WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah...

20
WISATA Berita 5 th Edition January - March 2016 Cover Story: Wakatobi at Your Fingertips Flores First Cycle of HoCo Ends on a High Note Tanjung Puting Moves Forward with Destination Branding Efforts Toraja Developing Community-based Tourism in Sesean Suloara’ Wakatobi Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development 04 06 14 16

Transcript of WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah...

Page 1: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

WISATABerita

5th Edition January - March 2016

Cover Story:

Wakatobi atYour Fingertips

FloresFirst Cycle of HoCo Ends on a High Note

Tanjung PutingMoves Forward with Destination Branding Efforts

TorajaDeveloping Community-based Tourism in Sesean Suloara’

WakatobiCreating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development04 06 14 16

Diver in Wakatobi’s Underwater, Wakatobi

Page 2: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

ETwice every year since 2014, a group of four to five students from Switzerland’s St. Gallen University would come down to the Makassar Tourism Polytechnic (Poltekpar

Makassar) in a volunteering initiative established by P.I.E.C.E.S., an organization established by students of the Swiss university, aimed at offering their Poltekpar counterpart a unique English learning experience and creating a platform for cultural exchange.

Throughout the program, students were able to discuss a range of tourism-related topics with their peers from Switzerland, from the different types of tourists, systems and departments in the hotel industry, destination issues, as well as economic issues, which the volunteers were able to provide useful insights on thanks to their extensive management and business knowledge. Tamara, Pablo, Rodrigo, Matthew, and Louis as volunteers also helped the student organization develop the Poltekpar Makassar English Club.

On their last day, volunteers delivered a presentation on Poltekpar Makassar’s SWOT analysis with regards to the institution’s facilities, lecturers, and students, followed by recommendations on issues they have managed to identify during their time in Makassar. The volunteers expressed their appreciation for the program, from which they were able to gain new experiences and perspectives to take home. Poltekpar Makassar’s management team and representatives of WISATA also in return expressed their high appreciation of the volunteers’ contribution and hard work throughout the program. It is expected to become a sustainable program where Poltekpar Makassar has been started in partly financing the activity.

IDua kali setahun sejak tahun 2014, sebanyak empat hingga lima mahasiswa dari Universitas St. Gallen, Swiss hadir di Politeknik Pariwisata Makassar (Poltekpar

Makassar) dalam rangka membantu para pelajar Poltekpar mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui program P.I.E.C.E.S., sebuah organisasi berbasis sukarela yang didirikan oleh para mahasiswa St. Gallen.

Kehadiran para sukarelawan muda ini membuat proses pembelajaran Bahasa Inggris menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi para mahasiswa Poltekpar sekaligus membuka sebuah kesempatan untuk saling bertukar kebudayaan. Selain mendiskusikan isu-isu pariwisata seperti tipe-tipe wisatawan, sistem dan departemen yang ada di bidang perhotelan, serta berbagai isu destinasi, isu ekonomi juga menjadi topik hangat, mengingat para sukarelawan juga memiliki pengetahuan mengenai manajemen dan bisnis. Tamara, Pablo, Rodrigo, Matthew, dan Louis sebagai sukarelawan juga membantu senat mahasiswa dalam mengembangkan kelompok Bahasa Inggris Poltekpar Makassar.

Di akhir program tersebut, sebuah analisis SWOT Poltekpar terkait fasilitas kampus, dosen, dan mahasiswa disampaikan oleh para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan. Para sukarelawan juga menyampaikan rasa terima kasih atas pengalaman dan pandangan baru yang dapat mereka pelajari selama berpartisipasi dalam program. Pihak pengelola Poltekpar Makassar bersama perwakilan dari WISATA pun turut hadir dan menyampaikan apresiasi besar atas kontribusi dan kerja keras para sukarelawan. Program ini diharapkan dapat menjadi sebuah program kemitraan berkelanjutan di mana Poltekpar Makassar telah mulai mengambil bagian pembiayaan sebagian kegiatan.

WISATA Program

By Mawar Lestari Andu - Project Officer Education and Market Linkage

P.I.E.C.E.S. volunteers with the Minister of Tourism of IndonesiaMakassar

Swiss Student VolunteersMake Their Mark in Makassar

2

EFlores, Toraja, and Wakatobi Destinations are aware of the importance of international marketing in increasing international visitors. As such, earlier in March, representatives of DMO and FTKP in these

destinations headed to Germany to participate in ITB Berlin 2016, one of the largest tourism trade fairs, attended by business players from all over the world.

Held for the 50th time in Messe Berlin from March 9 to 13, the event saw Indonesia take home the Best Exhibitor award in the Asia Australia Oceania category.

According to Yohan Tangke Salu, member of Toraja DMO Marketing Commission, ITB Berlin was selected as destinations promotion tactic because its international reputation as well as exit survey results in 2015 that showed European travelers contributing to the highest number of visits in Flores, Toraja, and Wakatobi -- something that makes their participation in the fair all the more relevant.

“We need to continue to update [potential visitors] with information on the latest attractions and events schedule so as to keep the market well informed and increase their interest in visiting these destinations,” Flores DMO Marketing manager Girda Safitri says.

Aside from exhibiting at ITB Berlin, a business luncheon was also held in Amsterdam on March 16, where representatives were able to introduce Flores, Toraja, and Wakatobi to tour operators in the Netherlands.

“By participating in this event, we hope to share updated information and maintain a good relationship with tourism businesses in order to strengthen the global market network, including Europe,” says La Ode Amaluddin of FTKP Wakatobi.

IDestinasi Flores, Toraja, dan Wakatobi menyadari pentingnya pemasaran internasional dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.

Oleh karena itu, diwakili oleh DMO dan FTKP, organisasi tata kelola destinasi pariwisata setempat, ketiga destinasi tersebut berpartisipasi dalam acara ITB Berlin 2016, salah satu pameran pariwisata terbesar yang menjadi ajang berkumpulnya para pelaku bisnis dari berbagai penjuru dunia.

Pameran ITB Berlin yang ke-50 diselenggarakan di Messe Berlin, Jerman, pada tanggal 9 sampai 13 Maret, dan pada kesempatan tersebut Paviliun Indonesia berhasil memenangkan penghargaan sebagai Peserta Pameran Terbaik untuk kategori Asia Australia Oceania.

Menurut Yohan Tangke Salu dari Komisi Pemasaran Toraja DMO, ITB Berlin terpilih sebagai taktik promosi destinasi karena reputasinya yang mendunia. Selain itu, Eropa merupakan pasar utama destinasi Toraja. Hal ini ditunjang

ITB Berlin 2016, a Gateway to Promoting Indonesia’s Emerging DestinationsBy Weny Kohongia - Program Officer Media & Events

Succsess Story

oleh hasil exit survey pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa wisatawan Eropa merupakan pengunjung terbesar destinasi Flores, Toraja, dan Wakatobi.

“Kami perlu terus menyampaikan informasi terbaru, seperti atraksi menarik dan jadwal kegiatan, sehingga pasar tahu dan semakin tertarik untuk berkunjung ke destinasi,” ujar Girda Safitri, manajer pemasaran DMO Flores.

Selain menjadi peserta ITB Berlin, perwakilan dari ketiga destinasi tersebut juga mengadakan business luncheon di Amsterdam pada tanggal 16 Maret untuk memperkenalkan Flores, Toraja, dan Wakatobi secara langsung pada pengelola tur Belanda.

“Melalui kedua acara ini, kami berharap dapat berbagi informasi dan membina hubungan baik dengan pelaku bisnis pariwisata, guna memperkuat jaringan pasar global, termasuk Eropa,” pungkas La Ode Amaluddin dari FTKP Wakatobi.

Toraja DMO in ITB Berlin 2016Berlin

FTKP Wakatobi in ITB BerlinBerlin

Toraja DMO in ITB Berlin 2016Berlin

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 19WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in IndonesiaWISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 3: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

First Cycle of HoCo Ends on a High Note

Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development

Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development

Building Bridges Between Schools and Businesses

Moves Forward with Destination Branding Efforts

Developing Community-based Tourism in Sesean Suloara’

Publisher Swisscontact WISATAJl. Batur Sari No. 20SB, SanurDenpasar - Bali 80227 IndonesiaPhotography Swisscontact WISATA, Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, La Ode Orba, Akas hamid, Seto AriyadiDesign & Layout Swisscontact WISATAPrinter PT Cintya Grafika

The project is supported by SECO in cooperation with

Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact

*No part of this publication may be copied or reproduced

in any form by any means.

Apa KabarWe proudly present to you the Berita WISATA in its new look. With this edition will introduce to you the beauty of Wakatobi and it’s nature, not only underwater, but also the many breathtaking scenery on land. For Wakatobi, this year will be the time to develop tourism as a leading sector. In line and in cooperation with the local government, WISATA supports marketing and promotion of Wakatobi tourism as a priority, including destination website development. Beside implementing the promotion and marketing strategy, tourism attractions need to be prepared well to welcome visitors. A dive site survey has been conducted together with Wakatobi Professional Dive Association (WPDA) in Binongko, which is as the farthest away island from Wangi-Wangi. Binongko has a wide range potential attractions and activities that can be offered to the visitors. With this dive site survey, Wakatobi can promote its whole destination from Wangi-wangi to Binongko which will attract visitors to come to Wakatobi and explore also newly known places.

Happy reading and warmest regards from all of us.

Ruedi NuetziSwisscontact WISATA

Program Manager

04 FLORES

06 TANJUNG PUTING

14 TORAJA

16 WAKATOBI

08 COVER STORY

18 VOCATIONAL & HIGHER EDUCATION

Publisher

ContentsCorrection

EIn the article “Swisscontact Connects CBT with the Tourism Businesses” appeared on Berita Wisata, 4th

Edition of October-December 2015, page 17, the correct sentences should read:“On December 14, 2015, a workshop …. On Wangi-wangi Island in Wakatobi, Sulawesi Tenggara”We apologize for the error.- Editor

IPada tulisan “Swisscontact Connects CBT with the Tourism Businesses” di Berita Wisata, Edisi 4 (October-

December 2015), halaman 17, kalimat yang benar seharusnya:“Swisscontact pada 14 Desember 2015 memfasilitasi … di Pulau Wangi-wangi, Sulawesi Tenggara” Demikian kesalahan diperbaiki. - Redaksi

Content & Publisher’s Note

3WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

IAdanya hubungan simbiosis mutalisme antara Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia usaha sangat dibutuhkan. Hubungan dengan pelaku bisnis perlu dibangun dengan

tanggung jawab dan berkelanjutan sehingga membawa manfaat bagi banyak pihak, di mana SMK akan mencetak tenaga yang terampil dan siap kerja.

Sayangnya, hubungan tersebut pada umumnya masih terfokus pada kebutuhan pelaksanaan praktek kerja lapangan semata, sehingga bila dilihat lebih dekat, masih banyak ruang yang bisa dioptimalkan. Misalnya, pekerja industri bisa saja menjadi guru tamu atau penguji di SMK secara reguler, guru-guru bisa diberikan kesempatan untuk magang, industri dapat dilibatkan dalam merancang komponen pengajaran dan menyusun kurikulum kejuruan yang berorientasi pada keahlian standar dunia industri, dan sistem perekrutan kerja dan pusat karir juga dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dunia industri.

Berangkat dari pemahaman tersebut, WISATA memfasilitasi adanya loka karya mengenai hubungan dengan pelaku bisnis yang diadakan bersama SMK model dari WISATA Sister School Program di Surabaya pada 15 - 16 Maret lalu. Dalam kegiatan tersebut, SMKN 3 Denpasar, SMK Pariwisata Harapan Denpasar, SMKN 8 Makassar, dan SMKN 1 Surabaya sebagai tuan rumah diajak untuk saling membagikan pengalaman kerja sama dengan industri, sekaligus menggali lebih dalam kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi sekolah dalam menjalin kerja sama yang efektif.Dengan terbangunnya hubungan bisnis yang harmonis antara SMK dan industri, diharapkan kulitas sumber daya manusia Indonesia lulusan SMK bisa lebih memiliki daya saing yang tinggi dan akan membawa dampak positif bagi dunia pariwisata Indonesia.

EFor vocational high schools (SMK) to produce the best possible talents that are ready to contribute to the industry, it is important that these institutions establish a mutually

beneficial partnership with businesses, one that is based on values of sustainability and responsibility.

