xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/23051285/1795918121/name/Banking... · Web viewBANKING LENDING...
Transcript of xa.yimg.comxa.yimg.com/kq/groups/23051285/1795918121/name/Banking... · Web viewBANKING LENDING...
BANKING LENDING POLICY
Daftar pertanyaan:
1. DOMMY
A. Apa tolak ukur premi selain dari komponen makroekonomi dan resesi?
Jawab: 5C (Character, Capacity, Cash, Collateral, Condition, Control)
… ( ad 1 lagi tp lupa gw ga bs baca tulisan gw hehe)
B. Mengenai tabel penetapan bobot resiko, arti dari angka 100% dan 100% ke atas itu apa?
Selain itu angka idealnya itu berapa persen?
…
2. TIA
Di dalam bank expense itu ada budget untuk pembiayaan debt collector tidak?
Jawaban: … (kl ga salah jwbnny kaga krn mp blg soal outsourcing tp ga yakin jg gw haha)
3. ALVIN
Dari semua servis pinjaman yang disediakan bank, mana yang paling profitable dan bagaimana
dengan resikonya?
Jawaban: Commercial and industrial loans, yang diperbolehkan untuk banyak bisnis untuk
menutupi persediaan penjualan, pembayaran pajak, dan pembayaran gaji. Tentunya yang
memberikan return tinggi juga mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dan sebaliknya .
4. Dalam hal KPR, jika misalnya terjadi bencana alam dan rumah pun hancur sehingga nilai
bangunan jatuh, apa tindakan Bank?
Jawaban: Kata Bapak, dalam kasus KPR, Bank itu mempunyai trik sendiri yaitu:
- Peminjam KPR akan dipaksa untuk membeli asuransi untuk mencover bencana seperti
kebakaran dsb jadi selain membayar cicilan, peminjam KPR juga membayar bunga asuransi jadi
pada akhirnya yang mengcover pun tetap pihak bank. Jadi Bank mempunyai agreement dengan
pihak asuransi (dimana asuransinya itu termasuk bencana alam dan kebakaran) jadi Bank akan
memindahkan risiko itu kepada asuransi.
Dalam kasus Jogja (lumpur), masyarakat menengah ke bawah jadi mempunyai rumah milik dan
rumah KPR dimana rumah milik itu tidak ditanggung oleh bank.
PENDAHULUAN
Tentunya memberikan pinjaman untuk mendanai konsumsi dan pengeluaran untuk investasi
adalah prinsip dari fungsi ekonomi dari bank dan kompetitor dari bank. Seberapa baik seorang pemberi
pinjaman dalam memenuhi fungsi peminjaman mempunyai dampak yang besar dengan kesehatan
ekonomi di daerah itu karena pinjaman menyokong pertumbuhan dari bisnis baru dan pekerjaan dalam
area pasar pemberi pinjaman. Pinjaman seringkali membawa informasi pada pasar mengenai kualitas
kredit peminjam, dan sering memungkinkan peminjam yang pinjamannya disetujui, untuk memperoleh
lebih dan beberapa dana yang lebih murah dari sumber lain juga.
Saat pemberi pinjaman berada dalam masalah finansial yang serius, biasanya masalahnya
berakar dari pinjaman yang tidak dapat ditagih karena kesalahan dalam mengurus (mismanagement),
manipulasi ilegal, kebijakan yang menyesatkan, atau penurunan ekonomi yang tidak diekspektasikan.
Oleh karena itu, saat pemeriksa muncul di institusi peminjaman yang beregulasi, mereka
memberlakukan peninjauan yang menyeluruh terhadap portofolio pinjaman itu. Biasanya hal ini
melibatkan analisis yang mendetail terhadap dokumentasi dan jaminan pada pinjaman yang paling
besar, peninjauan sampel dari pinjaman kecil, dan sebuah evaluasi terhadap kebijakan pinjaman untuk
menjamin bahwa mereka berhati-hati dan bijak dalam hal melindungi uang publik.
KONSEP TEORI
I. Tipe Pinjaman
Pinjaman dapat dibagi menjadi tujuh kategori luas berdasarkan tujuan dari para peminjam (apa yang
direncanakan konsumen terhadap pinjaman yang diperoleh) yaitu:
5. Real estate loans, yang dijamin oleh properti yang riil seperti tanah, bangunan dan stuktur
lainnya yang memasukkan pinjaman jangka pendek untuk pembangunan dan pengembangan
tanah dan pinjaman jangka panjang untuk membiayai pembelian tanah pertanian, perumahan,
apartemen, struktur komersial dan properti asing.
6. Financial institution loans, terdiri dari kredit pada bank, perusahaan asuransi, perusahaan
keuangan dan institusi keuangan lainnya.
7. Agricultural loans, yang diperpanjang pada pertanian dan peternakan untuk membantu dalam
menanam dan memanen hasil dan menyokong pemberian makan dan pemeliharaan
peternakan.
8. Commercial and industrial loans, yang diperbolehkan untuk banyak bisnis untuk menutupi
persediaan penjualan, pembayaran pajak, dan pembayaran gaji.
9. Loans to individuals, terdiri dari kredit untuk membiayai pembelian otomobil, aplikasi rumah,
peralatan dan barang eceran lainnya, untuk memperbaiki dan memodernisasi rumah dan untuk
menutupi biaya perawatan kesehatan dan biaya pribadi lainnya, dan diperpanjang langsung
pada individual atau tidak langsung melalui retail dealers.
10. Miscellaneous loans, terdiri dari semua pinjaman yang tidak ada di daftar di atas termasuk
pinjaman sekuritas
11. Lease financing receivables, dimana pemberi pinjaman membeli peralatan atau kendaraan dan
menyewakannya pada konsumen.
Dari semua kategori pinjaman di atas, volum dolar yang paling besar adalah real estate loans, yang
dihitung untuk hanya setengah dari total pinjaman bank. Kategori yang paling besar kedua adalah
commercial and industrial (C & I) loans, yang merepresentasikan seperlima dari total, diikuti oleh
loans to individual and families yang dihitung sekitar seperenam dari total pinjaman.
II. Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan dan mix of loans
1. Profile of characteristics of the market area it serves
Setiap pemberi pinjaman harus merespon pada permintaan kredit yang meningkat dari
konsumen di dalam pasar milik konsumen tersebut.
2. Lender size
Misalnya volum modal yang dipegang oleh institusi lembaga keuangan menentukan legal
lending limit pada seorang peminjam. Bank besar sering disebut wholesale lenders, yang
mendevosikan sebagian besar portofolio kreditnya pada perusahaan bisnis. Bank yang lebih
kecil, sebaliknya, cenderung menekankan pada retail credit, dalam bentuk kas pinjaman pribadi
dan pinjaman hipotek rumah yang diberikan pada individual dan keluarga juga pinjaman bisnis
kecil.
3. Experience and expertise of management in making different type of loans
Misalnya kebijakan pinjaman institusi peminjaman yangs ering mencegah atau melarang
pegawai peminjaman memberikan berbagai macam pinjaman tertentu.
4. Type of lending institution involved
Misalnya saat bank komersial memperluas dalam jumlah besar pinjaman commercial and
industrial loans, asosiasi savings dan credit unions cenderung menekankan pada hipotek rumah
dan pinjaman cicilan pribadi.
5. Expected yield
Loan mix bergantung pada expected yield dari tawaran setiap pinjaman dibandingkan dengan
yield pada semua aset lain yang pemberi pinjaman dapar peroleh. Dengan kata lain, pemberi
pinjaman akan lebih condong memberikan pinjaman yang dapat menghasilkan expected return
yang tertinggi setelah semua pengeluaran dan risiko kehilangan pinjaman dihitung.
III. Regulation of Lending
Criticized loans : pinjaman yang perform dengan baik tapi memiliki kelemahan minor karena
pemberi pinjaman tidak mengikuti kebijakan pinjaman miliknya atau telah
gagal untuk memperoleh dokumentasi lengkap dari peminjam
Scheduled loans : pinjaman yang muncul untuk mengandung kelemahan signifikan atau yang
merepresentasikan apa yang pemeriksa anggap sebagai konsentrasi kredit
yang berbahaya pada satu peminjam atau dalam satu industri
Saat pemeriksa menemukan pinjaman yang mempunyai risiko secara segera yang tidak dapat
melakukan pembayaran seperti yang direncanakan, kredit ini dianggap adversely classified. Secara
khusus, pemeriksa akan menempatkan adversely classified loans pada 1 dari 3 grup ini yaitu:
(1) Substandard loans, dimana margin of protection peminjam tidak cukup karena kelemahan pada
hal jaminan atau dalam kemampuan pembayaran kembali peminjam
(2) Doubtful loans, membawa kemungkinan besar dari uncollectible loss pada institusi peminjaman
(3) Loss loans, dianggap uncollectible dan tidak sesuai untuk disebut sebagai bankable assets
Tentunya, kualitas pinjaman adalah komponen utama dari kualitas aset tapi merupakan satu-satunya
dimensi dari performance pemberi pinjaman yang di-rating di bawah Uniform Financial Institutions
Rating System. Numerical rating diberikan berdasarkan penilaian pemerksa mengenai 5 hal yang disebut
CAMELS rating yaitu:
Capital adequacy Earnings recordAsset quality Liquidity positionManagement quality Sensitivity to market risk
Institusi tempat penyimpanan dimana secara keseluruhan rating CAMELSnya rendah dan berada di
numerical scale yang sangat beresiko – keseluruhan rating dari 4 atau 5 – cenderung untuk diperiksa
lebihs ering dari institusi high-rated dengan rating 1,2,3.
Apa yang seharusnya ada dalam kandungan kebijakan pinjaman yang tertulis?
