karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi...

36
Makalah SPAI “ASURANSI” MAKALAH SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (SPAI) “ASURANSI” Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu mata perkuliahan Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI) Dengan Dosen : Dr. Syahidin, M.Pd. Disusun oleh : Galuh Sulisverat 054269 1

Transcript of karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi...

Page 1: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

MAKALAH

SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (SPAI)

“ASURANSI”

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu mata perkuliahan

Seminar Pendidikan Agama Islam (SPAI)

Dengan Dosen :

Dr. Syahidin, M.Pd.

Disusun oleh :

Galuh Sulisverat

054269

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESINFAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2008

1

Page 2: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul

“Asuransi”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Seminar

Pendidikan Agama Islam.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam menyusun makalah ini teramat banyak

kesulitan dan hambatan-hambatan yang dihadapi, namun berkat dorongan, bantuan dan

bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan

makalah ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan, penulis panjatkan

do’a agar semua amal baik yang telah diberikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari

Allah SWT. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, serta

khususnya bagi penulis sendiri agar dapat menjadi bekal penulis dikemudian hari. Amin.

Bandung, Mei 2008

Penulis

2

Page 3: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………... i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………..... 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………… 1

B. Rumusan Masalah………………………………………….. 2

C. Sistematika Penulisan……………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….... 3

A. Pengertian Asuransi……………………………………….... 3

B. Macam – Macam Asuransi…………………………………. 3

C. Perbandingan antara Asuransi Syariah

dan Asuransi Konvensional………………………………… 5

D. Pendapat Ulama tentang Asuransi………………………… 9

E. Asuransi dalam Sistem dan Sudut Pandang

Hukum Islam………………………………………………… 12

BAB III KESIMPULAN………………………………………………….. 17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 203

Page 4: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada masa sekarag ini adalah dimana zaman semakin maju dibarengi dengan

teknologi yang semakin pesat selain itu kemudahan dalam bertransaksi atau

perdagangan sudah bisa diacungi jempol karena dengan kemajuan zaman maka

tingkat kepintaran seseorang bisa sangat terpengaruh bahkan dalam dunia industri

atau dunia kerja, mereka yang mempunyai perusahaan sendiri bersaing untuk

mendapatkan keuntungan dari setiap penjualan produknya tetapi hal tersebut tidak

luput dari penawaran atau kesepakatan antara kedua pihak atau produsen dan

konsumen tentang jaminan suatu produk yang akan dibeli atau dipakai oleh

konsumen. Jaminan tersebut biasa dikenal dengan sebutan asuransi. Asuransi disini

dimaksudkan untuk jaminan suatu produk suatu perusahaan tetapi ada juga asuransi

yang berupa asuransi jiwa dimana jaminannya itu berupa jaminan kesehatan ataupun

anggaran untuk orang yang meninggal, asuransi jiwa biasanya berdiri dalam satu

perusahaan sendiri, ya.. biasanya bisa dibilang suatu perusahaan asuransi. Tetapi

selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

dibahas dalam makalah ini.

Asuransi memiliki beberapa macam persyaratan tergantung dari ketentuan

produsennya atau pembuat produk yang akan diasuransikannya. Dan dalam

ketentuannya itu selalu berbeda-beda ada yang memang merugikan konsumen tetapi

menguntugkan bagi produsen dan ada pula yang saling menguntungkan antara kedua

belah pihak yaitu menguntungkan bagi konsumen dan menguntungkan pula bagi

produsennya. Dari perbedaan tersebut sehingga memunculkan persepsi dari berbagai

kalangan atau para ahli agama khususnya dalam agama Islam mengenai halal dan

haramnya penggunaan asuransi, maka dari itu hal tersebut yang melatarbelakangi

penulis dalam penulisan makalah ini yaitu yang akan membahas lebih jauh mengenai

bolehkah asuransi dipergunakan dalam kehidupan khususnya bagi kalangan orang

muslim, apakah haram atau halal asuransi digunakan?.

Asuransi yang akan dibahas dalam makalah ini sesuai dengan aturan Islam

yang berkenaan dengan hubungan antar manusia maka dari itu dipergunakan acuan

4

Page 5: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

mengenai hal tersebut yaitu dalam Fiqh Muamalah dimana dengan memahami Fiqh

muamalah kita sebagai umat Islam dapat memberikan nilai Islam yang solutif dan

alternative dalam tata hubungan antar manusia. Dan dalam makalah ini mudah-

mudahan bisa menemukan solusi dari permasalahan yang terjadi salah satunya

mengenai asuransi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut penulis merumuskan permasalahan agar tidak

melebar kemana-mana, maka rumusan masalahnya yaitu:

1. Apa pandangan sistem Islam dalam penggunaan asuransi dalam kehidupan

umat muslim?