Today, however, this alliance seems to be solely focused on fulfilling vocational high school students’ need for internship opportunities, leaving plenty of room for improvement and new programs. For example, businesses can offer teachers internship opportunities, schools can start regularly inviting business practitioners as guest lecturers and involve businesses in putting together a curriculum that is based on the necessary skills needed in the industry, while the recruitment system and career centers could be improved.

It is based on this understanding that WISATA on March 15 to 16 facilitated a workshop that addresses this alliance between schools and businesses, which was held in partnership with model schools from the WISATA Sister School Program in Surabaya. During the event, representatives from SMKN 3 Denpasar, SMK Pariwisata Harapan Denpasar, SMKN 8 Makassar, and SMKN 1 Surabaya were invited to share their experience in working with businesses and discuss any needs and challenges faced in establishing more effective partnerships.

It is hoped that by establishing a solid relationship between these educational institutions and businesses, vocational schools could move forward and produce high quality human resources who will then bring a positive impact on Indonesia’s tourism industry.

Building Bridges Between Schools and BusinessesBy Mercya Soesanto - Component Manager for Education and Training & Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

Vocational & Higher Education

Human Resources Department from Hotel Zest is explaining about hotel management and internship opportunitySurabaya

Workshop on Business Linkage in SMKN 10 Surabaya

18 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 4: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

First Cycle of HoCo Ends on a High Note

ISalah satu program yang sukses diimplementasikan pada tahun ini adalah Hospitality Coaching (HoCo). Inisiatif awal ini bersinergi dengan program SCORE ILO dan berhasil

mendapatkan respon positif serta membuahkan hasil signifikan, di mana peserta HoCo telah membuat kemajuan berarti dalam memperbaiki performa bisnis mereka selama beberapa bulan belakangan.

Pada Februari 26, para peserta HoCo berkumpul bersama di Luwansa Beach Resort di Labuan Bajo untuk mempresentasikan kemajuan yang telah mereka capai melalui foto-foto kondisi sebelum dan sesudah adanya intervensi HoCo. Diprakarsai oleh DMO Flores, kegiatan presentasi hasil ini dihadiri oleh hotel-hotel, fasilitator HoCo, pelatihan utama dan lokal HoCo, PHRI, DPRD, Dinas Pariwisata Manggarai Barat, dan juga ILO Jakarta. Presentasi ini sangat penting sebagai ajang berbagi informasi mengenai kemajuan dan perubahan positif yang telah dicapai selama mengikuti program HoCo.

Dari empat hotel yang berpartisipasi, Surya Hotel dinobatkan sebagai hotel dengan pencapaian terbaik selama implementasi siklus pertama HoCo. Dalam acara tersebut, para peserta dan pelatih juga diberikan sertifikat apresisasi atas kontribusi dan komitmen mereka.

By Novie Afrillies - Jr. Project Officer Quality and Standards

Ena from Surya Hotel is explaining their hotel progress, Flores

John from Matahari Hotel is explaining the indicator progress of their hotelFlores

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

EThe Tourism Management Forum (FTKP) plays an important part in the development of a tourism destination, bringing together stakeholders in the region to play an

active role in the execution of strategies and planning. Wakatobi being a region that comprises several different islands, however, FTKP members are faced with challenges in coordinating with one another and in effectively accomplishing the purpose of this organization.

With the goal of tackling this issue, WISATA recently initiated the establishment of island-based tourism management groups named the Island Working Group (IWG), which is set to function as a bridge between FTKP and stakeholders in each island, coordinating and planning programs, and bringing information on progress and developments to the district-level FTKP.

IWG members include representatives from the sub-district government, local police, local military, traditional authorities, tourism villages, as well as staffers from the Wakatobi National Park and all technical units in each island.

To date, WISATA has facilitated the formation of IWG in three different islands in Wakatobi, namely Kaledupa (KITG), Tomia (TITG), and Binongko (BITG). In Kaledupa and Binongko, these groups have also managed to put together a tourism working plan that covers the next five years by involving all members of the organization in each island.

IForum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata sebuah destinasi dengan peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan

kawasan tersebut. Namun, bentuk geografis Wakatobi, dengan pulau-pulau yang terpisah, mengakibatkan kesulitan koordinasi antar anggota FTKP dan dalam melaksanakan fungsi kelompok tersebut secara efektif. Untuk itu, WISATA baru-baru ini menginisiasi pembentukan wadah pengelolaan pariwista di tingkat pulau yang dinamakan Island Working Group (IWG).

IWG merupakan perpanjangan fungsi dan peran FTKP pada tingkat kepulauan dan memberikan seluruh pemangku kepentingan pariwisata di tiap pulau ruang untuk koordinasi, perencanaan, dan komunikasi, serta meneruskan berbagai informasi mengenai berbagai perkembangan yang ada ke FTKP tingkat kabupten.

Mereka yang menjadi anggota IWG adalah antara lain Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) yaitu pemerintah kecamatan, polisi sektor, dan komandan rayon militer, juga pemangku adat setempat, LSM lokal, pelaku usaha pariwisata, desa wisata, seksi taman nasional Wakatobi, dan seluruh unit pelaksana teknis daerah yang terdapat di masing-masing pulau.

WISATA telah memfasilitasi pembentukan IWG di tiga pulau di Wakatobi, yaitu Kaledupa (KITG), Tomia (TITG), dan Binongko (BITG). Selain itu, KITG dan BITG juga telah berhasil merumuskan program kerja pembangunan kepariwisataan selama lima tahun ke depan dengan melibatkan seluruh unsur keanggotaan IWG di masing-masing pulau.

Island-based Working Groups, the Future of Tourism Development in WakatobiBy Asri Kasim - Field Office Manager Wakatobi & Shyerly Hariyanto - Project Officer Communications

Wakatobi

Kaledupa IWG members on workshop on organizational

structure and work plan.Wakatobi

Kaledupa IWG members on workshop on organizational structure and work planWakatobi

17WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

EAs one of the programs that were successfully implemented this year, the first round of the Hospitality Coaching (HoCo) which uses synergies with the SCORE ILO program, has

earned positive feedback from the global initiative and delivered significant results, with participants making substantial progress in improving their business performance over the past few months.

On February 26, HoCo participants gathered at the Luwansa Beach Resort in Labuan Bajo to each deliver a presentation about the developments they have been able to make by showing photographs of their work before and after the coaching program. Led by the Flores DMO, the event was attended by the hotels, HoCo facilitators, local and master HoCo trainers, as well as representatives from the Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI), the Provincial Legislative Council (DPRD), Manggarai Barat Tourism Office, as well as ILO Jakarta. The event is an important session, as it becomes a platform for hotels to discuss and share information on the progress and positive changes they’ve accomplished throughout the length of the HoCo program.

Of the four participating hotels, Surya Hotel was awarded for having achieved the most progress during the first cycle of the HoCo. Certificates were also handed to each of the hotels and trainers as a form of appreciation for their contribution and commitment.

Page 5: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

By Vianney Andro Prasetyo – Project Officer Eco and Local Products

EManggarai, a region in Western Flores, may be popular among tourists for the local Caci dance, komodo dragons, and the exotic Wae Rebo village. But for coffee enthusiasts,

the region is home to coffee beans, both Arabica and Robusta, that are some of the best in the Indonesian archipelago.

Introduced by the Dutch in the early 20th century, coffee plants can be found today in almost every corner of the Manggarai highlands, with plantations stretching 100 kilometers from the Manggarai Timur district to the Manggarai Barat district and amounting to the largest plantation in Flores and possibly the entire East Nusa Tenggara province.

IManggarai, sebuah kawasan di bagian Barat pulau Flores, memang dikenal dengan Tarian Caci, komodo, dan Desa Wae Rebo yang eksotis. Namun, lebih dari itu, Manggarai

juga memiliki kekayaan kopi, baik Arabika maupun Robusta, yang tak kalah menariknya, terutama bagi pecinta kopi.

Diperkenalkan oleh penjajah Belanda pada awal abad ke-20, kini pohon-pohon kopi sangat mudah ditemukan di tiap sudut dataran tinggi kawasan tersebut. Terbentang sekitar 100 kilometer dari kabupaten Manggarai Timur hingga Manggarai Barat tanaman kopi tradisional Manggarai bisa jadi merupakan yang terluas di Flores maupun keseluruhan provinsi Nusa Tenggara Timur.

Finding Indonesia’s Best Coffee in Flores

Flores

Kopi ManeFlores

Not only is coffee a cash crop commodity that helps locals generate income, these beans have become a vital part of the local culture and plays an important role in the people’s day-to-day social life. Every afternoon, locals would prepare cups of coffee in their homes in what is called the kopi mane culture or afternoon coffee.

In 2015, Flores Manggarai coffee was named Indonesia’s best Arabica and Robusta specialty coffee, with the Arabica beans being known for their strong character and a medium- to high-level acidity and strong sweet notes. In medium roast, the beans are known to produce herbal and floral aroma.

Di Manggarai, kopi tidak hanya menjadi komoditas yang menjanjikan untuk diperdagangkan, namun juga menjadi bagian dari kebudayaan lokal dan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Saat sore tiba, secangkir kopi selalu siap diseduh di rumah-rumah, sebuah budaya yang disebut kopi mane dalam bahasa lokal, yang artiya kopi sore.

Pada tahun 2015 lalu, kopi Manggarai dinobatkan sebagai kopi khusus terbaik Indonesia untuk kategori Arabika dan Robusta. Flores Manggarai Arabika memiliki karakter unik dengan tingkat keasaman medium hingga cukup tinggi, serta rasa manis yang kuat. Pada level penyangraian sedang, kopi ini memiliki aroma herbal dan floral.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 5

EWith the growth of Wakatobi’s tourism industry as a leading sector in the region, the establishment of a legal document that could serve as a guideline has become a necessity for

local stakeholders.

Filling this gap, the local district office of Wakatobi has developed an academic document named the Regional Tourism Development Master plan (RIPPARDA), with Singajaya as consultant, which is currently undergoing a legal review process by the legal staff from the Wakatobi Regional Secretariat office. According to Nadar, chief of the Wakatobi Tourism and Creative Economy office, RIPPARDA is established as a compass for stakeholder involved in the development of Wakatobi as a tourism destination. “Hopefully RIPPARDA can be completed and become a Regional Regulation,” he said.

Working with the Wakatobi local government, WISATA supported this move by helping organize a working group for the creation of the document as well as the development of a Wakatobi tourism marketing blueprint. Representatives from all organizations under the Wakatobi FTKP were also involved in the process and were tasked with monitoring the consultants for the project.

The Wakatobi government is aware that it is important for the document to be implemented and reflect the needs of the local tourism industry, which is to become a well-managed, sustainable industry with a socioeconomic impact for locals. “We hope the tourism blueprint can be used as a guideline in establishing an effective and efficient marketing strategy in order to achieve Wakatobi’s tourism target,” says Nadar.

IDalam pengembangan peran pariwisata sebagai sektor unggulan Wakatobi, diperlukan sebuah panduan berlegitimasi hukum. Guna memenuhi kebutuhan tersebut,

Kabupaten Wakatobi telah menyusun dan menghasilkan dokumen akademis Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten (RIPPARDA) dengan bantuan Singajaya selaku konsultan.

Pada saat ini, proses perumusan dan kajian hukum RIPPARDA tengah dilakukan oleh bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi. Menurut Nadar, selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, RIPPARDA disusun sebagai kompas bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam menentukan arah pengembangan pariwisata Wakatobi. “Mudah-mudahan RIPPARDA dapat segera diselesaikan sampai akhirnya menjadi Peraturan Daerah,” ucapnya.

Dalam pengembangan dokumen tersebut, WISATA bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Wakatobi guna mendukung pembentukan kelompok kerja untuk menyusun RIPPARDA dan cetak biru pemasaran pariwisata Wakatobi. Perwakilan dari seluruh unsur yang tergabung dalam keanggotaan Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) Wakatobi juga turut andil dalam mengawasi kerja konsultan.

