukuran kecil dengan ukuran mata jaring 3 inci memiliki tingkat selektifitas rajungan

(Portunus pelagicus) terbaik pada tingkat seleksi 50% (FL50%).

Kata Kunci : bubu rajungan, mata jaring bujur sangkar, selektifitas, rajungan muda

Page 64: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PENGARUH UKURAN MATA JARING TERHADAP HASIL TANGKAPAN

BUBU LIPAT RAJUNGAN

Mahiswara*)

, Hufiadi*)

dan Baihaqi*)

*)

Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Nanggewer - Cibinong

ABSTRAK

Pemanfaatan sumberdaya rajungan (Portunus pelagicus) cenderung mengarah ke

kondisi lebih tangkap. Indikasi tangkap berlebih terlihat dari menurunnya hasil tangkapan

dan ukuran individu. Bubu lipat merupakan alat tangkap yang banyak dioperasikan

nelayan untuk menangkap rajungan, namun memiliki selektivitas rendah. Tingkat

selektivitas bubu lipat perlu ditingkatkan agar tangkapan rajungan memiliki ukuran layak

tangkap sesuai aturan. Uji coba pengoperasian bubu lipat rajungan dengan ukuran mata

jarring 1¼ , 2, 2½ dan 3 inci berbentuk bujur sangkar, telah dilakukan di perairan utara

Brondong, Lamongan-Jawa Timur, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap jumlah dan

ukuran hasil tangkapan. Hasil analisis menunjukkan bahwa ukuran mata jarring

berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan bubu lipat rajungan. Hasil tangkapan

rajungan bubu lipat mata jarring 2 inci (2,17 kg/setting) tidak berbeda nyata dengan 1¼

inci (2,08 kg/setting). Prosentase ukuran lebar karapas rajungan layak tangkap (> 100

mm) semakin tinggi dengan meningkatnya ukuran mata jarring. Nilai tertinggi

ditemukan pada bubu lipat ukuran mata jaring 3 inci sebesar 97,9%.

Kata Kunci : bubu lipat, hasil tangkapan, rajungan, ukuran mata jarring

ABSTRACT : Effect of Mesh Size to The Catchs of Collapsible Pot for Blue Swimming

Crab

Intensive utilization of blue swimming crab (Portunus pelagicus) resources tend to lead

overfishing condition. Indication of overfishing to the BSC resource have been seen by

declining in catches and individual size of BSC.Collapsible crab pot is a common fishing

gear that many operated by fishermen, however has a low selectivity. The selectivity level

Page 65: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

of crab pot needs to be increased so that the size of crab catch has sizes corresponding to

the limited legal size. Fishing trial of crab pot with the mesh size of 1¼, 2, 2½ and 3 inch

square-shaped has been done in the north Brondong waters, Lamongan, East Java, to

determine the effect on the number and size of the catches. The results showed that mesh

size had a significant effect on the catch of crab pot. The crab catch of a 2 inch mesh size

crab pot (2.17 kg / setting) is not significantly different from 1¼ inch (2.08 kg / setting).

Crab catch percentage with carapace width > 100mm increased by increasing of mesh

size. The highest value was found in the 3-inch mesh-size crab pot of 97.9%.

Keyword: collapsible pot, catch, blue swimming crab, mesh size

Page 66: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

DNA BARCODE IKAN BANYAR DI PERAIRAN SELAT MALAKA, LAUT JAWA DAN TELUK

TOMINI

Achmad Zamroni, Suwarso dan Tri Ernawati

Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut

Komp. Raiser Ikan Hias Jl. Raya Bogor KM. 47 Nanggewer Mekar, Cibinong, Kab. Bogor

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ikan Banyar merupakan salah satu jenis ikan pelagis kecil yang mempunyai nilai ekonomis

tinggi. Berdasarkan FAO terdapat tiga jenis ikan dengan genus Rastrelliger yang terdapat di perairan

Indonesia, yaitu Rastrelliger brachysoma, R. kanagurta dan R. faughni. Secara morfologi spesies R.

kanagurta dan R. faughni mempunyai banyak kemiripan atau disebut dengan istilah species criptic.

Metode yang tepat dan akurat dalam identifikasi adalah dengan DNA Barcode pada gen COI. Basis data

genetika ikan Banyar dari perairan Indonesia pada Bank Gen belum tersedia. Untuk itu penelitian

mengenai kajian DNA Barcode pada ikan Banyar dari perairan Indonesia sangat diperlukan. Sampel ikan

Banyar yang digunakan berasal dari Tanjung Balai Asahan (Selat Malaka), Pekalongan (Laut Jawa) serta

Gorontalo dan Bitung (Teluk Tomini). Sampel hasil sequencing ikan Banyar dari negara lain yang

diperoleh dari Bank Gen juga digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

berdasarkan Bank Gen sampel ikan Banyar dari Indonesia teridentifikasi sebagai spesies Rastrelliger

kanagurta. Jarak genetika, uji disparitas, uji Monte Carlo dan rekonstruksi pohon filogeni bahwa ikan

Banyar dari perairan Indonesia berbeda dengan ikan Banyar dari perairan luar negeri. Variasi genetika

ikan Banyar di perairan Gorontalo dan Bitung (Teluk Tomini) masih tinggi.

Kata kunci: DNA Barcode, ikan banyar, gen COI, jarak genetika, pohon filogeni, selat malaka, laut

jawa, teluk tomini

ABSTRACT

Indian mackerel is one type of small pelagic fish that has high economic value. Based on the FAO

there are three types of fish with the genus Rastrelliger found in Indonesian waters, namely Rastrelliger

brachysoma, R. kanagurta and R. faughni. In morphology species R. kanagurta and R. faughni have many

similarities or called by the species criptic. The exact and accurate method of identification is with DNA

Barcode in the COI gene. The genetic database of Indian mackerel from Indonesian waters in Genes Bank

is not yet available. Therefore, research on the study of DNA Barcode in Indian mackerel from

Indonesian waters is needed. Samples of Indian mackerel used from Tanjung Balai Asahan (Malacca

Strait), Pekalongan (Java Sea) and Gorontalo and Bitung (Tomini Bay). Samples of Indian mackerel from

Page 67: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

other countries obtained from Gene Bank are also used as a comparison. The result of the research shows

that based on Gene Bank, Indian mackerel samples from Indonesia are identified as Rastrelliger

kanagurta species. Genetic distance, disparity test, Monte Carlo test and phylogeny tree reconstruction

that Indian mackerel from Indonesian waters differ from Indian mackerel from other country waters.

Genetic variations of Indian mackerel in Gorontalo and Bitung waters (Tomini Bay) are still high.

Keywords: DNA Barcode, indian mackerel, COI gene, genetics distance, phylogeny tree, Malacca strait,

java sea, tomini bay

Page 68: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PERTUMBUHAN DAN STATUS PEMANFAATAN LOBSTER MUTIARA (Panulirus ornatus

Fabricius, 1798) DI PERAIRAN SORONG, PAPUA BARAT

GROWTH AND EXPLOITATION STATUS OF ORNATE SPINY LOBSTER (Panulirus ornatus

Fabricius, 1798) IN SORONG WATERS, WEST PAPUA

Tirtadanu1)

dan Helman Nur Yusuf1)

1Balai Riset Perikanan Laut, Kompl. Raiser Jl. Raya Bogor KM. 47 Nanggewer Mekar, Cibinong,

Bogor

ABSTRAK

Pengelolaan lobster mutiara (Panulirus ornatus Fabricius, 1798) di perairan Sorong memerlukan

informasi pertumbuhan dan status pemanfaatan karena lobster mutiara merupakan komoditas unggulan

yang rentan terhadap kepunahan. Penelitian ini bertujuan mengkaji pertumbuhan dan status

pemanfaatan lobster mutiara sebagai dasar dalam pengelolaan lobster di perairan Sorong. Penelitian ini

dilakukan pada bulan Juni 2015 – Juni 2016. Parameter pertumbuhan dianalisis berdasarkan pergeseran

modus struktur ukuran lobster. Status pemanfaatan diduga berdasarkan estimasi rasio pemijahan

berbasis data panjang (LB-SPR) dan analisis hasil per penambahan baru berdasarkan model Beverton &

Holt. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan lobster relatif lambat dengan laju pertumbuhan (K)

sebesar 0,39 per tahun dan ukuran panjang karapas asimptotik sebesar 166,95. Estimasi rasio

pemijahan lobster mutiara saat ini diperoleh sebesar 0,25 lebih besar dari ambang batas penangkapan

berlebih sebesar 0,20. Analisis hasil per penambahan baru menunjukkan laju kematian penangkapan

saat ini (Fcur) sebesar 1,2 per tahun lebih kecil dibandingkan titik acuan upaya yang disarankan (F0,1)

sebesar 1,3 per tahun. Status pemanfaatan berdasarkan kedua model tersebut menunjukkan tingkat

pemanfaatannya masih berada di bawah titik optimum. Pengelolaan yang disarankan berdasarkan

penelitian ini adalah upaya dapat ditingkatkan sekitar 7% dari upaya saat ini dengan ketentuan ukuran

minimum tertangkap lebih besar dari ukuran pertama matang gonad sebesar 93 mm.

KATA KUNCI : Estimasi Rasio Pemijahan; Hasil per Penambahan Baru; Panulirus ornatus, Perairan

Sorong, Status pemanfaatan,

ABSTRACT

Management of ornate spiny lobster (Panulirus ornatus Fabricius, 1798) required information about

growth and exploitation status because the ornate spiny lobster was the leading commodity which was

vulnerable from extinction. Aims of this research were to study the growth and the exploitation status

Page 69: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

of ornate spiny lobster as basis for lobster management in Sorong Waters. This research was

conducted in June 2015 - June 2016. The growth parameters were analysed based on the movement of

size structure mode. Exploitation status was estimated based on length based spawning potential ratio

(LB-SPR) and yield per recruit analysis based on Beverton & Holt model. The results showed that the

growth of lobster was relatively slow that the growth rate (K) was 0,39 year-1

and the asymptotic

carapace length was 166,95 mm. The current spawning potential ratio was 0,25, greater than the

overfishing threshold that was 0,2. Yield per recruit analysis showed that the current fishing mortality

that was 1,2 year-1

, lower than the reference point (F0,1) that was 1,3 year-1

. Exploitation status based

on both model showed that the exploitation status was still below of the optimum point. The suggested

management based on this study was that the efforts can be increased by approximately 7% of the

current effort with the rules that the minimum legal size was greater than length at first matured at 93

mm carapace length.

KEYWORDS : Exploitation status; Panulirus ornatus; Sorong waters; Spawning potential ratio; Yield

per recruit

Page 70: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

Hubungan Fase Bulan Terhadap Hasil Tangkapan Pukat Cincin di Pemangkat,

Kalimantan Barat

Tri Wahyu Budiarti1)

dan Mahiswara1)

1)

Balai Riset Perikanan Laut

Abstrak

Sumberdaya ikan pelagis merupakan salah satu hasil produksi perikanan terbesar

di PPN Pemangkat, dan salah satu alat penangkap dominannya adalah pukat cincin.

Keberhasilan upaya penangkapan pukat cincin selain dipengaruhi oleh kondisi alam,

armada penangkapan, teknologi perikanan dan kemampuan nelayan juga dipengaruhi

oleh metode penangkapannya. Salah satu metode penangkapan tersebut adalah kapan

waktu yang tepat untuk mengoperasikan pukat cincin. Tulisan ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara fase bulan yang terjadi saat pengoperasian pukat cincin

dengan hasil tangkapannya, dan kapan waktu yang tepat pengoperasian unit pukat cincin.

Data yang digunakan diperoleh dari data enumerator pukat cincin di PPN Pemangkat

bulan Januari- November 2014. Hasil penelitian menunjukkan, berdasarkan uji-t

diperoleh hubungan antara fase-fase bulan dengan hasil tangkapan yang diperoleh oleh

pukat cincin di Pemangkat. Jumlah hasil tangkapan pukat cincin yang paling banyak

diperoleh terjadi pada musim timur pada pengoperasian saat fase bulan gelap.

Kata kunci : Pemangkat, fase bulan, pukat cincin, musim timur

ABSTRACT

Pelagic fish resources are one of the largest fishery products in PPN Pemangkat, and one

of the dominant fishing gear is the purse seine. The fruitfulness of purse-seine operation

being influenced by natural conditions, fishing fleets, fishery technology and fishing

capabilities are also influenced by the method of fishing capture. The right time to

operate the purse seine is one such method of fishing capture. This research aims to

determine the relationship between the moon phase during the operation of the purse

seine with the catch, and when is the right time to operate it. The data used is obtained

from the data of purse seine enumerator in PPN Pemangkat January-November 2014.

The results showed, based on t-statistic obtained the relationship between the moon

phases with the catches. The highest number catches occur in the east of monsoon season

when it is operated in the dark moon phase.

Keywords: Pemangkat, the moon phases, purse seine, the east of monsoon season

Page 71: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

DINAMIKA POPULASI DAN LAJU PEMANFAATAN IKAN SELAR BENTONG

(Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) DI PERAIRAN KWANDANG, LAUT

SULAWESI

POPULATION DYNAMIC AND EXPLOITATION RATE OF BIG EYE SCAD (Selar

crumenophthalmus Bloch, 1793) IN KWANDANG WATERS-SULAWESI SEA

Umi Chodrijah1)

dan Ria Faizah2)

1) Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut-Bogor 2) Peneliti pada Pusat Riset Perikanan,, Jakarta

ABSTRAK

Ikan selar bentong (Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) merupakan salah satu

ikan pelagis kecil penting yang dimanfaatkan di perairan Kwandang-Laut Sulawesi.

Pemanfaatan spesies ini meningkat setiap tahunnya. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui laju pertumbuhan, kematian dan laju eksploitasi selar bentong di perairan

Kwandang Laut Sulawesi selama bulan Januari hingga November 2016. Persamaan

pertumbuhan Von Bertalanffy diturunkan sebagai Lt = 25,95 (1 - e 1,01 (t + -0,16374)).

Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) diperkirakan mencapai 18,69 cm. Rekruitmen

terjadi di bulan Mei. Tingkat kematian total, alami dan karena penangkapan masing-

masing adalah 4,28, 1,90 dan 2,38 per tahun. Laju eksploitasi diperkirakan (0,56) sangat

mendekati nilai optimum 0,5. Oleh karena itu stok bisa dianggap telah dieksploitasi

secara optimal di perairan Kwandang.

Kata Kunci : Dinamika populasi, laju pemanfaatan, selar bentong, Kwandang

ABSTRACT

Big eye scad (Selar crumenophthalmus Bloch, 1793) was one of important small

pelagic fishes exploited in Kwandang waters-Sulawesi Sea. The exploitation of this

species was increasing every year. This research was carried out to study the growth,

mortality and exploitation of bigeye scad in the Kwandang waters during January-

November 2016. The von Bertalanffy growth equation was derived as Lt = 25.95(1 - e

Page 72: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1,01(t+-0.16374)). The size at first capture (Lc) was estimated as 18.69 cm. The recruitment

occurred in Mei. The total, natural and fishing mortality rates were 4.28, 1.90 and 2.38

year−1, respectively. The estimated exploitation ratio (0.56) was very close to the

optimum value of 0.5. Hence, the stock can be considered as optimally exploited in

Kwandang waters.

Key Words : Population Dynamis, exploitation rate, big eye scad, Kwandang waters

Page 73: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

ASPEK BIOLOGI DAN KEBIASAAN MAKAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI

PERAIRAN LAUT FLORES DAN SEKITARNYA

BIOLOGICAL ASPECTS AND FOOD HABITS OF SKIPJACK TUNA (Katsuwonus pelamis) IN

FLORES SEA AND ADJACENT WATERS

Yoke Hany Restiangsih 1)

dan Khairul Amri1)

1)Peneliti pada Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta

Email : [email protected]

ABSTRAK

Cakalang (Katsuwonus pelamis) merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting dan

banyak tertangkap dengan huhate di perairan Laut Flores dan sekitarnya. Tujuan Penelitian ini adalah

mengetahui beberapa aspek biologi ikan cakalang meliputi sebaran ukuran panjang, hubungan panjang-

bobot, nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad dan

kebiasaan makan berdasarkan hasil tangkapan huhate yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

Amagarapati, Larantuka bulan Januari sampai Desember 2015. Hasil penelitian menunjukkan ukuran

panjang cagak berkisar antara 25 – 74 cm. Pola pertumbuhan bersifat alometrik positif dan Nisbah

kelamin jantan terhadap betina sebagai 1 : 1,14. Panjang pertama kali ikan tertangkap (Lc) dengan huhate

sebesar 48,8 cmFL dan pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 49 cmFL. Hasil penelitian ini

menunjukkan musim pemijahan terjadi pada bulan Mei dan Oktober, dengan demikian pemijahan

dilakukan secara bertahap. Kebiasaan makan ikan cakalang di Laut Flores yang tertangkap dengan huhate

merupakan jenis ikan pelagis kecil (ikan umpan) dan krustasea.

Kata Kunci: Biologi, kebiasaan makan, Katsuwonus pelamis, Laut Flores

ABSTRACT

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) is one of fish that has an important economic value.The

species were many caught by pole and line in Flores Sea and adjacent waters. Research was conducted to

determine biological aspect of skipjack tuna that includes length distribution, length-weight relationship,

sex ratio, maturity stage and length at first mature, food habits, based on monthly catches landed at

Amagarapati fishing port in Larantuka during January to December 2015. The results showed that folk

length ranged from 25 to 74 cm. The growth pattern are alometric positif. The condition of sex ratio of

males to females was 1:1,14. Length at first capture(Lc) by pole and line was 48.8 cmFL and length at

first maturity(Lm) was 49 cmFL. The results showed spawning seasons occured in May and October. It

was indicated that the fish has partial spawner.Food habits of skipjack tuna in Flores Sea caught by pole

and line was small pelagic species (bait fish) dan crustasea.

Keywords : Biology, Food habits, Katsuwonus pelamis, Flores Sea

Page 74: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

GENETIC CHARACTERIZATION OF WESTERN INDONESIAN LONGTAIL TUNA (Thunnus

tonggol) BASED ON PARTIAL SEQUENCE OF 16S RRNA GENE MITOCHONDRIAL DNA

Achmad Zamroni1, Suwarso

1 & Arif Wibowo

2*

1Research Institute for Marine Fisheries, Agency for Marine and Fisheries Research, Ministry of

Marine Affairs and Fisheries, Jl.Muara Baru Ujung, Komp. Pelabuhan Perikanan Nizam Zachman,

Penjaringan – 14440, North Jakarta.

2 Research Institute for Inland Fisheries, Agency for Marine and Fisheries Research, Ministry of

Marine Affairs and Fisheries, Jl. Beringin 08 Mariana, Palembang - 30763, South Sumatera. E-mail:

[email protected]

* Corresponding author. E-mail: [email protected]

Abstract : Although the Longtail tuna (Thunnus tonggol) is an important fish in Indonesia the

population structure has not been investigated. In this study, the genetic differences in geography are

analyzed to provide a clear picture of the structure of T. tonggol populations along a transect stretching

from Pemangat (western Kalimantan) to Pekalongan in the Java Sea. We also analyzed SNPs in the

16S rRNA gene of T. tonggol as potential molecular marker for the identification of the origin within

species. In total, 3 polymorphic sites (all represent singleton dimensions) were identified in the

sequence analysis of the 570-bp fragment among a total of 97 T. tonggol individuals from Pekalongan

and Pemangkat. Based on these polymorphic sites, four haplotypes were identified. The Pemangkat

samples had higher amount of haplotype and nucleotide diversity (h = 0.1556 ± 0.0680 and π =

0.000277 ± 0.000432), meanwhile samples Pekalongan show lower levels of diversity (h = 0.0400 ±

0.0380 and π = 0.000070 ± 0.000209). The study reveal a single, intermixing population of T. tonggol

across the sampled location. No significant structuring was observed between other pairwise

comparisons, this indicates gene flow between geographically adjacent locations.

Key words: longtail tuna, 16S rRNA, mitochondrial DNA

Page 75: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

Genetic diagnosis and reproductive biology of translocated Mystacoleucus padangensis in the

Toba Lake, North Sumatra

Arif Wibowo1*

& Siswanta Kaban 1

1 Research Institute for Inland Fisheries, Ministry of Marine Affairs and Fisheries,

Jl. Gubernur. H. A. Bastari No. 08, Palembang - 30763, South Sumatera – Indonesia.

* Corresponding author. E-mail: [email protected]

Abstract

After M. padangensis has been introduced to Toba Lake, North Sumatra, the status of M.

padangensis stocks and their biological properties is unknown. In this study, we examine the

genetic patterns of the M. padangensis in Toba Lake, North Sumatra Province. Employing the

cytochrome c oxidase subunit I (COI) gene of the mtDNA, we profile the genetic variation within

M. padangensis in Toba Lake. We also analyzed reproductive characteristic and commercial

catches of M. padangensis. The result shown M. padangensis is a synonim for M. marginatus, in

total, 1 polymorphic sites (represent singleton dimensions) was identified and phylogenetic

reconstruction reveal low levels of genetic diversity with no clear pattern of haplotype-partitioning.

Nucleotide diversity analysis infer the present of two lineages. The Ne value of M. padangensis

(1,936 to 3,878), the population has not experienced population growth/expansion as expected and

the total production of M. padangensis in Toba Lake of the year for 2013 has ranged between

3347,05 – 6694,1 ton. M. padangensis in the Toba Lake share similar life history traits include

maximum body size, longevity, age at maturity, and fecundity (the number of eggs produced). M.

padangensis is categorized as the opportunistic strategy consisted of fishes with short generation

time, low batch fecundity, and low investment per offspring. This life history traits approach of M.

padangensis are important for guide fisheries management for its sustainability. More over the

information can be use as pilot data and apply it to data-poor species.

Key words: M. padangensis, Reproductive, DNA, Toba Lake

Page 76: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

USING DNA USING DNA BARCODES TO CONNECT ADULTS AND EARLY LIFE

STAGES OF MARINE FISHES FROM THE BANDA SEA, INDONESIA

Arif Wibowo1, Asep Priatna

2 and Helman Nur Yusuf

3

1 Research Institute for Inland Fisheries and Extention,

2,3Research Institute for Marine Fisheries

[email protected],

[email protected],

[email protected]

Abstract

The sustainability of the exploitation of the Indonesian fishes depends heavily on many of fish’s

basic information include both larvae distribution and dispersal. However, the identification of fish

larvae and juvenile to species is very difficult. Here we use DNA Barcoding technigue to identify

fish’s larvae to species in the Banda Sea by comparing the querries with sequences from adult stage

as reference library to contribute on biodiversity information on that particular area. Also we

highlight the composition of the fish’s larvae as well as the spatial heterogeneity in theirs

the distribution. In order to reach a point of reliable, we tried to establish a barcode reference

sequence library for 56 species with robust identification of adult specimen from morphology

technique. The dataset was used as diagnostic tool to screen queries DNA sequences from fish

larva specimens collected in Banda Sea, Indonesia. For the adult specimens, after some of PCR

experiment, we have successfully amplified 27 individuals, only 8 sequences available. There are a

total 326 eggs and larvae have been collected from 19 stations, of the 28 successfully amplied PCR

samples, 11 sequences were available for DNA analysis. We prove the ability of COI barcodes to

identify species level resolution from query sequences. Results informed the benefit of public

domain reference libraries of trustworthy DNA barcodes, to classify species from distinct

geographical origins and determine of how the data retrieved give important information for

proposing plans for conserving and managing of fisheries in the sea waters.

Keywords: Banda Sea, DNA barcode, early life history

Page 77: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

Using DNA Barcode to improve the identification of marine fish larvae in the coastal water

near Jakarta

Arif Wibowo1*

, Anthony Pangabean2 and Achmad Zamroni

2

1 Research Institute for Inland Fisheries, Agency for Marine and Fisheries Research, Ministry of

Marine Affairs and Fisheries, Jl. Beringin 08 Mariana, Palembang - 30763, South Sumatera –

Indonesia. 2Research Institute for Marine Fisheries, Agency for Marine and Fisheries Research, Ministry of

Marine Affairs and Fisheries, Jl.Muara Baru Ujung, Komp. Pelabuhan Perikanan Nizam

Zachman, Penjaringan – 14440, North Jakarta.

E-mail: [email protected]

Abstract

The Jakarta Bay is economically vital for supporting fisheries production for local communities.

However the environmental pressures on Jakarta Bay have increased from eutrophication and

heavy pollutions which are responsible for negative impact to fisheries including the larval stage.

In this study, we employed DNA barcoding techniques to identify marine fish larvae to a species

level. The molecular marker of a 471 bp region of the mitchondrial cyctochrome c oxidase I gene

(COI) has been successfully found to be species-specific, within species (0.0 - 1.30 percent). There

are total of 8 families, 5 genera and 5 species from a total 15 successful PCR that could be used to

calculate the accuracy of larval fish identification in three taxonomic categories. Despite our

samplling size relatively small, we found that the occurrence of fish larvae varied spatially for

several species. The results of this work enhance our understanding for reproductive activity of

fishes in Jakarta bay for long-term monitoring of species diversity, abudance and distribution and

give us the potential for real-time at sea identification.

Key words: Jakarta bay, larvae, DNA barcode

Page 78: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

Extracting more value from biodiversity observations through DNA barcoding analysis: case

study in the upper Mamberamo River watershed, Papua New Guinea

Dwi Atminarso1 & Arif Wibowo

1*

1 Research Institute for Inland Fisheries, Agency for Marine and Fisheries Research, Ministry of

Marine Affairs and Fisheries, Jl. Gubernur H. A. Bastari No. 08 Kel. Silaberanti, Kec. Seberang

Ulu I, Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

New Guinea Island of Indonesia, West Papua is one of the world’s last unknown places. The main

rivers in Papua Island is Mamberamo River, forms the largest drainage system of Indonesian New

Guinea. The initial freshwater fishes have been conducted however additional ichthyological

surveys in the Mamberamo Basin are urgently required. In terms of adding new records to the

fauna and elucidating distributional patterns of the known fauna, we are endeavouring to provide

an initial biodiversity profile of freshwater fishes occurring in the Muara Nawa area through the

analysis of species richness, Simpson’s index and Shannon’s index and analysis of an informative

DNA seqment of Cytochrome Oxidase Sub unit1. We demonstrate that PCR, sequencing and

analysis of an informatif DNA can be a useful complement to morphological study for more

complete bodiversity assesments. The results show that the biodiversity of freshwater fish fauna of

Mamberamo River is poor. Application of molecular tools increasing the number of identified fish

to 17 species of small size and is dominated strongly by Barbonymus gonionotus, an introduced

species, the reason for this is because DNA barcoding presents several advantages compared to

morphological characters for species identification. Low diversity values of Shannon-Wiener and

high value of Simpson indices in the present study show that the selected sampling sites is unstable

to moderate stable ecosystem. Further inventory effort is urgently needed at all Mamberamo River

study sites, as anthropogenic changes may soon have an adverse effect on the local fish

assemblages.

Key words: Biodiversity, tropical river, fish

Page 79: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

ASPEK BIOLOGI IKAN PALAU (Osteochilus hasseltii C.V) DI SUNGAI

BATANGHARI, JAMBI

BIOLOGICAL ASPECT OF SILVER SHARKMINNOW (Osteochilus

hasseltii C.V) IN BATANGHARI RIVER, JAMBI

Siswanta Kaban dan Asyari

Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Ikan palau (Osteochilus hasselti) merupakan jenis ikan dominan dan juga ikan

konsumsi yang cukup penting di Propinsi Jambi. Tujuan dari penelitian adalah untuk

mengetahui beberapa aspek biologi ikan palau di Sungai Batanghari yang dilakukan pada

bulan Februari, April, Juni, September dan Oktober 2016. Penelitian menggunakan

metode survey, sedangkan pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling.

Diilakukan analisis terhadap panjang-berat, kebiasaan makan ikan menggunakan indeks

preponderan, kematangan gonad diamati secara morfologi, sedangkan penentuan

fekunditas dihitung dengan metode gravimetrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

hubungan panjang-berat ikan palau mengikuti persamaan W = 0, 009 L 3,096 dengan

nilai b = 3. Hasil penelitian menunujkkan bahwa ikan palau mempunyai pola

pertumbuhan yang isometrik dimana terdapat keseimbangan antara pertumbuhan panjang

dengan pertumbuhan berat. Ikan palau termasuk golongan ikan herbivora dengan pakan

utama fitoplankton yaitu Bacillariophyceae 42,8% dan Chlorophyceae 39,6%. Pakan

pelengkapnya adalah Cyanophyceae 6,5 %, pakan tambahan terdiri dari makrofita 2,4 %,

Rotifera 1,8 % dan Crustacea 1,1 % serta sisanya sebesar 5,8 % yang tidak teridentifikasi.

Ikan palau dapat memijah sepanjang tahun secara parsial dengan fekunditas antara 2.726 -

19.202 butir telur. Indeks kematangan gonad antara antara 5,38 % - 11,44 %, sedangkan

diameter telur berkisar antara 0,40 – 1,27 mm.

