WERENG COKELAT

19
WERENG COKELAT Status Wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama dari golongan insekta yang sangat merugikan perpadian di Indonesia. Hama wereng coklat pada dasawarsa 1961-1970 telah merusak tanaman padi seluas 52.000 ha. Pada periode tersebut serangan terjadi pada musim hujan 1968- 1969 di daerah Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Klaten) seluas 2.000 ha dan di Jawa Barat (Subang dan Indramayu) sekitar 50.000 ha. Pada dasawarsa tahun 1971-1980 mencapai 2.500.000 ha. Serangan wereng coklat yang sangat berarti mengurangi hasil padi secara substansial, mengakibatkan kelumpuhan perekonomian tingkat petani, hal ini terbukti dengan laporan dari beberepa propinsi untuk tahun 2004 dan 2005 telah terjadi serangan wereng coklat terhadap beberapa varietas padi yang diunggulkan. Pada MT 2005 luas serangan wereng coklat di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat mencapai 46.000 ha. Bioekologi wereng coklat Wereng coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang). Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun. Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir. Satu ekor betina mampu meletakkan telur 100- 500 butir. Di Sukamandi Telur menetas setelah 9 hari, sedangkan di daerah subtropika waktu penetasan telur lebih lama lagi. Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal. Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.

Transcript of WERENG COKELAT

Page 1: WERENG COKELAT

WERENG COKELAT

StatusWereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) merupakan hama  dari golongan

insekta yang sangat merugikan perpadian di Indonesia.  Hama wereng coklat pada dasawarsa 1961-1970 telah merusak tanaman padi seluas 52.000 ha.  Pada periode tersebut serangan terjadi pada musim hujan 1968-1969 di daerah Jawa Tengah (Brebes, Tegal, Klaten) seluas 2.000 ha dan di Jawa Barat (Subang dan Indramayu) sekitar 50.000 ha. Pada dasawarsa tahun 1971-1980 mencapai 2.500.000 ha.  Serangan wereng coklat yang sangat berarti mengurangi hasil padi secara substansial, mengakibatkan kelumpuhan perekonomian tingkat petani, hal ini terbukti dengan laporan dari beberepa propinsi untuk tahun 2004 dan 2005 telah terjadi serangan wereng coklat terhadap beberapa varietas padi yang diunggulkan. Pada MT 2005 luas serangan wereng coklat di Jawa Timur, Jawa Tengah,  dan Jawa Barat  mencapai 46.000 ha.

Bioekologi wereng coklatWereng coklat berkembangbiak secara sexual, masa pra peneluran 3-4 hari

untuk brakiptera (bersayap kerdil) dan 3-8 hari untuk makroptera (bersayap panjang).  Telur biasanya diletakkan pada jaringan pangkal pelepah daun, tetapi kalau populasinya tinggi telur diletakkan di ujung pelepah daun dan tulang daun.  Telur diletakkan berkelompok, satu kelompok telur terdiri dari 3-21 butir.  Satu ekor betina  mampu  meletakkan  telur  100-500  butir.

Di Sukamandi Telur menetas setelah 9 hari, sedangkan di daerah subtropika waktu  penetasan telur lebih lama lagi.  Nimfa mengalami lima instar, dan rata-rata waktu yang diperlukan untuk  menyelesaikan periode nimfa adalah 12.82 hari. Nimfa dapat berkembang menjadi dua bentuk wereng dewasa. Bentuk pertama adalah makroptera (bersayap panjang) yaitu wereng coklat yang mempunyai sayap depan dan sayap belakng normal.  Bentuk kedua adalah brakiptera (bersayap kerdil) yaitu wereng coklat dewasa yang mempunyai sayap depan dan sayap belakang tumbuh tidak normal, terutama sayap belakang sangat rudimenter.

