nandusti.files.wordpress.com  · Web viewSaya merasa bersyukur mendapat kesempatan mengikuti...

62
LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA Nama : NOPIAN ANDUSTI, SE.MT No. Daftar Hadir : 10 Hari dan Tanggal : Rabu, 21 Agustus 2013 Kecenderungan/Gaya Belajar : Converger Saya merasa bersyukur mendapat kesempatan mengikuti Diklatpim Tingkat II pada Angkatan ke XXXVII di LAN Penjompongan Jakarta, karena ini sebenarnya merupakan kesempatan ke-dua yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan, karena sebelumnya saya pada angkatan ke XXVIII telah diberikan kesempatan namun karena ada hambatan yang tidak memungkinkan terpaksa kesempatan tersebut tidak dapat saya ambil. Namun rupanya rintangan dan hambatan kembali muncul , 2 (dua) hari menjelang keberangkatan untuk mengkuti Diklatpim Tk. II ini, tepatnya tanggal 17 Agustus 2013 sore saya mengalami kecelakaan kecil yang mengakibatkan tangan sebelah kiri saya cedera (terkilir) dan tidak bisa digerakan, kenyataan ini membuat saya kuatir kembali tidak dapat lagi memanfaatkan kesempatan ke-dua ini, namun berkat kehendak Yang Maha Kuasa akhirnya saya dapat menginjakan kaki ke kampus Diklatpim Tingkat II Penjompongan pada Hari Senin tanggal 19 Agustus 2013. Ketika melakukan registrasi saya dilayani dengan baik sampai mendapatkan kamar tidur serta diberikan petunjuk/arahan. Malam pertama berada di asrama, kondisi masih sepi dan belum ada kegiatan serta teman-teman peserta lain yang kebetulan tinggal di Jakarta dan sekitarnya belum bermalam di asrama.

Transcript of nandusti.files.wordpress.com  · Web viewSaya merasa bersyukur mendapat kesempatan mengikuti...

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Rabu, 21 Agustus 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Saya merasa bersyukur mendapat kesempatan mengikuti Diklatpim Tingkat II pada Angkatan ke XXXVII di LAN Penjompongan Jakarta, karena ini sebenarnya merupakan kesempatan ke-dua yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan, karena sebelumnya saya pada angkatan ke XXVIII telah diberikan kesempatan namun karena ada hambatan yang tidak memungkinkan terpaksa kesempatan tersebut tidak dapat saya ambil.

Namun rupanya rintangan dan hambatan kembali muncul , 2 (dua) hari menjelang keberangkatan untuk mengkuti Diklatpim Tk. II ini, tepatnya tanggal 17 Agustus 2013 sore saya mengalami kecelakaan kecil yang mengakibatkan tangan sebelah kiri saya cedera (terkilir) dan tidak bisa digerakan, kenyataan ini membuat saya kuatir kembali tidak dapat lagi memanfaatkan kesempatan ke-dua ini, namun berkat kehendak Yang Maha Kuasa akhirnya saya dapat menginjakan kaki ke kampus Diklatpim Tingkat II Penjompongan pada Hari Senin tanggal 19 Agustus 2013.

Ketika melakukan registrasi saya dilayani dengan baik sampai mendapatkan kamar tidur serta diberikan petunjuk/arahan. Malam pertama berada di asrama, kondisi masih sepi dan belum ada kegiatan serta teman-teman peserta lain yang kebetulan tinggal di Jakarta dan sekitarnya belum bermalam di asrama. Kesempatan malam pertama saya manfaatkan untuk mengenal lingkungan sekitar kampus dan berkenalan dengan petugas-pertugas jaga di pos satpam yang ternyata orangnya baik-baik dan ramah sehingga saya mendapat banyak informasi positif yang sangat berguna sebagai pendatang baru serta untuk yang pertama kali.

Hari pertama beraktivitas yang dimulai dengan acara pembukaan yang dilakukan dengan sangat sederhana membuat saya terkesan dan berpikir kalau bisa disederhanakan mengapa harus dibuat dengan acara serimonial berlebihan yang selama ini biasa dilakukan pada acara-acara pembukaan suatu kegiatan yang dibuka oleh pejabat.

Kemudian dalam sesi berikutnya yaitu cerama umum oleh Kepala LAN, kesan yang saya rasakan betapa beliau mempunyai ospsesi/harapan yang sangat ideal untuk mewujudkan pemerintahan yang berkelas dunia dengan birokrasi dan ASN berkelas dunia pula tentunya. Saya membayangkan kalaulah itu dapat terwujud betapa indahnya pemerintahan ini kedepan. Ini bukanlah suatu yang mustahil jika penyelenggaran Negara dan kita semua punya komitmen yang sama untuk mewujudkannya.

Dihari pertama itu pula, kami mendapat menjelasan yang sangat baik dan jelas mengenai program, tata tertib, orientasi kampus dan pelayanan kesehatan. Dari penjelasan tersebut membuat saya merasa nyaman dan punya keyakinan dapat beradaptasi dengan lingkungan secara lebih baik.

Namun demikian, interaksi dengan para peserta lain belum terjalin dan masih terasa ada kekakuan dan kebekuan serta ada perasaan tidak percaya diri karena banyak diantara peserta merupakan pejabat pusat dan bergelar strata tiga bahkan ada yang menyandang jabatan Profesor. Kenyataan ini menyadarkan saya yang datang dari daerah tertinggal, betapa kecilnya saya diantara peserta-peserta lainnya, akan tetapi saya bertekat inilah kesempatan saya untuk dapat belajar banyak dan menimbah pengetahuan maupun pengalaman baik dari para Widyaiswara maupun dari teman-teman peserta lainnya.

Pada hari kedua, kekakuan dan kebekuan sudah dapat dicairkan, suasanapun mulai penuh kehangatan, para peserta Diklat PIM Tingkat II yang tadinya masih belum saling mengenal mulai terlihat akrab, terutama setelah Ibu Widyaiswara membahas Kajian Paradigma Building Learning Commitmen (BLC).

Suatu pengalaman yang sangat berkesan bagi saya, walapun saya sudah terbiasa berhadapan dengan kelompok yang lebih besar tetapi secara terus terang saya agak gugup dan tegang ketika berhadapan dengan peserta-peserta yang semuanya pejabat eselon II apalagi para eselon II instansi pusat yang semuanya hebat-hebat dimata saya. Akhirnya dengan suasana keakraban dan diselingi homor-homor segar, kegugupan dan ketegangan mulai dapat dihilangkan.

Akhirnya saya menyadari, melalui pelatihan dan metode-metode yang diberikan Ibu Widyaiswara ternyata gaya belajar saya termasuk gaya converger yang masih sangat banyak kelemahan-kelemahan dalam diri saya sehingga masih perlu diperbaiki di Kampus LAN Penjompongan Jakarta ini.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Kamis, 22 Agustus 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Menginjak hari ke-tiga, semangat para peserta diklat semakin tampak termasuk saya dimana secara umum sekitar pukul 07.00 wib para peserta telah bersiap untuk menuju ruang kelas walaupun dimulainya proses belajar masih menyisahkan waktu 45 menit lagi sehingga para peserta bagaikan penumpang takut ketinggalan kereta.

Sesi pertama pada hari ke-tiga ini dimulai dengan materi komitmen dalam proses belajar (learning commitmen), dibawah bimbingan Ibu Widyaiswara para peserta kelompok 3A sangat antusias dan sempat terjadi diskusi yang alot di dalam kelompok maupun sub kelompok. Hampir semua peserta berlomba untuk menampilkan pendapat dalam proses merumuskan komitmen bersama yang perlu disepakati, bahkan untuk menemukan kesepakatan dilakukan poting. Dalam proses menuju kesepakatan, masih terasa nuansa untuk saling menonjolkan diri namun arah untuk saling menghargai pendapat sudah muncul.

Ada sesuatu yang bagi saya masih terasa kebiasaan birokrasi selama ini, dimana dalam upaya merumuskan komitmen belajar mengedepankan pilihan aspek ideal yang dinyatakan dalam komitmen tetapi belum begitu dipertimbangkan apa yang dapat diperbuat dari komitmen yang akan disepakati. Padahal komitmen yang dibangun tidak dengan mengedepankan aspek kemampuan mengimplementasikannya akan berpeluang komitmen bersama tersebut hanya akan menjadi dokumen semata, karena komitmen bersama tidak dibangun melalui proses yang mengakar (membumi). Akan tetapi bagi saya yang terpenting semua ini adalah proses pembelajaran menuju perubahan kearah peningkatan kapasitas peserta diklat.

Rupanya anggapan saya mengenai pembangunan komitmen bersama perlu mempertimbangkan aspek implementasinya terjawab pada sesi kedua, yaitu melalui ceramah umum Bapak Nurjaman Natakusumah dengan tema : “ Penguatan Peran Birokrasi Dalam Memasuki Era Asean Community 2015”, bahwa yang terpenting dalam sebuah komitmen bersama bukanlah isi pernyataan dari komitmen tetapi apa yang dapat diperbuat dari isi pernyataan dalam komitmen itu sendiri atau bukan ditentukan bangunan komitmennya namun bagaimana komitmen itu dibangun sehingga melahirkan keyakinan/kepercayaan bersama bahwa komitmen yang dibangun adalah sesuatu yang mengandung kebenaran

Pada sesi kedua ini, yaitu sesi ceramah umum yang disampaikan oleh Bapak Nurjaman Natakusumah, kesan saya bahwa peserta diajak untuk optimis pemerintahan kita akan dapat menjadi pemerintahan yang berkelas dunia, namun beliau lupa system pemerintahan, birokrasi dan aparatur sipil negara adalah bagian (sub) dari system kenegaraan termasuk di dalamnya system politik. Artinya akan sangat sulit jika upaya perubahan pola pikir (mindset) pemerintahan hanya mengandalkan regulasi-regulasi bidang birokrasi dan aparatur sipil semata yang merupakan sub system dari system pemerintahan secara keseluruhan, seharusnya setiap proses pemecahan masalah perlu dilihat secara komprehensif yang dilandasi akar permasalahan yang sesungguhnya serta melihat berbagai konstrainnya.

Sejak otonomi daerah, banyak anggapan bahwa telah terbentuk kerajaan-kerajaan kecil termasuk saya beranggapan demikian, bukanlah pemimpin terlahir dari proses demokrasi yang bernama pilkada tetapi adalah penguasa. Namun, dalam sesi ke-tiga pada ceramah umum Ibu Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) yang bertema : “ Best Practices Kemimpinan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara”. Beliau mengungkapkan dan menceritakan bagaimana beliau melakukan perubahan-perubahan mendasar dalam mereform birokrasi untuk mewujudkan good governance dan beliau diakui cukup berhasil dengan modal niat, semangat dan keiklasan berkorban demi orang-orang yang dipimpinnya dan inilah sebenarnya pemimpin.

