Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ......

63
NIAT DI DALAM HATI ATAU DIUCAPKAN?? Oleh : Abu Akmal Mubarok Salah satu masalah klasik yang sering ditanyakan adalah perbedaan pendapat masalah niat (terutama niat dalam shalat) apakah diucapkan ataukah cukup di dalam hati saja. Baiklah, sebelum menjawab persoalan ini, marilah kita mulai dengan mendudukkan dulu urgensi (pentingnya) niat dalam sebuah perbuatan. Dalam sebuah hadits yang mutawatir dikatakan : Dari Al-Qamah bin Waqqash Al-Laistsi bahwa ia berkata : Aku mendengar Umar bin Khattab r.a. berkata di atas mimbar : Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Innamal a’malu bi niyah (Tiap amal perbuatan harus disertai dengan niat), balasan bagi amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkannya barang siapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang wanita untuk dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya” (H.R. Bukhari) Ibnu Hajar Asqolani mengatakan bahwa “kata “bi” artinya adalah mushohabah yaitu menyertai amal tersebut, namun ada juga yang mengartikan sababiyah (menunjukkan sebab) seakan akan hadits ini mengatakan tidak ada perbuatan kecuali dengan niat namun niat bukan inti dari perbuatan tersebut karena ada perbuatan yang tidak didasari oleh niat ” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 19) Sebagian ahli hadits mengatakan bahwa dalam hadits tersebut sebenarnya ada kata-kata yang dihapus (mahdzuf) yaitu sebelum kata “a’malu”. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai kata apa yang dihapus itu. Ada yang mengatakan kata itu adalah “tu’tabar (tergantung)” sehinga kata-kata lengkapnya semestinya adalah setiap perbuatan itu tergantung dari niat.Kata “tu’tabar (tergantung) di sini maksudnya nilai dan jenis dari perbuatan itu tergantung dari niatnya. Hal ini diperkuat dari kelanjutan hadits di atas yaitu : barang siapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang wanita untuk dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannyaArtinya, secara lahiriyah nampak luar perbuatan itu bisa sama, yaitu sama-sama berhijrah, namun nilai dan balasan

Transcript of Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ......

Page 1: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

NIAT DI DALAM HATI ATAU DIUCAPKAN??

Oleh : Abu Akmal Mubarok

Salah satu masalah klasik yang sering ditanyakan adalah perbedaan pendapat masalah niat (terutama niat dalam shalat) apakah diucapkan ataukah cukup di dalam hati saja. Baiklah, sebelum menjawab persoalan ini, marilah kita mulai dengan mendudukkan dulu urgensi (pentingnya) niat dalam sebuah perbuatan. Dalam sebuah hadits yang mutawatir dikatakan :

Dari Al-Qamah bin Waqqash Al-Laistsi bahwa ia berkata : Aku mendengar Umar bin Khattab r.a. berkata di atas mimbar : Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Innamal a’malu bi niyah (Tiap amal perbuatan harus disertai dengan niat), balasan bagi amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkannya barang siapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang wanita untuk dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya” (H.R. Bukhari)

Ibnu Hajar Asqolani mengatakan bahwa “kata “bi” artinya adalah mushohabah yaitu menyertai amal tersebut, namun ada juga yang mengartikan sababiyah (menunjukkan sebab) seakan akan hadits ini mengatakan tidak ada perbuatan kecuali dengan niat namun niat bukan inti dari perbuatan tersebut karena ada perbuatan yang tidak didasari oleh niat” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 19)

Sebagian ahli hadits mengatakan bahwa dalam hadits tersebut sebenarnya ada kata-kata yang dihapus (mahdzuf) yaitu sebelum kata “a’malu”. Hanya saja mereka berbeda pendapat mengenai kata apa yang dihapus itu. Ada yang mengatakan kata itu adalah “tu’tabar (tergantung)” sehinga kata-kata lengkapnya semestinya adalah setiap perbuatan itu tergantung dari niat.Kata “tu’tabar (tergantung) di sini maksudnya nilai dan jenis dari perbuatan itu tergantung dari niatnya.  Hal ini diperkuat dari kelanjutan hadits di atas yaitu : “barang siapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang wanita untuk dinikahi maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya”

Artinya, secara lahiriyah nampak luar perbuatan itu bisa sama, yaitu sama-sama berhijrah, namun nilai dan balasan perbuatan itu tergantung dari niatnya. Jika niatnya hijrah untuk meraih dunia, maka ia akan mendapatkan dunia, namun tidak mendapat pahala akhirat, demikian pula jika hijrahnya untuk mengejar wanita yang dicintainya, maka ia akan mendapat wanita itu sehingga mungkin saja berhasil menikahinya, namun ia tidak mendapat pahala akhirat. Sedangkan yang berhijrah niatnya untuk menegakkan agama Allah, maka ia mendapat pahala akhirat, dan mungkin juga kesenangan di dunia.

Ada juga yang mengatakan kata yang dihapus sebelum kata “a’malu” adalah “tashihhu (sahnya)” sehingga kata-kata lengkapnya semestinya adalah “setiap perbuatan itu tergantung sahnya niat” Maka tanpa niat, perbuatan itu menjadi tidak sah. Maka tanpa niat, perbuatan itu menjadi tidak sah.

Page 2: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Ibnu Daqiiq Al-‘Id mengatakan “kata yang dihapus itu adalah “shihhatal a’mali (sahnya amal)” sehingga mereka mewajibkan adanya niat, dan bagi yang tidak mensyaratkan adanya niat maka mereka mengatakan kata yang dihapus itu adalah “kamalal a’mali (kesempuranaan amal) namun pendapat yang terkuat adalah pendapat pertama (yaitu shihhatal a’mali)” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 20)

Lebih lanjut Ibnu Hajar Asqolani mengatakan : “para ahli fikih berbeda pendapat untuk menentukan apakah niat itu termasuk rukun atau syarat.” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 19)

Lebih lanjut lagi Ibnu Hajar Asqolani mengatakan : “setiap perbuatan yang HANYA bisa dibedakan dengan adanya niat maka niat  terasuk syarat dalam perbuatan sedangkan perbuatan yang bisa dibedakan dengan sendirinya (dari lahiriyah nampak luarnya) maka tidak disyaratkan adanya niat sebagai seperti dizkir, berdoa dan membaca Al-Qur’an karena perbuatan ini jelas bisa dibedakan dari perbuatan sehari hari atau ‘adat. Sedangkan orang yang membaca subhanallah karena merasa takjub maka ia tidak mendapat pahala kecuali dimaksudkan untuk mendekatkan diri pada Allah” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 22)

Maka dari sini kita memahami bahwa niat itu menentukan apakah sebuah perbuatan itu dianggap atau tidak dianggap, dan dianggap apa itu tergantung dari niatnya bukan dilihat dari lahiriyahnya. Dianggap di sini maksudnya adalah dianggap di mata Allah dan bukan di mata manusia.Karena anggapan di mata manusia adalah tetap sebagaimana lahiriyahnya. Sebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, namun niatnya dalam hati adalah melakukan senam pagi, namun orang mengira ia sedang melakukan shalat karena gerakannya persis sama dengan gerakan shalat. Namun di mata Allah, perbuatan itu dianggap sebagai senam pagi dan bukan shalat, karena orang tersebut niatnya senam pagi. Terlepas niat itu diucapkan atau tidak, yang jelas ia niatnya senam pagi, dan bukan shalat, maka ganjaran dari perbuatan itu pun sebatas niatnya. Jika niatnya senam pagi, maka tubuhnya adalah bugar dan sehat namun tidak mendapat pahala akhirat.

Kasus yang sama juga bisa diterapkan pada orang yang berpuasa karena diet kesehatan dan bukan karena menjalankan kewajiban puasa ramadhan, bukan karena taat pada perintah Allah. Orang yang puasa karena niat diet insya Allah akan memperoleh kesehatan, namun tidak memperoleh pahala akhirat. Sedangkan yang melakukan puasa karena taat pada perintah Allah dan RasulNya, mendapat kedua-duanya, yaitu manfaat kesehatan dan pahala akhirat.

Orang Yang Berpendapat Yang Penting Perbuatannya Dan Bukan Niatnya

Sebagian orang ada yang membantah dengan mengatakan apa gunanya niat (terlepas niat itu dalam hati maupun diucapkan), jika tidak disertai dengan perbuatan. Hal ini memang benar namun tidak berarti bahwa perbuatan itu menjadi boleh tanpa niat.

Ibnu Hajar Asqolani mengatakan bahwa “tidak ada perbuatan kecuali dengan niat namun niat bukan inti dari perbuatan tersebut karena ada perbuatan yang tidak didasari oleh niat” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 19)

Page 3: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Ibnu Daqiiq Al-‘id berkata : “kalmat kedua (yaitu balasan bagi amal manusia sesuai dengan apa yang diniatkannya) memiliki arti barang siapa yang berniat, maka ia mendapatkan pahala baik perbuatan itu dilaksanakan atau tidak dan setiap perbuatan yang tidak diniatkan (untuk Allah) tidak mendapat pahala”  (Fathul Bari Jilid 1 Hal 21)

Namun Imam Al-Ghazali berpendapat ada perbuatan yang tidak perlu niat dan tetap mendapatkan pahala karena perbuatan itu lebih baik dari perbuatan lain. Imam Al-Ghazali mengatakan : “berdzikir dengan lidah tanpa disertai hati yang khusyu tetap akan mendapat pahala karena lebih baik dari ghibah (menggunjing), dan lebih baik daripada diam tanpa tafakur (maksudnya diam tanpa memikirkan Allah berarti mungkin cuma melamun). Namun berdzikir dengan lisan saja tidak cukup dikatakan sebagai amalan hati.