2. Apakah diperbolehkan atau tidak penggunaan asuransi dalam kehidupan orang

Islam?

C. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

D. Latar Belakang Masalah

E. Rumusan Masalah

F. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

F. Pengertian Asuransi

G. Macam – Macam Asuransi

H. Perbandingan antara Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional

I. Pendapat Ulama tentang Asuransi

J. Asuransi dalam Sistem dan Sudut Pandang Hukum Islam

BAB III KESIMPULAN

5

Page 6: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Asuransi

Definisi asuransi adalah sebuah akad yang mengharuskan perusahaan asuransi

(muammin) untuk memberikan kepada nasabah/klien-nya (muamman) sejumlah harta

sebagai konsekuensi dari pada akad itu, baik itu berbentuk imbalan, Gaji, atau ganti

rugi barang dalam bentuk apapun ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau

terbuktinya sebuah bahaya sebagaimana tertera dalam akad (transaksi), sebagai

imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin dan berkala atau secara kontan

dari klien/nasabah tersebut (muamman) kepada perusahaan asuransi (muammin) di

saat hidupnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa asuransi merupakan salah

satu cara pembayaran ganti rugi kepada pihak yang mengalami musibah, yang

dananya diambil dari iuran premi seluruh peserta asuransi

Menurut pasal 246 Wetboek van Koophandel (kitab undang-undang

perniagaan) bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu persetujuan dimana

pihak yang meminjamkan berjanji kepada pihak yang dijamin untuk menerima

sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin akan diderita oleh

yang dijamin karena akbat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi.

Menurut Fuad Mohd. Fachruddin ( 1985:201 ) yang dimaksud dengan asuransi

adalah suatu perjanjian-peruntungan. Sebelumnya beliau menjelaskan definisi

asuransi menurut Kitab Undang-Undang Perniagaan pasal 246.

B. Macam - Macam Asuransi

Asuransi yang terdapat pada Negara-negara didunia ini bermacam-macam.

Hal ini terjadi karena bermacam-macam pula sesuatu yang diasuransikan. Untuk lebih

jelasnya, berikut ini macam-macam asuransi itu.

1. Asuransi Timbal Balik

Yang dimaksud dengan asuransi timbal balik adalah beberapa orang

memberikan iuran tertentu yang dikumpulkan dengan maksud meringankan

atau melepaskan beban sesorang dari mereka saat mendapat kecelakaan. Jika

6

Page 7: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

uang yang dikumpulkan tersebut telah habis, dipungut lagi iuran yang bar u

untuk persiapan selanjutnya, demikian seterusnya

2. Asuransi Dagang

Asuransi dagang adalah beberapa manusia yang senasib bermufakat dalam

mengadakan pertanggung jawaban bersama untuk memikul kerugian yang

menimpa salah seorang anggota mereka. Apabila timbul kecelakaan yang

merugikan salah seorang anggota kelompoknya yang telah berjanji itu, seluruh

orang yang tergabung dalam perjanjian tersebut memikul beban kerugian itu

dengan cara memungut derma (iuran) yang telah ditetapkan atas dasar kerja

sama untuk meringankan teman semasyarakat.

3. Asuransi Pemerintah

Asuransi pemerintah adalah menjamin pembayaran harga kerugian kepada

siapa saja yang menderita di waktu terjadinyasuatu kejadian yang merugikan

tanpa mempertimbagkan keuntungan, bahkan pemerintah menanggung

kekurangan yang ada karena uang yang dipungut sebagai iuran dan asuransi

lebih kecil daripada harga pembayaran kerugian yang harus diberikan kepada

penderita di waktu kerugia itu terjadi. Asuransi pemerintah dilakukan secara

obligator atau paksaan dan dilakukan oleh badan-badan yang telah ditentukan

untuk masing-masing keperluan.

4. Asuransi Jiwa

Yang dimaksud dengan asuransi jiwa adalah asuransi atas jiwa orang-

orang yang mempertanggungkan atas jiwa orang lain, penanggung

(asurador)berjanji akan membayar sejumlahuang kepada orang yang

disebutkan namanya dalam polis apabila yang mempertanggungkan (yang

ditanggung) meninggal dunia atau sesudah melewati masa-masa tertentu.

