X8110021 - digilib.uns.ac.id...tk aisyiyah i fitri yuniati commit to user peningkatan keterampilan...
Transcript of X8110021 - digilib.uns.ac.id...tk aisyiyah i fitri yuniati commit to user peningkatan keterampilan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER II
TK AISYIYAH I BATURETNO
SKRIPSI
Oleh :
FITRI YUNIATI
X8110021
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Fitri Yuniati
NIM : X8110021
Jurusan / Prodi : FKIP/ PG - PAUD
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENINGKATAN
KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B
SEMESTER II TK AISYIYAH I BATURETNO” ini benar-benar merupakan
hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis
lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang Membuat Pernyataan
Fitri Yuniati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER II
TK AISYIYAH I BATURETNO
Oleh :
FITRI YUNIATI
X8110021
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Anak
Usia Dini dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juli 2012
Pembimbing I
Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M. Pd
NIP. 196101211986012001
Pembimbing II
Warananingtyas Palupi, S.Sn, MA
NIP .19801013 20081 22002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
PADA ANAK KELOMPOK B SEMESTER II TK AISYIYAH I
BATURETNO TAHUN PELAJARAN 2011/2012.
NAMA : FITRI YUNIATI
NIM : X8110021
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal : Juli 2012
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Yulianti, M.Pd
Sekretaris : Drs. Samidi, M.Pd
Anggota I : Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, S.Pd, M.Pd
Anggota II : Warananingtyas Palupi, S.Sn, M.A
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
a.n Dekan, Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer.nat. Sajidan, M. Si
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
“Hidup adalah suatu kesempatan”
(Laa Tahzan: 276)
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Q.S. Albaqoroh: 286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Alam Nasyrah: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini Penulis persembahkan untuk orang-
orang tersayang, Mereka adalah:
Ibuku tersayang, yang tiada henti
mencurahkan kasih sayang, perhatian dan
cinta serta do’anya di setiap waktu
Bapakku tercinta, yang telah berjuang tanpa
lelah siang malam untukku dan yang
mengajariku arti sebuah pengorbanan dan
kasing sayang.
Gendhuk Nida (ninid) yang senantiasa
menjadi pembuat ceria dalam hidupku.
Mas Abdul Rokhman terima kasih untuk
kasih sayang, pengertian, dan motivasi serta
terima kasih atas pelajaran tentang arti
menghargai orang lain.
De Layli dan De Rahma, yang selalu
menggoda kakaknya
Alamamater Kebanggaaanku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Fitri Yuniati. PENINGKATAN KETRAMPILAN BERCERITA MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK
KELOMPOK B SEMESTER II TK AISYIYAH I BATURETNO. Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Juli 2012.
Tujuan Penelitian ini adalah : untuk meningkatkan ketrampilan bercerita
pada anak kelompok B semester II TK Aisyiyah I Baturetno melalui penerapan
model pembelajaran Kontekstual.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Model
Penelitian ini menggambarkan langkah-langkah yang berbentuk siklus. Penelitian
dilaksanakan dua siklus, dengan tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu:
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.Subjek dalam
Penelitian ini dilaksanakan di TK Aisyiyah I Baturetno. Subjek penelitian adalah
terdiri dari 25 anak yaitu 13 anak laki-laki dan 12 anak Perempuan. Sumber Data
berasal dari guru dan siswa. Tehnik pengumpulan data adalah dengan observasi,
wawancara, dan dokumentasi atau arsip. Validitas data menggunakan Tehnik
triangulasi metode. Analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan pada
siklus I belum menunjukkan hasil yang telah ditargetkan. Anak didik yang belajar
tuntas pada siklus I hanya 68 % atau meningkat 20% dari kondisi awal yaitu
sebesar 48%, namun hasil ini belum mencapai hasil yang ditargetkan yaitu anak
belajar tuntas sebanyak 80 %. Penelitian kemudian dilanjutkan ke siklus II. Hasil
dari siklus II ini mencapai 84 %pembelajaran terjadi peningkatan pada keberanian
,keruntutan dan ketepatan bercerita anak dalam bercerita dan melalui model
pembelajaran Kontekstual.
Simpulan penelitian ini adalah Peningkatan Keterampilan Bercerita
melalui model pembelajaran kontekstual pada kelompok B semester II TK
Aisyiyah I Baturetno.
Kata kunci : model pembelajaran kontekstual, ketrampilan bercerita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
ABSTRACT
Fitri Yuniati. APPLICATION THROUGH SKILLS ENHANCEMENT TELL
CONTEXTUAL LEARNING MODEL IN CHILDREN GROUP B Aisyiyah I
SEMESTER II TK Baturetno. Thesis, Surakarta: Faculty of Education and
Pedagogy University of surakarta of March. Juli 2012.
The purpose of this study are: to improve the skill to tell the child the
second semester of kindergarten group B Aisyiyah I Baturetno through the
application of contextual learning model.
This type research is a class action research (PTK). This reseach model
describes the steps that make up the cycle. Research carried out two cycles, with
each step consists of four stages namely: the planning, implementation measures,
observation, and reflection. Subjects in this study consisted of 25 students of 13
sons and 14 daughters. The source data came from the teachers and students.
Techniques of data collection is by observation, interviews, and documentation or
records. The validity of the data using the technique of triangulation method.
Analysis of data using data reduction, data presentation, and drawing conclusions.
The results can be seen that the action taken on the cycle I have not shown result
that have been targeted. Student who complete the cycle I learned only 68%, an
increas of 20% of the initial condition that is equal to 48%, but these result have
not acheved the targeted results of the study child reached 80% complete. The
study then proceeded to cycle II. The result of this second cycle reaches 84% of
the the studies have been succesful. For the learning prosess there wasan increase
in activity, confidence in the child’s to improve the skill to tell the child through
the application of contextual learning model.
conclusions of this study is to apply the model of contextual learning skills
improve learning for students talked in group B on children kindergarten lesson
Aisyiyah I Baturetno .
Key words: contextual learning model, telling skills
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... xv
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 8
1. Hakikat Keterampilan Bercerita Anak Usia Dini ................. 8
a. Pengertian Keterampilan ..................................... 8
b. Pengertian Bercerita ............................................ 8
c. Tujuan Bercerita .................................................. 10
d. Kelebihan dan kekurangan bercerita ................... 12
e. Pengertian Anak Usia Dini ................................ 12
f. Karakteristik Anak Usia Dini .............................. 13
g. Aspek – aspek Perkembangan anak usia dini ..... 14
h. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini .............. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
i. Tujuan Pendidikan PAUD................................... 16
2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual .......................... 17
a. Pengertian pembelajaran Kontekstual ................. 17
b. Dasar teori Model Pembelajaran Kontekstual..... 18
c. Komponen Model Pembelajaran
Kontekstual ......................................................... 19
d. Langkah-langkah pembelajaran kontekstual ....... 21
B. Penelitian yang Relevan ............................................................. 23
C. Kerangka Berfikir ....................................................................... 26
D. Hipotesis .................................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian ................................................. 29
B. Subjek Penelitian ...................................................................... 29
C. Sumber Data ............................................................................ 29
D. Pengumpulan Data .................................................................. 30
E. Tehnik Pengumpulan Data ....................................................... 30
F. Validitas Data .......................................................................... 32
G. Tehnik Analisis Data ................................................................ 32
H. Indikator Ketercapaian Tujuan ................................................. 33
I. Prosedur Penelitian .................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 39
A. Deskripsi Data ........................................................................ 39
1. Depkripsi Data awal ........................................................ 39
2. Depkripsi Hasil Penelitian .............................................. 42
B. Pembahasan Hasil penelitian dan temuan .............................. 72
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 74
A. Kesimpulan ........................................................................... 74
B. Implikasi ................................................................................ 74
C. Saran ...................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 77
LAMPIRAN ..................................................................................................... 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bagan Krangka Berfikir ................................................................. 27
3.1 Model PTK ..................................................................................... 26
3.2 Langkah-langkah PTK ................................................................... 35
4.1 Gambar grafik ketrampilan bercerita kondisi awal ........................ 41
4.2 Gambar ketrampilan bercerita siklus 1 .......................................... 57
4.3 Gambar ketrampilan bercerita siklus II .......................................... 72
4.4 Gambar grafik perbandingan siklus I dan II` ................................. 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel : Halaman
4.1 Waktu dan Jenis kegiatan Penelitian ....................... 25
4.2 Indikator Ketercapaian ............................................ 32
4.3 Tabel kondisi awal ................................................. 39
4.4 Tabel Siklus I .......................................................... 54
4.5 Tabel Siklus II ......................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Rincian Jadwal Penelitian......................................................... 81
Lampiran 2 Bahan Ajar ................................................................................ 82
Lampiran 3 Indikator Ketercapaian ............................................................. 83
Lamparan 4 Deskripsi Penilaian ................................................................... 84
Lampiran 5 Format penilaian ...................................................................... 85
Lampiran 6 RKH,Skenario,Evaluasi Siklus I dan II .................................... 100
Lampiran 7 Instrumen .................................................................................. 117
Lampiran 8 foto kegiatan siklus I dan II ........................................ ……….. 192
Lampiran 9 Surat permohonan ijin penyusunan skripsi ................ ……….. 193
Lampiran10 Surat keputusan Dekan FKIP tentang ijin skripsi ....... ……….. 194
Lampiran 11 Surat permohonan ijin penelitian ............................... ……….. 198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh yang maha pengasih dan maha penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi dan kemudahan serta ridho yang lebih. Atas kehendak
Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENINGKATAN
KETRAMPILAN BERCERITA MELALUI PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B
SEMESTER II TK AISYIYAH I BATURETNO”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapat gelar sarjana pada Program Study Pendidikan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Surakarta Penulis menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini tidak lepas dari
berbagai pihak. Untuk itu,penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS.
3. Ketua Program Studi S1 Transfer S1 PG-PAUD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surakarta.
4. Sekretaris Program Studi PG-PAUD Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Surakarta.
5. Dra. Hj. Siti Wahyuningsih, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membantu, membimbing, dan mengajarkan segala hal kepada penulis.
6. Warananingtyas Palupi, S.Sn, MA selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membantu, membimbing, dan mengajarkan segala hal kepada penulis.
7. Ninik Sri Sugiyatmi selaku Kepala TK Aisyiyah I Baturetno, Wonogiri
yang telah membantu, membimbing, dan mengajarkan segala hal kepada
penulis sehingga penulisan proposal ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Cristina Widiarti, S.Pd.AUD dan Siti Ardiyani, S.Pd, selaku guru kelas di
kelompok B4 yang telah memberikan kesempatan serta membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
9. Guru- guru serta semua staf karyawan TK Aisyiyah I Baturetno yang telah
banyak membantu dan dukungan.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam mencari data dan kelancaran
penyusunan proposal penelitian ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu
per satu.
Harapan penulis semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Semoga segala bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah diberikan kepada diri
penulis mendapat balasan dan ridho dari Alloh SWT. Amin.
Baturetno, Juli 2012
Penyusun
Fitri Yuniati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan wadah untuk memaksimalkan aspek
perkembangan anak baik nilai moral, agama, bahasa, kognitif dan fisik motorik.
Anak usia dini yang disebut sebagai usia emas (golden age) merupakan masa yang
paling tepat untuk memberikan stimulasi bagi seluruh perkembanganya.
Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young
Children), mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang
usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan di taman penitipan anak,
penitipan anak pada keluarga (family child care home), pendidikan prasekolah baik
swasta maupun negeri, TK dan SD (NAEYC, 1992).
Proses perkembangan Anak usia dini sebagai bentuk perlakuan yang
diberikan kepada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap
tahapan perkembangan anak usia dini.
Menurut (Hartati, 2005) Karakteristik anak Usia Dini adalah sebagai berikut :
(a) memiliki rasa ingin tahu yang besar, (b) merupakan pribadi yang unik, (c) suka
berfantasi dan berimajinasi, (d) masa potensial untuk belajar, (e) menunjukkan sikap
egosentris, (f) memiliki rentang konsentrasi yang pendek, (g) sebagai bagian dari
makhluk sosial.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa:
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam yang dilakukan pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut (Depdiknas, 2003).
Pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini hakikatnya adalah upaya
memfasilitasi perkembangan yang sedang terjadi pada dirinya. Perkembangan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
usia dini merupakan peningkatan kesadaran dan kemampuan untuk mengenal dirinya
dan berinteraksi dengan lingkunganya seiring dengan pertumbuhan anak yang dialami
(Bachtiar S.B, 2005 : 2)
Keberadaan sekolah bagi anak usia dini dapat menjadi fasilitator dalam
memaksimalkan perkembangan anak usia dini. Disekolah perkembangan ini terjadi
pada pemahaman dan komunikasi melalui kata yang diperlukan dalam kegiatan
berkomunikasi dengan individual lain baik anak maupun orang dewasa.
Kegiatan pembelajaran bercerita diarahkan untuk meningkatkan ketrampilan
anak dalam berkomunikasi yang baik dan benar serta menumbuhkan apresiasi
terhadap hasil karya melalui cerita yang dicipta anak.
Bercerita memiliki peran penting dalam pembelajaran intelektual, sosial,
emosional anak dan merupakan penunjang keberhasilan dalam dalam mempelajari
semua bidang. Bercerita diharapkan membantu anak mengemukakan gagasan dan
perasaan, belajar berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa dan
menemukan ketrampila yang imajinatif ada dalam individu anak.
Kegiatan pembelajaran bercerita pada anak usia dini hendaknya dapat
mengembangkan potensinya yang sesuai dengan kebutuhan,kemampuan dan
minatnya, serta dapat menambahkan penghargaan terhadap hasil karyanya sendiri.
Guru dapat memusatkan perhatian kepada kompetensi pengungkapan bahasa Anak
usia dini melalui bercerita dengan menyediakan kegiatan bercerita dan sumber belajar
untuk mengoptimalkan keterampilannya dalam bercerita.
Perkembangan keterampilan bercerita anak kelompok B masih kurang dan
guru memfokuskan untuk kelompok B4 yang digunakan untuk penelitian
keterampilan bercerita masih kurang.Kegiatan bercerita banyak dijumpai anak pasif
dalam bercerita sehingga masih banyak anak yang belum mempunyai keterampilan
dalam bercerita. Disini guru mempunyai peran penting untuk meningkatkan
keterampilan bercerita pada Anak usia dini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Proses pembelajaran bercerita sering dijumpai di kelas dan adanya
kecenderungan anak pasif kepada guru maupun dengan teman sehingga sulit berkata-
kata. Proses pembelajaran bercerita yang konvensional hanya guru saja yang aktif,
akibatnya keaktifan anak pun kurang, dan guru masih banyak perlu perbaikan dalam
penyampaian, maka dari itu guru memberikan model pembelajaran yang tepatdan
menarik.
Perkembangan dalam menyampaikan sesuatu sangat penting untuk
mendukung ketrampilan bercerita melalui stimulus yang tepat dan tentunya model
pembelajaran yang tepat pula. Pemilihan model pembelajaran tentu saja guru PAUD
lah yang mengambil peran penting dari pemilihan model tersebut.Terkadang masih
banyak guru PAUD yang menerapkan model yang kurang tepat dalam meningkatkan
ketrampilan bercerita.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan oleh guru untuk
meningkatkan motivasi belajar Anak usia dini agar memiliki keterampilan sosial dan
pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal. Pemilihan model yang
pembelajaran berfungsi untuk memberikan situasi pembelajaran yang tepat untuk
memberikan suatu aktivitas kepada anak usia dini guna mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil refleksi diri ada beberapa masalah anak usia dini yaitu dari
hasil nilai semester satu masih rendah padanilai keterampilan dalam bercerita dan
guru harus mencari model yang lebih tepat untuk mewujudkan adanya peningkatan
keterampilan bercerita sebagaimanayang diharapkan di TK Aisyiyah I Baturetno.
Penggunaan model pembelajaran pada saat guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar diperlukan langkah - langkah yang sistematis untuk mencapai tujuan
yang sudah ditargetkan.Sekarang banyak model pembelajaran yang dapat
dikembangkan dan diterapkan, salah satunya model yang dikembangkan dan mudah
diterapkan adalah dengan model kontekstual.
Pembelajaran model kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang
mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dunia nyata anak. Dan mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapan kehidupan mereka sehari – hari.
Pengetahuan dan keterampilan anak diperoleh dari usaha anak
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar.Pembelajaran berbasis kontekstual melibatkan tujuh komponen utama.
Menurut Sanjaya( 2004:17) tujuh komponen tersebut yaitu: konstruktivisme,
bertanya( Questioning), menemukan (inquiry),masyarakat belajar (learning
community), pembelajaran terpadu (integrated), permodelan (modeling), dan
penilaian sebenarnya (authentic assessment).