Apakah Niat Itu Dalam Hati Atau Harus Diucapkan ?

Setelah kita memahami pentingnya niat dalam sebuah perbuatan, sampai di sini kita belum membahas apakah niat itu perlu diucapkan atau cukup di dalam hati.Maka selanjutnya kita membahas apakah niat itu cukup di dalam hati atau harus diucapkan.

Jika kita detilkan lagi, masalah ciucapkan atau tidak diucapkan niat ini ada 3 pendapat yaitu :

1. Yang berpendapat niat itu di dalam hati tanpa lafal tertentu, kecuali cukup dengan memusatkan hati dan pikiran terhadap apa yang hendak dilakukan.

2. Yang berpendapat niat itu ada lafalnya namun cukup diucapkan dalam hati3. Yang berpendapat niat itu ada lafalnya dab harus diucapkan secara zhahir dengan

mulut

Dalam perkara ini. ada sebagian kelompok ada yang mengatakan bahwa lafal niat yang selama ini dipraktekkan oleh umat Islam adalah bid’ah karena tidak ada contohnya sama sekali dari Rasulullah s.a.w. Namun pendapat ini terlalu berlebih-lebihan, karena ada hadits yang menceritakan adanya lafal niat oleh Rasulullah s.aw. sebagai berikut :

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Umar telah menceritakan kepada kami Yazid dari Habib dari ‘Atho` dari Jabir bin Abdullah mengatakan; ‘kami bersama Rasulullah s.a.w., kemudian kami mengucapkan niat talbiyah untuk haji, ketika kami tiba di Mekkah tanggal empat Dzul hijjah, Nabi s.a.w.  memerintahkan kami untuk melakukan thawaf di baitullah dan (sa’i) di Shafa dan Marwa, dan agar kami menjadikannya sebagai Umrah, maka kami bertahallul kecuali bagi mereka yang terlanjur membawa korban.’ Kata Jabir; ‘dan tidak ada seorangpun dari kami yang membawa binatang korban selain Nabi s.a.w.  dan Tholhah. Datanglah Ali dari Yaman sambil membawa binatang korban, kemudian ia berucap; ‘Saya mengucapkan niat sebagaimana Rasulullah s.a.w. mengucapkan niat…”  (H.R. Bukhari No. 6689)

Memang benar hadits di atas sedang menceritakan ibadah umroh atau haji dan bukan ibadah shalat, namun paling tidak hal ini menunjukkan adanya lafal niat dalam ibadah. Maka berdasarkan hadits ini ada sebagian ulama yang berpendapat sahnya perbuatan itu

Page 4: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

ditentukan ada tidaknya niat (artinya jika tidak ada niat perbuatan tersebut menjadi tidak sah), lalu menggunakan qiyas (analogi atau mempersamakan dengan kasus haji di atas) bahwa jika demikian, alangkah baiknya jika ibadah lainnya (shalat, zakat, puasa dll) juga menggunakan lafal niat sebagaimana dicontohkan Rasulullah s.a.w. pada ibadah haji di atas.

Maka sebagaimana pernah kami jelaskan dalam “pembahasan mengenai bid’ah”, penggunaan qiyas adalah termasuk salah satu landasan yang sah dalam syari’at Islam.Sehingga orang yang melakukan qiyas tidak bisa dikatakan tidak memiliki landasan dalam syari’at. Maka orang yang melakukan qiyas terhadap suatu hadits Rasulullah s.a.w. tidak bisa dikatakan tidak ada contohnya dari Rasulullah s.a.w

Ibnu Hajar Asqolani mengatakan : “pendapat yang paling kuat adalah mengucapkan niat di awal pekerjaan adalah termasuk rukun (urutan untuk bisa disebut sebagai sebuah perbuatan)” (Fathul Bari Jilid 1 Hal 19)

Kesimpulan

Maka kesimpulan dalam masalah niat ini adalah bahwa niat itu memang wajib ada, dan perbuatan itu menjadi tidak sah  jika tidak ada niat dan niat itu adalah itikad, maksud, tekad dan menyengaja memaksudkan sebuah perbuatan di dalam hati (terlepas niat itu diucapkan dengn lisan atau tidak).

Dalam hal niat itu diucapkan atau tidak, ada yang mewajibkan, ada yang menganggap sunnah ada juga yang mengatakan mu’bah namun ada juga yang mengharamkannya karena dianggap bid’ah. Maka pendapat yang pertengahan (wasiith) dalam perkara ini adalah lebih utama dan lebih baik (sunnah) atau lebih disukai (mustahab) niat itu diucapkan agar menjamin, memastikan, Anda tidak lupa berniat, karena jika lupa, perbuatan tersebut tidak dianggap. Namun mengucapkan niat tidak lah wajib.Sehingga tetap sah jika tidak mengucapkan niat di mulut namun sudah berniat dalam hati. Ada pun yang menganggap ucapan niat itu adalah bid’ah dan tidak ada dasarnya dalam syari’at, adalah sikap ekstrim dan ghuluw (berlebihan) sama juga berlebihannya dengan orang yang menganggap berdosa jika tidak mengucapkan niat. Adapun bagi yang hendak mengucapkan niat, maka susunan redaksi lafal niat memang tidak dicontohkan oleh Rasulullah s.a.w. kecuali ibadah umroh / haji. Maka dibolehkan bagi ulama untuk menyepakati susunan teks lafal niat ini walaupun juga tidak mengapa jika ada lafal lain yang berbeda. Maka memastikan susunan teks lafal niat hanyalah upaya ulama untuk menyatukan dan menyeragamkan, namun bukan sebuah dosa jika lafal niat itu berbeda sedikit atau banyak asalkan maknanya sama. Wallahua’lam

Page 5: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Pertanyaan : Assalamualaiku wr.  wb.

Salah satu masalah yang paling sering menjadi perbedaan pendapat di tangah umat Islam adalah masalah membaca ushalli. Mohon ustadz menjelaskan duduk permasalahannya, apakah hukum membaca ushalli ini.

Syukran

Wassalam

Jawaban : Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Seluruh ulama sepakat bahwa tempat niat ada di dalam hati. Namun mereka berselisih pendapat tentang hukum melafadzkan niat di lidah, apakah hukumnya sunnah, makruh atau sekedar boleh.

1. Sunnah

Mazhab Asy-Syafi'iyah dan Al-Hanabilah memandang bahwa melafadzkan niat itu hukumnya sunnah, agar lisan sesuai dengan hati.

Al-Khatib Asy-Syarbini (w. 977) dari ulama mazhab Asy-Syafi'iyah dalam kitab Mughni Al-Muhtaj menyebutkan :

سنة والتسمية بالنية التلفظ ألنSebab melafadzkan niat dan basmalah hukumnya sunnah. [1]

Al-Buhuti (w. 1051) muallif kitab mazhab Al-Hanafiyah, Kasysyaf Al-Qinna' menyebutkan :

) ( اللسان) ( ليوافق المتأخرين من كثير القلب مع سرا بالنية التلفظ أي واستحبهالقلب

Banyak dari ulama mutaakhkhirin memandang istihbab melafadzkan niat dengan lirih dalam hati, agar lisan sejalan dengan hati. [2]

2. Makruh

Mazhab Al-Hanabilah dan Al-Hanafiyah menyebutkan bahwa hukum melafadzkan niat itu makruh.

Ibnu Najim (w. 970 H) yang merupakan ulama di kalangan mazhab Al-Malikiyah di dalam kitab Al-Asybah wa An-Nazhair menyebutkan :

Page 6: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

العبادات جميع في التلفظ القلب نية مع يشترط الTidak disyaratkan melafadzkan niat di dalam hati dalam semua bentuk ibadah.[3]

3. Boleh

Mazhab Al-Malikiyah memandang bahwa hukum melafadzkan niat itu boleh.

Ad-Dardir (w. 1230 H) di dalam kitab Asy-Syarhul Kabir menuliskan sebagai berikut :

( مثال) الظهر فرض صالة نويت يقول كأن النية يفيد بما المصلي تلفظ أي ولفظه . ( القلب( محلها النية ألن يتلفظ ال أن واألولى األولى خالف بمعنى جائز أي واسع

فيها للسان مدخل والDan melafadzan niat oleh orang yang shalat seperti nawaitu shalata fardhizh-zhurhi adalah masalah yang luas, yaitu hukumnya boleh walaupun termasuk tidak sejalan dengan utama. Yang utama adalah tidak melafadzkan niat karena tempat niat itu di dalam hati dan tidak ada kaitannya dengan lisan. [4]

Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc., MA

Page 7: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

ada pertanyaan: assalamu'alaykum warahmatullah wabarakaatuh'afwan tanya.

terkait niat yang letaknya ada di hati, adakah kata2 tertentu yang selalu harus di ucap, misalkan, "saya niat wudhu lillahi ta'ala" , "saya niat sholat subuh lillahi ta'ala?"

atau cukup ia berkeinginan wudhu dan sholat, kemudian ia berwudhu dan sholat sebagaimana mestinya tanpa ada pelafadzan niat dalam hati? adakah dalil dalil yang terkait dengan ini?

jazaakallahu khaira. baarakallahu fiyk. dari : Mifla (bukan nama sebenarnya)

Kalo pertanyaannya seperti diatas, jawabannya -wallahu a'lam- ya niat dalam ibadah itu tempatnya didalam hati, bukan di lisan. artinya ketika hati ini sudah berniat maka sudah cukup baginya tanpa harus melafadzkannya lagi. dan masalah ini telah disepakati oleh seluruh ulama sejagad raya ini termasuk ulama dari 4 mazhab fiqih, bahwa tidak ada syarat bahwa niat harus di lafadzkan.

alesannya karena memang Nabi saw tidak pernah melafadzkan suatu niat dalam ibadahnya. beliau tidak pernah memulia suatu ibadah dengan melafadzkan niat. hanya ibadah haji saja yang harus dilafadzkan niatnya (niat ihrom) sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw. walaupun tetap niatnya dalam hati.

hanya saja ada sedikit penjelasan dari ulama mazhab Maliki yang menyebutkan bahwa niat bukan di hati tapi di otak. sebagaimana yang diebutkan oleh Imam Al-Marizi dalam kitabnya "Mawahibul Jalil". akan tetapi penjelasan ini tidak masyhur dan tidak terlalu dipermasalahkan

Page 8: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

oleh kebanyakan ulama. dan tidak menjadi "muktamad". 

