Welcome to UNIB Scholar Repository - UNIB Scholar Repositoryrepository.unib.ac.id/20843/1/Laporan...
Transcript of Welcome to UNIB Scholar Repository - UNIB Scholar Repositoryrepository.unib.ac.id/20843/1/Laporan...
1
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
Dalam melaksanakan tugas pembangnan, pemerintah secara fiungsional tidak
dapat sepenuhnya melakukan pelayanan pembangunan bagi lapisan masyarakat,
sehingga perlu melibatkan pihak swasta dan organisasi non pemerintah lainnya. Pada
hakekatnya pengembangan kemitraan antar organisasi dalam penyediaan pelayanan
public bertujuan untuk meningkatkan kapasitas organisasi dalam penyediaan
pelayanan public bertujuan untuk meningkatkan kapasitas organisasi dalam
penyediaan atau produksi pelayanan public secara bersama ( co- provision or co-
production) dengan pelaku yang berkepentingan dengan jaringan kerja pelayanan
public (Eman, 1991, Lawton,1999). Kenyataannya menunjukan bahwa meskipun
organisasi pemerintah menyadari pentingnya hubungan kerja antar organisasi, namun
pengembangan hubungan kerja yang berwatak kemitraan tidak mudah dilaksanakan
secara berhasil dan berkelanjutan (Agere ,2000).
Pada kasus Indonesia, untuk dapat memaksimalkan peyediaan pelayanan public,
pihak pemerintah menghadapi permasalahan yang dilematis, di sate sisi penerimaan
Wages kurang memadai dan disisi lain pengeluaran Negara semakin membesar untuk
membiayai penyediaan pelayanannya sangat tinggi. Permasalahan tersebut dapat
ditujukan dari prsentase penerimaan Negara terhadap pendapatan domestic bruto
(PDB) yang selama priode 1985-2005 cenderung terus menurun. Secra beruntun
prosentase penerimaan Negara terhadap PDB 1985 sebesar 23,3% tahun 1990 22,3%
21, 6 % , tahun 2000 sebesar 20, 9%, dan tahun 2005 sebesar 77,8% sebagai catatan
penerimaan negara tahun 2005 secara nominal sebesar RP 404,9 triliun dan
pendapatan domestik bruto(PDB) sebesar Rp 2,318;6 triliun (bank indonesia 2006).
Untuk mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejateraan
rakyat secara lebih memandai,pemerintaha perlu mengalokasikan anggaran bel*a
2
pelayanan public paling tidak sebesar 25% dari PDB per tahunnya. Khusus bagi
belanja penyediaan pelayanan saran praarana dasar,secara ideal pemerintah harus
menalokasikan anggaran bagi penyedia sarana dan prasarana dasar paling tidak 7%
dai PDB pertahunnya. Pada kenyataan alokasi angggaran untuk penyedia prasarana
dan srana dsar tersebut dalam 10 tahun terakhir rata-rata hanya sebesar 3,2% dari
PDB (Bappenas,2005).
Dengan melihat data tersebut diatas tampaknya sangat jelas bahwa pemerintah
menghadapi permasalahan sumber daya,terutama dana,yang cendrung semakin tidak
memadai.dikhawatirkan permasalahan tersebut memberikan dampak yang fatal
terhadap kredibilitas pemerintahan dan kinerja pelayanan publik. Sebagai
konsekuensinya,sudah seharusnya pihak pemerintah melakukan langkah terobosan
dalam pengarakan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia diluar,melalui
penggalangan kerja sama atau pengembangan kemitraan antar organisasi usaha
swasta dan masyarakat.secara empirik sesunggiinya sejak dua dekade yang lalu
oemerintahan telah menetapkan beberapa kebijakan dalam pengembangan kemitraan
yakni:
Pertama, pemerintah telah mengeluarkan keputusan presiden nomor 15/1987
tentang kemitraan antara pemerintah dan usaha swasta ( publicprivate partnership)
dalam kebijakan investasi,pengelolaan dan pembangunan prasarana
dasar(infrastructure) seperti jalan bebas hambatan, air bersih,tenaga listrik,
telekomunikasi,pelabuhan laut, dan lain-lain(kantor kementerian kordinatot
perekonomiaan,2005).
Kedua, pemerintah juga telah membuka peluang penyaluran kredit perbankan
bagi usha swasta dan organisasi nirlaba untuk meningkatkan partisispasi aktip dalam
penyediaan saran sosial ekonomi yang bersifat komersial atau semi komersial.sampai
dengan saat ini pihak swasta dan organisasi nirlabatelah berhasil melakukan
pembangunan berbagai sarana sosial ekonomi seperti sarana, pendiddikan,
kesehatan, perkantoran, perdagangan, dan perumahan. Bahkan usaha swasta telah
3
berhasil membagun perumahan skala besar , kawasan pusat bisnis,kawasan industri,
kawasan kota bare, terutama dikota besar seperti di jakarta dan sekitarnya. surabaya,
medan, bandung, semarang, makassar dan lain-lainnya (Real Estate Indonesia 2004).
Ketiga, secara khusus dalam penyediaan perumahan yang layak bagi
masyarakatpemerintahan telah mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam
pnyediaan perumahan secara swadaya ,pemerintah telah mengeluarkan peraturan
berupa keputusan menteri negara perumahan rakyat NO:06/KPTS/I 994 tentang
pedoman umum pembangunan perumahan bertumpuh pada kelompok masyarakat
kemudian dikeluarkan, Direkrut jendral perumahan dan permukiman
No:03/KPTS/2001 tentang petunjuk pelaksanaan pembangunan lingkungan
perumahan swadaya, baik dipermukiman perdesaan dan perkotaan.sampai dengan
saat ini terbangunnya lingkungan perumahan baik dikawasan perkotaan dan
perdesaan ,sebagian besar hasil kegiatan yang dilakukan oleh individu dan kelompok
masyarakat secara swadaya,baik dari dukungan penuh atau sebagian dari pemrintah,
maupun dukungan dari usaha swasta dan organisasi nirlaba (kantor menteri negara
perumahan rakyat,2005).
