Web viewFungsi inti adalah menyalurkan arus dari bagian dalam ... tembus listrik pada isolator. Oleh...
Transcript of Web viewFungsi inti adalah menyalurkan arus dari bagian dalam ... tembus listrik pada isolator. Oleh...
BUSHING
1 Umum
Biasanya, untuk keamanan elektrik, konduktor tegangan tinggi dilalukan
menerobos suatu bidang yang dibumikan, melalui suatu lubang terbuka yang
dibuat sekecil mungkin dan biasanya membutuhkan suatu pengikat padu yang
disebut bushing.
2 Konstruksi Suatu Bushing
Konstruksi suatu bushing sederhana ditunjukkan pada gambar 3.1.
Bagian utama dari suatu bushing adalah inti atau konduktor, bahan dielektrik dan
flans yang terbuat dari logam. Fungsi inti adalah menyalurkan arus dari bagian
dalam peralatan ke terminal luar dan bekerja pada tegangan tinggi. Dengan
bantuan flans, isolator diikatkan pada badan peralatan yang dibumikan.
Bushing untuk tegangan AC sampai 30 kV dibuat dari porselen atau damar tuang;
untuk tegangan yang lebih tinggi, bahan isolasi yang lebih disukai adalah minyak
trafo, gulungan hardboard atau softpaper dan kombinasi dielektrik cair dan padat,
kemudian dibungkus dengan kerangka porselen.
Gambar 3.1 Konstruksi suatu bushing sederhana
Gambar 3.1 a memperlihatkan tekanan elektrik aksial Ea yang dapat
menimbulkan peluahan luncur pada permukaan isolator. Tekanan elektrik radial
Er dapat menimbulkan peluahan parsial pada rongga-rongga yang terdapat di
antara flans dengan bagian luar isolator dan di antara inti dengan bagian dalam
isolator. Untuk mencegah terjadinya peluahan ini, maka di antara isolator dengan
flans diberi lapisan konduktif dengan teknik penyemprotan; dan ujung lapisan
yang terbentuk ditekuk untuk mengurangi efek medan pinggir. Untuk mencegah
peluahan parsial pada ruang-ruang udara terbuka yang terdapat di antara inti
dengan bahan isolasi, maka di antara inti dengan isolator dibuat juga lapisan
konduktif atau mengusahakan inti berpadu dengan isolator. Misalnya dengan
membuat isolasi dari bahan damar tuang sehingga intinya melekat langsung
dengan dielektriknya, dengan demikian peluahan parsial pada ruang di antara inti
dengan isolator dapat dicegah. Masalah peluahan luncur dapat dapat juga diatasi
dengan mengurangi efek medan pinggir, yaitu dengan menekuk ujung elektroda
dan membuat elektroda melekat ke bahan isolasi. Kemudian dengan pemilihan
profil isolator yang tepat, maka kuat medan pada bidang miring yang berbatasan
dengan udara dapat dikurangi di bawah nilai yang diizinkan. Jika tegangan suatu
bushing porselen ditinggikan, maka pada harga suatu tegangan tertentu akan
terjadi peluahan parsial pada rongga-rongga udara yang terdapat di antara
elektroda dengan isolator; dan jika tegangan terus dinaikkan maka akhirnya akan
terjadi peristiwa lewat-denyar. Dengan perkataan lain, kejadian lewat denyar pada
busing porselen lebih dahulu diawali dengan kejadian peluahan parsial, karena
pada bushing ini tidak ditemukan rongga-rongga udara di antara elektroda dengan
isolator. Karena damar mudah dilekatkan ke metal dan dapat dicetak dalam
berbagai bentuk, maka jenis isolasi damar menawarkan berbagai kemungkinan
bentuk konstruksi.
Prinsip perataan distribusi tegangan pada awalnya tidak
mempertimbangkan jenis bahan isolasi, tetapi pada akhirnya hal itu harus
diperhatikan karena adanya hubungan tegangan awal peluahan pada pinggir
elektroda yang runcing dengan ketebalan bahan isolasi yang menyelubungi
elektroda tersebut. Jika tidak memakai tabir elektroda sebagai pengendalimedan
pinggir, maka harus dipilih bahan isolasi yang tipis.
