farmasi.fk.ub.ac.idfarmasi.fk.ub.ac.id/labfarmasi/wp-content/uploads/2016/... · Web viewPraktikum...
Transcript of farmasi.fk.ub.ac.idfarmasi.fk.ub.ac.id/labfarmasi/wp-content/uploads/2016/... · Web viewPraktikum...
PANDUAN PRAKTIKUM
BIOLOGI MOLEKULER
DISUSUN OLEH:
Valentina Yurina, M.Si
Dra. Diana Lyrawati, M.Si. Ph D. Apt.
Ferri Widodo, M.Biomed., Apt.
Rudy Salam, M.Biomed., Apt.
Oktavia Rahayu, M.Biomed.
dr. Dewi Santosaningsih, M.Kes
dr. Dwi Yuni Nurhidayati, M.Kes
Oktavia Rahayu Adianingsih, M.Biomed.
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
0
1
KATA PENGANTAR
Panduan praktikum Biologi Molekuler ini disusun bagi mahasiswa Program
Studi Sarjana Farmasi, FKUB yang melaksanakan praktikum Biologi Molekuler
sebagai penunjang dari mata kuliah Biologi Molekuler.
Praktikum Biologi Molekuler diharapkan dapat menambah wawasan dan
ketrampilan mahasiswa dalam teknik-teknik dasar biologi molekuler yang umum
digunakan.
Sebelum memulai praktikum, mahasiswa diharapkan mempelajari panduan
praktikum ini, termasuk tata tertib praktikum sehingga tujuan praktikum dapat tercapai
dan praktikum berlangsung dengan benar dan memenuhi persyaratan keamanan
laboratorium. Penggunaan sampel biologis dalam praktikum ini menuntut kehatia-
hatian dan perhatian penuh dari setiap mahasiswa karena dapat mengakibatkan resiko
kontaminasi yang serius jika tidak diantisipasi sebelumnya.
Semoga buku panduan praktikum ini dapat berguna bagi mahasiswa dan
pengguna lain.
Malang, Agustus 2017
Tim Penyusun Panduan
Praktikum
Biologi Molekuler
2
3
TATA TERTIB PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER
Mahasiswa yang mengikuti praktikum Biologi Molekuler diwajibkan mematuhi Tata
Tertib sebagai berikut:
1. Diwajibkan hadir tepat waktu sesuai jadwal praktikum yang telah ditentukan.
2. Mengenakan pakaian sopan dan sepatu tertutup.
3. Mengenakan jas praktikum.
4. Membawa perlengkapan yang tidak tersedia di laboratorium, seperti: tissue, sarung
tangan lateks sekali pakai, dll.
5. Berada dalam laboratorium selama praktikum, kecuali mendapatkan izin dari
dosen yang bertugas.
6. Menjaga kebersihan dan keutuhan alat laboratorium. Bagi mahasiswa yang
merusak atau menghilangkan alat laboratorium diwajibkan mengganti sesuai
dengan spesifikasi alat tersebut maksimum 1 hari sebelum praktikum selanjutnya.
Apabila hingga praktikum berikut belum mengganti alat tersebut maka sanksinya
adalah tidak diperbolehkan mengikuti ujian praktikum.
7. Bekerja dengan jujur dan tertib.
8. Berbicara seperlunya dan tidak gaduh.
9. Maksimum ketidakhadiran mahasiswa dalam praktikum adalah 1 kali pertemuan,
apabila mahasiswa tidak hadir lebih dari 1 kali praktikum sanksinya adalah
dianggap tidak lulus dalam praktikum Biologi Molekuler dan harus mengulang
praktikum ini pada tahun berikutnya. Izin yang diterima adalah izin yang tertulis
dan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
10. Mengembalikan alat laboratorium dalam keadaan bersih dan lengkap.
11. Membuat dan mengumpulkan laporan praktikum sesuai dengan draft yang telah
ditentukan.
12. Meninggalkan ruang praktikum dalam keadaan bersih dan rapi.
Tempat praktikum: Laboratorium Mikrobiologi FKUB
4
JADWAL PRAKTIKUM BIOLOGI MOLEKULER
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
MINGGU TANGGAL MATERI KELAS TEMPAT PRAKTIKUM
DOSEN PENGAMPU
123-08-2019 Teknik Pipetting A & B Laboratorium
Farmasi Klinis
Dra. Diana Lyrawati, M.S., P.hD., Apt.
Dr. Valentina Yurina, M.Si.
