Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1058/1/172803888 EKO SUSILO 1-3.pdfumumnya terdorong...
Transcript of Widya Wiwaha Jangan Plagiateprint.stieww.ac.id/1058/1/172803888 EKO SUSILO 1-3.pdfumumnya terdorong...
i
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN DIKLAT TEKNIS PELAYANAN PUBLIK
UPT BALAI DIKLAT PEGAWAI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2019
TESIS
Diajukan oleh :
EKO SUSILO NIM : 172803888
PROGRAM MAGISER MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA 2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN DIKLAT TEKNIS PELAYANAN PUBLIK
UPT BALAI DIKLAT PEGAWAI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2019
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Manajemen
Diajukan oleh
EKO SUSILO NIM : 172803888
KEPADA
PROGRAM MAGISER MANAJEMEN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA 2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
TESIS
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN DIKLAT TEKNIS PELAYANAN PUBLIK
UPT BALAI DIKLAT PEGAWAI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
TAHUN 2019
Oleh : EKO SUSILO
NIM : 172803888
Tesis ini telah di pertahankan dihadapan Dewan Penguji Pada tanggal :…….September 2019
Dosen Penguji I
……………………………
Dosen Pembimbing I
Dr. Ir. Meidi Syaflan, MP
Dosen Pembimbing II
Dra. Lukia Zuraida, MM
dan telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister
Yogyakarta,…………………..2019
Mengetahui,
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN STIE WIDYA WIWAHA YOGYAKARTA
DIREKTUR
DR. John Suprihanto, MIM, Ph.D
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Evaluasi Kinerja
Penyelenggaraan Diklat Teknis Pelayanan Publik UPT Balai Diklat Pegawai
Kabupaten Gunungkidul Tahun 2019” ini beserta seluruh isinya adalah benar-
benar karya saya sendiri, kecuali bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai
bahan acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan karya ilmiah yang
lazim. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko / sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian
karya saya ini.
Yogyakarta,…….September 2019
Yang Menyatakan
EKO SUSILO
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Alloh Subhanahu Wata’ala, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Manajemen Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta.
Dalam menyusun tesis ini, penulis telah berusaha untuk menyajikan
sebuah laporan yang baik dan sistematis. Berbagai pihak telah membantu
dalam proses penyusunan tesis ini. Tanpa bantuan tersebut, niscaya tesis ini
tidak akan terwujud. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. DR. John Suprihanto, MIM, Ph.D selaku Direktur Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta
2. Dr. Ir. Meidi Saflan, M.P selaku pembimbing I yang telah memberikan
dorongan, bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan
tesis ini.
3. Dra. Lukia Zuraida, MM selaku pembimbing II yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan masukan kepada penulis dalam
penyusunan tesis ini.
4. Bapak/ Ibu Dewan Penguji yang telah memberikan masukan dalam
penyelesaian tesis ini.
5. Bapak/ Ibu Dosen dan Staf administrasi ( Mbak Siti ) Magister
Manajemen STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
6. Kepala BKPPD yang telah mengijinkan studi belajar guna untuk
mengembangkan karier serta meningkatkan ilmu pengetahuan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
7. Bapak Kepala UPT Balai Diklat Pegawai dan Ibu Kepala Sub Bagian
Tata Usaha beserta rekan-rekan kerja yang senantiasa memberikan
semangat dalam motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
8. Keluarga kecil dan besar terimakasih untuk doa dan kekuatannya,
kalian semua sungguh luar biasa yang tak pernah berhenti
memberikan doa dan dorongan baik material maupun spiritual
sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, doa dan
dorongan dari semua pihak tentunya tesis ini tidak akan terselesaikan. Tesis
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penulis
mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan tesis ini. Terakhir, semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.
Yogyakarta, ……September 2019
Penulis
EKO SUSILO
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………….. iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHR ……………….. iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………... v
DAFTAR ISI …………………………………………………………… vii
DAFTAR TABEL…. …………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………. x
ABSTRAK……………………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah………..…………………………....... 10
C. Pertanyaan Penelitian….………………………………... 10
D. Tujuan Penelitian………………………………………... 11
E. Manfaat Penelitian……. ……………………………….. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teori………………………………………....... 12
B. Landasan Teori………………………………………….. 13
1. Evaluasi Kinerja……………………………….......... 13
2. Pelayanan Akademik Penyelenggaraan Diklat Teknis
Pelayanan Publik…………………………………….
20
3. Pendidikan dan Pelatihan………………………......... 23
4. Kompetensi …………………………………………. 24
5. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Diklat…………… 25
6. Aparatur Pelayanan Publik…………………….......... 32
7. Kurikulum, Mata Diklat, Ringkasan Materi, dan
Jadwal Diklat Pelayanan Publik………………..........
34
8. Standar Pelayanan Publik………………………........ 37
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian………………………………………... 39
B. Subyek Penelitian……………………………………….. 40
C. Instrument Penelitian……………………………………. 41
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data…………………….. 42
E. Teknik Analisa Data…………………………………….. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….........
A. Gambaran Umum UPT Balai Diklat Pegawai…………... 45
B. Hasil Penelitian…………………………….…………… 52
C. Pembahasan…………………………………….……. 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………..…………………...
A. Kesimpulan………………………………………….. 75
B. Saran…………………………………………………. 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kurikulum Diklat Pelayanan Publik 5
Tabel 1.2 Data nilai pree tes dan post tes peserta diklat teknis
pelayanan publik
7
Tabel 1.3 Data Penilaian peserta diklat pelayanan publik
terhadap keberhasilan penyelenggara pada bidang
akademis dan non akademis
8
Tabel 1.4 Hasil evaluasi penyelenggaraan diklat teknis
pelayanan publik
9
Tabel 2.1 Mata Pelajaran Diklat Pelayanan Publik 35
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana 52
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi UPT Balai
Diklat Pegawai
51
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
ABSTRAK
EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN DIKLAT TEKNIS PELAYANAN PUBLIK UPT BALAI DIKLAT PEGAWAI
KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2019 Oleh : Eko Susilo
Sebagai unsur utama aparatur negara dan abdi masyarakat Pegawai Negeri
Sipil (PNS) mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam penyelenggaraan tugas organisasi pemerintahan dan pembangunan agar terselenggaranya good govermance (pemerintahan yang baik). Dalam hal ini diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik, setia, berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional, bertanggung jawab, bersih dari praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
Kinerja PNS yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja lembaga. Untuk memperbaiki kinerja PNS tentu merupakan suatu pekerjaan yang memakan waktu panjang. Selain dengan meningkatkan pengawasan dan pembinaan, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan kinerja yang telah dilakukan. Penilaian terhadap kinerja juga bermanfaat sebagai tolak ukur yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja pegawai yang bersangkutan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis. Salah satu faktor yang menentukan profesionalisme kerja yang optimal dalam sebuah instansi pemerintah adalah peningkatan kinerja pegawai.
UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kabupaten Gunungkidul menghadapi tugas-tugas, tantangan dan tuntutan pelayanan yang tidak ringan di masa yang akan datang. Hal itu disebabkan karena semakin berkembangnya kebutuhan para stakeholder sebagai akibat dari perkembangan kehidupan masyarakat. Untuk itu UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai sebagai penyedia layanan perlu mengambil langkah-langkah persiapan dan perencanaan yang matang dalam mewujudkan sasaran-sasaran program pendidikan dan pelatihan yaitu agar terwujudnya sumber daya aparatur yang berkemampuan dalam melaksanakan tugas dan fungsi jabatannya.
Evaluasi Penyelenggaraan Diklat Teknis Pelayanan Publik telah di peroleh hasil penelitian yaitu (1) Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Penyelenggaraan Diklat (a) Perkembangan teknologi UPT Balai Diklat Pegawai Kabupaten Gunungkidul disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan diklat (b) Penyusunan program diklat yang terdiri dari kurikulum dan metode pembelajaran disesuaikan dengan Analisis Kebutuhan Diklat (2) Evaluasi kinerja penyelenggaraan diklat teknis (a) Proses persiapan penyelenggaraan diklat terdiri dari persiapan administrasi (rekrutmen) peserta diklat dan persiapan akademis peserta diklat (b) Panitia diklat berperan penting pada awal hingga akhir kegiatan diklat dimana panitia diklat terdiri dari tim koordinasi, tim pengamat dan sekretariat.
Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Efektifitas Penyelenggaraan Diklat Teknis
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xii
ABSTRACT
EVALUATION OF THE PERFORMANCE OF MANAGEMENT OF TECHNICAL SERVICES IN PUBLIC SERVICES UPT EMPLOYEE
TRAINING CENTER GUNUNGKIDUL DISTRICT, 2019 By: Eko Susilo
As the main element of the state apparatus and public servants, the Civil
Servants (PNS) have an important position and role in carrying out the tasks of government and development organizations so that the implementation of good governance (good governance). In this case needed Human Resources (HR) who have good character, loyal, capable of carrying out tasks professionally, responsibly, free from Corruption and Collusion and Nepotism (KKN) practice and able to become the glue of national unity and integrity .
Good civil servant performance will directly affect the performance of the institution. To improve the performance of civil servants is certainly a work that takes a long time. In addition to increasing supervision and coaching, an assessment of the success rate of performance has been carried out. Performance appraisal is also useful as a benchmark that can be used to improve the performance of the employee concerned can be done in a directed and systematic manner. One of the factors that determine optimal work professionalism in a government agency is improving employee performance.
UPT Gunungkidul Regency Employees Education and Training Center faces tasks, challenges and service demands that are not easy in the future. That was caused by the increasingly evolving needs of stakeholders as a result of the development of community life. For this reason, the UPT Institute for Education and Training for Employees as service providers needs to take steps in preparation and careful planning in realizing the targets of the education and training program in order to realize apparatus resources capable of carrying out the duties and functions of their positions.
Evaluation of the Implementation of Public Service Technical Training has been obtained research results, namely (1) Factors Influencing the Effectiveness of Education and Training Implementation (a) Technological development of UPT Gunungkidul Regency Employee Training Center adjusted to the needs of education and training implementation (b) Preparation of education and training programs consisting of curriculum and learning methods adjusted for Training Needs Analysis (2) Evaluation of the performance of technical training implementation (a) The process of preparing training for training consists of administrative preparation (recruitment) of training participants and academic preparation of training participants (b) Training committee plays an important role at the beginning to the end of training activities where the training committee consists of a coordination team, an observer team and a secretariat. Keywords: Performance Evaluation, Effectiveness of the Implementation of
Technical Training
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai unsur utama aparatur negara dan abdi masyarakat Pegawai
Negeri Sipil (PNS) mempunyai kedudukan dan peranan penting dalam
penyelenggaraan tugas organisasi pemerintahan dan pembangunan agar
terselenggaranya good govermance (pemerintahan yang baik), baik ditingkat
pusat maupun di tingkat daerah (provinsi, kabupaten/kota). Dalam hal ini
diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yakni PNS yang memiliki akhlak
dan budi pekerti yang baik, setia, berkemampuan melaksanakan tugas secara
profesional, bertanggung jawab, bersih dari praktek Korupsi Kolusi dan
Nepotisme (KKN) serta mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa. Untuk dapat membentuk sosok PNS di atas, perlu dilaksanakan
pembinaan melalui jalur pendidikan dan pelatihan (diklat) teknis maupun
fungsional yang mengarah kepada upaya peningkatan : 1). Sikap dan
semangat pengabdian yang berorientasi pada kepentingan masyarakat, bangsa,
negara, 2). Kompetensi teknis, manajerial, dan kepemimpinannya, dan 3).
Efisiensi, efektifitas dan kualitas pelaksanaan tugas yang dilakukan dengan
semangat kerjasama serta tanggung jawab sesuai dengan lingkungan kerja dan
organisasinya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun
2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS. Adapun sasaran yang
ingin dicapai adalah terwujudnya PNS yang memiliki kompetensi yang sesuai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
dengan persyaratan pengangkatan untuk menjadi PNS. Kinerja pegawai pada
umumnya terdorong dengan adanya promosi, kenaikan pangkat, kenaikan
jabatan, adanya inisiatif, kreativitas, imbalan dan lain-lain. Namun bentuk
ganjaran yang demikian tidak sepenuhnya benar, tergantung sistem
pengelolaan yang diterapkan oleh organisasi tersebut berikut asumsi-asumsi
yang mendasarinya.
Sistem pengelolaan sumber daya manusia yang tepat merupakan kunci
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Proses pemerintahan dan
pembangunan harus didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten,
yang diharapkan melalui pendidikan dan pelatihan akan menghasilkan PNS
dengan sifat dan sikap serta mempunyai daya tanggap, inisiatif dan kreatif
serta berkinerja yang tinggi. Masalah kinerja tentu tidak terlepas dari proses,
hasil dan daya guna dalam hal ini kinerja merupakan hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang PNS dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja
PNS yang baik secara langsung akan mempengaruhi kinerja lembaga. Untuk
memperbaiki kinerja PNS tentu merupakan suatu pekerjaan yang memakan
waktu dan proses yang panjang. Selain dengan meningkatkan pengawasan dan
pembinaan, juga dilakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan kinerja
yang telah dilakukan. Penilaian terhadap kinerja juga bermanfaat sebagai tolak
ukur yang dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja pegawai yang
bersangkutan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
Salah satu faktor yang menentukan profesionalisme kerja yang
optimal dalam sebuah instansi pemerintah adalah peningkatan kinerja
pegawai. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja sangat
berhubungan erat dengan kualitas kerja, kuantitas kerja, sikap dan perilaku
pegawai. Kuantitas kerja adalah jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu
periode tertentu; Kualitas kerja yakni mutu kerja yang dicapai berdasarkan
syarat-syarat kesesuaian yang ditentukan. Sikap yaitu sikap terhadap
pekerjaan, sikap terhadap sesama pegawai. Perilaku dalam pelaksanaan kerja
seperti: kreativitas kerja, kepribadian, disiplin, tanggungjawab dan integritas
pribadi.
Penting bagi pihak instansi untuk dapat mengelola sumber daya
manusianya melalui manajemen yang baik. Usaha untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya manusia membutuhkan manajemen yang baik,
karena manusia sebagai makhluk sosial mempunyai karakter yang berbeda
dengan alat produksi yang lain. Manusia sebagai makhluk sosial juga
mempunyai pemikiran dan keinginan yang berbeda-beda sedangkan instansi
pemerintah mengharapkan pegawainya dapat bekerja dengan baik,
mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan, memiliki motivasi kerja yang
tinggi, mampu menjabarkan visi dan misi yang telah disepakati bersama
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Hal ini memerlukan pegawai yang
memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang baik. Peningkatan kinerja pegawai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
tidak dapat dilepaskan dari suasana kerja atau iklim yang ada dalam organisasi
atau instansi tempat bekerja. Suasana kerja yang memungkinkan
meningkatnya kinerja pegawai seperti pemahaman pegawai terhadap deskripsi
tugas (job description) sesuai posisi dimana pegawai itu ditempatkan, tugas-
tugas seperti apa yang harus dilakukannya, kepada siapa pegawai itu melapor
atas hasil yang dikerjakannya, atau bila menemukan masalah dari
pekerjaannya kepada siapa saja memperoleh solusinya, bagaimana mekanisme
koordinasi secara formal yang harus dipedomani, demikian pula dengan pola
interaksi yang harus diikuti pegawai dalam organisasi, dan seterusnya. Hal-hal
yang dikemukakan tersebut saling terkait satu dengan lainnya, sehingga dapat
dikatakan bahwa bila suasana kerja dalam organisasi tidak tercipta dengan
baik, maka akan berpengaruh terhadap hasil kerja pegawai dalam organisasi.
UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Kabupaten Gunungkidul
menghadapi tugas-tugas, tantangan dan tuntutan pelayanan yang tidak ringan
di masa yang akan datang. Hal itu disebabkan karena semakin berkembangnya
kebutuhan para stakeholder sebagai akibat dari perkembangan kehidupan
masyarakat. Untuk itu UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai sebagai
penyedia layanan perlu mengambil langkah-langkah persiapan dan
perencanaan yang matang dalam mewujudkan sasaran-sasaran program
pendidikan dan pelatihan yaitu agar terwujudnya sumber daya aparatur yang
berkemampuan dalam melaksanakan tugas dan fungsi jabatannya. Sehingga
peran lembaga kediklatan sebagai wahana pembinaan dan pengembangan
sumber daya aparatur menjadi amat penting pula. Selain dari itu menurut
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
pengamatan peneliti selama 7 tahun kami bertugas di UPT Balai Pendidikan
dan Pelatihan Pegawai Kabupaten Gunungkidul menangkap nuansa sikap
penyelenggara diklat yang enggan untuk mengadakan koordinasi perencanaan
maupun koordinasi evaluasi penyelenggaraan diklat secara rutin sehingga
permasalahan-permasalahan yang sesungguhnya dalam penyelenggaraan
kediklatan tidak diketahui secara dini dan tidak mudah dilakukan
penyesuaian-penyesuaian dalam langkah penyelenggaraan secara cepat dan
tepat.