Atas dasar pemikiran diatas, salah satu langkah terobosan dalam memecahkan
masalah keterbatasan kapasitas sumber daya dan mendukung peningkatan kinerja
pelayanan publik adalah melalui strategi pengembangan kemitraan antar organisasi .
sebagai konsekuwensi setiap organisasi pemerintah sebagai penyedia pelayanan pulic
dituntut memiliki kemampuan organisasi(organizational capabillty) untuk
mengembangkan hubungan kerja kemitraan antar organisasi.namun demikian belum
tentu organisasi pemerintahan berhasil melakukan pembangunan pengembangan
hubungan kerja kemitraan antar organisasi tersebut,
Argumentasi penulis terhadap pentingnya penelitian tersebut adalah pada
dasarnya penyedia pelayanan publik merupakan sistem operasi yang dijalankan
secara berama (co-operation)dan jaringan kerja publik (service network) yan
melibatkan kepentingan dan partisipasi berbagai organisasi, baik pemerintah, usaha
4
swasta dan masyarakat, yang berbentuk produksi bersama (co-production) atau
penyedia bersama (co-provision) dalam penyedia pelayanan publik tersedianya suatu
hubungan kerja antar organisasi inter organizationworking relationship).
Di Provinsi Bengkulu kegiatan penyedia infrastruktur publik melibatkan peran
dan masukkan sumber daya yang dimiliki oleh berbagai organisasi.misalnya masalah
perumahan maka perlu melakukan upaya verifikasi pemilikan tanah dan cek
kepemilikan,pembangunan oleh develover (usaha swasta).dilanjutkan dengan saran
dan praaran permukiman seperti pengadaan lampu oleh perusahaan umum listrik
negara.pengadaan saluran air olrh perusahaan daerah air minum dan
sebagainya.penelitian meliht bahwa kerja kemitraan dan masing-masing organisasi
pemerintahan tersebut terhadap organisasi usaha swasta dengan pemerintah terkadang
masih berjalan sendiri-sendiri berdasarkan kepentingan masing-
masing,belumadanyan koordinasi yang formal dalam membuat sinergi diantara
kemitraan tersebut.misal dinas pekerjaan umum dalam melaksanakan pemeliharaan
jalan,waktunya tidak bertepatan dengan rencana penyediaan permukimanbaru. PT
telkom melakukan penggalian jaringan dalam waktu yang telah ditentukan dirinya
sehingga merusak jalan yang telah diperbaiki oleh dinas PU,dina otonom yang lain
dalam memberi pengadaan pelayanan publik juga brdasar waktu yang dia rencanakan
sendiri.dari fakta-fakta tersebut sebenarnya ingin diteliti lebih jauh mengapa diantara
organisasi melakukan kegiatan pengadaan perumahan dan sarana publik tidak
melakukan koordinasi formal.yang dilakukan hanya koordinasi nonformal,bahkan
tidak memperhatikan aspek integrasi dan sinkronisasi . hal ini dipandang perlu
adanya penguatan kemampuan untuk mengembangkan hubungan kerja kemitraan
antar (organisasi penyedia pelayanan publik).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. TEORI-TEORI YANG RELEVAN DENGAN PERMASALAHAN
Untuk mengenali dan menggali konsep variable yang akan digunakan dalam
penelitian ini, terlebih akan dilakukan (i) review literatur tentang keberhasilan suatu
hubungan kerja kemitraan dan keberhasilan suatu organisasi dalam mengembangkan
hubungan kerja kemitraan (ii) pengembangan hubungan kerja kemitraan antar
organisasi pada paradigma administrasi publik (iii) konteks hubungan kerja antar
organisasi di dalam penyediaan pelayanan publik (iv) konsep kemampuan organisasi
dalam pengembangan hubungan kerja kemitraan antar organisasi, (v) keberhasilan
suatu organisasi pemerintah untuk menguatkan kemampuan organisasi dalam
pengembagan hubungan kerja kemitraan antar organisasi.
Tinjauan Hubungan Kerja Kemitraan Antar Organisasi dalam
Paradigma Administrasi Publik
Tinjauan pengembangan hubungan kerja kemitraan dalam paradigma
administrasi publik ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui perspektifnya terhadap
hubungan kerja kemitraan antar organisasi di dalam penyediaan pelayanan publik.
Ulasan yang disajikan tentang perspektif tersebut dilihat dari paradigma klasik
administrasi publik (Classical Public Administration ), paradigma new public
administration, paradigma New Govermance, dan paradigma New Public Service.
Hubungan Kerja Kemitraan Antar Organisasi dalam Paradigma Clasical Public
Administration
Substansi paradigma Clasical Public Administration dapat ditelusuri dari
pemikiran para ahli, seperti Woodrow Wilson (1887), yang menjelaskan tentang
bagaimana organisasi pemerintah melakukan tindakan administrasi secara
demokratis, efisien dan efektif, dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan, atau
6
bagaimana organisasi pemerintah beroperasi secara memadai (properly operate),
serta dilakukan dengan benar (do the right thing) dan berhasil (do successfully). Dari
pemikiran Max Weber dapat ditelusuri penjelasan tentang bagaimana membangun
birokrasi pemerintah atas dasar kemampuan menjalankan fungsi yang ditugaskan
(merit), jaminan karir pekerjaan atas kinerja yang dihasilkan (tenure), pembagian
tugas (task) dan spesialisasi (specialization), bentuk struktur pyramid yang terdiri dari
atasan dan bawahan (hirarchy), adanya pengawasan atasan ke bawahan untuk
merasionalisasikan hasil secara efisien (rationality) dan cara kerja pegawai
pemerintah dan administrator dibawah aturan tertentu untuk menjamin keteraturan
prosedur dan rasionalitas bertindak ( rule boundedness).
Ketika para pemikir seperti Woodrow Wilson dan Max Weber melakukan
penelitian tentang pengembangan organisasi pemerintahan tersebut, diketahui bahwa
pada waktu itu organisasi pemerintah masih memiliki ukuran yang kecil. Konteks
penelitian waktu itu bertalian dengan adanya permasalahan keterbatasan kemampuan
administratif dari organisasi pemerintah yang dijalankan dengan seadanya dan
seringkali dijalankan secara tidak bertanggung jawab dan disalahgunakan. Kemudian
ternyata tidak dapat menghasilkan kinerja pelayanan public seperti yang diharapkan
oleh masyarakat. Pada perkembangan berikutnya, menurut White ( 1992) bahwa
paradigma administrasi public klasik ini pada dasarnya mempersoalkan masalah
keilmuan manajemen (scientific management) dengan melihat pentingnya kapasitas
manajemen organisasi, kepemimpinan dan profesionalisme dalam birokrasi
pemerintah (executive). Pentingnya keilmuan manajemen tersebut terkait dengan
munculnya permasalahan ketidakefisienan dan penyalahgunaan kekuasaan
administrasi sejalan dengan semakin membengkaknya cakupan tugas dan kegiatan
yang dilakukan oleh birokrasi pemerintah. Kemudian paradigm ini meluaskan
perhatiannya terhadap masalah pengambilan keputusan publik dalam penetapan
aturan dan regulasi oleh organisasi pemerintah secara akuntabel dan responsive.
