Welcome to Raden Intan Repository - Raden Intan...

90
PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling Oleh: MIRA NIRMALA NPM : 1311080029 Jurusan : Bimbingan dan Konseling FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1439 H / 2017 M

Transcript of Welcome to Raden Intan Repository - Raden Intan...

  • PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT

    BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)

    dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling

    Oleh:

    MIRA NIRMALA NPM : 1311080029

    Jurusan : Bimbingan dan Konseling

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    RADEN INTAN LAMPUNG

    1439 H / 2017 M

  • PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT

    BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna MemperolehGelarSarjana Pendidikan (S.Pd)

    dalam Ilmu Bimbingan dan Konseling

    Oleh:

    MIRA NIRMALA

    NPM. 1311080029

    Jurusan : Bimbingan dan Konseling

    Pembimbing I : Drs. Badrul Kamil, M.Pd.I

    Pembimbing II : Nova Erlina, SIQ.,M.Ed

    FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    RADEN INTAN LAMPUNG

    1439 H / 2017 M

  • ABSTRAK

    PENGGUNAAN KETERAMPILAN DASAR KONSELING OLEH GURU BK UNTUK MEMBANTU MENYELESAIKAN MASALAH MINAT

    BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMK NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG

    Oleh

    Mira Nirmala Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan guru bimbingan

    konseling (bk) dalam menangkap atau merespon pernyataan peserta didik dan mengkomunikasikannya kembali kepada peserta didik. Dalam melaksanakan layanan konseling individu, guru bk harus mampu menerapkan dan menguasai keterampilan dasar konseling karena dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan keterampilan dasar konseling oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah satu guru bimbingan dan konseling di SMK Negeri 3 Bandar Lampung, metode pengumpulan datanya menggunakan observasi partisipan dimana peneliti turut serta ambil bagian dalam proses orang yang di observasi, analisis data menggunakan teknik analisis kualitatif dengan 3 cara yaitu; reduksi dan kategorisasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan ada beberapa keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dalam proses layanan konseling individu untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik diantaranya yaitu: attending (pemusatan perhatian), dorongan minimum (memberi dorongan), refleksi (penegasan masalah), pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Dari hasil penelitian bahwa keterampilan dasar konseling yang digunakan oleh guru bk dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik meskipun dengan lima keterampilan dasar yang guru bk gunakan. Secara profesional sebagai seorang guru bk keterampilan dasar konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan berkesan.

    Kata kunci: Keterampilan dasar konseling, Guru bimbingan dan konseling

  • MOTTO

    ........ .......

    Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum

    mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS: Ar-Ra’d Ayat 11)1

    1Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya Asy-Syifa, (Semarang: Raja Publik Sing,

    2010).h.250

  • PERSEMBAHAN

    Alhamdulillahirabbil’alamin dengan rasa syukur kepada Alllah SWT

    Karya tulis ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang pada orang-orang

    yang selalu mendukung terselesaikannya karya ini, di antaranya:

    1. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Sehran dan Ibu Emi Rohidayah yang selalu

    memberikan dukungan serta nasehatnya agar selalu berada dijalan-Nya, terlebih

    do’a dan kasih sayangnya yang tiada henti-hentinya hingga dapat menyelesaikan

    kuliah ini.

    2. Kakakku Subhi Haryanto, Mery Susanti, Johansah, dan Ahmad Jupriko Hadi

    dan beserta kakak-kakak iparku Misniarti, Alamsah serta keponakanku Siti

    Aisyah Azahrah, M. Arif Alfaqih, Lutfi Zaki Muazam Serin, Kanza Sabrina

    Serin yang senantiasa memberikan dukungan atas keberhasilanku sehingga dapat

    menyelesaikan Akademik ku di UIN Raden Intan Lampung.

    3. Keluarga besarku yang senantiasa memberikan do’a dan dukungan untukku.

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis lahir tanggal 30 Juli 1995 di Desa Pura Jaya, Kecamatan Kebun Tebu,

    Kabupaten Lampung Barat. Penulis adalah anakkelimadari5 bersaudara, dari

    pasanganBapak SehrandanIbu Emi Rohidayah. Penulis menempuh pendidikan

    formal: SDN 1 Pura Jaya pada tahun 2001 lulus tahun 2007. Kemudian melanjutkan

    di SMPN 1 Kebun Tebu pada tahun 2007 dan lulus tahun 2010. Kemudian penulis

    melanjutkan lagi di SMAN 1 Kebun Tebu dari tahun 2010sampai dengan 2013.

    Pada tahun 2013, penulisterdaftarsebagai mahasiswa Program Bimbingan dan

    Konseling, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Raden Intan Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

    UIN Raden Intan Lampung Tahun Ajaran 2013/2014.

    Padatahun 2013, penulisditerimasebagaimahasiswa di, Universitas Islam

    Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, pada FakultasTarbiyah dan Keguruan program

    studi Bimbingan dan Konseling.Padatahun 2016 penulis mengikuti Kuliah Kerja

    Nyata (KKN) di Desa Buyut Baru Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung

    Tengah selama 40 hari. Selanjutnya pada tahun yang sama, Penulis mengikuti Praktek

    Pengalaman Lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 3Bandar

    Lampung. Kegiatan yang pernah penulis ikuti yaitu bergabung dalam UKM Pramuka

    UIN RIL Tahun 2013/2014.

  • KATA PENGANTAR

    Assalamu’alaikum Wr.Wb.

    Alhamdullilahirabbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

    SWT yang telah melimpahkan karunia berupa ilmu pengetahuan, kesehatan, dan

    petunjuk, sehingga skripsi yang berjudul “Penggunaan Keterampilan Dasar

    Konselingoleh Guru BK Terhadap Minat Belajar Peserta Didik di SMK Negeri 3

    Bandar Lampung, dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam disampaikan

    kepada Nabi Muhammad SAW, parasahabat, keluarganya, dan pengikutnya yang

    setia.

    Skripsiinimerupakanbagiandaripersyaratanuntukmenyelesaikanstudi program

    strata satu (S-1), padaFakultasTarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntan Lampung,

    guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang ilmu Tarbiyah. Atas

    bantuan semua pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini taklupa dihaturkan terima

    kasih sedalam-dalamnya kepada :

    1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, MPd, selaku Dekan Fakultas tarbiyah dan

    Keguruan UIN RadenIntanLampung;

    2. Bapak Andi Thahir, M.A.,Ed.D, selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling.

    3. Bapak Dr.Ahmad Fauzan,M.Pd selaku sekretarisJurusan Bimbingan Konseling

    Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN RadenIntanLampung;

  • 4. Bapak Drs. Badrul Kamil, M.Pd.Iselakupembimbing I, yang telah menyediakan

    waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi tersusunnya

    skripsi ini;

    5. Ibu Nova Erlina, SIQ.,M.Ed sebagai pembimbing II yang dengan sabar

    memberikan bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti bagi penulis;

    6. Bapak dan Ibu Dosen serta para staf/karyawan Fakultas Tarbiyah UIN Raden

    Intan Lampung yang telah membimbing dan membantu penulis selama

    mengikuti perkuliahan;

    7. IbuSuniyar, S.Pd,M.Pd selaku Kepala SMKN 3 Bandar Lampung, yang telah

    memberi izin untuk melakukan penelitian.

    8. Ibu Dini Afini, S.Pd selaku Guru Bimbingan dan Konseling SMKN 3 Bandar

    Lampung yang telah bersedia dengan ramah menjawab pertanyaan-pertanyaan

    peneliti saat wawancara dan terima kasih telah menyediakan waktunya untuk

    membantu dalam pengumpulan data selama penelitian.

    9. Pesertadidik di SMKN 3 Bandar Lampung yang tidakbiasadisebutsatu-persatu.

    Terimakasihatasdukungandankerjasamanya.

    10. Teman-teman Seperjuangan di Jurusan Bimbingan dan KonselingFakultas

    Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung angkatan 2013 khususnya

    kelas BK A. Terima Kasih atas kebersamaan dan dukungannya selama ini,

    semoga silaturahmi tetap terjalin dan terjaga dan ilmu yang kita dapatkan

    bermanfaat, Amin.

    11. Sahabat sekaligus seperti keluarga yang selalu saling mendukung dan

    memberikan motivasi satu dengan yang lain disaat gairah jiwa menurun dan

    kalian selalu ada, Alpizon, Apri Yanti, Dewi Rosita, Nur Azizah, Febriawan,

  • Munik Yuni A, Rosnaeni. Semoga kita selalu terjaga dan kita dapat

    dipertemukan pada kesuksesan yang selalu kita impikan.

    12. UKM Pramuka UIN Raden Intan, seluruh kk Purna Racana, teman seangkatan

    dan adik-adik yang sudah banyak memberikan pengalaman dan pembelajaran

    hidup yang tak ternilai.

    13. Teman-teman KKN kelompok 51 yang tidakpernahberhentimemberikannasihat.

    Terimakasihataspelajaran yang telahdiberikan di saat KKN.

    14. Teman-temanPPLdi SMKN 3 Bandar Lampung. Terimakasihataskebersamaan

    selama 2 bulan yang telahdiberikan di saatPPL.

    15. AlmamaterkutercintaUINRadenIntan Lampung dan semua pihak yang tidak

    dapat disebutkan satu persatu, namun telah embantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan semua pihak yang

    telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,diharapkanbetapa pun

    kecilnyakaryatulis (hasilpenelitian) inidapatmenjadisumbangan yang

    cukupberartidalampengembanganilmupengetahuan.

    Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

    Bandar Lampung, Oktober 2017 Penulis, MIRA NIRMALA NPM.1311080029

  • DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i ABSTRAK ............................................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv MOTTO ................................................................................................................. v RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Identifikasi Masalah................................................................ 7 C. Batasan Masalah ..................................................................... 7 D. Rumusan Masalah ................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian .................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian .................................................................. 8 G. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 9

    BAB II LANDASASAN TEORI KETERAMPILAN DASAR KONSELING

    A. Pengertian ............................................................................... 10 B. Macam-macam keterampilan Dasar Konseling .................... 12 C. Penelitian yang Relevan ......................................................... 19 D. Kerangka Pemikiran ............................................................... 22

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ........................................................................ 26 B. Subjek dan Objek Penelitian .................................................. 27 C. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 28 D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 28 E. Teknik Analisis Data .............................................................. 28

  • BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .............................................................................. 31 B. Pembahasan .................................................................................... 38

    BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 44 B. Saran ............................................................................................... 45

    DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Pedoman Observasi

    Lampiran 2 : Pengesahan Seminar

    Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian

    Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

    Lampiran 5 : Sejarah Profil Sekolah SMK Negeri 3 Bandar Lampung

    Lampiran 6 : RPL Guru BK SMK Negeri 3 Bandar Lampung

    Lampiran 7 : Rekapitulasi Absen Peserta didik

    Lampiran 8 : Dialog Sesi Konseling Guru BK dan Peserta didik

    Lampiran 9 : Daftar Hadir Sesi Konseling

    Lampiran 10 : Foto Kegiatan yang Berlangsung

  • DAFTER TABEL

    Tabel Halaman

    1. ....................................................................................................... Tabel Proses Konseling ........................................................................................ 15

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Guru Bimbingan Konseling diharapkan dapat membantu peserta didik untuk

    mencapai tujuan yang jelas. Kejelasan tujuan yang ingin dicapai memungkinkan

    tahapan perubahan tingkah laku peserta didik menjadi lebih terarah, sehingga guru

    bimbingan dan konseling bertindak sebagai fasilitator pemberi bantuan dalam jangka

    waktu yang singkat.

    Konteks tugas Guru Bimbingan dan Konseling berada dalam kawasan

    konseling yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan peserta didik

    dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang

    produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum.

    Konseling merupakan satu proses yang melibatkan hubungan dua arah antara

    konselor profesional dengan individu yang memerlukan bimbingan.2

    “Menurut Brammer proses konseling adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi para peserta konseling tersebut (konselor dan klien)”.3 Manakala Hansen, Ressberg dan Cremer juga mendefinisikan konseling sebagai suatu proses menolong manusia belajar

    2Noriah Mohd. Ishak, Zuria Mahmud & Salleh Amat, Hubungan dual di kalangan

    kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11,(Kuala Lumpur Persatuan Kaunseling Malaysia 2005). h.37-60

    3Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, (Bandung: Alfabeta 2013).h.50

  • mengenali diri, persekitaran dan cara-cara mengendali tugasan dan perhubungan dengan orang lain.4

    Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh seseorang

    yang berprofesi di bidang konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan

    biasa dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu yang mendapatkan

    bantuan tersebut mendapatkan kebahagiaan. dalam proses konseling individu tentu

    saja membutuhkan teknik dan keterampilan tertentu yang harus dikuasai.

    Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan dasar konseling.

    Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan sesi

    konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling menekankan

    adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang menerima

    bantuan dengan menggunakan metode wawancara.

    Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan. Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.”5

    Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar konseling.

    Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat memberikan layanan

    yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan antara klien dan

    konselor.6 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil dalam berbagai

    4Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia: Fajar Bakti 2006).h.3 5 Sofyan Willis. Op Cit.h.36 6Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2011).h.53

  • teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.7 Sememangnya

    keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh guru konseling

    dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

    Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam komunikasi

    dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang diklasifikasikan ke

    dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1) tahap pembukaan

    yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan), mendengarkan,

    empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka, mengikuti

    pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

    menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

    memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

    menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

    dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara formal.8

    Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di

    dalam negeri maupun luar negeri telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya

    sebagai guru bimbingan dan konseling. Penelitian Harold L. Hackney mendapati

    bahwa akuisi keterampilan dan sikap dalam pra-praktikum memungkinkan model

    konsultasi-profesional dalam praktikum yang berfokus pada akumulasi pengalaman

    7Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat. 2008. Lukisan sebagai proses diagnosis dan

    intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia). h. 1-22

    8Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8

  • dari pada keterampilan.9Hal ini tentu dapat menjadikan sebagai referensi perbaikan

    keterampilan-keterampilan guru konseling di kota Bandar Lampung. Bahwa program

    pendidikan konselor memiliki tanggung jawab untuk memastikan individu agar

    berkompeten, menunjukkan pemahaman tentang pedoman etika, dan bebas dari

    masalah psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk

    memberikan layanan konseling yang memadai. Pelatihan konselor telah terbukti

    menjadi penting dalam hubungan konseling.10

    Penelitian di Indonesia bahwa pada umumnya kinerja guru bimbingan dan

    konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung (64,28%) kinerja guru

    bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil

    (35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan

    konseling yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan.11 Pemahaman guru

    pembimbing mengenai keterampilan konseling masih belum optimal. Hal ni

    ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau sekitar 52,18%. Skor ini

    juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum dipahami secara konseptual,

    makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing keterampilan belum betul-

    betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi penguasaan guru pembimbing

    tentang keterampilan konseling, berupa 10 keterampilan yang diurutkan mulai dari

    9Harold L. Hackney, (2011), Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model, Volume

    11, Issue 2, 102–109. 10Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, (2005), The Skilled Counselor Training

    Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity. CounselorEducation and Supervision, 44, 189-201.

    11Ilfiandra, Agustin M, dan Ipah S, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. (Bandung: UPI, 2006).h.6

  • yang kadang-kadang digunakan sampai yang belum digunakan adalah ; Keterampilan

    attending, bertanya, memberi dukungan dan pengukuhan, mendengarkan, menutup,

    empati, klarifikasi, pemecahan masalah, pemfokusan, memberi dorongan,

    paraphrase.12 Hal ini senada dengan pendapat Fitriana Mahadhita, bahwa minat

    peserta didik dalam mengikuti konseling individu dapat dipengaruhi oleh kemampuan

    konselor. Kemampuan konselor dalam melaksanakan konseling individu berkaitan

    erat dengan Keterampilan Dasar Konseling (KDK).13 Selanjutnya, diperjelas pada

    penelitian Rosita Endang Kusmaryani menunjukkan bahwa dalam pelaksanaaan

    konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang menggunakan

    keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing yang lain (53%)

    belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.14 Dari jurnal

    tersebut dapat diketahui bahwa keterampilan konseling belum sepenuhnya dilakukan

    oleh konselor sekolah.

    Kenyataan di lapangan, sebagian besar konselor sekolah mengatakan bahwa

    keterampilan konseling yang mereka kuasai memang sangat kurang, ini disebabkan

    oleh karena tidak adanya kompetensi yang mereka miliki berupa pengetahuan dan

    wawasan yang luas tentang konseling. Beberapa hal yang terjadi di lapangan

    misalnya seperti penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling,

    12Rosita Endang Kusmaryani, Rita Eka Izzaty, Agus Triyanto. (2010). Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri Yogyakarta).h.2

    13Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015,(Semarang: UNESA, 2015).h.7

    14Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (Yogyakarta: FKIP UNY, 2010).h.11.

  • konseling hanya ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap

    konseling, konselor kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal),

    konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik konseling, dan

    kebanyakan konselor kurang memahami tahapan-tahapan konseling.15 Diperkuat

    dengan hasil penelitian kelompok Nova Erlina, SIQ,M.Ed.,dkk diperoleh beberapa

    hasil bahwa guru-guru konseling di kota Bandar Lampung masih kurang dalam

    keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki oleh konselor, guru bk

    masih banyak memberikan contoh keterampilan yang kurang tepat.16 Hal tersebut

    menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling sangat penting dimiliki oleh Guru

    Bimbingan dan Konseling. Hal ini diungkapkan pula oleh Tan, McLeod, dan Willis

    bahwa Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan

    apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.17 Penelitian

    tentang keterampilan dasar konseling perlu dilakukan untuk melihat kompetensi

    keterampilan dasar konseling dalam kalangan guru konseling sekolah menengah.18

    Oleh sebab itu dalam penelitian ini peneliti ingin melihat penggunaan keterampilan

    dasar konseling sehingga peneliti melakukan penelitian tentang “penggunaan

    15Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan

    Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca Sarjana UNM 2011).h.2

    16 Nova Erlina.,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru Konseling di kota Bandar Lampung, (Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, 2016).h.89

    17Rosita Endang Kusmaryani,Op Cit. h.12 18Nova Erlina,dkk, Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah

    Menengah, Book 3, Asean Comparative Education Research Network Conference, (Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2016).h.1

  • keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

    minat belajar peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung”.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

    mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

    1. Pemahaman Guru BK mengenai teori keterampilan dasar konseling masih

    belum optimal.

