Word Combine

104
REKONSILIASI PETEA BLOCK A PADA PT. VALE SOROAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN Laporan Kerja Praktek PT. Vale Indonesia, Tbk 13 Aug – 03 Oct 2014 Oleh : NAMA : NATANIEL PADAUNAN B / N : 311.08.2014 MINE GEOLOGY ORE QUALITY COORDINATION ORE RECONCILIATION PT. VALE, Tbk SOROAKO

description

laporan kp

Transcript of Word Combine

REKONSILIASI PETEA BLOCK A PADA PT. VALE SOROAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATANLaporan Kerja PraktekPT. Vale Indonesia, Tbk

13 Aug 03 Oct 2014

Oleh :NAMA: NATANIEL PADAUNAN B / N: 311.08.2014MINE GEOLOGY ORE QUALITY COORDINATION ORE RECONCILIATIONPT. VALE, TbkSOROAKO2014LEMBARAN PENGESAHANREKONSILIASI PETEA BLOCK A PADA PT.VALE SOROAKO, KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATANLaporan PenelitianNAMA: NATANIEL PADAUNAN NIM: 11.1101.062B / N: 311.08.2014Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

PembimbingCommunity RelationMylar Mukti Wibawa WiradikartaMifthahuddin HadilangManager Ore ReconciliationAct.Snr Coordinator of comunityRelationKATA PENGANTARPuji syukur kepada Bapa di surga yang telah memberikan berkat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Kerja Prakteknya . Begitu juga dengan segenap keluarga dan sahabat-sahabatnya, sehingga penulis dapat menyusun dan meyelesaika Laporan Kerja Praktek ini yang berjudul REKONSILIASI PETEA BLOCK A PADA PT. VALE INDONESIA, SOROAKO, KAB. LUWU TIMUR, PROV. SULAWESI SELATAN yang merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi mineral, Institut Sains & Teknology AKPRIND Yogyakarta.

Penyusunan Laporan KP ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik bantuan moril dan materiil secara langsung maupun tidak langsung, ditengah kesibukannya masing-masing, masih memberikan bimbingan pada penulis dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Mylar Mukti Wibawa Wiradikarta. Sebagai Manager Ore ReconciliationPT Vale Indonesia dan selaku pembimbing selama pelaksanaan Kerja Praktek.

2. Seluruh staf Mine Geology Ore Quality Cordination Departemen PT Vale indonesia yang telah memberikan bantuanya.

3. Kedua orang tuaku yang tercinta yaitu ayahanda dan ibunda yang senantiasa mendoakan ananda .

4. Teman-teman KP yang selalu memberikan motivasi dan dorongan selama berada di lokasi.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnanlaporan ini dan harapan penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Soroako, Oktober 2014

Penulis

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISIHALAMAN PENGESAHAN.............................................................................

i KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii DAFTAR ISI........................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR........................................................................................... v DAFTAR TABEL ...............................................................................................vi BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1I.1 Latar Belakang .......................................................................................1

I.2 Tujuan dan Mamfaat Kerja Praktek .......................................................2

I.3 Rumusan Masalah ..................................................................................3

I.4 Waktu dan lokasi Penelitian ...................................................................3

BAB II TINJAUAN UMUM ..............................................................................4II.1 Profil PT.Vale .......................................................................................4

II.2 Tinjauan Geologi Regional ...................................................................11

II.3 Tinjauan Geologi Daerah Penelitian .....................................................16

II.4 Endapan Laterit Nikel Soroako.............................................................20

II.5 Penambangan dan Proses Produksi Nikel.............................................26

II.6 Pemamfaatan Bijih Nikel ......................................................................35

BAB III LANDASAN TEORI............................................................................37III.1 Konsep Rekonsiliasi ............................................................................37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................40IV.1 Data .....................................................................................................40

IV.2 Pengolahan Data ..................................................................................40

IV.3 Tonnage and Grade Reconciliation .....................................................43

BAB V PENUTUP...............................................................................................46V.1 Kesimpulan ...........................................................................................46

V.2 Saran .....................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRANDAFTAR GAMBARGambar 1 Area Kerja PT. Vale .............................................................................8

Gambar 2 Peta Geologi Regional Sulawesi ..........................................................13

Gambar 3 Struktur Geologi danau Matano-Soroako dan sekitarnya ....................15

Gambar 4 Lokasi Penelitian ..................................................................................16

Gambar 5 Foto udara Geomorologi Petea.............................................................17

Gambar 6 Peta Geologi Petea ...............................................................................19

Gambar 7 Penampang Umum Ni- Laterite Soroako .............................................25

Gambar 8 Urutan Kegiatan Pemboran ..................................................................27

Gambar 9 Urutan kegiatan penambangan Nikel ...................................................28

Gambar 10 Bagan urutan Pengolahan Nikel di Pabrik .........................................34

Gambar 11 Konsep Rekonsiliasi...........................................................................37

Gambar 12 Reserve Sketch ...................................................................................38

Gambar 13 Alur Tonnage & Grade.......................................................................38

Gambar 14 Proses Pembuatan Tografi Original ...................................................41

Gambar 15 Bottom Excavation & Bootom Excavation Bluezone........................42

DAFTAR TABELTabel 1 Perbandingan collar dan original topogaphy ..........................................41

Tabel 2 Pengurangan materia civil........................................................................43

Tabel 3 Material Balance ......................................................................................43

Tabel 4 Perbandingan Reserve menggunakan pit dan tanpa pit ...........................44

Tabel 5 Block Model vs Adjusted Production ......................................................45

BAB I PENDAHULUANI.1Latar BelakangIndonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan devisa negara terutama pengolahan sumber daya alam pertambangan. Salah satu daerah industri pertambangan nikel terbesar di Indonesia terdapat di Sorowako, Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan, yang dikelola PT. VALE Tbk Sorowako. PT VALE melakukan kegiatan pertambangan bahan galian nikel laterit mulai dari kegiatan eksplorasi, eksploitasi (penambangan) sertapengolahan bijih nikel laterit yang menghasilkan nickel matte, yaitu produk nikel setengah jadi dari ekstraksi bijih nikel laterit yang berkadar 87% Ni.

Kegiatan penambangan bijih nikel laterit di PT VALE menggunakan metode tambang terbuka (Surface Mining) Open Cut Mining, penambangan dilakukan dengan cara memotong bagian sisi bukit dari puncak menuju ke bawah sesuai dengan garis konturnya, sehingga dapat juga disebut Countour Mining. Muhammad Taufiq (2009)

Untuk memenuhi targetproduksi yang maksimal sesuai dengan target yang dinginkan, maka perlu dilakukan rekonsiliasi dari eksplorasi sampai proses pengolahan biji. Rekonsiliasi pada dasarnya adalah proses mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola varians antara hasil yang direncanakan dan aktual sehingga menyoroti beberapa aspek, antara lain: metode untuk membuat estimasi yang lebih baik, meningkatkan desain, rencana yang lebih akurat dan sesuai jadwal, meningkatkan teknik pertambangan untuk meminimalkan kerugian bijih

dan dilusi, dan mengidentifikasi cara untuk meningkatkan pemulihan logam selama proses ekstraksi. Kemampuan untuk mengukur dan menganalisa data dengan cara ini memungkinkan perbaikan padaproses pertambangan secara keseluruhan. (Riske Rayleen, dkk. Mine Reconciliation.)I.2 Tujuan Dan Manfaat Kerja PraktekAdapun tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan kerja praktek ini antara lain, adalah :

Membandingkan aplikasi penerapan teori pembelajaran yang didapatkan di bangku kuliah dengan penerapannya di dunia kerja, khususnya di PT VALE

Mengetahuiprosedurpengambilandatadilapanganmulaidari pengambilan sampel, pemetaan, dan pengolahan data.