Program pembelajaran diklat teknis pelayanan publik terdiri dari
kurikulum dan tenaga pengajar. Jumlah kurikulum diklat teknis pelayanan
publik sebanyak 73 jam pelajaran dan tiap jam pelajaran selama 45 menit,
dengan materi pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 1.1 Kurikulum Diklat Pelayanan Publik
No Mata Pelajaran Jam Pelatihan
1 Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Publik 5
2 Teknis Penyusunan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan
5
3 Mekanisme Penyelenggaraan Survei Kepuasan Masyarakat 5 4 Sistem Informasi Pelayanan Publik 5 5 Online Single Submission 5 6 Etiket dan Communication Skills 6 7 Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik 5 8 Penyelenggaraan Pelayanan Publik pada RSUD Wonosari 3 9 Peradilan Tata Usaha Negara 5 10 Psikologi Pelayanan Publik 5 11 Profesionalisme Pelayanan Publik 5 12 Sarana dan Prasarana Pelayanan Publik 5 13 Mekanisme Penyelenggaraan Forum Konsultasi Publik 5 14 Kebijakan Inovasi Pelayanan Publik 4 15 Tata Naskah Dinas 5
Jumlah 73 Sumber : Data Primer ( 2019 )
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
Pada table 1.1 diatas menjelaskan susunan kurikulum diklat teknis
pelayanan publik di atas merupakan penjabaran dari jadwal pembelajaran.
Mata pelajaran pokok membutuhkan waktu 73 jam pelajaran dengan pengajar
dari Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Gunungkidul.
Kurikulum diklat teknis pelayanan publik yang telah ditetapkan ini
dilaksanakan sesuai dengan jam pelajaran yang telah ditetapkan. Jam
pelajaran yang telah ditentukan ini pada dasarnya telah disesuaikan dengan
kebutuhan diklat peserta yang sebelumnya telah dianalisis seberapa banyak
waktu yang dibutuhkan peserta untuk memahami dan mempelajari mata
pelajaran yang diberikan. Jika pada kenyataannya jam pelajaran tidak sesuai
dengan kurikulum, kemungkinan mata pelajaran yang dikurangi waktunya
tersebut kurang dipahami dengan baik oleh para peserta diklat. Pada
penyelenggaraan diklat teknis pelayanan publik ini, tenaga pengajar dalam
proses belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran andragogi yang
bertujuan mencapai daya guna dan hasil guna diklat melalui teknik ceramah,
diskusi, latihan/penugasan, ujian tertulis.
Salah satu latihan yang dijalankan peserta diklat sebelum diadakannya
ujian tertulis adalah Pre test dan Post Test yang bertujuan untuk mengetahui
kompetensi dan kemampuan peserta diklat terkait pengetahuannya tentang
pengelolaan aset. Berikut adalah data nilai Pre Test dan Post Test peserta
diklat teknis pelayanan publik :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
Tabel 1.2
Data nilai pre test dan post test peserta diklat teknis pelayanan publik
No Nilai Grade Pre Test Post Test Predikat 1 91-100 A - - Sangat Memuaskan 2 81-90 A- - - Memuaskan 3 76-80 B+ 5 9 Sangat Baik 4 71-75 B 10 16 Baik 5 66-70 C+ 15 5 Cukup Baik 6 65 C - - Cukup 7 <65 D - - Buruk/Gagal
Jumlah 30 30 Sumber : Data Primer ( 2019 )
Pada table 1.2 dapat dilihat bahwa data menerangkan bahwa pada hasil
pelaksanaan Pre Test sebanyak 5 orang mendapat peringkat B+, 8 peserta
mendapat nilai B dan yang lainnya mendapat C+ yaitu sebanyak 25 peserta.
Sedangkan hasil Post Test menunjukan peningkatan dimana 9 orang mendapat
nilai B+, 16 peserta mendapat nilai B dan sisanya mendapat nilai C+ yaitu
sebanyak 5 peserta. Sebagian peserta diklat termasuk kategori yang telah baik
pengetahuannya dalam pelayanan publik. Namun, masih ada sebagian peserta
yang harus meningkatkan pengetahuan dan kompetensinya tentang
peningkatan pelayanan publik. Selain itu sebelum berakhirnya proses
penyelenggaraan diklat pelayanan publik, para peserta diklat diwajibkan untuk
mengevaluasi penyelenggaraan diklat ini dengan mengisi kuesioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan seputar panitia penyelenggara hingga tenaga
pengajar. Berikut adalah data penilaian peserta diklat pelayanan publik atas
keberhasilan penyelenggara pada bidang akademis dan non akademis.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
Tabel 1.3
Data Penilaian peserta diklat pelayanan publik terhadap keberhasilan
penyelenggara pada bidang akademis dan non akademis
NO PENILAIAN BIDANG
AKADEMIS NON AKADEMIS 1 Sangat Setuju 30,05 % 25,51 % 2 Setuju 41.84 % 65,89 % 3 Kurang Setuju 27,90 % 8,07 % 4 Tidak Setuju 0,21 % 0,53 %
JUMLAH 100,00 % 100,00 % Sumber : Data Primer ( 2019 )
Pada table 1.3 dapat dilihat bahwa data penilaian peserta diklat
terhadap penyelenggara diklat pelayanan publik diatas dapat dilihat bahwa
pada bidang akademis, peserta yang memilih sangat setuju sebanyak 30,05 %,
peserta yang memilih setuju 41,84 %, peserta yang memilih kurang setuju
sebanyak 27,90 % dan peserta yang menilai tidak setuju terhadap keberhasilan
penyelenggara diklat sebanyak 0,21%. Sedangkan bidang non akademis,
peserta yang memilih sangat setuju sebanyak 25,51 %, peserta yang memilih
setuju 65,89 %, penilaian kurang setuju dipilih sebanyak 8,07 % dan terakhir
pada bidang non akademis sebanyak 0,53 % peserta memilih tidak setuju pada
keberhasilan penyelenggara diklat. Hal tersebut berarti tidak sepenuhnya
penyelenggaraan diklat pelayanan publik dikatakan kurang berhasil, karena
masih ada beberapa pegawai yang memilih kurang setuju dan tidak setuju. Hal
itu dikarenakan peserta merasa ada hal-hal yang kurang atau tidak sesuai pada
bidang akademis dan non akademis yang diberikan oleh tenaga pengajar
diklat. Seharusnya sebelum diselenggarakan diklat teknis ini, penyelenggara
lebih menganalisis lagi kebutuhan diklat seperti apa yang dibutuhkan peserta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
diklat dan kompetensi dari pengajar diklat serta fasilitas diklat yang
dibutuhkan sehingga pada proses pembelajaran, peserta dapat menerima dan
memahami materi pelajaran yang diberikan. Peserta diklat teknis ini tidak
hanya mengevaluasi penyelenggaraan dari segi akademik maupun non
akademik. Namun, peserta diklat juga diberi tugas mengevaluasi
penyelenggaraan pada substansi materi pelajaran yang diberikan.
Selanjutnya berdasar hasil telaah dokumen laporan penyelenggaraan
diklat teknis pelayanan publik tahun 2019, diperoleh informasi adanya
beberapa fakta yang diungkapkan oleh peserta pada saat evaluasi akhir
kegiatan diklat sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1.4
Hasil evaluasi penyelenggaraan diklat teknis pelayanan publik
No Aspek Yang Ditanyakan Baik Cukup Kurang1 Manfaat diklat ini untuk meningkatkan
pengetahuan, wawasan dan ketrampilan dalam rangka penegmbangan potensi diri dalam lingkup kerja
90 % 10 % -
2 Manfaat praktis materi diklat ini untuk mendukung tugas sehari-hari di instansi saudara
90 % 10% -
3 Tingkat pemahaman saudara atas materi diklat ini
80 % 20 % -
4 Lamanya waktu diklat ini 85 % 15 % - 5 Ketepatan cara dan isi penyajian pengajar
dalam menyampaikan materi 75 % 25 % -
6 Lamanya waktu untuk diskusi/ Tanya jawab dengan pengajar
85 % 15 % -
7 Penyajian menu makan/ snak selama diklat ini 25 % 20 % 55 % 8 Pelayanan akademik terhadap peserta diklat 30 % 20 % 50 % 9 Penyediaan sarana dan prasarana dan
akomodasi termasuk obat-obat ringan 20 % 30 % 50 %
Sumber : Data Primer ( 2019 )
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
Pada table 1.4 dapat dilihat bahwa pelayanan yang harus disediakan
dalam penyelenggaraan status kediklatan, maka pelayanan akademik
merupakan pelayanan yang secara langsung berpengaruh pada produk inti
(Core product) yaitu sumber daya aparatur yang terlatih. Oleh karena itu
dalam penelitian ini kami akan mengarah pada proses pelaksanaan evaluasi
diklat, dengan fokus sasaran pada pelayanan akademik.