    2. Dalam layanan sesi konseling Guru BK belum betul-betul menguasai

    keterampilan dasar konseling dengan baik.

    C. Batasan Masalah

    Batasan masalah merupakan pembatasan permasalahan terhadap pengertian

    judul. Yang kegunaannya memperjelas pokok permasalahan yang akan dibahas

    sehingga dapat menghindarkan kesalahpahaman dan memberikan simpulan. Adapun

    batasan masalah yang terdapat dalam judul “penggunaan keterampilan dasar

    konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

    peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung”. Untuk melihat bagaimana

    penggunaan keterampilan dasar konseling Guru BK.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah

    diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “bagaimana penggunaan

    keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

    minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung?”

  • E. Tujuan Penelitian

    Tujuan dalam penelitian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penggunaan

    keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

    minat belajar peserta didik di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.

    F. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bidang

    bimbingan dan konseling, khususnya dalam pelayanan bimbingan dan konseling di

    sekolah.. Berikut adalah manfaat yang dapat diberikan, diantaranya adalah:

    1. Bagi Peneliti

    Penelitian ini menjadi suatu pengalaman berharga sebagai penerapan

    teori-teori yang telah didapat. Dan bagi peneliti selanjutnya, sebagai bekal

    untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya

    dapat melaksanakan tugas sebaik baiknya.

    2. Manfaat penelitian bagi guru BK atau konselor

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk meningkatkan

    kemampuannya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

    disekolah.

    3. Bagi Peserta didik

    Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam

    melaksanakan konseling individual, maka peserta akan merasa nyaman

    dalam mengikuti layanan konseling sehingga diperoleh tujuan yang hendak

    dicapai.

  • G. Ruang Lingkup Penelitian

    Objek penelitian ini adalah Penggunaan keterampilan dasar konseling oleh

    Guru BK untuk mengatasi masalah peserta didk. Subjek penelitian adalah satu orang

    Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung.

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    KETERAMPILAN DASAR KONSELING A. Pengertian Keterampilan Dasar Konseling

    Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang

    mencukupi. Keterampilan dasar komunikasi konseling dapat juga dipandang sebagai

    keterampilan minimal seorang konselor profesional, sehingga penguasaan akan

    keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit banyak menjamin keberlangsungan suatu

    proses konseling untuk mencapai tujuan konseling. Dengan harapan bahwa konseli

    dapat memecahkan masalahnya sendiri demi perkembangan optimal diri konseli

    sendiri. Di dalam proses konseling dikenal adanya tiga tahap, dan ini harus diketahui

    oleh konselor sekolah. Tiga tahap tersebut adalah 1). tahap awal, 2). tahap

    pengembangan, dan 3). tahap terminal konseling. Setiap tahap ada keterampilan-

    keterampilan tertentu yang menyatu di dalam membangun suatu proses konseling

    yang utuh. Apabila proses ini gagal untuk dibangun maka suatu keterampilan yang

    dilakukan dapat mengganggu konseling secara keseluruhan.19

    Dalam melaksanakan layanan konseling individu, konselor harus mampu

    menerapkan keterampilan-keterampilan dasar konseling karena keterampilan dasar

    konseling sangat berpengaruh terhadap keberhasilan konseling. Apabila konselor

    19Asrowi, “Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Untuk

    Meningkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bk Smp”,(Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013), h.5

  • tidak mampu menerapkan keterampilan dasar konseling dengan baik dan benar maka

    konseling tidak akan berjalan lancar dan tidak berhasil.20

    Keterampilan konseling menurut Ivey ia mengatakan bahwa keterampilan

    konseling dapat juga dipandang sebagai keterampilan minimal seorang konselor

    profesional, sehingga penguasan akan keterampilan-keterampilan ini dapat sedikit

    banyak menjamin keberlangsungan suatu proses konseling untuk mencapai tujuan

    konseling.21

    Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling

    merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang

    efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,

    sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan

    verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli

    untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan

    pengalamannya.22

    Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

    keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan konselor dalam menangkap

    atau merespon pernyataan konseli dan mengkomunikasikannya kembali kepada

    konseli, sehingga penggunaan ketarampilan dasar konselor sangat mempengaruhi

    keberha silan dalam proses konseling tersebut.

    20Mei Melinda, Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar Konseling Berbasis

    Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11 Surabaya, ( Surabaya: UNESA,2015).h.3 21Ivey, A.E dan Ivey, M.B. Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client

    Development and Multicultural Society, (CA; Brooks/Cole, 2003).h.11. 22Sofyan Willis, konseling individual teori dan praktek, (Bandung: Alfabeta 2013).h.157

  • Aspek kompetensi kepribadian konselor lainnya yang masih perlu

    ditingkatkan adalah menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kinerja dalam konteks

    tugas seorang konselor merupakan jati diri yang merefleksikan seberapa sungguh-

    sungguh seorang konselor melaksanakan tugasnya. Cavanagh dan Justin

    memaparkan: “Wholehearted counselors add enthusiasm and adventurousness to the

    quality of self-knowledge and, therefore, devote themselves to improving their skills

    and understanding in every possible way.” Konselor diharapkan mampu membuka

    diri dengan sepenuh hati untuk meningkatkan kemampuan diri, sekaligus

    mempelajari hal apapun yang dapat dilakukannya.23

    B. Macam-macam keterampilan dasar konseling menurut para ahli:

    Keterampilan konseling yang disajikan oleh Carkhuff, keterampilan tersebut

    didasarkan pada tujuan untuk menumbuhkan suatu kondisi yang harus dilalui oleh

    konseli dalam proses konseling. Keterampilan konseling ini menyajikan keterampilan

    yang harus dikuasai oleh konselor meliputi keterampilan attending, responding,

    personalizing, dan initiating. Keterampilan tersebut bertujuan untuk menumbuhkan

    kondisi involving, exploring, understanding dan acting pada konseli. Secara rinci

    Charkuff menyusun keterampilan-keterampilan konseling pada setiap tahap konseling

    yang dimaksud.24 Menurut Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam

    23Ulya Makhmudah, Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk

    Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 1, No. 1 (Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017).h.7

    24Anne Hafina, Proceedings of The 4th International Conference on Teacher Education ; Join Conference UPI& UPSI Bandung, Indonesia Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling individual, (Bandung: UPI, 2010).h.3

  • komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang

    diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)

    tahap pembukaan yaitu membangun rapport, attending, acceptance (penerimaan),

    mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,

    mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

    menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

    memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

    menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

    dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara

    formal.25 Menurut Carkhuff konselor yang menguasai sejumlah keterampilan

    konseling akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan secara

    efektif.26

    Menurut Tan ada 12 tugas inti konseling yang berkaitan dengan tahap-

    tahap konseling dan dapat mempengaruhi proses konseling, yaitu: (1) contacting

    (membangun rapport), (2) connecting (membangun rapport), (3) relating

    (membangun hubungan dan maintenance), (4) assessing, (5) profiling, (6)

    conceptualizing (formulating), (7) planning, (8) intervening, (9) monitoring, (10)

    evaluating, (11) terminating, dan (12) following. Selanjutnya, Tan menambahkan ada

    25Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan

    Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8 26Anne Hafina, Op Cit.h.2

  • empat tipe keterampilan konseling : keterampilan dasar konseling, keterampilan

    intermediate konseling, keterampilan advance konseling dan metaskill konseling.

    Capuzzy membagi keterampilan menjadi dua yaitu keterampilan dasar dan

    keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar terdiri dari: a) Keterampilan penampilan,

    meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara, dan alur verbal (verbal

    tracking); b) Keterampilan mendengar dasar, meliputi pengamatan terhadap konseli,

    perilaku verbal, dorongan, parafrase dan membuat kesimpulan, refleksi perasaan dan

    mengajukan pertanyaan; c) Self attending skills, meliputi kesadaran diri, humor, sikap

    nonjudgmental terhadap diri, sikap nonjudgmental terhadap orang lain, genuine dan

    concreteness. Sementara keterampilan lanjutan terdiri dari : a) Keterampilan

    memahami dan menolak (understanding & challenging), meliputi b) Keterampilan

    perilaku, dan c) Keterampilan terminasi (pengakhiran).27

    Menurut Supriyo dan Mulawarman dalam komunikasi dengan klien,

    konselor seharusnya menggunakan respon-respon yang fasilitatif bagi pencapaian

    tujuan konseling. Respon-respon tersebut dikelompokkan ke dalam berbagai teknik

    dasar komunikasi konseling, yaitu teknik attending, opening, acceptance,

    restatement, reflection of feeling, paraphrase, clarification, leading, structuring,

    27Rosita Endang Kusmaryani, Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing Di

    Yogyakarta. Jurnal KEPENDIDIKAN, Vol.40, No.2,(Yogyakarta: UNY, 2010).h.4

  • reasurrance, silence, rejection, advice, konfrontasi, interpretasi, summary dan

    terminasi.28

    Adapun macam- macam keterampilan dasar konseling yang digunakan dalam

    sesi konseling menurut Sofyan Willis , yaitu: (1) Attending (perhatian); (2) Empati;

    (3) Refleksi; (4) Eksplorasi; (5) Menangkap Pesan; (6) Bertanya Untuk Membuka

    Percakapan (Open Question); (7) Bertanya Tertutup (Closed Questions); (8)

    Dorongan Minimal (Minimal Encouragement); (9) Interpretasi; (10) Mengarahkan;

