WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

40
TUGAS TUTORIAL BLOK SISTEM RESPIRASI SKENARIO I “PILEK PAGI HARI” Oleh : KELOMPOK A-14 Ketua : (1102010127) Ikra Alfata Arza Sekretaris : (1102010121) Herdanti Dwi Putri (1102009022) Aldy Ayatullah (1102008050) Awaliyah Wahdah (1102010044) Azisah Soraya (1102010104) Fitri Rahmawati (1102010108) Galuh Rizky Ayuningtyas (1102009125) Hadiyana Arief (1102010144) Irvan Dwi Fitra (1102010150) Lelly Sembodo 1

description

sistem pernapasan

Transcript of WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Page 1: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

TUGAS TUTORIAL BLOK SISTEM RESPIRASISKENARIO I

“PILEK PAGI HARI”

Oleh :KELOMPOK A-14

Ketua : (1102010127) Ikra Alfata Arza

Sekretaris : (1102010121) Herdanti Dwi Putri

(1102009022) Aldy Ayatullah

(1102008050) Awaliyah Wahdah

(1102010044) Azisah Soraya

(1102010104) Fitri Rahmawati

(1102010108) Galuh Rizky Ayuningtyas

(1102009125) Hadiyana Arief

(1102010144) Irvan Dwi Fitra

(1102010150) Lelly Sembodo

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI2011/2012

1

Page 2: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

SKENARIO 1PILEK PAGI HARI

Seorang pemuda, 23 tahun sering menderita pilek di pagi hari yang tak kunjung sembuh sejak kecil. Ia setiap pagi selalu bersin- bersin dan keluar ingus encer, apalagi bila udara berdebu. Kejadian itu mirip dengan apa yang dialami oleh ayahnya sewaktu muda. Oleh kawannya seorang mahasiswa kedokteran disaranan untuk melakukan tes alergi dan hasilnya memang pemnuda tersebut menderita alergi. Tapi pemuda itu masih bertanya tanya apa benar ada hubungan alergi yang dideritanya dengan penyakitnya sekarang, dan mengapa itu bisa terjadi demikian? Apakah ada hubunganya dengan seringnya ia memasukan air wudhu ke dalam hidungnya saat akan sholat malam?

2

Page 3: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

II. KATA SULITPilek : infeksi saluran pernafasan akut yang sebagian besar gejala terdapat di hidung disebabkan oleh infeksi virus yang biasanya berlangsung cepat atau biasa juga disebut rhinitis infeksi virus atau common cold.

III. PERTANYAAN

1. Bagaimanakah mekanisme bersin?

2. Apakah perbedaan dengan mekanisme batuk?

3. Mengapa pilek hanya berlangsung di pagi hari?

4. Mengapa ingus encer?

5. Apakah penyebab alergi selain debu?

6. Adakah hubungan penyakit yang diderita dengan apa yang dialami ayahnya sewaktu muda?

7. Tes alergi apa yang dilakukan?

8. Adakah hubungan pilek dengan berwudhu?

9. Apakah bisa diobati?

10. Mengapa pilek tidak kunjung sembuh?

IV. PEMBAHASAN

1. Tertangkapnya benda asing pada mukosa hidung akan memicu kerja imun tubuh yang menghasilkan sitokin seperti histamin. Histamin akan merangsang reseptor H1 yang menyebabkan rasa gatal dan timbul bersin untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

2. Pada batuk, mukosa yang telah menangkap benda asing dan tidak dikeluarkan saat bersin akan menggumpal dan hal ini akan memicu silia untuk mendorong ke atas sehingga tertelan. Saat berada di tenggorokan, respon imun dengan cara kerja yg sama akan mengusahakn keluarnya mukosa lewat mulut.

3. Karena saat pagi hari kondisi suhu cenderung dingin yang menyebabkan alergen lebih banyak tercampur dengan udara dibandingkan waktu lainnya.

4. Karena belum terjadi infeksi sekunder yang menyebabkan ingus menjadi mukoid atau purulen.

5. Makanan, tumbuhan, iritan kimia dan logam.6. Mungkin ada, karena pada alergi cenderung muncul kasus yang sama

dengan riwayat keluarga.7. Skin prick test.

