WR Supratman Dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Transcript of WR Supratman Dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
1
DR. W.R. Supratman dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Sekilas tentang W.R. Supratman
Wage Rudolf Supratman (lahir di Jatinegara, Jakarta, 9 Maret 1903 – meninggal di Surabaya,
Jawa Timur, 17 Agustus 1938 pada umur 35 tahun) adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia,
"Indonesia Raya" dan pahlawan nasional Indonesia.
Hari kelahiran Soepratman, 9 Maret, oleh Megawati saat menjadi presiden RI, diresmikan sebagai
Hari Musik Nasional. Namun tanggal kelahiran ini sebenarnya masih diperdebatkan, karena ada
pendapat yang menyatakan Soepratman dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1903 di Dukuh
Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Pendapat ini – selain didukung keluarga Soepratman – dikuatkan keputusan Pengadilan Negeri
Purworejo pada 29 Maret 2007.
Maka keluarga Wage Rudolf Soepratman meminta pemerintah dan semua pihak agar menggunakan
tanggal 19 Maret 1903 sebagai hari lahir pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" tersebut, dan
bukannya 9 Maret seperti yang selama ini dipakai.
"Semua pihak seharusnya mengikuti ketetapan Pengadilan Negeri
Purworejo," kata peneliti dan pembuat film dokumenter "Saksi-Saksi Hidup Kelahiran Bayi Wage",
Dwi Raharja di Jakarta, Sabtu.
Dalam putusannya pada 29 Maret 2007, PN Purworejo telah menetapkan bahwa Wage Rudolf
Soepratman lahir pada Kamis Wage, 19 Maret 1903 di Dukuh Trembelang, Desa Somongari,
Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Ketetapan PN Purworejo tersebut sekaligus membatalkan atau menganulir hari kelahiran WR
Soepratman yang selama ini digunakan dan diperingati pada 9 Maret 1903.
Bahkan, Megawati Soekarnoputri saat menjabat sebagai Presiden telah menetapkan Hari Kelahiran
WR Soepratman pada 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional.
"Diharapkan Hari Musik Nasional itu dapat segera disesuaikan dengan ketetapan PN Purworejo
yang menyatakan bahwa WR Soepratman lahir pada 19 Maret 1903," kata Kak Har, panggilan
akrab Dwi Raharja.
Kak Har mengimbau semua pihak seperti para guru, anggota Pramuka, dan para komponis dimana
pun mereka berada agar memperingati hari lahir Pahlawan Nasional tersebut pada 19 Maret
mendatang.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
2
Demikian pula dengan catatan yang tertulis pada dinding informasi di Makam Pahlawan WR
Soepratman di Surabaya, katanya, agar segera diperbaiki sehingga para peziarah tidak menjadi
bingung, karena tulisan tanggal lahir sebelumnya salah.
"Saya berharap pada hari-hari selanjutnya, tidak ada lagi penulis sejarah WR Soepratman yang
menuliskan tanggal lahir secara berlainan. Yang benar adalah 19 Maret 1903," kata Kak Har, yang
dalam usia tuanya masih aktif dalam kegiatan Gerakan Pramuka.
Ia kemudian menambahkan, keterangan tentang tanggal lahir WR Soepratman itu sebenarnya telah
terungkap dalam film dokumenter yang selesai dibuatnya pada Desember 1977 dan kini tersimpan
di Museum Sumpah Pemuda, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat.
Menurut Kak Har, selain bertemu sejumlah saksi hidup kelahiran bayi Wage Rudolf Soepratman
pada 1977, dirinya juga telah bertemu sahabat Wage, Wijayadi, serta keponakan Willem Martinus
Van Eldik bernama Hani.
Willem Martinus Van Eldik adalah seorang sersan instruktur KNIL (Tentara Kerajaan Hindia
Belanda) yang mengajarkan musik dan main biola kepada WR Soepratman. Bahkan kemudian biola
tersebut dihadiahkan kepada WR Soepratman, sehingga dengan biola tersebut lahirlah lagu
kebangsaan "Indonesia Raya".
