WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH … · webgis penutupan lahan kalimantan tengah...

42
WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH MENGGUNAKAN OPENGEO SUITE 3.0 HIDAYAT ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH … · webgis penutupan lahan kalimantan tengah...

WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH

MENGGUNAKAN OPENGEO SUITE 3.0

HIDAYAT

ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul WebGIS Penutupan

Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan OpenGeo Suite 3.0 adalah benar karya

saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Hidayat

NIM G64070012

ABSTRAK

HIDAYAT. WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan

OpenGeoSuite 3.0. Dibimbing oleh HARI AGUNG ADRIANTO.

Kebutuhan akan data dari berbagai pihak dengan format dan lokasi

penyimpanan yang berbeda-beda semakin tinggi. Masalah yang biasa disebut

dengan istilah interoperbilitas ini sangat terasa terutama dalam hal penyebarluasan

informasi penutupan lahan di Indonesia. Untuk membantu menyelesaikan masalah

tersebut, penelitian ini membangun sistem webGIS Penutupan Lahan Kalimantan

Tengah menggunakan perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0. Komponen sistem ini

dibangun berdasarkan tiga komponen utama, yaitu: database management system

(DBMS), application server, dan user interface. Data yang digunakan berupa file

dengan format shapefile tersimpan dalam DBMS PostgreSQL/PostGIS.

Application server tersusun dari GeoServer sebagai web map server dan Apache

web server. User interface dibangun menggunakan GeoExplorer yang menjadi

perangkat berbasis web untuk menyusun dan mempublikasikan aplikasi pemetaan

peta. Pengguna dapat menggunakan sistem ini melalui web browser dan

menjalankan berbagai fungsi seperti pemilihan layer, ZoomIn, ZoomOut, dan

GetFeatureInfo. Pengguna juga dapat melihat perubahan penutupan lahan secara

manual.

Kata kunci: GeoServer, geospasial, OpenGeo, penutupan lahan.

ABSTRACT

HIDAYAT. WebGIS of Central Kalimantan Land Cover Using OpenGeo Suite

3.0. Supervised by HARI AGUNG ADRIANTO.

Requirements of data from different party with various formats and

locations are increasing. This interoperability issue appears in many cases of land

cover information dissemination in Indonesia. To handle this problem, this

research built a WebGIS application for land cover monitoring in Central

Kalimantan Province using OpenGeo Suite 3.0. The software consists of three

main components: database management system (DBMS), application server, and

user interface. In the research, the used data was of shapefile format and stored in

PostgreSQL/PostGIS DBMS. The elements of application server were GeoServer

as a web map server and Apache web server. The user interface was built using

the GeoExplorer as web-based software to compile and publish map mapping

application. Users can use the system using a web browser and run various

functions such as layer selection, ZoomIn, ZoomOut, and GetFeatureInfo. Users

may also observe the changes of land cover manually.

Keywords: land cover, GeoServer, geospatial, OpenGeo.

ABSTRAK

HIDAYAT. WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan

OpenGeoSuite 3.0. Dibimbing oleh HARI AGUNG ADRIANTO.

Kebutuhan akan data dari berbagai pihak dengan format dan lokasi

penyimpanan yang berbeda-beda semakin tinggi. Masalah yang biasa disebut

dengan istilah interoperbilitas ini sangat terasa terutama dalam hal penyebarluasan

informasi penutupan lahan di Indonesia. Untuk membantu menyelesaikan masalah

tersebut, penelitian ini membangun sistem webGIS Penutupan Lahan Kalimantan

Tengah menggunakan perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0. Komponen sistem ini

dibangun berdasarkan tiga komponen utama, yaitu: database management system

(DBMS), application server, dan user interface. Data yang digunakan berupa file

dengan format shapefile tersimpan dalam DBMS PostgreSQL/PostGIS.

Application server tersusun dari GeoServer sebagai web map server dan Apache

web server. User interface dibangun menggunakan GeoExplorer yang menjadi

perangkat berbasis web untuk menyusun dan mempublikasikan aplikasi pemetaan

peta. Pengguna dapat menggunakan sistem ini melalui web browser dan

menjalankan berbagai fungsi seperti pemilihan layer, ZoomIn, ZoomOut, dan

GetFeatureInfo. Pengguna juga dapat melihat perubahan penutupan lahan secara

manual.

Kata kunci: GeoServer, geospasial, OpenGeo, penutupan lahan.

ABSTRACT

HIDAYAT. WebGIS of Central Kalimantan Land Cover Using OpenGeo Suite

3.0. Supervised by HARI AGUNG ADRIANTO.

Requirements of data from different party with various formats and

locations are increasing. This interoperability issue appears in many cases of land

cover information dissemination in Indonesia. To handle this problem, this

research built a WebGIS application for land cover monitoring in Central

Kalimantan Province using OpenGeo Suite 3.0. The software consists of three

main components: database management system (DBMS), application server, and

user interface. In the research, the data used was of shapefile format and stored in

PostgreSQL/PostGIS DBMS. The elements of application server were GeoServer

as a web map server and Apache web server. The user interface was built using

the GeoExplorer as web-based software to compile and publish map mapping

application. Users can use the system using a web browser and run various

functions such as layer selection, ZoomIn, ZoomOut, and GetFeatureInfo. Users

may also observe the changes of land cover manually.

Keywords: land cover, GeoServer, geospatial, OpenGeo.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ilmu Komputer

pada

Departemen Ilmu Komputer

WEBGIS PENUTUPAN LAHAN KALIMANTAN TENGAH

MENGGUNAKAN OPENGEO SUITE 3.0

HIDAYAT

ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Judul Skripsi : WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah Menggunakan

OpenGeo Suite 3.0

Nama : Hidayat

NIM : G64070012

Disetujui oleh

Hari Agung Adrianto, SKom, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Buono, MSi, MKom

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Shalawat serta

salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shallallhu ‘alahi wa sallam.

Penyusunan skripsi yang mengambil tema WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan

Tengah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1 Kedua orang tua tercinta, Bapak Adrian Wali, SE dan Ibu Hj. Fadjrawati, SE

beserta Kakak dan Adik yang selalu memberikan kasih sayang,

pengorbanan, doa, dan dukungan moral.

2 Bapak Hari Agung Adrianto, SKom, MSi selaku dosen pembimbing yang

selalu sabar dalam memberikan ilmu dan bimbingan selama penyelesaian

skripsi.

3 Ibu Annisa, SKom, MKom yang telah banyak memberi saran dan nasehat

dalam perjalanan pengerjaan tugas akhir ini.

4 Ibu Dr Imas S Sitanggang, S.Si, MKom dan Bapak Dr Heru Sukoco, SSi,

MKom sebagai dosen penguji atas segala kritik dan saran yang diberikan

kepada penulis terhadap penelitian ini.

5 Bapak Dr Erianto Indra Putra dari Laboratorium Kebakaran Hutan

Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu

memberikan data untuk penelitian.

6 Teman-teman Ilkom 44 atas pengalaman berbagi ilmu, kebersamaan, dan

dukungannay selama menjalani waktu di Departemen Ilmu Komputer IPB.

7 Staf pengajar dan staf tata usaha Departemen Ilmu Komputer yang telah

banyak membantu baik selama penelitian maupun pada masa perkuliahan.

8 Keluarga besar katalis 44, biru muda, fusi, amigo, pomi 22, dan marbot atas

persaudaraan, dukungan, dan semangat selama menjalani kehidupan di

kampus IPB.

9 Keluarga besar Prof H Ishak Arep, SE dan keluarga besar H Ali Asgar Wali

yang memberikan inspirasi dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian

ini.