KATA KUNCI : aspek bologi, ikan palau, fekunditas, Sungai Batanghari

ABSTACT :

The Palau fish (Osteochilus hasselti) is the dominant fish species and also the important

consumption fish in Jambi Province. The purpose of this research is to know some aspect

of fish biology in Batanghari River which conducted in February, April, June, September

and October 2016. The research used survey method, while sampling is done by

purposive sampling. Analyzed on length-weight, fish feeding habits using preponderant

index, gonad maturity was observed morphologically, while fecundity determination was

calculated by gravimetric method. The results showed that the long-weight relationship of

the Palau fish followed the equation W = 0, 009 L 3.096 with the value b = 3. It’s showed

that it had an isometric growth pattern where there was a balance between long growth

and heavy growth. It belong to herbivorous fish group with main feed of phytoplankton

such as Bacillariophyceae 42,8% and Chlorophyceae 39,6%. The complete feed is

Cyanophyceae 6,5%, additional feed consist of Macrofita 2,4%, Rotifera 1,8% and

Crustacea 1,1% and the rest of 5,8% unidentified. The fish can spawn year-round

partially with fecundity between 2,726 - 19,202 eggs. The gonad maturity index was

between 5.38% - 11.44%, while the egg diameter ranged from 0.40 to 1.27 mm

KEYWORD : biological aspect, silver sharkminnow, fecundity, Batanghari River

Page 80: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PENDUGAAN DAYA DUKUNG PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN DALAM

KERAMBA JARING APUNG DI WADUK PONDOK, NGAWI JAWA TIMUR

CARRYING CAPACITY ESTIMATION FOR FISH CULTURE OF FLOATING NET

CAGES IN PONDOK RESERVOIR, NGAWI EAST JAVA

Siti Nurul Aida, Agus Djoko Utomo, Taufiq Hidayah

Abstrak

Waduk Pondok 380 ha berada di Ngawi Jawa Timur. Waduk tersebut mulai beroperasi

tahun 1995 merupakan waduk serbaguna. Budidaya ikan di Waduk Pondok sudah mulai

berkembang, hingga pada tahun 2016 mencapai 126 petak. Penelitian bertujuan untuk mengetahui

tingkat kesuburan perairan, total fosfor yang terlepas ke peraian dari keramba jaring apung (KJA),

daya dukung perairan untuk KJA. Tingkat kesuburan perairan perairan waduk dianalisa dengan

nilai index status trofik menurut Carlson (1977). Untuk mengetahui total fosfor yang terlepas ke

perairan dan daya dukung perairan untuk KJA menggunakan pendekatan menurut Beveridge

(1996). Perairan waduk Pondok sudah termasuk katagori perairan eutrofik, dengan nilai TSI

62,1.Total P yang terlepas ke perairan yaitu 15,04 kg P/ton ikan. Daya dukung perairan Waduk

Pondok untuk KJA adalah 1500 kg/tahun atau 130 petak KJA. Jumlah KJA di Waduk Pondok

ada 126 petak, sudah optimum tidak dapat ditambah lagi.

Kata kunci: Daya dukung perairan, budidaya ikan, keramba jaring apung, waduk

Abstract.

Pondok Reservoir 380 ha is located in Ngawi, East Java. The Reservoir was began

operationed in 1995, is a multipurpose reservoir. Fish culture in Pondok Reservoir has begun to

grow until in 2016 reached 126 cages. The aim of this research is to know the trophicstatus, total

of phosphorus released to waters from floating net cage, carrying capacity for fish culture. Trophic

status index(TSI) was analyzed according to Carlson (1977). To find out the total phosphorus

released to waters and carrying capacity for fish culture use approach according to Beveridge

(1996). Pondok reservoir have been categorized as eutrophic status, with the value of TSI 62.1.

Total P released to the waters is 15.04 kg P / ton of fish. The carrying capacity of Pondok

Reservoir for fish culture is 1500 kg / year or 130 cages. The number fish culture in Pondok

Reservoir is 126 cages, is optimum can not be added anymore.

Key Word: Carrying capacity, fish culture, floating net cage, reservoir

Page 81: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KONDISI LIMNOLOGIS, POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN

SUMBERDAYA IKAN DI DANAU PANIAI, PROPINSI PAPUA

LIMNOLOGICAL CONDITIONS, POTENCY AND

UTILIZATION LEVEL OF FISH RESOURCES IN LAKE PANIA,

PAPUA PROVINCE

Vipen Adiansyah, Samuel dan Yoga Chandra Ditya

Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan,

Jl. Gubernur, H. A. Bastari No. 08 Jakabaring Palembang,Sumatera Selatan

ABSTRAK

Kajian limnologis perairan, potensi produksi dan tingkat pemanfaatan di suatu danau

memberikan informasi tentang bagaimana kondisi dan tingkat kesuburan air serta berapa

besar kemampuan perairan dapat memproduksi ikan dan seberapa besar pemanfaatannya.

Penelitian limnologis, potensi produksi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di Danau

Paniai, bertujuan untuk mengevaluasi kondisi limnologis, mengestimasi potensi produksi dan

tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya. Parameter yang diukur adalah parameter fisika,

kimia dan biologi perairan terdiri dari suhu, kecerahan, kedalaman, daya hantar listrik, pH,

oksigen terlarut, alkalinitas, kesadahan, amonia, nitrat, fosfat, total fosfor, klorofil-a, plankton

dan bentos. Pengukuran parameter dan pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan April,

Juli dan Oktober 2016 di tujuh stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan perairan

Danau Paniai mempunyai kualitas air yang masih baik untuk kehidupan ikan dengan nilai

status trofik berkisar antara 39-56, mengklasifikasikan perairan pada tingkat kesuburan

sedang-tinggi. Rerata potensi produksi ikan 34,6 kg/ha/tahun atau 524 ton/tahun. Jumlah hasil

tangkapan yang menggambarkan tingkat pemanfaatan ada sebesar 20,3 ton/tahun. Tingkat

pemanfaatan sumberdaya ikan dan udang ini bila dibandingkan dengan angka potensi

produksi rata-ratanya sebesar 524 ton/tahun, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di

Danau Paniai baru mencapai angka sebesar 4%.

Kata Kunci: Limnologi perairan; potensi produksi ikan; Danau Paniai

ABSTRACT

Study on aquatic limnology, potency of fish production and utilization rates in a lake

provides information on how the condition and level of water fertility and how much water

capacity can produce fish and how much its use. Limnological research, production potential

and utilization rate of fish resources in Paniai Lake, aimed to evaluate the limnological

conditions, estimating the potential of fish production and utilization rate of fish resources.

The parameters measured were physico-chemical and biological parameters consisting of

temperature, brightness, depth, conductivity, pH, dissolved oxygen, alkalinity, hardness,

ammonia, nitrate, phosphate, total phosphorus, chlorophyll-a, plankton and benthos.

Parameter measurements and sampling were conducted in April, July and October 2016 at

seven observation stations. The results showed that Lake Paniai waters had good water

quality for fish life with trophic status values was ranging from 39-56, classified waters at

medium-high fertility level. The average potential of fish production was 34.6 kg/ha/year or

524 tons/year. The number of catches that described the utilization rate was 20.3 tons/year.

Page 82: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

The utilization rate of fish and shrimp resources compared to the average production

potential that was 524 tons/year, the utilization rate of fish resources in Lake Paniai only

reached 4%.

Keywords: Aquatic Limnology; potential of fish production; Lake Paniai

Page 83: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

SOME POPULATION PARAMETERS ON FISH OF THE COMMON CARP

(Cyprinus carpio, Linnaeus, 1758) IN LAKE PANIAI, PAPUA

Yoga Candra Ditya, Samuel and Vipen Adiansyah

Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan,

Jl. Gubernur, H. A. Bastari No. 08 Jakabaring Palembang,Sumatera Selatan

ABSTRACT:

Common carp (Cyprinus carpio) fish is known as a fish introductions on some

waters of the lake in Indonesia and included in a group of herbivore fish. The Common

carp fish population in Lake was in the dominant number, sothat its became the target

catch by fishermen. Estimation of some parameters on Common carp fish population in

Lake Paniai was aimed to evaluate the growth parameters, mortality, the fishing rate and

recruitment pattern. Taking and measuring the fish sample was done in the period from

February to October 2016 by using the fishing gear of gill nets with mesh sizes of 1.00 -

4.50 inches. The results showed that Common carp fish population in Lake Paniai was

dominated by individual lengths between 15-25 cm with a frequency of 55.78%, the

growth pattern of male fish were alometrik (-) and females were isometric. Asymptotic

length (L∞) = 61.43 cm and the growth coefficient (K) = 0.32 per year. The rate of

natural mortality (M) = 0.65 per year, the mortality rate of fishing (F) = 0.52 per year,

the total mortality rate (Z) = 1.17 per year and the exploitation rate (E) = 0.44. The

exploitation rate of Common carp fish was still below the its optimum value, thus an

attempt to catch this fish, could be still improved. Common carp fish populations caught

by mostly fishermen have had a chance to spawning thus Common carp fish population in

the lake was estimated to still preserved and could be utilized in a sustainable manner.

Peak recruitment occured only one year, namely in June.

KEYWORDS: Population parameters, Common carp fish, Lake Paniai, Papua.

Page 84: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

SEBARAN INFEKSI MHD (MILKY HAEMOLYMPH DISEASE) PADA LOBSTER PASIR

(Panulirus homarus LINNAEUS, 1758) DAN LOBSTER MUTIARA (Panulirus ornatus

FABRICIUS, 1798) TANGKAPAN ALAM.

MHD (MILKY HAEMOLYMPH DISEASE) INFECTION DISTRIBUTION ON WILD-

CAPTURED SCALLOPED SPINY LOBSTERS (Panulirus homarus LINNAEUS, 1758) AND

ORNATE SPINY LOBSTER (Panulirus ornatus FABRICIUS, 1798).

Indriatmoko*, 1)

dan Danu Wijaya1)

1)

Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jl. Cilalawi No.1, Jatiluhur, Purwakarta - 41152, Jawa

Barat

*email: [email protected]

Abstrak

Lobster pasir (Panulirus homarus) dan lobster mutiara (Panulirus ornatus) merupakan komoditas

perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang baik dengan permintaan pasar nasional dan

internasional yang tinggi. Potensi ini dimanfaatkan oleh pelaku perikanan lobster dengan

memanfaatkan lobster baik dari hasil tangkapan alam maupun hasil budidaya untuk memenuhi

kebutuhan pasar. Di Indonesia, beberapa lokasi dikenal memiliki beberapa lokasi lobster pasir

tangkapan alam potensial diantaranya, Simeuleu, Mandeh, Ujung kulon, Pangandaran, Pacitan,

Trenggalek, Tulung agung, Banyuwangi, dan Lombok. Isu paparan infeksi Milky Haemolymph

Disease (MHD) pada lobster saat ini telah menjadi perhatian utama. Dampak kematian secara cepat

yang terjadi setelah muculnya indikasi infeksi menjadi ancaman yang dapat berakibat menurunnya

kuantitas ketersediaan komoditas ini sekaligus mengancam stok lobster di alam. Riset ini menyajikan

informasi sebaran infeksi MHD dari lobster hasil tangkapan alam perairan Simeleu (nph = 15; npo = 0

), Mandeh (nph = 9; npo = 0), Ujung kulon (nph = 10; npo = 10), Pangandaran (nph = 18; npo = 14),

Pacitan (nph = 15; npo = 3), Trenggalek (nph = 11; npo = 1), Tulung agung (nph = 14; npo = 11),

Banyuwangi (nph = 18; npo = 16), dan Lombok (nph = 15; npo = 15). Hasil deteksi rickettsia-like

bacteria penyebab MHD secara molekuler menunjukan sebaran MHD sudah mencakup seluruh

lokasi penelitian dengan prosentase infeksi pada P. homarus yang bervariasi dengan infeksi individu

tinggi adalah Lombok > Pacitan > Banyuwangi > Ujung kulon > Simeuleu > Tulung agung >

Trenggalek > Mandeh. Prosentase infeksi MHD pada P. ornatus tertinggi pada

Pangandaran>Lombok>Tulungagung>Banyuwangi>Ujung kulon.

Kata Kunci : Panulirus homarus, milky haemolymph disease, rickettsia-like bacteria

Abstract

Spiny lobsters, Panulirus homarus and Panulirus ornatus, has becoming prime fisheries commodity

in Indonesia that highly valued economically followed by either nasional or international market

demand. This valuable potency had been used by numerous lobster fisheries stakeholders by

conducting capture and culture activities in order to meet the market demand. In Indonesia, several

locations were well-knowed as lobster wild-captured centers, e.g. Simeuleu, Mandeh, Ujung kulon,

Pangandaran, Pacitan, Trenggalek, Tulung agung, Banyuwangi, and Lombok. Most recent issue were

come from Milky Haemolymph Disease (MHD) in spiny lobster have becoming the main concern.

Rapid death in few days post to clinical symptom appears were considered to be potential threat

which largely affect to decreasing of the production quantitatively as well as potentially reduce wild-

stock lobster. This investigation providing information of MHD-infected wild-captured lobster

distribution from several captured area, i.e. Simeleu (nph = 15; npo = 0 ), Mandeh (nph = 9; npo = 0),

Ujung kulon (nph = 10; npo = 10), Pangandaran (nph = 18; npo = 14), Pacitan (nph = 15; npo = 3),

Trenggalek (nph = 11; npo = 1), Tulung agung (nph = 14; npo = 11), Banyuwangi (nph = 18; npo = 16),

and Lombok (nph = 15; npo = 15). Molecular detection of rickettsia-like bacteria (MHD infection

Page 85: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

agent) showed that this disease had been spread all over investigated locations. Furthermore, highest

percentage of infected P. homarus were found in Lombok > Pacitan > Banyuwangi > Ujung kulon >

Simeuleu > Tulung agung > Trenggalek > Mandeh, while P. ornatus were found in

Pangandaran>Lombok>Tulungagung>Banyuwangi>Ujung kulon>Trenggalek.

Keywords : Panulirus homarus, milky haemolymph disease, rickettsia-like bacteria

Page 86: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KAJIAN LINGKUNGAN PERAIRAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEMATIAN IKAN

MASSAL DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT, INDONESIA

THE ASSESMENT OF WATERS ENVIRONMENTAL AND IMPACT ON MASS MORTALITY

OF FISH IN CIRATA RESERVOIR, WEST JAVA, INDONESIA.

Adriani Sri Nastiti1, Sri Turni Hartati

2 dan Budi Nugraha

2

1Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan

2Pusat Riset Perikanan

Email:[email protected]

ABSTRAK

Waduk Cirata telah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya dengan sistem Keramba Jaring

(KJA), saat ini jumlah KJA sudah melebihi daya dukung yang menyebakan over nutrien. Hampir

setiap tahun terjadi kematian ikan. Kajian lingkungan perairan dan dampaknya terhadap kematian

ikan massal dilakukan pada akhir bulan September 2017, di beberapa lokasi meliputi : Zona II

(Cimanggu-Purwakarta), Zona I (Sangkalin, Cipicung- Bandung Barat), dan Zona III ( Jatinengang,

Patokbeusi-Cianjur). Parameter yang diukur meliputi : Suhu air/udara, Kedalaman, Kecerahan,

Kekeruhan, TDS, TSS, DHL, Warna air , Oksigen terlarut, ORP, CO2 bebas, Alkalinitas, pH, Nitrat,

Nitrit, Amonium, Fosfat, Sulfat, BOT, Sruktur komunitas fitoplankton, dan informasi tentang

kronologis kematian ikan massal. Metode kajian dengan pengukuran insitu, analisa di laboratorium,

wawancara dan dukungan referensi terkait. Hasil kajian bahwa perairan waduk Cirata mengalami

pencemaran. Tingkat kesuburan eutrofik, berdasarkan ORP menunjukan bahwa perairan waduk Cirata

tidak mampu melakukan proses dekomposisi limbah pakan yang terakumulasi. Kualitas air yang tidak

bagus dan dipicu fenomena umbalan terjadi kematian ikan massal budidaya sekitar 65 ton di zona III

(wilayah Cianjur), 25 ton di zona I (wilayah Purwakarta) , dan 20 ton, di zona I (wilayah Bandung

Barat).

Kata Kunci : Lingkungan perairan, dampak, kematian ikan, waduk Cirata.

ABSTRACT

Cirata reservoir has been used for fish culture activities by floating net cages system , the current

number of floating net cages has exceeded the carrying capacity that cause eutrophic waters. Almost

every year fish mortality occurs. The study of the aquatic environment and its impact on mass

mortality of fish was done at the end of September 2017, in several locations including: Zone II

(Cimanggu-Purwakarta), Zone I (Sangkalin, Cipicung-West Bandung), and Zone III (Jatinengang,

Patokbeusi-Cianjur) . Parameters measured include: Water / air temperature, Depth, Brightness,

Turbidity, TDS, TSS, Conductivity, Color of waters, Dissolved Oxygen, ORP, Free CO2, Alkalinity,

pH, Nitrate, Nitrite, Amonium, Phosphate, Sulphate, BOT, the structure of the phytoplankton

community, and information about the chronology of mass fish mortality. Methods of study with in

situ measurements, laboratory analysis, interviews and associated reference support. The results of

the study that the waters of the reservoir Cirata experienced pollution. based on ORP indicate that

Cirata reservoir waters are not capable of decomposed the accumulated of feed waste. Bad water

quality and triggered by the phenomenon of upwelling occurred mass mortality of fish, around 65

tons in zone III (Cianjur area), 25 tons in zone I (Purwakarta area), and 20 tons, in zone II (West

Bandung area).

Key words: Water environment, impact, mortality of fish, Cirata reservoir

Page 87: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

FLUKTUASI TANGKAPAN DAN KONDISI HIU MERAK BULU, Carcharhinus

brevipinna (Müller & Henle, 1839) YANG DIDARATKAN DI TANJUNG LUAR,

LOMBOK TIMUR

CATCH FLUCTUATION AND CONDITION OF SPINNER SHARK Carcharhinus

brevipinna (Müller & Henle, 1839) LANDED IN TANJUNG LUAR, EAST LOMBOK

Agus Arifin Sentosa1)

, Umi Chodrijah2)

, dan Indriatmoko1)

1Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jalan Cilalawi No. 01 Jatiluhur, Purwakarta,

Jawa Barat, Indonesia-41152, 2Balai Riset Perikanan Laut, Komplek Raiser Jalan Raya Bogor km 47Nanggewer Mekar,

Cibinong Bogor, Jawa Barat, Indonesia-16912

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Hiu merak bulu sering tertangkap dan didaratkan di Tanjung Luar. Informasi ilmiah

terkait jenis tersebut relatif jarang sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

fluktuasi tangkapan dan faktor kondisi hiu merak bulu, Carcharhinus brevipinna (Müller

& Henle, 1839) yang didaratkan di Tanjung Luar. Penelitian dilakukan selama Agustus

2015 – November 2016 dengan pencatatan hasil tangkapan dibantu oleh enumerator.

Analisis data dilakukan secara deskriptif dan kondisi hiu ditentukan berdasarkan faktor

kondisi relatif yang diperoleh dari hubungan panjang-beratnya. Hasil menunjukkan

terdapat sebanyak 1350 ekor (546 jantan dan 804 betina) dengan pola hasil tangkapan

yang fluktuatif sepanjang tahun. Hiu betina lebih banyak tertangkap dengan nisbah

kelamin 1 : 1,473. Pola pertumbuhan C. brevipinna bersifat alometrik negatif, baik jantan

dan betina. Faktor kondisi relatif tangkapan hiu jantan berkisar antara 0,191 – 4,165 dan

betina antara 0,216 – 3,453. Kondisi hiu merak bulu jantan dan betina relatif tidak

berbeda (P>0,05), namun jika dibandingkan antar kelas ukuran panjang dan antar bulan

kondisinya berbeda.

KATA KUNCI: Hiu merak bulu, Carcharhinus brevipinna, faktor kondisi

relatif, tangkapan, Tanjung Luar

ABSTRACT

The spinner shark was common commodity which was landed in Tanjung Luar, but its

scientific information had been rare. So, this study aimed to assess the catch fluctuation

and condition factors of spinner shark, Carcharhinus brevipinna (Müller & Henle, 1839)

landed in Tanjung Luar. The research was conducted during August 2015 - November

2016 with recording of the catches assisted by the enumerator. The data was analysed

descriptively and the shark condition was determined based on relative condition factor

which obtained from the length-weight relationship. The results showed the total catch

were 1350 individu (546 males and 804 females) with fluctuating catch patterns

throughout the year. Female shark was more caught with sex ratio of 1: 1,473. The

growth pattern of C. brevipinna was allometrically negative, both male and female. The

relative condition factor of males shark catch ranged from 0.191 - 4.165 and females

between 0.216 - 3.453. The condition of male and female spinner sharks were relatively

no different (P> 0.05), but when compared between size class of length and between

months the condition was different.

Page 88: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

KEYWORDS: Spinner shark, Carcharhinus brevipinna, relative condition factor,

catch, Tanjung Luar

Page 89: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

PERLINDUNGAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus) DI PERAIRAN KEPULAUAN

ANAMBAS (Naskah Akademik)

Amran Ronny Syam1)

, Fayakun Satria2)

, Didik Wahju Hendro Tjahjo1)

dan Masayu

Rahmia Anwar Putri1)

1)Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan

2)Balai Riset Perikanan Laut

ABSTRAK: Upaya perlindungan dan pemulihan ikan napoleon di perairan Anambas merupakan langkah pengelolaan agar sumberdaya ikan napoleon di perairan ini tetap lestari. Ikan napoleon merupakan komoditas unggulan perairan Anambas dari kegiatan budidaya (keramba jaring apung) berbasis penangkapan (CBA, capture based aquaculture). Besarnya nilai ekspor ikan napoleon lebih dari US$690.000/tahun. Ikan napoleon memiliki karakteristik biologi (pertumbuhan lambat, distribusi terbatas, jumlah populasi rendah, usia pertama kali memijah lama) sehingga pemanfaatannya perlu dilakukan dengan hati-hati. Direkomendasikan untuk melakukan perlindungan terbatas berdasarkan ukuran, wilayah, waktu dan metode penangkapan. Ukuran ikan napoleon yang boleh ditangkap di alam berkisar antara 3-100 mm dan hanya diperuntukkan bagi kegiatan KJA di perairan Anambas. Kegiatan penangkapan benih hanya diperbolehkan dilakukan di luar Pulau Teluk Pau dan dilakukan pada bulan Oktober-Desember (3 bulan) dengan menggunakan alat penangkapan benih ikan (serok) dan metode penangkapan yang tidak merusak habitat. Untuk menjamin ketersediaan induk di alam, petani KJA diharuskan melepaskan paling sedikit 10% dari total benih yang berukuran lebih besar dari 100 mm kembali ke alam. Upaya perlindungan dan pemulihan ini harus mendapatkan pengawasan yang ketat dari pemerintah dengan melibatkan masyarakat, pelaku usaha dan pemerhati lingkungan. .

KATA KUNCI : pemanfaatan terbatas, konservasi, ikan napoleon, Anambas

Page 90: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Estimasi Potensi Stok Sumberdaya Lobster melalui Pendekatan Mark and

Recapture, dan Tingkat Pemanfaatannya di Perairan Teluk Prigi Kabupaten

Trenggalek

Stock Potential Estimation Lobster Resources by Mark and Recapture Approach, and

Level Utilization in Gulf of Prigi, District of Trenggalek

Amula Nurfiarini, dan Danu Wijaya1

Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan

Abstrak

Lobster merupakan komoditas perikanan unggulan yang keberadaan dan potensi

stok di alam cukup sulit di estimasi di banding komoditas lain dalam kelompok udang

udangan. Hal ini tidak terlepas dari tipologi habitat hidup lobster, cuaca, terbatasnya

kemampuan/teknologi penangkapan yang dimiliki, minimnya pencatatan data produksi,

dan aspek pasar. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan percobaan

penandaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketersediaan stok lobster, dinamika

pemanfaatanya, serta menetukan alternatif strategi pemanfaatan sumberdaya lobster

secara berkelanjutan di Perairan Teluk Prigi. Metode penelitian menggunakan

pendekatan tandai-lepas-tangkap kembali (Capture-mark-recapture/CMR), sedangkan

analisis stok lobster mengacu pada Petersen (2001). Hasil Penelitian menunjukkan

bahwa potensi stok lobster di Teluk Prigi mencapai 90,24 ton dengan tingkat pemanfaatan

sebesar 4,26 ton. Artinya bahwa tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster di Teluk Prigi

baru sekitar 4,72 % dari total potensi stok lobster di perairan, sehingga masih dapat

ditingkatkan. Namun demikian, pola pemanfaatan masih belum memenuhi kaidah

ketentuan peraturan yang berlaku dimana produksi lobster didominasi oleh ukuran larang

tangkap (carapace length < 8 cm).

Kata kunci: Mark and Recapture, Stok, Pemanfaatan, Lobster, Teluk Prigi

Abstract

Spiny Lobster is a superior fishery commodity whose existence and potential of

stock in nature is quite difficult in estimation compared to other commodities in shrimp

crustacean group. This can not be separated from typology of lobster living habitat,

weather, limited capability / capture technology owned, lack of production data

recording, and market aspect. One approach that can be done is by tagging experiments.

This study aims to determine the availability of lobster stock, the dynamics of its use, and

determine the alternative strategy of sustainable lobster resource utilization in Gulf of

Prigi waters. The research method used a catch-mark-recapture (CMR) approach, while

lobster stock analysis refers to Petersen (2001). The results showed that the potency of

lobster stock in Prigi Bay reached 90.24 tons with utilization rate of 4.26 tons. This

means that the level of utilization of lobster resources in Gulf of Prigi is only about 4.72%

of the total lobster stock potential in the waters, so it can still be improved. However, the

utilization pattern still does not meet the rules of the prevailing rules of law where lobster

production is dominated by carapace length <8 cm.

Page 91: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KEY WORDS: Mark and Recapture, Stock, Utilization, Spiny Lobster, Gulf of Prigi

Page 92: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Upaya mitigasi beban cemar fosfor dari kegiatan budidaya dengan penebaran ikan di Waduk

Djuanda-Jawa Barat

Fish Restocking For Mitigation of Phosphorus Loading From Aquaculture Activity in Djuanda

Reservoir, West Java

Andri Warsa “1)”

dan Andika Luky Setiyo Hendrawan 1)

1) Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan

Abstrak

Buangan limbah dari budidaya yang umumnya mengandung fosfor (P) yang tinggi dapat

menyebabkan peningkatan biomassa fitoplankton. Beban masukkan P yang berlebih dapat

menyebabkan penyuburan perairan. atau eutrofikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi

jumlah benih ikan yang dapat ditebar sebagai upaya mitigasi akibat beban cemar P dari kegiatan

budidaya. Penelitian dilakukan di Waduk Ir. H. Djuanda pada bulan Februari, Juli, September dan

Oktober 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesuburan perairan Waduk Ir. H. Djuanda

adalah hipereutrofik. Besarnya beban masukkan P dari kegiatan budidaya sebesar 1.263,1 ton.

Besarnya beban masukkan P tersebut menyebabkan terbentuknya konsentrasi klorofil-a sebesar 169,5

mg m-3

dan produktivitas primer sebesar 357,23 gC m-2

tahun-1

. Estimasi potensi produksi ikan akibat

dari beban masukkan P dari kegiatan budidaya sebesar 120,9-195,1 kg ha-1

tahun-1

. Berdasarkan nilai

potensi produksi tersebut maka dapat ditebar ikan planktivora sebanyak 2.500.000-4.000.000 ekor

tahun-1

. Jika mengacu pada kebutuhan fosfor ikan bandeng maka jumlah beban P yang dapat dikurangi

sebesar 1.204,2 kg atau sebesar 9,5%.

Kata Kunci: Beban fosfor, penebaran, mitigasi, waduk Ir. H. Djuanda

Abstract:

Waste from aquaculture activity contain phosphorus could stimulate phytoplankton growth and

finally caused eutrophication. The aim of the research to estimated number of seed can be restocking

as mitigation P loading from aquaculture activity. The research were done at February, July,

September and October 2015. The result of the research shown Ir. H. Djuanda reservoir is

hypereutrophic. Phoshorus loading from aquaculture is 1,2631.1 ton and caused increasing

Page 93: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

chlorophyll-a and primary productivity were 169.5 mg m-3

and 357,23 gCm-2

tahun-1

respectively with

potential yield arround 120,9-195,1 kgha-1

year-1

. Based on chlorophyll-a concentration and primary

productivity, number of seed for stocking about 2,500,000-4,000,000 individu year-1

. It can be

decreasing P loading is 1,204.2 kg or 9.5%.

Key word: Phosphorus loading, stocking, mitigation, Ir. H. Djuanda reservoir.

Page 94: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

KARAKTERISTIK HABITAT DAN POTENSI RASIO PEMIJAHAN IKAN BELIDA (Chitala

lopis) DI SUNGAI KAMPAR, RIAU

HABITAT CHARACTERISTICS AND SPAWNING POTENTIAL RATIO OF FEATHERBACK

(Chitala lopis) AT KAMPAR RIVER, RIAU

Andri Warsa “1)”

, Endi Setiadi Kartamihardja

2) dan Arif Wibowo

3)

E-mail: [email protected] “1)” Balai Riset Pemulihan Sumberdaya ikan

2) Pusat Riset Perikanan

3) Balai Riset Perikanan Perairan umum dan Penyuluhan Perikanan

ABSTRAK

Ikan belida (Chitala lopis) di Sungai Kampar merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting

yang populasinya dilaporkan menurunan sehingga perlu langkah-langkah upaya pengelolaan dan

konservasinya.Keterbatasan data yang dapat digunakan untuk formulasi upaya pengelolaan dan

konservasi ikan belida di Sungai Kampar menjadi kendala.Salah satu pendekatan yang dapat

digunakan untuk pengelolaan populasi ikan belida adalah rasio potensi pemijahan (Spawning Potential

Rasio, SPR).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik habitat dan menganalisis SPR

sebagai dasar pengelolaan stok ikan belida di Sungai Kampar, Riau.Penelitian dilakukan pada Bulan

Mei, Agustus dan Oktober 2016.Karakteristik habitat ikan belida dianalisis berdasarkan data limnologi

dari Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri sedangkan analisis SPR dilakukan berdasarkan data

morfometri dan biologi ikan belida sampel yang diukur di tempat pendaratan ikan.Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kualitas air dan vegetasi rivarian habitat ikan belida di Sungai Kampar Kiri lebih

baik jika dibandingkan dengan habitat di Sungai Kampar Kanan.Ukuran panjang total ikan belida yang

dominan tertangkap lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran panjang pada pertama kali matang

gonad dengan nilai prosentase SPR sebesar 10%. Kondisi ini akan berdampak terhadap penurunan

populasi ikan belida. Nilai prosentase SPR ikan belida harus dinaikan menjadi lebih besar dari 20%

agar populasinya stabil.Hal ini dapat tercapai jika ukuran ikan belida yang ditangkap harus

mempunyai panjang total >80 cm. Regulasi penangkapan mengenai ukuran mata jaring yang boleh

digunakan harus dilakukan.