Maka bertitik tolak dari pengamatan di atas penulis ingin mengevaluasi
status kinerja pelayanan akademik dalam penyelenggaraan diklat UPT Balai
Diklat Pegawai Kabupaten Gunungkidul, yaitu ingin mengetahui kendala dan
hambatan penyelenggaraan teknis. Berdasarkan temuan penelitian tersebut
selanjutnya diharapkan peneliti kemudian dapat memberikan pertimbangan
tentang langkah-langkah peningkatan pelayanan akademik dalam
penyelenggaraan kediklatan khususnya diklat teknis secara tepat.
B. Rumusan Masalah
Kinerja penyelenggara diklat UPT Balai Diklat Pegawai Kabupaten
Gunungkidul belum efektif dalam memberikan pelayanan akademik dalam
penyelenggaraan diklat teknis pelayanan publik.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Faktor apa yang menyebabkan belum efektifnya pelayanan akademik ?
2. Bagaimana upaya kinerja pelayanan akademik dalam penyelenggaraan
diklat teknis pelayanan publik agar efektif?
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis faktor yang menyebabkan kinerja pelayanan akademik
penyelenggaraan diklat teknis pelayanan publik yang belum efektif.
2. Mengevaluasi kinerja pelayanan akademik penyelenggara diklat teknis
pelayanan publik.
E. Manfaat Penelitian
Dari evaluasi yang dilakukan, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran kinerja pelayanan penyelenggara diklat teknis
pelayanan publik pada UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai
Kabupaten Gunungkidul.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Teori
Penelitian tentang kinerja pegawai sudah banyak dilakukan oleh peneliti
terdahulu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Widi Parwoto
( 2016 ) yang berjudul Evaluasi Kinerja Pegawai Unit Pelaksana Teknis ( UPT )
Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, tujuan
penelitiannya adalah untuk melihat dan menganalisa kinerja pegawai di UPT
Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta sehingga
akan terpenuhinya teori kepuasan konsumen dalam hal ini masyarakat wajib uji
kendaraan bermotor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Maya Rahmadhani R (2016) dengan judul Evaluasi Kinerja Pelayanan
Aparatur Kelurahan Way Dadi Baru Pasca Pemekaran Wilayah Kelurahan Di
Kota Bandar Lampung, Penelitian ini adalah penelitian yang membahas
mengenai evaluasi (penilaian) hasil kinerja dari pegawai yang bekerja pada
institusi pemerintah. Pada dasarnya institusi pemerintah memiliki tujuan yaitu
untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, yang dalam hal ini
menekankan pada penilaian kinerja pegawai dalam memberikan layanan
administrasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil
kinerja pelayanan yang diberikan pegawai pemerintah kepada masyarakat dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
untuk mengetahui faktor-faktor penghambat yang timbul dalam pelaksanaan
layanan administrasi. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan
analisisi kualitatif dan menggunakan tipe penelitian deskriptif (gambaran).
Penelitian ini juga diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan diperkuat
dengan dokumentasi. Serta dengan dilakukannya analisis data secara
terstruktur dan sistematis, sesuai dengan fokus permasalahan dengan
menggunakan teori pengukuran kinerja.
B. Landasan Teori
Memperhatikan rumusan permasalahan tersebut maka dalam penelitian
ini terdapat beberapa teori dalam kajian pustaka. Teori evaluasi kinerja, teori
pelayanan akademik dan penyelenggaraan diklat, teori aparatur pelayanan
publik dan kompetensi.
1. Evaluasi Kinerja
Sebelum memahami evaluasi kinerja, sebaiknya dipahami kedua kata
evaluasi dan kinerja.
a. Evaluasi
Evaluasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
menentukan nilai (Suharso, 2005: 136). Dalam Kamus Besar Balai
Pustaka evaluasi adalah ”penilaian” (Tim Balai Pustaka,1989:238).
Istilah evaluasi dalam Modul Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (Edisi Kedua) yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi
Negara Republik Indonesia, dapat disamakan dengan penaksiran
(appraisal), pemberian angka (rating) dan penilaian (assesment).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
Atmodiwirio dalam Manajemen Training membahas macam
evaluasi sama dengan Budiandono. Hanya saja Atmodiwirio lebih
melihat evaluasi dari aspek tujuan dan kegunaannya. Menurut beliau
evaluasi pra pendidikan dan pelatihan dilakukan pada saat akan
dilakukan diklat dengan tujuan mengetahui reaksi peserta tentang mata
pelajaran yang akan diajarkan. Mengetahui tentang tingkat pengetahuan
dan kemampuan teknis peserta tentang mata pelajaran yang akan
diajarkan sebagai informasi bagi tenaga pengajar. Adapun evaluasi
selama diklat dilakukan pada saat berlangsungnya diklat. Tujuannya
untuk mengetahui reaksi peserta terhadap sebagian/ selama program
diklat. Kegunaannya untuk mengambil tindakan-tindakan tertentu kalau
diperlukan selama maupun sesudah diklat. Sedang evaluasi sesudah
diklat dilakukan setelah 6 sampai dengan 12 bulan peserta diklat
kembali ke instansi masing-masing. Tujuannya untuk mengetahui
penerapan hasil-hasil pendidikan dan pelatihan oleh peserta pada
instansinya dan mengetahui permasalahan yang timbul. Untuk
mengetahui pendapat pimpinan dan bawahan peserta terhadap hasil
diklat (Atmodiwirio, 1993:166). Aspek-aspek yang dinilai dalam
evaluasi meliputi:
Aspek prestasi Akademik, dengan bobot 60-70% terdiri dari:
a. Pemahaman materi;
b. Komunikasi lisan;
c. Penganalisaan teori dan pemecahan masalah;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
d. Komunikasi tertulis.
1. Prakarsa;
2. Disiplin;
3. Kepemimpinan;
4. Kerjasama.
Selain terhadap peserta evaluasi ditujukan kepada Widyaiswara dan
kepada penyelenggara.
Evaluasi terhadap Widyaiswara dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa jauh seorang Widyaiswara melaksanakan tugas mampu
menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta dengan
baik, dapat dipahami dan diserap oleh peserta. Adapun unsur-unsur
yang dinilai meliputi:
a. Penguasaan materi;
b. Ketepatan waktu;
c. Sistematik penyajian;
d. Penggunaan metode dan alat bantu;
e. Daya simpatik gaya sikap terhadap peserta;
f. Penggunaan bahasa;
g. Pembinaan motivasi belajar kepada peserta;
h. Pencapaian tujuan instruksional.
Evaluasi terhadap Penyelenggara dimaksudkan untuk memperoleh
umpan balik dalam rangka penyempurnaan program diklat yang akan
datang. Evaluasi dilakukan oleh peserta terhadap pelaksanaan diklat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
dengan fokus pada pelaksanaan administrasi dan akademis. Unsur-
unsur yang dinilai meliputi:
a. Tujuan diklat;
b. Relevansi program diklat dengan tugas;
c. Manfaat setiap mata sajian bagi pelaksanaan tugas;
d. Manfaat diklat bagi peserta /instansi;
e. Mekanisme pelaksanaan diklat;
f. Hubungan peserta dengan pelaksana diklat;
g. Pelayanan sekretariat terhadap peserta;
h. Pelayanan akomodasi;
i. Pelayanan konsumsi;
j. Pelayanan kesehatan.