Untuk mengetahui tingkat optimisasi pit dengan cara membandingkan

reserve total yang ada dalam pit dengan reserve total tanpa pit

Untuk mengetahui tingkat akurasi estimasi blok model dengan cara membandingkan aktual produksi penambangan dengan estimasi blok model.

Manfaat1. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan perusahaan PT. VALE Indonesia dalam pengambilan kebijakan-kebijakan terutama untuk meningkatkan hasil produksi yang maksimal.

2. Menambah pengalaman dan pengetahuan bagi mahasiswa kerja praktek.

1.3 Rumusan MasalahDalam penulisan laporan ini penulis membatasi masalah pada Rekonsiliasi

tonnage OB dan ROM serta kadar chemistry (ni, fe, si, mg, s/m) di Petea Blok A.

I. 4Waktu dan Lokasi PenelitianPenelitian dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan terhitung mulai tanggal 11 Agustus 2014 sampai dengan tanggal 03 oktober 2014. Lokasi Kerja Praktek secara administratif terletak di daerah Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan, yang merupakan daerah konsesi pertambangan PT Vale indonesia Tbk. Secara geografis daerah penelitian terletak pada 121o1857- 121o2650 Bujur Timur (BT) dan 2o3259Lintang Selatan (LS).

BAB II TINJAUAN UMUMII.1 Profile PT Vale IndonesiaPT Vale Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang melakukan penambangan laterit nikel secara terbuka (open pit mining) dan melakukan pengolahan bijih nikel hingga menjadi nickel matte (87% Ni). Rangkaian operasional yang dilakukan oleh perusahaan PT Vale adalah melakukan penambangan kandungan mineral (bijih laterit nikel), lalu melebur dan mengolah material tersebut menjadi nikel dan kemudian memasarkannya ke luar negeri.

Nikel merupakan logam multiguna yang sangat penting di dunia dan dimanfaatkan dalam pembuatan ratusan jenis produk mulai dari tempat cuci piring sampai ke mesin-mesin pesawat jet yang berteknologi tinggi.

PT Vale mempunyai misi untuk tunduk dan mematuhi undang-undang dan peraturan hukum negara Kesatuan Republik Indonesia maupun negara-negara lain di mana perusahaan melakukan kegiatan usahanya.

Tujuan usaha PT Vale adalah mengoptimalka produksi, pemboranikan keuntungan bagi para pemegang saham, menyediakan pekerjaan dengan upah yang memadai dan mengutamakan keselamatan kerja bagi karyawannya serta memperhatikan kepentingan-kepentingan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut, PT Vale menerapkan standar perilaku yang etis, memelihara hubungan yang jujur dan adil terhadap

karyawannya, masyarakat dan negara serta mengutamakan pengelolaan kegiatan operasi yang berwawasan lingkungan.

1. Sejarah Singkat Berdirinya PT Vale IndonesiaPenemuan nikel di Indonesia khususnya di Sulawesi, dimulai pada awal abad 20. Namun besarnya cadangan nikel tersebut belum diketahui sampai tahun

1966, ketika pemerintah Indonesia memutuskan pelaksanaan survey geologis secara besar-besaran dan menyeluruh terhadap kekayaan sumber daya mineral ini.

Inco Limited dari Canada, salah satu perusahaan tambang penghasil nikel terkemuka di dunia, berhasil terpilih untuk merundingkan Kontrak Karya setelah melalui seleksi ketat terhadap enam perusahaan yang mengajukan proposal pada saat itu. Kontrak Karya tersebut ditandatangani pada bulan Juli 1968 oleh Inco Limited melalui anak perusahaannya yang baru dibentuk yaitu PT International Nickel Indonesia (PT Inco) sesuai dengan ketentuan UU no. 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing. Pada tahun 1971, PT Inco telah melakukan eksplorasi yang memastikan bahwa kandungan nikel yang tersedia akan mampu mendukung pendirian suatu pabrik pengolahan nikel besar di daerah Sorowako. Pada bulan Juli 1968 dilakukan penandatanganan kontrak karya antara pemerintah RI dengan pimpinan PT. Inco Indonesia. Kontrak karya ditetapkan berlaku selama 30 tahun (terhitung sejak produksi komersial 1978).

Pada tahun 1968 1973 PT Inco melakukan penelitian sumber endapan bijih nikel dalam daerah konsesi, (luas daerah konsesi awal = 6,6 juta ha) dengan pemotretan udara, pengambilan conto dari test pit maupun trenching dan dari hasil penelitian laboratorium di Kanadadiputuskan bahwa pengembangan pabrik di

Soroako sangat layak. Sebagian besar daerah konsesi dikembalikan kepada pemerintah RI secara bertahap, dan saat ini hanya mempertahankan hak konsesi seluas 218.000 ha (setelah penyusutan ke-9).

Proyek tahap I (1973 - 1975) PT Inco membangun prasarana fisik dan pabrik pengolahan di Soroako. Kapasitas terpasang 35 juta pon Ni/tahun dengan kadar 78% nickel matte. Proyek tahap II (1975 1978) PT Inco membangun PLTA Larona (Bechtel CO Int. USA) Pengembangan pabrik pengolahan (Dravo Co.USA), kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 80 juta pon Ni/tahun.

Pada bulan Maret 1977 Presiden Soeharto meresmikan pembukaan pabrik pengolahan nikel di Soroako. Produksi komersil dimulai pada April 1978. Kapal ekspor pertama membawa 1.786 ton nickel matte meluncur dari Malili ke Jepang.

Proyek tahap III (1990) PT Inco meningkatkan kapasitas produksi menjadi

100 juta pon Ni/tahun. Tahun 1995 PT Inco melakukan perundingan untuk perpanjangankontrakkerjadengansuatuprogrampengembangandan penambahan investasi. Pada Januari 1996 Kontrak karya generasi kedua ditandatangani antara PT Inco dengan pemerintah RI. Kondisi dan persyaratan dalam kontrak karya I tetap diberlakukan sampai tahun 2008 (30 tahun setelah tahun produksi komersil 1978). Kontrak karya II pemborani suatu ikatan dan akan berakhir pada tahun 2025. Proyek tahap IV (1998 1999) kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 150 juta pon Ni/tahun dengan membangun tambahan satu jalur produksi (Dryer, Kiln, Furnace & Converter) termasuk pembangkit tenaga listrik PLTA Larona II.

Sejak permulaan proyek sampai medio 1998, Inco Limited telah menginvestasikan dana sekitar US$ 2 miliar untuk pengembangan proyek serta pembangunan berbagai fasilitas penunjang lainnya. Kegiatan konstruksi dimulai tahun 1973 sedangkan pengolahan dan pengapalan nikel pertama secara komersial dilakukan mulai tahun 1978.

Sejak saat itu PT Inco menempuh perjuangan berat melalui perkembangan tahap demi tahap, hingga akhirnya menjelma menjadi sebuah perusahaan yang berhasil, stabil dan senantiasa memelihara komitmen jangka panjangnya bagi kepentingan masyarakat dan negara Republik Indonesia. Saat ini perusahaan secara teratur mengekspor produksinya yang disebut nickel matte (nikel setengah jadi yang berkadar 78%) ke Jepang dimana nikel tersebut dimurnikan dan digunakan bagi pembuatan baja nirkarat dan produk-produk yang mengandung nikel lainnya. Pada tanggal 24 Februari Peresmian perubahan nama dari PT. INCO menjadi PT. VALE Indonesia

2. Wilayah PT Vale IndonesiaPT Vale indonesia mempunyai wilayah kontrak karya seluas 218.528,99 ha, terletak pada koordinat 121o1857 121o2650 BT dan 2o3259 LS. Secara umum wilayah kontrak karya PT Vale dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

1. Lokasi Soroako Project Area (SPA), luas sekitar 10.010,22 ha

2. Lokasi Soroako Outer Area (SOA), luas sekitar 108.377,25 ha, meliputi daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia, Lingkona, Lampenisu, Lampesue, Petea, Topemanu, Tanah Merah, Nuha, Matano, Larona, dan Malili

3. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), luas sekitar 100.141,54 ha, meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah) dan daerah Latao, Sua-Sua, Pao-Pao, Pomalaa, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta Matarape (Sultra).