Kata kunci: Habitat, Potensi Rasio Pemijahan, Ikan Belida Chitala lopis, Sungai Kampar

ABSTRACT

Page 95: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

The feather back, Chitala lopis is an important economic fish, inhabit Kampar River and its

population tend to decrease so that management and conservation efforts should be conducted.

Limited data of the feather back is one problems in formulating the management of the population.

Spawning potential ratio (SPR) approach is an option being used in the management of the fish stock

in the poor data.The study aimed to investigate habitat characteristics and to analysis spawning

potential ratio of the feather back in Kampar River, Riau has been conducted in May, August and

October 2016.Habitat characteristics were analyzed based on limnological data while the SPRwas

analyzed based on morphometry and biology of the feather back samples measured at landing

places.The results showed that water quality and riparian vegetation as the feather back habitat in

Kampar Kiri River more favorable compare to Kampar Kanan River.The total length catched (Lc) of

feather back less than the total length at first maturity (Lm) with the SPR value of 10%. This condition

can impact to decreasing the feather back stock. The SPR value should be increase to more than 20%

so the feather back population will be stable. Regulation of thefisheries mainly limited mesh size of the

gillnet operated should be applied.

Keywords: Habitat, spawning potential ratio, Featherback, Chitala lopis, Kampar River

Page 96: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

LAJU PERTUMBUHAN LOBSTER PASIR (Panulirus homarus Linnaeus, 1758)

ber-TAG DI TELUK PRIGI

GROWTH RATE OF TAGGED SCALLOPED SPINY LOBSTER

(Panulirus homarus Linnaeus, 1758) IN GULF OF PRIGI

Danu Wijaya1)

dan Amula Nurfiarini1)

1)

Peneliti Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan

Jl. Cilalawi No.1, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat, 41152, Indonesia

[email protected] / 085664600800

ABSTRAK

Lobster pasir (Panulirus homarus) merupakan salah satu jenis yang cukup

banyak ditangkap dan mempunyai nilai ekonomis tinggi di Teluk Prigi. Informasi

mengenai laju pertumbuhan lobster di Indonesia belum banyak diketahui. Untuk

mengetahui laju pertumbuhan lobster dapat dilakukan dengan metode menangkap-

menandai-menangkap kembali atau Capture-mark-recapture (CMR). CMR dapat

menjelaskan tentang pertumbuhan, pergerakan di alam, tingkat kelangsungan hidup,

tingkat kematian dan perkiraan kelimpahan suatu biota. Rilis lobster pasir ber-tag di

Teluk Prigi dilakukan pada bulan Desember 2015 berjumlah 2.784 ekor. Lobster pasir di-

tag menggunakan tag jenis T-bar yang memiliki tingkat kelangsungan hidup yang cukup

baik pada lobster pasir yang telah di-tag. T-bar merupakan teknik standar untuk beberapa

spesies serta memiliki masa pakai cukup lama. Pengamatan lobster ber-tag yang

tertangkap kembali (recapture) dilakukan selama bulan Februari s.d. Desember 2016.

Lobster yang tertangkap kembali dicatat nomor tag, panjang karapas, berat dan jenis

kelaminnya. Laju pertumbuhan lobster ber-tag yang tertangkap kembali dihitung

berdasarkan pertumbuhan per satuan waktu yang sama dengan perubahan panjang atau

berat dibagi dengan perubahan umur. Lobster pasir ber-tag yang tertangkap kembali di

Perairan Prigi sebanyak 4,74%. Laju pertumbuhan panjang karapas lobster pasir ber-tag

pada beberapa kelompok ukuran berkisar 0,065±0,041 - 0,109±0,076 mm/hari untuk

jantan dan 0,082±0,057 - 0,128±0,075 mm/hari untuk betina. Laju pertumbuhan berat

lobster pasir ber-tag pada beberapa kelompok ukuran berkisar; 0,640±0,510 -

0,914±0,402 gram/hari untuk jantan dan 0,835±0,425 - 1,017±1,050 gram/hari untuk

betina. Laju pertumbuhan panjang karapas pada lobster pasir betina cenderung lebih

tinggi dibandingkan lobster pasir jantan.

KATA KUNCI: Lobster pasir, Panulirus homarus, laju pertumbuhan, tag, Teluk Prigi

ABSTRACT

Panulirus homarus is one of the most captured and high-value species in the Gulf

of Prigi. Information on the growth rate of lobsters in Indonesia has not been widely

known.To know the growth rate of lobster can be done by Capture-Mark-Recapture

(CMR) method. CMR could explains about growth, movement, survival rate, mortality

rate and estimation of abundance of an animal in a wild. A total of 2,784 P. homarus

were tagged with T-bar and were released in Gulf of Prigi in December 2015. T-bar has a

fairly good survival rate on the P. homarus that has been tagged. T-bar is a standard

technique for several species and has a long life span. Observations of recaptured lobsters

Page 97: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

were conducted during February-December 2016. Recaptured lobsters are recorded the

tag number, carapace length, weight and gender. The growth rate per unit time is

equivalent to the change in length divided by the change in age. Recaptured rate of P.

homarus in Gulf of Prigi as much as 4.74%. The growth rate of carapace length of tagged

P. homarus in several sizes groups ranging from 0.065±0.041 - 0.109±0.076 mm/day for

males and 0.082±0.057 - 0.128±0.075 mm/day for females. Growth rates of weight of

tagged P. homarus in several sizes groups ranging from 0.640±0.510 - 0.914±0.402

grams/day for males and 0.835±0.425 - 1.017±1.050 grams/day for females.The rate of

growth of carapace length in female P. homarus tends to be higher than the male.

KEYWORDS: Spiny lobster, Panulirus homarus, growth rate, tag, Gulf of Prigi

Page 98: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Pengelolaan dan Konservasi Sumberdaya Udang Windu (Penaeus monodon) di Pantai Timur Aceh,

Kabupaten Aceh Timur

Oleh:

Didik Wahju Hendro Tjahjo, Dimas Angga Hedianto, Astri Suryandari, Amula Nurfiarini,

Zulkarnaen Fahmi, Indriatmoko dan Joni Hariyadi

Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan (BP2KSI)

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

[email protected]

ABSTRAK

Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas udang utama di Kabupaten Aceh

Timur dengan nilai ekonomi tinggi. Perairan pantai Timur, Kabupaten Aceh Timur dikenal sebagai

penghasil induk udang windu dengan kualitas terbaik sehingga induk udang dari perairan tersebut banyak

ditangkap untuk dijadikan induk di panti-panti benih (hatchery) udang di seluruh wilayah Indonesia,

bahkan sampai ke luar negeri. Keberlanjutan usaha budidaya udang windu di Indonesia sangat tergantung

kepada ketersediaan induk dari alam. Upaya penangkapan udang tersebut masih banyak dilakukan dengan

menggunakan alat tangkap yang destruktif dan tidak selektif, sehingga keberadaanya cenderung terancam.

Ancaman terhadap sumberdaya udang windu tersebut merupakan issue sentral yang harus ditanggulangi.

Oleh karena, siklus hidup udang windu ini menempati habitat dengan keragaman ekosistem yang sangat

luas, mulai dari ekosistem perairan payau hingga perairan laut maka masing-masing ekosistem

memerlukan model pengelolaan tersendiri. Langkah-langkah pengelolaan dan konservasi sumberdaya

udang windu meliputi: pengendalian dan pemulihan degradasi lingkungan, pengendalian penyebaran

penyakit, pengendalian penangkapan juvenile udang windu dan pengembangan konservasi terhadap

daerah asuhan dan daerah pemijahan, serta revitalisasi dan pengembangan kelembagaan nelayan.

KATA KUNCI: Udang windu, Pengelolaan, Konservasi, perairan pantai Aceh Timur

ABSTRACTS

Tiger shrimp (Penaeus monodon) is one of the major shrimp fishery commodities in East Aceh district

with high economic value. East coastal waters, East Aceh district is known as a producer of tiger shrimp

brood stock with the best quality. Thus the shrimp broodstock captured from these waters many to be a

Page 99: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

broodstock in hatchery shrimp throughout Indonesia, even out of the country. Sustainability tiger shrimp

farming in Indonesia is very dependent on the availability of the natural shrimp broodstock. On the other

hand, efforts of utilization is still done using gear that tends to destructive and non-selective, so that its

existence tends threatened. Threats to the tiger shrimp resource is a central issue that must be addressed.

The life cycle of tiger shrimp has a very wide diversity of ecosystems, from brackish water ecosystems to

ocean waters. Each of these ecosystems requires management model itself. Thus, Management measures

and conservation of tiger shrimp resource in the context of sustainable utilization, include: control and

restoration of environmental degradation, control the spread of disease, control of exploitation of tiger

shrimp juvenile and development of the conservation of the nursery and spawning areas, and the

revitalization and development of institutional fishermen.

KEYWORDS: Tiger shrimp, management, conservation, East coastal waters in East Aceh district

Page 100: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

ASPEK REPRODUKSI IKAN LOUHAN SEBAGAI IKAN ASING INVASIF DI

DANAU MATANO, SULAWESI SELATAN

REPRODUCTION ASPECT OF FLOWERHORN CICHLID AS INVASIVE ALIEN

SPECIES IN LAKE MATANO, SOUTH SULAWESI

Dimas Angga Hedianto1)

, Agus Arifin Sentosa1)

, dan Hendra Satria1)

1) Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur

ABSTRAK

Aspek reproduksi ikan asing invasif merupakan salah satu bahan yang sangat dibutuhkan

untuk pengendalian dan pemberantasan populasinya. Penelitian mengenai biologi

reproduksi ikan louhan di Danau Matano sangat diperlukan sebagai data dasar untuk

bahan pengendalian ikan asing invasif. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aspek

reproduksi ikan louhan sebagai bahan untuk pengendalian ikan asing invasif di Danau

Matano, Sulawesi Selatan. Penangkapan ikan dilakukan menggunakan jaring insang

percobaan dengan berbagai ukuran mata jaring pada tahun 2015 (bulan Mei dan Oktober)

dan 2016 (bulan Februari, Juli, dan September) di 14 stasiun penelitian. Ikan louhan yang

tertangkap sebanyak 1.118 ekor terdiri atas 552 ekor ikan jantan; 512 ekor ikan betina;

dan 54 ekor tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya. Nisbah kelamin secara temporal

berada pada kondisi seimbang dengan perbandingan total sebesar 1,1:1. Ikan louhan

jantan dan betina mencapai rata-rata ukuran pertama kali matang gonad (Lm50) masing-

masing pada panjang total 12,6 cm dan 10,2 cm. Ikan jantan berukuran lebih besar

daripada betina pada tingkat kematangan gonad (TKG) yang sama. Diameter telur

berkisar antara 0,25-2,35 mm (rerata 1,31±0,37 mm) dengan fekunditas berkisar antara

104-3.375 butir. Ikan louhan termasuk tipe pemijah bertahap. Ikan louhan di Danau

Matano mampu memijah sepanjang tahun di berbagai tipe karakteristik habitat dengan

puncak pemijahan pada musim penghujan dan kemarau. Substrat dasar berupa pasir

berbatu di kedalaman ≥10 meter merupakan daerah utama pemijahan ikan louhan di

Danau Matano.

KATA KUNCI: reproduksi; pengendalian; pemijahan; ikan asing invasif; ikan

louhan; Danau Matano

ABSTRACT

Fish reproduction aspects of invasive alien species is one of the important data to control

and eradicate their population. Research on the reproductive biology of flowerhorn

cichlid in Lake Matano is essential as a baseline data for controlling the invasive alien

spesies. The objective of this research were to analyze reproductive aspects of flowerhorn

cichlid as baseline data for controlling the invasive alien spesies in Lake Matano, South

Sulawesi. Fishing was conducted using experimental gil net with various mesh sizes in

2015 (May and October) and 2016 (February, July, and September) at 14 research

stations. Flowerhorn cichlid observed were 1,118 fishes consists of 552 males; 512

females; and 54 unidentified. The temporary sex ratio indicated balance conditions with

total ratio 1.1:1. Length at first maturity (Lm50) of male and female of flowerhorn cichlid

reached at 12.6 cmTL and 10.2 cmTL, respectively. Males are larger than females at the

same gonad maturity stage. The eggs diameter ranged from 0.25 to 2.35 mm (average of

1.31 ± 0.37 mm) with fecundity ranged from 104-3.375 eggs. Flowerhorn cichlid was a

partial spawner. Flowerhorn cichlid in Lake Matano are able to spawned throughout the

Page 101: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

year (multi spawning) in various types of habitat characteristics with spawning peaks in

the rainy and dry seasons. Substrates in the form of sandy rock in the depth of ≥10 meters

is the main of spawning area of flowerhorn cichlid in Lake Matano.

KEYWORDS: reproduction; controlling; spawning; invasive alien species;

flowerhorn cichlid; Lake Matano

Page 102: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KAJIAN KUALITAS AIR PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA

JARING APUNG SMART (KJA SMART)

Lismining Pujiyani Astuti1)

dan Andika Luki Setyo Hendrawan1)

Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan

Abstrak

Sistem KJA Smart atau KJA Sistem Manajemen Air dengan Resirkulasi dan Tanaman

merupakan sistem budidaya KJA dengan meminimalisisr masukan bahan pencemar organik

yang berasal dari pakan yang terbuang dan eksresi ikan. Sistem ini diharapkan dapat menjadi

salah satu teknologi budidaya ikan dalam KJA yang ramah lingkungan sehingga dapat

diterapkan di perairan danau atau waduk. Sistem KJA saat ini manjadi salah satu penyebab

terjadinya degradasi lingkungan perairan. Tujuan penelitian mengkaji kualitas air pada sistem

KJA Smart. Penelitian dilakukan di Waduk Ir. H. Djuanda pada bulan November – Desember

2016. Penelitian dengan menggunakan konstruksi KJA Smart yang merupakan modifikasi sitem

KJA dipadu dengan sistem aquaponik dan KJA konvensional sebagai pembandingnya. Ikan uji

yang digunakan adalah ikan mas, yang merupakan ikan yang banyak dibudidayakan oleh

pembudidaya di Waduk Ir. H. Djuanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu, pH,

padatan terlarut total, tidak jauh berbeda dengan KJA konvensional namun konsentrasi oksigen

lebih rendah dan fosfat lebih tinggi dibandingkan KJA konvensional. Estimasi sisa pakan dan

feses ikan yang terbuang dan mencemari perairan waduk lebih sedikit pada KJA Smart yang

sistemnya tertutup dan waktu tinggal lebih lama sehingga sebagian besar proses terjadi di dalam

kolam. Pola pertumbuhan ikan pada kedua sistem alometrik negatif namun nilai SGR (0,16%)

dan DWG (0,12 g/hari) lebih rendah daripada sistem KJA konvensional yaitu SGR sebesar

0,75% dan DWG sebesar 0,15 gr/hari.

Kata kunci : kualitas air, sisa pakan terbuang, pertumbuhan, KJA Smart

Abstract

Smart cage culture or Water Management with Recirculation and Plants System of

cage culture is a cage culture system by minimizing the input of organic pollutants derived

from uneaten feed and fish excretion. This system is expected to be one of the technology of

environmentally friendly cage culture so that it can be applied in the waters of the lake or

reservoir. Now, cage culture system is one of the causes of the aquatic environment

degradation. The objective of the study is to assess the water quality in Smart cage culture. The

research was conducted at Ir. H. Djuanda Reservoir in November - December 2016. Research

used Smart cage culture design which was a cage culture modification combined with

aquaponic and convensional cage culture system was as a comparison. The fish test used

common carp, which was a lot of fish cultivated in Ir. H. Djuanda Reservoir. The results

showed that the temperature, pH, total dissolved solid, was not different from conventional cage

culture but lower oxygen concentration and higher phosphate than conventional cage culture.

Estimated uneaten feed and fish feces were polution sources of the reservoir less in Smart cage

culture which was closed system and longer residence time so most of the process takes place

inside the pond. Fish growth pattern in both system negative allometric but SGR value (0,16%)

and DWG (0,12 g/day) lower than conventional cage culture was SGR 0,75% and DWG 0,15

g/day.

Keywords : water quality, uneaten feed, growth, Smart cage culture

Page 103: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

HABITAT PREFERENCE BY THE EARLY LIFE OF ENDANGERED FISH,

NAPOLEON WRASSE (Cheilinus undulatus), IN ANAMBAS ISLANDS WATERS

Masayu Rahmia Anwar Putri1, Amran Ronny Syam

1, Mujiyanto

1, Fayakun Satria

2, Joni

Haryadi1 and Anastasia Rita Tisiana Dwi Kuswardani

3

1)Research Institute for Fish Enhancement, Jl. Cilalawi No. 1 Jatiluhur, Purwakarta

2)Research Institute for Marine Fisheries, Jl. Raya Bogor No. 02, Nanggewer Mekar,

Cibinong, Bogor 3)

Marine Research Center, Jl. Pasir Putih II, Ancol, Jakarta Utara

ABSTRACT

In the wild, the population and density of Napoleon wrasse (Cheilinus undulatus) is very

low. The data availability about humphead fishery was limited, causing major problems

in its management. The trade of Napoleon wrasse in Anambas and Natuna that has lasted

for several decades indicated important areas for Napoleon wrasse, such as spawning,

feeding and nursery areas. In order to support the management and sustainable utilization

of napoleon wrasse, environmental factors affecting its occurrence need to be identified.

This research aim to study habitat preference of early life’s Napoleon wrasse around

Anambas waters. The research was conducted on August and November 2014 in

Anambas waters, Riau Islands Province. Information about Napoleon wrasse distribution

obtained from interviewing local persons. The substrate was known by underwater visual

census (UVC) and surface visual census (SVC) at some study sites. Physical and

chemical water parameters measured in situ. Napoleon wrasse habitat were analyzed

descriptively. The result show that resource of Napoleon wrasse juvenile in Anambas

waters prefer to live around algae Sargassum spp. that associated with coral reefs.

KEYWORDS : habitat; endangered; Napoleon wrasse; Cheilinus undulatus;

Anambas

Page 104: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

SUMBERDAYA KUDA LAUT (Hippocampus spp.) DI PERAIRAN PULAU BINTAN, TELUK

LAMPUNG DAN PULAU TANAKEKE

SEAHORSE RESOURCES (Hippocampus spp.) IN THE WATERS OF BINTAN ISLAND,

LAMPUNG BAY AND TANAKEKE ISLAND

Masayu Rahmia Anwar Putri, Astri Suryandari dan Joni Haryadi

Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan, Pusat Riset Perikanan

ABSTRAK

Informasi tentang sumberdaya kuda laut sangat terbatas, dari 35 jenis spesies kuda laut yang terdaftar di

IUCN redlist, 20 jenis terdaftar sebagai “data deficient” yang menggambarkan kurangnya informasi

terkait kuda laut, bahkan untuk jenis yang sangat tereksploitasi. Penelitian ini dilakukan untuk

menginventarisir sumberdaya kuda laut (Hippocampus spp.) meliputi informasi jenis, ukuran, nisbah

kelamin dan kepadatan kuda laut dari tiga lokasi potensial, yaitu perairan Pulau Bintan, Teluk Lampung

dan Pulau Tanakeke. Observasi lapangan sumberdaya kuda laut dilakukan di Pulau Bintan (Provinsi

Kepulauan Riau) bulan Maret 2016, di Teluk Lampung (Provinsi Lampung) bulan Mei 2016 dan

Kepulauan Tanakeke (Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan) pada bulan Juni 2016 dengan metode

purposive sampling, wawancara dengan para nelayan dan pengepul kuda laut serta studi pustaka. Hasil

penelitian menunjukkan adanya perbedaan sumberdaya kuda laut yang ditemukan di ketiga lokasi

penelitian. Jenis kuda laut paling banyak ditemukan di perairan Bintan, sebanyak 4 spesies (H. comes, H.

spinossisimus, H. hystrix dan H. kuda), diikuti Teluk Lampung 2 jenis (H.comes dan H.kuda) dan di

perairan Tanakeke hanya ditemukan 1 jenis (H.barbouri). Ukuran dari kuda laut yang tertangkap

didominasi tinggi 11-12 cm, dimana kuda laut yang tertangkap di perairan Bintan berukuran antara 8,3-

14,5 cm, di Lampung 8-13,5 cm dan di perairan Tanakeke berkisar antara 7,6-14 cm. Nisbah kelamin

kuda laut yang ditemukan di perairan Bintan dan Tanakeke masing-masing adalah 1:0,75 dan 1:1,44

sedangkan semua kuda laut yang tertangkap di Teluk Lampung adalah betina. Kuda laut paling banyak

ditemukan di perairan Tanakeke dengan kepadatan berkisar antara 50-200 ind/ha.

KATA KUNCI : Kuda laut, Hippocampus, Pulau Bintan, Teluk Lampung, Pulau Tanakeke

ABSTRACT

Information on seahorse resources is very limited, from 35 species of marine species listed on the IUCN

redlist, 20 species are listed as "data deficient" which illustrates the lack of information related to sea

horses, even for highly exploited species. This research was conducted to inventory sea horse resources

(Hippocampus spp.), covering spesies information, size, sex ratio and density of seahorses from three

potential locations, they are Bintan Island, Lampung and Tanakeke Island Waters. Field observation for

seahorse resources was conducted at Bintan Island (Riau Islands Province) in March 2016, Lampung Bay

(Lampung Province) in May 2016 and Tanakeke Islands (Takalar Regency, South Sulawesi) in June 2016

by purposive sampling method, interview with fisherman and collector and also literature study. The

results of the study have shown differences in seahorse resources found from three locations. The high

number of seahorse species found in Bintan waters, as many as 4 species (H. comes, H. spinossisimus, H.

hystrix and H. kuda), followed by Lampung Bay 2 species (H.comes and H.kuda) and Tanakeke Islands

only 1 species (H.barbouri). The size of seahorse dominated by height 11-22 cm, where seahorse caught

Page 105: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

in Bintan waters ranged from 8.3 to 14.5 cm, in Lampung 8-13.5 cm and in Tanakeke waters ranged from

7.6 to 14 cm. The sex ratios of seahorse resources found in Bintan and Tanakeke waters are 1:0.75 and

1:1.44, respectively, while all sea horses captured in Lampung Bay are females. Seahorses are most

caught from Tanakeke waters with density ranged between 50-200 ind/ha.

KEYWORDS : Seahorse, Hippocampus, Bintan Island, Lampung Bay, Tanakeke Island

Page 106: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

ANALISIS KONSENTRASI LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA IKAN BANDENG

(Chanos Chanos) DI KAWASAN SILVOFISHERY BLANAKAN, SUBANG

ANALYSIS OF LEAD HEAVY METAL (Pb)

ON MILKFISH (Chanos Chanos)

IN SILVOFISHERY AREA BLANAKAN SUBANG

Anggi Permana1, Zahidah

2, Rusky Intan Pratama

2, Walim Lili

2

1Mahasiswa Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Universitas

Padjadjaran 2Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – Universitas Padjadjaran

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada ikan bandeng

(Channos channos) yang dibudidayakan di kawasan silvofishery Blanakan, Kabupaten Subang.

Penelitian dilakukan pada tanggal 1 Februari hingga 15 April yang bertempat di tambak

silvofishery Desa Blanakan, Desa Langensari dan Desa Jayamukti. Penelitian menggunakan metode

survey sedangkan metode analisis logam berat menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom

(AAS) yang dilanjutkan dengan pembahasan secara deskriptif komparatif. Data penelitian yang

diambil meliputi konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada air dan ikan bandeng serta kualitas air

meliputi suhu, derajat keasaman (pH), salinitas dan oksigen terlarut (DO). Hasil penelitian

menunjukan konsentrasi logam timbal (Pb) di badan air tidak melebihi baku mutu PP RI No. 82

Tahun 2001 dengan nilai <0,024 mg/l. Konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada ikan bandeng

diantaranya, untuk daging (0,116-0,163 mg/kg), insang (0,036-0,048 mg/kg) dan hati (0,037-0,071

mg/kg). Rata-rata konsentrasi logam berat (Pb) pada ikan bandeng masih dibawah baku mutu yang

mengacu pada SNI No.7387.2009. Kemampuan ikan bandeng dalam mengakumulasi logam Pb

(Bioconcentration Factor) terhadap air tergolong sangat rendah karena nilainya 1,7-5,7. Batas

maksimum konsumsi ikan bandeng diantaranya, Langensari (204,08 gram/kg berat tubuh/ minggu),

Blanakan (181,81 gram/kg berat tubuh/ minggu) dan Jayamukti (168,91 gram/kg berat tubuh/

minggu).

Kata Kunci : Bandeng, Silvofishery, Timbal.

ABSTRACT

The purpose of this research is to determine the heavy metal content of lead (Pb) in milkfish

(Chanos chanos). The research was conducted on 1st February until 15

th April 2017 in silvofishery

area of Blanakan Village, Langensari Village and Jayamukti Village. The method of this research is

survey method and analysis of heavy metal used Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS).

The research data included lead heavy metal (Pb) in water and milkfish and water quality as

temperature, acidity (pH), salinity and dissolved oxygen (DO). The results of this research showed

the content of lead heavy metal (Pb) in water didn’t exceed the quality standard of PP RI number

82 2001 with the value <0,024 mg/l. The content of lead heavy metal in meat of milkfish is 0.116-

0.163 mg/kg, in gills of milkfish is 0,036-0,048 mg/kg and in liver of milkfish is 0.037-0,071

mg/kg. The average content of lead heavy metals (Pb) in milkfish is still below the quality standard

which refers to SNI No.7387.2009. The ability of milkfish to accumulate Pb (Bioconcentration

Factor) tos water is very low with the value is 1,7-5,7. The maximum limit of milkfish

consumption allowed is Langensari Village (204,08 g/kg body weight/week), Blanakan Village

(181,81 g/kg body weight/week) and Jayamukti Village (168.91 g/kg body weight /week).

Keyword : Milkfish, Silvofishery, Lead.

Page 107: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.
Page 108: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

Sebaran Logam Berat Timbal pada Makrozoobentos di Muara Sungai Citanduy Majingklak,

Kabupaten Pangandaran Provinsi Jawa Barat

Distribution of Heavy Metals Plumbum on Macrozoobenthos in River Mouth Citanduy

Majingklak, Pangandaran District West Java Province

Dea Hari Utari¹, Herman Hamdani², Zuzy Anna², dan Isni Nurruhwati²

¹Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

²Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Jl. Raya Bandung-Sumedang KM 21 Jatinangor, Sumedang

Email Korespondensi : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kandungan logam timbal pada air, sedimen, dan

makrozoobentos serta untuk mengetahui kemampuan makrozoobentos dalam mengakumulasi logam

timbal di Muara Sungai Citanduy. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 Februari - 06 April 2017 di

Muara Sungai Citanduy Majingklak Kabupaten Pangandaran. Metode Penelitian yang digunakan ialah

dengan metode survei, yaitu melakukan pengambilan sampel air, sedimen dan makrozoobentos yang

diambil dari 3 stasiun secara composite sampling dengan 4 kali pengulangan kemudian diamati

kandungan timbal di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan (PPSDAL) Universitas Padjadjaran. Hasil Penelitian menunjukan bahwa jenis

makrozoobentos yang teridentifikasi terdiri dari 4 genus dan 5 spesies yaitu Pleurocera sp, Pleurocera

acuta, Telescopium telescopium, Jujubinus striatus dan Neritina violocea. Kelimpahan

makrozoobentos yang didapatkan terdiri dari : stasiun I (254 ind/ m2), Stasiun II (262 ind/ m

2), Stasiun

III (374 ind/ m2). Parameter fisik yang terukur yaitu suhu berkisar 29-30

0C dan kecepatan arus

berkisar 0,1-0,33 m/s. Parameter kimiawi yang terukur yaitu oksigen terlarut berkisar 6-6,7 mg/l dan

derajat keasaman berkisar 7,12-7,22. Uji kandungan logam timbal pada makrozobentos rendah jika

dibandingkan dengan kandungan logam timbal pada sedimen. Kemampuan makrozoobentos dalam

mengakumulasi logam timbal (Bioconcentration Factor) temasuk ke dalam sifat akumulatif rendah

(0,2 – 0,7 mg/kg).