1. A goal statement for the entire loan p0rtfolio (i.e. statement of the characteristics of a good loan
portfolio in terms of types, maturities, sizes, and quality of loans)
2. Spesification of the lending authority give to each loan officer and loan committee (measuring
the maximum amount and types of loan that each employee and committee can approve and
what signatures of approval are required)
3. Lines of responsibility in making assignments and reporting information
4. Operating procedures for soliciting, evaluating, and making decisions on customer loan
applications
5. The required documentation that is to accompany each loan application and what must be kept
in the lender’s files (financial statements, security agreements, etc)
6. Lines of authprity detailing who is responsible for maintaining and reviewing the institution’s
credit files
7. Guidelines for taking, evaluating, and perfecting loan collateral
8. Procedures for setting loan rates and fees and the terms for repayment of loans
9. A statement of quality standards applicable to all loans
10. A statement of the preferred upper limit for total loans outstanding (i.e. the maximum ratio of
total loans to total assets followed)
11. Procedures for detecting and working out problem loan situations
IV. Steps in the Lending Process
1. Finding prospective loan customers
Sebagian besar pinjaman pada individual meningkat dari permintaan langsung dari seorang
pelanggan yang mendekati seorang anggota staf pemberi pinjaman dan menanyakan untuk
mengisi aplikasi pinjaman. Permintaan pinjaman bisnis, sering meningkat dari hubungan
pegawai pinjaman dan representasi penjualan yang dibuat seperti mereka meminta akun baru
dari perusahaan yang beroperasi dalam area pasar pemberi pinjaman. Maka permainan
peminjaman menjadi lebih ke arah ‘sales position’. Terkadang pegawai pinjaman akan
memanggil perusahaan yang sama untuk beberapa bulan sebelum pelanggan setuju untuk
memberikan kesempatan bagi institusi pinjaman dengan mengisi aplikasi pinjaman. Sebagian
besar pegawai departemen pinjaman mengisi customer contact report mirip seperti gambar di
bawah saat mereka mengunjungi lokasi bisnis pelanggan yang prospektif. Laporan ini di-update
setelah setiap kunjungan yang berikutnya, memberikan pegawai pinjaman yang selanjutnya
informasi penting mengenai klien yang prospektif sebelum terjadi kontak atau hubungan lain
secara personal.
Susunan Business Plan yang diajukan untuk permintaan pinjaman:
1. COVER
Halaman pertama yang memuat nama usaha/koperasi tempat usaha, bulan dan tahun
pembuatan proposal
2. HALAMAN KEDUA
Memuat profil singkat usaha dan identitas pemilik:
i. Nama, alamat dan telepon koperasi/perusahaan
ii. Nama pengurus, karyawan, dan manajer
iii. Lokasi usaha
iv. Jumlah anggota koperasi/karyawan
3. RINGKASAN PROPOSAL
Isi proposal sebaiknya diringkas dalam bentuk ringkasan proposal yang memuat :
i. Profil singkat usaha dan identitas pemilik
ii. Total kredit yang diminta
iii. Paket kredit bagi setiap anggota (bagi koperasi)
iv. Jangka waktu pengembalian kredit
v. Grace period (tenggang waktu)
vi. Alternatif jaminan beserta nilai taksirannya dan kapan usaha akan dimulai.
vii. Klasifikasi dan kemandirian koperasi
viii. Kapan rencana usaha/proyek akan dijalankan
4. ISI PROPOSAL
a. Pendahuluan
Pendahuluan dapat berisi latar belakang pendirian usaha, alasan mengenai perlunya investasi
dan modal kerja, dan iklim usaha secara umum dan rencana usaha ke depan.
b. Tujuan Penggunaan Dana Pembiayaan dan Jumlah Yang Diperlukan
Disini perlu menuliskan tujuan penggunaan dana pembiayaan dan jumlah dana pembiayaan
yang diperlukan.
b. Sejarah dan Eksplanasi Mengenai Usaha Koperasi
Menyangkut kapan usaha didirikan, lokasi awal usaha didirikan, teknologi dan peralatan yang
digunakan awal pendirian usaha, perkembangan jumlah karyawan/pengurus, perkembangan
jumlah produksi, permintaan dari mana saja, dan pemasaran ke mana saja
c. Informasi Pasar Mengenai Produk dan Jasa Spesifik
Menggunakan fakta yang ada, dalam bentuk angka- angka dan nama-nama, misalnya:
- Apa saja produk dan jasa yang ditawarkan (yang telah dan akan dihasilkan)
- Siapakah para pembeli produk dan saingannya
- Apakah ada perusahaan mempunyai spesialisasi pada satu atau dua macam produk, atau
memang menawarkan berbagai macam produk untuk dipasarkan
- Apa yang dilakukan oleh pemilik usaha dalam menjaga atau meningkatkan bagiannya
dalam pasar (market share)
- Permintaan-penawaran, identifikasi berbagai indikator umum yang ada kaitannya dengan
permintaan dan penawaran produk seperti data kependudukan, pendapatan per kapita
suatu wilayah, pemasaran produk dan data lainnya yang berhubungan dengan permintaan
penawaran.
- Analisa persaingan, diuraikan posisi dan upaya pesaing dalam memasarkan produk sejenis,
terutama perbandingan dalam mutu, harga, dan pelayanan.
- Saluran distribusi, terangkan metode saluran distribusi pemasaran serta jelaskan
kelebihan saluran distribusi pemasaran yang digunakan.
- Rencana pemasaran, mengenai produk apa yang akan dipasarkan di lokal, antar kota,
propinsi, dan eksport.
- Perkembangan harga di tingkat lokal rata-rata 2-3 tahun terakhir
d. Aspek Produksi
- Proses produksi dan teknologi
- Untuk usaha produksi, dijelaskan teknologi yang diterapkan, mesin dan peralatan serta
spesifikasi harga, proses produksi secara singkat, bagan dan arus produksi.
- Untuk bidang perdagangan, ditulis proses pengadaan barang terjadinya transaksi hingga
penyerahan barang.
- Kapasitas produksi, Untuk Jenis usaha produksi perlu dicantumkan kapasitas produksi dan
rencana produksi per tahun.
- Lokasi Usaha, dengan membuat peta dalam bentuk gambaran tangan. Dijelaskan dimana
lokasi usaha berada. Yang penting lokasi usaha tidak terkena larangan pemerintah
- Lahan dan bangunan, Jelaskan rincian lahan/tanah dengan ukuran baku (hektar/m)
apakah lahan tersebut merupakan hak milik, sewa atau bentuk kepemilikan lainnya.
Jelaskan apakah ada bangunan yang diperlukan untuk usaha.
- Bahan baku dan Bahan Pembantu, Mudah tidaknya pengadaan bahan baku dan bahan
pembantu, termasuk sumber, ketersediaan pasokan, volume, mobilisasi bahan baku, sistem
pembelian (tunai/kredit)
2. Evaluating a prospective customer’s character and sincerity of purpose
Saat pelanggan memutuskan untuk mengajukan permintaan pinjaman, sebuah
interview dengan pegawai pinjaman biasanya akdn dilakukan, yang memberikan pelanggan
kesempatan untuk menjelaskan kebutuhan kreditnya. Interview tersebut penting karena
menyediakan kesempatan pada pegawai pinjaman untuk menaksir karakter pelanggan dan
kesungguhan tujuannya. Jika pelanggan dilihat memiliki kesungguhan yang kurang dalam
mengakui kebutuhan akan pinjamannya, hal ini akan disimpan sebagai memberatkan dari
permintaan pinjaman.
3. Making site visit and evaluating a prospective customer’s credit record
Jika sebuah bisnis atau pinjaman hipotek diberlakukan, seorang pegawai pinjaman
sering membuat site visit untuk menaksir lokasi pelanggan dan kondisi dari properti dan untuk
menanyakan pertanyaan yang mengklarifikasi. Pegawai pinjaman dapat menghubungi kreditor
lain yang sebelumnya sudah memberikan pinjaman uang pada pelanggan ini untuk melihat
bagaimana pengalaman mereka.Apakah pelanggan dapat mengikuti persetujuan pinjaman dan
saat dibutuhkan , tetap menjaga keseimbangan deposit yang memuaskan? Riwayat pembayaran
yang sebelumnya sering menyingkapkan banyak hal mengenai karakter pelanggan, kesungguhan
dari tujuan dan tanggung jawab dalam menggunakan perpanjangan kredit yang diberikan oleh
institusi peminjaman.
4. Evaluating a prospective customer’s financial condition
Jika semua berjalan baik sampai poin ini, pelanggan akan ditanyakan untuk
menyerahkan beberapa dokumen penting yang dibutuhkan pemberi pinjaman untuk
mengevaluasi secara menyeluruh permintaan akan pinjaman termasuk financial statement yang
lengkap dan jika berupa perusahaan, akan diminta juga resolusi BOD dalam mengotorisasi
negosiasi pinjaman dengan pemberi pinjaman. Saat semua dokumen sudah terkumpul, divisi
kredit analisis pemberi pinjaman akan melakukan analisis keuangan menyeluruh terhadap
pelanggan yang bertujuan dalam menentukan apakah pelanggan memiliki alur kas yang cukup
dan backup asset untuk membayar kembali pinjaman. Lalu divisi analisis kredit akan menyiapkan
rangkuman singkat dan rekomendasi yang akan diberikan pada komite persetujuan pinjaman
untuk persetujuan. Pada pinjaman yang lebih besar, anggota dari divisi analisis kredit akan
memberikan presentasi langsung dan diskusi akan terjadi antara staf analis dan komite pinjaman
mengenai kelebihan dan kekurangan dari permintaan pinjaman.
Di bank yang ada di Indonesia biasanya laporan keuangan yang diminta adalah:
(Laporan keuangan usaha minimal selama 2 tahun terakhir)
1. Neraca
2. Laporan laba/rugi
3. Jenis, jumlah, dan penggunaan kredit
4. Cashflow (arus kas) penerimaan dan pengeluaran dilengkapi faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
5. Administrasi dan laporan-laporan
6. Pembelian, produksi, dan penjualan/ekspor
7. Data-data menyangkut SDM, modal, dan material
Bentuk proyeksi keuangan:
- Kapasitas usaha, pembelian, dan produksi
- Data penjualan dan ekspor
- Biaya proyek dan rencana pembiayaan
- Anggaran uang tunai (cash budget)
- Laporan pendapatan (laba/rugi) proforma
- Neraca pro forma untuk satu tahun fiskal mendatang
- Sumber dan penggunaan dana
5. Assessing possible loan colateral and signing the loan agreement
Jika komite pinjaman menyetujui permintaan pelanggan, pegawai pinjaman atau komite
kredit biasanya mengecek properti atau aset lain untuk menjadi jaminan untuk memastikan
bahwa institusi peminjaman memiliki akses yang dekat pada jaminan atau dapat memperoleh
title pada properti yang terlibat jika persetujuan pinjaman gagal. Hal ini sering dikaitkan sebagai
‘perfecting’ klaim pemberi pinjaman pada jaminan. Sekali pegawai pinjaman dan komite
pinjaman puas akan pinjaman dan jaminan yang diajukan, catatan dan dokumen lain untuk
menyusun persetujuan pinjaman akan disiapkan dan ditandatangani oleh semua pihak yang
berhubungan dengan persetujuan itu.