- Provinsi Sulawesi

Tengah 36.635,36 hektar

- Provinsi Sulawesi Selatan 118.387,45 hektar

- Provinsi Sulawesi Tenggara 63.506,18 hektar.

Gambar 1 Area Kerja PT. VALE (intranet PT. Vale)

Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah East Block dan West Block, lokasinya dipisahkan oleh pabrik (Plant Site) dan secara umum berbatasan dengan:

a. Bagian Utara dengan Desa Nuha dan Danau Matano b. Bagian Timur dengan Danau Mahalona

c. Bagian Selatan dengan Desa Wawondula Kecamatan Towuti d. Bagian Barat dengan Desa Wasuponda Kecamatan Nuha

3. Organization Structure (Struktur Organisasi)Perusahaan International, PT INCO dikelolah secara profesional dengan membagi pusat-pusat kegiatan ke dalam dua lokasi yaitu :

Kantor Pusat Perusahaan

BerkedudukandiJakarta,dikepalaiseorangPresidentatauChief

Executive Officer yang membawahi :

Senior Vice President atau Chief Operating Officer.Vice President Administration and Service.Vice President Operations.Vice President and Chief Financial Officer. Semua yang tersebut di atas berkedudukan di Sorowako. Kantor Kegiatan OperationalBerkedudukan di Sorowako, dilihat fungsinya dapat dibagi menjadi tiga kelompok organisasi yaitu :

Kelompok operasi di Pimpin oleh Vice President Operation yang membawahi departemen-departemen utama seperti :

Mining (Pertambangan)

Maintenance (Perawatan)

Process Plant (Pengelolaan)

Engineering and Central Maintenance Utilities

Logistic

Kelompok Administrasi, dipimpin oleh Vice President Administration and

Service yang membawahi Departemen - Departemen penunjang seperti :

Human Resources and Training Departemen

Safety, Environment and Government, Public Relations

Medical Services

Security and Plant Protection

a. Kelompok Keuangan, dipimpin oleh Vice President and Financial Officer yang terdiri dari :

Controller Departemen (Bagian Keuangan)

Internal Audit (Pemeriksa Keuangan)

Share Administration (Administrasi Saham)

Semua Departemen dikepalai oleh seorang Manager, sedangkan bagian- bagian dikepalai oleh seorang Superintendent atau Chief.

DepartemenDepartemen pada PT INCO antara lain adalah:

Departemen Mine Engineering

Departemen EHS (Environment, Health, Safety)

Departemen IT (Information Technology)

Departemen Process Plant (Process Technology, Procesess Plant Engineer, Plant Maitenannce)

Departemen Utilities

Departemen Acounting

Departemen SCM (Supply Chain Management)

Departemen Plant Operation (Mechanical Engineer Maintenance/MEM, Shop)

Departemen Personalia

II.2 Tinjauan Geologi RegionalDaerah penelitian termasuk dalam sabuk ofiolit Kapur Sulawesi bagian timur. Menurut Hamilton (1979) dalam Taufiq (2009), batuan dan struktur dari bagian timur dan tenggara Sulawesi terdiri dari busur asimetrik dari ofiolit, melange, sedimen imbrikasi, dan batuan metamorf hasil dari subduksi. Golightly (1979) dalam Taufiq (2009), menjelaskan bahwa geologi Sulawesi bagian timur tersusun oleh dua zona melange, yang terangkat sebelum dan sesudah Miosen. Melange yang terangkat sebelum Miosen terletak pada bagian selatan dan barat tersusun dari batuan sekis yang berorentasi ke arah tenggara dengan disertai beberapa batuan ultramafik relatif kecil yang penyebarannya terbatas. Melange yang terangkat sesudah berumur Miosen menutupi bagian tengah dan timur laut Sulawesi. Proses pengangkatan secara intensif terjadi di sini. Diperkirakan bahwa pengangkatan ini disebabkan oleh sesar turun dari kerak lautan sekitar kepulauan Banggai. Di bagian selatan zona melange ini terdapat kompleks batuan ultrabasa Sorowako-Bahodopi yang pengangkatannya relatif tidak terlalu intensif dengan luas sekitar 11.000 km, diselingi oleh blok-blok sesar dari batugamping laut dalam yang berumur Kapur dan diselingi rijang. Di kompleks batuan ultramafik ini, terutama di daerah sekitar danau ( Matano, Towuti, Mahalona ) terbentuk endapan residu nikel laterit yang penyebarannya cukup luas.

a.Morfologi RegionalTinjauan mengenai morfologi yang meliputi daerah penelitian dan sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili Sulawesi yang disusun oleh Simanjuntak, (1991) dalam Taufiq (2009). Morfologi daerah ini terbagi atas daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah karst, dan daerah datan rendah.

Daerah pegunungan menempati bagian Barat dan Tenggara. Di bagian barat terdapat dua rangkaian pegunungan yakni Pegunungan Tineba dan Pegunungan Koroue ( 700 - 3.016 m ) yang memanjang dari baratlaut-tenggara dibentuk oleh batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara ditempati Pegunungan Verbeck dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas permukaan laut yang tersusun oleh batuan basa, ultrabasa dan batugamping.

Daerahperbukitanmenempatibagiantenggaradan timurlaut dengan ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai yang terletak di antara daerah pegunungan dan daerah pedataran. Perbukitan ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak tertinggi adalah Bukit Bukila (645m).

Daerah karst menempati bagian timurlaut dengan ketinggian 8001700 m dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan sungai bawah permukaan. Puncak tertinggi adalah Bukit Wasupute ( 1.768 m ).

Daerah dataran menempati daerah selatan dan dibentuk oleh endapan aluvial seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik.

b. Stratigrafi

Gambar 2 Peta Geologi Regional Sulawesi(Taufiq 2009)Menurut Simanjuntak, (1991) dalam Taufiq (2009), berdasarkan himpunan batuan, struktur dan biostratigrafi, secara regional Lembar Malili termasuk Mandala Geologi Sulawesi Timur dan Mandala Geologi Sulawesi Barat dengan batas Sesar Palu-Koro yang membujur hampir utara - selatan. Mandala Geologi Sulawesi Timur dapat dibagi ke dalam lajur batuan malihan dan lajur ofiolit

Sulawesi Timur yang terdiri dari batuan ultramafik dan batuan sedimen pelagis

Mesozoikum.

Mandala geologi Sulawesi Barat dicirikan oleh lajur gunungapi Paleogen dan Neogen, intrusi neogen dan sedimen Mezosoikum yang diendapkan di pinggiran benua (Paparan Sunda).

Di Mandala Geologi Sulawesi Timur, batuan tertua adalah batuan ofiolit yang terdiri dari ultramafik termasuk dunit, harzburgit, lherzolit,piroksenit websterit, wehrlit dan serpentinit, setempat batuan mafik termasuk gabro dan basal. Umurnyabelumdapatdipastikan,tetapidapatdiperkirakansama dengan ofiolit di Lengan Timur Sulawesi yang berumur Kapur Awal.

c.Struktur GeologiMenurut Simandjuntak (1991) dalam Taufiq (2009), struktur geologi Lembar Malili memperlihatkan ciri kompleks tumbukan dari pinggiran benua yang aktif. Berdasarkan struktur, himpunan batuan, biostratigrafi dan umur, daerah ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok batuan yang sangat berbeda, yakni : Allochtoun yang terdiri dari Ofiolit dan malihan, sedangkan Autochtoun terdiri dari batuan gunungapi dan plutonik Tersier dari pinggiran Sunda land, serta kelompok Molasa Sulawesi.