3

Page 4: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

8. 2 versi : 1. Tidak, karena sesungguhnya wudhu berguna untuk membersihkan hidung dari benda – benda asing dan dianjurkan sunah. 2. Iya, karena mungkin saja air mengandung alergen dan juga dipengaruhi kondisi suhu yang dingin.

9. Bisa diobati untuk meringankan dengan pemberian antihistamin dan injeksi terapi imun.

10. Tidak bisa sembuh sepenuhnya hanya bisa diringankan karena alergi terkait dengan bawaan genetik seseorang.

4

Page 5: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

V. HIPOTESIS SEMENTARA

Adanya faktor pencetus berupa alergen (debu) yang tertangkap pada mukosa hidung merangsang kerja sistem imun dan menghasilkan sitokin histamin. Histamin bekerja dengan merangsang reseptor H1 yang menyebabkan rasa gatal dan timbul bersin. pilek berlangsung di pagi hari dikarenakan kondisi suhu yang mempengaruhi alergen untuk lebih banyak tercampur dengan udara sehingga berlangsung terus menerus dan tidak kunjung sembuh. Pilek dengan ingus encer menandakan belum terjadi infeksi sekunder. Pasien dianjurkan tes alergi dengan hasil positif. Adanya Riwayat yang sama dengan ayahnya dulu membuat pasien dicurigai menderita Rhinitis alergika.

5

Page 6: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

VI. SASARAN BELAJAR

1. Mengetahui dan Memahami Saluran Pernafasan Atas Dari Segi Makro dan Mikro.

1.1Mengetahui dan Memahami Saluran Pernafasan Atas Dari Segi Makro.1.2Mengetahui dan Memahami Saluran Pernafasan Atas Dari Segi Mikro.

2. Mengetahui dan Memahami Fisiologi Pernafasan.

3. Mengetahui dan Memahami Rhinitis3.1 Mengetahui dan Memahami Definisi Rhinitis3.2 Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Rhinitis

4. Mengetahui dan Memahami Rhinitis Alergika4.1.Mengetahui dan Memahami Definisi Rhinitis Alergika4.2.Mengetahui dan Memahami Epidemiologi Rhinitis Alergika4.3.Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Rhinitis Alergika4.4.Mengetahui dan Memahami Etiologi Rhinitis Alergika4.5.Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Rhinitis Alergika4.6. Mengetahui dan Memahami Manifestasi Klinis Rhinitis Alergika4.7. Mengetahui dan Memahami Diagnosis Rhinitis Alergika4.8. Mengetahui dan Memahami Diagnosis Banding Rhinitis Alergika4.9. Mengetahui dan Memahami penatalaksanaan Rhinitis Alergika4. 10. Mengetahui dan Memahami prognosis, komplikasi dan pencegahan Rhinitis Alergika

5. Mengetahui dan Memahami Berwudhu Dari Sudut Pandang Kesehatan.

6

Page 7: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

1. Mengetahui dan Memahami Saluran Pernafasan Atas Dari Segi Makroskopik dan Mikroskopik.1.1 Makroskopik.

       Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami  tiga hal : -         Dihangatkan-         Disaring-         Dan dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk,  pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius) Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat

pangkal lidah) Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran

makanan) Laring Trakea Bronkus primer Bronkus sekunder Bronkus tersier Pulmo

7

Page 8: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Hidung

Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung.Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai

1. saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru2. penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang

dihirup ke dalam paru-paru3. bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor

olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.

Terdiri atas bagian eksternal dan internal Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago

Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Bagian internal ini dibagi lagi menjadi 2 bagian,

VestibulumTerdapat kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut.Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Fossa nasal Konka nasalis superior (dilapisi epitel olfactorius) Konka nasalis media (dilapisi sel respirasi) Konka nasalis inferior (dilapisi sel respirasi, epitel bertigkat toraks

bersilia)

8

Page 9: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Di antara konka, terdapat saluran- saluran tempat aliran keluar cairan hidung yaitu : meatus nasalis superior, meatus nasalis inferior, meatus nasalis media

Pada fossa nasalis atau yang dikenal juga sebagai cavum nasi, terdapat sinus- sinus yang dikenal juga sebagai sinus paranasalis. Apabila terjadi infeksi pada hidung, sinus rentan ikut terinfeksi yang dikenal dengan sinusitis. Sinus paranasalis terdiri atas