Lebih lanjut paradigma ini juga melihat masalah hubungan eksekutif dengan
legislatif, kelompok pelaku berkepentingan, dan konsituen dalam pengambilan
7
keputusan.dalam konteks kegiatan penyediaan pelayanan publik, paradigma klasik ini
melihat masalah hubungan kerja antar organisasi yang lebih terfokus pada hubungan
kerja antar organisasi .
Hubungan Kerja Kemitraan Antar Organisasi dalam Paradigma New Public
Management
Munculnya paradigma New Public Management pada dasarnya terkait dengan
upaya pendobrakan terhadap paradigma Classical Public Administration, yang belum
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Kooiman dan Vliet
(1992) menyatakan bahwa paradigma New Public Management pada dasarnya
memfokuskan pada pendekatan kelembagaan Birokrasi pemeerintah untuk mengatasi
permasalahan internalnya dengan melakukan pembaharuan kelembagaan atau
membangun lembaga baru yang lebih mudah diarahkan fungsinya untuk mencapai
sasaran suatu kebijakan. Pembaharuan kelembagaan dalam manajemen publik
tersebut bersumber dari dua isu pokok, yaitu kebutuhan dan tuntutan untuk
mentransformasikan system manajemen yang dikembangkan perusahaan swasta
kedalam organisasi publik, dan pengembangan inisiatif pengaturan dan pengelolaan
pelayanan publik, seperti deregulasi, privatisasi, kontrak manajemen, partisipasi
masyarakat dan sebagainya.
Hubungan Kerja Kemitraan Antar Organisasi dalam Paradigma New
Govermance
Paradigma Classical Public Administration dan New Public Management
ternyata masih memiliki kelemahan untuk mengatasi permasalahan masyarakat yang
terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan yang kian hari menuntut lebih
demokratis, partisipatif, transparan dan akuntabel. Pada awal tahun 1990 an muncul
paradigma kepemerintahan (govermance) yang diperkenalkan oleh para ahli dengan
menggunakan berbagai istilah seperti good govermance, modern govermance, atau
new govermance.
8
Sehubungan dengan istilah kepemerintahan (govermance), Fedrickson (1990)
berpendapat bahwa pada saat sekarang istilah kepemerintahan (govermance), lebih
tepat digunakan bagi administrasi publik. Paradigma ini melihat pentingnya jaringan
kerja organisasional (organizational network) yang didasarkan oleh saling
ketergantungan antar pemerintah dengan actor-aktor privat. Oleh karena itu pradigma
ini memandang pentingnya pendekatan manajemen (manajemen skill0 yang
semuanya bertumpu pada pengeataan keterampilan inernal organisasi pemerintah
bergeser kepada penguatan keterampilan mitra (partner) yang terlibat dalam jaringan
kerja.
Hubungan Kerja Kemitraan Antar Organisasi Dalam Pradigma New Public
Service
Mersspon kelemahan pradigma classicsl public administration dan new public
management dalam memecahkan masalah penyediaan pelayanan public yang melihat
masyarakat sebagai pelanggan (customer), muncul anrus pemikiran yang dikenal
masyarakat sebagai warga masyarakat (citizen) (Denhadrt dan Denhardt, 2003).
Penyediaan Pelayanan Public
Menurut Rothr(1987) bahwa pelayanan public ( public service) didefinisikan sebagai
:
“ all service whice availlabel in the society, whether provided by public or private
sector, but these service still become the responsibility of healte, housing, water
supply and waste, electricity, telecomonication, public transport, road, etc”.
Dari pandangan Willcocks dan Harrow (1992) bahwa pelayanan public
(public service) merupakan pelayanan yang menghasilkan bentuk barang dan jasa
public, dimana proses penyediaan dilakukan melalui pengendalian langsung atau
tidak langsung oleh organisasi public, penggunaan dana bersumber dari pendapatan
Negara yang memerlukan akuntabilitas kepada masyarakat, dan memiliki tujuan
social ekonomi, seperd pelayanan kesehatan, pendidikan , air bersih, pemadam
9
kebakaran, transportasi umum, jalan raga, energy listrik, telekomunikasi, perumahan,
kepolisian, dan sebagainya.
Hubungan Kerja Antar Organisasi Dalam Penyediaan Pelayanan Publik
Menurut Esman (1991) bahwa dalam kehidupan sehari-hari berbagai spectrum
hubungan kerja antar organisasi dalam penyediaan pelayanan public telah
berkembang di masyarakat. Hubungan kerja tersebut dilakukan melalui berbagai
tatanan kelembagaan (institutional arrangement) yang melibatakan peran berbagai
organisasi, baik organisasi pemerintah ,usaha swasta, dan masyarakat.
Kemampuan organisasi dalam pengembangan hubungan kerja
kemitraan antar organisasi
Menurut Jakson dan carter (2008)bahwa sampai dengan saat ini belum
terdapat kesepakatan umum dari pakar tentang defenisi organisasi, meskipun suatau
organisasi dapat dilihat dari identitas formal legal, dan atau mencapai suatu ruang
fisik, dan atau eksis bertempat secara temporal, namun komponen yang penting dari
suatu organisasi adalah manusia (people). Dijelaskan bahwa karena keunikan
manusia, ,maka merubah manusia berarti merubah organisasi, meskipun status hokum
atau identitas legal formal atau ruang yang tempati mungkin tetap sama.