5. Asuransi atas Bahaya yang Menimpa Badan

Asuransi atas bahaya yang menimpa badan adalah asuransi dengan

keadaan–keadaan tertentu pada asuransi jiwa atas kerusakan-kerusakan diri

seseorang, seperti asuransi mata, asuransi telinga, asuransi tangan, atau

7

Page 8: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

asuransi atas penyakit-penyakit tertentu. Asuransi ini banyak dilakukan oleh

buruh-buruh industry yang menghadapi bermacam-macam kecelakaan dalam

menunaikan tugasnya.

6. Asuransi terhadap Bahaya-bahaya Pertanggungjawaban Sipil

Yang dimaksud dengan asuransi terhadap bahaya-bahaya

pertanggungjawaban sipil adalah asuransi yang diadakan terhadap benda-

benda, seperti asuransi rumah, perusahaan, mobil, kapal udara, kapal laut

motor, dan yang lainnya. Di RPA asuransi mengenai mobil dipaksakan.

C. Perbandingan antara Asuransi Syariah Dan Asuransi Konvensional

1. Asuransi Konvensional

a. Ciri-Ciri Asuransi Konvensional

Ada beberapa ciri yang dimiliki asuransi konvensional, diantaranya

adalah:

Akad asuransi konvensianal adalah akad mulzim (perjanjian yang

wajib dilaksanakan) bagi kedua belah pihak, pihak penanggung dan

pihak tertanggung. Kedua kewajiban ini adalah kewajiban tertanggung

menbayar primi-premi asuransi dan kewajiban penanggung membayar

uang asuransi jika terjadi peristiwa yang diasuransikan.

Akad asuransi ini adalah akad mu’awadhah, yaitu akad yang

didalamnya kedua orang yang berakad dapat mengambil pengganti dari

apa yang telah diberikannya.

Akad asuransi ini adalah akad gharar karena masing-masing dari kedua

belah pihak penanggung dan tertanggung pada waktu melangsungkan

akad tidak mengetahui jumlah yang ia berikan dan jumlah yang dia

ambil.

Akad asuransi ini adalah akad idzan (penundukan) pihak yang kuat

adalah perusahan asuransi karena dialah yang menentukan syarat-

syarat yang tidak dimiliki tertanggung,

8

Page 9: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

2. Asuransi Syariah

a. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Suatu asuransi diperbolehkan secara syari, jika tidak menyimpang dari

prinsip-prinsip dan aturan-aturan syariat Islam. Untuk itu dalam muamalah

tersebut harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama ),

tolong menolong, saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau

keuntungan materi semata. Allah SWT berfirman,? Dan saling tolong

menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong

menolong dalam dosa dan permusuhan.

Asuransi syariat tidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabarru’ atau

mudhorobah.

Sumbangan (tabarru?) sama dengan hibah (pemberian), oleh karena itu

haram hukumnya ditarik kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka

diselesaikan menurut syariat

Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah

ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakan

prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambilah

sejumlah uang guna membantu orang yang sangat memerlukan.

Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya

dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena

suatu musibah. Akan tetepi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas

kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah.

Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan menurut

aturan syar’i.

b. Ciri-Ciri Asuransi Syari’ah

Asuransi syariah memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah Sbb:

Akad asuransi syari?ah adalah bersifat tabarru?, sumbangan yang

diberikan tidak boleh ditarik kembali. Atau jika tidak tabarru?, maka

andil yang dibayarkan akan berupa tabungan yang akan diterima jika

terjadi peristiwa, atau akan diambil jika akad berhenti sesuai dengan

9

Page 10: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

kesepakatan, dengan tidak kurang dan tidak lebih. Atau jika lebih maka

kelebihan itu adalah kentungan hasil mudhorobah bukan riba.

Akad asuransi ini bukan akad mulzim (perjanjian yang wajib

dilaksanakan) bagi kedua belah pihak. Karena pihak anggota ketika

memberikan sumbangan tidak bertujuan untuk mendapat imbalan, dan

kalau ada imbalan, sesungguhnya imbalan tersebut didapat melalui izin

yang diberikan oleh jama?ah (seluruh peserta asuransi atau pengurus

yang ditunjuk bersama).

Dalam asuransi syari’ah tidak ada pihak yang lebih kuat karena semua

keputusan dan aturan-aturan diambil menurut izin jama?ah seperti

dalam asuransi takaful.