- Sinus frontalis- Sinus maxillaris- Sinus sphenoidalis- Sinus ethmoidalis

9

Page 10: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Pendarahan hidung berasal dari cabang a. Opthalmica dan a. Maxillaris interna

1. Arteria ethoidalis anterior2. Arteria ethmoidalis posterior3. Arteria sphenopalatinum

Ketiga pembuluh diatas pada mukosa hidung membentuk anyaman kapiler pebuluh darah yang dinamakan plexus kisselbach. Plexus ini mudah pecah oleh trauma / infeksi sehingga sering menjadi sumber epistaxis terutama pada anak.

Persarafan sensorik dan sekremotorik hidung pada bagian depan dan atas cavum nasi didapat dari persarafan sensoris cabang nervus ophtalmicus. Bagian lainya termasuk mukosa hidung dipersarafi oleh ganglion sfenopalatinum. Daerah nasofaring dan konka nasalis mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion pterygopalatinum dari nervus mandibularis.Serabut-serabut Nervus olfaktorius bukan untuk mempersarafi hidung, tetapi hanya fungsional untuk proses penciuman. Terletak pada 1/3 bagian atas depan mukosa hidung, septum dan konka nasalis. N. Olfaktorius masuk ke cavum nasi melalui cribrosa os ethmoidalis.

10

Page 11: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Faring• Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)

• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif

Laring Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :- Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan- Glotis : ostium antara pita suara dalam laring- Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’s apple)- Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid)- Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid- Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.

11

Page 12: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

12

Page 13: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

1.2 Mikroskopik.

Rongga hidung

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak),  sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

epitel olfaktori, khas pada konka superior

Sinus paranasalis

Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet

13

Page 14: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.

Faring

Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.

Laring

Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.

14

Page 15: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

epitel epiglotis, pada pars lingual berupa epitel gepeng berlapis dan para pars laringeal berupa epitel respiratori

Trakea

Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C (tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah distensi berlebihan.

epitel trakea dipotong memanjang

epitel trakea, khas berupa adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("c-shaped")

15

Page 16: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

16

Page 17: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

2. Mengetahui dan Memahami Fisiologi Pernafasan.

A. Fisiologi saluran pernapasan atasDalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukandengan dua cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada- Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut- Tulang rusuk terangkat ke atas- Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil sehinggaudara masuk ke dalam badan.

2. Respirasi / Pernapasan Perut- Otot difragma pada perut mengalami kontraksi- Diafragma datar- Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dadamengecil sehingga udara pasuk ke paru-paru.

Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaantubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kalidan bisa sampai 10 hingga 15 kalilipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus,hemoglobin akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar keciltekanan udara.

Mekanisme Pernafasan

Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan usaha keras pernafasan yang tergantung pada: 

1.      Tekanan intar-pleuralDinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru. Dalam keadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan karena ada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan tekanan intra pleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi, volume rongga dada meningkat, tekanan intar pleural dan intar alveolar turun dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum rongga dada mengecil mengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar. 

2.      ComplianceHubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran dikenal sebagai copliance. Ada dua bentuk compliance:

17

Page 18: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

-       Static compliance, perubahan volum paru persatuan perubahan tekanan saluran nafas ( airway pressure) sewaktu paru tidak bergerak. Pada orang dewasa muda normal : 100 ml/cm H2O-       Effective Compliance : (tidal volume/peak pressure) selama fase pernafasan. Normal: ±50 ml/cm H2O

Compliance dapat menurun karena:-         Pulmonary stiffes : atelektasis, pneumonia, edema paru, fibrosis paru-         Space occupying prosess: effuse pleura, pneumothorak-         Chestwall undistensibility: kifoskoliosis, obesitas, distensi abdomen

Penurunan compliance akan mengabikabtkan meningkatnya usaha/kerja nafas. 

