wrap up typhoid

download wrap up typhoid

of 41

description

wrap up

Transcript of wrap up typhoid

DAFTAR ISIDaftar Isi ... 1Skenario 3Kata Sulit .. 4Pertanyaan 5Jawaban 6Hipotesa ... 7Sasaran Belajar . 8Lo. 1. Memahami dan Menjelaskan Tentang Demam .. 8Li. 1.1. Memahami Definisi Demam ... 8Li. 1.2. Memahami Jenis Jenis Demam . 8Li. 1.3. Memahami Gejala Gejala Demam ............ 9Li. 1.4. Memahami Penyebab Demam .. 10Li. 1.5. Memahami Mekanisme Demam .Li. 1.6. Memahami Pemeriksaan Penunjang ..Lo. 2. Memahami dan Menjelaskan Tentang Bakteri Sallmonela enterica ...... 10Li. 2.1. Memahami Definisi Bakteri Sallmonela enterica ............... 10Li. 2.2. Memahami Struktur Bakteri Sallmonela enterica ................. 10Li. 2.3. Memahami Jenis Jenis Bakteri Sallmonela enterica .................. 11Li. 2.4. Memahami Siklus Hidup Bakteri Sallmonela enterica . 12Lo. 3. Memahami dan Menjelaskan Tentang Demam Thypoid .14Li. 3.1. Memahami Definisi Demam Thypoid... 14Li. 3.2. Memahami Penyebab Demam Thypoid... 16Li. 3.3. Memahami Gejala Klinis Demam Thypoid.............. 20Li. 3.4. Memahami Komplikasi Demam Thypoid ..Li. 3.5. Memahami Penatalaksanaan Demam Thypoid Li. 3.6. Memahami Pencegahan Demam Thypoid Daftar Pustaka .... 31

SKENARIO 1DEMAM SORE HARISeorang wanita 30 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang lalu. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore dan malam hari dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran somnolen, nadi bradikardi, suhu tubuh hiperperiksia ( pengukuran jam 20.00 WIB ), lidah terlihat typhoid tongue. Pemeriksaan tes Widal didapatkan titer anti - salmonella typhi O meningkat. Pasien bertanya kepada dokter apa diagnosa dan cara pencegahan penyakitnya.

KATA KATA SULIT1. Hiperpireksia = Penaikan suhu tubuh (suhu tinggi) yang tinggi > 41,1oC/ 106oF. 2. Bradikardia = Kelambatan denyut jantung dan nadi < 60 X/menit (sumber : Dorland)3. Somnolen = Tampak mengantuk/pulih jika dirangsang (penyakit dalam)4. Pemeriksaan Widal = Identifikasi adanya antibody terhadap Salmonella spesifik O, H antigen dalam serum, termasuk pemeriksaan serologi untuk memeriksa adanya demam thypoid. 5. Titer = Jumlah substansi yang dibutuhkan untuk menimbulkan 5 X dengan atau untuk berhubungan dengan sejumlah substansi lainya.6. Salmonella = Jenis bakteri yang berkaitan dengan keracunan makanan, penyakit perut yang termasuk genus bakteri dari suku salmonella, family anteroapemia, gram negative dapat bergerak.7. Typhoid tounge = Lidah tampak kotor dengan tepi kemerahan (putih-putih)8. Demam = Peradangan dalam tubuh, lalu masuknya zat toksin dan microorganisme.

PERTANYAAN1. Apa fungsi dan tujuan dari test widal ?2. Apa saja penyebab demam ?3. Apa saja jenis - jenis demam ?4. Apa mekanisme yang terjadinya pada demam ?5. Bagaimana cara penanganan demam ?6. Apa yang menandakan demam typhoid ?7. Bagaimana penatalaksanaan demam typhoid ?8. Apa ciri-ciri demam ?9. Apa hubunganya bakteri Sallmonela dengan demam ?10. Bagaimana struktur dari bakteri Sallmonella ?11. Apa saja enis-jenis obat yang dipakai pada saat demam ?12. Apa ciri-ciri dari bakteri dan jenis-jenis bakteri ?13. Bagaimana pencegahan dari demam thypoid ?14. Mengapa demam lebih tinggi di malam hari ?

JAWABAN1. Mengetahui adanya antigen O & H, setelah ditemukanya Salmonella ( sebagai alternatif ). 2. Infeksi bakteri, peradangan tenggorokan, cuaca.3. Ada lima yaitua. Demam Septik : Suhu badan berangsur naik, suhu maksimum pada malam hari lalu turun kembali ketika diatas normal disaat pagi hari.b. Demam Remitten : Suhu badan bisa turun tiap hari tapi tak sampai normal.c. Demam Intermitten : Suhu badan turun ketingkat normal dalam beberapa jam.d. Demam Kontinyu : Variasi suhu dalam sehari tidak berbeda lebih dari satu derajat celcius.e. Demam siklik : Kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.4. Pertama, mikroorganisme masuk dalam tubuh, tubuh mencegahnya dengan berupa leukosit, makrofag, dan leukosit untuk memakanya (fagositosit). Tubuh mengeluarkan pirogen dan endogen lalu pirogen endogen akan merangsang sel-sel dihipotalamus untuk mengeluarkan asam arakidonat. Asam Arahidonat dengan bantuan enzim fosfolipase A2, proses ini memacu pengeluaran prostaglandin. Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase, prostaglandin mempengaruhi kerja termoregulator dihipotalamus dengan meningkatkan titik patokan suhu tubuh akibatnya menimbulkan respon menggigil yang tujuanya menghasilkan panas tubuh dan terjadilah demam.5. Minum obat, dikompres dengan air hangat dan minum antibiotik.6. Demam tinggi terus menerus hingga 3-4 minggu, denyut nadi lambat, perut kembung, dan mual muntah.7. Istirahat yang cukup, minum antibiotic, jaga kebersihan.8. Suhu tubuh naik, lemas, pusing, radang tenggorokan, batuk dan pilek. 9. Salmonella termasuk bakteri batang gram negative karena itu dia mengandung dan mengeluarkan endotoxin suhu tubuh tinggi dan terjadilah demam.10. Bakteri gram negative, salmonella tidak memiliki kapsul, salmonella termasuk bakteri vakuolative anaerob, mempunyai flagel.11. Kloramfenikol, amoxilin, ciproxaxin, tiamfenikol, paracetamol.12. Prokariotik, uniseluler, amitosis, bentuknya kokus, basil dan spiral, DNA bulat dan panjang.13. Menjaga makanan, kebersihan, vaksin TY21A.14. Karena pada malam hari siklus bakteri bekerja.

