Wrap Up Klmp4 - Sk2

22
WRAP UP SKENARIO 1 BLOK INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIK DISUSUN OLEH: KELOMPOK A4 Ketua : Alim Muslimah Suryantoro (1102013020) Sekretaris : Airindya Bella Kusumaningrum (1102013016) Anggota : 1. Ahmad Rizky (1102013014) 2. Aiman Idrus Alatas (1102013015) 3. Amorrita Puspita Ratu (1102013023) 4. Andina Dewanty Gunawan (1102013026) 5. Dadi Satrio Wibisono Rachmat (1102013067) 6. Dedy Sumarlin (1102013074) 7. Freza Farizan (1102013114) 8. Imam Dwi Pamungkas (1102012121) 1

Transcript of Wrap Up Klmp4 - Sk2

WRAP UP SKENARIO 1BLOK INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIK

DISUSUN OLEH:KELOMPOK A4

Ketua: Alim Muslimah Suryantoro (1102013020)Sekretaris: Airindya Bella Kusumaningrum (1102013016)Anggota:1. Ahmad Rizky (1102013014)2. Aiman Idrus Alatas (1102013015)3. Amorrita Puspita Ratu (1102013023)4. Andina Dewanty Gunawan (1102013026)5. Dadi Satrio Wibisono Rachmat (1102013067)6. Dedy Sumarlin (1102013074)7. Freza Farizan (1102013114)8. Imam Dwi Pamungkas (1102012121)

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUMUNIVERSITAS YARSI2013/2014

SKENARIO 2RUAM MERAH SELURUH TUBUHSeorang ibu membawa anak perempuan usia 4 tahun ke RS dengan keluhan keluar ruam merah di seluruh tubuh sejak tadi malam. Sejak 4 hari yang lalu anak demam disertai batuk, pilek, mata merah, nyeri telan, muntah, nafsu makan menurun dan buang air besar lembek 2-3x / hari. Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tidak lemah, suhu 38,5C. Ditemukan koplik spot di rongga mulu, ruam makulopapular di belakang telinga, wajah, leher, badan dan ekstremitas. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Hasil laboratorium ditemukan leukopenia.

KATA SULIT1. Koplik Spot, adalah bintik putih kemerahan pada mukosa dalam pipi yang merupakan manifestasi campak2. Leukopenia, adalah kadar leukosit dalam darah berkurang yang menyebabkan individu rentan terhadap penyakit3. Ruam makulopapular, adalah benjolan kemerahan pada kulit

HIPOTESIS

GejalaTata LaksanaKomplikasi Campak AnamnesisPemeriksaan PenunjangPemeriksaan FisikDiagnosis Tubuh Virus MorbiliSASARAN BELAJARLI 1. Memahami dan Menjelaskan MorbilivirusLO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi MorbilivirusLO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Morfologi MorbilivirusLO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi MorbilivirusLO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup Morbilivirus

LI 2. Memahami dan Menjelaskan CampakLO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi CampakLO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi CampakLO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi CampakLO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi CampakLO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi CampakLO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding CampakLO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi CampakLO 2.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Campak

LI 1. Memahami dan Menjelaskan MorbilivirusLO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi MorbilivirusVirus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus Morbili virus. Virus Campak atau Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai tunggal, dari keluarga Paramyxovirus, dari genus Morbillivirus. Virus campak hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah (Soegeng Soegijanto, 2002).LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Morfologi MorbilivirusMorbilivirus memiliki ukuran partikel berdiameter 150nm, terkadang mencapai 700 nm. Selubung virion ini rapuh sehingga membuat partikel virus labil ketika disimpan.Genom virus berupa RNA linear, sense negatif, beruntai tunggal, tidak bersegmen. Karena genomnya tidak bersegmen inilah yang meniadakan peluang terjadinya pemilihan ulang genetik sehingga membuat semua anggota kelompok paramyxovirus stabil secara antigenetik.