3.      Airway resistance (tahanan saluran nafas)Rasio dari perubahan tekanan jalan nafas     

Proses VentilasiVentilasi merupakan proses untuk menggerakan gas kedalam dan keluar paru- paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastic dan pernapasan yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma.Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servical keempat. Perpindahan O2 di atmosfer ke alveoli, dari alveoli CO2 kembalike atmosfer.

a. Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :1) Tekanan O2 atmosfer

2) Jalan nafas

3) Daya kembang toraks dan paru

4) Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk merangsang CO2 dalam darah

1. Proses Difusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi kekonsentrasi yang lebih rendah.Difusi gas pernapasan terjadi di membrane kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati membran tersebut. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.

a. Faktor yang mempengaruhi difusi :1) Luas permukaan paru2) Tebal membrane respirasi3) Jumlah eryth / kadar Hb4) Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas5) Waktu difusi

18

Page 19: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

6) Afinitas gas

Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zatwarna darah atau pigmen darah (hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.

Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut persamaan reaksi bolak-balik berikut ini : Hb4 + O2 4 Hb O2

Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.

Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm; menuju kejantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104 mmhg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mmhg. Di jaringan, O2 ini akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung. Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2nya sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk keparu-paru lalu dilepaskan ke udara bebas.

Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mmHg dapat mengangkut 19 cc oksigen. Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah 7 cc per 100 mm3 darah.

2. Proses TransportasiGas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen di transfer dari paru-paru ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk sampah. Pada tingkat jaringan, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer ini bergantung pada proses difusi.

3. Transpor O2 Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan system kardiovaskular. Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan difusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larutdalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untukberikatan dengan oksigen (Ahrens, 1990).

Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relative kecil, yakni hanya sekitar 3%. Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.

19

Page 20: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk oksi hemoglobin. Pembentukan oksihemoglobin dengan mudah berbalik (reversibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi bebas. Sehingga oksigen ini bisa masuk ke dalam jaringan.

4. Pengangkutan O2Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalamdarah yang disebut deoksigenasi dan menghasilkan senyawa oksihemoglobin (HbO).

Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 – 3% yang larutdalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh.

5. Transpor CO2Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi menjadi asam karbonat (H2CO3) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian berpisah menjadi ion hydrogen (H+) dan ion bikarbonat (HCO3-). Ion hydrogen di bulfor oleh hemoglobin dan HCO3- berdifusi dalam plasma.

Selain itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa dengan karbondioksida dengan lebih mudah daripada oksihemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbondioksida.

Cara pngangkutan CO21) Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat

dengan enzim anhidrase (7% dariseluruh CO2).2) Karbondioksida terikatpada hemoglobin dalam bentuk karbomino

hemoglobin (23% dariseluruh CO2). 3) Karbondioksida terika tdalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui

proses berantai pertukaran klorida (70% dariseluruh CO2). Reaksinya adalah sebagaiberikut: CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3

Gangguan terhadappengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapa tdisebabkan karena keadaan Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala alkalosis.

20

Page 21: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

B. Pengaturan pernafasan dan mekanisme bersin

Pengaturan pernafasanTiga pusat pengendalian atau pengaturan pernapasan normal yaitu:

1) Pusat RespirasiTerletak pada formatio retikularis medula oblongata sebelah kaudal. Pusat respirasi ini terdiri atas pusat inspirasi dan pusat ekspirasi.

2) Pusat ApneustikTerletak pada pons bagian bawah. Mempunyai pengaruh tonik terhadap pusat inspirasi. Pusat apneustik ini dihambat oleh pusat pneumotakis dan impuls aferen vagus dari reseptor paru-paru. Bila pengaruh pneumotaksis dan vagus dihilangkan, maka terjadi apneustik.

3) Pusat PneumotaksisTerletak pada pons bagian atas. Bersama-sama vagus menghambat pusat

apneustik secara periodik. Pada hiperpnea, pusat pneumostaksis ini merangsang pusat respirasi.

Sendi dan otot kemoreseptor perifer

Hembusan dada Nervus Frenikus

Diafragma

Pengaruh aktivitas pernapasan diatur secara kimia dan secara non kimia. Secara kimia, pengaturan dipengaruhi oleh penurunan tekanan oksigen darah arteri dan peningkatan tekanan CO2 atau konsentrasi hidrogen darah arteri. Kondisi tersebut akan meningkatkan tingkat aktivitas pusat respirasi. Perubahan yang berlawanan mempunyai efek penghambatan terhadap tingkat aktivitas respirasi. Secara nonkimia, pengaturan aktivitas pernapasan secara non kimia lainnya adalah suhu tubuh dan aktivitas fisik. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan pernapasan menjadi cepat dan dangkal.