Oktavia Rahayu A, S.Farm., M.Biomed
2 30-08-2019 Isolasi & Kuantifikasi
DNA
A
Laboratorium Mikrobiologi
3 06-09-2019 B
413-09-2019
Amplifikasi DNA dengan metode PCR
A & B
520-09-2019
Karakterisasi DNA dengan elektroforesis
agarosa
A & B
627-09-2019
Kloning DNA dengan metode
heat shockA & B Laboratorium
Mikrobiologi dan Biomedik7 04-10-2019 Karakterisasi
hasil kloningA & B
8 25-10-2019 Isolasi dan kuantifikasi
protein dengan metode bradford
ALaboratorium Mikrobiologi
Dra. Diana Lyrawati, M.S., P.hD., Apt.
Oktavia Rahayu A, S.Farm., M.Biomed
9 1-11-2019 B
1008-11-2019
Karakterisasi protein dengan
SDS-PAGE
A & B
11 15-11-2019Presentasi hasil
A
Laboratorium Farmasi Klinis
12 22-11-2019 B
13 29-11-2019Ujian akhir praktikum
A
14 06-12-2019 B
Persentase penilaian: Diskusi : 10% Pengerjaan : 50% penilaian dari proses dan produk (hasil) Post test : 10% Laporan : 10% Ujian akhir : 20%
5
BAB I
TEKNIK PIPETTING
Tujuan:
Memahami tujuan penggunaan mikropipet
Memahami penggunaan mikropipet dengan baik dan benar
Memahami sistem metrik dalam penghitungan volume kecil
Alat:
Mikropipet dengan berbagai ukuran
Bahan:
1 mL larutan berwarna merah
1 mL larutan berwarna hijau
1 mL larutan berwarna kuning
1 mL larutan berwarna biru
Beaker glass
Aqua bidestilata
Tip
Microtube
Prinsip Dasar:
Penelitian Biologi Molekuler pada umumnya berkaitan dengan volume yang
sangat kecil, yaitu dalam skala mikroliter. Untuk mendukung penelitian tersebut
dibutuhkan suatu peralatan khusus untuk mengukur dan mengambil sejumlah tertentu
larutan, yaitu mikropipet. Penggunaan mikropipet yang baik dan benar akan
meningkatkan keberhasilan suatu penelitian. Mikropipet yang tersedia saat ini dapat
mengambil suatu volume larutan mulai dari 0,25 µL hingga 1000 µL. Ada dua macam
mikropipet yang umum digunakan, yaitu single channel dan multi channel (Gambar
1.1)
6
Gambar 1.1. Variasi mikropipet (A) Manual single channel micropipette (B) Manual multi channel micropipette (C) Electronic multi channel micropipette
Mikropipet terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu: plunger (tombol
untuk menarik/mengeluarkan cairan), ejector button (tombol untuk melepaskan
disposable tip), volume indicator (menunjukkan jumlah cairan yang dipipet),
volume adjustment (bagian pengaturan jumlah cairan yang dipipet), tip
attachment (bagian penempelan disposable tip). (Gambar 1.2).
Gambar 1.2. Bagian-bagian pipet
7
Prosedur:
A. Penggunaan mikropipet dengan berbagai variasi rentang volume
Mikropipet tersedia dalam berbagai rentang volume yang berbeda, yaitu 0,5-10
μL (P-10), 2-20 μL (P-20), 20-200 μL (P-200), 200-1000 μL (P-1000).
Penggunaan pipet harus tepat sesuai dengan volume cairan yang hendak
dipipet.
1. Pilih pipet seusai dengan volume yang dimaksudkan, misalnya:
P-20 P-200 P-1000
0 0 0
4 4 4
7 7 7
4.7 μL 47 μL 470 μL
Isilah bagian yang kosong pada tabel berikut:
A) P-1000 B) P-200 C) P-____
0 1
8 9
8 8
_____ μL _____ μL 940 μL
D) P-____ E) P-20 F) P-____
1
5
0
50 μL _____ μL 19,5 μL
8
9
2. Tentukan volume yang hendak dipipet dengan mengatur tombol adjusment.
Jangan memutar tombol adjusment lebih besar daripada volume yang tertera di
bagian atas pipet!!
3. Tekan pipet pada kotak tip. Penekanan harus cukup kuat untuk mendapatkan
suatu kondisi kedap udara tetapi jangan menggunakan kekuatan berlebihan.
4. Tekan bagian plunger hingga pemberhentian pertama, masukkan ujung tip hingga
kurang lebih 2 mm dari permukaan cairan dalam keadaan pipet vertikal. Lepaskan
plunger secara perlahan, tarik ujung tip dari permukaan cairan. Jangan pernah
memegang pipet dalam kondisi horizontal saat tip berisi cairan !!
