dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web...

37
A. Macam-macam Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis atas fenomena-feomena yang diteliti. Dalam arti luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung seperti questionnaire dan test. Sehubungan dengan hal ini, pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta. Marshall (1995) menyatakan bahwa, “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior” . Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut. Sutrisno Hadi (1986) juga mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Saat peneliti kualitatif mendapatkan data dengan cara mengamati peserta, tekanan dalam pengamatan tersebut adalah memahami lingkungan alam seperti yang dijalani oleh peserta, tanpa mengubah atau memanipulasinya. Untuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan data yang paling tepat dan efektif. Misalnya, jika Anda bertanya kepada guru bagaimana mereka menangani disiplin di kelas mereka, Anda berisiko mengumpulkan informasi yang biasa-mereka 1

Transcript of dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web...

Page 1: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

A. Macam-macam Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan dengan sistematis atas fenomena-feomena yang diteliti. Dalam arti luas

observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik

secara langsung maupun tidak langsung seperti questionnaire dan test. Sehubungan

dengan hal ini, pengamatan dapat diklasifikasikan atas pengamatan melalui cara

berperanserta dan yang tidak berperanserta. Marshall (1995) menyatakan bahwa,

“through observation, the researcher learn about behavior and the meaning

attached to those behavior”. Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa melalui

observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

Sutrisno Hadi (1986) juga mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan

psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

Saat peneliti kualitatif mendapatkan data dengan cara mengamati peserta,

tekanan dalam pengamatan tersebut adalah memahami lingkungan alam seperti

yang dijalani oleh peserta, tanpa mengubah atau memanipulasinya. Untuk

pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan data

yang paling tepat dan efektif. Misalnya, jika Anda bertanya kepada guru bagaimana

mereka menangani disiplin di kelas mereka, Anda berisiko mengumpulkan

informasi yang biasa-mereka mungkin tidak mengingat semuanya, atau mereka

mungkin hanya memberi tahu Anda tentang strategi mereka yang paling sukses.

Namun lain halnya dengan mengamati kelas, Anda akan mendapatkan informasi

yang jauh lebih obyektif yang dapat dibandingkan dengan laporan sendiri dari

peserta penelitian. (Gay, Mills, & Airasian, 2012: 381-382).

Observasi atau pengamatan dalam penelitian kualitatif sangatlah berperan besar.

Hal tersebut dikarenakan pengamatan dapat mengoptimalkan kemampuan peneliti

dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan, dan

sebagainya; memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat

oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dan

kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu

itu; memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek

sehingga memungkinkan peneliti menjadi sumber data; serta pengamatan

1

Page 2: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

memungkinkan membentuk pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari

pihaknya maupun dari pihak subjek (Moleong, 2007: 175) .

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation dan non participant observation. Selanjutnya dari

segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi

observasi terstruktur dan tidak terstruktur (Sugiyono, 2017: 204).

Dilihat dari segi pelaksanaan pengumpulan data, Sugiyono (2017: 204)

membedakan observasi menjadi:

1. Observasi Berperanserta (Participant observation)

Fraenkel, Wallen, & Hyun (2012: 446) mengungkapkan bahwa dalam

observasi partisipan, peneliti benar-benar berpartisipasi dalam situasi atau

pengaturan yang mereka amati. Di sisi lain, ketika seorang peneliti mengambil

peran sebagai peserta yang lengkap dalam sebuah kelompok, identitasnya tidak

diketahui oleh individu mana pun yang diamati. Peneliti berinteraksi dengan

anggota kelompok sealami mungkin dan trmasuk untuk semua maksud dan

tujuan (sejauh yang menyangkut mereka). Dengan demikian, seorang peneliti

mungkin mengatur untuk melayani selama setahun misalnya sebagai guru aktual

di kelas dalam kota dan melaksanakan semua tugas dan tanggung jawab yang

merupakan bagian dari peran itu, namun tidak mengungkapkan bahwa dia juga

seorang peneliti.

Sutrisno Hadi (2004) juga menjelaskan bahwa jenis observasi partisipan

umumnya digunakan orang untuk riset yang bersifat eksploratif. Untuk meneliti

satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali

diperlukan observasi partisipan. Suatu observasi dikatakan observasi partisipan

jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam peri

kehidupan orang atau orang-orang yang diobservasi (observees). Kata partisipan

mempunyai arti yang penuh jika observer betul-betul turut berpartisipasi, bukan

hanya pura-pura. Observasi dengan partisipasi pura-pura disebut quasi

participant observation. Observasi partisipan mula-mula dan terutama digunakan

dalam penelitian-penelitian anthropologi sosial. Teknik ini kemudian meluas

dan digunakan dalam penelitian-penelitian pada situasi-situasi sosial lainnya.

Situasi tersebut seperti cara hidup dan hubungan sosial dalam pabrik,

perusahaan, asrama, penjara, organisasi, dan lain sebagainya.

2

Page 3: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang

sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil

melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh

sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini,

maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui

pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti dapat

berperan sebagai karyawan, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan

dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu

karyawan dengan karyawan lain, hubungan karyawan dengan supervisor dan

pimpinan, keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lain.

Sedangkan Spradley dalam Sugiyono (2017: 312) membagi observasi

partisipatif menjadi empat seperti dibawah ini.

a. Partisipasi pasif (passive participation): means the research is present at

the scene of action but does not interact or participate. Jadi dalam haI ini

peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut

terlibat dalam kegiatan tersebut.

b. Partisipasi moderat (moderate participation): means that the researcher

maintains a balance between being insider and being outsider. Dalam

observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti manjadi orang dalam

dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi

partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.

c. Partisipasi aktif (active partisipation): means that the researcher

generally does what others in the setting do. Dalam observasi ini peneliti

ikut melakukan apa yang dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum

sepenuhnya lengkap.

d. Partisipasi lengkap (complete participation): means the researcher is a

natural participant. This is the highest level of involvement. Dalam

melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya

terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah

natural, peneliti tidak terlihat melakukan penelitian. Hal ini merupakan

3

Page 4: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktivitas kehidupan yang

diteliti.

