Web viewSuatu proses pendidikan tidak akan lepas dari ... Pengetahuan dan keterampilan yang...
Transcript of Web viewSuatu proses pendidikan tidak akan lepas dari ... Pengetahuan dan keterampilan yang...
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Suatu proses pendidikan tidak akan lepas dari tujuan pendidikan
yaitu memberikan anak kegiatan pendidikan. Jadi, untuk memperlancar
proses pendidikan diperlukan suatu wadah atau lembaga yang disebut
dengan sekolah. Disinilah anak didik akan dibentuk secara formal untuk
menjadi kader–kader pembangun bangsa.
Tujuan matematika di jenjang pendidikan dasar diantaranya adalah
untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan
pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari (BNSP, 2006). Hal ini
berarti bahwa hasil pembelajaran matematika harus dapat diaplikasikan
dalam kehidupan nyata siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
sehari-hari. Selain siswa dituntut untuk menguasai konsep-konsep
matematika, siswa juga harus mampu menghubungkan dan menggunakan
konsep-konsep tersebut dengan situasi dunia nyata. Dengan kata lain,
siswa dapat memahami makna kontekstualnya.
Kenyataannya walaupun mata pelajaran matematika itu penting,
namun masih banyak siswa yang kurang mampu menyelesaikan persoalan
matematika, karena itu tidak dapat melepaskan perhatian dari semua pihak
yang tekait. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari masalah guru, siswa,
fasilitas yang tersedia, dana, media pendidikan, serta faktor-faktor lain
yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar matematika.
Dibandingkan dengan mata pelajaran lain, prestasi siswa dalam mata
pelajaran matematika selalu rendah. Apa yang menyebabkan kualitas
pendidikan matematika di Indonesia rendah? Menurut Marpaung (2002 :
3) faktor–faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan matematika kita
rendah, antara lain : pandangan yang keliru tehadap peran guru, pada
umumnya guru banyak mendominasi jalannya proses pembelajaran.
matematika di sekolah, kurangnya pengakuan dan penghargaan terhadap
perbedaan individu siswa, pembelajaran yang kurang dapat menumbuhkan
kesadaran akan makna belajar, sebab siswa dipaksa untuk mempelajari
1
materi yang diajarkan oleh guru dengan menerapkan berbagai jenis
hukuman dan sebagainya.
Matematika merupakan pelajaran yang sulit bagi sebagian besar
siswa. Oleh karena itu berbagai cara dan model pendekatan mengajar
diperlukan untuk memperkecil kesulitan siswa dalam mempelajari
matematika tersebut. Seorang guru (calon guru) matematika perlu
mengerti dan memahami tentang model–model pembelajaran matematika
yang dapat meningkatkan kebermaknaan dan pemahaman terhadap
matematika.
Salah satu alternatif yang dianggap terbaik adalah penerapan
“Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL)”.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),
menawarkan bentuk pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Depdiknas (2003),
Sanjaya (2006), dan Trianto (2007) menyimpulkan bahwa CTL merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan
serta menerapkannya dalam kehidupan mereka. Dengan demikian, peran
siswa dalam pembelajaran CTL adalah sebagai subjek pembelajar yang
menemukan dan membangun sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya.
Belajar bukanlah menghafal dan mengingat fakta-fakta, tetapi belajar
adalah upaya untuk mengoptimalkan potensi siswa baik aspek kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual pada
pokok bahasan bangun datar melibatkan siswa untuk aktif, kreatif, kritis
dalam mengukur dan menghitung luas serta keliling bangun datar yang ada
di sekeliling sekolah. Kegiatan pengukuran ini menjadikan siswa dapat
mengalami sendiri dan dapat mengkaitkan materi yang ada dengan
kehidupan nyata. Bagian inti dari pembelajaran ini adalah siswa dapat
2
menemukan sendiri rumus luas dan keliling bangun datar (persegi panjang,
segitiga) melalui kerjasama dalam kelompok belajarnya.
Sehingga dengan diadakannya pembelajaran matematika dengan
pendekatan kontekstual yang menggunakan setting pembelajaran di dalam
dan di luar kelas pada siswa kelas V SD Negeri 2 Jambukidul, Ceper,
Klaten pada pokok bahasan bangun datar (persegi panjang dan segitiga),
maka kualitas belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.