Dari ceramah Ibu Tri Rismaharini (Walikota Surabaya), telah membuka mata dan alam pikiran saya bahwa masih ada dan bahkan mungkin masih banyak Kepala Daerah yang tidak berlabel penguasa tetapi berlabel pengayom, pelindung dan berperan sebagai pemimpin yang sesungguhnya. Kenyataan ini menyadarkan saya, bahwa sesungguhnya untuk dapat menjadi pemimpin yang baik bukan pemimpin yang berperilaku penguasa kata kuncinya adalah tekat, semangat, iklas relah berkorban yang didasari adanya komitmen bersama yang kuat dengan orang-orang yang dipimpinnya untuk melakukan perubahan positif niscaya dapat terwujud dan bukanlah ditentukan oleh sederet dokumen-dokomen regulasi yang hanya berada pada livel procedural dan tidak menyentuh esensi dari reformasi birokrasi itu sendiri.

Pada sesi terakhir ceramah umum hari ke-tiga, yang disampaikan Bapak Sudarsono yang bertema : “ Penerapan Learning Organization di Instansi Pemerintah”, dengan pengalaman beliau baik sebagai akademisi maupun sebagai birokrat, kembali menggugah saya bahwa sesungguhnya organisasi pemerintah dapat mewujudkan perubahan menuju peningkatan kapasitas untuk membangun masa depan, sangat tergantung dengan para pelaku dalam organisasi itu sendiri, dengan kata lain dikembalikan kepada sikap mental para pelaku yang terlibat di dalamnya.

Demikian…..

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Jum’at – Minggu (23 Agustus - 25 Agustus 2013)

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Walaupun jelas terasa kelelahan dan berlomba dengan waktu karena aktivitas di Diklatpim Tingkat II Jakarta ini sangat padat dan diatur dengan serba tepat waktu (disiplin), namun hingga hari keempat Jum’at 23 Agustus 2013 kami para peserta diklat tetap semangat.

Semangat ini dicerminkan, pukul 07.00 Wib semua peserta sudah siap menuju ruang kelas dengan wajah yang ceria yang disertai dengan gaya pejuang 45. Semua ini tidak terlepas dari jalinan kebersamaan, dalam suasana keakraban yang selalu diselingi senda gurau, canda tawa yang sehat sehingga tidak terasa kalau jauh dari keluarga.

Hari ke-empat ini, kami mendapat bimbingan materi “System Thinking” (berpikir serba system), saya merasa bagaikan mendapat darah segar sehingga alam pikiran yang selama ini dalam melaksanakan tugas-tugas di organisasi pemerintahan serba kebiasaan yang berlangsung sejak dahulu dan miskin perubahan bahkan cenderung anti perubahan. Akan tetapi melalui Bapak Widyaiswara, pintu untuk berpikir serba system telah dibukakan, walaupun baru sedikit pintu terbuka saya merasakan betapa indahnya kalau dalam melaksanakan roda organisasi pemerintahan semua ini dapat dilakukan.

Pada kajian paradigma dengan teknik CLD dalam system thinking kami memperoleh pemahaman bahwa, ‘systems thinking’ dengan links (hubungan terkait) dan loops (rangkaian alur pikir) merupakan prinsip dasar penyusunan ’peta alur pikir hubungan causal’ (CLD) dan penyusunan urutan cerita dari suatu ‘peta alur pikir hubungan causal’; Rangkaian alur pikir menguat (reinforcing loop) merupakan ‘peta alur pikir hubungan causal’ (CLD) yang terjadi apabila suatu perubahan kecil berakibat perubahan yang membesar (ekspansi atau kontraksi), baik bersifat positif maupun negative. Rangkaian alur pikir balancing (balancing loop) merupakan ‘peta alur pikir hubungan causal’ (CLD) yang terjadi apabila suatu perubahan mendorong ke arah stabilitas, adanya resistensi atau batasan-batasan tertentu; dan penangguhan (delay) merupakan suatu proses perubahan yang memerlukan waktu untuk bisa mempengaruhi atau dampak dalam proses perubahan berikutnya.

Untuk memahami CLD dalam system thinking kami mendapat bimbingan yang sangat baik dari Bapak Widyaiswara, bahkan Bapak Widyaiswara memberikan tip-tip segar dalam mengaplikasikan teknik CLD sehingga kami cepat dapat memahami dan tidak membosankan, inilah yang membuat kami tetap semangat. Bahkan dengan semangatnya kami menerima bimbingan Widyaiswara, kami sempat melupakan kalau mulai Jum’at malam hingga Minggu malam kami diberi kesempatan untuk pendalaman materi secara mandiri dan diizinkan bermalam di luar asrama.

Hingga tiba malam hari di hari Jum’at banyak teman-teman yang IB di luar asrama sampai Minggu malam, dan saya beserta beberapa teman tetap berada di asrama yang tentu saja suasananya berubah menjadi sepi. Dalam kesepian, saya mencoba untuk bertahan dengan merajut kesepian menjadi kedamaian dengan cara mencoba latihan menganalisis paradigma di tempat saya bertugas melalui teknik LCD dalam system thinking. Dari sini saya menyadari bahwa kemampuan saya untuk menyerap pelajaran sudah banyak berkurang dibandingkan 25 tahun lalu, oleh karena itu tidak ada cara lain, disamping bimbingan Widyaiswara saya juga mengharapkan bimbingan dari teman- teman peserta diklat.

Melalui proses pembelajaran di Diklatpim Tingkat II ini, suatu harapan perubahan tentunya yang kita inginkan walaupun itu mungkin akan mendapat tantangan dan rintangan, akan tetapi sepanjang dilandasi keikhlasan semoga niat untuk melakukan perubahan yang lebih baik walaupun kecil akan terwujud.

Mengakhiri rangkaian jurnal pribadi kali ini, disampaikan sebuah pesan tentang hasrat perubahan diujung penantian :

HASRAT PERUBAHAN DIUJUNG PENANTIAN

Ketika aku masih muda serta bebas berfikir dengan khayalanku,

Aku bermimpi untuk mengubah dunia,

Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,

Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah,

Maka cita-cita itupun kupersempit,

dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.

Namun tampaknya itupun tiada hasilnya.

Ketika usia senja mulai kujelang,

lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,

Kuputuskan untuk mengubah hanya keluargaku,

orang-orang yang paling dekat denganku,

namun alangkah terkejutnya aku,

merekapun tak kunjung berubah!!!

Dan kini, sementara berbaring di tempat tidur

Menjelang kematianku, baru kusadari: “

Andaikan yang pertama-tama ku ubah adalah diriku sendiri,

maka lewat memberi contoh sebagai panutan,

mungkin keluargaku bisa kuubah,

dan berkat inspirasi dan dorongan mereka,

kemudian aku menjadi mampu memperbaiki negeriku

dan siapa tahu,

bahkan aku juga bisa mengubah dunia”

An Anglican Bishop (1100 A.D), as writen in the crypts of Westminter Abby

(Quoted & published by House of Ideas, 1997

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Senin, 26 Agustus 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Setelah hari ke-delapan berada di kampus LAN Jakarta, hari Senin yang merupakan hari pertama di minggu ke-dua ini. Pada sesi pertama kami masih mendalami teknik CLD dalam system thinking dibawah bimbingan Widyaiswara.

Dalam pendalaman melalui diskusi dan latihan CLD, ternyata apa yang saya rasakan pada waktu pendalaman materi dengan cara mandiri dari tanggal 24-25 Agustus terjawab, terbukti bahwa sebenarnya kemampuan saya memang sudah jauh berkurang karena melalui pendalaman diskusi dan latihan bersama teman-teman peserta lainnya dengan dibimbing Bapak Widyaiswara ternyata walaupun saya sudah berusaha maksimal mempelajari teknik CLD secara mandiri tetap tidak lebih baik dibandingkan dengan diskusi dan latihan bersama teman-teman peserta lainnya. Suatu hal yang sangat berkesan bagi saya, dimana teman-teman saling mengisi dan saling membimbing diantara para peserta sehingga kami lebih cepat dapat memahami tentang materi yang disampaikan Widyaiswara.

Sesi ke-dua, masih mengenai system thinking tetapi masuk pada teknik Archetype Diagram. Pada materi ini kami diperkenalkan dengan metode diskusi dan latihan mengenai macam archetype melalui ciri-cirinya. Melalui diskusi sekaligus latihan, kami dibimbing menemukan langkah-langkah membuat archetype, yaitu sebagai berikut :

1. Membuat story line

2. Mencari Behavior of Time ( BOT)

3. Menentukan archetype yang sesuai dengan BOT

4. Mencari penyelesaian masalah dalam archetype

Dalam pendalaman materi, kami tidak hanya berdiskusi dan latihan biasa namun kami sekaligus juga mempresentasikan hasil latihan yang kami buat dan selanjutnya kelemahan-kelemahan yang didapat setelah dipresentasikan diperbaiki untuk penyempurnaan. Inilah salah satu faktor yang menumbuhkan semangat saya untuk terus mendalami materi-materi yang diberikan Widyaiswara, karena saya sangat menyadari semakin banyak yang diketahui maka akan semakin bayak pula yang belum diketahui.

Terasa dalam bayangan saya, setelah mempelajari tools system thingking saya punya keyakinan tools ini sangat berguna jika dimanfaatkan dalam pemecahan-pemecahan masalah di dalam melaksanakan tugas-tugas dalam organisasi pemerintahan namun perlu disertai dengan learning organization karena system thinking merupakan disiplin yang mengintegrasi 4 disiplin lainnya, yaitu : Personal Mastery, Mental Models, Share Vision dan Team Learning. Demikian jurnal hari ini, selamat tidur dan sampai jumpa jurnal berikutnya.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Selasa, 27 Agustus 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Menginjak hari ke-sembilan, Selasa 27 Agustus 2013 kami kembali mendapat pembelajaran materi building learning organization melalui latihan dan praktek tiga disiplin dari BLO yaitu Mental Models, Building Shared Vision dan Team Learning.

Pada disiplin mental model kami dibimbing oleh Bapak Widyaiswara melalui Latihan dan praktek pengambilan keputusan dengan menggunakan tangga inferensia ( Loi : Lather of inferens), protokol inquiry dan advocacy dan melatih kolom kiri (left hand column).

Dari pembelajaran mental model, ada beberapa kesan makna dan manfaat yang dapat saya ambil, yaitu :

· dengan berpikir menggunakan tangga inferensia dapat membedakan data mentah dengan data yang harus diolah lebih dulu hingga mendapatkan suatu kesimpulan dan keputusan yang ojektif ;

· mental model dapat menjadi penghambat seseorang untuk berubah. untuk membangun mental model yang baik perlu dengan mengembangkan teknik komunikasi efektif melalui Loi dan left hand column dan protokol advocacy dan inquiry.

· manfaat mental model mengarahkan kita bisa konsisten antara pola pikir, pola sikap dan pola tindak. Mampu membuat visi pribadi yang dikaitkan dengan organisasi dan mendorong kita untuk terus belajar. kondisi ini sangat penting untuk kemajuan organisasi.

· latar belakang budaya, pendidikan dan agama sangat mempengaruhi cara pandang dalam memahami teori ini. diskusi kelompok sangat menarik karena latar belakang peserta yang berbeda-beda memberikan pengayaan dari perspektif yang berbeda-beda.

· Saya menyadari bahwa dalam pengambilan keputusan sering dengan jalan pintas, yaitu menggunakan pola pikir yang klise, menyederhanakan persoalan dan menggunakan pengalaman atau rule of thumb, sehingga seringkali keputusan yang diambil menjadi tidak objektif dan keliru.