Dan semua pihak yang telah banyak memberikan kontribusi yang besar

dalam pengerjaan tugas akhir yang tidak dapat disebut satu-persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

Hidayat

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Penutupan Lahan 2

Interoperabilitas 2

SIG Terdistribusi 3

Arsitektur OpenGeo 4

GeoServer 6

GeoExplorer 7

OpenLayers 8

METODE PENELITIAN 8

Analisis Kebutuhan 8

Praproses Data 9

Perancangan Prototipe 9

Pembentukan Prototipe 9

Evaluasi Prototipe 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Analisis Kebutuhan 9

Praproses Data 10

Perancangan Prototipe 13

Pengembangan Prototipe 15

Evaluasi Prototipe 22

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 26

RIWAYAT HIDUP 30

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkat model konsep interoperabilitas (Wang et al 2009) 3

2 Komponen utama GIS (Peng dan Ming 2003) 4

3 Evolusi web mapping (Peng dan Ming 2003) 5

4 Arsitektur OpenGeo Suite 6

5 Ilustrasi web map service (OpenGeo 2013) 7

6 Ilustrasi web feature service (OpenGeo 2013) 7

7 Metode penelitian 8

8 Kesalahan dalam pengecekan menggunakan ArcGIS 11

9 Peleburan data 12

10 Ilustrasi dissolve (ESRI 2013) 12

11 Shapefile to PostGIS Import Tool 13

12 Arsitektur sistem 14

13 Antarmuka WebGIS penutupan lahan 15

14 Pilihan sumber data vektor 16

15 Pemilihan sistem koordinat referensi 17

16 Struktur SLD 18

17 Contoh operasi GetMap 19

18 Antarmuka daftar layer 21 19 WebGIS penutupan lahan Kalimantan Tengah 21

20 Antarmuka GetFeatureInfo 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Contoh data penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah 25

2 Diagram keterhubungan antartabel 26

3 Perancangan database 27

4 Tabel spatial_ref_sys dengan srid=4326 28

5 Daftar pewarnaa peta 29

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Persoalan pelik yang menjadi tantangan pada era teknologi informasi saat

ini adalah kemampuan menghubungkan sumber informasi dengan pengguna.

Contohnya ketika pengguna membutuhkan data yang berasal dari beberapa pihak

yang masing-masing memiliki format, tipe DBMS, dan lokasi penyimpanan data

yang berbeda. Untuk mengatasi tantangan tersebut diharapkan adanya sebuah

sistem yang memungkinkan pengguna mengakses data heterogen dengan mudah

tanpa perlu mengetahui rincian teknis. Dalam istilah teknologi informasi

kemampuan ini sering disebut dengan interoperabilitas.

Dalam IEEE (1990), definisi interoperabilitas adalah kemampuan dua atau

lebih sistem atau komponen untuk bertukar informasi dan menggunakan

informasi yang telah dipertukarkan tersebut. Vullo et al. (2010) menyatakan

bahwa interoperabilitas adalah sifat yang mengacu pada kemampuan beragam

sistem atau organisasi untuk bekerja sama. Kedua definisi di atas menekankan

aspek teknis dari interoperabilitas dalam bentuk kemampuan saling

berkomunikasi antarmesin dan antarprogram.

Isu interoperabilitas ini sangat terasa dalam kasus penyebarluasan informasi

tentang tutupan lahan di Indonesia. Saat ini, data tutupan lahan dalam format

shapefile dapat di-download melalui situs www.inigis.com. Data tersebut hanya

dapat dibuka dengan menggunakan perangkat lunak tertentu, misalnya ArcGIS,

QGIS, uDig, dan OpenGeo. Perangkat lunak yang dibutuhkan tersebut tidak

semuanya bisa dijalankan oleh sistem operasi di komputer pengguna, sebagai

contoh ArcGIS yang hanya dapat dijalankan di sistem operasi Windows. Selain

itu, meski tidak perlu membayar, otentitas dan konsistensi data yang disampaikan

tidak dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini disebabkan karena situs

www.inigis.com terdapat peta yang tidak diketahui sumber dan skala dasar ketika

diproduksi.

Cara alternatif untuk memperoleh data spasial adalah melalui situs

www.maps.ina-sdi.or.id. Aplikasi yang digunakan oleh situs tersebut adalah

ArcGIS Explorer, sebuah aplikasi berlisensi dari ArcGIS yang bekerja melalui

sistem online sehingga tidak perlu di-install dalam komputer pengguna, cukup

menggunakan web browser. Kelemahannya ialah situs tersebut hanya dapat

dibuka pada platform sistem operasi Windows karena membutuhkan plugin

Windows Silverlight.

Di sisi lain, UU Geospasial Indonesia No. 4/2011 pasal 31 ayat 1 membuka

peluang pemanfaatan data geospasial secara luas, baik menggunakan perangkat

lunak komersial maupun FOSS (free and open source software). Oleh karena itu

penelitian kali ini akan membangun WebGIS berbasis web menggunakan

perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0 yang bersifat bebas dan dapat menangani isu

interoperabilitas.

2

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan WebGIS yang dapat

menampilkan peta penutupan lahan (land cover) Provinsi Kalimantan Tengah

menggunakan perangkat lunak bebas terbuka (FOSS) yang dapat menangani isu

interoperabilitas.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitan ini adalah dapat memberikan kemudahan kepada

pengguna untuk mendapatkan informasi penutupan lahan Kalimantan Tengah

melalui internet.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah data yang digunakan merupakan data

spasial penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah dengan format shapefile

(SHP). Shapefile menyimpan lokasi geografis berupa titik (point), garis (line), dan

poligon (polygon) serta informasi tipe penutupan lahan. Pengembangan sistem

dilakukan menggunakan OpenGeo Suite 3.0. dalam sistem operasi Windows 7.

TINJAUAN PUSTAKA

Penutupan Lahan

Istilah penutupan lahan (land cover) terkait dengan jenis fitur (feature)

kondisi yang terjadi di permukaan bumi. Contoh jenis penutupan lahan adalah

ladang jagung, danau, hutan dan jalan tol, sedangkan istilah penggunaan lahan

atau tata guna lahan (land use) berkaitan dengan kegiatan manusia atau fungsi

ekonomi yang berkaitan dengan wilayah lahan tertentu (Lillesan dan Kiefer 1994).

Hal tersebut sejalan dengan Aspinal dan Hill (2008) yang menyatakan bahwa tata

guna lahan adalah interaksi antara manusia dan lingkungan biofisik dengan

dampak kumulatif pada struktur, fungsi, dan dinamika ekosistem di tingkat

organisasi lokal, regional, dan global.

Interoperabilitas

Saat ini interoperabilitas menjadi langkah yang penting untuk beralih dari

cara penyimpanan digital yang terisolasi menuju ruang informasi bersama yang

memungkinkan pengguna untuk menelusuri informasi tersebut melalui satu

lingkungan yang terintergrasi. Borgman (2000) menyatakan bahwa

interoperabilitas dapat dicapai jika ada tiga hal, yaitu: sistem-sistem yang terlibat

dapat bekerja secara real time, selain itu perangkat lunak dapat beroperasi di

3

sistem yang berbeda (portable), dan terakhir data dapat dipertukarkan di antara

sistem yang berbeda.

Wang et al (2009) mendeskripsikan 7 level of conceptual interoperability

model (LCIM) sebagaimana disajikan pada Gambar 1, yaitu:

1 L0, tidak ada interoperabilitas.

2 L1 (technical), interoperabilitas mencakup standar komunikasi, pemindahan,

penyimpanan, dan penyajian data digital. Koneksi jaringan standar seperti

HTTP, TCP/IP atau UDP/IP diperlukan untuk memproduksi, menggunakan

dan mempertukarkan data dengan sistem eksternal.

3 L2 (syntatic), memiliki sebuah protokol yang disepakati untuk untuk

bertukar data dengan format yang tepat dalam urutan yang benar. Akan

tetapi, interoperabilitas pada level ini ini belum bisa menjelaskan makna

elemen data tersebut. Interoperabilitas secara sintaks ini memerlukan sebuah

protokol yang disepakati yang didukung oleh level teknis di bawahnya.

4 L3 (semantic), sistem-sistem yang saling terkait melakukan pertukaran term-

term yang dapat diparsing secara semantis.

5 L4 (pragmatic), sistem-sistem yang saling terkait telah menyadari konteks

(status dan proses) dan makna dari informasi yang dipertukarkan.

6 L5 (dynamic), sistem-sistem yang saling terkait dapat menyesuaikan

informasi yang dihasilkan (produce) atau yang digunakan (consume)

berdasarkan pemahaman terhadap perubahan konteks yang terjadi.

