Wrap Up Sk 3 Fractur Colum Femoris

35
SKENARIO 3 FRAKTUR KOLUM FEMORIS Seorang perempuan berumur 67 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit karena nyeri pada daerah pinggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi sehari yang lalu. Pinggul kanan pasien terbentur lantai kamar mandi. Pasien tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada pinggul kanannya tersebut. Tidak didapatkan pingsan, mual, maupun muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekuensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada sendi koksae kanan, posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Krepitasi tulang dan nyeri tekan ditemukan, begitu juga pemendekan ekstremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur kolum femur tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi. Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 1

description

pbl

Transcript of Wrap Up Sk 3 Fractur Colum Femoris

SKENARIO 3

FRAKTUR KOLUM FEMORIS

Seorang perempuan berumur 67 tahun dibawa ke UGD Rumah Sakit karena nyeri pada daerah pinggul kanannya setelah jatuh di kamar mandi sehari yang lalu. Pinggul kanan pasien terbentur lantai kamar mandi. Pasien tidak mampu berdiri karena rasa nyeri yang sangat pada pinggul kanannya tersebut. Tidak didapatkan pingsan, mual, maupun muntah. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sakit berat, merintih kesakitan, compos mentis. Tekanan darah 140/90 mmHg, denyut nadi 104x/menit, frekuensi napas 24x/menit. Terdapat hematom pada sendi koksae kanan, posisi tungkai atas kanan sedikit fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Krepitasi tulang dan nyeri tekan ditemukan, begitu juga pemendekan ekstremitas. Gerakan terbatas karena nyeri. Pada pemeriksaan radiologis didapatkan fraktur kolum femur tertutup. Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 1

Sasaran Belajar:

1. Memahami dan menjelaskan Anatomi dan Histologi dari Articulatio coxae dan Femur1.1 Anatomi1.2 Histologi

2. Memahami dan menjelaskan Kinesiologi3. Memahami dan menjelaskan Definisi Fraktur4. Memahami dan menjelaskan Penggolongan Fraktur5. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Klinis Fraktur6. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Radiologi pada Fraktur7. Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan Fraktur8. Memahami dan menjelaskan Komplikasi Fraktur9. Memahami dan menjelaskan Fraktur Kolum Femur

9.1 Etiologi9.2 Mekanisme9.3 Patologi9.4 Patogenesis9.5 Gambaran Klinis

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 2

1. Memahami dan menjelaskan Anatomi dan Histologi dari Articulatio coxae dan Femur1.1 Anatomi

Artikulasi ini merupakan sendi enarthrodial atau bola-dan-keranjang, dibentuk oleh pertemuan kepala femur yang masuk ke dalam rongga berbentuk cangkir yaitu acetabulum. Kartilago artikular pada kepala tulang paha, lebih tebal di pusat daripada disekitarnya, membungkus seluruh permukaannya kecuali fovea capitis femoris, dimana ligamentum teres terpasang; pada acetabulum akan membentuk sebuah cincin marjinal yang tidak lengkap, yaitu permukaan berbentuk bulan sabit. Didalam permukaan berbentuk bulan sabit tersebut ada lingkaran depresi tanpa tulang rawan, yang diisi oleh lemak dalam jumlah banyak, serta dilapisi oleh membran sinovial.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 3

Ligamen-ligamen pada sendi adalah:

Kapsul artikularis Pubocapsulare Iliofemorale Ligamentum teres femoris. Ischiocapsulare Labrum Glenoidale Acetabular Transversum 

Gerakan pada pinggul sangatlah luas, terdiri dari fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi, sirkumdiksi, dan rotasi. Panjang leher femur dan tubuh tulang tersebut memiliki efek besar dalam mengubah sudut gerakan fleksi, ekstensi, adduksi, dan abduksi sebagian ke dalam gerakan berputar di sendi. Jadi ketika paha melakukan fleksi maupun ekstensi, kepala femur, berputar di dalam acetabulum hanya dengan sedikit meluncur ke sana kemari. Kemiringan dari leher femur juga mempengaruhi gerakan adduksi dan abduksi. Sedangkan rotasi pada paha terjadi karena adanya gerakan meluncur / gliding dari kepala femur terhadap acetabulum.

