Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi

47
 Bergabunglah dengan Multiply untuk mendapat pembaruan dari Irdy PENYEJUK JIWAHalaman DepanCatatanBlogFotoVideoMusikT injauanResep MasakanTautan Pemahaman Sufisme Ibn Arabi Jul 14, '07 10:57 PM untuk Kategori: Lainnya Bahan-bahan: Wahdat al-Wujud ( wihdatul wujud ) Ibn Al-‘Arabi adalah penganut faham Tauhid Wujudi bahkan ia merupakan panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalu menjadi sorotan tajam dari kaum fuqoha. Pemikiran inilah yang menjadi landasan konsep pendidikannya bahkan semua pola pikirnya berporos pada pemahaman ini. Perlu digari s bawahi bahwa Ibn Arabi belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujud dalam kitabnya namun istil Bergabunglah dengan Multiply untuk mendapat pembaruan dari Irdy PENYEJUK JIWAHalaman DepanCatatanBlogFotoVideoMusikT injauanResep MasakanTautan Pemahaman Sufisme Ibn Arabi Jul 14, '07 10:57 PM untuk Kategori: Lainnya Bahan-bahan: Wahdat al-Wujud ( wihdatul wujud ) Ibn Al-‘Arabi adalah penganut faham Tauhid Wujudi bahkan ia merupakan panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalu menjadi sorotan tajam dari kaum fuqoha. Pemikiran inilah yang menjadi landasan konsep pendidikannya bahkan semua pola pikirnya berporos pada pemahaman ini. Perlu digari s bawahi bahwa Ibn Arabi belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujud dalam kitabnya namun istilah ini dicetuskan oleh orientalis. Namun dari berbagai ajarannya bisa dikatakan bahwa pemahamannya adalah wahdatul wujud. Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujud Ibn Arabi mengungkapkan: “ketahuilah bahwa wujud ini satu namun Dia memiliki penampakan yang disebut dengan alam dan ketersembunyianny a yang dikenal dengan asma (nama-nama), dan memiliki pemisah yang disebut dengan barzakh yang menghimpun dan memisahkan antara batin dan lahir itulah yang dikenal dengan Insan Kamil”. Ia juga menjelaskan:

Transcript of Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 1/46

 

Bergabunglah dengan Multiply untuk mendapat pembaruan dari Irdy

PENYEJUK JIWAHalaman DepanCatatanBlogFotoVideoMusikTinjauanResep

MasakanTautan

Pemahaman Sufisme Ibn Arabi Jul 14, '07 10:57 PMuntuk

Kategori: Lainnya

Bahan-bahan:

Wahdat al-Wujud ( wihdatul wujud )

Ibn Al-‘Arabi adalah penganut faham Tauhid Wujudi bahkan ia merupakan

panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalu menjadi sorotan tajam dari

kaum fuqoha. Pemikiran inilah yang menjadi landasan konsep pendidikannyabahkan semua pola pikirnya berporos pada pemahaman ini. Perlu digaris bawahi

bahwa Ibn Arabi belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujud dalam

kitabnya namun istil

Bergabunglah dengan Multiply untuk mendapat pembaruan dari Irdy

PENYEJUK JIWAHalaman DepanCatatanBlogFotoVideoMusikTinjauanResep

MasakanTautan

Pemahaman Sufisme Ibn Arabi Jul 14, '07 10:57 PM

untuk

Kategori: Lainnya

Bahan-bahan:

Wahdat al-Wujud ( wihdatul wujud )

Ibn Al-‘Arabi adalah penganut faham Tauhid Wujudi bahkan ia merupakan

panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalu menjadi sorotan tajam dari

kaum fuqoha. Pemikiran inilah yang menjadi landasan konsep pendidikannya

bahkan semua pola pikirnya berporos pada pemahaman ini. Perlu digaris bawahibahwa Ibn Arabi belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujud dalam

kitabnya namun istilah ini dicetuskan oleh orientalis. Namun dari berbagai

ajarannya bisa dikatakan bahwa pemahamannya adalah wahdatul wujud.

Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujud Ibn Arabi mengungkapkan:

“ketahuilah bahwa wujud ini satu namun Dia memiliki penampakan yang disebut

dengan alam dan ketersembunyiannya yang dikenal dengan asma (nama-nama),

dan memiliki pemisah yang disebut dengan barzakh yang menghimpun dan

memisahkan antara batin dan lahir itulah yang dikenal dengan Insan Kamil”.

Ia juga menjelaskan:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 2/46

 

“Ketahuilah bahwa Tuhan segala Tuhan adalah Allah Swt. Sebagai Nama Yang

 Teragung dan sebagai ta’ayun (pernyataan) yang pertama. Ia merupakan

sumber segala nama, dan tujuan terakhir dari segala tujuan, dan arah dari

segala keinginan, serta mencakup segala tuntutan, kepadaNya lah isyarat yang

difirmankan Allah kepada RasulNya Saw -bahwa kepada Tuhanmulah tujuan

terakhir- karena Muhammad adalah mazhar dari pernyataan pertama (ta’ayyunawwal), dan Tuhan yang khusus baginya adalah Ketuhanan Yang Teragung ini.

Ketahuilah bahwa segala nama dari nama-nama Allah merupakan gambaran

dalam ilmu Allah yang bernama dengan ‘mahiat’ atau ‘ain sabitah’ (esensi yang

tetap). Setiap nama juga memiliki gambaran di luar yang diberi nama dengan

mazahir (penampakan atau fenomena) dan segala nama tadi merupakan

pengatur dari mazahir (fenomena-fenomena) ini. Sedang Haqiqat

Muhammadiyah merupakan gambaran dari nama ‘Allah’ yang menghimpun

segala nama ketuhanan yang darinya muncul limpahan atas segala yang ada

dan Allah Swt sebagai Tuhannya. Haqiqat Muhammadiyah yang mengatur

gambaran alam seluruhnya dengan Tuhan yang tampil padanya, disebut denganRab al-arbab (Allah Swt).”

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan Haqiqat Muhammadiyah di sini

bukanlah Nabi Muhammad sebagai manusianya namun Haqiqat

Muhammadiayah adalah Asma dan Sifat Allah serta Akhlaqnya. Nabi muhammad

disebut dengan Muhammad karena Beliau mampu berakhlaq dengan seluruh

akhlaq ketuhanan tersebut.

Selanjutnya Ibn Arabi juga mengatakan:

“ketahuilah bahwa yang ada hanya Allah beserta sifatNya, af’alNya makasemuanya adalah Dia, denganNya, dariNya dan kepadaNya. Kalaulah ia terhijab

dari alam ini walaupun sekejap maka binasalah alam ini secara keselurhan,

kekalnya alam ini dengan penjagaanNYa dan penglihatanNya kepada alam. Akan

tetapi jika sesuatu sangat tampak jelas dengan cahayaNya hingga pemahaman

tidak mampu untuk mengetahuinya maka penampakan itulah yang disebut

dengan hijab.”

 Jadi asma dan sifat itulah yang disebut dengan Haqiqat Muhammadiyah, dan

alam muncul dari hakikat tersebut. Oleh sebab itu Ibn Arabi mengungkapkan:

“Alam pada hakikatnya adalah satu namun yang hilang dan muncul adalah

gambarnya saja”.

Maksudnya hakikat alam tadi berasal dari Zat Yang Satu, yang pada dasarnya

gambaran alam tadi hilang dan muncul, artinya alam itu pada hakikatnya tiada

berupa gambar saja. Dalam hal ini ia menyatakan:

“Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu Dialah segala sesuatu tadi.”

Artinya penampakannya tiada lain Dia juga, yang tampil dariNya adalah Dia juga.

Lebih jelasnya Syaikh Abd Ar-Rauf Singkil menjelaskan dalam sebuah karyanya:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 3/46

 

“wujud alam ini tidak benar-benar sendiri, melainkan terjadi melalui pancaran.

 Yang dimaksud dengan memancar di sini adalah bagaikan memancarnya

pengetahuan dari Allah Ta’ala. Seperti halnya alam ini bukan benar-benar Zat

Allah, karena ia merupakan wujud yang baru, alam juga tidak benar-benar lain

dariNya. Karena ia bukan wujud kedua yang berdiri sendiri disamping Allah.”

 Jadi alam bukanlah sebenarnya Allah namun pancarannNya dengan kata lain

hijabnya. Hal ini dikuatkan oleh penjelasan Willian dalam salah satu karyanya

mengenai Ibn Arabi: “Hanya satu wujud dan seluruh eksistensi tiada lain adalah

pancaran dari Wujud Yang Satu.” Kesimpulannya yang tampak itulah makhluk

cipatanNya sedang ZatNya tetaplah ghaib. Hal ini dijelaskan oelh Ibn Arabi

sebagai berikut:

“Allah nyata ditinjau dari penampakanNya pada cipatanNya dan batin dari segi

Zatnya.”

Untuk lebih jelasnya, Tajalliyat Allah pada lingkatan wujud adalah merupakanpenampakan Allah berupa kesempurnaan dan keagungan yang abadi. Zatnya

merupakan sumber pancaran yang tak pernah habis keindahan dan

keagunganNya. Ia merupakan perbendaharaan yang tersembunyi yang ingin

tampil dan dikenal. Allah sebagai keindahan ingin membuka perbendahataan

tersembunyi tersebut dengan Tajalliyat (teofani) Haq tentunya yang merupakan

penampakan-penampakan dari keagungan, keindahan dan kesempurnaanNya

dalam pentas alam yang maha luas.

Ibn Arabi berkata: “Alam maujud atau mengada denganNya”.

 Tajalliyat al-Wujud dengan gambaran global dalam tiga hadirat:

1. Hadirat Zat (Tajalliyat Wujudiya Zatiya) yaitu pernyataan dengan diriNya

untuk diriNya dari diriNya. Dalam hal ini Ia terbebas dari segala gambaran dan

penampakan. Ini dikenal dengan Ahadiyat. Pada keadaan ini tampak Zat Allah

terbebas dari segala sifat, nama, kualitas, dan gambaran. Ia merupakan Zat

 Yang Suci yang dikenal dengan rahasia dari segala rahasia, gaib dari segala yang

gaib, sebagaimana ia merupakan penampakan Zat, atau cermin yang terpantul

darinya hakikat keberadaan yang mutlak.

2. Tajalliyat Wujudiya Sifatiya yang merupakan pernyataan Allah dengan diriNya,untuk diriNya, pada penampakan kesempurnaanNya (asma) dan penampakan

sifat-sifatNya yang azali. Keadaan ini dikenal dengan wahdah. Pada hal ini

tampak hakikat keberadaan yang mutlah dalam hiasan kesempurnaan ini lah

yang dikenal dedngan Haqiqat Muhammadiyah (kebenaran yang terpuji), setelah

ia tersembunyi pada rahasia gaib yang mutlak denganjalan faid al-aqdas (atau

limpahan yang paling suci karena ia langsung dari Zat Allah). Dalam keadaan ini

tampillah al-A’yan as-Sabitah (esensi-esensi yang tetap) atau ma’lumat Allah.

3. Tajalliyat Wujudiyah Fi’liyah (af’aliyah) yaitu pernyataan Haq dengan diriNya

untuk diriNya dalam fenomena esensi-esensi yang luar (A’yan Kharijah) atau

hakikat-hakikat alam semesta. Keadaan ini dikenal dengan mutlaq dengan

ZatNya, sifatNya dan perbuatanNya dengan jalan limpahan yang suci (al-faid al-

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 4/46

 

muqaddas). Allah pun tampak pada gambaran esensi-esensi luar (A’yan

Kharijah), baik yang abstrak maupun yang kongkrit yang merupakan asal dari

alam semesta seluruhnya.

Allah Swt merupakan awal dari tajalliyat wujud segala fenomenanya dan

dimensinya. Jadi Dia tidak berasal dari ketiadaan dan tidak berakhir kepadaketiadaan pula. Ia merupakan karya absolut yang berada pada lingkatan yang

absolut, ia berasal dari yang Haq dengan Haq dan kepada yang Haq, baik dalam

tahap Zat, Sifat dan Af’al. semuanya adalah penampakan dari hakikat yang satu.

Namun apakah berarti alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Bisa dikatakan

‘ya’ atau ‘tidak’, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam salah satu

karyanya:

“Dalam hal ini ada sebagian golongan sufi yang terpeleset jatuh dalam

kekhilafan dari yang sebenarnya, mereka berkata tidak ada kecuali apa yang

engkau lihat bahwa alam adalah Allah dan Allah adalah alam tiada lain.Sebabnya kesaksian ini terjadi karena mereka belim benar benar mencapai apa

yang dicapai oleh muhaqiqun. Kalau mereka mencapai apa yang dicapai oleh

muhaqiqin maka meraka tidak akan berkata demikian dan menetapkan segala

hakikat pada tempatnya dan mengetahuinya dengan ilmu dan penyingkapan.”

Disamping itu penyatuan antara manusia dan hamba adalah mustahil ataupun

Allah bertempat adalah juga mustahil. Hal ini ia jelaskan dalam sebuah kitabnya:

“Ittihad adalah mustahil karena dua zat menjadi satu, tidak akan mungkin

bertemu antara hamba dan Tuhan pada satu wajah selamanya ditinjau dari

ZatNya.”

Dari pernyataan ini jelas beliau tidak berpaham panteisme, jadi bagaimana

menafsirkan wahdatulwujud tersebut? Sebagaimana yang diungkapkan

sebelumnya bahwa Zat Allah adalah sumber segalanya. Jadi yang disebut

eksistensi atau wujud adalah Zat tersebut. Sedangkan keadaan yang dikenal

dngan Haqiqat Muhammadiyah (A’yan sabitah, wahdah, tajalliyat wjudiyah

sifatiyah) merupakan penampakan atau bayangan dari Zat Yang Suci yang

bernama Allah. Kemudian keadaan yang bernama Wahdaniyat (tajalliyat

wujudiyah fi’liyah atau a’yan kharijiyah) adalah bayangan dari wahdah atau

Haqiqat Muhammadiyah. Jadi seluruhnya bayangan dari Zat Yang Suci. Lebih jelasnya alam ini (a’yan kharijiyah) penampakan atau bayangan dari Asma Allah

yang dikenal dengan Haqiqat Muhammdiyah ataupaun A’yan Sabitah.

Sedangkan Asma adalah penampakan dari Zat Yang Maha Suci. Jadi bayangan

adalah sesuatu yang pada hakikatnya tiada namun ia ada bergantung kepada

Zat Allah, sebagaimana bayangan suatu benda.

Penjelasan diatas dikuatkan dengan perkataan Ibn Arabi dalam kitab Futuhat:

 Jika Engkau nyatakan: “Tiada sesuatupun yang setara denganNya maka

hilanglah bayangan sementara bayangan terbentang maka hendaklah engkau

memperhatikan lebih teliti.”

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 5/46

 

Dalam kitab Al-Jalalah beliau menjelaskan:

“Segala sesuatu memiliki bayangan dan bayangan Allah adalah Arasy. Akan

tetapi bukanlah setiap bayangan terbentang. Arasy bagi Tuhan adalah bayangan

yang tidak terbentang, apakah engkau tidak memperhatikan bahwa jisim yang

memiliki bayangan apabila diliputi oleh cahaya maka bayangannya adapadanya.”

Bayanganyang dimaksud di sini adalah alam semesta. Manusia memiliki banyak

bayangan jika dia disinari oleh beberapa cahaya yang datang dari berbagai arah,

wajahnya akan muncul dalam berbagai cermin yang pada hakikatnya ia adalah

satu namun dipatulkan oleh beraam cermin. Begitu pula Allah Esa dari segi

ZatNya dan berbilang dari segi penampakanNya dalam gambaran serta

bayanganNya dalam cahaya. Jadi jelas bahwa sebenarnya alam ini adalah

bayangan yang hakikatnya tiada atau dikenal dengan batil. Ibn Arabi

menjelaskan:

“sebenar-benar ungkapan yang dikatakan oleh orang Arab bahwa; “segala

sesuatu selain Allah adalah batil” karena siapa yang keberadannya tergantung

kepada yang lain maka dia adalah tiada.”

Ia juga mengungkapkan dalam Risalah al-Wujudiyah:

“Sesungguhnya engkau tidak pernah ada sama sekali dan bukan pula engkau

ada dengan dirimu atau ada di dalamNya atau bersamaNya dan bukan pula

engkau binasa ataupun ada.”

Untuk menjelaskan perkataan ini ia mengutip perkataan Abu Said Al-Kharrajmenyatakan: “Aku mengenal Allah dengan menghimpun segala dua hal yang

bertentangan.” Artinya Dialah Yang Lahir dan Yang Batin tanpa keadaan yang

lain. Dijelaskan juga dalam kitabnya Ar-risalah Al-Wujudiyah:

“Dialah Yang Awal tanpa berawal, Yang Akhir tanpa berakhir, Yang Lahir tanpa

 jelas, Yang Batin tanpa tersembunyi.”