Ayahnya bernama Senen, sersan di Batalyon VIII. Saudara Soepratman berjumlah enam, laki satu,
lainnya perempuan. Salah satunya bernama Roekijem. Pada tahun 1914, Soepratman ikut Roekijem
ke Makassar. Di sana ia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van
Eldik.
Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, kemudian
melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu
dijadikan guru di Sekolah Angka 2. Dua tahun selanjutnya ia mendapat ijazah Klein Ambtenaar.
Beberapa waktu lamanya ia bekerja pada sebuah perusahaan dagang. Dari Makassar, ia pindah ke
Bandung dan bekerja sebagai wartawan. Pekerjaan itu tetap dilakukannya sewaktu sudah tinggal di
Jakarta. Dalam pada itu ia mulai tertarik kepada pergerakan nasional dan banyak bergaul dengan
tokoh-tokoh pergerakan. Rasa tidak senang terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan
akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh
pemerintah Belanda.
Soepratman dipindahkan ke kota Sengkang. Di situ tidak lama lalu minta berhenti dan pulang ke
Makassar lagi. Roekijem sendiri sangat gemar akan sandiwara dan musik. Banyak karangannya
yang dipertunjukkan di mes militer. Selain itu Roekijem juga senang bermain biola, kegemarannya
ini yang membuat Soepratman juga senang main musik dan membaca-baca buku musik.
W.R. Soepratman tidak beristri serta tidak pernah mengangkat anak.
Kisah W.R. Supratman dalam menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya Sewaktu tinggal di Makassar, Soepratman memperoleh pelajaran musik dari kakak iparnya yaitu
Willem van Eldik, sehingga pandai bermain biola dan kemudian bisa menggubah lagu. Ketika
tinggal di Jakarta, pada suatu kali ia membaca sebuah karangan dalam majalah Timbul. Penulis
karangan itu menantang ahli-ahli musik Indonesia untuk menciptakan lagu kebangsaan.
Soepratman tertantang, lalu mulai menggubah lagu. Pada tahun 1924 lahirlah lagu Indonesia Raya.
Pada bulan Oktober 1928 di Jakarta dilangsungkan Kongres Pemuda II. Kongres itu melahirkan
Sumpah Pemuda. Pada malam penutupan kongres, tanggal 28 Oktober 1928, Soepratman
memperdengarkan lagu ciptaannya secara instrumental di depan peserta umum (secara intrumental
dengan biola atas saran Soegondo berkaitan dengan kodisi dan situasi pada waktu itu, lihat
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
3
Sugondo Djojopuspito). Pada saat itulah untuk pertama kalinya lagu Indonesia Raya
dikumandangkan di depan umum. Semua yang hadir terpukau mendengarnya. Dengan cepat lagu
itu terkenal di kalangan pergerakan nasional. Apabila partai-partai politik mengadakan kongres,
maka lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan. Lagu itu merupakan perwujudan rasa persatuan dan
kehendak untuk merdeka.
Sesudah Indonesia merdeka, lagu Indonesia Raya dijadikan lagu kebangsaan, lambang persatuan
bangsa. Tetapi, pencipta lagu itu, Wage Roedolf Soepratman, tidak sempat menikmati hidup dalam
suasana kemerdekaan.
Akibat menciptakan lagu Indonesia Raya, ia selalu diburu oleh polisi Hindia Belanda, sampai jatuh
sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir "Matahari Terbit" pada awal Agustus 1938,
ia ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM jalan Embong
Malang - Surabaya dan ditahan di penjara Kalisosok-Surabaya. Ia meninggal pada tanggal 17
Agustus 1938 karena sakit.
Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
Lagu Indonesia Raya (diciptakan tahun 1924, pada waktu ia berusia 21 tahun) pertama kali
dimainkan pada Kongres Pemuda (Sumpah Pemuda) tanggal 28 Oktober 1928. Setelah Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang dikarang oleh Wage Rudolf
Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan.
Sejarah Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman dengan jelas
menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya
dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po.
Setelah dikumandangkan tahun 1928 dihadapan para peserta Kongres Pemuda II dengan biola,
pemerintah kolonial Hindia Belanda segera melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia
Raya.