1.2 Histologia. Histologi Tulang

Pembentukan tulang Endokondral

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 4

Epiphysis

Pada tulang panjang, epiphysis adalah daerah antara pelat pertumbuhan atau luka pertumbuhan piring dan akhir diperluas tulang, tulang rawan artikular tertutup oleh. Sebuah epiphysis pada orang dewasa skeletally terdiri dari tulang trabekuler berlimpah dan shell tipis tulang kortikal. 

Metaphysis

Metaphysis adalah wilayah junctional antara lempeng pertumbuhan (lihat gambar di bawah) dan diaphysis tersebut. Metaphysis berisi tulang trabekuler berlimpah, tetapi tulang kortikal menipis sini relatif terhadap diaphysis tersebut. Wilayah ini adalah situs umum untuk banyak tumor-tumor tulang primer dan lesi serupa. Para kegemaran relatif osteosarcoma untuk wilayah metaphyseal tulang panjang pada anak-anak telah dikaitkan dengan omset tulang yang cepat karena remodeling tulang ekstensif selama ledakan pertumbuhan (lihat Pertumbuhan, Pemodelan, dan Renovasi Bone, di bawah).

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 5

Jenis Jaringan Tulang

Jaringan tulang dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara, termasuk tekstur, pengaturan matriks, kematangan, dan asal perkembangan.

Berdasarkan tekstur bagian lintas, jaringan tulang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tulang kompak (padat tulang, tulang kortikal): tulang Compact ivorylike dan padat dalam tekstur tanpa rongga. Ini adalah shell tulang banyak dan mengelilingi tulang trabekuler di tengah. Tulang kompak terdiri terutama dari sistem haversian atau osteons sekunder.

Spons tulang (tulang trabekuler, tulang kanselus): Sponge tulang sangat bernama karena busa dengan rongga banyak. Hal ini terletak di dalam rongga meduler dan terdiri dari tulang

Spons Tulang

Tulang Compact

Tulang dibungkus jaringan ikat periosteum, dibawah periousteum terdapat lamel general luar. Dibagian dalam, dinding ruang sumsum tulang dilapisi oleh endosteum. Dibawah endosteum mempunyai kemampuan osteogenesis.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 6

Sel tulang dibagi menjadi empat jenis :

1. Osteoblast2. Osteosit3. Osteoklast4. Osteoprogenitor

Periosteum

Periosteum terdiri dari lapisan kambium batin yang berdekatan dengan permukaan tulang dan lapisan fibrosa luar padat. Lapisan kambium terdiri dari sel osteoprogenitor, yang datar dan berbentuk gelendong dan mampu membedakan menjadi osteoblas dan tulang membentuk dalam menanggapi berbagai rangsangan. Serat kolagen pada lapisan luar berdekatan dengan kapsul sendi, ligamen, dan tendon. Periosteum tebal dan longgar melekat pada korteks pada anak-anak, tetapi lebih tipis dan lebih patuh pada orang dewasa. Periosteum tulang benar-benar meliputi, kecuali di wilayah tulang rawan artikular dan di situs lampiran otot. 

Osteoblast

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 7

Memproduksi matriks organik tulang. Sel berbentuk buah dengan inti terletak pada bagian ujung yang kecil dari sel pada arah yang menjauhi balok tulang. Inti besar berbentuk lonjong.

Osteosit

Setelah membuat matriks tulang akan terperangkap di dalam matriks menjadi osteosit. Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu kanalikuli yang mengandung cabang sitoplasma osteosit.

