Web viewSuatu proses pendidikan tidak akan lepas dari ... Pengetahuan dan keterampilan yang...

31
A. PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Suatu proses pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan yaitu memberikan anak kegiatan pendidikan. Jadi, untuk memperlancar proses pendidikan diperlukan suatu wadah atau lembaga yang disebut dengan sekolah. Disinilah anak didik akan dibentuk secara formal untuk menjadi kader– kader pembangun bangsa. Tujuan matematika di jenjang pendidikan dasar diantaranya adalah untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari (BNSP, 2006). Hal ini berarti bahwa hasil pembelajaran matematika harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata siswa dalam menyelesaikan masalah matematika sehari-hari. Selain siswa dituntut untuk menguasai konsep-konsep matematika, siswa juga harus mampu menghubungkan dan menggunakan konsep-konsep tersebut dengan situasi dunia nyata. Dengan kata lain, siswa dapat memahami makna kontekstualnya. Kenyataannya walaupun mata pelajaran matematika itu penting, namun masih banyak siswa yang kurang mampu menyelesaikan persoalan matematika, karena itu tidak dapat melepaskan 1

Transcript of Web viewSuatu proses pendidikan tidak akan lepas dari ... Pengetahuan dan keterampilan yang...

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Suatu proses pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan

yaitu memberikan anak kegiatan pendidikan. Jadi, untuk memperlancar

proses pendidikan diperlukan suatu wadah atau lembaga yang disebut

dengan sekolah. Disinilah anak didik akan dibentuk secara formal untuk

menjadi kader–kader pembangun bangsa.

Tujuan matematika di jenjang pendidikan dasar diantaranya adalah

untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan

pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari (BNSP, 2006). Hal ini

berarti bahwa hasil pembelajaran matematika harus dapat diaplikasikan

dalam kehidupan nyata siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

sehari-hari. Selain siswa dituntut untuk menguasai konsep-konsep

matematika, siswa juga harus mampu menghubungkan dan menggunakan

konsep-konsep tersebut dengan situasi dunia nyata. Dengan kata lain,

siswa dapat memahami makna kontekstualnya.

Kenyataannya walaupun mata pelajaran matematika itu penting,

namun masih banyak siswa yang kurang mampu menyelesaikan persoalan

matematika, karena itu tidak dapat melepaskan perhatian dari semua pihak

yang tekait. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari masalah guru, siswa,

fasilitas yang tersedia, dana, media pendidikan, serta faktor-faktor lain

yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar matematika.

Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, prestasi siswa dalam mata

pelajaran matematika selalu rendah. Apa yang menyebabkan kualitas

pendidikan matematika di Indonesia rendah? Menurut Marpaung (2002 :

3) faktor–faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan matematika kita

rendah, antara lain : pandangan yang keliru tehadap peran guru, pada

umumnya guru banyak mendominasi jalannya proses pembelajaran.

matematika di sekolah, kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap

perbedaan individu siswa, pembelajaran yang kurang dapat menumbuhkan

kesadaran akan makna belajar, sebab siswa dipaksa untuk mempelajari

1

materi yang diajarkan oleh guru dengan menerapkan berbagai jenis

hukuman dan sebagainya.

Matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi sebagian besar

siswa. Oleh karena itu berbagai cara dan model pendekatan mengajar

diperlukan untuk memperkecil kesulitan siswa dalam mempelajari

matematika tersebut. Seorang guru (calon guru) matematika perlu

mengerti dan memahami tentang model–model pembelajaran matematika

yang dapat meningkatkan kebermaknaan dan pemahaman terhadap

matematika.

Salah satu alternatif yang dianggap terbaik adalah penerapan

“Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and

Learning (CTL)”.

Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),

menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara

materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Depdiknas (2003),

Sanjaya (2006), dan Trianto (2007) menyimpulkan bahwa CTL merupakan

suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan

serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, peran

siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang

menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.

Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar

adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor.

Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada

pokok bahasan bangun datar melibatkan siswa untuk aktif, kreatif, kritis

dalam mengukur dan menghitung luas serta keliling bangun datar yang ada

di sekeliling sekolah. Kegiatan pengukuran ini menjadikan siswa dapat

mengalami sendiri dan dapat mengkaitkan materi yang ada dengan

kehidupan nyata. Bagian inti dari pembelajaran ini adalah siswa dapat

2

menemukan sendiri rumus luas dan keliling bangun datar (persegi panjang,

segitiga) melalui kerjasama dalam kelompok belajarnya.

Sehingga dengan diadakannya pembelajaran matematika dengan

pendekatan kontekstual yang menggunakan setting pembelajaran di dalam

dan di luar kelas pada siswa kelas V SD Negeri 2 Jambukidul, Ceper,

Klaten pada pokok bahasan bangun datar (persegi panjang dan segitiga),

maka kualitas belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.

2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan di teliti adalah adakah pengaruh penerapan

model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada pokok bahasan

bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Jambukidul, Ceper, Klaten?

3. Tujuan Penelitian

a. Umum

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada

pokok bahasan bangun datar dengan menerapkan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) bagi siswa kelas V SD

Negeri 2 Jambukidul, Ceper, Klaten.

b. Khusus

1) Untuk meningkatnya respon siswa dalam aktivitas dan kreativitasnya

dalam pembelajaran matematika.

2) Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal dengan menggunakan model pembelajaran CTL.

4. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada

pembelajaran matematika, utamanya pada peningkatan kualitas dalam

pembelajaran matematika. Bersama dengan hal tersebut, peneliti akan

menerapakan model Contextual Teahing and Learning (CTL). Model

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok

bahasan bangun datar melibatkan siswa untuk aktif, kreatif, kritis dan

3

realistik dalam mengukur dan menghitung luas serta keliling bangun

datar yang ada di sekitar lingkungannya.

Secara khusus penelitian ini memberikan konstribusi kepada

model pembelajaran matematika berupa pergesaran paragdima

mengajar menjadi paradigma belajar dalam suasana yang gembira.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

a) Siswa semakin aktif dalam pembelajaran dan mempunyai hasil

belajar yang lebih baik pada pokok bahasan luas dan keliling

persegi panjang dan segitiga dengan menggunakan pendekatan

kontekstual.

b) Siswa dapat melakukan komunikasi dengan siswa yang lain

secara lebih baik dan percaya diri dalam menyelesaikan

permasalahan pada pokok bahasan luas dan keliling persegi

panjang dan segitiga dengan pendekatan kontekstual.

2) Bagi Guru

a) Guru menjadi lebih profesional, terampil dan dapat memperbaiki

kesalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran.

b) Guru semakin berani mengambil risiko dalam mencobakan hal-

hal yang baru yang patut diduga akan memberikan perbaikan dan

peningkatan pembelajaran.

3) Bagi Sekolah

a) Sekolah memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran

sehingga nantinya akan dapat menentukan kebijakan

pembelajaran yang dipilih, mana yang paling tepat dan sesuai

dengan materi yang ada.

b) Sekolah dapat mengembangkan kurikulum sendiri dari bawah dan

dapat menjadi sekolah yang mandiri.

5. Definisi Istilah

a. Pengertian Persegi panjang

4

Menurut Chalik, dkk (2004:58) persegi panjang adalah segiempat

yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama

panjang dan sejajar.

b. Pengertian Segitiga

Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga buah sisi dan

memiliki tiga buah sudut yang berjumlah 180. Jenis-jenis suatu segitiga

dapat ditinjau sebagai berikut. a) panjang sisi-sisinya. b) besar

sudutsudutnya. c) panjang sisi-sisinya dan besar sudut-sudutnya.

c. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata ke

dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan

mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, sementara siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang

terbatas,sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri

sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya, dengan

demikian hasil pembelajaran siswa dapat diharapkan lebih bermakna

bagi siswa. (Nurhadi,dkk;2004:13).