Evaluasi antar peserta (peer evaluation) dimaksudkan untuk
mengetahui peserta mana yang dalam kurun waktu tertentu
diunggulkan dalam proses belajar mengajar. Kriteria penilaian yang
dipakai meliputi:
a. Ketekunan;
b. Keteladanan;
c. Kewibawaan;
d. Hubungan kerjasama;
e. Rasa tanggung jawab;
f. Kemampuan berfikir secara sistematis;
g. Loyalitas;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
h. Disiplin;
i. Keluasan wawasan;
j. Prakarsa;
k. Kejujuran dan harga diri.
b. Kinerja
Kinerja berasal dari bahasa inggris ”performance”. Dalam Kamus
Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris, diartikan: pertunjukan,
perbuatan, daya guna, prestasi, pelaksanaan, penyelenggaraan,
pagelaran (Adi Gunawan, 2002:279). Kalau Performance Standard
artinya ”penilaian prestasi”, standar-standar pekerjaan
(Moekijat,1980:413). Menurut Thomas C. Ale Winl dalam A. Dale
Timpe, penyusunan standar kinerja yang bersumber pada uraian jabatan
akan memberi peluang kepada pengawas dan karyawan untuk membuat
sebuah uraian tugas yang dinamis untuk pekerja. Selanjutnya dia
menyarankan bahwa penilaian kinerja harus mengkaji kinerja kerja
karyawan. (Ale Winl,1982: 544). Dimaksud dengan kinerja dalam
penelitian ini adalah tingkat capaian prestasi dari suatu program atau
kegiatan tertentu dari tugas kediklatan.
c. Evaluasi Kinerja
Evaluasi Kinerja merupakan kegiatan untuk menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan satuan organisasi/ kerja dalam
melaksanakan tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya. Evaluasi
Kinerja merupakan analisis dan interpretasi keberhasilan atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
kegagalan pencapaian kinerja. Dalam melakukan evaluasi kinerja,
hasilnya agar dikaitkan dengan sumber daya (inputs) yang berada di
bawah wewenangnya seperti SDM, dana/keuangan, sarana-prasarana,
metode kerja dan hal lain yang berkaitan. (Kosasih, 2004:3).
d. Konsep Efektivitas Program
Efektivitas berasal dari kata efektif yang memiliki pengertian dalam
keberhasilan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas
mengandung pengertian berkaitan dengan hasil yang diharapkan dengan
hasil yang dicapai. Dalam suatu organisasi, pencapaian hasil yang besar
diartikan semakin besar pula efektivitas dari tujuan yang diharapkan
oleh organisasi. Ibnu Syamsi dalam bukunya Pokok-pokok Organisasi
dan manajemen menjelaskan bahwa efektivitas menjelaskan “keadaan
mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau akibat
yang dikehendaki” (Syamsi, 1988:2). Pendapat tersebut berarti
menekankan pada suatu akibat/ dampak dari proses yang dilaksanakan
pada suatu kebijakan yang diharapkan terlaksana sesuai dengan apa
yang dikehendaki dengan mencapai hasil yang maksimal. Menurut
Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik
mendefinisikan efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas,
fungsi (operasi kegiatan program atau misi) pada organisasi yang tidak
ada tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya” (Kurniawan,
2005:109). Hal tersebut menekankan bahwa efektivitas lebih
memfokuskan pada kemampuan organisasi dalam melaksanakan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
fungsinya dimana dalam proses pelaksanaannya tanpa tekanan yang
berasal dari anggota organisasi. Pada organisasi, efektivitas merupakan
konsep yang penting karena menggambarkan keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Efektivitas program organisasi
dapat diketahui dengan cara membandingkan tujuan program dengan
output program (Ditjen Binlantas Depnaker, 1983, dalam Setiawan,
1998). Pendapat dari peserta program dapat dijadikan sebagai ukuran
untuk menentukan efektivitas program. Hal tersebut dijelaskan oleh
Kerkpatrick yang dikutip oleh Cascio (1995) bahwa evaluasi terhadap
efektivitas program pelatihan dapat dilakukan, diantaranya melalui
reaksi peserta terhadap program yang telah diikuti. Apakah program
pelatihan bermanfaat atau tidak dan puaskah terhadap program
pelatihan. Hal tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
dijadikan sebagai alat untuk mengukur reaksi peserta terhadap program
pelatihan (Tulus,1996). Lebih lanjut, menurut pendapat Budiani
(2007:53) menyatakan bahwa untuk mengukur suatu efektivitas
program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel sebagai
berikut:
1) Ketepatan sasaran program, yaitu sejauh mana peserta program
sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
2) Sosialisasi program, yaitu kemampuan penyelenggara program
dalam melakukan sosialisasi program sehingga informasi
mengenai pelaksanaan program dapat tersampaikan kepada
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
masyarakat pada umumnya dan sasaran peserta program pada
khususnya.
3) Tujuan program, yaitu sejauh mana kesesuaian antara hasil
pelaksanaan program dengan tujuan program yang telah
ditetapkan sebelumnya
4) Pemantuan program, yaitu kegiatan yang dilakukan setelah
dilaksanakannya program sebagai bentuk perhatian kepada
peserta program.
Selain itu, pendapat Gibson dalam Kurniawan (2005) mengemukakan
tentang ukuran dari efektivitas, yaitu sebagai berikut :
a) Kejelasan tujuan yang hendak dicapai
b) Kejelasan strategi pencapaian tujuan
c) Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap
d) Perencanaan yang matang
e) Penyusunan program yang tepat
f) Tersedianya sarana dan prasarana
g) Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik
2. Pelayanan Akademik Penyelenggaraan Diklat Teknis
Pengertian makna akademik dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia (Tri Kurnia Nurhayati, 2005:23) dijelaskan: Akademik bersifat
akademi/ akademis. Sedang Akademis dimaknai sebagai soal-soal
akademis mengenai (berhubungan) dengan akademis bersifat ilmiah
bersifat ilmu pengetahuan bersifat teori tanpa arti praktis yang langsung.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
Pelayanan akademik menurut Atmodiwiryo, (1993:68) disebut dengan
istilah kegiatan akademik. Selanjutnya dengan menyitir pendapat Kenneth
R. Robinson dinyatakan bahwa tahapan-tahapan pendidikan dan pelatihan
itu pertama, menentukan tujuan, kebijakan dan strategi diklat Kedua,
proses diklat yang terdiri dari: Menentukan kebutuhan diklat,
merencanakan program, kegiatan belajar dan perilaku, metode dan teknik
diklat, evaluasi dan tindak lanjut diklat. Pelayanan akademik, dalam
pandangan peneliti meliputi pelayanan inti (core service) penyediaan
kurikulum, rekrutmen peserta, rekrutmen Widyaiswara, proses belajar
mengajar, evaluasi proses belajar mengajar. Pelayanan akademik
merupakan tugas utama kediklatan yang secara langsung mempengaruhi
pada proses kediklatan dan hasil kediklatan meliputi persiapan dan
pelaksanaan.
Adapun proses penyelenggaraan diklat teknis telah dibakukan
standar prosesnya melalui 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap
pelaksanaan. Tahap persiapan dengan kegiatan-kegiatan:
a. Analisis kebutuhan Diklat;
b. Seleksi calon peserta;
c. Penetapan Peserta;
d. Pemanggilan Peserta;
e. Rapat Koordinasi Penyelenggaraan;
f. Penyiapan akomodasi, pedoman dan bahan diklat;
g. Penetapan jadwal dan Widyaiswara;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
h. Rekonfirmasi Widyaiswara;
i. Administrasi Keuangan.
Pemantauan Umum Harian, terdiri dari:
1. Rekonfirmasi kesediaan mengajar;
2. Bio Data Widyaiswara (pengajar);
3. Pendamping/pemandu;
4. Absensi;
5. Kebersihan kelas;
6. Penyiapan ruang kelas dan kelengkapan kegiatan;
7. Penyiapan ruang diskusi dan kelengkapannya;
8. Modul-modul untuk peserta;
9. Pengadaan bahan-bahan penugasan/latihan;
10. Perlengkapan perkantoran (ATK, komputer, fotocopy);
11. Sarana Olah raga dan Out Bound serta perlengkapannya.
Pemantauan kegiatan Ekstern, dengan kegiatan:
a) Observasi Lapangan
b) Out Bound;
c) Ekstra Kurikuler;
Ujian, dengan kegiatan:
1) Memantau ketersediaan Bahan;
2) Pelaksanaan;
3) Petugas pengawas;
4) Koreksi;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
5) Rekapitulasi nilai.
Evaluasi, dengan kegiatan:
a. Evaluasi terhadap peserta;
b. Hasil akhir kelulusan peserta;
c. Evaluasi terhadap Widyaiswara;
d. Evaluasi kinerja penyelenggara;
e. Umpan balik;
Sertifikasi, dengan kegiatan:
1. Pencetakan dan Pengisian STTPP;
2. Kode Registrasi;
3. Penandatanganan.
Menurut peneliti, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan secara
operasional adalah proses yang berawal dari penyiapan kurikulum,
penyediaan sarana dan prasarana, penetapan peserta, penetapan
Widyaiswara, pengendalian proses belajar mengajar dan evaluasi
penyelenggaraan baik berkenaan dengan faktor input, faktor proses
maupun output dan berakhir dengan pelaporan pada UPT Balai Diklat
Pegawai.