2. Observasi Nonpartisipan

Kalau dalam observasi partisipan peneliti terlibat langsung dengan aktivitas

orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti

tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen. Misalnya dalam suatu

Tempat Pemungutan Suara (TPS), peneliti dapat mengamati bagaimana perilaku

masyarakat dalam hal mengunakan hak pilihnya, dalam interaksi dengan panitia

dan pemilih yang lain. Peneliti mencatat, menganalisis dan selanjutnya dapat

membuat kesimpulan tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan umum.

Pengumpulan data dengan observasi nonpartisipan ini tidak akan mendapatkan

data yang mendalam, dan tidak sampai pada tingkat makna. Makna adalah nilai-

nilai di balik perilaku yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.

Sedangkan jika dilihat dari segi instrumentasi yang digunakan,

Sugiyono (2017: 205) membedakan observasi menjadi:

1. Observasi Terstruktur

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi

observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang

variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti

menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

Pedoman wawancara terstruktur, atau angket tertutup dapat juga digunakan

sebagai pedoman untuk melakukan observasi. Misalnya peneliti akan

rnelakukan pengukuran terhadap kinerja pegawai yang bertugas dalam

pelayanan IMB (Izin Mendirikan Bangunan), maka peneliti dapat menilai setiap

perilaku dan ucapan dengan menggunakan instrumen yang digunakan untuk

mengukur kinerja karyawan tersebut.

2. Observasi Tidak Terstruktur

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara

sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti

tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan

pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi

4

Page 5: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

hanya berupa rambu- rambu pengamatan. Dalam suatu pameran produk industri

dari berbagai negara, peneliti belum tahu pasti apa yang akan diamati. Oleh

karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa yang

tertarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan

B. Tahap-tahap Observasi

Menurut Spradley (1980) dalam Sugiyono (2012: 69) tahapan observasi ada

tiga yaitu: 1) observasi deskriptif, 2) observasi terfokus, dan 3) observasi terseleksi.

Tahapan tersebut ditunjukkan seperti gambar 1.1 berikut ini :

Gambar 1.1 Tahap-tahap observasi

1. Observasi Deskriptif

Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial

tertentu sebagai obyek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa

masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajahan umum,

dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat,

didengar, dan dirasakan. Semua data direkam, oleh karena itu, hasil dari

observasi ini disimpulkan dalam keadaan yang belum tertata. Observasi

tahap ini sering disebut grand tour observation, dan peneliti menghasilkan

kesimpulan pertama. Bila dilihat dari segi analisis maka peneliti melakukan

analisis domain, sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang

ditemui. (Sugiyono, 2012: 69-70)

5

Page 6: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

Menurut Rosady Ruslan (2008: 38), observasi deskriptif adalah

berkaitan erat dengan pertanyaan-pertanyaan deskriptif, untuk mengarahkan

pada pada pengamatan di lapangan, sebagai contoh pertanyaan secara

deskriptif adalah sebagai berikut.

a. Apa yang peneliti kerjakan ketika berada di ruangan sidang pengadilan?

b. Bagaimana bentuk dan ukuran ruang pengadilan tersebut?

c. Apa yang dilakukan oleh pihak hakim, jaksa, pembela/dan tertuduh pada

hari sidang pertama di pengadilan pidana tersebut?

d. Apa saja yang dikatakan oleh pengunjung yang hadir dalam sidang

tersebut?

Artinya, peneliti tidak selalu mencatat peristiwa atau informasi secara

rinci dan cukup garis besarnya sesuai dengan tema pembahasan dari

observasi deskriptif yang dilakukan tersebut. Penelitian melalui observasi

deskriptif itu merupakan respon dari pertanyaan-pertanyaan deskriptif yang

diajukan, meliputi informasi tertentu, tindakan apa, dan apa yang dipikirkan

atau bagaimana yang dirasakan oleh peneliti.

TAHAP

DESKRIPSI

Memasuki situasi

sosial: ada tempat,

aktor, aktivitas.

TAHAP

REDUKSI

Menentukan Fokus:

memilih di antara yang

telah dideskripsikan

TAHAP

SELEKSI

Mengurai fokus:

menjadi komponen

yang lebih rinci.

2. Observasi Terfokus

Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu

suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan pada aspek

tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus karena pada tahap

ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

Pada gambar 1.1 ditunjukkan bahwa peneliti dapat memfokuskan pada

domain “huruf besar”, “huruf kecil”, dan “angka”, namun masih belum

terstruktur. Bila dilihat dari analisis data, maka pada tahap ini peneliti telah

melakukan analisis taksonomi, yang selanjutnya menghasilkan kesimpulan

2. (Sugiyono, 2015)

6

1 2 3

Page 7: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

Apabila peneliti telah menemukan fokus tentang penelitiannya, maka

observasi terfokus tersebut berdasarkan atas pertanyaan-pertanyaan

struktural yang memiliki hubungan semantik dengan domain tertentu,

conthnya sebagai berikut. (Rosady Ruslan, 2008: 39)

Domain Pertanyaan Struktural

a. Tahapan-tahapan

penelitian

Apa saja tahapan dalam penelitian?

b. Macam-macam saksi Siapa saja macam-macam saksi dalam

sidang?

c. Alasan ganti pekerjaan Apa yang menjadi alasan ganti

pekerjaan?

d. Cara berkomunikasi

efektif

Bagaimana cara berkomunikasi yang

efektif?