(Fields ed. al, 1996)Kebanyakan paramyxovirus mengandung enam protein struktura;. Tiga protein teradapat dalam bentuk kompleks dengan RNA virusdisebut nukleoprotein (N) yang membentik nukleoplasmid helikel dan mewakili protein internal utama seta dua protein besar lainnya---diberi nama P dan L yang terlibat secara langsung dalam aktivitas polimerasi virus yang berfungsi dalam transkirpsi dan replikasi DNA. Tiga protein lainnya bertugas membentuk selubung virus. Protein Matriks (M) menyusun selubung virus; protein ini memiliki afinitas terhadap glikoprotein permukaan virus dna N serta berperan penting dalam perakitan virion. Nukleokapsidnya dilengkapi dengan duri-duri daru dua glikoprotein yang berbeda. Paramyxovidae dibedakan dalam genera berdasarkan aktivitas glikoproteinnya. Glikoprotein yang lebih besar (HN & G) dapat memiliki aktivitas hemaglutinasi serta bertanggung jawab terhadap proses pelekatan ke sel penjamu. Glikoprotein lainnya (F) memperantarai fusi membran dan aktivitas hemolisin. CD46 tampak menjadi reseptor selular pada strain vaksin campak yang dilemahkan, tetapi tidak untuk strain virus wild-type.

Pada temperatur kamar virus campak kehilangan 60% sifat infeksivitasnya selama 3-5 hari, pada 370C waktu paruh lamanya 2 jam, sedangkan pada 560C hanya 1 jam. Pada media protein virus dapat hidup pada suhu -700C selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin pada suhu 4-60C dapat hidup selama 5 bulan. Virus tidak aktif pada pH asam. Oleh karena selubuh luarnya terdiri atas lemak, maka virus ini termasuk mikroorganisme yang bersifat ether labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% eter selama 10 menit dan 50% aseton dalam 30 menit.LO 1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi MorbilivirusGroup: Group V ((-)ssRNA)Order: MononegaviralesFamily: ParamyxoviridaeGenus: MorbillivirusType speciesMeasles virusSpeciesCanine distemper virusCetacean morbillivirusFeline morbillivirusMeasles virusPeste-des-petits-ruminants virusPhocine distemper virusRinderpest virusLO 1.4 Memahami dan Menjelaskan Siklus Hidup MorbilivirusReplikasi Paramyxoviridae diinisiasi oleh perlekatan protein HN, H, atau G dari amplop virion ke Asam Sialat dari glikolipid sel. Virus kemudian akan berikatan dengan suatu protein reseptor CD46 yang dimiliki oleh hampir semua jenis sel. Protein F kemudian akan menyatukan membran sel inang dengan amplop virus sehingga virus dapat mempenetrasikan materi genetiknya ( [-]ssRNA) ke dalam sel inang.RNA yang dimiliki virus tersebut kemudian akan mengalami replikasi genom, kemudian di transkripsi menjadi mRNA dan [+]RNA. [+]RNA akan selanjutnya di transkripsi kembali menjadi [-]RNA untuk dijadikan materi genetik virus yang baru. mRNA kemudian akan di translasi di sitoplasma sel inang muntuk membentuk protein-protein yang dibutuhkan virus. Genom yang baru akan membentuk protein L, P, dan NP, yang akan memicu pembentukan protein M pada glikoprotein virus. Virus yang sudah matang kemudian akan keluar dari sel inang dengan cara budding.