Meskipun demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ikuti lagu itu dengan mengucapkan "Mulia,
Mulia!", bukan "Merdeka, Merdeka!" pada refrein. Akan tetapi, tetap saja mereka menganggap lagu
itu sebagai lagu kebangsaan.
Selanjutnya lagu Indonesia Raya selalu dinyanyikan pada setiap rapat partai-partai politik. Setelah
Indonesia merdeka, lagu itu ditetapkan sebagai lagu Kebangsaan perlambang persatuan bangsa.
Namun pada saat menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 2006 yang kontroversial dan pada
kompas tahun 1990-an, Remy Sylado, seorang budayawan dan seniman senior Indonesia
mengatakan bahwa lagu Indonesia Raya merupakan jiplakan dari sebuah lagu yang diciptakan tahun
1600-an berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda. Kaye A. Solapung, seorang pengamat musik,
menanggap tulisan Remy dalam Kompas tanggal 22 Desember 1991. Ia mengatakan bahwa Remy
hanya sekadar mengulang tuduhan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an. Ia juga mengatakan dengan
mengutip Amir Pasaribu bahwa dalam literatur musik, ada lagu Lekka Lekka Pinda Pinda di
Belanda, begitu pula Boola-Boola di Amerika Serikat. Solapung kemudian membedah lagu-lagu itu.
Menurutnya, lagu Boola-boola dan Lekka Lekka tidak sama persis dengan Indonesia Raya, dengan
hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan penggunaan Chord yang jelas berbeda.
Sehingga, ia menyimpulkan bahwa Indonesia Raya tidak menjiplak.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
4
Deskripsi Lagu Bentuk Pantun: Proposta (tanya) dan Riposta (jawab) Pada tahun 1924, WR Supratman telah menerapkan syair dan lagu Indonesia Raya dalam Gaya
Pantun Proposta dan Riposta. Apa itu Proposta (tanya) dan Riposta (jawab)?
Proposta dan Riposta dalam teori musik adalah sebuah ungkapan seperti pantun yang saling
berpasangan. Artinya, sebuah Proposta (tanya) akan disambut dengan Riposta (jawab), dalam segi
melodi maupun syair
Proposta: Indonesia Tanah Airku (seolah-olah menyatakan)
Riposta: Tanah Tumpah Darahku (seolah-olah menjawab)
Proposta: Di sanalah aku berdiri (seolah-olah menyatakan)'
Riposta: Jadi pandu ibuku (seolah-olah menjawab).
Contoh lain adalah lagu Maju Tak Gentar ciptaan C. Simanjuntak:
Proposta: Maju tak gentar (seolah-olah menyatakan)
Riposta: Membela yang benar (seolah-olah menjawab)
Proposta: Maju tak gentar (seolah-olah menyatakan)
Riposta: Hak kita diserang (seolah-olah menjawab)
Contoh lain adalah Lagu Anak Kambing Saya (NN):
Proposta: Mana di mana anak kambing saya (seolah-oleh menyatakan)
Riposta: Anak kambing Tuan ada di kampung saya (seolah-olah menjawab)
Proposta: Mana di mana anak kambing saya (seolah-olah menyatakan)
Riposta: Anak kambing Tuan ada di Kampung Baru (seolah-olah menjawab)
Bentuk Soneta Dari susunan liriknya, merupakan soneta atau sajak 14 baris yang terdiri dari satu oktaf (atau dua
kuatren) dan satu sekstet. Penggunaan bentuk ini dilihat sebagai "mendahului zaman" (avant
garde), meskipun soneta sendiri sudah populer di Eropa semenjak era Renaisans. Rupanya
penggunaan soneta tersebut mengilhami karena lima tahun setelah dia dikumandangkan, para
seniman Angkatan Pujangga Baru mulai banyak menggunakan soneta sebagai bentuk ekspresi
puitis.