2.1 Perataan Distribusi Tegangan Pada Suatu Bushing
Bushing untuk tegangan di atas 60 kV biasanya dilengkapi dengan
elektroda perata distribusi tegangan, yaitu elektroda tipis yang dipasang di antara
flans dengan inti (lihat gambar 3.1 b). Elektroda ini disebut elektroda perata atau
sering juga disebut elektroda pengantara (intermediate electrode). Penambahan
elektroda perata membuat diameter flans semakin besar. Untuk mengurangi
penambahan diameter bushing, maka bahan elektroda perata dibuat dari bahan
logam tipis (foil). Dengan adanya beberapa elektroda perata di antara inti dengan
flans, maka ada beberapa kapasitor yang terhubung seri di antara inti dengan flans
seperti ditunjukkan pada gambar 3.1 c. Dengan mengatur diameter dan panjang
elektroda perata, nilai kapasitansi dari setiap kapasitor dapat dibuat sama (C1=C2)
sehingga potensial pada bidang batas antara bahan isolasi dengan medium sekitar
menjadi sama rata. Hal ini mendorong perlunya dibuat pembagian kapasitansi
yang merata dengan halus, yang dalam prakteknya hanya dapat direalisasi jika
bahan isolasi terbuat dari gulungan pita tipis. Oleh karena itu, prinsip perata
tegangan hanya dapat digunakan jika bahan isolasi bushing terbuat dari hardboard
atau softpaper dan film plastik. Pada gambar 3.2, diperlihatkan efek elektroda
perata terhadap distribusi medan elektrik pada suatu bushing silindris.
Gambar 3.2 Efek Elektroda Perata Terhadap Distribusi Medan Listrik
Telah ditunjukkan pada gambar 3.1, bahwa tekanan elektrik yang dialami
oleh suatu bushing terdiri dari medan elektrik radial (Er) dan aksial (Ea). Tekanan
elektrik kritis terdapat pada bidang batas permukaan isolasi dengan media sekitar.
Komponen radial Er dari kuat medan listrik dapat menyebabkan tembusnya bahan
isolasi, sementara komponen aksial Ea pada keadaan tertentu dapat menyebabkan
peluahan luncur di sepanjang bidang batas. Kekuatan elektrik bahan isolasi
ditentukan oleh tegangan yang menimbulkan terjadinya lewat denyar pada bidang
batas, karena nilainya lebih rendah dari tegangan yang menimbulkan terjadinya
tembus listrik pada isolator. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tekanan
elektrik arah aksial jauh lebih kritis daripada tekanan elektrik arah radial.
2.2 Perhitungan Tegangan Awal Peluahan (Inception Voltage)
Tebal lapisan dielektrik di antara dua elektroda perata sangat kecil
dibandingkan dengan diameternya. Sehingga perhitungan tegangan awal peluahan
dapat dilakukan seperti halnya pada model kapasitor plat sejajar, di mana
tegangan awal peluahan parsial bolak-balik pada pinggir elektroda dapat dihitung
secara pendekatan, yaitu:
V e=kk ( sεr )
0,5(kV )
......................................................................3.1
Di mana s adalah tebal lapisan dielektrik dalam cm dan kk adalah factor
konfigurasi yang tergantung pada jenis elektroda dan dielektrik. Nilai kk dapat
diasumsikan seperti pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Faktor Konfigurasi Elektroda
Konfigurasi Kk
Pinggir / ujung logamDi udara 8
Dalam SF6 21
Pinggir metal atau grafit dalam minyak 30
Pinggir grafit di udara 12
2.3 Kapasitansi Satu Lapisan
Agar pemakaian isolasi optimal maka ukuran elektroda perata diatur
sedemikian sehingga beda tegangan pada setiap lapisan merata, yaitu sebesar:
ΔV =VN .......................................................................................3.2
Di mana ΔV adalah beda tegangan di antara dua elektroda perata yang berdekatan,
N adalah jumlah total lapisan.
Untuk memperoleh keadaan di atas, kapasitansi setiap kapasitoryang
dibentuk oleh dua elektroda yang berdekatan harus sama (C1=C2 atau Cn-1=Cn).
Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperoleh keadaan tersebut,
yaitu: mengatur tebal lapisan atau diameter elektroda, atau mengatur panjang
elektroda perata.
Ukuran elektroda perata suatu bushing dapat dihitung dengan bantuan
gambar 3.3, di mana ditunjukkan suatu lapisan dielektrik yang berada di antara
elektroda perata ke n dengan elektroda perata ke n-1. Lapisan dinomori mulai dari
titik pusat (n = 0) sampai ke pinggir flans (n = n).
Gambar 3.3 Simbol Ukuran Elektroda Perata
Misalkan tebal lapisan dielektrik adalah:
Sn=r n−rn−1 .................................................................................3.3
Jika selisih pinggir dua elektroda berdekatan di sisi kiri bln sama dengan di
sisi kanan brn, maka diperoleh bushing yang simetris. Selisih pinggir elektroda kiri
dan kanan akan berbeda jika dielektrik yang berbatasan dengan isolator bushing
berbeda, misalnya pada trafo daya, di mana sebagian isolator bushing berbatasan
dengan udara dan sebagian lagi berbatasan dengan minyak trafo. Dalam hal ini,
bahagian isolator bushing yang berbatasan dengan udara lebih panjang dari
bahagian isolator bushing yang terbenam dalam minyak trafo.
Dengan mengabaikan efek medan pinggir, maka kapasitansi yang dibentuk
dua elektroda berdekatan adalah sebagai berikut:
Cn=2 πε0 ε r an
lnrn
rn−1 .............................................................................3.4
Di mana εr adalah permeabilitas relative bahan dielektrik isolator bushing.
Karena semua kapasitor Cn terhubung seri satu dengan lainnya, dan
tegangan pada setiap satu kapasitor sama sebesar ΔV, maka kapasitansi Cn =
konstan = C.
Ada dua kemungkinan perataan yang dilakukan, yaitu perataan arah radial
dan perataan tegangan arah aksial. Berikut ini akan dijelaskan perhitungan
dimensi elektroda perata untuk masing-masing jenis perataan tersebut.
2.4 Perataan Tegangan Arah Radial
Untuk perataan tegangan pada arah radial, maka kuat medan radialnya Er =
ΔV/Sn harus konstan. Hal ini dapat dipenuhi apabila tebal lapisan dielektrik Sn
konstan. Dengan persamaan dapat diturunkan kapasitansi Cn+1:
Cn+1=2 πε0 εr an+1
lnr n+1
rn ........................................................................3.5
Agar tegangan pada setiap lapisan sama, maka harus dipenuhi persyaratan
Cn+1=Cn. Dengan mempersamakan persamaan 3.4 dengan 3.5, maka diperoleh:
an+1=an
lnrn+1
r n
lnrn
rn−1 .........................................................................3.6
Bila lapisan dielektrik sangat tipis dibandingkan terhadap radius elektroda, atau
Sn = rn-rn-1 << rn, maka dapat dituliskan:
an+1≈an
rn−1
rn ................................................................................3.7
Dengan persamaan 3.7 dapat ditentukan tebal lapisan berikutnya dengan
menggunakan data tebal lapisan sebelumnya. Biasanya, radius lapisan paling
dalam diketahui lebih dahulu, yaitu sama dengan radius konduktor di mana
pemilihan radius konduktor ditentukan dengan mempertimbangkan arus yang
akan dialirkannya. Tebal dielektrik Sn diperoleh dari ΔV yang dirancang pada satu
lapisan dielektrik dan harga maksimal medan radial Er yang diizinkan terjadi pada
bahan dielektrik:
Sn=ΔV
Ermaks ...................................................................................3.8
Jika panjang a0 ditetapkan, maka ukuran elektroda-elektroda yang lain dapat
ditentukan.
2.5 Perataan Tegangan Arah Aksial
Untuk perataan aksial, kuat medan aksialnya harus konstan:
Ea=ΔV /bn=kons tan ...............................................................3.9
Kemudian selisih pinggir elektroda berdekatan pada setiap sisi (kiri dan
kanan) harus sama panjang dan konstan ; Bln = konstan = b1, brn = konstan = br.