PenangananHIPOTESA

DemamJenis-jenis

Pencegahan

PenyebabTyphoid

Salmonella

Gejala KlinisPemeriksaan FisikPemeriksaan Penunjang

SASARAN BELAJARLo. 1. Memahami dan Menjelaskan Tentang Demam Li. 1.1. Memahami Definisi Demam Demam (fever, pyrexia) merupakan peningkatan temperatur tubuh di atas normal (37oC). suhu pasien biasanya diukur dengan termometer air raksa dan tempat pengambilannya dapat di aksila, oral atau rektum. Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5oC - 37,2oC. Suhu tubuh subnormal di bawah 36oC. Hiperpireksia adalah suatu keadaan kenaikan suhu tubuh sampai setinggi 41,2 oC atau lebih, sedangkan hipotermia adalah keadaan suhu tubuh di bawah 35oC.Suhu normal pada tempat yang berbedaTempat pengukuranJenis termometerRentang; rerata suhu normal (oC)Demam (oC)

AksilaAir raksa, elektronik34,7 37,3; 36,437,4

SublingualAir raksa, elektronik35,5 37,5; 36,637,6

RektalAir raksa, elektronik36,6 37,9; 3738

TelingaEmisi infra merah35,7 37,5; 36,637,6

Li. 1.2. Memahami Jenis Jenis Demam a. Demam septikPada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat di atas normal pada pagi hari.

b. Demam hektikPada demam ini, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat yang normal pada pagi hari.

c. Demam remitenPada demam ini, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu normal.

d. Demam intermitenPada demam ini, suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari.

e. Demam KontinyuPada demam ini, terdapat variasi suhu sepanjang hari yang tidak berbeda lebih dari satu derajat.

f. Demam SiklikPada demam ini, kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untukbeberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhuseperti semula.Li. 1.3. Memahami Gejala Gejala Demam Seseorang dikatakan demam jika suhu tubuhnya meningkat di atas rentang normal yaitu 98,6 oF (37oC). Bergantung pada penyebabnya, demam biasanya disertai dengan gejala-gejala seperti berikut: Berkeringat Gemetaran Sakit kepala Nyeri otot Kehilangan nafsu makan DehidrasiJika demam tinggi antara 103 oF (39,4 oC) dan 106 oF (41,1oC) dapat menimbulkan gejala: Halusinasi Kebingungan Sifat lekas marah Kejang DehidrasiLi. 1.4. Memahami Penyebab Demam Penyebab demam umumnya dari gangguan hipotalamus. Selain itu :1. Infeksi saluran pernapasan2. Infeksi virus3. Infeksi bakteri4. Pneumonia5. Gangguan imunologi6. Penyakit yang berkaitan dengan paparan panas

Penyebab Umum : Infeksi virus dan bakteri Flu dan masuk angina Radang tenggorokan Infeksi telinga Diare disebabkan bakterial atau diare disebabkan virus Bronkitis akut, Infeksi saluran kencing Infeksi saluran pernafasan atas (seperti amandel, radang faring atau radang laring) Obat-obatan tertentu Kadang-kadang disebabkan oleh masalah-masalah yang lebih serius seperti pneumonia,radang usus buntu, TBC, dan radang selaput otak. Demam dapat terjadi pada bayi yang diberi baju berlebihan pada musim panas atau padalingkungan yang panas. Penyebab-penyebab lain: penyakit rheumatoid, penyakit otoimun, Juvenile rheumatoidarthritis, Lupus erythematosus, Periarteritis nodosa, infeksi HIV dan AIDS, Inflammatory boweldisease, Regional enteritis, Ulcerative colitis, Kanker, Leukemia, Neuroblastoma, penyakitHodgkin, Non-Hodgkin's lymphoma.

Penyebab khusus demam Peningkatan set point hipothalamus : infeksi, penyakit kolagen vaskular, keganasan Produksi panas melebihi kehilangan panas: overdosis salisilat, hiperthiroidisme, suhu lingkungan yang tinggi Gangguan pembuangan panas: ektodermal displasia, heat stroke, keracunan obat tertentu Penyakit penyakit infeksi yang endemik di lingkungan sekitar Non infeksi : reaksi- reaksi alergi, penyakit autoimmun, kelainan darah, tumor ganas Gangguan pada pusat regulasi suhu sentral dapat menyebabkan peningkatan temperatur : heat stroke, pendarahan otak sampai koma

Pirogen adalah zat penyebab demam. Pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin %1. Di dalam hipotalamus, zat ini merangsang pelepasan asam arakhidonat serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin yang langsung dapat menyebabkan suatu pireksia.

Endogen : sitokin IL-1, TNFa, IFNgPirogen Eksogen : endotoksin bakteri, racun kalajengking, radiasiDemam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunoligi yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Pirogen eksogen dapat menyebabkan demam dengan bekerja langsung pada pusat thermoegulasi dan atau menyebabkan produksi pirogen endogen.

Demam dengan localizing signsPenyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada pada kategori ini (Tabel 5.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.KelompokPenyakit

Infeksi saluran nafas atasISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika

PulmonalBronkiolitis, pneumonia

GastrointestinalGastroenteritis, hepatitis, appendisitis

Sistem saraf pusatMeningitis, encephalitis

EksantemCampak, cacar air

KolagenRheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki

NeoplasmaLeukemia, lymphoma

TropisKala azar, cickle cell anemia

Tabel 5. Penyebab utama demam karena penyakit localized signs

Demam tanpa localizing signsSekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Tabel 6. menunjukan penyebab paling sering kelompok ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36 bulan.

