AL-QUR’AN DAN AL-HADIST MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS KELAS VIII SEMESTER II
Web viewPada kesempatan ini akan sedikit smpaikan mengenai samudra hakikat Al-Qur’an,samudra...
Transcript of Web viewPada kesempatan ini akan sedikit smpaikan mengenai samudra hakikat Al-Qur’an,samudra...
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kejadian maupun peristiwa didunia ini memiliki maksud dan penafsiran.
Yang hanya Allah yang mengetahui lebih terperinci. Bagaiman asal mula suatu kejadian
dan bagaiman akhir dari peristiwa tersebut.
Dalam kehidupan didunia tidak luput dengan peristiwa peristiwa keilmuan.
Meskipun kita sering mempelajari dan mengamalkannya dalam kehidupan kita. Namun
ada berapa seluk beluk dari apa yang kita pelajari,mungkin masih ada yang kita belum
mengetahu sejarah dan makna.
Pada kesempatan ini akan sedikit smpaikan mengenai samudra hakikat Al-
Qur’an,samudra ilmu Al-Qur’an dan samudra tafsir Al-Qur’an.Yang mana tulisan ini di
harapkan menambah khzanah keilmuan bagi kita. Dan diharapkan bermanfaat dalam
kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan masalah
BAB I SAMUDRA HAKIKAT AL_QUR”AN
1. Apa keistimewaan 17 ramadhan?
2. Bagaimana keagungan Al-Qur’an?
3. Bagaimana bukti historis kegaglan dalam menandingi Al-Qur’an?
4. Mengapa At-Taubah tidak didahului dengan basmalah?
5. Bagaimana Al-Qur’an turun dengan tujuh huruh?
6. Bagaimana penyusunan dan penamaan surat ?
7. Bagaimana klarifikasi ayat-ayat Al-qur’an?
8. Bagaimana penulisan Al-Qur’an ?
9. Apa yang dimaksud Rams Usmani dan dimana sekarang keberadaannya?
10. Apa kegunaan perumpamaan-perumpamaan Al-Qur’an?
BAB II SAMUDRA ILMU AL_QUR’AN
1. Mengapa kita perlu mengetahui makiyah dan madaniyah?
2. Mengapa diperlukan Asbabun nuzul dalam memahami Al-Qur’an?
3. Apa Latar belakang timbulnya perbedaan pembacaan qira’ah?
1 | P a g e
4. Bagaimana penafsiran Al-qur’an?
5. Apa metode Maudhu’iy?
6. Apakah nabi sudah menafsirkan seluruh ayat Al-Qur’an?
7. Bagaiman teori penafsiran Al-Maududi?
8. Bagaimana pendekatan Naql dan akal pada tafsir Al-Qur’an?
9. Bagimana penafsiran Al-Matsur dan Bi Ar rayi?
10. Apa penyimpangan penyimpangan Al-Qur’an?
11. Bagimana pendekatan Al-Qur’an dengan masyarakat pada tafsir Adabi ijtima’?
12. Bagaimana study ismiliyah dalam study penafsiran?
13. Bagaimana tafsir antara Ekksoterisme dan esoterisme?
14. Bagaimana kecenderungan filsafat farabi dan ikhwanus shafa?
15. Bagaimana prinsip penafsiran simbolik syiah imamiyyah?
16. Bagaiman penafsiran Al Gazali tentang Al-Qur’an?
17. Bagaiman metode penafsiran Linguistik (Lughawi)?
18. Bagiman membumikan Al-Qur’an versi Al-Manar?
19. Bagaimana sekilas tafsir Al-Munir karya An-Nabawi Al-Banteni?
20. Bagaimana pemahaman Al-Qur’an dengan pendekatan kontektual?
21. Bagaimana sorotan sekitar diskursus modern?
22. Bagaimana penafsiran Hermeneutik terhadap Al-Qur’an?
23. Bagimana rekonstruksi klasik menemukan Weltanschaung pada Al-Qur’an?
24. Mungkinkah dilakukan revisi terjemahan versi DEPAG RI?
BAB III SAMUDRA TAFSIR AL-QUR’AN
1. Apakah nabi Muhammad tidak dapat membaca dan menulis?
2. Bagaiman qurban dalam perspektif islam?
3. Apakah Al-Qur’an disebarkan tidak dengan kekeasan?
4. Bagaimana ucapan seorang muslim masuk surge?
5. mengapa Al-Qur’an pernah menjadi Adikuasa di dunia?
6. Bagaimana pemuda ideal menurut Al-Qur’an?
2 | P a g e
PEMBAHASAN
BAB 1 Hakikat Al-Qur‟an
1. 17 Ramadan
Ramadan merupakan bulan yang suci yang di dalamnya penuh dengan keberkahan
yang mana merupakan bulan yang di tunggu oleh umat beragama islam. Karena pada
bulan Ramadan diperingati sebagai hari turunnya Al-Qur‟an (Nuzulul Qur‟an). Sebagian
ulama berpendapat bahwa Qur‟an turun pada bulan Ramadhan ada yang berpendapat pula
bahwa Qur‟an turun secara berangsur-angsur pada saat tertentu saat terjadi permasalahan
pada umat maka turun lah ayat demi ayat untuk menjawab problematika umat. Ayat yang
menjelaskan turunnya Al-qur‟an pada 17 Ramadhan
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Al-Qur‟an diturunkan pada bulan Ramadhan,
Lailatul Qadar malam penuh keberkahan (Lailatul mubarak) ada 2 pendapat
a. Ibnu abbas dan sekelompok lainnya sahabat lainnya berpendapat bahwa al-
Qur‟an di turunkan sekaligus dari lauh al-mahfuzh ke baitul izzah (langit bumi)
setelah itu Al Qur‟an turun bertahap kepada Nabi Muhammad SAW selama 23
tahun (semenjak nabi diutus hingga wafat).pendapat inilah yang biasanya di
adopsi mayoritas agama islam
b. Menurut Asy-Sya‟bi Alqur‟an turun untuk pertama kalinya kepada nabi
muhammad pada malam Lailatul qodar (bulan Ramadan) yakni malam penuh
berkah selama 23 tahun mengikuti kejadian dan peristiwa yang dihadapi Nabi
Muhammad.
Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur 22 tahun 2 bulan 22 hari yang dimulai dari
malam 17 Ramadhan tahun 41 darikelahiran Nabi atau tahun 10 H.1
1Hundhari bik,1980.tarikh at-Tasyi,terj. Moh zuhri,rajamurah Al-Qonaah,hlm 5-6
3 | P a g e
Tahapan turunnya Al-Qur‟an:
a. Al-Qur‟an turun sekaligus dari Allah ke Lauh al-mahfuzh (suatu tempat
merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah.Qs.Al-Buruj:21-
22
b. Al-Qur‟an diturnkan dari Lauh mahfuzh ke bait izzah(tempat yang berada di
langit dunia).QS.Ad-Dukhan:3
c. Al-Qur‟an diturunkan dari bait al-izzah ke dalam hati nabi dengan berangsur-
angsur sesuai kebutuhan ,adakalanya satu ayat,dua kadang-kadang satu
surat.Qs:As-Syuara:193-195 , Qs.Al-Furqan:32
Hikmah ditunkannya Al-Qur‟an secara berangsur-angsur:
1) Memantapkan hati Nabi
2) Menentang dan melemahkan para penentang Al-Qur‟an
3) Memudahkan utuk menghafal dan difahami
4 | P a g e
4) Mengikuti setiap kejadian dan melakukan penahapan dalam penetapan akidah yang
benar,hukum syariah,dan akhlak mulia
5) Membuktikan dengan pasti bahwa Al-Qur‟an turun dari Allah
2. Keagungan Al-Qur’an
Dengan perantara mukjizat mengingatkan kepada manusia bahwa para rosul
merupakan utusan Allah untuk menyampaikan wahyu yang diturunkan melalui malaikat
jibril maupun diturunkan Allah secara langsung.Mukjizat berasal dari bahasa Arab ةزجعم
yang artinya melemahkan, yaitu membuat sesuatu menjadi tidak mampu. Mukjizat
merupakan sesuatu yang luar biasa sehingga manusia tidak mampu mendatangkan hal
yang serupa. Menurut istilah, mukjizat berarti sesuatu yang luar biasa yang terjadi dalam
diri nabi atau rasul Allah SWT. Mukjizat bertujuan untuk membuktikan kenabian atau
kerasulan seorang nabi atau rasul Allah SWT yang tidak dapat ditiru oleh siapapun dan
untuk melemahkan segala macam usaha dan alasan orang kafir dan menentang islam, dan
menyeru kepada umat agar percaya akan keesaan Allah dan pembuktian bahwa
kekuasaan Allah berada di atas segalanya.
Unsur-unsur terdpat mukjizat yang dijelaskan Quraish Shihab:
a. Peristiwa yang luar biasa
b. Tampak pada diri Nabi
c. Ada tantangan yang meragukan Nabi
d. Manusia tidak ada yang menandingi hal yang luar biasa tersebut
3. Bukti historis kegagalan menandingi Al-Qur’an
Al-qur‟an digunakan nabi Muhamad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya
atau sesudah generasinya yang tidak percaya atas kebenaran Al-qur‟an (firman Allah
bukan sebagai ciptaan Nabi Muhammad) serta tidak mempercayai risalah seta ajaran yang
dibawa nabi Muhammad.sejarah membuktikan bahwa Al-qur‟an tidak dapat ditandingi
meskipun oleh orang-orang arab.beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan keagalan:
1) pemimpin Quraisy pernah mengutus abu Al-walid sastrawan ulung yang tiada
tandingannya untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-qur‟an . ketika Abu
5 | P a g e
AL-Waliberhadapan dengan Rosulullah SAW dan mendengarkan beliau
membaca surat Fushilat ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya
bahasa Al-qur‟an dan ia pun kembali pada kaum nya dengan tangan
hampa.seperti firman Allah pada Qur‟an surat Al isra‟:88 untuk mendatangkan
keseluruhan dan mirip dengan bacaan Al-Qu‟an tidak akan ada yang mampu.
2) Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai nabi pernah juga
mengubah sesuatu yang mirip dengan Al-Quran contohnya „
سفلكف وأ ماء ال أعالكفي ين ناتضفدع ب الضفدع ها أيتراب ال ي
Artinya : Hai katak (kodok) anak dari dua katak. Bersihkanlah apa-apa yang akan
engkau bersihkan, bahagian atas engkau di air dan bahagian bawah engkau di
tanah.
Seorang satrawan Arab yang termasyhur, yaitu Al-Jahir telah memberikan
penilaiaannya atas gubahan Musailamah ini dalam bukunya yang bernama “Al-
Hayawan” sebagai berikut : Saya tidak mengerti apakah gerangan yang
menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu.
Alangkah buruknya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Alquran yang
telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tidak hanya Musailamah namun Al-Aswad Al-Unsi, Thulaihah bin Khuwailid Al-
Asadi,AbuA-A‟la Al mu‟arri,al-Mutanabbi, dan ibnu Muqaffa juga berusaha ingin
menandingi Al-Qur‟an ,namun sebelum memulainya mereka merasa malu kemudian
memecahkan pena serta merobek-robek kertasnya.
Karena Al-qur‟an merupakan kalam Allah yang di turunkan melalui perantara malaikat
jibril kepada Nabi Muhammad tanpa adanaya pengurangan maupun penambahan apalagi
ciptaan Nabi muhammad sendiri , untuk digunakan sebagai pedoman kehidupan umat di
dunia maupun diakhirat memiliki susunan kata yang
baik ,keseimbangan redaksi, ketelitian redaksinya yang tidak ada satupun di dunia ini
dapat mendingi.2
2https://iqbal1.wordpress.com/category/ilmu-tafsier-tafsier/page/2/19/04/2015/13:50
4. Alasan surat At-Taubah tidak diawali dengan Bismillah
6 | P a g e
a) Trdisi orang Arab,apabila terikat perjanjian dengan satu kelompok ,lalu hendak
membatalkannya mereka mengirim surat dengan tidak menggunakan
basmallah.tatkala turun surat at-taubah yang berii pembatalan ikatan perjanjian a
antara Nabi dengan orang kafir Mekah,Nabi menyuruh Ali bin Abu Thalib utuk
embacakan surat itu dihadapan mereka tanpa didahului basmallah untuk
menyesuaiakan kebiasaan orang-orang arab sedangkan surat Bara‟ah diturunkan
dalam suasana perang .3
Merujuk pada jawaban Ali bin Abi Thalib,ketika ditanya alasan tidak
menggunakan basmallah. Beliau menjawab “bismilahirrohmanirrohim merupakan
isyarat keamanan,kedamaian.
b) Merujuk pada diaolog antaraIbnu Abas dan Utsman bin Affan
c) Tim penulis mushaf pada masa utsman bin affan berselisih antara surat al anfal
dan Bara‟ah merupakan 1 surat atau 2 surat agar menghormati kedua surat maka
keduanya tidak diberi kata basmallah.
d) Jibril menurunkan surat at-taubah dengan tidak menyebutkan basmallah
5. Al-Qur’an turun dengan tujuh huruf
“jibril telah menurunkan Al-Qur‟an dengan mempergunakan satu huruf,kemudian
aku menggulanginya sampai akhirnya jibril membacakannya dengan tujuh huruf”.
(HR.Bukhari dan Muslim)
Perbedaan pendapat para ulama :
a) Yang diksud dengan tujuh huruf yaitu Lughat-lughat suku arab yang berjumlah
tujuh artinya tujuh bahasa satu makna, yaitu bahasa
Quraisy,Hudzail,Tsaqif,Hujan,kananah,Tamin,yamin
b) Tujuh bahasa arab yang digunakan dalam keseluruhanAl-Qur‟an, atau tujuh
bahasa secara terpish didapatkan pada Al-Qur‟an.
c) Yang dimaksud adalah perintah(arm),Larangan(Nahy), janji (wa‟ad),argumentasi
(jadl),kisah-kisah (qishah),perupamaan perumpamaan(Matsa). Sedangkan Al-
Qur‟an menerangkan 7 bab yaitu
Riwayat ini dikeluarkan oleh Abu Asy-syaikh dan ibnu Mardawaih dari ibnu abas
7 | P a g e
teguran(zijr),perintah,halal,haram,muhkam,mutasyabih,dan perumpamaan-
perumpamaan.
Tujuh huruf adalah tujuh bacaan,Abu Fadh ar-razi dalam kitabnya Al-Lawaih
menerangkan bahwa :
a) Perbedaan isim dari segi format mufrad (singular tunggal),mutssana (tasniyah),
dan jama‟ (banyak plural).
b) Perbedaan dalam tasrif‟ul af‟al(perbedaan kata kerja), dari bentuk mudhari (future
tense,present),bentuk madhi(past tense) dan bentuk amr(imperative)
c) Perbedaan dari segi harkat
d) Perbedaan dari segi perubahan harkat
e) Perbedaan dari segi naqs dan tambahan(ziyadah)
f) Perbedaan dar segi mendahulukan dan mengakhirkan
g) Perbedaan dari segi lughat(lahjah),seperti fatah,imalah,
tipis(takhfif),tebal(tarkhim),jelas(jaly),dengung(idgham)
6. Penyusunan ayat dan nama surat Al-Qur’an
Urutan ayat al-Qur‟an dalam suratya ditetapkan berdasar Tauqifi (ketetapan rosul atas
petunjuk wahyu)jibril atas perintah Allah untuk meletakkan ayat pada tempatnya masing-
masing, ada perbedaan pndapat dalam hal peletakkannya:
1) Susunan surat Al-Qur‟an ditetapkan atas perintah,pengajaran dan isyarat nabi
(tauqifi).diantara ulama yang masuk pada kelompok ini adalah Abu jafar bin An-
Nuhas,Al-kirmani,ibnu Al-Hashar, dan Abu Bakar Al-Anbariyang berargumen:
2) Para sahabat telah sepakat untuk menerima susunan mushaf Al-Qur‟an yang
ditulis pada masa ustman bin Affan,tidak ada seorang sahabat pun yang
menentangnya bahkan sahabat yang memiliki mushaf berbeda pun
menyepakatinya .seandainya susunan surat tidak bersifat Tauqifi tiap-tiap sahabat
pasti mempertahanka mushaf mereka masin-masing.
3) Surat-surat yang tergabung ke dalam kelompok hawawin disusun secara
berurut,sedangkan ayat ayat yang termasuk kelompok musabbihat tidak disusun
secara berurut atau secara terpisah-pisah.
4) Susunan surat Al-Qur‟an ditetapkan berdasarkan istihad para sahabat
8 | P a g e
Ulama yang masuk pada kelompok ini seperti imam malik, dan Abu bakar ath-
Thayyib.mereka berargumen dengan kenyataan yang berbeda-bedanya susunan mushaf
para sahabat utsman bin affan sebelum pengondifikasikan Al-Qur‟an.seandainya susunan
surat ini bersifat Tauqifi kata mereka tentunya para sahabat tidak berbeda-beda pendapat
menyusun dalam mushafnya masing-masing.padahal kenyataannya mereka berbeda-
beda ,ada yang menyusun berdasarkan turunnya seperti mushaf Ali r.a dengan diawali
surat Iqra‟(surat makiyyah lalu madaniyah) dll
Pendapat keduanya dibantah sebagai berikut perbedaan yang terjadi di kalangan
sahabat dalam menyusun surat dan muhsaf tidak dapat dijadikan argumentasi bahwa
susunan tidak bersifat tauqifi alasannya muhsaf mereka tidak dipersiapkan sebagai
pegangan umum tetapi sebagai mushaf pribadi yang didalamnya disertakan pula problem-
problem keimanan,takwil,dan sebagin besar atsar ia lebih pantas dinamai kitab ilmu atau
kitab takwil daripada muhsaf .atas dasar itu kitab-kitab tersebut dijadikan ustman rujukan
ketika melakukan pengbin kondifikasian Al-Qur‟an.
Susuanan Al-Qur‟an sebagian besar bersifat tauqili dan sebagian yang lain
berdasarkan istihad sahabat.diantara ulama yang masuk pada golongan ini adalah Qadhi
Abu Muhammad bin Athiyyah ia berkata “banyak Atsar menyebutkan bahwa As-sab‟a
ath thiwal(tujuh surat yag panjang) ,huwawin(surat-surat yang dimulai dengan Ha
Mim),dn al-mufashshal (surat-surat pendek)sudah disusun sejak nabi lalu susunanyan
ditetpkan pada waktu pengkodifikasian al-Qur‟an.
Dalam hal ini Al Baihaqi dalam Al-Madkhal berkata “pada masa nabi surat dan ayat
Al-Qur‟an telah disusun dan susunanya sama seperti yang ada pada muhsaf utsmani
kecuali an-anfal dan Bara‟ah hanya kedua inilah yang disusun secara ijtihad‟.Mengenai
penamaan surat ada ulam ayang bersifat tauqifi ada juga yang melakukan ijtihati.
7. Klarifikasi ayat-ayat Al-Qur’an
Sistem penanggaln makiyah dan madaniyah dapat disimpulkan surat-surat yang
ada sekarang merupakan unit-unit wahyu orisinil,memungkinkan untuk melakukan
tatanan kronologisnya,bahan-bahan tradisional termasuk literatur hadist ,shirah(sejarah),
asbabun nuzul,nasikh mansukh, serta kitab-kitab tafsir bi al ma‟tsur yang menyediaan
basic yan kukuh utuk penanggalan surat surat al qur‟an.