Hal ini jika difahami berarti bahwa manusia tidak memiliki keberadaanyang

independen dalam arti kata keberadaannya pada hakikatnya adalah bayangan

dari keadaan Allah. Karena pada hakikatnya manusia tiada yang ada Allah. Jadi

manusia adalah penampakan, bayangan atau ayat Allah yang pada hakikata

adalah tiada atau khayal. Karena suatu yang sifatnya khayal berjumpa dengan

khayal seolah kelihatan nyata.

Dalam Fusus al-Hikam Ibn Arabi mengungkapkan:

“Ketahuilah bahwa hadirat khayal merupakan hadirat yang menghimpun dan

mencakup segal seuatu dan yang bukan sesuatu.”

 Jadi jelas bahwa alam ini adalah fana atau khayal danyang kekal dan tampak

adalah ZatNya Yang Suci dengan penampakan-penampakan yang indah dan

agung yang mewujudkan kesempurnaanNya yang tiada batas.”

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 6/46

 

Di lain bukunya Ibn Arabi mengungkapkan:

“Tidak ada dalam wujud ini selain Allah, kita walupun ada (Maujudun) maka

sesungguhnya keberadaan kita denganNya, barang siap yang keberadaannya

dengan selain Allah maka ia masuk dalam hukum ketiadaan.”

Maksudnya ialah bahwa Allah ada dengan sendiriNya dan tidak mengambil

keberadaannya dari yagn lain. Sedangkan alam adalah ada karena Allah

mengadakannya. Jadi alam adalah keberadaanyang mungkin ada yang pada

hakikatnya tiada. Di sini kita harus membedakan antara wujud dan maujud.

Wujud merupakan isim masdar yang berarti keadaan dan Maujud merupakan

isim maf’ul berarti sesuatu yang mengada karena pengaruh lain . Bisa ditafsirkan

bahwa Allah adalah keberadaan itu sendiri atau Zat Yang Maha Ada, sedang

maujud adalah sesuatu yang menjadi ada disebabkan hal lain. Maujud

merupakan ‘objek’ yang berarti sesuatu yang menerima pengaruh perbuatan

yang lain. Jadi sesuatu yang menjadi ada karena adanya keberadaan yang lain

bukanlah keberadaan yang sejati namun keberadannya bergantung kepada

Wujud Yang Sejati. Keberadaannya disebut dengan khayal, artinya ia ada karena

bergantung pada Wujud Sejati. Namun jia sesuatu tidak bergantung kepada

Wujud Sejati tentu dia tiada, karena siapa yang akan memberikannya

keberadaan? Jadi jelas yang dimaksud dengan Wahdat al-Wujud adalah bahwa

wujud yang sejati adalah satu. Bukan berarti alam adalah Allah dan Allah adalah

alam.

Dalam menerangkan wahdatulwujud Ibnu Arabi kadang mengutip kuplet berikut,

sebagaimana yang termaktub dalam kitab al-Alif:

* Dalam segala sesuatu Dia memiliki ayat

* Menunjukkan kenyataan bahwa Dia adalah Satu.

Kesatuan wujud ini juga dapat difahami dari sebuah hadis yang sering dikutip Ibn

Arabi dalam menerangkan masalah Wahdat al-Wujud yaitu: Kanallahu wala

syai’a ma’ahu artinya ‘dahulu Allah tiada sesuatu apapun besertaNya’.

Disempurnakan dengan perkataan wahuwal aana ‘ala makaana artinya

‘sekarang Ia sebagaimana keadaanNya dahulu’. Maksud dari kedua pernyataan

ini tidak ada sesuatu apapun yang menyertai Allah selamanya dan segalaNya

pada sisiNya adalah tiada. ‘Tiada Tuhan selain Allah’ artinya segala sesuatuberupa alam yang gaib dan nyata adalah bayangan Allah yang pada hakikatnya

tiada. Karena segala sesuatu yang tiada bisa dijadikan Tuhan oleh manusia dan

yang pada hakikatnya yang ada hanya Zat Allah Yang Maha Suci yang bernama

Allah.

 Yang dapat disimpulkan dari penjelasan di atas ialah, alam bisa dikatakan Allah

dan bisa juga tidak. Dilihat dari keterbatasan alam dan hakikatnya yang

merupakan khayal semata maka alam bukanlah Allah. Namun jika dilihat bahwa

alam tidak akan muncul dengan sendirinya dan mustahil ada wujid disamping

Allah ataupun diataNya atau dibawahNya atau ditengahNya atau didalamNya

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 7/46

 

atau diluarNya maka alam adalah penampakan Allah. Penampakan itu tiada lain

allah jua adanya.

Dibalik itu semua dalam memahami hal ini bukanlah cukup dengan logika namun

harus dibuktikan dengan penyaksian sebagaimana pernyataan Ibn Arabi:

“Tauhid adalah penyaksian danbukan pengetahuan, barang siapa menyaksikan

maka ia telah bertauhid barang siapa hanya mengetahui ia belum bertauhid.”

 Jadi beginilah yang dapat difahami dari Wahdat al-Wujud. Permasalahan Tanzih

dan Tasybih akan lebih menjelaskan konsep Wahdat Wujud.

Al-Hirah (Ketakjuban, Kebingungan, Laut Tanpa Pantai, Anggur Keabadian)

AL-Hirah merupakan ketakjuban dan puncak dari pengenalan akan Allah yang

dalam hal ini Ibn Arabi menjelaskan:

“Uluhiyyat (ketuhanan) dapat dikatakan karena ia merupakan tawajjuh(kehendak) Zat untuk mewujudkan semua hal yang mungkin, adapun Zat

tidaklah dapat dikatakan namaun disaksikan.”

Hal ini mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut:

Zat Allah Esa dan Tunggal adanya namun tidaksatu makhlukpun dapat

mengetahui hakikat Zat tersebut serta segala potensi yang ada pada Zat Allah.

Penyaksian akan ZatNya bisa terjadi pada orang tertentu dan penyaksian itu

bukanlah meluputi akan keadaan ZatNya. Ol;eh sebab itu tidak bisa dikatakan

karena segalanya luluh dan fana ketika penyaksian itu terjadi. Sedangkan

Uluhiyat bisa dikatakan karena Ia berhubungan dengan segala yang mungkin.

Dalam al-Quran Allah berfirman:

Wayuhazzirukumullahu nafsah

Artinya: Allah melarang kamu untuk berpikir tentang diri (Zat)Nya. Ali Imran 28.

Pada ayat yang lain, Allah berfirman:

Wamaa qadarullahu haqqa qadrih

Artinya: dan mereka tidak mampu memperkirakan Allah dengan sebenar-benarperkiraan, Al-An’am 91.

Di samping itu Kalimat Allah atau seala yang mewujud karenaNya atau segala

yang berasal dariNya tidak terhingga atau tidak terbats, oleh sebab itu tidak ada

bats dalam mengenal Allah Swt. Jadi yang diketahui hanya keesaanNya sedang

kuasaNya tanpa batas.

Ibn Arabi menjelaskan dalam tafsirnya mengenai ayat terakhir daru surat al-

Kahfi:

“Katakanlah jika lautan huyuli (asal keberadaan alam semesta) yang menerimaberbagi macam gambar yang mewuudkan segala ilmu Allah dijadikan sebagai

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 8/46

 

tinta untuk menuliskan segala makna dan hakikat dan roh yang ada pada

ZatNya maka air lautan akan habis sebelum habisnya kalimat Allah, karena ia

tidak terhingga adanya. Tidak mungkin satu yang terbatas bisa mengibaratkan

 Yang Tidak Terbatas.”

 Jika dikaitkan dengan dua aspek yaitu tanzih dan tasybih, maka aspek tanzihNyaadalah ketidak terbatasan Zat Allah atau Maha SuciNya Ia dari segala ikatan dan

keterbatasan. Sedang aspek tasybihNya adalah kalimatNya atau fenomena

segala alam ini yang mewujud denganNya. Alam ini sendiri juga tidak terbatas,

sebagaimana kalimat Allah tidak terbatas. Jadi puncak pengenalan akan Allah

adalah ketidak mampuan untuk mengenalNya dan ketakjban akan keMaha

BesaranNya. Sebagaimana Nabi bersabda:

Allahumma la nuhshi tsanaan ‘alaika anta kama atsnaita ‘ala nafsika

Artinya: “Ya Tuhan kami kami tidak mampu menghumpun pujian kepadaMua

sebagaimana Engakau memuji diriMu Sendiri.”

Abu Bakar berkata: “ketidak sanggupan untuk mengenal Allah adalah

pengenalan. Oleh sebab itu Abu Talib al-Makki berkata: “tidak mengenal Allah

selain Allah.” Nabi Saw juga pernah bersabda: “Rabbi zidni fika tahayyuran”

yang artinya : “Wahai Tuhanku tambakanlah kepadaku keta’juban.” Hal ini

dita’wilkan oleh Ib Arabi sebagai kesinambunan takalliyat Allah kepada Nabi

Saw. Kesinambungan tajalliyat adalah bertambahnya senantiasa ilmu

pengenalan akan Allah dan itu tentunya tiada batas.

Nabi Muhammad Saw merupakan jalan petunjuk kepada ketakjubanyang

membaw panji pujian kelak dihari kiamat. Beliaulah hamba yang paling

mengenal Allah. Oleh sebab itu seorang tidak akan mampau mengenal Allah

kecuali melalui jalan atau cermin Muhammad Saw. Ibn Arabi menjelaskan dalam

kitab fusus al-Hikam:

“Allah berfirman: “sesungguhnya sahabatmu tidaklah sesat dan salah: an-an’am

2, atau Ia tidak takut dalam keheranannya karena Ia mengetahi bahwa puncak

dalam pengenalan akan Allah adalah hirah (ketakjuban). Maka barang siapa

yang sampai dalam keadaan ini maka ia telah beroleh petunjuk dan dia adalah

yang menunjuki dan menjelaskan dalam penetapan ketakjuban.”

Ibn Arabi menyebutkan: “ Yang Haq adalah lautan dasarnya adalah azali

pantainya adalah abadi.” Inilah lautan yang tiada tepi, ia melantunkan syair

dalam ketakjuban:

* Aku terkesima pada Samudera dantap pantai dan Pantai tanpa samudera

* Pada Cahaya pagi tanpa kegelapan dan Malam tanpa fajar

* Pada dunia tanpa tempat yang diketahui oleh pagan dan pendeta

* Pada kubah biri langit, menjulang tinggi dan berputar

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 9/46

 

* Kemahakuasaan adalah pusatNya dan pada bumi yang subur tanpa kubah dan

tempat, ersembunyi rahasia.

 Tasybih dan Tanzih

Permasalahan Tasybi dan Tanzi juga merupakan polemik dari daulu inggasekarang. Dalam al ini Ibn Arabi berpendapat bahwa dalam mengenal Allah

manusia harus melihat TanzihNya (Kesecuian Allah dari segala sifat yang

baharu) pada TasybihNya (KeserupaanNya dengan yang baharu) dan tasybihNya

pada tanzihNya. Artinya untuk mengenal Allah harus menggabungkan dua aspek

tadi sekaligus. Ibn Arabi sering mengutip perkataan Abu Sa’id Al-Kharraj: “ Aku

mengenal Allah dengan menggabungkan dua hal yang bertentangan.”

Menurutnya apabila seorang menganal Allah hanya dengan aspek tanzih berarti

dia telah membatasi kemutlakanNya. Karena tanzih berarti menafikan segala

sifat bagi Allah sperti yang dilakukan ole kalangan Mu’tazila yang melucuti

 Tuhan dari segala sifat, hingga Allah menjadi suatu yang tak bisa dikenal dan

dijangkau. Al ini mengakibatkan terputusnya hubungan Tuhan dengan manusia.

Kemudian jika hanya mengenal Allah dalam aspek tasybih saja seperti yang

dilakukan kalangan al_mujassimah maka mengakibatkan keserupaan Tuhan

dengan yang baharu.

Dalam kitab Fusus al-Hikam Ia mengatakan:

“Pensucian dari orang yang mensucikan merupakan pembatasan bagi yang

disucikan, karena ia telah mengistimewakan Allah dan memisahkanNya dari

sesuatu yang menyerupai, jadi pensucianNya dari suatu sifat yang wajib

merupakan keterikatan dan keterbatasan, maka tidak ada di sana kecualai Yangterikat dan Maha Tinggi dengan kemutlakanNya dan ketidak terbatasanNya.”

‘Abd al_raziq al-Qasyani menjelaskan mengenai hal ini bahwa tanzih berarti

mengistimewakan Allah dari segala yang baharu yang sifatnya materi dan dari

segala yang tidak pantas baginya pensucian dari sigat materi, hal ini berarti

bahawa setiap seuatu yang berbeda dari yang lain maka ia tentu memiliki sigat

yang bertentangan dari yang lain tersebut. Dengan begitu ia menjadi teriakt

denagn suatu sifat dan erbatas dengan satu batasan. Jadi tanzih tersebut

merupakan pembatasan. Lebih jelasnya, bahwa yang mensucikan telah

mensucikan Allah dari sifat materi dan menyamakanNya dengan sifat rohani

yang suci. Dengan begitu ia telah mensucikan Allah dari keterbatasan namun

dengan sendirinya ia telah membatasNya dengan kemutlakan, sedang Allah

Maha Suci dari ikatan keterbatasan dan kemutlakan, akan tetapi Ia Maha Mutlaq

tidak terikat oleh tanzih maupun tasybih juga tidak menafikan keduanya. Ibn

Arabi juga menjelaskan:

“Tidak ada yang serupa denganNya” potongan ayat ini mengisyaratkan tanzih,

dan “Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” potongan ayat ini mengisyaratkan

tasybih.

Abd Karim al-Jily menerangkan mengenai hal ini sebagai berikut:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 10/46

 

“Yang mensucikan mengosongkan Tuhan dari segala sifat sehingga dia

menghilangkan kuasa Tuhan, yang menyerupakan Tuhan menghiasaiNya

dengan sifat yang tak pantas aritnya memakaikan Tuhan dengan sifat selainNya

(Mujassimah) sedang yang berada di antara keduanya (tidak mengosongkan dan

tidak memakaikan) artinya seorang yang ‘arif yang beada antara tasybih dan

tanzih tidak menanggalkan apa yang pantas bagi Allah dan menyifatiNya denganpakaian atau sifat yang tidak pantas bagiNya. Bahkan ia berkata Allah adalah

 Yang Lahir dan Yang Batin atau ia menyifati Allah dengan Lahir dan Batin. Aspek

Batin merupakan hukum kesempurnaan bagiNya sedang aspek Lahir merupakan

nyatanya Ia dalam segala yang ada.”

Ibn Arabi menjelaskan dalam sebuah syair:

* jika engkau mengatakan dengan tanzih maka engakau membuatNya terikat

* jika engkau mengatakan dengan tasybih engkau membuatNya terbatas

* jika engakau katana dengan dua hal tadi maka engkau benar

* engkau menjadi imam dalam ma’rifat dan menjadi penghulu.

Penafsiran Ibn Arabi tentang tanzih dan tasybih sesuai dengan doktrin

ontologisnya tentang wahdatulwujud, yang bertumpu pada perumusan

ambiguous:

“Dia dan bukan Dia” (huwa la huwa) sebagai jawaban atas persoalan apakah

alam identik dengan Tuhan. Dalam perumusanini terkadnung dua bagian

 jawaban:

bagian positif, yaitu ‘Dia’ dan bagian negatif, yaitu ‘bukan Dia’.

Bagian pertama menyatakan bahwa alam identik dengan Tuhan. Bagian terakhir

menegaskan aspek tanzih Tuhan. Dapat pula dikatakan bahwa penafsiran Ibn

Arabi tentang tanzih dan tasybih sejalan denagn prinsip memadukan segala hal

yang bertentangan. Misalnya antara Yang Satu dan yang banyak, Yang Lahir dan

 Yang Batin. Oleh sebab itu dinaytakan Hakikat Muhammad lah yang

menghimpun antar aspek tanzih dan tasybih antara Qran dan Furqan antara

 Jama’ dan Tafsil.

Ada ungkapan-ungkapan kaum sufi yang mengisyaratkan tasybih yang dikenal

dengan syatahat seperti ungkapan Biyazid: “Maha Suci Aku betapa Agung

keadaanKu.” Begitu juga imam Junaid: “Tidak ada dalam jubah ini selain Allah.”

Al-Hallaj juga berkata: “Ana al-Haq.” Abu Bakar as-Syibli berkata: “Aku adalah

titik dibawah Ba.” Perkatan ini semua mengandung tasybih al-Haq dengan yang

baharu. Ada sebagian kaum yang mengkafifkan orang yang berkata demikian

dan ada yang menta’wilkan. Kaum sufi berkata demikian dalam keadaan

iluminasi dan menyaksikan Wajah Yang Satu hingga mereka menyatakan

ungkapan syatahat (ungkapanyang janggal dalam keadaan fana). Sedangkan

Fir’aun mengatakannya dalam kesadaran penuh akan keberadaan nafsunya dankeberadaan dirinya sebagi Tuhan dan tidak mengaku adanya Allah.