Kata Kunci: Bioconcentration Factor, Logam timbal, Makrozoobentos, Muara Sungai Citanduy

ABSTRACT

The aim of this research is to determine compotition of heavy metal plumbum in water, sediment, and

macrozoobenthos as well as its ability to accumulate plumbum in River Mouth of Citanduy. The

research was conducted on February 26 – April 6, 2017 in River Mouth of Citanduy Majingklak,

Pangandaran District. This research was conducted trough survey, by taking samples of water,

sediment, and macrozoobenthos from 3 station with composite sampling and 4 times repetition, then

being analyzed of composition of plumbum at Pusat Pengembangan Sumberdaya Alam dan

Lingkungan (PPSDAL), Padjadjaran University. The results shows that the kind macrozoobenthos

which indentified are consist of 4 genus and 5 species there are Pleurocera sp, Pleurocera acuta,

Telescopium telescopium, Jujubinus striatus dan Neritina violocea. The abundance of

macrozoobenthos obtained in station 1 as 254 ind/m2, in station 2 as 262 ind/m

2, in station 3 as 374

Page 109: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

ind/m2. Measurement of physical parameters are temperature ranged from 29

0-31

0C and current

velocity ranged from 0,1-0,33 m/s. measurement of chemical parameters are dissolved oxygen ranged

from 6-6,7 mg/l and acidity ranged from 7,12-7,22. Analyzed composition of plumbum heavy metal in

macrozoobenthos showed that lower than in sediment. Bioconcentration factor of macrozoobenthos on

accumulation plumbum heavy metals categorized low accumulation (0,2-0,7 mg/kg).

Keyword : Bioconcentration factor, Macrozoobenthos, Plumbum metal, River mouth Citanduy

Page 110: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Dinamika populasi ikan lemuru (Amblygaster sirm Walbaum, 1792) Di Perairan Selat Sunda

Population Dynamics of Spotted Sardinella (Amblygaster sirm Walbaum, 1792)

in Sunda Starit

Oleh:

Debie Tarini Sutopo1*, Mennofatria Boer

2, Isdradjad Setyobudiandi

2

1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

2 Departemen Manajemen Sumber daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor

*Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Ikan lemuru salah satu sumber daya yang tertangkap di PPP Labuan, Banten merupakan

pelagis kecil yang hidup pada perairan tropis. Penangkapan yang dilakukan terus menerus diduga

mengakibatkan penurunan populasi ikan lemuru di Selat Sunda. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dinamika populasi ikan lemuru di Perairan Selat Sunda. Penelitian dilakukan pada bulan

Mei-September 2016. Jumlah ikan lemuru contoh adalah 873 ekor yang terbagi dalam 553 jantan dan

320 betina dengan sebaran panjang 120-220 mm. Analisis pola pertumbuhan didapatkan hasil bahwa

ikan lemuru betina bersifat allometrik negatif sedangkan pada jantan bersifat isometrik. Berdasarkan

parameter pertumbuhan, didapatkan nilai koefisien pertumbuhan (K) pada ikan betina yaitu 0,26

sedangkan pada ikan jantan 0,24. Panjang ikan lemuru pertama kali tertangkap (Lc) pada ikan betina

dan jantan masing-masing adalah 164 dan 168 mm, sedangkan panjang pertama kali matang gonad

(Lm) masing-masing 204 dan 202 mm. Berdasarkan parameter mortalitas yang terdiri atas mortalitas

alami (M), penangkapan (F), dan total (Z) pada ikan betina berturut-turut adalah 0,35, 0,91, dan 1,26,

sedangkan pada ikan jantan adalah 0,33, 1,51, dan 1,83. Hasil analisis nilai laju eksploitasi pada ikan

betina dan jantan bernilai 0,72 dan 0,82. Berdasarkan laju ekploitasi, pemanfaatan ikan lemuru

terindikasi mengalami tangkap lebih. Gejala tangkap lebih yang terjadi adalah growth overfishing

karena nilai Lc < Lm.

Kata kunci: growth overfishing, ikan lemuru, laju eksploitasi

ABSTRACT

Spotted sardinella is one of resources which caught at the PPP Labuan, Banten, small

pelagic who lived at the tropic water. The impact of continously occurs for fishing activity can reduce

of spotted sardinella’s populations. This purpose of the research is to analyze population dynamics of

spotted sardinella in Sunda Strait. This research was conducted from May-September 2016. The

sample of fish taken during the study consisted of 553 male and 320 female with the length-

distribution 120-220 mm. Result of growth analysis for male and female are negative allometric.

Based on growth parameter, the value of K for female was 0,26 and for male was 0,12. Lenght at first

captured for female and male were 164 and 168 mm, while the value of lenght at first maturity for

both were 204 and 202 mm. Based on mortality parameters that belongs to natural (M), fishing (F),

and total mortality (Z) for female fishes were 0,35, 0,91, and 1,26, while for male fishes were 0,33,

1,51, and 1,83. The result of exploitation rate for female and male fishes were 0,72 and 0,82. Based

on exploitation rate, spotted sardinella had exceeded optimum exploitation level (0,5 or 50%), so that

indicated got overfishing. The value of Lc was smaller than Lm, so that belongs to growth overfishing.

Keywords: exploitation rate, growth overfishing, spotted sardinella

Page 111: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.
Page 112: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Aspek Reproduksi Kepiting Bakau (Scylla tranquebarica Fabricus, 1798) di Perairan Estuari

Segara Anakan Bagian Barat, Cilacap

Reproductive Aspect of Mud Crab (Scylla tranquebarica Fabricus, 1798)

in the Estuarine Water of Western Segara Anakan, Cilacap

Wahyu Dewantara*1)

, Sulistiono1)

, dan Zairion1)

1)

Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut

Pertanian Bogor, Jalan Raya Dramaga, Bogor 16680, Jawa Barat

*Email: [email protected]

Abstrak

Kepiting bakau (Scylla tranquebarica) merupakan salah satu komoditas perikanan penting di

Segara Anakan Bagian Barat dengan informasi biologi yang masih terbatas. Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis aspek reproduksi kepiting bakau. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei

2016-Januari 2017 di perairan Segara Anakan Bagian Barat. Total 226 individu kepiting bakau

hasil tangkapan bubu memiliki nisbah kelamin jantan terhadap betina tertinggi pada bulan Mei

(Nisbah kelamin=1,8). Ukuran pertama kali matang gonad (CWm50) kepiting bakau jantan dan

betina masing-masing adalah 88,91 mm dan 112,94 mm. TKG dan IKG tertinggi untuk kepiting

bakau jantan dan betina terjadi di bulan Mei yang diduga merupakan puncak musim pemijahan

kepiting bakau. Nilai IKG rata-rata kepiting bakau jantan dan betina masing-masing adalah

0,7029±0,8740 dan 1,5776±3,0952. Fekunditas non-ovigerous kepiting bakau berkisar antara

912.300-2.881.400 butir. Diameter oosit kepiting bakau adalah 0,07±0,01 mm untuk TKG I,

0,08±0,01 mm untuk TKG II, 0,11±0,02 mm untuk TKG III, 0,13±0,02 mm untuk TKG IV, dan

0,15±0,02 mm untuk TKG V. Hasil analisis histologi menunjukkan bahwa gamet kepiting bakau

jantan dan betina berkembang seiring dengan peningkatan kematangan gonad

Kata kunci: nisbah kelamin, perkembangan gonad, potensi reproduksi, puncak musim pemijahan,

Scylla tranquebarica, ukuran matang gonad

Abstract

Mud crab (Scylla tranquebarica) is one of the important fisheries comodity in Western

Segara Anakan, which information concerning on its biological population is still limited. The

study aims to analyze the reproductive aspect of mud crab. Study was conducted on May 2016 to

January 2017 in estuarine of Western Segara Anakan. Total 226 samples ware colected during this

study using bamboo trap with the highest value of sex ratio (male:female) is shown on May (Sex

ratio=1,8). Size at maturity for male and female are 88.91 mm and 112.94 mm, respectively. The

result of maturity stages and Gonado Somatic Index (GSI) analysis shown that peak of mud crab

spawning season estimated during May. Maximum GSI for male and female are 0.7029±0.8740

and 1.5776±3.0952, respectively. Non-ovigerous fecundity of female mud crab range between

912,300-2,881,400 oocytes. Oocytes diameter for maturity stage I, II, III, IV, and V are 0.07±0.01

mm, 0.08±0.01 mm, 0.11±0.02 mm, 0.13±0.02 mm, dan 0.15±0.02 mm, respectively. Histological

analysis shown the result that diameter of the oocyte increased as the ovarian maturation stages

progressed.

Keywords: gonad development, maturity size, peak of spawning season, reproductive potential,

Scylla tranquebarica, sex ratio

Page 113: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Pertumbuhan Kepiting Bakau (Scylla serrata F.) dengan Jenis Pakan yang Berbeda pada

Budidaya Sylvofisheri di Ekosistem Mangrove Wonorejo

Nirmalasari Idha Wijaya1)

, Ninis Trisyani2)

, Ryan Aditya3)

1) 2) Staf Pengajar FTIK Universitas Hang Tuah Surabaya

3) Mahasiswa Jurusan Perikanan Universitas Hang Tuah Surabaya

Abstrak

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pakan, jenis kelamin kepiting, dan ukuran benih

terhadap laju pertumbuhan kepiting bakau (Scylla serrata) yang dibudidayakan dengan sistem Battery

Cell pada tambak Sylvofisheri di ekosistem mangrove Wonorejo Surabaya. Metode yang digunakan

adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) pola

faktorial 2x2x3 dengan perlakuan jenis pakan, ukuran benih, dan kelompok jantan betina, dimana

masing-masing perlakuan diulang 6 kali. Pertumbuhan berat kepiting bakau tidak secara nyata

dipengaruhi oleh perbedaan jenis pakan kepala belut atau daging trimming hiu, namun pakan kepala

belut memberikan pertambahan berat yang lebih besar dan memiliki kandungan nutrisi yang lebih

baik dibanding daging hiu. Kepiting jantan juga mampu tumbuh lebih cepat dibandingkan kepiting

betina, namun ukuran benih besar atau kecil tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan pertumbuhan

berat kepiting. Hasil uji proximat terhadap daging kepiting hasil budidaya yang diberi jenis pakan

yang berbeda, yaitu daging trimming hiu dan kepala belut, menunjukkan keduanya memiliki

kandungan nutrisi yang mendekati sama.

Kata Kunci: Scylla serrata, sylvofisheri, pertumbuhan berat, mangrove, Wonorejo

Abstract

The purpose of this research is to know the effect of feeds, sex of crab, and size of seeds to

growth rate of mangrove crab (Scylla serrata) cultivated with battery cell system at sylvofisheri ponds

in mangrove ecosystem in Wonorejo Surabaya. This research was used experimental method with

Factorial Randomized Block Design (RAKF) 2x2x3 factorial pattern, where each of the treatment was

repeated on six times. The weight growth of mangrove crabs was not significantly influenced by the

difference of feeds that is eel head or trimming meat of shark, but eel head as feeds gave greater

weight gain and had better nutritional content than shark meat. Male crabs are also able to grow

faster than female crabs, but the size of crab seeds have no significant effect on the growth rate of

crab weight. Proximate test results of crab meat cultivated by different feed types, namely trimming

shark meat and eel head, showed both have nutritional content that is close to the same.

Key Words: Scylla serrata, sylvofisheri, the weight growth, mangrove, Wonorejo

Page 114: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Heavy Metal (Lead and Zinc) Concentration in Water, Sediments and Body Tissues of

Cerithidea obtusa Collected from the Coastal Tanjung Pasir Village, Riau Province

Rizki Syawalia Siregar

Abstract : Sea snails, especially Cerithidea obtusa, which are collected from various muddy

coastal areas, are used by the community as a nutritious seafood in Indragiri Hilir Regency

and some other Districts in Riau Province to Batam area. This coastal areas has received

household and industrial wastes from nearby residential and industrial areas and the use of

various pollutants from the Nyiur and Enok Rivers. The current research report is still

minimal about the ecology of C. obtusa habitat to assess the water quality, the presence of

heavy metals and bioaccumulation in C. obtusa as well as assess whether the suction snail is

still safe to consume to meet the demand of the culinary industry. Three locations for

collecting C. obtusa common by the community of Tanjung Pasir Village. The Tanjung Pasir

Village is a major source of supply of suction C. obtusa for household and restaurant

consumption which is evaluated the concentration of heavy metal pollutants in water,

sediment and body tissue of C. obtusa. Data revealed the presence of heavy metals in water

and sediments at sites collection and bioaccumulation of lead and zinc in body tissue of C.

obtusa. Lead ranged from 2.36 to 4.91 mg / kg and zinc 5.28 to 6.30 mg / kg of C. obtusa.

The study suggests that all the three location are polluted and C. obtusa contaminated with

heavy metals and unfit for consumption by the public.

Keywords: Cerithidea obtusa, heavy metal, sediment, body tissues, bioaccumulation

Page 115: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

ANALISIS EKOLOGI PERAIRAN MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU

UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA KERANG HIJAU

(Perna viridis L.) DI PESISIR KUALA LANGSA, ACEH

Andi Sagita1*)

, Rahmat Kurnia1, Sulistiono

1

1Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Institut Pertanian Bogor

*)Corresponding Author : [email protected]

ABSTRAK

Lingkungan ekologi perairan merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan

dalam pemilihan lokasi budidaya karena terbukti berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

organisme budidaya. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kondisi ekologi perairan pada

musim hujan dan musim kemarau untuk mendukung budidaya kerang hijau di pesisir Kuala

Langsa. Sampling data ekologi perairan pada Agustus, September dan Oktober 2016

mewakili musim hujan, sedangkan Maret, April dan Mei 2017 mewakili musim kemarau.

Berdasarkan uji-t menunjukkan bahwa parameter ekologi perairan pada musim hujan dan

musim kemarau meliputi suhu, salinitas, pH, DO dan arus, tidak berbeda signifikan pada taraf

uji 5% (P>0,05), dimana pada musim hujan, suhu berkisar 26,8 – 33,0oC; salinitas 27,5 –

33,0 ppt; DO 4,5 – 6,5 mg/l; pH 7,9 – 9,0; dan arus 0,1 – 0,5 m/s, sedangkan pada musim

kemarau suhu berkisar 27,9 – 34,0oC; salinitas 28,0 – 34,0 ppt; DO 4,5 – 6,2 mg/l; pH 7,9 –

8,7; dan arus 0,1 – 0,4 m/s. Kelimpahan fitoplankton di perairan pesisir Kuala Langsa adalah

482.850 individu/m3 (84,79%) dengan indeks diversitas 2,52 dan indeks keseragaman 0,71;

sedangkan kelimpahan zooplankton 86.626 individu/m3 (15,21%), dengan indeks diversitas

2,94 dan indeks keseragaman 0,97. Berdasarkan analisis komparatif dengan membandingkan

parameter ekologi perairan untuk budidaya kerang hijau berdasarkan literatur maka dapat

disimpulkan bahwa kondisi ekologi perairan pada musim hujan dan musim kemarau dapat

mendukung budidaya kerang hijau di pesisir Kuala Langsa.

KATA KUNCI : Budidaya kerang hijau; ekologi perairan; Kuala Langsa

ABSTRACT

Waters ecology environment is important factor to be considered in the aquaculture

site selection, because it proved to affect the growth rate of aquaculture organisms. This

research aims to analysis the waters ecology condition in the rainy and dry season for

support green mussel culture in coastal Kuala Langsa, Aceh. Data sampling of waters

ecology in August, September and October 2016 represents the rainy season, while March,

April and May 2017 represent the dry season. Based on the t-test, the waters ecology

parameters during the rainy and dry season, include temperature, salinity, pH, DO and

current velocity, not significantly at test level 5% (P > 0.05), where in the rainy season,

temperature 26.8 – 33.0oC; salinity 27.5 – 33.0 ppt; DO 4.5 – 6.5 mg/l; pH 7.9 – 9.0; and

curret velocity 0.1 – 0.5 m/s, whereas in dry season temperature range 27.9 – 34.0oC; salinity

28.0 – 34.0 ppt; DO 4.5 – 6.2 mg/l; pH 7.9 – 8.7; and current velocity 0.1 – 0.4 m/s. The

phytoplankton abundance in waters coastal Kuala Langsa was 482,850 individuals/m3

(84.79%) with diversity index of 2.52 and uniformity index of 0.71, while zooplankton

abundance was 86,626 individuals/m3 (15.21%), with diversity index of 2.94 and uniformity

index of 0.97. Based on the comparative analysis by comparing waters ecology parametes

for green mussel culture based on the literature, it can be concluded that the waters ecology

condition during the rainy and dry season can support green mussel culture in coastal Kuala

Langsa.

Page 116: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

KEYWORDS : Green mussel culture; waters ecology; Kuala Langsa.

Page 117: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Keragaman Hiu Yang Didaratkan Di Pelabuhan Kedonganan Bali

Suko Wardono1, Yudisthio Wahyudi

1,

Dewa Gde Tri Bodhi Saputra 1.2

1 Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar

e-mail: [email protected]

2 Masyarakat Iktiologi Indonesia

Abstrak

Pada Pelabuhan Kedongan, hiu adalah tangkapan sampingan bagi mereka yang menggantungkan

hidupnya pada k e g i a t a n penangkapan ikan, mulai dari nelayan, pengumpul, penjual dan pengolah

ikan. Kurangnya informasi mengenai data tangkapan, potensi, keragaman jenis, biologi, dan tingkat

eksploitasi ikan hiu di Indonesia menjadi kendala dalam menentukan dasar rasional bagi penerapan

pengelolaan hiu yang berkelanjutan. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan inventarisasi dan

identifikasi data serta informasi hiu yang meliputi jenis, jumlah dan tingkat kematangan kelamin hiu.

Kegiatan ini dilaksanakan dibulan Agustus hingga September tahun 2016 di Pelabuhan Kedonganan -

Bali. Jumlah hiu yang didaratkan adalah 280 ekor dari 14 spesies dengan jenis yang dominan dari

Squalus hemipinnis dan Mustelus manazo. Dengan perbandingan jantan dan betina 59% berbanding

41%. Selain itu kematangan dari keseluruhan hiu jantan yang didaratkan dilihat dari clasper

menunjukkan hiu yang tersebut dalam keadaan muda menuju dewasa. Perbandingan jumlah jantan

dan betina yang ditangkap cukup signifikan dan mengindikasikan bahwa populasi ikan dilokasi

tersebut sudah terpengaruh oleh adanya tekanan dari aktifitas penangkapan.

Kata kunci: Jenis hiu, Hiu, Kedonganan,

THE DIVERSITY OF SHARKS SPECIES LANDED AT

KEDONGANAN FISHING PORT - BALI

Suko Wardono1, Yudisthio Wahyudi

1,

Dewa Gde Tri Bodhi Saputra 1.2

1 Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar

e-mail: [email protected]

2 Masyarakat Iktiologi Indonesia

Abstrack

At Kedongan Fishing Port, sharks are a bycatch for those who depend on fishing activities, from

fishermen, collectors, sellers and fish processors. The lack of information on catch, potential, species

diversity, biology, and shark exploitation rates in Indonesia is an obstacle in determining the rationale for

the implementation of sustainable shark management. This activity aims to perform an inventory and

identification of data and shark information that includes the species, number and level of genital maturity

of sharks. This activity is held from July to September 2016 at Kedonganan Port - Bali. The number of

sharks landed was 280 of 14 species with the dominant species of Squalus hemipinnis and Mustelus

manazo. By male and female ratio 59% versus 41%. In addition, the maturity of the whole male shark that

Page 118: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

is grounded from clasper shows the shark is in a state of youth to adulthood. The proportion of males and

females captured is significant and indicates that fish populations in the location are already affected by

the pressure of catching activities.

Keywords: Species of shark, Shark, Kedonganan.

Page 119: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Pengaruh Hormon Ecdyson Terhadap Sintasan dan Periode Molting pada Larva Kepiting

Bakau Scylla olivacea

Ecdyson Hormone Effect on Survival and Molting Period of Larvae Mud Crab Scylla

olivacea

Sutia Budi1, M. Yusri Karim

2, Dody. D. Trijuno

2, M. Natsir Nessa

2 dan Herlinah

3

1. Jurusan Perikanan Universitas Bosowa Makassar

2. Universitas Hasanuddin Makassar

3. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Maros

Email: [email protected]

Abstrak

Kepiting Bakau Scylla olivacea merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai

ekonomis yang sangat tinggi. Kendala yang dihadapi dalam kegiatan perbenihan kepiting bakau

adalah masih tingginya tingkat mortalitas. Penelitian dilakukan di Unit Stasiun Pembenihan

Kepiting Maranak BBBAP Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Hewan uji berupa larva kepiting

bakau Scylla spp stadia zoea. Pakan uji pada dalam penelitian ini adalah Rotifer dan Artemia

yang dilakukan pengkayaan dengan hormon ecdyson. Wadah penelitian berupa Akuarium 110

L berjumlah 12 buah yang diisi dengan air sebanyak 100 L dengan kepadatan larva 50 ekor/L.

Perlakuan yang di uji adalah berbagai dosis hormon ecdyson dalam pakan, yakni A = 0 ppm , B

= 0.5 ppm C = 1 ppm dan D = 1,5 ppm, dengan 3 kali ulangan. Parameter peubah yang diukur

sintasan dan periode molting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berbagai dosis

hormon ecdyson memberikan pengaruh yang baik terhadap sintasan dan periode molting larva

kepiting bakau.

Kata Kunci: Kepiting Bakau, Ecdyson, Sintasan, Periode Molting

Page 120: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Pengaruh Pemberian Probiotik Komersil Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila

Nirwana (Oreochromis niloticus)

The Effects of Commercial Probiotics Appropriation on Feed on Nile tilapia

(Oreochromis niloticus)’s Growth

Syifa Zahidah1, Yuli Andriani

2, Zuzy Anna

2, Iskandar

2

1Jurusan Perikanan, Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,

2Dosen Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,

Jl. Raya Bandung Sumedang KM. 21, Jatinangor 45363, Indonesia

Email: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pemberian probiotik komersil yang tepat pada pakan

ikan sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan ikan nila nirwana (Oreochromis niloticus) tertinggi.

Penelitian ini dilakukan di Hatchery Indoor Biomethagreen, Sumedang. Pelaksanaannya dimulai

bulan Mei hingga Juni 2017. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan

Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu perlakuan A (kontrol),

perlakuan B (5 ml/kg), perlakuan C (10 ml/kg), perlakuan D (15 ml/kg) dan perlakuan E (20 ml/kg)

pakan. Parameter yang diamati adalah kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian, rasio

konversi pakan, efisiensi pemberian pakan dan kualitas air. Data dianalisis menggunakan analisis

sidik ragam dengan uji F dan perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji jarak berganda Duncan

dengan taraf kepercayaan 95%, sedangkan kualitas air dianalisis secara deskriptif dengan

membandingkan terhadap standar kualitas air. Hasil penelitian ini menunjukkan penambahan

probiotik pada pakan memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian

dan rasio konversi pakan benih ikan nila nirwana. Penambahan probiotik pada konsentrasi 5 ml/kg

memberikan hasil tertinggi terhadap laju pertumbuhan harian yaitu sebesar 2,01% dan rasio konversi

pakan sebesar 1,24. Berdasarkan analisis regresi laju pertumbuhan optimum diberikan dengan

konsentrasi probiotik 8,57 ml/kg, sedangkan untuk rasio konversi pakan optimum pada konsentrasi

8,80 ml/kg.

Kata Kunci : Ikan Nila, Laju Pertumbuhan Harian, Probiotik, Rasio Konversi Pakan

Abstract

This research aims to find out the proper dosage of commercial probiotics appropriation on fish feed,

which can be result in the highest growth of Nile tilapia (Oreochromis niloticus). This research is

conducted at Hatchery Indoor Biomethagreen in Sumedang. The research starts from May to June of

2017. Method used is the experimental method with Completely Randomized Design (CRD), which

consists of 5 treatments and 3 repetitions, which are treatment A (control), treatment B (5 ml/kg),

treatment C (10 ml/kg), treatment D (15 ml/kg), and treatment E (20 ml/kg) of feed. The parameter

observed during research is survival rate (SR), daily growth rate, feed conversion ratio (FCR), feed

appropriation efficiency and water quality. The data are analyzed using variance analysis with F check

and differences between treatments were tested by Duncan multiple range test with 95% of credential

extent., while water quality is analysed descriptively by comparing it to the water quality standard.

The result of this result shows that probiotics replenishment on feed gives effects on the daily growth

rate of Nile tilapia juvenils. Probiotics giving on 5 ml/kg concentration gives highest result on daily

growth rate, which is 2.01% and feed conversion ratio is 1.24%. According to the analysis regression

of the optimum growth rate is with 8.57 ml/kg of probiotics concentration, while for optimum feed

conversion ratio is 8.80% ml/kg of concentration.

Page 121: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Keywords: Daily Growth Rate, Feed Convertion Ratio, Nile tilapia, Probiotics

Page 122: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Kandungan logam berat kadmium (Cd) pada ikan asli Sungai Cimanuk (Hampala

macrolepidota dan Mystus gulio) yang tertangkap di Waduk Jatigede Kabupaten

Sumedang Provinsi Jawa Barat pada awal penggenangan

Herawati, T.*, Nurhayati, A. Yustiati, A

Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

Jalan Raya Bandung - Sumedang KM 21 Jatinangor 45363. Telp: (022) - 84288888

email: [email protected]

Waduk Jatigede merupakan waduk multi fungsi sebagai sumber air irigasi, pembangkit

listrik, pengendali banjir, pariwisata, dan perikanan. Waduk ini membendung sungai Cimanuk

dan menggenangi lima kecamatan di kabupaten Sumedang, bendungan diresmikan pada 31

Agustus 2015. Kegiatan perikanan di waduk Jatigede berupa perikanan tangkap, ikan hasil

tangkapan untuk dikonsumsi. Sumber pencemar di Waduk Jatigede berasal dari : aliran Sungai

Cimanuk, daerah genangan berupa pencemar alami dari batuan dan tanah serta limbah dari

kegiatan masyarakat sebelum wilayah itu digenang. Bahan pencemar anorganik yang

membahayakan pada manusia adalah logam berat Kadmium (Cd), logam ini dapat terlarut dalam

air, terendapkan dalam sedimen dan terakumulasi pada organisme perairan seperti ikan. Tujuan

riset adalah menentukan konsentrasi Cd pada : air, sedimen, insang dan daging ikan Hampala

macrolepidota dan ikan Mystus gulio. Metode pengukuran Cd menggunakan Atomic Absorbance

Spektrofotometric, data dianalisis secara deskriptif mengacu pada SNI 7387 : 2009. Hasil

analisis menunjukkan bahwa cadmium telah terkontaminasi pada air Waduk Jatigede dan

terakumulasi pada daging dan insang ikan Hampala dan ikan Mystus tetapi konsentrasinya masih

berada dibawah batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Kadar kadmium di

perairan Waduk Jatigede sebesar 0,09 mg/L dalam daging dan insang Hampala masing-masing

adalah 0,09 mg/kg, dan 0,29 mg/kg dalam Mystus adalah 0,05 mg/kg, dan 0,08 mg/kg,

kandungan Cd dalam insang Hampala telah melampaui batas maksimum cemaran logam berat

dalam pangan. Kadar cadmium dalam sedimen di perairan Wado 0,82 mg/kg, dan di Sukamenak

0,33 mg/kg. Disarankan masyarakat setempat berhati-hati mengkonsumsi insang ikan Hampala.

Kata kunci : daging, insang, ikan Hampala macrolepidota, ikan Mystus gulio, logam berat Cd,

Waduk Jatigede

Page 123: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Perilaku Nelayan Rawai di Desa Kahyapu Sebagai Tolak Ukur Tingkat Keramahan

Lingkungan Dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap Yang Bertanggungjawab

Fisherman’s Behaviour at Kahyapu Village As A Benchmark Level

of Environmental Friendliness To Catch the Reef Fish

Ully Wulandari1*

, Domu Simbolon2 dan Ronny I Wahju

2

1Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Dr

Soetomo, Jl Semolowaru No. 84 Surabaya 2Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Institut Pertanian Bogor, Jl Lingkar Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680.

Email Corresponding Author: [email protected]

Abstrak

Penelitian terhadap Perilaku Nelayan Rawai sebagai Tolak Ukur Tingkat Keramahan

Lingkungan dalam Pengelolaan Perikanan Tangkap yang Bertanggungjawab dilakukan di Desa

Kahyapu, Pulau Enggano. Analisis yang digunakan adalah analisis terhadap empat aspek

perilaku dan kebiasaan nelayan rawai di Desa Kahyapu saat melakukan operasi penangkapan

ikan di Perairan Pulau Enggano. Hasil dari penenitian menunjukkan bahwa keramah-lingkungan

nelayan rawai di Desa Kahyapu berdasarkan karakteristik dan komposisi hasil tangkapan

didominasi oleh ikan-ikan yang sudah layak tangkap, kerusakan fisik habitat terumbu karang

akibat pengoperasian armada dan alat tangkap rawai terjadi sebesar 26%, pencemaran

lingkungan oleh nelayan dalam operasi penangkapan ikan dilakukan sebesar 21%, dan perilaku

nelayan dalam memelihara serta melengkapi sarana keselamatan kerja diatas kapal adalah

sebesar 69%. Berdasarkan data yang telah dianalisis, hasil penelitian menyimpulkan bahwa

perilaku nelayan yang bertanggung jawab adalah mendominasi, yaitu sebesar 73%.

Abstract

Research of rawai fishermens behavior as a benchmark level of enviromtmental

friendliness to management of capture fisheries was conducted at Kahyapu village in Enggano

Island. The analysis was done by four aspects of the behavior of rawai fishermen during fishing.

The results show the environmental friendliness of a fishing village of rawai Kahyapubased

on the characteristics and composition of the catch was dominated by fish that is

already worth catching, physical damage coral habitats resulting from the operation of the fleet

and rawai are happened amounted to 26%, environmental pollution by fishermen in

a fishing operation was conducted amounted to 21%, and the behavior of rawai fishermen in

maintaining as well as complement the above shipsafety facility is amounting to 69%. Based

on the data that has been analyzed, the results of the study concluded that the behaviour of a

responsible fishing was dominating, that amounted to 73%.