    (11) Menyimpulkan Sementara (Summarizing); (12) Memimpin; (13) Fokus; (14)

    Konfrontasi; (15) Menjernihkan (Clarifying); (16) Memudahkan (Facilitating); (17)

    Diam; (18) Mengambil Inisiatif; (19) Memberi Nasehat; (20) Pemberian Informasi;

    (21) Merencanakan; (22) Menyimpulkan.29 Sofyan Willis Membagi keterampilan

    dasar konseling ke dalam 3 tahapan dalam proses konseling, dapat dilihat dari tabel

    berikut:

    TAHAP AWAL

    (DEFINISI MASALAH)

    TAHAP PERTENGAHAN

    (TAHAP KERJA)

    TAHAP AKHIR

    (ACTION)

    - Attending - Mendengar kan - Empati - Refleksi - Eksplorasi - Bertanya

    - Menyimp

    ulkan sementara

    - Memimpin

    - Memfokuskan

    - Menyimpulkan - Merencanakan - Menilai - Mengakhiri

    konseling

    28Fitriana Mahadhita, Hubungan Antara Keterampilan Dasar Konseling (Kdk) Dengan Minat

    Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015, (Semarang: UNES 2015).h.37

    29Sofyan Willis. Op Cit. h.160

  • - Menangkap pesan utama

    - Mendorong dan dorongan minimal

    - Konfrontasi

    - Menjernihkan

    - Memudahkan

    - Mengarahkan

    - Dorongan minimal

    - Diam

    - Mengambil inisiatif

    - Memberi nasehat

    - Memberi

    informasi

    - Menafsirka

    n

    Tabel.1 Proses Konseling

    Berdasarkan tinjauan dari beberapa ahli terkait keterampilan dasar

    konseling maka dapat disimpulkan keterampilan dasar konseling yang harus dimiliki

    oleh konselor sebagai berikut:

    1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal

    maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh, dan

    mendengarkan.

    2. Mendengarkan, yakni keterampilan menangkap inti dan makna pembicaraan,

    tanpa prasangka atau penilaian.

    3. Bertanya, yakni keterampilan mengajukan pertanyaan untuk menggali

    informasi.

  • 4. Empati yakni keterampilan memahami perasaan dan pikiran konseli.

    5. Klarifikasi, yakni keterampilan memperjelas informasi konseli yang

    sebelumnya samar-samar atau tidak jelas.

    6. Konfrontasi, yakni keterampilan yang menunjukkan kepada konseli tentang

    adanya hal-hal yang tidak konsisten yang dilakukan konseli.

    7. Parafrase, yakni keterampilan mengungkapkan kembali esensi atau inti dari

    ungkapan konseli.

    8. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,

    dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan

    nonverbal.

    9. Pemokusan, yakni keterampilan yang mengarahkan arus pembicaraan ke arah

    topik yang diinginkan.

    10. Interpretasi, yakni keterampilan menerjemahkan peristiwa kehidupan konseli

    sehingga dapat difokuskan pada masalah-masalah dalam cara yang lebih baru

    dan lebih mendalam

    11. Pemberian dorongan, yakni keterampilan memberikan stimulasi kepada

    konseli supaya konseli dapat terus berbicara dan lebih terarah.

    12. Penutupan, yakni mengakhiri sesi konseling dengan memberikan penekanan

    pada inti pembicaraan dan menunjukkan attending yang relevan.

    13. Meringkas/merangkum, yakni keterampilan untuk mengungkapkan kembali

    pokok-pokok pikiran dan perasaan yang diungkapkan konseli selama proses

    konseling.

  • Walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-keterampilan

    diatas, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan kemampuan

    dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yah bervariasi dan berganda

    (multi technique). Hal ini terjadi karena setiap klien berbeda kepribadian

    (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon lisan dan bahasa badan

    dan sebagainya.

    Pengertian teknik bervariasi dan berganda adalah:

    1. Bisa saja teknik ditahap awal digunakan di tahap pertengahan dan akhir.

    Sebagai contoh attending, empati, bertanya, dorongan minimal, bisa dipakai

    pada semua tahapan konseling.

    2. Respon konselor mungkin meliputi satu, dua atau lebih teknik konseling

    (multi technique).

    Contoh 1

    Ko: “ Bolehkah saya mendengarkan lebih rinci perasaan malas yang saudara

    katakan tadi?” (pertanyaan terbuka, eksplorasi perasaan).

    Contoh 2

    Ko: ” Ya,..., lalu..., emmh..., apa perasaan saudara saat itu?” (dorongan

    minimal, bertanya, Eksplorasi perasaan).

    Contoh 3

  • Ko: “Saya lihat anda begitu gugup, dan saya memahami kecemasan anda.

    Sebaiknya anda jelaskan pengalaman anda dengan orang tersebut.”

    (refleksi perasaan, empati primer, eksplorsi pengalaman).

    Dari respon konselor dalam contoh 1, 2, dan 3, masih dapat dimasukan teknik

    attending dan empati (primer dan advance), sehingga akan menjadi lebih dari 3

    teknik sekali respon (multitechnique).

    C. Penelitian yang Relevan

    Di Indonesia penelitian Fitriana Mahadhita yang berjudul “Hubungan

    Antara Keterampilan Dasar Konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti

    Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015”.

    Hasil penelitian nya menunjukan bahwa keterampilan dasar konseling termasuk dalam

    kategori tinggi (75,49%) dan minat siswa mengikuti layanan konseling individu termasuk

    kategori tinggi (79,31%). Serta ada hubungan yang signifikan antara keterampilan dasar

    konseling dengan minat siswa mengikuti layanan konseling individu di SMA Negeri 1

    Godong Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan demikian dapat diprediksikan ketika Keterampilan

    Dasar Konseling (KDK) yang dikuasai konselor tinggi maka minat siswa mengikuti layanan

    konseling individu juga akan tinggi.30 Penelitian Dominika Triastuti yang berjudul

    “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling pada Guru Bimbingan dan Konseling

    SMA Negeri Se-kabupaten Bantul”. Subjek penelitian yang berjumlah 63 guru hanya

    dapat diteliti sejumlah 60 guru dikarenakan adanya ketidaksediaan untuk diteliti dari

    30Mahadhita, Fitriana. Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat

    Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015. (Online), tersedia di: journal. lib.unnes.ac.id/22538, (diakses pada tanggal 20 Maret 2017.h. 4

  • tiga guru Bimbingan dan Konseling dengan alasan kesibukan sekolah. Jumlah guru

    Bimbingan dan Konseling yang berlatar belakang pendidikan S1 Bimbingan dan

    Konseling 49 guru (81,67%), S1 non-Bimbingan dan Konseling 5 guru (8,33%), dan

    S2 non-Bimbingan, dan Konseling 6 guru (10%). Data diperoleh dari hasil analisis

    skala pemahaman keterampilan konseling dapat diketahui bahwa dari 60 guru

    Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-kabupaten Bantul tidak ada guru (0%)

    yang memiliki tingkat pemahaman keterampilan konseling dalam kategori sangat

    rendah maupun kategori rendah, 1 guru (1,67%) dalam kategori sedang, 32 guru

    (53,33%) dalam kategori tinggi, dan 27 guru (45%) kategori sangat tinggi. Hasil

    keseluruhan dapat disimpulkan bahwa tingkat pemahaman keterampilan konseling

    pada guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri se-Kabupaten Bantul berada dalam

    kategori tinggi.31 Penelitian Rosita Endang Kusmaryani yang berjudul “Penguasaan

    Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”, menunjukkan bahwa

    dalam pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%)

    yang menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru

    pembimbing yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling

    secara optimal. Padahal berdasarkan deskripsi data subjek penelitian, sebagian besar

    guru pembimbing ini telah bekerja sebagai guru pembimbing lebih dari 10 tahun, usia

    mereka di atas 40 tahun serta berlatar belakang pendidikan BK. Tentu saja, kondisi

    31Dominika Triastuti, “Tingkat Pemahaman Keterampilan Konseling Pada Guru Bimbingan Dan

    Konseling Sma Negeri Se-Kabupaten Bantul”. (Jurnal Skripsi Program sarjana program studi bimbingan dan konseling Jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan Fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Oktober, 2014),h.5.