Osteoklast

Merupakan sel besar berinti banyak, sitoplasma asidofil dengan banyak vakuola, sehingga tampak berbusa. Osteoklast aktiof berperan dalam destruksi atau absorpsi tulang, ditemukan pada lekukan permukaan tulang yang sedang mengalami reabsorpsi, disebut lakuna Howship

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 8

b. Histologi Otot

Pembungkus terluar satu otot disebut Epimisium, didalam Epimisium terdapat Fasciculus yang dibungkus oleh Perimisium. Jika satu serat Fasciculus ditarik, ada Sarcolemma. Sarcolemma dibungkus oleh Endomysium. Apabila seratnya ditarik kembali akan ada myofibril. Myofibril merupakan penyusun dari satu otot.

c. Histologi Sendi

Sendi merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi menjadi tiga tipe, yaitu: (1) sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua subtipe yaitu sutura dan sindemosis; (2) sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin, disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan (3) sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak penuh.

2. Memahami dan menjelaskan KinesiologiArticulatio coxaeTulang : antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : enarthrosis spheroideaPenguat sendi : terdapat tulang rawan pada facies lunata

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 9

Kelajar Havers terdapat pada acetabuliLigamentum iliofemorale yang berfungsi memepertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak. Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna. Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisformis. Bagian bolong disebut zona orbicularis.Capsula articularis : membentang dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.Gerak sendi :Fleksi : M. Iliopsoas, M. Pectineus, M. Rectus femoris, M. Adductor longus, M. Adductor brevis, M. Adductor magnus pars anterior tensor fascia lata.Ekstensi : M. Gluteus maximus, M. Semitendinosis, M. Semimembranosus, M. Biceps femoris caput longum, M. Adductor magnus pars posterior.Abduksi : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Piriformis, M sartorius, M. Tensor fascia lata.Adduksi : M. Adductor longus, M. Adductor magnus, M. Adductor brevis, M.pectineus, M. Obturator externus, M. Quadratus femoris.Rotasi medialis : M. Gluteus medius, M. Gluteus minimus, M. Tensor fasciae latae, M. Adductor magnus pars posteriorRotasi lateralis : M. Piriformis, M. Obturator internus, Mm. Gamelli, M. Obturatur externus, M. Quadratus femoris, M. Gluteus maximus, Mm. Adductores.Articulatio ini dibungkus oleh capusula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis ini berjalan dari pinggir acetabulum Os. Coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea trochanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira kira sebesar jari diatas crista intertrochanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang colum femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur colum femoris dapat extracapsular (diluar scapula) dan dapat pula intracapsular (diantara scapula).

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 10

3. Memahami dan menjelaskan Definisi Fraktura. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jarongan tulang dan atau

tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Kapita Selekta Kedokteran; 2000)

b. Fraktur  (patah tulang) adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. (Smeltzer S.C & Bare B.G,2001)

c. Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. ( Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001 )

Fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum tulang femur. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis.

4. Memahami dan menjelaskan Penggolongan FrakturTerdapat berbagai macam jenis fraktur. Untuk lebih sistematisnya, dapat dibagi berdasarkan:

a. LokasiFraktur dapat terjadi di di berbagai tempat pada tulang seperti pada diafisis, metafisis, epifisis, atau intraartikuler. Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur dislokasi.

b. LuasTerbagi menjadi fraktur lengkap dan tidak lengkap. Fraktur tidak lengkap contohnya adalah retak.

c. KonfigurasiDilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi menjadi transversal (mendatar), oblik (miring), atau spiral (berpilin). Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur, maka dinamakan kominutif.

d. Hubungan antar bagian yang frakturAntar bagian yang fraktur dapat masih berhubungan (undisplaced) atau terpisah jauh (displaced).

e. Hubungan antara fraktur dengan jaringan sekitarFraktur dapat dibagi menjadi fraktur terbuka (jika terdapat hubungan antara tulang dengan dunia luar) atau fraktur tertutup (jika tidak terdapat hubungan antara fraktur dengan dunia luar).