Strukturstruktur geologi yang penting di daerah ini adalah sesar, lipatan, dan kekar. Secara umum sesar yang terdapat di daerah ini berupa sesar naik, sesar geser, dan sesar turun,yang diperkirakansudah mulai terbentuk sejak Mesozoikum. Beberapa sesar utama tampaknya aktif kembali. Sesar Matano dan Sesar Palu Koro merupakan sesar utama berarah baratlaut - tenggara dan

menunjukkan gerak mengiri. Diduga kedua sesar itu masih aktif sampai dengan sekarang, keduanya bersatu di bagian baratlaut. Diduga pula kedua sesar tersebut terbentuk sejak Oligosen dan bersambungan dengan Sesar Sorong sehingga merupakan suatu sistem sesar transform. Sesar lain yang lebih kecil berupa tingkat pertama dan atau kedua yang terbentuk bersamaan atau setelah sesar

utama tersebut.TAMBALAKO VALLEY AXISGULF OF BONE

DISPLACED TERTIARY EXTENTION OF TAMBALAKO VALLEYGambar 3 Geologi struktur Danau Matano - Soroako dan sekitarnya(Taufiq 2009)II.2 Tinjauan Geologi Daerah Penelitiana. Letak GeografisPetea Blok terletak sekitar sekitar 15 km sebelah NE dari Screening station 9, diperkirakan sekitar 4800 ha lahan yang potensial ditutupi oleh laterit.

PeteaGambar 4 Lokasi penelitian(Kadarusman, A., 2002 dalam Mylar (2011))b. GeomorfologiUmumnya, dua fitur geomorfologi yang berbeda dapat diakui di wilayah

Petea:

1. Dataran tinggi miring dengan teras-seperti morfologi pada bagian utara blok.

Dataran tinggi yang pisahkan oleh lembah dan bentuk sungai yang relative berarah ke selatan.

2.

Graben atau dataran depresi rendah di bagian selatan blok. Deppresion ini terus ke barat dan membentuk danau Matano. Graben ini relatif bertepatan dengan zona sesar Matano yang berarah NW-SE. Dari data eksplorasi sebelumnya dan pemeriksaan lapangan, ditafsirkan bahwa deposit laterit yang baik sebagian besar terletak di dataran tinggi miring. Morfologi patea berkaitan dengan tektonik yang ada tetapi juga berhubungan dengann evolusi

pelapukan dan mempengaruhi mineralisasi nikel.Petea Geomorphology MapGambar 5 Foto udara geomorfologi petea

(Rafianto A, 2002)c. LithologiSecara regional, Petea Blok adalah bagian dari ultrabasa Tersier dengan tingkat serpentine berbagai derajat. Dari program pemetaan geologi regional berkelanjutan dan interpretasi foto udara, geologi petea dapat dibagi menjadi tiga satuan batuan

peridotit hight serpentine (lherzolite (?)). Meskipun analisis petrografi masih tertunda, tapi secara megaskopis peridotit terlihat mirip dengan lherzolite berbutir kasar dari Soroako East Block. Satuan batuan ini umumnya terletak di dataran tinggi miring.

peridotit Medium serpentine (lherzolite (?)) Dengan intrusi dykes sebagian berbutir halus. (microgabbro (?)), Umumnya terletak disisi selatan sesar Matano dan beberapa bagian dari dataran tinggi miring.

Brittle shear zones, serpentinit dan breksi sesar. Satuan batuan ini relatif bertepatan dengan zona sesar Matano (MFZ) atau sesar yang paralel (NW-SE) dengan sesar Matano. Batuan relatif hancur atau terbreksikan dengan kelimpahan chrysotile / mineral serpentine.

Gambar 6 Peta geologi petea(Rafianto A, 2002)d. Struktur GeologiDari interpretasi foto udara dan observasi lapangan, tiga orientasi struktur geologi utama:

NW - SE sebagai sesar utama utama (MFZ) di dasar dataran tinggi namun ada pula yang ditemukan di dataran tinggi miring yang membentuk teras dan mengangkat morfologi yang sejajar dengan MFZ.

NE sebagai sesar sekunder dan

NNW sebagai sesar sekunder

II. 4 Endapan Laterit Nikel Sorowako1.LateritisasiDeposit Nikel laterit berasal dari batuan beku yang kaya olivin, yang disebut Peridotite. Nikel terbentuk oleh proses leaching dari olivine atau serpentine. Waheed (2008)Faktor-faktor yang yang berperan penting dalam pembentukan deposit nikel laterit adalah :

1. Mineralogi dari peridotit dan tektonik setting.

2. Iklim

3. Topografi

4. Sejarah geomorfologi

Faktor-faktor tersebut saling terkait secara kompleks. Ketika batuan terexpose ke permukaan, secara gradual akan mengalami dekomposisi. Proses kimia dan mekanik yang disebabkan oleh udara, air, panas dan dingin akan menghancurkan batuan tersebut menjadi soil dan clay.Proses kimiadimulai pada batuan peridotit. Pada umumnya pelapukan ini terdiri dari beberapa tingkat, yaitu :

-Pelarutan.

-Transportasi

-Dan pengendapan kembali mineral.

Pada pelarutan, faktor yang terpenting adalah pH dan kestabilan mineral (Golightly,1979)dalamTaufiq(2009),sedangkanpadatransportasidan pengendapan kembali faktor yang berpengaruh adalah iklim, topografi dan

morfologi.Hasilpelapukanakanditransportasikan,kemudiandiendapkan kembali. Proses ini hanya akan terjadi pada permukaan tanah yang landai, keadaan morfologi dan topografi yang tidak terlalu curam. Hasil pelapukan akan ditransportasikan oleh air tanah atau air hujan.

Unsur-unsur dengan mobilitas kecil akan terakumulasi di zona gossan. Mobilitas unsur dipengaruhi oleh berat jenis unsur, media transportasi, topografi dan lain-lain. Unsur-unsur dengan mobilitas besar mengalami proses pencucian (leaching) dan migrasi, akhirnya terakumulasi pada zona oksidasi dan reduksi.

Peridotit yang banyak mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat (umumnya mengandung 0,3% Ni), mengalami proses pelapukan secara kimiawi dan dipengaruhi oleh air tanah yang kaya akan CO2 dari udara luar atau tumbuh-tumbuhan mengubah olivin, menyebabkan sangat menurunnya kadar Al dan Ca yang terlarut oleh air hujan. Pelarutan itu menyebabkan kadar Fe, Ni, Cr, Co semakin tinggi (terjadi pengayaan). Oksidasi yang terbentuk , bereaksi dengan air membentuk limonite yang terakumulasi pada zona oksidasi.

4FeO + 3 H2O +O22Fe2O3 . 3H2O

Akibat pengaruh peredaran air tanah terjadi migrasi unsur-unsur yang mobile. Unsur Fe mempunyai mobilitas relatif kecil (0,01-0,03), maka akan terakumulasi pada zona limonite sebagai pengayaan residu. Si dengan derajat mobilitas (0,5 1,0) dan Mg (1,0) mengalami proses pencucian (leaching). Sedangkan Ni sendiri dengan derajat mobilitas (0,03 0,12) mengalami proses pengayaan sekunder dan terakumulasi pada zona saprolite. Si dan Mg yang

mengalami proses pencucian dan migrasi, akan mengikat Ni membentuk Ni

Silikat (Garnierit)

6(Ni, Mg) O + 4 SiO2 + 4 H2O(Ni,Mg)2SiO10 (OH)8 (Garnierit) Pelapukan dari peridotit pemboranikan profil dari alterasi dan kosentrasi

dari nikel. Profil komplit terdiri dari 2 grup utama dari horison :

1. Limonitic, utamanya terdiri dari iron hydroxides

2. Saprolitic, sebagian terdiri dari magnesium dan iron silicates

Bentuk dan komposisi mineralogi dari horison saprolitik tergantung dari batuan asalnya : tipe dari peridotite dan derajat serpentinisasi. Di sisi lain, morfologi juga merupakan hal yang penting.