10
BAB III
METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN
Melihat tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu ( Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi Bengkulu) dalam penguatan organisasi dalam pengembangan
hubungan kerja kemitraan dalam penyelidikan pelayanan publik, maka meode
penelitian yang tepat adalah Kualitatif. Lingkup penelitian ini mengenai
keberhasilanorganisasi pemerintah dalam memperkuat kemampuan organisasi dalam
pengembangan hubungan kerjakemitraan antar organisasi dalam penyediaan
pelayanan public. Mengingat indikator penguatan sifatnya subyektif bagi informan,
maka analisis interpretatif dari penelitian merupakan pilihan yang tepat.
Secara khusus penulis menggunakanpendekatan analisis penguatan kapasitas
organizational (organizational capacity building) secara kualitatif. Selanjutnya
dianalisis juga tentang faktor - faktor yang mempengaruhi keberhasilan organisasi
pemerintah untuk melakukan penguatan kemampuan dalam pengembangan hubungan
kerja kemitraan antar organisasi.
ASPEK – ASPEK PENELITIAN
Aspek – aspek penelitian yang akan dilakukan mencangkup:
(i) Kesiapan sistem manajemen untuk mendukung pengembangan kemitraan yang
dapat dinilai dari indikator a) kesesuaian struktur organisasi, b) kesiapan
dukungan sistem pengelolaan sumber daya manusia, c) kesiapan sistem
dukungan anggaran.
(ii) Ketersediaan sumberdaya untuk melaksnakan kegiatan bersama dengan pihak
lain, yang dapat dinilai dari indikator, (a) ketersediaan tenaga dan (b)
ketersediaan dana.
11
(iii) Kemampuan melakukan komunukasi dengan pihak lain, b) kemampuan
membuka ruang gerak bagi partisipasi pihak lain, serta c) kemampuan
melakukan kesepakatan kerjasama dengan pihak lain.
TEKNIS PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara:
Pertama, pengumpulan data historic, dilakukan dengan cara atau mencatat data
sekunder berupa catatan – catatan (record) dari dokimen administratif, catatan rapat,
laporan studi, media massa, data statistik dll yang diperoleh dari instansi pemerintah
atau instansi dan atau lembaga terkait.
Kedua, observasi lapangan, dilakukan dengan mengadakan kunjungan atau
pengamatan langsung secaraformal dan tidak formal untuk mengetahui realitas di
lapangan. Hal ini untuk mengetahui secara langsung dan pasti kondisi semestinya.
Ketiga, pengumpulan data melalui interview atau wawancara terfokus dan tersruktur
(focused and structured interview), yang dilakukan dengan formal maupun tidak
formal, untuk mendapatkan data yang valid. Interview dilakukan tidak saja sekali,
namun berulang sampai menemui kondisi yang relative sama.
TEKNIS PENENTUAN INFORMAN
Dalam penelitian ini, lebih tepat menggunakan istilah Informan dibanding
sampel. Informan dilakukan secara Purposive (bertujuan) yaitu organisasi –
organisasi yang terkait engan konsep kemitraan. Unit analisis penelitian ini adalah
organisasi, jadi interview mengarah pada pertanyaan keorganisasian, meskipun yang
diwawancarai adalah individu. Individu yang di wawancarai secara representatif dari
organisasi yang menjadi sasaran penelitian.
ANALISIS DATA
Proses analisis data dilakukan dengan kegiatan memeriksa, mengkategorikan,
mentabulasikan, atau mengkombinasikankembali pembukti (examining categorizing
12
tabulating or recombining the evidence) untuk mendapatkan penjelasan, pembuktian
dan penilaian tentang karakteristik atau kondisi dari variabel dan sub variabel
penelitian.
Dengan tersediaanya data yang telah dikumpulkan melalui ketiga cara tersebut
di atas, selanjutnya dilakukan pengorganisasian dan dokumentasi hasil pengumpulan
data dalam bentuk data dasar dan laporan investigator. Melalui proses, tersebut
berbagai hasil temuan penelitian dianalisis secara mendalam yang dijamin
kebenarannya dan rangkaian pembuktiannya tertata runtun dari mulai pertanyaan
penelitian, variabel sub variabel, indikator, hasil penelitian, dan sampai pada hasil
temuan (catatan jawaban informan diluar indikator yang muncul saat interview).
Selanjutnya peneliti intervensi, untuk melakukan analisis dari data yang diperolehnya,
peneliti otomatis juga menjadi instrumen dari penelitiaan itu sendiri
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian, maka di analisis berdasar sub variabel yang selanjutnya
menggunakan indikator- indikator sebagai alat ukur. Adapun sub variabel yang
digunakan dalam penelitian ini ada 3 sub variable, dan masing- masing sub variabel
menggunakan beberapa indikator. Adapun sub variabel tersebut adalah :
1. Kesiapan sistem manajemen untuk mendukung pengembangan kemitraan
dapat diihat dari indicator: a) kesesuaian struktur organisai, b) kesiapan
dukungan sisteem pengelolaan sumberdaya manusia, c) kesiapan dukungan
sistem anggaran.
a. Kesesuaian struktur organisasi
Kesesuaian struktur organisasi merupakan kondisi kesesuaian perangkat
organisasi yang dibentuk untuk mendukung kemampuan organisasi dalam
pengembangan kemitraan.
Fungsi Dinas Pekerjaan Umum secara tidak langsung mengawasi secara
teknis pembangunan perumahan atau lingkungan, perencanaan, penataan,
pemeliharaan dan perawatan lingkungan perumahan. secara fakta bahwa
organisasi yang ada di Dinas Pekerjaan Umum telah menyesuaikan
dengan kondisi kebutuhan masyarakat, Adanya 3 (tiga) bidang kerja
mencakup Bina Marga, Cipta Karya dan Pengairan. Bina Karya
menangani pekerjaan infrastruktur yang mencakup pembangunan jalan
dan jembatan. Cipta Karyamengawasi pembangunan gedung- gedung
prasarana public dan jalan lingkungan perumahan. Dalam praktek di
lapangan ada beberapa program kerja yang pelaksanaannya tumpang
tindih. Bidang Pengairan melakukan pengawasan terhadap infrastruktur
pengairan, terkait dengan irigasi dan kebutuhan sarana pengairan yang
lain.