Penerapan model pembelajaran kontekstual yaitu dengan menambah
pengetahuan anak yang diperoleh dengan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan baru ketika ia belajar. Menurut Johnson (2002:14) kontekstual adalah
sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para anak melihat makna
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-
subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu konteks
keadaan pribadi , sosial, dan budaya mereka.
Pembelajaran kontekstual membantu merangsang otak untuk menyusun pola-
pola yang mewujudkan makna.Kontekstual merupakan pengajaran yang cocok
dengan otak karena menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis
dengan konteks kehidupan anak.Dengan pemanfaatan lingkungan merangsang sel-sel
saraf otak untuk berjalan, system ini memfokuskan diri pada konteks yang ada
dilingkungan mereka.
Model pembelajaran ini juga dapat untuk digunakan semua bidang
pengembangan pada anak usia dini dan membantu sesuai tingkat perkembangan usia
mereka yaitu usia 5-6 tahun yang biasa disebut kelompok B.
Pemanfaatan model pembelajaran ini merupakan upaya guru agar
pembelajaran di kelompok B, di TK Aisyiyah I yang terdiri dari 4 kelas dan
difokuskan peneliti dikelompok B4, tidak terasa monoton dan menegangkan sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
ketika guru memulai bercerita anak- anak kondisi siap atau tidak tegang, sehingga
harapan untuk meningkatkan hasil belajar dapat terwujud.
Model pembelajaran kontekstual memiliki kelebihan diantaranya menggali
informasi tentang kemampuan anak dalam penguasaan pembelajaran, menyenangkan
anak karena motivasi anak untuk belajar bangkit, merangsang keingintahuan anak
terhadap sesuatu, memfokuskan anak usia dini pada sesuatu yang diingikan,
membimbing anak untuk menyimpulkan dan menemukan sesuatu, mengembangkan
rasa percaya diri, saling memiliki, gembira anak kritis, serta mengembangkan
keterampilan mereka untuk belajar memecahkan masalah.
Peningkatan keterampilan dalam bercerita dengan memberi tugas bercerita
dengan benda nyata yang berkaitan dengan tema yang sedang berlangsung kemudian
melakukan observasi dan belajar menemukan sendiri apa yang mereka pelajari dari
kegiatan yang diharapkan menyenangkan yang di rencanakan guru. Guru kelompok
B4 TK Aisyiyah 1 Baturetno masih monoton dan konvensional seringnya
menggunakan kegiatan anak hanya mendengarkan dan anak bila diberi tugas bercerita
seperti kehilangan kata-kata dalam mengungkapkan ceritanya.
Kondisi kegiatan pembelajaran seperti itu menjadikan anak terlihat pasif dan
pengalaman yang diceritakan membosankan, maka peneliti mencoba untuk
menggunakan model pembelajaran kontekstual dalam memotivasi dan membantu
pemberian rangsangan demi mengetahui kemampuan anak didik.
Karena alasan itulah penulis perlu melaksanakan penelitian dengan judul
“Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Penerapan Model
Pembelajarankontekstual Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 1Semester II
Baturetno Semester II Tahun Pelajaran 2011/ 2012”.
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan diatas, dapat didentifikasikan masalah penelitian adalah:
Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
keterampilan bercerita pada anak kelompok B4 TK Aisyiyah 1 Baturetno Semester II
Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
C .Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan , tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah:
“Untuk meningkatkan keterampilan bercerita melalui penerapan model pembelajaran
kontekstual pada anak kelompok B4 TK Aisyiyah 1 Baturetno Semester II Tahun
Pelajaran 2011/2012”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Peneliti berharap dapat dijadikan referensi bagi peningkatan kualitas dalam
pembelajaran bercerita menggunakan bahasa ibu dengan stimulasi model
pembelajaran kontekstual.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Anak
1) Dapat meningkatkan keterampilan anak dalam bercerita
2) Dapat Meningkatkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar anak
usia dini.
3) Bersikap kritis terhadap hasil belajar.
b. Manfaat Bagi Guru PAUD
1) Dapat meningkatkan pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang
menggunakan model pembelajaran khususnya model pembelajaran
kontekstual.
2) Dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran bagi anak usia dini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
3) Dapat membuat guru lebih terampil dan percaya diri dalam mengajar.
c. Manfaat bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pendidikan dan system pembelajaran di
sekolah yang menyenangkan khususnya di TK Aisyiyah I Baturetno.
2) Sebagai perbaikan proses dan hasil belajar anak usia dini.
3) Memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah yang
tercermin dari peningkatan kemampuan professional para guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A.Tinjauan Pustaka
1.Hakikat Keterampilan Bercerita Anak Usia Dini
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan berasal dari kata “terampil” yang berarti cakap dalam
menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan. Ketrampilan berarti kecakapan untuk
menyelesaikan tugas ( Depdikbud, 1990 : 935).
Tarigan (2008:1), mengartikan bahwa setiap ketrampilan erat kaitanya dengan
proses berfikir yang mendasari bercerita. semakin terampil seseorang berbahasa
semakin jelas jalan pikiranyadan keterampilan bahasanya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah
kecakapan yang dimiliki seseorang yang memiliki empat aspek. Salah satunya
berbahasa. Dalam hal ini pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses
komunikasi belajar untuk mengubah perilaku anak menjadi cekatan. Anak usia dini
membutuhkan asupan kegiatan - kegiatan yang dapat menstimulasi seluruh aspek
perkembangannya.
b. Pengertian Bercerita
Cerita merupakan salah satu bentuk karya sastra. Buku untuk anak biasanya
mencerminkan masalah - masalah masa sekarang, Karena kehidupanya terfokus pada
masa lalu dan masa depan . Cerita untuk anak adalah cerita yang menempatkan mata
anak-anak sebagai pengamat utama dan masa anak-anak sebagai fokus utamanya
(Tarigan,1995:5).
Bercerita adalah kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang
lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang didengarkan dengan rasa
menyenangkan, oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikanya
dengan menarik (Depdiknas,2005:5). Dengan demikian seorang balita dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
menyampaikan ceritanya sesuai karakternya dari contoh orang - orang dewasa yang
menceritakan sesuatu kepadanya yang anak dengar setiap hari dari ayah atau ibunya.
Menurut Barton dan Booth (1990, halaman 14) dalam
(http:www.californiakindergartenassociation.org/wpcontent/uploads/pdf:diakses pada
16/08/2012) menyatakan bahwa:
Story is a living context for making meaning. It can reinforce theimaginative
framework of the developing child, give validity to importantfeelings,
promote insights, nourish hope, reduce anxieties and provide arich fantasy
life…(p.14)
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pengertian cerita adalah konteks hidup
untuk membuat makna dan dapat memperkuat kerangka imajinatif anak berkembang,
memberikan validitas untuk perasaan, mempromosikan wawasan, menyehatkan dan
berharap mengurangi kecemasan dan memberikankaya fantasi dalam kehidupan anak.
Cerita merupakan daya tarik tersendiri untuk perkembangan anak.
Menurut Uskup dan Glynn ( 1999, halaman 2) di ambil dari The journal
internasional, berpendapat bahwa:
Storytelling is an ideal teaching and learning tool, for it takes seriously the
need for students to make sense of experience, using their own culturally
generated sense-making processes (Bishop and Glynn, 1999).
Storytelling also has the capacity to support and enhance the relationship
between students creating new knowledge and learning from others. In
addition, sharing and reflectively processing stories provides students with
opportunities to develop authentic relationships with their peers.
Pengertian diatas merupakan pengertian bercerita atau dongeng yaitu
pengajaran yang ideal dan alat pembelajaran, untuk dengan serius perlunya bagi
siswa untuk memahami pengalaman, menggunakan budaya mereka sendiri dihasilkan
rasa proses pembuatan (Uskup dan Glynn, 1999).
Menurut beberapa ahli bercerita juga memiliki kapasitas untuk mendukung
dan meningkatkan hubungan antara siswa menciptakan pengetahuan baru dan belajar
dari orang lain. Selain itu, berbagi dan reflektif pengolahan cerita memberi
kesempatan pada siswa untuk mengembangkan otentik hubungan dengan teman
sebaya mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Tujuan Bercerita
Menurut Tampubolon dalam Dhini Dkk. (1991:6.5), bercerita kepada anak
memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan
membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak. Dengan
demikian bercerita membantu perkembangan bahasa anak.
Menurut Jerome S Brunner (Tampubolon,1991:10) Tujuan bercerita bagi anak
usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa
yang disampaikan oranglain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak
dapat menjawab pertanyaan ,selanjutnya anak dapat menceritakan dan
mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga
hikmah isi cerita dapat difahami dan lambat laun didengarkan diperhatikan,
didengarkan, dan diceritakan kepada orang lain. Karena Bahasa berpengaruh besar
pada perkembangan pikiran anak , kemudian dalam bercerita yang digunakan adalah
mengungkapkan bahasa yaitu : (1) bercerita tentang gambar atau yang dibuat sendiri
dengan urut dan bahasa yang jelas (B.16). (2) mendengarkan dan menceritakan
kembali cerita secara runtut (B.27). (3) berbicara lancer menggunakan kalimat yang
komplek dan tepat(B.24).
Sedangkan menurut Suyanto dan Abbas dalam Musfiroh (2005:23)
menyatakan bahwa bercerita dapat digunakan sabagai sarana mendidik dan
membentuk kepribadian anak. Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang
anak semenjak ia mengerti akan peristiwa yang terjadi disekitarnya dan setelah
memorinya mampu merekam beberapa kabar berita, masa tersebut terjadi pada usia
4-6 tahun, yang ditandai oleh berbagai kemampuan (Depdiknas, 2005:5).
Nilai luhur ditanamkan pada diri anak melalui penghayatan terhadap makna
dan maksud cerita. Transmisi budaya terjadi secara alamiah. Anak memiliki referensi
yang mendalam karena setelah menyimak, mereka melakukan serangkaian aktivitas
kognisi dan afeksi yang rumit dari fakta cerita seperti nama tokoh, sifat tokoh, latar
tempat, dan budaya, serta hubungan sebab akibat dalam alur cerita dan pesan moral
yang tersirat didalamnya, misalnya melakukan kebaikan, kejujuran, dan kerjasama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Proses ini terjadi secara lebih kuat dari pada nasehat atau paparan. Musfiroh
(2005:24) menyatakan manfaat bercerita menjadi sesuatu yang penting bagi anak
karena beberapa alasan antara lain:
(a). Bercerita merupakan alat perbandingan budi pekerti yang paling mudah dicerna
anak disamping teladan yang dilihatnya anak setiap hari.(b). Bercerita merupakan
metode dan materi yang dapat diintegrasikan dengan dasar ketrampilan lain, yakni
berbicara, membaca, menulis dan menyimak, tidak terkecuali untuk anak taman
kanak-kanak.(c). Bercerita memberi contoh pada anak bagaimana menyikapi suatu
permasalahan dengan baik, bagaimana melakukan pembicaraan yang baik, sekaligus
member pelajaran pada anak bagaimana cara mengendalikan keinginan-keinginan
yang dinilai negatif oleh masyarakat.(d). Bercerita memberikan pelajaran budaya dan
budi pekerti yang memiliki retensi lebih kuat dari pada pelajaran budi pekerti yang
diberikan melalui penuturan dan perintah langsung.(e). Bercerita membangkitkan rasa
tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur, plot menumbuhkan kemampuan merangkai
sebab akibat dari suatu peristiwa memberikan peluang bagi anak untuk belajar
menelaah kejadian - kejadian disekelilinnya.(f). Bercerita mendorong anak
memberikan makna bagi proses belajar terutama mengenai empati sehingga anak
dapat mengkonkretkan rabaan psikologis mereka bagaimana seharusnya memandang
suatu masalah dari sudut pandang orang lain.
Menurut Musfiroh (2005: 26) manfaat bercerita bagi anak TK di antaranya
adalah: (a).Melatih daya serap atau daya tangkap dalam memahami cerita.(b). Melatih
daya pikir anak TK dalam memahami proses cerita.(c). Melatih daya konsentrasi anak
TK, untuk memusatkan perhatianya kepada keseluruhan cerita.(d).Dapat
mengembangkan daya imajinasi anak agar berkembang wawasanya dan bertambah
pula daya fantasi dengan imajinasi yang luar biasa.(e). Menciptakan situasi yang
menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai
perkembangan anak TK. (f).Membantu perkembangan bahasa anak dalam
berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi
komunikatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa manfaat
bercerita adalah segala sesuatu yang berisi informasi untuk merangsang keterampilan
anak mengembangkan daya fantasi dengan imajinasi luar biasa dan dapat membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
perkembangan bahasa dan komunikasi serta daya konsentrasi anak dan budi pekerti
agar pembelajaran lebih bermakna.
d. Kelebihan dan Kekurangan bercerita
Menurut Dhini. Dkk (2005: 27) Bentuk penyajian dalam mengajar anak usia
dini dengan bercerita membantu pengembangan bahasa anak yang pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan.
Kelebihanya antara lain : (1) Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif
lebih banyak, (2) Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesien,
(3) Pengaturan kelas lebih sederhana. (4) Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.
Kekuranganya, antara lain: (1) Anak didik menjadi pasif, karena banyak
mendengarkan saja. (2) Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan
kemampuan anak untuk berpendapat.(3) Daya serap atau daya tangkap yang masih
kurang sehingga sukar memahami tujuan pokok cerita.(4) Cepat menumbuhkan rasa
bosan terutama apabila penyajianya tidak menarik.
Berdasarkan pendapat tentang kelebihan dan kekurangan bercerita diatas
dapat disimpulkan bahwa kelebihan bercerita adalah kegiatan yang dapat
dimanfaatkan lebih efisien dan dan efektif, pengaturan kelas lebih sederhana, dapat
menguasai kelas dengan mudah, sedangkan dari kekuranganya sangat terbatas untuk
kelompok besar dalam mengajar anak menjadai pasif, dan kurang merangsang
kreatifitas apabila penyajian kurang menarik hanya monoton dan membosankan.
e. Pengertian Anak Usia Dini
Terdapat beberapa definisi mengenai anak usia dini. Definisi yang pertama,
Aisiyah (2007:4) Anak Usia Dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir
sampai berusia kurang lebih delapan tahun (0-8 tahun).
Sedangkan definisi yang kedua, menurut UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 14 yang menyebutkan bahwa anak usia dini
adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Masitoh (2007: 1.16) menyatakan bahwa anak usia dini dadalah sekelompok anak
yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, motorik, kognitif,
atau intelektual ( daya piker, adaya cipta), social emosional serta bahasa.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak usia dini
adalah anak yang berusia nol sampai enam atau nol sampai delapan tahun yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik dan mempunyai
karakteristik berbeda baik jasmani, rokhani dan sosialnya.
f. Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik anak usia dini menurut Hartati dalam Aisyiyah (2007: 5) sebagai
berikut:
a) Bersifat Egosentris Naif
Anak memandang dunia luar dari pandangan sendiri, sesuai dengan
pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki anak itu sendiri, dibatasi oleh perasaan
dan pikiranya yang masih sempit. Maka anak belum mampu memahami arti
sebenarnya dari suatu peristiwa dan belum mampu menempatkan diri kedalam
kehidupan orang lain.
b) Kesatuan Jasmani dan Rohani yang Hampir Tidak Terpisahkan
Anak belum dapat membedakan antara dunia lahiriah dan batiniah.Isi lahiriah
dan batiniahnya merupakan satu kesatuan yang utuh.Penghayatan yang dikeluarkan
anak secara bebas, spontan, masih jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun
pura-pura, anak mengekspresikan secara terbuka.
c) Relasi Sosial yang Primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris naïf.Ciri ini
ditandai dengan kehidupan anak yang belum dapat memisahkan antara dirinya
dengan keadaan lingkungan sosialnya.
d) Sikap Hidup yang Fisiognomis
Anak bersifat fisiognomis terhadap dunianya artinya secara langsung anak
memberikan sifat kongkrit, nyata terhadap apa yang dihayatinya. Kondisi ini
disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa yang dihadapinya masih bersifat
menyatu antara jasmani dan rohani.
e) Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia disekitarnya. Mereka ingin
mengetahui segala sesuatu yang terjadi disekitarnya.Anak juga mulai gemar bertanya
meski masih dengan bahasa sederhana.
f) Merupakan Pribadi yang Unik
Meskipun banyak terdapat kesamaan pola umum perkembangan, setiap anak
meskipun kembar tetap mempunyai keunikan masing- masing.Keunikan tersebut dari
faktor genetis yang berasal dari lingkungan.
g) Sebagai Bagian dari Makhluk Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Mereka
mulaim belajar berbagi, mengalah, dan antri menunggu giliran saat bermain dengan
teman-temanya.Melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, menjadikan anak
terbentuk konsep dirinya.
