WILLINGNESS TO PAY (WTP) RETRIBUSI LAHAN … · arah wakaf produktif dan wakaf tunai. Wakaf d. i...
Transcript of WILLINGNESS TO PAY (WTP) RETRIBUSI LAHAN … · arah wakaf produktif dan wakaf tunai. Wakaf d. i...
WILLINGNESS TO PAY (WTP)
RETRIBUSI LAHAN PEMAKAMAN UMUM
DAN WAKAF MAKAM DI KOTA BOGOR
BENAZHAR AHMAD
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Willingness to Pay
(WTP) Retribusi Lahan Pemakaman Umum dan Wakaf Makam Di Kota Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2016
Benazhar Ahmad
H54120048
ABSTRAK
BENAZHAR AHMAD. Willingness to Pay (WTP) Retribusi Lahan Pemakaman
Umum dan Wakaf Makam Di Kota Bogor. Dibimbing oleh MUHAMMAD
FIRDAUS.
Jumlah penduduk yang semakin meningkat membuat lahan pemakaman
menjadi semakin padat, beberapa alternatif kebijakan juga diberlakukan oleh
pemerintah daerah mulai dari penerapan retribusi, sistem makam tumpang, dan
juga pelarangan pembangunan bangunan di atas makam atau kijing. Alternatif lain
yang dapat digunakan adalah memberdayakan kembali wakaf lahan makam.
Penelitian ini bertujuan menganalisis besaran kesediaan masyarakat terhadap
retribusi lahan makam dan juga faktor faktor yang memengaruhi intensi seseorag
dalam berwakaf makam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Contingent Valuation Method (CVM) dan metode regresi logistik. Hasil analisis
menunjukkan nilai rata-rata WTP yang bersedia dibayarkan oleh masyarakat Kota
Bogor terhadap Retribusi sewa makam adalah sebesar Rp119 167/tahun. Variabel
yang signifikan memengaruhi intensi masyarakat terhadap wakaf makam adalah
lama pendidikan, keimanan, persepsi kesejahteraan, EWTP retribusi makam, dan
dummy dummy persepsi terhadap makam
Kata Kunci: Contingent Valuation Methods (CVM), Metode Logistik, Retribusi
Makam, Wakaf Makam.
ABSTRACT
BENAZHAR AHMAD. Willingness to Pay (WTP) Land Levy Tomb and Tomb
Waqf in Bogor City. Supervised by MUHAMMAD FIRDAUS.
The increasing of population was making the burial ground becoming
more congested, several alternative policies imposed by local goverment ranging
from the application of the levy, system of multiple usage grave, and also banning
the construction of buildings above the grave or kijing. Another alternative that
can be used is utilizing the tomb waqf. This research aims to analyze the amount
of public willingness to pay of land levy tomb and also factors which affect the
intentions of a person in the tomb waqf. The method used in this research is the
Contingent Valuation Method (CVM) and logistic regression method. The
analysis showed, the average value land levy tomb who are willing to be paid by
people of the city of Bogor are Rp119 167/year. A significant variables affecting
the intentions of the community towards tomb waqf is an year achived of formal
education, religiosity, perception of well-being, EWTP levy tomb, and dummies
of perceptions of the tomb
Keywords: Contingent Valuation Methods (CVM), Land Levy Tomb, Logistic
Regression Method, Tomb Waqf.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
WILLINGNESS TO PAY (WTP) RETRIBUSI LAHAN
PEMAKAMAN UMUM DAN WAKAF MAKAM DI KOTA
BOGOR
BENAZHAR AHMAD
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta‟ala atas
segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Willingness to Pay (WTP) Retribusi Lahan Pemakaman Umum dan Wakaf
Makam Di Kota Bogor”. skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada departemen Ilmu Ekonomi, Institut
Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang
tua dan keluarga penulis, yaitu Ayah Sulihadi, Ibu R A Dwi Sari Kusretnani, Adik
Naufal Zaidana atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu,
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof Dr Muhammad Firdaus, S P, M Si selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah banyak memberikan arahan, waktu, saran, dan
bimbingan dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini
2. Ibu Dr Tanti Novianti, S P, M Si selaku dosen penguji utama dan Bapak
Deni Lubis S Ag, M A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
yang telah memberikan masukan dan saran untuk penelitian ini.
3. Seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan ilmu
dan bantuan kepada penulis.
4. Bapak Ibu responden yang telah bersedia saya tanyakan pertanyaan
5. Teman-teman sebimbinganan Nur Halimah Mardianita, Irza Qoriani,
Vicky Avianturi, M. Faaruq, Sebika Syahtari yang telah berbagi ilmu,
pendapat, semangat, motivasi, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini
6. Sahabat dan teman - teman penulis Widya, Mustica, Iza, Arno, Ria, Dea,
Adelia, Silmi, Aisyah, Naufal, Riez, Savanet, Ditta, Anggi, Ninis, Gisa,
Amin, Deni, Wita, Sandra, Ariqy, Fathya, Nadia, Zacky, Melani, Eko,
Viddy, Indah, Laila, Bagus, Diza, Angel, Isfan yang membantu
memberikan ide, motivasi, dan saran.
7. Sahabat penulis yang merawat saat penulis sakit Ojan, Dwi, Faris,
Muhe, Alanasa, Tiara, Dian, Sofi, Riana, Ayupurba, Adli, Anti, Asti,
Adhit, Ivan sehingga penulis dapat melanjutkan skripsi.
8. Teman-teman Hipotesa 2013-2014 dan 2014-2015, Teman-teman Pasca
2016, Teman teman Eksyar 49, dan Keluarga Ilmu Ekonomi IPB yang
tidak bisa disebutkan satu- persatu.
Bogor, Juni 2016
Benazhar Ahmad
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Penelitian Terdahulu 8
Hipotesis Penelitian 9
Kerangka Pemikiran 9
METODE 10
Lokasi dan Waktu Penelitian 10
Jenis dan Sumber Data 10
Metode penentuan sampel 11
Metode Pengolahan dan Analisis Data 11
HASIL DAN PEMBAHASAN 15
Gambaran Umum Kondisi Lahan Makam di Kota Bogor 15
Karakteristik Umum Responden 17
Estimasi Willingness To Pay Masyarakat Bogor Terhadap Retribusi Makam 23
Faktor Faktor yang Memengaruhi Intensi Berwakaf Makam 24
Sintesis penelitian 29
SIMPULAN DAN SARAN 29
Simpulan 29
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 47
DAFTAR TABEL
1 Persentase penggunaan tanah wakaf berdasarkan peruntukannya
sampai dengan tahun 2016 di Indonesia. 2 2 Definisi variabel operasional 13 3 Jumlah kematian di Kota Bogor berdasarkan kecamatan pada tahun
2014 16 4 Demografi Responden 17 5 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 18 6 Sebaran Responden berdasarkan status pernikahan 19 7 Sebaran responden berdasarkan kategori usia 20 8 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 20
9 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan 21 10 Sebaran responden berdasarkan alternatif keimanan 22 11 Sebaran responden berdasarkan kategori pendapatan 22 12 Distribusi WTP masyarakat Kota Bogor terhadap retribusi makam 23 13 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table 24 14 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Hosmer and
Lemeshow Test 25 15 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Omnibus Test of
Model Coefficients dengan metode Enter 25 16 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Model Summary 25 17 Faktor-faktor yang memengaruhi intensi masyarakat dalam berwakaf
makam 26
DAFTAR GAMBAR
1 Proyeksi total populasi penduduk Indonesia dari tahun 2010-2035 1 2 Populasi pemeluk agama Islam berdasarkan provinsi di Pulau Jawa 3 3 Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2011 – 2014 4 4 Kerangka Pemikiran Operasional 10 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 18
6 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan 18 7 Karakteristik responden berdasarkan kategori usia 19 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan formal 20
9 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan 21 10 WTP responden terhadap retribusi lahan makam 24
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian 33 2 Hasil Statistik Uji Regresi Logistik 39 3 Hasil statistik uji validitas dan reliabilitas 41 4 Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Umum 43
200,000,000
220,000,000
240,000,000
260,000,000
280,000,000
300,000,000
320,000,000
jum
lah
pen
du
du
k
(jiw
a)
Tahun 2010 Tahun 2015 Tahun 2020
Tahun 2025 Tahun 2030 Tahun 2035
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk yang semakin bertambah membuat tingkat kepadatan
penduduk di Indonesia semakin meningkat. Terlebih Indonesia menempati urutan
ke empat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut survei
dari BPS tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2015 mencapai 250
juta jiwa lebih dan terus bertambah hingga diproyeksikan pada tahun 2035 jumlah
penduduk Indonesia akan mencapai angka 300 juta jiwa lebih, seperti yang
digambarkan pada Gambar 1.
Sumber: Badan Pusat Statistik RI 2014
Gambar 1 Proyeksi total populasi penduduk Indonesia dari tahun 2010-2035
Tingginya jumlah penduduk ini dapat menimbulkan berbagai macam
permasalahan, seperti tingginya tingkat pengangguran, tingginya angka
kriminalitas, distribusi penduduk yang tidak merata, serta tingginya tingkat
penularan penyakit. Namun permasalahan yang akan langsung berkaitan adalah
terkait penggunaan lahan, baik untuk lahan pemukiman, industri, pertanian,
hingga lahan pemakaman.
Dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat, permasalahan lahan
pemakaman menjadi semakin kompleks. Kenaikan jumlah penduduk tidak serta
merta membuat jumlah luas lahan untuk pemakaman menjadi semakin meningkat.
Hal ini membuat terjadinya ketidakseimbangan dimana terjadi excess demand
dengan persediaan lahan pemakaman yang relatif tetap. Excees demand dari lahan
pemakaman terjadi karena pada tiap kurun waktu tertentu terdapat penduduk yang
meninggal sementara ketersediaan lahan tidak bertambah. Sebagai negara dengan
jumlah penduduk mayoritas muslim, seorang muslim yang meninggal maka wajib
hukumnya untuk dikuburkan dalam tanah seperti yang dijelaskan dalam alquran
seperti berikut : “Kemudian Dia (Allah) mematikannya dan memasukkannya ke
dalam kubur”. (QS. „Abasa : 21).
Metode penguburan jenazah lain yang familiar adalah metode kremasi
ataupun pembakaran jenazah dimana jenazah diletakkan kedalam suatu tempat
dengan suhu sangat tinggi hingga yang tersissa dari jenazah hanyalah abunya saja
kemudian abu dari jenazah tersebut dapat disimpan ditempat ibadah, ditaburkan
ke suatu tempat, ataupun disimpan oleh keluarga yang ditinggalkan. Metode
tersebut dilarang dalam Islam.
2
Islam juga mengatur mekanisme dari penguburan jenazah dan perawatannya
sebelum akhirnya jenazah tersebut dimakamkan. Mekanisme tersebut seperti
kedalaman liang lahat, panjang dan lebar makam yang boleh digunakan, kain yang
menutup jenazah yang pada dasarnya harus bersifat sederhana dan tidak berlebih
lebihan seperti yang tercantum dalam Al-quran surat Asy- Syuara ayat 151 seperti
berikut.
“Dan janganlah kamu turuti pekerjaan orang-orang yang berlebih-lebihan.
Mereka yang merusak diatas bumi dan tidak memperbaiki.” (QS: Asy-
Syu‟ara[26]: 151).
Ketersediaan lahan pemakaman ini juga terkendala beberapa adat, seperti
pendirian bangunan di atas makam, atau dalam istilah jawa disebut dengan kijing.
Hal ini membuat luas lahan untuk pemakaman terlihat padat dan penuh. Bangunan
tertentu juga cukup memakan tempat yang melebihi batas ukuran makam normal.
Pemerintah daerah mulai menerapkankan aturan-aturan tertentu terkait
pemakaman, seperti pelarangan pendirian bangunan di atas makam, penetapan
retribusi tahunan, tiga tahunan atau periode lainnya, serta penggunaan lahan
makam dengan sistem tumpang. Hal tersebut disebabkan agar tersedia lahan yang
dapat dijadikan pemakaman, namun dengan konsekuensi lahan tersebut bukan
lahan baru melainkan dengan mekanisme jenazah baru akan menimbun jenazah
yang lama dalam satu liang lahat.