Page 124: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

SEBARAN LOGAM BERAT TIMBAL (Pb) PADA MAKROZOOBENTOS

SEBAGAI DAMPAK DARI KEGIATAN PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA PANAS BUMI (PLTP) KAMOJANG DI SUNGAI CIKARO KABUPATEN

BANDUNG

DISTRIBUTION OF LEAD (Pb) IN MACROZOOBENTHOS

AS THE IMPACT OF KAMOJANG GEOTHERMAL POWER PLANT ACTIVITY

IN CIKARO RIVER, BANDUNG REGENCY

M. Yogi Andikha Surbakti, Zahidah Hasan, Titin Herawati, Asep Sahidin

Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi logam berat Timbal (Pb) yang terkandung

dalam makrozoobentos serta untuk mengetahui kemampuan makrozoobentos dalam

mengakumulasi logam Pb di aliran Sungai Cikaro Kabupaten Bandung. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu melakukan survei sampel air, sedimen dan

makrozoobentos yang diambil dari 4 stasiun secara purposive sampling dengan 3 kali pengulangan,

dan untuk analisis konsentrasi logam Pb dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PPSDAL) Unpad. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat 9 jenis makrozoobentos yang ditemukan, yaitu terdiri dari kelas

Gastropoda, kelas Bivalvia dan Kelas Malacostraca. Hasil analisis logam berat menunjukkan

bahwa konsentrasi logam Pb pada makrozoobentos lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi

logam Pb pada sedimen, yaitu berkisar antara 0,226 – 0,312 mg/kg pada makroozobentos dan

berkisar antara 0,052 - 0,128 mg/kg pada sedimen. Hal ini menunjukkan bahwa logam Pb yang

berada di lingkungan telah terakumulasi dalam tubuh makrozoobentos. Pada sampel air, hasil

analisis menunjukkan nilai rata-rata <0,024 mg/l sehingga konsentrasi logam Pb dalam air

tergolong rendah dan masih berada dalam baku mutu yang ditetapkan dalam PP. RI No. 82 Tahun

2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yaitu batas maksimal

sebesar 0,05 mg/l. Sedangkan kemampuan makrozoobentos dalam mengakumulasi logam Pb

(Bioconcentration Factor) masih tergolong sifat akumulatif rendah, karena nilai BCF masih < 100

mg/kg.

Kata Kunci: Logam berat timbal, makrozoobentos, Sungai Cikaro, akumulasi

ABSTRACT

This research aimed to determine the concentration of lead (Pb) contained in macrozoobenthos

and to know the ability of macrozoobentos in accumulating lead in Cikaro River of Bandung

Regency. The research used survey method i.e collecting water samples, sediments and

macrozoobenthos from four stations (purposive sampling with three times repetitions); and the

samples are measured for their lead content at the Laboratory of Research and Development of

Natural Resources and Environment (PPSDAL) Unpad. The results showed that 9 types of

macrozoobenthos were found, consists of: class Gastropoda; class Bivalvia; and class

Malacostraca. Lead contents in the macrozoobenthos was higher than those of the sediment; which

ranged from 0.226 - 0.312 mg/kg on macroozobenthos and ranged from 0.052 - 0.128 mg/kg in the

sediment. The fact indicated the lead in the environment had accumulated in the macrozoobenthos.

In water samples, the results of the analysis show an average value of <0.024 mg/l so that the

content of lead in the water is low and still within the quality standard specified in the PP. RI No.

82 of 2001 on the Management of Water Quality and Water Pollution Control is the maximum limit

of 0.05 mg/l. While the ability of macrozoobenthos in accumulating lead (Bioconcentration

Factor) is still considered low accumulative properties, because the BCF value is still <100 mg/kg.

Keywords: Heavy metal lead, macrozoobentos, Cikaro River, accumulation

Page 125: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

URGENSI PEMIDANAAN KORPORASI PELAKU TINDAK PIDANA PERIKANAN

MENGGUNAKAN PERMA NOMOR 13 TAHUN 2016

Budi Suhariyanto

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan MA-RI

Jl. Jend. Ahmad Yani Kav.58 Cempaka Putih Timur Jakarta

Email: [email protected]

Abstrak

Kerugian Negara yang disebabkan oleh tindak pidana perikanan sangat besar dan belum

dapat dipulihkan sepenuhnya. Apalagi dengan hanya mengandalkan pemidanaan terhadap

pelaku orang tanpa dijeratnya korporasi yang selama ini dijadikan sebagai sarana

menyembunyikan harta kekayaan hasil tindak pidana perikanan. Undang-undang Perikanan

memiliki kelemahan pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi sehingga

menimbulkan multitafsir dan menyulitkan penegak hukum dalam memidana korporasi pelaku

tindak pidana perikanan. Mahkamah Agung telah memberlakukan Perma Nomor 13 Tahun

2016 yang mengatur tata cara penanganan perkara tindak pidana oleh korporasi. Perma

Nomor 13 Tahun 2016 berguna untuk mengisi kekosongan hukum dalam pemidanaan

korporasi pelaku tindak pidana perikanan. Jika pemidanaan korporasi dapat diefektifkan

maka pengembalian kerugian Negara akibat tindak pidana perikanan dapat dioptimalisasikan.

Kata kunci: Korporasi, Pelaku, Tindak Pidana Perikanan

Page 126: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

IDENTIFIKASI IKAN HASIL TANGKAPAN PADA ALAT TANGKAP SERO DI

PESISIR KELURAHAN WAETUO DAN KELURAHAN PALLETTE,

KABUPATEN BONE

Agus Surachmat1)

, Yasser Arafat11)

, Ali Imran1)

Staf pengajar Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone

Jl. Sungai Musi Km. 9 Kelurahan Waetuo

Kec. Tanete Riattang Timur, Kab. Bone, Sulawesi Selatan

Email : [email protected]

ABSTRAK

Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki

potensi perikanan yang cukup besar. Jumlah alat tangkap ikan di Kabupaten Bone

meningkat seperti halnya dengan produksi perikanan dan armada penangkap ikan. Sero

adalah perangkap yang biasanya terdiri dari susunan pagar-pagar yang akan menuntun

ikan-ikan menuju perangkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis ikan

hasil tangkapan menggunakan alat tangkap sero di pesisir wilayah Kelurahan Waetuo dan

Kelurahan Pallette Kabupaten Bone dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2017.

Metode penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, pengamatan langsung di lokasi

penangkapan ikan serta analisa laboratorium. Lokasi alat tangkap sero sebanyak 5 titik

lokasi yaitu 3 lokasi alat tangkap sero di Kelurahan Waetuo dan 2 lokasi alat tangkap sero

di Kelurahan Pallette. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah hasil tangkapan ikan

pada alat sero terdiri dari family Siganidae sebanyak 19.51 %, family Leiognathidae

sebanyak 12.20 %, family Serranidae sebanyak 9.76 %, family Lutjanidae sebanyak 8.94

% dan family Synodonthidae sebanyak 8.13 %.

Kata kunci: Identifikasi ikan, hasil tangkapan, alat tangkap sero, Kabupaten Bone

Page 127: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

UPAYA PENGELOLAAN LESTARI JENIS HIU MELALUI MONITORING PEREDARAN

PRODUK JENIS HIU DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Demas Derian, Suko Wardono

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar, Jl. By Pass Prof. Ida Bagus Mantra, Desa

Pering,

Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, 80581.

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Sejak diterbitkannya rencana aksi nasional jenis hiu nasional tahun 2010 oleh Kementerian

Kelautan dan Perikanan, pengelolaan jenis hiu di Indonesia semakin terarah. Balai Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis konservasi jenis ikan

merupakan salah satu unit yang menjadi ujung tombak dalam pengumpulan data. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui volume peredaran produk jenis hiu dari bulan September 2016 sampai

dengan Bulan September 2017 di wilayah Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan adalah analisa

kuantitatif terhadap rekomendasi peredaran jenis hiu yang diselenggarakan oleh Balai Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir dan Laut Denpasar, Wilayah Kerja Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian

menunjukkan sebanyak 36,2 ton dari 7 kategori produk jenis hiu yang diedarkan. Peredaran produk

terbanyak adalah sirip sebesar 39,65% dari total volume peredaran produk jenis hiu. Selain itu terdapat

perubahan pola pencatatan peredaran produk jenis hiu dari orientasi produk menjadi orientasi spesies

yang menyebabkan hanya sebesar 44,73% dari total peredaran produk jenis hiu yang dapat diidentifikasi

per spesies dengan Carcharinus falciformis sebagai spesies dengan pemanfaatan tertinggi. Seluruh

produk jenis hiu hanya diedarkan domestik dengan tujuan utamanya adalah Provinsi Jawa Timur.

Kata kunci : BPSPL Denpasar, CITES, Nusa Tenggara Barat, Peredaran produk jenis hiu

ABSTRACT

Since the launching of Indonesia’s NPOA-Shark by Ministry of Marine Affairs and Fisheries in

2010, national sharks species management is more focused. Regional Management Office for Coastal and

Marine Resource in Denpasar is one of technical unit concerned in species conservation which

responsible in gathering data. The purpose of this research is to recognize sharks product distribution

from September 2016 to September 2017 in Nusa Tenggara Barat region. Method use in this research are

quantitative analysis from sharks trade recommendation distribution paper. The result shows that

approximately 36.2 tonne from 7 product categories were distributed, with fin as the highest volume.

There were also a pattern change in data recording, from product oriented to species oriented resulting

only 44.73% of the total distribution volume can be identified as species-specific with Carcharinus

falciformis as the most utilized species. All products were distributed domestically with the main

destination is Jawa Timur.

Keywords : BPSPL Denpasar, CITES, Nusa Tenggara Barat, Sharks product distribution

Page 128: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

development of a co-agglutination for rapid diagnostic red sea bream iridoviral Diseases

(RSIVD) in Grouper

Dwi Sulistiyono 1*

A.A. Gede Eka Susila1Surya Amanu

2, Kurniasih

2,

1)

Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan II

Tanjungpinang [email protected] 2)

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

Abstrak

Red Sea Bream Iridovirus Disease (RSIVD), menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di

beberapa negara asia termasuk Indonesia. Transmisinya yang cepat dengan tingkat kematian yang

tinggi menjadi ancaman serius bagi perkembangan perikanan di Indonesia, kusunya pada budidaya

Ikan Kerapu. Metode yang cepat dan akurat diperlukan untuk deteksi dini serangan penyakit, sehingga

dapat dengan segera dilakukan langkah penanganan untuk meminimalisir dampak kerugian yang lebih

besar. Stained imprints or tissue sections, Immunofluorescent Antibody Tests (IFAT), Polymerase

Chain Reaction (PCR) merupakan metode yang efektif untuk mendeteksi RSIVD, akan tetapi

dibutuhkan peralatan khusus dengan biaya yang mahal. Metode diagnostik berbasis serologi ko-

aglutinasi dengan kelebihan cepat, sakurat dan murah telah diperkenalkan. Tujuan dari penelitian ini

adalah membuat kit ko-aglutinasi sebagai rapid diagnostic test RSIVD dan melakukan uji lapang

didukung dengan uji molekuler untuk melihat diagnosis sensitivitas dan diagnosis spesivisitas dari kit

ko-aglutinasi dalam mendeteksi RSIVD dilapangan. Imunisasi vaksin red sea bream iridovirus

dilakukan pada kelinci melalui intraperitonial dengan dosis bertingkat setiap minggunya 0,5 cc, 1 cc,

2 cc dan 3 cc. Pada minggu kelima serum dipanen dari kelinci, diinaktivasi pada suhu 56oC selama 30

menit. Pemurnian imunoglobulin dari serum anti dilakukan dengan presipitasi amonium sulfat dan

dialisa. Imunoglobulin selanjutnya ditambahkan dengan volume yang sama protein A Staphylococcus

aureus, suspensi ini sebagai kit ko-aglutinasi RSIVD. Uji lapang kit ko-aglutinasi RSIVD dilakukan

dengan pengambilan 40 sampel ikan Kerapu (Epinephelus sp) pada area tidak bebas RSIVD di Kab.

Bintan Kepulauan Riau, dikonfirmasi dengan uji PCR dan dilakukan sequencing DNA. Untuk melihat

akurasi dan realibilitas, data hasil uji kemudian dianalisa diagnostik sensitivitas dan spesivitas. Hasil

penelitian menunjukkan aglutinasi berpasir setelah 10 menit untuk limpa positif, dan tidak ada

aglutinasi pada sampel ikan sehat (negatif) serta kontrol dengan PBS (negatif). Konfirmasi pengujian

dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) menggunakan primer forward 1-F (5'-CTC-AAA-CAC-

TCT-GGC-TCA-TC-3 ') dan reverse 1-R (5'-GCA-CCA-ACA -CAT-CTC-CTA-TC-3 ')

menunjukkan hasil yang sama dengan nilai diagnostik sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hasil

sekuensing pada sampel positif menunjukkan kesamaan 99% identik dengan Megalocytovirus strain

RSIV. Pengujian dengan kit co-aglutinasi RSIVD memiliki kelebihan cepat, akurat dan murah dalam

mendeteksi penyakit red bream iridoviral (RSIVD).

Kata kunci : Kerapu, RSIVD, Ko-aglutinasi, PCR, Sequencing

Page 129: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PENGARUH PEMBERIAN JENIS PAKAN TERHADAP

PERTUMBUHAN IKAN PUTIH (Labeobarbus sp.)

F A H R U R O Z I

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pakan yang paling baik

untuk pertumbuhan ikan putih (Labeobarbus sp..). Selain itu juga untuk

mengetahui apakah pemberian jenis pakan yang berbeda akan mempengaruhi

pertumbuhan ikan putih, sehingga dapat memberikan sumbangan bagi usaha

perikanan pada umumnya dan bagi pembudidaya ikan putih (Labeobarbus sp..)

khususnya. Penelitian ini berlangsung selama 60 hari di Kelurahan Gunung alam,

Kecamatan Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara. Ikan yang dijadikan

sebagai ikan uji adalah ikan putih (Labeobarbus sp..) yang berasal dari sungai air

Nokan, Desa Kemumu, Kecamatan Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu

Utara. Berat ikan berkisar antara 12,73 – 15,92 gram dan panjang berkisar antara

10,7 – 11,7 cm. Rancangan yang digunakan adalah rancangan Bujur Sangkar

Latin (RBSL) yang disusun dengan tiga perlakuan, tiap-tiap perlakuan dengan tiga

ulangan. Dari hasil penelitian terhadap pertumbuhan dari tiga jenis pakan yang

diberikan tidak ada beda pengaruh yang nyata, baik pertumbuhan berat maupun

pertumbuhan panjang. Dari hasil perhitungan nilai konversi pakan maupun nilai

efisiensi pakan, yang terbaik adalah adalah pakan kombinasi atau campuran.

Tingkat kelangsungan hidup ikan uji selama penelitian, yaitu 100 % dalam artian

kematian tidak ada (0 %). Sedangkan kualitas air media selama penelitian : Suhu

antara 25 – 27 0C, Oksigen terlarut antara 6 -7,5 ppm dan pH antara 6 – 7. Dengan

demikian kualitas air media tersebut sudah dapat menjamin kehidupan ikan putih

(Labeobarbus sp..) untuk usaha budidaya dengan wadah buatan.

Page 130: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

EVALUASI STATUS STOK IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis

Linnaeus, 1758) DI SAMUDRA HINDIA (WPP NRI-573) MENGGUNAKAN

RASIO POTENSI PEMIJAHAN

STOCK STATUS EVALUATION OF SKIPJACK TUNA (Katsuwonus pelamis

Linnaeus, 1758) IN THE INDIAN OCEAN (INDONESIAN TERITORY OF

FMA-573) USING SPAWNING POTENTIAL RATIO

Arief Wujdi*1, Zulkarnanen Fahmi

1, dan Fathur Rochman

1

1Loka Riset Perikanan Tuna

ABSTRAK

Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) yang tersebar luas di Samudra Hindia selatan Jawa, Bali dan

Nusa Tenggara telah dieksploitasi secara massif dengan berbagai alat tangkap. Aktivitas

penangkapannya dilakukan secara terus-menerus sepanjang tahun sehingga rentan mengalami

lebih tangkap. Namun, ketersediaan data yang terbatas menjadi penghambat dalam upaya

mengevaluasi status pemanfaatan stok, khususnya untuk kegiatan perikanan skala kecil. Penelitian

ini bertujuan untuk menentukan status terkini stok sumberdaya ikan cakalang di Samudra Hindia

berdasarkan analisis rasio potensi pemijahan berbasis frekuensi panjang. Pengumpulan ukuran

ikan dilakukan pada Februari-Desember 2016 di 4 lokasi pendaratan ikan di sepanjang Samudra

Hindia, yaitu Binuangeun, Sadeng, Prigi, dan Tanjung Luar. Data-data parameter life history

sebagai bahan input untuk analisis diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa nilai SPR pada Faktual dan Lm adalah 27,16% dan 4%. Hal ini berarti status

stok ikan cakalang berada pada level sedang dan masih berpeluang untuk dikembangkan. Disisi

lain, banyaknya ikan berukuran kecil yang tertangkap mengindikasikan terjadinya growth

overfishing. Strategi penangkapan yang tepat perlu dilakukan sebagaimana dijelaskan dalam

penelitian ini agar tercapainya SPR20% sebagai ambang batas biologi untuk keberlanjutan

sumberdaya ikan.

Kata kunci: Status stok, rasio potensi pemijahan, ikan cakalang, Samudra Hindia

ABSTRACT:

Skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) regarded as cosmopolitan species and distributed vastly

along the Indian Ocean south of Java, Bali and Nusa Tenggara. Known to have high exploitation

by various fishing gear throughout the year, so that vulnerable to subject of overfishing. However,

lacking of the data constrained management measures to evaluate the stock status of fisheries, in

particular for small-scale fisheries. This study aims to determine the stock status of skipjack tuna

in the Indian Ocean through length-based spawning potential ratio. The data collection conducted

from January to December 2016 in four landing base along southern Java-Nusa Tenggara coast

where representing small-scale fisheries: Binuangeun, Sadeng, Prigi, and Tanjung Luar.

Literature synthesis from previous study also implemented to obtain life-history parameters as

supporting analysis. The results showed that SPR at Fcurrent and Lm were 27,16% and 4%

respectively. It means that there was a possibility to develop the fisheries. On the other hand,

growth overfishing has been occurred, which is fish caught are dominated by immature size. The

proper harvest strategy need to be carried out urgently as provided in this study to achieve the

SPR20% as limit reference point for fish resources sustainability.

Keywords: Stock status, SPR, skipjack tuna, Indian Ocean.

Page 131: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Komposisi Hasil Tangkapan Rawai Tuna Berdasarkan Kedalaman Renang di Samudera Hindia

Suciadi Catur Nugroho, Roy Kurniawan, Dian Novianto

Loka Riset Perikanan Tuna, Denpasar, Bali

Jl. Mertasari No. 140, Sidakarya, Denpasar Selatan, Bali, 80223

Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Hasil tangkapan rawai tuna terdiri atas hasil tangkapan utama (target spesies) dan tangkapan

sampingan. Selain ikan tuna yang merupakan target spesies, pengoperasian rawai tuna juga menangkap

spesies lainnya yang tertangkap secara tidak sengaja dikarenakan adanya keterkaitan secara ekologi.

Beberapa jenis tuna dan ikan lainnya dapat ditemukan di kedalaman lapisan renang (swimming layer)

tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi dan lapisan renang ikan hasil tangkapan

rawai tuna di Samudera Hindia. Terdapat tiga trip pengamatan yang dilakukan oleh saintifik observer

selama tahun 2016. Trip pertama tercatat 693 ekor ikan selama operasi penangkapan dengan komposisi

hasil tangkapan tertinggi yaitu ikan naga (lancet fish) sebanyak 31,6% sedangkan pada trip kedua ikan

yang tertangkap sebanyak 1,911 ekor dengan komposisi tangkapan tertinggi yaitu tuna albakora sebesar

23,13%, sedangkan pada trip ketiga mendapatkan hasil tangkapan sebanyak 503 ekor ikan dengan

komposisi tertinggi adalah ikan setan (oil fish) sebesar 19,09%. Swimming layer jenis ikan tuna, hiu, pari,

serta ikan yang termasuk dalam kategori bony fish tertangkap di kedalaman antara 41,67 – 329,24 meter,

dan jenis ikan berparuh (billfish) lebih sering tertangkap pada kedalaman rata-rata yang relatif dangkal

yaitu pada kedalaman antara 41,67 – 238,92 meter, sedangkan untuk jenis penyu umumnya tertangkap di

kedalaman antara 41,67 – 178,14 meter dan paling banyak tertangkap pada kedalaman rata-rata 44,51

meter.

Kata kunci : Komposisi hasil tangkapan; rawai tuna; kedalaman renang

ABSTRACT

The tuna longline catches consists of the main-catch and by-catch. In addition to the tuna species

that are the target species, the operation of the tuna longline is also catching other species caught

unintentionally due to the ecological linkage. Several types of tuna and other fish can be found in the

Page 132: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

depth of a particular swimming layer. This study aims to determine the composition and the swimming

layer of fish tuna longline catches in the Indian Ocean. There were three observation trips performed by

the scientific observer during 2016. The first trip was recorded 693 individuals during the catching

operation with highest catchment composition i.e lancet fish of 31.6% while on the second trip caught of

1,911 individuals with highest catchment composition is albacore tuna 23,13%, and on the third trip

recorded 503 individual with the highest composition were oil fish equal to 19,09%. Swimming layer for

tuna species, shark, stingray, and bony fish were caught in depth between 41.67 - 329.24 meters, and for

billfish species more often caught at a relatively shallow with average depth that is in depth between

41.67 - 238.92 meters, while for the type of turtle is generally caught in the depth between 41.67 - 178.14

meters and most caught at an average depth of 44.51 meters.

Keywords : Catch composition; tuna longline; swimming layer

Page 133: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

A REVIEW OF INDONESIAN INDUSTRIAL TUNA LONGLINE FISHERY

DATA COLLECTION AND STATISTIC BASED IN BENOA PORT 2012-2015

Fathur Rochman1)

, Irwan Jatmiko1)

and Zulkarnaen Fahmi1)

1Research Institute for Tuna Fisheries, Mertasari Road, No. 140 Br. Suwung Kangin, Desa Sidakarya,

Denpasar Selatan, Denpasar-Bali, Indonesia 80224

Email : [email protected]

ABSTRACT

This study presents brief information on industrial tuna longline fisheries data

collection and statistic in Indonesia. The data collection and statistic comes from tuna

longline fisheries landed in Benoa port-Bali. Benoa port is one of three main fishing port

in Indonesia beside Nizam Zachman (Jakarta) and Cilacap (Central Java). However,

Benoa has contributes the largest number of tuna catches, reaching up to 60% of the total

Indonesian industrial tuna catches in Indian Ocean and will made Benoa port as a main

barometer of industrial tuna longline in Indonesia and Indian Ocean. An industrial

longline fisheries activity has decreases significantly up to 76% from 2004 to 2015. The

highest decreases of the number of landed longliners was occurred in 2004 to 2006 (43%)

followed by 2009 to 2010 (41%) and 2014-2015 (19%). The coverage data was 57% to

64% of the total boat landing. Export product was dominated followed by reject (local

quality) and by catch product. Catches composition was dominated by four tuna species

(BET, YFT, SBT and ALB) reaching up 88% of the total catches followed by by catch

(6.23%) and billfish (5.46%). In period of 2012 to 2014, fishing effort of tuna longliners

based in Benoa port was directly proportional to the number of vessel and tuna

production but in 2015 fishing effort and CPUE was increased with the decreased of the

number of vessel.

KEY WORD: Longline, data collection, statistic and Benoa port

INTRODUCTION

An Indonesian tuna fishery is one of the largest in the word especially in Eastern

Indian Ocean (Pillai & Satheshkumar, 2013). Total catches of Indonesian tuna fisheries

was reaching up to 15% of Indian Ocean production with the total landing estimation

185,675 ton consisting of yellowfin tuna (65,686 ton), bigeye tuna (34,400 ton), skipjack

(79,999 ton) and albacore (5,590 ton) (DGCF, 2014). Indonesian tuna longline vessel

consist of 916 units (2010), 1,083 units (2011) (IOTC, 2012). In 2012, the number of tuna

Page 134: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

longline vessel has increased to 1,179 units (Moreno & Herrera, 2013). However, at the

end of 2014 the number of vessel has decreased up to 17% from previous year. It was

happened due to the implementation of Indonesian Minister of Marine and Fisheries

Regulation number 56 year 2014 and number 10 year 2015 about moratorium enforcement

of capture fisheries. Moratorium enforcement and evaluation was applied to the vessel

which constructed in overseas (Rochman et al., 2016a).

In Indonesia, there are three main of industrial tuna longline fishing ports operated

in Indian Ocean i.e. Benoa (Bali), Nizam Zachman (Jakarta) and Cilacap (Central Java)

(Proctor et al., 2003). However, from the three ports, Benoa has contributes the largest

number of tuna catches, reaching up to 60% of the total Indonesian industrial tuna catches

in Indian Ocean (Proctor et al., 2003). The industrial scale of tuna fishery in Benoa port

can be made as a barometer of fisheries industrial development in Indonesia based in

Indian Ocean.

Data collection and statistic of industrial tuna fisheries in Benoa port conducted

using an integrated port-based catch monitoring program (enumeration method). This

enumeration method was established in mid-2002 (Prisantoso et al., 2009). It was

a collaborative research program between Indonesian Research Centre for Capture

Fisheries/Research Institute for Marine Fisheries (RCCF/RIMF) and Directorate General

for Capture Fisheries (DGCF), CSIRO Marine and Atmospheric Research, Australia’s

Department of Agriculture of Fisheries and Forestry (DAFF), Australian Centre for

International Agricultural Research (ACIAR), Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) and

Overseas Fisheries Cooperation Foundation of Japan (OFCF). The aims of the monitoring

program was to monitor the catches of all tuna species landed, and also to record the

number of landings by Benoa-based longline vessel (Prisantoso et al., 2009). This

Page 135: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

enumeration activity is useful as an input for IOTC in managing Indian Ocean Tuna

Fisheries.

The aim of this study is to provide a comprehensive overview of data collection and

statistic on Indonesian industrial tuna longline fisheries in Indian Ocean.

MATERIAL AND METHODS

Data Collection and Analysis

This study was based on data analysis of enumeration program conducted by

Research Institute for Tuna Fisheries (RITF) enumerators in Benoa port Bali from

January 2012 to December 2015. We were used random sample to determine the vessel to

be enumerated with minimum limit 30% of landed longliners according to IOTC

requirement (IOTC, 2002). We were also used census method to record the whole of

catches data. The data collected consists of:

1. The number of vessel (landing and or entrusting) the catch at Benoa port from

January 2012 to December 2015.

2. Production of catches landing at Benoa port of both tuna and non-tuna which

includes: the data of main catch (export), by catch and local quality (reject). Fish

export quality has a good quality and usually shipped directly to the overseas in

fresh form, while local quality of fish (reject) delivered at local market or processed

at the fish factory (canning) before distributed at domestic or abroad. There are

several type of species landed at Benoa Port i.e. yellowfin tuna (Thunnus

albacares), bigeye tuna (Thunnus obesus), Southern Bluefin tuna (Thunnus

maccoyii), albacore (Thunnus alalunga) and billfish (marlin, sailfish, shortbill

spearfish and swordfish). By catch of longline tuna fisheries are sickle pomfret,

oilfish, wahoo, shark and escolar.

Page 136: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

3. Catch per Unit of Effort (CPUE) fish catches (kg) per unit of effort (day at sea)

vessel which landed and or entrusted fish catches at Benoa port. The number of

effort (day at sea) from each vessel determined by the time difference between fish

landing before and after.

RESULT AND DISCUSSION

Result

Landed Longliners and Covered Data

An industrial longline fisheries activity has decreases significantly up to 76% from

2004 to 2015. The highest decreases of the number of landed longliners was occurred in

2004 to 2006 (43%) followed by 2009 to 2010 (41%) and 2014-2015 (19%) (Figure 1).

2,922

2,439

1,664 1,916 1,965

1,850

1,099 921

775 753 858 699

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015Nu

mbe

r of

Lan

ded

Lon

gli

ner

s

Year

Figure 1. The number of landed longliners in Benoa port from 2004-2015

The coverage data of RITF enumeration activity ranged from 57-64% of the total boat

landed in Benoa port- Bali (Figure 3). The data of boat landing and boat sampled from

2012 to 2015 presented in Figure 2.

Page 137: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

69

55

71 71

54 46

73 80

58

71

62 65

42

33 41

35 34 26

43 46

33

46

36 37

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Nu

mbe

r of

Boa

t (U

nit

)

2012

Boat Landing Boat Sampled

55

71

53

42

59 62

86

58 51

67 74 75

35

46

30 30 34 32

50

34 35 35 34 36

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Th

e N

um

ber

of B

oat

(Un

it)

2013

Boat Landing Boat Sampled

68

43

76 66

72 83

128

49 57 59

88

69

40 28

45 39

33

53

86

32 36 43 42 44

0

20

40

60

80

100

120

140

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Nu

mb

er

of

Bo

at (

Un

it)

2014

Boat Landing Boat Sampled

73 76

64 58

64 59 60

42

56

72

33

42 48 46

38 39 37 43

36

28

39

48

21 24

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Nu

mb

er

of

Bo

at (

Un

it)

2015

Boat Landing Boat Sampled

Figure 2. Boat landing and boat sampled of enumeration activity in Benoa port-Bali

2012-2015

Page 138: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

775 753

858

699

452 431 521 447

58 % 57 % 61 %

64 %

52

54

56

58

60

62

64

66

0

200

400

600

800

1000

2012 2013 2014 2015

Cove

rag

e of

Sam

pli

ng

(%

)

Th

e N

um

ber of

Boat

(Un

it)

Year

Boat Landing Boat Sampled Coverage (%)

Figure 3. The coverage data of RITF enumeration method in Benoa port ranged from

2012 to 2015.