LI 2. Memahami dan Menjelaskan CampakLO 2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi CampakCampak merupakan suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus. Ditandai oleh tiga stadium: 1) Stadium inkubasi sekitar 10-12 hari dengan sedikit, jika ada, tanda-tanda atau gejala-gejala2) Stadium prodromal dengan anantem (bercak koplik) pada mukosa bukal dan faring, demam ringan sampai sedang, konjungtivitis ringan, koryza, dan batuk yang semakin berat.3) Stadium akhir dengan ruam makulopapular yang muncul berturut-turut pada leher dan muka, tubuh, lengan dan kaki dan disertai demam tinggi. Campak disebut juga rubeola, morbili, atau measles. Biasanya menyerang anak-anak dengan derajat ringan sampai sedang. Penyakit ini dapat meninggalkan gejala sisa kerusakan neurologis akibat peradangan otak (ensefalitis).LO 2.2 Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi CampakCampak merupakan penyakit endemik terutama di negara berkembang. Angka kesakitan di dunia mencapai 5-10 kasus per 10.000 orang dengan jumlah kematian 1-3 kasus per 1000 orang. Di Indonesia campak menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit utama pada bayi dan balita (1-4 tahun) berdasarkan laporan SKRT tahun 1985/1986. KLB masih terus dilaporkan, diataranya KLB di Pulau Bangka pada tahun 1971 dengan angka kematian sekitar 12%, KLB di Provinsi Jawa Barat pada tahun 1981(CFR= 15%), dan KLB di Palembang, Bengkulu, dan Lampung pada tahun 1998. Pada tahun 2003 masih terdapat 104 kasus campak dengan CFR 0% di Semarang.Sebelum penggunaan vaksin campak, penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia 5-10 tahun. Setelah masa imunisasi tahun 1977, campak sering menyerang anak usia remaja dan dewasa muda yang masa kecilnya tidak diimunisasi campak.Sekarang di Amerika Serikat , campak terjadi paling sering pada anak umur sekolah yang belum diimunisasi dan pada remaja dan orang dewasa muda yang telah diimunisasi. Epidemi ini diduga terutama karena kegagalan vaksin. Distribusi campak dibedakan menjadi tiga jenis: a.Distribusi Penyakit Menurut OrangCampak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anakanak pada usia dibawah 15 bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki imunitas seumur hidup.b.Distribusi Penyakit Menurut TempatPenyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat terpencil. Vaksinasi telah menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan. Di Amerika Serikat pernah ada peningkatan insidensi campak pada tahun 1989-1991. Kebanyakan kasus terjadi pada anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi, termasuk anak-anak di bawah umur 15 bulan. Di Afrika dan Asia, campak masih dapat menginfeksi sekitar 30 juta orang setiap tahunnya dengan tingkat kefatalan 900.000 kematian. Berdasarkan data yang dilaporkan ke WHO, terdapat sekitar 1.141 kasus campak di Afganistan pada tahun 2007. Di Myanmar tercatat sebanyak 735 kasus campak pada tahun 2006.c.Distribusi Penyakit Menurut WaktuVirus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara yang kering menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara. Sama halnya dengan udara pada musim kemarau di Persia atau Afrika yang memiliki insiden kejadian campak yang relatif tinggi pada musim-musim tersebut. Bagaimanapun, kejadian campak akan meningkat karena kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang baik tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan manusia. Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan gejala klinis.LO 2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi CampakCampak disebabkan oleh paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikan ludah yang masuk ke hidung, mulut maupun tenggorokan dari penderita campak. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun),Ada dua tipe dari campak, dimana setiap tipe disebabkan oleh virus yang berbeda. Walaupun keduanya menyebabkan ruam dan demam, namun tergolong penyakit yang berbeda. Campak yang sering dimaksud adalah campak pada kondisi pertama sebagai berikut Virus Rubeola menyebabkan campak merah, dikenal juga dengan campak berat atau hanya campak. Meski banyak orang sembuh tanpa komplikasi, rubeola dapat mengantarkan pada penyakit pneumonia atau inflamasi pada otak (ensefalitis).