  • ini cukup memprihatinkan. Keterampilan konseling yang mestinya sudah ditekuni

    selama lebih dari 10 tahun, ternyata belum sepenuhnya dikuasai dengan baik.32

    Di luar Negeri Berdasarkan penelitian Mine Aladaga yang berjudul

    “Keterampilan Konseling Pra-Praktikum Pelatihan di Bimbingan dan Program

    Konseling Sarjana”, hasil menunjukkan bahwa program sarjana kebanyakan

    ditujukan untuk mengajarkan kondisi terapi dan refleksi keterampilan konten/

    perasaan dalam kursus; tidak menggunakan program pelatihan keterampilan

    konseling sebagai basis dan metode pengajaran sebagian besar digunakan untuk

    mengajarkan keterampilan konseling; dan dilaksanakan kertas-pensil tes untuk

    menilai kemampuan konseling. Mengajarkan keterampilan konseling dasar dan

    mengembangkan profesional identitas dan self-efficacy sebagian besar ditekankan

    sebagai pentingnya tentu saja untuk pendidikan konselor. Salah satu masalah utama

    program sarjana mengenai konseling pra-praktikum kursus pelatihan keterampilan

    adalah jumlah berlebihan siswa. Dalam terang hasil, itu bisa menyatakan bahwa

    keterampilan konseling pelatihan pra-praktikum tidak dilakukan secara kualitatif

    dalam lingkup pendidikan konselor di Turki. Hasil dibahas konseling mengenai

    pelatihan keterampilan dan pendidikan konselor dan saran yang diberikan.33

    Berdasarkan penelitian Eshantee Engkamat yang berjudul “Persepsi

    Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam Menangani

    32Rosita Endang Kusmaryani, “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di

    Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, (November 2010), h. 10-11. 33Mine Aladaga, “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and Counseling

    Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation”, (Ege University, 2013), h.1

  • Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia

    Sarawak” uji korelasi Pearson pula digunakan untuk mengukur hubungan menolong

    di antara sifat dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap tiga rincian

    keterampilan dalam keterampilan menolong yaitu keterampilan mendengarkan,

    keterampilan memberi respon menolong dan keterampilan menggambarkan kembali

    perasaan dalam menangani tekanan akademik di kalangan pelajar UNIMAS. Hasil

    analisa temuan penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara sifat

    menolong dengan persepsi Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan

    mendengarkan dan keterampilan menggambarkan kembali perasaan dalam

    menangani tekanan akademik siswa UNIMAS. Sementara, hasil temuan penelitian

    tidak menunjukkan hubungan yang signifikan antara sifat menolong dengan persepsi

    Pembimbing Rakan Siswa terhadap keterampilan memberi respon menolong dalam

    menangani tekanan akademik siswa UNIMAS.34

    D. Kerangka Berfikir

    Keterampilan dasar konseling merupakan keterampilan dalam melakukan

    sesi konseling. Dalam definisi ini mengindikasikan bahwa proses konseling

    menekankan adanya hubungan antara orang yang memberi bantuan dengan yang

    menerima bantuan dengan menggunakan metode wawancara.

    Benjamin dalam Sertzer & Stone mengartikan “hubungan konseling adalah interaksi antara seorang profesional dengan klien dengan syarat bahwa profesional ini mempunyai waktu, kemampuan, untuk memahami dan

    34Eshantee Engkamat, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran Menolong dalam

    Menangani Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak, (University Malaysia Sarawak, 2005).h.2

  • mendengarkan, serta mempunyai minat, pengetahuan, dan keterampilan. Hubungan konseling harus dapat memudahkan dan memungkinkan orang yang dibantu untuk hidup lebih mawas diri dan harmonis.”35

    Hubungan tersebut dapat terbangun dengan keterampilan dasar

    konseling. Karena dalam keterampilan dasar konseling konselor dapat

    memberikan layanan yang maksimal agar terciptanya hubungan yang berkesan

    antara klien dan konselor.36 Konselor perlu memiliki berbagai teknik dan terampil

    dalam berbagai teori agar dapat memberikan bimbingan yang baik kepada klien.37

    Sememangnya keterampilan konseling adalah keterampilan yang harus dimiliki oleh

    guru konseling dalam menanggapi permasalahan yang dihadapi oleh klien.

    Agar proses konseling dapat berjalan secara efektif, keahlian dari guru

    bimbingan dan konseling sebaiknya dapat diterapkan saat melaksanakan layanan

    konseling. Keahlian guru bimbingan dan konseling tersebut dapat berupa

    keterampilan dasar konseling. Keterampilan dasar konseling sangatlah berguna bagi

    guru bimbingan dan konseling karena dapat membantu guru bimbingan dan konseling

    ketika melaksanakan kegiatan konseling.38

    Sofyan S. Willis mengatakan bahwa keterampilan dasar konseling

    merupakan kunci keberhasilan agar tujuan konseling dapat tercapai. Konselor yang

    35Sofyan Willis. Op Cit.h.36

    36Geldard Kathryn & Geldard David, Keterampilan Praktik Konseling, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011). h.53

    37Paw Eng See, Noriah Mohd Ishak & Salleh Amat, Lukisan sebagai proses diagnosis dan intervensi rawatan dalam sesi kaunseling. Jurnal PERKAMA, vol.14. (Kuala Lumpur: Persatuan Kaunseling Malaysia, 2008).h. 1-22

    38Yeptha Briandana Satyawan, Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru Bk Smp Se Kecamatan Banyumas, Jurnal: Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol.3, No.4, (Yogyakarta: UNY, 2017).h.2

  • efektif harus mampu merespon konseli dengan teknik atau keterampilan yang benar,

    sesuai keadaan konseli saat itu. Respon yang baik seperti pernyataan-pernyataan

    verbal dan non verbal yang dapat menyentuh, merangsang, dan mendorong konseli

    untuk terbuka sehinga dapat menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran, dan

    pengalamannya.39

    Kegiatan konseling tidak berjalan tanpa keterampilan. Untuk menguasai

    beragam keterampilan konseling diperlukan praktek yang terus menerus. Selama lima

    tahun terakhir ini sudah terlihat kecenderungan adanya keseimbangaan antara teori

    dengan praktek konseling. Hal ini mengingatkan kita pada suatu kurun waktu dimana

    banyak lulusan yang hebat dalam teori dan lemah sekali dalam praktek konseling.

    Keterampilan konseling sangat penting dimiliki oleh Guru Bimbingan dan Konseling.

    Guru Bimbingan dan Konseling dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila Guru

    tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.

    39 Sofyan Willis, Op cit,h.157

  • Berikut dapat digambarkan alur kerangka berfikir dalam penelitian ini :

    Gambar 1 Kerangka Berfikir

    Konselor

    Keterampilan Dasar Konseling yang harus dimiliki oleh konselor: Attending, Mendengarkan, Bertanya, Empati, Klarifikasi, Konfrontasi, Parafrase, Refleksi, Pemokusan, Interpretasi, Pemberian dorongan, penutupan, Meringkas/merangkum.

    Konseling Individu

    Penggunaan Keterampilan Dasar Konseling oleh Guru BK untuk membantu

    menyelesaikan masalah peserta didik

    Guru BK dapat mencapai tujuan yang diharapkan apabila Guru tersebut menguasai keterampilan konseling dengan baik.

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif, penelitian kualitatif

    adalah penelitian yang berdasar pada latar belakang ilmiah sebagai kebutuhan,

    mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif

    analisis secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian pada usaha menemukan teori

    lebih mementingkan proses dari pada hasil, memilih seperangkat komponen untuk

    menulis keabsahan data, rancangan penelitian bersifat sementara dan hasil penelitian

    disepakati oleh subjek penelitian.40

    Menurut S. Margono penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau uraian dari orang dan perilaku yang dapat diamati.41 Metode penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.42Penelitian kualitatif ini juga memiliki kepekaan dan daya penyesuaian diri dengan banyak yang timbul dari pola-pola nilai yang dihadapi.43 Margono mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ini analisis yang digunakan lebih bersifat deskriptif analitik yang berarti interpretasi terhadap isi dibuat dan disusun secara menyeluruh dan sistematis. Selain itu, penggunaan metode penelitian juga mengarahkan pusat perhatian kepada titik pandang orang dan pemaparan hasil penelitian berdasarkan data dan informasi lapangan dengan menarik makna dan konsepnya.44Penelitian ini

    40Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), H. 4 41 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), H. 36 42Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

    R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 15 43 S. Margono, Op. Cit, h. 41 44 Maman Rachman, strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, (Semarang: IKIP

    Semarang Pers, 1993), h. 11

  • mempelajari permasalahan ilmiah yang terjadi dengan cara menggambarkan situasi atau kejadian sebagaimana adanya. Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan bukan angka-angka tetapi

    berupa kata-kata atau gambaran. Data yang dimaksud berasal dari wawancara, catatan

    lapangan, foto, dokumen pribadi, dan lainnya. Sesuai dengan tema yang peniliti

    bahas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), dimana

    penelitian ini dilakukan langsung dilapangan yaitu di SMK Negeri 3 Bandar

    Lampung untuk mendapatkan data yang diperlukan terkait penggunaan keterampilan

    dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

    peserta didik.

    B. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti. Subjek penelitian

    ini adalah 1 orang Guru BK di SMK Negeri 3 Bandar Lampung. Sebagai objek

    penelitian yaitu bagaimanakah penggunaan keterampilan dasar konseling oleh Guru

    BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar peserta didik di SMK N 3

    Bandar Lampung. Adapun penulis mengambil satu orang guru bk sebagai

    sumber/subjek data karena peneliti menganggap guru bk tersebut lebih menguasai

    dan akan memberikan informasi tentang objek yang akan diteliti, selain itu guru bk

    tersebut lulusan s1 guru bimbingan dan konseling.

  • C. Tempat dan Waktu Penelitian

    Dalam peneitian ini peneliti memilih SMK N 3 Bandar Lampung yang

    berlokasi di Jln Cut Mutia No. 21 RT 01/ RW 05 Kel. Gulak-Galik Kec.Teluk betung

    Utara Bandar Lampung. Waktu penelitian di tahun ajaran 2017/2018.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    metode observasi partisipan (berperan serta). Dalam observasi ini, peneliti terlibat

    langsung dengan aktivitas orang yang sedang diamati atau sumber data penelitian.

    E. Teknik Analisis data

    Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan

    keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami.

    Bodgan menyatakan bahwa ”analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehimgga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.”45

    Analisis data dilakukan dengan cara mengorganisasikan data dalam

    kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sinetesa, menyusun kedalam

    pola, memilih yang mana penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

    kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami.