Lirik Indonesia Raya merupakan seloka atau pantun berangkai, menyerupai cara empu Walmiki
ketika menulis epik Ramayana. Dengan kekuatan liriknya itulah Indonesia Raya segera menjadi
seloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakin dilarang oleh Belanda, semakin kuatlah ia
menjadi penyemangat dan perekat bangsa Indonesia.
Cornel Simanjuntak dalam majalah Arena telah menulis bahwa ada tekanan kata dan tekanan musik
yang bertentangan dalam kata berseru dalam kalimat Marilah kita berseru. Seharusnya kata ini
diucapkan berseru (tekanan pada suku ru). Tetapi karena tekanan melodinya, kata itu terpaksa
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
5
dinyanyikan berseru (tekanan pada se). Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum
terlalu besar untuk lagu yang ditujukan bagi banyak orang. Dibandingkan dengan lagu-lagu
kebangsaan lain yang umumnya berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik,
Indonesia Raya memang jauh lebih panjang.
Naskah pada Penerbitan Mingguan Sin Po (1928) Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman di Bandung pada tahun 1924 (pada usia 21
tahun), dikumandangkan pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di
Jakarta (pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi bulan Nopember
1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman dengan Tangga Nada C (natural) dan dengan
catatan Djangan Terlaloe Tjepat, sedangkan pada sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman
pada Tangga Nada G (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada rentang a - e) dan dengan
irama Marcia, Jos Cleber (1950) menuliskan dengan irama Maestoso con bravura (kecepatan
metronome 104).
Aransemen Simphony oleh Jos Cleber (1950) Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan — justru — oleh orang Belanda (atau Belgia) bernama
Jos Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun) yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun.
Setelah menerima permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf Ronodipuro pada tahun 1950, Jos
Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah juga menerima
masukan dari Presiden Soekarno.
Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan yang agung, namun gagah berani (maestoso con bravura).
Aransemen Jos Cleber sangat sempurna sekali sesuai dengan lagu kebangsaan, di mana permainan
biola bersama trompet pada awal lagu (Verse A) merupakan suara yang gagah berani, kemudian di
tengah lagu (Verse B) diperdengarkan gesekan biola yang lembut, dan akhirnya pada Refrain
(Verse C) terdapat suara biola dan trompet dengan latar belakang suara kontrapun dari Corno yang
merdu dan indah sekali bersama seluruh orkestra (tutti) dengan pukulan timpani dan gemercing
cymbal, bersama-sama (tutti) yang megah dan agung sebagai lagu kebangsaan yang sangat
dihormati dan dimuliakan sekali oleh seluruh Bangsa Indonesia.
Rekamanan Asli 1950 di Jakarta dan Rekam Ulang 1997 di Australia
Rekaman asli dari Jos Cleber tahun 1950 dari Orkes Cosmopolitan Jakarta, telah dimainkan dan
direkam kembali secara digital di Australia tahun 1997 berdasarkan partitur Jos Cleber yang
tersimpan di RRI Jakarta oleh Victoria Philharmonic pimpinan Adie MS.
Peraturan Tentang Lagu Kebangsaan Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan penggunaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No.44
Tahun 1958.
Ternyata, lirik-lirik lagu Indonesia Raya tersebut telah menimbulkan berbagai pendapat dan juga
masalah.
Seharusnya Lagu Kebangsaan itu harus dimasukkan dalam UUD RI Tahun 1945, agar Lagu
Kebangsaan Indonesia Raya memiliki dasar yang sangat kuat, sejajar dengan Bendera, Bahasa,
dan Lambang Negara. Artinya UUD RI Tahun 1945 perlu diamandemen kembali.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
6
Lirik Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (yang kita pakai sekarang)
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrain : Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
Lirik Asli 1928, Edjaan Baru 1958, dan Ejaan Disempurnakan 1972 A. Original lyrics (1928)
INDONESIA RAJA
I
Indonesia, tanah airkoe,
Tanah toempah darahkoe,
Disanalah akoe berdiri,
Mendjaga Pandoe Iboekoe.
Indonesia kebangsaankoe,
Kebangsaan tanah airkoe,
Marilah kita berseroe:
"Indonesia Bersatoe".
