Wrap Up Ruam Merah
-
Upload
eva-rosalina -
Category
Documents
-
view
102 -
download
8
Transcript of Wrap Up Ruam Merah
RUAM MERAH SELURUH TUBUH
Seorang ibu membawa anak perempuan usia 3 tahun ke RS dengan keluhan keluar ruam
merah di seluruh tubuh sejak tadi malam. Sejak 4 hari yang lalu anak demam di sertai batuk,
pilek, mata merah, nyeri menelan, muntah, nafsu makan menurun dan buang air besar lembek
2-3x/hari. Pemeriksaan fisik di temukan keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran
composmentis, takikardia, dan suhu 38,5°C. Di temukan ruam makulopapular di belakang
telinga, wajah, leher, badan dan ekskremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Hasil laboratorium di dapat leukopenia. Dokter mendiagnosis pasien menderita campak dan
menyarankan untuk di rawat inap di RS.
1
SASARAN BELAJAR
LI.1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Virus Morbili
LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan definisi Virus Morbili
LO.1.2 Memahami dan Menjelaskan Morfologi Virus Morbili
LO.1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Virus Morbili
LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Replikasi Virus Morbili
LI.2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Campak
LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak
LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak
LO.2.3 Memahami dan menjelaskan Epidemiologi Campak
LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak
LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan patogenesa Campak
LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Campak
LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Campak
LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak
LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak
LO.2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Campak
LO.2.11 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding
2
PEMBAHASAN
LI.1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Virus Morbili
LO.1.1 Memahami dan Menjelaskan definisi Virus Morbili
Morbili adalah virus yang mengakibatkan penyakit anak menular yang lazim
biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak
ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi ( Ilmu Kesehatan Anak
vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Morbili adalah suatu virus yang menyebabkan penyakit infeksi virus akut,
menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan
stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan kontak langsung dengan
pasien. Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola. (Arif mansjoer,
2000)
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu
penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada
umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui
percikan liur (droplet) yang terhirup.
LO.1.2. Memahami dan menjelaskan morfologi morbili
Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus lain anggota famili
paramyxoviridae. Virion campak terdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks yang
dikelilingi oleh selubung virus(peplos) yang penuh dengan tonjolan-tonjolan serta
mudah sekali rusak karena pengaruh penyimpanan,pembekuan dan pencairan atau
pengolahan. Sifat infeksius virus campak ditunjukkan dengan tingginya sensitivitas
dan aktivitas hemolitiknya (Handayani, 2005).
1. Bentuk virus
Virus morbili termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi
yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri
dari lemak dan protein Didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri
dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur helix
3
nukleo protein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek,
suatu protein yang berada diselubung luar muncul sebagai hemaglutinin.
2. Ketahanan virus
Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi,
apabila berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur
kamar ia kehilangan 60% sifat infektisitasnya selama 3-5 hari, pada 370c waktu paruh
umurnya 2 jam, pada 560c hanya satu jam. Dalam keadaan yang lain ia bertahan
dalam keadaan dingun. Pada media protein ia dapat hidup dengan suhu -700c selama
5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin dengan suhu 4-60c dapat hidup selama
5 bulan apabila dimasukkan dalam media protein dan hanya dapat hidup 2 minggu
bila tanpa media protein. Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh
sinar ultraviolet. Oleh karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk
mikroorganisme yang bersifat eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% eter
selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit. Virus morbili sensitif pada 0,01%
betapropiaceton dalam setiap konsentrasi, pada suhu 370c,akan kehilangan sifat
infektisitasnya dalam2 jam, walaupun demikian ia tetap memiliki antigenitas penuh.
Dalam 1/4000 formalin menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan
antigenitasnya. Tripsin mempercepat hilangnya potensi antigenik.
4
LO. 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Virus Morbili
Virus morbili berasal dari famili Paramyxoviridae. Famili ini sendiri pecah
menjadi 2 subfamili dan 6 genus.
Diantaranya patogen pada manusia.
a. Paramyxoviridae
– Respirovirus
– Rubelavirus
b. Pneumoviridae
– Morbilivirus
– Pneumovirus
– Metapneumovirus
– Henipavirus
LO.1.4 Memahami dan Menjelaskan Replikasi Virus Morbili
Replikasinya terjadi di sitoplasma dari sel inang dan budding melalui
membran plasma. Virus rubella mengalami replikasi di dalam sel inang. Siklus
replikasi yang umum terjadi dalam proses yang bertingkat terdiri dari tahapan:
1) Perlekatan
2) Pemasukan (penetrasi)
3) Uncoating
4) Biosintesis
5) Pematangan dan pelepasan
Meskipun ini merupakan siklus yang umum, tetapi akan terjadi beberapa
ragam siklus dan bergantung pada jenis asam nukleat virus. Tahap perlekatan terjadi
ketika permukaan virion atau partikel virus terikat di penerima (reseptor) sel inang.