6. Monitoring compliance with the loan agreement and other customer service needs
Persetujuan baru harus dimonitor secara berkesinambungan untuk memastikan jangka
waktu pinjaman diikuti dan semua pembayaran yang dibutuhkan termasuk principal dan bunga
akan dibayar sesuai yang dijanjikan. Untuk kredit komersial yang lebih besar, pegawai pinjaman
akan mengunjungi usaha pelanggan setiap periode untuk mengecek kemajuan perusahaan dan
melihat apakah pelayanan lain yang mungkin dibutuhkan oleh pelanggan. Biasanya pegawai
pinjaman atau anggota sfat lain memasukkan informasi mengenai seorang pelanggan pinjaman
baru dalam file komputer yang dikenal sebagai customer profil. File ini menunjukkan mengenai
pelayanan apa yang pada saat ini sedang digunakan pelanggan dan mengandung informasi lain
yang dibutuhkan oleh pihak manajemen bank untuk memonitor kondisi pelanggan dan
kebutuhan pelayanan keuangan.
Credit analysis : What Makes a Good Loan?
Divisi yang bertanggung jawab untuk menganalisa dan membuat rekomendasi dari kebanyakan
permintaan pinjaman adalah departemen kredit, pengalaman telah menunjukan bahwa departemen itu
harus memiliki jawaban memuaskan terhadap tiga pertanyaan yang berhubungan mengenai
peminjaman yaitu :
1. Is the borrower Creditworthy? The Cs of Credit
Character
Pegawai bank yang mengurusi pinjaman harus yakin bahwa custumer memiliki tujuan
yang jelas untuk permohonan pinjaman dan niat untuk membayarnya. Jika pegawai
bank tersebut tidak yakin kenapa customer mengajukan permohonan pinjaman, maka
dia harus mengklarifikasi kembali apakah tujuan dari peminjam tersebut. Respon,
kejujuran, tujuan yang serius dan niat untuk membayar semua uang yang dipinjam
adalah Character dari custumer.
Capacity
Pegawai bank yang mengurusi pinjaman harus yakin bahwa customer memiliki otoritas
untuk mengajukan pinjaman dan memiliki kekuatan hukum untuk menandatangani
perjanjian pinjaman. Inilah yang disebut sebagai Capacity untuk meminjam uang.
Contoh yang orang yang berumur dibawah 21 tahun atau diatas 65 tahun.
Cash
Pertanyaan umum yang diajukan kepada pemohon pinjaman adalah apakah peminjam
memiliki kemampuan untuk membuat uang kas yang jukup dalam bentuk arus kas untuk
membayar pinjaman. Hal yang biasanya diperhatikan adalah : (a) level dan trends dalam
penjualan, (b) level dan perubahan dalam harga pokok penjualan, (c) level dan trend
sekarang dalam penjualan, administratif dan operasional, (d) pembayaran tax dengan
kas, (e) level dan trend saat ini dalam biaya bukan kas.
Collateral
Dalam meminta jaminan terhadap permohonan pinjaman, petugas harus menanyakan
apakah peminjam memiliki nilai bersih atau asset yang cukup untuk menyediakan
pinjaman yang cukup.
Condition
Petugas bank yang mengurusi pinjaman harus berhati-hati mengenai trend dari
pekerjaan dan industri serha perubahan ekonomi dapat mempengaruhi pinjaman,
pinjaman dapat terlihat baik dalam kertas akan tetapi nilainya tergerus oleh penururan
penjualan dan pendapatan karena tinggina bunga pinjaman.
Control
Control adalah pertanyaan yang berhubungan dengan perubahan hukum dan peraturan.
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor : 13/14/PBI/2011 tentang penilaian aktiva
bagi bank pembiayaan syariah, Pasal 2 ayat (1) : yang dimaksud dengan “prinsip-prinsip ke hati-
hatian dalam penanaman dana” yaitu penanaman dana yang dilakukan antara lain berdasarkan :
(a) analisa kelayakan usaha dengan memperhatikan paling kurang 5c (Character, Capital,
Capacity, Condition of Economy, and Collateral). (b) Penilaian terhadap aspek perubahan usaha,
kinerja (performance) dan kemampuan membayar. Dengan kata lain, penilaian pada Bank di
Indonesia sama dengan yang dilakukan di Amerika, yaitu dengan memperhitungkan 5C
ditambah dengan Control atau penilaian terhadap aspek-aspek perusahaan. Biasanya
pengecekan dapat dilakukan melalui BI Checking.
Secara garis besar BI-Cheking dapat diartikan sebagai proses permintaan informasi
tentang profil seseorang yang terkait dengan data yang diolah Sistem Informasi Debitur yang
dikelola BankIndonesia.
Dalam kaitannya dengan pengajuan kredit khususnya kartu kredit, maka BI Cheking itu
sendiri bertujuan untuk mengetahui sejauh mana profil calon debitur yang terkait dengan
pinjamannya di bank lain, untuk menjadi salah satu pertimbangan pengambilan keputusan.
Alur proses pengajuan kredit dan pelaporan dibawah ini akan menjelaskannya.
Ketika seorang calon debitur mengajukan pinjaman ke Bank atau Anggota SID lainnya,
Pinjaman dalam bentuk apapun termasuk Kartu Kredit, hal pertama yang dilakukan oleh
pihak Bank adalah mengecek profil calon debitur tersebut ke Bank Indonesia (secara on line ).
Hal itulah yang lazim disebut dengan BI Cheking.
Dari hasil BI Cheking tersebut akan ada beberapa kemungkinan, yaitu :
1. Calon nasabah tidak mempunyai pinjaman. (Yang barang tentu mencakup seluruh
anggota SID). Kalau hasilnya seperti ini, berarti tidak ada masalah ( Clear ) dengan BI
Cheking. Berarti proses lainnya yang menyangkut aspekfinancial, aspek legal, aspek
collateral bisa diteruskan.
2. Calon nasabah mempunyai pinjaman, akan tetapi kondisinya atau kollektibilitasnya
lancar. Hasil seperti ini biasanya juga tidak ada masalah. Proses lainnya bisa diteruskan.
3. Calon nasabah mempunyai pinjaman namun kolektibilitasnya termasuk kategori dalam
perhatian khusus ( Gol II ). Hasil seperti ini biasanya tergantungkebijaksanaan pihak
bank. Ada beberapa bank yang masih bisa memberikan toleransi, namun tak sedikit pula
yang langsung menolaknya. Demi menjalankan prinsip kehati-hatian.
4. Calon nasabah mempunyai pinjaman namun kolektibilitasnya termasuk kategori Gol III ke
atas. Hasil seperti ini biasanya akan langsung ditolak.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, seseorang ditolak pengajuannya bukan hanya
karena pinjaman yang kollektibilitasnya macet. (Golongan V). Sebaliknya, mulai dari
Dalam perhatian khusus ( Gol II ) juga sangat memungkinkan pengajuan kredit / Kartu
kredit ditolak.
Oleh karena itulah banyak yang salah persepsi, khususnya calon debitur yang
pengajuannya ditolak padahal merasa tidak mempunyai kredit macet. Jawabnya adalah,
Mungkin memang belum sampai golongan V ( macet ) namun suda masuk golongan Non
Performing Loan ( NPL ) yang dalam hal mulai dari golongan II ke atas.
2. Can the Loan Agreement Be Properly Structured and Documend?
Petugas bank yang mengurusi pinjaman bertanggung jawab bukan hanya untuk meminjamkan
uang kepada customer akan tetapi juga kepada depositors atau peminjam lain seperti
pemegang saham, sehingga ia harus memuskan permintaan semua pihak. Untuk itu, pertama-
tama ia harus membuat persetujuan pinjaman yang mempertemukan kebutuhan peminjam
dengan jadwal pembayaran yang nyaman. Peminjam harus dapat merasa nyaman dan mampu
untuk membayar pinjaman, sebab keberhasilan bank tergantung terhadap fundamental dari
kesuksesan peminjam. Jika peminjam sendiri mengalami masalah karena ketidakmampuan
untuk membayar pinjaman, maka bank sendirilah yang akan mendapatkan masalah juga.
Persetujuan pinjaman harus melindungi peminjam dan yang meminjami yaitu depositor,
creditor dan stock holder.
3. Can the Lender Perfect Its Clam against the Borrower’s Earnings and Any Assets That May Be
Pledged as Collateral?
Terdapat dua alasan bank membutuhkan jaminan :
a. Jika peminjam tidak dapat membayar. Jaminan dapat membuat bank dapat memiliki hak
untuk menjual jaminan tersebut dan membuatnya sebagai pengganti dari pinjaman yang
tidak dapat dikembalikan oleh peminjam.
b. Jaminan dapat memberikan bank keuntungan psikologi terhadap peminjam, sebab
peminjam merasa harus bekerja keras membayar hutangnya untuk menghindari kehilangan
benda berharganya seperti kendaraan dan rumah.
Tipe umum dari Jaminan seperti piutang usaha, pabrik atau aktiva tetap, bahan baku atau
persediaan, dan properti.
Sources of Information about Loan Customer
Kreditur biasanya sangat bergantung pada informasi luar untuk mengakses karakter, posisi
finansial, dan jaminan dari debitur. Analisa yang dilakukan oleh kreditur biasanya dimulai dengan
pemeriksaan informasi yang diberikan oleh peminjam dalam aplikasi pengajuannya. Seperti berapa
jumlah uang yang ingin dipinjam?, untuk tujuan apa?, obligasi lain apa yang dimiliki?, dan aset apa yang
akan digunakan sebagai jaminan atas pinjaman tersebut.