2. Serpentinisasi Batuan UltramaficBeberapa penulis mengatakan bahwa kehadiran zona serpentinisasi berada pada base dari batuan ultramafic. Akibat proses hydrothermal, peridotite berubah bentuk menjadi serpentinite, dengan ketebalan kurang dari 1 meter hingga lebih dari 100 m. Tingkat serpentinisasi dihitung dari zona kontak, yaitu jarak dengan zona kontak yang bertambah pada batuan peridotit.

Serpentinit berwarna hijau pucat hingga keputihan, schistoid, foliated dan glossy.

Klasifikasi dari peridotit berdasarkan derajat serpentinisasi adalah :

-0 - 10% serpentinefacies superior

-10 - 40% serpentinefacies intermediete

-40 - 70% serpentinefacies normal

-70 95% serpentinefacies basal

-95 100% serpentine facies serpentinite

3. Profil Laterit NikelProfil keseluruhan terdiri dari 4 zona gradasi sebagai berikut :

1. Iron Capping; merah tua, merupakan kumpulan massa Goethite dan Limonite.

Iron capping mempunyai kadar besi yang tinggi tapi kadar nikel yang rendah. Terkadang terdapat mineral-mineral hematite, chromiferous.

2. Limonite Layer : Fine grained, merah-coklat atau kuning, lapisan kaya besi dari limonit soil menyelimuti seluruh area. Lapisan ini tipis pada lereng yang terjal, dan setempat hilang karena erosi. Sebagian dari nikel pada zona ini hadir di dalam mineral manganese oxide, lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous, Quartz, gibsite, maghemite.Limonite di daerah west block (unserpentinized) umumnya mempunyai nikel lebih tingi di bandingkan dengan limonite di daerah East block (Serpentinized).

3. Silica Boxwork : Putih orange chert,quartz, mengisi sepanjang fractured dan sebagian menggantikan zona terluar dari unserpentine fragmen peridotite, sebagian mengawetkan struktur dan tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesite. Akumulasi dari garnierite-pimelite di dalam boxwork mungkin berasal dari nikel ore yang kaya silica. Zona boxwork jarang terdapat pada bedrock yang serpentinized.

4. Saprolite: Campuran dari sisa-sisa batuan, butiran halus limonite,saprolitic rims, vein dari endapan garnierit, nickeliferous quartz, mangan dan pada beberapa kasus terdapat silica boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari limonite ke bedrock.Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan, mineral-mineral primer yang terlapukan, clorite. Garnierit dilapangan

biasanya diidentifikasikan sebagai colloidal talc dengan lebih atau kurang nickeliferous serpentin. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.

5. Bedrock : Bagian terbawah dari profil laterit. Tersusun atas bongkah lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis lagi (kadar logam sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral garnierit dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya tersembunyi.

Perkembangandarizonasaprolitetergantung dariphysicaldan mineralogical batuan asalnya. Di Soroako, setidaknya ada tiga tipe utama saprolit berdasarkan bedrock :

-Type (A). Saprolite yang terbentuk dari Fine grained, unserperntinized harzburgite, Tersusun dari sisa-sisa batuan yang fresh di dalam matrix dari limonite dan silicagarnierite sekunder. Dalam beberapa kasus terdapat sedikit serpentine pada dinding fracture. Mineral mineral penting yang ada pada type ini adalah pimelite (Garnierite), nikel-bearing saponite dan serpentine, dan nickeliferous geothite (limonite). Ciri khas pada boulder yang diselimuti oleh lapisan tipis saprolit berwarna kuning-orange, dan fracture yang diisi oleh mineral garnierit, quartz dan manganese oxide. Jejak abu-abu gelap pada lapisan saprolit pada boulder adalah boxworks dari sisa-sisa pyroxene. Garis hitam mengindikasikan batas dari zona alterasi. Ore type ini ditemukan di daerah West Block.

-Type(B). Saprolite yang terbentuk dari Coarse grained, slightly serpentinized peridotite. Secara fisik mirip dengan type A tetapi mengandung lebih sedikit pimelite(Garnierite) dan silica, dan lebih banyak serpentine.

-Type (C). Saprolite yang terbentuk dari Coarse grained, highly sheared serpentinized peridotite tersusun dari sedikit sisa batuan di dalam masa dasar coklat hijau terdiri dari serpantine dan goethite dengan minor chromite, magnetite, manganese oxide dan talc.Kaya akan shear zone yang terisi serpentine , dan lensa-lensa soft unweathered serpentine.

Type (B) dan (C) saprolite umumnya ada di East block

Gambar 7 Penampang umum Ni-Laterit Soroako( Osborne & Waraspati 1986 dalam Maharani Anggraeni (2008))II.5 Penambangan Dan Proses Produksi NikelSecara garis besar proses produksi nikel terdiri atas kegiatan eksplorasi (pencarian deposite nikel), proses penambangan, proses pengolahan/pemisahan nikel dari unsur-unsur lain (pengolahan pabrik), pengapalan (penjualan).

1. EksplorasiSebelum dilakukan penambangan terlebih dahulu dilakukan eksplorasi untuk mencari daerah-daerah yang mempunyai kandungan laterit nikel yang sangat produktif untuk ditambang. Eksplorasi ini dilakukan dengan cara pemboran (drilling). Pemboran yang dilakukan tersebut terbagi atas dua macam, yaitu:

a. Pemboran Eksplorasi (Exploration Drilling), yaitu pemboran awal dengan jarak 400m x 400 m, 200m x 200m, dan 100m x 100m pada titik bor yang telah dipersiapkan oleh pihak survey. Pihak survey pemboranikan informasi mengenai koordinat East, North, serta Elevasi.

b. Pemboran Development (Development Drilling), yaitu pemboran detail yang dilakukan dengan jarak 25m x 25m. Pemboran ini dilakukan setelah diketahui adanya indikasi ore yang produktif setelah dilakukan pemboran eksplorasi.ran ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai ketebalan, kadar % Ni, serta besarnya cadangan.

Pemboran di atas dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran secara umum mengenai kandungan ore dari suatu daerah, termasuk profile dari titik yang dibor. Sampel yang diambil dari hasil pemboran ini akan dianalisa % kandungan Ni, Co, Fe, SiO2, dan MgO. Kamudian data ini akan dianalisa lebih lanjut berdasarkan Cut of Grade yang berlaku, jika terdapat indikasi ore, maka daerah itu akan ditambang, dan jika tidak terdapat indikasi ore, daerah tersebut akan ditinggalkan.

Gambar 8 Urutan kegiatan pemboran(Taufiq 2009)2. Kegiatan PenambanganKegiatan penambangan dilakukan oleh Mine Operation tetapi dilakukan dalam pengawasan Grade Control dalam hal kualitas ore. Kegiatan penambangan nikel PT. Vale dilakukan pada Pegunungan Verbeek, Sulawesi Selatan yaitu di bukit-bukit dengan ketinggian antara 500 700 m dari permukaan laut, dimana cadangan mineral tambang tersebut dibagi kedalam dua type geologi yang berbeda yaitu: blok timur (east block) dan blok barat (west block).

Kegiatan utama penambangan diawali dengan cleraing, yaitu pembersihan tanaman/tumbuhan dengan menggunakan bull dozer. Kemudian dilanjutkan

dengan stripping yaitu pengupasan lapisan tanah penutup dan limonit). Untuk lapisan OB (Over Burden) akan diangkut ke tempat pembuangan (disposal) yang kemudian akan digunakan untuk menutupi daerah purna tambang sebagai dasar bagi tanaman penghijauan dalam revegetasi.