5. Sentuhkan ujung tip pada bagian sisi dalam mikrotube kosong, tekan plunger
hingga pemberhentian kedua. Upayakan semua cairan keluar keluar dari tip
6. Buang tip dengan menekan tombol ejector
B. Penggunaan mikropipet dengan akurat dan presisi
1. Beri label pada 3 mikrotube kosong (A.B.C)
2. Pipet sejumlah larutan berwarna sebagai berikut pada ketiga tabung:
Tabung Cairan
merah (μL)
Cairan
kuning (μL)
Cairan
biru (μL)
Cairan
hijau (μL)
Total
volume (μL)
A 220 25 5 0
B 33 7 0 210
C 3 0 215 32
3. Ketukkan tabung pada meja hingga semua cairan terkumpul.
4. Jumlahkan volume total pada masing-masing tabung
5. Set volume pipet sesuai jumlah volume total
6. Pipet cairan sejumlah volume total masing-masing tabung, cek apakah tersisa
7. cairan di dasar tabung atau terdapat udara di ujung pipet.
10
BAB IIISOLASI DNA TOTAL
Tujuan:
1. Memahami konsep isolasi DNA total dari sel manusia.
2. Melakukan isolasi DNA total dari sel manusia.
Prinsip:
DNA total dapat diperoleh dari sel tanaman, bakteri, atau dari organismen lain yang
hendak dipelajari. Secara garis besar, proses isolasi DNA total terdiri dari empat tahap, yaitu:
Lisis sel, baik dengan metode fisik (secara mekanik) atau kimiawi (menggunakan
senyawa tertentu yang menyebabkan sel lisis, misalnya lisosim dan EDTA).
Ekstraksi DNA sehingga terpisah dari komponen sel lain, dapat digunakan menggunakan
pelarut organik (misalnya fenol dan kloroform) atau dengan metode kromatografi.
Pemekatan DNA total, pada umumnya menggunakan presipitasi etanol.
Bahan:
Rambut manusia (5 helai yang dicabut beserta bagian akarnya)
Apusan bukal manusia
Larutan saline (larutkan 20 gram garam dalam 200 mL air)
Proteinase K
Tip
Microtube
TE buffer (harus dibuat segar, maksimal 1 jam sebelum penggunaan):
o 1 ml 1 M Tris HCl
o 0.2 ml 0.5 M Na2EDTA
o Tambahkan aquadest sehingga volume akhir 100 ml
o Adjust dengan larutan buffer hingga mencapai pH 8.0
Alat:
Sentrifuga
Water bath
11
Mikropipet
Wadah penampung
Prosedur isolasi DNA dari sel bukal manusia:
1. Peserta praktikum yang hendak diambil sampelnya berkumur dengan cairan saline 10 mL
selama 60 detik. Keluarkan cairan saline dan tampung dalam wadah yang disediakan.
2. Putar wadah perlahan untuk meresuspensi sel kemudian ambil sampel sebanyak 1,5 mL
dan masukkan ke dalam mikrotube
3. Sentrifuga cairan sampel selama 2 min pada kecepatan maksimal.
4. Buang supernatannya kemudian ulangi prosedur 2 dan 3 sebanyak 2 kali.
5. Resuspensi sel bukal dengan 140 uL buffer lisis kemudian homogenasikan dengan
vorteks, tambahkan 10 uL proteinase K 20mg/mL
6. Inkubasi sampel pada waterbath selama 15 min pada suhu 55⁰C
7. Homogenasikan sampel dengan vorteks selama 20 detik
8. Inkubasikan sampel pada waterbath selama 15 min pada suhu 99⁰C
9. Sentrifuga sel lisat selama 2 menit pada kecepatan 6000 rpm
10. Pindahkan supernatan pada tabung mikrosentrifuga
11. DNA siap digunakan untuk proses selanjutnya (simpan di suhu - 20⁰C)
Gambar 2.1. Prosedur isolasi DNA total dari sel bukal manusia (Sumber: VNTR Human DNA typing Using PCR (Edvotek))
12
Prosedur isolasi DNA dari rambut manusia:
1. Ambil 5 helai rambut, termasuk bagian akarnya (lihat gambar).
2. Potong rambut sepanjang 1cm dari bagian akar rambut.
3. Gunting menjadi bagian yang lebih kecil.
4. Sentrifuga dengan kecepatan maksimal selama 10 detik untuk mengumpulkan potongan
rambut pada bagian bawah tube.
5. Resuspensi potongan rambut dengan 140 uL buffer lisis (pastikan semua potongan
rambut terendam buffer lisis), tambahkan 10ul Proteinase K 20mg/mL.