    45 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,

    (Bandung: Alfabeta 2015).h.334

  • Untuk menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian, peneliti

    menggunakan teknik analisis kualitatif, ada tiga komponen dalam analisis data

    kualitatif,46yaitu:

    1. Reduksi dan Kategorisasi Data

    Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

    untuk itu perlu dicatat dan rinci. Semakin lama peneliti kepalangan,

    maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu

    perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi

    data dan kategori data maksudnya adalah proses penyederhanaan dan

    pengkategorian data yang didapatkan dalam penelitian, merangkum,

    memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

    dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan

    demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

    lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

    data selanjutnya.

    2. Display Data (penyajian data)

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

    mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

    dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori.

    46John Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Penelitian: memilih di antara lima

    pendekatan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015).h.253

  • Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “yang paling digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.47

    Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan peneliti untuk

    memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya

    berdasarkan apa yang telah dipahami.

    3. Penarikan Kesimpulan

    Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

    Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang

    dikemukakan masih bersifat ementara, dan akan berubah bila ditemukan

    bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

    berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

    awal, didukung dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

    peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

    yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

    47Ibid. h.341

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil Penelitian

    Bab ini membahas hasil penelitian tentang penggunaan keterampilan dasar

    konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah minat belajar

    peserta didik di SMK N 3 Bandar Lampung.

    Berdasarkan analisis pemerhatian terhadap guru bimbingan konseling di

    SMK N 3 Bandar Lampung, peneliti memperoleh beberapa hasil bahwa guru bk

    masih kurang dalam keterampilan-keterampilan sesi konseling yang harus dimiliki

    oleh konselor. Hal ini tergambar saat sesi konseling berlangsung. Salah satunya

    adalah dari berbagai keterampilan dasar konseling guru bk hanya menggunakan lima

    keterampilan konseling saja. Berikut ini adalah beberapa keterampilan dasar

    konseling yang digunakan oleh guru bk untuk membantu menyelesaikan masalah

    minat pbelajar peserta didik:

    1. Attending, yakni keterampilan berupa pemberian perhatian, baik verbal

    maupun nonverbal melalui kontak mata, postur, bahasa tubuh dan

    mendengarkan.

    Penampilan guru BK saat proses sesi konseling;

    a. Posisi tubuh: berhadapan dengan peserta didik, jarak duduk Guru BK-

    peserta didik dekat

    b. Kepala: melakukan anggukan jika setuju

  • c. Ekspresi: cerah, tenang

    d. Mata: melihat peserta didik saat berbicara

    e. Mendengarkan: terarah hanya kepada peserta dididik

    Berikut contoh dialog sesi konseling oleh guru bk pada keterampilan dasar

    attending:

    Contoh dialog 1

    Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan), silahkan duduk nak, siapa

    namanya?

    Peserta didik : Rahim buk

    Guru BK : (mencatat biodata) sebelumnya, terimakasih atas

    kehadirannya pada kesempatan ini.

    Contoh dialog 2

    Guru BK : Silahkan masuk (berjabat tangan)

    Guru BK : Gimana sih? Apa kabarmu hari ini? Pelajaran siapa sekarang?

    Peserta didik : Alhamdulillah baik, buk Ammi buk

    2. Refleksi, yakni keterampilan untuk memantulkan kembali perasaan, pikiran,

    dan isi sebagai hasil pengamatan konselor terhadap perilaku verbal dan

    nonverbal. Dalam proses sesi konseling guru bk menggunakan 1 pernyataan

    keterampilan dasar refleksi pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2.

    Berikut contoh dialog sesi konseling guru bk pada keterampilan dasar

    refleksi:

    Contoh dialog 1

  • Guru Bk : Dari pada kelas X sekarang perkembanganmu sudah cukup

    terlihat. Nah tapi ingat kehadiran itu harus tetap diperhatikan.

    Dikelas X kemarin kan praktek kamu masih lama, masih

    banyak ketinggalan namun dikelas XI ini alhamdulillah sudah

    banyak perkembangan ya. Dari guru prakteknya juga biasanya

    kalau kamu bermasalah sudah ada omongan, tapi tidak.

    Semuanya sudah baik, setidaknya kamu sudah ada perubahan

    ya.

    Contoh dialog 2

    Guru BK : Jadi gini Asih....sekarang asih pernah gk koreksi

    kesalahannya. Misalnya: Asih kenapa sih gk bisa? Apa

    mungkin gk diulang dirumah? Kenapa? Kenapa kawan asih

    bisa, asihnya gk bisa? Kenapa? Sama kan manusia juga kan?

    Guru BK : Jadi gini, kamu kan masih tanggung jawab orang tuamu.

    Kamu praktek ada hambatan, hambatanmu salah satunya

    kakimu sakit dan akhirnya gk bisa goyang itu kan..goyang

    apa? Mesin jahit. Itu pake apa? Itu pake goyang apa pake

    mesin? Perlu pake apa? Perlu pake kaki gk? Pake kaki

    kan..jadi itu yang menjadi salah satu hambatanmu untuk

    belajar menjahit. Kalo orang sakit harus ber..ber apa?

    Guru BK : “itu gk bisa kalo gk kerja sama dengan orang tua, jadi nanti

    kalau perkembangannya masih seperti ini, orang tua mu

  • tidak menindak lanjuti, kmi akan panggil orag tuamu. Nah

    sekarang menurut asih seperti apa?

    Guru BK : Ya kan? Itu ya...apalagi kesulitan asih? Oh ternyata pada

    saat saya praktek kaki saya suka sakit. Akhirnya membuat

    saya lamban. Bagaimana mengatasinya, karena Asih masih

    anak-anak masih ada orang tua kendala itu harus konsultasi

    dengan orang tua. Jadi hambatan-hambatan itu bisa

    diminimalisir sama Asih gk jadi hambatan yang terus-

    menerus, kenapa? Karena Asih disini sampai kelas tiga, ya

    kan? Satu dua tiga 3 tahun, ini masih satu tahun berapa

    bulan, masih panjang perjalanan Asih.

    3. Dorongan minimal

    Dorongan minimal adalah suatu balasan spontan dari konselor kepada

    klien yang bercerita dalam sesi konseling. Maksudnya selama sesi konseling

    berlangsung perasaan konselor bukan hanya mendengarkan saja, tetapi

    konselor perlu mendengarkan dan memberi dukungan dan dorongan untuk

    klien terus bercerita.48 Tujuannya adalah: merangsang klien untuk terus

    bercerita, menunjukan bahwa konselor mendengarkan klien dan menunjukan

    konselor faham dan mengikuti apa yang sedang dikatakan klien.49 Dalam

    48Abdul Ghani, Kemahiran Asas Kounseling, (Malaysia: University Pendidikan Sultan Idris, 2003),

    h.48 49 Mizan & Halimatun, Kaunseling Individu, (Malaysia:Fajar bakti Sdn. Bhd, 2006).h.51

  • proses sesi koneling guru bk menggunakan 2 pernyataan keterampilan dasar

    dorongan minimum pada sesi konseling 2.

    Contoh Dialog 2

    Peserta didik : Kesulitan di jurusan ini memulai dari buat pola buk

    Guru BK : Teruuusss..?

    Peserta didik : Membuat polanya belum bisa

    Guru BK : Iya..apa lagi?

    4. Pertanyaan terbuka

    Pertanyaan terbuka adalah untuk memudahkan membuka percakapan

    seorang guru BK dengan peserta didik sehingga memungkinkan munculnya

    pertayaan baru dari peserta didik.50 Penggunaan pertanyaan terbuka memberi

    autonomi kepada klien untuk bercerita.51 Dalam proses sesi konseling guru bk

    menggunakan 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1

    dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh

    dialog sesi konseling dengan keterampilan dasar pertanyaan tertutup:

    Contoh dialog 1

    Guru BK : Dari semua masalahmu, jadi sekarang menurut kamu apa

    solusinya?

    Peserta didik : Benerin absen, jangan alfa lagi

    50Sofyan Willis. Op.Cit. h. 165 51 Mizan & Halimatun. Op Cit. H. 66

  • Guru BK : Gimana cara benerin absen, biar gk ada alfa biar masuk terus?

    Jangan sering sakit, harus jaga kesehatan him. Apa lagi

    solusinya?

    Peserta didik : Jangan leha-leha dirumah buk. Bangun pagi biar gk telat buk

    Guru BK : Terus berikutnya biar kamu ikutin ujian praktek lancar.

    Nilainya bagus, prakteknya bagus gimana?

    Peserta didik : dicoba berulang-ulang, belajar lagi buk, kalau gak ngrti

    bertanya kepada kawan dan guru buk

    Contoh dialog 2

    Peserta didik : masih bingung buk

    Guru BK : Bingung...pegangan dong kalo bingung..bingungnya itu

    dimana?

    Guru BK : Tapi kenapa kata wali kelasnya sudah dilakukan berulang-

    ulang masih aja salah?

    Guru BK : Sekarang kira-kira kurangnya Asih dimana?

    Peserta didik : Kalau menjahit buk..kakinya sering sakit

    Guru BK : Heeh, jadi kalau seperti itu gimana caranya supaya Asih bisa

    gk sakit lagi..bisa lancar..tidak menghalangi praktekmu?

    Peserta didik : saya belajarnya berhenti dulu, jahitnya buk.