Akad asuransi syariah bersih dari gharar dan riba.

Asuransi syariah bernuansa kekeluargaan yang kental.

c. Manfaat Asuransi Syariah.

Berikut ini beberapa manfaat yang dapat dipetik dalam menggunakan

asuransi syariah, yaitu:

Tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa sepenanggungan di antara

anggota.

Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam salimg

tolong menolong.

Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat.

Secara umum dapat memberikan perlindungan-perlindungan dari

resiko kerugian yang diderita satu pihak.

Juga meningkatkan efesiensi, karena tidak perlu secara khusus

mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan

perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu, dan biaya.

Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang

jumlahnya tertentu, dan tidak perlu mengganti/ membayar sendiri

kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tertentu dan tidak pasti.

Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi

akan dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad.

10

Page 11: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

Menutup Loss of corning power seseorang atau badan usaha pada saat

ia tidak dapat berfungsi(bekerja).

3. Persamaan antara Asuransi Konvensional Dan Asuransi Syari’ah.

Jika diamati dengan seksama, ditemukan titik-titik kesamaan antara

asuransi konvensional dengan asuransi syariah, diantaranya sbb:

a. Akad kedua asuransi ini berdasarkan keridloan dari masing- masing pihak.

b. Kedua-duanya memberikan jaminan keamanan bagi para anggota

c. Kedua asuransi ini memiliki akad yang bersifad mustamir (terus)

d. Kedua-duanya berjalan sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak.

4. Perbedaan antara Asuransi Konvensional Dan Asuransi Syariah.

Dibandingkan asuransi konvensional, asuransi syariah memiliki perbedaan

mendasar dalam beberapa hal.

Pertama, keberadaan Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi

syariah merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi

manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan

syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak

mendapat perhatian.

Kedua, prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong).

Yaitu nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah mengalami

kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat tadabuli (jual-beli

antara nasabah dengan perusahaan).

Ketiga, dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah

(premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil

(mudharobah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana

dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.

Keempat, premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik

nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya.

Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan

perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan

pengelolaan dana tersebut.

11

Page 12: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

Kelima, untuk kepentingan pembayaran klaim nasabah, dana diambil dari

rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk

keperluan tolong-menolong bila ada peserta yang terkena musibah. Sedangkan

dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening

milik perusahaan.

Keenam, keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik

dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil.

Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi

milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.

Dari perbandingan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa asuransi

konvensional tidak memenuhi standar syar’i yang bisa dijadikan objek

muamalah yang syah bagi kaum muslimin. Hal itu dikarenakan banyaknya

penyimpangan-penyimpangan syariat yang ada dalam asuransi tersebut.

Oleh karena itu hendaklah kaum muslimin menjauhi dari bermuamalah

yang menggunakan model-model asuransi yang menyimpang tersebut, serta

menggantinya dengan asuransi yang senafas dengan prinsip-prinsip muamalah

yang telah dijelaskan oleh syariat Islam seperti bentuk-bentuk asuransi syariah

yang telah kami paparkan di muka.

D. Pendapat Ulama tentang Asuransi

Masalah asuransi dalam pandangan ajaran Islam termasuk masalah ijtihadiyah,

artinya hukumannya perlu dikaji sedalam mungkin karena tidak dijelaskan oleh Al-

Quran dan Al-Sunnah secara eksplisit. Para imam mujtahid seperti Abu Hanifah,

Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hanbal dan para mujtahid yang semasa

dengannya tidak memberikan fatwa mengenai asuransi karena pada masanya asuransi

belum dikenal. System asuransi baru dikenal di dunia Timur pada abad XIX Masehi.

Dunia Barat sudah mengenal system asuransi ini sejak abad XIV Masehi, sedangkan

para ulama mujtahid besar hidup pada sekitar abad II s.d. IX Masehi.