6. Inkubasi sampel pada waterbath selama 15 min pada suhu 55⁰C.
7. Homogenasikan sampel dengan vorteks selama 20 detik.
8. Sentrifuga sampel pada kecepatan maksimal selama 10 detik.
9. Inkubasikan sampel pada waterbath selama 15 min pada suhu 55⁰C.
10. Pindahkan pada waterbath bersuhu 99 ⁰C kemudian inkubasikan selama 10 menit
11. Homogenasikan sampel dengan vorteks selama 20 detik.
12. Sentrifuga sel lisat selama 2 menit pada kecepatan 6000rpm.
13. Pindahkan supernatan pada tabung mikrosentrifuga.
14. DNA siap digunakan untuk proses selanjutnya (simpan di suhu - 20⁰C)
Gambar 2.2. Prosedur isolasi DNA total dari rambut manusia (Sumber: VNTR Human DNA typing Using PCR (Edvotek))
13
BAB IIIKUANTIFIKASI DNA
Tujuan:
1. Mempelajari prinsip dan metode penghitungan konsentrasi DNA dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis.
2. Melakukan kuantifikasi DNA menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
Prinsip:
DNA murni memiliki kemampuan untuk menyerap absorbansi pada panjang gelombang
260 nm karena adanya basa-basa purin dan pirimidin yang menyusun DNA. Untuk menghitung
konsentrasi DNA dalam suatu sampel dapat digunakan penilaian berikut ini:
1 O.D. pada 260 nm untuk double-stranded DNA = 50 ng/ul of dsDNA
1 O.D. pada 260 nm untuk single-stranded DNA = 20-33 ng/ul of ssDNA
1 O.D. pada 260 nm untuk RNA molecules = 40 ng/ul of RNA
Maka untuk menghitung konsentrasi DNA digunakan persamaan berikut ini:
Konsentrasi DNA = A260 nm x 50 x faktor pengenceran
Di lain pihak, senyawa fenol dan protein dapat menyerap absorbansi pada panjang gelombang
280 nm. Dengan demikian adanya kontaminan protein/fenol pada sampel DNA/RNA dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Nilai kemurnian DNA/RNA =
DNA atau RNA yang murni memiliki nilai kemurnian antara 1,8-2,0. Adanya kontaminasi
menyebabkan nilai yang diperoleh akan lebih kecil dari 1,8 sehingga mengurangi nilai
kepercayaan dalam penghitungan konsentrasi DNA atau RNA yang sebenarnya.
Bahan dan Pereaksi:
DNA rambut dan bukal yang akan dihitung konsentrasinya
Aquabidestilata
Microtube
Tip
14
Alat:
Mikropipet
Spektrofotometer UV-Vis
Prosedur:
1. Pipet 50 µL sampel DNA yang akan ditentukan konsentrasinya
2. Masukkan ke dalam mikrotube baru yang telah berisi 50 µL aquadest, homogenkan.
3. Ukur absorbansi sampel pada λ 260 nm dan λ 280 nm.
4. Hitung konsentrasi dan kemurnian sampel DNA dengan mempertimbangkan faktor
pengenceran.
15
BAB IVAMPLIFIKASI DNA DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION
Tujuan:
Memahami dan melakukan proses amplifikasi DNA menggunakan metode Polymerase
Chain Reaction
Prinsip:
Polymerase chain reaction (PCR) merupakan suatu metode amplifikasi atau perbanyakan
DNA pada suatu daerah terget tertentu yang dibatasi oleh sepasang primer (primer forward dan
primer reverse). Pada umumnya proses amplifikasi dilakukan oleh DNA polymerase yang
berasal dari Thermus aquaticus. Proses amplifikasi dilakukan dalam 3 tahap, yaitu denaturasi
(pemisahan untai ganda DNA), anneling (penempelan primer), dan elongasi (perpanjangan untai
DNA). Masing-masing tahapan dilakukan pada suhu yang berbeda-beda.
Aplikasi metode polimerase chain reaction di bidang kesehatan sangat luas, misalnya
sebagai metode pendeteksi patogen atau cemaran dalam produk kesehatan, untuk identifikasi
hubungan kekerabatan, dan untuk deteksi forensik dan deteksi penyakit genetik. Salah satu
penggunaan PCR yang telah lama dikenal adalah identifikasi variable number of tandem repeats
(VNTR), yaitu suatu region pada genome manusia yang sangat bervariasi antar individu. VNTR
pada segmen pYNZ22 (HGM locus Dl 7S30) adalah salah satu segmen dengan tingkat
polimorfisme yang tinggi dan telah banyak digunakan dalam deteksi hubungan kekerabatan dan
penyakit genetik.