7 L6 (conceptual), sistem-sistem yang terkait pada level ini sepenuhnya sadar

terhadap setiap informasi lain dari sistem (pembukaan informasi, proses,

states, dan operasi).

Gambar 1 Tingkat model konsep interoperabilitas (Wang et al. 2009)

SIG Terdistribusi

Menurut Yang dan Tao (2006) layanan informasi geospasial terdistribusi

(distributed GIService) mengacu pada paradigma untuk menawarkan data

geospasial dan pengolahan pelayanan dengan menggunakan teknologi komputasi

terdistribusi. Pengembangan distributed GIService didorong oleh (a) peningkatan

penggunaan arsitektur berorientasi layanan (Service Oriented Architecture -

4

SOA), (b) penerapan standar interoperable untuk berbagai sumber daya informasi

geospasial, dan (c) perkembangan yang cepat di bidang-bidang yang

memungkinkan teknologi komputasi terdistribusi (misalnya: agen, grid, dan P2P).

Distributed GIService bergantung pada koneksi jaringan komputer untuk

memastikan kinerja layanan baik. Masalah seperti eksekusi paralel, kehandalan,

fleksibilitas, dan toleransi kesalahan harus dipertimbangkan agar menghasilkan

distributed GIService yang efektif. Platform yang populer digunakan untuk

menangani komputasi terdistribusi adalah P2P, agent, dan grid.

Komponen utama pada distributed GIService adalah client, web server,

application server, map server, serta data server yang disajikan pada Gambar 2.

a Client

Komponen yang menyediakan antarmuka bagi pengguna agar dapat

berinteraksi dengan program internet GIS.

b Web server dan application server

Menerima permintaan dari client, menyediakan halaman web statis dan

melibatkan application server dalam mengatur transaksi server, keamanan,

dan load balance.

c Map Server

Map server memproses permintaan client dan memberikan hasil proses

tersebut yang terhubung dengan data spasial.

d Data server menyediakan data spasial dan non-spasial serta menyediakan

akses dan manajemen data.

Gambar 2 Komponen utama GIS (Peng dan Ming 2003)

SIG terdistribusi mengalami evolusi yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Pada gambar dapat dilihat empat tingkatan evolusi, yaitu: static map publishing,

static web mapping, interact web maping, dan distributed GIService. Pada tingkat

static map publishing, sistem hanya menampilkan peta statis dalam format GIF

atau JPEG. Pada tingkat static web mapping sudah melibatkan penggunaan form

HTML dan CGI (Common Gateway Interface) untuk menghubungkan masukan

dari pengguna pada web browser dengan GIS. Interact web mapping

menyediakan lebih banyak fungsi untuk berinteraksi dengan peta, sedangkan

distributed GIService akan melibatkan lebih dari satu komponen GIS dalam

sistem yang akan berkomunikasi satu sama lain.

Arsitektur OpenGeo

OpenGeo merupakan perangkat lunak geospasial yang terdiri dari beberapa

tumpukan (stack). Istilah stack digunakan untuk menggambarkan sistem

perangkat lunak yang terdiri dari beberapa aplikasi untuk dipublikasikan

menggunakan website. Analogi tumpukan (stack) menggambarkan komponen-

komponen yang diletakkan di atas komponen lainnya. Komponen yang sifatnya

mendasar atau penting diletakkan di bawah, sedangkan komponen lainnya yang

bersifat sebagai pendukung diletakkan di atasnya (OpenGeo 2013).

Client Viewer

Web Browser

Application Server

Map Server

Data Server

5

Gambar 3 Evolusi web mapping (Peng dan Ming 2003)

Arsitektur OpenGeo, sebagaimana disajikan pada Gambar 4, terdiri atas

tiga lapisan utama yaitu, lapisan database management system (DBMS),

application layer, dan user interface. Application layer dapat dikelompokan

menjadi dua bagian, yaitu application server dan application cache. Sementara

user interface terdiri atas user interface framework dan user interface map

component.

OpenGeo menggunakan PostGIS sebagai sistem database spasial.

Penyimpanan database PostGIS dapat diganti menggunakan Oracle Spatial, DB2

Spatial, ArcSDE, Microsoft SQL Server Spatial, dan MySQL Spatial. Data

terlebih dahulu harus diakses menggunakan web service pada application server.

OpenGeo menggunakan GeoServer untuk mengakses peta. Pilihan lain yang dapat

digunakan menggantikan GeoServer antara lain Mapserver, ArcGIS Server, dan

MapGuide.

Pada lapisan kedua juga terdapat application cache. Application cache

digunakan untuk meningkatkan kinerja sistem yang dibangun. OpenGeo

menggunakan GeoWebCache. GeoWebCache juga dapat digantikan dengan

TileCache. Penggunaan cache ini dapat mempercepat akses data peta, sementara

user interface OpenGeo menggunakan GeoExplorer. GeoExplorer ini bekerja

menggunakan framework GeoExt/ExtJS dan komponen peta OpenLayers.

OpenLayers dapat diganti menggunakan GoogleMaps, BingMaps, dan lainnya

(OpenGeo 2013).

Kelebihan utama OpenGeo adalah kebebasan untuk menggunakan

komponen individual yang ada untuk membangun aplikasi baru dengan

infrastruktur yang sudah tersedia.

Pertama, organisasi yang memiliki sistem GIS. OpenGeo dapat

membangun aplikasi web menggunakan sistem GIS yang ada dengan

menggunakan penyimpanaan yang dimiliki seperti shapefile dan ArcSDE.

Kedua, organisasi yang tidak memiliki sistem GIS. OpenGeo juga dapat

digunakan tanpa sistem GIS dengan mengintegrasikan peta pada aplikasi yang

ada. Pengintegrasian ini dengan cara menempelkan komponen peta OpenGeo

pada halaman yang ada.

Ketiga, organisasi yang menggunakan Google map tools. Penyimpanan dan

application layer OpenGeo dapat disebarkan dan dintegrasikan dengan informasi

spasial ke dalam framework Google.

6

Gambar 4 Arsitektur OpenGeo Suite (OpenGeo 2013)

GeoServer

GeoServer adalah perangkat lunak server berbasis Java yang memungkinkan

pengguna untuk melihat dan mengedit data geospasial (GeoServer 2013).

GeoServer dibangun dengan library GeoTools. GeoTools adalah Java Toolkit

untuk mengembangkan aplikasi berbasis Java berdasarkan standar dari OpenGIS.

Database lain yang dapat diintegrasikan dengan GeoServer seperti PostGIS,

Oracle Spatial, DB2 Spatial, ESRI ArcSDE, Microsoft SQL Server Spatial, dan

MySQL Spatial. GeoServer OpenGeo juga menawarkan kombinasi dari integrasi

data. GeoServer dapat membaca dari dan menulis ke format seperti ESRI

Shapefile, GeoTIFF, ECW, JPEG2000, dan JPG/PNG/GIF. GeoSever juga dapat

membaca data secara langsung dari layanan standar internet seperti OGC web map

service (WMS) untuk akses ke citra dan peta dan OGC web feature service (WFS)

untuk akses ke fitur vektor.

GeoServer menitikberatkan pada kemudahan penggunaan dan standar dalam

menyajikan data geospasial menggunakan web. GeoServer dirancang untuk

menerbitkan data dari sumber data spasial dengan menggunakan standar Open

Geospatial Consortium (OGC). Layanan yang disediakan oleh GeoServer adalah

layanan yang sesuai dengan OGC yaitu web feature service (WFS) dan web map

service (WMS).

Sebuah web map service (WMS) menghasilkan peta bereferensi geografis.

Peta yang dimaksud adalah representasi visual dari geodata. Spesifikasi WMS

memberikan standar bagaimana peta dapat diminta oleh client dan bagaimana

server menjelaskan data yang dimilikinya. Ilustrasi WMS disajikan pada Gambar

5.