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 11/46

 

Ini semua berkaitan dengan ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. Sepanjang

sejarah pembicaraan ini taidak pernah habisnya, karena kasus Keesaan Tuhan

terus bergulir. Ulama salaf mengimani ayat mutasyabihat dalam batasan tdiak

menta’wilkan sebagaimana ungkapan Imam Malik: “Istiwa’ itu diketahui artinya,

kaifiyyahnya tidak diketahui,beriman dengannya wajib, bertanya mengenainya

bid’ah.” Ulama khalaf menta’wilkannya, ada yang menta’wilkannya denganberkuasa dan mengatur. Sedang kaum Mu’tazilah mensucikan Tuhandari segala

sifat apa lagi sifat yang bahari dengan alsan jika sifat itu qadim maka akan

banyaklah yang qadim. Kaum mujassimah menyamakanNya dengan yang

baharu dan seterusnya.

Berkaitan dengan muhkamat dan mutasyabihat ini dijelaskan dalam al-Quran

surat Ali-Imran ayat 7:

Huwal lazi anzala…..

Artinya: Dialah yang menurunkan al-Quran kepadamu diantaranya ada yangmuhkamat itulah ummul kitab (induk kiab) dan yang lainnya mutasyabihat.”

 Jadi ayat yang muhkamat mewakili aspek tanzih sedang yang mutasyabihat

mewakili aspek tasybih. Mengenai ayat ini Ibn Arabi menafsirkan ayat muhkamat

adalah yang mengandung makna yang satu yang merupakan asal kitab dan

tidak dimasuki penyerupaan dengan yang baharu, sedang yang lain

mutasyabihat. Mutasyabihat ini yang mungkin memiliki dua makna atau lebih

atas samr di situ antara yang haq dan yang batil, hal ini dikarenakan bahwa

Allah memiliki Wajah Yang Esa dan Kekal setelah fananya makhluk yang tidak

mengandung pluralitas dan keterbilangan disamping itu Allah juga memilikiwajah-wajah yang banyak sesuai dengan cermin-cermin penampakanNya

berdasarkan potensi penampakanNya dan seluruhnya bersumber dari Wajah

 Yang Satu tadi. Pada wajah yang banyak inilah samar antara Haq dan yang batil

maka turunlah ayat al-Quran agar ayat-ayat mutasyabihat diletakkan pada

wajah-wajah yang sesuai dengan potensinya hingga setiap sesuatu berkaitan

dengan yang lain sesuai dengan kesiapannya. Maka dari sinilah timbul ujian dan

cobaan. Adapun orang ‘arif yang muhaqqa yang mengenal Wajah Yang Kekal

dalam berbagai gambaran dan bentuk mengenal wajah tersebut dari wajah-

wajah yang mustasyabihat maka ia mengembalikannya kepada muhkamat

melaksanakan perkataan penyari:

“Sungguh Wajah hanyalah Saturda

Namun jika engkau perbanyak cermin Ia menjadi terbilang.”

Adapun orang yang terhijab (atau orang yang bengkok hatinya) dari kebenaran

maka dia akam mengikuti yang mutasyabihat karena ia terhijab dari Yang Satu

oleh yang banyak dan memilih keyakinan sesuai dengan seleranya untuk

menyebarkan fitnah.

 Jalan untuk mengenal yang muhkamat dan mutasyabihat adalah lewat cermin

Muhammad Saw mengikuti ajarannya dengan memasrahkan pengetahun

mengenai hal tersebut kepada Allah agar Allah membukakan kepad akita dan

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 12/46

 

mengenalkan diriNya kepada kita. Hal ini yang dijelaskan oleh Ibn Arabi dalam

kitabya Fusus al-Hikam dalam Fas Nuh As:

“Ketahuilah bahwa Allah menuntut dari hambanya untuk mengenalNya

sebagaimana yang telah diterangkan oleh Lisan segala syariat dalam

menyifatiNya, maka akal tidaklah boleh melampauiNya sebelum datangnyasyariat, ilmu mengenaiNya pensucian dari sifat-sifat baharu, jadi seorang ‘arif 

adalah orang yang memiliki dua pengenalan tentang Allah: pengenalan sebelum

datangnya syariat dan pengenalan yang ia peroleh dari syara’, akan tetapi

syaratnya hendaklah ia menyerahkan ilmu tersebut kepada Allah, jika Allah

menyingkapkan baginya tentang ilmu itu maka hal itu merupakan anugrah dari

pintu pemberian Zat Allah.”

Kesimpulannya Allah Mutlak dengan keterbatasanNya dan Terbatas dengan

kemutlakanNya. Dalam kata lain Allah Mutlak dari segi ZatNya Yang Maha Suci

dari seala sifat dan terbatas dalam kemutlakan dengan nama-nama, sifat-sifat,

af’al, dan mazahir kauniyah (fenomena-fenomena alam) yang merupakan

tajalliyatNya yang tak terhingga. Jadi penampakanNya itu sendiri tidak terbatas,

karena kalimatNya tidak pernah habis. Inilah yang disebut sebagai lautan yang

tak bertepi.Dialah Yang Maha Esa dalam banyak rupa dan rupa yang banyak

adalah pada hakikatnya wajah-wajah dari Zat Yang Esa. Yang banyak adalah

tiada dan yang ada hanya Zat yang Esa. Dialah jami’ atau penghimpun

segalanya dan fariq yang membedakan segalanya dalam berbagai rupa. Aspek

 JamalNya (keindahan) mewakili tasybih dan aspek JalalNya (keagungan)

mewakili tanzih keduanya mewujudkan Kamal (kesempurnaan) bagi ZatNya.

Namun keseluruhannya itu menunjukkan kemutlakan yang tak terhingga.

Di atas semua itu pengenalan akan Allah adalah ketidak tahuan. Kelemahan

untuk mengenalNya adalah pengenalan. Mengutip perkataan Abu Talib al-Makki:

“Tiada ada yang mampu mengenal, “tidak ada yagn setata denganNya dan Dia

Maha Mendengar dan Maha Melihat” kecuali “Tidak ada yang setara denganNya

dan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”.

Petunjuk

Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemahaman_Sufisme_Ibn_Arabi

Sebelumnya: Kesaksian Para Ulama Fikh Tentang Ulama Sufi

Selanjutnya : Mengenal al-Husain bin Mansur Al Hallaj

Balas bagi

 Tautan Bersponsor

 jaket jersey piala dunia 2010

Pemesanan silahkan call/sms 08999516117

GUCI RETAK SERIBU

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 13/46

 

For Sale..!!!

KomentarKronologis Kebalikan Berdasar topik

Komentar dihapus atas permintaan pemilik blog.

Balasirdy74 menulis on Jul 15, '07, telah disunting on Jul 15, '07

Wa`alaikum Salam Wr Wb

Saya tidak berani menuduh apalagi memfitnah seseorang mas. Banyak sekali

tuduhan-tuduhan kepada Ibnu Arabi ini. Kita serahkan saja kepada Allah

mengenai kebenarannya.

 Jangan sampai pula kita ikut2an menuduh, apabila tuduhan tsb tidak benar,

berarti kita telah menyebarkan fitnah. Dan fitnah adalah dosa besar yang akan

pertanggung jawabkan tuduhan kita dihadapan Allah SWT.

"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang

satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian

mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah

menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang

ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam

kesesatannya sampai suatu waktu." (Al Mu'minuun 21-23)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik

dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan

lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela

dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.

Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),

karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari

keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah

mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al

Hujuraat:48-49)"

Dan mohon ma`af kutipannya saya hapus....saya tidak ingin ada tuduhan-

tuduhan di MP saya. Sekali mohon ma`af :)

Balasishakq menulis on Jul 15, '07

Mas irdy, saya suka bahasannya. Asli !

Memang masing-masing kaum akan mengedepankan kelebihan-kelebihannya,

dan menyembunyikan kekurangan-kekurangannya. Alangkah baiknya jika kita

bertabayun. Mendengar cerita dari kedua belah pihak (sisi).

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 14/46

 

 Jika beberapa tulisan mas irdy merupakan jawaban dari sebuah posting di

sebuah group, saya usul agar di posting aja di groupnya. Biar sama-sama

menjadi pencerahan bagi anggota groupnya. :-)

Balasirdy74 menulis on Jul 15, '07

ishakq} berkata

 Jika beberapa tulisan mas irdy merupakan jawaban dari sebuah posting di

sebuah group, saya usul agar di posting aja di groupnya. Biar sama-sama

menjadi pencerahan bagi anggota groupnya. :-) Sebenarnya bukan jawaban dari

sebuah group, namun sebuah jawaban dari semua postingan sebenarnya. Baik

itu dari mpers sendiri maupun dari website lain.

 Jadi benar apa yg dikatakan mas Ishaq, biar ada keseimbangan dalam informasi,

agar pikiran kita tidak selalu dijejali pikiran picik atau berat sebelah, entar kalau

ibarat kapal bisa miring dunk berlayarnya, karena bebannya berat sebelahhehehe

Balasmrnoxious menulis on Jul 17, '07

irdy74} berkata

Saya tidak berani menuduh apalagi memfitnah seseorang mas. Banyak sekali

tuduhan-tuduhan kepada Ibnu Arabi ini. Kita serahkan saja kepada Allah

mengenai kebenarannya.

 Jangan sampai pula kita ikut2an menuduh, apabila tuduhan tsb tidak benar,

berarti kita telah menyebarkan fitnah. Dan fitnah adalah dosa besar yang akan

pertanggung jawabkan tuduhan kita dihadapan Allah SWT. Maaf mas bukan

maksud ikut menuduh. Tapi postingan itu saya sampaikan supaya infonya

berimbang. Apa yang saya posting itu adalah pendapat para ulama, bukan satu

tapi banyak. Saya yakin niat mas baik dengan memposting ttg Ibnu Arabi, tapi

 jangan sampai mas ikut menyebarkan paham2 menyesatkan yg masyarakat

awam kurang mengerti ttg ini.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS : Al Israa' 36)

Dengan menghapus postingan saya berarti mas tetap keukeuh pada pendirian

dan pendapat mas tentang Ibnu Arabi padahal diluar sana masih banyak

pendapat2 yg berlainan ttg Ibnu Arabi. Semoga mas bisa lebih objektif thdp hal

ini.

Balasirdy74 menulis on Jul 17, '07

Begini mas :)

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 15/46

 

Postingan di mp saya khusus yang positifnya saja dari Ibnu Arabi. Mengenai sisi

yang lainnya rekans mp bisa melihat di tempat lain yang saya yakin banyak

bertebaran di internet.

Komentar telah dihapus atas permintaan penulis.

Balassudjarwo menulis on Aug 11, '07

tetep terus mengkaji fushus al hikam kalo bisa lbh dalam bahasanya dan lebih

terperinci klo bisa juga sampai habis kitab ini langsung lanjut dg futuhat

makiyyahnya

Balasirdy74 menulis on Aug 11, '07

Insya Allah nanti dilanjut :)

Komentar dihapus atas permintaan pemilik blog.

Balasrd2105 menulis on Sep 22, '08

IBNU ARABI adalah BENAR dan BENAR

pokok masalah mengapa orang menganggap Ibnu Arabi salah adalah cara

pandang yg tidak sama, hal ini saya bisa maklumi karena memang pengetahuan

yg dimiliki masing2 pihak juga berbeda, itulah kehebatan atau keinginan-NYA

agar DIA bisa dikenal

mohon pak Ustadz kalo punya Futuhat al Makiyah versi Indonesia, saya boleh

pinjam utk fotocopy.

Balasirdy74 menulis on Sep 22, '08

rd2105} berkata

mohon pak Ustadz kalo punya Futuhat al Makiyah versi Indonesia, saya boleh

pinjam utk fotocopy. Untuk ssat ini saya belum punya bukunya mas .... soalnya

saya juga lagi nyari :)

Balaszulkeflimohamad29 menulis on Aug 12, '09

Pandangan mu tentang tafsiran pandangan Ibn Arabi tu benar. Apa yangdijelaskan oleh Ibn Arab adalah tentang syuhud dan zauk yg mana ia tenggelam

d dalamnya. Namun begitu bila diterang secara ilmiah ia memang agak ganjil

apa lagi bukn ahlinya. Contihnya sama lah untuk menerangkan rasa manis yang

di makan. Semua orang akan menerangkan manis itu tidak sama...mengikut

citarasa masing-masing. Wallah Hu aklam

Balaszulkeflimohamad29 menulis on Aug 12, '09

Kata Ibn Ataillah...."Bagaimana terhijab Allah pada pandangan mu ...sedangkan

ia yang menzahirkan segala sesuatu?"...

Balasrudybjm menulis on Jul 19

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 16/46

 

 Terimakasih atas penjelasannya mas Irdy....saya adalah pengagum dan

pendukung Ibnu'Araby. Bagi yang menentang silakan dengan keyakinan masing-

masing, cuma patut di ketahui di Benua saya Banjarmasin ada kitab yang dari

dulu telah di anut oleh kalangan 'ulama tua yaitu kitab Addurun Nafis karya

Akhmad Nafis Barabai Kalimantan Selatan yang isinya mirip dengan karya-karya

Ibnu'Arabi dan telah di kafirkan oleh IAIN Banjarmasin, bahkan telah di umumkandi Koran setempat. Masya Allah. kunjungi blog saya

mas,,,www.rudydot.blogspot.com. Wassalam

Balasan dgn Suara Balasan dgn VideoTambahkan Komentar

Untuk: Tuliskan komentar di resep, untuk semuanya

Kirim pesan pribadi

Subjek

Kutip pesan asli

irdy74

Foto dari IrdyPesan PribadiUmpan RSS [?]

Laporkan Pelanggaran

© 2010 Multiply · Indonesian · Perihal · Blog · Syarat · Privasi · Perusahaan ·

Iklankan · Terjemahkan · API · Kontak · Bantuan ah ini dicetuskan oleh orientalis.

Namun dari berbagai ajarannya bisa dikatakan bahwa pemahamannya adalah

wahdatul wujud.

Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujud Ibn Arabi mengungkapkan:

“ketahuilah bahwa wujud ini satu namun Dia memiliki penampakan yang disebut

dengan alam dan ketersembunyiannya yang dikenal dengan asma (nama-nama),

dan memiliki pemisah yang disebut dengan barzakh yang menghimpun dan

memisahkan antara batin dan lahir itulah yang dikenal dengan Insan Kamil”.

Ia juga menjelaskan:

“Ketahuilah bahwa Tuhan segala Tuhan adalah Allah Swt. Sebagai Nama Yang Teragung dan sebagai ta’ayun (pernyataan) yang pertama. Ia merupakan

sumber segala nama, dan tujuan terakhir dari segala tujuan, dan arah dari

segala keinginan, serta mencakup segala tuntutan, kepadaNya lah isyarat yang

difirmankan Allah kepada RasulNya Saw -bahwa kepada Tuhanmulah tujuan

terakhir- karena Muhammad adalah mazhar dari pernyataan pertama (ta’ayyun

awwal), dan Tuhan yang khusus baginya adalah Ketuhanan Yang Teragung ini.

Ketahuilah bahwa segala nama dari nama-nama Allah merupakan gambaran

dalam ilmu Allah yang bernama dengan ‘mahiat’ atau ‘ain sabitah’ (esensi yang

tetap). Setiap nama juga memiliki gambaran di luar yang diberi nama dengan

mazahir (penampakan atau fenomena) dan segala nama tadi merupakanpengatur dari mazahir (fenomena-fenomena) ini. Sedang Haqiqat

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 17/46

 

Muhammadiyah merupakan gambaran dari nama ‘Allah’ yang menghimpun

segala nama ketuhanan yang darinya muncul limpahan atas segala yang ada

dan Allah Swt sebagai Tuhannya. Haqiqat Muhammadiyah yang mengatur

gambaran alam seluruhnya dengan Tuhan yang tampil padanya, disebut dengan

Rab al-arbab (Allah Swt).”

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan Haqiqat Muhammadiyah di sini

bukanlah Nabi Muhammad sebagai manusianya namun Haqiqat

Muhammadiayah adalah Asma dan Sifat Allah serta Akhlaqnya. Nabi muhammad

disebut dengan Muhammad karena Beliau mampu berakhlaq dengan seluruh

akhlaq ketuhanan tersebut.

Selanjutnya Ibn Arabi juga mengatakan:

“ketahuilah bahwa yang ada hanya Allah beserta sifatNya, af’alNya maka

semuanya adalah Dia, denganNya, dariNya dan kepadaNya. Kalaulah ia terhijab

dari alam ini walaupun sekejap maka binasalah alam ini secara keselurhan,kekalnya alam ini dengan penjagaanNYa dan penglihatanNya kepada alam. Akan

tetapi jika sesuatu sangat tampak jelas dengan cahayaNya hingga pemahaman

tidak mampu untuk mengetahuinya maka penampakan itulah yang disebut

dengan hijab.”

 Jadi asma dan sifat itulah yang disebut dengan Haqiqat Muhammadiyah, dan

alam muncul dari hakikat tersebut. Oleh sebab itu Ibn Arabi mengungkapkan:

“Alam pada hakikatnya adalah satu namun yang hilang dan muncul adalah

gambarnya saja”.