Institusi yang memberikan pinjaman dapat menghubungi institusi lainnya untuk menanyakan
pengalaman mereka terhadap calon debitur tersebut selama mereka menangani debitur tersebut. Salah
satu konsultan sumber data atas kinerja bisnis perusahaan yang paling terkenal adalah Risk
Management Associates (RMA), didirikan di Philadelphia pada tahun 1914 yang bertujuan untuk saling
menukar informasi kredit diantara para pemberi pinjaman, mengorganisasi konferensi, dan
mempublikasikan materi edukasi untuk membantu para analis kredit. Meskipun berawal dari Amerika
Serikat, anggota-anggota RMA tersebar di berbagai belahan dunia dimana yang paling aktif berada di
Kanada, Inggris dan Eropa Barat, Hongkong, serta Meksiko. RMA mempublikasikan sejumlah jurnal dan
penelitian untuk membantu memberitahukan dan melatih para credit decision makers.
Salah satu publikasi RMA yang terkenal adalah Annual Statement Studies: Financial Ratio
Benchmarks, dimana menyediakan data performa finansial suatu bisnis yang dikelompokan berdasarkan
industri dan ukurannya. Anggota RMA memberikan informasi kinerja finansial berdasarkan data yang
diberikan oleh debiturnya. RMA kemudian akan mengelompokan data-data tersebut dan mengkalkulasi
nilai rata-rata terhadap rasio performa yang ada seperti current ratio, quick ratio, inventory turnover
ratio, dsbnya.
Dalam mengevaluasi aplikasi kredit, petugas pinjaman harus melihat perekonomian daerah
setempat untuk permintaan pinjaman yang lebih kecil dan perekonomian nasional atau internasional
untuk permintaan pinjaman yang lebih besar. Banyak sekali debitur sangat sensitif terhadap fluktuasi
ekonomi yang dikenal sebagai business cycle. petugas pemberi pinjaman harus menentukan apakah
proyeksi pelanggan untuk masa depan sesuai dengan prospek untuk industri secara keseluruhan. Setiap
perbedaan pandangan harus dijelaskan sebelum keputusan akhir untuk menyetujui atau menolak
permintaan pinjaman diputuskan.
BANK INDONESIA & OCBC NISP
Sesuai Pasal 9 Peraturan Bank Indonesia No. 9/14/PBI/2007 Tentang Sistim Informasi Debitur
yang menyebutkan (1) Bank Indonesia dapat melakukan pengkinian data Debitur yang terdapat dalam
Sistim Informasi Debitur dalam hal : (a) pelapor mengalami pencabutan usaha atau likuidasi: dan / atau
(b) pengkinian data tidak dapat lagi dilakukan oleh pelapor. (2) Pengkinian data Debitur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pemberitahuan tertulis dari pihak yang melakukan
pengelolaan data debitur. merujuk pada peraturan Bank Indonesia tersebut pada prinsipnya data SID
yang out putnya dikenal dengan istilah BI Checking pada dasarnya memang bisa dirubah atau dihapus.
Namun secara teknis pelaksanaannya sangat ketat sebagaimana yang bisa dibaca dalam peraturan
tersebut. BI-Checking adalah proses pengecekan oleh lembaga keuangan baik bank maupun non-bank,
kepada suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola Bank Indonesia.
Sedangkan informasi Debitur Individual (IDI) merupakan output dari SID. SID sendiri berisi data debitur
dari seluruh anggotanya yang terdiri dari Bank Umum, BPR, dan beberapa Perusahaan Pembiayaan.
Cara kerjanya, semua lembaga tersebut menyampaikan laporan setiap bulannya kepada Bank
Indonesia, yang berisikan seluruh data debitur termasuk kondisi fasilitas kredit untuk posisi akhir bulan
sebelumnya. Laporan ini disampaikan anggota SID antara tanggal 1 s/d 12 setiap bulan untuk posisi
laporan bulan sebelumnya. Selanjutnya, laporan tersebut akan diolah dalam SID dan menghasilkan
output berupa BI-Checking/IDI. Data yang ditampilkan pada IDI berupa informasi identitas debitur dan
kondisi fasilitas kredit/pembiayaan, dan kondisi pembayaran selama 24 (dua puluh empat) bulan
terakhir sejak posisi data dalam BI-Checking tersebut di-update.
Kondisi pembayaran antara lain digambarkan dengan informasi hari tunggakan dan kualitas
kredit. Apakah statusnya lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, atau macet.
Contohnya apabila pernah menunggak pembayaran kredit dan dikategorikan macet dalam kurun waktu
2 (dua) tahun terakhir maka data tsb akan terlihat di BI-Checking yang diakses saat ini.
Namun, informasi kualitas kredit ini bersumber dari bank atau perusahaan pembiayaan yang
menjadi anggota SID. Bukan dari BI. Pemahaman yang ada selama ini, informasi Debitur macet dianggap
sebagai blacklist yang dikeluarkan oleh BI. Faktanya, BI melalui BI-Checking hanya menampilkan
informasi kondisi kredit yang semua datanya berasal dari anggota SID.
BI mengatur pihak yang bisa meminta BI-Checking, yaitu lembaga keuangan anggota SID (Bank
Umum, BPR dan Perusahaan Pembiayaan), Debitur, dan pihak lainnya dalam rangka pelaksanaan
Undang – Undang. Untuk anggota SID, permintaan BI-Checking hanya dapat digunakan untuk kelancaran
proses penyediaan dana, penerapan manajemen risiko, dan identifikasi kualitas debitur untuk
pemenuhan ketentuan BI yang berlaku. Penggunaan IDI diluar dari peruntukan yang telah diatur BI tidak
diperbolehkan, terlebih untuk kepentingan pemasaran produk dari suatu lembaga keuangan.
Selain lembaga keuangan anggota SID, saat ini seorang debitur juga bisa meminta BI-Checking di
BI maupun ke anggota SID. Permintaan tersebut hanya boleh dilakukan oleh Debitur sendiri, atau pihak
yang diberi kuasa. Untuk debitur badan usaha, permintaan harus dilakukan oleh pengurus yang
berwenang atau pihak yang diberikan kuasa untuk itu. Pemberian BI-Checking untuk pihak lainnya hanya
dapat dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan yang diatur dalam Undang – Undang.
Sejalan dengan penerapan prinsip kehati-hatian, semua lembaga keuangan harus
memperhitungkan dengan cermat langkah-langkah investasi yang diambilnya, termasuk dalam
penyaluran kredit. Secara umum, terdapat beberapa faktor yang dianalisa oleh lembaga keuangan
sebelum menyetujui permohonan kredit, diantaranya prospek usaha, kinerja (performance) debitur dan
kemampuan membayar.
Salah satu alat yang digunakan untuk menilai faktor-faktor tersebut adalah dengan melihat
informasi calon Debitur dalam BI-Checking. Dengan BI-Checking, lembaga keuangan dapat mengetahui
profil calon Debiturnya atas fasilitas kredit yang pernah diperoleh atau sedang dimiliki.
Sebagai contoh, apabila anda mendapat kredit dari salah satu bank dan pernah macet dalam
kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir, maka fakta tersebut dapat dilihat pada BI-Checking yang diakses
oleh bank calon kreditur. Namun, keputusan bank atau perusahaan pembiayaan untuk menyetujui atau
menolak permohonan kredit tidak hanya bergantung pada hasil BI-Checking. Mereka juga
mempertimbangkan aspek lain sesuai kebijakan masing-masing bank atau perusahaan pembiayaan.
Untuk keakuratan data, pihak yang bertanggungjawab terhadap kebenaran data yang
disampaikan kepada BI tentunya adalah si pemilik data, yaitu lembaga keuangan anggota SID.
Merekalah yang mengetahui kondisi dari Debitur dan fasilitas kredit yang diberikan. Ketidakakuratan
data bisa disebabkan karena kesalahan teknis dalam pelaporan anggota SID, sehingga data yang ada di
BI tidak ter-update secara sempurna. Tentunya BI selaku pengelola data sangat concern dengan akurasi
data yang ditampilkan dalam BI-Checking. BI mengeluarkan ketentuan yang berlaku untuk anggota SID
agar menyampaikan data dengan akurat, termasuk pengenaan sanksi apabila mereka tidak
menyampaikan data yang benar.
Selain itu, saat ini BI-Checking telah dapat diakses oleh Debitur sendiri. Debitur cukup membawa
asli Kartu Tanda Penduduk ke Gerai Info di Kantor Pusat Bank Indonesia, ke bank atau perusahaan
pembiayaan tempat Debitur memiliki fasilitas kredit. Debitur hanya dapat memperoleh BI-Checking atas
namanya sendiri. Apabila ditemukan adanya kejanggalan atau kesalahan data, Debitur tersebut dapat
melakukan cross-check/klarifikasi dengan bank atau perusahaan pembiayaan pemberi kredit. Tentunya,
anggota SID harus melakukan koreksi data ke BI apabila memang terdapat kesalahan pada data yang
disampaikan.
Pada akhirnya, dengan BI-Checking diharapkan masyarakat menjadi lebih concern terhadap
fasilitas kredit yang diterimanya. Sedangkan bagi bank, BI-Checking diharapkan bisa membantu proses
persetujuan kredit, serta menjadi tools untuk pelaksanaan manajemen risiko khususnya risiko kredit.
Penggunaan BI-Checking juga diharapkan bisa signifikan menekan angka kredit bermasalah, sehingga
proses intermediasi perbankan dapat berjalan baik.
Parts of a Typical Loan Agreement
The Promissory Note
Ketika suatu institusi pemberi pinjaman mengaburkan pinjaman kepada salah satu
konsumennya, pinjaman tersebut biasanya disertain dengan kontrak tertulis (written contract) dengan
beberapa bagian yang berbeda. Promissory note, yang ditandatangani oleh peminjam/debitur, yang
menentukan jumlah pinjaman. Di sebut juga Surat Sanggup Bayar yang biasanya berisi pernyataan
kesanggupan tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada pihak yang tercantum
dalam surat tersebut atau kepada penggantinya. Di dalam surat tersebut juga diikutkan persentase
bunga yang harus dibayar sesuai waktu yang telah disepakati dan syarat-syarat dimana dan waktu
pembayaran harus dilakukan.
Promissory note merupakan instumen yang dapat dinegosiasikan. Debitur menandatangani surat
tersebut melambangkan sebagai bagian dari proses pengajuan pinjaman. Ketika debitur lalai, kreditur
dapat menuntut untuk mengembalikan sejumlah uang yang telah dipinjam berdasarkan konten yang
terdapat dalam surat tersebut.