7

Gambar 5 Ilustrasi web map service (OpenGeo 2013)

Web feature service (WFS) merupakan layanan publikasi data geospasial

pada tingkat fitur data spasial melalui web. Spesifikasi OGC untuk WFS

menggunakan teknologi XML dan protokol HTTP sebagai media

penyampaiannya, atau lebih tepatnya mengunakan geography markup language

(GML) yang merupakan subset dari XML. Ilustrasi WFS disajikan pada Gambar

6.

Gambar 6 Ilustrasi web feature service (OpenGeo 2013)

GeoExplorer

GeoExplorer adalah antarmuka berbasis browser untuk menyusun dan

mempublikasikan aplikasi pemetaan peta. GeoExplorer bekerja menggunakan

GeoExt yang mampu menyatukan kemampuan spasial OpenLayers dengan

kekuatan antarmuka pengguna ExtJS. GeoExplorer bertujuan untuk memudahkan

pengguna untuk membangun sebuah aplikasi pemetaan berbasis web dengan

fungsi tradisional yang dapat dijumpai pada GIS desktop (OpenGeo 2013).

8

OpenLayers

OpenLayers adalah aplikasi berbasis JavaScript untuk menampilkan data

peta pada web browser tanpa tergantung pada web server. OpenLayers

mengimplementasikan JavaScript API yang digunakan untuk membangun aplikasi

SIG berbasis web. OpenLayers adalah perangkat lunak gratis yang dikembangkan

dari dan untuk komunitas perangkat lunak open source (OpenLayers 2013).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 7.

Metode yang digunakan terdiri atas tahap analisis kebutuhan, praproses data,

perancangan prototipe, pembentukan prototipe, dan evaluasi prototipe.

Analisis Kebutuhan

Praproses Data

Perancangan Prototipe

Pengembangan Prototipe

Evaluasi Prototipe

Hasil

Gambar 7 Metode Penilitan

Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini, dilakukan analisis terhadap kebutuhan sistem serta analisis

data yang dibutuhkan oleh sistem. Sistem mampu mengelola data spasial dengan

format yang berbeda yang diperoleh dari berbagai sumber. Sistem juga dapat

menampilkan peta penutupan lahan dari daftar layer peta yang tersedia di tempat

penyimpanan. Berdasarkan kebutuhan sistem dapat diperoleh spesifikasi

perangkat lunak dan spesifikasi perangkat keras.

9

Praproses Data

Setelah melakukan analisis kebutuhan, dilakukan survei terhadap

ketersediaan data. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi setiap sumber data yang

potensial dalam pengembangan sistem. Sebelum melakukan pengembangan

sistem, dilakukan praproses data yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu

pengaturan sistem proyeksi, geometry check and correction, peleburan data

(dissolve), dan pemuatan data.

Pertama, data yang diperoleh diperiksa apakah sudah memiliki sistem

proyeksi. Jika belum maka dilakukan pengaturan sistem proyeksi untuk

mengetahui referensi data spasial. Setelah itu dilakukan pemeriksaan data

geometri. Jika terjadi kesalahan pada data dilakukan perbaikan data. Selanjutnya

dilakukan peleburan data menjadi tiga bagian berdasarkan tahun. Pada tahap ini,

akan diperoleh tiga buat data penutupan lahan dengan format shapefile. Terakhir

data telah siap untuk dimuat (load) ke dalam database.

Perancangan Prototipe

Pada tahap ini, dilakukan perancangan database dan perancangan sistem.

Perancangan sistem terdiri atas tiga tahap, yaitu perancangan arsitektur,

perancangan proses, dan perancangan antarmuka.

Pembentukan Prototipe

Pembentukan prototipe merupakan tahapan untuk merealisasikan rancangan

yang telah dibuat. Pembentukan prototipe diawali dengan instalasi OpenGeo Suite

3.0, mengimplementasikan penyimpanan ke dalam GeoServer, implementasi

arsitektur dan proses, dan implementasi antarmuka.

Evaluasi Prototipe

Evaluasi yang dilakukan pada prototipe mencakup uji fungsionalitas yang

bertujuan untuk memastikan bahwa semua fungsi berjalan dengan baik. Parameter

fungsional yang diuji adalah fungsi GetCapabilities, GetMap, ZoomIn, ZoomOut,

dan getFeatureInfo.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kebutuhan

Analisis Kebutuhan Sistem

Analisis kebutuhan yang dilakukan terdiri atas analisis kebutuhan

fungsional perangkat keras dan perangkat lunak, dan analisis lingkungan

pengembangan sistem. Pada tahap analisis kebutuhan perangkat lunak, diperoleh

fungsi utama sistem, yaitu menampilkan peta penutupan lahan Kalimantan

Tengah. Peta menampilkan penutupan lahan berdasarkan tahun yang dapat dipilih

10

dari daftar layer peta. Selain itu, sistem juga dapat menampilkan skala dan

legenda peta, dan dapat menampilkan menu untuk operasi pada peta, yaitu:

ZoomIn, ZoomOut, GetFeatureInfo. Pengguna sistem adalah masyarakat umum

yang membutuhkan informasi mengenai jenis penutupan lahan di Kalimantan

Tengah.

Berdasarkan analisis kebutuhan, spesifikasi perangkat lunak yang digunakan

dalam pengembangan sistem adalah:

1 OpenGeo Suite 3.0 sebagai perangkat lunak pengemban sistem. Aplikasi

yang dipaketkan dalam OpenGeo Suite adalah PostGIS 1.14.3 sebagai

perangkat lunak untuk manajemen database, GeoServer 2.2 Snapshot

sebagai web map server yang mengakomodasi data dalam bentuk peta,

GeoWebCache, GeoExplorer untuk memublikasikan aplikasi pemetaan peta,

Apache Tomcat sebagai web server, dan styler untuk melakukan pengaturan

style (SLD).

2 ArcMapTm

9.4 sebagai perangkat lunak untuk mengolah praproses data

spasial.

3 uDig 1.3.2 sebagai perangkat lunak untuk mengolah pewarnaan peta.

Spesifikasi perangkat keras yang digunakan dalam pengembangan sistem ini

adalah:

1 Processor: AMD A6-3400M APU dengan Radeon ~1,4GHz.

2 Sistem Operasi: Windows 7 Profesional 64-bit.

3 Memori: 4096MB RAM.

4 Hard disk: 600GB.

Analisis Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data penutupan lahan

Provinsi Kalimantan Timur tahun 2000, 2005, dan 2009 dengan format shapefile

(.shp). Data yang diperoleh berupa satu buah file SHP sehingga harus dilakukan

peleburan (dissolve) data agar dapat diolah untuk membangun sistem informasi

geografi ini.

Praproses Data

Pengaturan Sistem Proyeksi

Data yang diperoleh dalam format shapefile belum didefinisikan sistem

proyeksinya. Hal ini menyebabkan data saat dibuka untuk dilakukan praproses

data menggunakan ArcGIS memunculkan pesan bahwa data yang ditambahkan

tidak memiliki informasi spasial sehingga tidak dapat diproyeksikan. Di dalam

ArcGIS, pengaturan sistem proyeksi ini dapat dilakukan melalui menu

ArcToolbox > projection and transfer > define project. Data yang akan diproses

dipilih dan akan mendapat informasi bahwa koordinat sistem berstatus unknown.

Tahap selanjutnya adalah memilih sistem koordinat yang sudah didefiniskan

sebelumnya menggunakan datum WGS (World Geodetic System) 1984.

Geometry Check and Corretion

Setelah dilakukan pengaturan sistem proyeksi, maka dilakukan pengecekan

geometri dan memperbaiki kesalahan, menangani data kosong (null), dan data

11

yang tidak konsisten. Pengecekan dilakukan menggunakan ArcGIS melalui menu

ArcToolbox > Data Management Tools > Feature > Check Geometry. Hasilnya

diperoleh tujuh buah kesalahan yang harus diperbaiki. Tujuh buah kesalahan

tersebut merupakan kesalahan pada ring yang tidak terarah dengan benar

(incorrect ring ordering). Kesalahan tersebut ditemukan pada fitur geometri

dengan Object_ID 420, 6062, 6452, 7057, 7842, 8596, dan 10047 sebagaimana

dapat dilihat pada Gambar 8. Pada perangkat lunak ArcGIS, perbaikan kesalahan

geometri dapat dilakukan dengan mudah menggunakan Repair Geometry pada

ArcToolbox. Setelah melakukan Repair Geometry, geometri akan diperbaharui

untuk memiliki segmen yang benar.