_____________

Masalah melafadzkan niat, ulama sendiri berbeda pendapat seperti biasa. ada ulama yang membid'ahkan dan ada juga yang membolehkan, bahkan ada yang mensunnahkan. 

Ulama yang membidahkan ini atas dasar bahwa tidak ada dalil dari qur,an dan juga cntoh dari nabi saw. nabi tidak pernah melafadzkan niat, dan niat itu termasuk ibadah yang tidak bisa asal dikerjain. tpi harus berdasarkan dalil syar'i. buat kelompok ini pokoknya yang ngga ada zaman nabi pada prakteknya itu bidah. 

namun diseberang nun tak terlalu jauh sana ada ulama yang membolehkan. bukan tanpa alasan. logikanya kalau memang melafadzkan itu bidah, niscaya tidak akan ada ulama yang sibuk menjelaskn tentang ini, toh ini adalah bidah ngapain juga diperdebatkan?. tapi kenyataannya tidak demikian. Tentu ada masalah penting yang manjadi latar belakang Ulama banyak membahas ini. Tidak asal main bid'ah-bid'ah aja!

Justru banyak ulama yang juga membolehkan melafadzkan niat dan bahkan mensunnahkan. meski tidak ada hadits yang menerangkan tentang pelafazdan niat. tapi melafadzkan niat itu sendiri berguna untuk memperkuat dan megutakan niat yang ada dalam hati. 

Rupanya di masa lalu muncul fenomena bahwa banyak orang yang selalu was-was dan selalu ragu-ragu, tidak percaya diri. selalu bertanya-tanya apakah dia sudah niat atau belum? Orang seperti ini tentu tidak seperti kebanyakan muslim lainnya. Karena dari itu Ulama membahasnya secara serius!

Nah untuk orang sepeti ini, ulama menfatwakan boleh melafadzkan niat, agar rasa was-was dalam dirinya hilang dan berganti dengan keyakinan. Artinya memang pelafzdan niat itu sendiri bukanlah untuk mengganti niat yang dalam hati. Karena bagaimanapun, niat tempatnya itu sudah paten, ya dihati, ngga bakal bisa pindah. 

Apa yang diucapkan itu bukanlah niat itu sendiri, akan tetapi upaya

Page 9: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

untuk membuang keraguan dan was-was agar sipelakunya juga tenang dalam menjalankan ibadahnya. 

----------------------------

kita liat apa kata ulama 4 mazhab tentang pelafadzan niat ini:

Mazhab Hanafi:

Ulama dalam mazhab ini tidak pada satu suara tentang melafdzkan niat, ada yang melarang karena itu tidak ada contohnya dari nabi tapi ada juga yang membolehkan, ada juga yang mensunnahkan dan ada juga yang memakruhkanya. ini dijelaskan oleh Ibnu Nujaim dalam kitabnya Al-Asybah Wan-Nadzo'ir 1/62.

Tapi mereka menitik beratkan pada orang yang was-was. untuk mereka jika melafadzkan niat itu menjadi lebih yakin, maka melafadzkan niat menjadi mustahab (disukai). (Maroqi Al-Falah 1/25)

Mazhab Maliki:

lebih baik meninggalkan / tidak melafazdkan niat karena itu tidak ada contohnya dai Nabi, walaupun kalau dikerjakan yang tidak mengapa. tapi baiknya ditinggalkan.

Tetapi pelafazdan niat mejadi mustahab (disukai) untuk orang yang was-was agar keraguananya hilang dalam dirinya. (Balghotus-Salik 1/202, Hasyiyat Ah-Showi 'ala Syarhi Al-Kabir 2/6)

Mazhab Syafi'i:

Ini adalah Mazhab yang paling populer mengumandangkan pelafadzan niat, sehingga bagi beberapa kalangan mazhab ini dianggap "keliru". Wah Ulama sekelas Imam syafi'i dianggap keliru oleh anak kemarin sore yang baru ikut pengajian sekali dua kali!

Ulama dari mazhab ini berpendapat bahwa melafadzkan niat itu sunnah dan ada juga yang megatakan mustahab dalam setiap ibadah. ini dikerjakan untuk membantu menguatakan apa yang sudah diniatkan dalam hati agar tidak ada lagi was-was dan keraguan. 

Page 10: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Akan tetapi melafadzkan niat itu sendiri bukanlah niat. karena niat itu apa yang ada dalam hati. jadi kalau ditinggalkan pun tidak mengapa. dan kalau apa yang dniatkan dalam lisan itu berbeda dengan yang dihati, maka yang dihitung ialah yang di hati. (Tuhfatul Muhtaj 5/287, Mughni Muhtaj 2/248)

Mazhab Imam Ahmad bin Hambal:

Dalam mazhab ini ulama juga juga tidak pada satu suara dalam masalah pelafadzan niat. ada yang tidak menyukainya (ghoiru mustahab/tidak disunnahkan) dan pendapat ini dinisbatkan kepada Imam mereka yaitu Imam Ahmad Bin Hambal dan ada ulama yang menyukainya (mustahab). (Al-Inshof 1/110) 

Dan belakangan ulama komtemprer dari mazhab ini membid'ahkannya.

Kesimpulan:

Bahwa masalah ini diperdebatkan banyak oleh ulama. initinya memang bahwa niat itu dalam hati. bukan dilisan. kalau hati ini sudah berniat, lalu buat apa lagi kita mengucapkannya. toh itu tidak dilakukan oleh Nabi saw juga. tapi sebagaimana dijelaskan bahwa kondisi seseorang yang was-was dan peragu itu dikecualikan.

Artinya, kalau memang merasa yakin dengan niat dalam hati, baiknya ya tidak perlu lagi melafadzkannya. Tapi kalau tetap ingin melafadzkan niat itu sebagai penguat, HARUS PASTIKAN kalau itu tidak mengganggu saudara kita yang juga beribadah disamping kita. Barang kali dia terganggu dengan suara lafadz niat kita yang berisik.

PERTANYAAN :

Zaid Al Arobibagaimana pendapat antum sekaliann tentang niat ibadah yg di

Page 11: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

lafadzkan.................? mohon penjelasannya

JAWABAN :Masaji Antoro

ركن ) : هي إذ ؛ بأصله كما لصحته منها بد ال أي للصوم شرط النيةتكفي وال القلب ومحلها وغيره الوضوء في مر لما ماهيته في داخلة

شارح قاله كذا فيهما قطعا بها التلفظ يشترط وال وحده باللسانعبادة كل في بطرده بالنية التلفظ موجب من غيره حكاه ما وينافيه

التعليق ال التبرك قصد إن الله شاء بإن تعقيبها ويصح نية لها وجبتالصوم على التقوي به قصد وإن التسحر عنها يجزئ وال أطلق إن وال

الصوم بباله يخطر لم ما الفجر خوف مفطر تناول من االمتناع والقصده يستلزم ذلك ألن ؛ النية في لها التعرض يجب التي بالصفات

هنا . لألذرعي ما يندفع وبه ظاهر هو كما غالبا

أي( ) : ( ) : بطرده قوله كردي أوجبه من أي التلفظ موجب أن قولهبالنية . التلفظ وجوب

به قصد فإن وباللسان بالقلب الله شاء إن بقوله النية عقب ولولم الشك قصد وإن يضر لم تعالى الله بمشيئة الفعل ووقوع التبرك

انتهت صالته تصح

Melafadzkan niat sudah masyhur dikalangan masyarakat, hal ini bukan tanpa dasar tapi karena memang memiliki landasan dalam ilmu FIQH. Contoh melafadzkan Niyat adalah membaca “ushulli fardhush shubhi rak’atayni mustaqbilal kiblati ada’an lillahi ta’ala”, hal semacam ini biasa dibaca oleh kalangan Muslimin

Page 12: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

(terutama di Indonesia) sebelum Takbiratul Ihram artinya dibaca sebelum melaksanakan shalat, tidak bersamaan dengan Shalat dan bukan bagian dari rukun shalat.Seperti yang sudah diketahui bahwa permulaan shalat adalah Niyat dan takbiratul ihram dilakukan bersamaan dengan niat. Niat tidak mendahului takbir (Takbiratul Ihram) dan tidak pula sesudah takbir. Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam asy-Syafi’I dalam kitab Al-Umm Juz 1, pada Bab Niat pada Shalat ( في النية باب ( الصالة

: تكون أن إال النية تجزيه وال التكبير مقام تقوم ال والنية الشافع قالبعده تكون وال التكبير تتقدم ال التكبير مع