Pada daerah West Block, untuk tipe I, aplikasi penambangannya biasanya dilakukan dengan blasting (peledakan), karena biasanya terdapat ore di bawah boulder (ore extension). Setelah lapisan tanah penutup dikupas dan lapisan yang mengandung ore sudah tersingkap, persiapan penambangan dilakukan dengan pembuatan jalan menuju level yang telah direncanakan. Kemudian dilakukan penggalian bijih nikel dengan menggunakan alat gali muat Back Hoe dan Front

Shovel, serta alat angkut Dump Truck.PEMBORAN/EKSPLORASIPEMBERSIHAN LAHAN

PENGUPASAN TANAH PENUTUP

PENIMBUNAN TANAH PENUTUPPENGERASAN JALAN

PENAMBANGAN BIJIH NIKEL

PABRIK PENGOLAHANPENIMBUNAN BATU BUANGAN

BATU BUANGAN STASIUN

STASIUN PENYARINGAN

TEMPAT PENIMBUNAN BIJIH NI.Gambar 9 Urutan kegiatan penambangan nikel(Taufiq 2009)Bijih nikel kadar menengah (Medium Grade Limonite) diangkut dan di tumpuk pada tempat tertentu. Sedangkan bijih nikel kadar tinggi (Saprolite Ore) dengan kadar rata-rata 1,5% untuk East Block dan 1,6% untuk West Block diangkut menuju Screening Sation. Ore ini dikenal dengan istilah ROM (Run of Mine).

Pada daerah West Block, fraksi ukuran 2 dan atau 4 diambil sebagai ore, material-material ini kemudian ditampung dalam ore stock pile. Sedangkan untuk daerah East Block, fraksi ukuran 6 diambil sebagai ore, apabila fraksi ukuran +6 dan -18 memperlihatkan indikasi adanya ore,maka fraksi ini akan dicrusher menjadi fraksi ukuran 6. Untuk ukuran +18 diangkut ke disposal. Reject dari screening station fraksi ukuran +6 dan 18 dari tipe East Block dan ukuran +2-4, +4-18 diangkut menuju lokasi-lokasi yang membutuhkan penimbunan pembuatan jalan konstruksi dan fraksi ukuran +18 dibuang ke disposal.

Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stock pile, untuk kegiatan selanjutnya dilakukan oleh pihak pabrik sampai akhirnya ore tersebut menjadi nickel matte.

3. Pengolahan NikelPengolahan bijih nikel di PT Vale dimaksudkan untuk mendapatkan matte dengan kadar nikel 78%-80%, Fe 0.7%, S 18.5-22% dan Co 1.4%. Produk akhir dari pengolahan tersebut diperoleh melalui beberapa tahap proses, yaitu:

1. Pengeringan (drying)

2. Reduksi (reduction)

3. Peleburan (smelting)

4. Pemurnian (converting)

a. Pengeringan (drying)Proses pengeringan bijih laterit merupakan proses pengeringan awal (pengeringan sebagian) yang dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam ore (bijih laterit) dari 35%-40% menjadi 20-22%.

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan gas panas hasil pembakaran fuel oil jenis HSFO yang terlebih dahulu diatomisasikan oleh steam. Sumber nyala api berasal dari pilot burner yang bekerja dengan caramencampur gas propane, udara dan loncatan bunga api dari busi listrik.

Selama operasi berlangsung, tidak dapat dihindari adanya debu dan gas yang dihasilkan. Untuk menanggulanginya, tanur pengering dilengkapi dengan beberapa sistem penggumpal, yaitu:

a. Multiclone Dust Collector b. Dryer Exhaust Fan

c. Dust Transfer System d. Dust Storage Bin

e. Bag House Dust Collector

b. Reduksi (reduction)Proses reduksi bertujuan untuk membentuk Ni dan Fe bebas yang terpisah dari persenyawaan oksidanya dan dilanjutkan dengan proses sulfidasi untuk

mengikatlogam bebas menjadi logam sulfida. Sampai saat ini, PT Vale telah mengoperasikan 5 buah kiln reduksi.

Produk tanur pengering yang terdiri dari blok barat dan blok timur dicampur dengan perbandingan tertentu kemudian diumpankan ke dalam tanur pereduksi.

Perbandingan tersebut berdasarkan kandungan silika dan magnesia yang terdapat dalam kedua blok. Perbandingan silika-magnesia tersebut berpengaruh besar terhadap proses di dapur listrik (electri furnace). Rasio SiO2/MgO yang tinggi akan meningkatkan sifat asam terak yang dapat menyebabkan pengikisan atau bereaksi dengan batu tahan api pada dapur listrik. Hal ini dapat memperpendek umur dan ketahanan batu tahan api. Rasio SiO2/MgO yang maksimum diperbolehkan adalah 2,2.

Hasil pencampuran dari kedua blok tersebut diumpankan ke tanur reduksi bersama dengan batubara (coal) yang mengandung fixed C sekitar 46%. Batubara berfungsi sebagai reduktor pada proses ini. Material berupa high nickel scrap dan converter slag kadang-kadang juga diumpankan ke kiln apabila terak dalam dapur listrik terlalu kental akibat kekurangan besi.

Beberapa proses yang terjadi selama material berada dalam tanur reduksi adalah:

a. Proses pengeringan lanjutan dan kalsinasi b. Proses reduksi

c. Proses sulfidasi

c. Peleburan (Smelting)Proses peleburan merupakan lanjutan dari proses reduksi dan sulfidasi, yang dilakukan dalam dapur listrik. Proses ini dapat memisahkan bagian yang kaya nikel berdasarkan perbedaan berat jenis. Beberapa proses yang berlangsung selama kalsin berada dalam dapur listrik adalah:

Penghilangan air kristal yang masih tertinggal dalam kalsin.

Penyelesaian proses reduksi dengan menggunakan karbon batubara yang tercampur dalam kalsin.

Peleburan kalsin menjadi matte dan terak.

Kandungan matte yang merupakan produk dapur listrik diatur berdasarkan tingkat reduksidalam kiln reduksi dan kandungan karbon dalam kalsin. Produk matte dapur listrik diharapkan mempunyai komposisi Ni 25%-30%, Fe 35%-60%, S 8%-10% dan Co 15%. Hingga kini, PT INCO telah mengoperasikan empat buah dapur listrik.

d. Penanganan ProdukNikel matte yang merupakan produk di converter dibentuk menjadi butiran (granul) kering yang siap untuk dipasarkan. Beberapa tahap operasi yang dilakukan sebelum produk tersebut dipasarkan adalah:

Granulasi (pembutiran)Proses granulasi dimaksudkan untuk menghasilkan produk berbentuk butiran yang berukuran tertentu. Proses ini dilakukan dengan cara menuangkan matte cair pada semburan air bertekanan tinggi. Karena adanya penurunan

temperatur yang cepat dan tekanan air yang tinggi maka matte cair akan berubah menjadi butiran-butiran halus.

PengeringanProses selanjutnya adalah pengeringan yang dilakukan dalam rotary dryer berdiameter 1.58 m; panjang 9.8 m; kecepatan putar 6.7 rpm. Untuk pengeringan diperoleh dari pembakaranminyak solar dalam ruang pembakaran (combustion chamber) dengan aliran gas pemanas dengan umpan butiran. Agar kontak antara gas pemanas dengan butiran berjalan dengan baik, rotary dryer dilengkapi dengan lifter (sirip pengaduk) dan diperkirakan butiran yang keluar dari rotary dryer memiliki kandungan air sekitar 0.5%-0.6%.

Butiran kering yang dihasilkan oleh rotary dryer diangkut oleh bucket elevator menuju vibrating screen yang memiliki bukaan 10 mesh. Butiran berukuran 10 mesh ditampung dalam bin penampung produk berkapasitas 45 ton sedangkan butiran +10 mesh yang merupakan granul oversize diumpankan kembali ke converter.