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 11

Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

f. Fraktur juga digolongkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang: Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi

lainnya membengkok. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang. Obllik: fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang

(lebih tidak stabil dibanding transversal). Spiral: fraktur memuntir sepanjang batang tulang. Komunitif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa

fragmen. Depresi: fraktur dengan pragmen patahan terdorong kedalam

(sering terjadi pada tulang tengkorak dan tulang wajah). Kompresi: fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi

pada tulang belakang). Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit

(kista tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor). Avulsi: tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada

perlakatannya. Epifiseal: fraktur melalui epifisis. Impaksi: fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen

tulang yang lainnya.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 12

Klasifikasi Fraktur Kolum Femur Lokasi anatomi

- Fraktur subcapital- Fraktur cervical- Fraktur basis collum femur

Arah garis patah- Tipe 1: sudut 30o

- Tipe 2: sudut 50o

- Tipe3: sudut 70o

Dislokasi/ tidak fragment, dibagi menurut Garden:- Garden 1: incomplete (impacted)- Garden 2: fraktur collum femur tanpa dislokasi- Garden 3: fraktur collum femur dengan sebagian dislokasi- Garden IV: fraktur collum femur&dislokasi total

5. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Klinis FrakturPemeriksaan fisik- Inspeksi - Palpasi- Move

a. Inspeksi - Bandingkan dengan bagian yang sehat- Perhatikan posisi anggota gerak - Keadaan umum penderita secara keseluruhan- Ekspresi wajah karena nyeri - Lidah kering . basah- Adanya tanda- tanda perdarahan

b. Palpasi ( feel )- Temperatur setempat yang meningkat- Nyeri tekan - Krepitasi - Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk

mengukur adanya perbedaan panjang tungkai c. Move ( pergerakan )

- Berupa pergerakan aktif dan pasif pada sendi proksimal dan distal pada daerah yang mengalami trauma.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 13

6. Memahami dan menjelaskan Pemeriksaan Radiologi pada FrakturTujuan pemeriksaan :

a. Mempelajari gambaran normal tulang dan sendi b. Konfirmasi adanya fraktur c. Menentukan teknik pengobatan d. Melihat adanya benda asinge. Melihat adanya keadaan patologis

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:- Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-

posterior dan lateral- Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, diatas dan dibawah

sendi yang mengalami fraktur- Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua

anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.- Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua

daerah tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto pada panggul dan tulang belakang.

- Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.

Klasifikasi radiologis

Berdasar Lokalisasi

- Diafisial - Metafisial - Intraartikuler- Fraktur dengan dislokasi

Berdasar Konfigurasi

- Fraktur transversal- Fraktur oblik- Fraktur spiral- Fraktur segmental- Fraktur komunitif- Fraktur impaksi - Fraktur epifisis- Fraktur depresi

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 14

Berdasar ekstensi

- Fraktur total - Fraktur tidak total - Fraktur buckle atau torus- Fraktur line hair - Fraktur greenstick

Berdasar hubungan fragmen

- Tidak bergeser- bergeser

Bergeser :

- Bersampingan - Angulasi - Rotasi- Distraksi - overriding

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 15

7. Memahami dan menjelaskan Penatalaksanaan FrakturPrinsip mengenai fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patahan tulang (imobilisasi).

Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sempurna seperti semula karena tulang mempunyai kemampuan remodeling (proses swapugar).

Cara pertama penanganan adalah proteksi saja tanpa reposisi dan imobilisasi. Pada fraktur dengan dislokasi fragmen patahan yang minimal atau tidak akan menyebabkan cacat di kemudian hari, cukup dilakukan dengan proteksi saja, misalnya dengan menggunakan mitela (penyangga) atau sling.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 16

Contoh kasus yang ditangani dengan cara ini adalah fraktur iga, fraktur klavikula pada anak, dan fraktur vertebra dengan kompresi minimal.

Cara kedua adalah imobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap diperlukan imobilisasi agar tidak terjadi dislokasi fragmen. Contoh cara ini adalah pengelolaan patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi yang penting.

Cara ketiga berupa reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi. Ini dilakukan pada patah tulang dengan dislokasi fragmen yang berarti, seperti pada patah tulang radius distal.