“..niat tidak bisa menggantikan takbir, dan niat tiada memadai selain bersamaan dengan Takbir, niat tidak mendahului takbir dan tidak (pula) sesudah Takbir.”Sekali lagi, niat itu bersamaan dengan Takbir. Hal senada juga dinyatakan oleh al-‘Allamah asy-Syaikh Zainuddin bin Abdul ‘Aziz al-Malibariy asy-Syafi’i dalam Fathul Mu’in Hal 16 ;

. ( به ) (مقرونا فتجب ( الصالة أركان أول التكبير الن النية بالتكبير، أيبه ،مقارنتها

“..Takbiratul ihram harus dilakukan bersamaan dengan niat (shalat), karena takbir adl rukun shalat yang awal, maka wajib bersamaan dengan niat”Al-Imam An-Nawawi, didalam Kitab Raudhatut Thalibin, pada fashal ( التكبير مقارنتها يجب النية في (فصل

Page 13: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

باللسان التكبير ابتداء مع بالقلب النية يبتدىء أن يجب

“diwajibkan memulai niat dengan hati bersamaan dengan takbir dengan lisan”Al-Qadhi Abu al-Hasan al-Mahamiliy, didalam kitab Al-Lubab fi al-Fiqh asy-Syafi’i, pada pembahasan ( الصالة فرائض ; (باب

للتكبير النية ومقارنة والتكبير، النية،

“Niat dan Takbir, niat bersamaan dengan takbir”Asy-Syekh Abu Ishaq asy-Syairaziy, didalam Tanbih fi Fiqh Asy-Syafi’i (1/30) :

أكبر ألله يقول أن والتكبير غيره يجزئه ال للتكبير مقارنة النية وتكونذلك غير يجزئه ال األكبر الله أو

“dan adanya niat bersamaan dengan takbir, tidak cukup selain itu. dan takbir yaitu mengucapkan ( أكبر األكبر ) atau (ألله selain ,(اللهyang demikian tidaklah cukup (bukan takbir).”Jadi, shalat telah dinyatakan mulai manakala sudah takbiratul Ihram yg sekaligus bersamaan dengan niat (antara niat dan takbir adalah bersamaan). Aktifitas atau ucapan apapun sebelum itu, bukanlah masuk dalam rukun shalat, demikian juga dengan melafadzkan niat, bukan masuk dalam bagian dari (rukun) shalat.

============

Didalam melakukan niat shalat fardlu, diwajibkan memenuhi

Page 14: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

unsur-unsur sebagai berikut ;- Qashdul fi’li ( فعل ,yaitu menyengaja mengerjakannya (قصدlafadznya seperti (أصلي /ushalli/”aku menyengaja”)- Ta’yin (التعيين) maksudnya adalah menentukan jenis shalat, seperti Dhuhur atau Asar atau Maghrib atau Isya atau Shubuh.- Fardliyah (الفرضية) maksudnya adala menyatakan kefardhuan shalat tersebut, jika memang shalat fardhu. Adapun jika bukan shalat fardhu (shalat sunnah) maka tidak perlu Fardliyah (.(الفرضيةJadi berniat, semisal ( تعلى لله أداء الظهر فرض Sengaja”/اصلىaku shalat fardhu dhuhur karena Allah”) saja sudah cukup.Sekali lagi, niat tersebut dilakukan bersamaan dengan Takbiratul Ihram. Yang dinamakan “bersamaan” atau biasa disebut Muqaranah (مقارنه) mengadung pengertian sebagai berikut (Fathul Mu’in Bisyarhi Qurratu ‘Ayn),بأوله . قرنها يكفي الرافعي، صححه قول وفي“Menurut pendapat (qoul) yang telah dishahihkan oleh Al-Imam Ar-Rafi’i. bahwa cukup dicamkan bersamaan pada awal Takbir”.

: يكفي أنه والغزالي االمام اختاره ما المختار والتنقيح المجموع وفيللصالة مستحضرا يعد بحيث العوام عند العرفية المقارنة فيها

“Didalam kitab Al-Majmu dan Tanqihul Mukhtar yang telah di pilih oleh Al-Imam Ghazali, bahwa “bersamaan” itu cukup dengan kebiasaan umum (‘Urfiyyah/ ,(العرفية sekiranya (menurut kebiasaan umum) itu sudah bisa disebut mencamkan shalat” (al-Istihdar al-‘Urfiyyah).Imam Al-Ibnu Rif’ah dan A-Imam As-Subki membenarkan pernyataan diatas, dan Al-Imam As-Subki mengingatkan bahwa yang tidak menganggap/menyakini bahwa praktek seperti atas

Page 15: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

(Muqaranah Urfiyyah ( عرفيه ªمقارنه )) tidak cukup menurut kebiasaan), maka ia telah terjerumus kepada kewas-wasan.Pada dasarnya “bersamaan” atau biasa disebut Muqaranah (مقارنه) adalah berniat yang bersamaan dengan takbiratul Ihram mulai dari awal takbir sampai selesai mengucapkannya, artinya keseluruhan takbir, inilah yang dinamakan Muqaranah Haqiqah ( حقيقة ªمقارنه ).Namun, jika hanya dilakukan pada awalnya saja atau akhir dari bagian takbir maka itu sudah cukup dengan sSyarat harus yakin bahwa yang demikian menurut kebiasaan (Urfiyyah) sudah bisa dinamakan bersamaan, inilah yang dinamakan Muqaranah Urfiyyah ( عرفيه ªªªªªªªªمقارنه ).

Menurut pendapat IMAM MADZHAB selain Imam Syafi’i, diperbolehkan mendahulukan niat atas takbiratul Ihram dalam selang waktu yang sangat pendek.Tempatnya niat adalah di dalam hati. Sebagaimana diterangkan dalam Fiqh Sunnah, Sayyid Sabiq, pada pembahasan

أصال باللسان بها تعلق ال القلب ومحلها الصالة فرائض

“niat tempatnya didalam hati, pada asalnya tidak terikat dengan lisan”Al-Allamah Al-Imam An-Nawawi, dalam kitab Al-Majmu’ (II/43)

أجزأه لسانه دون بقلبه نوى فإن

“sesungguhnya niat dengan hati tanpa lisan sudah cukup”Al-Imam Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Qasim asy-

Page 16: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Syafi’i, didalam Kitab Fathul Qarib, pada pembahasan Ahkamush Shalat ;

القلب) ها محل و بفعله مقترنا يء الش قصد هي و ية الن

“niat adalah memaksudkan sesuatu bersamaan dengan perbuatannya dan tempat niat itu berada di dalam hati.”Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar bin Muhammad Al-Husaini, didalam Kifayatul Ahyar, pada bab ( الصالة أركان [(باب

نطق يكفي فال بالقلب معتبرة العبادات جميع في النية أن واعلمللسان

“Ketahuilah bahwa niat dalam semua ibadah menimbang dengan hati maka tidak cukup hanya dengan melafadzkan dengan lisan”

==================

Demikian juga dikatakan dalam kitab yang sama (Kifayatul Akhyar) pada bab الصوم فرائض باب

بها النطق يشترط وال القلب، ومحلها للخبر، بالنية إال الصوم يصح الخالف بال

Tidak sah puasa kecuali dengan niat, berdasarkan khabar (hadits shahih), tempatnya niat didalam hati, dan tidak Syaratkan mengucapkannya tanpa ada khilaf”Keterangan : pada bab Fardhu PUASA ini, mengucapkan niat tidak

Page 17: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

diSyaratkan artinya bukan merupakan Syarat dari puasa. Dengan demikian tanpa mengucapkan niat, puasa tetap sah. Demikian juga dengan shalat, melafadzkan (mengucapkan) niat shalat bukan merupakan Syarat dari shalat, bukan bagian dari fardhu shalat (rukun shalat). Jadi, baik melafadzkan niat (talaffudz binniyah) maupun tidak, sama sekali tidak menjadikan shalat tidak sah, tidak pula mengurangi atau menambah-nambah rukun shalat.Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitamiy, didalam Tuhfatul Muhtaj ( تحفة

المنهاج بشرح : [II/12] (المحتاجبالقلب والنية

“dan niat dengan hati”

Al-Hujjatul Islam Al-’Allamah Al-Faqih Al-Imam Al-Ghazaliy, didalam kitab Al-Wajiz fi Fiqh Al-Imam Asy-Syafi’i, Juz I, Kitabus Shalat pada al-Bab ar-Rabi’ fi Kaifiyatis Shalat ;“niat dengan hati dan bukan dengan lisan”Semua keterangan diatas hanya menyatakan bahwa niat tempatnya didalam hati (tidak ada cap bid’ah), niat Amalan hati atau niat dengan hati. Demikian juga dengan niat shalat adalah didalam hati, sedangkan melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) bukanlah merupakan niat, bukan pula aktifitas hati (bukan Amalan hati) namun aktifitas yang dilakukan oleh lisan. Niat dimaksudkan untuk menentukan sesuatu aktifitas yang akan dilakukan, niat dalam shalat dimaksudkan untuk menentukan shalat yang akan dilakukan. Dengan kata lain, niat adalah memaksudkannya sesuatu. Ibnu Manzur dalam kitabnya yang terkenal yaitu Lisanul ‘Arab (15/347) berkata ;” Meniatkan sesuatu artinya memaksudkannya dan meyakininya. Niat adalah arah yang dituju”.Sebagaimana juga dikatakan didalam kitab Fathul Qarib :