Perlekatan reversible virion dalam beberapa hal, agar harus terjadi infeksi, dan
pengasukan virus ke dalam sel inang. Proses ini melibatkan beberapa mekanisme,
yaitu:
1) Penggabungan envelope virus dengan membrane sel inang (host)
2) Pemasukan langsung ke dalam membrane
5
3) Interaksi dengan tempat penerima membrane sel
4) Viropexis atau fagositosis.
Setelah memasuki sel inang, asam nukleat virus harus sudah terlepas dari
pembungkusnya, (uncoating) atau terlepas dari kapsulnya. Proses uncoating ini terjadi
di permukaan sel dalam virus. Secara umum, ini merupakan proses enzimatis yang
menggunakan prakeberadaan (pre-existing) enzim lisosomal atau melibatkan
pembentukan enzim yang baru. Setelah proses uncoating, maka biosintesis asam
nukleat dan beberapa protein virus merupakan hal yang sangat penting. Sintesis virus
terjadi baik di dalam inti maupun di dalam sitoplasma sel inang, bergantung dari jenis
asam nukleat virus dan kelompok virus. Pada virus RNA, seperti virus rubella,
sintesis ini terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan pada kebanyakan virus DNA, asam
nukleat virus bereplikasi di inti sel inang sedangkan protein virus mengalami replikasi
pada sitoplasma. Tahap terakhir replikasi virus yaitu proses pematangan partikel
virus. Partikel yang telah matang ini kemudian dilepaskan dengan bertunas melalui
membrane sel atau melalui lisis sel. Replikasi siklus virus di host Replikasi
paramyxovirus sangat mirip dengan virus lain dalam kelompok ini. Strategi
keseluruhan paramyxovirus sangat mirip dengan influenza. Namun, semua tindakan
dalam replikasi paramyxovirus terjadi di sitoplasma. Replikasi siklus virus campak,
virus dalam keluarga Paramyxoviridae virus menempel pada permukaan sel host dan
amplop sekering ke membran plasma. Nukleo kapsid dilepaskan ke dalam sel dan
digunakan sebagai template genom. Negatif-sense RNA ditranskripsi menjadi RNA
messenger individu dan positif-akal kerangka RNA, yang digunakan untuk membuat
lebih negatif-senseRNA. Majelis terjadi dan tunas baru virus dari membran sel dan
mendapatkan amplop. Untuk paramyxoviruses, mereka memiliki kemampuan untuk
menyebabkan sel-sel fusi, menciptakan sel-sel berinti besar yang disebut syncytia.
Akumulasi siklus replikasi virion in vitro sensitif terhadap amantadine, sebuah obat
anti-virus. Host virus dapat menginfeksi inang invertebrata berbagai termasuk
manusia, anjing, anjing laut, lumba-lumba dan porpoise, burung, dan ternak.
6
LI.2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Campak
LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Campak
Campak adalah penyakit virus sangat menular yang ditandai dengan ruam,
demam, batuk, pilek dan konjungtivitis. Infeksi campak dapat menyebabkan
komplikasi serius, termasuk subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), penyakit
merusak otak yang selalu menyebabkan kematian. Anak-anak dan orang dewasa dapat
dilindungi dari campak melalui imunisasi.
LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Campak
Di indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga Morbili menduduki
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi (0,7%) dan tempat ke-
5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun (0,77%).
Morbili merupakan penyakit endemis, terutama di negara sedang berkembang.
Di Indonesia penyakit morbili sudah dikenal sejak lama. Di masa lampau morbili
dianggap sebagai suatu hal yang harus di alami setiap anak, sehingga anak yang
terkena campak tidak perlu diobati, mereka beranggapan bahwa penyakit morbili
dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa ruam yang keluar
banyak semakin baik. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat
keluarnya ruam. Ada kepercayaan bahwa penyakit morbili akan berbahaya bila ruam
tidak keluar pada kulit sebab ruam akan muncul didalam rongga tubuh lain seperti
didalam tenggorokan, paru, perut, atau usus. Hal ini diyakini akan menyebabkan sesak
nafas atau diare yang dapat menyebabkan kematian.