Faktor alelokemik tanaman merupakan faktor yang agak langsung mempengaruhi bentuk sayap.  Jaringan tanaman hijau kaya bahan kimia mimik hormon juvenil, tetapi pada padi yang mengalami penuaan bahan kimia mimik hormon juvenilnya berkurang.  Oleh karena itu perkembangan wereng coklat pada tanaman tua atau setengah tua banyak muncul makroptera.

Perubahan bentuk sayap ini penting sekali ditinjau dari tersedianya makanan pokok di lapangan.

PengendalianPengendalian wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dengan berbagai cara.

Usaha-usaha pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perubahan cara bercocok tanam, dan penggunaan pestisida.   Inpres No.3, 1986 lebih mempertegas kembali pengendalian hama terpadu (PHT) hama wereng coklat yaitu pola tanam, varietas tahan, sanitasi, dan eradikasi, serta penggunaan pestisida secara bijaksana.

Pada dasarnya pengendalian wereng coklat menyangkut tiga komponen dasar yaitu a) pengetahuan biologi dan ekologi serangga, b) penetapan ambang ekonomi/ambang kendali, dan c) metode pengukuran atau penilaian terhadap serangan hama.  Komponen dasar tersebut sebagian besar sudah diketahui. Maka sistem pengelolaan itu harus dapat dikembangkan dengan baik.

Page 2: WERENG COKELAT

 

Jurus Varietas tahanPengendalian wereng coklat yang pertama kali harus menggunakan varietas

tahan yang disesuaikan dengan biotipe wereng yang dihadapinya.  Varietas tahan mempunyai andil yang sangat besar karena dapat mereduksi populasi wereng coklat.    IR74 (Bph3) dan IR64 (Bph1+) berturut-turut dapat mereduksi wereng coklat sebesar 94.9 dan 77.4% dibanding dengan varietas Cisadane yang tidak dapat menekan populasi wereng coklat biotipe 3, sedangkan Cisanggarung hanya mereduksi 20.3%.

Teknologi pengendalian hama menggunakan ambang ekonomi berdasar musuh alami

Pengendalian wereng coklat menggunakan ambang kendali berdasar musuh alami dapat digunakan pada semua daerah serangan hama.  Pekerjaan yang mesti dilakukan sebagai berikut:

1. Pengamatan wereng coklat dilakukan  seminggu sekali atau paling lambat 2 minggu sekali

2. Amati pada 20 rumpun arah diagonal, pada hamparan 5 ha dengan .(varietas sama dan umur yang sama diambil 2 contoh masing-masing 20 rumpun.

3. Hitung jumlah wereng (wereng coklat +  wereng punggung putih) dan musuh alami (laba-laba Ophione nigrofasciata, Paederus fuscifes, Coccinella, dan kepik Cyrtorhinus lividipennis.

4. Gunakan formula Baehaki  dibawah ini

Page 3: WERENG COKELAT

Ai: Populasi wereng (wereng coklat + wereng punggung putih} pada 20 rumpun pada minggu ke-i.Bi:  Populasi predator Laba-laba + Ophionea nigrfasciata + Paederus fuscifes Coccinella pada 20 rumpun pada minggu ke-iCi: Populasi Cyrtorhinus lividipennis pada 20 rumpunDi: Wereng coklat terkoreksi per rumpun

Aplikasi insektisidaJika dan hanya jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada

padi berumur <40 hst atau nilai  Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst perlu diaplikasi dengan insektisida  yang direkomendasikan.Jika dan hanya jika nilai Di < 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di <20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insektisida, tetapi teruskan amati pada minggu berikutnya.

Pada ambang kendali berdasarkan musuh alami terabaikan perhitungannya sama dengan di atas.  Perbedaannya yaitu jika nilai Di > 5 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur <40 hst atau nilai Di >20 ekor wereng coklat terkoreksi/rumpun pada padi berumur > 40hst tidak perlu diaplikasi dengan insekti-sida dan dibiarkan sampai pengamatan minggu berikutnya.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai Di lebih besar dari nilai Di minggu yang lalu, maka perlu dikemdalikan dengan insektisida tersebut di atas.  Apabila hasil analisis minggu berikutnya menunjukkan nilai  Di lebih kecil atau sama dengan nilai Di

minggu yang lalu, maka tidak perlu diaplikasi dan amati lagi pada minggu selanjutnya.