3. Pendidikan dan Pelatihan ( Diklat )
Menurut Hamalik, (2005:10), konsep sistem pelatihan secara
operasional adalah: Proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada
tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan dalam
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
satuan waktu tertentu yang bertujuan meningkatkan kemampuan kerja
peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas,
produktivitas dalam suatu organisasi. Sehingga dengan demikian pelatihan
terdapat unsur-unsur : Proses disengaja dalam rangka pemberian bantuan
sasaran (peserta) pelatih yang professional satuan waktu tertentu bertujuan
meningkatkan kemampuan tenaga kerja terkait dengan pekerjaan tertentu.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974,
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian juncto Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pasal 31 berbunyi:
“Untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya
diadakan pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
jabatan Pegawai Negeri Sipil yang bertujuan meningkatkan pengabdian,
mutu, keahlian, kemampuan, dan keterampilan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang
Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil pada pasal 1
disebutkan bahwa: Pendidikan dan pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
yang selanjutnya disebut Diklat adalah proses penyelenggaraan belajar
mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil.
4. Kompetensi
Menurut E. Mulyasa (2004:37) yang dimaksud kompetensi adalah
perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Selanjutnya beliau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
bahwa setiap sekolah mendiskripsikan kompetensi-kompetensi secara
jelas. Kompetensi tersebut meliputi: Kemampuan untuk belajar
mengetahui (learning to know); kemampuan untuk belajar melakukan
(learning to do); kemampuan belajar untuk hidup bersama (learning to
live together); kemampuan untuk menjadi diri sendiri (learning to be);
kemampuan untuk belajar seumur hidup (life long learning). (Mulyasa,
2005: 44).
Menurut peneliti yang dimaksud dengan kompetensi adalah
kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta Diklat selaku pemangku
jabatan tertentu dalam menjalankan tugas dari jabatannya itu meliputi
kompetensi individual, kompetensi professional dan kompetensi sosial.
5. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis
Pendidikan dan Pelatihan sebagai suatu bentuk program kegiatan
peningkatan kompetensi dan merupakan bagian integral dalam
Manajemen Sumber Daya Manusia. Peran Sumber Daya Manusia dalam
penyelenggaraan Diklat sangat krusial, karena melalui penyelenggararaan
Diklat yang dikelola secara efektif akan menghasilkan Sumber Daya
Manusia yang handal dan memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
kebutuhan organisasi. Diklat merupakan salah satu instrument pembinaan
atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. Diklat yang diselenggarakan
secara profesional untuk menjawab kebutuhan kompetensi aparatur yang
berguna dalam rangka meningkatkan kinerja individu dan organisasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
Dalam menyelenggarakan suatu diklat hendaknya dilakukan sesuai dengan
Peraturan dan Pedoman yang telah ditetapkan.
a. Analisa Kebutuhan Diklat
Analisis Kebutuhan Diklat merupakan tahap awal dalam rangka
perencanaan penyelenggaraan diklat. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan sebagai berikut :
1) Untuk memastikan bahwa yang dilaksanakan akan sangat
dibutuhkan oleh peserta diklat
2) Untuk meyakinkan bahwa suatu diklat yang dilaksanakan
didasarkan atas kebutuhan diklat yang jelas.
3) Untuk menganalisa tugas dan fungsi suatu pelaksanaan
pekerjaan, baik ditingkat individu, jabatan maupun organisasi
4) Untuk mengidentifikasi permasalahan kompetensi yang
timbul, baik ditingkat individu, jabatan maupun organisasi
5) Untuk menganalisis “gap kompetensi” yaitu perbedaan antara
kompetensi pekerjaan yang dilakukan dengan standar
kompetensi pekerjaan.
6) Untuk memberi gambaran standar kompetensi yang akan
dicapai setelah peserta mengikuti diklat
7) Untuk mencari solusi terbaik dalam perancangan/disain diklat.
b. Mekanisme Penyelenggaraan Diklat
1) Pola Pengiriman
a) Melakukan koordinasi dengan Organisasi Perangkat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
Daerah terkait kebutuhan Diklat di Kabupaten Gunungkidul
pada tahun berjalan
b) Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah
atau Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait
mendapatkan penawaran Diklat Teknis dari penyelenggara
Diklat, baik dari Badan Diklat Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta maupun dari Kementerian Teknis terkait.
c) Apabila diperlukan untuk dilakukan pengiriman peserta
Diklat berdasarkan kajian kebutuhan Diklat pada tahun
berkenaan, UPT Balai Diklat Pegawai menyampaikan surat
ke OPD bersangkutan untuk mengirimkan calon peserta
Diklat.
d) OPD mengirimkan calon peserta Diklat ke Badan
Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah melalui
UPT Balai Diklat Pegawai untuk mendapatkan surat tugas
mengikuti diklat dimaksud beserta kontribusinya.
e) Setelah Diklat dilaksanakan, peserta Diklat wajib
menyampaikan laporan keikutsertaan dan pertanggung
jawaban .
2) Pola Kemitraan
a) Melakukan koordinasi awal dengan Badan Diklat Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Maupun Lembaga lain
terkait fasilitasi kemitraan penyelenggaraan diklat sesuai
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
dengan perencanaan Diklat.
b) Badan Diklat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
menyiapkan kurikulum Diklat, narasumber/Widyaiswara,
serta sertifikat diklat sebagaimana yang direncanakan oleh
UPT Balai Diklat Pegawai Badan Kepegawaian
Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Gunungkidul.
c) Melakukan penandatanganan kesepakatan bersama antara
Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan
Daerah dan dengan pihak lain tentang Pola Kemitraan
Penyelenggaraan Diklat
3) Tahap Persiapan Peserta
a) PNS yang dipersiapkan dalam rangka memenuhi
persyaratan kompetensi untuk memantapkan tugas-tugas
pekerjaan teknis yang terkait dengan pekerjaan Pegawai
Negeri Sipil (PNS) yang bersangkutan, sehingga mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
professional.
b) Peserta Diklat Teknis dapat diikuti oleh Pejabat Struktural
maupun Pejabat Fungsional sesuai dengan jabatan masing-
masing untuk mengembangkan kompetensi dan
memenuhi tuntutan pekerjaan, maupun untuk memenuhi
persyaratan Diklat Fungsional yang lebih tinggi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
c) Peserta Diklat Teknis bersifat selektif dan merupakan
penugasan dengan memperhatikan pengembangan karier
PNS yang bersangkutan.
d) Peserta Diklat Teknis ditetapkan oleh masing-masing
Instansi atau unit kerja, dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan yang berlaku
4) Tahap Persiapan Panitia
a) Peserta
1. Mengecek dan mengumpulkan persyaratan peserta
diklat untuk masing-masing program diklat.
2. Menyusun konsep surat edaran untuk menjaring
peserta diklat dari masing-masing OPD.
3. Menyebarkan surat edaran tentang penyelenggaraan
diklat untuk mendapatkan calon peserta Diklat dari
OPD.
4. Menyusun daftar calon peserta Diklat yang masuk dan
selanjutnya diserahkan kepada Tim Seleksi peserta
Diklat yang terdiri dari pengelola Diklat dan pejabat
terkait dengan pengembangan pegawai.
5. Hasil seleksi calon peserta selanjutnya menjadi dasar
untuk pemanggilan peserta.
b) Widyaiswara/ Tenaga Pengajar dan Narasumber
1. Setiap Instansi yang menyelenggarakan Diklat Teknis
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
wajib mendayagunakan seoptimal mungkin
Widyaiswara dan narasumber di lingkungan Instansi
yang bersangkutan dengan memperhatikan
kompetensi Widyaiswara dan narasumber yang
bersangkutan.