3. Observasi Terseleksi

Pada tahap observasi ini, peneliti telah menguraikan fokus yang

ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis

kompensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menentukan

karakteristik, kontras-kontras/perbedaaan dan kesamaan antar kategori, serta

menemukan antara satu kategri dengan kategori lain. Pada tahap ini

diharapkan peneliti telah dapat menemukan pemahaman yang mendalam

atau hipotesis. Menurut Spradley, observasi terseleksi ini masih dinamakan

mini tour observation.

Sedangkan menurut Haris Herdiansyah (2015: 150) ada langkah-lagkah

yang harus dilakukan ketika melakukan observasi. Setiap langkah tersebut

memiliki persiapan-persiapan yang harus dipenuhi dan saling terkait antara

satu langkah dengan langkah yang lainnya. Langkah-langkah tersebut adalah

sebagai berikut.

1. Memilih lokasi observasi yang tepat, yang memugkinkan peneliti dapat

memahami central phenomena dengan optimal, dan dapat memperoleh data

dengan jelas ketika melakukan observasi pada lokasi tersebut. Dalam

memilih lokasi observasi ini, jika diperlukan hal teknis maupun proses

perizinan tertentu dalam penggunaan tempat yang akan dilakukan untuk

7

Page 8: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

observasi, sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu pada awal sebelum

observasi dilakukan.

2. Lakukan observasi sederhana sebelumnya dengan melakukan observasi

kancah. Peneliti masuk ke lokasi penelitian di mana observasi akan

dilakukan. Lakukan perkenalan, membina rapport dengan orang-orang yang

ada di lokasi tersebut, dan gali data umum sebanyak mungkin tanpa

menimbulkan kecurigaan dengan orang-orang yang ada di sekitar lokasi.

3. Tentukan siapa subjek yang akan diobservasi, kapan observasi akan

dilakukan, dan berapa lama observasi akan dilakukan. Setelah rapport terbina

dengan baik terhadap orang-orang yang beradapada lingkungan tersebut,

peneliti pada tahapini sudah dapat menentukan atau memilih subjek yang

akan diobservasi serta kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi selama

observasi berlangsung.

4. Menentukan peran observer dalam observasi yang akan dilakukan. Setelah

tahap ketiga selesai dilakukan, maka peneliti sudah dapat memprediksi

kemungkinan-kemungkinan, kelebihan dan kekurangan dari observasi yang

akan dilakukan. Hal tersebut dapat dijadikan landasan dalam mnentukan

peran observer dalam observasi yang akan dilakukan.

5. Lakukan observasi berkali-kali untuk mengetahui secara lebih komprehensif

perilaku dan lokasi yang diobservasi. Hampir bisa dipastikan, tidak ada

observasi yang cukup hanya dilakukan satu kali. Perlu pengulangan observasi

agar memperoleh validitas dan reliabilitas hasil observasi yang didapat.

6. Buatlah fieldnotes dari setiap perilaku yang diobservasi, kemudian lakukan

analisis untuk mencari keterkaitan antara perilaku satu dengan perilaku

lainnya. Pembuatan fieldnotes dilakukan setiap kali melakukan observasi.

Dari beberapa fieldnotes yang dihasilkan, akan dapat ditarik benang merah

yang dapat menggambarkan keterkaitan antara perilaku satu dengan perilaku

lainnya.

7. Berikan peta gambaran apa saja yang diobservasi, kemudian lakukan

penggabungan antara perilaku, lingkungan, dan informasi lainnya agar dapat

diperoleh gambaran secara lebih komprehensif terhadap elemen-elemen

observasi.

8. Lakukan pencatatan descriptive fieldnotes dan reflective fieldnotes.

8

Page 9: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

9. Dalam peran observer nonpartisipan, lakukan perkenalan dengan subjek yang

akan diobservasi tetapi peneliti jangan terlihat aktif dan interaktif agar

kehadirannya tidak terlalu menjadi sesuatu yang dipresepsi oleh subjek yang

sedang melakukan sesuatu.

10. Setelah melakukan observasi, jangan pergi begitu saja meninggalkan lokasi

observasi. Secara etika, boleh jadi kita sudah banyak dibantu oleh orang

yang ada di sekitar lokasi penelitian. Selayaknya, izin untuk pamit dan

mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu proses

observasi yang kita lakukan.

C. Objek Observasi

Objek observasi adalah perilaku yang tampak, yang sengaja dimunculkan

(terencana) dan memiliki tujuan tertentu. (Herdiansyah, 2013: 136). Sedangkan

menurut Sugiyono (2012: 68) objek penelitian dalam penelitian kualitatif yang

diobservasi dinamakan situasi sosial, yang terdiri dari tiga komponen yaitu place

(tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).

1. Place, atau tempat di mana interaksi dalam situasi sosial sedang

berlangsung.

2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu.

3. Activity, kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang

sedang berlangsung.

Tiga elemen utama tersebut dapat diperluas sehingga apa yang kita amati

adalah:

1. Space: the physical place, yaitu ruang dalam aspek fisiknya.

2. Actor: the people involve, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi

sosial.

3. Activity: a set of related acts people do, yaitu seperangkat kegiatan yang

dilakukan orang.

4. Object: the physical things that are present, yaitu benda-benda yang

terdapat di tempat itu.

5. Act: single actions that people do, yaitu perbuatan atau tindakan-tindakan

tertentu.

6. Event: a set of related activities that people carry out, yaitu rangkaian

aktivitas yang dikerjakan orang-orang.

7. Time: the sequencing that takes place over time, yaitu urutan kegiatan.

9

Page 10: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

8. Goal: the things people are trying to approach, yaitu tujuan yang ingin

dicapai orang-orang.

9. Feeling: the emotion felt and expressed, yaitu emosi yang dirasakan dan

diekspresikan oleh orang-orang.