TIKUS SAWAH

Page 4: WERENG COKELAT

StatusMerupakan hama prapanen utama penyebab kerusakan terbesar tanaman padi,

terutama pada agroekosistem dataran rendah dengan pola tanam intensif. Tikus sawah merusak tanaman padi pada semua stadia pertumbuhan dari semai hingga panen (periode prapanen), bahkan di gudang penyimpanan (periode pascapanen).  Kerusakan parah terjadi apabila tikus menyerang padi pada stadium generatif, karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru. Ciri khas serangan tikus sawah adalah kerusakan tanaman dimulai dari tengah petak, kemudian meluas ke arah pinggir, sehingga pada keadaan serangan berat hanya menyisakan 1-2 baris padi di pinggir petakan.

Biologi dan EkologiTikus sawah digolongkan dalam kelas vertebrata (bertulang belakang), ordo

rodentia (hewan pengerat), famili muridae, dan genus Rattus. Tubuh bagian dorsal/ punggung berwarna coklat kekuningan dengan bercak-bercak hitam di rambut-rambutnya, sehingga secara keseluruhan tampak berwarna abu-abu. Bagian ventral/perut berwarna putih keperakan atau putih keabu-abuan. Permukaan atas kaki seperti warna badan, sedangkan permukaan bawah dan ekornya berwarna coklat tua. Tikus betina memiliki 12 puting susu (6 pasang), dengan susunan 1 pasang pada pektoral, 2 pasang pada postaxial, 1 pasang pada abdomen, dan 2 pasang pada inguinal. Pada tikus muda/predewasa terdapat rumbai rambut berwarna jingga di bagian depan telinga. Ekor tikus sawah biasanya lebih pendek daripada panjang kepala-badan dan moncongnya berbentuk tumpul.

Panca indera tikus sawah berkembang baik dan sangat menunjang setiap aktivitas kehidupannya. Sebagai hewan nokturnal, mata tikus telah berkembang dan menyesuaikan untuk melihat dalam intensitas cahaya rendah. Indera penciuman berkembang baik. Dengan indera tersebut, tikus mendeteksi wilayah pergerakan tikus lain, jejak anggota kelompoknya, dan betina estrus. Indera pendengaran tikus sawah berkembang sempurna. Indera pengecap berkembang baik sehingga mampu mendeteksi rasa pahit, racun, dan enak/tidaknya suatu pakan. Indera peraba juga berkembang baik, kumis dan rambut-rambut panjang pada sisi tubuhnya digunakan sebagai sensor sentuhan terhadap benda-benda yang dilalui. Dengan indera yang berkembang dan terlatih tersebut, tikus sawah memiliki kemampuan fisik yang prima seperti berlari, menggali, memanjat, meloncat, melompat, mengerat, berenang, dan menyelam. Tikus sawah juga berperilaku cerdik dan memiliki kemampuan belajar/mengingat (meskipun terbatas).

Page 5: WERENG COKELAT

Tikus sawah mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Periode perkembang-biakan hanya terjadi pada saat tanaman padi periode generatif. Dalam satu musim tanam padi, tikus sawah mampu beranak hingga 3 kali dengan rata-rata 10 ekor anak per kelahiran. Tikus betina relatif cepat matang seksual (±1 bulan) dan lebih cepat daripada jantannya (±2-3 bulan). Cepat/lambatnya kematangan seksual tersebut tergantung dari ketersediaan pakan di lapangan. Masa kebuntingan tikus betina sekitar 21 hari dan mampu kawin kembali 24-48 jam setelah melahirkan (post partum oestrus). Terdapatnya padi yang belum dipanen (selisih hingga 2 minggu atau lebih) dan keberadaan ratun (Jawa : singgang) terbukti memperpanjang periode reproduksi tikus sawah. Dalam kondisi tersebut,anak tikus dari kelahiran pertama sudah mampu bereproduksi sehingga seekor tikus betina dapat menghasilkan total sebanyak 80 ekor tikus baru dalam satu musim tanam padi. Dengan kemampuan reproduksi tersebut, tikus sawah berpotensi meningkatkan populasinya dengan cepat jika daya dukung lingkungan memadai.