16
Gambar 4.1. Proses amplifikasi DNA dengan metode PCR (Sumber:VNTR Human DNA typing Using PCR (Edvotek))
Bahan:
DNA template (DNA kromosom total hasil isolasi)
Primer forward dan reverse (5'-CGAAGAGTGAAGTGCACAGG-3' dan 5'-
CACAGTCTTTATTCTTCAGCG-3') masing-masing dengan konsentrasi 0,5 uM
dNTP
Taq DNA Polimerase dan buffer yang sesuai
ddH2O
17
Tip
Microtube untuk PCR (200 µL)
Alat:
Sentrifuga mikro
Microtube 200 µL steril
Thermal cycler
Prosedur:
Komposisi reaksi PCR:
Master mix solution 12,5 L
Primer forward 10pmol/uL 1 L
Primer reverse 10pmol/uL 1 L
DNA template 1 g/uL 1 L
ddH2O 9,5 L
Total 25 L
Prosedur kerja :
1. Selalu gunakan wadah es saat bekerja.
2. Masing-masing komponen PCR dimasukkan ke dalam tabung, gunakan tip yang berbeda
untuk setiap komponen
3. Sampel DNA di kocok/vortex dan kemudian di-spin sebelum digunakan.
4. Tabung dispin sebentar agar semua larutan turun dan bercampur.
5. Tabung dimasukkan ke dalam mesin PCR.
Kondisi reaksi PCR :
Pre-denaturasi : 94 oC selama 5 menit
Denaturasi : 94 oC selama 1 menit
Annealing : 55 oC selama 1 menit
Elongasi : 72 oC selama 1 menit
Post-elongasi : 72 oC selama 10 menit
Penyimpanan : 4 oC
6. Hasil PCR selanjutnya dielektroforesis dan diamati di bawah sinar UV.
18
28 siklus
BAB V
KARAKTERISASI DNA DENGAN ELEKTROFORESIS AGAROSA
Tujuan khusus:
Mempelajari dan melakukan karakterisasi DNA dengan menggunakan elektroforesis
Agarosa
Menentukan ukuran DNA hasil elektroforesis dengan menggunakan metode logaritmik
Prinsip:
Elektroforesis merupakan teknik pemisahan DNA berdasarkan ukurannya di bawah
medan elektrik. Molekul DNA bermuatan negatif dan akan bermigrasi ke kutub positif saat
diletakkan di dalam suatu medan elektrik. Jarak migrasi masing-masing molekul DNA pada
suatu media akan berbeda-beda tergantung pada ukurannya. Media yang dapat dipakai adalah gel
agarose, poliakrilamid, atau campuran keduanya. Media tersebut berupa suatu polimer berpori di
mana besar pori ditentukan oleh konsentrasinya. Semakin tinggi konsentrasi polimer maka pori
yang terbentuk semakin kecil. Dengan demikian DNA yang berukuran besar akan memiliki jarak
migrasi yang lebih pendek dibandingkan DNA berukuran kecil pada suatu media dengan
konsentrasi yang sama. DNA yang telah bermigrasi divisualisasi dengan metode tertentu, di
antaranya dengan staining Etidium bromide atau cyber green di bawah iradiasi ultraviolet.
Bahan:
Agarosa
DNA yang akan dikarakterisasi
DNA marker/ DNA ladder
Etibium bromida (EtBr)
Buffer elektroforesis (Tris Acetate EDTA/ TAE buffer)
Loading dye
Alat:
Heater with magnetic strirer
Electrophoresis horisontal system
Transluminator UV
19
Penggaris
Prosedur:
1. Timbang 0,4 g agarose dengan neraca
2. Encerkan TAE 10x hingga diperoleh buffer TAE 1x
3. Larutkan agarose yang telah ditimbang dalam 40 mL buffer TAE 1x, kemudian panaskan
hingga mendidih. Pastikan semua agarose telah larut dalam buffer.
4. Setelah larutan agarose agak dingin (±60⁰C), tambahkan 1µL EtBr, aduk hingga
homogen
5. Tuangkan larutan agarose+EtBr ke dalam cetakan yang telah disiapkan sebelumnya,
pastikan sisir telah terpasang dengan baik dan cetakan terletak pada permukaan yang
datar.