2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan di teliti adalah adakah pengaruh penerapan
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada pokok bahasan
bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri 2 Jambukidul, Ceper, Klaten?
3. Tujuan Penelitian
a. Umum
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika pada
pokok bahasan bangun datar dengan menerapkan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) bagi siswa kelas V SD
Negeri 2 Jambukidul, Ceper, Klaten.
b. Khusus
1) Untuk meningkatnya respon siswa dalam aktivitas dan kreativitasnya
dalam pembelajaran matematika.
2) Untuk mengetahui peningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal dengan menggunakan model pembelajaran CTL.
4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara umum penelitian ini memberikan sumbangan kepada
pembelajaran matematika, utamanya pada peningkatan kualitas dalam
pembelajaran matematika. Bersama dengan hal tersebut, peneliti akan
menerapakan model Contextual Teahing and Learning (CTL). Model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pokok
bahasan bangun datar melibatkan siswa untuk aktif, kreatif, kritis dan
3
realistik dalam mengukur dan menghitung luas serta keliling bangun
datar yang ada di sekitar lingkungannya.
Secara khusus penelitian ini memberikan konstribusi kepada
model pembelajaran matematika berupa pergesaran paragdima
mengajar menjadi paradigma belajar dalam suasana yang gembira.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa
a) Siswa semakin aktif dalam pembelajaran dan mempunyai hasil
belajar yang lebih baik pada pokok bahasan luas dan keliling
persegi panjang dan segitiga dengan menggunakan pendekatan
kontekstual.
b) Siswa dapat melakukan komunikasi dengan siswa yang lain
secara lebih baik dan percaya diri dalam menyelesaikan
permasalahan pada pokok bahasan luas dan keliling persegi
panjang dan segitiga dengan pendekatan kontekstual.
2) Bagi Guru
a) Guru menjadi lebih profesional, terampil dan dapat memperbaiki
kesalahan dalam menyelenggarakan pembelajaran.
b) Guru semakin berani mengambil risiko dalam mencobakan hal-
hal yang baru yang patut diduga akan memberikan perbaikan dan
peningkatan pembelajaran.
3) Bagi Sekolah
a) Sekolah memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran
sehingga nantinya akan dapat menentukan kebijakan
pembelajaran yang dipilih, mana yang paling tepat dan sesuai
dengan materi yang ada.
b) Sekolah dapat mengembangkan kurikulum sendiri dari bawah dan
dapat menjadi sekolah yang mandiri.
5. Definisi Istilah
a. Pengertian Persegi panjang
4
Menurut Chalik, dkk (2004:58) persegi panjang adalah segiempat
yang keempat sudutnya siku-siku dan sisi-sisi yang berhadapan sama
panjang dan sejajar.
b. Pengertian Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang mempunyai tiga buah sisi dan
memiliki tiga buah sudut yang berjumlah 180. Jenis-jenis suatu segitiga
dapat ditinjau sebagai berikut. a) panjang sisi-sisinya. b) besar
sudutsudutnya. c) panjang sisi-sisinya dan besar sudut-sudutnya.
c. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata ke
dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang
terbatas,sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri
sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya, dengan
demikian hasil pembelajaran siswa dapat diharapkan lebih bermakna
bagi siswa. (Nurhadi,dkk;2004:13).
B. LANDASAN TEORI
1. Kajian Teori
a. Kualitas dan Model Pembelajaran Matematika
1) Hakikat Kualitas Pembelajaran
Kualitas lebih mengarah pada sesuatu yang baik (Glaser, 1982:
36). Sedangkan pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa
(Uno Hamzah, 1998: 46). Jadi, membicarakan kualitas pembelajaran
artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang
dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta mengahasilkan
luaran yang baik pula.