Dengan menggunakan tangga inferensi,keseimbangan inquiry dan advocacy dan left hand column menumbuhkan ketrampilan berpikir dengan tenang, bertahap, menyampaikan kepada pihak lain secara efektif dan terbuka yang merupakan kata kunci untuk memperoleh kesepakatan bersama.

Selanjutnya dalam disiplin building shared vision, kami dibimbing melalui diskusi dan latihan oleh Widyaiswara untuk membangun visi bersama organisai yang dimulai dengan visi pribadi, individu hingga visi organisai. Dalam upaya membangun visi bersama kami mendapat pembelajaran bagaimana tahap-tahap dalam proses pembangunan visi bersama, yaitu : telling, selling, testing, cosulting, co-creating. Kesan saya dari pembelajaran materi ini adalah bahwa Share vision sangat penting karena merupakan kekuatan pembangkit semangat anggota organisasi, sebab dapat memberi fokus dan energi untuk belajar, dapat meningkatkan aspirasi, membuka cara-cara berpikir dan mengenali keterbatasan pribadi.

Demikian pula untuk materi Team Learning, kami mendapat bekal baru dalam pemahaman terhadap upaya-upaya membangkitkan kinerja organisasi melalui penguatan dan pengembangan organisasi karena dengan team learning akan menciptakan team pembelajar dalam organisasi. Dalam pembelajaran materi team learning kami melakukan latihan melalui pola dialog dan diskusi (protokol advocacy dan inquiry).

Dari pembalajaran materi team learning, ada beberapa manfaat yang saya rasakan, antara lain :

· Telah membuka mata dan pikiran saya, bahwa betapa pentingnya peranan tim pembelajaran dalam membangun organisasi pembelajaran :

· Tim learning yang dilakukan melalui dialog dan diskusi memerlukan keseimbagan diantara kedua belah pihak. Namun disi lain saya sangat menyadari bahwa untuk organisasi pemerintah belumlah dapat diaplikasikan secara baik karena jika dihadapkan pada forum rapat kooordinasi yang dipimpin oleh atasan/pimpinan organisasi, biasanya apapun yang disampaikan atasan walaupun itu keliru peserta atau anggota team biasanya tidak akan menyampaikannya didalam forum rakor tersebut, akan tetapi mungkin saja dilain kesempatan. Padahal seharusnya pendapat atau gagasan disampaikan dalam furom diskusi/dialog pada rakor tersebut.

Demikian, jurnal hari ini dan akan disambung lagi hari berikutnya.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Rabu, 28 Agustus 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Sesi pertama Hari Rabu, 28 Agustus 2013 atau hari ke-sepuluh kami mendapat materi kepemimpinan yang dimulai dengan pemutaran film sebagai ilustrasi pendalaman kepemimpinan dengan menampilkan pemeran utama seorang PNS pada instansi pusat (Sarman) yang mempunyai karier cemerlang, mudah, cerdas dan berintegritas ditugaskan sebagai kepala kantor wilayah di daerah untuk melakukan perubahan perbaikan.

Pada episode pertama, ditampilkan adengan Sarman sebagai pimpinan baru, begitu semangat untuk melakukan perubahan di kantor wilayah yang dipimpinya tanpa melakukan identifikasi, pengenalan situasi terlebih dahulu, sehingga Sarman mendapat tantangan dalam upaya menyamakan visi dan komitmen perubahan terhadap kebiasaan yang telah berlangsung lama dari salah seorang bawahannya yang bernama Marwan. Marwan disamping sebagai PNS bawahan Sarman, juga beraktivitas diluar kantor sehingga sering terlambat masuk kantor dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya terbengkalai.

Kegiatan Marwan disamping sebagai PNS, juga menjadi makelar proyek di kantornya dan menjalin hubungan khusus dengan pengusaha di daerah. Berita tersebut telah terdengar oleh Sarman sebagai pimpinan di kantor wilayah tersebut. Pada suatu kesempatan, Marwan mencoba untuk membujuk Sarman agar memberikan proyek yang ditangani kantornya dimenangkan atau diserahkan kepada pengusaha lokal yang paling terkenal di daerahnya, tetapi Sarman tetap bertahan agar semuanya diserahkan sesuai dengan mekanisme dan aturan yang berlaku.

Episode kedua, Sarman bertemu dengan pengusaha lokal tersebut yang didampingi oleh tokoh masyarakat untuk membicarakan kerjasama dalam pengerjaan proyek di kantor Sarman. Dengan berbagai bujuk rayu sang pengusaha dan tokoh masyarakat yang mendampinginya, Sarman tetap bertahan tidak mau diajak bekerjasama dengan cara-cara curang walaupun sempat diancam, bahkan sampai Sarman sempat didemo oleh asosiasi pengusaha lokal.

Episode ketiga, Sarman dibujuk oleh pengusaha tersebut untuk dicalonkan sebagai Walikota tidak dengan kompensasi materi secara langsung atas jasa kerjasamanya tetapi sang pengusaha hanya sebagai donator dalam pencalonan Walikota nantinya. Pada rayuan ini Sarman mulai bimbang dan minta kesempatan berpikir dan berjanji akan memeberikan jawaban besok pagi.

Setelah episode ketiga ini Ibu Widyaiswara, mengajak kami untuk memprediksi ending dari cerita tersebut. Semua peserta sepakat bahwa akhirnya Sarman tetap akan bertahan, sedangkan saya sendirian yang memprediksi bahwa pada akhirnya Sarman akan menerima tawaran kerjasama tersebut.

Episode ke-empat, pada episode ini ditampilkan adengan Sarman memberikan jawaban seperti janjinya di episode ke-tiga, dengan keputusannya tetap menolak kerjasama. Dari adengan episode ke-empat ini, seluruh peserta bertambah yakin kalau ending dari cerita tersebut Sarman tetap akan bertahan dan menolak kerjasama curang yang ditawarkan sang pengusaha tersebut, tetapi saya tetap berkeyakinan Sarman pada akhirnya akan luntur.

Episode ke-lima (akhir), dengan alasan jika menjadi Walikota Sarman akan dapat berbuat lebih besar untuk daerahnya, maka dengan alasan tersebut Sarman akhirnya menemui kembali sang pengusaha dan menerima tawaran untuk bekerjasama sebagaimana yang diminta pengusaha lokal tersebut dalam pelaksanaan proyek.

Kesan yang dapat saya ambil dari cerita ini, ketika kita ingin betul-betul melakukan perubahan, maka jauhilah dan hindari semua pengaruh negatif dengan cara-cara yang ilegan dan baik sehingga pengaruh tersebut akan hilang sendiri dan anggota kelompok yang semula menentang akan ikut dengan visi yang kita tawarkan, bukan kekerasan dilawan kekerasan tetapi kerahkan semua kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang lain (pendekatan personal mastery dan mental models dalam learning organization).

Filosofisnya, sekeras apapun batu karang kalau terus-terusan ditetesi air lama-lama akan luntur juga, oleh karena itu hindari tetesan air tersebut. inilah yang menjadi dasar pemikiran saya hingga dapat menduga kalau pada akhirnya Sarman akan menyerah.

Pada latihan kepemimpinan berikutnya, dibawah bimbingan Ibu Widyaiswara kami memainkan simulasi peran dari kejadian nyata dengan locus BPKP Perwakilan Sumsel. Dari permainan peran tersebut, saya merasakan lebih cepat untuk menangkap makna dan pemahaman suatu konsep atau teori kepemimpinan, karena memang filosofisnya lebih baik melihat dan praktek satu kali daripada mendengar seribu kali. Oleh karena itu untuk kurikulum kedepan, secara pribadi saya menyarankan kiranya dalam Diklatpim Tingkat II ini lebih banyak porsi latihan dan praktek langsung (simulasi).

Demikian, sampai jumpa dijurnal berikutnya.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Kamis, 29 Agustus 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari Kamis, 29 Agustus 2013 kami peserta Diklatpim Tk. II Angkatan XXXVII mendapat kesempatan untuk menjadi peserta seminar yang diselenggarakan oleh LAN. Tema seminar tersebut sangat erat sekali dengan materi Diklat yang kami ikuti, yaitu Revitalisasi Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI) Dalam Mendukung Percepatan Reformasi Administrasi.

Dalam seminar tersebut, saya merasakan mendapat banyak pengetahuan dan pemahaman khususnya dalam proses reformasi administrasi yang sedang berlangsung saat ini. Namun saya juga menyadari, dengan konsep yang demikian ideal dan perubahan mendasar saya merasa ragu : apakah daerah siap melaksanakan reformasi administrasi sebagai mana yang digambarkan oleh para panelis tersebut, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki daerah dengan tingkat yang sangat beragam. Disamping itu pula, reformasi administrasi yang menjadi tuntutan keharusan disatu sisi dalam rangka menghadapi Asean Community 2015 namun tanpa diiringi dengan reformasi bidang lainnya, misalnya reformasi bidang politik akan sulit dapat diwujudkan. Dengan kata lain, sepanjang pintu birokrasi masih terbuka untuk masuknya politik di rana birokrasi, maka mungkin reformasi administrasi ataupun reformasi birokrasi yang kita impikan akan tetap menjadi mimpi.

Kemudian, setelah mengikuti seminar kami kembali mengikuti materi di kelas yaitu materi pendalaman paradigram kepemimpinan yang disampaikan oleh Ibu Widyaiswara (Dra. Hj. Wahyu Suprapti, MM.M.Psi.). Dalam penyampaiannya, beliau banyak memberikan sesuatu hal yang baru kepada kami khususnya mengenai kepemimpinan dengan membangkitkan suatu nilai yang sebelumnya tidak saya sadari melalui pendekatan Neuro Linguistic Progmming.

Setelah mendapat bimbingan dari Ibu Widyaiswara tersebut, barulah saya menyadari kalau sesungguhnya pemimpin bukanlah hasil bentukan tetapi dilahirkan secara alami dengan bakat-bakat kepemimpinan. Sedangkan pimpinan (manager) merupakan hasil bentukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi/peran yang telah diatur secara formal. Pemimpin lebih banyak ditentukan oleh faktor soft skill competency, sedangkan pimpinan lebih banyak ditentukan oleh hard skill competency.

Disamping itu, dalam materi pendalaman kepemimpinan ini banyak membangkitkan nilai-nilai kesadaran kepada saya, bahwa apa yang saya lakukan selama ini dalam melaksanakan peran dan fungsi sebagai kepala Instansi Pemerintah ternyata mengandung kekeliruan-kekeliruan yang sebelumnya saya anggap benar, oleh karena itu melalui pendalaman materi kepemimpinan yang disampaikan oleh Ibu Dra. Hj. Wahyu Suprapti, MM.M.Psi. saya betul-betul banyak mendapat pembelajaran yang sangat berarti. Saya membayangkan, alangkah indahnya kalau seorang pimpinan adalah juga seorang pemimpin.