B. LANDASAN TEORI

1. Kajian Teori

a. Kualitas dan Model Pembelajaran Matematika

1) Hakikat Kualitas Pembelajaran

Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser, 1982:

36). Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa

(Uno Hamzah, 1998: 46). Jadi, membicarakan kualitas pembelajaran

artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang

dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta mengahasilkan

luaran yang baik pula.

5

Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan

hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan pengajaran diarahkan

pada pengelolaan proses pembelajaran. dalam hal ini bagaimana

peran strategi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah

menghasilkan luaran pendidikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

2) Model Mengajar Matematika

Penggunaan model mengajar sangat bergantung pada guru

sebagai pengelola kelas sekaligus penentu tercapai tidaknya tujuan

pembelajaran. Memilih metode mengajar matematika yang baik

tidak ada pedoman yang pasti tetapi setidak-tidaknya guru dapat

memilih model yang mana yang tepat dengan melihat bagaimana

kondisi kelas agar pembelajaran berjalan dengan optimal.

b. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses

pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta

didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang

dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan

lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga

peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang

dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang

satu ke permasalahan lainnya.

Komponen CTL

1) Konstruktivisme (Contructivism)

Contextual teaching and Learning dibangun dalam landasan

konstruktivisme yang memiliki anggapan nahwa pengetahuan

dibangun peserta didik secara sedikit demi sedikit (incremental) dan

hasilnya diperluas melalui konteks terbatas.

Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan

daripada mengingat pengetahuan, maka tugas guru adalah: (a)

menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (b)

memberi kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan

6

idenya sendiri, dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi

mereka sendiri dalam belajar.

2) Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi

merupakan hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang

kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi

yang diajarkannya.

Siklus Inkuiri:

a). Observasi (Observation), b). Bertanya (Question), c).

Mengajukan Dugaan (Hipothesis), d). Pengumpulan Data ( Data

Gathering), e). Penyimpulan (Conclussion)

3) Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari

‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang

berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai

kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai

kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan

bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis

inquiry, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang

sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum

diketahui.

4) Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh dari ‘sharring’ antar teman, antar kelompok

dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di kelas ini, di sekitar sini,

juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah masyarakat

belajar.

Kelas dengan pendekatan CTL, guru disarankan selalu

melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya

7

heterogen. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka

setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap

orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Model

pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar sangat membantu

pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.

5) Pemodelan (Modelling)

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya

adalah dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan

tertentu, ada model yang ditiru. Model itu bisa berupa cara

mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga. Atau

guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru

memberi model tentang ‘bagaimana cara belajar’.

Kelas dengan pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya

model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang

siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya terhadap suatu

pembelajaran. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seseorang

yang memiliki keahlian tertentu dapat dihadirkan di dalam kelas

untuk menjadi model terhadap suatu pembelajaran.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran

dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa-

apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa

yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang

baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang

merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.

Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau

pengetahuan yang baru diterima.

7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)

Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan

berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan

belajar siswa.

8

Karena penilaian sebenarnya menekankan pembelajaran, maka

data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang

dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Kemajuan

belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Penilaian sebenarnya

menilai pengetahuan dan keterampilan (performensi) yang diperoleh

siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau

orang lain. Karakteristik penilaian sebenarnya adalah sebagai

berikut.

Pembelajaran diluar kelas

Keberhasilan belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan aspek-aspek lainnya. Namun

kenyataannya tidaklah mudah untuk membuat siswa cepat mengerti dan

memahami materi dari pelajaran yang disampaikan . Apabila pelajaran

matematika yang penuh dengan materi yang membutuhkan bantuan

benda-benda kongkrit sehingga dalam pemahaman terhadap suatu

konsep akan membawa hasil yang baik apabila diikuti dengan

penerapan ke hal-hal yang sebenarnya.