Gambar 8 Kesalahan dalam pengecekkan menggunakan ArcGIS

Peleburan Data (Dissolve)

Setelah memperbaiki kesalahan pada data, hasil repair geometry tersebut

masih berupa data penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2000,

2005, dan 2009. Hal tersebut menyebabkan pada saat visualisasi dalam bentuk

peta penutupan lahan yang ditandai dengan warna berbeda untuk setiap fitur, satu

objek yang sama tetap berdampingan dengan jenis fitur yang lain. Contohnya

seperti disajikan pada Gambar 9. ObjectID = 12503 yang ditandai garis biru

tersusun dari beberapa poligon yang tersebar, namun tetap berdampingan dengan

fitur lain yang memiliki jenis land cover sama (H2r).

Pada penelitian kali ini, kita membutuhkan data penutupan lahan per tahun,

sehingga data tersebut harus dilebur menjadi tiga bagian berdasarkan tahun.

Peleburan data menggunakan menu ArcToolbox > Data Management Tools >

Generalization > Dissolve. Pemilihan tahun (Z000, Z005, Z009) dilakukan untuk

mendapatkan data penutupan lahan pada tahun tersebut.

12

Gambar 9 Peleburan data

Dissolve digunakan untuk menggabungkan objek-objek dalam sebuah layer

yang mempunyai isi field yang sama. Fungsi ini digunakan untuk membuat peta

yang telah disederhanakan dari sebuah peta yang lebih kompleks. Fungsi dissolve

juga akan menghapus batas dari poligon berpotongan yang memiliki nilai yang

sama (Gambar 10).

Gambar 10 Ilustrasi dissolve (ESRI 2013)

Dari proses dissolve ini diperoleh tiga buah data dengan nama LC2000.shp,

LC2005.shp, dan LC2009.shp. Sebagai contoh untuk kasus pada tahun 2000,

terdapat 6224 poligon sebelum dilakukan dissolve menjadi 3582 poligon setelah

dilakukan proses dissolve. Contoh data sebelum dan sesudah dilakukan proses

dissolve dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pemuatan Data

Tahap selanjutnya yakni memuat data shapefile tersebut ke dalam

GeoServer. Pemuatan data ke dalam GeoServer dapat dilakukan dengan

mengimpor dari database atau mengimpor file data spasial dari direktori yang

dimiliki. Penelitian ini menggunakan kedua jenis pemuatan data tersebut untuk

menunjukan bahwa OpenGeo Suite mengakomodasi interoperabilitas tipe data.

13

Sebelum mengimpor data dari database yang harus dilakukan pertama kali

adalah mengimpor data shapefile ke dalam database PostGIS. Proses impor

tersebut dapat dilakukan menggunakan Shapefile to PostGIS Import Tool

(Gambar 11). Langkah selanjutnya ialah membuat koneksi dengan PostGIS.

Setelah berhasil terhubung ke PostGIS, dipilih file shapefile yang akan diimpor

ke database. Pada tab pengaturan, kolom geometry column bernilai the_geom.

Kolom Spatial Reference System Identifier (SRID) merupakan integer yang

berhubungan dengan primary key dari metatabel spatial_ref_sys. Jika impor data

berhasil dilakukan, akan terbentuk tabel baru pada PostGIS.

Gambar 11 Shapefile to PostGIS Import Tool

Perancangan Prototipe

Perancangan Database

Berdasarkan data hasil impor ke dalam database, diperoleh 5 tabel yaitu:

tabel LC_Dissolve2000, LC_Dissolve2005, LC_Dissolve2009, spatial_ref_sys,

geometry_columns. Diagram keterhubungan antar tabel dapat dilihat pada

Lampiran 2. Tabel LC_Dissolve menyimpan informasi tipe penutupan lahan

Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan tahun sesuai dengan nama tabel.

Tabel geometry_columns terdiri atas tujuh kolom, yaitu f_table_catalog

untuk menyimpan nama database(katalog), f_table_schema untuk menyimpan

skema tabel, f_table_name untuk menyimpan nama tabel, f_geometry_column

untuk menyimpan nama kolom geometri. Kolom coord_dimension adalah dimensi

koordinat dari kolom geometri. Kolom SRID merupakan foreign key metatabel

spatial_ref_sys. Kolom type menyimpan jenis geometri (titik, garis, poligon,

multipoligon, dan lain-lain) sebagai character varying. PostGIS menggunakan

tabel geometry_columns untuk menyimpan metadata yang terkait dengan kolom

geometri pada database. Tabel ini secara otomatis dibuat saat instalasi PostGIS

dan digunakan oleh alat-alat third-party untuk mengumpulkan daftar layer

geometri pada database.

14

Tabel spatial_ref_sys terdiri atas lima kolom. Kolom SRID bernilai integer

unik yang mengidentifikasi sistem referensi spasial dalam database. Kolom

auth_name berisi nama dari badan standar atau standar yang sedang dikutip untuk

sistem referensi, dalam hal ini “EPSG”. Kolom auth_srid merupakan id dari

sistem referensi spasial yang didefinisikan dalam auth_name. Kolom srtext

merepresentasikan well-known text dari sistem referensi spasial. Kolom proj4text

berisi string definisi koordinat proj4 (library yang digunakan PostGIS untuk

menyediakan kemampuan transformasi koordinat) untuk SRID tertentu. PostGIS

menggunakan tabel ini untuk mengatalogkan semua sistem referensi spasial yang

tersedia ke dalam database. Metatabel spatial_ref_sys berisi nama sistem

referensi spasial, parameter-parameter yang diperlukan untuk memproyeksikan ke

sistem lain, dan sumber definisi sistem. Deskripsi tabel pada Lampiran 3.

Perancangan Arsitektur Sistem

Sistem dibuat mengikuti arsitektur dari perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0.

OpenGeo merupakan tumpukan perangkat lunak geospasial untuk

mempublikasikan data ke dalam sebuah web. Dalam OpenGeo, terdapat tiga

lapisan utama yaitu database (DBMS), application server, dan user interface.

Pada lapisan pertama database terdapat PostGIS yang merupakan sistem databse

spasial yang kuat. Pada lapisan kedua terdapat GeoServer yang menjadi server

peta dan data spasial. Pada lapisan ketiga user interface OpenGeo memiliki

GeoExplorer yang menjadi perangkat berbasis web untuk melihat, navigasi, dan

mengelola data dari komponen OpenGeo (baik secara lokal maupun remote atau

mengontrol dari tempat yang berbeda). GeoWebCache digunakan untuk

mempercepat pengiriman gambar peta dengan cara menyimpan gambar yang

sering diakses. Arsitektur sistem ini disajikan pada Gambar 12.

Application Layer

Database File SotrageMapQuest OpenStreetMap

User Interface

Internet

Gambar 12 Arsitektur Sistem

15

Perancangan Proses

Proses dimulai ketika pengguna mengakses web dan mengirim permintaan

GetCapabilities ke GeoServer. GetCapabilities menampilkan layanan pada

tingkat metadata yang berisi deksripsi informasi yang dimiliki WMS dan

parameter yang dapat diterima. GeoServer akan merespons permintaan tersebut

dalam format XML. Hasil dari permintaan ini berupa daftar layer peta. Layer peta

yang ditampilkan adalah semua layer yang telah dimuat di GeoServer. Layer

dalam GeoServer merupakan hasil impor data dari PostGIS atau impor langsung

dari shapefile, sementara yang akan ditampilkan hanyalah layer peta yang telah

dipilih. Pengguna dapat memproses peta lebih lanjut menggunakan menu yang

tersedia seperti, zoom in, zoom out, GetFeatureInfo, melakukan pengukuran

panjang (measure length), dan pengukuran luas area (measure area) setelah peta

ditampilkan. GetFeatureInfo digunakan untuk meminta informasi tentang fitur

spesifik pada bagian peta yang dipilih.