Alternatif lainnya yang dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
lahan makam adalah dengan adanya wakaf lahan pemakaman. Dengan alternatif
wakaf lahan makam ini jumlah luas area lahan makam dapat bertambah sehingga
dapat meningkatkan supply dari lahan makam. Hal ini akan dianggap kuno bagi
sebagian masyarakat sebab wakaf pada zaman sekarang sudah berkembang ke
arah wakaf produktif dan wakaf tunai.
Wakaf di Indonesia sendiri telah diatur dalam Undang Undang No. 41
Tahun 2004 tentang wakaf. Undang-undang tersebut menjelaskan definisi wakaf,
syarat syarat dari wakaf, keperuntukan wakaf, harta benda wakaf, termasuk di
dalamnya badan wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan
manfaat ekonomi yang perlu dikelola secara efektif dan efisien untuk kepentingan
ibadah maupun kepentingan sosial dan kesejahteraan umum.
Tabel 1 Persentase penggunaan tanah wakaf berdasarkan peruntukannya sampai
dengan tahun 2016 di Indonesia.
Peruntukan lahan Jumlah (lokasi) Persentase (%)
Masjid 116 605 44.31
Musholla 77 234 29.35
Sekolah 27 778 10.56
Sosial Lainnya 21 784 8.28
Makam 11 903 4.52
Pesantren 7 839 2.98 Sumber : Badan Wakaf Indonesia 2016
Menurut data dari Direktorat Jendral Pemberdayaan Wakaf Kementerian
Agama Republik Indonesia (2016), wakaf makam menempati urutan dua terakhir
dalam persentase penggunaan tanah wakaf yakni sebesar 4% dan jauh lebih
sedikit dibandingkan peruntukan yang lain seperti masjid, mushola dan sekolah.
3
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
40,000,000
45,000,000
Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Banten
Po
pu
lasi
Pe
nd
ud
uk
(jiw
a)
Dari 4% lahan wakaf yang diperuntukkan untuk keperluan lahan pemakaman
umum, belum semuanya tercatat dan telah tersertifikasi oleh Badan Wakaf
Indonesia (BWI). Artinya masih banyak peluang akan terjadinya sengketa lahan
dan hal hal yang dapat mengurangi persentase dari peruntukan lahan wakaf untuk
keperluan makam.
Perumusan Masalah
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah populasi pemeluk Agama
Islam terbesar di Indonesia yakni sebanyak 41 763 592 jiwa,seperti digambarkan
dalam Gambar 2. Daerah Bogor (Kota dan Kabupaten) merupakan daerah dengan
populasi muslim terbanyak di Jawa Barat yakni sebanyak 5 415 652 jiwa (BPS
Jawa Barat, 2015). Daerah Bogor memiliki sekitar 13% persentase penduduk
muslim dari dua puluh kabupaten dan kota di Jawa Barat, menjadikan daerah ini
sebagai daerah dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di Provinsi Jawa Barat.
Sumber : BPS RI 2015
Gambar 2 Populasi pemeluk agama Islam berdasarkan provinsi di Pulau Jawa
Populasi penduduk di Kota Bogor juga mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun seperti yang digambarkan dalam Gambar 3. Terlihat dalam kurun waktu
empat tahun penduduk Kota Bogor dapat meningkat dari 987 315 menjadi 1 030
720. Semakin bertambahnya jumlah populasi penduduk akan semakin
meningkatkan kebutuhan permintaan akan lahan pemakaman umum. Kota Bogor
sendiri memiliki delapan makam yang dikelola oleh Dinas Pertamanan dan
Pemakaman Kota Bogor yaitu Gunung Gadung, Cipaku, Blender, Dreded,
Kayumanis, Situgede, Mulyaharja, dan Cimahpar dari ke delapan lokasi makam
tersebut hanya menyebar ke empat kecamatan dari enam kecamatan yang ada di
Kota Bogor. Artinya lahan pemakaman umum di Kota Bogor tidak terdistribusi
secara merata pada enam kecamatan yang terdapat di Kota Bogor. Ditambah lagi
TPU Dreded, Blender, dan Gunung Gadung kepadatannya sudah mencapai tingkat
maksimal yakni 98.14% pada TPU Dreded 98.6% pada TPU Blender dan 96%
pada TPU Gunung Gadung.
4
900,000
950,000
1,000,000
1,050,000
1,100,000
2011 2012 2013 2014
Jum
lah
pe
nd
ud
uk
(Jiw
a)
Sumber : BPS 2015
Gambar 3 Jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2011 – 2014
Kondisi yang hampir sama juga terjadi pada lahan wakaf makam, dari data
Badan Wakaf Indonesia. Kota Bogor memiiki lahan wakaf makam sebanyak 34
yang tersebar di tiga Kecamatan dari enam Kecamatan di Kota Bogor namun
hanya tujuh saja yang sudah tersertifikasi dan sisanya masih belum tersertifikasi.
Dari ke tujuh lahan makam yang sudah tersertifikasi semuanya berasal dari
Kecamatan Bogor Timur. Adapun kecamatan lain yang terdapat lahan wakaf
makam dan sudah tercatat dalam Badan Wakaf Indonesia adalah Kecamatan
Bogor Barat dan Kecamatan Bogor Selatan.
Maka melalui penelitian ini penulis ingin mencoba menganalisis pertanyaan
pertanyaan berikut ini:
1. Berapa besar nilai willingness to pay retribusi lahan pemakaman umum.
2. Faktor faktor apa saja yang memengaruhi intensi masyarakat terhadap
wakaf lahan pemakaman.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka
tujuan penelitian ini, antara lain:
1. Mengestimasi nilai kesediaan membayar atau willingness to pay
retribusi lahan pemakaman.
2. Menganalisis faktor faktor yang memengaruhi intensi masyarakat
terhadap wakaf lahan pemakaman.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi
peneliti maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Adapun manfaat dari
penelitian ini, antara lain:
5
1. Bagi masyarakat, dapat memberikan gambaran retribusi lahan
pemakaman umum yang adil dan sesuai dengan kondisi masyarakat.
Selain itu, dapat meningkatkan pengatahuan masyarakat tentang
kebutuhan lahan pemakaman.
2. Bagi pemerintah, agar penelitian ini bisa menjadi pertimbangan dalam
pembuatan regulasi terkait retribusi lahan pemakaman umum yang sebisa
mungkin adil dan meningkatkan perannya dalam edukasi wakaf di
Indonesia.
3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk meneliti dan
mengaplikasikan teori-teori ekonomi syariah yang telah didapatkan
sepanjang masa perkuliahan. Menjadi bahan referensi bagi peneliti lain
yang ingin meneliti lebih lanjut analisis WTP, dan hal lain yang
berhubungan dengan wakaf non tunai.
Ruang Lingkup Penelitian
Obyek dari penelitian ini adalah responden muslim yang sudah memiliki
penghasilan tetap per bulan di Kota Bogor yang akan di berikan kuesioner
mengenai willingness to pay masyarakat terhadap retribusi lahan pemakaman dan
intensi masyarakat terhadap wakaf lahan makam. Besaran nilai tawaran yang akan
ditanyakan kepada reponden disesuaikan dengan Perda Kota Bogor No. 4 Tahun
2012.
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Ayat Wakaf
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan jangan-lah kamu memilih yang buruk-
buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. (Al-Baqarah
267)
6
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang amu infakan, tentang hal itu
sungguh Allah Maha Mengetahui.“(Ali Imran 92)
Landasan Hadist tentang Wakaf
Apabila anak Adam meninggal maka terputus amalannya kecuali 3
perkara :
1. Sedekah jariyah
2. Ilmu yang bermanfaat
3. Anak sholeh yang senantiasa mendoakan orang tuanya (HR Muslim)
Willingness To Pay (WTP)
Willingness To Pay (WTP) adalah kesedian pengguna membayar imbalan
atas suatu jasa atau produk yang dinikmatinya (Tamin,1999). Konsep perhitungan
WTP dapat dilakukan dengan langsung maupun secara tidak langsung, dengan
mengunakan survei atau menghitung nilai penurunan kualitas lingkungan yang
terjadi. Dapat juga menggunakan metode CVM (Contingent Valuation Method)
dengan teknik mengekstrak informasi kesanggupan dengan menanyakan besarnya
pembayaran dengan suatu format pertanyaan. Terdapat lima jenis format
pertanyaan yang dapat digunakan, (Fauzi 2006) yaitu:
1. Metode tawar menawar (bidding game)
Metode ini dilakukan dengan mengajukan titik awal harga kepada
responden kesediaan membayarnya, dan harga tersebut akan dinaikkan
sampai tingkat tertentu responden tidak lagi bersedia membayar.
2. Metode pertanyaan terbuka (open minded question)
Metode ini dilaksanakan dengan langsung menanyakan jumlah uang
maksimal yang ingin dibayarkan responden
3. Metode kartu pembayaran (payment card)
Metode ini dibuat dengan memberikan suatu kartu berisi berbagai
tingkat kemampuan membayar kepada konsumen. Sehingga dapat
diketahui nilai minimal dan maksilmal dari preferensi responden.
4. Metode pilihan dikotomi
5. Metode ini memberikan sejumlah uang tertentu kepada responden dan
menanyakan apakah responden akan membayar untuk memperoleh
peningkatan kualitas tertentu.
6. Metode peringkat kontingen
Metode ini menanyakan secara langsung berapa nilai yang responden
ingin bayarkan, dengan menunjukkan kepada responden suatu
kombinasi ranking kualitas lingkungan dan nilai moneternya kemudian
responden diminta mengurutkan pilihan yang memungkinkan hingga
yang tidak memungkinkan.
7
Fatwa MUI No 9 Tahun 2014 tentang Jual Beli Tanah untuk Kuburan
Fatwa MUI No.9 Tahun 2014 terkait jual beli tanah untuk kuburan adalah
sebagai berikut:
1. Menguburkan jenazah muslim adalah wajib kifayah, dan pemerintah
wajib menyediakan lahan untuk pemakaman umum.
2. Setiap orang muslim boleh menyiapkan lahan khusus sebagai tempat
untuk dikuburkan saat ia meninggal, dan boleh berwasiat untuk
dikuburkan di tempat tertentu sepanjang tidak menyulitkan.
3. Jual beli lahan untuk kepentingan kuburan dibolehkan dengan
ketentuan :
a. Syarat dan rukun jual beli terpenuhi.
b. Dilakukan dengan prinsip sederhana, tidak mendorong adanya
tabdzir,israf, dan perbuatan sia sia, yang memalingkan dari ajaran
Islam.
c. Kavling kuburan tidak bercampur antara muslim dan non muslim.
d. Penataan dan pengurusannya dijalankan sesuai syariah.
e. Tidak menghalangi hak orang untuk memperoleh pelayanan
penguburan.
Definisi wakaf
Berdasarkan Undang Undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, pada pasal
satu dijelaskan definsi wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan
dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna
keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Harta Benda Wakaf
Pasal lima belas Undang Undang No. 41 Tahun 2004 menjelaskan Harta
benda wakaf hanya dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh wakif
secara sah. Sementara pada pasal enam belas dijelaskan detil dari harta benda
wakaf itu sendiri. Harta benda wakaf terdiri dari :
a. Benda tidak bergerak
- Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum
terdaftar;
- Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
sebagaimana dimaksud pada huruf a;
- Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;
- Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang undangan yang berlaku;
- Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
peraturan perundang unadngan yang berlaku.
b. Benda bergerak.
8
Definisi Intensi
Ajzen (dalam Teo & Lee, 2010), mengemukakan definisi intensi merupakan
indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan mencoba suatu perilaku, dan
seberapa besar usaha yang digunakan untuk melakukan sebuah perilaku. Intensi
memiliki korelasi yang tinggi terhadap perilaku, oleh karena itu dapat digunakan
untuk meramalkan perilaku (Ajzen, 2005).
Peruntukan Harta Benda Wakaf
Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf hanya
dapat diperuntukan bagi :
a. Sarana dan kegiatan ibadah;
b. Sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan;
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, maupun
beasiswa Pendidikan;
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
e. Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan
syariah dan peraturan perundang undangan.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait WTP dilakukan oleh Murniwati et al. (2006) meneliti
Analisis WTP Pengelolaan Sampah Pasar Tradisional Kota Bogor metode yang
digunakan adalah CVM (Contingent Valuation Method) yaitu suatu metode
dengan pendekatan lingkungan yang bertujuan untuk mengetahui WTP dan WTA
dari responden penelitian, pada penelitian ini nilai bid signifikan memengaruhi
WTP.