2. Instansi Penyelenggara Diklat Teknis dapat pula
mendayagunakan Widyaiswara dan narasumber dari
Instansi lain, atau tenaga kediklatan lainnya yang
sesuai dengan kompetensi atau keahlian yang
dibutuhkan Diklat Teknis dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Instansi
Pembina
5) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran
a) Program Diklat Teknis harus dilaksanakan oleh Lembaga
Diklat yang terakreditasi .
b) Lembaga yang memiliki kewenangan mengakreditasi
lembaga Diklat adalah Lembaga Administrasi Negara
sebagai Instansi Pembina Diklat PNS.
c) Penyiapan program diklat teknis diselenggarakan
berdasarkan rencana kebutuhan nyata dalam rangka
peningkatan kinerja instansi/unit kerja instansi yang
bersangkutan baik di bidang teknis substantif maupun
bidang teknis administratif.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
d) Program diklat teknis dapat diselenggarakan secara
klasikal dan non klasikal.
e) Program diklat teknis substantif diselenggarakan oleh
masing-masing instansi atau bekerja sama dengan instansi
pemerintah lainnya, Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga
pendidikan, baik pemerintah maupun swasta didalam
negeri maupun diluar negeri dengan memperhatikan
kompetensi dan azas manfaat pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi instansi/unit kerja instansi yang bersangkutan.
f) Program diklat teknis Adminitratif diselenggarakan oleh
masing-masing instansi atau bekerja sama dengan instansi
pemerintah lainnya, Perguruan Tinggi, lembaga-lembaga
pendidikan, baik pemerintah maupun swasta didalam
negeri maupun diluar negeri dengan memperhatikan
kompetensi dan azas manfaat pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi instansi/unit kerja instansi yang bersangkutan.
Adapun tugas-tugas penyelenggara adalah ;
1) Memantau aktifitas peserta selama proses pembelajaran berlangsung
2) Memberikan informasi yang dibutuhkan peserta
3) Memberitahukan jika terjadi pertukaran Widyaiswara/Narasumber
atau waktu pembelajaran dan hal-hal lainnya
4) Merekapitulasi Evaluasi Widyaiswara/Tenaga Pengajar
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
Agar pelaksanaan diklat dapat terselenggara dengan baik maka di dalam
penyelenggaraan ditunjuk petugas monitoring. Petugas Monitoring
bertugas mengecek sarana dan prasarana diklat, antara lain :
1) Pengaturan tempat duduk peserta tergantung kebutuhan atau
metode pembelajaran
2) White board/papan tulis dalam keadaan bersih
3) Tersedianya spidol, penghapus, lakban, gunting, flipchar, kertas
HVS , kabel gulungan, dll
4) Mendistribusikan bahan ajar/naskah pegangan peserta
5) Menyediakan form bio data Widyaiswara/Fasilitator/tenaga pengajar
6) Menyediakan daftar hadir peserta
7) Menyediakan proyektor, laptop, microphone, wireless, baterai
8) Mengatur suhu ruangan dan pencahayaan ruang belajar
9) Memantau ketersediaan konsumsi
10) Menyediakan kebutuhan Widyaiswara/ Tenaga Pengajar ( kamar
tempat menginap/ beristirahat ).
6. Aparatur Pelayanan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan: aparat adalah alat,
aparat pemerintah; perlengkapan. Sedang aparatur adalah alat Negara,
aparatur Negara, para pegawai (negeri) (Suharso dkk, 2005:48). Begitu
pula halnya penjelasan dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Tri
Kurnia, 2005: 78). Menurut pengertian Undang-Undang Pokok
Kepegawaian Nomor 1 Tahun 1974, Pegawai Negeri meliputi ABRI dan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
Sipil, tetapi menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 pada pasal
yang sama disebutkan bahwa Pegawai Negeri terdiri: Pegawai Negeri
Sipil; Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan Anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu pemakaian nama pegawai
negeri yang bukan Anggota Tentara Nasional Indonesia Indonesia dan
bukan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, disebut dengan
Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagaimana pada Ps.2(1). Pegawai Negeri
Sipil mempunyai kedudukan sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi
Negara, dan Abdi Masyarakat yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah
menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.(ps.3). (Djoko
Prakoso, 1987: 582). Sedang menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 pada pasal yang sama tidak lagi abdi Negara dan abdi masyarakat,
tetapi kedudukan Pegawai Negeri (1). Sebagai unsur aparatur negara yang
bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,
jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara,
pemerintahan, dan pembangunan. Dalam kedudukan dan tugas
sebagaimana dimaksud dalam ayat satu diatas selanjutnya. (2). Pegawai
Negeri Sipil harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik
serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
(3). Untuk menjamin netralitas Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2), Pegawai Negeri dilarang menjadi anggota dan/ atau
pengurus partai politik. Jika diperhatikan dalam ketentuan Peraturan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil pada Kewajiban Pegawai Negeri Sipil, antara lain pada butir:
a. Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan
penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab.
b. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat
menurut bidang tugasnya masing-masing (Djoko Prakoso, 1987:
309).
Berkenaan dengan perubahan paradigma baru di era reformasi masih
ditemui banyak hambatan yang antara lain sebagai penyebab utamanya
adalah pola pikir birokrat (PNS) masih berorientasi sebagai penguasa dari
pada sebagai pelayan publik (Dwiyanto, dalam Eko Prasojo, 2007:2).
7. Kurikulum, Mata diklat, Ringkasan Materi, dan Jadwal Diklat
Pelayanan Publik
a. Kurikulum
Sesuai dengan kompetensi yang diperlukan bagi penyelenggara
pelayanan publik maka kurikulum Diklat Pelayanan Publik
menggabungkan tiga ranah kompetensi yang ada yaitu wawasan,
kemampuan, dan aktualisasi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
b. Mata Diklat
Tabel. 2.1
Mata Pelajaran Diklat Pelayanan Publik
No Mata Pelajaran Jam Pelatihan
( JP ) 1 Kebijakan Penyelenggaraan Pelayanan Publik 4 2 Teknis Penyusunan Standar Pelayanan dan
Maklumat Pelayanan 5
3 Mekanisme Penyelenggaraan Survei Kepuasan Masyarakat
4
4 System Informasi Pelayanan Publik 4 5 Bahasa Indonesia dalam Pelayanan Publik 4 6 Etiket dan Communication Skills 6 7 Pengawasan di Bidang Pelayanan Masyarakat 3 8 Konsultasi dan Pengaduan 3 9 Peradilan Tata Usaha Negara 3 10 Psikologi Pelayanan Publik 4 11 Profesionalisme SDM Pelaksana Pelayanan 3 12 Saran dan Prasarana Pelayanan Publik 3 13 Mekanisme Penyelenggaraan Forum Konsultasi
Publik 4
14 Problematika Kualitas Pelayanan Publik 4 15 Kebijakan Inovasi Pelayanan Publik 4 16 Tata Naskah Dinas 3
Jumlah 61 Sumber : Data Primer ( 2019 )
c. Ringkasan Materi
Materi pokok dan sub materi pokok dari Bahan Ajar Konsep dan
Kebijakan Pelayanan Publik ini adalah sebagai berikut :
1. Konsepsi dan Definisi Pelayanan Publik
a) Pengertian Pelayanan Publik
b) Ruang Lingkup dan Jenis Pelayanan
c) Pendekatan Pelayanan
d) Standar Pelayanan Publik
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
e) Rangkuman
f) Latihan.
2. Kebijakan Pemerintah tentang Pelayanan Publik
a) Perkembangan Kebijakan Pemerintah tentang Pelayanan
Publik
b) Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Pelayanan
Publik
c) Rangkuman
d) Latihan.
3. Kedudukan Masyarakat dan Peran Pemerintah dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan
a) Peran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Publik
b) Pergeseran Peran Pemerintah dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Publik
c) Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pelayanan
Publik
d) Rangkuman
e) Latihan
d. Metode
Untuk mencapai optimasi pembelajaran, peserta diharapkan dapat
membaca dan memahami setiap pokok bahasan. Adapun untuk
penyampaian materi ditempuh dengan pendekatan andragogi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
(pembelajaran orang dewasa) melalui ceramah substantif,
diskusi/tanya jawab, dan presentasi.
e. Alat/ Media
Alat atau media yang digunakan untuk proses pembelajaran adalah
modul Diklat Pelayanan Publik dan materi/handout yang
disampaikan oleh Widyaiswara. Referensi lain yang relevan dapat
digunakan untuk memperkaya wacana dan kerangka pikir
khususnya dalam memahami konsepsi dan kebijakan manajemen
pelayanan publik sebagai suatu sistem.
f. Evaluasi
Setiap akhir pembahasan mata diklat, disajikan soal-soal latihan
yang dapat digunakan sebagai media untuk mengingat kembali
materi yang sudah disampaikan. Soal latihan dapat menjadi bahan
diskusi antar peserta dengan arahan dari Widyaiswara.