Tikus sawah bersarang pada lubang di tanah yang digalinya (terutama untuk reproduksi dan membesarkan anaknya) dan di semak-semak (refuge area/habitat pelarian). Sebagai hewan omnivora (pemakan segala), tikus mengkonsumsi apa saja yang dapat dimakan oleh manusia. Apabila makanan berlimpah, tikus sawah cenderung memilih pakan yang paling disukainya yaitu padi. Tikus menyerang padi pada malam hari. Pada siang harinya, tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Pada saat lahan bera, tikus sawah menginfestasi pemukiman penduduk dan gudang-gudang penyimpanan padi dan akan kembali lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif.

Kehadiran tikus pada daerah persawahan dapat dideteksi dengan memantau keberadaan jejak kaki (foot print), jalur jalan (run way), kotoran/feses, lubang aktif, dan gejala serangan.

PengendalianPengendalian tikus dilakukan dengan pendekatan PHTT (Pengendalian Hama

Tikus Terpadu) yaitu pendekatan pengendalian yang didasarkan pada pemahaman biologi dan ekologi tikus, dilakukan secara dini, intensif dan terus menerus dengan memanfaatkan semua teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Pelaksanaan pengendalian dilakukan oleh petani secara bersama-sama dan terkoordinasi dengan cakupan wilayah sasaran pengendalian  dalam skala luas.

Page 6: WERENG COKELAT

Kegiatan pengendalian tikus ditekankan pada awal musim tanam untuk menekan populasi awal tikus sejak awal pertanaman sebelum tikus memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan gropyok masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS dan LTBS. Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar, tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan. Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan TBS (Trap Barrier System / Sistem Bubu Perangkap) dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan populasi tikus pada awal musim tanam.

Kegiatan pengendalian yang sesuai dengan stadia pertumbuhan padi antara lain sbb. : TBS merupakan petak tanaman padi dengan ukuran minimal (20 x 20)m yang ditanam 3 minggu lebih awal dari tanaman di sekitarnya, dipagar dengan plastik setinggi 60 cm yang ditegakkan dengan ajir bambu pada setiap jarak 1 m, bubu perangkap dipasang pada setiap sisi dalam pagar plastik dengan lubang menghadap keluar dan jalan masuk tikus. Petak TBS dikelilingi parit dengan lebar 50 cm yang selalu terisi air untuk mencegah tikus menggali atau melubangi pagar plastik. Prinsip kerja TBS adalah menarik tikus dari lingkungan sawah di sekitarnya (hingga radius 200 m) karena tikus tertarik padi yang ditanam lebih awal dan bunting lebih dahulu, sehingga dapat mengurangi populasi tikus sepanjang pertanaman.LTBS merupakan bentangan pagar plastik sepanjang minimal 100 m, dilengkapi bubu perangkap pada kedua sisinya secara berselang-seling sehingga mampu menangkap tikus dari dua arah (habitat dan sawah). Pemasangan LTBS dilakukan di dekat habitat tikus seperti tepi kampung, sepanjang tanggul irigasi, dan tanggul jalan/pematang besar. LTBS juga efektif menangkap tikus migran, yaitu dengan memasang LTBS pada jalur migrasi yang dilalui tikus sehingga tikus dapat diarahkan masuk bubu perangkap.