Wakatobi menyadari pentingnya dihasilkannya dokumen yang dapat diimplementasikan dan mencerminkan kebutuhan pariwisata setempat, yaitu sebuah industri yang dapat dikelola, berkelanjutan, dan membawa manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. “Cetak biru pemasaran pariwisata diharapkan dapat menjadi panduan dalam menetapkan strategi pemasaran yang efektif dan efisien untuk menjaring target pariwisata Wakatobi,” pungkas Nadar.

Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism DevelopmentBy Asri Kasim - Field Office Manager Wakatobi & Shyerly Hariyanto - Project Officer Communications

Marketing Blue Print Seminar in WakatobiWakatobi

Stakeholders on FGD about RIPPARDAWakatobi

Marketing Blue Print Seminar in WakatobiWakatobi

Stakeholders on FGD about RIPPARDAWakatobi

16 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 6: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

EDespite being located in Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Kumpai Batu Village in the Arut Selatan sub-district makes for a unique destination thanks to its strong

Javanese ambiance, with lines of joglos, or traditional Javanese houses.

In their spacious yards, locals have planted a wide variety of fruits such as mango, rambutan, jackfruit, and durian—a sight that can be extremely tempting in the right season—while the surrounding rice fields and plantations offer a welcome air of coolness that contrasts with Kalimantan’s dry temperature.

Thanks to its strategic location not too far from the downtown Pangkalan Bun, there are plenty of tourism potentials worth developing in Kumpai Batu, such as cycling, which can be an alternative holiday activity that takes visitors exploring the village and getting up close and personal with its people. The surrounding beautiful hills and a lake, a former zircon sand mining area, could also make for some interest attractions with picture-perfect views to take in. When hungry, visitors can dine on a local delicacy called nasi tiwul, or rice mixed with processed cassava and served with organic chicken and shredded coconut vegetables.

Kumpai Batu, a Taste of Java in Kalimantan

IMeski terletak di kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Desa Kumpai Batu di kecamatan Arut Selatan mempunyai keunikan tersendiri, di mana setiap

kunjungan seakan membawa kita ke Pulau Jawa dengan pemandangan jejeran rumah joglo, bangunan tradisional Jawa yang berdinding kayu dan beratap genteng.

Rumah-rumah penduduk setempat pada umumnya berhalaman luas dan ditanami dengan berbagai pohon buah-buahan, dari rambutan, mangga, nangka, hingga durian, sementara pemandangan persawahan dan ladang yang menyejukkan kerap terasa jauh berbeda dari terik dan panasnya tanah Kalimantan.

Ada banyak potensi wisata Kumpai Batu yang dapat dikembangkan, terutama mengingat lokasi desa yang masih terbilang dekat dari pusat kota Pangkalan Bun. Bersepeda, contohnya, dapat menjadi sebuah kegiatan pariwisata yang menarik, di mana para wisatawan dapat diajak menjelajah kampung ini dan mengenal lebih dekat para penduduknya. Daya tarik Kumpai Batu lainnya adalah keindahan bukit-bukit di kawasan tersebut serta danau bekas penambangan pasir zircon. Apabila perut mulai keroncongan usai bersepeda, para pengunjung dapat mencicipi sajian khas Kumpai Batu, yaitu nasi tiwul, nasi yang dicampur dengan olahan singkong dan siap dihidangkan dengan opor ayam kampung serta urap sayur.

By Azmi Mirrah Azizah - Intern for Tourism Product Development Tanjung Puting

Cycling, An Alternative Holiday Activity at Kumpai Batu VillageKalimantan

Danau Hitam, One of Tourist Attraction at Kumpai Batu VillageKalimantan

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia6

IMemasuki 2016, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan, termasuk di Indonesia. Tak ingin ketinggalan, para profesional di Toraja mulai berbenah dan

mempersiapkan diri menghadapi persaingan, terutama terkait tenaga kerja di sektor pariwisata. Menyanggupi permintaan dari asosiasi pariwisata di Toraja, Swisscontact memfasilitasi kerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Phinisi dari Makassar, salah satu LSP yang memiliki lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi, untuk melakukan sertifikasi di Toraja, sesuai dengan program pemerintah dalam hal percepatan sertifikasi untuk tenaga kerja sektor pariwisata.

Sebanyak 21 penguji dari LSP Phinisi datang ke Toraja pada 26-28 November 2015, untuk menguji 200 pekerja hotel dan restoran serta pemandu wisata setempat. Sertifikasi ini diperlukan agar tenaga kerja pariwisata di Toraja dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

Pada tanggal 29 Februari lalu, pengumuman kelulusan dan penyerahan sertifikat dilakukan bersamaan dengan kegiatan Coffee Club PHRI di Hotel Puri Artha. Sebanyak 150 tenaga kerja hotel dan restoran dan 30 pemandu wisata dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat yang ditandatangani oleh BNSP di Jakarta.

“Saya merasa sangat bangga dapat menerima sertifikat kelulusan ini, yang akan memotivasi saya untuk bekerja lebih baik sesuai SOP [standar operasional prosedur],” ujar Martina Saringallo, staf front office Pantan Hotel. Sementara itu, Welianus Sampe, staf housekeeping Sahid Toraja Hotel, juga mengekspresikan kegembiraan atas kelulusannya karena merasa lebih percaya diri untuk menghadapi persaingan global.

Profession Certification TestToraja

Toraja

Toraja Gets Set for AEC 2016By Edwardus Ada - Project Officer for Community-based Tourism Toraja

EThe ASEAN Economic Community came into effect in the region, including Indonesia, earlier this year, and in Toraja, professionals have begun preparing themselves to face

international competition, especially that in the tourism sector. Upon the request of the Toraja tourism association, Swisscontact was able to work in partnership with the Phinisi Profession Certification Agency from Makassar, an agency licensed by the National Certification Board (BNSP), to conduct a certification test in Toraja as part of the government’s plan to speed up workers’ certification process in the tourism sector.

Up to 21 examiners from LSP Phinisi visited Toraja on November 26 to 28, 2015, to test as many as 200 hotel and restaurant workers, as well as local tour guides, for a certificate that will enable tourism workers in the region to compete with those from other countries.

Results of the test were announced on February 29 during the PHRI’s Coffee Club event at the Puri Artha Hotel. Up to 150 hotel and restaurant workers and 30 tour guides passed the test and received a certificate signed by the BSNP based in Jakarta.

“I’m so proud for having received this certificate, which will motivate me to work better according to the standard operating procedure,” says Martina Saringallo, a front desk staff at Pantan Hotel. Welianus Sampe, a housekeeping staff at Sahid Toraja Hotel, also expressed joy in having passed the test, emphasizing that the results have helped him feel more confident in facing global competition.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 15

Page 7: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

ETrailing on the success of Toraja’s newly launched brand as a tourism destination, FTKP Tanjung Puting this year agreed to follow in Toraja’s footsteps. In January, a call for

proposals was announced, inviting professional branding agencies to pitch their best possible ideas in developing Tanjung Puting’s tourism brand.

The first round of this selection process was held on February 20 at the Kotawaringin Barat Culture and Tourism Office, with 13 FTKP members in attendance to choose three agencies who have pitched the best proposals.

The next round of the selection was held on March 1 to 2 at the DMO Flores office, attended by representatives from the Kotawaringin Barat Culture and Tourism Office, two FTKP representatives, as well as WISATA’s marketing, and Tanjung Puting team. Agustini Rahayu, Wonderful Indonesia International Marketing & Communication of Tourism Ministry was also invited to attend the event, where she shared the ministry’s views and insights on matters related to destination branding efforts.

Results of the selection were announced on March 31, 2016.

IMenyusul kesuksesan Toraja yang baru saja meluncurkan citra barunya sebagai destinasi pariwisata, FTKP Tanjung Puting sepakat untuk mengikuti jejak Toraja dan pada akhir

Januari lalu mengumumkan permintaan proposal untuk mengundang agensi-agensi pengembangan citra atau branding profesional membantu mewujudkan hal tersebut.

Pada 20 Februari, 13 anggota FTKP hadir dalam proses seleksi awal untuk memilih tiga agensi dengan proposal terbaik di ruang pertemuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Barat.

Tahap seleksi selanjutnya kemudian dilaksanakan sesuai rencana pada tanggal 1-2 Maret di kantor DMO Flores, dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota waringin Barat serta dua perwakilan FTKP, didampingi tim pemasaran WISATA Bali dan tim Tanjung Puting. Agustini Rahayu, bagian Pemasaran & Komunikasi Internasional Wonderful Indonesia dari Kementerian Pariwisata juga turut diundang pada kesempatan tersebut untuk memberikan arahan terkait proses pencitraan destinasi dari sudut pandang Kementerian Pariwisata.

Hasi keputusan seleksi diumumkan pada tanggal 31 Maret 2016 lalu.

Tanjung Puting Moves Forward with Destination Branding Efforts

By Azmi Mirrah Azizah - Intern for Tourism Product Development Tanjung Puting

One of the Brand Agency is Presenting His ProposalTanjung Puting

Tanjung Puting

7WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

EIt was a cold, misty early morning in Batutumonga on February 26, but locals and tourism stakeholders have come out to gather in high spirits at the Sesean Suluoara’

Sub-district Office for a presentation by Agus Wiyono, a consultant on the development and management of community-based tourism villages.

For no less than a month, the consultant and a team from WISATA conducted an assessment, interviews, and discussions, as well as provided counsel for up to five villages in the Sesean Suluoara’ Sub-district in an effort to identify existing and untapped tourism potentials and to put together strategic plans regarding their development and management.

Presenting the group’s findings, Mr. Wiyono covered potential tourism products that can be developed in the area, a blueprint of the local tourism management, recommended programs, as well as a slew of activities that need to be held for Sesean Suluoara’ to become an ideal tourism destination. The document containing these findings were later on handed over to the local tourism working group and to the district coordination team to be followed up.

Sesean Suluoara’ Sub-district chief, Marthinus Tangkeallo expressed his appreciation towards Swisscontact for the support in developing tourism potentials through enriching programs. Markus Sampe Bongga, Head of Suluoara’ Village’s tourism working group also shared Marthinus’ views, emphasizing that with active participation from the local community and the full support of the government as well as other stakeholders, Batutumonga and Suluoara’ can move towards becoming a sustainable, ideal tourism destination in Toraja.

Developing Community-based Tourism in Sesean Suloara’By Edwardus Ada - Project Officer for Community-based Tourism Toraja

Assessment Result Presentation for CBT Development in Sesean Suluoara’

Toraja

Potential Village Tourism MapingToraja

IKabut dan dinginnya pagi masih menyelimuti kawasan Batutumonga pada Februari 26 lalu, namun ruang pertemuan di kantor camat Sesean

Suluoara’ sudah dipenuhi masyarakat setempat serta para pemangku kepentingan pariwisata. Mereka hadir dengan antusias untuk mendengarkan pemaparan Agus Wiyono, selaku konsultan studi pengembangan dan pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat di kawasan Batutumonga.

Selama sekitar satu bulan, konsultan dan tim WISATA melakukan pengamatan, wawancara, diskusi terarah, serta konsultasi di lima desa di Kecamatan Sesean Suluoara’ untuk mengidentifikasi potensi dan produk wisata yang sudah ada dan yang belum dikelola untuk kemudian merancang rencana strategis berdasarkan berbagai penemuan yang ada.

Dalam pertemuan tersebut, Agus menyampaikan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, termasuk potensi dan produk wisata yang dapat dikembangkan, rancangan model pengelolaan wisata, rekomendasi program, serta kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai kawasan wisata yang ideal. Dokumen hasil pengamatan tersebut kemudian diserahkan kepada kelompok kerja (pokja) pariwisata yang telah terbentuk dan tim koordinasi kabupaten untuk dapat ditindaklanjuti.

Marthinus Tangkeallo, selaku camat Sesean Suluoara’, menyampaikan apresiasinya kepada Swisscontact, yang selama ini mendampingi pengembangan pariwisata di Sesean Suluoara’ lewat berbagai kegiatan yang memperkaya ilmu. Hal yang sama disampaikan oleh ketua pokja pariwisata Desa Suluoara’, Markus Sampe Bongga, yang merasa yakin dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat serta dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lain, maka kawasan Batutumonga, khususnya Desa Suluoara’, akan menjadi tujuan wisata yang ideal dan berkelanjutan di Toraja.

Potential Village Tourism MapingToraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia14

Page 8: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

EThe availability of new information that is accessible by visitors plays an important role when it comes to promoting a tourism destination. It was on such grounds that the

Wakatobi Tourism Office initiated the development of a website.