Bachri (2005: 53-54) menyatakan bahwa karakteristik anak usia dini adalah:
(1) mulai dilakukan tingkah laku simbolis, (2) mulai mengenl dunia sekitarnya, (3)
mulai mengenal jenis kelamin.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
anak usia dini adalah unik, egosentris, rasa ingin tahu yang besar , suka berimajinasi,
konsentrasinya pendek, masa peka belajar, bagian dari makhluk social, peniru yang
baik dari orang orang disekitarnya, mulai mengenal lingkunganya, dan dapat
mengenal diri sendiri.
g. Aspek – aspek perkembangan Anak Usia Dini (AUD)
Berikut ini masing- masing aspek perkembangan AUD menurut Masitoh (2007:
212). Aspek - aspek perkembangan AUD sebagai berikut:
a). Perkembangan fisik dan motorik
Perkembangan ini dapat dilihat dari pertumbuhan anak yang dapat dilihat
secara fisik dan melalui kemampuan – kemampuan anak.
b). Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget dilihat dari tahapanya, yang dikutip Masitoh (2007:213)
bahwa:
Anak Usia Dini berada pada tahapan pra-operasional, yaitu tahapan
anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai
dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu yang lain
dengan menggunakan symbol- symbol. Melalui kemampuan ini anak
mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
c). Perkembangan Emosi
Perkembangan emosi berkaitan erat dengan seluruh aspek perkembangan
anak. Pada tahap ini anak usia prasekolah lebih rinci atau terdeferensiasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka, misalnya
sikap marah sering diperlihatkan dan sering berebut perhatian guru di sekolah.
d). Perkembangan Sosial
adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-
aturan masyarakat di mana AUD itu berada. Perkembangan sosial diperoleh
AUD melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon
terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi
anak semakin berkembang dan berjiwa sosial.
e). Perkembangan Bahasa
Anak prasekolah biasanya mampu mengembangkan ketrampilan berbicara
melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat
menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, bercerita dan
dialog. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama
benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga menambah perbendaharaan
kata anak.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa aspek - aspek
perkembangan anak usia dini adalah terdiri dari perkembangan fisik dan motorik,
perkembangan kognitif, bahasa, sosial, dan perkembangan emosional.
Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Menurut Bredekamp dan Coople dalam Aisiyah ( 2007 :12-18), ada beberapa
prinsip perkembangan anak usia dini yang perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut:
a) Perkembangan anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara aspek
atau ranah fisik, sosial, emosional, dan kognitif.
b) Perkembangan fisik, emosi, sosial, bahasa, dan kognitif anak terjadi dalam
suatu urutan tertentu yang relative dapat diramalkan.
c) Perkembangan anak berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak.
d) Pengalaman awal yang memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap
perkembangan anak.
e) Perkembangan anak berlangsung kearah yang makin komplek, khusus,
terorganisasi dan terealisasi.
f) Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan
kognitif anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
g) Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar adalah dalam komunitas
yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik
maupun psikologisnya.
Masitoh, dkk (2005 :5.6-5.8) mengemukakan bahwa prinsip- prinsip belajar
anak sebagai berikut : (1) Anak adalah pebelajar aktif, ( 2) belajar anak dipengaruhi
oleh kematangan, (3) belajar anak dipengaruhi oleh lingkungan, (4) anak belajar
melalui kombinasi pengalaman fisik dan interaksi sosial, (5) anak belajar dengan
gaya berbeda, (6) anak belajar melalui bermain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip belajar anak adalah kegiatan belajar anak yang menarik dan menantang bagi
anak, dilakukan sambil bermain melalui kegiatan nyata, kegiatan menggunakan
keterampilan hidup dan belajar melalui kegiatan aktif serta berinteraksi dengan
lingkunganya.
h. Tujuan Pendidikan di PAUD
Pada umumnya anak usia dini mempunyai rasa ingin tahu dan inisiatif yang besar,
menunjukkan minat yang lebih besar terhadap lingkungan dan lebih aktif dalam
proses sosialisasi. Pendidikan di Paud bertujuan meletakkan dasar kearah
perkembangan sikap, perilaku, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang
diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
Menurut Sujiono, 2009: 42 – 43 Secara khusus tujuan pendidikan anak usia
dini ialah:
(a). Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta
mencintai sesamanya.(b). Agar anak mampu mengelola keterampilan
tubuhnya termasuk gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu
menerima rangsangan sensorik.(c). Anak mampu menggunakan bahasa untuk
pemahaman bahasa pasif dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga
dapat bermanfaat untuk berpikir dan belajar.(d). Anak mampu berpikir logis,
kritis, memberikan alasan, memecahkan masalah dan menemukan hubungan
sebab akibat.(e). Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social,
peranan masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta
mampu mngembangkan konsep diri yang positif dan control diri.(f). Anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta menghargai
karya kreatif.
Menurut pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan di
PAUD adalah pendidikan awal pembentukan otak dan kepribadian anak. Di PAUD
anak dapat mengembangkan potensi mereka, bakat mereka, dan bebas
mengekspresikan jiwanya melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama teman-
temannya.
3.Tinjauan Model Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Landasan filosofi kontekstual adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar bukan hanya membaca, tetapi AUD harus
membangun pengetahuan dibenak mereka sendiri melalui pengalaman nyata sehari-
hari.
Johnson dalam Sugiyanto (2002:14) menyatakan bahwa “Sebuah proses
pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna dalam materi
akademik yang mereka yang mereka pelajari dengan konteks keseharian mereka “.
Pembelajaran kontekstual pertama kali diajukan pada awal abad 20 (khususnya
USA) oleh John Dewey yang menyatakan bahwa kurikulum dan metode mengajar
terkait dengan pengalaman dan minat siswa.Pembelajaran konstekstual mengakui
bahwa belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidimensi yang jauh
melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi kepada latihan dan
rangsangan/tanggapan (stimulus-response).Suryanto (2002: 20) menyatakan bahwa:
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang menggunakan bermacam-
macam konstekstual sebagai titik awal, sedemikian sehingga siswa belajar
dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan
berbagai masalah, baik itu masalah nyata maupun masalah simulasi, baik
pelajaran yang berkaitan dengan pelajaran lain di sekolah, situasi sekolah
maupun masalah di luar sekolah, termasuk masalah di tempat kerja yang
relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Senada dengan hal tersebut pembelajaran konstekstual adalah pembelajaran di
mana guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari, hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nur Hadi (2002: 5) yang berpendapat bahwa:
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dalam
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh
komponen pembelajaran afektif.
Jadi Model pembelajaran konstekstual adalah prosedur pembelajaran yang
menggunakan bermacam-macam konstekstual sebagai titik awal sehingga siswa
belajar dengan menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan
berbagai masalah serta dapat mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri ketika belajar dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Menurut Robert G. Berns and Patricia M. Erickson ( 2001:2) dalam ( http://
www. nccte.contextual.org.Dewey, J. The School and Society. Chicago, menyatakan
bahwa:
Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning
that helps teachers relate subject matter content to real world situa- tions;
and motivates students to make connections between knowl- edge and its
applications to their lives as family members, citizens, and workers and
engage in the hard work that learning requires.
Dari pendapat diatas berarti Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi belajar
mengajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran masalah konten ke
dunia nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan tepi
dan aplikasi untuk kehidupan merekasebagai anggota keluarga, warga, dan pekerja
dan terlibat dalam kerja keras belajar yang menuntut.
Dari beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk menolong
AUD dalam melihat makna materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata.
Materi yang disampaikan guru lebih konkrit, bermakna, dan mendorong anak untuk
menerapkan dalam kehidupan keseharian mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Dasar Teori model pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran model kontekstual harus menggunakan dasar teori pendapat
Johnson, yang dikutip Sugiyanto ( 2008 :19), ada tiga pilar dalam sistem Kontekstual
yaitu: a).mencerminkan prinsip saling ketergantungan, b). mencerminkan diferensiasi,
c). mencerminkan prinsip pengorganisasian diri.
Landasan filosofi Kontekstual adalah konstruktivisme yang mempunyai arti
filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal.
AUD harus mengkonstruksi pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan tidak
dapat dipisah- pisahkan menjadi fakta- fakta atau proporsi yang terpisah tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Berdasarkan pendapat di atas pembelajaran model kontekstual menggunakan
dasar teori 3 pilar yaitu : mencerminkan prinsip saling ketergantungan,
mencerminkan diferensiasi, dan prinsip pengorganisasian diri.
c. Komponen Model Kontekstual
Pembelajaran berbasis Kontekstual menurut Sugiyanto ( 2009: 21) melibatkan
tujuh komponen yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran dengan
pendekatan konstekstual, tujuh komponen tersebut antara lain :
1) Konstruktivisme (Construktivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir model pembelajaran
konstekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang sempit (terbatas dan tidak tiba-tiba tahu
semuanya.
Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya sendiri, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak memberi semua
pengetahuan pada siswa, melainkan siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan
yang ada di benak mereka sendiri. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas
menjadi proses ”mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembelajaran, siswa harus membangun sendiri pengetahuan mereka melalui
keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
konstekstual.Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru
harus selalu merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya.
3) Bertanya (Questioning)
Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam pembelajaran. Dari
bertanya kita dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
Kegiatan bertanya hampir dilakukan pada semua kegiatan belajar, misalnya kegiatan
bertanya antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya. Aktivitas bertanya juga
ditemukan ketika siswa berdiskusi ataupun ketika bekerja dengan kelompoknya.
4) Masyarakat belajar (Learning Community)
Konsep Learning Community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Dalam pembelajaran konstekstual, guru diharapkan
untuk melakukan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya
heterogen.Dari kelompok ini setiap orang bisa menjadi sumber belajar.Anak yang
pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lambat, dan yabg mempunyai gagasan segera
memberi usul.
5) Pemodelan (Modelling)
Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan suatu contoh yang dapat ditiru
anak. Model tidak harus guru tetapi model dapat dirancang dengan melibatkan siswa
ataupun juga dapat didatangkan dari luar sekolah. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk
memberi contoh pada temannya misalnya cara menggunakan alat.
6) Refleksi (Reflection)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Refleksi adalah cara befikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang
tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Refleksi merupakan respon
terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan baru yang diterima. Dengan
melakukan refleksi siswa akan memperoleh sesuatu dari apa yang telah
dipelajarinya. Realisasi refleksi dalam pembelajaran berupa : rangkuman tentang apa
yang dipelajarinya, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran tentang
pembelajaran dan sebagainya.
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assesment).
Assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Pengumpulan data kemajuan belajar siswa
dalam pembelajaran konstekstual tidak hanya menggunakan tes tetapi juga dapat
diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar.
Menurut Suryanto (2002: 22-24), pembelajaran konstekstual mempunyai ciri-ciri :
(1). Berbasis masalah. Artinya pembelajaran dimulai dengan menghadapkan
siswa kepada masalah konstekstual, yang merupakan masalah simulasi atau
masalah dunia nyata. (2). Menggunakan konteks ganda. Artinya pembelajaran
melibatkan masalah yang memiliki beberapa tautan, misalnya tautan dengan
pelajaran lain, tautan dengan pengalaman dalam perjalanan ke sekolah, tautan
dengan pelajaran olah raga , dalam suatu masalah. Dengan pengalaman
memecahkan masalah konteks ganda, siswa akan memperoleh pengetahuan
yang dapat digunakan dalam berbagai situasi. (3). Membangkitkan keteraturan
belajar. Artinya dengan menghadapi bermacam–macam masalah konstekstual,
siswa terbiasa untuk menyadari bagaimana cara berfikir yang efektif, terbiasa
menggunakan berbagai strategi dalam memecahkan masalah dan terus menerus
termotivasi untuk belajar. (4). Siswa menjadi bagian dari konteks. Artinya
beberapa masalah konstekstual yang dipilihkan oleh guru berkaitan dengan
pengalaman siswa, keluarga siswa, kelompok siswa atau tempat siswa itu
belajar.(5). Belajar dalam konteks sosial. Artinya, dalam memecahkan masalah,
siswa berinteraksi dengan sesama siswa atau orang lain ditempat memecahkan
masalah itu, dalam bentuk diskusi tentang masalah, cara pemecahan masalah,
dan hasil pemecahan masalah itu.(6). Menggunakan penilaian autentik.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dengan tujuh komponen
pembelajaran kontekstual akan menciptakan ruang kelas di dalamnya siswa akan
menjadi peserta aktif bukan menjadi peserta pasif, dan bertanggung jawab terhadap
belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
d. Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual:
Setiap apa yang dilakukan oleh seseorang pasti mempunyai tujuan, begitu pula
dengan diterapkannya konstekstual ada tujuan yang hendak dicapai. Menurut Cecep.
ER (2002: 4) menyatakan bahwa "Pembelajaran kontekstual bertujuan membekali
siswa dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari
satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu konteks ke konteks lainnya".
Dalam pembelajaran kontekstual mempunyai langkah - langkah sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkontruksi pengetahuan barunya.
2) Melaksanakan kegiatan inkuiri untuk semua topik dan sesuai tema.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Melakukan penilaian sebenarnya.
Berdasarkan langkah –langkah tersebut diatas pelaksanaan dilapangan yaitu
dengan dilakukanya kegiatan berupa:
a). guru memancing pengetahuan untuk membangun pengetahuan
konstruktivisme (Construktivism), Setelah mengkondisikan anak untuk duduk
di tempat masing-masing, guru mulai menyampaikan tentang kegiatan yang
akan dilakukan yakni bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
dengan media nyata yang ditemui anak sehari-hari.
b). Setelah guru memberikan penjelasan, guru mulai kegiatan dan membuka
kegiatan bercerita tersebut dengan bertanya jawab(questioning). Kemudian
anak mulai bertanya tentang benda yang di bawa buguru.
c). anak menemukan benda apa ini yang bisa mengeluarkan suara, Setelah
memberikan penjelasan, guru mempersilahkan peneliti untuk melanjutkan
kegiatan pembelajaran yang artinya memasuki kegiatan inti dan anak
menemukan (Inkuiri) sendiri apa yang di pahami dari penjelasan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
d). Peneliti memulai kegiatan dengan memberi penjelasan pada anak bahwa
kegiatan akan difokuskan pada bercerita serta memancing anak untuk
menceritakan pengalaman anak dengan benda yang di kenalkan bu guru. Guru
memberi contoh cerita, kemudian dari itu guru dapat menciptakan masyarakat
belajar (learning community).
e). Peneliti mengenalkan terlebih dahulu alat dan bahan yang digunakan
dalam kegiatan bercerita yaitu media nyata di sekitar anak.
Setelah itu peneliti bertanya kepada anak tentang apa nama benda yang di
bawa bu guru tersebut. Anak-anak mencoba untuk berani menjawab
pertanyaan kepada peneliti. Kemudian peneliti menyebutkan nama benda
yang tepat, lalu peneliti bercerita dengan media alat yang di bawa guru kepada
anak yaitu berupa benda yang di bawa guru sesuai tema hari itu p yaitu
dengan permodelan (modeling),
f). Anak-anak antusias dalam mendengarkan peneliti bercerita. kemudian
peneliti meminta anak untuk mengutarakan pendapatnya tentang cerita yang
di berikan guru yang dilaksanakan selama 30 menit. Kemudian guru
memberikan Penilaian sebenarnya( authentic assessment). Setelah selesai
anak –anak melakukan kegiatan dan kegiatan akhir ,guru memberikan review
dan kesimpulan pada anak.
Setelah diterapkannya langkah - langkah konstekstual bertujuan membantu para
siswa melihat makna di dalam materi kegiatan yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek dari guru yang akan ditiru dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka. Dengan pemaduan materi pembelajaran dalam konteks
keseharian siswa di dalam pembelajaran konstekstual akan menghasilkan dasar-dasar
pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara
untuk menyelesaikannya. Siswa akan bekerja keras untuk mencapai tujuan
pembelajaran, mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk
membangun pengetahuan baru. Selanjutnya siswa memanfaatkan kembali
pemahaman dan pengetahuan dan kemampuannya itu dalam berbagai konteks untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan dunia nyata baik secara mandiri
maupun kelompok.
Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan langkah
- langkah penerapan pembelajaran kontekstual akan sangat membantu guru untuk
menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa
membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dengan kehidupan sehari-
hari akibatnya terjadi kebermaknaan dalam proses pembelajaran bercerita.