5
Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik dan
hasilnya dapat diandalkan, maka perbaikan pengajaran diarahkan
pada pengelolaan proses pembelajaran. dalam hal ini bagaimana
peran strategi pembelajaran yang dikembangkan di sekolah
menghasilkan luaran pendidikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
2) Model Mengajar Matematika
Penggunaan model mengajar sangat bergantung pada guru
sebagai pengelola kelas sekaligus penentu tercapai tidaknya tujuan
pembelajaran. Memilih metode mengajar matematika yang baik
tidak ada pedoman yang pasti tetapi setidak-tidaknya guru dapat
memilih model yang mana yang tepat dengan melihat bagaimana
kondisi kelas agar pembelajaran berjalan dengan optimal.
b. Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching Learning merupakan suatu proses
pembelajaran holistik yang bertujuan untuk membelajarkan peserta
didik dalam memahami bahan ajar secara bermakna (meaningfull) yang
dikaitkan dengan konteks kehidupan nyata, baik berkaitan dengan
lingkungan pribadi, agama, sosial, ekonomi, maupun kultural. Sehingga
peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu konteks permasalahan yang
satu ke permasalahan lainnya.
Komponen CTL
1) Konstruktivisme (Contructivism)
Contextual teaching and Learning dibangun dalam landasan
konstruktivisme yang memiliki anggapan nahwa pengetahuan
dibangun peserta didik secara sedikit demi sedikit (incremental) dan
hasilnya diperluas melalui konteks terbatas.
Dalam pandangan konstruktivisme, strategi lebih diutamakan
daripada mengingat pengetahuan, maka tugas guru adalah: (a)
menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (b)
memberi kesempatan bagi siswa menemukan dan menerapkan
6
idenya sendiri, dan (c) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi
mereka sendiri dalam belajar.
2) Menemukan (Inquiry)
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta tetapi
merupakan hasil dari menemukan sendiri. Guru harus merancang
kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi
yang diajarkannya.
Siklus Inkuiri:
a). Observasi (Observation), b). Bertanya (Question), c).
Mengajukan Dugaan (Hipothesis), d). Pengumpulan Data ( Data
Gathering), e). Penyimpulan (Conclussion)
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari
‘bertanya’. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama yang
berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai
kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai
kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan
bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inquiry, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang
sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahui.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari ‘sharring’ antar teman, antar kelompok
dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di kelas ini, di sekitar sini,
juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah masyarakat
belajar.
Kelas dengan pendekatan CTL, guru disarankan selalu
melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
7
heterogen. Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka
setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap
orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Model
pembelajaran dengan teknik masyarakat belajar sangat membantu
pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas.
5) Pemodelan (Modelling)
Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya
adalah dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan
tertentu, ada model yang ditiru. Model itu bisa berupa cara
mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga. Atau
guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru
memberi model tentang ‘bagaimana cara belajar’.
Kelas dengan pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya
model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang
siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya terhadap suatu
pembelajaran. Model juga dapat didatangkan dari luar. Seseorang
yang memiliki keahlian tertentu dapat dihadirkan di dalam kelas
untuk menjadi model terhadap suatu pembelajaran.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi juga merupakan bagian penting dalam pembelajaran
dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa-
apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa
yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang
baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang
merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya.
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau
pengetahuan yang baru diterima.
7) Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assesment)
Penilaian yang sebenarnya adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan
belajar siswa.
8
Karena penilaian sebenarnya menekankan pembelajaran, maka
data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang
dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran. Kemajuan
belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Penilaian sebenarnya
menilai pengetahuan dan keterampilan (performensi) yang diperoleh
siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau
orang lain. Karakteristik penilaian sebenarnya adalah sebagai
berikut.
Pembelajaran diluar kelas
Keberhasilan belajar siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan
tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan aspek-aspek lainnya. Namun
kenyataannya tidaklah mudah untuk membuat siswa cepat mengerti dan
memahami materi dari pelajaran yang disampaikan . Apabila pelajaran
matematika yang penuh dengan materi yang membutuhkan bantuan
benda-benda kongkrit sehingga dalam pemahaman terhadap suatu
konsep akan membawa hasil yang baik apabila diikuti dengan
penerapan ke hal-hal yang sebenarnya.