8. Standar Pelayanan Publik
Bahan ajar ini digunakan dalam Diklat Pelayanan Publik yang
membahas standar pelayanan secara lengkap dan komprehensif mulai
dari konsep, komponen, langkah-langkah penyusunan sampai dengan
bagaimana mengevaluasi dan memperbaiki standar pelayanan yang
telah diberlakukan.
a. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari keseluruhan bahan ajar ini peserta diklat
diharapkan mampu :
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
1) Memahami arti penting standar pelayanan
2) Memahami konsep dan komponen standar pelayanan
3) Memahami langkah-langkah penyusunan dan evaluasi standar
pelayanan
b. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta memiliki
kemampuan untuk :
1) Menjelaskan secara rinci konsep dan komponen standar
pelayanan
2) Menjelaskan langkah-langkah penyusunan standar pelayanan
3) Menjelaskan pengembangan mekanisme evaluasi kinerja dan
pengawasan internal.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Djam’an Satori (2011:23), penelitian kualitatif dilakukan karena
peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat
dikuantifikasikan yang bersifat deskriptif seperti proses langkah kerja,
formula suatu resep, pengertian-pengertian tetang suatu konsep yang
beragam, karakteristik suatu barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya,
tata cara suatu budaya, model fisik suatu artefak dan lain sebagainya.
Menurut Sugiyono (2012:9), penelitian kualitatif sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagi
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis
data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Nana Syaodih Sukmadinata (2011:73) mengemukakan bahwa
penelitian deskriptif kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah
maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, penelitian
deskriptif kualitatif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
pengobatan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan
menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan
yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui
observasi.
Berdasarkan keterangan beberapa ahli di atas, disini peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti ingin
mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan
yang bersifat deskriptif seperti proses langkah kerja dan ingin memperoleh
data yang bersifat apa adanya tanpa adanya perlakuan tertentu. Penelitian
ini akan mengevaluasi proses langkah kerja/ cara kerja penyelenggara
kegiatan diklat teknis pelayanan publik.
B. Subjek Penelitian
Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
karena penelitian kualitatif berangkat dari masalah tertentu yang ada pada
situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke
populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang
memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.
Spradley (dalam Sugiyono, 2009:215) mengungkapkan bahwa dalam
penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi dinamakan
social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu
tempat (place), pelaku (actors), aktivitas (activity) yang berinteraksi secara
sinergis.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
Menurut Sugiyono (2009:216), sampel dalam penelitian kualitatif
bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber atau partisipan,
informan, teman dan guru dalam penelitian. Dalam sistem kediklatan
sebagaimana dikemukakan oleh Budiandono, terdapat terdapat lima proses
yang saling berhubungan, yaitu: proses penentuan kebutuhan diklat, proses
penetapan kelembagaan diklat, proses perencanaan desain program diklat,
proses pelaksanaan penyelenggaraan diklat, dan proses pelaksanaan
evaluasi diklat (Budiandono,1986:24).
Penelitian di sini diarahkan pada proses pelaksanaan evaluasi
penyelenggaraan diklat teknis, yaitu pelayanan akademik penyelenggaraan
diklat teknis pelayanan publik pada UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai tahun 2019.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2002:84).
Instrumen penelitian perlu dibedakan dengan metode penelitian, karena
ada keterkaitan antara keduanya sehingga sering dikacaukan, yaitu bahwa
dalam menerapkan metode penelitian dipergunakan instrumen penelitian
( Hasan, 2002:77 )
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah:
1. Peneliti sendiri;
2. Pedoman Review Dokumen;
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
3. Pedoman Observasi;
5. Pedoman Wawancara;
D. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Agar proses pengumpulan data berlangsung secara teratur, logis,
sistematis dan sukses, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh peneliti,
yaitu :
a) Mempersiapkan instrumen
b) Mempersiapkan sumber data
c) Mempersiapkan operator instrumen
d) Melaksanakan pengumpulan data (Irawan, 1999: 211)
Dalam penelitian ini berhubung menggunakan pendekatan
kualitatif, maka peneliti tidak menggunakan operator instrumen,
kolektornya adalah peneliti sendiri. Adapun mekanisme pengumpulan
datanya pertama-tama peneliti merekonstruksi pengamatan selama ini,
kemudian menelaah teori dari kepustakaan yang relevan, selanjutnya
mempelajari dokumen tentang standar penyelenggaraan diklat, dokumen
laporan penyelenggaraan diklat, dan laporan hasil evaluasi tentang
penyelenggaraan.
Di samping itu peneliti mengarahkan dan mengamati jalannya
Fokus Group Discussion (FGD) dari penyelenggara diklat yang ditentukan
guna membahas pengalaman mereka dan saran pemikiran mereka terkait
dengan penyelenggaraan diklat. Dari semua hasil telaah direkam dalam
catatan lapangan, selanjutnya peneliti mereduksi catatan lapangan dengan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
mengkonfirmasi konsep-konsep yang ditemukan di lapangan melalui
interview atau wawancara mendalam dengan sejumlah informan terpilih.
E. Teknik Analisa Data
Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data model Miles
and Huberman meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2013: 337). Secara lebih jelas
dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh sumber data. Dalam penelitian ini pengumpulan
data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Setelah data terkumpul disajikan dalam bentuk hasil wawancara,
hasil studi dokumentasi dan deskripsi hasil pengamatan.
2) Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data alam penelitian dimaksudkan untuk merangkum data
yang telah dipilah yang berupa hal-hal yang pokok dan penting.
3) Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan hasil dari reduksi data, yang disajikan
dalam bentuk laporan secara sistematis yang mudah dibaca atau
dipahami baik secara keseluruhan maupun bagian-bagiannya dalam
konteks sebagai pernyataan. Penyajian data ini bisa berbentuk grafik,
tabel, matrik atau bagan informasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
4) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)
Selanjutnya langkah verifikasi yang merupakan upaya untuk mencari
makna data yang dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti mengambil
kesimpulan terhadap data yang telah direduksi ke dalam laporan
secara sistematis dengan cara membandingkan, menghubungkan, dan
memilih data yang mengarah kepada pemecahan masalah. Langkah-
langkah verifikasi data sebagai berikut:
a. Membandingkan antara hasil studi dokumenter dengan hasil
informasi dari hasil wawancara ataupun observasi.
b. Mengidentifikasi data-data yang terkait dengan fokus
penelitian.
c. Menarik simpulan serta saran-saran terhadap masalah yang
telahditeliti.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
78
DAFTAR PUSTAKA
Atmodiwirio, Soebagio, (1993), Manajemen Training, Pedoman Praktis Bagi Penyelenggara Training, Cet.1, Jakarta: Balai Pustaka
Adi Gunawan, (2002), Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris,
Surabaya: Kartika Budiandono, D. (1986), Perencanaan dan Penyelenggaraan Latihan Tenaga
Kerja, Jakarta: Penerbit Bhatara Karya Aksara Eko Prasojo, (2007), Tinjauan Kritis Dan Arah Pertumbuhan Reformasi
Birokrasi Di Indonesia, Makalah pada Seminar Nasional, Reformasi Birokrasi di Indonesia Quo Vadis. Semarang : Magister Administrasi Publik
Hasibuan, S.P.Malayu. (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Gunung Agung Iqbal, Hasan, M, (2002), Pokok-Pokok Materi, Metodologi Penelitian, Dan
Aplikasinya, Jakarta: PT Ghalia Indonesia Kurniawan, Agung (2005), Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Pembaruan Laporan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis Peningkatan
Pelayanan Publik Tahun 2019, Gunungkidul: UPT Balai Diklat Pegawai Moleong, Lexy J. (2002), Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Nana Sudjana, (1987), Tuntunan Penyusunan Karya ilmiah Makalah-Skripsi-
Tesis-Disertasi, Bandung: Sinar Baru Algensindo Oemar Hamalik, (2005), Pengembangan Sumber Daya Manusia, Manajemen
Pelatihan Ketenagakerjaan, Pendekatan Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara Prasetya Irawan, (1999), Logika Penelitian dan Prosedur Penelitian, Pengantar
Teori dan Panduan Prktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti Pemula, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Negara, Jakarta: STIA-LAN Press
Suharso, dan Ana Retnoningsih, (2005), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan
Pertama, Semarang: Widya Karya Syamsi, Ibnu (1988). Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen.Yogyakarta :
Balai Pembangunan Administrasi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
79
Sugiyono, (2002), Metode Penelitian Administrasi, Cetakan Kesembilan,
Bandung: Penerbit Alfabeta Thoha, Miftah, (2005) Manajemen Kepegawaian Sipil. Jakarta : Kencana Tulus, Agus, (1996) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama https://www.menpan.go.id/site/publikasi/unduh-dokumen-2/standar-pelayanan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 53 Tahun 2013 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Teknis Pengelola Pendidikan dan Pelatihan
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pelayanan Publik Buku Inventaris UPT Balai Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Tahun 2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at