Demikian jurnal hari ini.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Jum’at, 30 Agustus 2013 – Minggu, 1 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Melihat dan praktek langsung (simulasi) memang sangat lebih baik dan menarik dibandingkan mendengar. Statemen ini rasanya tidak keliru, karena telah kami coba dan buktikan, antara lain pada sesi pertama hari Jum’at, 30 Agustus 2013, pada materi evaluasi refleksi kepemimpinan kami diajak untuk mencoba menilai nilai-nilai kepemimpinan dari dalam diri kami masing-masing. Saya menyadari ternyata hasil dari refleksi diri sendiri tersebut (walaupun hanya latihan) tidak jauh dengan yang sebenarnya melekat dalam diri saya, sehingga akhirnya baru saya tahu bahwa banyak kelemahan dalam diri saya yang melekat secara alami, namun kelemahan yang saya miliki setelah pembelajaran ini akan saya coba untuk diminimalisir.

Pada sesi kedua hari yang sama, kami melaksanakan diskusi isu terpilih untuk dipresentasikan di depan kelas. Dalam menetapkan isu terpilih, kelompok kami tidak begitu sulit karena kami saling menerima dan memberi, menghargai, bahkan Ibu Widyaiswarapun berpendapat kelompok kami sangat kompak dan kekompakan inilah yang ingin kami tanamkan sehingga ego pribadi tidak ditonjolkan, namun tentu saja kekompakan ini dalam wujud yang positif untuk proses pembelajaran.

Hingga datanglah sore. Kami melanjutkan dengan pendalaman materi akhir pekan. Seperti minggu sebelumnya, saya tidak memanfaatkan IB tetapi lebih memilih tetap tinggal di asrama untuk memulihkan stamina yang betul-betul terkuras selama 5 hari dan mengganti jam tidur yang hilang. Disamping itu pula, saya mencoba mengevaluasi diri saya sendiri terutama kelemahan-kelemahan saya selama mengkikuti diklat ini untuk saya jadikan bahan perbaikan ke depan.

Kesepian memang terasa diakhir pekan ketika rekan-rekan banyak memanfaatkan peluang IB, namun kesepian ini sedikit terobati dengan canda tawanya pak dr. Armidin, pak Sangadji dan pak Agus Tambu ( beli printer dapat lap top kata pak Agus).

Demikianlah jurnal pribadi akhir pekan ini, semoga kebersamaan ini tidak cepat berlalu dan jurnal akan kita sambung lagi pada episode berikutnya.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Senin, 2 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari pertama di minggu ke-tiga kami mengikuti Diklatpim Tingkat II Angkatan XXXVII kelas A, pada sesi pertama kami memperoleh materi Akuntabilitas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara dari Bapak Prof.Mardiasmo, AK.MBA, Ph.D (Kepala BPKP). Dalam materi tersebut, saya mendapat pencerahan sekaligus pembekalan yang sangat berarti karena ternyata kalaulah pengelolaan keuangan negara ini dikelola dengan baik, baik di pusat maupun di daerah maka kebocoran anggaran dapat ditekan seminimal mungkin dan penghematan dapat dilakukan cukup besar. Kesan yang saya tangkap, bahwa sesungguhnya modus- mudos penyimpangan penggunaan keuangan negara semakin banyak dan canggih dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan aturan yang ada.

Pengendalian internal sangat menentukan kebocoran keuangan negara, oleh karena itu lembaga pengendalian internal pemerintah perlu semakin diperkuat bukan saja sekedar melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan tetapi perlu dilakukan pengawalan mulai dari proses perencanaan hingga evaluasi pengelolaan keuangan. Untuk itulah, dalam rangka penguatan pengendalian internal, pemerintah saat ini telah menyusun rancangan UU tentang SPIP.

Kondisi instansi pengendalian internal (Inspektorat) di daerah tempat saya bertugas belum dapat memerankan sebagai pengendali internal yang sesungguhnya, karena ada kecenderungan aparatur/personil yang ditugaskan bukanlah orang-orang yang punya kompetensi tetapi justeru menempatkan aparatur/PNS yang tidak punya kemampuan atau tidak terpakai di SKPD lain, sehingga ada anggapan Inspektorat adalah tempat buangan dan berdampak pada pengendalian pengelolaan keuangan dan pengendalian penyelenggaraan pemerintahan sama sekali belum berjalan sebagaimana diamanatkan PP Nomor 60 Tahun 2008 Tentang SPIP.

Sesi ke-dua, yaitu presentasi dan diskusi isu terpilih. Dimana setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing. Suatu hal yang sangat berkesan, bahwa setiap kelompok sangat welcome terhadap masukan, sumbang saran dan kritik dari kelompok lainnya sebagai bahan penyempurnaan, ini artinya para peserta sudah menyadari bahwa sebagai seorang pemimpin harus siap menerima masukan dan kritikan demi perbaikan.

Sesi ke-tiga, kami mendapat pembekalan dari Bapak Prof. Zainuddin Djafar, MA, Ph.D dengan materi Penguatan Peran Birokrasi Dalam Menyiapkan Masyarakat memasuki Era Asean Community 2015. Dalam materi ini, beliau banyak menggambarkan bahwa sesungguhnya kita belum siap menghadapi era tersebut kalau dilihat dari kondisi saat ini, dimana tahun 2015 tinggal 15 bulan lagi, akan tetapi siap tidak siap kesepakatan tersebut harus kita hadapi dengan berbagai konsekwensinya. Menurut saya ketidaksiapan kita dalam menghadapi era Asean Community 2015 karena kita terlalu kaya dengan konsep, tetapi miskin implementasi diperparah lagi dengan system politik yang mau tidak mau sangat berpengaruh terhadap birokrasi. Disamping itu pula, birokrasi kita memang sudah terlancur rusak sehingga sulit kita untuk memulai membenahinya dari mana, apalagi banyak pihak yang memang tidak siap dengan perubahan karena terlena dalam zona kenikmatan sehingga menjadi penghambat perubahan, terutama di lingkungan birokrasi pemerintah daerah. Namun demikian, walaupun menyadari sesungguhnya kita belum siap akan tetapi harus optimis akan siap jika saatnya datang.

Demikian jurnal hari ini saya susun sebagai refleksi diri dalam mengikuti diklatpim Tingkat II ini dan akan menjadi cerita bersambung selama berada di kampus LAN Pejompongan Jakarta yang kita cinta.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Selasa, 3 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Selasa, 03 September 2013 kami dibimbing oleh Widyaiswara Bapak Drs. Suwaris, MA. Kesan pertama saya kepada beliau adalah bahwa beliau Widyaiswara yang killer, namun ternyata kesan berikutnya bertolak belakang dengan kesan pertama. Ternyata beliau dalam membimbing kami sangatlah menyenangkan, ini ditunjukan ketika beliau memibimbing kami dalam pendalaman materi akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan negara, dimana beliau lebih banyak mendorong kami untuk aktif dan kreatif terutama dalam latihan dan diskusi pendalaman materi. Kesan dan makna yang dapat saya peroleh dari cara beliau membimbing, adalah memang begitulah seharusnya ketika kita berinteraski dengan anggota organisasi yang kita pimpin. Sebagai seorang pemimpin dalam organisasi pemerintahan, memang hendaknya kita dapat mendorong dan memberikan semangat serta bimbingan kepada bawahan kita dan memposisikan mereka sebagai tim work dalam melaksanakan tugas sehari-hari sehingga bawahan kita dalam melaksanakan tugasnya berada dalam suasana yang menyenangkan dan produknya akan lebih baik, karena bukan dalam tekanan.

Ketika diantara kami berbeda pendapat dalam menyiapkan bahan diskusi, Bapak Widyaiswara (Drs. Suwaris, MA) sangat pandai mengakomodir perbedaan sehingga perbedaan yang ada dapat dikelola menjadi potensi positif karena perbedaan tersebut justeru memberi warna dalam proses pembelajaran, inilah kesan terindah yang saya rasakan.

Pada sesi dari pukul 14.15 wib hingga 16.30 wib kami mendapat pembekalan melalui ceramah umum dari Bapak Prof. Dr. Hendrawan Supratikno dengan materi : “ Strategi Peningkatan Daya Saing Dalam Rangka Memasuki Era ASEAN Community 2015. Intinya, beliau menyadari dengan kondisi kesiapan kita saat ini sesungguhnya kita belum siap memasuki era tersebut, padahal kalau dilihat dari potensi yang kita miliki baik itu sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia seharusnya kita unggul, namun kenyataan tidaklah demikian, karena selama ini yang kita lakukan adalah kepura-puraan inilah yang menyebabkan kita selalu lemah dan kalah bersaing.

Pada sesi tanya jawab, saya mendapat kesempatan bertanya dan sekaligus menanggapi apa yang beliau sampaikan. Saya beranggapan, bahwa kita sangat kaya dengan konsep, tetapi miskin dengan implementasinya. Semakin banyak orang pintar di negeri ini, semakin banyak terori dan konsep yang dihasilkan tetapi sayang bukan action yang kita lakukan. Kita selalu maju dalam konsep, tetapi selalu tertinggal dalam mengimplementasian konsep tersebut. Malaysia dulunya banyak belajar dengan kita, tetapi justeru Malaysia lebih maju dan lebih siap dari kita. Beliau menanggapi komentar saya, dengan mengatakan bahwa sesungguhnya kita itu hebat tetapi kehebatan kita selalu berada ditempat yang salah.

Saya sangat terkesan dengan Bapak Prof. Dr. Hendrawan Sutikno, karena beliau mau berterus terang dengan kondisi kita sesungguhnya dan berani mengatakan bahwa kelemahan kita selama ini karena apa yang kita perbuat serba dalam kepura-puraan. Dari uraian beliau, saya berpendapat agar kita kuat dan siap dalam menghadapi persaingan adalah dengan cara keluar dari perangkap kepura-puraan.

Sebelum saya akhiri jurnal hari ini, izinkan saya menyampaikan sebuah pesan dalam bentuk serangkum salam, sebagai berikut :

SERANGKUM SALAM

Jadilah engkau seperti pohon di puncak bukit yang tumbuh tegak dan rimbun; kalau engkau tidak bisa seperti pohon di puncak bukit jadilah engkau seperti pohon yang tumbuh di tepi jalan untuk menaungi pejalan kaki dari teriknya matahari; kalau engkau tidak bisa seperti pohon yang tumbuh di tepi jalan, jadilah engkau seperti semak belukar yang tumbuh di tanggul sungai untuk menahan lajunya air; kalau engkau tidak bisa seperti semak belukar yang tumbuh di tanggul sungai, jadilah engkau seperti bunga bakung yang diam-diam berbunga di musim kemarau dan penghujan; kalau engkau tidak bisa seperti bunga bakung, jadilah engkau seperti rumput manis yang tumbuh di jalan setapak yang membawa orang pada mata air kehidupan, sebab tidak semua orang harus menjadi besar, kuat dan perkasa, tetapi sejauh mana engkau membuat hidupmu bermakna.

Peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat II

Angkatan XXXVII Kelas A

LAN-Pejompongan Jakarta

Medio, September 2013

l

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10 (Kel. A.3)

Hari dan Tanggal

:

Rabu, 4 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Tibalah kami pada hari ke-tiga di minggu ke-tiga berada di kampus LAN Pejompongan Jakarta dalam rangka mengikuti Diklatpim Tingkat II Angkatan ke XXXVII. Pada sesi pertama, kami mengikuti pendalaman materi strategi peningkatan daya saing dalam rangka memasuki era ASEAN Community 2015. Pada sesi ini, kami diarahkan untuk menyusun bahan diskusi isu terpilih yang prosesnya diawali dalam tiga kelompok kecil. Pada proses penyamaan persepsi, masing-masing kelompok kecil menterjemahkan arah isu terpilih yang akan menjadi bahan diskusi, memiliki persepsi yang bebeda dan masing-masing mempertahankan argumennya dengan berbagai alasan pembenar. Walaupun diwarnai dengan perbedaan yang begitu kentara, tetapi akhirnya kami bersepakat dalam satu pemahaman.