Page 7: WERENG COKELAT

Fumigasi paling efektif dilakukan pada saat tanaman padi stadia generatif. Pada periode tersebut, sebagian besar tikus sawah sedang berada dalam lubang untuk reproduksi. Metode tersebut terbukti efektif membunuh tikus beserta anak-anaknya di dalam lubangnya. Rodentisida hanya digunakan apabila populasi tikus sangat tinggi, dan hanya akan efektif digunkan pada periode bera dan stadium padi awal vegetatif.

Page 8: WERENG COKELAT

HAMA PENGGEREK BATANG PADI

StatusPenggerek batang padi terdapat  sepanjang tahun dan menyebar di seluruh

Indonesia pada ekosistem padi yang beragam.  Intensitas serangan penggerek batang padi pada tahun 1998 mencapai 20,5% dan luas daerah yang terserang mencapai 151.577 ha. Kehilangan hasil akibat serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif tidak terlalu besar karena tanaman masih dapat mengkompensasi dengan membentuk anakan baru.

Berdasarkan simulasi pada stadia vegetatif, tanaman masih sanggup mengkompensasi akibat kerusakan oleh penggerek sampai 30%.  Gejala serangan pada stadia generatif menyebabkan malai muncul putih dan hampa yang disebut beluk.  Kerugian hasil yang disebabkan setiap persen gejala beluk berkisar 1-3% atau rata-rata 1,2%. Kerugian yang besar terjadi bila penerbangan ngengat bersamaan dengan stadia tanaman bunting. Biologi dan Ekologi

Di Indonesia telah dikenal 6 jenis penggerek batang padi, yang terdiri dari 5 jenis famili Pyralidae dan 1 jenis famili Noctuidae. Ke-6 jenis penggerek batang padi tersebut adalah:

Penggerek batang padi kuning, Scirpophaga incertulas (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi putih, Scirpophaga innotata (Walker) (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi bergaris, Chilo suppressalis (Walker) (Lepidoptera: (Pyralidae)

Penggerek batang padi kepala hitam, Chilo polychrysus Meyrick (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi berkilat, Chilo auricilius Dudgeon (Lepidoptera: Pyralidae)

Penggerek batang padi merah jambu, Sesamia inferens (Walkers) (Lepidoptera: (Noctuidae).

Jenis-jenis penggerek batang padi ini memiliki sifat atau ciri yang berbeda dalam penyebaran dan bioekologi, namun hampir sama dalam cara menyerang atau menggerek tanaman serta kerusakan yang ditimbulkannya.

Page 9: WERENG COKELAT

Penggerek Batang Padi KuningTelur

Jumlah telur  50-150 butir/kelompok Ditutupi rambut halus berwarna coklat  kekuningan Diletakkan malam hari (pukul 19.00-22.00) selama 3-5 malam sejak malam

pertama Keperidian 100-600 butir tiap betina Stadium telur 6-7 hari

Larva Putih kekuningan sampai kehijauan Panjang maksimum 25 mm Stadium larva 28-35 hari Terdiri  atas 5-7 instar

Pupa Kekuning-kuningan atau agak putih Kokon berupa selaput benang berwarna putih Panjang 12-15 mm Stadium pupa 6-23 hari

Imago/Ngengat Ngengat jantan mempunyai bintik-bintik gelap pada sayap depan Ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam di bagian tengah sayap

depan Panjang ngengat jantan 14 mm dan betina 17 mm Ngengat aktif pada malam hari dan tertarik cahaya Jangkauan terbang dapat mencapai 6-10 km Lama hidup ngengat 5-10 hari dengan siklus hidup 39-58 hari

Gejala tanaman padi terserang penggerek batang pada stadia vegetatif/sundep dan pada stadia generatif/beluk 