Maksudnya hakikat alam tadi berasal dari Zat Yang Satu, yang pada dasarnya

gambaran alam tadi hilang dan muncul, artinya alam itu pada hakikatnya tiada

berupa gambar saja. Dalam hal ini ia menyatakan:

“Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu Dialah segala sesuatu tadi.”

Artinya penampakannya tiada lain Dia juga, yang tampil dariNya adalah Dia juga.

Lebih jelasnya Syaikh Abd Ar-Rauf Singkil menjelaskan dalam sebuah karyanya:

“wujud alam ini tidak benar-benar sendiri, melainkan terjadi melalui pancaran. Yang dimaksud dengan memancar di sini adalah bagaikan memancarnya

pengetahuan dari Allah Ta’ala. Seperti halnya alam ini bukan benar-benar Zat

Allah, karena ia merupakan wujud yang baru, alam juga tidak benar-benar lain

dariNya. Karena ia bukan wujud kedua yang berdiri sendiri disamping Allah.”

 Jadi alam bukanlah sebenarnya Allah namun pancarannNya dengan kata lain

hijabnya. Hal ini dikuatkan oleh penjelasan Willian dalam salah satu karyanya

mengenai Ibn Arabi: “Hanya satu wujud dan seluruh eksistensi tiada lain adalah

pancaran dari Wujud Yang Satu.” Kesimpulannya yang tampak itulah makhluk

cipatanNya sedang ZatNya tetaplah ghaib. Hal ini dijelaskan oelh Ibn Arabi

sebagai berikut:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 18/46

 

“Allah nyata ditinjau dari penampakanNya pada cipatanNya dan batin dari segi

Zatnya.”

Untuk lebih jelasnya, Tajalliyat Allah pada lingkatan wujud adalah merupakan

penampakan Allah berupa kesempurnaan dan keagungan yang abadi. Zatnya

merupakan sumber pancaran yang tak pernah habis keindahan dankeagunganNya. Ia merupakan perbendaharaan yang tersembunyi yang ingin

tampil dan dikenal. Allah sebagai keindahan ingin membuka perbendahataan

tersembunyi tersebut dengan Tajalliyat (teofani) Haq tentunya yang merupakan

penampakan-penampakan dari keagungan, keindahan dan kesempurnaanNya

dalam pentas alam yang maha luas.

Ibn Arabi berkata: “Alam maujud atau mengada denganNya”.

 Tajalliyat al-Wujud dengan gambaran global dalam tiga hadirat:

1. Hadirat Zat (Tajalliyat Wujudiya Zatiya) yaitu pernyataan dengan diriNyauntuk diriNya dari diriNya. Dalam hal ini Ia terbebas dari segala gambaran dan

penampakan. Ini dikenal dengan Ahadiyat. Pada keadaan ini tampak Zat Allah

terbebas dari segala sifat, nama, kualitas, dan gambaran. Ia merupakan Zat

 Yang Suci yang dikenal dengan rahasia dari segala rahasia, gaib dari segala yang

gaib, sebagaimana ia merupakan penampakan Zat, atau cermin yang terpantul

darinya hakikat keberadaan yang mutlak.

2. Tajalliyat Wujudiya Sifatiya yang merupakan pernyataan Allah dengan diriNya,

untuk diriNya, pada penampakan kesempurnaanNya (asma) dan penampakan

sifat-sifatNya yang azali. Keadaan ini dikenal dengan wahdah. Pada hal ini

tampak hakikat keberadaan yang mutlah dalam hiasan kesempurnaan ini lah

yang dikenal dedngan Haqiqat Muhammadiyah (kebenaran yang terpuji), setelah

ia tersembunyi pada rahasia gaib yang mutlak denganjalan faid al-aqdas (atau

limpahan yang paling suci karena ia langsung dari Zat Allah). Dalam keadaan ini

tampillah al-A’yan as-Sabitah (esensi-esensi yang tetap) atau ma’lumat Allah.

3. Tajalliyat Wujudiyah Fi’liyah (af’aliyah) yaitu pernyataan Haq dengan diriNya

untuk diriNya dalam fenomena esensi-esensi yang luar (A’yan Kharijah) atau

hakikat-hakikat alam semesta. Keadaan ini dikenal dengan mutlaq dengan

ZatNya, sifatNya dan perbuatanNya dengan jalan limpahan yang suci (al-faid al-

muqaddas). Allah pun tampak pada gambaran esensi-esensi luar (A’yanKharijah), baik yang abstrak maupun yang kongkrit yang merupakan asal dari

alam semesta seluruhnya.

Allah Swt merupakan awal dari tajalliyat wujud segala fenomenanya dan

dimensinya. Jadi Dia tidak berasal dari ketiadaan dan tidak berakhir kepada

ketiadaan pula. Ia merupakan karya absolut yang berada pada lingkatan yang

absolut, ia berasal dari yang Haq dengan Haq dan kepada yang Haq, baik dalam

tahap Zat, Sifat dan Af’al. semuanya adalah penampakan dari hakikat yang satu.

Namun apakah berarti alam adalah Allah dan Allah adalah alam. Bisa dikatakan

‘ya’ atau ‘tidak’, sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam salah satu

karyanya:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 19/46

 

“Dalam hal ini ada sebagian golongan sufi yang terpeleset jatuh dalam

kekhilafan dari yang sebenarnya, mereka berkata tidak ada kecuali apa yang

engkau lihat bahwa alam adalah Allah dan Allah adalah alam tiada lain.

Sebabnya kesaksian ini terjadi karena mereka belim benar benar mencapai apa

yang dicapai oleh muhaqiqun. Kalau mereka mencapai apa yang dicapai oleh

muhaqiqin maka meraka tidak akan berkata demikian dan menetapkan segalahakikat pada tempatnya dan mengetahuinya dengan ilmu dan penyingkapan.”

Disamping itu penyatuan antara manusia dan hamba adalah mustahil ataupun

Allah bertempat adalah juga mustahil. Hal ini ia jelaskan dalam sebuah kitabnya:

“Ittihad adalah mustahil karena dua zat menjadi satu, tidak akan mungkin

bertemu antara hamba dan Tuhan pada satu wajah selamanya ditinjau dari

ZatNya.”

Dari pernyataan ini jelas beliau tidak berpaham panteisme, jadi bagaimana

menafsirkan wahdatulwujud tersebut? Sebagaimana yang diungkapkansebelumnya bahwa Zat Allah adalah sumber segalanya. Jadi yang disebut

eksistensi atau wujud adalah Zat tersebut. Sedangkan keadaan yang dikenal

dngan Haqiqat Muhammadiyah (A’yan sabitah, wahdah, tajalliyat wjudiyah

sifatiyah) merupakan penampakan atau bayangan dari Zat Yang Suci yang

bernama Allah. Kemudian keadaan yang bernama Wahdaniyat (tajalliyat

wujudiyah fi’liyah atau a’yan kharijiyah) adalah bayangan dari wahdah atau

Haqiqat Muhammadiyah. Jadi seluruhnya bayangan dari Zat Yang Suci. Lebih

 jelasnya alam ini (a’yan kharijiyah) penampakan atau bayangan dari Asma Allah

yang dikenal dengan Haqiqat Muhammdiyah ataupaun A’yan Sabitah.

Sedangkan Asma adalah penampakan dari Zat Yang Maha Suci. Jadi bayanganadalah sesuatu yang pada hakikatnya tiada namun ia ada bergantung kepada

Zat Allah, sebagaimana bayangan suatu benda.

Penjelasan diatas dikuatkan dengan perkataan Ibn Arabi dalam kitab Futuhat:

 Jika Engkau nyatakan: “Tiada sesuatupun yang setara denganNya maka

hilanglah bayangan sementara bayangan terbentang maka hendaklah engkau

memperhatikan lebih teliti.”

Dalam kitab Al-Jalalah beliau menjelaskan:

“Segala sesuatu memiliki bayangan dan bayangan Allah adalah Arasy. Akan

tetapi bukanlah setiap bayangan terbentang. Arasy bagi Tuhan adalah bayangan

yang tidak terbentang, apakah engkau tidak memperhatikan bahwa jisim yang

memiliki bayangan apabila diliputi oleh cahaya maka bayangannya ada

padanya.”

Bayanganyang dimaksud di sini adalah alam semesta. Manusia memiliki banyak

bayangan jika dia disinari oleh beberapa cahaya yang datang dari berbagai arah,

wajahnya akan muncul dalam berbagai cermin yang pada hakikatnya ia adalah

satu namun dipatulkan oleh beraam cermin. Begitu pula Allah Esa dari segi

ZatNya dan berbilang dari segi penampakanNya dalam gambaran serta

bayanganNya dalam cahaya. Jadi jelas bahwa sebenarnya alam ini adalah

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 20/46

 

bayangan yang hakikatnya tiada atau dikenal dengan batil. Ibn Arabi

menjelaskan:

“sebenar-benar ungkapan yang dikatakan oleh orang Arab bahwa; “segala

sesuatu selain Allah adalah batil” karena siapa yang keberadannya tergantung

kepada yang lain maka dia adalah tiada.”

Ia juga mengungkapkan dalam Risalah al-Wujudiyah:

“Sesungguhnya engkau tidak pernah ada sama sekali dan bukan pula engkau

ada dengan dirimu atau ada di dalamNya atau bersamaNya dan bukan pula

engkau binasa ataupun ada.”

Untuk menjelaskan perkataan ini ia mengutip perkataan Abu Said Al-Kharraj

menyatakan: “Aku mengenal Allah dengan menghimpun segala dua hal yang

bertentangan.” Artinya Dialah Yang Lahir dan Yang Batin tanpa keadaan yang

lain. Dijelaskan juga dalam kitabnya Ar-risalah Al-Wujudiyah:

“Dialah Yang Awal tanpa berawal, Yang Akhir tanpa berakhir, Yang Lahir tanpa

 jelas, Yang Batin tanpa tersembunyi.”

Hal ini jika difahami berarti bahwa manusia tidak memiliki keberadaanyang

independen dalam arti kata keberadaannya pada hakikatnya adalah bayangan

dari keadaan Allah. Karena pada hakikatnya manusia tiada yang ada Allah. Jadi

manusia adalah penampakan, bayangan atau ayat Allah yang pada hakikata

adalah tiada atau khayal. Karena suatu yang sifatnya khayal berjumpa dengan

khayal seolah kelihatan nyata.

Dalam Fusus al-Hikam Ibn Arabi mengungkapkan:

“Ketahuilah bahwa hadirat khayal merupakan hadirat yang menghimpun dan

mencakup segal seuatu dan yang bukan sesuatu.”

 Jadi jelas bahwa alam ini adalah fana atau khayal danyang kekal dan tampak

adalah ZatNya Yang Suci dengan penampakan-penampakan yang indah dan

agung yang mewujudkan kesempurnaanNya yang tiada batas.”

Di lain bukunya Ibn Arabi mengungkapkan:

“Tidak ada dalam wujud ini selain Allah, kita walupun ada (Maujudun) maka

sesungguhnya keberadaan kita denganNya, barang siap yang keberadaannya

dengan selain Allah maka ia masuk dalam hukum ketiadaan.”

Maksudnya ialah bahwa Allah ada dengan sendiriNya dan tidak mengambil

keberadaannya dari yagn lain. Sedangkan alam adalah ada karena Allah

mengadakannya. Jadi alam adalah keberadaanyang mungkin ada yang pada

hakikatnya tiada. Di sini kita harus membedakan antara wujud dan maujud.

Wujud merupakan isim masdar yang berarti keadaan dan Maujud merupakan

isim maf’ul berarti sesuatu yang mengada karena pengaruh lain . Bisa ditafsirkan

bahwa Allah adalah keberadaan itu sendiri atau Zat Yang Maha Ada, sedangmaujud adalah sesuatu yang menjadi ada disebabkan hal lain. Maujud

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 21/46

 

merupakan ‘objek’ yang berarti sesuatu yang menerima pengaruh perbuatan

yang lain. Jadi sesuatu yang menjadi ada karena adanya keberadaan yang lain

bukanlah keberadaan yang sejati namun keberadannya bergantung kepada

Wujud Yang Sejati. Keberadaannya disebut dengan khayal, artinya ia ada karena

bergantung pada Wujud Sejati. Namun jia sesuatu tidak bergantung kepada

Wujud Sejati tentu dia tiada, karena siapa yang akan memberikannyakeberadaan? Jadi jelas yang dimaksud dengan Wahdat al-Wujud adalah bahwa

wujud yang sejati adalah satu. Bukan berarti alam adalah Allah dan Allah adalah

alam.

Dalam menerangkan wahdatulwujud Ibnu Arabi kadang mengutip kuplet berikut,

sebagaimana yang termaktub dalam kitab al-Alif:

* Dalam segala sesuatu Dia memiliki ayat

* Menunjukkan kenyataan bahwa Dia adalah Satu.

Kesatuan wujud ini juga dapat difahami dari sebuah hadis yang sering dikutip Ibn

Arabi dalam menerangkan masalah Wahdat al-Wujud yaitu: Kanallahu wala

syai’a ma’ahu artinya ‘dahulu Allah tiada sesuatu apapun besertaNya’.

Disempurnakan dengan perkataan wahuwal aana ‘ala makaana artinya

‘sekarang Ia sebagaimana keadaanNya dahulu’. Maksud dari kedua pernyataan

ini tidak ada sesuatu apapun yang menyertai Allah selamanya dan segalaNya

pada sisiNya adalah tiada. ‘Tiada Tuhan selain Allah’ artinya segala sesuatu

berupa alam yang gaib dan nyata adalah bayangan Allah yang pada hakikatnya

tiada. Karena segala sesuatu yang tiada bisa dijadikan Tuhan oleh manusia dan

yang pada hakikatnya yang ada hanya Zat Allah Yang Maha Suci yang bernamaAllah.

 Yang dapat disimpulkan dari penjelasan di atas ialah, alam bisa dikatakan Allah

dan bisa juga tidak. Dilihat dari keterbatasan alam dan hakikatnya yang

merupakan khayal semata maka alam bukanlah Allah. Namun jika dilihat bahwa

alam tidak akan muncul dengan sendirinya dan mustahil ada wujid disamping

Allah ataupun diataNya atau dibawahNya atau ditengahNya atau didalamNya

atau diluarNya maka alam adalah penampakan Allah. Penampakan itu tiada lain

allah jua adanya.

Dibalik itu semua dalam memahami hal ini bukanlah cukup dengan logika namunharus dibuktikan dengan penyaksian sebagaimana pernyataan Ibn Arabi:

“Tauhid adalah penyaksian danbukan pengetahuan, barang siapa menyaksikan

maka ia telah bertauhid barang siapa hanya mengetahui ia belum bertauhid.”

 Jadi beginilah yang dapat difahami dari Wahdat al-Wujud. Permasalahan Tanzih

dan Tasybih akan lebih menjelaskan konsep Wahdat Wujud.

Al-Hirah (Ketakjuban, Kebingungan, Laut Tanpa Pantai, Anggur Keabadian)

AL-Hirah merupakan ketakjuban dan puncak dari pengenalan akan Allah yangdalam hal ini Ibn Arabi menjelaskan:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 22/46

 

“Uluhiyyat (ketuhanan) dapat dikatakan karena ia merupakan tawajjuh

(kehendak) Zat untuk mewujudkan semua hal yang mungkin, adapun Zat

tidaklah dapat dikatakan namaun disaksikan.”

Hal ini mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut:

Zat Allah Esa dan Tunggal adanya namun tidaksatu makhlukpun dapat

mengetahui hakikat Zat tersebut serta segala potensi yang ada pada Zat Allah.

Penyaksian akan ZatNya bisa terjadi pada orang tertentu dan penyaksian itu

bukanlah meluputi akan keadaan ZatNya. Ol;eh sebab itu tidak bisa dikatakan

karena segalanya luluh dan fana ketika penyaksian itu terjadi. Sedangkan

Uluhiyat bisa dikatakan karena Ia berhubungan dengan segala yang mungkin.

Dalam al-Quran Allah berfirman:

Wayuhazzirukumullahu nafsah

Artinya: Allah melarang kamu untuk berpikir tentang diri (Zat)Nya. Ali Imran 28.

Pada ayat yang lain, Allah berfirman:

Wamaa qadarullahu haqqa qadrih

Artinya: dan mereka tidak mampu memperkirakan Allah dengan sebenar-benar

perkiraan, Al-An’am 91.

Di samping itu Kalimat Allah atau seala yang mewujud karenaNya atau segala

yang berasal dariNya tidak terhingga atau tidak terbats, oleh sebab itu tidak ada

bats dalam mengenal Allah Swt. Jadi yang diketahui hanya keesaanNya sedang

kuasaNya tanpa batas.