9 | P a g e
Perbedaan pendapat dalam menghitung jumlah ayat Al-Qur‟an dipicu oleh
kenyataan bahwa ketika membaca Al-Qur‟an nabi selalu memulai dari pangkal ayat
untuk mengajarkan kepada para sahabatnya.namun Nabi sering pula mewahalkan
(menggabungkan 2 ayat)demi kesempurnaan makna.sebagian para sahabat ada yang
menghitung satuayat dan ada pula yang mengitung dua ayat maka terjadilah perbedaan
pendapat ada yang menyebutkan 6200 ayat ,6210 ayat, 6220 ayat ,6236 ayat dll.
8. Penulisan Al-Qur’an
Penulisan Al-Quran dilatar belakangi karena banyaknya gugurnya sahabat dalam
peperangan.
a) Penulisan Al-Qur‟an pada masa Abu bakar Ash shidiq
Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali menyusun dalam
muhsaf ,penulisan Al-Qur‟an bukan karna tanpa sesuatu sebab Rosulullah juga
memerinahkan hanya saja tulisan Al-Qur‟an terpencar pencar pada pelepah
kurma, batu halus,kulit, tulang unta dan bantalan dari kayu.Abu bakar kemudian
mempunyai inisiatif untuk mengimpun semunnya.usaha pengumpulan Al-Qur‟n
terjadi setelah perang yamamah pada tanggal 12 H peperangan yang bertujuan
menumpas para pemurtad yang juga para pengikut Musailamah Al-Khadzab(nabi
palsu) ternyata menyebabkan 700 orang sahabat penghafal Al-Qur‟an
syahid.khawatir akan semakin hilangnya penghafal Al-Qur‟an sehingga
kelestariannya terancam umar datang menemui khalifah pertama Abu Bakar agar
menginstruksikan pengumpulan Al-Qur‟an dri berbargai sumber baik
tersimpan(hafalan ) atau dalam bentuk tulisan.4
b) Pada masa Ustman bin Affan
Penulisan terjadi dikarenakan banyak perselisihan dalam membaca Al-Qur‟an
(qira‟at).dalam riwaya yng dikeluarkan Abu Qulabah menjelaskan bahwa pada
masa khalifah utsman ,seorang guru mengajarkan qira‟at tokoh tertentu sedangkan
guru lainnya mengajarkan qiro‟at tokoh lainnya lalu muridnya bertemu dan
berselisi ,
4Subhi Ash-shalih1988,Mabahits fi ulum Al Qu‟an,dar Al Qolam li Al-
Malayyin ,beriuthlm 74
10 | P a g e
persoalan ini terangkat sampai pada guru yang saling mengkafirkan. lalu ustman
melakukan nya dengan menyederhanakan tulisan muhsaf pada satu huruf dengan
tujuh huruf dengannya Al-Qur‟an turun.
Ustman memutuskan agar mushaf-mushaf yan beredar memenuhi persyaratan:
1) Mutawatir,tidak tebukti ditulis berdasarkan ahad (riwayat yang tidak
sampai derjat mutawatir).
2) Mengabaikan ayat yang bacaannya dinasikh dan ayat tersebut
tidakdiyakini di baca kembali di hadapan nabi pada saat-saat terakhir.
3) Kronologis surat berbeda dengan muhsaf Abu Bakar yang susunan yang
susuan suratnya suratnya berbeda dengan mushaf utsmani.
4) Sistem penulisan yang digunakan muhsaf mampu mencangkup qira‟at
suratnya berbeda dengan lafal-lfal Al-Qur‟an ketika turun
5) Semua yang bukann Al-Qur‟an dihillangkan . misalnya yan ditulis di
mushaf sebagai sahabat juga menuliskan makna ayat atau penjelasan
nasikh mansukh di dalam mushaf
c) Penulisan Al-Qur‟an setelah masa khalifah
Mushaf yang ditulis atas perintah ustman tidak meiliki harakat dan tanda
titik sehingga dapat dibaca dengan salah qira‟at yang tujuh.setelah banyak orang
non Arab memeluk agama islam ,mereka merasa kesulitan membac muhsaf yang
tidak berharakhat dan bertitik itu. Untuk pertama kalinya Al-Qur‟an dicetak di
Bunduqiyyah pada tahun 1530 M kedua hinkelman pada tahun 1694 M di
Hamburgh(jerman) ketiga Marraci padatahun 1698 M di Padoue sayangnya
penerbit al-Qur‟an petama bukan muslim,dan sayangnya tak satu pundari Al-
Qur‟an cetakan pertama, kedua, ketiga, tidak tersisa di dunia islam.penerbit Al-
Quran padalabel muslim baru di mulai pada tahun 1787 yang menerbitkan adalah
Maulaya Utsman,Mushaf cetakan lahir di saint petershourh,rusia,atau
leningrad ,uni soviet tahun 1248 H 1828 M
11 | P a g e
9. Rasm utmani hakikat dan keberadaan sekarang
tata cara penulisanAl-Qur‟an yang ditetapkan pada masa khalifah Utsman
Bin Affan. Tata cara penulisan itu kemudian dijadikan standar dalam penulisan kembali
atau penggandaan mushaf Al-Qur‟an.yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit ,Abdullah bin
Zubair, Sa‟id bin Tsabit,dan Abdurahman bin Al-Harist.setelah keempat panitia ini
menyelesaikan tugasnya Khalifah ustmant mengembalikan Mushaf orisinil kepada
Hafsah.kemudian mengirim ke berbagai kota ada yang berpendapat dikirim ke kota
Kufah,Basrah, Syiria dan disimpan khalifah Ustman,dan pendapat As-sijistani
mengatakan dikirim ke tujuh kota yaitu yang ke tiga meliputi kota yang diatas dan mekah,
Basrah, Syiria, dan disementara mushaf-mushaf yang lainnya dibakar dengan maksud
untuk mencegah peperangan maupun pertingkaian di kalangan umat muslim.
Keberadaan Mushaf Utsmani yang khususyang husus itu,ternyata telah memancing
perdebatanyang rumit.beberapa ini beberapa pendapat tentang keberadaan:
1) Al-Maqirizi berpendapat ushaf ini dikirim ke Mesir.pada mulanya Mushaf ini
ditemukan di perpustakaan Al-Muqtadir Billah ,salah satu khalifah dinasti
Abasiah lalu dipindahkan ke mesjid Amr pada 5 Muharam 378 H yaitu pada
pemerintahan Al-Aziz Billah.kemudian mushaf yang diduga mushaf di pindah ke
madrasah al-Qadhi Al-Fadhil,dekat dengan syahidnya husain.saat madrasah
mengalami kebangkrutan mushaf lalu dipindahkan ke kubbah yang dibangun
sultan Al-Ghuri dengan tujuan untuk menyaingi madrasah yang telah bangkrut
sampai tahun 1275 H.setelah itu dipindahkan beserta peninggalan-peninggalan
nabi lalu dipindahkan ke mesjid Zaenab
2) Mushaf ini sekarang berada di Basrah
3) Mushaf berada di Tashqand
4) Bahwa Syekh Isma‟il bin Abdul Jawwad melihat Mushaf Utsmani yang khusus di
mesjid Hims
5) Mushaf tersebut terdapat di Istambul tepatnya berada di musium Thub Qabu saray
10. Kegunaan perumpamaan-perumpamaan dalam Al-Qur‟an
Aspek keindahan retorika yaitu amtsal (perumpamaan-perumpamaan ) Nya di
dalam Al-Quran tidak hanya terdapat permasalahan dunia yang dapat diindera tetapi juga
mencangkup akhirat yang tidak dapat dilihat oleh panca indera yang memiliki makna dan
12 | P a g e
tujuan yang ideal yang tidak dapat diindera dan berada di luar pemikiran akal
manusia.yang dituangkn dalam bentuk kata-kata indah, memesona, dan mudah
dipahami.Tamtsil (perumpamaan) merupakan gaya bahasa yang dapat menampilkan
pesan yang berbekas pada hati sanubari.
Kegunaan Perumpamaan –perumpamaan ,Manna Al-Qathan menjelaskan bahwa manfaat
Amtsal al-Qur‟an meliputi :
1) Manampilkan sesuatu yang abstrak (hanya ada dalam pikiran) ,akal dapat
menerima pesan yang disampaikan oleh prumpamaan itu.contohnya Allah
membuat perumpamaan terhadap sesuatu yang diinfakkan secara Riya‟ QS.Al-
Baqarah:264
2) Menyingkapmakna yang sebenarnya ,memperlihatkan yang gaib melalui paparan
yang nyata.contohnya pada QS.Al-Baqarah:27
3) Menghimpun arti-arti yang indah dalam ungkapan yang singkat sabagaimana
terlihat dalam amtsal kaminah dan amtsal mursalah
4) Membuat si pelaku amtsal menjadi senang dan penuh gairah Contoh Al
Baqarah :261
13 | P a g e
5) Dapat menjauhkan seseorang dari sesuatu yang tidak disenangi jiwa contohnya
QS.Hujurat:12
6) Memberi pujian kepada perilaku
7) Memperlihatkan bahwa yang dijadikan perumpamaan memiliki sifat yang tidak
disenangi manusia.
8) Pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih mengena bagi hati sanubari lebih
mantap dalam menyampaikan nasehat dan lebih kuat pengaruhnya
BAB II SAMUDRA ILMU AL-QUR’AN
1. Ilmu Makiyah dan ilmu Madaniyah
Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam mengidentifikasikan
terimologi Makiyah dan Madaniyah . keempat perspektif yaitu:
1) Masa turun (Zaman An-nuzul)
14 | P a g e
Dikatakan makiyah iyalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum rosulullah hijrah ke
madinah atau bukan karna turun di mekah,madaniyah ialah ayat-ayat yang turun
sesudah rosulullah hijrah ke madinah atau bukan karna turun dimadinah.dan ayat-
ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disbut madaniyah walaupun turun di
mekah maupun dimadinah 114
2) Tempat turunnya (makan an-nuzul)
Makiyah ialah ayat-ayat yang diturunkan di madinah dan sekitarnya seperti
Mina,Arafah, dan Hudaibiyyah,sedngkan Madaniyah ialah ayat-ayat Al-Qur‟an
yang turun di madinah dan sekitarnya seperti di Uhud,Quba’dan Sul’a.