Mekanisme BersinBersin terjadi lewat hidung dan mulut. Udara tersebut keluar sebagai respon yang dilakukan oleh membran hidung ketika mendeteksi adanya bakteri dan kelebihan cairan yang masuk ke dalam hidung. Di dalam tubuh mempunyai sistem penolakan terhadap sesuatu yang tidak seharusnya berada dalam tubuh seperti

21

Serebrum

Pons

Medula oblongata

Kemoreseptor sentral

Page 22: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

kehadiran bakteri, kuman, dll. Antibodi mengidentifikasi bahwa barang yang masuk tersebut membahayakan sistem tubuh maka terjadilah bersin. Secara refleks maka otot-otot yang ada di muka menegang, dan jantung akan berhenti berdenyut atau berhenti berdetak untuk sekejap, selama bersin tersebut. Setelah bersin selesai, jantung akan kembali lagi berdenyut.

Hidung dan Mulut membran hidung Antibodi (mendeteksi adanya bakteri)

Bersin

Refleks batuk :

1. Udara diinspirasi2. Epiglotis dan pita suara menutup udara terjerat di paru3. Otot perut dan otot ekspirasi berkontraksi mendorong diafragma4. Tekanan dalam paru meningkat5. Pita suara dan epiglotis terbuka lebar6. Udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar.

22

Page 23: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

3. Mengetahui dan Memahami RhinitisDefinisi RhinitisRhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 )

Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Klasifikasi RhinitisRhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi.

b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor.

Klasifikasi Lama Riwayat 1. akut ≤4 minggu ≥2 faktor mayor, 1 faktor

minor dan 2 faktor mayor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan

2. sub akut 4-12 minggu Seperti kronik3. akut, rekuren ≥4 episode

dalam setahun, setiap episode ≥7-10 minggu

4. kronik ≥12 minggu ≥2faktor mayor, 1faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaan

5. eksaserbasi akut pada kronik

Perburukan mendadak

Berdasarkanpenyebabnya, ada 3 golongan rhinitis :

Rhinitis infeksi: disebabkan oleh adanya infeksi virus, bakteri dan jamur rhinitis alergi : disebabkan oleh adanya alergen yang terhirup oleh hidung  rhinitis non-alergi : disebabkan oleh faktor-faktor pemicu tertentu:

-rhinitis vasomotor  :idiopatik; sensitif terhadap fumes, odors,temperature& atmospheric changes, irritant -rhinitis medicamentosa-rhinitis struktural: abnormalitas structural, rhinitis hipertrofi dan atrofi

23

Page 24: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

4. Memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi

Definisi Rhinitis Alergi

Renitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama.(WHO,2001)

Epidemiologi Rhinitis Alergi

Diseluruh dunia ada sekitar 10- 25 % populasi penderita rinitis alergi, karena itu hal ini masih menjadi perhatian utama tenaga kesehatan. Di indonesia angka pasti kejadian rhinitis alergi belum diketahui. Angka rinitis alergi parenial di jakarta sebesar 20%. Sedangkan menurut sumarman dan haryanto, tahun 1999 prevalensi pada usia 12- 39 tahun di daerfah padat kota bandung sebesar 6,98%.

Klasifikasi Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi musiman

Alergen penyebabnya spesifik, yaotu tepungsari dan spora jamur. Oleh karena itu namnaya ialah polinosis atau rino kongjungtivis karena gejala klinik yang tampak adalah gejala pada hidung dan mata. (jarang ada di Indonesia)

Rhinitis alergi sepanjang tahun (parennial)

Gejala penyakit ini timbul intermiten atau terus menerus. Tanpa variasi musim, jadi dapan diteukan sepanjang tahun. Penyebab yang paling sering adalah alergen inhalan, terutama pada orang dewasa, dan alergen ingestan. Alergen inhalan utama adalah alergendalam rumah (indoor) dan alergen diluar lumah(outdoor).

Klasifikasi rekomendasi WHO

Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu

Persisten/menetap : bila gejala lebih dari 4 hari/minggu atau lebih dari 4 minggu

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit:

- Ringan : bila tidak ditemuakn gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dll.- Sedang-berat : bila terdapat satu atau lebih gangguan tersebut diatas

Etiologi Rhinitis Alergi

Penyebab tersering adalah alergen inhalan (dewasa) dan ingestan (anak-anak). Dapat diperberat oleh asap rokok, bau yang menyengat, perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi.