Noval Monali, marketing head of the Wakatobi Tourism and Creative Economy Office, emphasized the need for a medium that will be able to fulfill visitors’ expectations and their need for information that is consistently and continuously managed. Acting in support of this decision, WISATA contributed to the initiative by assisting them in selecting a website consultant and by providing insights throughout the development process. “We really appreciate the support given by WISATA,” Noval said.

The website created is WakatobiTourism.com, the official Wakatobi tourism site that features information on local tourism and acts as a platform to promote the beauty of this region to the international market. WakatobiTourism.com, currently managed under the Wakatobi Tourism Office by a team of 12 tasked with providing content for the website, is also designed to support local tourism businesses through a dedicated page that lists various businesses operating in the area. Aside from the website, Wakatobi has also developed an Android smartphone application that can be downloaded and used offline.

IKetersediaan informasi baru yang dapat diakses oleh pengunjung adalah bagian penting dari usaha promosi sebuah destinasi. Untuk mengisi kebutuhan tersebut,

Dinas Pariwisata Wakatobi berinisiatif memulai pengembangan situs web pariwisata yang—sesuai dengan paparan Noval Monali, selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi—dapat memenuhi ekspektasi pengunjung akan informasi yang dibutuhkan dan dikelola secara berkelanjutan.

WISATA mendukung rencana terebut dengan membantu proses pemilihan konsultan situs web dan memberi berbagai masukan selama pengembangannya. “Kami sangat mengapresiasi dukungan yang diberikan WISATA selama ini,” ujar Noval.

Situs web yang dibangun adalah WakatobiTourism.com, sebuah situs resmi Destinasi Wakatobi yang memuat informasi seputar pariwisata setempat serta berperan sebagai media promosi pariwisata Wakatobi ke pasar global. Situs WakatobiTourism.com, yang kini dikelola oleh 12 orang untuk mendukung penyediaan konten dan berada di bawah koordinasi Dinas Pariwisata Wakatobi, juga dirancang untuk mendukung bisnis pariwisata setempat melalui laman khusus direktori bisnis. Di samping situs tersebut, destinasi Wakatobi juga menyediakan aplikasi yang dapat diunduh pada smartphone berbasis Android dan dapat digunakan secara offline.

By Weny Kohongia - Program Officer Media and Event & Shyerly Hariyanto - Project Officer Communications

WAVE 2015

Wakatobi atYour Fingertips

EThe Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2015 (WAVE) was held on November 26, 2015, showcasing a cultural parade from the four islands of Wakatobi, namely Wangi-

wangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko. The event kicked off with the launch of Wakatobi’s official tourism website by Coordinating Human Development and Culture Minister, Puan Maharani.

During the program, Mrs. Maharani says she was impressed by the beauty of Wakatobi’s nature and the fresh seafood options, emphasized wanting to return to Wakatobi to enjoy more of its beauty. “As a tourism destination, Wakatobi is ready, it just has to focus on the areas and potentials that it wants to develop in the future,” she says.

Also present at WAVE 2015 were the deputy assistant from the Tourism Ministry, the 40th Buton Sultan, local tribes chiefs, head of the Wakatobi Legislative Council (DPRD) and other related working units.

A series of cultural shows were performed during the event,

such as the Tombak Tamburu Liya dance, a carnival by the tribes chiefs, a Karia’a and Kansoda’a akil balig celebration, as well as a marine life–themed costume competition and a car decorating competition.

Wakatobi also launched its new tourism brand at the festival, reaffirming its position as a world-class maritime destination. Wakatobi regent Ir. Hugua during his speech said he hopes to be able to make an impactful contribution to the people of Wakatobi before the end of his term.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia8

1. A Diver Explore Wakatobi’s Underwater, Wakatobi | 2. Sunset nearby Liya Togo, Wangi-wangi Island, Wakatobi | 3. Weaving in Limbo Langge, Kaledupa Island, Wakatobi

Cover Story

13WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

2

3

Page 9: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

Cover StoryUnderwater - DinasParawisataWakatobi

IPada tanggal November 26, 2015, Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2015 (WAVE) diselenggarakan dengan parade budaya dari empat pulau di Wakatobi, yaitu Wangi-

wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Peluncuran situs web pariwisata Wakatobi ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Pengembangan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

Puan mengaku sangat terkesan dengan alam Wakatobi yang begitu menawan dan berbagai makanan hasi laut yang segar, dan menyatakan keinginannya untuk kembali berkunjung ke wilayah tersebut. “Wakatobi sebagai destinasi wisata sebenarnya telah siap hanya harus fokus pada wilayah dan potensi mana yang akan dikembangkan di kemudian hari,” pungkas Puan.

Selain Puan, perayaan WAVE 2015 juga dihadiri oleh Asisten Deputi dari Kementerian Pariwisata, Sultan Buton ke-40, para tokoh adat setempat, ketua DPRD Wakatobi, dan jajaran SKPD terkait.

Atraksi yang ditampilkan dalam acara tersebut antara lain tarian Tombak Tamburu Liya, karnaval tokoh adat, perayaan akil balig Karia’a dan Kansoda’a hingga lomba kostum bertema bahari serta lomba mobil hias.

Festival WAVE juga menjadi ajang peluncuran citra baru pariwisata Wakatobi sebagai destinasi maritim kelas dunia. Bupati Wakatobi Ir. Hugua dalam sambutannya menyatakan harapannya untuk dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Wakatobi di akhir masa jabatannya.

9WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia12

1

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 10: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

In Binongko,Underwater Beauty and Beyond

By Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

EBinongko, one of the four islands that make up the Wakatobi archipelago in Indonesia’s province of Sulawesi Tenggara, is a region that abounds with natural beauty and

local culture that makes it stand out as one of Indonesia’s finest tourism destinations. When setting foot on the island, visitors will find themselves welcomed by beautiful hills, hundreds of sea turtles, and coral reefs that extend all the way to the mangrove forests that line the beaches.

“It is important for us to protect the sea turtle habitat,” says Amursan, leader of the Binongko Fishermen Forum (Foneb). “According to the local culture, it is taboo to trap sea turtles. We always use traditional tools when it comes to fishing. We need to make sure that the locals are involved in the preservation of Binongko so as to encourage tourists to visit.”

Binongko’s enchanting beauty will easily make the six-hour trip from Wangi-wangi, Wakatobi’s main island, one that is worth making. Prior to being known as Wakatobi, the region is also popular as being blacksmiths archipelago, who to this day continue their work in almost every corner of the island. Once the sun readies to set, the sound of blacksmiths at work, followed by the occasional fiery bursts, become the soundtrack that accompanies a unique experience as one ends another beautiful day in Binongko.

Stone Park On The Way to the Light House in BinongkoWakatobi

Diver in Binongko Underwater During the Dive ExplorationWakatobi

An Underwater Exploration Sets Eyes on Binongko’s Tourism Potentials

EWakatobi is home to a beautiful and rich marine life that stretches across the region’s four islands, namely Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko. Unfortunately, due

to the distance issue to reach Binongko from Wangi-wangi, the latter remains a largely untapped tourism destination despite its potentials. Having discussed this issue with members of the Wakatobi Professional Dive Association (WPDA), a team from WISATA, along with divers La Ode Orba, Akas Hamid, and Seto Ariyadi initiated an exploration in hope of discovering underwater sites in Binongko.

Throughout the four-day exploration, the team was able to identify up to 12 potential diving sites around Binongko. Discoveries in the western part of the island showed a wide variety of hard corals, while sites in the eastern part of the island is reportedly home to a massive sea turtle habitat, with up to 300 turtles identified throughout the length of the exploration.

Results from this initiative were subsequently handed over to the Binongko Island Tourism Group (BITG), led by La Ode Muhammad Safei. “Thanks to this exploration and these documentations, we have now realized the richness and beauty of Binongko underwater,” Safei said. “All this time, locals have yet to see with their own eyes the potentials that we have. The documentations that show damaged reefs will also remind locals of the importance of preserving nature.”

IWakatobi memiliki potensi kekayaan alam bawah laut yang tersebar di empat pulau, yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Namun, sayangnya, jarak yang cukup

jauh antara Wangi-wangi dan Binongko, sehingga potensi wisata alam Binongko masih jarang terjamah wisatawan. Berangkat dari diskusi dengan para penyelam anggota Wakatobi Professional Dive Association (WPDA), eksplorasi potensi bawah laut Binongku pun mulai dilakukan bersama La Ode Orba, Akas Hamid, dan Seto Ariyadi, serta tim dari WISATA.

Selama empat hari, tim eksplorasi berhasil mengidentifikasi 12 titik di sekitar Pulau Binongko yang berpotensi dikembangkan sebagai titik penyelaman. Perairan sebelah barat Pulau Binongko ditemui mempunyai terumbu karang yang lebih rapat dan bervariasi dan didominasi oleh terumbu karang keras, sementara itu titk-titik selam di wilayah timur didapati lebih kaya dengan keberadaan penyu. Selama penyelaman, sekitar 300 ekor penyu berhasil diidentifikasi oleh tim eksplorasi.

Hasil dokumentasi eksplorasi ini kemudian dibagikan kepada Kelompok Pariwisata Pulau Binongko (BITG) yang diwakili oleh La Ode Muhammad Safei selaku ketua. “Dengan adanya kegiatan eksplorasi dan hasil dokumentasi ini, kami baru menyadari betapa kaya dan indahnya alam bawah laut Binongko,” ucapnya. “Selama ini, masyarakat belum melihat secara langsung potensi apa yang kami miliki. Hasil dokumentasi yang juga memperlihatkan daerah dengan terumbu karang yang telah rusak ini akan menjadi bahan untuk menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga alam.”

By Putri Wilda Kirana – Project Officer External Destination Marketing Wakatobi

Cover Story

Turtle in Binongko’s UnderwaterWakatobi

Dive Site Survey in Binongko, Wakatobi

IPulau Binongko adalah salah satu dari empat pulau Wakatobi, kawasan di Sulawesi Tenggara yang kaya akan keindahan alam dan kearifan lokal yang tak kalah menarik

bila disandingkan dengan berbagai destinasi pariwisata lainnya di Indonesia. Saat menapakkan kaki di pulau terluar Wakatobi ini, pengunjung akan disambut oleh bukit berbatu, ratusan penyu, serta hamparan batu karang yang tak hanya terlihat di bawah laut, namun menjadi taman di sepanjang jalan ke hutan mangrove di tepi pantai.

“Kami harus melindungi penyu di sini,” ujar Amursan, ketua Forum Nelayan Binongko (Foneb). “Menurut adat, menjaring penyu kecil itu pamali. Kami selalu menggunakan alat tradisional untuk menangkap ikan. Kami harus memastikan bahwa masyarakat harus menjaga alam Binongko agar banyak wisatawan yang datang ke sini.”

Keindahan Binongko seakan menyihir para pengunjung dan dengan mudah mengobati lelah perjalanan sekitar enam jam yang harus ditempuh dari Wangi-wangi, pulau utama Wakatobi. Sebelum terkenal sebagai kawasan pariwisata Wakatobi, kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan “pulau-pulau tukang besi”, karena selain memiliki alam yang menakjubkan, Binongko juga menjadi kawasan yang dipenuhi dengan kelompok pemandai besi yang dapat ditemukan di tiap sudut pulau. Kala matahari mulai tenggelam, suara tempa besi yang beradu diikuti bara api yang menyala saat parang-parang mulai menajam, akan membawa sensasi yang khas dan menghanyutkan sembari menutup hari Anda di Binongko.

Blacksmith in BinongkoWakatobi

1110

Blacksmith in BinongkoWakatobi

Stone Park On The Way to the Light House in Binongko,Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in IndonesiaWISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 11: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

In Binongko,Underwater Beauty and Beyond

By Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

EBinongko, one of the four islands that make up the Wakatobi archipelago in Indonesia’s province of Sulawesi Tenggara, is a region that abounds with natural beauty and

local culture that makes it stand out as one of Indonesia’s finest tourism destinations. When setting foot on the island, visitors will find themselves welcomed by beautiful hills, hundreds of sea turtles, and coral reefs that extend all the way to the mangrove forests that line the beaches.