Perancangan Antarmuka

Perancangan antarmuka berfungsi untuk memberikan kemudahan kepada

pengguna dalam pengoperasian sistem. Perancangan antarmuka pada penelitian

ini difokuskan pada antarmuka client. Antarmuka halaman WebGIS Penutupan

Lahan Kalimantan Timur terdiri atas beberapa bagian, yaitu: header, navigasi,

peta, legenda, referensi, dan footer. Tampilan perancangan antarmuka halaman

digambarkan pada Gambar 13.

Header

Naviagasi

Peta

Legenda

SkalaReferensi

Gambar 13 Antarmuka WebGIS Penutupan Lahan

Pengembangan Prototipe

Instalasi OpenGeo Suite 3.0

Perangkat lunak OpenGeo Suite 3.0 dapat diinstal pada berbagai sistem

operasi seperti Windows, Mac OS, dan Linux. Persyaratan minimum sistem

operasi Windows agar dapat menggunakan OpenGeo adalah sebagai berikut:

1 Sistem Operasi: Windows XP, Windows Vista, Windows 7, Server 2003,

Server 2008 (32 bit dan 64 bit).

2 Memori minimal 512 MB (direkomendasikan 1 GB).

3 Tempat penyimpanan: minimal 600 MB (ditambah space untuk memuat

data).

16

Implementasi GeoServer

Penelitian ini menggunakan PostGIS sebagai sistem database spasial.

Penggunaan PostGIS dikarenakan telah disertifikasi oleh OGC sesuai dengan

“Fitur sederhana untuk SQL”. PostGIS menambahkan jenis, fungsi, dan indeks

untuk mendukung penyimpanan, manajemen, dan analisis objek geospasial: titik,

linestrings, poligon, multipoint, multilinestrings, multipolygons. Data yang telah

diimpor ke dalam PostGIS, yaitu: LC_Dissolve2000 terdiri atas 3582 record,

LC_Dissolve2005 terdiri atas 3582 record, dan LC_Dissolve2009 terdiri atas

3759 record. Perbedaan jumlah record ini disebabkan oleh perubahan penutupan

lahan. Data tersebut harus dimpor ke GeoServer.

Aplikasi GeoServer yang akan digunakan untuk merepresentasikan data

PostGIS pada platform web membutuhkan perizinan akses. Akses masuk dapat

menggunakan default username admin dan password geoserver. Tahapan

pembuatan suatu layer pada GeoServer ini meliputi:

1 Membuat workspace

Workspace merupakan ruang kerja yang menampung layer-layer yang akan

dibuat. Workspace dirancang untuk menjadi ruang terpisah, terisolasi yang

berhubungan dengan suatu proyek tertentu. Hal tersebut memungkinkan untuk

menggunakan layer dengan nama yang identik tanpa konflik. Nama workspace

yang telah dibuat pada penelitan ini adalah landcover1 dengan namespace URI

http://opengeo.org/landcover1 dan dibuat sebagai default workspace.

2 Melakukan penyimpanan (store)

Store merupakan ruang konfigurasi untuk mengatur penyimpanan data yang

tersedia ke dalam GeoServer. Terdapat pilihan konfigurasi berdasarkan jenis data

yaitu data vektor dan data data raster. Penelitian kali menggunakan data vektor.

Data tersebut dimasukkan ke dalam GeoServer menggunakan dua cara yaitu

melalui konfigurasi PostGIS yang telah dibuat sebelumnya dan memilih data

shapefile yang dimiliki pada direktori penyimpanan pribadi (Gambar 14).

Gambar 14 Pilihan sumber data vektor

17

3 Membuat layer pada GeoServer

Pada saat layer yang tersedia dipublikasikan maka GeoServer akan

menampilkan halaman konfigurasi yang tersedia. Konfigurasi ini untuk

melengkapi informasi yang dibutuhkan setiap layer. Informasi tersebut meliputi

nama layer, pemilihan nilai sistem koordinat referensi, bounding box yang

dibangkitkan dari data, dan memilih style yang terdapat pada tab publishing

(Gambar 15). Nilai sistem referensi koordinat yang dipilih adalah EPSG:4326.

EPSG merupakan singkatan dari European Petroleum Survey Group. EPSG

mendefinisikan sistem referensi spasial. Pada tabel spatial_ref_sys kolom SRID

menggunakan EPSG:4326 yang berarti srid=4326 dan auth_name=EPSG.

EPSG:4326 merupakan sistem referensi geografis latitude (lat), longitude (lon)

menggunkan elipsoid WGS 84. Isi tabel spatial_ref_sys dengan srid = 4326 dapat

dilihat pada Lampiran 4.

Gambar 15 Pemilihan sistem koordinat referensi

Layer-layer yang terbentuk kemudian dikonversi oleh layanan yang terdapat

pada GeoServer menjadi file dengan format XML. File XML inilah yang

kemudian akan menghasilkan URL dengan halaman web berupa penyajian data

dalam bentuk peta. Penelitian ini membangun tiga layer dalam GeoServer, yaitu

layer LC_Dissolve2000, LC_Dissolve2005, dan LC_Dissolve2009.

4 Menyesuaikan style peta

Untuk menghasilkan suatu layer peta, diperlukan style dari layer yang

sesuai dengan tipe layer tersebut. Pada penelitian kali ini, penyesuaian style

digunakan untuk mengkategorikan tipe penutupan lahan antara satu dengan

lainnya. File Styled Layer Descriptor (SLD) untuk mengatur tampilan peta di-

bangkitkan menggunakan perangkat lunak uDig. Peta yang telah dimuat ke dalam

uDig kemudian dilakukan pengaturan style menggunakan style editor. Langkah

berikutnya dipilih atribut yang akan diberikan warna theme tertentu. Setiap jenis

penutupan lahan diberikan warna berbeda, sehingga dalam kolom classes

18

disesuaikan dengan jumlah atribut penutupan lahan sebanyak 19 kelas. Struktur

SLD yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar yang diberikan

warna berbeda merupakan bagian struktur yang mengalami perubahan untuk

setiap rule yang berbeda.

Sld:StyledLayerDescriptor

sld:UserLayer

sld:LayerFeatureConstraints

sld:FeatureTypeConstraint

sld:UserStyle

sld:Name

sld:Title

sld:FeatureTypeStyle

sld:Name

sld:FeatureTypeName

sld:SemanticTypeIdentifier

sld:Rule

sld:Name

sld:Title

ogc:Filter

ogc:PropertyIsEqualTo

ogc:PropertyName

ogc:Literal

sld:PolygonSymbolizersld:Fill

sld:CssParameter name="fill"

sld:CssParameter name="fill-opacity"

Gambar 16 Struktur SLD

Setelah itu dilakukan penyesuaian warna agar sesuai dengan jenis atribut

penutupan lahan. Dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2013

tentang Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang tidak dijelaskan secara terperinci

tentang kode unsur untuk tipe penutupan lahan. Peraturan pemerintah tersebut

hanya mensyaratkan adanya perbedaan pewarnaan untuk membedakan tipe

penutupan lahan. Oleh karena itu, kode unsur disesuaikan dengan lampiran PP

19

tersebut. Jika dalam PP tersebut tidak ditemukan, maka dilakukan pendekatan

pewarnaan yang disesuaikan dengan jenis penutupan lahan (Lampiran 5).

5 Melihat hasil peta

Untuk melihat peta sesuai layer yang telah dibuat, pengguna dapat

mengakses layer preview. Dalam menu view pada layer preview terdapat tiga

kategori pilihan yaitu berdasarkan aplikasi (Open Layers, Google Earth, dan

GeoExplorer), format WMS (KMZ, TIFF, JPEG, PNG, PDF, KML, dan lain-

lain), dan format WFS (CSV, GeoJSON, GML2, GML3, dan shapefile).

GeoExplorer menjadi bagian dari OpenGeo pada lapisan user interface.

