sayaevanlotannov.files.wordpress.com€¦ · Web viewReaksi ini disebut sebagai reaksi...
Transcript of sayaevanlotannov.files.wordpress.com€¦ · Web viewReaksi ini disebut sebagai reaksi...
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
Disusun Oleh:
Nama : Mahasiswa
NIM : 16/18737/SHTI
Minat : SHTI
Jurusan : Kehutanan
Kelompok : IV (empat)
Acara IV : Netralisasi Asam dengan Basa
Co-Ass : Co. Ass Ganteng
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2017
A. ACARA IV : Netralisasi Asam dengan Basa
B. TUJUAN :
1. Mengetahui kebutuhan asam dalam reaksi dengan basa
2. Mengetahui kebutuhan basa dalam reaksi dengan asam
C. TEMPAT DAN TANGGAL
1. Tempat : Laboratorium Kimia Dasar Instiper
2. Tanggal : 25 Oktober 2017
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Erlemenyer : 250 ml (2 buah)
b. Gelas beker : 250 ml
c. Gelas beker : 100 ml
d. Corong : 1 buah
e. Ball pipet : 1 buah
f. Pipet ukur : 1 buah
g. Buret :1 buah
h. Statif : 1 buah
i. Pipet tetes : 1 buah
2. Bahan
a. Larutan 0,1M NaOH
b. Larutan HCl
c. Aquades
d. Indikator pp (fenol fetalin)
I.
II.
E. DASAR TEORI
Ketika asam dan basa bereaksi satu sama lain, maka akan terbentuk
spesies garam yang biasanya diikuti dengan pembentukan molekul air. Reaksi
ini disebut sebagai reaksi netralisasi, yang secara umum mengikuti persamaan
kimia berikut ini:
HA + BOH → BA + H2O
Kebalikan dari reaksi netralisasi disebut dengan reaksi hidrolisis
garam. Pada reaksi hidrolisis, garam bereaksi dengan air membentuk asam
atau basa.
BA + H2O → HA + BOH
Berikut ini adalah reaksi netralisasi spesifik dari sifat kekuatan asam
atau basa.
Jenis-jenis Reaksi Netralisasi
Netralisasi asam kuat dan basa kuat
Contoh reaksi netralisasi asam kuat dan basa kuat adalah antara
asam klorida dengan natrium hidroksida.
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Ketika asam kuat dan basa kuat bereaksi, maka akan terjadi
reaksi netralisasi dan larutan yang dihasilkan bersifat netral (pH=7).
Ion yang terbentuk tidak dapat bereaksi dengan air.
Netralisasi asam kuat dan basa lemah
Contoh reaksi netralisasi asam kuat dan basa lemah adalah
antara asam klorida dengan amonia.
HCl + NH3 → NH4Cl
Reaksi antara asam kuat dan basa lemah menghasilkan garam,
tetapi biasanya tidak membentuk molekul air karena basa lemah
tidak mempunyai ion hidroksida. Pada kasus ini, air hanya bersifat
sebagai pelarut dan bereaksi dengan kation dari garam membentuk
basa lemah.
Contoh:
HCl (aq) + NH3 (aq) NH4+ (aq) + Cl-
dimana ion amonium yang terbentuk, bereaksi lebih lanjut
dengan air menurut persamaan reaksi kimia sebagai berikut:
NH4- (aq) + H2O NH3 (aq) + H3O+ (aq)
Netralisasi asam lemah dan basa kuat
Contoh reaksi netralisasi asam lemah dan basa kuat adalah
antara asam asetat dengan natrium hidroksida
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O
Ketika asam lemah direaksikan dengan basa kuat maka larutan
akan bersifat basa.
Netralisasi asam lemah dan basa lemah
Contoh reaksi netralisasi asam lemah dan basa lemah adalah
antara asam asetat dengan amonia membentuk amonium asetat.
Reaksinya adalah sebgai berikut:
CH3COOH + NH3 CH3COONH4
pH larutan yang terbentuk tergantung dari kekuatan asam atau
basa. Kekuatan asam atau basa dengan mudah dapat diketahui dari
nilai tetapan kesetimbangan asam basa. Semakin besar nilai tetapan
keseimbangan, maka semakin tinggi kekuatan asam atau basa.
Titrasi
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat
dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi
biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses
titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan
reaksi kompleks dan lain sebagainya.
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titran” dan
biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.
Titrasi netralisasi merupakan titrasi dengan menggunakan asam-basa.
Dalam titrasi netralisasi dikenal 2 macam titrasi yaitu :
1. Titrasi asidimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar
asam dan sampelnnya bersifat basa
2. Titrasi alkalimetri adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar
basa dan sampelnnya bersifat asam
Dalam titrasi ini, kita dapat menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Pada prinsipnya, reaksi yang terjadi adalah reaksi netralisasi yaitu
Reaksi netralisasi terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion
hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan
konsep lain reaksi netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor
proton (asam) dengan penerima proton (basa).