Virus Rubella menjadi penyebab campak German, dikenal juga campak tiga hari. Biasanya lebih ringan daripada campak merah. Bagaimanapun, virus ini dapat menyebabkan kelahiran cacat spesifik jika wanita hamil yang terinfeksi mengakumulasikan virus kepada janinnya.LO 2.4 Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi CampakPatofisiologiVirus campak di transmisikan melalui droplet respirasi di udara dimana virus ini dapat tetap aktif selama 2 jam. Jika terinhalasi, virus ini akan masuk ke saluran pernapasan dan akan berreplikasi lokal di sel epitel trakeal dan bronkial paru.Setelah 2-4 hari, virus ini akan menginfeksi jaringan limfatik karna terbawa oleh makrofag pulmoner. Setelah amplifikasi virus campak pada kelenjar getah bening regional,viremia terkait sel akan menyebarkan virus ke berbagai organ sebagai pemicu munculnya ruam.PatogenesisVirus campak masuk ke saluran pernafasan melalui orofaring. Replikasi virus lokal di saluran pernafasan dan di nodus limfa regional kemudian akan diikuti dengan terjadinya viremia primer yang menyebabkan virus tersebar hingga ke sistem retikuloendotelial dimana terjadi replikasi yang ekstensif. Viremia kedua kemudian akan terjadi 5-7 hari berikutnya yang akan menyebabkan virus tersebar ke mukosa saluran pernafasan, saluran gastrointestinal dan urin, kulit, dan ke sistem saraf pusat. Pada organ-oragn tersebut, virus akan bereplikasi di dalam sel-sel endothel, epithel, monosit, serta makrofag.Selama masa inkubasi, virus cacar menyebabkan terjadinya penurunan eosinofil dan limfosit B dan T dan penurunan respon aktivasinya. Ruam makulopapular yang khas pada campak terjadi akibat interaksi dari sel endotel yang terinfeksi virus dengan sel limfosit T pada pembuluh darah kecil.

LO 2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi CampakVirus morbili terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama stadium kataral sampai 24 jam setelah timbul bercak di kulit. Masa tunas 10-20 hari dan kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam beberapa stadium :a. Stadium masa inkubasi : berlangsung 10-12 hari.Tidak ada gejala klinis. Virus baru masuk ke tubuh manusia.b. Stadium kataral (prodromal) berlangsung 4-5 hari. Gejala menyerupai influenza, yaitu demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan koriza. Gejala khas (patognomonik) adalah timbulnya bercak Koplik menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum, dikelilingi oleh eritema, dan berlokalisasi di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah.c. Stadium erupsi. Gejala pada stadium kataral bertambah dan timbul enantem di palatum durum dan palatum mole. Kemudian terjadi ruam eritematosa yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu badan. Ruam mula-mula timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut, dan bagian belakang bawah. Dapat terjadi perdarahan ringan, rasa gatal, dan muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan menghilang sesuai urutan terjadinya. Dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening mandibula dan leher bagian belakang, splenomegali, diare, dan muntah. Variasi lain adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.d. Stadium konvalesensi. Gejala-gejala pada stadium kataral mulai menghilang, erupsi kulit berkurang dan meninggalkan bekas di kulit berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patognomonik.

LO 2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding CampakDiagnosisDiagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan.Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut.Hasil dikatakan positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih (Cherry, 2004).Serum IgM merupakan tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein, peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal (Phillips, 1983).Diagnosis BandingDiagnosis banding morbili diantaranya :1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah menghilang.2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.Gejala yang timbul tidak seberat campak.3. Alergi obat.Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.4. Demam skarlatina.Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis eksudativa atau membranosa (Alan R. Tumbelaka, 2002).LO 2.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi CampakAdapun komplikasi yang terjadi disebabkan oleh adanya penurunan daya tahan tubuh secara umum sehingga mudah terjadi infeksi tumpangan. Hal yang tidak diinginkan. adalah terjadinya komplikasi karena dapat mengakibatkan kematian pada balita, keadaan inilah yang menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti: Otitis media akut, Ensefalitis, Bronchopneumonia, dan Enteritis BronchopneumoniaBronchopneumonia dapat terjadi apabila virus Campak menyerang epitel saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan disebut radang paru-paru atau Pneumonia. Bronchopneumonia dapat disebabkan virus Campak sendiri atau oleh Pneumococcus, Streptococcus, dan Staphylococcus yang menyerang epitel pada saluran pernafasan maka Bronchopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang masih muda, anak dengan kurang kalori protein.

