wwww
-
Upload
nida-amalia -
Category
Documents
-
view
117 -
download
13
description
Transcript of wwww
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Survey klinis menunjukkan bahwa trauma pada gigi adalah masalah yang
umum terjadi pada anak dan orang dewasa. Avulsi merupakan kondisi lepasnya gigi
dari soket alveolar akibat adanya cedera gigi. Dalam klasifikasi Ellis dan Davey
avulsi gigi termasuk dalam klasifikasi trauma kelas lima. Secara klinis dan foto
ronsen, gigi tidak ada di dalam soket. Tulang alveolar, sementum, ligament
periodontal, gingiva, dan pulpa , akan mengalami kerusakan pada saat gigi secara
total keluar dari socketnya.1,2,3
Gigi yang avulsi perlu cepat ditangani karena secara psikologis dapat
menyebabkan anak menjadi malu dan tidak mau sekolah serta timbulnya perasaan
khawatir pada orangtua mengenai gigi anak, oleh karenanya perawatan pendahuluan
seperti replantasi yaitu penempatan kembali seluruh gigi yang mengalami avulsi ke
dalam soket gigi sangatlah penting.4
Keberhasilan replantasi sangat berhubungan dengan lamanya waktu gigi di
luar mulut dan kondisi ekstraoral sebelum replantasi. Oleh karena itu, replantasi harus
segera dilakukan pada saat cedera terjadi dengan tujuan untuk meminimalkan waktu
ekstraoral. Apabila replantasi yang tidak segera dapat dilakukan, gigi tersebut dapat
disimpan di dalam media penyimpanan sampai direplantasi.3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Avulsi?
2. Apa saja etiologi Avulsi?
3. Bagaimana epidemiologi gigi avulsi?
4. Bagaimana pertolongan pertama pada gigi avulsi?
5. Bagaimana pemeriksaan klinis dan penunjangnya?
6. Bagaimana prosedur replantasi?
7. Apa saja medikamentosa yang diberikan?
8. Apa saja instruksi yang diberikan kepada pasien?
9. Bagaimana prognosis avulsi?
10. Kenapa gigi masih tetap utuh pada saat gigi avulsi?
11. Bagaimana keadaan ligamen periodontal pada saat gigi avulsi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Avulsi
Avulsi didefinisikan sebagai keluarnya seluruh gigi dari soket akibat trauma.
Secara klinik dan foto ronsen, gigi tidak ada di dalam soket.5
2.2 Etiologi Avulsi
Penyebab gigi avulsi adalah (1) kecelakaan lalu lintas; (2) perkelahian; (3)
jatuh; (4) kecelakaan olahraga; (5) kerusakan jaringan periodontal; dan (6) penyakit
sistemik, seperti diabetes mellitus.5
2.3 Epidemiologi
Berdasarkan beberapa penelitian prevalensi avulsi yaitu 0,5-16% dari kasus
trauma injuri terutama pada anak usia 7-9 tahun, karena daya tahan tulang alveolar
masih kurang. Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan sering terjadi pada
gigi insisif sentral gigi permanen. Pada kasus gigi permanen terjadi 1%-16%
sedangkan pada gigi sulung terjadi 7%-13%.6,7
2.4 Penanganan pertama pada avulsi
Penangan pertama yang dilakukan pada gigi avulsi yaitu:2,3
1. Bilas gigi dengan air keran yang mengalir, jangan pegang bagian akar saat mencuci
tapi pegang pada bagian mahkota gigi secara hati-hati untuk menjaga vitalitas sel-sel
permukaan akar.