Ibn Arabi menjelaskan dalam tafsirnya mengenai ayat terakhir daru surat al-

Kahfi:

“Katakanlah jika lautan huyuli (asal keberadaan alam semesta) yang menerima

berbagi macam gambar yang mewuudkan segala ilmu Allah dijadikan sebagai

tinta untuk menuliskan segala makna dan hakikat dan roh yang ada pada

ZatNya maka air lautan akan habis sebelum habisnya kalimat Allah, karena ia

tidak terhingga adanya. Tidak mungkin satu yang terbatas bisa mengibaratkan

 Yang Tidak Terbatas.”

 Jika dikaitkan dengan dua aspek yaitu tanzih dan tasybih, maka aspek tanzihNya

adalah ketidak terbatasan Zat Allah atau Maha SuciNya Ia dari segala ikatan dan

keterbatasan. Sedang aspek tasybihNya adalah kalimatNya atau fenomena

segala alam ini yang mewujud denganNya. Alam ini sendiri juga tidak terbatas,

sebagaimana kalimat Allah tidak terbatas. Jadi puncak pengenalan akan Allah

adalah ketidak mampuan untuk mengenalNya dan ketakjban akan keMaha

BesaranNya. Sebagaimana Nabi bersabda:

Allahumma la nuhshi tsanaan ‘alaika anta kama atsnaita ‘ala nafsika

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 23/46

 

Artinya: “Ya Tuhan kami kami tidak mampu menghumpun pujian kepadaMua

sebagaimana Engakau memuji diriMu Sendiri.”

Abu Bakar berkata: “ketidak sanggupan untuk mengenal Allah adalah

pengenalan. Oleh sebab itu Abu Talib al-Makki berkata: “tidak mengenal Allah

selain Allah.” Nabi Saw juga pernah bersabda: “Rabbi zidni fika tahayyuran”yang artinya : “Wahai Tuhanku tambakanlah kepadaku keta’juban.” Hal ini

dita’wilkan oleh Ib Arabi sebagai kesinambunan takalliyat Allah kepada Nabi

Saw. Kesinambungan tajalliyat adalah bertambahnya senantiasa ilmu

pengenalan akan Allah dan itu tentunya tiada batas.

Nabi Muhammad Saw merupakan jalan petunjuk kepada ketakjubanyang

membaw panji pujian kelak dihari kiamat. Beliaulah hamba yang paling

mengenal Allah. Oleh sebab itu seorang tidak akan mampau mengenal Allah

kecuali melalui jalan atau cermin Muhammad Saw. Ibn Arabi menjelaskan dalam

kitab fusus al-Hikam:

“Allah berfirman: “sesungguhnya sahabatmu tidaklah sesat dan salah: an-an’am

2, atau Ia tidak takut dalam keheranannya karena Ia mengetahi bahwa puncak

dalam pengenalan akan Allah adalah hirah (ketakjuban). Maka barang siapa

yang sampai dalam keadaan ini maka ia telah beroleh petunjuk dan dia adalah

yang menunjuki dan menjelaskan dalam penetapan ketakjuban.”

Ibn Arabi menyebutkan: “ Yang Haq adalah lautan dasarnya adalah azali

pantainya adalah abadi.” Inilah lautan yang tiada tepi, ia melantunkan syair

dalam ketakjuban:

* Aku terkesima pada Samudera dantap pantai dan Pantai tanpa samudera

* Pada Cahaya pagi tanpa kegelapan dan Malam tanpa fajar

* Pada dunia tanpa tempat yang diketahui oleh pagan dan pendeta

* Pada kubah biri langit, menjulang tinggi dan berputar

* Kemahakuasaan adalah pusatNya dan pada bumi yang subur tanpa kubah dan

tempat, tersembunyi rahasia.

 Tasybih dan Tanzih

Permasalahan Tasybi dan Tanzi juga merupakan polemik dari daulu ingga

sekarang. Dalam al ini Ibn Arabi berpendapat bahwa dalam mengenal Allah

manusia harus melihat TanzihNya (Kesecuian Allah dari segala sifat yang

baharu) pada TasybihNya (KeserupaanNya dengan yang baharu) dan tasybihNya

pada tanzihNya. Artinya untuk mengenal Allah harus menggabungkan dua aspek

tadi sekaligus. Ibn Arabi sering mengutip perkataan Abu Sa’id Al-Kharraj: “ Aku

mengenal Allah dengan menggabungkan dua hal yang bertentangan.”

Menurutnya apabila seorang menganal Allah hanya dengan aspek tanzih berarti

dia telah membatasi kemutlakanNya. Karena tanzih berarti menafikan segala

sifat bagi Allah sperti yang dilakukan ole kalangan Mu’tazila yang melucuti

 Tuhan dari segala sifat, hingga Allah menjadi suatu yang tak bisa dikenal dan

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 24/46

 

dijangkau. Al ini mengakibatkan terputusnya hubungan Tuhan dengan manusia.

Kemudian jika hanya mengenal Allah dalam aspek tasybih saja seperti yang

dilakukan kalangan al_mujassimah maka mengakibatkan keserupaan Tuhan

dengan yang baharu.

Dalam kitab Fusus al-Hikam Ia mengatakan:

“Pensucian dari orang yang mensucikan merupakan pembatasan bagi yang

disucikan, karena ia telah mengistimewakan Allah dan memisahkanNya dari

sesuatu yang menyerupai, jadi pensucianNya dari suatu sifat yang wajib

merupakan keterikatan dan keterbatasan, maka tidak ada di sana kecualai Yang

terikat dan Maha Tinggi dengan kemutlakanNya dan ketidak terbatasanNya.”

‘Abd al_raziq al-Qasyani menjelaskan mengenai hal ini bahwa tanzih berarti

mengistimewakan Allah dari segala yang baharu yang sifatnya materi dan dari

segala yang tidak pantas baginya pensucian dari sigat materi, hal ini berarti

bahawa setiap seuatu yang berbeda dari yang lain maka ia tentu memiliki sigatyang bertentangan dari yang lain tersebut. Dengan begitu ia menjadi teriakt

denagn suatu sifat dan erbatas dengan satu batasan. Jadi tanzih tersebut

merupakan pembatasan. Lebih jelasnya, bahwa yang mensucikan telah

mensucikan Allah dari sifat materi dan menyamakanNya dengan sifat rohani

yang suci. Dengan begitu ia telah mensucikan Allah dari keterbatasan namun

dengan sendirinya ia telah membatasNya dengan kemutlakan, sedang Allah

Maha Suci dari ikatan keterbatasan dan kemutlakan, akan tetapi Ia Maha Mutlaq

tidak terikat oleh tanzih maupun tasybih juga tidak menafikan keduanya. Ibn

Arabi juga menjelaskan:

“Tidak ada yang serupa denganNya” potongan ayat ini mengisyaratkan tanzih,

dan “Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” potongan ayat ini mengisyaratkan

tasybih.

Abd Karim al-Jily menerangkan mengenai hal ini sebagai berikut:

“Yang mensucikan mengosongkan Tuhan dari segala sifat sehingga dia

menghilangkan kuasa Tuhan, yang menyerupakan Tuhan menghiasaiNya

dengan sifat yang tak pantas aritnya memakaikan Tuhan dengan sifat selainNya

(Mujassimah) sedang yang berada di antara keduanya (tidak mengosongkan dan

tidak memakaikan) artinya seorang yang ‘arif yang beada antara tasybih dantanzih tidak menanggalkan apa yang pantas bagi Allah dan menyifatiNya dengan

pakaian atau sifat yang tidak pantas bagiNya. Bahkan ia berkata Allah adalah

 Yang Lahir dan Yang Batin atau ia menyifati Allah dengan Lahir dan Batin. Aspek

Batin merupakan hukum kesempurnaan bagiNya sedang aspek Lahir merupakan

nyatanya Ia dalam segala yang ada.”

Ibn Arabi menjelaskan dalam sebuah syair:

* jika engkau mengatakan dengan tanzih maka engakau membuatNya terikat

* jika engkau mengatakan dengan tasybih engkau membuatNya terbatas

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 25/46

 

* jika engakau katana dengan dua hal tadi maka engkau benar

* engkau menjadi imam dalam ma’rifat dan menjadi penghulu.

Penafsiran Ibn Arabi tentang tanzih dan tasybih sesuai dengan doktrin

ontologisnya tentang wahdatulwujud, yang bertumpu pada perumusanambiguous:

“Dia dan bukan Dia” (huwa la huwa) sebagai jawaban atas persoalan apakah

alam identik dengan Tuhan. Dalam perumusanini terkadnung dua bagian

 jawaban:

bagian positif, yaitu ‘Dia’ dan bagian negatif, yaitu ‘bukan Dia’.

Bagian pertama menyatakan bahwa alam identik dengan Tuhan. Bagian terakhir

menegaskan aspek tanzih Tuhan. Dapat pula dikatakan bahwa penafsiran Ibn

Arabi tentang tanzih dan tasybih sejalan denagn prinsip memadukan segala halyang bertentangan. Misalnya antara Yang Satu dan yang banyak, Yang Lahir dan

 Yang Batin. Oleh sebab itu dinaytakan Hakikat Muhammad lah yang

menghimpun antar aspek tanzih dan tasybih antara Qran dan Furqan antara

 Jama’ dan Tafsil.

Ada ungkapan-ungkapan kaum sufi yang mengisyaratkan tasybih yang dikenal

dengan syatahat seperti ungkapan Biyazid: “Maha Suci Aku betapa Agung

keadaanKu.” Begitu juga imam Junaid: “Tidak ada dalam jubah ini selain Allah.”

Al-Hallaj juga berkata: “Ana al-Haq.” Abu Bakar as-Syibli berkata: “Aku adalah

titik dibawah Ba.” Perkatan ini semua mengandung tasybih al-Haq dengan yang

baharu. Ada sebagian kaum yang mengkafifkan orang yang berkata demikiandan ada yang menta’wilkan. Kaum sufi berkata demikian dalam keadaan

iluminasi dan menyaksikan Wajah Yang Satu hingga mereka menyatakan

ungkapan syatahat (ungkapanyang janggal dalam keadaan fana). Sedangkan

Fir’aun mengatakannya dalam kesadaran penuh akan keberadaan nafsunya dan

keberadaan dirinya sebagi Tuhan dan tidak mengaku adanya Allah.

Ini semua berkaitan dengan ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat. Sepanjang

sejarah pembicaraan ini taidak pernah habisnya, karena kasus Keesaan Tuhan

terus bergulir. Ulama salaf mengimani ayat mutasyabihat dalam batasan tdiak

menta’wilkan sebagaimana ungkapan Imam Malik: “Istiwa’ itu diketahui artinya,kaifiyyahnya tidak diketahui,beriman dengannya wajib, bertanya mengenainya

bid’ah.” Ulama khalaf menta’wilkannya, ada yang menta’wilkannya dengan

berkuasa dan mengatur. Sedang kaum Mu’tazilah mensucikan Tuhandari segala

sifat apa lagi sifat yang bahari dengan alsan jika sifat itu qadim maka akan

banyaklah yang qadim. Kaum mujassimah menyamakanNya dengan yang

baharu dan seterusnya.

Berkaitan dengan muhkamat dan mutasyabihat ini dijelaskan dalam al-Quran

surat Ali-Imran ayat 7:

Huwal lazi anzala…..

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 26/46

 

Artinya: Dialah yang menurunkan al-Quran kepadamu diantaranya ada yang

muhkamat itulah ummul kitab (induk kiab) dan yang lainnya mutasyabihat.”

 Jadi ayat yang muhkamat mewakili aspek tanzih sedang yang mutasyabihat

mewakili aspek tasybih. Mengenai ayat ini Ibn Arabi menafsirkan ayat muhkamat

adalah yang mengandung makna yang satu yang merupakan asal kitab dantidak dimasuki penyerupaan dengan yang baharu, sedang yang lain

mutasyabihat. Mutasyabihat ini yang mungkin memiliki dua makna atau lebih

atas samr di situ antara yang haq dan yang batil, hal ini dikarenakan bahwa

Allah memiliki Wajah Yang Esa dan Kekal setelah fananya makhluk yang tidak

mengandung pluralitas dan keterbilangan disamping itu Allah juga memiliki

wajah-wajah yang banyak sesuai dengan cermin-cermin penampakanNya

berdasarkan potensi penampakanNya dan seluruhnya bersumber dari Wajah

 Yang Satu tadi. Pada wajah yang banyak inilah samar antara Haq dan yang batil

maka turunlah ayat al-Quran agar ayat-ayat mutasyabihat diletakkan pada

wajah-wajah yang sesuai dengan potensinya hingga setiap sesuatu berkaitandengan yang lain sesuai dengan kesiapannya. Maka dari sinilah timbul ujian dan

cobaan. Adapun orang ‘arif yang muhaqqa yang mengenal Wajah Yang Kekal

dalam berbagai gambaran dan bentuk mengenal wajah tersebut dari wajah-

wajah yang mustasyabihat maka ia mengembalikannya kepada muhkamat

melaksanakan perkataan penyari:

“Sungguh Wajah hanyalah Saturda

Namun jika engkau perbanyak cermin Ia menjadi terbilang.”

Adapun orang yang terhijab (atau orang yang bengkok hatinya) dari kebenaranmaka dia akam mengikuti yang mutasyabihat karena ia terhijab dari Yang Satu

oleh yang banyak dan memilih keyakinan sesuai dengan seleranya untuk

menyebarkan fitnah.

 Jalan untuk mengenal yang muhkamat dan mutasyabihat adalah lewat cermin

Muhammad Saw mengikuti ajarannya dengan memasrahkan pengetahun

mengenai hal tersebut kepada Allah agar Allah membukakan kepad akita dan

mengenalkan diriNya kepada kita. Hal ini yang dijelaskan oleh Ibn Arabi dalam

kitabya Fusus al-Hikam dalam Fas Nuh As:

“Ketahuilah bahwa Allah menuntut dari hambanya untuk mengenalNyasebagaimana yang telah diterangkan oleh Lisan segala syariat dalam

menyifatiNya, maka akal tidaklah boleh melampauiNya sebelum datangnya

syariat, ilmu mengenaiNya pensucian dari sifat-sifat baharu, jadi seorang ‘arif 

adalah orang yang memiliki dua pengenalan tentang Allah: pengenalan sebelum

datangnya syariat dan pengenalan yang ia peroleh dari syara’, akan tetapi

syaratnya hendaklah ia menyerahkan ilmu tersebut kepada Allah, jika Allah

menyingkapkan baginya tentang ilmu itu maka hal itu merupakan anugrah dari

pintu pemberian Zat Allah.”

Kesimpulannya Allah Mutlak dengan keterbatasanNya dan Terbatas dengankemutlakanNya. Dalam kata lain Allah Mutlak dari segi ZatNya Yang Maha Suci

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 27/46

 

dari seala sifat dan terbatas dalam kemutlakan dengan nama-nama, sifat-sifat,

af’al, dan mazahir kauniyah (fenomena-fenomena alam) yang merupakan

tajalliyatNya yang tak terhingga. Jadi penampakanNya itu sendiri tidak terbatas,

karena kalimatNya tidak pernah habis. Inilah yang disebut sebagai lautan yang

tak bertepi.Dialah Yang Maha Esa dalam banyak rupa dan rupa yang banyak

adalah pada hakikatnya wajah-wajah dari Zat Yang Esa. Yang banyak adalahtiada dan yang ada hanya Zat yang Esa. Dialah jami’ atau penghimpun

segalanya dan fariq yang membedakan segalanya dalam berbagai rupa. Aspek

 JamalNya (keindahan) mewakili tasybih dan aspek JalalNya (keagungan)

mewakili tanzih keduanya mewujudkan Kamal (kesempurnaan) bagi ZatNya.

Namun keseluruhannya itu menunjukkan kemutlakan yang tak terhingga.

Di atas semua itu pengenalan akan Allah adalah ketidak tahuan. Kelemahan

untuk mengenalNya adalah pengenalan. Mengutip perkataan Abu Talib al-Makki:

“Tiada ada yang mampu mengenal, “tidak ada yagn setata denganNya dan Dia

Maha Mendengar dan Maha Melihat” kecuali “Tidak ada yang setara denganNyadan Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”.

Petunjuk

Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pemahaman_Sufisme_Ibn_Arabi

Sebelumnya: Kesaksian Para Ulama Fikh Tentang Ulama Sufi

Selanjutnya : Mengenal al-Husain bin Mansur Al Hallaj

Balas bagi

 Tautan Bersponsor

 jaket jersey piala dunia 2010

Pemesanan silahkan call/sms 08999516117

GUCI RETAK SERIBU

For Sale..!!!

KomentarKronologis Kebalikan Berdasar topik

Komentar dihapus atas permintaan pemilik blog.

Balasirdy74 menulis on Jul 15, '07, telah disunting on Jul 15, '07

Wa`alaikum Salam Wr Wb

Saya tidak berani menuduh apalagi memfitnah seseorang mas. Banyak sekali

tuduhan-tuduhan kepada Ibnu Arabi ini. Kita serahkan saja kepada Allah

mengenai kebenarannya.

 Jangan sampai pula kita ikut2an menuduh, apabila tuduhan tsb tidak benar,

berarti kita telah menyebarkan fitnah. Dan fitnah adalah dosa besar yang akan

pertanggung jawabkan tuduhan kita dihadapan Allah SWT.