B. Penelitian Relevan
Aini, Qurrotul (2008) yang berjudul Penerapan CTL untuk meningkatkan
motivasi, aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tangkilsari I Kecamatan
Tajinan Kabupaten Malang pada pembelajaran sains pokok bahasan engeri dan
perubahannya. Skripsi jurusan Universitas Negeri Malang, Skripsi (Sarjana)--
Universitas Negeri Malang., S1 Program Studi S1 PGSD. 2008. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan model Pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tangkilsari I Kecamatan Tajinan Kabupaten
Malang. Hal ini dilihat dari perolehan rata-rata tes formatif yang meningkat tajam,
dari rata-rata sebelumnya atau pre tes (51,78) mengalami peningkatan pada siklus I
dengan rata-rata kelas sebesar (71,43) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya
yaitu (75,00%) meningkat pada siklus II dengan rata-rata kelasnya sebesar (78,93)
dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya sebesar (92,86%). Pada siklus II sudah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal yaitu di atas (85%), sehingga siklus
dihentikan. Dampak penerapan model pembelajaran kontekstual (CTL) juga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV SDN Tangkilsari I Kecamatan Tajinan
Kabupaten Malang. Hal ini dapat terlihat dari keantusiasan siswa saat melakukan
percobaan, juga dari perolehan jumlah siswa yang menjawab sangat setuju apabila
model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan motivasi belajar jumlahnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
lebih banyak dibandingkan dengan yang menjawab kurang setuju dan tidak setuju
pada angket motivasi belajar. Selain itu, dari hasil observasi motivasi siswa juga
mengalami peningkatan yang cukup tajam yaitu indikator tidak suka membuang
waktu mengalami peningkatan sebesar (17,9%) dari siklus I ke siklus II, kesibukan
yang sangat tinggi naik sebesar (14,3%), mengerjakan tepat waktu naik sebesar
(35,7%), sedangkan untuk indikator mengerjakan sebaik mungkin dan bergairah
belajar mengalami peningkatan yang sama yaitu sebesar (7,2%). Disamping itu,
dampak penerapan model kontekstual ini juga dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Hal ini di buktikan dengan aktivitas siswa untuk komponen visual activities
mengalami peningkatan sebesar (21,4%) dari siklus I ke siklus II. Komponen Oral
Activities mengalami peningkatan sebesar (18,6%), Listening Activities mengalami
peningkatan sebesar (39,3%), Writing Activities mengalami peningkatan sebesar
(25%), Motor Activities mengalami peningkatan sebesar (39,3%), Mental Activities
mengalami peningkatan sebesar (14,3%), Emotional Activities juga mengalami
peningkatan sebesar (28,6%). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan
CTL dapat meningkatkan prestasi, aktivitas dan motivasi belajar siswa kelas IV SDN
Tangkilsari I Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang.
Hadisetyo, nugroho (2010) yang berjudul “Meningkatkan kemampuam berbahasa
lisan anak didik melalui metode bercerita di kelompok B TK Aisyiyah Purnamandala
Kecamatan Wonosobo Kabupaten Wonosobo Semester I Tahun Ajaran 2009-2010.
Hasil lembar pengamatan kemampuan berbahasa lisan diperoleh hasil sebagai berikut
: skor tertinggi 10, skor terendah 4, skor rerata 6,4 skor modus 7 maih ada 14 siswa
(60%) yang mendapat skor dibawah rata-rata. Bila data tersebut diinterpretasikan
dalam kategori kemampuan berbahasa lisan tinggi, sedang dan rendah diperoleh hasil
sebagai berikut : kemampuan berbahasa lisan skor 8-10 kategori tinggi kemampuan
berbahasa lisan skor 4-7, kategori sedang dan kemampuan berbahasa lisan skor 1-3
kategori rendah. Dari tabel diatas diperoleh data sebagai berikut : pada siklus I :
kemampuan berbahasa lisan 7 anak didik kategori tinggi,14 anak didik kategori
sedang dan 2 anak didik kategori rendah.sedangkan pada siklus kedua sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
meningkat 70%. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian,
maka dapat disimpulkan bahwa penerapan / penggunaan metode bercerita dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa lisan. Selain hal tersebut ada persepsi dan kesan
siswa yang signifikan terahadap penerapan / penggunaan metode bercerita. Selain itu
sekolah, pengambil kebijakan, peneliti lain dapat menggunakan sebagai bahan kajian
untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan pembelajaran guna
meningkatkan kualitas poses belajar mengajar.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kesamaan
yaitu meningkatkan kemampuan bercerita pada hadi setyo nugroho dan juga
mempunyai perbedaan yaitu Aini Qurrota yaitu motivasi dan penerapan model yang
sama yaitu model kontekstual (CTL).
C. Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disusun suatu kerangka pemikiran. Suwandi (2009: 52) menyatakan bahwa kerangka
berfikir atau kerangka pemikitan yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yan diteliti.
Kondisi awal dalam pembelajaran masih berpusat pada guru dan anak pada
kondisi awal belum ada peningkatan keterampilan dan potensi dalam bercerita
penilaian masih rendah, maka dalam konsentrasi pembelajaran anak rendah dan perlu
diadakan suatu tindakan pembelajaran yang dilengkapi cerita untuk mengasah daya
cipta mereka.
Kondisi tersebut, membuat peneliti melaksanakan tindakan dengan menggunakan
tindakan pembelajaran yaitu dengan ketrampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran bercerita yang melalui model
pembelajaran kontekstual diharapkan akan meningkatkan keterampilan anak dalam
bercerita yang memberikan fasilitas yang memadai bagi anak dengan kondisi kelas
yang berjumlah 25 anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Pada kondisi akhir pembelajaran keterampilan bercerita dengan menerapkan
model pembelajaran kontekstual meningkat dan materi yang disampaikan guru
menjadi lebih bermakna dan terekam dalam ingatan anak yang mengaitkan kegiatan
pembelajaran dengan kegiatan sehari – hari anak.
Berdasarkan pemikiran di atas dapat digambarkan bahwa kerangka pemikiran
dalam penelitian ini diawali dengan pembelajaran yang berpusat pada guru dan anak
dan kemampuan anak awal rendah, kemudian peneliti melakukan tindakan untuk
mengatasi kondisi awal dengan model pembelajaran sebagai media pembelajaran
yang dipakai guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran bercerita. Akhirnya
pada kondisi akhir Melalui penerapan model pembelajaran ini, dapat meningkatkan
ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual melalui kegiatan
bercerita dengan alat langsung yang memudahkan anak mengenal langsung alat
pembelajaranya dengan model tersebut. Kerangka pemikiranya dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 1 : Kerangka Berpikir
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Pembelajaran bercerita
lebih banyak berpusat
pada guru, dan anak
Prestasi dalam bercerita
cenderung kurang,dan
rendah
Guru menerapkan ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran Kontekstual
Ketrampilan bercerita meningkat
Siklus I
Siklus II
Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
Perencanaan
Tindakan
Pengamatan
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
D. Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan penulis yaitu melalui Penerapan Model
Pembelajaran kontekstual meningkatkan keterampilan bercerita Pada Anak
Kelompok B Semester II TK Aisyiyah 1 Baturetno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi yang digunakan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dikelompok
B4 TK Aisyiyah I yang beralamat di Jl. Duwet Kidul Kecamatan Baturetno. Peneliti
melaksanakan ditempat tersebut dengan pertimbangan peneliti adalah salah satu guru
kelas disekolah tersebut dan kegiatan bercerita yang belum maksimal dalam
pembelajaran di sekolah ini karena kurangnya potensi dan minat anak, jumlah anak
didik memenuhi syarat, prasara dan sarana yang mencukupi, sehingga memudahkan
peneliti dalam melaksanakan penelitian, mudah dijangkau peneliti.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua (genap) Tahun ajaran
2011/2012 yaitu pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2012 atau selama 5
bulan. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasilpenelitian tersebut
pada semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Dapat dilihat pada lampiran 2.
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah anak- anak kelompok B4 TK
Aisyiyah BA I Baturetno dalam pembelajaran pembelajaran bercerita, dengan jumlah
anak didik 25 anak 13 anak laki –laki, 12 anak perempuan dalam usia antara 5-6
tahun sebagai subyek penelitian.
D. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari :
1. Sumber data Primer, antara lain:
Nama anak didik kelompok B4, guru kolaborator dan Kepala sekolah TK
Aisyiyah I baturetno.
2. Sumber data sekunder yaitu dokumen yang dipinjam berupa Kurikulum, Silabus,
Buku penilaian, buku ajar, buku-buku yang berkaitan dengan kegiatan bercerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
E. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan sumber data diatas tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi yaitu kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran (Arikunto:2006:127). Selain itu
observasi/pengamatan adalah kegiatan atau proses melihat sesuatu secara cermat
dengan maksud agar memperoleh pemahaman tentang yang diamatinya itu. Dengan
metode ini orang akan melakukan pengamatan secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang diselidiki tanpa mengajukan pertanyaan meskipun obyeknya adalah
orang/manusia.
Menurut Arikunta (1997: 71) menjelaskan bahwa jenis observasi ada dua,
yaitu teknik observasi langsung dan teknik observasi tidak langsung. Teknik
observasi langsung adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan
catatan secara sistematis terhadap obyek yang diamati. Sedangkan teknik observasi
tidak langsung adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan catatan
secara sistematis terhadap obyek yang diteliti dengan cara peneliti tidak terlibat
secara langsung dalam obyek yang diamati.
Menurut (Marzuki: 2002:59) Metode observasi memiliki tujuan pokok, antara
lain adalah membantu responden untuk menjawab pertanyaan yang dirasakanya tidak
atau kurang mampu menjawabnya dengan mempersilahkan penanya melihat sendiri
dan mengecek kebenaran jawaban responden.
Dalam hal ini observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan bercerita
anak didik yang sedang berlangsung melalui model pembelajaran kontekstual. Alat
yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan format observasi. Format
observasi ini berisi tentang kemampuan dan penilaian bidang bahasa yang digunakan
untuk menilai kemampuan anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Wawancara
Menurut Nawawi dan Martini dalam Arikunto (1992:98) interview adalah
data yang dipergunakan dalam komunikasi tersebut yang berbentuk sejumlah
pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data sebagai pencari informasi
(interviewer atau information) yang dijawab secara lisan pula oleh responden atau
interviewer.
Menurut Sudjana(1989) wawancara adalah alat pengumpulan data yang
digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan pendapat, aspirasi,
harapan, persepsi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain dari individu atau responden.
Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan guru TK Aisyiyah I Baturetno,
dengan tanya jawab dengan guru maka peneliti dapat memperoleh informasi.
3. Dokumen dan Perekaman Foto
Dokumentasi adalah catatan mengenai berbagai kejadian dimasa lalu yang
ditulisatau dicetak seperti surat, catatan harian, dan dokumen lainnya yang relevan,
sedangkan metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variabel
yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat dan
sebagainya.
Menurut pendapat Suharsimi (2006:231) yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya. Metode dokumentasi digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Menurut
Arikunto (2002:231). Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data berupa
nama-nama siswa dan daftar nilai tes awal dan tes akhir serta foto rekaman singkat
tindakan kelas.
Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
tentang sejauh mana anak dalam mengembangkan keterampilan bercerita melalui
penerapan model pembelajaran kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
F. Validitas Data
Untuk kepentingan keabsahan atau validasi data digunakan teknik
trianggulasi, yaitu teknik validitas data dengan memanfaatkan sarana diluar data itu
keperluan pengecekan atau pembanding data itu. trianggulasi menurut Lexy J.
Moleong(2007:330) Teknik trianggulasi antaralain berupa trianggulasi sumber,
trianggulasi data dan trianggulasi metode pengumpulan data.
Adapun dari trianggulasi yang ada menggunakan 2 teknik :
1. Trianggulasi Data
Yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari sumber yang berbeda.Dengan
teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih cepat,
sesuai keadaan anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno.
2. Trianggulasi Metode
Yaitu mengumpulkan data dengan metode pengumpulan data yang berbeda
tapi mengarah pada sumber data yang sama. Dengan menggunakan metode
pengukuran hasil belajar siswa, observasi, wawancara, diharapkan didapat hasil
yang akurat. Sehingga dalam penelitian ini perlu validasi data melalui informasi
dari siswa, guru lain, dengan pengamatan terhadap siswa maupun wawancara.
G . Tehnik Analisis Data
Proses analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan
langsung. Peneliti mengolah data dan memilah –milah sesuai dengan jenis data,
kemudian prosentase untuk diambil kesimpulanya.Analisa yang digunakan meliputi
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan dan terus menerus selama dan
setelah pengumpulan data.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Jumlah murid di TK Aisyiyah I Baturetno adalah 25 dikelompok B4. Akan
tetapi dalam penelitian ini yang menjadi fokuskan penelitian kelompok A yang
berjumlah 25 anak terdiri 13 anak perempuan dan 12 anak laki –laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
2.Penyajian Data(Data Display)
Penyajian data dalam penelitian kualitatif ini dapat dilakukan dalam bentuk,
table, grafik dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah difahami
(Sugiyono, 2008: 95).
Penelitian yang dilaksanakan di kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno, data
yang disajikan meliputi data yang berasal dari nilai unjuk kerja bercerita,skor
observasi kegiatan guru , dan observasi kegiatan siswa.
Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan
data sebagai suatu proses siklus.
3. Penarikan Kesimpulan (Verification)
Dari hasil pengumpulan data, peneliti dapat mengetahui lebih jelas tentang
kemampuan bercerita melalui penerapan model pembelajaran kontekstual.
H . Indikator Ketercapaian Tujuan
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang dapat dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Pada penelitian ini
indikator kinerjanya yaitu peningkatan ketrampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontektual. Pada siklus berikutnya guru dapat melaksanakan kegiatan.
Ukuran keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu bila lebih 80% jumlah
anak mendapat nilai tuntas (). Sehingga tindakan pada penelitian ini dapat dikatakan
berhasil apabila pada siklus terakhir lebih dari 80% jumlah anak mendapat nilai
tuntas ().
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
ASPEK YANG
DIUKUR
PERSENTASE
SISWA YANG
DITARGETKAN
CARA
MENGUKUR
Keberanian dalam
bercerita
80%
Diamati dari jumlah
kata-kata yang
diucapkan anak
menjadi suatu
kalimat.
Keruntutan dalam
bercerita
Diamati dari kegiatan
menceritakan gambar
secara urut dari awal
sampai akhir.
Ketepatan dan
kalimat sederhana
Diamati dari kegiatan
menjawab pertanyaan
guru.
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian
Adapun model tahapan penelitan tindakan kelas adalah sebagaimana bagan
berikut:
Siklus I
Siklus II
Gambar 3.1 Langkah-langkah PTK Modifikasi dari Arikunto (2007: 74)
Permasalahann
Perencanaan
Tindakan I
Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan data
I
Refleksi I
Permasalahan
Baru Hasil
Refleksi I
Perencanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan II
Pengamatan/
Pengumpulan
Data II
Refleksi II
Permasalahan
sudah
terselesaikan
Siklus II sudah cukup
tidak di lanjutkan
kesiklus berikutnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
I. Prosedur Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 16-20) model penelitian tindakan kelas adalah:
"secara garis besar terdapat empat tahapan yang harus dilalui, yaitu
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Pertama, Perencanaan. Perencanaan tindakan disusun berdasarkan pada
identifikasi masalah yang dilakukan pada tahapan pra PTK. Rencana tindakan
mencakup semua langkah tindakan secara rinci. Perencanaan tindakan ini mengacu
pada hasil awal yang telah dirumuskan sebagai fokus permasalahan tersebut
dipecahkan menggunakan alat dan teknik yang diperlukan dalam pengumpulan data.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data kemudian
dideskripsikan ke dalam suatu kalimat sehingga dapat dilihat aspek-aspeknya secara
jelas. Dalam perencanaan ini melibatkan guru mitra yaitu memadukan hasil
pengamatan serta persepsi guru terhadap anak selama proses berlangsung.
Perencanaan pembelajaran ini dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan harian.
Perencanaan pembelajaran diawali dengan pembukaan yaitu salam, doa, hafalan surat
pendek dan menyanyi. Dilanjutkan menyebutkan tema yang akan disampaikan
peneliti bersama guru Kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno. Mengkondisikan anak
untuk siap mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kedua, Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi
dari semua rencana tindakan yang telah dibuat. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh
peneliti yang bekerja sama dengan guru kelas. Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai
peneliti bersama guru kelas merencanakan kegiatan yang akan disampaikan dengan
membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH) sesuai dengan tema dan sub tema.
Ketiga, Pengamatan. Pengamatan adalah usaha merekam semua peristiwa dan
kegiatan yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pengamat atau peneliti
mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu
yang terjadi selaam proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru, anak maupun
situasi pembelajaran. Pengamatan ini meliputi seluruh proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Keempat, Refleksi. Refleksi dalam tindakan kelas adalah upaya untuk
mengkaji apa yang telah terjadi, apa yang telah dihasilkan dan yang belum berhasil
dituntaskan dengan tindakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menentukan tindakan
lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitan tindakan kelas. Dengan kata lain,
refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai
tujuan sementara. Refleksi ini dilakukan setiap akhir siklus penelitian, tetapi jika ada
hal-hal yang mendesak dan perlu penanganan segera. Kegiatan refleksi bisa dilakukan
sewaktu-waktu sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan refleksi merupakan diskusi
yang dilakukan oleh peneliti, guru kelas dan kepala sekolah untuk menelaah hasil
tindakan yang telah dilakukan.