Pemilihan model mengajar yang dilakukan oleh guru harus
disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Begitu juga dengan
pembelajaran matematika dalam kelas maupun diluar kelas, dimana
pembelajaran didalam kelas merupakan pembelajaran yang biasa
diterapkan oleh guru dalam kelas, sedangkan pembelajaran diluar kelas
merupakan salah satu model mengajar guru dengan membimbing
siswanya keluar kelas untuk mengamati dan memanfaatkan lingkungan
diluar kelas sebagai sumber belajar, sehingga tidak menimbulkan kesan
negatif pada matematika dan siswa lebih bersemangat dalam belajar.
c. Materi yang diajarkan
Keliling bangun datar adalah jumlah semua sisi-sisi yang membatasi
bangun datar tersebut. Jika keliling tersebut adalah persegi panjang maka
kelilingnya adalah jumlah semua sisi-sisi yang membatasi persegi panjang
itu, yaitu: panjang AB + lebar BC + panjang CD+ lebar DA .
9
A
A A
A A
A
A B
C
c cm
b cm
a cm
A
A A
A
Jika panjang = p cm, lebar = 1 cm, dan keliling = K cm, maka :
Rumus keliling segitiga
Keliling segitiga adalah jumlah semua sisi-sisi yang membatasi
bangun datar segitiga, yaitu sisi + sisi + sisi
Keliling ∆ ABC = AB + AC + BC
K = c + b + a
= a + b + c
Luas Daerah Persegi Panjang, dan Segitiga Luas bangun datar adalah
luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun tersebut. Dengan demikian,
luas persegi panjang adalah luas daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi
panjang itu.
Rumus Luas Persegi Panjang
Luas persegi panjang = panjang x lebar
Jika panjang = p cm, lebar = l cm,
dan luas = L cm2, maka :
10
Rumus keliling persegi panjang adalah :
K = 2p + 2l atau K = 2 (p + l)
Rumus keliling (K) segitiga dengan
panjang sisi a cm, b cm, dan c cm
adalah: K = a + b + c
Rumus untuk luas setiap persegi panjang adalah :
L = p x l atau L = p.l
A
A A
A A
A
Rumus Luas Segitiga
Sebelum mempelajari luas segitiga, terlebih dahulu diingatkan kembali
tentang luas persegi panjang.
atau
Untuk selanjutnya akan dibahas cara memperoleh rumus untuk luas
segitiga :
L ∆ ABC = 12 x luas persegi panjang ADCE
L ∆ BDC = 12 x luas persegi panjang DBFC
2. Kajian Pustaka
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Emi Pujiastuti (2004)
menyatakan “ada perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan
menggunakan pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual
(CTL) dibandingkan dengan pembelajaran matematika secara
konvensional, selain itu kualitas belajar siswa menunjukkan perkembangan
yang berarti dibandingkan dengan pembelajaran matematika secara
konvensional”.
11
Luas persegi panjang = panjang x lebar
= AB x BC
L = p x l
= p.l
Penelitian Amin Suyitno (2002), yang mengadakan penelitian di
SLTP Negeri 30 Semarang tentang pembelajaran matematika dengan
pendekatan realistik (Realistic Methematics Education/ RME) dengan
setting inqury yang menunjukkan keberhasilan pembelajaran matematika.
Penelitian Emi Pujiastuti (2004), yang mengadakan penelitian di
SLTP Negeri 13 Semarang tentang kompetensi dasar dalam pembelajaran
matematika dengan pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning)
menunjukkan hasil yang signifikan dibandingkan dengan pengajaran
konvensional. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu RME dan
CTL merupakan implementasi KBK yang telah disusun oleh Puskur
Balitbang Depdiknas menunjukkan hasil yang yang menggembirakan.
3. Kerangka Berpikir
12
Kondisi Awal
1) Guru terlalu mendominasi kelas. 2) Penekanan pembelajaran lebih berfokus pada mengetahui bukan mengalami. 3) hubungan guru dan siswa bersifat formal dan kaku. 4) siswa tidak dibiasakan bekerjasama dengan orang lain (kelompok belajar). 5) pendekatan pembelajaran yang telah ditentukan (terikat, tidak dinamis). 6) setting pembelajaran hanya terjadi di satu tempat yaitu dalam kelas sehingga siswa merasa bosan dan pasif.
Nilai hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan bangun datar sangat rendah yaitu nilai rata-rata 4,5 dan ketuntasan belajar dibawah 60%.