Dikalangan ulama atau cendekiawan Muslim terdapat empat pendapat tentang

hokum asuransi, yaitu :

12

Page 13: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

1. Mengharamkan asuransi dalam segala macam dan bentuknya seperti sekarang

ini, termasuk asuransi jiwa. Kelompok ini antara lain Sayyid Sabiq yang

diungkap dalam kitabnya FIqh Al-Sunnah, Abdullah Al-Qalqili, Muhammad

Yusuf Al-Qardhawi, dan Muhammad Bakhit Al-Muth’I, alasannya antara lain:

Asuransi pada hakikatnya sama dengan judi,

Mengandung unsure tidak jelas dan tidak pasti,

Mengandung unsure riba/rente,

Mengandung unsure eksploitasi karena apabila pemegang polis tidak bias

melanjutkan pembayaran preminya, bias hilang atau dikurangi uang premi

yang telah dibayarkan,

Premi-premi yang telah dibayarkan oleh para pemegang polis diputar

dalam praktik riba (karena uag tersebut dikreditkan dan dibungakan),

Asuransi termasuk akad shafi, artinya jual beli atau tukar-menukar mata

uang tidak dengan uang tunai,

Hidup dan matinya manusia dijadikan objek bisnis, yang berarti

mendahului takdir Tuhan Yang Maha Esa.

2. Membolehkan semua asuransi dalam praktiknya dewasa ini.

Pendapat ini dikemukakan oleh Abdul Wahab Khalaf, Mustafa Ahmad Zarqa,

Muhammad Yusuf Musa dan alasan-alasan yang dikemukakannya sebagai

berikut:

Tidak ada nash Alquran maupun nash Al-Hadis yang melarang asuransi,

Kedua pihat yang berjanji (asurador dan yang mempertanggungkan)

dengan penuh kerelaan menerima operasi ini dilakukan dengan memikul

tanggungjawab masing-masing,

Asuransi tidak merugikan salah satu atau kedua belah pihak dan bahkan

asuransi menguntungkan kedua belah pihak,

Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang

terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali untuk dijadikan

modal) untuk proyek-proyek yang produktif dan untuk pembanguna,

Asuransitermasuk akad mudharabah, maksudnya asuransi merupakan akad

kerja sama bagi hasil antara pemegang polis (pemilik modal) dengan pihak

13

Page 14: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

perusahaan asuransi yang mengatur modal atas dasar bagi hasil (profit and

loss sharing),

Asuransi termasuk syirkah ta’awuniyah,

Dianalogikan atau diqiaskan dengan system pension, seperti taspen,

Operasi asuransi dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan

bersama,

Asuransi menjaga banyak manusia dari kecelakaan harta benda, kekayaan,

dan kepribadian.

Dengan alasan-alasan yang demikian, asuransi dianggap membawa

manfaat bagi pesertanya dan perusahaan asuransi secara bersamaan. Praktik

atau tindakan yang dapat mendatang kemaslahatan orang banyk dibenarkan

oleh agama.

Lebih jauh Fuad Mohammad Fachruddin menjelaskan bahwa asuransi

social, seperti asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan, diakibatkan oleh

pekerjaan,. Negara melakukannya terhadup setiap orang yang membayar iuran

premi yang ditentukan untuk itu, Negara pula yang memenuhi kekuragan yang

terdapat dalam perbedaan uang yang telah dipungut dengan uang pembayar

kerugian. Maka asuransi ini menuju ke arah kemaslahatan umum yang bersifat

social. Oleh karena itu, asuransi ini dibenarkan oleh agama Islam.

Asuransi terhadap kecelakaan, jika asuransinya tergolong kepada asuransi

campur (asuransi yang didalamnya termasuk penabungan). Hakikat asuransi

campur mencakup dua premi, yaitu untuk menutup bahaya kematian dan

untuk menyiapkan uang yang harus dibayar jika dia tidak meninggal dunia

dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka hukumnya dibolehkan oleh

agama Islam karena asuransi campur didalamnya terdapat dorongan untuk

menabung dan penabungan itu untuk kemaslahatan umum. Syaratnya,

perusahaan asuransi berjanji kepada para pemegang polis bahwa uang

preminya tidak dikerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan riba, hal ini sama

dengan hokum penabungan pada pos, adapun asuransi biasa menurut Fuad

Mohammad Fachruddin tidak dibolehkan, karena asuransi ii tidak meuju

kearah kemaslahatan umum dan kepentingan bersama.

14

Page 15: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

3. Membolehkan asuransi yang bersifat social dan mengharamkan asuransi yang

bersifat komersial semata.

Pendapat ini dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah. Alas an yang

dapat digunakan untuk membolehka asuransi yang bersifat social sama dengan

alas an pendapat kedua, sedangka alasan pengharaman asuransi bersifat

komersial semata-mata pada garis besarnya sama dengan alasan pendaat

pertama.

4. Menganggap bahwa asuransi bersifat syubhat karena tidak ada dalil-dalil

syar’I yang jelas mengharamkan ataupun secara jelas menghalalkannya.