  • 5. Pertanyaan Tertutup

    Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka, akan tetapi juga ada yang

    tertutup yaitu bentuk-bentuk pertanyaan yang sering dimulai dengan kata-kata

    apakah, adakah, dan harus dijawab dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata

    singkat. Dalam proses sesi koneling guru bk menggunakan 9 keterampilan

    dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan tertutup

    pada sesi konseling 2. Berikut beberapa contoh dialog sesi konseling dengan

    keterampilan dasar pertanyaan tertutup:

    Contoh dialog 1

    1) Guru BK : Kamu sudah alfa berapa kali dikelas XI ini?

    Peserta didik : 3 Buk

    2) Guru BK : Nah sudah 3, kemana?

    Peserta didik : dirumah Buk

    Contoh dialog 2

    Guru BK : Jadi ini sudah yang keberapa kali dipanggil?

    Peserta didik : dua kali buk (mengangkat jari)

    Guru Bk : untuk tahun ini, untuk semester ini dua kan?

    Peserta didik : iya Buk (menganggukan kepala)

    Guru Bk : kelas satu udah berapa kali?

    Peserta didik : hmmmm....gk tau buk lupa (tersenyum)

    Berdasarkan hasil penelitian diatas maka guru bk sudah menggunakan

    keterampilan dasar konseling pada proses konselingnya. Adapun keterampilan dasar

  • yang dipakai oleh Guru BK pada saat proses konseling yaitu: attending, refleksi,

    dorongan minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Dalam proses konseling

    guru bk menggunakan ketrampilan attending pada awalan sesi konseling. Dalam

    proses sesi koneling guru bk menggunakan 1 pernyataan keterampilan dasar refleksi

    pada sesi konseling 1 dan 4 pada sesi konseling 2, 2 pernyataan keterampilan dasar

    dorongan minimum pada sesi konseling 2 sesi konseling 1 guru bk tidak

    menggunakan dorongan minimum, 4 keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada

    sesi konseling 1 dan 8 pertanyaan tertutup pada sesi konseling 2, dan menggunakan 9

    keterampilan dasar pertanyaan tertutup pada sesi konseling 1 dan 25 pertanyaan

    tertutup pada sesi konseling 2. Dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses

    konseling oleh guru bk di SMK N 3 Bandar Lampung keterampilan yang sering

    digunakan yaitu keterampilan dasar konseling pertanyaan terbuka dan tertutup dilihat

    dari banyaknya pernyataan tentang keterampilan tersebut di proses konseling guru bk.

    C. Pembahasan

    Konselor dalam memberikan layanan konseling perlu mengetahui dan

    mempunyai keterampilan konseling yang merupakan sangat penting untuk membantu

    klien.52 Selain itu, pada penelitian Capuzzi dan Gross mendapati bahwa kepahaman

    mengenai fungsi BK serta peranan konselor masih lemah dan tidak tepat.53

    Selanjutnya, pada penelitian Bultsma mendapati bahwa masih banyak konselor

    52Mohamed Sharif, Roslee dan Sulaiman Shakib Kemahiran Asas Seorang Kaunselor.

    SeminarAntara bangsa Guru-Guru Agama Singapura (PERGAS, 2010),) pada 14-15 Jun 2003. 53Capuzzi, D. & Gross, D. (2013).Introduction to the Counseling Profession. (6th ed).

    NY:Routledge.

  • sekolah di Indonesia belum memberikan fokus pada keterampilan dasar pada saat

    membantu klien.54 Selain itu, sebahagian besar konselor tidak fokus dan menguasai

    penggunaan kemahiran asas konseling.55

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari macam-macam keterampilan dasar

    konseling guru bk di smk negeri 3 bandar lampung dalam dua proses sesi

    konselingnya menggunakan lima keterampilan dasar konseling yaitu: attending,

    refleksi, dorongan minimum, pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup.

    Bagaimanapun dengan lima keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan

    bahwa guru bk sudah dapat membantu menyelesaikan masalah peserta didik.

    Sekiranya guru bk disekolah menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite

    seperti yang dikemukakan oleh Carkhuff dalam Abimanyu dan Manrihu di dalam

    komunikasi dengan konseli, konselor harus menggunakan respon-respon yang

    diklasifikasikan ke dalam berbagai teknik keterampilan dasar komunikasi, seperti (1)

    tahap pembukaan yaitu membangun repo, attending, acceptance (penerimaan),

    mendengarkan, empati, refleksi; (2) tahap eksplorasi masalah yaitu mengajak terbuka,

    mengikuti pokok pembicaraan, pertanyaan terbuka, konfrontasi, dorongan minimal,

    menjernihkan (clarifying), memimpin (leading), fokus, diam, mengambil inisiatif,

    memberi nasehat; dan kemudian (3) tahap terminasi (pengakhiran) seperti

    menyatakan waktu telah habis, menyimpulkan, menanyakan perasaan, memberi tugas

    54Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors. Michigan

    Journal of Counseling: Research, Theory, and Practice (2012).h.3

  • dan tindak lanjut, merencanakan pertemuan selanjutnya serta berpisah secara

    formal.56 Sehingga dalam proses konseling akan memberikan dampak konseling yang

    lebih bermakna dan akan tiba pada suatu keadaan proses konseling yang berjalan

    secara efektif.

    Dengan menggunakan sedikit saja keterampilan dasar konseling guru bk di

    SMK Negeri 3 Bandar Lampung sudah dapat membantu menyelesaikan masalah

    peserta didik, apalagi jika guru bk menggunakan keterampilan dasar yang maksimal

    atau guru bk menguasai semua keterampilan dasar konseling. Karena mungkin dalam

    proses konseling tidak semua keterampilan dasar itu digunakan, hanya sebagian saja

    yang digunakan dilihat dari permasalahan yang ada pada peserta didik. Memang

    menurut Willis walaupun setiap tahapan konseling mempunyai keterampilan-

    keterampilan dasar konseling yang bermacam-macam dalam setiap proses

    konselingnya, tidak berarti aturannya kaku seperti itu. Artinya konselor dengan

    kemampuan dan seni akan melakukan konseling dengan teknik-teknik yang bervariasi

    dan berganda (multi technique).

    Beberapa hal yang terjadi di lapangan juga ada beberapa masalah mengapa

    keterampilan dasar yang digunakan oleh guru bk tidak maksimum misalnya seperti

    penstrukturan konseling tidak jelas, konselor larut dalam konseling, konseling hanya

    ngobrol biasa dan hanya bersifat nasihat biasa, konseli tidak siap konseling, konselor

    56Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan

    Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, (Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011).h.8

  • kurang mampu mendifinisikan masalah siswa (pada tahap awal. 57 Dalam hal ini ada

    beberapa alasan mengapa guru bk hanya menggunakan keterampilan sebatas itu saja:

    dikarenakan pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling masih

    belum optimal, konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik

    konseling. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan rata-rata skor pencapaian 19,36 atau

    sekitar 52,18%. Skor ini juga menunjukkan bahwa keterampilan konseling belum

    dipahami secara konseptual, makna dan contoh-contoh penggunaan masing-masing

    keterampilan belum betul-betul dikuasai dengan baik. Kedua, hasil identifikasi

    penguasaan guru pembimbing tentang keterampilan konseling, berupa 10

    keterampilan yang diurutkan mulai dari yang kadang-kadang digunakan sampai yang

    belum digunakan adalah; Keterampilan attending, bertanya, memberi dukungan dan

    pengukuhan, mendengarkan, menutup, empati, klarifikasi, pemecahan masalah,

    pemfokusan, memberi dorongan, paraphrase.58 Hal ini terjadi karena setiap klien

    berbeda kepribadian (kemampuan, sikap, motivasi kehadiran, temperamen), respon

    lisan dan bahasa badan dan sebagainya.59 Hal serupa pula dengan hasil penelitian

    Rosita Endang Kusmaryani bahwasanya terdapat beberapa keterampilan yang

    sebenarnya sering digunakan, namun ternyata belum dikuasai. Beberapa keterampilan

    konseling tersebut adalah keterampilan attending, bertanya, memberi dukungan,

    57Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Terhadap Penguasaan

    Kompetensi Profesional Guru Pembimbing Di Sma/Smk Se Kota Makassar, (Makasar: Program Pasca Sarjana UNM 2011).h.2

    58Rosita Endang Kusmaryani, dkk, Pengembangan Modul Keterampilan Konseling untuk Meningkatkan Kinerja Guru Pembimbing. (Universitas Negeri Yogyakarta, 2010).h.2

    59 Sofyan Willis, Op Cit,h.173

  • klarifikasi, pemecahan masalah, pemokusan, dan memberi dorongan. Hal ini tentu

    saja mengakibatkan kinerja guru pembimbing dalam melakukan layanan konseling

    menjadi tidak maksimal. Data penelitian juga menunjukkan bahwa dalam

    pelaksanaaan konseling selama ini hanya sebagian guru pembimbing (47%) yang

    menggunakan keterampilan konseling secara optimal. Sebagian guru pembimbing

    yang lain (53%) belum dapat menggunakan keterampilan konseling secara optimal.

    Penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan seperti diatas

    sebenarnya merupakan pengalaman umum atau keterampilan alamiah yang setiap

    orang mempunyai pengalaman tersebut. Secara profesional sebagai seorang konselor.