Dengan demikian panjang satu elektroda dapat dituliskan:
an+1=an−b1−br .......................................................................3.10
Agar Cn+1=Cn, maka syaratnya adalah:
lnrn+1
rn=
an+1
anln
rn
r n−1 ....................................................................3.11
Dengan pendekatan bahwa lapisan dielektrik dianggap sangat tipis
dibandingkan terhadap radius elektroda, atau Sn = rn-rn-1 << rn, maka dapat
dituliskan:
Sn+1≈Sn
an+1
an⋅
r n
rn−1 .....................................................................3.12
Dimensi lapisan berikutnya diperoleh dengan menggunakan data dimensi
lapisan sebelumnya. Panjang lintasan kawat denyar L dihitung dengan pendekatan
sebagai berikut (lihat gambar 3.2 a):
L≈Nb r ......................................................................................3.13
Urutan perhitungan bushing dengan perata aksial adalah sebagai berikut:
1. Tentukan terlebih dahulu jumlah lapisan N dengan berpedoman kepada
pengalaman, bahwa tegangan pegujian AC (Vp) di antara dua lapisan
adalah sekitar 12 kV. Sebagai contoh, untuk bushing 110 kV dengan Vp
sebesar 260 kV, maka banyak lapisannya adalah sekitar N=260/12=22.
2. Pilih panjang lewat denyar L dengan mempertimbangkan bahwa pada
tegangan Vp, kuat medan rata-rata pada permukaan bidang batas harus
lebih rendah dari batas yang ditentukan. Untuk udara batas kuat medan
dapat dimisalkan sekitar 3 s/d 4 kV/cm; dan di dalam minyak tergantung
dari konstruksi dan komponen minyak yang digunakan. Tetapi secara
umum dapat diambil nilainya sekitar 2 sampai 4 kali lebih tinggi dari yang
diizinkan untuk udara. Dengan diketahuinya L, maka panjang br dan b1
dapat dihitung dengan persamaan .
3. Biasanya, radius inti r0 dan panjang total a0 sudah diketahui sebelumnya.
Kemudian ditetapkan nilai awal r1, dengan demikian nilai r yang lain dapat
dihitung dengan persamaan .
4. Akhirnya, dilakukan pemeriksaan terhadap hasil perhitungan. Harus
dipenuhi syarat bahwa kuat medan radial Er tertinggi pada saat tegangan
sama dengan tegangan uji (Vp) tidak boleh melebihi kekuatan dielektrik
bahan isolasi, dan tegangan kerja tertinggi yang diizinkan harus jauh lebih
kecil dari Ve (lihat persamaan 3.3).
3 Beberapa Pokok Pengujian Tegangan Tinggi
Adapun pokok-pokok pengujian tegangan tinggi dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 3.2 Beberapa pokok pengujian tegangan tinggi
Kelas
Isolasi
(kV)
Tegangan Pengujian AC *) Tegangan Pengujian *)
Impuls Kering
± (1 x 40) mikrodetik
(kV)
Pasangan Luar (kV)Pasangan
Dalam (kV)
Kering
1 Menit
Basah
10 Detik
Kering
1 Menit
Pasangan
Luar
Pasangan
Dalam
3 25 20 20 50 45
6 30 25 25 65 60
10 45 35 35 100 90
20 70 60 60 165 150
30 95 80 80 220 200
(40) (120) (100) (275)
(50) (145) (120) (300)
60 175 145 385
70 200 165 440
*) ( ) Kwasi-standar pengujian dielektrik untuk bushing
4 Pengujian Isolator
Pengujian lompatan 50 % dilakukan dan grafik hubungan tegangan dengan
waktu diambil, hanya untuk keadaan kering. Untuk lebih jelasnya tentang
pengujian terhadap isolator, lihat tabel di bawah ini :
Tabel 3.3 Pengujian isolator
Isolator
Gantung
Isolator
Tegangan
Tinggi
“Pin-Type”
Isolator EHV “Pin-Type”
250
mm
180
mm
Pin
Besar
Pin
Kecil
10
kV
20
kV
30
kV
40
kV
50
kV
60
kV
Tegangan Lompatan
50 %, Bolak-balik,
50 Hz, Kering (kV)
80 60 50 45 85 110 135 160 185 210
Tegangan Lompatan
50 %, Bolak-balik,
50 Hz, Basah (kV)
50 32 30 27 55 75 95 115 135 155
Tegangan Lompatan
50 %, Impuls (kV)125 100 120 160 200 240 280 320
Tegangan Tembus
(Kv)140 120 90 80 150 200 250 270 300 350
Tegangan Ketahan
50 Hz (kV)a)75 55 45 40 c) c) c) c) c) c)
Tegangan
Ketahanan 50 Hz
dalam minyak
(kV)b)
75 65
Tegangan Frekuensi
Tinggi (kV)Tegangan frekuensi tinggi selama 3-5 detik
Catatan :
a) Tegangan diterapkan selama 2 menit
b) Tegangan diterapkan selama 1 menit
c) Pengujian lapisan dilakukan sebagai berikut :
Untuk setiap lapisan tegangan sebesar 90 % dari tegangan lompatan
minimum untuk setiap lapisan diterapkan selama 2 menit.