Pemilihan model mengajar yang dilakukan oleh guru harus

disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Begitu juga dengan

pembelajaran matematika dalam kelas maupun diluar kelas, dimana

pembelajaran didalam kelas merupakan pembelajaran yang biasa

diterapkan oleh guru dalam kelas, sedangkan pembelajaran diluar kelas

merupakan salah satu model mengajar guru dengan membimbing

siswanya keluar kelas untuk mengamati dan memanfaatkan lingkungan

diluar kelas sebagai sumber belajar, sehingga tidak menimbulkan kesan

negatif pada matematika dan siswa lebih bersemangat dalam belajar.

c. Materi yang diajarkan

Keliling bangun datar adalah jumlah semua sisi-sisi yang membatasi

bangun datar tersebut. Jika keliling tersebut adalah persegi panjang maka

kelilingnya adalah jumlah semua sisi-sisi yang membatasi persegi panjang

itu, yaitu: panjang AB + lebar BC + panjang CD+ lebar DA .

9

A

A A

A A

A

A B

C

c cm

b cm

a cm

A

A A

A

Jika panjang = p cm, lebar = 1 cm, dan keliling = K cm, maka :

Rumus keliling segitiga

Keliling segitiga adalah jumlah semua sisi-sisi yang membatasi

bangun datar segitiga, yaitu sisi + sisi + sisi

Keliling ∆ ABC = AB + AC + BC

K = c + b + a

= a + b + c

Luas Daerah Persegi Panjang, dan Segitiga Luas bangun datar adalah

luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun tersebut. Dengan demikian,

luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi

panjang itu.

Rumus Luas Persegi Panjang

Luas persegi panjang = panjang x lebar

Jika panjang = p cm, lebar = l cm,

dan luas = L cm2, maka :

10

Rumus keliling persegi panjang adalah :

K = 2p + 2l atau K = 2 (p + l)

Rumus keliling (K) segitiga dengan

panjang sisi a cm, b cm, dan c cm

adalah: K = a + b + c

Rumus untuk luas setiap persegi panjang adalah :

L = p x l atau L = p.l

A

A A

A A

A

Rumus Luas Segitiga

Sebelum mempelajari luas segitiga, terlebih dahulu diingatkan kembali

tentang luas persegi panjang.

atau

Untuk selanjutnya akan dibahas cara memperoleh rumus untuk luas

segitiga :

L ∆ ABC = 12 x luas persegi panjang ADCE

L ∆ BDC = 12 x luas persegi panjang DBFC

2. Kajian Pustaka

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Emi Pujiastuti (2004)

menyatakan “ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan

menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual

(CTL) dibandingkan dengan pembelajaran matematika secara

konvensional, selain itu kualitas belajar siswa menunjukkan perkembangan

yang berarti dibandingkan dengan pembelajaran matematika secara

konvensional”.

11

Luas persegi panjang = panjang x lebar

= AB x BC

L = p x l

= p.l

Penelitian Amin Suyitno (2002), yang mengadakan penelitian di

SLTP Negeri 30 Semarang tentang pembelajaran matematika dengan

pendekatan realistik (Realistic Methematics Education/ RME) dengan

setting inqury yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran matematika.

Penelitian Emi Pujiastuti (2004), yang mengadakan penelitian di

SLTP Negeri 13 Semarang tentang kompetensi dasar dalam pembelajaran

matematika dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)

menunjukkan hasil yang signifikan dibandingkan dengan pengajaran

konvensional. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu RME dan

CTL merupakan implementasi KBK yang telah disusun oleh Puskur

Balitbang Depdiknas menunjukkan hasil yang yang menggembirakan.

3. Kerangka Berpikir

12

Kondisi Awal

1) Guru terlalu mendominasi kelas. 2) Penekanan pembelajaran lebih berfokus pada mengetahui bukan mengalami. 3) hubungan guru dan siswa bersifat formal dan kaku. 4) siswa tidak dibiasakan bekerjasama dengan orang lain (kelompok belajar). 5) pendekatan pembelajaran yang telah ditentukan (terikat, tidak dinamis). 6) setting pembelajaran hanya terjadi di satu tempat yaitu dalam kelas sehingga siswa merasa bosan dan pasif.

Nilai hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan bangun datar sangat rendah yaitu nilai rata-rata 4,5 dan ketuntasan belajar dibawah 60%.