Production and Catch Composition

The production of industrial tuna longline fisheries landed in Benoa port from 2012

to 2015 was dominated by export product with an average of 2,965 ton year-1

followed by

reject (local quality) 2,799 ton year-1

and by catch product 1,792 ton year-1

(Figure 4a). The

highest annual production obtained in 2015 by 8,291 ton year-1

followed respectively by

7,791 ton year-1

(2012), 7,525 ton year-1

(2014) and 6,816 ton year-1

(2013) (Figure 4b).

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

2012 2013 2014 2015

Produ

cti

on

(t

on)

Year

Industrial Tuna LL. Production

By Catch Exsport Reject

7791

6816 7525

8291

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

2012 2013 2014 2015

Produ

cti

on

(t

on

)

Year

Annual Production from 2012 to 2015 (ton)

(a) (b)

Figure 4. Annual production of industrial tuna longline landed in Benoa port 2012 to 2015.

(a) based on product, (b) total annual catch

The analysis result of catch composition, there were 26 species caught by longliner

in Benoa port. Four main of tuna were dominated the catches, there were bigeye tuna

(33.72%), yellowfin tuna (29.83%), southern bluefin tuna (13.90%) and albacore (10.57%).

Page 139: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Besides that, the catches of billfish were dominated by swordfish (3.92%), blue marlin

(1.16%) and black marlin (0.38%) (Figure 5)

0.00%

0.01%

0.01%

0.03%

0.03%

0.03%

0.04%

0.04%

0.05%

0.07%

0.09%

0.10%

0.13%

0.14%

0.19%

0.33%

0.38%

0.99%

1.16%

2.07%

2.17%

3.92%

10.57%

13.90%

29.83%

33.72%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35%

Thresser Shark

Shilky Shark

Barracuda

Pomfret

Long Nose Chimaeras

Skipjack

Common Dolphin Fish

Shortbill Spearfish

Sickle Pomfret

Mako Shark

Butterfly Kingfish

Oceanic Whitetip Shark

Stripped Marlin

Sailfish

Oilfish

Wahoo

Black Marlin

Blue Shark

Blue Marlin

Escolar

Moonfish

Swordfish

Albacore

Southern Bluefin Tuna

Yellowfin Tuna

Bigeye Tuna

Catch Composition

Figure 5. Catch composition of industrial tuna longline based on enumeration methods

from 2012 to 2015

Production and Effort

Total production of industrial tuna longline fisheries landed in Benoa port in 2012

was estimated reaching up to 7,791 ton year-1

with the average production was

649 ton month-1

. The total number of effort was 31,521 (day at sea) year-1

with an average

of catch effort 2,627 (day at sea) month-1

(Figure 6a).

In 2013, the total production tends to decrease compared with previous year.

The total amount of production was 6,816 ton year-1

and 586 ton month-1

. The total

number of effort was comparabled with previous year amounted to 31,932 (day at sea)

year-1

with an average of catch effort by 2,661 (day at sea) month-1

(Figure 6b).

In 2014, the total production of tuna longliner has risen with total value close to the

acquisition in 2012 with the total production was reaching up to 7,525 ton year-1

with the

Page 140: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

average production was 627 ton month-1

. Meanwhile, total fishing effort in 2014 was

increased compared with previous years of 32,992 (day at sea) year-1

with an average of

catch effort 2,749 (day at sea) month-1

(Figure 6c).

Entering 2015, the total production of tuna longliner has increased significantly

reaching up to 8,291 ton year-1

with an average production was 691 ton month-1

. The

increasing of production followed by the increasing of effort by 32,501 (day at sea) year-1

with an average effort of 2,708 (day at sea) month-1

(Figure 6d).

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Num

ber

of E

ffor

t (d

ay a

t sea

)

Prod

uctio

n (k

g)

2012

Production (kg) The Number of Effort

(a)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Num

ber

of E

fforts

(day

at s

ea)

Prod

uctio

n (k

g)

2013

Production (kg) The Number of Efforts (Day at Sea)

(b)

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Num

ber

of E

ffor

ts (

Day

at S

ea)

Prod

uctio

n (k

g)

2014

Production (kg) The Number of Efforts (Day at Sea)

(c)

Page 141: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

The

Num

ber

of E

ffor

ts (

Day

at S

ea)

Prod

uctio

n (k

g)

2015

Production (kg) The nUmber of Efforts (Day at Sea)

(d)

Figure 6. Production and catch effort of tuna longline fleets landed in Benoa port in 2012

to 2015.

Catch Per Unit of Effort (CPUE)

An average of catch per unit of effort (CPUE) of tuna longliner was 245 kg (day at

sea)-1

in 2012, 213 kg (day at sea)-1

in 2013, 232 kg (day at sea)-1

in 2014 and 253 kg (day

at sea)-1

in 2015. The highest CPUE obtained in 2015 followed by 2012, 2014 and 2013

(Table 1).

Table 1. Catch per unit of effort (CPUE) of tuna longline based in Benoa port (2012-2015)

2012 2013 2014 2015

Jan 189 298 215 293

Feb 195 141 170 308

Mar 231 204 152 209

Apr 246 153 162 203

May 196 251 205 378

Jun 366 241 387 271

Jul 348 239 248 260

Aug 203 178 333 188

Sep 314 213 220 305

Oct 217 183 209 283

Nov 206 229 286 165

Dec 226 228 201 179

Average 245 213 232 253

Month

CPUE (kg/day at sea)

Year

In the period of 2012-2014 fluctuations in production have directly proportional

with fishing effort and the number of vessel which was operated and landed in Benoa port.

In 2015, there were significant increase in production and effort although with fewer

Page 142: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

vessels due to government policy on moratorium of capture fisheries. In 2015, there was a

decreased in number of fishing vessel in ranged of 159 units compared to the previous year

(Table 2). The average increase of tuna longline production in 2015 was 10 % compared

with previous year. It’s also happened in catch per unit of effort value (Table 2).

Table 2. The number of boats, effort, production and CPUE of tuna longliners landed in

Benoa port 2012-2015.

The Number of Boats Efforts Production CPUE

(unit) (Day at Sea) (kg) (kg/Day at Sea)

2012 775 2,627 7,791,205 245

2013 753 2,661 6,815,951 213

2014 858 2,749 7,525,103 232

2015 699 2,708 8,291,226 253

Year

Discussion

Entering 2006 to 2010 there was a decreased of landed longliner in Benoa port Bali.

In those years, longline tuna industry was faced by various changes and challenges as the

impact of the increase of fuel price. The increase of fuel prices greatly affects the

operational cost and total production of catches. According to (Barata et al., 2011;

Rochman & Nugraha., 2014), tuna longliner in Benoa port is fresh tuna longline where

catching activity carried out on the high seas and far from coast line. The majority of tuna

longliners have fishing area in the outside IEEZ (Indonesian Exclusive Economic Zone)

with more than 15 nautical mil from coast line. Industrial tuna longline as high seas

fisheries is requires high fuel consumption. Fuel cost production was reaching up to 28-

60% of the total cost production (Rochman & Nugraha, 2014; Sumaila et al., 2008; Schau

et al., 2009). In 2006 to 2010, there was a gradual increase in fuel prices with an increase

of 114.28% (Rp 2,100 to Rp 4,500) and greatly affect on the increase of operational cost.

So it was found that some of company reduced of the number of vessel and the day of

operation. The reduction was resulted in a decrease of the total production of tuna landed at

Page 143: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Benoa port. The highest production was occurred in 2009 amounted to 17,421 ton and it

was declined in the following year by 10,075 ton (ATLI, 2010). ATLI (2010), was

estimated that total tuna catches landed by tuna longline vessel in Benoa port indicating

that the catches was fluctuated and there was a drastically decline in 2010 (Figure 7). One

example was put forward by Hapsari (2006), stating that total production of tuna longline

effort owned by Perikanan Samodra Besar Ltd (now Perikanan Nusantara Ltd), before and

after the increasing fuel price was decreased by 14.37% from the previous years.

Figure 7. Catch estimation of tuna landed at Port of Benoa, 2005- 2010.

Source : (ATLI, 2010)

In 2010 to 2014, the number of landed longliners was steady in the ranged of

753 to 1,099 units. It was because the fisherman have been able to adapt with the

increasing of fuel price volatility and have been able to manage of all fishing management

including suppressing expenditure and to determine the appropriate fishing area in which

accordance with existing environmental condition (Rochman et al., 2016a).

At the end of 2014 and mid of 2015, Indonesian government through the Ministery of

Marine Affairs and Fisheries (MMAF) has issued a new regulation that stops the

operational activities of fishing vessels in which developed in overseas. This regulation

was resulted in a decrease of the number of longline vessel operating in Indian Ocean with

0

2500

5000

7500

10000

12500

15000

17500

20000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ton

BET YFT ALB SBT Total

Page 144: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

a reduction in the number of vessel by 150 units. According to (Davies et al., 2014), over

capacity in industrial tuna longline fleets both in term of the number of vessels and their

ability to catch and to store fish, is a serious concern in tuna fisheries management and

conservation of tuna stock, resulting in overfishing and significant economic waste. In line

with the above statement, the aims of this regulation was to actualize responsible fisheries

management and countermeasure of illegal, unreported, unregulated (IUU) fishing in

Indonesian Fisheries Management Area (FMA).

Total of 3,085 vessels were landed from January 2012 to December 2015 and 1,851

vessels were covered (60%). This number was higher than the minimum requirements

issued by IOTC of 30% (IOTC, 2002). According to (Jatmiko et al., 2017), the number of

covered data was increased a half from around 40% in 2010 to 60 % in 2015. Generally,

the percentage of observed vessels increase about 7% up to 12 % from 2012 to 2015.

Generally, tuna longline operated in Benoa port was dominated by mid and deep

longline type with the number of hooks between float was 12 to 18 hooks and hooks depth

of 117 to 450 m depth ( Barata et al, 2011). This kind of longline was operated in

thermocline zone and below thermocline layer in depth of 118 to 291 meter (Rochman et

al., 2016b; Domokos et al., 2007; Latumeten et al., 2013; Chen et al., 2005; William et al.,

2014). This longline type was focused on deep sea tuna and billfish such as yellowfin tuna,

big eye tuna, albacore, southern bluefin tuna, swordfish, marlin, sailfish and shortbill

spearfish (Rochman et al., 2016b ; Nugraha & Triharyuni, 2009). This resulted in a total

catch of 93.77% were dominated by four species of tunas and six species of billfish

(Figure 5). On the other hand, there were some by catch species such as shark, escolar,

pompret, common dolphinfish, skip jack, longnose chimaeras and wahoo with small

proportion (6.23%) of the total catches. As by catch species, sharks species were caught

using surface longline attached to the buoy with depth not more than 10 meter and usually

Page 145: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

using escolar meat as a bait. The water with a depth less than 10 meter is a warmer water

with temperature was over 22°C (Rochman et al., 2016b) in which resulted in blooms of

diatom that will be associated with an increase abundance and diversity of teleosts and

chondrichthyans (Clark et al., 1996; Lamberth et al., 1995). This teleosts and

chondrichthyans were prey for shark species (Kock et al., 2013; Weltz et al., 2013). Prey

density was an exsternal factor that influence shark distribution and catch rate of shark

(Sims et al., 2003; Hammerschlag et al., 2012; Brown et al., 2010; Tickler et al., 2017).

In 2012 to 2014, fishing effort directly proportional to the number of vessel but in

2015 fishing effort was increased with the decreased of the number of vessel. It was

becaused of the increasing of catches was followed by a large number of vessel which

entrusted fish catches through carrier vessels.

In period of 2012 to 2014, fishing effort of tuna longliners based in Benoa port was

directly proportional to the number of vessel and tuna production. Meanwhile entering

2015, catch effort has increased despite the reduction of the number of vessel. It was due to

the increasing of tuna catches followed by the number of tuna longline vessels that

entrusted the catch through carrier vessels. One (1) times the cultivation of the catch in the

carrier vessel is calculated as one (1) time of effort. Generally, tuna longliners entrusted the

catch one time in two weeks but in 2015 become twice in two weeks despite a decrease the

number of vessel (Table 2).

CONCLUSION

This study shows that the number of vessel was decreased since 2006 to 2015.

Integrated port-based catch monitoring program (enumeration) covered more than 50% of

the total tuna cathes in Benoa port. This number was higher than minimum requirement of

IOTC by 30% of the total catches. Four species of tuna and six species of billfish were

dominated the catches. In period of 2012 to 2014, fishing effort directly proportional to

Page 146: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

the number of vessel but entering 2015, catch effort has increased with the decreasing

number of vessel.

ACKNOWLEDGEMENT

I would like to thanks to Ministry of Marine and Fisheries Affair, The Agency of

Research & Development Marine and Fisheries, Fisheries Research & Development Centre

and Research Institute for Tuna Fisheries for all financial support. The authors also wish to

thank the RITF scientific enumerators who performed valuable role in fisheries data

collection and statistic. In addition, we would like to thanks to MR Zulkarnaen Fahmi as

RITF director for valuable input and comment.

REFERENCE

ATLI (Asosiasi Tuna Longline Indonesia). (2010). Nominal catch by species. Indonesian

Tuna Longline Association. Benoa. 2 pp.

Barata,A., Novianto, D., & Bahtiar,A.(2011). Sebaran ikan tuna berdasarkan suhu dan

kedalaman di Samudera Hindia. Jurnal Ilmu Kelautan Indonesia. 16(3), 165-170.

Brown, A. C., D. E. Lee, R. W. Bradley & S. Anderson. (2010). Dynamic of white shark

predation on pinnipeds in California: Effect of prey abundance. Copeia; May 20,

2010; Biological Science Database. 232 p.

Chen I. C., Lee P. F., & Tzeng, N. W. (2005). Distribution of albacore (Thunnus alalunga)

in the Indian Ocean and its relation to environmental factor. Fish Oceanography. 14

(1), 71-80 pp.

Clark, B. M., Bennett, B. A., Lambert, S. J. (1996). Temporal variation in surf zone fish

assemblages from False Bay, South Africa. Mar Ecol Prog Ser 131: 35-47

Davies, T.K., Chris, C. & E. J. Milner-Gulland. (2014). Modelling the spatial behaviour of

a tropical tuna purse seine fleet. PLoS ONE 9 (12): e114037. doi:

10.137/jounal.pone.0114037.

DGCF (Directorate General of Capture Fisheries). (2014). Statistics of Marine Capture

Fisheries 2014.Directorate General of Capture Fisheries,MMAF. Jakarta.

Domokos, R., Seki,M.P., Polovina., & Hawn, J. J. D. R., (2007). Oceanographic

investigation of the American samoa albacore (Thunnus alalunga) habitat and

longline fishing grounds. Fish. Oceanography.16, 555-572pp.

Hammerschlag, N., Luo, J., Irschick, D. J., Ault, J. S. (2012). A Comparison of Spatial and

Movement Patterns between Sympatric Predators: Bull Sharks (Carcharhinus

leucas) and Atlantic Tarpon (Megalops atlanticus). PLoS ONE 7(9): e45958.

doi:10.1371/journal.pone.0045958

Hapsari, A.T. (2006). Optimalisasi produksi usaha penangkapan tuna pasca kenaikan harga

BBM pada PT Perikanan Samodra Besar cabang Benoa Bali. Skripsi. Manajemen

Bisnis dan Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 82 pp.

Page 147: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

IOTC (Indian Ocean Tuna Commission). 2002. Field manual for data collection on tuna

landing from longliners. IOTC Secretariat. Seychelles. 21 pp.

IOTC. (2012). Indonesian national report to the scientific committee of the Indian Ocean

Tuna Commission 2012. IOTC-2012-NR 10 Rev_1. 18.

Jatmiko, I., F. Rochman & Z. Fahmi.(2017). Enumeration methods used to investigated the

production of yellowfin tuna (Thunnus albacares) in Indian Ocean; case study of

tuna monitoring in Benoa port, Bali, Indonesia. 2nd

International forum on

sustainable future in Asia, 2nd

NIES International forum January 26-28, 2017 Bali,

Indonesia. 20-25 pp.

Kock, A., O’Riain, M. J., Mauf, K., Meyer, M. A, Kotze, D. (2013). Residency habitat use

and sexual segregation of white shark, Carcharodon carcharias in False Bay, South

Africa. PLoS ONE 8(1): e55048. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0055048

Lamberth, S. J., Clark, B. M., Bennett, B.A.(1995). Seasonal of beach-seine catches in

False Bay, South Africa and implication for management. S. Afr. J. Mar. Sci 15:

157-167 pp

Latumeten, A. L., Purwanti, F., & Hartoko, A.(2013). The analysis of relationship between

sea surface temperature, chlorophyll-a of Modis satelite data and sub-surface

temperature ofArgo Float data to the number of tuna catches in Indian Ocean.

Management of Aquatic Resource Journal. Diponegoro University. 2(2), 1-8 pp.

Moreno,G., & Herrera,M. (2013). Estimation of fishing capacity by tuna fishing fleets in

Indian Ocean. IOTC-2013-SC16-INF04. p. 76 .

Nugraha, B. & S. Triharyuni. (2009). The Effect of Temperature and Hook Depth of Tuna

Longline to Catch of Tuna in Indian Ocean. Indonesian Fisheries Research

Journal. Research Centre for Fisheries Management and Conservation. Indonesian

Fisheries and Marine Affairs. 15 (3) : 239-247

Pillai, N. G. K. & Satheskhumar. (2013). Conservation and management of tuna fisheries

in Indian Ocean and Indian EEZ. International Journal of Marine Science, Vol (3)

no. 24. 187-192 pp.

Prisantoso, B. I.,Andamari, R., & Proctor, C. (2009). The catch of SBT by the Indonesian

longline fishery operating out of Benoa, Bali in 2008. CCSBT 14th

Meeting of the

10 Scientific Committee (incorporating the Extended Scientific Committee), Busan,

Korea, 5 - 11 September 2009. CCSBTESC/ 0909/SBT Fisheries - Indonesia.

Proctor, C.H., Merta, I.G.S., Sondita, M.F.A., Wahju, R.I., Davis, T.L.O., Gunn, J. S., &

Andamari, R.(2003). A review of Indonesian ocean tuna fisheries. ACIAR country

status report. p. 106.

Rochman, F. & B. Nugraha. (2014). Productivity and economic analysis of the Indian

Ocean Longline fishery landed at Benoa port Bali Indonesia. Indonesian Fisheries

Research Journal , 20 (2).76-86 pp.

Rochman, F., B. Setyadji & I. Jatmiko (2016a). Impact of moratorium enforcement on the

fishing effort and production of industrial scale longline tuna fisheries based in

Benoa port-Bali. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 22 (3): 181-188 pp.

Rochman, F., W. Pranowo & I. Jatmiko (2016b). The influence of swimming layer and

sub-surface oceanographic variables on catch of albacore (Thunnus alalunga) in

Eastern Indian Ocean. Indonesian Fisheries Research Journal, Vol (22) no. 2.

69-76 pp.

Schau, E. M., Ellingsen, H., Endal,A., & Aanonsend, S. A. (2009). Energy consumption in

Norwegian fisheries. Journal of Cleaner Production. 17, 325- 334.

Sims, D. W., E. J. Southall, D. A. Merrett & J. Sanders. (2003). Effect of zooplankton

density and diel period on surface-swimming duration of basking sharks. J. Mar.

Biol.Ass. U.K (2003), 83, 643-646 pp

Page 148: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Sumaila U. R., The L., Watson R., Tyedmers P., & Pauly D. (2008). Fuel price increase,

subsidies, overcapacity, and resource sustainability. ICES Journal of Marine

Science, 65, 832-840.

Tickler, D. M., Letessier, T. B., Koldewey, H. J., Meeuwig, J. J.(2017). Drivers of

abundance and spatial distribution of reef-associated sharks in an isolated atoll reef

system. PLoS ONE 12(5): e0177374. https://doi.org/10.1371/journal. pone.0177374

Weltz, K., Kock, A. A., Winker, H., Attwood, C., Sikweyiya, M. (2013). The Influence of

Environmental Variables on the Presence of White Sharks, Carcharodon carcharias

at Two Popular Cape Town Bathing Beaches: A Generalized Additive Mixed

Model. PLoS ONE 8(7): e68554. doi:10.1371/journal.pone.00

Williams, A. J., Allain, V., Nicol, J. J., Evans, K. J.,Hoyle, S. D., Dupoux, C., Vaorey, E.,

& Dubosc, J. (2014). Vertical behavior and diet of albacore tuna (Thunnus

alalunga) vary with latitude in the South Pacific Ocean. Deep-Sea Res. II (2014),

http://dx.doi.org/10.1016/ j.dsr2.2014.03.010i.

Page 149: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

BIOLOGI REPRODUKSI MADIDIHANG (Thunnus albacares

Bonnaterre, 1788) DI SAMUDRA HINDIA BAGIAN TIMUR

REPRODUCTIVE BIOLOGY OF YELLOWFIN TUNA

(Thunnus albacares Bonnaterre, 1788) IN EASTERN INDIAN OCEAN

Gussasta Levi Arnenda, Irwan Jatmiko dan Fathur Rochman

Loka Riset Perikanan Tuna – Benoa

Korespondensi: [email protected]

ABSTRAK

Madidihang (Thunnus albacares) adalah salah satu hasil tangkapan penting bagi

nelayan di Samudra Hindia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi

reproduksi madidihang yaitu: tingkat kematangan gonad, dugaan musim pemijahan dan

panjang pertama kali matang gonad (Lm). Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari

hingga November 2016 dengan dengan mengambil sampel gonad di beberapa tempat

pendaratan ikan yaitu: Padang, Palabuhanratu, Cilacap, Kedonganan, Benoa, Tanjung

Luar dan Kupang. Sebanyak 191 ekor madidihang dikumpulkan dengan sebaran panjang

cagak 54-162 cm dan rata-rata panjang cagak 131 cm. Tingkat kematangan gonad (TKG)

madidihang yang tertangkap didominasi oleh TKG IV sebesar 50%, diikuti oleh TKG I

(31%), TKG III (9%), TKG II (7%) dan TKG V (3%). Rata-rata Gonadosomatic index

(GSI) madidihang adalah 1,03 (0,11-7,81). Sebaran GSI tiap bulan menunjukkan bahwa

GSI tertinggi terjadi pada bulan November sebesar 1,32 sedangkan terendah terjadi pada

bulan Juni sebesar 0,74. Panjang pertama kali matang gonad terjadi pada ukuran 94,6 cm

(82,7-108,2). Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi basis data untuk

mendukung pengelolaan perikanan madidihang secara lestari.

KATA KUNCI: Madidihang, tingkat kematangan gonad, GSI, panjang pertama

kali matang gonad.

ABSTRACT

Yellowfin tuna (Thunnus albacares) is one of the important catches for fishermen

in the Indian Ocean. This study aims to determine the aspects of reproductive biology

yellowfin tuna namely: the level of gonad maturity, spawning season and the length at

first maturity (Lm). The study was conducted from February to November 2016 by taking

samples of gonads at several fish landing sites: Padang, Palabuhanratu, Cilacap,

Kedonganan, Benoa, Tanjung Luar and Kupang. A total of 191 yellowfin tuna collected

with a fork length distribution of 54-162 cm and the average fork length of 131 cm. The

gonad maturity stage (TKG) was dominated by TKG IV by 50%, followed by TKG I

(31%), TKG III (9%), TKG II (7%) and TKG V (3%). The average Gonadosomatic index

(GSI) of yellowfin tuna is 1.03 (0.11 - 7.81). The monthly GSI distribution showed that the

highest GSI occurred in November with 1.32 while the lowest occurred in June with 0.74.

The length at first maturity occurred at 94.6 cm (82.7-108.2). The results from this study

are expected to be the data base to support sustainable management of yellowfin tuna

fishery.

KEYWORDS: Yellowfin Tuna, maturity stage, GSI, Eastern Indian Ocean.

Page 150: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KAJIAN BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN BELOSO (Saurida micropectoralis)

DI PERAIRAN LAMPUNG TIMUR

Nur’ainun Muchlis, Tri Ernawati

Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Jakarta

[email protected]

ABSTRAK

Perairan Lampung Timur adalah salah satu daerah penyebaran ikan bloso (Saurida

micropectoralis) Ciri-ciri morfologi ikan beloso bentuk badan agak bulat memanjang, mempunyai

bentuk kepala seperti kepala kadal, dibelakang sirip punggung terdapat sirip lemah yang tanpa duri

dan berukuran kecil, mata berukuran kecil, sisik tebal dan kuat. Tujuan penelitian ini untuk melihat

data dan informasi tentang beberapa aspek biologi ikan beloso diantaranya sebaran frekuensi panjang,

hubungan panjang berat, Pendugaan ukuran panjang pertama kali tertangkap (Lc), rasio kelamin,

sebaran kematangan gonad dan analisis kebiasaan makan ikan beloso. Ukuran panjang ikan beloso

berkisara antara 11-43 cmFL dengan puncak modus pada jenis kelamin betina berada pada ukuran 21

cmFL, sedangkan pada jenis kelamin jantan puncak modus berada pada ukuran 22 cmFL. Nilai SL 50

ikan beloso lebih rendah dibandingkan nilai Lm, menandakan bahwa telah terjadi eksploitasi berlebih

terhadap sumber daya tersebut yang mengarah pada kelebihan tangkap rekrutmen (recruitment

overfishing). Pengamatan terhadap Tingkat Kematangan Gonad (TKG) diperlukan untuk mengetahui

musim pemijahan ikan disuatu perairan, pada jenis ikan beloso ditemukan dominan matang gonad

pada bulan Agustus, dimana pada bulan tersebut diperkirakan puncak musim pemijahan di perairan

Lampung Timur. Berdasarkan hasil analisa isi lambung (stomach content) ikan beloso dengan

menggunakan index of preponderans (IP), ditemukan 14 (empat belas) jenis isi lambung didominasi

oleh potongan-potongan ikan yaitu sebanyak 71,8 %, selanjutnya cumi-cumi 11,7 % dan jenis udang

sebanyak 7 %, sisanya terdiri dari beberapa jenis ikan demersal.

KATA KUNCI : ikan beloso, aspek biologi, perairan Lampung Timur

Page 151: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KINERJA SALINITAS OPTIMUM TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN

DAN GAMBARAN DARAH BENIH IKAN SEPAT SIAM Trichopodus pectoralis

Lies Setijaningsih∗)

, Imam Taufik, Triheru dan Adang Saputra

Balai Riset Perikanan Budidya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

surel: [email protected]

ABSTRAK

Ikan sepat siam Trichopodus pectoralis merupakan ikan endemik, termasuk jenis

ikan yang sangat dimintai masyarakat Indonesia. Pemenuhan kebutuhan ikan sepat siam

masih mengandalkan hasil tangkapan dari alam, sehingga populasi di alam mengalami

penurunan. Peningkatan produksi ikan sepat siam dari budidaya masih terkendala dengan

sintasan dan pertumbuhan lambat pada fase benih. Tujuan penelitian ini adalah

menentukan salinitas optimum terhadap performa sintasan, pertumbuhan, kerja osmotik

dan gambaran darah benih ikan sepat siam. Percobaan dirancang adalah rancangan acak

lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan masing-masing diulang 3 kali. Perlakuan

yang diujikan adalah, salinitas 0 ‰, salinitas 1‰, salinitas 3 ‰, dan 5‰. Ikan yang

digunakan berukuran 0,49±0,13 g dan panjang 2,96±0,42 cm, padat tebar masing-masing

25 ekor/akuarium (1 ekor/L). Selama 28 hari masa pemeliharaan, ikan sepat siam diberi

pakan berupa cacing sutra (Tubifex sp.) Hasil penelitian menunjukkan sintasan dan

pertumbuhan terbaik yang dipelihara pada salinitas 3 ‰. Pada salinitas 3‰ juga

mengambarkan gradien gambaran darah yang paling stabil, sehingga benih ikan sepat

terhindar dari respon stress. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi dasar untuk

pemeliharaan benih ikan sepat siam supaya petumbuhannya optimum.

KATA KINCI: salinitas, sintasan, pertumbuhan, gambaran darah, sepat siam

ABSTRACT : Optimum salinity performance on growth and hematological of snakeskin

gourami juvenile (trichopodus pectoralis) By: Lies Setijaningsih, Imam

Taufik, Triheru and Adang Saputra

Snakeskin gourami Trichopodus pectoralis is an endemic fish that was highly demand by

Indonesian society. The population stock declining was the main problem cause its

availability still rely from the nature catch. The increase of its production from culture is

still constrained by the slow rate of growth and survival rate in seed phase. The purpose

of this research is to determine the optimal survival rate performance on growth, osmotic

performance and blood description of snakeskin gourami Trichopodus pectoralis. A

completely Randomized Design (CRD) was used in this study with four different

treatments and each treatment was consisted of three replicates. Salinity test consist of : 0

g L-1, b. 1 g L-1, c. 3 g L-1, and 5 g L-1 salinity. The fish used were 0.49 ± 0.13 g and

length 2.96 ± 0.42 cm with stock density is 25 fish/aquarium (1 fish/L). During 28

maintanance days, fish test was feed by Tubifex sp. The results showed that the optimal

survival rate and growth at salinity 3 ‰. In salinity 3 ‰ also describes the most stable

blood level, that the fish could avoid stress response. Hopefully these findings results will

Page 152: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

be the basis for optimum growth cultivation of Snakeskin gourami Trichopodus

pectoralis.