Loan Commitment Agreement
Untuk bisnis yang lebih besar dan pengajuan pinjaman KPR selalu disertakan dengan loan
commitment agreements, dimana kreditur berjanji untuk memberikan sejumlah pinjaman jika
mendapatkan imbalan atas biaya komitmen selama periode yang telah ditetapkan atau diperuntukan,
biasanya dalam persentase seperti 0,5%
Collateral
Pinjaman mungkin saja aman ataupun tidak aman. Pinjaman yang aman terdapat janji atas
beberapa properti peminjam yang dikatakan sebagai jaminan (collateral) yang dapat dijual oleh institusi
yang memberikan pinjaman jika peminjam tidak sanggup melunasi pinjamannya. Pinjaman yang tidak
aman (unsecured loan) biasanya tidak terdapat jaminan tetapi lebih kepada reputasi dan kekuasaan
yang dimiliki oleh peminjam sehingga dipercayai oleh institusi yang memberikan pinjaman.
Covenants
Kebanyakan perjanjian pinjaman yang formal terdapat restrictive covenants (perjanjian yang
membatasi), dimana biasanya tersiri dari salah satu dibawah ini:
1. Affirmative covenants, mengharuskan peminjam melakukan tindakan tertentu, seperti mengisi
laporan keuangan kepada institusi yang memberikan pinjaman secara periodik, menjaga
jaminan yang dijaminkan, dan menjaga level dari ekuitas dan likuiditas.
2. Negative covenants, membatasi peminjam dalam melakukan beberapa hal tanpa persetujuan
insitusi yang memberikan pinjaman, seperti mengambil pinjaman baru, mendapatkan tambahan
aset tetap, partisipasi dalam merger, menjual aset, atau membayar dividen kepada pemegang
saham.
Borrower Guaranties or Warranties
Kebanyakan perjanjian dalam pinjaman, peminjam menjamin bahwa informasi yang diberikan
adalah asli dan benar. Peminjam juga diharuskan menjaminkan aset pribadinya seperti rumah, tanah
maupun kendaraan di samping pinjaman bisnis.
Events of Default
Banyak sekali pinjaman berisi bagian events of default, menentukan tindakan atau kelambanan
peminjam seperti apakah yang menggambarkan adanya pelanggaran atas perjanjian dalam pinjaman
yang telah dilakukan. Serta tindakan seperti apakah yang dapat dilakukan oleh institusi yang
memberikan pinjaman dalam mengamankan uang yang telah mereka pinjamkan.
Di dalam events of default ini juga berisi siapa yang bertanggung jawab dalam mengoleksi pinjaman,
biaya pengadilan dan biaya pengacara yang akibat perkara yang timbul dari perjanjian pinjaman.
INDONESIA SECARA UMUM
Guna mengurangi risiko kerugian dalam pemberian kredit, maka diperlukan jaminan pemberian
kredit dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya
sesuai dengan yang diperjanjikan. Faktor adanya jaminan inilah yang penting harus diperhatikan bank.
Maka pada pasal 8 undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan ditentukan bahwa :
“Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan
kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan diperjanjikan”.
Jaminan kredit adalah seluruh harta kekayaan seseorang baik bergerak, tidak bergerak, barang berwujud maupun
tidak berwujud, baik yang diserahkan secara tegas (berdasarkan perjanjian) maupun secara otomatis (berdasarkan undang-
undang) oleh debitur kepada kreditur, dengan maksud untuk menjamin pembayaran kembali kreditnya berdasarkan suatu
perikatan.
Ditilik dari obyek yang dibiayai, maka jaminan dapat dibedakan menjadi jaminan pokok dan
jaminan tambahan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Jaminan Pokok
Jaminan pokok adalah barang atau obyek yang dibiayai dengan kredit. Misalnya seorang nasabah pabrik
roti mendapat kredit untuk membeli oven pembakar roti, maka oven pembakar roti tersebut menjadi
jaminan pokok. Atau seorang nasabah lain mendapat jaminan untuk pembelian rumah atau yang dikenal
dengan KPR, maka jaminan pokok adalah rumah yang dibeli dengan kredit kepemiilikan rumah tersebut.
Begitupula apabila ada nasabah lain, yang mendapat pinjaman untuk menambah modal kerja, maka
modal kerjanya menjadi jaminan pokok, seperti piutang, persediaan barang dagangan, dll.
2) Jaminan Tambahan
Jaminan tambahan adalah barang yang dijadikan jaminan untuk menambah jaminan pokok. Mengapa
jaminan pokok harus ditambah, karena nilainya kurang sebagai akibat penilaian bank lebih rendah dari
harganya. Alasannya penilaian bank salah satunya adalah apabila peminjam lalai membayar
kewajibannya kepada bank, maka bank mengambilalih jaminan dan dijual. Pada saat menjual tersebut
membutuhkan tambahan biaya. Jaminan tambahan yang bernilai tinggi berupa tanah dan bangunan
yang telah memiliki sertifikat HM/HGU/HGB dan ber-IMB.
Dilihat dari wujud barang maka jaminan dapat berupa barang yang berwujud dan tidak
berwujud, seperti dijelaskan berikut ini:
1) Jaminan Berwujud
Jaminan berwujud adalah jaminan tersebut dapat dilihat dan diraba, misalnya oven roti, rumah, mesin,
bangunan pabrik, dan kendaraan.
2) Jaminan Tidak Berwujud
Jaminan tidak berwujud adalah jaminan yang bentuknya hanya komitmen atau janji saja. Walaupun
demikian janji atau komitmen tersebut harus didokumentasikan ke dalam tulisan, sehingga dapat
diadministradikan dengan baik. Contohnya Garansi Perusahaan, Garansi Perorangan. Bahkan di Jepang
Garansi Perusahaan dapat hanya berbentuk cap perusahaan besar, yang sangat menjaga komitmentnya,
sehingga pencantuman cap saja dapat dipercaya oleh pemberi pinjaman.
Dari segi mobilitas atau pergerakannya, barang jaminan dapat dibedakan menjadi barang
bergerak dan barang tidak bergerak:
1) Barang Bergerak
Barang jaminan yang bergerak artinya barang tersebut mudah berpindah tempat dari satu tempat ke
tempat lain. Contoh barang bergerak adalah persediaan barang dagangan, piutang, kendaraan
bermotor, mesin pabrik kecuali yang sudah tertanam di dalam pabrik yang sulit untuk
dipindahtangankan
2) Barang Tidak Bergerak
Barang jaminan yang tidak bergerak adalah jaminan yang tidak dapat dipindah tempat dari satu tempat
ke tempat lain. Contohnya adalah tanah dan bangunan, mesin-mesin pabrik yang telah tertanam di
pabrik tersebut.
Dari segi mudah tidaknya barang diawasi oleh pemegang jaminan, maka barang jaminan dapat
dibedakan menjadi barang yang mudah dikontrol dan tidak mudah dikontrol:
1) Barang yang Tidak Mudah Dikontrol
Barang jaminan yang tidak mudah dikontrol adalah barang jaminan yang sulit diawasi oleh bank, karena
pergerakannya sangat cepat. Misalnya persediaan barang dagangan dan piutang.
2) Barang yang mudah Dikontrol
Barang jaminan yang mudah dikontrol adalah barang jaminan yang tidak dapat bergerak, seperti tanah
dan bangunan atau kapal yang sangat besar sehingga tidak mudah untuk pindah.
BANK OCBC NISP
Untuk Bank OCBC NISP, personal kredit dapat dibagi menjadi 3 yaitu
1. KPR
Pinjaman untuk pembelian rumah, menggunakan Loan Commitment Agreement karena adanya
suku bunga
2. KPM
Pinjaman untuk pembelian kendaraan, juga menggunakan Loan Commitment Agreement karena
adanya suku bunga
3. KMG
Pinjaman dengan agunan tertentu untutk memenuhi berbagai kebutuhan. Debitur diberi
kebebasan dalam menentukan jaminannya baik berupa tanah atau bangunan atau kendaraan
atau deposito berjangka
Source: Peraturan Bank Indonesia No. 9/14/PBI/2007 Tentang Sistim Informasi Debitur
Peraturan Bank Indonesia No. 8/29/PBI/2006 Tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek Dan /
Atau Bilyet Giro Kosong.
www.ocbcnisp.com
www.bi.go.id
FRAMEWORK
Mengingat pentingnya modal pada bank, pada tahun 1988 BIS mengeluarkan suatu konsep
kerangka permodalan yang lebih dikenal dengan the 1988 accord (Basel I). Sistem ini dibuat sebagai
penerapan kerangka pengukuran bagi risiko kredit, dengan mensyaratkan standar modal minimum
adalah 8%. Komite Basel merancang Basel I sebagai standar yang sederhana, mensyaratkan bank-bank
untuk memisahkan eksposurnya kedalam kelas yang lebih luas, yang menggambarkan kesamaan tipe
debitur. Eksposur kepada nasabah dengan tipe yang sama (seperti eksposur kepada semua nasabah
korporasi) akan memiliki persyaratan modal yang sama, tanpa memperhatikan perbedaan yang
potensial pada kemampuan pembayaran kredit dan risiko yang dimiliki oleh masing-masing individu
nasabah.Sejalan dengan semakin berkembangnya produk-produk yang ada di dunia perbankan, BIS
kembali menyempurnakan kerangka permodalan yang ada pada the 1988 accord dengan mengeluarkan
konsep permodalan baru yang lebih di kenal dengan Basel II. Basel II dibuat berdasarkan struktur dasar
the 1988 accord yang memberikan kerangka perhitungan modal yang bersifat lebih sensitif terhadap
risiko (risk sensitive) serta memberikan insentif terhadap peningkatan kualitas penerapan manajemen
risiko di bank. Hal ini dicapai dengan cara penyesuaian persyaratan modal dengan risiko dari kerugian
kredit dan juga dengan memperkenalkan perubahan perhitungan modal dari eksposur yang disebabkan
oleh risiko dari kerugian akibat kegagalan operasional.
Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem keuangan, menitikberatkan
pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko, supervisory review process, dan market discipline.
Framework Basel II disusun berdasarkan forward-looking approach yang memungkinkan untuk dilakukan
penyempurnaan dan penyesuaian dari waktu ke waktu. Ini untuk memastikan bahwa framework Basel II
dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar maupun perkembangan dalam manajemen risiko.