2. Jangan mengelap gigi
3. Kembalikan gigi ke dalam soket dengan tekanan jariringan, apabila pasien tidak
bias mengembalikan giginya sendiri ke dalam soketnya gigi dapat disimpan ke dalam
media penyimpanan (saliva, larutan salin, susu)
4. Letakkan sesuatu yang lembut di bagian oklusal/insisal gigi supaya gigi tetap pada
soketnya
Segera pergi ke dokter gigi
Kerusakan pada daerah ligament periodontal ketika terjadinya injuri dapat
dihindari atau dapat diminimalkan. Salah satu faktor yang penting untuk memastikan
keberhasilan replantasi adalah cepat atau tidaknya gigi dilakukan replantasi. Sangat
penting untuk mencegah kekeringan, yang dapat mengurangi morfologi dan fisiologis
normal dari sel ligament periodontal. Secepat mungkin lakukan replantasi di tempat
kejadian apabila gigi dalam keadaan bersih tanpa ada kerusakan pada bagian akar dan
segera dibawa ke tempat praktek dokter gigi. Jika ragu atau takut melakukan
replantasi, gigi sebaiknya disimpan di dalam media penyimpanan hingga pasien ke
tempat praktek dokter gigi untuk dilakukannya replantasi.8
Media Penyimpanan
Pada saat keadaan darurat dimana orangtua atau orang sekitar tidak dapat
mengembalikan gigi avulsi ke dalam soket sendiri, maka gigi harus disimpan dalam
larutan fisiologis sampai mendapat pertolongan langsung dari dokter. Larutan
fisiologis tersebut antara lain: 1,9,10
1. Saliva.
Gigi yang direndam dalam saliva sebaiknya hanya selama 30 menit. Ini
dikarenakan bila lebih dari waktu tersebut maka akan merusak sel ligamen
periodontal. Bahkan ada jurnal yang menyebutkan bahwa kondisi sel ligamen
periodontal dalam keadaan yang sama buruknya bila terpapar udara.
2. Saline
Dapat menjadi media perendaman gigi yang lepas karena tekanan
osmolalitas sesuai untuk sel ligamen periodontal tetapi tidak baik bila gigi
direndam lebih dari 2 jam, karena dapat merusak sel ligamen periodontal.
3. Susu
Susu sangat bagus dijadikan larutan fisiologis karena tidak mungkin
terdapat bakteri dimana susu sudah melewati proses pasteurisasi dan mengandung
nutrisi untuk sel ligamen periodontal. Sebaiknya tidak digunakan lebih dari 6 jam.
4. Air kelapa
Dapat dijadikan media penyimpanan gigi yang avulsi karena
mengandung kalium, kalsium, magnesium, natrium, klorida, dan fosfat.
5. Hank’s Balances Salt Solution (HBSS)
Hank’s balances salt solution merupakan sebuah larutan salin standar yang
digunakan dalam penelitian biomedical untuk mendukung pertumbuhan sel.
Larutan ini tidak toksik, biokompatibel untuk sel ligament periodontal dengan pH
7.2 dan osmolitas 320 mosm/kg. HBSS mengandung glukosa, kalsium, dan
magnesium yang dapat mempertahankan dan membentuk kembali komponen sel
ligament periodontal.
6. Propolis
Ozan et al melaporkan, propolis sebagai media penyimpanan untuk
menjaga agar ligament periodontal pada gigi avulsi tidak nekrosis karena propolis
mengantuk anti-mikroba. Sehingga selain menjaga ligament periodontal, juga
dapat menjadi anti-mikroba, anti-inflamasi, dan anti-oksidan.
2.5 Pemeriksaan klinis dan penunjang
1. Anamnesa
Dalam melakukan anamnesa terhadap pasien yang mengalami traumatic
injuri, pertama kali yang harus diketahui adalah waktu, dan bagaimana terjadinya
injuri tersebut. Apabila traumatik injuri menyebabkan gigi avulsi, tanyakan pada
orang tua pasien atau kepada pasien bagaimana ia menangani gigi yang terlepas itu
agar kita dapat menentukan prognosis. Perhatikan pula apakah pasie saat datang ke
klinik dalam keadaan sadar atau tidak. Pastikan seluruh data meliputi nama, usia,
beserta alamat dan menentukan detail kejadian serta perawatan yang diberikan.4
2. Pemeriksaan klinis3,4
a. Ekstra oral
Inspeksi dan catat keseluruhan injuri, dan laserasi pada bagian wajah.