Page 18: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

بفعله مقترنا يء الش قصد هي و

“niat adalah memaksudkan sesuatu bersamaan dengan perbuatannya”Al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Madzhab Al-Imam asy-Syafi’i, pada pembahasan Arkanush Shalat ;

. ودليلها القلب ومحلها فعله، أجزاء بأول مقترنا الشيء قصد وهي” ” بالنيات األعمال إنما النبي قول

“(Niat), adalah menyengaja (memaksudkan) sesuatu bersamaan dengan sebagian dari perbuatan, tempatnya didalam hati. dalilnya sabda Nabi SAW ; (“ بالنيات األعمال ”(”إنماAl-’Allamah Asy-Syekh Muhammad Az-Zuhri Al-Ghamrawiy, didalam As-Siraj Al-Wahaj ( المنهاج متن على الوهاج (السراج

فالقصد لغة وأما بفعله مقترنا الشيء قصد شرعا وهي

“(niat) menurut syara’ adalah menyengaja sesuatu bersamaan dengan perbuatan, dan menurut lughah adl menyengaja”Maka, selagi lagi kami perjelas. Niat adalah Amalan hati, niat shalat dilakukan bersamaan dengan takbiratul Ihram, merupakan bagian dari shalat (rukun shalat), adapun melafadzkan niat (mengucapkan niat) adalah Amalan lisan (aktifitas lisan), yang hanya dilakukan sebelum takbiratul Ihram, artinya dilakukan sebelum masuk dalam bagian shalat (rukun shalat) dan bukan merupakan bagian dari rukun shalat. Niat shalat tidak sama dengan

Page 19: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

melafadzkan niat.Melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) hukumnya sunnah. kesunnahan ini diqiyaskan dengan melafadzkan niat Haji, sebagaimana Rasulullah dalam beberapa kesempatan melafadzkan niat yaitu pada ibadah Haji.

عليه الله صلى الله رسول سمعت قال عنه الله رضي انس عن( مسلم : ( رواه وحجا عمرة يك لب يقول م وسل

“Dari sahabat Anas ra berkata : “Saya mendengar Rasulullah SAW mengucapkan “Aku memenuhi panggilan-Mu (Ya Allah) untuk (mengerjakan) umrah dan haji” (HR. Imam Muslim)Dalam buku Fiqh As-Sunnah I halaman 551 Sayyid Sabiq menuliskan bahwa salah seorang Sahabat mendengar Rasulullah SAW mengucapkan ( الحج نويت او العمرة Saya niat“ (نويتmengerjakan ibadah Umrah atau Saya niat mengerjakan ibadah Haji”

نويت : ” أو ، العمرة نويت يقول وسلم عليه الله صلى سمعه أنهالحج

Memang, ketika Rasulullah SAW melafadzkan niat itu ketika menjalankan ibadah haji, namun ibadah lainnya juga bisa diqiyaskan dengan hal ini, demikian juga Kesunnahan melafadzkan niat pada shalat juga diqiyaskan dengan pelafadzan niat dalam ibadah haji. Hadits tersebut merupakan salah satu landasan dari Talaffudz binniyah.Hal ini, sebagaimana juga dikatakan oleh al-‘Allamah al-Imam

Page 20: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Ibnu Hajar al-Haitami ( الهيتمي حجر didalam Kitab Tuhfatul ( ابنMuhtaj (II/12) ;

( ) ( القلب( اللسان ليساعد التكبير قبيل بالمنوي النطق ويندبالحج في يأتي ما على وقياسا شذ وإن أوجبه من خالف من وخروجا

“Dan disunnahkan melafadzkan (mengucapkan) niat sebelum takbir, agar lisan dapat membantu hati dan juga untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya walaupun (pendapat yang mewajibkan ini) adalah syad ( menyimpang), dan Kesunnahan ini juga karena qiyas terhadap adanya pelafadzan dalam niat haji”Qiyas juga menjadi dasar dalam ilmu Fiqh,Al-Allamah Asy-Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz didalam Fathul Mu’in Hal. 1 :

والقياس واالجماع والسنة الكتاب من .واستمداده

Ilmu Fiqh dasarnya adalah kitab Al-Qur’an, as-Sunnah, Ijma dan Qiyas.Al-Imam Nashirus Sunnah Asy-Syafi’i, didalam kitab beliau Ar-Risalah الرسالة :

العلم جهة من إال حرم وال حل شيء في يقول أن أبدا ألحد ليس أنالقياس أو األجماع أو السنة أو الكتاب في الخبر العلم وجهة

“selamanya tidak boleh seseorang mengatakan dalam hukum baik halal maupun haram kecuali ada pengetahuan tentang itu,

Page 21: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

pengetahuan itu adalah al-Kitab (al-Qur’an), as-Sunnah, Ijma; dan Qiyas.”

كتاب نص كان ما كل في قيل سنة أو كتاب نص القياس كان لو قلتولم الله رسول حكم هذا السنة نص كان ما كل وفي الله حكم هذا

قياس له نقل

“Aku (Imam Syafi’i berkata), jikalau Qiyas itu berupa nas Al-Qur’an dan As-Sunnah, dikatakan setiap perkara ada nasnya didalam Al-Qur’an maka itu hukum Allah (al-Qur’an), jika ada nasnya didalam as-Sunnah maka itu hukum Rasul (sunnah Rasul), dan kami tidak menamakan itu sebagai Qiyas (jika sudah ada hukumnya didalam al-Qur’an dan Sunnah)”

==================

Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah dinamakan qiyas jika memang tidak ditemukan dalilnya dalam al-Qur’an dan As-Sunnah. Jika ada dalilnya didalam al-Qur’an dan as-Sunnah, maka itu bukanlah Qiyas. Bukankah Ijtihad itu dilakukan ketika tidak ditemukan hukumnya/dalilnya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah ?Jadi, melafadzkan niat shalat yang dilakukan sebelum takbiratul Ihram adalah Amalan sunnah dengan diqiyaskan terhadap adanya pelafadzan niat haji oleh Rasulullah SAW. Sunnah dalam pengertian ilmu fiqh, adalah apabila dikerjakan mendapat pahala namun apabila ditinggalkan tidak apa-apa. Tanpa melafadzkan niat, shalat tetaplah sah dan melafadzkan niat tidak merusak terhadap sahnya shalat dan tidak juga termasuk menambah-nambah rukun shalat.Ulama Syafi’iyyah & ulama lainnya yang mensunnahkan

Page 22: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) adalah sebagai berikut ;Al-Allamah asy-Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari (Ulama Madzhab Syafi’iiyah), dalam kitab Fathul Mu’in bi syarkhi Qurratul ‘Ain bimuhimmati ad-Din, Hal. 16 ;

( ) ( وخروجا. ( القلب، اللسان ليساعد التكبير، قبل بمنوي نطق سن و. أوجبه من خالف من

“Disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbiratul ihram, agar lisan dapat membantu hati (kekhusuan hati), dan karena mengindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya.”Al-Imam Muhammad bin Abi al-’Abbas Ar-Ramli/Imam Ramli terkenal dengan sebutan “Syafi’i Kecil” [ بالشافعي الشهير الرملي) dalam kitab Nihayatul Muhtaj [الصغير المحتاج : juz I : 437 ,(نهاية

أبعد ه وألن القلب سان الل ليساعد كبير الت قبيل بالمنوي طق الن ويندبأوجبه من خالف من وللخروج الوسواس عن

“Disunnahkan (mandub) melafadzkan niat sebelum takbiratul Ihram agar lisan dapt membantu hati (kekhusuan hati), agar terhindar dari gangguan hati (was-was) dan karena mengindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya”.Asy-Syeikhul Islam al-Imam al-Hafidz Abu Yahya Zakaria Al-Anshariy (Ulama Madzhab Syafi’iyah) dalam kitab Fathul Wahab Bisyarhi Minhaj Thullab ( الطالب منهج بشرح الوهاب : [I/38] (فتح

القلب( ) ( ) اللسان ليساعد التكبير قبل بالمنوي ونطق

Page 23: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“(Disunnahkan) mengucapkan niat sebelum Takbir (takbiratul Ihram), agar lisan dapat membantu hati..”Diperjelas (dilanjutkan) kembali dalam Kitab Syarah Fathul Wahab yaitu Hasyiyah Jamal Ala Fathul Wahab Bisyarhi Minhaj Thullab, karangan Al-’Allamah Asy-Syeikh Sulaiman Al-Jamal ;

الوسواس عن أبعد ه وألن القلب سان الل ليساعد ر م شرح وعبارةانتهت أوجبه من خالف من وخروجا

“dan sebuah penjelasan, agar lisan lisan dapat membantu hati, terhindar dari was-was, dan untuk mengindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya. selesai”Al-Imam Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al-Khatib Asy-Syarbainiy, didalam kitab Mughniy Al Muhtaj ilaa Ma’rifati Ma’aaniy Alfaadz Al Minhaj (1/150) ;

النطق ) وألنه ( ) ( ويندب القلب اللسان ليساعد التكبير قبل بالمنويالوسواس عن أبعد

“Disunnnahkan mengucapkan niat sebelum takbir, agar lisan dapat membantu hati dan sesungguhnya untuk menghindari kewas-was-was-an (gangguan hati)”Al-’Allamah Asy-Syekh Muhammad Az-Zuhri Al-Ghamrawiy, didalam As-Siraj Al-Wahaj ( المنهاج متن على الوهاج pada (السراجpembahasan tentang Shalat ;