Tabel 6. Penyebab umum demam tanpa localizing signsPenyebabContohPetunjuk diagnosis

InfeksiBakteremia/sepsisSebagian besar virus (HH-6)Infeksi saluran kemihMalariaTampak sakit, CRP tinggi, leukositosisTampak baik, CRP normal, leukosit normalDipstik urineDi daerah malaria

PUO (persistent pyrexia of unknown origin) atau FUOJuvenile idiopathic arthritisPre-articular, ruam, splenomegali, antinuclear factor tinggi, CRP tinggi

Pasca vaksinasiVaksinasi triple, campakWaktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinasi

Drug feverSebagian besar obatRiwayat minum obat, diagnosis eksklusi

Li. 1.5. Memahami Mekanisme Demam Demamatau dalam bahasa medis disebut denganfebrismerupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal.Mengapa suhu tubuh kita meningkat?

Suhu tubuh kita diatur oleh sebuah mesin khusus pengatur suhu yang terletak di otak tepatnya di bagian hipotalamus pre optik anterior (pre = sebelum, anterior = depan) Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari deinsephalon yang merupakan bagian dari otak depan kita (prosencephalon).

Hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana terdapat reseptor (penangkap) yang peka terhadap suhu atau termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita. Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-37,5C.Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas misalnya saat berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh itu akan segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti.

Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat.

Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi(bergerak) guna menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.

Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas. Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala tubuh kita mengalamiperubahan suhu.

Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh zat toksis (racun) yang masuk kedalam tubuh.

Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.

Proses peradangan diawali dengan masuknya racun kedalam tubuh kita. Contoh racunyang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.

Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).

Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan senjata berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.

Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.

Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang setting hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang demam)

Li. 1.6. Memahami Pemeriksaan Penunjang Demam tifoid : IgM Salmonella typhi, Pemeriksaan Widal, Darah Rutin

1.Uji WidalUntuk tujuan pemeriksaan serologi, dibutuhkan 1-3 cc darah yang ditampung dalam tabung tanpa antikoagulan. Pemeriksaan dapat langsung dilakukan atau ditunda selama 1 minggu tanpa mengubah titer antibodi. Pemeriksaan serologi untuk menunjukkan infeksi demam tifoid yang tertua adalah uji Felix-Widal atau yang lebih dikenal dengan uji Widal. Uji ini mengukur titer antibodi aglutinasi terhadap antigen O dan antigen H. Secara umum, antigen O mulai muncul pada hari ke 6-8 dan antigen H mulai muncul pada hari ke 10-12 dihitung sejak hari timbulnya demam. Uji ini memiliki sensitivitas dan spesivisitas yang tidak telalu baik (lihat pembahasan berikut). Pemeriksaan ini memberikan hasil negatif palsu pada 30% kasus. Hal yang dapat mempengaruhi adalah pemberian antibiotika sebelum pengambilan bahan yang dapat menimbulkan respons kekebalan tubuh. Hal lain yang harus dipertimbangkan dalam interpretasi adalah kesamaan antigen O dan H yang dimiliki S. typhi dengan salmonella lain, bahkan kesamaan epitop dengan Enterobactericeae lain yang dapat menyebabkan hasil positif palsu. Hasil positif palsu juga dilaporkan didapatkan pada keadaan klinis lain seperti malaria dan sirosis. Pada daerah endemis, populasi normal yang tidak sakit dapat memiliki antibodi dengan titer rendah. Karena itu, penentuan cut off untuk hasil positif adalah hal yang mutlak dilakukan kendati hal ini tidak mudah dilakukan karena variasi yang besar pada area dan waktu yang berbeda. Jika cut off dapat dilakukan dengan baik, pemeriksaan Widal tunggal dapat digunakan untuk membantu penegakkan diagnosis walaupun kenaikan titer antibodi > 4 kali pada sampel konvalesen tetap lebih dianjurkan untuk membantu penegakkan diagnosis. Meskipun pemeriksaan Widal memiliki banyak keterbatasan, pada daerah yang belum memiliki pemeriksaan diagnosis yang lebih baru misalnya uji Tubex, Typhidot, Dipstick, namun pemeriksaan ini masih dianjurkan untuk dilakukan dengan pertimbangan klinis yang seksama dan penetapan titer cut off lokal. 2.Uji TubexPemeriksaan ini mudah dilakukan dan hanya membutuhkan waktu singkat untuk dilakukan (kurang lebih 5 menit). Untuk meningkatkan spesivisitas, pemeriksaan ini menggunakan antigen O9 yang hanya ditemukan pada Salmonellae serogroup D dan tidak pada mikroorganisme lain. Antigen yang menyerupai ditemukan pula pada Trichinella spiralis tetapi antibodi terhadap kedua jenis antigen ini tidak bereaksi silang satu dengan yang lain. Hasil positif uji Tubex ini menunjukkan terdapat infeksi Salmonellae serogroup D walau tidak secara spesifik menunjuk pada S. typhi. Infeksi oleh S. paratyphi akan memberikan hasil negatif. Secara imunologi, antigen O9 bersifat imunodominan. Antigen ini dapat merangsang respons imun secara independen terhadap timus, pada bayi, dan merangsang mitosis sel B tanpa bantuan dari sel T. Karena sifat-sifat ini, respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat sehingga deteksi terhadap anti - O9 dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4-5 untuk infeksi primer dan hari ke 2-3 untuk infeksi sekunder. Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan tidak dapat mendeteksi IgG sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai modalitas untuk mendeteksi infeksi lampau.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam komponen,meliputi:1. Tabung berbentuk V, yang juga berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas.2. Reagen A, yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi dengan antigen S. typhi O9.3. Reagen B, yang mengandung partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibodi monoklonal spesifik untuk antigen 09.Komponen-komponen ini stabil disimpan selama 1 tahun dalam suhu 40C dan selama beberapa minggu dalam suhu kamar.Di dalam tabung, satu tetes serum dicampur selama kurang lebih 1 menit dengan satu tetes reagen A. Dua tetes reagen B kemudian dicampurkan dan didiamkan selama 1-2 menit. Tabung kemudian diletakkan pada rak tabung yang mengandung magnet dan didiamkan. Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan warna larutan campuran yang dapat bervariasi dari kemerahan hingga kebiruan. Konsep pemeriksaan ini dapat diterangkan sebagai berikut. Jika serum tidak mengandung antibodi terhadap O9, reagen B akan bereaksi dengan reagen A. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet rak), komponen mag-net yang dikandung reagen A akan tertarik pada magnet rak, dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen B. Sebagai akibatnya, terlihat warna merah pada tabung yang sesungguhnya merupakan gambaran serum yang lisis. Sebaliknya, bila serum mengandung antibodi terhadap O9, antibodi pasien akan berikatan dengan reagen A menyebabkan reagen B tidak tertarik pada magnet rak dan memberikan warna biru pada larutan.Pemeriksaan LaboratoriumPemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia klinik,imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit.HematologiKadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau perforasi. Pemeriksaan darah dilakukan pada biakan kuman (paling tinggi pada minggu I sakit), diagnosis pasti Demam Tifoid. (Minggu I : 80-90%, minggu II : 20-25%, minggu III : 10-15%) Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi. Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif. LED meningkat.UrinalisTes Diazo Positif : Urine + Reagens Diazo + beberapa tetes ammonia 30% (dalam tabung reaksi)dikocokbuih berwarna merah atau merah muda.Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam).Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit. Biakan kuman (paling tinggi pada minggu II/III diagnosis pasti atau sakit carrier.Tinja (feses)Ditemukan banyak eritrosit dalam tinja (Pra-Soup Stool), kadang-kadang darah (bloody stool). Biakan kuman (diagnosis pasti atau carrier posttyphi) pada minggu II atau III sakit. MikrobiologiUji kultur merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan demam tiroid/paratifoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk demam tifoid/ paratifoid. Sebalikanya jika hasil negatif, belum tentu bukan demam tifoid/ paratifoid, karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari 2 mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan membeku dalamspuitsehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat vaksinasi. Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7 hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/carrierdigunakan urin dan tinja. (Sumarmo et al, 2010)Biologi molekular.PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diidentifikasi dengan DNA probe yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi. Kriteria diagnosis yang biasa digunakan adalah :1. Biakan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biakan darah negative tidak menyingkirkan demam tifoid.2. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid.3. Peningkatan titer uji widal 4 kali lipat selama 23 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.4. Reaksi widal tunggal dengan titer antibodi Antigen O 1: 320 atau titer antigen H 1: 640 menyokong diagnosis demam tifoid pada pasien dengan gambaran klinis yang khas .Pada beberapa pasien, uji widal tetap negatif pada pemeriksaan ulang walaupun biakan darah positif.