Cara keempat berupa reposisi dengan traksi terus menerus selama masa tertentu, misalnya beberapa minggu, lalu diikuti dengan imobilisasi. Hal ini dilakukan pada patah tulang yang apabila direposisi akan terdislokasi kembali di dalam gips, biasanya pada fraktur yang dikelilingi oleh otot yang kuat seperti pada patah tulang femur.

Cara kelima berupa reposisi yang diikuti dengan imobilisasi dengan fiksasi luar. Fiksasi fragmen fraktur menggunakan pin baja yang ditusukkan pada fragmen tulang, kemudian pin baja tadi disatukan secara kokoh dengan batangan logam di luar kulit. Alat ini dinamakan fiksator eksterna.

Cara keenam berupa reposisi secara non-operatif diikuti dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif, misalnya reposisi patah tulang kolum femur. Fragmen direposisi secara non-operatif dengan meja traksi; setelah tereposisi, dilakukan pemasangan prostesis pada kolum femur secara operatif.

Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi interna. Cara ini disebut juga sebagai reduksi terbuka fiksasi interna (open reduction internal fixation, ORIF). Fiksasi interna yang dipakai biasanya berupa pelat dan sekrup. Keuntungan ORIF adalah tercapainya reposisi yang sempurna dan fiksasi yang kokoh sehingga pascaoperasi tidak perlu lagi dipasang gips dan mobilisasi bisa segera dilakukan. Kerugiannya adalah adanya risiko infeksi tulang, ORIF biasanya dilakukan pada fraktur femur, tibia, humerus, antebrakia.

Cara yang terakhir berupa eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan protesis, yang dilakukan pada patah tulang kolum femur. Kaput femur dibuang secara operatif lalu diganti dengan protesis. Penggunaan protesis dipilih jika fragmen kolum femur tidak dapat disambungkan kembali, biasanya pada orang lanjut usia.

Khusus untuk fraktur terbuka, perlu diperhatikan bahaya terjadinya infeksi, baik infeksi umum (bakteremia) maupun infeksi lokal pada tulang yang bersangkutan (osteomielitis). Pencegahan infeksi harus dilaksanakan sejak awal pasien masuk rumah sakit, Yaitu debrideman yang adekuat dan pemberian antibiotik profilaksis serta imunisasi tetanus. Untuk fraktur terbuka, secara umum lebih baik dilakukan

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 17

fiksasi eksterna dibanding fiksasi interna. Penutupan defek akibat kehilangan jaringan lunak dapat ditunda (delayed primary closure) sampai keadaan luka vital aman dan bebas infeksi. Yang paling sederhana adalah penjahitan sederhana, menutup dengan graft kulit setelah mengikis periosteum agar skin graf bisa hidup, hingga menutup luka dengan flap.

Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa :1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas2. Terapi operatif

Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan pada penderita fraktur leher femur baik orang dewasa muda maupun pada orang tua karena :

Perlu reduksi yang akurat dan stabil Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi

Jenis-jenis operasi :a. Pemasangan pinb. Pemasangan plate dan screwc. Artoplasti : dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun berupa :

- Eksisi atroplasti- Hemiartroplasti- Artoplasti total

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat diimobilisasi dengan salah satu dan tiga cara berikut ini:1) Traksi.2) Fiksasi interna.3) Fiksasi eksterna.

TraksiPenyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin

Metode Pemasangan traksi:

Traksi Manual

Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 18

Traksi Mekanik

Ada dua macam, yaitu :

Traksi Kulit

Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips.

Traksi Skeletal

Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal.

Fiksasi InternaIntramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi.Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union.Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dápat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi.Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan.Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi.

Fiksasi EksternaBila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yangrigid juga cocok untuk tindakan ini (2).