Dalam melakukan pengamatan, kita dapat menentukan pola sendiri, berdasarkan

pola di atas. Misalnya akan melakukan pengamatan terhadap situasi sosial bidang

pendidikan, maka place-nya adalah lingkungan fisik sekolah, actor-nya adalah para

guru, kepala sekolah, murid, dan orang-orang yang ada di lingkungan dengan

segala karakteristiknya, activity-nya adalah kegiatan belajar mengajar, pelaksanaan

manajemen sekolah, komunikasi sekolah dengan lingkungan dan lain-lain.

(Sugiyono, 2012: 69)

Selain itu, ada beberapa syarat perilaku yang dapat diobservasi menurut

Herdiansyah (2013: 136-138), antara lain:

a. Dapat dilihat

Umumnya perilaku yang diobservasi adalah perilaku yang dapat

dilihat dan diamati. Pengamatan dapat dilihat berdasarkan frekuensinya

(seberapa banyak/ sering perilaku tersebut muncul), berdasarkan

penyebab perilakunya, berdasarkan durasinya (seberapa lama perilaku

dilakukan).

b. Dapat didengar

Walaupun perilaku tersebut tidak dapat terlihat langsung oleh

mata, namun jika masih dapat didengar, maka dapat diobservasi. Tidak

dapat terlihat langsung oleh mata bukan berarti tidak dapat diobservasi.

Indra pendengaran dapat dijadikan sarana dalam melakukan observasi.

c. Dapat dihitung

Selain dapat dilihat dan dapat didengar, sesuatu yang dapat dihitung

juga dapat dijadikan objek observasi. Hal ini biasanya terkait dengan

kuantitas dari sebuah perilaku yang muncul di mana kuantitas akan

mempengaruhi intrepetasi dari perilaku yang diamati. Misalnya saja,

mengobservasi perilaku menguap seorang mahasiswa di kelas. Frekuensi

kemunculan perilaku menguap tersebut dijadikan dasar intrepetasi

mengapa perilaku itu muncul, faktor apa yang menyebabkan perilaku

10

Page 11: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

tersebut muncul, dan bagaimana mencegah agar perilaku tersebut tidak

muncul atau setidaknya berkurang.

d. Dapat diukur

Perilaku yang dapat diukur juga dapat dijadikan objek observasi.

Atribut yang diukur menjadi dasar yang menentukan interpretasi dari

sesuatu yang diobservasi.

Dari keempat syarat perilaku tersebut, sebuah perilaku yang diobservasi

dapat saja meliputi keempat syaratnya, dua syarat, atau hanya satu syarat. Yang

terpenting adalah bagaimana operasionalisasi perilaku dapat disesuaikan dengan apa

yang hendak dijadikan objek untuk observasi. Perlu berhati-hati dalam menentukan

objek mana yang pantas mendapat perhatian Anda dan jumlah waktu yang akan

Anda curahkan (Yin, 2011: 148)

Sedangkan menurut Yunus, (2010: 377-381) objek kajian dalam observasi

dibedakan menjadi dua yaitu (1) manusia (human beings) dan (2) non manusia (non

human beings). Pembagian ini dikemukakan terkait dengan kemampuan komunikasi

objek dengan pengamat dan kemampuan komunikasi inilah yang menentukan tipe

observasi yang berbeda.

a. Objek kajian manusia

Manusia sebagai objek menampilkan sebagai kajian yang sangat khas,

karena manusia mempunyai indra yang berbeda dengan makhluk hidup

lainnya. Indra yang dimiliki manusia mampu memunculkan berbagai

tanggapan tertentu menenai sesuatu hal dan dapat mengakibatkan

munculnya perilaku tertentu. Hal ini akan dirasakan oleh pengamat yang

melakukan observasi mengenai manusia sebagai objek kajiannya.

b. Objek kajian bukan manusia

Objek kajian bukan manusia dapat dibedakan menjadi: (1) makhluk

hidup (binatang dan tumbuhan), (2) bukan makhluk hidup bersifat alami

(danau, sungai, tanah, lapisan geologi, formasi lapisan kerak bumi, proses

dan struktur geomorfologi, sedimentasi dan masih banyak lainnya), dan (3)

bukan makhluk hidup bersifat artifisial (kota, desa, rumah, jaringan jalan,

kompleks permukiman, pelabuhan, bandar udara, tambak, sawah dll). Objek

kajian bukan manusia ini tidak dapat diteliti dengan metode observasi

11

Page 12: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

partisipasi baik parsial maupun total. Khusus mengenai objek kajian

binatang, suatu observasi harus benar-benar dilakukan dengan sangat cermat

agar kehadiran peneliti benar-benar tidak diketahui oleh binatang yang

bersangkutan.

Ratna, (2010: 220) mengemukakan bahwa observasi melibatkan tiga objek

sekaligus, yaitu: (1) lokasi tempat penelitian berlangsung, (2) para pelaku dengan

peran-peran tertentu, dan (3) aktivitas para pelaku yang dijadikan sebagai objek

penelitian. Suatu penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan lokasi

penelitian kemudian diikuti dengan proses, sebagai alur penelitian dengan

melibatkan para pelaku dengan berbagai tindakannya. Dengan luasnya lapangan

maka observasi harus dibatasi, sebagai fokus pengamatan, sehingga hanya

peristiwa yang diperlukanlah yang dijadikan sebagai objek.