Gambar 10 Bagan urutan pengolahan nikel di pabrik(taufiq 2009)Pengepakan dan PenimbanganButiran dari rotary dryer diangkut ke vibrating screen melalui bucket elevator screen dilengkapi dengan kantong sampel yang digunakan untuk mengambil produk sebagai bahan analisa terakhir sebelum produk dipasarkan. Butiran yang sudah tersaring, ditampung dalam bin penampung produk yang dilengkapi dengan pendingin air agar produk tidak mudah merusak kantong. Dari bin penampung, produk dimasukkan dalam kantong dan ditimbang. Kapasitas tiap kantong sekitar 3 ton nikel matte.

Setelah analisa terakhir menyatakan bahwa produk tersebut telah memenuhi standar, kantong-kantong tersebut diangkut ke Balantang dan siap untuk dipasarkan ke Jepang yang merupakan konsumen tunggal dari produk nikel matte PT. INCO Soroako.

II. 6 Pemanfaatan Bijih NikelNikel adalah suatu logam putih-kelabu serba-guna yang merupakan salah satu keajaiban alam. Nikel mempunyai gabungan sifat-sifat yang tidak ditemukan dalam logam lain: keras dan sekaligus lunak (dapat ditempa), tahan karat, dan tetap mempertahankan ciri mekanis dan fisiknya dibawah suhu sangat tinggi. Karena sifat-sifat ini, nikel sangat dibutuhkan dalam masyarakat industri modern.

Hampir satu juta ton nikel dikonsumsi di seluruh dunia setiap tahun, dan permintaan akan nikel terus meningkat pada tingkat rata-rata sekitar tiga hingga empat persen setahun.

Dua hasil penggunaan nikel yang terkenal adalah uang logam nikel dan pelapisan nikel. Tetapi penggunaan ini hanya sedikit sekali ibarat ujung puncak gunung es. Sebagian besar penggunaan tidak terlalu nyata terlihat, karena nikel digunakan terutama dalam memproduksi baja nirkarat.

Dalam hal permintaan nikel, baja nirkarat menguasai kira-kira dua pertiga dari seluruh konsumsi tahunan nikel. Dengan keindahannya, keawetannya, daya tahannya terhadap karat dan biayanya yang terjangkau, baja nirkarat yang mengandung nikel adalah salah satu bahan pokok dalam kehidupan modern. Nikel digunakan untuk membuat segala benda dari tempat cuci piring hingga alat

kedokteran dengan ketepatan tinggi hingga bagian muka gedung pencakar langit, dan bahkan sekrup kecil pada bingkai kaca mata.

Disamping penggunaannya dalam campuran, nikel mempunyai segala jenis aplikasi khusus, yang banyak diantaranya mempunyai peluang untuk berkembang. Misalnya, grafit dan serat karbon berlapis nikel dibentuk menjadi kotak luar sejumlah besar telepon selular untuk melindunginya dari gangguan elektromagnetik, dan bentuk-bentuk lain nikel digunakan sebagai katalisator dalam proses-proses kimia. Daftar penggunaan nikel hampir tak ada akhirnya.

Endapan nikel yang besar terdapat di sejumlah negara, termasuk Indonesia, Kanada, Rusia, Australia, Kaledonia Baru dan Kuba. Namun demikian, dengan adanya tantangan teknis dan biaya pengembangan yang besar, maupun mutu yang beragam dari endapan biji itu sendiri, ada keterbatasan kemampuan yang dimiliki untuk membuat endapan-endapan baru diproduksi secara ekonomis. Dengan membaiknya standar hidup dan ditemukannya penggunaan baru bagi nikel, dunia akan terus membutuhkan logam penting ini dalam jumlah yang lebih banyak lagi.

III.1 Konsep Rekonsiliasi

BAB III DASAR TEORIRekonsiliasi merupakan istilah dalam bahasa inggris bila diartikan berdamai,namundalampertambangan istilah

inidigunakanuntuk membandingkanestimasiproduksi(blockmodel)denganproduksi

yang sebenarnya (aktual). Konsep dari rekonsiliasi cukup simpel untuk di terapkan seperti berikut;

Gambar 11 Konsep Reconciliation(Mylar M,2011)Data Assays dan Collar di peroleh dari hasil pengeboran kemudian diolah menjadi geoogical layering beserta grade estimasinya hingga menjadi block model. Kemudian Mine Planning melakukan perencanaan untuk tindak lanjut sebelum melakukan operasi atau proses mining. Tonnage and Grade di peroleh

setelah proses mining. Jadi rekonsiliasi yang dilakukanhanya sebatas block model dan aktual tidak sampai ke proses input data dari block model.

Gambar 12 Reserve SketchDari gambar di atas dapat kita jabarkan ilsutrasinya, bahwa yang akan dibandingkan dengan aktual produksi penambangan adalah Mined Block Model (2) ditambah Unmined Block Model (4).

Gambar 13 Alur Tonnage & Grade Rekonsiliasi(Mylar M, 2011)Alur Rekonsiliasi Tonnage and Grade dapat di lihat pada gambar 13, dimana tahap awal adalah pengumpulan data berupa topografi awal dan topografi akhir yang di peroleh dari Survey-ME. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan Cut and Fill untuk mendapatkan volume Ob, Ore, Waste and Bluezone serta Grade (Ni, Fe, SiO2, MgO). Kemudian membandingkan dengan hasil produksi aktual.

Proses rekonsiliasi sangat penting dalam pertambangan karena dapat membuktikan tingkat estimasi dari block model. Jika proses rekonsiliasi tidak dilakukan maka bisa jadi tingkat estimasi block model ini sangat buruk atau sangat baik sehingga berdampak kepada proses produksi penambangan. Hasil dari rekonsiliasi ini dapat dijadikan faktor historical agar digunakan dalam estimasi block model sehingga akurasinya akan sangat mendekati produksi penambangan. MengapaRekonsiliasipentinguntukdilakukan?(SnowdenPractical Reconciliation)1. Sebagai ukuran terhadap kinerja, Memungkinkan penilaian terhadap Grade/Tonnage terutama yang terpenting ketika membandingkan sumber daya produksi yang berbeda.

2. Sebagai penilaian aset, cadangan ore merupakan aset utama perusahaan.

Rekonsiliasi memberikan penjaminan penilain terhadap aset.

3. Sebagai ukuran untuk melakukan perbaikan baik dalam grade control and ore reserve.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANIV. 1 DataBlock model (0708pta15cs.bmf) & Collar Drillhole dari MRI - EMDTopography Survey (2005-2007) dari Survey - MEActual Mine Production (2004-2007) dari Cost Prod. - MEBottom Excavation (grid mesh 2005-2007)Mine Out (sample coordinates & boundary) dari MGOQCDisposal boundary dari LTP & STP (Disposal) - MERevegetation boundary dari Revegetation MEIV.2 Pengeolahan Dataa. Pembuatan Topografi awal / Topography OriginalPeta Block A memulai produksinya pada minggu ke 16 di awal tahun

2004. Sehingga untuk mengetahui bagaimana model dan bentuk topografi Petea Block A awal 2004 sebelum proses penambangan dimulai ada 2 cara yang kita bandingkan kemudian memilih salah satu yang di anggap paling baik.

1. Cara 1: dari collar drillhole.

2. Cara 2: dari Topo Original hasil Survey 2004, tetapi memiliki issue

bahwa Survey sebelum 2007 kurang baik

Setelah dibandingkan, ternyata collar rata-ratanya lebih tinggi absolute 0.8 m, sehingga cara 1 yang dipakai untuk triangulasi topo original agar angka rekonsiliasi tidak over estimate.