Tindakan Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL)

Kondisi Akhir

Meningkatkan kualitas hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan bangun datar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

4. Hipotesis Tindakan

Melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) pada pokok bahasan bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri 2

Jambukidul, Ceper, Klaten maka kualitas pembelajaran matematika dapat

ditingkatkan.

C. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilakukan melalui

proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru kelas, dan peneliti di

lingkungan sekolah. Pelaksanaan tindakan penelitian adalah guru kelas,

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, guru melaksanakan tindakan

pembelajaran dengan penerapan strategi kontekstual.

Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan peneliti.

Pengamatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disiapkan.

Kejadian-kejadian pentng selama proses tindakan berlangsung yang belum

termuat dalam perencanaan dibuat pada catatan lapangan.

Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru matematika. Kegiatan

ini berdiskusi untuk memberi makna, menerangkan dan menyimpulkan

hasil tindakan kelas yang dilakukan. Berdasarkan kesimpulan pada

kegiatan refleksi ini suatu perencanaan untuk siklus berikutnya dibuat atau

tindakan penelitian dipandang cukup.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian

Tempat yang akan dilakukan untuk melaksanakan penelitian

adalah SD Negeri 2 Jambukidul Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten

Jawa Tengah.

b. Waktu Penelitian

13

Penelitian upaya peningkatan kualitan pembelajaran matematika

pada konsep bangun datar pada luas dan keliling melalui pendekatan

kontekstual dilakukan di SD Negeri 2 Jambukidul tahun ajaran

2010/2011 dengan waktu pelaksanaan pada bulan bulan Mei 2011

sampai Juni 2011. Penelitian dilaksanakan dengan persiapan pada

minggu pertama dan kedua bulan Mei 2011. Pelaksanaan pada minggu

ketiga bulan Mei 2011 sampai minggu pertama bulan Juni 2011.

Analisis data dilakukan pada minggu kedua bulan Mei 2011. Dan

penyusunan laporan dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat

bulan Juni.

3. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini guru SD Negeri 2 Jambukidul kelas V bertindak

sebagai subjek yang memberikan tindakan. Kepala Sekolah SD Negeri 2

Jambukidul sebagai subjek yang membantu dalam perencanaan dan

pengumpulan data. Sedangkan siswa kelas V SD Negeri 2 Jambukidul

tahun ajaran 2010/2011 sebagai subjek penelitian yang menerima tindakan

sebanyak 40 siswa, 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.

4. Rancangan Penelitian

14

SIKLUS I

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

PengamatanPerencanaan SIKLUS I

Refleksi

SIKLUS Selanjutnya

Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian

SIKLUS I

1. Perencanaan

(a) Guru merancang rencana pembelajaran di dalam kelas dengan

materi luas dan keliling daerah persegi panjang dan segitiga. (b) Guru

merancang lembar kerja siswa (LKS) untuk pembelajaran di dalam

kelas. (c) Guru menyediakan peralatan penunjang LKS. (d) Guru

membuat postes siklus I. (e) Lembar observasi guru dan siswa. (f) Guru

merancang kelompok siswa yang terdiri dari 8 siswa/kelompok. (g)

Guru menentukan obyek yang akan digunakan untuk pembelajaran di

dalam kelas.

2. Pelaksanaan

(a) Guru mengingatkan kembali tentang contoh-contoh bangun datar

yang ada di sekeliling siswa sebagai apersepsi. (b) Guru

mendemonstrasikan alat peraga berupa daerah persegi panjang dan

segitiga. (c) Guru membentuk kelompok siswa. (d) Guru memberikan

petunjuk pengisian LKS serta cara menggunakan peralatan kerja berupa

Roll meter/ penggaris. (e) Guru mengawasi kerja tiap kelompok dan

membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. (f) Guru

mempersilahkan wakil kelompok untuk mengerjakan hasil kerja

kelompok di depan kelas. (g) Guru membimbing siswa membuat

simpulan. (h) Guru memberikan tes singkat secara individual. (i) Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi.