14
b. Kesiapan Dukungan Sistem Pengelolaan Sumberdaya Manusia
Kesiapan dukungan system pengolaan sumberdaya manusia merupakan
tindakan untuk mengerahkan, memanfaatkan, dan membina tenaga aparat
agar dapat melaksanakan tugas dan kegiatan dalam pengembangan
kemitraan. Kesiapan dukungan system pengelolaan sumber daya manusia
dapat dilihat kegiatan dalam pengadaan dan penempatan personil,
pengembangan sumberdaya manusia, dan pembinaan dan pengawasan
kinerja aparat. Hasil wawancara dengan informan mendapat penjelasan
bahwa sampai dengan saat ini kegiatan pengadaan dan penempatan
personil dilaksanakan dengan melihat kebutuhan organisasi dan
pembagian jatah personil yang seharusnya diadakan. Pengadaan personil
dilakukan dengan mencari dengan memagangkan orang yang berminat
dan diperkirakan berkompeten di bidang teknis untuk melakukan
pekerjaan dengan status honorer. Pengembangan sumberdaya manusia
saat ini dilakukan dengan melibatkan personil dalam kegiatan pendidikan
dan latihan berjenjang. Untuk personil yang telah menjadi personil tetap,
maka selalu dilibatkan dalam pendidikan dan pelatihan secara periodic
untuk meningkatkan keterampilan teknisnya. Bagi tenaga administrative
atau keuangan, diikutkan dalam pelatihan khusus untuk itu baik secara
terjadwal maupun tidak terjadwal. Dari pengelolaan sumberdaya yang ada
dilihat masih kurang memadai, sehingga perlu memanfaatkan atau
mengarahkan sumberdaya yang dimiliki oleh pihak lain.
c. Kesiapan Dukungan Sistem Anggaran
Dukungan system anggaran yang ada dalam lingkungan Dinas Pekerjaan
Umum dapat dilihat dari ketersediaan prosedur penyusunan anggaran dan
prosedur pelaksanaan anggaran, serta mekanisme pengadaan barang dan
jasa yang mendukung pengembangan kemitraan.
Berdasar wawancara yang dilakukan, tersedia prosedur penyusunan
anggaran tahunan, penetapan alokasi anggaran, penyaluran anggaran
15
serta pengawasan dan pemantauan pelaksanaan anggaran mengikuti
peraturan yang ada. Untuk pengaturan mekanisme pengadaan barang dan
jasa dilakukan melalui system (i) swakelola dengan dilaksanakan sendiri,
(ii) kontrak kerjasama dengan pihak ketiga, (iii) kerjasama operasional
dengan masyarakat, dan (iv) kerjasama operasional dengan lembaga
lainnya. Ditambahkan bahwa untuk melaksanakan pengadaan barang dan
jasa dalam kegiatan perencanaan penataan lingkungan menggunakan
mekanisme kontrak keluar pihak ketiga. Untuk melaksanakan kegiatan
perbaikan/ pemeliharaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan
dilakukan melalui mekanisme kontrak keluar pihak ketiga dan mekanisme
kerja operasional dengan masyarakat. Sedangkan untuk kegiatan
penyuluhan masyarakat, dan peningkatan partisipasi masyarakat sebagian
besar dilakukan melalui mekanisme swakelola. dari penjelasan tersebut,
meskipun mekanisme pelaksanaan anggaran dilakukan oleh kontrak keluar
pihak ketiga dan kerjasama operasional dengan masyarakat cukup
menonjol, namun mekanisme pelaksanaan anggaran tersebut tetap
memberdayakan tenaga yang dimiliki secara internal. Sehingga system
anggaran selama ini belum dapat memenuhi sumber dari pihak luar.
2. Ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan bersama dengan
pihak lain.
Ketersediaan sumberdaya diperlukan untuk menggerakkan system manajemen
bagi Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan tugas dan kegiatan dan
sekaligus mendukung pengembangan kemitraan. Kondisi ketersediaan sumber
daya tersebut dapat dilihat dari indicator: (a) ketersediaan tenaga, (b)
ketersediaan dana,
(a) ketersediaan tenaga
Ketersediaan tenaga yang ada dalam komposisi 40% tenaga honorer, dan
60% tenaga tetap. proporsi ini terkait dengan volume kerja dan tanggung
jawab pekerjaan yang relative temporer sifatnya. Tenaga kerja teknik
banyak berasal dari honorer, karena mereka memang dipersiapkan untuk
16
melakukan pekerjaan teknis pelaksanaan dan pengawasan sedangkan tetap
lebih pada perencanaan dan pengawasan kerja
(b) Ketersediaan dana
Secara khusus penyediaan dana untuk melaksanakan kegiatan bersama
dengan pihak lain
dengan pihak lain tidak dapat dilihat secara langsung, hal tersebut dapat
dilihat dari masing-masing komponen pembiayaan kegiatan. Alokasi dana
mencakup pembayaran gaji honorer, kegiatan penyediaan sarana dan
prasarana lingkungan, pembangunan jembatan, pembangunan jalan, dan
kegiatan perencanaan penataan lingkungan perumahan. Dijelaskan pula oleh
informan bahwa alokasi dana yang diberikan ke Dinas Pekerjaan Umum
ternyata kurang memadai dibandingkan dengan alokasi dana untuk instansi
terkait, sehingga ketersediaan dana yang dimiliki oleh Dinas terkait masih
kurang memadai. Dari hal tersebut ternyata kondisi ketersediaan dana yang
dimiliki untuk mendukung pengembangan kemitraan maupun pelaksanaan
kegiatan bersama dengan pihak lain sangat terbatas, bahkan ketersediaan dana
yang dimiliki oleh Dinas Pekerjaan Umum untuk melaksanakan tugas dan
kegiatan dalam pengembangan kemitraan antar organisasi atau melaksanakan
kegiatan bersama dengan pelaku kepentingan dapat dikatakan masih kurang
memadai.
3. Keterampilan aparat berinteraksi dengan pelaku berkepentingan
(stakeholders) dalam jaringan kerja pelayanan publik.
Keterampilan aparat berinteraksi dengan pihak lain dalam jaringan kerja
pelayanan public merupakan indikasi kemampuan organisasi Dinas Pekerjaan
Umum Propinsi Bengkulu mengembangkan hubungan kerja kemitraan.
Penilaian terhadap keterampilan aparat berinteraksi dengan pihak lain dapat
dilihat dari indicator : a) kemampuan melakukan komunikasi dengan pihak
17
lain, b) kemampuan membuka ruang gerak bagi partisipasi pihak lain, c)
kemampuan melakukan kesepakatan kerjasama dengan pihak lain.
a. kemampuan melakukan komunikasi dengan pihak lain.