القلب اللسان ليساعد التكبير قبيل النطق ويندب

Page 24: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“dan disunnahkan mengucapkan (niat) sebelum takbiratul Ihram, agar lisan dapat membantu hati”Al-‘Allamah Sayid Bakri Syatha Ad-Dimyathiy, dalam kitab I’anatut Thalibin ( الطالبين ; [I/153] (إعانة

( : وجرى( بقلبه الظهر نوى فلو يجب، وال أي بمنوي نطق وسن قوله : ) . ليساعد قوله القلب في بما العبرة إذ يضر، لم العصر لسانه على

: . ( من وخروجا وقوله الوسواس من أبعد والنه أي القلب اللسانبالمنوي النطق أي أوجبه من خالف

“[disunnahkan melafadzkan niat] maksudnya (melafadzkan niat) tidak wajib, maka apabila dengan hatinya berniat shalat dzuhur namun lisannya mengucapkan shalat asar, maka tidak masalah, yang dianggap adalah didalam hati. [agar lisan membantu hati] maksudnya adalah terhindari dari was-was. [mengindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkan] maksudnya dengan (ulama yang mewajibkan) melafadzkan niat.”Al-‘Allamah Asy-Syekh Jalaluddin Al-Mahalli, di dalam kitab Syarah Mahalli Ala Minhaj Thalibin ( الدين جالل العالمة شرح

الطالبين منهاج على : Juz I (163) (المحلي

( ) ( القلب( سان الل ليساعد كبير الت قبيل بالمنوي طق الن ويندب

“dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram), agar lisan dapat membantu hati”Didalam Kitab Matan Al-Minhaj lisyaikhil Islam Zakariyya Al-Anshariy fi Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i :“(disunnahkan) melafadzkan (mengucapkan) niat sebelum Takbir (takbiratul Ihram)”

Page 25: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Kitab Safinatun Naja, Asy-Syaikh Al-‘Alim Al-Fadlil Salim bin Samiyr Al-Hadlramiy ‘alaa Madzhab Al-Imam Asy-Syafi’i ;

سنة : بها والتلفظ القلب ومحلها ، بفعله مقترنا الشيء قصد النية

“Niat adalah menyengaja sesuatu bersamaan dengan pekerjaannya, adapun tempatnya niat didalam hati sedangkan mengucapkan dengan lisan itu sunnah”

===================

Dalam kitab Nihayatuz Zain Syarh Qarratu ‘Ain, Al-’Allamah Al-’Alim Al-Fadil Asy-Syekh An-Nawawi Ats-Tsaniy (Sayyid Ulama Hijaz) ;

القلب اللسان ليساعد فسنة بالمنوي التلفظ أما

“adapun melafadzkan niat maka itu sunna supaya lisan dapat membantu hati”Kitab Faidlul Haja ‘alaa Nailur Roja, Al-’Alim Ahmad Sahal bin Abi Hasyim Muhammad Mahfudz Salam Al-Hajiniy ;

( باب من يلفظ لفظ مصدر التلفظ بمعنى اللفظ سنة واللفظ قولهكما األبواب جميع فى سنة بالنية أى بها والتلفظ أى يضرب ضرب

موجبه خالف من خروجا حج قاله

” melafadzkan (niat) itu sunnah..”Kitab Minhajut Thullab, Al-Imam Zakariyya Al-Anshariy ,

Page 26: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

بنية أداء وصح التكبير قبيل ونطق لله وإضافة فيه نفل نية وسنالنية به مقرونا تحرم وتكبير لعذر وعكسه وقضاء

“…(sunnah) mengucapkan (niat) sebelum takbir…”Minhaj Ath-Thalibin wa Umdat Al-Muftin, Al-Imam An-Nawawi,

التكبير قبل النطق ويندب بالقلب والنية

“niat didalam hati dan sunnah melafadzkan/mengucapkan niat sebelum takbir”Al-’Allamah Asy-Syekh Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitamiy, didalam kitab Minhajul Qawim (1/191) ;

بالنية ( ) ( ) التلفظ يسن أنه منها و كثيرة وهي الصالة سنن في فصلوخروجا ( ) القلب اللسان ليساعد التكبير قبيل ونفلها فرضها السابقة

ذلك أوجب من خالف من

“Fashal didalam menerangkan sunnah-sunnah shalat, dan sunnah shalat itu banyak, diantaranya adalah disunnahkan melafadzkan niat sebelum takbiratul Ihram agar lisan dapat membantu hati dan untuk keluar (menghindari) khilaf ulama yang mewajibkannya”Al-’Allamah Asy-Syekh Sulaiman bin Muhammad bin Umar Al-Bujairamiy Asy-Syafi’i, Tuhfatul habib ala syarhil khotib(1/192), Darul Kutub Ilmiyah, Beirut – Lebanon ;

األبواب : ( ) جميع في بها التلفظ يسن نعم القلب ومحلها قولهأوجبه من خالف من خروجا

Page 27: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“qouluhu (tempatnya niat didalam hati), memang disunnahkan talaffudz biha (melafadzkan niat) didalam semua bab-bab untuk menghindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya”Al-’Allamah Al-Imam Muhammad Asy-Syarbiniy Al-Khatib, didalam kitab Al-Iqna’ Fiy Alfaadh Abi Syuja’, pada pembahasan “Arkanush shalah” ;

أبعد وألنه القلب اللسان ليساعد التكبير قبيل بالمنوي النطق ويندبالوسواس عن

“dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbiratul Ihram agar lisan dapat membantu hati, dan karena sesungguhnya menjauhi dari was-was”Didalam kitab Al-Wafi Syarah Arba’in An-Nawawi, Asy-Syekh Musthafa Al-Bugha & Asy-Syekh Muhyiddin Misthu, telah menjelaskan tentang hadits No.1,

ليساعد يستحب ولكن بها؛ التلفظ يشترط فل القلب؛ النية ومحلاستحضارها على القلب اللسان

“dan tempat niat dalam hati, tiada disyaratkan melafadzkannya, dan tetapi disunnahkan (melafadzkan) agar lisan dapat membantu hati dengan menghadirkan niat”Didalam kitab Al-Futuhat Ar-Rabbaniyah (Syarah) ‘alaa Al-Adzkar An-Nawawiyah (1/54), Asy-Syekh Muhammad Ibnu ‘Alan Ash-Shadiqiy mengatakan:

وآله عليه الله صلى وألنه القلب اللسان ليساعد بها النطق يسن نعمال وروده وعدم العبادات سائر عليه فقسنا الحج في بها نطق وسلم

Page 28: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

وقوعه عدم على يدل

“Iya, sunnah mengucapkan niat agar lisan dapat membantu hati, dan karena sesungguhnya Nabi mengucapkan niat dalam ibadah haji, maka diqiyaskan kepadanya dalam seluruh Ibadah, dan ketiadaan yang meriwayatkannya tidak menunjukkan atas ketiadaannya dan terjadinya”

=================

Redaksi melafadzkan niat dari Imam Syafi’i, di riwayatkan dari Al-Hafidz Al-Imam Ibnu Muqri’ didalam kitab Mu’jam beliau (336) :

يدخل أن أراد إذا الشافعي كان قال الربيع حدثنا خزيمة ابن أخبرنا : الله الله، لفرض مؤديا الله، لبيت موجها الله، بسم قال الصالة، في

أكبر

“Mengabarkan kepadaku Ibnu Khuzaimah, mengabarkan kepadaku Ar-Rabi’ berkata, Imam Syafi’i ketika akan masuk dalam Shalat berkata”( أكبر الله الله، لفرض مؤديا الله، لبيت موجها الله، ”(بسم

Hawasyi Asy-Syarwaniy (1/240) ;

( على: ( المتقدمة السنن أول مع النية تقديم منها كثيرة سنن قولهليساعد بالمنوي التلفظ ومنها مر كما ثوابها له فيحصل الوجه غسل

القلب اللسان

Page 29: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“disunnahkan melafadzkan niat agar lisan dapat membantu hati”Tujuan dari melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) sebagaimana dijelaskan diatas adalah agar lisan dapat membantu hati yaitu membantu kekhusuan hati, menjauhkan dari was-was (gangguan hati), serta untuk menghindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya. Selain itu lafadz niat adalah hanya demi ta’kid yaitu penguat apa yang diniatkan.Berkata shohibul Mughniy : Lafdh bimaa nawaahu kaana ta’kiidan (Lafadz dari apa apa yg diniatkan itu adalah demi penguat niat saja) (Al Mughniy Juz 1 hal 278), demikian pula dijelaskan pd Syarh Imam Al Baijuri Juz 1 hal 217 bahwa lafadh niat bukan wajib, ia hanyalah untuk membantu saja.Imam Al-Bahuuti (Ulama Hanabilah) berkata dalam Syarah Muntaha Al-Iradat ;

ومحلها : : ، به قصدك أي ، بخير الله نواك يقال ، القصد لغة النية بابيتلفظ: . لم وإن فتجزئ ، القلب

تأكيد نواه بما وتلفظه قصده بغير لسانه سبق يضر وال

“.. dan melafadzkannya dengan apa yang diniatkan adalah penguat (ta’kid)”Dan sungguh begitu indahnya kata-kata ulama, mereka sebisa mungkin menghindari perselisihan bahkan dalam perkara yang seperti ini, tidak seperti saat ini, sebagian kelompok kecil ada yang beramal ASBED (asal beda), selalu mengangkat perkara khilafiyah dan begitu mudah mulut mereka membuat tuduhan bid’ah terhadap pendapat yang lainnya. Padahal dengan kata lain, tuduhan bid’ah yang mereka lontarkan, hakikatnya telah menghujat ulama dan menuduh ulama-ulama Madzhab yang telah mensunnahkannya.Kesunnahan melafadzkan niat dari ulama Syafi’iiyah juga dapat