3) Objek pembicaraan (mukhatahab)
Makiyah merupakan kitab bagi orang mekah,sedangkan madaniyah merupakan
kitab orang Madinah
4) Tema pembicaraan (maudu)
Dalam pengunggulan pendefinisian Makiyah dan Madaniyah perpektif masa turun
,Subhi Shalih melihat komponen komponen serupa dalam tiga pengidentifikasian
bila dalam aspek turun surat tersebut merupakan Madaniyah karena turun sesudah
hijrah namun dalam aspek objek pembicaraan termasuk Makiyah karena
merupakan kitab orang Mekah.
Urgensi untuk mengetahui makiyah dan Madaniyah yaitu
1) Membantu dalam menafsirkan Al-Qur‟an
2) Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
3) Memberi informasi tentang sirah kenabian
2. Asbabun Nuzul
Asbabul Qur‟an merupakan Materi yang sangat penting dalam proses pengkajian dan
pemahaman untuk mendalami makna makna yang tersurat maupun yang tersirat pada
ayat-ayat Al-Qur‟an untuk membantu umat mengatasi problematika kehidupan memberi
solusi dan pencerahan . jawaban yang sesuai syariah islam dapat menata kehidupan
menjadi yang lebih baik
Ungkapan Asbab an –nuzul terdiri dari 2 kata yaitu asbab dan an-nuzul secara harafiah
Asbab berati sebab atau latarbelakang sedangkan an-nuzul berarti turun maka Asbab an
15 | P a g e
nuzul berarti sebab-sebab atau melatarbelakangi yang membuat turun atau bebrapa sebab
atau latarbelang yang melatar belakangi ayat-ayat Al-qur‟an turun.
Yang dimaksud dengan Asbabul Nuzul adalah Suatu hal yang menyangkut situasi kondisi
yang dialami oleh individu maupun kelompok maupun umat yang berhubungan atas
turunnya ayat Al-Qur‟an yang telah ditetapkan sebagai kunci maupun jawaban atas suatu
permasalahan di kalangan orang mukmin.
Suatu hal yang logis jika terdapat suatu ayat yang memiliki tafsir yg dipengarui oleh suatu
situasi dan kondisi tertentu pada saat turunnya ayat pada saat zaman nabi merupakan
sebab,dan turunnya ayat bertujuan untuk mengatasi masalah / menjawab suatu masalah
yang sedang terjadi pada kaum muslimin merupakan musababnya.
ayat yang turun memiliki asbabun nuzul berarti bahwa ayat tersebut turun secara tiba-tiba
tanpa ada kaitannya dengan fenomena masyarakat.setiap ayat yang turun kepada Nabi
hakikatnya merupakan respon ilahiah terhadap kondisi miniatur masyarakat dunia masa
itu yang tergambar dalam sistem masyarakat arab. Misal ayat-ayat tersebut turun akibat
menyembah berhala fenomena keseharian masyarakat sebagai individu , anggota keluarga
, anggota masyarakat , dan kepemimpinan merupakan latarbelakang turunnya ayat-ayat
al-Qur‟an.
Urgensi Asbabun Nuzul dalam penafsiran Al-Qur‟an:
Asbabul Nuzul ilmu yang sangat penting untuk memahami ayat- ayat al-Qur‟an, tanpa
bantuan ilmu ini seseorang bisa salah menafsirkan karena ayat-ayat al-Qur‟an kadang-
kadang hukum yang secara umum.
Contoh:
kesalahfahaman marwan dalam penafsiran QS. Ali Imran :188
Lalu marwan memberikan komentar sebagai berikut:
“barang siapa yang gembira atas apa yang ia kerjakan serta ia senang dipuji atas
suatu yang ia tidak kerjakan maka ia akan disiksa,kalau demikian kita semua akan
mendapat siksa.”Lalu abdullah bin Abbas meluruskan pemahaman marwan“ayat ini
sebenarnya turun atas ahlulkitab pada saat Nabi Muhammad menanyakan sesuatu pada
mereka lalu mereka sengaja menyembunyikan jawaban itu dari nabi,tetapi pada waktu
yang sama mereka memberitahukan jawabannya kepada orang lain.
16 | P a g e
Ahlul kitab ini ingin memperlihatkan kepada Nabi SAW bahwa meraka
mempunyai jawaban atas peertanyaan Nabi SAW tetapi mereka ingin dipuji atas
pemberian jawaban itu.” ayat ini munasabah situasi dan kondisi turunnya ayat berfungsi
menafsirkan dan mengatasi kebingunggan pada suatu umat ,tetapi aspek khusus dari
situasi dan kondisi pada ayat ini diturunkan tidak mesti dipaksakan pada para ulama yang
lebih memahami ayat tersebut dengan luas atau memaki ayat tersebut dalam konteks
Akhlak. Tidak salah
jika ayat ini mengandung pengarahan bagi orang beriman agar amal yang sedikit tidak
dianggap banyak dan tidak baik bergembira atas kelebihan prestasi amal , sebab sebesar
apapun nilai prestasi amal manusia tetap berbanding jauh lebih kecil dari karunia yang
diberikan Allah untuk hamba-hambanya. Demikianlah bahwa orang beriman tidak layak
mencari pujian karena pujian tidak layak untuk dipikul.
Dalam uraian yang lebih Az-zarqani mengemukakan urgensi asbabun Nuzul dalam
memahami Al-Qur‟an:
1) Membantu memahami dan mengatasi ketidakpastian dalam mengungkapkan pesan
ayat-ayat Al-Qur‟an .
2) Mengatasi ayat yang diduga mengandung pengertian umum
3) Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur‟an
4) Mengidentifikasi sebab ayat tersebut turun
5) Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat
3. Latarbelakang dan faktor timbulnya Qira’ah yang berbeda
Qira’at sebenarnya telah muncul sejak zaman Nabi walaupun pada saat itu qira’at
bukan merupakan sebuah disiplin ilmu, ada beberapa riwayat yang dapat mendukung
asumsi ini, yaitu :Suatu ketika Umar bin Khathtab Ayat Al-Qur’an. Kemudian peristiwa
perbedaan membaca ini mereka laporkan ke Rasulullah Saw. Maka beliau menjawab
dengan sabdanya, yang artinya :
“Memang begitulah Al-Qur’an diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an ini diturunkan
dalam tuju huruf, maka bacalah oleh kalian apa yang kalian anggap mudah dartujuh huruf
itu,”
17 | P a g e
Menurut catatan sejarah, timbulnya penyebaran qira’at dimulai pada masa tabi‟in,
yaitu pad awal abad II H, tatkala para qari’ tersebar di berbagai pelosok, telah tersebar di
berbagai pelosok. Mereka lebih suka mngemukakan qira’at gurunya daripada mengikuti
qira’at imam-imam lainnya. Qira’at-qira’at tersebut diajarkan secara turun-menurun dari
guru ke murid, sehingga sampai kepada imam qira’at baik yang tujuh, sepuluh atau yang
empat belas.Timbulnya sebab lain dengan penyebaran qori’-qori’ keberbagai penjuru
pada masa Abu Bakar, maka timbullah qira’at yang beragam. Lebih-lebih setelah
terjadinya transpormasi bahasa dan akulturasi akibat bersentuhan dengan bangsa-bangsa
bukan arab, yang pada akhirnya perbedaan qira‟at itu berada pada kondisi itu secara
tepat.Sebab-sebab munculnya beberapa Qiraat yang berbeda:
a. Perbedaan Qira‟ah Nabi
b. Pengakuan Nabi terhadap berbagai qira‟at yang berlaku di kalangan kaum
muslimin.
c. Adanya riwayat dari para sahabat nabi menyangkut berbagai versi Qira‟at yang
adaAl-Qur‟an
d. Adanya lahzah atau dialog kebahasaan dikalangan bangsa Arab pada masa
turunnya Al-Qur‟an
e. Munasabat(menangkap korelasi bagian antar dalam Al-Qur‟an)
Kata Munasabah secara etimologis bermakna berdekatan (muqarabah). Makna
Munasabah pada ahli tafsir adalahformat hubuungan antara beberapa kalimat dalam satu
ayat yang sama atau antara ayat dalam ayat yang berbeda-beda.
Macam-macam munasabah dalam Al-Qur‟an:
a. Munasabah antara surat dengan surat sebelumnya
b. Munasabah antarnama surat dan tujuan turunnya
c. Munasabah antar bagian suatu ayat
d. Munasabah antar letaknya yang berdampingan
e. Munasabah antar suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya
f. Munasabah antarfashilah (pemisahan )da nisi ayat
g. Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama
h. Munasabah antar penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
18 | P a g e
Kajian munasabah merupakan usaha pakar tafsir untuk menemukan hakikat hubungan
antara suatu ayat dengan ayat lainnya antara satu surat dengan surat yang lainnya
4. Metode penafsiran Al-Qur‟an
Al-Qur‟an merupakan lautan ilmu dengan kata indah penuh dengan makna keajaibannya
tidak akan pernah habis dan kecintaan padanya tidak akan lapuk oleh zaman.dapat kita
fahami jika ada beberapa cara untuk menafsirkan ayat AL-Qur‟an ada empat metode
yaitu:
a. Metode Tahliliy (Analisis)
Yang dimaksud dengan Metode Tahliliy (Analisis) ialah menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur’an dengan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-
ayat yang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup di
dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufasir yang menafsirkan
ayat-ayat tersebut.