1. Rencana Tindakan
Berdasarkan hasil pengidentifikasian dan penetapan masalah, peneliti kemudian
mengajukan suatu solusi yang berupa penerapan model pembelajaran kontekstual
yang dapat dimanfaatkan guru untuk digunakan sebagai metode pengajaran dalam
pembelajaran kemampuan bercerita di TK Aisyiyah I Baturetno, kecamatan
baturetno, kabupaten wonogiri.
Dalam tahap ini, peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian
menentukan solusi yang dapat diambil.Peneliti membuat rencana pembelajaran untuk
dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan dalam RKH.
2. Pelaksanaan Tindakan
Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran bercerita yang selamaini
kemampuan anakdalam bercerita dianggap rendah karena kurangnya minat anak
berada dibawah kemampuan.Tindakan dalam penelitian ini adalah berupa penerapan
model pembelajaran kontekstual dalam proses pembelajaran dalam proses
pembelajaran bercerita. Setiap tindakan yang dilakukan tersebut selalu diikuti dengan
kegiatan pemauntauan dengan motivasi dari gurunya dan evaluasi serta analisis dan
refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Dalam tahap ini peneliti melakukan observasi untuk mengetahui apakah
tindakan yang dilakukan telah dapat mengatasi permasalahan yang ada. Selain itu
peneliti juga melakukan observasi untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk
menentukan tindakan berikutnya.
3. Observasi
Kegiatan observasi dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi dikelas.
Dalam tahap ini peneliti mengadakan observasi sebagai partisipasi pasif dimana
peneliti berada dalam lokasi penelitian namun tidak berperan aktif dalam kegiatan
yang sedang berlangsung. Peneliti hanya mengamati jalanya proses pembelajaran
yang terjadi didalam kelas. Peneliti mencatat bagaimana keaktifan ,kelemahan, dan
kelebihan proses pembelajaran yang telah berlangsung dan mengobservasi hasil
belajar. Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data tersebut hingga dapat
digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan yang terkumpul, peneliti
mengolah data tersebut hingga dapat digunakan untuk mencari solusi
daripermasalahan yang muncul.
4. Analisis dan Refleksi Tindakan
Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah –langkah
perbaikan apa yang ditempuh, sehingga didapatkan suatu solusi untuk serta
permasalahan yang dialami guru dan anak dalam proses pembelajaran bercerita
berlangsung.
Pada tahap ini peneliti, guru, dan kepala sekolah berdiskusi dan bertukar
pikiran untuk mengambil suatu kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan
penelitian.Dari hasil penarikan kesimpulan ini dapat diketahui apakah penelitian ini
berhasil atau tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Penelitian ini dilakukan di TK Aisyiyah I Baturetno berada di wilayah
kecamatan Baturetno kabupaten Wonogiri tepatnya di dusun Duwet Kidul. TK
Aisyiyah I Baturetno berada dibawah naungan Yayasan Ranting Aisyiyah
Baturetno. Letaknya sangat strategis dimana jauh dari kebisingan lalu lintas
kendaraan, sehingga sangat aman untuk anak. Meskipun letaknya di desa namun
dapat dijangkau dengan kendaraan. Sekolah ini didirikan oleh yayasan Aisyiyah
dengan keua Yayasan Aisyiyah yaitu ibu Hj. Soelastri Soejatmoko. TK Aisyiyah I
Baturetno memiliki 6 ruang kelas dalam kondisi baik. Ruang kelas A1, dan A2
berada disebelah barat ruang kantor, kelas B1 sampai B3 di sebelah selatannya
ruang kelas A2.barat ruang kantor, sedangkan B4 disebelah timurnya kelas B3,
Memiliki 10 guru, 2 tenaga kependidikan dan 1 penjaga dan 123 siswa dengan
perincian kelompok A1 ada 15 anak, A2 ada 15 anak , B1 ada 23 anak, B2 ada 23
anak, B3 ada 22 anak, B4 ada 25 anak. Penelitian ini dilakukan di kelompok B4
dengan jumlah murid 13 anak laki –laki, 12 anak perempuan.
Peneliti menggunakan penelitian kelas terdiri dari 2 siklus terdiri dari 3
pertemuan. Sebelumnya mengadakan pengamatan awal dengan tujuan untuk
mengetahui keadaan nyata yang ada dilapangan. Proses ini dilakukan melalui
observasi dan Tanya jawab pada pembelajaran berhitung di TK Aisyiyah I
Baturetno Kecamatan Baturetno, Berdasarkan data awal dan wawancara dengan
guru kelas kelompok B4, anak –anak rata-rata dalam proses pembelajaran
bercerita belum optimal masih monoton, sehingga keaktifan anak kurang.
1. Deskripsi Data Awal
Sebelum penelitian dilaksanakan, dilakukan tahapan prasiklus yaitu
tahapan untuk mengetahui kemampuan bercerita anak sebelum tindakan.Tahapan
prasiklus dilaksanakan pada hari Senin 16 April 2012.Penelitian tindakan ini
dilaksanakan pada kelompok B4 dengan jumlah murid 25 anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Hasil pengamatan sebelum tindakan diperoleh rata-rata prosentase
ketrampilan bercerita diperoleh 48 % yaitu sekitar 12 anak , dapat dilihat dari data
nilai, kondisi awal pada lampiran 7 ( halaman 99 ) .
Tabel 4.1 berikut nilai pra siklus sebelum tindakan pada kegiatan
keterampilan bercerita pada kelompok B ( pratindakan).
No.
Jumlah
Nilai
Akhir
skor
No .
Jumlah
Nilai
Akhir
skor
• ° • °
1. 9 3 • 2,8 16. 8 9 2,6
2. 7 5
2,3 17. 11 1 3,2 • 3. 9 3
2,5 18. 7 7 2,4
4. 10 2 • 3 19. 12 0 3,2 • 5. 11 1 • 3,2 20. 0 0 1,6 ° 6. 12 0 • 3,2 21. 0 0 1,6 ° 7. 7 3 ° 2,2 22. 7 4 2,3
8. 3 7 ° 2,1 23. 1 11 2,4 ° 9. 6 6 ° 1,7 24. 7 5 2,4 ° 10. 10 2 • 3,1 25. 9 3 2,6 • 11. 6 6 • 2,6
12. 6 6 • 2,5
13. 9 6 • 2,8
14. 8 2
2,6
15. 7 5
2,1
Pada kondisi awal atau prasiklus tersebut, dapat dilihat bahwa rekapitulasi
hasil keterampilan bercerita anak kelompok B TK Aisyiyah I baturetno tergolong
masih rendah, karena masih banyak siswa yang belum tuntas.Siswa yang tidak
tuntas sebanyak 13 atau 48 %, sedangkan siswa yang tuntas hanya 12 siswa atau
16%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan data tabel 4.1dapat dibuat tabel distribusi frekuensi
keterampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno seperti Tabel
4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Ketranpilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah
I Baturetno pada Kondisi awal .
No.Interval Frekuensi Nilai tengah fi.xi Prosentase Ket.
(fi) (xi) %
1. 0 – 1,0 4 2,34 9,36 16 tidak tuntas
2. 1,0-2,0 9 2,75 24,48 36 sedang
3. 2,0-3,0 12 3,21 38,52 48 tuntas
4. 3,0-4,0 0 3,69 0 0 -
Jumlah 25 72,36 100
Nilai Rata-rata = 72,36 : 25 = 2,8
Ketuntasan Klasikal = 12 : 25 x 100% = 48 %
Data frekwensi dari tabel di atas tentang nilai kondisi awal anak dapat
disajikan berupa grafik ketrampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I
Baturetno pada kondisi awal seperti gambar 4.1 :
Gambar 4.1 Grafik ketrampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno
pada kondisi awal
0
2
4
6
8
10
12
0-1,0 1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-4,0
4
9
12
0
Tuntas
Sedang
Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas, dapat dikatakan bahwa,
sebelum dilakukan tindakan, dari 25 anak kelompok B hanya 12 anak atau 48%
anak yang memperoleh nilai tuntas atau skor yang sama dengan atau lebih dari
3,0. Sedangkan 9 anak atau 36% anak yang memperoleh nilai sedang atau
2,0ketrampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno masih
rendah. Bertolak dari hal di atas maka dilakukan tindak lanjut untuk
meningkatkan Ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
Peneliti dan guru sepakat untuk melakukan tindakan, untuk melaksanakan
tindakan pada hari Rabu 18 April 2012.
Dari analisis tes awal, maka dilakukan tindak lanjut untuk meningkatkan
keterampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual.
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi data tindakan terdiri dalam dari data tindakan siklus I dan
deskripsi tindakan siklus II.
a. Tindakan Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan dilaksanakan pada hari Senin 16 April 2012. Peneliti
mengadakan diskusi dengan guru kelas mengenai hal yang akan dilaksanakan
pada tindakan siklus I.
Pada siklus I ini dilaksanakan 3X pertemuan.Pertemuan pertama pada hari
Rabu 18 April 2012, pertemuan kedua pada hari Jum’at20 April 2012, dan
pertemuan ketiga pada hari Senin 23 April 2012. Hasil diskusi disepakati bahwa
kegiatan yang dilaksanakan akan dilakukan secara kolaborasi antara guru kelas
dan peneliti. Guru kelas bagian pembukaan dan penutup pembelajaran, sedangkan
peneliti pada bagian inti pembelajaran.
Secara keseluruhan proses pembelajaran pada siklus I seperti yang telah
direncanakan. Materi pembelajaran disesuaikan dengan tema yaitu alat
komunikasi.Pada tiap pertemuan peneliti menggukanan kegiatan yang berbeda
dengan maksud agar pencapaian indikator dapat berhasil secara maksimal,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
memberi pengalaman baru kepada anak dan agar anak tidak bosan ketika
mengikuti pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran tersebut diperoleh
informasi sebagai data awal. Hasil pencatatan tersebut menunjukkan bahwa dari
25 anak kelompok B4 di TK Aisyiyah I Baturetno hanya 12 anak atau 48% yang
ketrampilan berceritanya tinggi. Sedangkan sebanyak 9 anak atau 36% termasuk
dalam kategori ketrampilan berceritanya sedang, dan sebanyak 4 anak atau 16 %
termasuk dalam kategori ketrampilan berceritanya rendah. Berdasarkan kenyataan
tersebut, peneliti mencari alteratif yang dapat digunakan untuk meningkatkan
ketrampilan bercerita anak kelompok B4 di TK Aisyiyah I Baturetno, yaitu
menggunakan model pembelajaran kontekstual.
Selanjutnya peneliti melakukan langkah - langkah berikutnya dengan berpedoman
pada silabus kelompok B di TK Aisyiyah I Baturetno sebagai berikut:
1) Memilih dan menetapkan standar kompetensi dan kompetensi, dan
indikator.
2) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
3) Mempersiapkan alat dokumentasi dan media kontekstual yang digunakan
dalam pembelajaran.
4) Mempersiapkan evaluasi pembelajaran.
5) Mempersiapkan lembar pertanyaan untuk wawancara dan lembar penilaian
ketrampilan bercerita.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan pertama pada siklus I dimulai pada hari Rabu 18 April
2012.Pembelajaran berlangsung selama 30 menit, yaitu dari pukul 08.00 sampai
08.30 dilaksanakan di kelompok B. Pelaksanaan siklus I ini dibagi menjadi tiga
kali pertemuan. Pertemuan pertama adalah kegiatan bercerita yang menggunakan
radio dengan judul cerita “Menyanyi bersama dengan radio dirumah raihan
dengan tessa”,sebagai alat komunikasi yang dikenalkan guru sebagai alat
komunikasi secara kontekstual, adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama sesuai RKH pada tanggal 18 april 2012 pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kontekstual dan media yang digunakan alat
yang ada di sekitar anak.Setelah mengkondisikan anak untuk duduk di tempat
masing-masing, guru mulai menyampaikan tentang kegiatan yang akan dilakukan
yakni bercerita melalui model pembelajaran kontekstual dengan media nyata yang
ditemui anak sehari-hari.
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual
diawali dengan berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.
1) Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan langkah-
langkah ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
dengan tujuh komponen yaitu:
a) Konstruktivisme(Construktivism)
b) Bertanya(questioning)
c) Menemukan ( Inkuiri)
d) Masyarakat belajar( learning community)
e) Permodelan(modeling), dan
f) Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
2) Guru memberikan penjelasan tentang bahan ajar hari ini yaitu mengenal
radio dan menceritakanya.saat apersepsi guru melakukan Tanya jawab
pada anak – anak, coba siapa tahu macam - macam alat komunikasiapa
saja..? dan beberapa anak menjawab radio, televisi, Koran, surat kemudian
setelah melakukan Tanya jawab untuk mengkonstruktivisme pengetahuan
anak guru menunjukikan benda yang dibawa sebagai media alat nyata
yang di kenalkan pada anak. peneliti untuk melanjutkan kegiatan
pembelajaran yang artinya memasuki kegiatan inti.
3) Kegiatan inti guru mengulang kembali Sebelumnya guru mengenalkan
benda nyata yang di bawa yaitu tentang alat komunikasi radio, dan guru
membawa beberapa bentuk radio ada besar, kecil, dan ada juga yang
diputar lewat handphone. Kemudian nanti anak- anak mendapat tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
menceritakan pengalaman dengan benda nyata yang diperlihatkan guru
tadi yaitu radio.
4) Dilanjutkan Peneliti memulai kegiatan dengan memberi penjelasan pada
anak bahwa kegiatan akan difokuskan pada bercerita serta memancing
anak untuk menceritakan pengalaman anak dengan benda yang di
kenalkan bu guru yaitu radio.
5) Guru memberi contoh cerita dengan judul “Menyanyi Bersama dengan
Radio dirumah Raihan dengan Tessa”, dengan tokoh nanti bisa diganti
dengan anak – anak kemudian guru mulai member contoh cerita yang akan
di lanjutkan anak-anak.Suatu pagi Raihan mendengarkan radio, ketika
asyik mendengar lagu- lagu kesukaanya Tessa tengah lewat depan
rumahnya, kemudian diajaklah Tessa menyanyi bersama dengan musik
dari Radio Raihan.
6) Setelah itu peneliti bertanya kepada anak tentang apa nama benda yang di
bawa bu guru tersebut. Anak-anak mencoba untuk berani menjawab
pertanyaan kepada peneliti. Kemudian peneliti menyebutkan nama benda
yang tepat, lalu peneliti bercerita dengan media alat yang di bawa guru
kepada anak.
7) Anak-anak antusias dalam mendengarkan peneliti bercerita dan mengikuti
bersama –sama dan suasana menjadi menyenangkan tidak gaduh.
8) Hal ini dapat dilihat bahwa semua anak diam dan pandangan mata tertuju
pada alat yang di bawa guru. Setelah bercerita peneliti bertanya siapa yang
pernah punya pengalaman yang sama dengan bu guru?, kemudian peneliti
meminta anak untuk menggantikan untukbercerita.
9) Kegiatan ini ditutup oleh guru dan anak dengan mengulas dan
meyimpulkan kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Setelah selesai
guru memberikan review dan memberireward pada anak. Sebelumnya
guru memberikan pertanyaan tentang pembelajaran hari ini, bagi yang bisa
menjawab pertanyaan tersebut mendapat stiker bintang. Setelah itu guru
mengkondisikan anak untuk mulai berdoa sebelum pulang. Setelah berdoa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
guru mengucapkan salam dan anak menjawab salam. Anak-anak
bersalaman dengan guru dan pulang dengan tertib.
b). Perteman kedua
Pertemuan keduadilaksanakan sesuai RKH pada hari Jum’at 20 April
2012.Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua berbeda dengan
pertemuan pertama.
Materi pertemua kedua adalah bercerita melalui model kontekstual dengan
alat kentongan yang berjudul “kentongan dirumah kakek via.” Kegiatan awal
sama seperti pertemuan sebelumnya hanya apersepsinya yang berbeda tetapi guru
tetap mengulas pelajaran sebelumnya.
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual
diawali dengan berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.
1) Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan langkah-
langkah ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
dengan tujuh komponen yaitu:
a) Konstruktivisme(Construktivism)
b) Bertanya(questioning)
c) Menemukan ( Inkuiri)
d) Masyarakat belajar( learning community)
e) Permodelan(modeling), dan
f) Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
2) Kegiatan diawali dengan Apersepsi dengan guru membangun pengetahuan
anak dengan media nyata yang dibawa guru hari ini, kemudian melakukan
( questioning)tanya jawab tentang macam-macam alat komunikasi yang
penggunaannya hanya dapat didengar yaitu: telepon, kentongan, radio.
