Wood Furniture Supply Chain Manajemen

36
2.1. PENDAHULUAN 2.2. Latar Belakang Industri kerajinan mebel di Indonesia merupakan salah satu jenis industri yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap krisis. Industri kerajinan mebel merupakan salah satu industri kerajinan yang tetap bertahan meskipun dihantam dengan berbagai macam krisis nasional maupun global. Pendeknya jaringan produksi dan ketergantungan terhadap sektor industri lain menjadi salah satu faktor yang menyebabkannya tetap bertahan meskipun banyak industri lain yang gulung tikar. Dan meskipun krisis ekonomi yang menerpa menyebabkan penurunan permintaan terhadap kerajinan mebel, namun permintaan relatif terus ada dan bahkan mulai meningkat lagi hingga saat ini. Menurut data dari Kementerian Industri dan Perdagangan, industri mebel baik dalam skala ukm mempunyai potensi dan peran besar terhadap pendapatan ekspor nasional dengan permintaan yang relatif naik pada beberapa waktu ini. Terlebih dengan produk kerajinan mebel Indonesia yang mempunyai keunikan khusus, meskipun banyak berkembang barang komplementer lain, namun tetap memiliki potensi pasar yang cukup besar. 1

description

base on case study

Transcript of Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Page 1: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri kerajinan mebel di Indonesia merupakan salah satu jenis industri yang

mempunyai ketahanan tinggi terhadap krisis. Industri kerajinan mebel merupakan salah

satu industri kerajinan yang tetap bertahan meskipun dihantam dengan berbagai macam

krisis nasional maupun global. Pendeknya jaringan produksi dan ketergantungan terhadap

sektor industri lain menjadi salah satu faktor yang menyebabkannya tetap bertahan

meskipun banyak industri lain yang gulung tikar.

Dan meskipun krisis ekonomi yang menerpa menyebabkan penurunan permintaan

terhadap kerajinan mebel, namun permintaan relatif terus ada dan bahkan mulai meningkat

lagi hingga saat ini. Menurut data dari Kementerian Industri dan Perdagangan, industri

mebel baik dalam skala ukm mempunyai potensi dan peran besar terhadap pendapatan

ekspor nasional dengan permintaan yang relatif naik pada beberapa waktu ini. Terlebih

dengan produk kerajinan mebel Indonesia yang mempunyai keunikan khusus, meskipun

banyak berkembang barang komplementer lain, namun tetap memiliki potensi pasar yang

cukup besar.

Namun dengan mulai banyak munculnya industri kerajinan mebel ukm di Indonesia

meningkatkan persaingan diantara para pengusaha mebel sendiri. Hal tersebut sangat

dirasakan khususnya oleh CV.Berkah Jaya Mebel yang juga memiliki usaha yang sama di

bidang kerajinan mebel. Sehingga selain dengan melakukan inovasi produk, perlu

dilakukan peningkatkan efisiensi agar perusahaan dapat tetap berkembang dan tidak kalah

bersaing dengan perusahaan lain. Untuk mencapai hal tersebut maka perusahaan dituntut

untuk menerapkan strategi yang tepat, salah satunya melalui perancanaan strategi Supply

Chain (Rantai Pasok).

Dengan perencanaan strategi supply chain yang tepat, perusahaan dapat

meningkatkan efisiensi dan keamanan jaringan pasokan terutama pada bahan baku utama

yang dibutuhkan dengan memilih pemasok yang baik. Selain itu dengan pemilihan strategi

1

Page 2: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

yang tepat sesuai karakteristik pasokan dapat menekan biaya yang dibutuhkan sehingga

meningkatkan keuntungan perusahaan.

1.2. Maksud Dan Tujuan Penelitian

1.2.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah melakukan penelaahan terhadap jaringan rantai

pasok industri kerajinan mebel pada ukm C.V. Berkah Jaya Mebel

1.2.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan identifikasi jaringan rantai pasok C.V Berkah Jaya Mebel

2. Melakukan kajian kekuatan jaringan rantai pasok C.V Berkah Jaya Mebel, dan

3. Melakukan penelaahan strategi yang tepat dalam membangun rantai pasok yang

sesuai bagi Usaha Kecil dan Menengah C.V Berkah Jaya Mebel

1.3. Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian

Lingkup substansi kajian dalam penelitian ini adalah :

1. Penelahaan terhadap jaringan pasok dilakukan sampai dengan pemasok hingga

layer ke 3, dan

2. Penelahaan terhadap strategi tidak dilakukan secara agregat (Bussiness Agregat)

namun berdasarkan karakteristik pasar dan pemasok, serta pertimbangan terhadap

barang-barang komplementer

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab dengan rincian sebagai

berikut:

A. Bab I Pendahuluan

Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang dilaksanakannya penelitian termasuk

diantaranya latar belakang dan rumusan permasalahan yang memunculkan pertanyaan

2

Page 3: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

penelitian. Selain itu bab ini memuat maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup dan

batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

B. Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka memuat dasar-dasar teori dan penelitian yang digunakan

sebagai referensi dasar penelitian. Daftar pustaka tersebut dibagi dalam beberapa subbab

yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik topik-topik yang sama. Hal tersebut untuk

memudahkan pembaca menemukan dasar teori yang relevan yang digunakan dalam

penelitian.

C. Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian memuat metode penelitian yang digunakan, metode

pengumpulan data, waktu dan rencana kerja penelitian, serta aspek lain seperti

pembiayaan. Sub-bab metode penelitian membahas mengenai metode yang digunakan

serta metode pengumpulan data yang digunakan.

D. Bab IV analisa dan Pembahasan

Bab IV Analisa dan Pembahasan meliputi identifikasi rantai pasok untuk memberikan

gambaran proses rantai pasok mulai dari hulu hingga hilir yang dilakukan oleh C.V Berkah

Jaya Mebel secara umum. Identifikasi rantai pasok tersebut dapat memperlihatkan proses

pasokan yang terjadi dan mengidentifikasi kebutuhan pasokan perusahaan. Kemudian

dilakukan identifikasi pemasok untuk selanjutnya dilakukan evaluasi dan penilaian. Selain

itu dilakukan evaluasi terhadap karakteristik produk pasokan untuk menentukan strategi

pasokan yang akan dilakukan.

E. Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab V Kesimpulan dan Saran meliputi hasil dari kesimpulan analisa dan pembahasan

terhadap jaringan rantai pasok dan evaluasi terhadap pemasok. Kesimpulan dan analisa

menentukan sistem jaringan rantai pasok yang diambil serta pemasok yang paling ideal

untuk di laksanakan. Begitu juga dengan sistem strategi manajemen pasokan yang diambil.

3

Page 4: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian

2.1.1. Pengertian Rantai Pasok

Rantai pasok merupakan serangkaian aktivitas yang terintegrasi, mulai dari

pengadaan bahan baku, barang jadi, hingga barang tersebut mengalir ke konsumen

(Simchi, 2003). Rantai pasok tersebut menggambarkan kekuatan jaringan aliran dan

proses. Aliran pada rantai pasok sendiri terdiri dari aliran barang fisik, informasi, dan uang,

dari hulu menuju hilir (Pujawan, 2005). Adapun Kalakota dalam Irgandhi (2008)

menjabarkan jenis aliran komoditas tersebut sebagai berikut:

Arus bahan melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen

melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan,

daur ulang, dan pembuangan

Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan

status pesanan. Arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan

penyedia material mentah.

Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal

pembayaran dalam penetapan kepemilikan pengiriman.

Sedangkan menurut Indrajit (2003), rantai pasok atau rantai pengadaan adalah sistem

yang dilalui organisasi bisnis untuk menyalurkan barang produksi atau jasa ke pelanggan.

Sistem jaringan tersebut dipandang sebagai jaringan yang saling terintegrasi dan

mempunyai tujuan yang sama. Tujuan dari sistem jaringan tersebut tidak lain adalah dalam

rangka membangun sistem yang seefisien dan seefektif mungkin dalam penyaluran barang

4

Page 5: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

dan jasa. Dalam pendekatanya, rantai pasok yang merupakan konsep baru dalam

pemecahan masalah logistik tersebut dilihat dari sisi yang lebih holistik dan panjang dari

bahan dasar sampai dengan proses produksi dan hingga pada konsumen akhir.

Gambar 2.1 Aliran Barang, Informasi, dan Uang Pada Jaringan Rantai Pasok

2.1.2. Pengertian Manajemen Rantai Pasok

Adapun manajemen rantai pasok merupakan pengelolaan informasi, barang dan jasa,

dari hulu (pemasok paling awal) menuju hilir (konsumen paling akhir) dengan model

sistem terintegrasi (Said, 2006). Jaringan terintegrasi tersebut melibatkan proses pengadaan

bahan (pemasok), pemrosesan barang baik setengah jadi maupun menjadi barang jadi,

pengangkutan dan penggudangan, hingga proses pengiriman kepada konsumen. Alur

jaringan tersebut merupakan salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam

membuat perencanaan manajemen rantai pasok.

Sedangkan menurut Pujawan (2005), pendekatan manajemen rantai pasok tersebut

sangat dipengaruhi oleh kekuatan pada masing-masing proses yang terlibat didalamnya.

Sebuah industri yang sehat dan efisien menjadi tidak berarti apabila pemasoknya tidak

dapat memenuhi kebutuhan pasokan baik volume dan waktu. Konsep yang merupakan

pengembangan lanjutan dari manajemen distribusi produk ini menekankan pola yang

terpadu.

5

Pemasok Bahan Baku

Proses Produksi Konsumen

Aliran barang dan informasi

Aliran uang dan informasi

Page 6: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

2.2. Komponen Rantai Pasok

Menurut Turban, Rainer dan Porter (2004), terdapat 3 (tiga) macam komponen rantai

pasokan, yaitu:

a. Bagian Hulu Rantai Pasokan

Bagian hulu rantai pasokan meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur

dengan para penyalurannya (dapat berupa manufaktur, assembler, atau kedua-

duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-

tier). Hubungan pada penyalur dapat diperluas menjadi beberapa tingkatan sesuai

dengan kebutuhan dan semua jalur asal material. Contohnya langsung dari

pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pada bagian hulu rantai pasokan,

pengadaan merupakan aktivitas yang mendapat prioritas utama.

b. Bagian Internal Rantai Pasokan

Bagian internal rantai pasokan meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang

yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur menjadi

produk perusahaan itu. Pada bagian internal rantai pasokan, perhatian utama

difokuskan pada manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

c. Bagian Hilir Rantai Pasokan

Bagian hilir rantai pasok meliputi semua aktivitas yang melibatkan

pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Pada bagian hilir rantai

pasokan, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi, dan

pelayanan purna jual.