Nizar (2014) melakukan penelitian mengenai faktor faktor yang
mempengaruhi wakif dalam berwakaf uang, penelitian tersebut menggunakan
metode regresi logistik dengan jumlah responden sebanyak 50, dalam penelitian
tersebut variabel yang signifikan berpeluang mempengaruhi adalah variabel
pendidikan.
Penelitian lainnya dikemukakan oleh Prasetyawan (2015) meneliti tentang
WTP dan Faktor yang mempengaruhi petani kakao dalam membayar zakat
perkebunan, penelitian ini menggunakan metode CVM untuk mengetahui WTP
serta analisis regresi logistik untuk menentukan faktor yang mempengaruhi petani
kakao dalam membayar zakat perkebunan.
Penelitian mengenai wakaf disampaikan oleh Satri (2015) yang meneliti
faktor faktor yang mempengaruhi wakaf uang di Kota Bogor. Dalam penelitian
tersebut digunakan empat belas variabel yang menghubngkan tiap faktor dengan
keputusan untuk melakukan wakaf uang, dari ke empat belas variabel hanya
variabel pengeluaran dan sikap terhadap wakaf yang signifikan mempengaruhi.
Variabel sikap memiliki pengaruh yang positif terhadap peluang seseorang dalam
mengeluaran wakaf uang sementara pada penelitian ini besar pengeluaran
dikategorikan menjadi empat kategori yang memiliki hubungan negatif.
Arnita (2015) meneliti faktor faktor yang mempengaruhi pengeluaran dana
sosial Islam pada rumah tangga di Kota Bogor. Peneliti menggunakan sepuluh
variabel diantaranya lama pendidikan, ukuran keluarga, religiusitas, aset,
9
pengetahuan, dummy usia, dummy jumlah anggota keluarga, dummy sumber
penghasilan utama, dummy golongan pendapatan tinggi, dan dummy golongan
pendapatan sedang. Secara keseluruhan model model memiliki R-square sebesar
63.66% dan hanya empat variabel yang mempengaruhi yakni religiusitas, dummy
usia, dummy jumlah anggota bekerja, dan dummy pendapatan tinggi.
Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini, hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Kesediaan Membayar Retribusi Makam (WTP) memiliki pengaruh positif
terhadap intensi masyarakat berwakaf makam.
2. Keimanan atau religiusitas (Iman) memiliki pengaruh positif terhadap
intensi masyarakat berwakaf makam.
3. Lama pendidikan (PDD) memiliki pengaruh positif terhadap intensi
masyarakat berwakaf makam.
4. Persepsi kesejahteraan (PUAS) memiliki pengaruh positif terhadap intensi
masyarakat berwakaf makam.
5. Jumalah Anggota Keluarga Bekerja (JKB) memiliki pengaruh positif
terhadap intensi masyarakat berwakaf makam.
6. Dummy persepsi lahan makam tumpang (Dre-use) memiliki pengaruh
terhadap intensi masyarakat berwakaf makam.
7. Dummy perspesi makam pesanan (Dcadangan) memiliki pengaruh
terhadap intensi masyarakat berwakaf makam.
8. Dummy adat kijing (Dadat) memiliki pengaruh terhadap intensi
masyarakat berwakaf makam.
Kerangka Pemikiran
Jumlah penduduk yang semakin bertambah membuat permasalahan
permasalah mengenai lahan, termasuk lahan pemakaman umum. Di Kota Bogor
sendiri dengan jumlah lahan pemakaman umum yang semakin terbatas. 8 lahan
pemakaman umum yang dikelola Pemerintah Daerah Kota Bogor, 3 diantaranya
telah terisi hingga lebih dari 96%. Bahkan dua diantara tiga makam tersebut lebih
sering menggunakan sistem tumpang artinya tidak menggunakan lahan makam
yang baru. Pemerintah Kota Bogor juga telah menerapkan Undang Undang yang
mengatur Retribusi lahan makam. Dengan tingkat harga yang berbeda diharapkan
masyarakat lebih menyebar dalam memilih lahan makam umum. Alternatif lain
adalah dengan meningkatkan jumlah lahan makam yang berasal dari wakaf.
Gambar lengkap mengenai kerangka pemikiran disajikan dalam Gambar 4.
Berdasarkan hal tersebut untuk mengetahui peluang seseorang untuk
mengeluarkan wakaf makam, yang mana dapat mengukur potensi wakaf makam
dan mengetahui apakah kesediaan seseorang dalam membayar retribusi lahan
makam berpengaruh terhadap peluang seseorang dalam berwakaf makam, maka
penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik untuk menggambarkan
hubungan tersebut.
10
Gambar 4 Kerangka Pemikiran Operasional
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil studi kasus kepada masyarakat
di Kota Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena Kota Bogor
umumnya memiliki jumlah luas lahan pemakaman yang terbatas dengan populasi
penduduk yang cukup besar. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret
hingga April 2016.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari pelbagai sumber yang relevan diantaranya, laporan
Direktorat Pengembangan Wakaf Kementrian Agama Republik Indonesia, laporan
Jumlah penduduk semakin bertambah
Permasalahan lahan
Permasalahan kebutuhan
dan peruntukan lahan
Keperluan
pemukiman Keperluan produksi Keperluan sosial (makam)
Retribusi sewa lahan
makam
Tanah makam
tumpang
Analisis WTP
Menambah jumlah
lahan baru
Wakaf makam
Analisi regresi logistik Faktor faktor yang
memengaruhi intensi
masyarakat
11
Badan Wakaf Indonesia, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, BPS Provinsi
Jawa Barat, BPS Kota Bogor dan data data lain yang relevan.
Metode penentuan sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk muslim di Kota Bogor
yang sudah memiliki penghasilan tetap. Teknik penarikan sampel dalam
penelitian ini menggunakan teknik non probability (non acak) dengan
pengambilan data menggunakan purposive sampling artinya teknik penarikan
sampel dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen
populasi target yang disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian (Tanjung
dan Devi 2013) Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 60 orang responden.
Alasan menggunakan 60 orang responden adalah pertama mayoritas suatu
penelitian pada umumnya menggunakan ukuran sampel sebanyak 30 hingga 250
(Sakaran, 1992:253). Alasan kedua bahwa 60 orang responden telah mewakili
penduduk Kota Bogor karena tiap wilayah kecamatan telah terwakili oleh
beberapa responden dengan jumlah tertentu. Alasan ketiga adalah keterbatasan
sumberdaya baik tenaga, waktu, dan sumberdaya lain yang dimiliki oleh peneliti.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis data antara lain adalah metode
analisis deksriptif yang digunakan untuk membuat gambaran sistematis mengenai
hubungan antar fenomena. Metode lain adalah dengan menggunakan Analisis
valuasi kontingen yang digunakan untuk menentukan nilai willingness to pay
masyarakat, serta analisis regresi logistik untuk menggambarkan faktor faktor
yang memengaruhi intensi masyarakat dalam berwakaf. Pengolahan data
menggunakan Microsoft Excel 2010 dan software SPSS 22.
Analisis Deskriptif
Adalah suatu metode untuk meneliti status kelompok manusia, objek, set
kondisi, sistem pemikiran, ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang atau saat
ini. Tujuan dari analisis deskriptif adalah untuk menggambarkan deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki. (Nazir, 2005).
Analisis Valuasi Kontingensi / Contingent Valuation Methode (CVM)
Yakin (1997) mendefinisikan metode CVM sebagai metode teknik survei
yang menanyakan langsung kepada responden tentang nilai suatu barang yang
tidak memiliki pasar. Tahapan penerapan metode WTP menurut Hanley dan
Spash (1993) terbagi menjadi 4 metode yang dapat digunakan untuk memperoleh
besarnya nilai WTP yakni metode tawar menawar (bidding game), metode
pertanyaan terbuka (open ended question), metode kartu pembayaran (payment
card), dan metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomies choice). Pada
penelitian ini terdapat beberapa tahapan yang dilalui yaitu:
1. Membuat hipotesis pasar.
Berikut skenario yang dibuat untuk memberikan pemahaman kepada
responden:
12
“ Jumlah penduduk yang semakin meningkat, membuat kebutuhan akan
luas lahan juga meningkat, fokus dalam penelitian ini adalah lahan
pemakaman umum. Saat ini luas lahan pemakaman umum masih dapat
menampung jumlah yang dibutuhkan. Di beberapa Tempat Pemakaman
Umum (TPU) terdapat retribusi atau biaya sewa makam per tahun yang
besarannya ditetapkan oleh pemerintah daerah. Sehubungan dengan hal
tersebut akan ditanyakan berapa nilai nominal retribusi lahan
pemakaman yang bersedia dibayarkan masyarakat.”
2. Mendapat nilai lelang.
Nilai lelang diperoleh secara langsung melalui survey dengan
menggunakan teknik open ended question dan payment card. Melalui
tahapan ini responden akan diberikan pertanyaan terbuka dan sekaligus
kartu pembayaran mengenai seberapa besar nilai nominal retribusi sewa
makam yang bersedia dibayarkan.
3. Menghitung rataan WTP.
Dugaan nilai WTP diperoleh dengan menghitung rataan dari jumlah
nilai lelang. Perhitungan dugaan rataan dirumuskan sebagai berikut:
EWTP = ∑
Keterangan :
EWTP = dugaan rataan WTP
Wi = nilai WTP responden ke-i
Pfi = nilai relative
4. Memperkirakan kurva lelang (Bid Curve).
5. Dugaan kurva diperoleh dari hubungan antara nilai WTP dengan
Frekuensi kumulatif dari responden yang bersedia membayar.
WTP = f(X1Xn)
Analisis Regresi Logistik
Analisis yang digunakan untuk menganalisis variabel-variabel yang
memengaruhi kesediaan membayar adalah regresi logistik. Regresi logistik tidak
memodelkan secara langsung variabel dependen ke variabel logit yang merupakan
natural log (0 dan 1) dari odds ratio. Variabel respon yang dimilikinya bersifat
kategorik atau dikotomik. ). Dalam analisis regresi logistik, pemodelan peluang
kejadian tertentu dari kategori peubah respon dilakukan melalui transformasi dari
regresi linear ke logit (Firdaus dan Afendi, 2008). Formulasi transformasi logit
tersebut adalah:
(
)
Pi merupakan peluang munculnya kejadian kategori sukses dari peubah respon
untuk orang ke-i dan loge adalah logaritma dengan basis bilangan e (Firdaus dan
Afendi, 2008). Keuntungan dalam penggunaan rergresi logistik adalah
terdapatnya odds ratio. Odd adalah peluang terjadinya suatu kejadian
dibandingkan peluang tidak terjadinya kejadian tersebut. Ratio mengindikasikan
13
seberapa mungkin dalam kaitannya dengan nilai odd munculnya kejadian sukses
pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lain. Apabila pengamatan Y
ke-i merupakan setuju/bersedia untuk membayar maka dilambangkan Yi=1,
peluangnya adalah Pi, sedangkan peluang untuk Yi=0 (tidak setuju) adalah 1-Pi.
Fungsi logit harus ditransformasikan sedemikian rupa agar menjadi bentuk linier,
salah satu bentuk transformasinya dikenal dengan transformasi logit. Sebagaimana
persamaan berikut:
(
)
Tabel 2 Definisi variabel operasional
Variabel Definisi operasional dan
pengukuran data Indikator
Keimanan
Internalisasi nilai nilai agama
dan tingkah laku seseorang
(skala likert)
1. Percaya Allah
2. Selalu
melaksanakan
kewajiban sebagai
muslim
3. Menghindari hal
yang dilarang
agama (QS Al
Mu’minun 1-11)
Persepsi
Kesejahteraan
Salah satu indikator yang
mengukur tingkat kepuasan
seorang responden terhadap
Persepsi Kesejahteraan rumah
tangganya. (skala likert)
1. Persepsi rumah
tangga akan
pendapatan yang
dimiliki
2. Persepsi rumah
tangga akan gaya
hidup
3. Persepsi rumah
tangga akan
tabungan yang
dimiliki
4. Persepsi rumah
tangga akan hutang
yang dimiliki
5. Persepsi rumah
tangga akan
perencanaan
keuangan
Pendidikan Lama pendidikan formal yang
didapatkan
Berapa lama seseorang
dalam mendapatkan
pendidikan formal
dalam tahun
14
Variabel Definisi operasional dan
pengukuran data Indikator
Dummy Persepsi
makam cadangan
Salah satu pendekatan untuk
mengetahui persepsi seseorang
terhadap kebutuhan untuk
memperoleh makam cadangan.