GeoExplorer adalah sebuah aplikasi web berdasarkan kerangka GeoExt yang

digunakan untuk menyusun dan menerbitkan peta. GeoExplorer dapat

diintegrasikan dengan penyedia peta seperti Google Maps dan OpenStreetMap

dan dapat menampilkan data GIS berbasis web service (WMS/WFS).

Implementasi Arsitektur dan Proses

OpenGeo menggabungkan semua lapisan secara bersama-sama dalam satu

buah perangkat untuk membangun sebuah peta internet. Kekuatan sebenarnya dari

arsitektur OpenGeo adalah kebebasan untuk menggunakan komponen individual

untuk membangun aplikasi baru dalam kombinasi dengan infrastuktur yang ada.

Pada saat ada request dari pengguna maka GeoServer akan memberikan

response berupa GetCapabilities dalam bentuk XML yang berisi deskripsi

informasi metadata yang dimiliki. Contoh GetCapabilities request dalam

implementasi sistem ini ialah http://localhost:8080/geoserver/

wms?request=GetCapabilities. Respon permintaan berupa file yang ditetapkan

dalam “text/xm”. Layanan metadata ini memungkinkan klien WMS untuk

memformulasikan permintaan yang valid dan memungkinkan konstuksi katalog

yang dapat dicari dan mengarahkan klien WMS kepada server WMS tertentu.

Operasi GetCapabilites perlu menerima daftar lengkap dari dukungan antarmuka

server dan layer. Pada tahap ini diperoleh informasi layer peta yang telah dimuat

dalam GeoServer dan ditampilkan dalam daftar layer.

Saat pengguna melakukan pemilihan layer maka akan dijalankan operasi

GetMap, sehingga keluaran operasi GetMap adalah peta yang sesuai dengan layer

yang telah dipilih. Permintaan GetMap mengizinkan WMS klien untuk

menspesifikan layer yang berbeda, sistem referensi spasial (SRS), area geografis,

danm parameter lain yang menggambarkan format pengambilan peta. Server

WMS mengirim peta via HTTP ketika menerima permintaan seperti Gambar 17 di

bawah ini.

http://localhost:8080/geoserver/

landcover1/wms?service=WMS&version=1

.1.0&request=GetMap&layers=landcover

1:LC_Dissolve2000&styles=&bbox=110.7

33819441657,-

3.5438372847589,115.849919441657,0.7

93562715241104&width=512&height=434&

srs=EPSG:4326&format=image/jpeg

20

Parameter-parameter pada contoh di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

localhost:8080 merupakan server hostname dengan port number

8080

geoserver/ adalah directory path

landcover1 adalah nama workspaces

wms? adalah nama script Common Gateway Interface (CGI) yang

memproses permintaan WMS klien

Service=WMS& merupakan parameter jenis layanan

version=1.1.0 merupakan detail server

&request=GetMap adalah jenis permintaan

&layers=landcover1:LC_Dissolve2000 menggambarkan

nama layer

&bbox=110.733819441657,-3.5438372847589,115.849919441657,0.79356271524110

4 menjelaskan tentang koordinat latitude longitude atau bounding box

&srs=EPSG:4326 merupakan proyeksi yang digunakan

&width=512&height=434&format=image/jpeg merupakan

properti dari gambar. Width dan height adalah perintah ketika

format keluaran berupa gambar.

Permintaan GetFeatureInfo merespons informasi tentang fitur tertentu yang

ditunjukan pada peta. Peta diidentifikasi dengan menyertakan semua informasi

dalam permintaan GetMap. Permintaan GetFeatureInfo menyimpan muatan

permintaan GetMap dengan menambahkan parameter untuk mendefinisikan layer

yang diminta. Hasil permintaan operasi ini adalah informasi atribut yang terdapat

pada peta.

Implementasi Antarmuka

Pada saat pengguna mengirimkan permintaan GetCapabilites menggunakan

browser dengan alamat URL http://localhost:8080/geoserver/

www/peta/map.html maka akan dikirimkan ke GeoServer. Hasil respons

GeoServer akan menghasilkan list daftar layer. Peta dapat ditampilkan dengan

beberapa layer sekaligus. Layer yang ditampilkan dapat berasal dari format data

dan lokasi penyimpanan yang berbeda. Tiga layer pertama (LC_Dissolve2000,

LC_Dissolve2005, LC_Dissolve2009) berasal dari PostGIS dan

LC_Dissolve2000 yang kedua berasal dari pemilihan langsung shapefile yang

dimiliki (Gambar 18). Semua layer tersebut dalam penelitian ini disimpan di

dalam satu komputer yang sama. Walau demikian OpenGeo dapat mengambil

layer dari tempat penyimpanan yang lain seperti layer yang dijadikan sebagai

base maps berasal dari MapQuest OpenStreetMap yang disimpan di server

OpenStreetMap. Hal ini dilakukan untuk menujukan bahwa OpenGeo dapat

menangani interoperabilitas.

21

Gambar 18 Antarmuka daftar layer

Saat permintaan layer dilakukan, sistem akan mengirimkan permintaan

GetMap yang dikirim ke GeoServer. Respons dari permintaan tersebut berupa

ditampilkannya peta yang dipilih ke dalam frame peta (Gambar 19). Melihat

perbedaan penutupan lahan dipilihan berbeda. Layer penutupan lahan

menggunakan simbol legenda berupa polygon.

Gambar 19 WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah

Setelah peta ditampilkan, maka fungsi ZoomIn, ZoomOut, dan

GetFeatureInfo dapat dijalankan. Gambar 20 menunjukkan contoh tampilan

GetFeatureInfo dari layer.

Gambar 20 Antarmuka GetFeatureInfo

22

Evaluasi Prototipe

Pengujian dilakukan dengan mencoba fungsi-fungsi pada tampilan web.

Fungsi GetCapabilites, GetMap, ZoomIn, Zoomout, dan GetFeatureInfo berjalan

dengan baik. Hasil pengujian lengkap dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Hasil Evaluasi Prototipe

Pengujia

n

Skenario Hasil yang Diharapkan Hasil

Uji

GetCapa-

bilities

Mengakses alamat peta Jika tersambung dengan

server, akan menampilkan list

layer yang dapat dipilih

beserta frame peta.

Sukses

GetMap Memilih layer peta yang

tersedia

Jika tersambung dengan

server, maka peta akan

ditampilkan di dalam frame

sesuai dengan layer yang telah

dipilih.

Sukses

ZoomIn Kursor bergerak menuju

peta yang ingin diperbesar,

kemudia menggerakan

memilih tombol Zoom In

atau menggunakan scroll

tetikus

Gambar peta menjadi lebih

besar

Sukses

ZoomOut Kursor bergerak menuju

peta yang ingin diperbesar,

kemudia menggerakan

memilih tombol Zoom Out

atau menggunakan scroll

tetikus

Gambar menjadi lebih kecil Sukses

GetFea-

tureInfo

Kursor bergerak menuju

peta yang ingin diketahui

informasinya, kemudia klik

koordinat tersebut

Menampilkan informasi

atribut peta

Sukses

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah prototype

WebGIS Penutupan Lahan Kalimantan Tengah berhasil dibangun menggunakan

OpenGeo Suite 3.0. WebGIS ini menerima masukan data yang berasal dari format

data spasial dan tempat penyimpanan yang berbeda yaitu: shapefile, PostGIS, dan

MapQuest. Data tersebut disimpan pada layer terpisah berdasarkan tahun yaitu

tahun 2000, 2005, 2009, dan openlayer MapQuest sehingga diperoleh peta

penutupan lahan Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan tahun yang dipilih.

23

Selain itu, sistem juga menampilkan skala dan legenda peta dan menu untuk

operasi pada peta, yaitu: ZoomIn, ZoomOut, dan GetFeatureInfo.

Saran

Sistem yang dibangun pada penelitian ini masih berupa prototype dan

memiliki banyak kekurangan sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut agar dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Beberapa hal dapat dikembangkan dalam

penelitian selanjutnya, yaitu:

1 Untuk melihat perubahan penutupan lahan masih mengandalkan ketajaman

mata manusia, sehingga diharapkan penelitian berikutnya dapat

menambahkan query untuk pengolahan data.