2.3. Prinsip dasar dan Kriteria Pemilihan Pemasok

2.3.1. Prinsip Dasar

Prinsip dasar manajemen rantai pasok adalah pengelolaan informasi, barang dan jasa,

mulai dari pemasok hingga konsumen paling akhir menggunakan sistem terintegrasi

dengan tujuan yang sama. Adapun prinsip dasar manajemen rantai pasok menurut Said

(2006) adalah sebagai berikut:

6

Page 7: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

1. Prinsip integrasi artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian manajemen

rantai pasokan berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya

saling ketergantungan.

2. Prinsip jejaring artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.

3. Prinsip ujung ke ujung artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang

paling hulu sampai ke konsumen yang paling hilir.

4. Prinsip saling tergantung artinya setiap elemen dalam manajemen rantai pasokan

menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang

saling menguntungkan.

5. Prinsip komunikasi artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk

menjadi ketepatan informasi dan material.

2.3.2. Kriteria Pemilihan Pemasok

Dalam manajemen rantai pasok, pemilihan pemasok merupakan salah satu hal

strategis yang harus dilakukan.Penentuan pemasok mempengaruhi keamanan proses

produksi dan manajemen logistik kedepannya. dalam membuat penilaian, kriteria pemasok

merupakan salah satu hal penting dalam proses pemilihan pemasok.

Pujawan (2005) menuturkan, banyak permintaan yang menggunakan kriteria dasar

seperti kualitas barang yang diinginkan, harga, dan ketepatan waktu. Kriteria yang

dibutuhkan sebenarnya lebih banyak lagi. Diantaranya seperti pengiriman, sejarah kinerja,

kemampuan teknis, posisi keuangan, dan sebagainya.Adapun lebih rincinya dapat dilihat

pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Contoh Kriteria / Evaluasi Pemilihan Pemasok

No Kriteria Nilai

1 Kualitas

2 Pengiriman

3 Sejarah kinerja

4 Garansi dan kebijakan tuntutan

5 Harga

6 Kemampuan teknis

7

Page 8: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

7 Posisi keuangan

8 Prosedur komplain

9 Sistem komunikasi

10 Reputasi dan posisi di dunia industri

11 Keinginan untuk berbisnis

12 Manajemen dan organisasi

13 Kontrol operasi

14 Perbaikan layanan

15 Sikap

16 Kesan

17 Kemampuan pengemasan

18 Catatan terkait tenaga kerja

19 Lokasi geografis

20 Jumlah usaha di masa lalu

21 Bantuan pelatihan

22 Perencanaan timbal balik

Sumber : Dickson dalam Pujawan (2005)

Pemilihan pemasok dalam manajemen ratai pasokan menjadi penting sebagai akibat

adanya kompetisi antara rantai pasokan pada perusahaan. Trend menunjukkan bahwa

konsumen menginginkan harga yang lebih murah, produk yang berkualitas tinggi,

pengiriman yang tepat waktu serta pelayanan purna jual yang lebih baik. Salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan melakukan pemilihan

pemasok (Vani, 2007). Evaluasi pemasok dilakukan apabila bahan baku yang sama dapat

diperoleh lebih dari satu pemasok.

Menurut Chopra dan Meindl (2004), perusahaan dapat memilih pemasok

berdasarkan beberapa mekanisme yaitu penawaran kompetetif, sistem lelang, atau

negosiasi langsung. Mekanisme yang digunakan harus tetap menekankan pada biaya total

yang dikeluarkan oleh pemasok dan tidak hanya pada harga penjualannya. Sebelum

memilih pemasok, perusahaan harus memutuskan akan menggunakan pemasok tunggal

atau banyak pemasok sebagai sumber dari produk. Pemasok tunggal hanya melayani

8

Page 9: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

pemesanan produk yang spesifik. Sedangkan banyak pemasok dapat meningkatkan

persaingan dan ada kemungkinan produk gagal untuk dikirim.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Moleong (2006) dalam Cakrawijaya (2008) menyebutkan bahwa dalam sebuah

penelitian ada dua metode yang dapat digunakan, yaitu metode kualitatif dan metode

kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang didasarkan pada analisa

perhitungan secara statistikal. Sedangkan metode kualitatif adalah metode penelitian yang

analisanya didasarkan pada olah data, ditambah pengamatan, dan wawancara yang

outputnya berupa data diskriptif.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam rangka mendapatkan analisa yang

lebih mendalam mengenai realita yang terjadi di lapangan. Metode kualitatif lebih mudah

dalam melakukan penyesuaian apabila dihadapkan pada kenyataan ganda, dan dapat

menyajikan secara langsung interpretasi peneliti dan responden sendiri selain peka lebih

peka dan adaptif dengan berbagai pengaruh yang terjadi terhadap pola, aspek, atau nilai

yang dihadapi secara empirik (Moleong, 2006 dalam Cakrawijaya, 2008).