6. Tunggu hingga larutan agarose memadat
7. Setelah larutan agarose menjadi gel padat, masukkan ke dalam chamber elektroforesis.
8. Tuangkan buffer TAE 1x hingga seluruh permukaan gel terendam.
9. Load DNA yang akan dikarakterisasi yang telah ditambah dengan loading dye.
10. Hubungkan elektroda dengan power suply (jangan terbalik antara elektroda positif dan
negatif) dan atur voltase dan waktunya.
11. Setelah elektroforesis selesai, matikan alat dan ambil gel; pindahkan ke transluminator
UV dan amati hasilnya.
20
Gambar 5.1. Proses persiapan gel agarosa (Sumber: VNTR Human DNA typing Using PCR (Edvotek)
21
BAB VI
KLONING DNA DENGAN METODE HEAT SHOCK
Tujuan:
Memahami proses kloning DNA dengan metode heat shock.
Prinsip:
Kloning DNA dilakukan dengan proses transformasi plasmid yang membawa gen target
ke dalam sel inang. Proses transformasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode heat
shock, yaitu menggunakan perubahan temperatur secara mendadak sehingga memicu
terbentuknya pori-pori pada membran sel inang. Sebelumnya sel inang yang digunakan telah
dibuat kompeten dengan penambahan senyawa tertentu, misalnya CaCl2 yang dapat menginduksi
perningkatan permiabilitas sel.
Bahan:
Sel kompeten Escherichia coli DH5α
Plasmid pET
Ampisilin (100mg/mL)
Media Luria Bertani Agar
Media Luria Bertani Broth
Es
Sealing film
Tip
Alat:
Mikropipet
Water bath
Sentrifus mikro
Bunsen
Inkubator goyang
Inkubator oven
Ose steril
22
Spreader steril
Cawan petri disposable
Prosedur:
1. Sel E.coli kompeten sebanyak 50 µl dipipet ke dalam tabung mikro.
2. Ditambahkan 300 ng plasmid ke dalam sel kompeten kemudian dihomogenkan secara
perlahan dengan pipet.
3. Campuran sel dan plasmid diinkubasi di dalam es selama 30 menit.
4. Dilakukan heat shock pada suhu 42°C selama 45 detik.
5. Tabung berisi sel diinkubasi kembali di dalam es selama 2 menit.
6. Ditambahkan media Luria Bertani Broth sebanyak 800 µl ke dalam tabung mikro dan
inkubasi kembali selama 1 jam pada suhu 37°C 150 rpm.
7. Tabung disentrifuga selama 1 menit 6000 rpm.
8. Supernatan sebanyak 600 µl diambil dan pelet diresuspensi.
9. Suspensi bakteri disebarkan pada media Luria Bertani Agar yang telah disuplementasi
dengan antibiotik.
10. Dilakukan inkubasi semalam pada suhu 37°C kemudian diamati hasilnya.
11. Klon yang tumbuh dipindahkan ke media baru.
23
BAB VII
KARAKTERISASI HASIL KLONING
Tujuan:
Memahami proses karakterisasi klon dengan metode PCR.
Prinsip:
Klon yang berhasil tumbuh pada media seleksi perlu dikarakterisasi untuk dikeathui
kebenaran kandungan plasmid dan gen yang dibawanya. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengkarakterisasi klon adalah dengan metode PCR dengan menggunakan
primer yang spesifik terhadap gen target yang dikandung dalam plasmid.
Bahan:
Klon yang tumbuh pada media seleksi
Primer spesifik gen target
Master mix PCR
ddH20
Alat:
jarum ose/tusuk gigi steril
bunsen
thermal cycler
Prosedur:
1. Diambil klon yang sudah dipindahkan ke media baru (hasil replica platting) dengan tusuk
gigi steril dan dimasukkan ke dalam tabung PCR (tutup terbuka). Microwave dengan
kekuatan 600 watt selama 20 detik.
2. Dibuat campuran reaksi PCR dengan komponen sebagai berrikut:
Master mix solution 12,5 L
Primer forward 10 pmol/Ul 1 L
Primer reverse 10 pmol/Ul 1 L
ddH2O 9,5 L
24
Total 24 L
3. Dilakukan pencampuran dengan menggunakan pipet hingga homogen
4. Komponen reaksi dimasukkan ke dalam alat thermal cycler.
5. Hasil PCR dianalisa dengan elektroforesis agarosa.
25
BAB VIII
ISOLASI PROTEIN
Tujuan khusus:
Melakukan isolasi protein dari Eschericia coli
Prinsip:
Isolasi protein merupakan suatu proses untuk memisahkan protein target dari komponen
penggangu lainnya, baik berupa protein lain atau komponen non-protein, sehingga protein target
dapat digunakan lebih lanjut, misalnya untuk dipelajari strukturnya, aktivitasnya, dsb. Materi
yang biasa digunakan dapat berupa jaringan atau kultur bakteri. Isolasi protein diawali dengan
pemecahan sel atau jaringan di mana terdapat protein target, dapat dilakukan dengan metode
fisik, misalnya freeze-thawing atau sonikasi, dan metode kimia dengan menggunakan pelarut
organik. Setelah protein terlarut dilakukan sentrifugasi untuk memisahkan protein target dari
membran sel, DNA, dsb. Selanjutnya dapat dilakukan metode purifikasi lebih lanjut, misalnya
dengan kromatografi.