Apabila hukum asuransi dikategorikan syubhat, konsekuensinya adalah umat

Islam dituntut untuk berhati-hati (al-ihtiyath) dalam menghadapi asuransi.

Umat Islam baru dibolehkan menjadi polis atau mendirikan perusahaan

asuransi apabila dalam keadaan darurat.

E. Asuransi dalam Sistem dan Sudut Pandang Hukum Islam

Mengingat masalah asuransi ini sudah memasyarakat di Indonesia dan

diperkirakan ummat Islam banyak terlibat di dalamnya, maka permasalahan tersebut

perlu juga ditinjau dari sudut pandang agama Islam.

Di kalangan ummat Islam ada anggapan bahwa asuransi itu tidak Islami.

Orang yang melakukan asuransi sama halnya dengan orang yang mengingkari rahmat

Allah. Allah-lah yang menentukan segala-segalanya dan memberikan rezeki kepada

makhluk-Nya, sebagaimana firman Allah SWT, yang artinya:

"Dan tidak ada suatu binatang melata pun dibumi melainkan Allah-lah yang

memberi rezekinya." (Q. S. Hud: 6)

"Dan siapa (pula) yang memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi?

Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)???" (Q. S. An-Naml: 64)

"Dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keprluan hidup, dan

(kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan

pemberi rezeki kepadanya." (Q. S. Al-Hijr: 20)

15

Page 16: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

Dari ketiga ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah sebenarnya telah

menyiapkan segala-galanya untuk keperluan semua makhluk-Nya, termasuk manusia

sebagai khalifah di muka bumi. Allah telah menyiapkan bahan mentah, bukan bahan

matang. Manusia masih perlu mengolahnya, mencarinya dan mengikhtiarkannya.

Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar

untuk menghadapi masa depan dan masa tua. Namun karena masalah asuransi ini

tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai

masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya

perbedaan pendapat sukar dihindari.

Ada beberapa pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh

Islam. Yang paling mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu:

1. Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa

Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii (mufti

Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muth‘i (mufti Mesir").

Alasan-alasan yang mereka kemukakan ialah:

Asuransi sama dengan judi

Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.

Asuransi mengandung unsur riba/renten.

Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila

tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang

sudah dibayar atau di kurangi.

Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.

Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.

Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan

mendahului takdir Allah.

2. Asuransi konvensional diperbolehkan

Pendapat kedua ini dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa

Akhmad Zarqa (guru besar Hukum Islam pada fakultas Syari‘ah Universitas

Syria), Muhammad Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm pada Universitas

16

Page 17: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

Cairo Mesir), dan Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-

Haditsah wa Ahkamuha). Mereka beralasan:

Tidak ada nash (al-Qur‘an dan Sunnah) yang melarang asuransi.

Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.

Saling menguntungkan kedua belah pihak.

Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi

yang terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif

dan pembangunan.

Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil)

Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta‘awuniyah).

Asuransi di analogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.

3. Asuransi yang bersifat sosial di perbolehkan dan yang bersifat komersial

diharamkan

Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh Muhammad Abdu Zahrah (guru

besar Hukum Islam pada Universitas Cairo).

Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama dalam

asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan

kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).

Alasan golongan yang mengatakan asuransi syubhat adalah karena tidak

ada dalil yang tegas haram atau tidak haramnya asuransi itu.

Dari uraian di atas dapat dipahami, bahwa masalah asuransi yang berkembang

dalam masyarakat pada saat ini, masih ada yang mempertanyakan dan mengundang

keragu-raguan, sehingga sukar untuk menentukan, yang mana yang paling dekat

kepada ketentuan hukum yang benar.

Sekiranya ada jalan lain yang dapat ditempuh, tentu jalan itulah yang pantas

dilalui. Jalan alternatif baru yang ditawarkan, adalah asuransi menurut ketentuan

agama Islam.

Dalam keadaan begini, sebaiknya berpegang kepada sabda Nabi Muhammad

SAW:

"Tinggalkan hal-hal yang meragukan kamu (berpeganglah) kepada hal-hal yagn

tidak meragukan kamu." (HR. Ahmad)

17

Page 18: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

Dijelaskan oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi bahwa asuransi merupakan

suatu kebutuhan dasar bagi mausia karena kecelakaan dan konsekuensi finansialnya

memerlukan santunan. Asuransi merupakan organisasi penyantun masalah-masalah

yang universal, seperti kematian mendadak, cacat, penyakit pengangguran, kebakaran,

banjir, badai, dan kecelakaan-kecelakaan yang bersangkutan dengan transportasi serta

kerugian financial yang disebabkannya. Kecelakaan-kecelakaan seperti diatas tidak

hanya bergantung pada tindakan para sukarelawan, kenyataan ini menuntut asuransi

untuk diperlakukan sebagai kebutuhan dasar manusia pada ruang lingkup yang sangat

luas dari kegiatan-kegiatan dan situasi manusia.