Metode kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan proses wawancara dan

pendekatan penilaian yang subjektif dengan mempertimbangkan kebutuhan responden

dalam hal ini adalah perusahaan. Penilaian yang subjektif meliputi proses evaluasi terhadap

pemasok (yang namanya dirahasiakan), serta pertimbangan keamanan jaringan rantai

pasok berdasarkan faktor-faktor eksternal yang intangible.

3.2. Metode Kajian

9

Page 10: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Metode kajian meliputi proses dan tahapan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini

meliputi beberapa tahapan mulai dari pengumpulan data, penelaahan data, identifikasi

jaringan, evaluasi pemasok, identifikasi karakteristik pasokan, serta penentuan strategi

yang dilakukan. Adapun metode kajian dalam identifikasi rantai pasok industri kerajinan

mebel C.V Berkah Jaya Mebel adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Diagram Proses Metode Kajian

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu bagian penting dalam sebuah

penelitian. Dengan metode yang tepat, diharapkan data yang diperoleh dapat mendukung

10

Pengumpulan Data

Penelahaan Data

Analisa dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Rantai PasokKarakteristik Bahan Pasokan Evaluasi Pemasok

Strategi Pasokan

Page 11: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

proses analisa sehingga didapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Metode pengumpulan

data terkait dengan data yang diperlukan, sumber data, dan sumberdaya yang dimiliki.

Sedangkan penelitian ini sendiri akan menggunakan kedua jenis data tersebut untuk

mendukung penelitian.

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dibagi dalam dua kelompok yaitu data

sekunder dan data primer. Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia seperti

misalnya laporan-laporan, profil daerah dalam angka, data program dan kebijakan, dan

data lainnya yang umumnya disajikan dalam kurun waktu tertentu. Cara memperolehnya

pun bermacam-macam, yaitu dapat menggunakan media on-line apabila data yang

dibutuhkan telah ter up-load, atau mengumpulkan data yang ada dalam dokumentasi

instansi / lembaga / organisasi tertentu.

Dalam mengidentifikasi dan memilah data yang dikumpulkan, sebelumnya dilakukan

penelaahan terhadap data yang ada. Sebab pada prinsipnya data sekunder tidak bergantung

pada seberapa banyak data yang tersedia atau diperoleh, namun bergantung pada

kesesuaian data terhadap kebutuhan penelitian. Penelaahan dilakukan terhadap waktu data,

kesesuaian, ketepatan, dan biaya yang dibutuhkan untuk memperolehnya.

11

Page 12: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Karakteristik Bahan Pasokan

Identifikasi karakteristik bahan pasokan melibatkan identifikasi proses produksi dan

jaringan proses transhipment hingga ke konsumen paling akhir. Kegiatan proses produksi

tersebut termasuk diantaranya proses desain, proses pembuatan prototype, hingga proses

produksi barang sesuai kebutuhan. Adapun proses produksi yang dilaksanakan oleh

Industri Kerajinan Mebel C.V Berkah Jaya Mebel meliputi pemrosesan bahan baku kayu

gelondongan yang telah dipotong menjadi barang setengah jadi-finishing-barang jadi-dan

pernyortiran.

Pada masing-masing proses tersebut dibutuhkan pasokan bahan-bahan dan material

utama (kayu) serta bahan-bahan pendukung sebagai berikut:

Tabel 4.1 Identifikasi Kebutuhan Barang Pasokan Pada Masing-masing Proses

No Proses Pasokan

1 Bahan Baku Kayu gelondongan, Akar Pohon

2 Desain Tenaga Desain, Alat Komputer, Peralatan Gambar

3 Pembuatan Protoype dan

Produksi

Tenaga Pengrajin, Bahan Pengawet Kayu, Tangki

Tekan Vakum /Bak Penampungan Air, Oven,

Plitur, Cat duco, Cat Warna, Peralatan Kayu, Air

industri, Alat Komputer, Alat Kantor

4 Transhipping Tenaga Kerja Pergudangan, Gudang, Jasa

Pengiriman / Alat angkut dan pengemasan

Sumber : Hasil Analisa

12

Page 13: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Tabel 4.1 memberikan gambaran kebutuhan pasokan industri kerajinan mebel C.V

Berkah Jaya Mebel dengan mengesampingkan kebutuhan pasok pada rantai proses yang

lain seperti pada masing-masing supplier. Gambaran kebutuhan tersebut membantu dalam

mengidentifikasi kebutuhan pasok dan jenis serta karakteristik barang yang dibutuhkan

untuk membantu proses penyediaan dan pemilihan strategi pasok. Sebab pada prinsipnya

strategi pasok sangat dipengaruhi oleh komoditas yang diperlukan dankebutuhan

perusahaan sendiri.