Page 30: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

dirujuk pada pendapat dalam kitab ulama syafi’iiyah lainnya maupun kitab-kitab ulama madzhab yang lainnya.Melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) juga merupakan ucapan yang baik, bukan ucapan yang buruk, kotor maupun tercela. Sebagai sebuah perkataan yang baik maka tentunya diridhoi oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa dan Allah senang dengan perkataan yang baik. Dengan demikian ucapan yang terlontar dari lisan seorang hamba akan dicatat oleh malaikat sebagai amal bagi hamba tersebut.Allah berfirman ;

عتيد رقيب لديه إال قول من يلفظ ما

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. al-Qaaf 50 : 18)

والعمل ب الطي الكلم يصعد إليه جميعا ة العز ه فلل ة العز يريد كان منيرفعه الصالح

‘Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya” (QS. al-Fathir 35 : 10)Maka demikian, melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) sebagai sebuah ucapan yang baik, juga memiliki nilai pahala sendiri disisi Allah berdasarkan ayat al-Qur’an diatas.Didalam madzhab lainnya selain madzhab Syafi’iiyah juga mensunnahkan melafadzkan niat, misalnya ; Mazhab Hanafi

Page 31: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

(Ulama Hanafiyah) berpendapat bahwa niat sholat adalah bermaksud untuk melaksanakan shalat karena Allah dan letaknya dalam hati, namun tidak disyaratkan melafadhkannya dengan lisan. Adapun melafadhkan niat dengan lisan sunnah hukumnya, sebagai pembantu kesempurnaan niat dalam hati. Dan menentukan jenis sholat dalam niat adalah lebih afdlal. [al-Badai’ I/127. Ad-Durru al-Muhtar I/406. Fathu al-Qadir I/185 dan al-lubab I/66]Mazhab Hanbali (Ulama Hanabilah) berpendapat bahwa niat adalah bermaksud untuk melakukan ibadah, yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Shalat tidak sah tanpa niat, letaknya dalam hati, dan sunnah melafadzkan dengan lisan, disyaratkan pula menentukan jenis sholat serta tujuan mengerjakannya. [al-Mughny I/464-469, dan II/231. Kasy-Syaaf al-Qona’ I364-370]Mazhab Maliki (Ulama Malikiyah) berpendapat bahwa niat adalah bermaksud untuk melaksanakan sesuatu dan letaknya dalam hati. Niat dalam sholat adalah syarat sahnya sholat, dan sebaiknya tidak melafadzkan niat, agar hilang keragu-raguannya. Niat sholat wajib bersama Takbiratul Ihram, dan wajib menentukan jenis sholat yang dilakukan [asy-Syarhu ash-Shaghir wa-Hasyiyah ash-Shawy I/303-305, al-Syarhu al-Kabir ma’ad-Dasuqy I/233 dan 520]Misalnya dari Kalangan Malikiyah, Al-Imam Al-’Allamah Ad-Dardir rahimahullah ta’alaa didalam Syarh Al-Kabir,

أي ( ) ولفظه الكبير الشرح في تعالى الله رحمه الدردير العالمة قالمثال الظهر فرض صالة نويت يقول كأن النية يفيد بما المصلي تلفظالنية( ) . ألن يتلفظ ال أن واألولى األولى خالف بمعنى جائز أي واسع

فيها للسان مدخل وال القلب محلها

Page 32: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“dan melafadzkan niat yaitu seorang mushalli melafadzkan niat dimana dia mengatakan seumpama ( الظهر فرض صالة (نويتadalah wasi’/luas maksudnya boleh (جائز) bimakna khilaful Aula”

=====================

Ulama Maliki lainnya, Al-Imam Ad-Dasuqiy Al-Maliki rahimahullah didalam kitab Hasyiyahnya ‘alaa Syarh Al-Kabir berkata;

لكن : الكبير الشرح على حاشيته في تعالى الله رحمه الدسوقي قالليذهب النية يفيد بما التلفظ له يستحب فإنه الموسوس منه يستثنى

أن وهو شارحنا به حل الذي الحل وهذا المواق في كما اللبس عنهاألولى خالف أنه واسع معنى

“dan tetapi dikecualikan bagi orang yang was-was maka sesungguhnya baginya di sunnahkan melafadzkan niat”DR. Wahbah Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islam I/767 : “Disunnatkan melafadzkan niat menurut jumhur selain madzab maliki.” Didalam kitab yang sama juga diterangkan mengenai pendapat madzhab Maliki, jilid I/214 bahwa : “Yang utama adalah tidak melafadzkan niat kecuali bagi orang-orang yang berpenyakit was-was, maka disunnatkan baginya agar hilang daripadanya keragu-raguan”.Hal-Hal Yang Berkaitan :

[-]. Perihal Hadits ( نوى ما امرئ لكل ما وإن ات ي بالن األعمال ما ,(إن“Sesungguhnya Amalan-Amalan itu dikerjakan dengan niat, dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan” [Arba’in an-Nawawi,

Page 33: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

hadits pertama ( عليه [(متفقHadits ini sama sekali tidak berbicara bahwa melafadzkan niat adalah bid’ah, namun mengenai niat sebagai syarat sahnya sebuah amal, atau niat sebagai penyempurna sebuah Amalan. Sebagaimana shalat juga tidak sah jika tidak disertai dengan niat, sebab niat dalam shalat merupakan bagian dari rukun sholat yang aktifitasnya didalam hati. Berbeda dengan melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) dimana aktifitasnya adalah lisan dan bukan merupakan rukun shalat, namun sunnah. Kesunnanan ini (Talaffudz binniyah) baik dikerjakan atau tidak, tidak merusak pada sahnya shalat dan tidak juga menjadikan shalat batal.Didalam kitab syarahnya pun yaitu dalam kitab Al-Wafi Syarah Arba’in An-Nawawi, telah menjelaskan tentang hadits No.1,

ليساعد يستحب ولكن بها؛ التلفظ يشترط فل القلب؛ النية ومحلاستحضارها على القلب اللسان

“dan tempat niat dalam hati, tiada disyaratkan melafadzkannya, dan tetapi disunnahkan (melafadzkan) agar lisan dapat membantu hati dengan menghadirkan niat”[1]. Perihal Jawaban Imam Ahmad : Abu Dawud As-Sijistany , penulis kitab As-Sunan pernah bertanya kepada Imam Ahmad, “Apakah seorang yang mau melaksanakan Sholat mengucapkan sesuatu sebelum takbir?” Jawab beliau, ” tidak usah”. [Lihat Masa'il Abi Dawud (hal.31)]Dalam Masa’il Abi Daud diatas, Imam Ahmad tidak membid’ahkan, beliau hanya mengatakan tidak usah. Sedangkan kalangan Madzhab Hanabilah sendiri mensunnahkan melafadzkan nit.[2] Ada yang mengatakan, “yang didahulukan itu seharusnya

Page 34: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

adalah sabda Nabi bukan Ulama”.Jawaban : “memang benar, tetapi siapa yang lebih paham mengenai sabda/perbuatan Nabi daripada Ulama ?? Tentu saja yang diikuti adalah ulama yang tepat, yang lebih paham sabda Nabi.[3] Perihal Ulama Yang Mewajibkan (Melafadzkan niat)Ini kami anggap penting untuk dijelaskan, agar tidak terjadi salah paham atau disalah pahami untuk menyalah pahamkan pendapat lainnya. Sebagaimana sudah disebutkan diatas, oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (Tuhfatul Muhtaj), Imam Ramli (Nihayatul Muhtaj), Al-’Allamah Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz (Fathul Mu’in) dan yang lainnya, bahwa penetapan hukum sunnah terhadap melafadzkan niat (talaffudz binniyah) juga bermaksud menghindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya.Perlu diketahui bahwa ulama yang mewajibkan (talaffudz binniyah) juga dinisbatkan kepada madzhab Syafi’iyyah sebab memang masih bermadzhab Syafi’i. Beliau adalah Imam Abu Abdillah az-Zubairiy ( الزبيري الله عبد Beliau mewajibkan .(أبيmelafadzkan niat berdasarkan pemahamannya terhadap perkataan Imam Syafi’i tentang “an-Nuthq (النطق). Menurut pemahaman beliau apa yang dimaksud oleh Imam Syafi’i dengan “an-nuthq ( adalah melafadzkan niat. Padahal yang dimaksud oleh ”(النطقImam Syafi’i dengan an-Nuthq (النطق) adalah Takbir (Takbiratul Ihram), menurut Al-Imam Nawawi. Hal ini dijelaskan dalam Kitab Al-Majmu’ (II/43) ;

: ، أجزأ عمرة أو حجا نوى إذا الحج في قال الله رحمه الشافعي ألن ، بالنطق إال تصح ال كالصالة وليس يتلفظ لم وإن

Page 35: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“Karena sesungguhnya Al-Imam asy-Syafi’i berkata didalam (Bab) Haji : “apabila seseorang berniat menunaikan ibadah haji atau umrah dianggap cukup sekalipun tidak dilafadzkan. Tidak seperti shalat, tidak dianggap sah kecuali dengan melafadzkannya (an-Nuthq)”Jadi, beliau (Abu Abdillah az-Zubairiy ) mengira bahwa Imam Syafi’i memasukkan talaffudz binniyah menjadi bagian dari syarat sahnya shalat, padahal tidak demikian.

