wester
-
Upload
nedya-bellinawatii -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of wester
DEMAM TIFOID
Tata Laksana Demam Tifoid
Sampai saat ini masih dianut trilogi penatalaksanaan demam tifoid, yaitu :
Istirahat dan Perawatan, dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat
penyembuhan
Diet dan Terapi Penunjang (simtomatik dan suportif), dengan tujuan
mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara optimal.
Pemberian Antimikroba, dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran
kuman.
Istirahat dan Perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah
baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air
kecil, dan buang air besar akan membantu dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam
perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai. Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik
serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
Diet dan Terapi Penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan penyakit demam
tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.
Di masa lampau, penderita demam tifoid diberi diet bubur saring, kemudian
ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan diet tersebut
disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan
untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau preforasi usus. Hal ini
disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pemberian makan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien
demam tifoid).
Pemberian Antimikroba
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah
sebagai berikut :
Kloramfenikol. Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk
mengobati demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg per hari dapat diberikan
secara per oral atau intravena. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Penyuntikan
intramuskular tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan
tempat suntikan terasa nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan
demam rata-rata 7,2 hari. Penulis lain menyebutkan penurunan demam terjadi rata-rata
setelah hari ke-5.
Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tifoid hampir sama dengan
kloramfenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia
aplastic lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4 x 500
mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6.
Kotrimoksazol. Efektivitas obat ini dilaporkan hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis
untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg dan 80
mg trimethoprim) diberikan selama 2 minggu.
Ampisilin dan Amoksisilin. Kemampuan obat ini menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150 mg/kgBB
dan digunakan selama 2 minggu.
Sefalosporin Generasi Ketiga. Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke-3 yang
terbukti efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson, dosis yang dianjurkan adalah antara 3-
4 gram dalam dekstrosa 100 cc dan diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan
selama 3 hingga 5 hari.
Golongan Fluorokuinolon. Golongan ini beberapa jenis bahan sediaan dan aturan
pemberiannya :
Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.
Hasil penurunan demam sedikit lebih lambat pada penggunaan norfloksasin yang merupakan
fluorokuinolon pertama yang memiliki bioavailibilitas tidak sebaik fluorokuinolon yang
dikembangkan kemudian.
Pencegahan Demam TifoidPencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena akan
berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat demam tifoid,
menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun negara, mendatangkan devisa negara yang
berasal dari wisatawan mancanegara karena telah hilangnya predikat negara endemik dan
hiperendemik sehingga mereka tidak takut lagi terserang demam tifoid saat berada di daerah
kunjungan wisata.
Preventif dan Kontrol Penularan
Tindakan preventif sebagai upaya pencegahan penularan dan peledakan kasus luar
biasa (KLB) demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman Salmonella typhi
sebagai agen penyakit dan faktor pejamu (host) serta faktor lingkungan.
Secara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu 1.
Identifikasi dan eradikasi Salmonella thypi baik pada kasus demam tifoid maupun kasus
karier tifoid, 2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S.thypi, 3.Proteksi pada
orang yang berisiko terinfeksi.
Identifikasi dan Eradikasi S.Thypi pada Pasien Tifoid Asimtomatik, Karier, dan Akut
Tindakan identifikasi atau penyaringan pengidap kuman S.thypi ini cukup sulit dan
memerlukan biaya cukup besar baik ditinjau dari segi pribadi maupun skala nasional. Cara
pelaksanaannya dapat secara aktif yaitu mendatangi sasaran maupun pasif menunggu bila ada
penerimaan pegawai di suatu instansi atau swasta. Sasaran aktif lebih diutamakan pada
populasi tertentu seperti pengelola sarana makanan-minuman baik tingkat usaha rumah
tangga, restoran, hotel sampai pabrik beserta distributornya. Sasaran lainnya adalah yang
terkait dengan pelayanan masyarakat yaitu petugas kesehatan, guru, petugas kebersihan,
pengelola sarana umum lainnya.