Adapun masing-masing kebutuhan barang pasokan tersebut dapat dikelompokkan

dalam kelompok primer, sekunder, dan tersier. Kelompok primer merupakan bahan-bahan

pasokan yang mempunyai sensitifitas tinggi dan sangat mempengaruhi proses produksi

yang dijalankan atau sangat penting. Kelompok sekunder merupakan kelompok bahan

pasokan yang juga penting namun tidak mempengaruhi proses produksi atau jalannya

perusahaan. Sedangkan kelompok tersier merupakan kelompok bahan pasok yang tidak

terlalu berpengaruh terhadap proses yang terjadi di perusahaan. Adapun rincian kelompok

bahan pasok dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Kelompok Kebutuhan Barang Pasokan dan Karakteristiknya

No Barang Pasokan Kelompok Karakteristik

1 Bahan Baku Kayu

Gelondongan dan Akar

Pohon

Primer Mempunyai banyak supplier

dengan pasokan bahan (kayu

hutan) yang terbatas

2 Tenaga Kerja Desain Primer Sedikit pasokan, membutuhkan

pelatihan, tidak ada outsourcing

3 Tenaga Kerja Pengrajin Primer Sedikit pasokan, membutuhkan

pelatihan, tidak ada outsourcing

4 Alat Komputer Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

5 Bahan Pengawet Kayu Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

6 Tangki Tekan Vakum /

Bak Penampungan Air

Sekunder Supplier sedikit, ketersediaan

pasokan banyak

13

Page 14: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

7 Oven Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

8 Plitur Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

9 Cat duco Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

10 Cat Warna Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

11 Peralatan Kayu Sekunder Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

12 Air industri Tersier Supplier tunggal, ketersediaan

pasokan banyak

13 Gudang Tersier Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

14 Tenaga Kerja

Pergudangan

Tersier Ketersediaan pasokan banyak,

dapat outsourcing

15 Jasa Pengiriman / Alat

Angkut

Tersier Supplier banyak, ketersediaan

pasokan banyak

Sumber : Hasil Analisa

Adapun karakteristik tersebut disesuaikan dengan kondisi pasar lokal dan regional.

Hal tersebut mengingat kemampuan perusahaan dalam mendatangkan bahan pasokan

cukup rendah. Khusus untuk bahan kayu yang merupakan bahan primer atau bahan baku

utama, kondisi supplier di lingkungan perusahaan cukup banyak namun ketersediaan bahan

pasok tidak terlalu banyak. Hal tersebut karena kebutuhan permintaan cukup tinggi dengan

masa produksi bahan pasokan minimal 1 tahun.

Dalam proses industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel, diidentifikasikan

terdapat 3 bahan pasokan primer yang dibutuhkan. Yaitu Bahan baku utama kayu, tenaga

desain, serta tenaga pengrajin. Dalam penelitian ini, pendalaman dilakukan terhadap ketiga

barang primer tersebut.

14

Page 15: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Gambar 4.1. Proses Rantai Produksi Industri Kerajinan Mebel C.V Berkah Jaya Mebel

4.1.1 Bahan Baku Kayu

Bahan baku kayu untuk industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel merupakan

bahan baku utama dalam proses produksi. Bahan baku kayu tersebut berupa kayu

gelondongan yang telah dipotong dalam ukuran 2 m dan diameter kurang lebih 50cm, serta

pesanan khusus akar pohon. Bahan baku kayu tersebut diambil dari kawasan hutan

produksi yang diusahakan oleh penyedia kayu, atau masyarakat dan kelompok masyarakat

yang bekerjasama dengan penyedia kayu. Dalam hal ini penyedia kayu hanya melakukan

proses pemotongan dan pengangkutan.

Ditilik dari lamanya masa panen, besarnya permintaan/kebutuhan, dan lahan

produksi, dapat dikatakan bahwa ketersediaan bahan terbatas. Namun apabila dilakukan

manajemen strategi rantai pasok yang baik dapat mengurangi resiko terhambatnya

pasokan, misalnya dengan mengembangkan strategi kerjasama dengan banyak pemasok.

15

Page 16: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

4.1.2 Tenaga Kerja Desain dan Pengrajin

Tenaga kerja pengrajin dan disain merupakan salah satu permasalahan yang sering

ditemui pada jenis industri kerajinan mebel. Tenaga kerja pengrajin umumnya merupakan

buruh terlatih yang tidak terdidik. Kebutuhan permintaan akan tenaga kerja dan

ketersediaan di lapangan menjadikan perusahaan membutuhkan upaya lebih dalam

melakukan penyediaan tenaga kerja.

Berbeda dengan tenaga kerja administratif dan atau pergudangan, tenaga kerja

pengrajin dan desain juga tidak disediakan oleh jasa penyedia tenaga kerja atau

outsourcing. Sehingga kebutuhan tenaga kerja harus disediakan sendiri oleh perusahaan

melalui rekrutmen dan pelatihan. Selain itu diperlukan manajemen tenaga kerja yang baik

sehingga aset tenaga kerja yang dimiliki tidak hilang.