Kalau kita lihat dari bentuk tinjauan dan kandungan informasi yang
terdapat dalam tafsir tahliliy yang jumlah sangat banyak, dapat dikemukakan
bahwa paling tidak ada tujuh bentuk tafsir, yaitu : Al-Tafsir bi al-Ma’tsur, Al-
Tafsir bi al-Ra’yi, Al-Tafsir al-Fiqhi, Al-Tafsir al-Shufi, At-Tafsir al-Ilmi, dan Al-
Tafsir al-Adabi al-Ijtima’i.
Sebagai contoh penafsiran metode tahliliy yang menggunakan bentuk Al-Tafsir bi
al-Ma’tsur (Penafsiran ayat dengan ayat lain), misalnya : kata-kata al-muttaqin
(orang-
orang bertakwa) dalam ayat 1 surat al-Baqarah dijabarkan ayat-ayat sesudahnya
(ayat-ayat 3-5) yang menyatakan :
“Yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan salat, dan
menafkahkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka, dan mereka yang
beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya
(kehidupan) akherat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya,
dan mereka orang-orang yang beruntung.”
Ciri-ciri Metode Tahlili:
19 | P a g e
Pola penafsiran yang diterapkan para penafsir yang menggunakan metode
tahlili terlihat jelas bahwa mereka berusaha menjelaskan makna yang terkandung
di dalam ayat-ayat Al-Qur’an secara komprehenshif dan menyeluruh, baik yang
berbentuk al-ma’tsur, maupun al-ra’y, sebagaimana. Dalam penafsiran tersebut,
Al-Qur’an ditafsirkan ayat demi ayat dan surat demi surat secara berurutan, serta
tak ketinggalan menerangkan asbab al-nuzuldari ayat-ayat yang ditafsirkan.
b. Metode Ijmali (Global)
Yang dimaksud dengan metode al-Tafsir al-Ijmali (global) ialah suatu metoda
tafsir yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna
global.Pengertian tersebut menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an secara ringkas tapi
mencakup dengan bahasa yang populer, mudah dimengerti dan enak dibaca.
Sistematika penulisannya menurut susunan ayat-ayat di dalam mushhaf. Di
samping itu penyajiannya tidak terlalu jauh dari gaya bahasa AL-Qur’an sehingga
pendengar dan pembacanya seakan-akan masih tetap mendengar Al-Qur’an
padahal yang didengarnya itu tafsirnya.Kitab tafsir yang tergolong dalam metode
ijmali (global) antara lain : Kitab Tafsir Al-Qur’an al-Karimkarangan Muhammad
Farid Wajdi, al-Tafsir al-Wasith terbitan Majma’ al-Buhuts al-Islamiyyat, dan
Tafsir al-Jalalain, serta Taj al-Tafasir karangan Muhammad ‘Utsman al-Mirghani.
Ciri-ciri Metode Ijmali:
Dalam metode ijmali seorang mufasir langsung menafsirkan Al-Qur’an
dari awal sampai akhir tanpa perbandingan dan penetapan judul. Pola serupa ini
tak jauh berbeda dengan metode alalitis, namun uraian di dalam Metode Analitis
lebih rinci daripada di dalam metode global sehingga mufasir lebih banyak dapat
mengemukakan pendapat dan ide-idenya. Sebaliknya di dalam metode global,
tidak ada ruang bagi mufasir untuk mengemukakan pendapat serupa itu. Itulah
sebabnya kitab-kitab Tafsir Ijmali seperti disebutkan di atas tidak memberikan
penafsiran secara rinci, tapi ringkas dan umum sehingga seakan-akan kita masih
membaca Al-Qur’an padahal yang dibaca tersebut adalah tafsirnya; namun pada
ayat-ayat tertentu diberikan juga penafsiran yang agak luas, tapi tidak sampai pada
wilayah tafsir analitis.
c. Metode Muqarin (Komparatif)
20 | P a g e
Pengertian metode muqarin (komparatif) dapat dirangkum sebagai berikut.
a) Membandingkan teks (nash) ayat-ayat Al-Qur’an yang memiliki persamaan
atau kemiripan redaksi dalam dua kasus atau lebih, dan atau memiliki redaksi
yang berbeda bagi satu kasus yang sama.
b) Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan Hadits Nabi SAW, yang pada
lahirnya terlihat bertentangan.
c) Membandingkan berbagai pendapat ulama’ tafsir dalam menafsirkan Al-
Qur’an.
Jadi dilihat dari pengertian tersebut dapat dikelompokkan 3 objek kajian tafsir,
yaitu :
Membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain;
Mufasir membandingkan ayat Al-Qur’an dengan ayat lain, yaitu ayat-ayat yang
memiliki persamaan redaksi dalam dua atau lebih masalah atau kasus yang
berbeda; atau ayat-ayat yang memiliki redaksi berbeda dalam masalah atau kasus
yang (diduga) sama. Al-Zarkasyi mengemukakan delapan macam variasi redaksi
ayat-ayat Al-Qur’an sebagai berikut
Perbedaan tata letak kata dalam kalimat, seperti :
قإلنهدیاللههوالهدی“Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk”
(QS : al-Baqarah : 120)
قإلنالهدیهدیالله“Katakanlah : Sesungguhnya petunjuk (yang harus diikuti) ialah petunjuk Allah”
(QS : al-An’am : 71)
Perbedaan dan penambahan huruf, seperti :
سواءعليهمأأنذرتهمأملمتنذرهماليؤمنون“Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah
kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman”
(QS : al-Baqarah : 6)
وسواءعليهمأأنذرتهمأملمتنذرهماليؤمنون
21 | P a g e
“Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah
tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman” (QS :
Yasin: 10)
Penawalan dan pengakhiran, seperti :
يتلوعليهمايتكويعلمهمالكتبوالحكمةويزكيهم“…yang membaca kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah serta mensucikan mereka” (QS. Al-
Baqarah :129)
يتلوعليهمايتهويزكيهمويعلمهمالكتبوالحكمة__________“…yang membaca ayat-ayatNya kepada mereka, mensucikan mereka,
dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur’an) dan al-Hikmah” (QS. Al-
Jumu’ah : 2)
Perbedaan nakirah (indefinite noun) dan ma’rifah (definte noun), seperti :
فاستعذبااللهإنههوالسميعالعليم“…mohonkanlah perlindungan kepada Allah.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.
Fushshilat : 36)
فاستعذبااللهإنهسميعالعليم“…mohonkanlah perlindungan kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf :
200)
Perbedaan bentuk jamak dan tunggal, seperti :
لنتمسناالنارإالأيامامعددة“…Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali
selama beberapa hari saja.” (QS. Al-Baqarah : 80)
لنتمسناالنارإالأيامامعددات“…Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka,
kecuali selama beberapa hari yang dapat dihitung.” (QS. Ali-Imran : 24)
Perbedaan penggunaan huruf kata depan, seperti :
وإذقلناادخلواهذهالقريةفكلوا
22 | P a g e
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman : Masuklah kamu ke negeri ini, dan
makanlah …” (QS. Al-Baqarah : 58)
وإذقيللهماسكنواهذهالقريةوكلوا“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman : Masuklah kamu ke negeri ini, dan
makanlah …” (QS. Al-A’raf : 161)
Perbedaan penggunaan kosa kata, seperti :
قالوابلنتبعماألفيناعليهأبإنا“Mereka berkata : Tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
(alfayna) dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (QS. Al-Baqarah : 170)
قالوابلنتبعماوجدناعليهأبإنا“Mereka berkata : Tidak, tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati
(wajadna) dari (perbuatan) nenek moyang kami.” (QS. Luqman : 21)
Perbedaan penggunaan idgham (memasukkan satu huruf ke huruf lain), seperti :
ذلكبأنهمشاقوااللهورسولهومنيشاقاللهفإناللهشديدالعقاب“Yang demikian ini adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan
Rasulnya, barang siapa menentang (yusyaqq) Allah, maka sesungguhnya Allah
sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr : 4)
ذلكبأنهمشاقوااللهورسولهومنيشاقاللهورسولهفإناللهشديدالعقاب“Yang demikian ini adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan
Rasulnya. Barang siapa menentang (yusyaqiq) Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr : 4)
Dalam mengadakan perbandingan antara ayat-ayat yang berbeda redaksi tersebut
di atas, ditempuh beberapa langkah :
a. menginventa-risasi ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki redaksi yang berbeda
dalam kasus yang sama atau yang sama dalam kasus berbeda
b. Mengelompokkan ayat-ayat itu berdasarkan persamaan dan perbedaan
redaksinya
c. Meneliti setiap kelompok ayat tersebut dan menghubungkannya dengan kasus-
kasus yang dibicarakan ayat bersangkutan, dan (4) Melakukan perbandingan.
Membandingkan ayat dengan Hadits;
23 | P a g e
Mufasir membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan hadits Nabi saw yang
terkesan bertentangan. Dan mufasir berusaha untuk menemukan kompromi antara
keduanya. Contoh perbedaan antara ayat al-Qur’an surat al-Nahl/16 : 32 dengan
hadits riwayat Tirmidzi dibawah ini :
ادخلواالجنةبماكنتمتعملون“Masuklah kamu ke dalam surga disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (QS.
Al-Nahl : 32)
رواهالترمذی ﴿لنيدخألحدكمالجنةيعمله ﴾“Tidak akan masuk seorang pun diantara kamu ke dalam surga disebabkan
perbuatannya” (HR. Tirmidzi)
Antara ayat al-Qur’an dan hadits tersebut di atas terkesan ada pertentangan. Untuk
menghilangkan pertentangan itu, al-Zarkasyi mengajukan dua cara :
Pertama, dengan menganut pengertian harfiah hadits, yaitu bahwa orang-orang
tidak masuk surga karena amal perbuatannya, tetapi karena ampunan dan rahmat
Tuhan. Akan tetapi, ayat di atas tidak disalahkan, karena menurutnya, amal
perbuatan manusia menentukan peringkat surga yang akan dimasukinya. Dengan
kata lain, posisi seseorang di dalam surga ditentukan amal perbuatannya.