Tabel 1 perbandingan collar dan original topogaphyAgar topografi Petea Blok A terlihat lebih halus data collar kemudian di gabungkan bersama topografi 2005 kemudian dilanjutkan dengan pembuatan triangulasi seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 14 Proses pembuatan Topography original

b. Pembuatan penggalian akhir / Bottom excavationBottom excavation adalah batas bawah dimana proses penambangan telah selesai, karena keterbatasan pengukuran yang dilakukan oleh tim survei hanya sekitar 30% saja daerah yang bisa terukur akibat tambang yang terus aktif atau sebagian wilayah sudah menjadi timbunan. Sehingga cara yang terbaik untuk mendapatkan batas bawah adalah mendigitalkan pengukuran topografi yang dilakukantiapminggu(ketikapenambanganaktif2004-2007).Setelah mendapatkan batas penggalian paling bawah kita juga perlu menggabungkan dengan hasil pengukuran blue zone untuk mengetahui daerah penambangan keperluan sampling dan pengambilan quary.Gambar 15 Bottom excavation original & bottom excavation bluezone

IV.3 Tonnage and Gradea. Pengurangan material Civil

Dalam penentuan material civil pada Petea Blok A ada 2 cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai.

1. Total civil yang masuk face Petea A (dari MMS) dikurangi jalan yang masih tersisa di face Petea A.

= 1,5 juta 800 ribu = 0,6 juta wmt

Tabel 2 Pengurangan materia civil

2. Material Balance, material yang keluar dari face sama dengan material yang terhitung di blok model, sehingga lebihnya adalah material civil.

= Ton actual ((OB+Civil)+ROM)Ton blok model

((OB+waste+bluezone)+ROM)

= 20.2 juta 19.7 juta = 0,5 juta wmt

Tabel 3 Material BalanceSetelah dibandingkan dan walaupun hasilnya dekat, maka cara ke-2 lebih baik karena akurasi MMS pada tahun produksi Petea A kurang baik .

b. Data Raw

Merupakan data hasil estimasi blok model dengan metode cut and fill, seperti gambar di bawah ini:

Tabel 6 Perbandingan Reserve menggunakan pit dan tanpa pit

Reserve yang tidak tertambang sekitar 2,3 juta ton (30% dari total Mined & Unmind)

Perbedaan Reserve ROM > 3% (SOP LTP < 3%): Pit kurang teroptimisasi

Tabel 7 Block Model vs Adjusted Product

Tabel diatas merupakan perbandingan metode block model lama dan yang baru, Metode blok model lama hanya melihat pada total mined dimana total ROM 125 % sedangkan dengan metode blok model yang baru ternyata total ROM mined dan unmined 88% karena kemungkinan dilapangan ada ROM yang di anggap sebagai waste.BAB VPENUTUPKesimpulanDaripengamatan,diskusisertapengolahandatayangdilakukandapat disimpulkan bahwa :

1. Perbedaan ROM pada reserve total yang ada dalam pit dengan reserve total tanpa pit untuk PETEA Block A sebesar 6%, sehingga tingkat optimisasi pit kurang optimal karena perbedaan ROM Reserve >3%.

2. Tingkat akurasi estimasi Block model yang digunakan sudah baik jika kita bandingkan dengan aktual produksi. Good Reconciliation 15%

SARAN1. Mendesain ulang pit (SOPLTP perbedaan ROM reserve< 3%) agar produksi bisa lebih maksimal.

2. Memaksimalkan dalam pengukuran Topografi untuk mendukung dalam

estimasi blok modelNataniel Padaunan /Practical Student46

LAMPIRANDAFTAR PUSTAKAAhmad Waheed. 2008. Nickel Laterites.Vale Inco-VITSL, Soroako. Intranet PT Vale

Mukti Mylar. 2011. Ore Reconciliation Section MGOQC.ppt. PT Vale Mukti Mylar. 2011. Ore Reconciliation Flow Chart MGOQC.xls. PT Vale Pincook , Allen, Holt. 2003. Reconciliation Of Reserve. Issue No 49, Colorado Riske Rayleen, Mark De Pamele, Helm Sean. Mine Reconciliation.Rafianto R. & Petea Geologists.2002. Petea Exploration: Preliminary GeologyReport. PT Inco. Soroako

Snowden Practical ReconciliationTaufiq Muhammad. 2009. Perhitungan Efektivitas Kerja Alat Bor Driltech D25ks Di Delaney Quarry Pt Inco Sorowako, Sulawesi Selatan. Laporan Kerja Praktek, Fakultas Teknik, Universitas Hasannudin.

Anggraeni Maharani.2008. Analisa Kestabilan Lereng Daerah Slag Dump Pada Penambangan Nikel Pt.Inco Sorowako Sulawesi Selatan.Laporan kerja praktek.Tugas akhir, Mine Geotechnical, Mine Technology Departement.

Pet ea Block

Fact orOBW AST EORE BZ

Densit y1.741.661.60 1.92

Mineabilit y1.0001.001.00

ROM t o DKP

Ni Dilut ion fact or0.00

BLOCK MODELBLOCK MODELORIGINAL PRODUCTION REPORTADJUSTED PRODUCTION REPORTADJUSTED PRODUCTION REPORT/BLOCK MODEL

VOLUMEGRADETONNAGEDILUTED GRADETONNAGEGRADETONNAGEGRADETONNAGEGRADE

OBWASTEOREBZNIFESIO2MGOS/MOB+WSTORENIFESIO2MGOS/MOBROMDKPNIFESIO2MGOS/MOBROMNIFESIO2MGOS/MOBROMNIFESIO2MGOS/M

0708pta15cs.bmf

pet ea_w ast e.res

W it hout Pit

ALL6,573,56334,5315,240,9461.8114.7736.0422.571.6011,495,3218,385,5141.8114.7736.0422.571.60

Mi ned 2004-20075,857,48315,3223,353,0242,141,3071.8515.5435.2921.811.6210,217,4555,364,8381.8515.5435.2921.811.6213,479,2406,721,2983,352,6201.8115.5435.5422.801.5612,972,3056,721,2981.8115.5435.5422.801.56127%125%98%100%101%105%96%

Unmi ned (mi ne out by s a mpl i ng)389,75715,2101,437,8931.7512.8737.6624.421.54

Unmi ned Rel ea s e Di s pos a l1,8830671.5910.9540.8722.091.85

Unmi ned YTD391,64015,2101,437,9601.7512.8737.6624.421.54706,7022,300,7361.7512.8737.6624.421.54

Tota l Mi ned & Unmi ned Wi thout Pi t10,924,1577,665,5741.8214.7436.0022.591.5913,479,2406,721,2983,352,6201.8115.5435.5422.801.5612,972,3056,721,2981.8115.5435.5422.801.56119%88%100%105%99%101%98%

Rema i n Res erve571,164719,9391.7036715.136.4522.3211.633

Us i ng Pi t p_pta _0708_ma s ter.00t

ALL5,980,00131,9694,940,1951.8214.8535.9922.621.5910,458,2707,904,3121.8214.8535.9922.621.59

Mi ned 2004-20075,527,14314,6083,260,1531,229,3211.8515.5735.2721.851.619,641,4785,216,2451.8515.5735.2721.851.6113,479,2406,721,2983,352,6201.8115.5435.5422.801.5612,972,3056,721,2981.8115.5435.5422.801.56135%129%98%100%101%104%97%

Unmi ned (mi ne out by s a mpl i ng)348,43113,7251,359,1331.7612.9337.6324.41.54

Unmi ned Rel ea s e Di s pos a l0000.000.000.000.000.00

Unmi ned YTD348,43113,7251,359,1331.7612.9337.6324.41.54629,0532,174,6131.7612.9337.6324.401.54

Tota l Mi ned & Unmi ned Inpi t10,270,5327,390,8581.8314.7935.9622.601.5913,479,2406,721,2983,352,6201.8115.5435.5422.801.5612,972,3056,721,2981.8115.5435.5422.801.56126%91%99%105%99%101%98%

Rema i n Res erve187,739513,4541.7415.6636.3822.951.59

Us i ng Pi t/ Wi thout Pi t

ALL91%94%101%101%100%100%100%

Mi ned 2004-200794%97%100%100%100%100%100%

Unmi ned YTD89%95%101%100%100%100%100%

Tota l Mi ned & Unmi ned94%96%100%100%100%100%100%

GULF OF TOLO