Kemampuan aparat melakukan komunikasi dengan pihak lain dapat dilihat
dari media yang digunakan untuk berinteraksi dengan pihak lain dalam
jaringan kerja pelayanan public. Untuk melakukan komunikasi dengan pihak
lain, dari hasil interview dengan informan mengatakan bahwa kegiatan
komunikasi dilakukan untuk menjelaskan tugas dari Dinas Pekerjaan Umum
yang memerlukan dukungan dari pihak lain, meningkatkan respon masyarakat
untuk terlibat dan partisipasi dalam kegiatan pembangunan infrastruktur
public, baik menyangkut sarana prasarana maupun lingkungan perumahan.
Ajang komunikasi yang digunakan menyangkut siaran radio, TV, surat kabar
dan website dan selebaran. Diantara media yang saat ini digunakan, maka
yang efektif dan dominan adalah tatap muka langsung dengan masyarakat.
Dengan penjelasan beberapa responden, maka tatp muka jarang dilakukan,
sehingga dapat dikatakan kemampuan aparat melakukan komunikasi dengan
pelaku berkepentingan dinilai masih kurang.
b. kemampuan membuka ruang gerak bagi partisipasi pihak lain.
kemampuan membuka ruang gerak bagi partisipasi pihak lain untuk
melaksanakan kegiatan bersama pihak lain dapat dilihat dari pengalaman
mengembangkan forum lintas pelaku yang terkait dengan pelaksanaan
kegiatan dalam penyediaan pelayanan publik. Dari hasil wawancara dengan
pucuk pimpinan Dinas Pekerjaan Umum tentang pengalaman membuka ruang
gerak bagi partisipasi pihak lain maka setidaknya ada beberapa hal yang
mencakup forum kordinasi lintas pelaku tentang perbaikan kampung, Program
pemberdayaan masyarakat daerah akibat krisis ekonomi (PDM-DKF).
Program Penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP), adanya
18
pembentukan Tim Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Perumahan
Daerah (TP4D) pada tingkat Propinsi.
c. kemampuan melakukan kesepakatan kerjasama dengan pihak lain
kemampuan aparat Dinas Pekerjaan Umum melakukan kesepakatan kerjasama
dengan pihak lain dapat dilihat dari kemampuan melakukan kesepakatan
dengan pihak lain untuk mensinkronisasikan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan bersama instansi terkait, peningkatan partisipasi usaha swasta, dan
pelaksanaan kerjasama operasional dengan kelompok organisasi masyarakat.
Hasil wawancara dengan aparat Dinas Pekerjaan Umum tentang upaya yang
dilakukan untuk kesepakatan kerjasama dengan pihak lain, informan
mengatakan bahwa lingkup kesepakatan kerjasama dengan pihak lain
dilakukan terutama dalam mensinkronisasikan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan bersama instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan penataan
lingkungan dan penyediaan sarana dan prasarana public. Proses kesepakatan
kerjasama dilakukan dengan mengadakan pertemuan teknis membahas permasalahan
pokok dan masukan kegiatan yang dapat disediakan oleh instansi terkait.
Bentuk kesepakatan kerjasama dengan pihak lain biasanya dalam bentuk
dokumen rencana kerja dan alokasi dana kerjasama, dokumen perjanjian
kerjasama kemitraan dan dokumen kerjasama operasional (KSO) pelaksaan
bersama masyarakat.
19
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari analisis data di lapangan yang telah dikaji dalam hasil penelitian maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kesiapan sistem manajemen untuk mendukung perkembangan kemitraan
masih terbentur dengan kesiapan sistem anggaran. Meskipun dari struktur
organisasi sudah mengatur pembagian tugas sesuai bidang seperti Bina dan
Marga. Cipta Karya dan pengairan, tetapi perencanaan yang dilakukan kurang
didukung oleh kesiapan sumberdaya manusia.
2. Ketersediaan sumberdaya untuk melaksanakan kegiatan bersama dengan
pihak lain masih terkendala dengan ketersedian tenaga kerjayang relative
masih banyak masih banyak tenaga teknis oprasional (honorer) dibanding
tenaga kerja ahli dengan keterampilan dan keahlian tinggi, sumber dana masih
terganjal oleh kecilnya anggaran untuk instransi tersebut ,sehingga pola
kemitraan pendanaan merupakan peluang yang perlu dilakukan lebih inensif.
3. Keterampilan aparat berinteraksi dengan pelaku berkepentingan(stakeholders)
dalam jaringan kerjapelayanan publik masih menunjukan adanya kondisi yang
marginal ,pemberdayaan masyarakat belum menujukan adanya kondisi yang
marginal ,pemberdayaan masyarakat belum menunjukan geliatnya.sehingga
aparat penyedia layanan public masih harus bekerja keras untuk mewujudkan
kesadaran masyarakat dalam partisipasi pembangunan
SARAN
1. Perlunya penguatan kerjasama kemitraan melalui legalitas yang tinggi agar
dapat mensinergikan intstansi atau organisasi terkait yang ada di daerah.