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 28/46

 

"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang

satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian

mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah

menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang

ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam

kesesatannya sampai suatu waktu." (Al Mu'minuun 21-23)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik

dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan

lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela

dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.

Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan

barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),

karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-carikeburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah

seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah

mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al

Hujuraat:48-49)"

Dan mohon ma`af kutipannya saya hapus....saya tidak ingin ada tuduhan-

tuduhan di MP saya. Sekali mohon ma`af :)

Balasishakq menulis on Jul 15, '07

Mas irdy, saya suka bahasannya. Asli !

Memang masing-masing kaum akan mengedepankan kelebihan-kelebihannya,

dan menyembunyikan kekurangan-kekurangannya. Alangkah baiknya jika kita

bertabayun. Mendengar cerita dari kedua belah pihak (sisi).

 Jika beberapa tulisan mas irdy merupakan jawaban dari sebuah posting di

sebuah group, saya usul agar di posting aja di groupnya. Biar sama-sama

menjadi pencerahan bagi anggota groupnya. :-)

Balasirdy74 menulis on Jul 15, '07

ishakq} berkata

 Jika beberapa tulisan mas irdy merupakan jawaban dari sebuah posting di

sebuah group, saya usul agar di posting aja di groupnya. Biar sama-sama

menjadi pencerahan bagi anggota groupnya. :-) Sebenarnya bukan jawaban dari

sebuah group, namun sebuah jawaban dari semua postingan sebenarnya. Baik

itu dari mpers sendiri maupun dari website lain.

 Jadi benar apa yg dikatakan mas Ishaq, biar ada keseimbangan dalam informasi,

agar pikiran kita tidak selalu dijejali pikiran picik atau berat sebelah, entar kalau

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 29/46

 

ibarat kapal bisa miring dunk berlayarnya, karena bebannya berat sebelah

hehehe

Balasmrnoxious menulis on Jul 17, '07

irdy74} berkataSaya tidak berani menuduh apalagi memfitnah seseorang mas. Banyak sekali

tuduhan-tuduhan kepada Ibnu Arabi ini. Kita serahkan saja kepada Allah

mengenai kebenarannya.

 Jangan sampai pula kita ikut2an menuduh, apabila tuduhan tsb tidak benar,

berarti kita telah menyebarkan fitnah. Dan fitnah adalah dosa besar yang akan

pertanggung jawabkan tuduhan kita dihadapan Allah SWT. Maaf mas bukan

maksud ikut menuduh. Tapi postingan itu saya sampaikan supaya infonyaberimbang. Apa yang saya posting itu adalah pendapat para ulama, bukan satu

tapi banyak. Saya yakin niat mas baik dengan memposting ttg Ibnu Arabi, tapi

 jangan sampai mas ikut menyebarkan paham2 menyesatkan yg masyarakat

awam kurang mengerti ttg ini.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan

tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS : Al Israa' 36)

Dengan menghapus postingan saya berarti mas tetap keukeuh pada pendirian

dan pendapat mas tentang Ibnu Arabi padahal diluar sana masih banyakpendapat2 yg berlainan ttg Ibnu Arabi. Semoga mas bisa lebih objektif thdp hal

ini.

Balasirdy74 menulis on Jul 17, '07

Begini mas :)

Postingan di mp saya khusus yang positifnya saja dari Ibnu Arabi. Mengenai sisi

yang lainnya rekans mp bisa melihat di tempat lain yang saya yakin banyak

bertebaran di internet.

Komentar telah dihapus atas permintaan penulis.

Balassudjarwo menulis on Aug 11, '07

tetep terus mengkaji fushus al hikam kalo bisa lbh dalam bahasanya dan lebih

terperinci klo bisa juga sampai habis kitab ini langsung lanjut dg futuhat

makiyyahnya

Balasirdy74 menulis on Aug 11, '07

Insya Allah nanti dilanjut :)

Komentar dihapus atas permintaan pemilik blog.

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 30/46

 

Balasrd2105 menulis on Sep 22, '08

IBNU ARABI adalah BENAR dan BENAR

pokok masalah mengapa orang menganggap Ibnu Arabi salah adalah cara

pandang yg tidak sama, hal ini saya bisa maklumi karena memang pengetahuanyg dimiliki masing2 pihak juga berbeda, itulah kehebatan atau keinginan-NYA

agar DIA bisa dikenal

mohon pak Ustadz kalo punya Futuhat al Makiyah versi Indonesia, saya boleh

pinjam utk fotocopy.

Balasirdy74 menulis on Sep 22, '08

rd2105} berkata

mohon pak Ustadz kalo punya Futuhat al Makiyah versi Indonesia, saya boleh

pinjam utk fotocopy. Untuk ssat ini saya belum punya bukunya mas .... soalnyasaya juga lagi nyari :)

Balaszulkeflimohamad29 menulis on Aug 12, '09

Pandangan mu tentang tafsiran pandangan Ibn Arabi tu benar. Apa yang

dijelaskan oleh Ibn Arab adalah tentang syuhud dan zauk yg mana ia tenggelam

d dalamnya. Namun begitu bila diterang secara ilmiah ia memang agak ganjil

apa lagi bukn ahlinya. Contihnya sama lah untuk menerangkan rasa manis yang

di makan. Semua orang akan menerangkan manis itu tidak sama...mengikut

citarasa masing-masing. Wallah Hu aklam

Balaszulkeflimohamad29 menulis on Aug 12, '09

Kata Ibn Ataillah...."Bagaimana terhijab Allah pada pandangan mu ...sedangkan

ia yang menzahirkan segala sesuatu?"...

Balasrudybjm menulis on Jul 19

 Terimakasih atas penjelasannya mas Irdy....saya adalah pengagum dan

pendukung Ibnu'Araby. Bagi yang menentang silakan dengan keyakinan masing-

masing, cuma patut di ketahui di Benua saya Banjarmasin ada kitab yang dari

dulu telah di anut oleh kalangan 'ulama tua yaitu kitab Addurun Nafis karyaAkhmad Nafis Barabai Kalimantan Selatan yang isinya mirip dengan karya-karya

Ibnu'Arabi dan telah di kafirkan oleh IAIN Banjarmasin, bahkan telah di umumkan

di Koran setempat. Masya Allah. kunjungi blog saya

mas,,,www.rudydot.blogspot.com. Wassalam

Balasan dgn Suara Balasan dgn VideoTambahkan Komentar

Untuk: Tuliskan komentar di resep, untuk semuanya

Kirim pesan pribadi

Subjek

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 31/46

 

Kutip pesan asli

irdy74

Foto dari IrdyPesan PribadiUmpan RSS [?]

Laporkan Pelanggaran

© 2010 Multiply · Indonesian · Perihal · Blog · Syarat · Privasi · Perusahaan ·

Iklankan · Terjemahkan · API · Kontak · Bantuan

Bergabunglah dengan Multiply untuk mendapatpembaruan dari Irdy

•Halaman Depan

•Catatan

•Blog

•Foto

•Video

•Musik

•Tinjauan

• Resep Masakan•Tautan

Pemahaman Sufisme Ibn ArabiJul 14, '07 10:57 PM

untuk

Kategori: Lainnya

Bahan-bahan:Wahdat al-Wujud ( wihdatul wujud )

Ibn Al-‘Arabi adalah penganut faham Tauhid Wujudi bahkan iamerupakan panutan dalam pemikiran ini. Pemikiran yang selalumenjadi sorotan tajam dari kaum fuqoha. Pemikiran inilah yangmenjadi landasan konsep pendidikannya bahkan semua polapikirnya berporos pada pemahaman ini. Perlu digaris bawahibahwa Ibn Arabi belum pernah menyebutkan istilah wahdatul wujuddalam kitabnya namun istilah ini dicetuskan oleh orientalis. Namundari berbagai ajarannya bisa dikatakan bahwa pemahamannya

adalah wahdatul wujud.

irdy74

• Foto dari Irdy

• Pesan Pribadi

• Umpan RSS [?]

• LaporkanPelanggaran

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 32/46

 

Dalam menjelaskan konsep wahdatul wujud Ibn Arabimengungkapkan:

“ketahuilah bahwa wujud ini satu namun Dia memiliki penampakanyang disebut dengan alam dan ketersembunyiannya yang dikenaldengan asma (nama-nama), dan memiliki pemisah yang disebutdengan barzakh yang menghimpun dan memisahkan antara batindan lahir itulah yang dikenal dengan Insan Kamil”.

Ia juga menjelaskan:

“Ketahuilah bahwa Tuhan segala Tuhan adalah Allah Swt. SebagaiNama Yang Teragung dan sebagai ta’ayun (pernyataan) yangpertama. Ia merupakan sumber segala nama, dan tujuan terakhir dari segala tujuan, dan arah dari segala keinginan, serta mencakupsegala tuntutan, kepadaNya lah isyarat yang difirmankan Allah

kepada RasulNya Saw -bahwa kepada Tuhanmulah tujuan terakhir-karena Muhammad adalah mazhar dari pernyataan pertama(ta’ayyun awwal), dan Tuhan yang khusus baginya adalahKetuhanan Yang Teragung ini. Ketahuilah bahwa segala nama darinama-nama Allah merupakan gambaran dalam ilmu Allah yangbernama dengan ‘mahiat’ atau ‘ain sabitah’ (esensi yang tetap).Setiap nama juga memiliki gambaran di luar yang diberi namadengan mazahir (penampakan atau fenomena) dan segala namatadi merupakan pengatur dari mazahir (fenomena-fenomena) ini.Sedang Haqiqat Muhammadiyah merupakan gambaran dari nama‘Allah’ yang menghimpun segala nama ketuhanan yang darinyamuncul limpahan atas segala yang ada dan Allah Swt sebagai

Tuhannya. Haqiqat Muhammadiyah yang mengatur gambaran alamseluruhnya dengan Tuhan yang tampil padanya, disebut denganRab al-arbab (Allah Swt).”

Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan HaqiqatMuhammadiyah di sini bukanlah Nabi Muhammad sebagaimanusianya namun Haqiqat Muhammadiayah adalah Asma danSifat Allah serta Akhlaqnya. Nabi muhammad disebut denganMuhammad karena Beliau mampu berakhlaq dengan seluruhakhlaq ketuhanan tersebut.

Selanjutnya Ibn Arabi juga mengatakan:

“ketahuilah bahwa yang ada hanya Allah beserta sifatNya, af’alNyamaka semuanya adalah Dia, denganNya, dariNya dan kepadaNya.Kalaulah ia terhijab dari alam ini walaupun sekejap maka binasalahalam ini secara keselurhan, kekalnya alam ini denganpenjagaanNYa dan penglihatanNya kepada alam. Akan tetapi jikasesuatu sangat tampak jelas dengan cahayaNya hinggapemahaman tidak mampu untuk mengetahuinya makapenampakan itulah yang disebut dengan hijab.”

Jadi asma dan sifat itulah yang disebut dengan HaqiqatMuhammadiyah, dan alam muncul dari hakikat tersebut. Olehsebab itu Ibn Arabi mengungkapkan:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 33/46

 

“Alam pada hakikatnya adalah satu namun yang hilang dan munculadalah gambarnya saja”.

Maksudnya hakikat alam tadi berasal dari Zat Yang Satu, yangpada dasarnya gambaran alam tadi hilang dan muncul, artinyaalam itu pada hakikatnya tiada berupa gambar saja. Dalam hal iniia menyatakan:

“Maha Suci Allah yang menciptakan segala sesuatu Dialah segalasesuatu tadi.”

Artinya penampakannya tiada lain Dia juga, yang tampil dariNyaadalah Dia juga.

Lebih jelasnya Syaikh Abd Ar-Rauf Singkil menjelaskan dalamsebuah karyanya:

“wujud alam ini tidak benar-benar sendiri, melainkan terjadi melaluipancaran. Yang dimaksud dengan memancar di sini adalahbagaikan memancarnya pengetahuan dari Allah Ta’ala. Sepertihalnya alam ini bukan benar-benar Zat Allah, karena ia merupakanwujud yang baru, alam juga tidak benar-benar lain dariNya. Karenaia bukan wujud kedua yang berdiri sendiri disamping Allah.”

Jadi alam bukanlah sebenarnya Allah namun pancarannNyadengan kata lain hijabnya. Hal ini dikuatkan oleh penjelasan Williandalam salah satu karyanya mengenai Ibn Arabi: “Hanya satu wujuddan seluruh eksistensi tiada lain adalah pancaran dari Wujud YangSatu.” Kesimpulannya yang tampak itulah makhluk cipatanNya

sedang ZatNya tetaplah ghaib. Hal ini dijelaskan oelh Ibn Arabisebagai berikut:

“Allah nyata ditinjau dari penampakanNya pada cipatanNya danbatin dari segi Zatnya.”

Untuk lebih jelasnya, Tajalliyat Allah pada lingkatan wujud adalahmerupakan penampakan Allah berupa kesempurnaan dankeagungan yang abadi. Zatnya merupakan sumber pancaran yangtak pernah habis keindahan dan keagunganNya. Ia merupakanperbendaharaan yang tersembunyi yang ingin tampil dan dikenal.Allah sebagai keindahan ingin membuka perbendahataan

tersembunyi tersebut dengan Tajalliyat (teofani) Haq tentunya yangmerupakan penampakan-penampakan dari keagungan, keindahandan kesempurnaanNya dalam pentas alam yang maha luas.

Ibn Arabi berkata: “Alam maujud atau mengada denganNya”.

Tajalliyat al-Wujud dengan gambaran global dalam tiga hadirat:

1. Hadirat Zat (Tajalliyat Wujudiya Zatiya) yaitu pernyataan dengandiriNya untuk diriNya dari diriNya. Dalam hal ini Ia terbebas darisegala gambaran dan penampakan. Ini dikenal dengan Ahadiyat.Pada keadaan ini tampak Zat Allah terbebas dari segala sifat,nama, kualitas, dan gambaran. Ia merupakan Zat Yang Suci yangdikenal dengan rahasia dari segala rahasia, gaib dari segala yang

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 34/46

 

gaib, sebagaimana ia merupakan penampakan Zat, atau cerminyang terpantul darinya hakikat keberadaan yang mutlak.

2. Tajalliyat Wujudiya Sifatiya yang merupakan pernyataan Allahdengan diriNya, untuk diriNya, pada penampakankesempurnaanNya (asma) dan penampakan sifat-sifatNya yangazali. Keadaan ini dikenal dengan wahdah. Pada hal ini tampakhakikat keberadaan yang mutlah dalam hiasan kesempurnaan inilah yang dikenal dedngan Haqiqat Muhammadiyah (kebenaranyang terpuji), setelah ia tersembunyi pada rahasia gaib yang mutlakdenganjalan faid al-aqdas (atau limpahan yang paling suci karenaia langsung dari Zat Allah). Dalam keadaan ini tampillah al-A’yanas-Sabitah (esensi-esensi yang tetap) atau ma’lumat Allah.

3. Tajalliyat Wujudiyah Fi’liyah (af’aliyah) yaitu pernyataan Haqdengan diriNya untuk diriNya dalam fenomena esensi-esensi yangluar (A’yan Kharijah) atau hakikat-hakikat alam semesta. Keadaan

ini dikenal dengan mutlaq dengan ZatNya, sifatNya danperbuatanNya dengan jalan limpahan yang suci (al-faid al-muqaddas). Allah pun tampak pada gambaran esensi-esensi luar (A’yan Kharijah), baik yang abstrak maupun yang kongkrit yangmerupakan asal dari alam semesta seluruhnya.

Allah Swt merupakan awal dari tajalliyat wujud segalafenomenanya dan dimensinya. Jadi Dia tidak berasal dari ketiadaandan tidak berakhir kepada ketiadaan pula. Ia merupakan karyaabsolut yang berada pada lingkatan yang absolut, ia berasal dariyang Haq dengan Haq dan kepada yang Haq, baik dalam tahap

Zat, Sifat dan Af’al. semuanya adalah penampakan dari hakikatyang satu.

Namun apakah berarti alam adalah Allah dan Allah adalah alam.Bisa dikatakan ‘ya’ atau ‘tidak’, sebagaimana yang beliauungkapkan dalam salah satu karyanya:

“Dalam hal ini ada sebagian golongan sufi yang terpeleset jatuhdalam kekhilafan dari yang sebenarnya, mereka berkata tidak adakecuali apa yang engkau lihat bahwa alam adalah Allah dan Allahadalah alam tiada lain. Sebabnya kesaksian ini terjadi karenamereka belim benar benar mencapai apa yang dicapai oleh

muhaqiqun. Kalau mereka mencapai apa yang dicapai olehmuhaqiqin maka meraka tidak akan berkata demikian danmenetapkan segala hakikat pada tempatnya dan mengetahuinyadengan ilmu dan penyingkapan.”