Palpasi pada bagian mandibular, zigomatikus, TMJ, dan regiomastoideus
untuk melihat ada tidaknya pembengkakan, kliking, krepitasi, dan fraktur.
b. Intra Oral
Inspeksi laserasi pada mukosa, bibir, gingiva dan lidah harus ddiperiksa
apakah terdapat benda asing
Palpasi alveolus untuk mendeteksi terjadinya fraktur alveolus
Cek oklusi pasien
Periksa juga gigi yang berdekatan dengan gigi yang mengalami avulsi dan
gigi atagonis harus diperiksa apakah ikut terlibat masing-masing yang juga
harus dilihat apakah ada fraktur maupun dislokasi.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan rontgen dapat dilakukan dengan pengambilan foto panoramic,
periapikal, bite wing atau oklusal. Jika dicurigai adanya fraktur rahang, diperlukan
radgraf yang lain, seperti lateral oblik, lateral skull, dan antero posterior skull.7
2.6 Prosedur Replantasi
a. Indikasi dan kontraindikasi replantasi
Indikasi:12
Tidak ada penyakit periodontal
Waktu lamanya gigi avulsi tidak lebih dari 2 jam karena mempengaruhi
prognosis
Kontraindikasi:12
1. Gigi sulung
2. Adanya fraktur akar
b. Syarat-syarat replantasi:4,7
1. Gigi yang avulsi sebaiknya sehat dan tidak terdapat karies yang luas.
2. Tulang alveolar harus tetap utuh agar dapat menahan gigi,tidak ada fraktur
atau penyakit periodontal.
3. Gigi yang avulsi sebaiknya berada pada posisi yang baik dalam lengkungnya
tanpa kelainan ortodonsi
4. Ligamen periodontal tidak tergores
c. Teknik-teknik Replantasi dibagi menjadi 3, yaitu:11
1. Autoplastik
Gigi dengan foramen apikal > 1,3 mm, vitalitas pulpa & desmodon (daya
tahan menerima tekanan) masih dapat dipertahankan.
2. Auto-alloplastik
Gigi dengan foramen apikal <1,3 mm, dengan akar yang telah menutup
sempurna. Supaya tidak perlu dilakukan perawatan endodontik dikemudian
hari sehingga waktu terapi dipersingkat.
3. Alloplastik
Gigi avulsi dengan pulpa & desmodon yang tidak vital perlu endodontik.
Endodontik dapat dilakukan pada saat yang bersamaan saat dilakukannya
replantasi atau 1-2 minggu setelah replantasi.
d. Penatalaksanaan replantasi:13
1. Lakukan anestesi local
2. Bilas gigi perlahan-lahan dengan NaCl fisiologis menggunakan syringe
3. Soket diirigasi menggunakan NaCl fisiologis
4. Letakkan gigi perlahan-lahan dengan tekanan jari
5. Apabila fragmen tulang alveolar menghalangi replantasi maka lepaskan
kembali gigi dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada
posisinya dan ulangi kembali replantasi.
6. Pembuatan foto rontgen dilakukan untuk memeriksa apakah posisi sudah
benar.
7. Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint.
8. Berikan antibiotika selama 4-5 hari.
9. Berikan profilaksis tetanus bla gigi yang avulsi telah berkontak dengan
sesuatu.