2 Sistem juga diharapakan dapat menampilkan peta berdasarkan masing-

masing jenis penutupan lahan dengan menggunakan checkbox untuk

memilih jenis penutupan lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Aspinall RJ, Hill MJ. 2008. Land Use Change. Science, Policy and Management.

New York (US): CRC Press.

Borgman CL. 2000. From Gutenberg To The Global Information Infrastructure.

Cambrige (GB): MIT Press.

[ESRI] Environmental Systems Research Institute. 2013. ArcGIS Desktop Help.

[Internet]. [diunduh 2013 Jun 15]. Tersedia pada:

http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cfm?TopicName=welcome.

GeoServer. 2013. GeoServer User Manual Release 2.2.3. Boston (US):

GeoServer.

[IEEE] The Institute of Electrical and Electronics Engineers. 1990. IEEE

Standard Computer Dictionary: A Compilation of IEEE Standard Computer

Glossaries. New York (US): The Institute of Electrical and Electronics

Engineers.

Lillesan TM, Kiefer RW. 1994. Remote Sensing And Image Interpretation. Ed ke-

3. New Jersey (US): John Wiley & Sons.

OpenGeo. 2013. Introduction to OpenGeo. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 13].

Tersedia pada: http://files.opengeo.org/workshopmaterials/suite-intro.zip.

OpenLayers. 2013. OpenLayers Document. [Internet]. [diunduh 2013 Jan 20].

Tersedia pada: http://docs.openlayers.org/contents.html.

Peng ZR, Ming HT. 2003. Internet GIS : Distributed Geographic Information

Services for the Internet and Wireles Network. New Jersey (US): John Wiley

and Sons.

Vullo G, Innocenti P, Ross S. 2010. Interoperability for digital repositories:

towards a policy and quality framework. Di dalam: Vullo G, Innocenti P, Ross

S, editor. International Conference on Open Repositories 5th

[Internet]. 6-9 Juli

2010, Madrid. Madrid (ES): International Conference on Open Repositories.

Hlm 1-13; [diunduh 2013 Jan 7]. Tersedia pada: http://biecoll.ub.uni-

bielefeld.de/volltexte/2011/5089/pdf/abs_vullo_interoperability.pdf.

24

Wang WG, Tolk A, Wang WP. 2009. The levels of conceptual interoperability

model: Applying systems engineering principles to M & S. Di dalam: Wang

WG, Tolk A, Wang WP, editor. Spring Simulation Multiconference [Internet].

22-27 Maret 2009, San Diego. San Diego (US): The Society for Modeling and

Simulation International (SCS) [Halaman tidak diketahui]; [diunduh 2013 Jun

13]. Tersedia pada: http://arxiv.org/ftp/arxiv/papers/0908/0908.0191.pdf.

Yang CP, Tao CV. 2006. Distributed Geospatial Information Service (Distributed

GIService). Di dalam: Rana S, Sharma J, editor. Frontiers of Geographic

Information Technology [Internet]. [Waktu dan tempat pertemuan tidak

diketahui]. Berlin (GE): Springer Berlin Heidelberg. Hlm 103-120; [diunduh

2013 Jun 16]. Tersedia pada:

http://cisc.gmu.edu/publication/papers/2006/DGService.pdf.

25

Lampiran 1 Contoh data penutupan lahan Provinsi Kalimanntan Tengah

Contoh data sebelum dissolve untuk peta yang ditandai garis biru

FID

OBJE

CTID

_1

OBJE

CTID

_2

FID_LC

_KAL

OBJECT

ID Z000 Z005

Z000_2

005 Z009

Z005_200

9

PROVINC

E

25 917 1398 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

26 917 1398 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

27 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

28 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

29 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

30 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

31 918 1399 15927 12503 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

478 1178 2216 20689 17265 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

479 1178 2216 20689 17265 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

574 1226 2290 20747 17323 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

575 1226 2290 20747 17323 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

576 1226 2290 20747 17323 H2r H2r H2r_H2r H2r H2r_H2r Central Kalimant

Contoh data setelah dissolve untuk peta yang ditandai garis biru

FID Shape Z000

959 Polygon H2r

Gambar peta sebelum dan setelah proses dissolve

26

Lampiran 2 Diagram keterhubungan antartabel

geometry_columns

PK f_table_catalogPK f_table_schemaPK f_table_namePK f_geometry_column

coord_dimension srid type

LC_Dissolve2009

PK fid

z009

the_geom

spatial_ref_sys

PK srid

auth_name

auth_srid

srtext

proj4text

LC_Dissolve2000

PK fid

z000

the_geom

LC_Dissolve2005

PK fid

z005

the_geom

27

Lampiran 3 Perancangan database

Deskripsi tabel geometry_column

Atribut Tipe Data

f_table_catalog character varying (256)

f_table_schema character varying (256)

f_table_name character varying (256)

f_geometry_column character varying (256)

coord_dimension intger

srid integer

type character varying (256)

Deskripsi tabel spatial_ref_sys

Atribut Tipe Data

srid integer

auth_name character varying (256)

auth_srid integer

srtext character varying (256)

proj4text character varying (256)

Deskripsi tabel LC_Dissolve2000

Atribut Tipe Data

fid integer

z000 character varying (256)

the_geom geometry

Deskripsi tabel LC_Dissolve2005

Atribut Tipe Data

fid integer

z005 character varying (256)

the_geom geometry

Deskripsi tabel LC_Dissolve2009

Atribut Tipe Data

fid integer

z009 character varying (256)

the_geom geometry

28

Lampiran 4 Tabel spatialref_sys dengan srid=4326

Kolom Isi

SRID 4326

auth_name EPSG

Auth_srid 4326

Srtext GEOGCS["WGS

84",DATUM["WGS_1984",SPHEROID["WGS

84",6378137,298.257223563,AUTHORITY["EPSG","7

030"]],TOWGS84[0,

0,0,0,0,0,0],AUTHORITY["EPSG","6326"]],PRIMEM

["Greenwich",0,

AUTHORITY["EPSG","8901"]],UNIT["degree",0.017

45329251994328,

AUTHORITY["EPSG","9122"]],AUTHORITY["EPSG","4

326"]]

Proj4text +proj=longlat +ellps=WGS84 +datum=WGS84

+no_defs

29

Lampiran 5 Daftar pewarnaan peta

Kode Tutupan Lahan Style RGB Kode

Br Semak Belukar Rawa

242 247 247 #F2F7F7

H1 Hutan Primer

153 255 153 #99FF99

H1r Hutan Gambut Primer

232 255 224 #E8FFE0

H2 Hutan Sekunder

230 255 230 #E6FFE6

H2r Hutan Gambut Sekunder

219 255 214 #DBFFD6

Kc Kebun Campuran

204 255 153 #CCFF99

Kr Kebun Karet

204 255 128 #CCFF80

Ks Perkebunan Kelapa Sawit

204 255 179 #CCFFB3

Tg Lahan Tegalan

217 255 230 #D9FFE6

Mv Mangrove

230 204 204 #E6CCCC

Rp Alang-alang

255 179 64 #FFB340

Rr Alang-alang Rawa

255 204 76 #FFCC4C

SMB Semak Belukar

204 255 230 #CCFFE6

Sw Sawah

204 255 179 #CCFFB3

X2 Pemukiman

255 217 00 #FFD900

X3 Tubuh Air

00 128 255 #0080FF

X5 -

192 192 192 #C0C0C0

Hti Hutan Tanam Industri

179 179 255 #B3B3FF

Tb Tambak

166 255 255 #A6FFFF

30

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palu, Sulawesi Tengah pada tanggal 9 April 1989.

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak

Adrian Wali, SE dan Ibu Hj. Fadjrawati, SE. Pada tahun 2007 penulis

menyelesaikan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 1 Palu. Pada tahun yang

sama penulis diterima di Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian

Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama kuliah, penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan

diantaranya Ikatan Keluarga Muslim TPB (IKMT) periode 2007-2008 dan Dewan

Perwakilan Mahasiswa (DPM) FMIPA IPB periode 2008-2009. Pada tahun 2010,

penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran

Tekonologi Pertanian (Pustaka) Bogor.