24

Page 25: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Alergen inhalan yang masuknya bersama dengan udara pernapasan, misalnya rumah, tungau, serpihan epitel dan bulu binatang serta jamur.

Alergen ingestan yang masuknya ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan, udang.

Alergeninjektan yang masuknya melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah

Alergen kontaktan yang massuknya melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.

Patofisiologi Rhinitis Alergi

Sensitisasi Rinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang diawali oleh adanya proses sensitisasi terhadap alergen sebelumnya. Melalui inhalasi, partikel alergen akan tertumpuk di mukosa hidung yang kemudian berdifusi pada jaringan hidung. Hal ini menyebabkan sel Antigen Presenting Cell (APC) akan menangkap alergen yang menempel tersebut. Kemudian antigen tersebut akan bergabung dengan HLA kelas II membentuk suatu kompleks molekul MHC (Major Histocompability Complex) kelas II. Kompleks molekul ini akan dipresentasikan terhadap sel T helper (Th 0). Th 0 ini akan diaktifkan oleh sitokin yang dilepaskan oleh APC menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL9, IL10, IL13 dan lainnya. IL4 dan IL13 dapat diikat reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel B menjadi aktif dan memproduksi IgE. IgE yang bersirkulasi dalam darah ini akan terikat dengan sel mast dan basofil yang mana kedua sel ini merupakan sel mediator. Adanya IgE yang terikat ini menyebabkan teraktifasinya kedua sel tersebut.

Reaksi Alergi Fase Cepat Reaksi cepat terjadi dalam beberapa menit, dapat berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Mediator yang berperan pada fase ini yaitu histamin, tiptase dan mediator lain seperti leukotrien, prostaglandin (PGD2) dan bradikinin. Mediator-mediator tersebut menyebabkan keluarnya plasma dari pembuluh darah dan dilatasi dari anastomosis arteriovenula hidung yang menyebabkan terjadinya edema, berkumpulnya darah pada kavernosus sinusoid dengan gejala klinis berupa hidung tersumbat dan oklusi dari saluran hidung. Rangsangan terhadap kelenjar mukosa dan sel goblet menyebabkan hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Rangsangan pada ujung saraf sensoris (vidianus) menyebabkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin.

Reaksi Alergi Fase Lambat Reaksi alergi fase cepat terjadi setelah 4 – 8 jam setelah fase cepat. Reaksi ini disebabkan oleh mediator yang dihasilkan oleh fase cepat beraksi terhadap sel endotel postkapiler yang akan menghasilkan suatu Vascular Cell Adhesion Mollecule (VCAM) dimana molekul ini menyebabkan sel leukosit seperti eosinofil menempel pada sel endotel. Faktor kemotaktik seperti IL5 menyebabkan

25

Page 26: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

infiltrasi sel-sel eosinofil, sel mast, limfosit, basofil, neutrofil dan makrofag ke dalam mukosa hidung. Sel-sel ini kemudian menjadi teraktivasi dan menghasilkan mediator lain seperti Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosinophilic Derived Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP) dan Eosinophilic Peroxidase (EPO) yang menyebabkan gejala hiperreaktivitas dan hiperresponsif hidung. Gejala klinis yang ditimbulkan pada fase ini lebih didominasi oleh sumbatan hidung.

26

Page 27: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Manifestasi klinik Rhinitis Alergi

- Bersin berulang kali- Hidung berair- Tenggorokan, hidung, kerongkongan gatal- Mata merah, berair, gatal- Post nasal drip

Diagnosis Rhinitis Alergi

a. Pemeriksaan fisik- Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat

atau livid disertai adanya sekret encer yang banyak.- Gejala spesifik lain pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di

daerah bawah mata yang terjadi akibat obstruksi hidung, yang disebut allergic shiner.

- Sering tampak mengosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung tangan, disebut allergi salute

Kedaan gosok menggosok ini nanti akan menimbulkan garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah, disebut allergic crease.

- Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi, sehingga akan menyebabkan gangguan pertumbuhan gigi.