Makam cadangan termasuk
salah satu indikator untuk
mengukur kebutuhan lahan
pemakaman umum.
Responden akan
mendapat 1 jika
responden merasa perlu
untuk menyiapkan
makam cadangan dan 0
jika responden merasa
tidak perlu.
Jumlah anggota
keluarga yang
bekerja
salah satu pendekatan untuk
mengukur bagaimana kondisi
perekonomian suatu rumah
tangga.
Berapa banyak jumlah
anggota keluarga yang
bekerja dan memiliki
penghasilan tetap.
Dummy adat kijing Salah satu pendekatan untuk
mengetahui persepsi responden
tentang adat kijing.
Responden akan
mendapat 1 untuk
setuju dan 0 untuk
responden yang tidak
setuju.
Dummy re-use
makam
Pembagian responden
berdasarkan persepsi
responden tentang penerapan
makam tumpang atau makam
tindih
Responden akan
mendapat 1 untuk
responden yang
keberatan makam
keluarganya di
tumpangi jenazah lain
dan 0 responden yang
merasa tidak keberatan
WTP Besaran retribusi yang saat ini
ditanggung, atau jika belum
pernah menanggung, besar
retribusi yang seorang
responden bersedia
membayarnya.
Responden akan
mendapat 1 jika diatas
CVM, dan mendapat 0
jika dibawah CVM
Kesediaan
menunaikan wakaf
Kesediaan seseorang dalam
berwakaf.
1. Mau berwakaf
2. Tidak mau
berwakaf
Regresi logistik dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis peluang
kejadian masyarakat untuk berwakaf dengan model sebagai berikut :
(
)
Wi : peluang responden dalam berwakaf (bernilai 1 untuk
“bersedia” dan 0 untuk “tidak bersedia”)
15
IMAN : total skor variabel keimanan seorang responden
PUAS : total Persepsi Kesejahteraan seorang responden
Dcadangan : persepsi seorang responden tentang perlunya
mempersiapkan makam cadangan (bernilai 1 untuk
responden yang merasa perlu dan 0 untuk yang
merasatidak perlu)
PDD : lama pendidikan formal seorang responden
JKB : jumlah anggota keluarga responden yang bekerja
termasuk responden
WTP : kesediaan responden dalam membayar retribusi makam
(bernilai 1 untuk responden yang bersedia membayar
di atas rata rata WTP, dan 0 untuk yang tidak bersedia)
Dadat : persepsi responden tentang adat kijing (bernilai 1 untuk
responden yang setuju atau tidak masalah terhadap adat
kijing dan 0 untuk yang tidak setuju dengan adat
tersebut)
Dre-use : persepsi responden tentang sistem makam tumpang
(bernilai 1 untuk responden yang merasa keberatan
makam keluarganya di tumpang oleh jenazah orang
lain, dan 0 untuk yang merasa tidak keberatan atau
biasa saja)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kondisi Lahan Makam di Kota Bogor
Kawasan Kota Bogor dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu kawasan
terbangun dan kawasan tidak terbangun. secara garis besar dapat dijelaskan
sebagai berikut: Kawasan terbangun yang mencakup kawasan perumahan,
permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas peribadatan,
fasilitas olahraga, fasilitas umum, industri, komplek militer, kantor pemerintahan,
jasa, perdagangan campuran. Luas kawasan terbangun adalah 5 340.40 ha. Luas
kawasan permukiman dan perumahan adalah 4 617.26 ha atau sekitar 39.47%,
fasilitas sosial dan fasilitas lainnya menempati luas 250.25 ha atau 2.14%.
Kawasan indutri, jasa, dan perdagangan campuran menempati luas 362.35 ha atau
sekitar 3.10%. kompleks militer dan kantor pemerintahan menempati luas 110.54
ha atau 0.95 %.
Kawasan tidak terbangun yang mencakup hutan kota, kebun, ladang, sawah,
semak, taman, tanah kosong, TPU, kolam, situ, dan sungai. Luas kawasan tidak
terbangun ini adalah 6 355.65 ha. Kawasan tidak terbangun yang merupakan
kawasan hijau yang mencakup hutan kota, kebun, ladang, sawah, semak, taman
menempati luas 5 111.31 ha atau 45.12%. Sedangkan untuk kawasan tidak
terbangun yang berbentuk kawasan biru yang mencakup kolam, situ dan sungai
menempati luas 235.32 ha atau 2.01%. Sedangkan sisanya adalah tempat
16
pemakaman umum yang menempati luas 141.76 ha atau 1.21% dan tanah kosong
seluas 867.27 ha atau 7.42%. (Bappeda Kota Bogor, 2012).
Berdasarkan data tersebut jumlah luas lahan atau persentase lahan kosong
memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan jumlah luas lahan untuk
keperluan pemakaman.
Kota Bogor merupakan salah satu Kota yang terdapat di Provinsi Jawa Barat.
Kota Bogor memiliki enam kecamatan yakni, Kecamatan Bogor Utara,
Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Timur, Kecamatan Bogor Tengah,
Kecamatan Bogor Selatan, dan Kecamatan Tanah Sareal.
Tabel 3 Luas area TPU di Kota Bogor
No Kecamatan Kelurahan Nama TPU Luas (m2)
1 Bogor Selatan Cipaku Cipaku Baru 161 800
Genteng Gunung Gadung 350 000
Empang Dreded 64 815
Mulyaharja Mulyaharja 21 615
2 Tanah Sareal Kebon Pedes Blender 66 715
Kayu Manis Kayu Manis 26 672
3 Bogor Utara Cimahpar Cimhapar -
4 Bogor Barat Situ Gede Situ Gede 32 654 Sumber: (Bappeda Kota Bogor, 2012)
Kota Bogor memiliki delapan tempat pemakaman umum yang dikelola oleh
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Kota Bogor. Namun lokasi tersebut hanya
menyebar ke empat kecamatan saja. Tiga diantara delapan TPU yang ada di Kota
Bogor sudah mencapai angka diatas 96% kepadatannya, yakni TPU Blender, TPU
Dreded, dan TPU Gunung Gadung, dengan jumlah luas lahan berdasarkan tiap
lokasi TPU seperti yang dijelaskan pada Tabel 3.
Sementara, data dari BPS pada tahun 2014 tercatat Jumlah kematian
berdasarkan Kecamatan di Kota Bogor cukup tinggi, dari data tersebut umumnya
kecamatan dimana terdapat lokasi TPU memiliki tingkat kematian yang cukup
tinggi dibandingkan kecamatan yang tidak terdapat TPU seperti di Kecamatan
Bogor Timur dan Kecamatan Bogor Tengah. Seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah kematian di Kota Bogor berdasarkan kecamatan pada tahun 2014
Kecamatan Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah/Total
(jiwa)
Bogor Selatan 122 95 217
Bogor Timur 88 50 138
Bogor Utara 143 120 263
Bogor Tengah 49 52 101
Bogor Barat 170 113 283
Tanah Sareal 69 52 121 Sumber : BPS Kota Bogor 2014
17
Karakteristik Umum Responden
Karakteristik populasi responden dalam penelitian ini adalah Penduduk
Kota Bogor yang memeluk Agama Islam dan telah memiliki pengahasilan tetap.
Responden tersebut terdiri dari 60 penduduk yang dipilih berdasarkan intensi
mereka dalam mengeluarkan wakaf makam yaitu akan berwakaf makam atau
tidak akan berwakaf makam dengan kategori antara lain usia, pendidikan, status
pernikahan, jenis kelamin dan tanggungan. Hasil penelitian dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Demografi Responden
Karakteristik Kategori Frekuensi Persentase
Status pernikahan Belum menikah
Menikah
Janda /Duda
2
52
6
3.00
87.00
10.00
Jenis kelamin Laki laki
Perempuan
31
29
51.70
48.30
Usia <37 tahun
37-45 tahun
45-52 tahun
>52 tahun
15
16
16
13
25.00
26.67
26.67
21.67
Pendidikan SMP/ yang setara
SMA/ yang setara
S1
S2
S3
3
7
44
4
2
5.00
12.00
73.00
7.00
3.00
Tanggungan 0
1
2
3
4
5
6
6
9
16
5
17
3
4
10.00
15.00
26.67
8.33
28.33
5.00
6.67
Domisili Bogor Utara
Bogor Barat
Bogor Tengah
Bogor Timur
Bogor Selatan
Tanah Sareal
11
15
6
8
12
8
18.33
25.00
10.00
13.33
20.00
13.33
Terdapat beberapa karakteristik demografi responden yang dapat dijelaskan.
Karakteristik demografi responden yang akan dijelaskan dalam penelitian ini
antara lain, status pernikahan, jenis kelamin, pendidikan, dan tanggungan
1. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil sebaran dapat diketahui bahwa jumlah laki laki pada
penelitian ini lebih banyak, namun selisih jumlah responden berdasarkan jenis
kelamin tidak terlalu banyak yakni hanya 2 responden laki laki lebih banyak.
Seperti yang dijelaskan pada Gambar 5.
18
52% 48%
laki laki perempuan
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa kedua tipe responden memiliki
kecenderungan yang sama dalam berwakaf, mayoritas responden laki laki maupun
perempuan memilih akan berwakaf. Namun pada responden laki laki jumlah
responden yang akan dan tidak akan berwakaf memiliki jumlah yang sama.
Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin
Respon intensi berwakaf
Jenis Kelamin
Total Perempuan Laki laki
Tidak akan berwakaf makam
Akan Berwakaf makam
13 15 28
16 16 32
Total 29 31 60
2. Status pernikahan
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan
Berdasarkan Tabel 7 semua responden yang belum menikah memilih untuk
tidak akan berwakaf makam hal ini disebabkan responden yang belum menikah
memiliki kecenderungan untuk mempersiapkan keuangannya untuk keperluan
rumah tangga kelak sehingga intensi untuk berwakaf makam menjadi berkurang,
3%
87%
10%
Belum Menikah Menikah Janda/Duda
19
sementara itu umumnya responden yang sudah menikah memiliki kecendurangan
untuk berwakaf makam meskipun selisih perbedaan antara responden yang akan
dan tidak akan berwakaf makam tidak terlalu banyak. Sementara itu responden
dengan status janda ataupun duda memiliki jumlah proporsi yang sama untuk
jawaban akan berwakaf makam dan tidak akan berwakaf makam.
Tabel 7 Sebaran Responden berdasarkan status pernikahan
Status
Respon intensi berwakaf Janda/duda Menikah
Belum
Menikah Total
Tidak akan berwakaf makam
Akan Berwakaf makam
3 23 2 28
3 29 0 32
Total 6 52 2 60
3. Usia
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan kategori usia
Berdasarkan Tabel 8 terdapat dua kelas kategori usia yang cenderung untuk
berwakaf makam yakni kategori usia diatas 52 tahun dan kategori usia 37 hingga
45 tahun hal ini mengindikasikan bahwa pada kategori usia yang terbilang tua
(diatas 52 tahun) responden memiliki kecenderungan untuk berwakaf karena
kesadaran akan kebutuhan makam cukup tinggi pada kategori usia ini, walaupun
perbedaannya sangat kecil.
Hal yang sama juga terjadi pada kategori usia 37 hingga 45 tahun, usia
tersebut umumnya termasuk kategori usia dimana beberapa responden telah
kehilangan orang tua atau keluarga dekat sehingga kesadaran akan pentingnya
lahan makam sangat tinggi pada kategori usia ini. Namun pada kategori usia 45
hingga 52 tahun mayoritas responden memilih untuk tidak berwakaf makam
walaupun selisih perbedaannya tidak terlalu banyak hanya dua orang hal ini
bertentangan dengan kondisi kategori sebelumnya yang seharusnya memiliki
kesadaran akan kebutuhan lahan makam yang cukup tinggi. Dan pada kategori
usia dibawah 37 tahun mayoritas responden memilih untuk tidak berwakaf
walaupun selisih perbedaannya hanya satu orang responden.