Keperluan perlindungan menghadai malapetaka dan kerugian financial yang

berkaitan dengan yang dihadapi setiap orang sama pentingnya dengan pemeliharaan

ketertiban. Untuk melenyapkan akibat buruk dari jenis kecelakaan yang diungkapkan

di atas yang berkaitan dengan ketentuan kesejahteraan umum dan jaminan social,

dalam suatu system yang Islami merupakan tugas negara untuk memberikan

pertolongan kepada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan dan memenuhi

kebutuhan yang muncul akibat kecelakaan mendadak, cacat bawaan, pengangguran

sementara, usia lanjut ataupun keatian wajar dari pencari nafkah keluarga. Pada

umumnya Negara-negara akan mengandalkan pendapatnya sendiri untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban ini. Dalam kasus tertentu, sejumlah sumber khusus dapat juga

disadap untuk keperluan ini, misalnya pihak majikan dibebani atas nama pegawai

negeri sebagaimana halnya upah atau gaji.

Rancangan asuransi yang dipandang sejalan dengan nilai-nilai Islam diajukan

oleh Muhammad Nejatullah Shiddiqi sebagai berikut:

1. Semua asuransi yang menyangkut bahaya pada jiwa manusia, baik mengenai

anggota badan maupun kesehatan harus ditangani secara eksklusif dibawah

pengawasan Negara. Jika nyawa anggota badan atau kesehatan manusia

tertimpa akibat kecelakaan pada industry atau ketika sedang melaksanakan

tugas yang diperintahkan oleh majikannya, beban pertolongan dang anti rugi

dibebankan pada pemilik pabrik atau majikanya.

Prinsip yang sama dapat diterapkan ketika mmemutuskan masalah

pengangguran, apakah tindakan yang harus dilakukan oleh majikan atau

pemilik pabrik setelah mengakibatkan menganggurnya orang yang

18

Page 19: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

bersangkutan. Bersama dengan ini haruslah individu diberi kebebasan

mengambi asuransi guna menangguangi kerugian yang terjadi pada

kepentingan dirinya dan keluarganya oleh berbagai kecelakaan sehingga ia

dapat memelihara produktivitas ekonomi serta kelanjutan bisnisnya.

Asuransi seperti diatas juga harus menjadi kepentingan Negara dengan

membawa semua asuransi ke bawah wewenang dilaksanakan oleh Negara.

Negara harus mengambil langkah-langkah untuk melindungi kekayaan dan

harta milik orang banyak dari kebakaran, banjir, kerusakan gempa bumi,

badai, dan pencurian. Kesempatan haruslah diberikan kepada setiap individu

untuk mengambil asuransi terhadap kerugian financial yang terjadi. Uang

ganti rugi hendaklah ditetapkan dalam setiap kasus menurut persetujuan

kontrak sebelumnya yang menjadi dasar pembayaran premi oleh pemilik

kekayaan. Dalam hal seseorang jatuh miskin disebabkan oleh suatu musibah,

orang tersebut harus ditolong dari kemiskinannya dengan system jaminan

social. Jaminan ini mesti dapat diperoleh tanpa pembayaran premi apapun.

Akan cocok kiranya jika perusahaan-perusahaan besar seperti industry

pesawat terbang wajib untuk diasuransikan, rumah tempat tinggal juga dapat

dipertimbangkan menurut jalur-jalur ini, badan swasta yang melakukan usaha

asuransi bagi barang-barang kekayaan juga dapat diizinkan.

2. Hendaklah sebagian besar bentuk asuransi yang berkaitan denganjiwa,

perdagangan laut, kebakaran, dan kecelakaan dimasukkan dalam sector

Negara. Beberapa di antaranya yang berurusan dengan kecelakaan-kecelakaan

tertentu, hak-hak, dan kepentingan-kepentingan serta kontrak-kontrak yang

biasa diserahkan kepada sektor swasta.