10. Lepaskan splint setelah 1-2 minggu
11. Perawatan saluran akar dipertimbangkan bila tampaknya ada kelainan pada
pulpa
2.7 Medikamentosa
Antibiotik sistemik diberikan pada saat replantasi dan sebelum perawatan
endodontik untuk mencegah terjadinya invasi bakteri pada pulpa nekrosis yang dapat
menyebabkan inflamasi. Tetrasiklin dapat dipilih karena mampu mengurangi
terjadinya resorbsi akar. Apabila pasien tidak sensitif terhadap golongan tetrasiklin,
berikan Doksisiklin 2x sehari selama 7 hari dengan dosis yang disesuaikan dengan
umur dan berat badan pasien atau Penisilin V 1000mg atau 500mg 4x sehari selama 7
hari, diberikan dari kunjungan pertama dan berlanjut hingga splin dilepas setelah 7-10
hari. Bakteri di sulkus sebaiknya dikontrol selama masa penyembuhan dengan
menjada kebersihan mulut pasien, dianjurkan menggunakan obat kumur klorheksidin
selama 7-10 hari.8
2.8 Intruksi kepada pasien7
1. Pasien dianjurkan menghindari gigitan pada gigi yang di splin
2. Konsumsi makanan yang lunak
3. Menjaga oral hygiene dengan menyikat gigi atau menggunakan obat kumur
klorhexidin selama pemakaian splint
4. Pasien harus menghindari kumur-kumur, meludah, selama 24 jam setelah
replantasi
5. Setelah 24 jam pemakaian splint pasien harus berkumur-kumur dengan air garam
hangat tidap dua jam untuk mencegah pembengkakan pada jaringan di sekitar gigi
dengan tujuan melancarkan vaskularisasi.
2.9 Prognosis
Replantasi yang dilakukan sesudah 2 jam akan lebih memungkinkan terjadi
resopsi akar dikemudian hari. Karena, itu makin cepat gigi dikembalikan ke dalam
soket makin baik prongnosisnya. Prognosis baik bila perawatan dilakukan kurang 20
menit, dan prognosis buruk apabila lepasnya gigi sudah lebih dari 60 menit.6,7
2.10 Gigi tetap utuh saat avulsi
Pada usia 7-10 tahun, akar pada gigi permanen belum sepenuhnya matur,
struktur jaringan periodontal masih longgar dan hubungan akar dengan tulang
alveolar masih lemah, serta tulang alveolar relatif lunak, sehingga apabila terjadi
trauma yang cukup keras pada gigi bisa menyebabkan avulsi. Berbeda dengan orang
dewasa yang memiliki akar yang sudah matur, jaringan periodontal yang kuat, serta
tulang alveolar yang kuat sehingga lebih cenderung mengalami fraktur gigi daripada
avulsi.14
2.11 Keadaan ligament periodontal saat gigi avulsi
Ketika gigi mengalami avulsi, perlekatan rusak dan nekrosis pulpa dapat
terjadi. Gigi yang terlepas dari soket secara tiba-tiba akan merobek ligament
periodontal dan banyak meninggalkan ligamen periodontal di sepanjang akar. Pada
saat itu pula terjadi kerusakan sementum lokal. Akan terjadi inflamasi yang
distimulasi oleh jaringan yang rusak. Penyembuhan dengan sementum baru terjadi
setelah fase inflamasi berakhir.8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Avulsi didefinisikan sebagai keluarnya seluruh gigi dari soket akibat trauma.
Penyebab gigi avulsi yaitu kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh, kecelakaan
olahraga, kerusakan jaringan periodontal, dan penyakit sistemik. Lebih banyak terjadi
pada pria daripada wanita, dan sering terjadi pada gigi insisif sentral gigi permanen.
Gigi yang mengalami avulsi lebih baik direndam dalam larutan saline dan air
susu dan jangan memegang bagian akar yang dapat menyebabkan kerusakan atau
nekrotik jaringan periodontal sehingga dapat mempengaruhi hasil perawatan.
Perawatan pada gigi avulsi meliputi replantasi dan splinting. Perawtawn
endodontic merupakan perawatan lanjutan setelah dilakukan perawan replantasi dan
splinting.
Kerbehasilan perawatan dari gigi yang avulsi dipengaruhi oleh berapa lama
terjadinyanya, tempat kejadian, tindakan yang dilakukan pertama kali ketika terjadi
gigi avulsi dan bagaimana cara penanganan gigi avulsi tersebut.
3.2 Saran
Diperlukan kerjasama yang baik oleh setiap individu dalam kelompok agar
tugas-tugas dapat diselesaikan tepat waktu.