4.2. Identifikasi Rantai Pasok

Identifikasi rantai pasok meliputi identifikasi jaringan mulai dari hulu (pemasok

awal) hingga hilir. Rantai pasok mulai dari proses penyediaan bahan baku produksi,

pengangkutan/pengiriman ke perusahaan, dan pengiriman menuju konsumen. Penyedia

bahan baku produksi meliputi penyediaan bahan baku kayu oleh penyedia kayu, dan

penyediaan bahan baku pendukung seperti alat komputer, bahan material, bahan pengawet

dan lainnya oleh industri penyedia melalui distributor atau retailer.

Adapun rantai pasokan pada industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel

melibatkan beberapa supplier sebagai berikut:

1. Supplier Kayu,

2. Supplier Alat Komputer,

3. Supplier Peralatan Kayu,

4. Supplier Bahan Industri (Cat Duco, Pengawet Kayu, Cat Warna, Plitur, dll),

5. Supplier Air Industri,

6. Supplier Oven / Bak Penampung,

7. Supplier Alat Kantor,

8. Supplier Jasa Angkut dan Pergudangan, dan

9. Supplier Tenaga Kerja (Kebutuhan tenaga administratif dan pergudangan).

16

Page 17: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Adapun dari penyedia masng-masing bahan pasokan tersebut, selain supplier kayu

seluruhnya dapat dipenuhi oleh pasar dan hanya melibatkan proses yang pendek yaitu

perusahaan / produsen utama menuju distributor dan atau menuju toko retailer agen.

Dengan proses rantai pasok yang pendek, pada umumnya dengan mempertimbangkan

jumlah kebutuhan yang cukup besar perusahaan dapat langsung berhubungan dengan

perusahaan industri atau agen distributor yang di tunjuk. Adapun kebutuhan barang juga

relatif sama dengan harga, jenis, dan brand yang relatif sama pada masing-masing

distributor dan retailer. Sehingga pemilihan distributor didasarkan pada faktor jarak dan

services yaitu termasuk diantaranya keuntungan lain seperti kemudahan komplain,

keinginan untuk berbisnis, sikap, kesan, kemampuan pengemasan, dan sebagainya.

Gambar 4.2. Jaringan Rantai Pasok Industri Kerajinan Mebel C.V Berkah Jaya Mebel

Khusus untuk penyedia kayu mempunyai beberapa tipe jaringan pasokan yang

berbeda sebagai berikut:

1. Penyedia Kayu Tipe A

17

Page 18: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Merupakan tipe penyedia kayu yang mempunyai kawasan hutan produksi sendiri

yang diusahakan sendiri atau bersama masyarakat, dan melakukan proses

penebangan, pemotongan kayu, dan pengangkutan kayu sendiri. Tipe penyedia

kayu ini lebih banyak dibandingkan tipe B, namun mayoritas tidak mengusahakan

hutan produksi sendiri melainkan diusahakan oleh masyarakat. Perusahaan

menyewa sebidang lahan atau membeli sebidang lahan untuk diupayakan oleh

masyarakat.

2. Penyedia Kayu tipe B

Merupakan tipe kelompok penyedia kayu yang mengadakan kontrak kerjasama

dengan masyarakat, membeli kayu dengan masyarakat atau penyedia hutan

produksi, dan hanya mengupayakan proses penebangan, pemotongan / sawmill,

serta pengangkutan.

Sedangkan pengusahaan bahan industri seperti cat duko, plitur, cat warna, bahan

pengawet kayu, alat kerajinan, dan lainnya dilakukan dengan dua cara yaitu melalui

distributor dan retailer. Hal tersebut mengingat pada perusahaan industri kerajinan mebel,

permintaan terhadap produk sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar baik lokal, regional,

nasional, maupun global mengingat pasarnya yang luas dengan permintaan produk yang

unik. Akibatnya proses produksi mengalami fluktuasi yang tinggi pada masa-masa yang

tidak diduga. Oleh karenanya kebutuhan akan bahan produksi juga mengalami perubahan

pada masa-masa tertentu.

Pada saat permintaan akan produksi tinggi, sehingga secara tidak langsung

mengakibatkan besarnya kebutuhan barang pasok terhadap bahan industri. Dalam kasus

ini, perusahaan akan lebih memilih mengambil langsung dari distributor dalam skala besar.

Sedangkan pada masa tidak ada permintaan tinggi, proses produksi berjalan seperti biasa

sehingga terkadang kebutuhan bahan pasok dipenuhi melalui retailer.

Perencanaan terhadap beberapa bahan pasok sulit direncanakan mengingat

kebutuhan permintaan yang sifatnya unik sehingga kebutuhan bahan pasok seperti cat

selalu berubah. Akibatnya perusahaan mengadakan secara simultan melalui distributor dan

retailer.

18

Page 19: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

4.3. Evaluasi Pemasok

Evaluasi pemasok terkait dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkan oleh perusahaan.

Adapun kriteria pada masing-masing perusahaan tidak selalu sama dan disesuaikan dengan

kebutuhan perusahaan. Dalam hal ini evaluasi pemasok dilakukan tidak dalam rangka

melakukan evaluasi terhadap masing-masing pemasok namun pada kelompok tipe

pemasok. Berkaca pada pembahasan diatas, maka dalam hal ini evaluasi hanya dilakukan

pada kelompok tipe pemasok penyedia kayu. Selain posisinya yang sangat penting,

penyediaan bahan industri lainnya cenderung pendek dan tidak terlalu kompleks.

Adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Panjang Pendeknya Proses Rantai Pasokan,

2. Sistem Komunikasi,

3. Keberlanjutan Perusahaan,

4. Manajemen dan Organisasi,

5. Prosedur Komplain,

6. Fleksibilitas Perencanaan Produksi, dan

7. Kontrol Operasi,

Masing-masing kriteria tersebut diberi angka 1 (tidak baik) hingga 5 (sangat baik)

untuk selanjutnya dilakukan penilaian. Penilaian didasarkan atas pertimbangan subjektif

peneliti dan responden. Dari ketujuh kriteria tersebut tidak dilakukan pembobotan dan

dianggap masing-masing mempunyai bobot yang sama.

Namun pada prinsipnya penilaian dan evaluasi tersebut hanya dapat digunakan

sebagai dasar pertimbangan untuk memilih pemasok mengingat pada prinsipnya ada

beberapa pertimbangan lain seperti sejarah kinerja, reputasi, keinginan untuk berbisnis,

keuangan yang sehat, maupun kemampuan pemasok bagi tipe rantai penyedia kayu yang

membutuhkan pasokan produksi dari masyarakat (tidak mengsahakan sendiri hutan

produksi).

Adapun penilaian terhadap kedua tipe pemasok atau penyedia bahan baku kayu

industri mebel C.V Berkah Jaya Mebel adalah sebagai berikut:

19

Page 20: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Tabel 4.3 Tabel Pengukuran Kekuatan Pemasok Penyedia Kayu Tipe A dan B

No KriteriaNilai

Tipe A Tipe B

1 Panjang Pendeknya Proses

Rantai Pasokan4,2 3,5

2 Sistem Komunikasi 3,8 3,1

3 Keberlanjutan Perusahaan 3,5 3,1

4 Manajemen dan

Organisasi3,7 2,8

5 Prosedur Komplain 3,4 3,3

6 Fleksibilitas Perencanaan

Produksi3,6 2,8

7 Kontrol Operasi 3,8 3,2

Jumlah 26 21.8

Sumber: Hasil Analisis

Berkaca pada model penilaian tersebut maka dapat dikatakan bahwa perusahaan

penyedia kayu dengan tipe A lebih unggul dalam segala kriteria yang ditentukan.

Perusahaan dengan tipe A mempunyai rantai pasok yang lebih pendek, sistem komunikasi

yang lebih baik, keberlanjutan perusahaan yang lebih terjamin, manajemen organisasi yang

lebih efektif, prosedur komplain yang lebih mudah, fleksibilitas yang lebih dalam

perencanaan produksi, serta kontrol operasi yang lebih baik. Hal tersebut dikarenakan lebih

banyaknya pihak yang terlibat pada tipe B. Akibatnya kemampuan kontrolnya menjadi

lebih berkurang dan hanya mengandalkan pada produksi yang dilakukan oleh

masyarakat/kelompok masyarakat/perusahaan yang mengembangkan hutan produksi untuk

kemudian di beli.

4.4. Strategi Pasokan

20

Page 21: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

Berdasarkan identifikasi rantai pasok dan kriteria kebutuhan bahan pasok pada

pembahasan diatas, strategi pasokan yang dapat diterapkan pada kasus industri kerajinan

mebel C.V Berkah Jaya Mebel meliputi kelompok bahan industri sebagai berikut:

A. Strategi Penyediaan Pasokan Bahan Baku Kayu

Strategi penyediaan pasokan untuk bahan baku kayu menggunakan metode

kerjasama dengan beberapa supplier, dengan diutamakan pada supllier atau penyedia kayu

dengan tipe A. Yaitu dimana Perusahaan memiliki pengelolaan hutan produksi sendiri baik

diupayakan oleh perusahaan maupun bersama-sama masyarakat namun dalam kontrol

produksi danpengawasan perusahaan. Kerjasama dengan beberapa supplier perlu dilakukan

mengingat panjangnya waktu produksi atau panen untuk bahan baku kayu yang

dibutuhkan.

B. Strategi Penyediaan Pasokan Tenaga Kerja Desain dan Pengrajin

Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin diusahakan sendiri

oleh perusahaan mengingat tidak ada penyedia atau pemasok. Kebutuhan pasokan tenaga

kerja desain dan pengrajin dilakukan melalui proses rekrutmen dan pelatihan yang

diusahakan oleh perusahaan, atau bersama-sama dengan perusahaan lain untuk menekan

biaya yang dibutuhkan. Hal tersebut penting mengingat keahlian atau pengetahun yang

dibutuhkan untuk pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin tidak diturunkan seperti

halnya khasanah budaya lokal pada bebrapa daerah tertentu, melainkan membutuhkan

pelatihan dan pembelajaran.

C. Strategi Penyediaan Pasokan Tenaga Kerja Administrasi dan Pergudangan

Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja administrasi dan pergudangan dapat

dilakukan melalui dua cara, yaitu rekrutmen dan outsourcing. Proses rekrutmen dibutuhkan

pada bebrapa tenaga kerja administrasi dan pergudangan yang memegang peranan penting

pada proses industri seperti manajer, supervisi, dan staf ahli. Sedangkan kebutuhan tenaga

kerja pendukung lain dapat diusahakan melalui outsourcing atau tenaga kerja kontrak

untuk mengurangi beban rekrutmen yang harus dikeluarkan.