Tindakan Pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL)
Kondisi Akhir
Meningkatkan kualitas hasil belajar matematika khususnya pada pokok bahasan bangun datar
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
4. Hipotesis Tindakan
Melalui model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) pada pokok bahasan bangun datar bagi siswa kelas V SD Negeri 2
Jambukidul, Ceper, Klaten maka kualitas pembelajaran matematika dapat
ditingkatkan.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR). Penelitian ini dilakukan melalui
proses kerja kolaborasi antara kepala sekolah, guru kelas, dan peneliti di
lingkungan sekolah. Pelaksanaan tindakan penelitian adalah guru kelas,
berdasarkan perencanaan yang telah dibuat, guru melaksanakan tindakan
pembelajaran dengan penerapan strategi kontekstual.
Pengamatan selama tindakan penelitian dilakukan peneliti.
Pengamatan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disiapkan.
Kejadian-kejadian pentng selama proses tindakan berlangsung yang belum
termuat dalam perencanaan dibuat pada catatan lapangan.
Refleksi dilaksanakan peneliti bersama guru matematika. Kegiatan
ini berdiskusi untuk memberi makna, menerangkan dan menyimpulkan
hasil tindakan kelas yang dilakukan. Berdasarkan kesimpulan pada
kegiatan refleksi ini suatu perencanaan untuk siklus berikutnya dibuat atau
tindakan penelitian dipandang cukup.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat penelitian
Tempat yang akan dilakukan untuk melaksanakan penelitian
adalah SD Negeri 2 Jambukidul Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten
Jawa Tengah.
b. Waktu Penelitian
13
Penelitian upaya peningkatan kualitan pembelajaran matematika
pada konsep bangun datar pada luas dan keliling melalui pendekatan
kontekstual dilakukan di SD Negeri 2 Jambukidul tahun ajaran
2010/2011 dengan waktu pelaksanaan pada bulan bulan Mei 2011
sampai Juni 2011. Penelitian dilaksanakan dengan persiapan pada
minggu pertama dan kedua bulan Mei 2011. Pelaksanaan pada minggu
ketiga bulan Mei 2011 sampai minggu pertama bulan Juni 2011.
Analisis data dilakukan pada minggu kedua bulan Mei 2011. Dan
penyusunan laporan dilaksanakan pada minggu ketiga dan keempat
bulan Juni.
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini guru SD Negeri 2 Jambukidul kelas V bertindak
sebagai subjek yang memberikan tindakan. Kepala Sekolah SD Negeri 2
Jambukidul sebagai subjek yang membantu dalam perencanaan dan
pengumpulan data. Sedangkan siswa kelas V SD Negeri 2 Jambukidul
tahun ajaran 2010/2011 sebagai subjek penelitian yang menerima tindakan
sebanyak 40 siswa, 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan.
4. Rancangan Penelitian
14
SIKLUS I
Pelaksanaan
Perencanaan Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
PengamatanPerencanaan SIKLUS I
Refleksi
SIKLUS Selanjutnya
Gambar 3.1 Siklus Pelaksanaan Penelitian
SIKLUS I
1. Perencanaan
(a) Guru merancang rencana pembelajaran di dalam kelas dengan
materi luas dan keliling daerah persegi panjang dan segitiga. (b) Guru
merancang lembar kerja siswa (LKS) untuk pembelajaran di dalam
kelas. (c) Guru menyediakan peralatan penunjang LKS. (d) Guru
membuat postes siklus I. (e) Lembar observasi guru dan siswa. (f) Guru
merancang kelompok siswa yang terdiri dari 8 siswa/kelompok. (g)
Guru menentukan obyek yang akan digunakan untuk pembelajaran di
dalam kelas.
2. Pelaksanaan
(a) Guru mengingatkan kembali tentang contoh-contoh bangun datar
yang ada di sekeliling siswa sebagai apersepsi. (b) Guru
mendemonstrasikan alat peraga berupa daerah persegi panjang dan
segitiga. (c) Guru membentuk kelompok siswa. (d) Guru memberikan
petunjuk pengisian LKS serta cara menggunakan peralatan kerja berupa
Roll meter/ penggaris. (e) Guru mengawasi kerja tiap kelompok dan
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan. (f) Guru
mempersilahkan wakil kelompok untuk mengerjakan hasil kerja
kelompok di depan kelas. (g) Guru membimbing siswa membuat
simpulan. (h) Guru memberikan tes singkat secara individual. (i) Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan refleksi.
3. Pengamatan
(a)Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola kelas dan
kelompok diperoleh temuan-temuan sebagai berikut.