=====================

Ulama Maliki lainnya, Al-Imam Ad-Dasuqiy Al-Maliki rahimahullah didalam kitab Hasyiyahnya ‘alaa Syarh Al-Kabir berkata;

لكن : الكبير الشرح على حاشيته في تعالى الله رحمه الدسوقي قالليذهب النية يفيد بما التلفظ له يستحب فإنه الموسوس منه يستثنى

أن وهو شارحنا به حل الذي الحل وهذا المواق في كما اللبس عنهاألولى خالف أنه واسع معنى

“dan tetapi dikecualikan bagi orang yang was-was maka sesungguhnya baginya di sunnahkan melafadzkan niat”DR. Wahbah Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islam I/767 : “Disunnatkan melafadzkan niat menurut jumhur selain madzab maliki.” Didalam kitab yang sama juga diterangkan mengenai pendapat madzhab Maliki, jilid I/214 bahwa : “Yang utama adalah tidak melafadzkan niat kecuali bagi orang-orang yang berpenyakit was-was, maka disunnatkan baginya agar hilang daripadanya keragu-raguan”.Hal-Hal Yang Berkaitan :

Page 36: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

[-]. Perihal Hadits ( نوى ما امرئ لكل ما وإن ات ي بالن األعمال ما ,(إن“Sesungguhnya Amalan-Amalan itu dikerjakan dengan niat, dan bagi setiap orang apa yang dia niatkan” [Arba’in an-Nawawi, hadits pertama ( عليه [(متفقHadits ini sama sekali tidak berbicara bahwa melafadzkan niat adalah bid’ah, namun mengenai niat sebagai syarat sahnya sebuah amal, atau niat sebagai penyempurna sebuah Amalan. Sebagaimana shalat juga tidak sah jika tidak disertai dengan niat, sebab niat dalam shalat merupakan bagian dari rukun sholat yang aktifitasnya didalam hati. Berbeda dengan melafadzkan niat (Talaffudz binniyah) dimana aktifitasnya adalah lisan dan bukan merupakan rukun shalat, namun sunnah. Kesunnanan ini (Talaffudz binniyah) baik dikerjakan atau tidak, tidak merusak pada sahnya shalat dan tidak juga menjadikan shalat batal.Didalam kitab syarahnya pun yaitu dalam kitab Al-Wafi Syarah Arba’in An-Nawawi, telah menjelaskan tentang hadits No.1,

ليساعد يستحب ولكن بها؛ التلفظ يشترط فل القلب؛ النية ومحلاستحضارها على القلب اللسان

“dan tempat niat dalam hati, tiada disyaratkan melafadzkannya, dan tetapi disunnahkan (melafadzkan) agar lisan dapat membantu hati dengan menghadirkan niat”[1]. Perihal Jawaban Imam Ahmad : Abu Dawud As-Sijistany , penulis kitab As-Sunan pernah bertanya kepada Imam Ahmad, “Apakah seorang yang mau melaksanakan Sholat mengucapkan sesuatu sebelum takbir?” Jawab beliau, ” tidak usah”. [Lihat Masa'il Abi Dawud (hal.31)]Dalam Masa’il Abi Daud diatas, Imam Ahmad tidak membid’ahkan, beliau hanya mengatakan tidak usah. Sedangkan

Page 37: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

kalangan Madzhab Hanabilah sendiri mensunnahkan melafadzkan nit.[2] Ada yang mengatakan, “yang didahulukan itu seharusnya adalah sabda Nabi bukan Ulama”.Jawaban : “memang benar, tetapi siapa yang lebih paham mengenai sabda/perbuatan Nabi daripada Ulama ?? Tentu saja yang diikuti adalah ulama yang tepat, yang lebih paham sabda Nabi.[3] Perihal Ulama Yang Mewajibkan (Melafadzkan niat)Ini kami anggap penting untuk dijelaskan, agar tidak terjadi salah paham atau disalah pahami untuk menyalah pahamkan pendapat lainnya. Sebagaimana sudah disebutkan diatas, oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami (Tuhfatul Muhtaj), Imam Ramli (Nihayatul Muhtaj), Al-’Allamah Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz (Fathul Mu’in) dan yang lainnya, bahwa penetapan hukum sunnah terhadap melafadzkan niat (talaffudz binniyah) juga bermaksud menghindari perselisihan dengan ulama yang mewajibkannya.Perlu diketahui bahwa ulama yang mewajibkan (talaffudz binniyah) juga dinisbatkan kepada madzhab Syafi’iyyah sebab memang masih bermadzhab Syafi’i. Beliau adalah Imam Abu Abdillah az-Zubairiy ( الزبيري الله عبد Beliau mewajibkan .(أبيmelafadzkan niat berdasarkan pemahamannya terhadap perkataan Imam Syafi’i tentang “an-Nuthq (النطق). Menurut pemahaman beliau apa yang dimaksud oleh Imam Syafi’i dengan “an-nuthq ( adalah melafadzkan niat. Padahal yang dimaksud oleh ”(النطقImam Syafi’i dengan an-Nuthq (النطق) adalah Takbir (Takbiratul Ihram), menurut Al-Imam Nawawi. Hal ini dijelaskan dalam Kitab Al-Majmu’ (II/43) ;

: ، أجزأ عمرة أو حجا نوى إذا الحج في قال الله رحمه الشافعي ألن ،

Page 38: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

بالنطق إال تصح ال كالصالة وليس يتلفظ لم وإن

“Karena sesungguhnya Al-Imam asy-Syafi’i berkata didalam (Bab) Haji : “apabila seseorang berniat menunaikan ibadah haji atau umrah dianggap cukup sekalipun tidak dilafadzkan. Tidak seperti shalat, tidak dianggap sah kecuali dengan melafadzkannya (an-Nuthq)”Jadi, beliau (Abu Abdillah az-Zubairiy ) mengira bahwa Imam Syafi’i memasukkan talaffudz binniyah menjadi bagian dari syarat sahnya shalat, padahal tidak demikian.

================

Maka, itu sebabnya pendapat yang mewajibkan ini dikatakan syad (menyimpang) oleh Al-Imam Ibnu Hajar Al-Haitamiy didalam Tuhfatul Muhtaj (II/12) :

الحج في يأتي ما على وقياسا شذ وإن أوجبه من خالف من وخروجا

” dan (juga) untuk keluar dari khilaf orang yang mewajibkannya walaupun (pendapat yang mewajibkan ini) adalah syad ( menyimpang)”Imam an-Nawawi didalam kitab Al-Majmu’ (II/43) juga menjelaskan kekeliruan tersebut.

في : بالنطق الشافعي مراد وليس ، القائل هذا غلط أصحابنا قالالتكبير مراده بل ، هذا الصالة

Page 39: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

“beberapa shahabat kami berkata : “Orang yang mengatakan hal itu telah keliru. Bukan itu yang dikehendaki oleh Al-Imam Asy-Syafi’i dengan kata “an-Nuthq (melafadzkan)” di dalam shalat, tetapi yang dikehendaki adalah Takbir (Takbiraul Ihram)”Sementara lihatlah begitu indah menyebut Syekh Abu Abdillah az-Zubairy dengan sebutan “Ashabinaa”, walaupun tidak menyetujui pendapatnya. Tauladan yang sangat terpuji dalam menyikapi khilafiyah.Disebutkan juga dalam Al-Hawi fiy Fiqh Asy-Syafi’i, Al-Imam Al-Mawardiy Asy-Syafi’i, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut – Lebanon ;

وذكر : بالقلب اعتقاد ة ي الن أصحابنا من بيري الز ه الل عبد أبو وقالته ني من كمال على فيكون بقلبه اعتقده ما بلسانه ليظهر سان بالل

سان : بالل اختص لما القول ألن له وجه ال وهذا ، اعتقاده من وثقةإذا ة ي الن تكون أن وجب ، بالقلب اعتقاده يلزم لم به النية حكم

بلسانه . ة ي الن ذكر لو هذا فعلى سان بالل ذكرها يلزم ال بالقلب اختصتبقلبه . اعتقدها فلو معا المذهبين على يجزه لم بقلبه يعتقدها ولم

ولو ، أحواله أكمل وذلك جميعا المذهبين على أجزأه بلسانه وذكرها ، افعي الش مذهب على أجزأه بلسانه يذكرها ولم بقلبه ة ي الن اعتقد

بيري الز مذهب على يجزئه ولم

dan didalam kitab Hilyatul Ulama fiy Ma’rifati Madzahib Al-Fuqaha (2/70), Al-Imam Saifuddin Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Asy-Syasyi Al-Qaffal,

ال فقال أصحابنا بعض وغلط القلب ومحلها للصالة فرض والنية وينويبلسانه يتلفظ حتى النية تجزئه

Page 40: Web viewSebagai contoh seseorang melakukan gerakan shalat, ... apakah hukumnya sunnah, ... “dan disunnahkan mengucapkan niat sebelum takbir (takbiratul Ihram),

Jadi, pendapat yang dianggap menyimpang/keliru adalah jika melafadzkan niat (talaffudz binniyah) dimasukkan sebagai bagian dari fardhu shalat atau shalat dianggap tidak cukup jika tanpa melafadzkan niat. Sebab mewajibkan talaffudz binniyah sama saja telah masukkannya sebagai bagian dari shalat. Maka yang sebenarnya tidak dikehendaki adalah dalam hal mewajibkannya bukan Kesunnahan melafadzkan niat. [] []Wallahu Subhanahu wa Ta’alaa A’lam…

wallahu A'lam