D. Strategi Penyediaan Pasokan Bahan Industri Lain

Sedangkan strategi pada penyediaan pasokan bahan industri lain seperti alat

komputer, alat gambar dan desain, bahan pengawet, plitur, cat duco, cat warna, alat

21

Page 22: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

kerajinan, alat perkantoran, dan lainnya dapat diusahakan dengan dua cara yaitu kontrak

kerjasama dengan satu supplier dan proses pembelian langsung. Kontrak kerjasama dengan

satu supplier dilakukan melalui tahapan pemilihan supplier dengan tawaran yang paling

menguntungkan, dengan tetap mempertimbangkan keamanan pasokan. Kontrak kerjasama

dengan satu supplier dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan produksi rutin

tahunan, sedangkan pembelian langsung pada distributor dilakukan apabila terdapat

pesanan yang bersifat mendadak atau kontrak baru diluar produksi rutin.

22

Page 23: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan diatas adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan strategi rantai pasokan yang tepat diperlukan dalam rangka

meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan keberlanjutan perusahaan terkait dengan

keamanan pasokan.

2. Kriteria perlu disusun dalam rangka memilih jaringan pemasok yang tepat,

disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yang diinginkan

3. Tiga bahan pasokan pada industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel yang

tergolong dalam kelompok primer atau sangat berpengaruh terhadap perusahaan

adalah bahan baku kayu, tenaga kerja pengrajin, dan tenaga kerja desain.

4. Rantai pasokan pada industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel

melibatkan beberapa supplier sebagai berikut:

a. Supplier Kayu,

b. Supplier Alat Komputer,

c. Supplier Peralatan Kayu,

d. Supplier Bahan Industri (Cat Duco, Pengawet Kayu, Cat Warna, Plitur,

dll),

e. Supplier Air Industri,

f. Supplier Oven / Bak Penampung,

g. Supplier Alat Kantor,

h. Supplier Jasa Angkut dan Pergudangan, dan

i. Supplier Tenaga Kerja (Kebutuhan tenaga administratif dan pergudangan)

23

Page 24: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

5. Terdapat dua tipe kelompok perusahaan penyedia kayu, dan tipe A merupakan

kelompok tipe penyedia bahan baku kayu yang paling baik terkait dengan

keamanan pasokan.

5.2 Saran

Adapun berdasarkan pembahasan di atas, saran manajemen penyediaan rantai pasok

untuk industri kerajinan mebel C.V Berkah Jaya Mebel adalah menggunakan strategi

penyediaan sebagai berikut:

A. Strategi untuk penyediaan pasokan untuk bahan baku kayu menggunakan

metode kerjasama dengan beberapa supplier, dengan diutamakan pada supllier

atau penyedia kayu dengan tipe A,

B. Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin diusahakan

sendiri oleh perusahaan mengingat tidak ada penyedia atau pemasok. Kebutuhan

pasokan tenaga kerja desain dan pengrajin dilakukan melalui proses rekrutmen

dan pelatihan yang diusahakan oleh perusahaan, atau bersama-sama dengan

perusahaan lain untuk menekan biaya yang dibutuhkan,

C. Strategi penyediaan pasokan tenaga kerja administrasi dan pergudangan dapat

dilakukan melalui dua cara, yaitu rekrutmen dan outsourcing, dan

D. Strategi pada penyediaan pasokan bahan industri lain seperti alat komputer, alat

gambar dan desain, bahan pengawet, plitur, cat duco, cat warna, alat kerajinan,

alat perkantoran, dan lainnya dapat diusahakan dengan dua cara yaitu kontrak

kerjasama dengan satu supplier dan proses pembelian langsung.

24

Page 25: Wood Furniture Supply Chain Manajemen

DAFTAR PUSTAKA

1. Simchi-Levi, David, Philip Kaminsky and Edith Simchi-Levi. 2003. Designing and

Managing The Supply Chain : Concept, Strategies, and Case Studies, second

edition. New York : McGraw-Hill

2. Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management, cetakan pertama.

Surabaya : Guna Widya

3. Indrajit, Richardus Eko dan Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain

: Strategi Mengelola Manajemen Rantai Pasokan Bagi Perusahaan Modern di

Indonesia. Jakarta : PT.Gramedia Widiasarana Indonesia

4. Said, Andi I. 2006. Produktivitas dan Efisiensi Dengan Supply Chain Management.

Jakarta : Penerbit PPM.

5. Turban, Rainer, Porter. 2004. Introduction to Information Technology, 3rd edition.

New Jersey: Wiley Higher Education

6. Vani, D. 2007. Evaluasi Kinerja Pemasok Berdasarkan Tingkat Efisiensi

Menggunakan Metode AHP dan DEA. Jakarta. Universitas Indonesia

7. Chopra dan Meindl. 2004. Supply Chain Management. Pearson Education

Internasional.

8. Cakrawijaya, M.A .2008. Tipologi Ruang Publik di Kauman Yogyakarta.

Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

25