Bahan:
Kultur E.coli yang ditumbuhkan pada media cair yang sesuai
Phosphate buffer saline (PBS) pH 7,4
NOG (N-octyl-L-D-glucopyranoside)
Tip
Alat:
Sentrifuga
Mikropipet
Vortex
Prosedur:
1. Sentrifuga 1,5 mL kultur cair E.coli dengan kecepatan 3000rpm
2. Buang supernatannya, resuspensi pelet sel dengan PBS sejumlah 15x jumlah pelet.
3. Tambahkan 0,5% NOG.
26
4. Homogenasikan dengan vorteks selama 1 menit.
5. Sentrifuga pada kecepatan 12.000 rpm selama 30 menit pada suhu 4⁰C.
6. Supernatan yang berisi crude protein dapat digunakan untuk analisa berikutnya.
27
BAB IX
KUANTIFIKASI PROTEIN DENGAN METODE BRADFORD
Tujuan khusus:
Memahami dan mampu melakukan kuantifikasi protein dengan menggunakan metode Bradford
Prinsip:
Metode Bradford merupakan metode analisis protein berbasis kolorimetri yang menggunakan
spektrofotometri UV-vis (595nm). Metode ini menggunakan Commasie Briliant Blue G-250
yang mengalami perubahan warna setelah berikatan dengan protein dalam suasana asam. Secara
umum, metode Bradford dapat digunakan untuk mendeteksi protein dengan rentang konsentrasi
0 µg/ml to 2000 µg/ml. Keunggulan dari metode ini, diantaranya adalah cepat, tidak perlu
pemanasan sampel, dan memberikan reaksi kolorimetri yang relatif stabil dibandingkan metode
kolroimetri lainnya.
Bahan:
Reagen Bradford: 100 mg Coomassie Blue G-250 dalam 50 ml 95% ethanol, tambahkan
100 ml 85% (w/v) phosphoric acid, add aquadest 1 liter
Protein yang akan dihitung kadarnya
Bovine serum albumin (BSA) sebagai standar
Alat:
Alat gelas
Spektrofotometer
Prosedur:
1. Siapkan larutan standard BSA dengan konsentrasi 100 µg/ml sebagai larutan baku induk.
2. Siapkan larutan baku kerja BSA, blanko, dan protein sampel sesuai dengan Tabel 1.
(Pengenceran protein perlu dilakukan agar terdeteksi dalam rentang absorbansi linier).
3. Inkubasi larutan selama 5 menit
4. Ukur absorbansinya pada 595 nm menggunakan spektrofotometer UV-vis.
5. Tentukan konsentrasi protein sampel
28
Table 1: Jumlah Sampel dan Reagen Bradford
29
Test Sample Sample vol.,
µl
PBS,
µl
Bradford reagent,
µl
Blank 0 100 400
BSA Standard (10 µg/ml) _______ _______ 400
BSA Standard (20 µg/ml) _______ _______ 400
BSA Standard (30 µg/ml) _______ _______ 400
BSA Standard (40 µg/ml) _______ _______ 400
BSA Standard (50 µg/ml) _______ _______ 400
Protein Sample 100 0 400
BAB X
KARAKTERISASI PROTEIN DENGAN SDS-PAGE
Tujuan:
Memahami proses karakterisasi protein dengan menggunakan metode elektroforesis SDS-PAGE
Prinsip:
Sodium dodecyl sulfate polyacrylamide gel electrophoresis (SDS-PAGE), merupakan
metode pemisahan protein yang sangat umum digunakan di bidang biologi molekuler. Metode
ini berdasarkan pada mobilitas protein sesuai ukurannya di bawah medan elektromagnetik. SDS
merupakan suatu senyawa surfaktan anionik yang dapat memberikan muatan negatif dan
melinierkan protein. Dengan adanya SDS, semua protein menjadi linier dan bermuatan negatif
sehingga dapat bergerak menuju muatan positif saat dilektroforesis.Setelah dielektroforesis, gel
dapat distaining untuk menampilkan protein, misalnya dengan Commasie Briliant Blue G-250.