Page 10: WERENG COKELAT

Gambar ngengat penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putihLarva keluar melalui 2-3 lubang yang dibuat pada bagian bawah telur menembus permukaan daun.  Larva yang baru muncul (instar 1) biasanya menuju bagian ujung daun dan menggantung dengan benang halus atau membuat tabung kecil, terayun oleh angin dan jatuh kebagian tanaman lain atau permukaan air.  Larva kemudian bergerak ke tanaman melalui celah antara pelepah dan batang.Selama hidupnya larva dapat berpindah dari satu tunas ke tunas lainnya dengan cara membuat gulungan ujung daun, menjatuhkan diri ke permukaan air dan memencar ke rumpun yang lain.Larva instar akhir tinggal di dalam batang sampai stadium pupa.  Sebelum menjadi pupa, larva membuat lubang keluar pada pangkal batang dekat permukaan air atau tanah, yang ditutupi membran tipis untuk jalan keluar setelah menjadi imago.Karakteristik penggerek batang padi kuning:

Kelompok telur diletakkan pada daun bagian ujung Hanya seekor larva dalam satu tunas Pupa berada di dalam pangkal tunas di bawah permukaan tanah Tanaman inang utama adalah padi dan tanaman padi liar

Perubahan kepadatan populasi penggerek batang padi kuning di lapangan sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim (curah hujan, suhu, kelembaban), varietas padi yang ditanam, dan musuh alami yaitu parasitoid, predator, dan patogen.Penggerek  Batang Padi PutihTelur

Jumlah telur 170-260 butir/kelompok Diletakkan dipermukaan atas daun atau pelepah Mirip telur penggerek batang padi kuning Ditutupi rambut halus, berwarna coklat kekuning-kuningan Stadium telur 4-9 hari

Larva Mirip larva penggerek batang padi kuning Panjang maksimal 21 mm Putih kekuningan Stadium larva 19-31 hari (kalau mengalami diapause dapat berlangsung 3

bulan)

Page 11: WERENG COKELAT

Pupa Stadium pupa 6-12 hari

Imago/Ngengat Warna putih Panjang betina 13 mm dan jantan 11 mm Tertarik cahaya

Pada musim kemarau larva instar akhir tidak langsung menjadi pupa, tetapi mengalami diapause dalam pangkal batang singgang atau tunggul. Hal ini biasanya terjadi di daerah tropis yang memiliki perbedaan musim hujan dan kemarau yang jelas.  Lamanya istirahat tergantung pada lamanya musim kemarau.Setelah turun hujan dan tanah lembab, larva yang berdiapause akan menjadi pupa dan selanjutnya menjadi ngengat.  Ngengat keluar dari pupa dalam periode waktu yang relatif bersamaan dan meletakkan telur di persemaian.Karakteristik penggerek batang padi putih:

Kelompok telur, larva, dan pupa mirip penggerek batang padi kuning Larva mampu berdiapause selama musim kemarau di dalam pangkal batang

singgang/tunggul Masa terbang ngengat pada awal musim hujan terjadi hampir bersamaan Tanaman inang adalah padi, padi liar, beberapa jenis rumput dan tebu

Dinamika populasi penggerek batang padi putih sangat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan terutama faktor iklim (curah hujan), irigasi, dan musuh alami.Penggerek Batang Padi BergarisTelur

Jumlah telur 20-150 butir/kelompok Diletakkan di permukaan bawah daun bagian pangkal atau pelepah Seperti sisik Warna putih, tidak ditutupi rambut Stadium telur 4-7 hari

Larva Warna abu-abu , kepala coklat dengan 5 garis coklat sepanjang tubuhnya Panjang maksimal 26 mm Beberapa larva dalam tiap tunas Stadium larva 33 hari

Pupa Coklat tua Stadium pupa 6 hari

Imago/Ngengat Kepala berwarna coklat muda Warna sayap depan coklat tua Vena sayap nampak jelas Panjang 1,3 mm

Tanaman inang penggerek batang padi bergaris terutama adalah padi, padi liar, jagung, dan beberapa jenis rumput.Penggerek Batang Padi Berkepala HitamTelur

Berkelompok Pada daun dekat pangkal/pelepah Tidak tertutup sisik Stadium telur 6 hari