Lo. 2. Memahami dan Menjelaskan Tentang Bakteri Sallmonela enterica Li. 2.1. Memahami Definisi Bakteri Sallmonela enterica Kingdom: EubacteriaPhylum: ProteobacteriaClass: Gamma ProteobacteriaOrdo: EnterobacterialesFamili: EnterobacteriaceaeGenus: SalmonellaSpesies: Salmonella entericaSubspesies: Salmonella enterica enterica Salmonella enterica salamae Salmonella enterica arizonae Salmonella enterica diarizonae Salmonella enterica houtenae Salmonella enterica indica

Nama Salmonella Typhi atau Salmonella Parathypi sebenarnya bukan gabungan genus dan spesies, tetapi genus dengan serotype atau serovarnya. Sebenarnya nama tersebut merupakan kependekan dari Salmonella enterica enterica Typhi / Salmonella enterica enterica Parathypi. Cara penulisan yang benar yaitu nama genus berawal huruf kapital dan nama serotip juga berawal huruf kapital tetapi tidak dimiringkan atau di garis bawah.

Li. 2.2. Memahami Struktur Bakteri Sallmonela enterica

Gambar 1 : Mikroskopis kuman Sallmonela sp. Sallmonela sp. adalah bakteri batang lurus, gram negative, tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik, berukuran 2 4 mikrometer x 0,5 0,8 mikrometer. Sallmonella sp. tumbuh cepat dalam media yang sederhana, hampir tidak pernah memfermentasi laktosa dan sukrosa, membentuk asam dan kadang gas dari glukosa dan manosa, biasanya memproduksi hydrogen sulfide atau H2S, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2 8 milimeter, bulat agak cembung, jernih, smooth, pada media BAP tidak menyebabkan hemolisis, pada media Mac Conceykoloni Sallmonela sp. Tidak memfermantasi laktosa ( NLF ), konsistensinya smooth.Sallmonela sp. tahan hidup dalam air yang dibekukan dalam waktu yang lama, bakteri ini resisten terhadap bahan kimia tertentu ( misalnya hijau brillian, sodium tetrathionat, sodium deoxycholate ) yangmenghambat pertumbuhan bakteri enterik lain, tetapi senyawa tersebut berguna untuk ditambahkan pada media isolasi Sallmonela sp. pada sampel feses.Organisme Salmonella tumbuh secara aerobic dan anaerobic fakultatif. Serta resisten terhadap banyak agen fisik tetapi dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 130F (54.4C) selama 1 jam atau 140F (60C) selama 15 menit.1. Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM.2. Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang lainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.3. Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol. Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi antigen O.

Li. 2.3. Memahami Jenis Jenis Bakteri Sallmonela enterica Klasifikasi kuman Sallmonela sp. sangat kompleks, biasanya diklasifikasikan :4. Menurut dasar reaksi biokimiaserotipe yang diidentifikasi menurut struktur antigen O, H dan Vi yang spesifik5. Menurut reaksi biokimianya, Sallmonela sp. dapat diklasifikasikan menjadi tiga spesies yaitu S. typhi, S. enteritidis, S. cholerasuis, disebut bagan Kauffman white.6. Berdasarkan serotipenya di klasifikasikan menjadi empat serotype yaitu S. paratyphi A ( Serotipe group A ), S. paratyphi B ( Serotipe group B ), S. paratyphi C ( Serotipe group C ), dan S. typhi ( Serotipe group D ).Li. 2.4. Memahami Siklus Hidup Bakteri Sallmonela enterica Siklus Hidup Sallmonela typhi1. Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yang terdapat bakteri Sallmonela typhi dari organisme pembawa ( host ).2. Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yang menyebabkan kerusakan dan peradangan.3. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding usus tadi ke organ organ lain, seperti hati, limpa, paru paru, tulang tulang sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, serta menyerang membrane yang menyelubungi otak.4. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan mempengaruhi keseimbangan tubuh.5. Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat kumpulan S. typhi yang dapat bertahan sampai berminggu minggu atau berbulan bulan.6. Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat bertahan hidup berbulan bulan dalam tanah atau air.Lo. 3. Memahami dan Menjelaskan Tentang Demam Thypoid Li. 3.1. Memahami Definisi Demam ThypoidDemam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Demam paratiroid adalah penyakit sejenis yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B, dan C. Gejala dan tanda kedua penyakit tersebut hamper sama, tetapi manifestasi klinis paratiroid lebih ringan. Kedua penyakit di atas disebut tifoid. Terminology lain yang sering digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus, dan paratyphus abdominalis atau demam enteric.Demam tifoid, atau typhoid fever adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia, dan disebarkan melalui makanan dan minumam yang telah tercemar oleh tinja. Penyakit yang biasa disebut juga typus atau types dalam bahasa awam ini, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enteric , khususnya turunannya yaitu Salmonella typhi yang terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat ( endemik ) di Indonesia, mulai dari usia balikta, anak anak dan dewasa. Li. 3.2. Memahami Penyebab Demam ThypoidPenularan salmonella thypi dapat melalui berbagai Cara, yang dikenal dengan 5F 1) Food ( makanan )2) Fingers ( jari tangan / kuku )3) Fomitus ( muntah )4) Fly ( lalat ) dan5) Feses.

Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan ;at pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

Li. 3.3. Memahami Gejala Klinis Demam ThypoidDemam tifoid mengakibatkan 3 kelainan pokok, yaitu: Demam berkepanjangan Gangguan sistem pencernaan Gangguan kesadaranDemam lebih dari tujuh hari merupakan gejala yang paling menonjol. Demam ini bisa diikuti oleh gejala tidak khas lainnya, seperti anoreksia atau batuk. Gangguan saluran pencernaan yang sering terjadi adalah konstipasi dan obstipasi (sembelit), meskipun diare bias juga terjadi. Gejala lain pada saluran pencernaan adalah mual, muntah, atau perasaan tidak enak di perut. Pada kondisi yang parah, demam tifoid bias disertai dengan gangguan kesadaran yang berupa penurunan kesadaran ringan, apatis, somnolen, hingga koma.Komplikasi yang bisa terjadi adalah: Perforasi usus Perdarahan usus Neuropsikiatri (koma)Diagnosis pasti dibuat berdasarkan adanya Salmonella dari darah melalui kutur. Karena isolasi Salmonella relative sulit dan lama, maka pemeriksaan serologi Widal untuk mendeteksi antigen O dan H sering dipakai sebagai alternative, meskipun sekitar 30% penderita menunjukkan titer yang tidak meningkat.Pemeriksaan Widal akan menunjukkan hasil yang signifikan apabila dilakukan secara serial per minggu, dengan adanya peningkatan titer sebanyak 4 kali. Nilai titer yang dianggap positif demam tifoid tergantung dari tingkat endemisitas daerahnya. Biasanya gejala mulai timbul secasra bertahap setelah 8-14 hari terinfeksi gejalannya demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, turunnya nafsu makan, & nyeri perut, terkadang penderita mengalami batuk . Jika tidak dilakukanpengobatan suhu akan meningkat dalam 2-3 hari menjadi 39-40C selama 10-14 hari danturun pada minggu ke 3, dan kembali normal dalam minggu ke 4.

Manifestasi klinis

Masa tunas typhoid 10-14 hari. a. Minggu 1 Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreCia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi ' diare, perasaan tidak enak di perut.

b. Minggu 2Pada minggu 2 gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.

Li. 3.4. Memahami Komplikasi Demam Thypoid Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid yaitu:1. Komplikasi intestinal: perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.2. Komplikasi ekstra-intestinal Komplikasi kardiovaskular: gagal sirkulasi perifer, miokarditis, tromboflebitis. Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia, koagulasi intravaskular diseminata (KID), thrombosis. Komplikasi paru: pneumonia, empyema, pleuritis. Komplikasi hepatobilier: hepatitis, kolesistitis. Komplikasi ginjal: glomerulonephritis, pielonefritis, perinefritis. Komplikasi tulang: osteomyelitis, periostitis, spondylitis, artritis. Komplikasi neuropsikiatrik/ tifoid toksikLi. 3.5. Memahami Penatalaksanaan Demam Thypoid Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:1. Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.2. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif), dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.3. Pemberian antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.4. Istirahat dan perawatan. Tirah baring dan perawatan professional bertujuan mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah decubitus dan pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.5. Diet dan terapi penunjang. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dari gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.Di masa lampau penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditunjukkan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini disebabkan ada pendapat nahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien demam tifoid.6. Pemberian antimokroba. Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah sebagai berikut:Klasifikasi dan Jenis Antibiotika/AntimikrobaObatDosisRute

First-line AntibioticsKloramfenikol500 mg 4x /hariOral, IV

Trimetofrim -Sulfametakzol160/800 mg 2x/hari, 4-20 mg/kg bagi 2 dosisOral, IV

Ampicillin/ Amoxycillin1000-2000 mg 4x/hari ; 50-100 mg/kg , bagi 4 dosisOral, IV, IM

Second-line Antibiotics( Fluoroquinolon)Norfloxacin2 x 400 mg/hari selama 14 hariOral

Ciprofloxacin2 x 500 mg/hari selama 6 hariOral , IV

Ofloxacin2 x 400 mg/hari selama 7 hariOral

Pefloxacin400 mg/hari selama 7 hariOral, IV

Fleroxacin400 mg/hari selama 7 hariOral

CephalosporinCeftriaxon1-2 gr/hari ; 50-75 mg/kg : dibagi 1-2 dosis selama 7-10 hariIM, IV

Cefotaxim1-2 gr/hari, 40-80 mg/hari: dibagi 2-3 dosis selama 14 hariIM, IV

Cefoperazon1-2 gr 2x/hari 50-100 mg/kg dibagi 2 dosis selama 14 hariOral

Antibiotik lainnyaAztreonam1 gr/ 2-4x/hari ; 50-70 mg/kgIM

Azithromycin1 gr 1x/hari ; 5-10 mg/kgOral

1. Kloramfenikol1.1. Asal dan Kimia

Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air dan rasanya pahit

Rumus umum molekul OH OH O

C C N C

H H H H

Kloramfenikol : R = -Tiamfenikol : R = -

1.2. Farmakodinamik

Efek anti mikrobaKloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom sub unit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman.

Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.Spektrum anti bakteri :- D.pneumoniae, - S. Pyogenes,- S.viridans, - Neisseria,- Haemophillus, - Bacillus spp,- Listeria, - Bartonella,- Brucella, - P. Multocida,- C.diphteria, - Chlamidya,- Mycoplasma, - Rickettsia,- Treponema,(dan kebanyakan kuman anaerob)

ResistensiMekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor-R (dikendalikan oleh plasmid). Resistensi terhadap P.aeruginosa. Proteus dan Klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.

Beberapa strain D. Pneumoniae, H. Influenzae, dan N. Meningitidis bersifat resisten; S. Aureus umumnya sensitif, sedang enterobactericeae banyak yang telah resisten. Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain E.Coli, K. Pneumoniae, dan P. Mirabilis, kebanyakan strain Serratia, Providencia dan Proteus rettgerii resisten, kebanyakan strain P. Aeruginosa dan S. Typhi

1.3. Farmakokinetik

1. Pemberian oral kloramfenikol diserap dengan cepat ( dalam darah 2 jam ) bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat ( untuk anak-tidak pahit ) mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol

2. Parenteral (IV) kloramfenikol suksinat dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol.

Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira 50% kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk jaringan otak, cairan serebrospinal dan mata.

( kloramfenikol ) konjugasi ( pasien gangguan faal haI-waktu paruh memanjang ) Dosis dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar.

sebagian di reduksi jadi arilamin ( tidak aktif ) 24 jam, 80-90% kloramfenikol ( secara oral ) diekskresikan ginjal.

kloramfenikol 5-10% aktif diekskresi melalui filtrat glomerulus sedangkan metaboltnya dengan sekresi tubulus. Sisanya terdapat dalam bentuk glukoronat atau hidrolisat lain yang tidak aktif.

( gagal ginjal ) masa paruh kloramfenikol aktif tidak banyak tidak perlu pengurangan dosis.

InteraksiKloramfenikol menghambat botransformasi tolbutamid fenitoin, dikumarol dan obat lain yang dimetabolisme oleh enzim mikrosom hepar. Dan toksisitas tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol.

Interaksi obat dengan fenobarbital dan rifampisin memperpendek waktu paruh kloramfenikol( kadar obat menjadi subterapeutik )

1.4. Farmakoterapi

Demam Tifoid1. Pengobatan demam tifoid Kloramfenikol diberikan dosis 4 kali 500 mg sehari sampai 2 minggu bebas demam

Bila relaps diatasi dengan memberikan terapi ulang. Untuk anak-anak diberikan dosis 50-100mg/kg BB/sehari dibagi dalam beberapa dosis selama 10 hari.

2. Pengobatan tifoid tiamfenikol dengan dosis 50 mg/kg BBsehari pada minggu pertama lalu diteruskan 1-2 minggu lagi dengan dosis separuhnya.

Dosis

a. KloramfenikolTerbagi dalam bentuk sediaan : Kapsul 250 mg dan 500 mg Dengan cara pakai untuk dewasa 50 mg/kg BBsehari per oral 3-4 dosis atau 1-2 kapsul 4 kali sehari

Infeksi berat dosis dapat ditingkatkan 2 x pada awal terapi sampai didapatkan perbaikan klinis. Salep mata 1 % Obat tetes mata 0,5 % Salep kulit 2 % Obat tetes telinga 1-5 %

b. Kloramfenikol palmitat atau stearatBiasanya berupa botol berisi 60 ml suspensi (tiap 5 l mengandung Kloramfenikol palmitat atau stearat setara dengan 125 mg kloramfenikol).

Dosis : Bayi prematur : 25mg/kgBB sehari per oral ( 2 dosis ) Bayi aterm (20KG ) : Infeksi saluran pernafasan, kulit dan jaringan kulit : 250 - 500 mg setiap 6 jam. Infeksi saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin : 500 mg setiap 6 jam. Septikemia dan bakterial meningitis : 150 - 200 mg/kg BB sehari dalam dosis terbagi setiap 3 - 4 jam (i.v) 3 hari (i.m) Anak-anak ( BB 1mgg) : 25 mg/kg BB secara i.m./i.v. setiap 6 - 8 jam.

2.5. Efek samping

Reaksi Alergi Pada penderita yang diobati Ampisilina (semua jenis penisilin) reaksi hipersensitif, seperti urtikaria, eritema multiform ruam kulit, pruritus, angioedema, Syok anafilaksis merupakan reaksi paling serius yang terjadi pada pemberian secara parenteral.

Reaksi Saluran Cernagangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis dan stomatitis.

Perubahan Biologikoral dapat disertai diare ringan yang bersifat sementara disebabkan gangguan keseimbangan flora usus.

Reaksi HematologiAnemia, anemia hemolitik, trombisitopenia, trombositopenia purpura, eosinophilia, leukopenia, agranulositosi.

2.6. Kontraindikasi

Pasien yang hipersensitif terhadap amoksisilin, penisilin

3. Sefalosporin3.1. Asal dan Kimia

Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremoniumSefalosporin antibiotika -laktamase menghambat sintesis dinding sel mikroba ( reaksi transpeptidase tahap ketiga- pembentukan dinding sel)Sefalosporin aktif kuman gram positif/garam negatif, tetapi spektrum masing-masing derivat bervariasi.

Rumus umum molekul S C NH

O O N COOH

3.2. Farmakodinamik

Efek anti mikrobaLampiran-Tabel 3

3.3. Farmakokinetik

Absorpsi Sefalosprorin diekskresi melaui ginjal sekresi tubuli ( kecuali sefoperazon-diekskresi empedu ) Adsorpsi melalui saluran cerna (per oral) sefalektin, sefradin, sefaklor, sefadroksil, lorakarbef, sefprozil Sefalotin dan sefapirin secara (i.v) iritasi lokal dan nyeri pada pemberian IM Beberapa sefalosporin generasi ketiga mencapai kadar tinggi di cairan serebrospinal (CSS) bermanfaat meningitis purulenta Kadar sefalosporin empedu tinggi sefoperazon

Interaksi Probenesid mengurangi ekskresi sefalosporin ( kecuali moksalaktam) Sefalotin, sefapirin, dan sefotaksim deasetilasi ekskresi melalui ginjal