25%
26% 27%
22%
<37 37-45 45-52 >52
20
Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan kategori usia
UsiaKategori
<37 37-45 45-52 >52 Total
Tidak akan berwakaf
makam 8 5 9 6 28
Akan Berwakaf makam 7 11 7 7 32
Total 15 16 16 13 60
4. Pendidikan
Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Karakteristik responden mengenai tingkat pendidikan, mayoritas responden
didominasi oleh tamatan S1 yang disebabkan kota bogor merupakan salah satu
kota yang memiliki banyak universitas baik negeri maupun swasta. Berdasarkan
Tabel 9 mayoritas responden dengan pendidikan rendah seperti SMP dan SMA
memiliki kecenderungan mutlak untuk tidak berwakaf makam umumnya hal
tersebut terjadi selain kesadaran akan kebutuhan lahan makam yang kurang yang
disebabkan informasi atau pengetahuan yang kurang juga umumnya responden
yang hanya tamatan SMP atau SMA memiliki pendapatan yang lebih rendah
dibandingkan responden dengan pendidikan tinggi, sedangkan pada responden
tamatan S1, S2, ataupun S3 mayoritas responden memilih akan berwakaf makam
dengan selisih perbedaan yang cukup tinggi.
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan formal
Lama pendidikan
SMP SMA S1 S2 S3 Total
Tidak akan
berwakaf makam 3 7 17 1 0 28
Akan Berwakaf
makam 0 0 27 3 2 32
Total 3 7 44 4 2 60
5%
12%
73%
7%
3%
SMP SMA S1 S2 S3
21
5. Tanggungan
Gambar 9 Karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan
Berdasarkan Tabel 10 umumnya responden dengan jumlah tanggungan yang
banyak memiliki kecenderungan untuk tidak berwakaf makam namun pada
kategori tanggungan berjumlah 5 orang, responden lebih banyak yang memilih
akan berwakaf makam walaupun selisih perbedaannya hanya 1 orang.
Responden yang tidak memiliki tanggungan terbukti memiliki
kecenderungan yang kuat untuk berwakaf makam hal ini disebabkan pengeluaran
responden ini tidak terlalu besar, dan kesempatan untuk berderma menjadi
semakin tinggi. sementara responden dengan jumlah tanggungan sebanyak satu,
dua, dan empat memiliki kecenderungan untuk tidak berwakaf makam yang
menjelaskan preferensi responden pada jumlah tanggungan sebanyak satu, dua,
dan empat bukan di wakaf makam melainkan jenis wakaf lain seperti wakaf
sarana pendidikan seperti sekolah dan Taman Pendidikan Al-Quran ataupun
wakaf masjid dan mushola.
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan
Tanggungan tidak akan
berwakaf makam
akan berwakaf
makam Total
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
1 5 6
5 4 9
9 7 16
1 4 5
9 8 17
1 2 3
2 2 4
Total 28 32 60
10%
15%
27%
8%
28%
5% 7%
0 1 2 3 4 5 6
22
6. Keimanan
Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan alternatif keimanan
Score iman
(likert) Wakaf lainnya wakaf makam
Wakaf masjid/
wakaf pendidikan Total
11- 12 0 2 0 2
14-15 6 7 0 13
16-17 1 6 5 12
18-20 0 11 22 33
Total 7 26 27 60
Berdasarkan Tabel 11 dapat dijelaskan bahwa variabel keimanan memiliki
kecenderungan yang negatif terhadap pilihan berwakaf, dari 60 responden
mayoritas responden lebih memilih wakaf masjid dan sarana pendidikan
dibandingkan wakaf makam. Didukung dengan kecenderungan responden yang
memiliki tingkat keimanan yang lebih besar kecenderungan memilih wakaf masjid
atau wakaf sarana pendidikan semakin kuat.
7. Pendapatan
Seperti yang telah ditunjukan oleh Tabel 12, sebaran responden terlihat
bahwa pada responden dengan pendapatan pada kategori pertama dan kedua
intensi responden untuk berwakaf makam lebih rendah sementara pada kategori
ketiga dan keempat umumnya responden memiliki intensi untuk berwakaf makam.
Kondisi tersebut disebabkan karena umumnya responden dengan
pendapatan lebih rendah relatif masih menggunakan pengeluarannya untuk
pemenuhan kebutuhan, sementara responden dengan pendapatan yang lebih tinggi
tidak hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan saja melainkan pengeluaran
yang sifatnya sosial.
Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan kategori pendapatan
Kategori Pendapatan Tidak akan Akan Total
<8Juta 17 0 17
8Juta- 13 Juta 8 6 14
13 – 17 Juta 0 13 13
>17 Juta 3 13 16
Total 28 32 60
Max Min Modus Mean
Rp85 000 000 Rp3 000 000 Rp15 000 000 Rp15 068 300
23
Estimasi Willingness To Pay Masyarakat Bogor Terhadap Retribusi Makam
Pendekatan yang digunakan untuk menentukan estimasi besarnya retribusi
makam yang ingin dibayarkan responden adalah pendekatan analisis Contingent
Valuation Method (CVM). Besarnya nilai yang ingin dibayarkan disesuaikan
dengan Perda Kota Bogor No. 4 Tahun 2012. Namun terdapat beberapa responden
yang menjawab di luar harga yang ditentukan oleh peneliti.
Membangun Pasar Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diberikan pada saat penelitian,
jumlah lahan pemakaman umum di Kota Bogor semakin terbatas, hal tersebut
mengakibatkan diberlakukannya sistem retribusi sewa lahan makam. Besaran
harga yang ditetapkan Pemda Kota Bogor berbeda beda pada beberapa lokasi
TPU. Perbedaan dari besaran retribusi ini yang akan digunakan sebagai indikator
kesedian seseorang dalam membayar retribusi.
Mendapatkan Nilai WTP
Nilai lelang yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
survei dengan menggunakan Metode bidding game. Metode ini dilakukan dengan
cara memberikan penawaran kepada responden mengenai harga retribusi makam
yang ingin dibayarkan dengan nilai awal sebagai starting point. Strating point
yang digunakan di penelitian ini dimulai dari harga tertinggi yakni Rp200 000.
Jika responden tidak bersedia membayar pada tingkatan harga tersebut
penawaran diturunkan hingga harga retribusi minimal yakni Rp25 000 yang
disesuaikan dengan Perda Kota Bogor No 4 Tahun 2012.
Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP
Dugaan nilai rataan WTP (EWTP) didapatkan dengan perhitungan
berdasarkan distribusi nilai WTP responden. Nilai tersebut kemudian dijadikan
kelas WTP dan diurutkan dari nilai terbesar hingga terkecil. Kemudian tiap nilai
tawaran yang telah di urutkan dihitung frekuensi masing masing tawaran, dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Distribusi WTP masyarakat Kota Bogor terhadap retribusi makam
WTP (Rp/tahun Frekuensi
(orang)
frekuensi
relatif
Dugaan WTP
(Rp)
200 000 24 0.400 80 000
150 000 6 0.100 15 000
120 000 3 0.050 6 000
100 000 3 0.050 5 000
60 000 4 0.067 4 000
50 000 2 0.033 1 667
25 000 18 0.300 7 500
Total 60 1 119 167
24
Hasil perhitungan EWTP pada penelitian ini didapatkan dugaan rataan WTP
terhadap retribusi sewa lahan makam sebesar Rp119 667 per tahun. Nilai tersebut
mencerminkan kesediaan responden dalam membayar retribusi makam.
Kurva WTP responden menggambarkan jumlah kumulatif frekuensi
responden yang memilih suatu nilai tawaran WTP. Adapun kurva WTP dapat
dilihat pada Gambar 10. Kurva tersebut menunujukan slope yang negatif yang
menggambarkan semakin tinggi harga retribusi makam maka semakin sedikit
responden yang bersedia membayar. Terbukti pada tingkat harga Rp200 000
hanya 24 orang responden yang bersedia artinya 36 orang lainnya tidak bersedia.
Kurva Willingness To Pay
Gambar 10 WTP responden terhadap retribusi lahan makam
Faktor Faktor yang Memengaruhi Intensi Berwakaf Makam
Faktor-faktor yang diduga memengaruhi intensi masyarakat dalam berwakaf
makam meliputi beberapa variabel independent yaitu jumlah anggota keluarga
yang bekerja, lama pendidikan formal, Persepsi Kesejahteraan, kesediaan
membayar retribusi makam, keimanan, dummy persepsi terhadap makam
cadangan, dummy persepsi terhadap sistem tindih, dummy persepsi terhadap adat
kijing .Variabel dependent yang akan dilihat terdiri dari dua kemungkinan, yaitu
responden yang akan berwakaf makam (Y=1) atau responden yang tidak akan
berwakaf makam (Y=0). Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95%
atau dengan taraf nyata (α) sebesar 5%.
Tabel 14 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Classification Table
Observed
Predicted
Intensi wakaf Percentage
Correct Tidak akan Akan
Intensi
Wakaf
Tidak akan 26 2 92.900
Akan 2 30 93.800
Overall Percentage 93.300
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa klasifikasi 93.3% cukup baik
untuk dibangunnya sebuah model dan variabel-variabel tersebut dapat dijelaskan
oleh model. Hasil pendugaan dapat mengklasifikasikan responden yang memilih
0
50
100
150
200
250
0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60
Nil
ai
WT
P (
dala
m
rib
u r
up
iah
)
Responden ke-i
25
untuk tidak akan berwakaf makam sebesar 92.9% artinya dari 28 responden yang
menjawab tidak akan berwakaf makam sebenarnya terdapat dua responden yang
diklasifikasikan kedalam responden yang menjawab akan berwakaf makam dan
26 orang responden lainnya diklasifikasikan ke responden yang tidak akan
berwakaf makam.
Sementara hasil pendugaan untuk klasifikasi responden yang memilih akan
berwakaf makam sebesar 92.9% artinya dari 32 responden yang menjawab akan
berwakaf makam sebenarnya terdapat dua responden yang dapat diklasifikasikan
kedalam responden yang menjawab tidak akan berwakaf makam dan 30
responden lain diklasifikasikan ke dalam akan berwakaf makam.
Tabel 15 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Hosmer and Lemeshow
Test
Step Chi-square Df Sig.
1 19.818 8 0.110
Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi model lebih
besar dari taraf nyata 0.05 (0.110 > 0.05), sehingga dapat dikatakan bahwa model
tersebut telah sesuai atau layak untuk digunakan dalam analisis (Sarwono 2009).
Tabel 16 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Omnibus Test of Model
Coefficients dengan metode Enter
Chi-square Df Sig.
Step 50.155 8 0.000
Block 50.155 8 0.000
Model 50.155 8 0.000
Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa hasil omnibus test of model
coefficients, nilai signifikansi model lebih kecil dari nilai taraf nyata α = 0.05
(0.000 < 0.05). Menurut Sarwono (2009) hal ini dapat mengindikasikan bahwa
model signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa setidaknya terdapat satu
variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.
Berdasarkan Tabel 17, hasil output dari model summary didapatkan nilai
Nagelkerke R Square sebesar 0.756. Artinya variabel independent dapat
menjelaskan 75.6% model dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Tabel 17 Dugaan parameter regresi logistik berdasarkan Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 37.755 .567 .756
Berdasarkan Tabel 18, dapat dilihat bahwa variabel independent
berpengaruh nyata atau signifikan terhadap variabel dependent adalah dummy adat,
lama pendidikan,dummy re-use Makam, dummy Makam cadangan, keimanan,
WTP retribusi dan Persepsi Kesejahteraan. Hal ini dikarenakan nilai koefisien
signifikansi variabelnya lebih kecil dari taraf nyata. Untuk taraf nyata 0.050 yaitu,
dummy WTP retribusi 0.022<0.050, Persepsi kesejahteraan 0.001<0.050, Lama
pendidikan 0.026<0.050, dan Dummy Makam cadangan 0.019<0.050, sedangkan
26
untuk taraf nyata 0.100 yaitu dummy Adat 0.079<0.050, dummy re-use Makam
0.083<0.100 dan keimanan 0.052<0.100. Setiap variabel independet memberikan
peluang yang berbeda terhadap intensi seseorang dalam berwakaf makam.
Besarnya peluang dapat diketahui dengan menginterpretasikan nilai odds ratio
pada masing-masing variabel independent dan pengaruhnya dapat dilihat
berdasarkan nilai koefisien (B).