Pencegahan Transmisi Langsung dari Penderita Terinfeksi S.thypi Akut Maupun
Karier
Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik maupun di rumah dan lingkungan sekitar
orang yang telah diketahui pengidap kuman S.thypi.
Proteksi pada Orang yang Berisiko Tinggi Tertular dan Terinfeksi
Sarana proteksi pada populasi ini dilakukan dengan cara vaksinasi tifoid di daerah endemik
maupun hiperendemik. Sasaran vaksinasi tergantung daerahnya endemis atau non-endemis,
tingkat risiko tertularnya yaitu berdasarkan tingkat hubungan perorangan dan jumlah
frekuensinya, serta golongan individu berisiko, yaitu golongan imunokompromais maupun
golongan rentan.
Tindakan preventif berdasarkan lokasi daerah, yaitu :
Daerah non-endemik. Tanpa ada kejadian outbreak atau epidemi
- Sanitasi air dan kebersihan lingkungan.
- Penyaringan pengelola pembuatan/distributor/penjualan makanan-minuman.
- Pencarian dan pengobatan kasus tifoid karier
Bila ada kejadian epidemi tifoid :
- Pencarian dan eliminasi sumber penularan
- Pemeriksaan air minum dan mandi-cuci-kakus
- Penyuluhan higiene dan sanitasi pada populasi umum daerah tersebut
Daerah endemik
- Memasyarakatkan pengelolaan bahan makanan dan minuman yang memenuhi
standar prosedur kesehatan (perebusan >57 C, iodisasi, dan klorinisasi)
- Pengunjung ke daerah ini harus minum air yang telah melalui pendidihan, menjauhi
makanan segar (sayur/buah)
- Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setempat maupun pengunjung
Daftar Pustaka :
Sudoyo, Aru W, dan kawan-kawan. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta : FKUI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM HEMATOLOGI
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai
polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk
mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb
dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul
asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta.
Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering
dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan
fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena
tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan
hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya
±10%.
Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar
hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil,
mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali
sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%.
Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya
diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari
umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada
orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin
menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl.
Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya
mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki
dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan
dewasa antara 12 – 14 g/dl.
Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan
ditentukan 10 g/dl.
Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian
cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti:
Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin,
rifampin, dan trimetadion.
Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung
kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa
dan gentamicin.
Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal,
misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari
permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri,
berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).
Eritrosit
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeterkubik atau mikroliter dalah.
Seperti hitung leukosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode, yaitu
manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung leukosit,
yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada hitung leukosit.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan isotonis untuk
memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan Pengencer yang
digunakan adalah:
Larutan Hayem : Natrium sulfat 2.5 g, Natrium klorid 0.5 g, Merkuri klorid 0.25 g,
aquadest 100 ml. Pada keadaan hiperglobulinemia, larutan ini tidak dapat
dipergunakan karena dapat menyebabkan precipitasi protein, rouleaux, aglutinasi.
Larutan Gower : Natrium sulfat 12.5 g, Asam asetat glasial 33.3 ml, aquadest 200 ml.
Larutan ini mencegah aglutinasi dan rouleaux.
Natrium klorid 0.85 %
Nilai Rujukan
Dewasa laki-laki : 4.50 – 6.50 (x106/μL)
Dewasa perempuan : 3.80 – 4.80 (x106/μL)
Bayi baru lahir : 4.30 – 6.30 (x106/μL)
Anak usia 1-3 tahun : 3.60 – 5.20 (x106/μL)
Anak usia 4-5 tahun : 3.70 – 5.70 (x106/μL)
Anak usia 6-10 tahun : 3.80 – 5.80 (x106/μL)
Penurunan eritrosit : kehilangan darah (perdarahan), anemia, leukemia, infeksi
kronis, mieloma multipel, cairan per intra vena berlebih, gagal ginjal kronis, kehamilan,
hidrasi berlebihan
Peningkatan eritrosit : polisitemia vera, hemokonsentrasi/dehidrasi, dataran tinggi,
penyakit kardiovaskuler
Indeks Eritrosit
Mencakup parameter eritrosit, yaitu:
Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER)
MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 80-96 fl
Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER)
MCH (pg) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (106/µL)
Normal 27-33 pg
Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit
rata-rata (KHER)
MCHC (g/dL) = konsentrasi hemoglobin (g/dL) / hematokrit (l/l)
Normal 33-36 g/dL
Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
RDW adalah perbedaan/variasi ukuran (luas) eritrosit. Nilai RDW berguna
memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi
gejala. Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi (zat besi, asam folat,
vit B12), anemia hemolitik, anemia sel sabit. Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin
tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan.
RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100
Nilai normal rujukan 11-15%
Trombosit
Trombosit adalah komponen sel darah yang dihasilkan oleh jaringan hemopoetik, dan
berfungsi utama dalam proses pembekuan darah. Penurunan sampai dibawah 100.000/ µL
berpotensi untuk terjadinya perdarahan dan hambatan pembekuan darah.
Jumlah Normal: 150.000-400.000 /µL
Leukosit
Hitung leukosit adalah menghitung jumlah leukosit per milimeterkubik atau
mikroliter darah. Leukosit merupakan bagian penting dari sistem pertahanan tubuh, terhadap
benda asing, mikroorganisme atau jaringan asing, sehingga hitung julah leukosit merupakan
indikator yang baik untuk mengetahui respon tubuh terhadap infeksi.
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-
lain. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000-30.000/μl. Jumlah leukosit
tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000-38.000 /μl. Setelah itu jumlah leukosit
turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500-
11.000/μl. Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 —
10.000/μl. Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi
jarang lebih dari 11.000/μl. Peningkatan jumlah leukosit di atas normal disebut leukositosis,
sedangkan penurunan jumlah leukosit di bawah normal disebut lekopenia.
Terdapat dua metode yang digunakan dalam pemeriksaan hitung leukosit, yaitu cara
automatik menggunakan mesin penghitung sel darah (hematology analyzer) dan cara manual
dengan menggunakan pipet leukosit, kamar hitung dan mikroskop.
Cara automatik lebih unggul dari cara pertama karena tekniknya lebih mudah, waktu
yang diperlukan lebih singkat dan kesalahannya lebih kecil yaitu ± 2%, sedang pada cara
manual kesalahannya sampai ± 10%. Keburukan cara automatik adalah harga alat mahal dan
sulit untuk memperoleh reagen karena belum banyak laboratorium di Indonesia yang
memakai alat ini.
Nilai normal leukosit:
Dewasa : 4000-10.000/ µL
Bayi / anak : 9000-12.000/ µL
Bayi baru lahir : 9000-30.000/ µL
Bila jumlah leukosit lebih dari nilai rujukan, maka keadaan tersebut disebut
leukositosis. Leukositosis dapat terjadi secara fisiologik maupun patologik. Leukositosis
yang fisiologik dijumpai pada kerja fisik yang berat, gangguan emosi, kejang, takhikardi
paroksismal, partus dan haid. Peningkatan leukosit juga dapat menunjukan adanya proses
infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, apendisitis, tuberkolosis, tonsilitis,
dll. Dapat juga terjadi miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukemia, penyakit
kolagen, anemia hemolitik, anemia sel sabit , penyakit parasit, dan stress karena pembedahan
ataupun gangguan emosi. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan oleh obat-obatan,
misalnya: aspirin, prokainmid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamide, haparin, digitalis,
epinefrin, litium, dan antibiotika terutama ampicillin, eritromisin, kanamisin, metisilin,
tetracycline, vankomisin, dan streptomycin.
Leukopenia adalah keadaan dimana jumlah leukosit kurang dari 5000/µL darah.
Karena pada hitung jenis leukosit, netrofil adalah sel yang paling tinggi persentasinya hampir
selalu leukopenia disebabkan netropenia. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi pada
penderita infeksi tertentu, terutama virus, malaria, alkoholik, SLE, reumaotid artritis, dan
penyakit hemopoetik (anemia aplastik, anemia perisiosa). Leokopenia dapat juga disebabkan
penggunaan obat terutama saetaminofen, sulfonamide, PTU, barbiturate, kemoterapi kanker,
diazepam, diuretika, antidiabetika oral, indometasin, metildopa, rimpamfin, fenotiazin, dan
antibiotika.(penicilin, cefalosporin, dan kloramfenikol)
Hitung Jenis Leukosit
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam
melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil
hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).
Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang
diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop
dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih
dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah
dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.
Tabel : Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0,4-1%
40-100/µL
inflamasi, leukemia, tahap
penyembuhan infeksi atau
inflamasi
stress, reaksi
hipersensitivitas,
kehamilan,
hipertiroidisme
Eosinofil 1-3%
100-300/µL
Umumnya pada keadaan
atopi/ alergi dan infeksi
parasit
stress, luka bakar, syok,
hiperfungsi
adrenokortikal.
Neutrofil Batang 3-5% (0-
500/µL)
Segmen 55-70%
(2500-7000/µL)
Bayi Baru Lahir
61%
Inflamasi, kerusakan
jaringan, peyakit
Hodgkin, leukemia
mielositik, hemolytic
disease of newborn,
kolesistitis akut,
apendisitis, pancreatitis
akut, pengaruh obat
Infeksi virus,
autoimun/idiopatik,
pengaruh obat-obatan
Umur 1 tahun 2%
Limfosit 20-40%
1700-3500/µL
BBL 34%
1 th 60%
6 th 42%
12 th 38%
infeksi kronis dan virus kanker, leukemia, gagal
ginjal, SLE, pemberian
steroid yang berlebihan
Monosit 2-8%
200-600/µL
Anak 4-9%
Infeksi virus, parasit,
anemia hemolitik, SLE<
RA
Leukemia limfositik,
anemia aplastik
Apabila neutrofil batang dan segmen meningkat dari normal lebih banyak
dibandingkan limposit dan monosit maka hal ini berarti shift to the left mengindikasikan
infeksi bakteri atau malaria. Namun apabila limposit dan monosit meningkat dari normal
lebih banyak dibandingkan neutrofil batang dan segmen maka berarti shift to the right
mengindikasikan infeksi virus.
Laju Endap Darah
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji
yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress fisiologis (misalnya kehamilan).
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan
Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut
sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika
nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang
menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu
disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. International
Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen.
Prosedur pemeriksaan LED yaitu:
1. Metode Westergreen
Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat
4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % ) atau darah EDTA yang
diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl
0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung
Westergreen sampai tanda/skala 0.
Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun
sinar matahari langsung.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.
2. Metode Wintrobe
Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium oksalat.
Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur sampai
tanda 0.
Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.
Nilai Rujukan
1. Metode Westergreen:
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
2. Metode Wintrobe :
Laki-laki : 0 – 9 mm/jam
Perempuan 0 – 15 mm/jam
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium hematologi Fadli :
Hb 12 gr% : menurun
Leukosit 3000/mm3 : menurun
Trombosit 154000/mm3 : normal
LED 10 mm/jam : normal
Urin rutin : normal
Hitung jenis 0/1/6/58/30/5 : neutrofil batang meningkat mengindikasikan adanya infeksi
bakteri.
Daftar Pustaka :
Gandasoebrata R. 2009. Penuntun laboratorium klinik. Jakarta: Dian Rakyat
Sutedjo AY. 2008. Mengenal penyakit melalui hasil pemeriksaan laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books
Theml H, Diem H, Haferlach T. 2004. Color atlas of hematology : principal microscopic and
clinical diagnosis. 2nd ed. Stuttgart : Thieme
KLARIFIKASI ISTILAH
Schuffner (disingkat dengan ‘S’) : garis yang digunakan untuk mengukur pembesaran limpa.
Garis ini dimulai dari titik lengkung iga kiri menuju ke umbilikus dan diteruskan sampai ke
spina iliaca anterior superior (SIAS) kanan. Garis tersebut dibagi menjadi 8 bagian yang sama
yaitu SI sampai SVIII.
LED (Laju Endap Darah) : kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku
dengan satuan mm/jam.