“It is important for us to protect the sea turtle habitat,” says Amursan, leader of the Binongko Fishermen Forum (Foneb). “According to the local culture, it is taboo to trap sea turtles. We always use traditional tools when it comes to fishing. We need to make sure that the locals are involved in the preservation of Binongko so as to encourage tourists to visit.”

Binongko’s enchanting beauty will easily make the six-hour trip from Wangi-wangi, Wakatobi’s main island, one that is worth making. Prior to being known as Wakatobi, the region is also popular as being blacksmiths archipelago, who to this day continue their work in almost every corner of the island. Once the sun readies to set, the sound of blacksmiths at work, followed by the occasional fiery bursts, become the soundtrack that accompanies a unique experience as one ends another beautiful day in Binongko.

Stone Park On The Way to the Light House in BinongkoWakatobi

Diver in Binongko Underwater During the Dive ExplorationWakatobi

An Underwater Exploration Sets Eyes on Binongko’s Tourism Potentials

EWakatobi is home to a beautiful and rich marine life that stretches across the region’s four islands, namely Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko. Unfortunately, due

to the distance issue to reach Binongko from Wangi-wangi, the latter remains a largely untapped tourism destination despite its potentials. Having discussed this issue with members of the Wakatobi Professional Dive Association (WPDA), a team from WISATA, along with divers La Ode Orba, Akas Hamid, and Seto Ariyadi initiated an exploration in hope of discovering underwater sites in Binongko.

Throughout the four-day exploration, the team was able to identify up to 12 potential diving sites around Binongko. Discoveries in the western part of the island showed a wide variety of hard corals, while sites in the eastern part of the island is reportedly home to a massive sea turtle habitat, with up to 300 turtles identified throughout the length of the exploration.

Results from this initiative were subsequently handed over to the Binongko Island Tourism Group (BITG), led by La Ode Muhammad Safei. “Thanks to this exploration and these documentations, we have now realized the richness and beauty of Binongko underwater,” Safei said. “All this time, locals have yet to see with their own eyes the potentials that we have. The documentations that show damaged reefs will also remind locals of the importance of preserving nature.”

IWakatobi memiliki potensi kekayaan alam bawah laut yang tersebar di empat pulau, yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Namun, sayangnya, jarak yang cukup

jauh antara Wangi-wangi dan Binongko, sehingga potensi wisata alam Binongko masih jarang terjamah wisatawan. Berangkat dari diskusi dengan para penyelam anggota Wakatobi Professional Dive Association (WPDA), eksplorasi potensi bawah laut Binongku pun mulai dilakukan bersama La Ode Orba, Akas Hamid, dan Seto Ariyadi, serta tim dari WISATA.

Selama empat hari, tim eksplorasi berhasil mengidentifikasi 12 titik di sekitar Pulau Binongko yang berpotensi dikembangkan sebagai titik penyelaman. Perairan sebelah barat Pulau Binongko ditemui mempunyai terumbu karang yang lebih rapat dan bervariasi dan didominasi oleh terumbu karang keras, sementara itu titk-titik selam di wilayah timur didapati lebih kaya dengan keberadaan penyu. Selama penyelaman, sekitar 300 ekor penyu berhasil diidentifikasi oleh tim eksplorasi.

Hasil dokumentasi eksplorasi ini kemudian dibagikan kepada Kelompok Pariwisata Pulau Binongko (BITG) yang diwakili oleh La Ode Muhammad Safei selaku ketua. “Dengan adanya kegiatan eksplorasi dan hasil dokumentasi ini, kami baru menyadari betapa kaya dan indahnya alam bawah laut Binongko,” ucapnya. “Selama ini, masyarakat belum melihat secara langsung potensi apa yang kami miliki. Hasil dokumentasi yang juga memperlihatkan daerah dengan terumbu karang yang telah rusak ini akan menjadi bahan untuk menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga alam.”

By Putri Wilda Kirana – Project Officer External Destination Marketing Wakatobi

Cover Story

Turtle in Binongko’s UnderwaterWakatobi

Dive Site Survey in Binongko, Wakatobi

IPulau Binongko adalah salah satu dari empat pulau Wakatobi, kawasan di Sulawesi Tenggara yang kaya akan keindahan alam dan kearifan lokal yang tak kalah menarik

bila disandingkan dengan berbagai destinasi pariwisata lainnya di Indonesia. Saat menapakkan kaki di pulau terluar Wakatobi ini, pengunjung akan disambut oleh bukit berbatu, ratusan penyu, serta hamparan batu karang yang tak hanya terlihat di bawah laut, namun menjadi taman di sepanjang jalan ke hutan mangrove di tepi pantai.

“Kami harus melindungi penyu di sini,” ujar Amursan, ketua Forum Nelayan Binongko (Foneb). “Menurut adat, menjaring penyu kecil itu pamali. Kami selalu menggunakan alat tradisional untuk menangkap ikan. Kami harus memastikan bahwa masyarakat harus menjaga alam Binongko agar banyak wisatawan yang datang ke sini.”

Keindahan Binongko seakan menyihir para pengunjung dan dengan mudah mengobati lelah perjalanan sekitar enam jam yang harus ditempuh dari Wangi-wangi, pulau utama Wakatobi. Sebelum terkenal sebagai kawasan pariwisata Wakatobi, kawasan tersebut juga dikenal dengan sebutan “pulau-pulau tukang besi”, karena selain memiliki alam yang menakjubkan, Binongko juga menjadi kawasan yang dipenuhi dengan kelompok pemandai besi yang dapat ditemukan di tiap sudut pulau. Kala matahari mulai tenggelam, suara tempa besi yang beradu diikuti bara api yang menyala saat parang-parang mulai menajam, akan membawa sensasi yang khas dan menghanyutkan sembari menutup hari Anda di Binongko.

Blacksmith in BinongkoWakatobi

1110

Blacksmith in BinongkoWakatobi

Stone Park On The Way to the Light House in Binongko,Wakatobi

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in IndonesiaWISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 12: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

Cover StoryUnderwater - DinasParawisataWakatobi

IPada tanggal November 26, 2015, Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2015 (WAVE) diselenggarakan dengan parade budaya dari empat pulau di Wakatobi, yaitu Wangi-

wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Peluncuran situs web pariwisata Wakatobi ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Pengembangan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani.

Puan mengaku sangat terkesan dengan alam Wakatobi yang begitu menawan dan berbagai makanan hasi laut yang segar, dan menyatakan keinginannya untuk kembali berkunjung ke wilayah tersebut. “Wakatobi sebagai destinasi wisata sebenarnya telah siap hanya harus fokus pada wilayah dan potensi mana yang akan dikembangkan di kemudian hari,” pungkas Puan.

Selain Puan, perayaan WAVE 2015 juga dihadiri oleh Asisten Deputi dari Kementerian Pariwisata, Sultan Buton ke-40, para tokoh adat setempat, ketua DPRD Wakatobi, dan jajaran SKPD terkait.

Atraksi yang ditampilkan dalam acara tersebut antara lain tarian Tombak Tamburu Liya, karnaval tokoh adat, perayaan akil balig Karia’a dan Kansoda’a hingga lomba kostum bertema bahari serta lomba mobil hias.

Festival WAVE juga menjadi ajang peluncuran citra baru pariwisata Wakatobi sebagai destinasi maritim kelas dunia. Bupati Wakatobi Ir. Hugua dalam sambutannya menyatakan harapannya untuk dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat Wakatobi di akhir masa jabatannya.

9WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia12

1

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 13: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

EThe availability of new information that is accessible by visitors plays an important role when it comes to promoting a tourism destination. It was on such grounds that the

Wakatobi Tourism Office initiated the development of a website.

Noval Monali, marketing head of the Wakatobi Tourism and Creative Economy Office, emphasized the need for a medium that will be able to fulfill visitors’ expectations and their need for information that is consistently and continuously managed. Acting in support of this decision, WISATA contributed to the initiative by assisting them in selecting a website consultant and by providing insights throughout the development process. “We really appreciate the support given by WISATA,” Noval said.

The website created is WakatobiTourism.com, the official Wakatobi tourism site that features information on local tourism and acts as a platform to promote the beauty of this region to the international market. WakatobiTourism.com, currently managed under the Wakatobi Tourism Office by a team of 12 tasked with providing content for the website, is also designed to support local tourism businesses through a dedicated page that lists various businesses operating in the area. Aside from the website, Wakatobi has also developed an Android smartphone application that can be downloaded and used offline.

IKetersediaan informasi baru yang dapat diakses oleh pengunjung adalah bagian penting dari usaha promosi sebuah destinasi. Untuk mengisi kebutuhan tersebut,

Dinas Pariwisata Wakatobi berinisiatif memulai pengembangan situs web pariwisata yang—sesuai dengan paparan Noval Monali, selaku Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi—dapat memenuhi ekspektasi pengunjung akan informasi yang dibutuhkan dan dikelola secara berkelanjutan.

WISATA mendukung rencana terebut dengan membantu proses pemilihan konsultan situs web dan memberi berbagai masukan selama pengembangannya. “Kami sangat mengapresiasi dukungan yang diberikan WISATA selama ini,” ujar Noval.

Situs web yang dibangun adalah WakatobiTourism.com, sebuah situs resmi Destinasi Wakatobi yang memuat informasi seputar pariwisata setempat serta berperan sebagai media promosi pariwisata Wakatobi ke pasar global. Situs WakatobiTourism.com, yang kini dikelola oleh 12 orang untuk mendukung penyediaan konten dan berada di bawah koordinasi Dinas Pariwisata Wakatobi, juga dirancang untuk mendukung bisnis pariwisata setempat melalui laman khusus direktori bisnis. Di samping situs tersebut, destinasi Wakatobi juga menyediakan aplikasi yang dapat diunduh pada smartphone berbasis Android dan dapat digunakan secara offline.

By Weny Kohongia - Program Officer Media and Event & Shyerly Hariyanto - Project Officer Communications

WAVE 2015

Wakatobi atYour Fingertips

EThe Wakatobi Wonderful Festival and Expo 2015 (WAVE) was held on November 26, 2015, showcasing a cultural parade from the four islands of Wakatobi, namely Wangi-

wangi, Kaledupa, Tomia, and Binongko. The event kicked off with the launch of Wakatobi’s official tourism website by Coordinating Human Development and Culture Minister, Puan Maharani.

During the program, Mrs. Maharani says she was impressed by the beauty of Wakatobi’s nature and the fresh seafood options, emphasized wanting to return to Wakatobi to enjoy more of its beauty. “As a tourism destination, Wakatobi is ready, it just has to focus on the areas and potentials that it wants to develop in the future,” she says.

Also present at WAVE 2015 were the deputy assistant from the Tourism Ministry, the 40th Buton Sultan, local tribes chiefs, head of the Wakatobi Legislative Council (DPRD) and other related working units.

A series of cultural shows were performed during the event,

such as the Tombak Tamburu Liya dance, a carnival by the tribes chiefs, a Karia’a and Kansoda’a akil balig celebration, as well as a marine life–themed costume competition and a car decorating competition.

Wakatobi also launched its new tourism brand at the festival, reaffirming its position as a world-class maritime destination. Wakatobi regent Ir. Hugua during his speech said he hopes to be able to make an impactful contribution to the people of Wakatobi before the end of his term.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia8

1. A Diver Explore Wakatobi’s Underwater, Wakatobi | 2. Sunset nearby Liya Togo, Wangi-wangi Island, Wakatobi | 3. Weaving in Limbo Langge, Kaledupa Island, Wakatobi

Cover Story

13WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

2

3

Page 14: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

ETrailing on the success of Toraja’s newly launched brand as a tourism destination, FTKP Tanjung Puting this year agreed to follow in Toraja’s footsteps. In January, a call for

proposals was announced, inviting professional branding agencies to pitch their best possible ideas in developing Tanjung Puting’s tourism brand.

The first round of this selection process was held on February 20 at the Kotawaringin Barat Culture and Tourism Office, with 13 FTKP members in attendance to choose three agencies who have pitched the best proposals.

The next round of the selection was held on March 1 to 2 at the DMO Flores office, attended by representatives from the Kotawaringin Barat Culture and Tourism Office, two FTKP representatives, as well as WISATA’s marketing, and Tanjung Puting team. Agustini Rahayu, Wonderful Indonesia International Marketing & Communication of Tourism Ministry was also invited to attend the event, where she shared the ministry’s views and insights on matters related to destination branding efforts.