Makna yang saya peroleh dari proses menuju kesepakatan dalam pemahaman terhadap bahan diskusi isu terpilih tersebut adalah pengayaan pengetahuan dan sharing pengetahuan diantara kami, karena kami memang dari latar belakang pekerjaan dan latar belakang pendidikan berbeda sehingga didalam memandang permasalahan dari sisi yang berbeda pula. Ini artinya secara tidak langsung, saya mendapat pengetahuan dari rekan-rekan peserta lainnya.

Kemudian, pada pukul 14.15 wib – 16.30 wib kami mendapat penjelasan Tema Angkatan termasuk kertas kerja tema (KKT) dari Bapak Prof. Dr. Ismail, dalam sesi ini rekan peserta meminta didatangkan narasumber penyeimbangan terhadap narasumber-narasumber sebelumnya yang cenderung pesimistis terhadap kesiapan kita dalam menghadapi era Asean Community 2015, namun belum mendapat jawaban pasti.

Saya secara pribadi, sebenarnya juga termasuk yang tidak yakin kalau kita telah siap bersaing dalam menghadapi era Asean Community 2015, karena dengan melihat kondisi saat ini masih banyak yang seharusnya telah kita persiapkan tetapi masih menjadi deretan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan. Kita seharusnya tetap optimis dan yakin kalau kita siap menghadapi era Asean Community 2015, akan tetapi kita juga perlu realistis dalam melihat kondisi yang sesungguhnya karena inilah dasar kita untuk melakukan introspeksi terhadap kelemahan-kelemahan supaya kita dapat segera melakukan perbaikan dan menyiapkan yang belum siap agar siap dalam menghadapi era Asean Community 2015 yang sudah berada di depan mata.

Kemudian, setelah selesai penjelasan mengenai KKT pihak penyelenggara diklat melanjutkan dengan sesi tambahan yaitu evaluasi penyelenggaraan diklat. Pada sesi ini, rekan-rekan banyak yang mengusulkan/menyarankan kepada penyelenggara, antara lain termasuk menu makan, kondisi kamar tidur, dan lain-lain. Bagi saya, semua fasilitas yang sudah saya terima di diklat ini sudah cukup memuaskan, bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Demikian, jurnal hari ini.

l

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Kamis, 5 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Memulai kegiatan pembelajaran hari Kamis, 5 September 2013 seperti biasa dimulai dengan berdo’a bersama, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan jurnal pribadi secara sample 3 (tiga) orang. Dalam pembacaan jurnal, diantara rekan kami yang mendapat kesempatan membaca sempat meneteskan air mata ditengah-tengah membacakan jurnal pribadinya. Diantara tulisan dalam jurnal pribadinya, beliau menuliskan suatu fenomena kehidupan yang sangat menyentuh hati sehingga membuat beliau dan kami sangat terharu dan sekaligus bersyukur kepada Allah, SWT bahwa masih banyak orang-orang diantara kami yang belum beruntung, dan masih perlu mendapat perhatian dan kepedulian.

Dari cerita dalam jurnal rekan kami tersebut, memberikan makna penyadaran bagi saya untuk mensyukuri setiap nikmat yang telah diberikan-Nya, dan sekaligus menyadarkan untuk tidak serakah dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh sesuatu.

Kemudian pada sesi diskusi KKT 1, kami mendapat penjelasan bahwa kami dibagi enam kelompok sehingga masing-masing kelompok berjumlah 10 orang dengan harapan jumlah yang kecil dapat memberi kesempatan semua peserta dapat bekerja dan berpartisipasi aktif dalam kelompoknya. Namun Widyaiswaranya hanya 3 (tiga) orang sehingga 2 kelompok dalam 2 (dua) ruangan dibimbing 1 (satu) orang Widyaiswara. Atas kondisi tersebut, ada diantara peserta yang mempertanyakan pembagian tersebut dengan alasan tidak akan efektif kalau 1 (satu) Widyaiswara membibing 2 (dua) kelompok sekaligus, tetapi para Widyaiswara menyakinkan itu tidak masalah.

Hingga tibalah saatnya kami masuk ke dalam kelompok-kelompok kecil tersebut di ruang kelas masing-masing untuk melaksanakan diskusi awal setelah terbentuknya kelompok kecil. Apa yang terjadi ? Ternyata benar dugaan kami, kelompok kami (kelompok 6) harus menunggu giliran bimbingan karena Widyaiswara masih membimbing kelompok 5. Jadwal pukul 16.30 seharusnya sudah selesai, akhirnya pukul 17.00 kami baru dapat meninggalkan ruang kelas. Makna atau kesan yang dapat saya peroleh adalah : inilah contoh kebijakan yang baik tetapi tidak diikuti dengan faktor pendukung lainya hingga kebijakan yang baik tersebut dalam pelaksanaannya tidak akan berjalan efektif. Kebijakan seperti ini memang sudah biasa di negeri kita dan ini pula yang menyebabkan kita sulit untuk maju dan selalu kalah bersaing dengan negara-negara tetangga dalam percaturan dunia internasional. Kebijakan dikeluarkan,tetapi tidak diikuti dengan implementasinya. Akankah kita terus seperti ini..??????

Demikian, terima kasih.

Pohon Belimbing Pohon Kandis,

Tumbuh Subur di Pinggir Kali,

Jurnal Pribadi Kami Tulis,

Sebagai Bentuk Refleksi Diri.

l

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Jum’at-Minggu (6 s/d 8) September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Jum’at tanggal 6 September 2013 atau tepatnya 18 hari sejak saya menjadi warga sementara kampus LAN Pejompongan, sesi pertama kegiatan pembelajaran pada hari itu adalah penjelasan executive presentation dan latihan atau presentasi dalam bahasa Inggeris. Materi ini adalah materi yang sangat saya hindari bukan saja sekarang tapi sejak saya masih sekolah, mata pelajaran bahasa Inggeris adalah mata pelajaran yang sangat sulit bagi saya dan inilah kelemahan saya. Saya sudah mencoba beberapa kali mengikuti kursus bahasa Inggeris tetapi tetap juga tidak ada perkembangan hingga saat ini.

Beberapa kali peluang pendidikan keluar negeri yang dapat saya raih, akan tetapi karena kelemahan dalam bahasa menyebabkan peluang tersebut tidak dapat saya manfaatkan, namun saya tetap bersyukur dan sadar bahwa kelemahan tersebut pastilah ada hikmanya.

Pada saatnya setiap peserta Diklatpim Tingkat II ini diminta untuk presentasi dalam bahasa Inggeris, menyikapi hal tersebut saya pasra saja apapun yang terjadi terjadilah. Kenyataan ini membuat saya semakin sadar, bahwa diantara banyak kelebihan pastilah ada kekurangan karena manusia memang tidaklah sempurna.

Sesi berikutnya di hari yang sama, kami melaksanakan diskusi persiapan penyusunan KKT. Dalam diskusi tersebut kami masih berusaha menyepakati tema yang akan menjadi KKT kelompok, karena hari sebelumnya belum ada kesepakatan. Dalam diskusi arah mencapai kesepakatan, suatu hal yang berkesan bagi saya bahwa kita sering lupa kalau untuk menuju target yang kita harapan harus dipertimbangkan faktor sumberdaya yang tersedia dan mempertimbangkan segala keterbatasan. Inilah yang terjadi dalam diskusi kami, namun akhirnya walaupun cukup alot diskusi kelompok kami (kelompok 6) teserbut, kesepakatan dapat juga dicapai.

Sehubungan dengan hari Sabtu-Minggu kami diberi kesempatan untuk pendalaman materi mandiri dan diperbolehkan berada di luar asrama hingga pagi hari Senin, saya tetap memutuskan untuk tetap berada di asrama dan dari minggu pertama hingga minggu ketiga berada di kampus LAN Pejompongan, saya belum pernah keluar asrama atau memanfaatkan kesempatan izin bermalam di luar asrama.

Hari Sabtu dan Minggu, saya gunakan kesempatan untuk istirahat karena tugas individu (DIT) sudah saya selesaikan jauh-jauh hari sebelumnya atau minggu sebelumnya.

Demikian jurnal pribadi ini saya susun dan setelah selesai Diklatpim nanti akan saya bukukan sebagai suatu kenangan pembelajaran yang positif.

Makan siang lalap mentimun

Lalap mentimun banyak gunanya

Jurnal pribadi kami susun

Untuk dijadikan cerita terindah

l

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

9 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Kegiatan pembelajaran kami hari ini adalah pembulatan kelompok kajian paradigma dan pembulatan kelas kajian paradigma. Dalam pembulatan kelompok kajian paradigma kelompok kami (kelompok A.3), hasil pembulatan yang telah kami susun sebelumnya didiskusikan kembali untuk dilakukan penyempurnaan sebelum di bawah dalam diskusi kelas. Baik di dalam kelompok maupun dalam diskusi kelas terjadi proses penyempurnaan dari rekan-rekan peserta.

Dalam diskusi kelas banyak diselingi dengan joke-joke segar namun tetap serius, sehingga dalam proses diskusi suasana begitu hidup dan penuh kebersamaan. Ini tentu saja suatu kondisi yang sangat mendukung untuk merumuskan suatu tujuan bersama dalam kelompok, karena tanpa tekanan dan setiap anggota dapat menyampaikan pendapatnya.

Proses diskusi pembulatan hasil pembelajaran (learning product) kajian paradigma yang saya saksikan dan alami langsung memberi pelajaran dan gambaran yang sangat berharga bagi saya, bahwa untuk membangun suatu tujuan bersama dalam organisasi instansi yang saya pimpin hendaklah dilakukan tanpa tekanan sehingga personal mastery yang dimiliki oleh masing-masing anggota dapat dikontribusikan dalam merumuskan tujuan organisasi sehingga visi bersama dapat terbangun dari masing-masing anggota organisasi. Dengan terbangunya visi bersama (shared vision) hasil andil dari seluruh anggota organisasi , maka visi tersebut akan lebih mudah diwujudkan karena masing-masing anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab untuk pencapaian visi tersebut.

Demikian jurnal hari ini.

l

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Selasa, 10 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari ini, Selasa 10 September 2013 kami peserta diklatpim Tk.II Angkatan XXXVII kelas A, diawal kegiatan mendapat penjelasan dari Kapus Diklat Kepemimpinan mengenai Karya Tulis Prestasi Peseorangan (KTP2). Intinya penulisan KTP2 akan dibuat dalam bentuk tulis tangan dan penulisanya akan dilakukakan di dalam kelas yang sifatnya closed book, namun sebelum tiba saatnya penyusunan KTP2 ini, kami akan mendapat bimbingan dari Widyaiswara dan pendalaman mandiri. Kemudian isu strategis yang akan menjadi tema bahasan didasarkan pada isu strategis faktual yang sudah dibahas dan mendapat persetujuan dari atasan kami.