Untuk dua lapisan tegangan sebesar 90 % dari tegangan lompatan kering
diterapkan selama 2 menit.
5 Pengujian Pada Bushing
Pengujian yang dilakukan terhadap suatu bushing meliputi : pengukuran
Tg δ, pengukuran peluahan parsial, pengujian ketahanan AC, pengujian peluahan
terlihat, pengujian ketahanan impuls penuh, pengujian ketahanan impuls terpotong
dan surja hubung.
5.1 Pengukuran Tg δ
Pengukuran Tg δ merupakan pengujian rutin. Alat ukur yang digunakan
adalah jembatan Schering. Tg δ diukur dengan bushing tetap terpasang pada
peralatan atau dicelupkan dalam minyak. Konduktornya dihubungkan ke terminal
tegangan tinggi trafo uji sedang tangki atau badan dihubungkan ke terminal
detektor jembatan Schering. Tegangan pengujian dinaikkan secara bertahap,
kemudian diturunkan secara bertahap juga. Kapasitansi dan Tg δ pada setiap tahap
tegangan diukur. Kemudian kurva yang menyatakan hubungan tegangan dengan
kapasitansi dan Tg δ digambar.
5.2 Pengukuran Peluahan Parsial
Pengukuran ini merupakan pengujian rutin yang bertujuan untuk
menemukan adanya deteriorasi atau kegagalan isolasi karena terjadinya peluahan
muatan sebagian dalam isolator bushing. Pengukuran dilakukan dengan detektor
peluahan parsial. Pengukuran dilakukan untuk berbagai tegangan sehingga
diperoleh kurva yang menyatakan hubungan besaran peluahan dengan tegangan.
5.3 Pengujian Ketahanan AC
Rangkaian dan prosedur pengujiannya sama dengan pengujian isolator.
Lama pengujian adalah satu menit. Pengujian dilakukan pada kondisi kering dan
basah. Bushing dinyatakan baik jika selama pengujian tidak terjadi lompatan api.
5.4 Pengujian Peluahan Terlihat
Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan apakah bushing
menimbulkan interferensi radio saat bekerja. Peluahan terlihat dengan mata adalah
peluahan yang terjadi pada cincin perata (grading ring) dan tanduk pelindung
(arching horn). Alat penguji sama dengan alat penguji ketahanan AC, hanya
dilakukan dalam ruang gelap.
5.5 Pengujian Ketahanan Impuls Penuh
Pengujian ketahanan impuls penuh dilakukan dalam dua keadaan, yaitu
dalam keadaan bushing terpasang sebagaimana di lapangan dan dalam keadaan
dicelup dalam minyak. Tegangan pengujian adalah tegangan impuls penuh
standar, dengan polaritas yang sesuai dengan spesifikasi. Tegangan impuls
diberikan lima kali. Jika terjadi dua kali lompatan api, maka bushing dinyatakan
gagal uji. Jika lompatan api terjadi satu kali, maka diadakan pengujian tambahan
10 kali lagi. Jika tidak terjadi lompatan api, maka bushing dinyatakan lulus uji.
Jika bushing dicelupkan dalam minyak isolasi, maka pengujian dilakukan
dengan tegangan impuls standar, gelombang penuh dan 15 % lebih tinggi dari
tegangan pengujian bushing di udara. Tegangan impuls diberikan lima kali.