Sesuai dengan pilar 2, bank diharuskan melakukan internal capital adequacy assessment process
(ICAAP) yaitu proses penilaian kecukupan modal oleh manajemen internal bank. Bank melakukan ICAAP
dengan mengindentifikasi, memonitor, mengukur dan mengendalikan seluruh risiko yang terdapat
dalam usaha bank, kemudian menentukan besarnya jumlah modal yang dibutuhkan untuk menutup
risiko-risiko tersebut. Risiko-risiko yang perlu diperhitungkan adalah risiko kredi, risiko pasar, risiko
operasional serta risiko lainnya yang tercakup dalam pilar 2.
Dalam menetapkan batasan penyediaan dana per debitur untuk kepentingan internal bank
dapat menggunakan beberapa faktor sebagai pertimbangan antara lain :
a. Tujuan kredit
b. Sumber pembayaran
c. Profil risiko debitur, sektor, industri
d. Pemenuhan persyaratan-persyaratan kredit berdasarkan kebijakan kredit
e. Pemenuhan uji kemampuan (pembayaran kembali)
f. Sejarah pembayaran kembali debitur
g. Persyaratan dan kondisi dari penyediaan dana yang diajukan
h. Untuk nasabah korporasi dan atau bisnis. Posisi nasabah dalam sektor atau industri usaha
tersebut, serta out sector atau industri tersebut.
i. Parameter risiko kredit debitur seperti PD, LGD, dan EL
SUKU BUNGA DASAR KREDIT
Perhitungan SBDK (prime lending rate) merupakan hasil perhitungan dari 3 komponen yaitu:
a. Harga Pokok Dana untuk Kredit atau HPDK;
b. Biaya overhead yang dikeluarkan Bank dalam proses pemberian kredit; dan
c. Marjin keuntungan (profit margin) yang ditetapkan untuk aktivitas perkreditan.
Dalam perhitungan SBDK, Bank belum memperhitungkan komponen premi risiko individual
nasabah Bank. Suku bunga kredit (lending rate) adalah hasil penjumlahan SBDK dengan premi risiko.
Premi risiko merepresentasikan penilaian bank terhadap prospek pelunasan kredit oleh calon debitur
yang antara lain mempertimbangkan kondisi keuangan debitur, jangka waktu kredit, dan prospek usaha
yang dibiayai. Pada dasarnya, SBDK merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi
Bank dalam penentuan suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabah Bank.
Kredit KreditKorporasi** Ritel** KPR Non KPR***
1 Harga Pokok Dana untuk Kredit (HPDK)1.1. Biaya Dana
1.1.1. Biaya Dana Pihak Ketiga1.1.2. Biaya Dana Bukan Pihak Ketiga
1.1.2.1. Biaya Dana Kewajiban pada Bank Lain1.1.2.2. Biaya Dana Kewajiban pada Bank Indonesia 1.1.2.3. Biaya Dana Surat Berharga1.1.2.4. Biaya Dana Pinjaman yang Diterima1.1.2.5. Biaya Dana Kewajiban Antar Kantor/Transfer Pricing1.1.2.6. Biaya Dana Modal Pinjaman
1.1.3. Biaya Dana Lainnya (sebutkan rinciannya):1.1.3.1. ...............1.1.3.2. ...............
1.2. Biaya Jasa 1.3. Biaya Regulasi
1.3.1. Biaya Giro Wajib Minimum (GWM)1.3.2. Biaya Premi Penjaminan LPS
1.4. HPDK Lainnya (sebutkan rinciannya):1.4.1. .............1.4.2. .............
2 Biaya Overhead 2.1. Biaya Tenaga Kerja2.2. Biaya Pendidikan dan Pelatihan2.3. Biaya Penelitian dan Pengembangan2.4. Biaya Sewa2.5. Biaya Promosi dan Pemasaran
2.5.1. Cash Back2.5.2. Hadiah2.5.3. Iklan dan Promosi2.5.4. Lainnya (sebutkan rinciannya):
2.5.4.1 .................2.5.4.2 .................
2.6. Biaya Pemeliharaan dan Perbaikan2.7. Biaya Pembentukan CKPN atas Kredit yang Diberikan2.8. Biaya Penyusutan Aset Tetap dan Inventaris2.9. Biaya Overhead Lainnya (sebutkan rinciannya):
2.9.1. .............2.9.2. .............
3 Marjin Keuntungan (Profit Margin )
Keterangan:*) Masing-masing komponen diisi sepanjang digunakan untuk membiayai kredit**) Definisi Kredit Korporasi, Kredit Retail, dan Kredit Konsumsi adalah definisi yang digunakan internal bank***) Tidak termasuk Kartu Kredit dan Kredit Tanpa Agunan
Suku Bunga Dasar Kredit - Prime Lending Rate (1+2+3)
Tanggal…………………………(% per tahun)
No. Komponen*Berdasarkan Segmen Bisnis
Kredit Konsumsi**
Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate )
Perhitungan SBDK dalam rupiah yang wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia dan
dipublikasikan yang dilakukan sebagai berikut :
a. dihitung untuk 3 (tiga) jenis kredit yaitu: Kredit korporasi, ritel; dan konsumsi (KPR dan Non
KPR). Kredit konsumsi non KPR tidak termasuk penyediaan dana melalui kartu kredit dan kredit
tanpa agunan. Penggolongan jenis kredit didasarkan kriteria yang ditetapkan internal Bank.
b. dihitung secara per tahun dalam bentuk persentase (%).
TABEL KOMPONEN PERHITUNGAN SUKU BUNGA DASAR KREDIT BANK UMUM
Bank, sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktivitas keuangan, memiliki
peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income/return). Dalam menjalankan
aktivitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko melekat (inherent)
pada seluruh aktivitas bank. Seluruh aktivitas bank, produk, dan layanan bank terkait dengan uang. Sifat
dasar uang adalah anonym, siapapun bisa memilikinya, siapapun ingin memilikinya, dan sangat mudah
berpindah tangan bahkan hilang. Oleh karena itu, seluruh aktivitas bank mulai dari penyerapan dana
hingga penyaluran dana sangat rentan terhadap hilangnya uang.
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi serta
tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti dan mengenal risiko-risiko yang
mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Eksekutif dalam manajemen bank serta
seluruh pihak terkait harus mampu mengidentifikasikan risiko-risiko yang mungkin timbul dalam
kegiatan usaha bank, menilai risiko signifikan sebagai perhatian utama, dan mengevaluasi cara
menanggulasi kemungkinan risiko yang muncul.
Pemahaman umum mengenai masing-masing kategori risiko sangat penting sehingga para
manajer, pelaksana (risk taker), dan bagian pengawasan dapat berdiskusi tentang masalah-masalah
umum yang secara alami terjadi dari berbagai eksposur risiko. Risiko itu sendiri tidak harus selalu
dihindari pada semua keadaan, namun semestinya dikelola secara baik tanpa harus mengurangi hasil
yang ingin dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada bank dalam
menghasilkan laba yang atraktif. Agar manfaat tersebut dapat terwujud, para pengambil keputusan
harus mengerti tentang risiko dan pengelolaannya.
Manajemen Risiko dalam operasional bank meliputi identifikasi risiko, pengukuran dan
penilaian, dan tujuannya adalah untuk meminimalkan efek negatif risiko terhadap hasil keuangan dan
modal bank. Bank wajib membentuk unit organisasi khusus untuk tujuan manajemen risiko.
Risiko bank yang terbesar dalam operasinya adalah resiko pasar (resiko suku bunga, resiko
valuta asing, resiko dari perubahan harga pasar sekuritas, derivatif keuangan dan komoditas), resiko
kredit, resiko likuiditas, resiko eksposur, resiko investasi , resiko operasional, resiko hukum, resiko
strategis. Resiko ini sangat inter-independen. Peristiwa yang mempengaruhi satu area resiko dapat
memiliki konsekuensi untuk berbagai kategori resiko lainnya.
MANAJEMEN RESIKO KREDIT
Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak counter yang akan
gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang disepakati. Tujuan dari manajemen risiko
kredit adalah untuk memaksimalkan tingkat pengembalian kepada bank dengan menjaga resiko
pemberian kredit supaya berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko kredit
dari seluruh portofolio serta risiko dari individu atau kredit atau transaksi.
Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang terbesar dan juga sumber resiko kredit , namun
sumber-sumber risiko kredit lain juga terdapat di seluruh kegiatan bank, termasuk pembukuan
perbankan dan pembukuan perdagangan baik yang di dalam atau di luar neraca. Resiko kredit
perbankan semakin meningkat di berbagai instrumen keuangan selain pinjaman termasuk penerimaan,
transaksi antar bank, pembiayaan perdagangan, transaksi valuta asing, masa depan keuangan, swap,
obligasi, ekuitas, opsi dan perluasan komitmen dan jaminan, penyelesaian transaksi.
1. Risiko Kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk) timbul dari jenis transaksi yang
secara umum memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. transaksi dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau nilai pasar;
b. nilai wajar dari transaksi dipengaruhi oleh pergerakan variabel pasar tertentu;
c. transaksi menghasilkan pertukaran arus kas atau instrumen keuangan;
d. karakteristik risiko bersifat bilateral yaitu (i) apabila nilai wajar kontrak bernilai positif maka
Bank terekspos Risiko Kredit dari pihak lawan, sedangkan (ii) apabila nilai wajar kontrak bernilai
negatif maka pihak lawan terekspos Risiko Kredit dari Bank.
2. Risiko Kredit akibat kegagalan setelmen (settlement risk) timbul akibat kegagalan penyerahan kas
dan/atau instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian (settlement date) yang telah disepakati
dari transaksi penjualan dan/atau pembelian instrumen keuangan.
Sesuai PBI KPMM, dalam menghitung Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) baik
secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak, Bank wajib menghitung ATMR
untuk Risiko Kredit. Dalam menghitung ATMR untuk Risiko Kredit, Bank dapat menggunakan 2 (dua)
jenis pendekatan, yaitu: Pendekatan Standar (Standardized Approach) dan/atau Pendekatan
berdasarkan Internal Rating (Internal Rating Based Approach).
BASAL II TENTANG RESIKO KREDIT
Komunitas basal tentang kepemimpinan perbankan mengeluarkan dokumen konsultatif tentang
Kerangka Pemenuhan Modal Baru untuk menggantikan perjanjian 1988. Dokumen ini mengajukan tiga
pilar untuk perjanjian baru yaitu : Persyaratan Kapital Minimal, Ulasan Supervisory, dan Disiplin Pasar.