2. Di ciptakan bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat untuk mengadakan
barang public yang benar-benar menyentuh kepentingan public
20
ANGGARAN
BAHAN HABIS PAKAI
NO Macam ATK Volume Harga
satuan(Rp)
Total (Rp)
1 Kertas HVS 80 gr 5 rim 40,000 200.000
2 Flash Disk 2 buah 90.000 180.000
3 Tinta Printer Hitam 2 buah 40.000 80.000
4 Cartridge 1 buah 350.000 350.000
5 Ballpoint 2 lusin 30.000 60.000
6 Batu batre 2 kotak 50.000 100.000
7 Stabillo Bos 2 buah 4.500 9.000
Jumlah 979.000
MENGUMPULKAN DATA LAPANGAN dan ANALISA DATA
No Jenis kegiatan volume Harga
Satuan(Rp)
Total(Rp)
1 Uang lelah pencari data 4 400,000 1.600,000
2 Bantuan transportasi 4 kali 300,000 1,200.000
3 Konsumsi 4 225,000 900.000
4 Bantuan oprasional analisa
data
1 paket 1,500,000 1,500,000
Jumlah 5.200,000
LAPORAN DAN PUBLIKASI
No Jenis kegiatan volume Harga
satuan (Rp)
Total (Rp)
1 Uang lelah pembuat
laporan
1 paket 800.000 800.000
2 Pengadaan (Foto copy) 12
exsemplar
30.000 360.000
3 Penjilidan laporan 12 buah 3.000 36.000
4 Kontribusi kejurnal 2 eksemplar 100.000 200.000
Jumlah 1.396,000
Jumlah keseluruhan (1+2+3+4)= 7,575,000
Terbilang = Tujuh juta limaratus tujuh puluh lima ribu rupiah
21
DAPTAR PUSTAKA
Agree S, 2000, Promoting Good Governance: principles, Practies and
perspectivees,
Commoneeth secretariat, Londen, p 1-11, 68-82
Denhart RB, Theories of Public Organization, Books/Cole Publising
Company,
California, p 52-66
Denhart RB and Grubbs J.W. 1999, Public Administration : An Action
Orientation,
Harcourt Brace College Publisher, New York, p 73-133, 294-304
Denhart JV and Denhart RB, 2003, The News Public Service, ME Sharpe,
Armonk,
New York, 3-22, 169-191
Esman, MJ, 1991, Management Dimensions of Devlopment Persfektif and
Strategies,
Kumarian Press, Inc, Conecticut, p113-114,117-118,122
Ferlie E, 1996, The New Public Management in Action, Oxford University
Press,p 9-15
Holzer M and Carter, 2000, Government at Work : Best Practies and Model
Programs,
Sage Publications, California, p 25-31
Jakson N and Carter ,2000, Rethinking Organization, Behaviour Research,
holt Rinchart an Winston, Inc, Chicago, p 27-28
Kooiman J and Vliet M , 1993, Government AND Public Organization, sage
Publications, London, p 58-72
Thoha, Miftha, 1997, Dimensi-dimensi Prima Ilmu AdministrasimNegara, PT
Rajawali Grafindo Persada, Jakarta, p 121-174
22
Willcocks and Harrow (ed), 1992, Rediscoverin Public Service Management,
Mc Graw Hill Book Company, Londen, P xii-xxix
Jurnal/ Dokumen lain :
Peter J, steinberger is Robert H. And Blanche Day Ellis Profesor of Political
Science and Humanities and Dean of the Faculty, Reed College. Hegel’s
Philosophy of Right (1988) and the Concept of Political Judgment,
Catherine W Ng and Evelyn G H Ng, State, Market and Civil Society in
Hongkong : A Study of Multi-media Advertising on Buses , ASIAN
JOURNAL OF PUBLIC DMINISTRATION VOL 24, NO 2 (December
2002) 287-303
Michael Polanyi, Full Employment and Free Trade (Cambridge, UK:
Cambridge University Press, 1945), 144-142
Internasional Studies Quaterly, Vol. 19, No. 1 (Mar., 1975), 117-119.
Community development journal vol 35, no : 3, 2000. Re Theorizing the
interactive state: reflection on a popular partipating initative in Ireland,
International Political Science Review (2005) , Globalization Liberation and
Prospect for the state, James, Putzel, Volume 25, No : 1, p 5-16,
CURRICULUM VITAE
23
IDENTITAS DIRI
Nama : Drs. Sugeng Suharto, MM.Msi
NIP : 196619082000120001
Tempat dan Tanggal Lahir : Tegal, 19 Agustus 1966
Jenis Kelamin : Laki-laki
Golongan atau Pangkat : IV/a
Jabatan Fungsional Akademik : Lektor Kepala
Perguruan Tinggi : Universitas Bengkulu
Alamat : Jl. Wr Suprapman Kandang Limun
Bengkulu
Telp./Faks. : 0736-21038
Alamat Rumah : Jl. Kakaktua No: 17 Bengkulu
Telp/Faks : 0736-52335
Alamat e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN TINGGI
Tahun
lulus
Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/Bidang
1992 S1 Universitas Sebelas Maret Administrasi
Negara
2000 S2 Universitas Gajah Mada Administrasi
Negara
1997 S2 STIE Jogjakarta Manajemen
Keuangan
24
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Pelatihan Penyelenggaraan
2005 Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah DP3M Dikti Depdiknas
2007 Pelatihan Kegrafikan dan
Penyuntingan
Pusat Grafik Indonesia
Depdiknas
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Tahun...s.d. ....
Sekretaris
Prodi
Program Extensi Adm Negara
Fisip Bengkulu
2005 sd 2006
Sekretaris
Program
MAP
Magister Administrasi Negara
Publik UNIB Joint Program
UNIB UNSOED
2007 sd 2009
Sekretaris
Jurusan
Magister Negara, Univ
Bengkulu
2009 sd Sekarang
Direktur
Program
Magister Administrasi Publik
Unib
2009 (1 tahun)
Sekretaris Magister Ilmu Administrasi
Fisip UNIB
2010- jan 2011
Dekan Fisip Universitas Ratu Samban
Bengkulu Utara
2006-2010 dan
2010- sekarang
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahun ... s.d.
...
