Wildan Denny Pramono (15-2009-017)Makalah Inter Opera Bi Lit As

download Wildan Denny Pramono (15-2009-017)Makalah Inter Opera Bi Lit As

of 21

Transcript of Wildan Denny Pramono (15-2009-017)Makalah Inter Opera Bi Lit As

MAKALAH INTEROPERABILITAS

Tugas ini disusun untuk memenuhi Mata kuliah Interoperabilitas Semester genap 2012/2013

Disusun oleh: Nama Nrp Kls : Wildan Denny Pramono : 15-2009-017 :A

Tgl penyerahan : 8 Februari 2012

Obj100

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

ITENAS 2012

1.

Definisi Interoperabilitas Interoperabilitas adalah dimana suatu aplikasi bisa berinteraksi dengan

aplikasi lainnya melalui suatu protokol yang disetujui bersama lewat bermacam-macam jalur komunikasi, biasanya lewat network TCP/IP dan protokol HTTP dengan memanfaatkan file XML. Adapun aplikasi disini boleh berada di platform yang berbeda: Delphi Win32, .NET, Java, atau bahkan pada O/S yang berbeda. Kata "interoperability" terdiri dari 3 kata, yaitu: "inter" yg artinya antar (beberapa hal), "operate" yg artinya bekerja, dan "ability" yg artinya kemampuan/kebisaan. Sehingga kalo digabung menjadi "inter-opera-bility" kira2 artinya menjadi "kemampuan bekerja antar beberapa hal" atau terjemahan bebasnya kira2 "kemampuan saling bekerja sama antar beberapa hal". Salah satu contoh aplikasi yang punya interoperability adalah aplikasi Web Services, SOA, XML-RPC. Interoperabilitas menjadi persoalan komplek dalam pertukaran data antar sistem dengan platform berbeda, seperti terjadi pada e-banking dan egovernment. Adalah tidak mungkin menyeragamkan format dan skema data pada semua sistem, juga lebih tidak mungkin menyeragamkan sistem, apalagi menggunakan vendor yang sama. Salah satu pendekatan yang diterima adalah standardisasi format data yang dipertukarkan, dan XML memberikan jawaban yang tepat.

XML adalah keturunan SGML, secara genetik bersifat interoperability, seperti saudara tuanya HTML yang telah mengubah dunia berkat sifat interoperabilitasnya. Sementara HTML hanya terbatas pada wilayah browser, XML dilahirkan untuk dikembangkan, sesuai namanya XML dimana X-nya adalah extensible. XML diterima secara luas dan telah memegang peran utama sebagai aktor dalam pertukaran data di web dan di wilayah lainnya, seperti XHTML, RSS, MathML, MusicML, GraphML, SVG, Office Open XML, dan ribuan lainnya. Inti dari definisi Interoperabilitas adalah kemampuan sebuah sistem untuk menggunakan atau memakai bagian dari sistem lain tanpa diketehui oleh pengguna sistem, kemampuan ini melebihi kemampuan komunikasi antar sistem. Inti dari definisi interoperabilitas adalah kemampuan sebuah sistem untuk menggunakan informasi yang telah diterima dari sistem lain. Menurut ISO 19119 services definisi dari interoperabilitas adalah: kemampuan untuk berkomunikasi, mejalankan program, atau mentransfer data diantara berbagai jenis teknologi dan unit data yang digunakan oleh paket perangkat lunak SIG dimana pengguna tidak memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik unit datanya. Terdapat sebuah miskonsepsi tentang interoprabilitas, interoperabilitas tidak berasumsi bahwa semua orang harus memiliki format file yang sama, tetapi interoperabilitas adalah sebuah kemampuan untuk mengerti atau mengadopsi format file yang berbeda tersebut.

OGC (Open Geospatial Consortium) telah mendefinisikan tujuh hal yang terjadi pada Geographic Information (GI) interoperability, yaitu kemudahan untuk: 1. mencari data spatial 2. memperoleh data spatial 3. mengintegrasikan data-data spatial dari berbagai sumber 4. mendisplay data spatial dalam sebuah tampilan 5. melakukan analisa data spatial 6. mengolah data-data spatial khusus, walaupun berasal dari sumber dan tipe data yang berbeda-beda 7. menyatukan sebuah sistem informasi data spatial dengan fitur-fitur tebaik dari berbagai provider software.

2.