D. Strategi Melakukan Observasi

1. Strategi yang Perlu Diperhatikan

Agar memperoleh informasi yang maksimal dalam mengimplementasikan

observasi partisipatif, seorang peneliti kadang perlu menerapkan beberapa

strategi penting, yaitu :

a. Melakukan koordinasi secara intensif agar semua tim guru-penilai bisa

mengambil data dari aspek yang berbeda dan tetap mengacu kepada fokus

penelitian.

b. Menempatkan diri sebagai orang luar berpikir netral yang belum mengetahui

banyak tentang responden, bersedia menerima informasi, dan penuh minat

terhadap sesuatu kegiatan yang berkaitan dengan responden.

c. Menempatkan diri pada tempatnya dan memilih situasi yang tepat, agar dapat

mengumpulkan data yang relevan. Pada posisi ini, peneliti dianjurkan untuk

dapat berada pada tempat tertentu dengan tugas yang berbeda-beda.

d. Para peneliti mengajukan pertanyaan sedemikian rupa, sehingga

memungkinkan responden yang diteliti menceritakan apa yang ada di pikiran

mereka.

e. Peneliti hendaknya mencatat secara lengkap semua fenomena yang substantive

dan relevan, agar dapat mengambarkan secara menyeluruh terhadap perisitiwa

yang muncul.

12

Page 13: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

f. Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang

umum atau yang khusus. Kegiatan umum yang harus di observasi berarti

segala sesuatu yang terjadi di lapangan. Sedangkan observasi kegiatan khusus,

hanya memfokuskan keadaan khusus atau pada kegiatan tertentu.

g. Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan

ukuran-ukuran apa yang digunakan dalam pengamatan. Secara cermat, ukuran-

ukuran baik, sedang, lemah, efisien, tidak efisien, dan lain ukuran yang dipakai

dalam pertimbangan observasi dibicarakan terlebih dahulu, dan kemudian

disetujui. Hal ini akan menghindarkan kesalahpahaman antara para mitra

peneliti. Kriteria observasi ini selanjutnya akan menjadi penentu apakah

pengumpulan datapenelitian mengikuti standar tersebut, atau tidak

(Wiriaatmadja, 2006: 105).

h. Membangun hubungan antara observer dengan observees.

Yang pertama yaitu dengan key person atau tokoh kunci. Tokoh

tersebut mempunyai pengaruh yang besar baik terhadap sikap maupun tingkah

laku anggota masyarakat. Dia dapat dengan mudah mempengaruhi pandangan

anggota-anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, approach terhadap tokoh –

tokoh itu untuk mencegah timbulnya kecurigaan dalam penelitian. Yang kedua

yaitu dengan Good rapport, yaitu hubungan antarpribadi yang ditandai oleh

kerjasama, saling mempercayai, saling teggang rasa, dan saling membantu.

i. Memberikan alasan tentang kehadirannya sehingga dapat dimengerti dan

diterima oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal ini baik jika

tugas menerangkan alasan kehadiran diserahkan kepada orang-orang yang

mempunyai prestise dan wewenang dalam masyarakat (Sutrisno Hadi, 2004:

162-163)

j. Dalam mengamati obyek yang kompleks, observer harus menyediakan waktu

yang cukup agar dapat diamati dari berbagai segi secara berulang-ulang.

k. Memperbanyak observer agar dapat mengamati obyeknya dari segala segi dan

mengintegrasikan hasilnya masing-masing untuk memperoleh gambaran

keseluruhan tentang obyek yang diselidiki.

l. Memperbanyak obyek yang diobservasi bilamana waktunya terbatas agar

semua segi dapat diamati.

13

Page 14: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

m. Mengurangi penggunaan ingatan dalam pencatatan data (Hadari Nawawi,

2005: 110).

2. Berbagai Alat Pengumpulan Data

Ada beberapa alat yang bisa digunakan dalam pengumpulan teknik

observasi. Berikut alat-alat tersebut.

a. Proformas

Merupakan alat analisi data yang erat kaitannya dengan teknik obsrevasi.

Para guru-peneliti memisahkan aspek deskriptif hasil observasi dengan aspek

reflektif. Dengan cara ini, peneliti akan dapat lebih terfokus. Hal ini dapat

dilakukan dengan citra sederhana melalui penggunaan proforms atau grid,

yang di dalamnya terdiri atas tabel kegiatan dengan topik yang memisahkan

tujuan observasi objektif dengan observasi subjektif. Proforms lebih

menguntungkan dibanding dengan jurnal atau buku harian. Proforms dapat

dibuat lebih cepat, tidak memerlukan kesan pendahuluan. Selain itu,

proforms lebih mudah di-traced (telusur) kembali dengan melihat pertanyaan

penelitian yang ingin dieksplorasi informasinya atas dasar kegiatan harian

yang terjadi dalam setting penelitian.

Berikut ini contoh proformas yang bisa dilakukan.

Topik : ………….

Tanggal Pertanyaan/isu

yang diangkat

Tindakan yang

diambil

Refleksi/komentar

1/7/2006 Bagaimana

mengatasi

permasalahan

ketika guru

bercerita, siswa

juga bercakap-

cakap sendiri?

Guru banyak

menerangkan

secara teori

dengan acuan

buku pegangan.

Guru perlu

mengurangi aspek

teori, dengan

memperbanyak

contoh yang

berasal dari sekitar

siswa.

Bagaimana guru

mengajukan

Guru

mengajukan

Guru kurang

member

14

Page 15: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

pertanyaan yang

memotivasi

siswa untuk

menjawab?

pertanyaan

tertentu kepada

siswa. Siswa

melihat ke

seluruh siswa;

siswa yang siap

diberi

pertanyaan.

kesempatan kepada

siswa untuk

menjawab

pertanyaan. Siswa

yang tidak siap

diberi pertanyaan,

akibatnya siswa

tidak bisa

menjawab dengan

baik.

b. Data Foto

Gambar foto dalam penelitian tindakan kelas dapat digunakan untuk

menangkap aspek situasi visual kelas. Foto mampu membawa gambaran

secara nyata dalam dua dimensi. Bila film yang digunakan telah

menggunakan film berwarna, foto bisa membawa situasi subjek dengan

warna yang sesuai keadaanya. Foto juga dapat diperbesar atau diperkecil

sesuai dengan kebutuhan. Di samping itu, karena objek atau subjek yang

diperlukan dipaparkan dalam kertas, maka foto mudah disimpan, digunakan

dalam proses belajar-mengajar, maupun sebagai materi dokumentasi

penelitian. Kelemahan foto, peneliti tidak bisa mengambil gambar secara

berlanjut. Sebaiknya, para guru-peneliti perlu merencanakan, guna memilih

penggalan peristiwa penting dan relevan dalam mendukung data yang diteliti.