Disamping itu penyatuan antara manusia dan hamba adalahmustahil ataupun Allah bertempat adalah juga mustahil. Hal ini ia  jelaskan dalam sebuah kitabnya:

“Ittihad adalah mustahil karena dua zat menjadi satu, tidak akanmungkin bertemu antara hamba dan Tuhan pada satu wajahselamanya ditinjau dari ZatNya.”

Dari pernyataan ini jelas beliau tidak berpaham panteisme, jadi

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 35/46

 

bagaimana menafsirkan wahdatulwujud tersebut? Sebagaimanayang diungkapkan sebelumnya bahwa Zat Allah adalah sumber segalanya. Jadi yang disebut eksistensi atau wujud adalah Zattersebut. Sedangkan keadaan yang dikenal dngan HaqiqatMuhammadiyah (A’yan sabitah, wahdah, tajalliyat wjudiyahsifatiyah) merupakan penampakan atau bayangan dari Zat YangSuci yang bernama Allah. Kemudian keadaan yang bernamaWahdaniyat (tajalliyat wujudiyah fi’liyah atau a’yan kharijiyah)adalah bayangan dari wahdah atau Haqiqat Muhammadiyah. Jadiseluruhnya bayangan dari Zat Yang Suci. Lebih jelasnya alam ini(a’yan kharijiyah) penampakan atau bayangan dari Asma Allahyang dikenal dengan Haqiqat Muhammdiyah ataupaun A’yanSabitah. Sedangkan Asma adalah penampakan dari Zat YangMaha Suci. Jadi bayangan adalah sesuatu yang pada hakikatnyatiada namun ia ada bergantung kepada Zat Allah, sebagaimanabayangan suatu benda.

Penjelasan diatas dikuatkan dengan perkataan Ibn Arabi dalamkitab Futuhat:

Jika Engkau nyatakan: “Tiada sesuatupun yang setara denganNyamaka hilanglah bayangan sementara bayangan terbentang makahendaklah engkau memperhatikan lebih teliti.”

Dalam kitab Al-Jalalah beliau menjelaskan:

“Segala sesuatu memiliki bayangan dan bayangan Allah adalahArasy. Akan tetapi bukanlah setiap bayangan terbentang. Arasybagi Tuhan adalah bayangan yang tidak terbentang, apakah

engkau tidak memperhatikan bahwa jisim yang memiliki bayanganapabila diliputi oleh cahaya maka bayangannya ada padanya.”

Bayanganyang dimaksud di sini adalah alam semesta. Manusiamemiliki banyak bayangan jika dia disinari oleh beberapa cahayayang datang dari berbagai arah, wajahnya akan muncul dalamberbagai cermin yang pada hakikatnya ia adalah satu namundipatulkan oleh beraam cermin. Begitu pula Allah Esa dari segiZatNya dan berbilang dari segi penampakanNya dalam gambaranserta bayanganNya dalam cahaya. Jadi jelas bahwa sebenarnyaalam ini adalah bayangan yang hakikatnya tiada atau dikenaldengan batil. Ibn Arabi menjelaskan:

“sebenar-benar ungkapan yang dikatakan oleh orang Arab bahwa;“segala sesuatu selain Allah adalah batil” karena siapa yangkeberadannya tergantung kepada yang lain maka dia adalah tiada.”

Ia juga mengungkapkan dalam Risalah al-Wujudiyah:

“Sesungguhnya engkau tidak pernah ada sama sekali dan bukanpula engkau ada dengan dirimu atau ada di dalamNya ataubersamaNya dan bukan pula engkau binasa ataupun ada.”

Untuk menjelaskan perkataan ini ia mengutip perkataan Abu SaidAl-Kharraj menyatakan: “Aku mengenal Allah dengan menghimpunsegala dua hal yang bertentangan.” Artinya Dialah Yang Lahir dan

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 36/46

 

Yang Batin tanpa keadaan yang lain. Dijelaskan juga dalamkitabnya Ar-risalah Al-Wujudiyah:

“Dialah Yang Awal tanpa berawal, Yang Akhir tanpa berakhir, YangLahir tanpa jelas, Yang Batin tanpa tersembunyi.”

Hal ini jika difahami berarti bahwa manusia tidak memilikikeberadaanyang independen dalam arti kata keberadaannya padahakikatnya adalah bayangan dari keadaan Allah. Karena padahakikatnya manusia tiada yang ada Allah. Jadi manusia adalahpenampakan, bayangan atau ayat Allah yang pada hakikata adalahtiada atau khayal. Karena suatu yang sifatnya khayal berjumpadengan khayal seolah kelihatan nyata.

Dalam Fusus al-Hikam Ibn Arabi mengungkapkan:

“Ketahuilah bahwa hadirat khayal merupakan hadirat yang

menghimpun dan mencakup segal seuatu dan yang bukansesuatu.”

Jadi jelas bahwa alam ini adalah fana atau khayal danyang kekaldan tampak adalah ZatNya Yang Suci dengan penampakan-penampakan yang indah dan agung yang mewujudkankesempurnaanNya yang tiada batas.”

Di lain bukunya Ibn Arabi mengungkapkan:

“Tidak ada dalam wujud ini selain Allah, kita walupun ada(Maujudun) maka sesungguhnya keberadaan kita denganNya,

barang siap yang keberadaannya dengan selain Allah maka iamasuk dalam hukum ketiadaan.”

Maksudnya ialah bahwa Allah ada dengan sendiriNya dan tidakmengambil keberadaannya dari yagn lain. Sedangkan alam adalahada karena Allah mengadakannya. Jadi alam adalahkeberadaanyang mungkin ada yang pada hakikatnya tiada. Di sinikita harus membedakan antara wujud dan maujud. Wujudmerupakan isim masdar yang berarti keadaan dan Maujudmerupakan isim maf’ul berarti sesuatu yang mengada karenapengaruh lain . Bisa ditafsirkan bahwa Allah adalah keberadaan itusendiri atau Zat Yang Maha Ada, sedang maujud adalah sesuatu

yang menjadi ada disebabkan hal lain. Maujud merupakan ‘objek’yang berarti sesuatu yang menerima pengaruh perbuatan yanglain. Jadi sesuatu yang menjadi ada karena adanya keberadaanyang lain bukanlah keberadaan yang sejati namun keberadannyabergantung kepada Wujud Yang Sejati. Keberadaannya disebutdengan khayal, artinya ia ada karena bergantung pada WujudSejati. Namun jia sesuatu tidak bergantung kepada Wujud Sejatitentu dia tiada, karena siapa yang akan memberikannyakeberadaan? Jadi jelas yang dimaksud dengan Wahdat al-Wujudadalah bahwa wujud yang sejati adalah satu. Bukan berarti alamadalah Allah dan Allah adalah alam.

Dalam menerangkan wahdatulwujud Ibnu Arabi kadang mengutipkuplet berikut, sebagaimana yang termaktub dalam kitab al-Alif:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 37/46

 

* Dalam segala sesuatu Dia memiliki ayat

* Menunjukkan kenyataan bahwa Dia adalah Satu.

Kesatuan wujud ini juga dapat difahami dari sebuah hadis yangsering dikutip Ibn Arabi dalam menerangkan masalah Wahdat al-Wujud yaitu: Kanallahu wala syai’a ma’ahu artinya ‘dahulu Allahtiada sesuatu apapun besertaNya’. Disempurnakan denganperkataan wahuwal aana ‘ala makaana artinya ‘sekarang Iasebagaimana keadaanNya dahulu’. Maksud dari kedua pernyataanini tidak ada sesuatu apapun yang menyertai Allah selamanya dansegalaNya pada sisiNya adalah tiada. ‘Tiada Tuhan selain Allah’artinya segala sesuatu berupa alam yang gaib dan nyata adalahbayangan Allah yang pada hakikatnya tiada. Karena segalasesuatu yang tiada bisa dijadikan Tuhan oleh manusia dan yang

pada hakikatnya yang ada hanya Zat Allah Yang Maha Suci yangbernama Allah.

Yang dapat disimpulkan dari penjelasan di atas ialah, alam bisadikatakan Allah dan bisa juga tidak. Dilihat dari keterbatasan alamdan hakikatnya yang merupakan khayal semata maka alambukanlah Allah. Namun jika dilihat bahwa alam tidak akan munculdengan sendirinya dan mustahil ada wujid disamping Allah ataupundiataNya atau dibawahNya atau ditengahNya atau didalamNyaatau diluarNya maka alam adalah penampakan Allah. Penampakanitu tiada lain allah jua adanya.

Dibalik itu semua dalam memahami hal ini bukanlah cukup denganlogika namun harus dibuktikan dengan penyaksian sebagaimanapernyataan Ibn Arabi:

“Tauhid adalah penyaksian danbukan pengetahuan, barang siapamenyaksikan maka ia telah bertauhid barang siapa hanyamengetahui ia belum bertauhid.”

Jadi beginilah yang dapat difahami dari Wahdat al-Wujud.Permasalahan Tanzih dan Tasybih akan lebih menjelaskan konsepWahdat Wujud.

Al-Hirah (Ketakjuban, Kebingungan, Laut Tanpa Pantai, Anggur Keabadian)

AL-Hirah merupakan ketakjuban dan puncak dari pengenalan akanAllah yang dalam hal ini Ibn Arabi menjelaskan:

“Uluhiyyat (ketuhanan) dapat dikatakan karena ia merupakantawajjuh (kehendak) Zat untuk mewujudkan semua hal yangmungkin, adapun Zat tidaklah dapat dikatakan namaun disaksikan.”

Hal ini mungkin dapat dijelaskan sebagai berikut:

Zat Allah Esa dan Tunggal adanya namun tidaksatu makhlukpun

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 38/46

 

dapat mengetahui hakikat Zat tersebut serta segala potensi yangada pada Zat Allah. Penyaksian akan ZatNya bisa terjadi padaorang tertentu dan penyaksian itu bukanlah meluputi akan keadaanZatNya. Ol;eh sebab itu tidak bisa dikatakan karena segalanyaluluh dan fana ketika penyaksian itu terjadi. Sedangkan Uluhiyatbisa dikatakan karena Ia berhubungan dengan segala yangmungkin. Dalam al-Quran Allah berfirman:

Wayuhazzirukumullahu nafsah

Artinya: Allah melarang kamu untuk berpikir tentang diri (Zat)Nya.Ali Imran 28.

Pada ayat yang lain, Allah berfirman:

Wamaa qadarullahu haqqa qadrih

Artinya: dan mereka tidak mampu memperkirakan Allah dengansebenar-benar perkiraan, Al-An’am 91.

Di samping itu Kalimat Allah atau seala yang mewujud karenaNyaatau segala yang berasal dariNya tidak terhingga atau tidak terbats,oleh sebab itu tidak ada bats dalam mengenal Allah Swt. Jadi yangdiketahui hanya keesaanNya sedang kuasaNya tanpa batas.

Ibn Arabi menjelaskan dalam tafsirnya mengenai ayat terakhir darusurat al-Kahfi:

“Katakanlah jika lautan huyuli (asal keberadaan alam semesta)

yang menerima berbagi macam gambar yang mewuudkan segalailmu Allah dijadikan sebagai tinta untuk menuliskan segala maknadan hakikat dan roh yang ada pada ZatNya maka air lautan akanhabis sebelum habisnya kalimat Allah, karena ia tidak terhinggaadanya. Tidak mungkin satu yang terbatas bisa mengibaratkanYang Tidak Terbatas.”

Jika dikaitkan dengan dua aspek yaitu tanzih dan tasybih, makaaspek tanzihNya adalah ketidak terbatasan Zat Allah atau MahaSuciNya Ia dari segala ikatan dan keterbatasan. Sedang aspektasybihNya adalah kalimatNya atau fenomena segala alam ini yangmewujud denganNya. Alam ini sendiri juga tidak terbatas,

sebagaimana kalimat Allah tidak terbatas. Jadi puncak pengenalanakan Allah adalah ketidak mampuan untuk mengenalNya danketakjban akan keMaha BesaranNya. Sebagaimana Nabibersabda:

Allahumma la nuhshi tsanaan ‘alaika anta kama atsnaita ‘alanafsika

Artinya: “Ya Tuhan kami kami tidak mampu menghumpun pujiankepadaMua sebagaimana Engakau memuji diriMu Sendiri.”

Abu Bakar berkata: “ketidak sanggupan untuk mengenal Allahadalah pengenalan. Oleh sebab itu Abu Talib al-Makki berkata:“tidak mengenal Allah selain Allah.” Nabi Saw juga pernah

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 39/46

 

bersabda: “Rabbi zidni fika tahayyuran” yang artinya : “WahaiTuhanku tambakanlah kepadaku keta’juban.” Hal ini dita’wilkanoleh Ib Arabi sebagai kesinambunan takalliyat Allah kepada NabiSaw. Kesinambungan tajalliyat adalah bertambahnya senantiasailmu pengenalan akan Allah dan itu tentunya tiada batas.

Nabi Muhammad Saw merupakan jalan petunjuk kepadaketakjubanyang membaw panji pujian kelak dihari kiamat. Beliaulahhamba yang paling mengenal Allah. Oleh sebab itu seorang tidakakan mampau mengenal Allah kecuali melalui jalan atau cerminMuhammad Saw. Ibn Arabi menjelaskan dalam kitab fusus al-Hikam:

“Allah berfirman: “sesungguhnya sahabatmu tidaklah sesat dansalah: an-an’am 2, atau Ia tidak takut dalam keheranannya karenaIa mengetahi bahwa puncak dalam pengenalan akan Allah adalahhirah (ketakjuban). Maka barang siapa yang sampai dalam

keadaan ini maka ia telah beroleh petunjuk dan dia adalah yangmenunjuki dan menjelaskan dalam penetapan ketakjuban.”

Ibn Arabi menyebutkan: “ Yang Haq adalah lautan dasarnya adalahazali pantainya adalah abadi.” Inilah lautan yang tiada tepi, iamelantunkan syair dalam ketakjuban:

* Aku terkesima pada Samudera dantap pantai dan Pantai tanpasamudera

* Pada Cahaya pagi tanpa kegelapan dan Malam tanpa fajar 

* Pada dunia tanpa tempat yang diketahui oleh pagan dan pendeta

* Pada kubah biri langit, menjulang tinggi dan berputar 

* Kemahakuasaan adalah pusatNya dan pada bumi yang subur tanpa kubah dan tempat, tersembunyi rahasia.

Tasybih dan Tanzih

Permasalahan Tasybi dan Tanzi juga merupakan polemik daridaulu ingga sekarang. Dalam al ini Ibn Arabi berpendapat bahwa

dalam mengenal Allah manusia harus melihat TanzihNya(Kesecuian Allah dari segala sifat yang baharu) pada TasybihNya(KeserupaanNya dengan yang baharu) dan tasybihNya padatanzihNya. Artinya untuk mengenal Allah harus menggabungkandua aspek tadi sekaligus. Ibn Arabi sering mengutip perkataan AbuSa’id Al-Kharraj: “ Aku mengenal Allah dengan menggabungkandua hal yang bertentangan.” Menurutnya apabila seorangmenganal Allah hanya dengan aspek tanzih berarti dia telahmembatasi kemutlakanNya. Karena tanzih berarti menafikan segalasifat bagi Allah sperti yang dilakukan ole kalangan Mu’tazila yangmelucuti Tuhan dari segala sifat, hingga Allah menjadi suatu yangtak bisa dikenal dan dijangkau. Al ini mengakibatkan terputusnyahubungan Tuhan dengan manusia. Kemudian jika hanya mengenalAllah dalam aspek tasybih saja seperti yang dilakukan kalangan

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 40/46

 

al_mujassimah maka mengakibatkan keserupaan Tuhan denganyang baharu.

Dalam kitab Fusus al-Hikam Ia mengatakan:

“Pensucian dari orang yang mensucikan merupakan pembatasanbagi yang disucikan, karena ia telah mengistimewakan Allah danmemisahkanNya dari sesuatu yang menyerupai, jadi pensucianNyadari suatu sifat yang wajib merupakan keterikatan danketerbatasan, maka tidak ada di sana kecualai Yang terikat danMaha Tinggi dengan kemutlakanNya dan ketidak terbatasanNya.”

‘Abd al_raziq al-Qasyani menjelaskan mengenai hal ini bahwatanzih berarti mengistimewakan Allah dari segala yang baharu yangsifatnya materi dan dari segala yang tidak pantas baginyapensucian dari sigat materi, hal ini berarti bahawa setiap seuatuyang berbeda dari yang lain maka ia tentu memiliki sigat yang

bertentangan dari yang lain tersebut. Dengan begitu ia menjaditeriakt denagn suatu sifat dan erbatas dengan satu batasan. Jaditanzih tersebut merupakan pembatasan. Lebih jelasnya, bahwayang mensucikan telah mensucikan Allah dari sifat materi danmenyamakanNya dengan sifat rohani yang suci. Dengan begitu iatelah mensucikan Allah dari keterbatasan namun dengansendirinya ia telah membatasNya dengan kemutlakan, sedangAllah Maha Suci dari ikatan keterbatasan dan kemutlakan, akantetapi Ia Maha Mutlaq tidak terikat oleh tanzih maupun tasybih jugatidak menafikan keduanya. Ibn Arabi juga menjelaskan:

“Tidak ada yang serupa denganNya” potongan ayat ini

mengisyaratkan tanzih, dan “Dia Maha Mendengar lagi MahaMelihat” potongan ayat ini mengisyaratkan tasybih.