Pengertian ini sejalan dengan hadits lain, yaitu :
الترمذی ﴿إنأهاللجنةإذادخلوهانزلوافيهابفضلعملهم ﴾“Sesungguhnya ahli surga itu, apabila memasukinya, mereka mendapat posisi di
dalamnya berdasarkan keutamaan perbuatannya”. (HR. Tirmidzi)
Kedua, dengan menyatakan bahwa huruf ba’ pada ayat di atas berbeda
konotasinya dengan yang ada pada hadits tersebut. Pada ayat berarti imbalan,
sedangkan pada hadits berarti sebab.
Membandingkan pendapat para mufasir.
Mufasir membandingkan penafsiran ulama tafsir, baik ulama salaf maupun ulama
khalaf, dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, baik yang bersifat manqul (al-
tafsir al-ma’tsur) maupun yang bersifat ra’yu(al-tafsir bi al-ra’yi).
Manfaat yang dapat diambil dari metode tafsir ini adalah :
a. membuktikan ketelitian al-Qur’an
b. membuktikan bahwa tidak ada ayat-ayat al-Qur’an yang kontradiktif
24 | P a g e
c. memperjelas makna ayat
d. tidak menggugurkan suatu hadits yang berkualitas sahih.
Sedang dalam hal perbedaan penafsiran mufasir yang satu dengan yang yang lain,
mufasir berusaha mencari, menggali, menemukan, dan mencari titik temu di
antara perbedaan-perbedaan itu apabila mungkin, dan mentarjih salah satu
pendapat setelah membahas kualitas argumentasi masing-masing.
Ciri-ciri Metode Muqarin:
Perbandingan adalah ciri utama bagi Metode Komparatif. Disini letak
salah satu perbedaan yang prinsipil antara metode ini dengan metode-metode lain.
Hal ini disebabkan karena yang dijadikan bahan dalam memperbandingkan ayat
dengan ayat atau ayat dengan hadits, adalah pendapat para ulama tersebut dan
bahkan dalam aspek yang ketiga. Oleh sebab itu jika suatu penafsiran dilakukan
tanpa membandingkan berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tafsir,
maka pola semacam itu tidak dapat disebut “metode muqarrin”.
5. Metode Mawdhu’iy (Tematik)
Yang dimaksud dengan metode mawdhu’iy ialah membahas ayat-ayat Al-Quran
sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Semua ayat yang berkaitan,
dihimpun. Kemudian dikahi secara mendalam dan tuntas dari berbagai aspek yang terkait
dengannya seperti asbab al-nuzul, kosa kata dan sebagainya. Semuanya dijelaskan secara
rinci dan tuntas, serta didukung oleh dalil-dalil atau fakta yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah baik argumen itu berasal dari Al-Qur’an dan
Hadits, maupun pemikiran rasional.
Ciri-ciri Metode Mawdhu’iyYang menjadi ciri utama metode ini ialah
menonjolkan tema, judul atau topik pembahasan sehingga tidak salah bila di katakan
bahwa metode ini juga disebut metode “topikal”. Jadi mufasir mencari tema-tema atau
topik-topik yang ada si tengah masyarakat atau berasal dari Al-Qur’an itu sendiri, ataupun
dari yang lain. Kemudian tema-tema yang sudah dipilih itu dikaji secara tuntas dan
menyeluruh dari berbagai aspek, sesuai dengan kapasitas atau petunjuk yang termuat di
dalam ayat-ayat yang ditafsirkan tersebut. Artinya penafsiran yang diberikan tak boleh
25 | P a g e
jauh dari pemahaman ayat-ayat Al-Qur’an, agar tidak terkesan penafsiran tersebut
berangkat dari pemikiran atau terkaan belaka (al-Ra’y al-Mahdh).
Sementara itu Prof. Dr. Abdul Hay Al-Farmawy seorang guru besar pada Fakultas
Ushuluddin Al-Azhar, dalam bukunya Al-Bidayah fi Al-Tafsir Al-Mawdhu’i
mengemukakan secara rinci langkah-langkah yang hendak ditempuh untuk menerapkan
metode mawdhu’i. Langkah-langkah tersebut adalah :
a. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik)
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut
c. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan
tentang asbab al-nuzulny
d. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam surahnya masing-masing
e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna (out-line)
f. Melengkapi pembahasan dengan hadits-hadits yang relevan dengan pokok
bahasan
g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun
ayat-ayatnya yang mempunyai pengertian yang sama, atau mengkompromikan
antara yang ‘am (umum) dan yang khas (khusus), mutlak danmuqayyad (terikat),
atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga kesemuanya bertemu dalam satu
muara, tanpa perdebatan atau pemaksaan.
6. Apakah nabi sudah menafsirkan seluruh ayat Al-Qur’an:
a. Menurut ibnu Taimiyah yang menyatakan bahwa nabi telah menafsirkan seluruh
ayat,dalam firman Allah QS.An Nahl:44
b. Pendapat Al-Khubi menyatakan bahwa Rasulullah hanya menfsirkan sebagian
kecil saja.sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh Al-Bazzaz dari Aisyah
“Rosulullah SAW tidak menafsirkan sedikitpun dari Al-Qur’an kecuali hanya
sedikit ayat saja yang penjelasannya diajarkan jibril”
7. suatu teori untuk menafsirkan Al-Qur’an :studi atas penafsiran Al-Maududi
26 | P a g e
a. Tahap persiapan
Penafsiran Al-Qur’an diarahkan pada kesiapan mental,mongosongkan fikiran dari
segala faktor-faktor yang diperkirakan mewarnai pikiran untuk mengambil
kesimpulan dan akan mendorong seseorang secara subjektif dalam pengambilan
kesimpula maka tahap persiapan harus benar-benar diperhahatikan sebelum terjun
langsung berhadapan dalam penafsiran
b. Tahap penafsiran
Mengumpulkan ayat-ayat yang berhubungan dengan persoalan yang akan
diteliti ,bila data-data telah terkumpul maka baru memulai melakukan
penyelidikan Al-Qur’an
c. Tahap pelaksanaan
Memahami dan Menerapkan ajaran-ajaran Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari
8. Tafsir Al-Qur’an :antara pendekatan Naql dan Akal
a. Pendekatan Naql
Menggunakan riwayat berupapa atsar yaitu Al-Qur’an ,Tafsir Nabi, komentar
sahabat,dan penjelas para tabi’in
Kelemahan pendekatan ini:
1) Banyak riwayat yang disisipkan oleh musuh-musuh kaum muslim
2) Bercampurnya riwayat sahih dengan riwayat tidak sahih
3) Masuknya israiliyat(gagasan –gagasan kaum yahudi dan nasrani)ke dalam
tafsir
4) Fanatisme manzab
b. Pendekatan Akal
Menafsir Al-Quran dengan perangkat ijtihad yang mana akal menjadi sumber
utama.pendekatan akal dibagi menjadi 2 yaitu mahmudah (terpuji) dan
mazmumah(tercela).
Dikategorikan mahmudah apabila:
1) Benar-benar menguasai bahasa Arab da seluk beluknya
27 | P a g e
2) Mengetahui asbabun nuzu, nasukh –mansukh, ilmu qira’at, dan syarat-
syarat keilmuan lainnya.
3) Tidak menginterprestasikan hal-hal yang merupakan otoritas Tuhan untuk
mengetahuinya
4) Tidak menafsirkan karna untuk aliran tertentu
5) Tidak menganggap bahwa tafsirnya yang paling benar
9. Sekilas tentang tafsir-tafsir bi Al-Ma’tsur dan bi Ar-Rayi
a. Tafsir Bi Al-Matsur
Ada empat sumber otoritasnya yaitu:
1) Al-Qur’an sendiri yang dipandang merupakan tafsir yang terbaik
2) Hadist Nabi digunakan sebagai penjelas\
3) Para sahabat dipandang sebagai orang yang banyak mengetahui Al-Qur’an
4) Penjelasan Tabi’in yang dianggap bertemu langsung dengan sahabat
b. Tafsir Bi Ar-Rayi
Husen Adz-Dzahabi mendifinisikan tafsir ini penjelasannya diambil dari ijtihad
dan pemikiran para muffasir setelah ia mengetahui bahasa arab dan
metodenya,dalil hokum yang ditunjukan,problema penafsiran, Nasikh –
mansukh,asbabun nuzul.kemunculan tafsir ini dipicu karena interaksi umat islam
dengan peradapan yunani yang banyak menggunakan akal.tafsir ini dapat diterima
jika menghindari:
1) Memaksa diri untuk mengetahui maksut dari ayat teti tidak memenuhi
syarat
2) Memcoba menafsirkan ayat-ayat yang maknanya hanya diketahui oleh
Allah
3) Menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan nafsu dan sikap ihtisan
(menilai bahwa sesuatu itu baik menurut presepsinya)
4) Fanatisme terhadap manzab
10. Penyimpangan terhadap Al-Qur’an
Dapat dibagi menjadi 6 yaitu
a. Penyimpangan dalam tafsir Historis
28 | P a g e
Masuknya israiliyat yakni legenda-legenda tentang yahudi dan nasrani yang
masuk ke dalam tafsir
b. Penyimpangan dalam tafsir Teologi
Mendistori ayat dengan maksud penyesuain terhahap manzab yang dianutnya
c. Penyimpangan dalam tafsir sufi
Memaksakan menyelaraskan ayat-ayat Al-Qur’an dengan dokrin Tasawuf
d. Penyimpangan dalam tafsir Linguistik
Kesalahan pemaham terhadap makna dan konjungsi (tasrif)nya
e. Penyimpangan dalam tafsir Ilmi
Keliru dalamm pemberlakuan Al-qur’an dan menyamakannya dengan buku ilmu
pengetahuan dan mencocok-cocokan dengan istilah –istilah Al-Qur’an
f. Penyimpangan dalam taafsir Modern
Al-Qur’an dijadikan sebagai justifikasi bagi isu-isu modern yang nota bene
muncul dari luar islam.