Beberapa aspek penting yang dapat diambil dari penggunaan foto dalam

setting kelas, antara lain:

1) Situasi ketika para siswa baru mengerjakan pekerjaan atau tugas di kelas.

2) Situasi ketika guru tidak secara langsung berhadap dengan para siswa.

3) Skema kerja ruang kelas.

4) Bentuk organisasi sosial dalam kelas, termasuk di dalamnya ketika siswa

bekerja secara individual, dan dalam kelompok kecil bertatap muka

dengan guru.

15

Page 16: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

5) Posisi guru ketika berdiskusi dengan siswa, termasuk apakah mereka

duduk dalam level yang sama, guru duduk dalam kursi, atau tempat yang

lebih tinggi dari siswa.

Cara lain untuk memperoleh informasi yang komprehensif dengan foto,

para guru-peneliti perlu mengambil peristiwa sebanyak-banyaknya.

c. Audio dan Video Recorder

Audio dan Video Recorder (AVR) merupakan alat pendukung

pengumpulan data menggunakan teknik observasi. Berkat kemajuan

teknologi informasi, alat yang semula terpisah antara audio dan video

recording, sekarang dapat menjadi satu alat yang langsung digunakan dalam

audio-video recording. Alat ini dapat menangkap interaksi tindakan dan

ucapan yang muncul di tempat penelitian, sehingga kelemahan dalam

pengambilan gambar foto dapat diatasi.

Bila digunakan di kelas, alat pencatat data ini merupakan sumber

informasi yang berharga dalam bentuk dokumentasi perilaku interaksi secara

berkelanjutan. Dengan AVR ini juga dapat diputar ulang, sehingga peristiwa

yang semula tidak jelas dalam proses belajar mengajar bisa diulang kembali,

sehingga menjadi lebih jelas. Alat audio dan video recording ini dapat

digunakan untuk merekam semua proses belajar-mengajar maupun sebagian.

Dengan kemampuan diputar kembali dan dikurangi kecepatannya, maka

komponen kegiatan dapat dilihat kembali secara perlahan-lahan. Sehingga

elemen-elemen gerakan dapat diamati dengan teliti. Dari pengamatan

tersebut, para guru-peneliti perlu membuat transkip kegiatan yang dapat

digunakan sebagai materi utama laporan penelitian. Yang perlu diperhatikan

ketika menggunakan alat pengumpul data ini, karena mereka termasuk alat

observasi maka penggunaannya perlu dilakukan secara professional, agar

tidak merusak setting kelas yang alami (Sukaridi, 2013: 117-120).

E. Pedoman Pengamatan

Dasar yang menjadi acuan dalam membuat pedoman observasi adalah tujuan

penelitian. Tujuan penelitian menjadi tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan

dan observasi merupakan tools dalam mendapatkan data untuk mencapai tujuan

tersebut. Segala perilaku yang diobservasi tujuannya adalah untuk mendukung

16

Page 17: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

tercapainya tujuan penelitian sehingga apa yang diobservasi pun mengacu kepada

tujuan penelitian.(Herdiansyah, 2015: 155)

Setelah tujuan penelitian dirumuskan, berikutnya adalah melihat pertanyaan

penelitian. Observasi harus mengacu kepada pertanyaan penilitian. Panduan

(guideline) observasi yang merupakan turunan dari pertanyaan penelitian yang

lebih bersifat mikro dan spesifik hanya pada aspek atau dimensi teoretis yang dapat

diobservasi saja. Pada mana observasi dibuat berdasarkan dimensi teoretis dari

central phenomenon. Mungkin semua dimensi teoretis dari variabel dapat diungkap

melalui wawancara, tetapi tidak semua dimensi dapat diungkap melalui observasi.

Hanya dimensi teoretis yang berbentuk perilaku konkret yang dapat dilihat,

didengar, dihitung, dan diukur saja yang dapat diobservasi. Menurut Herdiansyah

(2015) menyebutkan beberapa alur dalam merumuskan pedoman observasi sebagai

berikut.

1. Tujuan penelitian

Merupakan tujuan akhir dari penelitian yang dilakukan

2. Pertanyaan penelitian

Merupakan turunan dari tujuaan penelitian yang sudah bersifat operasional

3. Dimensi teoretis

Berisi dimensi-dimensi dari variabel yang diteliti yang akan dipilah dalam

membuat pdoman observasi berdasarkan syarat perilaku observasi

4. Pedoman observasi

Berasal dari dimensi-dimensi yang telah dipilih berdasarkan dimensi teoretis

variabel yang diteliti

Untuk lebih lanjut memberikan gambaran mengenai pedoman observasi,

Herdiansyah (2015) memberikan contoh dimensi teoretis dari sebuah variabel

psikologis yaitu Psychological well-being. Psychological well-being mengacu pada

teori Psychological well-being yang dikemukakan Carol Ryff, seorang pakar

psikologi yang melahirkan teori Psychological well-being. Dalam teorinya tersebut

(dalam Synder & Lopez, 2002) mengemukakan enam dimensi dari Psychological

well-being, yaitu:

1. Penerimaan diri

Dimensi ini menekankan pada kemampuan individu dalam menerima diri apa

adanya terhadap kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Dengan kemampuan

17

Page 18: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

tersebut memungkingkan seorang individu untuk bersikap positif terhadap diri

sendiri dan kehidupan yang dijalani.