Larva

Page 12: WERENG COKELAT

Kepala hitam Stadium larva 30 hari Panjang 18-24 mm Beberapa larva tiap tunas

Pupa Coklat tua Stadium pupa 6 hari

Imago/Ngengat Kepala hitam Sayap depan bersisik, bagian tengah keperakan Sayap belakang kuning muda Panjang 10-13 mm

Siklus hidup berlangsung selama 26-61 hari.  Tanaman inang penggerek batang padi bergaris adalah padi, padi liar, jagung, tebu, sorgum, dan beberapa jenis rumput.Penggerek Batang Padi Merah JambuTelur

Dalam barisan,  mirip manik-manik, diantara pelepah daun batang padi 2-3 baris/kelompok 30-100 butir/kelompok Tidak tertutup sisik Stadium telur 6 hari

Larva Kepala merah jambu Panjang maksimal 35 mm Beberapa larva tiap tunas Stadium larva 28-56 hari

Pupa Coklat tua Panjang 18 mm Pada pelepah atau batang Stadium pupa 8-11 hari

Imago Coklat Sayap depan bergaris coklat tua memanjang Sayap belakang putih Panjang 14-17 mm Kurang tertarik cahaya

Siklus hidup berlangsung 46-83. Hama ini bersifat polifag dan dapat hidup pada tanaman inang: padi, tebu, jagung, sorghum, padi liar, Panicum sp. dan Paspalum sp.PengendalianA. Daerah Serangan EndemikPengaturan Pola Tanam

Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi      penggerek batang padi dapat dibatasi.

Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama.

Pengelompokan persemaian dimaksudkan untuk memudahkan upaya pengumpulan telur penggerek secara masal.

Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan tanam varietas genjah, dan pada pertengahan musim hujan tanam varietas dalam berumur > 120 hari.

Page 13: WERENG COKELAT

Pengendalian Secara Fisik dan Mekanik Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai

permukaan tanah pada saat panen.  Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setinggi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membusuk sehingga larva atau pupa mati.

Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di persemaian dan di pertanaman.

Pengendalian Hayati Pemanfaatan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun patogen. Konservasi musuh alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara

semprotan.Pengendalian Secara Kimiawi

Apabila diperlukan sebagai alternatif pada fase vegetatif penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata >1 kelompok telur/3 m2 atau intensitas serangan rata-rata > 5%. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetatif >50% tidak perlu aplikasi insektisida.

Penggunaan insektisida butiran di persemaian dengan dosis 5 kg/500 m2 bila dijumpai kelompok telur (Wasiati A et al., 2002).

Penggunaan Seks Feromon o Dipakai untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang

berdasarkan ngengat yang tertangkap. o Dapat dipakai untuk menentukan waktu aplikasi insektisida (Bila

tangkapan feromon sebanyak 100 ekor/minggu). Dapat dipakai untuk pengendalian penggerek batang padi putih yaitu dengan

cara mass trapping (penangkapan masal):  9-16 perangkap/ha. B.  Daerah Serangan Sporadik

Cara pengendalian selain menggunakan insektisida yang dapat diterapkan sesuai dengan keadaan setempat.

Penyemprotan dengan insektisida berdasarkan hasil pengamatan, yaitu apabila ditemukan rata-rata > 1 kelompok telur/3 m2  atau intensitas serangan penggerek     batang padi (sundep) rata-rata > 5% dan beluk rata-rata 10 % selambat-lambatnya tiga minggu sebelum panen.

Informasi lainnyaSebagai tindakan preventif dalam pengendalian penggerek batang padi, memantau fluktuasi populasi penggerek batang perlu dilakukan secara rutin.  Untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang ada di dalam areal pertanaman padi dapat menggunakan seks feromon. Sementara untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang padi yang berasal dari migrasi dari luar daerah dapat menggunakan light trap (perangkap cahaya).