wester

20
DEMAM TIFOID Tata Laksana Demam Tifoid Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu : Istirahat dan Perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan Diet dan Terapi Penunjang (simtomatik dan suportif), dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal. Pemberian Antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman. Istirahat dan Perawatan Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga. Diet dan Terapi Penunjang Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.

description

abc

Transcript of wester

Page 1: wester

DEMAM TIFOID

Tata Laksana Demam Tifoid

Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu :

Istirahat dan Perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat

penyembuhan

Diet dan Terapi Penunjang (simtomatik dan suportif), dengan tujuan

mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.

Pemberian Antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran

kuman.

Istirahat dan Perawatan

Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah

baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air

kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam

perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang

dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik

serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

Diet dan Terapi Penunjang

Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam

tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita

akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.

Di masa lampau, penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian

ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut

disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan

untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau preforasi usus. Hal ini

disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa pemberian makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa

(menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien

demam tifoid).

Pemberian Antimikroba

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah

sebagai berikut :

Page 2: wester

Kloramfenikol. Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk

mengobati demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg per hari dapat diberikan

secara per oral atau intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan

intramuskular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan

tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan

demam rata-rata 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam terjadi rata-rata

setelah hari ke-5.

Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir sama dengan

kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia

aplastic lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4 x 500

mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6.

Kotrimoksazol. Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis

untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg dan 80

mg trimethoprim) diberikan selama 2 minggu.

Ampisilin dan Amoksisilin. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah

dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150 mg/kgBB

dan digunakan selama 2 minggu.

Sefalosporin Generasi Ketiga. Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke-3 yang

terbukti efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson, dosis yang dianjurkan adalah antara 3-

4 gram dalam dekstrosa 100 cc dan diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan

selama 3 hingga 5 hari.

Golongan Fluorokuinolon. Golongan ini beberapa jenis bahan sediaan dan aturan

pemberiannya :

Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari

Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari

Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.

Hasil penurunan demam sedikit lebih lambat pada penggunaan norfloksasin yang merupakan

fluorokuinolon pertama yang memiliki bioavailibilitas tidak sebaik fluorokuinolon yang

dikembangkan kemudian.

Page 3: wester

Pencegahan Demam TifoidPencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akan

berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid,

menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun negara, mendatangkan devisa negara yang

berasal dari wisatawan mancanegara karena telah hilangnya predikat negara endemik dan

hiperendemik sehingga mereka tidak takut lagi terserang demam tifoid saat berada di daerah

kunjungan wisata.

Preventif dan Kontrol Penularan

Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus luar

biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman Salmonella typhi

sebagai agen penyakit dan faktor pejamu (host) serta faktor lingkungan.

Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu 1.

Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypi baik pada kasus demam tifoid maupun kasus

karier tifoid, 2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S.thypi, 3.Proteksi pada

orang yang berisiko terinfeksi.

Identifikasi dan Eradikasi S.Thypi pada Pasien Tifoid Asimtomatik, Karier, dan Akut

Tindakan identifikasi atau penyaringan pengidap kuman S.thypi ini cukup sulit dan

memerlukan biaya cukup besar baik ditinjau dari segi pribadi maupun skala nasional. Cara

pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu bila ada

penerimaan pegawai di suatu instansi atau swasta. Sasaran aktif lebih diutamakan pada

populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman baik tingkat usaha rumah

tangga, restoran, hotel sampai pabrik beserta distributornya. Sasaran lainnya adalah yang

terkait dengan pelayanan masyarakat yaitu petugas kesehatan, guru, petugas kebersihan,

pengelola sarana umum lainnya.

Pencegahan Transmisi Langsung dari Penderita Terinfeksi S.thypi Akut Maupun

Karier

Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar

orang yang telah diketahui pengidap kuman S.thypi.

Proteksi pada Orang yang Berisiko Tinggi Tertular dan Terinfeksi

Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik

maupun hiperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerahnya endemis atau non-endemis,

tingkat risiko tertularnya yaitu berdasarkan tingkat hubungan perorangan dan jumlah

Page 4: wester

frekuensinya, serta golongan individu berisiko, yaitu golongan imunokompromais maupun

golongan rentan.

Tindakan preventif berdasarkan lokasi daerah, yaitu :

Daerah non-endemik. Tanpa ada kejadian outbreak atau epidemi

- Sanitasi air dan kebersihan lingkungan.

- Penyaringan pengelola pembuatan/distributor/penjualan makanan-minuman.

- Pencarian dan pengobatan kasus tifoid karier

Bila ada kejadian epidemi tifoid :

- Pencarian dan eliminasi sumber penularan

- Pemeriksaan air minum dan mandi-cuci-kakus

- Penyuluhan higiene dan sanitasi pada populasi umum daerah tersebut

Daerah endemik

- Memasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan minuman yang memenuhi

standar prosedur kesehatan (perebusan >57 C, iodisasi, dan klorinisasi)

- Pengunjung ke daerah ini harus minum air yang telah melalui pendidihan, menjauhi

makanan segar (sayur/buah)

- Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setempat maupun pengunjung

Daftar Pustaka :

Sudoyo, Aru W, dan kawan-kawan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III

Edisi IV. Jakarta : FKUI

Page 5: wester

PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI

Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai

polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk

mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb

dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul

asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.

Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering

dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan

fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena

tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya

karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan

hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya

±10%.

Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar

hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,

mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali

sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.

Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya

diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari

umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada

orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin

menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl.

Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya

mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki

dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan

dewasa antara 12 – 14 g/dl.

Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan

ditentukan 10 g/dl.

Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian

cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti:

Page 6: wester

Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin,

rifampin, dan trimetadion.

Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung

kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa

dan gentamicin.

Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal,

misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari

permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri,

berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

Eritrosit

Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.

Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu

manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit,

yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.

Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk

memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang

digunakan adalah:

Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g,

aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat

dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.

Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml.

Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.

Natrium klorid 0.85 %

Nilai Rujukan

Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)

Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)

Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)

Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)

Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)

Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)

Page 7: wester

Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi

kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan,

hidrasi berlebihan

Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi,

penyakit kardiovaskuler

Indeks Eritrosit

Mencakup parameter eritrosit, yaitu:

Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)

MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)

Normal 80-96 fl

Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)

MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)

Normal 27-33 pg

Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit

rata-rata (KHER)

MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)

Normal 33-36 g/dL

Red Blood Cell Distribution Width (RDW)

RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna

memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi

gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat,

vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin

tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.

RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100

Page 8: wester

Nilai normal rujukan 11-15%

Trombosit

Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan

berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL

berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.

Jumlah Normal: 150.000-400.000 /µL

Leukosit

Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau

mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap

benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan

indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.

Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-

lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit

tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit

turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500-

11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 —

10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi

jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis,

sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.

Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara

automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual

dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.

Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu

yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara

manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan

Page 9: wester

sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang

memakai alat ini.

Nilai normal leukosit:

Dewasa : 4000-10.000/ µL

Bayi / anak : 9000-12.000/ µL

Bayi baru lahir : 9000-30.000/ µL

Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut

leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis

yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi

paroksismal, partus dan haid. Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses

infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis,

dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit

kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan

ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan,

misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis,

epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin,

tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.

Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah.

Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir

selalu leukopenia disebabkan netropenia. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada

penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan

penyakit hemopoetik (anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan

penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker,

diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan

antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)

Page 10: wester

Hitung Jenis Leukosit

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.

Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam

melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil

hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses

penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis

sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)

dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang

diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop

dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih

dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah

dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.

Tabel : Hitung Jenis Leukosit

Basofil 0,4-1%

40-100/µL

inflamasi, leukemia, tahap

penyembuhan infeksi atau

inflamasi

stress, reaksi

hipersensitivitas,

kehamilan,

hipertiroidisme

Eosinofil 1-3%

100-300/µL

Umumnya pada keadaan

atopi/ alergi dan infeksi

parasit

stress, luka bakar, syok,

hiperfungsi

adrenokortikal.

Neutrofil Batang 3-5% (0-

500/µL)

Segmen 55-70%

(2500-7000/µL)

Bayi Baru Lahir

61%

Inflamasi, kerusakan

jaringan, peyakit

Hodgkin, leukemia

mielositik, hemolytic

disease of newborn,

kolesistitis akut,

apendisitis, pancreatitis

akut, pengaruh obat

Infeksi virus,

autoimun/idiopatik,

pengaruh obat-obatan

Page 11: wester

Umur 1 tahun 2%

Limfosit 20-40%

1700-3500/µL

BBL 34%

1 th 60%

6 th 42%

12 th 38%

infeksi kronis dan virus kanker, leukemia, gagal

ginjal, SLE, pemberian

steroid yang berlebihan

Monosit 2-8%

200-600/µL

Anak 4-9%

Infeksi virus, parasit,

anemia hemolitik, SLE<

RA

Leukemia limfositik,

anemia aplastik

Apabila neutrofil batang dan segmen meningkat dari normal lebih banyak

dibandingkan limposit dan monosit maka hal ini berarti shift to the left mengindikasikan

infeksi bakteri atau malaria. Namun apabila limposit dan monosit meningkat dari normal

lebih banyak dibandingkan neutrofil batang dan segmen maka berarti shift to the right

mengindikasikan infeksi virus.

Laju Endap Darah

Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi

eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji

yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan

kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi

stress fisiologis (misalnya kehamilan).

Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan

Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut

sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika

Page 12: wester

nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang

menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu

disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International

Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk

menggunakan metode Westergreen.

Prosedur pemeriksaan LED yaitu:

1. Metode Westergreen

Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat

4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang

diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl

0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung

Westergreen sampai tanda/skala 0.

Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun

sinar matahari langsung.

Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

2. Metode Wintrobe

Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat.

Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai

tanda 0.

Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.

Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.

Nilai Rujukan

1. Metode Westergreen:

Page 13: wester

Laki-laki : 0 – 15 mm/jam

Perempuan : 0 – 20 mm/jam

2. Metode Wintrobe :

Laki-laki : 0 – 9 mm/jam

Perempuan 0 – 15 mm/jam

Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium hematologi Fadli :

Hb 12 gr% : menurun

Leukosit 3000/mm3 : menurun

Trombosit 154000/mm3 : normal

LED 10 mm/jam : normal

Urin rutin : normal

Hitung jenis 0/1/6/58/30/5 : neutrofil batang meningkat mengindikasikan adanya infeksi

bakteri.

Daftar Pustaka :

Gandasoebrata R. 2009. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat

Sutedjo AY. 2008. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta:

Amara Books

Theml H, Diem H, Haferlach T. 2004. Color atlas of hematology : principal microscopic and

clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart : Thieme

Page 14: wester

KLARIFIKASI ISTILAH

Schuffner (disingkat dengan ‘S’) : garis yang digunakan untuk mengukur pembesaran limpa.

Garis ini dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke

spina iliaca anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama

yaitu SI sampai SVIII.

LED (Laju Endap Darah) : kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku

dengan satuan mm/jam.