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 19

8. Memahami dan menjelaskan Komplikasi Fraktura. Komplikasi yang bersifat umum:

Thrombosis vena pembekuan darah di dalam pembuluh darah vena terutama pada tungkai bawah terjadi akibat aliran darah menjadi lambat atau terjadinya statis aliran darah, sedangkan kelainan endotel pembuluh darah jarang merupakan faktor penyebab. Trombus vena sebagian besar terdiri dari fibrin dan eritrosit dan hanya mengandung sedikit masa trombosit. Pada umumnya menyerupai reaksi bekuan darah dalam tabung

- Emboli paru penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah. Biasanya arteri yang tidak tersumbat dapat memberikan darah dalam jumlah yang memadai ke jaringan paru-paru yang terkena sehingga kematian jaringan bisa dihindari. Tetapi bila yang tersumbat adalah pembuluh yang sangat besar atau orang tersebut memiliki kelainan paru-paru sebelumnya, maka jumlah darah mungkin tidak mencukupi untuk mencegah kematian paru-paru. Kebanyakan kasus disebabkan oleh bekuan darah dari vena, terutama vena di tungkai atau panggul. Penyebab yang lebih jarang adalah gelembung udara, lemak, cairan ketuban atau gumpalan parasit maupun sel tumor.

- Pneumonia peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun jamur.Bakteri (paling sering menyebabkan pneumonia pada dewasa): - Streptococcus pneumoniae - Staphylococcus aureus - Legionella - Hemophilus influenzaVirus: virus influenza, chicken-pox (cacar air)Organisme mirip bakteri: Mycoplasma pneumoniae (terutama pada anak-anak dan dewasa muda)Jamur tertentu.Adapun cara mikroorganisme itu sampai ke paru-paru bisa melalui: - Inhalasi (penghirupan) mikroorganisme dari udara yang tercemar 

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 20

- Aliran darah, dari infeksi di organ tubuh yang lain - Migrasi (perpindahan) organisme langsung dari infeksi di dekat paru-paru

- Dekubitus kerusakan/kematian kulit sampai ke jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu daerah secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Ulkus dekubitus dapat terjadi pada setiap kelompok usia, tetapi hal ini memang lebih sering dijumpai pada kelompok lanjut usia karena terkait dengan imobilitas. Faktor utama yang menyebabkan dekubitus adalah timbulnya daerah iskemi (kekurangan supply darah). Selain itu juga disebabkan oleh faktor dari dalam tubuh sendiri seperti status gizi, anemia, hipoalbuminemia, penyakit neurologik, dan status cairan tubuh.

b. Nekrosis avaskuler kaput femur terjadi pada 30% penderita dengan fraktur yang disertai pergeseran dan 10% pada fraktur yang tanpa pergeseran. Jika lokalisasi fraktur lebih ke proksimal, maka kemungkinan untuk terjadi nekrosis avaskuler menjadi lebih besar.

c. Nonunion lebih dari 1/3 penderita dengan fraktur leher femur tidak dapat mengalami union, terutama pada fraktur yang bergeser. Komplikasi lebih sering pada fraktur dengan lokasi yang lebih proksimal. Hal ini disebabkan karena vaskularisasi yang jelek, reduksi yang tidak akurat, fiksasi yang tidak adekuat, lokasi fraktur adalah intra-artikuler. Metode pengobatan nekrosis avaskuler tergantung penyebab terjadinya nonunion dan umur penderita.

d. Osteoarthritis sekunder terjadi karena adanya kolaps kaput femur / nekrosis avaskuler

e. Anggota gerak memendekf. Malunion

Malunion adalah keadaan dimana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.Etiologi:- Fraktur tanpa pengobatan,- Pengobatan yang tidak adekuat,- Reduksi dan imobilisasi yang tidak baik,- Pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan, dan

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 21

- Osifikasi yang lebih awal pada lempeng epifisis karena adanya trauma.Gambaran klinis:- Deformitas dengan bentuk yang bervariasi- Gangguan fungsi anggota gerak- Nyeri dan keterbatasan pergerakan sendi- Ditemukan komplikasi seperti paralysis tardi nervus ulnaris- Osteoarthritis apabila terjadi pada daerah sendi- Bursitis atau nekrosis kulit pada tulang yang mengalami deformitas

g. Malrotasi berupa rotasi eksternah. Koksavara

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 22

9. Memahami dan menjelaskan Fraktur Kolum Femur9.1 Etiologi

a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.

b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan.

c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang.