11. Tafsir abadi Ijtima’I :mendekatkan Al-Qur’an dengan masyarakat
Upaya membumikan Al-Qur’an dengan cara ayat-ayat tersebut dijelaskan dengan hokum-
hukum alam yang berlaku dalam masyarakat
Unsur pokok tafsir Ijtima’I :
a. Menguraikan ketelitian redaksi ayat-ayat Al-Qur’an
b. Menguraikan makna dan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dengan susunan kata
yang indah
c. Aksentuasi yang meninjolkan tujuan utama di uraikan Al-Qur’an
d. Penafsirann ayat sunatullah yang berkaitan dengan masyarakat
Prinsip-prinsip pokok ijtima’I dalam ttafsir Abduh dan Rida:
a. Menganggap setiap surat dalam Al-Qur’an membentuk satu kesatuan
b. Al-Qur’an bersifat umum,reprentatif,dan berkelanjutan sampai hari kiamat
c. Al-Qur’an merupakan sumber utama bagi akidah umat islam
d. Memrangi tklid dan membuka seluas-luasnya pintu ijtihad
e. Berpegang pada akal utuk memahami Al-Qur’an
f. Berhati-hati dalam tafsir Ma’tsur dan menolak secara tegas israiliyat
29 | P a g e
Pebedaan titik pijkan :Ijtima’idimulai dari persoalan –persoalan masyarakat kemudian
dihadapkan pada teks-teks Al-Qur’an
12. Syiah Ismailiyah dan al-Qur’an :study atas penafsiran
Shiyah Ismailiyah menurut Adz DZahabi disebut dengan kelompok batiniah manafsirkan
Al-Qur’an dengan menggunakan takwil (alegoris) utuk mengungkapkan makna tersirat
dalam ayat,kelompok ini tidak menggunakan aturan-aturan seperti mufassir
mayoritas.kayakinan penafsiran mereka merupakan cerminan dari keyakinan yang mirip
falsafah plato,mereka mengingkari muzizat para rosul mereka juga tidak mengakui
turunnya wahyu Allah dari langit,mengingkari Adam,Dajjal, ya’jud dan Ma’juj.mereka
banyak membiaskan kandungan –kandungan ayat Al-Qur’an dengan potitik.
Penafsiran ini dapat membawa dampak negative yaitu:
a. Mereka tidak mengakui zahir ayat,jika ini dibiarkan akan terjadi penyimpangan-
penyimpanngan Al-Qur’an
b. Tidak mengakui konsep syariat yang jelas
13. Tafsir Al-Qur’an: Antara Eksoterisme dan Esoterisme
Pendekatan kedua ini menitikberatkan penjelasan isyarat atau pesan batin secara implikasi
terkandung dibaliik literal dan lahir trks-teks Al-Qur’an.produk tafsir yang dihasilkan
bersifat simbolik,karya-karya tafsir ini dituliskan oleh ulama-ulama sufi,dan
syiahismiliyah .hubungan antara pendekatann kedua ini adalah bagaikan hungna pinyu
dengan rumah sebelum kita masuk rumah kita harus melewati pintu demikian dengan
penafsiraan ini sebelum beranjak pada penafsiran etoterisme harus melalui penafsiran
eksoterisme keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan jika digabungkan
keduanya dapat menyampaikan pesan-pesan Al-Qur’an sebenarnya.
14. Tafsir dengan kecenderungan fisafat studi atas penafsiran Al-Farabi dan ikhwanus shafa
a. Al-Farabi dan tafsir Al-Qur’an
Ada 2 kesulitan untuk melacak metode ini dikarenakan:
1) Tidak memiliki tafsir yang khusus dan terpisah dari kajian filsafatnya
2) Sedikitnya sumber
Para filosof memiliki sumber yang sama yaitu Al-Qur’an dan Sunnahkarena
mereka sering mencocokkan makna-makna teks Al-Qur’an dengan filsafat
b. ikhwanus shafa dan tafsir Al-Qur’an
30 | P a g e
ikhwanus shafa(persaudaraan kemurnian) merupakan sebuah kelompok filosof
dan ensiklopedis yang hidup sekitar pertengahan abad 10.pemikiran-pemikiran
yang rasionalistik mampu menggabungkannya dengan kelompok Mu’tazilah
dalam penafsiran Al-Qur’an mereka beraliran simbolik.
Kritikan Adz-Dzahabi bagi penafsiran Al-Farabi dan ikhwanus shafa:
1) mufassir yang bersangkutan meyakini kebenaran salah satu tanpa melihat
petunjuk dan penjelasan yang terkandung dalam lafal Al-Qur’an
2) kecenderungan mufassir untukk semata-mata memperhatikan makna dan lafal Al-
Qur’an yang dapat difahami oleh penutur bahasa Arab
15. prinsip-prinsip penafsiran simbolik di kalangan syiah Immamiyah
tafsir simbolik merupakan tradisi penafsiran yang mengakarkan politik.tafsir
simbolik diyakini tokoh-tokoh syiah sebagai produk penafsiran yang kemunculan nya
tidak hanya didukung para imam tetapi juga oleh isyarat-isyarat Al-qur’an .penolakan
terhadap salah satu maka dinamkan kufur.
Tafsir simbolik yaitu produk penafsiran yang dihasilkan melalui penelahan makna
batin teks.tokoh tokoh syiah mengemukakan argument-argumen dengan mengunakan
argumentasi yang bersifat Naqliah maupun aqliah .dalam urgensi penakwilannya
mengemukakan sejumlah penakwilan yang dipijakkan pada bilangan bilangan yang
tercermin pada fenomena alam.
Salah satu ayat yang dikuutip tokoh-tokoh imamiyyah untuk menjelaskan paparan
QS.Fushillah:53 sesuai dengan pemahamam terhadap ayat ini ,meraka mengambil titik
tolak utk mengantakan bahwa pemeliharaan yang diberikan Allah telah menghindarkan
dari jurang-jurang kesalahan dan kekeliruan juga sebagai qanum (undang-undang) yang
dijadikan tempat berhukum dalam setiap persoalan keagaman maupun intelektual dari
ayat ini memunculkan kata kunci mitsal(contoh) dan matsul(yang di contohi) ,atau takwil
terhadap konsep yang ditegakkan atas asas perpadanan masalah keagamaan dengan
pewujutan alam semesta
16. Bersama imam Al-Gazali tentang menafsirkan Al-Qur’an
Al-Gazali menggunakan 2 pendekatan yaitu pendekatan teologi Asy’ariyah dan
pendekatn suristik dengan pendekatan pertama ia berpendapat makna lahirnya Al-Qur’an
harus diyakini seperti yang dimaksud oleh Allah ,dengan pendapat sufistiknya Alqur’an
31 | P a g e
memiliki makna batin tersembunyi dan dapat diakses bagi mereka yang berjiwa
suci.pandangan Al-Gazali tentang makna batin Al-Qur’an didukung oleh para musaffir
seperti Ibnu An-Naqib,Ibnu Sab,Abu Thalib,dan Sayyid Taj Ad-Din Bin Atha Allah.
Teori penafsirannya dengan nalar semakin memberi peluang bagi nalar untuk
lebih banyak dalam merambah kandungan Al-qur’an dipersempit dengan keharusan
merajuk dalil dalil naqli saja.
17. Metode penafsiran Linguistik(lunghawi)
Dalam penafsiran metode ini para mufassir mendekati dan menafsir Al-qur’an dari segi
bahasanya.
Keistimewaan tafsir :
a. Menekankan pentingnya dalam memahami Al-Qur’an
b. Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika menyampaikan pesan pesan
c. Mengikat musaffir dalam teks ayat-ayat
Kelemahan tafsir:
a. Terjerumusnya musafir dalam uraian kebahasaan yang bertele-tele
b. Konteks turunnya ayat turun bukan hanya satu masa
18. Membumikan Al-qur’an versi tafsir Al-Mannar
Beberapa prinsip penafsiran Al-Mannar:
a. Penggunaan akal secara luas
b. Ayat-ayat yang ditafsirkan selalu dihubungkan dengan keadaan masyarakat dalam
usaha mendorong ke arah kemajuan dan pembangunan
Tafsir ini memberi tujuan utama dari kehadiran Al-Qur’an yakni sebagai petunjuk
serta jalan keluar bagi problematika umat islam
19. Mengenal lebih dekat tafsir Al-Munir karya An-Nawawi Al-Banteni
Tafsir Al-Munir pertama kali ditulis oleh An-Nawawit tahun 1860 dan selesai pada hari
jumat.dalam mukadimahtafsirnya disebutkan bahwa penulisan kitab ini didasarkan ats
permintaan sekelompok terhormat ,metode yang digunakan dalam penafsiran ini
menafsirkan ayat-demi ayat sesui dengan susunan mushafnya(tahlili),corak yang
digunakan yaitu penalaran bi’ira’yi walaupun ia ragu terjerumus dalam corakk tafsir Bi
ar-ra’yimeskipun diterima tetapi persyaratannya sangat bera tmungkin menghalangi untuk
memakainya.ketidak adaan pengaruh abduh terhadap tafsir Al-Munir hanya dapat
32 | P a g e
dijadikan bukti ketidakadaan pengaruh tafsir pemikiran modern terhadapnya dan belun
dapat dijadikan bukti ketidakadanya pengaruh tradisional.
20. Memahami Al-Qur’an dengan Hadist pendekatan konstektual
Langkah-langkah pendekatan konstektual:
a. Memahami hadist Nabi dalam konteksnya serta memproyeksikannya pada situasi
masa kini
b. Membawa fenomena social ke dalam naungan tujuan Al-Qur’an dan Hadis Nabi
Dengan memahi secaraa konstektual (kita dapat menarik kesimpulan pada tekstual
saja ,melainkan pesan yang terkandung lebih esensial dan fungsional.yakni melihat dari
segi melihat dan mendekati suatu gagasan ,fenomena yang tak lepas dari konteks waktu,
tempat,budaya ,kelompok,dan sebab turunnya ayat.