Dalam melakukan titrasi netralisasi kita perlu secara cermat
mengamati perubahan pH, khususnya pada saat akan mencapai titik akhir
titrasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan dimana akan terjadi
perubahan warna dari indikator lihat Gambar 1
Gambar 1. Titrasi alkalimetri dengan larutan standar basa NaOH
Analit bersifat asam pH mula-mula rendah, penambahan basa
menyebabkan pH naik secara perlahan dan bertambah cepat ketika akan
mencapai titik ekuivalen (pH=7). Penambahan selanjutnya menyebakan
larutan kelebihan basa sehingga pH terus meningkat. Dari Gambar 1, juga
diperoleh informasi indikator yang tepat untuk digunakan dalam titrasi ini
dengan kisaran pH pH 7 – 10 (Tabel 1).
F. CARA KERJA
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum.
2. Memasukkan larutan HCl yang telah disediakan ke dalam 2 erlemenyer
sebanyak 10 ml dan 12 ml.
3. Memasukkan larutan NaOH sebanyak 50 ml ke dalam buret.
4. Melakukan titrasi dengan larutan NaOH pada larutan HCl yang telah
ditetesi indikator pp (fenol fetalin).
5. Menghentikan titrasi apabila telah terjadi perubahan warna pada larutan
HCl yang dititrasi
6. Mengukur larutan NaOH yang digunakan.
7. Menghitung konsentrasi larutan HCl sesuai dengan rumus normalitas.
G. HASIL PENGAMATAN
Konsentrasi larutan HCl setelah dititrasi adalah sebagai berikut
a. Sampel pertama dengan volume HCl sebanyak 10 ml dan volume NaOH
sebanyak 1,6 ml
VHCl . NHCl = VNaOH . NNaOH
10 ml . NHCl = 1,6 ml . 0.1 M
NHCl = 0,016 M
b. Sampel kedua dengan volume HCl sebanyak 12 ml dan volume NaOH
sebanyak 2 ml
VHCl . NHCl = VNaOH . NNaOH
12 ml . NHCl = 2 ml . 0.1 M
NHCl = 0,017 M
c. Rata-rata konsentrasi HCl
X NHCl = NHCl(1) + NHCl(2)
2
X NHCl = 0.016 M + 0,01 7 M
2
X NHCl = 0,0165 M
Tabel hasil pengamatan
Larutan Volume NaOHNormalitas
larutan
HCl 10 ml 1,6 ml 0,016 M
HCl 12 ml 2 ml 0,017 M
Rata-rata normalitas larutan 0,0165 M
Berikut ini gambar larutan HCl sebelum dititrasi
Berikut ini gambar larutan HCl setelah dititrasi
Berikut ini adalah gambar indikator warna larutan HCl setelah titrasi
H. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 4 kali ini, praktikan melakukan kegiatan
netralisasi asam dengan basa. Kegiatan netralisasi asam dengan basa
menggunakan proses titrasi. Proses titrasi dilakukan untuk menentukan
kebutuhan asam dengan basa dalam suatu reaksi dalam larutan.
Untuk melakukan netralisasi, diperlukan bahan berupa larutan asam
dan larutan basa yang akan dinetralisasi. Proses netralisasi menggunakan
asam kuat dan basa kuat. Penggunaan asam kuat dan basa kuat dalam proses
netralisasi dikarenakan asam kuat dan basa kuat ketika dilakukan titrasi
netralisasi akan bereaksi dengan lebih sempurna, jika dibandingkan dengan
penggunaan asam atau basa yang lebih lemah.
Basa kuat yang dipergunakan sebagai bahan adalah larutan NaOH
dengan molaritas sebesar 0,1 M. Sedangkan basa kuat yang dipergunakan
sebagai bahan adalah larutan HCl, yang belum diketahui molaritasnya. Jadi,
pada akhir acara, jumlah molaritas larutan HCl tersebut akan dihitung.
Larutan NaOH yang telah siap digunakan sebagai titran, jadi larutan
tersebut dituangkan ke dalam buret hingga titik batas nol. Proses titrasi pun
dilakukan. Erlenmeyer yang berisi larutan HCl harus digoyang-goyangkan
secara pelan ketika melakukan proses ini. Perlu diamati juga, ketika
melakukan hal tersebut, harus mengamati dengan jelas larutan yang dititrasi
tersebut, apakah sudah mengalami perubahan warna atau belum? Jika sudah,
maka proses titrasi sudah selesai. Jika belum, maka tetap dititrasi dan
digoyangkan hingga terjadi perubahan warna.