Dari penjelasan tersebut, mengandung makna yang sangat positif dimana dalam penulisan KTP2 tersebut menutup peluang kami untuk berbuat tidak jujur karena penuangan KTP2 betul-betul ditulis sendiri tanpa bantuan biro jasa pembuatan KTP2 yang sebelumnya pernah menjadi isu pada diklatpim.

Dari proses penulisan KTP2 ini, ada suatu hal yang menarik yang harus saya terapkan sebagai seorang pemimpin, bahwa dalam suatu organisasi prinsif kejujuran harus betul-betul ditanamkan sehingga kepercayaan antar anggota organisasi akan terbangun dengan baik, sehingga tujuan organisasi lebih mudah dapat dicapai. Nilai kejujuran dalam organisasi ataupun dalam instansi pemerintah, sering mengandung banyak perilaku ketidak jujuran atau kepura-puraan sehingga tidak jarang kita temui para birokrat atau pimpinan lembaga pemerintah yang tersangkut masalah hukum.

Oleh karena itu dalam pembelajaran di diklatpim Tk. II ini akan menjadi tonggak baru bagi saya untuk melakukan perubahan-perubahan ke depan dalam implementasi perilaku kepemimpinan di instansi yang saya pimpin.

Demikian.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Rabu, 11 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Menginjak hari ke-tiga minggu ke-empat kami mengikuti Diklatpim Tk. II ini tidak ada sesuatu yang istimewa di hari ini, kecuali banyak rekan- rekan yang mengalami penurunan kondisi kesehatan sehabis evaluasi kajian paradigma. Hal ini ditunjukan dengan beberapa teman antri untuk diperiksa dokter, enta merasa sakit benaran atau karena dokternya yang cantik sehingga pada minta diperiksa.

Hanya ada yang cukup menarik, yaitu pada sesi materi Dinamika Proses Kebijakan Publik dalam demensi Sosial Politik, Ekonomi dan Teknis yang disampaikan oleh Bapak : Dr.Ichsanuddin Noorsy. Beliau yang selama ini dikenal sangat kritis dalam menyikapi berbagai persoalaan bangsa, dan bagi saya yang sebelumnya hanya menyaksikan dialog-dialog beliau melalui layar kaca sekarang justeru langsung berhadapan dengan beliau. Beliau dalam menyampaikan materi dengan begitu semangat dan kritis, sehingga para peserta yang umumnya mengantuk karena malamnya kurang tidur untuk mempersiapkan evaluasi (ujian) menjadi hilang kantuknya, termasuk saya.

Menurut pencermatan saya, apa yang disampaikan oleh Bapak Dr. Ichsanuddin Noorsy, sangat logis namun mengapa kitisan-kritisan seperti beliau sampaikan tidak pernah menjadi bahan pertimbangan pembenahan di negeri ini. Ini menjadi pertanyaan yang belum terjawab oleh diri saya sendiri. Hanya saja saya mempunyai kesan, beliau dalam mengkritisi persoalaan-persoalan bangsa ini terlalu keras sehingga sulit untuk diterima sekalipun apa yang disampaikan itu adalah suatu kebenaran.

Selanjutnya, seperti yang pernah disampaikan oleh pemateri-pemateri sebelumnya, beliau juga meyakini berdasarkan fakta yang ada kalau sesungguh nya kita tidak siap menghadapi era ASEAN Community 2015, sehingga kita akan tetap menjadi objek dan belum akan menikmati era tersebut karena kita tidak mempersiapkan diri secara utuh untuk masuk pada era tersebut, yang ada hanya sebatas konsep dan retorika semata.

Demikian…..

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Kamis, 12 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari-hari terus berlalu, seiring perjalanan waktu tak terasa kami telah hampir 4 (empat) minggu berada di kampus LAN Pejompongan ini. Beban tugas dari proses belajar terasa semakin berat saya rasakan, namun demikian saya tetap semangat menjalaninya. Saat ini saya merasa benar-benar diuji dalam segala hal, termasuk ujian menahan kerinduan dengan keluargaku tercinta yang selalu setia menunggu kepulanganku dengan membawah segenggam harapan, karena hingga saat ini saya belum memanfaatkan kesempatan untuk izin keluar asrama apalagi pulang ke kampung halaman yang disebabkan berbagai pertimbangan.

Ditenggah semakin larutnya malam, saya menulis jurnal ini sebagai ungkapan dan refleksi diri dan merupakan cerita bersambung untuk menjadi catatan kenangan ketika nanti sudah kembali ke tempat tugas.

Hari ini kamis, 12 September 2013. Kami memasuki babak baru dengan kajian baru yang bernama kajian kebijakan publik dengan widyaiswarapun baru yaitu Bapak HUSNI BAHRI. Setelah menerima pembelajaran kajian publik di hari pertama, saya semakin sadar, bahwa semakin banyak yang saya ketahui justeru semakin banyak pula yang belum saya ketahui. Dari materi ini memberikan makna tersediri bagi saya, bahwa sebagai seorang pemimpin di organisasi pemerintah dituntut untuk bijak dalam pengambilan keputusan agar kebijakan yang diambil dalam penyelesaian masalah tidak menimbulkan masalah lain yang lebih besar. Dalam kajian kebijakan publik ini kami dibimbing untuk menyelesaikan masalah secara mendasar dan komprehensif dengan pendekatan sistematis yang bertolak dari akar permasalahan agar permasalahan betul-betul dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam perjalanan saya selama menjadi aparatur pemerintah, sering dan selalu ditemui proses pengambilan kebijakan hanya dilihat dari kulit permasalahan dan penyelesaianyapun cenderung reaktif jauh dari fundamental sehingga tidak jarang kebijakan yang diambil oleh pejabat publik justeru menimbulkan masalah baru. Dengan belajar di Diklatpim Tingkat II ini, setelah kembali ditempat tugas nanti banyak oleh-oleh yang dapat dipersembahkan, namun sudah terbayang di pelupuk mata hambatan dan rintangan pastilah akan menghadang terutama dari kalangan yang takut akan perubahan karena memang tidak siap dengan perubahan dan sudah terlanjur masuk dalam zona kenikmatan. Akan tetapi apapun yang terjadi, saya akan mencoba mengimplementasikan apa yang saya peroleh ini dimulai dari diri sendiri, lingkungan keluarga dan instansi tempat bekerja yang berada dalam kewenangan saya.

Selanjutnya kepada Bapak widyaiswara dan rekan-rekan sekalian pada kesempatan diakhir jurnal belajar pribadi hari ini, perkenankanlah saya menyampaikan sebua pesan yang merupakan refleksi diri dengan judul pesan : “ Hasrat Perubahan di Ujung Penantian.”

HASRAT PERUBAHAN DIUJUNG PENANTIAN

Ketika aku masih muda serta bebas berfikir dengan khayalanku,

Aku bermimpi untuk mengubah dunia,

Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,

Kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah,

Maka cita-cita itupun kupersempit,

dan kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.

Namun tampaknya itupun tiada hasilnya.

Ketika usia senja mulai kujelang,

lewat upaya terakhir yang penuh keputusasaan,

Kuputuskan untuk mengubah hanya keluargaku,

orang-orang yang paling dekat denganku,

namun alangkah terkejutnya aku,

merekapun tak kunjung berubah!!!

Dan kini, sementara berbaring di tempat tidur

Menjelang kematianku, baru kusadari: “

Andaikan yang pertama-tama ku ubah adalah diriku sendiri,

maka lewat memberi contoh sebagai panutan,

mungkin keluargaku bisa kuubah,

dan berkat inspirasi dan dorongan mereka,

kemudian aku menjadi mampu memperbaiki negeriku

dan siapa tahu,

bahkan aku juga bisa mengubah dunia”

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

NDH

:

10 (Kel. A.2)

Hari dan Tanggal

:

Jum’at – Minggu (13 September- 15 September 2013)

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Walaupun jelas terasa kelelahan dan berpacu dengan waktu karena aktivitas di Diklatpim Tingkat II Jakarta ini sangat padat dan diatur dengan serba tepat waktu (disiplin), namun hingga menginjak hari ke dua puluh tiga Jum’at 13 September 2013 kami para peserta diklat tetap semangat.

Semangat ini dicerminkan, pukul 07.15 Wib semua peserta sudah siap menuju ruang belajar, tentu saja dengan wajah yang ceria yang disertai dengan gaya seperti pejuang 45. Semua ini tidak terlepas dari jalinan kebersamaan, dalam suasana keakraban yang selalu diselingi senda gurau, canda tawa yang sehat sehingga tidak terasa kalau jauh dari keluarga.

Hari ke-dua puluh tiga ini, kami masih mendapat bimbingan materi kajian kebijakan public dengan sub materi Formulasi Kebijakan Publik dan Pelaksanaan Pengendalian Kebijakan dari Bapak Husni Bahri TOB, SH.MM,M.Hum, dengan materi ini saya merasa bagaikan mendapat darah segar sehingga alam pikiran yang selama ini dalam melaksanakan tugas-tugas di organisasi pemerintahan serba kebiasaan yang berlangsung sejak dahulu dan miskin perubahan bahkan cenderung anti perubahan. Akan tetapi melalui Bapak Widyaiswara, pintu untuk berpikir serba systemic dan terpola telah dibukakan, walaupun baru sedikit pintu terbuka saya merasakan betapa indahnya kalau dalam melaksanakan roda organisasi pemerintahan semua ini dapat dilakukan.

Pada kajian kebijakan publik ini, kami dibimbing dalam proses pengambilan kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan public secara mendasar dan fundamental (model mental) tidak dengan penyelesaian sesaat (reaktif). Untuk memahami materi kajian kebijakan public, kami mendapat bimbingan yang sangat baik dari Bapak Widyaiswara, bahkan Bapak Widyaiswara memberikan tip-tip segar dalam mengaplikasikan teori-teori dalam kajian kebijakan publik sehingga kami cepat dapat memahami dan tidak membosankan, inilah yang membuat kami tetap semangat. Bahkan dengan semangatnya kami menerima bimbingan Widyaiswara, kami sempat melupakan kalau mulai Jum’at malam hingga Minggu malam kami diberi kesempatan untuk pendalaman materi secara mandiri dan diizinkan bermalam di luar asrama.

Hingga tiba malam hari di hari Jum’at banyak teman-teman yang IB di luar asrama sampai Minggu malam, dan saya beserta beberapa teman tetap berada di asrama yang tentu saja suasananya berubah menjadi sepi. Dalam kesepian, saya mencoba untuk bertahan dengan merajut kesepian menjadi kedamaian dengan cara mencoba menulis tugas individu diskusi isu terpilih kajian kebijakan public hingga langkah ke-20.

Suatu yang sangat berkesan bagi saya, ketika Bapak Widyaiswara (Bapak Husni Bahri TOB), mengarahkan kami agar DIT individu dibuat dalam bentuk powerpoint, hampir semua peserta Kelompok A2 terkejut karena dirasakan akan sangat memberatkan, tetapi setelah dicoba ternyata dengan menggunakan powerpoint terasa lebih mudah menyusunnya. Hal ini memberi pelajaran kepada saya, bahwa segalah sesuatunya pasti ada tujuannya, dan saya merasa inilah kepekaan Bapak Widyaiswara terhadap beratnya tugas-tugas di Diklatpim II ini sehingga beliau tahu cara yang lebih baik dalam menyelesaikan tugas-tugas Diklat.