3) Anak menjawab pertanyaan dari guru salah satunya yaitu kentongan.
4) Saat anak mengalami kesulitan dalam menjawab guru dapat menyebutkan
beberapa ciri-ciri benda yang dimaksud atau guru dapat menunjukkan
gambar alat komunikasi dan menjelaskan masing-masing kegunaannya
agar anak menemukan( inkuiri) sendiri apa nama benda tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5) Setelah itu guru dapat memulai kegiatan bercerita yang berjudul
“Kentongan dirumah Kakek Via”, anak dapat mengganti dengan anak-
anak sendiri sebagai tokohnya(learning community). Suatu siang Lia
bermain kerumah Via disana dia bermain boneka, ketika tengah asyik
bermain, Via dan Lia kaget ada bunyi dong…dong….dong, suara apa itu
ya Tanya Lia, Via menjawab kentongan(modeling) itu Lia untuk
memberitahukan ada kejadian di desa kami . Guru mengulangi kembali
cerita sampai dua kali dan bertanya apakah kalian sudah siap bercerita
seperti yang buguru sampaikan yang baru saja disampaikan. Anak - anak
menjawab siap bu.
6) Di area bahasa anak-anak bercerita secara bergilir dan guru juga dapat
mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan cerita untuk
mengetahui seberapa jauh anak memahami isi cerita.
7) Peneliti mulai bercerita, selesai cerita peneliti meminta anak untuk
menceritakan kembali isi cerita dengan kata-katanya anak sendiri.
Kemudian guru menilai(assessment authentic).
8) Kegiatan ditutupoleh guru dan anak dengan mengulas dan meyimpulkan
kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Sebelum pulang guru seperti
kemarin memberikan pertanyaan dan kemudian anak menjawab dengan
reward pulang lebih awal. Setelah itu guru mengkondisikan anak untuk
mulai berdoa sebelum pulang. Setelah berdoa guru mengucapkansalam
dan anak menjawab salam. Anak-anak bersalaman dengan guru dan
pulang dengan tertib.
b) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin 23 April 2012.Materi
pertemua ketiga adalah bercerita yang berjudul “Surat dari ayah untuk joan.”
Kegiatan awal sama seperti pertemuan sebelumnya hanya apersepsinya yang
berbeda tetapi guru tetap mengulas pelajaran sebelumnya.
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual
diawali dengan berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
1) Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan
langkah- langkah ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran
kontekstual dengan tujuh komponen yaitu:
a) Konstruktivisme(Construktivism)
b) Bertanya(questioning)
c) Menemukan ( Inkuiri)
d) Masyarakat belajar( learning community)
e) Permodelan(modeling), dan
f) Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
Kegiatan inti dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut :
2) Konstruktivisme(Construktivism), Apersepsi tanya jawab tentang
kegunaan alat komunikasi surat, kemudian sedikit guru mengulang
pembelajaran kemarin tentang alat komunikasi yang dikenalkan,
kemarin masih ingat tidak dalam ingatan anak-anak, untuk
membangun kembali pengetahuan anak.
3) Bertanya(questioning)Anak menjawab pertanyaan dari guru.Saat
anak mengalami kesulitan dalam menjawab guru dapat
menyebutkan beberapa ciri-ciri benda yang dimaksudMenemukan (
Inkuiri)atau guru dapat menunjukkan gambar alat komunikasi dan
menjelaskan masing-masing kegunaannya.
4) Setelah itu guru dapat memulai kegiatan bercerita Masyarakat
belajar(learning community)yang berjudul “Surat dari ayah untuk
joan”. Guru mencoba manyampaikan dengan cerita secara
sederhana dan anak - anak mengulang lagi dengan ketrampilan
bercerita mereka sendiri.
”Suatu sore Joan duduk manis di depan rumah , tiba-tiba dia
melihat sebuah amplop di atas meja, apa ini ma, Tanya Joan ,
o…itu surat dari Ayah nak, ayo dibuka ibu..ya ya sebentar,
kemudian ibunya membacakan untuk Joan, isi surat tersebut
menanyakan kabar mereka dan keadaan ayah baik-baik saja,
liburan sekolah ayah akan pulang, dengan senang joan melompat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
kegirangan …hore Ayah akan pulang, ibu hanya senyum
memandangi Joan.
5) Permodelan(modeling), dan Guru mengulangi kembali cerita
sampai dua kali dan bertanya jawab dengan anak didik tentang
cerita yang baru saja disampaikan. Kemudian anak - anak
mengulangi untuk menggantikan bercerita.
6) Di area bahasa anak-anak bercerita secara bergilir dan guru juga
dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
cerita untuk mengetahui seberapa jauh anak menceritakan
pengalaman dengan benda yang di kenal dan di lihat.dan
memberikan reward yang nyata pula sehingga anak – anak benar-
benar senang. Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
7) Kegiatan ditutup oleh guru dan anak dengan mengulas dan
meyimpulkan kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Setelah itu
guru mengkondisikan anak untuk mulai berdoa sebelum pulang.
Setelah berdoa guru menyampaikan pertanyaan kemudian anak –
anak menjawab dan hari ini guru menyediakan stiker senyum,
setelah itu guru mengucapkan salam dan anak menjawab salam.
Anak-anak bersalaman dengan guru dan pulang dengan tertib.
3. Observasi
Observasi yang dilakukan ada dua yaitu observasi proses belajar mengajar
dan observasi kemampuan mengungkapkan pendapat anak. Observasi proses
pembelajaran dengan menerapkan ketrampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontekstual pada siklus I sudah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. Dengan menggunakan pengamatan atau
dokumentasi berupa foto dan sedikit video. Pada tahap ini guru berkolaborasi
dengan guru kelas dalam melaksanakan pemantauan terhadap proses
pembelajaran dengan menggunakan lembar Pedoman Pemantapan Kemampuan
Mengajar (PKM) Progran S1 Transfer PG- PAUD Tahun 2011.
Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang
dilakukan peneliti dalam pembelajaran dengan penggunaan alat yang berbentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
media nyata untuk meningkatkan keterampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontekstual pada anak didik kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno
Kabupaten Wonogiri.
Data hasil observasi siklus I dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Pertemuan I
1) Kegiatan Anak
a) Banyak siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, b) banyak siswa
bersikap antusias saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
dimulai kriteria baik, c) banyak siswa yang memperhatikan guru ketika
bercerita melalui model kontekstual dengan alat nyata dalam kriteria baik,
d) banyak siswa yang mampu bercerita melalui model kontekstual dalam
kriteria cukup, e) banyak siswa yang kesulitan dalam bercerita melalui
model kontekstual dalam kriteria cukup, f) banyak siswa yang memahami
ketika guru menjelaskan pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
kriteria cukup, g) banyak siswa yang merasa senang saat pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual kriteria sangat baik, h) skor rata-rata
kegiatan anak pada siklus I adalah 2,5 (cukup baik)., pertemuan kedua 3
dan pertemuan ketiga adalah 3,1. Ini menunjukkan bahwa siswa dalam
mengikuti pembelajaran sudah baik dan sesuai yang diharapkan peneliti.
2) Kegiatan Guru
a) Pra Pembelajaran
(1) Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria
baik, (2) memeriksa kesiapan anak dalam kriteria baik, (3) skor
rata-rata kegiatan guru pada siklus I adalah 3,5 (baik).
b) Membuka Pembelajaran
(1) Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik, (2)
menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dalam kriteria baik, (3) rata-rata kegiatan guru pada siklus
I adalah 3,8 (baik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
c) Kegiatan Inti Pembelajaran
(1) Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
kurang baik, (2) pendekatan/strategi pembelajaran dalam kriteria
baik, (3) pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam
kriteria baik, (4) pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan anak dalam kriteria sangat baik, (5) penilaian proses
dan hasil dalam kriteria baik, (6) penggunaan Bahasa dalam
kriteria kurang baik, (7) melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan dalam kriteria baik, (8) rata-rata
kegiatan guru pada siklus I adalah 3,83 ( baik). Hal ini
menandakan bahwa guru dalam mengajar sudah baik.
d) Penutup
(1).Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan anak dalam kriteria baik.(2) melaksanakan tindak lanjut
memberikan arahan atau kegiatan dalam krieteria baik, (3). Rata-
rata kegiatan guru pada siklus 1 adalah 3 (baik).
Pertemuan II
1) Kegiatan Anak
a) Banyak siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, b) Banyak siswa
bersikap antusias saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
dimulai kriteria baik, c) Banyak siswa yang memperhatikan guru ketika
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, d) Banyak siswa
yang mampu bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria cukup, e)
Banyak siswa yang kesulitan dalam bercerita melalui model kontekstual
dalam kriteria baik, f) Banyak siswa yang merasa bosan dan tidak fokus
terhadap bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria cukup, g)
Banyak siswa yang memahami ketika guru menjelaskan pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual kriteria cukup, h) Banyak siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
merasa senang saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
kriteria sangat baik.
2) Kegiatan Guru
a) Pra Pembelajaran
(1) Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria
sangat baik, (2) Memeriksa kesiapan anak dalam kriteria baik.
b) Membuka Pembelajaran
(1) Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik, (2)
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dalam kriteria kurang baik.
c) Kegiatan Inti Pembelajaran
(1) Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
kurang baik, (2) Pendekatan/strategi pembelajaran dalam
kriteria baik, (3) Pemanfaatan sumber belajar/media
pembelajaran dalam kriteria sangat baik, (4) Pembelajaran yang
memicu dan memelihara keterlibatan anak dalam kriteria
sangat baik, (5) Penilaian proses dan hasil dalam kriteria baik,
(6) Penggunaan Bahasa dalam kriteria kurang baik, (7)
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau
kegiatan dalam kriteria baik.
d) Penutup
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan anak
dalam kriteria baik.
Pertemuan III
1) Kegiatan Anak
a) Banyak siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, b) Banyak siswa
bersikap antusias saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
dimulai kriteria baik, c) Banyak siswa yang memperhatikan guru ketika
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, d) Banyak siswa yang
mampu bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria cukup, e) Banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siswa yang kesulitan dalam bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria
baik, f) Banyak siswa yang merasa bosan dan tidak fokus terhadap
penggunaan media dalam bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria
cukup, g) Banyak siswa yang memahami ketika guru menjelaskan
pembelajaran bercerita melalui model kontekstual kriteria cukup, h) Banyak
siswa yang merasa senang saat pembelajaran bercerita melalui model
kontekstual kriteria sangat baik, i) skor rata-rata kegiatan anak 3 pada
lampiran
2) Kegiatan Guru
a) Pra Pembelajaran
(1) Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria
baik, (2) Memeriksa kesiapan anak dalam kriteria baik.
b) Membuka Pembelajaran
(1) Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik, (2)
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dalam kriteria baik.
c) Kegiatan Inti Pembelajaran
Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
kurang baik, (2) Pendekatan/strategi pembelajaran dalam kriteria
baik, (3) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam
kriteria baik, (4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan anak dalam kriteria sangat baik, (5) Penilaian proses
dan hasil dalam kriteria baik, (6) Penggunaan Bahasa dalam
kriteria kurang baik, (7) Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan, atau kegiatan dalam kriteria baik.
d) Penutup
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan anak
dalam kriteria baik.
4. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, peneliti dan guru melakukan
analisis terhadap proses pembelajaran dan analisis terhadap kemampuan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dalam melaksanakan metode bercerita yang diterapkan dalam upaya
meningkatkan keterampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual.
Analisis dilakukan dengan cara berdiskusi, mengevaluasi proses pembelajaran
yang telah dilakukan, serta melihat kekurangan-kekurangan yang terjadi. Analisis
dilakukan dengan berpedoman pada hasil observasi peningkatan keterampilan
bercerita melalui model pembelajaran kontekstual.
Adapun hasil analisis dan refleksi dari pelaksanaan tindakan pada siklus I
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan kegiatan bercerita sudah sesuai dengan perencanaan Rencana
Kegiatan Harian ( RKH) yang telah disusun
2) Masih ada beberapa anak yang belum mau memperhatikan penjelasan
guru
3) Terdapat beberapa anak yang belum berani bercerita dengan kata - katanya
sendiri.
4) Anak masih merasa malu-malu dalam bercerita sendiri secara kontekstual.
5) Sudah ada peningkatan keterampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontekstual pada anak, bila dibandingkan ketika sebelum
tindakan.
Hasil penelitian siklus I, peneliti melakukan analisis dan refleksi hasil
pembelajaran pada masing-masing pertemuan di dapatkan hasil ketuntasan hasil
belajar anak pada siklus I ini masih tergolong kurang karena hanya 68% atau 17
anak yang mendapat nilai tuntas (), maka perlu dilanjutkan kesiklus II.
Berdasarkan nilai observasi unjuk kerja anak kelompok B4 TK Aisyiyah I
baturetno dapat dilihat pada tabel 4.5.
Berdasarkan hasil observasi dan Tabel 4.5 dapat dibuat Tabel distribusi
frekuensi ketrampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno dapat
dilihat pada lampiran 7 ( halaman 108) seperti Tabel4.5:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Tabel 4.5. Tabel Distribusi Frekuensi Ketranpilan bercerita anak kelompok B4 TK
Aisyiyah I Baturetno pada siklus I
No. Interval Frekuensi Nilai tengah fi.xi Prosentase Ket.
(fi) (xi) %
1. 0 - 1,0 3 2,34 7,02 12 tidak tuntas
2. 1,0-2,0 5 2,75 13,75 20 Sedang
3. 2,0-3,0 17 3,21 54,57 68 Tuntas
5. 3,0-4,0 0 3,69 0 0 -
Jumlah 25 75,34 100
Nilai Rata-rata = 75,34 : 25= 3,0
Ketuntasan Klasikal = 17 : 25 x 100% = 68 %
Dari Tabel 4.5 di atas tentang nilai siklus I anak dapat disajikan berupa
grafik ketrampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno pada
kondisi awal seperti gambar 4.5 :
Gambar dari tabel di atas, diketahui bahwa ketrampilan bercerita kelompok
B4 secara klasikal mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat sebanyak 17
anak atau 68% termasuk katergori anak mendapat nilai tuntas, 5 anak atau 20 %
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 - I,0 1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-4,0
3 5
17
0
Tuntas
Sedang
Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
termasuk kategori ketrampilan bercerita anak sedang, dan 3 anak atau 12%
termasuk kategori tidak tuntas.
Berdasarkan hasil analisis diatas, jika dibandingkan dengan prosentase
mengalami peningkatan yang sangat drastis.Hal ini disebabkan karena jarang
sekali diterapkan metode bercerita dengan model pembelajaran kontekstual,
sehingga saat diterapkan metode bercerita dengan model pembelajaran
kontekstual ini anak-anak sangat antusias.Namun hasil yang dicapai pada siklus I
belum mencapai target maksimal sehingga peneliti dan guru perlu melaksanakan
tindakan siklus berikutnya.Oleh karena itu guru dan peneliti membuat
perencanaan untuk pelaksanaan siklus berikutnya.
b. Tindakan Siklus II
1). Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II didasarkan pada
hasil analisis dan refleksi siklus I. Pada umumnya kemampuan setiap anak sudah
mengalami peningkatan, namun belum memuaskan dan belum sesuai target
penelitian. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, pada hari Rabu 25 April
2012 peneliti dan guru melaksanakan diskusi untuk merencanakan tindakan pada
siklus II yang rencananya akan dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Pelaksanaan
pertemuan pertama dimulai pada hari Jum’at 27 April 2012, pertemuan kedua
pada hari Sabtu 28 April 2012, pertemuan ketiga pada hari Senin 30 April 2012.
Selanjutnya peneliti melakukan langkah – langkah berikutnya dengan
berpedoman pada silabus kelompok B di TK Aisyiyah I Baturetno sebagai
berikut:
a) Memilih dan menetapkan standar kompetensi dan kompetensi, dan
indikator.
b) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH)
c) Mempersiapkan alat dokumentasi dan media kontekstual yang digunakan
dalam pembelajaran.
d) Mempersiapkan evaluasi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
e) Mempersiapkan lembar pertanyaan untuk wawancara dan lembar penilaian
ketrampilan bercerita.
2). Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II dimulai pada hari hari Jum’at 27 April
2012. Pembelajaran berlangsung selama 30 menit dari pukul 08.00 sampai 08.30.
Pertemuan pertama adalah kegiatan bercerita dengan tema alat komunikasi di
kerucutkan memilih alat komunikasi menggunakan Handphone, dan guru memilih
dengan judul cerita “Pinjam handphone bu guru” , sebagai alat komunikasi yang
dikenalkan guru sebagai alat komunikasi secara kontekstual, adalah sebagai
berikut :
a). Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual
diawali dengan berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.
1) Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan langkah-
langkah ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
dengan tujuh komponen yaitu:
a) Konstruktivisme(Construktivism)
b) Bertanya(questioning)
c) Menemukan ( Inkuiri)
d) Masyarakat belajar( learning community)
e) Permodelan(modeling), dan
f) Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
2) Kegiatan inti dimulai dengan langkah-langkah diatas.
3) Guru mengkondisikan anak untuk duduk ditempat masing-masing,
sebelum pembelajaran dilakukan.
4) Konstruktivisme(Construktivism) guru memancing pengetahuan untuk
membangun pengetahuan, Setelah mengkondisikan anak untuk duduk di
tempat masing-masing, guru mulai menyampaikan tentang kegiatan yang
akan dilakukan yakni bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
dengan media nyata yang ditemui anak sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
5) Bertanya(questioning)Setelah guru memberikan penjelasan, guru mulai
kegiatan dan membuka kegiatan bercerita tersebut. Kemudian anak mulai
bertanya tentang benda yang di bawa buguru.
6) Menemukan (Inkuiri),anak menemukan benda apa ini yang bisa
mengeluarkan suara, Setelah memberikan penjelasan, guru
mempersilahkan peneliti untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran yang
artinya memasuki kegiatan inti.
7) Masyarakat belajar(learning community)Peneliti memulai kegiatan dengan
memberi penjelasan pada anak bahwa kegiatan akan difokuskan pada
bercerita serta memancing anak untuk menceritakan pengalaman anak
dengan benda yang di kenalkan bu guru. Guru memberi contoh cerita
dengan judul “Alif meminjam Handphone bu guru”, pada hari jum’at Alif
pulang lebih awal, karena bu guru ada rapat di sekolah dan mama belum
tahu, di samping Alif masih ada bu Cris, kemudian Alif meminjam
Handphone bu Cris untuk memelpon mama agar Alif segera dijemput.
8) Permodelan(modeling), Peneliti mengenalkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita yaitu media nyata di
sekitar anak.
9) Setelah itu peneliti bertanya kepada anak tentang apa nama benda yang di
bawa bu guru tersebut. Anak-anak mencoba untuk berani menjawab
pertanyaan kepada peneliti. Kemudian peneliti menyebutkan nama benda
yang tepat, lalu peneliti bercerita dengan media alat yang di bawa guru
kepada anak yaitu berupa Handphone.
10) Anak-anak antusias dalam mendengarkan peneliti bercerita.Hal ini dapat
dilihat bahwa semua anak diam dan pandangan mata tertuju pada alat yang
di bawa guru. Setelah bercerita peneliti bertanya siapa yang pernah punya
pengalaman yang sama dengan bu guru?, kemudian peneliti meminta anak
untuk mengutarakan pendapatnya tentang cerita yang di berikan guru yang
dilaksanakan selama 30 menit Penilaian sebenarnya( authentic
assessment). Setelah selesai guru memberikan review dan kesimpulan
pada anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
11) Kegiatan ditutup oleh guru dan anak dengan mengulas dan meyimpulkan
kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Setelah itu guru mengkondisikan
anak untuk mulai berdoa sebelum pulang. Setelah berdoa guru
mengucapkan salam dan anak menjawab salam. Anak-anak bersalaman
dengan guru dan pulang dengan tertib.
Pada pertemuan pertama siklus II ini kegiatan bercerita dengan model
pembelajaran kontekstual berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Seperti yang
telah direncanakan sebelumnya kegiatan bercerita dengan model pembelajaran
kontekstual akan menyeting tempat duduk anak yang dibuat bergantian. Hal ini
dilakukan agar anak tidak merasa bosan dan lebih tertarik untuk bercerita.
Pertemuan pertama pada siklus II ini kegiatannya adalah menjawab judul
cerita sesuai dengan alat yang ditunjukan oleh guru sesuai dengan pendapat anak,
menjawab nama-nama tokoh dalam cerita serta mau menceritakan kembali
tentang cerita dengan model pembelajaran kontekstual. Alat yang digunakan
berbeda dengan siklus I yaitu handphone.
Pertemuan kedua siklus II ini kegiatan yang akan dilakukan setelah guru
selesai bercerita adalah menceritakan kembali isi cerita melalui benda kontekstual
dengan kata-katanya sendiri.
b). Pertemuan Kedua
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan kedua dimulai pada hari
hari Sabtu 28 April 2012. Pembelajaran berlangsung selama 30 menit dari pukul
08.00 sampai 08.30.
Pertemuan kedua adalah kegiatan bercerita yang menggunakan koran
dengan judul cerita “adi melihat gambar di koran bersama dafa” ,sebagai alat
komunikasi yang dikenalkan guru sebagai alat komunikasi secara kontekstual,
adalah sebagai berikut :
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual
diawali dengan berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.
1) Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan langkah-
langkah ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual
dengan tujuh komponen yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a) Konstruktivisme(Construktivism)
b) Bertanya(questioning)
c) Menemukan ( Inkuiri)
d) Masyarakat belajar( learning community)
e) Permodelan(modeling), dan
f) Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
Kegiatan inti dimulai dengan langkah-langkah diatas.
2) Konstruktivisme(Construktivism)Guru mengkondisikan anak untuk duduk
ditempat masing-masing, sebelum pembelajaran dilakukan dan mencoba
berpindah tempat duduk untuki memvariasi kegiatan hari ini
3) Setelah mengkondisikan anak untuk duduk di tempat masing-masing,
guru mulai menyampaikan tentang kegiatan yang akan dilakukan yakni
bercerita melalui model pembelajaran kontekstual dengan media nyata
yang ditemui anak sehari-hari. Dengan Tanya jawab,
Bertanya(questioning)
4) Setelah guru memberikan penjelasan, guru mulai kegiatan dan membuka
kegiatan bercerita tersebut.
5) Setelah memberikan penjelasan, guru mempersilahkan peneliti untuk
melanjutkan kegiatan pembelajaran yang artinya memasuki kegiatan inti.
Menemukan ( Inkuiri) benda yang di kenalkan bu guru.
6) Peneliti memulai kegiatan dengan memberi penjelasan pada anak bahwa
kegiatan akan difokuskan pada bercerita serta memancing anak untuk
menceritakan pengalaman anak dengan benda yang di kenalkan bu guru.
Masyarakat belajar(learning community).
7) Guru memberi contoh cerita dengan judul “Adi melihat gambar di koran
bersama Dafa”, dalam cerita ini tokohnya dafa dan adi.
Adi suatu pagi melihat gambar – gambar yang ada di Koran di meja ayah,
Adi memanggil Dafa dan mengajaknya melihat gambar di Koran tersebut,
gambar itu adalah seorang anak salah satu taman kanak-kanak
memenangkan lomba karena gambarnya membawa piala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
8) Permodelan(modeling), Peneliti mengenalkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita yaitu media nyata di
sekitar anak.
9) Setelah itu peneliti bertanya kepada anak tentang apa nama benda yang di
bawa bu guru tersebut. Anak-anak mencoba untuk berani menjawab
pertanyaan kepada peneliti. Kemudian peneliti menyebutkan nama benda
yang tepat, lalu peneliti bercerita dengan media alat yang di bawa guru
kepada anak.
10) Anak-anak antusias dalam mendengarkan peneliti bercerita.Hal ini dapat
dilihat bahwa semua anak diam dan pandangan mata tertuju pada alat yang
di bawa guru. Setelah bercerita peneliti bertanya siapa yang pernah punya
pengalaman yang sama dengan bu guru?,…….., kemudian peneliti
meminta anak untuk bercerita kembali tentang cerita yang di berikan guru.
Setelah selesai guru memberikan review dan kesimpulan pada anak.
11) Kegiatan penutup yaitu: sebelumnya bu guru mengadakan tebak-tebakan
kepada anak-anak yang dapat menjawab pertanyaan anak mendapat stiker
senyum, Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
12) kemudian guru dan anak mengulas dan meyimpulkan kegiatan yang
dilaksanakan pada hari itu. Setelah itu guru mengkondisikan anak untuk
mulai berdoa sebelum pulang. Setelah berdoa guru mengucapkan salam
dan anak menjawab salam. Anak-anak bersalaman dengan guru dan
pulang dengan tertib.
Pertemuan ketiga siklus II kegiatan yang dilakukan yaitu keterampilan
bercerita anak dalam melanjutkan cerita dengan kata- katanya sendiri dan
kemampuan daya ingat anak dalam mengingat cerita dari guru dengan model
pembelajaran secara kontekstual.
c). Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan ketiga dilaksanakan pada
hari hari Senin 30 April 2012. Pembelajaran berlangsung selama 30 menit dari
pukul 08.00 sampai 08.30.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pertemuan ketiga adalah kegiatan bercerita yang menggunakan majalah
dengan judul cerita “Melihat gambar kecelakaan dari majalah adin bersama
pandu” ,sebagai alat komunikasi yang dikenalkan guru sebagai alat komunikasi
secara kontekstual, adalah sebagai berikut :
Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual
diawali dengan berbaris, berdoa, presensi dan apersepsi.
1) Guru memberi penjelasan secara sederhana dan menyampaikan
langkah- langkah ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran
kontekstual dengan tujuh komponen yaitu:
a) Konstruktivisme(Construktivism)
b) Bertanya(questioning)
c) Menemukan ( Inkuiri)
d) Masyarakat belajar( learning community)
e) Permodelan(modeling), dan
f) Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
Kegiatan inti dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut :
2) Konstruktivisme(Construktivism)Guru mengkondisikan anak untuk
duduk ditempat masing-masing, sebelum pembelajaran dilakukan.
3) Setelah mengkondisikan anak untuk duduk di tempat masing-masing,
guru mulai menyampaikan tentang kegiatan yang akan dilakukan yakni
bercerita melalui model pembelajaran kontekstual dengan media nyata
yang ditemui anak sehari-hari. Bertanya(questioning).
4) Setelah guru memberikan penjelasan, guru mulai kegiatan dan
membuka kegiatan bercerita tersebut. Menemukan ( Inkuiri).
5) Setelah memberikan penjelasan, guru mempersilahkan peneliti untuk
melanjutkan kegiatan pembelajaran yang artinya memasuki kegiatan
inti.
6) Masyarakat belajar(learning community)Peneliti memulai kegiatan
dengan memberi penjelasan pada anak bahwa kegiatan akan
difokuskan pada bercerita serta memancing anak untuk menceritakan
pengalaman anak dengan benda yang di kenalkan bu guru. Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
memberi contoh cerita dengan judul “Melihat kecelakaan dari majalah
adin bersama pandu”, pagi ini adin melihat - lihat majalahnya adakah
yang menarik, eh lihat kata pandu ada yang di tabrak mobil karena
bermain sepeda sembarangan, makanya kita harus hati – hati jika
bersepeda di jalan raya kata adin menyela pandu.
7) Permodelan(modeling), Peneliti mengenalkan terlebih dahulu alat dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan bercerita yaitu media nyata di
sekitar anak.
8) Setelah itu peneliti bertanya kepada anak tentang apa nama benda yang
di bawa bu guru tersebut. Anak-anak mencoba untuk berani menjawab
pertanyaan kepada peneliti. Kemudian peneliti menyebutkan nama
benda yang tepat, lalu peneliti bercerita dengan media alat yang di
bawa guru kepada anak. Anak-anak antusias dalam mendengarkan
peneliti bercerita.
9) Hal ini dapat dilihat bahwa semua anak diam dan pandangan mata
tertuju pada alat yang di bawa guru. Setelah bercerita peneliti bertanya
siapa yang pernah punya pengalaman yang sama dengan bu guru?,
kemudian peneliti meminta anak untuk menceritakan kembali
kemudian diberi reward,Penilaian sebenarnya( authentic assessment)
tentang cerita yang di berikan guru. Setelah selesai guru memberikan
review dan kesimpulan pada anak.
10) Kegiatan penutup yaitu: guru dan anak mengulas dan meyimpulkan
kegiatan yang dilaksanakan pada hari itu. Setelah itu guru
mengkondisikan anak untuk mulai berdoa sebelum pulang. Setelah
berdoa guru mengucapkan salam dan anak menjawab salam. Anak-
anak bersalaman dengan guru dan pulang dengan tertib.
3. Observasi
Observasi terhadap proses pembelajran dengan menggunakan metode
bercerita pada siklus II sudah terlaksana sesuai dengan perencanaan yang disusun.
Anak-anak terlihat antusias kembali mengikutipembelajaran, karena seting tempat
duduk di ubah dan alat lebih menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai kegiatan yang
dilakukan peneliti dalam pembelajaran dengan penggunaan alat yang berbentuk
media nyata untuk meningkatkan keterampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontekstual pada anak didik kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno
Kabupaten Wonogiri.
Data hasil observasi siklus II dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Pertemuan I
1). Kegiatan Anak
a). Banyak siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, b) banyak siswa
bersikap antusias saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
dimulai kriteria baik, c) banyak siswa yang memperhatikan guru ketika
bercerita melalui model kontekstual dengan alat nyata dalam kriteria baik, d)
banyak siswa yang mampu bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria
cukup, e) banyak siswa yang kesulitan dalam bercerita melalui model
kontekstual dalam kriteria cukup, f) banyak siswa yang memahami ketika
guru menjelaskan pembelajaran bercerita melalui model kontekstual kriteria
cukup, g) banyak siswa yang merasa senang saat pembelajaran bercerita
melalui model kontekstual kriteria sangat baik, h) skor rata-rata kegiatan anak
pada siklus I adalah 3,2 (cukup baik).
2). Kegiatan Guru
a). Pra Pembelajaran
(1). Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria
baik, (2) memeriksa kesiapan anak dalam kriteria baik, (3) skor rata-
rata kegiatan guru pada siklus I adalah 3 (baik).
b). Membuka Pembelajaran
(1). Melakukan kegiatan apersepsi dalam kriteria sangat baik, (2)
menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dalam kriteria baik, (3) rata-rata kegiatan guru pada siklus I
adalah 3,3 (baik).
c). Kegiatan Inti Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(1) Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria baik,
(2) pendekatan/strategi pembelajaran dalam kriteria baik, (3)
pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam kriteria baik,
(4) pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan anak
dalam kriteria sangat baik, (5) penilaian proses dan hasil dalam kriteria
baik, (6) penggunaan Bahasa dalam kriteria baik, (7) melaksanakan
tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan dalam kriteria
baik, (8) rata-rata kegiatan guru pada siklus I adalah 3,5 baik.
d). Penutup
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan anak
dalam kriteria baik. Ini menunjukkan bahwa siswa dalam mengikuti
pembelajaran bercerita sudah baik dan sesuai dengan yang diharapkan
peneliti.
Pertemuan II
1). Kegiatan Anak
a) Banyak siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, b) Banyak siswa
bersikap antusias saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
dimulai kriteria baik, c) Banyak siswa yang memperhatikan guru ketika
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, d) Banyak siswa
yang mampu bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria cukup, e)
Banyak siswa yang kesulitan dalam bercerita melalui model kontekstual
dalam kriteria baik, f) Banyak siswa yang merasa bosan dan tidak fokus
terhadap bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, g)
Banyak siswa yang memahami ketika guru menjelaskan pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual kriteria cukup, h) Banyak siswa yang
merasa senang saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
kriteria sangat baik.
2). Kegiatan Guru
a). Pra Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
(1) Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria
sangat baik, (2) Memeriksa kesiapan anak dalam kriteria baik.
b). Membuka Pembelajaran
(1) Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik, (2)
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dalam kriteria kurang baik.
c). Kegiatan Inti Pembelajaran
(1). Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
kurang baik, (2) Pendekatan/strategi pembelajaran dalam kriteria baik,
(3) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam kriteria
sangat baik, (4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara
keterlibatan anak dalam kriteria sangat baik, (5) Penilaian proses dan
hasil dalam kriteria baik, (6) Penggunaan Bahasa dalam kriteria
kurang baik, (7) Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan
arahan, atau kegiatan dalam kriteria baik.
d). Penutup
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan anak
dalam kriteria baik. Skor rata 3,3 dengan hasil baik.
Pertemuan III
1). Kegiatan Anak
a). Banyak siswa yang mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, b) Banyak siswa
bersikap antusias saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual
dimulai kriteria baik, c) Banyak siswa yang memperhatikan guru ketika
bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria baik, d) Banyak siswa yang
mampu bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria cukup, e) Banyak
siswa yang kesulitan dalam bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria
baik, f) Banyak siswa yang merasa bosan dan tidak fokus terhadap
penggunaan media dalam bercerita melalui model kontekstual dalam kriteria
baik, g) Banyak siswa yang memahami ketika guru menjelaskan pembelajaran
bercerita melalui model kontekstual kriteria baik, h) Banyak siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
merasa senang saat pembelajaran bercerita melalui model kontekstual kriteria
sangat baik, i) skor rata-rata 3,5 kegiatan anak baik.