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
7
Hidoeplah tanahkoe,
Hidoeplah neg'rikoe,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,
Bangoenlah rajatnja,
Bangoenlah badannja,
Oentoek Indonesia Raja.
II
Indonesia, tanah jang moelia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah akoe hidoep,
Oentoek s'lama-lamanja.
Indonesia, tanah poesaka,
Poesaka kita semoIndonesia, tanah airkoe,
Tanah toempah darahkoe,
Disanalah akoe berdiri,
Mendjaga Pandoe Iboekoe.
Indonesia kebangsaankoe,
Kebangsaan tanah airkoe,
Marilah kita berseroe:
"Indonesia Bersatoe".
Hidoeplah tanahkoe,
Hidoeplah neg'rikoe,
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,
Bangoenlah rajatnja,
Bangoenlah badannja,
Oentoek Indonesia Raja.
II
Indonesia, tanah jang moelia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah akoe hidoep,
Oentoek s'lama-lamanja.
Indonesia, tanah poesaka,
Poesaka kiteanja,
Marilah kita berseroe:
"Indonesia Bersatoe".
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
8
Soeboerlah tanahnja,
Soeboerlah djiwanja,
Bangsanja, rajatnja, semoea,
Sedarlah hatinja,
Sedarlah boedinja,
Oentoek Indonesia Raja.
III
Indonesia, tanah jang soetji,
Bagi kita disini,
Disanalah kita berdiri,
Mendjaga Iboe sedjati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah jang terkoetjintai,
Marilah kita berdjandji:
"Indonesia Bersatoe"
S'lamatlah rajatnja,
S'lamatlah poet'ranja,
Poelaoenja, laoetnja, semoea,
Madjoelah neg'rinja,
Madjoelah Pandoenja,
Oentoek Indonesia Raja.
Refrain
Indones', Indones',
Moelia, Moelia,
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.
Indones', Indones',
Moelia, Moelia,
Hidoeplah Indonesia Raja.
B. Official lyrics (1958)
INDONESIA RAJA
I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Disanalah aku berdiri,
Djadi pandu ibuku.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
9
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,
Bangunlah djiwanja,
Bangunlah badannja,
Untuk Indonesia Raja.
II
Indonesia, tanah jang mulia,
Tanah kita jang kaja,
Disanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanja.
Indonesia, tanah pusaka,
P'saka kita semuanja,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnja,
Suburlah djiwanja,
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja,
Sadarlah hatinja,
Sadarlah budinja,
Untuk Indonesia Raja.
III
Indonesia, tanah jang sutji,
Tanah kita jang sakti,
Disanalah aku berdiri,
Ndjaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah jang aku sajangi,
Marilah kita berdjandji,
Indonesia abadi.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
10
S'lamatlah rakjatnja,
S'lamatlah putranja,
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,
Madjulah Neg'rinja,
Madjulah pandunja,
Untuk Indonesia Raja.
Refrain
Indonesia Raja,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku jang kutjinta!
Indonesia Raja,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raja.
C. Modern lyrics
INDONESIA RAYA
I
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah neg'riku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.
II
Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk s'lama-lamanya.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
11
Indonesia, tanah pusaka,
P'saka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.
III
Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N'jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.
S'lamatlah rakyatnya,
S'lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg'rinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.
Refrain
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg'riku yang kucinta!
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.
Kiranya Pemerintah Memperhatikan hal ini, Hidup Indonesia....!!!!
Mohon maaf, saya sebagai blogger sengaja mempublikasikan lagu ini agar diketahui oleh semua
pihak dan untuk ditindaklanjuti. Tidak ada unsur politik atau kepentingan pribadi, melainkan untuk
menjaga keutuhan Kesatuan Negara Republik Indonesia, sekaligus menghargai lagu kebangsaan
Indonesia Raya.
Copied http://maradagv.multiply.com SEJARAH
| Created by http://arikbliz.multiply.com
12
Sumber-sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_Raya
http://id.wikipedia.org/wiki/Soepratman
http://www.kompas.com/read/xml/2008/03/15/13014635
http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=660&Itemid=25
http://www.menkokesra.go.id/content/view/4715/39/