Otitis Media AkutOtitis media akut dapat disebabkan invasi virus Campak ke dalam telinga tengah. Gendang telinga biasanya hyperemia pada fase prodormal dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus terjadi otitis media purulenta.

EnsefalitisEnsefalitis adalah komplikasi neurologic yang paling jarang terjadi, biasanya terjadi pada hari ke 4 7 setelah terjadinya ruam. Kejadian ensefalitis sekitar 1 dalam 1.000 kasus Campak, dengan CFR berkisar antara 30 40%. Terjadinya Ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung virus Campak ke dalam otak

EnteritisEnteritis terdapat pada beberapa anak yang menderita Campak, penderita mengalami muntah mencret pada fase prodormal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

LO 2.8 Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana Campak Pengobatan non-farmakoTirah baring dan masukan cairan yang cukup dapat terindikasi. Pelembaban ruangan mungkin perlu pada laringitis atau batuk yang mengiritasi secara berlebihan, dan paling baik mempertahankan ruangan hangat daripada dingin. Penderita harus dilindungi dari terpajan pada cahaya yang kuat selama masa fotofobia. AntivirusAntivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita dewasa yangimmunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.

Vitamin APemberian vitamin A merupakan pengobatan yang efektif pada penyakit campak. Vitamin A dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit yang disebabkan virus morbili ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) memberikan rekomendasi pemberian vitamin A dengan dosis 200.000 IU (international unit) sekali dalam 1 hari selama 2 hari berturut-turut. Rekomendasi ini berlaku untuk anak usia 12 bulan. Untuk anak usia 6-12 bulan diberikan dosis yang lebih kecil, yaitu 100.000 IU sehari. Sementara anak dengan usia dibawah 6 bulan mendapat dosis 50.000 IU sehari. Dosis ketiga vitamin A diberikan 2-4 minggu kemudian pada anak dengan defisiensi vitamin A. Vitamin A dapat diberikan melalui mulut ataupun suntikan langsung ke pembuluh darah. Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total (Cherry, 2004)

Komplikasi

1. Ensefalopati/ensefalitis- Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis- Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis- Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan elektrolit

2. Bronkopneumonia- Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia- Oksigen nasal atau dengan masker- Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit

3. Enteritis: koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).

4. Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3 bulan penyembuhan.

5. Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk. Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit. Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi campak. Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna karena anak campak rentan terjangkit infeksi lain seperti radang tenggorokan, flu atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.

6. Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada: Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman & Arvin, Nelson. 1996. Nelson Textbook of Pediatrics, 15/E. Jakarta: EGCEnders G. Paramyxoviruses. In: Baron S, editor. Medical Microbiology. 4th edition. Galveston (TX): University of Texas Medical Branch at Galveston; 1996. Chapter 59. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK8461/Fields, Bernard N., ed. Fields Virology 3rd edition. Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers, 1996. 1: 1177-1313, 899-931.

Garna, Harry. 2012. Divisi Infeksi dan Penyakit Tropis. Jakarta: Sagung SetoHarrison, Megans., Sakaguchi, Takemasa., Schmitt, Anthony P. 2010. Paramyxovirus Assembly and Budding: Building Particles that Transmit Infections. Jawetz, et al. (2010). Mikrobiologi Kedokteran Ed.25. Jakarta, Buku Kedokteran EGCWahab, Samik. 1996. Imu Kesehatan Anak. Jakarta: EGCWidoyono. 2011. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga

http://www.kesehatan123.com/1664/pengobatan-campak/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2910131/http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC441013/http://www.thelancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140673610623525/images?imageId=gr4http://www.britannica.com/EBchecked/topic/499989/reticuloendothelial-systemhttp://pediatrics.aappublications.org/content/91/5/1014http://www.uib.es/depart/dba/microbiologia/ADSenfcomI/material_archivos/paramixoviruses.pdf14