Kesepakatan yang baru berlanjut dengan rasio kecukupan modal minimum sebesar 8% dari
risiko aset tunggu. Atur pilihan untuk memperkirakan modal sebagaimana diusulkan dalam dokumen
termasuk pendekatan standar. Dalam pendekatan ini, risiko preferensial beban di kisaran 0%, 20%, 50%,
100%, dan 150% diperkirakan akan ditetapkan atas dasar penilaian kredit eksternal.
Di bawah organisasi Internal Rating Based (IRB), masyarakat mengusulkan pemenuhan tingkat
kredit minimal untuk mengukur Probabilitas Default (PD) sementara preferensial menetapkan bobot
risikonya, dengan informasi yang diberikan oleh supervisor pada kerugian standar nasional yang
diberikan ( LGD) sebagai eksposur default. Adopsi Kesepakatan Modal Baru oleh bank-bank di
pernyataan yang diusulkan memerlukan perubahan lengkap dalam sistem manajemen risiko yang ada.
MANAJEMEN RISIKO PASAR
Bank dihadapkan pada risiko pasar melalui kegiatan perdagangan mereka dan neraca mereka.
Dua jenis risiko yang dianggap risiko pasar untuk bank seperti risiko suku bunga dan risiko valuta asing.
Bank menghadapi risiko valuta asing karena adanya fluktuasi nilai tukar dan suku bunga adalah risiko
yang paling umum dihadapi semua bank dalam mengelola semua produk-produk keuangan yang
dikeluarkan oleh bank dengan tingkat bunga sensitif.
1. RESIKO TINGKAT BUNGA
Risiko Suku Bunga adalah risiko efek negatif pada hasil keuangan dan modal bank yang
disebabkan oleh perubahan suku bunga. Tujuan yang menyeluruh dari manajemen risiko suku bunga
adalah untuk memastikan mekanisme arus kas yang besar tanpa adanya ketidaksesuaian dalam aset dan
kewajiban segmen. Sebagai perantara keuangan, bank menghadapi risiko suku bunga dalam beberapa
cara seperti:
Risiko Re-Pricing: bentuk utama risiko suku bunga naik adakah perbedaan waktu jatuh tempo (untuk
suku bunga tetap) dan re-pricing (untuk suku bunga mengambang) dari aset, posisi kewajiban off-
balance-sheet (OBS). Mereka dapat mengekspos bank “pendapatan dan aset” mendasari nilai ekonomi
yang tak terduga tentang fluktuasi tingkat bunga yang cenderung terlalu sering dan tidak stabil.
Risiko Kurva Hasil: Ketidaksesuaian harga juga dapat membuat bank untuk melakukan perubahan
kemiringan dan bentuk kurva hasil. Risiko kurva hasil tak terduga muncul ketika pergeseran kurva hasil
telah merugikan bank pendapatan atau nilai ekonomi aset porfolio mereka.
Risiko Dasar: Risiko bahwa tingkat bunga untuk aktiva dan kewajiban yang berbeda dapat berubah
dalam besaran yang berbeda maka disebut risiko dasar. Risiko tersebut timbul karena korelasi tidak
sempurna dalam penyesuaian dari tarif yang diterima dan dibayarkan pada instrumen yang berbeda
dengan karakteristik penentuan ulang harga yang bijaksana.
Resiko Pilihan Bawaan: Sebuah opsi memberikan pemegang hak (namun bukanlah kewajiban) untuk
membeli, menjual atau dalam beberapa cara mengubah arus kas instrumen atau kontrak keuangan.
Pilihan instrumen yang mungkin berdiri sendiri seperti pertukaran-opsi dan kontrak perdagangan over-
the-counter (OTC), atau mereka mungkin akan tertanam di dalam instrumen standar sebaliknya. Saat
bank menggunakan nilai tukar dan pilihan OTC- di kedua bidang perdagangan dan akun non-trading,
instrumen dengan pilihan bawaan biasanya hal paling penting dalam kegiatan non-perdagangan.
Resiko investasi ulang: ketidakpastian tentang masa depan tingkat suku bunga menimbulkan risiko
investasi ulang sebagai arus kas masa depan yang akan diinvestasikan kembali pada tingkat yang tidak
diketahui saat ini. Kurva dengan hasil biasa, tanpa bootstrap, tidak diperhitungkan sebagai risiko
investasi ulang.
RESIKO OPERASIONAL
Ini adalah salah satu babak baru dari kesepakan modal Basel II. Risiko operasional didefinisikan
sebagai “risiko kerugian yang dihasilkan dari cukupnya atau kegagalan proses internal, orang dan sistem
atau dari peristiwa eksternal.” Definisi ini mencakup risiko hukum, tapi mengecualikan risiko strategis
dan risiko reputasi. Di sisi lain, Reserve Bank of India telah mendefinisikan risiko operasional, sebagai
‘resiko apapun, yang tidak dikategorikan sebagai pasar atau risiko kredit, atau risiko kerugian yang
timbul dari berbagai jenis kesalahan manusia dan kesalahan teknis’.
MANAJEMEN RESIKO LIQUIDITAS
Potensial resiko liquiditas. adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban bankir saat
mereka jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan
dana, komitmen kredit atau peningkatan aset.
Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban. Pengukuran dan
pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian yang efektif untuk bank-bank
komersial karena hal ini dapat menjadi sebab dan akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan
aset dan kewajiban bank. Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka panjang dan terus
menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu (1)
Pendekatan Fundamental dan (2) Pendekatan Teknis.
Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang. Dalam pendekatan
ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan mengendalikan posisi aset-kewajiban.
Sebuah cara yang bijaksana untuk mengatasi situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan
kewajiban atau dengan melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.
Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam jangka pendek.
Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan arus kas yang timbul akibat transaksi
operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan
keduanya untuk memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.
Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan integrasi dengan
pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan secara proaktif dan kualitas kredit akan meningkat, yang
menyebabkan sektor keuangan yang lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di
sektor perbankan ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor.
Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menahan persaingan
yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh,
melayani semua kebutuhan keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan
pendirian basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa.
Kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang diarahkan untuk mencapai suatu
sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan yang pada
gilirannya akan membantu mendorong perekonomian nasional secara berkesinambungan.
Bertitik tolak dari hal tersebut, dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi
melalui penyaluran kredit, sejak tahun 2006 Bank Indonesia merasa perlu untuk mendukung
pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan melalui pembentukan Biro Informasi Kredit. Tugas
utama Biro Informasi Kredit adalah menghimpun dan menyimpan data penyediaan dana/pembiayaan,
dan pada akhirnya mendistribusikannya sebagai informasi kredit yang selanjutnya disebut dengan
Informasi Debitur Individual (IDI) Historis. IDI Historis dapat dimanfaatkan oleh lembaga keuangan
anggota Biro Informasi Kredit (perbankan dan Lembaga Keuangan Non Bank), serta masyarakat baik
perorangan maupun badan usaha.
Bagi lembaga keuangan, IDI Historis yang diperoleh diharapkan dapat dimanfaatkan antara lain
untuk mengetahui kredibilitas (kelayakan) calon penerima fasilitas penyediaan dana (debitur) dan untuk
mengetahui calon debitur dimaksud sedang menerima fasilitas penyediaan dana dari lembaga lain atau
tidak. Informasi tersebut akan membantu lembaga keuangan dalam:
1. Mempermudah analisa untuk pemberian kredit/pembiayaan, sehingga dapat memperlancar
proses penyediaan dana; dan
2. Penerapan manajemen risiko antara lain untuk menghindari kegagalan membayar pinjaman
yang telah diberikan dan mencegah penipuan.
Bagi masyarakat, IDI Historis yang diperoleh diharapkan mampu memberikan edukasi positif
untuk senantiasa bertanggung jawab terhadap kewajiban kredit yang telah diterimanya, sekaligus untuk
membantu melakukan kontrol terhadap kebenaran dan keakuratan data yang disampaikan lembaga
keuangan kepada Bank Indonesia.
Hal yang perlu diperhatikan:
1. Kewenangan memutuskan untuk memberikan fasilitas kredit/pembiayaan merupakan kebijakan
perbankan atau LKNB yang bersangkutan.
2. Kebenaran dan keakuratan informasi IDI Historis adalah tanggung jawab dari lembaga keuangan
anggota Biro Informasi Kredit yang melaporkan data tersebut.
3. Segala akibat hukum yang timbul sehubungan dengan penggunaan IDI Historis untuk keperluan
lembaga keuangan anggota Biro Informasi Kredit yang tidak sesuai dengan ketentuan,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab lembaga keuangan yang bersangkutan.
4. Segala akibat hukum yang timbul sehubungan dengan penggunaan IDI Historis oleh masyarakat,
sepenuhnya menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
Jenis-jenis produk pinjaman dari Bank OCBC NISP:
1. Commercial Loans (Bisnis), terdiri atas:
a. Kredit Reguler
i. Kredit Rekening Koran
ii. Kredit Investasi
iii. Demand Loan
iv. Term Loan
v. Fixed Loan
b. Kredit Program
i. Oil and Gas Financing
ii. Commercial Transportation Vehicle Financing
iii. Car Rental Project Financing
iv. Computer Project Financing
v. Heavy Equipent Financing
vi. Pharmaceuical Wholesale Financing
vii. Automotive Dealer Financing
viii. Telecommunication Project Financing
ix. Kredit Pemilikan Properti Multi Usaha
2. Personal Loan, terdiri atas:
a. KPR (Kredit Pemilikan Rumah)
b. KPM (Kredit Pemilikan Motor/Mobil)
c. KMG (Kredit Multi Guna)
d. Credit Card
Commercial Loans lebih mengarah kepada pemberian kredit untuk kegiatan usaha, berikut
pejelasan mengenai produk-produk dari Commercial Loans,
Kredit Rekening Koran kredit modal kerja yang bersifat revolving jangka pendek dimana
penarikannya dapat dilakukan setiap saat tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak
bank, dan dapat mempergunakan Cek/Bilyet Giro.
Kredit Investasi pinjaman non revolving yang digunakan untuk membiayai investasi aktiva
tetap. Pengembaliannya dilakukan secara bertahap dengan jumlah cicilan yang tetap per bulan.