Melalui proses pembelajaran di Diklatpim Tingkat II ini, suatu harapan perubahan tentunya yang kita inginkan walaupun itu mungkin akan mendapat tantangan dan rintangan, akan tetapi sepanjang dilandasi keikhlasan semoga niat untuk melakukan perubahan yang lebih baik walaupun kecil akan terwujud, dan saya akan mencoba menerapkan hasil dari pembelajaran kajian kebijakan publik ini ketika nanti sudah kembali bertugas di daerah, khususnya dalam proses penyusunan rancangan kebijakan yang akan diambil oleh Kepala Daerah.

Demikian jurnal belajar pribadi ini saya tulis sebagai refleksi diri dan akan menjadi cerita bersambung untuk hari-hari selanjutnya.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Senin , 16 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Senin, 16 September 2013 kami masih dibimbing oleh Widyaiswara Bapak Husni Bahri TOB pada materi terakhir yaitu Evaluasi Kebijakan. Hingga beliau terakhir menjelaskan, bahwa DIT Individu Kajian Kebijakan Publik dibuat dalam bentuk powrpoint dan boleh dalam bentu makalah biasa sebagai penegasan penjelasan beliau sebeumnya. Saya yang sebelumnya sudah memulai menulis dalam bentuk makalah menyusun ulang dalam bentuk powerpoint, namun untuk pembimbingan berikutnya kelompok kami dalam rangka diskusi KKP dilanjutkan oleh Bapak Luki Rulyaman. Pada kesempatan bertanya, saya minta penjelasan apakah laporan DIT KKP individu dibuat dalam bentuk powerpoint atau makalah, beliau menjelaskan untuk DIT individu dibuat dalam bentuk makalah.

Atas penjelasan tersebut, lemaslah seluruh persendian saya karena saya harus kembali menulis ulang dalam bentuk makalah padahal sudah 90% selesai laporan DIT individu. Ini artinya saya harus kerja lembur kembali. Akan semua ini tidak mengurangi semangat saya untuk menyelesaikan tugas-tugas pada proses pembelajaran Diklatpim II ini, karena saya yakin pastilah ada makna dibalik itu semua.

Namun demikian ini menjadi pembelajaran bagi saya, agar dalam melaksanakan tugas dalam tim harus ada kesepakatan bersama dan informasi yang dikeluarkan juga sama agar jangan sampai menimbulkan ketidak jelasan yang akhirnya membingungkan masyarakat sebagai pelangan instansi yang saya pimpin.

Akhirnya, penulisan Laporan DIT KKP individu saya buat ulang hingga pukul 02.00 dinihari Selasa tanggal 17 September 2013, dan baru dapat diselesaikan 85%, tetapi inilah risiko pendidikan untuk mendapat ilmu pengetahuan, saya hanya berdo’a semoga saya tetap kuat dan sehat hingga nanti pulang ke kampung halaman.

Demikianlah jurnal belajar pribadi saya untuk hari ini.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Selasa , 17 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Selasa, 17 September 2013 agenda kegiatan kami di Diklapim Tk. II Angkatan XXXVII Kelas A di Kampus LAN Pejompongan melakukan kunjungan visitasi kajian kebijakan public ke Kantor BNNP DKI Jakarta. Pukul 08.30 Wib kami telah bergerak untuk melakukan visitasi.

Di Kantor BNNP DKI kami mendengarkan paparan dari Kepala BNNP tentang penanganan peredaran narkoba. Dari paparan beliau jelas sekali kalau peredaran nakoba di negeri ini sangat sulit untuk diberantas, karena banyak hambatan yang dialami. Dari hasil paparan beliau, jelas sekali kalau selama ini pemberantasan narkoba masih cenderung dengan tindakan simtomatik atau reaktif dan belum ada penanganan pada tataran akar (mental model). Sehingga permasalahan ancaman narkoba menurut saya perlu dicarikan solusi mendasar sehingga peredaran narkoba dapat ditekan seminimal mungkin bukan hanya melalui penangkapan dan penghukuman.

Setelah selesai kujungan kunjungan ke BNNP DKI kami kembali ke kampus LAN Pejompongan untuk menyiapkan laporan hasil visitasi. Penyelesaian laporan kelompok kami selesai dari sore hingga malam hari ditambah penyelesaian DIT Kelompok Kajian Kebijakan Publik karena Hari Kamis tanggal 19 September 2013 sudah harus dipresentasikan di depan kelas sedangkan presentasi hasil visitasi ke BNNP DKI dipresentasikana tanggal 18 September 2013, pada sesi pertama pagi demikian pula dengan laporan individu DIT Kajian Publik juga sudah harus diserahakan pula pada hari kamis 19 September 2013.

Kelelahan dan kurang tidur semakin saya rasakan, tugas-tugas pembelajaran baik tugas kelompok maupun tugas individu semakin menumpuk, hingga hampir tidak ada waktu untuk istirahat. Kalaupun istirahat itu hanya malam untuk tidur yang tidak lebih dari 4 (empat) jam saja.

Demikian, jurnal hari ini.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Rabu , 18 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari ini Selasa 18 September 2013, kurang satu hari saya berada di Kampus LAN Pejompongan Jakarta. Waktu berlalu tiada terasa, bagaikan baru kemarin saya berada di sini. Di kampus LAN ini, banyak warna yang saya temui dan semoga saja Diklatpim Tingkat II ini akan mewarnai perjalanan karier saya ke depan.

Di tengah keheningan malam, saya merenung mengingat kembali pengalaman masa lalu ketika saya masih duduk di bangku perguruan tinggi. Pengalaman-pengalaman masa lalu yang terukir dalam kalbuku seolah dirangkai dalam satu mata rantai yang dibingkai dengan perjalanan hidup.

Hari ke- 29 ini, kami berdikusi dalam mengimplementasikan hasil visitasi ke BNNP DKI dan DIT Kajian Kebijakan Publik. Walau hampir tiada waktu kami untuk istirahat, semua kelelahan tiada terasa, canda tawa mengiringi diskusi kami namun tetap dalam koridor etika pembelajaran. Pantun berbalas pantun bagaikan berada di tengah para pujangga. Bingkai kebersamaan semakin kokoh, semoga akan menjadi miniatur perekat negeri tercinta. Banyak perdebatan diatara kami tapi bukanlah sebuah pertengkaran dan pertentangan namun hanya warna dalam kebersamaan untuk mencapai tujuan bersama. Betapa damainya negeri ini, jika para pemimpin dapat bersama membingkai kebersamaan untuk kepentingan rakyatnya bukan bertengkar seperti kucing memperebutkan sepotong tulang hanya untuk kepentingan pribadi yang dibungkus dengan pembungkus bernama kepentingan rakyat.

Saya bertekat, setelah nanti kembali melaksanakan tugas di kampung halaman sebagai abdi pemerintah dan pelayan masyarakat akan mengaplikasikan hasil dari peroses pembalajaran Diklatpim ini, walaupun seribu tantangan akan menghadang karena saya sudah terbiasa terhimpit dalam tekanan kepentingan namun hingga saat ini saya masih mampu bertahan di tengah-tengah wajah kepalsuan dan kepura-puraan, tentu saja dengan segalah risiko. Tetapi inilah pilihan, dan hidup memang adalah sebuah pilihan. Hidup harus punya prinsif, ketika prinsif sudah luntur karena ambisi, maka tak ubahnya dengan hilangnya harga diri dan harga diri adalah nilai yang tak terukur. Serta suatu prinsif yang harus ditanamkan : janganlah sekali-kali menukar martabat dengan jabatan karena jika terjadi niscaya kita akan selalu berada dalam bayang-bayang kepalsuan.

Inilah sepenggal catatan atau jurnal belajar pribadin saya hari ini, semoga ada manfaatnya.

Jalan-jalan ke sungai musi,

Singgah sebentar di Punti Kayu,

Di kertas ini kurangkai jurnal pribadiku,

Sebagai ungkapan jiwa ragaku.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Kamis , 19 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Tibalah saatnya menjelang Hari Jum’at, yang artinya satu hari lagi para peserta akan mendapat kesempatan untuk IB, namun disisi lain kamipun harus menyiapkan diri untuk ujian (evaluasi) Kajian Kebijakan Publik (Jum’at, 20 September 2013).

Suatu hal yang sangat membuat kami sangat lelah di hari ini, yaitu pada hari yang sama kami harus melaksanakan presentasi DIT KKP di kelas, bimbingan untuk mendapat persetujuan judul isu KTP2, menyelesaikan DIT KKP individu dan pemaparan pembulatan KKP sekaligus persiapan untuk evaluasi besok paginya.

Namun walau dalam kondisi sangat lelah dan ngantuk karena kurang tidur kami tetap semangat untuk mengikuti proses pembelajaran karena ada harapan di akhir pembelajaran ini yaitu akan membawah bekal pengetahuan ke tempat tugas nantinya.

Ada suatu kejadian yang sempat menggelitik saya, pada waktu mengumpulkan DIT KKP Individu, ada WI yang hanya minta 1 set saja adapula yang minta 2 set (1 untuk WI dan `1 untuk Panitia). Karena awalnya kami memang tidak tahu, sehingga ada diantara kami yang hanya mengumpulkan 1 set asli, dan ternyata 1 set tersebut tidak jatuh ke tangan WI namun ke panitia. Pada waktu sesi terakhir menjelang masuk kelas, WI memberitahukan kalau diantara kelompok kami ada yang belum mengumpulkan, yaitu MR. Cosmos. Setelah yang bersangkutan diberitahu, yang bersangkutan dengan tegas mengatakan sudah kumpul DIT KKP Individunya dan memang sayapun lihat waktu beliau kumpulkan DIT-nya. Akhirnya Mr. Cosmos mencoba untuk print ulang, tetapi file-nya juga hilang. Akhirnya yang sudah ditangan panitia diambil kembali untuk difoto kopi. Dari sini ada pembelajaran yang bisa dipetik, untuk file yang sangat penting sebaiknya dibuat back up file sebagai bentuk kesiap siagaan.

Demikian, terima kasih.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Jum’at-Minggu , 20 – 22 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Tibalah hari Jum’at, 20 September 2013. Hari ini, pada sesi pertama kami mengikuti evaluasi kajian kebijakan publik. Pada evaluasi tersebut kami betul-betul dituntut untuk cermat dan telitih dalam membaca perintah soal. Namun demikian, walaupun terus menerus ketelitian dan kecermatan untuk membaca soal diingatkan oleh para Widyaiswara ternyata kami masih juga tidak cermat dan teliti.

Dari pelaksanaan evaluasi, ada yang sangat berkesan dan membuat saya ingin tertawa walaupun dalam suasana yang letih dan lelah. Ketika evaluasi sedang berlangsung, ada peserta yang begitu cepat menyelesaikan soal-soal dalam evaluasi dan saya kaget karena beliau bisa begitu cepat sedangkan pada saat yang sama saya baru menyelesaikan 1 soal saja dari dua soal yang diberikan. Ketika peserta yang duluan selesai tersebut menuju pintu keluar, dan ditanya oleh peserta yang duduknya dekat pintu keluar : Pak soal yang nomor 2 bagaimana penyelesaiannya ?” Peserta yang duluan selesai dan mau keluar kelas tersebut terkejut, karena beliau tidak tahu kalau ada soal nomor 2, hingga yang bersangkutan balik kanan dan kembali meminta lembar jawaban yang sudah diserahkan kepada panitia tanpa disertai soal. Setelah sampai di tempat duduk yang bersangkutan menjadi bingung karena bagaimana mau menjawab pertanyaan kalau soalnya tidak dibaca. Akhirnya yang bersangkutan menjawab tanpa tahu apa yang menjadi perintah atau pertanyaan dari soal.