Tabel 18 Faktor-faktor yang memengaruhi intensi masyarakat dalam berwakaf
makam
Variable B Sig. Odds Ratio
Exp(B)
Constant -39.675 0.009 0.000
D Adat -2.520 0.079* 0.051
D Re-use makam 3.926 0.083* 63.435
D Makam cadangan 3.888 0.019** 31.321
Keimanan -0.561 0.052* 0.978
Lama pendidikan 1.479 0.026** 4.577
Persepsi Kesejahteraan 0.831 0.001** 1.894
JAKB 0.814 0.272 1.665
WTP Retribusi 3.121 0.022** 13.737
Keterangan: *Signifikan pada taraf nyata 10%
**Siginifikan pada taraf nyata 5%
Variabel Persepsi Kesejahteraan
Variabel persepsi kesejahteraan memiliki nilai odds ratio sebesar 1.894.
Artinya seseorang dengan persepsi kesejahteraan yang lebih tinggi memiliki
peluang intensi berwakaf makam 1.894 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
seseorang dengan persepsi kesejahteraan yang lebih rendah cateris paribus.
Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa variabel persepsi
kesejahteraan seseorang memengaruhi kesejahteraan seseorang (Easterlin 2006;
Plagnol & Easterlin 2008; Ferrer-i-Carbonel & Frijtas 2004).
Persepsi Kesejahteraan sendiri dijelaskan oleh beberapa indikator seperti
jumlah tabungan, jumlah hutang, dan besarnya pendapatan yang berkorelasi
positif terhadap tingkat kesejahteraan seseorang (Plagnold 2010). Hal tersebut
sesuai dengan teori bahwa seseorang yang sejahtera memiliki kecenderungan
untuk memiliki pengeluaran yang lebih besar termasuk pengeluaran dana sosial.
Namun pada penelitian Halim (2015) persepsi kesejahteraan tidak signifikan
memengaruhi tingkat partisipasi donasi yang diberikan pada Negara Malaysia,
Inggris, dan Brunai Darussalam. Sementara untuk kasus Negara Australia dan
Pakistan memiliki pengaruh yang signifikan dan positif.
Variabel lama pendidikan
Variabel lama pendidikan memiliki nilai odds ratio sebesar 4.577. Artinya
seseorang yang memperoleh pendidikan formal lebih lama memiliki peluang
intensi berwakaf makam 4.577 kali lebih besar dibandingkan seseorang yang
memperoleh pendidikan formal yang lebih sedikit cateris paribus. Hal tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Nizar (2014) lama pendidikan formal
27
berpengaruh positif karena semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka
pengetahuan seseorang tentang isu- isu yang terjadi juga semakin baik dan
pengetahuan mengenai retribusi, wakaf, maupun kebutuhan lahan makam juga
semakin baik.
Variabel keimanan
Variabel keimanan memiliki nilai odds ratio sebesar 0.978. Artinya
seseorang dengan tingkat keimanan yang lebih tinggi memiliki peluang intensi
wakaf makam 0.978 kali lebih kecil dibandingkan seseorang dengan tingkat
keimanan yang lebih rendah. Hal ini berlawanan dengan penelitian terdahulu yang
di ungkapkan Prasetyawan (2015) yang menyatakan bahwa variabel keimanan
memiliki hubungan yang positif terhadap partisipasi seseorang dalam
mengeluarkan zakat pertanian. Hal tersebut disebabkan responden yang memiliki
tingkat keimanan yang lebih tinggi umumnya lebih memilih alternatif wakaf lain
seperti wakaf tempat ibadah seperti masjid / mushala ataupun sarana pendidikan
seperti sekolah / TPA (Taman Pendidikan Al-quran).
Erlandson (2016) menyebutkan bahwa hal yang lebih memiliki pengaruh
dalam memengaruhi tingkat partisipasi seseorang dalam berdonasi adalah ada
tidaknya dampak yang dirasakan dan kisah yang melatarbelakangi pemberian
donasi. Hal tersebut membuktikan bahwa dalam penelitian ini wakaf makam
dirasa belum memiliki dampak atau tidak memiliki latar belakang kisah yang kuat
yang membuat seseorang rela berdonasi dalam bentuk wakaf makam.
Variabel dummy re-use makam
Variabel dummy re-use Makam memiliki nilai odds ratio sebesar 63.435.
Artinya seseorang yang merasa keberatan jika makam anggota keluarganya
ditumpang oleh jenazah lain memiliki peluang intensi wakaf makam 63.435 kali
dibandingkan seseorang yang tidak merasa keberatan. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian Basmajian dan Coutts (2010) yang menyebutkan bahwa salah satu
indikator yang memengaruhi kebutuhan akan lahan makam di suatu daerah adalah
suku/ adat yang digunakan di suatu daerah. Hal ini dijelaskan karena penduduk di
Kota Bogor umumnya merasa penerapan dari sistem makam tindih / tumpang ini
tidak biasa atau tidak wajar terjadi sehingga kebanyakan responden merasa
keberatan dan memilih untuk menambah luas area lahan makam dengan cara
berwakaf makam. Menurut beberapa responden hal ini terkait dengan adat nyekar
atau berziarah makam. Sehingga seseorang yang peka terhadap isu kebutuhan
lahan makam memiliki kecenderungan untuk berwakaf makam.
Variabel dummy adat kijing
Variabel dummy adat kijing memiliki nilai odds ratio sebesar 0.051.
Artinya seseorang yang merasa perlu untuk membuat kijing pada makam
keluarganya memiliki peluang intensi 0.051 kali lebih kecil dibandingkan
seseorang yang merasa tidak perlu mengkijing. Hal ini sesuai dengan penelitian
Basmajian dan Coutts (2010) yang menyebutkan bahwa salah satu indikator yang
memengaruhi kebutuhan akan lahan makam di suatu daerah adalah suku/ adat
yang digunakan di suatu daerah. Hasil yang ditemukan di lapangan, hubungan
negatif variabel dummy kijing tersebut disebabkan karena umumnya orang yang
tidak menerapkan adat kijing merasa luas lahan pemakaman sudah terbatas
28
sehingga mereka merasa perlu untuk penambahan luas area makam salah satu
alternatifnya adalah dengan menggunakan wakaf makam.
Variabel WTP
Variabel WTP memiliki nilai odds ratio sebesar 13.743. Artinya seseorang
yang bersedia membayar retribusi lahan di atas rata rata WTP memiliki peluang
intensi 13.743 kali lebih besar untuk berwakaf makam. Hal ini dikarenakan
seseorang yang membayar WTP diatas rata rata cenderung memiliki kesadaran
terhadap kesediaan lahan makam sehingga mereka menganggap wakaf lahan
makam masih diperlukan. Selain kemampuan finansial seseorang dengan WTP
diatas rata-rata juga tinggi.
Pada penelitian ini didapatkan nilai estimasi WTP yang cukup besar
sehingga variabel WTP dapat memiliki kecenderungan untuk memengaruhi
kesediaan seseorang dalam berwakaf makam. Adapun nilai estimasi WTP yang
cukup besar ini sesuai dengan penelitian Taale & Kyeremeh (2016) yang
menjelaskan bahwa hasil nilai estimasi WTP yang besar paling sering disebabkan
karena tarif yang berlaku umumnya sudah tinggi.
Variabel JAKB
Variabel JAKB (Jumlah Anggota Keluarga Bekerja) memiliki signifikansi
diatas 0.100 artinya variabel JAKB tidak signifikan menentukan peluang
seseorang dalam berwakaf namun nilai odds ratio yang positif (1.665) sesuai
dengan penelitian Arnita (2015) yang menyebutkan bahwa variabel tersebut
berpengaruh positif terhadap pengeluaran dana sosial. Variabel JAKB termasuk
salah satu variabel yang dapat menggambarkan kondisi kesejahteraan pada suatu
rumah tangga.
Wu et al (2004) menjelaskan bahwa semakin tinggi pendapatan maka
kemungkinan pengeluaran untuk keperluan donasi yang sifatnya sosial akan
semakin tinggi, pendapatan yang semakin tinggi tersebut salah satunya
dipengaruhi oleh semakin banyaknya jumlah anggota keluarga yang bekerja.
Sehingga kemungkinan untuk pengeluaran donasi sosial juga semakin meningkat.
Variabel Makam Cadangan
Variabel makam cadangan memiliki nilai odds ratio sebesar 31.321.
Artinya seseorang yang merasa perlu untuk menyiapkan atau menggunakan sistem
makam cadangan atau pesanan memiliki peluang intensi 31.321 kali lebih besar
untuk berwakaf makam. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Basmajian dan
Coutts (2010) yang menyebutkan bahwa salah satu indikator yang memengaruhi
kebutuhan akan lahan makam di suatu daerah adalah jumlah makam cadangan
yang digunakan di suatu daerah. Namun pada penelitian Arianto (2013) variabel
ini tidak memengaruhi secara signifikan terhadap kebutuhan lahan makam di Kota
Bandung, Makam cadangan sendiri juga merupakan suatu sistem yang diterapkan
pada pemakaman umum di Kota Bogor, dan telah diatur juga dalam Perda Kota
Bogor No. 4 Tahun 2012 tentang Jasa Retribusi Umum.
29
Sintesis penelitian
Berdasarkan jenis karakteristik umum responden, dapat digambarkan bahwa
Jenis kelamin tidak memengaruhi intensi seseorang dalam berwakaf makam
karena kedua jenis responden cenderung memilih akan berwakaf makam. Status
pernikahan memiliki kecenderungan dalam memengaruhi intensi seseorang dalam
berwakaf makam, seseorang yang belum menikah umumnya memiliki
kecenderungan untuk tidak berwakaf makam, sementara seseorang yang sudah
menikah memiliki kecenderungan akan berwakaf makam, sementara seseorang
dengan status duda/janda tidak memiliki kecenderungan.
Kategori usia tidak memiliki kecenderungan dalam memengaruhi intensi
seseorang dalam berwakaf makam, karena semakin tua usia responden tidak dapat
dijelaskan bahwa seseorang cenderung akan berwakaf makam atau tidak. Tingkat
pendidikan memiliki kecenderungan dalam memengaruhi intensi seseorang dalam
berwakaf makam, karena responden dengan pendidikan SMP dan SMA cenderung
untuk tidak berwakaf sementara kategori tingkat pendidikan tinggi seperti S1,S2,
dan S3 mayoritas cenderung memilih akan berwakaf makam. Jumlah tanggungan
tidak memiliki kecenderungan dalam menetukan intensi seseorang dalam
berwakaf makam, karena semakin banyak tanggungan responden tidak dapat
menjelaskan intensi seseorang apakah cenderung akan berwakaf makam atau tidak.
Responden yang diambil dalam penelitian ini memiliki penghasilan pada
selang Rp3 000 000 hingga Rp85 000 000, dengan rata-rata pendapatan responden
adalah Rp15 068 300. Umumnya responden dengan pendapatan yang lebih rendah
tidak memiliki intensi berwakaf makam, sementara pendapatan yang lebih tinggi
memiliki intensi untuk berwakaf makam. Namun terdapat tiga orang responden
pada kategori pendapatan tinggi yang tidak memiliki intensi untuk berwakaf
makam.
Karakteristik responden berdasarkan tingkat keimanan terhadap pilihan jenis
wakaf menunjukan bahwa kecenderungan seseorang yang memiliki keimanan
lebih tinggi untuk berwakaf makam lebih kecil. Dikarenakan jenis wakaf makam
belum cukup populer dimasyarakat, jenis wakaf masjid dan fasilitas pendidikan
masih menjadi pilihan utama beberapa responden.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan
yaitu :
1. Besarnya nilai total WTP retribusi sewa lahan yang bersedia dibayarkan
oleh responden adalah sebesar Rp119 166 per tahun, padahal dari 5 TPU
yang diatur dalam Perda Kota Bogor No. 4 Tahun 2012, 2 TPU
memiliki harga diatas nilai EWTP yakni TPU Gunung Gadung dan TPU
Cipaku. Sementara 3 TPU lainnya memiliki nilai dibawah EWTP namun
dikhususkan untuk warga asli Bogor. Untuk warga lain di luar Kota
Bogor harga retribusinya diatas nilai EWTP. Sedangkan terdapat 3
30
lokasi makam lain yang tidak disebutkan harga retribusinya dalam
peraturan tersebut.