3. Pengamatan

(a)Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola kelas dan

kelompok diperoleh temuan-temuan sebagai berikut.

(1) Guru masih mendominasi jalannya pembelajaran padahal tugas

guru kelas dalam kelas CTL adalah sebagai fasilitator. (2) Guru

belum mengembangkan aktivitas pada komponen CTL.

15

(b)Pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

di dalam kelas diperoleh temuan-temuan sebagai berikut.

(1) Wakil kelompok yang melaporkan hasil diskusi di depan kelas

masih malu, karena siswa belum pernah presentasi di depan kelas.

(2) Belum disiplin dalam mengerjakan tugas. (3) Jumlah anggota

kelompok yang banyak yaitu 8 orang kurang efektif. (4) Pembagian

anggota tidak merata berdasar akademis. (5) Canggung bertanya.

4. Refleksi

(a) Guru diharapkan tidak lagi mendominasi jalannya pembelajaran. (b)

Guru mengembangkan aktivitas pada komponen CTL. (c) Keterlibatan

siswa dalam pemodelan. (d) Penyaji kelompok masih malu, guru

memberikan motivasi. (e) Guru merubah anggota kelompok menjadi 4-

5 siswa. (f) Tiap kelompok juga diusahakan terdiri dari siswa yang

memiliki tingkat kemampuan akademiknya merata.

SIKLUS II

1. Perencanaan

(a) Guru merancang rencana pembelajaran di dalam kelas dan diluar kelas

untuk materi luas keliling persegi panjang dan segitiga. (b) Guru

merancang lembar kerja siswa (LKS). (c) Guru menyediakan peralatan

penunjang LKS. (d) Guru membuat postes siklus II. (e) Lembar observasi

guru dan siswa. (f) Guru merancang kelompok terdiri dari 4-5 siswa dari

dengan kemampuan akademis yang merata. (g) Guru menentukan lokasi

dan obyek untuk pembelajaran di dalam dan di luar kelas.

2. Pelaksanaan

(a) Guru melakukan appersepsi. (b) Siswa diminta untuk menjadi

modelling bagi teman-temannya dan guru mengajarkan alat peraga. (c)

Guru membentuk kelompok dan membagikan LKS beserta peralatan kerja.

LKS I untuk setting pembelajaran di dalam kelas dan LKS II mengambil

setting pembelajaran di luar kelas. (d) Guru memberikan petunjuk

pengisian LKS dan mempersilahkan untuk presentasi. (f) Guru

membimbing siswa membuat simpulan dan melakukan refleksi.

16

3. Pengamatan

(a)Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola di dalam kelas

maupun di luar kelas sebagai berikut.

(1) Guru sudah berperan sebagai pendamping siswa. (2) Membiasakan

siswa bertanya (3) Siswa melakukan pemodelan. (4) Memberikan

bimbingan kepada siswa. (5) Dituntut memiliki kemampuan,

keterampilan, dalam pembelajaran. (6) Mempersiapkan alternatif

pengajaran matematika di luar kelas. (7) Merumuskan tujuan secara

jelas dan evaluasi.

(b)Pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di

dalam kelas maupun di luar kelas sebagai berikut.

(1) Wakil kelompok yang melaporkan hasil diskusi tampil penuh

percaya diri. (2) Siswa telah disiplin dalam mengerjakan tugas. (3)

Jumlah anggota kelompok yang lebih sedikit yaitu 4-5 orang. (4)

Kelompok dengan tingkat kemampuan akademik siswa yang telah

diacak menyebabkan kerja kelompok dapat optimal. (5) Siswa mulai

berani bertanya.(6) Siswa dapat memanipulasi hasil kerja kelompok,

jika pengarahan dan bimbingan guru kurang.

4. Refleksi

(a) Siswa sebagai subyek pembelajaran di luar kelas perlu menyadari

peranannya. Perbedaan minat, perhatian, bakat, kemampuan, kebutuhan,

kesiapan mental, serta perkembangan intelektual siswa merupakan kajian

rencana pengajaran matematika di luar kelas. (b) Pembelajaran di luar

kelas cukup efektif untuk mengurangi kejenuhan dan siswa dapat

menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari

salah penafsiran atas konsep yang diajarkan sebelumnya.

5. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Pengamatan dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang

pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun datar.

17

Pengamatan disini difokuskan pada keaktifan siswa pada pembelajaran

matematikanya.

Pengamatan ditujukan pada kerjasama antar siswa dalam

memecahkan permasalahan. Pengamat menitik beratkan pada

ketrampilan siswa dalam mengelola kelompoknya masing-masing.

b. Metode Tes

Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data yang

diperoleh melalui tes ini dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam

memahami pembelajaran yang dialaminya (data kuantitatif).

6. Instrumen Penelitian

a. Pengembangan Instrumen

Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra

guru matematika, dengan menjaga validitas ini. Berdasarkan cara

pelaksanaan dan tujuan, peneliti menggunakan observasi berbentuk

observasi parsitipatif penuh (full participal). Metode ini digunakan

karena bertujuan untuk mengamati tingkah laku siswa secara langsung

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, saat belajar

mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas.

b. Validitas Isi Instrumen

Validitas isi instrumen merupakan ukuran yang menunjukkan

tingkatan-tingkatan kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang akan

digunakan pada penelitian ini adalah uji validitas isi.

Penelitian ini menggunakan validitas isi yang didasarkan pada

kurikulum yang telah disempurnakan pada pokok bahasan bangun

datar. Pemeriksaan indikator-indikator pada item soal test maupun

evaluasi dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru matematika

tempat penelitian dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data.

7. Teknik Analisis data

Analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Analisis

deskriptif digunakan untuk mengelola data nilai yang berupa kemampuan

18

matematika dalam mengerjakan soal luas dan keliling persegi panjang

serta segitiga. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan metode alur,

antara lain reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini mulai dilakukan dalam setiap

tindakan yang dilaksanakan. Penyajian data dilakukan dalam rangka

pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan

secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi.

Dengan demikian langkah analisis dan kualitatif dalam penelitian tindakan

ini dilakukan semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan.

8. Indikator Kinerja

Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa

kelas V SD Negeri 2 Jambukidul, tahun ajaran 2010/2011 pada pokok

bahasan bangun datar dengan pendekatan kontekstual mempunyai nilai

rata-rata minimal 6,5 dan ketuntasan belajar kelas diatas 75%.

9. Keabsahan Data

Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah validitas isi. Menurut Syarifuddin Aswar (1996 : 175) validitas

isi adalah mengukur sejauh mana item-item dalam tes mencakup

keseluruhan kawasan isi yang hendak di ukur oleh tes ini. Pengertian

mencakup keseluruhan isi adalah bahwa tes ini tidak saja komprehensif,

tetapi isinya juga harus relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan

pengukuran.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti menggunakan

validitas isi yang berdasarkan GBPP kurikulum matematika untuk SD

tahun 1999 yang telah disempurnakan pada pokok bahasan luas dan

keliling bangun datar pada sub pokok bahasan persegi panjang dan

19

segitiga. Sedangkan dalam penulisan indikator-indikator pada item soal tes

dlakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Elaine & Johnson. 2002. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan

Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Terjemahan

oleh Setiawan, Ibnu. 2007. Bandung. MLC.

Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran

Matematika. Pelatihan Instruktur/Pengembangan SMU. 1-18.

Made Ardana, I. 2008. Peningkatan Kualitas Belajar Siswa Melalui

Pengembangan Pembelajaran Matematika Berorientasi Gaya Kognitif

dan Berwawasan Konstruktivis. Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan 1(1), 1-14.

Mayang, Sirda. 2008. Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Bangun Ruang

Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL). Skripsi. Surakarta. FKIP, UMS.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.

Rineka Cipta.

Subagiyo, Edi. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri

Wates Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sebagai Implementasi

Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Skripsi. FKIP,

Universitas Negeri Semarang.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Surakarta. Citra Mandiri Utama.

20