Disamping itu, setelah selesai evaluasi dalam perbincangan di luar mengenai soal-soal evaluasi saya kembali terkejut, karena teman-teman ternyata menjawab atau menyelesaikan soal nomor 1 mulainya dari instrument Iceberg, sedangkan saya mulainya dari kajian persoalan. Dasar pertimbangan saya, karena di dalam soal yang diminta : “ dari story line lakukan analisa kebijakan yang dimulai dari situasi masalah”. Ini artinya memulai dari formulasi kebijakan, tidak dari proses dinamika lingkungan. Dari 2 kejadian tersebut, menyadarkan saya bahwa dalam bertindak, ketelitian, kecermatan dan ketenangan sangat diperlukan serta sangat menentukan tingkat ketepatan tindakan, begitu juga tentunya dalam proses pengambilan kebijakan, sehingga ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi saya jika nanti sudah kembali melaksanakan tugas di daerah.

Setelah selesai sesi kedua (terakhir) di hari jum’at tanggal 20 September 2013, kami dibagikan jadwal pembelajaran dari tanggal 23 – 27 September 2013 disaat yang sama, teman-teman sudah bersiap-siap untuk meninggalkan asrama karena akan bermalam di luar asrama. Ketika sampai di dalam kamar, saya cermati jadwal minggu ini, ternyata sangat padat, karena antara hari Senin hingga Kamis disamping mengikuti pembelajaran rutin di kelas dan kelompok, kami juga harus menyelesaikan tugas kelompok dan individu yang harus diserahkan hari Kamis tanggal 26 September 2013. Menyikapi hal tersebut, saya mencoba membaca buku modul materi Manajemen Stratejik dan sekaligus mencoba menulis DIT individu Manstra yang bertolak dari Renstra yang dibawah dari tempat tugas (bedah renstra), hingga akhirnya sore minggu draftnya dapat saya selesaikan dan akan difinalkan setelah mendapat pembekalan dari Widyaiswara.

Demikian jurnal belajar pribadi ini saya tulis dengan harapan akan menjadi wahana instropeksi diri untuk melanjutkan langkah berikutnya.

Sepi datang merajut diri,

Ketika jum’at menjelang sabtu,

Untuk pengobat rasa sepi,

Kucoba menulis DIT individu

Malam datang keharibaan pertiwi,

Diiringi nyanyian alam yang sahdu,

Ketika jurnal pribadi kutulis di sini,

Bergelayut rindu dalam kalbuku

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Senin, 23 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari Senin, 23 September 2013 kami mendapat pembelajaran dengan materi Refresh SWOT, System Thinking, Skenario planning dan bedah renstra pada Kajian Manajemen Stratejik. Materi hari ini ternyata adalah materi yang paling membingungkan bagi saya, karena apa yang disampaikan oleh Bapak Widyaiswara tidak dapat saya tangkap dengan baik, mungkin karena faktor kelelahan yang berlebihan atau kejenuhan sudah mulai timbul.

Pada sub materi bedah renstra, Bapak Widyaiswara memberikan petunjuk dalam system thinking (linear) bahwa variable yang dianalisa dalam CLD atau variable terpilih adalah seluruh variable yang ditetapkan berdasarkan hasil pencermatan baik lingkungan internal maupun eksternal. Namun untuk menyusun scenario perencanaan, variable Driving Forces (DF) yag selanjutnya dilakukan analisas hubungan antar DF yang bertujuan untu menemukan DF yang paling berpengaruh, DF ditetapkan hanya diambil dari variable hasil pencermatan faktor eksternal saja. Padahal menurut pemahaman saya 2 (dua) variable pengungkit (kunci) pada analisis system thingking maupun 2 (dua) DF yang paling berpengaruh seharusnya sama, karena rumusan variable kunci untuk menuju strategi adalah (S-O ; S-T ; W-O, W-T), sehingga jika dipaksakan keluaran DF yang paling berpengaruh pastilah O-T. Ini tidak akan sama karna yang pertama variable yang dianalisa adalah variable hasil pengamatan internal dan eksternal sedangkan yang kedua hanya variabel eksternal saja. Akhirnya bertambah bingung…………..

Demikianlah jurnal belajar pribadiku hari ini.

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Selasa, 24 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari ini, kami masih mendalami pembelajaran dengan materi Refresh SWOT, System Thinking, Skenario planning dan bedah renstra pada Kajian Manajemen Stratejik, namun lebih difokuskan pada praktek penyelesaian tugas kelompok.

Saya pada hari sebelumnya, masih sangat bingung dan belum ada bayangan seperti apa hasil pembelajaran ini nanti. Namun setelah hari ini kebingungan tersebut sudah mulai berkurang dan sekaligus sudah mulai memahami dan mengerti mengenai materi Kajian Manstra yang diterima, walaupun belum sepenuhnya paham dan mengerti.

Ternyata, kawan-kawan yang pada hari yang sama merasakan hal serupa dengan saya, juga sudah bergeser dari kebingungan menjadi cukup mengerti, ini dibuktikan dengan tugas sub kelompok masing-masing telah diselesaikan rata 90%. Ini semua tidak terlepas dari bimbingan Widyaiswara, Bapak Ir. Simon Paulus Messa, M.Si.

Dengan bekal pembelajaran hari ini, saya mencoba meneruskan menulis tugas individu Kajian Manajemen Strategis yang sempat tertunda karena masih banyak langkah yang belum saya pahami sebelumnya. Namun karena masih lelah dan ngantuk tulisan tersebut belum dapat saya selesaikan 100%, kemudian sayapun istirahat tidur.

Sebelum mata terpejam, saya masih sempat berpikir :’’ Kajian Manajemen Strategis yang menurut saya baru dapat dipahami dengan baik paling tidak 1 semester di bangku kuliah, tetapi di Kampus LAN ini hanya 2 (dua) hari saja… hebat dan luar biasa…., . Demikian jurnal belajar hari ini… sampai jumpa………

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Rabu, 25 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari ke-3 (tiga) kami mendapat bimbingan Widyaiswara Bapak Ir. Simon Paulus Messa, M.Si. masih pada pembelajaran Refresh PMPRB dan Balanced Score Card, Bedah Renstra dan Diskusi KKT 3. Namun khusus untuk Kajian Manajemen Stratejik hanya diisi dengan penyelesaian tugas sub kelompok dan diskusi, hingga akhirnya materi Refresh PMPRB tidak kami terima. Padahal di dalam jadwal pembelajaran jelas-jelas ada.

Selanjutnya untuk kelompok kajian manajemen stratejik, seharusnya merupakan pembulatan hasil pembelajaran yang kami terima, namun arahan yang kami dapat hanya memilih salah satu learning product sub kelompok untuk disempurnakan sekaligus menjadi pembulatan.

Saya ragu, apakah saya yang keliru menterjemahkan atau memang terlupakan. Tetapi karena ini product kelompok suka atau tidak harus saya terima, dan inilah pembelajaran dalam kebersamaan.

Terus terang saya menjadi tidak mengerti, sepertinya pembelajaran yang kami terima hanya kejar tayang, karena bagaimana mungkin dengan waktu yang sangat singkat kami dapat menyerap materi pelajaran dengan baik. Menurut saya lebih baik tahu banyak tentang yang sedikit daripada tahu sedikit daripada yang banyak. Karena jika hanya tahunya sedikit tentang sesuatu yang banyak, pengetahuan tersebut akan hilang sehingga setelah pulang ke tempat tugas kami tidak membawah apa-apa yang dapat kami terapkan dengan sempurna.

Kedepan, saya menyarankan kiranya pihak LAN perlu merumuskan kembali tentang pembelajaran di Diklatpim ini, karena berdasarkan pengamatan saya bercermin dari pendahulu-pendahulu saya sebelumnya ternyata setelah selesai mengikuti Diklatpim tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kinerja. Sehingga ada kecenderungan Diklatpim ini hanya sekedar untuk memenuhi persyaratan administrasi dalam jenjang karier kepegawaian saja. Demikian………………..

LEMBAR JURNAL BELAJAR PRIBADI

DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN XXXVII KELAS A LAN JAKARTA

Nama

:

NOPIAN ANDUSTI, SE.MT

No. Daftar Hadir

:

10

Hari dan Tanggal

:

Kamis, 26 September 2013

Kecenderungan/Gaya Belajar

:

Converger

Hari kamis telah datang, yang berarti 1 hari lagi kami akan mendapat kesempatan bermalam di luar asrama (IB) bagi yang akan memanfaatkan. Tetapi disisi lain kami juga akan menghadapi evaluasi kajian manajemen stratejik.

Sesi pertama dan kedua kami masih di ruang diskusi kelompok untuk menyusun pembulatan hasil learning poduct KMS dan sekaligus mengumpulkan learning product individu hasil bedah renstra kami masing-masing. Ada sesuatu yang lain dari kelompok-kelompok lain, dimana kelompok kami sebelum tugas individu dikumpulkan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Widyaiswara dan ditanda tangani. Luar biasa………inilah tampil beda tapi positif.

Kemudian tibalah sesi presentasi masing-masing kelompok di kelas, dari presentasi masing-masing kelompok ternyata formulasi pembulatan masing-masing tidak sama. Ada kelompok yang merumuskan hasil pembelajaran dengan menampilkan materi teori dan aplikasi bedah renstra, dan ada pula kelompok yang hanya mempresentasikan hasil bedah renstra dalam kelompok. Ternyata materi pembelajarannya juga tidak sama antar masing-masing kelompok begitu juga tugas individu. Dari sini saya merasa seolah-olah tidak ada standar pembelajaran dan lebih cenderung tergantung WI nya. Seharusnya setip materi ada standar pembelajaran, yang berbeda mungkin hanya kreasi, gaya atau metode dari masing-masing WI. Perbedaan materi yang diberikan masing-masing kelompok diketahui dari hasil diskusi dengan peserta kelompok lain, terutama dengan teman satu kamar. Sebagai contoh : pada bedah renstra “ ada kelompok yang berdasarkan bimbingan WI-nya untuk menguji Visi-Misi SKPD/Instansi dilakukan dengan cara membandingkan dengan Visi-Misi Kepala Daerah atau Presiden bagi pemerintah pusat, ada pula yang menggunakan standar Bappenas katanya, dan adapula yang berpedoman pada modul LAN.

Kedepan hendaknya pihak LAN dapat memfasiitasi agar tidak ada lagi perbedaan standar pembelajaran yang diberikan masing-masing WI, antara lain setiap materi terlebih dahulu dirumuskan agar materi pembelajaran termasuk tugas kelompok maupun tugas individu tidak terjadi perbedaan yang prinsif.

Demikian jurnal belajar pribadi hari ini saya tulis.