(1) Guru masih mendominasi jalannya pembelajaran padahal tugas
guru kelas dalam kelas CTL adalah sebagai fasilitator. (2) Guru
belum mengembangkan aktivitas pada komponen CTL.
15
(b)Pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
di dalam kelas diperoleh temuan-temuan sebagai berikut.
(1) Wakil kelompok yang melaporkan hasil diskusi di depan kelas
masih malu, karena siswa belum pernah presentasi di depan kelas.
(2) Belum disiplin dalam mengerjakan tugas. (3) Jumlah anggota
kelompok yang banyak yaitu 8 orang kurang efektif. (4) Pembagian
anggota tidak merata berdasar akademis. (5) Canggung bertanya.
4. Refleksi
(a) Guru diharapkan tidak lagi mendominasi jalannya pembelajaran. (b)
Guru mengembangkan aktivitas pada komponen CTL. (c) Keterlibatan
siswa dalam pemodelan. (d) Penyaji kelompok masih malu, guru
memberikan motivasi. (e) Guru merubah anggota kelompok menjadi 4-
5 siswa. (f) Tiap kelompok juga diusahakan terdiri dari siswa yang
memiliki tingkat kemampuan akademiknya merata.
SIKLUS II
1. Perencanaan
(a) Guru merancang rencana pembelajaran di dalam kelas dan diluar kelas
untuk materi luas keliling persegi panjang dan segitiga. (b) Guru
merancang lembar kerja siswa (LKS). (c) Guru menyediakan peralatan
penunjang LKS. (d) Guru membuat postes siklus II. (e) Lembar observasi
guru dan siswa. (f) Guru merancang kelompok terdiri dari 4-5 siswa dari
dengan kemampuan akademis yang merata. (g) Guru menentukan lokasi
dan obyek untuk pembelajaran di dalam dan di luar kelas.
2. Pelaksanaan
(a) Guru melakukan appersepsi. (b) Siswa diminta untuk menjadi
modelling bagi teman-temannya dan guru mengajarkan alat peraga. (c)
Guru membentuk kelompok dan membagikan LKS beserta peralatan kerja.
LKS I untuk setting pembelajaran di dalam kelas dan LKS II mengambil
setting pembelajaran di luar kelas. (d) Guru memberikan petunjuk
pengisian LKS dan mempersilahkan untuk presentasi. (f) Guru
membimbing siswa membuat simpulan dan melakukan refleksi.
16
3. Pengamatan
(a)Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola di dalam kelas
maupun di luar kelas sebagai berikut.
(1) Guru sudah berperan sebagai pendamping siswa. (2) Membiasakan
siswa bertanya (3) Siswa melakukan pemodelan. (4) Memberikan
bimbingan kepada siswa. (5) Dituntut memiliki kemampuan,
keterampilan, dalam pembelajaran. (6) Mempersiapkan alternatif
pengajaran matematika di luar kelas. (7) Merumuskan tujuan secara
jelas dan evaluasi.
(b)Pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di
dalam kelas maupun di luar kelas sebagai berikut.
(1) Wakil kelompok yang melaporkan hasil diskusi tampil penuh
percaya diri. (2) Siswa telah disiplin dalam mengerjakan tugas. (3)
Jumlah anggota kelompok yang lebih sedikit yaitu 4-5 orang. (4)
Kelompok dengan tingkat kemampuan akademik siswa yang telah
diacak menyebabkan kerja kelompok dapat optimal. (5) Siswa mulai
berani bertanya.(6) Siswa dapat memanipulasi hasil kerja kelompok,
jika pengarahan dan bimbingan guru kurang.
4. Refleksi
(a) Siswa sebagai subyek pembelajaran di luar kelas perlu menyadari
peranannya. Perbedaan minat, perhatian, bakat, kemampuan, kebutuhan,
kesiapan mental, serta perkembangan intelektual siswa merupakan kajian
rencana pengajaran matematika di luar kelas. (b) Pembelajaran di luar
kelas cukup efektif untuk mengurangi kejenuhan dan siswa dapat
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari
salah penafsiran atas konsep yang diajarkan sebelumnya.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Pengamatan dilaksanakan untuk mengumpulkan data tentang
pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun datar.