Bahan:
Akrilamid 30%
Separating buffer (Tris Cl 1,5 M pH 8,8)
Stacking buffer (Tris Cl 0,5 M pH 6,8)
Ammonium persulphate (APS) 10%
N, N, N', N'- Tetramethylethylenediamine (TEMED)
Buffer elektroforesis
ddH2O
Asam asetat glasial
Reducing sample buffer (RSB)
Metanol
Glisin
Tris base
Tip
Tube 15 ml dan microtube
30
Alat:
Bio Rad vertical electrophoresis system
Power supply
Micropipe
Heater
Resep
Separating gel 12,5%
Akrilamid 30% 2,063 ml
Tris-HCl 1,5 M pH 8,8 1,25 ml
ddH2O 1,637 ml
SDS 10% 50 µl
APS 10% 12,5 µl
TEMED 10 µl
Stacking gel 4%
Akrilamid 30% 0,5 ml
Tris-HCl 0,5 M pH 6,8 0,625 ml
ddH2O 1,325 ml
SDS 10% 25 µl
APS 10% 7,5 µl
TEMED 5 µl
Staining solution
Coomasie blue (R) 0,1%
Metanol 40%
Asam asetat glasial 10%
add H2O ad 100 ml
Destaining solution
Metanol 20%
31
Asam asetat glasial 10%
add H2O ad 100 ml
Running buffer
Glisin 14,2 gram
Tris base 3,03 gram
SDS 1 gram
Aquadest 1 L
Prosedur:
1. Elektroforesis SDS-PAGE dilakukan menggunakan alat Bio-Rad Mini Protean II.
2. Lempengan kaca dan alat pencetak gel (gel sandwich) dibersihkan dan dikeringkan.
3. Gel sandwich disusun dengan menggabungkan kedua lempengan kaca kemudian untuk
memastikan tidak adanya kebocoran dimasukkan aquadest ke ruang pencetak gel.
4. Disiapkan separating gel 12,5% (b/v) dan stacking gel 4% (b/v). APS 10% dan TEMED
dimasukkan paling akhir. Campuran dihomogenkan dengan mem-pipet naik-turun secara
perlahan. Polimerisasi mulai terjadi pada tahap ini, larutan harus segera dituang ke gel
sandwich.
5. Secara perlahan larutan separating gel dimasukkan ke dalam gel sandwich hingga
mecapai garis batas dengan stacking gel (sekitar 0,5 mm dari ujung sisir pencetak sumur
gel pada stacking gel)
6. Segera dimasukkan aquadest dibagian atas separating gel untuk mendapatkan permukaan
gel yang rata.
7. Separating gel didiamkan hingga menjadi padat (sekitar 15 menit).
8. Setelah separating gel padat, aquadest pada bagian atas dibuang
9. Pada stacking gel yang telah disiapkan, ditambahkan APS 10% dan TEMED untuk
memulai proses polimerisasi.
10. Secara perlahan stacking gel dimasukkan ke gel sandwich hingga penuh.
11. Sisir pencetak sumur diselipkan pada stacking gel secara berhati-hati sampai menyentuh
bagian atas dari separating gel.
12. Stacking gel didiamkan hingga menjadi padat (sekitar 40 menit).
32
13. Sambil menunggu gel memadat, sampel protein disiapkan. Ekstrak protein total induksi,
non-induksi dan protein murni diambil dalam jumlah yang setara dan ditambahkan bufer
sampel 1:1 (10 µL sampel protein,10 µL bufer sampel).
14. Campuran sampel protein dididihkan selama 5-10 menit. Sampel protein di-spin sebentar
dan siap untuk dimasukkan ke sumur gel.
15. Pada stacking gel yang sudah memadat, sisir pencetak sumur ditarik dan gelembung
udara pada sumur dikeluarkan dengan menambahkan aquadest. Gel dikosongkan
kembali.
16. Gel sandwich yang berisi gel siap pakai dimasukkan ke dalam chamber elektroforesis dan
chamber diisi dengan bufer elektroforesis hingga sumur penuh.
17. Sampel protein dimasukkan pada sumur sebanyak 20 µL dan juga marka protein.
18. SDS-PAGE dilakukan menggunakan pada tegangan 125 V selama 60 menit. Gel hasil
elektroforesis selanjutnya diwarnai dengan merendam gel dalam staining solution
coomasie blue selama 15 menit
19. Selanjutnya gel di-destaining untuk menghilangkan sisa staining.
20. Lakukan pengamatan pada pita protein yang terbentuk.
33