    Keterampilan dasar awal konseling sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan

    dengan pekerjaannya. Jika keterampilan ini secara terus menerus dilakukan dan

    dipraktekkan akan menjadi bagian dari kebiasaan yang tidak terpisahkan dari

    pengalaman, yang seharusnya semakin baik dan sempurna. Hal senada juga

    disampaikan oleh Barbara okun agar pertolongan konselor efektif, maka mereka

    harus sering berlatih menggunakan keterampilan komunikasi konseling yang

    mencakup , aspek pesan verbal dan non verbal (konten kognitif dan afektif),

    memahami pesan nonverbal (konten afektif dan perilaku), dan merespon secara

    verbal dan nonverbal. Dari beberapa temuan yang ungkapan permasalahannya karena

    tidak ada waktu khusus untuk melakukan konseling secara individual dikarenakan

    tuntutan aspek kerja yang lain.

    Sehingga kepakaran seseorang konselor merupakan elemen yang penting

    dalam menentukan keberkesanan proses konseling. Namun, kecakapan kemahiran

  • adalah lebih penting kerena telah dipersetujui oleh pakar-pakar terapi sebagai faktor

    yang paling utama dalam pemilihan calon konselor. Oleh yang demikian, setiap

    konselor bertanggung jawab untuk memastikan dirinya menguasai keterampilan dasar

    konseling sebagai syarat utama untuk memberi perkhidmatan konseling yang lebih

    berkesan dan cemerlang.60

    60Zainatul Azura, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecekapan Kemahiran Dan

    Perkembangan Personal Dalam Kalangan Guru-Guru Kaunseling Daerah Kulaijaya Johor ,(Malaysia: UTM, 2011).h.3

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan paparan mengenai hasil penelitian tentang penggunaan

    keterampilan dasar konseling oleh Guru BK untuk membantu menyelesaikan masalah

    minat belajar peserta didik. Guru bk menggunakan beberapa keterampilan dasar

    konseling dalam proses konselingnya, diantaranya: attending, refleksi, dorongan

    minimum, pertanyaan terbuka, pertanyaan tertutup. Bagaimanapun dengan lima

    keterampilan dasar tersebut hasil penelitian menunjukan bahwa guru bk sudah dapat

    membantu menyelesaikan masalah peserta didik. Sekiranya guru bk disekolah

    menguasai keterampilan dasar konseling yang komplite atau semua keterampilan

    dasar konseling guru bk kusai maka dalam proses konseling akan tiba pada suatu

    keadaan proses konseling yang berjalan secara efektif dan berkesan. Dalam hal ini

    ada beberapa alasan mengapa guru bk hanya menggunakan keterampilan sebatas itu

    saja: dikarenakan pemahaman guru pembimbing mengenai keterampilan konseling

    masih belum optimal, konselor kurang terampil dalam mengaplikasikan tehnik-tehnik

    konseling.

  • B. Saran

    Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah:

    1. Guru BK di Sekolah

    Agar sedini mungkin untuk memperhatikan keterampilan-keterampilan yang

    mestinya dimiliki, sehingga peserta didik merasa puas dan merasa lebih baik

    setelah mendapatkan pelayanan Guru BK.

    2. Bagi peserta didik

    Dengan adanya kemampuan Guru BK yang profesional dalam melaksanakan

    konseling individual, maka diharapkan peserta didik bersama sama dapat

    membangun hubungan yang terapeutik dengan guru bk sehingga akan terbina

    susana yang nyaman dan berkesan.

    3. Peneliti

    Saran bagi peneliti selanjutnya adalah agar dilakukan penelitian yang lebih

    luas dan subjek yang lebih global agar keterampilan-keterampilan konselor

    yang terdapat di Indonesia dapat diketahui, dan nantinya menjadi bahan

    intropeksi diri konselor terkait keterampilan yang ada pada diri konselor

    masing-masing.

    4. Pembaca

    Penelitian ini diharapkan bukan hanya untuk dibaca namun juga dipahami

    sebaik mungkin, karena sedikit banyak dalam penelitian ini akan berguna bagi

    konselor dan calon-calon konselor untuk menjadi seorang konselor yang lebih

    terampil dan professional.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abu, Ahmadi & Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004. Aladaga, Mine “Counseling Skills Pre-Practicum Training at Guidance and

    Counseling Undergraduate Programs: A Qualitative Investigation”, Ege University, 2013.

    Asrowi, “Model Pengembangan Keterampilan Dasar Komunikasi Konseling Untuk Meningkatkan Efektivitas Konseling Individual Guru-Guru Bk Smp”, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013.

    Zainatul Azura, Hubungan Kecerdasan Emosi Dengan Kecekapan Kemahiran Dan Perkembangan Personal Dalam Kalangan Guru-Guru Kaunseling Daerah Kulaijaya Johor,Malaysia: UTM, 2011.

    Bultsma, S. A. Supervision experiences of new professional school counselors. Michigan Journal of Counseling: Research, Theory, and Practice 2012.

    Capuzzi, D. & Gross, D.Introduction to the Counseling Profession. (6th ed). NY:Routledge 2013.

    Creswell, John, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset , Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015. Engkamat, Eshantee, Persepsi Pembimbing Rakan Siswa Terhadap Kemahiran

    Menolong dalam Menangani Tekanan Akademik di Kalangan Pelajar: Satu Tinjauan di Universiti Malaysia Sarawak, University Malaysia Sarawak, 2005.

    Erlina, Nova,dkk, Keterampilan Menjalankan Sesi Konseling oleh Guru-guru Konseling di kota Bandar Lampung, Bandar Lampung: Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M, 2016.

    ----------Kemahiran Asas Konseling Dalam Kalangan Guru Konseling Sekolah Menengah, Book 3, Asean Comparative Education Research Network Conference, Malaysia: Universiti Kebangsaan Malaysia, 2016.

    Erman, Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.

    Geldard, Kathryn & David Geldard, Keterampilan Praktik Konseling, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.

  • Ghani, Abdul, Kemahiran Asas Kounseling, malaysia: University Pendidikan Sultan Idris, 2003.

    Gladding, Samuel, Konseling Profesi yang Menyeluruh, Jakarta: PT Indeks, 2012.

    Hackney, Harold L. Development of a Pre-practicum Counseling Skills Model, Volume 11, Issue 2, 2011.

    Halimatun, Mizan, Kaunseling Individu, Malaysia: Fajar Bakti, 2006. Hafina, AnneProceedings of The 4th International Conference on Teacher Education ;

    Join Conference UPI& UPSI Bandung, Indonesia Teknik Latihan Keterampilan Dasar Konseling individual, Bandung: UPI, 2010.

    Hastuti, Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta:

    Media Abadi, 2006.

    Ipah S. &Ilfiandra, Agustin M, Peningkatan Mutu Tata Kelola Layanan Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Menengah Atas di Provinsi Jawa Barat. Bandung: UPI 2006.

    Ivey, Intentional Interviewing and Counseling:Facilitating Client Development and Multicultural Society, CA: Brooks/Cole, 2003.

    Khairani Makmun, Psikologi Belajar, Yogyakarta. Aswaja Pressindo. 2013.

    Krisnawati, Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS Melalui Metode Karya Wisata Kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah Baran Kecamatan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010 (Semarang:STAIN Salatiga, 2010).

    Kusmaryani, Endang Rosita “Penguasaan Keterampilan Konseling Guru Pembimbing di Yogyakarta”. Jurnal Kependidikan, Vol. 40 No. 2, November 2010.

    Little, C., Packman, J., Smaby, M. H., & Maddux, C. D, The Skilled Counselor Training Model: Skills acquisition, self-assessment, and cognitive complexity. CounselorEducation and Supervision 44,2005.

    Mahadhita, Fitriana Hubungan Antara Keterampilan dasar konseling (KDK) Dengan Minat Siswa Mengikuti Layanan Konseling Individu Di Sma Negeri 1 Godong Tahun Ajaran 2014/ 2015, Semarang: UNESA, 2015.

    Makhmudah,Ulya Mempersiapkan Kompetensi Kepribadian Calon Konselor untuk Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Jurnal Psikoedukasi dan Konseling Vol 1, No. 1, Surakatra: Universitas Sebelas Maret 2017.

  • Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.

    Melinda, Mei Denok Setiawati, Pengembangan Media Keterampilan Dasar Konseling Berbasis Software dalam Layanan Informasi di SMAN 11 Surabaya, Surabaya: UNESA,2015.

    Nurihsan, Achmad Juntika. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Refika Aditama, 2005.

    Rachman, Maman strategi dan langkah-langkah penelitian pendidikan, Semarang: IKIP Semarang Pers, 1993.

    Ramdana, Pengaruh Latihan Keterampilan Dasar Komunikasi konseling terhadap Penguasaan Kompetensi Profesional Guru Pembimbing di SMA/SMK se Kota Makassar, Makasaar:Program Pascasarjana UNM, 2011.

    S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.

    Salleh Amat, Noriah Mohd & Ishak, Zuria Mahmud Hubungan dual di kalangan kaunselor: satu kajian kes. Jurnal PERKAMA, vol. 11, Kuala Lumpur Persatuan Kaunseling Malaysia 2005.

    Satyawan, Yeptha Tingkat Pemahaman Keterampilan Dasar Konseling Pada Guru Bk Smp Se Kecamatan Banyumas, Jurnal: Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, Vol.3, No.4, Yogyakarta: UNY, 2017.

    Sofyan Willis, konselin