Yang dapat kami amati bahwa larutan HCl yang dititrasi dengan
larutan NaOH mengalami perubahan warna dari berning menjadi warna
merah muda. Perubahan warna tersebut menandakan telah tercapainya titik
titrasi atau yang lebih dikenal dengan titik ekuivalen. Titik ekuivalen adalah
titik berhentinya proses titrasi yang sedang berlangsung. Ketika titik
ekuivalen ini terjadi, maka proses titrasi netralisasi perlu kita hentikan, karena
proses titrasi netralisasi itu sudah tercapai, selesai atau telah cukup
dilaksanakan. Oleh sebab itu, maka kita perlu cermat mengamati terjadinya
titik ekuivalen tersebut. Apabila perubahan warna telah terjadi secara cukup,
maka proses titrasi perlu langsung diberhentikan. Tidak perlu menunggu
sampai warna akhir menjadi benar-benar pekat. Hal tersebut dilakukan agar
dapat mengetahui secara tepat jumlah mL titran yang diperlukan dalam
proses titrasi tersebut dari awal hingga proses titrasi selesai. Ini sangat
penting untuk penghitungan molaritas basa yang tidak diketahui. Perubahan
warna dari warna bening menjadi warna merah muda, jika dikaitkan dengan
tabel perubahan warna dari indikator, dapat disimpulkan bahwa indikator
yang dipergunakan adalah Phenolftalein. Indikator Phenolftalein ini, jika
dipergunakan dalam proses titrasi netralisasi, ciri yang terjadi adalah
perubahan warna dari tak berwarna ke warna merah. Hal ini pun benar
terjadi, sebab terbukti pada praktikum kali ini. Karena jenis indikator
tersebutlah yang diteteskan pada larutan HCl tadi.
Setelah proses titrasi netralisasi selesai dilakukan, berikutnya kita
dapat mencatat volume titran yang diperlukan untuk proses tersebut. Jumlah
titran yang digunakan dalam proses netralisasi tersebut pada erlemenyer 1
dan 2 berturut-turut adalah 1,6 ml dan 2 ml. Volume titran ini selanjutnya
dipergunakan untuk menghitung jumlah molaritas HCl yang digunakan dalam
proses netralisasi ini dengan menggunakan rumus V1.M1 = V2.M2. Melalui
persamaan tersebut dapat diketahui molaritas HCl yang tidak diketahui
sebelumnya. Hal ini selaras dengan tujuan dari praktikum ini, yaitu
mengetahui molaritas asam atau basa yang tidak diketahui dengan cara
melakukan proses titrasi dengan asam atau basa yang diketahui molaritasnya.
Maka, pada hasil akhirnya, kita dapat menghitung jumlah molaritas dari
asam atau basa yang tidak ketahui sebelumnya.
I. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum acara IV tentang netralisasi asam dengan basa, maka
praktikan dapat menyimpulkan bahwa :
1. Netralisasi adalah proses mengetahui kebutuhan asam atau basa yang
tidak diketahui molaritasnya dengan cara melakukan titrasi netralisasi
dengan asam atau basa yang diketahui molaritasnya.
2. Bahan ideal dalam melakukan netralisasi adalah asam kuat dan basa kuat,
karena jika direaksikan, larutan-larutan tersebut akan bereaksi dengan
sempurna.
3. Titik ekuivalen adalah titik yang menandai berhentinya proses titrasi yang
sedang berlangsung. Biasanya, ciri mencolok dari titik ekuivalen adalah
perubahan warna larutan.
4. Perubahan warna dari hasil titrasi larutan HCl dengan larutan NaOH
adalah perubahan warna larutan dari warna bening ke warna merah muda.
Ini merupakan ciri dari indikator yang digunakan berupa indikator
Phenolftalein.
5. Asam dan basa kuat terionisasi sempurna, sehingga dapat secara langsung
dihitung konsentrasi ion yang dihasilkan berdasarkan konsentrasi asam
atau basa
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E. 1999. Kimia Universitas: Asas dan Struktur. Jakarta.Binarupa Aksara.
Purwadi, Bambang. 2011. Buku Petunjuk Praktikum Kimia Dasar. Instiper.
Yogyakarta.
Syindjia, Zalika. 2011. Netralisasi. http://www.syindjia.com/2011/10/netralisasi.
html (diakses tanggal 25 Oktober 2017 pukul 12.15 WIB).
Winarto, Dwi. 2013. Reaksi Netralisasi. melalui http://www.ilmukimia.org
/2013/01/reaksi-netralisasi.html (diakses tanggal 25 Oktober 2017 pukul
18.15 WIB).
Yogyakarta, 26 Oktober 2017
Mengetahui,
Co. Ass Praktikan
( Co. Ass Ganteng ) ( Mahasiswa )