Ilmu
Keuangan
Negara
S1 Jurusan Adm Negara 1994 sd
sekarang
Azas-azas
Manajemen
D3 Diploma 3 Jurnalistik 2003 sd
sekarang
25
Keuangan Negara S2 MAP Univ
Terbuka
2005 sd 006
Manajemen Strategik Sektor
Publik
S2 MAP Univ
Bengkulu
2007 sd sekaramg
Kebijakan Sosial S1 Fisip
Univ.Bengkulu
2008 sd sekarang
Manajemen Proyek S1 Jurusan Adm
Negara
2006 sd 2008
Strategi Pembangunan S1 Jurusan Kesj.Sosial 2008 sd sekarang
26
PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA
2000 s/d sekarang Skripsi 215 mhs
2008 s/d sekarang Thesis 15 mhs
PENGALAMAN PENELITIAN ( 4 Tahun terakhir)
Tahun Judul penelitian Jabatan Sumber Dana
2003 Kualitas Layanan BUMN Ketua Dep.Perhubungan
2005 Analisis Kebijakan
Program Kompensasi
Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak
Anggota Menkokesra
2006 Kebijakan Program
Jaminan Kesehatan
Masyarakat Miskin di
Provinsi Bengkulu
Anggota Menkokesra
2007 Implementasi Program
UPKD dalam Bengkulu
Regional Development
Project A
Ketua Dikti
Regional
Teori Adm Publik S2 MIA 2010 sd sekarang
Keuangan Negara dan
kebijakan anggaran
S2 MIA 2010 sd sekarang
Formulasi, Implememtasi dan
Evaluasi Kebijakan Publik
S2 MIA 2010 sd sekarang
27
KARYA TULIS ILMIAH (4 Tahun Terakhir)
A. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2003 Kualitas Layanan PT Kereta Api Daop
IV
Jurnal, Lemlit Univ
Bengkulu
2003 Pembinaan Usaha untuk mendapatakan
modal perbankan/Lembaga Keuangan
bagi pengusaha kecil dalam memperoleh
modal usaha
Jurnal , Dharma Raflesia
2004 Sistem Manajemen Buku, Pustaka Raja
1005 Pelembagaan Leraning Organitational
pada Reorganisasi PT Kereta Api
Jurnal, Triadik FKIP
Unib, terakreditasi
2007 Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak
Buku, Pustaka Raja,
Jogjakarta
2008 Implementasi Program Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
Miskin (JPKMM)
Jurnal, Akses, vol 5,
Nomor 1,Februari 2008
2008 Analisis Dampak Kebijakan Unit
Pengelola Keuangan Desa (UPKD)
Bengkulu Regional Development Project
(BRDP)
Jurnal, Akses vol 5,No 2,
Agustus 2008
B.Makala / Poster
Tahun Judul Penyelenggara
2004 Strategi Pembangunan Propinsi Bengkulu RRI Bengkulu
2005 Pembinaan Usaha Mikro oleh pemerintah
daerah
Dinas Kelautan dan
Periknan Kab.Seluma
2006 Potensi pengembangan daerah untuk
peningkatan PAD Propinsi Bengkulu
Bappeda Propinsi
Bengkulu
28
2007 Implemenatsi Program PKPS-BBM
Propinsi bengkulu
Senat Univ Bengkulu
2008 Kebijakan pemerintah propinsi
menyongsong 40 Tahun Propinsi
Bengkulu
TVRI Bengkulu
2008 Kebijakan penaggulangan dana gempa TVRI Bengkulu
2008 Konflik tapal batas di kabupaten Bengkulu
Utara
TVRI Bengkulu
2008 Perebutan Kekuasaan dalam Pesta
Demokrasi
TVRI Bengkulu
2008 Administrasi Keuangan dan Logistik PMI Propinsi Bengkulu
2009 Wawasan Kebangsaan BKD Bengkulu
C.Penyunting/Editor/Reviewer/Resensi
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2004-2006 Reviewer Jurnal Jurnal Dharma Raflesia
2006-
sekarang
Reviewer Jurnal Jurnal Akses Fisip UNIB
2008-
sekarang
Reviewer Jurnal Jurnal Saintific, Univ Ratu Samban
Bengkulu Utara
PESERTA KONFERENSI / SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul kegiatan Penyelenggara
1993 Regional Seminar on University NFUCA
29
Cooperative in Singapore
1994 Follow up Workshoop University Coop in
Thailand
ICA-NFUCA
1996 Conference of Asean economic in
Malaysia
University of Malaya
2005 Public Policy and Local Goverment UGM Jogjakarta
KEGIATAN PROFESINAL/PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Kegiatan
2005 Tim Monitor dan Evaluasi Program Kompensi Pengurangan Subsidi
Bahan Bakar Minyak Propinsi Bengkulu
2004 Survey Nasional Pendidikan Dasar dan Menengah
PENGHARGAAN/PIAGAM
Tahun Kegiatan Pemberi
1993 Piagam Penatar P4 Nasional Kepala BP7 Pusat
1997 Piagam sebagai Manggala P4 Nasional Kepala BP7 Pusat
Bengkulu,Maret 2011
Ketua Peneliti
30
Drs.Sugeng Suharto,MM.MSi
ANGGOTA PENELITI
IDENTITAS DIRI
1. Nama : Drs. Mirza Yasben,MSoc.Sc
2. Jabatan Fungsional : Lektor
3. NIP : 195612211984030001
4. Alamat Rumah : Jl.Sentosa 17 Curup
5. Nomor Telepon : 0811733173
6. Alamat Kantor : Fisip UNIB, Jl.Wr Supratman Bengkulu
7. Telepon : 073621170
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. S1 Universitas Tanjung Pura,Kalimantan
2. S2 New Zailand
PENGALAMAN PENELITIAN 3 TAHUN TERAKHIR
31
1. Partisipasi wanita dalam pemilihan calon Legislatif,di Kab Lebong 2009
2. Peran Ganda Akademisi dalam partisipasi pembangunan, Propinsi Bengkulu,2010
3. Politik dan Peradaban dalam basis perilaku institusional, Propinsi Bengkulu,2020
PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT 3 TAHUN TERAKHIR
1. PENDAMPINGAN MASYARAKAT PENERIMA BANTUAN SLT,2009
Bengkulu, Maret 2011
Anggota Peneliti,
Drs.Mirza Yasben, MSoc.Sc
ANGGOTA PENELITI
IDENTITAS DIRI
1. Nama : Drs. Syamsurizal, Msi
2. Jabatan Fungsional : Lektor
3. NIP : 195609291984031010
4. Tempat tanggal lahir : Gunung Alam, 29-09-1956
5. Alamat Rumah : Jalan Bhayangkara no:40 Bengkulu
8. Nomor Telepon : 073651133
9. Alamat Kantor : Fisip UNIB, Jl.Wr Supratman Bengkulu
10. Telepon : 073621170
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. S1 Universitas Katolik Parahiyangan Bandung
2. S2 Universitas Indonesia
PENGALAMAN PENELITIAN 3 TAHUN TERAKHIR
32
1. Pengaruh Latar Belakang Sosial terhadap aktivitas generasi muda, Dikti, 1997
2. Pengaruh Sosial ekonomi terhadap aktivitas belajar mengajar, 2009
PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT 3 TAHUN TERAKHIR
1. Sosialisasi politik bagi ormas, 2009
Bengkulu, Maret 2011
Anggota Peneliti,
Drs.Syamsurizal, MSi