Interoperabilitas di Indonesia Secara teknologi Interoperabilitas sendiri sebenarnya telah

dikenal secara luas di Indonesia, namun karena bersifat Back Engine maka End User tidak begitu aware akan adanya Interoperabilitas ini. Di dunia perbankan, pertukaran antar sistem Informasi ditunjukkan dalan bentuk pertukaran dana antar bank melalui Sistem Informasi perbankan dan atau melalui ATM, hal yang sangat umum dilakukan masyarakat sehari-hari. Sedangkan di Web, Interoperabilitas telah muncul

dalam bentuk yang lebih kompleks, yaitu cloud computing. Sebagai contoh, dengan Google API, kita dengan mudah memasukkan posisi pada Google map dan menampikannya pada web kita, dimana ini adalah salah satu contoh interoperabilitas. Namun sedemikian hebatnya penetrasi teknologi pertukaran data antar sistem informasi ini, amat disayangkan bahwa ternyata Sistem Informasi yang dikembangkan oleh pemerintahan di Indonesia sebagian besar sangat tidak memperhatikan aspek Interoperabilitas ini. Selama ini kebanyakan Sistem Informasi yang dikembangkan oleh instansi pemerintahan hanya dapat memberikan manfaat secara lokal, terutama bagi satker pemilik anggaran pengembangan Sistem Informasi tersebut. Sebagai akibatnya, Informasi dasar yang ada pada suatu Sistem Informasi (contoh : Informasi Kependudukan) seringkali menjadi redundan terhadap Sistem Informasi lain dan tidak sinkron. Akibat lainnya adalah sulitnya melakukan pertukaran data yang harus melalui proses pengkopian dan penyesuaian data yang panjang dan memakan waktu. Hal ini membuat Tata Sistem Informasi Kepemerintahan di Indonesia carut

marut dengan pulau-pulau sistem informasi yang tersebar di mana-mana. Meskipun demikian, bukan tidak ada Sistem Informasi Kepemerintahan yang ternyata mendukung Interoperabilitas dengan baik. Ambil contoh program National Single Window (NSW) yang dicanangkan pemerintah, datanya mengambil dari Departemen Perindustrian, Bea cukai, Dirjen Postel dan beberapa Instansi lainnya. Namun walaupun mengusung nama National Single Window, Sistem iNSW ini diperuntukkan hanya bagi sistem ekspor impor di indonesia. Dirjen Pajak juga saat ini telah sukses mengembangakan Interoperabilitas untuk pajak hingga dapat digunakan oleh Sistem Informasi lainnya, seperti Sistem Informasi Pelelangan (SePP) yang saat ini dipegang oleh KemKominfo, dan beberapa informasi lainnya. Namun sayang, sisi layanan publik Nasional lain di Indonesia ternyata belum tersentuh oleh Interoperabilitas. Hal ini sangat disesalkan, mengingat Pemerintah Daerah pun ada yang telah sukses memperkuat SIstem Informasi di aerahnya dengan Interopeabilitas sehingga mampu membawa Layanan Publik bersifat satu atap, seperti Jajaran Pimpinan

Pemerintahan Jawa Timur yang telah sukses membawa Sistem Informasi pengurusan Kendaraan ke level Interoperabilitas antar kota sehingga membawa kemudahan untuk mutasi dan pengurusan kendaaran yang berada di kota yang berbeda dengan kota asalnya di Jawa Timur. Menuju ke Sistem Interoperabilitas Nasional bukan perkara gampang. Ada hal yang lebih dalam dari sekedar dukungan teknologi dan jaringan infrastruktur IT. Kultur dalam pemerintahan masih mengedepankan ego Instansi, membuat keseganan dalam pertukaran informasi, apalagi bila tidak didukung dengan dasar hukum yang kuat. Jangankan data digital, saat ini sangat sulit memperoleh data dari satu instansi bila ada permintaan dari instansi lainnya. Budaya inilah yang tentunya harus bisa dikikis oleh aparatur negara, dengan tidak mengabaikan prinsip kehati-hatian. Selain itu, harus ada standar pengembangan Sistem Informasi di lingkungan Kepemerintahan yang menegaskan mengenai standar Interoperabilitas. Saat ini, Panduan Penyusunan Rencana Induk E-Government yang disusun oleh KemKominfo pada BAB II mengenai Penerapan pada Tingkat Pemantapan butir b yang telah berbunyi Penyatuan

penggunaan aplikasi dan data dengan lembaga lain (interoperabilitas). Namun standar komunikasi Interoperabilitas sendiri masih tetap dalam penggodokan dalam RPM Transaksi Data Pemerintahan. Masih banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam penyusunan Tata Sistem Informasi Nasional yang mendukung Interopearabilitas.

3.