19

Page 20: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

BAB III

KESIMPULAN

Dari uraian diatas maka dapat siambil kesimpulan bahwa asuransi yang

didalamnya terdapat unsur riba dan eksploitasi atau lebih kepada komersial semata

maka asuransi tersebut dikatakan haram, sedangkan asuransi yang bersifat kooperatif

hukumnya adalah halal karena asuransi yang khusus untuk suatu usaha dapat

dilakukan oleh manusia (sekumpulan manusia) atas dasar koperatif, dan suatu

asuransi yang tidak terbatas untuk sesuatu usaha dapat dilakukan oleh pemerintah

maksudnya adalah menguntungkan bagi semua orang atau asuransi bisa membantu

dalam kehidupan social.

Untuk lebih jelasnya dari uraian diatas disimpulkan dengan beberapa

pandangan atau pendapat mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam. Yang paling

mengemuka perbedaan tersebut terbagi tiga, yaitu:

1. Pendapat pertama : Mengharamkan

Asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya, temasuk asuransi jiwa,

Alasan-alasan yang dikemukakan ialah:

a. Asuransi sama dengan judi

b. Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.

c. Asuransi mengandung unsur riba/renten.

d. Asurnsi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis, apabila

tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang premi yang

sudah dibayar atau di kurangi.

e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba.

f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.

g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya dengan

mendahului takdir Allah.

2. Pendapat Kedua : Membolehkan

Alasan-alasan yang dikemukakan ialah:

a. Tidak ada nash (al-Qur’an dan Sunnah) yang melarang asuransi.

b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.

c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.

20

Page 21: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-premi yang

terkumpul dapat di investasikan untuk proyek-proyek yang produktif dan

pembangunan.

e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil)

f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Ta’awuniyah).

g. Asuransi di analogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti taspen.

3. Pendapat Ketiga : Asuransi sosial boleh dan komersial haram

Alasan pendapat ketiga ini sama dengan pendapat pertama dalam asuransi

yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan alasan pendapat kedua,

dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh). Alasan golongan yang mengatakan

asuransi syubhat adalah karena tidak ada dalil yang tegas haram atau tidak

haramnya asuransi itu.

Dibandingkan asuransi konvensional, asuransi syariah memiliki

perbedaan mendasar dalam beberapa hal:

a. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong-menolong).

Dimana nasabah yang satu menolong nasabah yang lain yang tengah

mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi konvensional bersifat

tadabuli (jual-beli antara nasabah dengan perusahaan).

b. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah

(premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil

(mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional, investasi dana

dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga.

c. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah.

Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Sedangkan

pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan

perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan

pengelolaan dana tersebut.

d. Bila ada peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim

nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh

peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong.

Sedangkan dalam asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil

dari rekening milik perusahaan.

21

Page 22: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

e. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah selaku pemilik dana

dengan perusahaan selaku pengelola, dengan prinsip bagi hasil.

Sedangkan dalam asuransi konvensional, keuntungan sepenuhnya menjadi

milik perusahaan. Jika tak ada klaim, nasabah tak memperoleh apa-apa.

f. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah

yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi

manajemen, produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan

dengan syariat Islam. Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu

tidak mendapat perhatian.

22

Page 23: karyatulisilmiah.comkaryatulisilmiah.com/wp-content/uploads/2016/04/Asuransi.doc · Web viewTetapi selain itu masih banyak pula macam-macam asuransi lainnya diantaranya nanti akan

Makalah SPAI “ASURANSI”

DAFTAR PUSTAKA

Fachruddin, Fuad Muhammad. 1985 Riba dalam Bank, Koperasi, Perseroan dan

Asuransi. Bandung: PT. Al-Ma’arif

Shiddiqi, Muhammad Nejatullah. 1985. Asuransi di Dalam Islam. alih bahasa oleh

Ta’lim Musafir. Bandung: Pustaka.

Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Mumalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Zuhdi, Masyfuk. 1986. Islam dan Keluarga Berencana di Indonesi. Surabaya: Bina

Ilmu.

Http://hbis.wordpress.com/2007/11/23/hukum-islam-tentang-muamalah/

Http://syariahonline.com/

Http://trimudilah.wordpress.com/2007/06/21/hukum-asuransi/

Http://web.ipb.ac.id/~ono.suparno/html/insurance.html

Http://www.ajangkita.com/

Http://www.eramuslim.com/ustadz/eki/8119215446-hukum-asuransi-dalam-al-

quran.htm

Http://www.wikimu.com/

23