2). Kegiatan Guru
a). Pra Pembelajaran
(1) Mempersiapkan ruang, alat dan media pembelajaran dalam kriteria
baik, (2) Memeriksa kesiapan anak dalam kriteria baik.
b). Membuka Pembelajaran
(1) Melakukan kegiatan absensi dalam kriteria sangat baik, (2)
Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan rencana
kegiatan dalam kriteria baik.
c). Kegiatan Inti Pembelajaran
(1) Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran dalam kriteria
kurang baik, (2) Pendekatan/strategi pembelajaran dalam kriteria baik,
(3) Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dalam kriteria
baik, (4) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan
anak dalam kriteria sangat baik, (5) Penilaian proses dan hasil dalam
kriteria baik, (6) Penggunaan Bahasa dalam kriteria kurang baik, (7)
Melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan
dalam kriteria baik.
d). Penutup
(1) Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan
anak dalam kriteria baik.Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan anak dalam kriteria baik, (2) melaksanakan tindak
lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan dalam kriteria baik,
(3) skor rata-rata kegiatan guru pada pertemuan ketiga siklus II adalah
3,5 (baik).
4. Analisis dan Refleksi
Proses pelaksanaan siklus II berjalan baik sesuai dengan yang telah
direncanakan. Peningkatan kualitas pembelajaran ini terlihat dari tercapainya
indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Antusias dan perhatian anak dalam
mengikuti pembelajaran semakin baik. Meskipun masih ada beberapa anak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
masih terlihat kurang dalam mengikuti pelajaran, hal ini disikapi oleh peneliti dan
guru kelas bahwa setiap anak memiliki karakteristik, kemampuan, dan tingkat
perkembangan yang berbeda-beda.
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran berbahasa lisan
menggunakan media gambar pada siklus II menunjukkan peningkatan dari siklus
sebelumnya. Ini dapat dilihat dari analisis hasil unjuk kerja meningkat dari yang
sebelumnya yaitu siklus I 48% menjadi 68% pada siklus II.
Observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai ketrampilan
bercerita menggunakan model pembelajaran kontekstual di kelompok B4 TK
Aisyiyah I Baturetno. Berdasarkan nilai unjuk kerja siklus II dapat dilihat
penilaian skornya pada lampiran 25( hal. 144 )Hasil ketuntasan pada tabel 4.6.
Berdasarkan distribusi frekuensi ketrampilan bercerita anak kelompok B4
TK Aisyiyah I baturetno , seperti tabel 4.3:
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Ketranpilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah
I Baturetno pada Siklus II .
No. Interval Frekuensi Nilai tengah fi.xi Prosentase Ket.
(fi) (xi) %
1. 0,0-1,0 0 2 0 0 -
2. 1,0-2,0 0 2,34 0 0 Tidak tuntas
3. 2,0-3,0 4 2,75 12,84 16 Sedang
4. 3,0-4,0 21 3,21 77,49 84 Tuntas
Jumlah 25 90,33 100
Nilai Rata-rata = 90,33 : 25= 3,6
Ketuntasan Klasikal = 21 : 25 x 100% = 84 %
Dari tabel 4.6 di atas tentang nilai siklus II secara klasikal mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari data di atas, yaitu sebanyak 21 anak
atau 84% termasuk kategori tuntas, 4 anak atau 16% termasuk kategorisedang,
dan 0% termasuk kemampuan tidak tuntas. Nilai rata- rata ketrampilan bercerita
diperoleh anak 3,6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Berdasarkan tabel 4.6 diatas maka dapat disajikan berupa grafik
ketrampilan bercerita anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno pada kondisi
Siklus II seperti gambar 4.6 :
Gambar 4.4 Grafik ketrampilan bercerita melalui model pembelajaran kontekstual di TK
Aisyiyah I Baturetno.
Berdasarkan analisis hasil observasi pada siklus II hasil unjuk kerja
kegiatan bercerita. Meningkatnya yaitu dilihat dari hasil evaluasi ketiga
pertemuan pada siklus II tersebut adalah 84% anak mendapat nilai tuntas
peningkatan ketrampilan bercerita dikuti peningkatan hasil anak sebanyak 21 anak
kelompok B4 telah memperoleh nilai bulat penuh. Dengan demikian semua aspek
yang dinilai pada indikator kinerja telah mencapai target seperti yang diharapkan.
Dan dari hasil wawancara serta observasi, maka penerapan model pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan ketrampilan bercerita pada siklus II dikatakan
berhasil sehingga tidak perlu ke siklus berikutnya.
Tabel 4.7 Daftar perbandingan ketrampilan bercerita anak kelompok B4
TK Aisyiyah I Baturetno ada dalam Lampiran 26 (Halaman 146), dari kondisi
awal, siklus I, siklus II.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
0 -1,0 1,0-2,0 2,0-3,0 3,0-4,0
0 0 0
16
84
tuntas
sedang
tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Perbandingan Antara Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II
No.
Nilai
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Frek % Frek % Frek %
1. 0 -1,0 4 16% 3 12% 0 0
2. 1,0-2,0 9 36% 5 20% 0 0
3. 2,0-3,0 12 48% 17 68% 4 16%
4. 3,0-4,0 0 0 0 0 21 84%
Jumlah 25 100% 25 100% 25 100%
Rata-rata 2,8 3,0 3,6
Siswa Belajar Tuntas 48% 68% 84%
Tabel 4.7 Hubungan antara kondisi awal, siklus I dan siklus II
Dari data tabel 4.7 di atas dapat disajikan ke dalam grafik pada gambar 4.7
di bawah ini :
Gambar 4.4. Grafik Nilai Kondisi Awal, Siklus I, Siklus II
Berdasarkan tabel diatas 4.7 dan tabel 4.4 perbandingan ketrampilan
bercerita dapat dilihat adanya hubungan antar siklus yaitu mengenai ketrampilan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
pra siklus siklus I siklus II
48%
68%
84%
36%
20% 16% 16%
12%
0
Tuntas
sedang
Tidak tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
sosial semakin meningkat dari sebelum tindakan .pembelajaran terjadi
peningkatan karena dilaksanakan menggunakan model pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran sehingga semakin meningkat dari siklus ke siklus.
hubungan peningkatan ketrampilan sosial anak antar siklus dapat
dibuktikan melalui hasil bulat kosong (o) mengalami penyusutan dari kondisi
awal 4 anak, siklus I mengalami penurunan yaitu 3 anak, dan siklus kedua tidak
ada yang mendapat nilai bulatan kosong (o). anak yang memperoleh nilai () pada
kondisi awal 9 anak, siklus I mengalami penurunan yaitu 5 anak, siklus II yaitu 4
anak. Data anak yang diolah menjadi tabel 4.4 distributif frekuensi dan gambar4.2
diketahui bahwa aktivitas belajar anak masih masih rendah karena hanya 12 anak
dari 25 anak yang ketrampiulan berceritanya tinggi. Sedangkan sebanyak 9 anak
atau 36% dalam kategori sedang dan 4 anak atau 16% dalam kategori berceritanya
rendah/tidak tuntas. Nilai rata-rata ketrampilan bercerita yang diperoleh adalah
2,8.
B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan
1. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Kondisi Awal
Pada kondisi awal, hasil unjuk kerja siswa belum memuaskan yaitu
dari 25 anak yang mendapat nilai tuntas () hanya 6 anak bila
diprosentasikan sekitar 24% dari jumlah keseluruhan.Hasil tersebut belum
sesuai dengan harapan. Data anak yang diolah menjadi tabel 4.4 distributif
frekuensi dan gambar4.2 diketahui bahwa aktivitas belajar anak masih
masih rendah karena hanya 12 anak dari 25 anak yang ketrampiulan
berceritanya tinggi. Sedangkan sebanyak 9 anak atau 36% dalam kategori
sedang dan 4 anak atau 16% dalam kategori berceritanya rendah/tidak
tuntas. Nilai rata-rata ketrampilan bercerita yang diperoleh adalah 2,8.
b. Siklus I
Data anak yang diolah menjadi tabel 4.5 distributif frekuensi dan
gambar 4.3 diketahui bahwa aktivitas belajar anak masih masih rendah
karena hanya 17 anak atau 68% dari 25 anak yang ketrampilan
berceritanya tinggi. Sedangkan sebanyak 5 anak atau 20% dalam kategori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
sedang dan 3 anak atau 12% dalam kategori berceritanya rendah/tidak
tuntas. Nilai rata-rata ketrampilan bercerita pada siklus I yang diperoleh
adalah 3,0.
Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu meningkat menjadi 68%
atau sejumlah 17 anak yang mendapat nilai tuntas ().Tetapi hasil ini
belum mencapai prosentase yang ditargetkan, maka penelitian ini masih
berlanjut ke siklus II.
c. Siklus II
Data anak yang diolah menjadi tabel 4.6 distributif frekuensi dan
gambar 4.4 diketahui bahwa aktivitas belajar anak sudah meningkat 21
anak atau 84% dari 25 anak yang ketrampilan berceritanya tinggi.
Sedangkan sebanyak 4 anak atau 16% dalam kategori sedang dan 0 anak
atau 0% dalam kategori berceritanya rendah/tidak tuntas. Nilai rata-rata
ketrampilan bercerita yang diperoleh adalah 3,6.
Pada siklus II terjadi peningkatan yang mencapai 84% yaitu sebanyak
21 anak mendapat nilai tuntas.Hasil ini telah melebihi prosentase yang
ditargetkan yaitu 80% maka penelitian berhenti pada siklus II atau tidak
berlanjut pada siklus III, sedangkan untuk anak yang belum tuntas yaitu
sebanyak 4 anak peneliti memberikan pendekatan secara khusus sesuai
tingkat kemampuanya, apabila belum mengalami kemajuan peneliti
menyerahkan kepada guru kelompok B di TK Aisyiyah I Baturetno.
2. Temuan
Berdasarkan dari penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II
dapat dinyatakan bahwa pembelajaran bercerita melalui model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar berbahasa lisan pada anak kelompok
B4 TK Aisyiyah I Baturetno baik hasil belajar secara afektif.
1. Perkembangan Hasil Bercerita
Perkembangan hasil belajar bahasa anak mengalami perkembangan yaitu
dari keadaan awal sebelum diadakan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kontekstual yang mendapat nilai tuntas () hanya 48% dari 25 anak
kelompok B4.Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran menggunakan media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
gambar, anak yang mendapat nilai tuntas sebanyak 68% dari kondisi awal. Pada
siklus II anak mendapat nilai tuntas menjadi 84% atau meningkat sebanyak 16%
dari kondisi awal dan 36% dari siklus I. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar berceritaanak kelompok B4melalui model
pembelajaran kontekstual meningkat.
2. Perkembangan Hasil Belajar Afektif
Dari observasi selama pembelajaran ketrampilan bercerita, diperoleh hasil
belajar afektif anak :
a. Sikap perhatian, minat dan motivasi anak selama pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b. Anak semakin percaya diri dalam bercerita dan kosa kata anak bertambah.
c. Anak mau menunggu giliran bercerita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ketrampilan bercerita melalui model
pembelajaran kontekstual pada anak kelompok B4 TK Aisyiyah I Baturetno
Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2011/2012, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut : melalui penerapan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan ketrampilan bercerita pada anak kelompok B4 TK Aisyiyah I
Baturetno tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dapat dilihat dari prosentase anak
yang mendapat nilai tuntas () pada kondisi awal sebanyak 24%, siklus I
meningkatkan menjadi 56% dan pada siklus II mencapai 84% dari 25 jumlah anak
secara keseluruhan.
B. Implikasi
Pentingnya ketrampilan bercerita dalam kehidupan sehari-hari dan
rendahnya model pembelajaran yang ada pada anak kelompok B4 di TK Aisyiyah
I Baturetno menjadi dasar penulis mengangkat judul “Peningkatan Ketrampilan
Bercerita melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Anak kelompok B4
TK Aisyiyah I Baturetno Tahun Pelajaran 2011/2012.”
Menurut Dhieni, dkk (2005: 6.9) menyatakan bahwa kegiatan bercerita di
Taman Kanak-kanak memiliki bentuk-bentuk yang menarik dalam menyampaikan
materi pembelajarannya antara lain: (1) bercerita tanpa alat peraga dan (2)
bercerita dengan alat peraga.Isi ceritanya berhubungan dengan kegiatan anak
sehari-hari.Pelaksanaan penelitian dilakukan 2 siklus, masing-masing siklus
terdiri dari 3 pertemuan.
Berdasarkan hasil penelitian menunujukkan bahwa pembelajaran dengan
model pembelajaran kontekstual pada anak kelompok B4 TK Aisyiyah I
Baturetno, berdasarkan hasil tersebut maka dapat dibuat implikasi sebagai berikut:
a. Pembelajaran dengan penggunaan model kontekstual dapat meningkatkan
ketrampilan bercerita karena dalam kegiatan bercerita, anak dapat
mengungkapkan cerita melalui mendengarkan cerita guru. Dan cerita yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
disediakan guru adalah cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari anak.
b. Penerapan model kontekstual dalam bercerita juga dapat meningkatkan
kepercayaan diri anak dalam bercerita. Untuk mengetahui perkembangan
berbahasa anak, maka dilakukan kegiatan unjuk kerja dengan meminta
anak untuk bercerita dan kegiatan tanya jawab untuk memahami apakah
anak memahami cerita yang dicontohkan kemudian di lakukan sendiri
dengan benda nyata sekitar anak.
c. Adapun aktivitas yang dapat dilihat atau diobservasi selama pembelajaran
berceritan adalah anak menjadi lebih aktif dan percaya diri pada saat
kegiatan bercerita dan tanya jawab.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran
sebagai berikut:
1. Kepada Kepala Taman Kanak-kanak
Kepala Taman Kanak-kanak selalu mengupayakan pendidikan yang terbaik untuk
meningkatkan mutu pembelajaran. Selain memotivasi, sebaiknya guru diberikan
kelengkapan media pembelajaran beserta cara penggunaannya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran bercerita anak dengan menggunakan metode
dan alat yang lebih bervariasi.
2. Kepada Guru
a. Mengingat model pembelajaran kontekstualdapat meningkatkan
keterampilan bercerita anak, sebaiknya guru menerapkan model /
metode ini. Agar kemampuan bercerita anak semakin meningkat.
b. Guru sebaiknya meningkatkan keterampilan dalam menggunakan alat
pembelajaran yang disediakan, agar pembelajaran berceritatidak
terkesan monoton.
c. Guru dapat memberikan variasi alat peraga dalam pembelajaran
bercerita dengan kontekstual, supaya anak tidak merasa bosan dan
lebih semangat dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
3. Kepada Peneliti Berikutnya
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang serupa,tetapi
dengan materi dan pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan temuan
yang lebih baik lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta
Bachri.B.S. 2005.Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak-kanak
Tehnik dan Prosedurnya. Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Barton.B. Storytelling, The Cornerstone for Early Vocabulary Learning
Storybook., International Journal of Educational Administration and
Development, diperoleh pada 16/08/2012 (http : www.
californiakindergartenassociation .org/wpcontent/uploads/pdf:
Cecep.ER.2002.Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.Buku
pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual. Jakarta: Depdiknas
Depdiknas.2003.Undang-undang Guru dan Dosen serta Undang-undang Sikdinas
Nomor 20. Bandung : Penerbit Citra Umbara.
Dhieni, dkk. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka
Patricia, M.2001.Contextual teaching and learning: An the school and Society
Chicago.International Journal of Reseach, diperoleh (16/08/2012), dari
( http:// www. nccte.contextual.org.pdf.
FKIP UNS. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi UNS. Surakarta: Fakultas Keguruan
dan ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Hadisetyo nugroho .2010.Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan dengan
Metode Bercerita.Universitas PGRI Yogyakarta
Moleong.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Masitoh, dkk. 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Universitas Terbuka.
. 2007. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rita Eka Izzaty.2005. Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK.
Jakarta : Depdiknas.
Suwandi.2008.Modul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dan Penulisan Karya
Ilmiah.Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Aisyah, dkk. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia
Dini. Jakarta : Universitas Terbuka
Slametto. 2003. Belajar dan Faktor–faktor Yang Mempengaruhinya.Jakarta:
Rineka Cipta
Soehardjo.2001.StatistikTerapan korelasi dan degresi.Surakarta : Departemen
pendidikan Nasional Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret
Sugiyanto.2009.Model-model Pembelajaran Inovatif.Surakarta: Panitia Sertifikasi
Guru (PSG) Rayon 13.
Suryanto.2002. Penggunaan Masalah Kontekstual Dalam Pembelajaran
Matematika.Pidato Pengukuhan Guru Besar. Yogyakarta: UNY
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Musfiroh. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan.Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi
Aini, Qurrota.2008. Penerapan CTL untuk meningkatkan motivasi, aktivitas dan
prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tangkilsari I Kecamatan Tajinan
Kabupaten Malang, Universitas Negeri Malang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81