17
Pengamatan disini difokuskan pada keaktifan siswa pada pembelajaran
matematikanya.
Pengamatan ditujukan pada kerjasama antar siswa dalam
memecahkan permasalahan. Pengamat menitik beratkan pada
ketrampilan siswa dalam mengelola kelompoknya masing-masing.
b. Metode Tes
Tes diberikan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data yang
diperoleh melalui tes ini dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam
memahami pembelajaran yang dialaminya (data kuantitatif).
6. Instrumen Penelitian
a. Pengembangan Instrumen
Instrumen penelitian dikembangkan oleh peneliti bersama mitra
guru matematika, dengan menjaga validitas ini. Berdasarkan cara
pelaksanaan dan tujuan, peneliti menggunakan observasi berbentuk
observasi parsitipatif penuh (full participal). Metode ini digunakan
karena bertujuan untuk mengamati tingkah laku siswa secara langsung
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, saat belajar
mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas.
b. Validitas Isi Instrumen
Validitas isi instrumen merupakan ukuran yang menunjukkan
tingkatan-tingkatan kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang akan
digunakan pada penelitian ini adalah uji validitas isi.
Penelitian ini menggunakan validitas isi yang didasarkan pada
kurikulum yang telah disempurnakan pada pokok bahasan bangun
datar. Pemeriksaan indikator-indikator pada item soal test maupun
evaluasi dilakukan secara kolaborasi antara peneliti, guru matematika
tempat penelitian dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data.
7. Teknik Analisis data
Analisis data dilakukan dengan deskriptif kualitatif. Analisis
deskriptif digunakan untuk mengelola data nilai yang berupa kemampuan
18
matematika dalam mengerjakan soal luas dan keliling persegi panjang
serta segitiga. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan dengan metode alur,
antara lain reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Kegiatan ini mulai dilakukan dalam setiap
tindakan yang dilaksanakan. Penyajian data dilakukan dalam rangka
pemahaman terhadap sekumpulan informasi yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan. Sedangkan penarikan kesimpulan dilakukan
secara bertahap untuk memperoleh derajat kepercayaan yang tinggi.
Dengan demikian langkah analisis dan kualitatif dalam penelitian tindakan
ini dilakukan semenjak tindakan-tindakan dilaksanakan.
8. Indikator Kinerja
Indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini tercapai apabila siswa
kelas V SD Negeri 2 Jambukidul, tahun ajaran 2010/2011 pada pokok
bahasan bangun datar dengan pendekatan kontekstual mempunyai nilai
rata-rata minimal 6,5 dan ketuntasan belajar kelas diatas 75%.
9. Keabsahan Data
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian
ini adalah validitas isi. Menurut Syarifuddin Aswar (1996 : 175) validitas
isi adalah mengukur sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak di ukur oleh tes ini. Pengertian
mencakup keseluruhan isi adalah bahwa tes ini tidak saja komprehensif,
tetapi isinya juga harus relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan
pengukuran.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka peneliti menggunakan
validitas isi yang berdasarkan GBPP kurikulum matematika untuk SD
tahun 1999 yang telah disempurnakan pada pokok bahasan luas dan
keliling bangun datar pada sub pokok bahasan persegi panjang dan
19
segitiga. Sedangkan dalam penulisan indikator-indikator pada item soal tes
dlakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.
Elaine & Johnson. 2002. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan
Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna. Terjemahan
oleh Setiawan, Ibnu. 2007. Bandung. MLC.
Krismanto, Al. 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi dalam Pembelajaran
Matematika. Pelatihan Instruktur/Pengembangan SMU. 1-18.
Made Ardana, I. 2008. Peningkatan Kualitas Belajar Siswa Melalui
Pengembangan Pembelajaran Matematika Berorientasi Gaya Kognitif
dan Berwawasan Konstruktivis. Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan 1(1), 1-14.
Mayang, Sirda. 2008. Upaya Peningkatan Penguasaan Konsep Bangun Ruang
Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL). Skripsi. Surakarta. FKIP, UMS.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta.
Rineka Cipta.
Subagiyo, Edi. 2005. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri
Wates Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Sebagai Implementasi
Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Skripsi. FKIP,
Universitas Negeri Semarang.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Sutama. 2011. Penelitian Tindakan. Surakarta. Citra Mandiri Utama.
20