Contoh Aplikasi Interoperabilitas Salah satu contoh aplikasi yang punya

interoperability adalah aplikasi Web Services, SOA, XMLRPC. a.Aplikasi Web Service

Web service adalah suatu sistem perangkat lunak yang dirancang untuk mendukung interoperabilitas dan interaksi antar sistem pada suatu jaringan. Web service digunakan sebagai suatu fasilitas yang disediakan oleh suatu web site untuk menyediakan layanan (dalam bentuk informasi) kepada sistem lain, sehingga sistem lain dapat berinteraksi dengan sistem tersebut melalui layananlayanan (service) yang disediakan oleh suatu sistem yang menyediakan web service. Web service menyimpan data informasi dalam format XML, sehingga data ini dapat diakses oleh sistem lain walaupun berbeda platform, sistem operasi, maupun bahasa compiler. Web service bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi antar pemrogram dan perusahaan, yang memungkinkan sebuah fungsi di dalam Web Service dapat dipinjam oleh aplikasi lain tanpa perlu mengetahui detil pemrograman yang terdapat di dalamnya. Beberapa alasan mengapa digunakannya web service berikut: 1. Web service dapat digunakan untuk mentransformasikan satu atau beberapa bisnis logic atau class dan objek yang terpisah dalam satu ruang lingkup yang menjadi satu, sehingga tingkat keamanan dapat ditangani dengan baik. 2. Web service memiliki kemudahan dalam proses deployment-nya, karena tidak memerlukan registrasi khusus ke dalam suatu sistem operasi. Web adalah sebagai

service cukup di-upload ke web server dan siap diakses oleh pihak-pihak yang telah diberikan otorisasi. 3. Web service berjalan di port 80 yang merupakan protokol standar HTTP, dengan demikian web service tidak memerlukan konfigurasi khusus di sisi firewall. Arsitektur Web Service Web service memiliki tiga entitas dalam arsitekturnya, yaitu: 1. Service Requester (peminta layanan) 2. Service Provider (penyedia layanan) 4. Service Registry (daftar layanan)

Service Provider: Berfungsi untuk menyediakan layanan/service dan

mengolah sebuah registry agar layanan-layanan tersebut dapat tersedia.

Service Registry: Berfungsi sebagai lokasi central yang mendeskripsikan

semua layanan/service yang telah di-register.

Service Requestor: Peminta layanan yang mencari dan menemukan

layanan yang dibutuhkan serta menggunakan layanan tersebut.

Operasi-Operasi Web Service Secara umum, web service memiliki tiga operasi yang terlibat di dalamnya, yaitu:1.

Publish/Unpublish: Menerbitkan/menghapus layanan ke dalam atau dari

registry.2.

Find: Service requestor mencari dan menemukan layanan yang

dibutuhkan.3.

Bind: Service requestor setelah menemukan layanan yang dicarinya,

kemudian melakukan binding ke service provider untuk melakukan interaksi dan mengakses layanan/service yang disediakan oleh service provider.

Komponen-Komponen Web Service

Web service secara keseluruhan memiliki empat layer komponen seperti pada gambar di atas, yaitu:1. 2.

Layer 1: Protokol internet standar seperti HTTP, TCP/IP Layer 2: Simple Object Access Protocol (SOAP), merupakan protokol

akses objek berbasis XML yang digunakan untuk proses pertukaran data/informasi antar layanan.3.

Layer 3: Web Service Definition Language (WSDL), merupakan suatu

standar bahasa dalam format XML yang berfungsi untuk mendeskripsikan seluruh layanan yang tersedia. b. Aplikasi SOA SOA (service oriented architecture, arsitektur berorientasi layanan) adalah suatu gaya arsitektur sistem yang membuat dan menggunakan proses bisnis dalam bentuk paket layanan sepanjang siklus hidupnya. SOA juga mendefinisikan dan menentukan arsitektur teknologi informasi (TI) yang dapat

menunjang berbagai aplikasi untuk saling bertukar data dan berpartisipasi dalam proses bisnis. Fungsi-fungsi ini tidak terikat dengan sistem operasi dan bahasa pemrograman yang mendasari aplikasi-aplikasi tersebut. SOA membagi fungsi-fungsi menjadi unit-unit yang berbeda (layanan), yang dapat didistribusikan melalui suatu jaringan dan dikombinasikan serta digunakan ulang untuk membentuk aplikasi bisnis. Layanan-layanan ini saling berkomunikasi dengan mempertukarkan data antar mereka atau dengan mengkoordinasikan aktivitas antara dua atau lebih layanan. Konsep SOA sering dianggap didasari atau berkembang dari konsep-konsep yang lebih lama dari komputasi terdistribusi dan pemrograman modular.

4.