2. Hubungan positif dengan orang lain

Dimensi ini menekankan mengenai kemampuan individu dalam memiliki

hubungan yang hangat, kemampuan membina hubungan baik yang dilandasi

rasa saling percay dan juga mampu mencintai orang lain dalam suatu hubungan.

3. Otonomi

Dimensi ini menekankan pada kemandiriaan individu, kemampuan untuk

menjadi dan menentukan diri sendiri serta kemampuan untuk mengatur tingkah

laku atsa kontrol dirinya.

4. Tujuan hidup

Dimensi ini menekankan pada kemampuan individu untuk memiliki dan

mencapai tujuan, maksud, dan arah dalam kehidupaan.

5. Pertumbuhaan pribadi

Dimensi ini menekankan pada kemampan individu untuk mengembangkan

potensi dalam diri dan berkembang sebagai seorang manusia.

6. Penguasaan lingkungan

Dimensi ini menekankan pada kemampuan individu untuk mengatur dan

memilih lingkungan yang sesuai untuk mencapai tujuan hidupnya.

Berdasarkan kemampuan dimensi Psychological well-being di atas, dapat kita

temukan dimensi mana saja yang dapat dilakukan observasi yang dilihat dari

definisi masing-masing dimensi tersebut. Yang dijadikan patokan dalam memilih

dimensi adalah syarat perilaku yang dapat diobservasi yaitu dimensi yang dapat

dilihat dalam bentuk perilaku/ dapat didengar/ dapat dihitung/ dapat diukur.

Dari keenam dimensi tersebut, maka yang dapat diobservasi adalah; hubungan

positif dengan orang lain(dilihat dari bagaimana seorang melakukan komunikasi

yang positif, memiliki banyak teman baik, mudah berinteraksi dengan orang lain,

dan lain sebagainya), otonomi (dilihat dari bagaimana seorang melakukan segala

hal secara mandiri dan tidak dibantu oleh orang lain), dan penguasaan lingkungan

(dilihat dari bagaimana seorang memilih lingkungan pergaulan yang sesuai dengan

18

Page 19: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

dirinya). Ketiga dimensi lainnya tidak dapat diobservasi karena bersifat covert atau

tidak dapat dilihat melalui perilaku konkret. (Herdiansyah, 2015: 158)

Dari ketiga dimensi yang dapat diobservasi menurut Herdiansyah tersebut,

kemudian dilakukan analisis dan seintesis terhadap definisi dari tiap-tiap dimensi

yang selanjutnya diturunkan menjadi bentuk perilaku-perilaku yang dimuculkan

oleh subjek penelitian. Pencatatan dari perilaku yang muncul, disesuaikan dengan

model observasi yang digunakan. Berdasarkan dimensi-dimensi Psychological

well-being yang telah dipilah untuk observasi, berikut ini diberikan contoh dari

panduan observasi.

19

Page 20: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

.

20

Panduan Observasi

Observer : Alfikalia

Subjek observasi : SNT

Lokasi observasi :

1. Rumah subjek di Jalan Merdeka

Selatan, Surabaya

2. Sekolah subjek di Jalan

Perjuangan, Surabaya

3. Panti sosial tempat subjek

beraktivitas, di Jalan Bunga,

Surabaya

Waktu observasi : Januari- Maret 2012, dengan waktu

observasi tiga kali dalam satu minggu

Model observasi : Behavorial checklist

Variabel observasi : Psychological well-being

Dimensi observasi :

1. Hubungan positif dengan orang

lain

Dilihat dari bagaimana seorang

melakukan komunikasi yang

positif, memiliki banyak teman

baik, mudah berinteraksi dan lain

sebagainya.

2. Otonomi

Dilihat dari bagaimana seorang

melakukan segala hal secara

mandiri dan tidak dibantu oleh

orang lain.

3. Penguasaan lingkungan

Dilihat dari bagaimana seorang

memilih lingkungan pergaulan

yang sesuai dengan dirinya

Page 21: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

Usman & Akbar (2006: 55) memberikan petunjuk-petunjuk untuk mengadakan

observasi. Beberapa petunjuk untuk mengadakan observasi adalah: (1) pelajari dulu

apa observasi itu, (2) pelajari tujuan penelitian, (3) buat cara mencatat yang

sistematis, (4) batasi tingkat kategori yang dipakai, (5) lakukan observasi secara

cermat dan kritis, (6) catat masing-masing gejala secara terpisah menurut

kategorinya, (7) periksa alat bantuannya, (8) waktu yang tersedia, (9) hubungan

dengan pihak yang diobservasi (observee), dan (10) intensitas dan ektensi

partisipasi.

Sukandarrumidi (2004: 71) juga memberikan petunjuk untuk mengadakan

observasi, yaitu:

1. Kuasai pengetahuan apa yang akan diobservasi

2. Selidiki tujuan umum dan tujuan khusus untuk menentukan apa yang harus

diobservasi

3. Buat suatu cara untuk mencatat hasil observasi (dalam bentuk check list, daftar

ataupun bentuk yang lain)

4. Adakan dan batasi dengan tegas, macam tingkat kategori yang akan digunakan

(misalnya dengan skor)

5. Lakukan observasi secermatnya dan bersifat kritis

6. Lakukan pencatatan setiap gejala secara terpisah

7. Apabila mempergunakan alat pencatat atau perekam yang lain periksa, cermati

dan kuasai bagaimana pengoperasiannya sebelum melakukan observasi

Petunjuk yang disebutkan Sukandarrumidi diatas juga dijelaskan oleh Hadi

(1990) seperti berikut:

1. Peroleh dahulu pengetahuan apa yang akan diobservasi. Penyelidik akan dapat

mengobservasi dan mengingat-ingat lebih banyak sifat-sifat khusus dari sesuatu

jika dia telah mempunyai pengetahuan lebih dahulu tentang apa yang akan

diobservasi dan jenis fenomen-fenomen apa yang perlu diobservasi.