- Dinding posterior faring tampak granuler dan edema, serta dinding lateral faring menebal.

- Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)b. Pemeriksaan penunjang

Invitro

Hitung eosinofil dalam darah tepi N atau meningkat.

27

Page 28: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Pemeriksaan IgE total, sering menunjukan nilai normal, kecuali bila tanda alergi lbih dari satu macam. Pemeriksaan ini berguba untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau ank kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi.

Pemeriksaan IgE dengan RAST(radio immuno sorbent test) atau ELISA

Pemeriksaan sitologi hidung

walaupun tidak dapat menegakan diagnosis tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak menunjukan kemungkinan alergi inhalan.Jika basofil > 5 sel/lap mungkin disebabkan oleh alergi makanan, jika di temukan PMN menunjkan adanya infeksi bakteri.

Invivo

Alergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan test cukil kulit, uji intrakutan aau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end point titration/SET), dilakukan untuk alergi inhalan dengan menyuntikan alergen ke dalam berbagai konsentrasi. Alergen ingestan biasanya lenyap dari dalam tubuh dalam waktu 5 hari. Karena itu dalam ‘challenge test’ makanan yang dicurigai di berikan pada apsien setelah berpantangan selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.

Diagnosis banding Rhinitis Alergi

Rhi n itis nonalergik eosinofilik : terjadi kebanyakan pada orang dewasa. Gejala bertahan lama, membran mukosa pucat, dan mungkin disertai polip hidung.

Mastositosis nasal primer : tinbul paling sering pada masa dewasa, datang dengan penyumbatan hidung yang terus merus dan rinorea. Sel mast di temuka pada pulasan hidung dan uji alergi kulit negatif

Rhiitis vasomotor : akibat ketidak seimbangan sistem pengendalian saraf otonom terhadap vaskularisasi mukosa dan kelenjar mukosa dimana gejala mirip rhinitis alergika namun penyebabnya masih belum diketahui. Penyumbatan hisung merupakan gejala utama denggan rasa gatal bersin dan rinorea yang minimal.

Penatalaksanaan Rhinitis Alergi

Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi

ANTIHISTAMIN

Antagonis reseptor H1(AH1)

28

Page 29: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Farmakodinamik : Menghambat efek histamin pada pembulu darah, bronkus dan macam-macam oto polos. Menghambat bronkokontriksi. Menghambat reaksi anafilaksis dll

Farmakokinetik : setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 di absorbsi dengan baik. Efeknya timbul 15-30 menit dan maksimal 1-2 jam. Lama kerjanya AH1 generasi I stelah 4-6 jam.

Golongan ES sal cerna

antihistamin

sedatif antikolinergik

antiemetik

1. Etanolamin +sd++ +sd+++

+++ ++sd+++ +

2. Etilendiamin +sd++ +sd++ - - +++

3. Alkilamin ++sd+++ +sd++ ++ - +

4. Piperazin ++sd+++ +sd+++

+ +++ +

5. Fenotiazin ++sd+++ -sd+ -sd+ _ -

Indikasi : AH1 bergunak untuk pengobatan simptomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau mengonati mabuk perjalanan

Efek samping : Mulut kering, hipotensi, sakit kepal, rasa berat dan lemah pada tangan dll.

Antagonis reseptor H2 (AH2) Antagonis AH2 menghambat sekresi asam lambung

Simetidin dan ranitidinFamotidinNizatidin

IMUNOTERAPICara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejal berat dan berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuasakan. Tujuan untuk mabentuk IgG blocking antibodi dan penurunan IgE. Ada dua metode yaitu intradermal dan sublingual.

29

Page 30: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Komplikasi, Prognosis dan Pencegahan Rhinitis Alergi

a. Komplikasi- Polip hidung, beberapa peeliti mendapatkan bahwa alergi hidung merupakan salah satu faktor penyebab terbentuknya polip hidung dan kekambuhan polip hidung.- Otitis media efusi yang sering residif, terutama pada anak-anak- Sinusitis paransal

b. PrognosisBanyak gejala ritis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus khusunya pada anak-anak. Kemungkinan seseorang mendapatkan alergi seiring dengan penurunan sistem imun.

c. Pencegahan- Menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi- Jangan biarkan hewan berbulu masuk ke dalam rumah, jika alergi bulu hewan- Bersihkan debu dengan penyedot debu dan lap basah, minimal 2-3 kali dala satu minggu- Guakan pembersi udara elektris untuk mebuang debu ruma- Tutup perabotan berbahan kain dengan lapisan yang bisa dicuci- Larang rokok dan pengguanaan produk yang beraoma di rumah

30

Page 31: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

5.Memahami dan menjelaskan wudhu dalam bidang kesehatan

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, …”.(Al-Maidah:6)

Fardhu-fardhu Wudhu yaitu anggota-anggotanya ada enam.