Results of the selection were announced on March 31, 2016.

IMenyusul kesuksesan Toraja yang baru saja meluncurkan citra barunya sebagai destinasi pariwisata, FTKP Tanjung Puting sepakat untuk mengikuti jejak Toraja dan pada akhir

Januari lalu mengumumkan permintaan proposal untuk mengundang agensi-agensi pengembangan citra atau branding profesional membantu mewujudkan hal tersebut.

Pada 20 Februari, 13 anggota FTKP hadir dalam proses seleksi awal untuk memilih tiga agensi dengan proposal terbaik di ruang pertemuan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Barat.

Tahap seleksi selanjutnya kemudian dilaksanakan sesuai rencana pada tanggal 1-2 Maret di kantor DMO Flores, dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota waringin Barat serta dua perwakilan FTKP, didampingi tim pemasaran WISATA Bali dan tim Tanjung Puting. Agustini Rahayu, bagian Pemasaran & Komunikasi Internasional Wonderful Indonesia dari Kementerian Pariwisata juga turut diundang pada kesempatan tersebut untuk memberikan arahan terkait proses pencitraan destinasi dari sudut pandang Kementerian Pariwisata.

Hasi keputusan seleksi diumumkan pada tanggal 31 Maret 2016 lalu.

Tanjung Puting Moves Forward with Destination Branding Efforts

By Azmi Mirrah Azizah - Intern for Tourism Product Development Tanjung Puting

One of the Brand Agency is Presenting His ProposalTanjung Puting

Tanjung Puting

7WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

EIt was a cold, misty early morning in Batutumonga on February 26, but locals and tourism stakeholders have come out to gather in high spirits at the Sesean Suluoara’

Sub-district Office for a presentation by Agus Wiyono, a consultant on the development and management of community-based tourism villages.

For no less than a month, the consultant and a team from WISATA conducted an assessment, interviews, and discussions, as well as provided counsel for up to five villages in the Sesean Suluoara’ Sub-district in an effort to identify existing and untapped tourism potentials and to put together strategic plans regarding their development and management.

Presenting the group’s findings, Mr. Wiyono covered potential tourism products that can be developed in the area, a blueprint of the local tourism management, recommended programs, as well as a slew of activities that need to be held for Sesean Suluoara’ to become an ideal tourism destination. The document containing these findings were later on handed over to the local tourism working group and to the district coordination team to be followed up.

Sesean Suluoara’ Sub-district chief, Marthinus Tangkeallo expressed his appreciation towards Swisscontact for the support in developing tourism potentials through enriching programs. Markus Sampe Bongga, Head of Suluoara’ Village’s tourism working group also shared Marthinus’ views, emphasizing that with active participation from the local community and the full support of the government as well as other stakeholders, Batutumonga and Suluoara’ can move towards becoming a sustainable, ideal tourism destination in Toraja.

Developing Community-based Tourism in Sesean Suloara’By Edwardus Ada - Project Officer for Community-based Tourism Toraja

Assessment Result Presentation for CBT Development in Sesean Suluoara’

Toraja

Potential Village Tourism MapingToraja

IKabut dan dinginnya pagi masih menyelimuti kawasan Batutumonga pada Februari 26 lalu, namun ruang pertemuan di kantor camat Sesean

Suluoara’ sudah dipenuhi masyarakat setempat serta para pemangku kepentingan pariwisata. Mereka hadir dengan antusias untuk mendengarkan pemaparan Agus Wiyono, selaku konsultan studi pengembangan dan pengelolaan desa wisata berbasis masyarakat di kawasan Batutumonga.

Selama sekitar satu bulan, konsultan dan tim WISATA melakukan pengamatan, wawancara, diskusi terarah, serta konsultasi di lima desa di Kecamatan Sesean Suluoara’ untuk mengidentifikasi potensi dan produk wisata yang sudah ada dan yang belum dikelola untuk kemudian merancang rencana strategis berdasarkan berbagai penemuan yang ada.

Dalam pertemuan tersebut, Agus menyampaikan hasil dari pengamatan yang telah dilakukan, termasuk potensi dan produk wisata yang dapat dikembangkan, rancangan model pengelolaan wisata, rekomendasi program, serta kegiatan yang perlu dilakukan untuk mencapai kawasan wisata yang ideal. Dokumen hasil pengamatan tersebut kemudian diserahkan kepada kelompok kerja (pokja) pariwisata yang telah terbentuk dan tim koordinasi kabupaten untuk dapat ditindaklanjuti.

Marthinus Tangkeallo, selaku camat Sesean Suluoara’, menyampaikan apresiasinya kepada Swisscontact, yang selama ini mendampingi pengembangan pariwisata di Sesean Suluoara’ lewat berbagai kegiatan yang memperkaya ilmu. Hal yang sama disampaikan oleh ketua pokja pariwisata Desa Suluoara’, Markus Sampe Bongga, yang merasa yakin dengan adanya partisipasi aktif dari masyarakat serta dukungan dari pemerintah dan pemangku kepentingan lain, maka kawasan Batutumonga, khususnya Desa Suluoara’, akan menjadi tujuan wisata yang ideal dan berkelanjutan di Toraja.

Potential Village Tourism MapingToraja

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia14

Page 15: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

EDespite being located in Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Kumpai Batu Village in the Arut Selatan sub-district makes for a unique destination thanks to its strong

Javanese ambiance, with lines of joglos, or traditional Javanese houses.

In their spacious yards, locals have planted a wide variety of fruits such as mango, rambutan, jackfruit, and durian—a sight that can be extremely tempting in the right season—while the surrounding rice fields and plantations offer a welcome air of coolness that contrasts with Kalimantan’s dry temperature.

Thanks to its strategic location not too far from the downtown Pangkalan Bun, there are plenty of tourism potentials worth developing in Kumpai Batu, such as cycling, which can be an alternative holiday activity that takes visitors exploring the village and getting up close and personal with its people. The surrounding beautiful hills and a lake, a former zircon sand mining area, could also make for some interest attractions with picture-perfect views to take in. When hungry, visitors can dine on a local delicacy called nasi tiwul, or rice mixed with processed cassava and served with organic chicken and shredded coconut vegetables.

Kumpai Batu, a Taste of Java in Kalimantan

IMeski terletak di kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Desa Kumpai Batu di kecamatan Arut Selatan mempunyai keunikan tersendiri, di mana setiap

kunjungan seakan membawa kita ke Pulau Jawa dengan pemandangan jejeran rumah joglo, bangunan tradisional Jawa yang berdinding kayu dan beratap genteng.

Rumah-rumah penduduk setempat pada umumnya berhalaman luas dan ditanami dengan berbagai pohon buah-buahan, dari rambutan, mangga, nangka, hingga durian, sementara pemandangan persawahan dan ladang yang menyejukkan kerap terasa jauh berbeda dari terik dan panasnya tanah Kalimantan.

Ada banyak potensi wisata Kumpai Batu yang dapat dikembangkan, terutama mengingat lokasi desa yang masih terbilang dekat dari pusat kota Pangkalan Bun. Bersepeda, contohnya, dapat menjadi sebuah kegiatan pariwisata yang menarik, di mana para wisatawan dapat diajak menjelajah kampung ini dan mengenal lebih dekat para penduduknya. Daya tarik Kumpai Batu lainnya adalah keindahan bukit-bukit di kawasan tersebut serta danau bekas penambangan pasir zircon. Apabila perut mulai keroncongan usai bersepeda, para pengunjung dapat mencicipi sajian khas Kumpai Batu, yaitu nasi tiwul, nasi yang dicampur dengan olahan singkong dan siap dihidangkan dengan opor ayam kampung serta urap sayur.

By Azmi Mirrah Azizah - Intern for Tourism Product Development Tanjung Puting

Cycling, An Alternative Holiday Activity at Kumpai Batu VillageKalimantan

Danau Hitam, One of Tourist Attraction at Kumpai Batu VillageKalimantan

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia6

IMemasuki 2016, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai diberlakukan, termasuk di Indonesia. Tak ingin ketinggalan, para profesional di Toraja mulai berbenah dan

mempersiapkan diri menghadapi persaingan, terutama terkait tenaga kerja di sektor pariwisata. Menyanggupi permintaan dari asosiasi pariwisata di Toraja, Swisscontact memfasilitasi kerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Phinisi dari Makassar, salah satu LSP yang memiliki lisensi dari Badan Nasional Sertifikasi, untuk melakukan sertifikasi di Toraja, sesuai dengan program pemerintah dalam hal percepatan sertifikasi untuk tenaga kerja sektor pariwisata.

Sebanyak 21 penguji dari LSP Phinisi datang ke Toraja pada 26-28 November 2015, untuk menguji 200 pekerja hotel dan restoran serta pemandu wisata setempat. Sertifikasi ini diperlukan agar tenaga kerja pariwisata di Toraja dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain.

Pada tanggal 29 Februari lalu, pengumuman kelulusan dan penyerahan sertifikat dilakukan bersamaan dengan kegiatan Coffee Club PHRI di Hotel Puri Artha. Sebanyak 150 tenaga kerja hotel dan restoran dan 30 pemandu wisata dinyatakan lulus dan mendapatkan sertifikat yang ditandatangani oleh BNSP di Jakarta.

“Saya merasa sangat bangga dapat menerima sertifikat kelulusan ini, yang akan memotivasi saya untuk bekerja lebih baik sesuai SOP [standar operasional prosedur],” ujar Martina Saringallo, staf front office Pantan Hotel. Sementara itu, Welianus Sampe, staf housekeeping Sahid Toraja Hotel, juga mengekspresikan kegembiraan atas kelulusannya karena merasa lebih percaya diri untuk menghadapi persaingan global.

Profession Certification TestToraja

Toraja

Toraja Gets Set for AEC 2016By Edwardus Ada - Project Officer for Community-based Tourism Toraja

EThe ASEAN Economic Community came into effect in the region, including Indonesia, earlier this year, and in Toraja, professionals have begun preparing themselves to face

international competition, especially that in the tourism sector. Upon the request of the Toraja tourism association, Swisscontact was able to work in partnership with the Phinisi Profession Certification Agency from Makassar, an agency licensed by the National Certification Board (BNSP), to conduct a certification test in Toraja as part of the government’s plan to speed up workers’ certification process in the tourism sector.

Up to 21 examiners from LSP Phinisi visited Toraja on November 26 to 28, 2015, to test as many as 200 hotel and restaurant workers, as well as local tour guides, for a certificate that will enable tourism workers in the region to compete with those from other countries.

Results of the test were announced on February 29 during the PHRI’s Coffee Club event at the Puri Artha Hotel. Up to 150 hotel and restaurant workers and 30 tour guides passed the test and received a certificate signed by the BSNP based in Jakarta.

“I’m so proud for having received this certificate, which will motivate me to work better according to the standard operating procedure,” says Martina Saringallo, a front desk staff at Pantan Hotel. Welianus Sampe, a housekeeping staff at Sahid Toraja Hotel, also expressed joy in having passed the test, emphasizing that the results have helped him feel more confident in facing global competition.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 15

Page 16: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

By Vianney Andro Prasetyo – Project Officer Eco and Local Products

EManggarai, a region in Western Flores, may be popular among tourists for the local Caci dance, komodo dragons, and the exotic Wae Rebo village. But for coffee enthusiasts,

the region is home to coffee beans, both Arabica and Robusta, that are some of the best in the Indonesian archipelago.

Introduced by the Dutch in the early 20th century, coffee plants can be found today in almost every corner of the Manggarai highlands, with plantations stretching 100 kilometers from the Manggarai Timur district to the Manggarai Barat district and amounting to the largest plantation in Flores and possibly the entire East Nusa Tenggara province.

IManggarai, sebuah kawasan di bagian Barat pulau Flores, memang dikenal dengan Tarian Caci, komodo, dan Desa Wae Rebo yang eksotis. Namun, lebih dari itu, Manggarai

juga memiliki kekayaan kopi, baik Arabika maupun Robusta, yang tak kalah menariknya, terutama bagi pecinta kopi.