2. Intensi masyarakat Kota Bogor terhadap wakaf makam cukup tinggi
yakni 32 dari 60 responden memiliki intensi untuk berwakaf makam.
Namun apabila diajukan pilihan jenis wakaf lain. Hanya sedikit yang
memilih wakaf makam, kebanyakan responden memilih jenis wakaf
masjid atau wakaf sarana pendidikan
3. Faktor faktor yang signifikan memengaruhi intensi masyarakat Kota
Bogor dalam Berwakaf makam adalah lama pendidikan, Persepsi
Kesejahteraan, WTP retribusi makam, dummy adat kijing, dummy re-use
makam, dummy makam cadangan, dan keimanan.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan penelitian ini adalah
1. Wakaf makam di Kota Bogor terdapat 34 lokasi lahan makam wakaf,
namun yang tersertifikasi baru tujuh. Sehingga BWI selaku lembaga
yang fokus terhadap wakaf seharusnya dapat mensertifikasi lahan
makam yang belum tersertifikasi.
2. Nilai rataan WTP dalam penelitian dapat dijadikan pertimbangan dalam
penetapan tarif retribusi sewa lahan makam. Namun hal tersebut
dikhususkan untuk TPU biasa bukan TPU Etnis Tionghoa.
3. Harus ada sosialisasi terhadap pendayagunaan lahan wakaf makam,
sehingga masyarakat mengetahui bahwa makam tidak hanya TPU saja
tetapi ada jenis makam lain seperti wakaf makam. Selain itu sertifikasi
terhadap lahan wakaf diperlukan agar tidak terjadi sengketa atau alih
fungsi lahan.
4. Berdasarkan hasil analisis regresi variabel dummy mengenai persepsi
makam memiliki nilai odds ratio yang tinggi, yang memengaruhi
peluang seseorang untuk berwakaf makam. Apabila di suatu hari
kebutuhan akan lahan makam meningkat maka pemerintah harus
merumuskan kebijakan terkait adat kijing, makam cadangan, dan makam
tumpang yang tegas dengan tetap menghargai adat yang ada di
masyarakat.
5. Pemerintah Kota Bogor belum menyebutkan retribusi pada ke-tiga
lokasi TPU yang diatur dalam Perda Kota Bogor No. 4 Tahun 2012
sehingga pemerintah daerah Kota Bogor dapat memberikan tarif
retribusi yang sesuai.
31
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen. 2005. Attitudes, personality, and behavior. New York (USA) : Open
University Press.
Arianto R. 2013. Identifikasi Ketersediaan dan Kebutuhan Tempat Pemakaman
Umum di Kota Bandung , [Skripsi]. Bandung (ID) : Institut Teknologi
Bandung.
Arnita R. 2015. Analisis Faktor Faktor yang Memengaruhi Pengeluaran Dana
Sosial Islam pada Rumah Tangga di Kota Bogor [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
[Bappeda] Badan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2012. Kondisi Pemakaman
Umum di Kota Bogor 2012. Bogor (ID): Bappeda.
Basmajian, C., & Coutts, C. 2010. Planning for the Disposal of the Dead. Journal
of the American Planning Association , 30(5):3-17.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Katalog Statistik Politik 2015. Jakarta (ID):
BPS.
________________________. 2014 Proyeksi Penduduk menurut Provinsi, 2010-
2035 (Ribuan). [Internet]. [diunduh 2016 Februari 23] Tersedia pada:
http://www.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2014. Jumlah Kelahiran dan Kematian
di Kota Bogor tahun 2014. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 23] Tersedia
pada: http://www. bogorkota.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. 2015. Katalog BPS : Jawa Barat
Dalam Angka. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 23] Tersedia pada:
http://www. jabar.bps.go.id
Easterlin, R. A. 2006. Life Cycle Happiness and Its Sources: Intersections of
Psychology, Economics, and Demography. Journal of Economic
Psychology, 27(4): 463–482.
Erlandsson A. 2016. Argument-Inconsistency in Charity Appeals: Statistical
Information about The Scope of The Problem Decrease Helping Toward A
Single Identified Victim but Not Helping Toward Many Non-Identified
Victims in A Refugee Crisis Context. Journal of Economic Psychology, 56
(16): 126–140
Fauzi A. 2014. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Ferrer-i-Carbonell, A., & Frijters, P. 2004. How Important Is Methodology for
The Estimates of The Determinants of Happiness? .The Economic Journal,
114(497):641–659
Firdaus M et al. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif Untuk Manajemen dan Bisnis.
Bogor (ID): IPB Press.
Halim A. 2015. Characteristic Affecting Charitable Donations Behavior:
Empirical Evidence from Malaysia. Procedia Economics and Finance, 31
(15): 563 – 572
Hanley N. & Spash C.L. 1995. Preferences, Information and Biodiversity
Preservation. Journal of Ecological Economy, 12(3):191-208.
Hosmer, Lemeshow. 1989. Applied Logistic Regression. New York (USA): John
Wiley & Sons.
32
Juanda B. 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Press.
Mulyana, A R. 1994. Kriteria Penyediaan Lahan Pemakaman Umum di Daerah
Perkotaan Berdasarkan Ukuran Kota [Skripsi]. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Nazir M 2005. Metode Penelitian Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Nizar A. 2014. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Persepsi Wakif tentang Wakaf
Uang. Jurnal Bisnis dan Manajemen. 4(1).
[PERDA] Peraturan Daerah Kota Bogor. 2012. Peraturan Daerah Kota Bogor
tentang Retribusi Jasa Umum. Bogor (ID): Pemda Bogor.
Plagnol, A. C., & Easterlin, R. A. 2008. Aspirations, Attainments, and
Satisfaction: Life Cycle Differences Between American Women and Men.
Journal of Happiness Studies, 9(4): 601–619.
Sarwono J. 2009. Statistika itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar
Komputasi Statistika Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta (ID): Penerbit
ANDI.
Satri A. 2015. Analisis Faktor Faktor yang Memengaruhi Wakaf Uang di Bogor
[Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Taale F. & Kyeremeh C. 2016. Households Willingness to Pay for Reliable
Electricity Services in Ghana. Renewable and Sustainable Energy
Reviews ,62 (16): 280–288
Tanjung H, Devi A. 2013. Metodologi penelitian Ekonomi Islam. Jakarta (ID):
Alfabeta.
Teo, T. & Lee C. B. 2010. Examining the efficacy of the Theory of Planned
Behavior (TPB) to understand pre-service teachers‟ intention to use
technology. Singapore: Nanyang Technology University.
[UU RI] Undang-undang Republik Indonesia. 2004 . UU No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf. Jakarta (ID): UU Republik Indonesia.
Wu SY, Huang JT, Kao AP. 2004. An Analysis of The Peer Effect in Charitable
Giving, The Case of Taiwan. Journal of Family and Economics Issues.
25(14):483-505
Yakin A. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Teori dan
Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika
Pressindo.
33
Lampiran 1 Kuisioner penelitian
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Kuesioner ini digunakan dalam rangka penyusunan bahan penelitian untuk
tugas skripsi oleh Benazhar Ahmad (H54120048), mahasiswa sarjana Ilmu
Ekonomi, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat
tingkat kesedian membayar retribusi lahan makam dan wakaf makam serta faktor
faktor yang mempengaruhinya. Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi kuesioner
dengan jujur dan obyektif sesuai dengan kondisi yang sebenarnya karena hal ini
akan sangat membantu keberhasilan penelitian ini. Kuesioner ini hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian, maka jawaban yang Bapak/Ibu sampaikan
sepenuhnya akan dijaga kerahasiaannya. Atas kerja sama dan partisipasi
Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.
Hari/Tanggal wawancara : .......................................................
Nomor Responden : .......................................................
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama
Responden
Jenis kelamin o Laki laki ᴑ Perempuan
Alamat lengkap
......................................................................................................
......................................................................................................
RT : ....................... RW : ........................ No : ...........................
Kelurahan : Kecamatan :
Kota : No telp :
Usia ...................................... Tahun
Pendidikan
Terakhir
( ) SD/MI (............................... tahun)
( ) SMP/ MTS (............................... tahun)
( ) SMA/ MA (............................... tahun)
( ) PT/ PT (............................... tahun)
Status ( ) Menikah
( ) Belum Menikah
( ) Janda/Duda
Jumlah Anggota
Keluarga
............................... Orang
Jumlah
Tanggungan
............................... Orang
Jumlah anggota
keluarga yang
bekerja
............................... Orang
Sumber
penghasilan
( ) PNS
( ) Swasta
34
( ) Wiraswasta
( ) Lainnya ....................................
Jumlah
pendapatan
Rp ................................/bulan
B. Faktor Sosial dan Ekonomi
Akomodasi Rumah ( ) Milik Pribadi
( ) Kontrakan/kos
( ) Lainnya
Porsi Utang (% dari pendapatan) ( ) kurang dari 20 %
( ) 21-30 %
( ) 31-40 %
( ) 41-50 %
( ) lebih dari 50%
Porsi tabungan (% dari pendapatan) ( ) kurang dari 20 %
( ) 21-30 %
( ) 31-40 %
( ) 41-50 %
( ) lebih dari 50%
Bagaimana kondisi perekonomian secara
umum di Indonesia di masa depan
( ) sangat mengkhawatirkan
( ) mengkhawatirkan
( ) tidak mengkhawatirkan
Bagaimana kondisi perekonomian rumah
tangga anda di masa depan
( ) sangat mengkhawatirkan
( ) mengkhawatirkan
( ) tidak mengkhawatirkan
C. Kesediaan membayar retribusi lahan makam
Kondisi lahan makam yang semakin padat membuat beberapa
daerah mengeluarkan kebijakan penarikan retribusi lahan makam atau
biaya sewa lahan makam yang di tarik pertahun, adapun jumlah yang
ditarik disesuaikan dengan kondisi dan lokasi pemakaman. Di kota
Bogor sendiri aturan tentang retribusi di atur dalam Peraturan Daerah
Kota Bogor No. 4 tahun 2012. Sehubungan dengan hal tersebut akan
ditanyakan apakah warga bersedia membayar retribusi tersebut dan
besaran nilai retribusi yang pantas.
1. Apakah anda tahu, lokasi TPU di Kota Bogor ?
( ) Tahu ( ) Tidak Tahu
2. Apakah anda tahu retribusi sewa lahan makam?
( ) Tahu ( ) Tidak Tahu
3. Apakah ada keluarga anda yang dimakamkan di TPU di Kota Bogor?
( ) Ada ( ) Tidak ada
35
Jika ada berapa biaya sewa lahan makam per tahun?
Rp.
Jika tidak berapa kira kira biaya sewa lahan untuk makam?
Rp.
Jika tidak di Bogor berapa biaya sewa lahan makam per tahun?
Rp.
4. Apakah lokasi makam tersebut dekat dengan rumah anda (<5KM)
( ) Dekat ( ) Jauh
5. Apakah anda setuju dengan besaran biaya tersebut?
( ) Setuju ( ) Tidak Setuju
Jika ya sebutkan alasan ?
Jika tidak berapakah nilai besaran biaya yang akan anda
bayarkan?
Rp.
D. Tingkat persepsi kebutuhan lahan makam
STS TS CK S SS
1 Saya merasa jumlah lahan
pemakaman semakin
berkurang
2 Saya merasa perlu
penambahan luas area lahan
pemakaman
3 Saya merasa jika retribusi
lahan pemakaman dapat
mengatasi persoalan
kebutuhan lahan makam
4 Saya merasa wakaf lahan
pemakaman masih
diperlukan, walaupun
berkembang jenis wakaf
yang lain
5 Saya merasa keberatan jika
makam keluarga saya
ditimbun dengan jenazah
lain, walaupun jenazah
tersebut adalah keluarga saya
juga
6 Saya merasa keberatan jika
36
makam keluarga saya
ditimbun dengan jenazah lain
7 Saya rutin mengunjungi
makam keluarga saya setiap
tahunnya
8 Saya sudah / akan mengkijing
(membuatkan banguan
khusus di atas makam)
makam keluarga saya
E. Faktor faktor yang memengaruhi wakaf makam
Keimanan STS TS CK S SS
1. Saya tidak pernah
meninggalkan sholat
fardhu (minimal 3x
berjamaah)
2. Saya berusaha melunasi
hutang atau amanat yang
saya pegang
3. Saya rutin membaca
alquran / mengaji
(minimal 1x sehari)
4. Saya selalu membayar
zakat fitrah dan zakat
maal
5. Saya berusaha untuk
menjaga perbuatan dan
perkataan yang tidak
berguna.