Abd Karim al-Jily menerangkan mengenai hal ini sebagai berikut:

“Yang mensucikan mengosongkan Tuhan dari segala sifatsehingga dia menghilangkan kuasa Tuhan, yang menyerupakanTuhan menghiasaiNya dengan sifat yang tak pantas aritnyamemakaikan Tuhan dengan sifat selainNya (Mujassimah) sedangyang berada di antara keduanya (tidak mengosongkan dan tidakmemakaikan) artinya seorang yang ‘arif yang beada antara tasybihdan tanzih tidak menanggalkan apa yang pantas bagi Allah dan

menyifatiNya dengan pakaian atau sifat yang tidak pantas bagiNya.Bahkan ia berkata Allah adalah Yang Lahir dan Yang Batin atau iamenyifati Allah dengan Lahir dan Batin. Aspek Batin merupakanhukum kesempurnaan bagiNya sedang aspek Lahir merupakannyatanya Ia dalam segala yang ada.”

Ibn Arabi menjelaskan dalam sebuah syair:

* jika engkau mengatakan dengan tanzih maka engakaumembuatNya terikat

* jika engkau mengatakan dengan tasybih engkau membuatNyaterbatas

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 41/46

 

* jika engakau katana dengan dua hal tadi maka engkau benar 

* engkau menjadi imam dalam ma’rifat dan menjadi penghulu.

Penafsiran Ibn Arabi tentang tanzih dan tasybih sesuai dengandoktrin ontologisnya tentang wahdatulwujud, yang bertumpu padaperumusan ambiguous:

“Dia dan bukan Dia” (huwa la huwa) sebagai jawaban ataspersoalan apakah alam identik dengan Tuhan. Dalam perumusaniniterkadnung dua bagian jawaban:

bagian positif, yaitu ‘Dia’ dan bagian negatif, yaitu ‘bukan Dia’.

Bagian pertama menyatakan bahwa alam identik dengan Tuhan.Bagian terakhir menegaskan aspek tanzih Tuhan. Dapat pula

dikatakan bahwa penafsiran Ibn Arabi tentang tanzih dan tasybihsejalan denagn prinsip memadukan segala hal yang bertentangan.Misalnya antara Yang Satu dan yang banyak, Yang Lahir dan YangBatin. Oleh sebab itu dinaytakan Hakikat Muhammad lah yangmenghimpun antar aspek tanzih dan tasybih antara Qran danFurqan antara Jama’ dan Tafsil.

Ada ungkapan-ungkapan kaum sufi yang mengisyaratkan tasybihyang dikenal dengan syatahat seperti ungkapan Biyazid: “MahaSuci Aku betapa Agung keadaanKu.” Begitu juga imam Junaid:“Tidak ada dalam jubah ini selain Allah.” Al-Hallaj juga berkata:“Ana al-Haq.” Abu Bakar as-Syibli berkata: “Aku adalah titik

dibawah Ba.” Perkatan ini semua mengandung tasybih al-Haqdengan yang baharu. Ada sebagian kaum yang mengkafifkanorang yang berkata demikian dan ada yang menta’wilkan. Kaumsufi berkata demikian dalam keadaan iluminasi dan menyaksikanWajah Yang Satu hingga mereka menyatakan ungkapan syatahat(ungkapanyang janggal dalam keadaan fana). Sedangkan Fir’aunmengatakannya dalam kesadaran penuh akan keberadaannafsunya dan keberadaan dirinya sebagi Tuhan dan tidak mengakuadanya Allah.

Ini semua berkaitan dengan ayat-ayat muhkamat danmutasyabihat. Sepanjang sejarah pembicaraan ini taidak pernah

habisnya, karena kasus Keesaan Tuhan terus bergulir. Ulama salaf mengimani ayat mutasyabihat dalam batasan tdiak menta’wilkansebagaimana ungkapan Imam Malik: “Istiwa’ itu diketahui artinya,kaifiyyahnya tidak diketahui,beriman dengannya wajib, bertanyamengenainya bid’ah.” Ulama khalaf menta’wilkannya, ada yangmenta’wilkannya dengan berkuasa dan mengatur. Sedang kaumMu’tazilah mensucikan Tuhandari segala sifat apa lagi sifat yangbahari dengan alsan jika sifat itu qadim maka akan banyaklah yangqadim. Kaum mujassimah menyamakanNya dengan yang baharudan seterusnya.

Berkaitan dengan muhkamat dan mutasyabihat ini dijelaskan dalamal-Quran surat Ali-Imran ayat 7:

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 42/46

 

Huwal lazi anzala…..

Artinya: Dialah yang menurunkan al-Quran kepadamu diantaranyaada yang muhkamat itulah ummul kitab (induk kiab) dan yanglainnya mutasyabihat.”

Jadi ayat yang muhkamat mewakili aspek tanzih sedang yangmutasyabihat mewakili aspek tasybih. Mengenai ayat ini Ibn Arabimenafsirkan ayat muhkamat adalah yang mengandung maknayang satu yang merupakan asal kitab dan tidak dimasukipenyerupaan dengan yang baharu, sedang yang lain mutasyabihat.Mutasyabihat ini yang mungkin memiliki dua makna atau lebih atassamr di situ antara yang haq dan yang batil, hal ini dikarenakanbahwa Allah memiliki Wajah Yang Esa dan Kekal setelah fananyamakhluk yang tidak mengandung pluralitas dan keterbilangandisamping itu Allah juga memiliki wajah-wajah yang banyak sesuaidengan cermin-cermin penampakanNya berdasarkan potensi

penampakanNya dan seluruhnya bersumber dari Wajah Yang Satutadi. Pada wajah yang banyak inilah samar antara Haq dan yangbatil maka turunlah ayat al-Quran agar ayat-ayat mutasyabihatdiletakkan pada wajah-wajah yang sesuai dengan potensinyahingga setiap sesuatu berkaitan dengan yang lain sesuai dengankesiapannya. Maka dari sinilah timbul ujian dan cobaan. Adapunorang ‘arif yang muhaqqa yang mengenal Wajah Yang Kekal dalamberbagai gambaran dan bentuk mengenal wajah tersebut dariwajah-wajah yang mustasyabihat maka ia mengembalikannyakepada muhkamat melaksanakan perkataan penyari:

“Sungguh Wajah hanyalah Saturda

Namun jika engkau perbanyak cermin Ia menjadi terbilang.”

Adapun orang yang terhijab (atau orang yang bengkok hatinya) darikebenaran maka dia akam mengikuti yang mutasyabihat karena iaterhijab dari Yang Satu oleh yang banyak dan memilih keyakinansesuai dengan seleranya untuk menyebarkan fitnah.

Jalan untuk mengenal yang muhkamat dan mutasyabihat adalahlewat cermin Muhammad Saw mengikuti ajarannya denganmemasrahkan pengetahun mengenai hal tersebut kepada Allahagar Allah membukakan kepad akita dan mengenalkan diriNya

kepada kita. Hal ini yang dijelaskan oleh Ibn Arabi dalam kitabyaFusus al-Hikam dalam Fas Nuh As:

“Ketahuilah bahwa Allah menuntut dari hambanya untukmengenalNya sebagaimana yang telah diterangkan oleh Lisansegala syariat dalam menyifatiNya, maka akal tidaklah bolehmelampauiNya sebelum datangnya syariat, ilmu mengenaiNyapensucian dari sifat-sifat baharu, jadi seorang ‘arif adalah orangyang memiliki dua pengenalan tentang Allah: pengenalan sebelumdatangnya syariat dan pengenalan yang ia peroleh dari syara’,akan tetapi syaratnya hendaklah ia menyerahkan ilmu tersebutkepada Allah, jika Allah menyingkapkan baginya tentang ilmu itumaka hal itu merupakan anugrah dari pintu pemberian Zat Allah.”

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 43/46

 

Kesimpulannya Allah Mutlak dengan keterbatasanNya danTerbatas dengan kemutlakanNya. Dalam kata lain Allah Mutlak darisegi ZatNya Yang Maha Suci dari seala sifat dan terbatas dalamkemutlakan dengan nama-nama, sifat-sifat, af’al, dan mazahir kauniyah (fenomena-fenomena alam) yang merupakan tajalliyatNyayang tak terhingga. Jadi penampakanNya itu sendiri tidak terbatas,karena kalimatNya tidak pernah habis. Inilah yang disebut sebagailautan yang tak bertepi.Dialah Yang Maha Esa dalam banyak rupadan rupa yang banyak adalah pada hakikatnya wajah-wajah dariZat Yang Esa. Yang banyak adalah tiada dan yang ada hanya Zatyang Esa. Dialah jami’ atau penghimpun segalanya dan fariq yangmembedakan segalanya dalam berbagai rupa. Aspek JamalNya(keindahan) mewakili tasybih dan aspek JalalNya (keagungan)mewakili tanzih keduanya mewujudkan Kamal (kesempurnaan)bagi ZatNya. Namun keseluruhannya itu menunjukkan kemutlakanyang tak terhingga.

Di atas semua itu pengenalan akan Allah adalah ketidak tahuan.Kelemahan untuk mengenalNya adalah pengenalan. Mengutipperkataan Abu Talib al-Makki: “Tiada ada yang mampu mengenal,“tidak ada yagn setata denganNya dan Dia Maha Mendengar danMaha Melihat” kecuali “Tidak ada yang setara denganNya dan DiaMaha Mendengar dan Maha Melihat”.

PetunjukDiperoleh darihttp://id.wikipedia.org/wiki/Pemahaman_Sufisme_Ibn_Arabi

Sebelumnya:  Kesaksian Para Ulama Fikh Tentang Ulama Sufi

Selanjutnya : Mengenal al-Husain bin Mansur Al HallajBalas bagi

Tautan Bersponsor 

 jaket jersey pialadunia 2010

Pemesanan silahkancall/sms08999516117

GUCI RETAKSERIBU

For Sale..!!!

Komentar Kronologis  Kebalikan  Berdasar topik

Balasirdy74 menulis on Jul 15, '07, telah disunting on Jul 15, '07Wa`alaikum Salam Wr WbSaya tidak berani menuduh apalagi memfitnah seseorang mas.Banyak sekali tuduhan-tuduhan kepada Ibnu Arabi ini. Kita serahkansaja kepada Allah mengenai kebenarannya.

Jangan sampai pula kita ikut2an menuduh, apabila tuduhan tsb tidakbenar, berarti kita telah menyebarkan fitnah. Dan fitnah adalah dosabesar yang akan pertanggung jawabkan tuduhan kita dihadapan

Allah SWT.

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 44/46

 

"Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua,agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalahkepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu)menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa

 pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalamkesesatannya sampai suatu waktu." (Al Mu'minuun 21-23)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakanitu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuanmerendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan janganmemanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman danbarangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlahmenggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Makatentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi MahaPenyayang. (Al Hujuraat:48-49)" 

Dan mohon ma`af kutipannya saya hapus....saya tidak ingin adatuduhan-tuduhan di MP saya. Sekali mohon ma`af :)

Balasishakq menulis on Jul 15, '07Mas irdy, saya suka bahasannya. Asli !

Memang masing-masing kaum akan mengedepankan kelebihan-kelebihannya, dan menyembunyikan kekurangan-kekurangannya.Alangkah baiknya jika kita bertabayun. Mendengar cerita dari keduabelah pihak (sisi).

Jika beberapa tulisan mas irdy merupakan jawaban dari sebuahposting di sebuah group, saya usul agar di posting aja di groupnya.Biar sama-sama menjadi pencerahan bagi anggota groupnya. :-)

Balasirdy74 menulis on Jul 15, '07ishakq} berkata

Jika beberapa tulisan mas irdy merupakan jawaban dari sebuah posting di sebuah group, saya usul agar di posting aja di groupnya.Biar sama-sama menjadi pencerahan bagi anggota groupnya. :-)

Sebenarnya bukan jawaban dari sebuah group, namun sebuah jawaban dari semua postingan sebenarnya. Baik itu dari mperssendiri maupun dari website lain.

Jadi benar apa yg dikatakan mas Ishaq, biar ada keseimbangandalam informasi, agar pikiran kita tidak selalu dijejali pikiran picikatau berat sebelah, entar kalau ibarat kapal bisa miring dunkberlayarnya, karena bebannya berat sebelah hehehe

Balasmrnoxious menulis on Jul 17, '07irdy74} berkata

Saya tidak berani menuduh apalagi memfitnah seseorang mas.Banyak sekali tuduhan-tuduhan kepada Ibnu Arabi ini. Kita serahkan

saja kepada Allah mengenai kebenarannya.

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 45/46

 

Jangan sampai pula kita ikut2an menuduh, apabila tuduhan tsbtidak benar, berarti kita telah menyebarkan fitnah. Dan fitnah adalahdosa besar yang akan pertanggung jawabkan tuduhan kita

dihadapan Allah SWT. 

Maaf mas bukan maksud ikut menuduh. Tapi postingan itu saya

sampaikan supaya infonya berimbang. Apa yang saya posting ituadalah pendapat para ulama, bukan satu tapi banyak. Saya yakinniat mas baik dengan memposting ttg Ibnu Arabi, tapi jangan sampaimas ikut menyebarkan paham2 menyesatkan yg masyarakat awamkurang mengerti ttg ini.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidakmempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnyapendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintapertanggungan jawabnya. (QS : Al Israa' 36)

Dengan menghapus postingan saya berarti mas tetap keukeuh padapendirian dan pendapat mas tentang Ibnu Arabi padahal diluar sanamasih banyak pendapat2 yg berlainan ttg Ibnu Arabi. Semoga mas

bisa lebih objektif thdp hal ini.Balasirdy74 menulis on Jul 17, '07Begini mas :)Postingan di mp saya khusus yang positifnya saja dari Ibnu Arabi.Mengenai sisi yang lainnya rekans mp bisa melihat di tempat lainyang saya yakin banyak bertebaran di internet.

Balassudjarwo menulis on Aug 11, '07tetep terus mengkaji fushus al hikam kalo bisa lbh dalam bahasanyadan lebih terperinci klo bisa juga sampai habis kitab ini langsunglanjut dg futuhat makiyyahnya

Balasirdy74 menulis on Aug 11, '07

Insya Allah nanti dilanjut :)

Balasrd2105 menulis on Sep 22, '08IBNU ARABI adalah BENAR dan BENARpokok masalah mengapa orang menganggap Ibnu Arabi salahadalah cara pandang yg tidak sama, hal ini saya bisa maklumikarena memang pengetahuan yg dimiliki masing2 pihak jugaberbeda, itulah kehebatan atau keinginan-NYA agar DIA bisadikenal

mohon pak Ustadz kalo punya Futuhat al Makiyah versi Indonesia,saya boleh pinjam utk fotocopy.

Balas

irdy74 menulis on Sep 22, '08rd2105} berkatamohon pak Ustadz kalo punya Futuhat al Makiyah versi 

Indonesia, saya boleh pinjam utk fotocopy. 

Untuk ssat ini saya belum punya bukunya mas .... soalnya saya jugalagi nyari :)

Balaszulkeflimohamad29  menulis on Aug 12, '09Pandangan mu tentang tafsiran pandangan Ibn Arabi tu benar. Apayang dijelaskan oleh Ibn Arab adalah tentang syuhud dan zauk ygmana ia tenggelam d dalamnya. Namun begitu bila diterang secarailmiah ia memang agak ganjil apa lagi bukn ahlinya. Contihnya samalah untuk menerangkan rasa manis yang di makan. Semua orangakan menerangkan manis itu tidak sama...mengikut citarasa masing-

masing. Wallah Hu aklam

5/12/2018 Wihdatul Wujud Ibnu Arrobi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/wihdatul-wujud-ibnu-arrobi 46/46

 

Balaszulkeflimohamad29  menulis on Aug 12, '09Kata Ibn Ataillah...."Bagaimana terhijab Allah pada pandanganmu ...sedangkan ia yang menzahirkan segala sesuatu?"...

Balas

rudybjm menulis on Jul 19Terimakasih atas penjelasannya mas Irdy....saya adalah pengagumdan pendukung Ibnu'Araby. Bagi yang menentang silakan dengankeyakinan masing-masing, cuma patut di ketahui di Benua sayaBanjarmasin ada kitab yang dari dulu telah di anut oleh kalangan'ulama tua yaitu kitab Addurun Nafis karya Akhmad Nafis BarabaiKalimantan Selatan yang isinya mirip dengan karya-karya Ibnu'Arabidan telah di kafirkan oleh IAIN Banjarmasin, bahkan telah diumumkan di Koran setempat. Masya Allah. kunjungi blog sayamas,,,www.rudydot.blogspot.com. Wassalam

Balasan dgn Suara Balasan dgn Video

Tambahkan Komentar 

Kutip pesan asli

Kirim Pratinjau dan Cek Ejaan

· · · · · · · · · · ·