9.2 MekanismeMekanisme trauma : terjadi karena kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, misalnya terpeleset di kamar mandi dimana panggul dalam keadaan fleksi dan rotasi yang terletak pada daerah trokanter.

9.3 PatologiKaput femur mendapat aliran darah dari tiga sumber, yaitu :1. Pembuluh darah intrameduler di dalam column femur2. Pembuluh darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi3. Pembuluh darah dari ligamen yang berputar

Pada saat fraktur apabila terjadi pergeseran fragmen, pembuluh darah intrameduler dan pembuluh darah retinakulum selalu mengalami robekan. Misalnya, Fraktur transervikal merupakan fraktur yang bersifat intrakapsuler mempunyai kapasitas sangat rendah dalam penyembuhan karena disebabkan rusaknya pembuluh darah, periosteum rapuh serta hambatan dari cairan sinovial.

9.4 PatogenesisFraktur terjadi ketika tulang mendapatkan energi kinetik yang lebih besar dari yang dapat tulang serap. Fraktur itu sendiri dapat muncul sebagai akibat dari berbagai peristiwa diantaranya pukulan langsung, penekanan yang sangat kuat, puntiran, kontraksi otot yang keras atau karena berbagai penyakit lain yang dapat melemahkan otot. Pada dasarnya ada dua tipe dasar yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, kedua mekanisme tersebut adalah: Yang pertama mekanisme direct force dimana energi kinetik akan menekan langsung pada atau daerah dekat fraktur. Dan yang kedua adalah dengan mekanisme indirect force, dimana energy kinetik akan disalurkan dari tempat tejadinya tubrukan ke tempat

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 23

dimana tulang mengalami kelemahan. Fraktur tersebut akan terjadi pada titik atau tempat yang mengalami kelemahan.Pada saat terjadi fraktur periosteum, pembuluh darah, sumsum tulang dan daerah sekitar jaringan lunak akan mengalami gangguan. Sementara itu perdarahan akan terjadi pada bagian ujung dari tulang yang patah serta dari jaringan lunak (otot) terdekat. Hematoma akan terbentuk pada medularry canal antara ujung fraktur dengan bagian dalam dari periosteum. Jaringan tulang akan segera berubah menjadi tulang yang mati. Kemudian jaringan nekrotik ini akan secara intensif menstimulasi terjadinya peradangan yang dikarakteristikkan dengan terjadinya vasodilatasi, edema, nyeri, hilangnya fungsi, eksudasi dari plasma dan leukosit serta infiltrasi dari sel darah putih lainnya. Proses ini akan berlanjut ke proses pemulihan tulang yang fraktur tersebut.

9.5 Gambaran KlinisPenderita datang dengan trauma, baik yang hebat maupun ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Biasanya terdapat nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi. Pada fraktur kolum femoris, penderita merasakan nyeri pada daerah panggul terutama pada daerah inguinal depan dan pemendekan anggota gerak bawah pada posisi rotasi lateral.

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 24

Daftar Pustaka

Faiz, O. (2004). At A Glance Series Anatomy. Jakarta: Erlangga.

Long, C. Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah.

Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.

Patel, P. R. (2006). Lecture Notes Radiologi. Jakarta: EMS.

Rasjad C. 1992. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Bintang Lamumpatue, Ujung

Pandang.

Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif

Watampone.

Sjamsuhidajat R dan de Jong, Wim (Editor).2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.

Jakarta: EGC

Syamsir, HM. 2011. Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

http://www.histology-world.com/

http://www.instantanatomy.net/

http://www.medicastore.com/

http://www.nursingbegin.com/

Skenario-3 Blok Muskuloskeletal Page 25