Arsitektur Interoperabilitas

Akan dilihat beberapa arsitektur interoperabilitas yang diurutkan dari yang tertua ke yang termuda, yaitu : ANSI/SPARC Federated Database Data Warehouse Mediated System

Gambar 1. Arsitektur ANSI/SPARC

Federated Database Pertimbangan dari pengembangan federated database adalah sumber

berubah cukup sering, pengguna membutuhkan data yang terkini, dan mengurangi delay dari respon jawaban. Tugas layer utama dalam federated database seperti pada gambar 2 adalah :

Tansforming processor untuk membuat dan memelihara mapping antara local dan skema elemen, termasuk untuk menghadle translasi query dan format. Filtering processor untuk mengontorl operasi dan akses kontrol pada export schema. Construction procesor untuk mengintegrasikan beberapa sumber yang berbeda dalam mengatasi ketiak konsistensian dan juga konik.

Gambar 2 Arsitektur Federated Database

Data Warehouse Merupakan arsitektur yang mengkoleksi data dari berbagai sumber kedalam sebuah kesatuan. Sehingga query dapat dilakukan hanya ke satu target secara homogen. Problem yang kerap terjadi adalah utuk melakukan update dan perubahan format dari sumber data, walau pada data warehouse dapat memberikan hasil availability yang tinggi serta juga unjuk kerja dari query. Sumber-sumber data akan dikonfersikan dan disatukan kedalam bentuk yang seragam menjadi data warehouse. Data warehouse terdiri dari target

database dan metadata. Target database adalah hasil konversi dan intergrasi dari berbagai sumber, sementara metadata adalah database terpisah yang

menyimpan track dari mana data-data tersebut berasal. Bentuk sederhana arsitektur data warehouse dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Arsitektur Data Warehouse

Mediated system Sebuah mediator adalah sebuah komponen software yang mendukung sebuah virtual database yang dapat digunakan pemakai untuk query. Mediator tidak menimpan data itu, dia lebih berfungsi untuk menterjemahkan query dari user ke query yang sesuai ke beragam sumber data. Selain itu mediator juga akan mensintesis jawaban dari sumber-sumber data untuk dikirim kembali ke pemakai yang mengirim query yang bersangkutan.

Mediates system feature secara prinsip pengembangan konsep dari federated database, karakteristik utama yang dimiliki adalah : Query data bisa dikirim ke sumber yang terkini, walau masalah beberapa overhead perlu disempurnakan seperti waktu merging jawaban, network, sumber yang tidak aktif. Membutuhkan media penyimpanan tambahan untuk sistem yang kompleks. Translasi query dan respon dilakukan oleh wrapper. Hasil query dalam respon bisa terjadi tidak lengkap atau tidak tersedia, karena beberapa komponen dari database atau sumber tidak tersedia. Step pada mediated sistem akan melalui dua tahap utama seperti pada gambar4. Global query yaitu hasil translasi dari local query ke setiap sumber data. Respon dari sumber data yang perlu di translasi dan merging untuk men-dapatkan global result. translasi,

Gambar 4. Arsitektur Mediated system

5.

Hambatan Interoperabilitas . Hambatan utama dalam interoperabilitas yaitu kemauan untuk sharing

data dan informasi dari masing-masing instansi yang mempunyai data dan informasi.

Hal ini terungkap dalam fokus group discussion (FGD) yang diselenggarakan Deputi Sumber Daya Iptek melalui Asisten Deputi Data dan Informasi Iptek dengan tema Interoperabilitas data dan informasi iptek di lingkungan KRT dan LPNK Ristek, di KRT Jakarta, Seperti dilansir laman Ristek.6.

Kelebihan Interoperabilitas 1. Menghindari ketergantungan terhadap suatu bahasa pemrograman dan database yang digunakan oleh aplikasi Y 2.Pengembang aplikasi X tidak perlu lagi melakukan akses secara lang ung terhadap database aplikasi Y 3. Kerahasiaan database aplikasi Y masih tetap bisa terjaga

DAFTAR PUSTAKA

Riko Rahmada,2010,Basis Interoperabilitas E-Government Nasional,[online],( http://birokrasi.kompasiana.com/2010/10/06/basis-interoperabilitas-egovernment-nasional/ diakses pada tanggal 07 Februari 2012 pukul 18.56) Syafrul Hamid,2010, Pengenalan Web Service,[doc], (http://shamid.blogspot.com/artikel/informatika-pengenalan-web-service/ diakses pada tanggal 07 Februari 2012 pukul 18.56) Cahyana Ahmadjayadi,2008, Kerangka Acuan dan Pedoman Interoperabilitas Sistem Informasi Instansi Pemerintahan,[pdf],( http://dl2.fossid.web.id/aplikasi/interoperabilitas/pedoman%20interop.pdf diakses pada tanggal 07 Februari 2012 pukul 19.56

Team Penulis DEPKOMINFO Kebumen,2009, Arsitektur Interoperabilitas, [pdf],( http://dl2.fossid.web.id/aplikasi/interoperabilitas/dokumen/0.deskripsi.konsep.rancang.bangun .0.pdf diakses pada tanggal 07 Februari 2012 pukul 18.15