Diperkenalkan oleh penjajah Belanda pada awal abad ke-20, kini pohon-pohon kopi sangat mudah ditemukan di tiap sudut dataran tinggi kawasan tersebut. Terbentang sekitar 100 kilometer dari kabupaten Manggarai Timur hingga Manggarai Barat tanaman kopi tradisional Manggarai bisa jadi merupakan yang terluas di Flores maupun keseluruhan provinsi Nusa Tenggara Timur.

Finding Indonesia’s Best Coffee in Flores

Flores

Kopi ManeFlores

Not only is coffee a cash crop commodity that helps locals generate income, these beans have become a vital part of the local culture and plays an important role in the people’s day-to-day social life. Every afternoon, locals would prepare cups of coffee in their homes in what is called the kopi mane culture or afternoon coffee.

In 2015, Flores Manggarai coffee was named Indonesia’s best Arabica and Robusta specialty coffee, with the Arabica beans being known for their strong character and a medium- to high-level acidity and strong sweet notes. In medium roast, the beans are known to produce herbal and floral aroma.

Di Manggarai, kopi tidak hanya menjadi komoditas yang menjanjikan untuk diperdagangkan, namun juga menjadi bagian dari kebudayaan lokal dan memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Saat sore tiba, secangkir kopi selalu siap diseduh di rumah-rumah, sebuah budaya yang disebut kopi mane dalam bahasa lokal, yang artiya kopi sore.

Pada tahun 2015 lalu, kopi Manggarai dinobatkan sebagai kopi khusus terbaik Indonesia untuk kategori Arabika dan Robusta. Flores Manggarai Arabika memiliki karakter unik dengan tingkat keasaman medium hingga cukup tinggi, serta rasa manis yang kuat. Pada level penyangraian sedang, kopi ini memiliki aroma herbal dan floral.

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 5

EWith the growth of Wakatobi’s tourism industry as a leading sector in the region, the establishment of a legal document that could serve as a guideline has become a necessity for

local stakeholders.

Filling this gap, the local district office of Wakatobi has developed an academic document named the Regional Tourism Development Master plan (RIPPARDA), with Singajaya as consultant, which is currently undergoing a legal review process by the legal staff from the Wakatobi Regional Secretariat office. According to Nadar, chief of the Wakatobi Tourism and Creative Economy office, RIPPARDA is established as a compass for stakeholder involved in the development of Wakatobi as a tourism destination. “Hopefully RIPPARDA can be completed and become a Regional Regulation,” he said.

Working with the Wakatobi local government, WISATA supported this move by helping organize a working group for the creation of the document as well as the development of a Wakatobi tourism marketing blueprint. Representatives from all organizations under the Wakatobi FTKP were also involved in the process and were tasked with monitoring the consultants for the project.

The Wakatobi government is aware that it is important for the document to be implemented and reflect the needs of the local tourism industry, which is to become a well-managed, sustainable industry with a socioeconomic impact for locals. “We hope the tourism blueprint can be used as a guideline in establishing an effective and efficient marketing strategy in order to achieve Wakatobi’s tourism target,” says Nadar.

IDalam pengembangan peran pariwisata sebagai sektor unggulan Wakatobi, diperlukan sebuah panduan berlegitimasi hukum. Guna memenuhi kebutuhan tersebut,

Kabupaten Wakatobi telah menyusun dan menghasilkan dokumen akademis Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Kabupaten (RIPPARDA) dengan bantuan Singajaya selaku konsultan.

Pada saat ini, proses perumusan dan kajian hukum RIPPARDA tengah dilakukan oleh bagian hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Wakatobi. Menurut Nadar, selaku Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Wakatobi, RIPPARDA disusun sebagai kompas bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam menentukan arah pengembangan pariwisata Wakatobi. “Mudah-mudahan RIPPARDA dapat segera diselesaikan sampai akhirnya menjadi Peraturan Daerah,” ucapnya.

Dalam pengembangan dokumen tersebut, WISATA bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Wakatobi guna mendukung pembentukan kelompok kerja untuk menyusun RIPPARDA dan cetak biru pemasaran pariwisata Wakatobi. Perwakilan dari seluruh unsur yang tergabung dalam keanggotaan Forum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) Wakatobi juga turut andil dalam mengawasi kerja konsultan.

Wakatobi menyadari pentingnya dihasilkannya dokumen yang dapat diimplementasikan dan mencerminkan kebutuhan pariwisata setempat, yaitu sebuah industri yang dapat dikelola, berkelanjutan, dan membawa manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat. “Cetak biru pemasaran pariwisata diharapkan dapat menjadi panduan dalam menetapkan strategi pemasaran yang efektif dan efisien untuk menjaring target pariwisata Wakatobi,” pungkas Nadar.

Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism DevelopmentBy Asri Kasim - Field Office Manager Wakatobi & Shyerly Hariyanto - Project Officer Communications

Marketing Blue Print Seminar in WakatobiWakatobi

Stakeholders on FGD about RIPPARDAWakatobi

Marketing Blue Print Seminar in WakatobiWakatobi

Stakeholders on FGD about RIPPARDAWakatobi

16 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 17: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

First Cycle of HoCo Ends on a High Note

ISalah satu program yang sukses diimplementasikan pada tahun ini adalah Hospitality Coaching (HoCo). Inisiatif awal ini bersinergi dengan program SCORE ILO dan berhasil

mendapatkan respon positif serta membuahkan hasil signifikan, di mana peserta HoCo telah membuat kemajuan berarti dalam memperbaiki performa bisnis mereka selama beberapa bulan belakangan.

Pada Februari 26, para peserta HoCo berkumpul bersama di Luwansa Beach Resort di Labuan Bajo untuk mempresentasikan kemajuan yang telah mereka capai melalui foto-foto kondisi sebelum dan sesudah adanya intervensi HoCo. Diprakarsai oleh DMO Flores, kegiatan presentasi hasil ini dihadiri oleh hotel-hotel, fasilitator HoCo, pelatihan utama dan lokal HoCo, PHRI, DPRD, Dinas Pariwisata Manggarai Barat, dan juga ILO Jakarta. Presentasi ini sangat penting sebagai ajang berbagi informasi mengenai kemajuan dan perubahan positif yang telah dicapai selama mengikuti program HoCo.

Dari empat hotel yang berpartisipasi, Surya Hotel dinobatkan sebagai hotel dengan pencapaian terbaik selama implementasi siklus pertama HoCo. Dalam acara tersebut, para peserta dan pelatih juga diberikan sertifikat apresisasi atas kontribusi dan komitmen mereka.

By Novie Afrillies - Jr. Project Officer Quality and Standards

Ena from Surya Hotel is explaining their hotel progress, Flores

John from Matahari Hotel is explaining the indicator progress of their hotelFlores

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia4

EThe Tourism Management Forum (FTKP) plays an important part in the development of a tourism destination, bringing together stakeholders in the region to play an

active role in the execution of strategies and planning. Wakatobi being a region that comprises several different islands, however, FTKP members are faced with challenges in coordinating with one another and in effectively accomplishing the purpose of this organization.

With the goal of tackling this issue, WISATA recently initiated the establishment of island-based tourism management groups named the Island Working Group (IWG), which is set to function as a bridge between FTKP and stakeholders in each island, coordinating and planning programs, and bringing information on progress and developments to the district-level FTKP.

IWG members include representatives from the sub-district government, local police, local military, traditional authorities, tourism villages, as well as staffers from the Wakatobi National Park and all technical units in each island.

To date, WISATA has facilitated the formation of IWG in three different islands in Wakatobi, namely Kaledupa (KITG), Tomia (TITG), and Binongko (BITG). In Kaledupa and Binongko, these groups have also managed to put together a tourism working plan that covers the next five years by involving all members of the organization in each island.

IForum Tata Kelola Pariwisata (FTKP) memegang peranan penting dalam pengembangan pariwisata sebuah destinasi dengan peran aktif dari seluruh pemangku kepentingan

kawasan tersebut. Namun, bentuk geografis Wakatobi, dengan pulau-pulau yang terpisah, mengakibatkan kesulitan koordinasi antar anggota FTKP dan dalam melaksanakan fungsi kelompok tersebut secara efektif. Untuk itu, WISATA baru-baru ini menginisiasi pembentukan wadah pengelolaan pariwista di tingkat pulau yang dinamakan Island Working Group (IWG).

IWG merupakan perpanjangan fungsi dan peran FTKP pada tingkat kepulauan dan memberikan seluruh pemangku kepentingan pariwisata di tiap pulau ruang untuk koordinasi, perencanaan, dan komunikasi, serta meneruskan berbagai informasi mengenai berbagai perkembangan yang ada ke FTKP tingkat kabupten.

Mereka yang menjadi anggota IWG adalah antara lain Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) yaitu pemerintah kecamatan, polisi sektor, dan komandan rayon militer, juga pemangku adat setempat, LSM lokal, pelaku usaha pariwisata, desa wisata, seksi taman nasional Wakatobi, dan seluruh unit pelaksana teknis daerah yang terdapat di masing-masing pulau.

WISATA telah memfasilitasi pembentukan IWG di tiga pulau di Wakatobi, yaitu Kaledupa (KITG), Tomia (TITG), dan Binongko (BITG). Selain itu, KITG dan BITG juga telah berhasil merumuskan program kerja pembangunan kepariwisataan selama lima tahun ke depan dengan melibatkan seluruh unsur keanggotaan IWG di masing-masing pulau.

Island-based Working Groups, the Future of Tourism Development in WakatobiBy Asri Kasim - Field Office Manager Wakatobi & Shyerly Hariyanto - Project Officer Communications

Wakatobi

Kaledupa IWG members on workshop on organizational

structure and work plan.Wakatobi

Kaledupa IWG members on workshop on organizational structure and work planWakatobi

17WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

EAs one of the programs that were successfully implemented this year, the first round of the Hospitality Coaching (HoCo) which uses synergies with the SCORE ILO program, has

earned positive feedback from the global initiative and delivered significant results, with participants making substantial progress in improving their business performance over the past few months.

On February 26, HoCo participants gathered at the Luwansa Beach Resort in Labuan Bajo to each deliver a presentation about the developments they have been able to make by showing photographs of their work before and after the coaching program. Led by the Flores DMO, the event was attended by the hotels, HoCo facilitators, local and master HoCo trainers, as well as representatives from the Indonesian Hotel and Restaurant Association (PHRI), the Provincial Legislative Council (DPRD), Manggarai Barat Tourism Office, as well as ILO Jakarta. The event is an important session, as it becomes a platform for hotels to discuss and share information on the progress and positive changes they’ve accomplished throughout the length of the HoCo program.

Of the four participating hotels, Surya Hotel was awarded for having achieved the most progress during the first cycle of the HoCo. Certificates were also handed to each of the hotels and trainers as a form of appreciation for their contribution and commitment.

Page 18: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

First Cycle of HoCo Ends on a High Note

Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development

Creating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development

Building Bridges Between Schools and Businesses

Moves Forward with Destination Branding Efforts

Developing Community-based Tourism in Sesean Suloara’

Publisher Swisscontact WISATAJl. Batur Sari No. 20SB, SanurDenpasar - Bali 80227 IndonesiaPhotography Swisscontact WISATA, Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi, La Ode Orba, Akas hamid, Seto AriyadiDesign & Layout Swisscontact WISATAPrinter PT Cintya Grafika

The project is supported by SECO in cooperation with

Ministry of Tourism, implemented by Swisscontact

*No part of this publication may be copied or reproduced

in any form by any means.

Apa KabarWe proudly present to you the Berita WISATA in its new look. With this edition will introduce to you the beauty of Wakatobi and it’s nature, not only underwater, but also the many breathtaking scenery on land. For Wakatobi, this year will be the time to develop tourism as a leading sector. In line and in cooperation with the local government, WISATA supports marketing and promotion of Wakatobi tourism as a priority, including destination website development. Beside implementing the promotion and marketing strategy, tourism attractions need to be prepared well to welcome visitors. A dive site survey has been conducted together with Wakatobi Professional Dive Association (WPDA) in Binongko, which is as the farthest away island from Wangi-Wangi. Binongko has a wide range potential attractions and activities that can be offered to the visitors. With this dive site survey, Wakatobi can promote its whole destination from Wangi-wangi to Binongko which will attract visitors to come to Wakatobi and explore also newly known places.

Happy reading and warmest regards from all of us.