3.4. Farmakoterapi (Dosis Lampiran-Tabel 3)

3.5. Efek samping (Lampiran 1-Tabel 3)

Reaksi coombs penggunaan sefalosporin dosis tinggi Depresi sumsum tulang granulositopenia (jarang terjadi) Sefamandol, moksalaktam dan seperazon minum alkohol disulfiram

Reaksi Saluran CernaDiare pemberian sefoperazon ekskresi empedu mengganggu flora normal usus

Reaksi HematologiHipoprotrombinemia (disfungsi trombosit) pemberian moksalaktam

3.6. Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap antibiotik golongan sefalosporin, penisilin atau antibiotik golongan betalaktam lainnya

3. SefalosporinLampiran-Tabel. 3Berikut pembagian generasi Sefalosporin :No.NamaGenerasiCara PemberianDosisEfek sampingAktivitas Antimikroba

1.Cefadroxil1OralDewasa : 0.5-1 g/h (2x)

Anak :30mg/kg/h (2 dosis)

Aktif terhadap kuman gram positif dengan keunggulan dari Penisilin aktivitas nya terhadap bakteri penghasil Penisilinase

2.Cefalexin1OralDewasa : 0.25-0.5 g/4x

Anak : 25-100 mg/kg/h (3-4 dosis)

3.Cefazolin1IV dan IMDewasa : 0.5-2 g/8 jam

Anak :25-100 mg/kg/h (3-4 dosis)IDEM Cephalotin

4.Cephalotin1IV dan IM Kenaikan kadar SGOT dan BUN Timbul superinfeksi P. aeruginosa

5.Cephradin1Oral IV dan IMKapsul 250 dan 500 mg.

Oral : 125 dan 250 mg/5 ml.Obat suntik : 0,25 ; 0.5 ; 1 ; 2 g

6.Cefaclor2OralKurang aktif terhadap bakteri gram postif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram negatif; misalnya H.influenza, Pr. Mirabilis, E.coli, dan Klebsiella

7.Cefamandol2IV dan IMPada pemberian dosis 1 g (i.m), kadar plasma 36 g/ml

8.Cefmetazol2IV dan IM

9.Cefotiam2IV dan IM

10.Cefprozil2Oral

11.Cefuroxim2IV dan IMDewasa : 0.75-1.5 g/8 jam

Anak : 50-100 mg/kg/h (3-4 dosis)

12.Cefditoren3OralGolongan ini umumnya kurang efektif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kuman gram positif, tetapi jauh lebih efektif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil Penisilinase.

13.Cefixim3Oral

14.Cefotaxim3IV dan IMDewasa : 1-2 g/6-12 jam

Anak : 50-100 mg/kg/h (4-6 dosis)

15.Cefoperazon

3IV dan IMDewasa : 1.5-4 g/6-8 jam/h

Anak : 100-150 mg/kgBB sehari (2-3 dosis) Sindrom disulfiram peminum alkohol (muntah, mual, diare, tek. darah menngkat) hipoprotrombinemia

16.Cefpodoxim3Oral

17.Ceftazidim3IV dan IMDewasa : 1-2 g/8-12 jam

Anak : 75-150 mg/kg/h (3 dosis)

18.Ceftizoxim3IV dan IM

19.Ceftriaxon3IV dan IMDewasa : 1-4 g/24 jam

Anak : 50-100 mg/kg/h (2 dosis)

20.Cefepim4Oral IV dan IMDewasa : 0.5-2 g/12 jam

Anak : 75-120 mg/kg/h (2-3 dosis)Spektrum lebih luas dan stabil saat dihidrolisis ole -laktamase. Berguna mengatasi infeksi kumanresisten generasi ketiga

4. Golongan Kuinolon dan Flourokuinolon4.1 Asal dan KimiaAsam nalidiksat gol.kuinolon lamakuman Gram-negative.Fluorokuinolon gol.kuinolon dengan atom fluor pada cincin kuinolon. Pada Gram-negatif dan Gram positif relative lemah.

4.2 Farmakodinamik

Terjadi replikasi dan transkpripsi double helix DNA kuman2 utas DNAFluorokoinolon menghambat DNA girasebersifat bakterisidalkuman mati

Efek AntimikrobaKuinolonkuman Gram-negatifSpektrum Antibakteri:E.coliProvidenciaN. GonorrhoeaaeN. meningitidesFluorokuinolon tertentu aktif beberapa mikrobakterium. Kuman-kuman anaerob umumnya resisten.

ResistensiTidak dijumpai resistensi plasmid pada kuinolon. Tetapi terdapat 3 mekanisme :1. Mutasi gen grysubnit A dari DNA girase tidak dapat diduduki molekul obat. 2. Perubahan sel kuman mempersulit penetrasi obat ke dalam sel.3. Peningkatan mekanisme pemompaan obat keluar sel.

4.3 FarmakokinetikFlorokuinolon lebih diserap saluran cerna.Didistribusikan diberbagai organ tubuh.Dimetabolismehati.Diekskresikan ginjal.

IndikasiInfeksi Saluran Kemih.Infeksi disaluran cerna.Infeksi saluran nafas.Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.Infeksi tulang dan sendi.

Efek samping1. Saluran cerna penggunaan kuinolon yang bermanifestasi dalam bentuk: mual, muntah, rasa tidak enak diperut.2. SSP : Sakit kepala, pusing, kejang, halusinasi.3. Hepatotoksisitas Jarang terjadi.4. Kardiotoksisitas pemanjangan interval QTc terjadi Aritmia Ventrikel.5. Disglikemia menimbulkan hiperglikemia atau hipoglikemia khususnya pasien usia lanjut. Tidak boleh pada pasien DM.6. Fototoksisitas. Pada golongan klinakfoksasin dan sparkfoksasin.7. Dll. Diantaranya : tendinitis, sindroma hemolisis, gagal ginjal, serta trombositopeni.

4.4 Kontraindikasi1. Epilepsy.2. Pada wanita hamil, anak-anak dibawah usia 18 tahun dapat menimbulkan kerusakan sendi.3. Pada kelainan ginjal dan hati.4. Pada penderita stroke.