Pertama : Membasuh wajah dengan sempurna, termasuk di dalamnya adalah berkumur dan istinsya (menghirup air kehidung). Barang siapa yang membasuh muka tanpa berkumur atau istinsyaq maka wudhunya tidak sah karena mulut dan hidung termasuk bagian dari wajah. Allah Azza Wa Jalla berfirman : “Maka basuhlah mukamau (Al-Maidah:6)Allah Azza Wa Jalla memerintahkan membasuh wajah maka barang siapa yang meninggalkan sedikit saja dari wajah, dia tidak menunaikan perintah Allah Azza Wa Jalla. Dan Nabi juga berkumur dan istinsyaq.

Kedua : Membasuh kedua tangan hingga dua siku-siku; berdasarkan firman Allah Azza Wa Jalla Dan tanganmu sampai dengan siku (Al-Maidah : 6). Artinya beserta siku-siku. Dikarenakan Nabi membasuh air dengan memutar pada kedua siku-siku Dan dalam hadits yang lainnya, Beliau membasuh kedua tangan hingga lengan beliau (Hadits Nu’man bin Al-Mujammir)

Ketiga : Mengusap seluruh kepala, termasuk dari kepala adalah telinga, berdasarkan firman Allah Azza Wa Jalla Dan sapulah kepalamu (Al-Maidah : 6). Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda yang artinya : Dua telinga termasuk kepala. (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Ad-Daruquthni dan lainya), maka tidak cukup hanya mengusap sebagian kepala.

Keempat : Membasuh kedua kaki termasuk kedua mata kaki; berdasarkan firman Allah Azza Wa Jalla Dan basuh kakimu sampai kedua matakaki (Al-Maidah : 6).

Kelima : Tertib; yaitu pertama-tama membasuh muka, kemudian membasuh tangan, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki. Berdasarkan firman Allah Azza Wa Jalla yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki (Al-Maidah : 6).Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam mengurutkan wudhu beliau sebagaiman cara ini dan beliau bersabda, yang artinya Ini adalah wudhu yang Allah tidak akan menerima sholat kecuali dengannya. (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan lainnya dari Ibnu Umar)

Keenam : Terus menerus, yaitu membasuh anggota-anggota tersebut secara terus menerus tanpa ada yang memisahkan antara membasuh anggota yang satu dengan anggota yang sebelumnya. Bahkan berkesinambungan dalam membasuh anggota-anggota dari pertama dan seterusnya menurut kemampuan.

-

31

Page 32: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

32

Page 33: WRAP UP Skenario 1 Respi (Repaired)

Daftar Pustaka

Adams GL, Boies LR and Highler PA 1997. BOIES: Buku Ajar Penyakit THT. Penyakit – penyakit radang – Rinitis 12 : 206 – 222.

Dorland 2002. Kamus Kedokteran Dorland 29th ed.Jakarta : EGC.

Judarwanto W 2011. Benarkah Anakku Alergi debu atau dingin? . diakses melalui http://childrenclinic.wordpress.com/2011/02/26/benarkah-anakku-alergi-debu-atau-dingin/ pada 13 Februari 2012, Pukul 20:31.

Patar LH 2008. Distribusi Alergen Pada Penderita Rinitis Alergi di Departemen THT – KL FK USU / RSUP H Adam Malik Medan . diakses melalui: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6432/1/07E00001.pdf pada 12 Februari 2012.

Raden I 2011. Anatomi kedokteram sistem kardiovaskular dan sistem respiratorius, Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI. Sistem Pernafasan. 2 – 19.

Sudoyo AW, dkk 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5th ed. Jakarta: Interna Publishing.

33