21

Page 22: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

2. Selidiki tujuan-tujuan umum maupun khusus dari problem-problem research

untuk menentukan apa yang harus diobservasi. Perumusan masalah dan aspek-

aspek khusus dari penyelidikan akan menentukan apa yang harus diobservasi.

Selidiki secara mendalam dan gunakan penyelidikan-penyelidikan yang

terdahulu yang mempunyai hubungan dengan problematik research yang akan

dilakukan untuk memperoleh petunjuk-petunjuk tentang apa yang harus

diobservasi dan dicatat.

3. Buatlah suatu cara untuk mencatat hasil-hasil observasi. Adalah penting sekali

untuk menetapkan lebih dahulu simbol-simbol statistik atau rumusan-rumusan

deskriptif yang akan digunakan untuk mencatat hasil-hasil observasi. Cara ini

akan menghemat waktu dan menyeragamkan tata kerja observasi yang

dilakukan terhadap banyak peristiwa. Banyak orang merasa perlu mencatat-catat

hasil observasi, tetapi tidak berhasil untuk melakukan itu karena ketiadaan cara

pencatatan yang efisien. Untuk melaksanakan itu umumnya digunakan check

lists. Check lists akan menghemat waktu pencatatan sampai minimal dan jika

dibuat secara teliti unsur-unsur khusus dari gejala yang akan diselidiki.

4. Adakan dan batasi dengan tegas macam-macam tingkat kategori yang akan

digunakan. Kecuali mencatat jumlah frekuensi dari suatu jenis tingkah laku,

kerap kali perlu sekali penyelidik mengetahui besar-kecilnya jenis tingkah laku

yang muncul. Jika dapat dibuat tabel dua jalan, penyelidik akan dapat mencatat

lebih banyak data daripada tidak. Tiap-tiap tingkatan gejala perlu dibatasi secara

terang. Ini menjadi sangat penting jika pengumpulan data harus dilakukan lebih

dari seorang.

5. Adakan observasi secermat-cermatnya dan sekritik-kritiknya. Dengan cara-cara

mencatat yang sudah disederhanakan penyelidik dapat mengkonsentrasikan

observasinya pada sifat-sifat khusus sejak permulaan. Dengan begitu ia akan

mendapatkan data yang lebih dapat dipercaya daripada jika ia mengadakan

observasi-observasi secara tidak teratur dan tergesa-gesa.

6. Catatlah tiap-tiap gejala secara terpisah. Dalam mencatat segi-segi kuantitatif

dari gejala yang diselidiki, penyelidik perlu mencatat secara terpisah gejala demi

gejala. Tidak jarang penyelidik dalam mencatat suatu gejala dipengaruhi oleh

pencatatannya pada gejala lain. Misalnya saja jika seorang observer melihat

subyek yang diselidiki berpakaian sangat rapi dan berkelakuan sangat sopan,

kerapkali dia terpengaruh oleh keadaan-keadaan itu dalam mencatat gejala lain

22

Page 23: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

lagi, misalnya kecakapannya dalam melakukan tugas-tugas memeriksai angka-

angka. Itulah yang disebut “carry over effects” yang umum mengotori

pencatatan-pencatatan pada observasi.

7. Ketahui baik-baik alat-alat pencatatan dan tata caranya menctat sebelum

melakukan observasi. Baik alat pencatatan dibuat sendiri, apalagi yang diperoleh

ahli lain, kiranya perlu sekali orang melatih diri lebih dahulu bagaimana

menggunakan secara tangkas alat itu. Hal ini khususnya sangat penting jika

penyelidikan dijalankan bersama-sama dengan orang lain dan alat pencatatan

yang digunakan adalah sama, sedang hasil penyelidikan akan dipadukan.

Kegagalan satu dua orang pengamat saja mungkin sekali akan mengecewakan

team penyelidik, dan yang kurang bahayanya adalah penyelidikan menjadi

kurang reliabel dan otentik.

23

Page 24: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

Daftar Pustaka

Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (2012). How to Design and Evaluate

Research in Education (Eighth Edition). New York: McGraw-Hill.

Gay, L. R., Mills, G. E., & Airasian, P. (2012). Educational Research: Competencies

for Analysis and Applications (Tenth Edition). New Jersey: Pearson Education.

Hadi, S. (1990). Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan

Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hadi, S. (2004). Metodologi Research.Yogyakarta: ANDI

Herdiansyah, H. (2015). Wawancara, Observasi, dan Focus Groups:Sebagai Instrumen

Penggakian Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Marshall, Catherine, Gretchen B Rossman. (1995). Designing Qualitative Research

(Second Edition). London: Sage Publications, International Eduvational and

Professional Publisher

Moleong, Lexy. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Nawawi, Hadari. (2005). Metode Penelitian bidang sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Ratna, Kutha Nyoman. 2010. Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan

Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Ruslan, Rosady. (2008). Metode Penelitian: Public Relations & Komunikasi. Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada.

Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sukandarrumidi. (2004). Metodologi Penelitian: Petunjuk Praktis untuk Peneliti

Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

24

Page 25: dianmayasaputri.blogs.uny.ac.iddianmayasaputri.blogs.uny.ac.id/.../15433/2018/04/week4.docx · Web viewUntuk pertanyaan penelitian tertentu, observasi adalah pendekatan pengumpulan

Sukardi. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas: Impelementasi dan

Pengembangannya. Jakarta : PT Bumi Aksara

Usman, H., & Akbar, P. S. (2006). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Wiriaatmadja, Rochiati.2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Yin, K. Robert. 2011. Qualitative Research from Start to Finish. New York: The

Guildford Press

Yunus, Sabari Hadi. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer.

Yogyakarta: Pustaka Belajar

25