5. KortimoksazolKombinasi dari trimetoprin dan sulfametoksazol yang menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap yang berurutan pada mikroba. Jadi kombinasi ini memberi efek sinergi.Mekanisme kerjaAktifitas antibakteri Kotrimoksazol berdasarkan atas kerjanya.Pada 2 tahap yang berurutan dalam reaksi enzimatik untuk membentuk asam tetrahidrofolat. Sulfonamid menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat dan trimetoprin menghambat terjadinya reaksi reduksi dari hidrofolat menjadi tetrahidrofolat. Trimetoprin menghambat enzim dihidrofolat reduktase miksoba secara selektif, karena enzim juga ada di sel mamalia. Untuk mendapatkan efek sinergi diperlukan perbandingan kadar yang optimal dari kedua obat. Untuk penyebaran kuman, rasio kadar sulfametoksazol : trimetoprin , yang optimal 20 : 1. Sifat farmakokinetik sulfonamid yang dipilih untuk kombinasi dengan trimetoprin itu penting, karena butuh kadar relatif tetap dari keduanya ditubuh. Trimetoprin 20-100x lebih pulen dari sulfametoksazol, jadi dikombinasikan untuk dapat kadar sulfametoksazol in vivo 20x lebih besar daripada trimetoprin.Farmakokinetik Rasio di darah 20 : 1 , karena sifat lipofilik , trimetoprin punya volume > sulfametoksazolPemberian sulfametoksazol 800 mg + trimetoprin 160 mg/oral ( rasio S:T 5:1) bisa diperoleh kadar kedua obat di darah tersebut 20:1. Trimetoprin cepat di distribusi ke dalam jaringan, 40% terikat diprotein plasma dengan adanya sulfametoksazol.Volume distribusi trimetoprin hampir 9x > sulfametoksazol.65% sulfametoksazol diikat pada protein plasma.60% trimetoprin dan 25% - 50% sulfametoksazol diekskresi lewat urin. 2/3 dari sulfametoksazol 20% tidak konjugasi. Metabolisme trimetoprin ada di urin.

Efek sampingDefisiensi folatDermatitis eksfoliatifMual , muntah , diare jarang.Sakit kepala, depresi halusinasiLi. 3.6. Memahami Pencegahan Demam Thypoid A. Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah). Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.

B. Vaksinasi tifoid sangat dianjurkan untuk mencegah penyakit.Vaksinasi harus diperkuat setiap 3 tahun. Ini karena setelah kurun waktu itu, kekebalan terhadap penyakit tifus akan berkurang. Umumnya, seusai divaksinasi, tubuh akan kebal, atau kalupun terkena maka penyakit yang menyerang tidak sampai membahayakan anak.

C. Ada dua vaksin untuk mencegah demam tifoid. Yang pertama adalah vaksin yang diinaktivasi (kuman yang mati) yang diberikan secara injeksi. Yang kedua adalah vaksin yang dilemahkan (attenuated) yang diberikan secara oral. Pemberian vaksin tifoid secara rutin tidak direkomendasikan, vaksin tifoid hanya direkomendasikan untuk pelancong yang berkunjung ke tempat-tempat yang demam tifoid sering terjadi, orang yang kontak dengan penderita karier tifoid dan pekerja laboratorium.

D. Vaksin tifoid yang diinaktivasi (per injeksi) tidak boleh diberikan kepada anak-anak kurang dari dua tahun. Satu dosis sudah menyediakan proteksi, oleh karena itu haruslah diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja.Dosis ulangan diperlukan setiap dua tahun untuk orang-orang yang memiliki resiko terjangkit.

E. Vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) tidak boleh diberikan kepada anak-anak kurang dari 6 tahun. Empat dosis yang diberikan dua hari secara terpisah diperlukan untuk proteksi.Dosis terakhir harus diberikan sekurang-kurangnya satu minggu sebelum bepergian supaya memberikan waktu kepada vaksin untuk bekerja.Dosis ulangan diperlukan setiap 5 tahun untuk orang-orang yang masih memiliki resiko terjangkit.

F. Ada beberapa orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid atau harus menunggu. Yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid diinaktivasi (per injeksi) adalah orang yang memiliki reaksi yang berbahaya saat diberi dosis vaksin sebelumnya, maka ia tidak boleh mendapatkan vaksin dengan dosis lainnya. Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang dilemahkan (per oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya saat diberi vaksin sebelumnya maka tidak boleh mendapatkan dosis lainnya, orang yang memiliki sistem imunitas yang lemah maka tidak boleh mendapatkan vaksin ini, mereka hanya boleh mendapatkan vaksin tifoid yang diinaktifasi, diantara mereka adalah penderita HIV/AIDS atau penyakit lain yang menyerang sistem imunitas, orang yang sedang mengalami pengobatan dengan obat-obatan yang mempengaruhi sistem imunitas tubuh semisal steroid selama 2 minggu atau lebih, penderita kanker dan orang yang mendapatkan perawatan kanker dengan sinar X atau obat-obatan. Vaksin tifoid oral tidak boleh diberikan dalam waktu 24 jam bersamaan dengan pemberian antibiotik.

G. Suatu vaksin, sebagaimana obat-obatan lainnya, bisa menyebabkan problem serius seperti reaksi alergi yang parah. Resiko suatu vaksin yang menyebabkan bahaya serius atau kematian sangatlah jarang terjadi.Problem serius dari kedua jenis vaksin tifoid sangatlah jarang. Pada vaksin tifoid yang diinaktivasi, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah : demam (sekitar 1 orang per 100), sakit kepada (sekitar 3 orang per 100) kemerahan atau pembengkakan pada lokasi injeksi (sekitar 7 orang per 100). Pada vaksin tifoid yang dilemahkan, reaksi ringan yang dapat terjadi adalah demam atau sakit kepada (5 orang per 100), perut tidak enak, mual, muntah-muntah atau ruam-ruam (jarang terjadi).

DAFTAR PUSTAKAhttp//www.Mikrobiologi Lab.com Dorland, W.A. (2010). Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta: EGC.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28625/4/Chapter%20II.pdf (Selasa, 25 Maret 2014 pkl 19:45)Nelwan, R.H.H. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Demam:Tipe dan Pendekatan. Edisi V. Jilid III. Jakarta: Interna PublishingSherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta : EGC.

http://www.medicalcriteria.com/criteria/inf_fuo.htm (Selasa, 25 Maret 2014 pkl. 21:25)

1