KEYWORDS: salinity, survival rate, growth, hematological, Trichopodus pectoralis

Page 153: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

INFLUENCE OF SQUID LIVER MEAL AS THE MAJOR PROTEIN SOURCE IN

MATURATION DIET ON GROWTH AND GONADAL AMINO ACID CONTENT OF

RABBITFISH, Siganus guttatus

Asda Laining*, Ike Trismawanti, Usman and Muhammad Hafid Masruri

*Research Institute for Coastal Aquaculture (RICA)

Ministry of Marine Affairs and Fisheries

Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129, Maros 90512

South Sulawesi, INDONESIA

[email protected]

Protein and other certain nutrients have been reported to play an important role in

reproductive performances of fish in particular protein from squid meal. A five months feeding

trial was conducted to evaluate two maturation diets containing either fishmeal (SLM0) or squid

liver meal (SLM1) as the major protein source for the GSI and bio-chemical content of oocite and

spermatocite of golden rabbitfish Siganus guttatus. The two tested diets were formulated to be iso-

nitrogenous (40%) and iso-lipidic (14%) and supplemented with several micronutrients specifically

for gonadal development including vitamin C and E as well as carotenoid mixture. Initial weight of

rabbitfish used were 352.6±45.0 g and stocked into four of 2x2x2.5 m3 net cages with 25 fish per

cage. The test diets were fed to the stocks twice a day in the morning at 0800 and in the afternoon

at 1600. Variables observed were growth, gonadosomatic index (GSI) and amino acid profiles of

gonads and fillet of both male and female broodstock. After five months feeding, the weight gains

(WG) of broodstock fed the two diets were nearly similar in which SLM0 had WG of 40.1±2.2%

and 42.8±2.0% for SLM1. The GSI of male fed SLM1 diet was relatively higher than that of fed

with SLM0 which was 7.5±0.2% and 8.1±0.3%, respectively. The GSI of female was 5.6±0.1%

much lower than GSI of female fed SLM1 which was 11.4±0.5%. Furthermore, total amino acid

(TAA) in gonad of male stock was positively influenced by dietary SLI indicated by its higher

TAA (62.4%) compared to TAA content of SLM0 group (46.1%). The TAA content in oocite of

female stock was slightly improved when fed SLM1 rather than SLM0 (49.3% vs 30.1%,

respectively). The dietary squid liver meal seemed not affect the TAA content in the fillet of

rabbitfish when fed at maturation stage demonstrated by the similarity of the fillet TAA content in

the two groups which was 55.6% for SLM0 and 54.1% for SLM1. Dietary SLM enhanced GSI of

both male and female broodstocks and profile of amino acid in the gonad of golden rabbitfish,

Siganus guttatus.

Key words: squid liver meal, maturation diet, gonadal amino acid content, rabbitfish

Page 154: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

KINERJA INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH TAMBAK SUPERINTENSIF

Rachman Syah, Mat Fahrur, Hidayat S. Suwoyo, dan Makmur

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

Jl. Makmur Dg. Sitakka. No.129. Maros, Sulawesi Selatan

Email: [email protected]

ABSTRAK

Pengolahan air buangan tambak superintensif (TSI) adalah usaha untuk mengurangi beban bahan

pencemar yang terkandung di dalam air buangan TSI sehingga aman dan tidak membahayakan saat

dibuang ke lingkungan. Untuk menghindari dampak yang merugikan dari air buangan TSI, maka

diperlukan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

desain dan kinerja IPAL-TSI dalam memperbaiki kualitas air buangan TSI sebelum dibuang ke

badan air. IPAL terdiri dari kolam sedimentasi, dua kolam aerasi, dan satu kolam penampungan.

Terdapat dua buah kincir masing-masing di kolam aerasi dan satu kincir di kolam penampungan.

Ke dalam kolam penampungan ditebari ikan mujahir serta rumput laut Gracilaria sp yang

dibudidayakan dengan metode long-line, berfungsi sebagai biokoltrol. Sampel diambil di bagian

inlet IPAL, oulet kolam sedimentasi atau inlet kolam aerasi-1, outlet kolam aerasi-1 atau inlet

kolam aerasi-2, outlet kolam aerasi-2 atau inlet kolam penampungan, serta outlet kolam

penampungan, setiap dua minggu selama 105 hari pemeliharaan. Parameter yang diukur adalah

total padatan tersuspensi (TSS), Total Amonia Nitrogen (TAN), Nitrit, Nitrat, Phosphat, bahan

organik terlarut (BOT) dan biological oxygen demand (BOD-5). Spesifikasi teknis IPAL yang

diamati meliputi ukuran dan volume IPAL, volume dan waktu tinggal air buangan tambak, dan

efisiensi kinerja IPAL, serta rasio volume IPAL dan volume total air tambak. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa IPAL dapat mengurangi beban bahan pencemar dengan tingkat efisiensi

antara 53,1-99,4%, namun masih diperlukan peningkatan kapasitas dalam mengurangi konsentrasi

BOT. IPAL menghasilkan efisiensi yang tinggi terhadap TSS, TAN, nitrit, TN dan phosphat. Rasio

volume IPAL dan volume air tambak 30:70 dengan waktu tinggal minimal 3 hari, dapat dijadikan

acuan dalam pembangunan IPAL tambak superintensif.

KATA KUNCI: Tambak superintensif, udang vaname, air buangan tambak, Instalasi Pengolah Air

Limbah (IPAL)

ABSTRACT: THE PERFORMANCE OF WASTEWATER TREATMENT PLANT OF

SUPERINTENSIVE Litopenaeus vannamei SHRIMP AQUACULTURE: Rachman Syah*, Mat

Fahrur, Hidayat S. Suwoyo, and Makmur

Wastewater treatment plant (WTP) of super-intensive shrimp farm is aimed to reduce organic

matters loads contained in super-intensive shrimp farm effluent which is eventually safe and

harmless for receiving environments. To avoid devastating impacts of super-intensive shrimp farm

effluents, the WTP is crucial to build. This aims of this study are to evaluate the design and

perform of WTP in reconditioning water quality released from super-intensive shrimp farm prior to

release to water bodies. The WTP consists of a series of sedimentation pond, two aeration ponds

and one reservoir or equalitation pond. Two paddle wheels are installed in aeration pond and the

other one was in the equalitation pond. The Tilapia fish and seaweed, Gracilaria sp., were stocked

in equalitation pond where the seaweed was cultured in long-line method; these organisms were

aimed as biocontrol. Samples were collected fortnightly during 105 days of culturing duration,

which were from the WTP inlet, outlet of sedimentation pond or at inlet of the first aeration pond;

outlet of the first aeration pond or inlet of the second aeration pond, outlet of the second aeration

pond or inlet of equalitation pond and the outlet of equalitation pond. The measured variables were

total suspended solid (TSS), Total ammonia nitrogen (TAN), nitrite, nitrate, phosphate, total

organic matters (TOM) and 5 days biological oxygen demand (BOD5). The evaluated technical

Page 155: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

performances of the plant were its size and volume; volume and retention time of effluent,

efficiency of WTP performance and volume ratios of the WTP and total volume of shrimp pond.

The results of the study indicated that the WTP was able to reduce concentrations of nutrients and

solids in effluent by 53.1-99.4% of efficiency; however, its capacity need to be increased due to

reducing concentrations of TOM. The was highly efficient in reducing concentrations of TSS,

TAN, nitrite, total N and phosphate. The volume ratios between the plant and pond waters were

30:70 with minimum resident time 3 days could be proposed for wastewater treatment pond for

super-intensive shrimp ponds.

Keywords: super-intensive pond, vannamei shrimp, shrimp pond effluent, wastewater treatment

plant.

KEYWORDS: superintensive pond, vanname shrimp, effluent pond, wastewater treatment plan

Page 156: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

identifikasi musim produktif rumput laut Eucheuma striatum Di Perairan

Gorontalo Utara

Pustika Ratnawati *)

, Petrus Rani Pong-Masak

Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Jl. Pelabuhan Etalase Perikanan, Desa Tabulo Selatan, Kec. Mananggu, Kab. Boalemo

Email : [email protected]

ABSTRAK

Minimnya informasi ditingkat pembudidaya mengenai waktu tanam yang

produktif sesuai spesifikasi lokasi dan perubahan musim membuat produktifitas

lahan dikelola kurang optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi terkait

dengan musim optimal dalam pemanfaatan lahan secara produktif sebagai bagian

dari manajemen budidaya untuk meningkatkan produksi rumput laut. Tujuan

penelitian ini adalah menentukan musim produktif rumput laut di wilayah perairan

Teluk Langge, Gorontalo Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-

Desember 2015 di Desa Langge, Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo.

Unit percobaan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali

ulangan pada 3 titik lokasi budidaya (perlakuan), dengan jarak 100 m (1), 500 m

(2), dan 1000 m (3) dari daratan. Peubah utama yang diamati adalah

pertumbuhan/produksi, sedangkan peubah pendukung adalah kualitas perairan dan

identifikasi respon performansi talus dan wadah pemeliharaan. Rumput laut

sebagai bahan percobaan adalah jenis Eucheuma striatum yang dibudidaya dengan

metode “longline” dengan bobot awal tanam 50 g/rumpun dan panjang tali ris 35

m. Pada setiap bentangan diberi penanda/label sebanyak 10 titik dan dilakukan

pengamatan setiap interval waktu 15 hari hingga satu siklus (45 hari). Hasil

pengamatan selama tujuh siklus budidaya menunjukkan bahwa jenis E. striatum

optimum pada bulan Mei hingga Desember. Perbedaan musim produktif dilihat

dari pertumbuhan dan performansi talus pada setiap lokasi uji, dimana

penempatan unit budidaya di sekitar hulu teluk memberikan pengaruh nyata

terhadap pertumbuhan dan produksi rumput laut. Musim tanam rumput laut dapat

memberikan informasi waktu yang tepat dan luas areal tanam untuk melakukan

kegiatan budidaya.

Kata kunci : Eucheuma striatum, Gorontalo Utara, Musim produktif,

Teluk Langge.

ABSTRACT

Identification of productive season for Seaweed Eucheuma striatum in Langge

Bay North Gorontalo. The lack of information at the level of farmers regarding

productive planting time according to specifications location and seasonal

changes make less than optimal productivity of the land is managed. Therefore, it

is necessary to study the optimization of productive land use as part of the

Page 157: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

management of aquaculture to increase production of seaweed. The purpose of

this study was to identification season in the productive seaweed cultivation area

in the waters of the Gulf Langge, North Gorontalo,. The study was conducted in

January-December 2015 in the village of Langge, District of North Gorontalo,

Gorontalo. The units are arranged experiment with completely randomized design

(CRD) with 3 repetitions at 3 point location (treatment). The treatment is the

distance between the observation point from the mainland (upper bay), namely (1)

= 100 m, (2) = 500 m, and (3) = 1000 m. The main variables measured were

growth / production, while supporting variable is the quality of the waters and the

response performance of the thallus and container maintenance. Seaweed as

experimental material is Eucheuma striatum were cultivated by the method of

"longline" at the beginning of the growing weight of 50 g / clump and ris rope

length of 35 m. At any given stretch of marker / label as much as 10 points and

observed every interval of 15 days to 1 cycle (45 days). The observation for 7

cycles of cultivation shows that the type of E. striatum optimum from May until

December. Differences season of growth and performance of the talus on each

test site, where in downstream growth response showed more productive. System

seaweed growing season can provide timing information the right to carry out

farming activities, so farmers know the potential time of planting.

Key words : Eucheuma striatum, Langge Bay, productive season, North

Gorontalo

PENDAHULUAN

Sumber karaginan berasal dari kelompok alga merah (Rhodophyta) yang

banyak dikenal dengan Kappaphycus alvarezii, Eucheuma denticulatum, dan

Eucheuma striatum (Utomo, 2011). Hasil karaginofit dapat diolah menjadi

berbagai produk industri seperti ATC (Alkali Treated Cottonii) dalam bentuk

chips atau tepung ((Utomo, 2011)

Sampai saat ini sebagian besar pembudidaya menggunakan jenis

Kappaphycus alvarezii karena dianggap lebih mudah dan menguntungkan.

Permasalahan yang mulai muncul di tingkat pembudidaya adalah terjadinya

penurunan produksi rumput laut yang disebabkan karena faktor penyakit dan

cuaca ekstrim.

Page 158: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Petumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

pemilihan lokasi, musim tanam, dan varietas sehingga pengembangan rumput laut

berdasarkan pemilihan jenis yang sesuai dengan lokasi dan musim tanam

(Parenrengi et al., 2011)

Provinsi Gorontalo memiliki sentral budidaya rumput laut yang berada di

kawasan Kabupaten Gorontalo Utara, salah satunya di perairan Teluk Langge,

dilokasi ini sudah banyak terdapat kelompok-kelompok pembudidaya yang secara

aktif melakukan kegiatan budidaya sepanjang tahun. Minimnya informasi di

tingkat pembudidaya mengenai waktu tanam yang optimal sesuai spesifikasi

lokasi dan perubahan musim membuat produktifitas lahan yang mereka kelola

kurang optimal.

Terbatasnya data dan informasi tentang faktor lingkungan yang optimal

berdasarkan perubahan musim menyebabkan belum teridentifikasinya musim

produktif dengan baik. Pola munculnya penyakit ice-ice pada waktu-waktu

tertentu belum bisa dipetakan untuk menjadi acuan musim tanam yang selektif.

Gangguan penyakit dan kondisi alam yang menyulitkan untuk bekerja

sehingga seringkali memaksa kegiatan budidaya dihentikan oleh pembudidaya.

Faktor perubahan iklim seperti kondisi cuaca, pemanasan global, dan fenomena

anomali iklim global (El-nino dan La-nina) membuat budidaya rumput laut rentan

terhadap kegagalan.

Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi melalui suatu ujicoba untuk

memprediksi musim-musim tanam optimum serta faktor fisika-kimia lingkungan

perairan yang berpengaruh (Nurdjana, 2006), sehingga dapat meningkatkan

produksi rumput laut dengan pemanfaatan lahan secara produktif. Tujuan

Page 159: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

penelitian ini adalah untuk mengetahui musim produktif rumput laut Eucheuma

striatum di wilayah perairan Teluk Langge, Gorontalo Utara.

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Langge, Kabupaten Gorontalo

Utara, Provinsi Gorontalo dari bulan Januari-Desember 2015. Unit percobaan

ditempatkan di lokasi pengembangan budidaya rumput laut yang sudah dikelola

masyarakat pembudidaya (Gambar 1).

Lokasi 1 : 00 48’ 32” LU

1220 50’ 48” BT

Lokasi 2 : 00 48’ 57” LU

1220 50’ 52” BT

Lokasi 3 : 00 49’ 33” LU

1220 50’ 33” BT

Gambar 1. Lokasi penelitian pola musim tanam rumput laut di Teluk Langge,

perairan Gorontalo Utara, Provonsi Gorontalo

Figure 1. Site location for planting periods of seaweed in Langge Bay,

North Gorontalo

Desain Penelitian

Penelitian dilakukan selama 45 hari pemeliharaan yang diamati secara

berkesinambungan selama tujuh siklus tanam. Lokasi penelitian berada di Teluk

Teluk Langge

Page 160: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Langge yang terbagi menjadi tiga wilayah pengamatan sesuai dengan kegiatan

budidaya oleh masyarakat, dengan jarak:100 m (titik 1), 500 m (titik 2) dan 1000

m (titik 3) dari daratan utama (Gambar 1).

Unit percobaan disusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL)

sebanyak 3 kali ulangan pada setiap jenis rumput laut. Rumput laut yang dijadikan

percobaan adalah jenis Eucheuma striatum. Bibit rumput laut diperoleh dari

pembibitan pembudidaya di sekitar lokasi penelitian, bagian bibit yang digunakan

adalah ujung dan masih muda (Kahar et al., 1993) yang selanjutnya dipotong

dengan bobot awal tanam 50 g per rumpun, kemudian diikat dengan jarak 15 cm

antar rumpun pada konstruksi longline pada tali bentangan. Tali bentangan diikat

pada tali ris utama (tali induk) dengan membentuk barisan pada jarak 1 m antar

tali bentangan (Gambar 2).

Gambar 2. Metode longline untuk kegiatan budidaya rumput laut

Figure 2. Longline Methods for seaweed cultivation

Pengukuran pertumbuhan rumput laut dilakukan dengan cara menimbang

bobot rumput laut per rumpun yang telah diberi label. Data produksi pada setiap

Page 161: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

lokasi dan unit budidaya diukur dengan menimbang bobot basah rumput laut pada

setiap tali bentangan pada saat panen.

Pengumpulan Data Primer dan Sekunder

Identifikasi berdasarkan dari pengumpulan data primer seperti kualitas

lingkungan perairan diukur pada tiga lokasi penelitian, secara in-situ (suhu (°C),

salinitas (ppt), dan kecepatan arus (m/dt)) dan ex-situ (nitrat (mg/l) dan fosfat

(mg/l)). Pengumpulkan data primer tentang pola musim tanam rumput laut

Eucheuma striatum di Perairan Teluk Langge dilakukan dengan mengamati data

pertumbuhan dan morfologi rumput laut yang meliputi: pertumbuhan thallus,

warna thalus, suspensi/partikel, pertumbuhan rimbun atau kerdil, efifit, bulu tikus,

biofouling/tritip, penyakit ice-ice di tiga lokasi pengamatan.

Tabel 1. Form identifikasi parameter budidaya

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Penempelan epifit

(lumut)

Tali bentangan dibersihkan dan

digoyangkan

Penyakit ice-icePilihlah bibit yang tahan terhadap

penyakit dan istirahat tanam

Penempelan

biofouling (teritip)

Rumput laut dan tali bentangan

dibersihkan dan dipindahkan

ketempat yang berarus

Penempelan

suspensi (kotoran)

Tali bentangan dibersihkan dan

digoyangkan

Gelombang/arus

kencang

Melakukan rotasi tanam di wilayah

yang terlindung agar terhindar dari

gelombang tinggi

Musim hujan

Melakukan rotasi tanam ke tempat

yang jauh dari muara/daratan serta

menurunkan bentangan hingga

kedalaman 50 cm

Musim kemarau

Melakukan rotasi tanam ke tempat

yang dekat dari muara/daratan

serta menurunkan bentangan

hingga kedalaman 50 cm

Musim produktif Optimalkan bentangan

Parameter

Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan

Pemecahan MasalahBulan

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari data dukung

seperti data curah hujan (BMKG) dan wawancara dengan petani lokal. Data-data

yang diperoleh dianalisis secara statistik dan dibahas secara deskriptif untuk

menentukan kalender musim tanam rumput laut yang produktif pada lokasi

pengamatan.

Page 162: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Analisa Data

Pengamatan pertumbuhan rumput laut dan kualitas perairan dilakukan

setiap interval waktu 15 hari hingga satu siklus (45 hari), dan dilakukan secara

berulang hingga tujuh siklus pemeliharaan. Data selanjutnya dianalisis dengan

ANNOVA untuk mengetahui perbedaan uji perlakuan. Laju Pertumbuhan Harian

dihitung dengan rumus (Effendi, (2003)):

( ln Wt – ln Wo)

LPH = x 100 %

t

LPH = Laju pertumbuhan harian (%/hari)

Wt = berat rata-rata pada waktu ke-t (gram)

Wo = berat rata-rata awal (gram)

t = waktu (hari)

HASIL DAN BAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Wilayah perairan Teluk Langge berada di Kecamatan Anggrek yang

termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo.

Secara geografis Teluk Langge merupakan lokasi perairan yang berada di bagian

utara dengan posisi yang menjorok ke daratan utama serta di kelilingi oleh

perbukitan. Wilayah perairan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk

aktivitas budidaya ikan kerapu di KJA, budidaya rumput laut, dan penangkapan

Page 163: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

ikan dengan menggunakan bagan. Kawasan budidaya rumput laut yang dikelola

masyarakat berada di sepanjang perairan, dari hulu teluk hingga hilir teluk.

Perairan Teluk Langge berbatasan dengan Laut Sulawesi, sehingga kondisi

perairan secara umum dipengaruhi oleh cuaca di wilayah utara. Beberapa faktor

iklim dan lingkungan perairan seperti suhu, intensitas cahaya, dan salinitas dapat

mempengaruhi pertumbuhan rumput laut (Kartono et al., 2008). Parameter iklim

berupa data curah hujan menjadi informasi penting dalam pembuatan kalender

musim tanam rumput laut, mengingat setiap lokasi budidaya memiliki

karakteristik perairan yang berbeda-beda, sehingga pemetaan potensi budidaya

juga berbeda.

Pengambilan data parameter pembatas seperti suhu dan salinitas serta

informasi klimatologi berupa data curah hujan (stasiun BMKG Anggrek) selama

satu tahun memperlihatkan terjadinya fluktuasi hingga akhir pengamatan (Gambar

3). Informasi curah hujan sepanjang tahun 2015 (Gambar 3A) memperlihatkan

curah hujan tertinggi terjadi di bulan Januari sebesar 536 mm hingga bulan

Februari yang mencapai 479 mm.

(A)

Page 164: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

(B)

(C)

Gambar 3. Informasi curah hujan (A;stasiun BMKG Anggrek), salinitas (B) dan

suhu perairan (C) di 3 lokasi pengamatan Teluk Langge, Gorontalo

Utara 2015

Figure 3. Rainfall information (A; Anggrek Port Station), salinity (B), and

temperature (C) at three locations in Langge Bay area, North

Gorontalo 2015

Intensitas curah hujan mulai menurun dibulan Maret dan terjadi

peningkatan kembali pada bulan April sebesar 261 mm. Penurunan terjadi pada

bulan Mei yang hanya mencapai 12 mm dan meningkat kembali di bulan Juni

dengan intensitas mencapai 262 mm. Memasuki musim kemarau dibulan Juli yang

Page 165: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

ditandai dengan tidak adanya hujan hingga bulan September, dan mulai terjadi

peningkatan dengan intensitas yang masih rendah (<100 mm) di bulan Oktober

hingga Desember.

Intensitas curah hujan sangat berpengaruh terhadap fluktuasi salinitas

perairan. Terjadinya penurunan salinitas (31 ppt) di tiga lokasi pengamatan ketika

curah hujan tinggi pada bulan Januari-Februari (Gambar 3B). Pada bulan Maret

terjadi peningkatan salinitas (33 ppt) yang disebabkan karena rendahnya curah

hujan dan kurangnya limpahan air tawar dari daratan. Peningkatan curah hujan

pada bulan April membuat salinitas menurun dengan nilai terendah 27 ppt (titik 1)

hingga 32 ppt (titik 3), dan meningkat kembali saat memasuki musim kemarau

pada bulan Mei dengan kisaran 33-35 ppt di tiga lokasi pengamatan hingga bulan

Desember.

Salinitas pada lokasi 1 (hulu teluk) cenderung lebih rendah pada musim

hujan jika dibandingkan dengan lokasi 2 dan lokasi 3 (hilir teluk), yang

disebabkan karena besarnya limpahan air tawar dari daratan yang menuju hulu

teluk, sehingga menurunkan salinitas perairan. Menurut Parenrengi et al., (2011)

salinitas yang sesuai untuk budidaya rumput laut berada pada kisaran 28-35 ppt

dan optimum pada 32-35 ppt.

Pengamatan suhu perairan di tiga lokasi menunjukkan di bulan Februari

lokasi 1 memiliki suhu yang paling rendah (280C) jika dibandingkan dengan

lokasi 2 (300C) dan lokasi 3 (31

0C), dan semakin meningkat hingga bulan April

dengan kisaran 31-320C (titik 1). Pada bulan Mei-Oktober mulai terjadi penurunan

di tiga lokasi pengamatan dengan kisaran suhu mencapai 28-300C, dan memasuki

Page 166: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

bulan November-Desember terjadi penigkatan yang cukup signifikan hingga

mencapai 31-330C di semua lokasi pengamatan.

Suhu perairan di hulu teluk (titik 1) cenderung lebih rendah, dan semakin

meningkat ke arah hilir teluk (titik 3), hal ini disebabkan karena posisi perairan

yang berada dekat daratan cenderung lebih teduh karena banyak dilewati oleh

angin yang turun dari perbukitan, dimana karakteristik dari lokasi Desa Langge

adalah daerah perbukitan. Selain itu, peningkatan suhu perairan juga disebabkan

karena dampak musim kemarau yang panjang di wilayah tersebut, perubahan ini

diduga disebabkan adanya fenomena anomali iklim global yang disebut El-nino.

Fenomena El-nino merupakan peningkatan suhu muka laut di sekitar Pasifik

Tengah dan Timur sepanjang ekuator (Stewart, 2008), di tahun 2015 diprediksi

terjadi pada tahun 2015 hingga awal tahun 2016.

.

Identifikasi Musim Produktif Rumput Laut

Pemilihan komoditas rumput laut juga disesuaikan dengan jenis/varian

yang sudah banyak dikembangkan seperti Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma

striatum. Jenis E. striatum memiliki morfologi yang cukup unik dengan bentuk

talus yang besar dan kokoh (Anggadiredja et al., 2011), dan merupakan kelompok

alga merah peghasil karaginan. Variasi musim dan karakteristik lokasi

pengembangan (kesesuaian lahan) merupakan faktor penting yang perlu

diperhatikan untuk mendukung keberhasilan disetiap kawasan budidaya rumput

laut (Radiarta et al., 2013).

Pengamatan pertumbuhan rumput laut pada tiga lokasi diperiode awal

tidak menunjukkan pertumbuhan positif, hal ini disebabkan karena terjadinya

Page 167: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

banjir akibat curah hujan tinggi sehingga banyak material daratan yang terbawa ke

perairan dan menyebabkan rumpun banyak yang jatuh dan hanyut (Gambar 4).

Tingginya curah hujan pada bulan Januari-Februari (Gambar 3A) menyebabkan

turunnya salinitas hingga 29-30 ppt, yang berakibat banyak rumput laut yang mati

(musim non-produktif), akibat terganggunya proses osmoregulasi yang membuat

talus menjadi rapuh dan rontok (Radiarta et al.,2013).

Pada siklus 2 (Maret-April) pertumbuhan tertinggi hanya mencapai 1%

(lokasi 3), sedangkan lokasi 1 dan lokasi 2 memiliki LPH <1% (musim non-

produktif). Meningkatnya suhu perairan (31-320C) dan berkurangnya curah hujan

menjadi indikasi rumput laut tidak tumbuh secara optimal. Pada bulan Maret

ditemukan beberapa talus terserang ice-ice, sehingga memperlambat laju

pertumbuhan. Peningkatan suhu dapat memicu serangan ice-ice yang dapat

menyebabkan terjadinya kegagalan panen (Pong-Masak et al., 2009).

Gambar 4. Rata-rata laju pertumbuhan harian rumput laut E. striatum selama tujuh

periode budidaya di Teluk Langge, Gorontalo Utara (Huruf yang

berbeda menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0.05))

Page 168: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Figure 4. Average daily growth rate of E. striatum from seven cultivation periods

in Langge Bay, North Gorontalo. (Different letters indicate the

significant different of the result (P<0.05))

Memasuki periode April - Juni mulai terjadi peningkatan pertumbuhan

dengan LPH 2.6% pada lokasi 1 dan LPH 2.5% pada lokasi 2 (musim produktif).

Hasil uji lanjut memperlihatkan pertumbuhan pada siklus 3 berbeda nyata

(P<0.05) antara lokasi 1 dengan lokasi 3 (1.5%). Periode tanam pada bulan Juni-

Juli juga menunjukan peningkatan pertumbuhan (musim produktif) di tiga lokasi

pengamatan, dengan LPH tertinggi pada lokasi 1 (4.1%) diikuti dengan lokasi 2

dengan LPH 3.8% dan yang terendah sebesar 3% di lokasi 3 (P<0.05). Menurut

Anggadiredja et al., (2006) bahwa pertumbuhan rumput laut dikatakan baik bila

laju pertumbuhan hariannya (LPH) tidak kurang dari 3 %.

Pertumbuhan rumput laut E. striatum mengalami puncaknya pada periode

Juli hingga September dengan LPH tertinggi mancapai 4.7% di lokasi 1 (musim

produktif), sedangkan untuk lokasi 2 dan lokasi 3 mengalami penurunan

pertumbuhan dengan LPH akhir 3% (P<0.05). Meningkatnya pertumbuhan

dipengaruhi oleh kondisi perairan, dimana terjadi peningkatan salinitas akibat

berkurangnya curah hujan dan menurunnya suhu perairan.

Rendahnya suhu perairan disebabkan oleh intensitas cahaya dan sirkulasi

udara yang rendah di perairan. Kisaran suhu perairan selama musim produktif

yaitu 28-300C. Erlania et al., (2014) melaporkan musim produktif untuk budidaya

Kappaphycus striatum di Teluk Gerupuk terjadi pada bulan Juli-Oktober dengan

Page 169: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

suhu optimum pada kisaran 26-290C, biasanya rumput laut jenis Eucheuma dapat

tumbuh dengan kisaran suhu antara 26 -30

0C (Anggadiredja et al., (2011)).

Pada periode September-November terjadi penurunan yang cukup

signifikan (P<0.05) di setiap lokasi pengamatan, dimana rumput laut hanya

tumbuh pada lokasi 1 (LPH 1,8%), hingga di periode akhir November-Desember

pertumbuhan semakin menurun di lokasi 1 (LPH 1,5 %) dan untuk lokasi 2 dan

lokasi 3 banyak rumput laut yang mati. Pada bulan Oktober-November terjadi ice-

ice di semua lokasi pengamatan. Munculnya ice-ice diduga karena perubahan

lingkungan perairan akibat peningkatan salinitas (35 ppt) dan suhu perairan. Pada

musim non-produktif suhu perairan lebih tinggi dengan kisaran 300C -32

0C jika

dibandingkan dengan musim produktif (28-300C).