Secara biologik, morbili mempunyai sifat adanya ruam yang jelas, tidak
diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya
musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap,
hanya memiliki satu serotipe virus dan adanya vaksin campak yang efektif.
LO.2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Campak
Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena panas, sinar, pH asam,
ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara terbuka.
7
Virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa
prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan adalah
dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita.Yang patut diwaspadai,
penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau
semburan ludah (droplet) yang terisap lewat hidung atau mulut. Penularan terjadi
pada masa fase kedua hingga 1-2 hari setelah bercak merah timbul.
Virus campak dapat bertahan selama beberapa hari pada temperature 0°C dan
selama 15 minggu pada sediaan beku. Di luar tubuh manusia virus ini mudah mati.
Pada suhu kamar sekalipun, virus ini akan kehilangan infektivitasnya sekitar 60%
selama 3-5 hari. Virus ini mudah hancur dengan sinar ultraviolet.
LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Campak
Gejala klinis yang sering timbul adalah demam, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis, dan koriza atau disebut juga 3C (coryza, cought, counjutivity).
Gejala khas (patognomonik) adalah timbulnya bercak koplik menjelang akhir
stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak koplik berwarna
putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi
dimukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Ruam eritematosa yang
berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula
timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan
bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka
bengkak. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher
bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black
measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan
traktus digestivus.
Gejala penyakit campak dikategorikan dalam tiga stadium, dengan masa
inkubasi sekitar 10-12 hari.
1) Stadium masa prodromal : demam ringan sampai sedang batuk makin berat,
coryza, nyeri menelan, faring merah dan konjungtivitas. Biasanya koplik spot
(di mukosa pipi) muncul 2-4 hari setelahnya
2) Stadium erupsi : demam tinggi, ruam mukopapular (5-6 hari) dari belakang
telinga, lalu ke leher, muka, tubuh dan ekstremitas.
3) Stadium konvalsens : 3 hari ruam mulai menghilang, kehitaman dan
mengelupas. Hilang ruam sekitar 1-2 minggu.
8
LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan patogenesa Campak
Morbili virus masuk kedalam tubuh hospes melalui droplet dan menyerang sel
inangnya dengan menempel pada reseptor spesifik di permukaan sel inang. Lalu virus
bereplikasi dibagian sitoplasma sel inang dan memperbanyak diri dan akhirnya
matang, lalu virus yang sudah matang ini akan merusak sel inangnya untuk keluar dari
dalam sel dan mulai menginfeksi sel lainnya yang ada di tubuh hospes. Pada saat
banyak sel yang di infeksi virus, maka akan terjadi eksudat yang serius. Karena ada
eksudat, maka sistem imun kita bekerja dengan adanya reaksi inflamasi yaitu demam
(suhu meningkat). Lalu virus ini akan menyebar ke berbagai organ melalui hematogen
(aliran darah). Jika mengenai saluran cerna maka akan menyebabkan diare karena ada
bercak koplik, nafsu makan menurun, dan nutrisi kurang dari kebutuhan. Jika
mengenai saluran napas, bisa menyebabkan pilek dan batuk. Jika mengenai
konjungtiva radang bisa menyebabkan konjungtivitis. Jika virus menyebar di kulit dan
sekitar sebasea dan folikel rambut akan membentuk makulapapular di kulit.
Patofisiologi demam: Mikroba masuk di fagositosis makrofag, makrofag
mengeluarkan bahan kimia yang disebut sebagai pirogen andogen, pirogen andogen
bekerja pada pusat termogulasi hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat
melalui pemicuan pelepasan lokal (sintesis) prostaglandin (mediator kimiawi lokal
yang bekerja langsung pada hipotalamus) memicu mekanisme respon dingin
(menggigil) agar produksi panas segera mengikat mendorong vasokonstriksi kulit
untuk mengurangi pengeluaran panas suhu meningkat (demam).
LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Campak
Pemeriksaan penunjang :
Pembiakan (kultur) virus: mengetahui ada atau tidaknya virus morbili
Pada pemeriksaan darah: didapatkan jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri.
Pemeriksaan Sitologi : ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa
hidung dan pipi.
Tes serologi: untuk mendeteksi antibodi IgM sebagai tanda adanya
infeksi morbili akut dan terjadi atau tidaknya leukopenia dengan
limfositosis relative.
9
Pemeriksaan antibodi IgM
merupakan cara tercepat untuk memastikan adanya infeksi campak akut.
Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada dua hari pertama
munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM
dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative.
Titer IgM mulai sulit diukur pada 4 minggu setelah muncul rash.
Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash muncul,
terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu
setelah onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun
kemudian.
Virus measles dapat diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang
diberi heparin, dan swab tenggorok selama masa prodromal sampai 24 jam setelah
timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif selama sekurang-kurangnya 34 jam
dalam suhu kamar.
Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik biasanya didapatkan kelainan yang
biasanya didapatkan dari penderita morbili. Kemungkinan dapat ditemukan
beberapa tanda seperti:
Keadaan Umum : compos mentis
Mata: terdapat konjungtivitis, fotofobia
Kepala: Sakit kepala
Hidung:Banyak terdapat secret, koriza
Mulut dan bibir: Mukosa bibir kering, batuk
Kulit: permukaan kulit kering, turgor kulit menurun, gatal, ruam
makulopapular pada leher, muka, lengan dan kaki, eritema, febris
Respirasi: Batuk, sesak napas, sputum
Tumbuh Kembang : BB, TB, BB lahir untuk mengetahui tumbuh kembang
anak untuk mewaspadai timbulnya komplikasi pada anak gizi buruk
LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Campak
Pengobatan campak berupa perawatan umum seperti pemberian cairan dan
kalori yang cukup.terapi campak bersisat suportif.
10
Obat Simtomatik yang perlu diberikan yaitu antipiretika bila suhu tinggi,
sedativum, obat batuk, dan memperbaiki keadaan umum. Tindakan yang lain ialah
pengobatan segera terhadap komplikasi yang timbul. (Hassan.R. et al, 1985)
a. Istirahat
b. Pemberian makanan atau cairan yang cukup dan bergizi.
c. Medikamentosa :
· Antipiretik : parasetamol 7,5 – 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam
· Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 – 100 mg tiap 2-6 jam,
dosis maksimum 600 mg/hari.
· Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitusive
(codein) tidak boleh digunakan.
· Mukolitik bila perlu
· Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat
bermanfaat. Selain itu vitamin A dapat melindungi salauran cerna pada
penderita campak.
Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal
> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal.
Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan
oftalmologi sehubungan dengan defisiensi vitamin A.
LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Campak
1. Otitis Media: Otitis media mungkin merupakan komplikasi sekunder tersering
dan harus diterap sesuai dengan bakteri pathogen yang diduga.
2. Pneumonia: Pneumonia suatu komplikasi kedua yang terlazim tetapi penyebab
kematian utama bagi pasien morbili.
3. Ensafalitis: Ensafalitis suatu komplikasi yang jarang terjadi pada kira-kira 1-2
kasus per 1000.
4. Purpura: Purpura timbul 3-15 hari setelah dimulainya rash dan mungkin
menyertai penghitungan trobosit yang rendah atau normal. Terapi salsilat
harus dihentikan jika timbul komplikasi ini.
5. Abdomen Akut: Abdomen akut mungkin disebabkan oleh limfa denitis
generalisata yang menyertai penyakit ini.
11
Berdasarkan berapa seringnya muncul, komplikasi yang ditimbulkan akibat
penyakit campak diantaranya:
Otitis media (infeksi telinga): 7%
Pneumonia: 6%
Encephalitis akut (radang otak): 1 per 1000
SSPE (penyakit degenerative pada otak): 1 per 100.000
Penyakit campak terjadi pada ibu yang sedang hamil beresiko untuk melahirkan
premature atau melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Sedangkan komplikasi yang ditimbulkan akibat dari pemberian vaksinasi
diantaranya:
Sekitar 5 - 15% muncul demam pada anak dengan suhu 39.5 °C atau lebih dan
5% muncul ruam pada hari ke 6-12 setelah diimunisasi
Encephalitis (1 per 1000)
Anaphylaxis (< 1 per 1000).
LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Campak
Dengan morbiditas morbili yang telah diketahui, pencegahan menjadi tujuan
utama dan terpilih. Vaksin morbili hidup yang telah dilemahkan (Attenuvax) harus
diberikan pada usia 15 bulan untuk perlindungan maksimum. Idealnya
dikombinasikan dengan vaksin untuk parotitis epideika dan rubella (M-M-R II)
Yang Divaksinasi :
a. Anak sehat di atas umur 15 bulan
b. Bayi-bayi diimunisasi sebelum umur 1 tahun
c. Yang diberikan bersamaan gama globulin dan vaksin morbili hidup.
d. Orang-orang yang sebelumnya telah diimunisasi dengan vaksin virus mati.
e. Orang-orang yang tinggal di derah endemic morbili yang tinggi dapat menerima
vaksin pada umur 6 bulan dan divaksinasi ulang pada umur 15 bulan.