Tujuan utama dari produk pinjaman ini adalah untuk pembiayaan aktiva tetap (investasi), seperti
pembelian alat – alat / mesin produksi, pembangunan pabrik, dll.
Demand Loan kredit modal kerja yang bersifat revolving jangka pendek dimana penarikannya
dapat dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak bank dengan memakai
Surat Aksep. Tujuan dari dikeluarkannya produk pinjaman ini adalah:
o pembiayaan modal kerja yang sifatnya rutin bulanan atau hanya beberapa kali sebulan,
misalnya untuk pembelian bahan baku, barang dagangan yang sudah tetap per bulannya
(dapat diprediksi baik minimal kuantitas maupun waktunya).
o pembiayaaan modal kerja yang bersifat musiman.
o pembiayaan proyek tertentu, yang mana biasanya ditambahkan syarat tertentu sebagai
alat penarikan dan kontrol pelunasannya, misalnya SPK, DO, dll.
Term Loan kredit investasi non revolving yang digunakan untuk membiayai investasi aktiva
tetap dan pengembaliannya dilakukan secara bertahap dengan jumlah cicilan pokok ditetapkan
dimuka. Tujun dari produk ini adalah untuk pembiayaan investasi, seperti pembelian alat – alat /
mesin produksi, pembangunan pabrik, dll.
Fixed Loan kredit modal kerja jangka pendek yang bersifat non-revolving, umumnya
penarikan dilakukan sekaligus, namun dapat juga ditarik secara bertahap sesuai perjanjian
dengan menggunakan Surat Aksep. Tujuannya adalah:
o Untuk pembiayaan modal kerja yang sifatnya permanen seperti pembiayaan Buffer
Stock, dll.
o Untuk pembiayaan modal kerja yang sifatnya insidentil seperti untuk menghadapi
lonjakan omzet saat Lebaran, tahun ajaran baru, dll.
Oil and Gas Financing Program kredit ini bertujuan untuk membiayai seluruh usaha yang
terkait dengan industri penunjang di bidang minyak dan gas bumi, dalam pemenuhan kontrak
dengan perusahaan explorasi dan exploitasi minyak dan gas bumi (oil and gas company). Jenis
usaha yang dapat dibiayai berupa:
o Penyuplai barang / peralatan (Drilpipe, Casing, Tubing, Lumpur Pemboran, dll).
o Penyedia Jasa (Drilling Contractor, Cementing, Well Loging, EPC, dll).
o Penyewaan alat-alat yang diperlukan di bidang minyak dan gas bumi. (Drilling Rig,
Workover Rig, Top Drive, Well Testing Barge).
Commercial Transportation Vehicle Financing Program pembiayaan untuk pembelian
kendaraan transportasi yang akan digunakan untuk tujuan komersial/usaha. Adapun jenis
kendaraan yang dapat dibiayai antara lain: dump truck, trailer truck, bus, box truck, kendaraan
operasional lapangan (all wheel drive, double & single cabin).
Car Rental Project Financing Program pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda empat
yang akan digunakan untuk memenuhi kontrak kerja pengadaan kendaraan rental kepada suatu
perusahaan/proyek. Adapun jenis kendaraan yang dapat dibiayai antara lain: Sedan, MPV, SUV,
kendaraan operasional lapangan (all wheel drive, double & single cabin).
Computer Project Financing Merupakan program pembiayaan pengadaan perangkat
komputer dan pendukungnya atau pengadaan banking equipment (Automatic Teller
Machine/ATM, Electronic Data Caputre/EDC, card printer, passbook, pin pad, queing system,
check encoders, currency counter, dan lain – lain)
Heavy Equipent Financing Program pembiayaan pembelian alat-alat berat untuk memenuhi
berbagai macam proyek di bidang pertambangan/perminyakan, perkebunan, dan konstruksi.
Fasilitas diberikan kepada nasabah perorangan maupun badan usaha/badan hukum, dengan
jaminan utama berupa asset alat berat yang dibiayai. Produk ini diluncurkan oleh Bank OCBC
NISP guna merespon dan mendukung pertumbuhan dunia usaha di Indonesia yang khususnya
bergerak di bidang pertambangan, perkebunan dan konstruksi yang dewasa ini cenderung untuk
terus berkembang.
Pharmaceuical Wholesale Financing pembiayaan dengan konsep cash flow basis approach
(bukan collateral basis approach), dimana Bank OCBC NISP akan membiayai kebutuhan modal
kerja atas dasar cash flow dari usaha yang bersangkutan untuk meminimalisasi
kendala collateralberupa fixed asset (cash collateral). Pembiayaan modal kerja untuk Pedagang
Besar Farmasi (PBF) untuk pembelian persediaan dari Pabrik Farmasi atau Agen Tunggal/Utama.
Persediaan yang dibiayai dapat berupa :
o Human Medicine (OTC, Ethical)
o Traditional Medicine
o Nutrition
o Energy Drink
o Medical Devices
Automotive Dealer Financing pembiayaan modal kerja untuk authorized dealer PT Astra
International untuk pembelian kendaraan / chassis/ spare parts dari PT Astra International Sales
Operations. Modal kerja yang dibiaya adalah modal kerja rutin dan non rutin (musiman,
insidentil, proyek). Jaminan kredit adalah showroom dealer serta stock & / piutangnya. Untuk
authorized dealer lainnya, dimungkinkan apabila memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku.
Telecommunication Project Financing Program pembiayaan untuk pelaksanaan proyek
pembangunan indoor/outdoor Base Transceiver Station (BTS) baik yang dimiliki sendiri maupun
yang akan disewakan untuk dipakai bersama. Program ini berlaku untuk pembangunan fisik
maupun penyediaan sarana pendukung BTS. Fasilitas ini merupakan solusi cepat untuk
mendapatkan modal kerja sehingga memungkinkan pra kontraktor untuk lebih mengoptimalkan
pendapatan perusahaan.
Kredit Pemilikan Properti Multi Usaha Kredit non-Revolving yang diberikan Bank OCBC NISP
kepada perorangan, badan usaha dan badan hukum dengan jangka waktu dan kondisi tertentu
dan dipergunakan untuk investasi tempat usaha berupa pabrik, kantor, gudang atau tempat
usaha sejenis lainnya.
Personal Loans adalah salah satu kategori produk dari Bank OCBC NISP, jenis pinjaman ini lebih
diperuntukan bagi perorangan yang ingin memiliki sebuah aset, berikut ini penjelasan singkat mengenai
produk yang ada di kategori personal loans,
KPR (Kredit Pemilikan Rumah) merupakan fasilitas pinjaman bagi Nasabah perorangan/
individual untuk pembelian Rumah – rumah tinggal, rumah toko/ruko dan rumah kantor/rukan –
Tanah Kavling dan Apartemen
KPM (Kredit Pemilikan Motor/Mobil) merupakan fasilitas pinjaman bagi Nasabah untuk
pembelian kendaraan (mobil/motor) melalui dealer resmi, baik kendaraan baru maupun bekas.
KMG (Kredit Multi Guna) merupakan fasilitas pinjaman bagi Nasabah perorangan/ individual
dengan agunan tertentu untuk memenuhi berbagai kebutuhan
Credit Card salah satu fasilitas yang mempermudah nasabah dalam berkredit dengan bank.
Berdasarkan pada segmen usahanya, kredit yang diberikan oleh Bank OCBC NISP paling besar
proporsinya kepada kredit komersial yakni sebesar 37,6% dari total kredit brutonya selama tahun 2010.
Hal ini terus dialami oleh Bank OCBC NISP selama 5 tahun terakhir. Kredit untuk korporasi menempati
posisi kedua dalam proporsi kredit bruto yang dikeluarkan oleh Bank OCBC NISP, hal ini terus mengalami
peningkatan dari tahun 2006 sampai dengan 2010, dan untuk segmen konsumsi hanya 27,4% saja dari
keseluruhan kredit bruto.
Jika dilihat dari jenis penggunaannya, maka modal kerja (working capital) memberikan
kontribusi terbesarnya, yakni sebesar 42,0% dari total kredit bruto pada tahun 2010, atau setara dengan
Rp 11.736 miliar. Kredit investasi memberikan kontribusi sebesar 30,4% dari total kredit bruto di tahun
2010, dan kredit konsumsi memberika kontribusi sebesar 27,6% dari keseluruhan kredit bruto di tahun
2010. Kredit konsumsi didominasi dengan kredit pemilikan rumah (KPR), dan jumlahnya meningkat
16,9% dari Desember 2009.
Dari sudut distribusi kredit, sektor perdagangan memberikan kontribusi sebesar 24,2% dari total
kredit bruto atau setara dengan Rp 6.775 miliar. Diikuti oleh sektor perindustrian, jasa, konstruksi, yang
masing-masing menyumbangkan kontribusi sebesar 21,1%, 18,5%, 6,4% dari keseluruhan kredit bruto di
tahun 2010. Gabungan sektor pertanian, pertambangan, dan lain-lain menyumbangkan kontribusi
sebesar 29,8% pada total kredit bruto 2010.
Bank dapat mempertahankan kualitas aset yang diberikan, yang tercermin dari penurunan
kredit bermasalah bruto (Gross Non Performing Loan-NPL) menjadi sebesar 2,0% dari total kredit bruto
pada akhir Desember 2010. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, NPL Bank
OCBC NISP masih berada di 3,2%. Penurunan ini didorong dari pengambilalihan angunan maupun
penghapusbukuan kredit bermasalah. NPL tahun 2010, lebih rendah dari rata-rata NPL industri yakni
sebesar 2,6%.
Pendapatan bunga merupakan pendapatan poko dari sebuah bank. Pendapatan bunga pada
Bank OCBC NISP dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu bunga kredit, bunga dari surat berharga, dan
pendapatan bunga lain-lain. Kontribusi terbesar dari pendapatan bunga Bank OCBC NISP adalah berasal
dari bunga kredit, yaitu sebesar 82,0 % pada tahun 2010, hal ini menunjukan bagaimana kegiatan
perkreditan di sebuah bank menjadi tulang punggung bagi operasional bank tersebut.
Sebaliknya bank yang memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat juga memilki
kewajiban untuk memberikan return kepada nasabahnya. Hal ini tercermin dari beban bunga kepada
pihak ketiga yakni sebesar 66,3% dari total keseluruhan beban bunga yang ditanggung oleh bank.