Hasil kerja pendekatan kontektual :
a. Larangan penulisan hadist pada awal-awal dikarenakan kekawatiran apabila
tercampur dengan ayat Al-Qur’an
b. Penulisan hadist dilakukan secara khusus bagi orang-orang yang memiliki
keahlian untuk menuliskan hadist
c. Larangan penulisan dikarenakan hafalan pada masa itu sangat kuat sedangkan
peerizinannya dilakukan pada orang yang tidak kuat hafalannya
21. Sorotan di sekitar diskusus tafsir modern
Para musafir modern diwarnai oleh usaha-usaha untuk mengebumikan Al-Qur’an di
tengah tengah kehidupan umat.mereka ingin membuktikan bahwa al-Qur’an dapat
berkembang seiring perkembangan zaman.
a. melalui tafsir ilmi mereka mengklaim bahwa Al-Qur’an tidak bertentangan dengan
dengan penemuan-penemuan ilmiah.
b. melalui tafsir filosofi mereka mencoba membedah keuniversalan Al-Qur’an dengan
menganalisa sistematisnya
c. melaui tafsir Adabi Ijtima’I mereka membuktikan bahwa Al-Qur’an menjawab
persoalan –persolan manusia
22. Menimbang ,Hermeneutik sebagai alat untuk menafsirkan Al-Qur’an
Teks Al-Qur’an memili 2 dimensi sacral (teks Al-Qur’an tidak diperkenankan
diubah-ubah),dan profan(meskipun Al-Qur’an dengan bahasa arab bersifat
33 | P a g e
arbiter(kesepakan social).pendekatan Hermeneutik dipertemukan dengan kajian teks Al-
Qur’an persolan dan tema yang dihadapi adalah bagaiman teks Al-Qur’an hadi di tengah-
tengah masyarakat lalu dipahami ,ditafsirkan ,diterjemahkan ,dan dianalogi dalam rangka
menafsirkan realitas atau bagaimana Al-Qur’an itu bicara pad agenerasi yang akan datang
yang mempunyai corak hidup dan kultur yang berbeda.
Dalam tataran operatif paradigma hemeneutik ini telah diterapakan oleh kuntowijoyo
dalam lima program reinterprestasinya:
a. Perlunya dikembangkan penafsiran social struktulral lebih daripada penafsiran
individual ketika memahami ketentuan-ketentuan dalam Al-qur’an
b. Mengubah cara bepikir subjektif menjadi objektif
c. Mengubah ilsam yang normative mmenjadi teorotis
d. Mengubah pemahaman yang ahistoris
e. Merumuskan formulasi wahyu bersifat umummenjadi formulasi yang spesifik dan
empiris
23. Rekoonstuksi tafsir klasis upaya menemukan Weltanschaung al-Qur’an
Pemetaan usaha dan signifikan Rekonsttruksi tafsir
Ada 2 alasan:
a. Sebagian besar tafsir merupakan sebuah refleksi konkret manusia untuk
membedah korpus ilahiyah(al-Qur’an).
b. Dalam pergulatan dengan teks Al-qur’an mufassir bertolak belakang dari setting
sosio-kultural dan psiko antopologis
Ciri tafsir modern menurut Andew Rippin:
a. Merasionalisasikan dokrin-dokrin yang ditemukan dalam atau dijustifikasikan
dengan merujuk Al-Qur’an
b. Membersihkan penafsiran Al-Qur’an dari gagasan –gagasan primitive ,cerita
yang kelewatan fantastis,imajinasi yang tidak mendasar
c. Dilakukan lebih moderat dalam penafsiran Al-qur’an
24. Revisi terjemahan Al-Qur’an Versi depag RI memungkinkan dilakukan?
bukan memyangkut ketidakmungkinan dilakukan revisi terhadap terjemahan Al-
Qur’an sebab pada organisasi semacam NU banyak ulama yang sangat memungkinkan
untuk melakukan pekerjaan itu. Tetapi lebih signifikan lagi bagimana dampak proyek itu
34 | P a g e
sendiri mengacam kesatuan umat atau membingungkan umat apabila banyaknya
terjemahan dari berbagai versi.
BAB III Samudra Tafsir Al-Qur’an
1. Betulkah nabi Muhammad tidak bias membaca dan menulis?
Firman Allah dalam QS.Al_Araf:157
……..
Pengerian ummi:
a. Tidak dapat membaca dan menulis
b. Tidak memiliki kitab suci
c. Mengingkari kebenaran rosul dan kitab yang dibawa
d. Tidak akap menulis
Keummian Nabi muhamad benar nabi tidak dapat membaca dan menulis (buta huruf)
namun ini sebagai muzizat tanda kerosulannnya sekaligur meyakinkan bahwa Al-
Qur’an berasal dari Tuhan tanpa penambahan sedikit pun oleh nabi.
2. Qurban dalam perspektif Al-Qur’an
Firman Allah QS Al-Hajj:34
Qurban berawal dari kisan kedua anak adam yaitu Qabil dan Habil,dan kisah NAbi
Ibrahim .sekarang qurban dilaksanakan pada hari raya Idhul Adha dalam rangka
35 | P a g e
mendekatkan diri kepada Allah yang dilaksanakan pada tanggal 11,12,13 bulan
dzulhijah .hewan Qurban antara lain unta,Sapi dan kambing
3. Bercermin Al-Qur’an :islam tidak disebarkan dengan kekerasan
Agama islam mempersilahka untuk memilh agamanya sendiri tanpa ada paksaan bagi
penganutnya seperti dalm firman Allah QS Kafirun:5
4. Ucapan yang memasukkan muslim ke surga
Firman Allah QS.Al-Kahfi:110
Ucapan tahlil “La ilahailallah’ yang dilaflkan seseorang menjelang matinya akan
menjamin diirinya masuk surga,bila telah memenuhi kewajiban sebagai seorang
mukmin melakukan amal shaleh,
5. Karena Al-Qur’an islam pernah menjadi adikuasa di dunia
Abad xv H sering dijadikan momentum kebangkitan umat islam ,islam lahir di
bizantium sebagai adikuasa Negara pada saat islam memegang kekuatan politik di
Madinah .faktor-faktor yang menjadikan islam menjadi Adikuasa di dunia:
a. Ajaran islam
Berhasil membentuk patriot-patriot islam beriman tebal dan gigih
menyebarkan ajaran islam keseluruh pelosok dunia dan islam mempunyai
kelas social,terutama dimasyarakat dikalangan budak yang hidup dibawah
kesewenang-wenangan raja mereka
b. Militerisme arab
36 | P a g e
Semangat militerisme arab dalam membentuk pernjararah dan peprangan
kabilah mendapat muatan religious setelah islam datang,tidak hanya
menghapus kebiasaan Arab dengan perubahan operasional terlebih dahulu
kemudian jihad di jalan Allah tetapi sasaran penjarahan semakin menyempit
c. Perlengkapan perang
Watak militerisme yang tertanam yang dikemas dengan semangat
islam ,sarana perlengkpan perang yang lengkap ,pembentukan armada laut,
system komunikasi yang kuat
d. Dorongan ekonomi
Mengelola lahan dan tanahnya,kekayaan yang diperoleh dari rampasan perang,
perluasan wilayah, dan memiliki daerah-daerah yang subur
e. Kelemahan Persia dan bizantium
Karna terjadi perebutan kekuasaan dalam pemerintahan perzia ,dan semakin
lemahnya karena terjadi perang yang berkepanjangan
f. Kemunculan revolusi social di bizantium
Memaksakan aliran-aliran kepada rakyat yang diperintahkan ,dan
pemibebanan pajak yang tinggi,
g. Etnis
Bangsa sami di suria dan palestina serta bangsa Hami dimesir memandang
bangsa Arab lebih nekat dengan mereka daripada bangsa bizantium yang
memerintah mereka
6. Melacak tipe pemuda ideal dalam Al-Qur’an
Firman Allah QS Al-Kahfi:10
37 | P a g e
a. Pemuda dituntut mempunyai keteguhan iman yang diaktualisasikan dalam
sendi-sendi kehidupan
b. Pemuda Ashabul kahfi
c. Kesabaran
d. Last but no least ,pemuda dituntut reponsif dalam dinamika perkembangan
sosiokultural yang terus bergulir di hadapannya
38 | P a g e
KESIMPULAN
1. 17 ramadhan merupakan bulan istimewa dimana didalamnya terdapat sejarah turunnya
Al-Qur’an yang turun secara berangsur-angsur dengan berbagai kemujizatan ,alasan At-
Taubat tanpa basmalah dan bukti Al-Qur’an merupan wahyu Allah yang tidak ada yang
menandingi dan berbagai perumpamaan –perumpamaan dalam Al-Qur’an.
2. Ayat ayat makiyah (turus sebelum hijrah ke madinah)dan ayat madaniyah (urun setelah
nabi hijrah kemadinah).dan sebab turunnya Al-Qur’an.dan beberapa metode penafsiran
Al-Quran
3. Klarikasi bahwa nabi Muhammad adalah buta huruf dan penyebaran islam tidak
disebarkan dengan kekeraan ,ucapan yang menjadikan muslim ke surga,sejarah Al-
Qur’an menjadi adikuasa dunia dan mengetahui pemuda ideal menurut Al-Qur’an
39 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Referensi pokok: Anwar,Rosihon .2012.pengantar ulumul Qur’an.jogya:cv pustaka setia
Hundhari bik,1980.tarikh at-Tasyi,terj. Moh zuhri,rajamurah Al-Qonaah
https://iqbal1.wordpress.com/category/ilmu-tafsier-tafsier/page/2/19/04/2015/13:50
Subhi Ash-shalih1988,Mabahits fi ulum Al Qu‟an,dar Al Qolam li Al-Malayyin ,beriuthl
40 | P a g e