Kontraindikasi vaksin hidup :
a. Pasien-pasien imunokompromis (keganasan generalisata, cacat sel T, yang
mendapat terapi imunosipresi).
b. Orang-orang dengan kemungkinan Tuberkulosis.
c. Wanita hamil.
12
d. Pasien-pasien yang alergi terhadap neomisin (Attenuvax atau M-M-R II).
e. Pasien-pasien yang telah mendapatkan darah lengkap,plasma, atau gama globulin
dalam 8 minggu sebelum diberikan vaksin.
Efek samping mungkin terlihat pada 7 sampai 10 hari setelah pemberian vaksin
hidup yang terdiri dari rash, demam atau keuanya dan yang lebih berat disertai
malaise, demama, limfadenopayi setempat, eritema setempat dan indurasi, bisa terjadi
pada orang-orang yang sebelumnya diimunisasi dengan vaksin mati.
LO.2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Campak
Prognosis baik jika tidak terjadi komplikasi. Prognosis buruk bahkan akan
mengakibatkan kematian yang disebabkan oleh komplikasi yang terjadi. Komplikasi
campak jarang terjadi, akan tetapi dapat menjadi serius apabila bersamaan dengan
munculnya diare, pneumonia, dan encephalitis. Komplikasi hebat biasanya terjadi
pada orang dewasa.
LO.2.11 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan diagnosis banding
Diagnosis
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis, selama stadium prodromal, sel raksasa
multinuklear dapat ditemukan pada apusan mukosa hidung. Virus dapat diisolasi
pada biakan jaringan. Angka leukosit cenderung rendah dengan limfositosis relative.
Punsi lumbal pada penderita dengan ensefalis campak biasanya menunjukkan
kenaikan protein da sedikit kenaikan limfosit. Kadar glukosa normal. Bercak koplik
dan hiperpigmentasi adalah patognomonis untuk rubeola/campak.
Diagnosis banding
1. Rubella: ruam makulopapul yang menyebar cepat dari garis batas rambut ke
ekstremitas dalam 24 jam, menghilang sesuai dengan timbulnya ruam. Tidak
ada demam prodromal (ringan-sedang), nyeri tekan kelenjar postservikal,
artritis sering terjadi pada orang dewasa.
2. Infeksi yang disebabkan parvovirus B19: eritema di pipi diikuti ruam
menyerupai pita difus di badan, tidak ada gejala prodromal (demam ringan),
artritis pada orang dewasa.
13
3. Eksantema subitum: makulopapul pada batang tubuh saat demam menghilang,
demam prodromal menonjol selama 3-4 hari sebelum timbul ruam.
4. Infeksi HIV primer: makulopapul tersebar di badan, penyakit meyerupai
demam kelenjar, meningitis, ensefalitis (jarang)
5. Infeksi enterovirus: makulopapul tersebar di badan, demam, mialgia, nyeri
kepala.
6. Dengue: makulopapul tersebar luas, sering menjadi konfluen, nyeri kepala
hebat dan mialgia, mual, muntah.
7. Demam tifoid/paratifoid: 6-10 makulopapul pada dada bagian bawah
/abdomen atas pada hari 7-10 demam menetap, splenomegaly.
8. Tifus epidemik: makulopapul pada batang tubuh dan wajah sreta ekstremitas
kecuali telapak tangan dan telapak kaki, mungkin terjadi peteki, 3-5
haridemam, menggigil, toksemia sebelum timbulnya ruam.
9. Tifus endemik: makulopapul pada tubuh kecuali telapak tangan dan kaki.
10. Scrub thypus: makulopapul difus pada batang tubuh yang menyebar ke
ekstremitas, demam sebelum ruam.
14
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi (2007) Farmakologi dan Terapi ed. 5, FKUI,
Jakarta
Jawetz, Melnick, Adelberg (2008) Mikrobiologi Kedokteran ed. 23, EGC, Jakarta
Widoyono (2011) Penyakit Tropis , Erlangga, Semarang
Nelson E waldo, et.al, Morbili dalam Bab infeksi virus Buku ilmu Kesehatan Anak
Volume 2, Edisi 15, EGC, 1999, hal 1068 – 1071
Soegianto S. Campak. Dalam: Buku Ajar Infeksi & Penyakit Tropis. Jakarta; IDAI,
2002:125-33.
Yuliana. July 9, 2008. “CAMPAK (Morbili, Measles, Rubeola)”.
http://pediatricinfo.wordpress.com/2008/07/09/campak-morbili-measles-rubeola/
15