Persepsi Kesejahteraan
6. Saya puas dengan tingkat
pendapatan saya
7. Saya puas dengan gaya
hidup saat ini
8. Saya puas karena
memiliki persediaan dana
untuk keperluan
mendesak
9. Saya puas dengan porsi
tabungan saya
10. Saya puas karena saya
masih bisa membayar
hutang / tidak memiliki
hutang
11. Saya puas dengan
perencanaan keuangan
37
saya
Keyakinan normative
12. Keluarga saya berpikir
jika saya seharusnya
berwakaf makam
13. Teman saya berpikir jika
saya seharusnya berwakaf
makam
14. Saya akan mudah
terpengaruh untuk
berwakaf makam jika
teman atau tetangga saya
juga berwakaf atau
merekomendasikannya
Sikap terhadap wakaf
makam
15. Saya akan berwakaf
makam untuk
mensejahterakan
masyarakat
16. Saya akan berwakaf
makam untuk memenuhi
kebutuhan rohani saya
17. Saya akan berwakaf
makam untuk membuat
fasilitas menjadi lebih
baik
18. Saya akan berwakaf
makam untuk membuat
kondisi keuangan orang
lain menjadi lebih baik
19. Saya akan berwakaf
makam tanpa sebab
apapun
Partisipasi wakaf
20. Saya akan memilih wakaf
makam sebagai bentuk
pengeluaran dana sosial
saya
21. Saya/keluarga saya sudah
pernah melakukan wakaf
makam, sebutkan
lokasinya(*)
Lokasi :
22. Saya akan
merekomendasikan
teman/keluarga saya
untuk berwakaf makam
38
23. Keinginan saya untuk
berwakaf makam sangat
besar
24. Saya memiliki lahan yang
dapat digunakan sebagai
wakaf makam kelak
25. Jika anda kesempatan
pilihan untuk berwakaf
jenis wakaf apa yang anda
pilih
( ) wakaf masjid
( ) wakaf makam
( ) wakaf tunai
( )wakaf sarana pendidikan
( ) wakaf lainnya
*Jawaban dari pertanyaan tersebut TS : saya dan keluarga saya
belum pernah ; CK: saya belum pernah namun keluarga saya pernah
lokasinya bukan di Bogor ; S :saya atau keluarga saya pernah dan
lokasinya di Bogor
39
Lampiran 2 Hasil Statistik Uji Regresi Logistik
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 50,155 8 ,000
Block 50,155 8 ,000
Model 50,155 8 ,000
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 32,755a ,567 ,756
a. Estimation terminated at iteration number 8 because parameter
estimates changed by less than ,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square Df Sig.
1 19,818 8 ,110
Classification Tablea
Observed Predicted
W
Percentage
Correct
tidak akan
berwakaf makam
akan Berwakaf
makam
Step 1 W tidak akan berwakaf makam 26 2 92,9
akan Berwakaf makam 2 30 93,8
Overall Percentage 93,3
a. The cut value is ,500
40
Variables in the Equation
B df Sig. Exp(B)
Step 1a Constant -39,675 1 0.009 0,000
D Adat -2,520 1 0.079* 0,051
D Re-use makam 3,926 1 0.083* 63,435
D Makam cadangan 3,888 1 0.019** 31,321
Keimanan -0,561 1 0.052* 0.978
Lama pendidikan 1,479 1 0.026** 4,577
Persepsi Kesejahteraan 0,831 1 0,001** 1,894
JAKB 0,814 1 0.272 1,665
WTP Retribusi 3,121 1 0,022** 13,737
a. Variable(s) entered on step 1: EWTPretribusi, puas, Iman2, JUMLBEKERJA, lmpdd, DMakamPrefunds,
DMakamRe-use, Dkijing.
41
Lampiran 3 Hasil statistik uji validitas dan reliabilitas
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig
Between People 83,278 41 2,031
Within People Between Items 3,349 2 1,675
13,7
54 ,000
Residual 9,984 82 ,122
Total 13,333 84 ,159
Total 96,611 125 ,773
Grand Mean = 3,0556
Correlations
puas1 puas2 puas3 puas4 puas5 puas6 PUAS
puas1 Pearson Correlation 1 ,729** ,752** ,504** ,679** ,681** ,891**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
puas2 Pearson Correlation ,729** 1 ,652** ,316* ,490** ,372* ,735**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,042 ,001 ,015 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
puas3 Pearson Correlation ,752** ,652** 1 ,632** ,738** ,539** ,883**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
puas4 Pearson Correlation ,504** ,316* ,632** 1 ,604** ,585** ,743**
Sig. (2-tailed) ,001 ,042 ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
puas5 Pearson Correlation ,679** ,490** ,738** ,604** 1 ,639** ,851**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
puas6 Pearson Correlation ,681** ,372* ,539** ,585** ,639** 1 ,772**
Sig. (2-tailed) ,000 ,015 ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
PUAS Pearson Correlation ,891** ,735** ,883** ,743** ,851** ,772** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
42
IMAN iman1 iman2 iman3 iman4
IMAN Pearson Correlation 1 ,861** ,789** ,724** ,793**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42
iman1 Pearson Correlation ,861** 1 ,601** ,580** ,743**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42
iman2 Pearson Correlation ,789** ,601** 1 ,644** ,700**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42
iman3 Pearson Correlation ,724** ,580** ,644** 1 ,519**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42
iman4 Pearson Correlation ,793** ,743** ,700** ,519** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000
N 42 42 42 42 42
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,836 5
43
Lampiran 4 Peraturan Daerah Kota Bogor No. 4 Tahun 2012 Tentang Retribusi
Jasa Umum
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan:
8. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan.
9. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
10.Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan.
27.Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah retribusi yang
dipungut atas jasa pelayanan penguburan/ pemakaman termasuk penggalian
dan pengurukan, pembakaran/ pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman
yang dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
28.Pelayanan pemakaman meliputi pelayanan penyediaan tanah makam untuk 1
(satu) tahun, pembongkaran/pemindahan makam/ pusara, penyediaan tanah
makam cadangan, penyediaan tanah makam tumpang, pemeliharaan kebersihan
lingkungan makam, penataan/penembokan makam/pusara dan pemakaman
pada tanah makam milik perorangan/keluarga, serta pelayanan penataan
penembokan makam/pusara bagi makam/pusara non muslim.
29.Taman Pemakaman Umum yang selanjutnya disingkat TPU adalah areal tanah
tempat pemakaman milik/dikuasai Pemerintah Daerah yang dapat berfungsi
pula sebagai paru-paru kota (taman kota).
30.Tanah makam cadangan adalah tanah yang disediakan untuk pemohon yang
telah berusia 60 (enam puluh) tahun ke atas.
31.Makam/pusara adalah tempat mayat dimakamkan.
BAB II
JENIS RETRIBUSI JASA UMUM
Pasal 2
(1) Jenis Retribusi Jasa Umum adalah:
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
c. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta
Catatan Sipil;
d. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;
e. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;
f. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
g. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
44
h. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta;
i. Retribusi Penyedotan Kakus;
j. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
k. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
l. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.
(2) Jenis Retribusi yang dikenakan atas jasa umum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB VI
RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT
Bagian Kesatu
Nama, Objek, Subjek, dan Wajib Retribusi
Pasal 24
Dengan nama Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat dipungut
retribusi atas jasa pelayanan penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan
pengurukan, pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman yang
dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Pasal 25
Objek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah pelayanan
pemakaman dan pengabuan mayat yang meliputi: a. penguburan/pemakaman
termasuk penggalian dan pengurukan mayat; b. sewa tempat pemakaman yang
dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah; c. biaya pemakaian mobil jenazah.
Pasal 26
(1) Subjek Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat adalah orang
pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati jasa pelayanan
penguburan/pemakaman termasuk penggalian dan pengurukan, dan sewa tempat
pemakaman atau pembakaran/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah. (2) Wajib Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan
Mayat adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan melakukan pembayaran Retribusi
Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat.
Bagian Kedua
Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa
Pasal 27
Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
diukur berdasarkan jenis pelayanan dengan memperhatikan ukuran lahan dan
jangka waktu penggunaan per tahun dan dapat diperpanjang kembali.
Bagian Ketiga
Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif
Retribusi
Pasal 28
Prinsip dan sasaran penetapan besarnya tarif Retribusi Pelayanan Pemakaman dan
Pengabuan Mayat meliputi:
a. biaya penguburan/sewa tempat pemakaman jenazah;
b. biaya pembakaran/pengabuan mayat.
45
Pasal 29
Struktur dan besaran tarif Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV Peraturan Daerah ini.
BAB XXIII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 88
Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan,
maka dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% (dua persen) dengan menerbitkan
STRD.
BAB XXIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 89
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana
denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang
dibayar. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan penerimaan
negara.
LAMPIRAN IV
PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR
NOMOR : 4 TAHUN 2012 TANGGAL : 2 JULI 2012 TENTANG :
RETRIBUSI JASA UMUM
STRUKTUR DAN BESARAN TARIF RETRIBUSI PELAYANAN
PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT
No Nama Makam Jenis Pelayanan Tarif (Rp)
1 Gunung
Gadung
1. Pelayanan
penguburan/pemakaman
terdiri dari:
a. Penggalian dan pengrugan 50.000,00
b. Pembongkaran
makam/pusara
100.000,00
2. Sewa tempat pemakaman
a. Berasal dari daerah 500.000/tahun
b. Berasal dari luar daerah 1.000.000/tahun
c. Pelayanan penyediaan
tanah makam cadangan
1.000.000/tahun
d. Pelayanan penyediaan
tanah makam tumpang
25% dari
keseluruhan biaya
pemakaman
2 Cipaku 1. Pelayanan penguburan/
pemakaman terdiri dari:
a.penggalian dan pengurukan 20.000,00
b.pembongkaran
makam/pusara
40.000,00
46
2. Sewa tempat makam
a. Berasal dari daerah 200.000/tahun
b. Beradal dari luar daerah 400.000/tahun
c. Penyediaan tanah makam
cadangan
600.000/tahun
d. Penyediaan tanah makam
tumpang
25% dari
keseluruhan biaya
pemakaman
3 Kayu Manis,
Blender, dan
Dreded
1. Pelayanan penguburan
/pemakaman terdiri dari:
a. Penggalian dan
pengurukan
10.000,00
b. Pembongkaran
makam/pusara
25.000,00
2. Sewa tempat pemakaman
a. Berasal dari daerah 25.000/tahun
b. Berasal dari luar daerah 200.000/tahun
c. Pelayanan penyediaan
makam cadangan
400.000/tahun
d. Pelayanan penyediaan
tanah makam tumpang
25% dari
keseluruhan biaya
pemakaman
4 Biaya pemakaman untuk jenazah anak-anak dikenakan biaya sebesar 60%
(enam puluh persen) dari jenis pelayanan yang dilaksanakan.
47
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Kediri, Provinsi Jawa Timur, 5 Maret 1994 dari
Ayah Sulihadi dan Ibu R.A. Dwi Sari Kusretnani. Penulis adalah anak pertama
dari dua bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Dharma Wanita Bangsal
Kediri selanjutnya melanjutkan pendidikannya di SD Plus AR-Rahman Kediri.
Kemudian pada tahun 2007 penulis duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama
Negeri 3 Kota Kediri. Selanjutnya pada tahun 2012 penulis lulus dari SMAN 2
Kediri dan pada tahun yang sama penulis lolos seleksi masuk Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Tulis dan diterima di program studi Ilmu
Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen.
Selama perkuliahan, penulis aktif pada kepengurusan Himpunan Profesi dan
Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan masa kepengurusan 2013/2014
sebagai staf pada divisi Research and Development dan dilanjutkan pada masa
kepngurusan selanjutnya pada divisi dan posisi yang sama. Penulis juga aktif di
berbagai kegiatan seperti Ketua Divisi Pertandingan IE CUP 2014, Ketua divisi
Acara English Day 2014,anggota divisi dana usaha E-Work Tour 2014, anggota
divisi logistik dan transportasi HIPOTEX-R 2014, dan Ketua divisi Humas
English Day 2015.