Ruedi NuetziSwisscontact WISATA

Program Manager

04 FLORES

06 TANJUNG PUTING

14 TORAJA

16 WAKATOBI

08 COVER STORY

18 VOCATIONAL & HIGHER EDUCATION

Publisher

ContentsCorrection

EIn the article “Swisscontact Connects CBT with the Tourism Businesses” appeared on Berita Wisata, 4th

Edition of October-December 2015, page 17, the correct sentences should read:“On December 14, 2015, a workshop …. On Wangi-wangi Island in Wakatobi, Sulawesi Tenggara”We apologize for the error.- Editor

IPada tulisan “Swisscontact Connects CBT with the Tourism Businesses” di Berita Wisata, Edisi 4 (October-

December 2015), halaman 17, kalimat yang benar seharusnya:“Swisscontact pada 14 Desember 2015 memfasilitasi … di Pulau Wangi-wangi, Sulawesi Tenggara” Demikian kesalahan diperbaiki. - Redaksi

Content & Publisher’s Note

3WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

IAdanya hubungan simbiosis mutalisme antara Sekolah Menengah Kejuruan dan dunia usaha sangat dibutuhkan. Hubungan dengan pelaku bisnis perlu dibangun dengan

tanggung jawab dan berkelanjutan sehingga membawa manfaat bagi banyak pihak, di mana SMK akan mencetak tenaga yang terampil dan siap kerja.

Sayangnya, hubungan tersebut pada umumnya masih terfokus pada kebutuhan pelaksanaan praktek kerja lapangan semata, sehingga bila dilihat lebih dekat, masih banyak ruang yang bisa dioptimalkan. Misalnya, pekerja industri bisa saja menjadi guru tamu atau penguji di SMK secara reguler, guru-guru bisa diberikan kesempatan untuk magang, industri dapat dilibatkan dalam merancang komponen pengajaran dan menyusun kurikulum kejuruan yang berorientasi pada keahlian standar dunia industri, dan sistem perekrutan kerja dan pusat karir juga dapat ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dunia industri.

Berangkat dari pemahaman tersebut, WISATA memfasilitasi adanya loka karya mengenai hubungan dengan pelaku bisnis yang diadakan bersama SMK model dari WISATA Sister School Program di Surabaya pada 15 - 16 Maret lalu. Dalam kegiatan tersebut, SMKN 3 Denpasar, SMK Pariwisata Harapan Denpasar, SMKN 8 Makassar, dan SMKN 1 Surabaya sebagai tuan rumah diajak untuk saling membagikan pengalaman kerja sama dengan industri, sekaligus menggali lebih dalam kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi sekolah dalam menjalin kerja sama yang efektif.Dengan terbangunnya hubungan bisnis yang harmonis antara SMK dan industri, diharapkan kulitas sumber daya manusia Indonesia lulusan SMK bisa lebih memiliki daya saing yang tinggi dan akan membawa dampak positif bagi dunia pariwisata Indonesia.

EFor vocational high schools (SMK) to produce the best possible talents that are ready to contribute to the industry, it is important that these institutions establish a mutually

beneficial partnership with businesses, one that is based on values of sustainability and responsibility.

Today, however, this alliance seems to be solely focused on fulfilling vocational high school students’ need for internship opportunities, leaving plenty of room for improvement and new programs. For example, businesses can offer teachers internship opportunities, schools can start regularly inviting business practitioners as guest lecturers and involve businesses in putting together a curriculum that is based on the necessary skills needed in the industry, while the recruitment system and career centers could be improved.

It is based on this understanding that WISATA on March 15 to 16 facilitated a workshop that addresses this alliance between schools and businesses, which was held in partnership with model schools from the WISATA Sister School Program in Surabaya. During the event, representatives from SMKN 3 Denpasar, SMK Pariwisata Harapan Denpasar, SMKN 8 Makassar, and SMKN 1 Surabaya were invited to share their experience in working with businesses and discuss any needs and challenges faced in establishing more effective partnerships.

It is hoped that by establishing a solid relationship between these educational institutions and businesses, vocational schools could move forward and produce high quality human resources who will then bring a positive impact on Indonesia’s tourism industry.

Building Bridges Between Schools and BusinessesBy Mercya Soesanto - Component Manager for Education and Training & Shyerly Hariyanto – Project Officer Communications

Vocational & Higher Education

Human Resources Department from Hotel Zest is explaining about hotel management and internship opportunitySurabaya

Workshop on Business Linkage in SMKN 10 Surabaya

18 WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 19: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

ETwice every year since 2014, a group of four to five students from Switzerland’s St. Gallen University would come down to the Makassar Tourism Polytechnic (Poltekpar

Makassar) in a volunteering initiative established by P.I.E.C.E.S., an organization established by students of the Swiss university, aimed at offering their Poltekpar counterpart a unique English learning experience and creating a platform for cultural exchange.

Throughout the program, students were able to discuss a range of tourism-related topics with their peers from Switzerland, from the different types of tourists, systems and departments in the hotel industry, destination issues, as well as economic issues, which the volunteers were able to provide useful insights on thanks to their extensive management and business knowledge. Tamara, Pablo, Rodrigo, Matthew, and Louis as volunteers also helped the student organization develop the Poltekpar Makassar English Club.

On their last day, volunteers delivered a presentation on Poltekpar Makassar’s SWOT analysis with regards to the institution’s facilities, lecturers, and students, followed by recommendations on issues they have managed to identify during their time in Makassar. The volunteers expressed their appreciation for the program, from which they were able to gain new experiences and perspectives to take home. Poltekpar Makassar’s management team and representatives of WISATA also in return expressed their high appreciation of the volunteers’ contribution and hard work throughout the program. It is expected to become a sustainable program where Poltekpar Makassar has been started in partly financing the activity.

IDua kali setahun sejak tahun 2014, sebanyak empat hingga lima mahasiswa dari Universitas St. Gallen, Swiss hadir di Politeknik Pariwisata Makassar (Poltekpar

Makassar) dalam rangka membantu para pelajar Poltekpar mengasah kemampuan berbahasa Inggris mereka melalui program P.I.E.C.E.S., sebuah organisasi berbasis sukarela yang didirikan oleh para mahasiswa St. Gallen.

Kehadiran para sukarelawan muda ini membuat proses pembelajaran Bahasa Inggris menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi para mahasiswa Poltekpar sekaligus membuka sebuah kesempatan untuk saling bertukar kebudayaan. Selain mendiskusikan isu-isu pariwisata seperti tipe-tipe wisatawan, sistem dan departemen yang ada di bidang perhotelan, serta berbagai isu destinasi, isu ekonomi juga menjadi topik hangat, mengingat para sukarelawan juga memiliki pengetahuan mengenai manajemen dan bisnis. Tamara, Pablo, Rodrigo, Matthew, dan Louis sebagai sukarelawan juga membantu senat mahasiswa dalam mengembangkan kelompok Bahasa Inggris Poltekpar Makassar.

Di akhir program tersebut, sebuah analisis SWOT Poltekpar terkait fasilitas kampus, dosen, dan mahasiswa disampaikan oleh para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan. Para sukarelawan juga menyampaikan rasa terima kasih atas pengalaman dan pandangan baru yang dapat mereka pelajari selama berpartisipasi dalam program. Pihak pengelola Poltekpar Makassar bersama perwakilan dari WISATA pun turut hadir dan menyampaikan apresiasi besar atas kontribusi dan kerja keras para sukarelawan. Program ini diharapkan dapat menjadi sebuah program kemitraan berkelanjutan di mana Poltekpar Makassar telah mulai mengambil bagian pembiayaan sebagian kegiatan.

WISATA Program

By Mawar Lestari Andu - Project Officer Education and Market Linkage

P.I.E.C.E.S. volunteers with the Minister of Tourism of IndonesiaMakassar

Swiss Student VolunteersMake Their Mark in Makassar

2

EFlores, Toraja, and Wakatobi Destinations are aware of the importance of international marketing in increasing international visitors. As such, earlier in March, representatives of DMO and FTKP in these

destinations headed to Germany to participate in ITB Berlin 2016, one of the largest tourism trade fairs, attended by business players from all over the world.

Held for the 50th time in Messe Berlin from March 9 to 13, the event saw Indonesia take home the Best Exhibitor award in the Asia Australia Oceania category.

According to Yohan Tangke Salu, member of Toraja DMO Marketing Commission, ITB Berlin was selected as destinations promotion tactic because its international reputation as well as exit survey results in 2015 that showed European travelers contributing to the highest number of visits in Flores, Toraja, and Wakatobi -- something that makes their participation in the fair all the more relevant.

“We need to continue to update [potential visitors] with information on the latest attractions and events schedule so as to keep the market well informed and increase their interest in visiting these destinations,” Flores DMO Marketing manager Girda Safitri says.

Aside from exhibiting at ITB Berlin, a business luncheon was also held in Amsterdam on March 16, where representatives were able to introduce Flores, Toraja, and Wakatobi to tour operators in the Netherlands.

“By participating in this event, we hope to share updated information and maintain a good relationship with tourism businesses in order to strengthen the global market network, including Europe,” says La Ode Amaluddin of FTKP Wakatobi.

IDestinasi Flores, Toraja, dan Wakatobi menyadari pentingnya pemasaran internasional dalam meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara.

Oleh karena itu, diwakili oleh DMO dan FTKP, organisasi tata kelola destinasi pariwisata setempat, ketiga destinasi tersebut berpartisipasi dalam acara ITB Berlin 2016, salah satu pameran pariwisata terbesar yang menjadi ajang berkumpulnya para pelaku bisnis dari berbagai penjuru dunia.

Pameran ITB Berlin yang ke-50 diselenggarakan di Messe Berlin, Jerman, pada tanggal 9 sampai 13 Maret, dan pada kesempatan tersebut Paviliun Indonesia berhasil memenangkan penghargaan sebagai Peserta Pameran Terbaik untuk kategori Asia Australia Oceania.

Menurut Yohan Tangke Salu dari Komisi Pemasaran Toraja DMO, ITB Berlin terpilih sebagai taktik promosi destinasi karena reputasinya yang mendunia. Selain itu, Eropa merupakan pasar utama destinasi Toraja. Hal ini ditunjang

ITB Berlin 2016, a Gateway to Promoting Indonesia’s Emerging DestinationsBy Weny Kohongia - Program Officer Media & Events

Succsess Story

oleh hasil exit survey pada tahun 2015 yang menunjukkan bahwa wisatawan Eropa merupakan pengunjung terbesar destinasi Flores, Toraja, dan Wakatobi.

“Kami perlu terus menyampaikan informasi terbaru, seperti atraksi menarik dan jadwal kegiatan, sehingga pasar tahu dan semakin tertarik untuk berkunjung ke destinasi,” ujar Girda Safitri, manajer pemasaran DMO Flores.

Selain menjadi peserta ITB Berlin, perwakilan dari ketiga destinasi tersebut juga mengadakan business luncheon di Amsterdam pada tanggal 16 Maret untuk memperkenalkan Flores, Toraja, dan Wakatobi secara langsung pada pengelola tur Belanda.

“Melalui kedua acara ini, kami berharap dapat berbagi informasi dan membina hubungan baik dengan pelaku bisnis pariwisata, guna memperkuat jaringan pasar global, termasuk Eropa,” pungkas La Ode Amaluddin dari FTKP Wakatobi.

Toraja DMO in ITB Berlin 2016Berlin

FTKP Wakatobi in ITB BerlinBerlin

Toraja DMO in ITB Berlin 2016Berlin

WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia 19WISATA - Tourism Development for Selected Destinations in IndonesiaWISATA - Tourism Development for Selected Destinations in Indonesia

Page 20: WISATA · 2017-04-27 · Toraja. Developing Community-based . ... para sukarelawan melalui sebuah presentasi yang diikuti oleh penyampaian berbagai rekomendasi atas isu-isu yang ditemukan.

WISATABerita

5th Edition January - March 2016

Cover Story:

Wakatobi atYour Fingertips

FloresFirst Cycle of HoCo Ends on a High Note

Tanjung PutingMoves Forward with Destination Branding Efforts

TorajaDeveloping Community-based Tourism in Sesean Suloara’

WakatobiCreating a Legal Compass for Wakatobi’s Tourism Development04 06 14 16

Diver in Wakatobi’s Underwater, Wakatobi