Perubahan faktor lingkungan membuat rumput laut stress yang

ditunjukkan dengan munculnya lendir dari talus dan memacu pertumbuhan bakteri

(Hutardo & Agbayani, 2000; Mintardjo, 1990). Gejala yang diperlihatkan adalah

pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna pada talus yang kemudian

menjadi putih dan busuk (Santoso & Nugraha, 2008) sehingga terjadi penurunan

bobot secara keseluruhan.

Laju pertumbuhan harian berkorelasi terhadap tingkat produksi budidaya

rumput laut (Gambar 5A). Pertumbuhan maksimal pada musim produktif diikuti

oleh tingginya hasil produksi/panen yang dihasilkan. Selama tiga periode

budidaya dari bulan April-September, produksi optimum terdapat pada bulan

Juni-September yang mencapai 5 ton/unit (lokasi 1), sedangkan lokasi 2 produksi

optimum mencapai 3,2 ton/unit dan yang terendah pada lokasi 3 dengan produksi

Page 170: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2.5 ton/unit. Pada musim non-produktif capaian produksinya lebih rendah (<1

ton/unit) dan bahkan tidak menghasilkan/gagal panen untuk lokasi 2 dan lokasi 3.

(A) (B)

Gambar 5. Produksi rumput laut segar (A) dan produksi kering rumput laut (B) di

tiga lokasi pengamatan di perairan Teluk Langge, Gorontalo Utara

Figure 5. Fresh production (A) and dried production of seaweed (B) at three

locations in Langge Bay area, North Gorontalo

Potensi produksi ini digunakan sebagai capaian untuk memprediksi hasil

panen kering rumput laut dalam setiap periode tanam. Produksi rumput laut kering

tertinggi pada bulan Juli-September di lokasi 1 dengan capaian 500 kg/unit

(Gambar 5B). Pada lokasi 2 produksi rumput laut kering tertinggi pada periode

Juni-Juli yang mencapai 320 kg/unit, sedangkan produksi kering tertinggi di

lokasi 3 pada periode Juni-September dengan capaian 250 kg/unit.

Rumput laut yang dipelihara pada lokasi 1 memperlihatkan hasil yang

lebih baik jika dibandingkan dengan lokasi lainnya. Pengukuran kadar nitrat dan

fosfat perairan pada musim produktif (April-September) menunjukkan pada lokasi

1 kandungan nitrat lebih tinggi (>0,3 ppm) jika dibandingkan lokasi lainnya (<0,2

Page 171: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

ppm). Kandungan fosfat pada musim produktif juga menunjukkan nilai tertinggi

pada lokasi 1 (1,8 ppm) pada bulan Juni (Gambar 6). Kedua unsur ini merupakan

salah satu indikasi tingkat kesuburan perairan.

Gambar 6. Kandungan nitrat dan fosfat pada musim produktif di tiga lokasi

pengamatan Perairan Teluk Langge, Gorontalo Utara.

Figure 6. Nitrate and phosphate at three locations when productive season in

Langge Bay area, North Gorontalo

Secara umum kisaran nitrat terendah untuk pertumbuhan alga yaitu 0,3 –

0,9 mg/l dan untuk pertumbuhan optimum pada kisaran 0,91 – 3,5 mg/l (Effendi,

2000). Batas terendah konsentrasi fosfat untuk pertumbuhan rumput laut berkisar

antara 0,018 – 0,090 ppm apabila nitrogen dalam bentuk nitrat (Ambas, 2006).

Tingginya kandungan fosfat bisa disebabkan karena adanya tambahan sumber

alami fosfor diperairan yang bersumber dari dekomposisi bahan organik dan

sumber antropogenik dari limbah dan domestik (Effendi, 2003), mengingat lokasi

1 dekat dengan daratan sehingga diduga banyak buangan organik dari daratan

yang mengalir ke laut,

Pemetaan pola musim tanam harus berdasarkan kondisi lingkungan dari

setiap titik pengamatan. Berdasarkan pengamatan selama satu tahun pada tiga

Page 172: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

lokasi menunjukkan musim produktif di lokasi 1 terjadi pada bulan Maret-

Desember, penyakit ice-ice terjadi pada bulan Mei, Oktober, dan November ketika

suhu perairan meningkat (musim kemarau). Khusus di lokasi 1 banyak terdapat

penempelan epifit dan suspensi pada bulan Januari-Maret dan Agustus-Desember,

hal ini sebabkan karena posisi yang lebih dekat dengan daratan, sehingga banyak

menerima limbah organik.

Potensi produktif pada lokasi 2 dimulai pada bulan Maret dan Mei hingga

November dengan kemunculan ice-ice pada bulan April, Okober hingga

Desember. Pada lokasi 3 musim produktif berada pada bulan Januari hingga

September, dengan potensi serangan ice-ice terjadi pada bulan Mei, Oktober

hingga Desember (Tabel 1).

Karakteristik perairan secara umum memperlihatkan lokasi 1 cenderung

memiliki arus yang tenang dengan kedalaman perairan dangkal (<2 meter), dan

menunjukkan morfologi rumput laut dengan warna talus yang lebih gelap dan

besar serta cenderung banyak terdapat endapan suspensi/epifit pada talus jika

dibandingkan dengan lokasi 2 dan lokasi 3. Penempatan unit pada lokasi 2 dan 3

dengan kedalaman rata-rata 7 meter, pada kondisi angin maka lokasi ini cukup

bergelombang, karena termasuk posisi berada tengah teluk yang jauh dari daratan.

Tabel 1. Musim tanam rumput laut E. striatum di Teluk Langge, Gorontalo Utara

Table 1. Planting period of seaweed E. striatum in Langge Bay, North Gorontalo

Lokasi Parameter Bulan (Months) Pemecahan Masalah

Location Parameters 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Problem solution

Titik 1

Penempelan

epifit/suspensi +++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++

Tali bentangan dibersihkan

dan digoyangkan

Penyakit ice-

ice ++ + ++

Pilihlah bibit tahan

penyakit, dan rotasi tanam

Gelombang/ar

us kencang + +++ ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ ++

Melakukan rotasi tanam di

wilayah yang terlindung

Page 173: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Musim hujan

+++ +++ +++ ++ + + + ++

Melakukan rotasi tanam ke

tempat yang jauh dari

muara/daratan

Musim

kemarau + ++ ++ ++ ++ +++ +++ ++ +

Melakukan rotasi tanam

yang dekat muara/daratan

Musim

produktif + + + ++ +++ +++ ++ + ++ ++ Optimalkan bentangan

Titik 2

Penempelan

epifit/suspensi +++ ++ + + ++ + + +

Tali bentangan dibersihkan

dan digoyangkan

Penyakit ice-

ice + ++ ++ ++ +++ +++

Pilihlah bibit tahan

penyakit, dan rotasi tanam

Gelombang/ar

us kencang + + + + ++ +++ +++ +++ +++ ++ ++

Melakukan rotasi tanam di

wilayah terlindung

Musim hujan

+++ +++ +++ ++ + + + ++

Melakukan rotasi tanam ke

tempat yang jauh dari

muara/daratan

Musim

kemarau + ++ ++ ++ ++ +++ +++ ++ +

Melakukan rotasi tanam

yang dekat muara/daratan

Musim

produktif + + + ++ ++ +++ ++ + + + Optimalkan bentangan

Titik 3

Penempelan

epifit/suspensi + + + + + + + +

Tali bentangan dibersihkan

dan digoyangkan

Penyakit ice-

ice ++ ++ +++ +++

Pilihlah bibit tahan

penyakit, dan rotasi tanam

Gelombang/ar

us kencang + + + + ++ +++ +++ +++ +++ ++ ++

Melakukan rotasi tanam di

wilayah terlindung

Musim hujan

+++ +++ +++ ++ + + + ++

Melakukan rotasi tanam ke

tempat yang jauh dari

muara/daratan

Musim

kemarau + ++ ++ ++ ++ +++ +++ ++ +

Melakukan rotasi tanam ke

dekat muara/daratan

Musim

produktif + ++ + + ++ +++ ++ ++ ++ Optimalkan bentangan

Keterangan : rendah (+), sedang (++), tinggi (+++)

Identifikasi musim produktif ini dapat dikembangkan menjadi kalender

tanam rumput laut berdasarkan lokasi. Secara umum musim produktif rumput laut

E. striatum terjadi pada bulan Mei hingga Desember. Data informasi yang terdapat

dalam kalender musim tanam bersifat dinamis dan dapat diperbaharui sesuai

dengan perkembangan teknologi budidaya dan perkembangan perubahan cuaca.

Pengelompokan parameter seperti ini merupakan langkah awal terkait informasi

waktu yang tepat melakukan kegiatan budidaya, sehingga petani mengatahui

potensi, waktu tanam, dan luas areal berpotensi.

Page 174: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

KESIMPULAN

Musim produktif rumput laut E. striatum dapat dilakukan dengan

penanaman awal Mei hingga Desember. Penempatan unit budidaya di sekitar hulu

teluk memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi rumput

laut.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh tim pola musim tanam

LP2BRL, DKP Gorontalo Utara, Universitas Negeri Gorontalo, dan kelompok

pembudidaya di Teluk Langge, Gorontalo Utara yang telah membantu dalam

pengumpulan informasi dan kelengkapan data di lapangan. Penelitian ini

sepenuhnya dibiayai oleh DIPA LP2BRL T.A 2015.

DAFTAR ACUAN

Anggadiredja, JT., A. Zatnika., H. Purwoto., S. Istini. (2011). Rumput Laut:

pembudidayaan pengolahan, dan pemasaran komoditas perikanan potensial.

Jakarta : Penebar Swadaya.

Ambas, I. (2006). Budidaya Rumput Laut. Pelatihan Budidaya Laut Coremap

Tahap II Kabupaten Selayar. Yayasan Mattirotasi, Makasar.

Effendi, H. (2000). Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumberdaya dan

lingkungan perairan (p.258). Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Institut

Pertanian Bogor.

Effendi, I. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan (p.249). Yogyakarta : Kanisius.

Erlania., & I. N. Radiarta. (2014). Perbedaan musim tanam terhadap performa

budidaya empat varian rumput laut Eucheumatoids di Teluk Gerupuk, Nusa

Tenggara Barat. Jurnal Riset Akuakultur, 9 (2), 331-342.

Hurtado. A.C., Agbayani, R.F. (2000). The farming of seaweed Kappaphycus.

Extention manual 32 (p.25). Philippines : SEAFDEC.

Page 175: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Hurtado, A., Critchley, A. & Trespoey, A. (2008). Growth and carrageenan

quality of Kappahycus atriatum var. sacol grown at different stocking densities,

duration of culture and depth. Journal Appl Phycol. 20 (2), 551-555.

Kartono, I., Sutimin. M., & Insani, D. (2008). Analisis Model Dinamik

Pertumbuhan Biomassa Rumput Laut Gracilaria verrucosa. Forum Jurnal

Matematika. Semarang. Indonesia. Jurusan Matematika. Universitas Diponegoro.

Mintardjo. K. (1990). Status of production and utilization of seaweed in

Indonesia. Regional Workshop on the production and utilization of seaweed.

Philippines.

Mattjik, A. A. dan M. Sumertajaya. (2000). Perancangan percobaan dengan

aplikasi SAS dan Minitab. Bogor : IPB Press.

Muslimin., Pong-Masak, P.R., & Adhiyudanto, N.B. (2014). Pengamatan

Pertumbuhan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline di

Perairan Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Forum Inovasi Teknologi

Akuakultur (p.145-153). Jakarta, Indonesia : Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Nurdjana, M.L. (2006). Pengembangan budi daya rumput laut di Indoesia. Dalam

Diseminasi Teknologi dan Temu Bisnis Rumput Laut (p.1-35). Jakarta, Indonesia:

Badan Riset Kelautan dan Perikanan.

Orbita, M.L.S & Arnaiz, J.A. (2014). Seasonal changes and carrageenan yield of

Kappaphycus alvarezii and Kappaphycus striatum (Rhodophyta, Gigartinales)

cultivated in Kolambungan, Lanao del Norte. Advances in Agriculture &

Botanics-International Journal of the Bioflux Society. 6 (2), 134-144

Parenrengi, A., Rachmansyah, & Suryati, E. (2010). Budidaya Rumput Laut

Penghasil Karaginan (karaginofit) (p.54). Balai Riset Perikanan Budidaya Air

Payau, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Pong-Masak, P.R., Tjaronge, M., Suryati, E., & Rachmansyah. (2006). Musim

tanam rumput laut yang produktif di perairan Polewali Kabupaten Polman,

Sulawesi Barat (p.18). Maros : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau.

Pong-Masak, P.R., Tjaronge, M. (2010). Musim Tanam Rumput Laut yang

produktif di perairan Polewali, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat. Maros.

Indonesia : Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Kementerian Kelautan dan

Perikanan.

Radiarta, I N., Erlania & Rusman. (2013). Pengaruh iklim terhadap musim tanam

rumput laut Kappaphucus alvarezii di Teluk Gerupuk Kabupaten Lombok

Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Riset Akuakultur, 8(3): 453-456.

Page 176: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Santoso, L., dan Nugraha. Y.T. (2008). Pengendalian penyakit ice-ice untuk

meningkatkan produksi rumput laut Indonesia. Jurnal Saintek Perikanan 3 (2):

37-43.

Utomo, B. S. Bandol (2011). Prospek pengembangan teknologi pengolahan

rumput laut di Indonesia. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur (p. 1143-1152).

Jakarta, Indonesia : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 177: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

Sistem rotasi budidaya rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii di perairan Teluk Langge, Gorontalo

Utara

Rotation system for seaweed culture of Kappaphycus alvarezii

in Langge Bay, North Gorontalo.

Petrus Rani Pong-Masak dan Pustika Ratnawati

Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Jl. Pelabuhan Etalase Perikanan, Desa Tabulo Selatan, Kec. Mananggu, Kab. Boalemo

Email: [email protected]; [email protected]

ABSTRAK

Penentuan musim produktif rumput laut di setiap kawasan budidaya sangat penting sebagai acuan dan

informasi yang tepat bagi pembudidaya, mengingat produktifitas lahan sangat tergantung terhadap

karakteristik lokasi perairan dan dinamika perubahan musim setiap tahun. Tujuan penelitian adalah

menentukan sistem rotasi dalam budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii di perairan Teluk Langge,

Kabupaten Gorontalo Utara. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Desember 2015. dengan pengambilan

data primer dan data sekunder. Data pertumbuhan rumput laut dianalisis Ragam, sedangkan data dukung

dianalisis dan dibahas dengan statistika deskriptif. Rumput laut sebagai bahan percobaan adalah K. alvarezii

yang diperoleh dari pembudidaya lokal, dan dipelihara selama 45 hari/siklus dengan metode long line.

Penelitian dilakukan pada lokasi berbeda jarak dari daratan, yakni di bagian hulu (Lokasi 1:100 m), tengah

(Lokasi 2: 500 m), dan hilir teluk (Lokasi 3: 1000 m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal tahun

budidaya (musim penghujan) LPH tertinggi mencapai 3% dengan produksi 2.5 ton/unit. Pada musim ini

budidaya dapat dilakukan dibagian tengah hingga hilir teluk sampai peralihan ke musim kemarau (April-

Mei). Saat puncak musim kemarau (Juni-September) bentangan dapat dirotasi ke bagian hulu dan tengah

teluk, laju pertumbuhan pada musim produktif mencapai 4.8% dengan potensi produksi 4.5 ton/unit.

Peralihan musim hujan (Oktober-Desember) bentangan dirotasi kembali di bagian hulu teluk untuk

mengurangi kematian, laju pertumbuhan rata-rata hanya 1.8% dengan produksi 1.5 ton/unit. Penerapan

sistem rotasi rumput laut dapat meningkatkan produktifitas lahan sehingga kegiatan budidaya dapat berjalan

sepanjang tahun.

Kata kunci : Kappaphycus alvarezii, musim tanam, rotasi, Teluk Langge

ABSTRACT

Determination of productive season in seaweed cultivation area could provide timing information and right

location for farmers, because water productivity based on the characteristics of water location and change

of seasons in every years. The purpose of this study was to determine the rotation system for seaweed

culture of K. alvarezii in the waters of the Langge Bay, North Gorontalo,. The study was conducted in

January-December 2015 with collecting primatry and secondary data, the data is analyze and discussed in

descriptive statistcs. Seaweed as experimental material is Kappahycus alvaerzii from the local farmers were

cultivated by the method of "longline" until 45 days. Research conduct on different site, each : upstream

(Site 1:100 m), middle stream (Site 2: 500 m), and down stream (Site 3: 1000 m). The observation of

cultivation shows that in the early years (rainy season) the highest DGR is 3% with production 2,5 ton/unit,

cultivation can do at the downstream and middle bay until transitional dry season (April-May). During the

peak of dry season, the ropes can rotated into the upper bay (June-September), with highest DGR is 4,8 %

with total production 4,5 ton/unit. Entering the transitional for rainy season the ropes can rotated to the

upper bay to reduce the mortality, average DGR only 1,8% with production 1.5 ton/unit. The application of

rotation can increase the productivity of the waterland so the cultivation can be carried out throughout the

year.

Key words : Kappaphycus alvarezii, planting season, rotation, Langge Bay

Page 178: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

2

Page 179: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

PENGARUH KEPADATAN TERHADAP SINTASAN, PERTUMBUHAN DAN

GAMBARAN DARAH BENIH IKAN BETUTU Oxyeleotris marmorata

(Effect of Stocking Density on Survival Rate, Growth, and Hematological Parameters

Sand Goby Oxyeleotris marmorata Juvenile)

Tri Heru Prihadi∗)

, Adang Saputra, Gleni Hasan Huwoyon, Brata Pantjara

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

Jalan Sempur, No 1. Bogor 14165 ∗)

surel: [email protected]

ABSTRAK

Ikan betutu Oxyeleotris marmorata merupakan ikan lokal potensial menjadi komoditas

budidaya. Performa pertumbuhan dan sintasan dapat ditingkatkan melalui optimalisasi

padat penebaran. Tujuan penelitan adalah menentukan kepadatan selama pemeliharaan

untuk menghasilkan sintasan dan pertumbuhan tinggi, serta respon fisiologis terbaik.

Perlakuan yang diberikan berupa kepadatan 50 ekor/kolam, 100 ekor/kolam dan 150

ekor/kolam. Ukuran benih yang digunakan 4,24±0,58 cm dengan bobot 2,74±0,45 g.

Selama 60 hari masa pemeliharaan, pakan yang diberikan adalah cacing sutra Tubifex sp.

secara sekenyangnya. Kolam yang digunakan berukuran 2 x 1 x 1 m (volume air 1 m3).

Hasil penelitian menunjukkan sintasan 99,0 ± 0,58%, pertumbuhan spesifik panjang

individu/bobot total benih ikan betutu (1,50±0,37% dan 1,95±0,32%) serta perubah

respon fisiologis berupa gambaran darah paling stabil dicapai pada kepadatan 50

ekor/kolam. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dasar untuk melakukan

pendederan ikan betutu secara terkontrol.

KATA KUNCI: kepadatan; sintasan; perumbuhan; ikan betutu, Oxyleotris marmorata

ABSTRACT : Effect of Stocking Density on Survival Rate, Growth, and

Hematological Parameters Sand Goby Oxyeleotris marmorata

Juvenile

Sand goby Oxyeleotris marmorata is a locally-potential fish species for aquaculture.

Improvement on growth and survival rate could be applied by optimization of stocking

density. The research objective was to determine the optimal stocking density during

maintenance to produce high growth and survival rate, as well as the best physiological

response. The stocking density treatments were 50, 100, and 150 individual / pond. The

experimental fish was 4.24 ± 0.58 cm of length, with a weight of 2.74 ± 0.45 g. During 60

days of rearing period, fish were fed by Tubifex sp. (ad satiation). Ponds dimension used

in this experiment was 2 x 1 x 1 m (water volume: 1 m3). The results showed survival rate

of 99.0 ± 0.58%, specific growth on length of 1.50 ± 0.37%, specific growth on weight of

1.95 ± 0.32%, and the most stable physiological response related to its hematological

parameters was found at stocking density of 50 individual / pond. The result of this study

could be applied as basic information for sand goby rearing on controlled environment.

KEYWORDS: stocking density; survival rate; growth; sand goby, Oxyeleotris

marmorata

Page 180: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

DINAMIKA NITROGEN DAN PHOSPHORUS PADA BUDIDAYA IKAN GABUS

Channa striata DENGAN APLIKASI PROBIOTIK DAN GULMA AIR Eichhornia

crassipes

(Dynamics of Nitrogen and Phosphorus on Fish Cultivation Snakehead Channa Striata

With Probiotic Application And Aquatic Weed Eichhornia crassipes)

Adang Saputra∗)

, Lies Setijaningsih, Yosmaniar, Tri Heru Prihadi

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan

Jalan Sempur No. 1 Bogor 14163

surel: [email protected]

ABESTRAK

Permasalahan yang dihadapi para budidaya ikan dengan sistem intensif adalah

meningkatnya limbah yang terakumulasi pada air dan sedimen. Limbah budidaya ikan

pada umumnya berupa padatan dan nutrien terlarut pada air terutama nitrogen dan fosfor.

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dinamikan total nitrogen dan total fosfor pada

budidaya ikan gabus secara intensif yang diberi gulma air dan probiotik. Penelitian

dirancang menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan pemberian kombinasi

gulma air dengan probiotik, pemberian gulma air, dan pemberian probiotik. Benih ikan

gabus yang digunakan berukuran panjang 14,74±0,01 cm dan bobot 25,53±0,09 g dengan

padat tebar 175 ekor/kolam (50 ekor/m3). Selama 90 hari masa pemeliharaan, ikan gabus

diberi pakan berupa pelet dengan kandungan protein sekitar 30%. Jumlah pemberian

pakan 5% dari total biomasa dengan frekuensi pemberian 4 kali dalam sehari (pagi, siang,

sore dan malam). Hasil penelitian menunjukkan dinamika nitrogen dan fosfor pada

budidaya ikan gabus terdistribusi pada gulma air, sedimen, air dan ikan. Gulma air

menyerap nitrogen dan fosfor paling tinggi dibandingkan air, ikan dan sedimen. Laju

pertumbuhan spesifik bobot (4,37±0,01%) dan biomassa (1,88±0,01g) ikan gabus

tertinggi dicapai pada pemberian kombinasi antara gulma air dan probiotik. Hasil ini

dapat dijadikan landasan untuk pengelolaan limbah nitrogen dan fosfor pada budiaya ikan

secara intensif dan terkontrol.

KATA KUNCI: nitrogen; fosfor; ikan gabus; tanaman air; probiotik

ABSTRACT

The problem for aquaculture with intensive system is the increase of waste that

accumulates in water and sediment. Aquaculture wastes are generally solids and

nutrients dissolved in water, especially nitrogen and phosphorus. The purpose of this

study is to dynamics of nitrogen and total phosphorus in intensive aquaculture with

aquatic weeds and probiotics. The study was designed using a completely randomized

design with treatment of combination of aquatic weed with probiotic, aquatic weed, and

probiotic. The seeds snakehead length 14.74±0.01 cm and weight 25.53±0.09 g, with 175

individual/pond (50 individual/m3) stoking density. During 90 days of rearing, fed with

pellet with protein content of about 30%. The amount of feeding 5% of the total biomass

with the frequency of giving 4 times a day (morning, afternoon, afternoon and evening).

The results showed the dynamics of nitrogen and phosphorus in the cultivation snakehead

distributed to aquatic weed, sediment, water and fish. Aquatic weed absorb the most

nitrogen and phosphorus compared to water, fish and sediment. Specific growth rate

(4.37±0.01%) and biomass (1.88 ± 0.01g) of the in the cultivation snakehead were

achieved in combination of aquatic weed and probiotic. These results can be used as a

Page 181: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

basis for the management of nitrogen and phosphorus wastes in intensive and controlled

fish farming.

KEYWORDS: nitrogen; phosphor; snakehead; aquatic weed; probiotic

Page 182: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

Kombinasi Cacing Sutra Tubifex sp Hidup dan Segar untuk Pertumbuhan dan

Kelangsungan Hidup Larva Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).

Mas Tri Djoko Sunarno1)

, Bela Sumartina2)

Dodi Hermawan2)

Achmad Noerkhaerin

Putra2)

Mas Tri Djoko Sunarno1)

, Bela Sumartina2)

, Dodi Hermawan2)

Mas Bayu Syamsunarno2)

1)

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, 2)

Jurusan Perikanan Faperta UNTIRTA

Abstrak

Ikan asli ekonomis penting - baung (Hemibagrus nemurus) sudah berhasil dipijahkan

secara terkontrol. Larvanya mengandalkan pakan hidup Artemia sp. Tujuan dari

percobaan adalah mengevaluasi penggunaan kombinasi pakan cacing sutera (Tubifex sp)

hidup dan segar pada pemeliharaan larva ikan baung. Perlakuannya adalah kombinasi

cacing sutera hidup dan segar masing-masing P1 (0%:100%), P2 (25%:75%), P3 (50

%:50%), P4 (75%:25%.) dan P5 (100%:0%). Larva ikan baung umur 3 hari

(0,0079±0,019 g; 8,96±0,48 mm) ditebar secara merata ke dalam 15 buah wadah plastik

ukuran 40x25x17 cm dengan kepadatan 160 ekor per wadah dan diberi pakan uji

sebanyak 10% dari biomas per hari selama 21 hari masa pemeliharaan. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa penggunaan cacing sutera (Tubifex sp.) hidup dan beku berpengaruh

nyata terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan baung (P<0.05).

Kombinasi 75 % cacing sutera hidup dan 25% cacing sutera segar memberikan laju

pertumbuhan bobot (18,43±0,38%) dan panjang total (6,24±0,12%) serta tingkat

kelangsungan hidup tertinggi (88,96±3,08%).

Kata kunci: Larva, baung, Hemibagrus nemurus, Tubifex sp

Abstract

Economical important native species - catfish (Hemibagrus nemurus) has successful

spawned. It’s larval fed on expensive natural food of Artemia sp. There for, this study in

propose of evaluating silk worms (Tubifex sp.) for suitable feeding larvae of catfish. The

treatments were various combinations of silk worms in term of live and frozen at a

respective rate of P1 (0:100), P2 (25%:75%), P3 (50:50), P4 (75:25) and P5 (100:0).

The larvae of 3 years old (0.0079 ± 0.0019 g in weight and 8.96 ± 0.48 mm in length)

were randomly stocked in 15 plastic tanks of 40x25x17 cm in dimension size at 160 per

tank and fed on tested diet at 10% of biomass per day for 21 days of culture period. The

results showed that the use of silk worm in term of live and frozen affected significantly

on growth and survival rate (P<0.05). The combination of 75 % live form and 25%

frozen gave highly growth rate in term of weight (18.43±0.38%) and total length

(6.24±0.12%) and survival rate of the larvae of catfish (88.96±3.08%) as well.

Keyword : Larvae, catfish, Hemibagrus nemurus, Tubifex sp

Page 183: .XPSXODQ $EVWUDN - brsdm.kkp.go.idbrsdm.kkp.go.id/__asset/__images/content_wysiwyg/Kumpulan Abstrak... · Lobster pasir (Panulirus homarus) bernilai ekonomis tinggi di pasar Asia-Pasifik.

1

PERFORMA REPRODUKSI IKAN TAMBAKAN (Helostoma temminckii) PADA

BERBAGAI PROTEIN PAKAN

Reza Samsudin1)

, Brata Pantjara1)

, Mas Tri Djoko Sunarno1)

, Regina Audia Ningtias2)

,

Dodi Hermawan2)

, dan Mas Bayu Syamsunarno2)

1)

Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan, 2)

Jurusan Perikanan Faperta UNTIRTA

Abstrak

Perkembangan gonad dan kualitas benih ikan dipengaruhi salah satunya oleh kandungan

protein pakan. Oleh karena itu, suatu percobaan telah dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan kandungan protein pakan yang dapat meningkatkan performa reproduksi

ikan tambakang (Helostoma temminckii). Perlakuannya adalah berbagai kandungan

protein pakan isokalori, yaitu: 32, 37 dan 42%. Pakan komersil digunakan sebagai

pembanding. Ulangannya adalah individu. Induk betina tambakang (67.34±24.31 g)

ditebar secara acaka ke dalam 4 bak fiber dengan kepadatan 8 ekor per wadah dan diberi

pakan uji secara ad libitum pada pagi, siang dan sore selama 104 hari masa pemeliharaan.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa kandungan protein 42% secara nyata menghasilkan

performa reproduksi ikan tambakang (P<0.05).

Kata kunci: Protein pakan, tambakang, Helostoma temminckii, performa reproduksi

Abstract

Gonad development and seed quality of fish is affected such of protein diet. It is therefore,

an experiment in propose of determining protein diet for improving reproduction

performance of kissing gourami (Helostoma temminckii). The treatments were various

protein diet of 32, 37 and 42% and commercial diet, respectively. Replication used

individual fish. The female fish (67.34±24.31 g) was randomly reared in 4 fiber tanks at

density of 8 per tank and fed in test diet at ad libitum at morning, noon and evening for

104 days of culture period. The result showed that diet protein of 42% significantly

produced the highest reproduction performance (P<0.05).

Key-words: Protein diet, kissing gourami, Helostoma temminckii, reproduction

performance