Bushing dinyatakan lulus uji jika tidak terjadi lompatan api.
5.6 Pengujian Ketahanan Impuls Terpotong dan Surja Hubung
Adakalanya bushing diuji dengan tegangan tinggi impuls terpotong.
Pengujian ini biasanya dilakukan terhadap bushing bertegangan di atas 220 kV.
Saat ini dilakukan juga pengujian peluahan surja hubung terhadap bushing
tegangan tinggi. Pengujian dilakukan seperti halnya pengujian ketahanan impuls
penuh di atas.
6 Pemerisaian (shielding)
Penggunaan elektroda perata atau penambahan perisai (shielding) untuk
meningkatkan mutu peralatan atau untuk menjaga ketelitian pengukuran dengan
sensitivitas tinggi bukanlah hal baru.
Pengukuran dengan sensitivitas tinggi sering dilakukan dalam percobaan-
percobaan yang menggunakan tegangan tinggi. Pengukuran peluahan parsial
dalam prakteknya dapat terganggu ketika ada bagian sirkit bertegangan tinggi
yang menunujukkan reaksi seperti antena atau penerima gelombang
elektromagnetik dari luar. Selain itu, gelombang elektromagnetik dapat timbul
ketika terjadi peristiwa tembus listrik pada sirkit bertegangan tinggi, dan hal ini
dapat menyebabkan efek gangguan terhadap sekitarnya. Dalam prakteknya
menunjukkan bahwa pengaruh gangguan dari luar pada pengukuran tegangan
tinggi dengan sensitivitas tinggi secara umum lebih kuat daripada gangguan yang
disebabkan oleh penelitian tegangan tinggi itu sendiri. Ini berdasarkan
kenyataannya bahwa pulsa-pulsa pengganggu yang berasal dari sirkit bertegangan
tinggi hanya sesekali dan terjadi dalam waktu yang singkat. Sebagai contoh alat
yang menyebabkan gangguan eksternal adalah kendaraan dengan bodi yang tidak
tepat atau motor listrik yang menghasilkan interferensi permanen.
Peniadaan yang hampir sempurna terhadap gangguan dari luar terhadap
pengukuran, dan pada waktu yang sama peniadaan gangguan dari penelitian
terhadap sekitarnya, dapat dengan menggunakan logam tanpa cacat. Pada
prakteknya, logam ini dijadikan perisai, dan cara kerja logam ini menyerupai
sangkar Faraday. Standar yang diwajibkan terhadap logam yang direncanakan
akan digunakan untuk perisai memiliki perbedaan yang cukup besar dengan
logam yang dijadikan sebagai lantai laboratorium tegangan tinggi.
Pemasangan sangkar Faraday yang sempurna sangat diperlukan untuk
setiap penelitian. Tetapi perhatian ini lebih ditekankan ketika pengukuran
peluahan parsial dengan sensitivitas tinggi dilakukan.
7 Silinder Konsentris
Bushing yang telah dilengkapi dengan elektroda perata dapat diilustrasikan
menjadi sebuah silinder konsentris seperti yang ditunjukkan oleh gambar 3.4 di
bawah ini.
Gambar 3.4 Irisan penampang silinder konsentris
Adapun medan listrik yang dialami oleh P di titik sebarang dapat ditulis
dengan :
Ep=V
x ln Rr 3.14
Di mana : Ep = medan listrik yang dialami oleh P (N/C)
V = tegangan yang diterapkan (Volt)
X = jarak P dengan sumbu silinder dalam (m)
R = jari-jari silinder luar (m)
r = jari-jari silinder dlam (m)
Medan listrik maksimal yang dialami oleh silinder konsentris adalah :
Emaks=V
r ln Rr 3.15
Jari-jari optimal (rop) adalah nilai jari-jari silinder dalam yang
menyebabkan besar medan listrik maksimal yang terkecil yang terjadi pada
silinder konsentris dan dapat ditulis dengan :
rop=Re= R
2,7 3.16
Dan,
Eop=Vrop
=2,7 VR 3.17
Di mana : Eop = medan listrik maksimal yang terkecil yang dialami oleh
silinder konsentris (N/C)